SOP STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Budidaya
JAMBU BIJI KABUPATEN KARAWANG
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN Jalan Surapati 71 Tlp. (022) 2503884 Fax. (022) 2500713 BANDUNG 2013
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas tersusunnya Buku Standar Operasional Prosedur Jambu Biji Kabupaten Karawang. Penyusunan buku ini bertujuan untuk memberikan pedoman dalam melaksanakan budidaya Jambu Biji yang baik dan benar mulai dari aspek budidaya, penanganan panen hingga pascapanen agar diperoleh produk jambu biji yang berkualitas sesuai dengan keinginan konsumen. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Karawang dan petani Jambu Biji Kecamatan Telagasari yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penyusunan buku ini. Kami menyadari sepenuhnya buku ini jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan masukan untuk mendukung perbaikan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat.
Bandung,
April 2013
Kepala Bidang Produksi Tanaman Hortikultura
i
DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar ................................................................... i Daftar Isi ............................................................................. ii Daftar Tabel ........................................................................ iii Daftar Gambar ...................................................................
iv
Pendahuluan....................................................................... Target..................................................................................
1 2
I. Persiapan Lahan..........................................................
I-1
II. Persiapan Benih / Bibit................................................ III. Penanaman .................................................................
II -1 III – 1
IV. Pemupukan................................................................. V. Pemangkasan.............................................................. a. Sub Kegiatan Pemangkasan Pemeliharaan ............. VI. Penjarangan Buah....................................................... VII. Pembungkusan Buah .................................................. VIII. Pengairan .................................................................... IX. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman ....... X. Sanitasi Kebun ............................................................
IV – 1 V–1 V–3 VI – 1 VII – 1 VIII – 1 IX – 1 X–1
XI. Panen .......................................................................... XII. Pengumpulan Buah Hasil Panen ................................. XIII. Sortasi dan Pengkelasan ............................................. XIV. Pengemasan dan Pelabelan ........................................ Daftar Pustaka ...................................................................... Tim Penyusun Standar Operasional Prosedur Jambu Biji Kabupaten Bandung Barat..............................................
XI – 1 XII – 1 XIII – 1 XIV – 1 XV
ii
XVI
DAFTAR TABEL Halaman 1. Target Produktivitas Tanaman Jambu Biji Kabupaten Karawang .................................................
3
2. Anjuran Dosis Pemupukan Jambu Biji yang Ada di Rekomendasikan......................................................... 3. PenetapanKelas/Grade .............................................
iii
IV - 2 XIII - 2
DAFTAR GAMBAR No Uraian 1. Benih Cangkok Jambu Biji yang Belum Ditanam Di Polybag .............................................................. 2. Benih Cangkok Jambu Biji yang Sudah Ditanam Di Polybag .............................................................. 3. Pola Tanam Bujur Sangkar ..................................... 4. Pemangkasan untuk Pembentukan Tajuk Tanaman ................................................................ 5. Lalat Buah (kiri) dan Pembungkus Buah Jambu Biji Sebagai Pencegahan (Kanan) ................................. 6. Aphis pada Daun .................................................... 7. Kutu Putih (Kiri) dan Serangan pada Daun (Kanan) 8. Serangan Thrips pada Buah ................................... 9. Gejala Antraknosa pada Buah ................................ 10. Damping Off pada Benih ........................................ 11. Serangan Phytophthot Parasitica Daun ................. 12. Penyakit Busuk Pangkal Buah ................................ 13. Penyakit Kanker Berkudis pada Buah .................... 14. Gejala Busuk Rhizopus pada Buah ......................... 15. Gejala Defisiensi Kalium ........................................ 16. Gejala Defisiensi Magnesium ................................. 17. Sortasi dan Penimbangan Buah ............................. 18. Buah yang Telah Dibungkus Dimasukkan dalam Kardus ....................................................................
iv
Halaman II – 3 II - 3 III – 3 V–6 IX – 3 IX – 5 IX – 6 IX – 7 IX – 11 IX – 12 IX – 13 IX – 15 IX – 16 IX – 17 IX – 19 IX – 20 XIV – 3 XIV – 3
PENDAHULUAN Kabupaten Karawang merupakan salah satu sentra produksi buah-buahan di Jawa Barat, salah satunya jambu biji merah. Secara geografis wilayah Kabupaten Karawang berada pada ketinggian ratarata 15 - 20 mdpl dengan jenis tanah podsolik merah kuning, topografi datar s.d. berbukit serta memiliki pH sekitar 5 – 6. Kecamatan sentra produksi jambu biji di Kabupaten Karawang yaitu Kecamatan Telagasari (20 Ha), Majalaya, Lemah Abang, Rawa Merta, Tempuran dengan luas tanam ± 75 hektar dan jumlah produksi sekitar 40.950 kuintal/tahun. Musim panen jambu biji di Kabupaten Karawang pada bulan Januari, April, Juli, Agustus dan Oktober. Rencana pengembangan jambu biji di Kabupaten Karawang yaitu di Kecamatan Telagasari khususnya di Desa Cariu Mulya seluas 12 ha. Sebagian besar produksi dan mutu buah yang dihasilkan di Kabupaten Karawang masih rendah, hal ini diantaranya disebabkan belum diterapkannya teknologi budidaya yang baik dan benar secara tepat oleh petani. Sebagian besar hasil produk masih bersumber dari kebun produksi tradisional yang belum mengacu pada teknologi budidaya yang baik dan benar (Good Agriculture Practices). Untuk memperbaiki permasalahan dan menghasilkan produk bermutu Prima 3, Prima 2, dan Prima 1, diperlukan Standar Operasional Prosedur (SOP) jambu biji merah secara khusus, sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan produksi mangga. Standar Operasional Prosedur (SOP) jambu biji merah ini memuat alur proses budidaya sejak on farm sampai penanganan pasca panen. 1
TARGET
Pada saat ini target yang akan dicapai melalui penerapan SOP ini adalah : a. Produktivitas 80 - 100 kg/phn/th pada tanaman usia produktif dari 2 - 10 tahun b. Jumlah Grade/Kelas 1 : 35% (3 - 4 buah/kg) c. Jumlah Grade/Kelas 2 : 40% (4 – 6 buah/kg) d. Jumlah Grade/Kelas 3 : 25% (≥ 6 buah/kg) e. Buah burik maksimal 5 % f. Tingkat kematangan minimal 60% untuk pasar lokal/tradisional g. Tingkat kematangan lebih dari 80 % untuk bahan olahan Tabel 1. Target Produktivitas Tanaman Jambu Biji Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang Umur Tanaman (th)
2 4 5 - 10
Produktivitas (kg/pohon/th) Kondisi Sekarang Hasil Setelah Penerapan SOP 50 – 60 60 - 70 60 – 75 75 - 85 75 - 90 80 - 110
2
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Standar Operasional Prosedur Persiapan Lahan
Nomor JBT.I Halaman 1/2
Tanggal 26 April 2013 Revisi
I. PERSIAPAN LAHAN A. Definisi : Kegiatan penyiapan lahan untuk digunakan sebagai media tempat tumbuh tanaman agar mendapat pertumbuhan optimal bagi tanaman. B. Tujuan : Mempersiapkan lahan yang baik agar pertanaman mendapatkan zone/ruang perakaran yang baik. C. Validasi Pengalaman Kelompok Dewi Sri, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang. D. Alat dan Bahan 1. Tali Rafia 2. Bambu 3. Golok/pisau/palu besar 4. Cangkul/sekop/garpu/Balincong 5. Gerobak dorong 6. Meteran
I-1
Standar Operasional Prosedur Persiapan Lahan
Nomor JBT.I Halaman 2/2
Tanggal 26 April 2013 Revisi
E. Fungsi Alat dan Bahan 1. Tali Rafia, digunakan sebagai alat meluruskan lubang yang akan ditanami. 2. Bambu/golok/pisau/palu besar, digunakan sebagai alat dan bahan membuat ajir. 3. Cangkul/sekop/garpu/balincong, digunakan sebagai alat dalam proses pembuatan lubang tanam. 4. Gerobak dorong, digunakan untuk mengangkut sisa-sisa kotoran/material pada saat pengolahan lahan. 5. Meteran digunakan sebagai alat pengukur luas lahan dan jarak tanam. F. Prosedur Pelaksanaan 1. Lakukan pemetaan dan pengukuran luas kebun. 2. Kaplingkan setiap blok lokasi kebun. 3. Tentukan lokasi pengairan/irigasi, bak penampung air, jalan masuk dan keluar kebun, tempat pengumpulan buah/hasil panen. 4. Buat guludan dengan lebar 4 m dan atar guludan 2 m 5. Tetapkan titik-titik calon lubang tanam dengan jarak antar lubang 3 x 3 meter pada guludan yang telah disiapkan.
