ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PETERNAK PROBIOTIK DAN NON PROBIOTIK PADA USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING
Oleh ARIF KARYA KUSUMA
A07498198
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
RINGKASAN
ARIF KARYA KUSUMA. A07498198. 2005. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Peternak Probiotik dan Peternak Non Probiotik pada Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, dibawah bimbingan NUNUNG KUSNADI. Bisnis ayam broiler merupakan bisnis yang banyak diminati oleh para investor. Hal ini disebabkan laju perputaran modalnya yang cepat dan didukung oleh infrastruktur yang lengkap. Selain itu pertumbuhan permintaan terhadap daging ayam broiler rata-rata yang mencapai 7 persen per tahun pada tahun 2002 dan kontribusi daging ayam terhadap total konsumsi daging yang mencapai 56 persen turut mendukung berkembangnya usaha ternak ayam broiler. Namun selain memiliki keuntungan, usahaternak ayam broiler juga beresiko tinggi terhadap fluktuasi harga. Pendapatan peternak sangat dipengaruhi oleh ketersediaan modal, ketersediaan input produksi, harga input produksi, kondisi pasar yang mempengaruhi outputnya dan kondisi hasil ternaknya. Peningkatan pendapatan usaha dalam tingkat produksi yang optimum merupakan masalah yang harus dihadapi oleh setiap kegiatan usaha yang bertujuan untuk memperoleh pendapatan maksimum dari kegiatan produksinya. Usaha yang efisien akan memberikan hasil produksi yang optimal sekaligus penekanan biaya serendah mungkin, sehingga peningkatan pendapatan dapat tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui pengaruh penggunaan teknologi probiotik yang dilakukan oleh peternak probiotik; (2) mengetahui efisiensi dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dilakukan oleh peternak probiotik dan non probiotik; (3) mengukur tingkat pendapatan yang diperoleh peternak probiotik dan non probiotik. Penelitian ini dilakukan pada Sunan Kudus Farm yang terletak di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara serta data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait dan literatur yang relevan. Model fungsi produksi yang digunakan untuk menjelaskan kondisi usaha ternak yang dilakukan oleh peternak probiotik dan peternak non probiotik adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan analisis model komponen utama. Model tersebut dipilih karena pada Cobb-Douglas biasa ditemui adanya masalah multikolinier, sehingga hasil pendugaan dari model tersebut tidak dapat diintepretasikan. Berdasarkan nilai dari elastisitas produksinya menunjukkan bahwa penggunaan bibit, pakan, dan pemanas oleh peternak probiotik lebih responsif terhadap produksi dibanding peternak non probiotik. Sedangkan penggunaan tenaga kerja dan obat-obatan oleh peternak non probiotik lebih responsif terhadap produksinya. Penggunaan probiotik terbukti mampu menekan penggunaan jumlah pakan, hal ini dapat dilihat dari nilai feed convertion ratio (FCR) pada peternak probiotik lebih rendah dibandingkan peternak non probiotik.
Penggunaan faktor-faktor produksi baik peternak probiotik maupun peternak non probiotik belum efisien . Karena rasio antara NPM dan BKM tidak sama dengan satu. Hal ini menunjukkan peternak probiotik tidak lebih efisien dibandingkan peternak non probiotik dalam penggunaan input produksi. Dari hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio) diketahui bahwa R/C ratio atas biaya tunai dan R/C ratio atas biaya total peternak probiotik sebesar 1,18 dan 1,17. Sedangkan peternak non probiotik memiliki R/C ratio atas biaya tunai dan R/C ratio atas biaya total lebih rendah yaitu sebesar 1,15 dan 1,14. Artinya kegiatan usaha ternak yang dilakukan oleh peternak probiotik memperoleh penerimaan yang lebih besar dibandingkan penerimaan peternak non probiotik. Saran dalam penelitian ini antara lain : (1) penggunaan probiotik dianjurkan karena terbukti berpengaruh terhadap penekanan jumlah pakan ternak; (2) Peternak probiotik disarankan untuk menambah penggunaan pemanas dan bibit serta mengurangi penggunaan pakan, tenaga kerja dan obat-obatan, dan untuk peternak non probiotik disarankan untuk menambahkan penggunaan tenaga kerja, pemanas dan bibit serta mengurangi penggunaan pakan dan obat-obatan.
DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh : Nama
:
Arif Karya Kusuma
NRP
:
A07498198
Program Studi :
Manajeme n Agribisnis
Judul Skripsi
Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor
:
Produksi Peternak Probiotik dan Peternak Non Probiotik Pada Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Nunung Kusnadi.MS NIP. 131 415 082
Mengetahui, Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698
Tanggal Lulus : 20 Desember 2005
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTORFAKTOR PRODUKSI PETERNAK PROBIOTIK DAN NON PROBIOTIK PADA USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING ” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN
UNTUK
TUJUAN
MEMPEROLEH
GELAR
AKADEMIK
TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHA K
LAIN
KECUALI
SEBAGAI
BAHAN
RUJUKAN
YANG
DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Desember 2005
Arif Karya Kusuma A07498198
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 Mei 1980. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Ir.H. Hendi Hermawan dan Ibu Hj. Isnaeni Suryaningsih. Penulis memulai pendidikan dasarnya pada tahun 1986 di SD Negeri Semplak 2, Bogor, dan menyelesaikannya pada tahun 1992. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Bogor, dan lulus tahun 1996. Kemudian, penulis diterima di SMUN 2 Bogor, dan lulus pada tahun 1998. Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, pada tahun 1998 melalui jalur UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdu’lillaahirabbil’aalamin penulis panjatkan, berkat rahmat karunia serta kekuatan yang diberikan-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis bermaksud menghaturkan terimakasih kepada banyak pihak yang menjadi bagian disetiap langkah penyusunan penelitian ini hingga terselesaikannya penulisan ini : 1. Mama dan Papa, orang tua penulis yang telah mengajarkan do’a, kerja keras dan kesabara n adalah kombinasi terbaik meraih cita-cita. 1. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS. selaku dosen pembimbing yang dengan kesabaran telah memberikan bimbingan, arahan, kritik dan saran dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Lukman M. Baga, MEc atas kesediaan menjadi dosen penguji utama. 3. Ir. Netti Tinaprilla, MM atas kesediaannya menjadi dosen penguji komisi pendidikan. 4. Rekan-rekan di Sunan Kudus Farm, atas kerjasama dan do’anya. 5. Untuk teh Ida di komdik yang telah banyak membantu dalan hal administrasi. 6. Untuk saudara -saudaraku Andrie, Rini, Aviani serta Syarif dan juga keponakanku Haura dan Fathin. 7. Untuk mbak Dewi dan Suprehatin di sekretariat program studi agribisnis atas bantuannya selama ini. 8. Untuk Kiki-ku atas dukungan dan doanya selama ini, Mia, Yulia, Radit, Indra mustika, serta anak-anak RUKO’s lainnya atas kebersamaannya selama ini. 9. Hendri Metro Purba sebagai teman satu bimbingan dan satu perjuangan semasa kuliah. 10. Cay, Donald, Reza, Edo, para penghuni base one dan rekan-rekan ’35 lainnya atas saran dan dorongannya selama ini. 11. Pihak-pihak lain yang membantu saya dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Bogor, Desember 2005 Penulis
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke pada Tuhan Allah Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunia -Nya yang besar yang memberikan segala hikmat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Peternak Probiotik dan Non Probiotik Pada Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging”. Sesuai dengan judul tersebut, skripsi ini menganalisis pendapatan yang diperoleh peternak dari usaha ternak ayam ras pedaging, menganalisis faktor -faktor yang mempengaruhi produksi dalam usaha ternak ayam ras pedaging, dan melakukan analisis efisiensi ekonomis penggunaan faktor produksi pada usaha ternak ayam ras pedaging. Penulis menyadari kekurangan dalam penulisan skripsi ini sehingga diperlukan kritik dan saran unt uk perbaikan skripsi ini. Penulis berharap penelitian yang dilakukan dapat diterima dan dimanfaatkan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pihak lain yang berkepentingan.
Bogor, Desember 2005
Penulis
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.....................................................................................
i
UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................................
ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
viii
BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ...........................................................................
6
1.3. Tujuan Penelitian ...............................................................................
8
1.4. Kegunaan Penelitian ..........................................................................
9
BAB II. TINJ AUAN PUSTAKA ....................................................................
10
2.1. Usaha Petermakan Ayam Broiler .....................................................
10
2.2. Potensi Ayam Broiler di Indonesia .....................................................
10
2.3. Kendala Budidaya Ayam Broiler di Indonesia ...................................
11
2.4. Karakteristik Ayam Broiler ................................................................
13
2.5. Definisi Mikroorganisme Probiotik ....................................................
14
2.6. Faktor Produksi Ayam Broiler ............................................................
15
2.6.1. Bibit (DOC) ..............................................................................
16
2.6.2. Pakan.........................................................................................
17
2.6.3. Obat-obatan dan Vaksin ...........................................................
18
2.6.4. Tenaga Kerja.............................................................................
19
2.6.5. Kandang ....................................................................................
20
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................
22
3.1. Kerangka Teoritis ...............................................................................
22
3.1.1. Analisis Analisis Usahatani......................................................
22
3.1.2. Fungsi Produksi........................................................................
25
3.1.3. Model Fungsi Produksi.............................................................
29
3.1.4 Efisiensi Ekonomi.....................................................................
32
3.2. Pengaruh Probiotik Terhadap Efisiensi ..............................................
35
BAB IV. METODE PENELITIAN .................................................................
37
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................
37
4.2. Metode Pengumpulan Data dan Penentuan Sampel ..........................
37
4.3. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ......................................
38
4.3.1. Analisis Kualitatif ....................................................................
38
4.3.2. Analisis Kuantitatif...................................................................
38
4.3.2.1. Analisis Pendapatan Usahatani .....................................
39
4.3.2.2. Analisis Imbangan Penerimaan Terhadap Biaya ..........
39
4.3.2. 3. Analisis Fungsi Produksi...............................................
40
4.3.2. 4. Pengujian Hipotesa........................................................
41
4.3.2. 5. Analisis Efisiensi Ekonomi ..........................................
45
4.4. Pengukuran Variabel...........................................................................
46
4.5. Batasan Istilah (Definisi Istilah) .........................................................
47
4.6. Langkah-Langkah Metode Penelitian..................................................
50
BAB V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ..............................................
51
5.1. Keadaan Umum Wilayah Kabupaten Bogor.......................................
51
5.2. Keadaan Umum Perusahaan ...............................................................
52
5.3. Struktur Organisasi.............................................................................
53
5.4. Manajemen Budidaya Ayam Broiler ..................................................
54
5.4.1. Masa Kosong Kandang ............................................................
55
5.4.2. Persiapan DOC Tiba .................................................................
55
5.4.3. Masa Pemeliharaan ..................................................................
56
5.4.4. Masa Panen...............................................................................
58
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….
60
6.1. Analisis Usaha Ternak Ayam Broiler.................................................
60
6.1.1. Total Biaya Tunai ....................................................................
67
6.1.2. Total Biaya Yang Diperhitungkan............................................
67
6.1.3. Total Biaya Faktor Produksi ....................................................
68
6.1.4. Pendapatan Usaha Ternak Ayam Broiler.................................
69
6.1.5. Analisis Imbangan Penerimaan Terhadap Biaya .....................
71
6.2. Analisis Model Fungsi Produksi.........................................................
73
6.3. Model Fungsi Cobb-Douglas Dengan Analisis Komponen Utama....
74
6.4. Analisis Efisiensi Faktor Produksi.......................... ............................
78
6.4.1. Analisis Penggunaan Faktor Produksi .....................................
78
6.4.2. Feed Convertion Ratio (FCR) ..................................................
81
6.4.3. Analisis Efisiensi Ekonomi.......................................................
82
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................
86
7.1. Kesimpulan ........................................................................................
86
7.2. Saran ..................................................................................................
87
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
88
LAMPIRAN......................................................................................................
90
DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.
Program Kesehatan Yang Dilakukan Oleh Peternak Probiotik dan Non Probiotik Pada Sunan Kudus Farm.....................................................
2.
Umur Pemakaian dan Penyusutan Peralatan Kandang Per 1000 Ekor Peternak Probiotik dan Peternak Non Probiotik ...............................................
3.
61
Total Biaya Faktor Produksi Usaha Ternak Ayam Broiler Per 1000 Ekor Peternak Probiotik dan Peternak Non Probiotik .............................................
6.
60
Total Biaya Tidak Tunai Per 1000 Ekor Peternak Probiotik dan Peternak Non Probiotik ..............................................................................
5.
58
Total Biaya Tunai Per 1000 Ekor Peternak Probiotik dan Peternak Non Probiotik ..............................................................................
4.
56
61
Analisis Pendapatan Usaha Ternak Ayam Broiler Per 1000 Ekor Per periode Produksi di Sunan Kudus Farm, Periode Juli-Agustus 2005.........
62
7.
Analisis Regresi Dengan SK1 dan SK2 Sebagai Variabel Bebas ....................
67
8.
Analisis Ragam Fungs i Produksi Usaha Ternak Ayam Broiler Peternak Probiotik ...........................................................................................................
9.
67
Hasil Pendugaan Variabel Fungsi Produksi Usaha Ternak Ayam Broiler Peternak Probiotik ............................................................................................
68
10.
Analisis Regresi Dengan SK1 dan SK2 Sebagai Variabel Bebas.....................
68
11.
Analisis Ragam Fungsi Produksi Usaha Ternak Ayam Broiler Peternak Non Probiotik ...................................................................................................
12.
Hasil Pendugaan Variabel Fungsi Produksi Usaha Ternak Ayam Broiler Peternak Non Probiotik .....................................................................................
13.
69
Rasio NPM-BKM Usaha Ternak Ayam Broiler Peternak Probiotik Periode Juli-Agustus 2005 ................................................................................
14.
69
74
Rasio NPM-BKM Usaha Ternak Ayam Broiler Peternak Non Probiotik Periode Juli-Agustus 2005 ................................................................................
76
DAFTAR GAMBAR
No
Halamaan Teks
1. Kurva Fungsi Produksi Total dan Hubungannya Dengan Produk Marginal............. 25 2. Tahap-Tahap Metode
Penelitian..............................................................................45
3. Struktur Organisasi Sunan Kudus Farm................................................... ................. 48
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
Halaman
Jumlah Populasi dan Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2000 - 2002 ...........................................................................................
82
2.
Data Produksi Peternak Non Probiotik ............................................................
83
3.
Data Produksi Peternak Probiotik ....................................................................
84
4.
Hasil Analisis Regresi Cobb-Douglas Peternak Probiotik Dengan Metode Kuadrat Terkecil................................................................................................
85
5.
Hasil Analisis Komponen Utama Peternak Probiotik .......................................
86
6.
Hasil Analisis Regresi Cobb-Douglas Peternak Non Probiotik Dengan Metode
7.
Kuadrat Terkecil..... ................................................................
Hasil Analisis Komponen Utama Peternak Non Probiotik............................... 89
88
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan
subsektor
peternakan
merupakan
bagian
yang
tak
terpisahkan dari pembangunan subsektor pertanian, yang memiliki tujuan jangka panjang:
(1)
meningkatkan
pendapatan
dan
kesejahteraan
peternak;
(2)
meningkatkan penyediaan komoditi ternak dan hasil ternak untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri dan internasional; (3) meningkatkan ketersediaan kesempatan
kerja dan kesempatan berusaha yang produktif dari subsektor
peternakan; (4) meningkatkan perolehan devisa dari ekspor ternak dan hasil ternak;
dan
(5)
memelihara
kelestarian
sumberdaya
peternakan
untuk
pembangunan yang berkelanjutan (Direktorat Jenderal Peternakan, 2002). Pembangunan subsektor peternakan khususnya peternakan ayam broiler dapat dilihat dari perkembangan populasi dan produksi daging yang dihasilkan. Berdasarkan data dari buku Statistik Peternakan (2002), populasi ayam broiler di Indonesia pada tahun 2000 berjumlah 530.874.057 ekor dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 621.870.428 ekor atau mengalami peningkatan 17,14 persen. Pada tahun 2002 meningkat lagi menjadi 716.131.475 ekor atau mengalami peningkatan sebesar 15,16 persen dari tahun 2001. Untuk produksi daging ayam broiler terus mengalami peningkatan dari tahun 2000 hingga 2002. Produksi ayam broiler pada tahun 2000 berjumlah 515.002 ton, kemudian pada tahun 2001 mengalami peningkatan sebesar 4,26 persen (536.954) dan pada tahun 2002 berjumlah 555.721 ton atau mengalami peningkatan sebesar 3,49 persen dari tahun 2001. Perkembangan populasi dan produksi ayam broiler dapat dilihat pada lampiran I.
Pada
tahun
2002
kontribusi
konsumsi
daging
ayam
terhadap
total
konsumsi daging mencapai 56 persen sedangkan daging sapi hanya 23 persen dan daging babi 13 persen. Kecenderungannya, kontribusi daging ayam akan terus meningkat dan mendesak daging sapi dan kambing atau domba (Tangendjaya, 2002). Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa usaha ternak ayam broiler mempunyai peluang yang cukup baik. Permintaan akan produk hasil ternak ayam broiler diperkirakan akan terus meningkat, hal ini dipengaruhi oleh 5 faktor yaitu: (1) Pendapatan, konsumsi produk hasil ternak meningkat ketika pendapatan penduduk naik; (2) Harga, menurunnya harga akan meningkatkan konsumsi. Harga riel daging, susu, biji-bijian di dunia menurun antara 23 persen hingga 46 persen
sehingga
masyarakat.
mendorong
Penduduk
di
konsumsi
lebih
perkotaan
tinggi
(urban)
lagi;
(3)
Gaya
hidup
mendiversifikasikan
pola
makanannya sehingga mengkonsumsi daging dan susu lebih tinggi lagi; (4) Meningkatnya populasi penduduk dunia akan mendorong permintaan produk daging yang makin tinggi, hal ini tampak dari permintaan negara-negara tertentu seperti China, Asia Tenggara bahkan India; (5) Perdagangan dan komunikasi global
mengakibatkan
(Tangendjaya,
2002).
tersedianya Berdasarkan
produk data
ternak
sampai
SI-LMUK
(Sistem
pelosok-pelosok Informasi
Pola
Pengembangan / Lending Model Usaha Kecil, 2002). Saat ini pertumbuhan permintaan terhadap daging ayam broiler rata-rata 7 persen per tahun. Angka kebutuhan nasional terhadap daging ayam broiler sebesar 3,3 kilogram per kapita per tahun, sementara permintaan terhadap total daging
ayam unggas 4,6 persen kilogram per tahun. Dengan demikian protein hewani asal daging unggas, yang berasal dari daging ayam broiler mencapai 71,7 persen. Ditengah
laju
peningkatan
produksi
ayam
broiler
di
Indonesia.
