ANALISIS KEAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA MANDIRI, MAKLOON, DAN KEMITRAAN Nurul Fuadah Hisni ) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Hj. Enok Sumarsih ) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Iskandar Ma′moen ) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan usaha ayam ras pedaging pola mandiri, makloon dan kemitraan, untuk mengetahui manajemen pengelolaan usaha, kelayakan usaha, dan payback periods atau jangka waktu pengembalian seluruh modal yang diinvestasikan usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri, makloon dan kemitraan. Metode yang digunakan adalah metode Studi Kasus pada Seorang Peternak yang mempunyai tiga pola usaha ternak ayam yaitu pola mandiri, makloon dan kemitraan di Kelurahan Mangkubumi Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya. Hasil analisis menunjukkan bahwa : (1) Pelaksanaan usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri sangat baik dengan IP yang diperoleh pada saat panen besar yaitu 368, sedangkan pola makloon kurang baik karena IP yang diperoleh hanya sebesar 300,6, dan pelaksanaan usaha ternak ayam ras pedaging pola kemitraan cukup baik dengan IP sebesar 308. (2) Manajemen pengelolaan usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri baik biaya investasi maupun operasional dilakukan pembiayaan sendiri, sedangkan pola makloon biaya investasi dilakukan pembiayaan sendiri dan untuk biaya operasional peternak hanya menyediakan tenaga kerja, listrik, sekam dan serbuk kayu bakar sedangkan untuk DOC langsung dikirim oleh perusahaan mitra kemudian pada saat panen ayam wajib diserahkan kembali ke perusahaan, untuk pola kemitraan kebutuhan sapronak kecuali biaya investasi, dipenuhi oleh perusahaan mitra, ayam hasil pembesaran dibeli oleh perusahaan mitra dengan harga sesuai dengan harga kontrak. (3) Usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri layak untuk diusahakan dengan hasil analisis finansial diperoleh nilai NPV : sebesar Rp. 114.670.843 Net B/C : sebesar 3,81 dan IRR : sebesar 91,62 persen. Sedangkan untuk pola makloon tidak layak diusahakan dengan diperoleh nilai NPV : sebesar Rp. (Rp.5.327.785) Net B/C sebesar 0,87 dan IRR : sebesar 16,19 persen. Dan untuk pola kemitraan diperoleh nilai NPV : sebesar Rp. 54.183.590 Net B/C 2,33 dan IRR : sebesar 54,91 persen masih layak diusahakan. (4) Modal yang diivestasikan dalam kegiatan usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri dapat dikembalikan setelah proyek berjalan selama 1
1 tahun 1 bulan, dan modal yang diinvestasikan dalam pada pola makloon dapat dikembalikan setelah proyek berjalan selama 4 tahun 8 bulan, sedangkan modal yang diinvestasikan pola kemitraan dapat dikembalikan setelah proyek berjalan selama 1 tahun 8 bulan. Kata Kunci : Analisis, Kelayakan Finansial, Ayam Ras Pedaging ABSTRACT The aim of this research is to know the implementation effort broiler in the patterns of independent, makloon and partnership, to know the business management of broiler in the patterns of independent, makloon, and partnership, to determine the feasibility of broiler chicken in the patterns of independent, makloon, and partnership seen from the financial aspects and to determine the payback periods or the repayment periods all of the invested capital in three patterns of broiler farming. The research method uses case study to the farmer who has three broiler enterprises pattern is a pattern of independent, makloon and partnership in the Mangkubumi Village of District Mangkubumi Tasikmalaya. The analysis shows that: (1) The implementation of broiler farming of the independent patterns is very good with the IP obtained when a large harvest is 368, while the makloon pattern unfavorable because the IP obtained only at 300.6, and the implementation of broiler farming of the partnership pattern is good enough with IP obtained 308. (2) The management of broiler farming of the independent patterns both investment and operational costs of self-financing, while the investment costs of pattern makloon is conducted selffinancing and for operational costs, the farmer provides only labor, electricity, husk and sawdust fuel while directly sent to DOC by partner company then at harvest chickens must be returned to the company, for the partnership pattern’s need of sapronak except investment costs are fulfilled by the partner company, an enlarged chicken purchased by the company partners with the price according to the contract price. (3) The Cattle business broiler independent pattern worthy