ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X Di Desa Polokarto, Kecamatan Bekonang, Solo)
OLEH INDRIANI IKAPERTIWI KUSUMAWARDANI H14104068
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN
INDRIANI IKAPERTIWI KUSUMAWARDANI. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi Kasus Peternakan X Di Desa Polokarto, Kecamatan Bekonang, Solo) (dibimbing oleh ALLA ASMARA).
Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan subsektor peternakan perlu dilakukan karena subsektor ini bisa memberikan nilai tambah (added value) bagi pertanian Indonesia. Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar maupun skala peternakan kecil (peternakan rakyat). Pemerintah juga berusaha untuk meningkatkan kinerja perunggasan dengan cara memperbaiki iklim investasi, peningkatan pembangunan infrastruktur dan ketersediaan sumberdaya yang terlatih. Peternakan X merupakan salah satu usaha peternakan ayam broiler mandiri yang tidak terlepas dari beberapa kendala yang cukup kompleks dalam menjalankan usahanya. Kendala yang dimaksud adalah tingginya tingkat resiko yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler seperti resiko fluktuasi harga, baik harga-harga input seperti Day Old Chicken (DOC), pakan dan obat-obatan maupun fluktuasi harga jual output berupa ayam hidup dan daging. Resiko lain yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler adalah resiko produksi yang disebabkan oleh cuaca dan iklim serta penyakit dan resiko sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi kelayakan usaha peternakan X dilihat dari aspek finansial dan untuk menganalisis kondisi sensitivitas terhadap berbagai kemungkinan terjadinya perubahan harga input dan output yang terjadi di peternakan ayam broiler X tersebut. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kelayakan finansial (Net Present Value), Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return dan Pay Back Periode serta analisis sensitivitas terhadap perubahan tingkat harga, baik tingkat harga input maupun tingkat harga output. Lokasi penelitian yang dipilih adalah peternakan X yang merupakan salah satu usaha peternakan ayam broiler mandiri yang beroperasi di Desa Polokarto, Kecamatan Bekonang, Solo dan waktu penelitian dari bulan Januari 2009 sampai dengan Juni 2009. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer dari penelitian ini diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung di lokasi peternakan X. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan keuangan peternakan X, studi literatur yang relevan dan BPS Jakarta.
Hasil perhitungan kelayakan finansial pada peternakan X didapatkan usaha peternakan X selama 10 tahun ke depan yaitu 2007 – 2017 menunjukkan bahwa dengan menggunakan tingkat suku bunga deposito 7,00 persen maka didapatkan nilai NPV yang positif, yaitu sebesar Rp. 752.504.929,86. Nilai BCR sebesar 1,04. Nilai IRR yang didapat dari hasil perhitungan adalah 27,58 persen dengan Pay Back Period 3 tahun 8 bulan. Berdasarkan kriteria kelayakan, dimana NPV bernilai positif, BCR lebih dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka secara finansial usaha peternakan X layak untuk dijalankan. Hasil sensitivitas menunjukkan bahwa usaha peternakan X rentan terhadap perubahan harga. Hasil analisis switching value peningkatan harga DOC sampai dengan 28,71 persen masih dinyatakan layak dan akan menjadi tidak layak jika kenaikan harga DOC lebih dari 28,71 persen, analisis switching value peningkatan harga pakan akan menjadikan usaha peternakan X tidak layak pada peningkatan harga pakan lebih dari 10,31 persen dan analisis switching value penurunan harga jual ayam broiler lebih dari 4,40 persen akan menyebabkan usaha peternakan X menjadi tidak layak dan mengalami kerugian. Oleh karena itu peternakan X harus lebih memaksimalkan peluang pasar yang masih terbuka luas dengan cara menaikkan jumlah produksi per periode dan menekan angka kematian dengan cara meningkatkan fungsi kepala kandang dalam mengawasi kinerja anak kandang secara lebih ketat. Peternakan X harus memperhatikan proses manajerial yang ada, karena berhasil atau tidaknya suatu usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sangat ditentukan oleh tenaga kerja sebagai sumberdaya yang tidak bisa dipisahkan dalam organisasi perusahaan maka karyawan perlu dijaga dan diperhatikan sehingga karyawan akan bekerja dengan semua kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan kemajuan perusahaan itu sendiri.
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X Di Desa Polokarto, Kecamatan Bekonang, Solo)
Oleh INDRIANI IKAPERTIWI KUSUMAWARDANI H14104068
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi
: Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X Di Desa Polokarto, Kecamatan Bekonang, Solo)
Nama Mahasiswa
: Indriani Ikapertiwi Kusumawardani
Nomor Registrasi Pokok : H14104068
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Alla Asmara, S.Pt., M.Si NIP.19730113 199702 1001
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 19641022 198903 1003
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Maret 2010
Indriani Ikapertiwi Kusumawardani H14104068
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Agustus 1986 di Bogor,Jawa Barat dari pasangan Ir. H. Ibrahim(Alm) dan Hj. Jeanny Gobel. Penulis adalah anak terakhir dari enam bersaudara Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Pegadilan 3 Bogor pada tahun tahun 1998, Kemudian pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2001 penulis menyelesaikan studi menengah pertama di SLTP Negeri 1 Bogor. Tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMUN 1 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X Di Desa Polokarto, Kecamatan Bekonang, Solo)”. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini karena dianggap sangat menarik dan diharapkan berdampak positif terhadap pembangunan dan kesejahteraan di daerah. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Bapak Alla Asmara, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Ibu Tanti Novianti, M.Si sebagai dosen penguji dari skripsi ini dan kepada Bapak Dr. Muhammad Findi, terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis yaitu Bapak Ir. H. Ibrahim (Alm), Ibu Hj. Jeanny Gobel, kakakkakak tercinta serta keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan skripsi ini. Penulis juga berterimakasih kepada Primayudi Nugroho, teman-teman sepermainan Agita, Dewi, Fitsol, Ratih, Ririn, Fajri, Pansus, Ucup atas bantuan dan dukungannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Maret 2010
Indriani Ikapertiwi Kusumawardani H14104068
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
ix
I.
PENDAHULUAN ................................................................................
1
1.1. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................
8
1.3. Tujuan Penelitian ..........................................................................
9
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................
9
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ............
11
2.1. Tinjauan Teori ...............................................................................
11
2.1.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler .......................................
11
2.1.2. Faktor-faktor Produksi Peternakan Ayam Broiler .............
12
2.1.3. Biaya .................................................................................
14
2.1.4. Penerimaan ........................................................................
15
2.1.5. Analisis Kelayakan Usaha .................................................
15
2.1.6. Analisis Switching Value ..................................................
18
2.2. Penelitian Terdahulu .....................................................................
19
2.3. Kerangka Pemikiran .....................................................................
22
III. METODE PENELITIAN ....................................................................
24
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................
24
3.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................
24
3.3. Metode Analisis ............................................................................
24
IV. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN X ........................................
30
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................
33
5.1. Aspek Teknis dan Produksi ..........................................................
33
5.1.1. Lokasi Usaha ....................................................................
33
5.1.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan .......................................
34
5.2. Aspek Manajemen dan Organisasi ...............................................
37
5.3. Aspek Pemasaran ..........................................................................
38
5.4. Aspek Finansial ............................................................................
38
5.4.1. Biaya Investasi ..................................................................
39
5.4.2. Biaya Tetap .......................................................................
40
5.4.3. Biaya Variabel ..................................................................
41
5.5. Penerimaan ...................................................................................
44
5.4.1. Penerimaan Tunai .............................................................
34
5.4.2. Penerimaan Tidak Tunai ...................................................
45
5.6. Analisis Kelayakan Finansial .......................................................
46
5.7. Analisis Switching Value .............................................................
47
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................
49
6.1. Kesimpulan ...................................................................................
49
6.2. Saran .............................................................................................
50
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
51
LAMPIRAN .................................................................................................
53
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1. Pertumbuhan PDB antara tahun 2000 – 2006 ...............................
1
1.2. Statistik Perusahaan Peternakan Ayam Broiler pada Propinsi di Indonesia Tahun 2005 ....................................................................
3
1.3. Populasi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003 – 2007 ..............
3
1.4. Konsumsi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003 – 2007 ...........
4
1.5. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003 – 2007 .............
5
1.6. Produksi Daging Sapi dan Ayam Broiler di Jawa Tengah Tahun 2006 ....................................................................................
6
5.1. Biaya Investasi Lahan, Bangunan dan Peralatan Peternakan X ....
40
5.2.
Rincian Biaya DOC setiap Periode Produksi 2007 ......................
41
5.3.
Biaya Pakan yang Dikeluarkan selama 2007 ...............................
42
5.4. Biaya Obat – obatan dan vaksin yang dikeluarkan selama 2007 ..
43
5.5. Biaya Minyak Tanah yang dikeluarkan selama 2007 ....................
43
5.6. Biaya Sekam yang dikeluarkan selama 2007 ................................
44
5.4. Analisis Switching Value ..............................................................
47
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
2.1. Alur Pemikiran Penelitian ..............................................................
23
4.1. Struktur Organisasi Peternakan .....................................................
32
5.1. Denah Peternakan ..........................................................................
33
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Komponen Biaya Investasi Peralatan ............................................
53
2.
Biaya Investasi Perlengkapan Kantor ............................................
54
3.
Biaya Investasi Bangunan dan Instalasi Listrik .............................
55
4.
Koefisien Teknis Ternak Ayam Broiler periode 2007 ...................
56
5.
Biaya Tetap periode 2007 ..............................................................
57
6.
Biaya Variabel periode 2007 ..........................................................
58
7.
Penerimaan Tunai 2008 ..................................................................
59
8.
Total Pendapatan periode 2008 ......................................................
60
9.
Perincian Keuangan periode 2007 ..................................................
61
10.
Analisis Switching Value peningkatan harga DOC 28,71 persen ...
62
11.
Analisis Switching Value peningkatan harga DOC 28,72 persen ..
62
12
Analisis Switching Value peningkatan harga Pakan 10,31persen ......
63
13.
Analisis Switching Value peningkatan harga Pakan 10,32 persen .....
63
14.
Analisis Switching Value penurunan harga Jual Ayam 4,40 persen ... 64
15.
Analisis Switching Value penurunan harga Jual Ayam 4,41 persen ... 64
`I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat
potensial untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari tingginya pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) subsektor peternakan dengan rata – rata pertumbuhan PDB antara 2000 – 2006 sebesar 3,63 persen per tahun, angka tersebut di atas laju pertumbuhan sektor pertanian sebesar 2,66 persen per tahun, subsektor perkebunan 3,24 persen per tahun, subsektor tanaman pangan sebesar 2,05 persen per tahun, dan subsektor kehutanan – 0,07 persen per tahun. Tabel 1.1.
Pertumbuhan PDB antara tahun 2000 - 2006 Sektor
Pertumbuhan (%)
Peternakan
3,63%
Perkebunan
3,24%
Pertanian
2,66%
Tanaman Pangan
2,05%
Kehutanan
-0,07%
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007 (diolah).
Pengembangan sub sektor peternakan perlu dilakukan karena sub sektor ini bisa memberikan nilai tambah (added value) bagi pertanian Indonesia. Kemampuan subsektor peternakan tumbuh dengan cepat disebabkan sudah berkembangnya industri peternakan, terutama ayam ras dan sapi potong. Menurut Priyarsono et al (2005), subsektor peternakan mempunyai koefisien pengganda sebesar 7,23 untuk output bruto, 4,94 untuk tingkat keterkaitan, 2,14 untuk nilai tambah dan 1,79 untuk pendapatan rumah tangga. Maknanya, tiap 1 milyarrupiah
diinvestasikan ke subsektor ini akan meningkatkan output bruto bagi perekonomian Indonesia sebesar 7,23 milyar rupiah, meningkatkan pendapatan di sektor lainnya sebesar 4,94 milyar rupiah, memberikan nilai tambah sebesar 2,14 milyar rupiah dan meningkatkan pendapatan rumah tangga sebesar 1,79 milyar rupiah. Fakta itu mengindikasikan subsektor peternakan berpotensi dijadikan sumber pertumbuhan baru pada sektor pertanian. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa jauh kemampuan kita untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek yang baik di pasaran. Terkait dengan hal itu, maka subsektor peternakan yang ingin dibangun di masa depan adalah yang mampu menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing di pasar dan mampu berkembang secara berkelanjutan. Usaha peternakan ayam broiler adalah salah satu andalan dalam subsektor peternakan di Indonesia. Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar maupun skala peternakan kecil (peternakan rakyat). Pemerintah juga berusaha untuk meningkatkan kinerja perunggasan dengan cara memperbaiki iklim investasi, peningkatan pembangunan infrastruktur dan ketersediaan sumberdaya yang terlatih. Hal inilah yang dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat dan investor untuk berkecimpung di usaha ternak ayam broiler. Seperti terlihat pada tabel 1.2. yang menunjukkan bahwa dari total perusahaan ayam broiler, sebagian besar beralokasi di Jawa Barat (44,44%) kemudian diikuti dengan Jawa Tengah (18,10%). Dilihat dari penyerapan tenaga kerja, perusahaan ayam broiler di Jawa Tengah (30,39%) dan rasio tenaga kerjanya lebih besar dibandingkan dengan Jawa Barat (21,13%).
Tabel 1.2.
Statistik Perusahaan Peternakan Ayam Broiler pada Propinsi di Indonesia Tahun 2005
Sumut
62
18.864
3.396,1
Nilai Produksi (Juta Rp) 83.081,5
DKI
130
20.557
4.395,8
37.928,4
Jabar
815
41.130
45.369,7
450.679,7
Jateng
332
59.168
14.746,6
137.839,8
Jatim
325
31.811
11.821,3
131.968,3
Propinsi Lain
170
23.129
10.917,2
104.191,6
Total
1.834
194.659
90.646,7
945.689,3
Jumlah Jumlah Pekerja Perusahaan (orang)
Provinsi
Jumlah Ayam (ekor)
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007 (diolah).
Pembangunan peternakan ayam broiler di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan jumlah populasinya. Jumlah populasi ayam broiler di Indonesia disajikan dalam tabel 1.3. yang menunjukkan jumlah populasi ayam broiler terus berkembang. Jumlah ayam broiler pada tahun 2007 merupakan jumlah populasi tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 920.851.121 ekor. Tabel 1.3.