Merebaknya isu wabah penyakit flu burung (Avian Influenza) sejak bulan September dan Oktober 2003 mengejutkan dunia subsektor peternakan. Sekitar 15 juta ekor unggas di Indonesia mati akibat wabah flu burung (AI) tersebut. Jumlah tersebut merata di Jawa Timur, Bali, sebagian Jawa Tengah dan Jawa Barat. Namun, pemerintah saat itu belum mengakui dan terkesan menutup-nutupi (Sukarno, 2004). Tindakan pemerintah yang terkesan lambat dan menutup-nutupi akan adanya wabah flu burung (Avian Influenza) dengan tujuan untuk menjaga ekspor ternak unggas Indonesia, ternyata membawa dampak positif dan negatif. Dampak positif tersebut hanya dirasakan oleh perusahaan-perusahaan besar yang melakukan ekspor, sedangkan dampak negatif dirasakan oleh peternak rakyat dalam negeri. Berkembangnya isu tentang virus flu burung (AI) yang dapat menular
kepada
manusia
diduga
bisa
mengakibatkan
konsumsi
masyarakat
terhadap daging ayam broiler menjadi menurun sehingga jumlah permintaan dan harga jual terhadap ayam broiler juga mengalami penurunan. Penurunan harga jual
ayam
broiler
tersebut
diduga
akan
dapat
mengakibatkan
penurunan
penerimaan peternak rakyat ayam broiler. Selain dihadapkan pada wabah penyakit flu burung (AI) yang menyerang ternaknya, para peternak ayam broiler juga dihadapkan pada kendala tingginya harga input produksi dan rendahnya harga hasil produksi. Di Indonesia masuknya peternak ayam besar pada sektor budidaya yang dimulai pada tahun 1999 telah membuat ketidakmenentuan pasar ternak, apalagi peternak ayam besar menguasai
70
persen pasokan ayam yang dikonsumsi masyarakat1). Dengan memproduksi
DOC dan pakan sendiri mereka dapat menekan harga jual ayam di pasar yang otomatis merugikan usaha peternakan kecil karena harga jualnya tidak menutupi biaya produksi. Hal lain yang terjadi adalah over produksi DOC dan peternak ayam besar yang membuat berlimpahnya pasokan ayam yang beredar di pasar sehingga harga ayam di pasar jatuh. Kestabilan nilai tukar rupiah juga sangat berpengaruh pada naik turunnya harga input produksi ayam broiler karena sebagian besar bahan baku utama pakan ternak, yakni; jagung dan kedelai serta beberapa jenis vaksin, antibiotik dan beberapa jenis desinfektan masih merupakan bahan impor. Fluktuasi harga pakan memang tidak seperti fluktuasi harga DOC dan ayam broiler yang dapat berubah setiap harinya. Namun sangat signifikan pengaruhnya karena biaya pakan dalam usaha budidaya ternak ayam broiler merupakan komponen terbesar, yaitu sekitar 70 persen. Ketersediaan yang tidak menentu dan tidak adanya jaminan stabilitas kualitas bahan pakan dalam negeri menyebabkan penggunaan bahan baku impor, yang biayanya jelas lebih tinggi. Akibat masuknya industri peternakan ayam besar dan pengaruh nilai rupiah pada besarnya penggunaan bahan baku impor seperti yang telah dijelaskan diatas menggambarkan bahwa tidak saja dalam pemasaran hasil produksinya tetapi juga dalam pembelian sarana produksi ternaknya, usaha peternakan ayam kecil bertindak sebagai price taker. Dalam usaha ternak ayam broiler, pendapatan yang diperoleh peternak merupakan hasil dari selisih setiap modal yang ditanam per ekor ayam dengan harga penjualan per kilo bobot ayam hidup siap potong. Dengan kondisi tersebut, pendapatan yang diperoleh merupakan kemampuan dari peternak itu sendiri dalam
memanajemen faktor produksi yag dimilikinya seefisien mungkin. Alokasi modal yang
efisien
menjadi
menjadikannya
kendala
utama
para
peternak
ayam
broiler untuk
usaha yang maju dan menjadi bisnis yang baik. Ditengah
banyaknya pilihan input produksi dari berbagai perusahaan yang menawarkan keunggulan produknya dengan harga yang kompetitif, para peternak ayam broiler khususnya para peternak ayam skala usaha kecil dituntut untuk memilih input produksi apa yang dapat memberikan hasil produksi optimal dengan biaya yang relatif
murah,
kemudian
mengalokasikan
faktor-faktor
produksi
yang
digunakannya secara efisien. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlangsung disegala bidang membawa perubahan pada berbagai bidang kehidupan termasuk bidang peternakan dan kesehatan. Berbagai perubahan-perubahan baru ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengarah kepada efisiensi penggunaan input produksi pada usahaternak
banyak
dilakukan,
salah
satunya
adalah
teknologi
penggunaan
mikrobiotik. Mikrobiotik atau yang lebih dikenal dengan istilah probiotik yaitu biakan mikroorganisme tertentu yang ada dalam tubuh hewan dan akan menjamin pembentukan secara efektif organisme yang bermanfaat dalam tubuh inang (hewan) terutama sistem pencernaan. Penggunaan teknologi probiotik ini banyak digunakan karena mampu mengefisienkan input-input produksi pada usahaternak ayam ras terutama dalam input produksi pakan yang mempunyai komposisi biaya terbesar dalam biaya produksi. Probiotik mampu
meningkatkan pertambahan bobot badan ternak,
konversi pakan yang lebih rendah serta menjaga kesehatan ternak dan merupakan alternatif
yang
aman
karena
aktivitasnya
dalam
mendukung
perkembangan
mikroba yang menguntungkan dan menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam saluran pencernaan. Pemberian probiotik
dapat menjaga keseimbangan komposisi
mikroorganisme dalam sistem pencernaan ternak yang berakibat meningkatnya daya cerna dan hewan ternak menjadi lebih kebal terhadap penyakit yang menyerang. 1.2.
Perumusan Masalah Usaha peternakan ayam ras pedaging merupakan alternatif usaha yang
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan peternakan penghasil daging lainnya. Keunggulannya itu diantaranya adalah laju perputaran modal yang cepat, waktu pemeliharaan yang singkat yaitu dalam waktu lima minggu sudah dapat dipanen dengan bobot 1,5 hingga 1,56 kilogram per ekor dan dapat dimulai dengan jumlah modal yang dimiliki baik dalam bentuk usaha sampingan maupun usaha pokok. Jadi dalam hal ini peternakan ayam ras pedaging merupakan salah satu usaha peternakan yang cepat menghasilkan produk dan cepat menghasilkan penerimaan sehingga menjadi daya tarik bagi peternak untuk mengusahakannya. Selain merupakan usaha yang memiliki laju perputaran modal yang cepat dan waktu pemeliharaan yang singkat, usaha ternak ayam ras pedaging juga merupakan usaha yang beresiko tinggi terhadap fluktuasi harga. Pendapatan peternak sangat dipengaruhi oleh ketersedian modal, ketersediaan input produksi, harga input produksi, kondisi pasar yang mempengaruhi harga outputnya dan kondisi hasil ternaknya. Peningkatan pendapatan usaha dalam tingkat produksi yang optimum merupakan masalah yang harus dihadapi oleh setiap kegiatan usaha yang bertujuan memperoleh pendapatan maksimum dari kegiatan produksinya. Usaha yang efisien akan memberikan hasil produksi yang optimal sekaligus
penekanan biaya produksi serendah mungkin, sehingga peningkatan pendapatan dapat dicapai. Usaha yang efisien sangat bergantung pada kemampuan peternak dalam mengelola faktor-faktor produksinya, hal ini berkaitan erat dengan penggunaan dan pengalokasian faktor-faktor produksi tersebut secara tepat. Penggunaan teknologi mikrobiotik yang lebih dikenal dengan istilah probiotik, mulai banyak digunakan oleh para peternak ayam ras pedaging sebagai salah satu cara untuk dapat mengurangi stres pada ternak dan meningkatkan nafsu makan sesuai dengan kenaikan
berat
badan
dan
tingginya
rasio
keberhasilan
berbagai
program
vaksinasi, serta hasil akhir yang dapat menekan jumlah penggunaan pakan. Hal ini dapat terlihat dari nilai FCR (feed convertion ratio) yaitu rasio konversi pakan ternak. Nilai FCR yang lebih kecil mengindikasikan bahwa dibutuhkan pakan yang lebih sedikit untuk mencapai satu kilogram bobot badan ayam. Sebagai teknologi yang baru dikenal dalam dunia usaha ternak ayam ras pedaging, masih terdapat berbagai opini dan silang pendapat diantara para peternak mengenai dampak dan manfaat dari penggunaan probiotik tersebut. Menurut
Infovet
penggunaan
(2003),
teknologi
berdasarkan
probiotik.
Ada
hasil pihak
dilapangan yang
mengenai
merasakan
pengaruh
dampak
dari
penggunaan probiotik dalam menekan jumlah penggunaan pakan dan mempunyai hasil
nyata
yang
signifikan
terhadap
penekanan
biaya
produksi
sehingga
pendapatan usaha ternaknya meningkat, namun ada pula yang mengeluhkan bahwa penggunaan probiotik tidak berpengaruh secara nyata pada penekanan biaya pakan. Mereka merasa penggunaan probiotik tidak membuat pendapatan usaha
ternak
mereka
mengalami
peningkatan.
Akan
tetapi
sebaliknya,
penggunaannya hanya akan menambah pengeluaran baru dalam biaya produksi sehingga yang terjadi bukan peningkatan pendapatan yang tercapai. Yang terjadi adalah penurunan pendapatan pada usaha ternak mereka. Alokasi faktor-faktor produksi yang efisien pada usaha peternakan ayam broiler berkaitan erat dengan manajemen budidaya yang dilaksanakan suatu usaha peternakan. Kondisi ini menunjukkan perlunya peninjauan kembali bagaimana para
peternak
ayam
broiler
mengalokasikan
faktor-faktor
produksi
yang
dimilikinya selama ini dan bagaimana yang seharusnya sehingga, pendapatan yang maksimum pada tingkat produksi yang optimum dapat tercapai. Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut : 1.
Sejauhmana pengaruh penggunaan probiotik dalam faktor produksi pakan pada usaha ternak ayam ras pedaging ?
2.
Bagaimana efisiensi ekonomis dari penggunaan factor-faktor produksi pada peternak probiotik dan non probiotik dalam usaha ternak ayam ras pedaging ?
3.
Apakah benar usaha ternak ayam ras pedaging dengan menggunakan probiotik lebih menguntungkan daripada usaha ternak ayam ras pedaging yang tidak menggunakan probiotik ?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan probiotik dalam upaya menekan penggunaan jumlah pakan ternak.
2. Untuk mengetahui analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi yang dilakukan peternak probiotik dan non probiotik. 3. Untuk mengukur tingkat pendapatan usaha ternak yang dilakukan oleh peternak probiotik dan non probiotik dalam upaya mencapai peningkatan pendapatan. 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai : 1. Bahan masukkan bagi perusahaan peternaka n ayam ras pedaging dalam evaluasi usaha yang dilakukan untuk perencanaan pengembangan usaha selanjutnya. 2. Informasi bagi pihak yang terkait dengan usaha peternakan ayam ras pedaging (Dinas Peternakan, Praktisi, Peneliti). 3. Melatih penulis agar mampu melaksanakan penelitian dan menuangkannya menjadi suatu karya ilmiah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Pertanian
Republik
Indonesia
No.362/kpts/TN.120/5/1990, skala usaha peternakan di Indonesia dapat dibedakan menjadi perusahaan peternakan dan peternakan rakyat. Perusahaan peternakan adalah suatu usaha yang dijalankan
secara teratur dan terus menerus pada suatu
tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial yang meliputi kegiatan menghasilkan ternak (ternak bibit atau ternak potong), telur, susu serta usaha menggemukkan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan produk-produk peternakan. Peternakan rakyat adalah usaha peternakan
yang
diselenggarakan
sebagai
usaha
sampingan
yang
jumlah
maksimum kegiatannya untuk tiap jenis ternak 15.000 ekor per periode produksi. Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan kecil, siap dipotong pada umur yang relatif muda serta menghasilkan kualitas daging berserat. Strain ayam broiler yang beredar di Indonesia antara lain Arbor Acress, Cobb, Hubbard, Hybro, Cobb 100, Kimber dan Pilch (Suharno, 2002). 2.2. Potensi Ayam Broiler di Indonesia Menurut Nichol (2003), prospek industri perunggasan di Indonesia sangat menjanjikan. Hal tersebut dapat terwujud bila industri ini dikembangkan dengan manajemen produksi yang lebih efisien, biaya produksi yang lebih murah dengan memanfaatkan bahan baku yang ada, menekan konversi pakan dan mortalitas,
meningkatkan pertumbuhan populasi serta kebijakan yang mendukung industri ini. Sebagai suatu bidang ilmu yang terkait dengan bidang usaha, peternakan ayam ras pedaging di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dari segi tatalaksana. Dari sisi permintaan dalam struktur konsumsi daging nasional, dari tahun ke tahun peranan daging ayam broiler tercatat peningkatannya , dari 13 persen pada tahun 1970 menjadi sekitar 60 persen pada tahun 1990-an (Abidin, 2003). Menurutnya lagi, hal tersebut perlu di antisipasi oleh para peternak agar usaha mereka menghasilkan keuntungan sesuai dengan yang mereka harapkan. Semua yang terkait dengan bidang usaha ini harus melakukan koreksi total terhadap penanganan usaha peternakan rakyat, yang pada skala makro tidak hanya meningkatkan taraf kehidupan peternak. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara peningkatan
skala
usaha,
penanganan
yang lebih intensif dan penggunaan
berbagai hasil penelitian yang terbukti mampu meningkatkan produktivitas ternak. 2.3. Kendala Budidaya Ayam Broiler di Indonesia Keadaan sektor peternakan saat ini banyak mengalami hambatan dalam kemajuannya. Fakta tersebut adalah; 1) ketidakberdayaan peternak kecil dalam menjalankan
usahanya
terutama
pada
ketidakmampuan
peternak
dalam
merencanakan budidayanya karena aspek supply dan demand yang digerakkan invisible hand, 2) Daya konsumsi komoditi peternakan masih rendah yang disebabkan oleh politik beras yang berkepanjangan dan
3) Pola korporasi sektor
peternakan khususnya perunggasan sangat leluasa gerakannya, seperti tumbuhnya gaya konglomerasi industri peternakan. (Sahid, 2003).
Sahid (2003) lebih lanjut mengatakan bahwa dengan pertumbuhan industri perunggasan, persaingan yang semakin ketat akan semakin menguntungkan peternak sebagai produsen, namun yang terjadi adalah anomali perunggasan yaitu semakin banyak persaingan yang secara logika semakin kompetitif produknya dan konsumen semakin leluasa memilih produk yang ditawarkan, kondisi peternak semakin tidak berdaya karena ketidak menentuan harga beli sarana produksi dan nilai jual komoditi. Tantangan usaha budidaya ayam broiler menurut Abidin (2003), antara lain adalah : 1. Kelemahan manajemen pemeliharaan; karena ayam broiler merupakan hasil dari berbagai perkawinan silang dan seleksi yang rumit, kesalahan dan kesilapan dari segi manajemen pemeliharaan akan mengakibatkan kerugian. 2. Fluktuasi harga SAPRONAK; sama halnya dengan harga ayam ras pedaging siap potong. Harga sarana produksi seperti DOC, pakan ternak, vaksin, dan obat-obatan juga mengalami fluktuasi yang bermuara pada keseimbangan penawaran dan permintaan di pasar. 3. Tidak ada kepastian waktu jual; dalam kondisi normal peternak ayam broiler mandiri mudah menjual ayam broiler siap potong tetapi tidak dalam kondisi penawaran yang lebih tinggi dari permintaan. Disinilah letak tidak adanya kepastian waktu jual, peternak dapat saja menjual murah hasil ternaknya atau menunggu harga yang lebih baik tapi sekaligus akan menjadi pengeluaran ekstra untuk pakan. 4. Margin usaha rendah; margin usaha budidaya ayam broiler keuntungannya sangat tipis yakni 5 hingga 10 persen dari setiap siklus produksinya (sekitar 2
bulan). Jika dilihat angkanya mungkin masih lebih tinggi dari bunga Bank tetapi dengan berbagai resiko yang tidak pasti misalnya outbreak ND yang bisa menyebabkan kematian ternak hingga 100 persen. 5. Faktor lain yang menghambat; lebih dari separuh harga sapronak misalnya vaksin, obat-obatan, feed supplement, bahan baku pakan (tepung ikan, jagung, dan bungkil kedelai) merupakan produk impor. 2.4. Karakteristik Ayam Broiler Menurut Abidin (2003), melalui berbagai penelitian perkawinan silang dan seleksi para ahli pemuliaan ternak dengan mencari dan menggabungkan berbagai keunggulan dari berbagai jenis ayam seperti ayam hutan merah (Galus galus, Galus bankiva), ayam hutan ceton (Galus lafayetti), ayam hutan abu-abu (galus sonerati), dan ayam hutan hijau (Galus varius, Galus javanicus) pada tahun 1945 ditemukan strain ayam pedaging yang mampu mencapai berat 1 kilogram dalam waktu 8 minggu. Penelitian dan penemuan terus berlanjut disertai dengan perbaikan konversi pakan hingga pada tahun 1965 kembali dirilis ayam ras pedaging yang mampu mencapai berat badan 1,72 kilogram dalam waktu 8 minggu dengan konversi pakan 2,2 kilogram. Sejak saat itu berbagai perusahaan pembibitan berlomba menciptakan strain baru. Yang dimaksud dengan ayam ras pedaging adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur dibawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tertentu, mempunyai pertumbuhan cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang banyak. (Rasyaf. M, 1998). Ayam ras pedaging disebut juga ayam broiler, merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsabangsa
ayam
yang
memiliki
daya
produktivitas
tinggi,
terutama
dalam
memproduksi daging ayam. Pemeliharaannya pun relatif singkat, sekitar 5 hingga 6 minggu sudah bisa dipanen. (Prihatman, 2002). 2.5. Definisi Mikroorganisme Probiotik Probiotik
dapat
diterjemahkan
sebagai
Pro,
yaitu
pendukung
atau
pemihak; dan biotik, adalah mahluk hidup, sehingga mikroorganisme probiotik dapat
diungkapkan
sebagai
mahluk
mikroskopik
atau
jasad
renik
yang
mendukung kehidupan dan pertumbuhan mahluk hidup (Essicipta Lestari, 2002). Menurut Infovet (2003), istilah probiotik berasal dari bahasa Yunani yang artinya “untuk hidup”. Istilah ini mula-mula digunakan tahun 1965 oleh Lilley dan Still Well, untuk menjelaskan suatu zat yang disekresikan oleh mikroorganisme yang mampu menstimulasi pertumbuhan. Istilah Probiotik digunakan oleh Perker (1974)
menggambarkan
tentang
keseimbangan
mikroorganisme
di
saluran
pencernaan. Pada saat ternak mengalami stres, keseimbangan mikroorganisme di dalam saluran pencernaan jadi terganggu, mengakibatkan sistem pertahanan tubuh menurun dan bakteri-bakteri patogen berkembang dengan cepat. Pemberian probiotik dapat menjaga keseimbangan komposisi mikroorganisme dalam sistem pencernaan ternak, yang berakibat meningkatnya daya cerna bahan pakan dan menjaga kesehatan ternak. Ahli
mikrobiologi
Crawford
(1977)
mendefinisikan
probiotik
sebagai
biakan mikroorganisme tertentu yang ada dalam tubuh hewan dan akan menjamin pembentukan secara efektif organisme yang bermanfaat dalam tubuh inang (hewan)
terutama
sistem
pencernaan.
Belakangan
rekannya
Fuller
(1991)
mendiskripsikan sebagai sejenis makanan suplemen dari organisme hidup yang menguntungkan inang (hewan) melalui perbaikan keseimbangan organisme di
saluran pencernaannya. Ada juga yang berpendapat bahwa itu sebenarnya merupakan kultur campuran dari berbagai mikroorganisme yang bersahabat dan sangat kondusif untuk mahluk hidup yang telah dibudidayakan. Dari bermacam-macam definisi yang di buat, yang paling banyak dipakai dan berlaku secara saintifik dikemukakan oleh Fuller (1992) dan Gibson (1995) yaitu bakteri hidup yang diberikan sebagai suplemen makanan yang mempunyai pengaruh menguntungkan pada kesehatan baik pada manusia dan binatang, dengan
memperbaiki
keseimbangan
mikroflora
intestinal.
Mikroflora
yang
digolongkan sebagai probiotik adalah yang memproduksi asam laktat terutama misalnya Lactobacilli dan bifidobacteria walaupun jenis yang lain juga ada. Probiotik yang efektif harus bisa memenuhi beberapa kriteria : (1) memberi efek yang menguntungkan pada induk semang; (2) tidak menyebabkan penyakit dan tidak beracun; (3) mengandung sejumlah besar sel hidup; (4) mampu bertahan dan melakukan kegiatan metabolisme dalam usus; (5) tetap hidup selama penyimpanan dan waktu digunakan; (6) mempunyai sifat sensor yang baik. Dalam
pemakaian,
probiotik
akan
bisa
meningkatkan
populasi
mikroorganisme dan keragamannya, hingga aspek positif berupa pertumbuhan (produksi) dan kesehatan (kualitas) ternak akan optimal. 2.6. Faktor-faktor Produksi Peternakan Ayam Broiler Rasyaf (2000) menyatakan bahwa faktor-faktor produksi yang dibutuhkan dalam produksi ayam broiler adalah DOC, ransum, obat-obatan, tenaga kerja dan kandang. Hasil penelitian Indrayati (1993) menyatakan bahwa ada enam faktor produksi dalam usaha peternakan ayam broiler yaitu: (1) bibit / DOC; (2) ransum starter; (3) ransum finisher; (4) tenaga kerja; (5) obat-obatan; dan (6) pemanas.
Penelitian yang dilakukan oleh Pakarti (2000) pada kelompok peternak plasma memasukkan tiga faktor produksi yaitu (1) pakan starter; (2) pakan finisher; dan (3) tenaga kerja. Mubyarto (1982) dalam Rostini (1993), faktor-faktor produksi yang terlibat dalam usaha peternakan adalah tanah, modal dan tenaga kerja, disamping
wiraswasta
(enterpreneur)
yaitu
pimpinan
usahatani
yang
mengkombinasikannya. 2.6.1. DOC (Day Old Chick) Rasyaf (2002) menyatakan bahwa pedoman untuk memilih DOC yaitu anak ayam harus berasal dari induk yang sehat agar tidak membawa penyakit bawaan; ukuran atau bobot ayam yaitu untuk bobot normal DOC sekitar 35 hingga 40 gram; anak ayam itu memperhatikan mata yang cerah dan bercahaya, aktif serta tampak tegar; DOC tidak memperlihatkan cacat fisik seperti kaki bengkok, mata buta atau kelainan fisik lainnya yang mudah dilihat dan tidak ada lekatan tinja di duburnya. Direktorat Jenderal Peternakan (1985) menyatakan bahwa bibit anak ayam (DOC broiler) yang akan dipelihara dan dibesarkan menjadi penghasil daging haruslah DOC yang bermutu, baik kesehatannya maupun keadaan tubuhnya. Penelitian Pakarti (2000) menyatakan bahwa kombinasi dari faktor pakan,
lingkungan
dan
manajemen
pemeliharaan
dicerminkan
dalam
bentuk
keragaan teknis usaha peternakan dengan beberapa indikator penting yaitu (1) tingkat mortalitas; (2) konversi pakan dan (3) bobot hidup broiler yang dicapai. Pakarti (2000) menyatakan bahwa pada skala usaha lebih dari 3000 ekor ayam tingkat mortalitas 6,66 persen, konversi pakan 1,65 dan bobot hidup ayam broiler sebesar 1,35 kilogram, menurut informasi penyebab kematian karena
serangan penyakit Gumboro dan Chronic Respiratory Disease (CRD) serta manajemen pemeliharaan yang kurang baik. 2.6.2. Pakan Direktorat Jenderal Peternakan (1985) menyatakan bahwa makanan ayam merupakan masukan (input) atau sarana produksi ternak (sapronak) terpenting disamping bibit yang menentukan keberhasilan usaha peternakan ayam. Pakan merupakan kumpulan bahan makanan yang layak dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturan itu meliputi nilai gizi bagi ayam dan nilai kandungan gizi dari bahan makanan yang digunakan. Bahan makanan yang tersedia dan terbanyak dimakan oleh bangsa unggas berasal dari biji-bijian, limbah
pertanian
dan
sedikit
hasil
hewani
dan
perikanan.