I-2
Standar Operasional Prosedur Persiapan Benih/Bibit
Nomor JBT.II Halaman 1/3
Tanggal 26 April 2013 Revisi
II. PERSIAPAN BENIH/BIBIT A. Definisi : Persiapan benih merupakan rangkaian kegiatan menyediakan benih jambu biji bermutu dari varietas unggul bebas hama penyakit serta dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang tepat. B. Tujuan : 1. Menyediakan benih/bibit bermutu varietas unggul sesuai dengan kebutuhan. 2. Menjamin benih/bibit bebas dari hama dan penyakit. 3. Agar dapat tumbuh baik dan berproduksi optimal. C. Validasi Pengalaman Kelompok Dewi Sri, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang. D. Alat dan Bahan 1. Benih/bibit (cangkokan). 2. Pisau/gunting. 3. Gerobak dorong.
II - 1
Standar Operasional Prosedur Persiapan Benih/Bibit
Nomor JBT.II Halaman 2/3
Tanggal 26 April 2013 Revisi
E. Fungsi Alat dan Bahan 1. Benih/bibit (cangkokan) sebagai bahan tanaman. 2. Pisau/gunting untuk memotong polybag. 3. Gerobak dorong sebagai alat angkut benih/bibit kelokasi. F. Prosedur Pelaksanaan : 1. Hitung benih/bibit (cangkokan) disesuaikan dengan luas lahan di tambah 2 % cadangan untuk penyulaman. 2. Benih/bibit (cangkokan) yang digunakan dengan sfesifikasi sebagai berikut : a. Bibit/benih berasal dari cangkokan yang jelas sumber induknya b. Tinggi benih/bibit 40 – 60 cm dan diameter 0,5 -1 cm. c. Warna batang hijau tua kecoklatan dan bentuk batang lurus. d. Warna daun hijau mengkilat. e. Benih/bibit bebas dari serangan hama dan penyakit. 3. Benih harus berasal dari pohon induk yang jelas dan sehat 4. Lakukan pengecekan akar calon bibit dengan membuka media dengan menggunakan pisau atau gunting. Pilih bibit yang perakarannya banyak dan sudah berwarna coklat (tua). 5. Lakukan pencatatan kegiatan penyiapan benih.
II - 2
Standar Operasional Prosedur Persiapan Benih/Bibit
Nomor JBT.II Halaman 3/3
Tanggal 26 April 2013 Revisi
G. Gambar Persiapan Benih/Bibit Cangkok
Gambar 1. Benih Cangkok Jambu Biji yang Belum DItanam di Polybag
Gambar 2. Benih Cangkok Jambu Biji yang Sudah DItanam di Polybag
II - 3
Standar Operasional Prosedur Penanaman
Nomor JBT.III Halaman 1/3
Tanggal 26 April 2013 Revisi
III. PENANAMAN A. Definisi : Merupakan rangkaian kegiatan menanam hingga tanaman Berdiri tegak dan tumbuh subur di lapangan B. Tujuan : Menjamin benih/bibit yang ditanam tumbuh optimal. C. Validasi Pengalaman Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang. D. Alat dan Bahan 1. Benih/bibit jambu biji berkualitas. 2. Cangkul. 3. Grobak dorong. 4. Pisau/gunting. 5. Bambu dan Paku
III - 1
Standar Operasional Prosedur Penanaman
Nomor JBT.III Halaman 2/3
Tanggal 26 April 2013 Revisi
E. Fungsi Alat dan Bahan 1. Benih jambu biji bermutu, digunakan sebagai bahan yang akan ditanam. 2. Cangkul, digunakan sebagai alat bantu dalam penanaman. 3. Gerobak dorong digunakan untuk mengangkut benih. 4. Pisau/gunting digunakan untuk memotong kantong plastik/polybag. 5. Bambu dan paku digunakan untuk pemagaran kebun F. Prosedur Pelaksanaan : 1. Hitung jumlah benih yang akan ditanam. 2. Gunting polybag bagian bawah setelah itu bagian samping secara hati-hati. 3. Periksa benih dengan baik, batang benih harus tumbuh lurus dan perakarannya banyak. 4. Tanam benih/bibit tanaman jambu biji saat musim hujan dengan posisi tegak Letakkan benih secara tegak lurus. 5. Tutup lubang tanam dengan tanah. 6. Siram benih secukupnya. 7. Setelah penanaman selesai dilakukan pemagaran sekeliling kebun dengan tinggi pagar 1,2 – 1,5 m 8. Catat waktu penanaman pada kartu kendali.
III - 2
Standar Operasional Prosedur Penanaman
Nomor JBT.III Halaman 3/3
Tanggal 26 April 2013 Revisi
G. Gambar Pola Tanam dan Penanaman a. Pola Bujur Sangkar ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ
Pagar
ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ Gambar 3. Pola tanam bujur sangkar
III-3
Standar Operasional Prosedur Pemupukan
Nomor JBT.IV Halaman 1/2
Tanggal 26 April 2013 Revisi
IV. PEMUPUKAN A. Definisi Pemberian nutrisi pada tanaman agar unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman dapat memenuhi kebutuhan. B. Tujuan Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimal dan mempertahankan status hara tanah. C. Validasi Pengalaman Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang. D. Alat dan Bahan 1. Pupuk kandang (organik) dan pupuk buatan (anorganik). 2. Cangkul/Kored. 3. Ember/gayung. E. Fungsi 1. Pupuk kandang (organik) dan pupuk buatan (an-organik) sebagai unsur tambahan hara/nutrisi bagi tanaman. 2. Cangkul/kored digunakan untuk menggali tanah. 3. Ember/gayung sebagai tempat/wadah air.
