ANALISIS USAHATANI JAMBU KRISTAL DESA CIKARAWANG KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR
MUHAMMAD RIDWAN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Usahatani Jambu Kristal Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2013
Muhammad Ridwan NIM H34070073
ABSTRAK MUHAMMAD RIDWAN. Analisis Usahatani Jambu Kristal Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT ADHI. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru pertanian dan sangat diharapkan peranannya dalam menunjang pembangunan perekonomian nasional. Komoditas hortikultura yang sangat potensial untuk memasuki pasar internasional dan pasar lokal adalah buah-buahan. Salah satunya ialah jambu biji, yang varietasnya adalah jambu kristal yang diintroduksikan oleh Misi Teknik Taiwan pada tahun 2009. Bibit didapatkan dengan grafting yang menggunakan tanaman bawah dari jambu biji lokal dan bagian penghasil buahnya dari jambu biji impor yang merupakan hasil mutasi jambu tanpa biji dari Taiwan. Budidaya jambu kristal ini di wilayah Cikarawang, Dramaga dilakukan oleh Kelompok Tani Jambu Kristal. Bibit dan pelatihan diberikan tiap bulan oleh pihak University Farm sejak tahun 2009. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani jambu kristal dan efisiensi usahatani jambu kristal di Desa Cikarawang. Hasil penelitian dari 24 responden menunjukkan produktivitas sebesar 10.08 ton per hektar, pendapatan atas biaya total sebesar Rp 19 265 317.33 dan R/C atas biaya total sebesar 1.18 menunjukkan usaha ini efisien dan layak dijalankan. Kata kunci: usahatani jambu kristal, R/C, kelompok tani
ABSTRACT MUHAMMAD RIDWAN. Analysis of Crystal Guava Cultivation Business in Cikarawang Village, Dramaga Subdistrict, Bogor Regency. Supervised by ANDRIYONO KILAT ADHI. Plantation subsector is one of the new sources of growth in agriculture and has highly desirable role in supporting the development of national economy. Horticultural commodities with huge potential to tap into the international market and the local market is the fruit. One of them is guavas, which varieties are crystal guava introduced by Taiwan Technical Mission in 2009. The seedling obtained by grafting using the bottom of the local plant and the fruit-producing part of the imported guava that is the mutation result of seedless guava from Taiwan. This crystal guava cultivation in Cikarawang region, Dramaga done by Crystal Guava Farmers Group. Seedling and training given by University Farm each month since 2009. This study analyses the income of crystal guava cultivation and the efficiency of crytal guava cultivation in Cikarawang Village. The result shows out of 24 respondents that the yield productivity is 10.08 ton per ha, the income is Rp 19 265 317.33 and R/C over total cost ratio are 1.18 shows that this cultivation is efficient and reasonable. Key words : Crystal guava cultivation, R/C, farmers group
ANALISIS USAHATANI JAMBU KRISTAL DESA CIKARAWANG KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR
MUHAMMAD RIDWAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi: Analisis Usahatani Jambu Krista! Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor : Muhanunad Ridwan Nama : H34070073 NIM
Di erujui oleh
Dr 1:- Andriyono Kilat Adhj
P embimbing
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
i 0 DEC 2013
Judul Skripsi : Analisis Usahatani Jambu Kristal Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Nama : Muhammad Ridwan NIM : H34070073
Disetujui oleh
Dr Ir Andriyono Kilat Adhi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya dan Shalawat serta salam yang tercurah limpah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2012 ini ialah Analisis Usahatani, dengan judul Analisis Usahatani Jambu Kristal Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Pak Andriyono Kilat Adhi selaku pembimbing skripsi dan selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada University Farm dan seluruh petani jambu kristal yang telah bersedia memberikan izin untuk melakukan penelitian di desa Cikarawang, Dramaga dan membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, dan sahabat atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2013
Muhammad Ridwan
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambaran Umum Jambu Kristal
3
Penelitian Terdahulu
4
KERANGKA PEMIKIRAN
6
Kerangka Teoritis
6
Kerangka Pemikiran Operasional
8
METODE PENELITIAN
10
Lokasi dan Waktu Penelitian
10
Metode Penentuan Sampel
10
Jenis dan Sumber Data
10
Metode Pengolahan dan Analisis Data
10
GAMBARAN UMUM KEADAAN DAERAH PENELITIAN
13
University Farm
13
Desa Cikarawang
13
Kelompok Tani Jambu Kristal Desa Cikarawang
14
Karakteristik Petani Responden
15
KERAGAAN USAHATANI JAMBU KRISTAL DI DESA CIKARAWANG 18 Keragaan Usahatani Jambu Kristal
18
Kendala yang Dihadapi dalam Usahatani Jambu Kristal
23
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU KRISTAL DESA CIKARAWANG
24
Struktur Biaya Usahatani
24
Penerimaan Usahatani
29
Pendapatan Usahatani
29
Efisiensi Usahatani
31
SIMPULAN DAN SARAN
32
Simpulan
32
Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
34
RIWAYAT HIDUP
47
