KAJIAN USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA MANDIRI DAN MAKLOON Neli Yuliani1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] M Iskandar Mamo’en2) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi
[email protected] Tenten Tedjaningsih3) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri dan makloon dan untuk mengetahui kelayakan usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri dan makloon. Metode yang digunakan adalah Studi Kasus pada seorang peternak ayam ras pedaging pola mandiri, dan seorang peternak ayam ras pedaging pola makloon di Desa Eureunpalay Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola mandiri dilaksanakan peternak melalui pembiayaan sendiri baik biaya ivestasi maupun biaya operasional. Sedangkan pola makloon biaya operasional untuk bibit, pakan, obat dan vaksin di tanggung perusahaan inti, peternak hanya menyediakan kandang, litter, kayu bakar, tenaga kerja, penghangat atau brooder, dan pada saat panen ayam wajib diserahkan kepada perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan perhitungan R/C ratio pola makloon lebih besar daripada pola mandiri yaitu pola mandiri 1,17 dan pola makloon 1,79, Payback Period pola mandiri lebih cepat dalam pengembalian modal yaitu 6 tahun, dan pola makloon 25 tahun, sedangkan berdasarkan Rasio Tingkat Pengembalian Investasi pola mandiri juga lebih besar yaitu 99 persen, dan pola makloon 22 persen. Berdasarkan perhitungan jangka pendek pola makloon lebih menguntungkan, sedangkan berdasarkan perhitungan jangka panjang lebih menguntungkan pola mandiri. Pola makloon baik untuk peternak pemula dan pola mandiri dapat dilaksanakan jika peternak sudah menguasai teknik budidaya, pasar, dan modal yang besar Peternak diharapkan dapat membuat catatan kegiatan usaha ternaknya secara terperinci, lengkap, tersusun serta terpisah dari kegiatan ekonomi lainnya, dan untuk dapat meningkatkan pendapatan peternak ayam broiler baik pola mandiri ataupun makloon, harus diupayakan solusi untuk mengefisienkan biaya pakan, sehingga pendapatan peternak ditingkatkan. Kata Kunci : Usaha Ternak, Pola Mandiri dan Makloon, Ayam Ras Pedagin
1
ABSTRACT The research conducted in Desa Eureunpalay Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya was aimed to know the operational differences of broiler poultry between autonomous model and partnership one and to know their financial feasibility.The research explored the case study method on two broiler poultry men in Desa Eureunpalay Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya. From each model was taken one poultryman. The result demonstrated that broiler poultry by autonomous model was more profitable than partnership one. The value of its R-C ratio was 1,17 while partnership model resulted less 1,79. The calculation of Pay Back Period showed that the autonomous model will return the capital quicker 6 years than partnership one 25 years. Based on the ratio of investment return level, the autonomous was assessed higher as its value was 99 percent while partnership model was 22 percent. Based on the calculation of short-term partnership model more favorable , whereas calculations based on more profitable long-term autonomous model. Partnership model for both novice breeders and autunomous model can be implemented independently if the breeder has mastered the techniques of cultivation, market, and substantial capital.The result of the research implied that to improve the poultrymen’s income, it was necessary to conduct more intensive agricultural illumination to grow up their entrepreneurial characteristics. It was also suggested to poultry men to make a complete, regular and detail account of their business and to separate it from other economic activities. Key Word: Effort livestock, Autonomous model and Partnership model,broiler race chicken PENDAHULUAN Jumlah penduduk yang semakin meningkat disertai dengan proses pemulihan ekonomi nasional yang pesat mendorong semakin tingginya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi terutama yang berasal dari protein hewani. Kondisi ini menyebabkan permintaan terhadap produk-produk utama peternakan salah satunya daging ayam semakin meningkat. Pengembangan usaha peternakan ayam ras pedaging jenis broiler khususnya, untuk meningkatkan produksi daging sangat dirasakan manfaatnya, terutama untuk menjadi barang substitusi bagi daging sapi impor yang didatangkan dari Australia dalam jumlah besar, serta untuk penyediaan daging bagi masyarakat dengan harga murah, sehingga konsumsi protein hewani masyarakat juga dapat meningkat. Keadaan tersebut membuat ayam broiler menjadi salah satu komoditas ternak yang paling potensial untuk dikembangkan. Ayam broier adalah jenis ayam jantan ataupun betina muda berumur sekitar 6 sampai 8 minggu, yang dipelihara secara intensif, guna memperoleh produksi daging yang optimal (Aak, 1986).