IV - 1
Standar Operasional Prosedur Pemupukan
Nomor JBT.IV Halaman 2/2
Tanggal 26 April 2013 Revisi
F. Prosedur Pelaksanaan 1. Hitung pupuk berdasarkan jumlah tanaman. 2. Sediakan pupuk yang akan digunakan sesuai kebutuhan. 3. Dosis pemupukan sebaiknya berdasarkan hasil analisis tanah dan daun. 4. Pemupukan pada tanaman belum menghasilkan dilakukan 2 (dua) kali setahun. 5. Berikan pupuk organik 2 (dua) kali setahun setelah panen dan awal pembungaan. G. Cara Pemupukan Taburkan pupuk dibawah tanaman dan tutup dengan mulsa plastik. H. Catat kegiatan pemupukan pada kartu kendali. Tabel 2. Anjuran Dosis Pemupukan Rekomendasikan
Jambu
Biji
yang
Umur tanaman (tahun)
Ppk kandang (kg/phn)
NPK (g/phn)
KNO3 (g/phn)
1 2 3 >3
10 20 30 40
60 370 720 1000
250 250
IV - 2
di
Standar Operasional Prosedur Pemangkasan
Nomor JBT.V Halaman 1/6
Tanggal 26 April 2013 Revisi
V. PEMANGKASAN A. Definisi Merupakan rangkaian kegiatan memangkas cabang/ranting tanaman dalam rangka pembentukan kanopi. B Tujuan Untuk menbentuk kerangka dasar tanaman agar mendukung tanaman mempunyai produktivitas tinggi. C Validasi Pengalaman Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang. D. Alat dan Bahan 1. Gunting pangkas. 2. Gergaji pangkas. 3. Besi Pengait 4. Tangga. E. Fungsi 1. Gunting pangkas digunakan untuk memotong cabang tunas, rating dan cabang kecil. 2. Gergaji pangkas digunakan untuk memotong cabang. 3. Besi Pengait digunakan untuk menarik cabang pohon yang jauh 4. Tangga digunakan untuk mencapai bagian tanaman yang tidak bisa dijangkau oleh tangan untuk dilakukan pemangkasan.
V-1
Standar Operasional Prosedur Pemangkasan
Nomor JBT.V Halaman 2/6
Tanggal 26 April 2013 Revisi
F. Prosedur Pelaksanaan 1. Persiapkan peralatan yang akan digunakan 2. Identifikasi letak/bagian yang akan dipangkas pada bibit yang sudah berumur 8 bulan di lapangan 3. Pelihara maksimal 6 cabang utama yang berukuran sama dan letaknya simetris/seimbang 4. Pelihara dan pertahankan panjang percabangan sekunder terpilih sepanjang 15 cm. 5. Tarik dan arahkan 6 cabang terpilih sampai membentuk pola cabang yang ideal (menyebar) dengan menggunakan tali 6. Lakukan pencatatan dari kegiatan yang telah dilakukan a. Sub Kegiatan Pemangkasan Pemeliharaan A. Definisi : Memotong cabang dan ranting tanaman yang tidak produktif/kering/mati, tunas air dan terserang OPT dan mempertahankan bentuk arsitektur tanaman yang telah dibuat. B. Tujuan : 1. Untuk mendapatkan cabang bermata tunas dan calon bunga (knop) produktif agar diperoleh produksi yang optimal. 2. Untuk merangsang tumbuhnya tunas baru 3. Untuk memudahkan sinar matahari masuk sampai ke semua percabangan tanaman. 4. Untuk menghilangkan dan menghindarkan cabang/ranting yang terserang hama dan penyakit V-2
Standar Operasional Prosedur Pemangkasan Pemeliharaan
Nomor JBT.V Halaman 3/6
Tanggal 26 April 2013 Revisi
C. Validasi : 1. Pengalaman Bapak Abdullah dan Bapak Satari Kelompok Tani Jambu Biji Merah Saluyu Jaya Desa Panyingkiran Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka. 2. Pengalaman kelompok Tani Saluyu Jaya Kabupaten Majalengka D. Alat dan Bahan : Gunting pangkas E. Fungsi : Gunting pangkas untuk memotong tunas dan ranting yang tidak dikehendaki F. Prosedur Pelaksanaan : 1. Amati tunas cabang dan ranting yang kering serta cabang dan ranting yang buahnya telah dipanen 2. Lakukan pemotongan tunas cabang dan ranting yang dinilai merugikan seperti : a. Tunas liar dan tunas air (cabang gatal) b. Cabang atau ranting yang telah mati c. Ranting bekas tumbuh buah d. Tunas batang bawah f. cabang/ranting yang terserang hama/penyakit 3. Potongan tunas air harus rata dengan pohon 4. Kumpulkan tunas ranting dan cabang hasil pangkasan dan dimanfaatkan untuk kepentingan lain diluar tanaman 5. Lakukan pencatatan semua proses yang dilakukan V-3
Standar Operasional Prosedur Pemangkasan Pemeliharaan
Nomor JBT.V Halaman 4/6
Tanggal 26 April 2013 Revisi
F. Definisi : Memotong cabang dan ranting tanaman yang tidak produktif/kering/mati, tunas air dan terserang OPT dan mempertahankan bentuk arsitektur tanaman yang telah dibuat. G. Tujuan : 1. Untuk mendapatkan cabang bermata tunas dan calon bunga (knop) produktif agar diperoleh produksi yang optimal. 2. Untuk merangsang tumbuhnya tunas baru 3. Untuk memudahkan sinar matahari masuk sampai ke semua percabangan tanaman. 4. Untuk menghilangkan dan menghindarkan cabang/ranting yang terserang hama dan penyakit C. Validasi Pengalaman Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang. D. Alat dan bahan 1. Gunting pangkas. 2. Gergaji pangkas. 3. Meni/oli bekas. 4. Kuas halus. 5. Tangga. E. Fungsi 1. Gunting pangkas digunakan untuk memotong tunas, ranting dan cabang. 2. Gergaji pangkas digunakan untuk memotong cabang besar. V-4
Standar Operasional Prosedur Pemangkasan Pemeliharaan
Nomor JBT.V Halaman 5/6
Tanggal 26 April 2013 Revisi
3. Meni digunakan sebagai pelapis/penutup luka bekas pangkasan. 4. Kuas halus digunakan untuk mengolskan meni/oli bekas pada bagian tanaman yang dipangkas. 5. Tangga digunakan untuk mencapai bagian tanaman yang tidak bisa dijangkau oleh tangan untuk dilakukan pemangkasan. F. Prosedur Pelaksanaan 1. Sterilkan gunting pangkas dengan kapas/kain lap yang telah dibasahi alkohol 2. Amati tunas cabang dan ranting yang kering serta cabang dan ranting yang buahnya telah dipanen 3. Lakukan pemotongan tunas cabang dan ranting yang dinilai merugikan seperti : a. Tunas liar dan tunas air (cabang gatal) b. Cabang atau ranting yang telah mati c. Ranting bekas tumbuh buah d. Tunas batang bawah f. cabang/ranting yang terserang hama/penyakit 4. Olesi dengan pasta (fungisida) pada bagian yang luka bekas potongan agar tidak terserang OPT 5. Potongan tunas air harus rata dengan pohon 6. Kumpulkan tunas ranting dan cabang hasil pangkasan dan dimanfaatkan untuk kepentingan lain diluar tanaman 7. Lakukan pencatatan semua proses yang dilakukan
V-5
Standar Operasional Prosedur Pemangkasan Pemeliharaan
Nomor JBT.I Halaman 6/6
Tanggal 26 April 2013 Revisi
G. Gambar Pemangkasan Bentuk
Gambar 4. Pemangkasan untuk Pembentukkan Tajuk Tanaman
V-6
Standar Operasional Prosedur Penjarangan Buah
Nomor JBT.VI Halaman 1/2
Tanggal 26 April 2013 Revisi
VI. PENJARANGAN BUAH A. Definsi Rangkaian kegiatan mengurangi jumlah buah permalai, dengan membuang buah yang dianggap tidak baik untuk dipelihara 2-3 buah per tangkai buah. B. Tujuan Untuk memperoleh jumlah dan kualitas buah yang maksimal C. Validasi Pengalaman Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang. D. Alat dan Bahan 1. Gunting buah, 2. Besi Pengait/Galah E. Fungsi 1. Gunting buah pangkas digunakan untuk memotong tangkai buah. 2. Besi Pengait/Galah digunakan untuk memotong tangkai buah yang tidak terjangkau oleh tangan.
