ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI DESA KEMBIRITAN KECAMATAN GENTENG KABUPATEN BANYUWANGI
KARTIKA TIRTA ARUM
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler di Desa Kembiritan Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014 Kartika Tirta Arum NIM H34100103
ABSTRAK KARTIKA TIRTA ARUM. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler di Desa Kembiritan Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA. Peternakan ayam pedaging di Banyuwangi memiliki prospek yang baik untuk investasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan peternakan ayam pedaging dan menganalisis switching value untuk penurunan harga output, meningkatkan harga DOC, harga pakan dan biaya variabel. Data didapakan dari data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara dengan pemilik dan staf peternakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peternakan broiler layak di semua aspek finansial dan non finansial. Dengan tingkat suku bunga 13,53 persen, penelitian in menunjukkkan bahwa NPV adalah Rp691 731 852, Net B / C adalah 2,70, IRR adalah 63 persen, payback period adalah 4 tahun dan 1 bulan. Berdasarkan switching value, peternakan ayam pedaging ini sensitif terhadap penurunan harga output, kenaikan biaya variabel dan harga pakan. Kata kunci: ayam broiler, aspek usaha, kelayakan usaha, switching value
ABSTRACT KARTIKA TIRTA ARUM. Feasibility Analysis of broiler farm in the Kembiritan Village Genteng Sub-district Banyuwangi Regency. Supervised by NETTI TINAPRILLA. Broiler farm in Banyuwangi has a good prospect for investment. The aims of this study is to analyze feasibility of broiler farm and to analyze switching value for decreasing of output price, increasing of DOC price, feed price and variable cost. Data was collected from both primary and secondary data. Primery data was collected by interviewing the owner and staffs of the farm. The result of this study show that broiler farm is feasible in all of non financial dan financial aspects. With the interest rate 13.53 percent, this study revealed that NPV is Rp691 731 852, Net B/C is 2.70, IRR is 63 percent, payback period is 4 years and 1 month. Acording to switching value, this broiler farm is sensitive on decreasing of output price, increasing of variable cost and feed price. Keywords: broiler, business aspect, business feseability, switching value
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI DESA KEMBIRITAN KECAMATAN GENTENG KABUPATEN BANYUWANGI
KARTIKA TIRTA ARUM
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler di Desa Kembiritan Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi Nama : Kartika Tirta Arum NIM : H34100103
Disetujui oleh
Dr Ir Netti Tinaprilla, MM Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ialah Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler di Desa Kembiritan Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing, Dr Amzul Rifin, SP, MA selaku dosen penguji utama, dan Ir Narni Farmayanti, Msc selaku dosen penguji komisi pendidikan. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak drh H Catur Sasmito, MM yang telah banyak memberi saran dan membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih yang luar biasa juga disampaikan kepada kedua orangtua (Catur Sasmito dan Rini Arfiyah) dan kakak adik (Aditya krestyatama dan Cleary sahasika) serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terakhir penulis sampaikan terima kasih banyak kepada Hendras Desi Irawan yang telah banyak membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaian skripsi ini, serta sahabat seperjuangan agribisnis 47 Suryani Nurfadila, Intan Rizkia, Putri Ariefa, Resti Istiarty, Keluarga Asrama Putri TPB A3 kamar 334 Restu Pertiwi, Hestilia Anggraini dan Nurul Afifah, serta sahabat-sahabat yang selalu memberi dukungan dan bantuan dalam pembuatan skripsi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2014 Kartika Tirta Arum NRP H34100103
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
6
Ruang Lingkup Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
7
Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia
7
Keberhasilan Usaha Peternakan Ayam Broiler
8
Studi Kelayakan Usaha Ayam Broiler KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis
10 11 11
Studi Kelayakan Bisnis
11
Aspek Kelayakan Bisnis
12
Pengertian Investasi
15
Teori Biaya dan Manfaat
16
Analisis Switching value
17
Kerangka Pemikiran Operasional
17
Kerangka Operasional
19
METODE PENELITIAN
20
Lokasi dan Waktu Penelitian
20
Jenis Dan Sumber Data
20
Metode Pengolahan Data Dan Analisis Data
20
Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial
21
Analisis Aspek Pasar
21
Analisis Aspek Taknis
21
Analisis Aspek Manajemen dan Hukum
21
Analisis Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
21
Analisis Kelayakan Aspek Finansial
22
Analisis Switching Value
24
Asumsi Dasar
24
GAMBARAN UMUM
25
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
25
Kondisi Umum Desa Kembiritan
25
Letak Geografis dan Iklim
25
Karakteristik Responden Bapak Catur Sasmito
25
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kelayakan Usaha Aspek Non Finansial
26 26
Aspek Pasar
26
Aspek Teknis
29
Aspek Manajemen dan Hukum
34
Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
36
Analisis Kelayakan Usaha Aspek Finansial
37
Arus Penerimaan (Inflow)
37
Arus Pengeluaran (Outflow)
39
Analisis Laba Rugi
44
Analisis Kelayakan Finansial
44
Analisis Switching Value
45
SIMPULAN DAN SARAN
46
DAFTAR PUSTAKA
47
LAMPIRAN
49
RIWAYAT HIDUP
66
DAFTAR TABEL 1 Produksi daging unggas nasional di Indonesia dalam ton tahun 20142018 2 Rata-rata konsumsi protein per kapita menurut kelompok makanan di Indonesia tahun 2009-2013 3 PDRB Kabupaten Banyuwangi atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha 4 pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuwangi tahun 2010-2012 5 Proyeksi penerimaan penjualan ayam broiler hidup tahun 2014-2018 6 Proyeksi penerimaan penjualan karung bekas pakan tahun 2014-2018 7 Harga dan biaya variabel pada peternakan ayam broiler tahun 2014 8 Harga dan biaya variabel pada peternakan ayam broiler tahun 2015 9 Harga dan biaya variabel pada peternakan ayam broiler tahun 2016 10 Biaya tetap setiap tahunnya yang dikeluarkan oleh peternak ayam broiler tahun 2014 11 Biaya tetap setiap tahunnya yang dikeluarkan oleh peternak ayam broiler tahun 2015 12 Biaya tetap setiap tahunnya yang dikeluarkan oleh peternak ayam broiler tahun 2016 13 Hasil analisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler 14 Hasil analisis swiching value pada peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito
1 2 3 4 38 38 40 41 42 43 43 43 44 46
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran operasional 2 Kurva hubungan NPV dan IRR 3 Layout produksi 4 Struktur organisasi 5 Hasil penelitian hubungan NPV dan IRR
19 22 33 35 45
DAFTAR LAMPIRAN
1 Jadwal produksi ayam broiler tahun 2014-2018 2 Biaya inveatasi, penyusutan per tahun dan nilai sisa 3 Proyeksi laba rugi peternakan ayam broiler tahun 2014-2018 4 Proyeksi cashflow peternakan ayam broiler tahun 2014-2018 5 Proyeksi cashflow usaha peternakan ayam broiler (switching value penurunan harga jual ayam) 6 Proyeksi cashflow usaha peternakan ayam broiler (switching value peningkatan harga DOC)
49 51 53 54 56 58
7 Proyeksi cashflow usaha peternakan ayam broiler (switching value peningkatan harga pakan) 8 Proyeksi cashflow usaha peternakan ayam broiler (switching value peningkatan biaya variabel) 9 Dokumentasi penelitian
60 62 64
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi di bidang pertanian, karena memiliki wilayah dan iklim yang sangat mendukung bidang tersebut. Indonesia adalah negara kepulauan dengan banyak gunung berapi sehingga memiliki tanah yang subur. Salah satu sub sektor pertanian yang dapat dikembangkan dan berpotensi menghasilkan perputaran modal serta pendapatan yang tinggi bagi pelakunya adalah bidang peternakan. Peternakan merupakan salah satu pemegang peranan sentral dalam kemajuan suatu bangsa, karena peternakan adalah penyumbang protein hewani untuk kecerdasan anak bangsa. Namun sampai saat ini Indonesia belum dapat mencukupi kebutuhan dagingnya sendiri, sehingga harus mengimpor daging. Salah satu usaha peternakan yang dapat menanggulangi kekurangan protein hewani adalah usaha peternakan ayam broiler. Ayam broiler dipilih karena memiliki kecepatan pertumbuhan yang tinggi sehingga dapat dipanen dalam waktu kurang dari 40 hari dan produk mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Hal ini juga memudahkan para pelaku usaha peternakan untuk menghitung utung rugi dalam beternak, karena cash flow yang cepat serta peggunaan tenaga kerja yang sedikit. Keberhasilan usaha peternakan ayam dipengaruhi oleh faktor bibit (DOC), pakan, serta managemen pemeliharaan. Biaya pakan merupakan faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan usaha peternakan ayam broiler yaitu sekitar 60-70 persen, oleh karena itu pakan harus berkualitas dan ekonomis dari sisi harga. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan produksi daging yang optimal sesuai dengan target waktu pemanenan serta mendapatkan keuntungan dari sebaran harga di pasaran.
Tabel 1 Produksi daging unggas nasional di Indonesia dalam ton tahun 20112013 Jenis Unggas Produksi Tahun (Ton) 2011 2012 2013a Ayam Kampung 264 797 267 493 287 438 Ayam Petelur 62 146 66 050 70 653 Ayam Pedaging 1 337 909 1 400 468 1 479 812 Itik Manila 28 184 33 610 34 579 Jumah 1 693 036 1 767 621 1 872 482 a Catatan: angka sementara Sumber: Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013)
Produksi daging unggas nasional mengalami peningkatan dari tahun 2011 sampai dengan 2013, terlihat pada Tabel 1. Salah satu jenis unggas yang memiliki produksi terbesar dan menjadi penyumbang bahan makanan berupa daging adalah ayam pedaging atau ayam broiler. Pada tahun 2013 produksi daging ayam broiler
2 mencapai 1 479 812 ton atau 79 persen dari total produksi daging unggas nasional sebesar 1 872 482 ton. Peningkatan produksi dipengaruhi oleh perkembangan teknologi serta cara produksi yang semakin efektif. Perkembangan industri hulu semakin kuat terlihat dari perusahaan pembibitan, perusahaan pakan ternak, perusahaan obat hewan dan peralatan peternakan, selalu memperbesar skala usaha agar peternak ayam broiler mudah mendapatkan input. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu bangsa maka akan berdampak pada makanan yang dikonsumsinya. Bangsa yang maju dengan pendapatan perkapita tinggi memiliki nilai konsumsi yang tinggi pada produk pangan hewani. Saat ini kondisi perekonomian Indonesia semakin meningkat disertai peningkatan jumlah penduduk yang tidak terkontrol. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia akan membutuhkan lebih banyak pasokan bahan makanan baik nabati maupun hewani.
Tabel 2 Rata-rata konsumsi protein per kapita menurut kelompok makanan di Indonesia tahun 2009-2013 Bahan Makanan Satuan Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Daging Sapi Kg 0.313 0.365 0.417 0.365 0.261 Daging Ayam Ras Kg 3.076 3.546 3.650 3.494 3.650 Daging Ayam Kampung Kg 0.521 0.626 0.626 0.521 0.469 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS( 2013)
Berdasarkan rata-rata konsumsi protein per kapita pada Tabel 2, terjadi peningkatan konsumsi 19 persen daging ayam broiler dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Peningkatan rata-rata konsumsi protein per kapita dari daging ayam broiler mengindikasikan bahwa masyarakat lebih tertarik pada daging ayam broiler dari pada daging sapi maupun ayam kampung. Dapat dilihat dari harga daging ayam broiler lebih terjangkau dibandingkan harga daging ayam kampung dan daging sapi. Hal seperti ini merupakan sebuah peluang yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin bagi para pelaku usaha peternakan ayam broiler untuk lebih mengembangkan usahanya. Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai latar belakang budaya identik dengan perayaan hari besar dan hampir setiap bulannya ada perayaan hari besar. Adanya perayaan tersebut dapat dimanfaatkan para peternak untuk menentukan kapan mulai berproduksi dan kapan saat yang tepat untuk menjual produk ternaknya. Selain itu, majunya industri makanan siap saji dan produk olahan daging ayam membuat peternakan ayam broiler menjadi bisnis yang menggiurkan dan banyak diincar para pengusaha. Kabupaten Banyuwangi terletak di pulau Jawa, termasuk kedalam provinsi Jawa Timur. Karena terletak di ujung paling Timur pulau Jawa, maka akses perdagangan sangat luas hingga ke pulau Bali. Daya beli yang tinggi dari masyarakat pulau Bali, terdapat peluang pasar yang cukup besar untuk kebutuhan pangan membuat pilihan bagi penduduk di Kabupaten Banyuwangi untuk mensuplai bahan kebutuhan pokok. Kabupaten Banyuwangi memiliki pendapatan daerah paling besar dari sektor pertanian secara luas (peternakan, perkebunan, perikanan dan pertanian). Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi 5 782.50 Kilometer persegi, area kawasan hutan dari luas wilayah mencapai sekitar 31.72
3 persen, lalu diurutan ke dua permukiman dengan luas sekitar 22.04 persen, untuk urutan ke tiga dipergunakan untuk jalan, lading dan lain-lainnya sekitar 20.59 persen, di urutan ke empat area perkebunan dengan luas sekitar 14.21 persen dan yang terakhir area persawahan sekitar 11.44 persen. Panjang garis pantai sekitar 175.8 kilometer, Kabupaten Banyuwangi memiliki laut dan daratan yang cukup luas. Sehingga perikanan, pertanian dan perkebunan maju pesat. Perkebunan di Kabupaten Banyuwangi dikelola oleh PTPN XI dan XII dengan komoditas tanaman utama Kakao, Karet, Kopi dan Tebu. Dari sektor Peternakan terlihat bahwa perkembangannya masih lambat dibandingkan subsektor yang lain. Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi yang cukup besar dari sektor peternakan untuk dikembangkan, masih banyak lahan yang tidak produktif dapat digunakan menjadi lahan peternakan ayam broiler, sapi perah dan sapi potong. Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa dari tahun 2010 hingga tahun 2012 pertanian menempati peringkat pertama sebagai penyumbang pendapatan paling besar di Kabupaten Banyuwangi. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian di Kabupaten Banyuwangi berkembang dengan pesat melebihi sektor lainnya.
Tabel 3 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi menurut lapangan usaha tahun 2010-2012 atas dasar harga berlaku (Juta Rp) Lapangan Usaha Tahun 2010 2011 2012 Pertanian 10 884 186.46 12 010 933.69 13 861 466.21 Pertambangan dan 1 077 494.47 1 219 057.50 1 372 852.31 Penggalian Industri Pengolahan 1 272 557.76 1 417 873.36 1 626 602.91 Listrik, Gas, dan Air Bersih 75 368.78 79 687.37 87 458.02 Bangunan 245 642.88 291 086.23 340 918.35 Perdagangan, Hotel, dan 6 485 329.58 7 726 520.33 9 325 154.53 Restoran Pengangkutan dan 734 577.13 810 406.17 919 026.45 Komunikasi Keuangan, Persewaan dan 1051862.54 1 185 128.35 1 328 509.61 Jasa Perusahaan Jasa-jasa 1 445 401.22 1 626 694.40 1 835 155.08 PDRB Atas Dasar Harga 23 558 420.84 27 059 769.40 30 698 143.47 Berlaku Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi (2012)
Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi yang cukup besar dari semua sektor, akan tetapi yang paling penting untuk dikembangkan dari sektor peternakan, karena jumlah pertumbuhan penduduk dari tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan pada Tabel 4. Kebutuhan akan daging ayam dan daging sapi terus meningkat di iringi dengan peningkatan UMR (Upah Minimum Regional) setiap tahunnya dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar Rp153 600. UMR di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2013 sebesar Rp1
4 086 400 dan pada tahun 2014 sebesar Rp1 240 000. Dilihat dari pendapatan masyarakat di Kabupaten Banyuwangi rata-rata ekonomi menengah ke bawah, pemberian protein untuk tubuh sangatlah penting maka dengan mengkonsumsi daging ayam broiler dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh. Karakteristik daging ayam broiler yang hampir semua masyarakat dapat membeli dengan harga murah dibandingkan dengan daging sapi. Serta mudah untuk didapatkan di pasar lokal, pemeliharaan dengan waktu yang relatif singkat hanya 35 hari mulai dari pertama chick in sampai panen.
Tabel 4 Pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuwangi tahun 2010-2012 Uraian Satuan Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Sex ratio Pertumbuhan Penduduk % Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi (2012)
2010 269 0.99 0.44
2011 271 0.99 0.82
2012 273 0.99 0.82
Kabupaten Banyuwangi memiliki populasi unggas pada tahun 2012 yang terdiri dari ayam kampung sebesar 1 574 273 ekor, ayam petelur sebesar 675 547 ekor, ayam ras pedaging sebesar 2 335 710 ekor dan itik sebesar 379 327 ekor. Dapat dilihat bahwa populasi terbesar adalah ayam ras pedaging, urutan kedua ayam kampung, lalu urutan ketiga ayam petelur dan terakhir itik. Usaha peternakan ayam broiler layak untuk diteliti agar di ketahui hasil analisis kelayakan dari aspek finansial dan non fianansial. Bapak Catur Sasmito merupakan pelaku usaha peternakan dan mempunyai pengalaman kerja selama 16 tahun sebagai sales pakan ternak serta 8 tahun menjadi peternak ayam broiler dengan latar belakang pendidikan yang cukup tinggi yaitu magister manajemen dan sebelumnya menempuh pendidikan sebagai Dokter Hewan. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya manusia yang dimiliki Bapak Catur Sasmito sudah cukup mumpuni untuk melakukan usaha. Skala usaha peternakan ayam broiler dari 10 000 ekor sampai 30 000 ekor di Desa Kembiritan merupakan peternak mandiri terbesar. Dengan demikian Bapak Catur Sasmito adalah orang yang tepat sebagai responden dalam penelitian. Selain latar belakang pendidikan dan pengalaman beliau dalam praktek usaha peternakan ayam broiler yang ditekuni melakukan recording yang jelas mulai dari manajemen keuangan sampai manajemen pemeliharaan sehingga memudahkan untuk perencanaan skala usaha.