Populasi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003 – 2007
No
Tahun
Jumlah (Ekor)
Pertumbuhan (%)
1
2003
847.743.895
-
2
2004
778.969.843
- 8,11
3
2005
811.188.684
4,13
4
2006
797.527.446
- 1,68
5
2007
920.851.121
15,46
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2008
Permintaan terhadap produk-produk peternakan seperti daging, susu dan telur mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan populasi penduduk. Kondisi ini juga didukung oleh pendapatan dan daya beli masyarakat akan
mempengaruhi tingkat konsumsi, khususnya konsumsi pangan asal hewani. Daging adalah salah satu komoditi peternakan yang dapat memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Kebutuhan masyarakat akan daging ayam dapat dilihat dari jumlah konsumsi daging ayam yang disajikan dalam tabel 1.4. Tabel 1.4.
Konsumsi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003 – 2007
No
Tahun
Jumlah (Ton)
Pertumbuhan (%)
1
2003
1.368.200
-
2
2004
1.425.300
4,17
3
2005
1.573.000
10,36
4
2006
1.486.100
-5,52
5
2007
1.564.200
5,25
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2008
Berdasarkan tabel 1.4. jumlah konsumsi daging ayam broiler terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 1.573.000 ton dengan tingkat pertumbuhan sebesar 10,36% dari tahun sebelumnya. Besarnya jumlah konsumsi tersebut merupakan apresiasi yang baik dari masyarakat terhadap produk peternakan ayam broiler. Potensi inilah yang harus dikembangkan dengan baik agar usaha peternakan ayam broiler dapat terus berkembang secara berkelanjutan. Peternakan ayam broiler memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan peternakan penghasil daging lainnya. Keunggulan itu diantaranya adalah siklus produksi yang singkat yaitu dalam waktu 4-6 minggu ayam broiler sudah dapat dipanen dengan bobot badan 1,5-1,56 kg/ekor dan tidak memerlukan lahan yang luas, sehingga lahan yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien. Siklus produksi yang pendek inilah yang menjadi daya tarik bagi peternak karena perputaran modalnya relatif lebih cepat. Modal yang telah dikeluarkan akan cepat
kembali, sehingga keuntungan akan cepat didapatkan. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap minat para peternak untuk terus memproduksi ayam broiler. Jumlah produksi ayam broiler terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah konsumsi terhadap daging ayam broiler. Jumlah produksi ayam broiler di Indonesia disajikan dalam tabel 1.5. Tabel 1.5.
Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003 – 2007
No
Tahun
Jumlah (Ton)
Pertumbuhan (%)
1
2003
771.112
-
2
2004
846.097
9,72
3
2005
779.109
- 7,91
4
2006
861.262
10,54
5
2007
918.479
6,64
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2008
Berdasarkan tabel 1.5. jumlah produksi ayam broiler terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 918.479 ton dengan tingkat pertumbuhan sebesar 6,64 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah produksi di tahun 2007 meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah konsumsi daging ayam di tahun 2007 yaitu sebesar 1.564.200 (Tabel 1.4). Jumlah produksi ayam broiler dari tahun ke tahun ternyata tidak mampu memenuhi jumlah permintaan ayam broiler. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya jumlah produksi ayam broiler dibandingkan dengan jumlah konsumsi ayam broiler. Peningkatan jumlah produksi ayam broiler harus terus dilakukan untuk memenuhi jumlah konsumsi daging ayam broiler. Kondisi produksi daging di propinsi Jawa Tengah pun didominasi oleh produksi ayam broiler, sedangkan daging yang berasal dari sapi potong
memberikan kontribusi terhadap kebutuhan total daging hanya sekitar 17,69%. Realisasi produksi daging sapi dan ayam broiler disajikan dalam Tabel 1.6. Tabel 1.6.
Produksi Daging Sapi dan Ayam Broiler di Jawa Tengah Tahun 2006
KOMODITAS
JUMLAH (TON)
KONTRIBUSI (%)
Kebutuhan Total Daging
808.414
-
Sapi
143.067
17,69
Ayam Broiler
665.347
82,31
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2008
Berdasarkan Tabel 1.6. dapat dilihat bahwa pada tahun 2006, kurang lebih setengah dari kebutuhan daging masyarakat dipenuhi oleh daging yang berasal dari ayam broiler yaitu sebesar 665.347 ton. Dari Tabel 1.6. juga dapat dilihat bahwa propinsi Jawa Tengah mempunyai potensi dan prospek sebagai wilayah konsumsi dan wilayah produksi untuk produk-produk peternakan. Pengembangan usaha ternak ayam broiler akan berhasil apabila peternak mampu mengelola usaha ternaknya dengan baik. Pengelolaan usaha ternak ayam broiler harus ditunjang dengan kemampuan manajemen yang baik, mulai dari manajemen produksi, keuangan, sumberdaya manusia, sampai kepada manajemen pemasaran. Peternak sebagai pengambil keputusan bisnis harus memiliki kompetensi yang baik dalam mengelola seluruh fungsi perusahaan. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap keberhasilan usahanya. Kemampuan manajemen yang baik harus ditunjang oleh infrastruktur peternakan yang memadai. Infrastruktur yang memadai dapat ditunjukkan dengan kemudahan akses terhadap jalan, jaringan listrik dan telepon, sumber mata air, tersedianya kandang dan peralatan kandang yang layak pakai, dan sebagainya. Penggunaan teknologi yang tepat guna juga merupakan faktor yang penting dalam
mendukung infrastruktur peternakan yang memadai, infrastruktur yang baik merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam keberhasilan usaha ternak ayam broiler yang dijalankan. Usaha peternakan ayam broiler tidak terlepas dari beberapa kendala yang dihadapi. Kendala tersebut merupakan hambatan yang cukup kompleks dalam mengusahakan peternakan ayam broiler. Kendala yang dimaksud adalah tingginya tingkat resiko yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler seperti resiko fluktuasi harga, baik harga-harga input seperti Day Old Chicken (DOC), pakan dan obat-obatan maupun fluktuasi harga jual output berupa ayam hidup dan daging. Resiko lain yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler adalah resiko produksi yang disebabkan oleh cuaca dan iklim serta penyakit dan resiko sosial. Hal itulah yang sering menjadi kendala utama dalam bisnis ayam broiler. Dalam dunia ekonomi fluktuasai harga input dan output sangat di pengaruhi oleh permintaan dan penawaran, beberapa hal yang mempengaruhi permintaan daging ayam broiler antara lain budaya masyarakat Indonesia yang menganggap daging masih merupakan menu spesial. Adanya momen lebaran, natal, tahun baru biasanya akan terjadi kenaikan permintaan daging, tetapi setelah momen itu selesai atau memasuki tahun ajaran pendidikan yang baru biasanya akan terjadi pemurunanan permintaan daging broiler. Kebiasaan masyarakat yang suka mengkonsumsi daging segar juga sangat mempengaruhi permintaan, beda dengan di negara-negara maju yang sudah terbiasa mengkonsumsi daging beku. Adanya isu penyakit flu burung juga berpengaruh pada penurunan permintaan. Beberapa hal di atas itulah yang biasa digunakan para peternak untuk menentukan jumlah ayam yang akan di pelihara untuk dipanen 40 hari ke depan,
apakah sesuai dengan kapasitas kandang atau kurang. Karena belum adanya komunikasi secara baik antara perusahaan penyedia bibit ayam umur sehari (breeding) dengan peternak ayam broiler yang dapat menyebabakan over produksi yang berimbas pada turunnya harga jual daging ayam hidup di tingkat peternak. Akibatnya kerugianlah yang akan ditanggung oleh peternak.
1.2.
Perumusan Masalah Permasalahan utama yang dihadapi oleh peternak ayam broiler mandiri
adalah ketidakpastian harga jual dan musim yang kadang-kadang tidak mendukung usaha peternakan. Selain itu dengan merebaknya penyakit Avian Influenza (AI) atau flu burung sejak tahun 2003, menambah faktor ketidakpastian bagi peternak ayam broiler. Akibat penyakit yang mematikan ini, industri pembibitan mengalami kendala dalam mengimpor induk ayam dari negara-negara Eropa karena sebaran penyakit ini semakin meluas. Harapan produksi tidak dapat terpenuhi sebagaimana mestimya. Kurangnya pasokan membuat harga DOC tinggi, sehingga berimbas kepada peternak. Masalah fluktuasi harga yang terjadi pada saat penjualan output juga merupakan suatu faktor ketidakpastian yang harus diterima oleh peternak. Hal ini terjadi karena
faktor harga bergantung kepada fluktuasi penawaran dan
permintaan akan hasil produk. Faktor ketidakpastian ini sangat berpengaruh besar dalam kelayakan usaha peternakan ayam broiler. Peternakan X merupakan salah satu usaha peternakan rakyat mandiri dan tidak tergabung dalam suatu kemitraan usaha. Dalam kondisi usahanya, peternakan X tidak luput dari permasalahan-permasalahan tersebut. Akan tetapi
peternakan X masih tetap bertahan. Dari gambaran kondisi di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana kelayakan usaha peternakan ayam broiler X ditinjau dari aspek finansial ?
2.
Bagaimana sensitivitas usaha peternakan ayam broiler X terhadap kemungkinan terjadinya perubahan harga input dan harga output?
1.3.
Tujuan penelitian Dari perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini memiliki tujuan
sebagai berikut: 1.
Menganalisis kondisi kelayakan usaha peternakan ayam broiler X yang dilihat dari aspek finansial.
2.
Menganalisis kondisi sensitivitas terhadap kemungkinan terjadinya perubahan harga input dan harga output yang terjadi di peternakan ayam broiler X.
1.4.
Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan berguna untuk:
1.
Sebagai bahan pertimbangan usaha peternakan ayam broiler X dalam mengembangkan usahanya di masa yang akan datang agar dapat menjadi lebih baik.
2.
Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi pelaku usaha ternak ayam broiler lainnya.
3.
Memberikan bahan informasi bagi penelitian selanjutnya agar dapat lebih baik dan bisa menganalisis lebih dalam lagi.
4.
Sebagai proses belajar yang akan memberikan banyak tambahan ilmu dan pengetahuan bagi penulis. Juga dapat dijadikan sebagai suatu bentuk pemahaman dan pengaplikasian dari materi-materi yang telah didapat dari perkuliahan atas peristiwa ekonomi yang terjadi.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.
Tinjauan Teori
2.1.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Usaha peternakan ayam broiler menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No 472/Kpts/TN.330/6/1996, peternakan ayam ras pedaging atau ayam broiler dengan jumlah ternak yang dipelihara tidak melebihi 15.000 ekor per periode adalah usaha budidaya ayam ras yang dilakukan oleh perorangan secara individual atau kelompok usaha bersama (koperasi), sedangkan jumlah minimum yang harus dimiliki perusahaan peternakan adalah 65.000 ekor per periode produksi (Suharno, 2004). Usaha peternakan ayam pedaging atau ayam broiler pada awalnya merupakan usaha sampingan dari usaha peternakan ayam petelur dan masih jauh dari jangkauan usaha ekonomi yang berorientasi produksi dan pasar. Hal ini terjadi pada tahun 1960 sampai tahun 1969 dimana struktur usaha belum terpisah berdasarkan spesialisasi karena semua kegiatan agribisnis ayam broiler bersatu dalam peternakan itu sendiri, mulai dari pembuatan pakan dan pengadaan bibit. Menjelang tahun 1970, usaha hobi ini tumbuh dan berkembang pada skala yang lebih besar dengan struktur yang tetap terintegrasi dan mempunyai orientasi produksi untuk pasar. Seiring dengan perkembangan zaman, usaha ternak ayam broiler semakin berkembang dengan pesat baik dari maupun teknologi (Yusdja et al, 2004).
sisi produksi, populasi
12
2.1.2. Faktor-faktor Produksi Peternakan Ayam Broiler Menurut Murtidjo (1990) dalam Gustriyeni (2007), faktor-fakor produksi yang digunakan dalam produksi ayam broiler terbagi menjadi dua, yaitu faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel. Faktor produksi tetap terdiri dari: 1. Lahan Lokasi lahan untuk peternakan ayam ras pedaging atau ayam broiler sebaiknya harus jauh dari lokasi pemukiman penduduk. Lokasi hendaknya tidak jauh dari pusat pasokan bahan baku dan lokasi pemasaran agar terhindar dari resiko kematian yang tinggi, biaya transportasi yang dikelurkan rendah, serta kondisi ayam dapat lebih segar. Selain itu lokasi yang dipilih sebaiknya termasuk areal agribisnis agar terhindar dari penggusuran (Rasyaf, 2004). 2. Kandang dan Peralatan Kandang Kandang sebaiknya didirikan jauh dari tempat tinggal manusia, demi kesehatan ternak maupun manusianya. Sebaiknya antara daerah tempat kandang didirikan dengan tempat tinggal atau kegiatan lain ditanami pepohonan yang tinggi sebagai pagar hidup. Pohon-pohon tersebut bukan sebagai peneduh, tetapi juga sebagai penyaring udara maupun bibit-bibit penyakit (Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000). Peralatan kandang yang digunakan dalam usaha ternak ayam broiler adalah tempat pakan, tempat minum, peralatan pemanas, dan peralatan lainnya seperti drum air, ember, garpu pembalik sekam, dan gerobak pengangkut pakan. 3. Day Old Chick (DOC) Day Old Chick (DOC) adalah komoditas unggulan perunggasan hasil persilangan dari jenis-jenis ayam berproduktifitas tinggi yang memiliki nilai
13
ekonomis tinggi. Salah satu ciri khas yang dimilikikomoditas ini adalah memiliki pertumbuhan yang sangat cepat. Menurut Hardjosworo dan Rukmiasih (2000), pemerintah telah mengeluarkan surat Keputusan tentang persyaratan mutu bibit ayam broiler sebagai berikut : berat kuri untuk umur sehari atau DOC adalah 37 - 45 gram. Kondisi bibit sehat, kaki normal dan dapat berdiri tegak, tampak segar dan aktif, tidak terdehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan cacat fisik, sekitar pusar dan dubur kering, serta pusar tertutup. Warna bulu seragam, sesuai warna galur (strain) serta kondisi bulu kering dan berkembang. Jaminan kematian kuri / DOC pada saat penerimaan minimal 2%. 4. Pakan Pakan merupakan kumpulan bahan makanan pokok yang layak untuk dimakan oleh
ayam dan telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturan tersebut
mengikuti nilai kebutuhan gizi dari bahan makanan yang digunakan. Rasyaf (2002) menyatakan bahwa pakan starter diberikan pada ayam berumur 0 - 3 minggu, sedangkan pakan finisher diberikan pada waktu ayam berumur 4 minggu sampai panen. Pemberian pakan harus sesuai dengan kebutuhan nutrisi yang dibedakan berdasarkan tingkat umur. 5. Obat-obatan, vaksin dan vitamin Obat-obatan, vaksin dan vitamin merupakan bahan yang dibuat dari mikro organisme seperti virus, bakteri atau komponen antigen dari virus atau bakteri tersebut. Obat merupakan bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk menghambat
atau
menghentikan
perkembangbiakan
mikroorganisme
(Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000). Vaksin digunakan untuk menimbulkan
14
kekebalan di dalam tubuh. Pemberian vobat dan vaksin perlu bagi suatu peternakan ayam broiler. Hal ini bertujuan mencegah agar ternak ayam broiler terhindar dari penyakit, sehingga hasil output yang diharapkan bisa menjadi optimal. 6. Tenagakerja Tenagakerja sangat diperlukan untuk kegiatan operasional kandang, seperti pemberian pakan, pemberian minum, pelaksanaan vaksinasi, pengaturan pemanas, pembersihan kandang dan sebagainya. Tenagakerja yang digunakan dalam usaha ternak ayam broiler adalah tenagakerja yang memiliki keterampilan dan pengalaman di dunia peternakan. Jumlah tenagakerja disesuaikan dengan jumlah populasi ayam broiler yang dipelihara. Umumnya jumlah populasi ayam sebanyak 2000-3000 ekor mampu dipelihara oleh satu orang tenagakerja, jika pengelolaan usaha ternak secara manual atau tanpa alat-alat otomatis. Akan tetapi jika pengelolaannya menggunakan alat-alat otomatis seperti tempat minum otomatis, maka satu orang tenagakerja mampu memelihara sebanyak 6000-7000 ekor ayam broiler. Tenagakerja dalam usaha ternak ayam broiler sebagian besar dilakukan dengan sistem kontrak per periode. Biasanya tenagakerja dibayar berdasarkan jumlah ayam yang dipelihara.