DAFTAR TABEL 1 Jumlah produksi jambu biji Indonesia tahun 2009-2012 (Ton) 2 Metode perhitungan pendapatan usahatani 3 Sebaran penduduk menurut mata pencaharian di Desa Cikarawang, 2009 4 Distribusi usia petani responden tahun 2012 5 Distribusi tingkat pendidikan petani responden tahun 2012 6 Distribusi pengalaman petani responden tahun 2012 7 Distribusi jumlah tanaman yang dimiliki petani responden 8 Distribusi petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan 9 Distribusi petani responden berdasarkan luas lahan garapan 10 Distribusi petani responden berdasarkan status usahatani 11 Distribusi petani responden berdasarkan pendapatan di luar usahatani 12 Biaya pembayaran panen per stratum umur per hektar per tahun 13 Penggunaan pupuk per stratum umur per hektar per tahun 14 Biaya tunai yang dikeluarkan petani jambu kristal Desa Cikarawang pada tahun 2011 15 Nilai penyusutan alat-alat pertanian 16 Biaya yang diperhitungkan pada usahatani jambu kristal Desa Cikarawang per stratum umur per hektar per tahun 17 Rata-rata penerimaan usahatani jambu kristal di Desa Cikarawang berdasarkan umur tanaman pada tahun 2011 per hektar 18 Pendapatan dan efisiensi usahatani jambu kristal Desa Cikarawang per stratum umur tahun 2011 per hektar
1 12 14 15 16 16 16 17 17 17 18 25 25 27 28 28 29 30
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7
Kerangka pemikiran operasional Kegiatan penyiangan tanaman Kegiatan pemangkasan tanaman Kegiatan pemupukan tanaman Kegiatan pembungkusan buah Grade jambu kristal University Farm Pupuk NPK mutiara, gunting stek, arit, cangkul
9 20 20 21 22 46 46
DAFTAR LAMPIRAN 1 Survei pendapatan usahatani jambu kristal 2 Karakteristik petani jambu kristal responden di Desa Cikarawang 3 Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C rasio usahatani jambu kristal umur satu tahun pada tahun 2011 per hektar 4 Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C rasio usahatani jambu kristal umur dua tahun pada tahun 2011 per hektar
34 36 37 38
5 Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C rasio usahatani jambu kristal umur tiga tahun pada tahun 2011 per hektar 6 Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C Rasio Usahatani jambu kristal pada Tahun 2011 per hektar 7 Penerimaan, biaya, pendapatan, dan R/C rasio usahatani jambu kristal pada tahun 2011 responden berpekerjaan utama usahatani jambu kristal 8 Pendapatan dan efisiensi usahatani jambu kristal Desa Cikarawang per stratum umur tahun 2011 per 1000 pohon 9 Data penggunaan input usahatani jambu kristal di Desa Cikarawang 10 Gambar beberapa input dan output usahatani jambu kristal Desa Cikarawang
39 40 41 42 43 46
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang luar biasa yaitu daratan seluas 19.85 juta hektar dan juga iklim tropis yang mendukung keberagaman flora dan fauna. Menurut BPS, pada tahun 2011 Indonesia memiliki sekitar 42 475 329 penduduk yang bekerja di bidang pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan atau sekitar 38.17 persen dari seluruh angkatan kerja 1 . Sektor tanaman pangan memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 7.13% terhadap total PDB nasional. Sektor hortikultura merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Produk hortikultura meliputi sayur-sayuran, buah-buahan, florikultura, dan biofarmaka. Produk tanaman pangan terutama buah-buahan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru pertanian yang berperan menunjang perekonomian masyarakat. Pemenuhan kebutuhan buah-buahan masih tergantung dari impor yang besarnya mencapai $ 816 541 098 berdasarkan data Ditjen Hortikultura2 tahun 2012. Produksi buah nasional perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah impor yang sangat rawan terpengaruh nilai valuta asing ini. Peningkatan produktifitas dilakukan baik secara intensifikasi budidaya dan ekstensifikasi lahan. Komoditi buah-buahan yang berpeluang besar untuk dikembangkan salah satunya adalah jambu biji. Jambu biji (Psidium guajava L) merupakan tanaman buah yang berasal dari daerah antara Meksiko dan Peru (Ashari 1995). Jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh di daerah sub-tropis, sehingga tanaman ini dibudidayakan di banyak negara seperti Jepang, Malaysia, Brazilia dan termasuk di Indonesia. Buah tananaman ini sangat digemari masyarakat dan sentra budidayanya terletak di Pulau Jawa. Berikut total produksi jambu biji di Indonesia dari tahun 2009 – 2012. Tabel 1 Jumlah produksi jambu biji di Indonesia tahun 2009-2012 (Ton) Tahun Jawa Barat Indonesia 2009 70 997 212 260 2010 49 203 220 202 2011 75 455 204 551 2012 64 681 211 836 Sumber: BPS (2013)
Jambu biji memiliki banyak jenis dan varian, yaitu jambu biji Pasar Minggu, Getas Merah, Australia, Sukun, Bangkok, Kamboja, Tukan, Sari, dan Kristal 3 . Varian jambu biji kristal memiliki biji paling sedikit diantara varian jambu biji lainnya, buahnya yang berukuran besar dan memiliki daging buah yang bersih dengan tekstur yang renyah seperti buah apel menjadikannya sebagai buah jambu
1
http://www.bps.go.id/ [September 2013] http://hortikultura.deptan.go.id/ [September 2013] 3 http://jambukristal1.blogspot.com/2013/03/jenis-jambu-biji.html [September 2013] 2
2
