2
POLA BAGI HASIL KEMITRAAN USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN KONAWE SELATAN (STUDI KASUS KEMITRAAN CV. INTAN SUKSES ABADI DAN PT. KARYA MITRA KENDARI)
SKRIPSI
MUHAMMAD NAFAR L1A1 12 070
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
ii 2
POLA BAGI HASIL KEMITRAAN USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN KONAWE SELATAN (STUDI KASUS KEMITRAAN CV. INTAN SUKSES ABADI DAN PT. KARYA MITRA KENDARI)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Peternakan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Peternakan
Oleh: MUHAMMAD NAFAR L1A1 12 070
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
2
2
Tanggal lulus: 27 Oktober 2016.
2
vi 2
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Muhammad Nafar dilahirkan pada tanggal 08 agustus 1993 di Desa Lalowura, Kecamatan Loea, Kabupaten Kolaka Timur. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Arifin dan Ibu Hadna. Pendidikan penulis diawali dengan pendidikan dasar yang ditempuh di SD Negeri 2 Loea dan diselesaikan pada tahun 2005 di SD Negeri 2 Loea. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2008 di MTS Negeri 1 Tirawuta dan pendidikan lanjutan tingkat atas diselesaikan pada tahun 2011 di SMAN 1 Tirawuta. Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo pada tahun 2012 melalui jalur seleksi SLMPTN.
vii 2
ABSTRAK
Muhammad Nafar (L1A1 12 070): Pola Bagi Hasil Kemitraan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Konawe Selatan (Studi Kasus Kemitraan CV. Intan Sukses Abadi dan PT. Karya Mitra Kendari dibimbing oleh La Ode Arsad Sani dan Natsir Sandiah Kendala utama peternak broiler untuk mengembangkan usaha mereka adalah masalah ketersediaan modal dan kepastian pasar sehingga untuk mengatasinya peternak cenderung bergabung dengan sistem kemitraan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis sistem bagi hasil yang diterapkan oleh CV. Intan Sukses Abadi (ISA) dan PT. Karya Mitra Kendari (KMK) terhadap kelompok mitra di Kabupaten Konawe Selatan. Perusahaan objek yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling sedangkan responden peternak mitra diambil secara proporsional sebanyak 17 dari 25% jumlah peternak mitra dari masing-masing perusahaan. Variabel yang diamati adalah karakteristik responden, kontrak kerja, dan pola pembagian hasil. Hasil menunjukkan bahwa pola pembagian hasil kedua perusahaan didasarkan pada kontrak kerja mereka, termasuk harga pakan, harga ayam dan insentif. Pendapatan peternak adalah perbedaan antara total pendapatan ayam penjualan dan beban yang ditanggung (pakan, bibit, obat-obatan dan lainlain) dikombinasikan dengan insentif dari perusahaan. Persentase bagi hasil antara peternak mitra dan CV. ISA pada periode Juni-Juli masing-masing 46,6% dan 53,4% dan PT. KMK diperiode yang sama adalah 50.8% dan 49.2%. Pola bagi hasil pada PT. KMK cenderung lebih tinggi dibandingkan CV. ISA. Kata kunci: Usaha Peternakan, Kemitraan, Kontrak Kerja, dan Sistem Bagi Hasil.
viii 2
ABSTRACT
Muhammad Nafar (L1A1 12 070): Margin Sharing Pattern of Broiler Farming Partnership in Konawe Selatan Residence (Case of Study CV. Intan Sukses Abadi dan PT. Karya Mitra Kendari Partnership) Supervised by La Ode Arsad Sani dan Natsir Sandiah Main constrain of broiler farmers to develop their farm scale were capital availability and market certainty, and that’s makes farmer tend to join partnership system to overcome them. This research was conducted to analyze margi sharing pattern of partnership companies CV. Intan Sukses Abadi (ISA) and PT. Karya Mitra Kendari (KMK) with theirs partner farmer. The companie’s objects were chosen based on purposive sampling method; whereas the partnership farmer respondents were taken 17 proportionally from 25% total each company’s farmer partner. Research variables were respondent characteristic, work contract, and margin sharing pattern. The result showed that margin sharing pattern of two companies was based on their work contract, including feed price, chicken price, and incentive. Farmer revenue was differences between total revenue of chicken sold and their expenses (feed, chicken,medical, and others), combined with company incentive. The margin share percentage of farmer and CV. ISA on JuneJuly periods were 46.6% and 53.4% respectively, even margin share of PT. KMK in same periods were 50.8% and 49.2%. PT. KMK margin share pattern tend to higher compare it’s on CV. ISA. Key word : Farming, Partnership, Contract Pattern , and Margin Share.
ix 2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah serta kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pola Bagi Hasil Kemitraan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Konawe Selatan (Studi Kasus Kemitraan CV. ISA dan PT. Karya Mitra Kendari ”. Shalawat dan salam juga senantiasa tercurah kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW atas perjuangan beliaulah yang telah mengeluarkan umat manusia dari zaman jahiliah atau kebodohan kepada cahaya Islam. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu tahapan sekaligus syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo, Kendari. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak La Ode Arsad Sani. S.Pt., M.Sc, selaku Pembimbing I dan Bapak Ir. Natsir Sandiah, M.P., selaku Pembimbing II, atas segala bantuan, bimbingan, arahan dan masukan yang sangat berharga bagi penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih dengan penuh rasa hormat, cinta dan kasih penulis persembahkan kepada Ayahanda tercinta Arifin dan Ibunda tercinta Hadna atas segala cinta, kasih sayang, perhatian, doa dan pengorbanan yang tidak pernah bisa terukur. Melalui kesempatan ini pula tanpa mengurangi rasa hormat dan penghargaan, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Rianse, M.S., selaku Rektor Universitas Halu Oleo, Bapak Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si., selaku Dekan Fakultas Peternakan dan Bapak La Ode Arsad Sani, S.Pt., M.Sc., selaku Ketua Jurusan Peternakan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Universitas Halu Oleo.
x 2
2.
Bapak Rahman, S.Pt., M.T. selaku Penasehat Akademik yang senantiasa membimbing
dan
membantu
kelancaran
penulis
selama
mengikuti
perkuliahan. 3.
Bapak Prof. Dr. Ir. H. Harapin Hafid, M.Si., Bapak Rahman, S.Pt., M.T. dan Bapak Rusli Badaruddin, S.Pt., M.Sc. selaku dosen penguji atas kesediaannya menguji, memberikan saran dan koreksinya kepada penulis demi kesempurnaan skripsi ini.
4.
Bapak dan ibu dosen Fakultas Peternakan yang tidak dapat disebut satu persatu yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat bernilai bermanfaat bagi penulis serta seluruh staf yang telah melayani dengan baik dan memberikan bantuan selama penulis melakukan pengurusan segala administrasi perkuliahan.
5.
Saudara kandung penulis: Suriani Arifin Amd. Keb. dan Nurisma serta keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan moril, finansial, dan dukungan lainnya.
6.
The Gank penulis: Danang Prasetyo S.Pt., Nela Febriani R. S.Pt, Nuraeni S.Pt, Ardiansyah, Muh. Ikbal, Rahmat Tybu, dan Harpan Harahap.
7.
Teman-teman Angkatan 2012: Andhi S.Pt, Nuriadin S.Pt., Reza, Putra, Mujianto S.Pt., Hendra S.Pt., Awang, Taufik S.Pt., Kabul S.Pt., Indra S.Pt., Zainuddin S.Pt., Fitroh S.Pt., Yunus S.Pt., Sahar, Herdiana S.Pt., Minayanti S.Pt.,Nur aenih S.Pt., Febi S.Pt., Ayu Sandra, Wa Salinu, Sariati, Amlia S.Pt, Vivin S.Pt, Kadek Purnama S.Pt., La Atri S.Pt, Kamsini, Gatra S.Pt., Sitti S.Pt., Dewi S.Pt., Rosmiyati S.Pt, Hikma S.Pt., Novi S.Pt., Reski Juliawati, dan masih banyak lagi yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas kebersamaannya, atas kenangan indah selama dibangku kuliah serta motivasi, inspirasi dan semangat tiada henti.
8.
Teman teman penulis dilokasi KKN Nusantara: Hamid Fenta, Adnan, Indra S.M, Jojon, Dian S.M, Ade S.Pd, Ani S.Pd, dan Indri. Terimakasih atas
xi 2
kebersamaan selama dilokasi KKN, kalian sudah menjadi bagian keluarga penulis yang tidak akan perna terlupakan. 9.
Teman-teman senior, junior,: Ahmad Doni Arif, Thomas Ali S.Pt., Zidik Ibrahim, Sitti Rahma S.Pt., La Irwan S.Pt., ,Yanto, Muh. Nazar S.Pt., Ade Ratnasari S.Pt., Neli S.Pt., Akram S.Pt., Jhon Karlino, Zakir Palitta, Rastian Tokala, dan masih banyak lagi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas cerita kebersamaannya, bantuan, dan dukunganya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada semua pihak,
terutama dalam pengembangan IPTEK dibidang peternakan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Kendari, 27 Oktober 2016
Penulis,
xii 2
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL .................................................................................... ii PERNYATAAN ............................................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... v ABSTRAK ....................................................................................................... vi ABSTRACT ...................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN……………. ................................................................xv I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Peternakan Ayam Ras Pedaging ........................................................... 4 B. Pola Usaha Kemitraan ........................................................................... 6 C. Perusahaan Kemitraan CV. ISA dan PT. KMK..................................... 12 D. Sistem Bagi Hasil .................................................................................. 14 E. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 16 F. Kerangka Pikir Penelitian ..................................................................... 17 III.METODEOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 19 B. Populasi dan Responden ....................................................................... 19 C. Jenis dan Sumber Data Penelitian ......................................................... 19 D. Variabel Penelitian ............................................................................... 20 E. Analisis Data ......................................................................................... 21 F. Konsep Operasional .............................................................................. 21
xiii 2
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Perusahaan Kemitraan CV. ISA dan PT. KMK........................... 24 1. Profil Perusahaan Kemitraan CV. ISA ............................................ 24 2. Visi dan Misi ................................................................................... 24 3. Profil Perusahaan Kemitraan PT. KMK........................................... 26 4. Visi dan Misi .................................................................................... 27 B. Profil Peternak Mitra ............................................................................. 29 1. Umur Peternak ................................................................................ 27 2. Pendidikan Peternak......................................................................... 29 3. Pengalaman Berternak .................................................................... 31 4. Tenaga Kerja dan Jumlah Ternak ................................................... 33 C. Mekanisme kemitraan CV. ISA dan pt. kmk ......................................... 36 1. Persyaratan Peternak Mitra ............................................................. 36 2. Hak dan Kewajiban Peternak Mitra CV. ISA dan PT. KMK ........ 37 3. Evaluasi Isi Perjanjian Kerjasama di CV. ISA dan PT. KMK ....... 39 4. Modal Usaha ................................................................................... 41 5. Pembiayaan Usaha ........................................................................... 43 6. Pemeliharaan atau Pengelolaan Usaha............................................. 43 7. Pemasaran Produk............................................................................ 45 D. Sistem Bagi Hasil Peternak Mitra Dengan Perusahaan ......................... 43 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................... 47 B. Saran ...................................................................................................... 47 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiv 2
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Karakteristik Peternak Mitra............................................... .......................... 29 2. Persyaratan Peternak Umum yang Bermitra dengan CV. ISA...................... 32 3. Hak dan Kewajiban Peternak Mitra CV. ISA ............................................... 35 4. Isi Perjanjian Kontrak Kerjasama Peternak Mitra dan Perusahaan Mitra..... 37 5. Modal Usaha Peternak................................................................................... 41 6. Fasilitas Kemitraan yang diperoleh Peternak Mitra dan Perusahaan Mitra .. 45 7. Persentase Bagi Hasil Peternak Mitra CV. ISA dan PT. KMK Periode Juni-Juli 2016 ................................................................................................ 48
xv 2
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian.............................................................................. 18 2. Struktur Organisasi CV. ISA......................................................................... 25 3. Struktur Organisasi PT. KMK....................................................................... 27 4. Alur Pemasaran Produk pada Kemitraan CV. ISA dan PT. KMK................ 44
xvi 2
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Profil Perusahaan CV. ISA ........................................................................... 52 2. Profil perusahaan PT. KMK ......................................................................... 59 3. Profil Peternak Mitra CV. ISA ..................................................................... 62 4. Profil Peternak Mitra PT. KMK .................................................................... 65 5. Data Penelitian .............................................................................................. 69
1 2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Usaha peternakan merupakan salah satu kegiatan yang mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat serta berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat. Usaha peternakan berperan penting dalam proses pembangunan, khususnya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat serta penyediaan protein hewani seperti daging, telur, dan susu. Ayam ras pedaging merupakan salah satu komoditi dalam usaha peternakan yang dapat menghasilkan protein hewani. Usaha peternakan ayam ras pedaging memiliki kelebihan dibandingkan dengan usaha peternakan lainnya. Kelebihan yang dimiliki diantaranya laju perputaran modal yang cepat, waktu pemeliharaan yang dibutuhkan lebih singkat, yaitu 4 sampai 5 minggu. Meskipun berbagai kelebihan yang dimiliki usaha peternakan ayam ras pedaging tetapi tidak lepas dari berbagai masalah. Masalah yang umumnya dihadapi oleh peternak ayam ras pedaging adalah masalah permodalan, pengetahuan tata laksana pemeliharaan ayam ras pedaging yang benar sampai masalah pemasaran hasil ternak. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut maka, peternak ayam ras pedaging melakukan pola kemitraan. Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling menguntungkan dan saling memberi manfaat antara pihak yang bermitra. Tujuan utama dari peternak untuk bergabung dengan kemitraan
2 2
adalah untuk mendapatkan hasil dari kerjasama yang dilakukan. Pendapatan yang diperoleh dari kedua belah pihak tergantung dari perjanjian kontrak bagi hasil yang disepakati oleh kedua belah pihak. Peternak mitra pada umumnya mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi pada perusahaan mitra dalam hal penyediaan bibit, pakan dan input produksi lainnya. Selain itu terdapat beberapa kelemahan dan keterbatasan yang melekat pada peternak mitra diantaranya adalah terbatasnya modal, skill (penguasaan teknis), akses pasar dan lemahnya kemampuan memprediksi pasar yang sangat fluktuatif setiap saat. Kondisi ini menyebabkan peternak mitra dalam posisi yang lemah terutama dalam posisi tawar terhadap harga bibit, pakan ternak dan harga ayam yang dihasilkan. Posisi yang lemah ini, daya tawar peternak mitra lebih banyak ditentukan oleh perusahaan mitra termasuk dalam pembagian laba dalam pola kemitraan ayam ras pedaging sehingga terjadinya distribusi laba yang kurang seimbang antara perusahaan dan peternak sangat dimungkinkan. CV. Intan Sukses Abadi (ISA) dan PT. Karya Mitra Kendari (KMK) merupakan perusahan inti yang telah banyak melakukan kerjasama dengan sejumlah peternak ayam ras pedaging di Kabupaten Konawe Selatan. Perusahaan ini memiliki jumlah peternak mitra yang berbeda, yaitu CV. ISA memiliki 21 peternak mitra sedangkan PT. KMK memiliki 49 peternak mitra. Motivasi peternak mitra untuk bergabung dibidang kemitraan yaitu adanya biaya produksi dan bagi hasil yang dapat membantu pendapatan peternak. Hal ini dapat menjadi jaminan keberlangsungan dan bertambahnya peternak yang ingin bermitra.
