ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI DESA CIMANGGIS KECAMATAN BOJONG GEDE KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
FELIX BOB SANFRI SIREGAR H 34076064
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
RINGKASAN FELIX BOB SANFRI SIREGAR. Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji di Desa Cimanggis Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA) Salah satu komoditi buah-buahan yang terdapat di Indonesia yang mengalami peningkatan produksi adalah jambu biji. Keberadaan jambu biji sangat dikenal dan tersebar luas di berbagai daerah di Indonesia terlihat dari produksi jambu biji yang dari tahun ketahun semakin meningkat. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah penghasil jambu biji di Jawa Barat. Jambu biji telah menjadi salah satu komoditi unggulan Kabupaten Bogor. Jambu biji sebagai komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, perlu pengembangan dalam hal teknik budidaya. Tanaman komoditi jambu biji terus meluas namun tanpa didukung dengan teknik budidaya yang baik dan informasi yang cukup mengenai agribisnis jambu biji. Harga jual jambu biji yang tiap tahunnya rendah menjadi permasalahan yang sering dihadapi petani jambu biji, faktor lain yang berkaitan dengan permasalahan ini adalah harga-harga sarana produksi (saprodi) yang semakin mahal, tanpa tidak diikuti dengan kenaikan harga jual produk di tingkat petani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan usahatani berdasarkan umur tanaman jambu biji di Desa Cimanggis Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor dan menganalisis efisiensi usahatani berdasarkan umur tanaman jambu biji di Desa Cimanggis Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor baik secara. Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan lokasi tersebut memberikan sumbangan produksi jambu biji yang besar di Kabupaten Bogor. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Januari hingga bulan Februari 2010. Penentuan responden untuk analisis usahatani jambu biji dilakukan dengan teknik stratifikasi (stratified sampling) karena umur tanaman jambu biji di tempat penelitian sangat beragam dan terdapat ketimpangan dari jarak tanam dan jumlah pohon jambu biji yang diusahakan petani. Penelitian menggunakan sampel petani jambu biji di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede sebanyak 35 orang dari total keseluruhan lebih kurang 100 petani. Pada tahun 2009 produksi jumlah jambu biji pada stratum umur tanaman enam tahun lebih banyak dibandingkan stratum umur tanaman dibawah enam tahun. Faktor penyebabnya karena beberapa faktor salah satunya yakni pada tahun keenam produktivitas jambu biji merupakan produksi jambu biji paling maksimal dan ini terbukti dari produktifitas rata-rata per pohon 46 kg per pohon sedangkan stratum umur tanaman dibawah enam tahun masing 35,5 kg untuk stratum umur tanaman lima tahun, 34,5 kg untuk empat tahun dan 32 kg untuk stratun tanaman tiga tahun. Hasil analisis usahatani jambu biji yang dilakukan di Desa Cimanggis pada tahun 2009 diambil dari 35 responden petani jambu biji diperoleh bahwa produksi rata-rata per pohon yang dihasilkan pertahun oleh petani jambu biji di
Desa Cimanggis mencapai 37 kilogram per tahun atau 12.3 kilogram per satu kali panen. Apabila dilihat dari keempat stratum umur tanaman jambu biji tersebut dapat dibandingkan, dimana yang lebih efisien adalah umur tanaman yang enam tahun yaitu dengan R/C atas biaya total sebesar 2,22 yang artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2.22 sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 3,98 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 3,98 atau dengan arti usahatani jambu biji ini efisien untuk dijalankan dan menguntungkan untuk dijalankan karena pendapatannya bernilai positif yaitu sebesar sebesar Rp. 64.775.338,00 dan pendapatan atas biaya total adalah Rp. 47.621.783,00 Terdapat beberapa hal yang terkait dengan nilai R/C diantara keempat stratum umur tanaman jambu biji tersebut diantaranya didalam pemakaian tenaga kerja, jarak tanam, pemakaian pestisida dimana hal ini sebagai penjegahan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT), biaya-biaya yang diperhitungkan dan umur tanaman jambu biiji. Rata-rata petani responden tersebut pada tahun 2009 menjual dengan harga Rp. 2500,- per kilogram dengan melalui proses negosiasi, sesuai kesepakatan antara tengkulak dengan petani melalui Kelompok Tani Bambu Duri
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI DESA CIMANGGIS KECAMATAN BOJONG GEDE KABUPATEN BOGOR
FELIX BOB SANFRI SIREGAR H 34076064
Skripsi Ini Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul Skripsi
: Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji di Desa Cimanggis Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor
Nama
: Felix Bob Sanfri Siregar
NRP
: H34076064
Menyetujui, Pembimbing
Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 19690410 199512 2 001
Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji di Desa Cimanggis Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini
Bogor, April 2010
Felix Bob S. Siregar NRP H34076064
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sipoholon, Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara pada tanggal 31 Agustus 1986. Penulis adalah anak kedua dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M. Siregar dan Ibunda E. Simatupang. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN no. 173132 Lumban Baringin Desa Hutauruk Kecamatan Sipoholon Tapanuli Utara Sumatera Utara pada tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SMP Santa Maria Tarutung. Pendidikan lanjutan menengah di SMU Santa Maria Tarutung diselesaikan pada tahun 2004. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Manajemen Bisnis Perikanan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) Pada tahun 2004, dan lulus pada tahun 2007. Penulis kemudian melanjutkan kegiatan perkuliahan ke Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Semasa kuliah penulis aktif diberbagai organisasi kemahasiswaan bagian kerohanian Persatuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB pada bidang KPP (Komisi Pembinaan dan Pemuridan) serta organisasi daerah PARTARU (Parsadaan Mahasiswa Rantau Tarutung).
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji di Desa Cimanggis Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani berdasarkan umur tanaman jambu biji di Desa Cimanggis Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor dan menganalisis efisiensi usahatani berdasarkan umur tanaman jambu biji di Desa Cimanggis Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Namun demikian sangat disadari bahwa masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, April 2010
Felix Bob S. Siregar
UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1.
Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran, arahan dan waktu yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2.
Ir. Juniar Atmakusuma, MS atas kesediannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.
3.
Ir. Dwi Rachmina, MS atas kesediannya menjadi dosen penguji utama dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.
4.
Ir. Burhanudin, MM atas kesediaannya menjadi dosen komite akademik dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini.
5.
Bapak dan Mama, Bang Parlon, Neva, Bangun, Tobi dan Sansui yang selalu mendoakan dan
mendukung penulis dengan penuh cinta kasih
sayang semoga ini menjadi persembahan yang terbaik. 6.
Ibu Yoshepine dari Dinas Penyuluh Pertanian, pak Itang dan keluarga, dan seluruh masyarakat Desa Cimanggis yang telah membantu penulis selama pengumpulan data.
7.
Seluruh dosen Agribisnis dan staf sekretariat Ekstensi AGB yang telah memberikan pendidikan yang sangat bermanfaat bagi penulis dan yang telah membantu penulis.
8.
Mona Ivana Andriana Natalia Sianturi sebagai pasangan hati atas perhatian yang selalu mendukung dan mendoakan penulis dengan penuh kasih sayang.
9.
Semua keluarga besar Op. Togu Siregar dan Op. Mona Sianturi yang selalu mendukung dan mendoakan penulis dengan penuh kasih sayang.
10.
Teman-teman kosant RIAU 22 (Awan, Cendana Tampubolon, Gunawan Marpaung, Junius Surbakti, Heri Eko Marpaung, Kinza, Monang Anugrah Saragih, Erik Siregar, Nia dan Cici Santi).
11.
Rekan-rekan AGB angkatan 1-4, Agus Sihombing, Ignas Simanjuntak, Lustri, Wastin Hutabarat serta seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Bogor, April 2010 Felix Bob Sanfri Siregar
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi I
PENDAHULUAN .................................................................................. 1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1.2. Perumusan Masalah ........................................................................ 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 1.4. Kegunaan Penelitian ......................................................................
1 1 7 9 9
II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 2.1. Sejarah Singkat ............................................................................... 2.2. Katakteristik Jambu Biji ................................................................. 2.3. Manfaat dan Kandungan Gizi Jambu Biji ..................................... 2.4. Budidaya Jambu Biji....................................................................... 2.4.1. Sistem Budidaya Jambu Biji ............................................... 2.4.2. Pengendalian Hama dan Penyakit ....................................... 2.4.3. Pasca Panen. ........................................................................ 2.5. Penelitian Terdahulu ........................................................................
10 10 10 11 11 12 19 20 21
III KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................. 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .......................................................... 3.1.1. Konsep Usahatani ............................................................... 3.1.2. Konsep Penerimaan Usahatani ........................................... 3.1.3. Konsep Biaya Usahatani ..................................................... 3.1.4. Konsep Pendapatan Usahatani............................................ 3.1.5. Imbangan Penerimaan dan Biaya........................................ 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian .......................................
25 25 25 26 26 27 28 29
IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 4.2. Jenis dan Sumber Data................................................................... 4.3. Metode Penentuan Sampel.............................................................. 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 4.4.1. Analisis Usahatani............................................................... 4.4.2. Analisis Pendapatan Usahatani............................................ 4.4.3. Efisiensi Pendapatan Usahatani........................................... 4.5. Definisi Operasional.......................................................................
31 31 31 31 33 33 33 34 36
V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS........................................ 5.1. Karekteristik Wilayah ..................................................................... 5.2. Keadaan Sosial Ekonomi ................................................................ 5.3. Sarana dan Prasarana ...................................................................... 5.4. Karakteristik Petani .......................................................................
38 38 39 41 41 xi
5.4.1. Umur Petani ....................................................................... 5.4.2. Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Petani ...................... 5.4.3. Jumlah Pohon Jambu Biji, Umur Tanaman dan Status Kepemilikan Lahan. ............................................................
41 42
VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI...................................... 6.1 Keragaan Usahatani Jambu Biji....................................................... 6.1.1. Penggunaan Input................................................................ 6.1.2. Teknik Budidaya.................................................................. 6.1.3. Output Usahatani................................................................. 6.2 Analisis Usahatani Jambu Biji ......................................................... 6.2.1. Penerimaan Usahatani ......................................................... 6.2.2. Biaya Usahatani................................................................... 6.2.3. Pendapatan Usahatani..........................................................
46 46 46 51 55 56 56 57 58
VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 7.1 Kesimpulan ...................................................................................... 7.2 Saran ................................................................................................
66 66 67
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
68
LAMPIRAN ...................................................................................................
70
43
xii
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Produk Domestik Bruto Menurut Sektor Usaha di Indonesia Tahun 2008 .....................................................................
1
2.
Eksport Produk Pertanian Tahun 2005-2008 .....................................
2
3
Produksi dan Luas Lahan Buah Jambu Biji di Indonesia Tahun 2003-2006 ...............................................................................
3
Data Pekembangan Budidaya Jambu Biji di Kabupaten Bogor dari Tahun 2004-2008 .........................................................................
4
Data Jumlah Pohon yang Menghasilkan dan Produksi Jambu Biji Beberapa Kecamatan di Kabupaten Bogor per Wilayah Kecamatan Tahun 2008 ........................................................
5
Metode Pengambilan Responden Petani Jambu Biji di Desa Cimanggis Berdasarkan Umur Tanaman ..............................
32
7.
Metode Perhitungan Pendapatan Usahatani Jambu Biji ....................
35
8.
Luas lahan Desa Cimanggis Berdasarkan Penggunaan Lahan Pada Tahun 2008................................................................................
39
Komposisi Penduduk Desa Cimanggis Berdasarkan Kelompok Umur pada Tahun 2008.......................................................................
39
Komposisi Penduduk Desa Cimanggis Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Tahun 2008..............................................................
40
Komposisi Penduduk Desa Cimanggis Berdasarkan Jenis Pekerjaan Pada Tahun 2008 ...............................................................
40
Karakteristi Jumlah dan Persentase Petani Responden Menurut Golongan Umur pada Tahun 2008 ......................................................
41
13. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .............
42
4. 5.
6.
9. 10. 11. 12.
14.
Sebaran Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani Jambu Biji ..........................................................................................
43
15. Sebaran Jumlah Tanaman Jambu Biji (Pohon) yang Dimiliki Oleh Petani. ..........................................................................
44
16. Sebaran Umur Tanaman Jambu Biji (Pohon) yang Dimiliki oleh Petani ..........................................................................
44
17. 18.
Sebaran Petani Responden Berdasarkan Status Pengelolaan Lahan...................................................................................................
45
Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) untuk Usahatani Jambu Biji Tahun 2009 per Hektar ....................................................
50 xiii
19. Rata-rata Penerimaan Usahatani Jambu Biji di Desa Cimanggis Berdasarkan Umur Tanaman Jambu Biji pada Tahun 2009 per Hektar......................................................................... 20.
21 20.
57
Rata-rata Produksi, Penerimaan biaya pendapatan usahatani dan R/C rasio Usahatani Jambu Biji pada Petani Responden di Desa Cimanggis Berdasarkan Umur Tanaman Jambu Biji pada Tahun 2009 per Hektar..................
59
Produksi Jambu Biji Berdasarkan Stratum Umur Tanaman Per 1000 Pohon Tahun 2009 pada Tahun 2009 ..................................
62
Rata-rata Produksi, Penerimaan biaya pendapatan usahatani dan R/C rasio Usahatani Jambu Biji pada Petani Responden di Desa Cimanggis Berdasarkan Umur Tanaman Jambu Biji pada Tahun 2009 per 1000 Pohon .........
59
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor 1.
Halaman Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ....................................
30
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Kuesioner Pendapatan Usahatani Jambu Biji .....................................
71
2.
Karakteristik Petani Responden ..........................................................
74
3.
Rata-Rata Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Jambu Biji pada Stratum Umur Tanaman Jambu Biji Umur Enam Tahun 2009 per Hektar............................................
75
Rata-Rata Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Jambu Biji pada Stratum Umur Tanaman Jambu Biji Umur lima Tahun 2009 per Hektar ..............................................
76
Rata-Rata Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Jambu Biji pada Stratum Umur Tanaman Jambu Biji Umur empat Tahun 2009 per Hektar ...........................................
77
Rata-Rata Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Jambu Biji pada Stratum Umur Tanaman Jambu Biji Umur tiga Tahun 2009 per Hektar ...............................................
78
Rata-Rata Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Jambu Biji Tahun 2009 per Hektar .................................
79
Data Penggunaan Input Usahatani Jambu Biji di Desa Cimanggis per Hektar ..............................................................
80
Data Produksi dan Biaya Usahatani Jambu Biji di Desa Cimanggis .................................................................................
82
4.
5.
6.
7. 8. 9.
xvi
I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat
berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product Domestic Bruto (PDB) Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2008 menunjukkan bahwa sektor pertanian menjadi sektor utama kedua yang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Sektor pertanian menyumbang 14,4 persen dari total PDB pada tahun 2008 setelah sektor industri pengolahan (27,9 persen), sektor perdagangan, hotel dan restoran (14,0 persen). Melihat pentingnya sektor pertanian bagi kelangsungan hidup negara maka diperlukan upaya nyata untuk mengembangkan dan memajukan sektor pertanian secara berkelanjutan. Data PDB menurut sektor usaha di Indonesia Tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2008 No Sektor Usaha 1 Industri Pengolahan 2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 3 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4 Pertambangan dan Penggalian 5 Jasa-jasa lain 6 Bangunan 7 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 8 Pengangkutan dan Komunikasi 9 Listrik, Gas, dan Air Bersih TOTAL PDB Sumber : Badan Pusat Statistik (2008 ) (dalam
PDB (Persen) 27,9 14,4 14,0 11,0 9,8 8,4 7,4 6,3 0,8 100,00
www.bps.go.id)
Sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional sebagai penghasil devisa, hal ini dapat dilihat dari jumlah ekspor pertanian dalam Tabel 2. Tabel 2 dapat dilihat terjadi peningkatan jumlah produk ekspor pertanian dari tahun 2005 sampai tahun 2008. Pada tahun 2008, jumlah ekspor terakhir pada tahun 2008 yang tercantum dalam Tabel 2 hanya menerangkan data pada bulan Januari sampai dengan bulan Agustus.
Tabel 2. Tabel Ekspor Komoditi Pertanian Tahun 2005-2008 Tahun
Nilai ( US $)
2005
85.695.952.615
258.731.545.764
Persentase (%) Peningkatan -
2006
100.789.624.280
327.172.270.176
20,1
2007
114.100.890.751
342.773.529.783
4,5
2008*
95.391.125.608
245.033.754.663
-39,1
Berat (kg)
Keterangan : * Sampai Bulan Agustus Sumber : BPS (2009) (dalam www.bps.go.id)
Apabila dilihat pada Tabel 2 terjadi peningkatan permintaan komoditi pertanian yaitu dengan semakin meningkatnya ekspor komoditi pertanian dari tahun ke tahun. Negara tujuannya antara lain Malaysia, Taiwan, Thailand, Belanda, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Hongkong, Swiss dan Singapura. Sektor pertanian terbagi atas beberapa subsektor, terdiri dari subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Subsektor hortikultura merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru pertanian yang sangat diharapkan peranannya dalam menunjang pembangunan perekonomian nasional. Produk hortikultura dalam hal ini meliputi sayur-sayuran, buah-buahan, biofarmaka dan tanaman hias. Dalam peranannya, komoditi buah-buahan sangat memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu gizi dalam makanan sehari-hari yang sangat dibutuhkan oleh setiap individu. Komoditi buah-buahan adalah salah satu subsektor pertanian hortikultura yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Berdasarkan Data Pusat Kajian Buah Tropika (2000), permintaan akan kebutuhan produk hortikultura, khususnya buah-buahan akan terus mengalami peningkatan dan perkiraan pada tahun 2015 akan mencapai 20 juta ton. Karena itu, masalah penyediaan buah-buahan menjadi perhatian pemerintah karena memiliki peranan yang penting untuk dikembangkan dalam memenuhi gizi bangsa. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan buah-buahan dapat dilakukan dengan peningkatan budidaya secara intensif dan perluasan areal penanaman, agar dapat meningkatkan produksi buah-buahan nasional. Salah satu komoditi buah-buahan yang terdapat di Indonesia yang merupakan komoditi unggulan dan terus mengalami peningkatan produksi adalah
2
jambu biji. Keberadaan jambu biji sangat dikenal dan tersebar luas di berbagai daerah di Indonesia hal ini dibuktikan dari produksi jambu biji yang dari tahun ketahun semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 tentang data produksi dan luas lahan jambu biji Indonesia pada tahun 2003-2006. Tabel 3. Produksi dan Luas Lahan Buah Jambu Biji di Indonesia Tahun 2003-2006 Persentase peningkatan produksi (%)
Tahun
Tanaman yang sedang menghasilkan (Rumpun)
Luas panen (Hektar)
Produktivitas (Ton/Hektar)
Produksi (Ton)
2003
2.930.249
13.454
17,77
239.108
2004
2.890.894
9.638
21,82
210.320
-13,7
2005
2.930.249
9.766
18,28
178.579
-17,8
2006
2.656.740
8.875
22,15
196.180
9,0
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008 (dalam www.bps.go.id) Tabel 3 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan produksi jambu biji dari tahun 2005 sampai 2006 sebesar 178.579 ribu ton pada tahun 2005 menjadi 196.180 ribu ton pada tahun 2006. Data ini menggambarkan adanya fluktuasi dari jumlah produksi jambu biji, luas panen dan produktifitas. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura (2004), menyatakan bahwa jambu biji merupakan salah satu produk komoditas unggulan buah-buahan Indonesia. Indonesia memiliki beberapa jenis jambu biji diantaranya jambu Bangkok, jambu Susu, jambu Paris, jambu Sukun dan jambu Klutuk. Varietas lain yang sudah dibudidayakan antara lain adalah jambu Merah, jambu Pasar Minggu, jambu Sari, jambu Apel. Pulau Jawa merupakan sentra penanaman buah jambu biji terbesar yang tersebar di beberapa daerah antara lain di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Begitu juga dengan Sumatera, Kalimantan dan Jawa Barat khususnya Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah penghasil jambu biji. Menurut Sunda (2007) varietas jambu biji yang dikembangkan di Kabupaten Bogor sangat banyak, seperti di Kecamatan Cibungbulang, Lewisadeng dan Tenjo. Kabupaten Bogor bagian barat terdapat beberapa jenis jambu biji yang ada seperti jambu merah Lonjong, jambu merah Getas dan
jambu merah Bulat.
3
Kabupaten Bogor bagian tengah seperti Rancabungur, Kemang, dan Bojong Gede yaitu jambu Bangkok, jambu merah Getas, jambu Susu. Berdasarkan Dinas pertanian Kabupaten Bogor (2008), menyatakan bahwa komoditas tanaman hortikultura di Kabupaten Bogor khususnya buah-buahan merupakan salah komoditas unggulan. Terbukti pada tahun 2008 dari jumlah tanaman buah yang menghasilkan sebanyak 3.139.391 pohon dan produksi 855.861 ton dari 20 komoditas buah-buahan yang dikembangkan dan tersebar di seluruh wilayah di Kabupaten Bogor. Jambu biji merupakan salah satu komoditas yang dikembangkan di Kabupaten Bogor yang dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini memberikan kontribusi yang positif terhadap pendapatan daerah Kabupaten Bogor. Tabel 4. Data Pekembangan Budidaya Jambu Biji di Kabupaten Bogor dari Tahun 2004-2008 Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
Jumlah pohon yang menghasilkan (phn)
57.360
63.602
78.984
89.865
91.299
Produksi jambu biji (ton)
4.109
4.444
5.419
5.636
5.781
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Bogor (2008)
Pada Tabel 4 dapat dilihat adanya perkembangan budidaya jambu biji di Kabupaten Bogor dari tahun 2004-2008, yakni terjadi peningkatan produksi buah jambu biji dan jumlah pohon jambu biji yang menghasilkan. Data ini memberikan gambaran bahwa budidaya jambu biji di Kabupaten Bogor sangat diminati oleh petani. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budidaya jambu biji di Kabupaten Bogor memberikan kontribusi yang baik sehingga budidayanya sangat potensial untuk lebih dikembangkan. Pada perkembangannya, manfaat jambu biji semakin banyak ditemukan seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih. Manfaat jambu biji sangat dikenal dalam penyediaan asupan vitamin dan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, disamping masih banyak lagi manfaatnya seperti sebagai obat dalam
4
menyembuhkan berbagai penyakit misalnya demam berdarah. Kabupaten Bogor sebagai kota perdagangan, kota industri, kota pemukiman, tempat wisata ilmiah dan sebagai kota pendidikan memberikan peluang untuk mengembangkan komoditi jambu biji tidak hanya dari aspek hulu (on farm) tetapi berpotensi juga di aspek hilir (off farm) khususnya bagi industri minuman. Sentra produksi jambu biji tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten Bogor. Jika dilihat dari pembagian wilayah di Kabupaten Bogor produksi jambu biji per daerah pada tahun 2008, maka terdapat tiga daerah yang dikelompokkan yaitu Bogor Barat, Bogor Tengah, dan Bogor Timur. Data jumlah pohon yang menghasilkan dan produksi jambu biji beberapa Kecamatan di Kabupaten Bogor per wilayah kecamatan tahun 2008 (Tabel 5). Tabel 5. Data Jumlah Pohon yang Menghasilkan dan Produksi Jambu Biji di Kabupaten Bogor per Wilayah Kecamatan Tahun 2008 Kabupaten Bogor (wilayah) Bogor Barat Bogor Tengah Bogor Timur Total
Jumlah Pohon yang Menghasilkan (Pohon) 26.854 61.113 3.332 91.299
Produksi Jambu Biji (Ton) 2.394 3.053 334 5781
Persentase (%) (Pohon) 29,42 66,93 3,65 100,00
Persentase (%) (Ton) 41,41 52,81 5,78 100,00
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Bogor (2008).
