MANAJEMEN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM PEDAGING (BROILER) DI KECAMATAN GANDING KABUPATEN SUMENEP RISK MANAGEMENT OF BROILER POULTRY IN DISTRICT GANDING SUMENEP REGENCY Lukman Hakim, Slamet Widodo, dan Elys Fauziah
ABSTRAK Ayam pedaging merupakan ras ayam yang banyak dibudidayakan oleh peternak di Kabupaten Sumenep. Kegiatan peternakan ayam pedaging tergolong sebagai kegiatan yang penuh dengan risiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber risiko, menganalisis tingkat risiko, dan mendeskripsikan manajemen risiko yang dilakukan oleh peternak. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, sedangkan untuk tingkat risiko dianalisis dengan menggunakan Koefisien Variasi (KV) dan Batas Bawah Pendapatan (BPP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber risiko terbesar dalam produksi ayam pedaging adalah stres panas dan penyakit CRD (Chronic Respiratory Disease). Tingkat risiko kegiatan peternakan ayam pedaging tergolong sebagai kegiatan yang risikonya rendah karena nilai KV≤0,5, sebagian besar peternak telah memanajemen risiko usaha dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan besarnya peternak (90%) telah melakukan kegiatan yang dapat mereduksi risiko pada saat sebelum kegiatan beternak (manajemen exante) dan pada saat setelah terjadi risiko (manajemen ex-post). Kata kunci: Sumber Risiko, Tingkat Risiko, Manajemen Risiko.
ABSTRACT Broiler is chicken family which many conducting by breeder in Sumenep Recengy. Activity of broiler poultry contained full of risk. This research aim to identify source of risk, analyses level of risk, and description risk management who was done by breeder. Method applied is qualitative descriptive method, while for level of risk is analysed by using Koefisien Variasi (KV) and Batas Bawah Pendapatan (BPP). Result of research indicates that the biggest source of risk in produce of broiler is heat stres and CRD disease (Chronic Respiratory Disease). Risk level of broiler poultry activity indicated as low risk activity, because KV value ≤ 0,5 partly broiler breeder at District Ganding has effort for their poultry carefully, this is showing with 90 percent of breeder has done activity which can reduce risk at the time of before poultry activity (management ex-ante) and at the time of after happened risk (management ex-post). Keyword: Source of Risk, Level of Risk, Risk Management. PENDAHULUAN Usaha peternakan merupakan salah satu sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Subsektor peternakan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 8.241.006 orang1 (SAKERNAS, 2012). Ayam pedaging merupakan salah satu hewan ternakan yang banyak dipelihara oleh peternak. Jawa timur adalah salah satu propinsi dengan jumlah peternakan ayam pedaging (broiler) yang cukup banyak dan mampu 1
Data berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) pada bulan Februari 2012.
menyerap tenaga kerja pada sektor tersebut. Produksi ayam pedaging meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun (Tabel 1). Tabel 1. Data Produksi Ternak Provinsi Jawa Timur Produksi daging (Kg) 2008 2009 2010 2011 Sapi potong 92,652,904 96,947,653 98,821,373 103,242,656 Kambing 17,122,831 17,371,236 17,386,479 11,615,970 Ayam Pedaging 135,794,504 140,109,891 159,671,244 100,578,868 Itik 2,068,515 2,097,676 1,905,749 2,403,491 Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Salah satu Kabupaten di Jawa Timur yakni Kabupaten Sumenep, merupakan daerah pengkontribusi pasokan daging ayam yang cukup penting di Madura. Sentra produksi ayam pedaging di Kabupaten Sumenep adalah Kecamatan Ganding (Tabel 2). Tabel 2. Populasi ternak ayam ras berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Sumenep tahun 2012 Kecamatan Jumlah Populasi (ekor) Ganding 61,600 Pragaan 49,050 Bluto 39,017 Batu putih 18,818 Manding 16,811 Saronggi 16,122 Rubaru 15,298 Lenteng 13,300 Gapura 8,861 Batuan 7,875 Guluk-guluk 6,943 Kalianget 6,122 Sumber : Kabupaten Sumenep dalam angka 2012 Ayam pedaging menjadi hewan ternak andalan di Kecamatan Ganding karena kelebihan yang dimilikinya. Kelebihan ayam pedaging dibandingkan ras ayam lainnya yakni ayam pedaging lebih mudah untuk dipelihara, bisa memperoleh keuntungan hanya dalam 40 hari pemeliharaan, dan tidak membutuhkan modal sangat besar untuk memulainya. Namun ayam pedaging merupakan ras ayam yang rentan terhadap penyakit dan stres. Penyakit dan stres tersebut berasal dari kegiatan ternak yang sifatnya masih manual dan tradisional. Menurut Rasyaf (2008) alas kaki dan tubuh petugas peternakan yang keluar masuk areal kandang dapat menjadi vektor beberapa bakteri dan virus penyebab penyakit menular pada ayam pedaging. Penyakit dan stres pada ayam pedaging merupakan penyebab kematian pada ayam. Menurut Rahmat (2010) kematian pada ayam yang terkena penyakit Coryza dapat mencapai 30 persen. Oleh karena itu Peternak dituntut untuk melakukan serangkaian tindakan preventif untuk mereduksi risiko pada usahanya seperti manajemen risiko yang dilakukan sebelum kecelakaan (ex-ante), selama kecelakaan terjadi (interactive), dan setelah kecelakaan (expost). Berdasarkan paparan tentang kelebihan dan risiko pada usaha ayam pedaging di atas. peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang manajemen risiko yang dilakukan peternak ayam pedaging di Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep dengan tujuan (1) Mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dihadapi peternak; (2) Menganalisis tingkat risiko usaha peternakan ayam pedaging; dan (3) Mendiskripsikan manajemen risiko yang dilakukan oleh peternak ayam pedaging di Kecamatan Ganding.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan didasari pertimbangan bahwa Kecamatan Ganding merupakan sentra produksi ayam pedaging di Kabupaten Sumenep. Sampel dari penelitian menggunakan metode purposive. Pengambilan sampel dilakukan dengan berdasarkan pada informasi yang diberikan oleh toko penjual SAPRONAK (Sarana Produksi Ternak) dan dibantu oleh ketua paguyuban peternak ayam broiler di Kecamatan Ganding. Jumlah sampel adalah 30 orang peternak, jumlah tersebut merujuk pada pendapat Roscoe (1975) tentang penentuan jumlah sampel penelitian, dengan kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 30 responden Metode analisis yang dipergunakan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dihadapi peternak menggunakan analisis deskriptif kualitatif, menganalisis tingkat risiko usaha peternakan ayam pedaging dengan Koefisien Variasi (KV) KV = σ/Xr dan Batas Bawah Pendapatan (BPP) BBP = Xr - 2 dimana σ adalah Standar deviasi (simpangan baku) dan Xr adalah Nilai rata-rata. Untuk Mendiskripsikan manajemen risiko yang dilakukan oleh peternak ayam pedaging di Kecamatan Ganding menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi Usaha dalam beternak ayam pedaging merupakan sebuah peluang bisnis yang cukup menjanjikan. Namun ayam pedaging, merupakan ras ayam yang rentan terhadap penyakit. sumber penginfeksi penyakit adalah bakteri, protozoa, virus, dan parasit. Berikut adalah grafik jumlah peternak yang pernah mengalami penyakit pada hewan ternakannya. 30 25 20 15 10 5 0
28 24
24
23 17
14
13
7 1
1
Risiko yang dihadapi peternak ayam tidak selalu bersumber dari penyakit melainkan dapat juga berasal dari lingkungan sekitar. Stres panas dan bising pada ayam merupakan risiko yang dihadapi peternak karena pengaruh lingkungan di luar ayam. Akibat yang ditimbulkan oleh stres panas dan bising tidak selalu kematian pada ayam, namun kerugian ekonomi karena ayam tidak nafsu makan merupakanan masalah yang cukup berarti bagi peternak. Tak sedikit pula stres karena lingkungan tersebut merupakan faktor pendukung ayam terserang penyakit lain seperti koksidiosis, gumboro, dan penyakit lainnya yang menyerang saat pertahanan tubuh ayam mulai lemah.