3 2
Pendapatan peternak dari sistem bagi hasil yang diperoleh sangat beragam, hal ini dikarenakan peternak mengusahakan dalam skala beragam serta adanya resiko usaha yang dialami oleh peternak. Berdasarkan uraian latar belakang maka perlu dilakukan penelitian mengenai ‘‘Pola Bagi Hasil Kemitraan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Konawe Selatan (Studi Kasus Kemitraan di CV. ISA dan PT. Karya Mitra Kendari (KMK)’’. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem bagi hasil yang diterapkan oleh CV. ISA dan PT. KMK terhadap kelompok mitra di Kabupaten Konawe Selatan. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem bagi hasil yang diterapkan oleh CV. ISA dan PT. KMK terhadap kelompok mitra di Kabupaten Konawe Selatan. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi dan bahan evaluasi bagi pelaku kerjasama serta sebagai bahan referensi bagi peneliti lain berikutnya.
4 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Peternakan Ayam Ras Pedaging Ayam ras pedaging disebut juga pedaging, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam.
Laju
perkembangan usaha ayam pedaging sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk, pergeseran gaya hidup, tingkat pendapatan, perkembangan situasi ekonomi dan politik serta keamanan (Fadilah, 2006). Selanjutnya Rasyaf (2008) menyatakan bahwa ayam broiler adalah ayam jantan dan betina muda yang mempunyai pertumbuhan cepat serta dada lebar dengan timbunan daging yang banyak dan dapat dipasarkan pada umur 5 sampai 6 minggu dengan bobot hidup antara 1,3 sampai 1,6 kg per ekor. Ciri khas ayam pedaging adalah: a). Rasanya enak dan khas, b). Pengolahannya mudah tetapi mudah hancur dalam proses perebusan yang lama. Daging ayam merupakan sumber protein yang berkualitas bila dilihat dari kandungan gizinya. Manajemen usaha peternakan ayam pedaging meliputi manajemen pemeliharaan periode starter, periode pertumbuhan, dan periode panen. Hal-hal yang harus dipersiapkan untuk memasuki periode starter adalah membuat perencanaan dan menghitung kebutuhan sarana produksi, serta mempersiapkan kandang. Untuk periode selanjutnya, yaitu periode pertumbuhan, dilakukan pengaturan luas lantai kandang dan kepadatan ayam, persiapan peralatan kandang, pemberian pakan yang tepat, pemberian air minum yang cukup, pengaturan
5 2
keadaan litter, pengaturan penerangan, pengaturan ventilasi kandang, pengaturan temperatur kandang, pelakasanaan program pencegahan penyakit, pembuatan laporan, pengontrolan pertumbuhan, penanganan ayam mati dan kotoran ayam. Periode terakhir, yaitu periode panen yang dibagi atas masa sebelum panen, ketika panen dan pasca panen. Disamping itu juga ada unsur bukan teknis yang mendukung meliputi administrasi, pemasaran, keuangan dan pengadaan (Rasyaf, 2001). Suharno (2001), menyatakan bahwa berdasarkan peraturan Keppres No. 22 tahun 1990 berisi tentang kebijaksanaan pembinaan usaha peternakan ayam ras dengan mengatur bahwa usaha ayam ras diutamanakan untuk usaha peternakan rakyat, yaitu perorangan, kelompok dan koperasi sedangkan untuk swasta nasional dalam usaha budidaya peternakan ayam ras harus bekerjasama dengan peternakan rakyat. Untuk memulai suatu usaha peternakan ayam ras pedaging tidak semudah yang dibayangkan. Peternak harus memahami prinsip-prinsip ekonomi sekalipun dari nonformal atau berdasarkan pengalaman orang lain. Salah satu aspek teknis yang harus dipertimbangkan adalah merawat ayam ras pedaging secara baik. Peternak harus memiliki pengetahuan dan keterampilan beternak, sehingga ayam tetap hidup dan mampu mengeluarkan kemampuan genetisnya (Rasyaf, 2008). Arwita (2013) menambahkan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai kelebihan budidaya ayam broiler yaitu waktu budidaya yang relatif lebih singkat dan harga komoditi yang relatif lebih murah dibanding produk daging lainya menjadikan usaha ini makin diminati. Jadi, usaha peternakan ayam pedaging merupakan salah
6 2
satu kegiatan yang paling cepat dan efisien untuk menghasilkan bahan pangan hewani yang bermutu dan bernilai gizi tinggi. Beberapa hal yang menjadi penyebabnya antara lain, laju pertumbuhan ayam yang lebih cepat dibandingkan dengan komoditas ternak lainnya, permodalan yang relatif lebih kecil, penggunaan lahan yang tidak terlalu luas serta kebutuhan dan kesadaran masyarakat meningkat akan kandungan gizinya. Walaupun agribisnis ayam ras mengalami penyusutan selama masa krisis ekonomi, agribisnis ayam ras menghadapi prospek yang cerah di masa yang akan datang. Hal ini didorong oleh faktor jumlah penduduk yang besar, konsumsi daging yang masih rendah, dan dugaan pertumbuhan ekonomi nasional yang positif. Belajar dari pengalaman selama krisis ekonomi, yaitu bagaimana membangun daya saing sistem agribisnis ayam ras nasional yang berbasis domestik (Saragih, 2001). Usaha peternakan unggas mulai berkembang pada akhir tahun 1998. Harga daging ayam dan telur mulai dapat dikendalikan dan memberi keuntungan bagi para peternak, walaupun pada saat ini mayoritas peternak sudah tidak berusaha secara mandiri melainkan bergabung menjadi mitra perusahaan terpadu (Suharno, 2001). B. Pola Usaha Kemitraan Konsep kemitraan merupakan terjemahan dari partnership atau bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya, sesuai konsep manajemen manajemen berdasarkan sasaran atau partisipatif, perusahaan besar harus juga bertanggung jawab mengembangkan usaha kecil atau masyarakat
7 2
pelanggangnya karena pada akhirnya hanya konsep kemitraan ini yang akan dapat menjamin eksistensi perubahan besar, terutama untuk jangka panjang (Anoraga, 2001). Kemitraan adalah salah satu alternatif cara dalam memperoleh modal kerja. Banyak peternak yang kesulitan memperoleh modal kerja untuk menjalankan peternakannya. Melakukan kemitraan, modal kerja yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Resiko kerugian yang ditanggung semakin kecil dan ada jaminan dalam pemasarannya (Cepriadi dkk, 2010 ). Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama, dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis (Hafsah, 1999). Tohar (2000), menyatakan bahwa kemitraan adalah kerjasama usaha kecil termasuk koperasi dengan usaha menengah atau usaha besar disertai pedoman dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Maksud dan tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan pemberdayaan usaha kecil dibidang manajemen, produk, pemasaran, permodalan dan teknis, disamping agar bisa mandiri demi kelangsungan usahanya, sehingga bisa melepaskan diri dari sifat ketergantungan. Untuk mengembangkan dan melaksanakan kemitraan bisa dengan salah satu atau lebih pola-pola kemitraan yang ada. Sekurang-kurangnya ada tujuh pola kemitraan, salah satunya adalah
8 2
pola inti plasma, dimana dalam pola ini usaha menengah atau usaha besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil sebagai plasma. Usaha menengah atau usaha besar bertindak sebagai inti membina dan mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasma dalam hal: a). Penyediaan dan penyiapan lahan, b). Penyediaan sarana produksi, c). Memberikan teknis manajemen usaha dan produksi, d). Pemberian bantuan lainnya yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Secara khusus, kemitraan dalam usaha peternakan unggas dikenal dengan nama pola inti plasma. Dalam pola kerja sama inti plasma, perusahaan menjadi inti menyediakan sapronak dan menjamin pemasaran hasil dari plasmanya dan pihak plasma menjadi binaan melakukan kegiatan budidaya dan tetap mengacu pada prinsip mitra usaha dan mempunyai asaz saling menguntungkan sehingga kerjasama ini tetap aman dan bertahan (Rasyid dan Sirajuddin, 2010). Pola kemitraan adalah suatu kerjasama antara perusahaan dan peternak dalam upaya pengelolaan usaha peternakan. Kemitraan antara pihak perusahaan dengan peternak harus mempunyai posisi yang sejajar agar tujuan kemitraan dapat tercapai. Kemitraan usaha dalam bidang peternakan bukan lagi sebagai keharusan tetapi menjadi kebutuhan antara industri atau pemasok sapronak dan juga peternak sebagai plasma dan prinsip kerja saling menghormati dan saling menaruh kepercayaan (Rasyid dan Sirajuddin, 2010). Pola kemitraan inti plasma merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra. Salah satu contoh kemitraan ini adalah pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR), dimana
9 2
perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, dan memasarkan hasil produksi, sedangkan kelompok mitra usaha memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati sehingga hasil yang diciptakan harus mempunyai daya kompetitif dan nilai jual yang tinggi (Jafar, 2000). Usaha ternak kemitraan inti plasma ayam broiler, memiliki hubungan antara perusahaan inti dan peternak plasma. Dalam hubungan tersebut ditemukan bahwa, inti yang memiliki tugas memasok sapronak (sarana produksi ternak) dan menjamin pemasaran panen ayam dari plasma memiliki otoritas serta wewenang yang lebih dibandingkan plasma. Plasma menduduki posisi subordinat yaitu mematuhi aturan dan wewenang yang telah ditetapkan dalam kontrak oleh peternak inti (Srimindarto, 2015). Menurut Suharno (2002), bahwa pada dasarnya dalam dunia bisnis ada dua jenis kemitraan, yaitu kemitraan vertikal dan horizontal. Kemitraan vertikal adalah kemitraan yang berlangsung antara usaha di sektor hulu dan sektor hilir sedangkan jika kemitraan berlangsung antara usaha sejenis disebut kemitraan horizontal. Jenis kemitraan ini dibentuk dengan
tujuan untuk meningkatkan
efisiensi bersama atau untuk menghindari masalah yang merugikan semua pihak. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/Tn. 330/6/96 menyebutkan bahwa aturan kemitraan hanya berkisar pada kemitraan vertikal, yakni antara perusahaan peternak atau perusahaan bidang peternakan (perusahaan pakan, bibit, dan pengolahan
ayam) dengan peternak. Surat keputusan disebutkan bahwa
10 2
kemitraan pada ayam ras ada tiga bentuk, yakni perusahaan inti rakayat (PIR), penghela dan pengelola. Pola kemitraan yang banyak dilaksanakan di Indonesia, yaitu pola inti plasma, pola subkontrak, pola dagang umum, pola keagenan, pola kerjasama operasinal khusus, dan pola kemitraan penyertaan saham (Deptan, 2002). Bobo (2003)
menambahkan
bahwa
tujuan
utama
kemitraan
adalah
untuk
mengembangkan pembangunan yang mandiri dan berkelanjutan dengan landasan ekonomi dan struktur perekonomian yang kokoh dan berkeadilan dengan ekonomi rakyat sebagai tulang punggung utamanya Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara lebih konkrit adalah 1). Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, 2). Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, 3). Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil, 4). Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional, 5). Memperluas kesempatan kerja, dan 6). Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Manfaat yang dapat dicapai dari usaha kemitraan antara lain (Hafsah, 1999) : 1. Produktivitas Bagi perusahaan yang lebih besar dengan model kemitraan akan dapat mengoperasionalkan kapasitas pabriknya secara full capacity
tanpa perlu
memiliki lahan dan pekerja lapang sendiri karena biaya untuk keperluan tersebut ditanggung oleh petani. Bagi petani sendiri dengan kemitraan ini, peningkatan produktivitas biasanya dicapai secara simultan yaitu dengan cara menambah unsur input baik kualitas maupun kuantitasnya dalam jumlah tertentu akan diperoleh
11 2
output dalam jumlah dan kualitas yang berlipat. Melalui model kemitraan petani dapat memperoleh tambahan input, kredit dan penyuluhan yang disediakan oleh perusahaan inti. 2. Efisiensi Perusahaan dapat mencapai efisiensi dengan menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu dengan tenaga kerja yang dimiliki petani. Sebaliknya bagi petani yang pada umumnya relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi dan sarana produksi, dengan bermitra akan dapat menghemat waktu produksi melalui teknologi produksi yang disediakan oleh perusahaan. 3. Jaminan Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas Kualitas, kuantitas dan kontinuitas sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan produktivitas dipihak petani yang menentukan terjaminnya pasokan pasar dan pada gilirannya menjamin keuntungan perusahaan. Ketiganya merupakan perekat kemitraan. Apabila berhasil, maka dapat menjaga keberlangsungan kemitraan kearah yang lebih sempurna. 4. Risiko Kemitraan dilakukan untuk mengurangi risiko yang dihadapi oleh kedua belah pihak. Kontrak akan mengurangi risiko yang dihadapi oleh pihak inti jika harus mengandalkan pengadaan bahan baku sepenuhnya dari pasar terbuka. Perusahaan inti juga akan memperoleh keuntungan lain karena mereka tidak harus menanamkan investasi atas tanah dan mengelolah pertanian yang sangat luas.
