MODEL POLA KEMITRAAN USAHA PETERNAKAN AYAM PEDAGING DI KABUPATEN MALANG
Ringkasan Oleh : Sinollah
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Malang melalui studi kasus pada peternak plasma di PT. Nusantara Unggas Jaya (NUJ). Peternak yang dijadikan responden berlokasi di Kecamatan Wajak, Turen, Dampit, Gondanglegi dan Tajinan tanggal 10 September sampai 10 Desember 2000. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pola kemitraan yang dilaksanakan oleh PT. NUJ, mengetahi tingkat pendapatan peternak plasma dan tingkat efesiensi usaha untuk mengetahi tingkat produksi pada saat biaya produksi minimum. Populasi sasaran dari penelitian adalah peternak plasma dari PT. NUJ. Pengambilan sampel dilaksanakan berstrata berdasarkan skala usaha dan jumlah sampel pada tiap skala usaha ditentukan secara sengaja. Jumlah sampel diambil sebanyak 30 responden dari 183 peternak. Pengambilan data dilakukan dengan metode survey. Data dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari PT. NUJ dan peternak plasma melalui wawancara dengan bantuan daftar pertanyaan. Data sekunder diperoleh dari Biro Pusat Statistik Kabupaten Malang dan Dinas Peternakan Kabupaten Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pola kemitraan di PT. NUJ merupakan pola kemitraan plasma inti. PT. NUJ berperan sebagai inti yang bertanggung jawab dalam pemasokan sarana produksi berupa pakan, doc dan obat-obatan serta bimbingan teknis da pemasaran. Peternakan rakyat berperan sebagai plasma yang bertanggung jawab dalam proses produksi. Pendapatan peternak per seribu ekor pemeliharaan dan per kologram hasil panen sebesar 388027,65 rupiah dan 429,60 rupiah.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian termasuk di dalamnya subsektor peternakan memegang peranan penting dalam pemberdayaan ekonomi rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi angka kemiskinan. Dewasa ini sebagian besar usaha peternakan di Indonesia merupakan peternakan kecil atau peternakan rakyat dan hanya sebagian kecil saja yang merupakan perusahaan peternakan besar. Perusahaan tersebut memiliki posisi yang lebih menguntungkan dibandingkan peternakan kecil karena adanya beberapa faktor pendukung seperti pemilikan modal yang kuat dan jaringan pemasaran yang luas. Faktor-faktor regulasi dan situasional mendorong tumbuhnya kerja sama antara para peternak dengan pengusaha yang antara lain diwujudkan
dalam pola kemitraan usaha plasma-inti. Bentuk kerjasama tersebut semakin tumbuh subur di Indonesia termasuk di Jawa Timur sampai terjadi krisis moneter pada pertengahan tahun 1997. Krisis moneter tersebut telah mengakibatkan hancurnya subsektor peternakan termasuk komoditi perunggasan terutama peternak mandiri. Kondisi tersebut disebabkan naiknya harga pakan dan turunnya daya beli masyarakat terhadap produk perunggasan. Biaya pakan yang merupakan biaya produksi terbesar meningkat 200-300 persen dan daya beli masyarakat turun mencapai 50 persen. Kondisi tersebut menyebabkan banyaknya mantan peternak mandiri yang beralih menjadi peternak plasma dan perusahaan inti melalui suatu mekanisme kerjasama pola kemitraan, sehingga mampu bertahan pada saat terjadinya krisis moneter.
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011
13
Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Peternakan berupaya melakukan rehabilitasi perunggasan nasional dan dampak krisis moneter dan krisis ekonomi melalui crash program perunggasan. Crash program tersebut merupakan bantuan modal kerja bagi peternak plasma melalui pola kemitraan dalam suatu siklus tertutup dengan fasilitas kredit dan Bank Indonesia yang dilaksanakan oleh Bank-bank pelaksana yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Tujuan crash program adalah merehabihtasi perunggasan ayam ras agar produksi dan usaha ayam ras meningkat menuju keadaan normal sebelum masa krisis. Sasaran crash program adalah pendapatan peternak yang layak, penyerapan tenaga kerja, kesempatan berusaha dan harga produk yang semakin terjangkau oleh daya beli konsumen. Peternak yang menjadi sasaran crash program adalah pcternak yang menjalin kerjasama kemitraan usaha dengan perusahaan besar. Secara konseptual kerjasama kemitraan usaha plasma-inti pada dasarnya harus mempertemukan kepentingan peternak plasma dengan perusahaan inti. Mekanisme kerjasama yang terbentuk dengan sendirinya harus dapat mewadahi kepentingan masing-masing dan dipengaruhi oleh kekuatan tawar-menawar masing-masing pihak. Pelaksanaan pola kemitraan usaha peternakan ayam pedaging di Jawa Timur melibatkan beberapa perusahaan besar sebagai inti dan khusus di Kabupaten Malang perusahaan yang terlibat adalah PT. Nusantara Unggas Jaya, PT. Java Comfeed Indonesia dan PT. Wonokoyo.