Ayam broiler
membutuhkan energi yang lebih tinggi (lebih dari 3000 kkal per kilogram ransum) (Rasyaf, 2002). Hasil penelitian Pakarti (2000), menyatakan bahwa pada skala usaha ayam pedaging lebih dari 3000 ekor konversi pakan sebesar 1,65 dengan bobot hidup ayam pedaging 1,35 kilogram. Hasil penelitian Harahap (1992) menyatakan bahwa pada umur 1 hingga 25 hari ayam diberi pakan starter berbentuk Pellet pecah (Crumble), setelah umur 25 hari sampai dengan panen ayam diberi pakan finisher berbentuk pellet. Penelitian Arisani (2001), menyatakan bahwa ransum starter yang dibutuhkan oleh DOC pada suatu lokasi kandang sebesar 0,74 kilogram per ekor dan pada kondisi optimal sebesar 0,66 kilogram per ekor. Selanjutnya dinyatakan bahwa ransum finisher yang digunakan sebesar 2,59 kilogram per ekor dan pada kondisi optimal sebesar 2,23 kilogram per ekor. Pakarti (2000) dalam hasil penelitian penggunaan pakan starter secara aktual
sebesar 1.130,257 kilogram dan pada kondisi optimal sebesar 1.340,64 kilogram. Selanjutnya secara aktual untuk pakan finisher yang digunakan sebesar 1.161,073 kilogram dan pakan finisher ini pada kondisi optimal dapat digunakan sebesar 896,27 kilogram. 2.6.3. Obat-obatan dan Vaksin Obat-obatan dan vaksin yang dimaksud disini adalah obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan ternak yang terserang penyakit, vaksin digunakan untuk pencegahan penyakit serta antibiotika dan vitamin dapat mendukung pertumbuhan ayam sehingga dapat tumbuh secara optimal (Rasyaf, 2002). Direktorat Jenderal Peternakan (1985) menyatakan bahwa pencegahan penyakit pada hewan dapat ditempuh melalui : (1) program sanitasi yaitu tindakan pembersihan dan pencucihamaan yang dilakukan secara teratur pada kandang, perlengkapan dan alat-alat lainnya, (2) program vaksinasi (pengebalan) terhadap penyakit tertentu (ND / tetelo dan cacar) dan (3) penyediaan dan pemberian makanan yang baik dan memenuhi syarat serta pemberian makanan yang teratur. Menurut Rasyaf (2002), vaksin yang digunakan untuk mencegah penyakit asal virus, misalnya ND. Cara penggunaan vaksin ini ada tiga cara yaitu melalui air minum, melalui suntikan, atau semprotan. Hasil penelitian Pakarti (2000) menyatakan bahwa vaksinasi yang dilakukan pada usaha ternak ayam broiler tiga kali yaitu vaksinasi tetelo 1 (ND 1) dengan tetes mata pada umur 3 sampai 4 hari. Vaksinasi Gumboro diberikan umur 12 hingga 16 hari melalui air minum dan vaksinasi kedua (ND 2) diberi melalui air minum pada umur 18 hingga 20 hari. Pengobatan terhadap ayam yang sakit dilakukan dengan pemberian obat sesuai
anjuran mantri hewan serta melakukan isolasi terhadap ayam sakit dengan tujuan menghindari penularan penyakit. 2.6.4. Tenaga Kerja Soekartawi et al. (1986) menyatakan bahwa tenaga kerja adalah daya manusia untuk melakukan kegiatan dalam menghasilkan produksi. Tenaga kerja usahatani dapat berasal dari dua sumber, yaitu tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja
luar
keluarga.
Pekerjaan
dalam
usahatani
menuntut
macam-macam
pekerjaan yang berbeda yang disebabkan oleh adanya perbedaan keahlian, keterampilan, kegiatan dan pengalaman. Kebutuhan tenaga kerja untuk usahatani antara lain, untuk membuat persemaian, mengelola lahan, memelihara ternak, memelihara tanaman dan mengumpulkan hasil panen. Rasyaf (2002), tenaga kerja pada peternakan ayam broiler yang dikelola secara manual (tanpa alat-alat otomatis) untuk 2000 ekor ayam broiler mampu dipelihara oleh satu orang dewasa. Bila mempergunakan alat otomatis (pemberian ransum dan minum dilakukan secara otomatis) maka untuk 6000 ekor ayam cukup satu orang dewasa sebagai tenaga kandang atau disebut anak kandang yang melakukan tugas sehari-hari di kandang. Disamping itu perlu tenaga kerja bantu umum untuk vaksinasi, pengaturan ransum dan pekerjaan lainnya. Hasil penelitian Harahap (1992), menyatakan bahwa pemakaian tenaga kerja rata-rata pada setiap peternakan sebesar 21,66 Hari Kerja Pria (HKP) setiap 1000 ekor DOC per siklus produksi. Hari Kerja Pria dihitung selama delapan jam kerja selama satu hari. Penelitian Arisani (2001), menyatakan bahwa tenaga kerja tetap pada peternakan ayam pedaging CV. Pekerja Keras terdiri dari manajer, supervisor dan staf administrasi. Kondisi aktual penggunaan tenaga kerja tetap
pada salah satu lokasi kandang masing-masing bernilai 140 HKP, 40 HKP dan 28 HKP. Tenaga kerja tidak tetap adalah tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan proses produksi yaitu tenaga kerja karyawan kandang dan tenaga satpam. Penggunaan tenaga kerja tidak tetapnya tergantung pada jumlah ayam yang dipelihara. Penggunaan tenaga kerja karyawan dan keamanan yang paling banyak sebesar 3.360 HKP untuk anak kandang dan 490 HKP untuk keamanan. Selanjutnya Arisani (2001), menyatakan bahwa kondisi optimal penggunaan tenaga kerja tetap sebesar 133 HKP, 30 HKP dan 21 HKP. Penggunaan tenaga kerja tidak tetap sebesar 2.542 HKP untuk karyawan kandang dan 385 HKP untuk keamanan. 2.6.5. Kandang Mulyono
(2001),
kandang
dan
peralatan
kandang
berfungsi
sebagai
pelindung ayam dari gangguan musuh, pelindung dari angin, terik matahari, dan hujan; tempat ayam beristirahat; tempat tumbuh dan berkembang biak; dan tempat melakukan penanganan terhadap ayam. Syarat-syarat kandang yang baik yaitu kandang harus cukup mendapat sinar matahari; kandang harus cukup mendapat udara segar; posisi kandang terletak pada tanah yang sedikit lebih tinggi dan dilengkapi saluran drainase yang baik; kandang tidak terletak pada lokasi yang sibuk dan gaduh mengingat ayam mudah stres, ukuran dan luas kandang disesuaikan dengan jumlah dan umur ayam. Hasil penelitian Pakarti (2000), menyatakan bahwa persiapan kandang merupakan langkah awal dalam memulai pemeliharaan ayam yang terdiri dari kegiatan pembersihan, pengapuran, pencucihamaan kandang dan peralatan yang digunakan. Pemakaian pemanas digunakan pada masa starter 10 hingga 20 hari
atau selama tiga minggu. Pada minggu pertama pemanas dinyalakan selama 24 jam, sedangkan minggu kedua dan ketiga hanya dinyalakan selama 12 jam pada malam hari, namun demikian pemberian pemanas tergantung pada cuaca. Penelitian Herawati (2001) menyatakan bahwa jumlah DOC per luas kandang sekitar 12 ekor DOC per m². Setiap kandang dilengkapi dengan peralatan kandang seperti induk pemanas (gasolec), tempat pakan, tempat minum, tirai penutup kandang, seng pembatas dan alat penerangan. Hasil penelitian Dewi (1993) menunjukkan bahwa kepadatan kandang 10 ekor per m² menghasilkan berat karkas yang lebih baik yaitu rata-rata 1,27 kilogram dibandingkan dengan kepadatan kandang 12 ekor per m² yaitu rata-rata 1,2 kilogram bagi ayam broiler umur enam minggu.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Usahatani Usahatani adalah setiap organisasi yang tersusun dari alam tenaga kerja, modal dan manajemen yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Pada dasarnya setiap usahatani memiliki empat unsur pokok yang terdiri dari unsur lahan yang diwakili oleh alam, unsur tenaga kerja yang terdiri atas petani (bersama keluarga), unsur modal yang beragam jenisnya (ternak, tanaman, alatalat) dan unsur manajemen yang peranannya dibawakan oleh seseorang yang disebut petani. Keempat unsur tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan dalam usahatani karena sama pentingnya (TB. Bachtiar Rifai dalam Soeharjo dan Patong, 1973). Tujuan setiap kegiatan usahatani berbeda-beda tergantung lingkungan dan kemampuan pengusahaan. Menurut Soeharjo dan Patong (1973), apabila motif usahatani ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik melalui atau tanpa peredaran uang, maka usahatani yang demikian disebut usahatani pencukup kebutuhan keluarga (self sufficient farm atau subsistance farm). Bila motif usahataninya
didorong
oleh
keinginan
untuk
mencari
keuntungan
sebesar-
besarnya, maka usahatani yang demikian disebut usahatani komersial (commercial farm). Pada dasarnya dalam menyelenggarakan usahatani setiap petani berusaha agar hasil panennya melimpah dengan harapan mendapatkan keuntungan yang besar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun hal tersebut sering tidak tercapai karena adanya alokasi sumberdaya yang kurang tepat. Usahatani yang
baik adalah usahatani yang bersifat produktif dan efisien yaitu mempunyai produktivitas yang tinggi dan bersifat kontinyu. Keberhasilan dalam mengelola usahatani dapat diukur dari pengeluaran dan pendapatan yang diperoleh. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Dalam menghitung pendapatan kotor, semua komponen produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar. Pengeluaran total usahatani (total farm expenses) didefinisikan sebagai nilai semua masukkan yang habis terpakai dan atau dikeluarkan di dalam produksi tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Pengeluaran yang dihitung dalam tahun pembukuan adalah nilai yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk dalam tahun pembukuan tersebut. Pengeluaran total usahatani dapat dipisahkan menjadi pengeluaran tetap (fixed cost) dan pengeluaran tidak tetap (variabel cost). Pengeluaran tetap (fixed cost) adalah pengeluaran usahatani yang tidak bergantung kepada besarnya produksi. Pengeluaran tidak tetap (variabel cost) adalah pengeluaran yang digunakan untuk tanaman atau ternak tertentu dan jumlahnya berubah-ubah kira-kira sebanding dengan besarnya produksi tanaman atau ternak tersebut. Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan tidak tunai. Nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayarkan dengan benda-benda atau berdasarkan kredit harus dimasukkan sebagai pengeluaran. Apabila dalam usahatani digunakan alat-alat pertanian, maka harus dihitung penyusutannya dan dianggap
sebagai
pengeluaran.
Penyusutan
ini
merupakan
penurunan
nilai
inventaris yang disebabkan oleh pemakaian selama tahun pembukuan. Dalam
penelitian ini, biaya penyusutan alat-alat pertanian dan barang yang memiliki unsur ekonomis dihitung dengan menggunakan Metode Garis Lurus (Straight Line Method) dengan nilai sisa (salvage value) diasumsikan sama dengan nol. Penyusutan =
Harga Pembelian – Nilai Sisa ————————————— Umur Pemakaian
Biaya tunai untuk biaya tetap, misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan untuk biaya variabel, misalnya pembelian bibit, obat-obatan dan tenaga kerja. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) untuk biaya tetap, misalnya biaya penyusutan bangunan dan alat-alat pertanian, serta sewa lahan/kandang milik sendiri. Untuk biaya variabel, misalnya biaya tenaga kerja keluarga bila dapat dipisahkan. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani merupakan pendapatan bersih usahatani (net farm income ). Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Oleh karena itu, nilai tersebut merupakan
ukuran
keuntungan
usahatani
yang
dapat
digunakan
untuk
membandingkan penampilan beberapa usahatani. Apabila salah satu faktor produksi dalam usahatani menyewa dari orang lain maka petani penyewa dianggap sebagai peminjam modal. Bunga modal ini harus dibayar dalam bentuk sewa berupa uang atau benda. Jadi, pendapatan bersih usahatani dihitung tanpa memasukkan sewa sebagai pengeluaran usahatani. Sewa akan dikurangkan bersama-sama dengan bunga lainnya yang dibayar apabila
menghitung penghasilan bersih usahatani. Pajak tanah dapat dianggap sebagai bentuk sewa yang dibayar kepada pemerintah (Soekartawi, 1986). Analisis
pendapatan
mempunyai
dua
tujuan
yaitu
menggambarkan
keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Analisis pendapatan dapat memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak. Alat analisis lain yang memberikan ukuran efisiensi usahatani adalah analisis imbangan penerimaan terhadap biaya (R/C Ratio). Dalam analisis R/C Ratio akan diuji seberapa jauh nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan cabang usahatani
yang
bersangkutan
dapat
memberikan
sejumlah
nilai
penerimaan
sebagai manfaatnya (Soeharjo dan Patong, 1973). 3.1.2. Fungsi Produksi Mubyarto (1989) mendefinisikan fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi (output) dengan faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi dinyatakan sebagai berikut : Y = f(X1, X2, X 3, X4, X5) ............................................................................
(3.1)
dimana : Y = Hasil produksi fisik X = Faktor produksi Faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu : (1) faktor yang sifatnya tidak habis dalam satu proses produksi yang dinamakan faktor produksi tetap, seperti tanah dan bangunan; (2) faktor produksi yang sifatnya habis dipakai dalam satu proses produksi yang dinamakan faktor produksi variabel, seperti pakan, pupuk, dan obat-obatan. Selain
itu faktor produksi yang digunakan dalam usahatani dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: (1) yang dapat dikuasai oleh petani, seperti luas tanah, pupuk, jumlah pakan, obat-obatan, tenaga kerja dan lainnya; (2)
yang tidak dapat dikuasai oleh
petani, seperti iklim dan penyakit. Bentuk fungsi produksi dipengaruhi oleh hukum ekonomi produksi yaitu “Hukum Kenaikan Hasil yang Semakin Berkurang” (The Law of Diminishing Return). Hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang mempunyai pengertian bahwa jika faktor produksi variabel terus menerus ditambah dalam suatu proses produksi
sedangkan
faktor
produksi
lainnya
tetap,
maka
tambahan
jumlah
produksi per satuan faktor produksi akhirnya akan menurun. Hukum ini akan menggambarkan adanya kenaikan hasil yang negatif dalam kurva fungsi produksi (Soekartawi, 1986). Fungsi produksi menggambarkan transformasi sejumlah faktor produksi dalam jumlah produksi yang dihasilkan, sedangkan untuk mengetahui efisiensi dapat dilihat elastisitas produksinya. Elastisitas produksi merupakan persentase perubahan dari produk yang dihasilkan sebagai akibat persentase perubahan faktor produksi
yang
digunakan.
Berdasarkan
nilai
elastisitas
produksinya,
fungsi
produksi dibagi atas tiga daerah yaitu daerah dengan daerah produksi yang lebih besar dari satu (daerah I), antara nol
dan satu (daerah II), dan lebih kecil dari nol
(daerah III) dapat dilihat pada Gambar 1. Daerah produksi I (daerah irrational) mempunyai nilai elastisitas produksi lebih dari satu, yang berarti penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi lebih besar dari satu persen. Keuntungan
maksimum belum tercapai karena produksi masih dapat diperbesar dengan penggunaan faktor produksi yang lebih banyak. Daerah II dalam kurva produksi memiliki nilai elastisitas produksi antara nol dan satu. Artinya setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi paling tinggi satu persen dan paling rendah nol. Pada tingkat penggunaan faktor produksi tertentu di dalam daerah ini (tergantung harga faktor produksi dan harga produk) akan tercapai keuntungan maksimum, sehingga daerah ini disebut daerah rasional. Daerah III mempunyai elastisitas produksi lebih kecil dari nol, artinya setiap penambahan faktor-faktor produksi akan menyebabkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan. Daerah produksi ini mencerminkan penggunaan faktorfaktor produksi yang sudah tidak efisien, sehingga daerah ini disebut daerah irrational.
Y(Produksi ) T
I
II
III
X (Faktor MP atau AP
A X (Faktor MP Gambar 1. Kurva Fungsi Produksi Total dan Hubungannya dengan Produk Marjinal (Doll dan Orazem, 1984) Keterangan :
TP : Total Produksi MP : Marginal Product (Produk Marjinal) AP : Average Product (Produk Rata-rata)
3.1.3. Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas Untuk
mengamati pengaruh
dari
beberapa
faktor
produksi
tertentu
terhadap output secara keseluruhan dalam keadaan sebenarnya adalah tidak mungkin. Oleh karena itu hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksi (output) perlu disederhanakan dalam suatu bentuk yang disebut model. Untuk mendapatkan model suatu bentuk fungsi produksi yang baik, hendaknya fungsi tersebut :(1) dapat dipertangungjawabkan; (2) mempunyai dasar yang logis secara fisik maupun ekonomik; (3) mudah dianalisa; dan (4) mempunyai implikasi ekonomi (Soekartawi, 1986) Model fungsi yang dapat digunakan untuk membuat fungsi produksi ada beberapa macam antara lain adalah model akar pangkat dua, model fungsi kuadratik, model fungsi Cobb-Douglas dan sebagainya. Model fungsi yang baik harus memperhitungkan fasilitas yang ada, kesesuaian dengan kenyataan dan kemampuan model dalam memberikan gambaran mengenai masalah yang sedang dianalisis. Model menjelaskan
fungsi hubungan
mempengaruhinya.
Cobb-Douglas antara
Penggunaan
merupakan produksi
fungsi
salah
dengan Cobb-Douglas
satu
model
untuk
faktor-faktor
yang
didasarkan
pada
pertimbangan-pertimbangan berikut : (1) koefisien pangkat dari masing-masing fungsi
produksi
Cobb-Douglas
sekaligus
menunjukkan
besarnya
elastisitas
produksi dari masing-masing faktor produksi yang digunakan terhadap output; (2) jumlah elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi yang diduga sekaligus merupakan pendugaan terhadap skala usaha dari proses produksi yang berlangsung; (3) mengurangi terjadinya heterokedastisitas. Hal ini karena bentuk
linier dari fungsi produksi Cobb-Douglas ditransformasikan ke dalam bentuk log e (ln) sehingga variasi data menjadi lebih kecil; (4) perhitungan sederhana karena dapat dimanipulasi ke dalam bentuk persamaan linier; (5) bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas paling banyak digunakan dalam penelitian, khususnya penelitian bidang pertanian. Namun
demikian
fungsi
produksi
Cobb-Douglas
memiliki
beberapa
kelemahan antara lain: (1) elastisitas produksinya dianggap konstan (sama dengan satu); (2) nilai dugaan elastisitas produksi yang dihasilkannya berbias apabila faktor yang digunakan tidak lengkap; (3) model fungsi Cobb-Douglas tidak dapat digunakan untuk menduga tingkat produksi pada taraf penggunaan faktor produksi sama dengan nol; (4) sering terjadi multikolinier (Soekartawi, 1986) Persamaan matematik dari fungsi Cobb-Douglas secara umum dirumuskan sebagai berikut : Y = bo X1 b1 X2 b2 X3 b3 X4 b4 X5 b5 e u .............................................................. (3.2) dimana : Y X , X ,…Xn b , b ,…bn bo e u
= jumlah produksi fisik = Faktor-faktor produksi = Parameter variabel penduga dan merupakan elastisitas masing-masing fungsi produksi = Intersep = Bilangan natural (2,1782) = Unsur sisa
Dengan mentransformasikan dari fungsi
produksi Cobb-Douglas kedalam
bentuk linier logaritmik, maka model fungsi produksi tersebut dapat ditulis sebagai berikut : Ln Y = Ln bo + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + …+ bn Ln Xn.............
....(3.3)
Menurut Soekartawi (1986), agar relevan dengan analisis ekonomi, maka nilai bi harus positif dan lebih kecil dari satu. Ini artinya berlaku asumsi tambahan hasil yang semakin berkurang (Diminishing Return) untuk semua variabel X. Dalam penaksiran model linier majemuk yang dikemukakan digunakan metode kuadrat terkecil biasa (Method of Ordinary Least Square, OLS). Dengan demikian asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut (Ramanathan, 1998) : 1.
E(ui) = 0, untuk setiap i, i = 1,2,3,…n Artinya nilai rata-rata atau rata -rata hitung sama dengan nol
2.
Cov (ut , us) = 0, t
s
Artinya tidak ada korelasi antara simpangan ut dan us 3.
Var (ut) = ó², untuk setiap t, t = 1, 2, 3…n Artinya setiap simpangan mempunyai varian yang sama sebesar ó²
4.
Cov (ut ,x2s ) = cov (ut ,x 3s) = 0 Artinya tidak ada korelasi antara simpangan dengan tiap variabel yang menjelaskan (Xi)
5.