2.1.3. Biaya Lipsey et al. (1995) mendefinisikan biaya atau pengeluaran adalah nilai input yang dikeluarkan untuk memproduksi output. Biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas
15
- aktivitas yang bertujuan mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan (Boediono, 1998). Biaya tetap dalam usaha broiler adalah seperti Pajak Bumi dan Bangunan, sewa tanah (jika status tanah adalah sewa), sewa kandang (jika status kandang adalah sewa), gaji pegawai, penyusutan kandang dan peralatan peternakan, sedangkan biaya variabel seperti pakan, bibit, buruh harian dan pemeliharaan (Rasyaf, 2002).
2.1.4. Penerimaan Samuelsen dan Nordhaus (1996) menyatakan, bahwa penerimaan adalah harga dikalikan dengan kuantitas atau total hasil penjualan. Soekartawi et al. (1986) mendefinisikan penerimaan adalah : 1. Penerimaan tunai, yaitu nilai uang yang diterima dari penjualan produk ; 2. Penerimaan kotor, yaitu produk total usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual. Rasyaf (2002) menyatakan bahwa jika hasil peternakan berupa ayam broiler dan tidak dijual maka hasil penjualan ini disebut penerimaan, sehingga penerimaan merupakan hasil perkalian antara total hasil dan harga.
2.1.5. Analisis Kelayakan Usaha Studi kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu usaha akan dilaksanakan atau tidak. Studi kelayakan diadakan sebelum ada keputusan
16
(making decision) tentang pelaksanaan usaha (Kadariah, 2001). Sutojo (2000) menyatakan fokus utama studi kelayakan proyek terpusat pada empat macam aspek, yaitu: (1) pasar dan pemasaran barang atau jasa yang dihasilkan proyek, (2) produksi, teknis dan teknologi, (3) manajemen dan Sumber Daya Manusia (SDM), (4) keuangan dan ekonomi. Aspek manajemen dan organisasi dari studi kelayakan sangat diperlukan untuk mengidentifikasi SDM yang diperlukan baik kuantitas maupun kualitasnya (Soeharto, 2002).lebih lanjut Soeharto (2002) menyatakan bahwa tujuan mengkaji kelayakan adalah untuk menjawab pertanyaan layak atau tidaknya suatu gagasan atau usulan diwujudkan menjadi kenyataan. Hal ini dikaitkan dengan tingkat keberhasilan yang hendak diraih. Melihat kegunaanya yang strategis yaitu sebagai bahan pengambilan keputusan . Suatu studi kelayakan harus terkait serta memperhatikan mutu dan jangkauan pengkajian. Untuk mengukur atau menilai suatu proyek berdasarkan pada kriteria penilaian investasi yaitu dengan menghitung Nilai sekarang Bersih atau Net Present Value (NPV) dan tingkat pengembalian Internal atau Internal Rate of Return (IRR) (Gittinger, 1986). Pay Back Periode atau periode pengembalian modal (PPM). 1.
Net Present Value (NPV) Nilai sekarang bersih atau Net Present Value (NPV), merupakan selisih
antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaankas bersih di masa yang akan datang (Husnan dan Suwarsono, 1999). Menurut Soeharto (2002), kriteria nilai sekarang bersih (NPV) didasarkan atas konsep pendiskontoan selaruh arus kas ke nilai sekarang. Dengan
17
mendiskontokan semua arus kas masuk dan keluar selama umur proyek (investasi) ke nilai sekarang, kemudian menghitung angka bersihnya, akan diketahui selisihnya dengan memakai dasar yang sama yaitu harga (Pasar) saat ini. Jadi telah diketahui faktor nilai waktu dari uang dan (selisih) besar arus kas masuk dan keluar. Hal ibi sangat membantu pengambilan keputusan untuk menentukan pilihan. NPV menunjukkan nilai Lump-sum yang dengan arus diskonto tertentu memberikan angka seberapa besar nilai usaha (Rp) tersebut pada saat ini. Gittinger (1986) menyatakan suatu proyek dikatakan “Go” jika nilai NPV>0 dan jika nilai NPV<0 maka proyek tersebut lebih baik tidak dilaksanakan karena akan merugikan. Jika NPV=0 maka usaha tersebut tidak untung dan juga tidak rugi, sehingga keputusan dilaksanakan atau tidaknya usaha tersebut diserahkan kepada pengambil keputusan.
2.
Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga maksimum yang dapat
dibayar oleh
kegiatan usaha untuk sumberdaya yang digunakan. IRR ini
kemudian dibandingkan dengan tingkat diskonto yang berlaku. Jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku, maka usaha tersebut layak dilaksanakan. Apabila IRR lebih kecil dari tingkat diskonto yang berlaku, maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan (Gittinger, 1986).
3.
Benefit Cost Ratio (BC Ratio) Benefit Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan antara present value
manfaat dengan present value biaya. Dengan demikian benefit cost ratio
18
menunjukkan manfaat yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran. BCR akan menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan jika mempunyai BCR > 1. Apabila BCR = 1, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi, sehingga terserah kepada penilai pengambil keputusan dilaksanakan atau tidak. Apabila BCR < 1 maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan (Gittinger, 1986).
4.
Pay Back Periode (PBP) Pay Back Period atau periode pengembalian modal (PPM) diartikan
sebagai jangka waktu yang diperlukan oleh sebuah usaha untuk mengembalikan seluruh dana yang diinvestasikan, yaitu merupakan ukuran lamanya waktu yang diperlukan agar seluruh modal yang ditanamkan dapat dikembalikan / dibayar oleh manfaat yang dihasilkan oleh investasi tersebut. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian investasi akan berkaitan dengan tingkat resiko periode pengembalian modal dapat pula dijadikan alat untuk mengukur resiko. Semakin cepat modal yang ditanamkan dapat dikembalikan oleh manfaat semakin rendah resiko dari investasi tersebut (Nugroho, 2003).
2.1.6. Analisis Switching Value Perkiraan jumlah permintaan produk pada masa yang akan datang, disusun berdasarkan berbagai macam asumsi, misalnya permintaan tersebut tidak elastis terhadap perubahan jumlah pendapatan penduduk atau perubahan harga. Untuk itu guna memperoleh jumlah perkiraan permintaan yang lebih dapat dipercaya diperlukan analisis switching value permintaan, terhadap perubahan faktor tertentu
19
yang dapat mempengaruhi jumlah atau pola permintaan produk. Dalam tiap perkiraan tambahan dimasukkan pengaruh perubahan faktor determinan tertentu terhadap permintaan produk. Hasil penggunaan metode analisa kepekaan adalah perkiraan jumlah permintaan yang sifatnya optimis, pesimistis dan realistis (Sutojo,2000). Analisis switching value ditujukan untuk menilai kembali dan melihat pengaruh komponen manfaat dan biaya terhadap kelayakan usaha yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Hal tersebut merupakan suatu cara untuk menghadapi keidaktentuan yang dapat terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Analisis kalayakan finansial biasanya didasarkan pada proyeksiproyeksi yang banyak mengandung ketidak pastian tentang apa yang terjadi pada masa yang akan datang (Gittinger,1986). Salah satu penyebab ketidakpastian tersebut adalah adanya perubahan harga baik harga input maupun output.
2.2
Penelitian Terdahulu Gittinger (1986), mengatakan bahwa langkah pertama yang biasa
digunakan dalam persiapan dan analisis suatu usaha adalah melakukan suatu studi kelayakan yang akan memberikan informasi yang cukup untuk menentukan dimulainya perencanaan lebih lanjut. Pada mulanya dari suatu studi kelayakan dapat diharapkan paling tidak bahwa usaha itu layak ditinjau dari tiga aspek, yaitu secara aspek teknis usaha tersebut dapat dilakanakan dengan baik, secara aspek sosial dapat diterima masyarakat dan secara aspek lingkungan bahwa usaha tersebut tidak akan berdampak negatif serta penting bagi kelestarian lingkungan.
20
Pengertian studi kelayakan adalah suatu kegiatan studi analisis yang cermat, sistematis dan menyeluruh mengenai semua faktor atau aspek yang dapat mempengaruhi kemungkinan berhasilnya (kelayakan) pelaksanaan gagasan suatu usaha. Pada penelitian studi kelayakan Bank Indonesia berjudul Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan (2005), juga menganalisis pola pembiayaan usaha kecil. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di Kabupaten Buleleng berada di wilayah Kecamatan Sawan dan Kabutambahan yang dijadikan obyek penelitian telah mendapatkan kredit sejak tahun 1985 yaitu dari Bank Perniagaan Umum Singaraja dengan plafond kredit Rp. 500.000 dan tahun 1986 dari BPD Bali dengan plafond kredit sebesar Rp. 3.000.000 dan tingkat suku bunga kredit sebesar 1 persen per bulan. Selanjutnya pembiayaan dilakukan oleh BNI. Jenis kredit yang disalurkan kepada tiga debitur perorangan di dua kecamatan adalah Kredit Modal Kerja (KMK) sebesar masing-masing Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah), Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah), dan Rp. 20.000.000 (dua puluh juta rupiah) dengan bunga pinjaman yang menurun sebesar 15,75 persen dan jangka waktu pinjaman 1 tahun dengan review setiap tahun serta tidak diberlakukan grace period untuk usaha ini. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah jumlah kredit modal kerja yang dibutuhkan sebesar Rp. 44.639.700 sedangkan investasi bersumber dari dana sendiri. Terdapat beberapa penelitian ekonomi tentang kelayakan usaha ayam broiler . Hasil penelitian Herawati (2001) diketahui bahwa pendapatan yang diterima CV. Pekerja Keras pada tahun 1999 - 2000 jumlahnya berbeda-beda pada setiap periode produksi. Pendapatan terbesar selama delapan periode terjadi pada
21
periode kelima (April-Mei) yaitu sebesar Rp. 218.644.674,10 disebabkan karena pada saat itu harga jual ayam naik sebesar Rp. 332,30 per kg dari Rp. 6.200,37 menjadi Rp. 6.532,67 dan terendah terjadi pada periode kedua (OktoberNovember) sebesar Rp. 2.691.351,50. Setriani (2005) dalam penelitiannya menyatakan baha pendapatan tertinggi yang diterima Peternak Plasma Naratas Poultry Shop selama periode produksi tahun 2003 diperoleh pada bulan produksi Desember-Januari 2003 yaitu sebesar Rp. 714,87 per ekor atau sebesar Rp. 626,65 per kg bobot hidup. Hal ini dikarenakan harga DOC pada bulan Desember berada pada angka yang rendah yaitu sebesar Rp. 1.950,00 per ekor sehingga biaya yang dikeluarkan lebih rendah, selain itu harga jual ayam hasil panen yang tinggi yaitu mencapai Rp. 9.200,00 per ekor disebabkan oleh tingginya permintaan masyarakat akan daging ayam karena bertepatan dengan Hari raya Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru. Kerugian terbesar dialami oleh peternak yang berproduksi pada bulan Februari-Maret yaitu sebesar Rp. -984,06 per ekor. Hal ini terjadi karena harga jual ayam hasil panen berada pada harga terendah yaitu mencapai Rp. 7.900,00 per ekor. Hasil penelitian Isramadhani (2007) menunjukkan bahwa analisis sensitivitas di Sunan Kudus Farm dengan menggunakan modal sendiri dan opportunity cost suku bunga deposito 7,25 persen per tahun diperoleh NPV sebesar Rp 290.575.809,08 dan IRR sebesar 34,50 persen. Jika Sunan Kudus Farm menggunakan modal pinjaman yang diasumsikan didapat dari Kredit Ketahanan Pangan Bank Mandiri untuk budidaya peternakan ayam ras dengan tingkat suku bunga sebesar 16 persen per tahun diperoleh NPV sebesar Rp 216.945.732,51. Berdasarkan hasil penelitian Harjanti (2005) pada PT. Prima
22
Broiler Depok, perhitungan NPV selama lima tahun pada tingkat bunga 21 persen menunjukkan hasil manfaat bersih sekarang sebesar Rp 37.170.040,23. IRR yang diperoleh di atas tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 29 persen.