1.2. Permasalahan Mengingat peran besar pola kemitraan dalam merehabilitasi perunggasan khusunya ayam pedaging dan dampak krisis ekonomi dan moneter maka menarik untuk mengkaji pola kemitraan usaha ayam pedaging dengan ruang lingkup permasalahan meliputi: 1. Sampai sejauh mana pelaksanaan pola kemitraan usaha peternakan ayam pedaging dengan studi kasus peternakan rakyat di Kabupaten Malang yang tergabung sebagai
2.
peternak plasma dan PT. Nusantara Unggas Jaya. Sampai seberapa besar tingkat pendapatan usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan yang diperoleh peternak
1.3. Tujuan Penetitian Tujuan penelitian adalah dalam rangka menjawab pertanyaan yang menjadi permasalahan di atas, yaitu: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pola kemitraan usaha peternakan ayam pedaging yang dilaksanakan PT. Nusantara Unggas Jaya di Kabupaten Malang. 2. Untuk mengetahui tingkat pendapatan peternak usaha peternakan ayam pedaging pola di PT. Nusantara Unggas Jaya.
METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama satu bulan yaitu mulai tanggal 10 September sampai 10 Desember 2000. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Malang dengan peternak yang terdapat di PT. Nusantara Unggas Jaya (NUJ). PT. NUJ dipilih karena memiliki jumlah peternak plasma yang banyak dengan variasi skala usaha yang tinggi. Berdasarkan pertimbangan waktu, tenaga dan biaya, lokasi penelitian dilaksanakan di lima kecamatan yaitu Keca atau Dampit, Turen, Gondanglegi, Wajak dan Tajinan.
2.2. Pengambilan Sampel Populasi sasaran dalam penelitian adalah peternak plasma dari PT. Nusantara Unggas Jaya sebanyak 183 peternak. Berdasarkan pertimbangan biaya, waktu dan tenaga, maka dan populasi diambil sampel sebanyak 30 responden yang terdapat di lokasi penèlitian. Penarikan sampel dilakukan secara berstrata berdasarkan skala usaha dan jumlah sampcl diambil secara sengaja dan masingmasing skala usaha dengan pertimbangan representasi skala usaha yang ada di PT.
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011
14
NUJ. Skala usaha terkecil di lokasi penelitian adalah 3.000 ekor dan terbesar
15.000 ekor. Jumlah sampel dari tiap skala usaha sajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah sampel penelitian pada tiap skala usaha No.
Skala Usaha (ekor)
Jumlah sampel (responden)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10.000 11.000 12.000 13.000 14.000 15.000 Jumlah
6 4 6 1 1 5 4 2 1 30
2.4. Analisis Data 2.3. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dari peternak plasma dan perusahaan inti dengan menggunakan daftar pertanyaan serta observasi lapang. Data yang diambil dari peternak meliputi deskripsi peternak plasma, biaya produksi, penerimaan peternak, skala usaha, teknis produksi dan preferensi peternak plasma terhadap pelayanan dari perusahaaan inti; sedangkan data yang diambil dari perusahaan inti meliputi keadaan umum perusahaan inti, persyaratan menjadi peternak plasma, sistem penetapan harga sarana produksi peternakan dan harga hasil panen, hak dan kewajiban peternak, hak dan kewajiban perusahaan, pola pengaturan produksi, bonus dan sanksi, pemasaran, dan pola pengawasan yang dilakukan perusahaan. Data skunder merupakan data penunjang yang digunakan untuk kelengkapan analisis yang dilakukan. Data tersebut meliputi keadaan umum lokasi penelitian yang diperoleh dan Biro Pusat Statistik Kabupaten Malang dan perkembangan peternakan ayam pedaging di Kabupaten Malang yang diperoleh dan Dinas Peternakan Kabupaten Malang.
