ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER POLA KEMITRAAN INTI PLASMA (Studi Kasus Plasma Agus Suhendar di Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
JULIARTI SETYO MURTI KARMIDI H34076084
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
RINGKASAN JULIARTI SETYO MURTI KARMIDI. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti Plasma (Studi Kasus Plasma Agus Suhendar di Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANITA RISTIANINGRUM) Peternakan merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sumber devisa negara dan penyedia bahan pangan. Peranan penting peternakan menyebabkan peternakan menjadi sektor yang diminati pengusaha untuk dijadikan bisnis sumber penghasilan utama maupun sampingan. Usaha peternakan yang banyak diminati adalah peternakan ayam broiler karena memiliki permintaan yang tinggi. Bogor merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki permintaan ayam broiler tinggi karena jumlah penduduknya yang mencapai 5 juta jiwa dan harga daging ayam di tingkat konsumen lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi, kambing dan domba, sehingga ayam broiler memiliki potensi pasar di Bogor. Usaha peternakan ayam broiler juga memiliki masalah-masalah yaitu: (1) Persaingan pemasaran produk; (2) Kenaikan harga input dan; (3) Penurunan harga produk. Permasalahan-permasalahan tersebut sering membuat peternakan ayam broiler terutama peternakan ayam broiler rakyat mengalami kerugian bahkan kebangkrutan. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu kerjasama kemitraan. Kemitraan adalah suatu kerjasama bisnis antara peternak dan pengusaha untuk mencapai tujuan bersama, namun dalam kerjasama kemitraan terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi kedua belah pihak. Usaha peternakan Agus Suhendar adalah peternakan ayam broiler rakyat di Bogor yang memiliki kapasitas 9.000 ekor ayam per periodenya. Peternakan Agus Suhendar bergabung dengan kemitraan CV. Tunas Mekar Farm untuk mengatasi permasalahan persaingan pemasaran produk, kenaikan harga input dan penurunan harga produk. Pada sistem kemitraannya, peternakan Agus Suhendar mendapat sistem harga kontrak tetap penjualan ayam. Harga tersebut menghindarkan peternakan Agus Suhendar dari penurunan penerimaan akibat jatuhnya harga di pasar tetapi juga menyebabkan penerimaan tetap. Sementara itu, biaya DOC dan pakan terus meningkat setiap periodenya. Penerimaan tetap tetapi harus menutpi biaya yang terus meningkat setiap periodenya menyebabkan pendapatan peternakan Agus Suhendar menurun. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai kelayakan pada peternakan Agus Suhendar untuk melihat apakah kerjasama kemitraan yang dilakukan usaha peternakan layak dilanjutkan atau harus dilakukan evaluasi. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar sistem kemitraan pola inti plasma. (2) Menganalisis sensitivitas usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan harga input DOC dan pakan serta penurunan harga jual.
Penelitian ini dilaksanakan di usaha peternakan Agus Suhendar, Desa Patambran RT 02/04 Semplak Barat, Kemang utara, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor, plasma dari CV. Tunas Mekar Farm (TMF). Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2011. Metode pengumpulan data menggunakan metode study case. Respondennya adalah manajer CV. TMF, pemilik peternakan Agus Suhendar dan karyawan peternakan. Penelitian mengkaji aspek non finansial dan aspek finansial. Kriteria aspek non finansial berdasarkan aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan produksi, aspek hukum, aspek manajemen dan organisasi, dan aspek ekonomi dan sosial. Kriteria aspek finansial yang digunakan adalah net present value (NPV), internal rate of return (IRR), net benefit cost ratio (Net B/C), payback period, dan analisis sensitivitas deskriptif menggunakan switching value . Analisis kelayakan non finansial usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar layak dijalankan. Aspek pasar layak karena peternakan Agus Suhendar aman dari kerugian akibat jatuhnya harga, memiliki pasar, tidak menghadapi masalah distribusi produk, dan menghasilkan produk yang berkualitas. Aspek teknis dan produksi layak karena peternakan Agus Suhendar memiliki lahan dan kandang yang memenuhi kualifikasi, pengadaan bibit dan pakan yang tepat waktu dan berkualitas, pengadaan dan manajemen kesehatan yang disiplin dan teratur, ketersediaan bahan-bahan penunjang yang terbaik dan tepat waktu, memiliki tenaga kerja yang berpengalaman, jujur dan pekerja keras, dan proses produksi yang sistematis. Aspek manajemen dan organisasi layak karena memiliki pembagian tugas yang jelas, terperinci dan tertulis, sehingga manajemen usaha berjalan dengan baik. Aspek hukum layak karena memiliki ketentuan kerjasama tertulis yang jelas dan saling memuaskan kedua belah pihak, dan mendapatkan izin pendirian dari RT/RW. Aspek ekonomi dan sosial layak karena tidak merugikan lingkungan sekitar. Hasil analisis kelayakan finansial usaha peternakan Agus Suhendar layak dijalankan. Nilai NPV positif yaitu sebesar Rp 45.021.751,00, Net B/C lebih besar dari 1 yaitu 1,99, IRR lebih besar dari discount rate (6,5 persen) yaitu sebesar 41,46 persen, dan payback period 1,98627 atau satu tahun 11 bulan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan usaha rentan terhadap kenaikan harga DOC lebih dari 16,6 persen dan kenaikan harga pakan lebih dari 6,1 persen dan penurunan harga jual ayam lebih dari 1,2 persen.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER POLA KEMITRAAN INTI PLASMA (Studi kasus plasma Agus Suhendar di Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor)
JULIARTI SETYO MURTI KARMIDI H34076084
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul Skripsi
: Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti Plasma (Studi Kasus Plasma Agus Suhendar di Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor).
Nama
: Juliarti Setyo Murti Karmidi
NIM
: H34076084
Disetujui, Pembimbing
Ir. Anita Ristianingrum, MSi NIP 19671024 199302 2 001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kursnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti Plasma (Studi Kasus Plasma Agus Suhendar di Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor,
April 2012
Juliarti Setyo Murti Karmidi H34076084
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ambarawa 04 Juli 1986. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Karmidi dan Ibunda Sunaryati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Sasana Wiyata II Bogor pada tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTPN 2 Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 3 Bogor diselesaikan pada tahun 2004. Penulis diterima pada Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan Jurusan Agribisnis Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti Plasma (Studi Kasus Plasma Agus Suhendar di Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor)”. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha secara non finansial dan finansial peternakan ayam broiler pola kemitraan inti plasma, studi kasus plasma Agus Suhendar. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor,
April 2012
Juliarti Setyo Murti Karmidi
UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada : 1. Ir. Anita Ristianingrum, MSi., selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Burhanuddin, MM., yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. 3. Orangtua dan adik tercinta Letda Infanteri Deddy Setya Wijaya untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 4. Pihak CV. Tunas Mekar Farm dan Agus Suhendar Farm, terutama Pak Agus atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan. 5. Fazriah dan Bima, Ima, Ipop, Indra, Choy, Citay, Derry, Intan, Fitria, Ayu dan Saud atas semangat, motivasi dan bantuan yang sangat berarti selama penyusunan skripsi. 6. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis angkatan tiga atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.
Bogor,
April 2012
Juliarti Setyo Murti Karmidi
DAFTAR ISI Halaman .............................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
v
I
PENDAHULUAN .................................................................... 1.1. Latar Belakang .............................................................. 1.2. Perumusan Masalah ...................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................... 1.4. Kegunaan Penelitian ...................................................... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian .............................................
1 1 6 8 8 9
II
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 2.1. Gambaran Umum Usaha Peternakan Ayam Broiler ..... 2.1.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler ....................... 2.1.2. Kemitraan .......................................................... 2.1.3. Karakteristik Ayam Broiler ............................... 2.2. Faktor-faktor Produksi .................................................. 2.2.1. Bibit Ayam (Day Old Chick) ............................ 2.2.2. Pakan ................................................................. 2.2.3. Obat-obatan, Vaksin dan Vitamin ..................... 2.2.4. Tenaga Kerja ..................................................... 2.2.5. Bahan Penunjang (sekam, listrik dan bahan Bakar) ................................................................ 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................ 2.3.1. Kemitraan .......................................................... 2.3.2. Analisis Kelayakan Usaha .................................
10 10 10 10 12 13 13 14 14 15
III
KERANGKA PEMIKIRAN .................................................. 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................ 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek .................................... 3.1.2. Analisis Biaya dan Manfaat .............................. 3.1.3. Laba Rugi .......................................................... 3.1.4. Aspek-aspek Analisis Kelayakan ...................... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .................................
23 23 23 23 24 25 30
IV
METODE PENELITIAN ....................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................ 4.2. Jenis dan Sumber Data .................................................. 4.3. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data .............. 4.3.1. Analisis Kualitatif ............................................. 4.3.2. Analisis Kuantitatif ........................................... 4.4. Asumsi-asumsi Dasar ....................................................
33 33 33 33 34 35 38
V
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................. 5.1. CV. Tunas Mekar Farm .................................................
40 40
DAFTAR TABEL
15 16 16 19
i
5.1.1. Sejarah CV. Tunas Mekar Farm ........................ 5.1.2. Visi dan Misi CV. Tunas Mekar Farm .............. 5.1.3. Struktur Organisasi CV. Tunas Mekar Farm .... Peternakan Agus Suhendar ........................................... 5.2.1. Sejarah Peternakan Agus Suhendar .................. 5.2.2. Lokasi Peternakan Agus Suhendar ................... 5.2.3. Sumber Daya Manusia ...................................... Pola Kemitraan antara CV. Tunas Mekar Farm dan Peternakan Agus Suhendar ........................................... 5.3.1. Prosedur Penerimaan Plasma ............................ 5.3.2. Isi Kontrak Perjanjian .......................................
40 41 41 44 44 45 45
ANALISIS NON FINANSIAL ............................................... 6.1. Aspek Pasar dan Pemasaran .......................................... 6.1.1. Permintaan dan Penawaran ............................... 6.1.2. Harga ................................................................. 6.1.3. Produk ............................................................... 6.2. Aspek Teknis dan Produksi ........................................... 6.2.1. Lahan dan Kandang ........................................... 6.2.2. Bibit (DOC) ....................................................... 6.2.3. Pakan ................................................................. 6.2.4. Obat-obatan, Vitamin dan Vaksin ..................... 6.2.5. Bahan Penunjang Lainnya (Sekam, Listrik dan Gas) ..................................................................... 6.2.6. Tenaga Kerja ..................................................... 6.2.7. Proses Produksi ................................................. Aspek Manajemen dan Organisasi ................................ 6.3. 6.4. Aspek Hukum ............................................................... 6.5. Aspek Ekonomi dan Sosial ...........................................
49 49 49 51 52 53 53 55 56 57 59 59 60 63 64 64
VII
ANALISIS FINANSIAL ......................................................... 7.1. Inflow (Arus Manfaat) ................................................... 7.1.1. Penerimaan Penjualan Ayam ............................ 7.1.2. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam .............. 7.1.3. Penerimaan Insentif ........................................... 7.1.4. Nilai Sisa ........................................................... 7.2. Outflow (Arus Biaya) .................................................... 7.2.1. Biaya Investasi .................................................. 7.2.2. Biaya Operasional ............................................. 7.2.3. Analisis Laba Rugi ............................................ 7.3. Analisis Kelayakan Finansial ........................................ 7.4. Analisis Sensitivitas (Switching Value) ........................
66 66 66 68 68 70 70 70 72 75 75 77
VIII
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 8.1. Kesimpulan ................................................................... 8.2. Saran .............................................................................
79 79 80
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
81
LAMPIRAN .........................................................................................
83
5.2.
5.3.
VI
46 46 46
ii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 ................................................................
1
2. Ekspor Pertanian Indonesia Menurut Sektor pada Bulan Oktober 2011 ..............................................................................
2
3. Produksi Pangan Nasional Tahun 2009 ......................................
2
4. Populasi Peternakan Nasional Berdasarkan Komoditikomoditinya Tahun 2008-2010 .................................................
3
5. Permintaan Rata-rata Daging di Kota Bogor pada Tahun 2009 .
4
6. Harga Rata-rata Daging di Kota Bogor ......................................
4
7. Peningkatan Harga DOC dan Pakan Peternakan Agus Suhendar 2009 .............................................................................................
6
8. Biaya dan Pendapatan Peternakan Agus Suhendar 2009 ..........
7
9. Hak dan Kewajiban CV. Tunas Mekar Farm dan Peternakan Agus Suhendar .........................................................
47
10. Penetapan Harga Tetap CV. Tunas Mekar Farm 2009 .............
48
11. Keperluan Temperatur DOC ......................................................
61
12. Penerimaan Penjualan Ayam Broiler Hidup ..............................
67
13. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam .......................................
68
14. Penerimaan Insentif Mortalitas ..................................................
69
15. Penerimaan Insentif FCR ...........................................................
69
16. Biaya Investasi, Nilai Sisa dan Penyusutan ................................
71
17. Biaya Tetap yang Dikeluarkan Peternakan Agus Suhendar .......
72
18. Harga dan Biaya Variabel pada Peternakan Agus Suhendar .....
73
19. Total Biaya Variabel per Tahun Peternakan Agus Suhendar .....
74
20. Hasil Perhitungan Laba Rugi Peternakan Agus Suhendar ........
75
21. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Agus Suhendar .....................................................................................
76
22. Hasil Analisis Switching Value Peternakan Agus Suhendar .....
77
iii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Operasional ...............................................
32
2. Struktur Organisasi CV. Tunas Mekar Farm ..............................
43
3. DOC (Day Old Chick) ................................................................
56
4. Pemberian Pakan pada Fase Starter ...........................................
57
5. Pemberian Pakan pada Fase Finisher .........................................
57
6. Vaksinasi ND Perlakuan Tetes Mata ..........................................
58
7. Vaksinasi ND Perlakuan Suntik Subcutaneous ..........................
58
8. Vaksinasi Gumboro Melalui Air Minum ...................................
58
9. Struktur Organisasi Peternakan Agus Suhendar ........................
63
iv
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Tabel FCR Peternakan Peternakan Agus Suhendar ...................
84
2. Program Vaksin dan Vitamin Peternakan Agus Suhendar .........
86
3. Program Pemeliharaan Peternakan Agus Suhendar ...................
87
4. Laporan Laba Rugi Peternakan Agus Suhendar .........................
89
5. Cashflow Peternakan Agus Suhendar .........................................
90
6. Hasil Analisis Switching Value Kenaikan Harga DOC 16,6 Persen .........................................................................................
92
7. Hasil Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan 6,1 Persen .........................................................................................
94
8. Hasil Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Ayam 1,2 persen ....................................................................................
96
9. Kuesioner Penelitian ...................................................................
98
v
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk
mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sumber devisa negara dan penyedia bahan pangan. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 No.
Lapangan Pekerjaan
1.
Peternakan dan pertanian
2.
Pertambangan
3.
Industri pengolahan
4.
Listrik, gas dan air
5.
Bangunan
6.
2011
Persentase (%)
39.328.915
36
1.465.376
1,5
14.542.081
13
239.636
0,7
6.339.811
5
Perdagangan dan perhotelan
23.396.537
21
7.
Transportasi dan komunikasi
5.078.822
5
8.
Keuangan
2.633.362
3
9.
Jasa Kemasyarakatan dan sosial
16.645.859
15
Total
109.670.399
Sumber: BPS Indonesia (2011)
Tabel 1 menunjukkan tenaga kerja yang bekerja di bidang peternakan dan pertanian pada tahun 2011 berjumlah 39.328.915 jiwa atau 36 persen dari total tenaga kerja yang bekerja di bidang lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa peternakan merupakan salah satu bidang penyedia lapangan pekerjaan di Indonesia. Peternakan juga memiliki peranan dalam penyumbang devisa bagi negara Indonesia. Data ekspor pertanian dapat dilihat pada Tabel 2.
1
Tabel 2. Ekspor Pertanian Indonesia Menurut Sektor pada Bulan Oktober 2011 Oktober 2011 No.
Sektor Volume (Kg)
Nilai (US$)
1.
Tanaman Pangan
53.275.710
55.301.104
2.
Holtikultura
40.277.942
48.836.472
3.
Perkebunan
2.257.739.662
3.183.129.268
4.
Peternakan
91.725.895
147.386.267
5.
Pertanian
2.443.019.209
3.434.653.111
Sumber: BPS Indonesia (2011)
Indonesia melakukan ekspor peternakan pada Oktober 2011 sebesar 91.725.895 kg yang bernilai US$ 147.386.267,00. Nilai tersebut menunjukkan peternakan merupakan salah satu sektor sumber devisa negara yang menghasilkan pemasukan cukup besar bagi Indonesia. Peternakan juga berperan sebagai penghasil produk pangan sumber protein hewani yang berperan dalam pembangunan sumber daya manusia dari pemenuhan kebutuhan gizi rakyat Indonesia. Jumlah produksi peternakan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Produksi Pangan Nasional Tahun 2009 No.
Jenis Komoditi
1.
Perikanan
2.
Produksi (ton)
Persentase (%)
556.123
1,7
Sayur-sayuran
11.863.919
35
3.
Buah-buahan
16.672.519
50
4.
Peternakan (daging, telur, susu)
4.627.060
13,3
Total
33.719.621
Sumber: Deptan dan BPS (2009)
Berdasarkan data produksi pangan pada tahun 2009, peternakan menghasilkan produk sebanyak 13,3 persen dari total keseluruhan produksi pangan dan merupakan penghasil protein hewani tertinggi jika dibandingkan dengan produk perikanan. Hal tersebut menunjukkan peternakan adalah salah satu sektor yang berperan penting dalam penyediaan pangan.
2
Peranan penting peternakan seperti yang disebutkan di atas menyebabkan peternakan menjadi salah satu sektor yang diminati pengusaha untuk dijadikan bisnis sumber penghasilan utama maupun sampingan. Hal tersebut terlihat dari jumlah populasi ternak yang terus meningkat setiap tahunnya (Tabel 4). Tabel 4. Populasi Peternakan Nasional Berdasarkan Komoditi-komoditinya Tahun 2008-2010 No.
Komoditi
2008 (ekor)
2009 (ekor)
2010 (ekor)
1.
Ayam buras
243.432.000
249.963.400
257.544.000
2.
Ayam broiler
902.052.400
1.206.378.500
1.386.872.000
3.
Ayam petelur
107.955.100
111.417.600
105.210.000
4.
Babi
6.837.529
6.974.732
7.477.000
5.
Domba
9.605.338
10.198.766
10.725.000
6.
Itik
39.839.500
40.679.500
44.302.000
7.
Kambing
15.147.433
15.815.317
16.620.000
8.
Kerbau
1.930.716
1.932.927
2.000.000
9.
Kuda
392.864
398.758
419.000
10.
Sapi perah
457.577
474.701
488.000
11.
Sapi potong
12.256.604
12.759.838
13.582.000
1.339.907.061
1.656.994.039
1.845.239.000
Jumlah
Sumber: Departemen Pertanian (2011)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat jumlah populasi ternak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 terus meningkat. Peningkatan tersebut menunjukkan semakin meningkatnya kegiatan dalam bisnis peternakan. Salah satu komoditi peternakan yang terus meningkat dan memiliki populasi terbanyak berdasarkan data di atas adalah ayam broiler. Hal tersebut dikarenakan permintaan masyarakat akan ayam broiler cukup tinggi di setiap daerahnya. Kota Bogor sebagai daerah yang berpenduduk terbanyak di Jawa Barat menurut data Badan Pusat Statistik Jawa Barat yang mencapai kurang lebih 5 juta merupakan salah satu daerah yang memiliki permintaan rata-rata akan ayam 3
broiler yang tinggi. Permintaan rata-rata daging kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Permintaan Rata-rata Daging di Kota Bogor pada Tahun 2009 No.
Daging
Jumlah Permintaan (kg/bulan)
1.
Sapi
150.000
2.
Kerbau
3.
Kambing
275.000
4.
Domba
250.000
5.
Ayam broiler
550.000
20.000
Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kota Bogor 2009
Dinas Perikanan dan Peternakan kota Bogor pada tahun 2009 mencatat permintaan rata-rata daging ayam broiler adalah 550.000 kg/bulan. Harga daging ayam broiler di Bogor juga lebih rendah dari harga daging lainnya (Tabel 6). Tabel 6. Harga Rata-rata Daging di Kota Bogor Harga Konsumen (Rp/Kg) Daging 2007
2008
2009
Sapi
50.200,00
51.600,00
52.500,00
Kerbau
50.200,00
51.600,00
52.500,00
Kambing
39.700,00
40.100,00
30.000,00
Domba
39.700,00
40.100,00
30.000,00
Ayam Broiler
15.000,00
16.000,00
17.000,00
Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kota Bogor Tahun 2007-2009
Berdasarkan data diatas ayam broiler memiliki harga yang lebih rendah dibandingkan daging lainnya. Harga yang lebih rendah, permintaan rata-rata yang tinggi dan jumlah penduduk yang tinggi, menyebabkan usaha peternakan ayam broiler memiliki potensi pasar di Bogor. Faktor-faktor tersebut menyebabkan Bogor merupakan daerah yang memiliki potensi bagi berkembangnya usaha ayam broiler.
4
Usaha
peternakan
ayam
broiler
juga
memiliki
permasalahan.
Permasalahan dalam usaha peternakan ayam broiler yaitu : (1) Persaingan pemasaran produk; (2) Kenaikan harga input; (3) Penurunan harga produk. Permasalahan-permasalahan di atas sering membuat usaha peternakan terutama peternakan rakyat yaitu peternakan dengan modal kecil yang memiliki populasi ternak sampai dengan 15.000 ekor mengalami kebangkrutan. Melihat kondisi ini pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan-kebijakan, salah satunya adalah kebijakan mengenai kerjasama kemitraan.
Kemitraan adalah suatu
kerjasama bisnis antara peternak dan pengusaha untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama tersebut harus dilakukan secara adil sehingga masing-masing pihak yang terlibat harus mempunyai posisi dan kepentingan yang sama (Suharno, 1999). Kerjasama dalam perusahaan kemitraan dibagi menjadi tiga jenis menurut Surat
Keputusan
Menteri
Pertanian
Republik
Indonesia
No.
472/Kpts/TN/330/6/1996 yaitu Perusahaan Inti Rakyat (PIR) atau pola inti plasma, perusahaan pengelola dan perusahaan penghela. Peternak dapat memilih salah satu jenis pola kemitraan yang sesuai dengan kebutuhan mereka untuk menghindari kerugian dan kebangkutan. Namun apakah peternak
yang
bekerjasama
dengan
perusahaan
kemitraan
dapat
tetap
mendapatkan laba yang diinginkan, mengingat dalam kerjasama kemitraan terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi kedua belah pihak. Contohnya, harga kontrak tetap penjualan ayam yang menyebabkan penerimaan menjadi tetap, sementara harus menutupi biaya yang meningkat akibat harga input yang meningkat. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian mengenai kelayakan usaha suatu peternakan yang bekerja sama dengan perusahaan kemitraan untuk melihat apakah kerjasama kemitraan yang dilakukan usaha peternakan layak dilanjutkan kerjasamanya atau harus dilakukan evaluasi kontrak atau melakukan kemitraan mandiri.
5
1.2.
Perumusan Masalah Peternakan Agus Suhendar adalah usaha peternakan rakyat yang didirikan
pada tahun 2004 awal oleh Agus Suhendar di Bogor.
Pada awal mulanya
peternakan Agus Suhendar berdiri sendiri dengan kapasitas produksi peternakan 9.000 ekor ayam.
Setelah beberapa periode, di tahun yang sama dengan
berdirinya usaha peternakan, peternakan Agus Suhendar mengalami permasalahan persaingan pemasaran. Sebagai usaha peternakan rakyat yang baru merintis, peternakan Agus Suhendar belum memiliki tujuan pasar sasaran yang tetap. Modalnya yang terbatas menyebabkan pemilik kesulitan dalam memasarkan produknya, beliau tidak memiliki tujuan pasar tetap dan tidak memiliki alokasi dana untuk mendistribusikan produknya ke pasar yang jauh dari area peternakan. Akibatnya, pemilik mengalami kerugian penurunan kualitas, karena ayam broilernya tidak dapat segera dipasarkan. Pemilik akhirnya menjual ayam broiler dengan harga yang murah untuk menghindari kerugian yang lebih besar kepada pengumpul. Masalah juga timbul dari harga input utama yaitu DOC dan pakan yang terus meningkat, dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Peningkatan Harga DOC dan Pakan Peternakan Agus Suhendar 2009 Input
Periode 1
2
3
4
5
DOC 3.100,00 3.300,00 3.310,00 3.500,00 3.500,00 (Rp/ekor) Pakan (Rp/kg)
4.400,00 4.500,00 4.650,00 4.710,00 4.710,00
Ratarata kenaikan
Ratarata Harga (Rp)
4.3 %
3.303,00
2%
4.565,00
Sumber: Peternakan Agus Suhendar (2009)
Setelah beberapa periode berjalan dan menghadapi permasalahan di atas, peternakan Agus Suhendar memutuskan untuk bergabung dengan CV. Tunas Mekar Farm. CV. TMF adalah perusahaan peternakan pola kemitraan inti plasma yang melakukan fungsi perencanaan, bimbingan dan pelayanan sarana produksi, kredit, pengolahan dan pemasaran hasil tani dan bimbingan peternakan sambil menjalankan usahatani yang memiliki dan dikelola sendiri. CV. Tunas Mekar
6
Farm juga menetapkan sistem harga kontrak tetap, sehingga peternakan Agus Suhendar tidak perlu mengkhawatirkan penurunan harga jual di pasar. Pada tahun 2009, peternakan Agus Suhendar mulai merasakan penurunan pendapatan. Penetapan sistem harga kontrak tetap pada Rp 12.350,0013.230,00/kg yang mencegah usaha peternakan Agus Suhendar mengalami kerugian akibat penurunan harga pasar, seringkali menjadi halangan bagi pemilik untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal saat harga pasar ayam broiler meningkat (Tabel 6). Harga input DOC dan pakan yang terus mengalami peningkatan dan harga kontrak tetap menyebabkan penurunan pendapatan peternakan Agus Suhendar, kenyataan yang cukup membuat pemilik mulai mengkhawatirkan bagaimana kelangsungan usahanya di masa yang akan datang dengan sistem kemitraan inti plasma bersama CV. Tunas Mekar Farm (Tabel 8). Tabel 8. Biaya dan Pendapatan Peternakan Agus Suhendar 2009 No .