Tidak ada multikolinier, yang berarti tidak ada hubungan linier yang nyata antara variabel-variabel yang menjelaskan Multikolinier adalah saling korelasi diantara peubah bebas didalam suatu
model regresi berganda. Kelemahan fungsi produksi Cobb-Douglas saat diduga dengan metode OLS adalah adanya masalah multikolinier. Salah satu metode yang digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah metode komponen utama. Analisis regresi komponen utama merupakan teknik analisis regresi yang dikombinasikan dengan analisis komponen utama. Variabel-variabel asal yang saling berkolerasi kuat ditransformasikan menjadi variabel-variabel baru yang
saling bebas satu sama lain, yaitu komponen utama. Koefisien penduga dari metode ini diperoleh melalui penyusutan dimensi komponen utama, dimana subset komponen utama yang dipilih harus tetap mempertahankan keragaman yang sebesar-besarnya. Jika akar ciri diurutkan dari nilai terbesar sampai terkecil, maka pengurutan komponen utama SCi berpadanan dengan pengurutan ëj. Ini berarti bahwa komponen utama tersebut menerangkan proporsi keragaman terhadap respon Y yang semakin kecil. Penggunaan analisis regresi komponen utama biasanya dilakukan dalam studi penelitian yang melibatkan banyak variabel bebas dari sistem konkret serta diketahui bahwa terdapat saling hubungan diantara variabel-variabel bebas. 3.1.4. Efisiensi Ekonomi Pengertian efisiensi sangat relatif. Dalam tulisan yang disajikan pada penelitian ini, efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecilkecilnya
untuk
mendapatkan
produksi
yang
sebesar-besarnya.
Situasi
yang
demikian akan terjadi kalau peternak mampu membuat suatu upaya nilai produk marginal (NPMx) untuk suatu input sama dengan harga input (P x) tersebut; atau dapat dituliskan : NPMx = Px ; atau NPMx = 1 …………………………………………………… Px
(3.4)
Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan P x. Yang sering terjadi adalah sebagai berikut : a. (NPM x / P x) > 1; artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk mencapai efisien, input X perlu ditambah.
b. (NPM x / P x) < 1; artinya penggunaan input X tidak efisien, untuk menjadi efisien, penggunaan input X perlu dikurangi. Menurut Doll dan Orazem (1984), keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi penerimaan total dengan biaya total. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut n
ð = Py
Y –[
P xi
Xi + BTT ]
………………………………… (3.5)
i=1
dimana : ð = Keuntungan i = 1,2,3,…n Y = Output Py = Harga output Xi = Input ke-i Pxi = Harga input ke-i BTT = Biaya tetap total Keuntungan maksimum tercapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan terhadap masing-masing faktor produksi sama dengan nol, sehingga : ∂π ∂Y = Py − Pxi = 0 ..………………………………………….. (3.6) ∂ Xi ∂X Py
dimana
∂Y = Px …………………………………………....................... (3.7) ∂Xi
∂Y ∂ Xi
adalah Produk Marjinal faktor produksi ke-i
sehingga Py • PMxi
= Px
dimana : Py • PMxi
= Nilai Produk Marjinal X i (NPMxi) = Harga faktor produksi atau Biaya Korbanan Marjinal Xi (BKMXi)
Px
Maka apabila harga faktor produksi tidak dipengaruhi oleh jumlah pembelian faktor produksi, maka persamaannya dapat ditulis sebagai berikut : NPMxi = BKMxi NPMxi = 1 …………………………………………......................... (3.8) BKMxi
Untuk penggunaan lebih dari satu faktor produksi misalnya n faktor produksi, maka keuntungan maksimum dapat dicapai apabila : NPMx1 NPMx2 NPMxn = = ...... = =1 BKMx1 BKMx2 BKMxn Berdasarkan
kondisi
kecukupan
keuntungan maksimum tercapai apabila
………………….............. (3.9)
bahwa
efisiensi
ekonomi
dengan
NPM sama dengan BKM. Hal ini berarti
tambahan biaya yang dikeluarkan untuk faktor produksi mampu memberikan tambahan penerimaan dengan jumlah yang sama. Jika rasio NPM dengan BKM kurang dari satu, menunjukkan penggunaan faktor produksi telah melampaui batas optimal, maka setiap penambahan biaya yang dikeluarkan akan lebih besar daripada tambahan penerimaannya. Bagi produsen yang rasional akan mengurangi penggunaan faktor produksi sehingga tercapai kondisi NPM sama dengan BKM. Pada saat rasio NPM dengan BKM lebih besar dari satu, berarti kondisi optimum belum tercapai, sehingga produsen yang rasional akan menambah penggunaan faktor produksi agar tercapai kondisi NPM sama dengan BKM. Persamaan
bagi
kombinasi
penggunaan
faktor-faktor
produksi
pada
kondisi optimal dapat juga ditulis di dalam bentuk sebagai berikut :
NPMxi = BKMxi Xi =
bi
Y Py Xi =1 Pxi
bi • Y • Py Pxi
…………………………………............. (3.10)
.…………………………………….................... (3.11)
dimana : bi Y Py Xi Pxi i
= = = = = =
Elastisistas faktor produksi ke-i Jumlah hasil produksi Harga perunit produk yang dihasilkan Jumlah faktor produksi ke-i Harga faktor produksi ke-i 1,2,3,…..,n
3.2.Pengaruh Probiotik Terhadap Efisiensi Sampai sekarang konsep tentang kolonisasi
mikroba
yang
probiotik di dasarkan pada terbentuknya
menguntungkan
yang
masuk
ke
dalam
saluran
pencernaan, mencegah perkembangan bakteri patogen, netralisasi racun pada saluran pencernaan, mengatur aktivitas enzim bakteri tertentu dan menguatkan pengaruh substansi yang merangsang sintesis antibodi pada sistem kekebalan (Cruywagen, 1996). Walijah
(1999)
mengatakan
bahwa
istilah
probiotik
pertama
kali
digunakan oleh Lilley dan Stillwell pada tahun 1965 untuk menggambarkan substansi yang dikeluarkan oleh suatu mikroba dalam merangsang pertumbuhan mikroba lainnya, dan penggunaan probiotik sebagai bahan pakan tambahan untuk meningkatkan pertambahan bobot badan, konversi pakan dan kesehatan ternak merupakan
alternatif
yang
aman
karena
aktivitasnya
dalam
mendukung
perkembangan mikroba yang menguntungkan dan menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam saluran pencernaan. Probiotik dapat berupa satu atau beberapa jenis mikroorganisme (mikroorganisme tunggal atau kultur campuran). Spesies bakteri
yang
sering
digunakan
sebagai
probiotik
adalah Lactobacillus sp,
Leuconostoc, Pediococcus, Propionibacterium dan Bacillus, dari spesies yeast meliputi Saccharomyces cerevisae dan Candida pintolopesii, dan dari jamur meliputi Aspergillus niger dan Aspergillus oryzae (Fuller, 1992). Wallace
(1994)
menyatakan
bahwa
Saccharomyces
cerevisae
dapat
meningkatkan kecernaan serat, dan sintesa protein mikroba yang menyebabkan laju aliran pakan ke usus halus menjadi lebih cepat, sehingga dapat meningkatkan jumlah pakan yang dikonsumsi dan pasokan substrat ke usus halus. Dengan
demikian efisiensi penggunaan pakan berserat dan produktivitas ternak akan meningkat pula. Fuller
(1992)
menyebutkan
bahwa
penggunaan
probiotik
untuk
memperoleh keuntungan seperti : 1) memperbaiki laju pertumbuhan ternak, 2) memperbaiki penggunaan makanan; hal ini dicapai dengan peningkatan efisiensi dari proses pencernaan sebelumnya, 3) meningkatkan produksi telur, dan 4) memperbaiki kesehatan; hal ini mencakup ketahanan terhadap infeksi penyakit lain oleh antagonisme langsung atau dengan stimulasi kekebalan. Pada ternak, penggunaan probiotik bertujuan untuk memperbaiki kondisi saluran pencernaan dengan menekan reaksi pembentukan racun dan metabolit yang bersifat karsinogenik, merangsang reaksi enzim yang dapat menetralisir senyawa
beracun
merangsang
yang
produksi
tertelan
enzim
yang
atau
dihasilkan
diperlukan
oleh
untuk
saluran
mencerna
pencernaan, pakan
dan
memproduksi vitamin serta zat-zat yang tidak terpenuhi dalam pakan (Seifert dan Gessler, 1997).
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sunan Kudus Farm yang berlokasi di Ciampea, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Sunan Kudus Farm merupakan perusahaan yang telah lama berkecimpung di bisnis ayam broiler sejak 1989 dan mandiri dalam hal pemasaran produk yang dihasilkannya yaitu ayam hidup dan ayam bersih. Selain itu Sunan Kudus Farm juga merupakan salah satu perusahaan pengguna probiotik untuk peningkatan produktifitas ternaknya serta melakukan banyak percobaan untuk menghasilkan produk yang lebih baik. Pengambilan data dilakukan selama dua bulan yang dimulai pada bulan Juli dan berakhir bulan Agustus 2005. 4.2. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak peternak dan perusahaan yang memiliki informasi langsung yang berguna bagi pelaksanaan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Departemen Pertanian, Kantor Kecamatan dan literatur seperti majalah dan skripsi. Pemilihan responden (sample) dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) dari data perusahaan Sunan Kudus Farm. Responden dari peternak yang bekerja sama dengan Sunan Kudus Farm diambil sebanyak 30 orang untuk peternak probiotik dan 30 orang untuk peternak non probiotik.
Pemilihan tempat penelitian dilakukan pada Sunan Kudus Farm dikarenakan masih
belum
banyak
perusahaan-perusahaan
peternakan
ayam
ras
yang
menggunakan probiotik dan juga mengingat produk probiotik masih merupakan produk baru di pasaran dunia peternakan di Indonesia, oleh karena itu berdasarkan kondisi
lapangan
dilakukan
tersebut
secara
acak
maka
metode
sederhana
penarikan
(simple
dan
random
penentuan
sampel
sampling)
dengan
pertimbangan; 1) data dan alamat responden telah tersedia, 2) keterbatasan waktu penelitian, 3) Sunan Kudus Farm telah menggunakan produk probiotik tersebut, serta 4) Sunan Kudus Farm merupakan perusahaan peternakan yang sedang melakukan percobaan tentang keuntungan dan manfaat produk probiotik tersebut. 4.3. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data 4.3.1. Analisis Kualitatif Data yang diolah dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yang telah diperoleh dari wawancara dan pengamatan langsung, dianalisis secara deskriptif sesuai dengan landasan teori yang terkait, ditunjang dengan data kuantitatif dalam bentuk daftar atau tabeltabel. 4.3.2. Analisis Kuantitatif Analisis membandingkan
efisiensi faktor-faktor
faktor-faktor produksi
produksi yang
dilakukan
digunakan
oleh
dengan
cara
peternak
yang
menggunakan probiotik dan peternak yang tidak menggunakan probiotik. Untuk analisis usaha ternak dilakukan dengan cara membandingkan usaha ternak peternak pengguna dan yang bukan pengguna probiotik. Analisis usaha ternak
ayam broiler dapat diuji dengan analisis pendapatan usaha ternak, dan analisis efisiensi usaha ternak ayam broiler diuji dengan R/C ratio. 4.3.2.1. Analisis Pendapatan Usahatani Keuntungan (Pendapatan) = Penerimaan
Total Biaya
Pendapatan = Penerimaan (Biaya variabel total + Biaya tetap total) n
ð = Py • Y – [∑ Pxi • Xi + BTT ] .....................................................(4.1) i =1
bi = Elastisitas produksi Y = Rata-rata output Py = Harga output produksi Xi = Kuantitas input produksi ke-i Pxi = Harga input produksi ke-i BTT = Biaya tetap total
4.3.2.2. Analisis Imbangan Penerimaan Terhadap Biaya Total (R/C Ratio) Analisis R/C ratio dapat digunakan untuk mengukur tingkat penerimaan relatif kegiatan usaha ternak artinya dari angka rasio tersebut dapat diketahui apakah suatu usaha ternak efisien atau tidak. Usaha ternak dikatakan efisien bila nilai R/C Ratio lebih besar dari satu yang berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan untuk usaha ternak akan memberikan penerimaan lebih besar dari satu rupiah. Sebaliknya, usaha ternak dikatakan tidak efisien bila nilai R/C Ratio lebih kecil dari satu, yang artinya setia p rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan kurang dari satu rupiah. R / C Ratio =
Penerimaan = BiayaTotal
Py • Y n
[∑ Pxi • Y + BTT ] i =1
4.3.2.3. Analisis Fungsi Produksi Setelah
menguraikan
faktor-faktor
produksi,
kemudian
disusun
suatu
model fungsi produksi untuk menduga hubungan fisik atau teknis antara faktorfaktor
produksi
yang
digunakan
dengan
produksi
yang
dihasilkan.
Fungsi
produksi yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas, yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Y = bo X1b1 X 2 b2 X3 b3 X4 b4 X5 b5 e u.........................................................(4.3) Dengan mentransformasikan dari fungsi Cobb-Douglas ke dalam bentuk logaritmik, model fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut : Ln Y = Ln bo + b1 LnX1 + b2 LnX2 + ………+ b5 LnX5 + u............... (4.4) dimana : Y X1 X2 X3 X4
= = = = =
Hasil produksi daging per periode (kilogram broiler hidup) Bibit / DOC per periode (ekor) Pakan per periode (kilogram) Tenaga kerja per periode (HKP) Pemanas per periode (liter)
X5 Ln bo u b1, b2,…b5
= = = =
Obat-obatan per periode (mililiter) Intersep, merupakan besaran parameter Unsur sisa Koefisien regresi, merupakan nilai dugaan besaran parameter
Metode statistik yang digunakan untuk menerangkan hubungan sebab akibat dari faktor produksi dalam fungsi produksi diatas adalah regresi. Dari analisis regresi linier sederhana logaritmik akan didapat besarnya nilai F-hitung, thitung dan R². Nilai F-hitung digunakan untuk melihat apakah parameter bebas yang digunakan X1, X2,…,X5 secara bersama -sama berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas. Bila F-hitung lebih besar daripada F-tabel maka parameter bebas secara bersama -sama berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas. Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi
dari
masing-masing
parameter
bebas
(Xn)
yang
dipakai,
secara
terpisah
berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y). Apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel berarti parameter yang diuji berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas, sebaliknya bila t-hitung lebih kecil dari t-tabel berarti parameter yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bebas. R² digunakan
untuk
melihat
sejauh
mana
keragaman
yang
diterangkan
oleh
parameter bebas (X) terhadap parameter tidak bebas (Y). Untuk memenuhi asumsi OLS, maka dalam menduga persamaan regresi tersebut
digunakan
teknik
analisis
komponen
utama
kemudian
diregresikan.
Analisis komponen utama pada dasarnya bertujuan untuk menyederhanakan parameter yang diamati dengan cara menyusutkan dimensinya. Hal ini dilakukan dengan jalan menghilangkan korelasi diantara parameter melalui transformasi parameter asal ke parameter baru yang tidak berkorelasi. model analisis regresi komponen utama tersebut: Ln Y = wo + w1SC1 + w2SC2 + v ...................................................... (4.5) dimana : Ln Y = Parameter terikat Sci = Parameter bebas komponen utama yang merupakan kombinasi linier dari semua parameter asal wo = Konstanta w1 = Koefisien regresi v = Galat
4.3.2.4. Pengujian Hipotesa Pengujian hipotesa secara statistik hanya dilakukan untuk hasil regresi dari model fungsi produksi yang dihasilkan dari perolehan data. Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pengujian Terhadap Model Penduga Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter dan fungsi produksi. Uji yang digunakan adalah uji-F. Prosedur pengujian : Ho : b1 = b2 = b3 =…..= b6 = 0 H1 : b1
b2
b3 ….
F − hitung =
b6
0
R 2 (k − 1) ..............................................................(4.6) (1 − R 2 ) (n − k )
dimana : R² = Koefisien determinasi n = Jumlah data k = Jumlah parameter
Kriteria pengujian : Jika F-hitung > F-tabel (á; k-1; n-k) maka tolak Ho, artinya faktor -faktor produksi (Xi) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi ayam broiler (Y) pada selang kepercayaan (1- á) Jika F-hitung < F-tabel (á; k-1; n-k) maka terima Ho, artinya faktor -faktor produksi (Xi ) secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ayam broiler pada selang kepercayaan (1- á) 2. Pengujian Koefisien Regresi Pengujian koefisien regresi dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor produksi (Xi) beRpengaruh nyata terhadap produksi ayam broiler (Y). Uji yang digunakan adalah uji-t. Prosedur pengujian :
Ho
:bi = 0 (tidak ada pengaruh nyata)
H1
:b1
0 (ada pengaruh nyata)
t − hitung =
bi ................................................................................(4.7) Se(bi )
dimana : bi Se (bi) i
= Koefisien regresi = Standar deviasi dari bi = 1,2,3…,5
Kriteria Pengujian Jika t-hitung > t -tabel (á/2;n-k) maka tolak Ho, artinya Xi berpengaruh nyata terhadap Y pada selang kepercayaan (1- á) 3. Pengujian Koefisien Determinasi Pengujian ini bertujuan untuk melihat kebaikan dari suatu model yang memperlihatkan persentase variasi total dari parameter terikat (Y) yang dapat dijelaskan oleh parameter bebas (Xi). Prosedur pengujian :
R2 =
bi∑ X • Y Y2
....................................................................................(4.8)
dimana X = Xi - X Y = Yi- Y
Kriteria pengujian : Jika R² tinggi berarti model yang digunakan mampu menjelaskan keragaman dari Y, dan demikian juga sebaliknya. 4. Uji Kenormalan Unsur Sisa (galat) Uji kenormalan bertujuan untuk mengetahui apakah galat dari data yang digunakan menyebar normal atau tidak.
Prosedur Pengujian : Ho : galat menyebar normal Hi : galat tidak menyebar normal Kriteria pengujian Jika p-value
á maka tolak Ho, artinya galat tidak menyebar normal
Jika p-value
á maka terima Ho, artinya galat menyebar normal
5. Uji Kehomogenan Ragam Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat heterokedastisitas atau tidak Prosedur pengujian Ho : galat menyebar homogen Hi : galat tidak menyebar homogen Kriteria pengujian Jika p-value
á maka tolak Ho, artinya galat tidak menyebar homogen
(heterokedastisitas) Jika
p-value á
maka
terima
Ho,
artinya
galat
menyebar
homogen
(homokedastisitas) 6. Uji Multikolinier Uji multikolinier dapat diduga dengan menggunakan metode VIF (Variance Inflation Factor). Bila nilai VIF besar yaitu lebih dari 10 maka terdapat kolinier antar parameter bebas. Multikolinier yang serius tidak dapat diabaikan karena akan mengakibatkan bias dalam model. Nilai VIF dari masing-masing parameter bebas dapat dihitung sebagai berikut :
VIF =
1 ………………………………………………………(4.9) 1 − R2
dimana: VIF R²i
: Variance Inflation Factor : Koefisien determinasi pada parameter i terhadap parameter lain
7. Pengujian Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor produksi Efisiensi
teknis
faktor -faktor produksi
dalam
fungsi
produksi
Cobb-
Douglas dapat langsung diketahui dari nilai koefisien regresi yang merupakan nilai elastisitas produksinya. Jika nilai (bi) > 1 maka berada dalam daerah tidak rasional (daerah 1 ), jika nilai 0 < (bi) < 1 maka berada dalam daerah rasional (daerah II). Kondisi efisiensi ekonomi (keuntungan maksimum) dengan kombinasi faktor-faktor produksi yang efisien harus memenuhi kondisi kecukupan sebagai berikut : NPMx1 NPMx2 NPMx5 = = ...... = = 1 .................................................(4.10) BKMx1 BKMx2 BKMx5 Untuk menghitung NPMxi diperlukan besaran produk marjinal (PMxi) dan harga produk (Py), karena NPM merupakan hasil kali harga produk dengan produk
marjinal.
Menurut
Soekartawi
(1986),
produk
marjinal
adalah
perubahan produksi yang diakibatkan oleh adanya tambahan unit variabel. Produk
marjinal
dihitung
dengan
menurunkan
atau menghitung
turunan
pertama dari fungsi produksi terhadap variabel X. ∂Y Y = bi ................................................................................................(4.11) ∂ Xi Xi
Biaya dikeluarkan
korbanan untuk
marjinal (BKM)
meningkatkan
satuan. Oleh karena itu
adalah
penggunaan
tambahan
faktor-faktor
biaya
yang
produksi
satu
BKM sama dengan harga dari masing-masing faktor
produksi itu sendiri. 4.4. Pengukuran Variabel Konsep pengukuran variabel yang dipakai dalam penentuan pendugaan produksi pada usaha ternak ayam broiler ini terdiri dari variabel bebas (independent variable) dan variabel tidak bebas (dependent variable). Produksi ayam broiler merupakan variabel tidak bebas, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh pemakaian faktor-faktor dalam usaha ternak ayam broiler, sedangkan variabel bebas adalah variabel yang secara bersama-sama mempengaruhi produksi ayam broiler seperti bibit, pakan, tenaga kerja, biaya obat-obatan, pemanas, umur jual dan mortalitas. Dalam
menganalisa
efisiensi
faktor
produksi,
variabel-variabel
yang
diukur adalah 1.
Bibit (X1) : Jumlah bibit (DOC) yang diternakkan dalam usaha ternak ayam broiler pada satu periode produksi dan satuannya adalah ekor. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga DOC per ekor
2.