2
Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu sentra peternak ayam ras pedaging terbesar di Jawa Barat. Usaha peternakan ayam ras pedaging di Kabupaten Tasikmalaya diperkenalkan sejak tahun 1970 melalui program Bimas. Sejak digulirkan Keppres No. 50 Tahun 1981 usaha peternakan ayam ras pedaging di wilayah tersebut mengalami perkembangan yang cukup baik (Adjat Sudrajat, 2010). Usaha peternakan ayam ras pedaging di Kabupaten Tasikmalaya lebih banyak di minati peternak yaitu mengusahakan jenis ayam broiler, karena memiliki banyak kelebihan. Kabupaten Tasikmalaya khususnya bagian Selatan memulai usaha dengan pola mandiri guna memenuhi kebutuhan keluarga, karena diusahakan untuk kebutuhan keluarga, pada umumnya diusahakan dalam skala kecil. Usaha peternakan pola mandiri adalah peternak mandiri yng
prinsifnya
menyediakan seluruh input produksi dari modal sendiri dan bebas memasarkan produksinya. Pengambilan keputusan mencakup kapan memulai beternak dan memanen ternaknya, serta seluruh keuntungan dan risiko ditanggung sepenuhnya oleh peternak (Farida Yulianti, 2012). Seiring tuntutan ekonomi dan perkembangan teknologi, usaha peternakan ini pun mulai dikembangkan dalam skala menengah dan besar. Keterbatasan dalam hal permodalan, teknologi dan sumberdaya manusia membuat terbentuknya kerjasama dalam agribisnis peternakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Solusi untuk mengurangi kerugian peternak ayam broiler yaitu dengan mengikuti program kemitraan ayam broiler. Muhamad Jafar Hafsah (1999) mengatakan bahwa, kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Populasi ayam ras pedaging Kabupaten Tasikmalaya bagian selatan yang memiliki jumlah tinggi salah satunya adalah Kecamatan Cibalong. Peternak di Kecamatan Cibalong masih banyak peternak yang bertahan dengan pola mandiri, sedangkan sebagian besar menikuti pola kemitraan dengan sistem makloon. Sistem makloon ini relatif lebih tersebar, hal ini disebabkan karena
sistem makloon tidak dituntut
persyaratan yang rumit, peternak asal mau dan mampu saja menjalankan usaha ternaknya, dengan hanya menyediakan tenaga kerja, litter, kayu bakar, dan kandang. Adanya hubungan kemitraan dengan sistem makloon tersebut peternak mandiri di
3
Kecamatan Cibalong ada yang beralih bergabung dengan makloon dengan alasan untuk menambah skala usaha dan mengurangi resiko kegagalan. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji Pola Usaha Mandiri dan Makloon Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya, untuk melihat perbedaan pendapatan di antara kedua pola tersebut dengan skala usaha yang sama. Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Masalah yang diajukan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut, (1) Bagaimana pelaksanaan usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri dan makloon di Kecamatan Cibalong? (2) Bagaimana kelayakan usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri dan makloon di Kecamatan Cibalong? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Pelaksanaan usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri dan makloon di Kecamatan Cibalong, (2) untuk mengetahui bagaimana kelayakan usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri dan makloon di Kecamatan Cibalong?