VI - 1
Standar Operasional Prosedur Penjarangan Buah
Nomor JBT.VI Halaman 2/2
Tanggal 26 April 2013 Revisi
F. Prosedur Pelaksanaan 1. Lakukan penjarangan buah pada saat buah berukuran sebesar kelereng. 2. Pilih buah yang akan dibuang (ukuran kecil, tidak sehat, abnormal) dalam satu tangkai. 3. Pelihara buah yang mempunyai bentuk buah baik dan bebas dari hama penyakit serta menyisakan 2-3 buah. 4. Potong tangkai buah yang tidak baik dengan menggunakan gunting buah. 5. Catat setiap kegiatan penjarangan buah.
VI - 2
Standar Operasional Prosedur Pembungkusan Buah
Nomor JBT.VII Halaman 1/2
Tanggal 26 April 2013 Revisi
VII. PEMBUNGKUSAN BUAH A. Definisi Rangkaian kegiatan pembungkusan buah agar tidak terganggu oleh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). B. Tujuan 1. Untuk meningkatkan kalitas penampilan buah. 2. Melindungi buah dar benturan, sengatan sinar matahari dan gesekan antar buah. 3. Melindungi buah dari serangan hama dan penyakit. 3. Melindungi buah dari kerusakan dan gesekan pada saat panen serta melndungi permukaan kulit. C. Alat dan bahan 1. Gunting/pisau. 2. Plastik/kertas koran pembungkus. 3. Tali rafia 4. Stapler. D. Fungsi 1. Gunting/pisau digunakan untuk memotong kertas sesuai ukuran buah yang akan dibungkus. 2. Plastik pembungkus sebagai pembungkus buah. 3. Tali rafia digunakan untuk mengikat bagian atas kantong. 4. Stapler digunakan untuk menyatukan plastik/kertas Koran pembungkus.
VII - 1
Standar Operasional Prosedur Pembungkusan Buah
Nomor JBT.VII Halaman 2/2
Tanggal 26 April 2013 Revisi
E. Prosedur Pelaksanaan 1. Persiapkan peralatan yang diperlukan untuk membungkus buah 2. Bungkus buah yang sudah berumur 50 - 60 hari setelah bunga jadi buah dan bersamaan setelah penjarangan buah 3. Rekatkan kertas dengan stapler dengan bagian bawah tetap berlubang dan masukan kantong plastik lalu diikat bagian atasnya 4. Jumlah buah per bungkus satu buah 5. Jika letak buah terlalu tinggi maka pembungkusan dilakukan dengan menggunakan tangga dan atau besi pengait 6. Catat semua kegiatan yang dilakukan
VII - 2
Standar Operasional Prosedur Pengairan
Nomor JBT.VIII Halaman 1/2
Tanggal 26 April 2013 Revisi
VIII. PENGAIRAN A. Definisi Kegiatan yang dilakukan untuk memberikan air sesuai dengan kebutuhan tanaman/sesuai fase pertumbuhan. B. Tujuan Untuk menyediakan air yang cukup dalam rangka memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. C. Validasi 1. Roedhy Poerwanto. Pengelolaadan Irigasi Buah-buahan 2003. Bahan ajar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 2. Pengalaman Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang. D. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan antara lain pompa air, pipa air (paralon, selang air, kran air, bahan bakar) bak penampungan. E. Fungsi Alat dan Bahan 1. Pompa air digunakan sebagai alat pemompa air dari sumber air. Pipa air (paralon) digunakan sebagai alat penyalur/distribusi air. 2. Kran air sebagai pengatur aliran air dari pompa. 3. Bak penampungan air berfungsi sebagai alat menampung/ wadah air sebelum didistribusikan.
VIII - 1
Standar Operasional Prosedur Pengairan
Nomor JBT.VIII Halaman 2/2
Tanggal 26 April 2013 Revisi
F. Prosedur Pelaksanaan 1. Siram tanaman dengan irigasi semi manual yang menggunakan pipa lateral atau selang plastik yang dapat dipindahkan. 2. Buat sistem irigasi permukaan yang sesuai kebutuhan kebun dengan cara sistem alur (air dialirkan melalui parit-parit disetiap sisi alur tanaman sesuai kebutuhan misalnya 1-2 minggu sekali), Sistem irigasi mikro, 3. Amati pada pemberian air dikebun, jangan sampai air menggenang pada lahan kebun. 4. Air selalu tersedia di parit untuk memenuhi ketersediaan air dalam budidaya jambu biji 5. Setelah panen pohon perlu banyak air untuk memulihkan dari keadaan stres ke keadaan normal dan di ikuti dengan pemupukan berkadar N yang tinggi. 6. Catat setiap kegiatan penyiraman pada kartu kendali.
VIII - 2
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JBT.IX Halaman 1/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
IX. PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT). A. Definisi Kegiatan untuk mengendalikan hama/penyakit dan gulma agar tanaman tumbuh optimal, produksi tinggi dan mutu buah baik. B. Tujuan 1. Untuk menghindari kerugian ekonomi berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas) mutu produk. 2. Menjaga kesehatan tanaman dan kelestarian lingkungan hidup. C. Validasi 1. Rosmahani dan Budiono. 2001 Pengendalian Hama dan penyakit didasarkan pada konsep dan strategi PHT. 2. Pedoman Pengololaan Kebun Buah Percontohan 3. Direktorat Tanaman Buah, halaman 35-36 tahun 2004. 4. Rekomendasi Pengendalian OPT Buah-buahan. Direktorat Perlindungan Hortikultura 2004. 5. Pengalaman Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang.
