ANALISIS EFISIENSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN DAN MANDIRI DI KECAMATAN GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR
HAYU WINDI HAPSARI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Efisiensi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi. Bogor, Februari 2013
Hayu Windi Hapsari H44080070
ii
RINGKASAN HAYU WINDI HAPSARI. Analisis Efisiensi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh UJANG SEHABUDIN. Peternakan merupakan salah satu sub sektor yang memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan dalam bidang peternakan dapat meningkatkan peran peternakan dalam tata ekonomi nasional, meningkatkan pendapatan peternak dan menyediakan pangan bagi masyarakat. Industri perunggasan di Indonesia diperkirakan memiliki prospek yang baik. Ternak unggas memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi daging nasional yaitu sebesar 60.73 persen (Direktorat Jendral Peternakan, 2008). Salah satu komoditas perunggasan yang prospektif untuk dikembangkan adalah ayam ras pedaging atau broiler. Berdasarkan Direktorat Jendral Peternakan tahun 2008, ayam ras pedaging memiliki kontribusi terbesar terhadap total daging unggas nasional yaitu sebesar 67 persen, sedangkan 23 persen dari ayam bukan ras dan sisanya dari ternak unggas lainnya. Berkembangnya industri ayam ras pedaging di Indonesia, didukung oleh pertambahan penduduk, peningkatan pendidikan dan pendapatan, serta kesadaran akan gizi seimbang. Kabupaten Bogor merupakan sentra produksi terbesar usahaternak ayam ras pedaging di provinsi Jawa Barat dengan proporsi sebesar 19.01 persen terhadap total produksi ayam ras pedaging di provinsi Jawa Barat (Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2011). Kecamatan Gunung Sindur merupakan daerah sentra produksi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor, yang ditunjukan oleh persentase populasi ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur pada tahun 2010 mencapai 9.65 persen dari total populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor (Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, 2011). Usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur dapat dikelompokan menjadi dua pola, yaitu pola kemitraan dan pola mandiri. Dalam pelaksanaannya, terdapat perbedaan sistem produksi antara peternak kemitraan dan peternak mandiri. Peternak kemitraan mendapat jaminan pasokan sarana produksi dan pemasaran hasil produksi dari pihak inti, sehingga peternak plasma memiliki resiko harga yang lebih rendah. Namun sebaliknya, peternak mandiri dengan modal sendiri memiliki keleluasaan dalam memperoleh sarana produksi dan pemasaran hasil produksi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging dan menganalisis efisiensi produksi ayam ras pedaging pada peternak mandiri dan peternak kemitraan. Responden dipilih dari tiga lokasi, yaitu Desa Padurenan, Desa Pabuaran, dan Desa Pangasinan. Ketiga lokasi tersebut dipilih secara purposive karena ketiga desa tersebut memiliki jumlah peternak kemitraan terbanyak dari desa lain yang ada di Kecamatan Gunung Sindur. Responden peternak kemitraan diambil secara purposive sejumlah 30 peternak dari data peternak kemitraan yang dipublikasikan oleh Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor tahun 2009. Peternak mandiri diambil sebanyak 30 peternak dengan teknik snowball sampling. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi Cobb Douglas dengan metode Ordinary Least Square (OLS) menggunakan software iii
Eviews 7. Analisis efisiensi ekonomi dilakukan dengan menggunakan pendekatan rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM). Hasil analisis menunjukan, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging pada kedua pola peternak adalah pakan dan pemanas. Faktorfaktor produksi yang berpengaruh nyata pada peternak kemitraan selain pakan dan pemanas adalah sekam, kepadatan kandang, dan mortalitas. Pada peternak mandiri faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata hanya pakan dan pemanas. Pada peternak mandiri, penggunaan pakan lebih responsif dari peternak kemitraan, sedangkan pada peternak kemitraan penggunaan pemanas lebih responsif dari peternak mandiri. Hasil analisis efisiensi ekonomi, menunjukan bahwa pada kedua pola peternak belum mencapai efisiensi secara ekonomi. Hal ini ditunjukan dari rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) tidak sama dengan satu atau NPM tidak sama dengan BKM. Untuk mencapai efisiensi ekonomi, faktor produksi yang perlu ditambah pada peternak mandiri adalah pakan dan pemanas, sedangkan pada peternak kemitraan adalah pakan, pemanas, dan sekam. Kata kunci: Usahaternak ayam ras pedaging, fungsi produksi Cobb Douglas, efisiensi ekonomi.
iv
ANALISIS EFISIENSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN DAN MANDIRI DI KECAMATAN GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR
HAYU WINDI HAPSARI
(H44080070)
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 v
Judul Skripsi : Analisis Efisiensi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor Nama : Hayu Windi Hapsari NRP : H44080070
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Ujang Sehabudin NIP. 19680301 199303 1003
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T. NIP. 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus : vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Ayahanda Drs. Suwondo dan Ibunda Dra. Dwi Sri Hardiningsih atas segala doa, kasih sayang, dan dukungan baik moral maupun spiritual yang telah diberikan selama ini, serta kepada kakak tercinta Prayogo, Ika Cahya H, Dwi Rindra W, Dewi A, dan Ricahya W, yang selalu memberi semangat kepada penulis. 2. Ir. Ujang Sehabudin yang senantiasa dengan penuh ketekunan dan kesabaran membimbing penulis hingga skripsi ini selesai. 3. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA dan Nia Kurniawati Hidayat, SP, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji dalam sidang skripsi. 4. Pini Wijayanti, SP, M. Si selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staff pengajar Departemen ESL yang selalu memberikan saran dan masukkan kepada penulis. 5. Peternak responden dan seluruh staf di Kecamatan Gunung Sindur yang telah memberikan informasi selama penelitian kepada penulis. 6. Ayu F, Diani K, S. Fatimatus Z, Singgih W, Dita P, D. Sinta, Stevi P, Dwi Panca, Sutowo, Yoppy, Nur Rizky dan teman-teman ESL 45 seperjuangan lainnya yang selalu memberikan dukungan kepada penulis selama bimbingan skripsi serta kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi besar selama pengerjaan penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satupersatu. vii
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat kelulusan Program Sarjana Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Analisis Efisiensi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Penelitian ini berisi mengenai apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging pada peternak kemitraan dan peternak mandiri, serta bagaimana tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi tersebut baik pada peternak kemitraan maupun peternak mandiri. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Akan tetapi, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung termasuk penulis pribadi. Selain itu, penulis juga mengharapkan adanya penelitian lanjutan yang berusaha mengakomodir keterbatasan penelitian ini.
Bogor, Februari 2013
Hayu Windi Hapsari H44080070 viii
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR . ..................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... I.
II.
III.
IV.
xv
PENDAHULUAN .................................................................................
1
1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
Latar Belakang .............................................................................. Perumusan Masalah ....................................................................... Tujuan Penelitian ........................................................................... Manfaat Penelitian ......................................................................... Ruang Lingkup Penelitian ............................................................
1 5 8 8 9
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
10
2.1. Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging .......................................... 2.2. Pengelolaan Faktor-Faktor Produksi Peternakan Ayam Ras Pedaging .......................................................................................... 2.2.1 DOC (Day Old Chick) ......................................................... 2.2.2. Pakan ................................................................................... 2.2.3. Tenaga Kerja ....................................................................... 2.2.4. OVAC (Obat-obatan, Vitamin, dan Vaksin) ....................... 2.2.5. Pemanas ............................................................................... 2.2.6. Kandang............................................................................... 2.3. Konsep Kemitraan ........................................................................... 2.4. Penelitian Terdahulu ......................................................................
10 11 11 12 13 14 15 15 17 19
KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................
23
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .......................................................... 3.1.1. Analisis Usahaternak ........................................................... 3.1.2. Teori Fungsi Produksi ......................................................... 3.1.3. Fungsi Produksi Cobb Douglas ........................................... 3.1.4. Konsep Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi ....... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional....................................................
23 23 24 26 29 31
METODE PENELITIAN .......................................................................
34
4.1. 4.2. 4.3. 4.4.
34 34 34 35 36 37 37
Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... Jenis dan Sumber Data .................................................................... Penentuan Jumlah Responden ......................................................... Metode Pengolahan dan Analisis Data............................................ 4.4.1. Analisis Fungsi Produksi Cobb Douglas............................. 4.4.1.1. Uji Statistik ............................................................. 4.4.1.2. Uji Asumsi Klasik .................................................. 4.4.2. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan FaktorFaktor Produksi ...................................................................
42 ix
V.
VI.
4.4.3. Definisi Operasional ............................................................
46
GAMBARAN UMUM ............................................................................
47
5.1. Gambaran Umum Kecamatan Gunung Sindur................................ 5.1.1. Letak Geografis ................................................................... 5.1.2. Kondisi Sosial dan Ekonomi ............................................... 5.2. Karakteristik Usahaternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Gunung Sindur ................................................................................ 5.3. Manajemen Budidaya Ayam Ras Pedaging .................................... 5.4. Karakteristik Responden .................................................................
47 47 48 49 53 56
HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
61
6.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ayam Ras Pedaging ................................................................................... 6.1.1. Analisis Model Fungsi Produksi ........................................... 6.1.2. Besar Pengaruh Faktor-Faktor Produksi terhadap Produksi Ayam Ras Pedaging............................................... 6.2. Analisis Efisiensi Ekonomi .............................................................
68 79
VII. SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................
92
7.1. Simpulan.......................................................................................... 7.2. Saran . ..............................................................................................
92 92
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
94
LAMPIRAN ......................................................................................................
97
61 61
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 130
x
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Persamaan dan Perbedaan antara Penelitian “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan mandiri di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor” dengan Penelitian Sebelumnya…………….
22
Metode Analisis Penelitian..........................................................
35
3. Penggunaan Lahan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2011…………………………………………………………......
48
4. Komposisi Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2010...…………….………..
49
5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2010....………………..........
49
6. Karakteristik Perkandangan Peternak Mandiri dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012................
50
7. Karakteristik Responden Peternak di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012.......................................................................
57
8. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012............................
62
9. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012………….….…..
63
10. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012….…….………..
64
1.
2.
Nil 11.
Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan Nila Jarque-Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012…...……………………..………
65
12. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan Jarque-Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012……….………………………………..…….
66
xi
13. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan Jarque-Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012……….………………………...………........
67
14. Nilai Koefisien Produksi Pada Peternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara Keseluruhan, Peternak Mandiri dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012…………………………………..
68
15. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Tidak Terestriksi Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan, Peternak Mandiri dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012……………………………………………………...
79
16. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan Jarque-Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan, Peternak mandiri, dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012…………………………...……...
80
17. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Terestriksi Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan, Peternak Mandiri dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012…………………………………………………..….
82
18. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012…………………………………..
86
19. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012…….
87
20. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012….…
88
21. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ayam Ras Pedaging Peternak secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012………………………………………………
89
22. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012……...…………………...
89
xii
23. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012…….…………..……………...…
90
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Fungsi Produksi Neoklasik………………………………………
25
2. Alur Kerangka Pemikiran Operasional…………………………..
33
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. PDB Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2004-2011 (Miliar Rupiah)…………………………………………………………..….. 2. Produksi Ayam Ras Pedaging di Indonesia Tahun 2004-2009…..….
98
3. Populasi Ayam Ras Pedaging Provinsi Jawa Barat Tahun 2010..…..
99 101
4. Pertumbuhan Rata-Rata Produksi Daging Unggas di Kabupaten Bogor Tahun 2009-2011…………………………………………….
101
5. Populasi Ternak Peternak Ayam Ras Pedaging Kabupaten Bogor Tahun 2010..……………..…………………………………..............
102
6. Populasi Peternak Plasma Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2009.….……..………………………………
103
7. Data Produksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012..…………………….
105
8. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012……........
106
9. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012…….………………………………..……………
106
10. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012..……………..……...
107
11. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012…….……………………………………..………
107
12. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012……………………………….………
108
13. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012…………...…..……..
108
xv
14. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 …...…………...
109
15. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 .………………………………………..
109
16. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012………………………………………………………………….
110
17. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…………………..………...
110
18. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi Produksi Coob Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…...…………
111
19. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012………………………..…...
111
20. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012………...………………………………………………………..
112
21. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012……………………………….………………..…
112
22. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012…………….….….....
113
23. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012……….…………………………………………..
113
24. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012………………………...………………………..
114
25. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…………………………………………
114 xvi
26. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012….……………..
115
27. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…………………………………………
115
28. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012….……………………………...……………..…
116
29. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…………………….……....
116
30. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012……………...
117
31. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…………………………….
117
32. Program Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012…………...…………………..………
118
33. Program Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…………………….…………...............
119
34. Program Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…………………….………
120
35. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012……………………………………….
121
36. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…………………………….
122
37. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…………………………….
123
xvii
38. Analysis of Variance Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Terestriksi dan Tidak Terestriksi pada Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan, Peternak Mandiri, dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012………....
124
39. Perhitungan NPM dan BKM Produksi Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…..………………………...
125
40. Perhitungan Input Optimal Produksi Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…...………………………..
126
41. Dokumentasi Penelitian Usahaternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Gunung Sindur di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012………………………………………………………….............
127
xviii
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor yang memiliki peran penting
dalam pembangunan ekonomi. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya kontribusi peternakan pada perekonomian Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011), sub sektor ini penyumbang ke-4 PDB pada sektor pertanian yaitu dengan nilai rata-rata 11.51 persen dari tahun 2004 sampai tahun 2011 (Lampiran 1). Pembangunan peternakan merupakan pembangunan nasional yang sangat penting. Menurut Cahyono (1996), pembangunan dalam bidang peternakan dapat meningkatkan peran peternakan dalam tata ekonomi nasional, meningkatkan pendapatan peternak dan penyediaan pangan bagi masyarakat dalam jumlah yang mencukupi dengan mutu yang baik. Peternakan unggas di Indonesia memiliki peranan yang penting dalam pembangunan peternakan dalam pemenuhan kebutuhan pangan hewani. Saat ini ternak unggas memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi daging nasional yaitu 60.73 persen, kemudian daging sapi sebesar 21.94 persen. Kontribusi daging unggas terhadap daging nasional tersebut, sebanyak 67 persen disediakan oleh ayam ras, 23 persen dari ayam bukan ras dan sisanya dari ternak unggas lainnya (Direktorat Jendral Peternakan, 2008). Menurut Mulyantini (2010), masih terdapat beberapa kendala yang dalam pengembangan perunggasan di Indonesia diantaranya adalah tingginya harga pakan, hal tersebut dikarenakan bahan baku pakan masih diimpor. Namun demikian, industri perunggasan di Indonesia diperkirakan memiliki prospek yang baik karena masih terjadinya pertambahan
1
penduduk, peningkatan pendidikan dan pendapatan, serta kesadaran akan gizi seimbang. Pendapatan dan pertambahan penduduk di Indonesia memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan asupan protein hewani masyarakat Indonesia dari 12.46 gram/hari di tahun 2009 sampai 14.02 gram/hari di tahun 2011. Pendapatan perkapita nasional pada tahun 2009 yaitu Rp 8.9 juta, kemudian meningkat menjadi Rp 9.8 juta di tahun 2011. Di sisi lain, antara tahun 2009 sampai tahun 2011, jumlah penduduk meningkat dari 227 juta jiwa menjadi 238 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2012). Salah satu komoditas perunggasan yang prospektif untuk dikembangkan adalah peternakan ayam ras pedaging atau broiler. Hal tersebut didukung oleh karakteristik produknya yang banyak diminati oleh masyarakat yang memiliki kandungan gizi dan vitamin yang cukup tinggi serta harganya yang relatif rendah jika dibandingkan dengan daging lainnya. Selain itu, peternakan ayam ras pedaging
merupakan
usaha
yang
sangat
strategis
karena
kecepatan
pertumbuhannya yang relatif singkat. Ayam ras pedaging mampu menghasilkan daging seberat 1.2-1.9 kg dalam usia 5 hingga 6 minggu (Mulyantini, 2011). Berkembangnya usahaternak ayam ras pedaging bermula dari peternakan yang dikelola secara mandiri dengan skala kecil yang tujuannya hanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan ekonomi, usahaternak ayam ras pedaging mulai dikembangkan dari skala menengah sampai skala besar. Usahaternak ayam ras pedaging berkembang pesat di Indonesia dan salah satunya adalah Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2004-2009, Jawa Barat memiliki persentase produksi rata-rata terbesar yaitu 32.16 2
persen terhadap total produksi daging ayam ras pedaging di Indonesia (Lampiran 2). Kabupaten Bogor merupakan sentra produksi terbesar usahaternak ayam ras pedaging di Jawa Barat. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada persentase populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor pada tahun 2010 yang besarnya mencapai 19.01 persen, sedangkan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Subang memiliki persentase sebesar 16.70 persen dan 7.94 (Lampiran 3). Meningkatnya
industri
olahan
ternak
mendorong
berkembangnya
usahaternak ayam ras pedaging, khususnya bagi daerah sentra produksi seperti Kabupaten Bogor. Peningkatan jumlah industri pengolahan daging di Indonesia dari 18 unit usaha menjadi 25 unit usaha dari tahun 2009 sampai tahun 20111. Pertumbuhan rata-rata produksi daging ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor dari tahun 2009 sampai tahun 2011 sebesar 30.35 persen. Pertumbuhan rata-rata tersebut paling besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata produksi daging ayam buras yaitu sebesar 21.17 persen dan pertumbuhan rata-rata produksi daging itik sebesar 15.90 persen (Lampiran 4). Hal tersebut mengindikasikan bahwa Kabupaten Bogor adalah daerah pengembangan usahaternak ayam ras pedaging. Kecamatan Gunung Sindur merupakan daerah sentra produksi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor, hal tersebut dapat ditunjukan pada besarnya persentase populasi ayam ras pedaging yang mencapai 9.65 persen dari total populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor (Lampiran 5). Peternakan ayam ras pedaging di Kecamata Gunung Sindur mengembangkan usahaternaknya dengan dua pola, yaitu pola kemitraan dan pola mandiri. Kemitraan yang 1
IPB Convention Center. 2012. Prospek Industri Pangan di Indonesia 2012. http://www.foodreview.biz [diakses pada tanggal 26 September 2012]
3
terbentuk merupakan kerjasama yang terjalin antara peternak rakyat dengan perusahaan inti. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Pasal 3 No. 44 Tahun 1997, mengenai peraturan pemerintah tentang kemitraan menyatakan bahwa perusahaan inti memiliki kewajiban dalam (1) penyediaan dan penyiapan lahan, penyediaan sarana produksi, (2) pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, (3) perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan, (4) pembiayaan, dan (5) pemberian bantuan lainnya yang diperlukan bagi efisiensi dan produktivitas usaha. Kelompok mitra bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati (Hafsah, 2000). Peternak mandiri adalah peternak rakyat dimana modal yang digunakan merupakan modal sendiri, keuntungan maupun risiko sepenuhnya ditanggung sendiri dan bebas memasarkan hasil produksinya. Adapun beberapa alasan dilakukannya kemitraan karena terkait masalah distribusi DOC dan pakan yang kurang lancar, hal tersebut akan mempengaruhi waktu dan masa berproduksi ayam ras pedaging atau tidak tepat waktu dalam berproduksi dan menyebabkan biaya produksi yang dikeluarkan akan lebih besar. Selain itu, kepemilikan modal yang kecil dan pemasaran hasil yang kurang lancar juga merupakan kendala bagi peternak rakyat untuk mengembangkan usahanya. Menurut Hafsah (2000), bagi perusahaan inti masalah yang sering terjadi terkait dengan inefisiensi penggunaan tenaga kerja atau pemborosan tenaga kerja. Kelebihan dalam penggunaan tenaga kerja akan berpengaruh terhadap biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan. Oleh karena itu dengan bermitra, peternak mempunyai pemasok sarana produksi dan terjaminnya pemasaran hasil produksi. Bagi perusahaan inti, kemitraan mampu mengoptimalkan penggunaan tenaga 4
kerja. Namun, ada juga alasan peternak masih melakukan usahaternak secara mandiri karena modal yang digunakan sepenuhnya modal sendiri, sehingga keuntungan yang diperoleh juga akan sepenuhnya diterima oleh peternak. Pendapatan yang diperoleh peternak merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diperoleh peternak akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuan peternak itu sendiri dalam mengalokasikan faktor-faktor yang dimilikinya. Kemampuan peternak dalam mengelola usahanya merupakan faktor yang sangat menentukan tercapainya efisiensi ekonomis dan tingkat keuntungan optimal. Kemitraan yang dilakukan diperkirakan dapat meningkatkan efisiensi dalam hal penyediaan input produksi atau modal usaha, namun peternak mandiri dengan modal sendiri akan cenderung bertindak lebih efisien karena keterbatasan modal yang dimilikinya. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai bagaimana baik peternak mandiri dan peternak kemitraan dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi yang dimilikinya dalam mencapai tingkat efisiensinya. 1.2.
Perumusan Masalah Modal menjadi syarat penting yang harus dipenuhi dalam melakukan
usahaternak, namun bagi sebagian peternak rakyat modal menjadi sebuah kendala untuk mengembangkan usahaternaknya. Kepemilikan modal
yang kecil
menyebabkan peternak rakyat tidak mampu bersaing dengan peternakan besar. Peternakan besar memiliki modal yang besar dan mampu memasok pakan dan DOC dalam jumlah banyak dari industri sapronak dengan harga yang lebih murah, sehingga dengan biaya produksi yang lebih rendah peternakan besar mampu menekan harga jual ayam di pasar. 5
Kemitraan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan peran peternak rakyat dalam perekonomian dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan bagi peternak rakyat. Menurut Hafsah (2000), tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara lebih konkrit adalah: (1) meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, (2) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, (3) peningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil, (4) meningkatkan pertumbuhan ekonomi perdesaan, wilayah dan nasional, (5) memperluas kesempatan kerja, dan (6) meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Kemitraan yang terbentuk di Kecamatan Gunung Sindur adalah bentuk kemitraan inti plasma. Kemitraan inti plasma merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra. Menurut Hafsah (2000), melalui model inti plasma akan tercipta saling ketergantungan dan saling memperoleh keuntungan, pemberdayaan peternak rakyat di bidang teknologi, modal, kelembagaan sehingga pasokan bahan baku dapat lebih terjamin dalam jumlah dan kualitas sesuai standar yang diperlukan, serta beberapa peternak rakyat yang dibimbing oleh inti mampu memenuhi skala ekonomi sehingga dapat dicapai tingkat efisiensi. Prinsip pola kemitraan inti plasma pada dasarnya peternak plasma menyediakan tenaga kerja dan kandang sedangkan sarana produksi seperti DOC, pakan, obat-obatan disediakan oleh pihak inti dan semua biaya sarana produksi tersebut diperhitungkan setelah panen dilakukan. Meskipun di Kecamatan Gunung Sindur sebagian besar merupakan peternak kemitraan, namun masih terdapat beberapa peternak yang mengusahakan ayam ras pedaging secara mandiri dan 6
beberapa peternak keluar dari kemitraan dan kembali sebagai peternak mandiri. Hal tersebut dikarenakan kemitraan yang dilakukan tidak sesuai perjanjian yang telah disepakati seperti kerugian yang seharusnya ditanggung bersama hanya ditanggung oleh peternak selain itu harga sarana produksi dan harga jual ayam masih bersifat transparan. Berbeda prinsip dengan peternak plasma, peternak mandiri menjalankan kegiatan usahanya secara mandiri dimana sebagian besar kebutuhan termasuk permodalan disusahakan sendiri oleh peternak dan segala risiko juga ditanggung sendiri serta keuntungan yang diperoleh diterima sepenuhnya oleh peternak. Dalam pemasaran hasil, peternak mandiri mempunyai beberapa alternatif untuk menjual hasil produksinya, sedangkan peternak plasma wajib menjual hasil produksinya kepada pihak inti. Pendapatan peternak ayam ras pedaging baik peternak palsma maupun peternak mandiri sangat ditentukan oleh kombinasi faktor-faktor produksi yang dimilikinya. Penggunaan kombinasi faktor-faktor produksi yang serasi diharapkan dapat meningkatkan tingkat efisiensi, sehingga memperoleh hasil yang maksimal. Dalam pelaksanaannya, terdapat perbedaan sistem produksi antara peternak kemitraan dan peternak mandiri. Peternak kemitraan dengan ketersediaan modal berupa suatu paket sarana produksi dari pihak inti sehingga mampu memenuhi skala ekonomi, sedangkan peternak mandiri dengan keterbatasan modal apakah mampu bertindak lebih efisien dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana efisiensi usaha peternakan ayam ras pedaging pada pola kemitraan dan pola mandiri. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
7
1.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahaternak ayam ras pedaging pola kemitraan dan pola mandiri di Kecamatan Gunung Sindur?
2.
Bagaimana efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahaternak ayam ras pedaging pola kemitraan dan pola mandiri di Kecamatan Gunung Sindur?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, adapun tujuan dari
penelitian ini adalah: 1.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging pada peternak mandiri dan peternak kemitraan di Kecamatan Gungung Sindur.
2.
Menganalisis tingkat efisiensi faktor-faktor produksi usahaternak ayam ras pedaging pada peternak mandiri dan peternak kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur.
1.4.
Manfaat Penelitian Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai faktor-fakor apa saja yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan dan peternak mandiri di Kecamatan Gunung Sindur dan tingkat efesiensinya. Adapun manfaat khusus dari penelitian ini adalah: 1.
Memberikan informasi dan bahan pertimbangan bagi peternak ayam di Kecamatan Gunung Sindur dan pihak yang berkepentingan dalam pengembangan usahaternak ayam ras pedaging.
2.
Memberikan informasi kepada pihak lain sebagai bahan rujukan dalam penelitian selanjutnya. 8
3.
Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi Dinas Peternakan setempat dan pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan peternakan yang berkaitan dengan pengembangan usahaternak ayam ras pedaging.