Pakan (X2) : Jumlah pakan yang diberikan dalam usaha ternak ayam broiler pada satu periode produksi dan satuannya adalah kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pakan per kilogram.
3.
Tenaga kerja (X3) : Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam usaha ternak ayam broiler dari persiapan kandang hingga panen, baik yang berasal dari keluarga maupun dari luar keluarga, satuan yang digunakan adalah hari kerja
pria (HKP) dimana 1 HKP dihitung 8 jam. Biaya korbanan marjinalnya adalah tingkat upah yang dikeluarkan dalam satu hari kerja pria oleh peternak probiotik dan peternak non probiotik. 4.
Pemanas (X4) Jumlah bahan bakar yang dikeluarkan untuk pemanas dalam satu
periode
produksi
dan
satuannya
adalah
liter.
Biaya
korbanan
marjinalnya adalah rata-rata harga 1 liter minyak tanah yang dikeluarkan oleh peternak probiotik dan peternak non probiotik. 5.
Biaya obat-obatan (X5) : Biaya yang harus dikeluarkan untuk obat-obatan, vaksin dan vitamin dalam satu periode produksi dan satuan yang digunakan adalah satuan fisik vaksin ND. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga satu botol vaksin ND.
6.
Produksi ayam broiler (Y) : Jumlah ayam broiler yang dihasilkan oleh peternak responden dalam satu periode
produksi. Satuan yang digunakan
adalah kilogram. 4.5. Batasan Istilah (Definisi Istilah) Definisi istilah digunakan untuk menghindari kesalahan pengertian dan untuk menyamakan persepsi mengenai istilah yang terdapat dalam teks. Istilah yang digunakan antara lain : 1.
Output Produksi Output produksi adalah total produksi yang dihasilkan dalam usaha ternak yaitu ayam broiler.
2.
Harga Harga produk untuk peternak adalah harga produk rata-rata yang berlaku di tingkat peternak dalam satu periode produksi pada saat penelitian
3.
Pengeluaran Tunai Pengeluaran tunai adalah pengeluaran yang dikeluarkan dalam bentuk uang oleh peternak.
4.
Pengeluaran Total Pengeluaran total mencakup pengeluaran tunai dan pengeluaran tidak tunai. Dalam
penelitian
ini
yang
dimaksud
pengeluaran
tidak
tunai
adalah
penyusutan dan tenaga kerja dalam keluarga. 5.
Peternak Probiotik Peternak probiotik adalah peternak yang menggunakan cairan probiotik dalam proses menghasilkan produksi ayam pedaging.
6.
Peternak non probiotik Peternak non probiotik adalah peternak yang tidak menggunakan cairan probiotik dalam proses menghasilkan produksi ayam pedaging
7.
Penerimaan Penerimaan adalah hasil kali jumlah output yang dihasilkan dengan harga persatuan kilogramoutput.
8.
Pendapatan Pendapatan dibagi dua yaitu pendapatan atas biaya total dan pendapatan atas biaya tunai. Pendapatan atas biaya total adalah penerimaan dikurangi dengan biaya total dan pendapatan atas biaya tunai adalah penerimaan dikurangi biaya tunai.
9.
DOC DOC adalah day old chick atau ayam umur sehari.
10. Satu Periode Produksi Satu periode produksi adalah waktu sejak DOC mulai dipelihara sampai waktu dijual ke bandar 11. Sarana Produksi Peternakan Sarana produksi peternakan adalah barang-barang atau jasa yang digunakan untuk proses produksi. 12. Mortalitas Mortalitas adalah banyaknya ayam yang mati selama pemeliharaan dibagi dengan jumlah ayam pada awal pemeliharaan dikali 100 persen. 13. Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah seluruh tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi yang disetarakan dengan Hari Kerja Pria (HKP). Tingkat upah berdasarkan tingkat upah yang berlaku di daerah penelitian.
4.6. Langkah-langkah Metode Penelitian Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging
Efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi
1.Penggunaan faktor-faktor produksi diduga berpengaruh nyata dan positif terhadap produksi daging ayam peternak probiotik dan non probiotik 2.Efisiensi ekonomi penggunaa faktor-faktor produksi dalam proses produksi usaha ternak ayam ras pedaging secara ekonomi belum tercapai
Faktor kendala terkontrol
Analisis Pendugaan & Pengujian model fungsi produksi : • Koefisien determinasi (R2) • Uji statistik F
• • •
Faktor kendala tidak terkontrol
Analisis Usaha ternak : • Pendapatan bersih Usahaternak • R/C ratio
Analisis Efisiensi Ekonomi : Rasio NPM dan BKM aktual Uji rasio NPM dan BKM Kombinasi optimal
Gambar 2. Tahapan Metode Penelitian
V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
5.1. Keadaan Umum Wilayah Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah Propinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah 2.371,21 km² yang terletak antara 6° 19’ sampai 6° 47’ lintang selatan dan 106° 1’ sampai 107° 103’ bujur timur. Kabupaten Bogor berbatasan dengan Kota Depok dan DKI Jakarta di sebelah utara, sebelah selatan dengan Kabupaten Sukabumi dan sebelah barat dengan kabupaten Lebak. Dari arah timur laut berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, sebelah tenggara dengan Kabupaten Cianjur, sebelah barat daya dengan Kabupaten Tangerang, dan di tengah-tengah berbatasan dengan Kota Bogor. Secara administratif Kabupaten Bogor terdiri dari 429 desa/kelurahan dan 35 kecamatan. Ditinjau dari segi topografi wilayah Kabupaten Bogor sangat bervariasi, yaitu daerah pegunungan di sebelah selatan hingga daerah dataran rendah di sebelah utara. Sungai-sungai yang ada posisinya membentang dan mengalir dari daerah pegunungan sebela h selatan menuju ke arah utara. Di Kabupaten Bogor terdapat 6 daerah aliran sungai (DAS) yang fungsinya sangat penting sebagai sumber air untuk irigasi, rumah tangga dan industri serta drainase. Wilayah Kabupaten Bogor termasuk ke dalam iklim tropis Tipe A (sangat basah) di bagian selatan dan Tipe B (basah) di bagian utara. Suhu rata-rata berkisar antara 25° C sampai 30° C. Curah hujan tahunan berkisar antara 2.500 mm sampai lebih dari 5.000 mm pertahun, kecuali sebagian kecil di bagian utara yang berbatasan dengan Kota Depok dan DKI Jakarta memiliki curah hujan kurang dari 2.500 milimeter per tahun.
5.2. Keadaan Umum Perusahaan Sunan Kudus Farm merupakan perusahaan yang memiliki berbagai bidang usaha. Awal bidang usaha yang dirintis adalah usaha peternakan ayam broiler yang merupakan usaha utama yang dilakukan oleh perusahaan. Sunan Kudus Farm mensuplai kebutuhan daging ayam di sekitar Jabotabek. Pemilik perusahaan ini memulai usahanya pada bulan Juli 1994 dengan kapasitas produksi sebesar 5.000 ekor per periode dan menggunakan kandang sewaan dengan lokasi kandang berpindah-pindah karena keterbatasan modal. Desember 1996 pemilik perusahaan mengalami beberapa kali kerugian karena krisis keuangan yang melanda Indonesia, yaitu harga daging broiler jatuh tetapi harga input melambung tinggi. Hal ini mengakibatkan perusahaan tidak berproduksi. Januari 1997, usaha beternak ayam broiler dimulai lagi. Visi pendirian perusahaan yaitu mampu mensuplai kebutuhan daging ayam broiler di pasar secara kontinyu dan kualitas yang baik yaitu bebas antibiotika dan salmonella serta manajemen yang baik sehingga mempunyai daya jual yang tinggi. Maret 1998 perusahaan merubah konsep usahanya dengan visi profit oriented dan tergantung pada situasi pasar. Keputusan dalam berproduksi dilakukan di kantor yang beralamat di
Jalan
raya Cibadak km 13, Desa Ciampea, Kabupaten Bogor. Kegiatan utama Sunan Kudus Farm pada unit usaha peternakan ayam broiler adalah pembesaran ayam broiler dari DOC menjadi ayam pedaging siap potong. Pemasaran produksi dilakukan dengan cara pembeli datang langsung ke kandang untuk mengambil ayam broiler yang telah dipesan pembeli di kantor pusat. Dengan demikian, biaya
pemasaran tidak diperhitungkan karena pembeli yang menghubungi kantor pusat untuk memesan dan melakukan negoisasi harga dengan pihak perusahaan. 5.3. Struktur Organisasi Sunan Kudus Farm Pusat
Divisi RPA
Divisi Produksi
Divisi
Divisi Pemasaran
Cabang
Bojong
Divisi Keuangan
Farm
Tonjong
Ciampea
Gambar 3 . Struktur Organisasi Sunan Kudus Farm
Sunan Kudus Farm memiliki susunan organisasi seperti yang terlihat pada gambar. Adapun tugas dan wewenang masing-masing divisi adalah (1) Direktur utama sebagai pemimpin Sunan Kudus Farm dan bertanggung jawab atas kelancaran jalannya kegiatan usaha secara keseluruhan; (2) Divisi produksi membawahi 3 cabang dan bertanggung jawab atas kualitas produksi agar stabil dan konsisten sesuai kebutuhan pasar; (3) Divisi RPA (Rumah Potong Ayam) bertanggung jawab atas kualitas dan kuantitas ayam bersih sesuai dengan permintaan pasar; (4) Divisi pemasaran bertanggung jawab atas distribusi hasil produksi ke konsumen; (5) Divisi armada bertanggung jawab atas kelancaran transportasi
pemanenan
dan
distribusi
ke
konsumen;
(6)
Divisi
keuangan
bertanggung jawab dalam mengendalikan keuangan serta membuat laporan keuangan. 5.4. Manajemen Budidaya Ayam Broiler Manajemen budidaya pada Sunan Kudus Farm merupakan tanggung jawab supervisor budidaya. Bersama dengan dokter hewan untuk program obat-obatan, vaksinasi dan dengan bagian keuangan untuk perencanaan biaya-biaya produksi, program budidaya direncanakan setiap awal siklus produksi. Tatalaksana ini pada Sunan Kudus farm dibedakan menjadi 4 bagian yakni: 1) masa kosong kandang, 2) persiapan DOC tiba, 3) pemeliharaan ayam sampai dengan umur panen, dan 4) masa panen. Jadwal pemeliharaan ayam broiler di Sunan Kudus Farm diatur dengan memberi jarak waktu yang ditandai dengan awal kedatangan DOC setiap lokasi pemeliharaan Sunan Kudus Farm. Hal ini agar memudahkan pengontrolan supervisor budidaya dan diusahakan sehingga dapat panen setiap minggunya, dan harga sapronak serta harga penjualan produksi yang diperoleh dapat bervariasi. Setiap anak kandang diberi tanggung jawab memelihara sekitar 5000 ekor ayam, dari mulai persiapan kandang hingga waktu panen. Program budidaya yang telah dibuat oleh supervisor budidaya di sosialisasikan pada anak kandang dan kegiatan budidayanya selalu dibawah pengawasan supervisor budidaya. Anak kandang wajib mengkonsultasikan mengenai masalah budidaya atau pada bagian keuangan untuk masalah sarana kandang. Kegiatan vaksinasi dan panen dilakukan anak kandang bersama-sama secara gotong royong. Setiap siklus produksi selalu ada evaluasi dari pemilik peternakan yang biasanya dibicarakan dengan seluruh pekerja.
5.4.1. Masa Kosong Kandang Masa kosong kandang Sunan Kudus Farm dimulai dengan mencuci kandang, layar, tempat penampungan air dan peralatan makan serta tempat minum ayam. Setelah dicuci ulang dengan desinfektor
peralatan makan dan minum ayam
dibiarkan kering, sementara layar dijemur dipanas matahari dan lantai kandang dilumuri dengan kapur kembang kemudian dikosongkan selama sekitar 2 minggu. 5.4.2. Persiapan DOC Tiba Tiga hari sebelum DOC tiba, kandang telah ditutup dengan layar sekelilingnya. Sementara itu di dalam kandang telah disiapkan sekam dengan ketebalan sekitar lima sentimeter dan selanjutnya kandang difumigasi dengan larutan Thymol, Formaldehyde dan Benzalkonium yang dicampur dengan air dengan perbandingan 1 liter larutan : 100 liter air. Tempat makan, minum, pemanas dan lampu penerang telah dalam kondisi siap pakai. Seng plat sebagai brooder telah terpasang keliling. Pemanas yang digunakan adalah minyak tanah, sedangkan penerangan didalam kandang berasal dari lampu neon 20
watt rata-rata sebanyak enam buah untuk ukuran luas
kandang sekitar 260 m². Begitu DOC tiba, secara acak beberapa sampel DOC ditimbang apakah sesuai standar berat DOC yang baik kemudian DOC di dalam box tersebut dilihat apakah kondisinya baik, sesuaikah strainnya dengan yang diminta, apakah dilakukan sexing dan dihitung apakah jumlahnya sesuai dengan label yang tertera pada box. Jika berat box dibawah standar yaitu 40 gram per ekor dan kondisi DOC tidak baik, supervisor Penerimaan DOC.
berhak menolak DOC dan membuat Berita Acara
Awal
penerimaan
DOC
ini
sangatlah
penting
dan
membutuhkan
pengamatan yang jeli dikarenakan sangat menentukan hasil produksi ayam broiler nantinya. Jika DOC yang diterima ini berat badannya dibawah standar apalagi kondisinya lemah, biasanya ukuran badan tidak seragam besarnya dan pada minggu awal pemeliharaan mortalitasnya cukup tinggi. Setelah DOC yang diterima diperiksa keadaannya dan diterima, DOC ditebar di dalam kandang yang sudah hangat dengan pemanas, selanjutnya diberikan air minum yang dicampur dengan gula untuk memulihkan kondisi ayam. Pemberian pakan masih disebar diatas kardus dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Selama kurun waktu satu minggu pemanas terus dipasang setelah itu hanya dinyalakan pada malam hari hingga usia 15 hari atau pada saat cuaca dingin. 5.4.3. Masa Pemeliharaan Sistem
budidayanya
dilakukan
secara
intensif,
sedangkan
pemeliharaannya all in all out. Selama masa pemeliharaan sampai pada
sistem umur
panen, tatalaksana pemeliharaan juga dibedakan lagi dalam tahapan setiap minggunya. Pada minggu pertama yang dilakukan adalah pemanas dipasang baik siang maupun malam, tirai tidak dibuka, dilakukan vaksinasi ND pada umur empat hari. Lapisan koran diatas sekam sudah mulai dibuka. Penambahan sekam dam luasan brooder disesuaikan dengan pertambahan berat badan dan kepadatan, atau juga jika dirasa sekam sudah mulai basah dengan bau amoniak yang menyengat. Pada minggu kedua tirai mulai dibuka sepertiga bagian bawahnya, pemanas hanya dipasang malam hari saja atau jika cuaca dingin, dilakukan
vaksinasi IBD saat umur ayam 9 hingga 11 hari, pemberian pakan mulai diberikan di piringan tempat pakan yang diletakkan di bawah. Pada minggu ini dilakukan penimbangan berat badan ayam, dengan mengambil beberapa sampel timbangan. Sekam sudah mulai diangkat sedikit demi sedikit, agar ayam tidak stres. Pada minggu ketiga tirai dibuka dua per tiga bagian bawahnya atau dibuka semua jika pada siang hari cuaca cukup panas, pemanas dinyalakan sewaktuwaktu apabila cuaca dingin dan pada saat demikian tirai juga ditutup lagi, pemberian pakan mulai ditaruh pada tempat pakan yang digantung setinggi jangkauan ayam. Pada minggu ini dilakukan vaksinasi ND yang kedua, yaitu diberikan pada saat umur ayam 19 hingga 21 hari. Pada minggu ini juga dilakukan penimbangan. Penyemprotan dengan larutan desinfektan dan antiseptik juga bisa dilakukan pada minggu ini jika dilihat banyak lalat atau kandang cukup bau. Pada minggu keempat tirai sudah dapat dibuka seluruhnya kecuali jika udara dingin, penggunaan pemanas sudah bisa dihentikan. Pada minggu ini juga dilakukan penimbangan berat badan ayam secara sampel. Pengamatan yang dilakukan pada minggu ini harus lebih jeli lagi sehingga dapat mempertimbangkan apakah program kesehatan yang direncanakan masih sesuai dengan kondisi ayam saat itu. Jika terdapat gangguan kesehatan yang menyebabkan mortalitas tinggi supervisor budidaya harus mencari alternatif agar kondisi ini dapat tertolong. Jika diperlukan dilakukan pembedahan pada bangkai ayam, agar dapat terlihat penyebab kematiannya. Minggu terakhir masa pemeliharaan ayam broiler tidak jauh berbeda dengan minggu keempat hanya saja penimbangan berat badan ayam lebih sering dilakukan terutama menjelang waktu panen, dalam satu hari bisa dilakukan dua
kali penimbangan pagi dan sore hari. Kegiatan umum yang dilakukan setiap hari dari minggu pertama hingga kelima adalah pengamatan tinja di dalam kandang, mencermati gerak ayam, mengamati keseragaman pertumbuhan, jeli melihat mata ayam yang sakit atau mendengar suara ayam yang serak, memisahkan ayam yang kerdil atau sakit, membuang bangkai ayam jauh dari kandang dan menghitung mortalitas serta penggunaan pakan. 5.4.4. Masa Panen Waktu pemanenan ini sebelumnya telah direncanakan pada masa awal pemeliharaan, biasanya ditentukan saat umur ayam 35 hari atau saat sampel timbang rata-rata berat mencapai 1,5 kilogram per ekor. Namun karena kondisi ternak menjelang waktu panen tidak seperti yang diharapkan, waktu panen yang telah direncanakan ini seringkali berubah. Harga hasil produksi ayam broiler ditentukan oleh harga pasar yang berlaku atau dikenal dengan sebutan harga posko. Harga posko adalah harga jual di kandang atas dasar permintaan pasar pedagang pengumpul yang berlaku di daerah tersebut. Harga posko dapat dimonitor tiap hari melalui saluran telepon atau internet. Harga posko juga mengalami fluktuasi seperti halnya harga sarana produksi, tetapi fluktuasi harga posko lebih sulit diprediksi daripada fluktuasi harga sarana produksi. Fluktuasi harga posko juga tidak dapat diprediksi dari biaya produksi maupun dengan baik-buruk produksi yang dihasilkan peternak. Sehingga kadang kala Sunan Kudus Farm mengalami keuntungan walaupun sarana produksi yang dibelinya sedang mengalami kenaikan harga atau hasil
produksinya buruk dan dapat saja mengalami kerugian pada saat produksinya baik. Hal tersebut merupakan ancaman serius terhadap kelancaran usaha ternak ayam broiler Sunan Kudus Farm dan peternak ayam broiler pada umumnya. Namun penentuan harga hasil produksi berada diluar kemampuan peternak, sehingga hal yang paling mungkin dilakukan peternak adalah memperkecil kerugian jika harga hasil produksi lebih rendah dari biaya produksi yaitu dengan efisiensi faktor-faktor produksi. Hasil produksi ayam broiler Sunan Kudus Farm sebagian besar dibeli oleh rumah pemotongan ayam di sekitar Bogor dan sebagian lagi dibeli oleh pengumpul dari Jakarta yang selanjutnya dipasarkan ke konsumen melalui pasar tradisional dan rumah makan.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Usaha ternak Ayam Broiler Analisis usaha ternak ayam broiler didasarkan pada periode produksi JuliAgustus 2005. Kegiatan usaha ternak ayam broiler membutuhkan investasi yang cukup besar terutama untuk kandang, pakan, DOC, dan obat-obatan. DOC (Day Old Chick) Strain DOC yang dibudidayakan baik oleh peternak probiotik dan non probiotik secara umum adalah strain Hubbard, Cobb 100, Arbor Acress, Cobb, dan Multi breeder. Jumlah DOC yang dibudidayakan oleh peternak probiotik adalah 287.860 ekor atau rata-rata
9.595 ekor DOC yang dibudidayakan oleh
setiap peternak probiotik.. Sedangkan untuk peternak non probiotik jumlah DOC yang dibudidayakan berjumlah 224.626 ekor atau rata-rata 7.487 ekor setiap peternak non probiotik. Harga per ekor DOC tersebut berbeda setiap hari dan setiap bulannya. Pada bulan Juli rata-rata harga per ekor adalah Rp. 1.900 dan pada bulan Agustus rata-rata harga per ekor adalah Rp. 2.100,00 Rata-rata harga DOC yang digunakan pada saat penelitian adalah Rp. 2.000,00. Jumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh peternak probiotik dan peternak non probiotik pada periode produksi Juli-Agustus 2005 adalah Rp. 2.000.000,00 per 1000 ekor DOC dengan harga jual ayam Rp. 7.000,00 per kilogram Pakan Peternak probiotik maupun peternak non probiotik di Sunan Kudus Farm tidak menggunakan dua jenis pakan (pakan starter dan pakan finisher) namun menggunakan satu jenis pakan yaitu pakan starter dari umur satu hari hingga 35
hari (saat panen). Pakan yang dihabiskan untuk setiap periode produksi berbedabeda tergantung kondisi ayam. Bila ayam dalam keadaan sehat maka pakan yang dikonsumsi ternak akan menambah berat badan namun bila ayam dalam keadaan sakit maka pakan yang dikonsumsi tidak efektif. Hal ini dikarenakan pakan yang dikonsumsi ternak digunakan untuk membuat antibody untuk mengobati penyakit yang ada pada tubuh ayam tersebut. Oleh karena itu ayam yang sakit harus cepat diobati karena bila dibiarkan lebih lama lagi akan menghabiskan pakan namun tidak menambah bobot badan ayam, bila sakitnya parah harus cepat dipanen. Rata-rata pakan yang dihabiskan oleh peternak probiotik responden untuk setiap 1000 ekor adalah 1413,28 kilogram per periode produksi sedangkan peternak non probiotik responden rata-rata menghabiskan 1431 kilogram per periode produksi. Harga untuk pakan starter adalah Rp. 2.500,00 per kilogram dengan merek superfeed dari Japfa Comfeed. Biaya rata-rata untuk pembelian pakan yang harus dikeluarkan oleh peternak probiotik adalah Rp. 5.723.775,00 per periode produksi sedangkan peternak non probiotik rata-rata mengeluarkan biaya Rp. 6.010.200,00 per periode produksi untuk pembelian pakan. Obat-obatan Obat-obatan
yang
digunakan
peternak
probiotik
dan
peternak
non
probiotik meliputi bahan-bahan untuk vaksinasi, zat kekebalan dan feed additive. Vaksinasi yang digunakan adalah jenis vaksin ND La Sota untuk mencegah penyakit tetelo dan vaksin Gumboro untuk mencegah penyakit gumboro. Vaksin La Sota diberikan ketika ayam berumur 4 hari dan 17 hari dan vaksin Gumboro diberikan pada umur 7 hari dan 14 hari, tetapi bagi peternak probiotik setelah 14 hari ternak hanya diberikan Probiotik cair hingga saat panen.