Keterangan 1 (000) Biaya variabel
Ratarata
Periode 2 (000)
3 (000)
4 (000)
5 (000)
8.800
9.000
9.000
9.000
5000
Jumlah (000)
(000)
Persen (%)
1
DOC
27.280
29.700
29.790
31.500
17.500
135.770
27.154
18,3
2
Pakan
137.000
116.500
137.250
116.000
64.325
571.075
114.215
74
3
Obat-obatan
485
628,1
2.170
818
370,2
4.471,8
894
0,6
4
Sekam
1.760
1.800
1.800
1.800
1.000
8.160
1.632
1
5
Gas
3.080
3.150
3.150
3.150
1.750
14.280
2.856
1,8
675
675
675
675
675
3.375
675
0,4
5.400
5.400
5.400
5.400
5.400
27.000
5.400
3,5
Biaya tetap 1
Gaji kepala karyawan
2
Gaji karyawan
3
Listrik
500
500
500
500
500
2.500
500
0,3
4
Sewa lahan
167
167
167
167
167
835
167
0,1
Total pendapatan
40.225
33.894
39.353
30.146
11.601
767.466
Sumber: CV. TMF 2009
Untuk mengetahui seberapa besar sensitivitas usaha peternakan Agus Suhendar terhadap kenaikan harga DOC dan pakan perlu dilakukan analisis 7
sensitivitas terhadap variabel kenaikan harga DOC dan pakan karena variabel tersebut merupakan biaya terbesar dari keseluruhan biaya operasional yaitu biaya DOC sebesar 18,3 persen dan pakan pakan sebesar 74 persen (Tabel 8) serta penurunan harga jual ayam. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1) Bagaimana kelayakan usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar sistem kemitraan pola inti plasma dilihat dari aspek-aspek dalam studi kelayakan yaitu aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan produksi, aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum serta ekonomi dan sosial serta aspek finansial ? 2) Bagaimana sensitivitas usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan harga input DOC dan pakan serta penurunan harga jual ayam? 1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar sistem kemitraan pola inti plasma. 2) Menganalisis sensitivitas usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan harga input DOC dan pakan serta penurunan harga jual. 1.4.
Kegunaan Penelitian Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha ini diharapkan berguna bagi
pihak-pihak : 1) Perusahaan : sebagai bahan masukan bagi peternakan untuk mengadakan evaluasi dan bahan pertimbangan untuk melanjutkan kerjasama pola kemitraan atau mandiri. 2) Perusahaan inti : agar tercipta kerjasama yang lebih menguntungkan bagi kedua belah pihak. 3) Investor : sebagai bahan pertimbangan untuk menanamkan modal dan investasi ke usaha peternakan ayam broiler.
8
4) Penulis : sebagai sarana pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan dalam usaha peternakan ayam broiler. 5) Peneliti selanjutnya : sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya untuk penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. 1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi hanya mengkaji analisis kelayakan non finansial dan
finansial peternakan Agus Suhendar sejak tahun 2009 dan perkiraan 5 tahun ke depan untuk mengetahui apakah kerjasama pola inti plasma yang dilakukan dengan perusahaan kemitraan CV. Tunas Mekar Farm yang memberlakukan harga kontrak tetap penjualan ayam layak untuk dilanjutkan mengingat harga input utama DOC dan pakan yang terus meningkat.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Gambaran Umum Usaha Peternakan Ayam Broiler
2.1.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Menurut
Keputusan
Menteri
Pertanian
Republik
Indonesia
No.
940/Kpts/OT.210/10/97, usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang dilakukan secara terus-menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk menghasilkan bibit/ternak potong, telur, susu, serta menggemukkan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan. Dalam rangka membantu mewujudkan tujuan komersil dari usaha peternakan, pemerintah mengeluarkan Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Usaha Peternakan
Ayam
Broiler
dalam
bentuk
SK
Menteri
Pertanian
No.
472/Kpts/TN.330/6/96, yang isinya antara lain tentang pengelompokan usaha peternakan menjadi tiga kategori yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan, dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat yaitu usaha peternakan ayam yang jumlahnya tidak melebihi 15.000 ekor ayam pedaging per siklus. Pengusaha kecil peternakan adalah usaha budidaya ayam ras yang jumlahnya tidak melebihi dari 65.000 per siklus. Pengusaha peternakan adalah perusahaan budidaya ayam pedaging yang jumlahnya lebih besar dari 65.000 ekor per siklus. 2.1.2. Kemitraan Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa terdapat permasalahanpermasalahan yang seringkali muncul dalam menjalankan usaha peternakan ayam broiler seperti persaingan pemasaran produk, kenaikan harga input, penurunan harga produk yang menyebabkan usaha peternakan mengalami kerugian bahkan kebangkrutan, pemerintah banyak mengeluarkan program dan kebijakankebijakan yang isinya mengenai peraturan-peraturan untuk melindungi para peternak terutama peternak usaha kecil. Salah satu program yang telah dikeluarkan pemerintah adalah program pengembangan kemitraan pada usaha perunggasan dan sapi potong. Selain untuk mengatasi permasalahan, program pengembangan kemitraan juga dirancang untuk membantu peternak dalam 10
meningkatkan produksi ternak atau daging dan meningkatkan pendapatan peternak. Program tersebut tertuang dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (8) Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 yaitu : “Kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.”1 Keputusan Menteri Pertanian Nomor 472/Ktps/TN.330/6/1996 membagi tiga jenis perusahaan kemitraan yaitu: 1) Perusahaan Inti Rakyat (PIR) atau pola inti plasma yaitu perusahaan yang melakukan fungsi perencanaan, bimbingan dan pelayanan sarana produksi, kredit, pengolahan dan pemasaran hasil tani yang dibimbing sambil menjalankan usahatani yang memiliki dan dikelola sendiri. 2) Perusahaan pengelola, yaitu perusahaan yang melakukan fungsi perencanaan bimbingan dan pelayanan sarana produksi, kredit, pengelolaan dan pemasaran hasil usahatani yang dibimbingnya tetapi tidak menyelenggarakan usahatani sendiri. 3) Perusahaan penghela yaitu perusahaan yang hanya melakukan fungsi perencanaan, bimbingan dan pemasaran hasil. Fadilah (2007) mengartikan kemitraan sebagai usaha beternak ayam dengan cara menjalin kerjasama baik dengan pemodal, perusahaan pakan, maupun perusahaan pembibitan. Beberapa pola kemitraan yang sering dilakukan sebagai berikut : 1) Pola simpan pinjam yaitu peternak meminjam sejumlah modal untuk usaha budidaya ayam kepada pihak pemodal seperi bank. Pada akhir periode jangka waktu tertentu, pinjaman harus dikembalikan dengan tambahan persentase bunga atau persentase keuntungan yang besarnya telah disepakati lebih dahulu.
------------------------------------------------1
Penjelasan Undang-undang No. 9 tahun 1995
11
2) Pola kemitraan dengan perusahaan pakan yaitu pola kemitraan dimana peternak hanya bermitra sebatas suplai pakan untuk usaha ayam tersebut. Selebihnya peternak yang menyediakan. Peternak memiliki wewenang sepenuhnya untuk mengelola usahanya, tetapi biasanya peternak memberikan jaminan kepada perusahaan pakan senilai pakan yang digunakan. 3) Pola kemitraan bagi hasil yaitu pola kemitraan yang terjadi antara peternak dan pihak lain, seperti pemodal atau perusahaan peternakan dengan sistem sharing. Contohnya peternak hanya memiliki sejumlah kandang, semua biaya operasional dan sarana produksi ternak disuplai dari pemodal atau perusahaan peternakan. 4) Pola kemitraan inti plasma yaitu pola kemitraan dimana peternak bermitra dengan perusahaan peternakan selaku inti. Banyak pola kerjasama yang ditawarkan, seperti bagi hasil atau sistem harga kontrak. Namun, prinsipnya semua sama, yaitu perusahaan peternakan berperan sebagai inti untuk membina peternak yang menjadi plasmanya agar lebih maju dan bisa mandiri. Suharno (1999) menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu kerjasama bisnis antara peternak dan pengusaha untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama tersebut harus dilakukan secara adil sehingga masing-masing pihak yang terlibat harus mempunyai posisi dan kepentingan yang sama. Saragih (1998) mengemukakan syarat yang harus dipenuhi dalam pola kemitraan, yaitu syarat keharusan yang menginvestsasikan dalam wujud kebiasaan yang kuat antara mereka yang bermitra dan bersyarat kecukupan berupa adanya peluang saling menguntungkan bagi pihak-pihak yang bermitra melalui pelaksanaan kemitraan. 2.1.3. Karakteristik Ayam Broiler Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal dalam masyarakat kita dengan sebutan ayam broiler, dewasa ini telah banyak diusahakan dan dikembangkan. Menurut Rasyaf (2004), ayam ras pedaging adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur di bawah 8 minggu ketika dijual, dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang banyak. Di Indonesia, ayam broiler sudah dapat dipasarkan pada umur 5-6 minggu dengan bobot hidup antara 1,4-1,7 kg walaupun laju pertumbuhan belum mencapai maksimum, karena ayam broiler yang terlalu berat 12
sulit dijual. Ciri khas ayam broiler adalah: (a) Rasanya khas dan enak; (b) dagingnya empuk dan banyak; dan (c) Pengolahannya mudah tetapi cepat hancur dalam perebusan terlalu lama. Selain itu, Fadillah (2004) menyatakan bahwa keunggulan ayam ras pedaging (broiler) terlihat dari pertumbuhan berat badan yang cepat. Pertumbuhan berat badan yang cepat tersebut didukung oleh: (a) Temperatur udara di lokasi peternakan stabil dan ideal untuk ayam (23-26˚C); (b) Kuantitas dan kualitas pakan terjamin sepanjang tahun; (c) Teknik pemeliharaan yang tepat guna (dihasilkan produk yang memberikan keuntungan maksimal); dan (d) Kawasan peternakan terbebas dari penyakit. 2.2.
Faktor-faktor Produksi Fadilah (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan
dalam usaha peternakan ayam ras pedaging adalah bibit ayam, pakan, tenaga kerja, obat-obatan, vaksin, dan vitamin serta bahan penunjang (sekam, listrik, dan bahan bakar). 2.2.1. Bibit Ayam (Day Old Chick) Abidin (2002), menyatakan bahwa ayam ras pedaging merupakan hasil perkawinan silang dan sistem yang berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan baik. Mutu genetik yang baik akan muncul secara maksimal sebagai penampilan produksi jika ternak tersebut diberi faktor lingkungan yang mendukung, misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Cahyono (2004) menyatakan bahwa umumnya jenis-jenis ayam ras yang banyak beredar di Indonesia adalah jenis ayam ras unggul yang merupakan turunan terakhir hasil perkawinan silang dari pejantan ras White cornish yang berasal dari Inggris dengan induk betina ras Plymouth rock yang berasal dari Amerika. Hasil perkawinan silang yang dikembangbiakan dari kedua ras tersebut menghasilkan DOC yang mempunyai daya tumbuh dan produksi yang tinggi terutama dalam hal kemampuannya mengubah ransum menjadi daging dengan sangat cepat dan hemat. Rasyaf (2004) menyatakan bahwa pedoman untuk memilih DOC yaitu anak ayam berasal dari induk yang sehat agar tidak membawa penyakit bawaan,
13
ukuran atau bobot ayam yaitu bobot normal DOC sekitar 35-40 gram, mata cerah dan bercahaya, aktif dan tampak segar, DOC tidak memperlihatkan cacat fisik seperti kaki bengkok, mata buta atau kelainan fisik lainnya yang mudah dilihat serta tidak ada lekatan tinja di duburnya. Adapun keuntungan yang diperoleh apabila bibit yang digunakan berkualitas baik adalah tingkat mortalitas dan morbiditas yang rendah, lebih mudah dikelola, menghemat biaya pengobatan, dan keuntungan yang diperoleh akan baik. Menurut Fadillah (2004), ada beberapa ciri bibit ayam ras pedaging yang berkualitas, yaitu : (a) Anak ayam yang sehat dan bebas dari penyakit; (b) Berasal dari induk yang matang umur; (c) Anak ayam yang terlihat aktif, mata cerah dan lincah; (d) Anak ayam memiliki kekebalan dari induk yang tinggi; (e) Bulu cerah, tidak kusam dan penuh; (f) Anus bersih, tidak ada kotoran atau pasta putih; (g) Keadaan tubuh ayam normal; dan (h) Berat anak ayam sesuai dengan standar strain, biasanya di atas 37 g/ekor. (Rasyaf, 2004). 2.2.2. Pakan Menurut North dan Bell (1990), pakan ayam ras pedaging terdiri dari tiga bentuk, yaitu : (a) mash atau tepung, biasanya diberikan kurang dari dua minggu; (b) crumble atau butiran halus, diberikan untuk ayam ras pedaging saat masa awal sampai masa pertumbuhan; dan (c) pellet, pakan untuk ayam ras pedaging masa akhir (4 minggu) digunakan pellet finisher. 2.2.3. Obat-obatan, Vaksin, dan Vitamin Antibiotika adalah jenis obat-obatan yang merupakan bahan kimia, dihasilkan dari bakteri, yang berfungsi mencegah datangnya penyakit dan sebagai pemacu pertumbuhan ayam (Ensminger, 1992). Adapun cara penggunaan obatobatan yaitu melalui air minum, pakan dan suntikan (Rasyaf, 2004). Abidin (2002) menyatakan bahwa untuk lebih spesifik meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap bibit penyakit yang lebih spesifik, terutama penyakit yang disebabkan virus perlu dilakukan vaksinasi. Vaksinasi adalah proses memasukkan bibit penyakit yang sudah mati (disebut vaksinasi pasif) atau bibit penyakit yang sudah dilemahkan (disebut vaksinasi aktif) ke dalam tubuh ayam baik melalui injeksi (suntikan), campuran air minum, maupun tetes mata. Pada
14
peternakan ayam ras pedaging, jenis vaksin yang sering dipakai hanya new castle disease (ND) atau tetelo atau gumboro (Fadilah, 2004). 2.2.4. Tenaga Kerja Rasyaf (2004) menyatakan bahwa peternakan ayam ras pedaging mempunyai kesibukan yang temporer terutama pagi hari dan pada saat ada tugas khusus seperti vaksinasi. Oleh karena itu, di suatu peternakan dikenal beberapa jenis tenaga kerja, antara lain : tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian, dan tenaga kerja harian lepas dan kontrak. Umumnya tenaga kerja tetap adalah staf teknis atau peternak itu sendiri, karena sifatnya sebagai tenaga kerja atau karyawan bulanan, maka gaji mereka dimasukkan ke dalam biaya tetap peternakan dan bukan biaya variabel. Tenaga kerja harian dibayar harian atau sejumlah hari yang ditekuni, sedangkan tenaga kerja harian lepas dan kontrak bekerja hanya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan setelah itu tidak ada ikatan lagi. Menurut Fadillah (2004), untuk peternakan dengan skala 4.000 ekor diperlukan tenaga kerja berilmu peternakan dan terampil (terbiasa bekerja di peternakan) dan satu tenaga kerja kasar harian untuk pekerjaan seperti vaksinasi, tangkap ayam, membersihkan brooder (tempat indukan), menjual ayam dan sebagainya. 2.2.5. Bahan Penunjang (sekam, listrik, dan bahan bakar) Menurut Abidin (2002), cahaya terbaik bagi pertumbuhan ayam adalah bersumber dari cahaya matahari, yang secara langsung membantu membentuk vitamin D di dalam tubuh ayam dan secara tidak langsung membantu ayam dalam menemukan pakan dan minum di dalam kandang. Pada malam hari atau jika cuaca sedang gelap, dibutuhkan sumber cahaya buatan baik berupa listrik maupun lampu minyak. Selanjutnya, Fadillah (2004), mengatakan bahwa intensitas cahaya pada malam hari yang diperlukan dari lampu harus setara dengan satu lampu bohlam 150 watt untuk luas lantai 93 m². Selama masa pemeliharaan awal (21 hari) per 1.000 ekor bibit ayam dibutuhkan gas LPG 50 kg sebanyak 5-7 tabung, minyak tanah 100-120 liter dan batubara 100-130 kg. Menurut Fadillah (2004), sekam berperan penting dalam pemeliharaan ayam ras pedaging, terutama ayam yang dipelihara di dalam kandang postal (sistem liter), sekam berfungsi sebagai tempat tidur, tempat istirahat, dan tempat
15
beraktifitas ayam serta tempat menampung kotoran yang dikeluarkan ayam. Sekam harus selalu dijaga agar tetap kering, tidak basah dan menggumpal. 2.3.
Hasil Penelitian Terdahulu Berikut adalah hasil penelitian terdahulu mengenai kemitraan untuk
mengetahui bagaimana pola kemitraan pada usaha-usaha lain dan analisis kelayakan usaha, selanjutnya dibandingkan untuk melihat apa saja metode analisis yang digunakan oleh peneliti-peneliti dalam usaha yang berbeda dan bagaimana hasil penelitian terhadap kelayakan usaha yang telah diteliti dilihat dari aspekaspek studi kelayakan untuk menjadi referensi dalam penelitian. Selain itu juga menekankan penelitian yang akan dilakukan memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya. 2.3.1. Kemitraan Yustiarni (2011) dalam Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Padi bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I Sukamandi, Kabupaten Subang), menggunakan metode IPA dan analisis pendapatan usahatani. Kerjasama kemitraan yang dilakukan pola inti plasma, PT Sang Hyang Seri (SHS) menyediakan lahan sewa untuk digarap oleh petani dengan luas 2 hektar, memberikan modal biaya panen, pinjaman sarana produksi dan benih sedangkan petani berhak mengelola lahan yang disediakan dan berkewajiban menyerahkan hasil panennya kepada PT. SHS, manfaat yang diperoleh bagi inti PT.SHS adalah pemenuhan kebutuhan bahan baku dan tenaga kerja. Manfaat yang diperoleh petani mitra mendapatkan bantuan modal dalam panen, mendapatkan jaminan pasar, meningkatkan pendapatan petani serta mendapatkan tambahan pengetahuan, ketrampilan serta teknologi dalam budidaya. Mekanisme pelaksananaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra ditandai dengan penandatanganan Surat Perjanjian Kerkasama yang dapat diperbaharui setiap musim. Untuk memulai kemitraan, petani mengajukan surat permohonan usulan penggarapan, PT. SHS melakukan evaluasi apakah petani layak, jika layak PT. SHS akan mengeluarkan surat pengabulan yang harus ditandatangani kepala desa. Kemudian dilakukan penandatangan kerjasama antara PT. SHS dan petani mitra.