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa jambu biji banyak dibudidayakan di beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor. Beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor, wilayah Bogor Tengah memiliki jumlah tanam pohon jambu biji yang paling tinggi. Jumlah tanam pohon jambu biji yang terdapat di wilayah Bogor tengah sekitar 61.113 ribu pohon atau sekitar 66,93 persen dari keseluruhan dengan produksi jambu biji pada tahun 2008 sebanyak 3.053 ton. Jambu biji sebagai salah satu komoditi unggulan Kabupaten Bogor dapat dimanfaatkan lebih luas tidak hanya dikonsumsi secara langsung tapi perlu ada pengolahan lebih lanjut untuk menambah nilai. Manfaat dari jambu biji tersebut seperti dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produk olahan seperti sirup jambu biji kalengan dan lain-lain. Kecamatan Bojong Gede adalah salah satu kecamatan di wilayah Bogor Tengah yang memiliki potensi budidaya jambu biji yang sangat tinggi, dapat
5
dilihat dari Tabel 5 yang menyatakan bahwa Bogor bagian tengah merupakan wilayah pembudidayaan jambu biji yang paling banyak terbukti dari jumlah tanam pohon jambu biji yang paling tinggi yakni sebanyak 61.113 pohon jambu biji. Luas daerah Kecamatan Bojong Gede sebesar 2.775 hektar kegiatan utama adalah pertanian, penggunaan lahan pertanian lebih dominan ke pertanian darat yaitu ladang dan pekarangan yang penggunaan lahannya sekitar 1.271 hektar atau sekitar 45,8 persen, luas wilayah untuk pertanian sawah adalah sekitar 48 hektar atau sekitar 1,72 persen dan selebihnya atau sekitar 1.456 hektar (50,28 persen) adalah untuk perumahan, empang, kuburan dan lainnya. Desa Cimanggis merupakan salah satu desa di Kecamatan Bojong Gede, yang luas daerahnya sebesar 571.3 hektar. Kegiatan pertaniannya lebih ke pertanian darat seperti pemberdayaan pekarangan dan ladang yang diusahakan sebagai lahan pertanian, untuk sawah Desa Cimanggis sangat sedikit hanya satu hektar, bila dibandingkan dengan pekarangan dan ladang sebesar 197 hektar atau sekitar 34,5 persen dari luas total digunakan untuk pertanian darat dan sebesar 346.7 hektar atau sekitar 65,5 persen untuk penggunaan perumahan dan lainnya. Selain itu, kondisi geografis di Desa Cimanggis sangat mendukung untuk pertanian jambu biji sesuai dengan syarat tumbuh budidaya jambu biji. Secara topografi Desa Cimanggis berada di ketinggian 158 meter dpl, memiliki curah hujan yang cukup tinggi yaitu 2800-3500 millimeter per tahun dengan suhu udara 24,9 oC – 25,8 oC dan memiliki pH tanah sebesar 6,3 ( Dinas pertanian Kabupaten Bogor, 2008). Jambu biji dapat tumbuh di daerah tropik pada ketinggian 0-1500 meter dpl. Tanaman ini dapat tumbuh optimum pada suhu 23-28C dengan curah hujan 1000-2000 mm/tahun pada pH 4.5-8.2 pada pertumbuhan jambu biji ini pH yang optimum adalah 5-7 dengan tanah yang berdrainasi baik dan banyak mengandung bahan organik. Walaupun curah hujan di Desa Cimanggis cukup tinggi tidak begitu berpengaruh karena jambu biji merupakan jenis pohon yang tahan terhadap situasi alam yang ekstrim. Dengan demikian, bila dilihat dari keadaan klimatologinya Desa Cimanggis sangat berpotensi untuk budidaya jambu biji, walaupun tidak sepenuhnya menjadi sumber pendapatan utama masyarakatnya secara umum dan
6
petani secara khusus. Kegiatan mendukung budidaya jambu biji diharapkan adanya
upaya-upaya
untuk
membantu
petani
agar
usahataninya
lebih
menguntungkan dan dapat meningkatkan pendapatan petani bahkan diharapkan menjadi pendapatan utama petani 1.2.
Perumusan Masalah Jambu biji telah menjadi salah satu komoditi unggulan Kabupaten Bogor.
Jambu biji sebagai komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, pengembangan dalam hal teknik budidaya perlu untuk diperhatikan karena ini merupakan faktor permasalahan yang muncul dalam kegiatan usahatani jambu biji tersebut. Tanaman komoditi jambu biji terus meluas namun tanpa didukung dengan teknik budidaya yang baik dan informasi yang cukup mengenai agribisnis jambu biji. Kemampuan dan kemandirian petani dalam melaksanakan usahatani merupakan hal yang penting didukung disamping merupakan tujuan dari pembangunan pertanian secara berkelanjutan. Keberadaan tanaman jambu biji sudah lama dikenal di Kabupaten Bogor. Lebih lanjut, menurut Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, tanaman ini mulai dikenal pada era 1980-an. Pada awalnya tujuan penanaman jambu biji adalah tanaman konservasi lahan. Teknik budidaya jambu biji, penggunaan jarak tanam menjadi hal yang perlu diperhatikan. Data di lapangan ditemukan bahwa jarak tanam yang terlalu rapat sering ditemukan, hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman jambu biji tersebut. Banyaknya petani yang tidak memperhatikan mutu input produksi dan penanganan yang tidak benar yang mengakibatkan produktifitas tanaman menjadi tidak optimal. Dampak buruk dari penggunaan jarak tanam yang tidak sesuai mengakibatkan munculnya masalah-masalah yang menggangu pada pertumbuhan tanaman jambu biji tersebut. Tercatat produksi jambu biji meningkat dari tahun ke tahun, hal ini sejalan dengan adanya upaya perbaikan sistem teknik budidaya serta penambahan areal penanaman di beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor hal ini dilihat dari jumlah tanam yang semakin meningkat, namun tidak untuk semua daerah budidaya jambu biji yang ada di daerah Kabupaten Bogor.
7
Pada Tabel 4 dapat dilihat produksi jambu biji di Kabupaten Bogor sudah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini dikarenakan usaha peningkatan produktivitas jambu biji dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi (modal, tenaga kerja, lahan, dan manajemen) yang digunakan dalam usahatani sudah mulai berjalan dengan baik. Desa Cimanggis merupakan salah satu desa di Kabupaten Bogor. Budidaya jambu biji di Desa Cimangis bisa dikatakan masih pemula karena budidaya jambu biji masih baru di budidayakan di Desa Cimanggis. Menurut Dinas Pertanian Kabupaten Bogor (2008), budidaya jambu biji Desa Cimanggis mulai berjalan pada tahun 2003 sampai sekarang. Desa Cimanggis merupakan salah satu desa di Kecamatan Bojong Gede yang menjalankan usahatani jambu biji. Jumlah pohon jambu biji yang semakin meningkat tidak sepenuhnya berkorelasi positif dengan peningkatan pendapatan petani. Hal ini tergantung teknik budidaya, produktivitas, mutu produk dan harga yang diterima petani. Menurut petugas penyuluh pertanian di Desa Cimanggis mengemukakan bahwa penggunaan teknik budidaya yang baik dan input produksi belum sepenuhnya diterapkan secara tepat guna seiring pengembangan komoditas yang terus meluas, misalnya pada penerapan jarak tanam dan penanggulangan hama terpadu (PHT). Jarak tanam yang terlalu rapat menjadi salah satu kendala yang ditemukan karena hal ini akan berpengaruh terhadap produktifitas jambu buji tersebut. Harga jual jambu biji yang tiap tahunnya rendah menjadi permasalahan yang sering dihadapi petani jambu biji, faktor lain yang berkaitan dengan permasalahan ini adalah harga-harga sarana produksi (saprodi) yang semakin mahal, tanpa diikuti dengan kenaikan harga jual produk di tingkat petani. Data di lapangan ditemukan bahwa situasi umur tanam dikuasai oleh petani sangat beragam serta jarak tanam yang berbeda-beda, hal ini berpengaruh terhadap produktifitas, kualitas dan umur tanaman dari jambu biji tersebut. Luasan lahan yang beragam ini mengakibatkan adanya ketimpangan dalam usahatani jambu biji yang dijalankan oleh petani jambu biji di Desa Cimanggis khususnya dalam penggunaan jarak tanam dan ini menjadi kendala yang ditemukan. Permasalahan dari penggunaan jarak tanam menjadi pokok hal yang perlu dikaji, hal ini dihubungkan dengan umur pohon jambu biji tersebut. Permasalahanpermasalahan tersebut berdampak pada keragaan petani jambu biji apakah
8
usahatani jambu biji yang dijalankan masih menguntungkan atau tidak. Hal lain yang perlu dipertanyakan adalah apakah usaha ini efisien untuk dilanjutkan atau tidak. Permasalahan-permasalaan tersebut dimungkinkan terjadi perubahan pendapatan petani jambu biji, sehingga perlu dilakukan perhitungan kembali akan usahatani jambu biji yang dijalankan. Diharapkan usahatani jambu biji di Kabupaten Bogor, khususnya di Desa Cimanggis lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Penerapan teknik budidaya yang benar dan penggunaan input produksi yang bermutu dan tepat guna akan meningkatkan produktivitas serta pendapatan petani. Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang ditemukan yaitu : 1) Apakah pendapatan petani jambu biji di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor masih menguntungkan ? 2) Apakah usahatani jambu biji yang dijalankan oleh petani jambu biji di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor tersebut efisien? 1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan pembahasan beberapa permasalahan yang diuraikan diatas
maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1)
Menganalisis pendapatan usahatani berdasarkan umur tanaman jambu biji di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor
2)
Menganalisis efisiensi usahatani berdasarkan umur tanaman jambu biji di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor.
1.4.
Kegunaan Penelitian Dengan melihat permasalahan-permasalahan yang ada penelitian ini
diharapkan dapat menjawab dan memberikan informasi kepada petani mengenai pendapatan usahatani jambu biji dan pemasaran jambu biji yang berlaku pada komoditas jambu biji sehingga dapat melakukan usaha-usaha perbaikan guna meningkatkan pendapatannya. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti Dinas Pertanian, penyuluh, pemerintah setempat dan bahan rujukan bagi peneliti-peneliti yang lain. 9
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Sejarah Singkat Jambu biji (Psidium guajava L) merupakan tanaman buah yang berasal
dari daerah tropik Amerika yaitu berasal dari daerah antara Meksiko dan Peru (Ashari 2005). Penyebaran jambu biji pada awalnya dilakukan oleh burung, biji tersebut jatuh di suatu area kemudian tumbuh di daerah tersebut. Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam penyerbukan, namun angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga. Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh didaerah sub-tropis Pada awalnya penyebaran jambu biji dibawa oleh orang Spanyol ke Philipina dan oleh orang Portugis diintroduksi ke India, sehingga sampai saat sekarang jambu biji menyebar hampir di daerah tropik dan sub tropik. 2.2.
Karakteristik Jambu Biji Jambu biji termasuk dalam famili Myrtaceae yang memiliki 80 genus dan
3000 spesies (Nakasone dan Paull, 1999). Jumlah spesies Psidium diperkirakan sebanyak 150 spesies. Jambu biji dapat berbuah sepanjang waktu, puncak musim berbuah yaitu pada bulan Januari dan Maret. Buah dapat dipanen setelah 120-200 hari antesis. Penyerbukan bersifat menyerbuk sendiri, tetapi juga dapat menyerbukan sendiri 35 persen. Tanaman jambu biji berupa perdu, tingginya 3-10 m, tajukya lebar, bercabang dari pangkal dan mengeluarkan anakan. Batang mempunyai ketebalan 10-30 cm. Jenis lain yaitu jambu biji semak, tingginya 6-9 m batangnya berdiameter 30 cm atau lebih. Bentuk buahnya beragam ( oval, bulat, bentuk pear) dan diameternya 1.2-10 cm, warna kulit buahnya matang, warna daging buahnya beragam (kuning, merah muda, putih, dan putih kekuningan) serta teksturnya ada yang kasar dan ada yang licin. Menurut Nakasoke dan Paul (1999) terdapat 14 kultivar jambu biji yang sudah dibudidayakan diantaranya berasal dari India, Hawai, Burma, Hongkong, Florida dan Indonesia. Satuhu dan Sjaifullah (1991) menyatakan beberapa varietas jambu di Indonesia diantaranya jambu Bangkok, jambu Susu, jambu Paris, jambu
Sukun dan jambu Klutuk. Spesies lain yang sudah dibudidayakan adalah jambu merah Getas, jambu Pasar Minggu, jambu Sari, jambu Apel. 2.3.
Manfaat dan Kandungan Buah Jambu Biji Jambu biji mengandung vitamin C yang tinggi yaitu 85-218 mg per 100 g
buah (Satuhu dan Sjaifullah 1991). Kandungan nutrisi yang terdapat dalam 100 g daging buah yaitu C 10-2000 mg, fosfor 23-37 mg, kalsium 14-30 mg, besi 0.61.4 mg dan vitamin A serta vitamin-vitamin lain seperti vitamin B1, B2, B6 dan disamping itu jambu biji merah lonjong mempunyai kadar vitamin C yang lebih tinggi dibandingkan jambu merah bulat, jambu merah Getas, jambu Susu, dan jambu Bangkok. Selain itu juga ekstrak jambu biji dapat menghambat pertumbuhan virus dengue penyebab demam berdarah dan dapat meningkatkan trombosit sampai 100.000 mm3 dalam waktu dua hari. Satuhu dan Sjaifullah (1991) menyatakan bahwa manfaat lain tanaman Jambu biji ini selain sebagai makanan buah segar maupun olahan yang mempunyai gizi dan mengandung vitamin A dan vitamin C yang tinggi. Jambu biji juga berguna sebagai pohon pembatas di pekarangan dan sebagai tanaman hias, daun dan akarnya juga dapat digunakan sebagai obat tadisional serta kayunya dapat dibuat berbagai alat dapur karena memilki kayu yang kuat dan keras. 2.4.
Budidaya Jambu Biji Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam penyerbukan,
namun angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga. Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh didaerah subtropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara 1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun Tanaman jambu biji dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23-28 oC di siang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), yang ideal musim berbunga dan berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan Juli September sedang musim buahnya terjadi bulan Nopember-Februari bersamaan musim penghujan.
11
Jambu biji merupakan tanaman yang sangat toleran pada cekaman lingkungan seperti kekeringan, lahan berbatu dan pH yang rendah yaitu pada pH 4.5-8. Menurut Ashari (1995) jambu biji dapat tumbuh didaerah tropik pada ketinggian 0-1500 meter dpl. Pada pertumbuhan Jambu biji ini pH yang optimum adalah 5-7 dengan tanah yang berdrainasi baik dan banyak mengandung bahan organik. Disamping itu kelembaban mempengaruhi karena kelembaban udara sekeliling cenderung rendah karena kebanyakan tumbuh didataran rendah dan sedang. Apabila udara mempunyai kelembaban yang rendah, berarti udara kering karena miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu biji. 2.4.1. Sistem Budidaya Jambu Biji 2.4.1.1. Pembibitan Pembibitan pohon jambu biji dilakukan melalui sistem pencangkokan dan okulasi, walaupun dapat juga dilakukan dengan cara menanam biji dengan secara langsung. Berikut ini beberapa tahap pembibitan dalam budidaya jambu biji yang umumnya dilakukan. 1)
Persyaratan benih Benih yang diambil biasanya dipilih dari benih-benih yang disukai oleh masyarakat konsumen yang merupakan bibit unggulan seperti jambu bangkok. Bibit yang baik antara lain yang berasal dari a) Buah yang sudah cukup tua b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian bersilang.
2).
Penyiapan Benih, Setelah buah dikupas dan diambil bijinya, lalu disemaikan dengan jalan fermentasi biasa (ditahan selama 1-2 hari) sesudah itu di angin-anginkan selama 24 jam (sehari semalam). Biji tersebut direndam dengan larutan asam dengan perbandingan 1:2 dari air dan larutan asam yang terdiri dari asam chlorida (HCl) 25 persen Asam Sulfat (H2S04) BJ : 1.84, caranya direndam selama 15 menit kemudian dicuci dengan air tawar yang bersih sebanyak 3 kali berulang/dengan air yang mengalir selama 10 menit, kemudian dianginkan selama 24 jam. Untuk menghidari jamur, biji dapat
12
dibalur dengan larutan Dithane 45, Attracol 70 WP atau fungisida lainnya. Setelah batang pokok telah mencapai ketinggian 5-6 meter bibit yang disemaikan baru dapat dilakukan okulasi /cangkok yang kira-kira telah bergaris tengah 1 cm dan tumbuh lurus, kemudian dengan menggunakan pisau
okulasi
dilakukan
pekerjaan
okulasi
dan
setelah
selesai
pencangkokan ditaruh dalam media tanah baik dalam bedengan maupun didalam pot/kantong plastik, setelah tanaman sudah cukup kuat baru dipindah kelokasi yang telah disiapkan. 3)
Teknik Penyemaian Benih Pilih lahan yang gembur dan sudah mendapat pengairan serta mudah dikeringkan disamping itu mudah diawasi untuk penyemaian. Cara penyemaian adalah sebagai berikut: tanah dicangkul sedalam 20-30 cm sambil dibersihkan dari rumput-rumput, batu-batu dan sisa pepohonan dan benda keras lainnya, kemudian tanah dihaluskan sehingga menjadi gembur dan dibuat bedengan yang berukuran lebar 3-4 m dan tinggi sekitar 30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan yang ideal sekitar 6-7 m, dengan keadaan bedengan membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari, dengan jarak antara bedeng satu meter, dan untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang sebanyak 40 kg atau satu karung dengan keadaan sudah matang dan benih siap disemaikan. Selain melalui proses pengecambahan biji juga dapat langsung ditunggalkan pada bedeng-bedeng yang sudah disiapkan, untuk menyiapkan pohon pangkal lebih baik melalui proses pengecambahan. Biji-biji tersebut ditanam pada bedeng-bedeng yang berjarak 20-30 cm setelah berkecambah sekitar umur1-2 bulan, sudah tumbuh daun sekitar 23 helai maka bibit dapat dipindahkan dari bedeng persemaian ke bedeng penanaman.
4)
Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian Pemberian pupuk kandang sebelum disemaikan akan lebih mendorong pertumbuhan benih secara cepat dan merata, setelah bibit mulai berkecambah sekitar umur 1-1,5 bulan. Setelah itu dilakukan penyiraman pagi-sore secara rutin, hingga kecambah dipindah ke bedeng pembibitan,
13
penyiraman dilakukan cukup 1 kali tiap pagi hari sampai menjelang mata hari terbit 5)
Pemindahan Bibit Cara pemindahan bibit yang telah berkecambah atau telah di cangkok maupun diokulasi dapat dengan mencungkil atau membuka plastik yang melekat pada media penanaman dengan cara hati-hati jangan sampai akar menjadi rusak, dan pencungkilan dilakukan dengan kedalaman 5 cm, agar tumbuh akar lebih banyak maka dalam penanaman kembali akar tunggangnya dipotong sedikit untuk menjaga terjadinya penguapan yang berlebihan, kemudian lebar daun dipotong separuh. Ditanam pada bedeng pembibitan dengan jarak 6-7 m dan ditutupi dengan atap yang dipasang miring lebih tinggi di timur, dengan harapan dapat lebih banyak kena sinar mata hari pagi. Dilakukan penyiraman secara rutin tiap hari 2 kali, kecuali ditanam pada musim penghujan.
2.4.1.2. Pengolahan Media Tanam 1)
Persiapan Sebagai salah satu syarat dalam mempersiapkan lahan kebun buah-buahan khususnya Jambu biji dipilih tanah yang subur, banyak mengandung unsur nitrogen, meskipun pada daerah perbukitan tetapi tanahnya subur, dilakukan dengan cara membuat sengkedan (teras) pada bagian yang curam, kemudian untuk menggemburkan tanah perlu di bajak atau cukup dicangkul dengan kedalaman sekitar 30 cm secara merata. Selanjutnya diberi pupuk kandang dengan dosis 40 kg/m persegi, kemudian dibuatkan bedengan dengan ukuran 1,20 m yang panjangnya disesuaikan dengan ukuran yang diperlukan.
2)
Pembukaan Lahan Tanah yang akan dipergunakan untuk kebun jambu biji dikerjakan semua secara
bersama,
tanaman
pengganggu
seperti
semak-semak
dan
rerumputan dibuang, dan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak atau dicangkul dalam, dengan mempertimbangkan bibit yang mau ditanam. Bila bibit berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam (30 cm), tetapi bila hasil okulasi perlu pengolahan yang
14
cukup dalam (50 cm). Kemudian dibuatkan saluran air selebar 1 meter dan ke dalam disesuaikan dengan kedalaman air tanah, guna mengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar. 3)
Pembentukan Bedengan Tanah yang telah gembur, dibuatkan bedang-bedang yang berukuran 3 m lebar, panjang sesuai dengan kebutuhan, tinggi sekitar 30 cm. Bagian atas tanah diratakan guna menopang bibit yang akan ditanam. Idealnya jarak baris penanaman benih sekitar 4 meter, dipersiapakan jarak didalam baris bedengan sepanjang 2,5 meter dengan keadaan membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari pagi, setelah diberi atap pelindung dengan jarak antara bedeng 1 meter, untuk sarana lalulintas para pekerja dan dapat digunakan sebagai saluran air pembuangan, untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang yang sudah matang.
