1
ANALISIS PROFIT DAN TITIK IMPAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN TAPA KABUPATAN BONE BOLANGO Oleh: Sri Siska I. Djafa, Laode Sahara, Sri Yeni Pateda. JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui profit (keuntungan) dan titik impas usaha ternak Ayam Broiler dengan Pola Kemitraan. Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Langge dan Desa Dunggala Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini di lakukan selama 2 bulan mulai dari bulan Mei-JuliJuni-Agustus 2013. Metode yang di gunakan pada pelaksanaan ini adalah metode studi kasus atau case study method, Hasil penelitian ini menggambarkan Sumber modal usaha peternakan ayam broiler dengan kapasitas 2400 dan 5000 ekor menggunakan modal sendiri sebesar 58.34% dan modal pinjaman sebesar 41.66% dari total modal keseluruhan. Sedangkan usaha peternakan ayam broiler kapasitas 5000 ekor menggunakan modal sendiri sebesar 44.28% dari dan modal pinjaman dari mitra peternak sebesar 55.72% dari total modal keseluruhan. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan sebesar 95.79% dan biaya tetap yang dikeluarkan sebesar 4.54% dari total biaya keseluruhan. Sumber penerimaan peternak ayam broiler dengan kapasitas 2400 dan 5000 ekor bersumber dari hasil penjualan bobot ayam hidup/kg/ekor, penjualan feses dan selisih FCR (Nilai Feed Conversi) yang diberikan oleh mitra kepada peternak terdiri atas : hasil penjualan ayam hidup/kg adalah Rp 516,041,790.00., rata-rata selisih FCR standard sebesar Rp 2,549,856.00 dan dari penjualan feses ayam ialah Rp 3,150,000.00. Sedangjan penerimaan peternak yang diterima/tahun dengan kapasitas 5000 ekor adalah sebesar Rp 1,089,380,385.00., yang berasal dari penjualan ayam hidup/kg sebesar Rp 1,077,608,025.00., rata-rata selisih FCR standard yang diterima peternak sebesar Rp 5,625,360.00 dan hasil penjualan feses ayam sebesar Rp 6,147,000.00.Eefisiensi usaha peternakan ayam broiler selama setahun dengan kapasitas 2400-500 ekor adalah yaitu 1.18 dan 1.10. Break Event Point produksi dicapai (BEP) harga untuk kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor dicapai pada harga bobot hidup ayam Rp 13,749.77 dan Rp 14,029.56. Dan Break Event Point (BEP) penerimaan dicapai untuk kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor dicapai sebesar Rp 16,064,145.50 dan Rp 48,995,368.12. Break Event Point produksi (BEP) produksi untuk kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor dicapai pada produksi bobot hidup ayam 33907.46 kg dan 89548.78 kg. Kata Kunci : Profit, Titik Impas, Usaha Peternakan Ayam Broiler
2
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha peternakan ayam broiler lebih cepat mendatangkan hasil dari pada beternak ayam buras. Pemeliharaan selama 5-8 minggu saja ayam sudah mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera dijual. Keunggulan ayam broiler antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak. Perkembangan yang pesat dari ayam broiler ini juga merupakan upaya penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam. Dengan demikian perputaran modal berjalan dengan waktu yang tidak lama. Kemitraan berasal dari kata mitra, yang berarti teman, kawan atau sahabat. Kemitraan muncul karena minimal ada dua pihak yang bermitra. Keinginan untuk bermitra muncul dari masing-masing pihak, walaupun dapat pula terjadi, bahwa kemitraan muncul akibat peranan pihak ketiga. Pola kemitraan dapat digunakan untuk mengatasi berbagai macam kekurangan yang dihadapi oleh peternak rakyat. Program pengembangan kemitraan merupakan salah satu kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah untuk meningkatkan produksi ternak. Kemitraan diharapkan dapat menjadi solusi untuk merangsang tumbuhnya peternak di Indonesia terutama bagi peternak rakyat yang kepemilikan modalnya relatif kecil. Berdasarkan uraian diatas, maka telah dilakukan penelitian tentang yaitu ‘’Analisis Profit dan Titik Impas Usaha Peternakan Ayam Broiler dengan Pola Kemitraan Di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango’’.