Perumusan Masalah Peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito di Kabupaten Banyuwangi telah berjalan sejak awal tahun 2006. Awal mula mendirikan peternakan ayam broiler karena melihat banyak kandang ayam yang tidak terisi akibat peternak mandiri gulung tikar. Bapak Catur Sasmito mendirikan kemitraan ayam broiler di Kabupaten Banyuwangi dengan sistim inti plasma. Peternak ayam
5 broiler yang tidak mempunyai modal dapat menjalin kerjasama dengan cara menyiapkan kandang ayam dan tenaga kerja sebagai anak kandang. Apabila plasma sudah memiliki kemampuan untuk manajemen pemeliharaan ayam broiler secara baik dan benar, maka pihak inti tidak memberikan penyuluhan manajemen pemeliharaan ayam broiler. Kewajiban plasma terhadap inti adalah tidak boleh memasarkan produk dan menaati kontrak kerja yang sudah disepakati. Sedangkan kewajiban inti terhadap plasma adalah menyediakan pakan ternak, DOC, dan Obatobatan hewan dan juga menjamin pemasaran dengan harga kontrak. Selain inti plasma ada juga usaha ternak secara mandiri, dengan modal yang lebih besar daripada peternak plasma. Keuntungan beternak secara mandiri bebas membeli sarana produksi sesuai yang diinginkan, bebas menjual ayam sesuai segmentasi produk (pasar lokal, luar kota dan supermarket) serta dapat meraup untung semaksimal mungkin disaat harga ayam tinggi. Sedangkan kerugian beternak secara mandiri, kepastian waktu penjualan tergantung kondisi pasar, pedagang ayam membeli dengan harga sesuai dipasaran namun melakukan pembayaran secara bertahap dengan alasan peternak mandiri pasokan ayam tidak menentu, Fluktuasi harga ayam yang tinggi membuat resiko menjadi besar dan yang terakhir ketersediaan faktor produksi yang sulit disaat panen menjelang hari raya idul fitri. Sebelum mendirikan kandang internal Bapak Catur Sasmito menyewa kandang di daerah Kabupaten Banyuwangi, karena salah satu kandang habis masa sewanya pada bulan maret 2014. Maka beliau memutuskan membuat kandang internal. Peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito di Desa Kembiritan Kecamatan Genteng dengan skala 30 000 ekor akan menjadi kandang internal yang pertama kali dibangun. Alasan Bapak Catur Sasmito membangun kandang, karena tingkat kebocoran dari peternak plasma yang cukup tinggi, kontrol terhadap plasma lebih sulit dan keuntungan semakin kecil setiap tahunnya. Menurut Bapak Catur Sasmito kandang internal mempunyai banyak keunggulan yaitu tingkat kebocoran rendah, mudah dalam pengaturan karyawan atau anak kandang karena kita yang mencari dan menseleksi karyawan, tingkat kematian dikandang internal dibawah lima persen dan keuntungan lebih besar. Pembangunan kandang ayam broiler membutuhkan dana investasi yang cukup besar namun umur pakai kandang mencapai lima tahun sehingga Bapak Catur Sasmito memilih untuk memperluas kandang secara bertahap. Pembangunan kandang ayam broiler akan dilakukan secara bertahap selama tiga tahun, dimulai dari bulan Mei 2014 dengan skala produksi 10 000 ekor. Pada akhir tahun 2014 Bapak Catur Sasmito akan melalukan pembangunan tahap kedua dengan penambahan skala produksi 10 000 ekor, total produksi di awal tahun 2015 berjumlah 20 000 ekor. Pembangunan tahap tiga akan dilaksanakan pada akhir tahun 2015 dan mulai berproduksi pada awal tahun 2016 dengan penambahan populasi 10 000 ekor, total populasi 30 000 ekor. Pemilihan lokasi peternakan ayam broiler berdasarkan berbagai aspek pertimbangan seperti kandang jauh dari pemukiman warga, akses jalan mudah dilalui oleh kendaraan beroda empat, adanya aliran listrik dari PLN, sumber air bersih tersedia dan mendapat persetujuan dari warga sekitar. Peternakan ayam broiler dikelola oleh Bapak Catur Sasmito dan dibantu oleh anak kandang, luas lahan yang digunakan untuk 30 000 ekor seluas 7 100 m2 yang terdiri dari enam
6 kandang dimana masing- masing kandang memiliki kapasitas yang sama yaitu 5 000 ekor. Perlu melakukan analisis kelayakan usaha, dengan hasil analisis yang nantinya akan diketahui seberapa layak usaha ini untuk tetap dijalankan. Terdapat beberapa ketidak pastian dalam kegiatan usaha yang dijalankan oleh peternak yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan yang dapat mempengaruhi kelayakan usaha peternakan ayam broiler. Perubahan tersebut antara lain peningkatan harga pakan, DOC, biaya variabel dan penurunan harga jual ayam broiler. Perubahan tersebut dapat mempengaruhi kelayakan usaha dari segi finansial, sehingga perlu dilakukan analisis switching value karena adanya perubahan harga. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana kelayakan usaha peternakan ayam broiler ditinjau dari aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan? 2. Bagaimana kelayakan usaha peternakan ayam broiler ditinjau dari aspek finansial? 3. Bagaimana switching value kelayakan usaha peternakan ayam broiler terhadap kemungkinan terjadi kenaikan harga pakan, DOC, biaya variabel dan penurunan harga jual ayam broiler?
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito dilihat dari aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. 2. Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler dilihat dari aspek finansial. 3. Menganalisis switching value dalam kelayakan usaha peternakan ayam broiler terhadap kemungkinan terjadi kanaikan harga pakan, DOC, biaya variabel dan penurunan harga jual ayam broiler?
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian mengenai analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler yang dilakukan adalah: 1. Komoditas yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah ayam broiler yang diusahakan oleh peternak Bapak Catur Sasmito. 2. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil wawancara dan diskusi langsung dengan pemilik peternakan ayam broiler dan data sekunder berupa data mengenai populasi, produksi dan konsumsi. 3. Kajian masalah yang diteliti difokuskan pada analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler.
7 4. Penelitian ini hanya dilakukan sampai pada kelayakan usaha, jika tidak layak maka tidak dilakukan pengkajian ulang oleh peneliti.
TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Ayam broiler sama dengan ayam pedaging dan ayam potong. Ayam broiler diternakkan hanya bertujuan untuk diambil dagingnya. Menurut North dan Bell (1990) dalam Zulkarnaen (2013), ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, masa panen pendek, dan menghasilkan daging berserat lunak, timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin. Pada akhir tahun 1980-an pemerintah menggalakkan konsumsi daging ayam broiler karena masyarakat Indonesia masih banyak yang antipati terhadap ayam broiler karena terbiasa dengan daging ayam kampung. Kelebihan dan kekurangan antara ayam kampung dan ayam broiler ternyata saling melengkapi, terlihat dari beberapa masakan khas daerah di Indonesia yang memerlukan waktu memasak yang cukup lama tetap membutuhkan ayam kampung yang mempunyai tekstur daging yang lebih keras. Sementara untuk makanan sehari-hari ayam broiler sudah menjadi menu rutin (Pribadi, 2013). Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan usaha peternakan ayam broiler sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk, pergeseran gaya hidup, tingkat pendapatan, perkembangan situasi ekonomi dan politik, serta kondisi keamanan (Fadilah, 2004). Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Dengan jangka waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka hal ini menjadi pendorong peternak baru bermunculan di berbagai wilayah di Indonesia. Namun, bersamaan dengan diterimanya daging ayam oleh konsumen. Usaha peternakan ayam broiler banyak dikuasai oleh pengusaha besar, keadaan ini membuat peternak kecil semakin sulit dalam melakukan usaha peternakan ayam broiler (Pribadi, 2013). Usaha peternakan ayam broiler dapat digolongkan menjadi tiga kategori, menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/TN.330/6/96 yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam dengan jumlah populasi maksimal 15 000 ekor per periode. Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi maksimal 65 000 ekor per periode. Sedangkan untuk pengusaha peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi melebihi 65 000 ekor per periode. Khusus untuk pengusaha peternakan, dapat menerima bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut ditegaskan dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang usaha peternakan. Peraturan pemerintah ini menjelaskan bahwa Menteri bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau
8 pejabat yang ditunjuk olehnya berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan atas pelaksanaan perusahaan-perusahaan peternakan.
Keberhasilan Usaha Peternakan Ayam Broiler Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam produksi ayam broiler terbagi menjadi dua, yaitu faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel. Faktor produksi tetap terdiri dari lahan, kandang, dan peralatan. Sedangkan faktor produksi variabel terdiri dari DOC, Pakan dan obat-obatan, sekam, tenaga kerja, vaksin dan vitamin. (Zulkarnaen, 2013) Lahan Lokasi sebuah peternakan merupakan pondasi dari keberhasilan sebuah peternakan. Jika yang lain, seperti pakan,obat, vitamin, vaksin dan jenis ayam dapat diganti-ganti dalam perjalanan peternakan, tetapi lokasi tidaklah mudah untuk berganti atau berpindah. Oleh sebab itu, seorang peternak harus memahami dengan baik syarat sebuah lokasi layak untuk dijadikan sebuah peternakan. Menurut Zulkarnaen, 2013 Hal ini patut untuk dipertimbangkan dalam memilih lokasi peternakan ayam broiler adalah: 1. Lokasi kandang ayam broiler harus jauh dari pemukiman penduduk minimal 500 meter dan peternakan lain minimal 1 Km. 2. Lahan yang digunakan harus terbuka (bebas dari pohon dan bangunan lain) agar tidak mengganggu aliran udara ke kandang. 3. Memiliki sumber air yang baik, air bisa didapat dari air tanah atau air berlangganan di perusahaan air (PDAM) 4. Jalur atau jalan yang baik untuk transportasi, pengantaran pakan, DOC, dan panen ayam adalah contoh dari proses peternakan yang membutuhkan peran jalur dan jalan yang baik untuk tranportasi. Lokasi peternakan tidak perlu terlalu dekat dengan jalan raya, yang penting mudah dijangkau. 5. Ketersediaan listrik. Lokasi harus terletak di tempat yang memiliki saluran listrik (PLN). Disarankan sebuah peternakan juga memiliki diesel atau pembangkit listrik lain selain dari PLN. 6. Lokasi yang udaranya tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Udara yang sedang akan mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan ayam. Dengan udara yang sedang, jumlah kematian ayam akan lebih sedikit dibandingkan beternak di lokasi yang panas atau dingin. 7. Lokasi sebaiknya di tempat yang sepi dan jauh dari keramaian, hal ini untuk menghindari ayam agar tidak mudah stress. Kandang dan Peralatan Kandang memegang peranan penting dalam sebuah peternakan ayam broiler. Untuk memulai sebuah peternakan, seorang peternak harus menyediakan kandang yang sesuai. Kandang diatur sedemikian rupa untuk tempat DOC yang baru datang, sampai ayam siap panen (Fadilah, 2004). Tipe kandang 1. Kandang dengan ventilasi yang tidak bisa dikontrol
9 Kandang dengan bentuk seperti ini disebut dengan kandang terbuka (open sided house). Bentuk kandang yang cocok digunakan untuk memelihara ayam broiler komersial di daerah tropis sebagai berikut. a) Kandang panggung Keunggulan dari kandang panggung adalah ventilasinya bisa berfungsi lebih baik dibandingkan dengan kandang postal. Udara bisa masuk dan keluar melalui ventilasi dari arah bawah dan samping kandang. Sirkulasi udara di dalam kandang menjadi lebih baik, akibatnya temperature didalam kandang relative lebih rendah dan ayam merasa lebih nyaman. b) Kandang postal(sistem litter) Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan jika ingin membangun kandang postal, kandang harus dibangun dilahan terbuka sehingga udara bisa masuk ke dalam kandang secara lancar. Lantai kandang sebaiknya terbuat dari semen, tujuannya agar mudah dibersihkan dan mempermudah proses sanitasi. 2. Kandang dengan ventilasi yang bisa dikontrol Kandang tipe ini dikenal juga dengan istilah kandang tertutup (closed house), beberapa keuntungan dari kandang tertutup: a) Meningkatkan kepadatan ayam tanpa mendirikan bangunan baru. b) Ayam lebih tenang, segar, dan nyaman. c) Udara yang tersedia lebih baik. d) Meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan. e) Mengurangi jumlah tenanga kerja. f) Temperature dalam kandang lebih dingin. g) Ayam tidak terpengaruh cuaca dari luar kandang. Peralatan yang digunakan untuk produksi terdiri dari tempat pakan, tempat minum, mesin air, lampu, terpal, thermometer, serta peralatan lain seperti ember, sekop, selang plastik, tali dan timbangan. Tempat pakan yang digunakan berbentuk round feeder yang terbuat dari bahan plastik. Satu buah tempat pakan ukuran besar dengan kapasitas 5 kg dapat digunakan untuk kurang lebih tiga puluh ekor ayam. Tempat minum yang digunakan adalah tempat minum dengan kapasitas dua galon yang digunakan untuk tiga puluh ayam. Perbandingan penggunaan tempat pakan dengan tempat minum di dalam kandang adalah 1:1 artinya setiap 2 m2 terdapat satu buah pakan dan satu buah tempat minum yang berjarak 1 meter. Alat pemanas yang berfungsi untuk mempertahankan suhu kandang selalu dalam keadaan hangat. Thermometer berfungsi untuk mengontrol temperatur di dalam kandang agar suhu ayam tetap stabil dan pertumbuhan ayam tidak terganggu (Zulkarnaen, 2013). DOC Day Old Chick (DOC) adalah komoditas unggulan perunggasan hasil persilangan dari jenis-jenis ayam berproduktivitas tinggi yang memiliki nilai ekonomis tinggi (Fadilah, 2004). Salah satu ciri khas yang dimiliki oleh komoditas ini adalah memiliki pertumbuhan yang sangat cepat. DOC merupakan factor produksi utama dalam usaha ternak ayam broiler. Beberapa ciri DOC yang berkualitas baik diantaranya adalah bebas dari penyakit, bobot tidak kurang dari 37
10 gram, DOC terlihat aktif, berbulu cerah, kakinya besar dan basah, tampak segar, tidak ada cacat fisik, dan tidak ada lekatan tinja di duburnya. Pakan Pakan merupakan faktor produksi utama dalam proses budidaya ayam broiler. Pakan memiliki kontribusi paling besar dalam pengeluaran untuk biaya produksi. Dimana efisiensi penggunaan pakan dapat diukur dengan nilai Feed Convertion Ratio (FCR). Jika nilai yang dihasilkan lebih besar dari nilai FCR standar akan menyebabkan rendahnya hasil panen sehingga berpengaruh terhadap keuntungan. Obat – obatan, Vaksin dan Vitamin. Salah satu factor produksi yang digunakan untuk menjaga kesehatan ayam broiler dari penyakit-penyakit yang mungkin muncul atau apabila sudah terkena penyakit ayam dapat sembuh kembali dan untuk menjaga kualitas ayam broiler. Penggunaan obat-obatan sangat mudah yaitu dengan air minum, suntikan dan melalui ransum. Faktor yang perlu diperhatikan ketika melakukan vaksinasi adalah kondisi ayam, kondisi cuaca, jadwal vaksin dan laporan kegiatan vaksin. Studi Kelayakan Usaha Ayam Broiler Ayam broiler merupakan salah satu komoditas peternakan yang menarik untuk diteliti. Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait dengan ayam broiler, di antaranya penelitian mengenai studi kelayakan usaha. Menurut Matjuri (2012), yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Ayam Broiler Berkualitas Organik Pada Perusahaan CV Tritunggal Sejahtera Bogor Provinsi Jawa Barat. Hasil dan pembahasan penelitian ini didapatkan kesimpulan hasil analisis kelayakan aspek non finansial diantaranya aspek hukum,aspek lingkungan, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi dan aspek manajemen dan sumberdaya manusia dinyatakan layak dengan metode analisis kuantitatif maupun kualitatif serta kriteria penilaian sudah ditentukan. Analisis kelayakan finansial dilakukan berdasarkan umur ekonomis kandang yaitu delapan tahun. Hasil dari analisis kelayakan finansial dengan asusmsi 3 000 ekor per periode dan konstan setiap tahunnya 12 kali, harga jual ayam Rp28 000 per ekor, menunjukkan semua kriteria investasi layak dengan hasil NPV sebesar Rp355 894 099, IRR sebesar 34 %, Net B/C sebesar 2,09 dan PP selama tiga tahun enam bulan dua puluh empat hari. Analisis Switching Value dengan penurunan penjualan, kenaikan harga pakan dan kenaikan harga DOC dalam keadaan impas yaitu NPV sama dengan nol. Batas maksimal penurunan penjualan sebesar 5,69 %, kenaikan harga pakan maksimal 11,90 %, dan batas maksimal kenaikan harga DOC sebesar 33,27 %. Penelitian yang dilakukan oleh Karmidi (2012), tentang analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler pola kemitraan inti plasma di Kecamatan Bogor. Melakukan analisis kelayakan non finansial dan finansial. Kelayakan non finansial dianalisis secara kualitatif dilihat dari beberapa aspek, yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan. Kelayakan finansial dianalisis secara kuantitatif berdasarkan data yang diperoleh dengan menggunakan kriteria penilaian investasi yaitu NPV,IRR, Net B/C, dan Payback Period. Hasil yang didapat menunjukkan layak secara finansial dan non finansial.
11 Penelitian yang masih berkaitan dengan ayam broiler dilakukan oleh Saputra (2011), dalam penelitian yang berjudul analisis kelayakan investasi peternakan ayam broiler pada kondisi risiko diwilayah Bogor. Penelitian yang mengedepankan aspek finansial serta mendeskripsikan aspek non finansial dan analisis resiko menunjukkan layak dari segi aspek non finansial dengan analisis deskriptif aspek pasar, teknis, manajemen dan hokum serta social dan lingkungan. Analisis aspek finansial dengan asumsi total produksi 4 519 ekor, tingkat kematian 3,8%, rata-rata bobot panen 1,68 Kg dan harga Rp14.450 per kilogram sehingga memperoleh hasil NPV sebesar Rp 147 928 117, Net B/C sebesar 2,12, IRR 27,84% dan pp dalam jangka waktu tiga tahun tiga bulan. Hasil analisis resiko menunjukkan tingkat risiko produksi lebih tinggi daripada risiko yang diakibatkan oleh harga. Penelitian yang berkaitan dengan usaha peternakan ayam broiler oleh Fakhruddin (2013), Analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler di Desa Cihideung Udik Kabupaten Bogor. Penelitian ini membahas aspek finansial dengan asumsi total produksi 72 734 ekor, angka mortalitas sebesar 6,15%, bobot rata-rata saat panen sebesar 1,8 Kg, dan harga jual ayam broiler sebesar Rp 16 980 per kilogram. Hasil dari NPV sebesar Rp6 058 082 368, Net B/C sebesar 2.84, IRR sebesar 39.26% dan PP sebesar tiga tahun dua bulan. Aspek non finansial mendeskripsikan aspek hukum, aspek lingkungan, aspek pasar, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek social, ekonomi dan budaya, aspek lingkungan. Lalu dilakukan analisis kelayakan usaha memberikan hasil layak serta dilakukan analisis switching value. Penelitian terdahulu merupakan acuan bagi penelitian dalam menganalisis kelayakan usaha. Terdapat perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Matjuri (2012), Karmidi (2012), Saputra (2011) dan Fakhruddin (2013) yaitu mengenai lokasi penelitian dan asumsi yang digunakan. Sedangkan persamaannya dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini mengkaji tentang analisis kelayakan usaha dimana kriteria alat analisis yang digunakan yaitu analisis finansial dan non finansial. Komoditas dalam penelitian sama yaitu ayam broiler. Hasil penelitian terdahulu dapat memberikan masukan bagi penulis mengenai sejauh mana penelitian sebelumnya mengkaji studi kelayakan usaha. Selain itu penelitian ini dapat dijadikan penulis sebagai referensi dalam melakukan penelitian dengan topik analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler.
KARANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Bisnis Menurut Gittinger (1986) dalam Nurmalina et al (2010), bisnis merupakan kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil (benefit) dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit. Umar (2009), studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tudak hanya menganalisis layak atau tidak layak sebuah bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal
12 untuk waktu yang ditentukan. Menurut Nurmalina et al (2010), studi kelayakan bisnis diperlukan agar dapat menunjukkan apakah kegiatan investasi dalam bentuk bisnis yang direncanakan atau sudah dilakukan layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan. Studi kelayakan bisnis merupakan analisis suatu kegiatan investasi memberikan manfaat jika dilaksanakan dan dijadikan sebagai dasar penilaian kegiatan investasi atau bisnis layak untuk dijalankan. Studi kelayakan bisnis dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu bisnis sehingga dapat memberikan gambaran prospek bisnis dan kemungkinan tingkat manfaat (benefit) yang dapat diterima dari suatu bisnis yang dapat digunakan oleh pihak investor atau lembaga keuangan dalam pengambilan keputusan investasi, penanaman modal, atau peminjaman dana. Studi kelayakan bisnis dilaksanakan dengan beberapa tujuan, yaitu: (1) menghindari risiko kerugian; (2) memudahkan perencanaan; (3) memudahkan pelaksanaan pekerjaan; (4) Memudahkan pengawasan dan pengendalian usaha. Beberapa tujuan tersebut merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Selain perusahaan, banyak pihak yang berkepentingan terhadap studi kelayakan bisnis, seperti investor, lembaga keuangan, masyarakat, dan pemerintah. Investor merupakan pihak yang menanamkan modal dalam suatu bisnis, sehingga kelayakan bisnis dibutuhkan untuk memberikan gambaran apakah modal yang ditanamkan oleh investor akan memberikan keuntungan atau tidak. Bagi lembaga keuangan, studi kelayakan bisnis diperlukan dalam pertimbangan pemberian pinjaman dana untuk suatu kegiatan bisnis terkait dengan segi keamanan dana serta pengembalian dana. Bagi masyarakat luas, studi kelayakan bisnis diperlukan terkait dengan terbukanya lapangan pekerjaan serta tersedianya fasilitas umum seperti jalan, listrik, sarana ibadah, dan sebagainya. Bagi pemerintah, studi kelayakan bisnis diperlukan untuk meyakinkan apakah bisnis yang dijalankan akan memberikan manfaat nyata bagi perekonomian negara secara umum (Kasmir dan Jakfar 2010). Aspek Kelayakan Bisnis Nurmalina et al (2010) dalam studi kelayakan bisnis aspek yang perlu diperhatikan terbagi dalam dua kelompok yaitu aspek non finansial dan finansial. Penentuan kelayakan suatu bisnis dapat dilihat dari berbagai aspek. Keseluruhan aspek yang ada harus dinilai sehingga dapat memberikan kesimpulan layak tidaknya suatu bisnis yang dijalankan. Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan serta aspek finansial (Kasmir dan Jakfar 2010). 1. Aspek Pasar Aspek pasar merujuk pada besarnya potensi pasar yang ada terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan, besarnya market share perusahaan terhadap industri di mana perusahaan berada, struktur pasar dan peluang pasar yang ada, prospek pasar di masa yang akan datang serta strategi pemasaran yang harus dilakukan. Aspek pasar menjadi penting untuk diperhatikan karena jika pasar yang ingin dituju oleh perusahaan tidak jelas maka akan menimbulkan risiko kegagalan bisnis yang besar (Kasmir dan Jakfar 2010). Dalam aspek pasar juga dipelajari tentang aspek pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu bisnis. Pemasaran diharapkan berjalan dengan baik apabila produk yang dihasilkan oleh perusahaan mampu diterima di masyarakat dan menghasilkan penjualan yang
13 mendatangkan keuntungan. Untuk itu, dalam aspek pasar akan dikaji mengenai permintaan dan penawaran, market share dari perusahaan, dan kegiatan pemasaran meliputi strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan (bauran pemasaran). Bauran pemasaran yang dilakukan meliputi 4P yaitu product (produk), price (harga), place (tempat), dan promotion (promosi) (Nurmalina et al 2010). 2. Aspek Teknis Aspek teknis berkaitan dengan pembangunan bisnis yang dijalankan dan kegiatan operasional dari bisnis yang dijalankan. Pembangunan bisnis merujuk kepada ketepatan lokasi bisnis dan tata letak (layout) tempat produksi, sedangkan kegiatan operasional berkaitan dengan pemilihan teknologi yang digunakan untuk produksi, luas atau kapasitas produksi yang dijalankan agar mencapai skala ekonomis, alat atau mesin yang digunakan dalam proses produksi serta alur dari kegiatan produksi yang dijalankan (Umar 2007). 3. Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen berkaitan dengan manajemen dalam pembangunan bisnis dan manajemen dalam implementasi bisnis (masa operasional bisnis) (Umar 2007). Manajemen pembangunan bisnis merupakan sistem untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi pembangunan bisnis secara efisien. Manajemen implementasi bisnis terkait dengan manajemen sumberdaya manusia yang berpengaruh dalam jalannya suatu bisnis seperti struktur organisasi dari bisnis yang dijalankan, deskripsi masing-masing jabatan dari struktur organisasi yang ada serta terkait dengan tenaga kerja yang digunakan (Kasmir dan Jakfar 2010). Aspek hukum berkaitan dengan dokumen-dokumen yang perlu diteliti keabsahan, kesempurnaan, dan keasliannya. Dokumen-dokumen tersebut meliputi badan hukum perusahaan, izin-izin yang dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen lainnya yang mendukung kegiatan bisnis yang dilakukan (Kasmir dan Jakfar 2010). Aspek hukum yang terpenuhi dengan baik dapat mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat akan mengadakan kegiatan kerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al 2010). 4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam studi kelayakan bisnis berkaitan dengan dampak yang akan ditimbulkan dari aktivitas bisnis yang dilaksanakan, baik dilihat dari sisi sosial, ekonomi, maupun lingkungan bagi masyarakat luas dan bagi pemerintah. Bagi masyarakat, dampak sosial dari adanya suatu bisnis akan dinilai dari manfaat yang dapat diterima masyarakat dengan tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti listrik, pembangunan jalan, jembatan, dan sarana lainnya, sedangkan dampak ekonomi akan dinilai dari apakah bisnis yang dijalankan memberikan peluang peningkatan pendapatan, khususnya bagi masyarakat di sekitar lokasi bisnis, serta peningkatan aktivitas ekonomi yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Bagi pemerintah, dampak sosial dari adanya suatu bisnis dapat dilihat dari kontribusi bisnis tersebut dalam pembukaan lapangan kerja atau pengurangan pengangguran, sedangkan dampak ekonomi dari adanya suatu bisnis dapat dilihat dari peranan bisnis tersebut dalam memberikan peluang peningkatan pendapatan asli daerah maupun peningkatan perekonomian secara nasional (Kasmir dan Jakfar 2010).
14 Aspek lingkungan berkaitan dengan dampak yang terjadi pada lingkungan terhadap suatu aktivitas bisnis. Aspek lingkungan erat kaitannya dengan penanganan limbah dari kegiatan produksi yang dijalankan oleh suatu perusahaan. Penanganan limbah yang tepat tidak akan menimbulkan kerusakan pada lingkungan dan cenderung akan menimbulkan manfaat tambahan bagi perusahaan itu sendiri. Sebaliknya, penanganan limbah yang kurang tepat atau bahkan tidak ada akan menimbulkan pencemaran hingga kerusakan lingkungan. Menurut Hufschmidt et al (1987) dalam Nurmalina et al (2010), suatu bisnis yang tidak bersahabat dengan lingkungan tidak akan bertahan lama. 5. Aspek Finansial Aspek finansial dalam studi kelayakan bisnis merupakan aspek yang digunakan untuk menilai kondisi finansial (keuangan) perusahaan secara keseluruhan. Aspek finansial sangat berkaitan dengan keuntungan perusahaan sehingga sangat penting untuk diteliti kelayakannya. Selain berkaitan dengan keuntungan perusahaan, aspek finansial juga sangat berkaitan dengan modal bagi perusahaan, baik kebutuhan modal maupun cara penyediaannya. Penilaian terhadap aspek keuangan meliputi sumber dana yang diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi pendapatan dan biaya investasi yang dibutuhkan selama umur bisnis, proyeksi aliran kas (cashflow) dan laporan laba/rugi, dan kriteria penilaian investasi (Kasmir dan Jakfar 2010). Kebutuhan modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu modal investasi dan modal kerja. Modal investasi merupakan modal yang digunakan untuk pembelian aktiva tetap seperti tanah, bangunan, mesin dan peralatan, kendaraan, dan aktiva tetap tidak berwujud seperti perijinan, lisensi, paten, biaya studi pendahuluan, dan biaya latihan atau produk percobaan. Modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk aktivitas operasional seperti pembelian bahan baku, pembayaran gaji karyawan, biaya pemeliharaan, dan kegiatan operasional lainnya. Baik modal investasi maupun modal kerja dapat bersumber dari dana pribadi (modal sendiri) ataupun dari dana pinjaman (modal pinjaman). Umumnya, untuk modal investasi yang bersumber dari dana pinjaman, periode pengembaliannya di atas satu tahun sehingga merupakan pinjaman jangka panjang. Sedangkan untuk modal kerja yang berasal dari dana pinjaman umumnya periode pengembaliannya lebih singkat (Kasmir dan Jakfar 2010). Investasi merupakan penanaman modal dalam suatu kegiatan dengan jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Sebelum melakukan kegiatan investasi terlebih dahulu perlu dibuat biaya kebutuhan investasi. Secara umum, biaya kebutuhan investasi meliputi biaya pra-investasi, biaya aktiva tetap, dan biaya operasional. Biaya pra-investasi terdiri dari biaya pengurusan perijinan dan biaya studi pendahuluan. Biaya aktiva tetap terdiri dari biaya pembelian aktiva tetap berwujud (tanah, bangunan, mesin, peralatan, kendaraan, dan aktiva berwujud lainnya) dan biaya aktiva tetap tidak berwujud (lisensi, paten, good wiil, dan merek dagang). Biaya operasional terdiri dari biaya bahan baku produksi, upah dan gaji karyawan, biaya listrik, telepon, dan air, pajak, premi asuransi, dan biaya lainnya (Kasmir dan Jakfar 2010). Cashflow (arus kas) merupakan aliran kas yang ada pada suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Arus kas adalah jumlah uang yang masuk dan keluar dalam suatu perusahaan mulai dari investasi dilakukan hingga berakhirnya investasi tersebut (Kasmir dan Jakfar 2010). Unsur-unsur yang
15 terdapat di dalam arus kas antara lain arus penerimaan (inflow), arus pengeluaran (outflow), dan manfaat bersih (net benefit). Arus penerimaan terdiri dari nilai produksi total, pinjaman, hadiah atau hibah, nilai sewa, dan nilai sisa. Arus pengeluaran merupakan biya-biaya yang harus dikeluarkan dalam suatu bisnis yang dapat mengurangi kas, meliputi pengeluaran untuk biaya investasi, biaya operasional, pembayaran bungadan pinjaman dan pembayaran pajak. Manfaat bersih merupakan hasil pengurangan antara arus penerimaan dengan arus pengeluaran. Berbeda dengan arus kas, laporan laba/rugi menggambarkan tentang total penerimaan dari penjualan produk yang dihasilkan dalam suatu bisnis dan pengeluaran serta kondisi keuntungan yang diperoleh perusahaan pada masing-masing tahun produksi. Laporan laba/rugi juga menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Unsur-unsur yang terdapat pada laporan laba/rugi meliputi penjualan produk barang atau jasa, beban produksi (biaya operasional), beban administrasi dan pemasaran (biaya untuk kegiatan pemasaran dan biaya administrasi), dan beban keuangan seperti bunga dari modal pinjaman. Komponen biaya investasi tidak dimasukkan dalam laporan laba/rugi, biaya terkait dengan investasi yang dimasukkan hanya biaya penyusutan barang-barang investasi yang ada (Nurmalina et al 2010). Kriteria penilaian investasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi dalam suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan, ditinjau dari aspek finansialnya. Kriteria penilaian investasi mempertimbangkan time value of money atau pengaruh waktu terhadap nilai uang yaitu sejumlah uang pada masa sekarang nilai uangnya lebih besar dibandingkan dengan sejumlah uang yang sama pada masa yang akan datang, sehingga dalam penghitungannya digunakan discount factor agar dapat dibandingkan antara sejumlah uang pada masa sekarang dengan sejumlah uang yang sama pada masa yang akan datang (Nurmalina et al 2010). Beberapa kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (Kasmir dan Jakfar 2010). Pengertian Investasi Gray et al (1992) dalam Nurmalina et al (2010) mendefinisikan investasi sebagai kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan menggunakan berbagai sumber seperti barang modal, bahan mentah, bahan setengah jadi, tenaga kerja serta waktu, untuk mendapatkan manfaat (benefit). William F.S dalam Kasmir dan Jakfar (2010) menyebutkan bahwa investasi adalah menanamkan sejumlah dana dalam suatu usaha saat sekarang kemudian mengharapkan pengembalian dengan disertai tingkat keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang. Pengorbanan sekarang mengandung kepastian bahwa dana yang digunakan untuk investasi sudah pasti dikeluarkan, sedangkan hasil di masa yang akan datang bersifat tidak pasti, tergantung pada kondisi di masa yang akan datang. Investasi dapat dilakukan dalam banyak bidang usaha. Dalam praktiknya investasi dibagi menjadi 2 macam, yaitu investasi nyata dan investasi finansial (Kasmir dan Jakfar 2010). Investasi nyata merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap seperti tanah, bangunan, peralatan, dan mesin-mesin. Sedangkan
16 investasi finansial merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham, obligasi, atau surat berharga lainnya. Teori Biaya dan Manfaat Biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu berupa pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang diterima atau tujuan suatu bisnis Nurmalina et al (2010). Perhitungan biaya sangat penting diketahui dalam kegiatan studi kelayakan bisnis ini, khususnya pada kelayakan finansial yang mempengaruhi besarnya outflow sebuah perusahaan. Nurmalina et al (2010) menyebutkan bahwa komponen-komponen biaya pada dasarnya terdiri dari: 1. Barang-barang fisik Barang atau bahan dalam bentuk fisik dibutuhkan baik sebagai material terbentuknya aset bisnis maupunyang dibutuhkan untuk bahan material dalam operasional bisnis. Contoh barang-barang fisik adalah gudang penyimpanan produksi atau input-input fisik untuk menghasilkan suatu komoditi pertanian seperti benih, pupuk, dan pestisida. 2. Tenaga kerja Secara umum tenaga kerja dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tenaga kerja terdidik dan tidak terdidik. Semakin terdidik dan terlatih mobilitas tenaga kerjanya semakin besar, dan sebaliknya semakin tidak terdidik semakin sulit mobilitasnya. 3. Tanah Tanah yang digunakan untuk usaha pertanian tidak akan sulit untuk diindentifikasi dan komponen ini tidak dapat habis atau menyusut selama umur bisnis. 4. Biaya tak terduga Biaya tak terduga dapat dibagi atas dua macam, yaitu biaya tak terduga yang bersifat fisik dan biaya tak terduga untuk harga. Contoh biaya tak terduga yang bersifat fisik adalah jumlah penggunaan input yang lebih banyak yang diakibatkan oleh perubahan dari spesifikasi bisnis. Pada biaya tak terduga harga disebabkan oleh perubahan harga relative daninflasi secara umum. Dikarenakan biaya tak terduga fisik dan harga menyebabkan berkurangnya pendapatan nasional sehingga perlu dimasukkan ke dalam bisnis. 5. Sunk Cost Sunk Cost adalah biaya-biaya yang dikeluarkan di masa lalu sebelum investasi baru yang direncanakan akan ditetapkan. Selain biaya, dalam studi kelayakan bisnis juga terdapat teori mengenai manfaat. Manfaat terdiri dari tiga macam, yaitu tangible benefit, indirect benefit, dan intangible benefit (Nurmalina et al 2010). 1. Tangible Benefit Tangible benefit adalah manfaat yang dapat diukur yang dihasilkan oleh sebuah bisnis atau proyek. Contoh-contoh dari tangible benefit seperti peningkatan produksi akibat adanya teknologi baru, peningkatan kualitas produk, perubahan waktu dan lokasi penjualan, serta perubahan bentuk produk (grading and processing). Selain itu, manfaat bisnis juga dapat disebabkan oleh penurunan biaya yang berupa mekanisasi pertanian, pengurangan biaya transportasi, dan penurunan atau menghindari kerugian. 2. Indirect Benefit
17 Indirect benefit atau manfaat tidak langsung adalah manfaat yang secara tidak langsung ditimbulkan karena adanya bisnis tersebut dan mempengaruhi keadaan eksternal di luar bisnis. Contohnya adalah manfaat bisnis irigasi seringkali diidentifikasikan sebagai peningkatan produksi padi, tetapi di lain sisi bisnis tersebut meningkatkan ketersediaan air bagi rumah tangga rumah tangga yang kesulitan air. Selain itu, ada pula contoh manfaat tidak langsung yang dapat dihasilkan oleh usaha pertanian yaitu efek multiplier bisnis dan peningkatan skala ekonomi yang lebih besar. 3. Intangible Benefit Intangible benefit adalah manfaat yang secara tidak langsung dinikmati oleh masyarakat tetapi sulit untuk dihitung. Contohnya adalah bisnis pertanaman yang manfaatnya berupa keindahan, kenyamanan, dan kesegaran juga kesehatan dan pendidikan. Selain itu, manfaat peningkatan pengamanan juga biasanya dirasakan oleh masyarakat karena adanya sebuah bisnis. Analisis Switching Value Analisis nilai pengganti (switching value) merupakan variasi dari analisis sensitivitas yang digunakan untuk mengukur “perubahan maksimum” dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, ) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak (Nurmalina et al. 2009). Perhitungan switching value mengacu pada berapa besar perubahan terjadi yang menyebabkan nilai NPV = 0 atau merupakan titik impas selama umur usaha. NPV = 0 akan membuat nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga dan nilai Net B/C = 1. Melakukan analisis switching value, dapat dicari besar perubahan yang mengakibatkan usaha tetap layak dijalankan, yaitu yang mengakibatkan nilai NPV > 0, IRR > tingkat suku bunga, dan nilai Net B/C > 1.
Kerangka Pemikiran Operasional Usaha budidaya ayam broiler merupakan salah satu usaha di sektor peternakan khususnya bidang perunggasan yang memiliki prospek yang cukup baik untuk di kembangkan. Kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan gizi akan protein hewani, serta dengan meningkatnya pendapatan masyarakat membuat usaha budidaya ayam broiler dipandang dapat memberikan keuntungan yang besar dalam kurun waktu yang singkat. Dapat dilihat bahwa ayam broiler memiliki kecepatan tumbuh yang bagus yaitu lima sampai enam minggu dapat dipanen. Dengan siklus produksi yang relative pendek otomatis perputaran modal menjadi cepat sehingga Bapak Catur Sasmito ingin mengembangakan skala usaha dari 4 000 ekor menjadi 30 000 ekor per periode secara bertahap melihat modal yang ditanamkan cukup besar. Kabupaten Banyuwangi adalah salah satu sentra penghasil ayam broiler di Provinsi Jawa Timur, pemasaran yang luas membuat stok ayam broiler di Kabupaten Banyuwangi selalu kurang karena sebagian karkas ayam broiler dijual ke Provinsi Bali untuk menyuplai hotel dan restoran yang ada disana. Melihat peluang bisnis yang cukup baik dapat dimanfaatkan untuk memperbesar skala usaha. Harga jual ayam broiler yang berfluktuasi membuat peternak Bapak Catur
18 Sasmito mengefisienkan penggunaan pakan agar dapat menekan biaya operasional, karena persentase biaya pakan sebesar 60 % dari total biaya produksi. Dalam pemeliharaan ayam broiler terdapat FCR yaitu konversi pakan menjadi daging dengan nilai FCR semakin kecil berarti semakin baik dan efisien dalam penggunaan pakan. Analisis kelayakan usaha ayam broiler berguna untuk melihat apakan usaha layak untuk dijalankan atau tidak. Sehingga perlu dilaksanakan pembahasan mengenai aspek-aspek yang berkaitan seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek social dan ekonomi, serta aspek lingkungan. usaha dilihat dari aspek finansial seperti nilai NPV (net present value), IRR (internal rate of return), Net B/C (net benefit cost ratio) dan PP (payback period). Hasil penelitian dari aspek finansial dan non fianasial akan dianalisis, apabila menghasilakan layak kembali dianalisis dengan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas untuk menghitung tingkat kepekaan usaha terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam usaha. Komponen perubahan yang digunakan merupakan komponen input dan output utama yang dapat mempengaruhi hasil produksi sehingga berpengaruh pada penerimaan usaha. Komponen seperti kenaikan harga pakan, DOC dan penurunan harga jual ayam menjadi fokus pada analisis sensitivitas. Kenaikan harga pakan dan DOC serta penurunan harga jual ayam broiler dapat mempengaruhi jalannya usaha, dalam bulan-bulan tertentu terjadi penurunan harga jual ayam sehingga mengakibatkan peternak harus bertindak efisien dalam mengurangi resiko dan memaksimalkan keuntungan peternak tetap tinggi. Hasil dan analisis penelitian diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan tentang keberlanjutan usaha yang akan dijalankan. Penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi peternak ayam broiler untuk menjalankan usaha. Hasil analisis kelayakan menunjukkan bahwa usaha ini layak, maka usaha dilanjutkan, dan apabila tidak layak maka tidak dilakukan pengkajian ulang oleh peneliti. Adapun alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada gambar 1.