1.Penyakit Oleh Bakteri a. Coryza/snot/pilek Coryza adalah penyakit menular yang menyerang pernapasan bagian atas ayam dan bersifat akut atau kronis. Penyakit ini menyerang hampir semua umur ayam dengan angka kematian mencapai 30%, namun angka morbiditas atau angka kesakitannya mencapai 80%. Penyebab penyakit ini adalah bakteri Haemophillus paragallinarum. Berdasarkan pengalaman peternak, 24 peternak dari 30 responden pernah mengalami snot pada ayam ternakannya. Jumlah tersebut menunjukkan tingginya tingkat penyebaran penyakit ini terhadap ayam broiler di Kecamatan Ganding yang disebabkan oleh seringnya perubahan musim. b. Pullorum/berak kapur Pullorum ataupun biasa disebut masyarakat dengan berak kapur merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum. Penyakit yang sering menyerang anak ayam umur 1-10 hari ditularkan secara vertikal dari induk ayam yang merupakan carrier (pembawa penyakit), di samping itu penularan secara horizontal dari kontak langsung antar ayam sakit terhadap ayam sehat melalui pakan ataupun minum, dan penularan melalui feses ayam penderita yang mencemari lingkungan kandang. Penyebaran penyakit berak kapur di kalangan peternak broiler Ganding cukup tinggi dan menyamai penyebaran penyakit snot. Penyebaran penyakit tersebut sebenarnya dapat dihindari apabila peternak melaksanakan pengecekan saat menerima DOC, karena hal tersebut dapat menghindari akan adanya penyebar penyakit dari salah satu anak ayam. Kekurangsadaran peternak akan sumber penyakit tersebut menyebabkan sebagian besar peternak pernah mengalami penyakit ini. c. Kolera/berak hijau Kolera pada unggas tergolong penyakit menular yang dapat menyerang ayam lainnya. Kolera unggas tersebar di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Penyakit ini menimbulkan kerugian cukup besar dengan angka kematian 10-20%. Penyebab penyakit ini adalah bakteri Pasteurella gallinarum atau Pasteurella multocida. Serangan penyakit ini bisa bersifat kronis atau akut, karena bakteri ini menyerang pernapasan dan pencernaan.Berdasarkan pengalaman peternak, 23 diantara 30 peternak responden pernah mengalami kolera pada ayam ternakannya. Jumlah penyebaran yang cukup tinggi tersebut disebabkan ketidaksadaran peternak akan pentingnya biosecurity melalui sanitasi alas kaki peternak saat masuk dan keluar kandang. Terlebih pada peternak yang memiliki kandang lebih dari satu, kurangnya perhatian peternak akan sanitasi alas kaki tersebut dapat menjadi penyebab penularan kolera antar kandang satu ke kandang lainnya. d. CRD (Chronic Respiratory Disease)/Ngorok Diantara penyakit pernafasan yang dominan diderita peternak adalah CRD ataupun CRD komplek denngan tingkat kejadian 66-100 %, baik pada peternak broiler maupun layer (Tarmudji 2005). Penyakit ngorok ataupun CRD (Chronic Respiratory Disease) sangat populer di kalangan peternak broiler di Kecamatan Ganding. Penyebab utama timbulnya penyakit ini adalah bakteri Mycoplasma galisepticum atau Mikoplasma synoviae. Penyakit ini biasanya menyerang ayam pada usia 1 minggu dan selalu disertai dengan infeksi lain dari bakteri E.coli. sehingga di lapangan sering disebut CRD kompleks. Kasus terjadinya penyakit ngorok di kalangan peternak broiler di Kecamatan Ganding sering dikaitkan dengan banyaknya timbunan feses ayam yang berada di lantai kandang. Berdasarkan pengalaman peternak, penyakit ngorok sering muncul pada saat suhu lingkungan panas. Keadaan tersebut membuat udara dalam kandang panas dan menyebabkan penguapan feses ayam yang menghasilkan gas amonia sehingga kadar amonia dalam kandang tinggi. Kurangnya perhatian peternak broiler Ganding terhadap suhu lingkungan, ditunjukkan dari banyaknya penggunaan kandang dengan atap berbahan dasar asbes yang daya isolatornya terhadap panas sangat lemah.