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini dilakukan di Desa Padurenan, Desa Pangasinan, dan Desa Pabuaran, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. 2. Periode produksi usahaternak ayam ras pedaging yang diteliti merupakan periode terakhir usahatenak pada bulan April 2012. 3. Peternak yang diwawancarai merupakan peternak plasma atau peternak kemitraan dan peternak mandiri.
9
II.
2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Ayam ras pedaging atau yang disebut juga ayam broiler adalah ayam hasil
budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas sebagai penghasil daging. Pertumbuhannya cepat dengan konversi makanan yang irit, dan siap dipotong pada usia yang relatif muda, yaitu hanya 5-6 minggu sudah dapat dipanen, dengan berat badan antara 1.2-1.9 kg/ekor. Ayam ras pedaging yang baik yaitu ayam yang sehat, berbulu baik, berkualitas baik, perbandingan antara tulang, dan daging seimbang (proporsional) (Mulyantini, 2011). Mulyantini (2011) menyatakan bahwa, jenis ayam broiler merupakan jenis ayam ras unggulan hasil persilangan dari bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Jenis strain ayam ras pedaging dengan produktivitas yang baik beredar di pasaran, diantaranya adalah: CP 707, Hyline, Hubbard, Missouri, Hybro, Shaver Starbo, Super 77, Arbor Acress, Tegel 70, Cornish, ISA brown, Hypeco, Sussex, Cobb, Bromo, Kim Cross, Wonokoyo, Ross Marshall, Lohman, dan Euribird. Ayam ras pedaging baru dikenal di Indonesia sejak tahun 1980-an, dan telah dikembangkan dengan pesat dibeberapa negara. Adapun manfaat memelihara ayam ras pedaging adalah: (1) menyediakan kebutuhan protein hewani, (2) menyediakan tenaga kerja, (3) investasi, (4) mencakupi kebutuhan keluarga, dan (5) sebagai hasil tambahan dari usahaternak ayam ras pedaging berupa tinja yang dapat dimanfaatkan untuk pupuk kandang.
10
2.2.
Pengelolaan Faktor-Faktor Produksi Peternakan Ayam Ras Pedaging Pengelolaan faktor-faktor produksi peternakan antara lain pengelolaan
tenaga kerja, bibit ayam (DOC), kandang, dan penanggulangan penyakit. Faktorfaktor tersebut saling mempengaruhi, sehingga harus diperhatikan oleh para peternak (Rahardi dan Hartono, 2003). Menurut penelitian Yunus (2009), faktorfaktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging antara lain DOC, pakan, OVAC, tenaga kerja, listrik, bahan bakar dan luas kandang. Adapun menurut penelitian Kusuma (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging antara lain tenaga kerja, DOC, kandang, pakan, obat-obatan, dan vaksin. 2.2.1. DOC (Day Old Chick) Bibit memegang peranan penting untuk menghasilkan produk, baik jumlah maupun mutu produk. Ketersediaan bibit harus senantiasa ada untuk menjamin kelangsungan produksi. Tidak hanya itu, kontinuitas pasokan bibit juga harus dijaga dan dikontrol. Guna menjaga kelangsungan produksi ternak, sebaiknya usaha peternakan memiliki pemasok bibit ternak tetap. Seperti usaha peternakan ayam ras pedaging, diperlukan pasokan DOC secara kontinu untuk setiap periode produksi (Rahardi dan Hartono, 2003). Menurut Rahardi dan Hartono (2003), selain kontinuitas kualitas bibit juga harus menjadi perhatian bagi para peternak. Kontribusi bibit dalam penampilan produksi ternak yang bermutu baik sebesar 30 persen. Bibit yang berkualitas baik dapat diketahui dari catatan produknya dan secara langsung dapat dilihat dari penampilan fisiknya. Bibit DOC yang baik dapat dipilih berdasarkan penampilannya secara umum dari luar (general appearance) adalah sebagai berikut: (1) bebas dari penyakit (free diseases), (2) berasal dari induk yang matang 11
umur dan dari pembibit yang berpengalaman, (3) DOC terlihat aktif, (4) DOC memiliki kekebalan tubuh yang tinggi, (5) kaki besar dan basah seperti berminyak, (6) bulu cerah, tidak kusam, dan penuh, (7) anus bersih, tidak ada kotoran atau pasta putih, (8) keadaan tubuh ayam normal, dan (9) berat badan sesuai standar strain, biasanya diatas 37 gram. 2.2.2. Pakan Pakan adalah campuran beberapa bahan pakan yang mengandung nutrient yang lengkap dan disusun dengan cara tertentu untuk memenuhi kebutuhan zat gizi unggas yang mengkonsumsinya (Mulyantini, 2010). Menurut Rahardi dan Hartono (2003), pakan merupakan sapronak penting dalam produksi ternak. Diperkirakan biaya pakan dapat mencapai 60-70 persen dari total biaya produksi. Pengelolaan pakan meliputi jenis pakan, kualitas pakan, waktu pemberian, dan konsentrasi pakan yang diberikan ternak. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan adalah tercukupinya kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Kebutuhan zat tersebut bagi ternak sangat dibutuhkan untuk perkembangan, pertumbuhan, dan kebutuhan aktivitas. Pemberian pakan dilakukan secara teratur dengan jumlah yang sesuai kebutuhan ternak. Kelebihan atau kekurangan akan berdampak kurang baik pada ternak dan berdampak pada efisiensi dalam produksi (Rahardi dan Hartono, 2003). Pemberian pakan ayam ras pedaging terdapat dua fase yaitu, fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu). Namun, beberapa perusahaan juga menggolongkan pakan ras pedaging dalam tiga fase, yaitu pakan starter ayam dari umur 1-18 hari, pakan grower 19-30 hari dan pakan finisher (Mulyantini, 2011). Pada penelitian Kusuma (2005), peternak ayam ras pedaging 12
tidak menggunakan tiga jenis pakan (pakan starter, grower dan pakan finisher), namun hanya menggunakan satu jenis pakan starter dari umur satu hari hingga 35 hari. Rata-rata pakan yang habis digunakan untuk setiap 1 000 ekor ayam non probiotik adalah 1 413 kg. 2.2.3. Tenaga Kerja Menurut Rahardi dan Hartono (2003), tenaga kerja dalam usaha peternakan dapat berasal dari tenaga kerja sendiri dan tenaga kerja dari luar. Tenaga kerja sendiri, terdiri dari tenaga kerja diri sendiri (peternak) dan keluarga, seperti istri dan anak atau anggota keluarga lainnya. Tenaga kerja dari luar merupakan tenaga kerja yang secara sengaja diambil dari luar dengan memberikan kompensasi upah atau gaji. Tenaga kerja luar diukur dengan tingkat upah yang berlaku dalam satu hari dengan jam kerja 8 jam sehari dengan konversi: (1) tenaga kerja pria=1 HKP, (2) tenaga kerja wanita=0.8 HKP dan (3) tenaga kerja anakanak=0.5 HKP. Umumnya, usaha skala kecil (peternakan rakyat) tidak menggunakan tenaga kerja luar (tenaga kerja upah). Sebaliknya, untuk usaha industri yang memiliki orientasi usaha komersial keseluruhan tenaga kerja yang digunakan berasal dari luar. Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam suatu usaha peternakan sebaiknya disesuaikan dengan skala usaha, karena akan berdampak pada biaya produksi yang akan dikeluarkan. Pengorganisasian tenaga kerja penting diperhatikan terutama pada skala usaha menengah dan besar untuk menciptakan efisiensi kerja. Menurut hasil penelitian Dewiyanti (2007), rata-rata HKP dari seluruh kegiatan tenaga kerja pada usahaternak ayam ras pedaging adalah 127.236 HKP, rata-rata HKP paling besar yaitu pada kegiatan pengelolaan ternak karena 13
kegiatan yang dilakukan secara penuh dalam 35 hari. Rata-rata HKP yang dibutuhkan (jam) untuk persiapan kandang yaitu 4 jam 22 menit, rata-rata HKP yang dibutuhkan untuk kegiatan pengelolaan ternak yaitu 7 jam 33 menit dan ratarata HKP yang dibutuhkan untuk kegiatan panen dan pembersihan kandang setelah panen yaitu 44 jam. Menurut Rahardi dan Hartono (2003), peternakan ayam ras pedaging diperlukan tenaga kerja sekitar 1-2 orang untuk 1000-1500 ekor ayam. 2.2.4. OVAC (Obat-Obatan, Vitamin dan Vaksin) Mulyantini (2010), menyatakan bahwa manajemen pengendalian penyakit merupakan salah satu manajemen yang sangat penting dalam pemeliharaan ternak untuk mendapatkan produksi yang optimal dan secara ekonomi dapat menguntungkan. Kegagalan dalam mengendalikan penyakit, akan menyebabkan kerugian karena peternak harus mengeluarkan biaya untuk pengobatan dan wabah penyakit dalam kandang sehingga menyebabkan produksi ternak menurun bahkan kematian. Manajemen kesehatan unggas yang efektif, harus bertujuan untuk: 1.
Mencegah terjadinya penyakit dan parasit
2.
Mengenal gejala timbulnya penyakit
3.
Mengobati penyakit sesegera mungkin sebelum penyakit berkembang serius atau menyebar ke kelompok lainnya. Obat-obatan digunakan untuk pengobatan ayam ras pedaging yang
terserang penyakit dan vaksin diberikan untuk pencegahan penyakit serta antibiotika. Vaksinasi yang penting dilakukan adalan vaksinasi ND/tetelo, karena penyakit tersebut tidak dapat diobati melainkan hanya dapat dicegah. Selain vaksin, vitamin juga perlu diberikan pada ayam ras pedaging. Seringkali terlihat 14
tanda-tanda
kekurangan
vitamin
pada
ayam
ras
pedaging
akibat
hilangnya/berkurangnya beberapa vitamin dalam pakan, seperti vitamin A, B12, dan vitamin E karena terjadi reaksi dengan antibiotik sebagai akibat dari penyimpanan pakan yang terlalu lama. Akibatnya ayam tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal (Kartadisastra, 1994). Fadilah (2004) menyatakan bahwa, biaya yang dikeluarkan untuk membeli obat-obatan (termasuk desinfektan, vitamin, dan anti-biotik) serta vaksin bergantung pada program yang diterapkan dalam usaha peternakan ayam ras pedaging tersebut. Biaya yang dikeluarkan untuk satu ekor ayam sangat bergantung pada kesehatan ayam, program khusus, atau progam pemeliharaan. 2.2.5. Pemanas Ayam memerlukan alat pemanas tambahan (brooder) untuk memberi kehangatan agar dapat menunjang keberhasilan pemeliharaan. Anak ayam yang baru menetas tidak dapat mengatur suhu tubuhnya secara sempurna. Ayam tidak dapat mempertahankan suhu tubuh yang konstan sampai umur antara 1-2 minggu. Ketika umur 2 minggu sampai dipasarkan, ayam tidak membutuhkan lagi alat pemanas buatan namun tetap digunakan pada keadaan dingin khususnya saat musim penghujan serta suhu lingkungan diusahakan tetap 21 oC. Alat pemanas bisa dari lampu pijar, petromaks atau lampu kap (Mulyantini, 2010) 2.2.6. Kandang Kandang adalah bangunan yang dapat digunakan untuk melindungi ternak mulai dari awal, masa produksi hingga dipasarkan (Mulyantini, 2011). Menurut Rahardi dan Hartono (2003), dalam usaha peternakan komersial, kandang menjadi salah satu faktor produksi yang harus diperhatikan dengan baik. Kandang pada 15
dasarnya berfungsi untuk mempermudah tata laksana pemeliharaan dan pengontrolan
ternak.
Konstruksi
kandang
harus
mendukung
kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan ternak, seperti kebutuhan cahaya, suhu, dan sirkulasi udara tercukupi. Bentuk kandang yang ideal untuk ayam ras pedaging adalah kandang postal. Menurut Mulyantini (2011), kandang postal adalah kandang yang berlantai rapat dan biasanya menggunakan alas litter, kandang dapat bertingkat atau tidak dan pada suhu tinggi dindingnya sebagian besar terbuka. Guna mengatasi udara yang panas khususnya di daerah tropis seperti Indonesia, kandang panggung lebih baik untuk digunakan, namun biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan kandang panggung lebih mahal. Kandang panggung dibangun dengan ketinggian ± 1.75 cm, udara datang dari sela-sela lantai dan samping kandang, sehingga udara dalam kandang lebih nyaman. Kepadatan kandang juga perlu diperhatikan pada saat pengelolaan kandang, karena hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan ternak. Semakin berat bobot badan ayam atau semakin panas, kepadatan harus dikurangi. Selain menyebabkan kekurangan oksigen, dalam kandang, kepadatan yang tinggi juga mengakibatkan konsumsi pakan berkurang dan pertumbuhan terhambat. Menurut Rasyaf (1995) dalam Yunus (2009), dataran rendah atau dataran pantai, kepadatan yang baik adalah 8-9 ekor/m2 atau 0.12 m2/ekor dan untuk daerah pegunungan, kepadatannya sekitar 11-12 ekor/m2 dengan rata-rata 10 ekor/m2 atau 0.1 m2/ekor. Hasil penelitian Yunus (2009), rata-rata luas penggunaan kandang yang digunakan peternak mandiri sebesar 0.06 m2/ekor dan 0.11 m2/ekor.
16
2.3.
Konsep Kemitraan Menururt Hafsah (2000), kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang
dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan
bersama
dengan
prinsip
saling
membutuhkan
dan
saling
membesarkan. Kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Semakin kuat pemahaman serta penerapan etika bisnis bagi pelaku kemitraan, maka semakin kuat pula fondasi kemitraan yang dibangun dan pada akhirnya akan memudahkan pelaksanaan kemitraan itu sendiri. Adapun enam dasar etika berbisnis tersebut adalah: (1) karakter, integritas dan kejujuran, (2) kepercayaan, (3) komunikasi yang terbuka, (4) adil, (5) keinginan pribadi dari pihak yang bermitra, dan (6) keseimbangan antara insentif dan risiko. Maksud dan tujuan dari kemitraan adalah „win-win solution partnership‟. Kesadaran dan saling menguntungkan disini tidak berarti para partisipan dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi yang lebih dipentingkan adalah adanya posisi tawar. Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan adalah: (1) meningkatkan pendapatan usahatani kecil, (2) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, (3) meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dalam usaha kecil, (4) meningkatkan pertumbuhan ekonomi perdesaan, wilayah dan nasional, dan (5) meningkatkan ketahanan ekonomi nasional (Hafsah, 2000). Hafsah (2000), juga menyatakan manfaat dari kemitraan adalah sebagai berikut: (1) kemitraan dapat meningkatkan produktivitas baik pada perusahaan mitra maupun anggota mitra, (2) efisiensi waktu dan tenaga kerja, (3) Jaminan Kualitas, Kuantitas dan 17
Kontinuitas, (4) meningkatkan peran peternak kecil dan menengah, sehingga mengurangi kesenjangan diantara pelaku ekonomi, dan (5) terciptanya kesetaraan dalam posisi tawar antar pelaku ekonomi. Usaha peternakan rakyat khususnya untuk budidaya ayam ras pedaging, kebijakan yang ditempuh adalah mengutamakan usaha budidaya bagi peternak rakyat, perorangan, kelompok maupun koperasi sesuai dengan Keppres No. 22 Tahun 1990 (Hafsah, 2000). Menurut Soehadji (1995) dalam Hafsah (2000), menyatakan
bahwa
dalam
kawasan
industri,
peternakan
rakyat
telah
dikembangkan beberapa model usaha kerjasama di bidang ayam ras pedaging, model-model tersebut antara lain: 1.
Kawasan industri peternakan-peternakan rakyat agribisnis Model ini mengacu pada usaha peternakan rakyat yang telah ada. Dalam
model ini, peternak sebagai plasma menjalin kemitraan dengan perusahaan yang bertindak sebagai penghela yang menjamin plasma untuk suplai sarana produksi dan pemasaran hasil. Kemitraan dalam model ini belum begitu sempurna karena belum ada keterkaitan antara hulu dan hilir. 2.
Kawasan industri peternakan-perusahaan inti rakyat Model kemitraan ini lebih maju dari model yang sebelumnya, karena telah
ada keterkaitan antara hulu dan hilir. Peternak sebagai plasma melaksanakan budidaya dalam suatu kawasan tertentu sedangkan perusahaan inti membantu plasma dalam hal sarana produksi budidaya, pemasaran hasil, bimbingan teknik dan permodalan.
18
3.
Kawasan industri peternakan-sentra usaha peternakan ekspor Berbeda dengan model sebelumnya, kemitraan dalam model ini
mengkhususkan menjual produknya ke luar negeri. Dalam model ini, perusahaan inti dapat melakukan budidaya untuk keperluan ekspor, namun sebagian besar produksinya dikerjasamakan dengan plasma. Peternak dalam kemitraan ini juga merupakan peternak binaan terutama dalam hal teknologi khususnya untuk ekspor. 2.4.
Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini,
dilakukan oleh Yunus (2009), Kusuma (2005), Purmiyanti (2002). Yunus (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis perbedaan pendapatan
rata-rata,
menganalisis
alokasi
faktor-faktor
produksi
yang
mempengaruhi produksi sekaligus tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga/alokatif dan efisiensi ekonomi usaha peternakan ayam ras pedaging pola kemitraan dan mandiri. Model analisis yang digunakan adalah fungsi produksi Stochastic Frontier Cobb Douglas dengan opsi Technical Efficiency Effect Model. Hasil analisis menyatakan bahwa, variabel bibit ayam (DOC) dan pakan berpengaruh nyata pada taraf α satu persen dan berhubungan positif dengan produksi, dengan nilai koefisien yang cukup besar, artinya bahwa pertambahan bibit ayam (DOC) atau pakan akan meningkatkan produksi, sedangkan vaksin, obat dan vitamin juga berpengaruh nyata, namun menunjukan hubungan yang negatif terhadap produksi, 19
artinya bahwa perlu adanya pembatasan penggunaan vaksin, obat dan vitamin terhadap produksi agar produksi bisa optimal. Selain itu, yang juga berpengaruh nyata pada taraf α lima persen dan berhubungan positif dengan produksi adalah tenaga kerja dan bahan bakar. Analisis efisiensi yang dicapai peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan adalah sebesar 0.87. Pencapaian efisiensi harga/alokatif dan efisiensi ekonomi pola kemitraan sebesar 1.82 dan 1.59, sedangkan efisiensi alokatif, harga dan efisiensi ekonomis peternak mandiri adalah sebesar 1.84 dan 1.59. Secara keseluruhan kedua usahaternak tersebut belum mencapai tingkat efisiensi. Kusuma (2005), dalam penelitiannya menganalisis tentang pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi peternak probiotik dan non probiotik pada usahaternak ayam ras pedaging. Model analisis yang digunakan adalah model fungsi produksi Cobb Douglas dengan analisis model komponen utama. Hasil penelitian tersebut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging peternak probiotik adalah bibit, pakan, pemanas dan obat-obatan, sedangkan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging. Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging peternak non probiotik adalah bibit, pakan, tenaga kerja, dan obatobatan, sedangkan pemanas tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras pedaging. Analisis efisiensi teknis yang dicapai peternak probiotik dan non probiotik pada input produksi bibit, pakan, tenaga kerja, obat-obatan dan pemanas diperoleh nilai elastisitas produksi antara 0 sampai 1, yaitu masing-masing penggunaan input produksi berada pada daerah rasional (daerah II). Penjumlahan seluruh 20
elastisitas produksi peternak probiotik diperoleh nilai 1.04, nilai penjumlahan elastisitas produksi peternak non probiotik adalah 1.01. Hal tersebut menunjukan bahwa skala usaha pada peternak probiotik dan non probiotik berada pada daerah increasing return to scale. Setiap kenaikan satu persen dari masing-masing faktor produksi, secara bersama-sama akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging peternak probiotik sebesar 1.04 dan peternak non probiotik sebesar 1.01. Nilai FCR peternak probiotik sebesar 1.62, adapun peternak non probiotik sebesar 1.68. Nilai FCR probiotik lebih kecil jika dibandingkan dengan peternak non probiotik, sehingga peternak probiotik lebih mampu mengefisiensikan penggunaan jumlah pakan dan menekan biaya produksi. Hasil analisis efisiensi ekonomi kedua peternak diperoleh nilai NPM/BKM tidak sama dengan satu, sehingga penggunaan faktor-faktor produksi perlu untuk ditambahkan atau dikurangi dalam mencapai tingkat efisiensi ekonomi. Purmiyanti (2002), dalam penelitiannya menganalisis tentang produksi dan daya saing bawang merah di Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Salah satu tujuan dari
penelitian
tersebut
adalah
untuk
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi bawang merah dan tingkat efisiensi penggunaan input produksi bawang merah. Model fungsi yang digunakan adalah model fungsi produksi Cobb Douglas. Hasil analsis menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah adalah luas lahan, bibit bawang merah, pupuk P (TSP dan DAP), pupuk K (KCL dan kamas), peubah dummy status garapan, dan peubah dummy varietas. Hasil analisis efisiensi ekonomi menunjukan bahwa usahatani bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Barat belum mencapai tingkat efisiensi ekomoninya. Hal ini ditunjukan dari rasio NPM/BKM tidak sama denga satu. 21
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Purmiyanti (2002) dan Kusuma (2005) adalah model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi produksi Cobb Douglas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Yunus (2009) adalah model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi Stochastic Frontier Cobb Douglas dengan opsi Technical Efficiency Effect Model, sedangkan penelitian ini menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas. Penjelasan lebih rinci mengenai persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu bisa dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Persamaan dan Perbedaan antara Penelitian “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan mandiri di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor” dengan Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya Yunus (2009)
Persamaan
Perbedaan
Komoditas yang diteliti
Menggunakan model fungsi Stochastic Frontier Cobb Douglas dengan opsi Technical Efficiency Effect Model
Kusuma (2005)
Komoditas yang diteliti, menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas
Menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas dengan analisis komponen utama
Purmiyanti (2002)
Menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas
Komoditas yang diteliti adalah bawang merah
22
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Teori dan konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain: Analisis Usahaternak, Analisis Fungsi Produksi, Analisis Fungsi Produksi Cobb Douglas, Analisis Efisiensi Penggunaan FaktorFaktor Produksi. 3.1.1. Analisis Usahaternak Keberhasilan
usahaternak
yang
dikelola
sangat
ditentukan
oleh
ketersediaan sumberdaya. Seperti usaha lain, usaha peternakan hanya dapat berkembang jika didukung oleh ketersediaan sumberdaya yang cukup. Sumberdaya peternakan terdiri dari peternak, modal, lahan dan lingkungan, serta teknologi. Usaha peternakan umumnya dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan skala usaha, yaitu usahaternak skala kecil dan menengah (usaha peternakan rakyat) atau usaha besar dalam bentuk peternakan. Usaha peternakan skala kecil dan menengah dapat dikelola secara sendiri tanpa badan hukum. Namun, untuk usaha skala besar biasanya berbadan hukum karena melibatkan banyak pihak yang terdiri dari modal dan pekerja. Beberapa bentuk badan hukum yang dapat dipilih antara lain yayasan, koperasi, CV, atau perseroan terbatas (Hartono dan Rahardi, 2003). Hartono dan Hardi (2003) juga menyatakan bahwa, kondisi peternakan rakyat terutama skala kecil dan menengah masih menghadapi berbagai tantangan untuk berkembang. Tantangan yang dihadapi tersebut antara lain keterbatasan modal, usaha belum mencapai skala ekonomis, dan masih bersifat tradisional. 23
Selain itu, produktivitas ternak masih rendah, teknologi belum dapat dilaksanakan secara terpadu, dan adanya persaingan global terhadap produk-produk impor sejenis dari negara lain. Meskipun terdapat beberapa kendala, sektor peternakan juga memiliki keuntungan jika dibandingkan dengan usaha pertanian, yaitu usahaternak relatif tidak membutuhkan lahan terlalu luas 3.1.2. Teori Fungsi Produksi Menurut Mubyarto (1994) fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang menunjukan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Bentuk matematik sederhana fungsi produksi ini, dituliskan sebagai berikut: Y = f(X1 , X 2 , … … … … … Xn ) ..…………………..…………………….(3.1) dimana: Y = Hasil produk fisik (output) Xi = Faktor-faktor produksi ke-i i = 1,2,3,…..n Soekartawi (1994), juga menyatakan bahwa fungsi produksi juga didefinisikan sebagai output maksimum yang dapat dicapai dari seperangkat vektor input. Input tersebut meliputi input tetap dan input variabel. Dalam keadaan teknologi tertentu hubungan antara input dan outputnya tercermin dalam rumusan fungsi produksinya. Fungsi produksi yang popular digunakan untuk menggambarkan hubungan produksi adalah fungsi produksi neoklasik. Fungsi produksi neoklasik dapat ditunjukan pada Gambar 1.
