ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR (LAYER) POLA KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI DI KABUPATEN BLITAR
Oleh MUHAMMAD ZUHDI IRHAMNI NIM 061111138
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015 SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR (LAYER) POLA KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI DI KABUPATEN BLITAR Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga
Oleh :
MUHAMMAD ZUHDI IRHAMNI NIM 061111138
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Dr. Poedji Hastutik,drh.,M.Si.) Pembimbing Utama
SKRIPSI
(Dr. Sri Hidanah, M.S., Ir.) Pembimbing Serta
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi berjudul : Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur (Layer) Pola Kemitraan dan Pola Mandiri Di Kabupaten Blitar tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surabaya, 18 Agustus 2015
Muhammad Zuhdi Irhamni NIM. 061111138
ii
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Telah dinilai pada Tanggal: 18 Agustus 2015
KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Prof. Dr. Koesnoto Supranianondo.,drh., M.S. Anggota : Dr. Soeharsono, drh.,M.Si. Dr. Dady Soegianto Nazar, drh.,M.Sc. Dr. Poedji Hastutik, drh.,M.Si. Dr. Sri Hidanah, Ir., M.S.
Surabaya, 18 Agustus 2015 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Dekan,
Prof. Hj. Romziah Sidik, Ph.D., drh. NIP. 19531216 197806 2 001
iii
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
THE ANALYSIS ON FEASIBILITY IN ENTERPISE LAYER FARM AND THE INDEPENDENT LAYER FARM IN THE BLITAR REGENCY Muhammad Zuhdi Irhamni ABSTRACT The purposes of this study were to: 1) analyze the difference of average income of the enterprise layer farm and the independent layer farm in Blitar Regency and 2) analyze the rate of efficiency ratio of the enterprise and independent layer farm based on the investments, analysis of production fare, income, profit/deficit, and financial analysis (return cost ratio, break even point, margin of safety, payback period, and profitability). The research was conducted on May 20th to July 21st, 2015. The primary and secondary data were collected through interview and observations. The survey results showed that both enterprise and independent layer farms were apt to be further developed. Descriptive analysis was managed by using economic equation formula which is R/C ratio, break even point, margin of safety, and profitability. The results revealed that the average of R/C of the independent farm reaches 1.30, while the average of R/C of the enterprise farm reaches 1.23. The average BEP of the independent farm was as much as Rp 12,698 and the average BEP of the enterprise farm is as much as Rp 12,972. The average of margin of safety of the independent farm reaches 11% and the average of margin of safety of the enterprise farm reaches 5%. The average of economic and capital profitability of the independent farm were 61.40% and 51.12%, respectively, while the average of economic and capital profitability of the enterprise farm were 59.24% and 53.32%, respectively. Keywords: layer farm, independent, enterprise, economy analysis, Blitar
iv SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena atas segala nikmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR (LAYER) POLA KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI DI KABUPATEN BLITAR. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti syafaatnya di hari akhir. Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan dan mendapat gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Perguruan Tinggi Negeri Universitas Airlangga. Kegiatan penelitian ini tidak akan berhasil tanpa dukungan dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan materi, moril dan pemikiran selama proses pembuatan karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang mendalam kepada: Prof. Hj. Romziah Sidik, Ph.D., drh. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga yang telah memberi kelancaran dalam proses pembuatan skripsi ini. Dr. Poedji Hastutik,drh.,M.Si. selaku dosen Pembimbing utama dan Dr. Sri Hidanah,M.S.,Ir. selaku dosen Pembimbing serta yang telah memberikan segala masukan, bimbingan dalam setiap kesulitan dalam proses penulisan dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini. Prof. Dr. Koesnoto Supranianondo.,drh.,M.S. selaku ketua penguji, Dr. Soeharsono,drh.,M.Si. selaku sekretaris penguji dan Dr. Dady Soegianto
v SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Nazar.,drh.,M.Sc. selaku anggota penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberi masukan dalam penulisan skripsi ini. Dr. Arimbi, drh.,M.Si. selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan dan saran selama menjadi mahasiswa. Kedua orang tua tercinta Bapak Marsono dan Ibu Abidah yang selalu mencurahkan segenap kasih sayang, nasihat dan doa yang tidak pernah putus kepada penulis. Bapak H. Nurhadi, Bapak Ibnu dan Bapak H. Imam. yang telah meluangkan waktu dan memberikan kesempatan kepada penulis menimba pengalaman berharga tentang peternakan pola mandiri yang dimiliki sehingga sangat membantu terselesainya karya tulis ini. Bapak H. Imam, H. Kirom dan Mas Fuad Fatoni yang telah membantu dan bersedia membagi ilmu dan pengalaman tentang peternakan ayam petelur pola kemitraan yang dimiliki guna mendukung terselesaikannya karya tulis ini. Rozana Lisaida yang selalu memberikan semangat kepada penulis, terimaksih atas semuanya. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Surabaya, 28 Juli 2015
Penulis vi
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... ii HALAMAN IDENTITAS ......................................................................... iii ABSTRACT ............................................................................................... iv UCAPAN TERIMAKSIH.......................................................................... v DAFTAR ISI .............................................................................................. vii DAFTAR TABEL ...................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii DAFTAR SINGKATAN DAM ARTI LAMBANG.................................. xiii BAB 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
PENDAHULUAN ...................................................................... Latar Belakang ............................................................................ Rumusan Masalah ....................................................................... Landasan Teori ............................................................................ Tujuan Penelitian ........................................................................ Manfaat Penelitian ......................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 2.1 Karakteristik Ayan Ras Petelur (Layer) ...................................... 2.2 Klasifikasi Ayam Ras .................................................................. 2.2.1 Taksonomi Zoologi ......................................................... 2.2.2 Klasifikasi Standar .......................................................... 2.2.3 Klasifikasi Berdasarkan Tipe .......................................... 2.3 Telur Ayam ................................................................................. 2.4 Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur .......................................... 2.5 Peternakan Pola Kemitraan (Plasma Inti) ................................... 2.6 Peternakan Pola Mandiri ............................................................. 2.7 Investasi (Modal) ........................................................................ 2.8 Analisis Biaya Produksi .............................................................. 2.8.1 Biaya Tetap (Fixed Cost) ................................................ 2.8.2 Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) .................................
1 1 4 4 5 6 7 7 8 8 9 9 10 11 12 13 13 14 14 15
vii SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.8.2.1 Biaya Pakan .................................................... 2.8.2.2 Biaya Kesehatan ............................................. 2.8.2.3 Biaya Tenaga Kerja ........................................ 2.8.2.4 Biaya Lain-lain ............................................... 2.8.3 Penysutan (Depresiasi) .................................................... 2.8.3.1 Penyusutan Ayam ........................................... 2.8.3.2 Penyusutan Kandang ...................................... 2.8.3.3 Penyusutan Peralatan Kandang ...................... 2.9 Analisis Penerimaan .................................................................... 2.9.1 Penjualan Telur ............................................................... 2.9.2 Penjualan Kotoran Ayam ................................................ 2.10 Analisis Laba / Rugi .................................................................... 2.11 Analisis Finansial ........................................................................ 2.11.1 Return Cost Ratio (R/C) .................................................. 2.11.2 Payback Period (PP) ....................................................... 2.11.3 Break Even Point (BEP).................................................. 2.11.4 Margin of safety (MoS) ................................................... 2.11.5 Rentabilitas...................................................................... BAB 3 3.1 3.2 3.3
3.4
MATERI DAN METODE .......................................................... Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... Metode Penelitian........................................................................ Analisis Data ............................................................................... 3.3.1 Investasi (Modal) ............................................................ 3.3.2 Analisis Biaya Produksi .................................................. 3.3.2.1 Biaya Tetap (Fix Cost) ..................................... 3.3.2.2 Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) .................. 3.3.2.3 Penyusutan (Depresiasi) .................................. 3.3.3 Analisis Penerimaan (Revenue)....................................... 3.3.4 Analisis Laba Rugi .......................................................... 3.3.5 Analisis Finansial ............................................................ 3.3.5.1 Return Cost Ratio (R/C) ................................... 3.3.5.2 Break Even Point (BEP)................................... 3.3.5.3 Payback Period (PP) ........................................ 3.3.5.4 Margin of safety (MoS) .................................... 3.3.5.4 Rentabilitas ....................................................... Skema Operasional Penelitian.....................................................
15 15 16 16 16 16 17 18 18 19 19 19 20 20 20 21 21 22 23 23 23 24 24 24 25 25 26 26 26 27 27 27 28 28 29 30
BAB 4 HASIL PENELITIAN................................................................. 31 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ............................................. 31 viii SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.2 4.3 4.4 4.5
Profil Peternak ............................................................................. Investasi / Modal ......................................................................... Analisis Struktur Biaya, Penerimaan dan Keuntungan ............... Analisis Finansial ........................................................................
31 32 36 41
PEMBAHASAN ......................................................................... Investasi / Modal ......................................................................... Analisis Struktur Biaya, Penerimaan dan Keuntungan ............... Analisis Finansial ........................................................................ 5.3.1 Return Cost Ratio (R/C) .................................................. 5.3.2 Break Even Point (BEP).................................................. 5.3.3 Margin of safety (MoS) ................................................... 5.3.4 Payback Period (PP) ....................................................... 5.3.5 Rentabilitas...................................................................... BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 6.1 Kesimpuan .................................................................................. 6.2 Saran .........................................................................................
43 43 44 46 47 48 49 49 50 51 51 51
BAB 5 5.1 5.2 5.3
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 52 RINGKASAN ............................................................................................ 56 LAMPIRAN ............................................................................................... 58
ix SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
2.1.
Perbandingan Produktivitas Ayam Ras Petelur dengan Ayam Buras ............................................................................................... 8
4.1.
Rincian Modal Peternakan Mandiri di Kabupaten Blitar ................ 34
4.2.
Rincian Modal Peternakan Kemitraan di Kabupaten Blitar ............ 35
4.3.
Rincian Biaya Produksi Peternakan Mandiri di Kabupaten Blitar Selama 1 Bulan ................................................................................ 37
4.4.
Rincian Biaya Produksi Peternakan Kemitraan di Kabupaten Blitar Selama 1 Bulan ...................................................................... 38
4.5.
Total Biaya Produksi Per-kg Telur (telur utuh) dan Per-ekor Ayam Selama Satu Bulan Peternakan Mandiri ................................ 39
4.6.
Total Biaya Produksi Per-kg Telur (telur utuh) dan Per-ekor Ayam Selama Satu Bulan Peternakan Kemitraan ............................ 39
4.7.
Total Penerimaan Usaha Peternakan Mandiri Ayam Petelur di Kab. Blitar ........................................................................................ 40
4.8.
Total Penerimaan Usaha Peternakan Kemitraan Ayam Petelur di Kab. Blitar ........................................................................................ 40
4.9.
Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Peternak Mandiri Selama Satu Bulan ................................................................................................ 41
4.10.
Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Peternak Kemitraan Selama Satu Bulan ........................................................................................ 41
4.11.
Nilai Return Cost Ratio R/C, Break Even Point (BEP), Margin of Safety Peternakan Mandiri dan Kemitraan di Kabupaten Blitar ...... 42
4.12.
Nilai Rentabilitas, dan Paybak Period (PP) Peternakan Mandiri dan Kemitraan di Kabupaten Blitar................................................. 42
x SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 30 2.1 Alur operasional penelitian. .............................................................
xi SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
Kuisioner untuk Peternak ..............................................................
58
2.
Data Karakteristik Peternakan Ayam Petelur pola Mandiri dan Kemitraan di Kabupaten Blitar ....................................................
61
3.
Rincian Biaya Pakan Fase Starter dan Grower Kemitraan di Kabupaten Blitar Selam 1 Tahun. .................................................
62
4.
Rincian Biaya Pakan Fase Layer Peternakan Pola Mandiri di Kab. Blitar Selama 1 Tahun ..........................................................
63
5.
Rincian Biaya Pakan Fase Layer Peternakan Pola Kemitraan di Kab. Blitar Selama 1 Tahun ..........................................................
64
6.
Total Penerimaan Usaha Peternakan Mandiri Ayam Petelur di Kabupaten Blitar ...........................................................................
65
7.
Total Penerimaan Usaha Peternakan Kemitraan Ayama Petelur di Kabupaten Blitar. ......................................................................
66
8.
Foto Dokumentasi Penelitian ........................................................