16
Peraturan terdiri dari peraturan tertulis dan tidak tertulis. Peraturan tertulis tercantum pada Surat Perjanjian kerjasama, yaitu: 1) Pembinaan dan pengawalan teknis yaitu PT. SHS diwajibkan untuk melakukan pembinaan dan pengawalan teknis produksi tiap hari. 2) Pembayaran benih pokok dimana petani diwajibkan membeli benih pokok 25 kg per hektar per musim dari PT. SHS. 3) Pembayaran bagi hasil dimana petani mitra diwajibkan untuk membayar bagi hasil sebesar 1.200 kg per hektar per musim sebagai biaya sewa atas lahan yang digunakan. 4) Pembayaran biaya operasional yang terdiri dari roguing, sanitasi, materai dan PHT, jumlahnya sebesar Rp 130.000,00 per hektar per musim dibayarkan setelah panen. 5) Penjualan hasil panen yaitu petani diharuskan menjual hasil tani pada PT. SHS sesuai kebutuhan PT. SHS. 6) Pengelolaan areal lahan oleh petani mitra tidak boleh dipindah tangankan tanpa prosedur dan harus sepengetahuan PT. SHS. 7) Sanksi terhadap pelanggaran aturan bagi petani adalah diberhentikan kerjasama. Peraturan tidak tertulis yaitu kesepakatan antara PT. SHS dan petani mitra yang tidak tercantum di Surat Perjanjian Kerjasama terdiri dari : 1) Penerapan jadwal tebar, tanam dan panen semuanya ditetapkan oleh PT. SHS. 2) PT. SHS menyediakan sarana produksi selain bibit seperti pupuk dan obatobatan dalam bentuk pinjaman. 3) Kerjasama pembasmian tikus yang dilakukan 2 kali seminggu. 4) Pembagian resiko budidaya, resiko yang diakibatkan bencana alam, iklim, cuaca dan serangan hama ditanggung bersama. Berdasarkan matriks evaluasi kemitraan terdapat enam poin yang masih menimbulkan masalah yaitu: 1) Penjualan hasil panen; 2) Penyediaan sarana produksi; 3) Kegiatan pembasmian tikus; 4) Respon terhadap keluhan; 5) Pengangkutan hasil panen; 6) Pembayaran hasil panen. Terdapat enam atribut yang harus menjadi prioritas utama yaitu harga sarana produksi, ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi, respon inti terhadap keluhan,
17
penyediaan sarana transportasi panen, harga beli hasil panen dan dan ketepatan waktu pembayaran hasil panen. Secara umum diketahui bahwa petani merasa cukup puas, karena nilai CSI yang diperoleh adalah 62,08. Analisis pendapatan usahatani menunjukkan usahatani sudah layak untuk dijalankan karena nilai R/C petani mitra maupun non mitra lebih besar dari 1. Putra (2011) dalam Pola Kemitraan antara Petani dengan UBH-KPWN dalam Usaha Hutan Rakyat Jati Unggul Nusantara di Desa Ciaruteun Ilir, Kabupaten Bogor menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis kelayakan non finansial menganalisis aspek ekonomi, teknis dan sosial, dan finansial dengan alat analisis NPV. Pola kemitraan yang diterapkan UBH-KPWN dengan petani yaitu pola yang dilaksanakan melalui kerjasama antara investor, pemilik lahan, petani penggarap, perangkat desa dan UBH-KPWN yang bertindak sebagai lembaga fasilitator dan lembaga penjamin, dengan pembagian hasil panen secara proporsional dan menguntungkan para pihak. UBH-KPWN memiliki hak bagi hasil panen 15 persen dari total pohon yang ditanam, kewajibannya adalah melakukan inventarisasi dan identifikasi calon lokasi dan pemilik lahan serta petani penggarap peserta budidaya JUN, merencanakan dan melaksanakan kegiatan budidaya JUN, melaksanakan pendampingan kepada petani penggarap, menarik calon investor, mengelola dana, memasarkan pohon jati siap panen, melaksanakan pembagian hasil. Investor memiliki hak bagi hasil panen 40 persen dari total pohon yang ditanam, tidak menanggung resiko jika ada tanaman yang mati karena kelalaian. Kewajibannya adalah menanamkan modal minimal 100 pohon. Pemilik lahan memiliki hak bagi hasil 10 persen dari total pohon yang ditanam, tidak menanggung resiko jika ada tanaman yang mati karena kelalaian. Kewajibannya adalah memberikan ijin lahannya untuk dikelola selama enam tahun dan turut mengawasi tanaman dari gangguan. Petani penggarap memiliki hak bagi hasil 25 persen dari total jumlah pohon yang ditanam, mendapat bimbingan dan pelatihan. Kewajibannya adalah melaksanakan budidaya JUN, bila terjadi kematian/kehilangan keuntungan petani
18
dikurangi 0,5 persen per tanaman yang mati atau hilang. Pemerintah desa memiliki hak bagi hasil 10 persen dari total pohon yang ditanam. Hasil penelitiannya adalah usaha JUN yang dilaksanakan oleh petani dan UBH-KPWN layak, dengan nilai NPV Rp 1.678.390.947,00 dan hubungan kemitraannya termasuk kemitraan prima madya. Saputra (2011) dalam Analisis Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pola kemitraan Ayam Broiler Studi Kasus Kemitraan Dramaga Unggas Farm di Kabupaten Bogor, analisis kepuasan menggunakan importance performance analysis (IPA) dan costumer satisfaction index (CSI). Mekanisme pelaksanaan kemitraan, perusahaan inti menyeleksi petani berdasarkan lokasi kandang, kondisi, serta kelengkapan kandang dengan kapasitas minimal 1.500 ekor, milik sendiri atau pinjaman, peternak diharuskan memiliki pengalaman dan menyerahkan jaminan berupa bukti kepemilikan tanah, BPKB atau uang tunai. Pihak inti memiliki hak menentukan harga sapronak dan hasil panen ayam, jadwal pengiriman DOC, pakan dan panen ayam. Kewajiban inti adalah menentukan dan menyusun program pemeliharaan, memberikan bimbingan teknis, dan memberikan pelayanan kesehatan ternak. Pihak plasma yaitu peternak memiliki hak bantuan modal berupa sapronak, mendapatkan bimbingan teknis dan pelayanan ternak. Kewajiban peternak adalah mengelola usaha ternaknya dengan baik. Peternak tidak diperbolehkan menggunakan sapronak yang berasal dari pihak lain dan juga dilarang menjual hasil panen ke pihak lain, sehingga keuntungan yang diperoleh peternak adalah selisih antara penjualan ayam dengan pengeluaran sapronak dari perusahaan inti. Harga jual ayam adalah harga kontrak tetap yaitu Rp 15.000,00/kg. Hasil penelitian menunjukkan peternak merasa puas dengan pola kemitraan Dramaga Unggas Farm. 2.3.2. Analisis Kelayakan Usaha Setiawan (2010) dalam Analisis Kelayakan Finansial Peternak Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti-Plasma Cikahuripan PS, Kabupaten Ciamis, menggunakan dua metode analisis yaitu pendapatan dan R/C ratio. Hasil dari 19
penelitiannya adalah pola kemitraan Cikahuripan sudah cukup baik, namun tidak tertulis sehingga kekuatan hukumnya lemah. Karakteristik peternak terbanyak berumur 25-45 tahun (74,07 persen), dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah lulusan SD (44,44 persen), pengalaman beternak selama 5-10 tahun (74,07 persen) dan usaha peternakan dijalankan sebagai usaha sampingan (77,78 persen). Kemitraan
yang
dijalankan
berhasil,
karena
hasil
analisis
pendapatan
menunjukkan bahwa keuntungan peternak yang berproduksi pada bulan September-Oktober Rp 3.111,92/ekor atau Rp 1.618,34/kg. Sugiarti (2008) dalam Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler Abdul Djawad Farm, di Desa Banu Resmi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor
menggunakan metode analisis kelayakan NPV, IRR, BCR,
PBP, dan Analisis sensitivitas. Hasil penelitiannya adalah usaha peternakan Abdul Djawad Farm tahun 2007-2017 bahwa dengan menggunakan modal sendiri (tingkat suku bunga 6,25 persen) maka didapat NPV sebesar Rp 931.398.142,05, BCR 1,04, dan payback period 3 tahun 6 bulan, serta IRR 29,27 persen. Jika menggunakan modal pinjaman (tingkat suku bunga 14,5 persen) maka didapat NPV sebesar Rp 438.192.975,74 dan BCR 1,03 dan payback period 4 tahun 4 bulan, serta IRR sebesar 29,27 persen. Berdasarkan kriteria kelayakan, dimana NPV bernilai positif, BCR lebih dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka usaha peternakan Abdul Djawad Farm layak dijalankan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan Abdul Djawad Farm rentan terhadap peningkatan harga DOC cateris paribus lebih dari 19,50 persen (modal sendiri) dan lebih dari 13,04 persen (modal pinjaman), peningkatan harga pakan cateris paribus lebih dari 7,00 persen (modal sendiri) dan lebih dari 4,68 persen (modal pinjaman) serta penurunan harga jual ayam broiler cateris paribus lebih dari 4,34 persen (modal sendiri) dan lebih dari 2,90 persen (modal pinjaman) akan menyebabkan kerugian. Sulaiman (2010) dalam Analisis Kelayakan Pengusaha Ikan Kerapu Macan di Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta, menggunakan metode NPV, IRR, Net B/C, PBP dan Analisis Sensitivitas pada 3 skenario penelitian dengan tingkat suku bunga 6,5 persen dan umur proyek 5 tahun. Skenario 1 (pendederan) adalah benih ikan kerapu macan yang berukuran 13-15 cm dari benih yang
20
berukuran 3-5 cm dengan harga jual Rp 13.300,00/ekor, NPV sebesar Rp 1.395.344,00, IRR 94 persen, Net B/C 1,06, dan PBP 5 tahun, berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, Net B/C lebih dari satu, usaha tersebut layak secara finansial dan non-finansial. Skenario 2 (pembesaran) produk yang dihasilkan adalah ikan kerapu macan ukuran 0,5 kg (ukuran konsumsi) dari benih yang berukuran 3-5 cm dengan harga jual Rp 110.000,00/kg berdasarkan harga yang berlaku pada saat penelitian, NPV sebesar Rp 11.755.487,00, IRR 54 persen, Net B/C 1,58 dan PBP 3,17, berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, Net B/C lebih dari satu usaha tersebut layak secara finansial dan non-finansial. Skenario 3 adalah pendederan dan pembesaran ikan kerapu macan, NPV sebesar Rp 17.012.251,00, IRR 72 persen, Net B/C 2,02 dan PBP 2,48, berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, usaha tersebut layak secara finansial dan non-finansial. Hasil analisis sensitivitas skenario 1 rentan terhadap penurunan harga jual di bawah 21,08 persen, kenaikan harga bibit di atas 32,44 persen dan penurunan SR di bawah 31,61 persen. Hasil analisis sensitivitas skenario 2 rentan terhadap penurunan harga jual di bawah 3,43 persen, kenaikan harga bibit di atas 50 persen, dan penurunan SR di bawah 3,5 persen. Hasil analisis sensitivitas skenario 3 rentan terhadap penurunan harga jual di bawah 4,96 persen, kenaikan harga bibit di atas 38,28 persen dan penurunan SR 4,09 persen. Zulfah (2010) dalam Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani Bhineka I, Desa Blendung, Kabupaten Subang menggunakan metode NPV, IRR, Net B/C, PBP dan Analisis Sensitivitas pada 2 skenario umur proyek 10 tahun. Skenario 1 tanpa penambahan kapasitas produksi 25 ton/bulan, modal menggunakan modal sendiri ditambah bantuan pemerintah Rp 32.000.000,00, suku bunga deposito 7 persen, NPV Rp 156.197.316,00, IRR 65 persen, PBP 2,7, Berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku usaha tersebut layak secara finansial dan nonfinansial. Skenario 2 dengan kondisi usaha peningkatan kapasitas produksi menjadi dua kali lipat dari 25 ton menjadi 50 ton/bulan dan penambahan luas
21
bangunan pengomposan dan alat produksi, modal pinjaman dengan suku bunga kredit 16 persen, NPV Rp 164.690.803,00, Net B/C 4,09, IRR 68 persen PBP 3,18, berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku usaha tersebut layak secara finansial dan non-finansial. Hasil analisis sensitivitas skenario 1 rentan terhadap kenaikan harga biaya bahan baku/tahun di atas 4,41 persen, kenaikan upah kerja/tahun di atas 19,2 persen dan penurunan harga jual di bawah 14,4 persen. Hasil analisis sensitivitas skenario 2 rentan terhadap kenaikan harga biaya bahan baku/tahun di atas 4,16 persen, kenaikan upah kerja/tahun di atas 17,85 persen dan penurunan harga jual di bawah 11,25 persen. Perbedaan dengan penelitian ini adalah analisis kelayakan dilakukan pada usaha peternakan ayam broiler yang melakukan kerjasama kemitraan pola inti plasma yang memberlakukan harga tetap kontrak. Penelitian dilakukan pada usaha yang sedang berjalan untuk memproyeksi kelayakan usaha lima tahun ke depan sejak tahun 2009 untuk mengetahui apakah kerjasama kemitraan yang dilakukan layak untuk dilanjutkan. Laba rugi dan cashflow diproyeksikan menggunakan harga DOC dan pakan yang meningkat pada tiap tahunnya masing-masing 4,3 persen dan 2 persen, persentase kenaikan berdasarkan data keuangan usaha pada tahun 2009. Analisis sensitivitas switching value menggunakan variabel kenaikan harga DOC dan pakan dan penurunan harga jual ayam.
22
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek
adalah
kegiatan-kegiatan
yang
dapat
direncanakan
dan
dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber daya untuk mendapatkan benefit. Proyek juga berarti kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumberdaya-sumberdaya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari identifikasi, persiapan, dan analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi (Gittingger, 1986). Evaluasi proyek sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Studi kelayakan proyek merupakan suatu analisis yang dapat menunjukkan apakah suatu proyek pembangunan yang direncanakan atau yang sedang berjalan layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan kelangsungan hidupnya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan manfaat dan biaya yang diakibatkan oleh bisnis atau proyek pembangunan tersebut. Tujuan analisis proyek adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, menghindari pemborosan sumber-sumber yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek
yang tidak
menguntungkan, mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan menentukan prioritas investasi. Untuk mengetahui tingkat keuntungan suatu calon proyek perlu dihitung benefit dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek (Gray, et. al,. 1999). 3.1.2. Analisis Biaya dan Manfaat Menurut Gittingger (1986), tujuan analisis dalam suatu proyek harus disertai dengan definisi mengenai biaya dan manfaat. Biaya adalah suatu yang mengurangi tujuan. Biaya yang umumnya dimasukkan dalam analisis proyek
23
adalah biaya-biaya yang langsung berpengaruh terhadap suatu investasi, antara lain seperti biaya operasional dan biaya investasi. Biaya investasi adalah biaya yang pada umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar, sedangkan biaya operasional adalah biaya yang rutin dikeluarkan setiap tahun pada umur proyek. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tidak berubah atau tetap pada volume kegiatan tertentu, penyusutan pajak dan sebagainya. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan cenderung berubah sesuai dengan bertambahnya volume produksi, meliputi biayabiaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan sebagainya. Menurut Nurmalina et al. (2009), manfaat proyek dapat dibagi menjadi dalam tiga bagian yaitu : Tangible benefit, indirect benefit, dan intangible benefit. Tangible benefit adalah manfaat yang dapat diukur, misalnya disebabkan oleh adanya peningkatan produksi, perbaikan kualitas produk, perubahan waktu dan lokasi penjualan, perubahan bentuk produk, mekanisasi pertanian, pengurangan biaya transportasi dan penurunan atau menghindari kerugian. Indirect benefit adalah manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri, sehingga mempengaruhi keadaan eksternal di luar bisnis. Intangible benefit adalah manfaat yang riil yang ada tetapi sulit diukur, seperti bisnis pertamanan dimana manfaat keindahan kenyamanan dan kesegaran, kesehatan serta pendidikan. 3.1.3. Laba Rugi Menurut Nurmalina et al. (2009), laporan laba rugi berisi tentang total penerimaan, pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu usaha dalam satu tahun produksi. Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Laporan laba rugi merupakan ringkasan dari empat jenis kegiatan dalam suatu bisnis, meliputi : a) Penerimaan dari penjualan produk dan jasa. b) Beban produksi untuk mendapatkan barang atau jasa yang akan dijual. c) Beban yang timbul dalam memasarkan dan mendistribusikan produk atau jasa pada konsumen, serta yang berkaitan dengan beban administratif dan operasional. 24
d) Beban keuangan dalam menjalankan bisnis, contohnya bunga yang dibayarkan bank, penyusutan dan lainnya. Adapun laba rugi akan memudahkan untuk menentukan besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh suatu perusahaan, untuk menghitung berapa penjualan minimum baik dari kuantitas ataupun nilai uang dari suatu aktivitas bisnis, nilai produksi atau penjualan minimum tersebut merupakan titik impas (break even point), dan untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cash flow. 3.1.4. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Studi kelayakan atas suatu proyek harus dilakukan untuk semua aspek yang terkait sehingga penilaian kelayakan terhadap suatu proyek tidak hanya berdasarkan kelayakan finansial saja. Untuk melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Haming dan Basalamah (2010), mengklasifikasikan aspek-aspek tersebut menjadi enam aspek yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan produksi, aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial, dan aspek finansial. Menurut Gittinger (1986), aspek pasar, aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek finansial. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), aspek-aspek studi kelayakan proyek terdiri aspek pasar, aspek teknis, keuangan, hukum dan ekonomi negara. Namun tergantung pada besar dan kecilnya dana yang tertanam dalam investasi tersebut, maka juga terkadang ditambah dengan studi dampak sosial. 1) Aspek pasar dan pemasaran Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang : a) Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai dan perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut. b) Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri, maupun juga berasal dari impor. Bagaimana perkembangannya di masa lalu dan bagaimana perkembanganya di masa yang akan datang.
25
c) Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya. d) Program
pemasaran,
mencakup
strategi
pemasaran
yang
akan
dipergunakan bauran pemasaran (marketing mix). Identifikasi siklus kehidupan produk (product life cycle), pada tahap apa produk yang akan dibuat. e) Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang biasa dikuasai perusahaan. 2) Aspek teknis dan produksi Analisis secara teknis dan produksi berhubungan dengan penyediaan input proyek dan output (produksi) berupa barang dan jasa (Gittinger, 1986). Input dari usaha peternakan ayam broiler adalah pakan, bibit, obat-obatan, vaksin dan vitamin, tenaga kerja dan bahan penunjang lainnya. Bagaimana strategi dalam mendapatkan bahan baku di atas dalam hal kualitas dan kuantitas, dan juga manajemen produksinya agar penggunaan input-input tersebut menghasilkan output yang berkualitas dengan tingkat kuantitas maksimal. Output dari usaha ini adalah ayam broiler dan kotoran ayam, bagaimana peternak dapat menghasilkan produk yang berkualitas yaitu ayam yang bebas penyakit, bersih dan higienis, segar, dan memiliki bobot yang sesuai dengan keinginan konsumen. Analisis secara teknis juga dapat mengidentifikasikan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam informasi yang harus dipenuhi baik sebelum perencanaan proyek atau pada tahap awal pelaksanaan. 3) Aspek manajemen dan organisasi Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek manajemen dan organisasi mempelajari tentang manajemen dan organisasi dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dan organisasi dalam masa operasi. Manajemen dan organisasi dalam masa pembangunan bisnis, terkait dengan siapa pelaksana bisnis, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Manajemen dan organisasi dalam masa operasi, terkait bagaimana bentuk organisasi atau badan usaha bisnis yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, bagaimana deskripsi
26
masing-masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga-tenaga inti. Kadariah et al. (1999), menyatakan bahwa keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi secara subjektif, meskipun demikian jika hal ini tidak mendapat perhatian yang khusus, ada banyak kemungkinan terjadi pengambilan
keputusan
yang kurang realistis
dalam
proyek
yang
direncanakan. 4) Aspek hukum Studi aspek hukum harus mampu menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan msalah ligitasi, kesepakatan-kesepakatan; hubungan industrial; perizinan; status perusahaan; desain mengenai hak dan kewajiban pendiri; pemegang saham, tim manajemen dan karyawan (Haming, 2010). 5) Aspek ekonomi dan sosial Aspek sosial menyangkut dampak sosial, budaya dan lingkungan yang disebabkan adanya bisnis yang akan dilaksanakan dan kesesuaian dengan pola sosial budaya dan lingkungan masyarakat setempat. Gittinger (1986), menyatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan sosial harus difikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial tersebut. Sebab tidak ada proyek yang akan bertahan lama bila tidak tanggap terhadap sosial. Aspek sosial juga dapat berkenaan dengan kontribusi bisnis terhadap manfaat ekonomi seperti penyerapan tenaga kerja, pemerataan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. 6) Aspek finansial Aspek finansial berkenaan dengan pengaruh-pengaruh finansial bisnis terhadap petani sebagai pelaku dalam bisnis tersebut. Husnan dan Suwasono (2000), menyebutkan bahwa analisis terhadap aspek finansial dilakukan untuk melihat apakah proyek tersebut mampu memenuhi kewajiban finansial ke dalam dan keluar perusahaan serta dapat mendatangkan keuntungan yang layak bagi perusahaan atau pemiliknya. Aspek finansial ditentukan berapa jumlah dana modal tetap dan modal awal kerja yang dibutuhkan, struktur
27
permodalan, sumber pinjaman yang diharapkan dan persyaratan, serta kemampuan proyek memenuhi kewajiban finansial. Husnan dan Suwarsono (2000), pada umumnya ada lima metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian investasi, metode tersebut yaitu metode avarage rate of return, payback period, internal rate return, net benefit and cost ratio, dan profitability indeks. Selain itu Gittinger (1986) menyebutkan bahwa dana yang diinvestasikan itu layak atau tidak akan diukur melalui kriteria investasi net present value, gross benefit cost ratio, dan internal rate of return. a) Net Present Value (NPV) Net present value merupakan nilai selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih dari masa yang akan datang (Husnan dan Suwarsono, 2000). Menurut Gittinger (1986), net present value adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi, untuk menghitung NPV, perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan. Terdapat tiga penilaian investasi dalam metode NPV, yaitu jika NPV lebih besar dari nol berarti layak untuk dilakukan. Sebaliknya, jika NPV kurang dari nol, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek dapat dilaksanakan tetapi dengan konsekuensi hanya dapat memberikan manfaat atau keuntungan yang cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. b) Net benefit and cost ratio (Net B/C) Rasio manfaat dan biaya diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya (Gittinger 1986). Net B/C ratio didefinisikan sebagai angka perbandingan antara jumlah NPV positif sebagai pembilang dengan jumlah NPV negatif sebagai penyebut. Nilai Net B/C menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah (Husnan dan Suwarsono, 2000). Untuk menggunakan metode Net B/C ratio perlu menentukan tingkat bunga yang dipergunakan. Nilai Net B/C ratio mengandung dua arti penting, yaitu :
28
i)
Net B/C > 1, maka proyek layak atau menguntungkan.
ii) Net B/C = 1, maka proyek layak tetapi proyek tidak memberikan keuntungan. iii) Net B/C < 1, maka proyek tidak layak atau tidak menguntungkan. c) Internal rate of return (IRR) Perhitungan internal rate of return (tingkat pengembalian internal) adalah tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger, 1986). Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan menunjukkan kemampuan proyek dalam mengembalikan pinjaman. Suatu investasi dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, apabila IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga berarti investasi tidak layak untuk dilaksanakan karena tidak menguntungkan. d) Payback period (PP) Menurut Gittinger (1986), payback period adalah jangka waktu kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan, dan dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai netto produksi tambahan, sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan. e) Analisis switching value Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan pendekatan switching value. Menurut Gittinger (1986), analisis switching value adalah suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Pendekatan switching value (nilai pengganti), dimana analisis ini mencari beberapa perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar proyek masih bisa dilaksanakan dan masih bisa memberikan keuntungan normal. Perubahan-perubahan yang terjadi, misalnya perubahan pada tingkat produksi, harga jual output maupun kenaikan harga input. Analisis ini dilakukan dengan teknik coba-coba terhadap perubahan terjadi, sehingga
29
dapat diketahui tingkat kenaikan dan penurunan maksimum yang boleh terjadi pada usaha peternakan ayam broiler agar memperoleh keuntungan. Pengujian analisis switching value dilakukan sampai mencapai tingkat maksimum, dimana proyek dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besarnya proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol (NPV=0). Nilai NPV sama dengan nol akan membuat IRR menjadi sama dengan tingkat suku bunga yang ditentukan (IRR=suku bunga) dan Net B/C rasio menjadi sama dengan satu (Net B/C = 1). 3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional Usaha peternakan ayam broiler mandiri skala kecil memilih untuk
bekerjasama dengan perusahaan kemitraan dengan harapan bisa mengatasi masalah persaingan pemasaran produk, kenaikan harga input dan penurunan harga jual ayam, agar terhindar dari kerugian bahkan kebangkrutan. Dengan bekerjasama dengan perusahaan kemitraan peternak tidak perlu memikirkan bagaimana pemasaran produk dan penurunan harga jual ayam. Namun, sebagai plasma dari sebuah perusahaan kemitraan pun, peternak tetap menghadapi beberapa tantangan dalam mempertahankan usahanya. Peternak plasma menghadapi harga jual ayam broiler tetap atau kontrak dari perusahaan inti sehingga penerimaan tetap, tetapi harus menutupi biaya produksi yang besar dan cenderung meningkat. Hal tersebut seringkali menyebabkan peternak plasma memperoleh keuntungan tetap bahkan berkurang dari periode sebelumnya, walaupun harga jual di pasar meningkat. Usaha peternakan ayam brolier Agus Suhendar merupakan peternakan ayam broiler skala kecil yang memilih bergabung dengan usaha kemitraan inti plasma untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, peternakan Agus Suhendar bergabung dengan CV. Tunas Mekar Farm (TMF) sejak tahun 2005 hingga sekarang. Sebagai plasma, peternakan Agus Suhendar menghadapi harga jual ayam broiler tetap atau kontrak dari perusahaan inti sehingga penerimaan tetap, tetapi harus menutupi biaya produksi yang besar dan cenderung meningkat. Untuk itu dibutuhkan analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler pola inti plasma untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai dalam usaha
30
peternakan ayam broiler, apakah usaha peternakan ayam broiler layak dijalankan berdasarkan arus penerimaan dan biaya. Kerangka pemikiran operasional digambarkan pada Gambar 1. Analisis kelayakan usaha peternakan ayam Agus Suhendar dilakukan berdasarkan aspekaspek studi kelayakan, baik non finansial meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan produksi, aspek hukum, aspek manajemen dan organisasi, serta aspek ekonomi dan sosial maupun finansialnya dengan menggunakan perhitungan NPV, Net B/C, IRR, Payback period, dan Switching value untuk menilai apakah usaha peternakan layak dan melanjutkan kerjasama dengan CV. TMF atau melakukan evaluasi. Analisis sensitivitas menggunakan pendekatan Switching value untuk melihat kelayakan usaha ayam broiler dalam menghadapi kenaikan harga DOC dan harga pakan serta penurunan harga jual. Apabila hasil analisis menunjukkan hasil usaha sesuai dengan kriteria kelayakan, maka usaha tersebut layak, dan tetap bekerjasama dengan CV. TMF.
31
-
Usaha Peternakan Ayam Broiler: Persaingan pemasaran produk Kenaikan harga input Penurunan harga jual ayam
Kemitraan
Kemitraan Peternakan Agus Suhendar dengan CV. Tunas Mekar Farm - Harga Sapronak Meningkat - Harga jual ayam tetap
Peternakan Agus Suhendar Mengalami Penurunan Pendapatan Akibat Penerimaan Tetap Harus Menutupi Biaya Meningkat Analisis Kelayakan Usaha
-
Analaisis Kelayakan Non Finansial Aspek pasar dan pemasaran Aspek teknik dan produksi Aspek hukum Aspek manajemen dan organisasi Aspek ekonomi dan sosial
Layak
Kerjasama Dilanjutkan
-
Analisis Kelayakan Finansial NPV Net B/C IRR Payback period Switching value
Tidak layak
Evaluasi Kemitraan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
32
IV. METODE PENELITIAN 4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di usaha peternakan Agus Suhendar, Desa
Patambran RT 02/04 Semplak Barat, Kemang Utara, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, plasma dari CV. Tunas Mekar Farm (TMF). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan berdasarkan data CV. Tunas Mekar Farm, peternakan Agus Suhendar adalah plasma yang mengalami permasalahan penurunan pendapatan akibat penerimaan tetap karena harga kontrak tetap tetapi harus menutupi biaya meningkat karena harga sapronak yang meningkat. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari 2011 hingga Maret 2011. 4.2.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan manajer CV.Tunas Mekar Farm, pemilik peternakan Agus Suhendar, dan karyawan peternakan dan pengamatan. Data Primer yang diperlukan antara lain penerimaan dan biaya yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian. Data sekunder diperoleh dari catatan peternakan Agus Suhendar Farm dan CV. Tunas Mekar Farm dan literatur lainnya seperti buku, majalah peternakan, Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, Perpustakaan IPB, internet dan instansi lainnya. Data sekunder yang diperlukan antara lain keadaan geografis, demografis, dan data lain. 4.3.
Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode study case.
Responden dipilih secara sengaja dan memiliki kontribusi besar dalam pelaksanaan kegiatan usaha peternakan ayam broiler di usaha peternakan Agus Suhendar yang sedang berjalan. Adapun pihak yang dijadikan responden adalah manajer CV. Tunas Mekar Farm, pemilik peternakan Agus Suhendar dan karyawan peternakan. Pemilihan responden dilakukan dengan alasan bahwa responden tersebut memiliki data dan informasi yang dibutuhkan untuk
33
mendukung penelitian dan wewenang untuk memberikannya. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. 4.3.1. Analisis Kualitatif Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran dari aspekaspek berikut : 1) Aspek pasar dan pemasaran Analisis pasar dan pemasaran akan memberikan gambaran mengenai permintaan dan penawaran ayam broiler di Bogor serta bagaimana peternakan Agus Suhendar menghadapi fluktuasi permintaan dan penawaran di pasar, harga pasar yang sedang terjadi dan harga jual kontrak, dan pemasaran produk yang dihasilkan. 2) Aspek teknik dan produksi Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana lahan dan kandang, pengadaan input, dan proses produksi peternakan Agus Suhendar. 3) Aspek hukum Analisis aspek hukum harus mampu menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan masalah ligitasi, kesepakatan-kesepakatan; hubungan industrial; perizinan; status perusahaan; desain mengenai hak dan kewajiban pendiri; pemegang saham, tim manajemen dan karyawan (Haming dan Basalamah, 2010). Penilaian aspek hukum pada penelitian ini difokuskan pada bagaimana hubungan kemitraan antara peternakan Agus suhendar sebagai plasma dengan CV. Tunas Mekar Farm sebagai inti, kesepakatankesepakatan yang dibuat di dalamnya dan status hukum CV. Tunas Mekar Farm. 4) Aspek manajemen dan organisasi Analisis mengenai aspek organisasi dan manajemen dilakukan untuk mengetahui apakah fungsi organisasi dan manajemen dapat diterapkan dengan baik pada kegiatan operasional usaha peternakan ayam broiler pada usaha peternakan Agus Suhendar. 5) Aspek ekonomi dan sosial Analisis aspek ekonomi dan sosial bertujuan untuk mengemukakan pengaruh positif proyek terhadap perekonomian dan masyarakat sekitar 34
proyek, apakah proyek tanggap terhadap keadaan sosial masyarakat, seperti penciptaan lapangan kerja, distribusi pendapatan, pembangunan jasa-jasa umum seperti jalan raya. 4.3.2. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif pada penelitian ini dilakukan dengan menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler dari aspek finansial. Dalam analisis aspek finansial terdapat beberapa metode yang akan digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam Agus Suhendar yaitu NPV, Net B/C, IRR, Payback period dan analisis sensitivitas menggunakan metode Switching value. 1) Net present value (NPV) Net present value (NPV) adalah keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi. Metode ini dihitung dengan cara mengurangi nilai penerimaan arus tunai pada waktu sekarang dengan biaya arus tunai pada waktu sekarang selama waktu tertentu. Kriteria kelayakan investasi berdasarkan nilai NPV yaitu bila NPV>0, maka proyek tersebut menguntungkan dan layak didirikan. Rumus NPV adalah sebagai berikut :
Keterangan : = Penerimaan total pada tahun tertentu. Penerimaan didapatkan dari ` perkalian harga ayam broiler dengan jumlah penjualan ayam dijumlahkan dengan penerimaan dari penjualan kotoran ayam dan insentif. = Biaya total pada tahun tertentu, biaya total didapatkan dari jumlah biaya variabel dan biaya tetap. = Waktu (Tahun analisis) = Suku bunga deposito karena menggunakan modal sendiri, yang merupakan Opportunity cost of capital (discount rate) n = Jumlah umur ekonomis Kriteria : NPV > 0, maka usaha peternakan ayam broiler menguntungkan dan layak dilaksanakan.