IX - 1
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JBT.IX Halaman 2/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
Beberapa hama dan penyakit penting yang menyerang jambu biji adalah: HAMA
Lalat buah (Dacus dorsalis hendel dan dacus pedestris Bezzi) Ciri-ciri : - Ukuran tubuh lalat buah sama dengan besar lalat rumah, namun warnanya coklat kekuning-kuningan dengan dua garis membujur, bersayap dan pinggangnya ramping. Gejala serangan : - Lalat betina meletakan telur dalam daging buah jambu biji pada saat jambu biji seukuran bola golf, kemudian telurnya menetas mebjadi larva. Larva ini mengerogoti daging buah yang hapir matang (masak), sehingga menyebabkan penbusukan buah. Kadang-kadand penampilan buah dari luar tampak mulus, namun di dalamnya sudah membusuk dan penuh larva daro lalat buah. Pengendalian: - Cara non-kimiawi dengan membersihkan sisa-sisa tanaman atau daun-daun jambu biji yang luruh untuk segera di bakar. - Untuk menghindari serangan lalat pada buah buah dapat dilakukan dengan membungkus buah dengan plastik Polyethylene.
IX - 2
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JBT.IX Halaman 3/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
- Cara kimiawi dengan menggunakan perangkap umpan lalat seperti Metyl Eugenol yang dipasang dalam botol aqua bekas. Beberapa merek dagang perangkap lalat buah ini adalah M. Atrakan dan Petrogenol. Di samping itu dapat pila dikendalikan dengan insektisida Hosnathion 40 EC atau Gusadri 150 WSWC pada konsentrasi yang di anjurkan.
Gambar 5. Lalat buah (kiri) dan pembungkus buah jambu biji sebagai pencegahan (kanan). IX - 3
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JBT.IX Halaman 4/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
Kutu Aphid (Aphis gossypii Glover) Ciri-ciri: 1. Ulat betina dewasa ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap, berwarna kuning-hijau sampai coklat, tetapi pada ulat yang bersayap kepala dan thorax 2. berwarna hitam. Gejala Serangan : 3. Ulat ini biasanya menyerang jaringan tanaman yang muda terutama pucuk bunga, dan pada bagian bawah daun (Gambar 6). Serangan pada daun muda menyebabkan daun menggulung dan keriting. 4. Madu yang dihasilkan ulat Aphit merupakan media bagi pertumbuhan jelaga hitam. Pengendalian : - Cara pengendalian secara kimiawi adalah dengan penyemprotan menggunakan insetisida yang berbahan aktif Delmametrin seperti Decis 2,5 EC, Imidakloprit sperti Confidor 5 WP.
IX - 4
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JBT.IX Halaman 5/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
Gambar 6. Aphis pada daun
Ulat Daun (Trabala Pllida) Ciri-ciri: - Ulat berbulu lebat, kepala berwrna merah dengan garis-garis kuning. Gejala serangan: - Daun rusak tidak beraturan, bahkan pada tingkat serangan berat menyebabkan tinggal urat-urat daunnya saja (gundul) Pengendalian: - Cara non kimiawi dengan menjaga kebersihan sekitar pingiran tanaman, membunuh langsung ulat atau memotong bagian tanaman yang terserang berat. - Cara kimiawi menyemorot dengan insektisida seperti curacron 500 EC atau Decis 2,5 EC pada konsentrasi yang dianjurkan. IX - 5
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
4.
Nomor JBT.IX Halaman 6/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
Kutu putih (Pseudococcus citiriculus Cox) Ciri-ciri: - Kutu berwarna putih yang tidak memiliki kaki dan antena yang jelas (Gambar 7). Gejala serangan: - Sekilas terlihat seperti benang-benang dan gumpalan kapas pada tanaman ynag diserang. - Kutu ini menyerang pada bagian belakang dan cabang. - Mengeluarkan cairan madu sehingga mengundang pertumbuhan jelaga. Pengendalian: - Mengurangi kepadatan tajuk tanaman dan menjaga kebersihan lingkungan di sekitar tanaman, karena hama ini menyukai kelembaban. Gambar 7. Kutu Putih (kiri) dan Serangan pada Daun (kanan) IX - 6
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
5.
Nomor JBT.IX Halaman 7/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
Thrips (Selonothrips dorsalis Hood) Ciri-ciri: - Serangga pra dewasa warna tubuhnya kuning pucat, sedangkan serangga dewasa berwarna hitam. Serangga dewasa memiliki dua sayap yang ditumbuhi rambut-rambut halus.
6.
Penggerek Batang Gejala Serangan: - Serangga memyerang tanaman untuk bertelur dengan menusuk bagian jaringan tanaman dan mengeluarkan cairan. Bagian tanaman yang di serang adalah buah,bunga,dan daun. Nimfa serangga sangat aktif dan hidup berkelompok. - Setelah beberapa lama, cairan yang menempel pada tanaman tampak seperti bercak hitam dan ini mengindikasikan aktivitas thrips. - Daun yang di serang akan layu dan cacat bentuknya. Serangga pada buah dapat menyebabkan buah mengalami retakan/pecah.
Gambar 8. Serangan Thrips pada buah IX - 7
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JBT.IX Halaman 8/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
Pengendalian : - Cara kimia dapat di kendalikan dengan insektisida seperti Methiocarb atau betndiocarb. 7.
Ulat Serit (Ploneta Diducta Sn) Ciri – ciri : Ulat berwarna abu-abu dan badannya di hiasi dengan duriduri berwarna merah atau coklat. Gajala serangan : Ulat menyerang daun dengan cara memakannya, sehingga helai daun menjadi rusak dan tidak beraturan. Pengendalian : Cara non-kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun, mengurangi kepadatan tajuk, dan memotong bagian tanaman yang di penuhi ulat untuk segera di musnahkan. Cara kimiawi dengan di semprot insektisida seperti curacron 500 EC atau Decis 2,5 EC pada konsentrasi yang di anjurkan.
8.
Kutu Daun ( Ceroputo sp.) Ciri-ciri : Ukuran tubuh kutu sangat kecil, berwarna putih dan tertutup oleh benang-benang putih.
IX - 8
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JBT.IX Halaman 9/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
Gejala serangan : Kutu daun menutupi permukaan daun bagian bawah sehingga proses fotosintesis terganggu. Kutu ini menghisap sel daun dan mengeluarkan madu, sehingga mengundang timbulnya cendawan, embun, jelaga yang berwarna hitam. Pengendalian: Cara non kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun dan memotong bagian tanaman ynag di penuhi ulat untuk segera dimusnahkan. Cara kimiawi dengan disemprot insektisida seperti Hostation 40 EC atau Porfekthion 400 EC pada konsentrasi yang dinajurkan.
IX - 9
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JBT.IX Halaman 10/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
PENYAKIT 1.