19
Usaha Peternakan Ayam Boiler Milik Bapak Catur Sasmito di Desa Kembiritan Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi
Rencana Pembangunan Kandang Secara Bertahap
Proses Produksi
Infrastruktur dan Fasilitas
Lokasi Bisnis
TK Aspek Manajemen dan hukum
Perizinan
Aspek Teknis
Nilai sisa
Suku bunga
Harga jual ayam
Harga jual karung bekas
Inflow
Produksi Kelayakan Non Finansial
Kelayakan Usaha
Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Aspek Pasar
Suku Bunga
Pajak Potensi
Strategi Pemasaran 4P
Tidak Layak
Outflow Biaya Investas i Biaya Operasional
Rekomendasi Usaha
Peluang
Kelayakan Finansial
Layak
1. IRR 2. NPV 3. Net B/C 4. PP
Switching value : 1. Penurunan harga jual ayam 2. Peningkatan harga DOC. 3. Peningkatan harga pakan. 4. Peningkatan biaya variabel
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Pembangunan Kandang Peternakan Ayam Broiler dijalankan
Keterangan: :Variabel penelitian :Alat analisis
Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler
20 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler dilakukan di peternakan milik Bapak Catur Sasmito yang berlokasi di Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Penelitian dilakukan dengan pertimbangan peternakan rakyat yang sudah semakin tenggelam akibat adanya kemitraan. Kegiatan investasi dan operasional yang dilakukan oleh Bapak Catur Sasmito cukup besar. Waktu pelaksanaan penelitian mulai dari pengumpulan data hingga penulisan selesai adalah Januari sampai Mei 2014.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari Bapak Catur Sasmito melalui wawancara. Wawancara dilakukan dengan mengajukan sejumah pertanyaan kepada Bapak Catur Sasmito. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari dokumen yang dimiliki oleh Bapak Catur Sasmito yaitu pembukuan setiap periode, studi kepustakaan, dan Badan Pusat Statistik (BPS), Kementrian Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, serta penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara kepada Pemilik peternakan Bapak Catur Sasmito dan anak kandang. Selain wawancara, juga dilakukan kegiatan pengamatan di lokasi kandang untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari narasumber. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui kegiatan literature review terhadap beberapa buku, jurnal, dan sumber lainnya serta browsing di beberapa website pemerintahan, seperti Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Badan Pusat Statistik.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan sifat data. Data yang bersifat kualitatif dianalisis untuk mengkaji aspek kelayakan non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Data yang bersifat kuantitatif diolah untuk mengkaji aspek kelayakan finansial berdasarkan kriteria penilaian investasi yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan PP serta dilakukan analisis sensitivitas melalui switching value untuk mengetahui komponen dalam bisnis peternakan ayam broiler yang lebih peka terhadapt perubahana serta mengetahui persentase perubahan produksi dan biaya variabel
21 terhadap kelayakan finansial yang masih dapat ditoleransi dalam bisnis sehingga masih dinyatakan layak dengan menggunakan Microsoft Excel dan kalkulator.
Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial Analisis Aspek Pasar Tujuan analisis aspek pasar yang akan dilakukan pada penggembangan usaha peternakan ayam broiler adalah untuk menilai apakah usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito dapat menghasilkan produk yang diterima oleh pasar dan menguntungkan. Selain itu, potensi pasar dan pangsa pasar serta bauran pemasaran yang dilakukan oleh Bapak Catur Sasmito juga akan dinilai, apakah pangsa pasar dan potensi pasar dari ayam broiler sudah jelas serta apakah bauran pemasaran telah dilaksanakan dengan baik atau tidak (Kasmir dan Jakfar, 2010) Analisis Aspek Teknis Tujuan analisis aspek teknis yang akan dilakukan pada usaha peternakan ayam broiler adalah untuk menilai apakah secara teknis usaha yang dijalankan Bapak Catur Sasmito dapat dijalankan dengan baik atau tidak. Kriteria yang diperhatikan dalam penilaian aspek teknis adalah kegiatan penentuan lokasi bisnis, tata letak atau layout produksi, proses produksi serta penggunaan infrastruktur dan fasilitas yang ada (Kasmir dan Jakfar, 2010) Analisis Aspek Manajemen dan Hukum Tujuan analisis aspek manajemen yang akan dilakukan pada usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito adalah untuk menilai apakah bisnis yang dijalankan dapat dibangun sesuai dengan rencana dan apakah tersedia sumber daya manusia yang sesuai dengan kegiatan bisnis yang dijalankan. Kriteria yang harus ada dalam penilaian aspek manajemen adalah kegiatan manajerial pada masa pembangunan bisnis dan kegiatan manajerial pada masa operasional bisnis (Kasmir dan Jakfar, 2010) Tujuan analisis aspek hukum yang akan dilakukan pada usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito adalah untuk menilai apakah bisnis yang dijalanka telah memenuhi ketentuan hukum dan berbagai perizinan yang diperlukan dalam rangka pendirian usaha. Kriteria yang akan dilihat dalam analisis kelayakan aspek hukum adalah kelengkapan dokumen serta perizinan yang dilakukan oleh Bapak Catur Sasmito (Kasmir dan Jakfar, 2010) Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Tujuan analisis aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang akan dilakukan pada usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito adalah untuk menilai apakah bisnis yang dijalankan dapat memberikan manfaat baik dilihat dari sisi sosial, ekonomi, maupun lingkungan (Kasmir dan Jakfar, 2010)
22 Analisis Kelayakan Aspek Finansial Net Present Value Net present value (NPV) merupakan nilai selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya atau penjumlahan dari present value manfaat bersih selama umur bisnis (Nurmalina et al 2010). NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima oleh perusahaan selama umur bisnis pada discount rate tertentu. Satuan dari NPV adalah Rupiah. Suatu bisnis dikatakan layak jika nilai NPV-nya lebih besar dari nol, sedangkan bisnis yang nilai NPV-nya kurang dari nol maka dikatakan bisnis tersebut tidak layak. Secara matematis, NPV dirumuskan sebagai berikut: 𝑛
𝑛
𝑛
𝑡=1
𝑡=1
𝑡=1
𝐵𝑡 𝐶𝑡 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 NPV = ∑ − ∑ = ∑ (1 + 𝑖)𝑡 (1 + 𝑖)𝑡 (1 + 𝑖)𝑡
Dimana: Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t t = Tahun kegiatan bisnis i = Tingkat discount rate (%)
NPV NPV awal
NPV1 IRR 0 NPV2
Discount Rate (%) occ i1
i2
Gambar 2 Kurva hubungan NPV dan IRR Interpretasi dari gambar kurva di atas adalah NPV=0 ketika IRR=DR atau bisa juga diartikan tingkat DR yang menghasilkan NPV=0, jika NPV kecil maka IRR besar.
23 Net Benefit-Cost Ratio Net benefit-cost ratio (Net B/C) merupakan salah satu kriteria penilaian investasi untuk menggambarkan manfaat bersih yang menguntungkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut (Nurmalina et al 2010). Suatu bisnis dikatakan layak jika nilai Net B/C -nya lebih dari satu, sedangkan jika nilai Net B/C -nya kurang dari satu maka bisnis tersebut dikatakan tidak layak. Secara matematis, Net B/C dirumuskan sebagai berikut:
Net B/C =
∑𝑛𝑡=1 ∑𝑛𝑡=1
(𝐵𝑡−𝐶𝑡)>0 (1+𝑖)𝑡 (𝐵𝑡−𝐶𝑡) <0 (1+𝑖)𝑡
Dimana: Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t t = Tahun kegiatan bisnis i = Tingkat discount rate Internal Rate of Return Internal Rate of Return (IRR) merupakan kriteria penilaian investasi untuk melihat besarnya pengembalian bisnis terhadap investasi yang dilakukan (Nurmalina et al 2010). Sebuah bisnis dikatakan layak jika nilai IRR lebih besar dari nilai discount rate-nya. IRR dinyatakan dengan satuan persentase (%). Secara matematis, IRR dirumuskan sebagai berikut: IRR = 𝑖1 +
𝑁𝑃𝑉1 𝑥(𝑖2 − 𝑖1 ) 𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2
Dimana: 𝑖1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif 𝑖2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif 𝑁𝑃𝑉1= NPV yang bernilai positif 𝑁𝑃𝑉2 = NPV yang bernilai negatif IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol, artinya besarnya persentase IRR dalam kriteria penilaian investasi bisnis tertentu merupakan persentase discount rate pada saat NPV menunjukkan angka nol (Nurmalina et al 2010). Payback Period Payback period (PP) merupakan kriteria penilaian investasi yang digunakan untuk mengukur seberapa cepat kegiatan investasi yang dilakukan dalam suatu bisnis dapat kembali (Nurmalina et al 2010). Suatu bisnis dapat dikatakan layak jika payback period-nya lebih kecil dari umur bisnis yang dijalankan. Satuan dari
24 payback period adalah tahun. Secara matematis, payback period dirumuskan sebagai berikut:
Payback period =
I Ab
Dimana: I = Biaya investasi yang dikeluarkan Ab = Manfaat bersih terdiskonto yang diperoleh setiap tahunnya
Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan berdasarkan variabel terbesar dan berpengaruh terhadap cashflow, variable yang akan dianalisis dalam penelitian ayam broiler ialah kenaikan harga pakan, DOC, biaya variabel penurunan jumlah produksi dan penurunan harga jual ayam. Variabel tersebut sangat mempengaruhi penerimaan peternak ayam broiler karena memiliki komponen paling besar. Variabel yang akan dianalisis dengan switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow atau outflow misalnya: kenaikan biaya produksi dan penurunan harga output (Nurmalina et al 2010).
Asumsi Dasar Analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler menggunakan asumsi dasar sebagai berikut: 1. Umur bisnis ditentukan selama lima tahun berdasarkan umur ekonomis kandang ayam dari bambu. 2. Harga yang digunakan diasumsikan kostan, baik harga input maupun harga output berdasarkan data pada tahun 2013 dari kegiatan usaha peternakan ayam broiler. 3. Proyeksi yang dilakukan dalam analisis finansial dimulai pada tahun 2014 berdasarkan data pada tahun 2013. Proyeksi jumlah penjualan ayam broiler pada tahun 2014 sampai tahun 2018 merupakan jumlah ayam broiler sesuai kapasitas maksimum kandang. Harga ayam broiler yang digunakan untuk menghitung proyeksi analisis finansial merupakan rataan harga ayam broiler sepanjang tahun 2013, dan diasumsikan konstan hingga akhir bisnis. 4. Peternakan ayam broiler dalam satu tahun berproduksi selama enam periode berdasarkan data dari tahun 2013 dikarenakan masa istirahat kandang ayam selama 3-4 minggu. 5. Tingkat mortalitas dalam setiap periode produksi berdasarkan rata-rata kematian yang terjadi selama enam kali periode dalam tahun 2013 adalah sebesar lima persen. 6. Harga jual ayam broiler hidup adalah Rp15 880 per kilogram berdasarkan harga rataan tahun 2013.
25 7. Sumber investasi yang digunakan adalah modal sendiri karena mampu mendanai usaha. 8. Tingkat discount rate (DR) yang digunakan adalah sebesar 13.53 persen berdasarkan besarnya suku bunga pinjaman modal usaha pada rata-rata perbankan April 2014. Diasumsikan tetap hingga akhir bisnis. 9. Ayam dipanen pada saat bobot rata-rata adalah 1.94 Kg per ekor berdasarkan rata-rata produksi tahun 2013. 10. Perhitungan penyusutan menggunakan metode garis lurus, yaitu: Penyusutan per tahun =
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑒𝑙𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠
11. Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a, yaitu pajak pendapatan sebesar 25 persen, berlaku flat hingga akhir bisnis.
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kondisi Umum Desa Kembiritan Penelitian mengenai kelayakan usaha peternakan ayam broiler, dilakukan di Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi. Gambaran mengenai kondisi umum Desa Kembiritan akan dilihat dari letak geografis dan iklim, serta potensi Desa Kembiritan. Mencakup potensi sumber daya alam dan potensi sumber daya manusia yang mendukung kegitan budidaya ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito di Desa Kembiritan. Letak Geografis dan Iklim Desa Kembiritan merupakan salah satu Desa di wilayah Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi, dengan luas 15 016 ha, ketinggian 90 meter di atas permukaan laut dan curah hujan besar dengan rata-rata 2 600 mm setahun, itu membuktikan bahwa Desa Kembiritan cocok dimanfaatkan untuk peternakan ayam broiler karena tergolong dalam dataran rendah atau daerah panas dan ketinggian yang tepat untuk budidaya ayam broiler. Desa Kembiritan terbagi menjadi 7 Dusun, 45 Rukun warga (RW) dan 115 Rukun Tetangga (RT). Terlihat bahwa Desa Kembiritan memiliki warga yang cukup banyak. Karakteristik Responden Bapak Catur Sasmito Jumlah responden dalam penelitian analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler adalah satu yaitu Bapak Catur Sasmito yang merupakan pemilik usaha peternakan ayam broiler di Desa Kembiritan. Tingkat Pendidikan yang pernah ditempuh oleh Bapak Catur Sasmito ialah Magester Manajemen. Bapak Catur Sasmito berumur 53 tahun. Lama usaha peternakan ayam broiler adalah 8 tahun dimulai pada tahun 2006 hingga saat ini. Sebelumnya bekerja di pabrik pakan ternak selama 16 tahun, diawali sebagai sales dan sampai marketing manajer.
26 Terakhir memutuskan untuk usaha sendiri di budidaya ayam broiler pada awal tahun 2006. Selama menjadi peternak ayam broiler Bapak Catur Sasmito tidak pernah menjalin kemitraan dengan perusahaan lain yang bergerak dalam bidang peternakan ayam broiler. Alasan tidak bermitra menurut Bapak Catur Sasmito karena harga ayam broiler dikontrak sehingga tidak dapat meraup untung semaksimal mungkin saat harga ayam tinggi dan tidak dapat menjual ayam ke pasar atau supermarket karena hasil panen ayam broiler akan di beli oleh inti. Bapak catur sasmito merasa masih mampu untuk menjalankan usaha mulai dari budidaya dan pemasaran ayam broiler. Tingkat pendidikan formal Bapak Catur Sasmito sangat berkaitan dengan usaha peternakan ayam broiler, yaitu dokter hewan dan master manajemen. Tidak hanya pendidikan formal yang menunjang usahanya tetapi pendidikan non formal seperti manajemen pemeliharaan ayam broiler dari japfa comfeed dan pelatihanpelatihan mengenai ayam broiler dari pabrik pakan dan obat-obatan hewan, juga sering diikuti oleh Bapak Catur Sasmito. Karakter Bapak Catur Sasmito memiliki keuletan, pengalaman yang baik di bidang peternakan ayam broiler dan kemampuan dalam menganalisis prospek usaha jangka panjang. Pengalaman Bapak Catur Sasmito dalam usaha peternakan ayam broiler sudah tidak diragukan lagi. Sejak tahun 2006 Bapak Catur Sasmito memulai usahanya dengan menyewa kandang ayam broiler di lokasi yang berbeda-beda dalam satu Kabupaten Banyuwangi. Jumlah populasi 20 000 ekor dengan waktu panen ayam broiler berbeda-beda. Kandang sewa dengan jumlah populasi 4 000 ekor yang berlokasi di Desa Setail Kecamatan Genteng akan habis masa sewanya pada bulan maret 2014. Sehingga Bapak Catur Sasmito memutuskan untuk membeli lahan dan membuat kandang sendiri dengan populasi awal 10 000 ekor di bulan mei tahun 2014, lalu melakukan 10 000 ekor pada tahun 2015 populasi menjadi 20 000 ekor dan pada tahun 2016 dilakukan 10 000 ekor total populasi 30 000 ekor, menggunakan lahan dengan luas 7 100 meter persegi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kelayakan Usaha Aspek Non Finansial Aspek Pasar Aspek pasar merupakan salah satu aspek non finansial yang penting untuk dikaji. Hal ini dilakukan untuk melihat peluang dan potensi pasar yang ada karena berkaitan dengan permintaan dan penawaran pasar serta penyerapan pasar terhadap output yang dihasilkan. Aspek pasar akan memaparkan mengenai potensi dan peluang pasar yang berkaitan dengan permintaan dan penawaran, perkembangan harga dan saluran pemasaran yang terjadi pada peternakan ayam broiler. 1) Potensi pasar Semakin hari usaha peternakan ayam broiler semakin menjanjikan dan merupakan salah satu bisnis yang sangat baik untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan salah satunya adalah karena ayam pedaging sudah sejak lama menjadi makanan favorit orang Indonesia. Selain itu semakin berkembangnya
27 bisnis kuliner yang berbasis olahan ayam broiler dengan berbagai resep membuat permintaan ayam broiler meningkat. Harga jual daging ayam broiler juga lebih terjangkau dari pada daging yang lain serta cita rasa dan tekstur daging yang bisa diolah menjadi berbagai masakan serta disukai banyak orang. Produk yang mudah di dapat mulai dari pasar tradisional, warung-warung pinggir jalan, pedagang sayur keliling hingga supermarket. Bagi peternak sendiri dalam memasarkan ayam broiler, disamping bisa langsung ke konsumen akhir, bisa juga melalui pedagang pengumpul, pedagang eceran atau lewat pedagang besar. Saluran mana yang dipilih sangat tergantung pada kondisi setempat dan tentunya yang paling menguntungkan. Berdasarkan letak Kabupaten Banyuwangi yang merupakan Kabupaten paling timur pulau Jawa yang langsung berbatasan dengan pulau Bali membuat potensi pasar semakin luas. Selain itu daya beli masyarakat Bali yang tinggi dikarenakan banyaknya wisatawan yang datang ke Bali serta sebagai solusi bagi warga muslim untuk mengkonsumsi daging yang halal dan terjangkau. Sedangkan daerah Kabupaten Banyuwangi sendiri masyarakatnya mayoritas masuk kedalam kelas ekonomi menengah ke bawah sehingga masyarakat cenderung memilih daging ayam broiler dalam daftar belanjanya dari pada daging lainnya. Target pasar ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito adalah pasar lokal yang berada di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Potensi pasar dilihat dari pertambahan penduduk dan peningkatan pendapatan akan menyebabkan naiknya permintaan terhadap produk peternakan seperti ayam broiler. 2) Peluang Usaha peternakan ayam broiler mempunyai peluang pasar yang cukup baik dikarenakan permintaan ayam broiler dari pasar lokal dan luar kota masih cukup banyak, pasar lokal yang menjadi pilihan dari peternak Bapak Catur Sasmito untuk menjual ayam broiler. Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung paling timur pulau Jawa sehingga dekat dengan pulau Bali, sebagian kebutuhan daging ayam broiler dikirim dari Kabupaten Banyuwangi untuk memenuhi permintaan daging ayam broiler di pulau Bali. Pengiriman daging ayam ke pulau Bali dalam bentuk karkas dikarenakan tidak boleh mengirim ternak dalam keadaan hidup ditakutkan membawa virus Avian Influenza (AI). Permintaan daging ayam broiler di Kabupaten Banyuwangi seluruhnya belum mampu di penuhi oleh peternak lokal, ketersediaan daging ayam broiler untuk pasar lokal di Kabupaten Banyuwangi terkadang masih disuplai dari Kabupaten tetangga seperti Kabupaten Jember, Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Lumajang. Kegiatan produksi yang dilakukan di peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito tidak pernah terputus atau terhenti untuk memenuhi permintaan dari pasar lokal maupun luar kota. Peternak Bapak Catur Sasmito masih belum dapat memenuhi seluruh permintaan dari pasar lokal dan luar kota dikarenakan skala usahanya masih tergolong sedang. 3) Strategi Pemasaran Strategi pemasaran yang dilakukan oleh Bapak Catur Sasmito terlihat dari bauran pemasaran yang dilakukan, meliputi produk, harga, saluran distribusi dan promosi. a. Produk Produk yang dihasilkan dari aktivitas bisnis utama yang dijalankan oleh Bapak Catur Sasmito yaitu ayam broiler. Ayam broiler merupakan produk
28 yang menguntungkan untuk diperdagangkan karena pasar untuk ayam broiler cukup jelas. Serta keuntungan yang diperoleh dapat dihasilkan dari sedikitnya jumlah ayam yang mati dan FCR yang rendah. Kualitas ayam broiler dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan yang dijalankan oleh Bapak Catur sasmito. Salah satu hal yang mempengaruhi kualitas ayam broiler milik Bapak Catur sasmito adalah pakan ternak dengan kualitas tinggi dan nutrisi sesuai dengan kebutuhan ayam broiler sesuai dengan umur ayam. Proses pemeliharaan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito sangat memperhatikan kesehatan ayam broiler dan kebersihan kandang ayam. Bapak catur sasmito adalah dokter hewan, hampir setiap hari mengawasi kesehatan ayam broiler di peternakan miliknya. Sangat di perhatikan kesehatan ayam broiler sehingga meminimalisir kematian ayam broiler disebabkan oleh penyakit. Produk yang dihasilkan oleh peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito rata-rata memiliki berat badan 1.9 Kg sampai 2 Kg dengan umur 35 hari. b. Harga Harga ayam broiler yang dihasilkan oleh Bapak Catur Sasmito ditentukan berdasarkan harga yang terbentuk di pasar berdasarkan penawaran dan permintaan yang terjadi. Penetapan harga untuk penjualan karung bekas pakan ternak ditentukan berdasarkan harga pasaran secara umum. Harga jual ayam broiler rata-rata di atas harga pokok produksi, fluktuasi harga ayam broiler yang cukup tinggi sehingga sangat membutuhkan informasi dari pusat informasi pasar dan teman-taman kemitraan. Untuk harga ayam broiler yang afkir lebih murah Rp1 000 sampai Rp1 500 dari harga ayam sehat. c. Saluran distribusi Lokasi peternakan ayam broiler yang terletak di Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi dipilih oleh Bapak Catur Sasmito karena berdasarkan alasan kedekatan lokasi dengan pasar dan kota kecamatan di seluruh wilayah di Kabupaten Banyuwangi. Kecamatan Genteng merupakan wilayah yang berada di tengah dari wilayah Kabupaten Banyuwangi sehingga akses perdagangan dan perbankan berada di Kota tersebut. Sistem pendistribusian produk adalah konsumen datang langsung ke lokasi peternakan ayam untuk mengambil ayam sesuai dengan DO, setelah melakukan transaksi pembelian. Peternak tidak menyediakan jasa angkutan atau pengiriman ayam broiler yang dibeli oleh konsumen. d. Promosi Promosi dilakukan untuk memperluas pasar, Bapak Catur Sasmito menggunakan strategi promosi dari mulut ke mulut dan menjalin komunikasi dengan sesama peternak dan pedagang ayam broiler, untuk memperluas pasar serta link baru untuk mempermudah mendapatkan DOC. Hasil Analisis Aspek Pasar Berdasarkan analisis aspek pasar, usaha peternakan ayam broiler layak untuk dijalankan, karena telah memenuhi kriteria kelayakan bisnis yang ada yaitu potensi dan pangsa pasar yang jelas, strategi pemasaran yang dijalankan dengan baik serta produk yang dihasilkan dapat diterima oleh pasar dan menguntungkan. Peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito telah memiliki target pasar dan
29 pangsa pasar yang jelas dalam memasarkan ayam broiler yang dihasilkan. Potensi pasar pada masa yang akan datang masih terbuka lebar seiring dengan peningkatan konsumsi yang dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan. Strategi pemasaran melalui bauran pemasaran juga telah diupayakan dengan baik. Produk yang dihasilkan merupakan produk yang diinginkan konsumen dengan kualitas yang baik serta harga sesuai dengan harga yang berlaku di pasaran. Aspek Teknis Penentuan lokasi peternakan ayam broiler Penentuan lokasi bisnis yang tepat dapat menunjang kegiatan produksi berjalan dengan baik. Bapak Catur Sasmito memiliki satu lokasi peternakan ayam broiler yang letaknya berjauhan dari rumah penduduk di sekitar kandang ayam broiler. Lokasi peternakan ayam broiler milik Bapak catur sasmito di Desa Kembiritan digunakan sebagai lokasi untuk kegiatan yang berkaitan secara langsung dengan proses produksi, yaitu peternakan ayam broiler. Desa Kembiritan dipilih sebagai lokasi peternakan ayam broier karena Desa Kembiritan memiliki lahan yang luas sehingga dapat dimanfaatkan sebagai kandang ayam broiler. Selain itu, Desa Kembiritan merupakan salah satu Desa pertanian dan peternakan, terlihat dari masyarakat sekitar bekerja sebagai petani, buruh tani dan peternak. Keadaan sarana dan prasarana yang ada di Desa Kembiritan juga cukup memadai seperti adanya jalan aspal yang menunjang aktivitas bisnis yang dilakukan. Faktor ketersediaan tenaga kerja juga turut menentukan pemilihan lokasi bisnis di Desa Kembiritan. Tenaga kerja panen dan bersih kandang yang ada pada peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito berasal dari masyarakat Desa Kembiritan. Teknologi yang digunakan dalam peternakan ayam broiler Pada dasarnya peternakan ayam broiler membutuhkan peralatan untuk memudahkan pelaksanaan pemeliharaan dan efisiensi dalam penggunaan input produksi. Alat yang dibutuhkan antara lain tempat pakan, tempat minum, lampu penerangan, pemanas, kipas angin. Dilihat dari peralatan yang digunakan menunjukkan bahwa peternakan milik Bapak Catur Sasmito masih menggunakan teknologi yang sederhana dikarenakan semua belum otomatis seperti kandang modern (close house) pada umumnya. Alasan Bapak Catur Sasmito masih menggunakan teknologi sederhana dikarenakan pertimbangan biaya investasi dan realita produksi yang sudah dijalankan. Bapak Catur Sasmito merasa bahwa dengan menggunakan teknologi sederhana sudah dapat mencapai hasil yang diharapkan yaitu tingkat kematian yang masih dalam batas toleransi dan nilai konversi pakan yang bagus. Teknologi modern pada dasarnya bertujuan untuk memudahkan dalam pemeliharaan dan meningkatkan output yang dihasilkan, namun apabila hal itu masih belum dibutuhkan sebaiknya tidak perlu diterapkan karena berakibat membengkaknya biaya produksi. Pertimbangan lainnya dalam pengguanaan teknologi modern adalah rasio antara modal dan keuntungan yang didapatkan karena tidak semua output yang besar mendatangkan keuntungan yang besar.