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode studi kasus pada dua orang responden, yang terdiri dari seorang peternak pola mandiri dan seorang peternak pola makloon, responden terpilih atas dasar pertimbangan pengalaman dan prestasi yang dicapai selalu baik dalam tiap periode produksi, memiliki skala usaha yang sama. Pemilihan lokasi di Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya, dengan pertimbangan Kecamatan Cibalong merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya yang memiliki populasi ayam ras pedaging cukup tinggi. Alasan menggunakan metode studi kasus karena ingin melakukan penelitian lebih intensif, terinci, dan mendalam mengenai kajian pola usaha ayam ras pedaging. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan alat analisis usahatani yang meliputi analisis biaya, penerimaan, pendapatan, R/C, metode kembali modal atau
4
Payback Period, dan metode tingkat hasil sederhana atau Rasio Tingkat Penembalian Investasi (Return On Invesment). 1)
Untuk mengetahui biaya total diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya tetap total dengan biaya variabel total, dengan rumus menurut (Ken Suratiyah, 2008) yaitu: TC = TFC Keterangan: TC = Total Cost ( biaya total ) TFC = Total Fixed Cost ( total biaya tetap ) TVC = Total Variabel Cost ( total biaya variabel )
2)
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Ken Suratiyah, 2008). Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Keterangan: R = Penerimaan P = Harga Produksi ( Rp/kg ) Y = Jumlah Produksi ( Rp/kg ) 3) Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya. Rumus yang digunakan adalah (Ken Suratiyah, 2008) : Pd = R – Keterangan: Pd = Pendapatan petani dengan satuan rupiah ( Rp ) R = Revenue ( Total Penerimaan ) dengan satuan rupiah ( Rp) TC = Total Cost ( Biaya Total ) dengan satuan rupiah ( Rp ) 1) Untuk mengetahui besarnya R/C dihitung dengan menggunakan rumus menurut (Ken Suratiyah, 2008) :
R/C
Penerimaan Biaya
Dengan ketentuan : -
Apabila R/C >1, maka usahatani tersebut menguntungkan. Apabila R/C=1, maka usahatani tersebut tidak untung tidak rugi. Apabila R/C <1, maka usahatani tersebut merugi.
5
Penerimaan 1) Pola mandiri diperoleh dari : penjualan ayam, kotoran, kardus dan karung bekas. 2) Pola makloon diperoleh dari : upah, dan bonus dari perusahaan inti, kotoran ternak, kardus dan karung bekas. Cost / Biaya = Biaya tetap + Biaya variabel 2) Metode Kembali modal atau Payback Period. Cara ini untuk mengukur lamanya waktu yang harus dialami sebelum suatu investasi menghasilkan sejumlah modal yang ditanam (Halimah W Kadarsan, 1992). Rumus mencari Payback Period adalah:
Keterangan: P = Jumlah waktu (tahun/periode) yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi V = Jumlah modal investasi I = Hasil bersih per tahun/ perode atau hasil rata-rata per tahun. 3) Metode Tingkat Hasil Sederhana atau Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return On Invesment). Metode ini dipakai untuk menghitung rata-rata hasil per tahun, sebagai persentase dari modal yang diinvestasikan (Halimah W Kadarsan, 1992), dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: r = Tingkat hasil yang diperoleh I = Hasil bersih tunai per tahun D= Penyusutan (depresiasi) O= Modal investasi Rumus penyusutan:
6
Keterangan: S = Nilai akhir alat n = Usia alat HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha Ternak Pola Mandiri dan Pola Makloon Tabel 1. Usaha Ternak Pola Mandiri dan Pola Makloon No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Uraian
Satuan
Jumlah ayam yang diternakan Mortalitas Umur rata-rata panan ayam Konsumsi pakan rata-rata per ekor Konversi ransum (FCR) Rata-rata bobot panen pe rekor Jumlah ayam yang dipanen per siklus Bobot panen ayam per siklus Frekuensi panen ayam per tahun (masa istirahat kandang 2 minggu) Harga jual ayam per kg hidup
Ekor Persen Hari Kg Kg
Pola Mandiri 2.500 3 35-42 3,1
Model Pola Makloon 2.500 3 34-36 2,9
1,5 2
1,6 1,8
2.425
2.425
Kg -
4.850 6x panen
4.365 6x panen
Rp/Kg
15.000,00
Ekor
-
