KELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM RAS PETELUR
Rio Aditia Nugraha1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Dedi Djuliansyah2) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi
[email protected] Suprianto3) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi
[email protected]
ABSTRACT The objective of this research is to find out the way of business broiler cattle layer, capital, profit and the rentability value. The method which is used in this research is case study in Ciampanan, Cineam, Tasikmalaya. The location is chosen purposively. The result of this research shows the total capital of broiler cattle layer is about 631.659.940. - IDR with the profit is 55.874.470,- IDR/production periode / 1,000 broiler cattle layer. The rentability value of business broiler cattle layer is 8,85 %, which is means the ability of capital operated in business broiler cattle layer to produces a profit of 8.85%. Key Word: Rentability, Broiler Cattle Layer , Capital, Profit
Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya
1
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara berternak ayam ras petelur, besarnya pendapatan dan nilai rentabilitas usaha ternak ayam ras petelur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Studi Kasus pada Seorang Peternak di Desa Ciampanan Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya dan Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Hasil penelitian menunjukkan modal yang dikeluarkan untuk usaha ternak ayam ras petelur sistem probiotik sebesar Rp
631.659.940,00 dengan pendapatan sebesar Rp
55.874.470,46 /periode produksi 1.000 ekor ayam. Nilai Rentabilitas usaha ternak ayam ras petelur sistem probiotik sebesar 8.85 persen, artinya kemampuan modal yang diusahakan dalam usaha ternak ayam ras petelur untuk menghasilkan laba sebesar 8,85 persen. Kata Kunci: Rentabilitas, Ayam Ras Petelur, Modal, Pendapatan. PENDAHULUAN Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan peran yang cukup besar dalam perekonomian secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya jumlah penduduk Indonesia yang mencapai kurang lebih 60 persen bermata pencaharian dan terserap pada lapangan kerja di bidang usaha yang terkait dengan sektor pertanian (Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya, 2011). Akhir-akhir ini telah timbul kesadaran bahwa pertanian yang terintegrasi dalam suatu sistem agribisnis merupakan salah satu sektor tangguh yang mampu bertahan dalam kondisi krisis. Pertanian juga merupakan sumber mata pencaharian utama penduduk, sehingga sektor pertanian dapat dijadikan motor penggerak untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan kesempatan kerja dan berusaha, (Bahar, 2006). Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Peternakan sebagai salah satu subsektor dari sektor pertanian menyimpan potensi bisnis dan prospek yang menjanjikan di masa mendatang. Fakta menunjukkan bahwa bisnis berbasis peternakan merupakan salah satu fenomena yang tumbuh pesat ketika basis lahan menjadi terbatas. Demikian pula, ketika subsektor pertanian tanaman pangan tumbuh dibawah dua persen pada periode 1986-1997, subsektor peternakan justru mencapai hampir enam persen pada periode yang sama ( Bustanul Arifin, 2003). Salah satu jenis usaha pada subsektor peternakan yang telah menjadi perhatian para pengambil kebijakan adalah usaha ternak ayam ras petelur. Usaha pengembangan ternak ayam ras petelur di Indonesia memiliki prospek yang cukup baik, terutama bila ditinjau dari aspek kebutuhan gizi masyarakat. Sesuai standar nasional, konsumsi protein per hari per kapita ditetap Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya
2
kan 55 g yang terdiridari 80 persen protein nabati dan 20 persen protein hewani. Pemenuhan gizi ini, khususnya protein hewani dapat diperoleh dari protein telur (Sudarmono, 2003). Ditinjau dari sisi penawaran dan permintaan terhadap komoditi telur, usaha peternakan ayam ras petelur memang sangat prospektif, baik dilihat dari pasar dalam negeri maupun luar negeri. Dari sisi penawaran, kapasitas produksi peternakan ayam ras petelur di Indonesia masih belum mencapai kapasitas produksi yang sesungguhnya. Hal ini terlihat dari masih banyaknya perusahaan pembibitan, pakan ternak dan obat-obatan yang masih berproduksi di bawah kapasitas terpasang, artinya prospek pengembangannya masih sangat terbuka, (Abidin, 2003). Jawa Barat merupakan salah satu sentra peternakan di Indonesia yang memiliki pangsa populasi ayam ras petelur sebesar delapan persen dari total populasi nasional. Populasi ayam ras petelur di Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 1.