to be tried with the results obtained by the analysis of financial NPV: Rp. 114 670 843 Net B / C: at 3.81 and IRR: by 91.62 percent. As for the pattern of non-viable makloon the NPV obtained: Rp. (Rp.5.327.785) Net B / C of 0.87 and IRR: by 16.19 percent. And for the partnership obtained NPV: Rp. 54,183,590 Net B / C 2.33 and IRR: by 54.91 per cent is still worth the effort. (4) The capital invested in the business activities of the broiler farm independent pattern can be restored after the project runs for 1 year 1 month, and the capital invested in the makloon pattern can be restored after the project runs for 4 years and 8 months, while capital invested partnership can be restored after the project runs for 1 year 8 months. Key Word: Analysis, Financial Feasibility, Broiler
2
PENDAHULUAN Agribisnis peternakan merupakan segala aktivitas bisnis yang terkait dengan kegiatan budidaya ternak, industri hulu, industri hilir, dan lembaga-lembaga pendukung. Agribisnis tersebut merupakan salah satu bidang yang sangat penting bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki potensi dijadikan sebagai penggerak utama ekonomi nasional. Usaha peternakan mampu meningkatkan ekonomi pedesaan dan sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat desa (Sutawi, 2007). Seiring dengan permintaan akan produk peternakan khususnya ayam ras pedaging meningkat dan perkembangan akan teknologi, usaha peternakan ayam ras pedaging pun mulai dikembangan dalam skala menengah dan besar. Adanya keterbatasan dalam hal permodalan, teknologi dan sumberdaya manusia membuat terbentuknya kerjasama dalam agribisnis peternakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Solusi para peternak ayam broiler untuk permasalahan tersebut yaitu dengan mengikuti program pola usaha kemitraan ayam broiler. Ada tiga pola usaha peternakan ayam yang dijalankan para peternak yaitu pola mandiri, pola makloon dan pola kemitraan, peternak. Peternak pola mandiri yaitu seluruh pembiayaan atau permodalan usaha peternakan ayam berasal dari modal sendiri demikian juga pasar yang dikelola sendiri, harga input dan output mengikuti mekanisme pasar. Sebaliknya pola usaha Peternak Kemitraan adalah peternak yang melakukan kerjasama dengan perusahaan besar atau poultry shop (PS). Pada Pola Kemitraan ini semua kebutuhan peternak akan dipenuhi oleh perusahaan mitra, lalu ayam hasil pembesaran dibeli oleh mitra dengan harga sesuai dengan harga kontrak. Sedangkan pola usaha Peternak Makloon yaitu peternak yang menjalankan usaha ternaknya dengan hanya menyediakan kandang, sekam dan gas (pemanas), sedangkan input lain (DOC, pakan dan obat-obatan) dipenuhi oleh PS. Pendapatannya biasanya berdasarkan sistem upah perekor berdasarkan indeks performa (IP)nya. Dari uraian diatas, peternak dengan ketiga pola usaha tersebut memiliki kewajiban untuk berinvestasi dalam bentuk kandang. Namun demikian setiap pola
3
usaha memperoleh hasil pendapatan yang berbeda demikian juga dalam pengambilan risikonya. Oleh karena itu dengan adanya permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti dan mengakaji Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Pola Mandiri, Makloon, dan Kemitraan, dengan tujuan untuk melihat pelaksanaan usaha serta kelayakan finansial usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri, makloon dan kemitraan. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diajukan idntifikasi masalah sebagai berikut : (1) Bagaimana pelaksanaan usaha peternakan ayam ras pedaging pola mandiri, makloon, dan kemitraan (2) Bagaimana manajemen pengelolaan usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri, makloon dan kemitraan (3)Bagaimana kelayakan finansial usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri, makloon, dan kemitraan (4) Pada tahun ke berapa seluruh modal yang diinvestasikan pada tiga pola usaha ternak ayam ras pedaging tersebut dapat dikembalikan. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Studi Kasus pada seorang peternak yang memiliki tiga pola usaha ternak ayam ras pedaging yaitu pola usaha mandiri, pola usaha makloon, dan pola usaha kemitraan di Kelurahan Mangkubmi Kecamatan Mangkubumi. Menurut Suharsimi Arikunto (2006), penelitian studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu lembaga atau gejala tertentu. Sedangkan data yang dikumpulkan terdiri atas : (1) data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan peternak sebagai responden, dengan melakukan pengisian kuisioner oleh responden serta melakukan pengamatan langsung di lapangan. (2) Data sekunder, yaitu data pendukung data primer yang di peroleh studi pustaka dari instansi-instansi terkait dan lembaga yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Adapun kerangka analisis yang dipakai dalam penelitian ini yaitu : Analisis Deskriptif yaitu suatu analisis untuk mengetahui kondisi usaha peternakan salah satunya yaitu penjelasan keberhasilan pada aspek teknis usaha