Busuk Antraknosa Penyebab : Penyebab penyakit ini adalah cendawan Colletotrichum gleosporioides Penz. Gejala Serangan : Bagian tanaman yang diserang oleh penyakit ini adalah tunas muda, daun, dan buah. Tunas muda menampakan gejala nektroik berwarna hitam, ujung tunas menjadi coklat tua, kemudian meluas kebagian oangkal, sehingga menyebabkan mati ujung. Daun-daun muda menjadi kerting dan terdapat jaringan mati pada bagian tepi daun dan ujungnya berwarna hitam. Pada tingkat serangan yang berat dapat menyebabkan gugurnya daun. Buah muda ynag diserang penyakit ini tampak bercak-bercak kecil sebesar kepal jarum, kemudian bersatu membentuk bulatan besar, sehingga menyebabkan buah menjadi keras dan bergabus. Paling umum serangan penyakit ini adalah pada buah yang mulai matang yang sering kali menyebabkan bagian luar daging buah bercak-bercak. Pada tingkat serangan yang berat dapat menimbulkan gugurnya buah
IX - 10
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JBT.IX Halaman 11/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
Gambar 9. Gejala antraknosa pada buah.
Pengendalian: Usaha pengandalian penyakit ini adalah dengan cara menjaga kebersihan kebun terutama lingkungan di sekeliling piringan tanaman, mengurangi kelembaban dengan cara pemangkasan atau memperlebar jarak tanam atau jarak dengan tanaman sela, dan penyemprotan dengan fungisida yang berbahan aktif tembaga (Cu) seperti Vitigran Blue. 2. Penyakit cekik (Damping Off) Penyebab: Beberapa cendawan dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini, yaitu Pythium, Rhizoctonia, Fusarium, dan Phytophthora. Namun penyakit damping off pada bibit jambu biji paling disebabakan oleh cendawan Rhizocthonia solani Kuhn. IX - 11
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JBT.IX Halaman 12/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
Gejala serangan: Tanaman pembibitan yang diserang penyakit ini akan terlihat gejala serangan berupa bercak-bercak gelap pada bagian perakran hingga leher akar. Akibtnya akan menjadi busuk, kering, dan akhirnya tanaman layu secara mendadak.
Gambar 10. Damping off pada benih
Pengendalian: Cara pengendalian penyakit ini adalah dengan perendaman biji atua stek dengan fungisida sperti benomyl-thiram atau carboxin-thiram. Metode pengendalian lain adalah dengan sterilisai tanah persemaian dengan fumigansperti methyl bromida, chloropicrin atau dazomet.
IX - 12
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
3.
Nomor JBT.IX Halaman 13/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
Mati Pucuk dan Busuk Batang Penyebab: Penyebab penyakit ini dalah Phytophthora parasitica Dastur. Gejala Serangan: Serangan penyakit ini pada daun muda, pada mulanya berupa bercak basah. Kemudian bercak tersebut melebar dengan pola yang tidak teratur menyebabkan daun menjadi berwrna gelap sehingga akhirnya layu. Pada batang, gejala serangan terlihat adanya bercak basah pada kulit batang berwarna gelap dan karena adanya patogen sekunder, maka menyebabkan kayu batang menjadi busuk. Pada tanaman asal perbanyakan secara okulasi, gejala penyakit ini terlihat jelas pada tempat sambungan antara batang atas dan bawah. Gejala pada buah berupa bintik basah pada permukaan kulit buah, maka kelamaan melebar berwarna coklat keabu-abuan dan berair.
Gambar 11. Serangan Phytophthot Parasitica daun IX - 13
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JBT.IX Halaman 14/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
Pengendalian : Pengendalian dapat dilakukan dengan pemberian fungisida. Untuk mengendalikan serangan pada batang tanaman, kulit batang yang terserang disayat kemudian bagian yang disayat diolesi dengan fungisida seperti Dithane M45 , 0,2% dan Carbolineum plantarum. Disamping itu dapat juga digunakan fungisida Aliete 80 WP bila serangannya belum berat. Pencegahan serangan pada buah adalah dengan membungkus buah. Buah yang telah terserang harus dibuang agar tidak menyebar ke buah lainnya. 4.
Busuk Pangkal Buah. Penyebab : - Penyebab busuk pangkal buah adalah cendawan Phomopsis psidii Nag et Ponapa. Gejala Serangan : Pangkal buah tampak bercak-bercak nekrotik (cembung) kecil, kemudian membesar berwarna makin gelap, sehingga seolaholah membentuk gelang. Lambat laun buah membusuk , terutama pada bagian pangkalnya. Pengendalian : Pengendalian penyakit ini antara lain dengan cara disemprot dengan fungisida seperti Benlate, Derosal 60WP dan Delsene MX 200 pada kosentrasi yang dianjurkan.
IX - 14
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JBT.IX Halaman 15/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
Gambar 12. Penyakit busuk pangkal buah.
5.
Kanker Berkudis. Penyebab : - Penyebab penyakit ini adalah cendawan Pestalotiopsis psidii (Pat) Mordue Gejala serangan : - Penyakit ini dapat menyerang daun dan buah. Pada daun terdapat bercak kelabu, sehingga disebut juga penyakit “ bercak daun”. - Semuanya stadia buah dapat diserang penyakit ini dengan menimbulkan gejala bercak-bercak gelap yang kecil, kemudian membesar berwarna coklat tua dan tampak seperti kanker.
IX - 15
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JBT.IX Halaman 16/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
Pengendalian : Usaha pengendalian penyakit ini antara lain dengan membungkus (memberongsong) buah, dan memotong bagian tanaman yang terinfeksi untuk dibakar.
Gambar 13. Penyakit kanker berkudis pada buah. 6.
Bercak Daun Cercospora. Penyebab : - Penyebabnya adalah cendawan Cercospora psidii Rangel. Gejala Serangan : - Pada daun yang terserang tampak bercak-barcak bulat tidak teratur bentuknya, dan berwarna merah serta bagian tengah ada bercak tersebut berwarna putih. Pengendalian : - Pengendalian penyakit ini antara lain dengan cara memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang sakit dan disemprot fungisida seperti Dithane M-45, Delsene MX 200 dan Cobox pada Konsentrasi yang dianjurkan. IX - 16
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
7.
Nomor JBT.IX Halaman 17/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
Busuk Buah Rhizopus. Penyebab : - Penyebab penyakit ini adalah Rhizopus stolonifer (FR) Lind. Gejala serangan : - Luka pada awalnya berupa bintik lunak basah di sekitar bagian buah yang telah dilubangi oleh lalat buah.
Gambar 14. Gejala Busuk Rhizopus pada buah.
- Luka lama kelamaan berwarna coklat terang dan melebar, kadang-kadang sampai menutupi setengah sampai tiga perempat bagian permukaan buah. - Bagian buah yang terserang menjadi lunak, dan daging buah pun menjadi lunak. Pengendalian : - Cara yang terbaik adalah pencegahan dengan membungkus buah (brongsong). - Buah yang terserang segera dibuang, demikian pula buah-buah yang rontok karena serangan hama dan penyakit di sekirat tanaman harus dibuang dan dimusnahkan. IX - 17
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
8.