biji terfavorit pilihan mesyarakat dan prospek cerah jambu kristal bagi pelaku bisnis khususnya yang bergerak dibidang agro. Jambu kristal terbagi menjadi dua, jambu kristal dan jambu kristal mutiara perbedaanya hanya terletak pada daging buah jambu kristal mutiara yang lebih bersih jernih dan lebih manis. Jambu kristal merupakan varian paling baru yang ada di Indonesia, diperkenalkan oleh Misi Teknik Taiwan di lokasi proyek Mojokerto. Pada tahun 2007 ICDF melakukan pemetaan wilayah di Bogor dan pada 2008 melakukan pembangunan cabangnya di Cikarawang. Bibit jambu kristal ini kemudian disebarkan kepada petani di Cikarawang pada tahun 2009. Sentra jambu kristal di wilayah sekitar Cikarawang meliputi Bantarsari, Rancabungur, Cigombong, Cibatok, Ciapus, dan Sentul. Jambu kristal di Indonesia sudah berkembang pesat terutama di Pulau Jawa dan Bali. Budidaya jambu kristal ini di wilayah Cikarawang, Dramaga dilakukan oleh Kelompok Posdaya Jambu Kristal yang diberi bibit dan pelatihan tiap bulan oleh pihak ICDF sejak tahun 2010. Bentuk buahnya yang mulus, daging buah yang renyah, manis, dan tanpa biji membuat budidaya ini memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari jambu biji lokal. Hal ini dianggap sebagai peluang yang bagus sehingga pada tahun 2012 ada banyak petani di Desa Cikarawang yang sudah melaksanakan usaha ini. Perumusan Masalah Budidaya jambu kristal merupakan salah satu usahatani yang baru dijalankan di Indonesia. Jambu kristal merupakan mutasi dari residu Muangthai Park, ditemukan pada tahun 1991 di District Kao Shiung, Taiwan. Tanaman ini diintroduksikan ke Indonesia oleh Misi Teknik Taiwan di lokasi proyek Mojokerto. Misi Teknik Taiwan melakukan kerjasama dengan IPB melalui University Farm di Desa Cikarawang, Dramaga tahun 2008. Pada tahun 2009 University Farm melakukan penyebaran 600 bibit secara hibah ke petani Cikarawang. Pada kerjasama usahatani ini University Farm berperan sebagai penyedia bibit, memberikan penyuluhan budidaya, dan lembaga pemasaran. Sementara itu petani melaksanakan proses budidaya dan menjualnya baik kepada University Farm maupun kepada konsumen secara langsung. Pada kenyataannya petani Cikarawang ini tidak selalu mengikuti petunjuk penyuluhan yang diberikan University Farm dalam hal jarak tanam, pemberian pupuk, pemberantasan hama, pembungkusan buah, dan pemanenan. Petani menelantarkan jambu kristal mengakibatkan banyak tanaman berproduktivitas rendah, gagal panen, dan bahkan mati. University Farm mengetatkan aturan dengan memotong 25% hasil pembayaran panen agar petani lebih serius. Hal ini terlihat dari adanya selisih produktivitas aktual di tingkat petani yang hanya mencapai 11.64 kg per pohon sementara target University Farm mencapai 20 kg per pohon pada saat tanaman berumur dua tahun. Umur tanaman jambu kristal yang diusahakan petani bervariasi antara satu hingga tiga tahun, hal ini juga mengakibatkan varisai produktivitas. Harga jual per kg jambu kristal relatif tinggi dibandingkan jambu lain yaitu sekitar Rp 15 000 untuk grade A dan Rp 8 000 untuk grade B+, sedangkan harga jual di tingkat petani mencapai Rp 10 000. Dengan kondisi yang dijelaskan seperti di atas maka muncul pertanyaan yang akan dirumuskan dalam penelitian ini antara lain:
3
1. Bagaimana analisis pendapatan usahatani jambu kristal Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor? 2. Bagaimana analisis efisiensi usahatani jambu kristal Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor? Tujuan Penelitian Dengan mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pendapatan usahatani tanaman jambu kristal di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor 2. Menganalisis efisiensi usahatani tanaman jambu kristal di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Manfaat Penelitian Manfaat hasil penelitian ini adalah : 1. Bagi petani, penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai usahatani jambu kristal dan efisiensinya sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 2. Bagi pembaca, sebagai wawasan dan bahan kajian mengenai usahatani jambu kristal serta sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan lingkup regional yaitu Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kota Bogor dengan jambu kristal sebagai komoditi yang diteliti. Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah kelompok petani yang melakukan usahatani jambu kristal. Umur pohon jambu kristal yang diteliti adalah umur satu sampai empat tahun. Hal ini dilakukan karena tanaman ini termasuk masih baru dibudidayakan di wilayah ini. Analisis kajian dibatasi untuk melihat perbandingan tingkat pendapatan usahatani jambu kristal antara petani berdasarkan umur tanaman di daerah penelitian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis keragaan usahatani, analisis pendapatan usahatani berdasarkan pendekatan penerimaaan dan biaya usahatani, dan analisis R/C rasio untuk melihat tingkat efisiensi usahatani jambu kristal.
TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Jambu Kristal Jambu kristal memiliki berbagai kesamaan dengan jenis jambu biji lain yaitu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah tetapi lebih subur di daerah tropis dengan ketinggian 5-1 200 m dpl, curah hujan 1 000-2 000 mm/tahun, suhu 25300C, serta pH 4.5-8.2. Perbedaan jambu kristal dengan jambu biji biasa ialah daging buah tebal, kadar biji hanya 3%, harga jual lebih tinggi, dan perawatannya yang lebih intensif.