4
peternakan yang dilihat berdasarkan perhitungan Indeks Performa (IP), dengan rumus sebagai berikut : 100% − D(%) FCR x (A/U)
=
Keterangan: IP = Indeks Performance D = Persentase Deplesi / Mortalitas BB = Bobot badan rata-rata saat dipanen FCR = Feed Convertion Ratio A/U = Umur rata-rata panen/lama pemeliharaan
Abdul Choliq dkk (1999) menyatakan, bahwa kriteria investasi yang dapat digunakan dalam analisis finansial diantaranya adalah : 1) Net Present Value (NPV) NPV = ∑ni=0 (
)
NPV= ∑ =0(Bt − Ct)(DF) NPV =
(Net Benefit)(DF)
=0
Keterangan: Bt = Benefit pada tahun ke-t Ct = Biaya pada tahun ke-t DF = Discount factor i = Tingkat bunga yang berlaku t = Lamanya periode waktu
2) Net Benefit-Cost Ratio(Net B/C ratio) Net
Ratio =
∑ =0 NPV Positif =0 NPV Negatif
3) Internal Rate of Return (IRR) IRR =
+
+ +
−
−
( i2 − i1 )
Keterangan : i1 = Discount actor pertama dimana diperoleh NPV positif i2 = Discount Factor kedua dimana diperoleh NPV negatif 5
Abdul Choliq, dkk. (1999) menyatakan, bahwa Payback Periods merupakan jangka waktu periode yang diperlukan untuk membayar kembali semua biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. . Rumus yang digunakan untuk menghitung Payback Periods dengan menggunakan Net Benefit adalah sebagai berikut: =
−
ℎ
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging (1) Perkandangan dan Peralatan Perkandangan a. Tipe kandang yang digunakan dari ketiga pola usaha ternak ayam oleh responden yaitu tipe kandang longyam. b. Bahan kandang terbuat dari kayu dan bambu dengan pondasi kayu dan bess dan tirai kandang ditutupi dengan plastik. c. Persiapan kandang sebelum DOC datang yaitu melakukan pencucian kandang atau disebut sterilisasi kandang, hal ini dilakukan untuk mencegah penyakit ketika DOC datang karena keadaan kandang yang kotor. Peralatan a. Alas kandang atau litter yang digunakan di kandang yaitu sekam. Tebal litter yaitu mencapai 10 cm. b. Pemanas atau disebut juga brooder. Pemanas yang digunakan yaitu berupa drum dengan alat pemanas di tengah menggunakan serbuk kayu yang dibakar di dalam drum.. c. Tempat pakan dan tempat minum tersedia cukup. Masing-masing terdapat 75 buah tempat pakan dan tempat minum. (2) Pemeliharaan Pemeliharaan Ayam sejak DOC masuk kandang a. Sebelum DOC masuk kandang, pemanas sudah dinyalakan dengan kisaran suhu 32oC
6
b. Frekuensi pemberian pakan ayam dari ketiga pola usaha oleh responden pada saat masih DOC atau umur ayam dari nol dilakukan 5 kali sehari, dan setelah ayam dewasa dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada saat pagi hari dan sore hari. c. Teknis pemberian minum dari ketiga pola usaha ternak ayam oleh responden pada umumnya dilakukan secara manual yaitu dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari. d. Frekuensi pembalikkan litter atau sekam dilakukan setelah ayam berumur 20 hari hal ini dilakukan agar kondisi alas lantai kandang tetap kering. e. Frekuensi penimbangan ayam pada peternak kemitraan dilakukan lebih intensif yaitu satu minggu sekali sedangkan pada peternak mandiri dan makloon melakukan penimbangan hanya pada saat panen. f. Rata-rata umur ayam di panen yaitu berkisar antara 34-36 hari untuk pola makloon dan pola kemitraan rata-rata umur panen 34 hari. Pada kedua pola ini peternak tidak dapat menentukan waktu panen, penentuan waktu panen merupakan kewenangan perusahaan inti, sedangkan untuk pola mandiri ayam dipanen ditentukan peternak sendiri tergantung fluktuasi harga. Pada pola mandiri rata-rata umur ayam 35-42. Keberhasilan Usaha Ayam Ras Pedaging berdasarkan IP Keberhasilan usaha ternak ayam ras pedaging bisa dilihat dari beberapa aspek. salah satunya yaitu pada aspek teknis pemeliharaan berdasarkan perhitungan Indeks Performance (IP) yang merupakan salah satu parameter keberhasilan pemeliharaan ayam. Pemeliharaan dinyatakan berhasil apabila mencapai standar IP yang baik yaitu di atas 300. (Syahril Akil, 2006). Berdasarkan hasil penelitian perhitungan IP pada pola usaha mandiri dan pola kemitraan dinyatakan cukup baik yaitu masingmasing sebesar 368 dan 308 berada diatas 300 , sedangkan perhitungan IP pada pola usaha makloon dinyatakan kurang baik yaitu hanya sebesar 300,6.