35
NPV < 0, maka usaha peternakan ayam broiler merugi dan lebih baik tidak dilaksanakan. NPV = 0, maka usaha peternakan ayam broiler tidak untung namun tidak juga merugi. 2) Net benefit cost ratio (Net B/C) Net benefit cost ratio (Net B/C) adalah tingkat besarnya manfaat tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan berupa perbandingan antara jumlah NPV yang positif (sebagai pembilang) dengan NPV yang negatif (sebagai penyebut). Kriteria kelayakan investasi berdasarkan nilai Net B/C yaitu semakin besar Net B/C, maka usaha tersebut semakin menguntungkan dan layak dijalankan.
Keterangan : Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga (discount rate) n = Jumlah Tahun Kriteria : Net B/C > 1, maka usaha peternakan ayam broiler layak dijalankan Net B/C < 1, maka usaha peternakan ayam broiler merugi dan lebih baik tidak dijalankan Net B/C = 1, maka usaha peternakan ayam tidak untung namun juga tidak merugi 3) Internal rate of return (IRR) Internal rate of return (IRR) adalah kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan pengembalian atau dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih yang dapat dicapainya. Jika diperoleh nilai IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku (discount rate), maka proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan dalam menggunakan IRR adalah sebagai berikut :
36
+ Keterangan :
(
)
= discount rate yang menghasilkan NPV positif = discount rate yang menghasilakn NPV negatif = NPV positif = NPV negatif
4) Payback period Payback period (masa pembayaran kembali) didefinisikan sebagai jangka waktu
kembalinya keseluruhan investasi
yang ditanamkan, melalui
keuntungan yang diperoleh suatu proyek. Kriteria investasi semakin cepat tingkat pengembalian investasinya, maka investasi tersebut semakin baik dilaksanakan. Payback period dihitung menggunakan metode arus kumulatif (Haming dan Basalamah, 2010). Metode arus kumulatif : Payback period = n + Keterangan :
n a b
x 1 tahun
= Tahun terakhir dimana arus kas masih belum bisa menutupi investasi mula-mula = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke - n = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke - n+1
Usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar memiliki umur proyek 5 tahun. Hal tersebut berdasarkan umur ekonomis bangunan kandang ayam. Apabila selama umur proyek modal kembali sebelum berakhirnya umur proyek maka proyek tersebut masih dapat dilaksanakan. Akan tetapi, jika sampai saat proyek berakhir modal belum kembali, maka sebaiknya proyek tersebut tidak dilaksanakan. 5) Switching value Analisis nilai pengganti merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi akibat peningkatan dan penurunan suatu variabel. Analisis ini mencari perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar proyek masih bisa dilaksanakan dan masih bisa memberikan keuntungan normal. Perubahan-perubahan yang terjadi misalnya, perubahan pada tingkat produksi, harga jual output maupun harga input. Penelitian ini akan 37
menggunakan variabel analisis kenaikan harga DOC dan pakan serta penurunan harga jual. 4.4.
Asumsi-asumsi Dasar Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Lahan yang digunakan adalah lahan sewa seluas 1.500 m². 2) Umur proyek adalah lima tahun yang ditetapkan berdasarkan umur ekonomis kandang yang konstruksinya sebagian besar terbuat dari bambu. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kandang merupakan aset penting dalam usaha peternakan ayam broiler yang memerlukan biaya besar. 3) Sumber modal usaha peternakan Agus Suhendar berasal dari modal sendiri sehingga yang digunakan adalah suku bunga deposito rata-rata acuan Bank Indonesia pada tahun 2011 sebesar 6,5 persen. 4) Kapasitas kandang 9.000 DOC per periodenya. 5) Sumber penerimaan yang diperoleh dalam usaha ini berasal dari penjualan ayam hidup dan kotoran ayam serta insentif sebesar Rp 30,00/kg bobot hidup ayam jika angka mortalitas sama dengan 4,5 persen, dan Rp 190,00/kg bobot hidup jika angka FCR (feed convertion ratio) sama dengan 1,8. 6) Setiap ayam hidup yang dihasilkan terjual habis setiap periodenya, hal ini dikarenakan TMF menyalurkan semua hasil penjualan peternakan Agus Suhendar kepada pembeli. 7) Siklus produksi adalah 1,5 bulan per periode, dan hasilnya dijual pada akhir periode. Masa persiapan kandang dua minggu setelah panen. Dalam satu tahun terjadi enam kali panen. 8) Tingkat mortalitas 4,5 persen berdasarkan pengalaman peternakan Agus Suhendar, yang angka mortalitasnya tidak pernah melebihi 4,5 persen dan FCR tidak pernah melebihi 1,8. 9) Rata-rata hasil panen ayam broiler adalah 8.595 ekor. Angka ini didasarkan pada jumlah DOC yang dipelihara dikurangi angka mortalitas 4,5 persen. 10) Ayam dipanen pada saat umur 4-5 minggu dengan asumsi bobot rata-ratanya adalah 1,6 kg/ekor berdasarkan rata-rata bobot panen pada peternakan Agus Suhendar pada periode tahun 2009. 11) Harga jual ayam hidup adalah Rp 12.500,00/kg. 38
12) Biaya yang dikeluarkan untuk usaha peternakan ayam broiler terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi yang dikeluarkan yaitu biaya pembangunan kandang, pembelian peralatan, instalasi listrik dan air, sedangkan biaya operasional per periode seperti pembelian DOC, pakan, obat-obatan dan vitamin, pembayaran gaji, listrik. 13) Harga DOC pada tahun pertama diasumsikan Rp 3.303,00/ekor, meningkat 4,3 persen setiap tahun. Harga pakan diasumsikan Rp 4.565,00/kg pada tahun pertama, meningkat 2 persen setiap tahun. Biaya pakan per DOC diasumsikan Rp 13.147,20, didapatkan dari bobot panen 1,6 kg dikalikan FCR 1,8 dikalikan harga pakan Rp 4.565,00/kg. Biaya obat-obatan diasumsikan tetap yaitu sebesar Rp 900.000,00 per periodenya. Harga dan persentase peningkatan didasarkan pada rata-rata harga yang terjadi pada tahun 2009, karena proyeksi cashflow dibuat sejak tahun 2009 hingga lima tahun ke depan. Biaya lain diasumsikan tetap. 14) Besarnya pajak yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008 pasal 17 ayat 2b tentang tarif umum PPH Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang menetapkan pajak sebesar 25 persen berlaku sejak tahun 2010.
39
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1.
CV. Tunas Mekar Farm
5.1.1. Sejarah CV. Tunas Mekar Farm Tunas Mekar Farm (TMF) adalah perusahaan peternakan ayam broiler yang menerapkan sistem kemitraan pola inti plasma. Berdasarkan panduan mengenai pola kemitraan Direktorat Pengembangan Usaha, Departemen Pertanian (2002) tentang pola kemitraan inti plasma, TMF sebagai inti melakukan kegiatankegiatan menampung hasil produksi, membeli hasil produksi, memberikan bimbingan teknis dan pembinaan manajemen, memberikan pelayanan berupa permodalan atau kredit, menyediakan lahan, sarana produksi dan teknologi bagi plasmanya, serta mempunyai usaha budidaya. TMF didirikan pada tanggal 10 April 2004 oleh Ir. Muslikin dengan kantor pusat terletak di jalan Kenari blok A2, Perum Ciluar Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor. TMF didirikan dengan menggunakan modal milik sendiri. Tujuan didirikan TMF adalah untuk membantu peternak-peternak kecil mengembangkan usahanya dan mendapatkan keuntungan. Pada awal berdirinya TMF hanya memiliki 2 karyawan yaitu pendirinya Bapak Ir. Muslikin dan Bapak Agus. Mereka bekerjasama dan bekerja keras mencari peternakan atau plasma dengan target per minggunya mendapatkan 3-4 peternakan dengan kapasitas 10.000 – 15.000 ekor ayam selama 7 minggu. Dengan kegigihan mereka berhasil mencapai target tersebut, dalam 7 minggu TMF telah memiliki plasma sekitar 20 peternakan. TMF memastikan peternakanpeternakan tersebut mendapatkan pelayanan terbaik, mendengarkan keluhankeluhan peternak, memberikan solusi, kemudian membantu mewujudkan solusi tersebut. Dedikasi mereka membuat TMF pun berkembang menjadi perusahaan kemitraan yang memiliki reputasi baik di mata plasma-plasmanya. Sebuah perusahaan kemitraan dengan karyawan 2 dan 20 plasma sekarang berkembang menjadi perusahaan kemitraan yang memiliki karyawan sebanyak 100 orang dan 150 plasma yang tersebar hampir di seluruh Kabupaten Bogor dengan kapasitas mulai dari 5.000 hingga 200.000 ekor ayam per peternakan.
40
TMF pernah mengalami masa-masa sulit pada tahun 2005, isu flu burung merebak di bulan Februari. Isu tersebut menyebabkan tingkat permintaan lebih rendah daripada penawaran sehingga TMF kesulitan dalam memasarkan hasilhasil panen plasmanya, ditambah lagi harga ayam broiler menurun pada titik paling lemah yaitu Rp 6.088,00/ekornya. TMF berhasil mendapatkan cara untuk mencegah terjadinya kerugian besar, yaitu bekerjasama dengan Rumah Pemotongan Ayam (RPA) yang memiliki fasilitas cold storage. TMF menyimpan ayam potongnya di cold storage, kemudian baru mendistribusikannya setelah harga ayam membaik. 5.1.2. Visi dan Misi CV. Tunas Mekar Farm Menurut Wibisono (2006), visi adalah rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa datang. Visi merupakan hal yang sangat krusial dalam menjaga kelestarian kesuksesan sebuah perusahaan atau organisasi untuk jangka panjang. Sedangkan misi adalah apa sebabnya sebuah perusahaan ada. Menurut Prasetyo dan Benedicta (2004), misi adalah bagaimana cara produk dan jasa dapat dihasilkan oleh perusahaan, kemana pasar sasaran dan teknologi apa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam pasar tersebut. Pernyataan misi harus mampu menentukan kebutuhan apa yang dipuaskan oleh perusahaan, siapa yang memiliki kebutuhan tersebut, dimana mereka berada dan bagaimana pemuasan tersebut dilakukan. TMF memiliki visi membantu mencerdaskan bangsa dengan penyediaan protein hewani dan bersama-sama menjaga kontinuitas pasokan ayam pedaging di pasar. Misi CV. Tunas Mekar Farm adalah menjadi mitra terbaik bagi plasmaplasmanya dengan memberikan pelayanan yang memuaskan dan saling menguntungkan. 5.1.3. Struktur Organisasi CV. Tunas Mekar Farm Struktur organisasi sebuah perusahaan merupakan gambaran mengenai prosedur bagaimana perusahaan menata kerja dan tugas karyawannya. Struktur organisasi harus terdefinisi dengan jelas karena menentukan mekanisme pengambilan keputusan, hubungan dengan pihak ketiga, hubungan pimpinan
41
perusahaan dengan bawahannya, begitu juga sebaliknya, dan hubungan antar karyawan. Selain itu, struktur organisasi juga menunjukkan hak dan kewajiban setiap karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga tercipta harmoni pelaksanaan fungsi masing-masing sesuai dengan kedudukannya di dalam perusahaan. Tunas Mekar Farm adalah suatu usaha perorangan yang bergerak dalam bidang peternakan dengan produk ayam broiler. Dalam menjalankan usahanya, TMF memiliki struktur organisasi yang menjadi pedoman pembagian kewajiban, sehingga usaha dapat berjalan dengan lancar. Struktur organisasi TMF sederhana, sebuah struktur yang dicirikan dengan kadar departemensialisasi yang rendah, rentang kendali yang luas, wewenang yang terpusat pada seseorang saja, dan sedikit formalisasi. Kekuatan dari struktur ini adalah kesederhanaannya yang tercermin dalam kecepatan, kefleksibelan, ketidakmahalan dalam pengelolaan, dan kejelasan akuntabilitas. Satu kelemahan utamanya adalah struktur ini sulit untuk dijalankan dimanapun selain di organisasi kecil karena struktur sederhana menjadi
tidak
memadai
tatkala
sebuah
organisasi
berkembang
karena
formalisasinya yang rendah dan sentralisasinya yang tinggi cenderung menciptakan kelebihan beban (overload) di puncak. Struktur organisasi CV. TMF tersaji pada Gambar 2.
42
Pimpinan utama
Manajer
PPL
PPL
Plasma
Plasma
Karyawan
Karyawan
Marketing
Administrasi
Gambar 2. Struktur Organisasi CV.Tunas Mekar Farm Sumber: CV. Tunas Mekar Farm (2011)
Pimpinan utama CV. Tunas Mekar Farm yang juga adalah pemilik, memegang kendali dalam pengambilan seluruh keputusan penting yang berkaitan dengan kelangsungan usaha. Beliau bermusyarawah dengan Manajer, dan juga menerima masukan dari bagian pemasaran, administrasi serta penyuluh lapangan. Pimpinan menerapkan kepemimpinan yang terbuka terhadap segala ide maupun permasalahan yang dihadapi karyawan-karyawannya. Manajer di TMF adalah tangan kanan dari pimpinan utama. Tugas manajer meliputi seluruh lini dari sistem yang ada di TMF, mulai dari pengadaan input, produksi, distribusi output, dan pemasaran. Memastikan seluruh kegiatan tersebut berjalan lancar, tepat waktu, sesuai dengan target dan berkualitas. Manajer juga sebagai figur yang mendengarkan serta menyampaikan segala keluhan-keluhan dan permasalahan yang dihadapi bawahan maupun plasmanya kepada pimpinan, serta mencari solusi dengan cara bermusyawarah dengan pimpinan dan pihakpihak terkait. Manajer dibantu oleh bagian administrasi yang bertugas mencatat seluruh kegiatan administratif, bagian marketing yang bertugas memasarkan produk dan berhubungan langsung dengan pihak penangkap, serta penyuluh lapangan yang langsung ke peternak untuk mengawasi jalannya proses produksi di setiap peternakan.
43
5.2.
Peternakan Agus Suhendar
5.2.1. Sejarah Peternakan Agus Suhendar Berawal dari PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) sebuah bank swasta, di pertengahan tahun 2003, Bapak Agus mendirikan peternakan sebagai mata pencaharian utama. Dengan uang pesangon, tabungan dan penjualan aset pribadi, Bapak Agus berhasil mengumpulkan modal untuk mendirikan peternakan yang memiliki dua kandang berkapasitas 9.000 ekor. Peternakan tersebut berdiri di atas lahan sewa seluas 1.500 m² yang terletak di Desa Patambran RT 02/04 Semplak Barat, Kemang utara, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor. Pengetahuan yang terbatas mengenai peternakan ayam broiler dan pemasarannya, tidak menghentikan langkah Bapak Agus untuk menjalankan peternakan secara mandiri. Keberanian, niat membuka lapangan kerja dan mencapai kesejahteraan menguatkan tekadnya. Prinsipnya adalah kegagalan merupakan hal yang tidak boleh ditakuti tetapi dihadapi dan dipelajari, sehingga ketakutan akan kebangkrutan yang sering menghinggapi pengusaha-pengusaha yang baru merintis menjadi hilang. Dengan semangat di atas, periode pertama pun dimulai pada tahun 2004. Seperti burung yang baru belajar terbang, Bapak Agus pun mengalami kesulitan dalam menjalankan usaha peternakannya, mulai dari pengadaan input, manajemen produksi, distribusi dan pemasarannya. Tetap tegar dan berusaha memperbaiki keadaan dengan belajar dari kesalahan periode pertama, Bapak Agus melanjutkan hingga beberapa periode. Teapi juga tetap tidak memberikan hasil yang memuaskan, bahkan mengalami kerugian. Akhirnya seorang kerabat memberi informasi tentang TMF, perusahaan kemitraan pola inti plasma yang baru berdiri tetapi sudah banyak membantu peternak-peternak kecil. Setelah bertemu dengan pemilik TMF dan membaca kontrak kerjasama, Bapak Agus resmi menjadi plasma TMF di akhir tahun 2004. Walaupun dari segi pengembangan usaha peternakan Agus Suhendar belum dapat meningkatkan kapasitas produksinya, tetapi selama menjadi plasma TMF Bapak Agus puas terhadap pelayanan TMF.
44
5.2.2. Lokasi Peternakan Agus Suhendar Peternakan Agus Suhendar terletak di Desa Patambran RT 02/04 Semplak Barat, Kemang Utara, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor. Luas lahannya ± 1.500 m², merupakan lahan sewa yang dulunya adalah lahan gambut. Lahan tersebut disewa dari penduduk sekitar seharga Rp 1.000.000,00/tahun selama lima tahun. Sebagian lahan yang tidak digunakan untuk kandang ayam, ditanami tanaman seperti ubi dan jagung. 5.2.3. Sumber Daya Manusia Pada peternakan Agus Suhendar kepala karyawannya berumur 40 tahun pendidikan terakhir adalah SLTP, ketrampilan dalam usaha peternakan ayam broiler didapatkan dari pengalaman bekerja di usaha peternakan sejak berumur 25 tahun. Karyawan terdiri dari tiga orang yang berumur 25, 34 dan 24 tahun. Pendidikan terakhir adalah SD, dan tidak tamat SD. Ketrampilan dan pengetahuan dalam usaha peternakan ayam broiler didapatkan dari pengalaman bekerja di peternakan lain, dan arahan dari kepala kandang. Kepala karyawan bertugas mengontrol manajemen pemeliharaan yang terjadi di peternakan Agus Suhendar dan memastikan karyawan menjalankan seluruh proses produksi sesuai dengan jadwal kegiatan yang ditetapkan CV. Tunas Mekar Farm. Kepala karyawan juga orang yang mengambil keputusan jika di dalam pemeliharaan terjadi permasalahan seperti jika terjadi angka mortalitas di atas yang ditetapkan (4,5 persen), maka harus segera melapor ke TMF untuk mendapat pelayanan bimbingan kesehatan. TMF biasanya akan mendatangkan petugas penyuluh lapangan dokter hewan. Kepala karyawan juga diwajibkan mencatat seluruh kegiatan produksi dan panen. Karyawan merupakan ujung tombak dari usaha peternakan ayam broiler, karena mereka yang melakukan seluruh proses produksi. karyawan bertugas mengerjakan semua manajemen pemeliharaan sesuai dengan ketentuan dan jadwal, juga melaksanakan perintah dari kepala karyawan.
45
5.3.
Pola Kemitraan antara CV. Tunas Mekar Farm dan Peternakan Agus Suhendar
5.3.1. Prosedur Penerimaan Plasma CV. Tunas Mekar Farm (TMF) sebagai perusahaan kemitraan yang bertindak sebagai inti memiliki prosedur dalam proses penerimaan peternak menjadi plasma. Peternak yang ingin menjadi plasma datang ke kantor TMF, kemudian mendaftarkan diri dan membuat janji dengan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) TMF untuk melakukan seleksi dan survei lapangan. PPL akan melakukan seleksi terhadap peternak dengan beberapa pertimbangan yaitu: 1) Peternak memiliki pengetahuan mengenai usaha peternakan ayam broiler. 2) Peternak memiliki kandang beserta peralatan dengan kapasitas minimal 2.000 ekor ayam dengan kepadatan kandang maksimal 10 ekor/m2 pada lahan yang memiliki radius minimal 200 m dari rumah penduduk. 3) Lokasi kandang harus memiliki akses transportasi dan komunikasi, memiliki sumber air dan listrik, mudah mendapatkan faktor-faktor produksi yang tidak disuplai inti seperti sekam dan gas. 4) Peternak menyediakan karyawan yang memiliki pengalaman. Pada tanggal yang telah disetujui PPL akan melakukan survei dan menyeleksi peternak berdasarkan pertimbangan di atas, hasilnya dicatat dalam bentuk form oleh PPL. Hasil catatan PPL akan diajukan ke Manajer TMF kemudian ditandatangani jika peternak memenuhi persyaratan untuk selanjutnya diminta datang kembali ke kantor TMF untuk membawa persyaratan administratif yaitu KTP, KK, BPKB kendaraan bermotor atau jaminan surat tanah. Langkah selanjutnya adalah tandatangan kontrak perjanjian. Calon plasma dipersilahkan untuk membaca kontrak dan mengajukan secara lisan keinginankeinginannya. Setelah kesepakatan terjadi dan keinginan calon plasma tertampung maka kedua belah pihak menandatangani kontrak perjanjian tersebut, dimulailah kerjasama kemitraan. 5.3.2. Isi Kontrak Perjanjian Kontrak perjanjian adalah kontrak yang ditandatangani di atas materai Rp 6.000,00 isinya bersifat mengikat dan pelanggar aturan dikenakan sanksi sesuai yang tertulis pada kontrak perjanjian tersebut. Isi kontrak perjanjian terdiri 46
dari data TMF sebagai inti dan peternak sebagai plasma, hak dan kewajiban kedua belah pihak dan sanksi bagi pihak yang tidak memenuhi kewajibannya. Hak dan kewajiban TMF sebagai Inti dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hak dan Kewajiban CV. Tunas Mekar Farm dan Peternakan Agus Suhendar Pihak
No.
Hak
Kewajiban
TMF
1.
Menentukan jadwal kedatangan DOC, pakan dan waktu panen.
Menyediakan sapronak berkualitas dan mengirimkan sapronak tepat waktu sesuai dengan jadwal.
2.
Menentukan besarnya harga jual ayam (harga jual ayam tetap).
Memberikan bimbingan teknis dan pelayanan kesehatan ternak.
3.
Jika terjadi kegagalan produksi akibat kelalaian, tetap mendapatkan pembayaran sapronak dari peternak. Mendapatkan catatan data-data harian kandang dan melaporkan seluruh kegiatan pemeliharaan secara benar dan aktual pada form yang telah disediakan TMF.
Memberikan bantuan permodalan jika dibutuhkan.
1.
Mendapatkan sapronak berkualitas dan tepat waktu pengirimannya.
Membayar sapronak setelah panen selambat-lambatnya sebelum periode baru dimulai.
2.
Mendapatkan bimbingan teknis dan pelayanan kesehatan.
Melaksanakan program pemeliharaan sebaik-baiknya.
3.
Jika terjadi kegagalan produksi akibat penyakit yang bukan disebabkan kelalaian dan musibah bencana alam atau pencurian maka kerugian ditanggung bersama.
Tetap membayar biaya sapronak jika terjadi kegagalan produksi akibat kelalaian, pembayaran boleh diangsur.
4.
Mendapatkan bantuan permodalan jika dibutuhkan.
Menanggung biaya untuk bongkar muat, panen dan sarana penunjang.
5.
Mendapatkan penerimaan penjualan ayam setelah dikurangi biaya sapronak selambat-lambatnya sebelum periode baru dimulai. Mendapatkan pelayanan transportasi dan pasar bagi hasil panen ayam broiler.
Mencatat data-data harian kandang dan melaporkan seluruh kegiatan pemeliharaan secara benar dan aktual pada form yang telah disediakan TMF. Tidak boleh menjual atau meminjamkan sapronak ke pihak lain dan menjual hasil panen ke pihak lain.
4.
Agus Suhendar
6.
Menyediakan sarana transportasi dan memasarkan seluruh hasil panen ayam broiler.