3
METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Langge dan Desa Dunggala Kecamatan Tapa Kabupaten Bone-Bolango. Penelitian ini telah di lakukan selama 2 bulan mulai dari bulan Mei-Juli 2013. Metode yang di gunakan pada pelaksanaan ini adalah metode studi kasus atau case study method, yaitu suatu metode yang mempelajari secara intensif tentang latar belakang dari suatu keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu, keluarga, lembaga dan masyarakat (Suryabrata, 1989). Penentuan lokasi di lakukan secara purposive sesuai dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 2007) dan di tetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa di Desa Langge dan Desa Dunggala terdapat usaha peternakan ayam broiler yang melakukan usaha dengan pola kemitraan. Pengambilan sampel ditentukan merupakan sampling jenuh, dengan pertimbangan sampling kurang dari 30 peternak. (Sugiyono, 2007). Analisis data Setelah data dan informasi diperoleh ditabulasi dan dianalisis. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Analisis keuntungan. analisis R/C Ratio dan Analisis BEP
HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Keadaan Umum Lokasi Peternakan Kecamatan yang memiliki wilayah yang paling luas adalah Kecamatan
Tapa yakni 35 % dari seluruh wilayah Kabupaten Bone Bolango. umumnya, berada pada ketinggian 250 meter dari permukaan laut, curah hujan rata-rata 128,75 mm dengan kisaran angin antara 10 meter per detik sampai 15 m per detik serta kelembaban rata-rata 70 – 90 %. Suhu lingkungan sekitar 24,4° C sampai 28°C. Batas-batas wilayah Kecamatan Tapa yakni : sebelah Utara berbatasan dengan Bulango Utara, sebelah timur berbatasan dengan Bulango Ulu, sebelah selatan
berbatasan dengan Bulango Timur, sebelah barat berbatasan dengan
Bulango Selatan Keadaan suhu lingkungan tidak sesuai dengan pendapat Rasyaf (2003) yang mengatakan bahwa ayam broiler dapat berproduksi secara optimal pada suhu 18°C sampai 21°C. Oleh sebab itulah perusahaan menanggulangi dengan menanam pohon-pohon di sekitar kandang. Suhu lingkungan yang ideal sangat
4
diperlukan untuk menjaga penampilan dan kualitas hasil ternak. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan cekaman pada ayam broiler yang akhirnya dapat berakibat pada turunnya produksi daging. B. Keadaan Umum Usaha Peternakan Usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Tapa berjumlah : 5 peternak Namun hanya ada tiga usaha peternakan ayam broiler yang masih eksis yakni terletak di Desa Langge dan di Desa Dunggala. Dengan kapasitas ayam broiler yang dipelihara saat ini di Desa Langge mencapai 2.400 ekor, dan di Desa Dunggala mencapai 5000 ekor. Keadaan lokasi peternakan di Desa Langge dan Desa Dunggala terletak diwilayah sekitar
aliran sungai yakni anak sungai
bulango dan tepat berada di tengah pemukiman masyarakat. Luas areal perkandangan secara keseluruhan adalah 500 M², terdiri dari satu unit kandang 8 x 56 m, gudang pakan dan tempat tinggal karyawan, dan tersedia air bersih dan listrik. Menurut pendapat Rasyaf (2005) yang mengatakan tanah atau lokasi peternakan harus jauh dari pemukiman penduduk atau paling tidak ada ijin dari lingkungan setempat, sehingga tidak pernah menimbulkan keluhan atau protes dari penduduk sekitar. Perusahaan peternakan tersebut telah memberi peluang bagi penduduk sekitar untuk menjadi tenaga kerja, selain itu lokasi telah dibatasi dengan pagar seng setinggi 3 meter dan di atasnya ada kawat berduri, sehingga telah memenuhi syarat teknis tentang perusahaan peternakan. Usaha peternakan juga harus dekat dengan jalan transportasi, hal ini dimaksudkan agar kebutuhan sapronak mudah dipenuhi dan mudah dijangkau oleh konsumen C. Modal Usaha Sumber modal pada usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Tapa berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman yang berasal dari mitra usaha peternak berupa bibit, pakan ternak, vaksin dan obat-obatan. Besaran modal tetap dan tidak tetap dengan kapasitas 2400 ekor yang dihitung berdasarkan masa periode
produksi
usaha
peternakan
ayam
broiler
adalah
sebesar
Rp
164,094,213.88, dengan perincian untuk modal tetap sebesar Rp. 95,737,000.00 Sedangkan untuk modal tidak tetap yakni sebesar Rp
68,422,813.88.