e. Colibacillosis/sampek Colibacillosis pada ayam adalah penyakit lokal atau sistemik yang sebagian atau seluruhnya disebabkan oleh bakteri Escherichia coli. Masalah yang ditimbulkan berupa infeksi akut dengan kematian yang tiba-tiba. Infeksi dapat terjadi pada saluran pernapasan, septicemia, atau enteritis karena infeksi pada gastrointestinal. Berdasarkan pengalaman peternak broiler di Kecamatan Ganding yaitu 13 diantara 30 peternak resnponden pernah mengalami colibacillosis. Walaupun penyebaran masih bisa dikatakan minim, namun pengetahuan peternak akan penyakit ini cukup baik. Di kalangan peternak broiler di Kecamatan Ganding, penyakit colibacillosis dikenal sebagai sampek, hal tersebut merujuk kepada gejala sesak napas pada ayam yang disebabkan penyakit ini. 2. Penyakit Oleh Protozoa a. Koksidiosis/berak darah Penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa yang paling sering ditemukan yaitu berak darah (koksidiosis). Penyebab penyakit ini adalah protozoa dari genus Eimeria. Penyebaran penyakit berak darah di kalangan peternak Ganding masih rendah apabila dibandingkan dengan coryza. Sebanyak 14 peternak dari 30 peternak responden pernah mengalami berak darah pada ayam ternakannya. Penyebab penularan berak darah pada ayam broiler di Kecamatan Gandin yaitu kurangnya perhatian peternak terhadap pengkarantinaan pada ayam terserang penyakit ini. Serta sanitasi pada kaki peternak saat memasuki kandang satu ke kandang lainnya. b. Leucocytozoonosis Leucocytozoonosis atau yang lebih dikenal dengan sebutan malaria like merupakan salah satu penyakit pada unggas yang disebabkan oleh parasit protozoa. Protozoa penyebab penyakit ini adalah Leucocytozoon sp. dari famili Plasmodiidae, salah satu contoh spesiesnya adalah Leucocytozoon caulleryi. Penularan terjadi secara horizontal dari ayam sakit ke ayam sehat dengan perantara gigitan lalat hitam jenis Culicoides sp, atau nyamuk jenis Simulium sp. Berdasarkan pengalaman peternak terhadap penyakit malaria like, hanya 1 diantara 30 peternak pernah mengalaminya. Hal tersebut karena vektor penyebar penyakit ini jarang hidup di lingkungan Kecamatan Ganding. Gejala penyakit malaria like yang mirip dengan malaria unggas, membuat sebagian peternak salah paham terhadap penyakit ini. 3. Penyakit Oleh Virus a. ND (Newcastle Disease)/tetelo Newcastle Disease ataupun tetelo merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi viral. Penyakit ini disebabkan oleh virus Paramyxo yang menginfeksi tubuh ayam dan menyebabkan gangguan pernapasan, pencernaan, dan gangguan syaraf. Serangan penyakit ND pada semua kelompok umur ayam, dengan tingkat kematian yang tinggi mencapai 100%. Kasus terjadinya penyakit ND di kalangan peternak broiler di Kecamatan Ganding, disebabkan pada beberapa peternak pemula belum mengetahui program vaksin berkala pada ayam. b. IBD (Infectious Bursal Disease)/gumboro Penyakit IBD (Infectious Bursal Disease) atau lebih dikenal masyarakat sebagai gumboro, merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh ayam, sehingga tak jarang penyakit ini disebut sebagai AIDS-nya ayam. Gejala virus IBD tidak nampak secara klinis, namun infeksi sekunder yang mengikutinya akan menyebabkan kematian dengan cepat karena kekebalan tubuh tidak bekerja. Penyebaran virus gumboro pada ternakan ayam broiler Ganding bisa dikatakan rendah. Diantara 30 peternak, 7 diantaranya pernah mengalami penyakit gumboro pada ayam ternakananya. Pengetahuan peternak akan dampak buruk yang diakibatkan penyakit ini, menjadikan peternak lebih memperhatikan program vaksinasi untuk menghindari penyakti gumboro. Vaksin untuk mencegah penyakit gumboro yakni gumboro A dan gumboro B.
4. Penyakit Oleh Parasit a. Cacingan Salah satu parasit dari genus vermes yang sangat berbahaya yakni Capillaria annulata sp atau Capillaria contorta sp. Serangan penyakit ini pada ayam tidak menimbulkan kematian, namum merugikan secara ekonomi karena tubuh ayam menjadi kurus, nafsu makan berkurang yang mengakibatkan pertumbuhan ayam lamban (kekerdilan). Tingkat kejadian penyakit cacingan pada ayam broiler di Kecamatan Ganding sangat sedikit. Hal tersebut karena peternak sangat memperhatikan sanitasi kandang setelah masa panen ayam. Sanitasi tersebut akan menghentikan siklus hidup cacing. 5. Stres Panas Kondisi lingkungan yang panas merupakan penyebab utama ayam terserang stres panas. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Pada saat musim kemarau suhu lingkungan menjadi sangat panas, dimana hal tersebut berpengaruh terhadap kondisi ayam broiler. Berkurangnya nafsu makan pada ayam merupakan gejala dari heat stres ataupun stres panas ini. Pada beberapa kasus, stres panas merupakan faktor penyebab ayam terserang penyakit. Kondisi tersebut dinamakan predisposisi yakni keadaan dimana tubuh ayam sangat lemah dan rentan terhadap penyakit, karena menurunnya kekebalan tubuh pada ayam. Sebanyak 25 peternak dari 30 responden pernah mengalami stres panas pada ayam ternakannya. Penyebab utama stres panas di Kecamatan Ganding yakni penggunaan bahan asbes sebagai atap pada kandang ayam, bahan asbes tersebut memiliki daya isolator yang lemah terhadap panas. 30 25 20 15 10 5 0
25
9
stres panas
stres bising
6. Stres Bising Stres bising merupakan kondisi shock pada ayam saat mendengarkan suara bising secara tiba-tiba. Dampak yang sangat signifikan dari stres bising terjadi pada ayam petelur. Kondisi yang diakibatkan oleh stres bising tersebut, akan mengurangi produktifitas telur pada ayam. Dampak dari stres bising pada ayam pedaging yakni berkurangnya nafsu makan pada ayam. pada kondisi tersebut ayam akan mengalami penurunan berat badan yang berakibat terhadap turunnya nilai jual dari ayam. Turunnya nilai jual pada ayam tersebut jelas sangat merugikan peternak ayam broiler, karena berat badan ayam yang diharapkan tidak tercapai. Pengalaman peternak broiler Ganding terhadap stres bising cukup sedikit, yakni hanya 9 diantara 30 peternak responden pernah mengalami stres bising pada ayam ternakannya. Hal tersebut mengindikasikan adanya perhatian yang cukup serius untuk mengurangi risiko terjadinya stres bising tersebut. Tingkat Risiko Usaha Peternakan Ayam Pedaging di Kecamatan Ganding Pengukuran pada risiko bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko dan memperoleh informasi untuk menentukan strategi penanganan risiko nantinya (Darmawi 2008). Risiko yang dihadapi peternak broiler Ganding dapat diukur menggunakan koefisien variasi dan batas bawah pendapatan terendah yang diperoleh peternak. Berikut adalah hasil dan
pembahasan pengukuran tingkat risiko usaha peternakan ayam pedaging di Kecamatan Ganding : Tabel 3. Tingkat risiko usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Ganding Risiko Risiko Risiko Pendapatan (Rp) Biaya (Rp) Produksi (Kg) Average 6,740,507 13,128,247 1,074 Standar deviasi 446,246 1,823,897 107 Koev varian 0.07 0.14 0.1 Sumber : Analisis Data Primer 1. Koefisien Variasi Koefisien variasi (KV) dapat digunakan untuk melihat risiko unit dari suatu kerugian dengan membagi nilai standar deviasi (σ) dengan nilai rata-rata (Xr). Nilai inilah yang umumnya digunakan untuk mengetahui tingkat risiko dari suatu usaha. Pengukuran koefisien variasi pada usaha peternakan broiler Ganding, yakni pada biaya, pendapatan, dan produksi (Tabel 3). Nilai koefisien variasi pada pendapatan sebesar 0,07. Berarti besarnya tingkat risiko pada pendapatan usaha peternakan ayam pedaging di Ganding berada di bawah 0,5 (KV≤0,5). Nilai tersebut menunjukkan risiko pendapatan kecil. Tingkat risiko kecil tersebut, karena standar deviasi pada pendapatan Rp.446.246 lebih kecil bila dibandingkan dengan rata-rata pendapatan peternak Rp.6.740.507. Rendahnya nilai standar deviasi disebabkan