Sanksi bagi kedua belah pihak jika tidak memenuhi kewajibannya adalah kerjasama dapat dibatalkan dan pihak yang dirugikan berhak mendapatkan ganti rugi 10 persen dari total biaya penggunaan sapronak per periode dikalikan sisa
47
periode yang batal dilakukan akibat pembatalan kontrak. Kontrak perjanjian ini diperbaharui setiap satu tahun sekali atau setelah melakukan 6 kali periode. Peternak dapat memutuskan untuk melanjutkan atau berhenti bekerjasama setelah melakukan 6 periode produksi. Penetapan harga kontrak tetap didasarkan pada rata-rata bobot tubuh ayam pada saat panen. Penetapan harga tetap dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Penetapan Harga Tetap CV. Tunas Mekar Farm 2009 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Bobot panen rata-rata (kg) ≤ 1,09 1,10 - 1,19 1,20 – 1,29 1,30 – 1,39 1,40 – 1,49 1,50 - 1,59 1,60 – 1,69 1,70 – 1,79 1,80 – 1,89 1,90 – 1,99 2≤
Harga (Rp/kg) 13.230,00 13.010,00 12.870,00 12.780,00 12.710,00 12.610,00 12.500,00 12.460,00 12.420,00 12.380,00 12.350,00
Sumber: CV. Tunas Mekar Farm 2009
Berdasarkan tabel harga kontrak didasarkan pada bobot saat panen, semakin rendah bobot per ekornya maka harga jualnya semakin tinggi. Harga tetap ini dapat dirubah saat revisi kontrak di akhir periode keenam, harga disesuaikan dengan harga pasar dan kesepakatan kedua belah pihak. Selama kerjasama belum mencapai satu tahun atau telah melakukan enam periode maka kedua belah pihak tidak diperkenankan merubah atau meminta perubahan pada harga tetap tersebut.
48
VI. ANALISIS NON FINANSIAL Dalam melakukan analisis kelayakan suatu bisnis, tidak hanya dilakukan analisis finansial saja tetapi juga analisis non finansial. Analisis non finansial dilakukan untuk melihat kelayakan suatu bisnis atau proyek dari segi pasar dan pemasaran, teknik dan produksi, manajemen dan organisasi, hukum, ekonomi dan sosial. 6.1.
Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek pasar dan pemasaran dalam suatu usaha merupakan hal yang sangat
penting untuk dijadikan pertimbangan layak atau tidaknya suatu usaha, karena pasar dan pemasaran adalah tujuan dari hasil produksi. Jika suatu produk yang dihasilkan melimpah dan berkualitas namun tidak memiliki pasar atau daerah pemasaran maka suatu usaha tidak dapat dikatakan layak. Komponen dari aspek pasar dan pemasaran adalah permintaan dan penawaran ayam broiler, harga dan produk. 6.1.1. Permintaan dan Penawaran Permintaan ayam broiler di daerah Bogor tinggi (Tabel 5), karena ayam broiler merupakan pemenuh kebutuhan protein hewani masyarakat yang cukup diminati, sehingga TMF tidak mengalami kesulitan dalam memasarkan produkproduknya. Penawaran dari luar negeri datang dari negara Brasil yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami kelebihan produksi ayam dan tidak dapat memasuki pasar Eropa yang peraturan impornya sangat ketat. Ekspansi dalam negeri Brasil berjalan lambat dalam mengatasi kelebihan produksi tersebut, sehingga mereka berusaha masuk ke dalam pasar Indonesia dengan menawarkan harga yang kompetitif yaitu unggas hidup Rp 8.500,00-9.350,00/kg dan karkas ayam Rp12.250,00/kg. Brasil berusaha memenuhi persyaratan-persyaratan impor Indonesia dan jika Brasil berhasil memasuki pasar Indonesia termasuk daerah Bogor dengan harga tersebut maka peternak Indonesia akan sangat dirugikan karena tidak dapat bersaing dengan harga tersebut. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai
49
upaya untuk mencegah Brasil memasukkan produk unggasnya ke pasar Indonesia seperti menekankan bahwa permasalahan flu burung di Indonesia belum selesai1. Berdasarkan permasalahan penawaran di atas dapat dilihat pemasaran dan pasar merupakan hal yang penting dalam suatu usaha. Keseimbangan penawaran dan permintaan dibutuhkan untuk menjaga harga dan pasokan, sehingga produsen dalam hal ini peternak terlindung dari kerugian dan konsumen mendapatkan produk dengan mudah. Produk yang berlimpah harus diimbangi dengan ekspansi pasar dan kelangkaan produk harus diatasi dengan peningkatan produksi yang cukup. TMF menjaga keseimbangan penawaran produknya dengan melakukan perhitungan periode beternak plasmanya. TMF membuat jadwal masuk DOC yang berbeda setiap peternak, sehingga memiliki masa panen yang berbeda pula. Dengan cara tersebut masalah kelebihan produksi dapat dihindari, turut serta menjaga kestabilan pasokan di pasar, dan mencegah terjadinya kejatuhan harga. Mengenai permintaan, TMF telah memiliki pelanggan tetap yang memesan ayam hidup secara periodik, setiap hari, setiap minggu ataupun setiap bulan. Selain itu, TMF juga memasarkan produknya ke pasar-pasar di daerah Bogor, seperti pasar Ciluar, pasar Anyar, pasar Jambu dua, pasar Kemang, pengiriman ke pasar sekitar Jabodetabek. Dalam memasarkan produknya, sebagai perusahaan kemitraan inti plasma yang bertanggung jawab dalam pendistribusian seluruh produk hasil dari plasmanya, TMF langsung mendatangkan pembeli/penangkap ke peternakan. Namun, bagi pembeli yang ingin produknya diantar, TMF juga menyediakan fasilitas antar dengan tambahan biaya antar yang dibebankan pada pembeli. Keuntungan sebagai plasma dari TMF, peternakan Agus Suhendar tidak perlu mengkhawatirkan fluktuasi permintaan dan penawaran di pasar, karena TMF yang mengurus penyalurannya, setiap produk yang dihasilkan baik produk utamanya yaitu ayam broiler maupun produk sampingan seperti kotoran ayam seluruhnya disalurkan dengan harga kontrak tetap.
-----------------------------------------1 Dawarni A. Juni 2011. Tolak Impor Harga Mati. Trobos
50
Pada peternakan Agus Suhendar, pembeli langsung datang ke kandang. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan usaha peternakan Agus Suhendar layak dijalankan, karena sebagai plasma perusahaan kemitraan, peternakan Agus Suhendar akan selalu dapat menjual seluruh produknya. 6.1.2. Harga Selama tahun 2009 hingga tahun 2011 harga ayam di daerah Jabodetabek berkisar Rp 11.000,00-18.000,00/kg. Rata-rata harga sebesar Rp 12.000,0014.000,00/kg. Harga meningkat mencapai Rp 18.000,00 saat hari-hari raya atau pasokan ayam di pasar sedang menurun. Harga turun pada Rp 11.000,0012.000,00/kg pada bulan Maret 2009 dan November 2010 sampai Februari 20111. Pada bulan Maret 2012 berdasarkan data Dinas Peternakan Jawa Barat harga ratarata daging ayam untuk kota-kota di Jawa Barat adalah Rp 25.440,00, harga terendah ayam Rp 22.000,00, dan tertinggi Rp 30.000,00. Sebagai plasma TMF, peternakan Agus Suhendar mendapatkan harga kontrak yaitu Rp 12.350,00-13.230,00/kg bobot hidup, penentuan harga didasarkan pada bobot rata-rata saat panen (Tabel 10). Harga kontrak ini memperkecil usaha peternakan Agus Suhendar dari kerugian yang diakibatkan dari penurunan harga di pasar, seperti yang terjadi pada bulan Maret 2009 dan November 2010 hingga Februari 2011, harga Rp 11.000,00-12.000,00/kg di bawah harga kontrak yang disepakati Agus Suhendar Farm dengan TMF. Harga kontrak hanya bisa dirubah setelah satu tahun kerjasama atau setelah enam periode produksi. Berdasarkan wawancara dengan manajer, TMF menutupi kerugian saat terjadi penurunan harga ayam dengan menyimpan ayamnya di cold storage yang ada di RPU, dan menyalurkannya ketika harga pasar di atas atau minimal mendekati Rp 12.350,00. Selain itu TMF menutupi kerugian akibat harga kontrak ini ketika harga ayam broiler di pasar tinggi atau melebihi harga kontrak.
----------------------------------------1
Setiabudi P. 1 Desember 2011. Menjadi Pemenang dalam Percaturan Perunggasan. Trobos
51
Pada saat harga di pasar tinggi atau melebihi harga kontrak, peternakan Agus Suhendar tidak dapat ikut menikmati keuntungan maksimal. Walaupun begitu, TMF selalu memberikan pelayanan pengadaan sapronak yang baik, bimbingan teknis dan produksi serta kesehatan sehingga penekanan biaya dapat dilakukan, dengan harga kontrak peternakan Agus Suhendar dapat menutupi biaya dan mendapatkan keuntungan. Dapat disimpulkan usaha peternakan Agus Suhendar layak dijalankan, selama dengan harga kontrak Bapak Agus masih mendapatkan keuntungan yang sesuai. 6.1.3. Produk Produk yang dihasilkan usaha peternakan Agus Suhendar berupa ayam broiler hidup dan kotoran ayam. Ayam broiler hidup langsung diambil oleh pembeli ke peternakan. Pembeli datang saat ayam sudah siap dipanen sesuai dengan bobot hidup dan umur yang ingin mereka beli. Pembeli adalah orang perorang yang memiliki kios atau penyalur, dan perusahaan makanan siap saji atau makanan beku. Ayam broiler hidup yang dipanen pada peternakan Agus Suhendar biasanya memiliki bobot panen rata-rata 1,6 kg per ekornya, dengan umur 4 sampai 6 minggu. Waktu panen ditentukan oleh TMF sesuai dengan permintaan pembeli dan harga ayam broiler di pasar. Untuk menjaga kepercayaan pembeli TMF senantiasa menjaga kualitas ayam broiler hidup yang dihasilkannya. TMF selalu memastikan ayam broiler hidup yang dijual adalah ayam broiler yang berkualitas baik. Setiap waktu panen, perwakilan langsung dari TMF atau PPL akan datang dan ikut mengawasi proses panen. Berikut adalah ciri-ciri fisik ayam broiler yang disyaratkan TMF : (1) Bebas dari penyakit; (2) Mata cerah; (3) Terlihat aktif; (4) Bulu cerah dan penuh. Sementara itu, produk sampingan peternakan yaitu kotoran ayam, diambil oleh pembeli sendiri ketika panen telah usai. Pembeli kotoran ayam adalah penduduk sekitar yang berprofesi sebagai petani. Kotoran ayam ini merupakan salah satu bahan untuk pembuatan pupuk kandang yang mudah didapat, atau bagi sebagian petani pupuk ini langsung digunakan bagi tanaman mereka.
52
Berdasarkan hasil dari analisis aspek pasar yang terdiri permintaan dan penawaran pasar, harga dan produk ayam broiler hidup, usaha peternakan yang dilakukan peternakan Agus Suhendar layak untuk dijalankan, karena sebagai plasma sebuah perusahaan kemitraan yang memiliki kinerja dan manajemen yang baik seperti TMF, peternakan Agus Suhendar aman dari kerugian akibat jatuhnya harga, memiliki pasar, tidak menghadapi permasalahan distribusi produk, dan menghasilkan produk yang berkualitas. 6.2.
Aspek Teknis dan Produksi Analisis secara teknis berhubungan dengan penyediaan input proyek dan
output (produksi) berupa barang dan jasa (Gittinger, 1986). Analisis teknis dan produksi meliputi penilaian kelayakan terhadap lahan dan kandang sebagai tempat seluruh proses produksi terjadi, penyediaan input utama yaitu DOC, pakan, obatobatan,vitamin dan vaksin, tenaga kerja dan bahan penunjang lainnya serta proses produksi. 6.2.1. Lahan dan Kandang Lahan dan kandang adalah bagian terpenting dari usaha peternakan ayam broiler, karena tanpa lahan dan kandang usaha tidak dapat dijalankan. Oleh karena itu, lahan dan kandang yang digunakan dalam usaha peternakan ayam broiler harus memenuhi persyaratan standar yang ditentukan TMF ataupun pada umumnya kelayakan sebuah lahan dan kandang sebagai penunjang pertumbuhan yang baik bagi ayam broiler. Lahan yang baik untuk usaha peternakan ayam broiler menurut Fadillah (2007) adalah lahan yang
terletak jauh dari pemukiman, tujuannya untuk
menghindari konflik dengan lingkungan akibat dari polusi bau atau polusi debu, serta ayam terhindar dari kontaminasi penyakit yang dibawa manusia atau binatang lainnya. Kemudian lahan berada pada areal yang relatif datar agar memudahkan transportasi dan pembangunan kandang. Lahan juga harus dekat dengan atau memiliki sumber air yang memadai, karena air merupakan kebutuhan mutlak bagi ayam. Lahan harus memiliki akses jalan, jaringan listrik dan telepon, dekat dengan tempat pemasaran dan sumber bahan baku. Terakhir, lahan harus
53
mendapatkan izin dari lingkungan masyarakat sekitar dan aman dari segala gangguan keamanan kriminal maupun gangguan keamanan lainnya. Usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar berada pada radius ± 300 m dari pemukiman. Letaknya yang jauh sengaja dipilih untuk menghindari konflik dengan penduduk sekitar karena usaha peternakan ayam broiler selalu menimbulkan bau yang tidak sedap. CV. Tunas Mekar Farm (TMF) menetapkan persyaratan bagi setiap plasma yang akan bergabung agar lahannya minimal berada di radius 200 m. Desa Patambran, tempat dimana letak lahan berada pada daerah yang relatif datar sehingga memudahkan pembangunan kandang dan memudahkan usaha dari segala akses yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha, terutama akses transportasi untuk pengadaan input maupun distribusi ayam broiler. Selain itu fasilitas telekomunikasi pun mudah, walaupun peternakan Agus Suhendar tidak memiliki telepon rumah, tetapi sinyal bagi telepon selular yang dimiliki oleh kepala karyawan dan karyawan mudah didapat. Ketersediaan listrik dan air pun terjamin, air yang digunakan pada peternakan Agus Suhendar bersumber pada air tanah atau sumur, tersedia sepanjang tahun. Selain karena curah hujan kota Bogor yang cukup tinggi sebesar 3.500-5.000 mm/tahun, tetapi juga karena sumur sengaja dibuat hingga kedalaman 20 m, dengan menggunakan mesin pompa super jet pump yang dapat menghisap air hingga kedalaman 50 m. Jika tetap terjadi kekeringan biasanya sumur akan digali lagi. Sebelum mendirikan usaha peternakan, Bapak Agus Suhendar telah meminta izin dari RT/RW setempat secara informal, dan beberapa penduduk sekitar yang letaknya terdekat dengan areal peternakan. Dengan pendekatan dan penjelasan yang informatif, Bapak Agus berhasil mendapatkan izin dari RT/RW setempat dan penduduk terdekat areal peternakan. Untuk menjaga peternakan dari gangguan kriminal dan keamanan lainnya Bapak Agus Suhendar mengandalkan siskamling Desa Patambran yang mengadakan ronda setiap malam serta memerintahkan anak kandang untuk bergantian menjaga kandang. Untuk menghalau binatang seperti ayam atau anjing memasuki areal peternakan seluruh lahan dipagari dengan pagar bambu setinggi 1 meter.
54
Luas lahan peternakan Agus Suhendar adalah 1.500 m², yang merupakan lahan sewa bekas lahan gambut. Di atasnya berdiri dua buah kandang. Kandang pertama adalah kandang bertingkat sebagai tempat pemeliharaan, gudang dan juga tempat menginap anak kandang, dan satu buah kandang panggung. Kandang bertingkat luasnya adalah 432 m², dengan ukuran 54x8 m dan kandang panggung 300 m², dengan ukuran 50x6 m, tinggi kaki 1,6 m dan tinggi kandang 1,8 m. Populasi 6.000 dan 3.000 ekor per kandang berarti memiliki kepadatan sekitar 10 ekor per meter persegi. Menurut Cahyono (2004), lebar kandang sebuah kandang panggung lebih baik berada pada kisaran 6-8 m dengan kepadatan kandang maksimal 10 ekor/m², dan menurut TMF panjang kandang tidak boleh melebihi dari 100 m agar jangkauan pemanenan tidak terlalu luas. Untuk sirkulasi dan juga kemudahan dalam pemanenan, Fadillah (2007) mengatakan syarat ketinggian kaki dan dinding adalah antara 1,5 hingga 1,8 m. Kandang pada peternakan Agus Suhendar menggunakan atap genting, dinding kawat ram dan bambu dan kayu sebagai kerangka serta lantainya, tirai terpal untuk manajemen buka tutup tirai sebagai usaha untuk menjaga suhu dalam kandang. Menurut Aak (1986), atap genting memiliki kelebihan daya refleksi terhadap sinar matahari yang cukup baik, tahan lama, pertukaran udara cukup baik melalui celah-celah genting dan tidak mudah menjadi sarang tikus. Dinding kawat ram dan bambu sebagai kerangka dipilih agar sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik. Dilihat dari segi lahan dan perkandangan, kandang yang dimiliki peternakan Agus Suhendar telah sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan sehingga layak untuk menjalankan usaha peternakan ayam broiler. 6.2.2. Bibit (DOC) Usaha peternakan ayam broiler menggunakan bibit ayam berumur 1 hari atau DOC (Day Old Chick). DOC yang digunakan pada peternakan Agus Suhendar adalah strain Hobb (Gambar 3). Strain tersebut dipilih berdasarkan kualitas yang dinilai dari sejarah penggunaan strain Hobb pada periode sebelumnya baik di peternakan Agus Suhendar maupun plasma-plasma yang lain. Berdasarkan pengalaman pemeliharaan sebelumnya, strain Hobb memiliki tingkat mortalitas yang baik, jarang melebihi 4,5 persen dan FCR ± 1,8, yang artinya strain tersebut cukup baik, memenuhi standar target yang ditetapkan TMF yaitu 55
mortalitas maksimal 4,5 persen dari seluruh jumlah bibit dan FCR di bawah 1,8. Suplai Hobb didapatkan dari rekanan CV. Tunas Mekar Farm yaitu PT. Cimanggis. Jika terjadi kelangkaan DOC atau PT. Cimanggis tidak memiliki stok DOC pada saat periode baru akan dimulai, maka TMF akan menghubungi rekanan-rekanan lain yang memiliki stok DOC, seperti PT. Multibreeder Adirama Indonesia, atau PT. Charoen Pokhpand. Untuk mencegah keterlambatan kedatangan DOC, TMF selalu memesan jauh hari sebelum masa periode terakhir berakhir. Peternakan Agus Suhendar tidak perlu mengkhawatirkan tentang pengadaan DOC.
Gambar 3. DOC (Day Old Chick) 6.2.3. Pakan Pakan adalah asupan atau makanan bergizi yang diberikan kepada hewan ternak. Pakan merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan pada usaha peternakan ayam broiler, yaitu 70 persen dari pengeluaran. Untuk itu manajemen pakan yang baik sangat dibutuhkan supaya dapat menekan biaya yang dikeluarkan sehingga margin keuntungan yang didapat bisa lebih besar. TMF menetapkan FCR standar bagi setiap plasmanya, kemudian melakukan kontrol melalui PPL secara rutin, memberikan bimbingan agar tingkat FCR bisa sesuai dengan standar (Lampiran 1). Kontrol dilakukan dengan mengecek jumlah pakan yang telah terpakai dengan bobot ayam saat dilakukan pengecekan. Jika terjadi pemberian pakan berlebihan namun bobot tidak sesuai maka dilakukan evaluasi. Apakah dikarenakan panas yang kurang saat periode pemanasan sehingga DOC tidak dapat maksimal mencerna makanannya, atau ada
56
faktor-faktor lain. Setelah ditemukan masalahnya, PPL akan memberikan saran dan terus memantau saran untuk diterapkan. Pakan yang digunakan di peternakan Agus Suhendar diproduksi oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia yang terdiri dari jenis pakan BBR-I fine untuk umur 110 hari dan BBR-I untuk umur 10-21 hari (masa starter, Gambar 4) yaitu pakan yang berbentuk fine crumble dan BR II yang diberikan umur 22 hari sampai panen (masa finisher, Gambar 5). Sama seperti pengadaan bibit, TMF sebagai inti bekerja sama dengan beberapa perusahaan, selain PT. Japfa Comfeed Indonesia, TMF juga bekerjasama dengan PT. Charoen Pokhpand. Untuk pencegahan penumpukan pakan, kekurangan atau keterlambatan pakan, TMF melakukan perencanaan kemudian menentukan kapan pakan habis, kapan pakan harus diganti jenisnya, dan kapan pakan harus datang. Beberapa hari sebelum tanggal pakan habis, TMF menghubungi pihak perusahaan rekanan suplai pakan dan memesan pakan untuk kedatangan dua hari sebelum pakan habis.
Gambar 4. Pemberian Pakan Pada Fase Starter Gambar 5. Pemberian Pakan Pada Fase Finisher
6.2.4. Obat-obatan, Vitamin dan Vaksin Obat-obatan dan vaksin merupakan bagian dari pencegahan dan penanggulangan penyakit yang terjadi pada suatu peternakan ayam. Sementara vitamin digunakan untuk membantu meningkatkan kekebalan tubuh ayam dari penyakit, mengurangi tingkat stress pada ayam, dan meningkatkan performa ayam. Pemberian vaksin pada Agus Suhendar Farm terdiri dari 2 macam vaksin yaitu ND (new castle disease) dan gumboro. Pelaksanaan vaksinasi di peternakan menggunakan aturan yang berlaku sesuai dengan kebutuhan. Vaksinasi sudah
57
dimulai sejak ayam berumur 4 hari, DOC diberikan vaksin ND dengan cara tetes mata (Gambar 6) dan suntik bawah kulit (subcutaneous) (Gambar 7) pada sore hari dengan suhu ruang 27oC. Tujuannya agar vaksin yang digunakan tetap hidup karena tidak terkena matahari langsung dan fase ini adalah fase yang menjadi awal dalam keberhasilan terhadap kesehatan ternak dan persentase ayam terkena penyakit relatif rendah.
Gambar 6. Vaksinasi ND Perlakuan Tetes Mata
Gambar 7. Vaksinasi ND Perlakuan Suntik Subcutaneous
Vaksinasi dilanjutkan pemberian vaksin gumboro pada ayam berumur 14 hari dengan cara memberikannya melalui air minum (Gambar 8). Vaksinasi diberikan melalui air minum pada waktu sore hari yaitu pukul 18.00 WIB.
Gambar 8. Vaksinasi Gumboro Melalui Air Minum Untuk pengendalian terhadap hama dan ekstoparasit seperti kutu ataupun lalat dilakukan penyemprotan dengan desinfektan setiap harinya. Program vaksinasi dan pemberian obat yang dilakukan pada peternakan ayam broiler ini dapat dilihat pada Lampiran 2.
58
Pemberian vitamin dilakukan secara terus menerus mulai dari ayam berumur satu hari sampai panen yang disesuaikan dengan berat badan ayam dan standar pakan. Vitamin yang digunakan di peternakan Agus Suhendar bermacammacam, salah satunya yaitu vitamin elektrolit. Vitamin ini berbentuk serbuk halus berwarna kuning kemerahan. Cara pemberian vitamin ini pada pagi hari bersamaan dengan pakan. Selain melalui pakan, pemberian vitamin dilakukan melalui air minum karena cara ini sangat lazim dan praktis dalam pemberian obat pada ayam. Vitamin berfungsi untuk mengurangi stres dan menambah kekebalan tubuh ayam. Pemberian awal yang dilakukan untuk DOC yang baru datang adalah dengan memberikan air minum yang telah dicampur dengan vitamin yang dapat memulihkan kondisi tubuh ayam sebagai penyuplai energi. 6.2.5. Bahan Penunjang Lainnya (sekam, listrik dan gas) Menurut Fadillah (2004), sekam berperan penting dalam pemeliharaan ayam ras pedaging, terutama ayam yang dipelihara di dalam kandang postal (sistem liter). Sekam berfungsi sebagai tempat tidur, tempat istirahat, dan tempat beraktifitas ayam serta tempat menampung kotoran yang dikeluarkan ayam. Sekam harus selalu dijaga agar tetap kering, tidak basah dan menggumpal. Sekam pada peternakan Agus Suhendar didapatkan dari penduduk sekitar peternakan yang pekerjaanya sebagian besar adalah petani padi. Listrik digunakan untuk lampu, dan gas digunakan untuk menghangatkan kandang pada periode pemanasan. 6.2.6. Tenaga Kerja Tenaga kerja atau karyawan pada peternakan Agus Suhendar terdiri dari empat orang yaitu satu orang kepala karyawan berumur 40 tahun dengan pendidikan terakhir SLTP dan tiga karyawan yang berumur 25 tahun, 34 tahun dan 24 tahun. Ketiga karyawan telah bergabung dengan peternakan Agus Suhendar sejak tahun 2004. Pendidikan terakhir mereka adalah SD dan tidak tamat SD. Ketiganya bisa membaca, tulis dan menghitung dengan baik dan cukup terlatih dan memiliki banyak pengetahuan mengenai pemeliharaan ayam broiler karena sebelum bergabung pernah bekerja di peternakan lain. Mereka memiliki
59
sifat yang jujur dan pekerja keras, serta bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. 6.2.7. Proses Produksi Proses produksi pada peternakan Agus Suhendar meliputi persiapan kandang, masa pemeliharaan dan pemanenan. 6.2.7.1. Persiapan Kandang Persiapan kandang merupakan kegiatan paling awal dari suatu siklus periode dalam beternak ayam broiler. Setelah periode sebelumnya usai, kandang pasti dalam keadaan kotor dan penuh dengan kuman penyakit, untuk itu diperlukan persiapan kandang agar kandang bersih dan minimal dari kuman penyakit. Persiapan kandang di peternakan Agus Suhendar dimulai dengan membuang segala kotoran dari kandang, mengeluarkan seluruh peralatan, menyapu bersih semua bagian kandang, lalu menyemprot seluruh bagian kandang dengan mesin penyemprot bertekanan tinggi sehingga tidak ada kotoran yang tertinggal. Dilanjutkan dengan menyikat lantai dengan air detergen. Semua
peralatan
kandang
dicuci
dengan
desinfektan
kemudian
dikeringkan. Kandang yang telah bersih, kemudian disemprot dengan formalin, setelah kering, seluruh permukaan kandang ditaburi kapur. Kegiatan selanjutnya adalah memasang lingkar pembatas, alat pemanas, menaburkan sekam setebal 5 cm. Penyemprotan desinfektan dilakukan sekali lagi, kemudian meletakkan alas koran di atas sekam dan memasang peralatan kembali. Kandang diistirahatkan selama 10-14 hari. 6.2.7.2. Proses Pemeliharaan Empat belas hari kemudian setelah kandang diistirahatkan, DOC didatangkan dari perusahaan pembibitan. Strain DOC yang digunakan pada peternakan Agus Suhendar adalah Hobb. Menurut anak kandang, biasanya DOC datang pada pagi atau sore hari, untuk mengurangi tingkat stres DOC akibat panas matahari. Upaya pengurangan tingkat stres juga dilakukan dengan memberikan air minum yang dicampur dengan air gula.