12 2
Murtidjo (2006), menyatakan bahwa sebenarnya pola inti plasma merupakan suatu hubungan kerja sama timbal balik yang saling menguntungkan. Beberapa keunggulan dari pelaksanaan pola inti plasma adalah sebagai berikut: 1.
Memberikan keuntungan timbal balik antara perusahaan inti dengan plasma melalui pembinaan dan penyediaan sarana produksi, pengolahan serta pemasaran hasil, sehingga tumbuh ketergantungan saling menguntungkan.
2.
Meningkatkan keberdayaan plasma dalam hal kelembagaan, modal sehingga pasokan bahan baku kepada perusahaan inti lebih terjamin dalam jumlah dan kualitas.
3.
Usaha skala kecil/gurem yang dibimbing inti mampu memenuhi skala ekonomi, sehingga usaha kecil ini mampu mencapai efisiensi.
4.
Perusahaan inti dapat mengembangkan komoditas, barang produksi yang mempunyai keunggulan dan mampu bersaing di pasaran.
5.
Keberhasilan pola inti-plasma dapat menjadi daya tarik bagi investor lainnya sehingga dapat menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang baru yang pada gilirannya membantu pemerataan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
C. Perusahaan Kemitraan CV. ISA dan PT. KMK Perusahaan kemitraan merupakan perwujudan serta langkah strategis dalam menyongsong pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di Indonesia, dinamis dan upaya dukungan terhadap langkah-langkah pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. CV. ISA merupakan bagian dari Patriot Group. Perusahaan CV. ISA
13 2
merupakan sebuah perusahaan yang mengkhususkan operasionalnya pada usaha peternakan ayam ras pedaging. CV. ISA yang di prakarsai oleh Bapak Ir. Agus Swondo berdiri pada bulan Oktober 2013 yang beralamat di kompleks BTN Griya Cellebes Block A2 Lepo-Lepo Kendari, dengan wilayah kerja di Kabupaten Konawe Selatan dan Kabupaten Kolaka. Bagi perusahaan kemitraan, jumlah peternak merupakan aset perusahaan yang perlu ditingkatkan guna kemajuan usaha. CV. ISA memasok kebutuhan sarana produksi peternakan (sapronak) yang terdiri dari bibit ayam ras pedaging (DOC), pakan, dan obatobatan serta membantu peternak dalam urusan pemasaran. CV. ISA tidak memproduksi sapronak tersebut, akan tetapi memasok dari produsen sapronak. Walaupun masih tergantung pada pemasok sapronak, CV. ISA tetap dapat menjamin kelancaran penyaluran sapronak kepada peternak mitranya (ISA, 2013). PT. KMK merupakan bagian dari DMC (Develoving Member Countries) Group Malang Jawa Timur. Perusahaan ini juga mengkhususkan operasionalanya pada ayam ras pedaging. PT. KMK berdiri sejak bulan September 2012 yang diprakarsai oleh Bapak Tedy Darsono. PT. KMK beralamat di jalan poros Bandara Halu Oleo Kendari, dengan wilayah kerja hanya di Kabupaten Konawe Selatan. PT. KMK juga memasok kebutuhan sapronak seperti bibit, pakan dan obat-obatan serta membantu peternak dalam urusan pemasaran. PT. KMK sendiri tidak memproduksi sapronak tersebut, melainkan memasok dari produsen sapronak. Walaupun masih bergantung pada pemasok sapronak, PT. KMK dapat menjamin kelancaran penyaluran sapronak kepada peternak plasmanya. PT. KMK
14 2
memberikan bonus kepada peternak mitranya sebanyak 30%, apabila terjadi kenaikan harga penjualan ayam ras pedaging diluar kesepakatan kontrak yang sudah disepakati (KMK, 2012). D. Sistem Bagi Hasil Menurut Undang-Undang Peternakan Tahun 1967 pasal 17 tentang Bagi Hasil Ternak dan Persewaan Ternak, ayat (1) peternak atas dasar bagi hasil ialah penyerahan ternak sebagai amanat yang dititipkan kepada orang lain untuk dipelihara baik-baik, diternakkan dengan perjanjian bahwa dalam waktu tertentu titipan tersebut dibayar kembali berupa ternak keturunannya atau dalam bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak, ayat (2) waktu tertentu yang dimaksud pada ayat (1) tidak boleh kurang dari 5 tahun jika ternak atas dasar bagi hasil tersebut termasuk ternak besar tetapi untuk ternak kecil jangka waktu itu dapat diperpendek (Andriastuti, 2005). Kemitraan dengan sistem bagi hasil adalah suatu bentuk kemitraan dengan inti menyediakan sapronak sedangkan peternak mitra menyediakan kandang, operasional, dan tenaga kerja. Pemasaran dilakukan oleh inti ataupun bersama-sama tergantung kesepakatan kontrak (Tamaluddin, 2014). Bagi hasil dalam kemitraaan bila harga ayam pedaging turun akan berdampak negatif bagi perusahaan, apabila harga turun maka perusahaan akan mengalami kerugian akibat pendapatan yang menurun dan tetap membeli ayam dari plasmanya sesuai harga kontrak. Akan tetapi, jika pergerakan harga ayam meningkat akan memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan. Pada saat inilah perusahaan mendapatkan penghasilan yang tinggi (Lestari, 2009).
15 2
Pendapatan yang diterimah oleh peternak ditentukan berdasarkan sistem pembagian hasil yang dipilih oleh peternak. Keuntungan yang diperoleh merupakan selisih dari total nilai produksi terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi (Cepriadi dkk, 2010). Sirajuddin (2008), menyatakan bahwa pola kemitraan yang dilaksanakan oleh peternak dengan PT. Primatama Karya Persada menunjukkan untuk, melakukan kerjasama antara pihak inti dan plasma maka syarat yang harus disiapkan plasma antara lain menyediakan lahan untuk kandang dan syarat-syarat lainnya yang telah disepakati sehingga untuk mendapatkan sistem bagi hasil yang diterapkan yaitu dengan memperhitungkan pendapatan yang diperoleh perusahaan inti dan juga pendapatan peternak yang bermitra. Pendapatan yang diperoleh peternak ayam ras pedaging yaitu dari hasil penjualan ayam broiler itu sendiri dan juga uang prestasi pemeliharaan. Peternak yang bermitra memiliki keuntungan yang relatif stabil karena terikat dengan harga kontrak yang tidak dipengaruhi harga pasar. Sisi lain perusahaan inti dalam kemitraan bertindak sebagai pembeli produk (output) dan penjual sarana produksi (input) tunggal kepada peternak mitranya, sehingga perusahaan inti bertindak sebagai perusahaan monopsoni pada pasar output dan perusahaan monopoli pada pasar input. Harga output yang diterima peternak mitra bisa lebih rendah dan harga jual input dari perusahaan dapat ditetapkan lebih tinggi. Kemitraan usaha menjadikan usaha kegiatan produksi terus berjalan karena adanya jaminan kelancaran sarana produksi dan pengawasan, tapi belum tentu dapat meningkatkan pendapatan peternak mitra (Dilla, 2011).
16 2
Peningkatan kebutuhan daging dan telur unggas, dilihat dari sisi penghasilan bagi peternak unggas lokal belum dapat dikatakan sejahtera, karena salah satunya terkait dengan permodalan. Sekretaris DPP Pengusaha Peternak Unggas Indonesia (PPUI), Aswin Pulungan, mengatakan keuntungan dari peningkatan konsumsi unggas tersebut lebih dinikmati oleh para peternak Perusahaan Modal Asing (PMA) yang transaksinya mencapai 70℅, sedangkan untuk peternak lokal hanya 30℅. Sehingga untuk memenuhi permodalan yang cukup, maka selama ini peternak melakukan kemitraan dengan perusahaanperusahaan peternakan, umunya dengan sistem kemitraan inti plasma (Suparmadi, 2013). E. Penelitian Terdahulu 1.
Ranggadatu (2012), dari hasil penelitian mengenai Bagi Hasil Kemitraan Ayam Pedaging Pada PT. X di Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan menyimpulkan bahwa sistem bagi hasil usaha kemitraan ayam ras pedaging yang diterima perusahaan lebih besar dibanding yang diterima peternak mitra. Keuntungan yang diterima perusahaan antara 71 sampai 79%, sedangkan peternak mitra 21 sampai 29%.
2.
Andriastuti (2005), dari hasil penelitian mengenai Analisis Profitabilitas Sistem Bagi Hasil Peternakan Ayam Broiler Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara menyimpulkan bahwa laba bersih selama satu tahun produksi yang dihasilkan perusahaan sebesar RP 24.044.448,71 dengan pembagian hasil RP 14.426.669,23 untuk perusahaan dan RP 9.617.779,48 untuk pengelola peternakan.
17 2
3.