24
Y C B TPP
I
II
III
A
0 X1
X2
X3
APP/MPP
Input (X)
APP
0
X1
DP I
X2
X3
DP II
MPP
Input (X)
DP III
Gambar 1. Fungsi Produksi Neoklasik (Soekartawi, 1994) Keterangan: Titik A = Titik balik (inflection point) Titik B = Perpotongan antara MPP dan APP dimana APP mencapai maksimum Titik C = Tingkat produksi total maksimum dimana MPP sama dengan nol DP = Daerah produksi Berdasarkan Gambar 1, daerah I merupakan daerah irasional, karena dalam daerah ini, peningkatan input akan meningkatkan produksi dengan peningkatan lebih besar dari pada penambahan inputnya. Seorang pengusaha tidak rasional apabila berhenti pada daerah ini, karena pendapatan masih dapat ditingkatkan dengan menambah input yang digunakan. Daerah II merupakan 25
daerah rasional, karena dalam daerah ini peningkatan input akan meningkatkan produksi tetapi dengan peningkatan yang semakin berkurang. Pengusaha yang rasional akan memanfaatkan daerah ini dan masih memanfaatkan daerah ini untuk berbisnis. Daerah III adalah daerah tidak rasional, karena peningkatan input akan menyebabkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan sehingga penggunaan faktor-faktor produksi tersebut tidak efisien. Daerah III merupakan daerah yang tidak menguntungkan untuk berusaha. Menurut Suratiyah (2009), elastisitas produksi adalah perbandingan perubahan produksi dan perubahan input secara relatif. Dalam fungsi produksi, elastisitas biasanya dibagi dalam tiga daerah, yaitu daerah I di sebelah kiri titik APP maximum. Pada daerah II yang berada di antara APP maximum dan MPP=0, elastisitas produksi bernilai antara 0 sampai 1 (0≤εp ≤1). Daerah III berada disebelah kanan MPP=0 (MPP<0) dan memiliki elastisitas produksi kurang dari satu (𝜀𝑝 <1). Elastisitas produksi dapat ditulis secara matematis sebagai berikut: εp =
dy/y dy x MPP = . = …………………………………………….….……………(3.2) dx/x dx y APP
3.1.3. Fungsi Produksi Cobb Douglas Fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel (variabel bebas/independent variable dan variabel tidak bebas/dependent variable) (Soekartawi, 1994). Model fungsi produksi Cobb Douglas adalah model yang umum digunakan dalam penelitian ekonomi, sehingga dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb Douglas. Terdapat lima alasan pokok mengapa fungsi produksi Cobb Douglas banyak dipakai oleh para ahli:
26
1.
Penyelesaian fungsi Cobb Douglas relatif mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain, misalnya lebih mudah ditransformasikan ke dalam bentuk linier dalam log.
2.
Hasil pendugaan garis melalui fungsi produksi Cobb Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukan besaran elastisitas. Elastisitas ini sangat penting terutama dalam usaha mengadakan perbaikan dari proses produksi atau efisiensi dan juga untuk meramalkan misalnya dampak-dampak dari perubahan-perubahan dari faktor input.
3.
Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukan tingkat besaran returns to scale.
4.
MPP dari masing-masing faktor input, yaitu perubahan pada output sebagai akibat perubahan-perubahan pada input, yang memungkinkan lebih mudah untuk menghitung produkstivitas masing-masing faktor produksi.
5.
Bagian dari input dapat dihitung dengan jelas, hal ini sangat penting karena setiap proses produksi mempunyai dampak yang berbeda-beda terhadap bagian-bagian tertentu. Selain itu, dengan pengetahuan mengenai bagian-bagian dari input, juga dapat diketahui sejauh mana suatu proses perubahan terhadap masing-masing input. Menurut Soekartawi (1994), produksi hasil komoditas pertanian (on-farm)
sering disebut korbanan produksi karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan komoditas pertanian. Oleh karena itu, untuk menghasilkan suatu produk diperlukan hubungan antara faktor produksi (input) dan komoditas (output). Hubungan antara input dan output disebut dengan Factor Relationship 27
(FR). Secara matematik, dapat dituliskan dengan menggunakan analisis fungsi produksi Cobb Douglas: β
β
Y=β0X11 ……………….Xi i eu …...……...…………….………………(3.3) Pendugaan parameter dilakukan dengan mentransformasikan fungsi produksi Cobb Douglas ke dalam bentuk double logaritme natural (ln), sehingga merupakan bentuk liniear berganda (multiple linear) yang kemudian dianalisis dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least square). Ln Y=Lnβ0 +β1LnX1 +β2LnX2 …….+βi LnXi + u…………………..….(3.4) Keterangan: Y β0 βi Xi i e u
= Produksi komoditas pertanian = Intercept/konstanta = Koefisien regresi masing-masing variabel dependen = Faktor-faktor produksi pertanian = 1,2,3,…n = Bilangan natural (2.718) = Error . Menurut Soekartawi (2003), dalam penaksiran model linear berganda
digunakan model Ordinary Least Square (OLS). OLS merupakan salah satu cara terbaik untuk mendapatkan garis penduga yang baik. Suatu persamaaan dikatakan baik, jika persyaratan dan asumsi yang membentuk persamaan tersebut dapat dipenuhi. Adapun asumsi-asumsi OLS yang harus dipenuhi: 1.
Rata-rata kesalahan pengganggu (e) sama dengan nol
2.
Kesalahan pengganggu berbentuk distribusi normal
3.
Kesalahan pengganggu tidak berkorelasi dengan variabel independen
4.
Tidak ada autokorelasi antar gangguan (e)
5.
Tidak adanya multikolinearitas, dan
28
6.
Varian kesalahan pengganggu tetap atau homoskedastisitas (tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.1.4. Konsep Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Setiap melakukan usaha pertanian, seorang pengusaha atau seorang petani akan selalu berpikir bagaimana mengalokasikan input seefisien mungkin untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal (Daniel, 2002). Efisiensi adalah rasio yang mengukur produksi suatu sistem atau proses untuk setiap unit input (Rahim dan Hastuti, 2008). Menurut Daniel (2002), peningkatan keuntungan dapat dicapai oleh petani dengan melakukan usahataninya secara efisien. Konsep efisiensi ini dikenal dengan konsep efisiensi teknis (technical efficiency), efisiensi harga (price efficiency) dan efisiensi ekonomi (economic efficiency). Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga hasil yang tinggi dapat dicapai. Bila petani mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha taninya karena pengaruh harga, maka petani tersebut dapat dikatakan mengalokasikan faktor produksinya secara efisiensi harga. Selanjutnya, jika petani mampu meningkatkan hasilnya dengan menekan harga faktor produksi dan menjual hasil pada harga yang relatif tinggi, maka petani tersebut telah melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga secara bersamaan (Daniel, 2002). Menurut Doll dan Orazem (1984), efisiensi ekonomi akan tercapai bila dipenuhi dua syarat, yaitu: (1) syarat keperluan yang menunjukan hubungan fisik antara input dengan output bahwa proses produksi harus berada pada daerah rasional II, dimana nilai elastisitas berada pada kisaran 0 sampai 1 (0 ≤ εp ≤ 1) dan (2) syarat kecukupan yang berhubungan dengan tujuan bahwa seorang produsen 29
diasumsikan untuk memaksimumkan keuntungannya. Menurut Rahim dan Hastuti (2008), keuntungan maksimum akan tercapai bila Nilai Produk Marjinal (NPM) untuk suatu input sama dengan harga input (Px) atau Biaya Korbanan Marjinal (BKM) atau dapat ditulis dengan rumus: π= PY . f X - PX . X - TFC ………………………..………...………………..(3.5) Keuntungan maksimum akan dicapai ketika turunan pertama fungsi keuntungan sama dengan nol, sehingga: dπ dx dπ dx
= PY .
dY dx
- Px =0………………………...…..………………………………(3.6)
= PY . MPP - Px =0 ……………………...……………………………..……(3.7)
atau PY . MPP= x ………….…………………………………..…………………...(3.8) NPMx = Px ………………………………...…………………………………..(3.9) NPMx Px
= 1 …………….………………………………………………………..(3.10) Penggunaan untuk faktor produksi lebih dari satu misalnya n faktor
produksi, maka efisiensi ekonomi dapat dicapai jika: NPMxn NPMx1 NPMx2 NPMx3 = = ………= =1……………….……………..(3.11) BKMxn BKMx1 BKMx2 BKMx3 Rahim dan Hastuti (2008), juga menyatakan untuk mengetahui tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi komoditas pertanian digunakan persamaan sebagai berikut: PRxi= Y/Xi …..…………...………………………………….……………..…(3.12) MPPxi= βi . PRxi……........................................................................................(3.13) NPMxi= MPPxi . Py…..…………………………….....……...…..…………....(3.14) dimana kondisi optimal: 30
NPMxi = Pxi ..................................................................................................... (3.15) Y Xi . βi . Py = Pxi ..……..…………………………………………………....(3.16) Persamaan bagi penggunaan faktor produksi pada kondisi optimal dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut: Xi =
βi .Y. Py Pxi
……………………………………………………………..….(3.17)
dimana: βi Y Py Xi Px i
= Elastisitas faktor produksi ke-i = Jumlah hasil produksi = Harga per unit produk yang dihasilkan = Jumlah faktor produksi ke-i = Harga faktor produksi ke-i = 1,2,3,….n
3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.
362/kpts/TN. 120/1990, menyatakan bahwa usaha peternakan ayam ras pedaging yang jumlah maksimum 15 000 ekor per siklus disebut peternak rakyat, sedangkan usaha yang dijalankan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial yang untuk tiap jenis ternak jumlahnya lebih dari 15 000 ekor per siklus disebut sebagai perusahaan peternakan.2 Peternak rakyat memiliki beberapa kendala dalam mengembangkan usahaternaknya seperti ketersediaan sarana produksi yang tidak kontinu, keterbatasan modal, dan risiko pemasaran cukup besar. Hal tersebut merupakan alasan beberapa peternak rakyat untuk melakukan kerjasama dengan perusahaan inti.
2
Keputusan Menteri Pertanian, 2002 www.scribd.com [diakses pada tanggal 9 Maret 2012]
31
Usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur umumnya melakukan kerjasama dengan peternak setempat melalui pola kemitraan, Kemitraan yang terbentuk meliputi kemitraan inti plasma, yaitu bentuk kerjasama yang terjalin antara pihak inti dan peternak sebagai plasma. Prinsipnya, perusahaan inti menyediakan sarana produksi seperti pakan, DOC, obat-obatan, vaksin dan vitamin serta memasarkan hasil ternak. Adapun peternak plasma hanya menyediakan kandang, tenaga kerja, dan mengelola ternaknya (budidaya) dengan baik. Hasil kerjasama dari kemitraan tersebut yaitu, perusahaan inti memperoleh keuntungan dari hasil penjualan sarana produksi dan selisih harga jual ternak ayam, sedangkan peternak plasma mendapatkan keuntungan berupa tersedianya sarana produksi dan memiliki kepastian dalam pemasaran hasil produksi. Keberhasilan dalam usahaternak merupakan suatu harapan bagi setiap peternak. Ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha adalah tingkat keuntungan yang diperoleh dengan cara pemanfaatan faktor-faktor produksi secara efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging baik pola kemitraan maupun pola mandiri dan untuk menganalisis efisiensi ekonomi usahaternak baik pola kemitraan dan pola mandiri. Analisis yang digunakan adalah analisis faktor produksi Cobb Douglas dan analisis efisiensi ekonomi. Analisis faktor produksi Cobb Douglas digunakan untuk menggambarkan model produksi mengenai bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi ayam ras pedaging. Hal pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging yaitu pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas, sekam mortalitas dan kepadatan kandang. Kemudian dilakukan 32
pengujian secara statistik untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Guna memperoleh model yang baik, fungsi produksi tersebut dianalisis dengan menggunakan OLS dengan syarat memenuhi asumsi-asumsi OLS. Analisis efisiensi ekonomi dapat diketauhi apabila syarat kecukupan dan syarat keharusan terpenuhi, yaitu ketika fungsi produksi berada pada elastisitas produksi antara 0 sampa 1 atau berada pada daerah rasional dan ketika produk marjinalnya sama dengan harga inputnya. Kerangka pemikiran konseptual secara sistematis diperlihatkan pada Gambar 1. Usahaternak ayam ras pedaging
Peternak kemitraan
Peternak mandiri
-
Elastisitas produksi 𝑁𝑃𝑀𝑥 𝐵𝐾𝑀𝑥
=1
Faktor-faktor Produksi: - Pakan - Tenaga kerja - Vaksin - Pemanas - Sekam - Mortalitas - Kepadatan kandang
Efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi
Peningkatan pendapatan peternak ayam ras pedaging
Fungsi produksi Cobb Douglas Pendugaan dan Pengujian Model Fungsi Produksi: - Uji Statistik F - Uji t -Koefisien Determinasi Pemilihan Model: Pemeriksaan asumsi OLS
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Operasional 33
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive karena Kecamatan Gunung Sindur merupakan sentra populasi ayam broiler terbesar di Kabupaten Bogor yang memiliki persentase populasi ayam sebesar 9.65% dari total populasi di Jawa Barat pada tahun 2011 (Lampiran 5). Pengambilan data primer dilakukan pada bulan April 2012 sampai Mei 2012. 4.2.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder yang meliputi data kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh melalui pemberian kuisoner dan wawancara kepada peternak serta pihak-pihak lain yang terkait dalam penelitian. Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, serta studi pustaka lainnya baik media cetak seperti buku, skripsi, tesis maupun media elektronik. 4.3.
Penentuan Jumlah Responden Jumlah responden yang diambil sebanyak 60 peternak yang ada di
Kecamatan Gunung Sindur. Peternak diantaranya adalah 30 peternak mandiri dan 30 peternak kemitraan. Responden dipilih dari tiga lokasi, yaitu Desa Padurenan, Desa Pabuaran, dan Desa Pangasinan. Ketiga lokasi tersebut dipilih secara purposive karena ketiga desa tersebut memiliki jumlah peternak kemitraan terbanyak dari desa lain yang ada di Kecamatan Gunung Sindur. Responden peternak kemitraan diambil secara purposive sejumlah 30 peternak dari data 34
peternak kemitraan yang dipublikasikan oleh Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor tahun 2009 (Lampiran 6). Pengambilan responden tidak dilakukan di Desa Cibadung karena sebagian besar peternak beralih menjadi peternak ayam pejantan. Sebagai gantinya, responden diambil dari desa Padurenan, karena banyak warga yang memulai melakukan usahaternak ayam ras pedaging. Peternak mandiri diambil dengan teknik snowball sampling sebanyak 30 peternak. 4.4.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh yaitu berupa data primer dan data sekunder yang
kemudian akan diolah dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif akan diuraikan secara diskriptif, sedangkan analisis kuantitatif diolah dan dianalisis menggunakan metode analisis fungsi produksi Cobb Douglas dengan metode OLS dan analisis efisiensi ekonomi. Proses menganalisis data yang dilakukan adalah dengan mentransfer data, mengedit dan mengolahnya dengan menggunakan software Microsoft Excel, Eviews 7, dan SAS 9.0, kemudian menginteprestasikan data dalam bentuk diskriptif. Metode analisis yang digunakan dapat disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Metode Analisis Penelitian No.
Tujuan Penelitian
Jenis Data
Metode Analisis
1
Menganalisis faktor-faktor yang
Kuantitatif
Analisis fungsi
mempengaruhi produksi ayam ras pedaging
Produksi Cobb
pola kemitraan dan mandiri
Dougls dengan metode OLS
2
Menganalisis tingkat efisiensi produksi usahaternak ras ayam pedaging
Kuantitatif
Analisis efisiensi ekonomi
pada peternak kemitraan dan mandiri
35
4.4.1.
Analisis Fungsi Produksi Cobb Douglas Model analisis yang digunakan untuk menduga fungsi produksi
usahaternak ayam ras pedaging adalah model fungsi produksi Cobb Douglas, model yang umum digunakan dalam penelitian ekonomi (Tasman, 2006). Model fungsi produksi Cobb Douglas untuk usahaternak ayam ras pedaging yang dipertimbangkan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Kemitraan: β
β
β
β
β
β
β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 X66 X77 eu …………………………………...…(4.1) Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Mandiri: β
β
β
β
β
β
β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 X66 X77 eu ………………………………...……(4.2) Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan): β
β
β
β
β
β
β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 X66 X77 eβ8D+U…………….…………..…....…(4.3) Dimana: untuk dummy: 1= peternak kemitraan 0= peternak mandiri Penelitian ini, dipilih bentuk hubungan fungsional pada fungsi produksi, yaitu fungsi Cobb Douglas yang ditransformasikan ke dalam bentuk linier logaritmik natural (Soekartawi, 1994). Model fungsi produksi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Kemitraan: Ln Y = Ln β0 +β1Ln X1 +β2Ln X2 +β3 Ln X3 +β4 Ln X4 +β5 Ln X5 +β6Ln X6 +β7 Ln X7 +u …………………………………..….…..….……………(4.4) 36
Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Mandiri: Ln Y= Lnβ0 +β1Ln X1 +β2Ln X2 +β3 Ln X3 +β4 Ln X4 +β5 Ln X5 +β6 Ln X6 +β7 LnX7 + u …………….……………..……...………..…..………..(4.5) Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan): Ln Y= Ln β0 +β1 Ln X1 +β2Ln X2 +β3Ln X3 +β4 Ln X4 +β5 Ln X5 +β6 Ln X6 +β7 Ln X7 +β8 D+u ………………………..………………......…....…(4.6) Keterangan: Y β0 β1 .. β7 X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 D e u
= Produksi ayam ras pedaging (kg) = Intercept/konstanta = Koefisien arah regresi masing-masing variabel X1…..X7 = Pakan (kg) = Tenaga kerja (HKP) = Vaksin (ml) = Pemanas (kg) = Sekam (kg) = Mortalitas (persen) = Kepadatan kandang (ekor/m2) = Variabel dummy (dimana 1 untuk peternak kemitraan dan 0 untuk mandiri). = Bilangan natural (2.718) = Error Pendugaan parameter dari fungsi produksi di atas dilakukan dengan
menggunakan metode OLS, untuk memperoleh dugaan yang bersifat BLUE (Best, Linier, Unbiased, dan Estimator). Hasil pendugaan akan diuji secara statistik dengan menggunakan uji F, uji t dan uji determinasi (R 2), kemudian untuk memenuhi kriteria ekonometrika dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas. 4.4.1.1. Uji Statistik Pengujian statistik dilakukan untuk hasil estimasi dari fungsi produksi Cobb Douglas yang diperoleh dari pengolahan data. Terdapat dua pengujian yang 37
harus dilakukan untuk mengetahui nyatasi dari variabel independen, yaitu uji F dan uji t. Adapun untuk mendapatkan model yang ‟best fit’, maka dilakukan uji koefisien determinasi: 1.
Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yang
digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Juanda, 2009). Hipotesis dari pengujian ini adalah: H0
: β1=β2=................=βi=0
H1
: Minimal terdapat satu βi≠0, i=1,2,3,....k
Statistik uji yang digunakan adalah: Fhitung =
R2 (k-1) (1-R2 ) (n-k)
............................................................................................. (4.7)
dimana: R2 k n
= Koefisien determinan = Jumlah variabel independen = Jumlah pengamatan
Kriteria keputusan: Nilai Fhitung yang didapat akan dibandingkan dengan Fα(db1,db22), dengan derajat bebas db1= n-k dan db2= n-k-1, dengan tingkat nyatasi α. Jika Fhitung > Fα(db1,db2), maka Ho akan ditolak. Artinya, seluruh variabel independen dalam satu persamaan secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel dependen. 2.
Uji Hipotesis Parsial (Uji t) Uji hipotesis secara parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh dari
masing-masing variabel independen terhadap varabel dependen (Juanda, 2009). Hipotesis pengujian ini adalah:
38
H0
: βi = 0
H1
: βi ≠ 0 (uji dua arah) βi < 0 atau βi > 0 (uji satu arah)
Statistik pengujian yang digunakan adalah: thitung =
bi-βi Sbi
………………………….……………………………………….….(4.8)
dimana: bi Sbi βi
= Koefisien regresi ke-i = Standar deviasi koefisien regresi ke-i = Parameter ke-i yang dihipotesiskan
Kriteria keputusan: Nilai thitung yang diperoleh dibandingkan dengan nilai t(α/2,n-k), dengan keputusan: 1. Jika nilai thitung > t(α/2,n-k), maka Ho akan ditolak. Artinya, variabel independen ke-i memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel dependen. 2. Jika nilai thitung < t(α/2,n-k), maka Ho akan ditolak. Artinya, variabel independen ke-i tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel dependen. 3.
Koefisien Determinasi Besarnya nilai koefisien determinasi (R2) dihitung untuk mengetahui besar
keragaman yang diterangkan oleh variabel independen terhadap variabel dependen (Juanda, 2009). Kriteria keputusannya, jika nilai R2 semakin tinggi, maka akan semakin baik model karena semakin besar keragaman yang dapat dijelaskan oleh variabel independen terhadap variabel dependen. Rumus koefisien determinasi dapat ditulis sebagai berikut:
39
R2 =
jumlah kuadrat regresi ……………………………………………….. jumlah kuadrat total
(4.9)
4.4.1.2. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dalam ekonometrika digunakan untuk menunjukan serangkaian asumsi-asumsi dasar yang dibutuhkan untuk menjaga agar OLS dapat menghasilkan estimator yang paling baik pada model-model regresi (Sarwoko, 2005). Uji asumsi klasik yang akan dilakukan meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas. 1.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residualnya terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas residual metode OLS secara formal dapat dideteksi dari metode yang dikembangkan oleh Jarque-Bera (J-B). Pengujian ini dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas Jarque Bera (JB) dengan nilai probabilitasnya. Jika nilai probabilitas JB lebih besar dari taraf α, maka residual terdistribusi normal. Jila nilai probabilitas JB lebih kecil dari taraf α, maka residualnya tidak terdistribusi normal (Widarjono, 2007). Perumusan hipotesa untuk uji normalitas adalah sebagai berikut: H0
= Residual menyebar normal
H1
= Residual tidak menyebar normal
Statistik pengujian yang digunakan adalah: JB= n
S2 (K-3)2 + ………………………………………………………….(4.10) 6 24
dimana: n S K
= Jumlah pengamatan = Koefisien skewness = Koefisien kurtosis 40
Kriteria keputusan uji normalitas adalah sebagai berikut: P-value uji JB > α, terima H0 artinya residual menyebar normal P-value uji JB < α, tolak H0 artinya residual tidak menyebar normal 2.
Uji Multikoliniearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi
atau hubungan yang kuat antar variabel independen. Uji multikolinier dapat diduga dengan menggunakan metode VIF (Variance Inflation Factor). Bila nilai VIF lebih besar dari 10 maka terdapat hubungan antar variabel independen. Multikolinier yang serius tidak dapat diabaikan, karena akan mengakibatkan bias dalam model (Sarwoko, 2005). Perumusan hipotesa untuk uji multikolinearitas adalah sebagai berikut: H0 = Tidak ada multikolinearitas H1 = Ada multikolinearitas Statistik pengujian yang digunakan adalah: VIF=
1 (1-R2 )
………………………………………………………………..(4.11)
Kriteria keputusan uji multikolinearitas adalah sebagai berikut: Jika VIF > 10, maka tolak H0 Jika VIF < 10, maka terima H0 3.
Uji Kehomogenan Ragam (Heteroskedastisitas) Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
linier kesalahan pengganggu mempunyai varians yang sama atau tidak dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Masalah heteroskedastisitas sering terjadi pada data cross section. Guna mendeteksi adanya heteroskedastisitas, salah satu uji yang dapat digunakan adalah uji glejser. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari 41
nilai Chi-square, jika nilai P-value Chi-square lebih besar dari α, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas (Sumodiningrat, 1994). Perumusan hipotesa untuk uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: H0 = Tidak ada heterokedastisitas H1 = Ada heterokedastisitas Statistik pengujian yang digunakan adalah: Ut = α + βXt +Vt …………………………………………………………… (4.12) dimana: Ut Xt
= Nilai absolute residual = Variabel independen
Kriteria keputusan uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: Jika P-value > α, maka terima H0 (tidak ada heterokedastisitas) Jika P-value < α, maka tolak H0 (ada heterokedastisitas) 4.4.2. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Menurut Doll dan Orazem (1984), dalam efisiensi ekonomi terdapat dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu syarat keperluan dan syarat kecukupan. Syarat keperluan yaitu produksi harus berada pada daerah rasional yaitu daerah produksi yang memiliki elastisitas produksi antara 0 sampai 1. Dalam fungsi produksi Cobb Douglas satuan fisik, koefisien regresi telah menunjukan besaran dari elastisitas produksi. Fungsi produksi Cobb Douglas yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi ekonomi usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur adalah sebagai berikut: Fungsi Produksi Cobb Douglas Satuan Fisik tidak Terestriksi Peternak Kemitraan: β
β
β
β
β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 eu …………………………………….…...…(4.13) 42
Fungsi Produksi Cobb Douglas Satuan Fisik tidak Terestriksi Peternak Mandiri: β
β
β
β
β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 eu …………………………….……..………(4.14) Fungsi Produksi Cobb Douglas Satuan Fisik tidak Terestriksi Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan): β
β
β
β
β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 eβ6 D+U ………………..........…………......…(4.15) dimana: untuk dummy: 1= peternak kemitraan 0= peternak mandiri Menurut Soekartawi (2003), ada kemungkinan tiga alternatif yaitu: 1.
Jika (β1 +β2+β3+β4+β5) < 1, maka fungsi produksi pada kondisi decreasing return to scale.
2.
Jika (β1 +β2+β3+β4+β5) = 1, maka fungsi produksi pada kondisi constant return to scale.
3.
Jika (β1 +β2+β3+β4+β5) > 1, maka fungsi produksi pada kondisi increasing return to scale. Guna menguji skala usaha dari usahaternak ayam ras pedaging di
Kecamatan Gunung Sindur, maka digunakan uji F (Juanda, 2009). Dalam pengujian ini, digunakan model yang tidak terestriksi dan model terestriksi dengan jumlah elastisitas sama dengan satu. Fungsi Produksi Cobb Douglas Satuan Fisik Terestriksi Peternak Kemitraan: β
β
β
β
β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 eu …………………………………….…...…(4.16) Jika: (β1+ β2+ β3+ β4+ β5=1)
43
Fungsi Produksi Cobb Douglas Satuan Fisik Terestriksi Peternak Mandiri: β
β
β
β
β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 eu ……………………………..……….……(4.17) Jika: (β1+ β 2+ β3+ β4+ β5=1) Fungsi Produksi Cobb Douglas Satuan Fisik Terestriksi Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan): β
β
β
β
β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 eβ6 Deu …………………...……………....…(4.18) Jika: (β1+ β2+ β3+ β4+ β5=1) dimana: untuk dummy: 1= peternak kemitraan 0= peternak mandiri Hipotesis yang digunakan: H0 = β1 +β2+β3+β4+β5) = 1 (constant return to scale) H1 = β1 +β2+β3+β4+β5) > 1 (increasing return to scale) Kriteria pengujian: F hitung =
(JKSR- JKSUR )q JKSUR (n-k)
.....................................................................................(4.19)
Keterangan: JKSR JKSUR q n k
= Jumlah kuadrat sisa restriksi = Jumlah kuadrat sisa tisak terestriksi = Jumlah koefisien terestriksi = Jumlah sample = Jumlah peubah bebas
Kriteria keputusan: F hitung < Fα(db1,db2), terima Ho artinya skala usahaternak ayam ras pedaging berada pada kondisi skala usaha constant return to scale.