Pada Tabel 1 peternak pola mendiri menjual ayam pada bobot 2 kg per ekor dan peternak pola kemitraan menjual pada bobot 1,8 kg per ekor, sehingga pakan yang dihabiskan berbeda, pola mandiri konsumsi pakan rata-rata per ekor 3,1 kg, pola makloon 2,9 kg. FCR pola mandiri yaitu 1,5 dan pola makloon 1,6. Umur rata-rata panen ayam pola mandiri lebih lama dibandingkan pola makloon, pola mandiri yaitu 35 sampai 42 hari, dan pola makloon 34 sampai 36 hari, dengan frekuensi panen yang sama yaitu enam kali setahun dan masa istirahat kandang yang sama yaitu dua minggu, terlihat pada tabel penjualan ayam baik per siklus maupun per tahun pada pola mandiri jauh lebih besar. Biaya Investasi dan Biaya Operasional Kebutuhan biaya investasi dan operasional budidaya ayam ras pedaging, baik model peternak pola mandiri maupun model peternak plasma pola makloon dengan perusahaan inti. Modal usaha untuk memulai usaha ayam ras pedaging skala 2.500 ekor berbeda untuk peternak pada kedua model baik pola mandiri maupun pola makloon. Modal usaha untuk pola mandiri ( biaya investasi dan biaya operasional) mencapai 7
Rp 148.047.500 lebih besar yaitu Rp 66.375.000 dibanding pola makloon yaitu sebesar Rp 81.672.500. Tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Biaya Investasi dan Biaya Operasional Usaha Ayam Ras Pedaging per Siklus Pola Mandiri dan Pola Makloon No 1 2 3
1 2 3 4 5 6 7
Uraian
Pola Mandiri
Biaya Investasi (Rp) Investasi Kandang Investasi Alat (Tempat pakan minum, dan penghangat) Tanah seluas 250 m² @ 150.000/m² Total Investasi Biaya Operasional (Rp) Bibit ayam (DOC) Pakan Obat dan vaksin Biaya Tenaga Kerja Biaya Listrik Kayu Bakar Biaya Sekam Total Biaya Operasional Total Investasi dan Operasional
Model Pola Makloon
40.000.000 3.387.500
40.000.000 3.387.500
37.500.000 80.887.500
37.500.000 80.887.500
14.250.000 46.500.000 3.300.000 2.425.000 35.000 200.000 450.000 67.160.000
100.000 35.000 200.000 450.000 785.000
148.047.500
81.672.500
Biaya operasional yang besar pada peternak pola mandiri terjadi bukan disebabkan oleh biaya investasi (lahan, kandang dan peralatan), akan tetapi oleh perbedaan biaya operasional yang dikeluarkan, pola makloon tidak mengekuarkan biaya untuk DOC, pakan, obat, vaksin, dan tenaga kerja. Penjualan Produk Pada pola mandiri hasil penjualan mencapai Rp 80.025.000,00 per siklus, sedangkan pada pola makloon mendapat upah dan bonus dari perusahaan mencapai Rp 3.334.375,00 per siklus. Tabel 3. Total Produksi per Siklus Model No 1 2 3 4
Uraian
Satuan
Jumlah ternak yang dipelihara Total berat penjualan per siklus Harga jual per kg Hasil produksi per siklus
Ekor
2.500
Pola Makloon 2.500
Kg
4.850
4.365
Rp Rp
16.500 80.025.000
3.334.375
Pola Mandiri
8
Penerimaan Penerimaan dari usaha ayam ras pedaging selain dari hasil penjualan daging, yaitu penerimaan dari kotoran, karung bekas, dan kardus bekas, sehingga peternak memperoleh keuntungan selain dari penjualan ayam. Total penerimaan peternak pola mandiri per siklus sebesar Rp 80.780.000,00. Penerimaan peternak pola makloon per siklus sebesar Rp 4.064.375,00.
Tabel 4. Penerimaan Peternak per Siklus Pola Mandiri dan Makloon Model No 1 2 3 4 5
Uraian
Satuan
Jumlah ternak yang dipelihara Hasil daging per siklus Hasil dari kotoran Penjualan karung Penjualan kardus Total Penerimaan per Siklus
Ekor
2.500
Pola Makloon 2.500
Rp
80.025.000
3.334.375
Rp Rp Rp Rp
360.000 375.000 20.000 80.780.000
360.000 350.000 20.000 4.064.375
Pola Mandiri
Hasil Bersih Hasil bersih usaha budidaya ayam ras pedaging yang diterima peternak pola mandiri jauh lebih besar berkisar Rp 13.620.000,00 per siklus dibandingkan peternak pola makloon yang hanya sebesar Rp 3.379.375,00 per siklus. Tabel 5. Hasil Bersih Peternak per Siklus Pola Mandiri dan Makloon Model No
1 2 3
Uraian Per Siklus Penerimaan Modal Kerja (Biaya Operasional) Hasil Bersih per siklus Selisih hasil bersih per siklus
Satuan
Pola Mandiri
Pola Makloon
Rp Rp
80.780.000 67.160.000
4.064.375 785.000
Rp Rp
13.620.000
3.279.375 10.340.625
9
Analisis Kelayakan R/C Analisis usaha ayam ras pedaging atau broiler pada prinsipnya ditujukan untuk mencapai keuntungan yang maksimal dengan cara pengelolaan yang sebaik-baiknya. Sebagaimana dengan usaha yang bergerak dibidang produksi, keuntungan usaha ayam ras pedaging ditentukan oleh penerimaan dan biaya produksi. Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha ternak. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. a)
Biaya Tetap Biaya tetap yang dikeluarkan terdiri dari sewa lahan, penyusutan kandang,
penyusutan tempat pakan, tempat minum, dan penghangat.