Data yang telah dikumpulkan disederhanakan dalam bentuk tabel untuk memudahkan dalam analisis. Selanjutnya data tersebut dianalisis untuk: 1. Mempelajari kegiatan.-kegiatan dan hubungan yang terjadi antara perusahaan dan para peternak dalam fungsinya sebagai inti dan plasma. Analisis dilakukan secara deskniptif yang meliputi : (a) persyaratan keikutsertaan menjadi peternak plasma , (b ) sistem penetapan harga sarana produksi peternakan dan harga hasil panen, (c) hak dan kewajiban peternak, (d) hak dan kewajiban perusahaan, (e) pola pengaturaan produksi, (f) pola pengawasan yang laksanakan perusahaan, (g) bonus dan sanksi bagi peternak, (h) prefernsi peternak plasma terhadap pelayanan dan perusahaan inti. 2. Mengetahui jenis, komposisi serta besarnya biaya total (TC) yang dikeluarkan oleh peternak untuk tiap skala usaha yang diteliti. Biaya produksi yang diamati meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan kandang dan peralatan serta biaya pajak bumi dan bangunan, sedangkan biaya variabel meliputi biaya pakan, DOC, tenaga kerja, obat-obatan, transportasi dan
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011
15
biaya lain-lain yang diperlukan dalam proses produksi. 3. Mengetahui besarnya penerimaan total (TR) yang diperoleh peternak. 4. Mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh peternak dengan analisa finansial menggunakan rumus. π = TC - TR π= Pendapatan peternak TC = Biaya total TR = Penerimaan total
HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Model Kemitraan Usaha Model kemitraan usaha yang dikembangkan PT. Nusantara Unggas Jaya meliputi tiga. aktivitas pokok yaitu: (1) pemasokan sarana produksi berupa DOC. pakan dan obat-obatan; (2) pemeliharaan ayam pedaging dan (3) pemasaran. Perusahaan inti bertanggung jawab dalam pemasokan sarana porduksi dan pemasaran hasil produksi berupa ayam hidup sedangkan peternak plasma bertanggung jawab dalam proses produksi untuk menghasilkan ayam pedaging dengan kualitas baik. Model kemitraan yang diamati dalam penelitian ini meliputi persyaratan peternak plasma, penetapan harga sarana produksi dan hasil produksi, hak dan kewajiban perusahaan inti, hak dan kewajiban peternak plasma, pola pengaturan produksi serta bonus dan sanksi.
3.2. Persyaratan Peternak Plasma Persyaratan untuk mengikuti pola kemitraan usaha merupakan dasar dan
kejasama yang akan dilakukan antara perusahaan inti dengan peternak plasma. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh peternak untuk dapat mengikuti pola kemitraan dengan PT. NUJ adalah: (1) memiliki kandang yang membujur TimurBarat. (2) memiliki peralatan kandang yang memadai. (3) memiliki prasarana jalan. listrik dan air yang memadai. (4) memberikan agunan sebagai jaminan dan (5) disetujui oleh tetangga sekitar yang diketahui oleh Lurah dan Camat setempat. Persyaratan berkaitan dengan kandang dan sarana prasarananya dibuktikan dengan survey ke lokasi peternakan. Agunan yang diberikan berupa sertifikat tanah/bangunan. Petak D atau akta jual beli. Agunan ini digunakan sebagai jaminan dan peternak atas sarana produksi yang diberikan dan dikembalikan jika peternak sudah tidak lagi menjadi peternak plasma. Adanya persetujuan dan tetangga sekitar dibuktikan dengan surat pernyataan dan warga sekitar yang diketahui oleh Lurah dan Camat di daerah yang bersangkutan.