4)
Pengapuran Pengapuran dilakukan apabila dataran yang berasal dari tambak dan juga dataran yang baru terbentuk tidak bisa ditanami, selain tanah masih bersifat asam juga belum terlalu subur. Caranya dengan menggali lubanglubang dengan ukuran 1 x 1 m, dasar lobang ditaburkan kapur sebanyak 0,5 liter untuk setiap lubang, guna menetralkan pH tanah hingga mencapai 4,5-8,2. Setelah 1 bulan dari penaburan kapur diberi pupuk kandang.
5)
Pemupukan Setelah jangka waktu 1 bulan dari pemberian kapur pada lubang-lubang yang ditentukan kemudian diberikan pupuk kandang dengan urutan pada bulan pertama diberi NPK. Pemupukan merupakan bagian terpenting yang peggunaannya
tidak
dapat
sembarangan,
terlebih-lebih
kalau
menggunakan pupuk buatan seperti NPK, kalau dilakukan berlebihan akan berakibat adanya perubahan sifat dari pupuk menjadi racun yang akan membahayakan tanaman itu sendiri.
15
2.4.1.3. Teknik Penanaman 1)
Penentuan Pola Tanaman Setelah terjadi proses perkecambahan biji yang telah cukup umur ditempatan pada bedeng-bedang yang telah siap. Untuk menghindari sengatan sinar matahari secara langsung dibuat atap yang berbentuk miring lebih tinggi ke timur dengan maksud supaya mendapatkan sinar matahari pagi hari secara penuh.
2)
Pembuatan Lubang Tanaman Pembuatan lubang pada bedeng-bedeng yang telah siap untuk tempat penanaman bibit jambu biji yang sudah jadi dilakukan setelah tanah diolah secara matang kemudian dibuat lubang-lubang dengan ukuran 1 x 1 x 0,8 m yang sebaiknya telah dipersiapkan 1 bulan sebelumnya dan pada waktu penggalian tanah yang diatas dan yang dibawah dipisahkan, nantinya akan dipergunakan untuk penutup kembali lubang yang telah diberi tanaman, pemisahan tanah galian tersebut dibiarkan selama 1 minggu dimaksudkan agar jasad renik yang akan mengganggu tanaman musnah sedangkan jarak antar lubang sekitar 7-10 m.
3)
Cara Penanaman Setelah berlangsung selama 1 pekan lubang ditutup dengan susunan tanah seperti semula dan tanah di bagian atas dikembalikan setelah dicampur dengan 1 blek (1 blek ± 20 liter) pupuk kandang yang sudah matang, dan kira-kira 2 pekan tanah yang berada di lubang bekas galian tersebut sudah mulai menurun baru bibit jambu biji ditanam, penanaman tidak perlu terlalu dalam, maksudnya batas antara akar dan batang jambu biji diusahakan setinggi permukaan tanah yang ada disekelilingnya. Kemudian dilakukan penyiraman secara rutin 2 kali sehari (pagi dan sore), kecuali pada musim hujan tidak perlu dilakukan penyiraman. Pada awal penanaman di kebun perlu diberi perlindungan yang rangkanya dibuat dari bambu/bahan lain dengan dipasang posisi agak tinggi disebelah timur, agar tanaman mendapatkan lebih banyak sinar matahari pagi dari pada sore hari, dan untuk atapnya dapat dibuat dari daun nipah, kelapa/tebu.
16
Sebaiknya penanaman dilakukan pada awal musim penghujan, agar kebutuhan air dapat dipenuhi secara alamiah. 2.4.1.4. Pemeliharaan Tanaman Meskipun penanaman jambu biji mampu tumbuh dan menghasilkan tanpa perlu diperhatikan keadaan tanah dan cuaca yang mempengaruhinya tetapi akan lebih baik apabila keberadaannya diperhatikan, karena tanaman yang diperhatikan dengan baik akan memberikan imbalan hasil yang memuaskan. 1)
Penjarangan dan Penyulaman Karena kondisi tanah telah gembur dan mudah tanaman lain akan tumbuh kembali terutama Gulma (tanaman pengganggu), seperti rumput-rumputan dan harus disiangi sampai radius 1,5-2 m sekeliling tanaman rambutan. Apabila bibit tidak tumbuh dengan baik segera dilakukan penggantian dengan bibit cadangan. Dan apabila tumbuh tanaman terlalu jauh jaraknya maka perlu dilakukan penyulaman dan sebaliknya apabila tumbuhnya sangat berdekatan penjarangan.
2)
Penyiangan Selama 2 minggu setelah bibit yang berasal dari cangkokan/okulasi ditanam di lahan perlu penyiangan dilakukan hanya pada batang dahan tua (warna coklat) dengan dahan muda (warna hijau) dan apabila buah terlalu banyak, tunas yang ada dalam satu ranting bisa dikurangi, dengan dikuranginya tunas yang tidak diperlukan akan berakibat buah menjadi besar dan menjadi manis rasanya. Khusus jambu non biji dengan membatasi percabangan buahnya maksimal 3 buah setelah panjang 30-50 cm dilakukan pangkasan, dan setelah tumbuh cabang tersier segera dilenturkan ke arah mendatar, guna untuk merangsang tunas bunga dan buah yang akan tumbuh.
3)
Pembubunan Supaya tanah tetap gembur dan subur pada lokasi penanaman bibit jambu biji perlu dilakukan pembalikan dan penggemburan tanah supaya tetap dalam keadaan lunak.
17
4)
Pemangkasan Agar tanaman jambu biji mendapatkan tajuk yang rimbun, setelah tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan pemangkasan pada ujung cabangcabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk yang seimbang juga berguna memberi bentuk tanaman, juga memperbanyak dan mengatur produksi agar tanaman tetap terpelihara dan pemangkasan juga perlu dilakukan setelah masa panen buah berakhir, dengan harapan agar muncul tajuk-tajuk baru sebagai tempat munculnya bunga baru pada musim berikutnya dengan hasil lebih meningkat atau tetap stabil keberadaannya.
5)
Pemupukan Usaha menjaga agar kesuburan lahan tanaman jambu biji tetap stabil perlu diberikan pupuk secara berkala. Untuk menjaga kesuburan tanah pada lahan jambu biji, tanah disekitar jambu biji perlu diberikan pupuk. Biasanya pupuk yang diberikan adalah pupuk organik (kandang) dan pupuk anorganik ( NPK, KCL,KCL dan lain-lain). Agar tanaman jambu biji tetap memiliki buah produktif, baiknya digunakan pupuk yang sudah matang dan di tanam dengan jarak 30 centimeter dari tanaman.
6)
Pengairan dan Penyiraman Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan atau okulasi ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore. Minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu kali sehari. Apabila tanaman jambu biji telah tumbuh benar-benar kuat frekuensi penyiraman bisa dikurangi lagi yang dapat dilakukan saatsaat diperlukan saja. Dan bila turun hujan terlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak tegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air. Sebaliknya pada musim kemarau tanah kelihatan merekah maka diperlukan penyiraman.
7)
Panen Jambu biji merah Getas dapat berbuah sepanjang tahun hal ini menjadi alasasan kenapa banyak dibudidayakan oleh petani disamping memiliki manfaat yang beranekaragam, puncak musim berbuah yaitu pada bulan Januari sampai Maret. Ciri-ciri jambu biji yang sudah matang biasanya
18
terlihat menjadi warna hijau muda ke putih putihan dan aroma jambu biji sudah mulai tercium. Pohon dapat berbuah maksimum setelah 5-8 tahun tergantung pada kondisi jarak tanam. Masa pertumbuhan dari jambu biji sangat panjang bisa mencapai 40 tahun, tetapi tanaman ini dapat berbuah lebat selama 15-25 tahun. 2.4.2. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman jambu biji merupakan tanaman yang cukup rentan terhadap gangguan hama dan penyakit. Gangguan hama atau penyakit pada tanaman jambu biji mulai fase pembibitan, tanaman muda, hingga tanaman yang sudah berbunga dan berbuah. Penyakit yang sering mengganggu adalah pohon jambu biji adalah sebagai berikut 2.4.2.1. Hama Hama sangat menggangu pada pertumbuhan jambu biji, jenis hama yang sering dijumpai adalah seperti ulat daun (trabala pallida), ulat keket (Ploneta diducta). Sedangkan untuk semut dan tikus. Pengendaliannya adalah dengan penyemprotan Furadan sedangkan kalong dan bajing keberadaan serangga ini dipengaruhi faktor lingkungan baik lingkungan biotik maupun abiotik, dimana yang termasuk faktor biotik seperti persediaan makanan sehingga untuk pengendaliannya adalah dengan menggunakan musuh secara alami. Hama lain yang sering muncul adalah Ulat putih gejala yang timbul seperti buah menjadi berwarna putih hitam, pengendaliannya dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang sesuai sebanyak 2 kali seminggu hingga satu bulan sebelum panen penyemprotan dihentikan dan untuk ulat penggerek batang (Indrabela Sp) yang membuat kulit kayu dan mampu membuat lubang sepanjang 30 cm. Pengendaliannya sama dengan ulat putih sedangkan untuk ulat jengkal (Berta chrysolineate) atau ulat pemakan daun muda, berbentuk seperti tangkai daun berwarna cokelat dan beruas-ruas, gejala yang timbul yakni pinggiran daun menjadi kering, keriting berwarna cokelat kuning. Pengendalian yang dilakukan adalah sama dengan ulat putih.
19
2.4.2.2. Penyakit Penyakit yang sering timbul adalah seperti 1) Penyakit karena ganggang (Cihephaleusos Vieccons) menyerang daun tua dan muncul pada musim hujan. Gejalanya adalah adanya bercak bercak kecil dibagian atas daun disertai seratserat halus berwarna jingga yang merupakan kumpulan sporanya. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan 1) menyemprotkan fungisida seperti Dusband, Curacon dan Decis dan Basudin. 2) Jamur Ceroospora psidil, Jamur karat poccinia psidil, Jamur allola psidil, gejala yang timbul adalah bercak pada daun berwarna hitam. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menyemprotkan fungisida seperti Dusband, Curacon dan Decis dan Basudin, 3) Penyakit karena cendawan (jamur) Rigidoporus Lignosus, gejala yang timbul adalah rizom berwarna putih yang menempel pada akar dan apabila akar yang kena dikupas akan nampak warna kecoklatan. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menyemprotkan fungisida seperti Dusband, Curacon dan Decis dan Basudin 2.4.2.3. Gulma Segala macam tumbuhan pengganggu tanaman jambu biji yang berbentuk rerumputan yang berada disekitar tanaman jambu biji yang mengganggu. Gejala yang timbul adalah timbulnya bercak pada daun berwarna hitam. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menyempotakan fungisida seperti Dusband, Curacon dan Decis dan Basudin. 2.4.3.
Pasca Panen Setelah dilakukan pemanenan yang benar buah jambu biji harus
dikumpulkan secara baik, biasanya dikumpulkan tidak jauh dari lokasi pohon sehingga selesai pemanenan secara keseluruhan. Hasil panen selanjutnya dimasukkan dalam keranjang dengan diberi dedauan menuju ke tempat penampungan yaitu dalam gudang/gubug. Penyortiran dan penggolongan bertujuan untuk menyortir buah jambu biji dimaksudkan jambu yang bagus mempunyai harga jualnya tinggi. Biasanya dipilih berdasarkan ukuran dan mutunya, buah yang kecil tetapi baik mutunya dapat dicampur dengan buah yang besar dengan mutu sama, yang biasanya dijual dalam bentuk kiloan dan perlu diingat bahwa dalam penyortiran
20
diusahakan sama besar dan sama baik mutunya. Penyortiran dilakukan sesuai dengan jenis jambu biji, jangan digabung dengan jenis yang lain. Penyimpanan jambu biji biasanya tidak terlalu lama mengingat daya tahan jambu biji tidak bisa terlalu lama dan sementara belum terjual, dapat ditampung dalam gubug-gubug atau gudang agar terhindar dari gangguan. 2.5.
Penelitian Terdahulu Hasil peneliti Tirtayasa (2009) Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji
Petani Primatani Di Kota Depok Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sawangan Kelurahan Pasir Putih dan Kota Depok Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis tingkat pendapatan usahatani jambu biji petani Primatani di Kota Depok dan menganalisis efisiensi pendapatan usahatani jambu biji petani Primatani dibandingkan dengan petani non Primatani. Metode penelitian yang digunakan adalah menghitung pendapatan usahatani dan menganalisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) Pendapatan usahatani yang dianalisis pendapatan sistem penjualan per kilogram. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh nilai imbangan penerimaan dan biaya atau Return to Cost Ratio (R/C). Pendapatan atas biaya tunai pada usahatani jambu biji pada daerah Primatani adalah sebesar Rp 379.384.460,- pada tahun 2008 dan pendapatan biaaya total sebesar Rp. 317.833.326,-. Nilai imbangan dan biaya atau Return to Cost Rasio (R/C) atas biaya total pada usahatani jambu biji di daerah tersebut sebesar 1,88 dan R/C atas biaya tunai sebesar 2,27. Bila dibandingkan dengan daerah Non Primatani pendapatan atas biaya tunai pada usahatani jambu biji pada aerah Non Primatani sebesar Rp. 308.963.752,- pada tahun 2008, dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp. 262.177.418,-. Nilai imbangan dan biaya atau Return to Cost Rasio (R/C) atas biaya total pada usahatani jambu biji di daerah tersebut sebesar 2,07 dan R/C atas biaya tunai sebesar 2,56. Sama halnya dengan daerah Primatani, daerah Non Primatani R/C rasio juga diatas angka satu, maka usahatani jambu biji di daerah Kota Depok baik untuk daerah Primatani dan Non Primatani efisien untuk dijalankan. Hasil penelitian Husen (2006), dalam penelitian yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Buah Belimbing Depok Varietas DewaDewi. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok,
21
Propinsi Jawa Barat. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menghitung tingkat pendapatan usahatani belimbing dengan membandingkan sistem penjualan yang terjadi lokasi penelitian, mengindentifikasi pola rantai pasokan belimbing dari petani hingga konsumen akhir baik yang melalui pasar tradisional maupun yang melalui pasar modern, menganalisis perilaku lembaga pemasaran yang terkait dengan rantai pasokan yang terjadi di pasar tradisonal dan pasar modern. Metode penelitian yang digunakan adalah menghitung pendapatan usahatani dan menganalisis rantai pasokan (saluran pemasaran). Hasil penelitian tersebut diperoleh nilai imbangan penerimaan dan biaya atau return to cost ratio (R/C) total per buah adalah 2,29. Sedangkan untuk R/C tunai per buah
diperoleh nilai 2,69, adapun untuk R/C ratio total usahatai
Belimbing Depok pada sistem penjualan per kilogram diperoleh nilai sebesar 3,60 dan untuk R/C tunai sebesar 4,6. Dari penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga rantai pasokan. Dari tiga rantai pasokan tersebut diketahui bahwa 70 persen petani Belimbing Depok memasarkan produknya langsung ke tengkulak, 16,7 persen petani menjual Belimbing Depok ke pedagang besar dan 13,3 persen petani menjual Belimbing Depok langsung ke pedagang pengecer. Sedangkan fungsi pemasaran fungsi pemasaran yang dilakukan adalah fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Hasil analisis margin yang diterima petani (farmer’s share) tidak tersebar secara merata antara ketiga pasokan yang ada. Daton (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Mete di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur menjelaskan bahwa Usahatani Jambu Mete di Desa Ratulodong, pendapatan tunai yang diterima atas total biaya usahatani jambu mete sebesar Rp. 660.333,33 per hektar, sehingga pendapatan tunai yang diperoleh adalah sebesar Rp. 2.318.600,00 per hektar. Nilai R/C rasio atas biaya total adalah sebesar 1,34 maka dapat disimpulkan bahwa usahatani jambu mete di Desa Ratulodong saat ini menguntungkan. Ekawati (2005) juga dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Usahatani dan Pemasaran Nenas Bogor di Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor menjelaskan bahwa Analisis Usahatani dan Pemasaran Nenas Bogor di Desa Sukaharja produksi dari Nenas Bogor sangat kecil bila dibandingkan dengan
22
produksivitas nasional, keterbatasan lahan, modal menjadi kendala yang dialami para petani Nenas Bogor. Pendapatan atas biaya total pada Analisis Usahatani Nenas Bogor di Desa Sukaharja untuk masa tanam selama dua tahun adalah Rp 5.352.789,11 per hektar. Sedangkan pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar Rp 16.031.848,11 per hektar per dua tahun. Nilai R/C rasio atas biaya total usahatani tersebut adalah 1,50. Analisis pemasaran diketahui bahwa petani memiliki posisi tawar yang
lemah dalam menetukan harga jual. Saluran
pemasaran yang banyak dipilih petani adalah saluran dari petani-pedagang keliling-konsumen akhir. Margin pemasaran yang paling besar terdapat pada saluran 3 (petani-tengkulak-pedagang pengecer-konsumen akhir) yaitu sebesar Rp 2.600,- Dari analisis farmer’s share diketahui bahwa saluran 1 memberi farmer’s share yang paling tinggi yakni sebesar 81,25 persen dan yang terendah 13,3 persen Terdapat juga penelitian yang telah membahas tentang analisis pendapatan untuk komoditi non-buah-buahan. Tiku (2008) meneliti tentang pendapatan usahatani untuk komoditas padi sawah. Tiku membandingkan pendapatan usahatani pada padi sawah dengan sistem Mina padi dengan pendapatan usahatani pada sawah dengan sistem non Mina padi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji keragaan usahatani padi awah di Desa Tapos I dan Desa Tapos II, baik sistem Mina padi maupun non Mina padi, menganalisis pendapatan usahatani sistem Mina padi maupun sistem non Mina padi dan menganalisis perbandingan antara pendapatan usahatani dan sistem Mina padi dan non Mina padi (R/C). Metode penarikan sampel yang digunakan adalah dengan sengaja dengan sistem sample stratifikasi sederhana. Hasil penelitian dapat dikaji bahwa irigasi merupakan faktor yang sangat memiliki peranan penting dalam menentukan luas tanam padi secara umum dan luas penerapan sistem Mina padi secara khusus di lokasi penelitian. Hasil analisis pendapatan usahatani dapat diketahui bahwa pendapatan sistem Mina padi atas biaya tunai dan atas biaya total lebih besar dari sistem non Mina padi, jika tidak terserang penyakit (hama pengganggu tanaman padi). Jika terkena gangguan hama dan penyakit tanaman padi maka akan terjadi kondisi sebaliknya.
23
Hasil analisis dengan rata-rata lahan yang sama, sistem Mina padi menghasilkan pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan sistem non Mina padi. Jika dilihat dari perbandingan antara pendapatan dengan biaya produksi (R/C ratio) baik dari petani yang menggunakan sistem Mina padi dan non Mina padi, masih sama-sama menguntungkan karena posisi R/C masih diatas satu. Beberapa hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa usahatani buah-buahan dan komoditi pertanian non buah-buahan yaitu pada usahatani padi di berbagai daerah memiliki prospek untuk dikembangkan karena memberikan pendapatan yang positif. Penelitian ini melengkapi penelitian sebelumnya untuk lokasi yang berbeda, komoditas yang sama dan berbeda.
24
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu
usahatani
pada
dasarnya
memperhatikan
cara-cara
petani
memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu, dan pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya (Soekartawi dkk, 1986). Ada empat unsur pokok dalam usahatani yang sering disebut sebagai faktor-faktor produksi (Hernanto, 1989) yaitu : 1)
Tanah Tanah usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan dan sawah. Tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli, menyewa, bagi hasil (menyakap), pemberian negara, warisan atau wakaf. Penggunaan tanah dapat diusahakan secara monokultur maupun polikultur atau tumpang sari.
2)
Tenaga Kerja Jenis tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anakanak yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Tenaga ini dapat berasal dari dalam dan luar keluarga (biasanya dengan cara upahan). Tenaga kerja dihitung dalam satuan HOK (Hari Orang Kerja), yakni delapan jam waktu normal kerja per hari.
3)
Modal Modal dalam usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (kredit bank, keluarga/tetangga), hadiah, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa.
4)
Pengelolaan atau manajemen Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Pengenalan pemahaman terhadap prinsip teknik dan ekonomis perlu dilakukan untuk dapat menjadi
pengelola yang berhasil. Prinsip teknis tersebut meliputi : (a) perilaku cabang usaha yang diputuskan (b) perkembangan teknologi (c) tingkat teknologi yang dikuasai dan (d) cara budidaya dan alternatif cara lain berdasar pengalaman orang lain. Prinsip ekonomis antara lain : (a) penentuan perkembangan harga (b) kombinasi cabang usaha (c) pemasaran hasil (d) pembiayaan usahatani (e) penggolongan modal dan pendapatan serta tercermin dari keputusan yang diambil agar resiko tidak menjadi tanggungan pengelola. Kesediaan menerima resiko sangat tergantung kepada : (a) perubahan sosial serta (b) pendidikan dan pengalaman petani. 3.1.2 Konsep Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya usahatani adalah semua pengaluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani (Soekartawi dkk, 1986). Sedangkan yang dimaksud dengan pendapatan usahatani adalah selisih penerimaan antara penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan usahatani adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk pertanian. Untuk pengeluaran tunai usahatani merupakan sejumlah uang yang dibayarkan untuk mendapatkan faktor-faktor produksi didalam suatu kegiatan usahatani. Menurut Soekartawi dkk, (1986) Penerimaan tunai dan pengeluaran tunai usahatani yang tidak berasal dari penjualan produk usahatani, seperti pinjaman bank, harus ditambahkan dan pengeluaran tunai usahatani tidak ada kaitannya dengan pengadaan faktor-faktor produksi, seperti bunga pinjaman pokok dan uang pokok harus dikurangi 3.1.3 Konsep Biaya Usahatani Konsep biaya usahatani lebih mengkaji ke biaya-biaya produksi. Biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan dalam beberapa bagian (Hernanto, 1989) 1).
Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari : a)
Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan pertanian dan bunga pinjaman.
26
b)
Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obatobatan dan biaya tenaga kerja.