Sulaiman (2007), dari hasil penelitian mengenai Analisis Pendapatan Peternak Plasma Ayam Broiler Pada Sistem Bagi Hasil dan Sistem Kontrak Studi Kasus Peternak Plasma PT. Cipinang Farm Kabupaten Bandung menyimpulkan bahwa pola kemitraan pada sistem bagi hasil lebih menguntungkan peternak mitra dibandingkan dengan pola kemitraan pada sistem kontrak, karena pendapatan dan nilai R/C Rasio yang didapat peternak mitra tiap skala pada sistem bagi hasil lebih besar dibandingkan dengan peternak pada sistem kontrak.
F. Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir penelitian merupakan akar penilaian jalannya penelitian ini dengan sasaran penelitian pada usaha ternak ayam ras pedaging yang didalamnya terdiri atas peternak mitra dan perusahaan inti mitra. Tujuan penelitian ini yaitu melihat sejauh mana sistem bagi hasil yang diterapkan oleh CV. ISA dan PT. KMK kemudian di analisis dengan menggunakan metode deskriptif, yang mana dihasilkannya rekomendasi. Rekomendasi bertujuan agar memberikan informasi kepada para peternak mitra. Kerangka pikir penilitian mengenai sistem bagi hasil pola kemitraan usaha ternak ayam ras pedaging di Kabupaten Konawe Selatan studi kasus di CV. ISA dan PT. KMK dapat dilihat pada Gambar 1.
18 2
Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging
Peternak Mitra CV. ISA Perusahaan Mitra PT. KMK
Sistem Bagi Hasil
Rekomendasi
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
19 2
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. Bertempat di peternak mitra CV. ISA dan mitra PT. KMK yang tersebar di Kabupaten Konawe Selatan. B. Populasi dan Responden Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua peternak yang bermitra di CV. ISA dan PT. KMK Tahun 2016 di Kabupaten Konawe Selatan. Responden dalam penelitian ini adalah peternak ayam ras pedaging yang bermitra dengan CV. ISA dan PT. KMK yang diambil secara proporsional dari masing-masing peternak mitra. Jumlah responden untuk ayam ras pedaging yang bermitra dengan CV. ISA dan PT. KMK diambil secara proporsional sebanyak 25%. Responden dari peternak CV. ISA diambil 25% dari 21 peternak yang ada, yaitu 5 peternak, dan responden dari peternak mitra PT. KMK diambil 25% dari 49 orang peternak yaitu 12 responden, sehingga secara keseluruhan responden yang diambil adalah 17 peternak ayam ras pedaging di Kabupaten Konawe Selatan. C. Jenis dan Sumber Data Penelitian Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif seperti berikut: 1. Data kualitatif yaitu data yang berbentuk kalimat berupa data gambaran umum pelaksanaan kemitraan, laporan perusahaan berupa kontrak kerjasama, dan profil para pelaku kemitraan.
20 2
2. Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka seperti laporan tentang rata-rata pendapatan dan presentase bagi hasil di kemitraan CV. ISA dan PT. KMK di Kabupaten Konawe Selatan. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Data primer yaitu data mentah yang bersumber dari hasil pengamatan secara langsung, wawancara langsung dengan peternak responden, dan pengisian daftar pertanyaan (kuesioner). 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kajian kepustakaan, literaturliteratur yang terkait dengan topik penelitian, peternak mitra, badan pusat statistik dan jurnal. D. Variabel Penelitian Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah : 1. Karakteristik responden. 2. Kontrak kerja antara kedua mitra (peternak dan perusahaan) a. Modal usaha b. Pembiayaan usaha c. Pengelola atau pemeliharaan usaha d. Pemasaran produk 3. Sistem bagi hasil a. Cash atau tunai b. Barang atau produk c.
Persentase pembagian hasil
21 2
E. Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan aplikasi komputer. Data tersebut kemudian akan disajikan dalam bentuk tabel. F. Konsep Operasional Konsep operasional dalam variabel yaang diamati dalam penelitian ini sebagai berikut : 1.
Ayam ras pedaging adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat 5 sampai 7 minggu.
2.
Usaha peternakan adalah usaha yang membuka lapangan pekerjaan dibidang peternakan dengan tujuan meningkatkan pendapatan atau perekonomian masyarakat.
3.
Karakteristik responden adalah identitas responden yang meliputi nama, usia, pendidikan, pengalaman beternak.
4.
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling menguntungkan dan saling memberi manfaat antara pihak yang bermitra.
5.
Peternak mitra adalah kelompok peternak ayam ras pedaging yang melakukan kerjasama dengan perusahaan mitra dalam usaha budidaya dengan perjanjian yang telah di sepakati.
22 2
6.
Perusahaan mitra adalah perusahaan peternakan yang mengadakan kemitraan yang berkewajiban untuk menyediakan sarana produksi, bimbingan teknis, manajer, menampung, dan memasarkan hasil produksi peternak mitra.
7.
Kontrak kerja sama adalah kontrak yang di dalamnya berisi surat perjanjian yang harus disepakati oleh kedua belah pihak.
8.
Bagi hasil adalah suatu bentuk kemitraan dengan inti menyediakan sapronak sedangkan peternak mitra menyediakan kandang, operasional, dan tenaga kerja.
9.
Sistem kontrak adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha secara lisan dan tulisan, baik untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu yang memuat syrat-syarat kerja, hak dan kewajiban pekerja dan perusahaan.
10. CV. ISA adalah bagian dari Patriot Group, perusahaan ini mengkhususkan operasionalnya pada usaha peternakan ayam ras pedaging. Perusahaan ini beralamat di kompleks BTN Griya Cellebes Block A2 Lepo-Lepo Kendari. Perusahaan ini didirikan oleh bapak Ir, Agus Suwondo pada bulan Oktober 2013. 11. PT. KMK adalah bagian dari DMC Group Malang Jawa Timur, Perusahaan ini juga mengkhususkan operasionalnya pada ayam ras pedaging. Perusahaan ini berdiri sejak bulan september 2012 yang diprakarsai oleh bapak Tedy Darsono.
23 2
12. Modal usaha adalah segala sesuatu baik berupa uang maupun keseluruhan barang-barang yang masih ada dalam proses produksi dan digunakan untuk biaya usaha. 13. Pembiayaan usaha adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dijalankan orang lain. 14. Pengelola atau pemeliharaan usaha adalah cara menangani pelaksanaan kegiatan secara terprogram melalui kerja sama untuk mengadakan barang atau jasa maupun fasilitas lain untuk dijual, dipertukarkan dengan tujuan memperoleh keuntungan yang optimal. 15. Pemasaran produk adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. 16. Cash atau tunai adalah pembayaran yang dilakukan pada saat transaksi terjadi. 17. Barang atau produk adalah sebuah produk fisik secara terlihat atau berwujud sehingga dapat diberikan kepada pihak pembeli, sehinggah bisa dipindah tangankan dari pihak penjual ke pihak pembeli. 18. Persentase pembagian hasil adalah penyesuaian dengan kontribusi dengan masing-masing pemilik.
24 2
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Perusahaan Kemitraan CV. Intan Sukses Abadi (ISA) dan PT. Karya Mitra Kendari (KMK) 1.
Profil Perusahaan Kemitraan CV. ISA CV. ISA merupakan bagian dari Patriot Group, perusahaan ini
mengkhususkan operasionalnya pada usaha peternakan ayam ras pedaging. CV. ISA yang di didirikan oleh Bapak Ir. Agus Swondo berdiri pada bulan Oktober 2013 yang beralamat di kompleks BTN Griya Cellebes Block A2 LepoLepo Kendari, dengan wilayah kerja di Kabupaten Konawe Selatan dan Kabupaten Kolaka. CV. ISA memasok kebutuhan sarana produksi peternakan (sapronak) yang terdiri dari bibit ayam ras pedaging (DOC), pakan, dan obat-obatan serta membantu peternak dalam urusan pemasaran. CV. ISA tidak memproduksi sapronak tersebut, akan tetapi memasok dari produsen sapronak. Produsen dalam hal ini yang diajak kerjasama adalah PT. Sinar terang madani untuk bibit dan pakan,
sedangkan vaksin dan obat-obatan bekerjasama dengan PT. Sadita.
Walaupun masih tergantung pada pemasok sapronak, CV. ISA tetap dapat menjamin kelancaran penyaluran sapronak kepada peternak mitranya. Visi dan Misi CV. ISA Visi CV. ISA adalah untuk mengembangkan program, kebutuhan ayam ras pedaging dan Misinya adalah untuk menciptakan protein hewani untuk masyarakat khususnya melalui ayam ras pedaging.
25 2
Salah satu faktor yang diperhatikan oleh perusahaan didalam menjalankan kegiatan operasinya yaitu struktur organisasi. Adanya struktur organisasi dapat memperhatikan atau memperjelas batasan-batasan tugas dan tanggung jawab masing-masing personil yang merupakan anggota dari organisasi perusahaan.
Pemilik modal Administarsi Direktur Accounting/Financial
Marketing
Poduksi/PPL
Penimbang
Bimbingan Teknis
Mengontrol/Mengawasi
Gambar 2. Struktur Organisasi CV. ISA
Pemilik modal sekaligus yang menjadi direktur CV. ISA mempunyai wewenang penuh terhadap pengambilan keputusan dan kebijakan terhadap jalannya perusahaan koordinasi yang jelas antara bagian perusahaan merupakan pertimbangan pimpinan untuk mencapai tujuan perusahaan yaang disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Direktur CV. ISA mengambil alih bagian administrasi dan accounting/financial perusahaan. tugas yang dikerjakan seperti
26 2
mengurus kontrak kerjasama, surat perjanjian dan mengurus logistik atau pembayaran kepada para peternak. Marketing atau pemasaran bertugas melakukan pengawasan kegiatan pemasaran dan penjualan ayam yang koneksi langsumg dengan peternak dan bakul. Produksi atau PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) bertugas mendampingi peternak dalam proses pemeliharaan mulai dari bimbingan teknis pemeliharaan dan mengawasi atau mengontrol jalannya pemeliharaan ternak sampai panen. 2.
Profil Perusahaan Kemitraan PT. KMK PT. KMK merupakan bagian dari DMC (Develoving Member Countries)
Group Malang Jawa Timur. Perusahaan ini juga mengkhususkan operasionalanya pada ayam ras pedaging. PT. KMK berdiri sejak bulan September 2012 yang didirikan oleh Bapak Tedy Darsono. PT. KMK beralamat di jalan poros Bandara Halu Oleo Kendari, dengan wilayah kerja hanya di Kabupaten Konawe Selatan. PT. KMK juga memasok kebutuhan sapronak seperti bibit, pakan dan obat-obatan serta membantu peternak dalam urusan pemasaran. PT. KMK sendiri tidak memproduksi sapronak tersebut, melainkan memasok dari produsen sapronak. Produsen dalam hal ini yang diajak kerja sama dalam pengambilan bibit dan pakan adalah PT. Charoen Pokphand dan PT. Malindo Feedmil sedangkan untuk vaksin dan obat-obatannya bekerja sama dengan PT. Medion Farma Jaya. Walaupun masih bergantung pada pemasok sapronak, PT. KMK dapat menjamin kelancaran penyaluran sapronak kepada peternak mitranya. PT. KMK memberikan bonus kepada peternak mitranya
27 2
sebanyak 30%, apabila terjadi kenaikan harga penjualan ayam ras pedaging diluar kesepakatan kontrak yang sudah disepakati. Visi dan Misi PT. KMK Visi PT. KMK adalah untuk Memenuhi kebutuhan protein hewani khususnya ayam ras pedaging dan Misinya adalah untuk Meningkatkan mutu dan kualitas ayam ras pedaging. Bentuk struktur organisasi dibuat untuk mempertegas wewenang dan tanggung jawab serta mempermudah pelaksanaan kegiatan perusahaan. Direktur
Pengurusan Sapronak
Marketing
Kepala Produksi/PPL
Administrasi
Bendahara
Bimbingan Teknis
Mengontrol/ Mengawasi
Gambar 3. Struktur Organisasi PT. KMK
Direktur dalam hal ini sekaligus yang menjadi pimpinan PT. KMK bertanggung jawab penuh atas unit yang dipimpinnya, dengan memberikan pengawasan penuh atas jalannya perusahaan, memberikan nasihat kepada karyawan dalam menjalankan perusahaan, selain itu kepala unit juga berwenang memberi persetujuan dan bantahan kepada karyawan dalam menjalankan pengurusan perusahaan dalam keadaan tertentu. Kepala produksi/PPL diberi
28 2
kepercayaan kepada pihak perusahaan untuk mengatur sebagian jalannya perusahaan tugas PPL tersebut adalah mengurus sapronak sampai ke peternak, dan memberikan bimbingan teknis dan melakukan pengontrolan/pengawaasan. Marketing atau pemasaran bertugas melakukan pemasaran atau penjualan ayam yang koneksi langsung dengan peternak dan bakul. Administrasi bertugas mengurus kontrak kerjasama dan surat perjanjian, sementara bendahara bertanggung jawab menerima dan mengeluarkan keuangan berdasarkan anggaran yang telah disetujui atau ditetapkan masing-masing.