Jumlah (Juta ekor)
Gambar 1. Populasi Ayam Ras Petelur di Jawa Barat 12,50 12,00 11,50 11,00 10,50 10,00 9,50 9,00
11,93 11,46
11,25 10,30
2007
12,07
2008
10,40
2009
2010
2011
2012
Tahun Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
Pada Gambar 1. Populasi ayam ras petelur pada tahun 2008 mengalami penurunan, sedangkan pada tahun 2012 populasi terus meningkat ini disebabkan konsumsi terhadap telur terus meningkat seiring bertambahnya populasi penduduk. Salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Barat yang dikenal sebagai salah satu sentra produksi usaha ternak ayam ras petelur adalah Kabupaten Tasikmalaya.
Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya
3
Gambar 2. Populasi Dan Jumlah Peternak Ayam Ras Petelur Di Kabupaten Tasikmalaya 400
394,39
361,80
337,10
325,10
300
Jumlah Peternak (orang) 200
120
100
129,50
118
88
78
Jumlah Ayam Ras Petelur (Ribu ekor)
44 0 2007
2008
2009
2010
2011
Sumber : Dinas Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Tasikmalaya.
Pada Gambar 2.
Dapat dilihat jumlah populasi ayam ras petelur di Kabupaten
Tasikmalaya mengalami peningkatan. Pembuatan kandang serta penambahan produksi terus ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan pasar. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Studi Kasus pada seorang peternak
ayam ras petelur di Desa Ciampanan Kecamatan Cineam Kabupaten
Tasikmalaya. Adapun pengertian dari metode studi kasus yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau gejala tertentu (Suharsimi Arikunto, 1998). Modal merupakan jumlah keseluruhan dari total Modal tetap dengan total modal lancar (Bambang Riyanto 1995). Rumus yang digunakan adalah : Modal
= Total Modal Tetap + Total Modal Lancar
Penerimaan merupakan perkalian antara total produksi yang diperoleh dengan harga jual. (Soekartawi, 1995). Rumus yang digunakan adalah : Penerimaan
= ∑Y . Py
Keterangan ∑Y = Total hasil produksi Py = Harga jual
Penerimaan diperoleh dari : 1. Telur
= Total produksi telur x Harga jual (Rp/Kg).
2. Ayam afkir
= Ayam afkir x Harga jual (Rp/Kg).
Laba adalah penerimaan yang dikurangi dengan modal yang dikeluarkan (Mubyarto 1989). Rumus yang digunakan adalah: Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya
4
Laba
= Penerimaan – Modal
Laba diperoleh dari : 1. Telur
= Penerimaan telur – Modal.
2. Telur dan Ayam Afkir = Penerimaan (ayam afkir + telur) – Modal. Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Adapun rumus perhitungan Rentabilitas sebagai berikut (Bambang Riyanto, 1995): R= Keterangan : L = Jumlah laba yang diperoleh selama perode tertentu M = Modal yang digunakan untuk menghasilkan laba HASIL DAN PEMBAHASAN Teknis Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Kandang. Kandang yang digunakan oleh responden untuk beternak ayam ras petelur terletak di kolam ikan, sehingga kotoran ayam dapat dimanfaatkan untuk pakan ikan dan polusi yang dihasilkan oleh usaha ternak ayam ras petelur ini dapat dikurangi. Kandang dibiarkan terbuka ini berguna untuk pergantian udara sehingga cukup memberikan kesegaran di dalam kandang. Bahan yang digunakan oleh responden untuk kontruksi kandang yaitu menggunakan bahan dari kayu dan bambu, Bahan tersebut sangat dominan digunakan dalam pembuatan kandang karena bahan tersebut cukup ekonomis dan tahan lama. Peralatan. Beberapa peralatan peternakan yang digunakan dalam usaha ternak ayam ras petelur adalah : 1) Cage atau Batre adalah kandang ayam yang terbuat dari bambu, digunakan setelah proses pemeliharaan ayam pada saat ayam berumur tiga bulan sampai ayam tidak produktif lagi. 2) Tempat makan di batre yaitu tempat makan ketika ayam sudah masuk ke dalam batre yaitu pada waktu umur ayam tiga bulan, tempat makan ini terbuat dari bilahan bambu atau peralon. 3) Tempat minum di batre yaitu tempat minum ketika ayam sudah masuk ke dalam batre yaitu pada waktu umur ayam tiga bulan, tempat minum ini terbuat dari paralon. Tempat minum dibuat miring agar semua ayam teraliri air dan mudah dalam membersihkan tempat minum tersebut. 4) Selang sebagai alat untuk menyalurkan air dari sumber air minum ayam serta digunakan untuk membersihkan kandang dan tempat air minum ayam di batre. Pada usaha ternaknya Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya
5
ini responden tidak menggunakan pompa air, ini disebabkan letak sumber mata air untuk minum ayam lebih tinggi dari pada letak kandang ayam, sehingga memberikan keuntungan bagi responden apabila ditinjau dari biaya yang dikeluarkan untuk pembelian mesin pompa air dan listrik terpakai. 5) Ember berfungsi sebagai media untuk pengambilan telur, dan media pemberian pakan. ember juga digunakan untuk mengambil air untuk kebersihan kandang Drum berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan persediaan air minum serta kebutuhan lain untuk perawatan kandang. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan dalam usaha ternak ayam ras petelur diantaranya: 1) Sanitasi Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet atau terampil saja serta tindakan preventif dengan memberikan obat pada ternak dengan merek dan dosis sesuai dengan anjuran. 2) Pemberian pakan Pemberian pakan ayam petelur yang dilakukan oleh responden dlakukan pada pagi dan sore hari. Adapun jenis pakan yang digunakan adalah pakan jadi dan pakan racikan. Pakan jadi adalah pakan yang langsung dibeli dari toko penyedia pakan (Poultry Shop), sedangkan pakan racikan adalah pakan yang di buat oleh responden dengan dengan camburan konsentrat, jagung giling dan dedak halus. Pakan racikan cenderung lebih ekonomis apabila dilihat dari segi biaya, namun sulitnya bahan baku seperti jagung dan dedak halus dalam jumlah yang banyak serta membutuhkan waktu dalam proses pembuatannya menyulitkan bagi responden untuk meracik pakan. 3) Pemberian minum Pemberian minum dilakukan pada pagi dan sore hari bersamaan dengan pemberian pakan. Sama halnya dengan pakan menurut pengalaman responden sumber air berpengaruh terhadap produktifitas ayam ras petelur. Sumber air harus steril sehingga ternak tidak mudah terserang penyakit, rata – rata setiap harinya ayam ras petelur menghabiskan 141 liter air/ 1.000 ekor. 4) Panen Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur dipanen 1 kali dalam sehari dengan kapasitas produksi rata-rata per hari yaitu 80% dari jumlah 1.000 ekor ayam. Responden setiap harinya dapat menghasilkan telur sebanyak 800 butir lebih atau sama dengan 40 kg. Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya
6
Selain telur hasil tambahan dari usaha ternak ayam ras petelur adalah ayam afkir, ayam afkir yang dihasilkan pada satu periode produksi untuk skala 1.000 ekor adalah sekitar 95% atau 950 ekor, sehingga angka kematian ayam ras petelur sedikit apabila dibandingkan dengan ayam ras pedaging. Pada umur 2,5 tahun rata – rata ayam rafkir mencapai berat 2kg/ekor dengan harga per kilogram sebesar Rp 15.000,Analisis Kelayakan Modal tetap Modal tetap adalah modal yang tahan lama atau secara berangsur – angsur habis turut serta dalam proses produksi. Modal tetap meliputi kandang, peralatan dan PBB. Modal tetap untuk usaha ternak ayam ras petelur untuk satu kali periode produksi sebesar Rp 66.000.000 . Untuk lebih lengkapnya mengenai analisis biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Modal Tetap Usaha Ternak Ayam Ras Petelur per Satu kali Poeriode Produksi ( Skala Usaha 1.000 Ekor ) No
Uraian
Unit
1
Kandang
1
2
Tempat Minum