Program kesehatan yang dilakukan oleh peternak probiotik dan peternak non probiotik dilihat pada Tabel 1. Program kesehatan tersebut dapat diganti sewaktu-waktu
tergantung
kondisi
dilapangan.
Pada
Tabel 1,
dosis
yang
tercantum merupakan dosis untuk pencegahan penyakit yaitu sebesar 1 : 2. Hal tersebut berarti jika obat, vitamin, antibiotik, dan probiotik sebesar satu gram maka air tambahannya adalah 2 liter. Dosis yang diberikan untuk pengobatan adalah 1 : 1, artinya 1 gram obat dicampur dengan 1 liter air biasa.
Tabel
1.
Program Kesehatan Yang Dilakukan Oleh Peternak Probiotik dan Peternak non Probiotik pada Sunan Kudus Farm
Umur (hari) 1-3
4 5-7 13-15 17 18-19 21-22 27-28
Probiotik Air gula Enrofloxasine Vitastress ND La Sota Vitastress Gumboro Vitastress Gumboro Probiotik Probiotik Probiotik Probiotik
Non Probiotik Air gula Enrofloxasine Vitastress ND La Sota Vitastress Gumboro Vitastress Gumboro ND La Sota Vitastress Vitamix Air gula Vitamix
Dosis 250 gr/1000 ekor 0,5 ml dalam 1 lt air 0,5gr dalam 1 lt air 1 ampul/1000 ekor 0,5gr dalam 1 lt air 0,5gr dalam 1 lt air 1 ampul/1000 ekor 0,5gr dalam 1 lt air 0,5 gr dalam 1 lt air 1kg/1000 ekor 0,5 gr dalam 1 lt air
Pemakaian Air minum Air minum Air minum tetes mata Air minum Air minum Air minum Air minum Air minum Air minum Air minum
Peternak probiotik mengeluarkan biaya untuk keseluruhan obat, vitamin dan vaksin serta probiotik rata-rata Rp. 134.330,00 per 1000 ekor, sedangkan peternak non probiotik harus mengeluarkan biaya untuk keseluruhan obat, vitamin dan vaksin rata-rata Rp. 192.560,00 untuk 1000 ekor ayam per periode produksi.
Peralatan Kandang a. Induk Pemanas Induk
pemanas
merupakan
induk
buatan
yang digunakan peternak
probiotik dan peternak non probiotik untuk memelihara DOC. Satu set induk pemanas terdiri dari semawar, topi yang terbuat dari seng, selang dan jerigen minyak tanah. Satu set induk pemanas digunakan untuk sekitar 1000 ekor DOC. Rata-rata harga satu set induk pemanas adalah Rp. 146.000,00 dengan daya tahan sekitar 4 hingga 5 tahun. Ada pula peternak yang menggunakan kompor sebagai induk pemanas. Untuk 1000 ekor DOC digunakan 2 kompor dengan daya tahan 2 tahun. b. Pembatas Pembatas dari bambu digunakan untuk DOC yang dipelihara dari umur 1 hingga 7 hari bersamaan dengan penggunaan induk pemanas. Pembatas terbuat dari bambu yang dipotong kecil dengan tinggi 0,5 meter dan lebar 5 sentimeter yang disusun agak rapat seperti pagar bambu. c. Tempat Pakan Tempat pakan yang digunakan terbuat dari plastik dengan volume 5 liter untuk
ukuran
besar dan volume
2,5 liter untuk ukuran kecil. Kapasitas
penggunaan tempat pakan untuk masing-masing ukuran berbeda. Satu tempat pakan ukuran besar untuk 50 ekor ayam atau dibutuhkan 20 tempat pakan per 1000 ekor sedangkan satu tempat pakan ukuran kecil untuk sekitar 33 ekor ayam atau dibutuhkan sekitar 30 tempat pakan ayam per 1000 ekor. Tempat pakan yang umum digunakan pada tempat penelitian adalah tempat pakan ukuran kecil.
Diharapkan dengan jumlah tempat makan yang banyak, ayam tidak terlalu banyak bergerak sehingga bobot badan ayam yang berkurang hanya sedikit. d. Tempat minum Tempat air minum yang digunakan terbuat dari plastik dengan volume 5 liter untuk ukuran besar dan volume 2,5 liter untuk ukuran kecil. Jumlah yang digunakan sama dengan jumlah tempat pakan yaitu 30 buah untuk ukuran kecil (33 ekor per buah) per 1000 ekor dan 20 buah untuk ukuran besar (50 ekor per buah) per 1000 ekor. Tempat air minum ini selain digunakan untuk air bening juga digunakan untuk mencampur obat, vitamin dan vaksin. e. Alat Penerangan Alat penerangan yang digunakan hanya berupa lampu bohlam biasa sebesar 5 watt dan 15 watt. Jumlah yang digunakan bervariasi dari 4 hingga 8 buah per kandang. Listrik yang digunakan berasal dari tempat yang dipasang khusus untuk kandang f. Pompa Air Pompa air yang digunakan merupakan pompa air bertenaga listrik. Umumnya kandang ayam yang dimiliki peternak dialirkan dengan selang dari pompa dikandang dan sebagian ada pula yang mengambil dari sumber air sehingga biaya yang dikeluarkan untuk listrik lebih rendah. Pompa air ini digunakan untuk membersihkan tempat pakan dan tempat minum, mengganti air minum dan membersihkan kandang.
Tabel 2. Umur Pemakaian dan Penyusutan Peralatan Kandang Per 1000 Ekor Peternak Probiotik dan Peternak Non Probiotik
Uraian Induk pemanas Pembatas Tempat Pakan Tempat Minum Alat Penerangan Pompa
Penyusutan Penyusutan Umur pemakaian (Rp/periode produksi) (Rp./periode produksi) (tahun) Probiotik Non Probiotik 5 4.300,00 4.010,00 1 2.000,00 2.000,00 5 9.000,00 9.000,00 5 7.500,00 7.500,00 0,5 4.000,00 4.000,00 8,5 4.348,00 4.200,00
Kandang Investasi yang harus dikeluarkan peternak untuk mendirikan kandang ayam berkapasitas 1000 ekor sekitar Rp. 6.000.000,00 hingga Rp. 8.000.000,00 dengan ketahanan sekitar 10 tahun. Bila peternak menyewa kandang, biaya yang harus dikeluarkan rata-rata
Rp. 1.500.000,00 per tahun atau rata-rata Rp.
150.000,00 per periode produksi. Sekam Sekam digunakansebagai bahan dasar litter di setiap kandang ayam. Litter tersebut berfungsi sebagai penghisap kotoran ayam. Tebal litter maksimum 8 sentimeter untuk daerah dingin dan 5 sentimeter untuk daerah panas. Litter yang melebihi 8 sentimeter dapat meningkatkan temperatur dalam kandang sehingga pertumbuhan ayam tidak normal (Suharno, 2002). Rata-rata harga sekam pada bulan Juli sampai Agustus 2005 adalah Rp. 500,00 per karung pakan (20 kilogram) dan Rp. 1.000,00 per karung besar (40 kilogram). Rata-rata kebutuhan sekam per 1000 ekor ayam sekitar 25 karung besar atau 50 karung kecil.
Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan oleh peternak adalah anak kandang. Tugas kesehariannya adalah memberi dan mengganti pakan dan minum, memberi obatobatan, vitamin dan mengurus ayam dan kandang. Pekerjaan tersebut tidak menyita waktu sehingga anak kandang dapat melakukan pekerjaan lain yang menghasilkan. Tenaga kerja tetap digunakan oleh peternak yang usaha ternak ayam
broiler-nya
sebagai
usaha
sampingan.
Upah yang
diberikan
tidak
berdasarkan tingkat pendidikan yang pembayaran upahnya per bulan, namun berdasarkan jumlah ayam yang dipelihara oleh anak kandang tersebut. Umumnya untuk satu ekor DOC, anak kandang diberi upah Rp. 150,00 sehingga upah anak kandang untuk 1000 ekor DOC per periode adalah sekitar Rp. 150.000,00 hingga Rp. 250.000,00. Listrik Kandang
ayam
memerlukan
penerangan
untuk
menjaga
keamanan
terutama pada saat ayam mendekati waktu panen. Selain itu, listrik juga digunakan untuk radio tape. Hal ini dilakukan agar ayam tidak stres bila mendengar suara yang gaduh karena ayam broiler mudah sekali stres yang akan mengakibatkan kematian dalam keadaan kaku. Biaya yang dikeluarkan untuk listrik rata-rata Rp. 20.000,00. Minyak tanah Minyak tanah digunakan sebagai bahan bakar alat pemanas di kandang. Rata-rata penggunaan minyak tanah untuk 1000 ekor produksi per periode produksi 60 sampai 80 liter. Semakin dingin keadaan lingkungan semakin banyak minyak tanah yang dibutuhkan untuk menghangatkan DOC. Rata-rata biaya yang
dikeluarkan oleh peternak probiotik untuk minyak tanah adalah Rp. 112.455,00 per 1000 ekor per periode produksi dan peternak non probiotik Rp. 111.775,00 per 1000 ekor per periode produksi. 6.1.1. Total Biaya Tunai Biaya tunai terbesar yang dikeluarkan oleh peternak probiotik maupun peternak non probiotik adalah biaya pakan sebesar Rp. 5.723.775,00 untuk peternak probiotik dengan persentase sebesar 69,49 persen sedangkan untuk peternak non probiotik sebesar Rp. 6.010.200,00 atau sebesar 72,30 persen. Tabel 3. Total Biaya Tunai Per 1000 Ekor Peternak Probiotik dan Peternak Non Probiotik Komponen Biaya Tunai DOC Pakan Obat-obatan Sekam Sewa Kandang Tenaga Kerja Listrik Minyak Tanah Total
Peternak Probiotik Biaya (Rp.) Persentase 2.000.000,00 22,87 5.723.775,00 69,49 134.330,00 1,54 27.270,00 0,31 158.934,00 1,81 213.500,00 2,44 20.618,00 0,23 112.455,00 1,29 8.742.982,00 100,00
Peternak Non Probiotik Biaya (Rp.) Persentase 2.000.000,00 21,41 6.010.200,00 72,30 192.560,00 2,06 28.570,00 0,31 151.000,00 1,62 206.200,00 2,20 19.278,00 0,20 111.775,00 1,19 9.340.886,00 100,00
6.1.2. Total Biaya Yang Diperhitungkan (Biaya Tidak Tunai) Biaya tidak tunai pada peternak probiotik dan peternak non probiotik hanya pada penyusutan peralatan, tidak mencakup biaya penyusutan kandang karena kandang yang diusahakan merupakan kandang sewaan sehingga tidak termasuk ke dalam penyusutan peralatan begitu pun dengan tenaga kerja dalam keluarga.
Tabel 4.
Total Biaya Tidak Tunai Per 1000 Ekor Peternak Probiotik dan Peternak Non Probiotik
Biaya Tidak Tunai Induk Pemanas Pembatas Tempat Pakan Tempat Minum Alat Penerangan Pompa Total
Peternak Probiotik Biaya (Rp.) Persentase 4.300,00 13,85 2.000,00 6,44 9.000,00 2,90 7.500,00 24,15 4.000,00 12,88 4.348,33 14,00 31.048,33 100,00
Peternak Non Probiotik Biaya (Rp.) Persentase 4.010,00 13,05 2.000,00 6,51 9.000,00 29,30 7.500,00 24,42 4.000,00 13,02 4.200,00 13,67 30.710,00 100,00
Pada peternak responden baik peternak probiotik maupun peternak non probiotik tidak mempunyai tenaga kerja dalam keluarga, yang dimasukkan pada biaya tenaga kerja hanya tenaga kerja tetap dan tenaga kerja upahan. Sedangkan biaya penyusutan peralatan baik pada peternak probiotik dan peternak non probiotik adalah sebesar Rp. 32.268,63 6.1.3. Total Biaya Faktor Produksi Usaha ternak Tabel 5.
Total Biaya Faktor Produksi Usaha ternak Ayam Broiler Per 1000 Ekor Peternak Probiotik dan Peternak Non Probiotik Peternak Probiotik Biaya (Rp.) Persentase
Peternak Non Probiotik Biaya (Rp.) Persentase
DOC Pakan Obat-obatan Sekam Sewa Kandang Tenaga Kerja Listrik Minyak Tanah
2.000.000,00
22,79
2.000.000,00
21,34
5.723.775,00 134.330,00 27.270,00 158.934,00 213.500,00 20.618,00 112.455,00
69,24 1,53 0,31 1,81 2,43 0,23 1,28
6.010.200,00 192.560,00 28.570,00 151.500,00 206.200,00 19.278,00 111.775,00
72,06 2,05 0,30 1,61 2,20 0,20 1,19
Total Biaya Tunai Biaya Tidak Tunai Penyusutan Peralatan
8.742.982,00
99,64
9.340.886,00
99,67
31.048,33
0,36
30.710,00
0,33
31.048,33
0,36
30.710,00
0,33
8.774.030,00
100,00
9.371.596,00
100,00
Komponen Biaya Tunai Biaya Tunai
Total Biaya Diperhitungkan Total Biaya
Total biaya tunai yang dikeluarkan oleh peternak probiotik sebesar 99,64 persen lebih kecil dari biaya tunai yang dikeluarkan oleh peternak non probiotik yaitu sebesar 99,67. Biaya tunai terbesar peternak non probiotik terletak pada biaya pakan yang mencapai 72,06 persen sedangkan pada peternak probiotik biaya tunai pada pakan hanya sebesar 69,24 persen. Total biaya tidak tunai untuk peternak probiotik adalah sebesar 0,36 persen sedangkan biaya tidak tunai pada peternak non probiotik sebesar 0,33 persen 6.1.4. Pendapatan Usaha ternak Ayam Broiler Pendapatan usaha ternak ayam broiler didapatkan dengan cara mengurangi penerimaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Biaya tersebut meliputi biaya tunai dan biaya total yang dijumlahkan menjadi biaya total. Tabel 6. Analisis Pendapatan Usaha ternak Ayam Broiler Per 1000 Ekor Per Periode Produksi Di Sunan Kudus Farm, Periode Juli-Agustus 2005 Komponen Biaya Tunai Mortalitas (persen) FCR (kilogram) Berat rata-rata (kilogram) Umur jual (hari) Jumlah DOC hidup (ekor) Hasil Produksi (kilogram) Biaya Tunai DOC Pakan Obat : Antibiotik Probiotik Sekam Sewa Kandang Tenaga Kerja Listrik Minyak Tanah Total
Probiotik Biaya (Rp.) 3,2 1,62 1,46 33,8 968 1413,28
Non Probiotik Biaya (Rp.) 4,6 1,68 1,50 36,4 954 1431
2.000.000,00 5.723.775,00 93. 830,00 40.500,00 27.270,00 158.934,00 213.500,00 20.618,00 112.455,00 8.390.882,00
2.000.000,00 6.010.200,00 192.560,00 28.570,00 151.500,00 206.200,00 19.278,00 111.775,00 8.720.083,00
Biaya Tidak Tunai Penyusutan Peralatan Total Total Biaya Total Penerimaan Pendapatan atas Biaya Total Pendapatan atas Biaya Tunai R/C Ratio atas Biaya Total R/C Ratio atas Biaya Tunai pendapatan yang dihitung
31.048,33 31.048,33 8.421.930,33 9.892.960,00 1.471.029,67 1.439.981,30 1,17 1,18 adalah pendapatan
30.710,00 30.710,00 8.750.793,00 10.017.000,00 1.266.207,00 1.235.497,00 1,14 1,15 atas biaya total dan
pendapatan atas biaya tunai. Pendapatan atas biaya total didapatkan dengan mengurangi penerimaan yang diperoleh dengan biaya total sedangkan pendapatan atas biaya tunai didapatkan dengan mengurangi penerimaan yang diperoleh dengan biaya tunai. Dari jumlah 1000 ekor yang dipelihara oleh kedua peternak, peternak probiotik memiliki tingkat mortalitas yang lebih rendah sebesar 3,2 persen dengan jumlah ekor hidup sebanyak 968 ekor. Sementara peternak non probiotik memiliki tingkat mortalitas sebesar 4,6 persen atau sekitar 954 ekor jumlah ternak yang hidup. Berat rata -rata per ekor sebesar 1,46 kilogram sedangkan
peternak non
probiotik memiliki berat rata-rata sebesar 1,50 kilogram. Hal ini disebabkan peternak probiotik memiliki umur jual yang lebih singkat yaitu 33,8 hari sementara umur jual peternak non probiotik 36,4 hari. Jumlah total penerimaan peternak mandiri diperoleh dari perkalian jumlah produksi dalam satu periode dengan harga penjualan yang berlaku. Rata-rata jumlah produksi per 1000 ekor yang dihasilkan peternak probiotik adalah sebanyak 1413,28 kilogram dan untuk peternak non probiotik 1431 kilogram. Harga jual ayam broiler yang berlaku pada bulan Juli sampai Agustus 2005 adalah Rp. 7.000,00. Penenerimaan untuk peternak probiotik per 1000 ekor ayam
broiler adalah Rp. 9.892.960,00 dan untuk peternak non probiotik adalah sebesar Rp. 10.017.000,00.. Pendapatan atas biaya total diperoleh dengan mengurangkan total penerimaan dengan biaya total. Pendapatan atas biaya total yang diperoleh peternak probiotik adalah sebesar Rp. 1.471.029,67 dan peternak non probiotik adalah sebesar Rp. 1.266.207,00. Pendapatan atas biaya total peternak non probiotik lebih kecil dibandingkan pendapatan atas biaya total peternak probiotik, hal ini disebabkan karena biaya pakan yang dikeluarkan oleh peternak probiotik lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan oleh peternak non probiotik untuk biaya pakan ternak. Sementara itu, selisih antara jumlah total penerimaan dengan biaya tunai yang dikeluarkan disebut pendapatan atas biaya tunai, untuk peternak probiotik pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh adalah sebesar Rp. 1.439.981,30 dan peternak non probiotik sebesar Rp. 1.235.497,00 (Tabel 6). Selisih pendapatan atas biaya tunai peternak probiotik terhadap peternak non probiotik sebesar Rp. 203.984,30. 6.1.5. Analisis Imbangan Penerimaan terhadap Biaya (R/C Ratio) Imbangan penerimaan atas biaya atau R/C ratio adalah penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan. Dengan analisis ini akan dapat diketahui apakah suatu usaha ternak efisien atau tidak. Usahatani dikatakan efisien jika nilai R/C ratio yang didapat lebih besar atau sama dengan satu, sebaliknya tidak efisien jika nilai R/C ratio yang didapat kurang dari satu. Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak tunai, yang kemudian dijumlah menjadi total biaya, maka R/C ratio yang akan dihitung terdiri dari R/C ratio atas biaya total dan R/C ratio atas biaya tunai. Berdasarkan tabel 14
diperoleh R/C ratio atas biaya total pada peternak probiotik adalah 1,17 yang berarti
untuk
setiap
rupiah
biaya
total
yang
dikeluarkan
akan
diperoleh
penerimaan Rp. 1.17,00 dan R/C ratio atas biaya tunai sebesar 1,18 berarti setiap rupiah biaya tunai yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.18,00. Jika dilihat dari ratio tersebut maka dapat dikatakan usaha ternak ayam broiler pada peternak probiotik sudah efisien yang dilihat dari jumlah penerimaan yang diperoleh mampu menutupi biaya yang dikeluarkan dalam usaha ternak. Peternak non probiotik memperoleh R/C ratio atas biaya total
sebesar
1,14 dan R/C ratio atas biaya tunai sebesar 1,15. Ini berarti usaha ternak yang dilaksanakan peternak non probiotik cukup efisien. Hal ini dilihat dari penerimaan yang
diperoleh
sedikit
lebih
besar
sehingga
dapat
menutup
biaya
yang
dikeluarkan. Nilai R/C ratio atas biaya total sebesar 1,14 berarti setiap rupiah biaya total yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.14,00 dan R/C ratio atas biaya tunai sebesar 1,15 berarti setiap rupiah biaya tunai yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.1.15,00. Berdasarkan R/C ratio yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa usaha ternak ayam broiler yang dilaksanakan oleh peternak probiotik dan peternak non probiotik sudah efisien. Nilai R/C ratio peternak probiotik yang lebih tinggi dari peternak non probiotik berarti usaha ternak yang dilakukan oleh peternak probiotik lebih efisien daripada usaha ternak yang dilakukan oleh peternak non probiotik. Usaha ternak yang dilakukan peternak probiotik menghasilkan tingkat penerimaan
yang
lebih
tinggi
daripada
peternak
non
probiotik
kemampuan untuk menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan juga lebih besar.
sehingga
Perbedaan nilai R/C ratio baik atas biaya total maupun atas biaya tunai yang diperoleh peternak probiotik terhadap peternak non probiotik dikarenakan biaya yang dikeluarkan oleh peternak probiotik sedikit, terutama biaya tunai. Hal ini berbeda dengan peternak non probiotik dimana nilai R/C ratio peternak non probiotik yang disebabkan biaya yang dikeluarkan lebih besar terutama biaya tunai akibat pembelian biaya sarana produksi peternakan seperti biaya pembelian pakan dan obat-obatan yang merupakan biaya terbesar dari seluruh biaya produksi. 6.2. Analisis Model Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang diajukan dalam penelitian adalah model fungsi Cobb-Douglas yang diaplikasikan untuk peternak probiotik dan peternak non-probiotik. Variabel-variabel bebas yang dimasukkan kedalam model ini yaitu bibit (X1), pakan (X2), tenaga kerja (X3), biaya pemanas (X4), obat-obatan (X5). Sedangkan peubah respon yang diamati adalah produksi ayam broiler (Y). Setelah dilakukan pengolahan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dan minitab, diperoleh dua persamaan regresi sebagai berikut: Fungsi produksi peternak probiotik : Ln Y = 0,31 - 0,419 LnX1 + 1,07 LnX2 + 0,0071 LnX3 + 0, 388 LnX4 – 0,0265 LnX5 Fungsi produksi peternak non-probiotik : Ln Y = -0,96 + 0,90 LnX1 + 0,821 LnX2 – 0,30 LnX3 - 0,0090 LnX4 – 0,440 LnX5 Dari nilai VIF (lampiran 4 dan 6) dapat dilihat bahwa untuk model fungsi produksi Cobb-Douglas peternak probiotik dan model fungsi produksi peternak non-probiotik terdapat tiga variabel yang mempunyai nilai VIF (Variance Inflation Factor) lebih dari 10 yaitu bibit, pakan dan pemanas untuk peternak
probiotik dan bibit, tenaga kerja dan obat-obatan untuk peternak non-probiotik. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi korelasi antar variabel (multikolinier), sehingga pendugaan regresi dari model tidak dapat diinterpretasikan.