2)
Berdasarkan
biaya
yang
langsung
dikeluarkan
dan
langsung
diperhitungkan terdiri dari : a)
Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang langsung dibayar tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel midalnya biaya untuk pengeluaran bibit, obat-obatan pupuk dan tenaga kerja keluarga. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki petani.
b)
Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alatalat pertanian, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga kerja dalam keluarga (biaya variabel). Biaya tidak tunai ini untuk melihat bagaimana manajemen suatu usahatani.
3.1.4. Konsep Pendapatan Usahatani Menurut Seokartawi dkk, (1986), banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan ukuran pendapatan dan keuntungan usahatani oleh karena itu uraian berikut menjelaskan penggunaan beberapa istilah dan artinya : 1)
Pendapatan bersih usahatani yaitu pendapatan yang diperoleh dari selisih antara penerimaan kotor usahatani dengan pegeluaran total usahatani. Penerimaan kotor usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik dijual maupun tidak dijual. Sedangkan pengeluaran total usahatani adalah semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan didalam produksi. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dan penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani.
2)
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran usahatani.merupakan selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani. Pendapatan tunai usahatani
27
didefenisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Sedangkan pengeluaran tunai usahatani adalah jumlah yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. Analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu keadaan usahatani dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Bagi seorang petani, analisis pendapatan membantu untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak (Soeharjo dan Patong, 1973). Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak dapat pula diukur nilai efisiennya. Salah satu alat untuk mengukur efisiensi pendapatan tersebut yaitu penerimaan untuk setiap biaya yang dikeluarkan atau imbangan penerimaan dan biaya atau Revenue to Cost Ratio (analisis R/C). Perbandingan ini menunjukkan penerimaan kotor untuk setiap rupiah yang dikeluarkan dalam usahatani. Semakin tinggi nilai R/C rasio menunjukkan semakin besar penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Sehingga dengan perolehan nilai R/C rasio yang semakin tinggi maka tingkat efisiensi pendapakan semakin baik. 3.1.5.
Imbangan Penerimaan dan Biaya Hernanto (1989) mengemukakan bahwa tingkat keuntungan relatif dari
kegiata usahatani berdasarkan perhitungan finansial dapat diketahui dengan melakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya. Nilai R/C rasio total menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk berproduksi. Nilai R/C yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa penambahan satu rupiah akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari satu. Semakin besar nilai R/C maka semakin baik kedudukan ekonomi usahatani. Kedudukan penting karena dapat dijadikan penilaian dalam mengambil keputusan dalam aktivitas usahatani.
28
3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional Jambu biji merupakan salah satu komoditas pertanian buah buahan yang
banyak memberi manfaat. Hal ini di topang dengan semakin banyaknya penelitian yang meneliti lebih dalam manfaat dari buah jambu biji ini. Pemerintah daerah Bogor dalam daftar hasil pertaniaanya, jambu biji merupakan salah satu komoditas yang unggul dari Kabupaten Bogor. Desa Cimanggis berpotensi untuk semakin mengembangan komoditas jambu biji bila dilihat dari klimatologi dan aksesibilitas yang mendukung. Dalam melakukan kegiatan budidaya (on farm), biasanya menerapkan sistem budidaya yang sederhana/konvensional dengan input luar rendah (low input). Dilain pihak harga input produksi di pasar cenderung meningkat, sementara harga jambu biji cenderung rendah. Hasil panen jambu biji pada umumnya tidak berkualitas bahkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini menyebabkan produksi dan produktivitas tanaman relatife rendah. Teknik budidaya khususnya dalam penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat menjadi hal yang dikaji, dimana hal ini akan dibandingkan terhadap umur tanaman jambu biji tersebut. Umur tanam yang berbeda untuk setiap petani jambu biji berkonsekuensi pada penerimaan hasil produksi yang berbeda pula. Usahatani jambu biji di Kabupaten Bogor khususnya di Kecamatan Bojong Gede diharapkan masih efisien untuk dilaksanakan dan diupayakan agar dapat berkembang dari kondisi saat ini. Seiring dengan upaya mengembangkan budidaya komoditas jambu biji yang nantinya akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani, perlu adanya penataan sistem usahatani pada setiap tingkatan usahatani, pengoptimalan teknik budidaya yang baik, serta membangun kerjasama yang sinergis antar stakeholder. Selain itu, faktor lain yang perlu diketahui dalam penguasaan input produksi agar petani bisa memperoleh keuntungan sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan pendapatan usahatani. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah usahatani jambu biji yang dikembangkan di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor masih menguntungkan atau tidak. Skema pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
29
Desa Cimanggis berpotensi untuk pengembangan Jambu Biji
Biaya produksi yang cenderung semakin tinggi.
Teknik budidaya yang belum optimal dan informasi agribisnis jambu biji belum sepenuhnya diketahui petani.
Harga jual jambu biji yang rendah
Produktivitas rendah
Luasan Lahan Jambu Biji yang Beragam Sebagai Dampak Alih Pungsi Lahan
Sempit
Sedang
Luas
Kondisi Usahatani Saat Ini
Penerimaan Total
BiayaTotal
Tunai
Non tunai (diperhitungkan)
Analisis pendapatan usahatani : 1. Analisis Pendapatan a. Pendapatan atas biaya tunai b. Pendapatan atas biaya total 2. Analisis Efisiensi usahatani a. R/C rasio atas biaya tunai b. R/C rasio atas biaya total
Rekomendasi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 30
IV METODE PENELITIAN 4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan lokasi sebagai lokasi budidaya jambu biji dan memberikan sumbangan produksi jambu biji yang besar di Kabupaten Bogor. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Januari hingga bulan Februari 2010. Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data dari petani dan data-data dari instansi terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, BPS dan instansi pemerintahan lainnya. 4.2.
Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan melalui observasi (pengamatan) dan wawancara langsung terhadap kegiatan yang dilakukan responden, dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data sekunder sebagai data penunjang diperoleh dari catatan yang terdapat di berbagai instansi yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik, serta buku-buku literatur yang terkait lainnya. 4.3.
Metode Penentuan Sampel Penentuan responden dilakukan dengan dua tahap yaitu teknik stratifikasi
(stratified sampling) dan penarkan sampel sistem acak. Teknik stratifikasi (stratified sampling) untuk membagi populasi sesuai dengan stratum umur tanaman jambu biji di lokasi penelitian dan tahap selanjutnya menggunakan teknik pengambilan responden secara acak untuk mengambil responden untuk setiap sratum umur tanaman jambu biji agar setiap penarikan responden dalam setiap stratum mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai responden. Penentuan populasi dengan teknik stratifikasi dilakukan karena umur tanaman jambu biji ditempat penelitian sangat beragam, sehingga untuk lebih representatif menggambarkan populasi maka populasi diambil secara teknik stratifikasi.
Pengambilan responden stratifikasi (stratified sampling) dengan menggunakan sampel petani jambu biji di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede yang dibagi menjadi empat startum luasan lahan dan untuk jumlah responden yang di analisis sebanyak 35 orang dari total keseluruhan lebih kurang 100 petani. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Metode Pengambilan Responden Petani Jambu Biji di Desa Cimanggis Berdasarkan Umur Tanaman Keterangan
Umur Tanaman Jambu biji (tahun)
Total (petani)
6
5
4
3
Populasi (petani)
29
26
11
34
100
Sampel (petani)
10
9
4
12
35
Petani yang diambil adalah petani yang umur jambi bijinya sudah usia panen. Nazir (2005) mengemukakan bahwa 30 sampel responden dari populasi sudah dapat mewakili karakteristik responden. Dalam penelitian ini penulis mengambil 35 responden, berarti diatas 30 responden. Responden disengaja melebihi jumlah minimal untuk mengantisipasi adanya data yang tidak valid dan lebih menggambarkan populasi. Metode Stratifikasi adalah metode pengambilan responden dengan terlebih dahulu membagi populasi dalam beberapa golongan atau stratum berdasarkan satu atau beberapa sifat populasi yang menjadi perhatian peneliti pada penelitian ini penulis menggolongkan dari umur tanaman jambu biji yang dimiliki petani. Umur tanaman yang dimiliki petani juga sangat beragam yaitu untuk umur tanaman enam tahun, lima tahun, empat tahun dan tiga tahun. Maka alasan dari penggolongan kelompok usahatani jambu biji menjadi empat sratum umur tanaman agar hasil analisis usahatani pada setiap golongan dari usahatani jambu biji di Desa Cimanggis dapat digambarkan sehingga hasil yang didapatkan mewakili karakteristik responden. Menggunakan metode stratifikasi dalam pengambilan contoh akan lebih efisien karena responden yang terambil lebih mewakili populasi. Pertimbangan lainnya adalah bahwa kondisi usahatani jambu biji di Desa Cimanggis seragam atau sama-sama membudidayakan jambu biji (homogen) dalam teknik budidayanya yang umur pohonnya diatas tiga tahun.
32
Tahap penentuan pembagian petani menurut luasan lahan maka dilakukan teknik pengambilan secara acak, agar peluang terambilnya setiap petani sama. 4.4.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian akan
dianalisis secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk melihat kegiatan produksi, sistem pemasaran pada usahatani jambu biji di lokasi penelitian dan beberapa hal lain yang terkait diuraikan secara deskriptif. Analisis kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi. Analisis ini bertujuan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang mudah dibaca. Analisis kuantitatif yang dipilih adalah analisis pendapatan usahatani, dan analisis imbangan penerimaan dilakukan dengan analisis pendapatan, dan R/C rasio Dalam menghitung pendapatan petani jambu biji secara monokultur, dilakukan tabulasi sederhana dengan menghitung pendapatan jambu biji atas biaya tunai dan saluran pemasarannya. Data yang terkumpul dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif akan diolah dengan bantuan program komputer kemudian disajikan secara tabulasi dan diinterpretasikan serta diuraikan secara deskriptif. Data kuantitatif diolah dengan analisis pendapatan usahatani, dan analisis efisiensi pendapatan usahatani. Sedangkan untuk data kualitatif digunakan analisis deskriptif. 4.4.1. Analisis Usahatani Analisis data ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan menggambarkan keragaan usahatani jambu biji yang dilakukan oleh petani jambu biji di Desa Cimangis, Kecamatan Bojong Gede. Adapun kegiatan yang dapat digambarkan adalah penggunaan sarana produksi dan alat pertanian serta sistem budidaya jambu biji. 4.4.2. Analisis Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya yang telah dikeluarkan. Tujuannya adalah membantu perbaikan pengolahan usaha pertanian. Pendapantan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan atas
33
seluruh biaya tunai yang disebut sebagai pendapatan tunai dan pendapatan atas biaya total yang disebut sebagai pendapatan total. Penerimaan total usahatani (total farm revenue) merupakan nilai produk total dalam jangka waktu satu musim tanam baik yang dijual maupun yang dijadikan sebagai bibit. Penerimaan ini dinilai berdasarkan perkalian antara total produk dengan harga yang berlaku di pasar. Sedangkan total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu yaitu satu tahun. Pendapatan total usahatani merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total. Total pengeluaran (total cost) dianalisis berdasarkan biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya tunai meliputi biaya pajak/sewa lahan, bibit, pupuk, pestisida serta upah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga. Biaya tunai dihitung berdasarkan nilai rata-rata dari semua petani contoh. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan, nilai kerja dalam keluarga dan bunga modal. Metode penghitungan pendapatan usahatani jambu biji dapat disajikan pada Tabel 7. 4.4.3. Efisiensi Pendapatan Usahatani Analisis pendapatan usahatani selalu disertai dengan pengukuran efisiensi pendapatan usahatani. Pendapatan selain dapat diukur dengan nilai mutlak juga dapat diukur analisis efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost ratio) atau analisis R/C. Rasio R/C yang dihitung dalam analisis ini terdiri dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Rasio R/C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio R/C atas biaya total dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Rumus analisis imbangan penerimaan dan biaya usahatani adalah sebagai berikut (Tjakrawiralaksana, 1983) :
34
R/C rasio atas biaya tunai =
TR / biaya tunai
R/C rasio atas biaya total =
TR / TC
Keterangan : TR
: Total penerimaan usahatani (Rp)
TC
: Total biaya usahatani (Rp)
Usahatani dapat dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C lebih dari satu, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usahatani memberikan penerimaan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Semakin besar nilai R/C rasio, maka dapat disimpulkan bahwa efisiensi usahatani ini semakin tinggi. Contoh perhitungan pendapatan usahatani dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Metode Perhitungan Pendapatan Usahatani Jambu Biji No
Keterangan
A
Penerimaan Total
B
Biaya tunai Biaya variabel Benih Pupuk Obat-obatan Tenaga kerja luar keluarga Biaya tetap Pajak tanah Total biaya tunai Biaya yang diperhitungkan Biaya tetap Penyusutan Sewa lahan Biaya variabel Tenaga kerja keluarga Total biaya yang diperhitungkan Total biaya (B+C)
1 2 3 4 1 C 1 2 1 D E
Jumlah
Harga per Total (Rp) Satuan (Rp)
Pendapatan atas biaya tunai (A-B)
F
Pendapatan atas biaya total (A-D)
G
R/C atas Biaya tunai (A/B)
H
R/C atas Biaya total (A/D)
35
Penyusutan alat termasuk dalam biaya diperhitungkan dihitung dengan metode garis lurus (straight line methode) yaitu setiap tahun biaya penyusutan yang dikeluarkan relatif sama. Biaya yang diperhitungkan adalah penyusutan alat yang digunakan paga kegiatan usahatani jambu biji seperti cangkul, parang, golok dan alat penyemprotan Rumus yang digunakan adalah :
Dp
cs n
Keterangan : Dp
= Penyusutan/tahun
c
= Nilai Beli
s
= Nilai Sisa
n
= Umur pemakaian barang
4.5.
Definisi Operasional Beberapa variabel yang digunakan untuk mengidentifikasi pendapatan
usahatani dan pemasaran jambu biji antara lain : 1.
Hasil produksi adalah hasil produksi fisik berupa jambu biji dalam satuan kilogram per hektar
2.
Perhitungan yang dilakukan adalah perhitungan dalam satu tahun produksi yaitu pada tahun 2009.
3.
Harga jual petani dalam analisis usahatani adalah harga jambu biji yang diterima petani dalam satuan Rp/kg
4.
Penerimaan usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumber daya yang digunakan dalam usahatani.
5.
Pengeluaran total usahatani terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan
6.
Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk nilai uang (tunai)
7.
Biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk sarana produksi namun tidak dalam bentuk uang tunai.
8.
Pendapatan atas biaya total adalah selisih antara penerimaan total usahatani dengan biaya total.
9.
Pendapatan atas biaya tunai adalah selisih antara penerimaan total usahatani dikurangi biaya tunai.
36
V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1.
Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi
dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah Bogor Barat dengan 13 kecamatan, wilayah Bogor Tengah dengan 20 kecamatan dan Bogor Timur dengan tujuh kecamatan. Penelitian dilakukan di Kecamatan Bojong Gede yaitu pada wilayah bogor Tengah, tepatnya di Desa Cimanggis. Desa Cimanggis merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Desa ini terletak kurang lebih lima kilometer dari pusat pemerintahan kecamatan, 12 kilometer dari pusat Kota Bogor dan 120 kilometer dari Ibukota Propinsi Jawa Barat dan 60 kilometer dari pusat ibukota negara RI. Berdasarkan batas wilayahnya, Desa Cimanggis berbatasan dengan beberapa desa dan kota. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Bogor, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sukmaja/Ds Tajurhalang, sebelah Timur dengan Desa Kedung Waringin dan Kemang, dan Sebelah Barat dengan Desa Kemang. Posisi Desa Cimanggis mendukung aksesibilitas petani yang cukup mudah untuk memperoleh bahan-bahan pertanian yang diperlukan, juga dalam pemasaran jambu biji. Secara topografi daerah ini didominasi oleh dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 182 meter dpl. Kondisi lahan tergolong subur dan hampir tidak ada erosi pada lahan. Curah hujan rata-rata 2.500 milimeter per tahun dengan suhu rata-rata 24,9
0
C– 25.8
0
C.
Kondisi tersebut membuat Desa
Cimanggis cocok dijadikan sebagai daerah pertanian. Luas wilayah Desa Cimanggis yang digunakan untuk daerah pertanian atau sawah seluas 197 hektar atau sebesar 34,50 persen dari luas total. Penggunaan lahan yang lain adalah untuk pemukiman seluas 350 hektar atau sebesar 61,20 persen, daerah tangkapan air seluas 15 hektar atau sebesar 2,65 persen. Lahan jambu biji tidak dapat diinformasikan karena lahan yang terfragmentasi dan belum ada data yang diketahui dari instansi terkait. Secara rinci informasi penggunaan lahan di Desa Cimanggis dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Luas Lahan Desa Cimanggis Berdasarkan Penggunaannya pada Tahun 2008 No
Jenis Penggunaan Lahan Pertanian Pemukiman Perikanan Darat/air Tawar Daerah Tangkapan Air Pekuburan Lain-lain Total Sumber : Data Potensi Desa Cimangis (2008) 1 2 3 4 5 6
5.2.
Luas (Hektar) 197 350 2 15 5.7 1.6 571.3
Persentase (%) 34,50 61,20 0,35 2,65 1,00 0,30 100.00
Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Desa Cimanggis berjumlah 15.262 orang yang terdiri dari 7.488
orang laki-laki dan 7.774 jiwa perempuan dengan 4.163 kepala keluarga. Berdasarkan kelompok umur, penduduk terbanyak berada pada kelompok umur 20-24 tahun sebanyak 1.525 orang atau sebesar 10,0 persen dan pada kelompok umur 40-44 sebanyak 1.138 orang atau sebesar 7,45 persen. Komposisi penduduk Desa Cimanggis berdasarkan kelompok umur pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Komposisi Penduduk Desa Cimanggis Berdasarkan Kelompok Umur pada Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kelopok Umur (Tahun) Jumlah (Orang) 00-04 1.022 05-09 1.038 10-14 1.067 15-19 1.134 20-24 1.525 25-29 1.083 30-34 1.073 35-39 1.069 40-44 1.138 45-49 1.034 50-54 1.017 55-59 1.023 60-64 863 65-69 810 70-keatas 366 Total 15.262 Sumber : Data Potensi Desa Cimanggis (2008)
Persentase (%) 6,70 6,80 7,00 7,43 10,00 7,10 7,03 7,00 7,45 6,77 6,67 6,70 5,65 5,30 2,40 100
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Cimanggis tergolong tinggi. Hal ini bisa dilihat dari jumlah penduduk yang tingkat pendidikannya setingkat SMU, Akademi, dan Sarjana sebanyak 2.831 orang atau sebesar 18,59 persen. Penduduk
39
yang tamat SD dan SLTP sebanyak 3.657 orang atau sebesar 13,92 persen, sedangkan untuk penduduk yang belum sekolah sebanyak 6.245 atau sebesar 40,92 persen dan penduduk yang pernah sekolah tetapi tidak tamat SD sebanyak 2.529 orang atau sebesar 16,57 persen. Komposisi penduduk Desa Cimanggis berdasarkan tingkat pendidikan pada Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Komposisi Penduduk Desa Cimanggis Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7
Tingkat pendidikan Belum Sekolah Tidak tamat SD/ sederajat Tamat SD/ Sederajat Tamat SLTP Tamat SMU Tamat Akademi Tamat Universitas Total
Jumlah (Orang) 6.245 2.529 1.860 1.797 2.756 32 43 15.262
Persentase(%) 40,92 16,57 12,17 11,75 18,10 0,21 0,28 100,00
Sumber : Data Potensi Desa Cimanggis (2008)
Dilihat dari sumber mata pencaharian, sebagian besar masyarakat Desa Cimanggis yang berprofesi sebagai pegawai/ karyawan swasta yaitu sebanyak 1.657 atau sebesar 45,44 persen dan petani sebanyak 314 orang atau sebesar 8,52 persen.dan untuk buruh tani sebanyak 194 orang atau sebesar 5,26 persen. Selain sebagai petani, masyarakat juga bekerja sebagai buruh industri dan buruh bangunan masing-masing sebanyak 78 orang dan 150 orang. Sisanya adalah pengusaha kecil sebanyak 103 atau hanya 2,79 persen, data ini diambil dari Potensi Desa Cimanggis pada tahun 2008. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Komposisi Penduduk Desa Cimanggis Berdasarkan Jenis Pekerjaan Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Karyawan swasta 1.675 PNS/TNI 281 Buruh bangunan 150 Buruh industri 78 Petani pemilik 314 Buruh tani 194 Penggarap 574 Penyakap 317 Pengusaha kecil 103 Total 3.686 Sumber : Data Potensi Desa Cimanggis (2008) ( diolah) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Persentase (%) 45,44 7,62 4,07 2,12 8,52 5,26 15,57 8,60 2,79 100,00
40
5.3.
Sarana dan Prasarana Keadaan jalan di Desa Cimanggis sudah cukup baik, jalan-jalan yang
menghubungkan kelurahan dengan kecamatan lain atau dengan Ibukota Bogor sudah beraspal. Alat transportasi yang digunakan berupa kendaraan roda empat baik berupa mobil, mini bus, truk serta kendaraan roda dua. Kendaraan umum yang digunakan berupa angkutan kota dan ojek. Dengan demikian hal ini dapat memperlancar kegiatan pemasaran khususnya pemasaran jambu biji. Prasarana perekonomian di Desa Cimanggis dapat dikatakan sudah mendukung misalnya seperti adanya satu buah prasarana pasar tradisional. Prasarana lain seperti toko atau kios sebanyak 66 buah, warung 30 buah, rumah makan sebanyak 3 buah dan bengkel sebanyak 3 buah. Fasilitas yang ada dapat dikatakan sudah cukup mendukung untuk kegiatan perekonomian masyarakat setempat 5.4.