29 2
B. Profil Peternak Mitra Profil peternak mitra merupakan latar belakang keadaan peternak yang dapat mempengaruhi tingkat pengelolaan usaha ternak. Karakteristik peternak yang diamati dalam penelitian ini meliputi umur, pekerjaaan utama, tingkat pendidikan, tenaga kerja dan pengalaman beternak ayam ras pedaging. Tabel 1. Karakteristik Peternak Mitra Pemilik Usaha Peternak
Umur (Tahun)
Tingkat Pendidikan (Orang)
Pengalaman Beternak (Tahun)
Tenaga Kerja (Orang)
Jumlah Ternak (Ekor)
37 47 40 54 28
SLTA SLTA SD SD SLTA
2 3 2 6 2
0 1 0 1 0 2
2000 4000 1000 2000 3000
CV. ISA 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-Rata PT. KMK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah Rata-Rata
41,2
27 42 46 34 54 36 37 27 46 30 51 55 40,41
3
S1 S1 SLTA SLTA S1 SD SD SLTP SD SD SLTA SLTP
1 3 3 2 8 7 3 2 4 6 9 3 4,25
2400
0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 7
1.750 2000 3.500 2.250 2000 2.500 4.000 1.500 2000 2000 2500 3.000 3729
1. Umur Peternak Data pada Tabel 1 menunjukan bahwa umur peternak mitra pada kemitraan CV. ISA adalah antara 28 – 54 Tahun dengan rata-rata 41,2 Tahun,
30 2
sedangkan umur peternak mitra pada kemitraan PT. KMK adalah antara 27 – 55 tahun dengan rata-rata 40,41 Tahun. Rataan umur peternak mitra pada kedua perusahaan tersebut masih berada pada kisaran umur produktif kerja. Hermawati (2002) menyatakan bahwa umur sangat berkaitan erat dengan adopsi inovasi suatu teknologi. Jika petani tergolong pada umur produktif (25-45 Tahun), maka dapat dikatakan proses penerimaan (adopsi) cukup baik bila dibandingkan dengan umur yang lebih muda atau yang lebih tua. Menurut Lestari dkk. (2009) bahwa umur peternak yang produktif
mempengaruhi kemampuan
fisik dan pola pikir sehingga sangat potensial dalam mengembangkan usaha ternaknya. 2. Pendidikan Peternak Data pada Tabel 1 menunjukan bahwa peternak mitra pada kemitraan CV. ISA memiliki pendidikan setingkat SD dan SLTA, sedangkan peternak mitra pada kemitraan PT. KMK memiliki tingkat pendidikan bervariasi yaitu SD, SLTP, SLTA, hingga perguruan tinggi (sarjana). Pendidikan peternak sangat mempengaruhi tingkat adopsi dan kemampuan dalam memanajemen usahanya serta kemampuan dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Menurut Lestari dkk. (2009), Pendidikan berpengaruh pada cara berfikir peternak yang akan melaksanakan kegiatan usaha ternaknya. Peternak yang lebih lama mendapatkan pendidikan formalnya lebih besar kemungkinan akan lebih mudah menerima inovasi serta perubahan dalam hal beternak ayam broiler.
31 2
3. Pengalaman Berternak Data pada Tabel 1 menunjukan bahwa peternak mitra pada kemitraan CV. ISA memiliki pengalaman berternak antara 2 sampai 6 tahun dengan rata-rata 3 tahun. Sedangkan, peternak mitra pada kemitraaan PT. KMK memiliki pengalaman berternak antara 1 sampai 9 tahun dengan rata-rata 4,25 tahun. Hal ini menunjukan bahwa peternak pada kemitraan PT. KMK memiliki pengalaman berternak yang lebih lama dibandingkan dengan CV. ISA. Semakin lama seseorang dalam menjalankan usahanya, maka akan semakin mudah baginya dalam menyelesaikan setiap masalah dalam usahanya. Lestari dkk. (2009) menyatakan bahwa lamanya seseorang dalam menjalankan usaha yang dilakukan maka akan memudahkan dalam mengatasi masalah serta mengambil keputusan, tindakan bila usaha yang dijalani mendapat suatu masalah serta memiliki kesabaran yang lebih dalam menjalani usaha atau menghadapi masalah. Pengalaman juga sangat menentukan berhasil tidaknya seorang peternak dalam mengusahakan suatu jenis usaha tani dalam hal ini usaha ternak ayam broiler banyak ditentukan oleh lamanya beternak. 4. Tenaga Kerja dan Jumlah Ternak Data pada Tabel 1 menunjukan bahwa peternak mitra pada kemitraan CV. ISA memiliki tenaga kerja tambahan terbanyak hanya 1 orang dan peternak mitra pada kemitraan PT. KMK juga memiliki tenaga kerja tambahan paling banyak 1 orang. Hal ini dikarenakan jumlah ternaknya yang tidak terlalu banyak sehingga tidak membutuhkan banyak tenaga kerja dalam penanganan ternaknya. Jumlah ternak yang dimiliki peternak mitra pada kemitraan CV. ISA berkisar antara 1000
32 2
sampai 4000 ekor dengan rata-rata 2400 ekor. Sedangkan jumlah ternak yang dimiliki peternak mitra pada kemitraan PT. KMK berkisar antara 1.500 – 4000 ekor dengan rata-rata 3.729 ekor.
C. Mekanisme Kemitraan CV. ISA dan PT. KMK 1.
Persyaratan Peternak Mitra Peternak yang ingin bermitra di CV. ISA dan PT. KMK diharuskan
memenuhi persyaratan yang
telah dibuat oleh perusahaan. Persyaratan ini
merupakan hal dasar dari pola kemitraan yang dilakukann oleh kedua perusahaan tersebut. Persyaratan yang harus dipenuhi peternak untuk bermitra di kedua perusahaan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Persyaratan Umum Peternak yang Ingin Bermitra dengan CV. ISA dan PT. KMK Syarat Peternak Mitra CV. ISA Memiliki lahan sendiri Memiliki kandang dan peralatan kandang Memiliki sikap jujur dan dapat dipercaya Memberikan jaminan pada perusahaan sesuai dengan ketentuan perusahaan Memiliki pengalaman beternak ayam ras pedaging Memiliki tenaga kerja
Syarat Peternak Mitra PT. KMK Memiliki lahan sendiri Memiliki kandang yang berkapasitas > 1.500 ekor dan peralatan kandang Memiliki sikap jujur dan dapat dipercaya Memberikan jaminan pada perusahaan sesuai dengan ketentuan perusahaan Memiliki motivasi dan ketekunan beternak Memiliki tenaga kerja
Data pada Tabel 2. Menunjukan bahwa persyaratan yang diajukan oleh pihak perusahaan kepada peternak mitra antara CV. ISA dan PT. KMK memiliki beberapa persamaan yaitu harus memiliki lahan sendiri, memiliki kandang dan peralatan kandang, bersikap jujur dan dapat dipercaya serta memberikan jaminan kepada perusahaan sesuai dengan ketentuan perusahaan. Pada CV. ISA lebih
33 2
menekankan pengalaman yang dimiliki oleh peternak, sedangkan PT. KMK tidak menekankan peternak mitra memiliki pengalaman berternak yang banyak tetapi lebih mengutamakan ketekunan, kemauan yang keras dan motivasi tinggi untuk beternak serta memiliki kandang yang berkapasitas >1.500 ekor. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan, CV. ISA lebih mengutamakan kemampuan berternak yang dimiliki peternak dan dianggap mampu untuk menjalankan usaha peternakan ayam ras pedaging. Hal ini diharuskan
untuk
mengantisipasi
terjadinya
kesalahan
manajemen
saat
pemeliharaan ayam ras pedaging. Bagi CV. ISA lebih mengutamakan fasilitas yang tersedia. Pengalaman dari peternak tidak menjadi hal yang diharuskan meskipun penting, namun pihak perusahaan PT. KMK lebih memilih peternak dengan kemampuan bekerja keras dan tidak mudah menyerah dalam menjalankan usaha ayam ras pedaging. Menurut pihak perusahaan PT. KMK, peternak yang tidak memiliki pengalaman berternak akan lebih mudah bagi pihak perusahaan untuk memberikan pelatihan cara berternak agar peternak bisa memelihara dan mengelola usaha ayam yang dimilikinya dibandingkan dengan peternak yang telah memiliki pengalaman sebelumnya, tetapi tidak tekun bekerja dan mencari inovasi baru untuk kemajuan usaha. Hal ini sesuai pendapat Situmorang dkk (2012) bahwa, keberhasilan usaha dipengaruhi oleh keseriusan dan motivasi dari pelaku usaha itu sendiri sehingga mampu mencapai hasil yang diinginkan. Perusahaan PT. KMK memberikan standar kepemilikan kandang minimal berkapasitas 1.500 ekor. Hal ini dimaksudkan karena perusahaan mengejar stok dari segi kuantitas. Semakin banyak peternak mitra yang memiliki jumlah ternak
34
2
yang banyak dengan kapasitas kandang yang cukup besar, maka akan lebih menguntungkan bagi perusahaan. Berbeda dengan CV. ISA yang tidak memberikan standar kapasitas kandang yang harus dimiliki oleh peternak mitra. Pihak perusahaan CV. ISA lebih mengutamakan untuk memperluas jaringan sehingga menerima peternak mitra tanpa ada standar kapasitas kandang yang harus dimilikinya. Peternak juga diharuskan untuk memiliki tenaga kerja. Hal ini dimaksudkan perusahaan baik CV. ISA maupun PT. KMK agar kegiatan usaha lebih cepat dan efisien serta terlaksana lebih optimal dibandingkan dengan peternak yang tidak memiliki tenaga kerja. Tenaga kerja sangat penting terutama pada peternak dengan kepemilikan ayam diatas 1500 ekor. 2.
Hak dan Kewajiban Peternak Mitra CV. ISA dan PT. KMK Mengawali kemitraan antara peternak dan perusahaan dalam hal ini CV.
ISA dan PT. KMK, maka hal yang perlu diperhatikan adalah hak dan kewajiban antara perusahaan dan peternak. Hasil wawancara menunjukkan bahwa ada perbedaan hak dan kewajiban yang diterapkan oleh kedua perusahaan terhadap peternak mitranya. Kewajiban yang harus diberikan oleh pihak perusahaan merupakan hak peternak dan sebaliknya yang menjadi hak perusahaan adalah berupa kewajiban yang harus diberikan oleh peternak yang akan menjadi mitra. Perbedaan hak dan kewajiban CV. ISA dan PT. KMK terhadap peternak mitranya dapat dilihat pada Tabel 3.
35 2
Tabel 3. Hak dan Kewajiban Peternak Mitra CV. ISA dan PT. KMK Kemitraan
CV. ISA
PT. KMK
Hak Perusahaan
Menerima jaminan berupa Menerima jaminan berupa BPKB motor/mobil atau sertifikat tanah dan BPKB surat-surat berharga lainnya. motor atau lainnya
Kewajiban Perusahaan
Memberikan jaminan sapronak dan melakukan pengontrolan usaha
Hak Peternak
Menerima jaminan sapronak Menerima jaminan sapronak
Kewajiban Peternak
- Memberikan jaminan pada perusahaan berupa BPKB motor/mobil atau surat-surat berharga lainnya - Menyediakan kandang dan peralatannya. - Tenaga kerja yang membantu kegiatan usaha.
Memberikan jaminan sapronak dan melakukan pengontrolan usaha - Memberikan jaminan pada perusahaan berupa sertifikat tanah dan BPKB motor atau lainnya. - Menyediakan kandang dan peralatannya dengan kapasitas kandang diatas 1500 ekor. - Tenaga kerja yang membantu kegiatan usaha.