2.3.
Kerangka Pemikiran Ayam broiler adalah komoditas unggulan perunggasan dengan tingkat
ketidakpastian yang tinggi karena cenderung terjadinya fluktuasi harga penjualan output sehingga peternak. Fluktuasi harga tersebut disebabkan oleh banyak hal, diantaranya perayaan hari-hari besar, wabah penyakit unggas serta adanya kondisi musim yang sulit diprediksikan, sehingga akan berpengaruh terhadap fluktuasi penawaran dan permintaan. Keberhasilan usaha ditentukan oleh faktor-faktor seperti pengadaan input, operasional usaha maupun pemasaran output. Berdasarkan fakto-faktor tersebut juga dapat ditentukan keberhasilan suatu usaha ayam broiler. Pengembangan usaha ternak ayam broiler membutuhkan biaya investasi yang tidak sedikit. Adanya biaya yang tinggi menuntut suatu usaha peternakan mengejar hasil usaha yang memiliki keuntungan atau manfaat secara finansial. Manfaat finansial tersebut dapat diketahui dengan melakukan analisis kelayakan finansial yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kelayakan usaha tersebut dapat dijalankan agar memperoleh keuntungan. Kajian kelayakan finansial usaha ternak ayam broiler pada penelitian ini menggunakan analisis kelayakan dengan kriteria investasi, yaitu: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) Benefit Cost Ratio (BCR) dan Pay Back Periode (PBP). Selain itu digunakan Analisis Sensitivitas untuk melihat
23
kelayakan usaha ternak ayam broiler dalam menghadapi beberapa perubahan input dan output. Apabila hasil analisis menunjukkan hasil sesuai dengan kriteria kelayakan, maka usaha tersebut layak untuk dijalankan, jika hasil tidak sesuai maka usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan. Bagian kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Alur Pemikirin Penelitian.
24
III. METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di peternakan X yang merupakan salah satu usaha
peternakan ayam broiler mandiri yang beroperasi di Desa Polokarto, Kecamatan Bekonang, Solo. Proses pelaksanaan penelitian yang dimulai dari penelusuran sumber-sumber yang relevan, pengumpulan data, pengolahan data hingga penulisan skripsi berlangsung sejak Januari 2009 sampai dengan Juni 2009.
3.2.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Sumber data
primer dari penelitian ini diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung di lokasi peternakan X. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan keuangan peternakan X , studi literatur yang relevan dan BPS Jakarta.
3.3.
Metode Analisis
1.
Analisis Deskriptif Metode
ini
merupakan
metode
statistik
yang
digunakan
untuk
menggambarkan data yang telah dikumpulkan. Data yang dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabulasi agar mempermudah penganalisisan data.
25
2.
Analisis Kelayakan Usaha Untuk mengetahui kelayakan usaha di peternakan X digunakan kriteria
investasi, yaitu : a.
Net Present Value (NPV) Net Present Value adalah nilai bersih sekarang dengan faktor diskonto tertentu yang diharapkan dari arus kas proyek. NPV dapat bernilai positif maupun negatif. Kelayakan sebuah proyek dilakukan dengan menggunakan data sekunder maupun proimer yang ditemukan di lapangan. Rumus yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut : t
NPV
=
∑ 1
Bt − Ct (1 + i ) t
Keterangan : Bt
= Penerimaan pada tahun ke-t
Ct
= Nilai biaya pada tahun ke-t
(1+i)t = Faktor diskonto t
= Umur proyek
i
= Tingkat suku bunga
Dari NVP dapat diperkirakan aliran kas proyek atau kemampuan keuangan proyek dari waktu ke waktu. Apabila NPV positif maka proyek dapat dilaksanakan karena manfaat masih lebih besar daripada biaya yang ditanggung proyek. Sebaliknya apabila NPV negatif maka sebaiknya proyek tidak dilaksanakan.
26
b. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return digunakan untuk mengetahui pada tingkat suku bunga berapa nilai NPV sama dengan nol. Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah : IRR
=
i1 + (i2-i1) x
NPV1 ( NPV2 − NPV1 )
Keterangan : IRR
= nilai internal rate of return dalam presentase
NPV1 = Net Present Value pertama pada DF terkecil NPV2 = Net Present Value pertama pada DF terbesar i1
= Tingkat suku bunga pertama
i2
= Tingkat suku bunga kedua
Jika nilai IRR sama atau lebih besar dari nilai tingkat suku bunga maka suatu proyek dinyatakan layak. Sebaliknya, jika nila IRR lebih kecil atau kurang dari tingkat suku bunga maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan.
c. Benefit Cost Ratio (BC Ratio) BCR adalah perbanntu antara arus pendapatan dengan arus pembiayaan proyek. Rasio manfaat biaya ini memberikan sinyal sampai seberapa besar setiap satu rupiah yang diinvestasikan mampu memberikan manfaat. Rasio manfaat-biaya dihitung sebagai berikut : n
BCR =
Bt
∑ (1 + i ) t =1 n
Ct
∑ (1 + i ) t =1
t
t
27
Keterangan : n
= Periode usaha (tahun)
Bt
= Penerimaan pada tahun ke-t (Rp.)
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rp.) I
= Tingat suku bunga
T
= Tahun (1, 2, 3 ... n)
Jika nilai BC Ratio lebih besar dari 1 maka proyek layak untuk dijalankan. Sebaliknya, jika nilai BC Ratio kurang dari 1 maka proyek tidak layak untuk dijalankan.
d. Pay Back Periode (PBP) Pay Back Periode adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan arus penerimaan (cash in flow) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis Pay Back Periode dalam studi kelayakan perlu juga ditampilkan untuk mengetahui berapa lama usaha yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Semakin cepat dalam pengembalian biaya investasi sebuah proyek, semakin baik proyek tersebut karena semakin lancar perputaran modal. Menurut (Ibrahim, 2003). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : n
PBP = Tp−1 +
n
∑ I1 − ∑ Bcp−1 t =1
t =1
Bp
Keterangan : PBP
= Pay Back Periode
Tp-1
= Tahun sebelum terdapat Pay Back Peiode
28
3.
I1
= Jumlah Investasi yang sudah di-discount
Bcp-1
= Jumlah benefit yang di-discount sebelum Pay Back Periode
Bp
= Jumlah benefit pada Pay Back Periode
Analisis Switching Value Analisis ini bertujuan untuk melihat kondisi peternakan X jika terjadi
perubahan-perubahan pada harga input produksi dan harga output produksi. Asumsi yang digunakan adalah jika: 1.
Biaya input (harga DOC dan harga pakan) mengalami kenaikan dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris pabirus).
2.
Harga output (harga jual ayam) turun, dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris paribus).
4.
Definisi Istilah
1. Usaha ternak ayam broiler adalah usaha membudidayakan ayam broiler untuk menghasilkan daging. 2. Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari pengurangan antara total penerimaan dengan total biaya (biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel) di peternakan X. 3. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh peternakan X untuk membeli lahan dan bangunan serta peralatan operasional yang penggunaannya lebih dari satu tahun. 4. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh peternakan X untuk membayar gaji tenaga kerja yang dikeluarkan di setiap periode produksi yang tidak dipengaruhi oleh kapasitas produksi.
29
5. Biaya variabel (varibel cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan peternkan X disetiap periode produksi yang besarnya dipengaruhi oleh kapasitas produksi. 6. Satu masa produksi adalah waktu pemeliharaan ayam sejak DOC mulai dipelihara sampai ayam siap untuk dijual. 7. Analisis kelayakan finansial adalah biaya penerimaan yang ada di peternakan X berdasarkan perhitungan kritera investasi. 8. Nilai sisa peralatan adalah nilai (rupiah) yang dihitung berdasarkan umur ekonomis yang belum habis pakai dalam jangka waktu 2007 - 2017. 9. Rata- rata hari panen adalah rata- rata penjualan ayam dengan umur yang berbeda dalam satuan hari. Perhitungan diperoleh dengan cara mengalikan umur ayam yang dipanen dengan jumlah ayam yang dijual, kemudian dibagi dengan total ayam yang dijual. 10. Konversi
pakan
adalah
banyaknya
pakan
menghasilkan satu kilogram berat ayam hidup.
yang
dikonsumsi
untuk
30
IV. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN X
Peternakan X merupakan salah satu usaha peternakan ayam broiler mandiri yang sudah berdiri sejak tahun 1994. Pada perjalanan usaha tersebut mengalami beberapa kendala seperti terjadinya krisis ekonomi, merebaknya kasus flu burung dan biaya operasional yang tinggi sempat menyebabkan vakumnya usaha ini. Usaha mulai beroperasi kembali pada tahun 2007 dan berganti kepemilikan. Lokasi peternakan X ini terletak di desa Polokarto, kecamatan Bekonang, Solo. Lokasi peternakan berada jauh dari pemukiman penduduk. Pemukiman penduduk yang terdekat sekitar 1,5 km dari peternakan, hal tersebut sangat mendukung untuk perkembangan ayam karena jauh dari kebisingan yang dapat menimbulkan ayam stress dan juga tidak menimbulkan pencemaran udara bagi masyarakat sekitar yang dikeluarkan oleh kotoran ayam. Peternakan X yang beroperasi di lahan seluas 10.000 m² memiliki 12 kandang dengan ukuran 54 x 7 meter, masing – masing kandang menampung kurang lebih 3500 ekor ayam broiler, 2 gudang pakan dengan ukuran 5 x 6 meter, kantor dengan luas 116 m² dan mess karyawan 72 m². Tenaga kerja kandang yang bekerja di peternakan X berjumlah 18 orang, 6 orang selaku kepala kandang yang bertanggungjawab mengontrol 12 orang anak kandang yang bertugas dan mengawasi dan menjaga keadaan ayam selama masa produksi. Masing – masing kepala kandang bertanggungjawab atas kelangsungan 2 kandang dan masing – masing anak kandang bertanggungjawab atas 3000 sampai 4000 ekor ayam per peiode produksi.
31
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok selain produksi yang dilakukan oleh para pengusaha dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dan mendapatkan laba. Konsumen peternakan X terdiri dari bermacam- macam jenis, mulai dari pemilik rumah makan, pedagang di pasar dan konsumen perorangan yang datang langsung ke peternakan X tersebut. Peternakan X berproduksi sebesar 212.000 ekor dalam setahun yang dilakukan dalam 5 periode produksi dengan jumlah produksi rata – rata 42.400 ekor dengan tingkat mortalitas 3,62 persen dengan tingkat penjualan rata –rata 40.856 ekor atau sebesar 64.525 kg per periode dengan rata –rata bobot jual akhir 1,58 kg per ekor. Peternakan X merupakan salah satu usaha peternakan ayam broiler mandiri yang sedang mengembangkan usahanya. Hal ini dapat terlihat dengan adanya struktur organisasi peternakan X yang tergolong sangat sederhana, yaitu hanya terdiri dari seorang pemilik, enam orang kepala kandang dan dua belas pegawai kandang. Pemilik peternakan bertanggung jawab atas kelancaran jalannya kegiatan usaha secara keseluruhan serta bertugas untuk menentukan rencana kerja dan pengambil keputusan demi kelangsungan peternakan. Kepala kandang bertanggung jawab mengawasi kerja pegawai-pegawai kandang dan pegawai kandang bertugas dan bertanggung jawab dalam seluruh pelaksanaan operasional kandang dari awal sampai akhir.
32
Struktur organisasi peternakan X ditunjukkan oleh gambar 4.1.
Pemilik Peternakan
Kepala Kandang
Kepala Kandang
Kepala Kandang
Kepala Kandang
Kepala Kandang
Kepala Kandang
AK
AK
AK
AK
AK
AK
AK
AK
AK
AK
Gambar 4.1. Struktur organisasi peternakan X
Keterangan : AK = Anak Kandang
AK
AK
33
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Aspek Teknis dan Produksi
5.1.1. Lokasi Usaha Lokasi usaha peternakan X terletak di Desa Polokarto, Kecamatan Bekonang, Solo. Lokasi peternakan berada jauh dari pemukiman penduduk, pemukiman penduduk yang terdekat berada sekitar 1,5 km dari peternakan. Hal tersebut sangat mendukung untuk perkembangan ayam karena jauh dari kebisingan yang dapat menimbulkan ayam stress dan juga tidak menimbulkan pencemaran udara bagi masyarakat sekitar yang dikeluarkan oleh kotoran ayam. Lahan yang digunakan untuk usaha peternakan merupakan lahan milik sendiri. Luas lahan untuk lokasi peternakan adalah 1 hektar yang digunakan untuk perkandangan, gudang pakan, mess karyawan dan kantor. Denah bangunan dapat dilihat pada Gambar 5.1 : I
II
I
I
I
I
I
I
IV
I I I I I
II
Gambar 5.1. Denah Peternakan X Keterangan : I II III IV
= Kandang Ayam = Gudang pakan = Mess Karyawan = Kantor
III
34
5.1.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan Fasilitas produksi dan peralatan yang dimiliki oleh peternakan X cukup lengkap, yaitu meliputi : 1.
Kandang Kandang yang digunakan adalah kandang tanggung yang beralaskan litter (sekam padi). Kandang dibangun dengan bentuk panggung untuk memudahkan dalam pengambilan kotoran ayam. Tinggi kandang kurang lebih 6 meter dari tanah. Ketinggian kandang tersebut untuk memudahkan sirkulasi udara agar tidak terjadi kelembaban yang dapat mengganggu kesehatan ayam. Dinding kandang berbahan kawat dan lantai kandang terbuat dari bambu (reng). Sedangkan atapnya yang berbentuk monitor terbuat dari asbes. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Usaha peternakan X memiliki kandang seluas 4.536 m² yang terbagi atas 12 buah kandang dengan ukuran masing – masing 54 x 7 meter dengan ukur ekonomis sekitar 10 tahun. Jumlah DOC perluasan kandang adalah 10 ekor DOC/m². Kepadatan ini berada diatas kepadatan kandang hasil penelitian Veranza (2004), yaitu 9 ekor/m².
2.