Karakteristik Petani Beberapa karakteristik respnden yang dianggap penting meliputi status
usaha, umur, pendidikan, umur tanaman, jumlah pohon jambu biji dan status kepemilikan lahan. Karakteristik responden tersebut dianggap penting karena mempengaruhi pelaksanaan usahatani jambu biji terutama dalam melaksanakan teknik budidaya jambu biji secara keseluruhan. 5.4.1. Umur Petani Berdasarkan hasil wawancara pada 35 petani responden yang ada di Desa Cimanggis, umur rata-rata responden dikelompokkan dalam 2 kelompok umur, yaitu responden usia produktif (20-55 tahun) dan usia tidak produktif (56-70 tahun). Pembagian umur serponden dan persentasenya dapat dilihat dari Tabel 12. Tabel 12. Karakteristik Jumlah dan Persentase Petani Responden Menurut Golongan Umur pada Tahun 2008 No
Kelompok Usia
1 Produktif (20-50 tahun) 2 Tidak produktif (56-70 tahun) Jumlah
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
25 10 35
65 35 100
41
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan usahatani jambu biji di Desa Cimanggis pada umumnya dibudidayakan oleh petani yang berusia produktif atau usia tua ( 20-55 tahun) yaitu sebesar 65 pesen atau sekitar 25 orang. Selebihnya diusahakan oleh petani yang masih pada tidak produktif atau usia diatas 55 tahun yaitu sekitar 10 orang atau sekitar 35 persen. Data ini dapat menyimpulkan bahawa petani jambu biji di Desa Cimangis pada umumnya petani responden masih pada usia produktif yang diharapkan memilki semangat yang tinggi untuk mengembangkan usaha jambu biji tersebut. Namun, ada beberapa petani yang telah berusia lanjut biasanya usahatani jambu biji menjadi usaha sampingan untuk menambah pemasukan. 5.4.2. Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Petani Berdasarkan Tabel 13 petani jambu biji yang dijadikan responden pada umumnya pernah mengikuti pendidikan formal, walaupun ada satu yang tidak tamat SD. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh responden yang rendah berpengaruh terhadap tingkat penyerapan petani dalam menangkap informasi secara responsif dalam mengadaptasi teknologi budidaya, pengetahuan dan saluran pemasaran yang tepat dan kurang berani dalam mengambil resiko yang menyangkut usahatani secara keseluruhan dan usahatani jambu biji secara khusus .
Biasanya orang yang mengenyam pendidikan rendah lebih cenderung
menggunakan teknologi tradisional baik cara maupun alat dalam mengembangkan usahanya. Usaha dalam penyerapan teknologi sering terjadi kesulitan umunya disebabkan petani merasa khawatir dengan risiko yang akan diterimanya jika menggunakan teknologi baru dan tidak ingin mengambil risiko. Tabel 13. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMU Total
Jumlah (Orang)
Persentase (%) 1 25 8 1 35
2,86 71,42 22,86 2,86 100
Pendidikan formal petani responden yang paling tinggi hanya tamat SMU. Responden yang mengenyam pendidikan hingga tamat SMP sebanyak 8 orang
42
(22,86 persen) dan paling banyak adalah tamat SD yaitu sebesar 71,42 persen atau 25 orang. Apabila dilihat dari segi pengalaman petani responden dalam budidaya jambu biji sebagian besar dari responden belum mempunyai pengalaman lama dalam usahatani jambu biji. Petani responden yang berpengalaman lebih dari 5 tahun sebanyak 31,43 persen. Hal ini mengindikasikan usahatani jambu biji masih belum lama ditekuni oleh responden dan pengetahuan mengenai budidaya jambu biji belum terlalu lama. Menurut data dan perbandingan di lapang bahwa usahatani jambu biji di Desa Cimanggis marak dijalankan mulai tahun 2003 walaupun sudah ada beberapa petani yang sudah lebih dulu menjalankan usahatani jambu biji. Para petani mendapatkan pengetahuan dari bimbingan penyuluh dan bimbingan dari petani lainnya yang sama-sama mengusahakan jambu biji. Sebaran petani responden menurut pengalaman dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Sebaran Petani Responden Menurut Pengalaman Bertani Jambu Biji No 1 2
5.4.3.
Pengalaman (Tahun) <5 tahun >5 tahun Total
Jumlah (Orang) 24 11 35
Persentase (%) 68.57 31.43 100,00
Jumlah Pohon Jambu Biji, Umur Tanaman dan Status Kepemilikan Lahan Sebaran jumlah pohon jambu biji yang dimiliki oleh petani responden
paling banyak pada petani yang jumlah pohon jambu yang diusahakan < 100 pohon yaitu sekitar 25 orang petani (71,4 persen). Untuk petani yang memiliki jumlah pohon jambu biji lebih dari 201 atau > 201 pohon hanya 5 orang atau sekitar 14,3 persen sama dengan jumlah petani memiliki jumlah pohon jambu biji antara 101-200 pohon sekitar 5 orang atau sekitar 14,3 persen. Umur pohon yang di miliki petani rata-rata diatas 3 tahun. Untuk data lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15.
43
Tabel 15. Sebaran Jumlah Tanaman Jambu Biji (Pohon) yang Dimiliki oleh Petani Jumlah (pohon) < 100
Jumlah (orang)
Persentase (%) 25
71,4
101-200
5
14,3
> 201 Total
5
14,3
35
100
Berdasarkan Tabel 16 diperoleh data sebaran umur tanaman pohon jambu biji yang dimiliki oleh petani responden. Sekitar 28,6 persen petani responden memiliki umur tanam jambu biji enam tahun atau sekitar 12 orang. Umur tanaman yang paling muda yang dimiliki oleh petani sekita tiga tahun. Umur tanaman jambu biji yang dimiliki oleh petani relatif masih mudah, namun untuk produktivitas tanaman sudah pada tahan yang paling maksimal yaitu sekitar enam tahun. Sebaran umur tanaman jambu biji yang dimiliki petani juga menggambarkan bahwa tanaman jambu biji masih didominasi umur tanaman yang masih muda, artinya kebanyakan petani belum lama membudidayakan jambu biji tersebut. Tabel 16. Sebaran Umur Tanaman Jambu Biji yang Dimiliki oleh Petani Umur Tanaman (tahun)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
6
10
28,6
5
9
25,7
4
4
11,4
3
12
34,3
35
100,00
Total
Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat jumlah responden rata-rata petani memiliki lahan milik sendiri dan selebihnya menggarap lahan kosong atau lahan milik orang lain. Status kepemilikan ini berpengaruh pada kepemilikan modal. Petani yang memiliki lahan sendiri menggunakan modal pribadi dalam melaksanakan usahataninya. Semua biaya seperti biaya benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan biaya lainya berasal dari modal sendiri dan hasil penjualan jambu biji masuk kepada penerimaan keluarga tani seluruhnya.
44
Tabel 17. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Status Pengelolaan Lahan Status Lahan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Milik sendiri
24
68,57
Garapan
11
31,43
Total
35
100
Pada petani yang memiliki lahan garapan, semua biaya ditanggung oleh petani yang mengusahakan lahan tersebut. Penjualan hasil panen jambu biji tersebut, beberapa petani berbagi hasil dengan pemilik lahan, ada juga yang masuk ke pendapatan keluarga tani dari penggarap. Biaya tenaga kerja dan penggunaan input lainya ditanggung sepenuhnya oleh petani penggarap.
45
VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI 6.1.
Keragaan Usahatani Jambu biji Usahatani jambu biji di Desa Cimanggis merupakan usaha yang dapat
dikatakan masih baru. Hal ini dilihat dari pengalaman bertani jambu biji yang dilakukan oleh warga di Desa Cimanggis. Keragaan usahatani tanaman jambu biji dikaji untuk mengetahui gambaran tentang usahatani jambu biji di daerah penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengindentifikasi penggunaan sumberdaya atau input, teknik budidaya dan output yang dihasilkan pada usahatani jambu biji. 6.1.1. Penggunaan Input Input yang digunakan pada usahatani jambu biji terdiri dari benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Lebih jelas dapat dilihat pada perincian penggunaan benih, pupuk, pestisida dan pembungkus buah, tali rapia dan kertas pembungkus per hektar pada tahun 2009 pada usahatani jambu biji di Desa Cimanggis yang dibagi atas empat stratum umur tanaman jambu biji dapat dilihat pada Lampiran 8. 1)
Benih Varietas jambu biji yang dibudidayakan oleh petani jambu biji di Desa Cimanggis adalah varietas merah getas. Jambu biji merah Getas memiliki keunggulan yang berdaging merah menyala, tebal, berasa manis, harum dan segar. Ukuran buahnya cukup besar dengan ukuran 400 gram per buah. Mereka menganggap tanaman jambu biji dengan variatas merah Getas merupakan variasi yang paling mendukung dengan keadaan cuaca iklim di Desa Cimanggis dan harga jual getas Merah pun relatif lebih bisa dijangkau masyarakat dan lebih dicari dengan manfaat yang dimiliki oleh tanaman jambu biji merah Getas tersebut. Produksivitas jambu merah Getas cukup tinggi karena mampu berbuah sepanjang tahun dan berbuah lebat. Petani jambu biji di Desa Cimanggis biasanya mendapatkan benih tanaman jambu biji dengan membeli. Keseluruhan 35 jumlah responden petani dari Desa Cimanggis diketahui mereka membeli bibit dengan harga Rp. 15.000,- per pohon okulasi.
yaitu varietas merah Getas dengan metode
Penggunaan bibit jambu biji rata-rata dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain luas dari lahan yang dimiliki/digarap oleh petani, penggunaan jarak tanam pada tanaman jambu biji
tersebut, dan
dipengaruhi oleh modal yang dimiliki oleh petani tersebut. Bila dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi tersebut, jumlah bibit tanaman jambu biji belum tentu sama walaupun luas lahan yang digunakan sama. Sebagai contoh, dalam luas lahan 4000 meter persegi ada petani yang menanam dalam jumlah 400 pohon akan tetapi terdapat pula petani yang menanan dalam jumlah 300 pohon dengan luas lahan yang sama. Sesuai standar untuk jarak tanam jambu biji adalah sekitar 8 x 8 meter, namun untuk jarak tanam yang digunakan petani responden menurut pengamatan yang didapatkan jarak tanam jambu biji tersebut terlalu rapat. Jarak yang digunakan beranekaragam, ada yang 3 x 3 meter, 4 x 4 meter dan 5 x 5 meter, dari data ini disimpulkan bahwa populasi jumlah pohon per lahan yang digunakan terlalu padat, hal ini mengakibatkan perawatannya akan lebih susah dan tidak baik bagi pertumbuhan jambu biji tersebut. 2)
Pupuk Penggunaan pupuk dalam usahatani jambu biji ini yaitu pupuk kandang, pupuk buatan (NPK, TSP, KCL). Jumlah pupuk yang digunakan oleh petani responden tahun 2009 per hektar untuk keseluruhan adalah pupuk kandang 1,313 karung, NPK 411,46 kilogram, TSP 411,46 kilogram dan KCL 411,46 kilogram. Jumlah komposisi untuk masing-masing pupuk buatan adalah sama, karena dalam aplikasi dilahan menggunakan komposisi yang sama, cara ini digunakan pada kelompok Tani Bambu Duri di Desa Cimanggis. Penggunaan pupuk untuk masing-masing pembagian stratum umur tanaman jambu biji per hektar adalah untuk umur tanaman tiga tahun pada tahun 2009 untuk pupuk kandang 1228,6 karung, NPK 372,3 kilogram, TSP 372,3 kilogram dan KCL 372,3 kilogram. Umur tanaman empat tahun pupuk kandang 1.662 karung, NPK 520,1 kilogram, TSP 520,1 kilogram dan KCL 520,1 kilogram, stratum umur tanaman lima tahun pupuk kandang 1.345 karung, NPK 429 kilogram, TSP 429 kilogram dan KCL 429 kilogram dan stratum umur tanaman
47
enam tahun pupuk kandang 1.329,8 karung, NPK 415 kilogram, TSP 415 dan KCL 415. Penggunaan pupuk untuk setiap stratum berbeda beda hal ini di pengaruhi kebutuhan tanaman dan umur tanaman, semain tua tanaman
kebutuhan
pupuk
cenderung
menurun
hal
ini
untuk
menyeimbangkan terhadap unsur hara tanah agar tetap subur. Pupuk tersebut diperoleh petani baik dari pedagang pengecer khusus pupuk ataupun di toko-toko pertanian yang menyediakan saprotan untuk usahatani secara keseluruhan di Kecamatan Bojong Gede. Pupuk kandang rata-rata petani membeli dengan satuan karung, harga per karung rata-rata Rp. 5.000,- per karung. Petani responden lebih memilih membeli pupuk kandang, walaupun beberapa petani ada juga yang memiliki ternak seperti kambing dan ayam dimana kotorannya dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kandang, alasanya karena membeli pupuk kandang lebih praktis dan efisien. Harga pupuk yang diterima petani untuk NPK sekitar Rp. 2000/kilogram, untuk KCL sama seperti NPK yaitu Rp. 2000/kilogram dan untuk TSP Rp. 1500/kilogram. 3)
Pestisida Dalam usahatani jambu biji penanganan hama dan penyakit merupakan hal yang harus diperhatikan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida. Aplikasi dilakukan dengan penyemprotan, melakukan penyiangan gulma atau pembersihan dan pemangkasan sebagai tindakan pencegahan. Beberapa hama yang menjadi kendala dalam usahatani jambu biji adalah lalat buah, pengerek batang, kutu putih, rayap, semut merah dan ulat. Pestisida yang digunakan untuk tanaman jambu biji yaitu
petisida cair seperti Dusband, Curacon dan Decis. Jumlah
penggunaan pestisida Dusband, Curacon, dan Decis pada petani per hektar pada tahun 2009 yaitu untuk umur tanaman tiga tahun penggunaan pestisida Dusband, Curacon, dan Decis masing-masing adalah 8,9 kilogram, 4,1 kilogram, dan 31,7 kilogram, petani untuk umur tanaman empat tahun Dusband, Curacon, dan Decis masing-masing 14 kilogram, 7,4 kilogram, dan 49 kilogram, untuk petani untuk umur tanaman lima tahun penggunaan pestisida Dusband, Curacon, dan Decis masing-masing
48
adalah 11,5 kilogram, 11,5 kilogram, dan 31,3 kilogram dan untuk umur tanaman enam tahun penggunaan pestisida Dusband, Curacon, dan Decis masing-masing adalah 11,4 kilogram, 13,2 kilogram, dan 25,1 kilogram. Pada umumnya sama seperti dengan pupuk, pestisida dapat diperoleh di toko-toko pertanian di Kecamatan Bojong Gede. 4)
Pembungkus Buah (plastik) Penanganan dalam hal melindungi buah juga dilakukan dalam usahatani jambu biji, sama hal nya seperti komoditi hortikultura lainya yaitu dengan cara membungkus buah tersebut. Dalam biaya input di dalam analisis usahatani jambu biji, terdapat biaya untuk membeli plastik jambu biji. Plastik jambu biji biasa digunakan merupakan plastik dengan ukuran satu kiloan. Plastik tersebut dapat menampung lebih kurang 300 buah dengan harga per kilogram nya sekitar Rp 20.000,-. Plastik ini biasanya dibeli di toko-toko kelontong/eceran. Biasanya untuk mencapai harga yang lebih murah petani membeli dari toko grosir plastik di pasar. Pengadaan kertas pembungkus dan tali rapia juga diperlukan, dengan harga masing-masing Rp. 500,- dan Rp. 1000, untuk tali rapia per buah.
5)
Tenaga kerja Tenaga kerja adalah salah satu faktor produksi yang mempunyai pengaruh besar terhadap biaya usahatani. Tenaga kerja yang digunakan pada lokasi penelitian adalah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Perhitungan biaya tenaga kerja untuk komoditi jambu biji yaitu menghitung hari orang kerja (HOK) dikalikan dengan upah per HOK. Tenaga kerja yang digunakan didalam usahatani jambu biji di Kecamatan Bojong Gede secama umum dilakukan oleh laki-laki, sama halnya di Desa Cimanggis. Tenaga kerja dalam keluarga untuk curahan waktu kerjanya tergantung dari petani itu sendiri, sedangkan untuk tenaga kerja luar keluarga ditetapkan selama 8 jam atau kisaran mulai dari pukul 08.0016.00 dengan upah Rp. 50.000, per hari kerja pria. Waktu istirahat selama satu jam, kirasan dari jam 12.00-13.00. Dalam perhitungan usahatani jambu biji, perhitungan biaya tersebut digunakan untuk menghitung biaya tenaga kerja pemupukan, pemangkasan, pembungkusan buah, penyiangan
49
gulma, penyemprotan dan pemanenan. Penggunaan tenaga kerja untuk petani responden di Desa Cimanggis bisa dilihat pada Tabel 18. Biaya tenaga kerja tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Berdasarkan Tabel 18 maka dapat diketahui bahwa tahap pemanenan merupakan tahap dimana penggunaan tenaga kerja paling banyak yaitu sebesar 192,5 HOK atau sekitar 47,2 persen. Hal ini disebabkan karena pada saat panen jambu biji petani lebih memilih hasil atau buah yang akan dipanen atau buah yang sudah bisa dipanen dilakukan oleh tenaga kerja luar. Hal ini disebabkan karena, kegiatan panen harus cepat-cepat dilakukan untuk mengindari risiko-risiko yang muncul seperti waktu yang terlalu lama sehingga buah sempat busuk serat adanya hama pengganggu seperti kelelawar. Petani responden yang melakukan pemanenan jambu biji lebih memilih memperkejakan tenaga kerja luar untuk melaksanaka kegiatan panen. Pada pembagian kelompok petani berdasarkan luasan lahan jambu biji yang dilakukan dalam penelitian ini, bahwa lahan
petani yang luasan lahannya lebih besar
menggunakan jumlah HOK yang lebih banyak, dikarenakan jumlah pohon yang lebih banyak. Tabel 18. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) untuk Usahatani Jambu Biji Tahun 2009 per Hektar No
Kegiatan Usahatani
Penggunaan tenaga kerja (HOK) Dalam Luar Keluarga
1
Pemupukan
2
Total (HOK)
Persentase (%)
Keluarga 13
29,83
42,83
13,9
Pemangkasan
16,4
24,90
41,30
13,4
3
Penyiangan gulma
16,4
30,52
46,90
15,2
4
Penyemprotan
8,2
9,50
17,7
5,7
5
Pembungkusan buah
7,7
13,37
21,7
6,8
6
Pemanenan
47,2
92,15
193,4
45,1
Total
108,9
200,27
309,17
100,00
50
6.1.2. Teknik Budidaya Secara umum teknik budidaya jambu biji tidak berbeda jauh dengan proses budidaya komoditi hortikultura. Proses budidaya yang dilakukan terdiri dari pemupukan,
pemangkasan,
penyiangan
gulma,
pembungkusan
buah
penyemprotan dan pemanenan. 6.1.2.1. Pemupukan Kegiatan proses pemupukan yang dilakukan petani responden berlangsung pada pada masa-masa tertentu yaitu pada saat setelah masa panen berlangsung. Pemupukan setelah panen penting agar tanaman jambu biji tumbuh secara optimal dan lebih produktif dan rajin berbuah sepanjang tahun. Unsur hara yang terkandung secara alami akan berkurang ataupun habis, ketersediaan unsur hara di dalam tanah sangat penting untuk pertumbuhan jambu biji. Maka diperlukan pemupukan untuk mengembalikan unsur hara yang terkandung di dalam tanah agar sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk kimia adalah pupuk yang berasal dari bahan kimia atau olahan pabrik. Pada usahatani jambu biji yang dilakukan petani responden di Desa Cimanggis memilih mengkombinasikan pupuk organik dan kimia. Jumlah unsur hara dalam pupuk kimia dari bahan kimia lebih relatif tinggi, hal ini dikarenakan formula bahan kimia yang dibuat oleh pabrik telah diperhitungkan secara tepat. Manfaat dari pupuk kimia antara lain cara pemberiannya mudah, ringan dan praktis sehingga mudah diangkut, mudah larut dalam air sehingga cepat terserap akar, dosis dan takaran
pemupukan
mudah
diketahui
sesuai
umur
tanaman
sehingga
penggunaannya mudah dan efektif. Pupuk yang digunakan oleh petani responden dalam kegiatan usahatani jambu biji yang dilakukan adalah pupuk jenis NPK, TSP dan KCL Pupuk organik yang digunakan petani meliputi
pupuk kandang dari
kotoran sapi, kambing, kerbau dan hewan ternak lainnya. Manfaat pupuk organik cukup banyak antara lain menjaga kesuburan tanah, menyediakan unsur hara secara bertahap, menambah daya serap tanah terhadap air sehingga kelembagaan tetap terjaga, menyediakan unsur hara (terutama N, P, dan S) dan membantu
51
penguraian bahan organik sehingga hasil perombakan nutrisi dapat diserap tanaman setiap saat. 6.1.2.2. Pemangkasan Pada tahap pemangkasan dalam kegiatan usahatani jambu biji, berdasarkan tujuan atau fungsinya dikelompokkan menjadi tiga macam. Kegiatannya diantaranya pertama, yaitu pemangkasan bentuk, pemeliharaan dan produksi. Pemangkasan bentuk bertujuan untuk mengatur tinggi rendahnya tanaman dan membentuk tajuk serta membuat tanaman lebih baik dan seragam. Pemangkasan pemeliharaan adalah kegiatan pemangkasan dengan sasaran membuang tunas air yang tidak bermanfaat, kurang sehat, terserang hama dan penyakit tanaman, kering atau mati serta patah. Pemangkasan produksi dilakukan dengan tujuan hasil yang produksi lebih baik secara kuantitas dan kualitas. Sasaran pemangkasan produksi ini yang tidak bermanfaat, cabang yang kurang baik, dan meremajakan cabang yang kurang produktif atau tanaman yang sudah tua agar lebih produktif. Kegiatan pemangkasan yang dilakukan petani responden jambu biji di Desa Cimanggis tahap pemangkasan sudah dilakukan hampir setiap petani responden, kebanyakan petani melakukan pemangkasan pada pemangkasan bentuk dan produksi hal ini terlihat dari pengamatan petani di lapangan. 6.1.2.3. Penyiangan Gulma ( Pembersihan Kebun) Kegiatan budidaya jambu biji selanjutnya yang dilakukan adalah penyiangan. Penyiangan dilakukan untuk membersikan lahan dari gulma-gulma. Rumput atau gulma yang tumbuh disekitar tanaman jamgu biji perlu disiangi agar tanaman dapat bertumbuh dengan baik. Gangguan yang timbul terhadap tanaman berupa persaingan dalam memperebutkan ruang, air, oksigen, matahari dan unsur hara. Hal seperti ini akan mengakibatkan terganggunnya pertumbuhan tanaman jambu biji. Secara umum tujuan penyiangan antara lain membersihkan lingkungan tanaman dari gulma atau rumput-rumput, membuat pertumbuhan dan pekarangan tanaman menjadi lebih baik, menggemburkan tanah disekitar tanaman, dan membuat pertukaran udara di dalam tanah dan penyerapan air kedalam tanah menjadi lebih baik.
