VI. PENGARUH PROGRAM PUAP TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI 6.1 Karakteristik Petani Responden Gapoktan Rukun Makmur Sejak diresmikan pada Juni 2008 Gapoktan Rukun Makmur oleh Tim PUAP Kabupaten Bogor anggota Gapoktan ini berjumlah 140 orang yang tersebar di empat Kelompok Tani (Poktan) diantaranya Poktan Sayagi, Poktan Sawargi, Poktan Rukun Makmur dan Poktan Berkah. Menurut data yang didapat dari pengurus Gapoktan tersebut jumlah awalan anggota Gapoktan sekitar 40 orang dan ketika PUAP sudah bergulir terjadi kenaikan menjadi 140 orang dalam jangka waktu empat bulan. Jumlah anggota Gapoktan terus mengalami pertambahan hingga kini berjumlah 223 orang yang tersebar di empat Poktan. Data peningkatan jumlah anggota Gapoktan Rukun Makmur dapat dilihat pada Tabel 5 dimana terjadi kenaikan jumlah anggota sebelum dan sesudah adanya program PUAP.
Tabel 5. Perkembangan Jumlah Anggota Kelompok Tani Sebelum dan Sesudah Adanya program PUAP di Gapoktan Rukun Makmur. Kelompok Tani
Sebelum PUAP (orang)
Berkah Sawargi Sayagi Rukun Makmur Total
Sesudah PUAP (orang) 17 30 20 70 140
28 46 36 113 223
Perubahan Anggota (%) 64,7 53,3 80,1 61,4 64,8
Sumber : Gapoktan Rukun Makmur, 2009
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus Gapoktan Rukun Makmur perubahan jumlah anggota mengalami pertambahan yang cukup baik. Sejak awal didirikan, Gapoktan merupakan lembaga yang tidak begitu diperhatikam oleh masyarakat desa Cibitung Kulon. Akan tetapi sejak adanya program PUAP dan telah terealisasi pencairan dana BLM PUAP secara bertahap dan setelah empat bulan sudah berjalan mulai tampak hasil yang nyata dari program ini diantaranya petani bisa lebih tepat waktu membeli sarana produksi usahataninya dengan
diberikan kemudahan berupa bunga yang ringan yang dibayarkan pada akhir periode musim tanam. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Cibitung Kulon di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor yang berjumlah 30 orang responden yang merupakan anggota Gabungan kelompok tani (Gapoktan) Rukun Makmur sejak tahun 2008. Jumlah responden tersebut dipilih secara acak (random sampling) dengan melihat anggota Gapoktan yang merupakan anggota awal yang menerima dana Bantuan Langsung Mandiri (BLM) PUAP sejak awal dana ini digulirkan. Karakteristik dari responden penelitian merupakan petani yang sebagian besar hanya memiliki lahan sebesar rata-rata sebesar 6.470 m2, sehingga dengan demikian petani ini hanya petani kelas kecil menengah. Kebutuhan petani akan pembiayaan lahan usahanya untuk menghasilkan produktivitas hasil Gabah Kering Panen (GKP) merupakan dambaan setiap petani yang tentunya berimplikasi pada peningkatan margin keuntungan atau pendapatan petani. Oleh karena itu, penyebaran dana BLM PUAP harus tepat dan merata dengan diikuti pengontrolan angsuran dari anggotanya. Karakteristik petani responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, tingkat pengeluaran keluarga dan pengalaman berusaha. Deskripsi karakteristik petani responden dilihat dari beberapa kriteria diantaranya adalah status usahatani, usia petani, tingkat pendidikan petani, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani.
6.1.1 Status Usahatani Petani Responden Sebagian besar responden menganggap bahwa kegiatan bertani yang mereka lakukan merupakan pekerjaan utama dan sisanya sekitar tiga responden menganggap kegiatan bertani sebagai pekerjaan sampingan. Status lahan usahatani dari petani responden peserta program PUAP sebagian besar merupakan lahan milik sendiri. Sebanyak 90 persen responden adalah petani pemilik yang bertani merupakan pekerjaan utama dan sisanya sekitar 10 persen merupakan petani menyewa lahan yang hasil taninya nanti dibagi dengan perbandingan 60:40 kepada pemilik lahan (Tabel 6).
47
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar dari petani responden menggantungkan hidupnya pada kegiatan usahatani padi sawah dan menganggap usahatani padi masih memberikan keuntungan bagi petani di Desa Cibitung Kulon.
Tabel 6. Karakteristik Petani Responden Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Status Mata Pencaharian Usahatani Padi di Gapoktan Rukun Makmur No 1 2 3 4
Status Usahatani Gapoktan Rukun Makmur Kelompok Tani Rukun Makmur Kelompok Tani Sawargi Kelompok Tani Sayagi Kelompok Tani Berkah Jumlah
Jumlah Petani Responden (orang) Pekerjaan Pekerjaan Utama Sampingan 12 1 6 1 4 1 5 27 3
Dari 30 orang responden yang berhasil diwawancarai menyatakan bertani merupakan pekerjaan utama yang dilakukan secara turun-temurun dari orang tua. Sedangkan sisanya sebanyak tiga menganggap bertani sebagai pekerjaan sampingan karena pekerjaan utama responden adalah sebagai guru honorer, PNS dan pedagang sarana produksi pertanian. Pekerjaan sampingan bertani dilakukan apabila lahan yang dimiliki tidak sedang di sewa atau digadaikan kepada petani penggarap. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan, tambahan pendapatan yang diperoleh responden dari pekerjaan utama mereka sebagai guru honorer adalah sebesar Rp 150.000,- sampai Rp 300.000,- per bulan, sedangkan untuk pedagang bisa mencapai Rp 1.000.000,- per bulan. Tambahan pendapatan ini dapat mereka gunakan sebagai modal dalam menjalankan aktivitas usahataninya untuk membeli sarana produksi pertanian yang dibutuhkan dan kebutuhan rumah tangganya masing-masing.
6.1.2 Usia Petani Responden Usia petani merupakan salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan produktivitas padi. Usia produktif memberikan pengaruh yang cukup kepada keberlangsungan petani dalam menggarap lahannya. Selain itu juga, usia 48
produktif memberikan kemudahan bagi penyuluh untuk menyampaikan materi menanam yang baik, dikarenakan tingkat pemahaman petani yang tidak cepat lupa dalam menerima materi tersebut. Jumlah presentase petani responden program PUAP disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran Responden Petani Padi Berdasarkan Tingkat Usia No
Usia Petani Responden (Tahun)
Jumlah Petani Responden
≤ 30 31-39 40-49 50-65 Jumlah
1 2 3 4
Presentase (%) 1 7 11 11 30
3.33 23.33 36.67 36.67 100.00
Berdasarkan hasil penelitian rata-rata petani berusia 45 tahun. Pembagian usia responden dibagi menjadi empat kriteria satu responden berusia dibawah 30 tahun. Usia 31-39 tahun berjumlah tujuh orang atau 23,33 persen dan sebelas orang berusia 40-49 tahun atau sebesar 36,67 persen. Sehingga jika dijumlahkan petani responden yang berusia dibawah 50 tahun adalah 19 orang atau 63,33 persen. Sedangkan untuk usia diatas 50 tahun sebanyak 11 orang atau 36,67 persen. Namun faktor usia tidak membatasi para petani untuk melakukan kegiatan usahatani. Hal ini terbukti dari jumlah responden yang berusia lanjut dan tergolong bukan usia produktif tetapi masih mampu melakukan aktivitas usahatani.
6.1.3 Tingkat Pendidikan Petani Responden Pendidikan merupakan hal terpenting dalam mengetahui aspek teori dan teknis dalam memahami suatu persoalan terutama masalah mengenai ilmu pertanian. Oleh karena itu diperlukan peran pendamping atau penyuluhan terhadap petani dengan cara mentransfer ilmu-ilmu yang didapat kepada petani agar dapat secara langsung di aplikasikan ke lahan pertanian. Dari hasil kuisioner penelitian yang disebar dengan melakukan wawancara dengan petani responden, menunjukkan bahwa petani yang berpendidikan Sarjana atau Diploma hanya dua orang yang merupakan pengurus Gapoktan atau 6,67
49
persen. Responden yang berpendidikan sarjana merupakan pensiunan PNS Pemda Bogor dan Kepala Sekolah SD. Tingkat pendidikan petani responden program PUAP yaitu Sekolah Dasar (SD) sederajat sebanyak tujuh responden atau 23,33 persen, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat sebanyak 18 orang responden atau 60 persen dan sisanya Sekolah Menengah Umum (SMU) sederajat sebanyak tiga orang atau 10 persen. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran Responden Petani Padi Berdasarkan Tingkat Pendidikan
1
Tingkat Pendidikan Petani Responden SD/Sederajat
7
Presentase (%) 23.33
2
SMP/Sederajat
18
60.00
3
SMU/Sederajat
3
10.00
4
Diploma/Sarjana
2
6.67
30
100.00
No
Jumlah Petani Responden
Jumlah
Berdasarkan tingkat pendidikan pada Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa pendidikan tingkat SMP merupakan mayoritas dari petani responden yang menjadi peserta program PUAP. Tingkat yang pendidikan menengah pertama dapat dijadikan ukuran untuk bisa memahami suatu persoalan yang sulit dan mudah menerima hal-hal yang rasional yang diberikan oleh penyuluh masingmasing. Karakter tingkat pendidikan inilah yang dijadikan salah satu alasan memilih tempat penelitian di Desa Cibitung Kulon ini. Petani sebagai pengelola akan berhadapan dengan berbagai alternatif yang harus diputuskan dan harus dipilih untuk diusahakan. Beberapa hal yang harus diputuskan oleh petani diantaranya adalah menentukan cara-cara berproduksi, menentukan cara-cara pembelian sarana produksi, menghadapi persoalan tentang biaya, mengusahakan permodalan dan sebagainya. Jika petani responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka akan memudahkan mereka dalam mengadopsi teknologi dan hal-hal baru dalam kegiatan usahatani yang dapat meningkatkan produktivitas serta pendapatan usahatani. Selain itu, tingkat pendidikan dan keterampilan serta pengalaman juga mempengaruhi petani dalam proses pengambilan keputusan dalam kegiatan usahatani yang dijalankan.
50
6.1.4 Status Luas Lahan Milik Petani Responden Semakin besar lahan yang dimiliki oleh petani akan semakin besar biaya yang akan dikeluarkan. Selain itu jumlah tanaman padi yang ditanam juga akan bertambah dan berimplikasi pada meningkatnya produksi padi serta bertambah pula penghasilan bagi petani. Luas lahan yang menjadi milik petani responden dibagi menjadi dua kategori atau golongan yaitu golongan luas lahan antara 0-0,5 hektar sebanyak 17 responden atau 56,67 persen dan golongan luas lahan diatas 0,5 hektar sebanyak 13 responden atau 43,33 persen (Lampiran 5). Selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Luasan Lahan Padi yang Dimiliki Tahun 2009
1
Rata-rata Status Kepemilikan Petani Responden (ha) 0 - 0,5 Ha
2
> 0,5 Ha
No
Jumlah
Jumlah Petani Responden (orang) 17
Presentase (%) 56,67
13
43,33
30
100.00
Semakin luas lahan yang dimiliki oleh petani, maka kemungkinan akan semakin banyak biaya dan jumlah gabah yang dihasilkan dari lahan tersebut. Luas lahan yang dimiliki juga menggambarkan besarnya skala usahatani yang dijalankan. Pada petani responden yang memiliki lahan sawah dibawah 0,25 ha, umumnya bertani merupakan pekerjaan sampingan dikarenakan hasil yang didapat tidak mencukupi jika tidak melakukan pekerjaan yang lainnya. Responden petani yang memiliki luas lahan sempit umumnya memiliki usaha lain yaitu dibidang peternakan, dagang dan jasa. Dikarenakan lahan yang tidak begitu luas, terkadang lahan pertaniannya digunakan untuk beternak kambing atau sapi sehingga alokasi pinjaman modal dari dana BLM PUAP lebih digunakan untuk membeli pakan ternak tambahan atau mempersiapkan lahan yang akan ditanami tanaman padi ketika hewan ternaknya sudah dijual.