7
Manajeman Pengelolaan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging a). Pengelolaan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Pola Mandiri Usaha ternak ayam pola mandiri yaitu usaha yang dilakukan seorang peternak yang mampu menyelenggarakan usaha ternaknya dengan modal sendiri dan bebas menjualnya outputnya ke pasar, seluruh resiko dan keuntungan ditanggung sendiri. b). Pengeloaan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Pola Makloon Usaha ternak pola makloon yaitu usaha ternak yang menyelenggarakan pola kerja sama antara perusahaan inti dengan peternak sebagai plasma dimana peternak tidak dituntut persyaratan yang rumit dan pendapatannya biasanya berdasarkan sistem upah perekor berdasarkan indeks performa (IP)nya, peternak hanya menyediakan kandang, tenaga kerja, sekam dan gas (pemanas), sedangkan input lain (DOC, pakan dan obat-obatan) dipenuhi oleh PS. c). Pengeloaan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan Pada dasarnya usaha ternak pola kemitraan dengan usaha ternak pola makloon memiliki pengertian yang sama yaitu kemitraan antara peternak mitra dengan perusahaan mitra, dimana kelompok mitra bertindak sebagai plasma, sedangkan perusahaan mitra sebagai inti. Pada pola makloon maupun pola kemitraan ayam ras yang sedang berjalan selama ini, perusahaan mitra menyediakan sarana produksi peternkan (sapronak) berupa ; DOC, pakan, obatobatan/vitamin bimbingan teknis, memasarkan hasil, dan plasma menyediakan kandang dan tenaga kerja. Analisis Kelayakan a). Biaya Investasi Biaya investasi dalam usaha ternak ayam ras pedaging ini yaitu meliputi pembelian lahan, pembuatan kandang, dan pembelian peralatan pemeliharaan kandang.
8
Tabel 1. Biaya Investasi Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Pola Mandiri, Makloon dan Kemitraan No
1. 2. 3.
Uraian
Biaya Investasi (Rp) Pembelian Lahan Pembuatan Kandang Pembelian Peralatan (Tempat Pakan, Minum, dan Pemanas ) Total Investasi
Pola Mandiri
Pola Usaha Pola Makloon
Pola Kemitraan
Persentase %
7.200.000 30.000.000 3.630.000
7.200.000 30.000.000 3.630.000
7.200.000 30.000.000 3.630.000
17,63 73,48 8,89
40.830.000
40.830.000
40.830.000
100
Tabel 7 menunjukkan biaya investasi yang dikeluarkan dari ketiga pola usaha yang dijalankan, sama yaitu sebesar Rp 40.380.000 untuk 2000 ekor ayam dan untuk jangka waktu 10 tahun. b). Biaya Operasional Biaya operasional usaha ternak ayam ras pedaging skala 2.000 ekor yang dikeluarkan untuk pola mandiri, pola makloon, dan pola kemitraan berbeda. Biaya operasional ini meliputi biaya pembelian DOC, pembelian pakan, obat-obatan, tenaga kerja, , listrik, sekam, serbuk kayu untuk pemanas, pajak bumi dan bangunan, sewa kendaraan dan bahan bakar . Selama 1 tahun usaha ternak ayam ras pedaging sebanyak 6 siklus produksi dan ditambah dengan biaya pajak bumi dan bangunan yang hanya dibayar setiap satu tahun sekaliUntuk lebih jelasnya mengenai biaya opersional per tahun dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa biaya operasional terbesar yaitu terdapat pada biaya pakan, hal ini disebabkan karena pakan merupakan komponen penunjang dalam kelangsungan pertumbuhan ayam sampai ayam panen.