Nomor JBT.IX Halaman 18/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
Penyakit-penyakit lain. - Busuk buah yang disebabkan oleh cendawan curvularia afhiinis Boed dan Fusarium sp yang dapat menyebabkan busuk kebasah-basahan. - Kanker batang oleh cendawan Physalospora psidii Steven at Pierce yang menyebabkan kulit cabang menjadi pecah-pecah dan seluruh pohon dapat mati. - Karat jambu biji oleh cendawan Puccinia psidii Wint, yang menyebabkan bintik-bintik kemerahan seperti karat pada daun jambu biji. Ada pula karat merah yang desebabkan oleh ganggang hijau Cephaleuros virescens Kunse yang menimbulkan bercak bulat berwarna coklat seperti beledu pada daun atau pun buah jambu biji. - Kadang jelaga yang disebabkan oleh Capnodium sp yang hidup saprofit pada madu yang dihasilkan oleh - kutu-kutu putih, sehingga permukaan daun tertutup oleh lapisan berwarna hitam. - Penyakit yang menyerang akar tanaman muda di pembibitan yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii Sacc. Gejala yang terlihat adalah daun menjadi coklat sehingga seluruh benih berwarna coklat dan akhirnya layu. - Penyakit karena cendawan merah muda yang disebabkan oleh Corticium salmonicolor Berk et br. Penyakit ini menyerang ranting tanaman yang ditandai dengan pertumbuhan miselia cendawan yang berwarna merah muda. Ranting yang terserang lama-kelamaan mengering lalu mati.
IX - 18
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JBT.IX Halaman 19/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
DEFISIENSI HARA. 1.
Defisiensi Kalium (potassium) Gejala pertama kali muncul pada daun yang lebih tua yang ditandai dengan menguningnya daun, selanjutnya daun mengalami nekrotik terutama terutama pada tepi/pinggiran dan ujung daun ( Gambar 15)
Gambar 15. Gejala Defisiensi Kalium. 2. Defisiensi Magnesium. Gejala defisiensi magnesium ditunjukan oleh menguningnya daun. Pada tahap awal berupa bercak kuning di sekitar intervena tulang daun, dan selanjutnya menyebar ke tepi daun sehingga seluruh daun berwarna kuning (Gambar 16).
IX - 19
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JBT.IX Halaman 20/20
Tanggal 26 April 2013 Revisi
Gambar 16. Gejala defisiensi Magnesium
IX - 20
Standar Operasional Prosedur Sanitasi Kebun
Nomor JBT.X Halaman 1/2
Tanggal 26 April 2013 Revisi
X. SANITASI KEBUN A. Definisi : Menjaga kebersihan lahan dari gulma dan tanaman lain di sekitar kebun yang mengganggu pertumbuhan tanaman jambu biji merah serta kotoran lain, seperti: wadah bekas pestisida, wadah bekas pupuk, sampah plastik, dan lain-lain. B. Tujuan : 1. Menciptakan lingkungan tumbuh yang baik bagi tanaman jambu biji merah untuk mendapatkan hasil yang optimal. 2. Memutus siklus hama/penyakit C. Validasi : Pengalaman Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang. D. Alat dan Bahan : - Sabit/parang - Cangkul - Keranjang - Karung E.
Fungsi : a. Sabit untuk memotong/memangkas gulma dan bagian tanaman lain yang mengganggu tanaman jambu biji merah b. Cangkul untuk membersihkan gulma di permukaan tanah dan menggali lubang sampah c. Keranjang untuk mengangkut seresah dan sampah hasil pembersihan d. Karung untuk tempat mengumpulkan sampah X-1
Standar Operasional Prosedur Sanitasi Kebun
Nomor JBT.X Halaman 2/2
Tanggal 26 April 2013 Revisi
F. Prosedur Pelaksanaan : 1. Persiapkan peralatan yang diperlukan 2. Kumpulkan buah jambu biji merah yang jatuh yang terserang OPT, serasah, gulma, bagian tanaman lalu masukkan ke dalam keranjang atau karung 3. Bawa keranjang atau karung yang sudah penuh dan tuang isi keranjang ke tempat/galian tanah yang telah disiapkan 4. Timbun sampah pada lubang tersebut (sebagai bahan pembuatan kompos) 5. Lakukan pencatatan semua proses yang dilakukan
X-2
Standar Operasional Prosedur Panen
Nomor JBT.XI Halaman 1/2
Tanggal 26 April 2013 Revisi
XI. PANEN A. Definisi : Memetik buah yang siap panen B. Tujuan : Mendapatkan buah jambu biji merah yang telah masak optimum atau sesuai keinginan pasar C. Validasi : Pengalaman Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang. D. Alat dan Bahan : - Gunting panen - Sarung tangan - Ember, Keranjang atau kontainer plastik - Besi pengait E. Fungsi : a. Gunting panen untuk memotong ranting buah b. Sarung tangan untuk membungkus tangan c. Ember, Keranjang atau kontainer plastik untuk menampung buah jambu biji merah hasil petikan langsung dari pohon d. Besi Pengait digunakan untuk menarik cabang pohon yang jauh
XI - 1
Standar Operasional Prosedur Panen
Nomor JBT.XI Halaman 2/2
Tanggal 26 April 2013 Revisi
F. Prosedur Pelaksanaan : 1. Persiapkan dan bawa peralatan panen ke kebun 2. Gunakan sarung tangan 3. Lakukan pemetikan buah jambu biji merah dengan gunting panen dengan cara memotong tangkai buah dengan menyisakan tangkai buah 0.5 - 1 cm dari pangkal. 4. Masukkan buah yang telah dipetik ke dalam ember, bawa dengan hati-hati 5. Bila ember sudah penuh, pindahkan buah dari ember ke keranjang/kontainer plastik dengan hati-hati 6. Lakukan pencatatan semua proses kegiatan
XI - 2
Standar Operasional Prosedur Pengumpulan Buah Hasil Panen
Nomor JBT.XII Halaman 1/2
Tanggal 26 April 2013 Revisi
XII. PENGUMPULAN BUAH HASIL PANEN A. Definisi : Mengumpulkan buah hasil panen untuk memudahkan pengangkutan B. Tujuan : - Untuk memudahkan pengangkutan
dan
mempercepat
proses
C. Validasi : Pengalaman Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang. D. Alat dan Bahan : - Sarung tangan - Pikulan bambu dan tali tambang - Keranjang atau kontainer plastik E. Fungsi : a. Sarung tangan untuk membungkus tangan b. Pikulan bambu dan tali tampar untuk memikul keranjang dari kebun ke tempat pengumpulan c. Keranjang/kontainer plastik untuk menampung buah jambu biji merah
XII - 1
Standar Operasional Prosedur Pengumpulan Buah Hasil Panen
Nomor JBT.XII Halaman 2/2
Tanggal 26 April 2013 Revisi
F. Prosedur Pelaksanaan : 1. Persiapkan lokasi yang akan digunakan sebagai tempat pengumpulan (tempat sortasi) dengan persyaratan antara lain ternaungi 2. Mengambil keranjang dengan alat pikul untuk dibawa ke tempat sortasi atau lokasi yang sudah disiapkan 3. Gunakan sarung tangan 4. Masukkan buah hasil sortir ke dalam keranjang/kontainer plastik 5. Lakukan pencatatan semua proses kegiatan
XII - 2
Standar Operasional Prosedur Sortasi dan Pengkelasan
Nomor JBT.XIII Halaman 1/2
Tanggal 26 April 2013 Revisi
XIII. SORTASI DAN PENGKELASAN A. Definisi : Proses memisahkan buah jambu biji merah yang bagus dengan yang rusak/jelek Dan mengelompokan buah jambu biji merah berdasarkan kelas-kelas yang telah ditetapkan B. Tujuan : Untuk mengelompokkan buah jambu biji merah sesuai dengan kelasnya C. Validasi : Pengalaman Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang. D. Alat dan Bahan : - Sarung tangan - Keranjang atau kontainer plastik - Timbangan - ATK E. Fungsi : a. Sarung tangan untuk membungkus tangan b. Keranjang/kontainer plastik untuk menampung buah jambu biji merah hasil pengkelasan c. Timbangan untuk menimbang buah hasil sortasi dan grading d. ATK untuk mencatat semua kegiatan
XIII - 1
Standar Operasional Prosedur Sortasi dan Pengkelasan
Nomor JBT.XIII Halaman 2/2
Tanggal 26 April 2013 Revisi
F. Prosedur Pelaksanaan : 1. Lakukan pemilihan dan pisahkan buah jambu biji merah yang bagus dan jelek/rusak 2. Lakukan grading dengan menggunakan tangan 3. Penetapan kelas/grading buah jambu biji merah Tabel 3. Penetapan Kelas/Grade No.