60
Pada minggu pertama pemeliharaan atau periode pemanasan adalah periode paling penting dalam siklus kehidupan ayam, karena DOC mengalami proses adaptasi dengan lingkungan baru. Periode ini juga masa pembentukan kekebalan tubuh dan masa awal pertumbuhan semua organ tubuh. Pemanas dipasang baik siang dan malam, tirai penutup tidak dibuka untuk mencapai suhu yang diinginkan. Keperluan temperatur DOC dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Keperluan Temperatur DOC Umur (hari)
Temperatur (˚C)
0-3
32-35
4-7
29-34
8-14
27-31
15-21
25-27
Sumber: Roni Fadillah (2007)
Pada umur 4-6 hari dilakukan vaksinasi ND, kemudian lapisan koran di atas sekam dibuka. Sekam diganti secara rutin jika dirasa bau amoniak menyengat dan mulai basah serta luas brooder disesuaikan dengan pertambahan berat badan dan kepadatan. Pada minggu kedua tirai mulai dibuka sepertiga bagian bawahnya, pemanas hanya dipasang pada malam hari saja atau jika udara dingin, dan dilakukan vaksin Gumboro pada umur 13-14 hari. Pemberian pakan mulai diberikan di piringan tempat pakan. Pada minggu ini dilakukan penimbangan berat badan ayam dengan mengambil beberapa sampel ayam broiler. Sekam sudah mulai diangkat sedikit demi sedikit agar ayam tidak stres dan bau amoniak dapat berkurang. Pada minggu ketiga tirai dibuka 2/3 bagian bawahnya atau dibuka semua jika cuaca panas pada siang hari, pemberiaan pakan diletakkan pada tempat pakan yang digantung setinggi jangkauan ayam untuk memudahkan ayam makan. Setelah itu dilakukan penyemprotan desinfektan dan antiseptik. Pada minggu keempat dan minggu kelima tirai sudah dibuka seluruhnya dan penggunaan pemanas sudah dihentikan.
61
Untuk
mengetahui
perkembangan
pertumbuhan
ayam
dilakukan
penimbangan berat badan setiap minggunya, namun menjelang panen penimbangan lebih sering dilakukan. Kegiatan umum yang dilakukan setiap hari dari minggu pertama hingga kelima adalah mengamati tingkat laku ayam, tinja, keseragaman pertumbuhan, mendengar suara ayam, memisahkan ayam yang kerdil dan yang sakit, membuang ayam jauh dari kandang dan menghitung mortalitas dan penggunaan pakan (Lampiran 3). 6.2.7.3. Proses Pemanenan Panen merupakan fase akhir pemeliharaan ayam broiler, sehingga perlu penanganan yang serius dan ekstra hati – hati. Hal pertama dilakukan adalah mempersiapkan peralatan (timbangan dan sekat bambu) dan tenaga untuk panen. Pada saat penimbangan dilakukan sedikit demi sedikit dengan menggunakan sekat bambu sebagai pembatas sesuai dengan jumlah tenaga kerja pada saat panen dan jenis kendaraan. Ayam yang belum ditimbang harus tetap diberi air minum. Waktu pemanenan ini sebelumnya telah direncanakan pada masa awal pemeliharaan, biasanya saat umur ayam 4-6 minggu atau sampel ditimbang dengan berat rata-rata mencapai 1,6 kg/ekor. Waktu panen yang direncanakan sering berubah karena situasi dan kondisi saat pemanenan, seperti bobot yang diinginkan penangkap/pembeli atau harga ayam di pasar. Harga hasil produksi ayam broiler bagi peternak ditentukan oleh harga kontrak atau sesuai kesepakatan TMF dengan peternak, dan harga bagi penangkap sesuai kesepakatan antara TMF dan pembeli, disebut juga harga posko jika penangkap langsung datang ke peternakan untuk mengambil ayam. Berdasarkan analisis aspek teknis dan produksi, lahan dan kandang yang memenuhi kualifikasi, pengadaan bibit dan pakan yang tepat waktu dan berkualitas,
pengadaan dan manajemen kesehatan yang disiplin dan teratur,
pengadaan bahan-bahan penunjang tanpa mengesampingkan kegunaannya tetap mengutamakan bahan yang terbaik dan tepat waktu, memiliki tenaga kerja yang berpengalaman, jujur dan pekerja keras, dan proses produksi yang sistematis dapat disimpulkan usaha peternakan Agus Suhendar layak dijalankan.
62
6.3.
Aspek Manajemen dan Organisasi Untuk mencapai manajemen sumberdaya yang baik dalam menjalankan
suatu usaha, dibutuhkan struktur organisasi yang jelas dan terperinci menjelaskan fungsi masing-masing karyawan. Struktur organisasi Agus Suhendar Farm adalah struktur organisasi sederhana, karena Agus Suhendar Farm merupakan usaha peternakan skala kecil yang hanya terdiri dari empat karyawan. Bapak Agus sebagai pemilik hanya bertindak sebagai pengawas dan pengambil keputusan, datang seminggu dua atau tiga kali untuk mengecek kondisi dan jalannya usaha peternakan. Beliau menyerahkan pelaksanaan pekerjaan lapangan pada kepala karyawan yang tinggal di kandang, di bawahnya adalah tiga orang karyawan, yang masing-masing menjaga satu kandang. Gambar struktur organisasi Agus Suhendar Farm dapat dilihat pada Gambar 9. Pemilik Peternakan Agus Suhendar
Kepala karyawan
karyawan
karyawan
karyawan
Gambar 9. Struktur organisasi peternakan Agus Suhendar Sumber: Peternakan Agus Suhendar (2011)
Kepala karyawan bertugas mengontrol manajemen pemeliharaan yang terjadi di peternakan Agus Suhendar, memastikan karyawan menjalankan seluruh proses produksi sesuai dengan jadwal kegiatan yang ditetapkan CV. Tunas Mekar Farm. Kepala karyawan harus segera melapor ke pemilik dan TMF jika terjadi permasalahan seperti angka mortalitas di atas yang ditetapkan (4,5 persen). TMF biasanya akan mendatangkan petugas penyuluh lapangan dokter hewan (PPL). Kepala karyawan juga diwajibkan mencatat seluruh kegiatan produksi dan panen. Karyawan merupakan ujung tombak dari usaha peternakan ayam broiler, karena mereka lah yang melakukan seluruh proses produksi. Karyawan bertugas mengerjakan semua manajemen pemeliharaan sesuai dengan ketentuan dan
63
jadwal, juga melaksanakan perintah dari kepala karyawan. Tugas masing-masing karyawan tertulis sebagai kegiatan manajemen usaha peternakan (Lampiran 3). Dilihat dari aspek manajemen dan organisasi, usaha peternakan Agus Suhendar layak dijalankan, karena memiliki pembagian tugas yang jelas, terperinci dan tertulis, sehingga manajemen usaha berjalan dengan baik. 6.4.
Aspek Hukum Usaha peternakan Agus Suhendar adalah plasma dari sebuah perusahaan
kemitraan yang bernama CV. Tunas Mekar Farm (TMF) sebagai inti. Dalam hubungan kemitraan inti dan plasma terdapat ketentuan-ketentuan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak hitam di atas putih dalam bentuk kontrak bermaterai Rp 6.000,00 yang ditandatangani kedua belah pihak. Apabila terjadi permasalahan atau perselisihan selama hubungan berlangsung maka akan diselesaikan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati tersebut dengan jalan bermusyawarah. Jika tidak terjadi kesepakatan dalam penyelesaian sengketa secara bermusyawarah, pihak yang merasa tidak puas diperkenankan untuk melapor ke pihak yang berwajib. Mengenai perizinan peternakan sendiri, menurut manajer TMF, peternakan Agus Suhendar telah mendapatkan izin dari RT/RW setempat dan penduduk sekitar. Dilihat dari aspek hukum, usaha peternakan Agus Suhendar layak dijalankan karena memiliki ketentuan kerjasama tertulis yang jelas dan saling memuaskan kedua belah pihak, dan mendapatkan izin pendirian dari RT/RW maupun penduduk sekitar, sehingga meminimalisir kemungkinan terjadi konflik akibat limbah usaha. 6.5.
Aspek Ekonomi dan Sosial Suatu usaha peternakan ayam broiler pasti akan memiliki dampak bagi
lingkungan sekitar baik secara ekonomi maupun sosial. Peternakan Agus Suhendar yang terletak di Desa Patambran RT 02/04 Semplak Barat, Kemang Utara, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor berdiri di atas lahan seluas 1.500 m² yang dulunya adalah lahan gambut yang tidak produktif kemudian disewa oleh Bapak Agus dan dijadikan sebuah usaha peternakan. Peternakan ini, memiliki satu Kepala karyawan dan tiga karyawan yang berasal dari penduduk sekitar. Hal
64
tersebut membuktikan bahwa peternakan Agus Suhendar memiliki dampak secara ekonomi pada daerah sekitar dalam hal pengurangan jumlah pengangguran walaupun hanya empat orang, pemanfaatan lahan gambut menjadi lahan produktif dan memberikan tambahan penghasilan bagi pemilik lahan. Dampak negatif peternakan ayam broiler adalah limbah kotoran ayam dan sekam padi. Pada peternakan Agus Suhendar, limbah-limbah tersebut dijual. Kotoran ayam dan sekam padi tersebut dijual ke petani-petani yang memiliki sawah dan kebun di daerah sekitar sehingga dapat menambah penghasilan bagi Bapak Agus. Meskipun peternakan ayam berdiri di radius 300 m² dari rumah warga, peternakan tetap menimbulkan polusi udara yang membuat perumahan warga di sekitar mencium bau tidak sedap karena limbah kotoran ayam, tetapi karena sebelumnya Bapak Agus sudah mendapatkan restu dari beberapa warga yang rumahnya terdekat dengan peternakan, warga tidak protes. Hasil dari analisis aspek ekonomi dan sosial dapat dikatakan usaha peternakan ayam broiler yang dilakukan oleh peternakan Agus Suhendar tidak merugikan lingkungan sekitar, sehingga dapat dikatakan layak untuk dijalankan.
65
VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar adalah skala usaha peternakan rakyat dengan jumlah ayam yang diternakkan sebanyak 9.000 ekor/periode. Untuk menjaga kelangsungan usahanya peternakan Agus Suhendar bergabung dengan perusahaan kemitraan pola inti plasma Tunas Mekar Farm (TMF). Kerjasama dengan TMF telah berlangsung selama hampir 7 tahun. Di bawah naungan TMF usaha berlangsung dengan baik, menghasilkan keuntungan, namun dikarenakan penetapan harga kontrak penjualan ayam maka penerimaan peternakan Agus Suhendar tetap, dikhawatirkan dapat membuat keuntungan yang diterima semakin berkurang karena harga DOC dan pakan yang semakin meningkat (Tabel 7). Untuk itu dibutuhkan analisis finansial secara terperinci tentang kelayakan usahanya selama berada di bawah naungan TMF. Analisis kelayakan ini berkaitan dengan perhitungan keuangan terperinci untuk mengetahui apakah tetap bekerjasama dengan TMF menggunakan harga kontrak tetap Rp 12.350,00-13.230,00/kg ayam broiler hidup dapat menjadikan peternakan Agus Suhendar tetap berlangsung dengan menikmati keuntungan maksimal sementara harga-harga input peternakan seperti bibit (DOC) dan pakan terus meningkat. Kriteria yang digunakan dalam penelitian meliputi NPV, Net B/C, IRR, payback period, serta analisis switching value. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh manajer TMF umur proyek adalah 5 tahun, berdasarkan umur ekonomis kandang. 7.1.
Inflow (Arus Manfaat) Inflow merupakan segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan
sebuah proyek. Inflow dari usaha peternakan ayam broiler ini berasal dari penerimaan dan nilai sisa. 7.1.1. Penerimaan Penjualan Ayam Penerimaan peternakan Agus Suhendar berasal dari penjualan ayam broiler, kotoran ayam, dan insentif dari TMF. Penjualan ayam dihitung dari
66
jumlah bibit atau DOC yang dipelihara dikurangi dengan angka mortalitas 4,5 persen, dikalikan dengan harga kontrak rata-rata yaitu Rp 12.500,00/kg. Harga kontrak Rp 12.500,00/kg merupakan harga kontrak yang paling banyak digunakan pada usaha peternakan Agus Suhendar pada tahun 2009. Kapasitas pemeliharaan ayam broiler per periodenya adalah 9.000 ekor. Menggunakan batas angka mortalitas, dan riwayat kematian ayam di peternakan Agus Suhendar maka angka mortalitas setiap periode adalah 4,5 persen, sehingga ayam broiler yang dihasilkan adalah 8.595 ekor, dengan harga tetap Rp 12.500,00/kg, yang diambil dari harga rata-rata kontrak yang paling sering digunakan TMF dan peternakan Agus Suhendar dalam perhitungan penjualan ayam broiler hidup. Pemanenan dilakukan saat ayam berumur 6 minggu, diasumsikan bobot rata-rata telah mencapai 1,6 kg per ekornya. Dalam satu tahun terjadi 6 kali masa panen. Pembeli langsung datang ke kandang untuk memanen ayamnya, diawasi oleh PPL dan dibantu oleh kepala dan karyawan kandang. Adapun penerimaan penjualan ayam broiler hidup peternakan Agus Suhendar dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Penerimaan Penjualan Ayam Broiler Hidup Tahun
Panen per periode (ekor)
Bobot Panen (kg/ekor)
Harga (Rp/kg)
Jumlah periode
Penerimaan (Rp)
1
8.595
1,6
12.500,00
6
1.031.400.000,00
2
8.595
1,6
12.500,00
6
1.031.400.000,00
3
8.595
1,6
12.500,00
6
1.031.400.000,00
4
8.595
1,6
12.500,00
6
1.031.400.000,00
5
8.595
1,6
12.500,00
6
1.031.400.000,00
Total penerimaan ayam broiler hidup
5.157.000.000,00
Berdasarkan perhitungan penerimaan pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa penerimaan
yang
berasal
dari
penjualan
ayam
adalah
sebesar
Rp 1.031.400.000,00/tahun. Hasil tersebut didapat dari perkalian antara jumlah ayam broiler yang dipanen per periode setelah dikurangi angka mortalitas 4,5 persen yaitu 8.595 ekor dengan bobot panen sebesar 1,6 kg/ekor dengan harga jual
67
tetap Rp 12.500,00/kg dengan jumlah periode yang dilakukan dalam 1 tahun yaitu 6 periode. Total penerimaan ayam broiler selama 5 tahun adalah sebesar Rp 5.157.000.000,00. 7.1.2. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam Penerimaan juga didapat dari penjualan kotoran ayam yang dijual dengan harga Rp 5000,00/karung atau per 50 kg. Setiap periode rata-rata menghasilkan 40 karung kotoran ayam. Petani daerah sekitar datang dan mengambil sendiri kotoran ayam yang akan dibelinya. Berikut adalah penerimaan peternakan Agus Suhendar yang berasal dari penjualan kotoran ayam (Tabel 13) . Tabel 13. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam
1
Kotoran per periode (Karung) 40
2
Tahun
Harga (Rp/50kg)
Jumlah periode
Penerimaan (Rp)
5.000,00
6
1.200.000,00
40
5.000,00
6
1.200.000,00
3
40
5.000,00
6
1.200.000,00
4
40
5.000,00
6
1.200.000,00
5
40
5.000,00
6
1.200.000,00
Total penerimaan penjualan kotoran ayam
6.000.000,00
Berdasarkan data dari Tabel 13 dapat dilihat penerimaan dari penjualan kotoran ayam per tahun adalah sebesar Rp 1.200.000,00. Hasil tersebut didapat dari perkalian antara hasil kotoran ayam per periode yaitu sebanyak 40 karung dengan harga per karungnya Rp 5.000,00 dan jumlah periode per tahun yaitu sebanyak 6 periode. Total penerimaan penjualan kotoran ayam selama 5 tahun adalah sebesar Rp 6.000.000,00. 7.1.3. Penerimaan Insentif Peternakan Agus Suhendar mendapatkan penerimaan tambahan dari uang insentif yang diberikan TMF jika memiliki angka mortalitas di bawah atau sama dengan 4,5 persen yaitu sebesar Rp 30,00/kg bobot hidup dan angka FCR di
68
bawah angka 1,8 sebesar Rp 190,00/kg bobot hidup. Penerimaan yang berasal dari insentif mortalitas dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Penerimaan Insentif Mortalitas Panen per periode (ekor)
Bobot panen (kg/ekor)
1
8.595
1,6
30,00
6
2.475.360,00
2
8.595
1,6
30,00
6
2.475.360,00
3
8.595
1,6
30,00
6
2.475.360,00
4
8.595
1,6
30,00
6
2.475.360,00
5
8.595
1,6
30,00
6
2.475.360,00
Tahun
Insentif mortalitas (Rp/kg)
Jumlah periode
Total penerimaan insentif mortalitas
Penerimaan (Rp)
12.376.800,00
Penerimaan insentif mortalitas per tahun adalah sebesar Rp 2.475.360,00. Hasil tersebut didapatkan dari perkalian panen per periode yaitu sebanyak 8.595 ekor dengan bobot panen per ekor yaitu 1,6 kg dengan insentif mortalitas Rp 30,00/kg dan jumlah periode per tahun sebanyak 6 periode. Total penerimaan insentif mortalitas selama 5 tahun adalah Rp 12.376.800,00. Penerimaan insentif, selain berasal dari insentif mortalitas juga didapatkan dari insentif FCR. Perhitungan penerimaan insentif FCR dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Penerimaan Insentif FCR Bobot panen (kg/ekor)
1.
Panen per periode (ekor) 8.595
Jumlah periode
Penerimaan (Rp)
1,6
Insentif FCR (Rp/kg) 190,00
6
15.677.280,00
2.
8.595
1,6
190,00
6
15.677.280,00
3.
8.595
1,6
190,00
6
15.677.280,00
4.
8.595
1,6
190,00
6
15.677.280,00
5.
8.595
1,6
190,00
6
15.677.280,00
Tahun
Total insentif FCR
78.386.400,00
69
Penerimaan insentif FCR per tahun adalah sebesar Rp 16.657.110,00. Hasil tersebut didapatkan dari perkalian panen per periode yaitu sebanyak 8.595 ekor dengan bobot panen per ekor yaitu 1,6 kg dengan insentif mortalitas Rp 190,00/kg dan jumlah periode per tahun sebanyak 6 periode. Total penerimaan insentif mortalitas selama 5 tahun adalah Rp 78.386.400,00. 7.1.4. Nilai Sisa Nilai sisa adalah nilai barang atau peralatan yang tidak habis selama usaha berjalan. Nilai sisa dihitung di akhir proyek, dan dimasukkan ke dalam komponen inflow. Penentuan umur ekonomis alat investasi berdasarkan pengalaman pengelola dalam pemakaian alat investasi tersebut. Perkiraan nilai sisa didasarkan pada harga jual pada tingkat tukang loak. Total nilai sisa pada usaha peternakan Agus Suhendar adalah sebesar Rp 3.615.000,00. (Tabel 16) 7.2.
Outflow (Arus Biaya) Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan usaha. Outflow usaha
peternakan ayam broiler dibagi menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya operasional. 7.2.1. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengadakan barang modal ketika memulai suatu usaha. Biaya investasi yang dikeluarkan pada usaha peternakan ayam broiler meliputi biaya pembangunan kandang, gudang, tempat pakan, tempat minum otomatis, feeder tray, gasolec, genset, seng, drum air, ember, garpu pembalik sekam, sprayer, termometer, timbangan, pisau dan kipas angin (Tabel 16).
70
Tabel 16. Biaya Investasi, Nilai sisa dan Penyusutan No.
Ket
Umur teknis (Thn)
Harga satuan (Rp)
5
135.000,00/m²
1
58.320.000,00
11.664.000,00
0
5
100.000,00/m²
1
30.000.000,00
6.000.000,00
0
10
2.000.000,00
1
2.000.000,00
200.000,00
1.000.000,00
10
2.000.000,00
1
2.000.000,00
200.000,00
500.000,00
5
12.000,00
270
3.240.000,00
648.000,00
0
5
60.000,00
144
8.640.000,00
1.728.000,00
0
5
8.000,00
180
1.440.000,00
288.000,00
0
5 10
750.000,00 4.000.000,00
12 1
9.000.000,00 4.000.000,00
1.800.000,00 400.000,00
Nilai investasi (Rp)
Q
Penyusutan
Perkiraan nilai sisa (Rp)
8. 9.
Kandang bertingkat Kandang panggung Instalasi listrik Instalasi air Tempat pakan Tempat minum otomatis Feeder Tray Gasolec Genset
10.
Seng
3
10.000,00
90
900.000,00
300.000,00
11. 12.
Drum air Ember Garpu pembalik sekam Sprayer Termo meter
5 2
80.000,00 10.000,00
2 4
160.000,00 40.000,00
32.000,00 20.000,00
0 1.500.000,00 315.000,00 (@3500) 0 0
5
75.000,00
2
150.000,00
30.000,00
0
5
500.000,00
1
500.000,00
500.000,00
0
5
300.000,00
2
600.000,00
300.000,00
16.
Timbangan
10
200.000,00
2
400.000,00
40.000,00
17. 18.
Pisau Kipas angin
1 5 Total
10.000,00 150.000,00
2 4
20.000,00 600.000,00 122.010.000,00
20.000,00 120.000,00 24.290.000,00
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
13. 14. 15.
300.000,00 (@150.000) 0 0 3.615.000
Berdasarkan Tabel 16, biaya investasi untuk usaha peternakan Agus Suhendar adalah sebesar Rp 122.010.000,00 dengan investasi utama adalah dua buah kandang, yaitu kandang bertingkat yang terdiri dari gudang dan kamar serta kandang panggung dengan kapasitas ayam 9.000 ekor. Nilai investasi terbesar adalah untuk pembangunan kandang yaitu sebesar Rp 88.320.000,00. Bangunan termasuk bangunan tidak permanen karena sebagian besar bahannya terbuat dari bambu yang memiliki ketahanan terbatas. Bangunan dikategorikan bangunan tidak permanen dengan umur teknis 5 tahun. Lahan yang digunakan adalah lahan sewa maka lahan tidak dimasukkan ke dalam biaya investasi, tetapi dimasukkan ke dalam biaya operasional.
71
7.2.2. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan. Biaya operasional usaha peternakan ayam broiler dibagi menjadi dua jenis yaitu biaya tetap dan biaya variabel. 7.2.2.1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang besarnya tidak terkait langsung dengan jumlah produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha peternakan Agus Suhendar terdiri dari gaji kepala karyawan dan karyawan, biaya listrik dan biaya sewa lahan. Tabel 17. Biaya Tetap yang Dikeluarkan Peternakan Agus Suhendar No.
Jenis biaya tetap
1.
Gaji kepala karyawan
2.
Gaji karyawan
3.
Listrik
4.
Sewa lahan Total
Jumlah biaya/periode (Rp)
Periode per tahun
Jumlah biaya/tahun (Rp)
675.000,00
6
4.050.000,00
5.400.000,00
6
32.400.000,00
500.000,00
6
3.000.000,00
-
1.000.000,00
6
40.450.000,00
6.575.000,00
Berdasarkan tabel di atas biaya tetap terbesar pada usaha peternakan Agus Suhendar adalah untuk gaji karyawan. Gaji karyawan Rp 1.800.000,00 per periode atau Rp 900.000,00 per bulan. Karyawan pada peternakan Agus Suhendar terdiri dari tiga orang, sehingga biaya tetap gaji karyawan yang harus dikeluarkan per periodenya adalah Rp 1.800.000,00 dikali tiga yaitu sebesar Rp 5.400.000,00. Dalam setahun terjadi 6 kali periode, maka biaya gaji karyawan dalam setahun Rp 5.400.000,00 dikali dengan 6 yaitu sebesar Rp 32.400.000,00. Gaji kepala karyawan lebih kecil dibanding dengan karyawan, karena pekerjaan kepala karyawan lebih ringan dibanding dengan karyawan yang meliputi seluruh kegiatan manajemen pemeliharaan, seperti memberi makan dan minum, menjaga suhu terutama pada masa pemanasan, mencegah penyebaran penyakit, membantu pemanenan dan lain-lain. Tugas kepala karyawan lebih
72
kepada pengawas yang memerintahkan agar segala kegiatan dijalankan dengan baik sehingga hasil panen baik. Gaji kepala karyawan adalah sebesar Rp 675.000,00 per periode atau Rp 335.000,00 per bulannya. Dalam setahun karena terjadi 6 kali periode, maka gaji untuk kepala karyawan Rp 675.000,00 dikali 6, yaitu sebesar
Rp 4.040.000,00.