Gudang Pakan Usaha peternakan X memiliki kandang seluas 60 m² yang terbagi atas 2 buah gudang pakan dengan ukuran 5 x 6 meter. Gudang pakan digunakan sebagai tempat penyimpanan pakan sementara sebelum dipindahkan ke kandang. gudang pakan dibangun semi permanen dengan bahan atap asbes, sedangkan dinding dan lantai berbahan bambu. Gudang pakan memiliki umur ekonomis 10 tahun.
35
3.
Mess Karyawan dan Kantor Mess karyawan dan kantor dibangun secara permanen, dengan atap genteng, lantai keramik dan dinding tembok untuk kantor dan anyaman bambu untuk mess karyawan. Mess karyawan dimaksudkan untuk tempat peristirahatan dan penginapan karyawan. Umur ekonomis mess karyawan dan kantor adalah 10 tahun. Luas mess karyawan adalah 72 m2, sedangkan luas kantor 116 m2.
4.
Peralatan Peralatan atau perlengkapan yang digunakan dalam usaha pemeliharaan ternak ayam broiler adalah peralatan dasar yang sederhana karena masih menggunakan tenaga manusia yang umumnya dimiliki oleh para peternak. Peralatan kandang yang digunakan adalah pemanas (semawar), pembatas, tempat pakan, tempat minum, tirai, drum, alat penerangan, tambang, jirigen, ember, gayung, sprayer, termometer, sanyo, timbangan, skup, cangkul, sapu lidi, sikat. Daftar peralatan dasar peternakan ayam broiler dilihat pada Lampiran 1.
5.
DOC DOC yang digunakan oleh usaha peternakan X adalah strain Cobb. DOC tersebut diperoleh dari PT. Charoen Pokhpand. Jumlah DOC yang dipelihara pada setiap kandang jumlah berbeda untuk setiap periode produksinya sesuai dengan jumlah ayam yang dibeli. Rata – rata jumlah DOC yang dibeli per periode adalah 42.400 ekor. Kualitas DOC yang baik akan sangat mempengaruhi kelancaran produksi dan dapat menurunkan tingkat kematian ayam pedaging selama periode pemeliharaan.
36
6.
Pakan Pakan yang diberikan berbentuk crumble atau butiran halus.menggunakan dua jenis pakan yaitu pakan booster dan starter. Pakan booster diberikan sampai ayam berumur 10 hari, sedangkan pakan stater diberikan pada ayam 11 hari sampai panen. Pemesanan pakan dilakukan setiap 2 hari sekali sesuai jadwal pengiriman pakan dari suplier. Pemberian pakan dilakukan secara ad libitum yaitu pemberian pakan dibatasi sampai umur 10 hari, selanjutnya 3 hari sekali sampai panen.
7.
Obat dan Vaksin Obat-obatan yang digunakan oleh peternakan X yaitu berupa vakson, vitamin dan feed additive. Pemberian air gula merah ketika DOC baru tiba di kandang hingga berumur tiga hari dengan tujuan untuk memulihkan kembali energi DOC yang telah terpakai selama perjalanan serta mengurangi stress yang terjadi pada DOC. Vaksinasi yang diberikan yaitu vaksin ND La Sota dan IDB atau Gumboro. Vitamin yang diberikan yaitu Vitastress atau Vetrastressgone atau juga Vitamix yang berfungsi untuk mencegah stress pada ayam. Desinfektan yang digunakan adalah Formalin dan Kalium Permanganat. Obat-obatan dibeli dari PT. Medion, PT. Khyambo Srijaya Sampurna dan PT. Vetra Indonesia.
8.
Bahan Bakar Bahan bakar yang digunakan di peternakan X adalah minyak tanah. Batubara sebagai alternatif pengganti minyak tanah sudah pernah dicoba diterapkan di peternakan X, namun tindakan ini dihentikan karena resiko yang dirasakan cukup besar. Bahan bakar berfungsi untuk menyalakan induk pemanas.
37
Minyak tanah dibeli dengan cara memesan langsung ke agen minyak tanah dan diantar langsung ke lokasi kandang. Harga beli minyak tanah relatif naik dibandingkan dengan harga aslinya, karena harga yang tinggi tersebut sudah termasuk biaya transportasi agen minyak tanah ke lokasi kandang. Kebutuhan minyak tanah untuk satu semawar sebanyak 5liter/hari. 9. Sekam Sekam adalah bahan digunakan sebagai alas / litter di peternakan X. Ketebalan litter yang biasa digunakan adalah 5 cm sampai periode panen. Pemakai sekam/litter akan ditambah atau ditaburi setiap 2 hari sekali jika ayam sudah berumur 10 hari. Litter harus selalu tetap kering dan bersih, karena jika litter berada dalam keadaan lembab atau basah maka akan menjadi tempat hidup yang potensial bagi cacing dan jamur. Rata-rata pemakaian sekam menghabiskan 100 karung untuk setiap periode pemeliharaan. Penggunaan sekam juga disesuaikan dengan kondisi cuaca dan volume produksi.
5.2.
Aspek Manajemen dan Organisasi Struktur organisasi peternakan X masih bersifat sederhana. Pemilik
peternakan X bertindak sebagai pemimpin perusahaan, bagian keuangan, bagian administrasi, tenaga produksi dan pemasaran sekaligus. Tenagakerja tetap yang terdapat di usaha peternakan X berjumlah 18 orang yang terbagi atas 6 kepala kandang dan 12 yang bertugas sebagai anak kandang. Kepala kandang adalah orang yang bertugas mengawasi kinerja anak kandang. Anak kandang adalah pekerja yang bertugas menjalankan operasional kandang. Setiap anak kandang
38
rata – rata bertanggung jawab terhadap rata-rata jumlah ternak yang dipelihara adalah 3.533 ekor ayam. Gaji tenaga kerja bagian kepala kandang besarnya Rp. 800.000 per periode. Gaji tenaga kerja bagian anak kandang besarnya Rp. 550.000 per periode. Gaji tersebut belum termasuk uang makan dan insentif. Tenaga kerja bagian kandang harus mengontrol dan mengawasi keadaan ayam setiap saat sampai ayam berumur dua minggu karena masa tersebut adalah masa yang paling rawan untuk ayam. Setelah jangka waktu tersebut, jam kerja disesuaikan dengan jadwal pemberian pakan. Berikut ini struktur organisasi pada peternakan X :
5.3.
Aspek Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok selain produksi yang
dilakukan oleh para pengusaha dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dan mendapatkan laba. Saluran pemasaran ayam broiler usaha peternakan X terdiri dari bermacam- macam jenis, mulai dari rumah makan, rumah pemotongan ayam, pedagang di pasar dan konsumen perorangan yang datang langsung ke peternakan X tersebut.
5.4.
Aspek Finansial Perhitungan dilakukan menggunakan beberapa asumsi dasar :
Asumsi dasar yang digunakan adalah : 1.
Umur proyek selama 10 tahun sesuai dengan umur ekonomis peralatan.
2.
Luas keseluruhan kandang 4.536 m² yang terbagi atas 12 kandang dengan ukuran luas per kandang 378 m².
3.
Luas keseluruhan gudang 60 m² yang terbagi atas 2 gudang dengan ukuran per kandang 30 m².
39
4.
Satu periode produksi ayam broiler antara 2 – 3 bulan.
5.
Biaya dalam analisis finansial berdasarkan harga bahan baku, sarana produksi dan upah tenaga kerja pada tahun 2007.
6.
Rata – rata harga beli DOC Rp. 3.126 per ekor.
7.
Jumlah rata – rata pembelian DOC 42.400 ekor per periode.
8.
Jumlah rata – rata penjualan ayam broiler 40.856 ekor per periode.
9.
Mortalitas ayam broiler sebanyak 3,62% atau sebanyak 1.543 ekor per periode.
10. Bobot rata – rata jual akhir ayam broiler per ekor 1,58 per periode. 11. Konversi pakan rata – rata 1,66 per periode. 12. Harga jual ayam per kg rata –rata Rp. 9.105. 13. Harga rata – rata pakan Rp. 3.406 per kg berdasarkan harga yang berlaku pada tahun 2007. 14. Tingkat diskonto ialah sebesar 7,00% yang didasarkan atas tingkat suku bunga deposito yang berlaku.
Biaya yang digunakan dalam usaha peternakan X terdiri dari biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. 5.4.1. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya awal yang digunakan untuk membeli barang-barang modal atau barang yang penggunaannya lebih dari 1 tahun. Biaya ini meliputi investasi lahan, investasi bangunan dan investasi peralatan.
40
Tabel 5.1 Biaya Investasi Lahan, Bangunan dan Peralatan Peternakan X. Keterangan
Satuan
Harga per
Biaya
(%)
Satuan Lahan (m²)
10.000
6.000
60.000.000
8,58
4.536
85.000
385.560.000
55,15
72
400.000
69.600.000
9,96
116
600.000
28.800.000
4,12
60
65.000
3.900.000
0,56
143.734.600
20,53
Instalasi Listrik dan Air
2.500.000
0,36
Perlengkapan Kantor
5.200.000
0,74
699.075.600
100
Kandang (m²) Mess Karyawan (m²) Kantor (m²) Gudang Pakan (m²) Peralatan
Sumber : Usaha Peternakan X, 2007 (diolah) Tabel 5.1 menunjukkan bahwa biaya investasi terbesar usaha peternakan X adalah biaya pembuatan kandang. Biaya tersebut setengahnya dari keseluruhan biaya investasi (55,15 %). Hal ini disebabkan kandang tersebut dibangun dalam jumlah banyak dengan kapasitas yang relatif sedikit.
5.4.2. Biaya Tetap Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha peternakan X adalah biaya tenaga kerja dan pajak bumi bangunan. a.
Tenaga Kerja Tenaga kerja tetap yang terdapat di usaha peternakan X berjumlah 18
orang yang terbagi atas 6 kepala kandang dan 12 yang bertugas sebagai anak kandang.Kepala kandang adalah orang yang bertugas mengawasi kinerja anak kandang. Anak kandang adalah pekerja yang bertugas menjalankan operasional kandang. Setiap anak kandang rata – rata bertanggung jawab terhadap rata-rata
41
jumlah ternak yang dipelihara adalah 3.533 ekor ayam. Gaji tenaga kerja bagian kepala kandang besarnya Rp. 800.000 per periode. Gaji tenaga kerja bagian anak kandang besarnya Rp. 550.000 per periode. Gaji tersebut belum termasuk uang makan dan insentif. Tenaga kerja bagian kandang harus mengontrol dan mengawasi keadaan ayam setiap saat sampai ayam berumur dua minggu karena masa tersebut adalah masa yang paling rawan untuk ayam. Setelah jangka waktu tersebut, jam kerjanya disesuaikan dengan jadwal pemberian pakan b.
Pajak Bumi dan Bangunan Peternakan X merupakan usaha peternakan rakyat, sehingga hanya dikenal
pajak bumi dan bangunan setiap setahun sekali. Besarnya pajak bumi dan bangunan yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 1.250.000.
5.4.3. Biaya Variabel Biaya variabel yang digunakan oleh usaha peternakan X terdiri dari DOC, pakan, obat-obatan, vitamin dan vaksin, minyak tanah, sekam, listrik, komunikasi dan transportasi, biaya sanitas, dan lain-lain. Tabel 5.2. Rincian Biaya DOC setiap periode Produksi 2007 Periode
DOC (ekor)
Harga (Rp/ekor)
Total Biaya
Jan-Feb
46.000
2.728
125.484.780
Mar-Mei
40.000
3.200
128.000.000
Jun-Jul
40.000
3.200
128.000.000
Agus-Sep
40.000
4.000
160.000.000
Nop-Des
46.000
2.500
115.000.000
Jumlah
212.000
Sumber : Usaha Peternakan X 2007 (diolah)
656.484.780
42
Total biaya yang dikeluarkan untuk membeli DOC selama 2007 adalah sebesar Rp. 656.484.780. Harga DOC pada 2007 mengalami fluktuasi disebabkan permintaan pasar yang tidak menentu. Tabel 5.2 menunjukkan bahwa harga beli DOC tertinggi berada pada periode Agustus – Oktober, yaitu sebesar Rp. 4.000,- per ekor. Hal ini disebabkan karena pada periode tersebut menjelang bulan Ramadhan. Melihat permintaan pasar yang meningkat, perusahaan pembibitan tidak melewatkan peluang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi yaitu dengan menaikan harga DOC. Tabel 5.3. Biaya Pakan yang Dikeluarkan selama 2007 Periode
Jumlah (kg)
Harga Rata-rata
Total Biaya
(Rp./kg) Jan-Feb
116.300
3.153
366.720.702
Mar-Mei
123.250
3.208
395.386.000
Jun-Jul
80.430
3.214
258.469.848
Agu-Sep
109.600
3.831
419.833.760
Nop-Des
108.150
3.626
392.151.900
Jumlah
537.730
1.832.562.210
Sumber : Usaha Peternakan X 2007 (diolah) Tabel 5.3 menunjukkan bahwa total pakan yang dihabiskan selama tahun 2007 sebanyak 537.730 kg, dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 1.832.562.210 seperti halnya dengan harga DOC, harga pakan tertinggi terjadi pada periode Agustus – Oktober yaitu Rp. 3.831 per kg.
43
Tabel 5.4. Biaya obat-obatan dan vaksin yang dikeluarkan selama 2007 Periode
Total Biaya
Jan-Feb
20.400.706
Mar-Mei
18.097.076
Jun-Jul
20.302.676
Agu-Sep
18.550.596
Nop-Des
22.483.186 Jumlah
99.834.240
Sumber : Usaha Peternakan X 2007 (diolah) Tabel 5.4 menunjukkan bahwa total biaya obat – obatan dan vaksin yang dihabiskan selama tahun 2007 sebanyak Rp. 99.834.240, total biaya untuk obat – obatan dan vaksin tertinggi terjadi pada periode November – Desember yaitu Rp. 22.483.186. Tabel 5.5. Biaya pembelian minyak tanah yang dikeluarkan selama 2007 Periode
Total Biaya
Jan-Feb
9.675.000
Mar-Mei
9.075.000
Jun-Jul
7.525.000
Agu-Sep
10.300.000
Nop-Des
13.500.000 Jumlah
50.075.000
Sumber : Usaha Peternakan X 2007 (diolah) Tabel 5.5 menunjukkan bahwa total biaya pembelian minyak tanah yang dihabiskan selama tahun 2007 sebanyak Rp. 50.075.0000, total biaya untuk obat – obatan dan vaksin tertinggi terjadi pada periode November – Desember yaitu Rp. 13.500.000.