oleh stabilnya harga per kilogram ayam yang diterima peternak. Peternak ayam broiler di Kecamatan Ganding, merupakan peternak yang menganut sistim gotong royong. Terbentuknya harga ayam dimulai dari ketua paguyuban peternakan yang telah mengetahui harga standar per kilogram ayam di Surabaya. Harga tersebut berfluktuasi pada setiap peternak, namun fluktuasi tidak begitu tinggi yakni sebesar Rp.1.000 per kilogram ayam. Nilai koevisen variasi pada biaya sebesar 0,14. Berarti besarnya tingkat risiko pada pendapatan usaha peternakan ayam pedaging di Ganding berada di bawah 0,5 (KV≤0,5). Nilai tersebut menunjukkan kemungkinan mengalami risiko pada biaya sangat kecil. Fluktuasi harga DOC dan pakan broiler di Kecamatan Ganding sangat kecil yakni sebesar Rp.1.823.897. Peternak broiler di Kecamatan Ganding mendapatkan DOC dan pakan pada toko penjual bahan peternakan yang ada di Desa Karay. Fluktuasi biaya disebabkan oleh keberadaan toko penjual bahan peternakan yang lebih dari satu penjual. Dimana dnaik turunnya harga di kalangan penjual, karena harga tersebut telah ditentukan oleh produsen. Dimana faktor transportasi dan biaya input produsen penghasil DOC dan Pakan ternak berpengaruh terhadap fluktuasi biaya input usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Ganding. Nilai koevisen variasi pada produksi sebesar 0,1. Berarti besarnya tingkat risiko pada produksi usaha peternakan ayam pedaging di Kecamatan Ganding berada di bawah 0,5 (KV≤0,5). Angka tersebut mengartikan bahwa risiko usaha peternakan broiler di tingkat produksi sangat kecil. Berdasarkan wawancara oleh peneliti tentang manajemen risiko yang dilaksanakan peternak ayam pedaging di Kecamatan Ganding, menunjukkan bahwa sebagian besar peternak melaksanakan manajemen risiko ex-ante dan ex-post dengan baik, dengan prosentase 65,33% peternak melaksanakan manajemen risiko ex-ante dan 86,11% peternak melaksanakan manajemen risiko ex-post. Kegiatan peternak untuk mereduksi terjadinya kecelakaan pada ayam ternakan, mengurangi tingkat kematian pada ayam, sehingga kerugian di tingkat produksi ayam sangat kecil.
2. Batas Bawah Pendapatan Batas bawah pendapatan merupakan pendapatan bersih terendah yang mungkin diperoleh peternak. Pendapatan bersih terendah yang diperoleh peternak broiler di Kecamatan Ganding sebesar Rp.5.848.014. Berarti usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Ganding sangat menjanjikan. Karena berdasarkan pendapatan rata-rata peternak Rp.6.740.507 selisih antara rata-rata pendapatan dengan pendapatan bersih terendah peternak tidak terpaut jauh yaitu sebesar Rp.892.492. Manajemen Risiko Yang Dilakukan Peternak Ayam Pedaging di Kecamatan Ganding Berdasarkan wawancara terstruktur pada peternak broiler di Ganding, sebagian besar peternak melakukan kegiatan untuk mereduksi dampak risiko pada ternaknya. Kegiatan mereduksi risiko atau yang lebih dikenal sebagai manajemen risiko, berdasarkan waktu penanganannya dibagi menjadi 3 yakni manajemen risiko sebelum terjadinya kecelakaan (ex-ante), manajemen risiko saat terjadinya kecelakaan (interactive), dan manajemen risiko setelah terjadinya kecelakaan (ex-post). Berikut adalah manajemen risiko tersebut : 1. Manajemen Risiko (ex-ante) Hal terpenting agar suatu usaha terhindar dari kerugian, yakni dengan melakukan tindakan pencegahan kerugian yang dilaksanakan sebelum kejadian (Darmawi 2005). Tindakan pencegahan kerugian pada usaha peternakan ayam broiler dibagi menjadi tiga yakni persiapan kandang, manajemen pemeliharaan DOC, manjemen vaksinasi dan biosecurity. Berikut adalah tabel mengenai kegiatan peternak untuk manajemen risiko exante. Tabel 4. Manajemen risiko ex-ante pada peternak broiler Ganding Manajemen ex-ante Jumlah Prosentase (%) Persiapan Kandang a. Sistem All in all out 29 96.67 b. Masuknya cahaya dan angin ke dalam kandang 15 50 c. Ridge ventilator 4 13.33 d. Sirkulasi kandang dinding terbuka 30 100 e. Sirkulasi udara dibantu alat 0 0 f. Kepadatan ayam dalam kandang 27 90 g. Persiapan tempat brooding 12 40 Rata-rata 16.71 55.71 Manajemen Pemeliharaan DOC a. Cek kesehatan DOC 13 43.33 b. Cek jumlah DOC (102 ekor) 30 100 c. Menghindari stres pada DOC dengan air gula 30 100 d. Masa brooding pada musim hujan 28 93.33 e. Masa brooding pada musim kemarau 26 86.67 Rata-rata 25.4 84.67 Vaksinasi dan bio sekuriti a. Vaksin ND tingkat 1 25 83.33 b. Vaksin gumboro A dan gumboro B 20 66.67 c. Vaksin ND tingkat 2 30 100 d. Menghidari masuknya dari orang asing 17 56.67 e. Menghindari penyebar penyakit dari tubuh pekerja 0 0 f. Menghindari penyebar penyakit dari serangga vektor 12 40
g. Memperhatikan sisi higienitas kandang h. Membiasakan ayam pada situasi bising Rata-rata Total Sumber : Analisis Data Primer 2013
14 30 18.5 19.6
46.67 100 61.67 65.33
1. Persiapan kandang a. Sistem all in all out Sistem all in all out merupakan sistem pemeliharaan ayam yang dipelihara dalam kandang yang sama dengan umur yang sama pula (Fadilah 2004). Keuntungan sistem all in all out yakni memudahkan dalam mengontrol ayam, meminimalisir penyebaran penyakit, dan memudahkan dalam program pengobatan penyakit. Pengetahuan peternak broiler di Kecamatan Ganding akan pentingnya sistem all in all out untuk meminimalisir penyebaran penyakit pada ayam. menjadikan sebanyak 96,67% peternak atau 29 diantara 30 peternak broiler di Kecamatan Ganding melaksanakan sistem ini. b. Masuknya cahaya dan angin ke dalam kandang Kenyamanan (comfortable) merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam membangun kandang (Fadilah 2004). Tantangan terbesar untuk membangun kandang adalah mengatasi terik matahari dan temperatur panas. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, dengan membangun kandang sejajar arah sinar matahari atau membujur barat-timur, hal tersebut berfungsi untuk menghindari masuknya cahaya matahari secara langsung dan mengurangi dampak temperatur panas dengan datangnya angin dari arah barat dan timur. Sebanyak 50% peternak broiler Ganding memiliki kandang dengan bentuk sejajar arah matahari. Beberapa penyebab peternak yang tidak mensejajarkan kandangnya dengan arah matahari, karena lahan perkandangan terbentur dengan lahan orang lain. c. Ridge ventilator Ridge ventilator merupakan bukaan atap yang terdapat dibagian atas atap asbes. Manfaat dari ridge ventilator adalah mengurangi dampak radiasi panas dari asbes dan memberikan ruang lebih untuk pertukaran udara dalam kandang. Penggunaan ridge ventilator sangat diperlukan untuk kandang dengan lebar 12 meter. Berdasarkan wawancara oleh peneliti, menunjukkan bahwa penggunaan ridge ventilator pada kandang ayam broiler di Ganding sebanyak 4 kandang (Tabel 4). Hasil tersebut menunjukkan bahwa diantara peternak dengan jumlah ternakan ≥ 1000 ekor, hanya 4 peternak saja yang menggunakan bukaan pada atas atap. Pengetahuan peternak terhadap pentingnya penggunaan ridge ventilator merupakan alasan utama sebagian besar peternak dengan ternakan ≥ 1000 ekor tidak menggunakan sistem ini. Beberapa alasan lain karena peternak tidak memiliki cukup modal untuk menambahkan ridge ventilator pada bagian atas atapnya. d. Sirkulasi kandang dinding terbuka Kandang dengan dinding terbuka merupakan jenis kandang yang dipakai oleh sebagian besar peternak broiler di Kecamatan Ganding (Tabel 4). Sebanyak 30 responden keseluruhan menggunakan kandang dengan sistem terbuka, alasan kebanyakan peternak menggunakan sistem ini karena biaya yang dibutuhkan tidak mahal apabila dibandingkan dengan kandang yang sirkulasi udaranya dibantu oleh alat (blower). Pada kandang dengan sistem dinding terbuka, sirkulasi udara dibantu oleh tiupan angin. Sehingga pengaturan sirkulasi udara diatur dengan penggunaan tirai yang diselimuti di sekeliling dinding kandang.