5
Tabel 1 : Modal Tetap dan Modal Tidak Tetap Usaha Ternak Ayam Broiler Mitra Usaha PT Ciomas Adisatwa Kapasitas 2400 ekor No
Uraian
Vol
Satuan
Harga
Total
Modal Tetap 1
Kandang
1
unit
Rp 74,000,000.00
Rp 74,000,000.00
2 3
1
unit
Rp 5,000,000.00
Rp
5,000,000.00
1
Paket
Rp
90,000.00
Rp
8,280,000.00
1
unit
Rp
885,000.00
Rp
885,000.00
5
Gudang Pakan Tempat pakan dan air minum Perlegkapan Kandang Instalasi air dan Listrik
1
paket
Rp 1,500,000.00
Rp
1,500,000.00
6
Tenaga Kerja
4
HOK
Rp 1,500,000.00
Rp
6.000,000.00
4
Jumlah
Rp 95,737,000.00
Modal Tidak Tetap 1
Bibit
2 3
Pakan Obat-obatan dan vaksin
Jumlah Total Sumber : Data primer diolah, 2013
2400 5312.2 1
ekor
Rp
5,500.00
Rp 13,200,000.00
kg
Rp
10,275.40
Rp 54,584,979.88
paket
Rp
556,234.00
Rp 556,234.00 Rp 68,356,213.88 Rp.164,094,213.88
Modal tetap yang digunakan paling besar terserap untuk pembuatan kandang sebesar 77.30%, Pembelian tempat pakan dan tempat minum sebesar 8.65%, tenaga kerja disaat pendirian usaha sebesar 6.27%, pembuatan gudang pakan sebesar 5.22%, instalasi listrik dan air bersih adalah 1.57% dan perlengkapan kadang dan pajak bumi dan bangunan menyerap jumlah biaya paling kecil yakni sebesar 0,92% dan 0,11%. Sedangkan Jumlah modal tidak tetap yang terserap diawal usaha untuk pembelian pakan trnak dan DOC sebesar 79.85% dan 19.31%. vaksin serta obat-obatan sebesar 0.84% . Penyediaan modal usaha peternakan ayam broiler menggunakan modal sendiri sebesar 58.34% dari total modal keseluruhan. Modal pinjaman yang disiapkan oleh mitra peternak yakni PT.Cimas Adisatwa sebesar 41.66% dari total modal keseluruhan
6
Tabel 2 : Modal Tetap dan Tidak Tetap Usaha Ternak Ayam Broiler Mitra Usaha PT Ciomas Adisatwa Kapasitas 5000 ekor No
3
Uraian Modal Tetap Kandang Gudang Pakan Tempat pakan dan air minum Perlegkapan Kandang
4 5
Instalasi air dan Listrik Tenaga Kerja
1 4
PBB
1
1 2
Vol
Sat 1 1
unit unit
120 1
Harga
Total
%
Rp 96,000,000.00 Rp 6,000,000.00
Rp Rp
96,000,000.00 6,000,000.00
77.70% 4.90%
Paket unit
Rp Rp
90,000.00 1,085,000.00
Rp Rp
10,800,000.00 1,085,000.00
8.70% 0.90%
paket HOK
Rp Rp
1,500,000.00 2,000,000.00
Rp Rp
1,500,000.00 8,000,000.00
1.20% 6.50%
Rp
172,000.00
Rp
172,000.00
0.10%
Rp 106,847,000.00
Rp 123,557,000.00
44.28%
ekor
Rp
Rp
27,500,000.00
17.69%
Rp 126,902,301.50
81.63%
Jumlah Modal Tidak Tetap 1
Bibit
5000
5,500.00
2
Pakan
12350
kg
Rp
10,275.490
3
Obat-obatan
1
paket
Rp
1,056,000.00
Rp
1,056,000.00
0.68%
Jumlah
Rp 155,458,301.50
55.72%
Total
Rp 279,015,301.50
Sumber : Data primer diolah, 2013