67
xii SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG % dkk sapronak BPS BEP CV DOC HD HU Kg MoS PP R/C Rp SDM UD
= persen = dan kawan-kawan = sarana produksi ternak = Badan Pustat Statistik = Break Even Point = Commanditaire Vennontschap = Day Old Chick = Hen Day = Haugh Unit = Kilogram = Margin of Safety = Payback Period = Return Cost Ratio = Rupiah = Sumber Daya Manusia = Usaha Dagang
xiii SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor yang sangat penting peranannya dalam
menjaga ketahanan pangan, karena pangan asal hewan merupakan sumber protein hewani, sebagai kebutuhan pokok dalam memenuhi gizi masyarakat (Warsito, 2010). Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, perubahan gaya hidup, kesadaran gizi, dan perbaikan tingkat pendidikan permintaan produk peternakan (telur, daging dan susu) terus meningkat (Rusli, 2011). Produk hasil ternak ayam ras petelur mempunyai potensi untuk dikembangkan secara optimal, karena selain harganya yang relatif murah dibanding protein hewani yang lainnya. Peternakan ayam ras petelur juga relatif mudah dan dalam usaha skala kecil mampu meningkatkan pendapatan dan memperluas kesempatan kerja (Wahyuningsih dkk., 2008). Prospek pengembangan agribisnis ayam ras petelur di masa yang akan datang bisa dilihat dari sisi penawaran (supply side) dan sisi permintaan (demand side) telur di Indonesia. Dilihat dari sisi permintaan telur ayam ras, dalam struktur konsumsi telur dan sifat permintaan yang sangat sesuai dengan perkembangan masa depan. Semakin pentingnya peranan telur ayam ras dalam struktur konsumsi telur, telur ayam ras memiliki sifat permintaan yang income estic demand. Bila pendapatan meningkat, maka konsumsi telur juga meningkat. Pendapatan per kapita di masa yang mendatang akan meningkat terutama pada negara-negara yang saat ini termasuk berpendapatan rendah dan menengah. Sehingga membuat 1 SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
2
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
prospek agribisnis ayam ras petelur bagus untuk dikembangkan (Salmawati, 2009). Data Badan Pusat Statistik (2015) menyatakan bahwa populasi ayam ras petelur di Jawa Timur rutin mengalami peningkatan mulai tahun
2012 ;
40.268.600 ekor, 2013 ; 43.066.700 ekor, 2014; 43.927.700. Catatan statistik menunjukkan Provinsi Jawa Timur merupakan produsen telur ayam ras terbesar di Indonesia dengan menyumbang sebanyak 23% kebutuhan telur Nasional pada tahun 2014. Sedangkan daerah di Provinsi Jawa Timur yang memproduksi telur ayam ras terbanyak adalah di kabupaten Blitar (Dinas Peternakan Jawa Timur, 2014). Peternakan ayam ras petelur dibagi menjadi dua, peternakan mandiri dan peternakan kemitraan. Peternak mandiri prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari modal sendiri, sehingga bebas memasarkan produknya. Sedangkan peternakan ayam pola kemitraan dengan cara menjalin kerjasama baik dengan pemodal, perusahaan pakan, dan perusahaan pembibitan. Konsekuensinya hasil produksi harus dijual ke Perusahaan Inti. Secara umum peternak diarahkan untuk mewujudkan kondisi peternakan yang maju, efisien dan tangguh. Kondisi tersebut indikatornya dengan tingkat kemampuan peternak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pembangunan wilayah, memberikan kesempatan kerja, perbaikan taraf hidup dan berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Sarwanto (2004) menyatakan bahwa pelaksanaan pola kemitraan inti plasma berhubungan positif dengan tingkat pendapatan peternak, tetapi hasil Sumartini (2004) mengemukakan bahwa rendahnya pendapatan peternak program kemitraan cenderung sebagai akibat kurang transparan dalam penentuan harga
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
input (harga bibit ayam, harga pakan, dan harga sarana produksi ternak lainnya) maupun harga output. Pola Kemitraan ketidakadilan biasanya terjadi karena adanya perbedaan kekuatan posisi tawar (bargaining position) antara kelompok mitra (peternak) sebagai plasma dengan perusahaan mitra sebagai inti (perusahaan pakan, bibit dan modal). Perusahaan inti mewajibkan plasma menjual segala hasil ternaknya berupa telur, ayam afkir dan kotoran ayam ke perusahaan inti, sehingga peternak tidak bisa menjual produknya ke penawar yang lebih tinggi. Kemitraan yang seharusnya bersifat win-win solution (saling menguntungkan) belum tercapai, sehingga dalam upaya mengembangkan kemitraan yang tangguh dan modern diperlukan strategi untuk memperbaiki fondasi perkembangan kemitraan yang lebih mendasar (Yunus, 2009). Kondisi yang demikian perlu adanya suatu analisis kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur di Kabupaten Blitar baik pola mandiri dan pola kemitraan. Kelayakan dalam usaha sangat menentukan keberhasilan pengelolaan usaha peternakan ayam ras petelur agar mampu menghasilkan produk yang bersaing di pasar, dan memberikan pendapatan lebih bagi peternak pola kemitraan maupun mandiri. Usaha peternakan tidak terlepas dari tiga faktor penting, yaitu bibit, pakan dan manajemen, ketiga faktor produksi tersebut merupakan satu kesatuan sistem. Sistem manajemen pemeliharaan ayam petelur terdiri atas sistem pemeliharaan, perkandangan, pakan dan pengendalian penyakit. Salah satu parameter yang dapat dipergunakan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha adalah tingkat keuntungan yang diperoleh dengan cara pemanfaatan faktor-faktor produksi secara efisien (Yunus, 2009). Maka dilakukan penelitian tentang
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
4
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
hubungan sistem manajemen proses produksi terhadap kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur di Kabupaten Blitar baik pola kemitraan maupun mandiri dengan melihat analisis biaya produksi, penerimaan, laba/rugi, dan finansial. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat pendapatan rata-rata usaha peternakan ayam ras petelur pola kemitraan dan mandiri ? 2. Bagaimana tingkat kelayakan peternakan ayam ras petelur pola kemitraan dan mandiri dengan dilihat dari analisis biaya produksi, penerimaan, laba/rugi, dan finansial?
1.3
Landasan Teori Menurut
Keputusan
Menteri
Pertanian
Republik
Indonesia
No
948/kpts/OT.210/10/97, usaha peternakan adalah usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan atau peternakan rakyat yang diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk menghasilkan ternak bibit/ternak potong, telur, susu serta menggemukan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan. Modal usaha peternakan ayam petelur dapat diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu proses produksi (Soekartawi, 2002). Harih (2010) menyatakan bahwa biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang produksi oleh perusahaan tersebut. Total penerimaan merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual atau penerimaan dapat dimaksudkan sebagai pendapatan kotor usaha, sebab belum dikurangi dengan keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Total pendapatan diperoleh total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi (Soekartawi, 2003). Ucokaren (2011), menyatakan bahwa pendapatan dan keuntungan usaha tani yang besar tidak selalu mencerminkan tingkat kelayakan usaha yang tinggi. Guna mengetahui kelayakan usahatani dapat digunakan return cost ratio / R/C ratio. R/C ratio atau dikenal dengan perbandingan antara penerimaan dan biaya. Munawir (2002) menyatakan bahwa Break even point dapat diartikan suatu keadaan dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (penghasilan = total biaya).
1.4
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis perbedaan pendapatan usaha peternakan ayam ras petelur pola kemitraan dan mandiri di Kabupaten Blitar.
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
2. Menganalisis tingkat kelayakan peternakan ayam ras petelur pola kemitraan dan mandiri dengan dilihat dari investasi, analisis biaya produksi, penerimaan, laba / rugi, dan analisis finansial.
1.5
Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat :
1. Memberikan informasi dan gambaran umum bagi peternak dalam pengendalian dan pengembangan usahanya 2. Memberikan informasi dan gambaran umum pengambil kebijakan atau langkah-langkah yang berkaitan dengan kondisi peternak 3. Sumbangan pemikiran kepada Pemerintah dalam mencari alternatif untuk meningkatkan efisiensi produksi telur ayam ras (layer).
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Karakteristik Ayam Ras Petelur (Layer) Ayam ras petelur adalah ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk
diambil telurnya. Asal mula ayam ras ini berasal dari ayam hutan yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari seluruh wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Beberapa persilangan bangsa ayam di dunia dikembangkan menjadi beberapa jenis ayam komersial, salah satunya jenis petelur (layer) (Yuwanta, 2004). Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama, setiap kali dalam persilangan sifat-sifat baik dipertahankan, sehingga dikenal dengan ayam petelur unggul (Ardiansah, 2012). Ayam ras tipe petelur adalah jenis ayam yang sangat efisien dalam menghasilkan telur. Yuri (2011) menyebutkan ayam buras memang bertelur dan dagingnya dapat dimakan, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai ayam dwiguna secara komersial unggul. Ayam petelur secara genetik diseleksi untuk memproduksi telur (Mulyantini, 2010). Perbedaan antara ayam buras dengan ayam dwiguna petelur (ayam ras) dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Table 2.1 Perbandingan Produktivitas Ayam Ras Petelur dengan Ayam Buras Keterangan Produksi telur (butir/tahun) Berat telur (g) Sifat Mengeram Kemampuan berproduksi Sumber : Yuwanta (2004)
Ayam Ras
Ayam Buras
200 – 250 50 – 60 Hampir tidak ada Tinggi
40 – 60 30 – 40 Ada Sangat terbatas
7 SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
Ayam ras petelur merupakan hasil rekayasa genetis berdasarkan beberapa karakter dari ayam yang ada sebelumnya sehingga, mengalami perbaikan genetik yang diupayakan agar mencapai penampilan yang optimal dalam memproduksi telur. Salah satu keuntungan dari ayam ras petelur adalah produksi telurnya yang lebih tinggi dibandingkan produksi telur ayam buras dan jenis unggas yang lain (Yuwanta, 2004).
2.2
Klasifikasi Ayam Ras Klasifikasi adalah suatu sistem pengelompokan jenis-jenis ternak
berdasarkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan karakteristik. Pada ternak ayam, klasifikasi dilakukan dengan cara yaitu : 2.2.1 Taksonomi zoologi Hirarki klasifikasi ayam menurut Rahmanto (2012) memiliki taksonomi sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Subkingdom : Metazoa Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Aves
Ordo
: Galliformes
Genus
: Gallus
Spesies
: Gallus gallus domestica
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
9
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.2.2 Klasifikasi standar Pengelompokkan ayam menurut Yuwanta (2004) berdasarakan kelas, bangsa, varietas dan strain. Kelas adalah pengelompokkan ayam berdasarkan daerah pembentukannya misalnya kelas Inggris, kelas Amerika, kelas Asia dan kelas Mediterania. Bangsa adalah pengelompokkan ayam dalam satu kelas berdasarkan perbedaan bentuk tubuh. Misalnya pada kelas Inggris terdapat bangsa ayam sussex, orpington dan cornish. Varietas adalah pengelompokkan ayam dalam satu bangsa berdasarkan perbedaan warna bulu dan jengger. Misalnya white lenghorn, brown lenghorn, white plymouthrock dan barred plymouthrock. Strain adalah sekelompok ayam yang dihasilkan oleh breeder farm melalui proses pemulia biakan untuk tujuan ekonomis tertentu. Misalnya strain ayam petelur hyline dan arbor acres. 2.2.3 Klasifikasi berdasarkan tipe Sudaryani
dan
Santosa
(2003)
menyebutkan
berdasarkan
tujuan
pemeliharaan atau biasa disebut tipe ayam, ayam dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe ayam. Pertama tipe ayam petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga bewarna putih dan kerabang telur bewarna putih. Karakteristik lainnya yaitu produksi telur tinggi (200 butir/ekor/tahun), efisien dalam penggunaan ransum untuk membentuk telur dan tidak memiliki sifat mengeram. Kedua tipe pedaging karakteristik ayam tipe pedaging bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah.Ketiga tipe dwiguna memiliki
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
10
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
karakteristik sifat tenang, bentuk tubuh sedang, produksi telur sedang, pertumbuhan sedang dan kulit bewarna coklat.
2.3
Telur Ayam Soepranianondo dkk.,(2011) menyatakan kandungan rata-rata dari sumber
protein telur ayam mengandung protein 12,4% sedikit lebih rendah dari telur itik 13%, namun lebih tinggi dari susu sapi yang hanya 3,5%. Sebutir telur terdiri dari 73,7% air, 12,9% protein, 11,2% lemak dan 0,9% karbohidrat. Setruktur telur terrdiri dari 3 komponen yaitu kulit telur (11% dari total bobot telur), putih telur (57% dari total bobot telur) dan kuning telur (32% dari total bobot telur) (Suharyanto, 2011). Kandungan telur terdiri dari sejumlah mineral seperti zat besi, fosfor, kalsium, sodium, ferrum, yodium, mangan, zinkum, kobalt, kuprum dan magnesium dalam jumlah yang cukup menurut Rahayu (2003). Prawesthirini dkk., (2011) kualitas telur ditentukan oleh dua faktor, yakni faktor luar (cangkang) dan faktor dalam (kuning telur dan putih telur). Faktor luar meliputi bentuk, warna, ukuran, kondisi dan kebersihan kulit, sedangkan faktor dalam telur meliputi kesegaran isi telur yang dapat ditentukan kondisi kuning telur dan putih telur yang kental berada dalam keadaaan membukit bila telur dipecahkan dan isinya diletakkan diatas permukaan datar. Menurut Robert (2004) di dalam Sulaiman dan Rahmatullah (2011) yang menentukan kualitas kerabang dan kualitas internal telur seperti indek putih telur, indek kuning telur dan Haugh Unit (HU) adalah faktor penyimpanan, strain unggas, umur, molting, nutrisi pakan dan penyakit.
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
Telur memberikan manfaat untuk kesehatan, kecerdasan dan memiliki banyak kegunaanya sehingga telur dikatakan sebagai produk yang serbaguna. Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap telur hanya 87 butir telur per tahun perkapita jauh dibandingkan dengan konsumsi telur masyarakat Malaysia yang sudah mengkonsumsi telur rata-rata 311 butir perkapita per tahun (Dawami, 2012)
2.4. Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 948/Kpts/TN.330/6/96, usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat adalah peternakan yang mengusahakan budidaya ayam dengan jumlah populasi maksimal 15.000 ekor per periode. Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi maksimal 65.000 ekor per periode. Khusus untuk pengusaha peternakan, dapat menerima bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut dapat ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang usaha peternakan. Peraturan ini menjelaskan bahwa Menteri bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau pejabat yang ditunjuk berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan atas pelaksanaan perusahaan peternakan. Agribisnis khususnya peternakan dapat dilihat dari empat sub sistem yaitu hulu, budidaya, hilir dan penunjang. Sub sistem agribisnis hulu meliputi seluruh proses produksi sarana produksi ternak seperti day old chick (DOC), pakan, obatobatan serta peralatan-peralatan peternakan. Sub sistem budidaya ternak berkaitan
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
12
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dengan proses produksi ternak dengan menggunakan input yang dihasilkan oleh sub sistem hulu untuk menghasilkan output yang siap diolah dan dipasarkan. Sub sistem Hilir meliputi kegiatan pengolahan produk yang dihasilkan oleh subsistem budidaya ternak menjadi produk olahan dan produk akhir. Sub sistem penunjang adalah sub sistem yang menunjang keberhasilan ketiga sub sistem di atas. Sub sistem penunjang ini dapat berupa lembaga keuangan bank maupun non bank, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga pendidikan dan penelitian, transportasi, komunikasi dan kebijakan-kebijakan pemerintah (Suharno 2000)
2.5.
Peternakan Pola Kemitraan (Plasma inti) Pelaksanaan kemitraan pada usaha ternak ayam ras petelur dilaksanakan
dengan pola inti plasma, yaitu kemitran antara peternak mitra dengan perusahaan mitra sebagai inti. Pada pola inti plasma kemitraan yang berjalan selama ini, perusahaan mitra menyediakan sarana produksi peternakan berupa: DOC, pakan, obat-obatan/vitamin, bimbingan teknis dan memasarakan hasil produksi, sedangkan plasma menyediakan kandang
dan tenaga kerja (Yunus, 2009).