51
6.1.5 Pengalaman Usahatani Petani Responden Berdasarkan hasil wawancara melalui kuisioner dengan para responden penerima BLM-PUAP dapat diinformasikan bahwa dari total 30 petani responden. Semakin lama pengalaman berusahatani maka dapat dikatakan petani sudah mengetahui dan sudah menguasai teknik berbudidaya dalam kegiatan usahatani yang dijalankan. Namun juga tetap diperlukan pendampingan usaha berupa pembinaan, pelatihan dan konsultasi pada petugas penyuluh lapangan untuk membantu para petani menjalankan kegiatan usahataninya serta dapat membantu mengatasi permasalahan di lapangan apabila para petani tidak mampu mengatasi sendiri. Selain itu pendampingan juga dapat membantu petani dalam menyerap informasi-informasi teknologi terbaru di bidang pertanian khususnya padi. Tabel 10. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Tahun 2009 No 1 2 3
Pengalaman Usahatani Petani Responden (Tahun) ≤ 10 10-20 21-30 Jumlah
Jumlah Responden (orang) 9 11 10 30
Presentase (%) 30.00 36.67 33.33 100.00
Tabel 10 menggambarkan pengalaman berusahatani dari petani peserta program PUAP. Pengalaman berusahatani tidak bisa dikaitkan dengan tingkat pendidikan atau status kepemilikan lahan. Pengalaman usahatani bisa dikaitkan juga dengan usia dari petani responden. Pada umumnya pengalaman bertani responden berkisar antara 11-29 tahun yaitu berjumlah 21 orang petani responden yang terdiri dari 11 orang berpengalaman antara 10-20 tahun atau 36,67 persen dan 10 orang petani berpengalaman antara 21-30 tahun atau sebesar sebesar 33,33 persen. Lain halnya dengan pengalaman bertani yang dibawah 10 tahun sebanyak sembilan orang atau sebesar 30 persen dari jumlah responden dan diantaranya adalah guru atau PNS dan meneruskan usahatani orang tua yang sudah dilakukan bertahun-tahun.
52
6.2 Kegiatan Usahatani Tanaman Padi di Lokasi Penelitian Usahatani tanaman padi merupakan usaha yang paling banyak dilakukan oleh petani di Indonesia. Menanam padi bagi petani merupakan usaha pokok yang ditekuni sejak mereka dilahirkan, karena menanam padi bagi masyarakat Desa Cibitung Kulon merupakan tradisi yang turun temurun. Produktivitas padi di Kecamatan Pamijahan paling besar dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Bogor. Hal ini dikarenakan kondisi alam yang mendukung dan pasokan debit air yang lebih dari cukup sehingga hasil panen per hektare bisa di atas rata-rata (Lampiran 4). Hasil yang didapat dari panen padi tersebut masih bisa ditingkatkan apabila dilakukan penanganan yang tepat dan akurat dalam memberikan pupuk dan pengolahan lahan sebelum ditanami. Pemberian nutrisi bagi tumbuhan dengan jadwal yang sesuai akan menjadikan tanaman tumbuh subur. Pada dasarnya metode menanam padi yang dilakukan oleh petani setelah mendapatkan dana BLM dan peserta program PUAP dengan sebelum menjadi anggota dan sebelum mendapatkan dana PUAP sama saja. Akan tetapi yang mempengaruhi faktor produktivitas panen padi meningkat adalah pemberian nutrisi yang tepat waktu, faktor alam atau cuaca dan benih yang tepat. Dari ketiga faktor tersebut yang dapat memberikan pengaruh pada produktivitas padi salah satunya adalah pemberian nutrisi yaitu pupuk yang tepat waktu, tepat dosis dan tepat cara. Sebelum adanya program PUAP ini petani Desa Cibitung Kulon merasa kebingungan untuk membeli pupuk sehingga pemupukan yang seharusnya ≥ lima hari setelah masa tanam menjadi terlambat dikarenakan kekurangan modal. Dengan adanya penambahan modal usaha dari dana BLM PUAP petani responden merasa terbantu dan dapat memberikan nutrisi dengan tepat waktu sehingga hal ini berimplikasi pada produktivitas gabah yang meningkat. Pada penggunaan rasio tenaga kerja terjadi perubahan hanya pada aktivitas pengolahan lahan, dimana penggunaan tenaga kerja setelah adanya PUAP menggunakan traktor sedangkan untuk sebelum adanya PUAP menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Pada Tabel 11 dapat dilihat perbedaan pemakaian tenaga kerja per
53
hektar setelah adanya PUAP berdasarkan luas lahan rata-rata yang dimiliki petani responden yang pada proses pengolahan lahan umumnya memakai traktor. Tabel 11. Perbandingan Kebutuhan Rata-rata Tenaga Kerja Terhadap Luas Lahan Sebelum dan Setelah Adanya PUAP per hektar
Jenis Kegiatan Budidaya
Tenaga Kerja Sebelum PUAP (HOK) LK
Pengolahan Lahan Penyemaian Benih Penanaman Pemupukan Pengendalian HPT Panen Total Rata-Rata
DK
17,52 5,04 32,68 5,23 25,52 91,32 177,01
Tenaga Kerja Setelah PUAP (HOK) LK
25,76 5,46 9,58 2,43 16,9 8 68,13
DK
5,04 32,68 5,23 25,52 91,32 159,8
2 5,46 9,58 2,43 16,9 6 42,37
Sumber: Data primer, diolah Ket: LK = Luar Keluarga, DK = Dalam Keluarga
Kebutuhan rata-rata tenaga kerja pada Tabel 11 sebelum dan setelah adanya program PUAP hanya mengalami perubahan yang signifikan pada proses pengolahan lahan. Hal ini dikarenakan proses pengolahan lahan menggunakan traktor dan dibantu satu atau dua operator dari tenaga kerja dalam keluarga. Penggunaan tenaga traktor untuk mengolah lahan bertujuan untuk percepatan penanaman benih padi, sehingga waktu tanam bisa lebih cepat dikerjakan. Selain cepat dan efektif penggunaan teknologi traktor diharapkan mampu membuat petani merasa terbantu karena biaya yang dibebankan dikenakan secara kolektif minimal satu hektar. Tenaga kerja yang tidak lagi mengolah lahan berganti propesi menjadi produsen pupuk kandang (organik). Mereka mengolah limbah kotoran hewan seperti kelinci, kambing maupun sapi sebagai pupuk pengganti kimia. Limbah kotoran yang diolah menjadi pupuk kandang adalah limbah padat (peses) dan cair (urine).
6.2.1 Pengolahan Lahan Kegiatan penanaman padi sawah yang pertama adalah dimulai dari menyiapkan lahan yang akan ditanam. Lahan yang sebelumnya telah ditanami
54
oleh tanaman padi dibiarkan selama satu bulan sambil terus dialirkan air, hal ini dikarenakan untuk menggemburkan tanah sebelum dilakukan pembajakan. Biasanya penggemburan lahan atau tanah pertanian dilakukan secara manual yaitu menggunakan tenaga manusia atau hewan dan menggunakan traktor. Umumnya biaya yang dikeluarkan untuk mengolah lahan hingga bisa ditanami bervariasi. Untuk saat ini setelah adanya program PUAP proses pengolahan lahan menggunakan tenaga traktor dengan biaya Rp.600.000,-/ha sedangkan dengan menggunakan tenaga manusia atau hewan Rp.35.000,-/HOK pria selama lima hingga enam hari. Efisiensi waktu menjadi pertimbangan petani responden untuk memilih traktor dalam membajak sawahnya daripada menggunakan tenaga hewan atau manusia. Karena pada dasarnya traktor juga dikendarai oleh manusia sehingga biayanya menjadi efektif yang hanya memerlukan waktu dua hari Kebiasan untuk mengolah lahan di Desa Cibitung Kulon mengupah buruh tani adalah dengan sistem bagi hasil atau yang mereka sebut paket, karena dilakukan saat awal penanaman, perawatan hingga panen. Bagi hasil yang dilakukan pada saat panen dimana gabah yang dihasilkan dibagi dengan perbandingan empat banding satu (4:1), dimana ketika gabah yang dihasilkan sebesar 100 kwintal akan dibagikan 80 kwintal untuk pemilik dan 20 kwintal untuk penggarap dalam setiap 100 kwintal hasil panen. Kegiatan pengolahan lahan saat sebelum adanya prorgam PUAP melibatkan tenaga kerja dari dalam dan luar keluarga. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan pengolahan lahan per hektar yang dilakukan sebanyak dua kali dengan 25,76 HOK (Hari Orang Kerja) untuk tenaga kerja dalam keluarga dan 17,52 HOK untuk tenaga kerja luar keluarga. Akan tetapi pada umumnya pengolahan lahan di Desa Cibitung Kulon dilakukan menggunakan traktor yang di sewa dari pengurus Gapoktan dengan pertimbangan cepat dan kualitas yang dihasilkan lebih baik. Pada kegiatan awal ini perlu penggunaan tenaga pria yang lebih banyak dikarenakan penyiapan lahan yang cepat terdiri dari perbaikan pematang sawah, perataan tanah, dan pembuatan parit disekitar pematang. Tenaga kerja pria dari luar keluarga lebih banyak dari tenaga kerja dalam keluarga, dikarenakan tenaga
55
kerja dalam keluarga umumnya menggunakan anak-anak mereka yang bersekolah pada pagi hingga sore hari.
6.2.2 Penyemaian Benih Setelah dilakukan persiapan lahan maka dilakukan penyemaian benih yang dilakukan oleh tenaga kerja dari dalam keluarga. Hal ini dikarenakan kegiatan ini tidak terlalu sulit apabila dilakukan oleh keluarga sendiri. Kebutuhan rata-rata tenaga kerja per hektarnya pada kegiatan usahatani penyemaian benih adalah 5,04 HOK tenaga kerja luar keluarga dan 5,46 HOK tenaga kerja dalam keluarga Cara persemaian yang dilakukan di Desa Cibitung Kulon pada lahan basah yang sudah diolah menggunakan traktor. Kegiatan selanjutnya adalah membuat petak-petakan yang berukuran 3 x 2 m dan terletak dekat dengan aliran sumber air. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penyebaran dan pemindahan benih pada saat benih akan siap ditanam. Umur benih yang siap ditanam yaitu benih yang berumur lebih kurang 15 hari.