Modal tetap dan tidak tetap dengan kapasitas 5000 ekor yang dihitung berdasarkan masa periode produksi usaha peternakan ayam broiler adalah sebesar Rp 279,015,301.50, dengan perincian untuk modal tetap sebesar 44.28%, sedangkan untuk modal tidak tetap yakni sebesar 55.72%. Jumlah modal tetap yang digunakan paling besar terserap untuk pembuatan kandang sebesar 77.70%, Pembelian tempat pakan dan tempat minum sebesar 8.70%, tenaga kerja disaat pendirian usaha sebesar 6.50%, pembuatan gudang pakan sebesar 4.90%, instalasi listrik dan air bersih adalah 1.20% dan perlengkapan kadang dan pajak bumi dan bangunan menyerap jumlah biaya paling kecil yakni sebesar 0,90% dan 0,10%. Jumlah modal tidak tetap yang terserap diawal usaha untuk pembelian pakan trnak dan DOC sebesar 81.63% dan 17.69%. vaksin serta obat-obatan sebesar 0.68%. D. Biaya Biaya produksi per-tahun usaha peternakan ayam broiler kapasitas 2400 ekor dengan model kemitraan rata-rata adalah
Rp
486,482,129.91
dengan
variabel biaya tetap rata-rata Rp 10,891,233.33 dan variable biaya tidak tetap sebesar Rp 475,590,896.58., dengan presentase biaya tidak tetap yang dikeluarkan sebesar
97.76% dengan rincian : presentase komponen biaya terbesar yang
dikeluarkan dalam biaya tetap adalah 76.55% untuk biaya pembelian pakan,
7
18.71% terserap untuk pembelian DOC, obat-obatan sebesar 0.78%, pembayaran listrik 0.16%, tenaga kerja 2.10% dan biaya lainnya sebesar 1.89%, Tabel 3 : Biaya Produksi Usaha Peternakan Ayam Broiler per-tahun Kapasitas 2400 ekor No A. 1.
2.
Jenis Biaya Biaya Tetap Penyusutan a. Kandang b. Gudang Pakan c. Tempat pakan dan air minum d. Perlegkapan Kandang e. Instalasi air dan Listrik PBB Jumlah
B. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jumlah
%
Rp Rp
7,781,666.67 555,833.33
71.45 5.10
Rp Rp Rp Rp
1,022,733.33 111,166.67 555,833.33 864,000.00
9.39 1.02 5.10 7.93
10,891,233.33
2.24
Rp
Biaya tidak tetap DOC Pakan Obat-obatan Listrik Tenaga Kerja Lain-lain
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
88,044,000.00 364,081,815.80 3,710,080.78 750,000.00 9,000,000.00 10,005,000.00
18.71 76.55 0.78 0.16 2.10 1.89
Jumlah Total
Rp Rp
475,590,896.58 486,482,129.91
97.76
Sumber : Data primer diolah, 2013
Biaya tetap yang dikeluarkan sebesar 4.54% dari total biaya keseluruhan dengan presentase komponen biaya terbesar yang dikeluarkan dalam biaya tidak tetap adalah 45.25% untuk pembiayaan tenaga kerja dan 39.12% untuk pembiayaan penyusutan kandang yang dihitung berdasarkan biaya tetap yang dikeluarkan setiap periode produksi. Biaya produksi per-tahun usaha peternakan ayam broiler kapasitas 5000 ekor dengan model kemitraan rata-rata adalah Rp 986,406,809.00 dengan biaya tetap rata-rata Rp 13,157,000.00 atau 1.33% dan biaya tidak tetap sebesar Rp 949,269,809.00 dengan prosentase biaya tidak tetap yang dikeluarkan sebesar 98.67%
8
Tabel 4 : Biaya Produksi Usaha Peternakan Ayam Broiler per-tahun Kapasitas 5000 ekor No Jenis Biaya Jumlah % A.