3.3. Penetapan Harga Sarana Produksi dan Hasil Produksi Harga sarana produksi DOC. pakan dan hasil produksi berupa ayam hidup ditetapkan perusahaan inti melalui harga garansilkontrak yang disetuju peternak sebelum proses produksi dimulai. Penetapan harga kontrak/garansi merupakan wewenang perusahaan inti secara mutlak yang dapat berubah pada setiap periode produksi. Harga obat-obatan ditentukan oleh perusahaan inti berdasarkan harga pasar setempat. Harga garansi sarana produksi dan hasil produksi pada saat penelitian dilaksanakan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Harga garansi sarana produksi dan hasil prpduksi di PT. NUJ. Sarana produksi dan hasil produksi Sarana produksi: 1. DOC 2. Pakan starter 3. Pakan finisher 4. Obat-obatan Hasil Produksi: Berat badan (kg/ekor) 1. < 1.29 2. 1.30 – 1.49
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011
Harga Rp. 16000 per ekor Rp. 2100 per kilogram Rp. 2060 per kilogram Harga pasar Malang + PPN 10%
Rp. 5450 per kilogram Rp. 5370 per kilogram
16
3. 1.50 – 1.69 4. 1.70 – 1.89 5. 1.90
Sistem penetapan harga sarana produksi dan hasil produksi dengan harga garansi tersebut akan menjamin kepastian harga sarana produksi dan harga hasil produksi bagi peternak tanpa ada pengaruh fluktuasi harga terutama naiknya harga pakan dan DOC dan anjloknya harga ayam hidup yang sering merugikan peternak. Sistem ini juga relatif lebih menjamin keuntungan bagi peternak. Namun jika harga sarana produksi lebih rendah dan harga hasil produksi lebih tinggi dan harga pasar peternak tidak akan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Variasi harga hasil panen paling mahal ditunjukkan oleh berat badan yang paling rendah kemudian turun dengan meningkatnya berat badan kemudian naik kembali setelah berat badan lebih dari 1,70 kilogram. Harga hasil panen paling mahal dikenakan pada ternak dengan berat badan kurang dari 1,29 kilogram dengan pertimbangan kontinuitas usaha, yaitu agar peternak yang performan produksinya rendah masih bisa melanjutkan usaha dengan bertambahnya penerimaan usaha akibat dari meningkatnya harga hasil panen. Berat badan lebih dan 1,90 kilogram memperoleh harga hasil panen kedua terbesar yang dimaksudkan sebagai peransang bagi peternak untuk meningkatkan performan produksinya.
3.4. Hak dan Kewajiban Perusahaan Inti Perusahaan inti mempunyai kewajiban kepada peternak dalam pelaksanaan model kemitraan yang dilaksanakan, yaitu: (1) menjamin kepastian pemasokan sarana produksi, (2) menjamin pemasaran hasil produksi, (3) memberikan bimbingan teknis dan (4) membayar keuntungan usaha kepada peternak. Hak perusahaan yang diperoleh dan peternak adalah (1) meminta komitmen terhadap perjanjian yang telah disepakati, (2) meminta agunan dan peternak. (3) menyepakati harga garansi dan (4) meminta peternak untuk bertindak jujur.
Rp. 5370 per kilogram Rp. 5380 per kilogram Rp. 5430 per kilogram
3.5. Hak dan Kewajiban Peternak Plasma Kewajiban peternak plasma kepada perusahaan inti adalah: (1) peternak harus mengikuti segala peraturan dari perusahaan inti, (2) menyepakati harga garansi yang berlaku, (3) memberikan agunan berupa sertifikat, petak D atau akta jual beli, (4) melakukan pemeliharaan ayam dengan baik dan (5) menyerabkan hasil produksi untuk dipasarkan. Peternak berkewajiban mengikuti seluruh peraturan yang dikeluarkan perusahaan baik bimbingan teknis maupun pengelolaan sarana produksi dan hasil panen seperti larangan menjual pakan dan ayam hidup. Peternak memiliki hak dan perusahaan berupa: (1) adanya jaminan kepastian pemasokan sarana produksi, (2) kepastian pemasaran hasil produksi, (3) jaminan pemasokan sarana produksi yang berkualitas baik dan (4) adanya jaminan keuntungan. Hak peternak berupa adanya jaminan keuntungan adalah bahwa sekalipun hasil perhitungan akhir peternak mengalami kerugian, namun hal ini tidak berarti peternak memiliki hutang sarana produksi kepada perusahaan inti tetapi saldo usahanya menjadi nd. Jika terjadi kasus tersebut perusahaan inti tetap memberikan konpensasi kerugian yang besarnya berbeda-beda tergantung besarnya kerugian dan perhitungan lain yang hanya diketahui perusahaan. Maksud pemberian konpensasi adalah agar peternak dapat melanjutkan kembali kegiatan produksi pada periode berikutnya.