30 Infrastruktur Infrastuktur yang baik akan sangat mendukung berjalannya suatu bisnis. Infrastruktur yang ada di peternakan Bapak Catur Sasmito: 1. Lahan Bapak Catur sasmito memiliki lahan dengan luas 7 100 meter2 yang berada di Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi. Lahan tersebut diperuntukkan bagi peternakan ayam broiler, meliputi bangunan kandang, gudang dan rumah penjaga, instalasi air, intalasi listrik, sumur. 2. Kandang Bentuk bangunan kandang ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito merupakan kandang tingkat yang terbuat dari bambu, kandang ayam broiler memiliki atap dari asbes dan penyangga dari beton. Kandang yang ada di peternakan ayam broiler milik bapak catur sasmito tidak dibedakan, masing-masing kandang ayam broiler dengan kapasitas 5 000 ekor. Masing-masing kandang dilengkapi dengan kipas angin, termometer, pemanas, tempat pakan dan tempat air minum. Terdapat kandang yang difungsikan sebagai kandang karantina untuk ayam yang sakit, seperti kaki terjepit dan kerdil (pertumbuhan tidak sesuai dengan umur ayam). 3. Gudang pakan ternak Gudang pakan dibangun untuk menyimpan ketersediaan pakan ternak yang diperlukan bagi ayam broiler sesuai dengan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan sesuai dengan umur ayam broiler. Gudang pakan diberi alas dari kardus agar pakan ternak terjaga kualitasnya. Gudang pakan tidak boleh lembap karena pakan ternak akan di tumbuhi jamur dan tidak dapat dimakan oleh ayam broiler ditakutkan ayam broiler sakit. 4. Rumah penjaga kandang diperuntukkan bagi pegawai yang pekerjaannya berhubungan langsung dengan proses produksi dan kegiatan lainnya di lokasi kandang ayam broiler seperti anak kandang dan kepala kandang. 5. Instalasi air dan listrik Instalasi air dan listrik dipasang untuk menunjang aktivitas yang dilakukan di lokasi peternakan ayam broiler. Pasokan air bersih diperoleh dari sumur yang dibangun. Selain itu, Pasokan listrik dari PT PLN sebesar 5 000 kVA dihubungkan untuk dapat memenuhi kebutuhan listrik untuk peternakan ayam broiler. Mesin Diesel (genset) dengan kapasitas 10 PK juga disediakan untuk memberikan pasokan listrik saat pasokan listrik dari PT PLN padam. 6. Jalan Jalan merupakan infrastruktur penunjang yang sangat penting bagi aktivitas bisnis yang dijalankan oleh Bapak Catur Sasmito. Jalan yang ada di lokasi peternakan ayam broiler berupa jalan tidak beraspal yang menghubungkan mulai dari gerbang depan peternakan hingga kandang-kandang yang ada di dalam peternakan dan gudang penyimpanan pakan ternak. Proses produksi Pemeliharaan ayam broiler mulai DOC datang sampai panen dilakukan: 1. Untuk menyambut DOC datang kita harus menyiapkan kandang di bagian alas kandang kita beri karung lalu di atasnya kita taburi sekam dan yang paling atas kita beri koran, pemanas dan tempat makan serta tempat minum yang sudah diisi
31
2.
3. 4.
5. 6.
rebusan air gula yang berguna untuk menambah energi pada DOC setelah melakukan perjalanan jauh. Saat DOC datang kita harus melihat kondisi ideal DOC dari pabrik: Ukuran seragam Pusarnya sudah kering dan menutup dengan baik Cukup sering bersuara dan lincah Kaki nampak berisi dengan bulu dan mata nampak cerah Berat idealnya adalah 38-40 gram Jumlah DOC yang akan dimasukan dalam kandang, disesuaikan dengan kapasitas kandang yaitu 5 000 ekor di isi setiap kandang. Sesuaikan suhu di dalam kandang saat DOC dimasukkan, apabila sebaran anak ayam terhadap pemanas menyebar berarti suhu ideal dan apabila anak ayam berkumpul di satu sisi artinya suhu terlalu dingin. Kontrol terhadap ayam dilakukan sesuai dengan umur ayam apabila umurnya masih kecil maka harus lebih sering untuk melihat kondisi ayam dikandang. Pemeliharaan ayam perminggu Umur ayam 1-7 hari
kegiatan Pemberian vitamin, proses yang paling menentukan keberhasilan produksi pada saat ayam berumur satu minggu. Pembatas kandang disesuaikan dengan jumlah ayam. Pada umur 4 hari anak ayam diberikan vaksin pertama yaitu ND dengan cara teteskan pada mata.
8-14 hari Suhu disesuaikan dengan panduan standar ayam broiler, tempat makan dan minum diganti dengan yang besar. Pada umur 12-14 hari, dilakukan vaksin gumboro dengan cara pencampuran pada air minum.
32 15-21 hari
Kebutuhan pakan mulai meningkat, pemanas digunakan pada malam hari saja. Proses vaksin dilakukan pada ayam umur 18-21 hari, diberikan vaksin ND dengan cara dicampur pada tempat minumnya. Kebersihan kandang harus tetap dijaga.
22-28 hari
Bulu ayam sudah tumbuh dengan lebat sehingga peran pemanas sudah tidak di perlukan lagi. Lakukan control berat ayam minimal 1.25 kg. Penyakit ayam mulai menjangkiti saat umur ini peternak harus mengetahui ciri-ciri penyakit ayam.
29-35 hari Pada umur ini ayam sudah dapat dijual sesuai dengan pasar yang dituju, konsumsi pakan meningkat dan kotoran semakin banyak membuat peternak harus rajin membersihkan kotoran pada tempat makan dan minum serta kandang.
7. Panduan untuk tirai dan suhu disesuaikan dengan lokasi kandang. umur 1-7 hari 8-15 hari 16-22 hari 23-35 hari
Tirai kandang Pemanas (pengganti induk) untuk DOC yang baru datang tirai ditutup penuh Pemanas dikurangi tirai dibuka satu per tiga dari bagian atas Pemanas untuk malam hari saja, tirai dibuka dua per tiga dari bagian atas Tidak menggunakan pemanas, tirai dibuka total
Suhu 33 -34o o
30o-31o 26o-29o 24o-28o
33 Layout produksi Layout produksi merupakan pengaturan penempatan infrastruktur dan fasilitas yang dimiliki oleh bapak Catur Sasmito sehingga mempermudah proses produksi dan aktivitas lainnya yang berkaitan dengan bisnis yang dilakukan. Bapak catur sasmito telah merancang layout produksi sebaik mungkin untuk mempermudah serta mengefisienkan proses produksi. Ukuran kandang ayam broiler panjang 50 meter, lebar 10 meter, luas kandang ayam broiler 500 meter persegi . Satu kandang ayam di isi 5 000 ekor untuk sekali produksi.
Gerbang Rumah Penjaga
Kandang 1 (2014)
Kandang 2 (2014)
Kandang 3 (2015)
Kandang 4 (2015)
Kandang 5 (2016)
Kandang 6 (2016)
Gudang pakan
sumur
kamar mandi
Kandang untuk ayam sakit
Penampungan kotoran ayam sementara
Gambar 3 Layout produksi peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito
34 Hasil Analisis Aspek Teknis Berdasarkan analisis aspek teknis, peternakan ayam broiler milik bapak catur sasmito layak untuk dijalankan karena telah memenuhi kriteria kelayakan bisnis yang ada yaitu penentuan lokasi bisnis yang tepat, teknologi yang digunakan, pemanfaatan infrastruktur yang ada, proses produksi yang jelas, dan tata letak atau layout produksi yang baik. Lokasi bisnis dipilih berdasarkan alasan kedekatan dengan pasar lokal, sumber daya alam yang tersedia mendukung untuk kegiatan bisnis peternakan ayam broiler serta faktor ketersediaan tenaga kerja. Teknologi dalam peternakan ayam broiler masih sederhana karena semua belum otomatis, Alasan bapak Catur Sasmito masih menggunakan teknologi sederhana dikarenakan pertimbangan biaya infestasi dan realita produksi yang sudah dijalankan. Proses produksi telah dijalankan dengan baik mulai dari pembelian DOC, pakan dan obatobatan ternak hingga proses penjualan dilakukan. Infrastruktur telah dibangun dengan lengkap guna menunjang kegiatan produksi yang dijalankan oleh Bapak Catur Sasmito. Infrastruktur yang ada ditata sedemikian rupa sehingga menghasilkan layout produksi yang baik dan efisien serta mempermudah proses produksi yang dilakukan.
Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen dalam analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito berkaitan dengan kegiatan manajerial baik dalam masa pembangunan atau persiapan usaha maupun kegiatan manajerial pada saat kegiatan bisnis berjalan. Sedangkan aspek hukum dalam analisis kelayakan bisnis pada peternakan ayam broiler berkaitan dengan berbagai dokumen dalam pendirian usaha peternakan ayam broiler, berbagai bentuk perizinan yang dilakukan, baik dalam masa pembangunan bisnis maupun pada masa operasional bisnis. Manajemen dalam Masa Pembangunan Bisnis Bisnis peternakan ayam broiler dimulai pada bulan Januari 2014, dengan tahap awal dari pembangunan bisnis yang dilakukan oleh Bapak Catur Sasmito adalah pembelian dan pengolahan tanah untuk kegiatan operasional peternakan ayam broiler, penyiapan tanah, pengerjaan bangunan rumah, gudang dan kandang berkapasitas 10 000 ekor yang dimulai proses pembangunan dari bulan Maret 2014 hingga April 2014. Pendirian usaha diawali dengan mendaftarkan usaha dan memenuhi syarat yang dibutuhkan dalam pengurusan dokumen kepada Dinas terkait di Kabupaten Banyuwangi. Manajemen dalam Masa Operasi Bisnis Kegiatan operasional peternakan ayam broiler di Desa Kembiritan mulai dilakukan pada bulan Mei 2014 setelah bangunan dan fasilitas pendukungnya selesai dibangun. Menunggu proses pembanguna selesai Bapak Catur Sasmito mengurus berbagai bentuk perizinan seperti, izin gangguan (HO) serta izin budidaya ternak. Pemberian izin lokasi sudah didapat dari masyarakat sekitar peternakan ayam broiler. Sedangkan bentuk perizinan seperti SIUP dan NPWP sudah didapat sejak awal membuka usaha peternakan ayam broiler pada tahun 2006.
35 Struktur Organisasi Bapak catur sasmito dalam menjalankan kegiatan bisnisnya didukung oleh sumber daya manusia yang berkompeten dan mumpuni dalam bidang peternakan ayam broiler. Struktur organisasi dalam bisnis peternakan ayam broiler milik bapak catur sasmito sangat singkat dan jelas. Dapat dilihat pada Gambar. Pemilik usaha dan penjual ayam
Kepala kandang
Anak kandang Gambar 4 Struktur organisasi dalam bisnis peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito Deskripsi Pekerjaan Deskripsi pekerjaan yang jelas dibutuhkan agar masing-masing individu dalam organisasi mampu menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik. Adapun deksripsi pekerjaan dari masing-masing jabatan yang ada dalam struktur organisasi peternakan ayam broiler milik bapak catur sasmito adalah sebagai berikut: a) Pemilik usaha, memiliki tugas dan wewenang dalam melakukan pengawasan dan pengarahan atau memberikan nasihat kepada kepala kandang dan anak kandang dalam mengelola peternakan ayam broiler. b) Kepala kandang, memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai penanggung jawab dalam kegiatan produksi ayam broiler dan mengawasi seluruh aktivitas produksi ayam broiler dan mengkoordinasikan tugas anak kandang, sehingga tercapai kegiatan produksi yang baik dengan disepakati bersama pemilik usaha. c) Anak kandang, memiliki tugas dan tanggung jawab untuk: o Menjalankan manajemen pemeliharaan ayam broiler secara benar. o Menyeleksi dan menentukan ayam yang sehat, cacat dan sakit saat DOC datang. o Menghitung dan melakukan treatment (pemberian air gula) pada saat DOC baru datang. o Menentukan pengelompokan dan penempatan DOC yang baru datang. o Menjamin bahwa ayam dipelihara dan diperlakukan dengan baik o Menjamin bahwa ayam diberi makanan dan minuman yang baik, sesuai program pemeliharaan ayam di peternakan Bapak Catur Sasmito. o Mengamati pertumbuhan ayam o Melakukan penimbangan terhadap ayam yang di pelihara agar diketahui jumlah rata-rata ayam untuk dijual. o Melakukan pencatatan ayam yang mati setiap hari (recording dan dilaporkan kepada kepala kandang).
36 Hasil Analisis Aspek Manajemen dan Hukum Berdasarkan analisis aspek manajemen, usaha peternakan ayam broiler layak untuk dijalankan karena telah memenuhi kriteria kelayakan bisnis yang ada yaitu kegiatan manajerial pada masa pembangunan bisnis dan pada masa operasional bisnis yang dijalankan dengan baik. Bisnis peternakan ayam broiler telah dibangun sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Sumberdaya manusia yang baik juga dimiliki oleh bapak catur sasmito sehingga mampu menghasilkan kegiatan manajerial yang baik. Mempunyai rencana jangka pendek dan jangka panjang yang berakhir pada usaha dari hulu sampai hilir. Baik dalam masa pembangunan bisnis maupun pada masa operasional bisnis. Struktur organisasi yang ada mencerminkan kegiatan manajerial yang baik yaitu struktur organisasi dibagi berdasarkan dengan bidang keahlian masing-masing. Deskripsi dari masing-masing pekerjaan yang ada juga telah ditentukan degan jelas sehingga masing-masing individu dalam organisasi mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Berdasarkan analisis aspek hukum, usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito layak untuk dijalankan karena telah memenuhi kriteria kelayakan bisnis yang ada yaitu kelengkapan dokumen dan perizinan yang dilakukan, mulai dari NPWP, SIUP, izin lokasi, izin gangguan (HO) serta izin budidaya ternak.
Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler berkaitan dengan dampak atau pengaruh yang ditimbulkan dari aktivitas bisnis yang dijalankan, baik dilihat dari sisi sosial, ekonomi, maupun lingkungan bagi masyarakat sekitar serta bagi pemerintah. Berdirinya bisnis peternakan ayam broiler di Desa Kembiritan Kecamatan Genteng memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar lokasi peternakan ayam broiler. Proses pembangunan kandang ayam menggunakan tenaga kerja sekitar lokasi usaha. Hal tersebut membawa dampak penurunan jumlah pengangguran di Desa Kembiritan. Dampak lain yang dirasakan oleh masyarakat Desa Kembiritan adalah dengan dibukanya lokasi peternakan ayam broiler masyarakat di sekitar peternakan ayam broiler dapat jatah ayam hidup saat panen satu ekor satu rumah. Mengambil pupuk kandang secara geratis, mata pencaharian masyarakat di sekitar lokasi usaha adalah buruh tani dan petani sehingga dapat mengurangi pembelian pupuk untuk tanaman mereka. Peluang peningkatan pendapatan muncul dengan bekerja sebagai anak kandang dan buruh harian saat panen ayam. Bagi masyarakat yang ingin beternak ayam broiler dapat bimbingan teknis secara geratis. Pemerintah daerah setempat juga memperoleh dampak positif dari berdirinya bisnis peternakan ayam broiler. Peternakan ayam broiler milik bapak catur sasmito berkontribusi dalam peningkatan pendapatan pemerintah Kabupaten Banyuwangi, dilihat dari pemasukan bagi pemerintah Kabupaten Banyuwangi dari retribusi yang dibayarkan oleh Bapak Catur Sasmito.