Biaya Tetap 1. Penyusutan · Kandang · Gudang Pakan · Tempat pakan dan air minum · Perlegkapan Kandang · Instalasi air dan Listrik 2. PBB Jumlah
B. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Biaya tidak tetap DOC Pakan Obat-obatan Listrik Tenaga Kerja Lain-lain Jumlah Total
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
9,000,000.00 1,000,000.00 2,400,000.00 85,000.00 500,000.00 172,000.00
68.40 7.60 18.24 0.65 7.89 1.31
Rp
13,157,000.00
1.33
Rp Rp Rp Rp
165,000,000.00 761,413,809.00 6,336,000.00 1,500,000.00
Rp Rp
24,000,000.00 15,000,000.00
Rp
973,249,809.00
16.95 78.23 0.65 0.15 2.47 1.54 98.67
Rp
986,406,809.00
Sumber : Data primer diolah, 2013
Biaya tetap yang dikeluarkan oleh peternak dalam produksi setahun sebesar 1.33.% dihitung berdasarkan total biaya produksi/tahun dengan rincian biaya yang paling besar dikeluarkan adalah biaya penyusutan kandang 68.40%, gudang pakan
7.60%, tempat pakan dan air minum 18.24%, perlengkapan
kandang 0.65 dan instalasi listrik 7.89%. Pembayaran pajak bumi dan bungan dalam setahun 1.31%. yang dihitung berdasarkan biaya tetap yang dikeluarkan setiap produksi/tahun Biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan mitra berupa pinjaman kepada peternak sebesar 98.67% berdasarkan total biaya produksi/tahun dengan rincian untuk pembelian pakan ternak sebesar 78.23%, pembelian DOC sebesar 16.95% , pembelian obat-obatan sebesar 0.65% , pembayaran listrik 0.15%, Gaji tenaga kerja 2.47% dan biaya lai-lain sebesar 1.54% yang dihitung berdasarkan biaya tidak tetap yang dikeluarkan setiap produksi/tahun. Biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan oleh usaha peternakan dalam menjalankan usahanya antara lain: biaya penyusutan (ternak, kandang, bangunan penunjang kandang, peralatan dan
9
perlengkapan, kendaraan), pajak, tenaga kerja, dan bunga modal. Biaya tidak tetap (variable cost) yang dikeluarkan antara lain: pakan, obat-obatan, listrik, air, telepon, obat-obatan bahan bakar, dan biaya perbaikan-perbaikan (Soekartawi, 2003) E. Penerimaan Usaha peternakan yang dimiliki oleh peternak yang ada di Desa Langge dan Dunggala mendapatkan penerimaan dari penjualan ayam hidup atau berdasarkan bobt hidup ayam/kg dan penjualan feses ternak. Harga penjualan ayam hidup berdasarkan bobot hidup/kg yang ditentukan oleh pihak perusahaan mitra dan seluruh hasil produksi dibeli oleh pihak perusaahaan mitra, sedangkan penjualan feses ditentukan oleh peternak. Harga kontrak pembelian ayam oleh pihak perusahaan terhadap peternak adalah Rp.15.325,00/kg hidup. Hasil penerimaan peternak dengan kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor selama setahun atau 6 periode pemeliharaan terlihat dalam Tabel 5 dan Tabel 6 Tabel 5 : Rata-rata Penerimaan Peternak Ayam Broiler kapasitas 2400 ekor/tahun melalui pola kemitraan No Uraian Vol Sat Harga Penerimaan % Bobot badan jual 1
ayam
2
Selisih FCR standar
3
Feses Total
5612.2
5250
kg
kg
Rp 15,325.00
Rp 516,041,790.00
99.39
Rp 80
Rp
2,549,856.00
0.49
Rp
3,150,000.00
0.62
Rp
100.00