Data pada Tabel 3 menunjukan bahwa hak yang diterima oleh peternak mitra yang merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak perusahaan adalah Sapronak (Sarana produksi ternak) berupa bibit, pakan dan obat-obatan serta teknologi. Kewajiban yang harus diberikan oleh peternak mitra yang merupakan hak perusahaan pada kemitraan CV. ISA adalah jaminan berupa BPKB motor/mobil atau surat-surat berharga lainnya, menyediakan kandang dan peralatannya, dan menyediakan tenaga kerja dalam membantu kegiatan usaha. Sedangkan pada PT. KMK adalah jaminan berupa sertifikat tanah dan BPKB motor atau lainnya, menyediakan kandang dan peralatannya dengan kapasitas kandang minimal 1.500 ekor, dan menyediakan tenaga kerja. Kewajiban peternak untuk memberikan jaminan tersebut dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang dapat merugikan perusahaan. Pada CV. ISA
36 2
mewajibkan peternak mitranya untuk memberikan jaminan berupa BPKB motor/mobil atau surat-surat berharga lainnya sedangkan PT. KMK mewajibkan peternak mitranya untuk memberikan jaminan berupa sertifikat tanah dan BPKB motor atau lainnya. Hal ini diwajibkan oleh PT. KMK untuk menghindari terjadinya kerugian fatal yang nantinya dialami oleh perusahaan akibat kelalaian peternak dikemudian hari sehingga peternak lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan usahanya. 3.
Evaluasi Isi Perjanjian Kerjasama di CV. ISA dan PT. KMK Evaluasi terhadap isi surat perjanjian kerjasama, bertujuan untuk
mengetahui sampai sejauhmana isi surat perjanjian tersebut dapat dijalankan oleh kedua belah pihak yang melakukan hubungan kerjasama kemitraan. Surat perjanjian yang sekaligus dapat dijadikan surat keterangan kontrak tersebut mengatur tata cara yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak yang bermitra. Hal ini sesuai dengan pendapat Dewanto (2005) bahwa, perjanjian kontrak pada umumnya secara tertulis dan juga dibuat secara tidak tertulis yang bersifat sebagai alat bukti jika terjadi perselisihan, sehingga apabila bentuk itu tidak dituruti maka perjanjian itu tidak sah. Isi perjanjian kerjasama di CV. ISA dan PT. KMK secara tertulis dan tidak tertulis dapat dilihat pada Tabel 4.
37 2
Tabel 4. Isi Perjanjian Kerjasama Peternak Mitra dan Perusahaan Mitra Perjanjian Tertulis Surat perjanjian Jaminan peternak
Jaminan pemasaran Sumber sapronak Harga sapronak
Bantuan teknis Harga jual
Penghitungan bagi hasil Perjanjian Tidak Tertulis Jadwal panen Jenis kandang Jadwal pengiriman sapronak Fasilitas kredit selain sapronak Lama hasil di terimah peternak
CV. ISA Ketentuan Realisasi Kesepakatan Ada perusahaan dengan peternak BPKB Sesuai mobil/motor atau surat-surat berharga Perusahaan Sesuai membeli seluruh hasil panen Harus dari Sesuai perusahaan Kesepakatan Harga perusahaan ditentukan dengan peternak inti sejak awal sesuai kontrak Rutin dilakukan Sesuai perusahaan Disepakati dari Sesuai awal dengan peternak Per kg + insentif Sesuai
PT. KMK Ketentuan Realisasi Kesepakatan Ada perusahaan dengan peternak Sertifikat tanah Sesuai dan BPKB motor atau lainnya Perusahaan Sesuai membeli seluruh hasil panen Harus dari Sesuai perusahaan Kesepakatan Harga perusahaan ditentukan dengan peternak inti sejak awal sesuai kontrak
CV. ISA Ketentuan Realisasi
PT. KMK Ketentuan Realisasi
Kesepakatan inti dengan peternak Panggung Kontinyu sesuai program
Ditentukan inti Sesuai Ditentukan inti
Kesepakatan inti dengan peternak Panggung Kontinyu sesuai program
Ditentukan inti Sesuai Ditentukan inti
Ditentukan inti
Terdapat kredit selain sapronak Tidak sesuai
Tidak ditentukan inti
Tidak ada
7 hari setelah panen
Tidak sesuai
10 hari setelah panen
Rutin dilakukan perusahaan Disepakati dari awal dengan peternak Per kg+ insentif
Sesuai Sesuai
Sesuai
38 2
Tabel 4 menunjukan bahwa isi perjanjian tertulis kemitraan CV. ISA dan PT. KMK memiliki kesamaan yaitu sumber sapronak harus dari perusahaan, perusahaan yang membeli seluruh hasil panen dengan harga sapronak dan harga jual yang ditentukan oleh inti (perusahaan) serta disepakati dari awal bersama oleh pihak perusahaan dan peternak, perhitungan bagi hasil per kg + insentif, dan pihak perusahaan rutin melakukan bantuan teknis. Pihak perusahaan kemitraan menyediakan sapronak untuk peternak mitra sesuai dengan kapasitas kandang dan kemampuan peternak. Sapronak tersebut nantinya menjadi utang bagi peternak atau piutang perusahaan yang harus dibayar oleh peternak setelah panen. Hal ini sesuai dengan pendapat Hendrayani dan Febrina (2009) bahwa, awal pelaksanaan kerjasama pola kemitraan, perusahaan inti harus memfasilitasi keperluan plasma seperti sapronak (bibit, pakan, obatobatan beserta vitamin) dan bimbingan teknis selama proses pemeliharaan ternak. Harga sapronak yang disediakan oleh pihak perusahaan ditentukan oleh pihak perusahaan disesuaikan dengan harga pokok sapronak yang berlaku dipasaran. Saat selama proses produksi, perusahaan kemitraan rutin memberikan bantuan teknis dan pengawasan. Setelah masa panen yang telah ditentukan oleh perusahaan, peternak berkewajiban untuk menjual seluruh hasil panen usahanya kepihak perusahaan sesuai dengan harga jual yang ditentukan perusahaan berdasarkan kesepakatan bersama peternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Lisnawati (2010) yang menyatakan bahwa sistem yang digunakan dalam penjualan ayam setelah panen ditentukan oleh perusahaan bersangkutan. Bentuk kesepakatan tersebut dapat dikatakan merupakan kesepakatan searah yang
39 2
mengharuskan peternak mitra untuk menyetujui kesepakatan tersebut dan jika peternak tidak menyetujuinya, maka peternak dipersilahkan untuk tidak melakukan perjanjian kontrak di kemitraan baik CV. ISA maupun PT. KMK. Perbedaan pada isi perjanjian tertulis (Tabel 4) dikedua perusahaan tersebut terletak pada bentuk jaminan yang diminta oleh perusahaan yaitu pada CV. ISA mewajibkan peternak mitranya memberikan jaminan BPKB mobil/motor atau surat-surat berharga lainnya, sedangkan pada PT. KMK mewajibkan peternak mitranya memberikan jaminan berupa sertifikat tanah dan BPKB motor atau lainnya. Pemberian jaminan dimaksudkan sebagai penjamin dari peternak kepada pihak perusahaan sebagai bentuk antisivasi jika nantinya terjadi hal-hal yang dapat merugikan perusahaan karena kesengajaan dari peternak seperti menjual ayam tanpa sepengetahuan dari pihak perusahaan dan lain-lain. dan lain-lain. Isi perjanjian tidak tertulis kemitraan CV. ISA dan PT. KMK (Tabel 4) memiliki kesamaan yaitu jadwal panen ditentukan oleh inti dengan kesepakatan bersama peternak, jenis kandang harus kandang panggung, dan jadwal pengiriman sapronak ditentukan perusahaan sesuai program. Perbedaan isi perjanjian tidak tertulis terletak pada lama hasil diterima peternak dan penyediaan fasilitas kredit selain sapronak. Pada CV. ISA, lama hasil diterima peternak adalah 10 hari sedangkan pada PT. KMK selama 7 hari. Namun, pada CV. ISA memberikan fasilitas kredit selain sapronak sedangkan PT KMK tidak memberikan fasilitas kredit. Jadwal panen kemitraan CV. ISA dan PT. KMK ditentukan oleh pihak perusahaan dan jadwal tersebut ditentukan pada saat awal proses produksi yang
40 2
disetujui oleh peternak, sehingga jadwal panen terkadang berbeda-beda dan disesuaikan dengan kondisi dan situasi pasar. Selain itu, jadwal pengiriman sapronak juga ditentukan oleh pihak perusahaan. Jadwal pengiriman sapronak tiap peternak mitra memiliki jadwal tersendiri yang ditentukan oleh perusahaan. Dengan kata lain, perusahaan mengatur jadwal panen masing-masing peternak mitra sehingga perusahaan mendapatkan hasil panen kontinyu tiap minggunya. Perbedaan perjanjian tidak tertulis antara kemitraan CV. ISA dan PT. KMK terletak pada lama pembagian hasil panen (tenggang waktu saat panen hingga hasil panen diterima peternak). Kemitraan CV. ISA memberikan hasil panen kepada peternak setelah 10 hari, sedangkan pada kemitraan PT. KMK yaitu selama 7 hari. Perbedaan lama tenggang waktu pemberian hasil kepada peternak tergantung pada kebijakan dan ketentuan perusahaan. 4.
Modal Usaha Modal usaha merupakan salah satu aspek penting dalam suatu usaha
peternakan. Modal usaha terutama dalam pola kemitraan selain dikeluarkan oleh peternak, juga oleh perusahaan. Modal usaha yang dikeluarkan peternak pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.
41 2
Tabel 5. Modal Usaha Peternak Mitra Mitra Perusahaan CV. ISA 1 2 3 4 5 Rata-rata PT. KMK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Rata-rata
Modal usaha (juta rupiah) ≤50 ˃50 48.000.000 28.965.000 38.300.000 38.421.667
48.000.000 42.000.000 45.000.000 40.000.000 48.000.000 45.000.000 40.000.000 44.000.000
Populasi Ternak (ekor)
82.000.000 51.000.000 66.500.000
2.000 4.000 1.000 2.000 3.000 2.400
55. 000.000
17.500 2.000 3.500 2.250 2.000 2.500 4.000 1.500 2.000 2.000 2.500 3.000 3.729
74.000.000 55.000.000 85.000.000 75.000.000 72.250.000
Modal usaha yang dikeluarkan oleh peternak (Tabel 5) pada kemitraan CV. ISA yang merupakan modal awal berupa modal pembangunan kandang, peralatan kandang dan lain-lain yaitu berkisar antara Rp. 28.965.000 – Rp. 82.000.000 dengan jumlah peternak yang memiliki modal kurang dari Rp 50.000.000 sebanyak 3 orang (60%) dan peternak dengan modal usaha lebih dari Rp 50.000.000 sebanyak 2 orang (40%). Pada kemitraan PT. KMK, modal awal yang dkeluarkan peternak adalah berkisar antara Rp. 40.000.000 – Rp. 85..000.000 dengan jumlah peternak yang memiliki modal kurang dari Rp. 50.000.000 sebanyak 7 orang (58.3%) dan peternak dengan modal usaha lebih dari Rp. 50.000.000 sebanyak 5 orang (41,7%).
42
2
Modal usaha yang dikeluarkan oleh peternak merupakan modal yang dikeluarkan oleh peternak dalam pembangunan kandang, penyediaan fasilitas dan peralatan kandang, harga tanah dan lain-lain selain sapronak. Modal usaha yang dikeluarkan peternak guna menyediakan seluruh fasilitas kandang menjadi syarat utama bagi peternak untuk menjadi mitra baik di CV. ISA maupun PT. KMK (Tabel 5). 5.
Pembiayaan Usaha Cara pembiayaan usaha mengambarkan tentang batasan pembiayaan
antara peternak dan perusahaan. Cara pembiayaan pada kemitraan CV. ISA sama dengan pada kemitraan PT. KMK. Biaya yang menjadi tanggungan pihak perusahaan hanya terbatas pada penyediaan sapronak, sedangkan biaya lainnya seperti biaya peralatan, biaya tenaga kerja, biaya konsumsi tenaga kerja dan biaya listrik ditanggung oleh peternak. Namun, biaya yang dikeluarkan perusahaan bersifat piutang, dimana setelah panen, biaya sapronak harus dikembalikan oleh peternak ke perusahaan mitra sesuai dengan kuantitas sapronak dan harga sapronak yang digunakan peternak mitra. Bentuk pembiayaan ini ditentukan oleh perusahaan dengan perjanjian bahwa pihak perusahaan bertanggung jawab dalam menyediakan sapronak ke peternak dengan catatan peternak harus menjual semua ternak hasil panennya ke pihak perusahaan dengan biaya yang ditetapkan oleh perusahaan berdasarkan kesepakatan bersama.