6.3. Model Fungsi Produksi Cobb-Duoglas Dengan Metode Komponen Utama Metode yang digunakan untuk menghilangkan masalah multikolinieritas adalah metode komponen utama. Peubah bebas pada regresi komponen utama berupa hasil kombinasi linier dari peubah asal Z yang disebut komponen utama. Koefisien
penduga
dari
metode
ini
diperoleh
melalui
penyusutan
dimensi
komponen utama dengan subset komponen utama yang dipilih harus tetap mempertahankan keragaman yang sebesar-besarnya. Metode komponen utama yang digunakan dalam regresi fungsi produksi usaha ternak ayam broiler pada peternak probiotik adalah komponen utama dengan dua ekstraksi (lampiran 5). Jumlah eigenvalue dari komponen ini sebesar 4,8324 yang menunjukkkan bahwa komponen utama dengan dua ekstraksi dapat menjelaskan sebesar 48,324 persen dari total variasi X. Hasil regresi komponen utama terhadap Y dapat dilihat pada Tabel. 7. Tabel 7. Analisis Regresi Dengan SK 1 dan SK 2 Sebagai Variabel Bebas Variabel
Koefisie n
Nilai t-hitung
Konstanta 8.95649 222.72 Skor Komponen 1 -0.40819 -20.43* Skor Komponen 2 -0.12671 -2.48* R² 0.966 Keterangan : *nyata pada selang kepercayaan 95 %
P-Value 0.000 0.000 0.020
Nilai koefisien determinasi (R²) dari model fungsi produksi peternak probiotik sebesar 0.966. Hal ini menunjukkan bahwa 96,6 persen dari variasi Y dapat dijelaskan oleh variabel bebas SK 1 dan SK2. Uji F digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas secara bersama-sama terhadap
produksi usaha ternak ayam broiler pada peternak probiotik seperti terlihat pada Tabel 8. Pada Tabel 8 terlihat bahwa nilai uji F sebesar 211.76 nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Artinya semua semua faktor produksi yang digunakan kecuali tenaga kerja, berpengaruh nyata terhadap produksi ayam broiler pada selang kepercayaan 95 persen. Tabel 8. Analisis Ragam Fungsi Produksi Usaha ternak Ayam Broiler Peternak Probiotik Sumber Derajat Bebas Keragaman Model Regresi 2 Error 27 Total 29
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F-hitung
20.547 1.310 21.857
10.273 0.049
211.76
Nilai koefisien regresi asal (bi) untuk masing-masing faktor produksi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Pendugaan Variabel Fungsi Produksi Usaha ternak Ayam Broiler Peternak Probiotik Variabel Koefisien Regresi Konstanta 0.50157 Bibit 0.27224 Pakan 0.25530 Tenaga Kerja 0.00870 Pemanas 0.27405 Obat-obatan 0.22450 Keterangan : *nyata pada selang kepercayaan 95 %
Nilai t-hitung 15.081* 14.836* 0.170 15.120* 14.111*
P-Value 0.0000 0.0000 0.0000 0.3897 0.0000 0.0000
Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel terhadap produksi ayam broiler dapat dilaksanakan dengan pengujian dengan uji t-hitung. Darihasil uji t pada tabel 3, menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi yaitu bibit, pakan, biaya obat-obatan dan pemanas berpengaruh nyata terhadap produksi ayam broiler peternak probiotik pada tingkat kepercayaan 95 persen. Namun tenaga kerja tidak berpengaruh nyata, hal ini menunjukkan bahwa bibit, pakan, biaya obat-obatan
dan pemanas memberikan pengaruh terhadap naik turunnya produksi ayam broiler peternak probiotik. Dalam proses produksi ayam broiler pada peternak non probiotik, jumlah komponen utama yang diambil adalah dua (lampiran 7), dengan persentase kumulatifnya sebesar 0.994. Artinya dengan menggunakan dua komponen utama sebesar 99,4 persen variasi variabel-variabel dapat dijelaskan. Tabel 10. Analisis Regresi Dengan SK1 dan SK 2 Sebagai Variabel Bebas Variabel Konstanta
Koefisien 8.95763
Nilai t-hitung 255.25
P-Value 0.000
Skor Komponen 1 Skor Komponen 2
-0.50112
-30.97*
0.000
-1.62*
0.117
-0.1773 R² 0.994 Keterangan : *nyata pada selang kepercayaan 95
Dari Tabel 10 terlihat besarnya nilai koefisien determinasi adalah 0.994. Artinya sebesar 99,4 persen variasi Y dapat dijelaskan oleh variabel bebas SK1 dan SK2. Nilai Uji F pada model peternak non probiotik diperoleh sebesar 480.83 nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Artinya semua faktor produksi yang digunakan kecuali pemanas dalam usaha ternak ayam broiler secara bersamasama berpengaruh nyata terhadap produksi ayam broiler peternak non probiotik pada tingkat kepercayaan 95 persen Tabel 11. Analisis Ragam Fungsi Produksi Usaha ternak Ayam Broiler Peternak Non Probiotik Sumber Keragaman Model Regresi Error Total
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F-hitung
2 27 29
35.530 0.998 36.528
17.765 0.037
480.83
Koefisien regresi yang diperoleh ditransformasikan kembali ke koefisien regresi asal (bi). Pada Tabel 11 dapat dilihatkoefisien regresi asal (bi) untuk masing-masing faktor produksi yang diduga Tabel 12. Hasil Pendugaan Variabel Fungsi Produksi Usaha ternak Ayam Broiler Peternak Non Probiotik Variabel Koefisien Regresi Konstanta 0.90193 Bibit 0.24380 Pakan 0.22128 Tenaga Kerja 0.24256 Pemanas 0.05049 Obat-obatan 0.25480 Keterangan : *nyata pada selang kepercayaan 95 %
Nilai t-hitung 255.250 11.740* 15.278* 11.819* 0.659 10.220*
P-Value 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.3165 0.0000
Nilai t hitung pada Tabel 12 menunjukkan variabel bibit, pakan, tenaga kerja, dan biaya obat-obatan berpengaruh nyata terhadap produksi ayam broiler pada
selang
kepercayaan
95
persen,
sedangkan
variabel
pemanas
tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi. Variabel yang tidak berpengaruh nyata menunjukkan bahwa pengaruh variabel bebas tersebut terhadap produksi ayam broiler peternak non probiotik sangat kecil. Berdasarkan hasil analisis regresi dengan metode komponen utama, maka persamaan fungsi produksi peternak probiotik dan peternak non probiotik dapat dijabarkan sebagai berikut : Fungsi produksi peternak probiotik Ln Y = 0.501 + 0,272LnX1 + 0,255LnX2 + 0,009LnX3 + 0,274LnX4 + 0,224LnX5 Fungsi produksi peternak non probiotik Ln Y = 0.902 + 0.244LnX1 + 0,221LnX2 + 0,243LnX3 + 0,050LnX4 0,255LnX5
+
Asumsi regresi adalah galat menyebar normal, homokedastisitas
dan tidak terjadi multikolinier. Uji multikolinier telah dilakukan dengan metode
VIF (Variance
Inflation
Factor)
dan
untuk
menguji
kenormalan
kehomogenan ragam digunakan Levene’s test (lampiran 5 dan 7).
dan
Dari hasil uji
kenormalan dan kehomogenan ragam diperoleh nilai p-value lebih dari á (0,05) yaitu 0,15. Artinya residual atau sisaan telah memenuhi asumsi kenormalan atau galat menyebar normal dan asumsi kehomogenan ragam (homoskedastisitas) terpenuhi. 6.4. Analisis Efisiensi 6.4.1. Analisis Penggunaan Faktor-faktor Produksi Efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dalam fungsi produksi CobbDouglas dapat diketahui dari nilai koefisiensi regresi yang merupakan nilai elastisitas
produksinya.
Pengaruh
masing-masing
faktor
produksi
terhadap
produksi ayam broiler pada peternak probiotik dan non probiotik adalah sebagai berikut : 1. Bibit Bibit berada pada daerah rasional (daerah II) dalam fungsi produksi peternak responden. Nilai elastisitas bibit dalam fungsi produksi usaha ternak ayam broiler peternak probiotik sebesar 0,27224 yang artinya setiap penambahan bibit sebesar 1 persen akan meningkatkan jumlah produksi sebesar 0,27224 persen (cateris paribus). Pada peternak non probiotik nilai elastisitas bibit sebesar 0,24380 sehingga setiap penambahan bibit sebesar 1 persen akan meningkatkan produksi sebesar 0,24380 persen (cateris paribus). Oleh karena itu secara logis peternak dapat meningkatkan jumlah bibit produksi total dapat ditingkatkan. 2. Pakan
/ DOC yang dipelihara sehingga
Pakan berada pada daerah rasional (daerah II) dalam fungsi produksi peternak responden. Nilai elastisitas pakan untuk peternak probiotik adalah 0,25530. Artinya setiap penambahan pakan sebesar 1 persen akan meningkatkan jumlah produksi sebesar 0,25530 persen (cateris paribus). Untuk peternak non probiotik nilai elastisitas pakan adalah 0,22128 yang artinya setiap penambahan pakan sebesar 1 persen akan meningkatkan produksi sebesar 0,22128 persen (cateris paribus). Elastisitas produksi pakan pada peternak probiotik dan non probiotik responsif terhadap produksi ayam broiler sehingga peternak dapat meningkatkan pakan untuk meningkatkan jumlah produksi total. 3. Tenaga Kerja Tenaga kerja pada fungsi produksi usaha ternak ayam broiler peternak probiotik memiliki nilai elastisitas 0,00870 yang berarti setiap penambahan tenaga kerja sebesar 1 persen akan diikuti peningkatan produksi ayam broiler sebesar 0, 00870 persen (cateris paribus). Untuk peternak non probiotik nilai elastisitas produksi tenaga kerja adalah 0,24256. Nilai tersebut memiliki arti setiap kenaikan input tenaga kerja sebesar 1 persen akan diikuti oleh kenaikan produksi ayam broiler sebesar 0,24256 persen (cateris paribus). Nilai elastisitas tenaga kerja berada pada daerah rasional (daerah II). 4. Biaya Obat-obatan Nilai elastisitas biaya obat-obatan menunjukkan penggunaan obat-obatan berada pada daerah rasional (daerah II). Nilai elastisitas produksi untuk biaya obat-obatan peternak probiotik sebesar 0,22450 yang berarti setiap penambahan obat-obatan sebesar 1 persen akan diikuti peningkatan produksi sebesar 0,22450 persen (cateris paribus). Pada peternak non probiotik, nilai elastisitas biaya obat-
obatan sebesar 0,25480 yang memiliki arti setiap penambahan biaya obat-obatan sebesar 1 persen akan meningkatkan produksi sebesar 0, 25480 persen (cateris paribus). 5. Pemanas Penggunaan pemanas oleh peternak responden di daerah penelitian berada pada daerah rasional (daerah II). Nilai elastisitas produksi pemanas untuk peternak probiotik adalah 0,27405 yang berarti setiap penambahan input pemanas sebesar 1 persen
akan
diikuti
peningkatan produksi sebesar 0,27405 persen (cateris
paribus). Pada peternak non probiotik, nilai elastisitas produksi pemanas sebesar 0,050490 yang memiliki arti setiap penambahan pemanas sebesar 1 persen akan meningkatkan produksi ayam broiler sebesar 0,05049 persen (cateris paribus). Dari uraian diatas, elastisitas produksi dari bibit, pakan dan pemanas pada peternak probiotik lebih responsif terhadap produksi dibandingkan peternak non probiotik. Berdasarkan ukuran elastisitas tersebut maka penggunaan jumlah satuan fisik yang sama dalam bibit, pakan dan pemanas akan memberikan tingkat produksi yang lebih tinggi bagi peternak probiotik daripada peternak non probiotik, sedangkan elastisitas produksi dan dari tenaga kerja dan obat-obatan pada peternak non probiotik lebih responsif terhadap produksi ayam broiler. Berdasarkan ukuran elastisitas tersebut maka penggunaan jumlah satuan fisik yang sama dalam faktor produksi tenaga kerja dan obat-obatan akan memberikan tingkat produksi yang lebih tinggi bagi peternak non probiotik daripada peternak probiotik.
Dalam
fungsi
produksi
Cobb-Douglas
koefisien
regresi
merupakan
elastisitas produksi dari variabel bebas. Penjumlahan dari nilai elastisitas dapat digunakan untuk mengetahui keadaan skala usaha. Jumlah nilai elastisitas dalam fungsi produksi peternak probiotik dan non probiotik adalah 1,03479 dan 1,01293 yang berarti usaha ternak ayam broiler yang dilakukan oleh peternak probiotik dan peternak non probiotik berada pada skala kenaikan yang semakin meningkat (increasing return to scale ). Nilai ini memiliki arti setiap kenaikan 1 persen dari masing-masing faktor produksi secara bersama-sama akan meningkatkan produksi ayam broiler sebesar 1,03479 persen untuk peternak probiotik dan 1,01293 persen untuk peternak non probiotik. 6.4.2. Feed Convertion Ratio (FCR) Konversi pakan atau feed convertion ratio (FCR) adalah nilai konversi pakan yang menunjukkan jumlah pakan yang diperlukan untuk membentuk daging ayam, dihitung dengan jumlah pakan yang digunakan (kilogram) dibagi dengan berat ayam saat panen (kilogram). Semakin tinggi nilai FCR, semakin buruk kinerjanya dan sebaliknya semakin rendah FCR semakin baik kinerjanya. Nilai FCR yang rendah juga menunjukkan mengefisiensikan
budidaya
ternaknya
bahwa usaha ternak tersebut dapat
sehingga
mampu
memperkecil
biaya
produksi. Nilai FCR untuk peternak probiotik sebesar 1, 62 yang berarti untuk setiap kenaikan berat badan ayam sebesar 1 kilogram dibutuhkan penggunaan pakan sebanyak 1, 62 kilogram. Sedangkan untuk peternak non probiotik mempunyai nilai FCR sebesar 1, 68 artinya dibutuhkan 1,68 kilogram pakan untuk mencapai 1 kilogram berat badan ayam broiler. Dari penjelasan diatas peternak probiotik
mempunyai nilai FCR yang lebih kecil dari peternak non probiotik, maka dapat disimpulkan bahwa peternak probiotik mampu lebih mengefisienkan penggunaan jumlah pakan sehingga dapat mengurangi biaya produksi untuk pakan.
6.4.3. Analisis Efisiensi Ekonomi Untuk melihat tingkat efisiensi ekonomis dari penggunaan faktor-faktor produksi dapat dilihat dari rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) per periode produksi, seperti terlihat pada Tabel 7 untuk usaha ternak ayam broiler yang dilakukan oleh peternak probiotik dan Tabel 8 untuk usaha ternak yang dilakukan oleh peternak non probiotik. Pada Tabel 7 dan Tabel 8 terlihat kondisi efisiensi ekonomis usaha ternak ayam broiler pada perusahaan Sunan Kudus Farm dimana untuk peternak probiotik responden produksi rata-rata sebesar 14.448,32 kilogram per periode produksi dan peternak non probiotik responden memiliki produksi rata-rata sebesar 11.778,60 kilogram. Harga rata-rata yang berlaku untuk kedua peternak responden sama yaitu Rp 7.000,00 per kilogram. Berdasarkan Tabel 13 diatas dapat dilihat bahwa NPM dari bibit adalah 2.866,98. Ini berarti setiap bibit satu ekor akan meningkatkan penerimaan peternak mitra sebesar Rp 2.866,98. Tambahan biaya yang harus dikeluarkan peternak probiotik adalah Rp. 2.000,00 sehingga rasio NPM-BKM bibit sebesar 1,43. Tabel 13. Rasio NPM -BKM Usaha ternak Ayam Broiler Peternak Probiotik Periode Juli-Agustus 2005 Variabel Bibit Pakan
Koefisien Aktual NPM BKM NPM/BKM Optimal (%)* 0,272 9.595,33 2.866,98 2.000 1,43 13.754,80 30,24 0,255 23.320 1.069,25 2.500 0,43 10.316,09 55,76
Tenaga Kerja 0,009 204,93 4.441,64 10.000 0,44 Obat-obatan 0,224 21.956,69 1.262,10 10.000 0,13 Pemanas 0,274 634,76 35.690,70 3.000 11,90 * : Persentase perbandingan penggunaan aktual dengan optimal
91,02 55,58 2.771,19 87,38 7.551,65 91,59
Rasio NPM-BKM lebih dari satu menunjukkan tambahan penerimaan yang didapatkan lebih besar daripada tambahan biaya yang harus dikeluarkan. Untuk mencapai tingkat efisien perlu meningkatkan penggunaan bibit sebesar 30,24 persen atau sebanyak 2.571 ekor faktor produksi bibit. Nilai NPM pakan untuk peternak probiotik adalah 1.069,25. Artinya setiap penambahan pakan 1 kilogram akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp. 1.069,25. Besarnya penerimaan itu diikuti oleh penambahan biaya yang lebih besar yaitu Rp. 2.500,00 sehingga rasio NPM-BKM pakan sebesar 0,43. Rasio NPM-BKM kurang dari satu menunjukkan tambahan biaya yang dikeluarkan untuk pakan melebihi tambahan penerimaan yang didapatkan. Untuk mencapai kondisi efisien (NPM = BKM) maka penggunaan pakan harus dikurangi sebesar 55,76 persen atau sebanyak 13.003,91 kilogram. Nilai NPM tenaga kerja peternak probiotik adalah sebesar 4.441,64 yang berarti setiap penambahan tenaga kerja 1 HKP akan meningkatkan penerimaan peternak probiotik sebesar Rp. 4.441,64. Biaya yang harus dikeluarkan
untuk 1
HKP adalah Rp. 10.000,00 sehingga rasio NPM-BKM tenaga kerja sebesar 0,44. Angka tersebut menunjukkan penggunaan tenaga kerja masih harus dikurangi sebesar 55,58 persen atau sebesar 113,91 HKP agar tercapai efisiensi. Hal yang sama terjadi pada biaya obat-obatan. Nilai NPM biaya obat-obatan peternak probiotik sebesar 1.262,10 yang berarti setiap penambahan biaya obat-obatan sebesar 1 botol vaksin ND akan meningkatkan penerimaan peternak probiotik sebesar Rp. 1.262,10. Biaya yang harus dikeluarkan oleh peternak probiotik
adalah Rp. 10.000,00 sehingga rasio NPM-BKM biaya obat-obatan adalah 0,13 sehingga penggunaannya harus dikurangi sebesar 87,38 persen atau sebanyak 19.185,50 mililiter agar kondisi efisiensi tercapai. Untuk
pemanas, nilai NPM sebesar 35.690,70 yang berarti setiap
penambahan pemanas sebesar 1 liter akan meningkatkan penerimaan probiotik
peternak
sebesar Rp. 35.690,70 dengan biaya yang harus dikeluarkan Rp.