52
Kegiatan penyiangan gulma yang dilakukan oleh petani responden di lokasi penelitian meliputi pembersihan kebun dari gulma dan buah yang jatuh akibat hama dan penyakit. Usaha dalam mempercepat penerapan sanitasi kebun petani melakukan pemanfaatan lahan disela tanaman buah dengan ditanani sayuran (tumpang sari). Kebanyakan petani responden melakukan cara pemanfaatan lahan dengan cara tumpang sari. Kendala yang banyak ditemukan adalah dalam pengaturan jarak tanam, rata-rata petani responden memiliki jarak tanam yang terlalu dekat sehingga jarak antara jambu biji sangat dekat. Akibat yang dirasakan adalah tanaman jambu biji kurang produktif, pada saat pembersihan akan bertambah susah dan dalam penyerapan cahaya matahari juga akan menjadi kurang optimal. 6.1.2.4. Penyemprotan Penyemprotan merupakan cara dalam mengaplikasikan pestidida dalam pegendalian hama dan penyakit. Pengendalian
hama dan penyakit dilakukan
untuk mengurangi kerusakan tanaman akibat organisme penggangu. Hama pada tanaman jambu biji bisa menyerang daun, bunga, buah. Jenis hama yang biasa menyerang jambu biji yang dibudidayakan petani responden antara lain ulat, belalang, penggerek batang, lalat buah, kumbang rayap dan kutu. Pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu tumbuhan dapat dilakukan dengan cara penyemprotan pestidida. Penyemprotan biasanya dilakukan pada pagi hari, dengan kisaran waktu dari jam 08.00-10.00. pestisida yang digunakan petani serponden umumnya berbentuk cair yang dilarutkan dalam air seperti Decis, Curacon, dan Dusband 6.1.2.5. Pembungkusan Buah Pembungkusan buah dilakukan untuk menghasilkan buah yang kebih mulus dan mengkilap, tidak cacat, tidak terserang hama dan penyakit, warna buah lebih menarik, nilai jual lebih tinggi dan diterima oleh berbagai konsumen serta meningkatkan produksi. Kegiatan pembungkusan biasanya dilakukan bersamaan dengan penjarangan buah. Tidak semua buah jambu biji yang tumbuh sesuai dengan harapan. Setiap pokok pohon jambu biji terkadang terdapat jambu biji yang ukuran dan bentuknya tidak bagus atau cacat maka perlu dilakukan
53
penjarangan. Penjarangan buah bertujuan agar buah dapat bertumbuh secara optimal dan hasil panen dapat memenuhi permintaan pasar. Pembungkusan dan penjarangan menjadi bagian kegiatan budidaya jambu biji yang dilakukan oleh petani responden di Desa Cimanggis. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara bersamaan. Pembungkusan buah pada tanaman jambu biji merah merupakan faktor yang penting untuk mendapatkan kualitas buah yang baik. Jambu biji merah yang terlambat dibungkus, kualitasnya kurang bagus karena hama akan lebih cepat menyerang. Pada tanaman jambu biji pembungkusan buah dilakukan dengan menggunakan plastik kiloan dan pembungkus dalamnya menggunakan koran untuk menjaga kualitas jambu biji agar terhindar dari cahaya matahari yang terlalu panas. 6.1.2.6. Pemanenan Kegiatan pemanenan dilakukan dengan melihat adanya perubahan pada warna kulit jambu biji tersebut. Pemanenan dilakukan apabila sudah ada komunikasi dengan tengkulak sehingga proses pemanenan untuk waktunya sudah dapat diatur. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas dari jambu biji tersebut. Beberapa ciri-ciri yang digunakan untuk menandakan bahwa jambu biji dapat di panen. Ciri-cirinya antara lain warna kulit sudah berubah dari hijau tua menjadi hijau muda dan mengkilap atau kuning kehijauan, aroma buah mulai harum, rasa buah sudah manis, dan tekstur daging buah agak lunak yakni dengan cara menekan buah tersebut secara perlahan. Tahapan pemanenan biasanya 3-4 bulan setelah masa panen sebelumnya atau sesudah masa pemupukan. Pemanenan biasanya berlangsung tiga siklus dalam satu tahun, setiap silkus pemanenan dilakukan secara berulang-ulang. Satu siklus pemanenan dilakukan selama kurang lebih enam minggu, biasanya kegiatan pemanenan dilakukan setiap minggu karena harus menunggu sampai buah siap untuk dipanen. Panen raya biasanya berlangsung pada bulan Desember sampai Januari disini biasanya buah berlimpah. 6.1.2.7. Pasca Panen Kegiatan penanganan pasca panen pada umumnya hanya pada kegiatan pembersihan dan penyortiran agar penampilan buah lebih bagus dan seragam. Hasil panen dikemas ke dalam
keranjang agar lebih mudah diangkut dan
54
ditimbang. Hasil panen yang dimasukkan dalam keranjang dengan diberi dedaunan agar lebih aman dari gangguan-gangguan. Selanjutnya akan dibawa menuju ke tempat penampungan yaitu dalam gudang/gubug, tempat sementara sebelum tengkulak datang membeli. 6.1.2.8. Pemasaran Pemasaran jambu biji yang dilakukan petani jambu biji di Desa Cimanggis pada umumnya tidak terlalu panjang. Hasil panen dijual langsung ke penampung atau tengkulak. Informasi yang didapat di tempat penelitian bahwa petani kebanyakan melakukan suatu pesetujuan atau perjanjian kepada satu atau dua tengkulak, dari sini petani sudah memiliki pelanggan yang membeli hasil panennya. Perjanjiannya seperti semua hasil panen dijual ke tengkulak yang sudah ditentukan, apabila pada musimnya, biasanya hasil panen tidak semua dapat terserap oleh pasar sehingga tengkulak tersebut harus bersedia menampung hasil panen dari petani dengan harga yang sudah disepakati. Pada bulan tertentu biasanya bulan Desember dan Januari jumlah buah jambu biji di pasar sangat berlimpah karena merupakan panen raya, biasanya harga jatuh sehingga bayak jambu yang tidak terjual karena pasar tidak sangup menampung. Petani responden jambu biji di Desa Cimanggis memiliki keuntungan dengan adanya sistem kesepakatan dengan tengkulak tertentu, sehingga hasil panen petani jambu biji masih dapat terjual dengan harga negosiasi dengan tengkulak, jambu biji dijual persatuan kilogram. 6.1.3. Output Usahatani Keberhasilan dari kegiatan usahatani yang dijalankan seorang petani pada akhirnya akan diketahui dari total produksi dan penerimaan total dari penjualan jambu biji yang diperoleh petani. Total produksi jambu biji petani responden di Desa Cimanggis pata tahun 2009 berdasarkan hasil penelitian sebesar 143.000 kilogram dengan rata-rata per hektar sebesar 25.897 kilogram. Produksi jambu biji petani responden di Desa Cimanggis menurut stratum umur tanaman jambu biji dapat dilihat dalam Lampiran 9. Buah jambu biji yang diproduksi petani responden di Desa Cimanggis rata–rata mempunyai produktifitas per pohon
55
sebesar 37 kilogram per tahun atau 12.3 kilogram per satu siklus panen, satu tahun 3 kali siklus panen, dimana satu kali siklus panen rata-rata selama 6 minggu. 6.2.
Analisis Usahatani Jambu Biji Analisis usahatani yang dilakukan adalah dengan menghitung tingkat
pendapatan dan R/C rasio usahatani jambu biji tersebut, yakni usahatani jambu biji pada petani responden di Desa Cimanggis. Responden Analisis usahatani jambu biji yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebanyak 35 orang. Analisis usahatani yang dilakukan mengacu pada konsep pendapatan atas biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tunai dan biata total. Biaya tunai dapat diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai seperti biaya pembelian sarana produksi, biaya tenaga kerja luar keluarga dan pajak. Biaya total adalah biaya tunai ditambah biaya yang diperhitungkan. Biaya diperhitungkan dapat didefinisikan sebagai biaya yang pengeluarannya tidak dalam bentuk tunai seperti biaya untuk penggunaan tenaga kerja keluarga, penyusutan peralatan dan biaya imbangan untuk lahan atau sewa lahan. 6.2.1.
Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan total nilai produk yang dihasilkan, yaitu
hasil kali jumlah fisik output dengan harga jual yang terjadi. Penerimaan petani berasal dari produksi usahatani jambu biji merah Getas. Penerimaan usahatani jambu biji di Desa Cimanggis pada tahun 2009 per hektar adalah sebesar 25.897 kilogram dengan penerimaan sebesar Rp. 64.747.238,84 Tabel 18 dapat dilihat rata-rata penerimaan usahatani jambu biji di Desa Cimangis berdasarkan umur tanaman jambu biji pada tahun 2009 per hektar.
56
Tabel 19. Rata-rata Penerimaan Usahatani Jambu Biji di Desa Cimanggis Berdasarkan Umur tanaman Jambu Biji Pada Tahun 2009 per Hektar Umur Tanaman Jumlah panen Harga Nilai (Rp) (tahun) (kilogram) (Rp/kilogram) 6 34.609,18 2.500,86.522.951,12 5
26.063,40
2.500,-
65.158.550,00
4
25.708,00
2.500,-
64.268.949,03
3
20.178,60
2.500,-
50.446.611,05
Total Rata-Rata keseluruhan
25.897,00
2.500,-
64.747.238,84
Berdasarkan Tabel 19 rata-rata jumlah penerimaan per hektar yang diterima oleh usahatani jambu biji pada petani responden Desa Cimanggis dipengaruhi oleh jumlah output usahatani jambi biji yang dihasilkan. Terdapat kesamaan harga pada setiap petani karena petani responden berada dalam satu wadah kelompok tani yaitu Kelompok Tani Bambu Duri, yaitu sebesar Rp. 2.500,- dimana dalam pemasaran jambu biji yang dilakukan pada tengkulak yang sudah ditentukan oleh kelompok Tani Bambu Duri tersebut sehingga dalam pemasarannya sudah ada kepastian pasar. Bila dibandingkan dengan harga yang diterima diluar kelompok tani harga yang diterima anggota kelompok tani lebih rendah yaitu sebesar Rp 2.000,-. Harga ditentukan dengan sistem negosiasi antara tengkulak dan petani jambu biji melalui wadah Kelompok Tani Bambu Duri. 6.2.2. Biaya Usahatani. Pengeluaran atau biaya adalah seluruh pengorbanan sumber daya ekonomi dalam satuan uang (rupiah) yang diperlukan untuk menghasilkan produk dalam satu periode produksi. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu komoditi atau produk baik secara tunai maupun diperhitungkan. Komponen biaya yang digunakan pada usahatani jambu biji adalah biaya untuk pembelian benih, pupuk, pestisida, pembungkus buah (plastik), tenaga kerja, dan biaya-biaya lainnya seperti biaya penyusutan peralatan, pajak dan sewa lahan atau biaya imbangan penggunaan lahan. Total biaya usahatani pada setiap stratum umur tanaman jambu biji adalah berbeda. Perbedaan tersebut dikarenakan waktu penanaman yang dilakukan dan
57
jumlah pohon yang ditanam, hal ini berpengaruh kejumlah input yang digunakan. Perhitungan biaya tunai meliputi biaya pembelian pupuk, pestisida, pembungkus buah (plastik), kertas pembungkus, tali rapia, tenaga kerja luar keluarga dan biaya biaya lainya seperti biaya pajak. Biaya diperhitungkan atau biaya non meliputi biaya pebelian benih, biaya penyusutan dan biaya imbangan untuk lahan atau sewa lahan. Biaya imbangan untuk lahan atau sewa lahan masuk ke dalam biaya diperhitungkan karena petani responden rata-rata memiliki lahan sendiri. Biaya penyusutan peralatan disetiap yang digunakan petani memiliki nilai sama, hal ini dikarenakan usahatani yang diperbandingkan merupakan sama-sama usahatani jambu biji (homogen) atau usahatani yang dalam kegiatan teknik budidayanya sama sehingga peralatan yang digunakan untuk usahatani relatif sama. 6.2.3. Pendapatan Usahatani. Pendapatan usahatani dikatakan menguntungkan jika selisih antara penerimaan dan pengeluaran bernilai positif. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan pengeluaran tunai. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan total dan pengeluaran total. Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total yang diterima dalam usahatani jambu biji di Desa Cimanggis tahun 2009 per hektar masingmasing
sebesar
Rp.
35.784.039,75
artinya
pendapatan
petani
tanpa
memperhitungkan biaya yang diperhitungkan sebesar Rp. 35.784.039,75 per hektar. Sedangkan pendapatan atas biaya total adalah Rp. 19.039.877,02. Perhitungan selengkapnya dapat dlihat pada Tabel 20 data rata-rata produksi, penerimaan, biaya, pendapatan usahatani dan R/C usahatani jambu biji pada petani responden di Desa Cimanggis berdasarkan stratum umur tanaman jambu biji.
58
Tabel 20. Rata-rata Produksi, Penerimaan, Biaya, Pendapatan Usahatani dan R/C atas Usahatani Jambu Biji pada Petani Responden di Desa Cimanggis Tahun 2009 Berdasarkan Umur Tanaman Jambu Biji per Hektar. No
Umur tanaman (Tahun) 5 4
3
34.609,18
26.063,42
25.708
20.178,6
25.897
86.522.951,-
65.184.613,42
64.268.949,03
50.446.611,05
64.724.238,63
21.747.613,-
21.666.953,18
23.803.166,53
18.470.728,86
28.958.199,09
17.153.555,-
17.202.307,39
15.104.641,45
13.714.839,44
16.744.162,73
38.901.168,-
38.869.260,57
38.907.807,98
32.185.568,31
45.702.361,82
64.775.338,-
43.491.596,82
40.465.782,50
31.975.882,19
35.784.039,75
47.621.783,-
26.289.289,43
25.361.141,05
18.261.042,75
19.039.877,02
3,98
3,01
2,70
2,73
2,24
2,22
1,68
1,65
1,57
1,42
Keterangan 6
A
B C D
Produksi (kilogram) Penerimaan Total (Rp) Biaya Usahatani Biaya Tunai (Rp) Biaya Diperhitungka n (Rp) Total biaya (Rp) Pendapatan atas Biaya Tunai (Rp) Pendapatan atas Biaya Total (Rp) R/C atas biaya tunai R/C atas Biaya Total
Keseluruhan
Dalam penelitian ini, adapun analisis yang dilakukan mengacu kepada konsep pendapatan atas biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai seperti biaya pembelian sarana produksi, biaya tenaga kerja luar keluarga dan pajak. Biaya total adalah biaya tunai ditambah dengan biaya yang telah diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang pengeluarannya tidak dalam bentuk tunai seperti penggunaan tenaga kerja keluarga, penyusutan peralatan dan sewa lahan. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan pengeluaran tunai. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan penerimaan total. Hasil analisis usahatani jambu biji yang dilakukan di Desa Cimanggis pada tahun 2009 diambil dari 35 responden petani jambu biji diperoleh bahwa produksi rata-rata per pohon yang dihasilkan pertahun oleh petani jambu biji di Desa Cimanggis mencapai 37 kilogram atau 12.3 kilogram per satu kali panen. Maka total produksi dikalikan tiga kali panen dalam satu tahun yaitu 143.000 atau jika dirata-ratakan produksi yang dihasilkan sebesar 25.897 kilogram per hektar, dengan penerimaan per petani sebesar Rp 64.724.238,63,- dengan harga jual Rp. 2500,00 per kilogram. Penjualan jambu biji di Desa Cimanggis hampir semua melalui pedagang pengumpul, khususnya petani
59
responden yang merupakan anggota Kelompok Tani Bambu Duri. Semua anggota dalam pemasaran jambu biji melalui pengumpul atau tengkulak yang sudah disepakati. Harga yang diterima oleh petani jambu biji pun sama karena melalui satu pengumpul yang sama. Penyerapan hasil panen dari petani rerponden di Desa Cimanggis sudah memiliki pasar yang pasti, karena petani melakukan kesepakatan atau perjanjian dengan tengkulak. Perjanjiannya seperti ketika musim panen raya, yang biasanya harga rendah dan banyak hasil panen yang tidak dapat terjual menjadi tanggung jawab bersama dan begitu pula saat harga bagus, petani harus menjual ke tengkulak tersebut. Rata-rata petani responden tersebut pada tahun 2009 menjual dengan harga Rp. 2500,- per kilogram dengan melalui proses negosiasi, sesuai kesepakatan. Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total yang diterima dalam usahatani jambu biji di Desa Cimanggis tahun 2009 per hektar masingmasing
sebesar
Rp.
35.784.039,75
artinya
pendapatan
petani
tanpa
memperhitungkan biaya yang diperhitungkan sebesar Rp. 35.784.039,75 per hektar. Sedangkan pendapatan atas biaya total adalah Rp. 19.039.877,02. Dilihat dari perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C Rasio) atas biaya tunai dan biaya total dapat disimpulkan bahwa usahatani jambu biji di Desa Cimanggis menguntungkan untuk diusahakan, terbukti dengan nilai R/C rasio terhadap biaya tunai dan biaya total yang bernilai lebih dari satu. Nilai imbangan dan biaya atau Return to Cost Rasio (R/C) atas biaya total adalah 1,42. Nilai R/C sebesar 1,42 artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.42 sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 2,24 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 2.24. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan usahatani jambu biji yang dijalankan oleh petani jambu biji di Desa Cimanggis tersebut efisien untuk dijalankan, karena nilai R/C dari usahatani jambu biji tersebut lebih besar dari satu. Selisih R/C rasio atas biaya tunai dengan R/C rasio atas biaya total adalah 0,82 atau 82 persen. Ini menunjukkan bahwa biaya diperhitungkan pada usahatani ini cukup besar. Salah satu komponen biaya diperhitungkan yang paling besar adalah biaya pembelian benih. Besarnya biaya pembelian benih mengindikasikan bahwa petani jambu biji
60
tidak menghasilkan bibit sendiri melainkan membeli dari luar dengan harga yang tinggi. Penelitian analisis pendapatan usahatani ini ada variabel yang menjadi perhatian khusus untuk dianalisis yaitu membandingkan beberapa golongan usahatani dilihat dari stratum umur tanaman jambu biji yang di usahakan. Variabel yang akan dianalisis adalah dari stratum umur tanaman jambu biji yang diusahakan oleh petani jambu biji. Bila dilihat dari Tabel 20 maka keempat stratum umur tanaman jambu biji tersebut dapat dibandingkan, dimana yang lebih efisien adalah umur tanaman yang enam tahun yaitu dengan R/C atas biaya total sebesar 2,22 yang artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2.22 sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 3,98 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 3,98 atau dengan arti usahatani jambu biji ini efisien untuk dijalankan. Selisih antara R/C total dan R/C tunai terjadi penurunan paling banyak yaitu sebesar 1,76 atau 166 persen. Hal ini diakibatkan oleh kegiatan usahatani pada umur tanaman enam tahubn banyak mengeluarkan biaya non tunai atau biaya yang diperhitungkan, salah satu biaya yang diperhitungkan yang paling besar adalah pada biaya benih, hal ini diakibatkan petani masih membeli benih dari luar Stratum umur tanaman jambu biji lima tahun masing-masing R/C atas biaya total dan atas biaya tunai adalah sebesar 1,68 yang artinya untuk setiap biaya total yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.68. R/C atas biaya tunai sebesar 3,01 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 3,01 atau dengan arti usahatani jambu biji ini efisien untuk dijalankan. Stratum umur tanaman jambu biji empat tahun masing-masing R/C atas biaya total dan atas biaya tunai adalah sebesar yaitu dengan R/C rasio atas biaya total dan biaya tunai sebesar 1,65 yang artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.65 sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 2,7
61
yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 2.7. Stratum umur tanaman jambu biji tiga tahun masing-masing R/C atas biaya total dan atas biaya tunai adalah sebesar yaitu dengan R/C atas biaya total dan biaya tunai sebesar 1,57 yang artinya untuk setiap biaya total yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.57 sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 2,73 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 2.73. Terdapat beberapa hal yang terkait dengan nilai R/C diantara keempat stratum umur tanaman jambu biji tersebut diantaranya didalam pemakaian tenaga kerja, luasan lahan, pemakaian pestisida dimana hal ini sebagai penjegahan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT), umur tanaman dan biaya-biaya yang diperhitungkan. Pada Tabel 20 produksi jambu biji pada tahun 2009 per 1000 pohon di stratum umur enam tanaman jambu biji lebih banyak dibandingkan stratum umur tanaman lima, empat dan tiga tahun. Hal ini dikarenakan produktivitas per pohon yang lebih besar di stratum umur tanaman enam tahun. Tabel 21. Produksi Jambu Biji Berdasarkan Stratum Umur Tanaman Jambu Biji Per 1000 Pohon pada Tahun 2009 Musim Panen
Umur Tanaman (tahun) 6
5
4
3
Panen Januari – Desember 2009 (kg)
46.000
35.500
34.500
32.000
Total Produksi (tahun 2008) (kg)
46.000
35.500
34.500
32.000
Analisis usahatani juga dilakukan dengan menghitung tingkat pendapatan dan rasio R/C usahatani jambu biji untuk empat stratum umur tanaman jambu biji dengan analisis usahatani per 1000 pohon sebagai pembanding. Analisis usahatani yang dilakukan dalam penelitian ini ditetapkan petani responden sebanyak 35 orang, masing masing responden untuk setiap stratum yaitu 10 responden untuk stratum umur tanaman enam tahun, sembilan responden untuk stratum umur tanaman lima tahun, empat responden untuk stratum umur tanaman empat tahun dan 12 responden untuk stratum umur tanaman tiga tahun.