e. Sirkulasi udara dibantu alat Sirkulasi udara dalam kandang tidak hanya mengandalkan tiupan angin saja, namun juga dapat menggunakan blower untuk membantu pertukaran udara tersebut. Pemanfaatan blower di kalangan peternak broiler di Kecamatan Ganding tidak dipergunakan, karena penggunaan alat bantu tersebut umumnya digunakan untuk kandang dengan sistem dinding tertutup. f. Kepadatan ayam dalam kandang Kepadatan ayam dalam kandang diukur berdasarkan luas kandang yang dipergunakan berbanding dengan jumlah ayam yang diternakkan. Kecamatan Ganding merupakan dataran rendah, maka kepadatan ayam yang disarankan adalah 9 ekor/m2 (Rasyaf 2008). Berdasarkan hasil wawancara peneliti, sebanyak 27 peternak menggunakan kandang dengan luas yang sesuai dengan kepadatan yang disarankan. Pada dasarnya peternak di Kecamatan Ganding tidak pernah memperhitungkan luas kandang berdasarkan kepadatan ayam tersebut, namun mereka membuat taksiran sendiri luas yang diperlukan untuk sejumlah ayam ternakannya. Meskipun hanya taksiran, namun luas dari kandang yang dimiliki peternak broiler di Kecamatan Ganding cenderung melebihi hitungan matematis. Misalkan peternak yang memiliki ayam ternakan sebanyak 500 ekor, luas kandang peternak tersebut adalah 60m2 sedangkan secara matematis 55m2. g. Persiapan tempat brooding Brooding merupakan proses penghangatan anak ayam, alat yang digunakan untuk brooding disebut brooder. Umumnya broder menggunakan lempeng seng berbentuk bundar dengan lampu pijar yang berada di tengahnya. Penggunaan brooder dengan lempeng seng tersebut, telah lama ditinggalkan para peternak broiler di Kecamatan Ganding. Namun beberapa peternak yang masih mempertahankan penggunaan brooder dari lempeng seng yakni sebanyak 12 orang peternak, diantara peternak ada yang murni menggunakan brooder jenis ini namun ada pula beberapa peternak yang memadukannya dengan brooder berbahan gas atau biasa di kenal peternak sebagai Gaskom (merek produk). 2. Manajemen Pemeliharaan DOC a. Cek kesehatan DOC Saat menerima DOC (Day Old Chick) dari penjual, cek kesehatan yang dilaksanakan peternak yakni dengan melihat ciri-ciri fisik DOC tersebut. Secara garis besar ciri-ciri DOC yang baik yakni tidak cacat fisiknya serta aktif dan lincah. Proses pengecekan DOC yang bisa dibilang memakan waktu cukup banyak, terlebih jika ayam berjumlah ribuan membuat perhatian para peternak akan pengecekan kesehatan DOC terabaikan. Oleh karena itu hanya sebagian kecil peternak, yaitu 13 orang peternak broiler di Kecamatan Ganding yang melakukan pengecekan kesehatan DOC saat pertama kali masuk kandang. b. Cek jumlah DOC (102 ekor) Penghitungan jumlah DOC penting adanya untuk mengetahui jumlah bibit ayam yang akan dipelihara peternak nantinya. Perjalanan dari pabrik penghasil DOC ke lokasi peternak yang cukup jauh, berisiko terhadap kematian anak ayam. Oleh karena itu pihak pabrikan memberikan plus 2 ekor anak ayam, sebagai kemungkinan risiko kematian tersebut. Penghitungan jumlah DOC tidak serumit pada pengecekan kesehatan ayam, sehingga keseluruhan peternak melakukan kegiatan ini. c. Menghindari stres pada DOC dengan air gula Saat pengiriman anak ayam (DOC) menuju lokasi peternakan, lamanya perjalanan membuat anak ayam mengalami stres dan staminanya menurun. Pemberian air minum dengan campuran gula merupakan salah satu cara untuk menghilangkan stres pada anak ayam saat tiba di dalam kandang. Pemberian air gula pada DOC yang baru masuk kandang, merupakan hal lumrah yang dilakukan oleh semua peternak broiler di Kecamatan Ganding. Di samping pemberian minum air gula, tak sedikit diantara peternak menambahkannya
dengan vitamin pada ayam yang umumnya dikenal masyarakat yaitu Vita chik (merek barang). d. Masa brooding pada musim hujan Kesuksesan pada saat ayam masa brooding tidak selalu didasari oleh efektifitas brooder, namun lama dari proses brooding merupakan hal penting yang harus diperhatikan peternak. Sebagian besar peternak yakni 28 orang peternak menjalankan masa brooding pada musim hujan selama 12 sampai 14 hari. Namun pada beberapa peternak yang tidak menyadari akan pentingnya lama masa brooding, lebih mementingkan target pencapaian hari masa panen secepatnya untuk mencapai harga tertinggi perkilogram ayam pada saat itu. e. Masa brooding pada musim kemarau Masa brooding pada setiap musim tidak selalu sama, pada musim hujan masa brooding selama 12-14 hari. Namun pada musim kemarau masa brooding lebih pendek yaitu selama 10-12 hari. Panasnya musim kemarau tak jarang membuat para peternak untuk memendekkan kembali masa brooding pada DOC. Oleh karena itu tidak semua peternak menjalankan masa brooding sesuai dengan aturan yang diterapkan, yakni 26 saja yang menjalankannya. 3. Vaksinasi, Biosecurity dan Shock Teraphy a. Vaksin ND Tingkat 1 (ND Hitcher B1) Vaksin ND tingkat 1 (ND Hitcher B1), merupakan program vaksin untuk mencegah ayam terserang penyakit ND. Vaksin ini biasanya dilakukan saat ayam berumur 4 hari dengan pengaplikasian melalui tetes mata pada ayam. Vaksin ND tingkat 1 merupakan vaksin awal agar tubuh ayam menghasilkan antibodi terhadap virus sejak dini, pada beberapa peternak tidak mementingkan vaksin ini. Sehingga berdasarkan wawancara oleh peneliti, sebanyak 25 orang peternak saja yang melaksanakannya. b. Vaksin gumboro A dan gumboro B Vaksin gumboro A dan gumboro B, merupakan program vaksin untuk mencegah ayam terserang penyakit gumboro. Vaksin biasanya diberikan pada saat ayam berumur 14 hari dengan pengaplikasian melalui pencampuran vaksin dengan air minum pada ayam ataupun vaksin ditetes langsung ke mulut ayam. Berdasarkan wawancara oleh peneliti, penyakit gumboro umumnya menyerang ayam broiler di Kecamatan Ganding pada saat musim kemarau. Hal tersebut menjadikan beberapa peternak beranggapan, vaksin gumboro hanya dibutuhkan ayam pada saat musim kemarau