4
Bibit budidaya ini dibuat dengan okulasi dan cangkok. Pada awal kerjasama University Farm dan petani Cikarawang bibit diperoleh hanya dari cangkokan University Farm. Pada tahun 2012 sudah terdapat petani yang menyediakan bibit cangkok dan okulasi. Jambu biji biasa memiliki jarak tanam ideal 8 x 8 m, sedangkan jambu kristal memiliki jarak ideal 3 x 3 m. Tinggi ideal tanaman jambu kristal mencapai 2 m sehingga buah lebih terjangkau, berbeda dengan jambu biji biasa yang bisa mencapai 3-10 m. Tingkat serangan hama dan penyakit jambu kristal di Desa Cikarawang lebih tinggi dibanding jambu biasa sehingga hasil produksi tidak sebaik jambu biji biasa. Hal ini menyebabkan banyak petani yang ikut pada awal program kerjasama ini berhenti berbudidaya jambu kristal karena gagal panen dan tanaman mati. Kebutuhan pupuk jambu kristal lebih tinggi dari jambu biji biasa dan harga pupuk lebih tinggi karena penggunaan pupuk NPK mutiara dan KCL non-subsidi. Umur produktif jambu kristal mencapai 10 tahun lebih singkat dari jambu biji biasa yang mencapai 25 tahun. Penelitian Terdahulu Sampai tahun 2012 belum terdapat analisis usahatani mengenai jambu kristal sehingga penelitian terdahulu yang dijadikan literatur referensi ialah analisis pendapatan usahatani jambu biji dan analisis studi kelayakan bisnis jambu kristal. Hasil penelitian Siregar (2010) Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bojong Gede Desa Cimanggis dan Kota Bogor. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis tingkat pendapatan usahatani berdasarkan umur tanaman jambu biji di Desa Cimanggis Kecamatan Bojong Gede dan menganalisis efisiensi pendapatan usahatani jambu biji berdasarkan umur tanaman jambu biji di Desa Cimanggis Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan produksi jumlah jambu biji pada stratum umur tanaman enam tahun lebih banyak dibandingkan stratum umur tanaman dibawah enam tahun. Produktifitas rata-rata per pohon berumur enam tahun mencapai 46 kg per pohon sedangkan stratum umur tanaman dibawah enam tahun masing 35.5 kg untuk stratum umur tanaman lima tahun, 34.5 kg untuk empat tahun dan 32 kg untuk stratum tanaman tiga tahun. Hasil analisis usahatani jambu biji yang dilakukan di Desa Cimanggis pada tahun 2009 diambil dari 35 responden petani jambu biji diperoleh bahwa produksi rata-rata per pohon yang dihasilkan pertahun oleh petani jambu biji di Desa Cimanggis mencapai 37 kg per tahun atau 12.3 kg per satu kali panen. Umur tanaman jambu biji yang lebih efisien adalah umur tanaman yang enam tahun yaitu dengan R/C atas biaya total sebesar 2.22 sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 3.98 dengan arti usahatani jambu biji ini efisien untuk dijalankan dan menguntungkan untuk dijalankan karena pendapatannya bernilai positif yaitu sebesar sebesar Rp 64 775 338.00 dan pendapatan atas biaya total adalah Rp 47 621 783.00. Rata-rata harga jual jambu biji mencapai Rp 2 500 per kg. Persamaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian ini adalah dilakukannya perbandingan pendapatan usahatani antara stratum umur tanaman. Perbedaan kedua penelitian terletak pada jenis tanaman, lokasi, dan tahun penelitian. Pada sektor input harga kebutuhan jambu biji lebih murah dibanding jambu kristal, bibit mencapai Rp 15 000 per pohon, pupuk kandang mencapai Rp
5
5 000, bahkan pupuk kimia jauh lebih murah dengan harga berkisar Rp 1 500 hingga Rp 2 000. Obat-obatan/pestisida yang digunakan lebih terpola dengan terbagi jelas atas Dusban, Curacon, dan Decis. Pembungkus buah yang digunakan yang digunakan lebih murah yaitu plastik dengan harga Rp 20 000 berisi 300 bungkus serta kertas dengan harga Rp 500 per kg dan rapia Rp 1 000 per buah. Pada jambu kristal umumnya digunakan Decis, akan tetapi serangan hama dan penyakit lebih banyak jenisnya dan frekuensinya mengakibatkan petani menggunakan bermacam obat-obatan yang jenisnya bervariasi antar petani. Pada budidaya jambu biji, petani mengeluarkan biaya per HOK mencapai Rp 50 000 dengan penggunaan HOK lebih efisien, HOK luar keluarga mencapai 108.9 HOK per hektar dan HOK keluarga mencapai 200.27 HOK per hektar. Petani jambu merupakan pekerjaan utama 10 dari 35 orang responden, luas lahan 0.003 hingga 0.5 hektar, kerapatan lebih rendah mencapai 657 pohon per hektar dan umur tanaman yang sudah mencapai usia produktif yaitu tiga hingga enam tahun. Berbagai faktor perbedaan dalam budidaya ini terlihat juga dari pengalaman petani yang lebih sedikit dibanding petani jambu biji yang mencapai 3-12 tahun serta jarangnya petani mengikuti penyuluhan karena kesibukan masing-masing sehingga teknik budidaya kurang efisien dan input budidaya yang sangat beraneka ragam. Pada sektor output hasil produksi lebih tinggi karena tanaman sudah lebih dewasa, lebih tahan penyakit, input lebih terjangkau, dan teknik budidaya yang efisien sudah lebih diketahui dengan baik oleh semua petani. Hasil penelitian Narundana (2011) Studi Kelayakan Bisnis Tanaman Buah Jambu Kristal Pada Kelompok Tani Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan di University Farm dan kelompok tani Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis usaha jambu kristal dan menganalisa kelayakan usaha jambu kristal dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen operasional danaspek finansial. Metode pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Faktor kondisi tanah adalah merupakan faktor terpenting usahatani ini. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada empat kriteria penilaian investasi usaha dapat diketahui pada jenis tanah cukup air memiliki nilai NPV positif yaitu sebesar Rp 13 883 500, untuk tanah basah sebesar Rp -(34 173 753) dan Rp -(21 789 418) untuk tanah kering. IRR untuk tanah cukup air yaitu sebesar 29 persen, sedangkan untuk tanah basah dan tanah kering IRR yang diperoleh kurang dari 14 persen. PI untuk tanah cukup air lebih besar dari 1 yaitu 1.76, PI untuk tanah basah adalah 0.33 dan untuk tanah kering adalah sebesar 0.21. PBP untuk tanah cukup air dibawah dari umur analisa proyek yaitu selama empat tahun, sedangkan untuk tanah basah dan tanah kering lebih dari tujuh tahun. Berdasarkan hasil perhitungan analisis sensitivitas pada tanah cukup air dapat diketahui bahwa usaha ini tidak sensitif karena meskipun terjadi penurunan pada nilai NPV, IRR, PI dan peningkatan waktu PBP usaha ini tetap layak untuk di jalankan karena nilai NPV sebesar Rp 9 465 775.888 nilai IRR sebesar 24 persen, PI sebesar 1.58 dan PBP dibawah umur analisa proyek yaitu selama empat tahun dua bulan. Persamaan penelitian ini adalah lokasi dan komoditas. Perbedaannya ialah kelayakan ini mengasumsikan lebih sedikit jenis input yang dipakai, harga input lebih murah, dan output serta perkiraan produktivitas yang jauh lebih tinggi dari yang ada di lapangan. Pupuk yang dipakai adalah NPK mutiara Rp 3 500 per kg,
6
pupuk kandang Rp 5 000 per karung sedangkan harga di lapangan jauh lebih tinggi dan perlunya pupuk lain seperti KCL serta pupuk Phonska sebagai pengganti NPK Mutiara. Asumsi harga jual Rp 12 500 dan produktivitas mencapai 25 kg per pohon setelah melewati tahun kedua sedangkan harga dan produktivitas di lapangan lebih rendah karena kurangnya input yang disebabkan oleh kurangnya modal, perawatan yang kurang efisien, tanaman belum mencapai umur produktif, dan pencangkokan yang mengharuskan tanaman tidak berbuah agar pertumbuhan akar tidak terganggu.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Teoritis Konsep Usahatani Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah 2008). Soekartawi et al. (1986) mengemukakan bahwa tujuan usahatani dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan pengeluaran. Konsep memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah tertentu seefisien mungkin untuk memperoleh keuntungan maksimum. Konsep meminimumkan pengeluaran berarti bagaimana menekan pengeluaran produksi sekecil-kecilnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu. Ada empat unsur pokok dalam usahatani yang sering disebut sebagai faktor-faktor produksi (Hernanto, 1989) yaitu : 1. Tanah Tanah usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan dan sawah. Tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli, menyewa, bagi hasil (menyakap), pemberian negara, warisan atau wakaf. Penggunaan tanah dapat diusahakan secara monokultur maupun polikultur atau tumpang sari. 2. Tenaga Kerja Jenis tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Tenaga ini dapat berasal dari dalam dan luar keluarga (biasanya dengan cara upahan). Tenaga kerja dihitung dalam satuan HOK (Hari Orang Kerja), yakni delapan jam waktu normal kerja per hari. 3. Modal Modal dalam usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh
7
dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (kredit bank, keluarga/tetangga), hadiah, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa. 4. Pengelolaan atau manajemen Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Pengenalan pemahaman terhadap prinsip teknik dan ekonomis perlu dilakukan untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil. Prinsip teknis tersebut meliputi : (a) perilaku cabang usaha yang diputuskan (b) perkembangan teknologi (c) tingkat teknologi yang dikuasai dan (d) cara budidaya dan alternatif cara lain berdasar pengalaman orang lain. Prinsip ekonomis antara lain : (a) penentuan perkembangan harga (b) kombinasi cabang usaha (c) pemasaran hasil (d) pembiayaan usahatani (e) penggolongan modal dan pendapatan serta tercermin dari keputusan yang diambil agar resiko tidak menjadi tanggungan pengelola. Kesediaan menerima resiko sangat tergantung kepada : (a) perubahan sosial serta (b) pendidikan dan pengalaman petani. Konsep Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya usahatani adalah semua pengaluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani (Soekartawi et al. 1986). Sedangkan yang dimaksud dengan pendapatan usahatani adalah selisih penerimaan antara penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan usahatani adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk pertanian. Untuk pengeluaran tunai usahatani merupakan sejumlah uang yang dibayarkan untuk mendapatkan faktor-faktor produksi didalam suatu kegiatan usahatani. Menurut Soekartawi et al. (1986), penerimaan tunai dan pengeluaran tunai usahatani yang tidak berasal dari penjualan produk usahatani, seperti pinjaman bank, harus ditambahkan dan pengeluaran tunai usahatani tidak ada kaitannya dengan pengadaan faktor-faktor produksi, eperti bunga pinjaman pokok dan uang pokok harus dikurangi Konsep Biaya Usahatani Konsep biaya usahatani lebih mengkaji ke biaya-biaya produksi. Biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan dalam beberapa bagian (Hernanto, 1989). 1. Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari : a. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan pertanian dan bunga pinjaman. b. Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obatobatan dan biaya tenaga kerja. 2. Berdasarkan biaya yang langsung dikeluarkan dan langsung diperhitungkan terdiri dari : a. Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang langsung dibayar tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan
8