62
Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas total per 1000 pohon yang diterima dalam usahatani jambu biji di Desa Cimanggis pada tahun 2009 pada setiap stratum umur tanaman berbeda beda. Perbedaan yang terlihat dapat dengan jelas diketahui seperti pada Tabel 21. yakni rata-rata produksi, penerimaan, biaya, pendapatan usahatani dan R/C rasio atas usahatani jambu biji pada petani responden di Desa Cimanggis tahun 2009 berdasarkan stratum luasan lahan pengusahaan jambu biji per hektar Tabel 22. Rata-Rata Produksi, Penerimaan, Biaya, Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio atas Usahatani Jambu Biji pada Petani Responden di Desa Cimanggis Tahun 2009 Berdasarkan Stratum Umur Tanaman Jambu Biji per 1000 Pohon No
Umur tanaman (Tahun) 5 4
Keterangan 6
A
Produksi (kilogram) Penerimaan Total (Rp) Biaya usahatani
B
Biaya tunai (Rp)
33.818.735,21
C
Biaya Diperhitungkan (Rp)
17.153.555,00
D
Total biaya (Rp)
50.972.290,21
Pendapatan atas biaya tunai (Rp) Pendapatan atas biaya total (Rp)
81.181.264,79
R/C atas biaya tunai R/C atas biaya total
3
46.000
35.500
34500
32000,0
115.000.000,00
88.750.000,00
86.250.000,00
80.000.000,00
30.530.509,30
30.037.803,66
21.365.082,56
20.621.733,90
51.895.591,87
50.659.537,56
55.719.490,70
49.962.196,34
34.354.408,13
29340462,44
2,83 1,66
2,66 1,58
64.027.709,79 3,40 2,26
31.545.922,04 18.862.508,73 50.408.430,77 57.204.077,96 38.341.569,23 2,81 1,76
Dalam penelitian ini, adapun analisis yang dilakukan mengacu kepada konsep pendapatan atas biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai seperti biaya pembelian sarana produksi, biaya tenaga kerja luar keluarga dan pajak. Biaya total adalah biaya tunai ditambah dengan biaya yang telah diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang pengeluarannya tidak dalam bentuk tunai seperti penggunaan tenaga kerja keluarga, penyusutan peralatan dan sewa lahan. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan pengeluaran tunai. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan penerimaan total. Beberapa variabel yang menjadi
63
perhatian dalam penelitian ini yang khusus untuk dianalisis yaitu membandingkan beberapa golongan usahatani dilihat dari umur tanaman jambu biji yanag dimiliki oleh petani. Bila dilihat dari Tabel 22 maka keempat stratum umur tanaman jambu biji tersebut dapat dibandingkan dengan cara per 1000 pohon, dimana yang lebih efisien adalah umur tanaman yang enam tahun yaitu dengan R/C atas biaya total sebesar 2,26 yang artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2.26 sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 3,40 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 3.40 atau dengan arti usahatani jambu biji ini efisien untuk dijalankan. Stratum umur tanaman jambu biji lima tahun masing-masing R/C atas biaya total dan atas biaya tunai adalah sebesar 1,76 tidak beda jauh dari nilai analisis per hektar yang artinya untuk setiap biaya total yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.76. R/C atas biaya tunai sebesar 3,01 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 2.81 atau dengan arti usahatani jambu biji ini efisien untuk dijalankan. Stratum umur tanaman jambu biji empat tahun masing-masing R/C atas biaya total dan atas biaya tunai adalah sebesar yaitu dengan R/C atas biaya total dan biaya tunai sebesar 1,66 yang artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.65 sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 2,7 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 2.83 artinya bahwa usahatani ini efisien untukkndi jalalankan terbukti dari nilai R/C rasio >1. Stratum umur tanaman jambu biji tiga tahun masing-masing R/C atas biaya total dan atas biaya tunai adalah sebesar yaitu dengan R/C atas biaya total dan biaya tunai sebesar 1,57 yang artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.57 sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 2,73 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 2.73.
64
Terdapat beberapa hal yang terkait dengan nilai R/C diantara keempat stratum umur tanaman jambu biji tersebut diantaranya didalam pemakaian tenaga kerja, luasan lahan, pemakaian pestisida dimana hal ini sebagai penjegahan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT) dan biaya-biaya yang diperhitungkan. Setelah dilakukan pembandingan dengan menganalisis untuk per 1000 pohon maka stratum umur tanaman enam tahun lebih efisien untuk dilakukan.
65
VII 7.1.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Proses kegiatan usahatani jambu biji terdapat beberapa input yang
digunakan yakni terdiri dari benih, pupuk, pestisida, pembungkus buah, kertas pembungkus, tali rapia dan tenaga kerja. Dalam penyediaan benih, petani responden pada umumnya membeli langsung dari pedagang penjual tanaman buah atau benih. Teknik budidaya, secara umum untuk tanaman jambu biji tidak berbeda jauh dengan proses budidaya komoditas hortikultura pada umumnya. Kegiatan proses budidaya jambu biji proses yang dilakukan adalah terdiri dari kegiatan pemupukan, pemangkasan, penyiangan gulma (pembersihan kebun), penyemprotan pestisida, pembungkusan buah dan pemanenan. Kegiatan pemanenan merupakan kegiatan budidaya yang lebih banyak menyerap tenaga kerja, karena frekuensinya lebih banyak dilakukan dan menggunakan tenaga dari luar keluarga. Pada tahun 2009 produksi jumlah jambu biji pada stratum umur tanaman enam tahun lebih banyak dibandingkan stratum umur tanaman bawah enam tahun. Faktor penyebabnya karena beberapa faktor salah satunya yakni pada tahun keenam produktivitas jambu biji merupakan produksi jambu biji paling maksimal dan ini terbukti dari produktifitas rata-rata per pohon 46 kg per pohon sedangkan stratum umur tanaman dibawah enam tahun masing 35,5 kg untuk stratum umur tanaman 5 tahun, 34,5 kg untuk 4 tahun dan 32 kg untuk stratun tanaman 3 tahun. Maka hasil analisis usahatani jambu biji yang dilakukan di Desa Cimanggis pada tahun 2009 diambil dari 35 responden petani jambu biji diperoleh bahwa produksi rata-rata per pohon yang dihasilkan pertahun oleh petani jambu biji di Desa Cimanggis mencapai 37 kilogram per tahun atau 12.3 kilogram per satu kali panen. Apabila dilihat dari keempat stratum umur tanaman jambu biji tersebut dapat dibandingkan, dimana yang lebih efisien adalah umur tanaman yang enam tahun yaitu dengan R/C atas biaya total sebesar 2,22 yang artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2.22 sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 3,98 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00
maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 3,98 atau dengan arti usahatani jambu biji ini efisien untuk dijalankan dan menguntungkan untuk dijalankan karena pendapatannya bernilai positif yaitu sebesar sebesar Rp. 64.775.338,00 dan pendapatan atas biaya total adalah Rp. 47.621.783,00 Terdapat beberapa hal yang terkait dengan nilai R/C diantara keempat stratum umur tanaman jambu biji tersebut diantaranya didalam pemakaian tenaga kerja, jarak tanam, pemakaian pestisida dimana hal ini sebagai penjegahan terhadap
organisme
pengganggu
tanaman
(OPT),
biaya-biaya
yang
diperhitungkan dan umur tanaman jambu biiji. 7.2.
Saran Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan usahatani
jambu biji di Desa Cimanggis antara lain : 1. Berdasarkan hasil penelitian usahatani jambu biji di Desa Cimanggis adalah menguntungkan karena pendapatan yang diterima petani jambu biji bernilai positif dan R/C > 1. Perlu mengoptimalkan koordinasi dengan petugas penyuluh pertanian agar kegiatan agribisnis jambu biji dapat dijalankan secara optimal baik dalam teknik budidaya yang baik, dan penggunaan input produksi yang tepat guna dan mengoptimalkan fungsi dan manfaat dari kelompok tani Bambu Duri, sebagai wadah petani di Desa Cimanggis dalam melakukan semua kegiatan-kegiatan pertanian, khususnya usahatani jambu biji agar pendapatan usahatani yang diterima semakin meningkat.. 2. Pada setiap stratum umur tanaman jambu biji, hasil penelitian menyatakan bahwa stratum umur tanaman harus benar-benar dimaksimalkan kerena pada umur tanaman enam tahun produktivitas jambu bij paling maksimal. Disamping untuk setiap stratum umur tanaman perlu dalam meningkatkan teknik pemeliharaan tanamanharus sesuai dengan umur tanaman, karena kebutuhan setiap input berbeda-beda. Maka budidaya yang lebih baik, penggunaan input yang tepat guna serta tanggap terhadap setiap informasiinformasi dan teknologi baru yang penting terhadap kegiatan usahatani perlu dijalankan, agar pendapatan usahataninya dapat semakin meningkat.
67
DAFTAR PUSTAKA BPS Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Perdagangan Luar Negeri, Eksport.Jakarta. Ashari, S.1995. Holtikultura Aspek Budidaya. UI press.Jakarta Dahl, DC. and Hammond, JW. 1977. Market and Price Analysis The Agriculture Indutries. Mc. Graw-Hill Inc. New York. Daton. AR 2007. Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Mete di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur [Skripsi]. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agrbisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. 2008. Laporan Luas Tanaman Holtikultura. Dinas Pertanian Kabupaten. Bogor Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. 2008. Monografi Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. Bogor Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. 2008. Data Potensi Desa Cimanggis. Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. Bogor Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura.2004. Ketersediaan buah dan sayuran Indonesia. Holtikultura 3 (1). Pusat Data dan Informasi Pertanian. Jakarta Direktorat Jenderal Holtikultura. 2008. Produksi dan Luas Lahan Jambu Biji. Jakarta. http:// www.holtikultura.deptan.go.id/29 november 2009 Ekawati, Lisa .2005. Analisis Usahatani dan Pemasaran Nenas Bogor di Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. [Skripsi] Jurusan Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Hanafiah, AM. dan AM. Saefudin,1983. Tataniaga Hasil Perikanan. Universitas Indonesia. (UI-Press). Jakarta. Husen, HA. 2006. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Buah Belimbing Depok Varietas Dewa-Dewi. [Skripsi]. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB Hernanto, F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. http://www.ristek.go.id. Budidaya Jambu Biji Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. PT. Indeks. Jakarta.
Limbong, WH. dan P. Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Limbong, WH. dan P. Sitorus. 1997. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Cetakan Keenam. Ghalia Indonesia.Bogor. Nakasoke, HY. and RE. Paull. 1999. Tropical Fruits. CAB Interntional. New York. 432 p. Pusat Kajian Tropika. 2000. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat . Institut Pertanian Bogor. Sunda, SR. 2007 Karateristik Jambu Biji (Psidium guajava L.) Berdasarkan Karakter Morpologi dan Kimia Di Kecamatan Cileungsi, Cariru, dan Tanjungsari, Kabupaten Bogor. [Skripsi] Program Studi Holtikultura. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Sahutu, S dan Sjaifullah. 1991. Kajian Fisik dan Kimia Beberapa Varietas Jambu Biji. J. Hort. 1(4): 53-56. Silalahi, HBr. 2009. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Talas di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. [Skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Soeharjo, A. dan D. Patong. 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soekartawi, dkk. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia. Jakarta. Tirtayasa, MF. 2009. Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji Petani Primatani di Kota Depok Jawa Barat. [Skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen,Institut Pertanian Bogor Tiku, GV. 2008. Analisis Usahatani Padi Sawah Menurut Sistem Mina Padi dan Sistem Non Mina Padi. [Skripsi]. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Yulistia, N. 2009. Analisis Pendapatan Dan Efisiensi Produksi Usahatani Belimbing Dewa Peserta Primatani di Kota Depok Jawa Barat. [Skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
69
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner Pendapatan Usahatani jambu biji
SURVEI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusun skripsi yang berjudul ”Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji di Desa Cimanggis, Kecamatan BojongGede, Kabupaen Bogor”. oleh Felix Bob Sanfri Siregar (H34076064), Mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Tahun 2010 . 1. Identitas dan Karakteristik Responden 1. Nama
: ............................................
2. Jenis kelamin
: Laki-laki/Perempuan*
3. Umur
: .......... tahun
4. Lama bertani jambu biji : .......... tahun 5. Alamat
: .................................................................................
6. Pendidikan terakhir
: SD/SLTP/SMA/Perguruan Tinggi*
7. Apakah bertani jambu biji merupakan mata pencaharian utama : ya / tidak*: 8. Jika tidak, apa mata pencaharian utama : ...................................................... 9. Mata pencaharian lainnya : ........................................................................... 10. Luas lahan yang diusahakan untuk bertani jambu biji : ………….ha dari luas total lahan usahatani yang dimiliki : ................ha, 11. Total luas lahan: ............................. ha 12. Berapa jumlah pohon jambu biji yang di tanam: .......................pohon. 13. Tanaman tambahan yang ditanam: .............? Sebutkan: ........................................... 14. Sistem penanaman : (monokultur/ tumpangsari dengan tanaman :......? 15. Status kepemilikan lahan? (Penggarap/Pemilik dan penggarap)* Sewa lahan? Rp…………./ha 16. Sumber modal usahatani : sendiri/pinjam ke petani lain/lainnya* Jumlah pinjaman? Rp...................... 17. Kemana hasil panen dijual? (pedagang pengumpul/pengecer/lainnya…...............)* *) coret yang tidak perlu
71
18. Permasalahan yang sering dihadapi dalam usahatani jambu biji (budidaya, teknologi, modal, hama, lainnya.......................................) Uraian singkat : ............................................................................................. 19. Pendapatan rata-rata diluar usahatani : Rp.................../bulan 20. Pengeluaran rata-rata diluar usahatani : Rp.................../bulan 21. Jumlah tanggungan keluarga (termasuk responden) : ………. Ikut No.
Nama
Status
Jenis
Hubungan
Kelamin
Umur
Pendidikan
Membantu
Ikut Mencari nafkah
Terakhir
Kegiatan
di luar usahatani
Usahatani
1
Ya/Tidak
Ya/Tidak
2
Ya/Tidak
Ya/Tidak
3
Ya/Tidak
Ya/Tidak
B. Komponen Biaya Usahatani
No.
Uraian
A
TENAGA KERJA LUAR Pembersihan (HOK)
3
Pemangkasan (HOK)
4
Pemupukan (HOK)
5
Pemberantasan hama & penyakit (HOK) Tenaga kerja keluarga (HOK) Input produksi
6 7
Unit yang digunakan
Harga satuan (Rp)
Biaya total (Rp)
Keterangan
Pupuk : - Urea - TSP - KCL, Dll Pestisida
72
Peralatan : - Cangkul - Parang - Dll
C. Komponen Penerimaan Usahatani 1. Berapa jumlah produksi jambu biji pada tahun 2008....................kg/tahun 2. Berapa volume sekali panen..........................kg 3. Berapa volume penjualan per bulan.............kg 4. Berapa harga jual jambu biji untuk tahun 2008 : Rp......................./kg 5. Jika harga di pasar rendah, apakah anda tetap melakukan kegiatan panen? ...............(ya/tidak) Mengapa?............................................................................................................ ............................................................................................................................ 6. Bagaimana sistem pemanenan, sendiri atau diborongkan :................... 7. Saluran pemasaran jambu biji:.......................
Bogor, Februari 2010
TERIMA KASIH & SUKSES SELALU
73
Lampiran 2. Karakteristik Petani Responden Petani Jambu Biji di Desa Cimanggis No
Nama Petani Responden
Umur (thn)
Pendidikan Perakhir
Pengalaman (tahun)
Luas Lahan (ha)
Jumlah Pohon (buah)
Mata Pencaharian Utama
Umur Pohon (tahun)
12
0,5
530
TANI
6
SD
6
0,5
250
WARUNG
6
48
SD
5
0,4
400
TANI
5
Pak Acing
45
SD
5
0,4
300
BENGKEL
5
5
Pak Nan
52
SD
6
0,33
150
TUKANG
6
6
Pak Iming
48
SD
6
0,32
250
TANI
6
1
Pak Jabang
37
SLTP
2
H. Ajah
70
3
Tiang Supriyatna
4
7
Pak Niminiah
60
SD
5
0,3
150
TANI
5
8
Pak Nasin
52
SD
3
0,2
200
BURUH
3
9
Pak Sanin
35
SLTP
4
0,17
100
TANI
4
10
Pak Ecay
60
SD
6
0,164
120
TANI
6
11
Pak Dahlan
52
SD
6
0,16
150
PEDAGANG
6
12
Pak Liman
52
SD
3
0,15
100
TANI
3
13
Pak Nisin
50
SD
5
0,14
50
BURUH
5
14
Pak Adi
57
SLTP
6
0,12
50
BURUH
6
15
Pak Sanan
40
SLTP
3
0,1
30
TANI
3
16
Pak Biung
60
SD
4
0,095
80
TANI
4
17
Pak Turman
35
SD
3
0,09
60
BURUH
3 5
18
Pak Sandi
30
SLTP
5
0,085
65
BURUH
19
Pak Kirin
70
SD
3
0,08
25
TUKANG
3
20
Pak Ipul
22
SLTP
5
0,075
100
BURUH
5
21
Pak Kartono
60
SD
5
0,072
30
TUKANG
5
22
Pak Nanih
60
SD
3
0,07
40
TUKANG
3
23
Pak Aman
45
SD
5
0,07
30
BURUH
5
24
Pak Ican
55
SD
6
0,065
30
PEDAGANG
6
25
Pak Acik
50
SD
6
0,06
45
6
26
Pak Jumat
37
SLTP
3
0,05
25
BURUH GURU (HONORER)
27
Pak Ninam
55
SD
3
0,05
40
TANI
3
28
Pak Nanang
38
SD
7
0,045
25
WIRASWASTA
6
29
Pak Itang
70
SD
5
0,04
20
WARUNG
5
3
30
Pak Adih
57
SD
4
0,04
25
TUKANG
4
31
Pak Miing
35
SLTP
4
0,035
30
BURUH
4
32
Pak Anim
48
SD
3
0,033
15
TUKANG
3
33
Pak Supiono
45
SD
3
0,03
25
DAGANG
3
34
Pak Maran
30
SD
3
0,03
20
DAGANG
3
DAGANG
3
35
Pak Icin
45
SLTP
3
0,025
15
74
Lampiran 3. Rata-Rata Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Jambu Biji pada Stratum Umur Tanaman Jambu Biji Umur Enam Tahun 2009 per Hektar No Keterangan Jumlah Satuan Harga Nilai A Penerimaan 86.522.951,12 Total Penerimaan Total 34609,18 kg 2500 B Biaya Tunai Pupuk 830.003,60 NPK 415 kg 2.000,00 622.502,70 TSP 415 kg 1.500,00 830.003,60 KCL 415 kg 2.000,00 6.648.763,46 Pupuk Kandang 1329,8 karung 5.000,00 8.931.273,34 Total pembelian pupuk
C
D