Menurut Sejati (2011) permasalahan yang dihadapi peternak rakyat adalah ketersediaan dan akses terhadap bibit (DOC), obat-obatan dan vaksin, keterbatasan permodalan, ekonomi biaya tinggi, dan inefisiensi usaha tani dan pemasaran komoditas. Struktur organisasi yang diterapkan perusahaan inti adalah pola koordinasi yang dilakukan secara vertikal. Keadaan ini ditunjukan oleh tersentralisasinya informasi dan pengambil keputusan. Arus informasi selalu terpusat dan hasil
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
13
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pelaksanaan program selalu dipertanggungjawabkan kepada pimpinan (Yunus, 2009). Pola kemitraan kebanyakan diterapkan pada peternakan ayam pedaging (broiler), dikarenakan waktu yang dibutuhkan dari DOC hingga panen untuk peternakan broiler lebih singkat daripada layer. Peternak ayam petelur (layer) lebih banyak beternak secara mandiri. Peran pemerintah daerah dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kemitraan belum dilaksanakan dengan baik.
2.6.
Peternakan Pola Mandiri Peternakan pola mandiri prinsipnya menyediakan seluruh input produksi
dari modal sendiri dan bebas memasarkan produknya. Pengambilan keputusan mencakup kapan memulai beternak dan memanen ternaknya, serta seluruh keuntungan dan resiko ditanggung sepenuhnya oleh peternak. Sebagian besar kebutuhan termasuk permodalan diusahakan sendiri oleh peternak oleh peternak yang bersangkutan (Yunus, 2009)
2.7.
Investasi (Modal) Menurut Prawirokusumo yang dikutip oleh Soepranianondo dkk. (2013)
menjelaskan bahwa investasi disebut juga modal dalam usaha, merupakan dana awal untuk memulai usaha. Sebelum melakukan keputusan investasi hendaknya dilakukan studi kelayakan secara teliti karena investasi memerlukan pengeluaran yang besar (terutama investasi pada aktiva tetap) dengan jangka waktu pengembalian yang lama sehingga risikonya sangat tinggi. Jika peramalan pendapatan yang diinvestasikan tidak sesuai dengan harapan, maka terjadi
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
14
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kerugian yang besar. Menurut sifatnya modal dibagi menjadi dua, 1. Modal tetap, yaitu modal yang tidak habis digunakan dalam satu periode produksi dan dapat mengalami penyusutan berdasarkan jenis dan waktu. Misalnya : tanah, kandang, gudang, mesin dan kendaraan ; 2. Modal kerja, yaitu modal yang habis digunakan dalam satu masa periode produksi. Misalnya : uang tunai, bahan baku (pakan), DOC, gaji dan biaya operasional.
2.8.
Analisis Biaya Produksi Biaya produksi dalam pengertian ekonomi adalah semua pengeluaran yang
harus ditanggung untuk menghasilkan barang atau jasa yang siap dipakai konsumen. Biaya produksi dalam suatu usaha harus diperhitungkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (Soepranianondo dkk. 2013).
2.8.1. Biaya tetap (fixed cost) Menurut Soepranianondo dkk. (2013) menjelaskan bahwa biaya tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi. Biaya tetap, secara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi. Biaya tetap walaupun perusahaan tidak berproduksi biaya tersebut tetap harus dikeluarkan oleh perusahaan. Contoh : gaji, sewa tempat, bunga hutang bank, pajak, penyusutan peralatan (depresiasi).
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
2.8.2. Biaya tidak tetap (variable cost) Menurut Soepranianondo dkk. (2013) Biaya tidak tetap adalah biaya yang diperlukan pada saat produksi berlangsung. Biaya variabel, secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan volume produksi. Contoh : komisi penjualan, gaji pegawai, transportasi dan pakan ternak. 2.8.2.1. Biaya pakan Medion (2011) menyatakan pakan pada pemeliharaan ayam petelur dikelompokkan berdasarkan periode pemeliharaanya yaitu masa starter, grower dan layer (produksi). Pakan untuk layer dapat langsung menggunakan pakan buatan pabrik atau melakukan pencampuran sendiri. Kebutuhan terbesar untuk operasional produksi telur adalah pakan yang kurang lebih 75%. Sehingga Peternak yang sudah berpengalaman sebaiknya dapat menyusun pakan sendiri. Tujuannya adalah agar biaya pakan dapat dihemat, sehingga keuntungan yang akan diperoleh juga meningkat. 2.8.2.2. Biaya kesehatan Peternakan ayam ras petelur, memerlukan obat-obatan (antibiotik, vitamin, anti parasit dan anti cacing), vaksin (vaksin aktif dan inaktif) dan kimia (desinfektan dan insektisida) agar ayam tetap sehat dan produksinya optimal. Vaksinasi, pemberian obat-obatan, vitamin, pemberantasan hama lalat dan kutu serta biosekuriti juga harus diberikan secara berkala. Semua biaya itu dimasukkan ke dalam biaya operasional / biaya tidak tetap (Medion, 2011).
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
16
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.8.2.3. Biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja meliputi gaji pokok dan bonus. Pemberian bonus diperlukan sebagai sebuah reward (balas jasa) atas kinerja yang optimal. Bila peternak menggunakan peralatan serba otomatis pada peternakannya, maka tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit dan biaya ini pun bisa ditekan (Medion, 2011). 2.8.2.4. Biaya lain-lain Biaya tidak terduga seperti biaya sosial, kesehatan karyawan, keamanan, kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja juga masuk dalam biaya lain-lain. Setelah telur diproduksi, masih ada biaya yang harus dikeluarkan meliputi biaya telepon, listrik, kemasan (peti kayu, egg tray, tali, label dan lain-lain), sehingga biaya ini pun masuk ke dalam biaya lain-lain (Medion, 2011).
2.8.3. Penyusutan (depresiasi) Biaya penyusutan adalah pengurangan nilai yang disebabkan karena waktu dan penggunaan dari semua biaya tetap (Soepranianondo dkk. 2013). Mencangkup penyusutan ayam, kandang dan peralatan kandang (Medion, 2011)
2.8.3.1. Penyusutan ayam Peternakan layer, dapat memelihara ayam dari DOC sampai afkir atau memelihara dari pullet sampai afkir. Bila memelihara dari pullet sampai afkir, maka yang diperhitungkan adalah harga ayam ditambah biaya masa produksi. Menghitung
SKRIPSI
biaya produksi yang dikeluarkan dari sektor bibit, tidak hanya
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
17
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
jumlah seluruh modal untuk pembelian bibit, tetapi juga harus diperhitungkan dengan nilai yang hilang (penyusutan ayam). Penyusutan ayam bisa disebabkan oleh dua hal yaitu peningkatan umur dan mortalitas (Medion, 2011) Peningkatan umur berpengaruh terhadap produksi, ayam petelur mulai berproduksi umur 18 minggu. Produksi telur dimulai dengan produksi rendah kemudian meningkat dan puncaknya pada umur 24-26 minggu. Setelah mengalami puncak produksi, maka produksi akan turun perlahan-lahan. Ayam bisa berproduksi sampai tingkat menguntungkan sampai umur 20 bulan. Jadi mulai awal produksi pada umur 5 bulan dan berakhir pada umur 20 bulan berarti ayam hanya berproduksi efektif selama 15 bulan. Penyusutan harga ayam setiap bulan dihitung dengan cara mengetahui jumlah ayam pullet (P2), harga ayam pullet atau biaya pemeliharaan dari day old chick (DOC)-pullet (HP), jumlah ayam afkir (AA) dan harga ayam afkir (HAA) (Medion 2011) Mortalitas sangat berpengaruh terhadap produksi telur hen day (HD). Jika mortalitas tinggi maka jumlah ayam produktif menurun dan HD pun akan ikut menurun. Akibatnya pendapatan dari hasil penjualan telur juga menurun. Semakin tinggi mortalitas, nilai penyusutan ayam juga semakin tinggi. Lakukan manajemen kesehatan, pemeliharaan dan biosecurity yang ketat dan disiplin untuk meminimalkan mortalitas (Medion 2011) 2.8.3.2. Penyusutan kandang Beban biaya penyusutan kandang, tidak termasuk nilai lahan. Karena lahan nilainya akan naik terus dari waktu ke waktu. Kandang dapat dibuat di tanah milik pribadi atau menyewa. Kandang layer bisa terbuat dari bambu, kayu atau
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
kawat. Kandang bambu atau kayu lebih cocok untuk usaha peternakan skala kecil, sementara kandang dari kawat lebih cocok untuk peternakan skala besar. Kandang bambu/kayu, biaya investasinya rendah namun penyusutannya lebih cepat. Sementara kandang kawat, investasinya tinggi namun penyusutannya juga lama. Sebenarnya kandang kawat jatuhnya lebih murah dibandingkan dengan kandang bambu. Lama ketahanan kandang selama 10 tahun. Penyusutan kandang dihitung dengan cara mengetahui biaya investasi bangunan kandang/biaya sewa kandang (BK/SK) dan lama ketahanan atau lama sewa kandang (LKK/LSDK) (Medion 2011). 2.8.3.3. Penyusutan peralatan kandang Peralatan kandang yang digunakan meliputi pemanas Indukan Gas Medion, tempat ransum dan tempat minum. Sama halnya dengan kandang, peralatan kandang juga mengalami penyusutan. Perawatan peralatan secara rutin dapat membantu menekan biaya penyusutan. Menghitung penyusutan peralatan kandang dapat dilakukan dengan mengetahui harga beli, harga jual dan lama ketahanan. Lama ketahanan peralatan kandang rata-rata adalah selama 4 tahun. (Medion 2011).
2.9.
Analisis Penerimaan (Revenue) Penerimaan merupakan nilai dari jumlah produksi dikalikan dengan harga
jual perunitnya, untuk usaha ayam petelur ini penerimaan dapat diperoleh dari hasil penjualan telur, ayam afkir dan kotoran ayam
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
2.9.1. Penjualan telur Informasi pasar selayaknya selalu diketahui oleh peternak. Fluktuasi harga telur yang selalu terjadi membuat peternak harus selalu melakukan pemantauan pasar. Produksi telur dari bulan ke bulan tidak sama, karena itu untuk menghitung produksi telur hen day (HD) setiap bulannya dilakukan dengan mengkalkulasikan data produksi harian. Disinilah pentingnya pencatatan atau recording harian. Perlu juga kita memprediksikan pendapatan dari penjualan telur berdasarkan data produksi rata-rata bulanan dan harga rata-rata per bulan. Penjualan telur dapat dihitung dengan mengetahui rata-rata per bulan. Penjualan telur dapat dihitung dengan mengetahui rata-rata hen day dalam % (RHD), jumlah ayam (A) dan jumlah 1 kg telur biasanya menghasilkan + 16 butir (T).
2.9.2. Penjualan kotoran ayam Medion (2011) menyatakan bahwa Kotoran ayam umumnya sampai 30 karung per bulan per 1000 ekor dan biasanya dijual untuk dijadikan pupuk kandang. Penjualan kotoran kandang dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi peternak.
2.10.
Analisis Laba/Rugi Soepranianondo dkk. (2013) menyatakan keuntungan(laba) atau rugi suatu
usaha akan diketahui setelah penerimaan hasil penjualan produk dikurangi dengan biaya produksi, biaya pemasaran dan biaya umum. Laba ini masih disebut laba kotor, laba bersih baru didapat setelah ditambah pendapatan di luar usaha
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
(misalnya penjualan limbah) dikurangi biaya di luar usaha (misalnya sumbangan ke Pemda) dan pajak (PPh 25 dan 39). Keuntungan merupakan selisih antara total penerimaan dan total biaya produksi. Bila biaya pendapatan lebih besar dari biaya produksi disebut kondisi laba.
2.11.
Analisis Finansial Analisis finansial bertujuan mengetahui perkiraan dalam hal investasi dan
aliran kas, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya bisnis yang dijalankan. Menurut Husnan (2000) analisis finansial merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan suatu bisnis akan menguntungkan selama periode bisnis. Analisis finansial mengkaji beberapa analisis kelayakan finansial yang digunakan yaitu, Net Benefit Cost Ratio (B/C), Return Cost Ratio (R/C) dan Payback Period (PP). 2.11.1. Return cost ratio (R/C) Menurut Soepranianondo dkk. (2013) Return cost ratio (R/C) merupakan perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk. Apabila R/C lebih dari satu berarti usaha tersebut menguntungkan dan apabila nilai R/C semakin besar maka keuntungan yang diperoleh usaha tersebut juga semakin besar. 2.11.2. Payback period (PP) Menurut Purba yang dikutip oleh Warsito (2010) Payback Period merupakan lamanya waktu yang diperlukan dari keuntungan dan depresiasi untuk
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
21
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
mengembalikan investasi. Menurut Sjahrial yang dikutip oleh Warsito (2010), bahwa metode pengembalian ini merupakan metode penilaian investasi yang menunjukkan berapa lama investasi dapat tertutup kembali dari aliran kas bersihnya. Jadi menunjukkan jangka waktu yang diperlukan untuk memperoleh kembali investasi yang telah dikeluarkan. Metode ini sangat mudah diterapkan dengan menentukan periode pengembalian maksimum yang pendek pada proyek yang memiliki tingkat resiko tinggi. Namun demikian apabila dihadapkan pada beberapa investasi dengan skala dan usia ekonomi yang berbeda, maka metode ini dapat
memberikan
rekomendasi
yang
keliru.
Oleh
karena
itu
perlu
dikombinasikan dengan metode penelitian yang lain 2.11.3 Break even point (BEP) Medion (2011) menyatakan bahwa untuk mengetahui keuntungan atau kerugian suatu usaha dari segi finansial, maka dilakukan analisis laporan keuangan untuk mengetahui Break Even Point (BEP). BEP adalah titik impas antara jumlah biaya produksi (Pengeluaran) dan tingkat Harga Pendapatan (Pemasukan). Saat Mencapai BEP, peternak hanya memperoleh keuntungan = 0. Keuntungan didapatkan bila harga jual telur harus diatas nilai titik impas tersebut. 2.11.4 Margin of safety (MoS) Target penjualan yang telah dianggarkan manajemen memerlukan pula informasi mengenai berapa jumlah maksimum penurunan target penjualan yang boleh terjadi agar perusahaan tidak mengalamai kerugian. Margin of safety atau batas keamanan usaha dihitung berdasarkan selisih antara target penjualan yang ditargetkan dengan nilai penjualan dengan titik inpas. Usaha yang memiliki
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
22
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
margin of safety yang besar lebih baik dibandingkan dengan usaha yang mempunyai margin of safety yang rendah, karena margin of safety menunjukkan indikasi atau memberikan gambaran kepada manajemen berapakah penurunan penjualan yang dapat ditolerir sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga belum memperoleh laba (Munawir, 2002).
2.11.5 Rentabilitas Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama suatu periode tertentu. Analisis rentabilitas berguna unutk mengecek apakah usaha bershasil dengan baik atau tidak. Menurut Ranupandojo (1990), Rentabilitas dibedakan menjadi dua yaitu rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri. Rentabilitas ekonomi perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri ditambah modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Rentablitas modal sendiri yaitu perbandingan antara laba yang dihasilkan oleh modal sendiri dengan modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dan dinyatkana dalam persentase.
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 3 MATERI DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tiga usaha peternak ayam petelur pola kemitraan dengan inti perusahaan di UD. Jatinom Indah di desa Jatinom kecamatan Kanigoro dan UD. Family di desa Tumpang Kecamatan Talun Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur dan tiga usaha peternakan ayam petelur pola mandiri. Pemilihan lokasi di plasma UD. Jatinom Indah dan UD. Family dan Peternak pola mandiri dengan pertimbangan bahwa peternak ayam tersebut memiliki catatan (recording) yang relatif lengkap mengenai usaha peternakannya dan belum pernah diteliti sebelumnya. Kegiatan penelitian di lapangan dilaksanakan mulai tanggal 20 Mei 2015 sampai 21 Juli 2015.
3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei sehingga mendapatkan data primer dan data sekunder, Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung kepada peternak dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan sebelumnya (Lampiran 1). Sampel yang digunakan adalah tiga peternak ayam petelur pola kemitraan dan tiga peternak pola mandiri. Adapun jenis pertanyaan yang menjadi masalah yaitu yang terkait dengan sistem budidaya, sistem pemasaran yang dilaksanakan oleh peternak, jumlah komoditas yang diperjual belikan. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi dan lembaga pemerintah yang terkait dengan masalah penelitian 23 SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
diantaranya Dinas Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan, Badan Pusat Statistik (BPS), Pusat Data dan Sistem Informasi Kementrian Pertanian. Pemilihan sampel peternak di UD. Jatinom Indah dan UD. Family karena peternakan tersebut menggunakan sistem kemitraan di Kabupaten Blitar. Perusahaan tersebut memiliki peternakan inti dan peternakan plasma dan memiliki populasi dan produksi telur ayam ras yang banyak. Pemilihan tersebut juga merupakan rekomendasi dari Dinas Peternakan kabupaten Blitar. Data sekunder juga didapatkan dari Dinas Peternakan kabupaten Blitar.
3.3 Analisis Data Data kualitatif yang nanti diperoleh akan digunakan untuk menjelaskan dan menggambarkan keadaan objek penelitian. Data kuantitatif digunakan untuk menggambarkan perhitungan investasi (modal), analisis biaya produksi, penerimaan, laba/rugi, finansial dan efisiensi pemasaran. Kemudian hasilnya antara peternak pola kemitraan akan dibandingkan dengan peternak pola mandiri. 3.3.1
Investasi (modal) Investasi disebut juga modal dalam usaha, merupakan dana awal untuk
memulai usaha. Menurut Soepranianondo dkk. (2013) modal usaha dapat dirumuskan sebagai berikut : Modal Usaha = Biaya Investasi + Biaya Total 3.3.2
Analisis biaya produksi Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi. Biaya dibedakan menjadi dua, yakni :
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
3.3.2.1 Biaya tetap (fix cost) Merupakan biaya yang tidak dipergunakan oleh produksi yang dihasilkan misalnya : gaji, sewa tempat, bunga hutang bank, pajak, penyusutan peralatan (depresiasi) Menurut Himawati, (2006) biaya tetap dapat dirumuskan sebagai berikut : TFC = FC x n Keterangan : TFC FC n
= Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap) = Fixed Cost (Biaya Tetap) = banyaknya input
3.3.2.2 Biaya tidak tetap (variable cost) Merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan (biaya operasional). Misalnya : komisi penjualan, baiya lembur, transport dan pakan ternak. Menurut Himawati, (2006) biaya variabel dapat dirumuskan sebagai berikut : TVC = VC x n Keterangan : TVC VC n
= Total Variable Cost (Total Biaya Variabel) = Variable Cost (Biaya Variabel) = Banyaknya unit
Akhirnya biaya produksi secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : TC = TFC + TVC Keterangan : TC TFC TVC
SKRIPSI
= Total Cost ( Total Biaya Produksi) = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap) = Total Variable Cost (Total Biaya Variabel)
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
3.3.2.3 Penyusutan (depresiasi) Biaya penyusutan ini meliputi biaya penysutan peralatan, kandang, gudang, pajak dan bunga bank. Menurut Himawati, (2006) biaya penyusutan dihitung sebagai berikut:
D=
Pb −Ps T
Keterangan : D Pb Ps T
3.3.3
= Depresiasi (Penyusutan) = Harga Beli (Rp) = Harga Jual (Rp) = Lama Pemakaian (Tahun)
Analisis penerimaan (revenue) Penerimaan merupakan hasil kali antara harga dengan total produksi.
Misalnya : Hasil penjualan telur, penjualan ayam afkir, penjualan kotoran ayam. Menurut Himawati, (2006) penerimaan dapat dituliskan sebagai berikut : TR = (p1 x Q) + (p2 x Q) + (p3 x Q) Keterangan : TR p1 p2 p3 Q
3.3.4
SKRIPSI
= Total revenue = Harga / Kg telur = Harga / Kg ayam afkir = Harga / Hasil samping (kotoran, karung, dll) = Tingkat Produksi
Analisis laba rugi
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
Himawati, (2006) Menjelaskan keuntungan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi dan secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : ∏ = TR – TC Keterangan : ∏
TR TC
3.3.5
= Keuntungan = Total Revenue = Total Cost
Analisis finansial
3.3.5.1 Return cost ratio (R/C) Soepranianondo dkk. (2013) Return Cost Ratio (R/C) adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk dan dapat dirumuskan sebagai berikut : R/C =
Total Penerimaan Penjualan Produk Total Biaya
Kriteria : R/C > 1 berarti usaha tersebut menguntungkan semakin besar nilai R/C semakin besar tingkat keuntungan yang diperoleh usaha tersebut.
3.3.5.2 Break even point (BEP) Munawir (2002) menjelaskan Break even point
(BEP) adalah teknik
analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan (titik impas usaha). BEP dapat dirumuskan sebagai berikut :
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
BEP (unit) =
Biaya produksi total
BEP (harga) =
Harga Jual Biaya produksi total Hasil produksi
3.3.5.3 Payback period (PP) Soepranianondo dkk. (2013) menjelaskan Payback priod atau periode pengembalian merupakan metode penelitian investasi yang menunjukkan jangka waktu investasi dapat tertutup kembali dari aliran kas bersih dan dapat dirumuskan sebagai berikut : PP =
Nilai Investasi Aliran Kas Bersih
x 1 tahun
Kriteria : Apabila investasi lebih pendek dari PP maksimum maka usul investasi diterima 3.3.5.4 Margin of safety (MoS) Munawir (2002) menjelaskan target penjualan yang telah dianggarkan manajemen memerlukan pula informasi mengenai jumlah maksimum penurunan target penjualan yang boleh terjadi agar perusahaan tidak mengalamai kerugian. Margin of safety atau batas keamanan usaha dihitung berdasarkan selisih antara target penjualan yang ditargetkan dengan nilai penjualan dengan titik inpas. MoS =
Penjualan − Penjualan BEP Penjualan
𝑥 100%
Kriteria :
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
Apabila Margin of Safety yang tinggi lebih baik dibandingkan dengan usaha yang mempunyai margin of safety yang rendah. 3.3.5.5 Rentabilitas Menurut Ranupandojo (1990) menjelaskan rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama satu periode tertentu. Analisis rentabilitas berguna untuk mengecek usaha berhasil dengan baik atau tidak. Rentabilitas Ekonomi =
Rentabilitas Usaha =
Laba Usaha Modal sendiri + Modal asing
Laba −bunga −pajak Modal sendiri
𝑥 100%
𝑥 100%
Kriteria persentase rentabilitas usaha adalah sebagai berikut : 1. Rentabilitas 1-25% termasuk dalam kategori buruk. 2. Rentabilitas 26-50% termasuk dalam kategori rendah. 3. Rentabilitas 51-75% termasuk dalam kategori cukup. 4. Rentabilitas 76-100% termasuk dalam kategori baik. 5. Rentabilitas 100% termasuk dalam kategori baik sekali.
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
3.4.
Skema Operasional Penelitian
Usaha Peternakan Ayam Petelur Purposive Sampling
Pola Kemitraan
Pola Mandiri
Pengambilan Data
Evaluasi
Proses Pengelolaan Analisis Finansial -
Modal/Investasi Biaya Produksi Penerimaan Keuntungan
Analisis Usaha - BEP - Margin of Safety - Return Cost Ratio - Payback Period - Rentabilitas
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
Tidak Layak
Layak Hasil Kesimpulan
Gambar 3.1 : Alur operasional penelitian.
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1
Keadaan Umum Daerah Penelitian Kabupaten Blitar merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi
Jawa Timur dari 38 kabupaten/kota, berada di sebelah selatan Khatulistiwa. Kabupaten Blitar terletak pada 111°40¹-112°10¹ Bujur Timur dan 7°58¹-8°9¹51¹¹ Lintang Selatan. Batas daerah Kabupaten Blitar, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang, sebelah timur
berbatasan
dengan Kabupaten Malang. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri. Berdasarkan segi topografi, Kabupaten Blitar merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian
rata-rata di atas 100 meter di atas
permukaan air laut. Luas wilayah Kabupaten Blitar 1.588,79 Km2, terbagi menjadi 22 kecamatan, 28 kelurahan dan 220 desa (Pemerintah Kabupaten Blitar, 2011). Kanigoro merupakan kecamatan di Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Wilayah Kanigoro bagian utara berbatasan degan Kecamatan Garum, bagian selatan berbatasan dengan Kec. Lodoyo, bagian barat berbatasan dengan Kota Blitar dan bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Talun (Pemerintah Kabupaten Blitar, 2014)
4.2
Profil Peternak Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kanigoro dan Kecamatan Talun
diperoleh bahwa peternakan ayam petelur menggunakan enam sampel peternak, 31 SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
dengan rincian tiga peternak mandiri dan tiga peternak kemitraan. Semua peternak berjenis kelamin laki-laki, sampel dimisalkan peternak mandiri ke-1,2 dan 3 dan peternak kemitraan ke-1,2, dan 3. Peternakan mandiri ke-1 CV. Taruna Jaya Farm direkturnya Bapak Nurhadi umur 46 tahun, lama beternak 24 tahun dan jumlah populasi 101.352 ekor. Peternak mandiri ke-2 UD. Family Farm direkturnya Bapak Ibnu umur 43 tahun, lama beternak 20 tahun dan jumlah populasi 50.160 ekor. Peternak Mandiri ke-3 UD. Arkaloka Farm direkturnya Bapak Imam Syafa’at umur 56 tahun lama beternak 26 tahun dan jumlah populasi 25.368 ekor. Peternak kemitraan ke-1 milik Bapak H. Imam berasal dari desa sambong Kec. Kanigoro yang berumur 47 tahun, pekerjaan utama wiraswasta, lama beternak 5 tahun dengan populasi 4.038 ekor. Peternak Kemitraan ke-2 milik Bapak H. Kirom berasal dari Desa Tulungrejo Kecamatan Talun yang berumur 53 Tahun, pekerjaan utama wiraswasta, lama beternak 3 tahun dengan populasi 3.156 ekor. Peternak kemitraan ke-3 milik Bpk Fuad Fatoni berasal dari desa Jajar Kecamatan Kanigoro yang berumur 27 tahun, pekerjaan utama mahasiswa, lama berternak 2 tahun dengan populasi 3.384 ekor. Data peternak ayam petelur mandiri dan kemitraan di Kabupaten Blitar tersedia pada Lampiran 2.
4.3
Investasi / Modal Biaya investasi yang ada pada peternakan ayam petelur dikeluarkan pada
saat usaha akan dijalankan. Biaya investasi yang dikeluarkan pada awal pendirian usaha mengalami penyusutan tiap tahunnya dengan proporsi yang berbeda. Penyusutan barang-barang investasi dipengaruhi umur teknis yang mampu
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
diperoleh dari masing-masing barang investasi. Dasar penentuan umur teknis adalah lama tingkat pakai kemampuan barang untuk masih layak digunakan (Saputra, 2011). Menurut Prawirokusumo yang dikutip oleh Soepranianondo dkk.(2013) investasi disebut juga modal dalam usaha, merupakan dana awal untuk memulai usaha. Menurut sifatnya modal terbagai menjadi modal tetap dan modal kerja/tidak tetap. Biaya yang termasuk dalam modal tetap meliputi tanah, kandang, peralatan, ayam petelur, gudang, kendaraan, dan mesin pakan. Biaya yang termasuk modal tidak tetap meliputi pakan, obat, vaksin, sewa tanah, PBB, listrik dan telpon, bahan bakar, biaya pemasaran, konsumsi pekerjaan dan gaji tenaga kerja. Data secara lengkap pada Tabel 4.1 untuk peternakan mandiri. Peternakan mandiri lebih besar modal investasinya dari kemitraan, dari keseluruhan modal
pada peternakan
25% pinjam dari bank dan sisanya 75%
merupakan modal pribadi. Kebutuhan total modal terdiri dari modal tetap 84,87% dan modal tidak tetap 15,13%. Ternak merupakan persentase terbesar dari keseluruhan modal usaha yaitu 45,22% dikarenakan peternak mandiri lebih memilih langsung membeli pullet dari pada memelihara dari DOC. Biaya pakan masuk modal paling besar dalam modal tidak tetap yaitu 12,50%.