3.6. Pola Pengaturan Produksi Pola pengaturan produksi merupakan pola yang diterapkan perusahaan inti untuk memperoleh jumlah produksi yang dikehendaki sesuai dengan kemampuan produksi yang ada terutama dengan petimbangan pemasaran; Prinsip pengaturan produksi terletak pada pola
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011
17
penempatan DOC dan pola pemanenan hasil produksi. Penempatan DOC dilaksanakan dengan mempertimbangkan lokasi peternakan, skala pemeliharaan dan performan produksi. Pemanenen hasil produksi dilaksanakan dengan mempertimbangkan lokasi peternakan, umur ayam, harga jual, skala pemeliharaan, performan produksi dan permintaan pasar. Performan produksi ditunjukkan dengan angka konversi pakan (FCR) dan tingkat kematian (mortalitas). Jika angka FCR dan mortalitas tinggi menunjukkan performan produksi yang rendah. Hasil penilaian perfoman produksi berguna untuk evalusi pada akhir periode dan hasil evaluasi ini berguna untuk membuat keputusan pengisian kembali atau pengosongan kandang. Pengaturan produksi berdasarkan lokasi peternakan. umur ayam dan skala produksi berguna untuk mendapatkan kemudahan dalam trasportasi, pengawasan dan pertimbangan teknis produksi seperti pengendalian penyakit. Pemanenen hasil produksi berdasarkan harga jual, performans produksi dan permintaan pasar berguna untuk meningkatkan keutungan atau menghindan kerugian yang lebih besar.
3.7. Pengawasan Peternak Hal penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kemitraan adalah adanya pengawasan perusahaan inti terhadap peternak plasma untuk menjamin kelancaran kerjasama yang dilaksanakan. Pengawasan perusahaan inti terhadap peternak plasma di PT. Nusantara Unggas Jaya dilakukan oleh tenaga tenaga profesional yang disebut Technical Service (TS). TS juga berperan sebagai penghubung antara perusahaan dengan peternak. Bentuk pengawasan yang dilaksanakan terdiri dan: (1) kunjungan rutin kepada peternak, (2) pencatatan kematian ayam dan pemakaian pakan dan (3) laporan akhir setelah panen. Tujuan kunjungan rutin adalah untuk melihat kesehatan ternak dan melakukan bimbingan teknis. Pencatatan kematian
ayam dan pemakaian pakan bertujuan untuk mengetahui persediaan pakan yang berguna dalam pengaturan pengiriman pakan dan sebagai data untuk perhitungan akhir. Laporan akhir setelah panen berisi data pemakaian sarana produksi dan hasil panen yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam perhitungan keuntungan atau kerugian peternak. Frekuensi kunjungan rutin TS ke peternak dilakukan sebanyak 1-2 kali dalam dua minggu tergantung performan produksi dan lokasi peternak. Tiap petugas TS memiliki wilayah kerja masing-masing berdasarkan kedekatan geografis dan teknis produksi seperti wilayah-wilayah yang berdekatan diawasi oleh satu orang TS.
3.8. Bonus dan Sanksi PT. Nusantara Unggas Jaya menerapkan sistem bonus dan sanksi kepada peternak plasma dalam pelaksanaan pola kemitraannya. Bonus dan sanksi diberikan kepada peternak yang mememenuhi kriteria prestasi dan pelanggaran yang ditetapkan perusahaan. Bentuk bonus yang diberikan berupa tambahan penerimaan peternak yang diperoleh dari pencapaian rasio konversi pakan (FCR) dan tabungan. Bonus berdasarkan FCR diberikan bila FCR yang dicapai berada dalam kisaran standar bonus FCR yang ditetapkan perusahaan yang besarnya dibagi menjadi tiga level Besarnya bonus FCR ditetapkan perusahaan inti satu paket dengan harga garansi sarana produksi dan harga hasil panen. Saat penelitian dilaksanakan besarnya bonus FCR dapat dilihat pada label 4. Semakin rendah FCR yang diperoleh maka semakin besar bonus yang diberikan perusahaan. Angka standar baku FCR tidak bisa diketahui dalam penelitian ini karena merupakan rahasia perusahaan dalam strategi bisnisnya. Bonus tersebut dapat menjadi sumber motivasi peternak untuk mengingkatkan performans produksi terutama dalam efesiensi penggunaan pakan yang merupakan komponen biaya produksi terbesar.