saja. Namun pada beberapa peternak yang sadar bahwa penyakit gumboro dapat menyerang kapan saja, melakukan tindakan pencegahan dengan vaksinasi. Dari 30 peternak 20 diantaranya merupakan peternak yang melaksanakan vaksin gumboro rutin setiap kali masa produksi ayam. c. Vaksin ND tingkat 2 (ND lasota) Vaksin ND tingkat 2 (ND lasota) merupakan program vaksin pencegahan penyakit ND yang paling penting. Vaksin dengan ND lasota dilakukan selama 4 hari berturut-turut sejak ayam berumur 18-21 hari. Pentingnya akan vaksin ini menjadikan seluruh peternak broiler di Kecamatan Ganding melaksanakan program vaksin ND lasota pada masa produksi ayamnya. d. Menghindari masuknya orang asing Menghidari masuknya orang asing, merupakan salah satu langkah untuk mencegah penularan penyakit yang mungkin dibawa oleh manusia. Pada peternakan broiler di Kecamatan Ganding, terdapat 17 peternak diantaranya menghidari masuknya orang asing ke areal kandang. Namun pada peternak yang membiarkan orang asing masuk ke dalam kandang, tak sedikit dari mereka beranggapan dengan membiarkan orang masuk ke dalam kandang akan melatih ayam agar tidak stres apabila suatu saat kandang dimasuki orang asing seperti pembeli yang tak jarang melakukan transaksi di dalam kandang seperti halnya menimbang ayam.
e. Menghindari penyebar penyakit dari tubuh pekerja Menghindari penyebar penyakit dari tubuh pekerja umumnya dilakukan dengan menyemprotkan pakaian pekerja menggunakan cairan desinfektan serta mencelupkan alas kaki dengan cairan desinfektan pula. Usaha untuk biosecurty sejenis ini tidak pernah dilakukan oleh peternak broiler di Kecamatan Ganding. Proses yang merepotkan karena pekerja harus menjaga sanitasi tubuhnya setiap akan memberi makan ayam atau mengecek kondisi ayam di dalam kandang, menjadikan peternak tidak pernah melakukan usaha biosecurty semacam ini. f. Menghindari penyebar penyakit dari serangga vektor Menghindari penyebar penyakit dari serangga vektor bisa dilakukan dengan penyemprotan insektisida. Penyebar penyakit yang umum dikenal masyarakat yaitu nyamuk dan lalat. Untuk menghentikan penyebaran oleh serangga, dengan menggunakan Maladex (merek produk) untuk menghentikan siklus hidup protozoa yang hidup di dalam tubuh nyamuk dan lalat. Pada peternak broiler di Kecamatan Ganding, 17 diantaranya melakukan penyemprotan areal kandang dengan Maladex secara berkala. Namun pada peternak yang lain hanya melakukan penyemprotan saat ayam terindikasi penyakit malaria pada unggas. g. Memperhatikan sisi higienitas kandang Memperhatikan sisi higienitas kandang dapat dilakukan dengan mengganti bahan litter setiap 7 hari sekali pada kandang postal/litter dan membersihkan kotoran ayam di bawah kandang setelah masa panen pada kandang panggung. Pada peternak broiler di Kecamatan Ganding, 14 peternak diantaranya melakukan langkah biosecurity dengan memperhatikan sisi higienitas kandang. Diantara peternak yang tidak memperhatikan sisi higienitas kandang tersebut beranggapan bahwa feses pada ayam bisa saja dibersihkan setiap dua kali panen. Padahal anggapan tersebut akan membahayakan peternak, karena kadar amonia yang tinggi di bawah kandang akan menimbulkan berbagi penyakit pada ayam. h. Membiasakan ayam pada situasi bising Membiasakan ayam pada situasi ataupun kondisi bising dapat dilakukan dengan menghidupkan tape ataupun radio di dalam kandang. Pembiasaan ayam terhadap bising adalah langkah pencegahan agar ayam tidak terkena stres bising. Pada peternak broiler di Kecamatan Ganding, langkah pencegahan dengan memperdengarkan radio dan tape ini sangat lumrah dilakukan peternak untuk menghindari stres bising. Hal tersebut karena sering terjadinya hujan yang diikuti oleh bunyi guntur menyebabkan ayam terserang stres bising, disamping itu bunyi petasan saat mendekati lebaran merupakan sumber dari stres bising yang harus dihindari oleh peternak. Manajemen Risiko (interactive) Strategi penanganan risiko saat terjadi guncangan, merupakan manajemen risiko interactive. penyakit dan stres pada ayam broiler adalah jenis risiko yang dihadapi peternak pada saat masa produksi. Oleh karena itu penanganan pada saat ayam terserang penyakit ataupun stres adalah manajemen risiko interactive yang dilakukan oleh peternak ayam pedaging. Berikut adalah tabel mengenai kegiatan peternak mengenai manajemen risiko interactive. Tabel 5. Manajemen risiko interactive pada peternak broiler Ganding Manajemen interactive Jumlah Prosentase (%) Manajemen Pengendalian Penyakit dan Stres a. Mengkarantina ayam terindikasi sakit 21 70 b. Mengurangi gejala stres panas dengan puasa 3 10 c. Mengurangi gejala stres panas dengan pemberian vitamin dan elektrolit 2 6.67 d. Mengurangi gejala stres panas dengan hujan buatan 10 33.33
e. Mengobati ayam terserang CRD (ngorok) f. Mengobati ayam terserang coryza/snot g. Mengobati ayam terserang cacingan h. Mengobati ayam terserang kolera i. Mengobati ayam terserang colibacillosis j. Mengobati ayam terserang koksidiosis k. Mengobati ayam terserang pullorum l. Mengobati ayam terserang leucocytozoonosis Rata-rata Total Sumber : Analisis Data Primer 2013
20 10 1 18 8 7 26 1 10.58 10.58
66.67 33.33 3.33 60 26.67 23.33 86.67 3.33 35.28 35.28