44
Tabel 5.6. Biaya pembelian sekam yang dikeluarkan selama 2007 Periode
Total Biaya
Jan-Feb
2.760.000
Mar-Mei
2.300.000
Jun-Jul
2.500.000
Agu-Sep
2.520.000
Nop-Des
3.168.000 Jumlah
13.248.000
Sumber : Usaha Peternakan X 2007 (diolah) Tabel 5.6 menunjukkan bahwa total pembelian sekam yang dihabiskan selama tahun 2007 sebanyak Rp. 13.248.000, total biaya untuk obat –obatan dan vaksin tertinggi terjadi pada periode November – Desember yaitu Rp. 3.168.000.
5.5.
Penerimaan Arus Penerimaan peternakan X terdiri dari penerimaan tunai dan
penerimaan tidak tunai. 5.5.1. Penerimaan Tunai Penerimaan tunai adalah nilai uang tunai yang diterima oleh peternakan X atas hasil penjualan output yaitu ayam broiler hidup. Penerimaan tunai terbesar diperoleh oleh peternakan X pada periode Agustus - September, yaitu sebesar Rp. 691.633.255,- dengan jumlah panen sebesar 66.287 kg atau 38.697 ekor. Hal ini dikarenakan harga jual pada periode ini relatif tinggi yaitu sebesar Rp. 10.358,92. Sementara itu pada periode Nopember – Desember, penerimaan yang diperoleh adalah sebesar Rp. 628.707.093,dengan jumlah panen sebesar 68.827 kg atau 43.779 ekor. Seharusnya
45
peternakan X bisa mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi jika volume produksinya ditingkatkan, karena pada periode ini bertepatan dengan jatuhnya bulan Ramadhan dan Perayaan Idul Fitri dimana permintaan pasar cenderung meningkat. Penerimaan tunai yang diperoleh peternakan X selama 1 tahun adalah sebesar Rp. 2.959.392.677,- dengan total panen sebanyak 204.284 ekor atau 322.629 kg dan rata-rata harga jual Rp. 9105,65,-/kg yang dapat dilihat pada Lampiran 6. 2. Penerimaan Tidak Tunai Penerimaan tidak tunai adalah penerimaan yang diprediksikan akan diterima dari nilai sisa investasi yang terdiri dari nilai sisa lahan, nilai sisa bangunan dan nilai sisa peralatan yang dihitung pada akhir masa investasi. Nilai ini dihitung dengan mengurangi nilai aset dengan penyusutannya selama digunakan. Penghitungan penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus. Lahan diasumsikan pada 10 tahun mendatang akan meningkat 25 persen dari nilai investasinya menjadi Rp. 75.000.000, sedangkan nilai sisa bangunan, peralatan dan perlengkapan kantor diasumsikan 10 persen dari nilai investasinya. Peralatan yang diasumsikan mempunyai nilai sisa adalah mesin pompa air dan tangki air sedangkan perlengkapan kantor yang masih mempunyai nilai sisa adalah komputer dan mesin printer, sedangkan peralatan dan perlengkapan lainnya diasumsikan tidak memiliki nilai sisa atau sama dengan nol. 3.
Pendapatan Pendapatan adalah nilai uang yang diperoleh peternakan dengan menghitung selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan selama
46
proses produksi dalam satu periode. Berdasarkan perhitungan pendapatan pada Lampiran 7, diperoleh nilai pendapatan selama tahun 2008 di peternakan X sebesar Rp. 214.955.847. Pendapatan terbesar selama enam periode yang diteliti diperoleh pada periode November - Desember sebesar Rp. 63.029.007. Pendapatan terendah yang diperoleh oleh peternakan X terdapat pada periode Juni-Juli sebesar Rp. 4.538.254.
5.6.
Analisis Finansial Analisis finansial menunjukkan penghitungan NPV tahun 2007-2017
dengan menggunakan suku bunga deposito bank yang berlaku sebesar 7,00% memberikan hasil yang positif senilai Rp. 752.504.929,86 yang berarti peternakan X
akan
menerima
keuntungan
sebesar
Rp.
752.504.929,86
dengan
memperhitungkan faktor diskonto, maka usaha ini layak dijalankan karena NPV lebih besar dari nol. Hasil perhitungan BC Ratio sebesar 1,04 menunjukkan bahwa usaha peternakan X layak untuk dijalankan karena satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,04. Hasil perhitungan IRR sama dengan 27,58 persen. Hal ini menunjukkan bahwa usaha peternakan X layak untuk dijalankan karena IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.Dan hasil perhitungan Pay Back Period sama dengan 3,8. Hal ini berarti bahwa modal yang diinvestasikan untuk usaha peternakan ayam broiler yang dijalankan oleh peternakan X akan kembali setelah berjalan 3 tahun 8 bulan. Berdasarkan kriteria kelayakan finansial tersebut, menunjukkan bahwa usaha peternakan X layak untuk dilanjutkan dan dikembangkan.
47
5.7.
Analisis Switching Value Dalam analisis usaha banyak dipergunakan asumsi-asumsi, sehingga
perhitungan penerimaan dan pengeluaran mengandung ketidakpastian. Salah satu metode untuk menelaah kembali kelayakan finansial dengan adanya perubahanperubahan adalah analisis switching value. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis switching value adalah peningkatan
harga DOC, peningkatan harga
pakan dan penurunan harga jual ayam. Tabel 5.7. Analisis Switching Value Usaha Peternakan X Uraian
NPV (Rp)
BCR
IRR
PBP
(%)
(Tahun)
Harga DOC naik 28,71%
3.710,18
1,00
7,00
7,27
Harga DOC naik 28,72%
(427.212,66)
0,99
6,99
7,27
Harga pakan naik 10,31%
369.195,13
1,00
7,01
7,28
Harga pakan naik 10,32%
(830.430,47)
0,99
6,97
7,26
Harga jual ayam turun 4,40%
377.907,78
1,00
7,01
7,28
Harga jual ayam turun 4,41%
(1.548.733,17)
0,99
6,9
7,25
Sumber : Usaha Peternakan X, 2007 (diolah) Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa usaha peternakan ayam broiler rentan terhadap perubahan harga. Apabila usaha peternakan X mengalami peningkatan harga DOC sebesar 28,71 persen maka usaha peternakan X masih layak untuk dijalankan. Pada saat kenaikannya lebih dari 28.71 persen maka usaha ini tidak layak lagi untuk dijalankan. Pada saat terjadi peningkatan harga pakan sebesar 10,31% usaha peternakan X masih layak untuk dijalankan, tetapi bila terjadi peningkatan lebih dari 10,31 persen maka usaha peternakan X tidak layak lagi untuk dijalankan.
48
Dan apabila terjadi penurunan harga jual ayam sebesar 4,40 persen usaha peternakan X masih layak untuk dijalankan, akan tetapi bila terjadi penurunan harga lebih dari 4,40 persen maka akan menyebabkan usaha peternakan X tidak layak lagi untuk dijalankan dan akan mengalami kerugian.
49
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan Proses pemeliharaan yang terjadi selama masa produksi pada peternakan
ayam broiler X terdiri dari persiapan kandang, pemberian pakan, pencegahan dan pengendalian penyakit, panen dan pasca panen. Pencegahan dan pengendalian penyakit yang dilakukan terdiri dari sanitasi kandang, vaksinasi serta pemberian vitamin dan obat – obatan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa usaha peternakan X tahun 2007-2017 menunjukkan bahwa dengan menggunakan tingkat suku bunga 7,00 persen maka didapat NPV sebesar Rp. 752.504.929,86, BCR 1,04 dan Payback period 3 tahun 8 bulan. IRR yang didapat sebesar 27,58 persen. Berdasarkan kriteria kelayakan, dimana NPV bernilai positif, BCR lebih dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka secara finansial usaha peternakan X layak untuk dijalankan. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa usaha peternakan X sangat rentan terhadap perubahan harga. Jika terjadi peningkatan harga DOC lebih dari 28,71 persen, peningkatan harga pakan lebih dari 10,31 persen serta penurunan harga jual ayam broiler lebih dari 4,40 persen akan menyebabkan usaha peternakan X tidak layak lagi untuk dijalankan dan akan mengalami kerugian.
50
6.2.
Saran Peternakan X dapat lebih memaksimalkan peluang pasar yang masih
terbuka luas dengan cara menaikkan jumlah produksi per periode dan menekan angka kematian dengan cara meningkatkan fungsi kepala kandang dalam mengawasi kinerja anak kandang secara lebih ketat. Pengawasan yang ketat dilakukan terutama dalam melakukan pengobatan dapat dilakukan dengan cara mengontrol dosis obat agar sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh field controller, pengawasan sanitasi kandang dan peralatan kandang dapat dilakukan dengan cara mengontrol dosis desinfektan agar pemakaian dosis tersebut bisa meminimalisasikan tigkat mortalitas yang disebabkan oleh resiko bibit penyakit. Pengawasan yang ketat dalam pemberian pakan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan, sehingga nilai FCR lebih kecil dari nilai FCR standar dalam setiap periodenya agar dapat memperoleh produktivitas optimal dapat meningkatkan keuntungan yang diperoleh. Peternakan X harus memperhatikan proses manajerial yang ada, karena berhasil atau tidaknya suatu usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sangat ditentukan oleh tenaga kerja sebagai sumberdaya yang tidak bisa dipisahkan dalam organisasi perusahaan maka karyawan perlu dijaga dan diperhatikan sehingga karyawan akan bekerja dengan semua kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan kemajuan perusahaan itu sendiri.
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). 2005. Statistik Perusahaan Peternakan Unggas. BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS). 2007. Pendapatan Nasional Indonesia. BPS. Jakarta. Bank Indonesia dan LPPM IPB. 2005. Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan. BI. Jakarta. Ba’da, F. Y. 2001. Analisis finansial perusahaan peternakan ayam broiler di Jakarta (studi kasus Perusahaan di Pondok Gede). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Boediono. 1998. Ekonomi Mikro. Edisi Kedua. BPFE, Yogyakarta Departemen Pertanian, Direktorat Jendral Peternakan. 2008. Statistik Peternakan. Deptan. Jakarta. Gittinger, J. P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. UI Press. Jakarta. Gustriyeni. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler [Skripsi]. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hernanto, F. 1995. Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta. Herawati, T. 2001. Kajian ekonomi perusahaan peternakan ayam ras pedaging dengan analisis biaya produksi dan pendapatan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Isramadhani, C. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Broiler Sunan Kudus Farm Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Juanda, B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press. Bogor. Kadarsan, W. H. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Lipsey, R. G. P. N. Courant, D. C. Purvis dan p. O. Steiner. 1995. Pengantar Mikroekonomi. 10th Edit. Terjemahan.Wasana, J dan Kirbrandoko. Binarupa Aksara. Jakarta. North, M.O., dan D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Edit. Van Nortland Reinhold. New York.
52
Priyarsono, D. S., A. Daryanto dan L. Herliana. 2005. Dapatkah Pertanian Menjadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Agronomika. Jakarta. Putong, I. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Ghalia Indonesia, Jakarta. Rasyaf, M. 2002. Manajemen Peternakan Ayam Broiler. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta. Suharno, B. 2000. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Samuelson, P. A., and W. D. Nordhaus. 1996. Ekonomi. 12th Wasana, K. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Edit.
Terjemahan.
Soekartiwi, A. Soehardjo, J. Dillon and J. B. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Universits Indonesia. Jakarta. Setriani, R. 2005. Analisis pendapatan peternak ayam ras pedaging pada pola kemitraan inti-plasma Naratas Poultry Shop. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sugiarti, Sri. 2008. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan ayam Broiler Abdul Djawad Farm di Desa Banyu Resmi Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor [Skripsi]. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Veranza, H. 2004. Analisis Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler X di Desa Balekambang, Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lampiran 1. Komponen Biaya Investasi Peralatan NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
KETERANGAN Induk Pemanas Pembatas Seng Baki Pakan Tempat Pakan Tabung Galon Air Manual Galon Air Otomotis Tali Tambang Drum Plastik 100 liter Drum Plastik 200 liter Drum Minyak Tanah Jerigen Alat Penerangan Tirai Terpal Sprayer Mesin Pompa Air Tangki Air 6.000 liter Timbangan Gantung Timbangan Duduk 10 kg Thermometer Sekop Cangkul Ember Gayung Sikat Sapu Lidi TOTAL
Keterangan : ‐ 10% dari Nilai Investasi
SATUAN
UNIT
unit m2 buah buah buah buah m2 buah buah buah buah buah m unit unit buah unit unit buah buah buah buah buah buah buah
60 2.400 1.440 1.500 960 648 1.920 12 12 12 60 96 6.240 2 3 3 2 2 12 4 4 12 12 6 6
HARGA SATUAN (Rp) 300.000 7.500 5.200 10.300 5.800 35.200 750 50.000 75.000 50.000 15.000 55.000 4.000 180.000 500.000 6.000.000 500.000 80.000 20.000 30.000 35.000 7.500 5.000 10.000 1.500
JUMLAH 18.000.000 18.000.000 7.488.000 15.450.000 5.568.000 22.809.600 1.440.000 600.000 900.000 600.000 900.000 5.280.000 24.960.000 360.000 1.500.000 18.000.000 1.000.000 160.000 240.000 120.000 140.000 90.000 60.000 60.000 9.000 143.734.600
UMUR EKONOMIS (Thn) 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 10 10 2 2 2 2 2 1 1
NILAI SISA ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 150.000 1.800.000 100.000 16.000 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 2.066.000
Lampiran 2. Biaya Investasi Perlengkapan Kantor NO. 1. 2. 3. 4.