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011
18
Tabel 3. Standar kriteria dan besarnya bonus berdasarkan FCR. Kriteria FCR
Besar bonus
Lebih baik/sama dengan standar Lebih dari 0.001-0.050 dari standar Lebih dari 0.050-0.100 dari standar
Insentif tabungan diberikan apabila keuntungan peternak cukup besar maka perusahaan akan menyimpan sebagian keuntungan tersebut sebesar Rp 15 per kilogram dan dikembalikan setelah 5 periode produksi sebesar Rp 25 per kilogram. Peternak yang melanggar peraturan dan penisahaan dikenakan sanksi berupa: (1) pengurangan populasi, (2) pengosongan kandang selama satu periode dan (3) pengeluaran peternak dan keanggotaan peternak plasma. Pengurangan populasi dilakukan terhadap peternak yang memelihara ayam melebihi kapasitas kandang yang tersedia. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar performan produksi tetap baik. Pengosongan produksi selama satu periode pemeliharaan diberikan kepada peternak yang menunjukkan performan produksi buruk selama tiga periode berturut-turut atau terkena penyakit yang menuntut pengistirahatan kandang agar performan produksi normal kembali. Pengeluaran peternak dan keanggotaan peternak plasma dilakukan jika peternak terbukti melanggar perjanjian yang sudah disepakati dan bertindak tidak jujur seperti menjual pakan dan ayam.
3.9. Teknis Produksi Sebelum DOC datang terlebih dahulu dilakukan persiapan kandang dan peralatan kandang yang meliputi pembersihan dan desinfeksi kandang, penyiapan tempat pakan dan minum, penerangan, pemanas (brooder), alas kandang dan pemasangan tirai. Desinfeksi kandang menggunakan desiñfektan formalin. Bibit yang baru datang di kandang diberi minum larutan gula dan vitamin untuk memulihkan kondisi ayam. Selanjutnya diberi pakan starter secara bertahap yang
Rp. 160 per ekor panen Rp. 120 per ekor panen Rp. 100 per ekor panen
diletakkan pada kardus bekas DOC dan tempat pakan. Pemanas diberikan selama 7-14 hari tergantung habisnya bahan bakar. Pemanas yang digunakan adalah gasolec yang menggunakan bahan bakar gas dan ada juga peternak yang menggunakan kompor minyak tanah. Pemberian pakan ditambah secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan ayam. Pakan starter diberikan sampai umur 19-21 hari dan setelah itu diberikan pakan finisher sampai dipanen. Pemberian pakan starter dan finisher dilakukan secara tidak terbatas (ad libitum ) Air minum juga diberikan secara ad libitum dengan menggunakan tempat air minum otomatis. Sebagian besar peternak menggunakan air sumur sebagai sumber air minum dan sebagian kecil menggunakan air ledeng. Pengendalian kesehahatan ayam dilakukan dengan melaksanakan sanitasi, vaksinasi dan pengobatan. Sanitasi dilakukan dengan pembersihan kandang dan peralatan kandang serta menjaga agar lantai kandang tetap kering. Vaksinasi dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit yang mematikan seperti Newcatle Deseases (ND) dan Infectious Bursal Deseases (IBD). Vaksinasi ND diberikan tiga kali. Vaksinasi ND I diberikan pada umum satu hari di hatchery dengan metode spraying. Vaksinasi ND II diberikan pada umur 19 hari melalui air minum dan’ Vaksinasi ND III diberikan pada umum 27 hari juga melalui air minum. Vaksinasi IBD dilakukan selama satu kali yaitu pada umum 13 hari melalui air minum. Pengobatan dilakukan jika ternak terserang penyakit. Selain itu juga ternak diberikan feed suplemen mineral dan vitamin. Ukuran kemampuan peternak dalam mengololan usahanya dapat dilihat dari angka FCR dan mortalitas. Angka FCR dan mortalitas pada peternak yang diteliti disajikan pada Tabel 4.