Manajemen Pengendalian Penyakit dan Stres a. Mengkarantina ayam terindikasi sakit Pengkarantinaan pada ayam yang terindikasi penyakit akan mengurangi penularan secara horizontal. Penyakit yang berasal dari virus, bakteri, protozoa, dan cacing dapat menular antar sesama ayam melalui feses ataupun lendir yang dikeluarkan ayam. Media penular feses dan lendir yakni pakan, minum, lantai, dan pekerja. Di kalangan peternak broiler di Kecamatan Ganding, sebanyak 21 orang peternak melakukan kegiatan pengkarantinaan pada ayam (Tabel 5). Hal tersebut lumrah dilakukan peternak bukan saja untuk ayam dengan gejala sakit, namun juga dilakukan untuk ayam dengan gejala syndrome kekerdilan dan kelumpuhan pada kaki ayam. Pada peternak yang tidak melakukan pengkarantinaan tersebut cenderung merupakan peternak dengan latar belakang pendidikan rendah. Dimana tidak memperhatikan sisi keselamatan ayam yang masih sehat. b. Mengurangi gejala stres panas dengan puasa Mengurangi gejala stres panas pada ayam dengan puasa dilakukan selama 3 jam, yaitu dimulai dari jam 12:00-15:00. Proses metabolisme tubuh ayam menghadapi lingkungan panas, yakni dengan menghasilkan keringat untuk mengurangi dampak panas pada tubuh ayam tersebut. Puasa pada ayam bertujuan membiarkan ayam terus minum agar ayam terus berusaha mencukupi kebutuhan air dalam tubuh karena sebagian besar air dalam tubuh ayam menjadi keringat. Berdasarkan wawancara kepada para peternak broiler Ganding, metode puasa pada ayam tidak biasa dilakukan peternak. Pengetahuan peternak akan metode ini sangat minim, di samping itu pada beberapa peternak tidak percaya akan metode puasa tersebut karena dianggap akan mengurangi bobot ayam. Namun ada 3 peternak yang percaya secara teoritis kegunaan puasa pada ayam. c. Mengurangi gejala stres panas dengan pemberian vitamin dan elektrolit Seperti halnya puasa pada ayam, pemberian vitamin dan elektrolit bertujuan untuk mensuplai kebutuhan air saat ayam mengalami heat stres. Pemberian vitamin dan elektrolit dilakukan minimal 6 jam sebelum ayam mengalami stres panas. Penanganan stres panas dengan pemberian vitamin tersebut tidak lumrah dilakukan peternak karena terbatasnya pengetahuan mereka, namun jika mereka pernah mengenyam pendidikan tinggi di bidang peternakan maka akan mengetahui hal tersebut. Diantara 30 peternak, 2 orang saja yang melakukan kegiatan pencegahan stres panas dengan pemberian vitamin tersebut. d. Mengurangi gejala stres panas dengan hujan buatan Hujan buatan pada ayam saat mengalami stres panas, dilakukan dengan cara menyemprotkan rintik-rintik air ke tubuh ayam. Tujuan utama dari hujan buatan, tak lain untuk mengurangi dampak panas pada tubuh ayam. Di kalangan peternak Ganding, metode hujan buatan cukup dikenal bagi peternak yang memiliki kandang dengan atap asbes yakni sebanyak 10 orang peternak melakukannya. Pada peternak lainnya yang memiliki kandang
dengan atap genteng tidak melakukan kegiatan ini, karena bahan genteng cukup baik untuk mengurangi radiasi panas dari matahari. e. Mengobati ayam terserang CRD (ngorok) Pengobatan pada ayam terserang CRD, yakni dengan obat yang mengandung bacitracin dan tylocin. Kandungan bahan kimia tersbut terdapat dalam Neo meditril. Pengobatan ngorok menggunakan Neo meditril cukup populer dikalangan peternak broiler di Kecamatan Ganding yakni 20 peternak melakukan tindakan pengobatan terhadap penyakit ini. Gejala dari ngorok yang mudah untuk diketahui adalah alasan mengapa sebagian besar peternak melakukan pengobatan pada penyakit ini, disamping itu dampak dari penyakit yang cukup merugikan juga memperkuat alasan mengapa lebih banyak peternak yang berusaha mengobati penyakit ini. Namun tak sedikit diantara peternak melakukan pengobatan secara tradisional dengan memberikan ayam air gula. f. Mengobati ayam terserang coryza/snot Pengobatan pada ayam terserang coryza ataupun snot, sama halnya seperti pengobatan pada CRD. Hal tersebut merujuk kepada gejala yang ditimbulkan penyakit ini, karena sama-sama menyerang saluran pernapasan. Pengobatan pada penyakit umumnya tidak dilakukan peternak karena peternak beranggapan untuk menghindari penularan snot cukup dengan mengkarantina ayam yang sakit saja. Pada peternak responden, 10 orang peternak diantaranya melakukan pengobatan pada penyakit snot dan 20 sisanya hanya melakukan kegiatan mengkarantina ayam saja. g. Mengobati ayam terserang cacingan Pengobatan pada penyakit cacingan yakni dengan memutus siklus hidup cacing di dalam tubuh ayam. Jenis obat yang digunakan untuk membasmi cacingan adalah Wormzol. Pada kasus cacingan yang terjadi diantara peternak broiler Ganding hanya satu orang saja. h. Mengobati ayam terserang kolera Kolera merupakan penyakit yang menyerang sistem pencernaan pada ayam. Pengobatan pada kolera yakni dengan obat-obatan yang mengandung sediaan sulfonamida. Kandungan kimia tersebut bisa diperoleh dari Koleridin. Pada kasus penyakit kolera yang terjadi pada ayam pedaging, penggunaan Koleridin sangat umum dilakukan peternak karena dampak dari penyakit ini cukup serius. i. Mengobati ayam terserang colibacillosis Seperti halnya coryza dan CRD, colibacillosis adalah penyakit yang menyerang pada saluran pernapasan ayam. Pengobatan pada colibacillosis sangat bergantung pada dampak yang ditimbulkan penyakit. Pada serangan colibacillosis akut pengobatan umum dilakukan peternak broiler di Kecamatan Ganding, namun pada kondisi ayam tidak akut, peternak hanya membersihkan areal kandang dari daun ataupun ranting yang menghambat masuknya angin ke dalam kandang. j. Mengobati ayam terserang koksidiosis Koksidiosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoa dari genus Eimeria. Serangan protozoa tersebut menginfeksi saluran pencernaan pada usus besar ayam. Pengobatan pada ayam dengan obat yang mengandung sulfaclozine. Kandungan bahan kimia tersebut terdapat pada Antikoksi. Berdasarkan wawancara oleh peneliti, setengah diantara peternak yang memiliki pengalaman koksidiosis pada ayam ternakannya melakukan langkah pengobatan. Hal tersebut karena penyakit ini tidak berbahaya dalam anggapan peternak. k. Mengobati ayam terserang pullorum Pullorum merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum yang menyerang saluran pencernaan pada ayam seperti halnya kolera. Pengobatan pada pullorum sama halnya dengan kolera, yakni menggunakan Koleridin. Penanganan dengan cara pengobatan ini sangat populer, mengingat dampak yang diakibatkan pullorum sangat besar terhadap ayam.