KETERANGAN Komputer Mesin Printer Meja Kantor Lemari Kantor TOTAL
SATUAN
UNIT
unit unit unit unit
1 1 1 1
Keterangan : ‐ 10% dari Nilai Investasi
HARGA SATUAN (Rp) 3.250.000 750.000 500.000 500.000
JUMLAH 3.250.000 750.000 500.000 500.000 5.000.000
UMUR EKONOMIS (Thn) 5 5 10 10
NILAI SISA 325.000 75.000 ‐ ‐ 400.000
Lampiran 3. Biaya Investasi Bangunan dan Instalasi Listrik NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
KETERANGAN Instalasi Listrik & Air Lahan Kandang Kantor Mess Karyawan Gudang Pakan Gudang Pakan TOTAL
SATUAN
UNIT
HARGA SATUAN (Rp)
m2 m2 m2 m2 m2
10.000 4.536 116 72 60
6.000 85.000 600.000 400.000 65.000
Keterangan : ‐ 10% dari Nilai Investasi ‐ Meningkat 25% setelah 10 tahun
JUMLAH 2.500.000 60.000.000 385.560.000 69.600.000 28.800.000 3.900.000 550.360.000
UMUR EKONOMIS (Thn)
10 10 10 10
NILAI SISA ‐ 75.000.000 38.560.000 6.960.000 2.880.000 390.000 123.790.000
Lampiran 4. Koefisien Teknis Ternak Ayam Broiler ‐ Periode 2007
KETERANGAN
Jan‐Feb
Mar‐Mei
Pembelian DOC (ekor) Penjualan Ayam Broiler (ekor)
46.000,00 44.501,00
40.000,00 39.007,00
Koefisien Teknis ‐ Mortalitas (%) Mortalitas (ekor) ‐ Mortalitas (ekor) Konsumsi Pakan (kg) Bobot Jual Akhir (kg) Konversi Pakan Bobot Jual Akhir (kg/ekor) Harga Jual (Rp./kg) Harga Jual (Rp./ekor)
3,26% 1.499,00 116.300 68.532 1,70 1,54 8.322,44 12.816,64
2,48% 993,00 123.250 70.725 1,74 1,81 8.732,99 15.843,10
Jun‐Jul
Agt‐Sep
Nop‐Des
TOTAL
RATA‐RATA
40.000,00 40.000,00 38.300,00 38.697,00
46.000,00 43.779,00
212.000,00 204.284,00
42.400,00 40.856,80
4,25% 1.700,00 80.430 48.258 1,67 1,26 9.055,38 11.409,78
4,83% 2.221,00 7.716,00 108.150 537.730,00 69.827 323.629,00 1,55 1,59 9.058,51 14.448,22
3,26% 1.303,00 109.600 66.287 1,65 1,71 10.358,92 17.744,57
3,62% 1.543,20 107.546,00 64.725,80 1,66 1,58 9.105,65 14.452,46
Lampiran 5. Biaya Tetap ‐ Periode 2007 KETERANGAN
Jan‐Feb
Mar‐Mei
Tenaga Kerja Pajak BB
11.520.000,00 250.000,00
11.520.000,00 250.000,00
TOTAL
11.770.000,00
11.770.000,00
Jun‐Jul
Agt‐Sep
Nop‐Des
TOTAL
11.520.000,00 11.520.000,00 250.000,00 250.000,00
11.520.000,00 250.000,00
57.600.000,00 1.250.000,00
11.770.000,00 11.770.000,00
11.770.000,00
58.850.000,00
Lampiran 6. Biaya Variabel ‐ Periode 2007 KETERANGAN
JAN‐FEB
MAR‐MEI
JUN‐JUL
AGT‐SEP
NOP‐DES
TOTAL
PERSENTASE
DOC Pakan Obat‐obatan, Vitamin & Vaksin Minyak Tanah Sekam Listrik Komunikasi & Transportasi Komunikasi & Transportasi Distribusi Lain‐lain
125.484.780 366.720.702 20.400.706 9.675.000 2.760.000 3.285.000 1.285.500 1 285 500 690.000 200.000
128.000.000 395.386.000 18.097.076 9.075.000 2.300.000 3.500.000 1.609.000 1 609 000 600.000 250.000
128.000.000 258.469.848 20.302.676 7.525.000 2.500.000 4.895.100 1.803.000 1 803 000 600.000 210.000
160.000.000 419.833.760 18.550.596 10.300.000 2.520.000 4.000.000 2.000.000 2 000 000 600.000 250.000
115.000.000 392.151.900 22.483.186 13.500.000 3.168.000 4.500.000 2.100.000 2 100 000 690.000 315.000
656.484.780 1.832.562.210 99.834.240 50.075.000 13.248.000 20.180.100 8.797.500 8 797 500 3.180.000 1.225.000
24,44% 68,24% 3,72% 1,86% 0,49% 0,75% 0,33% 0 33% 0,12% 0,05%
TOTAL
530.501.688
558.817.076
424.305.624 618.054.356
553.908.086
2.685.586.830
100,00%
Lampiran 7. Penerimaan Tunai KETERANGAN
JAN‐FEB
MAR‐MEI
JUN‐JUL
AGT‐SEP
NOP‐DES
TOTAL
Penjualan Ayam (kg) Harga (Rp./kg) Nilai Penjualan (Rp.) Penjualan lain ‐ lain
68.532 8.322,44 570.353.458 5.139.900
70.725 8.732,99 617.640.718 5.304.375
48.258 9.055,38 436.994.528 3.619.350
66.287 10.358,92 686.661.730 4.971.525
68.827 9.058,51 623.470.068 5.237.025
322.629
TOTAL PENJUALAN
575.493.358
622.945.093
440.613.878
691.633.255
628.707.093
2.959.392.677
2.935.120.502 24.272.175
Lampiran 8. Total Pendapatan KETERANGAN
JAN‐FEB
MAR‐MEI
JUN‐JUL
AGT‐SEP
NOP‐DES
TOTAL
Penerimaan ‐ Penerimaan Tunai Penjualan Output ‐ Penerimaan Tidak Tunai
575.493.358
622.945.093
440.613.878
691.633.255
628.707.093
2.959.392.677
Total Penerimaan
575.493.358
622.945.093
440.613.878
691.633.255
628.707.093
2.959.392.677
Biaya Tetap ‐ Tenaga Kerja ‐ Pajak BB Total Biaya Tetap
11.520.000,00 250.000,00 11.770.000,00
11.520.000,00 250.000,00 11.770.000,00
11.520.000,00 250.000,00 11.770.000,00
11.520.000,00 250.000,00 11.770.000,00
11.520.000,00 250.000,00 11.770.000,00
57.600.000,00 1.250.000,00 58.850.000,00
Biaya Variabel ‐ DOC ‐ Pakan ‐ Obat‐obatan, Vitamin & Vaksin ‐ Minyak Tanah ‐ Sekam ‐ Listrik ‐ Komunikasi & Transportasi ‐ Distribusi ‐ Lain‐lain Total Biaya Variabel
125.484.780 366.720.702 20.400.706 9.675.000 2.760.000 3.285.000 1.285.500 690.000 200.000 530.501.688
128.000.000 395.386.000 18.097.076 9.075.000 2.300.000 3.500.000 1.609.000 600.000 250.000 558.817.076
128.000.000 258.469.848 20.302.676 7.525.000 2.500.000 4.895.100 1.803.000 600.000 210.000 424.305.624
160.000.000 419.833.760 18.550.596 10.300.000 2.520.000 4.000.000 2.000.000 600.000 250.000 618.054.356
115.000.000 392.151.900 22.483.186 13.500.000 3.168.000 4.500.000 2.100.000 690.000 315.000 553.908.086
656.484.780 1.832.562.210 99.834.240 50.075.000 13.248.000 20.180.100 8.797.500 3.180.000 1.225.000 2.685.586.830
Total Biaya
542.271.688,00
570.587.076,00
436.075.624,00
629.824.356,00
565.678.086,00
2.744.436.830,00
Total Pendapatan
33.221.670,00
52.358.017,00
4.538.254,00
61.808.899,00
63.029.007,00
214.955.847,00
Lampiran 9. Perincian Keuangan RINCIAN
2007 0
2008 1
2009 2
2010 3
2011 4
2012 5
2013 6
2014 7
2015 8
2016 9
2017 10
Penerimaan Tunai ‐ Penjualan Ayam ‐ Bonus Total Penerimaan Tunai
‐ 2.935.120.502,00 ‐ 24.272.175,00 ‐ 2.959.392.677,00
2.935.120.502,00 24.272.175,00 2.959.392.677,00
2.935.120.502,00 24.272.175,00 2.959.392.677,00
2.935.120.502,00 24.272.175,00 2.959.392.677,00
2.935.120.502,00 2.935.120.502,00 24.272.175,00 24.272.175,00 2.959.392.677,00 2.959.392.677,00
2.935.120.502,00 24.272.175,00 2.959.392.677,00
2.935.120.502,00 24.272.175,00 2.959.392.677,00
2.935.120.502,00 24.272.175,00 2.959.392.677,00
2.935.120.502,00 24.272.175,00 2.959.392.677,00
Penerimaan Tidak Tunai ‐ Nilai Sisa Lahan ‐ Nilai Sisa Bangunan ‐ Nilai Sisa Peralatan ‐ Nilai Sisa Perlengkapan Total Penerimaan Tidak Tunai
‐ ‐ ‐ ‐ ‐
‐ ‐ ‐ ‐ ‐
‐ ‐ ‐ ‐ ‐
‐ ‐ ‐ ‐ ‐
‐ ‐ ‐ ‐ ‐
‐ ‐ 1.950.000,00 400.000,00 2.350.000,00
‐ ‐ ‐ ‐ ‐
‐ ‐ ‐ ‐ ‐
‐ ‐ ‐ ‐ ‐
‐ ‐ ‐ ‐ ‐
75.000.000,00 48.790.000,00 2.066.000,00 400.000,00 126.256.000,00
TOTAL PENERIMAAN
‐ 2.959.392.677,00
2.959.392.677,00
2.959.392.677,00
2.959.392.677,00
2.961.742.677,00 2.959.392.677,00
2.959.392.677,00
2.959.392.677,00
2.959.392.677,00
3.085.648.677,00
BIAYA Biaya Investasi ‐ Lahan ‐ Kandang K d ‐ Kantor ‐ Mess Karyawan ‐ Gudang Pakan ‐ Instalasi Listrik & Air ‐ Peralatan Kandang ‐ Perlengkapan Kantor Total Biaya Investasi
60.000.000 385.560.000 385 560 000 69.600.000 28.800.000 3.900.000 2.500.000 143.734.600 5.200.000 699.294.600
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 69.000,00 ‐ 69.000,00
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 719.000,00 300.000,00 1.019.000,00
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 69.000,00 ‐ 69.000,00
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 719.000,00 300.000,00 1.019.000,00
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 141.924.600,00 4.300.000,00 146.224.600,00
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 719.000,00 300.000,00 1.019.000,00
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 69.000,00 ‐ 69.000,00
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 719.000,00 300.000,00 1.019.000,00
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 69.000,00 ‐ 69.000,00
Biaya Tetap ‐ Tenaga Kerja ‐ PBB Total Biaya Tetap
‐ 57.600.000,00 1.250.000 1.250.000,00 1.250.000 58.850.000,00
57.600.000,00 1.250.000,00 58.850.000,00
57.600.000,00 1.250.000,00 58.850.000,00
57.600.000,00 1.250.000,00 58.850.000,00
57.600.000,00 57.600.000,00 1.250.000,00 1.250.000,00 58.850.000,00 58.850.000,00
57.600.000,00 1.250.000,00 58.850.000,00
57.600.000,00 1.250.000,00 58.850.000,00
57.600.000,00 1.250.000,00 58.850.000,00
57.600.000,00 1.250.000,00 58.850.000,00
Biaya Varabel ‐ DOC ‐ Pakan Ayam ‐ Vaksin, Vitamin, Obat ‐ Minyak Tanah ‐ Sekam ‐ Listrik ‐ Komunikasi & Transportasi ‐ Retribusi ‐ Lain‐lain Total Biaya Variabel
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
656.484.780,00 1.832.562.210,00 99.834.240,00 50.075.000,00 13.248.000,00 20.180.100,00 8.797.500,00 3.180.000,00 1.225.000,00 2.685.586.830,00
656.484.780,00 1.827.556.750,00 99.834.241,40 50.075.000,00 13.248.000,00 20.180.100,00 8.797.500,00 3.180.000,00 1.225.000,00 2.680.581.371,40
656.484.780,00 1.827.556.750,00 99.834.241,40 50.075.000,00 13.248.000,00 20.180.100,00 8.797.500,00 3.180.000,00 1.225.000,00 2.680.581.371,40
656.484.780,00 1.827.556.750,00 99.834.241,40 50.075.000,00 13.248.000,00 20.180.100,00 8.797.500,00 3.180.000,00 1.225.000,00 2.680.581.371,40
656.484.780,00 1.827.556.750,00 99.834.241,40 50.075.000,00 13.248.000,00 20.180.100,00 8.797.500,00 3.180.000,00 1.225.000,00 2.680.581.371,40
656.484.780,00 1.827.556.750,00 99.834.241,40 50.075.000,00 13.248.000,00 20.180.100,00 8.797.500,00 3.180.000,00 1.225.000,00 2.680.581.371,40
656.484.780,00 1.827.556.750,00 99.834.241,40 50.075.000,00 13.248.000,00 20.180.100,00 8.797.500,00 3.180.000,00 1.225.000,00 2.680.581.371,40
656.484.780,00 1.827.556.750,00 99.834.241,40 50.075.000,00 13.248.000,00 20.180.100,00 8.797.500,00 3.180.000,00 1.225.000,00 2.680.581.371,40
656.484.780,00 1.827.556.750,00 99.834.241,40 50.075.000,00 13.248.000,00 20.180.100,00 8.797.500,00 3.180.000,00 1.225.000,00 2.680.581.371,40
656.484.780,00 1.827.556.750,00 99.834.241,40 50.075.000,00 13.248.000,00 20.180.100,00 8.797.500,00 3.180.000,00 1.225.000,00 2.680.581.371,40
2.744.436.830,00 214.955.847,00 (485.588.753,00) 0,93 2.765.787.549 2.564.894.234 200.893.315
2.739.500.371,40 219.892.305,60 (265.696.447,40) 0,87 2.584.848.176 2.392.785.720 192.062.456