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011
19
Keterangan FCR Mortalisasi
Angka
Standar deviasi
1,830 6,530
0,172 5,330
Saat penelitan dilaksanakan ayam dipanen pada umur 35 sampai 42 hari. tetapi sebagian besar dipanen pada umur 36 hari dengan berat per ekor antara 1.6 sampai 1.7 kilogram. Pemanenan kadang dilakukan pada umur yang lebih muda bila kondisi ayam sakit untuk menekan tingkat kerugian dan kadang dipanen lebih tua bila kondisi pasar tidak menguntungkan. Panen dilaksanakan oleh pembeli dan peternak setelah ada perintah dari perusahaan inti melalui delivey order (DO). Penimbangan ayam dilakukan oleh pihak perusahaan dengan disaksikan bersamasama antara peternak dengan pembeli.
3.10. Komponen Biaya Produksi Biaya produksi yang digunakan dalam proses produksi usaha peternakan ayam pedaging yang diteliti dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Komponen biaya tetap terdiri dan biaya penyusutan kandang dan peralatan serta biaya pajak. Biaya
variabel terdiri dari biaya DOC, pakan, obat-obatan, tenaga kerja dan biaya lainlain (biaya listrik. air tenaga kerja tambahan dan bahan bakar). Saat penelitian dilaksanakan rataan jumlah pemilikan ternak sebanyak 6533 ekor tiap peternak. Rataan komponen biaya produksi yang gunakan dalam produksi ayam ayam pedaging disajikan dalam Tabel 6. Prosentase terbesar biaya produksi adalah komponen biaya pakan (72,66 %), kemudian biaya DOC (20,39 %), biaya obat-obatan (2.35 %), biaya tetap (1.82 %), biaya lain-lain (1.53 %), dan biaya tenaga kerja (1.25 %). Perusahaan inti menanggung 95,40 persen biaya produksi yaitu biaya pakan, DOC, dan obat-obatan dan sisanya 4,60 persen yaitu biaya tenaga kerja, biaya lainlain dan biaya tetap ditanggung peternak plasma. Berdasarkan komposisi tanggungan biaya produksi tersebut relatif memudahkan bagi peternak untuk berusaha karena komponen biaya produksi terbesar ditanggung oleh perusahaan inti.
Tabel 5. Rataan komponen biaya produksi per seribu ekor pemeliharaan dan per kilogram berat badan di PT. NUJ (Rupiah per periode) Komponen biaya Biaya variabel Pakan DOC Tenaga kerja Obat-obatan Lain-lain Sub jumlah Biaya tetap Kandang Peralatan Pajak Sub jumlah Jumlah
Per seribu ekor
Per kilogram
Prosentasi (5)
5756622,86 1600000,00 100284,92 187844,80 126810,65 7771563,23
3664,49 1028,56 63,30 118,43 77,09 4951,87
72,66 20,39 1,25 2,35 1,53 98,18
73228,67 76924,46 1337,88 151491,01
41,86 49,00 0,94 91,80
0,83 0,97 0,02 1,82
7923054,24
5043,67
100.00
Peternak menaggung modal untuk investasi kandang dan peralatan pada awal usaha. Hal ini merupakan kendala sebagian besar peternak untuk memulai dan
mengembangkan usahanya. Bantuan kredit kandang diharapkan dapat membantu peternak dalam pengembangan usahanya. Perusahaan inti dalam hal ini juga
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011
20
memberikan bantuan kredit tetapi tidak memadai untuk melayani seluruh peternak. Hanya peternak dengan performan produksi sangat bagus yang mendapatkan kredit dengan tujuan untuk menghindari resiko kredit macet disamping kemampuan perusahaan yang terbatas. Pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan diharapkan dapat membantu peternak dalam mendapatkan kredit lunak untuk mengembangan peternakan ayam pedaging terutama untuk investasi kandang. Biaya produksi total per seribu ekor pemeliharaan sebesar 7923054,24 rupiah dan biaya per kilogram bobot badan sebesar 5043,67 rupiah. Biaya pakan merupakan komponen biaya produksi terbesar sehingga efesiensi dalam penggunaan pakan akan akan memberikan pengaruh nyata terhadap biaya produksi total.