9
Tabel 2. Biaya Operasional Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Pola Mandiri, Makloon dan Kemitraan per 1 tahun ( 6 siklus ) Skala Usaha 2000 Ekor. No
Uraian
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Biaya Operasional Bibit Ayam (DOC) Pakan Obat dan Vaksin Tenaga Kerja Listrik Sekam Kayu Bakar Pajak Bumi Bangunan Total Investasi
Pola Mandiri
Pola Usaha Pola Makloon
Pola Kemitraan
66.000.000 292.500.000 3.000.000 7.200.000 1.500.000 3.000.000 900.000 114.187 374.214.187
7.200.000 1.500.000 3.000.000 900.000 114.187 12.714.187
60.000.000 217.800.000 4.617.120 7.200.000 1.500.000 3.000.000 900.000 114.187 295.131.307
c). Penerimaan Satu tahun produksi untuk usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri, makloon dan kemitraan yaitu sebanyak 6 siklus atau 6 kali produksi. Sehingga besarnya penerimaan untuk satu tahun produksi yaitu total penerimaan per siklus dikali 6 x produksi yaitu untuk penerimaan pola mandiri sebesar Rp. 414.000.000, penerimaan pola makloon yaitu sebesar Rp. 22.081.200, sedangkan untuk pola kemitraan yaitu sebesar Rp. 321.991.350. (Tabel 3.) Tabel 3. Penerimaan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Pola Mandiri, Makloon dan Kemitraan per 1 tahun ( 6 siklus ) Skala Usaha 2.000 Ekor. No
Uraian Pola Mandiri
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Penjualan Ayam Upah Makloon Upah Operasional Bonus Daging Bonus IP Bonus Pasar Penjualan Kotoran Penjualan Karung Total Penerimaan
407.400.000 4.200.000 2.400.000 414.000.000
10
Pola Usaha Pola Makloon 7.566.000 4.656.000 2.095.200 1.154.000 4.200.000 2.400.000 22.081.200
Pola Kemitraan 312.883.200 2.037.000 471.150 4.200.000 2.400.000 321.991.350
d). NPV, Net B/C, dan IRR Analisis kelayakan investasi dalam kajian ini dilakukan sesuai umur ekonomis kandang yaitu 10 tahun yang dihitung berdasarkan pada kondisi perekonomian sekarang, yaitu dilakukan perhitungan dengan analisis investasi pada tingkat bunga 20 persen per tahun. Besarnya NPV, Net B/C, dan IRR yang diperoleh dari usaha ternak ayam ras pedaging untuk skala 2.000 ekor ayam dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. NPV, Net B/C, dan IRR Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Pola Mandiri, Makloon dan Kemitraan pada Tingkat Suku Bunga 20 Persen Skala Usaha 2.000 Ekor. No Uraian Pola Mandiri Pola Makloon Pola Kemitraan 1
Net Present Value (NPV)
Rp. 114.670.843
(Rp.5.327.785)
Rp. 54.183.590
2
Net Benefit of Cost Ratio
3,81
0,87
2,33
91,62 %
16,19 %
54,91 %
(Net B/C) 3
Internal Rate of Return (IRR)
Tabel 16 menunjukkan, bahwa untuk skala usaha 2.000 ekor ayam pada pola usaha mandiri diperoleh NPV bernilai positif yaitu sebesar Rp 114.670.843 yang berarti pada tingkat suku bunga yang berlaku pada saat ini yaitu sebesar 20 persen usaha tersebut masih menguntungkan atau layak untuk diusahakan. Sedangkan pada pola usaha makloon skala 2.000 ekor diperoleh NPV negatif yaitu (Rp. 5.327.785 ) yang berarti bahwa usaha ternak ayam ras pedaging pola makloon pada tingkat suku bunga 20 persen tidak menguntungkan atau tidak layak untuk diusahakan. Pada pola kemitraan untuk skala usaha 2.000 ekor diperoleh NPV positif tetapi NPV yang diperoleh lebih kecil dari NPV pola usaha mandiri yaitu hanya sebesar Rp. 54.183.590, namun masih dikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan karena masih bernilai positif pada tingkat suku bunga 20 persen. Nilai Net B/C diperoleh pada pola usaha mandiri yaitu sebesar 3,81 yang artinya benefit atau manfaat yang diperoleh yaitu 3,81 kali lipat dari cost atau biaya yang dikeluarkan pada usaha ternak ayam pola mandiri skala 2.000 ekor atau dengan perkataan lain bahwa setiap satu rupiah modal yang dikeluarkan pada
11
usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri akan memperoleh manfaat sebesar Rp 3,81 yang berarti usaha ini layak untuk diusahakan. Pada pola usaha makloon seiring dengan nilai NPV yang diperoleh negatif, nilai Net B/C yang diperoleh juga kurang dari 1 yaitu 0,87 yang berarti benefit atau manfaat yang diperoleh yaitu 0,87 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan atau dengan perkaataan lain bahwa setiap satu rupian modal yang dikeluarkan hanya memperloleh manfaat sebesar Rp. 0,87, karena nilai Net B/C kurang dari satu maka usaha ternak ayam ras pedaging pada pola makloon tidak menguntungkan atau tidak layak untuk di usahakan dalam jangka waktu 10 tahun. Sedangkan pada pola usaha kemitraan Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar 2,33 yang artinya benefit atau manfaat yang diperoleh 2,33 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan atau dengan kata lain setiap satu rupiah modal yang dikeluarkan akan memperoleh benefit atau manfaat Rp. 2,33 yang berarti usaha ini menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Nilai IRR yang diperoleh pada pola usaha mandiri sebesar 91,62 persen, hal ini bahwa tingkat bunga maksimum yang mampu dibayar responden hingga mencapai kenaikan 91,62 persen per tahun sehingga usaha ternak ayam ras pedading pola mandiri tersebut layak untuk diusahakan karena nilai IRR yang diperoleh lebih tinggi dari tingkat suku bunga yang berlaku pada saat penelitian yaitu sebesar 20 persen. Pada pola usaha makloon nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 16,19 persen. Hal ini menyatakan bahwa tingkat bunga maksimum yang mampu dibayar oleh peternak responden hanya mencapai sebesar 16,19 persen yang berarti usaha ternak ayam ras pedaging pola makloon ini tidak layak untuk diusahakan karena nilai IRR yang diperoleh lebih rendah dari tingkat suku bunga yang sedang berlaku. Sedangkan usaha ternak ayam pola kemitraan memperoleh nilai IRR sebesar 54,91 persen yang artinya bahwa tingkat bunga maksimum yang mampu dibayar peternak responden yaitu hingga 54,91persen. Hal ini menyatakan bahwa nilai IRR yang diperoleh lebih tinggi dari tingkat suku bunga yang sedang berlaku dan layak untuk diusahakan.
12
Payback Periods Jangka waktu pengembalian modal yang diinvestasikan dalam usaha ternak ayam ras pedaging pada pola mandiri yaitu 1 tahun 1 bulan. Hal ini berarti modal yang diinvestasikan dalam kegiatan usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri dapat dikembalikan setelah 1 tahun 1 bulan beroperasi dan mendapat pendapatan bersih pada tahun ke dua yaitu sebesar Rp. 33.341.640. Pada usaha ternak ayam ras pedaging pola makloon pendapatan bersih diperoleh pada tahun kelima yaitu sebesar Rp. 1.505.100 dan jangka waktu yang pengembalian modal yang di investasikan dalam usaha ternak ayam ras pedaging pola makloon yaitu 4 tahun 8 bulan yang artinya modal yang diinvestasikan dalam kegiatan usaha ternak ayam ras pedaging pola makloon ini dapat dikembalikan setelah 4 tahun 8 bulan beroperasi. Sedangkan pada usaha ternak ayam ras pedaging pola kemitraan jangka waktu pengembalian modal yang diinvestasikan yaitu 1 tahun 8 bulan yang artinya modal yang diinvestasikan dalam kegiatan usaha ternak ayam ras pedaging pola kemitraan dapat dikembalikan setelah 1 tahun 8 bulan kegiatan usaha beroperasi, dan baru mendapat pendaptan bersih pada tahun kedua yaitu sebesar Rp.4.490.100. Dari ketiga pola usaha ayam ras pedaging yag diusahakan untuk skala 2.000 ekor, jangka waktu yang paling cepat dalam pengembalian modal yaitu pada pola usaha mandiri yaitu 1 tahun 1 bulan dan jangka waktu pengembalian modal yang paling lama yaitu pada pola usaha makloon mencapai 4 tahun 8 bulan. (Tabel5) Tabel 17. Payback Periods (Metode Kembali Modal) Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Pola Mandiri, Makloon dan Kemitraan Skala Usaha 2000 Ekor. No 1. 2. 3. 4. 5.