44
F hitung > Fα(db1,db2), tolak Ho artinya skala usahaternak ayam ras pedaging berada pada kondisi skala usaha increasing return to scale. Syarat kecukupan tercapai jika Nilai Produk Marjinal (NPM) sama dengan harga input (Px) atau biaya korbanan marjinalnya (Doll dan Orazem, 1984). Persamaan matematis dapat dilihat sebagai berikut: (βi .
y xi
). Py = Pxi ..............................................................................................(4.20)
MPPxi . Py = Pxi ................................................................................................(4.21) NPMXi = Pxi ......................................................................................................(4.22) NPMXi PXi
= 1 ..........................................................................................................(4.23) dimana BKMxi=Pxi, maka untuk penggunaan faktor produksi lebih dari
satu faktor produksi: NPMx1 BKMx1
=
NPMx2 BKMx2
=
NPMx3 BKMx3
=
NPMx4 BKMx4
=
NPMx5 BKMx5
= 1 ……………………...………..(4.24)
Dalam prakteknya, nilai produk marjinal tidak selalu sama dengan harga input atau biaya korbananya (Rahim dan Hastuti, 2008). Adapun kondisi yang memungkinkan untuk nilai produk marjinal adalah: 1.
NPMXi BKMXi
>1
maka penggunaan faktor produksi belum efisien, sehingga
penggunaan faktor produksi harus ditambah. 2.
NPMXi BKMXi
< 1 maka penggunaan faktor produksi belum efisien, sehingga
penggunaan faktor produksi harus dikurangi.
45
4.4.3. Definisi Operasional 1.
Ayam ras pedaging adalah ayam yang pertumbuhan badan sangat cepat dengan masa panen yang relatif pendek yaitu 5-6 minggu dengan bobot sekitar 1.6 kg
2.
Budidaya adalah kegiatan untuk memproduksi hasil-hasil ternak dan hasil ikutannya bagi konsumen.
3.
Kemitraan adalah kerjasama antara perusahaan inti dan peternak rakyat dengan tujuan yang saling menguntungkan.
4.
Kemitraan inti plasma adalah salah satu bentuk pola kemitraan dimana perusahaan sebagai inti yang menyediakan beberapa sarana produksi dan peternak sebagai plasma sebagai penyedia tenaga kerja dan kandang.
5.
Peternak rakyat adalah golongan peternak yang mengelola ternak dengan skala kecil.
6.
Peternak plasma adalah peternak rakyat yang melakukan kerjasama dengan perusahaan inti yang melakukan budidaya usahaternak.
7.
Peternak mandiri adalah peternak yang dalam melakukan usahaternaknya menggunakan modal sendiri dan bebas memasarkan hasil ternaknya serta seluruh risiko usahaternak sepenuhnya ditanggung sendiri.
8.
DOC atau Day Old Chick adalah anak ayam umur sehari.
9.
Efisiensi ekonomi adalah besaran yang menunjukan perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya dengan keuntungan maksimum, efisiensi dapat tercapai jika efisiensi teknik dan efisiensi harga terpenuhi.
46
V.
5.1
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Kecamatan Gunung Sindur Kondisi umum Kecamatan Gunung Sindur terdiri dari letak geografis serta
kondisi sosial dan ekonomi Kecamatan Gunung Sindur. Bagian ini juga akan menjelaskan tentang karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian. 5.1.1
Letak Geografis Kecamatan Gunung Sindur merupakan salah satu kecamatan dalam
wilayah Kabupaten Bogor. Daerah ini memiliki perbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan Depok di sebelah timur, Kecamatan Serpong dan Kabupaten Tangerang di sebelah utara, Kecamatan Parung dan Kecamatan Sawangan Kota Depok di sebelah barat serta Kecamatan Parung dan Kecamatan Ciseeng di sebelah selatan. Kecamatan Gunung Sindur terdiri dari 10 desa, yaitu Desa Padurenan, Desa Curug, Desa Rawakalong, Desa Pengasinan, Desa Gunung Sindur, dan Desa Pabuaran. Kecamatan tersebut memiliki luas wilayah 4 881 ha dengan ketinggian rata-rata daerahnya 125 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Gunung Sindur terletak diantara Ibu Kota Propinsi Jawa Barat dengan jarak 180 km, dengan Ibu Kota Negara RI berjarak 30 km dan Ibu Kota Kabupaten Bogor dengan jarak 30 km. Dilihat dari letak geografisnya, kecamatan tersebut memiliki daerah yang relatif datar dan tidak berbukit-bukit dengan curah hujan rata-rata 2 044 mm yang dipengaruhi oleh iklim dan angin musim yang umumnya basah dengan suhu minimum/maximum 26-27oC. Berdasarkan penggunaan lahan, Kecamatan Gunung Sindur, sebagian besar lahan digunakan untuk perumahan, perkebunan dan pekarangan, dimana 47
sebagian besar pekarangan digunakan untuk peternakan terutama peternakan ayam ras pedaging. Adapun pola penggunaan tanah secara secara garis besar dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penggunaan Lahan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Penggunaan Lahan Sawah Pekarangan Perumahan Perkebunan Darat Rawa/situ Total
Luas (Ha) 307.10 720.50 1 853.36 1 680.39 318.15 1.50 4 881.00
Persentase (%) 6.30 7.04 38.00 42.40 3.07 0.99 100.00
Sumber: Laporan Tahunan Kecamatan Gunung Sindur, 2011
5.1.2.
Kondisi Sosial dan Ekonomi Kecamatan Gunung Sindur memiliki jumlah penduduk sekitar 85 032
jiwa yang terdiri dari 43 674 laki-laki dan 41 358 perempuan. Kecamatan ini memiliki kepadatan penduduk sebesar 17 jiwa/ha. Kondisi perekonomian pada masyarakat Kecamatan Gunung Sindur, bertumpu pada sektor industri dan pertanian. Sektor industri terdiri dari jenis: olahan pangan, serta makanan ringan lainnya. Produk manufaktur terdiri dari produk-produk yang berkembang di masyarakat sebagai pedagang pengecer. Adapun pada jenis kerajinan masyarakat misalnya pakaian, mulai perajin sampai dengan pengusaha konveksi. Sektor pertanian di masyarakat Kecamatan Gunung Sindur, dominan pada peternakan ayam, tanaman hias dan perikanan (ikan konsumsi dan ikan hias). Sektor lain yang juga sebagai mata pencaharian penduduk di kecamatan ini adalah sektor jasa, yaitu yang meliputi jasa perbankan/keuangan, jasa angkutan, pariwisata dan lainnya. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada Tabel 4.
48
Tabel 4. Komposisi Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jenis Pekerjaan Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri Listrik, gas, air Konstruksi Perdagangan, Hotel dan restoran Angkutan Lembaga keuangan lainnya Jasa-jasa Lainnya Total
Jumlah Rumah Tangga Persentase (%) 5 001 11.32 31 0.07 6 124 13.86 12 0.03 568 1.29 3 982 9.01 1 863 4.22 67 0.15 2 143 4.85 2 301 5.21 22 092 50.00 44 184 100.00
Sumber: Laporan Tahunan Kecamatan Gunung Sindur, 2010
Seluruh penduduk di Kecamatan Gunung Sindur mengalami tingkat pendidikan formal. Mayoritas penduduk memiliki tingkat pendidikan sampai perguruan tinggi, yaitu sebanyak 17 023 orang dengan persentase sebesar 37.72 persen. Tingkat pendidikan SD dan SLTP sebesar 26.71 persen dan 19.81 persen. Tingkat pendidikan terkecil ada pada SMA, yaitu hanya sebesar 15.77 persen. Adapun jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2010 No 1 2 3 4
Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA PT Jumlah
Jumlah penduduk (orang) 12 053 8 940 7 115 17 023 45 131
persentase (%) 26.71 19.81 15.77 37.72 100.00
Sumber: Laporan Tahunan Kecamatan Gunung Sindur, 2010
5.2.
Karakteristik Usahaternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Gunung Sindur Karakteristik usahaternak ayam ras pedaging pada peternak kemitraan dan
peternak mandiri yang dibahas dalam penelitian ini meliputi jumlah populasi 49
ayam ras pedaging, kapasitas kandang, luas kandang, bentuk kandang, arah kandang, mortalitas, FCR, bobot badan ayam, dan hasil produksi. Karakteristik usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Karakteristik Perkandangan Peternak Mandiri dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 No 1.
2. 5. 4.
5.
6. 7. 8. 9.
Karakteristik Jumlah Populasi (ekor) - Minimal - Maksimal - Rata-rata Kapasitas Kandang (ekor) Luas Kandang (m2) Bentuk Kandang (%) - Liter - Panggung Arah Kandang (%) - U-S - B-T Mortalitas (%) FCR Bobot Badan Ayam (kg) Hasil Produksi (kg)
Tipe Peternak Mandiri Kemitraan 510 5 100 1 945 1 809 165
735 6 120 2 325 2 653 167
66.67 33.33
83.33 16.67
76.67 23.33 5.94 0.85 0.80
36.67 73.33 7.31 1.00 0.88 1 904
1 455
Sumber: Data Primer, diolah (2012)
Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah populasi ayam ras pedaging peternak kemitraan lebih besar dari peternak mandiri. Peternak mandiri memilik rata-rata populasi sebesar 1 945 ekor dan peternak kemitraan memiliki rata-rata sebesar 2 305 ekor. Rata-rata luas kandang pada peternak mandiri adalah 164.48 m2 dengan kapasitas kandang 1 809 ekor. Peternak mandiri memiliki kepadatan kandang sebesar 11 ekor/m2, artinya setiap satu m2 ayam dapat digunakan untuk menampung 11 ekor ayam ras pedaging. Peternak kemitraan memiliki rata-rata luas kandang 167.30 m2 dengan rata-rata kapasitas kandang 2 653 ekor, peternak kemitraan memiliki kapasitas kepadatan kandang sebesar 13 ekor/m2 dengan rata-rata berat badan ayam 0.84 kg. Umumnya, 50
kepadatan pada kandang sekitar antara 8-10 ekor/m2 dengan berat badan kurang lebih 1 kg (Fadilah, 2004). Semakin tinggi kepadatan ayam, mengakibatkan suhu di dalam kandang semakin panas dan menyebabkan oksigen di dalam kandang semakin berkurang sehingga menyebabkan ayam menjadi stres. Bentuk kandang yang digunakan oleh peternak yaitu kandang panggung dan kandang litter. Bentuk kandang dan lokasi kandang sangat mempengaruhi sistem sirkulasi dan ventilasi di dalam kandang. Bentuk kandang dan lokasi kandang yang digunakan peternak mandiri dan petenak kemitraan, sebesar 66.67 dan 83.33 persen adalah bentuk kandang litter. Sebanyak 33.33 persen bentuk kandang panggung yang digunakan peternak mandiri dan 16.67 persen yang digunakan oleh peternak kemitraan. Bentuk kandang panggung lebih baik jika dibandingkan dengan kandang litter, sirkulasi udara lebih lancar karena dapat diperoleh dari celah-celah bawah lantai dan dinding, selain itu dapat meminimalkan penyebaran penyakit. Meskipun bentuk kandang panggung lebih baik, namun biaya pembuatannya lebih mahal, oleh karena itu sebagian peternak menggunakan kandang litter. Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa pada peternak mandiri terdapat 76.67 persen mendirikan kandang menghadap ke arah utara-selatan dan 23.33 persen mendirikan kandang menghadap ke arah timur-barat. Peternak kemitraan terdapat 36.67 persen kandang dibangun dengan menghadap ke arah utara-selatan dan 73.33 persen menghadap ke arah timur-barat. Lokasi kandang sebaiknya menghadap ke arah timur-barat agar terhindar dari panas matahari secara langsung dan matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang.
51
Mortalitas merupakan faktor penting dan harus diperhatikan dalam suatu usahaternak ayam ras pedaging. Rata-rata tingkat kematian atau mortalitas ayam peternak mandiri sebesar 5.94 persen, sedangkan tingkat mortalitas peternak kemitraan mencapai 7.31 peresen. Hal ini mengindikasikan bahwa manajemen budidaya ayam ras pedaging pada peternak mandiri lebih baik jika dibandingkan dengan peternak kemitraan. Keberhasilan dalam pemeliharaan usahaternak ayam ras pedaging selain dilihat dari besarnya tingkat kematian ayam, juga dapat diukur berdasarkan FCR (Feed Conversion Ratio). FCR digunakan untuk menghitung efisiensi pakan, artinya berapa pakan yang dihabiskan setiap ekor ayam untuk menghasilkan satu kilogram berat badan. Nilai FCR dapat dihitung dari total pakan yang diberikan dibagi dengan total ayam yang dipanen (Fadilah, 2004). Semakin kecil nilai FCR, berarti penggunaan pakan semakin efektif. Total rata-rata berat badan ayam pada peternak mandiri adalah 1 454 kg dan total rata-rata berat badan ayam pada peternak kemitraan adalah 1 904 kg. Total rata-rata pakan yang dihabiskan ayam dalam satu periode produksi pada peternak mandiri adalah 1 485 kg dan total rata-rata pakan yang dihabiskan ayam dalam satu periode produksi pada peternak kemitraan adalah 1 858 kg. Diperoleh nilai FCR untuk peternak mandiri sebesar 0.85, artinya setiap kenaikan berat badan ayam sebesar satu kilogram, dibutuhkan penggunaan pakan sebesar 0.85 kg. Nilai FCR untuk peternak kemitraan sebesar 1.00, artinya setiap kenaikan berat badan ayam sebesar satu kilogram, dibutuhkan penggunaan pakan sebesar satu kg. Berdasarkan penjelasan di atas, nilai FCR untuk peternak kemitraan lebih besar dibandingkan dengan nilai FCR peternak mandiri, sehingga dapat 52
disimpulkan bahwa peternak mandiri lebih mampu mengefisiensikan penggunaan pakan dari pada peternak kemitraan. 5.3.
Manajemen Budidaya Ayam Ras Pedaging Manajemen budidaya ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur
terdiri dari 1) masa kosong kandang atau persiapan kandang, 2) persiapan DOC ketika tiba di kandang, 3) pemeliharaan ayam sampai dengan masa panen, dan 4) masa panen. 1.
Persiapan Kandang Masa persiapan kandang atau masa kosong kandang dimulai dari
pembersihan kandang. Kandang dibersihkan setelah ayam dipanen dari segala bentuk kotoran. Kandang dicuci bersih dengan menggunakan air mulai dari lantai, dinding hingga bagian atas kandang dengan menggunakan campuran air deterjen, namun ada juga sebagian peternak tanpa menggunakan deterjen untuk menghemat biaya. Setelah dibilas dengan air hingga bersih, selanjutnya disemprot dengan menggunakan disenfektan atau formalin untuk membunuh kuman dan segala jenis penyakit yang mungkin tertinggal dari ayam pada periode sebelumnya. Kemudian dilakukan pengapuran dibagian dalam, lantai, dinding dan langit-langit kandang. Pengapuran dilakukan dengan tujuan mencegah dan membunuh mikroorganisme termasuk jamur yang merugikan kesehatan ayam. Selanjutnya, peralatan kandang seperti tempat pakan dan minum dicuci menggunakan air deterjen kemudian dibilas dengan desinfektan seperti dosban atau anticept, selanjutnya dikeringkan dan disimpan ditempat yang bersih. Setelah melalui tahap pengapuran selama 2-3 hari, dilakukan penebaran sekam dan pemasangan tirai. Sebelum sekam disebar sebagai alas kandang, 53
sebagian peternak kemitraan menggunakan desinfektan untuk disemprotkan pada sekam secara merata. Selama satu minggu pertama, di atas sekam diletakan koran yang diganti setiap hari untuk menghindari penyebaran mikroorganisme penyebab penyakit. Tirai dipasang pada bagian luar kandang, 3 hari sebelum DOC datang. Sekat dipasang bersama dengan tempat minum dan tempat makan/baki yang telah bersih. Pemanas sudah terpasang 3-4 jam sebelum DOC datang. Penggunaan pemanas pada awal pemeliharaan pada peternak mandiri adalalah 10 hari, sedangkan peternak kemitraan selama 12 hari. Setelah 10 atau 12 hari penggunaan pemanas dilakukan selama 24 jam, pemanas hanya diberikan ketika cuaca dingin ketika turun hujan atau hanya diberikan pada malam hari. 2.
Persiapan sebelum DOC Datang Ketika DOC telah tiba di lokasi, sebelum disebar ke dalam kandang,
dilakukan perhitungan terhadap jumlah DOC yang datang dari poultry. Kemudian dilakukan penanganan terhadap DOC yang mati atau dalam keadaan lemah, kerdil, cacat dan tidak lincah agar diberikan perlakuan khusus. Strain DOC yang digunakan merupakan jenis Cobb dimana jenis ini memiliki karakteristik lebih banyak berproduksi daging dan memiliki sedikit bulu. Sebelum DOC datang, peralatan seperti tempat makan dan tempat minum dalam keadaan bersih dan siap pakai, sekat terpasang secara mengeliling. Setelah semua peralatan sudah siap, DOC disebar ke dalam penyekat induk buatan atau sekat yang dapat terbuat dari seng atau bambu yang ditutupi dengan karung atau terpal. Setelah DOC disebar, pakan dan minum diberikan untuk mengenalkan pakan dan melatih ayam untuk makan. Pakan dalam baki diberikan selama 2-5 hari pertama.
54
3.
Pemeliharaan Ayam sampai Menjelang Panen Pemeliharaan ayam dilakukan secara intensif oleh peternak mulai dari
DOC sampai masa panen ayam. Minggu pertama, pemanas dan lampu selama 2324 jam dipasang, tirai dalam keadaan tertutup. Pelebaran sekat disesuaikan dengan penambahan berat badan atau kepadatan serta diiringi dengan penambahan tempat makan dan minum. Pakan yang diberikan pada ayam merupakan jenis starter dimana strukturnya lebih halus dan memiliki kandungan atau komposisi yang bagus untuk pertumbuhan DOC. Pada hari pertama DOC, diberikan air gula untuk mengurangi stres yang sering terjadi pada DOC setelah masa pengangkutan. Hari selanjutnya, diberikan air minum yang dicampur dengan vitamin. Hari keempat dilakukan vaksinasi NDLS-VAC melalui tetes mata untuk menghindari terjadinya penyakit tetelo/ND. Umumnya vaksin NDLS diberikan sebanyak dua kali dalam satu periode produksi yaitu pada hari keempat dan minggu kedua, namun sebagian besar peternak hanya melakukan vaksinasi sekali selama periode produksi karena rata-rata umur panen ayam 25 hari. Minggu kedua, tirai dibuka sepertiga bawahnya dan pemanas hanya dinyalakan pada saat malam hari atau dalam kondisi dingin/hujan. Pakan diberikan sedikit demi sedikit namun sesering mungkin. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemborosan pakan karena terbuang dan menjaga kesehatan ayam karena pakan yang diberikan selalu baru. Air minum diberikan secara tidak terbatas. Air minum yang diberikan dicampur dengan vitamin seperti electrovit atau vitachick selama tiga hari pada sore hari, pagi hari diberikan antibiotik seperti colamox atau therapy. Pada umur ayam antara 9-12 hari dilakukan vaksin IBDVAC untuk mencegah penyakit gumboro. 55
Minggu ketiga dan keempat, tidak jauh berbeda dengan minggu kedua, tirai sudah dibuka semua dan penerangan hanya dilakukan pada malam dan pemanas dinyalakan hanya pada cuaca dingin. Ketika sekam dirasa sudah cukup lembab, basah serta menimbulkan bau yang tidak sedap maka dilakukan penambahan sekam dan penyemprotan disenfektan atau dilakukan penggantian sekam. Pemantauan ayam dilakukan secara intensif dari minggu pertama hingga pasca panen. Ketika ditemukan ayam yang sakit, ayam dipisahkan untuk diberikan pengobatan. Masa terakhir pemeliharaan, dilakukan penimbangan ayam, untuk melihat bobot ayam yang telah siap dipanen dan pemberian pakan, obat dan vitamin dihentikan. 4.
Masa Panen Panen ayam biasanya dilakukan pada malam dan siang hari pada usia
sekitar 25-30 hari (ukuran ayam kecil) dengan bobot ayam 0.8-1.2 kg. Sebelum ayam dipanen, 3-4 hari pemberian obat-obatan dihentikan tetapi air minum tetap diberikan. Selama proses penangkapan, penimbangan dan pengangkutan hingga penampungan dapat diberikan obat untuk mengatasi stres berlebihan, namun ada juga sebagian peternak yang tidak memberikan obat selama 3-4 hari sebelum panen dengan alasan ayam yang akan dikonsumsi tidak mengandung obat-obatan. 5.4.
Karakteristik Responden Responden dalam penilitian ini terdiri dari 30 peternak plasma dan 30
peternak mandiri yang dipilih dari tiga desa, yaitu Desa Padurenan, Desa Pabuaran dan Desa Pangasinan. Ketiga desa tersebut dipilih secara purposive karena desa tersebut memiliki peternak plasma terbanyak dari sepuluh desa yang ada di Kecamatan Gunung Sindur. 56
Tabel 7. Karakteristik Responden Peternak di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 No
Karakterstik Responden Jumlah
Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 2 Usia a. < 15 b. 15-64 c. > 64 3 Tingkat Pendidikan a. SD b. SLTP c. SLTA d. PT 4 Lama Usahaternak a. ≤ 5 tahun b. 6-15 tahun c. >15 tahun 5 Status Usaha a. Pekerjaan Utama b. Pekerjaan Sampingan Sumber: Data Primer, diolah (2012)
Jenis Peternak Mandiri Kemitraan Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
1
28 2
93.33 6.67
23 7
76.67 23.33
0 29 1
0.00 96.67 3.33
0 29 1
0.00 96.67 3.33
12 10 5 3
40.00 33.33 16.67 10.00
10 10 6 4
33.33 33.33 20.00 13.33
19 8 3
63.33 26.67 10.00
17 11 2
56.67 36.67 6.67
25 5
83.33 16.67
27 3
90.00 10.00
Karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, status usahaternak, dan motivasi usahaternak peternak baik peternak mandiri maupun peternak plasma. Motivasi beternak diikutsertakan, untuk mengetahui keberhasilan budidaya usahaternak ayam ras pedaging. Semua karaktesistik tersebut sangat penting karena berpengaruh terhadap usahaternak ayam ras pedaging. 1.
Jenis Kelamin dan Usia Berdasarkan Tabel 7, baik pada peternak plasma dan peternak mandiri
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebesar 93.33 persen dan 76.67 persen, sedangkan berjenis kelamin perempuan hanya sebesar 6.67 persen dan 23.33 persen. Hal ini menunjukan bahwa, baik pada peternak mandiri dan peternak plasma masih terdapat peran wanita dalam usahaternak. Usahaternak yang dilakukan di Kecamatan Gunung Sindur, jika suami bekerja sebagai peternak 57
maka bersama-sama dengan istri mereka melaksanakan pekerjaan dibidang peternakan dari sejak awal proses hingga pasca panen. Hal ini bertujuan mengurangi tenaga kerja dan menekan biaya tenaga kerja. Usia responden pada penelitian berkisar antara 20-72 tahun. Penggolongan usia responden dibagi ke dalam tiga interval, yaitu usia antara kurang dari 15 tahun, 15-64 tahun dan lebih dari 64 tahun. Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa peternak mandiri dan plasma sebagian besar berada pada usia produktif yaitu dengan rentan usia antara 15-45 tahun sebesar 96.67 persen. Hanya terdapat 3.33 persen peternak mandiri dan peternak plasma yang berada pada usia tidak produktif, biasanya pada responden dengan usia tersebut dibantu oleh keluarga seperti istri dan anak dalam menjalankan usahaternaknya. Rata-rata usia responden pada penelitian adalah 42 tahun. 2.
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah berapa lama pendidikan formal
yang pernah diikuti oleh peternak. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap cara berfikir seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, cenderung akan memperhitungkan dan mempertimbangkan risiko dalam usahaternaknya dan lebih cepat dalam mengadopsi inovasi dan teknologi. Responden dengan tingkat pendidikan SLTA dan PT (Perguruan Tinggi) memperoleh informasi atau cara mengatasi permasalahan yang ada dalam usahaternaknya dari buku. Peternak dengan tingkat pendidikan SD dan SLTP, cenderung mengelola usahaternaknya secara turun temurun atau sekedar mendapat informasi dari orang lain. Tingkat pendidikan responden bervariasi dari SD hingga perguruan tinggi. Semua responden mengalami tingkat pendidikan formal. Mayoritas tingkat 58
pendidikan formal terakhir peternak mandiri adalah SD. Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa peternak mandiri yang memiliki tingkat pendidikan formal SD sebesar 40.00 persen, SLTP sebesar 33.33 persen, SLTA sebesar 16.67 persen dan PT 10.00 persen. Peternak plasma sebagian besar memiliki tingkat pendidikan formal SD dan SLTP yaitu masing-masing sebesar 33.33 persen, peternak plasma dengan tingkat pendidikan SLTA 20.00 persen dan PT sebesar 13.33 persen. Maka dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur masih berada pada tingkat pendidikan rendah. 3.