biaya variabel misalnya biaya untuk pengeluaran bibit, obat-obatan pupuk dan tenaga kerja keluarga. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yangmdimiliki petani. b. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga kerja dalam keluarga (biaya variabel). Biaya tidak tunai ini untuk melihat bagaimana manajemen suatu usahatani. Efisiensi Pendapatan Usahatani Hernanto (1989) mengemukakan bahwa tingkat keuntungan relatif dari kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan finansial dapat diketahui dengan melakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya. Nilai R/C rasio total menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk berproduksi. Nilai R/C yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa penambahan satu rupiah akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari satu. Semakin besar nilai R/C maka semakin baik kedudukan ekonomi usahatani. Kedudukan penting karena dapat dijadikan penilaian dalam mengambil keputusan dalam aktivitas usahatani. Kerangka Pemikiran Operasional Desa Cikarawang merupakan desa penghasil jambu kristal yang memiliki berbagai perbedaan dibanding jambu biji biasa. Tanaman ini membutuhkan lahan yang lebih kecil, buah manis tanpa biji, dan nilai ekonomis yang lebih tinggi di pasaran dibanding jambu lain. Prospek cerah jambu ini membuat banyak petani yang ikut melakukan budidaya ini. Permintaan jambu kristal yang berkualitas selalu meningkat setiap tahun masih belum tercukupi karena berbagai faktor. Terdapat sejumlah kendala yang dihadapi oleh petani di Desa Cikarawang, terlihat dari banyaknya petani gagal dan berhenti pada tahun awal budidaya ini. Hasil produksi yang rendah, serangan hama yang tinggi jauh melebihi perkiraan, harga pupuk non-subsidi yang mahal, kebutuhan obat-obatan yang senakin meningkat, dan hasil pendapatan yang rendah karena hal-hal tersebut merupakan permasalahan yang dihadapi mayoritas petani di Desa Cikarawang. Petani cenderung menggunakan cara masing-masing dalam budidaya serta sibuk dengan pekerjaan utamanya sehingga tidak mengikuti penyuluhan budidaya yang benar. Keterbatasan modal petani berpengaruh dalam membatasi penggunaan input seperti bibit, pupuk, tenaga kerja dan lahan yang akan berpengaruh pada biaya total petani. Penggunaan input sangat mempengaruhi produktivitas dan kualitas jambu kristal yang kemudian berpengaruh pada penerimaan petani. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui keragaan usahatani dan apakah usahatani jambu kristal yang dikembangkan di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor masih menguntungkan atau tidak. Berdasarkan selisih penerimaan dan biaya maka dapat dilakukan analisis pendapatan usahatani untuk mengukur pendapatan petani, sedangkan untuk mengukur tingkat efisiensi dilakukan analisis R/C rasio. R/C rasio adalah rasio imbangan penerimaan atas biaya. Skema pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
9
Kelompok tani jambu kristal Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga
Permasalahan: Produktivitas rendah Serangan hama dan penyakit Biaya pupuk dan obat-obatan tinggi Pendapatan petani rendah Budidaya yang tidak terstandar
Peluang: Tingginya harga jual jambu biji kristal dan permintaan yang meningkat diduga mempengaruhi peningkatan jumlah petani jambu kristal di Desa Cikarawang
Kondisi Usahatani Saat Ini
Harga output
Produk
Penerimaan total
Input: Bibit Pupuk Obat TK Lahan
Harga Input
Biaya total Analisis Usahatani Analisis Pendapatan Analisis Rasio (R/C) Rekomendasi
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Operasional
10
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian diambil secara sengaja dengan pertimbangan Desa Cikarawang adalah desa yang pertama kali melakukan usahatani jambu kristal dengan adanya kerjasama petani dan University Farm. Waktu pengumpulan data dilakukan mulai bulan Februari 2012 hingga Maret 2012 Metode Penentuan Sampel Responden dalam penelitian ini adalah para petani kelompok budidaya jambu kristal Desa Cikarawang. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode sensus di Desa Cikarawang karena jumlah petani di Desa Cikarawang hanya sebanyak 24 petani yang aktif, sehingga semua petani menjadi responden penelitian ini. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui observasi (pengamatan) dan wawancara langsung terhadap kegiatan yang dilakukan responden dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data sekunder sebagai data penunjang diperoleh dari catatan yang terdapat di berbagai instansi yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti Badan Pusat Statistik, Ditjen Hortikultura, dan buku-buku literatur serta serta data yang bersumber dari artikel elektronik yang relevan dengan penelitian yang terkait lainnya. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik petani, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk melakukan perhitungan biaya, penerimaan, pendapatan, dan R/C rasio yang diperoleh melalui pengolahan data primer menggunakan bantuan software Microsoft excel dan alat bantu hitung kalkulator, yang hasilnya dapat disajikan dalam bentuk tabel yang dapat diinterpretasikan. Analisis Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya yang telah dikeluarkan. Tujuannya adalah membantu perbaikan pengolahan usaha pertanian. Pendapantan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan atas seluruh biaya tunai yang disebut sebagai pendapatan tunai dan pendapatan atas biaya total yang disebut sebagai pendapatan total. Penerimaan total usahatani (total farm revenue) merupakan nilai produk total dalam jangka waktu satu musim tanam baik yang dijual maupun yang dijadikan sebagai bibit.