Uraian Jumlah ayam yang dipelihara Investasi Hasil Kotor (10tahun) Hasil Bersih (10 tahun) Payback Period
Satuan Ekor
Pola Mandiri 2.000
Pola Usaha Pola Makloon 2.000
Pola Kemitraan 2.000
Rp Rp Rp Tahun
40.830.000 370.858.200 330.028.200 1thn 1bulan
40.830.000 94.670.200 43.840.200 4thn 8bulan
40.830.000 226.600.500 185.770.500 1th 8 bulan
13
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri sangat baik dengan IP yang diperoleh pada saat panen besar yaitu 368, sedangkan pola makloon kurang baik karena IP yang diperoleh hanya sebesar 300,6, dan pelaksanaan usaha ternak ayam ras pedaging pola kemitraan cukup baik dengan IP sebesar 308. 2.
Manajemen pengeloaan pola mandiri dilaksanakan peternak melalui pembiayaan sendiri baik biaya investasi, maupun biaya operasional, sedangkan manajemen pengeloaan pola makloon untuk biaya investasi dilakukan pembiayaan sendiri dan untuk biaya operasional peternak hanya menyediakan tenaga kerja, listrik, sekam dan serbuk kayu bakar, dan pada saat panen ayam wajib diserahkan kembali ke perusahaan dan manajemen pengeloaan usaha ternak ayam ras pedaging pola kemitraan, kebutuhan sapronak kecuali biaya investasi, dipenuhi oleh perusahaan mitra dan ayam hasil pembesaran dibeli oleh perusahaan mitra dengan harga sesuai dengan harga kontrak.
3. Berdasarkan hasil analisis finansial pada saat tingkat suku bunga pinjaman sekarang yaitu 20 %, usaha ternak ayam ras pedaging skala 2.000 ekor untuk pola mandiri sangat layak sedangkan untuk pola makloon tidak layak dan untuk pola kemitraan masih layak diusahakan. 4. Payback Periods atau modal yang diivestasikan dalam kegiatan usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri dapat dikembalikan setelah proyek berjalan selama 2 tahun0,3 bulan, dan payback 57 periods atau modal yang diinvestasikan dalam kegiatan usaha ternak ayam ras pedaging pola makloon dapat dikembalikan setelah proyek berjalan selama 8 tahun 7 bulan, sedangkan payback periods atau modal yang diinvestasikan dalam kegiatan usaha ternak ayam ras pedaging pola kemitraan dapat dikembalika setelah proyek berjalan selama 3 tahun 0,1 bulan.
14
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan maka di sarankan : 1) Pada pola makloon dengan skala 2000 Ekor, pendapatan yang diperoleh masih belum memenuhi kebutuhan keluarga. Oleh sebab itu untuk jangka waktu kedapannya khususnya untuk peternak yang hanya mengelola usaha ternak ayam pola makloon harus memelihara ternak ayam nya lebih dari 2000 ekor. 2) Pelaksanaan pada aspek pemeliharaan usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri harus ekstra hati-hati karena mempunyai tingkat resiko yang sangat tinggi dan harus mempunyai modal besar maksimal untuk 6 kali siklus pemeliharaan karena ketika usaha mengalami kerugian peternak mandiri harus memulai lagi usaha nya dari nol. 3) Pada pola kemitraan peternak harus mengikuti prosedur pemeliharaan dari perusahaan agar menghasilkan IP yang lebih baik lagi, mengingat harga garansi penjualan ayam dan bonus yang didapat dilihat berdasarkan IP yang dicapai. 4) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan adanya penelitian yang lebih mendalam mengenai usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri, pola makloon dan pola kemitraan. DAFTAR PUSTAKA Abdul Choliq, Wirasasmita, dan Sumarana Hasan, 1999. Evaluasi Proyek. Pionir Jaya. Bandung. Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakart Sutawi. 2007. Agribisnis Peternakan. Kapita Selekta. Universitas Muhamadiyah Malang Press, Malang. Syahril Akil, 2006, SERVICE CP Buletin. Nomor 78/Thn VII. Edisi Juni 2006
15