3.000,00. Rasio NPM-BKM dari biaya pemanas yang lebih besar dari satu menunjukkan faktor produksi yang belum efisien sehingga perlu ditingkatkan penggunaannya sebesar 91,59 persen atau sebanyak 6.919,89 liter agar tercapai kondisi NPM = BKM (efisien). Tabel 14. Rasio NPM-BKM Usaha ternak Ayam Broiler Peternak Non Probiotik Periode Juli-Agustus 2005 Variabel Koefisien Aktual NPM BKM NPM/BKM Optimal (%) Bibit 0,244 7487,53 2.686,80 2.000 1,34 10.058,92 25,56 Pakan 0,221 19.860 900,86 2.500 0,36 7.288,60 63,30 Tenaga Kerja 0,243 154,39 115.594,60 10.000 11,55 2.003,53 92,29 Obat-obatan 0,255 14.418,24 1.458,21 10.000 0,14 2.102,48 85,42 Pemanas 0,050 492,31 8.373,81 3.000 2,79 1.374,17 64,17
Dari Tabel 14 diatas dapat dilihat bahwa faktor produksi yang memberikan nilai rasio NPM-BKM yang paling besar berturut-turut adalah tenaga kerja, pemanas, bibit, pakan dan obat-obatan. Nilai produk marjinal dari tenaga kerja adalah 11.5594,60 yang berarti setiap penambahan tenaga kerja sebesar 1 HKP akan meningkatkan penerimaan peternak non probiotik sebesar Rp. 115.594,60 dengan tambahan biaya (BKM) sebesar Rp. 10.000,00 artinya peternak non probiotik harus meningkatkan tenaga kerja sebesar 92,29 persen atau sebanyak 1.849,14
HKP.
Untuk
biaya
pemanas,
NPM-nya adalah 8.373,81 dengan
tambahan biaya sebesar Rp 3.000,00 sehingga harus ditingkatkan sebesar 64,17 persen atau sebanyak 881,86 liter. NPM untuk obat-obatan sebesar 1.458,21 memberi arti setiap penambahan 1 botol vaksin ND akan meningkatkan penerimaan peternak non probiotik sebesar Rp. 1.458,21 dengan biaya yang harus dikeluarkan Rp. 10.000,00. penggunaannya dikurangi sebesar 85,42 persen atau sebesar 12.315,76 mililiter. Sedangkan untuk bibit dengan nilai NPM sebesar 2.686,80 berarti setiap penambahan 1 ekor bibit atau DOC akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp. 2.686,80 dengan biaya korbanan marjinalnya (BKM) sebesar Rp. 2.000,00 sehingga harus ditingkatkan sebesar 25,56 persen atau sebanyak 2.571 ekor untuk mencapai tingkat efisien. Pakan mempunyai nilai produk marjinalnya sebesar 900,86 yang berarti setiap penambahan 1 kilogram pakan akan meningkatkan penerimaan peternak non probiotik sebesar Rp. 900,86 dengan biaya korbanan marjinal yang lebih besar yaitu
Rp. 2.500,00. Rasio NPM-BKM pakan adalah 0,36. Hal ini
menunjukkan tambahan biaya yang harus dikeluarkan lebih besar daripada tambahan manfaat yang diterima sehingga perlu dikurangi sebesar 63,30 persen atau sebanyak 12.571,4 kilogram agar tercapai efisiensi (NPM = BKM). Dari analisis tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan faktorfaktor produksi pada peternak probiotik dan peternak non probiotik belum efisien, hal ini menunjukkan peternak probiotik tidak lebih efisien dibandingkan peternak non probiotik dalam penggunaan input produksi usaha ternak ayam broiler. Oleh karena
itu
peternak
probiotik
maupun
non
probiotik
diharapkan
dapat
memperbaiki tingkat efisiensi produksinya agar mencapai kondisi yang efisien (NPM = BKM).
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan : Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Berdasarkan analisis rasio konversi pakan (feed convertion ratio), peternak probiotik memiliki nilai FCR sebesar 1,62 sedangkan peternak non probiotik memiliki nilai sebesar 1,68. Artinya untuk mencapai berat badan ternak sebesar
1 kilogram, petani probiotik membutuhkan 1,62 kilogram
penggunaan jumlah pakan dan peternak non probiotik membutuhkan 1,68 kilogram untuk mencapai 1 kilogram berat badan. Hal ini mengindikasikan bahwa peternak probiotik mampu menekan penggunaan pakan lebih sedikit dibandingkan penggunaan pakan peternak non probiotik.. 2. Berdasarkan nilai NPM / BKM kedua peternak tersebut, usaha ternak yang dilakukan peternak probiotik dan non probiotik belu m mencapai tingkat efisien secara ekonomis dimana Nilai Produk Marginal-nya (NPM) tidak sama dengan Biaya Korbanan Marginal (BKM). Yang berarti penggunaan faktor -faktor produksi perlu untuk ditambahkan atau dikurangi dalam upaya mencapai nilai efisiensi ekonomis. 3. Berdasarkan analisis pendapatan, maka didapat nilai R/C atas biaya total peternak probiotik sebesar 1,17 dan untuk peternak non probiotik sebesar 1,14. Sedangkan nilai R/C atas biaya tunai peternak probiotik sebesar 1,18 dan untuk peternak non probiotik sebesar 1,15. Nilai R/C peternak
probiotik yang lebih besar dari peternak non probiotik memiliki arti kegiatan usaha ternak peternak probiotik lebih menguntungkan.
7.2. SARAN 1. Dianjurkannya pemakaian probiotik dalam usaha ternak ayam ras pedaging yang dijalankan karena terbukti berpengaruh nyata dalam menekan penggunaan jumlah pakan, namun penggunaannya harus disesuaikan dengan dosis penggunaan yang telah ditetapkan agar memiliki hasil maksimal. 2. Faktor-faktor produksi yang harus ditambahkan da lam upaya mencapai efisiensi ekonomis adalah tenaga kerja, pemanas dan bibit untuk peternak non probiotik. Sedangkan peternak probiotik harus menambah penggunaan pemanas dan bibit. Faktor -faktor produksi yang harus dikurangi adalah pakan, tenaga kerja dan obat-obatan bagi peternak probiotik dan pakan serta obat-obatan untuk peternak non probiotik.
Lampiran 1. Jumlah Populasi dan Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2000 – 2002 Propinsi 2000 Aceh Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Jakarta Jabar Jateng Yogya Jatim Bali NTB NTT Tim-tim Kalbar Kalteng Kalsel kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultgr Maluku Irian jaya Babel Banten Gorontalo Malut Indonesia
956.155 26.893.165 10.400.682 8.427.829 4.793.997 15.500.000 2.453.080 23.929.600 889.000 196.422.402 71.554.382 12.431.023 88.077.360 18.646.404 2.705.129 354.313 15.787.359 1.616.795 6.148.602 14.306.200 4.121.368 974.015 1.890.100 152.420 1.433.677 0 0 0 0 530.874.057
Populasi (ekor) 2001 978.957 38.045.268 10.400.682 8.520.831 5.574.539 16.500.000 2.751.100 22.521.970 1.046.500 238.050.365 54.956.824 15.873.340 89.706.792 17.951.970 2.995.041 375.000 15.080.128 1.378.805 7.559.551 17.832.200 4.555.200 988.450 1.727.863 131.867 36.065 233.323 354.862 46.437.708 35.789 30.000 621.870.428
Sumber : Buku Statistika Peternakan (2002)
2002 992.956 38.806.173 76.806.173 8.658.016 5.580.000 17.000.000 2.986.610 22.747.190 1.015.000 243.781.272 54.96.824 18.821.019 91.500.930 19747.164 3.294.545 487.500 15.754.200 1.659.954 9.004.937 18.702.411 4.782.910 990.229 1.984.227 145.050 36.130 248.323 245.835 55.725.252 53.775 30.000 716.131.475
Produksi (ton) 2000 2001 2002 937 25.011 950 14.386 6.367 10.560 2.152 12.270 86.086 157.727 58.777 9.948 72.664 15.477 30.174 248 13.782 1.372 4.375 10.687 4.451 852 1.347 83 1.331 0 0 0 0 515.002
954 971 7.572 7.724 8.526 8.616 12.328 12.526 4.895 4.900 10.678 11.699 2.046 2.149 13.112 13.243 75.627 85.680 163.864 167.791 53.661 44.450 8.467 8.551 74.008 75.488 14.883 15.002 177 185 299 307 12.215 12.761 1.995 1.720 5.600 6.671 13.321 14.386 4.920 5.166 6.834 6.847 1.406 1.489 78 82 30 30 229 175 1.911 2.294 37.289 44.747 45 70 0 0 536.954 555.721
Lampiran 2. Data Produksi Peternak Non Probiotik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Hasil Produksi Y ( Kg) 9736.00 4499.00 5756.10 3623.00 4370.40 64640.60 36295.70 4971.10 5305.60 4499.00 2649.00 9736.00 2258.00 2258.00 9261.00 11027.20 11960.30 3856.80 6547.80 3275.80 2754.30 4584.00 30021.50 36536.00 9445.40 14823.20 15617.60 16873.80 7762.70 8413.00 353357.90
Bibit X1 (ekor) 6120.00 2930.00 8000.00 4000.00 5000.00 45000.00 22000.00 2600.00 2600.00 2910.00 1856.00 6120.00 1710.00 1880.00 5600.00 7300.00 8000.00 3000.00 3700.00 2500.00 2040.00 3060.00 16000.00 18000.00 5800.00 9000.00 9000.00 9100.00 5100.00 4700.00 224626.00
Pakan X2 (kg) 18100.00 7100.00 13050.00 9250.00 12600.00 114850.00 59650.00 9600.00 9600.00 7150.00 4250.00 18100.00 3700.00 3700.00 13550.00 17350.00 18500.00 6800.00 11250.00 5950.00 5100.00 8650.00 49700.00 62000.00 15300.00 24000.00 25000.00 27400.00 11850.00 13700.00 606800.00
Tenaga kerja Pemanas X3 (HKP) X4 (liter) 123.88 394.17 631.00 200.76 166.50 529.6 2 82.50 262.50 102.08 324.80 919.34 2925.16 443.80 1412.11 55.86 177.3 0 55.22 175.70 63.08 203.70 39.64 126.14 123.88 394.17 37.26 113.68 37.73 125.44 35.72 383.60 39.42 493.29 120.56 532.42 155.03 194.04 167.33 242.55 60.98 165.20 40.98 130.41 62.61 199.22 340.45 1083.25 383.94 1221.64 124.06 394.73 190.30 465.50 192.52 612.57 194.81 619.85 108.57 345.45 100.69 320.39 5199.74 14769.36
Obat -obatan X5 (ml) 10529.97 5363.16 14148.42 7012.50 8676.80 78143.56 37723.51 4747.93 4693.70 5355.68 3369.74 10529.97 3036.88 3351.04 10247.60 13177.89 14223.22 5183.64 6479.55 4413.20 3483.81 5322.02 38378.00 43280.96 13984.72 21452.00 21702.48 21960.40 1223.88 11350.96 432547.19
Lampiran 3. Data Produksi Peternak Probiotik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Hasil Produksi Y ( Kg) 10164.80 3915.00 10672.00 8964.20 13929.00 34172.80 41364.40 5489.60 59554.20 66084.00 2588.00 2613.00 10164.80 1815.30 1815.30 3174.00 3812.50 3725.00 1765.80 1745.00 2006.60 9421.50 4261.60 4226.60 24325.00 9750.00 46808.00 14989.00 7970.30 22162.20 433449.50
Bibit X1 (ekor) 6120.00 2610.00 12000.00 9000.00 15000.00 20000.00 22000.00 3000.00 33500.00 41600.00 1870.00 1920.00 6120.00 1710.00 1760.00 2250.00 2500.00 2500.00 1000.00 1000.00 1500.00 6500.00 3000.00 4000.00 19800.00 8200.00 28300.00 9000.00 5100.00 15000.00 287860.00
Paka n X2 (kg) 16350.00 5900.00 24950.00 22000.00 33950.00 53950.00 69100.00 9250.00 95150.00 103500.00 3900.00 3900.00 16350.00 2700.00 2600.00 5350.00 6400.00 6950.00 3200.00 3050.00 3650.00 16000.00 6650.00 6000.00 40500.00 15900.00 75800.00 23400.00 11950.00 35250.00 723600.00
Tenaga kerja Pemanas X3 (HKP) X4 (liter) 129.23 411.18 56.32 179.20 256.52 816.20 194.92 620.20 322.30 1025.50 435.78 1386.56 469.99 1495.41 65.40 208.11 716.83 2280.81 882.60 2808.26 40.17 127.82 40.92 130.20 129.32 411.18 37.26 118.58 37.73 120.05 46.33 147.42 53.13 150.15 51.70 164.50 21.19 67.41 21.01 66.85 31.79 101.15 136.88 435.54 60.91 193.83 83.09 264.39 413.60 1316.00 174.90 56.50 606.30 1929.13 193.86 616.84 111.72 355.46 326.33 1038.31 6148.03 19042.74
Obat -obatan X5 (ml) 14567.52 6348.80 28916.80 21972.80 36332.00 49123.84 52980.24 7373.04 80805.84 99492.64 4528.48 4612.80 14567.52 4201.12 4253.20 5222.88 5989.20 5828.00 2388.24 2368.40 3583.60 15430.56 6867.12 9366.96 46624.00 19716.00 51535.33 16478.44 9495.86 27737.70 658708.93
Lampiran 4 Analisis Metode Kuadrat Terkecil Peternak Probiotik
DATA PRO Penduga Parameter Regresi dengan MKT (OLS) The regression equation is Y (Hasil Produksi Kg) = 0.31 - 0.419 X1 (Bibit/ekor) + 1.07 X2 (Pakan/kg) + 0.0071 X3 (Tenaga kerja/HKP) + 0.388 X4 (Pemanas/liter) - 0.0265 X6 (Obat obatan/ ml) Predictor Constant X1 (Bibit/ekor) X2 (Pakan/kg) X3 (Tenaga kerja/HKP) X4 (Pemanas/liter) X6 (Obat-obatan/ml) S = 0.160231
Coef 0.314 -0.4186 1.0683 0.00715 0.3878 -0.02655
R -Sq = 97.2%
SE Coef 1.571 0.5976 0.1769 0.03218 0.5812 0.07692
T 0.20 -0.70 6.04 0.22 0.67 -0.35
P 0.843 0.490 0.000 0.826 0.511 0.733
R -Sq(adj) = 96.6%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 5 24 29
SS 21.2407 0.6162 21.8569
MS 4.2481 0.0257
Durbin- Watson statistic = 0.841912
F 165.47
P 0.000
VIF 252.7 25.1 1.4 235.0 5.8
Lampiran 5 Analisis Komponen Utama Peternak Probiotik Analisis Komponen Utama Eigenanalysis of the Correlation Matrix Eigenvalue Proportion Cumulative
4.1904 0.838 0.838
0.6420 0.128 0.966
Variable X1 (Bibit/ekor) X2 (Pakan/kg) X3 (Tenaga kerja/HKP) X4 (Pemanas/liter) X6 (Obat-obatan/ml)
0.1373 0.027 0.994
PC1 -0.481 -0.478 -0.318 -0.480 -0.457
0.0281 0.006 1.000
PC2 -0.152 -0.159 0.948 -0.150 -0.175
0.0021 0.000 1.000
PC3 0.291 0.240 -0.024 0.315 -0.871
PC4 0.376 -0.830 -0.006 0.409 0.045
PC5 0.721 - 0.016 0.000 - 0.693 - 0.014
Comment :Dengan dua komponen utama yang dipakai, sudah mampu menjelaskan keragaman data sebesar 96.6%
Regresi Dengan Score Komponen Utama The regression equation is Y (Hasil Produksi Kg) = 8.96 - 0.408 score PC1 - 0.127 score PC2 Predictor Constant score PC1 score PC2
Coef 8.95649 - 0.40819 - 0.12671
SE Coef 0.04021 0.01998 0.05105
S = 0.220259 R -Sq = 94.0% Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 2 27 29
SS 20.547 1.310 21.857
T 222.72 -20.43 -2.48
P 0.000 0.000 0.020
VIF 1.0 1.0
R -Sq(adj) = 93.6%
MS 10.273 0.049
F 211.76
P 0.000
Durbin- Watson statistic = 0.949919
Prediktor Konstanta X1(Bibit/ekor) X2(Pakan/kg) X3(Tenaga kerja/HKP) X4(Pemanas/liter) X6(Obat-obatan/ml)
Koefisien 0.50157 0.27224 0.25530 0.00870 0.27405 0.22450
SE Koefisien 0.0402 0.0143 0.0145 0.0565 0.0142 0.0148
T-hitung 222.720 15.081 14.836 0.170 15.120 14.111
P-Value 0.0000 0.0000 0.0000 0.3897 0.0000 0.0000
Lanjutan
Probability Plot of Y (Hasil Produksi Kg) Normal 99
Mean 8.956 StDev 0.8682 N 30 KS 0.103 P-Value >0.150
95 90
Perce nt
80 70 60 50 40 30 20 10 5 1
7
8
9 10 Y (Hasil Produksi Kg)
11
Test for Equal Variances for residual F-Test Test Statistic 3.41 P-Value 0.043
1 group
Levene's Test Test Statistic P-Value
2
0.1
0.2 0.3 0.4 95%Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
0.5
group
1
2 -0.75
-0.50
-0.25
0.00 residual
0.25
0.50
1.69 0.205
Lampiran 6 Analisis Metode Kuadrat Terkecil Peternak Non Probiotik
DATA NON PRO Penduga Parameter Regresi dengan MKT (OLS) The regression equation is Y (Hasil Produksi Kg) = - 0.96 + 0.90 X1 (Bibit/ekor) + 0.821 X2 (Pakan/kg) - 0.30 X3 (Tenaga kerja/HKP) - 0.0090 X4 (Pemanas/liter) - 0.440 X6 (Obat- obatan/ml)
Predictor Constant X1 (Bibit/ekor) X2 (Pakan/kg) X3 (Tenaga kerja/HKP) X4 (Pemanas/liter) X6 (Obat-obatan/ml) S = 0.141009
Coef -0.963 0.901 0.8214 -0.296 -0.00898 -0.4398
R -Sq = 98.7%
SE Coef 5.786 1.589 0.1352 1.501 0.06441 0.2985
T -0.17 0.57 6.07 -0.20 -0.14 -1.47
P 0.869 0.576 0.000 0.845 0.890 0.154
R -Sq(adj) = 98.4%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 5 24 29
SS 36.0503 0.4772 36.5275
MS 7.2101 0.0199
Durbin- Watson statistic = 1.00607
F 362.62
P 0.000
VIF 4375.5 34.7 3934.6 8.0 149.0
Lampiran 7 Analisis Komponen Utama Peternak Non Probiotik Analisis Komponen Utama Eigenanalysis of the Correlation Matrix Eigenvalue Proportion Cumulative
4.8654 0.973 0.973
0.1065 0.021 0.994
Variable X1 (Bibit/ekor) X2 (Pakan/kg) X3 (Tenaga kerja/HKP) X4 (Pemanas/liter) X6 (Obat-obatan/ml)
0.0235 0.005 0.999
PC1 -0.452 -0.449 -0.452 -0.433 -0.450
0.0045 0.001 1.000
PC2 -0.222 -0.156 -0.220 0.898 -0.265
0.0001 0.000 1.000
PC3 0.227 -0.876 0.229 0.065 0.353
PC4 0.410 -0.085 0.472 -0.026 -0.775
PC5 0.726 - 0.005 - 0.687 0.000 - 0.034
Comment : Dengan dua komponen utama yang dipakai, sudah mampu menjelaskan keragaman data sebesar 99.4%
Regresi Dengan Score Komponen Utama The regression equation is Y (Hasil Produksi Kg) = 8.96 - 0.501 score PC1 - 0.177 score PC2 Predictor Constant score PC1 score PC2
Coef 8.95763 - 0.50112 -0.1773
SE Coef 0.03509 0.01618 0.1094
S = 0.192215 R -Sq = 97.3% Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 2 27 29
SS 35.530 0.998 36.528
T 255.25 -30.97 -1.62
P 0.000 0.000 0.117
VIF 1.0 1.0
R -Sq(adj) = 97.1%
MS 17.765 0.037
F 480.83
P 0.000
Durbin- Watson statistic = 0.979878
Prediktor Konstanta X1(Bibit/ekor) X2(Pakan/kg) X3(Tenaga kerja/HKP) X4(Pemanas/liter) X6(Obat-obatan/ml)
Koefisien 0.90193 0.24380 0.22128 0.24256 0.05049 0.25480
SE Koefisien 0.0351 0.0226 0.0165 0.0225 0.0878 0.0267
T-hitung 255.250 11.740 15.278 11.819 0.659 10.220
P-Value 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.3165 0.0000
Lanjutan
Probability Plot of Y (Hasil Produksi Kg) Normal 99
Mean 8.958 StDev 1.122 N 30 KS 0.137 P-Value >0.150
95 90
Perce nt
80 70 60 50 40 30 20 10 5 1
6
7
8 9 10 Y (Hasil Produksi Kg)
11
12
Test for Equal Variances for Residual F-Test Test Statistic 3.78 P-Value 0.037
1 group
Levene's Test Test Statistic P-Value
2
0.1
0.2 0.3 0.4 95%Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
0.5
group
1
2 -0.5
-0.4
-0.3
-0.2 -0.1 Residual
0.0
0.1
0.2
1.21 0.283