6.2.3 Penanaman Jarak tanam padi adalah 20 x 20 cm, dilakukan secara lurus dan teratur. Hal ini bertujuan untuk memudahkan saat melakukan kegiatan penyiangan atau perawatan dari rumput, hama dan gulma lainnya. Setelah penanaman selesai sekitar 10 hari petakan sawah tidak digenangi air. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada bibit padi yang telah ditanam dapat memperkuat perakarannya dan merangsang tumbuhnya anakan padi Dalam penanaman, petani biasa menggunakan dua hingga tiga bibit perlubang tanam. Hal ini supaya persaingan bibit tidak terlalu banyak dalam memperebutkan unsur hara, air dan sinar matahari. Selain itu juga dalam menanam tidak terlalu dalam agar pada proses penyerapan air dan hara oleh akar dalam tanam tidak terganggu. Kebutuhan tenaga kerja rata-rata per hektarnya adalah 5,23 HOK untuk tenaga kerja luar keluarga dan 2,43 HOK tenaga kerja dalam keluaga. Kebutuhan tenaga kerja dalam keluarga pada kegiatan ini lebih kepada pengkordinasian kerja di lapangan. Rasio ini didapat dari wawancara dengan petani responden dengan
56
alasan tenaga kerja keluarga hanya dibutuhkan untuk pengawasan atau koordinasi di lapangan.
6.2.4 Pemupukan Menyediakan kebutuhan hara dan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi dilakukan dengan kegiatan pemupukan. Pupuk yang digunakan dalam satu kali musim tanam per hektar adalah tiga kwintal per satu kali pemupukan dengan perincian satu kwintal urea, 1,5 kwintal proska/SP dan satu kwintal TSP. Pupuk NPK digunakan untuk menambah dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Untuk pupuk tambahan dalam meningkatkan hasil panen petani biasanya menggunakan pupuk organik (pupuk cair dan kandang atau air seni ternak). Untuk mempertahankan ketersediaan hara di dalam tanah yang cukup optimal, maka perlu dilakukan pengamatan pertumbuhan tanaman dan warna daun7. Pemupukan yang dianjurkan oleh penyuluh adalah tiga kali yaitu saat umur 7-10 HST (hari setelah tanam) dengan dosis urea 50-75kg/ha, Ponska/SP 100-150 kg/ha, dan TSP/KCL 50 kg/ha. Pada usia ≤ 21 HST dilakukan pemupukan yang kedua dengan dosis Urea 100-150 kg/ha. Untuk pemupukan ketiga dilakukan pada usia tanam 30-40 HST dengan dosis Urea 50-100 kg/ha dan KCL atau Proska 50-100 kg/ha). Waktu pemupukan dilakukan pada pukul 10-11 siang hal ini dikarenakan untuk mencegah pupuk menempel pada daun (masih basah) dan dapat menyebabkan daun padi terbakar dan pupuk hilang atau hanyut terbawa air. Selain itu saluran air baik yang masuk dan keluar petak sawah ditutup terlebih dahulu agar pupuk tidak terbuang. Penutupan saluran irigasi dilakukan diatas jam 12 siang hingga sore hari. Dari hasil wawancara dengan petani responden dosis pemberian pupuk sebelum mendapatkan dana BLM PUAP dilakukan tidak teratur dan sering terlambat. Hal ini dikarenakan ketersediaan modal yang kurang sehingga petani harus mencari pinjaman bahkan melalui rentenir. Hal ini berimplikasi pada hasil panen pada akhir musim dan margin pendapatan yang diperoleh kadangkala tidak
7
Cara dan langkah mudah bertanam padi, Majalah Abdi Tani edisi 35 April-Juni 2009
57
sesuai yang diharapkan bahkan hanya cukup untuk modal menyiapkan musim tanam berikutnya.
6.2.5 Pengairan Tanaman Dalam sistem pengairan tanaman padi sawah di Desa Cibitung Kulon dilakukan secara berundak atau sistem sengkedan yaitu memanfaatkan sifat air yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Kegiatan pangairan dilakukan untuk menjaga dan menyediakan kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman padi yang memang sangat tergantung sekali dengan air. Kebutuhan air untuk tanaman padi adalah hingga usia 100 hari. Setelah diatas tiga bulan barulah volume air dikurangi, karena akan memasuki persiapan masa panen. Untuk tinggi air sebaiknya antara dua sampai lima sentimeter setelah tanam dengan usia tanaman diatas 10 hari dengan kondisi air bersikulasi mengalir sampai fase pembungaan. Petani responden biasanya melakukan pengairan pada awal musim tanam ketika pertama kali bibit ditanam hingga tanaman berusia 100 hari.
6.2.6 Pengendalian Gulma, Hama dan Penyakit Dalam budidaya tanaman padi sawah, selain hama dan penyakit, tanaman pengganggu atau gulma perlu juga dikendalikan. Gulma secara langsung akan berkompetisi dengan tanaman padi dalam pengambilan unsure hara, air,CO2, sinar matahari dan ruang tumbuh. Hal ini menjadikan pertumbuhan tanaman tidak optimal dan menghambat tumbuhnya bulir padi. Dalam penyiangan gulma di lahan pertanaman padi, dapat dilakukan dengan manual dan dengan menggunakan herbisida Penyiangan secara manual dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh dan juga menggunakan alat yang disebut gosrok. Sedangkan penyiangan dengan herbisida dilakukan dengan menyemprot tanaman pengganggu atau gulma dengan bahan kimia yang selektif digunakan untuk mengendalikan gulma pada lahan tanaman padi tersebut. Menurut hasil wawancara kepada responden, jumlah rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan per hektarnya adalah 25,52 HOK dalam keluarga dan 16,9 HOK luar keluarga.
58
6.2.7. Panen dan Pasca Panen Saat memasuki tahap panen volume kadar air mulai dikurangi atau ketika padi mulai berbuah dan warna hijau. Hal ini dikarenakan untuk menjaga agar bulir padi tidak cepat membusuk. Prosen perubahan warna dari hijau menjadi kuning sekitar 10-14 hari atau 40 hari dari fase pembungaan. Penentuan waktu panen merupakan salah satu faktor penting dalam kaitannya dengan kualitas gabah yang dihasilkan. Bila tanaman padi dipanen terlalu awal maka akan banyak bulir padi yang masih berwarna hijau, akibatnya kualitas gabah yang dihasilkan rendah, dan banyak bulir padi mengapung dan beras kepala banyak yang patah. Sebaiknya bila tanaman dipanen terlambat maka akan menurunkan hasil gabah karena banyak terjadi kerontokan gabah saat proses pemanenan. Kriteria pemanenan gabah yang ideal dapat dilakukan bila secara visual kondisi tanaman telah 90 persen masak fisiologi, artinya 90 persen gabah telah berwarna dari hijau menjadi kuning dan bila dihitung dari masa berbunga telah mencapai 30-35 hari setelah proses pembungaan. Proses pasca penen dilakukan di tempat atau di sawah. Hal ini dilakukan agar bulir padi tidak berkurang akibat tersentuh atau tersenggol dikarenakan penumpukan yang kasar. Setelah proses penggebutan atau memisahkan bulir dengan batang dan daun padi. Gabah hasil panen kemudian dijemur selama dua atau tiga hari tergantung pada kondisi cuaca hingga kadar air berkurangn dan kulit padi mengering. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses penggilingan atau pemisahan kulit dengan isinya (beras). Penyusutan dari bobot gabah menjadi beras berkisar antara 20-30 persen dari bobot awal.
6.3 Penilaian Pelaksanaan Penyaluran Dana BLM-PUAP Berdasarkan Pihak Penyalur Salah satu keberhasilan pelaksanaan program PUAP adalah keberhasilan penyaluran dana bantuan tersebut kepada petani anggota Gapoktan. Berdasarkan kriteria pihak penyalur yakni Gapoktan dan berdasarkan penelitian terdahulu, maka untuk menilai pelaksanaan tersebut. Berdasarkan kriteria pihak penyalur
59
yakni Gapoktan dan berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka untuk menilai pelaksanaan penyaluran bantuan PUAP digunakan beberapa tolok ukur. Ketika pertama kali digulirkan pada awal tahun 2008 oleh Kementrian Pertanian, tujuan program PUAP ini adalah memberikan dana stimulus berupa dana BLM yang sifatnya tambahan modal dan bergulir yang harus dikembalikan dalam jangka waktu yang telah disepakati. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi dengan lahan yang terbatas. Selain itu diperlukan kerjasama semua pihak agar pelaksanaan program PUAP ini dapat berjalan dengan baik. Pelaksanaan program PUAP di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada tahun 2008 merupakan program perdana yang dilaksanakan oleh Kementrian Pertanian RI. Program PUAP merupakan program pemberdayaan masyarakat yang bertujuan Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis. Di Kecamatan Pamijahan terdapat lima desa penerima dana BLM PUAP sama dengan di Kecamatan Jasinga. Lima desa penerima PUAP mengalokasikan dana BLM PUAP sebagian besar untuk sektor pertanian budidaya. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Alokasi Dana Bantuan Langsung Mandiri PUAP Di Kecamatan Pamijahan Tahun 2008
No
Gapoktan
1 2 3 4 5
Bina Sawargi Rukun Makmur Sumber Ubi Makmur Sari Melati Total
Jumlah Dana
Alokasi Dana BLM PUAP Budidaya Non Budidaya
100.000.000,- 87.385.000,100.000.000,- 94.000.000,100.000.000,- 100.000.000,100.000.000,- 75.000.000,100.000.000,- 97.000.000,500.000.000,- 453.385.000,-
12.615.000,6.000.000,25.000.000,3.000.000,46.615.000,-
Persentase Penggunaan Dana (%) 87,39 94,00 100,00 75,00 97,00 90,678
Sumber: Kementan, 2008
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa sebagian besar penggunaan dana PUAP digunakan untuk sektor pertanian budidaya yaitu sebesar 90,68 persen. Keberhasilan
pelaksanaan
program
ini
ditentukan
salah
satunya
oleh
terealisasinya penyaluran dana bantuan tersebut sesuai mekanisme yang berlaku.
60
Pihak penyalur dalam hal ini adalah Gapoktan dan berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka untuk menilai pelaksanaan penyaluran bantuan PUAP yang baik digunakan beberapa tolak ukur meliputi: 1) realisasi dan jangkauan pinjaman; 2) persentase tunggakan. 6.3.1 Realisasi dan Jangkauan Pinjaman Bantuan Langsung Mandiri (BLM) Perguliran dana BLM PUAP tahun 2008 dimulai pada bulan Maret 2009 sebesar Rp.20.000.000,- alokasi dana tersebut diperuntukkan untuk semua anggota Gapoktan yang berjumlah 40 orang pada awal pembentukkan sesuai dengan Rencana Usaha Kelompok (RUK) masing-masing kelompok tani. Pelaksanaan tahap awal ini adalah untuk melihat partisipasi anggota dalam mengembalikan pinjamannya. Sanksi bagi anggota yang tidak lancar untuk membayar pinjaman akan berdampak pada anggota lainnya yang satu kelompok. Hal ini dikarenakan, sistem yang telah disepakati yaitu angsuran salah satu anggota harus ditanggung bersama. Pada saat penelitian dilakukan, Gapoktan Rukun Makmur telah merealisasikan pinjaman dana BLM PUAP kepada anggotanya sebanyak empat kali. Pada tahap satu, jumlah dana yang direalisasikan mencapai Rp.20.000.000,kepada anggota penerima sebanyak 40 orang, tahap kedua juga telah terealisasi sebanyak Rp.17.000.000,- kepada 34 orang anggota dan tahap ketiga sebanyak Rp.30.000.000,- kepada 60 orang anggota serta tahap akhir mencapai Rp.30.000.000,-. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Realisasi Dana BLM-PUAP di Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan tahun 2009 No 1 2 3 4
Bulan Realisasi Maret 2009 April 2009 Mei 2009 Agustus 2009
Kisaran Pencairan (Rp) 500.000,500.000-700.000,500.000,500.000-700.000,Total
Realisasi (Rp) 20.000.000,17.000.000,30.000.000,30.000.000,97.000.000,-
Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa kisaran pencairan realisasi dana BLM PUAP telah mencapai 97 persen dari jumlah dana PUAP yang
61
digulirkan yaitu Rp.100.000.000,00. Tahap realisasi pencairan berbeda-beda dikarenakan Rencana Usaha Anggota (RUA) yang diajukan oleh masing-masing anggota disetiap Kelompok Tani (Poktan) tidak sama dalam proses verifikasi kelengkapan administrasi. Pada tahap pertama jumlah anggota yang menerima dana BLM PUAP dialokasikan untuk masing-masing Poktan sebanyak 10 orang. Kemudian pada tahap kedua disesuaikan kepada masing-masing Poktan untuk bisa merancang rencana usaha anggotanya. Pada tahap awal pencairan dana diberikan sebesar Rp.500.000,- kepada masing-masing anggota sesuai RUA yang dibuat. Tujuan dari pembatasan pinjaman ini adalah untuk pemerataan penyaluran pinjaman kepada semua anggota. Hal ini bertujuan untuk memberikan rasa keadilan kepada masingmasing Poktan. Kemudian pada tahap keempat pencairan diberikan apresiasi kepada anggota yang mengembalikan pinjaman tepat waktu atau kurang dari waktu yang disepakati dengan memperoleh pinjaman sebanyak Rp.700.000,-. Permohonan pinjaman dana PUAP tertuang dalam RUK (Rencana Usaha Kelompok). RUK yang telah dibuat oleh petani akan diajukan kepada pengurus Gapoktan yang juga dibantu oleh PPL pendamping. Pemrosesan RUK meliputi kelengkapan administratif dan teknis. Menurut pengurus Gapoktan sebagai pihak penyalur, hal-hal yang menyebabkan RUK tersebut perlu diperbaiki kembali seperti ketidaksesuaian tanda tangan, nama anggota yang tidak sesuai, pergantian luas lahan, dan sebagainya. Hal tersebut tentunya dapat menghambat realisasi pinjaman. Namun ketidaksesuaian tersebut bukan berarti membuat RUK yang diajukan tidak direalisasikan, hanya saja pelaksanaan pencairan dan pinjaman mengalami sedikit keterlambatan. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Realisasi Penerima PUAP di Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan 2009 No 1 2 3 4
Nama Kelompok Tani (Poktan) Rukun Makmur Sawargi Sayagi Berkah Total
Kisaran Pencairan (Rp) 43.900.000,19.700.000,17.300.000,16.100.000,97.000.000,-
Jumlah Anggota Penerima PUAP (orang) 81 37 33 31 182
62
Jangkauan realisasi penerima PUAP pada setiap anggota dimasing-masing Poktan disesuaikan dengan jumlah anggota pada masing-masing Poktan. Harapannya adalah masing-masing anggota Gapoktan memiliki kemampuan mengelola dana BLM PUAP dalam mengembangkan kegiatan pertanian yang pada akhirnya mampu mengembangkan kegiatan agribisnis yang berkelanjutan Berdasarkan Tabel 14 diatas dapat diinformasikan bahwa Poktan Rukun Makmur mendapat kisaran pencairan yang paling besar dibandingkan poktan yang lain. Hal ini berdasarkan jumlah anggota dan kesiapan secara teknis mengenai persyaratan admninstrasi dan komitmen pengembalian dana pinjaman yang tepat waktu sehingga pengurus Gapoktan memberikan kepercayaan untuk meminjamkan dana tersebut pada musim tanam berikutnya. Tahapan pencairan dana BLM PUAP Gapoktan Rukun
Makmur dapat dilihat Tabel 15. Tabel 15. Pelaksanaan Tahap Pencairan Dana BLM PUAP Gapoktan Rukun Makmur Tahun 2009 No
Waktu Pencairan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Maret 2009 (Tahap 1) April 2009(Tahap 2) Mei 2009(Tahap 3) Juni 2009 Juli 2009 Agustus 2009 (Tahap 4) September 2009 Oktober 2009 November 2009 Desember 2009 Total Penerima
Penerima Kisaran Realisasi Dana yang (orang) Pencairan (Rp) Disalurkan (Rp) 40 500.000,20.000.000,34 500.000-700.000,37.000.000,60 500.000,30.000.000,48 500.000-700.000,30.000.000,11 500.000,5.500.000,30 750.000,22.500.000,223 Total Dana BLM 128.000.000,-
Sumber : Lembaga Keuangan Mandiri (LKM) Gapoktan Rukun Makmur, 2009
Jumlah anggota pada dari awal pembentukan Gapoktan hingga saat ini, kian bertambah menjadi 223 orang dengan jumlah dana yang tersalurkan mencapai Rp.128.000.000,-. Dari informasi Tabel 15 dapat diketahui bahwa Gapoktan Rukun Makmur telah mencairkan atau merealisasikan dana BLM PUAP sebanyak empat tahap yaitu bulan Maret, bulan April, bulan Mei dan terakhir bulan Agustus tahun 2009. Pencairan bertahap ini dikarenakan faktor
63
teknis seperti kelengkapan administrasi, kecocokan lahan, tanda tangan dan lain sebagainya. Kemudian
pada
bulan
September
pengurus
Gapoktan
kembali
merealisasikan pinjaman kepada 11 orang anggota baru Gapoktan termasuk anggota lama yang mengajukan rancangan usahanya kembali pada awal musim.
6.3.2 Persentase Tunggakan Tunggakan pinjaman merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menentukan efektivitas penyaluran pinjaman. Apabila tingkat realisasi pinjaman tercapai, frekuensi peminjaman meningkat dan jangkauan kredit meluas, namun persentase tunggakan meningkat maka akan mempengaruhi keberhasilan simpan pinjam tersebut. Oleh karena dana yang digulirkan bertahap dan harus memutar secara merata serta semua anggota dapat merasakan manfaatnya, maka diperlukan manajemen keuangan dan pendekatan untuk memberikan pengertian kepada anggota betapa pentingnya dana tersebut untuk kesejahteraan bersama. Penyaluran dilakukan berdasarkan pada musim tanam yaitu setiap empat bulan sekali yang awalnya dilakukan pada awal bulan kelima. Kebutuhan petani akan tambahan modal usaha adalah hal yang penting untuk meningkatkan semangat petani dalam melakukan usahataninya. Dana tambahan modal tersebut digunakan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan, pemupukan dan saat panen. Tanggapan mengenai PUAP oleh responden dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Tanggapan Responden Terhadap Program PUAP, 2008
64
Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa 83 persen atau 25 orang mengalokasikan dana BLM PUAP untuk tambahan modal usahatani padi, empat orang atau 13,33 persen untuk pengembangan SDM seperti pelatihan petani, biaya anak sekolah dan 3,33 persen untuk dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga petani. Pemberian tambahan modal usaha bagi petani walaupun tidak besar, memberikan dampak yang positif dikarenakan pemberian pupuk dan perawatan yang tepat. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai pelaksanaan program PUAP, diketahui bahwa tujuan utama responden menjadi anggota peserta program PUAP adalah untuk mendapatkan tambahan modal usaha, kemudian pelatihan dan lain sebagainya. Petani anggota yang membayar pinjaman dengan tepat waktu akan diberikan kemudahan untuk mendapatkan pinjaman tahap selanjutnya, bahkan jumlah pinjamannya bisa dinaikkan. Kenaikan
jumlah
pinjaman
dari
Rp.500.000,00
menjadi
Rp.700.000,00
merupakan hasil musyawarah dengan anggota Poktan. Apresiasi dari pengurus Gapoktan terhadap petani yang bisa dengan lancar dalam membayar angsuran pinjaman akan menimbulkan dampak yang positif bagi kesejahteraan petani. Alasan responden yang mayoritas kenapa tidak memilih pelatihan sebagai opsinya adalah karena menganggap pelatihan bisa didapat dari pengalaman hidup. Untuk responden yang terakhir menjawab tujuan mengikuti program PUAP hanya untuk mendapatkan uang yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga yang akan dikembalikan pada awal bulan depan dikarenakan kebutuhan mendadak tersebut itulah responden ini mengajukan pinjaman. Lembaga Keuangan Mandiri (LKM) merupakan lembaga mandiri yang dibentuk oleh pengurus Gapoktan untuk tujuan mengelola keuangan dari dana BLM PUAP. Umumnya staf pengurus dari lembaga ini diberikan pelatihan singkat dari Tim PUAP Kabupaten atau Penyelia Mitra Tani (PMT) mengenai cara mengelola keuangan. Selain itu juga tingkat pendidikan dan pengalaman dari staf dan manajer lembaga ini menjadi pertimbangan. Manajer LKM dan stafnya memperoleh honor yang berasal dari bunga pinjaman setiap bulannya sesuai kesepakatan musyawarah Gapoktan.
65
Honor untuk manajer dan stafnya ditetapkan sebesar Rp.250.000,-sampai Rp.300.000,- setiap bulan. Jumlah personil yang mengelola keuangan ini adalah lima orang terdiri dari manajer, kasir, pemasaran, pembinaan anggota dan verifikasi. Manajer akan melakukan laporan kas setiap bulan sekali atau setiap akhir musim tanam. Hal ini dikarenakan untuk mengetahui kondisi kas untuk memutar dana tersebut kepada anggota yang lainnya. Kemudahan yang digambarkan peserta program adalah waktu pencairan yang singkat, syarat yang mudah untuk dipenuhi verifikasi yang tidak rumit dan sistem tanggung renteng yang diberlakukan oleh LKM. Sedangkan kesulitannya adalah waktu pedan sulitnya mengisi formulir PUAP yang harus diisi secara lengkap. Biasanya hal tersebut terjadi pada responden yang tingkat pendidikannya rendah. Sesuai dengan sasaran dan tujuannya, yang menjadi peserta dari program PUAP adalah masyarakat perdesaan yang memiliki usaha ekonomi produktif khususnya dibidang pertanian budidaya. Untuk Kecamatan Pamijahan, dari hasil identifikasi dan verifikasi dilapangan oleh pengurus Gapoktan dibantu PPL setempat jumlah anggota Gapoktan yang telah menggunakan dana BLM PUAP telah mencapai 223 anggota. Selisih dari dana awal dengan akhir merupakan bunga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah Gapoktan yang dipergunakan untuk menambah kas LKM. Bunga sebesar lima persen tersebut dialokasikan sebagai, simpanan pokok, biaya administrasi dan dana cadangan apabila angsuran mengalami kemacetan dalam pembayaran dan kemudian digulirkan kembali kepada anggota yang belum mendapatkan pembiayaan. Jenis usaha yang dibiayai pada awal dicairkan dana ini adalah untuk tambahan modal petani anggota pada awal musim tanam. Dengan luas lahan ratarata yang dimiliki petani antara 6.470 m2 diharapkan produksi gabah yang dihasilkan naik dan pendapatan petani meningkat. Mayoritas penggunaan dana BLM PUAP adalah untuk penambahan modal sektor budidaya (on farm) yaitu sebesar ≥ 90 persen. Sedangkan sebagian kecil hanya untuk usaha non budidaya yaitu membeli pupuk, pestisida dan usaha yang bergerak dibidang penyediaan produksi pertanian.
66
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pada prinsipnya program PUAP di Kabupaten Bogor khususnya di Kecamatan Pamijahan Desa Cibitung Kulon sudah sesuai dengan indikator keberhasilan PUAP secara output dan outcome yaitu tersalurkannya dan BLM PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin dalam melakukan usaha produktif pertanian dan meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani baik pemilik, petani penggarap dan buruh tani Selama waktu penelitian, peneliti melihat belum terjadi penunggakan pengembalian pinjaman. Hal ini dikarenakan, penjualan hasil padi ditampung langsung atau dikordinir oleh pengurus Gapoktan. Jadi pemotongan angsuran pinjaman terjadi langsung saat transaksi penjualan gabah dan penggilingan. Proses sosialisasi dan rasa segan anggota-anggota Poktan kepada pengurus Gapoktan menjadi nilai lebih dari kelompok tani ini. Hal ini dilakukan dengan cara mengadakan arisan atau silaturahmi dengan sesama anggota setiap dua kali dalam sebulan, sehingga kebersamaan terus terjalin sekaligus mengontrol pembayaran angsuran pinjaman atau mengingatkan kepada anggota.
6.4 Penilaian Penyaluran Dana BLM-PUAP Berdasarkan Kriteria Pihak Pengguna (Petani) Petani pemilik, petani penggarap, rumah tangga tani adalah kelompok sasaran dalam pelaksanaan program PUAP. BLM PUAP merupakan program bantuan yang diberikan kepada mereka melalui Gapoktan dengan tujuan agar pendapatan mereka dapat meningkat. Penyaaluran BLM-PUAP bagi para petani harus mengutamakan pelayanan yang baik. Pelayanan yang dimaksud adalah begaimana bantuan tersebut dapat menjangkau para petani yang membutuhkan dana tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu pola pelayanan penyaluran BLMPUAP yang diinginkan oleh kelompok sasaran tersebut sehingga penyaluran BLM-PUAP efektif menurut petani pengguna. Penilaian penyaluran BLM-PUAP dari sisi pengguna (petani) dapat dilihat dari faktor-faktor sebagai berikut yaitu persyaratan awal, prosedur realisasi pinjaman, tingkat bunga, biaya administrasi, pelayanan dan jarak atau lokasi
67
6.4.1 Persyaratan Awal Secara umum persyaratan yang wajib dipenuhi oleh calon peminjam adalah petani harus merupakan anggota resmi dan terdaftar di Gapoktan dan bersedia membayar bunga pinjaman sebesar lima persen yang dibayar sekali pada saat pengembalian pinjaman terakhir atau petani menjual hasilnya ke unit usaha Gapoktan. Besar pinjaman maksimal Rp.500.000,00 dan membuat rincian pembiayaan usahatani dalam satu musim dengan mengisi formulir yang disediakan Gapoktan. Untuk kelengkapan administrasi lainnya adalah fotocopy kartu keluarga, kartu tanda penduduk, dan foto berukuran 2x3 cm sebanyak dua lembar. Menurut anggota petani, syarat-syarat tersebut tidak terlalu memberatkan, hanya saja di desa tersebut yang sulit mencari tempat fotocopy yang terdekat.
6.4.2 Prosedur Pinjaman Tahapan yang harus dilalui mulai dari pertama kali mengajukan suatu peinjaman hingga tahapan realisasi pinjaman. Para anggota kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan harus menyusun Rencana Usaha Anggota (RUA) yang kemudian dilanjutkan dengan membuat Rencana Usaha Kelompok. Penyusunan proposal ini dibantu atau dikonsultasikan dengan PPL atau Penyelia Mitra Tani. RUK yang sudah disusun telah disetujui oleh ketua kelompok dan PPL yang kemudian disampaikan kepada pengurus Gapoktan. Proses penilaian meliputi kelengkapan administrasi dan survey lapangan mengenai lahan yang akan ditanam atau dijadikan usaha. Setelah disetujui pengurus Gapoktan akan di salurkan dana tersebut kepada anggota melalui ketua kelompok tani masing-masing. Berdasarkan wawancara dengan pengurus Gapoktan jumlah peminjam satu kelompok di batasi maksimal 20 orang Hal ini disebabkan belum pahamnya responden mengenai sistem yang diterapkan oleh pihak pengurus dan juga sosialisasi yang kurang intensif saat pertemuan rutinan. Tanggapan responden terhadap mengenai prosedur pinjaman dapat dilihat pada Gambar 4
68
Gambar 4. Tanggapan Responden Terhadap Kemudahan Prosedur Peminjaman
Tanggapan responden terhadap prosedur cara mengajukan peminjaman, sebanyak 56 persen atau 17 orang menyatakan prosedur peminjaman mudah, 27 persen atau delapan orang menyatakan cukup mudah, dan sisanya sebanyak lima orang atau 17 persen menyatakan agak sulit. Agar pengembalian pinjaman dapat berjalan lancar, pengurus dan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) melakukan suatu fungsi kontrol. Selain kontrol sebelum peminjaman meliputi persyaratan pinjaman, juga dilakukan kontrol pada waktu proses pengembalian pinjaman tersebut. Pengontrolan pada saat pengembalian pinjaman oleh petani dilakukan dengan mengadakan pertemuan akhir bulan guna membahas beragam dinamika masalah pertanian di lapangan serta sekaligus mengumpulkan dana angsuran pinjaman oleh petani yang meminjam. Permohonan pinjaman dana PUAP tertuang dalam RUK (Rencana Usaha Kelompok). RUK yang telah dibuat, oleh petani akan diajukan kepada pengurus Gapoktan yang juga dibantu oleh PPL pendamping. Pemrosesan RUK meliputi kelengkapan administratif dan teknis. Menurut pengurus Gapoktan sebagai pihak penyalur, hal-hal yang menyebabkan RUK tersebut perlu diperbaiki kembali seperti ketidaksesuaian tanda tangan, nama anggota yang tidak sesuai, pergantian luas lahan, dan sebagainya. Hal tersebut tentunya dapat menghambat realisasi pinjaman. Namun ketidaksesuaian tersebut bukan berarti membuat RUK yang
69
diajukan tidak direalisasikan, hanya saja pelaksanaan pencairan dan pinjaman mengalami sedikit keterlambatan.
6.4.3 Biaya Administrasi Beberapa hal yang perlu dipenuhi oleh petani dalam melengkapi administrasi adalah fotocopy KTP, materai 3000 untuk perjanjian. Untuk proses administrasi dikenakan biaya untuk calon peminjam sebesar Rp.25.000,- dengan rincian iuran wajib Rp.15.000,- dan Rp.10.000,- diperuntukkan untuk pembelian materai dan proses memfotocopy KTP dan formulir pendaftaran. Lamanya waktu proses verifikasi paling lama tiga hari, hal ini dikarenakan pihak Gapoktan perlu melakukan survey langsung ke lapangan untuk mengecek usaha yang akan dibiayai oleh dana PUAP ini.
6.4.5 Tingkat Bunga Tingkat bunga adalah bunga nominal dalam persen yang harus dibayar peminjam berdasarkan perjanjiannya dengan yang meminjamkan. Tingkat bunga yang dibebankan kepada petani sudah dimusyawarahkan dalam rapat Gapoktan. Beban bunga ditetapkan sebesar lima persen per musim dan dibayarkan sekali saat petani akan menjual hasil panen (Yarnen) kepada pengurus Gapoktan. Penetapan tingkat suku bunga ini merupakan kesepakatan bersama antar anggota berdasarkan hasil musyawarah mufakat. Alokasi bunga pinjaman tersbut diperuntukkan untuk administrasi pembelian alat tulis kantor dan pembelian materai serta honor pegawai LKM. Tanggapan selanjutnya dari responden adalah dari sisi bunga pinjaman yang diterapkan. Menurut hasil wawancara dengan responden menyatakan bunga yang diberlakukan untuk pinjaman ini rendah bahkan ada yang menyatakan cukup rendah. Hal ini dikarenakan dari bunga sebesar lima persen tersebut setengahnya dialokasikan untuk simpanan pokok atau wajib yang akan dikembalikan pada akhir tahun buku. Besarnya simpanan wajib adalah Rp.10.000,00. Sebanyak 66.67 persen responden menganggap bahwa bunga pinjaman rendah dan sisanya menyatakan cukup rendah (Gambar 5).
70
Gambar 5.Tanggapan Responden Terhadap Bunga Pinjaman yang Berlakukan oleh LKM
Untuk proses pencairan dana dari Tim PUAP Pusat hingga sampai kepada pihak Gapoktan melalui Bank pelaksana dapat dilihat pada Gambar 6 diagram aliran dana BLM PUAP ke Gapoktan.
Gambar 6. Mekanisme pencairan dana BLM PUAP ke Gapoktan.
71
Pada tahap pencairan dari Departemen Pertanian ke rekening Gapoktan, dokumen persyaratan harus terlebih dahulu dipenuhi. Kemudian setelah itu, pengurus Gapoktan membentuk Lembaga Keuangan Mandiri Agribisnis (LKMA) yang bertugas untuk mengelola pembiayaan kepada petani anggota. Mekanisme penyaluran dari Gapoktan ke petani anggota peserta program PUAP dilakukan dengan mengisi persyaratan diantaranya adalah mengisi formulir PUAP, foto coy KTP, pas foto dan petani merupakan anggota terdaftar dan aktif di kelompok taninya masing-masing. Pengajuan dana pembiayaan dilakukan secara kolektif melalui masingmasing ketua kelompoknya dengan batas minimal lima anggota. Setelah melakukan pengajuan dan persyaratan telah terpenuhi maka pengurus Gapoktan melalui manajer LKM melakukan verifikasi ke lapang tentang luas lahan yang dimiliki. Untuk menjaga agar dana BLM PUAP bisa disalurkan kepada semua anggota Gapoktan, pengurus menerapkan batas maksimal pembiayaan yaitu sebesar Rp.500.000,-/petani. Pola Grameen Bank (tanggung renteng) yang pernah diterapkan di Negara Bangladesh oleh Prof. M. Nuh juga diterapkan oleh Gapoktan Rukun Makmur. Pola ini menekankan kerjasama dan gotong-royong anggota dalam mengelola pembayaran angsuran. Apabila salah satu anggota tidak sanggup membayar angsuran atau pinjaman sesuai yang disepakati, maka pengurus LKM akan memberikan sanksi kepada petani untuk tidak mendapatkan pinjaman tahap berikutnya. Oleh karena itu, peran anggota lainnya dalam satu kelompok harus dilakukan seperti menalangi atau membantu pembayaran pinjaman anggota lainnya untuk kemudian bisa diberikan pinjaman pada tahap berikutnya.
6.5 Pengaruh PUAP dilihat dari Pendapatan Usahatani 6.5.1 Penggunaan Dana BLM PUAP Suatu program akan menjadi sarana yang baik dan dapat membantu penguatan modal apabila dilakukan secara tepat dari segi perencanaan, waktu, kegunaan, sasaran dan prosedur. Apabila pemberian dana tersebut tidak tapat sasaran maka akan berdampak negatif pada keberlanjutan program tersebut pada 72
periode tahun berikut. Alokasi tambahan modal ini bagi petani dimanfaatkan untuk menambah biaya operasional seperti membeli pupuk, benih padi dan penyemprotan hama. Pemanfaatan dana BLM PUAP di Desa Cibitung Kulon sebagian besar digunakan untuk simpan pinjam anggota yang melakukan usahatani padi sebagai tambahan modal dan sisanya untuk pembelian sarana pendukung pertanian. Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan pengurus pembelian sarana pendukung dilakukan untuk memperbaiki sarana kantor dan memfasiitasi petani untuk membeli input-input pertanian seperti pupuk dan obat pertanian yang pengadaannya tercantum pada Rencana Usaha Bersama (RUB) Gapoktan. Hal ini dikarenakan petani ini memang memiliki usaha menyediakan keperluan petani anggota lainnya sehingga harga yang ditawarkan lebih murah dan bisa dibayar saat akhir musim tanam nanti. Sebanyak 29 petani responden atau 96,67 persen mengalokasikan dana BLM PUAP untuk menambah biaya usahatani. Begitu juga dengan perencanaan yang tidak matang akan berimplikasi pada hasil akhir yang kurang memuaskan dan hasil yang tidak maksimal. Sedangkan sisanya sebesar 3,33 persen atau satu petani responden menggunakan dana tersebut untuk membeli pupuk, pestisida dan alat pertanian lainnya. Penggunaan dana BLM PUAP oleh petani responden di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Pengalokasian Penggunaan Dana BLM PUAP Tahun 2008
73
Sedangkan simpan pinjam diberikan senilai Rp.500.000,00 sebagi pinjaman awal dan apresiasi akan diberikan jika petani mampu mengembalikan tepat waktu adalah dengan memberikan tambahan pinjaman senilai Rp.700.000,00 pada tahap berikutnya. Dengan adanya BLM PUAP petani sawah terbantu untuk pengadaan pembelian pupuk, bibit, sewa traktor maupun membayar biaya tenaga kerja sehingga penangan pertanian bisa tepat waktu dan dosis. Terlaksananya kegiatan produksi tepat waktu dapat menningkatkan produksi seperti pemberian pupuk atau pengendalian gulma yang tepat waktu, cara dan dosis yang benar akan menghilangkan kerugian. Dengan meningkatnya produksi, maka nilai jual akan naik sesuai harga yang ditetapkan.
6.5.2 Analisis Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Adanya PUAP Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi dikategorikan ke dalam biaya-biaya yang dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya yang tergolong biaya tunai meliputi biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pupuk, pestisida, benih, dan biaya untuk membayar tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Sedangkan untuk biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan penyusutan alat-alat pertanian. Berikut penjelasan secara umum mengenai penggunaan faktor produksi (input) dalam usahatani padi pada Gapoktan Rukun Makmur.
6.5.2.1 Pengadaan Input Input merupakan sumberdaya awal dari biaya tunai yang harus disediakan bagi keberlangsungan produksi pertanian. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, benih yang digunakan saat musim tanam 2009 hingga 2010 digunakan varietas IPB 2 Batola. Varietas padi ini selain tahan dengan penyakit juga masa panennya pendek sehingga dalam waktu satu tahun bisa beberapa kali menanam. Benih tersebut diperoleh dengan harga Rp.6.000,00 per kilogram. Ratarata lahan yang dimiliki petani responden adalah 0,6470 hektar. Jumlah rata-rata
74
benih yang dibutuhkan petani sebelum adanya program PUAP adalah sekitar 29 kilogram per hektar dengan biaya yang dibutuhkan Rp.173.775,-. Pupuk adalah hal yang terpenting dari produksi dan nutrisi wajib bagi keberlangsungan produktivitas tanaman. Pupuk yang biasa digunakan oleh petani Gapoktan Rukun Makmur adalah Pupuk Kandang, Urea, TSP, dan Ponska. Pemberian nutrisi ini dilakukan dua kali dalam satu musim tanam. Pemupukan yang rotasi tepat waktu dan dosis dapat meningkatkan produksi tanaman yang cara aplikasinya disebar menggunakan tangan. Rata-rata penggunaan pupuk oleh petani di empat kelompok tani sebelum dan setelah adanya PUAP disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Rata-rata Jumlah Penggunaan Dosis Pupuk Per Hektar Oleh Petani Sebelum dan Setelah Adanya PUAP Jenis Pupuk Pupuk Kandang Urea Ponska TSP
Satuan Kg Kg Kg Kg
Sebelum PUAP 220,4 127,8 106,1 102,1
Setelah PUAP 375 125,2 113,5 98,7
Berdasarkan pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa penggunaan pupuk mengalami perubahan untuk pupuk pada jenis urea dan pupuk kandang. Untuk pupuk urea berubah dari 127,8 kg menjadi 125,2 kg atau turun 2 kg dan pupuk kandang dari 220,4 kg menjadi 375 kg serta pupuk TSP turun dari 102,1 kg menjadi 98,7 kg. Perubahan penggunaan pupuk ini dikarenakan adanya proses sosialisasi dari penyuluh pendamping tentang pentingnya penggunaan pupuk organik terutama pupuk kandang terhadap hasil produksi padi. Selain itu juga, pupuk kandang ini merupakan hasil olahan limbah hewan yang diusahakan oleh anggota Gapoktan Rukun Makmur pada sektor ternak yang tidak lagi bekerja disawah. Penggunaan pupuk kimia yang dianjurkan oleh dinas terkait atau penyuluh lapang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 17, dimana dosis rata-rata perhektarnya lebih tinggi dari yang dianjurkan sehingga akan membuang biaya pembelian pupuk yang seharusnya bisa dialokasikan pada input yang lainnya.
75
Tabel 17. Perbandingan Penggunaan Rata-rata Pupuk per Hektar di Gapoktan Rukun Makmur Kecamatan Pamijahan Jenis Pupuk Urea Ponska TSP Keterangan :
Sebelum PUAP 127,8 106,1 102,1
Anjuran Dinas Selisih (Kg) Pertanian 100 (-) 27,8 100 (+) 6,1 100 (+) 2,1
Harga/Kg (Rp) 1.300 1.800 1.600
Nilai (Rp) 36.140 10.980 3.360
(+) = Penggunaan pupuk belebih (-) = Penggunaan pupuk kurang
Penggunaan dosis yang berlebih diakibatkan karena opini petani yaitu semakin banyak di pupuk maka, produksi akan semakin meningkat. Perubahan jumlah dosis pupuk yang digunakan oleh responden tidak menunjukkan perubahan jumlah atau nilai dosis yang signifikan. Adanya perubahan penggunaan pupuk dikarenakan sebagian petani memilih untuk merubah kombinasi penggunaan dari pupuk urea dan TSP menjadi pupuk organik seperti pupuk kandang padat dan cair. Untuk pupuk kandang digunakan kotoran kelinci berikut air seninya, dikarenakan banyak petani responden yang membudidayakan kelinci di pekarangan rumahnya. Selain itu, hal tersebut juga sesuai arahan dari penyuluh lapang dan Penyelia Mitra Tani setempat. Dari Tabel 18 juga dapat dijelaskan bahwa penggunaan alat pertanian adalah Rp.168.000,00. Nilai terbesar terdapat pada penggunaan knapsack sebesar Rp.200.000,00 per unitnya. Para petani yang tergabung dalam anggota Gapoktan di Desa Cibitung Kulon umumnya tidak selalu membeli alat pertanian setiap musim tanam. Pertimbangannya adalah masih layaknya alat-alat tersebut untuk digunakan kembali, sehingga yang diperhitungkan dalam analisis pendapatan hanya nilai penyusutan dari penggunaan peralatan pertanian tersebut. Sarana produksi yang lainnya adalah alat-alat pertanian seperti cangkul, arit, parang, knapsack yang jumlahnya satu unit. Pada Tabel 15 disajikan penggunaan peralatan pada usahatani padi di Desa Cibitung Kulon.
76
Tabel 18. Rata-rata Nilai Penggunaan Peralatan Pada Usahatani Padi di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan No 1 2 3 4
Jenis Peralatan Cangkul Arit Parang Knapsack
Jumlah yang dimiliki (unit) 1 2 2 0,17
Harga/Unit (Rp) 45.000 20.000 24.500 200.000
Nilai Ekonomis (Rp) 45.000 40.000 49.000 34.000 168.000
Peralatan petani responden pada umumnya memiliki umur ekonomis satu sampai lima tahun dan jumlah musim tanam dalam satu tahun sebanyak dua kali. Penggunaan dana BLM PUAP tidak digunakan untuk membeli peralatan pertanian tetapi hanya digunakan untuk membeli pupuk kimia, pupuk organik dan pestisida. Perhitungan nilai penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus dan hasil yang bisa dilihat pada Tabel 19 berikut formulasinya. Penyusutan =
NilaiEkonomis xJumlahUnit UmurEkonomisxJumlahMusimdalamSetahun
Tabel 19. Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian Pada Usahatani Petani Responden Gapoktan Rukun Makmur per Tahun No 1 2 3 4
Jenis Peralatan Cangkul Arit Parang Knapsack Jumlah
Nilai Ekonomis (Rp) 45.000 20.000 24.500 34.000
Umur Ekonomis (Th) 4 2 5 5
Nilai Penyusutan (Rp) 5.625,6.666,3.266,6.800,22.357,-
Berdasarkan data dari Tabel 19 diketahui bahwa nilai penyusutan peralatan pertanian yang digunakan oleh petani responden yakni sebesar Rp.22.357,00/musim tanam, terdiri dari nilai penyusutan cangkul sebesar Rp.5.625,00, nilai arit Rp. 6.666,00; parang Rp.3.266,00; dan nilai dari knapsack (semprotan) Rp.6.800,00. Nilai penyusutan alat-alat pertanian sebelum dan setelah adanya program PUAP tidak mengalami perubahan karena alat-alat pertanian tersebut sudah ada ketika para petani memulai usahataninya. Biaya pengeluaran kembali akan
77
diperhitungkan apabila peralatan pertanian sudah tidak layak pakai lagi dan harus digantikan dengan peralatan yang baru. Menurut hasil wawancara dengan petani yang memiliki knapsack, alat ini tidak selalu digunakan tergantung tingkat serangan hama penyakit yang menyerang. Sedangkan cangkul juga hanya digunakan saat perawatan untuk pengolahan awal digunakan traktor.