37 Hasil Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Berdasarkan analisis aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan, kelayakan usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito layak untuk dijalankan karena telah memenuhi kriteria kelayakan bisnis yaitu baik secara sosial, ekonomi, maupun lingkungan kegiatan yang diusahakan mampu mendatangkan manfaat bagi pemilik usaha, juga manfaat bagi masyarakat sekitar dan pemerintah setempat. Manfaat yang muncul dari kegiatan bisnis peternakan ayam broiler yang dijalankan oleh bapak catur sasmito berupa peluang peningkatan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar lokasi, peningkatan pendapatan baik bagi masyarakat sekitar maupun bagi pemerintah daerah, serta pemanfaatan limbah untuk kegiatan pertanian masyarakat sekitar.
Analisis Kelayakan Usaha Aspek Finansial Peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usaha. Skala usaha peternakan ayam broiler menengah, dengan jumlah ayam yang dipelihara secara bertahap yaitu tahun 2014 sebanyak 10 000, tahun 2015 sebanyak 20 000 dan tahun 2016 sebanyak 30 000 ekor per periode. Aspek finansial dalam analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito berkaitan dengan keseluruhan aktifitas yang dijalankan oleh Bapak Catur Sasmito yang dilihat dari sisi finansial (keuangan). Kelayakan usaha peternakan ayam broiler akan dinilai menggunakan kriteria penilaian investasi, meliputi Net B/C, NPV, IRR dan Payback Period. Sebelum menghitung kelayakan usaha peternakan ayam broiler menggunakan kriteria penilaian investasi, terlebih dahulu akan di proyeksikan arus kas (cashflow) dan laporan laba/rugi sesuai dengan umur bisnis dari bisnis peternakan ayam broiler. Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran (outflow). Dalam penelitian ini arus kas diproyeksikan selama lima tahun sesuai dengan umur ekonomis kandang. Arus Penerimaan (Inflow) Arus penerimaan yang di peroleh Bapak Catur Sasmito yaitu penerimaan yang berasal dari aktivitas bisnis utama dan aktivitas bisnis tambahan serta penerimaan yang berasal dari nilai sisa. 1) Penerimaan dari aktivitas bisnis utama Aktivitas bisnis utama menghasilkan penerimaan dari penjualan ayam broiler siap potong. Proyeksi penerimaan pada tahun 2014 sampai 2018 berdasarkan populasi usaha peternakan ayam broiler yang di jalankan secara bertahap. Pada tahun 2014 merupakan awal dari usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito dengan populasi sebesar 10 000 ekor. Proyeksi penjualan ayam broiler dengan jumlah ayam yang dijual sesuai dengan proyeksi panen ayam broiler, tahun 2014 sampai 2018 menggunakan tingkat kematian rata-rata lima persen dan harga rata-rata ayam broiler di pasar sebesar Rp 15 880 pada tahun 2013. Tahun 2015 tahap dua dengan penambahan populasi sebesar 10 000 ekor, jumlah keseluruhan di tahun ke dua sebesar 20 000 ekor. Tahap ke tiga untuk
38 tahun 2016 sebesar 10 000 ekor dengan jumlah populasi keseluruhan di tahun ke tiga sebesar 30 000 ekor.
Tabel 5 Proyeksi penerimaan penjualan ayam broiler hidup tahun 2014-2018 Tahun
Chick in
Deplesi
Bobot panen (Kg/ekor)
Harga (Rp/Kg)
Jumlah periode produksi
Penerimaan per periode
Penerimaan per tahun
0.05
Panen per periode (ekor) 9 500
2014
10 000
2015
20 000
1.94
15 880
4
292 668 400
1 170 673 600
0.05
19 000
1.94
15 880
6
585 336 800
3 512 020 800
2016
30 000
0.05
28 500
1.94
15 880
6
878 005 200
5 268 031 200
2017
30 000
0.05
28 500
1.94
15 880
6
878 005 200
5 268 031 200
2018
30 000
0.05
28 500
1.94
15 880
6
878 005 200
Total penerimaan ayam broiler hidup
5 268 031 200 20 486 788 000
2) Penerimaan dari aktivitas bisnis tambahan Aktivitas bisnis tambahan menghasilkan penerimaan dari penjualan karung bekas pakan ternak. Aktivitas bisnis tambahan yang dilakukan oleh Bapak Catur Sasmito belum dikelola secara intensif sebagai suatu bentuk aktivitas bisnis yang mampu menghasilkan penerimaan tambahan. Terlihat bahwa kotoran ayam broiler tidak dijual melainkan di berikan secara cuma-cuma kepada masyarakat disekitar kandang. Proyeksi penerimaan dari aktivitas bisnis tambahan pada tahun 2014 sampai 2018 berdasarkan rata-rata penggunaan pakan ternak dalam satu tahun. Harga yang digunakan berdasarkan tahun 2013 penjualan karung bekas per lembar Rp1 250.
Tabel 6 Proyeksi penjualan karung bekas pakan ternak tahun 2014-2018 Tahun 2014 2015 2016 2017 2018
Total Karung (lembar) 649 1 298 1 946 1 946 1 946
Harga per lembar 1250 1250 1250 1250 1250 Total
Penerimaan jumlah per periode periode Total per (Rp) produksi tahun (Rp) 810 920 4 3 243 680 1 621 840 6 9 731 040 2 432 760 6 14 596 560 2 432 760 6 14 596 560 2 432 760 6 14 596 560 56 764 400
3) Penerimaan dari Nilai Sisa Nilai sisa merupakan nilai dari barang-barang investasi yang belum habis umur ekonomisnya pada akhir umur bisnis, termasuk di dalamnya nilai dari pembelian lahan yang dilakukan di awal bisnis. Jumlah nilai sisa usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito pada akhir tahun 2018 sebesar Rp492 343 500. Rincian nilai sisa disajikan pada lampiran 1.
39 Arus Pengeluaran (Outflow) Arus pengeluaran dapat bersumber dari dua kegiatan, yaitu kegiatan investasi dan kegiatan operasional. Kegiatan investasi menghasilkan biaya investasi, sedangkan kegiatan operasional (kegiatan produksi) menghasilkan biaya operasional. 1. Biaya Investasi Biaya investasi dikeluarkan oleh Bapak Catur Sasmito pada tahun awal berjalannya usaha peternakan ayam broiler, yaitu pada tahun 2014, 2015 dan 2016. Biaya re-investasi dikeluarkan untuk barang-barang yang memiliki umur ekonomis kurang dari 5 tahun. Total biaya investasi dan re-investasi yang dikeluarkan oleh Bapak Catur Sasmito sebesar Rp799 804 000. Biaya investasi terbesar dalam usaha ini adalah pembelian lahan yaitu sebesar Rp390 500 000. Rincian biaya investasi dan biaya re-investasi disajikan pada lampiran 2. 2. Biaya Operasional Biaya operasional merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan selama kegiatan produksi dijalankan dalam satu periode, terbagi menjadi dua komponen yaitu biaya variabel dan biaya tetap. A. Biaya variabel Merupakan biaya yang jumlahnya di pengaruhi oleh perkembangan jumlah produksi atau jumlah penjualan dalam satu tahun. Adapun rincian biaya variabel yang dikeluarkan oleh Bapak Catur Sasmito dalam menjalankan bisnis peternakan ayam briler sebagai berikut: a) Biaya pembelian DOC DOC yang digunakan berkualitas baik dan sudah teruji oleh multibreeder dari Japfa Comfeed dan superchik CJ, diasumsikan sama pada setiap tahunnya selama lima tahun sesuai dengan umur bisnis yaitu sebesar Rp4 520 per ekor, yang merupakan harga ratarata DOC pada tahun 2013. b) Biaya pembelian pakan ternak Harga pakan ternak diasumsikan sama pada setiap tahunnya selama 5 tahun sesuai dengan umur bisnis yaitu sebesar Rp5 820 per kilogram, harga rata-rata pakan ternak pada tahun 2013. Pakan ternak yang digunakan dari pabrik pakan ternama di Indonesia seperti Japfa Comfeed dan Cj, kualitas pakan yang baik, harga pakan ternak yang kompetitif serta pemberian servis kepada pelanggan dengan baik. c) Biaya obat-obatan dan vaksin Harga obat-obatan ternak dan vaksin diasumsikan sama setiap tahunnya selama 5 tahun sesuai dengan umur bisnis. Rata-rata biaya obat-obatan dan vaksin per ekor sebesar Rp500 pada tahun 2013. d) Biaya pembelian sekam Harga sekam diasumsikan sama setiap tahunnya selama 5 tahun usaha sebesar Rp7 000 per karung. e) Biaya pembelian isi ulang gas LPG Harga isi ulang gas LPG setiap tahunnya diasumsikan sama selama 5 tahun usaha yaitu sebesar Rp14 000 per tiga kilogram gas.
40 f)
Biaya pembelian gula pasir Harga gula pasir setiap tahunnya diasumsikan sama selama 5 tahun usaha yaitu sebesar Rp10 000 per kilogram. g) Biaya pembelian koran Harga Koran setiap tahunnya diasumsikan sama selama 5 tahun usaha yaitu sebesar Rp3 000 per kilogram. h) Biaya pembersihan kandang Pembersihan kandang di beri upah sesuai dengan luas kandang ayam tersebut selama satu periode sebesar Rp350 per meter, untuk setiap tahun diasumsikan sama selama 5 tahun umur bisnis. i) Biaya tenaga kerja panen Tenaga kerja tambahan untuk panen ayam di beri upah sesuai dengan jumlah ayam yang dijual dalam satu periode sebesar Rp 40 per ekor, untuk setiap tahunnya diasumsikan sama selama 5 tahun umur bisnis. j) Biaya tenaga kerja anak kandang Tenaga kerja di beri upah sesuai dengan jumlah pemeliharaan ayam sebesar Rp350 per ekor, setiap tahunnya diasumsikan sama selama selama 5 tahun umur bisnis. k) Biaya tenaga kerja kepala kandang Tenaga kerja kepala kandang diberi upah sesuai dengan jumlah populasi ayam dalam satu periode sebesar Rp100 per ekor, setiap tahunnya diasumsikan sama selama 5 tahun umur bisnis. Tabel 7 Harga dan biaya variabel pada peternakan ayam broiler tahun 2014 No
Jenis biaya
Satuan
1
DOC
Ekor
10 000
4 420
45 200 000
4
180 800 000
2
Pakan
Kg
35 200
5 720
204 864 000
4
819 456 000
3
obat dan vaksin
Ekor
10 000
500
5 000 000
4
20 000 000
4
Sekam
karung
70
7 000
490 000
4
1 960 000
5
isi ulang LPG
Unit
150
14 000
2 100 000
4
8 400 000
6
Gula
Kg
5
10 000
50 000
4
200 000
7
Kg
10
3 000
30 000
4
120 000
ekor
10 000
40
400 000
4
1 600 000
9
Koran tenaga kerja panen TK anak kandang
ekor
10 000
350
3 500 000
4
14 000 000
10
pembersihan kandang
ekor
10 000
350
350 000
4
1 400 000
8
Total
Jumlah pemakaian per siklus
Harga per satuan
Biaya per periode
Periode produksi per tahun
Total biaya per tahun
1 047 936 000
Tabel 7 dijelaskan bahwa peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito pada tahun 2014 melakukan produksi selama 4 kali dalam satu tahun karena pada bulan februari-april 2014 digunakan untuk
41 pengeringan lahan dan pembangunan kandang. Jumlah produksi pada tahun 2014 per periode 10 000 ekor, dengan tenaga kerja yang digunakan sebanyak dua orang untuk anak kandang dan empat orang untuk tenaga kerja panen ayam. Pembersihan kandang untuk populasi 10 000 ekor menggunakan sistem borongan yaitu terdapat jasa untuk pencucian kandang serta penyemprotan desinfektan. Populasi pada tahun pertama hanya 10 000 ekor sehingga belum menggunakan tenaga kerja kepala kandang.
Tabel 8 Harga dan biaya variabel pada peternakan ayam broiler tahun 2015 No
Jenis biaya
Satuan
1
DOC
Ekor
20 000
4 520
90 400 000
6
542 400 000
2
Pakan obat dan vaksin
Kg
70 400
5 820
409 728 000
6
2 458 368 000
Ekor
20 000
500
10 000 000
6
60 000 000
karung
140
7 000
980 000
6
5 880 000
5
Sekam isi ulang LPG
Unit
100
14 000
1 400 000
6
8 400 000
6
Gula
Kg
10
10 000
100 000
6
600 000
7
Koran tenaga kerja panen TK anak kandang pembersihan kandang TK kepala kandang
Kg
20
3 000
60 000
6
360 000
Ekor
20 000
40
800 000
6
4 800 000
Ekor
20 000
350
7 000 000
6
42 000 000
Ekor
20 000
350
700 000
6
4200 000
Ekor
20 000
100
2 000 000
6
12 000 000
3 4
8 9 10 11
Total
Jumlah pemakaian per siklus
Harga per satuan
Biaya per periode
Periode produksi per tahun
Total biaya per tahun
3 139 008 000
Biaya variabel pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 8, peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito pada tahun 2015 melakukan produksi selama 6 kali dalam satu tahun karena waktu produksi ayam broiler rata- rata 35 hari dengan istirahat kandang 3-4 minggu. Tenaga kerja yang digunakan untuk sekali produksi sebanyak 5 orang terdiri dari 4 anak kandang dan 1 sebagai kepala kandang. Tenaga kerja tambahan saat panen ayam kurang lebih 4 orang, karena panen ayam dilakukan dalam waktu 2 hari sesuai dengan umur ayam dan berat badan ayam untuk dijual. Pembersihan kandang untuk populasi 20 000 ekor menggunakan sistem borongan dengan harga sekali bersih kandang Rp 700 000. Berdasarkan pada Tabel 9 terlihat tahun 2016 total populasi peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito sebanyak 30 000 ekor. Dengan tenaga kerja 6 orang anak kandang dan 1 orang sebagai kepala kandang. Tenaga kerja saat panen kurang lebih 4 orang, jumlah produksi yang banyak membuat panen ayam dilakukan dalam waktu 3 hari karena disesuaikan dengan umur ayam dan jumlah berat badan ayam saat dipanen sesuai dengan permintaan pasar. Harga dan biaya variabel pada peternakan ayam broiler secara rinci dapat di lihat pada tabel 9.
42 Tabel 9 Harga dan biaya variabel pada peternakan ayam broiler tahun 2016 No
Jenis biaya
Satuan
Jumlah pemakaian per siklus
Harga per satuan
Biaya per periode
periode produksi per tahun
Total biaya per tahun
1
DOC
ekor
30 000
4 520
135 600 000
6
813 600 000
2
Kg
105 600
5 820
614 592 000
6
3 687 552 000
3
Pakan obat dan vaksin
ekor
30 000
500
15 000 000
6
90 000 000
4
Sekam
karung
210
7 000
1 470 000
6
8 820 000
5
isi ulang LPG
unit
450
14 000
6 300 000
6
37 800 000
6
Gula
Kg
15
10 000
150 000
6
900 000
7
Koran tenaga kerja panen TK anak kandang pembersihan kandang TK kepala kandang
Kg
30
3 000
90 000
6
540 000
ekor
30 000
40
1 200 000
6
7 200 000
ekor
30 000
350
10 500 000
6
63 000 000
ekor
30 000
35
1 050 000
6
6 300 000
ekor
30 000
100
3 000 000
6
18 000 000
8 9 10 11
Total
4 733 712 000
B. Biaya Tetap Merupakan biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh perkembangan jumlah produksi atau jumlah penjualan dalam satu periode. Adapun rincian biaya tetap yang dikeluarkan oleh bapak catur sasmito adalah sebagai berikut: a) Biaya listrik Biaya listrik yang dikeluarkan per bulan sesuai dengan kapasitas produksi di tahun tersebut, sehingga apabila produksi bertambah maka biaya listrik juga lebih besar. Listrik pada usaha peternakan ayam broiler digunakan untuk menjalankan mesin pompa air, kipas angin dan lampu sebagai penerangan. b) Biaya lingkungan Biaya lingkungan yang dikeluarkan oleh Bapak Catur Sasmito per bulan sebesar Rp50 000, digunakan untuk kegiatan masyarakat, uang kebersihan dan keamanan. c) Pajak lahan Biaya pajak lahan yang dikeluarkan oleh peternak Bapak Catur Sasmito per tahun sebesar Rp135 000. d) Ijin ganguan (HO) Biaya untuk ijin gangguan (HO) di keluarkan oleh peternak Bapak Catur Sasmito per tahun sebesar Rp600 000.
43 Tabel 10 Biaya tetap setiap tahun yang dikeluarkan oleh peternak ayam broiler tahun 2014 No 1 2 3 4
Jenis biaya biaya listrik biaya lingkungan pajak lahan ijin gangguan
Satuan bulan bulan tahun tahun Total
Jumlah 12 12 1 1
Nilai per satuan (Rp) 60 000 50 000 135 000 600 000
jumlah biaya per tahun (Rp) 720 000 600 000 135 000 600 000 2 055 000
Tahun 2014 biaya tetap yang paling besar ialah biaya listrik sebesar Rp720 000 karena biaya pembayaran listrik pada tahun pertama masih sedikit dibandingkan tahun kedua dan ketiga yang jumlah penggunaan listrik lebih banyak. Biaya listrik di tahun 2014 sesuai dengan penggunaan ayam 10 000 ekor.
Tabel 11 Biaya tetap setiap tahun yang dikeluarkan oleh peternak ayam broiler tahun 2015 No
1 2 3 4
Jenis biaya
Satuan
biaya listrik biaya lingkungan pajak bumi dan bangunan ijin gangguan Total
bulan bulan tahun tahun
Jumlah Nilai per Jumlah biaya satuan per tahun (Rp) (Rp) 12 90 000 1 080 000 12 50 000 600 000 1 135 000 135 000 1 600 000 600 000 2 415 000
Pada tahun 2015 populasi ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito sejumlah 20 000 ekor dengan pembayaran listrik tiap bulan sebesar Rp90 000 merupakan biaya tetap paling besar tahun 2015. Tabel 12 Biaya tetap setiap tahun yang dikeluarkan oleh peternak ayam broiler tahun 2016 No 1 2 3 4
Jenis biaya Satuan biaya listrik Bulan biaya lingkungan bulan pajak bumi dan bangunan tahun ijin gangguan tahun total
Nilai per Jumlah biaya Jumlah satuan (Rp) per tahun (Rp) 12 120 000 1 440 000 12 50 000 600 000 1 135 000 135 000 1 600 000 600 000 2 775 000
Populasi 30 000 ekor ayam di tahun 2016 merupakan pengembangan terakhir dan biaya listrik sebesar Rp120 000 per bulan hingga berakhirnya umur usaha.
44 Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam kurun waktu tertentu. Komponen laba rugi terdiri dari penerimaan, biaya operasional, dan pajak penghasilan. Perhitungan laba rugi akan berpengaruh pada pajak penghasilan usaha. Perhitungan laba rugi setiap tahun digunakan untuk melihat pendapatan bersih setelah dikurangi nilai bunga dan pajak. Rincian perhitungan laba rugi akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha yang akan mempengaruhi hasil perhitungan cashflow. Tarif pajak ditentukan oleh pemerintah sebesar 25 persen. Hasil perhitungan laba rugi usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito diproyeksikan selama lima tahun sesuai dengan umur kandang. Dapat dilihat pada lampiran 3.
Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial usaha digunakan untuk mengukur kelayakan suatu usaha yang dijalankan dari sisi finansial. Metode yang digunakan untuk mengukur kelayakan usaha peternakan ayam broiler yaitu dengan metode penilaian investasi yang meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Return (IRR) dan Payback Period (PP). Hasil analisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler milik bapak catur sasmito dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Hasil analisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler Kriteria kelayakan investasi NPV Net B/C IRR Payback period
Syarat layak
nilai
>0 >1 >13.53%
Rp691 731 852 2.70 63% 4 tahun 1 bulan
Hasil analisis Layak Layak Layak Layak
Hasil dari analisis finansial usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito diperoleh bahwa nilai NPV yang di dapat yaitu sebesar Rp691 731 852 artinya usaha peternakan ayam broiler memberikan manfaat positif pada tingkat suku bunga 13.53 persen. Dapat dilihat dari nilai NPV usaha lebih dari nol selama lima tahun berjalannya usaha. Jika usaha tersebut terus dijalankan hingga lima tahun maka keuntungan yang akan di peroleh sebesar Rp691 731 852. Nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 2.70 yang mana nilai lebih besar dari satu. Hal tersebut menjelaskan bahwa dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama lima tahun mampu menghasilkan manfaat sebesar Rp 2.70 sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai IRR yang diperoleh sebesar 63 persen, lebih besar dari tingkat suku bunga sebesar 13.53 persen. Artinya investasi pada usaha peternakan ayam broiler lebih menguntungkan dari pada menabung di bank dengan tingkat suku bunga
45 deposito. Untuk lebih jelasnya NPV dan IRR hasil penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini. NPV (Rp)
691 731 852
IRR 63% 1 896 567 0 - 487 650
Discount Rate (%) 13.53
40
70
Gambar 5 Hubungan NPV dan IRR hasil analisis kelayakan finansial pada peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito
Payback period menunjukkan kemampuan tingkat pengembalian usaha atau modal. Payback period peternakan ayam broiler adalah 4.12 yang artinya tingkat pengembalian modal investasi adalah empat tahun satu bulan. Umur proyek usaha peternakan ayam broiler adalah lima tahun dan tingkat pengembalian modal masih dalam umur proyek maka usaha dapat dikatakan layak.
Analisis Switching Value Analisis switching value digunakan untuk mengetahui batasan persentase perubahan tertentu pada komponen penting dari bisnis yang dijalankan. Komponen dari bisnis peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito yang dinilai peka terhadap perubahan adalah penurunan penjualan ayam broiler hidup, peningkatan harga DOC, peningkatan harga pakan ternak dan peningkatan biaya variabel. Berdasarkan besaran persentase perubahan yang diperoleh dari analisis switching value, maka dapat diketahui komponen mana yang lebih peka terhadap perubahan, dilihat berdasarkan besaran persentase perubahan. Besaran persentase perubahan yang rendah mengindikasikan bahwa komponen tersebut relatif lebih peka jika dibandingkan dengan komponen lain yang besaran persentase perubahannya lebih besar. Hasil analisis switching value yang diperoleh disajikan pada Tabel 14.
46
No 1 2 3 4
Tabel 14 Hasil analisis switching value pada peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito Komponen yang Berubah Presentase perubahan Maksimum penurunan harga jual ayam broiler hidup 5.19 Maksimum peningkatan harga DOC 33.62 Maksimum Peningkatan harga pakan ternak 7.42 Maksimum peningkatan biaya variabel 5.79
Hasil analisis switching value yang diperoleh disajikan pada Tabel 14 menunjukkan bahwa maksimum penurunan penjualan ayam broiler hidup yang masih dapat ditoleransi agar bisnis tetap dikatakan layak adalah sebesar 5.19 persen, maksimum peningkatan harga DOC yang masih dapat ditoleransi agar bisnis tetap dikatakan layak adalah sebesar 33.62 persen, maksimum peningkatan harga pakan ternak yang masih dapat ditoleransi agar bisnis tetap dikatakan layak adalah sebesar 7.42 persen dan maksimum peningkatan biaya variabel yang masih dapat ditoleransi agar bisnis tetap layak sebesar 5.79 persen. Pada kondisi tersebut, besarnya NPV yang diterima perusahaan adalah nol dengan nilai Net B/C sebesar 1 dan IRR sebesar 13.53 persen sesuai dengan discount rate yang digunakan. Jika dibandingkan besaran persentase maksimum antara penurunan harga jual ayam broiler hidup, peningkatan harga DOC, peningkatan harga pakan ternak dan peningkatan biaya variabel. Besaran persentase maksimum penurunan penjualan ayam broiler hidup lebih rendah dibandingkan besaran persentase maksimum peningkatan biaya variabel, dibandingkan dengan besarnya presentase maksimum peningkatan harga pakan ternak, dan dibandingkan dengan besaran presentase maksimum peningkatan harga DOC sehingga dapat dikatakan bahwa pada peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito komponen penjualan ayam broiler hidup lebih peka terhadap perubahan. Komponen yang lebih peka terhadap perubahan tersebut hendaknya lebih diperhatikan, sehingga perubahan yang terjadi tidak melebihi batasan yang ada karena jika melebihi batasan yang ada maka bisnis yang dijalankan akan mengalami kerugian dan bisnis tidak lagi dinyatakan layak untuk dijalankan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan yang didapat dari penelitian mengenai analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito, yaitu: 1. Berdasarkan hasil analisis kelayakan bisnis aspek nonfinansial, peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito layak untuk dijalankan. Berdasarkan aspek pasar, bisnis yang dijalankan memiliki potensi pasar yang terbuka lebar di masa yang akan datang. Berdasarkan aspek teknis, peternakan ayam broiler memiliki lokasi yang tepat, serta didukung dengan fasilitas dan infrastruktur yang lengkap, prosedur produksi yang jelas serta layout produksi yang baik sehingga
47 mempermudah proses produksi. Berdasarkan aspek manajemen dan hukum, peternakan ayam broiler telah memiliki kelengkapan dokumen yang diperlukan dalam pendirian bisnis serta telah memiliki manajemen yang baik dengan deskripsi pekerjaan yang jelas untuk masing-masing pekerjaan. Berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan, bisnis yang dijalankan mampu memberikan manfaat tidak hanya bagi perusahaan tetapi bagi masyarakat sekitar lokasi bisnis hingga pemerintah setempat. 2. Berdasarkan hasil analisis kelayakan bisnis aspek finansial, bisnis peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito layak untuk dijalankan karena memiliki NPV lebih dari nol, nilai Net B/C lebih dari satu, IRR lebih dari discout rate yang digunakan 13.53 persen, dan PP sebelum umur bisnis berakhir. NPV yang diperoleh selama umur bisnis sebesar Rp691 731 852, Net B/C sebesar 2.70, IRR sebesar 63 persen, dan PP selama 4 tahun 1 bulan. 3. Hasil analisis switching value pada lima komponen yang dinilai paling berpengaruh dalam bisnis peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito yaitu penjualan ayam broiler hidup, harga DOC, biaya variabel dan harga pakan menunjukkan bahwa penurunan maksimum yang masih dapat ditoleransi dalam penjualan ayam broiler hidup sebesar 5.19 persen sedangkan kenaikan maksimum yang masih dapat ditoleransi oleh harga DOC 33.62 persen, harga pakan 7.42 persen dan biaya variabel sebesar 5.79 persen. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa komponen penjualan ayam broiler hidup lebih peka terhadap perubahan dibandingkan komponen biaya variabel, harga pakan dan DOC.
Saran 1. 2.
3.
Beberapa saran yang dapat diberikan dalam hasil penelitian sebagai berikut: Menjalin hubungan dengan banyak pemasok agar mudah dalam mencari input produksi seperti DOC, Pakan dan Obat-obatan hewan. Tenaga kerja profesional untuk kepala kandang seperti lulusan deploma peternakan atau sarjana peternakan dan sering mengikuti pelatihan manajemen pemeliharaan ayam broiler. Mengembangkan pemasaran ke luar daerah dan supermarket karena melihat potensinya masih cukup besar.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Konsumsi Per Kapita 2009-2013[Internet]. [diunduh 2014 februari 16]. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi. 2014. Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Banyuwangi. Jakarta (ID). [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Daging Nasional 2011-2013. Jakarta(ID). [Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan]. 2014. Statistik Peternakan [Internet]. [diunduh 2014 februari 20].
48 Ariesa N, Tinaprilla N. 2010. Analisis Kelayakan Restrukturisasi Mesin Pabrik Gulan Kremboong. Jurnal. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Arwita P. 2013. Analisis Resiko Usaha Peternakan Ayam Broiler Dengan Pola Kemitraan dan Mandiri di Kota Sawahlunto Kabupaten Sijunjung. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. David M. 2013. Analisis Resiko Produksi Pada Peternakan Ayam Broiler di Kampung Kandang, Desa Tegal, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor Fadilah R. 2004. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Jakarta. Agro Media Pustaka. Matjuri. 2012. Analisis Kelayakan Usaha Ayam Broiler Berkualitas Organik Pada Perusahaan CV Tritunggal Sejahtera Bogor Provinsi Jawa Barat. . Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor Karmidi J. 2012. Analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler pola kemitraan inti plasma di Kecamatan Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. BogorNurmalia R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor(ID): Departemen Agribisnis FEM IPB Kasmir, Jakfar. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Kedua. Jakarta (ID): Kencan Kabupaten Banyuwangi. 2014. Laporan Akhir Tahun 2012[Internet]. [diunduh 2014 maret 20]. www.banyuwangikab.go.id Mulyantini. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor : Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pribadi K. 2013. Analisis pelaksanaan kemitraan ayam broiler pada CV. Barokah dan pendapatan antara peternak mitra dan peternak mandiri di Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Saputra. 2011. Analisis kelayakan investasi peternakan ayam broiler pada kondisi risiko di wilayah Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suharno B. 2002. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. Jakarta. Penebar Swadaya. Umar H. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Edisi 3. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Zulkarnaen D. 2013. Lebih Sukses dan Untung Beternak Ayam Broiler. Surabaya. Dafa Publishing.
produksi 1 produksi 2 produksi 3 produksi 4 produksi 5 produksi 6
Tahun
produksi 1 produksi 2 produksi 3 produksi 4 produksi 5 produksi 6
Tahun
produksi 1 produksi 2 produksi 3 produksi 4
3
4
2
Minggu
1
Januari
Bulan
Tahun
5
1
2
3
Februari
4
1
2
3
Maret
4
1
2
3
April 4
1
2
3
Mei 4
5
1
2
3
Juni
Lampiran 1 Jadwal produksi ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito 2014-2018
4
2016
2015
1
2014
2
3
Juli 4
5
1
2
3
Agustus 4
1
2
3
4
September 5
1
2
3
Oktober 4
1
2
3
November 4
1
2
3
4
Desember
49
5
2017
2018
Tahun produksi 1 produksi 2 produksi 3 produksi 4 produksi 5 produksi 6
Tahun produksi 1 produksi 2 produksi 3 produksi 4 produksi 5 produksi 6
Lanjutan jadwal produksi ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito
50
gayung
instalasi air
lampu penerang
tirai/terpal
termoregulator
selang LPG
pembatas/sekat
gerobak
kipas angin
keranjang panen
termometer
tali
radio dan salon
seng
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
1
genset
13
1
timbangan roti
selang
1
timbangan duduk
sekop
2
pompa air
12
1
alat semprot
11
2
ember plastik
2
kandang kapasitas 5000 ekor rumah penjaga dan gudang Drum air
18
1
188
2
3
4
1
12
20
20
24
15
40
4
50
2
8
1
7 100
jumlah
lahan
Uraian
meter
unit
meter
unit
unit
unit
unit
unit
meter
unit
meter
unit
meter
unit
meter
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
2 meter
satuan
7 500
115 000
1 000
9 000
235 000
1 000 000
350 000
10 000
6 500
75 000
12 000
20 000
8 000
9 000
5 000
50 000
33 000
4 500 000
190 000
1 100 000
650 000
350 000
260 000
53 000 000
45 000 000
55 000
harga satuan
5
5
5
5
6
5
5
5
5
5
5
2
10
2
5
5
2
10
5
10
5
10
5
10
5
umur ekonomis
135 000
115 000
188 000
18 000
705 000
4 000 000
350 000
120 000
130 000
1 500 000
288 000
300 000
320 000
36 000
250 000
100 000
264 000
4 500 000
190 000
1 100 000
1 300 000
350 000
520 000
53 000 000
90 000 000
390 500 000
2014
135 000
188 000
18 000
4 000 000
350 000
120 000
130 000
1 500 000
288 000
200 000
160 000
36 000
250 000
264 000
520 000
90 000 000
2015
135 000
188 000
18 000
4 000 000
120 000
130 000
1 500 000
288 000
400 000
80 000
72 000
528 000
350 000
520 000
90 000 000
2016
Investasi
200 000
36 000
264 000
2017
400 000
72 000
528 000
2018
27 000
23 000
37 600
3 600
117 500
800 000
70000
24 000
26 000
300 000
57 600
150 000
32 000
18 000
50 000
20 000
132 000
450 000
38 000
110 000
260 000
35 000
104 000
5 300 000
18 000 000
2014
54 000
23 000
75 200
7 200
117 500
1 600 000
140 000
48 000
52 000
600 000
115 200
250 000
48 000
36 000
100 000
20 000
240 000
450 000
38 000
110 000
260 000
35 000
208 000
5 300 000
36 000 000
2015
Lampiran 2 Biaya investasi, penyusutan per tahun dan nilai sisa peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
No
81 000
23 000
112 800
10 800
117 500
2 400 000
140 000
72 000
78 000
900 000
172 800
300 000
56 000
54 000
100 000
20 000
396 000
450 000
38 000
110 000
260 000
70 000
312 000
5 300 000
54 000 000
2016
81 000
23 000
112 800
10 800
117 500
2 400 000
140 000
72 000
78 000
900 000
172 800
300 000
56 000
54 000
100 000
20 000
396 000
450 000
38 000
110 000
260 000
70 000
312 000
5 300 000
54 000 000
2017
penyusutan
81 000
23 000
112 800
10 800
117 500
2 400 000
140 000
72 000
78 000
900 000
172 800
300 000
56 000
54 000
100 000
20 000
396 000
450 000
38 000
110 000
260 000
70 000
312 000
5 300 000
54 000 000
390 500 000
2018
0
112 800
10 800
117 500
2 400 000
70 000
72 000
78 000
900 000
172 800
200 000
312 000
36 000
50 000
0
240 000
2 250 000
0
550 000
0
420 000
312 000
26 500 000
54 000 000
390 500 000
total nilai sisa
51
sumur
pemanas
instalasi listrik
31
32
33
70
20
1
80
meter
unit
unit
unit
unit
8 000
160 000
4 000 000
10 300
19 200
14 400
10
5
20
5
5
5
5
560 000
3 200 000
4 000 000
824 000
4 800 000
1 152 000
5 475 000
799 804 000
tempat minum kecil
30
250
unit
21 900
570 290 000
tempat minum besar
29
80
unit
total investasi
tempat pakan kecil
28
250
total investasi per tahun
tempat pakan besar
27
114 002 000
400 000
3 200 000
824 000
4 800 000
1 144 000
5 475 000
114 012 000
240 000
3 200 000
824 000
4 800 000
1 144 000
5 475 000
500 000
1 000 000
75 164 500
120 000
1 920 000
200 000
494 400
2 880 000
691 200
3 285 000
61 485 700
75 164 500
120 000
1 920 000
200 000
494 400
2 880 000
691 200
3 285 000
penyusutan per tahun
75 164 500
120 000
1 920 000
200 000
494 400
2 880 000
691 200
3 285 000
307 428 500
52 403 500
96 000
1 280 000
200 000
329 600
1 920 000
460 800
2 190 000
total penyusutan
29 531 500
56 000
640 000
200 000
164 800
960 000
230 400
1 095 000
81 000
492 343 500
688 000
1 920 000
3 000 000
494 400
2 880 000
691 200
3 285 000
52
53
Lampiran 3 Proyeksi laba rugi peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito tahun 2014-2018 Tahun
Uraian 1
2
3
4
5
Penerimaan 1 penjualan ayam
1 170 673 600
3 512 020 800
5 268 031 200
5 268 031 200
5 268 031 200
3 243 680
9 731 040
14 596 560
14 596 560
14 596 560
1 173 917 280
3 521 751 840
5 282 627 760
5 282 627 760
5 282 627 760
DOC
180 800 000
542 400 000
813 600 000
813 600 000
813 600 000
pakan
819 456 000
2458 368 000
3 687 552 000
3 687 552 000
3687 552 000
20 000 000
60 000 000
90 000 000
90 000 000
90 000 000
2 penjualan karung bekas total penerimaan Biaya operasional biaya Variabel
obat dan vaksin sekam
1 960 000
5 880 000
8 820 000
8820 000
8 820 000
isi ulang LPG
8 400 000
8 400 000
37 800 000
37 800 000
37 800 000
gula
200 000
600 000
900 000
900 000
900 000
koran
120 000
360 000
540 000
540 000
540 000
tenaga kerja panen
1 600000
4 800 000
7 200 000
7 200 000
7 200 000
14 000 000
42 000 000
63 000 000
63 000 000
63 000 000
1 400 000
4 200 000
6 300 000
6 300 000
6 300 000
0
12 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
1 047 936 000
3 139 008 000
4 733 712 000
4 733 712 000
4 733 712 000
biaya listrik
720 000
1 080 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
biaya lingkungan
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
pajak bumi dan bangunan
135 000
135 000
135 000
135 000
135 000
ijin gangguan (HO)
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
penyusutan investasi
61 485 700
61 485 700
61 485 700
61 485 700
61 485 700
total biaya tetap
63 540 700
63 900 700
64 260 700
64 260 700
64 260 700
1 111 476 700
3 202 908 700
4 797 972 700
4 797 972 700
4 797 972 700
62 440 580
318 843 140
484 655 060
484 655 060
484 655 060
0
0
0
0
0
laba sebelum pajak
62 440 580
318 843 140
484 655 060
484 655 060
484 655 060
pajak penghasilan (25%)
15 610 145
79 710 785
121 163 765
121 163 765
121 163 765
laba bersih
46 830 435
239 132 355
363 491 295
363 491 295
363 491 295
TK anak kandang pembersihan kandang TK kepala kandang total biaya variabel biaya tetap
laba kotor bunga (0%)
53
total biaya operasional
54
L ampiran 4 Proyeksi arus kas (cashflow) peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito tahun 2014-2018 No
Tahun
Uraian 2014
A
2015
2016
2017
2018
1170673 600
3 512 020 800
5 268 031 200
5 268 031 200
5 268 031 200
3243 680
9 731 040
14 596 560
14 596 560
14 596 560
INFLOW 1
penerimaan ayam broiler hidup
2
penerimaan karung bekas pakan
3
nilai sisa TOTAL INFLOW
B
OUTFLOW
I
BIAYA INVESTASI
492 343 500 1 173 917 280
1
lahan
2
kandang kapasitas 5000 ekor
90 000 000
3
rumah penjaga dan gudang
53 000 000
4
Drum air
520 000
5
alat semprot
350 000
6
pompa air
1 300 000
7
timbangan duduk
1 100 000
8
timbangan roti
9
genset
3 521 751 840
5 282 627 760
5 282 627 760
57 74 971 260