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
Tabel 4.1. Rincian Modal Peternakan Mandiri di Kabupaten Blitar No
Jenis
I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 12
Modal Tetap
Ke-1 (Rp) 101352
Tanah Ayam Kandang Peralatan Gudang Telur Gudang Pakan Bangunan Kantor dan obat Mesin Pencampur Pakan Meisn Pemecah Jagung Kendaraan Baterai Tempat minum (nipple) Tempat pakan Peralatan dan Perlengkapan JUMLAH MODAL TETAP II Modal Tidak Tetap 1 Pakan 2 Gaji Tenaga Kerja 3 Vaksin dan Obat-obatan 4 Sewa Tanah 5 PBB 6 Listrik dan Telpon 7 Bahan Bakar 8 Biaya Pemasaran 9 Konsumsi Pekerjaan 10 Biaya Lain-lain JUMLAH BIAYA TIDAK TETAP TOTAL MODAL
SKRIPSI
Peternakan Mandiri Ke-2 (Rp) Ke-3 (Rp) 50160 25368
1.885.256.000 998.250.000 5.422.332.000 2.683.560.000 1.485.000.000 728.000.000 55.000.000 35.000.000 75.000.000 48.000.000 60.000.000 40.000.000 30.000.000 0 35.000.000 35.000.000 15.000.000 12.000.000 230.000.000 180.000.000 508.200.000 196.560.000 151.250.000 71.500.000 38.500.000 18.200.000 46.500.000 36.500.000 10.037.038.000 5.082.570.000
620.500.000 1.357.188.000 391.500.000 25.000.000 0 32.500.000 0 30.000.000 0 0 102.060.000 37.125.000 9.450.000 35.150.000 2.640.473.000
% 16,75% 45,22% 12,45% 0,55% 0,59% 0,63% 0,14% 0,48% 0,13% 1,96% 3,86% 1,24% 0,32% 0,56% 84,87%
1.461.600.000 30.600.000 181.866.000 0 350.000 2.500.000 1.250.000 110.410.335 5.100.000 3.500.000
740.952.000 15.000.000 86.700.000 4.500.000 280.000 1.800.000 800.000 39.030.750 2.500.000 3.000.000
413.100.000 12,50% 7.000.000 0,25% 43.030.000 1,49% 4.780.000 0,04% 200.000 0,00% 1.350.000 0,03% 0 0,01% 0 0,71% 1.250.000 0,04% 2.500.000 0,04%
1.797.176.335
894.562.750
473.210.000 15,13%
11.834.214.335 5.977.132.750
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
3.113.683.000
M. ZUHDI IRHAMNI
100%
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
Hasil penelitian rincian modal peternakan kemitraan ditunjukkan secara rinci pada Tabel 4.2. modal untuk ayam lebih kecil dibanding dengan peternakan mandiri, karena pemeliharaan mulai dari DOC. Tabel 4.2. Rincian Modal Peternakan Kemitraan di Kabupaten Blitar No
Jenis
I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 12
Modal Tetap
Peternakan Kemitraan Ke-1 (Rp) Ke-2 (Rp) Ke-3 (Rp) 4038 3156 3384
Tanah Ayam Kandang Peralatan Gudang Telur Gudang Pakan Bangunan Kantor dan obat Mesin Pencampur Pakan Meisn Pemecah Jagung Kendaraan Baterai Tempat minum (nipple) Tempat pakan Peralatan dan Perlengkapan JUMLAH MODAL TETAP II Modal Tidak Tetap 1 Pakan 2 Gaji Tenaga Kerja 3 Vaksin dan Obat-obatan 4 Sewa Tanah 5 PBB 6 Listrik dan Telpon 7 Bahan Bakar 8 Biaya Pemasaran 9 Konsumsi Pekerjaan 10 Biaya Lain-lain JUMLAH BIAYA TIDAK TETAP TOTAL MODAL
SKRIPSI
22,21% 6,04% 18,11% 1,68% 0,00% 10,70% 0,00% 6,47% 2,19% 0,00% 4,56% 1,78% 0,45% 5,46% 79,09%
84.500.000 23.420.400 70.000.000 6.250.000 0 35.000.000 0 0 10.000.000 0 18.900.000 6.875.000 1.750.000 19.075.000 275.770.400
58.250.000 17.673.600 58.000.000 5.500.000 0 40.000.000 0 35.000.000 12.000.000 0 11.760.000 5.500.000 1.400.000 18.250.000 257.833.600
67.068.000 2.200.000 10.000.000 0 80.000 890.000 0 0 200.000 1.000.000
52.992.000 750.000 6.650.000 0 60.000 759.000 0 0 150.000 750.000
57.528.000 17,67% 750.000 0,37% 6.825.000 2,34% 0 0,00% 50.000 0,02% 560.000 0,22% 0 0,00% 0 0,00% 150.000 0,05% 750.000 0,25%
81.438.000
62.111.000
66.613.000 20,91%
357.208.400
319.944.600
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
80.500.000 19.627.200 54.000.000 5.000.000 0 32.500.000 0 30.000.000 0 0 15.120.000 5.500.000 1.400.000 17.575.000 261.222.200
%
327.835.200
M. ZUHDI IRHAMNI
100%
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.4
36
Analisis Struktur Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Peternakan memerlukan analisis usaha yang bertujuan untuk mengetahui
kelayakan dan keuntungan usaha. Menganalisis suatu usaha perlu mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan. Biaya produksi adalah semua pengeluaran untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang produksi oleh peternak. Beberapa jenis biaya yang dikeluarkan oleh usaha peternakan baik mandiri maupan kemitraan yaitu biaya tetap, dan biaya tidak tetap. Biaya tetap antara lain biaya penyusutan, sewa tanah, dan bunga modal. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan antara lain biaya pembelian pakan, pembelian obat, dan pembayaran listrik dan telpon. Berdasarkan perhitungan tersebut data disajikan pada Tabel 4.3 untuk peternakan mandiri.
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
Tabel 4.3. Rincian Biaya Produksi Peternakan Mandiri di Kabupaten Blitar Selama 1 Bulan Peternakan Mandiri Ke-1 (Rp) Ke-2 (Rp) Ke-3 (Rp)
No
Jenis
I 1 2 3 4 5
Biaya Tetap Penyusutan Ternak (pullet) Bangunan kandang Baterei Tempat minum Tempat pakan Mesin pemecah jagung Mesin pencampur pakan Kendaraaan Bangunan gudang pakan Bangunan gudang telur Bangunan kantor + ruang obat Perlatan dan perlengkapan Sewa Tanah PBB Bunga Modal Gaji Tenaga Kerja Total biaya tetap Biaya tidak tetap Pakan Vaksin, obat-obatan dan desinvektan Listrik dan telpon Bahan bakar Biaya pemasaran Konsumsi pekerja Biaya lain-lain Total biaya tidak tetap Total Biaya
II 1 2 3 4 5 6 7
130.135.968 4.900.500 1.778.700 847.000 215.600 70.500 164.500 805.000 198.000 247.500 99.000 423.150
64.405.440 2.402.400 687.960 400.400 101.920 56.400 164.500 630.000 132.000 158.400
32.572.512 1.291.950 357.210 207.900 52.920
%
0 350.000 19.526.454 30.600.000 190.361.872
0 332.150 4.500.000 280.000 17.931.398 15.000.000 107.182.968
0 0 319.865 4.780.000 200.000 9.341.049 7.000.000 56.371.656
6,57% 0,25% 0,08% 0,04% 0,01% 0,00% 0,01% 0,04% 0,01% 0,01% 0,00% 0,03% 0,27% 0,02% 1,35% 1,52% 10,24%
1.461.600.000
740.952.000
413.100.000
75,68%
181.866.000
86.700.000
43.030.000
9,02%
2.500.000 1.250.000 110.410.335 5.100.000 3.500.000 1.766.226.335 1.956.588.207
1.800.000 800.000 39.030.750 2.500.000 3.000.000 874.782.750 981.965.718
1.350.000
0,16% 0,06% 4,32% 0,26% 0,26% 89,76% 100,00%
0 141.000 0 107.250
0 0 1.250.000 2.500.000 461.230.000 517.601.656
Hasil penilitian rincian biaya produksi peternakan kemitraan disediakan pada Tabel 4.4. Biaya pakan meurpakan komponen terbesar dalam biaya produksi yakni sebesar 83,07% dari keseluruhan biaya produksi selama satu bulan.
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
Tabel 4.4. Rincian Biaya Produksi Peternakan Kemitraan di Kabupaten Blitar Selama 1 Bulan Peternakan Kemitraan Ke-1 (Rp) Ke-2 (Rp) Ke-3 (Rp)
No
Jenis
I 1 2 3 4 5
Biaya Tetap Penyusutan Ternak (pullet) Bangunan kandang Baterei Tempat minum Tempat pakan Mesin pemecah jagung Mesin pencampur pakan Kendaraaan Bangunan gudang pakan Bangunan gudang telur Bangunan kantor + ruang obat Perlatan dan perlengkapan Sewa Tanah PBB Bunga Modal Gaji Tenaga Kerja Total biaya tetap Biaya tidak tetap Pakan Vaksin, obat-obatan dan desinvektan Listrik dan telpon Bahan bakar Biaya pemasaran Konsumsi pekerja Biaya lain-lain Total biaya tidak tetap Total Biaya
II 1 2 3 4 5 6 7
562.090 231.000 66.150 38.500 9.800 47.000
%
424.166 191.400 41.160 30.800 7.840 56.400 164.500
471.053 178.200 52.920 30.800 7.840
0 132.000
0 107.250
0 0 173.583
0 0 166.075
0 0 159.933
0 80.000
0 60.000
0 50.000
0 2.200.000 3.523.622
0 750.000 2.024.341
0 750.000 1.948.995
0,68% 0,28% 0,07% 0,05% 0,01% 0,05% 0,14% 0,00% 0,17% 0,00% 0,00% 0,23% 0,00% 0,09% 0,00% 1,73% 3,51%
67.068.000
52.992.000
57.528.000
83,07%
10.000.000
6.650.000
6.825.000
10,98%
890.000
759.000
560.000
0 0 200.000 1.000.000 79.158.000 82.681.622
0 0 150.000 750.000 61.301.000 63.325.341
0 0 150.000 750.000 65.813.000 67.761.995
1,03% 0,00% 0,00% 0,23% 1,17% 96,49% 100,00%
0 0 115.500
0 141.000
Hasil penelitian perhitungan biaya produksi per-kg telur dan per-ekor ayam selama satu bulan ditampilkan pada Tabel 4.5. untuk peternakan mandiri.
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
Tabel 4.5. Total Biaya Produksi Per-kg Telur (telur utuh) dan Per-ekor Ayam Selama Satu Bulan Peternakan Mandiri No
Keterangan
1 2 3 4 5
Total biaya produksi (Rp) Rata-rata jumlah ayam (ekor) Total produksi telur utuh (kg) Biaya produksi per ekor (Rp) Biaya produksi per kg telur utuh (Rp)
Peternakan Mandiri Ke-1 Ke-2 Ke-3 1.956.588.207 981.965.718 517.601.656 101.352 50.160 25.368 157.729 78.062 39.479 19.305 19.577 20.404 12.405 12.579 13.111
Peternakan kemitraan pengeluaran biaya produksi selama satu bulan disajikan pada Tabel 4.6. dari keseluruhan biaya produksi baik biaya produksi telur utuh, dan produksi per ekor. Peternakan kemitraan biaya produksinya lebih besar daripada peternakan mandiri. Tabel 4.6. Total Biaya Produksi Per-kg Telur (telur utuh) dan Per-ekor Ayam Selama Satu Bulan Peternakan Kemitraan No
Keterangan
1 2 3 4 5
Total biaya produksi (Rp) Rata-rata jumlah ayam (ekor) Total produksi telur utuh (kg) Biaya produksi per ekor (Rp) Biaya produksi per kg telur utuh (Rp)
Peternakan Kemitraan Ke-1 Ke-2 Ke-3 82.681.622 63.325.341 67.761.995 4.038 3.156 3.384 6.284 4.912 5.266 20.476 20.065 20.024 13.157 12.893 12.867
Asnawi (2009), menyatakan bahwa penerimaan usaha peternakan layer diperoleh setelah hasil produksi dijual yaitu bersumber dari penjualan telur, ayam afkir, dan pupuk kandang. penerimaan dan keuntungan peternak mandiri dan kemitraan di Kabupaten Blitar selama 1 bulan disajikan pada Tabel 4.7. untuk peternakan mandiri dan 4.8. untuk kemitraan. Data lebih lengkap tersedia pada Lampiran 3 sampai 7. Penerimaan meliputi produksi telur, penjualan ayam afkir
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
dan penjualan pupuk kandang. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.7. untuk peternakan mandiri. Tabel 4.7. Total Penerimaan Usaha Peternakan Mandiri Ayam Petelur di Kab. Blitar No
Jenis
1
Penjualan Telur utuh Penjualan telur retak dan cangkang putih
2 3 4
Penjualan ayam afkir Penjualan pupuk kandang Penerimaan dari penjualan telur Total penerimaan
Peternakan Mandiri % Ke-1 (Rp) Ke-2 (Rp) Ke-3 (Rp) 2.276.030.192 1.118.621.295 556.653.195 86,25% 181.388.408
71.816.580
40.860.713
6,42%
185.812.000 91.960.000 46.508.000 7,08% 6.600.000 3.600.000 1.200.000 0,25% 2.457.418.599 1.190.437.875 597.513.908 92,67% 2.649.830.599 1.285.997.875 645.221.908 100%
Berdasarkan perhitungan penerimaaan, untuk peternakan kemitraan disajikan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Total Penerimaan Usaha Peternakan Kemitraan Ayam Petelur di Kab. Blitar No
Jenis
1
Penjualan Telur utuh Penjualan telur retak dan cangkang putih
2 3 4
Penjualan ayam afkir Penjualan pupuk kandang Penerimaan dari penjualan telur Total penerimaan
Peternakan Kemitraan % Ke-1 (Rp) Ke-2 (Rp) Ke-3 (Rp) 87.349.511 66.796.740 71.095.725 85,39% 8.672.110
3.388.952
7.403.000 600.000 96.021.621 104.024.621
5.786.000 480.000 70.185.692 76.451.692
5.450.672
6,64%
6.204.000 7,35% 540.000 0,61% 76.546.397 92,03% 83.290.397 100%
Tabel 4.7 dan 4.8. menjelaskan pendapatan kotor dari peternakan mandiri dan kemitraan selama satu bulan, dari penerimaan / keuntungan kotor dapat diperoleh pendapatan bersih dengan dikurangai total biaya produksi dan pajak bulanan. Diperoleh keuntungan bersih selama satu bulan, secara rinci ditampilkan pada Table 4.9 untuk peternakan mandiri
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
Tabel 4.9. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Peternak Mandiri Selama Satu Bulan No 1 2 3 4 5 6
Keterangan Total Penerimaan Total Biaya Keuntungan sebelum pajak Pajak Pendapatan (30% setahun) Pajak Bulanan Pendapatan sesudah pajak
Peternakan Mandiri Ke-1 (Rp) Ke-2 (Rp) 2.649.830.599 1.285.997.875 1.956.588.207 981.965.718 693.242.392 304.032.157 207.972.718 91.209.647 17.331.060 7.600.804 675.911.333 296.431.353
Ke-3 (Rp) 645.221.908 517.601.656 127.620.252 38.286.076 3.190.506 124.429.746
Pendapatan bersih untuk peternakan kemitraan selama satu bulan disajikan di Tabel 4.10, karena peternakan kemitraan termasuk dalam kategori peternakan rakyat sehingga dalam setiap bulannya tidak dibebani biaya pajak. Tabel 4.10. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Peternak Kemitraan Selama Satu Bulan No 1 2 3 4 5 6
Keterangan Total Penerimaan Total Biaya Keuntungan sebelum pajak Pajak Pendapatan (30% setahun) Pajak Bulanan Pendapatan sesudah pajak
4.5
Peternakan Kemitraan Ke-1 (Rp) Ke-2 (Rp) 104.024.621 76.451.692 82.681.622 63.325.341 21.342.999 13.126.351 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 21.342.999 13.126.351
Ke-3 (Rp) 83.290.397 67.761.995 15.528.402 Tidak Ada Tidak Ada 15.528.402
Analisis Finansial Analisis finansial digunakan untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha
peternakan mandiri dan kemitraan di Kabupaten Blitar untuk dilanjutkan. Modal untuk peternak mandiri ke-2 dan ke-3 pinjaman dari bank selama 2 tahun dengan rincian 25% dari total modal dan modal sendiri sebesar 75% dari total modal, sedangkan peternak ke-1 pinjam bank hanya 20% dari total modal diangsur selama 1 tahun. Peternak kemitraan memperoleh modal dari perusahaan inti dan modal sendiri. Pada hasil analisis finansial meliputi Return Cost Ratio (R/C),
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
Break Even Point (BEP), Margin of Safety, Data analisis finansial tersedia pada Tabel 4.11. Tabel 4.11. Nilai Return Cost Ratio R/C, Break Even Point (BEP), Margin of Safety Peternakan Mandiri dan Kemitraan di Kabupaten Blitar No 1 2 3 4 1 2 3 4
Peternak Peternak Mandiri Ke - 1 Ke - 2 Ke - 3 Rata-rata Peternak Kemitraan Ke - 1 Ke - 2 Ke - 3 Rata-rata
BEP Harga (Rp)
R/C
Unit (kg)
Margin of Safety (%)
1,3543 1,3096 1,2466 1,3035
Rp Rp Rp Rp
12.405 12.579 13.111 12.698
135.592 68.525 36.709 80.275
14% 12% 7% 11%
1,2581 1,2073 1,2292 1,2315
Rp Rp Rp Rp
13.157 12.893 12.867 12.972
5.948 4.656 5.019 5.208
5% 5% 5% 5%
Hasil penelitian Analisis finansial dengan variabel Payback Period (PP) dan Rentabilitas pada peternakan mandiri dan kemitraan disajikan pada Tabel 4.12. Tabel 4.12. Nilai Rentabilitas, dan Paybak Period (PP) Peternakan Mandiri dan Kemitraan di Kabupaten Blitar No
Peternak
Peternak Mandiri 1 Ke - 1 2 Ke - 2 3 Ke - 3 4 Rata-rata Peternak Kemitraan 1 Ke - 1 2 Ke - 2 3 Ke - 3 4 Rata-rata
SKRIPSI
1 tahun 4 bulan 1 tahun 7 bulan 1 tahun 11 bulan 1 tahun 7 bulan
Rentabilitas Modal Sendiri Ekonomi (%) (%) Bulan Bulan Tahun Tahun 6,25% 75,00% 5,33% 63,96% 5,00% 60,00% 4,12% 49,44% 4,10% 49,20% 3,33% 39,96% 5,12% 61,40% 4,26% 51,12%
1 tahun 5 bulan 2 tahun 1 tahun 9 bulan 1 tahun 8 bulan
5,97% 4,10% 4,74% 4,94%
Payback Period
71,64% 49,20% 56,88% 59,24%
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
5,38% 3,69% 4,26% 4,44%
64,56% 44,28% 51,12% 53,32%
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1
Investasi / Modal Modal sangat penting untuk memulai usaha peternakan ayam petelur.