Grade
Kg
Jumlah Buah
1.
I
1
3-4
2.
II
1
5-6
3.
III
1
7-8
4. Buah jambu biji merah yang telah terseleksi sesuai dengan kelasnya di ambil secara manual dan dimasukkan ke dalam keranjang/kontainer plastik yang telah disediakan dengan hati-hati 5. Lakukan penimbangan sesuai dengan kelasnya 6. Catat semua proses kegiatan yang dilakukan
XIII - 2
Standar Operasional Prosedur Sortasi dan Pengkelasan
Nomor JBT.XIV Halaman 1/3
Tanggal 26 April 2013 Revisi
XIV. PENGEMASAN DAN PELABELAN A. Definisi : Proses penempatan buah jambu biji merah sesuai dengan kelasnya pada kardus yang berlabel dagang. B. Tujuan : - Untuk menghindari buah agar tidak mengalami kerusakan dan penurunan mutu khususnya pada saat penyimpanan dan pengangkutan - Untuk memberi identitas dan ciri buah C. Validasi : Pengalaman Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang. D. Alat dan Bahan : - Kardus berlabel dagang/peti - Potongan kertas - Selotape/isolasi - Stempel Grade - Timbangan - Kertas Koran
XIV - 1
Standar Operasional Prosedur Sortasi dan Pengkelasan
Nomor JBT.XIV Halaman 2/3
Tanggal 26 April 2013 Revisi
E. Fungsi : a. Kardus berlabel dagang/peti sebagai tempat pengemasan buah b. Potongan kertas untuk mencegah terjadinya benturan antara buah dan antara buah dengan kardus c. Selotape/isolasi untuk merekatkan kardus bagian bawah dan atas d. Stempel Grade untuk identitas grade e. Timbangan untuk menimbang kardus yang berisi buah yang di kemas f. Kertas koran untuk menutup bagian atas buah sebelum kardus ditutup F. Prosedur Pelaksanaan : 1. Persiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan 2. Tutup kardus bagian bawah dan rekatkan dengan selotape 3. Masukkan potongan kertas ke dalam kardus sebagai alas buah 4. Stempel kardus sesuai varietas dan gradenya 5. Timbang kardus bersama potongan kertasnya sebelum diisi buah 6. Masukkan buah jambu biji merah sesuai dengan gradenya ke dalam kardus 7. Timbang buah jambu biji merah bersama kardusnya sesuai dengan netto label kardus 8. Sebelum ditutup lapisi bagian atas jambu biji merah dengan potongan kertas dan kertas koran 9. Kardus ditutup XIV - 2
Standar Operasional Prosedur Sortasi dan Pengkelasan
Nomor JBT.XIV Halaman 3/3
Tanggal 26 April 2013 Revisi
10. Label pada kardus mengandung informasi: - Nama Perusahaan - Merk Dagang - Varietas - Berat Bersih - Grade 11. Lakukan pencatatan semua proses kegiatan
Gambar 17. Sortasi dan penimbangan buah
Gambar 18. Buah yang telah dibungkus dimasukkan dalam kardus. XIV - 3
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1992, Bercocok Tanam Buah-buahan seri Jambu Air, Jambu biji, dan Jambu mete, Direktorat Bina Produksi Holtikultura, Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan. Jakarta Kwee, L.T dan Chong, K.K 1990. Guava in Mlaysia, Production Pests and Diseases. Tropical Press SDN. BHD, Kuala Lumpur. Mlaysia. Pantastico, ER.B. 1989. Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfataan Buah-buhan dan Syur-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press. Yogayakarta. Prihmantoro, H. 2002. memupuk Tanman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. Rukamana, R. 1996. tabulampot Jambu biji. Penerbit Kanisus. Jakarta. Widodo, W.D. 1995. pemangkasan Pohon Buah-buhan. Penebar Swadaya. Jakarta.
XV
TIM PENYUSUN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR JAMBU BIJI KABUPATEN KARAWANG I. KETUA PELAKSANA
: Ir. A. Suwito Hadi, MP Kepala Seksi Buah-buahan dan Tanaman Hias II. TIM PENYUSUN/NARASUMBER : NO
NAMA
JABATAN
1
Ir. A. Suwito Hadi, MP
Kepala Seksi Buah-buahan dan Tanaman Hias, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
2
Ir. Rusmawi
Kepala Bidang Produksi Hortikultura, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang
3
Endang Sumarna
Pelaksana Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang
4
Yana Firmansyah
Pelaksana Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang
5
Siti Nurjanah
Penyuluh Pertanian Lapangan, Kabupaten Karawang
6
Endoh
POPT, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
7
Entar
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
8
H. Akom
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
9
Sarun
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
10
Durahim
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
11
Riman
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
NO
NAMA
JABATAN
12
Agus Sujana
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
13
Neman
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
14
Nandar
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
15
Rohmat
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
16
Rasip
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
17
Nunu
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
18
Nardi
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
19
Karsem
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
20
Resih
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
21
Anang
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
22
Ocim
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
23
Acah
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
24
Empe
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
25
Amah
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
26
Nengsih
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
27
Ecah
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
NO
NAMA
JABATAN
28
Iyet
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
29
Anih
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
30
Nemin
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
31
Mimin
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
32
Enceng
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
33
Karti
Petani Jambu Biji Merah, Desa Cariu Mulya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang
34
Doddy Muchlis, SP
Pelaksana pada Bidang Produksi Tanaman Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
35
Siti Fatimah, SP
Pelaksana pada Bidang Produksi Tanaman Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
36
Harry Yudhitama, ST
Pelaksana pada Bidang Produksi Tanaman Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
37
Andi Supandi
Pelaksana pada Bidang Produksi Tanaman Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
IV.
EDITOR
:
1.
Andi Supandi Pelaksana Pada Bidang Produksi Tanaman Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
2.
Harry Yudhitama, ST Pelaksana Pada Bidang Produksi Tanaman Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat XVI