Biaya tetap yang
dikeluarkan oleh peternak pola mandiri ataupun makloon besarnya sama yaitu Rp 1.479.4580,00. Hal ini disebabkan karena skala usaha yang sama yaitu sebanyak 2.500 ekor. b)
Biaya Variabel Biaya variabel yang dikeluarkan oleh pola mandiri terdiri dari bibit ayam atau
DOC, pakan, obat dan vaksin, biaya tenaga kerja, biaya listrik, sekam, kayu bakar. Sedangkan pada pola makloon hanya biaya listrik, sekam, kayu bakar, dan tenaga kerja. Biaya variabel pada pola mandiri sebesar Rp 67.160.000,00, sedangkan pada pola makloon sebesar Rp 785.000,00. Penerimaan dari usaha ayam ras pedaging pola mandiri berupa penjualan ayam, kotoran ayam, kardus dan karung bekas. Sedangkan pada pola makloon upah dan bonus dari perusahaan, kotoran ayam, kardus, dan karung bekas. Besarnya pendapatan yang diperoleh dalam usaha ayam ras pedaging selalu berubah dari tahun ke tahun sejalan dengan terjadinya perubahan harga sarana produksi maupun harga penjualan ayam. Analisis usaha digunakan untuk melihat kelayakan sebuah usaha yang akan dijalankan atau dikembangkan. Ada beberapa indikator yang bisa digunakan untuk mengukur kelayakan sebuah usaha, diantaranya yaitu revenue cost ratio (R/C ratio).
10
Tabel 6. Kelayakan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Cibalong No 1. 2.
3. 4. 5.
Uraian
Satuan
Penerimaan Biaya Tetap: Sewa lahan Penyusutan Kandang Penyusutan Alat Total Biaya Tetap Biaya Variabel Total Biaya R/C
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Pola Mandiri 80.780.000
Pola Makloon 4.064.375
833.000 583.333 63.125 1.479.458 67.160.000 68.639.458 1,17
833.000 583.333 63.125 1.479.458 785.000 2.264.458 1,79
Tabel 6 menunjukan bahwa R/C pada peternak ayam ras pedaging pola mandiri adalah 1,17 ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh keuntungan sebesar nol koma tujuh belas rupiah. R/C untuk peternak ayam ras pedaging pola makloon adalah 1,79 ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh keuntungan sebesar nol koma tujuh puluh sembilan rupiah, Penjelasan selengkapnya pada Lampiran 10 daan 11. Metode Kembali Modal (Payback Period) Cara ini untuk mengukur lamanya waktu yang harus dialami sebelum suatu investasi menghasilkan sejumlah modal yang ditanam (Halimah W Kadarsan, 1992). Hasil dari perhitungan Payback period pada usaha ternak ayam ras pedaging di kecamatan Cibalong, pada pola mandiri selama 6 tahun, artinya dibutuhkan waktu 6 tahun untuk pengembalian modal pada usaha ternak ayam ras pedaging ini, dan pada pola makloon adalah 25 tahun, artinya dibutuhkan waktu 25 tahun untuk pengembalian modal pada usaha ternak ayam ras pedaging ini. Tabel 7 Metode Kembali Modal Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Cibalong Model No 1 2 3 4
Uraian Jumlah ternak dipelihara Investasi Hasil Bersih Payback Period
Satuan yang
2.500
Pola Makloon 2.500
Rp
80.887.500
80.887.500
Rp Tahun
13.620.000 6
3.279.375 25
Pola Mandiri
Ekor
11
Metode Tingkat Hasil Sederhana atau Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return On Invesment) Metode ini dipakai untuk menghitung rata-rata hasil per tahun, sebagai persentase dari modal yang diinvestasikan. Berdasarkan hasil perhitungan pada usaha ternak ayam ras pedaging di Kecamatan Cibalong, pola mandiri 99 persen, dan pola makloon 22 persen, artinya bahwa pola mandiri yang harus dipilih, karena pola mandiri lebih tinggi daripada pola makloon. Tabel 8. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Cibalong Model Uraian
Satuan
Jumlah ternak yang dipelihara Hasil bersih per tahun Investasi Penyusutan ROI
Ekor
No 1 2 3 4 5