2.740.450.371,40 218.942.305,60 (46.754.141,80) 0,82 2.415.745.959 2.237.023.820 178.722.139
2.739.500.371,40 219.892.305,60 173.138.163,80 0,76 2.257.706.504 2.089.951.717 167.754.787
2.740.450.371,40 221.292.305,60 394.430.469,40 0,71 2.111.681.596 1.953.903.240 157.778.356
2.885.655.971,40 73.736.705,60 468.167.175,00 0,67 1.971.968.298 1.922.834.417 49.133.880
2.740.450.371,40 218.942.305,60 687.109.480,60 0,62 1.842.961.026 1.706.614.761 136.346.264
2.739.500.371,40 219.892.305,60 907.001.786,20 0,58 1.722.393.482 1.594.414.158 127.979.324
2.740.450.371,40 218.942.305,60 1.125.944.091,80 0,54 1.609.713.535 1.490.623.427 119.090.108
2.739.500.371,40 346.148.305,60 1.472.092.397,40 0,51 1.568.587.321 1.392.623.075 175.964.246
TOTAL BIAYA PENDAPATAN KUMULATIF PENDAPATAN DF = PV PENERIMAAN PV BIAYA PV PENDAPATAN NPV BCR IRR PBP
700.544.600 (700.544.600) (700.544.600) 7,00% 1,00 ‐ 700.544.600 (700.544.600) 752.504.929,86 1,04 27,58% 3,8
Lampiran 10. Analisis Sensitivitas pada Peningkatan DOC RINCIAN
2007 0 TATAL PENERIMAAN ‐ TOTAL BIAYA 700.325.600,00 PENDAPATAN (700.325.600,00) KUMULATIF PENDAPATAN (700.325.600,00) DF = 7,00% 1,00 PV PENERIMAAN ‐ PV BIAYA 700.325.600 PV PENDAPATAN (700.325.600) NPV BCR IRR PBP
2008 1 2.959.392.677,00 2.869.058.151,74 90.334.525,26 (609.991.074,74) 0,93 2.765.787.549 2.681.362.759 84.424.790
2009 2 2.959.392.677,00 2.869.058.151,74 90.334.525,26 (519.656.549,48) 0,87 2.584.848.176 2.505.946.503 78.901.673
2010 3 2.959.392.677,00 2.869.058.151,74 90.334.525,26 (429.322.024,21) 0,82 2.415.745.959 2.342.006.078 73.739.881
2011 4 2.959.392.677,00 2.869.058.151,74 90.334.525,26 (338.987.498,95) 0,76 2.257.706.504 2.188.790.727 68.915.777
2012 5 2.961.742.677,00 2.869.058.151,74 92.684.525,26 (246.302.973,69) 0,71 2.111.681.596 2.045.598.810 66.082.786
2013 6 2.959.392.677,00 2.869.058.151,74 90.334.525,26 (155.968.448,43) 0,67 1.971.968.298 1.911.774.589 60.193.708
2014 7 2.959.392.677,00 2.869.058.151,74 90.334.525,26 (65.633.923,17) 0,62 1.842.961.026 1.786.705.223 56.255.802
2015 8 2.959.392.677,00 2.869.058.151,74 90.334.525,26 24.700.602,10 0,58 1.722.393.482 1.669.817.966 52.575.516
2016 9 2.959.392.677,00 2.869.058.151,74 90.334.525,26 115.035.127,36 0,54 1.609.713.535 1.560.577.538 49.135.996
2017 10 3.085.648.677,00 2.869.058.151,74 216.590.525,26 331.625.652,62 0,51 1.568.587.321 1.458.483.681 110.103.640
2009 2 2.959.392.677,00 2.869.123.800,22 90.268.876,78 (519.787.846,43) 0,87 2.584.848.176 2.506.003.843 78.844.333
2010 3 2.959.392.677,00 2.869.123.800,22 90.268.876,78 (429.518.969,65) 0,82 2.415.745.959 2.342.059.667 73.686.292
2011 4 2.959.392.677,00 2.869.123.800,22 90.268.876,78 (339.250.092,86) 0,76 2.257.706.504 2.188.840.810 68.865.694
2012 5 2.961.742.677,00 2.869.123.800,22 92.618.876,78 (246.631.216,08) 0,71 2.111.681.596 2.045.645.617 66.035.979
2013 6 2.959.392.677,00 2.869.123.800,22 90.268.876,78 (156.362.339,30) 0,67 1.971.968.298 1.911.818.333 60.149.964
2014 7 2.959.392.677,00 2.869.123.800,22 90.268.876,78 (66.093.462,51) 0,62 1.842.961.026 1.786.746.106 56.214.920
2015 8 2.959.392.677,00 2.869.123.800,22 90.268.876,78 24.175.414,27 0,58 1.722.393.482 1.669.856.174 52.537.308
2016 9 2.959.392.677,00 2.869.123.800,22 90.268.876,78 114.444.291,06 0,54 1.609.713.535 1.560.613.247 49.100.288
2017 10 3.085.648.677,00 2.869.123.800,22 216.524.876,78 330.969.167,84 0,51 1.568.587.321 1.458.517.053 110.070.268
3.710,18 1,00 7,00% 7,27
Lampiran 11. Analisis Sensitivitas pada Peningkatan Harga DOC RINCIAN
2007 0 TATAL PENERIMAAN ‐ TOTAL BIAYA 700.325.600,00 PENDAPATAN (700.325.600,00) KUMULATIF PENDAPATAN (700.325.600,00) DF = 7,00% 1,00 PV PENERIMAAN ‐ PV BIAYA 700.325.600 PV PENDAPATAN (700.325.600) NPV BCR IRR PBP
28,71%
(427.212,66) 0,9999781 6,99% 7,27
28,72% 2008 1 2.959.392.677,00 2.869.123.800,22 90.268.876,78 (610.056.723,22) 0,93 2.765.787.549 2.681.424.112 84.363.436
Lampiran 12. Analisis Sensitivitas pada Peningkatan Harga Pakan RINCIAN
2007 0 TATAL PENERIMAAN ‐ TOTAL BIAYA 700.325.600,00 PENDAPATAN (700.325.600,00) KUMULATIF PENDAPAT (700.325.600,00) DF = 7,00% 1,00 PV PENERIMAAN ‐ PV BIAYA 700.325.600 PV PENDAPATAN (700.325.600) NPV BCR IRR PBP
2008 1 2.959.392.677,00 2.869.002.472,33 90.390.204,68 (609.935.395,33) 0,93 2.765.787.549 2.681.310.722 84.476.827
2009 2 2.959.392.677,00 2.869.002.472,33 90.390.204,68 (519.545.190,65) 0,87 2.584.848.176 2.505.897.871 78.950.305
2010 3 2.959.392.677,00 2.869.002.472,33 90.390.204,68 (429.154.985,97) 0,82 2.415.745.959 2.341.960.627 73.785.332
2011 4 2.959.392.677,00 2.869.002.472,33 90.390.204,68 (338.764.781,30) 0,76 2.257.706.504 2.188.748.249 68.958.254
2012 5 2.961.742.677,00 2.869.002.472,33 92.740.204,68 (246.024.576,62) 0,71 2.111.681.596 2.045.559.112 66.122.484
2013 6 2.959.392.677,00 2.869.002.472,33 90.390.204,68 (155.634.371,95) 0,67 1.971.968.298 1.911.737.488 60.230.810
2014 7 2.959.392.677,00 2.869.002.472,33 90.390.204,68 (65.244.167,27) 0,62 1.842.961.026 1.786.670.549 56.290.477
2015 8 2.959.392.677,00 2.869.002.472,33 90.390.204,68 25.146.037,40 0,58 1.722.393.482 1.669.785.560 52.607.922
2016 9 2.959.392.677,00 2.869.002.472,33 90.390.204,68 115.536.242,08 0,54 1.609.713.535 1.560.547.252 49.166.282
2017 10 3.085.648.677,00 2.869.002.472,33 216.646.204,68 332.182.446,75 0,51 1.568.587.321 1.458.455.376 110.131.945
2010 3 2.959.392.677,00 2.869.185.228,00 90.207.449,00 (429.703.253,00) 0,82 2.415.745.959 2.342.109.810 73.636.149
2011 4 2.959.392.677,00 2.869.185.228,00 90.207.449,00 (339.495.804,00) 0,76 2.257.706.504 2.188.887.673 68.818.831
2012 5 2.961.742.677,00 2.869.185.228,00 92.557.449,00 (246.938.355,00) 0,71 2.111.681.596 2.045.689.414 65.992.182
2013 6 2.959.392.677,00 2.869.185.228,00 90.207.449,00 (156.730.906,00) 0,67 1.971.968.298 1.911.859.265 60.109.032
2014 7 2.959.392.677,00 2.869.185.228,00 90.207.449,00 (66.523.457,00) 0,62 1.842.961.026 1.786.784.360 56.176.666
2015 8 2.959.392.677,00 2.869.185.228,00 90.207.449,00 23.683.992,00 0,58 1.722.393.482 1.669.891.925 52.501.557
2016 9 2.959.392.677,00 2.869.185.228,00 90.207.449,00 113.891.441,00 0,54 1.609.713.535 1.560.646.659 49.066.875
2017 10 3.085.648.677,00 2.869.185.228,00 216.463.449,00 330.354.890,00 0,51 1.568.587.321 1.458.548.280 110.039.041
369.195,13 1,00 7,01% 7,28
Lampiran 13. Analisis Sensitivitas pada Peningkatan Harga Pakan RINCIAN
2007 0 TATAL PENERIMAAN ‐ TOTAL BIAYA 700.325.600,00 PENDAPATAN (700.325.600,00) KUMULATIF PENDAPAT (700.325.600,00) DF = 7,00% 1,00 PV PENERIMAAN ‐ PV BIAYA 700.325.600 PV PENDAPATAN (700.325.600) NPV BCR IRR PBP
10,31%
(830.430,47) 0,9999574 6,97% 7,26
2008 1 2.959.392.677,00 2.869.185.228,00 90.207.449,00 (610.118.151,00) 0,93 2.765.787.549 2.681.481.521 84.306.027
10,32% 2009 2 2.959.392.677,00 2.869.185.228,00 90.207.449,00 (519.910.702,00) 0,87 2.584.848.176 2.506.057.497 78.790.680
Lampiran 14. Analisis Sensitivitas pada Penurunan Harga Jual Ayam RINCIAN
2007 0 TATAL PENERIMAAN ‐ TOTAL BIAYA 700.325.600,00 PENDAPATAN (700.325.600,00) KUMULATIF PENDAPATAN (700.325.600,00) DF = 7,00% 1,00 PV PENERIMAAN ‐ PV BIAYA 700.325.600 PV PENDAPATAN (700.325.600) NPV BCR IRR PBP
‐4,40% 2008 1 2.830.247.374,91 2.739.431.371,40 90.816.003,51 (609.509.596,49) 0,93 2.645.091.005 2.560.216.235 84.874.770
2010 3 2.830.247.374,91 2.740.450.371,40 89.797.003,51 (428.965.589,46) 0,82 2.310.324.923 2.237.023.820 73.301.103
2011 4 2.830.247.374,91 2.739.500.371,40 90.747.003,51 (338.218.585,95) 0,76 2.159.182.171 2.089.951.717 69.230.454
2012 5 2.832.597.374,91 2.740.450.371,40 92.147.003,51 (246.071.582,44) 0,71 2.019.602.780 1.953.903.240 65.699.540
2013 6 2.830.247.374,91 2.739.500.371,40 90.747.003,51 (155.324.578,93) 0,67 1.885.913.330 1.825.444.770 60.468.560
2014 7 2.830.247.374,91 2.740.450.371,40 89.797.003,51 (65.527.575,42) 0,62 1.762.535.822 1.706.614.761 55.921.061
2015 8 2.830.247.374,91 2.739.500.371,40 90.747.003,51 25.219.428,10 0,58 1.647.229.740 1.594.414.158 52.815.582
2016 9 2.830.247.374,91 2.740.450.371,40 89.797.003,51 115.016.431,61 0,54 1.539.467.047 1.490.623.427 48.843.620
2017 10 2.956.503.374,91 2.739.500.371,40 217.003.003,51 332.019.435,12 0,51 1.502.936.398 1.392.623.075 110.313.323
2010 3 2.829.953.862,86 2.740.450.371,40 89.503.491,46 (429.846.125,61) 0,82 2.310.085.330 2.237.023.820 73.061.510
2011 4 2.829.953.862,86 2.739.500.371,40 90.453.491,46 (339.392.634,15) 0,76 2.158.958.252 2.089.951.717 69.006.536
2012 5 2.832.303.862,86 2.740.450.371,40 91.853.491,46 (247.539.142,69) 0,71 2.019.393.510 1.953.903.240 65.490.270
2013 6 2.829.953.862,86 2.739.500.371,40 90.453.491,46 (157.085.651,23) 0,67 1.885.717.750 1.825.444.770 60.272.981
2014 7 2.829.953.862,86 2.740.450.371,40 89.503.491,46 (67.582.159,77) 0,62 1.762.353.038 1.706.614.761 55.738.276
2015 8 2.829.953.862,86 2.739.500.371,40 90.453.491,46 22.871.331,69 0,58 1.647.058.914 1.594.414.158 52.644.756
2016 9 2.829.953.862,86 2.740.450.371,40 89.503.491,46 112.374.823,16 0,54 1.539.307.396 1.490.623.427 48.683.969
2017 10 2.956.209.862,86 2.739.500.371,40 216.709.491,46 329.084.314,62 0,51 1.502.787.191 1.392.623.075 110.164.117
377.907,78 1,00 7,01% 7,28
Lampiran 15. Analisis Sensitivitas pada Penurunan Harga Jual Ayam RINCIAN
2007 0 TATAL PENERIMAAN ‐ TOTAL BIAYA 700.325.600,00 PENDAPATAN (700.325.600,00) KUMULATIF PENDAPATAN (700.325.600,00) DF = 7,00% 1,00 PV PENERIMAAN ‐ PV BIAYA 700.325.600 PV PENDAPATAN (700.325.600) NPV BCR IRR PBP
2009 2 2.830.247.374,91 2.739.500.371,40 90.747.003,51 (518.762.592,98) 0,87 2.472.047.668 2.392.785.720 79.261.947
(1.548.733,17) 0,9999169 6,95% 7,25
‐4,41% 2008 1 2.829.953.862,86 2.739.431.371,40 90.522.491,46 (609.803.108,54) 0,93 2.644.816.694 2.560.216.235 84.600.459
2009 2 2.829.953.862,86 2.739.500.371,40 90.453.491,46 (519.349.617,08) 0,87 2.471.791.303 2.392.785.720 79.005.583