Pengalaman Berusahaternak Pengalaman berusahaternak yang dimaksud adalah mulai diperhitungkan
sejak seorang peternak mulai
terlibat
dalam
usahaternak. Pengalaman
berusahaternak merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan bekerja dan berpikir peternak dalam mengelola usahaternaknya. Pengalaman usahaternak dapat menentukan keberhasilan dari usaharternaknya, karena dengan pengalaman tersebut menjadi petunjuk dalam melakukan kegiatan selanjutnya. Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa sebagian besar peternak responden memiliki pengalaman usahaternak di bawah lima tahun yaitu sebesar 63.33 persen peternak mandiri dan 56.67 persen peternak plasma. Artinya, sebagian besar peternak belum cukup berpengalaman dalam melakukan usahaternak ayam ras pedaging. Namun demikian, sebagian peternak sudah berpengalaman dengan lama berusahaternak antara 6-15 tahun yaitu sebesar 26.67 persen untuk peternak mandiri dan peternak plasma sebesar 36.67 persen. Sedangkan responden yang paling berpengalaman, yaitu lebih dari 15 tahun dalam usahaternak ayam ras pedaging, hanya terdapat sebesar 10.00 persen peternak 59
mandiri dan 6.67 persen peternak kemitraan. Rata-rata lama peternak responden melakukan usahanya adalah lima tahun, sehingga dapat disimpulkam bahwa peternak ayam ras pedaging belum cukup berpengalaman dalam melakukan usahaternaknya karena sebagian besar peternak baru memulai membangun usahanya. 3.
Status Usaha Mayoritas usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur
sebagai pekerjaan utama, yaitu sebesar 83.67 persen peternak mandiri dan sebesar 90.00 persen peternak plasma. Status usaha peternak sebagai usahaternak sampingan hanya sebesar 16.33 persen untuk peternak mandiri dan 10.00 persen untuk peternak plasma. Status usaha berpengaruh terhadap keberlanjutan dari usahaternak responden. Ketika terjadi risiko harga, seperti anjloknya harga ayam ataupun kenaikan harga sarana produksi, responden dengan usahaternak sebagai pekerjaan sampingan cenderung memilih untuk tidak berproduksi hingga harga kembali stabil. Peternak dengan status usahaternak sebagai pekerjaan utama lebih memilih tetap melanjutkan usahanya.
60
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ayam Ras Pedaging
6.1.1. Analisis Model Fungsi Produksi Model analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging adalah model fungsi produksi Cobb Douglas yang diaplikasikan untuk peternak mandiri dan peternak plasma dan peternak secara keseluruhan di Kecamatan Gunung Sindur. Variabel-variabel bebas yang dimasukan ke dalam model ini adalah pakan (X1), tenaga kerja (X2), vaksin (X3), pemanas (X4), sekam (X5), mortalitas (X6), dan kepadatan kandang (X7). Setelah dilakukan analisis menggunakan metode OLS, hasil pendugaan yang diperoleh untuk model Cobb Douglas adalah sebagai berikut: Fungsi Produksi Peternak Mandiri: Ln Y = -0.102 + 0.895 ln X1 + 0.023 ln X2 + 0.019 ln X3 + 0.168 ln X4 + 0.0009 ln X5 + 0.005 ln X6 – 0.037 ln X7 ………………………..(6.1) Fungsi Produksi Peternak Kemitraan: Ln Y = -0.686 + 0.298 ln X1 + 0.190 ln X2 + 0.055 ln X3 + 0.194 ln X4 + 0.262 ln X5 - 0.218 ln X6 + 0.696 ln X7 …………………………...(6.2) Fungsi Produksi Peternakan Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan): Ln Y = 1.012 + 0.517 ln X1 + 0.108 ln X2 + 0.011 ln X3 + 0.261 ln X4 + 0.139 ln X5 - 0.127 ln X6 + 0.145 ln X7 + 0.070 D ……...………(6.3) Berdasarkan Tabel 8, hasil pendugaan model Cobb Douglas, untuk peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan diperoleh koefisien determinasi terkoreksi (Radj) sebesar 83.71 persen. Hal 61
tersebut menunjukan bahwa sebesar 83.71 persen dari variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dan 16.29 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Berdasarkan uji F, faktor-faktor produksi seperti pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas, sekam, mortalitas dan kepadatan kandang secara bersama-sama dapat menjelaskan produksi ayam ras pedaging secara keseluruhan pada taraf α satu persen. Berdasarkan hasil uji t, faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi adalah pakan dan pemanas yaitu pada taraf α satu persen. Sekam dan mortalitas nyatapada taraf α masing-masing sebesar lima persen dan sepuluh persen. Variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging adalah tenaga kerja, vaksin, kepadatan kandang, dan variabel dummy (1=peternak kemitraan dan 0=peternak mandiri). Tabel 8. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Variabel Koefisien Pakan (X1) Tenaga kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Mortalitas (X6) Kepadata kandang (X7) Dummy R-sq (Adj) F-hitung P-value Uji F
Koefisien Regresi 1.012 0.517 0.108 0.011 0.261 0.139 -0.127 0.145 0.070
Nilai t-hitung 1.702 5.814 0.862 0.339 4.006 2.062 -1.895 1.038 0.925
P-value 0.095 0.000* 0.393 0.736 0.000* 0.044** 0.064*** 0.304 0.359 83.706 38.889 0.000
Sumber : Data Primer, diolah (2012) Keterangan: * = Nyata pada α = 1 persen ** = Nyata pada α = 5 persen *** = Nyata pada α = 10 persen
Berdasarkan hasil model fungsi produksi Cobb Douglas peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa 62
peternak kemitraan dan peternak mandiri tidak memiliki perbedaan secara nyata. Perbedaan produksi pada peternak kemitraan lebih besar 0.063 persen. Tabel 9. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Variabel Koefisien Pakan (X1) Tenaga kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Mortalitas (X6) Kepadata kandang (X7) R-sq (Adj) F-hitung P-value Uji F
Koefisien Regresi -0.102 0.895 0.023 0.019 0.168 0.001 0.005 -0.037
Nilai t-hitung -0.186 9.513 0.179 0.849 2.907 0.013 0.085 -0.340
P-value 0.854 0.000* 0.859 0.405 0.008* 0.990 0.933 0.737 93.398 59.610 0.000
Sumber : Data Primer, diolah (2012) Keterangan: * = Nyata pada α = 1 persen
Berdasarkan Tabel 9, hasil pendugaan model Cobb Douglas peternak mandiri diperoleh koefisien determinasi terkoreksi (R adj) sebesar 93.40 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa pada peternak mandiri, sebesar 93.40 persen dari variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dan 6.60 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Berdasarkan uji F diperoleh nilai probabilitas F sebesar 0.000, artinya faktor-faktor produksi seperti pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas, sekam, mortalitas, dan kepadatan kandang secara bersama-sama dapat menjelaskan produksi ayam ras pedaging peternak mandiri pada taraf α sebesar satu persen. Guna mengetahui pengaruh masing-masing variabel terhadap produksi dilakukan uji t. Berdasarkan hasil uji t, faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi adalah pakan dan pemanas pada taraf α sebesar satu persen, sedangkan tenaga kerja, vaksin, sekam, mortalitas, dan
63
kepadatan kandang tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras pedaging pada peternak mandiri. Tabel 10. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Variabel Koefisien Pakan (X1) Tenaga kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Mortalitas (X6) Kepadata kandang (X7) R-sq (Adj) F-hitung P-value Uji F
Koefisien Regresi 0.686 0.298 0.190 0.055 0.194 0.262 -0.218 0.696
Nilai t-hitung 0.686 0.298 0.190 0.055 0.194 0.262 -0.218 0.696
P-value 0.504 0.022** 0.251 0.518 0.084*** 0.015** 0.036** 0.011* 83.658 22.208 0.000
Sumber : Data Primer, diolah (2012) Keterangan: * = Nyata pada α = 1 persen ** = Nyata pada α = 5 persen *** = Nyata pada α = 10 persen
Berdasarkan Tabel 10, nilai koefisien determinasi terkoreksi (Radj) pada model fungsi produksi peternak kemitraan sebesar 83.66 persen, artinya sebesar 83.66 persen dari variasi produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan dapat dijelaskan oleh variabel independen dan 16.34 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai probabilitas pada uji F sebesar 0.000 dimana nilainya kurang dari taraf α lima persen, hal ini menunjukan bahwa semua faktor produksi yang dimasukan dalam model secara bersama-sama dapat menjelaskan produksi ayam ras pedaging. Hasil uji t pada model fungsi produksi peternak kemitraan, menunjukkan bahwa sekam dan kepadatan kandang berpengaruh secara nyata pada taraf α sebesar satu persen, pakan dan mortalitas nyata pada taraf α sebesar lima persen, serta pemanas berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging pada taraf α sebesar sepuluh persen. Tenaga kerja dan vaksin tidak 64
berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras pedaging pada peternak kemitraan. Setelah melakukan pendugaan dan pengujian terhadap model fungsi produksi, selanjutya dilakukan pemeriksaan terhadap asumsi OLS untuk melihat masalah kenormalitasan, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Model fungsi Cobb Douglas peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan (peternak mandiri dan kemitraan), residual tidak terdistribusi secara normal, namun tidak ditemukan masalah heterokedastisitas dan multikolinearitas yang serius. Tabel 11. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan Nilai Jarque-Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Variabel (Constanta) Pakan (X1) Tenaga kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Mortalitas (X6) Kepadatan kandang (X7) Dummy Jarque-Bera P-value JB Chi-Square
VIF 2.568 1.192 1.268 1.800 1.930 1.575 1.880 1.219 18.829 0.000 0.028
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Berdasarkan Tabel 11, diperoleh nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0.000 yang nilainya lebih kecil dari taraf α satu persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual tidak menyebar normal. Pengujian multikolinearitas dapat dilihat dari VIF pada masing-masing variabel bernilai kurang dari sepuluh, sehingga dapat dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas yang serius. Pengujian masalah heterokedastisitas diperoleh Chi-Square 0.028 yang nilainya lebih besar dari taraf α satu persen, hal tersebut menunjukan bahwa model fungsi produksi
65
Cobb Douglas usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur tidak ditemukan masalah heterokedastisitas, artinya variabel dependen (pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas, sekam, mortalitas dan kepadatan kandang) yang terdapat dalam model tidak ada yang berpengaruh secara nyata terhadap residualnya. Tabel 12. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan JarqueBera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Variabel (Constanta) Pakan (X1) Tenaga kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Mortalitas (X6) Kepadatan kandang (X7) Jarque-Bera P-value JB Chi-Square
VIF 3.561 1.490 1.493 1.829 3.043 1.887 1.870 5.539 0.063 0.205
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Berdasarkan Tabel 12, pada model fungsi produksi ayam ras pedaging peternak mandiri, diperoleh nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0.063, nilai tersebut lebih besar dari taraf α satu persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual menyebar normal. Hasil uji mulikolinearitas, diperoleh nilai VIF pada masing-masing variabel kurang dari sepuluh sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius. Berdasarkan hasil regresi model fungsi Cobb Douglas pada peternak mandiri tidak ditemukan masalah heterokedastisitas, hal ini dapat ditunjukan dari nilai Chi-Square sebesar 0.205 yang nilainya lebih besar dari taraf α 15 persen.
66
Tabel 13. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan JarqueBera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Variabel
VIF
(Constanta) Pakan (X1) Tenaga kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Mortalitas (X6) Kepadatan kandang (X7) Jarque-Bera P-value JB Chi-Square
2.350 1.078 1.057 2.300 1.546 1.454 1.999 0.099 0.951 0.172
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Berdasarkan Tabel 13, model fungsi Cobb Douglas peternak kemitraan distribusi data menyebar normal, tidak ditemukan masalah heterokedastisitas dan multikolinearitas
yang serius.
Nilai
probabilitas
Jarque-Bera
pada
uji
kenormalitasan sebesar 0.951, nilai tersebut lebih besar dari taraf α satu persen. Hal tersebut menunjukan bahwa pada model fungsi Cobb Douglas peternak kemitraan, residual menyebar normal. Hasil uji multikolinearitas, diperoleh VIF masing-masing variabel bernilai kurang dari sepuluh, sehingga dapat disimpukan bahwa tidak terdapat korelasi yang kuat antar variabel dependen (pakan, luas kandang, tenaga kerja, vaksin, pemanas, mortalitas, dan kepadatan kandang) artinya tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius. Pengujian heterokedastisitas diperoleh nilai Chi-Square sebesar 0.172 yang nilainya lebih besar dari taraf α 15 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa tidak terjadi masalah heterokedastisitas pada model tersebut, artinya masing-masing variabel dependen tidak berpengaruh secara nyata terhadap residualnya.
67
6.1.2. Besar Pengaruh Faktor-Faktor Produksi terhadap Produksi Ayam Ras Pedaging Besar pengaruh faktor-faktor produksi dalam fungsi produksi Cobb Douglas, dapat diketahui dari nilai koefisien yang merupakan nilai elastisitas produksinya. Nilai koefisien masing-masing faktor produksi terhadap produksi ayam ras pedaging peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan dan peternak kemitraan, yang bernilai positif adalah pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas, dan kepadatan kandang, adapun peternak mandiri adalah pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas, sekam, dan mortalitas. Koefisien regresi yang bernilai negatif pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan dan peternak kemitraan adalah tingkat kematian atau mortalitas. Koefisien regresi yang bernilai negatif pada peternak mandiri adalah kepadatan kandang. Nilai yang negatif pada koefisien regresi menunjukan hubungan yang berkebalikan antara faktor produksi dengan produksinya. Pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging secara adalah sebagai berikut: Tabel 14. Nilai Koefisien Produksi Pada Peternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan), Peternak Mandiri dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Faktor Produksi Koeisien Pakan (X1) Tenaga Kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Mortalitas (X6) Kepadatan Kandang (X7) Dummy
Peternak secara Keseluruhan 1.012 0.517* 0.108 0.011 0.261* 0.139** -0.127*** 0.145 0.070
Peternak Mandiri -0.102 0.895* 0.023 0.019 0.168* 0.001 0.005 -0.037 -
Peternak Kemitraan 0.686 0.298** 0.190 0.055 0.194*** 0.262** -0.218** 0.696* -
Sumber : Data Primer, diolah (2012) Keterangan: * = Nyata pada α = 1 persen ** = Nyata pada α = 5 persen *** = Nyata pada α = 10 persen
68
1.
Pakan Secara hipotesis koefisien variabel pakan bertanda positif. Artinya
semakin bertambahnya pakan, maka bobot ayam akan semakin meningkat, sehingga produksi ayam ras pedaging juga akan semakin meningkat. Rata-rata penggunaan pakan dalam satu periode produksi peternak mandiri adalah 1 485 kg dan peternak kemitraan rata-rata penggunaan pakan sebesar 1 858 kg. Rata-rata penggunaan pakan usahaternak ayam ras pedaging secara keseluruhan di Kecamatan Gunung Sindur adalah 1 672 kg. Biaya pakan merupakan biaya terbesar dalam usahaternak yaitu sebesar 46.65 persen dari total biaya variabel. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, pakan berpengaruh positif terhadap produksi dan nyata pada taraf α sebesar satu persen pada peternak ayam ras pedaging peternak mandiri dan peternak secara keseluruhan (peternak mandiri dan kemitraan), serta pakan berpengaruh nyata pada taraf α sebesar lima persen pada peternak kemitraan. Nilai elastisitas produksi pakan yang bernilai positif antara 0 sampai 1 menunjukan penggunaan pakan berada pada daerah rasional. Nilai elastisitas pakan pada peternak mandiri sebesar 0.895, artinya setiap penambahan pakan sebesar satu persen akan meningkatkan jumlah produksi ayam ras pedaging sebesar 0.895 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas pakan pada fungsi produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan sebesar 0.298, artinya setiap penambahan satu persen pakan akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.298 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas pakan dalam fungsi produksi ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan sebesar 0.507, artinya setiap penambahan pakan sebesar satu persen
69
akan meningkatkan jumlah produksi ayam ras pedaging sebesar 0.507 persen dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Berdasarkan Tabel 14, koefisien produksi pakan pada peternak mandiri lebih responsif terhadap produksi daripada peternak kemitraan. Menurut Mulyantini (2011), pertumbuhan ternak ditentukan oleh kuantitas dan kualitas pakan. Pertumbuhan atau pertambahan berat badan juga merupakan interaksi antara potensi genetik dengan faktor lingkungan. Jika semuanya berinteraksi dengan baik, maka pertumbuhan ternak yang dipelihara akan optimal. Jenis strain yang dikembangkan baik pada peternak mandiri ataupun kemitraan adalah Cobb. Hal tersebut menunjukan tidak ada perbedaan pada strain ayam antara peternak kemitraan dan mandiri, sedangkan perbedaan diperkirakan terdapat pada kualitas pakan yang diberikan. Pakan yang diperoleh dari inti digunakan untuk awal pemeliharaan ayam sampai dengan masa panen, sehingga diduga penyimpanan pakan yang tidak tepat dapat menyebabkan penurunan pada kualitas pakan yang akan berdampak pada pertumbuhan ayam. Indonesia sebagai negara tropis memiliki suhu dan kelembaban yang relatif tinggi dan sangat mempengaruhi daya tahan pakan dan mempercepat proses ketengikan, sehingga pada akhirnya mengurangi gizi dari pakan (Mulyantini, 2010). Pembuatan gudang pakan merupakan hal penting dalam usahaternak karena dengan adanya tempat penyimpanan yang baik, kualitas pakan dapat terjaga (Fadilah, 2006). 2.
Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah faktor produksi yang penting dalam
usahaternak. Peternak rakyat yang pada umumnya memiliki keterbatasan dalam permodalan, sehingga peran tenaga kerja dalam keluarga sangat diperlukan. Jika 70
masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri tidak perlu mengupah tenaga kerja dari luar, yang berarti dapat menghemat biaya produksi. Secara hipotesis, tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produksi. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, variabel tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produksi ayam ras pedaging. Hal ini ditunjukan oleh nilai koefisien regresi tenaga kerja yang bertanda positif, artinya setiap penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging. Penggunaan tenaga kerja pada peternak mandiri, peternak kemitraan, dan peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan di Kecamatan Gunung Sindur tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras pedaging. Hal ini disebabkan tenaga kerja yang digunakan dalam usahaternak ayam ras pedaging, baik peternak mandiri maupun kemitraan merupakan tenaga kerja dalam keluarga, dimana tidak terdapat pembagian kerja dalam pengelolaan usahaternak. Kegiatan usahaternak biasanya dilakukan oleh suami yang dibantu oleh istri dan atau anak yang tidak memiliki pengalaman dalam usahaternak, selain itu tenaga kerja pada peternak kemitraan 63.33 persen dan peternak kemitraan sebesar 56.67 persen memiliki pengalaman usahaternak di bawah lima tahun, sehingga belum cukup berpengalaman dalam usahaternak. Nilai elastisitas tenaga kerja peternak mandiri sebesar 0.023, artinya setiap peningkatan satu persen tenaga kerja akan meningkatkan produksi ayam sebesar 0.023 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas tenaga kerja peternak kemitraan sebesar 0.190, artinya setiap peningkatan satu persen tenaga kerja akan meningkatkan produksi ayam sebesar 0.190 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas produksi tenaga kerja peternak ayam ras pedaging di Kecamatan 71
Gunung Sindur secara keseluruhan sebesar 0.108, artinya setiap peningkatan satu persen tenaga kerja akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.108 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas produksi tenaga kerja positif antara 0 sampai 1, menunjukan penggunaan tenaga kerja berada pada daerah rasional. 3.
Vaksin Dalam usahaternak ayam ras pedaging, program pencegahan penyakit
harus dilaksanakan dengan baik. Ketika unggas terserang penyakit atau terinfeksi parasit
akan
mengakibatkan
produksi
daging
yang
dihasilkan
rendah,
pertumbuhan ayam menurun, konversi ransum tinggi dan mortalitas akan meningkat. Kegiatan pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan pemberian vaksin. NDLS-Vac merupakan vaksin yang wajib dilakukan pada usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur. Biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan vaksin tersebut sebesar 17.16 persen dari total biaya OVAC. Secara hipotesis, vaksin merupakan variabel yang memiliki koefisien bernilai positif sehingga berpengaruh terhadap peningkatan produksi ayam ras pedaging. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, penggunaan vaksin memang berpengaruh positif, namun pada fungsi produksi peternak mandiri, peternak kemitraan, dan peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan penggunaan vaksin tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras pedaging. Hal ini disebabkan vaksin NDLS pada dasarnya hanya digunakan sebagai pencegah penyakit ND pada awal masa pertumbuhan ayam, namun bila vaksinasi ini tidak dilakukan, dan ayam telah terjangkit serta menyebar maka akan menyebabkan kematian masal karena penyakit tersebut tidak dapat diobati melainkan hanya
72
dapat dicegah. Kerugian ekonomi akibat ND sangat besar karena angka kematian yang ditimbulkannya sangat tinggi. Nilai Elastisitas produksi vaksin peternak mandiri sebesar 0.019, artinya setiap peningkatan satu persen vaksin akan meningkatkan produksi ayam sebesar 0.019 persen (ceteris paribus). Elastisitas produksi vaksin peternak kemitraan sebesar 0.055, artinya peningkatan sebesar satu persen vaksin akan meningkatkan produksi ayam sebesar 0.055 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas produksi vaksin pada peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan sebesar 0.011, artinya setiap peningkatan satu persen vaksin akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.011 persen (cateris paribus). Nilai elastisitas produksi yang bernilai positif antara 0 sampai 1 menunjukan penggunaan vaksin pada usahaternak berada daerah rasional. 4.
Pemanas Pemanas merupakan faktor yang penting digunakan dalam usahaternak
ayam ras pedaging, terutama pada masa ayam umur 1-2 minggu karena pada umur tersebut ayam belum mampu mengatur suhu tubuhnya secara sempurna. Secara hipotesis, penggunaan pemanas berpengaruh positif terhadap produksi ayam ras pedaging. Hal tersebut dikarenakan pemanas dapat membuat DOC tumbuh dan berkembang dengan baik. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, pemanas berpengaruh positif terhadap produksi ayam ras pedaging dan berpengaruh secara nyata pada peternak mandiri dan peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan pada taraf α sebesar satu persen, sedangkan peternak kemitraan pemanas berpengaruh secara nyata pada taraf α sebesar sepuluh persen. Nilai 73
elastisitas produksi pemanas bernilai positif yaitu antara 0 sampai 1. Nilai elastisitas pemanas pada peternak mandiri sebesar 0.168, artinya setiap peningkatan satu persen penggunaan untuk pemanas akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.168 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas pemanas pada peternak kemitraan sebesar 0.194, artinya setiap peningkatan satu persen penggunaan pemanas akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.194 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas pemanas pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan sebesar 0.261, artinya setiap peningkatan sebesar satu persen pemanas akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.261 persen (ceteris paribus). Berdasarkan Tabel 14, terlihat bahwa elastisitas produksi penggunaan pemanas peternak kemitraan lebih responsif terhadap produksi dari pada peternak mandiri karena rata-rata penggunaan pemanas pada awal pemeliharaan peternak mandiri hanya dilakukan selama 10 hari, pemberian pemanas pada awal pemeliharaan sangat penting untuk dilakukan, pemberian pemanas pada anak ayam seharusnya dilakukan selama 18-21 hari (Fadilah, 2006). Menurut Fadilah (2006), kurangnya pemberian pemanas akan mengganggu pertumbuhan ayam, berat badan menjadi tidak merata dan proses pembentukan kekebalan menjadi terganggu, akibatnya ayam banyak yang kerdil dan mudah terserang penyakit. 5.
Sekam Sekam merupakan faktor produksi yang penting terutama pada awal
pemeliharaan ayam. Selain berfungsi sebagai tempat tidur ayam, sekam berfungsi sebagai tempat menampung kotoran yang dikeluarkan ayam (Fadilah, 2004). Sekam merupakan faktor penting karena sebagian besar peternak, baik pada 74
peternak kemitraan dan peternak mandiri di Kecamatan Gunung Sindur sebesar 66.67 persen dan 83.33 persen menggunakan kandang postal/litter. Dalam usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur, biaya sekam sebesar 1.67 persen dari total biaya variabel. Secara hipotesis sekam berpengaruh positif terhadap produksi ayam ras pedaging, artinya setiap penambahan sekam akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging. Sekam berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan pada taraf α sebesar satu persen, sedangkan pada peternak mandiri sekam tidak berpengaruh secara nyata. Hal tersebut dikarenakan berdasarkan kondisi lapang, jumlah sekam yang disebarkan di dalam kandang tidak sesuai dengan aturan yang ada. Sekam hanya ditebar dengan ketebalan kurang lebih 3-4 cm, menurut Fadilah (2004) umumnya sekam ditebar dengan ketebalan kurang lebih 5-8 cm. Kurangnya penggunaan sekam menyebabkan kandang menjadi lembab, apalagi jika sekam yang digunakan sebagian peternak mandiri adalah sekam basah menyebabkan kadar amonia di dalam kandang menjadi tinggi, sistem pernafasan pada ayam dapat terganggu dan menyebabkan pertambahan berat badan ayam menjadi lambat. Penambahan sekam seharusnya dilakukan seiring bertambahnya berat badan ayam. Menurut Fadilah (2006), sekam harus dikontrol setiap hari, dan diusahkan dalam keadaan kering. Secara keseluruhan, sekam berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur pada taraf α sebesar lima persen. Nilai elastisitas produksi sekam pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan sebesar 0.139, artinya setiap peningkatan penggunaan sekam sebesar satu persen akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.139 persen 75
(ceteris paribus). Nilai elastisitas produksi sekam pada peternak mandiri sebesar 0.001, artinya setiap peningkatan penggunaan sekam sebesar satu persen akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.001 persen. Nilai elastisitas sekam pada peternak kemitraan sebesar 0.262, artinya setiap peningkatan penggunan sekam sebesar satu persen akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.262 persen. Nilai elastisitas produksi sekam bernilai positif yaitu antara 0 sampai 1 dan berada pada daerah rasional. 6.