l. Mengobati ayam terserang leucocytozoonosis Leucocytozoonosis adalah penyakit pada ayam yang dibawa oleh nyamuk dan lalat hitam. Pada beberapa peternak yang mengenal Leucocytozoonosis, disebut sebagai malaria like. Pengobatan terbaik untuk penyakit ini, dengan memutus siklus hidup dari protozoa parasit penyebab malaria like. Karena gejala malaria like seperti halnya malaria unggas, obat yang digunakan yakni Maladex. Manajemen Risiko (ex-post) Penanganan penyebab risiko setelah terjadi kecelakaan, merupakan manajemen risiko ex-post. Pada usaha peternakan broiler di Kecamatan Ganding, penanganan penyebab risiko tersebut biasa dilakukan peternak untuk langkah pencegahan agar usaha peternakan yang dijalani tidak mengalami kerugian kembali. Langkah pencegahan tersebut meliputi sanitasi kandang dan peralatan kandang, istirahat kandang, dan sikap peternak terhadap risiko kerugian. Berikut adalah tabel mengenai kegiatan peternak untuk manajemen risiko ex-post dan penjelasan deskriptif pada kegiatan tersebut: Tabel 6. Manajemen risiko ex-post pada peternak broiler Ganding Manajemen ex-post Jumlah Prosentase (%) Sanitasi Kandang dan Peralatan Kandang a. Mencuci kandang dan peralatan kandang 29 96.67 b. Menyemprot kandang dengan formalin 10% 27 90 c. Pengapuran lantai kandang 29 96.67 Rata-rata 28 94.44 Istirahat Kandang a. Istirahat kandang minimal 14 hari 29 96.67 Rata-rata 29 96.67 Sikap Peternak Terhadap Risiko Kerugian a. Tetap beternak ayam broiler 27 90 b. Melakukan pinjaman modal kepada toko penjual SAPRONAK 14 46.67 c. Bermitra dengan perusahaan peternak broiler besar 0 0 Rata-rata 20.5 68.33 Total 25,83 86,11 Sumber: Analisis Data Primer 2013 1. Sanitasi Kandang dan Peralatan Kandang Sanitasi kandang dan peralatan kandang adalah pencucian hama areal kandang dan peralatan yang digunakan dengan tujuan untuk membunuh sisa bakteri, virus, ataupun organisme lainnya yang bersifat merugikan terhadap usaha peternakan ayam. Sanitasi kandang merupakan kegiatan dalam proses produksi ayam pedaging yang umum dilakukan oleh para peternak broiler Ganding. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, menunjukkan bahwa 94,44% peternak melakukan kegiatan sanitasi kandang dan peralatan kandang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kegiatan sanitasi kandang dan peralatan kandang adalah kegiatan rutin yang dilakukan peternak selama pasca panen. 2. Istirahat Kandang Setelah dilakukan pencucian hama pada areal kandang dan peralatan kandang, wajib kiranya untuk melakukan istirahat kandang. Tujuan dari istirahat kandang yaitu untuk memutus siklus penyakit di kandang tersebut (Rahmat 2010). Lama istirahat kandang yang
disarankan adalah 2 minggu yakni 14 hari, namun tak sedikit diantara peternak mengistirahatkan kandang sampai 15 hari setelah masa panen. 3. Sikap Peternak Terhadap Risiko Kerugian Salah satu hal penting setelah peternak mengalami kerugian, adalah bagaimana peternak tersebut menyikapi risiko kerugian yang telah dihadapi. Berdasarkan wawancara menunjukkan sebagian besar peternak lebih memilih untuk tetap beternak ayam pedaging (Tabel 6). Salah satu alasan mengapa peternak tetap ingin beternak, karena seluruh hidup mereka bergantung pada pendapatan yang dihasilkan dari beternak broiler. Kembalinya peternak dari keterpurukan akibat kerugian yang dihadapi, tak sedikit yang menggunakan modal pinjaman untuk kembali memulai usaha mereka. Modal pinjaman tersebut bisa didapatkan peternak dengan meminjam kebutuhan produksi ayam broiler kepada toko penjual SAPRONAK, sebanyak 14 peternak telah melaksanakan strategi tersebut. Strategi untuk mendapatkan modal kembali lainnya yang dapat dilakukan peternak broiler di Kecamatan Ganding adalah bermitra usaha bersama perusahaan peternak broiler besar. Namun fakta di lapang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut belum ada di Kecamatan Ganding. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Sumber-sumber risiko produksi terbesar pada usaha peternakan ayam pedaging di Kecamatan Ganding diantaranya : stres ayam karena kondisi lingkungan panas, sebesar 83,33% peternak pernah mengalami hal tersebut, dan Penyakit pada ayam yaitu CRD dengan prosentase peternak yang pernah mengalami sebesar 96,67%; Tingkat risiko usaha peternakan ayam pedaging di Kecamatan Ganding tergolong sebagai usaha yang tingkat risikonya kecil; Manajemen risiko yang dilakukan peternak ayam pedaging di Kecamatan Ganding dilakukan dengan baik, terutama pada manajemen risiko ex-post dan ex-ante. Saran Saran ataupun masukan terhadap peternak ayam pedaging di Kecamatan Ganding berdasarkan hasil penelitian ini : Peternak lebih memperhatikan terhadap kenyamanan ayam di dalam kandang, dengan mengganti bahan atap kandang yang terbuat dari bahan asbes dengan bahan genteng, karena atap berbahan genteng lebih baik dalam mengurangi radiasi panas oleh matahari; Agar peternak lebih memperhatikan biosecurity pada usaha peternakan ayam pedaging, terutama pada sanitasi tubuh dan alas kaki pekerja ketika memasuki kandang; Peternak lebih memperhatikan kebutuhan ayam pada saat stres panas, dengan membiarkan ayam puasa makan 3 jam pada jam 12:00-15:00, dan memberi minum berupa vitamin dan elektrolit minimal 6 jam sebelum stres panas terjadi; Mengundang perusahaan peternak broiler besar untuk menginvestasikan modal yang dimiliki kepada peternak broiler rakyat di Kecamatan Ganding. DAFTAR PUSTAKA Darmawi, Hermawan. 2005. Manajemen Risiko. Jakarta: Bumi Aksara. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. 2012. “Populasi Ternak Kabupaten Sumenep 20092011”. (online). (http://disnak.jatimprov.go.id, diakses 14 April 2013).
Fadilah, R. 2004. Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka. Jakarta. Kabupaten Sumenep dalam angka. 2012. Populasi ternak ayam ras berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Sumenep tahun 2012. Sumenep: Kabupaten Sumenep dalam angka 2012. Rahmat, Ruli H. 2010. Beternak Ayam Pedaging. Bandung : CV Arfino Raya. Rasyaf, Muhammad. 2008. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta: Penebar Swadaya. Roscoe, J.T. 1975. Fundamental Research Statistics for the Behavioural Sciences, 2nd edition. New York: Holt Rinehart & Winston.