Biaya tetap selanjutnya adalah biaya listrik dengan biaya per periode kurang lebih Rp 500.000,00 sehingga dalam setahun biaya listrik yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 3.000.000,00 hasil dari biaya listrik per periode dikali 6 periode. Listrik pada usaha peternakan ayam broiler digunakan untuk menjalankan mesin pompa air yang langsung dihubungkan ke tempat minum otomatis dan lampu, baik sebagai penerang maupun pembantu pengatur suhu, penggerak sprayer, kipas angin, tv dan lainnya. Terakhir adalah biaya sewa lahan seluas 1.500 m² yaitu sebesar Rp 1.000.000,00 per tahun. 7.2.2.2. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah sesuai dengan jumlah produksi. Biaya variabel yang dikeluarkan pada usaha peternakan Agus Suhendar terdiri dari biaya pakan, DOC, obat-obatan, sekam dan LPG. Rincian harga dan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Harga dan Biaya Variabel pada Peternakan Agus Suhendar
FCR
Biaya pakan per ekor (Rp)
Biaya obatobatan per periode (Rp)
Biaya sekam (Rp/ekor)
Biaya LPG (Rp/ ekor)
1,6
1,8
13.147,20
900.000,00
200
350
4.656,30
1,6
1,8
13.410,14
900.000,00
200
350
3.593,00
4.749,43
1,6
1,8
13.678.35
900.000,00
200
350
4
3.750,00
4.844,42
1,6
1,8
13.951,92
900.000,00
200
350
5
3.911,00
4.941,30
1,6
1,8
14.230,94
900.000,00
200
350
Tahun
Harga DOC per ekor (Rp)
Harga pakan (Rp/kg)
Bobot panen (kg)
1
3.303,00
4.565,00
2
3.445,00
3
Harga DOC pada tahun pertama sebesar Rp 3.303,00/ekor adalah harga rata-rata DOC pada peternakan Agus Suhendar periode tahun 2009. Harga DOC
73
meningkat sebesar 4,3 persen per tahunnya berdasarkan peningkatan rata-rata harga DOC yang terjadi pada peternakan Agus Suhendar tahun 2009. Harga pakan pada tahun pertama sebesar Rp 4.565,00/kg adalah harga rata-rata pakan pada peternakan Agus Suhendar periode tahun 2009. Harga pakan meningkat sebesar 2 persen per tahunnya berdasarkan peningkatan rata-rata harga pakan yang terjadi pada peternakan Agus Suhendar tahun 2009. FCR per periode diasumsikan 1,8 yang artinya untuk menghasilkan 1 kg bobot ayam dibutuhkan pakan sebanyak 1,8 kg. Bobot panen adalah 1,6 kg/ekor maka pakan yang dibutuhkan untuk 1 ekor DOC adalah 1,6 dikalikan 1,8 yaitu sebesar 2.88 kg/ekor, maka biaya pakan untuk 1 ekor DOC pada tahun pertama adalah kebutuhan pakan per ekor 2,88 kg/ekor dikalikan harga pakan Rp 4.565,00 yaitu sebesar Rp 13.147,20. Biaya obat-obatan per periode adalah Rp 900.000,00, biaya sekam per ekor DOC adalah Rp 200,00 dan biaya untuk pemanas yang menggunakan bahan bakar gas per ekor adalah Rp 350,00. Berikut adalah tabel biaya variabel yang dikeluarkan per tahunnya untuk 9.000 DOC berdasarkan harga dan biaya di atas (Tabel 19). Tabel 19. Total Biaya Variabel per Tahun Peternakan Agus Suhendar
Biaya DOC Thn (Rp)
Biaya pakan (Rp)
Total (Rp)
Persentase Kenaikan (%)
Biaya obatobatan (Rp)
Biaya sekam (Rp)
Biaya LPG (Rp)
1 178.362.000,00 709.948.800,00
5.400.000,00
10.800.000,00
18.900.000,00
923.410.800,00
2 186.030.000,00 724.147.560,00
5.400.000,00
10.800.000,00
18.900.000,00
945.277.560,00
2,36
3 194.022.000,00 738.630.900,00
5.400.000,00
10.800.000,00
18.900.000,00
967.752.900,00
2,37
4 202.500.000,00 753.403.680,00
5.400.000,00
10.800.000,00
18.900.000,00
991.003.680,00
2,40
5 211.194.000,00 768.470.760,00
5.400.000,00
10.800.000,00
18.900.000,00
1.014.764.760,00
2,40
Berdasarkan Tabel 19 kenaikan harga DOC sebesar 4,3 persen per tahunnya dan kenaikan harga pakan sebesar 2 persen per tahunnya menyebabkan peningkatan biaya variabel setiap tahunnya sebesar 2,36, 2,37 persen dan pada tahun keempat dan kelima kenaikan menjadi 2,40 persen.
74
7.2.3. Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam kurun waktu tertentu. Komponen laba rugi terdiri dari penerimaan, biaya operasional, penyusutan, dan biaya lain di luar usaha dan pajak penghasilan. Rincian perhitungan laba rugi akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha yang akan mempengaruhi hasil perhitungan cashflow. Tabel 20. Hasil Perhitungan Laba Rugi Peternakan Agus Suhendar
Thn Penerimaan (Rp)
Biaya (Rp)
Laba (Rp)
Laba bersih (Rp)
Pajak (Rp)
Persentase penurunan (%)
1
1.050.752.640,00
988.150.800,00
62.601.840,00 15.650.460,00
46.951.380,00
2
1.050.752.640,00
1.010.017.560,00
40.735.080,00 10.183.770,00
30.551.310,00
35
3
1.050.752.640,00
1.032.492.900,00
18.259.740,00
4.564.935,00
13.694.805,00
55
4
1.050.752.640,00
1.055.743.680,00
-4.991.040,00
0
-4.991.040,00
136
5
1.050.752.640,00
1.079.504.760,00 -28.752.120,00
0
-28.752.120,00
476
Total Laba bersih
57.454.335,00
Laba bersih yang didapatkan pada tahun pertama adalah sebesar Rp 46.951.380,00, menurun sebesar 35 persen pada tahun kedua menjadi Rp 30.551.310,00. Pada tahun ketiga laba bersih sebesar Rp 13.694.805,00, menurun dari tahun sebelumnya dengan persentase 55 persen. Penurunan kembali terjadi
pada
tahun
keempat
sebesar
136
persen
yaitu
menjadi
rugi
Rp 4.991.040,00, dan pada tahun kelima kembali rugi Rp 28.752.120,00, dengan persentase penurunan sebesar 476 persen. Total laba bersih selama 5 tahun adalah sebesar Rp 57.454.335,00. Kenaikan harga DOC 4,3 persen dan pakan 2 persen per tahunnya telah menyebabkan penurunan laba bersih setiap tahunnya, dan pada tahun keempat dan kelima menyebabkan kerugian. 7.3.
Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial pada penelitian ini dinilai berdasarkan kriteria
NPV (net present value), Net B/C (net benefit cost Ratio), IRR (internal rate of return), dan payback period. Discount Rate yang digunakan adalah sebesar 6,5
75
persen berdasarkan suku bunga deposito rata-rata Bank Indonesia tahun 2011, karena merupakan suku bunga acuan bagi bank-bank di Indonesia. Hasil analisis kelayakan finansial peternakan Agus Suhendar dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Agus Suhendar Kriteria
Hasil
NPV (net present value)
Rp 45.021.751,00
Net B/C (net benefit cost ratio)
1,99
IRR (internal rate of return)
41,46 persen
Payback period
1,98627
Berdasarkan hasil analisis kelayakan pada tabel di atas, peternakan Agus Suhendar memiliki nilai NPV Rp 45.021.751,00. Nilai NPV tersebut bernilai positif atau NPV > 0, yang artinya peternakan Agus Suhendar layak dijalankan atau memberikan manfaat positif selama umur proyek dengan discount rate 6,5 persen. Net B/C bernilai 1,99 atau Net B/C > 1 yang artinya proyek memberikan keuntungan bahwa setiap pengeluaran selama umur proyek sebesar Rp 1,00 maka akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 1,99. Nilai tersebut menunjukkan peternakan Agus Suhendar layak untuk dijalankan. Hasil IRR (internal rate of return) peternakan Agus Suhendar adalah 41,46 persen, Nilai tersebut lebih besar dari suku bunga 6,5 persen, karena nilai IRR lebih besar dari suku bunga maka peternakan Agus Suhendar dinyatakan layak atau memberikan manfaat selama umur proyek yang diperhitungkan. Payback Period menunjukkan kemampuan tingkat pengembalian usaha atau modal. Payback Period peternakan Agus Suhendar adalah 1,98627 yang artinya tingkat pengembalian modal investasi adalah satu tahun 11 bulan. Umur proyek usaha peternakan adalah 5 tahun dan tingkat pengembalian modal masih dalam umur proyek yaitu satu tahun 11 bulan maka usaha dapat dikatakan layak. Berdasarkan empat kriteria analisis kelayakan finansial NPV, Net B/C, IRR, dan payback period maka peternakan Agus Suhendar layak dijalankan.
76
7.4.
Analisis Sensitivitas (Switching value) Analisis sensitivitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan
switching value pada kenaikan harga DOC dan pakan serta penurunan harga jual ayam. Analisis ini merupakan perhitungan untuk mengukur sensitivitas atau kepekaan suatu usaha apabila keadaan diubah. Analisis dilakukan sampai memperoleh NPV mendekati nol, IRR 6,5 persen dan Net B/C mendekati satu. Nilai peubah dalam analisis ini adalah kenaikan harga DOC, kenaikan harga pakan dan penurunan harga jual ayam. Pertimbangan penggunaan nilai pengganti kenaikan harga DOC dan kenaikan harga pakan didasarkan pada analisis perubahan harga yang terjadi pada tahun 2009 dimana DOC dan pakan merupakan komponen biaya terbesar dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan peternakan Agus Suhendar dan terus mengalami peningkatan dapat dilihat pada Tabel 7 dan penurunan harga jual ayam untuk melihat berapa penurunan harga jual ayam yang dapat ditoleransi. Analisis Switching value dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Hasil Analisis Switching Value Peternakan Agus Suhendar Perubahan
Persentase (%)
Kenaikan harga DOC
16,6
Kenaikan harga pakan
6,1
Penurunan harga jual ayam
1,2
Hasil analisis sensitivitas switching value menunjukkan peternakan Agus Suhendar sensitif terhadap kenaikan harga DOC lebih dari 16,6 persen dan kenaikan harga pakan lebih dari 6,1 persen dan penurunan harga jual ayam lebih dari 1,2 persen. Penurunan harga jual ayam memiliki persentase rendah dan terendah diantara persentase kenaikan harga DOC dan pakan, hal ini menunjukkan usaha sangat sensitif terhadap penurunan harga jual ayam, tetapi karena harga kontrak tetap peternakan Agus Suhendar berada pada Rp 12.350,00-13.230,00/kg, sedangkan penurunan harga jual ayam maksimal 1,2 persen yaitu pada harga Rp 12.341,52/kg berada di bawah harga kontrak tetap terendah yaitu
77
Rp 12.350,00/kg maka peternakan Agus Suhendar tidak perlu mengkhawatirkan penurunan harga jual ayam. Toleransi kenaikan harga DOC berdasarkan analisis switching value pada peternakan Agus Suhendar adalah 16,6 persen. Proyeksi cashflow menunjukkan jika terjadi kenaikan harga DOC diatas 16,6 persen maka usaha peternakan Agus Suhendar menjadi tidak layak. Toleransi kenaikan harga pakan berdasarkan analisis switching value pada peternakan Agus Suhendar adalah 6,1 persen. Proyeksi cashflow menunjukkan jika terjadi kenaikan harga pakan diatas 6,1 persen maka usaha peternakan Agus Suhendar menjadi tidak layak.
78
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Analisis kelayakan non finansial usaha peternakan ayam broiler peternakan Agus Suhendar dengan sistem kemitraan pola inti plasma bersama CV. Tunas Mekar Farm layak dijalankan. Analisis non finansial ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis dan produksi, aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum, dan aspek ekonomi sosial. Aspek pasar dikatakan layak karena peternakan Agus Suhendar aman dari kerugian akibat jatuhnya harga, memiliki pasar, tidak menghadapi permasalahan distribusi produk, dan menghasilkan produk yang berkualitas. Aspek teknis dan produksi layak dijalankan karena peternakan Agus Suhendar memiliki lahan dan kandang yang memenuhi kualifikasi, pengadaan bibit dan pakan yang tepat waktu dan berkualitas, pengadaan dan manajemen kesehatan yang disiplin dan teratur, ketersediaan bahan-bahan penunjang yang terbaik dan tepat waktu, memiliki tenaga kerja yang berpengalaman, jujur dan pekerja keras, dan proses produksi yang sistematis. Aspek manajemen dan organisasi dikatakan layak karena memiliki pembagian tugas yang jelas, terperinci dan tertulis, sehingga manajemen usaha berjalan dengan baik. Aspek hukum dikatakan layak karena memiliki ketentuan kerjasama tertulis yang jelas dan saling memuaskan kedua belah pihak, dan mendapatkan izin pendirian dari RT/RW. Aspek ekonomi dan sosial dikatakan layak karena tidak merugikan lingkungan sekitar. 2) Hasil analisis kelayakan finansial usaha peternakan Agus Suhendar dengan sistem kemitraan pola inti plasma bersama CV. Tunas Mekar Farm layak dijalankan. Nilai NPV positif yaitu sebesar Rp 45.021.751,00, IRR lebih besar dari discount rate (6,5 persen) yaitu sebesar 41,46 persen, Net B/C lebih besar dari 1 yaitu 1,99, dan payback period 1,98627 atau satu tahun 11 bulan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan usaha rentan terhadap kenaikan harga DOC di atas 16,6 persen, kenaikan harga pakan di atas 6,1 persen, penurunan harga jual ayam diatas 1,2 persen. Peternakan Agus Suhendar sangat
79
dipengaruhi kenaikan harga DOC dan pakan, karena akibat kenaikan dua variabel tersebut yang melebihi 16,6 persen dan 6,1 persen maka peternakan Agus Suhendar mengalami kerugian. 8.2.
Saran Berdasarkan
hasil
penelitian
peternakan
Agus
Suhendar
sangat
dipengaruhi oleh kenaikan harga DOC dan pakan, karena akibat kenaikan dua variabel tersebut yang melebihi 16,6 persen dan 6,1 persen maka peternakan Agus Suhendar mengalami kerugian. Untuk itu, peternakan Agus Suhendar sebaiknya meminta revisi harga kontrak tetap jika terjadi kenaikan harga DOC melebihi 16,6 persen dan pakan melebihi 6,1 persen.
80
DAFTAR PUSTAKA Aak. 1986. Beternak Ayam Pedaging. Yogyakarta : Kanisius. Abidin Z. 2002. Meningkatkan produktifitas ayam ras pedaging. Jakarta : PT. Agromedia pustaka. Cahyono B. 2004. Cara meningkatkan budidaya ayam ras pedaging (broiler). Yogyakarta : Pustaka Nusatama. [DP] Departemen Pertanian. Peraturan Perundang-undangan Peternakan. Jakarta Departemen Pertanian. [DP] Departemen Pertanian. 1997. Pedoman kemitraan usaha pertanian 940/kpts/OT.210/10/97. Jakarta : Departemen Pertanian. Disnakan. 2009. Permintaan Daging Kota http//www.disnakan.bogorkab.go.id [22 Januari 2011]
Bogor.
Ensminger ME. 1992. Poultry Science (Animal Agriculture Series). Illnois : Interstate Publisher, Inc. Fadillah R. 2004. Ayam broiler komersial. Jakarta : PT. Agromedia Pustaka. Fadillah R, Polana A, Alam S, Parwanto E. 2007. Sukses beternak ayam broiler. Jakarta: PT Agromedia Pustaka. Gittinger P. 1986. Evaluasi proyek. Jakarta : Bhineka Cipta. Haming M, Basalamah S. 2010. Studi kelayakan investasi dan proyek. Jakarta : Bumi Akasara. Husnan S, Suwarsono M. 2000. Studi kelayakan proyek. Ed ke-4. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan. Kadariah L, Karlina dan Grey, C. 1999. Pengantar evaluasi proyek. Jakarta : LPFEUI. Kadariah. 2001. Evaluasi proyek analisis ekonomi. Jakarta : LPFEUI. North MO, Bell DD. 1990. Commercial chicken production manual. Ed ke-4. New York : Chapman and Hall. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi kelayakan bisnis. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Prasetyo C, Benedicta J. 2004. Perancangan strategy map. Jakarta : Gramedia Pustaka.
81
Putra AR. 2011. Pola kemitraan antara petani dengan UBH-KPWN dalam usaha hutan rakyat jati unggul nusantara di Desa Ciaruteun Ilir, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Rasyaf M. 2004. Beternak ayam pedaging. Jakarta : Swadaya. Saputra D. 2011. Analisis kepuasan peternak plasma terhadap pola kemitraan ayam broiler studi kasus kemitraan Dramaga Unggas Farm di Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saragih B. 1998. Agribisnis berbasis peternakan. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Setiawan P. 2010. Analisis kelayakan finansial peternak plasma ayam broiler pola kemitraan inti plasma Cikahuripan ps, Kabupaten Ciamis. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sugiarti S. 2008. Analisis kelayakan finansial usaha peternakan ayam broiler Abdul Djawad Farm, di Desa Banu Resmi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Suharno B. 2004. Agribisnis ayam ras. Jakarta : Swadaya. Sulaiman MS. 2010. Analisis kelayakan pengusahaan ikan kerapu macan di kepulauan seribu provinsi DKI Jakarta [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sumastuti, AM. 2006. Keunggulan NPV sebagai alat analisis uji kelayakan investasi dan penerapannya. Jurnal Universitas Budiluhur (Agustus) 3:120. Wibisono D. 2006. Manajemen kinerja : konsep, design, dan teknik meningkatkan daya saing perusahaan. Jakarta: Erlangga. Yustiarni, AK. 2011. Evaluasi kemitraan dan analisis pendapatan usahatani penangkaran benih padi bersertifikat (kasus kemitraan: PT. Sang Hyang Seri regional manajer I Sukamandi, Kabupaten Subang [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Yuwono J. 2005. Analisis kelayakan dan potensi pengembangan usaha peternakan itik petelur desa Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Jawa Tengah [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Zulfah S. 2010. Analisis kelayakan usaha pupuk organik kelompok tani bhineka 1, Desa Blendung, Kabupaten Subang [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
82
LAMPIRAN
83
Lampiran 1. Tabel FCR Peternakan Agus Suhendar MORT (%)
FCR
AGE (DAYS)
AVG. B.W
MORT. (%)
FCR
AGE (DAYS)
AVG. B.W
MORT. (%)
FCR
3
1.012
27
1.15
3.8
1.656
36
1.76
4.7
1.843
3
1.062
27
1.16
3.8
1.659
36
1.77
4.7
1.846
3
1.111
28
1.17
3.9
1.662
37
1.78
4.8
1.849
3
1.159
28
1.18
3.9
1.665
37
1.79
4.8
1.852
3
1.208
28
1.19
3.9
1.668
37
1.8
4.8
1.855
3
1.256
28
1.2
3.9
1.672
37
1.81
4.8
1.859
3
1.305
28
1.21
3.9
1.675
37
1.82
4.8
1.862
3
1.353
28
1.22
3.9
1.678
37
1.83
4.8
1.865
3
1.381
28
1.23
3.9
1.681
37
1.84
4.8
1.868
3
1.408
29
1.24
4
1.684
38
1.85
4.9
1.871
3
1.434
29
1.25
4
1.687
38
1.86
4.9
1.874
3
1.461
29
1.26
4
1.69
38
1.87
4.9
1.877
3
1.487
29
1.27
4
1.692
38
1.88
4.9
1.881
3
1.492
29
1.28
4
1.695
38
1.89
4.9
1.885
3
1.497
29
1.29
4
1.698
38
1.9
4.9
1.889
3.1
1.502
29
1.3
4
1.701
39
1.91
5
1.893
3.1
1.508
30
1.31
4.1
1.704
39
1.92
5
1.897
3.1
1.514
30
1.32
4.1
1.707
39
1.93
5
1.9
3.1
1.519
30
1.33
4.1
1.71
39
1.94
5
1.903
3.1
1.524
30
1.34
4.1
1.712
39
1.95
5
1.906
3.2
1.529
30
1.35
4.1
1.715
39
1.96
5
1.909
3.2
1.534
30
1.36
4.1
1.718
39
1.97
5
1.912
3.2
1.54
31
1.37
4.2
1.721
40
1.98
5.1
1.915
3.2
1.543
31
1.38
4.2
1.724
40
1.99
5.1
1.918
3.2
1.546
31
1.39
4.2
1.727
40
2
5.1
1.921
3.2
1.549
31
1.4
4.2
1.731
40
2.01
5.1
1.925
3.3
1.552
31
1.41
4.2
1.734
40
2.02
5.1
1.928
3.3
1.555
31
1.42
4.2
1.737
40
2.03
5.1
1.931
3.3
1.558
31
1.43
4.2
1.74
40
2.04
5.1
1.934
3.3
1.56
32
1.44
4.3
1.743
41
2.05
5.2
1.937
3.3
1.563
32
1.45
4.3
1.746
41
2.06
5.2
1.94
3.3
1.566
32
1.46
4.3
1.749
41
2.07
5.2
1.943
3.4
1.569
32
1.47
4.3
1.752
41
2.08
5.2
1.947
3.4
1.572
32
1.48
4.3
1.755
41
2.09
5.2
1.951
3.4
1.575
32
1.49
4.3
1.758
41
2.1
5.2
1.955
3.4
1.579
32
1.5
4.3
1.761
42
2.11
5.3
1.959
84
Lampiran 1. Tabel FCR Peternakan Agus Suhendar (Lanjutan) MORT (%) 3.4
1.582
AGE (DAYS) 33
1.51
MORT (%) 4.4
1.764
AGE (DAYS) 42
AVG. B.W 2.12
MORT( %) 5.3
1.963
3.4
1.585
33
1.52
4.4
1.767
42
2.13
5.3
1.966
3.5
1.588
33
1.53
4.4
1.77
42
2.14
5.3
1.969
3.5
1.591
33
1.54
4.4
1.773
42
2.15
5.3
1.973
3.5
1.594
33
1.55
4.4
1.776
42
2.16
5.3
1.977
3.5
1.597
33
1.56
4.4
1.779
43
2.17
5.4
1.981
3.5
1.6
33
1.57
4.4
1.782
43
2.18
5.4
1.985
3.5
1.603
34
1.58
4.5
1.785
43
2.19
5.4
1.988
3.6
1.606
34
1.59
4.5
1.788
43
2.2
5.4
1.991
3.6
1.609
34
1.6
4.5
1.791
43
2.21
5.4
1.994
3.6
1.612
34
1.61
4.5
1.794
43
2.22
5.4
1.997
3.6
1.616
34
1.62
4.5
1.797
43
2.23
5.4
2
3.6
1.619
34
1.63
4.5
1.8
44
2.24
5.5
2.003
3.6
1.622
34
1.64
4.5
1.803
44
2.25
5.5
2.006
3.6
1.625
35
1.65
4.6
1.806
44
2.26
5.5
2.009
3.7
1.628
35
1.66
4.6
1.809
44
2.27
5.5
2.013
3.7
1.631
35
1.67
4.6
1.812
44
2.28
5.5
2.017
3.7
1.633
35
1.68
4.6
1.815
44
2.29
5.5
2.021
3.7
1.635
35
1.69
4.6
1.819
45
2.3
5.6
2.025
3.7
1.638
35
1.7
4.6
1.823
45
2.31
5.6
2.029
3.7
1.641
36
1.71
4.7
1.827
45
2.32
5.6
2.032
3.8
1.644
36
1.72
4.7
1.831
45
2.33
5.6
2.035
3.8
1.647
36
1.73
4.7
1.834
45
2.34
5.6
2.039
3.8
1.65
36
1.74
4.7
1.837
45
2.35
5.6
2.043
3.8
1.653
36
1.75
4.7
1.84
46
2.36
5.7
2.047
FCR
AVG. B.W
FCR
FCR
85
Lampiran 2. Program Vaksin dan Vitamin Peternakan Agus Suhendar Umur
Obat / Vaksin
Waktu
1
Chickofit (Vitamin)
07.00 & 17.00
2
Chickofit (Vitamin)
07.00 & 17.00
3
Chickofit (Vitamin)
07.00 & 17.00
4
Vaksin Chickopest
Sore hari
5
Chickofit (Vitamin)
Habis Vaksin
6
Chickofit (Vitamin)
07.00 & 17.00
7
Chickofit (Vitamin)
07.00 & 17.00
8
Rovabio (Vitamin)
07.00 & 17.00
9
Rovabio (Vitamin)
07.00 & 17.00
10
Rovabio (Vitamin)
07.00 & 17.00
11
Enoquyl (Antibiotik)
07.00 & 17.00
12
Enoquyl (Antibiotik)
07.00 & 17.00
13
Enoquyl (Antibiotik)
07.00 & 17.00
14 14
Rovabio LC (Antibiotik) Gumboro-IBDBlen(Vaksin)
07.00 & 17.00 Sore hari
15
Rovabio LC (Antibiotik)
07.00 & 17.00
16
Rovabio LC (Antibiotik)
07.00 & 17.00
17
Rovabio LC (Antibiotik)
07.00 & 17.00
18
Rovabio LC (Antibiotik)
07.00 & 17.00
19
Enoxan ( Antibiotik)
07.00 & 17.00
20
Enoxan ( Antibiotik)
07.00 & 17.00
21
Enoxan ( Antibiotik)
07.00 & 17.00
22
Rhodivit (Vitamin)
07.00 & 17.00
23
Rhodivit (Vitamin)
07.00 & 17.00
24
Rhodivit (Vitamin)
07.00 & 17.00
25
Rhodivit (Vitamin)
07.00 & 17.00
26
Rhodivit (Vitamin)
07.00 & 17.00
27
Rhodivit (Vitamin)
07.00 & 17.00