Mortalitas Mortalitas merupakan faktor penting dan harus diperhatikan dalam suatu
usahaternak ayam ras pedaging. Tingkat kematian banyak terjadi pada mingguminggu pertama pemeliharaan. Angka kematian bisa dilihat sejak umur 1-3 hari. Tingkat kematian dapat dipengaruhi oleh iklim, bobot badan ayam, sanitasi peralatan dan kandang, penyakit dan kebersihan lingkungan (Fadilah, 2004). Ratarata tingkat kematian atau mortalitas ayam peternak mandiri sebesar 5.94 persen, adapun tingkat mortalitas peternak kemitraan mencapai 7.31 persen. Mortalitas maksimum yang tidak merugikan adalah sebesar lima persen (North dalam Iskandar et.al, 1999). Secara hipotesis, tingkat kematian ayam berpengaruh negatif terhadap produksi ayam ras pedaging artinya setiap ayam mati akan mengurangi produksi. Pada peternak mandiri koefisien regresi mortalitas berpengaruh positif, namun tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras pedaging, hal tersebut tidak sesuai dengan hipotesis karena pada kondisi lapang diperkirakan dengan kematian ayam tersebut menyebabkan tingkat kepadatan berkurang sehingga persaingan makanan berkurang dan ayam dapat tumbuh dan berkembang dengan 76
baik. Besar pengaruh mortalitas terhadap produksi pada peternak mandiri adalah sebesar 0.005, artinya setiap peningkatan mortalitas sebesar satu persen akan meningkatkan produksi sebesar 0.005 persen. Mortalitas berpengaruh negatif dan nyata terhadap produksi ayam ras pedaging pada peternak kemitraan pada taraf α lima persen. Namun, secara keseluruhan mortalitas berpengaruh negatif dan nyata terhadap produksi ayam ras pedaging pada taraf α sepuluh persen. Nilai elastisitas mortalitas pada peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan sebesar -0.127, artinya setiap peningkatan kematian ayam sebesar satu persen akan menurunkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.127 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas mortalitas peternak kemitraan sebesar -0.218, artinya setiap peningkatan mortalitas ayam sebesar satu persen akan menurunkan produksi ayam sebesar 0.218 persen (ceteris paribus). 7.
Kepadatan Kandang Rata-rata kepadatan kandang peternak mandiri adalah 11 ekor/m2 dan rata-
rata kepadatan kandang peternak kemitraan adalah 13 ekor/m2. Secara hipotesis kepadatan kandang berpengaruh positif terhadap produksi, namun kepadatan kandang yang melebihi batas maksimum akan berpengaruh negatif terhadap produksi, artinya setiap peningkatan ayam per m 2 akan menurunkan produksi. Semakin padat kandang ayam, akan cenderung meningkatkan konsumsi air sehingga konsumsi pakan berkurang, pertumbuhan terhambat, dan meningkatnya kanibalisme. Umumnya kepadatan kandang yang baik adalah maksimum penggunaannya sebanyak 8-10 ekor/m2 untuk rata-rata berat badan ayam satu kg (Fadilah, 2004). Menurut Mulyantini (2011), pada kandang dengan lingkungan yang baik dengan ventilasi udara dan pendingin, kepadatan dapat ditingkatkan. 77
Sebagian besar peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur menggunakan kandang litter dan berada dalam lingkungan pemukiman. Oleh karena itu, diperlukan manajemen kandang yang baik sehingga sirkulasi udara tetap lancar. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, kepadatan kandang berpengaruh negatif namun tidak nyata terhadap produksi ayam ras pedaging peternak mandiri, hal ini menunjukan bahwa kepadatan kandang pada peternak mandiri telah melebihi batas maksimum kepadatan kandang. Adapun peternak kemitraan, kepadatan kandang berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi pada taraf α sebesar lima persen. Nilai koefisien yang bernilai positif pada model fungsi produksi peternak kemitraan, berdasarkan kondisi lapang manajemen kandang pada peternak kemitraan berbeda dengan peternak mandiri. Sistem perkandangan pada peternak kemitraan memiliki ventilasi yang lebih baik dengan dilengkapi kipas angin serta 73.33 persen kandang menghadap ke arah Barat-Timur sehingga panas matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang, oleh karena itu dengan sistem manajemen kandang yang lebih baik dimungkinkan kepadatan kandang dapat ditingkatkan. Secara keseluruhan, kepadatan kandang berpengaruh positif namun tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging pada seluruh peternak di Kecamatan Gunung Sindur. Besar pengaruh kepadatan kandang terhadap produksi ayam ras pedaging peternak mandiri adalah -0.037, artinya setiap kepadatan kandang meningkat sebesar satu persen akan menurunkan produksi sebesar 0.037 persen (ceteris paribus). Besar pengaruh kepadatan kandang terhadap produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan adalah 0.696, artinya setiap peningkatan kepadatan 78
kandang satu persen akan meningkatkan produksi sebesar 0.696 persen (ceteris paribus). Besar pengaruh kepadatan kandang pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan terhadap produksi sebesar 0.145, artinya setiap peningkatan kepadatan kandang sebesar satu persen akan meningkat produksi ayam ras pedaging adalah 0.145 persen (ceteris paribus). 6.2.
Analisis Efisiensi Ekonomi Analisis efisiensi dilakukan dengan menggunakan model fungsi produksi
Cobb Douglas dengan input-input satuan fisik (pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas dan sekam) baik pada peternak mandiri, peternak kemitraan, dan peternak secara keseluruhan. Hasil regresi pengaruh masing-masing faktor produksi satuan fisik pada fungsi produksi Cobb Douglas adalah sebagai berikut: Tabel 15. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Tidak Terestriksi Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan), Peternak Mandiri dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Variabel
Peternak secara Keseluruhan Koefisien P-value
Intercep 0.551 0.300 Pakan (X1) 0.555 0.000* Tenaga Kerja (X2) 0.066 0.600 Vaksin (X3) 0.014 0.647 Pemanas (X4) 0.294 0.000* Sekam (X5) 0.200 0.003* Dummy 0.023 0.758 R-sq (Adj) 82.66 F hitung 47.88 P-value Uji F 0.00 Sumber : Data Primer, diolah (2012) Keterangan: * = nyata pada taraf α = 1 persen ** = nyata pada teraf α = 5 persen
Setelah
melakukan
pendugaan
Peternak Mandiri Koefisien P-value -0.121 0.785 0.889 0.000* 0.038 0.742 0.017 0.411 0.166 0.006* -0.009 0.873 93.91 90.50 0.00
terhadap
model
Pteternak Kemitraan Koefisien P-value 0.147 0.903 0.428 0.004* 0.131 0.527 0.078 0.476 0.316 0.021** 0.347 0.010* 72.95 16.64 0.00
fungsi
produksi,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap asumsi OLS untuk melihat masalah 79
kenormalitasan,
multikolinearitas,
dan
heterokedastisitas.
Hasil
uji
multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan normalitas dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan JarqueBera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan), Peternak mandiri, dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Faktor Produksi (Constanta) Pakan (X1) Tenaga kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Dummy Jarque-Bera P-value JB Chi-Square Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Peternak Keseluruhan VIF -
Peternak Mandiri VIF -
Peternak Kemitraan VIF -
2.319
3.425
1.801
1.134
1.303
1.048
1.110 1.691
1.225 1.763
1.046 1.973
1.618
2.314
1.473
1.061
5.032 0.081 0.095
0.182 0.913 0.088
42.128 0.000 0.016
Berdasarkan Tabel 16, diperoleh nilai VIF pada masing-masing model fungsi produksi bernilai kurang dari sepuluh, hal tersebut mengindikasikan bahwa tidak
ditemukan
adanya
masalah
multokolinearitas
yang
serius.
Uji
heteroskedastisitas dapat dilihat dari nilai Chi-Square masing-masing fungsi sebesar 0.016, 0.095 dan 0.088 dimana nilai tersebut lebih besar dari taraf α satu persen sehingga dapat disimpulkan pada ketiga fungsi tersebut tidak ditemukan masalah heteroskedastisitas. Berdasarkan uji kenormalitasan pada fungsi produksi peternak ayam ras pedaging peternak kemitraan dan peternak mandiri, ditemukan bahwa distribusi data menyebar normal. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai probabilitas Jarque-Bera yang lebih besar dari taraf α satu persen. Adapun pada fungsi produksi peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan (peternak kemitraan dan mandiri), diperoleh nilai probabilitas Jarque-Bera yang nilainya
80
lebih kecil dari taraf α satu persen, sehingga dapat dikatakan residual tidak menyebar normal. Efisiensi ekonomi akan tercapai apabila syarat kecukupan dan keharusan terpenuhi. Syarat kecukupan terjadi apabila peternak berproduksi pada daerah rasional II, dimana elastisitas produksi bernilai antara 0 sampai 1. Skala usaha masing-masing peternak dapat diketahui dari penjumlahan total elastisitas produksinya. Peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan diperoleh nilai elastisitas produksi sebesar 1.13, adapun peternak mandiri dan kemitraan masingmasing sebesar 1.10 dan 1.30. Agar syarat kecukupan terpenuhi, maka dilakukan uji skala usaha terhadap model Cobb Douglas baik yang tidak terestriksi maupun terestriksi. Restriksi dilakukan dengan membatasi jumlah elastisitas produksi sama dengan satu (constant return to scale). Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kondisi skala usaha pada model peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan, peternak mandiri dan peternak kemitraan dengan kondisi skala usaha constant return to scale. Berdasarkan hasil uji beda skala, diperoleh nilai F hitung pada model regresi peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan sebesar 0.99 yang nilainya lebih kecil dari F tabel sebesar 7.08, sedangkan pada peternak mandiri dan peternak kemitraan diperoleh nilai F hitung sebesar 0.92 dan 1.30 yang nilainya lebih kecil dari F tabel sebesar 7.88. Hal tersebut menunjukan bahwa model Cobb Douglas tidak terestriksi pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan, peternak mandiri dan peternak kemitraan tidak berbeda nyata dengan model produksi Cobb Douglas terestriksinya, artinya skala usaha pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan, peternak mandiri dan peterak kemitraan dapat 81
dikatakan berada pada kondisi skala usaha constant return to scale. Pada kondisi tersebut, tingkat input produksi optimal pada ketiga model fungsi produksi tersebut dapat diperoleh (Lampiran 38). Model fungsi produksi Cobb Douglas terestriksi dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Terestriksi Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan), Peternak Mandiri dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Variabel
Peternak secara
Peternak
Pteternak
keseluruhan
Mandiri
Kemitraan
Koefisien Intercep Pakan (X1)
P-value
Koefisien
P-value
Koefisien
P-value
1.002 0.557
0.0003 0.0001*
0.212 0.895
0.3908 0.0001*
1.355 0.408
0.0070 0.0062*
-0.039
0.5649
-0.052
0.3519
-0.042
0.7560
Vaksin (X3)
0.016
0.6095
0.021
0.2783
0.024
0.8037
Pemanas (X4)
0.278
0.0001*
0.151
0.0079*
0.311
0.0232**
Sekam (X5)
0.189
0.0039*
-0.015
0.8008
0.298
0.0173**
Dummy
0.030
0.8306
-
-
-
Restrict
0.573
0.3266
0.224
Tenaga Kerja (X2)
0.3630
0.457
0.2756
R-sq (Adj)
82.59
94.00
72.58
F hitung
56.96
114.56
20.19
P-value Uji F 0.0001 Sumber : Data Primer, diolah (2012) Keterangan: * = nyata pada taraf α = 1 persen = nyata pada taraf α = 5 persen **
0.0001
0.0001
Berdasarkan Tabel 17, hasil fungsi produksi Cobb Douglas terestriksi, diperoleh nilai koefisien determinasi terkoreksi (Radj) masing-masing sebesar 82.59, 94.00 dan 72.58. Artinya pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan, sebesar 82.59 persen faktor-faktor produksi pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas, dan sekam dapat menjelaskan variasi dari produksi ayam ras pedaging dan 17.41 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai koefisien determinasi pada peternak mandiri sebesar 94.00 persen, artinya sebesar 94.00 persen faktor-faktor produksi dapat menjelaskan variasi dari produksi ayam 82
ras pedaging dan 6.00 persen lainnya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai koefisien determinasi terkoreksi pada peternak kemitraan sebesar 72.58 persen, artinya sebesar 72.58 persen keragaman produksi ayam ras pedaging dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksinya dan 27.42 persen lagi dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Guna mengetahui pengaruh faktor produksi secara bersama-sama, dapat dilakukan dengan menggunakan uji F. Berdasarkan Tabel 17, nilai masing-masing probabilitas uji statistika F pada ketiga model tersebut bernilai kurang dari taraf α satu persen, artinya faktor-faktor produksi seperti pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas, dan sekam secara bersama-sama dapat menjelaskan faktor produksi ayam ras pedaging. Pengaruh masing-masing faktor produksi dapat dilakukan dengan menggunakan uji t dengan melihat masing-masing nilai probabilitasnya. Berdasarkan Tabel 17, pakan berpengaruh positif dan nyata pada taraf α sebesar satu persen terhadap produksi baik pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan, peternak mandiri maupun peternak kemitraan. Besar pengaruh pakan terhadap produksi pada masing-masing produksi adalah sebesar 0.557, 0.895 dan 0.408, artinya setiap peningkatan pakan sebesar satu persen akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging masing-masing sebesar 0.557 persen, 0.895 persen dan 0.408 persen (ceteris paribus). Tenaga kerja berpengaruh negatif dan tidak nyata terhadap produksi ayam ras pedaging pada ketiga fungsi produksi. Hal tersebut menunjukan bahwa penggunaan tenaga kerja telah berlebih, sehingga peningkatan penggunaan tenaga kerja justru akan menurunkan produksi. Besar pengaruh tenaga kerja masingmasing sebesar -0.039, -0.052 dan -0.042, artinya setiap peningkatan tenaga kerja 83
sebesar satu persen akan menurunkan produksi masing-masing sebesar 0.039 persen, 0.052 persen dan 0.042 persen (ceteris paribus). Berdasarkan ketiga fungsi produksi, vaksin berpengaruh positif dan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Besar pengaruh vaksin terhadap produksi masing-masing fungsi produksi sebesar 0.016, 0.021 dan 0.024, artinya setiap peningkatan penggunaan vaksin sebesar satu persen akan meningkatkan produksi masing-masing sebesar 0.016 persen, 0.021 persen dan 0.024 persen (ceteris paribus). Pemanas berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan dan peternak mandiri pada taraf α sebesar satu persen, serta berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan pada taraf α sebesar lima persen. Besar pengaruh pemanas pada masing-masing fungsi produksi sebesar 0.278, 0.151 dan 0.311, artinya setiap peningkatan penggunaan pemanas sebesar satu persen akan meningkatkan produksi masing-masing sebesar 0.278 persen, 0.151 persen dan 0.311 persen (ceteris paribus). Sekam berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan pada taraf α sebesar lima persen. Besar pengaruh penggunaan sekam terhadap produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan adalah 0.298. Artinya setiap peningkatan penggunaan sekam sebesar satu persen akan mengkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.298 persen (ceteris paribus). Sedangkan pada peternak mandiri, sekam berpengaruh negatif dan tidak nyata terhadap produksi. Hal tersebut dapat dikarenakan sebagian peternak mandiri masih menggunakan sekam basah, selain itu manajemen budidaya yang tidak tepat menyebabkan ayam menjadi tidak sehat dan berdampak pada berkurangnya 84
produksi daging yang dihasilkan. Besar pengaruh sekam terhadap produksi peternak mandiri adalah -0.015, artinya setiap peningkatan penggunaan sekam sebesar satu persen akan menurunkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.015 persen (ceteris paribus). Secara keseluruhan, sekam berpengaruh nyata dan positif terhadap produksi ayam ras pedaging pada seluruh peternak di Kecamatan Gunung Sindur pada taraf α satu persen. Besar pengaruh sekam terhadap produksi ayam ras pedaging adalah 0.198, artinya setiap peningkatan penggunaan pakan sebesar satu persen akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.198 persen. Model fungsi produksi yang akan digunakan untuk analisis selanjutnya adalah model fungsi produksi Cobb Douglas terestriksi baik pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan, peternak mandiri dan peternak kemitraan. Model fungsi produksi tersebut akan digunakan untuk menghitunng nilai rasio NPMBKM dan nilai input optimal dalam efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi merupakan kondisi dimana peternak mampu meningkatkan produksinya dengan harga faktor produksi yang dapat ditekan dan menjual produksinya dengan harga yang tinggi (mencapai efisiensi teknik dan efisiensi harga secara bersama-sama). Berdasarkan syarat kecukupan, efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi dapat dilihat dari rasio antara NPM (Nilai Produk Marjinal) dengan BKM (Biaya Korbanan Marjinal) per periode produksi sama dengan satu. BKM adalah biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan produksi setiap satu satuan. Nilai BKM sama dengan nilai harga dari masing-masing faktor produksi itu sendiri (Px). NPM dapat dihutung dari perkalian antara harga produk (Py) dengan Produk Marjinal (PM). 85
Rata-rata produksi ayam ras pedaging peternak secara keseluruhan (peternak kemitraan dan mandiri) adalah 1 679.21 kg. Produksi rata-rata peternak mandiri adalah sebesar 1 454.49 kg dan produksi rata-rata ayam ras pedaging peternak kemitraan sebesar 1 903.56 kg. Rata-rata harga berlaku ayam ras pedaging secara keseluruhan adalah Rp 16 316, rata-rata harga ayam ras pedaging pada peternak mandiri adalah Rp 16 407 dan peternak kemitraan sebesar Rp 16 225. Kondisi efisiensi ekonomi produksi usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur Tabel 18, Tabel 19, dan Tabel 20. Tabel 18. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Faktor Produksi Pakan (kg) Pemanas (kg) Sekam (kg)
Rata-rata Input
Koefisien
1 672 113 237
0.557 0.278 0.189
NPM 9 127 67 403 21 849
BKM 5 315 5 000 1 357
NPM/BKM 1.72 13.48 16.10
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat bahwa penggunaan faktor-faktor produksi ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan belum optimal. Rasio antara NPM-BKM tidak sama dengan satu. Faktor produksi pakan, pemanas dan sekam bernilai lebih dari satu. NPM untuk pakan sebesar 9 127, artinya setiap penambahan satu kg pakan akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 9 127. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 5 315, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pakan sebesar 1.72. Penggunaan input produksi pakan dalam usahaternak ayam ras pedaging sebaiknya ditingkatkan agar mencapai tingkat efisiensi ekonomi. NPM untuk pemanas sebesar 67 403, artinya setiap penambahan satu kg pemanas akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 67 403. Biaya yang harus 86
dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 5 000/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pemanas sebesar 13.48. NPM untuk sekam sebesar 21 849, artinya setiap penambahan satu kg sekam akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 21 849. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 1 357/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari sekam sebesar 16.10. Berdasarkan nilai rasio NPM/BKM yang lebih dari satu, dapat dis impulkan bahwa penggunaan input produksi pemanas dan sekam dalam usahaternak ayam ras pedaging sebaiknya ditambah agar tercapai tingkat efisiensi ekonomi. Tabel 19. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Faktor Produksi Pakan (kg) Pemanas (kg)
Rata-rata input
Koefisien
1 485 99
0.895 0.151
NPM 14 382 36 398
BKM 5 322 5 000
NPM/BKM 2.70 7.28
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Berdasarkan Tabel 19, dapat dilihat bahwa penggunaan faktor-faktor produksi ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur peternak mandiri belum optimal. Rasio antara NPM-BKM untuk faktor produksi pakan dan pemanas bernilai lebih dari satu. NPM untuk pakan sebesar 14 382 artinya setiap penambahan satu kg pakan akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 14 382. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 5 322/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pakan sebesar 2.70. NPM untuk pemanas sebesar 36 398, artinya setiap penambahan satu kg pemanas akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 36 398. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 5 000/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pemanas sebesar 7.28. Penggunaan input produksi pakan 87
dan pemanas dalam usahaternak ayam ras pedaging pada peternak mandiri sebaiknya ditambah agar tercapai tingkat efisiensi ekonomi. Tabel 20. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Faktor Produksi Pakan (kg) Pemanas (kg) Sekam (kg)
Rata-rata Input
Koefisien
1 858 127 258
0.408 0.311 0.298
NPM 6 782 75 632 35 663
BKM 5 307 5 000 1 443
NPM/BKM 1.28 15.13 24.71
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Berdasarkan Tabel 20, dapat dilihat bahwa penggunaan faktor-faktor produksi ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur peternak kemitraan belum optimal. Rasio antara NPM-BKM untuk semua faktor produksi tidak sama dengan satu atau NPM tidak sama dengan BKM. NPM untuk pakan sebesar 6 782, artinya setiap penambahan satu kg pakan akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 6 782. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 5 307/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pakan sebesar 1.28. Penggunaan input produksi pakan dalam usahaternak ayam ras pedaging pada peternak kemitraan sebaiknya ditingkatkan agar tercapai tingkat efisiensi ekonomi. NPM untuk pemanas sebesar 75 632, artinya setiap penambahan satu kg pemanas akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 75 632. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 5 000/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pemanas sebesar 15.13. NPM untuk sekam sebesar 35 663 artinya setiap penambahan satu kg sekam akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 35 663. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 1 443/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari sekam sebesar 24.71. Penggunaan input produksi pemanas dan sekam dalam 88
usahaternak ayam ras pedaging pada peternak kemitraan sebaiknya ditingkatkan agar tercapai tingkat efisiensi ekonomi. Guna mencapai penggunaan faktor produksi pada tingkat efisien, sehingga diperoleh kombinasi optimal penggunaan faktor-faktor produksi, nilai NPM harus sama dengan BKM atau rasio NPM dan BKM sama dengan satu. Penggunaan faktor-faktor produksi dalam kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 21, Tabel 22, dan Tabel 23. Tabel 21. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Faktor Produksi Pakan (kg) Pemanas (kg) Sekam (kg)
Rata-rata Koefisien Input 1 672 0.557 113 0.278 237 0.189
NPM 9 127 67 403 21 849
BKM 5 315 5 000 1 357
NPM /BKM 1.72 13.48 16.10
Penggunaan Optimal 2 871 1 523 3 816
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Kondisi efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan dapat dicapai apabila penggunaan pakan ditingkatkan dari 1 672 kg menjadi 2 871 kg. Pemanas penggunaanya ditingkatkan dari 113 kg menjadi 1 523 kg, dan sekam ditingkatkan penggunaanya dari 237 kg menjadi 3 816 kg agar tingkat efisiensi ekonomi dapat dicapai. Tabel 22. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Faktor Produksi Pakan (kg) Pemanas (kg)
Rata-rata input 1 485 99
NPM 14 727 23 363
BKM 5 322 5 000
NPM /BKM 2.77 4.67
Penggunaan Optimal 4 013 721
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Kondisi efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur peternak mandiri 89
dapat dicapai apabila penggunaan pakan ditingkatkan dari 1 485 kg menjadi 4 013 kg. Adapun penggunaan pemanas ditingkatkan dari penggunaan 99 kg menjadi 721 kg agar tingkat efesiensi ekonomi dapat tercapai. Tabel 23. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gungung Sindur Tahun 2012 Faktor Produksi Pakan (kg) Pemanas (kg) Sekam (kg)
Rata-rata Input 1 858 127 256
NPM 8 140 49 376 36 591
BKM 5 307 5 000 1 443
NPM /BKM 1.55 9.88 25.86
Penggunaan Optimal 2 374 1 921 6 378
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Kondisi efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur peternak kemitraan dapat dicapai apabila penggunaan pakan ditingkatkan dari 1 858 kg menjadi 2 374 kg. Adapun penggunaan pemanas ditingkatkan dari 127 kg menjadi 1 921 kg, dan sekam 256 kg menjadi 6 378 kg, sehingga tingkat efisiensi ekonomi dapat dicapai. Berdasarkan hasil analisis, sebaiknya penggunaan pemanas baik pada peternak kemitraan maupun peternak mandiri ditingkatkan sesuai hasil analisis karena kurangnya penggunaan pemanas baik pada awal pemeliharaan maupun penggunaan pemanas secara keseluruhan. Penggunaan pemanas yang ideal untuk usahaternak ayam ras pedaging sebanyak 50 kg tabung LPG dengan jumlah kurang lebih 5-7 tabung atau kurang lebih 250-350 kg per 1000 ekor selama masa pemeliharaan 21 hari (Fadilah, 2004). Hasil analisis untuk penggunaan sekam tidak sesuai dengan literatur budidaya ayam ras pedaging yang ideal. Penggunaan sekam yang ideal untuk satu masa produksi usahaternak ayam ras pedaging sebanyak 35-50 karung atau senilai kurang lebih 175-250 kg per 1000 ekor (Fadilah, 2004). Oleh karena itu, untuk mencapai tingkat penggunaan optimum serta tercapai efisiensi ekonomi, 90
penggunaan sekam pada peternak mandiri dan kemitraan sebaiknya ditingkatkan sesuai dengan literatur yang ideal.
91
VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1.
Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini maka dapat diambil
beberapa kesimpulan, antara lain:. 1.
Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging pada kedua tipe peternak adalah pakan dan pemanas. Faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging peternak mandiri hanya pakan dan pemanas, sedangkan peternak kemitraan selain pakan dan pemanas adalah sekam, mortalitas, dan kepadatan kandang.
2.
Usaha peternakan ayam ras pedaging yang dilakukan oleh kedua tipe peternak belum mencapai efisiensi secara ekonomi. Hal tersebut dapat dilihat dari Nilai Produk Marjinalnya tidak sama dengan Biaya Korbanan Marjinalnya, sehingga faktor-faktor produksi perlu ditambah atau dikurangi penggunaanya.