11
Rumus penerimaan, total biaya dan pendapatan adalah (Soekartawi, 1986) : TR =PxQ TC = biaya tunai + biaya diperhitungkan πatas biaya tunai = TR-biaya tunai πatas biaya total = TR-TC Keterangan : TR : total penerimaan usahatani (Rp) TC : total biaya usahatani (Rp) P : harga output (Rp/Kg) Q : jumlah output (Kg) π : pendapatan atau keuntungan (Rp) Total pengeluaran (total cost) dianalisis berdasarkan biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya tunai meliputi biaya pajak/sewa lahan, bibit, pupuk, pestisida serta upah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga. Biaya tunai dihitung berdasarkan nilai rata-rata dari semua petani contoh. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan, nilai kerja dalam keluarga dan bunga modal. Metode penghitungan pendapatan usahatani jambu kristal dapat disajikan pada tabel 2. Penyusutan alat termasuk dalam biaya diperhitungkan dihitung dengan metode garis lurus (straight line methode) yaitu setiap tahun biaya penyusutan yang dikeluarkan relatif sama. Biaya yang diperhitungkan adalah penyusutan alat yang digunakan paga kegiatan usahatani jambu kristal seperti cangkul, arit, cengkrong, gunting stek, gunting buah, gunting, dan golok. Rumus yang digunakan adalah : Dp =(c - s ) n Keterangan: Dp = Penyusutan/tahun c = Nilai beli s = Nilai sisa n = Umur pemakaian barang Efisiensi Pendapatan Usahatani Analisis pendapatan usahatani selalu disertai dengan pengukuran efisiensi pendapatan usahatani. Pendapatan selain dapat diukur dengan nilai mutlak juga dapat diukur analisis efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost ratio) atau analisis R/C. Rasio R/C yang dihitung dalam analisis ini terdiri dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Rasio R/C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio R/C atas biaya total dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Rumus analisis imbangan penerimaan dan biaya usahatani adalah sebagai berikut (Soekartawi 1986) : R/C rasio atas biaya tunai = TR/ biaya tunai R/C rasio atas biaya total = TR / TC
12
Keterangan: TR : Total penerimaan usahatani (Rp) TC : Total biaya usahatani (Rp) Usahatani dapat dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C lebih dari satu, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usahatani memberikan penerimaan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Semakin besar nilai R/C rasio, maka dapat disimpulkan bahwa efisiensi usahatani ini semakin tinggi. Contoh perhitungan pendapatan usahatani dapat dilihat di bawah ini pada tabel 2. Tabel 2 Metode perhitungan pendapatan usahatani No Keterangan Jumlah A Penerimaan Total B Biaya Tunai Biaya Variabel 1 Bibit 2 Pupuk 3 Obat-obatan 4 Pembungkus 5 Tenaga Kerja Luar Keluarga Biaya Tetap 1 Pajak Tanah Total Biaya Tunai C Biaya yang Diperhitungkan Biaya Tetap 1 Penyusutan 2 Sewa Lahan Biaya Variabel 1 Tenaga Kerja Keluarga Total Biaya Yang Diperhitungkan D Total Biaya (B+C) E Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B) F Pendapatan Atas Biaya Total (A-D) G R/C Atas Biaya Tunai (A/B) H R/C Atas Biaya Total (A/D)
Harga
Total
Sumber: Soekartawi 1986)
Definisi Operasional Beberapa variabel yang digunakan untuk mengidentifikasi pendapatan usahatani dan pemasaran jambu kristal antara lain : 1. Hasil produksi adalah hasil produksi fisik berupa jambu kristal dalam satuan kg per hektar dan bibit cangkokan per hektar 2. Perhitungan yang dilakukan adalah perhitungan dalam satu tahun produksi yaitu pada tahun 2011. 3. Harga jual petani dalam analisis usahatani adalah harga jambu kristal yang diterima petani dalam satuan Rp/kg dan Rp/bibit cangkokan. 4. Penerimaan usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumber daya yang digunakan dalam usahatani.
13
5. Pengeluaran total usahatani terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. 6. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk nilai uang (tunai). 7. Biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk sarana produksi namun tidak dalam bentuk uang tunai. 8. Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan aktivitas bisnis. 9. Biaya tetap adalah biaya yang tidak bergantung pada tingkat barang atau jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. 10. Pendapatan atas biaya total adalah selisih antara penerimaan total usahatani dengan biaya total. 11. Pendapatan atas biaya tunai adalah selisih antara penerimaan total usahatani dikurangi biaya tunai.
GAMBARAN UMUM KEADAAN DAERAH PENELITIAN University Farm Sejalan dengan mandat IPB sebagai perguruan tinggi berstatus badan hukum milik negara (PT BHMN) menurut PP nomor 154 thn 2000 bahwa IPB mengemban amanat untuk mengakselerasikan pembangunan pertanian. Visi IPB adalah menjadi perguruan tinggi bertaraf internasional dalam sumber daya manusia dan IPTEK dengan kompetensi utama di bidang pertanian tropika. Pencapaian visi IPB ini telah diungkapkan oleh rektor IPB dalam program kerja 2003-2007 untuk menetapkan IPB sebagai universitas riset. Sejalan dengan hal tersebut maka kebun percobaan di bawah koordinasi University Farm IPB dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan fasilitas lapang penunjang akademik dalam penyelenggaraan pendidikan, penelitian, maupun pelayanan kepada masyarakat secara berkualitas. Berdasarkan SK Rektor nomor 202/K13/OT/2004/tanggal 28 Desember 2004, University Farm dibentuk untuk mengelola secara terintegrasi sarana penunjang akademik yang meliputi kebun percobaan, kolam, laboratorium laut, ladang pengembalaan ternak dan hutan pendidikan sehingga secara optimal dapat memenuhi kepentinganinstitusi. University Farm IPB mengelola 728.23 ha lahan yang tersebar di kabupaten/kotamadya bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi yang mewakili wilayah agro-ekosistem rendah basah dan tinggi basah. Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa Cikarawang berbatasan langsung dengan Sungai Cisadane di sebelah Utara, Sungai Ciapus di sebelah Selatan, Kelurahan Situ Gede, Bogor Barat, Kota Bogor di sebelah Timur dan Sungai Cisadane/Ciapus disebelah Barat. Desa Cikarawang berjarak 5 kilometer dari ibukota kecamatan, 35 kilometer dari ibukota kabupaten, 135 kilometer dari ibukota provinsi, dan 85 kilometer dari Jakarta.