90 000 000
90 000 000
520 000
520 000
528 000
264 000
528 000
36 000
72 000
200 000
400 000
390 500 000
350 000
190 000 4 500 000
10
ember plastik
264 000
264 000
11
sekop
100 000
12
selang
250 000
250 000
13
gayung
36 000
36 000
72 000
14
instalasi air
320 000
160 000
80 000
15
lampu penerang
300 000
200 000
400 000
16
tirai/terpal
288 000
288 000
288 000
17
termoregulator
1 500 000
1 500 000
1 500 000
18
selang LPG
130 000
130 000
130 000
19
pembatas/sekat
120 000
120 000
120 000
20
gerobak
350 000
350 000
21
kipas angin
4 000 000
4 000 000
22
keranjang panen
23
termometer
18 000
18 000
18000
24
tali
188 000
188 000
188000
25
radio dan salon
115 000
26
seng
135 000
135 000
135 000
27
tempat pakan besar
5 475 000
5 475 000
5 475 000
28
tempat pakan kecil
1 152 000
1 144 000
1 144 000
29
tempat minum besar
4 800 000
4 800 000
4 800 000
30
tempat minum kecil
824 000
824 000
824 000
31
sumur
4 000 000
32
pemanas
3 200 000
3 200 000
3 200 000
33
instalasi listrik
560 000
400 000
240 000
4 000 000
705 000
55
TOTAL INVESTASI II
114 002 000
114 012 000
500 000
1 000 000
Biaya Operasional
a
Biaya Variabel 1
DOC
180 800 000
542 400 000
813 600 000
813 600 000
813 600 000
2
Pakan
819 456 000
2 458 368 000
3 687 552 000
3 687 552 000
3 687 552 000
3
obat dan vaksin
20 000 000
60 000 000
90 000 000
90 000 000
90 000 000
4
Sekam
1 960 000
5 880 000
8 820 000
8 820 000
8 820 000
5
isi ulang LPG
8 400 000
8 400 000
37 800 000
37 800 000
37 800 000
6
Gula
200 000
600000
900 000
900 000
900 000
7
Koran
120 000
360 000
540 000
540 000
540 000
8
tenaga kerja panen
1 600 000
4 800 000
7 200 000
7 200 000
7 200 000
9
TK anak kandang
14 000 000
42 000 000
63 000 000
63 000 000
63 000 000
1 400 000
4 200 000
6 300 000
6 300 000
6 300 000
0
12 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
1 047 936 000
3 139 008 000
473 3712 000
4 733 712 000
4 733 712 000
10
pembersihan kandang
11
TK kepala kandang TOTAL BIAYA VARIABEL
b
c
570 290 000
Biaya Tetap 1
biaya listrik
720 000
1 080 000
1 440 000
1 440 000
1440 000
2
biaya lingkungan
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
3
pajak bumi dan bangunan
135 000
135 000
135 000
135 000
135 000
4
ijin gangguan(HO)
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
TOTAL BIAYA TETAP
2 055 000
2 415 000
2 775 000
2 775 000
2 775 000
Total Biaya Operasional
1 049 991 000
3 141 423 000
4 736 487 000
4 736 487 000
4 736 487 000
pajak penghasilan (25%)
15 610 145
79 710 785
121 163 765
121 163 765
121 163 765
1 635 891 145
3 335 135 785
4 971 662 765
4 858 150 765
4 858 650 765
NET BENEFIT DISCOUNT FACTOR (13,53 %)
-461 973 865
186 616 055
310 964 995
424 476 995
916 320 495
0.881
0.776
0.683
0.602
0.530
PV/TAHUN
-406 917 876
144 786 386
212 510 107
255 512 180
485 841 055
PV BENEFIT/ TAHUN
1 034 015 044
2 732 357 204
3 610 090 554
3 179 856 033
3 061 939 730
PV COST/TAHUN
1 440 932 921
2 587 570 818
3 397 580 447
2 924 343 853
2 576 098 675
TOTAL OUTFLOW
Rata - rata penerimaan bersih
138 346 370
NPV
691 731 852
Payback Period
4.12
IRR
0.63
PV Positif
1 098 649 728
PV Negatif
-406 917 876
NET B/C
2.70
56
Lampiran 5 Proyeksi arus kas peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito (analisis switching value penurunan harga jual ayam broiler) sebesar 5.19% No
Tahun
Uraian 2014
A
2
INFLOW penerimaan ayam broiler hidup penerimaan karung bekas pakan
3
nilai sisa
1
TOTAL INFLOW B
OUTFLOW
I
BIAYA INVESTASI
2015
2016
2017
2018
1 109 879 786
3 329 639 357
4 994 459 036
4 994 459 036
4 994 459 036
3 243 680
9 731 040
14 596 560
14 596 560
14 596 560 492 343 500
1 113 123 466
1
lahan
2
kandang kapasitas 5000 ekor
90 000 000
3
rumah penjaga dan gudang
53 000 000
4
Drum air
520 000
5
alat semprot
350 000
6
pompa air
1 300 000
7
timbangan duduk
1 100 000
8
timbangan roti
9
genset
3 339 370 397
5 009 055 596
5 009 055 596
5 501 399 096
90 000 000
90 000 000
520 000
520 000
528 000
264 000
528 000
36 000
72 000
200 000
400 000
390 500 000
350 000
190 000 4 500 000
10
ember plastik
264 000
264 000
11
sekop
100 000
12
selang
250 000
250 000
13
gayung
36 000
36 000
72 000
14
instalasi air
320 000
160 000
80 000
15
lampu penerang
300 000
200 000
400 000
16
tirai/terpal
288 000
288 000
288 000
17
termoregulator
1 500 000
1 500 000
1 500 000
18
selang LPG
130 000
130 000
130 000
19
pembatas/sekat
120 000
120 000
120 000
20
gerobak
350 000
350 000
21
kipas angin
4 000 000
4 000 000
22
keranjang panen
23
termometer
18 000
18 000
18 000
24
tali
188 000
188 000
188 000
25
radio dan salon
115 000
26
seng
135 000
135 000
13 5000
27
tempat pakan besar
5 475 000
5 475 000
5 475 000
28
tempat pakan kecil
1 152 000
1 144 000
1 144 000
29
tempat minum besar
4 800 000
4 800 000
4 800 000
30
tempat minum kecil
824 000
824 000
824 000
31
sumur
4 000 000
32
pemanas
3 200 000
3 200 000
3 200 000
4 000 000
705 000
57
33
instalasi listrik TOTAL INVESTASI
II
Biaya Operasional
a
Biaya Variabel
400 000
240 000
570 290 000
114 002 000
114 012 000
500 000
1 000 000
1
DOC
180 800 000
542 400 000
813 600 000
813 600 000
813 600 000
2
pakan
819 456 000
2 458 368 000
3 687 552 000
3 687 552 000
3 687 552 000
3
obat dan vaksin
20 000 000
60 000 000
90 000 000
90 000 000
90 000 000
4
sekam
1 960 000
5 880000
8 820 000
8 820 000
8 820 000
5
isi ulang LPG
8 400 000
8 400 000
37 800 000
37 800 000
37 800 000
6
gula
200 000
600 000
900 000
900 000
900 000
7
koran
120 000
360 000
540 000
540 000
540 000
8
tenaga kerja panen
1 600 000
4 800 000
7 200 000
7 200 000
7 200 000
9
TK anak kandang
14 000 000
42 000 000
63 000 000
63 000 000
6 3000000
1 400 000
4 200000
6 300 000
6 300 000
6 300 000
0
12 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
1 047 936 000
3 139 008 000
4 733 712 000
4 733 712 000
4 733 712 000
10
pembersihan kandang
11
TK kepala kandang TOTAL BIAYA VARIABEL
b
c
560 000
Biaya Tetap 1
biaya listrik
720 000
1 080 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
2
biaya lingkungan
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
3
pajak bumi dan bangunan
135 000
135 000
135 000
135 000
135 000
4
ijin gangguan(HO)
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
TOTAL BIAYA TETAP
2 055 000
2 415 000
2 775 000
2 775 000
2 775 000
Total Biaya Operasional
1 049 991 000
3 141 423 000
4 736 487 000
4 736 487 000
4 736 487 000
pajak penghasilan (25%)
15 610 145
79 710 785
121 163 765
121 163 765
121 163 765
1 635 891 145
3 335 135 785
4 971 662 765
4 858 150 765
4 858 650 765
NET BENEFIT DISCOUNT FACTOR (13,53 %)
-522 767 679.3
4 234 612.204
37 392 830.81
15 090 4830.8
642 748 330.8
0.880824452
0.775851715
0.683389161
0.601945883
0.530208653
PV/TAHUN
-460 466 554.4
3 285 431.139
25 553 855.28
90 836 541.66
340 790 726.4
PV BENEFIT/ TAHUN
980 466 366.4
2 590 856 249
3 423 134 302
3 015 180 395
2 916 889 401
PV COST/TAHUN
1 440 932 921
2 587 570 818
3 397 580 447
2 924 343 853
2 576 098 675
TOTAL OUTFLOW
NPV IRR
Rp0 13.53%
PV Positif
460466554.4
PV Negatif
-460466554.4
NET B/C
1
58
Lampiran 6 Proyeksi arus kas peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito (analisis switching value peningkatan harga DOC) sebesar 33.62% No
Tahun
Uraian 2014
A
2015
2016
2017
2018
INFLOW 1
penerimaan ayam broiler hidup
2
penerimaan karung bekas pakan
3
nilai sisa TOTAL INFLOW
B
OUTFLOW
I
BIAYA INVESTASI
1170673600
3512020800
5268031200
5268031200
5268031200
3243680
9731040
14596560
14596560
14596560 492343500
1173917280
1
lahan
2
kandang kapasitas 5000 ekor
90000000
3
rumah penjaga dan gudang
53000000
4
Drum air
520000
5
alat semprot
350000
6
pompa air
1300000
7
timbangan duduk
1100000
8
timbangan roti
9
Genset
3521751840
5282627760
5282627760
5774971260
90000000
90000000
520000
520000
528000
264000
528000
36000
72000
200000
400000
390500000
350000
190000 4500000
10
ember plastic
264000
264000
11
Sekop
100000
12
Selang
250000
250000
13
Gayung
36000
36000
72000
14
instalasi air
320000
160000
80000
15
lampu penerang
300000
200000
400000
16
tirai/terpal
288000
288000
288000
17
termoregulator
1500000
1500000
1500000
18
selang LPG
130000
130000
130000
19
pembatas/sekat
120000
120000
120000
20
Gerobak
350000
350000
21
kipas angina
4000000
4000000
22
keranjang panen
23
Thermometer
18000
18000
18000
24
Tali
188000
188000
188000
25
radio dan salon
115000
26
Seng
135000
135000
135000
27
tempat pakan besar
5475000
5475000
5475000
28
tempat pakan kecil
1152000
1144000
1144000
29
tempat minum besar
4800000
4800000
4800000
30
tempat minum kecil
824000
824000
824000
31
Sumur
4000000
32
pemanas
3200000
3200000
3200000
33
instalasi listrik
560000
400000
240000
4000000
705000
59
TOTAL INVESTASI II
114002000
114012000
500000
1000000
Biaya Operasional
a
Biaya Variabel 1
DOC
241593814.3
724781442.8
1087172164
1087172164
1087172164
2
pakan
819456000
2458368000
3687552000
3687552000
3687552000
3
obat dan vaksin
20000000
60000000
90000000
90000000
90000000
4
sekam
1960000
5880000
8820000
8820000
8820000
5
isi ulang LPG
8400000
8400000
37800000
37800000
37800000
6
gula
200000
600000
900000
900000
900000
7
koran
120000
360000
540000
540000
540000
8
tenaga kerja panen
1600000
4800000
7200000
7200000
7200000
9
TK anak kandang
14000000
42000000
63000000
63000000
63000000
1400000
4200000
6300000
6300000
6300000
0
12000000
18000000
18000000
18000000
1108729814
3321389443
5007284164
5007284164
5007284164
10
pembersihan kandang
11
TK kepala kandang TOTAL BIAYA VARIABEL
b
c
570290000
Biaya Tetap 1
biaya listrik
720000
1080000
1440000
1440000
1440000
2
biaya lingkungan
600000
600000
600000
600000
600000
3
pajak bumi dan bangunan
135000
135000
135000
135000
135000
4
ijin gangguan(HO)
600000
600000
600000
600000
600000
TOTAL BIAYA TETAP
2055000
2415000
2775000
2775000
2775000
Total Biaya Operasional
1110784814
3323804443
5010059164
5010059164
5010059164
pajak penghasilan (25%) TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT DISCOUNT FACTOR (13,53 %) PV/TAHUN
15610145
79710785
121163765
121163765
121163765
1696684959
3517517228
5245234929
5131722929
5132222929
-522767679.3
4234612.204
37392830.81
150904830.8
642748330.8
0.880824452
0.775851715
0.683389161
0.601945883
0.530208653
-460466554.4
3285431.139
25553855.28
90836541.66
340790726.4
PV BENEFIT/ TAHUN
1034015044
2732357204
3610090554
3179856033
3061939730
PV COST/TAHUN
1494481599
2729071773
3584536698
3089019491
2721149004
NPV IRR
Rp0 0.1353
PV Positif
460466554.4
PV Negatif
-460466554.4
NET B/C
1
60
Lampiran 7 Proyeksi arus kas peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito (analisis switching value peningkatan harga pakan) sebesar 7.42% No
Tahun
Uraian A
2
INFLOW penerimaan ayam broiler hidup penerimaan karung bekas pakan
3
nilai sisa
1
TOTAL INFLOW B
OUTFLOW
I
BIAYA INVESTASI
2014
2015
2016
2017
2018
1170673600
3512020800
5268031200
5268031200
5268031200
3243680
9731040
14596560
14596560
14596560 492343500
1173917280
1
lahan
2
kandang kapasitas 5000 ekor
90000000
3
rumah penjaga dan gudang
53000000
4
Drum air
520000
5
alat semprot
350000
6
pompa air
1300000
7
timbangan duduk
1100000
8
timbangan roti
9
genset
3521751840
5282627760
5282627760
5774971260
90000000
90000000
520000
520000
528000
264000
528000
72000
36000
72000
200000
400000
390500000
350000
190000 4500000
10
ember plastik
264000
11
sekop
100000
264000
12
selang
250000
250000
13
gayung
36000
36000
14
instalasi air
320000
160000
80000
15
lampu penerang
300000
200000
400000
16
tirai/terpal
288000
288000
288000
17
termoregulator
1500000
1500000
1500000
18
selang LPG
130000
130000
130000
19
pembatas/sekat
120000
120000
120000
20
gerobak
350000
350000
21
kipas angin
4000000
4000000
4000000
22
keranjang panen
23
termometer
18000
18000
18000
24
tali
188000
188000
188000
25
radio dan salon
115000
26
seng
135000
135000
135000
27
tempat pakan besar
5475000
5475000
5475000
28
tempat pakan kecil
1152000
1144000
1144000
29
tempat minum besar
4800000
4800000
4800000
30
tempat minum kecil
824000
824000
824000
31
sumur
4000000
32
pemanas
3200000
3200000
3200000
33
instalasi listrik
560000
400000
240000
705000
61
TOTAL INVESTASI II
Biaya Operasional
a
Biaya Variabel
114002000
114012000
500000
1000000
1
DOC
180800000
542400000
813600000
813600000
813600000
2
pakan
880249814.3
2640749443
3961124164
3961124164
3961124164
3
obat dan vaksin
20000000
60000000
90000000
90000000
90000000
4
sekam
1960000
5880000
8820000
8820000
8820000
5
isi ulang LPG
8400000
8400000
37800000
37800000
37800000
6
gula
200000
600000
900000
900000
900000
7
koran
120000
360000
540000
540000
540000
8
tenaga kerja panen
1600000
4800000
7200000
7200000
7200000
9
TK anak kandang
14000000
42000000
63000000
63000000
63000000
1400000
4200000
6300000
6300000
6300000
10
pembersihan kandang
11
TK kepala kandang TOTAL BIAYA VARIABEL
b
c
570290000
0
12000000
18000000
18000000
18000000
1108729814
3321389443
5007284164
5007284164
5007284164
Biaya Tetap 1
biaya listrik
720000
1080000
1440000
1440000
1440000
2
biaya lingkungan
600000
600000
600000
600000
600000
3
pajak bumi dan bangunan
135000
135000
135000
135000
135000
4
ijin gangguan(HO)
600000
600000
600000
600000
600000
TOTAL BIAYA TETAP
2055000
2415000
2775000
2775000
2775000
Total Biaya Operasional
1110784814
3323804443
5010059164
5010059164
5010059164
pajak penghasilan (25%)
15610145
79710785
121163765
121163765
121163765
1696684959 522767679.3
3517517228
5245234929
5131722929
5132222929
4234612.204
37392830.81
150904830.8
642748330.8
0.775851715
0.683389161
0.601945883
0.530208653
PV/TAHUN
0.880824452 460466554.4
3285431.139
25553855.28
90836541.66
340790726.4
PV BENEFIT/ TAHUN
1034015044
2732357204
3610090554
3179856033
3061939730
PV COST/TAHUN
1494481599
2729071773
3584536698
3089019491
2721149004
TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT DISCOUNT FACTOR (13,53 %)
NPV IRR PV Positif PV Negatif NET B/C
Rp0 0.1353 460466554.4 460466554.4 1
62
Lampiran 8 Proyeksi arus kas peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito (analisis switching value peningkatan biaya variabel) sebesar 5.79% No
Tahun
Uraian 2014
A
2
INFLOW penerimaan ayam broiler hidup penerimaan karung bekas pakan
3
nilai sisa
1
TOTAL INFLOW B
OUTFLOW
I
BIAYA INVESTASI
2015
2016
2017
2018
1170673600
3512020800
5268031200
5268031200
5268031200
3243680
9731040
14596560
14596560
14596560 492343500
1173917280
1
lahan
2
kandang kapasitas 5000 ekor
90000000
3
rumah penjaga dan gudang
53000000
4
Drum air
520000
5
alat semprot
350000
6
pompa air
1300000
7
timbangan duduk
1100000
8
timbangan roti
9
genset
3521751840
5282627760
5282627760
5774971260
90000000
90000000
520000
520000
528000
264000
528000
36000
72000
200000
400000
390500000
350000
190000 4500000
10
ember plastik
264000
264000
11
sekop
100000
12
selang
250000
250000
13
gayung
36000
36000
72000
14
instalasi air
320000
160000
80000
15
lampu penerang
300000
200000
400000
16
tirai/terpal
288000
288000
288000
17
termoregulator
1500000
1500000
1500000
18
selang LPG
130000
130000
130000
19
pembatas/sekat
120000
120000
120000
20
gerobak
350000
350000
21
kipas angin
4000000
4000000
22
keranjang panen
23
termometer
18000
18000
18000
24
Tali
188000
188000
188000
25
radio dan salon
115000
26
Seng
135000
135000
135000
27
tempat pakan besar
5475000
5475000
5475000
28
tempat pakan kecil
1152000
1144000
1144000
29
tempat minum besar
4800000
4800000
4800000
30
tempat minum kecil
824000
824000
824000
31
sumur
4000000
32
pemanas
3200000
3200000
3200000
4000000
705000
63
33
instalasi listrik TOTAL INVESTASI
II
Biaya Operasional
A
Biaya Variabel
400000
240000
570290000
114002000
114012000
500000
1000000
1
DOC
180800000
542400000
813600000
813600000
813600000
2
pakan
819456000
2458368000
3687552000
3687552000
3687552000
3
obat dan vaksin
20000000
60000000
90000000
90000000
90000000
4
sekam
1960000
5880000
8820000
8820000
8820000
5
isi ulang LPG
8400000
8400000
37800000
37800000
37800000
6
gula
200000
600000
900000
900000
900000
7
koran
120000
360000
540000
540000
540000
8
tenaga kerja panen
1600000
4800000
7200000
7200000
7200000
9
TK anak kandang
14000000
42000000
63000000
63000000
63000000
1400000
4200000
6300000
6300000
6300000
10
pembersihan kandang
11
TK kepala kandang TOTAL BIAYA VARIABEL
B
C
560000
0
12000000
18000000
18000000
18000000
1108582540
3320669833
5007663133
5007663133
5007663133
Biaya Tetap 1
biaya listrik
720000
1080000
1440000
1440000
1440000
2
biaya lingkungan
600000
600000
600000
600000
600000
3
pajak bumi dan bangunan
135000
135000
135000
135000
135000
4
ijin gangguan(HO)
600000
600000
600000
600000
600000
TOTAL BIAYA TETAP
2055000
2415000
2775000
2775000
2775000
Total Biaya Operasional
1110637540
3323084833
5010438133
5010438133
5010438133
pajak penghasilan (25%)
15610145
79710785
121163765
121163765
121163765
TOTAL OUTFLOW
1696537685
3516797618
5245613898
5132101898
5132601898
NET BENEFIT DISCOUNT FACTOR (13,53 %)
-522620405
4954222.442
37013862.44
150525862
642369362.4
0.880824452
0.775851715
0.683389161
0.60194588
0.530208653
-460336831.7
3843741.977
25294872.4
90608423.2
340589794.1
PV BENEFIT/ TAHUN
1034015044
2732357204
3610090554
3179856033
3061939730
PV COST/TAHUN
1494351876
2728513462
3584795681
3089247609
2721349936
PV/TAHUN
NPV IRR
Rp0 0.1353
PV Positif
460336831.7
PV Negatif
-460336831.7
NET B/C
1
64
Lampiran 9 Dokumentasi penelitian
65
66
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 5 Juni Tahun 1992. Penulis adalah anak Kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak drh H Catur Sasmito, MM dan Ibu Rini Arfiyah, M.pd. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Muhammadiyah 6 Genteng, lalu meneruskan pendidikan di SMP Negeri 1 Genteng dan SMA Negeri 1 Genteng. Lulus dari SMA Negeri 1 Genteng pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, saat di tingkat persiapan bersama penulis berada di kelas A26 dan tinggal di Asrama Putri gedung A3 kamar 334 selama satu tahun. Tahun kedua penulis masuk Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, selama masa kuliah penulis sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agribisnis. Selesai menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor selama empat tahun, lulus mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi.