VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI 6.1.
Keragaan Usahatani Jambu biji Usahatani jambu biji di Desa Cimanggis merupakan usaha yang dapat
dikatakan masih baru. Hal ini dilihat dari pengalaman bertani jambu biji yang dilakukan oleh warga di Desa Cimanggis. Keragaan usahatani tanaman jambu biji dikaji untuk mengetahui gambaran tentang usahatani jambu biji di daerah penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengindentifikasi penggunaan sumberdaya atau input, teknik budidaya dan output yang dihasilkan pada usahatani jambu biji. 6.1.1. Penggunaan Input Input yang digunakan pada usahatani jambu biji terdiri dari benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Lebih jelas dapat dilihat pada perincian penggunaan benih, pupuk, pestisida dan pembungkus buah, tali rapia dan kertas pembungkus per hektar pada tahun 2009 pada usahatani jambu biji di Desa Cimanggis yang dibagi atas empat stratum umur tanaman jambu biji dapat dilihat pada Lampiran 8. 1)
Benih Varietas jambu biji yang dibudidayakan oleh petani jambu biji di Desa Cimanggis adalah varietas merah getas. Jambu biji merah Getas memiliki keunggulan yang berdaging merah menyala, tebal, berasa manis, harum dan segar. Ukuran buahnya cukup besar dengan ukuran 400 gram per buah. Mereka menganggap tanaman jambu biji dengan variatas merah Getas merupakan variasi yang paling mendukung dengan keadaan cuaca iklim di Desa Cimanggis dan harga jual getas Merah pun relatif lebih bisa dijangkau masyarakat dan lebih dicari dengan manfaat yang dimiliki oleh tanaman jambu biji merah Getas tersebut. Produksivitas jambu merah Getas cukup tinggi karena mampu berbuah sepanjang tahun dan berbuah lebat. Petani jambu biji di Desa Cimanggis biasanya mendapatkan benih tanaman jambu biji dengan membeli. Keseluruhan 35 jumlah responden petani dari Desa Cimanggis diketahui mereka membeli bibit dengan harga Rp. 15.000,- per pohon okulasi.
yaitu varietas merah Getas dengan metode
Penggunaan bibit jambu biji rata-rata dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain luas dari lahan yang dimiliki/digarap oleh petani, penggunaan jarak tanam pada tanaman jambu biji
tersebut, dan
dipengaruhi oleh modal yang dimiliki oleh petani tersebut. Bila dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi tersebut, jumlah bibit tanaman jambu biji belum tentu sama walaupun luas lahan yang digunakan sama. Sebagai contoh, dalam luas lahan 4000 meter persegi ada petani yang menanam dalam jumlah 400 pohon akan tetapi terdapat pula petani yang menanan dalam jumlah 300 pohon dengan luas lahan yang sama. Sesuai standar untuk jarak tanam jambu biji adalah sekitar 8 x 8 meter, namun untuk jarak tanam yang digunakan petani responden menurut pengamatan yang didapatkan jarak tanam jambu biji tersebut terlalu rapat. Jarak yang digunakan beranekaragam, ada yang 3 x 3 meter, 4 x 4 meter dan 5 x 5 meter, dari data ini disimpulkan bahwa populasi jumlah pohon per lahan yang digunakan terlalu padat, hal ini mengakibatkan perawatannya akan lebih susah dan tidak baik bagi pertumbuhan jambu biji tersebut. 2)
Pupuk Penggunaan pupuk dalam usahatani jambu biji ini yaitu pupuk kandang, pupuk buatan (NPK, TSP, KCL). Jumlah pupuk yang digunakan oleh petani responden tahun 2009 per hektar untuk keseluruhan adalah pupuk kandang 1,313 karung, NPK 411,46 kilogram, TSP 411,46 kilogram dan KCL 411,46 kilogram. Jumlah komposisi untuk masing-masing pupuk buatan adalah sama, karena dalam aplikasi dilahan menggunakan komposisi yang sama, cara ini digunakan pada kelompok Tani Bambu Duri di Desa Cimanggis. Penggunaan pupuk untuk masing-masing pembagian stratum umur tanaman jambu biji per hektar adalah untuk umur tanaman tiga tahun pada tahun 2009 untuk pupuk kandang 1228,6 karung, NPK 372,3 kilogram, TSP 372,3 kilogram dan KCL 372,3 kilogram. Umur tanaman empat tahun pupuk kandang 1.662 karung, NPK 520,1 kilogram, TSP 520,1 kilogram dan KCL 520,1 kilogram, stratum umur tanaman lima tahun pupuk kandang 1.345 karung, NPK 429 kilogram, TSP 429 kilogram dan KCL 429 kilogram dan stratum umur tanaman
47
enam tahun pupuk kandang 1.329,8 karung, NPK 415 kilogram, TSP 415 dan KCL 415. Penggunaan pupuk untuk setiap stratum berbeda beda hal ini di pengaruhi kebutuhan tanaman dan umur tanaman, semain tua tanaman
kebutuhan
pupuk
cenderung
menurun
hal
ini
untuk
menyeimbangkan terhadap unsur hara tanah agar tetap subur. Pupuk tersebut diperoleh petani baik dari pedagang pengecer khusus pupuk ataupun di toko-toko pertanian yang menyediakan saprotan untuk usahatani secara keseluruhan di Kecamatan Bojong Gede. Pupuk kandang rata-rata petani membeli dengan satuan karung, harga per karung rata-rata Rp. 5.000,- per karung. Petani responden lebih memilih membeli pupuk kandang, walaupun beberapa petani ada juga yang memiliki ternak seperti kambing dan ayam dimana kotorannya dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kandang, alasanya karena membeli pupuk kandang lebih praktis dan efisien. Harga pupuk yang diterima petani untuk NPK sekitar Rp. 2000/kilogram, untuk KCL sama seperti NPK yaitu Rp. 2000/kilogram dan untuk TSP Rp. 1500/kilogram. 3)
Pestisida Dalam usahatani jambu biji penanganan hama dan penyakit merupakan hal yang harus diperhatikan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida. Aplikasi dilakukan dengan penyemprotan, melakukan penyiangan gulma atau pembersihan dan pemangkasan sebagai tindakan pencegahan. Beberapa hama yang menjadi kendala dalam usahatani jambu biji adalah lalat buah, pengerek batang, kutu putih, rayap, semut merah dan ulat. Pestisida yang digunakan untuk tanaman jambu biji yaitu
petisida cair seperti Dusband, Curacon dan Decis. Jumlah
penggunaan pestisida Dusband, Curacon, dan Decis pada petani per hektar pada tahun 2009 yaitu untuk umur tanaman tiga tahun penggunaan pestisida Dusband, Curacon, dan Decis masing-masing adalah 8,9 kilogram, 4,1 kilogram, dan 31,7 kilogram, petani untuk umur tanaman empat tahun Dusband, Curacon, dan Decis masing-masing 14 kilogram, 7,4 kilogram, dan 49 kilogram, untuk petani untuk umur tanaman lima tahun penggunaan pestisida Dusband, Curacon, dan Decis masing-masing
48
adalah 11,5 kilogram, 11,5 kilogram, dan 31,3 kilogram dan untuk umur tanaman enam tahun penggunaan pestisida Dusband, Curacon, dan Decis masing-masing adalah 11,4 kilogram, 13,2 kilogram, dan 25,1 kilogram. Pada umumnya sama seperti dengan pupuk, pestisida dapat diperoleh di toko-toko pertanian di Kecamatan Bojong Gede. 4)
Pembungkus Buah (plastik) Penanganan dalam hal melindungi buah juga dilakukan dalam usahatani jambu biji, sama hal nya seperti komoditi hortikultura lainya yaitu dengan cara membungkus buah tersebut. Dalam biaya input di dalam analisis usahatani jambu biji, terdapat biaya untuk membeli plastik jambu biji. Plastik jambu biji biasa digunakan merupakan plastik dengan ukuran satu kiloan. Plastik tersebut dapat menampung lebih kurang 300 buah dengan harga per kilogram nya sekitar Rp 20.000,-. Plastik ini biasanya dibeli di toko-toko kelontong/eceran. Biasanya untuk mencapai harga yang lebih murah petani membeli dari toko grosir plastik di pasar. Pengadaan kertas pembungkus dan tali rapia juga diperlukan, dengan harga masing-masing Rp. 500,- dan Rp. 1000, untuk tali rapia per buah.
5)
Tenaga kerja Tenaga kerja adalah salah satu faktor produksi yang mempunyai pengaruh besar terhadap biaya usahatani. Tenaga kerja yang digunakan pada lokasi penelitian adalah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Perhitungan biaya tenaga kerja untuk komoditi jambu biji yaitu menghitung hari orang kerja (HOK) dikalikan dengan upah per HOK. Tenaga kerja yang digunakan didalam usahatani jambu biji di Kecamatan Bojong Gede secama umum dilakukan oleh laki-laki, sama halnya di Desa Cimanggis. Tenaga kerja dalam keluarga untuk curahan waktu kerjanya tergantung dari petani itu sendiri, sedangkan untuk tenaga kerja luar keluarga ditetapkan selama 8 jam atau kisaran mulai dari pukul 08.0016.00 dengan upah Rp. 50.000, per hari kerja pria. Waktu istirahat selama satu jam, kirasan dari jam 12.00-13.00. Dalam perhitungan usahatani jambu biji, perhitungan biaya tersebut digunakan untuk menghitung biaya tenaga kerja pemupukan, pemangkasan, pembungkusan buah, penyiangan
49
gulma, penyemprotan dan pemanenan. Penggunaan tenaga kerja untuk petani responden di Desa Cimanggis bisa dilihat pada Tabel 18. Biaya tenaga kerja tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Berdasarkan Tabel 18 maka dapat diketahui bahwa tahap pemanenan merupakan tahap dimana penggunaan tenaga kerja paling banyak yaitu sebesar 192,5 HOK atau sekitar 47,2 persen. Hal ini disebabkan karena pada saat panen jambu biji petani lebih memilih hasil atau buah yang akan dipanen atau buah yang sudah bisa dipanen dilakukan oleh tenaga kerja luar. Hal ini disebabkan karena, kegiatan panen harus cepat-cepat dilakukan untuk mengindari risiko-risiko yang muncul seperti waktu yang terlalu lama sehingga buah sempat busuk serat adanya hama pengganggu seperti kelelawar. Petani responden yang melakukan pemanenan jambu biji lebih memilih memperkejakan tenaga kerja luar untuk melaksanaka kegiatan panen. Pada pembagian kelompok petani berdasarkan luasan lahan jambu biji yang dilakukan dalam penelitian ini, bahwa lahan
petani yang luasan lahannya lebih besar
menggunakan jumlah HOK yang lebih banyak, dikarenakan jumlah pohon yang lebih banyak. Tabel 18. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) untuk Usahatani Jambu Biji Tahun 2009 per Hektar No
Kegiatan Usahatani
Penggunaan tenaga kerja (HOK) Dalam Luar Keluarga
1
Pemupukan
2
Total (HOK)
Persentase (%)
Keluarga 13
29,83
42,83
13,9
Pemangkasan
16,4
24,90
41,30
13,4
3
Penyiangan gulma
16,4
30,52
46,90
15,2
4
Penyemprotan
8,2
9,50
17,7
5,7
5
Pembungkusan buah
7,7
13,37
21,7
6,8
6
Pemanenan
47,2
92,15
193,4
45,1
Total
108,9
200,27
309,17
100,00
50
6.1.2. Teknik Budidaya Secara umum teknik budidaya jambu biji tidak berbeda jauh dengan proses budidaya komoditi hortikultura. Proses budidaya yang dilakukan terdiri dari pemupukan,
pemangkasan,
penyiangan
gulma,
pembungkusan
buah
penyemprotan dan pemanenan. 6.1.2.1. Pemupukan Kegiatan proses pemupukan yang dilakukan petani responden berlangsung pada pada masa-masa tertentu yaitu pada saat setelah masa panen berlangsung. Pemupukan setelah panen penting agar tanaman jambu biji tumbuh secara optimal dan lebih produktif dan rajin berbuah sepanjang tahun. Unsur hara yang terkandung secara alami akan berkurang ataupun habis, ketersediaan unsur hara di dalam tanah sangat penting untuk pertumbuhan jambu biji. Maka diperlukan pemupukan untuk mengembalikan unsur hara yang terkandung di dalam tanah agar sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk kimia adalah pupuk yang berasal dari bahan kimia atau olahan pabrik. Pada usahatani jambu biji yang dilakukan petani responden di Desa Cimanggis memilih mengkombinasikan pupuk organik dan kimia. Jumlah unsur hara dalam pupuk kimia dari bahan kimia lebih relatif tinggi, hal ini dikarenakan formula bahan kimia yang dibuat oleh pabrik telah diperhitungkan secara tepat. Manfaat dari pupuk kimia antara lain cara pemberiannya mudah, ringan dan praktis sehingga mudah diangkut, mudah larut dalam air sehingga cepat terserap akar, dosis dan takaran
pemupukan
mudah
diketahui
sesuai
umur
tanaman
sehingga
penggunaannya mudah dan efektif. Pupuk yang digunakan oleh petani responden dalam kegiatan usahatani jambu biji yang dilakukan adalah pupuk jenis NPK, TSP dan KCL Pupuk organik yang digunakan petani meliputi
pupuk kandang dari
kotoran sapi, kambing, kerbau dan hewan ternak lainnya. Manfaat pupuk organik cukup banyak antara lain menjaga kesuburan tanah, menyediakan unsur hara secara bertahap, menambah daya serap tanah terhadap air sehingga kelembagaan tetap terjaga, menyediakan unsur hara (terutama N, P, dan S) dan membantu
51
penguraian bahan organik sehingga hasil perombakan nutrisi dapat diserap tanaman setiap saat. 6.1.2.2. Pemangkasan Pada tahap pemangkasan dalam kegiatan usahatani jambu biji, berdasarkan tujuan atau fungsinya dikelompokkan menjadi tiga macam. Kegiatannya diantaranya pertama, yaitu pemangkasan bentuk, pemeliharaan dan produksi. Pemangkasan bentuk bertujuan untuk mengatur tinggi rendahnya tanaman dan membentuk tajuk serta membuat tanaman lebih baik dan seragam. Pemangkasan pemeliharaan adalah kegiatan pemangkasan dengan sasaran membuang tunas air yang tidak bermanfaat, kurang sehat, terserang hama dan penyakit tanaman, kering atau mati serta patah. Pemangkasan produksi dilakukan dengan tujuan hasil yang produksi lebih baik secara kuantitas dan kualitas. Sasaran pemangkasan produksi ini yang tidak bermanfaat, cabang yang kurang baik, dan meremajakan cabang yang kurang produktif atau tanaman yang sudah tua agar lebih produktif. Kegiatan pemangkasan yang dilakukan petani responden jambu biji di Desa Cimanggis tahap pemangkasan sudah dilakukan hampir setiap petani responden, kebanyakan petani melakukan pemangkasan pada pemangkasan bentuk dan produksi hal ini terlihat dari pengamatan petani di lapangan. 6.1.2.3. Penyiangan Gulma ( Pembersihan Kebun) Kegiatan budidaya jambu biji selanjutnya yang dilakukan adalah penyiangan. Penyiangan dilakukan untuk membersikan lahan dari gulma-gulma. Rumput atau gulma yang tumbuh disekitar tanaman jamgu biji perlu disiangi agar tanaman dapat bertumbuh dengan baik. Gangguan yang timbul terhadap tanaman berupa persaingan dalam memperebutkan ruang, air, oksigen, matahari dan unsur hara. Hal seperti ini akan mengakibatkan terganggunnya pertumbuhan tanaman jambu biji. Secara umum tujuan penyiangan antara lain membersihkan lingkungan tanaman dari gulma atau rumput-rumput, membuat pertumbuhan dan pekarangan tanaman menjadi lebih baik, menggemburkan tanah disekitar tanaman, dan membuat pertukaran udara di dalam tanah dan penyerapan air kedalam tanah menjadi lebih baik.
52
Kegiatan penyiangan gulma yang dilakukan oleh petani responden di lokasi penelitian meliputi pembersihan kebun dari gulma dan buah yang jatuh akibat hama dan penyakit. Usaha dalam mempercepat penerapan sanitasi kebun petani melakukan pemanfaatan lahan disela tanaman buah dengan ditanani sayuran (tumpang sari). Kebanyakan petani responden melakukan cara pemanfaatan lahan dengan cara tumpang sari. Kendala yang banyak ditemukan adalah dalam pengaturan jarak tanam, rata-rata petani responden memiliki jarak tanam yang terlalu dekat sehingga jarak antara jambu biji sangat dekat. Akibat yang dirasakan adalah tanaman jambu biji kurang produktif, pada saat pembersihan akan bertambah susah dan dalam penyerapan cahaya matahari juga akan menjadi kurang optimal. 6.1.2.4. Penyemprotan Penyemprotan merupakan cara dalam mengaplikasikan pestidida dalam pegendalian hama dan penyakit. Pengendalian
hama dan penyakit dilakukan
untuk mengurangi kerusakan tanaman akibat organisme penggangu. Hama pada tanaman jambu biji bisa menyerang daun, bunga, buah. Jenis hama yang biasa menyerang jambu biji yang dibudidayakan petani responden antara lain ulat, belalang, penggerek batang, lalat buah, kumbang rayap dan kutu. Pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu tumbuhan dapat dilakukan dengan cara penyemprotan pestidida. Penyemprotan biasanya dilakukan pada pagi hari, dengan kisaran waktu dari jam 08.00-10.00. pestisida yang digunakan petani serponden umumnya berbentuk cair yang dilarutkan dalam air seperti Decis, Curacon, dan Dusband 6.1.2.5. Pembungkusan Buah Pembungkusan buah dilakukan untuk menghasilkan buah yang kebih mulus dan mengkilap, tidak cacat, tidak terserang hama dan penyakit, warna buah lebih menarik, nilai jual lebih tinggi dan diterima oleh berbagai konsumen serta meningkatkan produksi. Kegiatan pembungkusan biasanya dilakukan bersamaan dengan penjarangan buah. Tidak semua buah jambu biji yang tumbuh sesuai dengan harapan. Setiap pokok pohon jambu biji terkadang terdapat jambu biji yang ukuran dan bentuknya tidak bagus atau cacat maka perlu dilakukan
53
penjarangan. Penjarangan buah bertujuan agar buah dapat bertumbuh secara optimal dan hasil panen dapat memenuhi permintaan pasar. Pembungkusan dan penjarangan menjadi bagian kegiatan budidaya jambu biji yang dilakukan oleh petani responden di Desa Cimanggis. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara bersamaan. Pembungkusan buah pada tanaman jambu biji merah merupakan faktor yang penting untuk mendapatkan kualitas buah yang baik. Jambu biji merah yang terlambat dibungkus, kualitasnya kurang bagus karena hama akan lebih cepat menyerang. Pada tanaman jambu biji pembungkusan buah dilakukan dengan menggunakan plastik kiloan dan pembungkus dalamnya menggunakan koran untuk menjaga kualitas jambu biji agar terhindar dari cahaya matahari yang terlalu panas. 6.1.2.6. Pemanenan Kegiatan pemanenan dilakukan dengan melihat adanya perubahan pada warna kulit jambu biji tersebut. Pemanenan dilakukan apabila sudah ada komunikasi dengan tengkulak sehingga proses pemanenan untuk waktunya sudah dapat diatur. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas dari jambu biji tersebut. Beberapa ciri-ciri yang digunakan untuk menandakan bahwa jambu biji dapat di panen. Ciri-cirinya antara lain warna kulit sudah berubah dari hijau tua menjadi hijau muda dan mengkilap atau kuning kehijauan, aroma buah mulai harum, rasa buah sudah manis, dan tekstur daging buah agak lunak yakni dengan cara menekan buah tersebut secara perlahan. Tahapan pemanenan biasanya 3-4 bulan setelah masa panen sebelumnya atau sesudah masa pemupukan. Pemanenan biasanya berlangsung tiga siklus dalam satu tahun, setiap silkus pemanenan dilakukan secara berulang-ulang. Satu siklus pemanenan dilakukan selama kurang lebih enam minggu, biasanya kegiatan pemanenan dilakukan setiap minggu karena harus menunggu sampai buah siap untuk dipanen. Panen raya biasanya berlangsung pada bulan Desember sampai Januari disini biasanya buah berlimpah. 6.1.2.7. Pasca Panen Kegiatan penanganan pasca panen pada umumnya hanya pada kegiatan pembersihan dan penyortiran agar penampilan buah lebih bagus dan seragam. Hasil panen dikemas ke dalam
keranjang agar lebih mudah diangkut dan
54
ditimbang. Hasil panen yang dimasukkan dalam keranjang dengan diberi dedaunan agar lebih aman dari gangguan-gangguan. Selanjutnya akan dibawa menuju ke tempat penampungan yaitu dalam gudang/gubug, tempat sementara sebelum tengkulak datang membeli. 6.1.2.8. Pemasaran Pemasaran jambu biji yang dilakukan petani jambu biji di Desa Cimanggis pada umumnya tidak terlalu panjang. Hasil panen dijual langsung ke penampung atau tengkulak. Informasi yang didapat di tempat penelitian bahwa petani kebanyakan melakukan suatu pesetujuan atau perjanjian kepada satu atau dua tengkulak, dari sini petani sudah memiliki pelanggan yang membeli hasil panennya. Perjanjiannya seperti semua hasil panen dijual ke tengkulak yang sudah ditentukan, apabila pada musimnya, biasanya hasil panen tidak semua dapat terserap oleh pasar sehingga tengkulak tersebut harus bersedia menampung hasil panen dari petani dengan harga yang sudah disepakati. Pada bulan tertentu biasanya bulan Desember dan Januari jumlah buah jambu biji di pasar sangat berlimpah karena merupakan panen raya, biasanya harga jatuh sehingga bayak jambu yang tidak terjual karena pasar tidak sangup menampung. Petani responden jambu biji di Desa Cimanggis memiliki keuntungan dengan adanya sistem kesepakatan dengan tengkulak tertentu, sehingga hasil panen petani jambu biji masih dapat terjual dengan harga negosiasi dengan tengkulak, jambu biji dijual persatuan kilogram. 6.1.3. Output Usahatani Keberhasilan dari kegiatan usahatani yang dijalankan seorang petani pada akhirnya akan diketahui dari total produksi dan penerimaan total dari penjualan jambu biji yang diperoleh petani. Total produksi jambu biji petani responden di Desa Cimanggis pata tahun 2009 berdasarkan hasil penelitian sebesar 143.000 kilogram dengan rata-rata per hektar sebesar 25.897 kilogram. Produksi jambu biji petani responden di Desa Cimanggis menurut stratum umur tanaman jambu biji dapat dilihat dalam Lampiran 9. Buah jambu biji yang diproduksi petani responden di Desa Cimanggis rata–rata mempunyai produktifitas per pohon
55
sebesar 37 kilogram per tahun atau 12.3 kilogram per satu siklus panen, satu tahun 3 kali siklus panen, dimana satu kali siklus panen rata-rata selama 6 minggu. 6.2.
Analisis Usahatani Jambu Biji Analisis usahatani yang dilakukan adalah dengan menghitung tingkat
pendapatan dan R/C rasio usahatani jambu biji tersebut, yakni usahatani jambu biji pada petani responden di Desa Cimanggis. Responden Analisis usahatani jambu biji yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebanyak 35 orang. Analisis usahatani yang dilakukan mengacu pada konsep pendapatan atas biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tunai dan biata total. Biaya tunai dapat diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai seperti biaya pembelian sarana produksi, biaya tenaga kerja luar keluarga dan pajak. Biaya total adalah biaya tunai ditambah biaya yang diperhitungkan. Biaya diperhitungkan dapat didefinisikan sebagai biaya yang pengeluarannya tidak dalam bentuk tunai seperti biaya untuk penggunaan tenaga kerja keluarga, penyusutan peralatan dan biaya imbangan untuk lahan atau sewa lahan. 6.2.1.
Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan total nilai produk yang dihasilkan, yaitu
hasil kali jumlah fisik output dengan harga jual yang terjadi. Penerimaan petani berasal dari produksi usahatani jambu biji merah Getas. Penerimaan usahatani jambu biji di Desa Cimanggis pada tahun 2009 per hektar adalah sebesar 25.897 kilogram dengan penerimaan sebesar Rp. 64.747.238,84 Tabel 18 dapat dilihat rata-rata penerimaan usahatani jambu biji di Desa Cimangis berdasarkan umur tanaman jambu biji pada tahun 2009 per hektar.
56
Tabel 19. Rata-rata Penerimaan Usahatani Jambu Biji di Desa Cimanggis Berdasarkan Umur tanaman Jambu Biji Pada Tahun 2009 per Hektar Umur Tanaman Jumlah panen Harga Nilai (Rp) (tahun) (kilogram) (Rp/kilogram) 6 34.609,18 2.500,86.522.951,12 5
26.063,40
2.500,-
65.158.550,00
4
25.708,00
2.500,-
64.268.949,03
3
20.178,60
2.500,-
50.446.611,05
Total Rata-Rata keseluruhan
25.897,00
2.500,-
64.747.238,84
Berdasarkan Tabel 19 rata-rata jumlah penerimaan per hektar yang diterima oleh usahatani jambu biji pada petani responden Desa Cimanggis dipengaruhi oleh jumlah output usahatani jambi biji yang dihasilkan. Terdapat kesamaan harga pada setiap petani karena petani responden berada dalam satu wadah kelompok tani yaitu Kelompok Tani Bambu Duri, yaitu sebesar Rp. 2.500,- dimana dalam pemasaran jambu biji yang dilakukan pada tengkulak yang sudah ditentukan oleh kelompok Tani Bambu Duri tersebut sehingga dalam pemasarannya sudah ada kepastian pasar. Bila dibandingkan dengan harga yang diterima diluar kelompok tani harga yang diterima anggota kelompok tani lebih rendah yaitu sebesar Rp 2.000,-. Harga ditentukan dengan sistem negosiasi antara tengkulak dan petani jambu biji melalui wadah Kelompok Tani Bambu Duri. 6.2.2. Biaya Usahatani. Pengeluaran atau biaya adalah seluruh pengorbanan sumber daya ekonomi dalam satuan uang (rupiah) yang diperlukan untuk menghasilkan produk dalam satu periode produksi. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu komoditi atau produk baik secara tunai maupun diperhitungkan. Komponen biaya yang digunakan pada usahatani jambu biji adalah biaya untuk pembelian benih, pupuk, pestisida, pembungkus buah (plastik), tenaga kerja, dan biaya-biaya lainnya seperti biaya penyusutan peralatan, pajak dan sewa lahan atau biaya imbangan penggunaan lahan. Total biaya usahatani pada setiap stratum umur tanaman jambu biji adalah berbeda. Perbedaan tersebut dikarenakan waktu penanaman yang dilakukan dan
57
jumlah pohon yang ditanam, hal ini berpengaruh kejumlah input yang digunakan. Perhitungan biaya tunai meliputi biaya pembelian pupuk, pestisida, pembungkus buah (plastik), kertas pembungkus, tali rapia, tenaga kerja luar keluarga dan biaya biaya lainya seperti biaya pajak. Biaya diperhitungkan atau biaya non meliputi biaya pebelian benih, biaya penyusutan dan biaya imbangan untuk lahan atau sewa lahan. Biaya imbangan untuk lahan atau sewa lahan masuk ke dalam biaya diperhitungkan karena petani responden rata-rata memiliki lahan sendiri. Biaya penyusutan peralatan disetiap yang digunakan petani memiliki nilai sama, hal ini dikarenakan usahatani yang diperbandingkan merupakan sama-sama usahatani jambu biji (homogen) atau usahatani yang dalam kegiatan teknik budidayanya sama sehingga peralatan yang digunakan untuk usahatani relatif sama. 6.2.3. Pendapatan Usahatani. Pendapatan usahatani dikatakan menguntungkan jika selisih antara penerimaan dan pengeluaran bernilai positif. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan pengeluaran tunai. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan total dan pengeluaran total. Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total yang diterima dalam usahatani jambu biji di Desa Cimanggis tahun 2009 per hektar masingmasing
sebesar
Rp.
35.784.039,75
artinya
pendapatan
petani
tanpa
memperhitungkan biaya yang diperhitungkan sebesar Rp. 35.784.039,75 per hektar. Sedangkan pendapatan atas biaya total adalah Rp. 19.039.877,02. Perhitungan selengkapnya dapat dlihat pada Tabel 20 data rata-rata produksi, penerimaan, biaya, pendapatan usahatani dan R/C usahatani jambu biji pada petani responden di Desa Cimanggis berdasarkan stratum umur tanaman jambu biji.
58
Tabel 20. Rata-rata Produksi, Penerimaan, Biaya, Pendapatan Usahatani dan R/C atas Usahatani Jambu Biji pada Petani Responden di Desa Cimanggis Tahun 2009 Berdasarkan Umur Tanaman Jambu Biji per Hektar. No
Umur tanaman (Tahun) 5 4
3
34.609,18
26.063,42
25.708
20.178,6
25.897
86.522.951,-
65.184.613,42
64.268.949,03
50.446.611,05
64.724.238,63
21.747.613,-
21.666.953,18
23.803.166,53
18.470.728,86
28.958.199,09
17.153.555,-
17.202.307,39
15.104.641,45
13.714.839,44
16.744.162,73
38.901.168,-
38.869.260,57
38.907.807,98
32.185.568,31
45.702.361,82
64.775.338,-
43.491.596,82
40.465.782,50
31.975.882,19
35.784.039,75
47.621.783,-
26.289.289,43
25.361.141,05
18.261.042,75
19.039.877,02
3,98
3,01
2,70
2,73
2,24
2,22
1,68
1,65
1,57
1,42
Keterangan 6
A
B C D
Produksi (kilogram) Penerimaan Total (Rp) Biaya Usahatani Biaya Tunai (Rp) Biaya Diperhitungka n (Rp) Total biaya (Rp) Pendapatan atas Biaya Tunai (Rp) Pendapatan atas Biaya Total (Rp) R/C atas biaya tunai R/C atas Biaya Total
Keseluruhan
Dalam penelitian ini, adapun analisis yang dilakukan mengacu kepada konsep pendapatan atas biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai seperti biaya pembelian sarana produksi, biaya tenaga kerja luar keluarga dan pajak. Biaya total adalah biaya tunai ditambah dengan biaya yang telah diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang pengeluarannya tidak dalam bentuk tunai seperti penggunaan tenaga kerja keluarga, penyusutan peralatan dan sewa lahan. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan pengeluaran tunai. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan penerimaan total. Hasil analisis usahatani jambu biji yang dilakukan di Desa Cimanggis pada tahun 2009 diambil dari 35 responden petani jambu biji diperoleh bahwa produksi rata-rata per pohon yang dihasilkan pertahun oleh petani jambu biji di Desa Cimanggis mencapai 37 kilogram atau 12.3 kilogram per satu kali panen. Maka total produksi dikalikan tiga kali panen dalam satu tahun yaitu 143.000 atau jika dirata-ratakan produksi yang dihasilkan sebesar 25.897 kilogram per hektar, dengan penerimaan per petani sebesar Rp 64.724.238,63,- dengan harga jual Rp. 2500,00 per kilogram. Penjualan jambu biji di Desa Cimanggis hampir semua melalui pedagang pengumpul, khususnya petani
59
responden yang merupakan anggota Kelompok Tani Bambu Duri. Semua anggota dalam pemasaran jambu biji melalui pengumpul atau tengkulak yang sudah disepakati. Harga yang diterima oleh petani jambu biji pun sama karena melalui satu pengumpul yang sama. Penyerapan hasil panen dari petani rerponden di Desa Cimanggis sudah memiliki pasar yang pasti, karena petani melakukan kesepakatan atau perjanjian dengan tengkulak. Perjanjiannya seperti ketika musim panen raya, yang biasanya harga rendah dan banyak hasil panen yang tidak dapat terjual menjadi tanggung jawab bersama dan begitu pula saat harga bagus, petani harus menjual ke tengkulak tersebut. Rata-rata petani responden tersebut pada tahun 2009 menjual dengan harga Rp. 2500,- per kilogram dengan melalui proses negosiasi, sesuai kesepakatan. Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total yang diterima dalam usahatani jambu biji di Desa Cimanggis tahun 2009 per hektar masingmasing
sebesar
Rp.
35.784.039,75
artinya
pendapatan
petani
tanpa
memperhitungkan biaya yang diperhitungkan sebesar Rp. 35.784.039,75 per hektar. Sedangkan pendapatan atas biaya total adalah Rp. 19.039.877,02. Dilihat dari perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C Rasio) atas biaya tunai dan biaya total dapat disimpulkan bahwa usahatani jambu biji di Desa Cimanggis menguntungkan untuk diusahakan, terbukti dengan nilai R/C rasio terhadap biaya tunai dan biaya total yang bernilai lebih dari satu. Nilai imbangan dan biaya atau Return to Cost Rasio (R/C) atas biaya total adalah 1,42. Nilai R/C sebesar 1,42 artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.42 sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 2,24 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 2.24. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan usahatani jambu biji yang dijalankan oleh petani jambu biji di Desa Cimanggis tersebut efisien untuk dijalankan, karena nilai R/C dari usahatani jambu biji tersebut lebih besar dari satu. Selisih R/C rasio atas biaya tunai dengan R/C rasio atas biaya total adalah 0,82 atau 82 persen. Ini menunjukkan bahwa biaya diperhitungkan pada usahatani ini cukup besar. Salah satu komponen biaya diperhitungkan yang paling besar adalah biaya pembelian benih. Besarnya biaya pembelian benih mengindikasikan bahwa petani jambu biji
60
tidak menghasilkan bibit sendiri melainkan membeli dari luar dengan harga yang tinggi. Penelitian analisis pendapatan usahatani ini ada variabel yang menjadi perhatian khusus untuk dianalisis yaitu membandingkan beberapa golongan usahatani dilihat dari stratum umur tanaman jambu biji yang di usahakan. Variabel yang akan dianalisis adalah dari stratum umur tanaman jambu biji yang diusahakan oleh petani jambu biji. Bila dilihat dari Tabel 20 maka keempat stratum umur tanaman jambu biji tersebut dapat dibandingkan, dimana yang lebih efisien adalah umur tanaman yang enam tahun yaitu dengan R/C atas biaya total sebesar 2,22 yang artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2.22 sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 3,98 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 3,98 atau dengan arti usahatani jambu biji ini efisien untuk dijalankan. Selisih antara R/C total dan R/C tunai terjadi penurunan paling banyak yaitu sebesar 1,76 atau 166 persen. Hal ini diakibatkan oleh kegiatan usahatani pada umur tanaman enam tahubn banyak mengeluarkan biaya non tunai atau biaya yang diperhitungkan, salah satu biaya yang diperhitungkan yang paling besar adalah pada biaya benih, hal ini diakibatkan petani masih membeli benih dari luar Stratum umur tanaman jambu biji lima tahun masing-masing R/C atas biaya total dan atas biaya tunai adalah sebesar 1,68 yang artinya untuk setiap biaya total yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.68. R/C atas biaya tunai sebesar 3,01 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 3,01 atau dengan arti usahatani jambu biji ini efisien untuk dijalankan. Stratum umur tanaman jambu biji empat tahun masing-masing R/C atas biaya total dan atas biaya tunai adalah sebesar yaitu dengan R/C rasio atas biaya total dan biaya tunai sebesar 1,65 yang artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.65 sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 2,7
61
yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 2.7. Stratum umur tanaman jambu biji tiga tahun masing-masing R/C atas biaya total dan atas biaya tunai adalah sebesar yaitu dengan R/C atas biaya total dan biaya tunai sebesar 1,57 yang artinya untuk setiap biaya total yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.57 sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 2,73 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 2.73. Terdapat beberapa hal yang terkait dengan nilai R/C diantara keempat stratum umur tanaman jambu biji tersebut diantaranya didalam pemakaian tenaga kerja, luasan lahan, pemakaian pestisida dimana hal ini sebagai penjegahan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT), umur tanaman dan biaya-biaya yang diperhitungkan. Pada Tabel 20 produksi jambu biji pada tahun 2009 per 1000 pohon di stratum umur enam tanaman jambu biji lebih banyak dibandingkan stratum umur tanaman lima, empat dan tiga tahun. Hal ini dikarenakan produktivitas per pohon yang lebih besar di stratum umur tanaman enam tahun. Tabel 21. Produksi Jambu Biji Berdasarkan Stratum Umur Tanaman Jambu Biji Per 1000 Pohon pada Tahun 2009 Musim Panen
Umur Tanaman (tahun) 6
5
4
3
Panen Januari – Desember 2009 (kg)
46.000
35.500
34.500
32.000
Total Produksi (tahun 2008) (kg)
46.000
35.500
34.500
32.000
Analisis usahatani juga dilakukan dengan menghitung tingkat pendapatan dan rasio R/C usahatani jambu biji untuk empat stratum umur tanaman jambu biji dengan analisis usahatani per 1000 pohon sebagai pembanding. Analisis usahatani yang dilakukan dalam penelitian ini ditetapkan petani responden sebanyak 35 orang, masing masing responden untuk setiap stratum yaitu 10 responden untuk stratum umur tanaman enam tahun, sembilan responden untuk stratum umur tanaman lima tahun, empat responden untuk stratum umur tanaman empat tahun dan 12 responden untuk stratum umur tanaman tiga tahun.
62
Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas total per 1000 pohon yang diterima dalam usahatani jambu biji di Desa Cimanggis pada tahun 2009 pada setiap stratum umur tanaman berbeda beda. Perbedaan yang terlihat dapat dengan jelas diketahui seperti pada Tabel 21. yakni rata-rata produksi, penerimaan, biaya, pendapatan usahatani dan R/C rasio atas usahatani jambu biji pada petani responden di Desa Cimanggis tahun 2009 berdasarkan stratum luasan lahan pengusahaan jambu biji per hektar Tabel 22. Rata-Rata Produksi, Penerimaan, Biaya, Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio atas Usahatani Jambu Biji pada Petani Responden di Desa Cimanggis Tahun 2009 Berdasarkan Stratum Umur Tanaman Jambu Biji per 1000 Pohon No
Umur tanaman (Tahun) 5 4
Keterangan 6
A
Produksi (kilogram) Penerimaan Total (Rp) Biaya usahatani
B
Biaya tunai (Rp)
33.818.735,21
C
Biaya Diperhitungkan (Rp)
17.153.555,00
D
Total biaya (Rp)
50.972.290,21
Pendapatan atas biaya tunai (Rp) Pendapatan atas biaya total (Rp)
81.181.264,79
R/C atas biaya tunai R/C atas biaya total
3
46.000
35.500
34500
32000,0
115.000.000,00
88.750.000,00
86.250.000,00
80.000.000,00
30.530.509,30
30.037.803,66
21.365.082,56
20.621.733,90
51.895.591,87
50.659.537,56
55.719.490,70
49.962.196,34
34.354.408,13
29340462,44
2,83 1,66
2,66 1,58
64.027.709,79 3,40 2,26
31.545.922,04 18.862.508,73 50.408.430,77 57.204.077,96 38.341.569,23 2,81 1,76
Dalam penelitian ini, adapun analisis yang dilakukan mengacu kepada konsep pendapatan atas biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai seperti biaya pembelian sarana produksi, biaya tenaga kerja luar keluarga dan pajak. Biaya total adalah biaya tunai ditambah dengan biaya yang telah diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang pengeluarannya tidak dalam bentuk tunai seperti penggunaan tenaga kerja keluarga, penyusutan peralatan dan sewa lahan. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan pengeluaran tunai. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan penerimaan total. Beberapa variabel yang menjadi
63
perhatian dalam penelitian ini yang khusus untuk dianalisis yaitu membandingkan beberapa golongan usahatani dilihat dari umur tanaman jambu biji yanag dimiliki oleh petani. Bila dilihat dari Tabel 22 maka keempat stratum umur tanaman jambu biji tersebut dapat dibandingkan dengan cara per 1000 pohon, dimana yang lebih efisien adalah umur tanaman yang enam tahun yaitu dengan R/C atas biaya total sebesar 2,26 yang artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2.26 sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 3,40 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 3.40 atau dengan arti usahatani jambu biji ini efisien untuk dijalankan. Stratum umur tanaman jambu biji lima tahun masing-masing R/C atas biaya total dan atas biaya tunai adalah sebesar 1,76 tidak beda jauh dari nilai analisis per hektar yang artinya untuk setiap biaya total yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.76. R/C atas biaya tunai sebesar 3,01 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 2.81 atau dengan arti usahatani jambu biji ini efisien untuk dijalankan. Stratum umur tanaman jambu biji empat tahun masing-masing R/C atas biaya total dan atas biaya tunai adalah sebesar yaitu dengan R/C atas biaya total dan biaya tunai sebesar 1,66 yang artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.65 sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 2,7 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 2.83 artinya bahwa usahatani ini efisien untukkndi jalalankan terbukti dari nilai R/C rasio >1. Stratum umur tanaman jambu biji tiga tahun masing-masing R/C atas biaya total dan atas biaya tunai adalah sebesar yaitu dengan R/C atas biaya total dan biaya tunai sebesar 1,57 yang artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.57 sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 2,73 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 2.73.
64
Terdapat beberapa hal yang terkait dengan nilai R/C diantara keempat stratum umur tanaman jambu biji tersebut diantaranya didalam pemakaian tenaga kerja, luasan lahan, pemakaian pestisida dimana hal ini sebagai penjegahan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT) dan biaya-biaya yang diperhitungkan. Setelah dilakukan pembandingan dengan menganalisis untuk per 1000 pohon maka stratum umur tanaman enam tahun lebih efisien untuk dilakukan.
65