Modal dalam usaha pternakan meliputi modal tetap dan modal kerja/tidak tetap. Hasil dari penelitian modal tetap 84,87% dari total rata-rata modal peternakan mandiri, sedangkan peternakan kemitraan 79,09% dari total rata-rata modal. Modal kerja / tidak tetap yaitu 15,13% dari total modal rata-rata peternakan mandiri, sedangkan peternakan kemitraan 20,91% dari total modal rata-rata.. Ternak / ayam merupakan persentase terbesar dari keseluruhan modal usaha peternakan mandiri, yaitu 43,43% dari total rata-rata modal, sedangkan pakan masuk modal yang paling besar dalam modal tidak tetap yaitu 12,50% dari total rata-rata modal. Keseluruhan modal tersebut untuk peternakan mandiri 10-25% modal pinjaman dari bank 75-90% modal pribadi, sedangkan modal untuk peternak kemitraan diperoleh dari peternakan inti dan modal sendiri. Sistem hutang peternakan kemitraan diangasur dengan menjual produk ternaknya (telur, ayam afkir dan pupuk kandang) ke peternakan/perusahaan inti. Perbandingan modal antara peternakan mandiri dengan kemitraan jauh lebih besar modal yang dikeluarkan peternakn mandiri, karena peternak mandiri lebih lengkap infrastrukturnya baik bangunan dan kendaraan. Bangunan gudang peternak mandiri lebih lengkap peralatannya yakni mesin pemecah jagung dan mesin pencampur pakan, gudang penyimpanan telur dengan pakan berbeda. Peternakan mandiri ke-1 dan ke-2 memiliki kendaraan sendiri untuk memasarkan telurnya ke
43 SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
luar kota antara lain Surabaya, Jakarta, Tasikmalaya, Malang, Kalimantan dan Papua, sedangkan peternakan mandiri ke-3 memasarkan telurnya dengan melihat daya tawar pembeli yang tinggi dibanding pembeli yang lain.
5.2
Analisis Struktur Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Analisis kelayakan usaha peternakan harus mengetahui rincian biaya-biaya
yang dikeluarkan maupun yang diterima agar dapat menghitung keuangan yang diperoleh dalam suatu usaha peternakan. Hasil penelitian menunjukkan pakan merupakan biaya terbesar yaitu 75,68% - 83,07% dari total rata-rata biaya yang dibutuhkan baik peternakan mandiri maupun kemitraan. Biaya penyusutan ternak merupakan biaya terbesar pada penggunaan biaya tetap yaitu 6,57% dari total rata-rata biaya produksi ternak mandiri, sedengan peternakan kemitraan biaya untuk ternak hanya sebesar 0,68% dari rata-rata total biaya produksi ternak kemitraan. Perbedaan biaya susut ayam antara peternakan kemitraan dan mandiri disebabkan peternak kemitraan memelihara mulai dari DOC bukan beli langsung pullet. Biaya pemasaran merupakan biaya yang digunakan untuk memasarkan produk telur normal. Petenakan mandiri ke-1 hasil telurnya dipasarkan ke Jakarta, Tasikmalaya, Sukabumi, Kalimantan dan Irian Jaya setiap hari sekali atau dua hari sekali tergantung permintaan. Sehingga dalam pengriman diperlukan biaya transportasi yaitu sebesar Rp. 550,-/kg telur dan biaya egg tray karton untuk wadah telur Rp. 150,-/kg telur, jadi biaya total pemasaran setiap 1 kg telur sebesar Rp. 700,- dimana dalam satu bulan peternak mandiri ke-1 memasarkan telur sebanyak 157.729 kg telur maka dalam satu bulan total biaya pemasaran Rp.
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
110.410.335,-. Peternakan mandiri ke-2 karena penjualan telurnya hanya lingkup Jawa Timur yaitu Malang dan Surabaya, sehingga biaya pemasarannya setiap 1 kg telur sebesar Rp. 500,- dimana dalam satu bulan produksinya 78.062 kg telur maka dalam satu bulan total biaya pemasaran sebesar Rp. 39.030.750,-. Peternakan yang lain untuk biaya pemasarannya tidak ada karean langsung diambil pedagang dan perusahaan inti untuk peternakan kemitraan. Penerimaan tertinggi pada usaha peternakan ayam petelur adalah penjualan telur (telur utuh, telur retak dan cangkang putih) yang merupakan produksi utama. Produksi telur mampu menghasilkan penerimaan sebesar 92,67% dari total rata-rata penerimaan peternak mandiri, sedangkan peternak kemitraan memperoleh penerimaan penjualan telur sebesar 92,03% dari total rata-rata penerimaan. Penjualan ayam afkir selama satu bulan untuk peternakan mandiri memperoleh 7,08% dari total rata-rata penerimaan peternakan mandiri, untuk peternakan kemitraan 7,35% dari total rata-rata penerimaan. Penjualan pupuk kandang
selama satu bulan dapat mencapai 0,25% dari total penerimaan
peternakan mandiri dan 0,61% untuk peternakan kemitraan. Berdasarkan hasil tersebut penerimaan peternakan mandiri ke-1 Rp. 2.649.830.599, peternakan mandiri ke-2 Rp. 1.285.997.875 dan peternakan mandiri ke-3 Rp. 645.221.908, sedangkan total penerimaan untuk peternakan kemitraan ke-1 Rp. 104.024.621, peternakan kemitraan ke-2 Rp. 76.451.692 dan Peternakan kemitraan ke-3 Rp. 83.290.397. Keuntungan atau pendapatan pada usaha peternakan ayam petelur baik mandiri maupun kemitraan merupakan selisih antara penerimaan total dengan
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
biaya total produksi yang dikeluarkan. Hasil penelitian menunjukkan keuntungan peternak selama satu bulan sebelum pajak. Keuntungan peternak mandiri ke-1 Rp. 693.242.392, peternak mandiri ke-2 Rp. 304.032.157 dan peternak mandiri ke-3 Rp. 127.620.252. Sedangkan keuntungan peternak kemitraan ke-1 Rp. 21.342.999, peternak kemitraan ke-2 Rp. 13.126.351 dan peternak kemitraan ke-3 Rp. 15.528.402. Keuntungan peternak mandiri sebesar tersebut maka dikenakan pajak sebesar 30% per tahun. Persentase pajak tersebut berdasarkan pendapatan usaha peternakan mandiri (CV. Taruna Jaya Farm, UD. Family Farm dan UD Arkaloka Farm) yang memungkinkan pendapatannya pertahun lebih dari 500 juta per tahun menurut direktorat jendral pajak dikenakan pajak pendapatan sebesar 30% per tahun. Sehingga untuk pajak pendapatan peternak mandiri selama sebulan sebesar Rp. 17.331.060 maka keuntungan setelah pajak Rp. 675.911.333 pada peternak mandiri ke-1, pada peternak mandiri ke-2 pajak pendapatan sebulan sebesar Rp. 7.600.804 maka keuntungan setelah pajak Rp. 296.431.353, dan pada peternakan mandiri ke-3 pajak pendapatan sebulan sebesar Rp. 3.190.506 maka keuntungan setelah pajak Rp. 124.429.746. Peternakan kemitraan tidak dikenakan pajak karena masuk dalam kategori peternakan rakyat.
5.3
Analisis Finansial Selain analisis struktur biaya, penerimaan dan keuntungan diperlukan juga
analisis finansial yang digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha baik peternakan mandiri maupun peternakan kemitraan di Kabupaten Blitar. Analisis
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
finansial terdiri dari return cost ratio,break even point, margin of safety, payback period dan rentabilitas.
5.3.1.
Return cost ratio (R/C) Analisis return cost ratio atau dikenal dengan perbandingan antara
penerimaan dan biaya. Suatu usaha dinyatakan layak atau masih dalam tingkat efisiensi apabila nilai R/C ratio lebih dari satu yang artinya nilai penerimaan sama lebih besar dari total biaya, maka semakin besar R/C ratio makan semakin besar pula tingkat efisiensi suatu perusahaan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai R/C ratio pada peternakan mandiri rata-ratanya 1,3035 sedangkan pada peternakan kemitraan nilai rata-rata R/C rationya 1,2315. Nilai R/C ratio lebih dari satu maka usaha tersebut dinyatakan menguntungkan atau layak untuk dikembangkan. Nilai rata-rata R/C ratio pada peternak mandiri sebesar 1,3035 dapat diartikan bahwa setiap penggunaan biaya produksi Rp. 1.000.000 akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.303.500. Nilai rata-rata R/C ratio peternak kemitraan sebesar 1,2315 artinya penggunaan biaya produksi Rp. 1.000.000 akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.231.500. Artinya tingkat efisiensi peternak mandiri lebih bagus daripada peternak kemitraan. Hasil penelitian Candra (2012) nilai dari return cost ratio dari usaha peternakan ayam peteur yaitu 1,16.
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.3.2.
48
Break even point (BEP) Break even point/BEP dapat diartikan suatu keadaan dalam operasi
perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Analisis BEP tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja akan tetapi analisis BEP mampu memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan (Munawir, 2002). Berdasarkan analisis dapat dilihat bahwa BEP produksi pada peternak mandiri ke-1, mandiri ke-2 dan mandiri ke-3 berturut-turut 135.592 kg, 68.525 kg dan 36.709 kg, sedangakn BEP produksi pada peternak kemitraan ke-1, ke-2 dan ke-3 berturut-turut 5.948 kg, 4.656 kg, dan 5.019 kg. Break even point harga penjualan telur utuh yaitu peternak mandiri ke-1, ke-2 dan ke-3 berturut-turt Rp. 12.405, Rp. 12.579 dan Rp. 13.111 dengan rata-rata BEP harga Rp. 12.698. Sedangkan BEP harga untuk peternak kemitraan ke-1, ke-2 dan ke-3 berturutturut Rp. 13.157, Rp. 12.893 dan Rp. 12.867 dengan rata-rata BEP harga Peternak kemitraan sebesar Rp. 12.972. Melalui BEP harga penjualan telur dapat disimpulkan, harga jual telur per-kg pada peternak kemitraan lebih besar dari peternak mandiri. Diperlukan penawaran harga lebih tinggi untuk memperoleh laba dan tidak menderita rugi pada peternak kemitraan. Tingginya BEP unit peternakan mandiri dibanding dengan kemitraan karena jumlah populasi dari peternakan mandiri yang lebih banyak dibanding peternakan kemitraan. Jumlah populasi yang banyak membutuhkan penjualan unit yang banyak pula untuk mencapai BEP.
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.3.3.