6.5.2.2 Output Usahatani Output usahatani padi merupakan tolak ukur keberhasilan usahatani padi yang dilihat dari produksi dan penerimaan yang diperoleh petani. Output ini didapat dari wawancara dengan 30 responden petani anggota Gapoktan Rukun Makmur. Rata-rata lahan yang dimiliki sekitar 0,6470 hektar. Rata-rata produksi padi sebelum dengan sesudah adanya program PUAP disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Rata-rata Produksi Per Hektar Usahatani Padi Petani Responden Sebelum dan Sesudah Adanya PUAP Jenis Input
Satuan
Produksi GKP Harga Gabah/Kg Penerimaan Usahatani
Kg
Nilai Rata-Rata (Rp) Sebelum 4.181 2.200 9.198.200
Nilai Rata-Rata (Rp) Setelah 4.576 2.200 10.067.200,00
Nilai Selisih (Rp) 395 869.000
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, sebagian hasil produksi yang diperoleh adalah dikonsumsi sendiri dan sisanya dijual. Akan tetapi dalam perhitungan ini diasumsikan bahwa seluruh hasil produksi petani di jual petani dengan harga yang telah disesuaikan dengan harga yang berlaku di tingkat Kecamatan Pamijahan. Gabah kering panen yang sudah dipisahkan dengan batang padi kemudian dijemur selama dua hari, kemudian dibawa ke tempat penggilingan padi untuk ditimbang lalu digiling. Berdasarkan data dari Tabel 20 di atas bahwa rata-rata produksi per hektar gabah kering panen sebelum adanya PUAP yang peroleh petani responden adalah 4.180 kilogram per musim. Dengan harga gabah kering panen (HGP) yang berlaku di petani adalah Rp.2.200,00 per kilogram, maka penerimaan total yang didapat adalah sebesar Rp.9.198.200,00. Untuk produksi yang diperoleh setelah
78
adanya program PUAP yaitu 4.576 kilogram dengan rata-rata penerimaan total sebesar Rp.10.067.200,00. Perubahan penerimaan ini dinilai positif bagi pendapatan petani karena adanya peningkatan sebesarnya Rp.869.000,00. Peningkatan hasil produksi ini tidak diikuti dengan peningkatan harga produksi petani. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani adanya perubahan tinggi rendahnya produksi dikarenakan hasil dari bimbingan penyuluhan yang memberikan arahan tentang penggunaan dosis pupuk, cara penggunaan, dan waktu pelaksanaan. Selain itu juga dikarenakan penggunaan pupuk organik. Dari gambaran hasil peningkatan produksi telah menunjukkan manfaat adanya bantuan dari program PUAP kepada petani.
6.6 Pendapatan Anggota Gapoktan Sebelum dan Setelah PUAP Pendapatan yang digunakan dalam analisis adalah pendapatan usahatani rata-rata yang diperoleh dengan cara mengurangkan penerimaan rata-rata dengan biaya total rata-rata dan biaya tunai rata-rata yang dikeluarkan oleh petani responden. Pendapatan atas biaya total lebih rendah daripada pendapatan atas biaya tunai dikarenakan tidak dikurangi oleh biaya yang diperhitungkan. Pada Tabel 21 disajikan kondisi pendapatan usahatani rata-rata sebelum dan setelah adanya program PUAP. Pendapatan rata-rata usahatani petani responden yang disajikan adalah data pada awal musim tanam 2009, yaitu pada saat melakukan panen perdana pada bulan Juni 2009 Berdasarkan pada Tabel 21 dapat diketahui terjadi peningkatan penerimaan usahatani berasal dari hasil kali antara jumlah produksi padi sawah dengan harga jual perkilogramnya. Walaupun program ini baru berjalan satu tahun namun dengan adanya pembinaan yang sistematis dapat menghasilkan peningkatan produksi yang relatif besar yaitu terjadi peningkatan sebesar Rp.869.000,00 atau 395 kilogram. Sebelum adanya program PUAP produksi ratarata yang diperoleh adalah sebesar 4.181 kilogram per hektar dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP) dengan dikalikan harga Rp.2.200,00 perkilogram menjadi sebesar Rp.9.198.200,00. Namun setelah adanya PUAP terjadi peningkatan produksi rata-rata padi sawah yang diperoleh sebesar 4.576 kilogram per hektar, sehingga diperoleh penerimaan rata-rata sebesar Rp.10.067.200,00.
79
Tabel 21. Pendapatan Usahatani Padi Rata-rata Sebelum dan Setelah Adanya Program PUAP Per Hektar/Musim Jenis Biaya Produksi GKP Harga Gabah/Kg A.Penerimaan Usahatani B.Biaya Usahatani B.1 Biaya Tunai 1.Benih @Rp.6.000 2.Pupuk a. Pupuk kandang @Rp.90 b. Urea @ Rp.1.300 c. Ponska @ Rp.1.800 d. TSP @ Rp.1.600 3.Tenaga Kerja Luar Keluarga 4.Sewa Traktor 5.Angsuran Pinjaman 6.Pestisida Padat Total Biaya Tunai B.2 Biaya Diperhitungkan - Tenaga Kerja Dalam Keluarga - Penyusutan Alat Total Biaya Diperhitungkan C.Total Biaya Usahatani (B1+B2) D.Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B1) E.Pendapatan Atas Biaya Total (A-C) F.R/C Atas Biaya Tunai (A/B1) G.R/C Atas Biaya Total (A/C)
Biaya
Satuan Fisik Kg Rp Rp
Kg
Sebelum Setelah Jumlah Rp Jumlah Rp 4.576 4.181 2.200,2.200,9.198.200,10.067.200,-
29
174.000,-
39,4
Selisih 395 869.000,-
236.400,-
62.400,13.914,-3.380,13.230,-5.520,-612.500,345.878,525.000,-587,338.436,-
Kg Kg Kg Kg Hok Rp Rp Kg Rp
220 19.836,128 166.140,106 190.980,102 163.360,176,1 6.163.500,-
5.355,6.883.171,-
375 33.750,125 162.760,113,45 204.210,99 157.840,158,6 5.551.000,345.878,525.000,1,87 4.769,7.221.607,-
HOK
67,7 2.031.000,-
41,94 1.258.200,-
-772.800,-
Rp Rp Rp
22.357,2.053.357,8.936.528,-
22.357,1.280.557,8.502.164,-
0 -772.800,-434.365,-
Rp
2.315.029,-
2.845.594,-
530.565,-
Rp
261.672,-
yang dikeluarkan
2,10
1.565.037,- 1.303.365,-
1,34
1,39
0,06
1,03
1,18
0,15
meliputi biaya
tunai dan
biaya
yang
diperhitungkan yang jika dijumlah menjadi biaya total usahatani. Sedangkan pendapatan tunai usahatani merupakan pengurangan antara penerimaan tunai dengan total biaya tunai. Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total padi sawah dengan harga jual dari hasil produksi tersebut.
80
Biaya tunai usahatani terdiri dari pembelian pupuk, penyewaan traktor, pembelian benih, pembayaran angsuran pinjaman, pembelian pestisida dan tenaga kerja luar keluarga. Biaya tunai usahatani yang paling besar adalah pada tenaga kerja luar keluarga. Sebelum adanya PUAP biaya tunai tenaga kerja luar keluarga adalah Rp.6.163.500,00 dan setelah adanya PUAP mengalami penurunan sebesar Rp.612.500,00 menjadi Rp.5.551.000,00. Penurunan biaya tunai tersebut dikarenakan adanya pengalihan tenaga kerja pada kegiatan pengolahan lahan yang menggunakan tenaga mesin (traktor). Penggunaan traktor dan pembayaran biaya angsuran pinjaman turut mempengaruhi peningkatan biaya tunai setelah adanya PUAP yang mengalami kenaikan sebesar Rp.338.436,00. Biaya tunai sebelum adanya PUAP adalah sebesar Rp.6.883.171, 00 menjadi Rp.7.221.607,00 setelah adanya program PUAP. Selain biaya tunai terdapat biaya yang diperhitungkan. Biaya ini berpengaruh pada pendapatan total usahatani. Total biaya yang diperhitungkan sebelum adanya PUAP adalah sebesar Rp.2.053.357,00 dan setelah adanya PUAP sebesar Rp. 1.280.557,00 sehingga terjadi penurunan sebesar Rp.772.800,00. Dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan didapat total biaya usahatani sebesar Rp.8.936.528,00 sebelum adanya PUAP dan Rp.8.502.164,00 setelah adanya PUAP. Perbandingan biaya total antara sebelum dan sesudah mengalami penurunan sebesar Rp.434.365,00. Pendapatan rata-rata atas biaya tunai sebelum dan setelah adanya PUAP mengalami kenaikan dari Rp.2.315.029,00 menjadi Rp.2.845.594,00 sehingga terdapat selisih kenaikan sebesar Rp.530.565,00. Kenaikan pendapatan ini dikarenakan adanya kenaikan produksi GKP dan penurunan biaya tenaga kerja. Pada pendapatan rata-rata atas biaya total sebelum dan setelah adanya PUAP adalah sebesar Rp.261.672,00 dan Rp.1.565.037,00 sehingga terdapat selisih kenaikan sebesar Rp.1.303.365,00. Untuk persentase kenaikan sebelum dan setelah adanya program PUAP dapat dilihat pada Lampiran Peningkatan pendapatan ini dikarenakan adanya penurunan biaya diperhitungkan akibat pengurangan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada kegiatan pengolahan lahan yang diganti dengan tenaga mesin.
81
Penurunan nilai volume tenaga kerja antara sebelum dengan setelah adanya PUAP disebabkan oleh penggunaan traktor pada kegiatan pengolahan lahan setelah adanya PUAP. Pengolahan lahan menggunakan traktor memberikan pengaruh yang baik, sebab dapat menghemat waktu, tenaga kerja dan hasil yang baik. Selain itu, mempercepat proses penyemaian benih dan proses usahatani lainnya. Biaya penggunaan traktor ini disewakan secara kolektif dengan rata-rata per hektar membutuhkan biaya Rp.345.878,00. Penggunaan traktor ini dapat menghemat biaya tenaga kerja hingga Rp.429.800,00 atau 9,78 persen. Untuk biaya upah tenaga kerja pada kegiatan usahatani yang lainnya baik sebelum dan setelah program PUAP tidak mengalami perubahan. Penambahan biaya lainnya adalah angsuran pinjaman yang dibebankan untuk dibayar pada saat panen tiba ditambahkan dengan bunga sebesar lima persen menjadi sebesar Rp.525.00,00. Dikarenakan sebagian besar petani responden adalah pemilik lahan, maka diperlukan peralatan untuk mendukung kegiatan usahatani. Peralatan pertanian tersebut meliputi cangkul, arit, sabit, semprotan dan lain sebagainya yang digunakan untuk perawatan dan panen dengan nilai penyusutan rata-rata sebesar Rp.22.357,00. Peningkatan pendapatan usahatani padi merupakan salah satu tujuan dari dilaksanakannya program PUAP, dengan harapan melalui peningkatan pendapatan usahatani maka dapat membantu peningkatan kesejahteraan keluarga petani. Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa pendapatan rata-rata usahatani padi atas biaya total dengan luas lahan satu hektar mengalami peningkatan sebesar 69,22 persen. Namun persentase tersebut belum cukup untuk menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara nyata pada tingkat pendapatan sebelum dan setelah memanfaatkan dana BLM-PUAP. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan uji statistik t-hitung untuk data berpasangan
6.7 Analisis R/C Rasio Sebelum dan Setelah program PUAP Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) usahatani padi yang diusahakan oleh petani responden menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki penerimaan yang lebih besar dibanding biaya usahatani. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Artinya setiap
82
satu satuan biaya atau usahatani yang dikeluarkan menghasilkan penerimaan yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Nilai R/C rasio atas biaya tunai sebelum adanya program PUAP sebesar 1,34. Artinya setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan pada usahatani dengan luas lahan satu hektar maka akan memberikan penerimaan sebesar Rp.1,34. Sementara itu apabila memasukkan sejumlah biaya yang diperhitungkan sebagai komponen biaya total, maka nilai R/C rasio sebesar 1,05. Rasio dengan nilai 1,05 berarti setiap pengeluaran biaya total sebesar Rp.1 akan memberikan penerimaan sebesar Rp.1,05 dengan luas lahan satu hektar. Selanjutnya nilai R/C rasio dari usahatani padi atas biaya tunai setelah adanya program PUAP sebesar 1,39. Artinya setiap pengeluaran biaya usahatani sebesar Rp.1 akan didapat penerimaan sebesar Rp.1,39. Apabila memasukkan biaya yang diperhitungkan sebagai komponen total biaya usahatani maka R/C rasio yang dihasilkan sebesar 1,18 yang berarti setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.1 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.1,18 Berdasarkan hasil uraian diatas dapat diinformasikan bahwa nilai kedua R/C rasio di atas baik sebelum dan setelah adanya program PUAP lebih besar dari satu yang berarti dapat dikatakan bahwa usahatani di Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan layak untuk diusahakan. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Perbandingan R/C Rasio Sebelum dan Setelah Program PUAP Jenis Input Biaya R/C rasio Atas Biaya Tunai (A/B1) R/C rasio Atas Biaya Total (A/C)
Nilai Rata-rata (Rp) 1,34 1,03
Nilai Rata-rata (Rp) 1,39 1,18
Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa terdapat perbedaan yang positif antara R/C rasio biaya tunai dengan R/C rasio biaya total. Adanya kenaikan R/C rasio mengindikasikan bahwa usahatani yang dijalankan efektif dalam menggunakan sumber daya atau faktor produksi yang ada. Selain itu nilai R/C rasio biaya total yang lebih kecil dibandingkan dengan R/C rasio atas biaya tunai karena pada R/C rasio biaya total disertakan biaya yang diperhitungkan, sehingga hal tersebut mempengaruhi hasil akhir perhitungan R/C rasio atas biaya total.