43 2
6. Pemeliharaan atau Pengelolaan Usaha Pengelolaan atau manajemen merupakan salah satu aspek penting dalam menjalankan suatu usaha peternakan, terutama peternakan ayam broiler. Kesalahan manajemen dalam setiap usaha dapat mengakibatkan kerugian yang cukup berarti bagi usaha tergantung tingkat kesalahan manajemen yang dilakukan oleh pelaku usaha. Pengelolaan usaha termasuk pemeliharaan ayam yang dilakukan pada Kemitraan CV. ISA dan PT. KMK adalah sama. Bentuk pengelolaan yang dilakukan oleh peternak secara mandiri (tanpa bantuan pihak perusahaan) adalah pemeliharaan ayam ras pedaging dan tindakan preventif. Sedangkan bentuk pengelolaan yang dilakukan oleh peternak mitra dan dibantu oleh pihak perusahaan adalah pelaksanaan vaksinasi, bimbingan teknis, dan pengontrolan/pengawasan.
7. Pemasaran Produk Pemasaran produk yang dihasilkan oleh usaha peternak mitra dilakukan berdasarkan isi perjanjian dan kesepakatan yang telah disepakati bersama antara peternak dengan pihak perusahaan meskipun, otoritas perusahaan untuk menentukan harga tetap ada. Kemitraan CV. ISA dan PT KMK memiliki cara pemasaran yang sama dimana peternak mitra harus menjual ternaknya dibantu oleh pihak perusahaan, dimana perusahaan yang mengatur seluruh pemasaran dari produk yang dihasilkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan kedua kemitraan CV. ISA dan PT KMK, diperoleh bahwa alur pemasaran yang dilakukan pada kedua kemitraan tersebut sama, dimana peternak menjual ternaknya ke
44
2
perusahaan mitra, kemudian perusahaan mitra menjual ternaknya yang telah dikumpulkan dari seluruh peternak mitra ke bakul/pengumpul, dan pengumpul kemudian menyebarkan ternak (ayam) ke pasaran. Alur pemasaran sistem kemitraan CV. ISA dan PT KMK dapat ssajikan pada gambar 4. Peternak Membayar Biaya Sapronak
7 1
Peternak
Perusahaan Mitra 2
Perusahaan memberikan hasil penjualan setelah bakul membeli ayam dari perusahaan dan sesuai dengan harga yang telah ditentukan
6
5 Bakul Langsung Membayar Hasil Jual Ayam ke Perusahaan 3
Pemasaran
Pasar Tradisional dan Pasar Kota
Bakul Menerima Hasil Penjualan Langsung Setelah 4 Ayam di distribusikan
Industri Rumah Tangga
Ayam Hidup
Ayam Hidup/Ayam Setelah dipotong
Ket:
Pengumpul
Masyarakat / Kebutuhan Rumah Tangga
Produk Olahan (Ayam)
: Jalur Pemasaran : Jalur Pembagian Hasil Penjualan 1,2,... ,7 : Langkah Alur Pemasaran dan Sistem Bagi Hasil
Gambar 4. Alur Pemasaran Produk Pada Kemitraan CV. ISA dan PT. KMK
D. Sistem Bagi Hasil Peternak Mitra dengan Perusahaan Sistem bagi hasil antara peternak mitra dengan perusahaan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam usaha sistem kemitraan. Bagi hasil merupakan seberapa besar proporsi hasil panen yang diperoleh peternak mitra dengan pihak perusahaan.
45
2
Sistem bagi hasil yang diterapkan pada kemitraan CV. ISA dan kemitraan PT. KMK adalah sama yaitu menerapkan sistem pembagian cash (uang tunai) dengan mekanisme kontak bahwa perusahaan yang membeli hasil panen dari peternak mitra sesuai dengan harga yang ditentukan oleh perusahaan dan disepakati bersama peternak.
Pembagian hasil antara peternak mitra dengan
perusahaan disajikan pada Tabel 6.
46 2
Tabel 6. Fasilitas Kemitraan yang Diperoleh Peternak Mitra dan Perusahaan Mitra CV. ISA Peternak Perusahaan Mengikuti harga kontrak Menentukan harga kontrak
PT. KMK Peternak Perusahaan Mengikuti harga kontrak Menetukan harga kontrak
Harga kontrak : - Bobot badan 1,4 - 1,7 Kg
Menjual ayam dengan harga Rp. 19.900
Membeli ayam dengan harga Rp. 19.900
Menjual ayam dengan harga Rp. 22.500
Membeli ayam dengan harga Rp. 22.500
- Bobot badan 1,8 - 2,4 Kg
Menjual ayam dengan harga Rp. 18.800
Membeli ayam dengan harga Rp. 18.800
Menjual ayam dengan harga 19.500
Membeli ayam dengan harga 19.500
Insentif
15% dari kenaikan harga pasar
Memberikan insentif 15%
30% dari kenaikan harga pasar
Memberikan insentif 30%
Pakan
beli di perusahaan
Jual ke peternak
beli di perusahaan
Jual ke peternak
Harga pakan (Kg)
Rp. 8.050
Rp. 8.050
Rp. 7.900
Rp. 7.900
Bibit
Beli di perusahaan
Jual ke peternak
beli di perusahaan
Jual ke peternak
Harga bibit (Ekor)
Rp. 6.500
Rp. 6.500
Rp. 5.700
Rp. 5.700
Vaksin dan Obat-obatan
Beli di perusahaan
Jual di peternak
Beli di perusahaan
Jual ke peternak
Harga vaksin dan obatobatan (Rp) Fasilitas kredit
Rp. 199.900
Rp. 199.900
Rp. 132.000
Rp. 132.000
Bisa membeli peralatan di perusahaan secara chas atau kredit
Menyiapkan peralatan
Tidak ada
Tidak ada
Kandang dan peralatan
ditanggung peternak -
ditanggung peternak
-
Tenaga kerja
ditanggung peternak
Penerimaan
Harga jual ternak sesuail kontrak
ditanggung peternak Harga jual ternak hasil kontrak
Jual sapronak (pakan, bibit, obat-obatan)
Pembagian hasil
- hasil penjualan ayam dikurangi biaya sapronak - Insentif sebesar 15%
Sistem bagi hasil Harga jual ayam
- Jual sapronak (pakan, bibit, obatobatan) - Terima hasil penjualan sapronak - Terima selisih harga jual ayam dari mitra dan pasar
- Hasil penjualan ayam dikurangi biaya sapronak - Insentif sebesar 30%
- Terima hasil penjualan sapronak - Terimah selisih harga jual ayam dari mitra dan pasar
Sistem kontrak yang diterapkan oleh kedua kemitraan sama-sama menerapkan patokan harga kontrak sesuai dengan harga jual ayam di pasaran. Perusahaan mitra mengambil keuntungan melalui penjualan sapronak dan selisih harga jual ayam di mitra dan di pasar dengan harga kontrak yang ditetapkan. Data pada Tabel 6 menunjukan bahwa fasilitas kemitraan yang diperoleh peternak mitra dan perusahaan mitra secara umum memiliki kesamaan. Hal ini dikarenakan perusahaan mitra memberikan bantuan modal berupa sapronak keseluruh peternak
47 2
mitranya. Sistem bagi hasil antara peternak mitra dengan perusahaan kemitraan diawali dengan kesepakatan regulasi oleh kedua belah pihak. Regulasi tersebut diantaranya adalah perusahaan mitra menanggung seluruh sapronak yang meliputi pakan, bibit, vaksin dan obat-obatan serta pemasaran, sedangkan peternak mitranya menanggung sarana teknis seperti kandang, peralatan, dan tenaga kerja. Namun, biaya sapronak yang disediakan oleh perusahaan masih bersifat utang dan dibebankan kepada peternak setelah masa panen. Pihak perusahaan pada kemitraan CV. ISA dan PT. KMK sama-sama menentukan harga sapronak yang diberikan kepada peternak mitranya. Harga sapronak yang diberikan meliputi harga pakan, bibit, dan vaksin, yang sebelumnya sudah disepakati bersama. Harga sapronak yang ditetapkan oleh CV. ISA cukup bervariasi. Harga bibit yang sudah ditetapkan sebesar Rp. 6.500 per ekor, harga pakan sebesar Rp.8.050 per kilogram, dan harga vaksin serta obatobatan Rp.199.900 per paket. Sedangkan PT. KMK menetapkan harga sapronaknya kepada peternak mitra yaitu harga bibit adalah Rp. 5.700 per ekor, pakan Rp.7.900 per kilogram, dan harga vaksin sebesar Rp.132.000 per paket. Biaya lain yang dikeluarkan oleh peternak mitra adalah biaya penyusutan kandang dan biaya tenaga kerja. Biaya tenaga kerja merupakan tanggung jawab peternak dan besaran biayanya ditentukan oleh peternak mitra sendiri yang disepakati oleh peternak dan tenaga kerja yang dipekerjakan oleh peternak mitra. Biaya tersebut sebagian besar dibayarkan dari hasil penjualan pupuk yang merupakan hasil sampingan dari usaha ayam yang dijalankan oleh peternak.
48 2
Penerimaan usaha, biaya produksi, dan keuntungan bersih yang diterima oleh peternak dari hasil penjualan ayam keseluruhannya diatur dan dikelola oleh perusahaan baik pada kemitraan CV. ISA maupun pada kemitraan PT. KMK. Dasar perhitungan total penerimaan usaha didasarkan pada jumlah seluruh panen (per kg) dikalikan dengan harga jual ayam berdasarkan kontrak. Biaya produksi diakumulasi berdasarkan jumlah bibit, total pakan yang digunakan, dan obatobatan serta vaksin yang diterima oleh peternak. Keuntungan yang diterima peternak adalah total dari penerimaan dikurangi dengan biaya produksi (sapronak). Hasil yang diterima peternak selain dari keuntungan hasil penjualan ayam, juga berasal dari insentif yang diberikan perusahaan. Insentif diberikan oleh perusahaan jika terjadi kenaikan harga ayam dipasaran. Setiap perusahaan mitra memberikan besaran insentif yang berbeda. Pada kemitraan CV. ISA, insentif yang diberikan sebesar 15% dari total kenaikan harga ayam, sedangkan pada kemitraan PT. KMK sebesar 30% dari total kenaikan harga ayam. Dengan kata lain, setiap kenaikan harga Rp. 1.000,- per kg ayam, peternak mitra mendapatkan insentif sebesar Rp. 150,- /kg pada kemitraan CV. ISA dan Rp. 300,- /kg pada kemitraan PT. KMK. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahman (2011), bahwa pihak perusahaan juga memberikan penghargaan jika peternak mencapai prestasi yaitu insentif FCR berdasarkan perbandingan standar dan aktual FCR antara Rp. 100 – Rp 200, lebih lanjut dikatakan bahwa, peternak mendapat insentif Rp. 50/Kg jika mortalitas kurang dari 5%.
49 2
Biasanya dengan semakin besar skala usaha pemeliharaan, maka akan semakin besar pula bonus yang diterima peternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Novian (2006) bahwa, besarnya jumlah produksi juga memberikan keuntungan tersendiri bagi peternak dalam hal penghitungan insentif. Bagi hasil yang diterima oleh peternak berdasarkan total penerimaan sesuai harga jual ayam dan biaya sapronak yang ditetapkan perusahaan pada satu periode usaha (periode juni – juli 2016) disajikan pada Tabel 7. Tabel 7.