2.500
Pola Makloon 2.500
Rp
81.720.000
19.676.250
Rp
80.687.500
80.687.500
Rp %
1.479.458 99
1.479.458 22
Pola Mandiri
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Usaha peternakan ayam ras pedaging Di Kecamatan Cibalong dilaksanakan melalui dua model yaitu pola mandiri dan pola makloon. Pola mandiri dilaksanakan peternak melalui pembiayaan sendiri baik biaya ivestasi maupun biaya operasional. Sedangkan pola makloon seluruh biaya operasional di tanggung inti atau perusahaan, peternak hanya menyediakan kandang, litter, kayu bakar, gas, tenaga kerja, dan pada saat panen ayam wajib diserahkan kepada perusahaan. 2) Kelayakan usaha peternakan ayam ras pedaging pola mandiri adalah 1,17 ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh keuntungan sebesar nol koma tujuh belas rupiah, dan pada pola makloon adalah 1,79 ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh keuntungan sebesar nol koma tujuh puluh sembilan rupiah. Payback Period pada pola mandiri yaitu 6 tahun, atau dengan kata lain membutuhkan waktu 6 tahun untuk pengembalian modal, dan pada
12
pola makloon 25 tahun. Pada perhitungan Rasio Tingkat Pengembalian Investasi pola mandiri yaitu 99 persen, dan pola makloon 22 persen. Berdasarkan analisis kelayakan tersebut, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan perhitungan jangka pendek pola makloon lebih menguntungkan, sedangkan berdasarkan perhitungan jangka panjang lebih menguntungkan pola mandiri, berdasarkan perhitungan jangka pendek pola makloon lebih menguntungkan, sedangkan berdasarkan perhitungan jangka panjang lebih menguntungkan pola mandiri. Pola makloon baik untuk peternak pemula dan pola mandiri dapat dilaksanakan jika peternak sudah menguasai teknik budidaya, pasar, dan modal yang besar.
5.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan maka disarankan : 1) Peternak sebaiknya membuat catatan usaha ternaknya secara teratur, lengkap dan terinci, serta terpisah dari kegiatan usaha yang lain, sehingga memudahkan peternak untuk mengetahui kondisi usaha ternaknya. 2) Untuk dapat meningkatkan pendapatan peternak ayam broiler baik pola mandiri ataupun makloon, harus diupayakan solusi untuk dapat mengefisienkan biaya pakan. 3) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan adanya penelitian lebih mendalam mengenai usaha ternak ayam ras pedaging.
DAFTAR PUSTAKA AAK. 1986. Beternak Ayam Pedaging. Kanisius. Yogyakarta. Abdul Rodjak. 2006. ManajemenUsahatani. Pustaka Giratuna. Bandung. Adjat Sudrajat. 2010. Kemitraan Bidang Perunggasan dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan peternak. Jurnal. Fakultas pertanian Universitas Padjajaran. Elsye Dilla. 2011. Perbandingan Pendapatan Antara Peternak Mitra dan Peternak Mandiri Ayam Broiler di Kabupaten Bungo. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Farida Yulianti. 2012. Kajian Analisis Pola Usaha Pengembangan Ayam Broiler di kota Banjarbaru. Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Kalimantan. Halimah W Kadarsan. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. 1992. Jakarta.
13
Julius Bobo. 2003. Transformasi Ekonomi Rakyat. PT Pustaka Cidesindo. Jakarta. Ken Suratiyah. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Muhamad Jafar Hafsah. 1999. Kemitraan Usaha. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Profil Desa Eureunpalay. 2012. Tasikmalaya. Said Rusli. 1984. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES.Jakarta. Seri Agriwawasan. 2004. Teori dan Praktik Kemitraan Agriibisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.
14