128
3
Tempat Makan
4
Satuan
Harga Per Unit (Rp)
56.000.000
56.000.000
Meter
6.250
800.000
128
meter
12.500
1.600.000
Ember plastik
6
Buah
10.000
60.000
5
Selang
1
Rol
150.000
150.000
6
Drum plastik
3
Unit
130.000
390.000
7
PBB
2,5
Unit
Jumlah
Tahun
Total
240.000 66.00.0
Modal Lancar Modal lancar adalah modal yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya dalam jangka waktu yang pendek, terdiri dari : Bibit ayam siap produksi, pakan, tenaga kerja (HKO), listrik, obat - obatan dan vitamin. Aktva lancar yang dikeluarkan dalam usaha ayam ras petelur untuk satu kali periode produksi sebesar Rp 565.659.940,- . Untuk lebih lengkapnya mengenai analisis biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Modal Lancar Usaha Ternak Ayam Ras Pertelur Satu Kali Periode Produksi Produksi ( Skala Usaha 1.000 Ekor )
Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya
7
No
Uraian
1
Unit
Pakan
108,000
Bibit ayam siap
2
Satuan
bertelur
Harga / Unit (Rp)
Jumlah (Rp)
Persentase (%)
Kg
4,500
486,000,000
85.92
1,000
Ekor
65,000
65,000,000
11.49
3
Tenaga Kerja
2,5
Tahun
15000/HKO
13,500,000
2.39
4
Listrik
2,5
Tahun
19,998
559,940
0.10
5
Obat - obatan
30
Unit
10,000
300,000
0.05
6
Vitamin
30
Unit
10,000
300,000
0.05
565,659,940
Total
100
Modal Modal merupakan biaya keseluruhan atau jumlah dari modal tetap dan modal lancar untuk satu kali periode produksi. Berdasarkan hasil penelitian biaya total dalam usaha ternak ayam ras petelur sebesar Rp 631.659.940,00 untuk satu satu kali periode produksi
Modal
= Total Modal Tetap + Total Modal Lancar Modal
= Rp 66.000.000,00 + Rp 565.659.940,00
Modal
= Rp 631.659.940,00
Penerimaan Penerimaan merupakan hasil kali antara hasil produksi dengan harga jual. Penerimaan yang diperoleh dari usaha ternak ayam ras petelur yaitu
dari penjualan telur sebesar Rp
687.534.410,46 untuk satu kali periode produksi Penerimaan
= ∑Y . Py
Keterangan: Y
= Total hasil produksi ( kg )
Py
= Harga Produksi ( Rp/kg )
Telur
= 41.189,65 kg x Rp 16.000,00/ kg
= Rp 659.034.410,46
Ayam afkir
= 1.900 kg x Rp 15.000,00/ kg
= Rp 28.500.000,00
Telur + Ayam afkir
= Rp 659.034.410,00 + Rp 28.500.000
= Rp 687.534.410,46
Laba Laba atau pendapatan usaha ternak ayam ras petelur merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total usaha ternak ayam ras petelur. Pendapatan usaha ternak ayam ras petelur sebesar Rp 55.874.470,46 untuk satu kali periode produksi Laba
= Penerimaan – Modal
Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya
8
Laba = Rp 687.534.410,46 - Rp 631.659.940,00 = Rp 55.874.470,46 Rentabilitas Rentabilitas suatu perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Cara menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam,
tergantung pada laba dan modal yang akan
diperbandingkan, dengan demikian maka tidak mengherankan jika setiap perusahaan dalam perhitungan rentabilitasnya berbeda-beda. Yang terpenting ialah rentabilitas mana yang akan digunakan sebagai alat pengukur efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan yang bersangkutan. R
=
Keterangan : L
= Jumlah laba yang diperoleh selama perode tertentu
M = Modal yang digunakan untuk menghasilkan laba
R
= Rp 55.874.470,46
x 100 %
Rp 631.659.940,00 R
= 8.85%
Nilai rentabilitas usaha ternak ayam ras petelur sebesar 8.85 persen, artinya kemampuan modal yang dikeluarkan dalam usaha ternak ayam ras petelur untuk menghasilkan laba sebesar 8.85 persen. Lampiran 6. Sedangkan menurut hasil penelitian Sumanto dan E. Juarini (2007) tentang analisis usaha ternak itik petelur. Dengan skala usaha yang sama memperoleh nilai rentabilitas sebesar 7,79 persen. Untuk lebih jelas mengenai analisis rentabilitas usaha ternak itik petelur dapat dilihat pada Tabel dibawah.