86
Lampiran 3. Program Pemeliharaan Peternakan Agus Suhendar Umur
Waktu
Kegiatan yang dilakukan
05.30
Membangunkan ayam
06.00
Pakan diayak, Pakan yang kotor dan sekam dimasukkan kedalam karung kemudian ditempatkan
1
/ditaruh disebelah barat gudang
S 11.00
Tempat pakan dibersihkan dengan sapu lidi
a 13.30 Beri pakan secukupnya dan diperkirakan 2 - 2,5 jam habis untuk efisiensi pakan m 16.00 Sekam basar dan kotor di area brooder dimasukkan kedalam karung dan dibuang
p 18.30
Tempat minum dilap bagian atas dan pinggir
a
21.00
Air untuk membersihkan dibuang ke ember
i
23.30
Ayam di grading/diseleksi setelah vaksin ND-KILL dan ND-LIVE, selain itu ayam jantan dan betina sudah mulai diipisahkan
02.00 7
Setelah semua kegiatan diatas selesai maka harus keliling kandang untuk mengontrol
87
Lampiran 3. Program Pemeliharaan Peternakan Agus Suhendar (Lanjutan) Umur
Waktu
Kegiatan yang dilakukan
8 05.30 S
Membangunkan ayam, Pakan diayak, Pakan yang kotor dan sekam dimasukkan kedalam karung kemudian ditempatkan/ditaruh disebelah barat gudang
a
Tempat pakan dibersihkan dengan sapu lidi
m 06.00
Sekam basah/kotor/menggumpal dimasukkan karung dan kemudian ditempatkan disebelah barat gudang
12.00
Beri pakan secukupnya dengan diperkirakan 3 jam habis
21.00
Tempat minum dibersihkan/dilap bagian atas dan bagian pinggir air tadi untuk memebersihkan tempat minum dibuang ke ember
23.00
setelah selesai kegiatan diatas ayam dironda supaya makan dan minum ayam yang stunting/slow growth dipisahkan dan beri makan secukupnya buka tutup tirai melihat kondisi ayam atau kenyamanan ayam
24.00
pelebaran brooding diperhatikan sesuai kebutuhan ayam
p a i
14
Umur
Waktu 05.30
Membangunkan ayam
06.00
Pemberian pakan sampai piring penuh dan diperkirakan habis selama 3 jam,dan jangan ditambah
15
S a m p
Kegiatan yang dilakukan
sebelum habis 12.00 Tempat minum dibershkan/dilap bagian atas dan bagian pinggirnya dan airnya dibuang ke ember 15.00
Turun sekam dilakukan bertahap selama 2 hari
17.000 Kotoran dibawah kandang dimasukkan kedalam karung dan ditaruh disebelah barat gudang
a i 18.00 Panen
Buka tutup tirai melihat kondisi ayam Panen dan keliling kandang
88
Lampiran 4. Laporan Laba Rugi Peternakan Agus Suhendar No
Keterangan
Tahun 1
2
3
4
5
1.031.400.000
1.031.400.000
1.031.400.000
1.031.400.000
1.031.400.000
A
INFLOW
1
Penerimaan ayam broiler hidup
2
Penerimaan kotoran Ayam
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
3
Penerimaan insentif mortalitas
2.475.360
2.475.360
2.475.360
2.475.360
2.475.360
4
Penerimaan insentif FCR
15.677.280
15.677.280
15.677.280
15.677.280
15.677.280
1.050.752.640
1.050.752.640
1.050.752.640
1.050.752.640
1.050.752.640
TOTAL INFLOW B
OUTFLOW
a
Biaya variabel
1
Biaya DOC
178.362.000
186.030.000
194.022.000
202.500.000
211.194.000
2
Biaya pakan
709.948.800
724.147.560
738.630.900
753.403.680
768.470.760
3
Biaya obat-obatan
5.400.000
5.400.000
5.400.000
5.400.000
5.400.000
4
Sekam
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
5
LPG
18.900.000
18.900.000
18.900.000
18.900.000
18.900.000
923.410.800
945.277.560
967.752.900
991.003.680
1.014.764.760
4.050.000
4.050.000
4.050.000
4.050.000
4.050.000
32.400.000
32.400.000
32.400.000
32.400.000
32.400.000
Total Biaya Variabel b
Biaya Tetap
1
Gaji kepala karyawan
2
Gaji karyawan
3
Listrik
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
4
Sewa lahan
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
5
Beban penyusutan
24.290.000
24.290.000
24.290.000
24.290.000
24.290.000
Total Biaya Tetap
64.740.000
64.740.000
64.740.000
64.740.000
64.740.000
988.150.800
1.010.017.560
1.032.492.900
1.055.743.680
1.079.504.760
62.601.840
40.735.080
18.259.740
-4.991.040
-28.752.120
0
0
0
0
0
Laba Sebelum Pajak (EBT)
62.601.840
40.735.080
18.259.740
-4.991.040
-28.752.120
Pajak
15.650.460
10.183.770
4.564.935
0
0
Laba Bersih (EAT)
46.951.380
30.551.310
13.694.805
-4.991.040
-28.752.120
TOTAL OUTFLOW Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) Bunga
89
Lampiran 5. Cashflow Peternakan Agus Suhendar No
Keterangan
Tahun 1
A 1 2 3 4
2
3
4
5
INFLOW Penerimaan ayam broiler hidup Penerimaan kotoran ayam Penerimaan insentif mortalitas penerimaan insentif FCR
1.031.400.000
1.031.400.000
1.031.400.000
1.031.400.000
1.031.400.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
2.475.360
2.475.360
2.475.360
2.475.360
2.475.360
15.677.280
15.677.280
15.677.280
15.677.280
15.677.280
Nilai sisa TOTAL INFLOW
3.615.000 1.050.752.640
B
OUTFLOW
a
Biaya Investasi
1
Kandang panggung bertingkat
58.320.000
2
Kandang panggung
30.000.000
3
Instalasi listrik
2.000.000
4
Instalasi air
2.000.000
5
Tempat pakan
3.240.000
6
Tempat minum otomatis
8.640.000
7
Feeder tray
1.440.000
8
Gasolec
9.000.000
9
Genset
4.000.000
10
Seng
900.000
11
Drum air
160.000
12
Ember
13
Garpu pembalik sekam
150.000
14
Sprayer
500.000
15
Termometer
600.000
16
Timbangan
400.000
17
Pisau
18
Kipas angin Total Investasi
1.050.752.640
1.050.752.640
1.054.367.640
900.000
40.000
20.000
1.050.752.640
40.000
40.000
20.000
20.000
20.000
20.000
122.010.000
20.000
60.000
920.000
60.000
600.000
B
Biaya Operasional
I
Biaya Variabel
1
Pembelian DOC
178.362.000
186.030.000
194.022.000
202.500.000
211.194.000
2
Biaya pakan
709.948.800
724.147.560
738.630.900
753.403.680
768.470.760
3
Biaya obat-obatan
5.400.000
5.400.000
5.400.000
5.400.000
5.400.000
4
Sekam
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
5
LPG
18.900.000
18.900.000
18.900.000
18.900.000
18.900.000
90
Lampiran 5. Cashflow Peternakan Agus Suhendar (Lanjutan) No
Keterangan
Tahun 1
6
Pajak penghasilan usaha Total Biaya Variabel
2
3
4
5
15.650.460
10.183.770
4.564.935
0
0
939.061.260
955.461.330
972.317.835
991.003.680
1.014.764.760
4.050.000
4.050.000
4.050.000
4.050.000
4.050.000
II
Biaya Tetap
1
Gaji kepala karyawan
2
Gaji karyawan
32.400.000
32.400.000
32.400.000
32.400.000
32.400.000
3
Listrik
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
4
Sewa lahan
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
40.450.000
40.450.000
40.450.000
40.450.000
40.450.000
979.511.260
995.911.330
1.012.767.835
1.031.453.680
1.055.214.760
-50.768.620
54.821.310
37.924.805
18.378.960
-907.120
0,93897
0,88166
0,82785
0,77732
0,72988
PV DF 6,5 %
-47.670.211
48.333.756
31.396.050
14.286.333
-662.089
PV Negatif
-48.332.300
PV Positif
93.354.050
NPV
45.021.751
Total Biaya Tetap TOTAL OUTFLOW Net Benefit Discount Factor (i= 6,5 %)
Net B/C
1.99
Payback period
1,98627
IRR
41.46%
91
Lampiran 6. Hasil Analisis Switching Value Kenaikan Harga DOC 16,6 persen No
Keterangan
Tahun 1
A 1 2 3 4
2
3
4
5
INFLOW Penerimaan ayam broiler hidup Penerimaan kotoran ayam Penerimaan insentif mortalitas Penerimaan insentif FCR
1.031.400.000
1.031.400.000
1.031.400.000
1.031.400.000
1.031.400.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
2.475.360
2.475.360
2.475.360
2.475.360
2.475.360
15.677.280
15.677.280
15.677.280
15.677.280
15.677.280
Nilai sisa TOTAL INFLOW B
OUTFLOW
a
Biaya Investasi
1 2
Kandang panggung bertingkat Kandang panggung
3.615.000 1.050.752.640
1.050.752.640
1.050.752.640
1.054.367.640
58.320.000 30.000.000
3
Instalasi listrik
2.000.000
4
Instalasi air
2.000.000
5
Tempat pakan
3.240.000
6
Tempat minum otomatis
8.640.000
7
Feeder tray
1.440.000
8
Gasolec
9.000.000
9
Genset
4.000.000
10
Seng
900.000
11
Drum air
160.000
12
Ember
13
Garpu pembalik sekam
150.000
14
Sprayer
500.000
15
Termometer
600.000
16
Timbangan
400.000
17
Pisau
18
Kipas angin Total Investasi
1.050.752.640
900.000
40.000
20.000
40.000
40.000
20.000
20.000
20.000
20.000
122.010.000
20.000
60.000
920.000
60.000
600.000
b
Biaya Operasional
I
Biaya Variabel
1
Pembelian DOC
207.902.700
207.902.700
207.902.700
207.902.700
207.902.700
2
Biaya pakan
709.948.800
724.147.560
738.630.900
753.403.680
768.470.760
3
Biaya obat-obatan
5.400.000
5.400.000
5.400.000
5.400.000
5.400.000
4
Sekam
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
5
LPG
18.900.000
18.900.000
18.900.000
18.900.000
18.900.000
92
Lampiran 6. Hasil Analisis Switching Value Kenaikan Harga DOC 16,6 persen (Lanjutan) No
Keterangan
Tahun 1
6
Pajak penghasilan usaha Total Biaya Variabel
2
3
4
5
8.265.285
4.715.595
1.094.760
0
0
961.216.785
971.865.855
982.728.360
996.406.380
1.011.473.460
4.050.000
4.050.000
4.050.000
4.050.000
4.050.000
32.400.000
32.400.000
32.400.000
32.400.000
32.400.000
II
Biaya Tetap
1
Gaji kepala karyawan
2
Gaji karyawan
3
Listrik
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
4
Sewa lahan
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
Total Biaya Tetap
40.450.000
40.450.000
40.450.000
40.450.000
40.450.000
1.001.666.785
1.012.315.855
1.023.178.360
1.036.856.380
1.051.923.460
-72.924.145
38.416.785
27.514.280
12.976.260
2.384.180
0,93897
0,88166
0,82785
0,77732
0,72988
PV DF 6,5 %
-68.473.584
33.870.543
22.777.697
10.086.706
1.740.165
PV Negatif
-68.473.584
PV Positif
68.475.111
TOTAL OUTFLOW Net Benefit Discount Factor( i= 6,5%)
NPV
1.527
Net B/C
1
Payback period
-
IRR
6,5 %
93
Lampiran 7. Hasil Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan 6,1 Persen No
Keterangan
Tahun 1
A 1 2 3 4
2
3
4
5
INFLOW Penerimaan ayam broiler hidup Penerimaan kotoran ayam Penerimaan insentif mortalitas Penerimaan insentif FCR
1.031.400.000
1.031.400.000
1.031.400.000
1.031.400.000
1.031.400.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
2.475.360
2.475.360
2.475.360
2.475.360
2.475.360
15.677.280
15.677.280
15.677.280
15.677.280
15.677.280
Nilai sisa TOTAL INFLOW
3.615.000 1.050.752.640
B
OUTFLOW
a
Biaya Investasi
1
Kandang panggung bertingkat
58.320.000
2
Kandang panggung
30.000.000
3
Instalasi listrik
2.000.000
4
Instalasi air
2.000.000
5
Tempat pakan
3.240.000
6
Tempat minum otomatis
8.640.000
7
Feeder tray
1.440.000
8
Gasolec
9.000.000 4.000.000
9
Genset
10
Seng
900.000
11
Drum air
160.000
12
Ember
13
Garpu pembalik sekam
150.000
14
Sprayer
500.000
15
Termometer
600.000
16
Timbangan
400.000
17
Pisau
18
Kipas angin Total Investasi
b
Biaya Operasional
I
Biaya Variabel
1
Pembelian DOC
2
Biaya pakan
3
Biaya obat-obatan
4 5
1.050.752.640
1.050.752.640
1.054.367.640
900.000
40.000
20.000
1.050.752.640
40.000
40.000
20.000
20.000
20.000
20.000
122.010.000
20.000
60.000
920.000
60.000
178.362.000
186.030.000
194.022.000
202.500.000
211.194.000
600.000
752.704.358,40
752.704.358,40 752.704.358,40 752.704.358,40 752.704.358,40
5.400.000
5.400.000
5.400.000
5.400.000
5.400.000
Sekam
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
LPG
18.900.000
18.900.000
18.900.000
18.900.000
18.900.000
94
Lampiran 7. Hasil Analisis Switching Value Kenaikan Harga pakan 6,1 Persen (Lanjutan) No
6
Keterangan
Pajak penghasilan usaha Total Biaya Variabel
Tahun 1
2
3
4
5
4.961.570
3.044.570
1.046.570
0
0
971.127.929
976.878.929
982.872.929
990.304.358
998.998.358
II
Biaya Tetap
1
Gaji bapak kandang
4.050.000
4.050.000
4.050.000
4.050.000
4.050.000
2
Gaji anak kandang
32.400.000
32.400.000
32.400.000
32.400.000
32.400.000
3
Listrik
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
4
Sewa lahan
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
40.450.000
40.450.000
40.450.000
40.450.000
40.450.000
1.011.577.929
1.017.328.929
1.023.322.929
1.030.754.358
1.039.448.358
-82.835.289
33.403.711
27.369.711
19.078.282
14.859.282
0,93897
0,88166
0,82785
0,77732
0,72988
PV DF 6,5 %
-77.779.851
29.450.716
22.658.015
14.829.930
10.845.492
PV Negatif
-77.779.851
PV Positif
77.784.154
Total Biaya Tetap TOTAL OUTFLOW Net Benefit Discount Factor( i= 6,5%)
NPV Net B/C Payback period IRR
4.303 1 6,5 %
95
Lampiran 8. Hasil Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Ayam 1,2 persen No
Keterangan
A
INFLOW Penerimaan ayam broiler hidup Penerimaan kotoran ayam Penerimaan insentif mortalitas Penerimaan insentif FCR Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW
Tahun 1
1 2 3 4
B A
2
1.018.323.498
1.018.323.498
1.018.323.498
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
2.475.360
2.475.360
2.475.360
2.475.360
2.475.360
15.677.280
15.677.280
15.677.280
15.677.280
15.677.280 3.615.000
1.037.676.138
4
Instalasi air
2.000.000
5
3.240.000
7
Tempat pakan Tempat minum otomatis Feeder tray
8
Gasolec
9.000.000
9
Genset
4.000.000
10
Seng
900.000
11
Drum air
160.000
12
150.000
14
Ember Garpu pembalik sekam Sprayer
15
Termometer
600.000
16
Timbangan
400.000
17
Pisau
18
Kipas angin
b I
Total Investasi Biaya Operasional Biaya Variabel
1 2
6
13
3
5
1.018.323.498
3
2
4
1.018.323.498
Biaya Inveatasi Kandang panggung bertingkat Kandang panggung Instalasi listrik
1
3
1.037.676.138
1.037.676.138
1.037.676.138
1.041.291.138
58.320.000 30.000.000 2.000.000
8.640.000 1.440.000
900.000
40.000
40.000
40.000
500.000
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
122.010.000
20.000
60.000
920.000
60.000
Pembelian DOC
178.362.000
186.030.000
194.022.000
202.500.000
211.194.000
Biaya pakan Biaya obatobatan
709.948.800
724.147.560
738.630.900
753.403.680
768.470.760
5.400.000
5.400.000
5.400.000
5.400.000
5.400.000
600.000
4
Sekam
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
5
LPG
18.900.000
18.900.000
18.900.000
18.900.000
18.900.000
96
Lampiran 8. Hasil Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Ayam 1,2 persen (Lanjutan) No
Keterangan
Tahun 1
6
Pajak penghasilan usaha Total Biaya Variabel
2
3
4
5
12.381.335
6.914.645
1.295.810
0
0
935.792.135
952.192.205
969.048.710
991.003.680
1.014.764.760
II
Biaya Tetap
1
Gaji bapak kandang
4.050.000
4.050.000
4.050.000
4.050.000
4.050.000
2
Gaji anak kandang
32.400.000
32.400.000
32.400.000
32.400.000
32.400.000
3
Listrik
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
4
Sewa lahan
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
40.450.000
40.450.000
40.450.000
40.450.000
40.450.000
TOTAL OUTFLOW
976.242.135
992.642.205
1.009.498.710
1.031.453.680
1.055.214.760
Net Benefit
-60.575.997
45.013.934
28.117.429
5.302.458
-13.983.622
0,93897
0,88166
0,82785
0,77732
0,72988
PV DF 6,5 %
-56.879.043
39.686.985
23.277.013
4.121.707
-10.206.366
PV Negatif
-67.085.409
PV Positif
67.085.704
Total Biaya Tetap
Discount Factor( i= 6,5%)
NPV
295
Net B/C
1
Payback period
-
IRR
6,5 %
97
Lampiran 9. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER POLA KEMITRAAN INTI PLASMA (Studi Kasus Peternakan Agus Suhendar Farm Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor) Tanggal:
No. Kuesioner:
Saya, Juliarti Setyo Murti Karmidi (H34076084) mahasiswi tingkat akhir pada program studi Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor sedang melakukan riset bisnis untuk pengumpulan data yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi sebagai tugas akhir. Kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner penelitian ini sangat saya harapkan untuk memberikan informasi secara lengkap dan benar sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi sebagai data primer dalam penelitian. Informasi yang diperoleh dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Terimakasih atas kesediaan anda dalam mengisi kuesioner ini. KUESIONER INI UNTUK DIISI OLEH PIHAK YANG BERWENANG DARI CV. TUNAS MEKAR FARM, KECAMATAN CILUAR, BOGOR Nama Perusahaan Badan Usaha Alamat Tanggal Pendirian Perusahaan Nama Pemilik Tempat/Tanggal Lahir Alamat Pemilik
: : : : : : :
Sejarah dan Profil Usaha : 1) Alasan berdirinya perusahaan CV. Tunas Mekar Farm? 2) Apa pekerjaan pemilik sebelum mendirikan perusahaan? 3) Investasi awal berasal dari mana? berapa banyak? 4) Dimanakah lokasi kantor pertama kali didirikan dan pernahkah berpindah tempat, alasannya? 5) Berapa karyawan yang dimiliki saat perusahaan didirikan dan hingga sekarang? 6) Berapa peternak plasma yang dimiliki pada saat berdiri dan hingga sekarang? 7) Apakah pemilik dan karyawan memiliki usaha peternakan sendiri? 8) Pernahkah mengalami kerugian, kapan, dan bagaimana mengatasinya? 9) Bagaimana struktur organisasi CV.Tunas Mekar Farm? 10) Pola kemitraan seperti apa yang dijalankan CV. Tunas Mekar Farm?
98
11) Apakah CV. Tunas Mekar Farm memiliki rekanan dalam hal penyediaan faktor-faktor produksi? Visi dan Misi : 1) Apa visi yang ingin dicapai perusahaan? 2) Apa misi untuk mencapai visi tersebut? ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 1) Pasar mana saja yang dikuasai CV. Tunas Mekar Farm? 2) Berapa jumlah permintaan pasar per bulan? 3) Berapa jumlah produksi Plasma-plasma yang dimiliki CV. Tunas Mekar Farm? 4) Menurut CV. Tunas Mekar Farm, perusahaan kemitraan dan non kemitraan mana yang dapat menjadi pesaing? 5) Bagaimanakah upaya CV. Tunas Mekar Farm mengatasi persaingan? 6) Berapakah harga pasar ayam broiler? 7) Khusus Agus Suhendar Farm, kemanakah ayam broiler disalurkan? 8) Apakah CV. Tunas Mekar Farm memiliki alternatif saluran distribusi lainya bagi Agus Suhendar Farm? 9) Berapakah permintaan yang harus dipenuhi? 10) Berapakah harga kontrak yang ditetapkan bagi Agus Suhendar Farm pada tahun 2009 dan sekarang? 11) Apakah CV. Tunas Mekar Farm melakukan promosi penjualan dan Kemitraanya? 12) Bagaimana sistim pendistribusian hasil peternakan Agus Suhendar Farm, berapa kendaraan yang digunakan?
99
KUESIONER PENELITIAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER POLA KEMITRAAN POLA INTI PLASMA (Studi Kasus Peternakan Agus Suhendar Farm Desa Patambran, Kecamatan Bogor Kabupaten Bogor) Tanggal:
No. Kuesioner:
Saya, Juliarti Setyo Murti Karmidi (H34076084) mahasiswi tingkat akhir pada program studi Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor sedang melakukan riset bisnis untuk pengumpulan data yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi sebagai tugas akhir. Kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner penelitian ini sangat saya harapkan untuk memberikan informasi secara lengkap dan benar sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi sebagai data primer dalam penelitian. Informasi yang diperoleh dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Terimakasih atas kesediaan anda dalam mengisi kuesioner ini. KUESIONER INI UNTUK DIISI OLEH PEMILIK AGUS SUHENDAR FARM, DESA SEMPLAK, KECAMATAN BOGOR Nama Pemilik Tempat/Tanggal Lahir Alamat Pemilik Alamat Peternakan Tanggal Berdirinya Peternakan
: : : : :
Sejarah dan profil usaha: 1) Alasan mendirikan usaha peternakan ? 2) Pekerjaan sebelum mendirikan usaha peternakan? 3) Apakah usaha peternakan merupakan usaha utama atau sampingan? 4) Modal berasal dari modal sendiri atau pinjaman? 5) Berapa luas lahan? Sewa atau milik sendiri? 6) Berapa kapasitas kandang saat pertama kali berdiri hingga sekarang? 7) Apakah sudah bergabung dengan CV. Tunas Mekar Farm semenjak berdiri dan alasan bergabung? 8) Apakah pemilik puas dengan pelayanan CV. Tunas Mekar Farm? Pernahkah merasa tidak puas? 9) Berapa karyawan yang dimiliki semenjak berdiri hingga sekarang? 10) Bagaimana struktur organisasi peternakan? 11) Pernahkan mengalami kerugian dan bagaimana mengatasinya?
100
ASPEK FINANSIAL PENERIMAAN USAHA No. Sumber Penghasilan Satuan
1
Penjualan Ayam
2
Kotoran Ayam
3
Karung goni
4
Lain-lain
Jumlah produksi Harga Jual (Rp) (Per periode)
Total (Rp)
BIAYA INVESTASI 1) Bangunan No.
Bangunan Yang dimiliki Peternakan
Tanggal dan tahun pembuatan
Daya tahan (tahun)
Jumlah
Biaya pembuatan satuan (Rp)
Total (Rp)
2) Peralatan No.
Jenis Peralatan
Tanggal dan tahun pembelian
Daya tahan (tahun)
Jumlah
Harga (Rp)
Total (Rp)
Biaya Operasional 1) Biaya Variabel per periode No.
Bahan baku
Satuan
Harga per satuan
Jumlah
2) Biaya tetap per periode No.
Biaya
Satuan
Harga per satuan
Jumlah
101
ASPEK MANAJEMEN DAN ORGANISASI 1) Bagaimana struktur organsisasi Agus Suhendar Farm? 2) Bagaimana tugas dan wewenang masing-masing karyawan? ASPEK TEKNIS DAN PRODUKSI 1) Bagaimana manajemen pemeliharaan di Agus Suhendar Farm? 2) Berapa angka mortalitas dan FCR per periodenya pada tahun 2009? 3) Berapa kapasitas produksi pada tahun 2009 per periode? ASPEK HUKUM 1) Sumber modal...**) a) Keluarga b) Teman c) Bank d) Pemerintah e) Lainnya... 2) Apakah sudah ada izin menjalankan usaha? Ya/tidak*) Jika ya, sebutkan! 3) Apakah sudah ada izin mendirikan bangunan? Ya/tidak*) 4) Apakah Agus Suhendar Farm memiliki NPWP? Ya/Tidak*) Jika ya, Berapa pajak yang harus dibayarkan? 5) Bagaimana hubungan kerja antara Agus Suhendar Farm sebagai plasma dengan CV. Tunas Mekar Farm?
KETERANGAN
:*) Pilih salah satu **) Jawaban boleh lebih dari satu
102