49
Margin of safety (MoS) Target penjualan yang telah dianggarkan manajemen memerlukan pula
informasi mengenai berapa jumlah maksimum penurunan target penjualan yang boleh terjadi agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Margin of safety atau batas keamanan usaha dihitung berdasarkan selisih antara target penjualan yang ditargetkan dengan nilai penjualan dengan titik impas. Usaha yang memiliki margin of safety yang besar lebih baik dibandingkan dengan usaha yang mempunyai margin of safety yang rendah, karena margin of safety menunjukkan indikasi atau memberikan gambaran kepada manajemen berapakah penurunan penjualan yang dapat ditolerir sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga memperoleh laba (Munawir, 2002). Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa nilai margin of safety yang paling tinggi pada peternak mandiri ke-1 yaitu 14%, peternak mandiri ke-2 yaitu 12% dan peternak mandiri ke-3 yaitu 7%, sehingga rata-rata margin of safety untuk peternakan mandiri sebesar 11%. Peternakan kemitraan nilai terendah margin of safety sama semua yaitu 5%. Nilai margin of safety peternak mandiri lebih baik dibanding dengan peternak kemitraan, karena penurunan penjualan yang ditolerir lebih besar. Hasil penelitian Candra (2012) nilai dari margin of safety dari usaha peternakan ayam petelur yaitu 6,74%. 5.3.4.
Payback period (PP) Berdasarkan hasil payback period usaha peternakan ayam petelur di
Kabupaten Blitar akan menutup modal yang akan ditanam pada peternak mandiri ke-1 dalam kurun waktu 1 tahun 4 bulan, peternak mandiri ke-2 dalam kurun 1
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
tahun 7 bulan, peternak mandiri ke-3 dalam kurun 1 tahun 11 bulan. Rata-rata periode pengembalian modal untuk peternak mandiri selama 1 tahun 7 bulan. Paybvak period untuk peternak kemitraan ke-1 kurun waktu 1 tahun 5 bulan, peternak kemitraan ke-2 kurun 2 tahun, peternak kemitraan ke-3 kurun waktu 1 tahun 9 bulan, sedangkan untuk rata-rata payback period peternak kemitraan selama 1 tahun 8 bulan. Hasil penelitian sebelumnya Metasari (2013) nilai dari payback period penelitian sebelumnya 1 tahun 5 bulan pada peternakan rakyat di Kecamatan Srengat. 5.3.5.
Rentabilitas Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata rentabilitas ekonomi
usaha peternakan ayam petelur mandiri sebesar 5,12% per-bulan atau sebesar 61,40% per-tahun. Rata-rata rentabilitas ekonomi usaha peternakan ayam petelur kemitraan sebesar 4,94% per-bulan atau sebesar 59,24% per-tahun. Perhitungan rata-rata rentabilitas modal sendiri usaha peternakan mandiri sebesar 4,26% perbulan atau sebesear 51,12%. Peternakan kemitraan rata-rata rentablitas modal sendiri sebesar 4,44% per-bulan atau 53,32% per-tahun. Menurut Tjiptoadinegoro (1989), nilai rentablitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri baik peternakan mandiri dan kemitraan termasuk dalam kategori cukup karena nilai rentabilitasnya diantara 51-75%. Hasil penelitian sebelumnya Candra (2012) nilai dari rentabilitas pada peternakan ayam petelur CV. Santosa Jaya Farm adalah sebesar 2,47% per bulan atau sebesar 29,59% per tahun untuk rentabilitas ekonomi, sedangkan nilai dari rentabilitas modal sendiri sebesar 3,29% per bulan atau sebesar 39,45% per tahun.
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa : 1.
Terdapat perbedaan pendapatan rata-rata pada peternakan mandiri dan kemitraan, peternakan mandiri lebih besar pendapatan rata-ratanya dibanding dengan pendapatan peternakan kemitraan.
2.
Peternakan mandiri dan kemitraan layak untuk dikembangkan karena R/C > 1, rata-rata BEP peternakan mandiri Rp. 12.698 rata-rata BEP peternakan kemitraan Rp. 12.972. Margin of safety peternakan mandiri lebih besar dibanding peternakan kemitraan, nilai rentabilitas termasuk dalam kategori cukup.
6.2. Saran 1. Pada peternakan pola mandiri dapat membuat konsentrat pakan sendiri (self mix), saat ini konsentrat pakan dapat diperoleh dengan membeli dari pabrik pakan. Diharapkan dengan membuat konsentrat sendiri biaya pakan lebih rendah dari biaya pakan yang sekarang ini, dimana biaya pakan sekarang ini mencapai 76,11% dari total biaya produksi. 2. Pada peternakan pola kemitraan cocok untuk peternak yang masih baru karena resikonya cenderung lebih rendah. Diharapkan setelah mengetahui pola beternak ayam petelur, peternak kemitraan dapat menjadi peternak mandiri karena memiliki daya tawar yang tinggi saat menjual produk telurnya 51
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
sehingga tidak harus menjual ke peternak inti yang harganya cenderung lebih rendah dibanding harga tawar distributor telur yang ada. Selain biasa memasarkan sendiri harapannya bisa menerapkan teknologi terbaru yaitu membuat konsentrat sendiri (self mix), sehingga biaya pakan bisa lebih efisen.
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
DAFTAR PUSTAKA Ardiansah, Y. 2012. Karya Ilmiah Peluang Bisnis Ayam Petelur. http://www.research.amikon.ac.id/index.php/STI/article/download/8552/6 881. [20 Maret 2015], Asnawi, A. 2009. Perbedaan Tingkat Keuntungan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Antara Sebelum dan Sesudah Memperoleh Kredit PT. BRI di Kabupaten Pinrang. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan, Vol.XIII(1), Januari 2009. Badan Pusat Statistik. 2015. Populasi Unggas Menurut Provinsi dan Jenis unggas (ribu ekor) 2000-2014. http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view /id/1512 [25 Maret 2015] Candra, S. Hari, D.U. dan Hartono, B. 2012 Analisis Ekonomi Usaha Ayam Petelur CV. Santosa Farm di Desa Kerjen Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar.[Skripsi] Universitas Brawijaya Dawami, A. 2012. Konsumsi Ayam dan Telur Penduduk Indonesia Masih Rendah. http://www.poskotanews.com/2012/10/12/konsumsi-ayam-dantelur penduduk-indonesia-masih-rendah/. [20 Maret 2015] Dinas Peternakan. 2014. Statistik Produksi Hasil Peternakan. Dinas Peternakan Jawa Timur. Surabaya. Harahap Syahlan. 2008. Perkembangan dan Produktifitas Lahan Karet Indonesia. Balai Penelitian Sungai Putih Harih. 2010. Biaya Produksi dan Penerimaan. http://harihsusanto.blogspot.com /2010 /03/biaya-produksi.html [25Maret 2015] Himawati, D. 2006. Analisis Resiko Finansial Usaha Peternakan Ayam Pedaging pada Peternakan Plasma Kemitraan KUD “Sari Bumi” di Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang. [Skripsi] Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang. Metasari, I. 2013. Analisis Usaha Pada Peternakan Rakyat Ayam Petelur Di Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar. Agro Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. 2 (1) Medion. 2011. Mengetahui Standar Produksi untuk Efisiensi Peternakan Ayam Petelur / Layer. http://www.dokterternak.com/2011/06/04/mengetahui standar-produksi-untuk-efisiensi-peternakan-ayam-petelur-layer-2/ [12 Februari 2015] SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
Menteri Pertanian. 1996. SK No. 472/Kpts/TN.330/6/96. Tentang Usaha Peternakan. Munawir, S. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta. Hal. 34. Muyantini, N.G.A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal: 33; 151; 163; 168-169. Pemerintah Kabupaten Blitar. 2011. Potensi Daerah Peternakan. Blitar. Http://www.Blitarkab.go.id/?p=865 [16 Maret 2015]. Prawesthirini, S., N. Harijani., A.T.S. Estoepangestie., Budiarto., H.P. Siswanto dan M.H. Effendi. 2011. Analisa Kualitas Susu, Daging, dan Telur (Cetakan ke-enam tahun 2011). Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Hal 65-66. Rahayu, H.S.I. 2003. Karakteristik Fisik, Komposisi Kimia dan Uji Organoleptik Telur Ayam Merawang Dengan Pemberian Pakan Bersuplemen Omega-3. Jurnal Teknol dan Industri Pangan, 14 (3) Rahmanto. 2012. Struktur Histologik Usus Halus dan Efisiensi Pakan Ayam kampung dan Ayam Broiler [Skripsi]. Universitas Negeri Yogyakarta. Ranupandojo, H. 1990. Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan. AMP YKPN. Yogyakarta. 3 (4) Rusli, R.K. 2011. Pemberian Campuran Dedak dan Ampas Tahu Fermentasi dengan Monaseus purpureus Terhadap Performa dan Kualitas Telur Ayam [Tesis]. Universitas Andalas. Salmawati. 2009. Budidaya Ayam Petelur [Proposal Usaha]. Universitas Muhammadiah Makassar. Safitri, B. 2009. Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung (Studi Kasus : Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) [Skripsi]. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor. Saputra, E.E. 2011, Analisis Kelayakan Investasi Peternakan Ayam Broiler Pada Kondisi Resiko (Studi Kasus : Peternakan Rakyat Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [Skripsi] Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Sarwanto, C. 2004. Kemitraan Produksi dan Pendapatan Peternak Rakyat Broiler (Studi Kasus di Keabupaten Jombang dan Sukoharjo). [Tesis] Magister Sains. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
Sejati, W.K. 2011. Analisis Kelembagaan Rantai Pasok Telur Ayam Ras Peternakan Rakyat di Jawa Barat. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. 9 (2). Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. SNI. 1995. Telur Ayam Konsumsi. LIPI. Dewan Standardisasi Nasional. Sudaryani, T. dan H. Santosa. 2003. Pembibitan Ayam Ras. PT. Penebar Swadaya. Depok. 59 (3). Suharno, B. 2000. Agribisnis Ayam Ras. PT. Penebar Swadaya. Depok. 59 (2) 2011. Struktru dan Komposisi Telur Konsumsi. Suharyanto. http://animalsciensce-info.blogspot. com/2011/03/struktur-dan-komposisitelur-konsumsi.html. [27 Maret 2015] Sulaiman A. dan S.N. Rahmatullah. 2011. Karakteristik Eksterior, Produksi dan Kualitas Telur Itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo) di Sentra Peternakan Itik Kalimantan Selatan. Bioscientiae Volume 8 Nomor 2 Halaman 46-61. Sumardjono, M. 1996. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Halaman 27. Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb Douglas. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Halaman 296. Soepranianondo, K., R. Sidik, D.S. Nazar, S. Hidanah, Pratisto dan S.H. Warsito. 2013. Buku Ajar Kewirausahaan. Pusat Peneribitan dan Percetakan Unair. Surabaya. Halaman 56. Sumartini. 2004. Kemitraan Agribisnis SertaPengaruhnya Terhadap Pernadapatan UsahaTernak Ayam Ras Pedaging (Studi Pada Kemitraan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Bandung).[Tesis] Institut Pertanian Bandung. Syukur, S.H. 2008. Analisis Break Event Point Usaha Peternakan Rakyat Ayam Petelur di Kecamatan Palu Selatan. Jurnal Agrisain Volume 9 Nomor 1 Halaman 41-49. Tjiptoadinegoro, R. 1989. Membahas dan Membaca Neraca Perusahaan. PT. Pradyna Paramitha. Jakarta. 3 (2).
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
Ucokaren. 2011. Analisis Data Ilmu Usaha Tani. http://sayangpetani. wordpress.com /2011/06/16/ analisis-data-ilmu-usahatani/ [30 Maret 2015] Warsito, S.H. 2010. Analisis Finansial, Resiko dan Sensitivitas Usaha Peternakan Ayam Petelur (Survei pada Kelompok Peternakan Gunungrejo Makmur Kabupaten Lamongan [Tesis]. Universitas Brawijaya. Wahyuningsih, R., SM. Kiptiyah dan H.M.I. Semaoen. 2008. Analisis Permintaan Telur Ayam di Jawa Timur. Agritek 16 (11). Yunus, 2009. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri Di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah [Tesis]. Universitas Diponegoro. Yuri, H. 2011. Ayam Petelur Unggul (white Leghorn). http://hannayuri.wordpress .com /2011/09/30/ayam-petelur-unggul-white-leghorn/. [14 Maret 2015]. Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Halaman 24-31.
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RINGKASAN Berbagai daerah di Jawa Timur yang memproduksi telur ayam ras terbanyak ada di Kabupaten Blitar. Sistem peternakan ayam ras petelur ada dua pola, peternakan pola mandiri dan peternakan pola kemitraan. CV. Taruna Jaya Farm, UD. Family Farm dan UD. Arkaloka Farm merupakan perusahaan di bidang peternakan ayam petelur pola mandiri. Peternakan pola kemitraan terdiri dari tiga peternak yaitu Imam Farm, Kirom Farm dan Fuad Farm. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menganalisis perbedaan pendapatan rata-rata usaha peternakan ayam ras petelur pola kemitraan dan mandiri di Kabupaten Blitar. 2) Menganalisis kelayakan peternakan ayam ras petelur pola kemitraan dan mandiri dengan dilihat dari investasi, analisis biaya produksi, penerimaan, laba / rugi,
dan analisis
finansial. Kelayakan diketahui dengan melihat Return Cost Ratio, Break Even Point, Payback Period, Margin of Safety dan Rentabilitas dari peternakan pola mandiri dan kemitraan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei sehingga mendapatkan data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dari beberapa sumber. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada peternak
dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Dinas Peternakan, Badan Pusat Statistik, dan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian. Hasil penelitian menunjukkan peternakan ayam petelur baik mandiri maupun kemitraan sudah layak untuk dikembangkan sebagai usaha yang mendatangkan hasil. Indikator kelayakan usaha bisa dilihat dari nilia return cost 56 SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
ratio yang lebih besar dari satu, dan nilai rentabilitas yang termasuk dalam kategori cukup. Dilihat dari tingkat kelayakan peternakan pola mandiri lebih efisien dibanding dengan peternakan pola kemitraan. Indikator dari tingkat efisiensi bisa dilihat dari biaya produksi untuk setiap satu kilogram telur peternakan mandiri lebih kecil dari pada kemitraan, selain biaya produksi harga jual produk telur untuk peternakan mandiri memiliki daya tawar yang tinggi daripada peternakan kemitraan. Dilihat dari analisis finansial nilai return cost ratio dan margin of safety peternakan mandiri lebih besar daripada peternakan kemitraan, sedangkan nilai break even point dan payback period peternakan mandiri lebih kecil nilainya dibanding dengan peternakan kemitraan. Kesimpulannya menunjukkan peternakan ayam petelur baik mandiri maupun kemitraan sudah layak untuk dikembangkan sebagai usaha yang mendatangkan hasil. Dilihat dari tingkat efisiensi peternakan pola kemitraan harus ditingkatkan lagi efisiensi produksinya. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang efisiensi peternakan kemitraan telur ayam ras di Kabupaten Blitar.