Tabel 3. Analisis Finansial Usaha Itik Di Peternak Dalam Rangka Menunjang Penyediaan Protein Hewani Di Bali (Oleh SUMANTO dan E. JUARINI dalam rangka Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007 Balai Penelitian Ternak, Bogor)
Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya
9
Tabel 2. Analisis usaha budidaya itik petelur di Bali
Uraian
(Rp)
Modal Itik siap telur Pakan Kandang
45.000.000,00 110.514.603,56 39.807.000,00
Tenaga kerja
8.754.956,78
Lain-lain
6.856.780,00
Total Modal
210.933.340,34
Penerimaan Penjualan telur Itik afkir (mortalitas 5%) Total Penerimaan Laba
224.220.500,00 28.500.000,00 252.720.500,00 41.787.159,66
Rentabilitas
7,79
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2007.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai rentabilitas untuk usaha ternak ayam ras petelur nilainya lebih besar dari usaha ternak itik petelur dengan selisih 1,06 persen. Usaha ternak ayam ras petelur lebih menguntungkan dari pada usaha ternak itik petelur apabila ditinjau dari nilai rentabilitas yang diperoleh, sehingga usaha ternak ayam ras petelur layak untuk diusahakan. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Total biaya yang dikeluarkan oleh peternak untuk satu kali periode produksi adalah sebesar Rp 631.659.940,00 dengan laba yang diterima untuk satu kali periode produksi adalah sebesar Rp 55.874.470,46. 2) Nilai rentabilitas usaha ternak ayam ras petelur sebesar 8,85 persen, artinya kemampuan modal yang diusahakan dalam usaha ternak ayam ras petelur untuk menghasilkan laba sebesar 8,85 persen. Sehingga usaha ternak ayam ras petelur layak untuk diusahakan. SARAN Saran dari hasil penelitian dan pembahasan kelayakan usaha ayam ternak ras petelur adalah :
Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya
10
1) Usaha ternak ayam ras petelur untuk jangka waktu kedepan harus dapat dikembangkan dalam skala yang lebih besar dengan cara penambahan modal, karena kapasitas ayam ras petelur yang tersedia saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan telur ayam khususnya untuk pasar Cineam. 2) Perlu adanya pemberian pakan alternatif sebagai pengganti pakan utama agar bisa mengefisienkan biaya operasional pemeliharaan ayam ras petelur yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai rentabilitas yang diperoleh. 3) Peternak harus dapat menjaga kesehatan ternak ayam ras petelurnya sehingga mampu mempertahankan produksi dan memenuhi kebutuhan konsumen.
Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya
11
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Petelur. Agromedia Pustaka. Jakarta. Bahar, Zul Amry. 2006. Strategi Pengembangan Peternakan Dalam Rangka Meningkatkan Peran Subsektor Peterinakan di Kabupaten Bengkalis. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor Bambang Riyanto. 1995. Dasar - Dasar Pembelajaan Perusahaan. BPFE. Yogyakarta. Bustanul Arifin.
2003. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Kompas Media Nusantara.
Jakarta.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya, 2011. Kabupaten Tasikmalaya Dalam Angka Tahun 2010-2011. Kabupaten Tasikmalaya. Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial ( LP3ES). Jakarta. Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI-Press. Jakarta. Sudarmono. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius. Yogyakarta. Suharsimi, Arikunto. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Penelitian. Bandung: Rineka cipta. Sumanto dan E. Juarini. 2007. Analisis Finansial Usaha Itik Di Peternak Dalam Rangka Menunjang Penyediaan Protein Hewani Di Bali. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor.
Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya
12