Pestisida Dusban Curacon Decis Total Pembelian Pestisida Pembungkus buah Total biaya pembungkusan buah Tenaga kerja luar keluarga - Pemupukan - Pemangkasan - Penyiangan Gulma - Penyemprotan - Pembungkusan buah - Pemanenan buah Jan-Des 09 Total biaya TKLK - Pajak Total Biaya Tunai Biaya Diperhitungkan Benih (pohon) Kertas Pembungkus Tali Rapia Penyusutan Tenaga Kerja Dalam Keluarga - Pemupukan - Pemangkasan - Penyiangan Gulma - Penyemprotan - Pembungkusan buah - Pemanenan buah Jan-Des 09 Total biaya TKDK - Sewa lahan ( biaya imbangan penggunaan) Total Biaya yang diperhitungkan Jumlah Total Biaya Pendapatan atas biaya tunai (A-B) Pendapatan atas biaya total (A-D) R/C rasio atas biaya tunai (A/B) R/C rasio atas biaya total (A/D)
360.000,00 2.563.643,12 4.369.943,09 7.293.586,21 920.586,88 920.586,88
11,4 13,2 25,1
kg kg kg
72.000,00 194.000,00 174.000,00
46,0
kg
20.000,00
10,8 13,2 11,3 6,2 5,4 38,2
HOK HOK HOK HOK HOK HOK
50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00
540.625,00 658.125,00 562.500,00 312.291,67 268.125,00 1.910.500,00 4.252.166,67 350.000,00 21.747.613,11
665 212,6 112,2
pohon kg buah
15.000,00 500,00 1.000,00
9.973.145,18 106.315,67 112.205,45 324.860,15
26 27 27 10 16 124
HOK HOK HOK HOK HOK HOK
50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00
1.292.291,67 1.341.041,67 1.338.791,67 519.166,67 820.000,00 6.220.000,00 11.531.291,67 387.500,00 17.153.555,00 38.901.168,11 64.775.338,02 47.621.783,02 3,98 2,22
76
Lampiran 4. No A B
C
D
Rata-Rata Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Jambu Biji pada Stratum Umur Tanaman Jambu Biji Umur Lima Tahun 2009 per Hektar Keterangan Jumlah Satuan Harga Nilai Penerimaan Total Penerimaan Total 26063,4 kg 2500 65.158.550,00 Biaya Tunai Pupuk NPK 429,2 kg 2.000,00 858.309,99 TSP 429,2 kg 1.500,00 643.732,49 KCL 429,2 kg 2.000,00 858.309,99 Pupuk Kandang 1345 karung 5.000,00 6.722.689,08 Total pembelian pupuk 9.083.041,55 Pestisida Dusban 11,5 kg 72.000,00 360.000,00 Curacon 11,8 kg 194.000,00 2.286.135,51 Decis 31,3 kg 174.000,00 5.453.442,78 Total Pembelian Pestisida 8.099.578,30 Pembungkus buah 35 kg 20.000,00 700.000,00 Total biaya pembungkusan buah 700.000,00 Tenaga kerja luar keluarga - Pemupukan 7,8 HOK 50.000,00 390.312,50 - Pemangkasan 10,8 HOK 50.000,00 542.187,50 - Penyiangan Gulma 9,8 HOK 50.000,00 488.437,50 - Penyemprotan 5,6 HOK 50.000,00 278.645,83 - Pembungkusan buah 4,1 HOK 50.000,00 203.750,00 - Pemanenan buah Jan-Des 09 30,6 HOK 50.000,00 1.531.000,00 Total biaya TKLK 3.434.333,33 - Pajak 350.000,00 Total Biaya Tunai 21.666.953,18 Biaya Diperhitungkan Benih (pohon) 672 pohon 15.000,00 10.084.033,61 Kertas Pembungkus 156 kg 500,00 78.097,69 Tali Rapia 112 buah 1.000,00 111.568,07 Penyusutan 242.471,65 Tenaga Kerja Dalam Keluarga - Pemupukan 17 HOK 50.000,00 861.458,33 - Pemangkasan 16 HOK 50.000,00 807.291,67 - Penyiangan Gulma 18 HOK 50.000,00 881.875,00 - Penyemprotan 6 HOK 50.000,00 289.166,67 - Pembungkusan buah 8 HOK 50.000,00 404.166,67 - Pemanenan buah Jan-Des 09 58 HOK 50.000,00 2.885.000,00 Total biaya TKDK 6.128.958,33 - Sewa lahan ( biaya imbangan penggunaan) 557.178,0 Total Biaya yang diperhitungkan 17.202.307,39 Jumlah Total Biaya 38.869.260,57 Pendapatan atas biaya tunai (A-B) 43.491.596,82 Pendapatan atas biaya total (A-D) 26.289.289,43 R/C rasio atas biaya tunai (A/B) 3,01 R/C rasio atas biaya total (A/D) 1,68
77
Lampiran 5 No A B
C
D
Rata-Rata Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Jambu Biji pada Stratum Umur Tanaman Jambu Biji Umur empat Tahun 2009 per Hektar Keterangan Jumlah Satuan Harga Nilai Penerimaan Total Penerimaan Total 25708 kg 2500 64.268.949,03 Biaya Tunai Pupuk NPK 520,1 Kg 2.000,00 1.040.131,58 TSP 520,1 Kg 1.500,00 780.098,68 KCL 520,1 Kg 2.000,00 1.040.131,58 Pupuk Kandang 1.662 Karung 5.000,00 8.310.620,30 Total pembelian pupuk 11.170.982,14 Pestisida Dusban 14 kg 72.000,00 360.000,00 Curacon 7,4 kg 194.000,00 1.435.409,59 Decis 49 kg 174.000,00 5.742.000,00 Total Pembelian Pestisida 10.349.029,62 Pembungkus buah 55 kg 20.000,00 1.096.071,43 Total biaya pembungkusan buah 1.096.071,43 Tenaga kerja luar keluarga - Pemupukan 3 HOK 50.000,00 147.916,67 - Pemangkasan 3 HOK 50.000,00 131.250,00 - Penyiangan Gulma 3 HOK 50.000,00 147.916,67 - Penyemprotan 1 HOK 50.000,00 40.000,00 - Pembungkusan buah 2 HOK 50.000,00 90.000,00 - Pemanenan buah Jan-Des 09 6 HOK 50.000,00 280.000,00 Total biaya TKLK 837.083,33 - Pajak 350.000,00 Total Biaya Tunai 20.911.546,49 Biaya Diperhitungkan Benih (pohon) 831 pohon 15.000,00 12.465.930,45 Kertas Pembungkus 139,9 500,00 69.966,68 Tali Rapia 104,4 1.000,00 104.375,05 Penyusutan 296.244,27 Tenaga Kerja Dalam Keluarga - Pemupukan 3,2 HOK 50.000,00 161.250,00 - Pemangkasan 3,3 HOK 50.000,00 166.250,00 - Penyiangan Gulma 3,3 HOK 50.000,00 166.250,00 - Penyemprotan 1,5 HOK 50.000,00 72.500,00 - Pembungkusan buah 2,1 HOK 50.000,00 106.875,00 - Pemanenan buah Jan-Des 09 8,9 HOK 50.000,00 445.000,00 Total biaya TKDK 1.118.125,00 - Sewa lahan ( biaya imbangan penggunaan) 1.050.000,00 Total Biaya yang diperhitungkan 15.104.641,45 Jumlah Total Biaya 38.907.807,98 Pendapatan atas biaya tunai (A-B) 40.465.782,50 Pendapatan atas biaya total (A-D) 25.361.141,05 R/C rasio atas biaya tunai (A/B) 2,70 R/C rasio atas biaya total (A/D) 1,65
77
Lampiran6.5. Rata-Rata Rata-Rata Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/CUsahatani Rasio Usahatani Biji Lampiran Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Jambu BijiJambu pada Stratum padaTanaman Stratum Jambu Umur Biji Tanaman Jambu Biji2009 Umur Tahun 2009 per Hektar Umur Umur Tiga Tahun per4 Hektar Keterangan Jumlah Nilai NoNo Keterangan Jumlah Satuan Satuan Harga Harga Nilai A Penerimaan A Penerimaan Total Penerimaan Total 25708 2500 64.268.949,03 Total Penerimaan Total 20178,6 kgkg 2500 50.446.611,05 Biaya Tunai B B Biaya Tunai Pupuk Pupuk NPK 520,1 2.000,00 1.040.131,58 NPK 372,3 kgkg 2.000,00 744.529,22 520,1 1.500,00 780.098,68 TSPTSP 372,3 kgkg 1.500,00 558.396,92 KCL 520,1 2.000,00 1.040.131,58 KCL 372,3 kgkg 2.000,00 744.529,22 Pupuk Kandang 1.662 8.310.620,30 Pupuk Kandang 1228,6 karung karung 5.000,00 5.000,00 6.143.172,80 Total pembelian pupuk 11.170.982,14 Total pembelian pupuk 8.190.628,16 Pestisida Pestisida Dusban 148,9 kgkg 72.000,00 360.000,00 Dusban 72.000,00 360.000,00 Curacon 7,44,1 kgkg 194.000,00 1.435.409,59 Curacon 194.000,00 797.449,77 Decis 49 8.553.620,04 Decis 31,7 kgkg 174.000,00 174.000,00 5.513.935,03 Total Pembelian Pestisida 10.349.029,62 Total Pembelian Pestisida 6.671.384,80 Pembungkus buah 5544 kgkg 20.000,00 1.096.071,43 Pembungkus buah 20.000,00 875.257,58 Total biaya pembungkusan buah 1.096.071,43 Total biaya pembungkusan buah 875.257,58 Tenaga kerja luar keluarga Tenaga kerja luar keluarga - Pemupukan 35,7 HOK 147.916,67 - Pemupukan HOK 50.000,00 50.000,00 286.250,00 - Pemangkasan 36,8 HOK 131.250,00 - Pemangkasan HOK 50.000,00 50.000,00 341.250,00 Penyiangan Gulma 3 HOK 50.000,00 147.916,67 - Penyiangan Gulma 7,1 HOK 50.000,00 356.250,00 - Penyemprotan 13,8 HOK 40.000,00 - Penyemprotan HOK 50.000,00 50.000,00 192.083,33 - Pembungkusan buah 24,3 HOK 90.000,00 - Pembungkusan buah HOK 50.000,00 50.000,00 213.125,00 - Pemanenan buah Jan-Des 6 HOK 280.000,00 - Pemanenan buah Jan-Des 09 09 19,9 HOK 50.000,00 50.000,00 994.500,00 Total biaya TKLK 837.083,33 Total biaya TKLK 2.383.458,33 - Pajak 350.000,00 - Pajak 350.000,00 Total Biaya Tunai 23.803.166,53 Total Biaya Tunai 18.470.728,86 Biaya Diperhitungkan C C Biaya Diperhitungkan Benih (pohon) 831 12.465.930,45 Benih (pohon) 614 pohon pohon 15.000,00 15.000,00 9.214.759,20 Kertas Pembungkus 139,9 500,00 69.966,68 Kertas Pembungkus 85,9 kgkg 500,00 42.969,41 Tali Rapia 104,4 buah 1.000,00 104.375,05 Tali Rapia 70,3 buah 1.000,00 70.283,23 Penyusutan 296.244,27 Penyusutan 296.244,27 Tenaga Kerja Dalam Keluarga Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pemupukan 3,215 HOK 161.250,00 - Pemupukan HOK 50.000,00 50.000,00 734.041,67 - Pemangkasan 3,3 8 HOK 166.250,00 - Pemangkasan HOK 50.000,00 50.000,00 390.750,00 - Penyiangan Gulma 3,315 HOK 166.250,00 - Penyiangan Gulma HOK 50.000,00 50.000,00 744.958,33 Penyemprotan 1,5 HOK 50.000,00 72.500,00 - Penyemprotan 4 HOK 50.000,00 192.500,00 - Pembungkusan buah 2,1 3 HOK 106.875,00 - Pembungkusan buah HOK 50.000,00 50.000,00 163.333,33 - Pemanenan buah Jan-Des 8,916 HOK 445.000,00 - Pemanenan buah Jan-Des 09 09 HOK 50.000,00 50.000,00 815.000,00 Total biaya TKDK 1.118.125,00 Total biaya TKDK 3.040.583,33 - Sewa lahan ( biaya imbangan - Sewa lahan ( biaya imbangan penggunaan) 1.050.000,00 penggunaan) 1.050.000,00 Total Biaya yang diperhitungkan 15.104.641,45 Total Biaya yang diperhitungkan 13.714.839,44 Jumlah Total Biaya 38.907.807,98 D D Jumlah Total Biaya 32.185.568,31 Pendapatan biaya tunai (A-B) 40.465.782,50 Pendapatan atasatas biaya tunai (A-B) 31.975.882,19 Pendapatan atas biaya total (A-D) 25.361.141,05 Pendapatan atas biaya total (A-D) 18.261.042,75 rasio biaya tunai (A/B) 2,70 R/CR/C rasio atasatas biaya tunai (A/B) 2,73 rasio biaya (A/D) 1,65 R/CR/C rasio atasatas biaya totaltotal (A/D) 1,57
78
Lampiran 7. Rata-Rata Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Jambu Biji di Desa Cimanggis Tahun 2009 per Hektar No Keterangan Jumlah Satuan Harga Nilai A Penerimaan Total Penerimaan 25897 kg 2500 64.742.238,84 B Biaya Tunai Pupuk NPK 411,46 kg 2.000,00 822.915,88 TSP 411,46 kg 1.500,00 617.186,91 KCL 411,46 kg 2.000,00 822.915,88 Pupuk Kandang 1.313 karung 5.000,00 6.566.706,97 Total pembelian pupuk 8.829.725,64 Pestisida Dusban 11,0 kg 72.000,00 360.000,00 Curacon 16,3 kg 194.000,00 3.162.200,00 Decis 31,0 kg 174.000,00 5.394.000,00 Total Pembelian Pestisida 8.916.200,00 Pembungkus buah 43 kg 20.000,00 850.000,00 Total biaya pembungkusan buah 850.000,00 Tenaga kerja luar keluarga - Pemupukan 29,83 HOK 50.000,00 1.491.500,00 - Pemangkasan 24,90 HOK 50.000,00 1.245.000,00 - Penyiangan Gulma 30,52 HOK 50.000,00 1.526.000,00 - Penyemprotan 9,50 HOK 50.000,00 475.000,00 - Pembungkusan buah 13,37 HOK 50.000,00 668.500,00 - Pemanenan buah Jan-Des 09 92,15 HOK 50.000,00 4.607.500,00 Total biaya TKLK 10.013.500,00 - Pajak 348.773,45 Total Biaya Tunai 28.958.199,09 C Biaya Diperhitungkan Benih (pohon) 657 pohon 15.000,00 9.850.060,46 Kertas Pembungkus 142 kg 500,00 71.000,00 Tali Rapia 59 buah 1.000,00 59.000,00 Penyusutan 253.193,19 Tenaga Kerja Dalam Keluarga - Pemupukan 13 HOK 50.000,00 670.000,00 - Pemangkasan 16,4 HOK 50.000,00 820.000,00 - Penyiangan Gulma 16,40 HOK 50.000,00 820.000,00 - Penyemprotan 8,17 HOK 50.000,00 408.500,00 - Pembungkusan buah 7,69 HOK 50.000,00 384.500,00 - Pemanenan buah Jan-Des 09 47,22 HOK 50.000,00 2.361.000,00 Total biaya TKDK 5.464.000,00 - Sewa lahan ( biaya imbangan penggunaan) 1.046.909,09 Total Biaya yang diperhitungkan 16.744.162,73 D Jumlah Total Biaya 45.702.361,82 Pendapatan atas biaya tunai (A-B) 35.784.039,75 Pendapatan atas biaya total (A-D) 19.039.877,02 R/C rasio atas biaya tunai (A/B) 2,24 R/C rasio atas biaya total (A/D) 1,42
79
Lampiran 8. Data Penggunaan Input Usahatani Jambu Biji di Desa Cimanggis No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
80
Nama Petani Responden Pak Jabang H. Ajah Pak Nan Pak Iming Pak Ecay Pak Dahlan Pak Adi Pak Ican Pak Acik Pak Nanang Total (6 tahun) Total rata-rata
Nama Petani Responden Pak Nasin Pak Liman Pak Sanan Pak Turman Pak Kirin Pak Nanih Pak Jumat Pak Ninam Pak Anim Pak Supiono Pak Maran Pak Icin Total (5 tahun) Total rata-rata
Luas Lahan (hektar) 0,5 0,5 0,33 0,32 0,164 0,16 0,12 0,065 0,06 0,045
Luas Lahan 0,2 0,15 0,1 0,09 0,08 0,07 0,05 0,05 0,033 0,03 0,03 0,025
Benih (pohon) 1060 500 455 781 732 938 417 462 750 556 6648,8 664,9
Benih 1000 666,7 300 666,7 312,5 571,4 500 800 454,5 833,3 666,7 600 7371,8 614,3
NPK (kg) 640 300 333 469 439 563 250 323 500 333 4150,0 415,0
NPK 600 400 180 400 262,5 342,9 360 480 182 500 400 360 4467,2 372,3
TSP (kg)
KCL (kg)
640 300 333 469 439 562,5 250 323 500 333 4150,0 415,0
TSP 600 400 180 400 262,5 342,9 360 480 182 500 400 360 4467,2 372,3
640 300 333 469 439 563 250 323 500 333 4150,0 415,0
KCL 600 400 180 400 262,5 342,9 360 480 182 500 400 360 4467,2 372,3
Dusban (kg)
Curaron (kg)
Decis (kg)
18,0 8,5 7,7 13,3 12,4 15,9 8,3 7,8 13 9 114,2 11,4
31,4 14,8 13,5 23,1 21,7 27,7 0,00 0 0
26,1 12,3 11,2 19,3 18,0 23,1 10,3 34,1 55 41 251,1 25,1
Dusban 17,0 11,3 5,1 11,3 5,3 9,7 8,5 13,6 0,0 14,2 11,3 0,0 107,3 8,9
132,1 13,2
Curaron 29,6 19,7 0,0 0,0 0,0 0,0
49,3 4,1
Decis 24,7 16,4 66,6 49,3 23,1 42,3 37,0 59,2 0,0 61,7 0,0 0,0 380,3 31,7
Plastik (kg) 86 41 37 63 59 75 33 10 12 45 460,3 46,0
Plastik 80,4 53,6 23,0 32,6 12,1 16,1 40,2 64,3 35,5 67,0 53,6 46,8 525,2 43,8
Pupuk kandang (karung)) 2120 1000 909 1563 1463 1875 833 923 1500 1111 13297,5 1329,8
Pupuk kandang 2000,0 1333,3 600,0 1333,3 625,0 1142,9 1000,0 1600,0 909,1 1666,7 1333,3 1200,0 14743,6 1228,6
kertas pembungkus (kg) 432 204 183 314 294 377 165 50 85 22 2126,3 212,6
kertas pembungkus (kg) 402,0 268,0 32,4 75,6 33,8 65,8 20,1 32,2 17,7 33,5 26,8 23,4 1031,3 85,9
Tali Rafia (buah) 195 92 82 141 132 170 74 75 128 34 1122,1 112,2
Tali plastik 180,9 120,6 48,6 113,4 50,6 98,7 30,2 48,2 26,6 50,3 40,2 35,1 843,4 70,3
Lampiran 8. Data Penggunaan Input Usahatani Jambu Biji di Desa Cimanggis (lanjutan) No 1 2 3 4
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
81
Nama Petani Responden Pak Sanin Pak Biung Pak Adih Pak Miing Total (4 tahun) Total rata-rata
Nama Petani Responden Tiang Supriyatna Pak Acing Pak Niminiah Pak Nisin Pak Sandi Pak Ipul Pak Kartono Pak Aman Pak Itang Total (5 tahun) Total rata-rata
Luas Lahan (hektar) 0,2 0,095 0,04 0,035
Luas Lahan (hektar) 0,4 0,4 0,3 0,14 0,085 0,075 0,072 0,07 0,04
Benih (pohon) 1000 842,1 625,0 857,1 3324,2 831,1
Benih (pohon) 1000 750 500 357 765 1333 417 429 500 6050,4 672,3
NPK (kg)
TSP (kg)
KCL (kg)
600 505,3 375,0 600,0 2080,3 520,1
600 505,3 375,0 600,0 2080,3 520,1
600 505,3 375,0 600,0 2080,3 520,1
NPK (kg)
TSP (kg)
KCL (kg)
600 450 300 321 459 1000 250 257 225 3862,4 429,2
600 450 300 321 459 1000 250 257 225 3862,4 429,2
600 450 300 321 459 1000 250 257 225 3862,4 429,2
Dusban (kg) 17,0 14,3 10,6 14,6 56,5 14,1
Dusban (kg) 17,0 12,7 8,5 7,1 13,0 22,7 7,1 7,3 8,5 103,9 11,5
Curaron (kg)
Decis (kg)
29,6 0,0
24,7 62,3 46,2 63,4 196,6 49,2
29,6 7,4
Curaron (kg)
Decis (kg)
29,6 22,2 14,8 0,0 0,0 39,5 0,0 0,0
24,7 18,5 12,3 8,8 56,6 98,7 30,8 31,7 0,0 282,1 31,3
106,1 11,8
Plastik (kg) 80,4 20,4 49,5 68,9 219,2 54,8
Plastik (kg) 81,6 60,3 40,2 28,3 24,1 20,1 12,1 8,0 40,2 314,9 35,0
Pupuk kandang (karung) 2000 1684,2 1250,0 1714,3 6648,5 1662,1
Pupuk kandang (karung) 2000,0 1500,0 1000,0 714,3 1529,4 2666,7 833,3 857,1 1000,0 12100,8 1344,5
kertas pembungkus (kg) 402 98,5 24,8 34,5 559,7 139,9
kertas pembungkus (kg) 408,0 301,5 201,0 141,4 88,1 153,6 45,8 46,3 20,1 1405,8 156,2
Tali Rafia (buah)) 180,9 147,8 37,1 51,7 417,5 104,4
Tali Rafia (buah) 183,6 135,7 90,5 63,6 132,1 230,4 68,6 69,4 30,2 1004,1 111,6
Lampiran 9. Data Produksi dan Biaya Usahatani Jambu biji di Desa Cimanggis (Stratum Umu Tanaman 6 Tahun) Luas Lahan Produksi Sewa lahan Penyusutan No Nama Petani Responden HOK Keluarga HOK Luar (hektar) (kg) (Rp) (Rp) 1 Pak Jabang 0,5 22624 25,2 75,8 500000 78.216 2 H. Ajah 0,5 11200 12,3 46,9 000000 44.333 3 Pak Nan 0,33 7030 12,4 16,1 300000 34.833 4 Pak Iming 0,32 11090 14,7 42,9 200000 34.833 5 Pak Ecay 0,164 5824 7,7 17,3 640000 34.833 6 Pak Dahlan 0,16 7530 9,5 17,8 600000 34.833 7 Pak Adi 0,12 2980 6,9 8,1 200000 20.585 8 Pak Ican 0,065 2380 4,6 0 650000 14.250 9 Pak Acik 0,06 2701 5,9 0 600000 20.585 10 Pak Nanang 0,045 1505 4,9 1,5 500000 14.250 Total (6 tahun) 74864 104,0 226,3 3875000 331551 Total rata-rata 7486 10,4 22,6 387500 33155,1
No
Nama Petani Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9
82
Tiang Supriyatna Pak Acing Pak Niminiah Pak Nisin Pak Sandi Pak Ipul Pak Kartono Pak Aman Pak Itang Total (5 tahun) Total rata-rata
Luas Lahan (hektar) 0,4 0,4 0,3 0,14 0,085 0,075 0,072 0,07 0,04
Produksi (kg) 13800 10360 6030 1780 2106 3140 1114 1180 804 40314 4479,3
HOK keluarga 18,0 17,8 10,5 7,1 4,4 7,1 4,8 4,6 4,1 78,2125 8,7
HOK luar 53,6 29,2 16,1 8,1 2,4 3,9 3,1 0,5 4,3 121,213 13,5
Sewa lahan (Rp) 4000000 4000000 3000000 1400000 850000 750000 720000 700000 400000 15820000 557178,8
Penyusutan (Rp) 34.833 34.833 34.833 20.585 20.585 30.083 14.250 14.250 14.250 218502 24278,0
Pajak (Rp) 175000 175000 115500 112000 57400 56000 42000 22750 21000 17500 3500000 350000
Pajak (Rp) 140000 140000 105000 49000 29750 26250 25200 24500 14000 553700 350000
Lampiran 9 Data Produksi dan Biaya Usahatani Jambu biji di Desa Cimanggis (lanjutan) (Stratum Umur Tanaman 3 Tahun) Luas Lahan Produksi Sewa lahan Penyusutan Nama Petani Responden HOK Keluarga HOK luar No (hektar) (kg) (Rp) (Rp) 1 Pak nasin 0,2 6440 8,0 11,2 1700000 34.833 2 Pak Liman 0,15 2920 5,9 11,8 1500000 34.833 3 Pak Sanan 0,1 980 3,3 7,1 1000000 14.250 4 Pak Turman 0,09 2168 4,7 6,1 900000 20.585 5 Pak Kirin 0,08 950 3,5 3,5 800000 14.250 6 Pak Nanih 0,07 1136 4,9 1,7 700000 20.585 7 Pak Jumat 0,05 1005 8,3 3,0 500000 14.250 8 Pak Ninam 0,05 1208 4,0 2,0 500000 20.585 9 Pak Anim 0,033 585 3,4 0,5 300000 14.250 10 Pak Supiono 0,03 905 2,8 0,5 300000 14.250 11 Pak Maran 0,03 704 4,0 1,0 300000 14.250 12 Pak Icin 0,025 585 4,7 0,5 250000 14.250 Total (3 tahun) 19586 57,365 48,805 750000 231171 Total rata-rata 1399,0 4,1 3,5 625000,0 16512,2
Pajak (Rp) 59500 52500 35000 31500 28000 24500 17500 17500 10500 10500 10500 8750 306250 21875,0
(Stratum Umut Tanaman 4 Tahun) No
Nama Petani Responden 1 2 3 4
83
Pak Sanin Pak Biung Pak Adih Pak Miing Total (4 tahun) Total rata-rata
Luas Lahan (hektar) 0,17 0,095 0,04 0,035
Produksi (kg) 3520 2720 990 1006 8236 2059
HOK keluarga
HOK luar
8,0 7,4 3,8 4,6 23,7 5,9
11,2 4,9 2,0 0,0 18,11 4,5
Sewa lahan (Rp) 1700000 950000 400000 300000 3350000 837500,0
Penyusutan (Rp) 34.833 20.585 14.250 14.250 83918 20979,5
Pajak (Rp) 59500 33250 14000 10500 117250 29312,5