Persentase Bagi Hasil Peternak Mitra CV. ISA dan PT. KMK pada Periode Juni – Juli 2016
Sistem Bagi Hasil Ayam di Panen (ekor) Jumlah ayam Terjual (kg) Biaya Pakan (Rp.) DOC (Rp.) Vaksin dan obatobtan (Rp.) Total Penerimaan Penjualan Panen (Rp.) Insentif (Rp.) Total Keuntungan Total (Rp.) Total per kg ayam (Rp. /kg) Persentase Bagi Hasil (%)
CV. ISA Perusahaan
Peternak
Total
Peternak
PT. KMK Perusahaan
7000
16.000
14.645
30.708
Total
175.490.000 45.500.000
0 0
175.490.000 45.500.000
402.110.000 91.200.000
0
402.110.000 91.200.000
2.816.200
0
2.816.200
3.787.000
0
3.787.000
223.806.200
0
223.806.200
497.097.000
0
497.097.000
275.326.000
61.509.000
336.835.000
598.806.000
107.478.000
706.284.000
2.196.750 277.522.750
0 61.509.000
2.196.750 339.031.750
9.212.400 608.018.400
0 107.478.000
9.212.400 715.496.400
53.716.550
61.509.000
115.225.550
110.921.400
107.478.000
218.399.400
3.668
4.200
7.868
3.612
3.500
7.112
46,62%
53,38%
100,00%
50,79%
49,21%
100,00%
Data pada Tabel 7 menunjukan bahwa, persentase bagi hasil usaha dari penjualan ayam yang diterima oleh peternak mitra pada kemitraan CV. ISA adalah Rp. 3.668,- /kg (46,62%) dari keuntungan usaha Rp.7.868,- /kg, sedangkan
50
2
pihak perusahaan menerima hasil sebesar Rp. 4.200,- /kg (53,38%). Kemitraan PT. KMK memberikan persentase bagi hasil yang lebih besar kepada peternak yaitu sebesar Rp. 3.612,- /kg (50,79%) dari total keuntungan usaha Rp.7.112,- /kg, sedangkan persentase bagi hasil yang diperoleh pihak perusahaan yaitu Rp. 3.500,- /kg (49,21%). Hal ini sesuai dengan pendapat Ranggadatu (2012) yang menyatakan bahwa, bagi hasil usaha kemitraan ayam ras pedaging yang diterima perusahaan lebih besar dibanding yang diterima peternak mitra. Insentif diterima oleh peternak ketika terjadi kenaikan harga pasar saat panen dari harga sebelumnya sesuai dengan perjanjian. Insentif yang diberikan oleh pihak perusahaan pada kemitraan CV. ISA yaitu sebesar 15% dari jumlah kenaikan harga dan PT. KMK sebesar 30% dari jumlah kenaikan harga. Pada periode Juni – Juli tahun 2016 kenaikan harga pasar sebesar Rp. 1.000,- per/kg ayam sehingga insentif yang diterima peternak dari perusahaan pada kemitraan CV. ISA yaitu Rp. 150,- /kg ayam dan PT. KMK yaitu Rp. 300,-/kg ayam. Tingkat mortalitas ayam akan lebih merugikan peternak, karena semakin tinggi mortalitas, maka jumlah panen akan lebih sedikit. Hal ini akan menurunkan penerimaan peternak sedangkan biaya yang dikeluarkan dari harga pembelian sapronak tetap sama. Sedangkan pihak perusahaan, tidak mengalami kerugian namun hanya akan menurunkan pendapatan perusahaan. Kejadian lain yang dapat merugikan peternak adalah ketika terjadi wabah penyakit yang menyebabkan semua ayam yang dipelihara peternak mati. Kerugian tersebut ditanggung seluruhnya oleh peternak, terutama pada biaya sapronak. Kemitraan CV. ISA dan PT. KMK sama-sama mewajibkan peternak mitranya
51
2
untuk mengembalikan biaya sapronak yang telah digunakan dengan cara sistem kredit dimana perusahaan langsung memotong pendapatan yang diterima peternak pada periode pemeliharaan selanjutnya dimana besaran pemotongannya ditentukan oleh perusahaan.
52
2
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa sistem bagi hasil pada CV. ISA dan PT. KMK sama-sama menerapkan sistem kontrak. Pola bagi hasil yang cenderung lebih menguntungkan adalah mitra PT. KMK.
B. Saran Perlu adanya perbaikan sistem kontrak pada setiap kemitraan, dimana kerugian usaha yang saat ini masih dibebankan pada peternak mitra dan perlu adanya penetapan batas waktu panen pada setiap mitra.
53 2
DAFTAR PUSTAKA
Andriastuti, F. 2005. Analisis profitabilitas sistem bagi hasil peternakan ayam broiler kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anoraga. 2001. Manajemen Bisnis. Rineka Cipta, Malang. Arwita. 2013. Analisis risiko usaha peternakan ayam pedaging dengan pola kemitraan dan mandiri di Kota Sawahlunto/Kab. Sijunjung. Skripsi. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bobo, J. 2003. Transformasi Ekonomi Rakyat. PT Pustaka Cidensindo, Jakarta. Cepriadi., dkk. 2010. Analisis perbandingan pola kerja sama kemitraan peternak ayam broiler di Kota Pekan Baru (Studi Kasus PT. Ramah Tamah Indah). Jurnal Peternakan. Universitas Riau, Riau. Vol. 7 (1). 20 – 22. Departemen pertanian. 2002. Pedoman Kemitraan Usaha Agribisnis. Direktorat Pengembangan Usaha Departemen Pertanian, Jakarta. Dewanto, A.S.H. 2005. Perjanjian kemitraan dengan pola inti plasma pada peternak ayam potong /broiler di Pemerintah Kabupaten Grobogan. Jawa Tengah. Tesis. Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro. Semarang. Dilla, E.A. 2011. Perbandingan pendapatan antara peternak mitra dan peternak mandiri ayam pedaging di Kabupaten Bungo. Skripsi. Fakultas peternakan, Universitas Andalas, Sumatera Barat. Hendrayani E. dan Febrina. D. 2009. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi beternak sapi di Desa Koto Benai Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi. Jurnal Peternakan. Vol. 6 (2). 53 – 62. Fadilah, R. 2006. Panduan Mengelolah Peternakan Ayam Pedaging. Agromedia Pustaka, Jakarta. Hafsah, M.J. 1999. Kemitraan Usaha, Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
54 2
Hermawati, B. 2002. Peranan wanita tani pada usaha tani sayuran dalam kaitannya dengan sasaran penyuluhan pertanian di Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi. Jafar, M.H. 2000. Kemitraan Usaha. PT. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Lestari, M. 2009. Analisis pendapatan dan tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pelaksanaan kemitraan ayam pedaging studi kasus kemitraan PT. X di Yogyakarta. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lestari, W.S., dkk. 2009. Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, Vol. 7(1). 14 – 22. Lisnawati, A. 2010. Analisis kualitas pelayanan perusahaan inti terhadap kepuasan peternak plasma dalam implementasi kemitraan usaha. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar. Murtidjo. 2006. Pedoman Beternak Ayam Ayam Pedaging. Kanisius, Yogyakarta. Novian. 2006. Strategi pengembangan peternakan ayam ras pedaging dengan meningkatkan pendapatan peternak melalui kemitraan di Kota Pekanbaru. Tesis. Pascasarjana Institut Pertanian. Bogor. Nugroho, E.P. 2004. Analisis dampak flu burung (avian influenza) terhadap laba bersih tunai para peternak rakyat ayam broiler di Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rahman, A. 2011. Analisis biaya transaksi dalam pelaksanaan pola kemitraan usaha ayam ras pedaging di Kabupaten Maros. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar Ranggadatu, M. 2012. Bagi hasil kemitraan ayam pedaging pada PT. X di Kabupaten Maros, Propinsi Sulawesi Selatan. Skripsi. Universitas Hasanuddin, Makassar. Rasyid, I., dan S.N. Sirajuddin. 2010. Peranan Pola Kemitraan Inti Plasma Pada Peternak Usaha Ayam Broiler. Buletin Ilmu Peternakan. Dinas Peternakan Provinsi Sulawesi Selatan. Rasyaf, M. 2001. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. . 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
55
2
Saragih, B. 2001. Membangun Sistem Agribisnis. Yayasan USESE Bekerja Sama dengan PT. Sucofindo. Suara dari Bogor, Bogor. Sirajuddin, S.N. 2010. Sistem bagi hasil pada peternak ayam pedaging pola kemitraan di Kabupaten Gowa. Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Agribisnis. Vol. 7 (2). 151-159 Situmorang, dkk. 2012. Modal sosial dan keberhasilan pelaksanaan program pengembangan usaha agribisnis pedesaan di Kabupaten Monokwari. Jurnal manajemen. Vol. 8 (2). 51—182. Srimindarto, E. 2015. Pola hubungan kemitraan inti plasma pada usaha ternak ayam broiler (Studi Kasus pada PT Bina Karya Sejati di Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban). Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Suharno, B. 2001. Agribisnis Ayam Ras. Penebar Swadaya, Jakarta. . 2002. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. Penebar Swadaya, Jakarta. Sulaiman. M. 2007. Analisis pendapatan peternak plasma ayam broiler pada sistem bagi hasil dan sistem kontrak studi kasus peternak plasma Cipinang Farm Kabupaten Bandung. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suparmadi. 2013. Melindungi peternak unggas dalam pola kemitraan inti plasma. Http://tabloidsinartani.com, diakses pada 20 April 2016. Tamaluddin, F. 2014. Panduan Lengkap Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. Tohar, M. 2000. Membuka Usaha Kecil. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
56 2
LAMPIRAN
57 2
Lampiran 1 Profil Perusahaan CV. ISA
Kantor perusahaam CV. ISA
Pakan yang digunakan mitra CV. ISA
Wawancara dengan pimpinan CV. ISA
Salah satu kandang peternak mitra CV. ISA
58
2
Lampiran 2 Profil Perusahaan PT. KMK
Gedung perusahaan PT. KMK
Kandang peternak mitra PT. KMK
Pakan yang digunakan peternak PT. KMK
Wawancara dengan PPL PT. KMK
59
2
Lampiran 3 Profil Peternak Mitra CV. ISA
Kandang peternak mitra CV. ISA
Peralatan yang dimiliki Bapak Dahlan
Wawancara dengan Bapak Dahlan mitra CV. ISA
Pemanenan ayam oleh pengumpul CV. ISA
60
2
Lampiran 4 Profil Peternak Mitra PT. KMK
Wawancara dengan Bapak Ramli
Kandang Bapak Ramli tampak samping
Vaksinasi DOC Mitra KMK
Kondisi Ayam Fase Finisher Siap Panen
61
2
Lampiran 5. Data Penelitian 1. Karakteristik Peternak Mitra Peternak
CV. ISA 1. Rifai 2. Miswan 3. Rasimin 4. Andi faisal 5. Dahlan Jumlah Rata -Rata PT. KMK 1. bambang 2. Darwis 3. hendro 4. waris 5. Nurhayati 6. Ramli 7. sukenden 8.anton 9. susilo 10. suyatno 11. timotius 12. ketut midah Jumlah Rata-rata
Umur (Tahun)
37 47 40 54 28
Pekerjaan Utama
Tingkat Pendidikan (Orang) SD
SLTP
SLTA
PT
petani petani petani Peternak peternak
1 1 2
-
1 1 1 3
-
41,2
27 42 46 34 54 36 37 27 46 30 51 55
Pengalaman Beternak (Tahun)
Tenaga Kerja (Orang)
Rata-Rata Jumlah Ternak (Ekor)
2 3 2 6 2
1 1 0 2
2000 4000 1000 2000 3000
3
Petani PNS Petani Petani PNS Peternak Peternak Petani Petani Petani PNS Peternak
1 1 1 1 4
1 1 2
1 1 1
1 1 -
3
3
1 -
40,41
2400
1 3 3 2 8 7 3 2 4 6 9 3
1 1 1 1 1 1 0 1
4,25
3729
2. Cara Pembiayaan Usaha Kemitraan
Keterangan Biaya Sendiri (Ya)
Pembiayaan Usaha Dibiayai Perusahaan (Ya)
CV. ISA Biaya sapronak Biaya peralatan Biaya tenaga kerja Biaya konsumsi tenaga kerja Biaya listrik
Ya Ya Ya Ya
Biaya sapronak Biaya peralatan Biaya tenaga kerja Biaya konsumsi tenaga kerja Biaya listrik
Ya Ya Ya Ya
1750 2000 3500 2250 2000 2500 4000 1500 2000 2000 2500 3000
Ya
PT. KMK Ya
62 2
3. Cara Pemeliharaan atau Pengelolaan Usaha Kemitraan
Keterangan
Pengelolaan atau Pemeliharaan Usaha Peternak (Ya)
Dibantu perusahaan (Ya)
Ya
Ya Ya Ya
CV. ISA Melakukan vaksin Pengontrolan/pengawasan Bimbingan teknis Pemeliharaan ayam ras pedaging Tindakan preventif
Ya Ya
PT. KMK Melakukan vaksin Pengontrolan/pengawasan Bimbingan teknis Pemeliharaan ayam ras pedaging Tindakan preventif
Ya Ya Ya
Ya Ya Ya
4. Cara Pemasaran Produk Kemitraan
Keterangan
Pemasaran Produk Secara Mandiri (Ya)
Dibantu Perusahaan (Ya)
CV. ISA Penjualan hasil ternak
Ya
Penjualan hasil ternak
Ya
PT. KMK
6. Sistem Bagi Hasil Peternak Mitra dengan Perusahaan Keterangan Chas (Tunai) Pinjam Barang (Produk) Lama Penerimaan Hasil Panen
Pemilik Peternak CV. ISA PT. KMK Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak 10 7