Rp 519,191,790.00
Sumber: Data primer, 2013
Tabel 6 : Rata-rata Penerimaan Peternak Ayam Broiler kapasitas 5000 ekor melalui pola kemitraan No Uraian Vol Sat Harga Penerimaan % 1 Bobot badan jual ayam 11719.5 kg Rp15,325.00 Rp 1,077,608,025.00 98.91 2 Selisih FCR standar Rp 80 Rp 5,625,360.00 0.53 3 Feses 10245 kg Rp 100.00 Rp 6,147,000.00 0.56 Total
Rp 1,089,380,385.00
Sumber: Data primer, 2013
Penerimaan yang diterima oleh peternak/tahun dengan kapasitas 2400 ekor adalah Rp 519,191,790.00 terdiri atas : hasil penjualan ayam hidup/kg adalah Rp 516,041,790.00., rata-rata selisih FCR standard sebesar Rp 2,549,856.00 dan dari
10
penjualan feses ayam ialah Rp 3,150,000.00. Untuk kapasitas 5000 ekor yakni Penerimaan peternak yang diterima/tahun dengan kapasitas 5000 ekor adalah sebesar Rp 1,089,380,385.00.,
yang berasal dari penjualan ayam hidup/kg
sebesar Rp 1,077,608,025.00., rata-rata selisih FCR standard
yang diterima
peternak sebesar Rp 5,625,360.00 dan hasil penjualan feses ayam sebesar Rp 6,147,000.00. F. Keuntungan Untuk memperoleh profit yang diharapkan maka jumlah penerimaan harus lebih besar dari biaya total yang dikeluarkan selama proses produksi. Profit merupakan selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Tabel 7. Keuntungan Usaha peternakan kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor/tahun
No 1 2
Uraian Penerimaan Total Biaya Keuntungan
Jumlah
Jumlah
Rp 519,191,79000 Rp 438,249,283.28 Rp 80,942,506.72
Rp Rp Rp
1,089,380,385.00 986,406,809.00 102,973,576.00
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Keuntungan peternak/tahun dengan kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor sebagai mitra yaitu sebesar Rp 80,942,506.72/tahun dan Rp 102.973.560,00/tahun atu sebesar 5%-8%/tahun dan besearnya keuntungan tergantung hasil penjualan dan pemeliharaan ayam broiler yang dilakukan oleh peternak sebagi mitra perusahaan. Keberhasilan atau kegagalan unit usaha peternakan umumnya diukur dari profit atau rugi yang diperoleh dari unit usaha tersebut, jadi profit merupakan salah satu tujuan utama dari setiap unit usaha. (Martodireso dan Suryanto 2002) G. Efisiensi Usaha Efisiensi usaha dapat pula digunakan untuk menilai kelayakan usaha ternak, salah satunya adalah melalui penerimaan (Revenue) yang dihasilkan dari setiap satu rupiah biaya (Cost). Tabel 8. Efisiensi Usaha peternakan kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor/tahun
No 1 2
Uraian Penerimaan Total Biaya R/C
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Jumlah
Jumlah Rp Rp
519,191,790.00 438,249,283.28
Rp 1,089,380,385.00 Rp 986,406,809.00
1.18
1.10
11
Efisiensi usaha peternakan ayam broiler selama setahun dengan kapasitas 2400-500 ekor adalah yaitu 1.18 dan 1.10. Nilai efisiensi usaha yang melebihi nilai standar Rasio/Cost dianggap menguntung dan dapat dikatakan masih layak dijalankan. Ration dalam setahun yaitu melebih angaka satu yakni 1.18 dan 1.10 hal ini mengindikasikan bahwa usaha peternakan ayam petelur layak untuk dijalankan dan dikembangkan.