83
Diketahui bahwa biaya yang diperhitungkan memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap biaya pengeluaran dalam usahatani padi di Gapoktan Rukun Makmur Kecamatan Pamijahan. Dari data tersebut juga dapat diketahui bahwa telah terjadi kenaikan R/C rasio atas biaya tunai antara R/C rasio sebelum dengan setelah program PUAP yaitu 1,34 menjadi 1,39. Begitu juga R/C rasio atas biaya total sebelum yaitu 1,03 menjadi 1,18 setelah adanya PUAP. Terjadinya kenaikan rasio penerimaan dan biaya disebabkan adanya biaya sewa traktor dan angsuran pinjaman yang harus dilunasi saat musim tanam berakhir atau pada saat panen. Berdasarkan hasil pengujian t-hitung terhadap pendapatan usahatani atas biaya tunai para responden sebelum dan setelah menerima BLM-PUAP diperoleh nilai t-hitung sebesar │-1,98│. Nilai t-hitung ini lebih besar dari nilai t-tabel (1,645). Menurut kriteria uji, jika t-hitung > t-tabel pada taraf nyata lima persen (ά=0,05) maka tolak H0. Kesimpulan hasil pengujian diperoleh bahwa ada perbedaan nyata terhadap pendapatan usahatani sebelum dan setelah memperoleh BLM-PUAP. Selain dapat dilihat dari hasil pengujian t-hitung, kesimpulan juga dapat diperoleh dengan melihat nilai signifikasi dari hasil pengujian yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,000. Karena nilai signifikasi lebih kecil dari nilai alfa kepercayaan yakni 0,000 < 0,05, maka tolak H0. Artinya adalah pendapatan usahatani sebelum dan setelah memperoleh BLM-PUAP berbeda nyata. Hasil uji t berpasangan (paired t-test) terhadap pendapatan bersih permusim petani responden dapat dilihat pada Lampiran 6. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa perbedaan pendapatan setelah mengikuti program PUAP adalah perbedaan yang positif, dimana program PUAP berhasil meningkatkan secara nyata pendapatan masyarakat desa peserta program di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada taraf kesalahan < lima persen. Kesimpulan lainnya adalah meskipun terjadi peningkatan biaya usaha rata-rata seluruh responden akibat krisis global dengan pupuk dan obat-obatan naik ternyata mampu untuk meningkatkan pendapatan rata-rata seluruh petani peserta PUAP permusimnya melalui subsidi mendidik
84
Pembayaran angsuran tersebut merupakan kesepakatan dari musyawarah mufakat pengurus dengan anggota Gapoktan dengan bunga sebesar lima persen. Peningkatan pendapatan yang diikuti dengan peningkatan biaya input yang digunakan menyebabkan peningkatan kesejahteraan petani tidak dapat tercapai. Salah satu tujuan utama yang terkait dengan pelaksanaan program PUAP adalah peningkatan kesejahteraan petani yang dinilai dari peningkatan pendapatan petani. Walaupun dari hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pendapatan secara positif atau mengalami peningkatan yang masih kecil, namun hal tersebut tidak mempengaruhi para responden dalam membayar angsuran pinjaman dengan tepat waktu. Kemampuan para petani penerima BLM-PUAP dalam mengembalikan angsuran telah menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan dalam mengatur keuangan usaha dan keluarga. Walaupun mereka belum bisa membuat pembukuan secara mendetail dan teratur. Namun hal tersebut merupakan potensi yang perlu ditingkatkan dan dijadikan dasar agar program PUAP di masa mendatang dapat terus dilaksanakan dan ditingkatkan. Kedepan pengurus Gapoktan dan penyuluh pertanian juga harus menegaskan kembali kepada para petani atau anggota Gapoktan bahwa program BLM-PUAP bukanlah program amal atau bantuan yang terkesan bagi-bagi uang. Persepsi para petani harus mampu diubah dari pemikiran yang menganggap bahwa mereka adalah objek yang harus dikasihani ke arah pemikiran yang membuat mereka termotivasi untuk menjadi petani mandiri dan sejahtera. Meninjau hal-hal yang telah diuraikan di atas, perlu dipertimbangkan pula peran dari para penyuluh pertanian lapangan sangat diperlukan untuk memberikan masukan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program PUAP ini. Pertimbangan pentingnya penyuluh pendamping perlu ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitas sumberdaya manusianya adalah karena penyuluh pendamping memiliki peran penting dalam menghubungkan dan mentransfer baik ilmu, teknologi baru hingga pada pemberian pelatihan guna meningkatkan keterampilan para petani. Selain itu dengan adanya penyuluh pertanian pendamping yang ditempatkan di tiap desa atau Gapoktan akan memberikan efek
85
positif terhadap perkembangan Gapoktan sebagai lembaga sosial ekonomi perdesaan. Tujuan dari program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis. Terakhir adalah untuk meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan. Mekanisme pelaksanaan program PUAP ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Mulai dari tahap penyeleksian Gapoktan hingga pada pemantuan atau pengawasan pelaksanaan penyaluran serta pemanfaatan dana bantuan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini, penyaluran BLM-PUAP di Gapoktan Rukun Makmur Kecamatan Pamijahan ditunjukkan dari hasil nilai persentase tunggakan yang tidak ada sama sekali, dikarenakan pembayaran pinjaman dilakukan saat panen tiba. Selain itu juga dinilai dari tingkat bunga yang relatif kecil bila dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Hal tersebut yang membuat para petani termotivasi untuk melakukan peminjaman kepada pengurus Gapoktan masing-masing desa. Salah satu tujuan utama yang terkait dengan pelaksanaan program PUAP adalah peningkatan kesejahteraan petani yang dinilai dari peningkatan pendapatan petani. Walaupun dari hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pendapatan secara positif atau mengalami peningkatan yang masih kecil, namun hal tersebut tidak mempengaruhi para responden dalam membayar angsuran pinjaman dengan tepat waktu. Kemampuan para petani penerima BLM PUAP dalam mengembalikan angsuran telah menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan dalam mengatur keuangan usaha dan keluarga. Walaupun mereka belum bisa membuat pembukuan secara mendetail dan teratur. Namun hal tersebut merupakan potensi yang perlu ditingkatkan dan dijadikan dasar agar program PUAP di masa mendatang dapat terus dilaksanakan dan ditingkatkan. Kedepan pengurus
86
Gapoktan dan penyuluh pertanian juga harus menegaskan kembali kepada para petani atau anggota Gapoktan bahwa program BLM-PUAP bukanlah program amal atau bantuan yang terkesan bagi-bagi uang. Persepsi para petani harus mampu diubah dari pemikiran yang menganggap bahwa mereka adalah objek yang harus dikasihani ke arah pemikiran yang membuat mereka termotivasi untuk menjadi petani mandiri dan sejahtera. Meninjau hal-hal yang telah diuraikan di atas, perlu dipertimbangkan pula peran dari para penyuluh pertanian lapangan sangat diperlukan untuk memberikan masukan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program PUAP ini. Pertimbangan pentingnya penyuluh pendamping perlu ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitas sumberdaya manusianya adalah karena penyuluh pendamping memiliki peran penting dalam menghubungkan dan mentransfer baik ilmu, teknologi baru hingga pada pemberian pelatihan guna meningkatkan keterampilan para petani. Selain itu dengan adanya penyuluh pertanian pendamping yang ditempatkan di tiap desa atau Gapoktan akan memberikan efek positif terhadap perkembangan Gapoktan sebagai lembaga sosial ekonomi perdesaan. Dalam pelaksanaan program PUAP evaluasi yang perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh PUAP dapat membantu permodalan petani. Untuk evaluasi program ini dapat dilihat berdasarkan desain dan implementasinya. Di nilai dari desainnya, bantuan yang diberikan melalui Gapoktan dinilai memiliki desain yang cukup baik, hanya saja perlu diberikan pemahaman dan sosialisasi yang sering kepada anggota mengenai program PUAP yang jelas. Dari data pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa dengan adanya program ini pendapatan petani meningkat, tetapi biaya input yang digunakan juga meningkat. Peningkatan biaya ini disebabkan adanya biaya angsuran pinjaman yang dibayar tunai berikut bunganya sekali pada akhir panen. Hal ini bisa saja dilakukan atau diterapkan, akan tetapi sebaiknya dicicil setiap bulan hingga saat panen tiba satu selama empat bulan. Selain itu juga penerapan pembayaran angsuran sekali pada saat panen perlu dikaji ulang ke efektivitasannya. Dalam implementasi program PUAP di Gapoktan rukun makmur dinilai cukup baik dan lancar mengenai pembayaran angsuran. Hal ini dikarenakan Gapoktan Rukun Makmur menerapkan sistem “tanggung renteng” yaitu sistem
87
yang menanggung bersama pinjaman yang apabila salah satu anggota tidak mampu membayar pinjaman, maka angsuran tersebut dibebankan secara merata kepada anggota yang lainnya. Selain itu juga, pihak Gapoktan melakukan survey lapangan langsung kepada lahan yang akan digunakan anggota untuk melakukan usaha, agar dana yang dicairkan benar-benar digunakan untuk usaha. Hal ini juga dibantu oleh penyuluh setempat dan dilakukan pembinaan setiap bulan mengenai cara pengelolaan lahan dan dana yang baik.
.
88