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 1. Kuisioner Survei Usaha Peternakan Rakyat Ayam Petelur Di Kabupaten Blitar Nama Peternakan
:
Pemilik Ternak
:
Umur Peternak
:
Alamat Peternakan
:
Jumlah Populasi
:
Lama Beternak
:
1. Modal berasal dari uang sendiri atau pinjam bank? Jawaban
:
2. Berapa pinjaman pokok beserta bunga dari bank? Jawaban
:
3. Berapa pajak per bulan? Jawaban
:
4. Model kandang terbuat dari bambu / kawat / lain-lain? Jawaban
:
5. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan kandang? Jawaban
:
6. Kandang dapat digunakan sampai berapa lama? Jawaban
:
7. Apa saya yang peralatan kandang yang digunakan ? Jawaban
:
8. Berapa biaya peralatan kandang yang dikeluarkan? Jawaban
:
9. Peralatan kandang dapat digunakan sampai berapa lama? Jawaban
:
10. Lahan yang digunakan untuk berternak ayam petelur sewa / milik sendiri ? Jawaban
:
11. Berapa harga sewa lahan / tanah untuk usaha peternakan? Jawaban
: 58
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
12. Ayam yang digunakan sebagai bibit berasal dari DOC/pullet? Jawaban
:
13. Berapa harga bibit ayam petelur setiap ekor? Jawaban
:
14. Menggunakan strain ayam apa dan berasal dari breeder mana? Jawaban
:
15. Berapa ayam yang mati setiap bulannya? Jawaban
:
16. Berapa karyawan yang diperkerjakan? Jawaban
:
17. Berapa gaji setiap karyawan? Jawaban
:
18. Menggunakan pakan komersial / mencampur sendiri? Jawaban
:
19. Memiliki gudang / tidak? Jawaban
:
20. Berapa biaya untuk membangun gudang? Jawaban
:
21. Gudang dapat digunakan sampai berapa lama? 22. Kebutuhan pakan (setiap bulan)? DOC
:
Starter
:
Grower
:
Layer
:
23. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pakan setiap bulannya?
SKRIPSI
Januari
:
Februari
:
Maret
:
April
:
Mei
:
Juni
:
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Juli
:
Agustus
:
September
:
Oktober
:
November
:
Desember
:
60
24. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk kesehatan ternak (vaksin, vitamin, antibiotik, anti parasit, anti cacing,desinfektan dan insektisida)? Jawaban
:
25. Biaya yang dikeluarkan untuk listrik, air, pemanas, litter, ongkos transportasi, telepon dan kemasan? Jawaban
:
26. Berapa harga kotoran ayam setiap karungnya? Jawaban
:
27. Berapa harga ayam afkir per kilogramnya atau per ekornya? Jawaban
SKRIPSI
:
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 2. Data Karakteristik Peternakan Ayam Petelur pola Mandiri dan Kemitraan di Kab. Blitar No
Keterangan
Nama Responden
Nama Peternakan
P. Mandiri Ke-1 H. Nurhadi CV. Taruna Jaya Farm Ke-2 Ibnu UD. Family Farm Ke-3 Imam Syafa'at UD. Arkaloka Farm P. Kemitraan 1 Ke-1 H. Imam Imam Farm 2 Ke-2 H. Kirom Kirom Farm 3 Ke-3 Fuad Fatoni Fuad Farm Sumber : Data primer diolah 2015 1 2 3
SKRIPSI
Ds. Jabung Ds. Jabung Ds. Jajar
L L L
46 43 56
Polisi Wiraswasta Wiraswasta
Lama Beternak (tahun) 24 20 26
Ds. Sambong Ds. Tulungrejo Ds. Jajar
L L L
47 53 27
Wiraswasta Wiraswasta Mahasiswaa
5 3 2
Alamat
Jenis Kelamin
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
Umur Pekerjaan Utama (tahun)
Populasi (ekor)
4038 3156 3384
101352 50160 25368
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 3. Rincian Biaya Pakan Fase Starter dan Grower Kemitraan di Kab. Blitar Selama 1 Tahun No 1 2
1 2
1 2
Pakan (fase) P. Kemitraan Ke-1 Starter Grower Jumlah P. Kemitraan Ke-2 Starter Grower Jumlah P. Kemitraan Ke-3 Starter Grower Jumlah
Periode (minggu)
Kebutuhan Pakan (kg)
Harga Pakan/kg (Rp)
1 - 6 minggu 6 - 18 minggu
3.448 17.121
Rp Rp
6.000 5.800
Rp Rp Rp
20.690.712 99.302.496 119.993.208
1 - 6 minggu 6 - 18 minggu
2.695 13.413
Rp Rp
6.100 5.850
Rp Rp Rp
16.440.866 78.466.050 94.906.916
1 - 6 minggu 6 - 18 minggu
2.890 14.348
Rp Rp
6.000 5.700
Rp Rp Rp
17.339.616 81.784.512 99.124.128
Total
62 SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4. Rincian Biaya Pakan Fase Layer Peternakan Pola Mandiri di Kab. Blitar Selama 1 Tahun 101352 50160 Peternakan Mandiri Ke-1 No
Bulan
1 Januari 2 Februari 3 Maret 4 April 5 Mei 6 Juni 7 Juli 8 Agustus 9 September 10 Oktober 11 Nopember 12 Desember Jumlah Rata-rata
Kebutuhan Pakan (kg)
351.695 351.645 352.670 352.815 352.850 352.750 352.724 352.651 351.645 352.149 351.144 351.498
Harga Pakan /kg (Rp)
4.200 4.100 4.300 4.250 4.250 4.150 4.100 4.100 4.100 4.100 4.050 4.100
Total (Rp)
1.477.119.000 1.441.744.500 1.516.481.000 1.499.463.750 1.499.612.500 1.463.912.500 1.446.168.400 1.445.869.100 1.441.744.500 1.443.810.900 1.422.133.200 1.441.141.800 17.539.201.150 1.461.600.096
Peternakan Mandiri Ke-2 Kebutuhan Pakan (kg)
176.545 176.495 177.520 177.663 177.686 177.552 177.474 177.316 176.013 176.218 174.215 174.118
Harga Pakan /kg (Rp)
4.350 4.200 4.400 4.250 4.250 4.200 4.150 4.200 4.200 4.150 4.000 4.000
Total (Rp)
767.970.750 741.279.000 781.088.000 755.067.750 755.165.500 745.718.400 736.517.100 744.727.200 739.254.600 731.304.700 696.860.000 696.472.000 8.891.425.000 740.952.083
25368 Peternakan Mandiri Ke-13
Kebutuhan Pakan (kg)
96.652 96.602 97.627 97.730 97.753 97.599 97.521 97.363 96.060 96.265 95.265 94.115
Harga Pakan /kg (Rp)
4.400 4.450 4.300 4.350 4.350 4.250 4.250 4.150 4.300 4.200 4.150 4.100
Total (Rp)
425.268.800 429.878.900 419.796.100 425.125.500 425.225.550 414.795.750 414.464.250 404.056.450 413.058.000 404.313.000 395.349.750 385.871.500 4.957.203.550 413.100.296
64 SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 5. Rincian Biaya Pakan Fase Layer Peternakan Pola kemitraan di Kab. Blitar Selama 1 Tahun 4038 3156 Peternakan Kemitraan Ke-1 No
Bulan
1 Januari 2 Februari 3 Maret 4 April 5 Mei 6 Juni 7 Juli 8 Agustus 9 September 10 Oktober 11 Nopember 12 Desember Jumlah Rata-rata
Kebutuhan Pakan (kg)
14.537 14.487 15.512 15.657 15.692 15.592 15.566 15.493 14.487 14.991 13.955 13.973
Harga Pakan /kg (Rp)
4.600 4.650 4.600 4.550 4.550 4.450 4.450 4.350 4.500 4.400 4.350 4.200
Total (Rp)
66.870.200 67.364.550 71.355.200 71.239.350 71.398.600 69.384.400 69.268.700 67.394.550 65.191.500 65.960.400 60.704.250 58.686.600 804.818.300 67.068.192
Peternakan Kemitraan Ke-2 Kebutuhan Pakan (kg)
11.362 11.312 12.337 12.480 12.503 12.369 12.291 12.133 10.830 11.235 10.232 10.179
Harga Pakan /kg (Rp)
4.500 4.750 4.700 4.650 4.650 4.550 4.550 4.450 4.600 4.500 4.450 4.400
Total (Rp)
51.129.000 53.732.000 57.983.900 58.032.000 58.138.950 56.278.950 55.924.050 53.991.850 49.818.000 50.557.500 45.532.400 44.787.600 635.906.200 52.992.183
3384 Peternakan Kemitraan Ke-2
Kebutuhan Pakan (kg)
12.182 12.124 13.149 13.252 13.275 13.121 13.043 12.885 11.882 12.075 11.095 10.981
Harga Pakan /kg (Rp)
4.550 4.800 4.750 4.550 4.600 4.750 4.650 4.550 4.650 4.650 4.550 4.500
Total (Rp)
55.428.100 58.195.200 62.457.750 60.296.600 61.065.000 62.324.750 60.649.950 58.626.750 55.251.300 56.148.750 50.482.250 49.414.500 690.340.900 57.528.408
64 SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 6 Total Penerimaan Usaha Peternakan Mandiri Ayam Petelur di Kabupaten Blitar Peternakan Mandiri ke-1 (CV. Taruna Jaya Farm) No
Jenis Penerimaan
1 2 3 4
Penjualan telur utuh (butir) Penjualan telur retak dan cangkang putih (butir) Penjualan ayam afkir (ekor) Penjualan pupuk kandang (karung) Penerimaan dari penjualan telur Total penerimaan
Jumlah 157.729 15.773 8.446 1.100
Peternakan Mandiri ke-2 (UD. Family Farm) No
Jenis Penerimaan
1 2 3 4
Penjualan telur utuh (butir) Penjualan telur retak dan cangkang putih (butir) Penjualan ayam afkir (ekor) Penjualan pupuk kandang (karung) Penerimaan dari penjualan telur Total penerimaan
Jenis Penerimaan
1 2 3 4
Penjualan telur utuh (butir) Penjualan telur retak dan cangkang putih (butir) Penjualan ayam afkir (ekor) Penjualan pupuk kandang (karung) Penerimaan dari penjualan telur Total penerimaan
14.430 11.500 22.000 6.000
Total (Rp) 2.276.030.192 181.388.408 185.812.000 6.600.000 2.457.418.599 2.649.830.599
Penerimaan/ekor (Rp) Persentase (%) 22.457 1.790 1.833 65 24.246 26.145
85,89% 6,85% 7,01% 0,25% 92,74% 100,00%
50.160 Jumlah 78.062 6.245 4.180 600
Peternakan Mandiri ke-3 (UD. Arkaloka Farm) No
Harga (Rp)
Harga (Rp) 14.330 11.500 22.000 6.000
Total (Rp) 1.118.621.295 71.816.580 91.960.000 3.600.000 1.190.437.875 1.285.997.875
Penerimaan/ekor (Rp) Persentase (%) 22.301 1.432 1.833 72 23.733 25.638
86,98% 5,58% 7,15% 0,28% 92,57% 100,00%
25.368 Jumlah 39.479 3.553 2.114 200
Harga (Rp) 14.100 11.500 22.000 6.000
Total (Rp) 556.653.195 40.860.713 46.508.000 1.200.000 597.513.908 645.221.908
Penerimaan/ekor (Rp) Persentase (%) 21.943 1.611 1.833 47 23.554 25.434
86,27% 6,33% 7,21% 0,19% 92,61% 100,00%
65 SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 7 Total Penerimaan Usaha Peternakan Kemitraan Ayam Petelur di Kabupaten Blitar PeternakanKemitraan ke-1 (H. Imam) No 1 2 3 4
Jenis Penerimaan
4038 Jumlah
Penjualan telur utuh (butir) Penjualan telur retak dan cangkang putih (butir) Penjualan ayam afkir (ekor) Penjualan pupuk kandang (karung) Penerimaan dari penjualan telur Total penerimaan
6.284 754 337 100
Peternakan Mandiri ke-2 (H. Kirom) No 1 2 3 4
Jenis Penerimaan
Jumlah 4.912 295 263 80
Peternakan Mandiri ke-3 (Fuad Fatoni)
1 2 3 4
Jenis Penerimaan
13.900 11.500 22.000 6.000
Total (Rp) 87.349.511 8.672.110 7.403.000 600.000 96.021.621 104.024.621
Penerimaan/ ekor (Rp) 21.632 2.148 1.833 149 23.780 25.761
Persentase (%) 83,97% 8,34% 7,12% 0,58% 92,31% 100,00%
3.156
Penjualan telur utuh (butir) Penjualan telur retak dan cangkang putih (butir) Penjualan ayam afkir (ekor) Penjualan pupuk kandang (karung) Penerimaan dari penjualan telur Total penerimaan
No
Harga (Rp)
Harga (Rp) 13.600 11.500 22.000 6.000
Total (Rp) 66.796.740 3.388.952 5.786.000 480.000 70.185.692 76.451.692
Penerimaan/ ekor (Rp) 21.165 1.074 1.833 152 22.239 24.224
Persentase (%) 87,37% 4,43% 7,57% 0,63% 91,80% 100,00%
3.384 Jumlah
Penjualan telur utuh (butir) Penjualan telur retak dan cangkang putih (butir) Penjualan ayam afkir (ekor) Penjualan pupuk kandang (karung) Penerimaan dari penjualan telur Total penerimaan
5.266 474 282 90
Harga (Rp) 13.500 11.500 22.000 6.000
Total (Rp) 71.095.725 5.450.672 6.204.000 540.000 76.546.397 83.290.397
Penerimaan/ ekor (Rp) 21.009 1.611 1.833 160 22.620 24.613
Persentase (%) 85,36% 6,54% 7,45% 0,65% 91,90% 100,00%
66 SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 8 Gambar Dokumentasi Penelitian
Mesin Pencampur Pakan
Gudang Penyimpanan Pakan
Kandang Fase Layer
Kandang Fase Grower
Gudang Penyimpan Telur
Kandang Fase Starter
67 SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
M. ZUHDI IRHAMNI