3.11. Pendapatan Peternak Tingkat pendapatan peternak merupakan ukuran sederhana untuk mengetahui tingkat produktivitas usaha. Pendapatan peternak diperoleh dan pengurangan penerimaan total oleh biaya total yang diperlukan dalam satu periode produksi. Perhitungan biaya produksi dan penerimaan peternak dilakukan
berdasarkan pada jumlah input produksi yang digunakan dan hasil produksi yang diperoleh pada periode produksi yang bersangkutan. Komponen penerimaan peternak berasal dari penjualan ayam hidup, kotoran ayam, karung pakan dan insentif FCR. Ayam hidup sébagai produk utama dalam usaha peternakan ayam pedaging memberikan kontribusi 98,23 persen terhadap total penerimaan. Insentif FCR, kotoran ayam dan karung pakan hanya memberikan 1,23; 0.17 dan 0.35 persen terhadap total penerimaan. Kotoran dijual peternak kepada pembeli secara borongan pada akhir panen dan karung pakan dijual dengan harga 400-800 rupiah per buah. Hasil penjualan kotoran dan karung pakan ini merupakan sumber pendapatan yang tidak terpengaruh oleh hasil perbitungan penggunaan sarana produksi dan hasil panen dengan pihak perusahaan inti sehingga sebagai hasil samping keduanya dapat dijadikan sumber penerimaan bagi peternak. Rataan biaya, penerimaan dan pendapatan untuk setiap seribu ekor pemeliharaan dari tiap kilogram berat badan disajikan dalam Tabel 8 Pendapatan peternak untuk tiap seribu ekor pemeliharaan sebesar 3 88027,65 rupiah sedangkan untuk tiap kilogram berat badan pada saat panen sebesar 429,60 rupiah.
Tabel 6. Rataan biaya. penerimaan dan pendapatan peternak per seribu ekor dan per kilogram bobot badan. (Rupiah per periode) Keterangan Penerimaan total Biaya total Pendapatan total
Per seribu ekor 8311081,89 7923054,24 3 88027,65
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian Kajian Pola Kemitraan Usaha Petrnakan Ayam Pedaging di Kabupaten Malang dengan studi kasus di PT. Nusantara Unggas Jaya (NUJ) Malang dapat diambil beberapa kesirnpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pola kemitraan usaha ayam pedaging di PT. NUJ rnerupakan pola kejasama inti-plasma. PT. NUJ berperan sebagai inti yang
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011
Per kilogram bobot badan 5473,27 5043,67 429,60
bertanggung jawab dalam pemasokan sarana produksi berupa pakan, DOC dan obat-ohatan serta bertanggung jawab dalam pemasaran hasil produksi dan bimbingan teknis. Peternakan rakyat berperan sebagai plasma yang bertanggung jawab dalam proses produksi untuk menghasilkan produk ayam hidup sebaik-baiknya. Harga sarana produksi dan hasil panen ditentukan perusahaan berdasarkan harga garansi sebelum proses
21
2.
produksi dimulai kecuali obat-obatan ditentukan berdasarkan harga pasar lokal di Malang. Pendapatan peternak per seribu ekor skala usaha sebesar 3 88027,65 rupiah dan pendapatan per kilogram hasil panen sebesar 429,60 rupiah.
Future Prices. A Prentice Hall Company. Virginia. Shepherd, 0.5. and G.A. Futrell. 1982. Marketing Farm Product Economics Analysis. The Iowa Atate University Press. Iowa. Siregar, A. P. M( 1982. Teknik Beternak Ayam Ras di indonesia. Margie Group. Jakarta
DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 1989. Petunjuk Pelaksanaan Crash Program Rehabilitasi PerunggasanA yarn Ras. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta _________ 1991. Pokok-pokok Deregulasi Bidang Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta. Gittinger, J. P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanaian. Terjemah. Edisi 2. UI Press — John Hopkins. Jakarta. Hardjono, J. dan Maspiyati. 1990. Rural Productivity and The Non-farm Sector in West Java, Indonesia. Working Paper. CRSP-BPT. Bogor. Purcell, W. D. 1985. Agricultural Marketing , System, Coordination, Cash and
Soekartawi. 1986. I/mu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI-Press. Jakarta. Somasanti, D. B. 1994. Studi Kasus Pola Kemitraan Usaha Plasma-Inti Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Sukabumi dan Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Sugama. 1990. A nalisis Tataniaga Ayam Ras Pedaging Peternak Plasma Inti CV. Setiabudi. Sawangan di KotifDepok dan DKJ Jakarta. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Suhendar. E. 1997. Evaluasi Polá Kemitraan Plasma Inti pada kelompok Peternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Bogor dan Sukabumi: Studi Kasus di PT. Agro Utama. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 11 No. 3 Juli 2011
22