H. Titik Impas (Break Event Point) Break Event Point (BEP) atau titik pulang pokok dapat di artikan sebagai suatu keadaan di mana peternak di dalam usahanya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Tabel 9. Hasil Analisis BEP dalam usaha ayam broiler kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor No
Uraian
1
BEP Produksi
2
BEP Harga
3 BEP Penerimaan Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Kapasitas 2400 ekor
Kapasitas 5000 ekor
33907.46 kg Rp
13,749.77
Rp
16,064,145.50
Capaian Break Event Point produksi dicapai
89548.78 kg Rp Rp
14,029.56 48,995,368.12
(BEP) produksi untuk
kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor dicapai pada produksi bobot hidup ayam 33907.46 kg dan 89548.78 kg. Break Event Point produksi dicapai (BEP) harga untuk kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor dicapai pada harga bobot hidup ayam Rp 13,749.77 dan Rp 14,029.56. Break Event Point (BEP) penerimaan untuk kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor dicapai saat penerimaan sebesar Rp 16,064,145.50 dan Rp 48,995,368.12. Break Event Point (BEP) atau titik pulang pokok dapat di artikan sebagai suatu keadaan di mana peternak di dalam usahanya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain total penghasilan sama dengan total biaya. (Munawir, 2002). Break Event Point (titik impas) merupakan suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, dan keuntungan volume kegiatan.
12
KESIMPULAN Pendapatan peternak di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone-bolango dalam usaha ayam broiler dengan kapasitas 2400-500 ekor/tahun sebesar 5%-8%, dengan nilai rasio/cots sebesar 1.10-1.18 dan Break Event Point produksi dicapai (BEP) produksi untuk kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor dicapai pada produksi bobot hidup ayam 33907.46 kg dan 89548.78 kg. Break Event Point produksi dicapai (BEP) harga untuk kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor dicapai pada harga bobot hidup ayam Rp
13,749.77 dan Rp 14,029.56. Dan Break Event Point
(BEP) penerimaan untuk kapasitas 2400 ekor dan 5000 ekor saat penerimaan dicapai sebesar Rp. 16,064,145.50 dan Rp 48,995,368.12
DAFTAR PUSTAKA Boediono. 2000. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta. Husnan, Saud dan Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-Dasar Managemen Keuanagan. Cetakan kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Kartasudjana, R dan Edjeng Supryatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta. Martodireso dan Suryanto,2002. Agribisnis
Kemitraan Usaha
Bersama.
Kanisius.Jakarta Murtidjo, B.A., 2002. Pedoman Beternak ayam Broiler. Cetakan Ke-15. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Mulyantono. 2003. Kemilaunya Broiler Riuhnya Kemitraan. Poultry Indonesia. GAPPI. Muslimin. 2002. Budidaya Bina Ayam. Kanisius.Yogyakarta. Rasyaf. 2004. Mengapa peternakan saya rugi?. Cetakan kedelapan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Salam T. 2009. Analisis
Finansial
Usaha Peternakan
ayam broiler
pola
kemitraan.Jurnal.agrisistem.Vol.2No.1.http://www.stppgowa.ac.id/index.p hp?option=com_content&view=articl&id=114&Itemid=141 tanggal 28 maret 2012]
[diakses
13
Saragih B. 2000. Agrbisnis Berbasis Peternakan. Pustaka Wirausaha Muda, Bogor. Soekartawi. 2003. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Sodiq A dan Abidin Z . 2002. Penggemukan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta. Sugiyono, 2007. Statistika Untuk Penelitian. Penerbit Alfabeta. IKAPI Bandung Suharno, B 1999. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. Penebar Swadaya, Jakarta. Suharno, 2005. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta. Suryabrata,1989. Metode penelitian. Rajawali Press.Jakarta Susilorini. 2008. Budi daya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta. Syamsudin I. 2000, Manajemen Keuangan Perusahaan. Radja Grafindo Perkasa. Jakarta