7.2.
Saran
1. Guna meningkatkan produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur, perlu adanya perbaikan manajemen budidaya agar tingkat mortalitas dapat ditekan sekecil mungkin. Hal tersebut dapat dilakukan dari pihak inti dengan menberikan bimbingan teknis kepada peternak sesuai dengan kewajiban inti dalam kemitraan. 2. Guna mencapai tingkat efisiensi ekonomi dan keuntungan optimal, faktorfaktor produksi yang perlu ditambahkan baik pada peternak mandiri, peternak kemitraan, dan peternak secara keseluruhan adalah pakan dan 92
pemanas. Pakan dan pemanas sebaiknya ditambah untuk masing-masing peternak mandiri dan peternak kemitraan. Sedangkan penggunaan sekam sebaiknya ditingkatkan sesuai dengan literatur yang ada.
93
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistika. 2011. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Tahun 20042011. http://www.bps.go.id diakses pada tanggal 29 Maret 2012. __________________. 2012. Penduduk Indonesia Menurut http://www.bps.go.id diakses pada tanggal 26 September 2012.
Provinsi.
__________________. 2012. Rata-rata Konsumsi Protein (gram) per Kapita Menurut Kelompok Makanan 1999, 2002-2011. http://www.bps.go.id diakses pada tanggal 26 September 2012. Cahyono, B. 1996. Ayam Buras Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Medan. Dewiyanti, V. R. 2007. Analisis Penyerapan dan Produktivitas Tenaga Kerja pada Peternakan Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dinas Perikanan dan Peternakan Jawa Barat. 2011. Populasi Ayam Ras Pedaging di Jawa Barat. http://www.disnak.jabarprov.go.id diakses pada tanggal 29 Maret 2012. Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor. 2010. Populasi Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Bogor. Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, Bogor. Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor. 2011. Produksi Daging di Kabupaten Bogor. Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, Bogor. Direktorat Jendral Peternakan. 2010. Produksi Ayam Ras pedaging di Indonesia. http://ditjennak.deptan.go.id diakses pada tanggal 29 Maret 2012. Doll, J. P dan F. Orazem. 1984. Production Economics: Theory and Applications. John Wiley and Sons. NewYork. Fadilah R. 2004. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Agromedia Pustaka, Depok. _______________. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka, Depok. Hafsah. M. J. 2000. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Stratergi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 94
Juanda, B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press, Bogor. Kartadisastra, H. R. 1994. Pengelolaan Pakan Ayam. Kanisius, Yogyakarta. Kusuma, A. K. 2005. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktorfaktor Produksi Peternak Probiotik dan Non Probiotik pada Usahaternak Ayam Ras Pedaging. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Sosial, Jakarta. Mulyantini. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. _________. 2011. Produksi Ternak Unggas. IPB Press, Bogor. Purmiyanti, S. 2002. Analisis Produksi dan Daya saing Bawang Merah di Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Thesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor Rahardi, F dan R. Hartono. 2003. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta. Rahim, A dan D. R. Hastuti. 2008. Ekonometrika Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta. Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sarwoko. 2005. Dasar-Dasar Ekonometrika. Andi Yogyakarta, Yogyakarta. Soehadji. 1992. Alternatif Pengembangan Peternakan Rakyat yang Berwawasan Pasar dalam Era Kebangkitan Nasional II. Direktorat Jendral Peternakan, Malang, Oktober 1992 (seminar). Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Produksi Cobb Douglas. Raja Grafindo Persada, Jakarta. _________. 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb Douglas. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sumodiningrat, G. Yogyakarta.
1994.
Pengantar
Ekonometrika.
BPFE-Yogyakarta,
Suratiyah, K. 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.
95
Tasman, A. 2006. Ekonomi Produksi. Chandra Pratama, Jambi. Unit Pengelola Teknik Ciseeng. 2009. Data Peternak Kemitraan dan Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur. Unit Pengelola Teknik Ciseeng, Bogor. Yunus, R. 2009. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Pola Mandiri di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Thesis. Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, Semarang. Widarjono, A. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Ekonisia, Yogyakarta.
96
LAMPIRAN
97
Lampiran 1. PDB Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2004-2011 (Miliar Rupiah) Sektor No.
1.
2.
3.
4.
5.
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan Tanaman bahan makanan LP (%) KS (%) Tanaman perkebunan LP (%) KS (%) Peternakan LP (%) KS (%) Kehutanan LP (%) KS (%) Perikanan LP (%) KS (%) PDB
Tahun (atas dasar harga konstan 2000) 2006 2007 2008 2009 262 403 271 509 284 619 295 884
2004 247 164
2005 253 882
2010 304 737
2011 313 728
122 612
125 802
129 549
133 889
142 000
149 058
151 501
153 409
0 49.61 38 849
2.60 49.55 39 811
2.98 49.37 41 318
3.35 49.31 43 199
6.06 49.89 44 784
4.97 50.38 45 558
1.64 49.72 47 110
1.26 48.90 48 964
0 15.72 31 673
2.48 15.68 32 347
3.79 3.79 33 430
4.55 15.91 34 221
3.67 15.73 35 425
1.73 15.40 36 649
3.41 15.46 38 214
3.94 15.61 39 929
0 12.81 17 434
2.13 12.74 17 177
3.35 3.79 16 687
2.36 12.60 16 548
3.52 12.45 16 543
3.45 12.39 16 844
4.27 12.54 17 249
4.49 12.73 17 362
0 7.05 36 596
-1.47 6.77 38 746
-2.85 3.79 41 419
-0.83 6.09 43 653
-0.03 5.81 45 866
1.82 5.69 47 775
2.41 5.66 50 662
0.65 5.53 54 064
0 14.81 1 656 517
5.87 15.26 1 750 815
6.90 3.79 1 847 127
5.39 16.08 1 964 327
5.07 16.11 2 082 456
4.16 16.15 2 178 850
6.04 16.62 2 313 838
6.72 17.23 2 463 242
Sumber: Badan Pusat Statistika, 2011 (diolah) Catatan: LP (%): Laju Pertumbuhan PDB sektoral yang diukur dalam persentase KS (%): Kontribusi pada sektor yang diukur dalam persentase
98 98
Lampiran 2. Produksi Ayam Ras Pedaging di Indonesia Tahun 2004-2009 No.
99
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatra Barat Riau Jambi Sumaterna Selatan Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara
2004 1 081 44 688 13 662 27 517 10 092 11 706 2 165 18 816 88 089 263 397 63 592 18 561 162 781 24 623 0 273 20 790 2 934 18 699 16 507 1 623
Produksi Ayam Ras Pedaging di Indonesia (ton) Tahun 2005 2006 2007 2008 1 533 1 395 1 581 3 629 41 778 39 055 35 098 35 283 12 119 11 602 12 439 13 275 21 004 19 015 23 059 28 082 9 909 9 290 14 536 12 459 11 708 13 532 21 176 22 185 2 268 1 642 1 577 2 132 19 170 19 724 12 937 10 542 67 054 83 768 128 480 128 480 259 749 276 195 279 851 335 151 61 683 81 203 65 026 73 191 14 997 23 000 22 203 23 117 128 342 143 643 148 855 115 193 20 530 20 354 18 553 19 046 236 15 303 20 037 2 001 6 30 6 139 21 286 21 541 22 138 26 121 3 000 4 357 5 125 5 330 20 349 18 705 26 690 34 562 19 294 20 945 18 337 20 620 5 606 1 324 5 714 6 775
2009 4 746 50 632 16 145 28 326 14 129 22 116 3 839 22 107 102 399 365 573 90 740 20 798 140 110 20 140 12 228 224 24 062 7 388 34 230 30 220 2 549
Persentase Produksi Rata-rata (%) 0.25 4.45 1.43 2.66 1.27 1.85 0.25 1.87 10.81 32.16 7.87 2.22 15.16 2.23 0.90 0.01 2.46 0.51 2.77 2.28 0.43
99
Lampiran 2. Lanjutan No. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
Provinsi Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku Papua Bangka Belitung Banten Gorontalo Maluku Utara Kepulauan Riau Papua Barat Sulawesi Barat Total
2004 2 189 4 255 558 69 794 2 195 23 431 378 632 0 0 0 846 097
Produksi Ayam Ras Pedaging di Indonesia (ton) Tahun 2005 2006 2007 2008 2 005 2 820 7 109 5 553 10 215 10 538 5 445 9 768 579 887 968 1 101 67 73 107 102 416 765 1 375 1 370 5 052 765 6 007 5 292 16 542 765 29 751 69 333 405 765 1 805 1 221 540 765 122 828 376 765 5 858 5 975 614 765 758 809 677 765 61 69 779 109 846 061 942 784 1 018 734
2009 6 477 10 710 822 111 2 656 6 492 53 089 1 221 334 5 752 415 987 1 101 767
Persentase Produksi Rata-rata (%) 0.47 0.92 0.09 0.01 0.13 0.47 3.49 0.10 0.06 0.34 0.06 0.05 100.00
Sumber: Direktorat Jendral Peternakan dan Perikanan , 2010
100 100
Lampiran 3. Populasi Ayam Ras Pedaging Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 No.
Kabupaten
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Kab. Bogor Kab. Sukabumi Kab. Cianjur Kab. Bandung Kab. Garut Kab. Tasikmalaya Kab. Ciamis Kab. Kuningan Kab. Cirebon Kab. Majalengka Kab. Sumedang Kab. Indramayu Kab. Subang Kab. Purwarkata Kab. Karawang Kab. Bekasi Kab. Bandung Barat Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar Total
Populasi (ekor)
Persentase (%)
15 771 780 6 164 511 5 565 825 4 089 900 531 005 5 221 400 13 855 287 2 185 515 795 641 1 331 378 1 713 874 2 146 740 6 589 270 1 914 532 6 118 393 2 142 744 3 422 142 165 000 559 244 96 913 11 958 889 530 634 000 85 437 764 400 202 607 82 969 026
19.01 7.43 6.71 4.93 0.64 6.29 16.70 2.63 0.96 1.60 2.07 2.59 7.94 2.31 7.37 2.58 4.12 0.20 0.67 0.12 0.01 1.07 0.76 0.10 0.92 0.24 100
Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2011
Lampiran 4. Pertumbuhan Rata-Rata Produksi Daging Unggas di Kabupaten Bogor Tahun 2009-2011 No 1. 2. 3.
Ternak Ayam Buras Ayam Pedaging Itik
2009 934 193 71 540 084 83 721
Tahun 2010 1 318 299 16 000 000 137 009
2011 1 329 781 82 750 605 110 345
Pertumbuhan Rata-rata 21.17 30.35 15.9
Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, 2011
101
Lampiran 5. Populasi Ternak Ayam Ras Pedaging Kabupaten Bogor Tahun 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Kecamatan Dramaga Ciomas Tamansari Rancabungur Ciampea Tenjolaya Pamijahan Cibungbulang Leuwiliang Leuwisadeng Nanggung Sukajaya Parung Gunung Sindur Ciseeng Kemang Rumpin Cisarua Megamendung Ciawi Caringan Cigombong Cijeruk Cibinong Bojong Gede Tajur halang Babakan Madang Sukaraja Jonggol Sukamakmur Cariu Tanjungsari Jasinga Tenjo Parung Panjang Cigudeg Gunung Putri Cileungsi Citeurup Klapa Nunggal TOTAL
Ayam Ras Pedaging (ekor) 449 000 0 342 000 86 600 370 000 56 000 1 498 000 581 000 577 000 390 359 753 000 310 853 704 900 1 522 700 702 400 319 000 618 500 65 000 340 000 161 500 622 000 420 000 405 000 371 350 128 000 0 53 424 127 500 229 000 88 000 515 000 686 000 364 000 341 694 863 000 548 000 0 30 000 0 132 000 15 771 780
Persentase (%) 2.85 0.00 2.17 0.55 2.35 0.36 9.50 3.68 3.66 2.48 4.77 1.97 4.47 9.65 4.45 2.02 3.92 0.41 2.16 1.02 3.94 2.66 2.57 2.35 0.81 0.00 0.34 0.81 1.45 0.56 3.27 4.35 2.31 2.17 5.47 3.47 0.00 0.19 0.00 0.84 100.00
Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, 2011
102
Lampiran 6. Populasi Peternak Plasma Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2009 No.
Nama Peternak
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48.
Asep NS Anda NS Misnan Boan Emad Hamid H. Hamidin Mamat Maan Rudi Said Safri Saran Deden Ujang Udi Enek Asri Jejen Entong Beng Yan Wira Mali H. Juhri M. Edih Jamsari Dimyati Uki Lusi Metih Usin S Aok Endeng Radi Cun Eng Tesan Isam Repay Irwan Dedi Basir Mislan Kim Eng Saan Ciling Asmin Agus Aseng Samad
Desa Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Cibadung Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran
Kapasitas Kandang (Ekor) 2 000 2 000 2 000 4 000 1 500 1 700 2 000 1 000 2 000 1 500 1 500 4 000 1 500 1 000 1 000 2 000 2 500 1 500 1 500 3 000 5 500 5 500 6 200 2 000 3 000 2 000 4 500 3 500 9 000 7 000 2 500 3 500 1 500 6 000 7 000 5 000 5 000 3 000 3 500 5 000 3 000 3 000 4 000 6 000 6 000 3 000 4 000 6 000
Populasi (Ekor) 2 000 2 000 2 000 4 000 1 500 1 700 2 000 1 000 2 000 1 500 1 500 4 000 1 500 1 000 1 000 2 000 2 500 1 500 1 500 3 000 5 000 5 000 6 000 2 000 2 000 2.000 4 500 3 500 7 000 4 000 2 500 3 500 1 500 6 000 6 000 4 000 4 000 2 700 3 500 3 000 2 000 2 000 3 000 6 000 6 000 2 500 4 000 5 000
103
Lampiran 6. Lanjutan No.
Nama Peternak
50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77.
Markam Hendra Sedih Deden Niun Niat Sanin Sami Ceng Ay Ibro Jamal Edwin Damin Bean Macung/Radus Ramli H. Rasman Yatna Budi Dadik Nada Eeng Endang H. Marjuki Pardja Arsim Asan Arif
Desa Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pabuaran Pengasinan Pengasinan Pengasinan Pengasinan Pengasinan Pengasinan Pengasinan Pengasinan Pengasinan Pengasinan Pengasinan Pengasinan Pengasinan Pengasinan Pengasinan Pengasinan
Kapasitas Kandang (Ekor) 4 500 3 500 3 000 3 500 3 500 3 500 2 500 4 000 4 000 1 000 3 000 2 000 4 000 4 000 3 500 3 500 2 000 2 000 2 500 2 000 3 000 3 000 5 000 5 000 3 000 3 000 2 000 2 500
78. H. Suwadi Cibinong 79. Santoso Arifin Cibinong 80. Handi Yono Cibinong 81. Dadang Dede Gunung Sindur 82. Ahan Gunung Sindur 83. H. Murtani Curug 84. Dadang Dede Curug 85. P. Kurnianto Curug Sumber : Unit Pelaksana Teknis Daerah Ciseeng, 2009
8 000 50 000 26 000 7 200 8 000 90 000 13 000 13 000
Populasi (Ekor) 4 000 3 500 2 500 3 000 3 000 3 000 2 000 4 000 4 000 1 000 3 000 2 000 4 000 4 500 2 500 2 500 5 000 2 500 2 000 3 500 2 500 5 000 3 000 3 000 2 500 2 500 5 000 2 500 8 000 48 000 26 000 7 200 8 000 90 000 10 000 10 000
104
Lampiran 7. Data Produksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51.
Produksi Ayam Ras Pedaging (Kg) 1 750 2 450 1 050 600 1 650 1 000 3 200 1 550 800 1 100 950 1 400 700 3 900 1 950 350 3 350 3 550 1 050 1 350 400 750 1 000 700 950 700 900 3 350 1 200 900 3 200 900 800 1 400 1 050 1 000 900 700 2 300 700 2 300 1 300 3 400 1 950 1 150 1 300 5 100 3 800 1 250 700 3 000
Pakan (Kg)
Tenaga Kerja (HKP)
Vaksin (ml)
Pemanas (Kg)
Sekam (Kg)
Mortalitas (%)
Kepadatan Kandang (m2/ekor)
1 626 2 411 981 714 1 582 753 3 168 1 552 766 1 021 547 1 178 742 3 975 1 923 370 3 292 3 557 736 1 446 418 755 771 772 863 762 716 3 511 1 925 800 5 502 947 752 1 013 1 178 981 907 645 2 066 624 1 983 1 232 2 864 2 346 2 351 1 552 739 3 962 1 416 760 3 069
36 36 38 17 17 41 29 41 18 34 25 16 16 29 25 29 29 32 25 29 29 18 16 31 31 29 29 29 29 17 30 32 16 39 29 16 31 37 32 29 16 29 29 37 30 38 32 33 28 36 16
75 45 105 30 30 180 45 60 90 45 30 60 30 120 60 30 60 30 45 30 15 75 0 120 135 30 60 120 30 30 45 45 45 30 30 90 30 60 60 15 90 60 60 60 150 60 30 120 150 60 15
60 180 12 70 140 128 180 75 60 70 24 60 60 256 120 70 192 240 27 120 60 112 60 60 21 60 54 180 160 60 280 60 60 74 60 60 80 60 210 60 140 120 180 33 120 140 60 360 27 60 180
2 000 1 500 2 000 250 375 625 2 500 1 750 625 1 250 500 1 250 875 1 500 1 000 250 2 450 3 075 925 1 250 200 625 375 450 550 350 250 575 250 1 000 1 125 625 500 875 1 250 1 000 800 800 1 675 250 700 1 500 1 500 1 625 875 750 450 1 950 1 125 525 2 150
2 2 8 3 5 8 3 5 6 4 4 4 9 3 2 9 4 3 4 1 15 7 5 21 12 7 12 4 6 2 4 5 8 5 4 8 7 21 4 8 3 25 12 4 4 5 20 3 13 7 6
19 7 9 5 15 9 10 14 13 9 10 12 9 12 10 9 15 19 19 15 7 13 5 9 7 8 5 19 9 15 15 8 13 11 10 10 9 7 7 8 14 10 15 15 18 13 11 17 12 8 16
105
Lampiran 7. Lanjutan 52. 4 050 3 961 53. 1 300 1 556 54. 1 750 2 653 55. 1 500 1 872 56. 1 400 2 778 57. 1 150 850 58. 700 685 59. 4 700 4 728 60. 1 000 1 136 Sumber : Data Primer (diolah), 2012
29 25 16 32 32 23 16 24 16
30 60 30 30 30 30 15 75 30
210 120 160 60 210 70 70 420 76
800 625 2 225 1 250 3 700 950 1 000 4 250 1 100
3 5 5 6 3 7 7 3 7
15 14 13 12 16 13 9 19 11
Lampiran 8. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Dependent Variable: SER01 Method: Least Squares Date: 01/15/13 Time: 21:47 Sample: 1 60 Included observations: 60 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C Pakan (X1) Tenaga Kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Mortalitas(X6) Kepadatan Kandang (X7) Dummy
1.011523 0.516500 0.107756 0.010566 0.261106 0.138692 -0.126997 0.145141 0.070362
0.594179 0.088836 0.125074 0.031201 0.065185 0.067245 0.067013 0.139838 0.076060
1.702389 5.814096 0.861538 0.338646 4.005590 2.062474 -1.895124 1.037926 0.925085
0.0948 0.0000 0.3930 0.7363 0.0002 0.0443 0.0638 0.3042 0.3593
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.859157 0.837064 0.266817 3.630751 -0.989163 38.88804 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
7.204000 0.661004 0.332972 0.647124 0.455854 1.591494
Lampiran 9. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gungung Sindur Tahun 2012 14
Series: Residuals Sample 1 60 Observations 60
12 10
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
8 6 4
Jarque-Bera Probability
2
-7.36e-16 -0.003662 0.518749 -0.960179 0.248069 -0.567897 5.498340 18.82933 0.000082
0 -1.0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
106
Lampiran 10. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
2.565401 17.21668 18.58211
Prob. F(8,51) Prob. Chi-Square(8) Prob. Chi-Square(8)
0.0196 0.0279 0.0173
Test Equation: Dependent Variable: ARESID Method: Least Squares Date: 01/15/13 Time: 21:48 Sample: 1 60 Included observations: 60 Variable C Pakan (X1) Tenaga Kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Mortalitas(X6) Kepadatan Kandang (X7) Dummy R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
-0.493810 0.151459 0.075344 -0.004923 -0.099651 -0.096885 0.026188 0.103896 0.025264
0.340818 0.050956 0.071742 0.017897 0.037390 0.038572 0.038438 0.080210 0.043628
-1.448896 2.972360 1.050209 -0.275051 -2.665180 -2.511816 0.681290 1.295292 0.579079
0.1535 0.0045 0.2986 0.7844 0.0103 0.0152 0.4988 0.2011 0.5651
0.286945 0.175093 0.153045 1.194559 32.36071 2.565401 0.019648
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.180531 0.168506 -0.778690 -0.464539 -0.655808 2.157492
Lampiran 11. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Sample: 1 60 Included observations: 60 Variable C Pakan (X1) Tenaga Kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Mortalitas(X6) Kepadatan Kandang (X7) Dummy
Coefficient Variance Uncentered VIF 0.353048 297.5493 0.007892 349.3494 0.015643 141.9125 0.000974 13.43392 0.004249 73.96430 0.004522 106.0814 0.004491 12.17242 0.019555 97.97244 0.005785 2.437881
Centered VIF NA 2.567988 1.192316 1.268296 1.799853 1.930092 1.574901 1.879814 1.218940
107
Lampiran 12. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Dependent Variable: SER01 Method: Least Squares Date: 01/15/13 Time: 22:01 Sample: 1 30 Included observations: 30 Variable C Pakan (X1) Tenaga Kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Mortalitas(X6) Kepadatan Kandang (X7) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
-0.101830 0.894848 0.022814 0.019422 0.167910 0.000906 0.005334 -0.037279
0.546269 0.094067 0.127152 0.022883 0.057755 0.068605 0.062532 0.109738
-0.186410 9.512861 0.179425 0.848733 2.907285 0.013212 0.085307 -0.339707
0.8538 0.0000 0.8592 0.4052 0.0082 0.9896 0.9328 0.7373
0.949917 0.933982 0.169580 0.632663 15.31706 59.61035 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
7.061333 0.659999 -0.487804 -0.114151 -0.368269 1.874153
Lampiran 13. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 12
Series: Residuals Sample 1 30 Observations 30
10
8
6
4
2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
7.67e-16 -0.011597 0.391298 -0.395274 0.147702 -0.305097 5.014581
Jarque-Bera Probability
5.538590 0.062706
0 -0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
108
Lampiran 14. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.507873 9.726686 10.84349
Prob. F(7,22) Prob. Chi-Square(7) Prob. Chi-Square(7)
0.2162 0.2046 0.1456
Test Equation: Dependent Variable: ARESID Method: Least Squares Date: 01/15/13 Time: 22:02 Sample: 1 30 Included observations: 30 Variable C Pakan (X1) Tenaga Kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Mortalitas(X6) Kepadatan Kandang (X7) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
0.092794 0.042985 0.117833 0.005733 -0.051282 -0.080167 -0.019137 -0.019430
0.333765 0.057474 0.077689 0.013982 0.035288 0.041917 0.038206 0.067049
0.278021 0.747902 1.516733 0.410010 -1.453243 -1.912527 -0.500890 -0.289783
0.7836 0.4624 0.1436 0.6858 0.1603 0.0689 0.6214 0.7747
0.324223 0.109203 0.103612 0.236178 30.09732 1.507873 0.216215
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.097155 0.109779 -1.473154 -1.099502 -1.353620 2.109226
Lampiran 15. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Variance Inflation Factors Date: 01/15/13 Time: 22:02 Sample: 1 30 Included observations: 30 Variable C Pakan (X1) Tenaga Kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Mortalitas(X6) Kepadatan Kandang (X7)
Coefficient Variance
Uncentered VIF
Centered VIF
0.298410 0.008849 0.016168 0.000524 0.003336 0.004707 0.003910 0.012042
311.3043 469.5933 180.8853 9.154378 68.07898 130.0026 11.71285 71.40547
NA 3.560982 1.490388 1.492801 1.828608 3.042836 1.887221 1.870332
109
Lampiran 16. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Dependent Variable: SER01 Method: Least Squares Date: 01/15/13 Time: 21:58 Sample: 1 30 Included observations: 30 Variable C Pakan (X1) Tenaga Kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Mortalitas(X6) Kepadatan Kandang (X7)
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
0.686297 0.297806 0.190455 0.055148 0.194187 0.261791 -0.218249 0.696041
1.010939 0.120963 0.161633 0.083857 0.107236 0.099118 0.097853 0.250128
0.678871 2.461956 1.178317 0.657649 1.810833 2.641207 -2.230373 2.782733
0.5043 0.0221 0.2513 0.5176 0.0838 0.0149 0.0362 0.0109
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.876023 0.836576 0.259232 1.478430 2.585092 22.20753 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
7.346667 0.641256 0.360994 0.734647 0.480529 1.042572
Lampiran 17. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 10
Series: Residuals Sample 1 30 Observations 30
8
6
4
2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-1.80e-15 0.054735 0.529049 -0.483401 0.225788 -0.118096 2.845813
Jarque-Bera Probability
0.099450 0.951491
0 -0.5
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
110
Lampiran 18. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi Produksi Coob Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.642358 10.29645 7.502570
Prob. F(7,22) Prob. Chi-Square(7) Prob. Chi-Square(7)
0.1759 0.1724 0.3785
Test Equation: Dependent Variable: ARESID Method: Least Squares Date: 01/15/13 Time: 21:59 Sample: 1 30 Included observations: 30 Variable C Pakan (X1) Tenaga Kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Mortalitas(X6) Kepadatan Kandang (X7) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
-0.780048 0.134358 0.015767 -0.020346 -0.047648 0.013440 0.014728 0.049265
0.492297 0.058905 0.078711 0.040836 0.052221 0.048267 0.047652 0.121805
-1.584506 2.280908 0.200313 -0.498233 -0.912426 0.278441 0.309073 0.404454
0.1273 0.0326 0.8431 0.6233 0.3714 0.7833 0.7602 0.6898
0.343215 0.134238 0.126238 0.350595 24.17164 1.642358 0.175868
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.177447 0.135673 -1.078109 -0.704457 -0.958575 1.125643
Lampiran 19. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Variance Inflation Factors Sample: 1 30 Included observations: 30 Variable C Pakan (X1) Tenaga Kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Mortalitas(X6) Kepadatan Kandang (X7)
Coefficient Variance
Uncentered VIF
Centered VIF
1.021997 0.014632 0.026125 0.007032 0.011500 0.009824 0.009575 0.062564
456.2395 353.8843 125.9910 50.19333 111.6219 128.0337 15.22168 173.3171
NA 2.350340 1.078107 1.056749 2.300372 1.545796 1.453978 1.998539
111
Lampiran 20. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Dependent Variable: SER01 Method: Least Squares Date: 01/17/13 Time: 20:31 Sample: 1 60 Included observations: 60 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C Pakan (X1) Tenaga Kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Dummy
0.551453 0.554574 0.066348 0.013860 0.293878 0.200367 0.022698
0.526838 0.087090 0.125856 0.030115 0.065179 0.063508 0.073208
1.046722 6.367811 0.527178 0.460231 4.508818 3.155017 0.310044
0.3000 0.0000 0.6003 0.6472 0.0000 0.0026 0.7577
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.844234 0.826600 0.275251 4.015431 -4.010315 47.87573 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
7.204000 0.661004 0.367010 0.611351 0.462585 1.544857
Lampiran 21. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 20
Series: Residuals Sample 1 60 Observations 60
16
12
8
4
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-6.75e-16 -0.020619 0.542183 -1.081182 0.260880 -0.721127 6.843343
Jarque-Bera Probability
42.12845 0.000000
0 -1.0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
112
Lampiran 22. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
3.116361 15.64740 19.75926
Prob. F(6,53) Prob. Chi-Square(6) Prob. Chi-Square(6)
0.0109 0.0158 0.0031
Dependent Variable: ARESID Method: Least Squares Sample: 1 60 Included observations: 60 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C Pakan (X1) Tenaga Kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Dummy
-0.485866 0.158670 0.100943 0.007030 -0.069970 -0.109013 0.093229
0.326470 0.053968 0.077990 0.018661 0.040390 0.039354 0.045365
-1.488242 2.940083 1.294312 0.376732 -1.732376 -2.770036 2.055068
0.1426 0.0049 0.2012 0.7079 0.0890 0.0077 0.0448
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.260790 0.177106 0.170567 1.541932 24.70294 3.116361 0.010884
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.179328 0.188028 -0.590098 -0.345758 -0.494523 2.207086
Lampiran 23. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Variance Inflation Factors Sample: 1 60 Included observations: 60
Variable C Pakan (X1) Tenaga Kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5) Dummy
Coefficient Variance
Uncentered VIF
Centered VIF
0.277558 0.007585 0.015840 0.000907 0.004248 0.004033 0.005359
219.8106 315.4952 135.0213 11.75965 69.48680 88.90707 2.122171
NA 2.319134 1.134418 1.110228 1.690897 1.617615 1.061085
113
Lampiran 24.
Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Dependent Variable: SER01 Method: Least Squares Date: 01/16/13 Time: 00:16 Sample: 1 30 Included observations: 30 Coefficient
Std. Error
t-Statistic
/ Prob.
C Pakan (X1) Tenaga Kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5)
-0.120717 0.889360 0.038017 0.016653 0.165852 -0.009276
0.436492 0.088578 0.114145 0.019906 0.054457 0.057448
-0.276561 10.04038 0.333062 0.836587 3.045555 -0.161473
0.7845 0.0000 0.7420 0.4111 0.0056 0.8731
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.949632 0.939139 0.162822 0.636262 15.23198 90.49922 0.000000
Variable
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
7.061333 0.659999 -0.615465 -0.335226 -0.525814 1.872720
Lampiran 25. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 12
Series: Residuals Sample 1 30 Observations 30
10
8
6
4
2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-7.36e-16 -0.007644 0.384538 -0.392193 0.148122 -0.304286 4.909857
Jarque-Bera Probability
5.022393 0.081171
0 -0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
114
Lampiran 26. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
2.178075 9.363936 11.61551
Prob. F(5,24) Prob. Chi-Square(5) Prob. Chi-Square(5)
0.0903 0.0954 0.0405
Test Equation: Dependent Variable: ARESID Method: Least Squares Date: 01/16/13 Time: 00:16 Sample: 1 30 Included observations: 30 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C Pakan (X1) Tenaga Kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5)
0.058688 0.041709 0.104502 0.003837 -0.054006 -0.074407
0.271741 0.055145 0.071062 0.012393 0.033903 0.035765
0.215971 0.756345 1.470574 0.309610 -1.592974 -2.080452
0.8308 0.4568 0.1544 0.7595 0.1243 0.0483
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.312131 0.168825 0.101366 0.246600 29.44963 2.178075 0.090348
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.096223 0.111185 -1.563309 -1.283070 -1.473658 2.047930
Lampiran 27. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Variance Inflation Factors Date: 01/16/13 Time: 00:16 Sample: 1 30 Included observations: 30 Variable C Pakan (X1) Tenaga Kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5)
Coefficient Variance
Uncentered VIF
Centered VIF
0.190525 0.007846 0.013029 0.000396 0.002966 0.003300
215.6003 451.6757 158.1230 7.514279 65.65458 98.88154
NA 3.425111 1.302840 1.225351 1.763488 2.314418
115
Lampiran 28.
Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Dependent Variable: SER01 Method: Least Squares Date: 01/16/13 Time: 00:18 Sample: 1 30 Included observations: 30 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C Pakan (X1) Tenaga Kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5)
0.146517 0.428003 0.131483 0.077680 0.316141 0.347056
1.187711 0.136234 0.204968 0.107308 0.127770 0.124486
0.123361 3.141683 0.641478 0.723899 2.474289 2.787905
0.9028 0.0044 0.5273 0.4761 0.0208 0.0102
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.776161 0.729528 0.333497 2.669293 -6.277399 16.64400 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
7.346667 0.641256 0.818493 1.098733 0.908144 1.184358
Lampiran 29. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 8
Series: Residuals Sample 1 30 Observations 30
7 6 5 4 3
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-3.76e-16 0.024484 0.606893 -0.766790 0.303388 -0.188893 3.050887
Jarque-Bera Probability
0.181640 0.913182
2 1 0 -0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
116
Lampiran 30. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
2.244517 9.558571 8.723481
Prob. F(5,24) Prob. Chi-Square(5) Prob. Chi-Square(5)
0.0826 0.0888 0.1206
Test Equation: Dependent Variable: ARESID Method: Least Squares Date: 01/16/13 Time: 00:18 Sample: 1 30 Included observations: 30 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C Pakan (X1) Tenaga Kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5)
-1.308938 0.222569 0.085223 0.048253 -0.119817 -0.002325
0.631233 0.072404 0.108935 0.057031 0.067906 0.066161
-2.073620 3.073977 0.782330 0.846084 -1.764453 -0.035137
0.0490 0.0052 0.4417 0.4059 0.0904 0.9723
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.318619 0.176665 0.177244 0.753971 12.68583 2.244517 0.082602
Lampiran 31.
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.228237 0.195336 -0.445722 -0.165483 -0.356071 2.150073
Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Variance Inflation Factors Date: 01/16/13 Time: 00:18 Sample: 1 30 Included observations: 30 Variable C Pakan (X1) Tenaga Kerja (X2) Vaksin (X3) Pemanas (X4) Sekam (X5)
Coefficient Variance
Uncentered VIF
Centered VIF
1.410657 0.018560 0.042012 0.011515 0.016325 0.015497
380.5027 271.2179 122.4181 49.66210 95.74607 122.0273
NA 1.801307 1.047533 1.045565 1.973194 1.473278
117
Lampiran 32. Program Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 data olah; input y x1 x2 x3 x4 x5 D; /*D=dummy tipe peternak*/ lny=log(y); lnx1=log(x1); lnx2=log(x2); lnx3=log(x3); lnx4=log(x4); lnx5=log(x5); cards; 1626.40 2411.20 980.80 714.40 1581.60 752.80 3168.00 1552.00 766.40 1020.80 547.20 1177.60 741.60 3975.20 1923.20 370.40 3292.00 3556.80 736.20 1446.40 417.60 755.20 771.20 772.00 863.20 762.40 716.00 3511.20 1924.80 800.00 5502.00 946.80 752.00 1012.80 1177.60 980.80 907.20 644.80 2065.70 623.70
1750.00 2450.00 1050.00 600.00 1650.00 1000.00 3200.00 1550.00 800.00 1100.00 950.00 1400.00 700.00 3900.00 1950.00 350.00 3350.00 3550.00 1050.00 1350.00 400.00 750.00 1000.00 700.00 950.00 700.00 900.00 3350.00 1200.00 900.00 3200.00 900.00 800.00 1400.00 1050.00 1000.00 900.00 700.00 2300.00 700.00
36.00 36.00 37.95 17.00 17.00 41.40 28.80 41.40 18.00 34.00 24.75 16.00 16.00 28.80 24.75 28.80 28.80 32.40 24.75 28.80 28.80 17.50 16.00 30.60 30.60 28.80 28.80 28.80 28.80 16.50 29.70 32.00 16.00 39.10 28.80 15.50 30.60 36.80 32.00 28.80
75.00 45.00 105.00 30.00 30.00 180.00 45.00 60.00 90.00 45.00 30.00 60.00 30.00 120.00 60.00 30.00 60.00 30.00 45.00 30.00 150.00 75.00 0.01 120.00 135.00 30.00 60.00 120.00 30.00 30.00 45.00 45.00 45.00 30.00 30.00 90.00 30.00 60.00 60.00 120.00
60.00 180.00 12.00 70.00 140.00 128.00 180.00 75.00 60.00 70.00 24.00 60.00 60.00 256.00 120.00 70.00 192.00 240.00 27.00 120.00 60.00 112.00 60.00 60.00 21.00 0.001 54.00 180.00 160.00 60.00 280.00 60.00 60.00 74.00 60.00 60.00 80.00 60.00 210.00 60.00
400.00 300.00 400.00 50.00 105.00 125.00 500.00 350.00 125.00 250.00 100.00 350.00 175.00 420.00 200.00 70.00 490.00 615.00 185.00 350.00 40.00 125.00 75.00 90.00 110.00 70.00 50.00 115.00 50.00 200.00 225.00 125.00 100.00 175.00 250.00 200.00 160.00 160.00 335.00 50.00
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
118
Lampiran 32. Lanjutan 1983.00 300.00 16.00 90.00 1232.00 1300.00 28.80 60.00 2864.00 3400.00 28.80 60.00 2346.40 1950.00 36.80 60.00 2350.80 1150.00 29.70 150.00 1552.00 1300.00 37.95 60.00 738.90 5100.00 32.00 30.00 3962.40 3800.00 33.00 120.00 1416.00 1250.00 27.90 150.00 760.00 700.00 35.65 60.00 3068.80 3000.00 16.00 15.00 3960.80 4050.00 28.80 30.00 1556.00 1300.00 24.75 60.00 2653.20 1750.00 16.00 30.00 1872.00 1500.00 32.00 30.00 2778.40 1400.00 32.00 30.00 849.60 1150.00 23.25 30.00 685.00 700.00 16.00 135.00 4728.00 4700.00 24.00 75.00 1136.00 1000.00 16.00 30.00 run; proc reg data=olah; model lny=lnx1 lnx2 lnx3 lnx4 lnx5 D; RESTRICT lnx1+lnx2+lnx3+lnx4+lnx5=1; run;
140.00 120.00 180.00 33.00 120.00 140.00 60.00 360.00 27.00 60.00 180.00 210.00 120.00 160.00 60.00 210.00 70.00 70.00 420.00 76.00
196.00 300.00 300.00 325.00 175.00 150.00 90.00 390.00 225.00 105.00 430.00 160.00 125.00 445.00 250.00 740.00 190.00 280.00 850.00 220.00
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1;
Lampiran 33. Program Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 data olah; input y x1 x2 x3 x4 x5; lny=log(y); lnx1=log(x1); lnx2=log(x2); lnx3=log(x3); lnx4=log(x4); lnx5=log(x5); cards; 1626.40 2411.20 980.80 714.40 1581.60 752.80 3168.00 1552.00 766.40 1020.80 547.20 1177.60 741.60 3975.20
1750.00 2450.00 1050.00 600.00 1650.00 1000.00 3200.00 1550.00 800.00 1100.00 950.00 1400.00 700.00 3900.00
36.00 36.00 37.95 17.00 17.00 41.40 28.80 41.40 18.00 34.00 24.75 16.00 16.00 28.80
75.00 45.00 105.00 30.00 30.00 180.00 45.00 60.00 90.00 45.00 30.00 60.00 30.00 120.00
60.00 180.00 12.00 70.00 140.00 128.00 180.00 75.00 60.00 70.00 24.00 60.00 60.00 256.00
400.00 300.00 400.00 50.00 105.00 125.00 500.00 350.00 125.00 250.00 100.00 350.00 175.00 420.00
119
Lampiran 33. Lanjutan 1923.20 1950.00 24.75 60.00 370.40 350.00 28.80 30.00 3292.00 3350.00 28.80 60.00 3556.80 3550.00 32.40 30.00 736.20 1050.00 24.75 45.00 1446.40 1350.00 28.80 30.00 417.60 400.00 28.80 150.00 755.20 750.00 17.50 75.00 771.20 1000.00 16.00 0.01 772.00 700.00 30.60 120.00 863.20 950.00 30.60 135.00 762.40 700.00 28.80 30.00 716.00 900.00 28.80 60.00 3511.20 3350.00 28.80 120.00 1924.80 1200.00 28.80 30.00 800.00 900.00 16.50 30.00 run; proc reg data=olah; model lny=lnx1 lnx2 lnx3 lnx4 lnx5; RESTRICT lnx1+lnx2+lnx3+lnx4+lnx5=1; run;
120.00 70.00 192.00 240.00 27.00 120.00 60.00 112.00 60.00 60.00 21.00 60.00 54.00 180.00 160.00 60.00
200.00 70.00 490.00 615.00 185.00 350.00 40.00 125.00 75.00 90.00 110.00 70.00 50.00 115.00 50.00 200.00;
Lampiran 34. Program Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 data olah; input y x1 x2 x3 x4 x5; lny=log(y); lnx1=log(x1); lnx2=log(x2); lnx3=log(x3); lnx4=log(x4); lnx5=log(x5); cards; 5502.00 946.80 752.00 1012.80 1177.60 980.80 907.20 644.80 2065.70 623.70 1983.00 1232.00 2864.00 2346.40 2350.80 1552.00 738.90
3200.00 900.00 800.00 1400.00 1050.00 1000.00 900.00 700.00 2300.00 700.00 2300.00 1300.00 3400.00 1950.00 1150.00 1300.00 5100.00
29.70 32.00 16.00 39.10 28.80 15.50 30.60 36.80 32.00 28.80 16.00 28.80 28.80 36.80 29.70 37.95 32.00
45.00 45.00 45.00 30.00 30.00 90.00 30.00 60.00 60.00 120.00 90.00 60.00 60.00 60.00 150.00 60.00 30.00
280.00 60.00 60.00 74.00 60.00 60.00 80.00 60.00 210.00 60.00 140.00 120.00 180.00 33.00 120.00 140.00 60.00
225.00 125.00 100.00 175.00 250.00 200.00 160.00 160.00 335.00 50.00 196.00 300.00 300.00 325.00 175.00 150.00 90.00
120
Lampiran 34. Lanjutan 3962.40 3800.00 33.00 120.00 1416.00 1250.00 27.90 150.00 760.00 700.00 35.65 60.00 3068.80 3000.00 16.00 15.00 3960.80 4050.00 28.80 30.00 1556.00 1300.00 24.75 60.00 2653.20 1750.00 16.00 30.00 1872.00 1500.00 32.00 30.00 2778.40 1400.00 32.00 30.00 849.60 1150.00 23.25 30.00 685.00 700.00 16.00 135.00 4728.00 4700.00 24.00 75.00 1136.00 1000.00 16.00 30.00 ; run; proc reg data=olah; model lny=lnx1 lnx2 lnx3 lnx4 lnx5; RESTRICT lnx1+lnx2+lnx3+lnx4+lnx5=1; run;
360.00 27.00 60.00 180.00 210.00 120.00 160.00 60.00 210.00 70.00 70.00 420.00 76.0
390.00 225.00 105.00 430.00 160.00 125.00 445.00 250.00 740.00 190.00 280.00 850.00 220.00
Lampiran 35. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
5 54 59
21.67392 4.10934 25.78326
4.33478 0.07610
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
0.27586 R-Square 7.20450 Adj R-Sq 3.82900
F Value 56.96
Pr > F <.0001
0.8406 0.8259
Parameter Estimates
Variable
DF
Intercept lnx1 lnx2 lnx3 lnx4 lnx5 D RESTRICT
1 1 1 1 1 1 1 -1
Parameter Estimate 1.00211 0.55662 -0.03900 0.01550 0.27753 0.18934 0.03026 0.57314
Standard Error t Value 0.26243 0.08746 0.06733 0.03017 0.06335 0.06271 0.07298 0.57877
3.82 6.36 -0.58 0.51 4.38 3.02 0.41 0.99
Pr > |t| 0.0003 <.0001 0.5649 0.6095 <.0001 0.0039 0.6800 0.3266*
* Probability computed using beta distribution.
121
Lampiran 36. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
The SAS System
22:39 Wednesday,
January 20, 2013 7
The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: lny NOTE: Restrictions have been applied to parameter estimates.
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square F Value
Model Error Corrected Total
4 25 29
11.94296 0.65154 12.59450
2.98574 0.02606
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
0.16144 R-Square 7.06178 Adj R-Sq 2.28605
Pr > F
114.56 <.0001
0.9483 0.9400
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Intercept lnx1 lnx2 lnx3 lnx4 lnx5 RESTRICT
1 1 1 1 1 1 -1
0.21171 0.89464 -0.05228 0.02128 0.15090 -0.01453 0.22380
Standard Error t Value 0.24243 0.08804 0.05512 0.01920 0.05230 0.05699 0.24068
Pr > |t|
0.87 0.3908 10.16 <.0001 -0.95 0.3519 1.11 0.2783 2.88 0.0079 -0.25 0.8008 0.93 0.3630*
* Probability computed using beta distribution.
122
Lampiran 37. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 The SAS System 22:39 Wednesday, January 20, 2013 6 The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: lny NOTE: Restrictions have been applied to parameter estimates.
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
4 25 29
9.13805 2.82857 11.96662
2.28451 0.11314
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
0.33637 R-Square 7.34722 Adj R-Sq 4.57815
F Value
Pr > F
20.19 <.0001
0.7636 0.7258
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Intercept lnx1 lnx2 lnx3 lnx4 lnx5 RESTRICT
1 1 1 1 1 1 -1
1.35501 0.40836 -0.04236 0.02442 0.31149 0.29809 0.45700
Standard Error t Value 0.46112 0.13647 0.13479 0.09721 0.12878 0.11690 0.41158
2.94 2.99 -0.31 0.25 2.42 2.55 1.11
Pr > |t| 0.0070 0.0062 0.7560 0.8037 0.0232 0.0173 0.2756*
* Probability computed using beta distribution.
123
Lampiran 38. Analysis of Variance Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Terestriksi dan Tidak Terestriksi pada Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan), Peternak Mandiri, dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Uji Skala Usaha Salinan regresi model Cobb Douglas peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan tidak terestriksi Beda Slope Salinan regresi model Cobb Douglas peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan terestriksi Salinan regresi model Cobb Douglas peternak ayam ras pedaging peternak mandiri tidak terestriksi Beda Slope Salinan regresi model Cobb Douglas peternak ayam ras pedaging peternak mandiri terestriksi Salinan regresi model Cobb Douglas peternak ayam ras pedaging peternak kemitraan tidak terestriksi Beda Slope Salinan regresi model Cobb Douglas peternak ayam ras pedaging peternak kemitraan terestriksi
SS
DF
F hitung = 0.987
MS
4.035
53
0.074
1
4.109
54
0.076
0.074 F 0.01(1,53) = 7.08 0.076
F hitung = 0.920 0.629
24
0.023
1
0.652
25
0.026 0.023 F 0.01(1,24) = 7.82
0.026 F hitung = 1.296
2.689
24
0.14
1
2.829
25
0.112
0.14 F 0.01(1,24) = 7.82
0.113
124
Lampiran 39. Perhitungan Rasio NPM dan BKM Produksi Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 No Py Y rata-rata Koefisien input Penggunaan input rata-rata di lokasi Rumus NPM Nilai NPM input BKM input NPM/BKM
No Py Y rata-rata Koefisien input Penggunaan input rata-rata di lokasi Rumus NPM Nilai NPM input BKM input NPM/BKM
No Py Y rata-rata Koefisien input Penggunaan input rata-rata di lokasi Rumus NPM Nilai NPM input BKM input NPM/BKM
Peternak Mandiri 16 407 1 454.49 0.90
Pakan (kg) Peternak Kemitraan 16 225 1 903.56 0.41
Peternak Keseluruhan 16 316 1 679.21 0.56
1 485
1 858
1 672
(βi*Y*Py)/Xi 14 382 5 322 2.70
βi*Y*Py)/Xi 6 782 5 307 1.28
βi*Y*Py)/Xi 9 127 5 315 1.72
Rp/kg -
Peternak Mandiri 16 407 1 454.49 0.15
Pemanas (kg) Peternak Kemitraan 16 225 1 903.56 0.31
Peternak Keseluruhan 16 316 1 679.21 0.28
Satuan
99
127
113
(βi*Y*Py)/Xi 36 398 5 000 7.28
(βi*Y*Py)/Xi 75 632 5 000 15.13
(βi*Y*Py)/Xi 67 403 5 000 13.48
Sekam (kg) Peternak Peternak Kemitraan Keseluruhan 16 225 1 6 316 1 903.56 1 679.21 0.3 0.19 258 237 (βi*Y*Py)/Xi 35 663 1 443 24.71
(βi*Y*Py)/Xi 21 849 1 357 16.10
Satuan (Rp/kg) (kg) (kg)
(Rp/kg) (kg) (kg) Rp/kg -
Satuan (Rp/kg) (kg) (kg) Rp/kg -
125
Lampiran 40. Perhitungan Input Optimal Produksi Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 No Py Y rata-rata Koefisien input Rumus BKM input Input optimal
No Py Y rata-rata Koefisien input Rumus BKM input Input optimal
No Py Y rata-rata Koefisien input Rumus BKM input Input optimal
Pakan (kg) Peternak Peternak Peternak Mandiri Kemitraan Keseluruhan 16 407 16 225 1 6316 1 454.49 1 903.56 1 679.21 0.90 0.41 0.56 (βi*Y*Py)/BKMxi (βi*Y*Py)/BKMxi (βi*Y*Py)/BKMxi 5 322 5 307 5 315 4 013 2 374 2 871 Pemanas (kg) Peternak Peternak Peternak Mandiri Kemitraan Keseluruhan 1 6407 16 225 1 6316 1 454.49 1 903.56 1 679.21 0.15 0.31 0.28 (βi*Y*Py)/BKMxi (βi*Y*Py)/BKMxi (βi*Y*Py)/BKMxi 5 000 5 000 5 000 721 1 921 1 523 Sekam (kg) Peternak Peternak Kemitraan Keseluruhan 16 225 1 6 316 1 903.56 1 679.21 0.3 0.19 (βi*Y*Py)/BKMxi (βi*Y*Py)/BKMxi 1 443 1 357 6 378 3 816
Satuan (Rp/kg) (kg) Rp/kg kg
Satuan (Rp/kg) (kg) Rp/kg kg
Satuan (Rp/kg) (kg) Rp/kg kg
126
Lampiran 41. Dokumentasi Penelitian Usahaternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Gambar 1. Anak Ayam Umur 1 Hari
Gambar 3. Kandang Bentuk Panggung
Gambar 5. Bahan Bakar Kayu untuk Pemanas
Gambar 1. Anak Ayam Umur 5 Hari
Gambar 4. Kandang Bentuk Litter
Gambar 6. Bahan Bakar Gas untuk Pemanas
127
Lampiran 41. Lanjutan
Gambar 7. Sumber Air
Gambar 9. Vaksin Gumboro B
Gambar 11. Vita Chick Obat untuk Mencegah Kekurangan Vitamin
Gambar 8. Tempat Pakan dan Minum
Gambar 10. Vaksin NDLS
Gambar 12. Therapy Obat untuk Mengobati Korela
128
Lampiran 41. Lanjutan Gambar 13. Heroben untuk Penggemukan Ayam
Gambar 15. Pakan Ayam
Gambar 17. Penimbangan Ayam sebelum Pemanenan
Gambar 14. Sekam
Gambar 16. Nota Sarana Produksi dari Pihak Inti
Gambar 18. Proses Pengangkutan Ayam
129
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Demak pada tanggal 24 Februari 1990. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Drs. Suwondo dan Ibu Dra. Dwi Sri Hardiningsih. Penulis memulai pendidikan dasarnya pada tahun 1996 di SD Negeri Bintoro IV Demak dan menyelesaikannya pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 20 Purworejo, dan lulus tahun 2005. Kemudian, penulis diterima di SMA Negeri 2 Purworejo, dan lulus tahun 2008. Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, pada tahun 2008 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama kuliah penulis aktif dalam organisasi Syariah Ecinomics Student Club (SES-C) pada tahun 2010-2011, serta menerima Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA).
130