14
Desa Cikarawang memiliki luas wilayah 226.56 ha dengan jumlah penduduk sekitar 8 227 jiwa pada September 2009. Wilayah Desa Cikarawang terbagi atas 3 dusun, 7 Rukun Warga (RW), dan 32 Rukun Tetangga (RT) yang menyebar di 11 kampung. Sebagian besar wilayah Desa Cikarawang merupakan lahan persawahan (termasuk didalamnya palawija) yang mencapai 77.63 persen dari total lahan yang berada di Desa Cikarawang. Berdasarkan tinjauan topografi, Desa Cikarawang merupakan dataran tinggi dengan ketinggian mencapai 700 meter diatas permukaan laut. Suhu udara Desa Cikarawang antara 25-300 C. Sebagian besar wilayah Desa Cikarawang merupakan persawahan dan perkebunan. Areal yang berfungsi untuk persawahan meliputi lahan seluas 194.6 hektar atau lebih kurang 73 % dari seluruh luas wilayah Desa Cikarawang, sedangkan perkebunan rakyat meliputi wilayah seluas 18.2 hektar (6.9%) dan perkebunan negara seluas 8 hektar (3%). Kawasan permukiman penduduk meliputi kawasan seluas 37.9 hektar (14.4 %) dan 4.3 hektar (2.7 %) sisa lahan digunakan untuk fasilitas umum lainnya misalnya kawasan perkantoran, sekolah, pemakaman dan lain-lain. Dengan lahan untuk pertanian seluas 194.6 hektar, Desa Cikarawang memiliki potensi terutama untuk komoditas padi sawah, palawija, dan jambu kristal yang sangat besar. Pada September 2009 jumlah penduduk Desa Cikarawang mencapai Cikarawang berjumlah 8 227 jiwa yang terdiri atas 4 199 orang laki-laki dan 4 028 orang perempuan. Sebagian besar penduduk termasuk dalam kelompok usia produktif yaitu 15-55 tahun. Penduduk yang tergolong dalam kelompok usia produktif berjumlah ± 4721 orang (57%) dari total jumlah penduduk. Untuk di Dusun Cangkrang, Dari total KK yang ada (400 KK), 87.5 persen diantaranya (350 KK) merupakan KK miskin. Proporsi tingkat pendidikan penduduk terbesar adalah Tidak Tamat dan Tamat SD (32%) disusul Tamat SMP dan Tamat SMA. Adapun jenis pekerjaan penduduk Desa Cikarawang pada umumnya adalah sebagai buruh bangunan, petani, supir dan pedagang. Kelompok tani yang sudah terdaftar di kantor kecamatan Dramaga berjumlah empat kelompok, yaitu Kelompok Tani Hurip, Mekar, Setia, dan Subur Jaya. Secara lengkap Tabel 3 menyajikan berbagai jenis profesi penduduk Desa Cikarawang. Tabel 3 Sebaran penduduk menurut mata pencaharian di Desa Cikarawang, 2009 No Mata Pencaharian Persentase (%) 1 Petani dan Buruh Tani 20.8 2 Buruh Tani 15.1 3 Pembantu Rumah 20.1 4 Karyawan Swasta 14.8 Tangga 5 Pensiunan 14.1 6 PNS 11.7 PNS/TNI/POLRI 7 Lain-lain 3.4 Jumlah 100.0 Sumber : Profil Desa Cikarawang 2009
Kelompok Tani Jambu Kristal Desa Cikarawang Kelompok tani di Desa Cikarawang merupakan kelompok tani POSDAYA yaitu gabungan dari beberapa kelompok tani/organisasi danwadah dari beberapa
15
organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Kegiatan yang dilakukan padabidang pendidikan adalah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan buta aksara. Pada bidang kesehatan antara lain Posyandu dan Lansia sedangkan pada aspek lingkungan adalah pembuatan tong sampah, pengolahan sampah dan kerja bakti setiap hari Jum’at (JUMSIH). Pada sektor ekonomi yaitu pertanian (ubi ungu), home industry dan jambu kristal. Kelompok tani jambu kristal di Desa Cikarawang ini mempunyai anggota sebanyak 32 orang. Struktur organisasi yang terdapat pada kelompok tani jambu kristal ini masih tergolong sangat sederhana karena hanya terdiri dari ketua kelompok tani, bendahara yang sekaligus merangkap sebagai sekretaris dan anggota kelompok tani. Ketua kelompok ini adalah Pak Badri, bendahara sekaligus sekretaris ialah Pak Nur Ali. Anggotanya berjumlah 32 orang, beberapa anggotanya gagal bertani jambu kristal karena terlalu sibuk dengan pekerjaan utamanya sehingga pada Februari 2012 tersisa 24 petani yang masih membudidayakan jambu kristal ini. Karakteristik Petani Responden Usia Petani Petani yang menjadi responden berusia antara 23-70 tahun. Pembagian responden berdasarkan usianya serta persentasenya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Distribusi usia petani responden tahun 2012 Golongan Usia (Tahun) Jumlah (orang) 21-30 2 31-40 1 41-50 12 51-60 5 61-70 4 Jumlah 24 Rata-rata 48.79 tahun
Persentase (%) 8.33 4.16 50.00 20.83 16.66 100.00
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berada pada usia 41-50 tahun (50%) dan paling sedikit berada di kisaran 31-40 tahun (4.16%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata usia responden masih berada pada usia produktif (lampiran 2). Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Petani responden dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan tingkat pendidikannya yaitu tidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA, dan tamat S1. Pada tabel berikut dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani responden cukup bervariasi dengan responden terbanyak menempuh SLTA dan sederajat sebanyak 10 orang (42%). Sebanyak 2 orang tidak tamat SD, 5 orang tamat SD, dan 2 orang mampu hingga tamat S1. Pendidikan formal petani responden tidak terlalu berpengaruh karena semua petani responden mendapatkan pendidikan informal yaitu pelatihan dan penyuluhan yang dilakukan oleh University Farm.
16
Tabel 5 Distribusi tingkat pendidikan petani responden tahun 2012 Tingkat Pendidikan Jumlah orang Persentase (%) Tidak Tamat SD/Sederajat 2 8.33 Tamat SD/Sederajat 5 20.83 Tamat SMP/Sederajat 5 20.83 Tamat SMU/Sederajat 10 42.00 Tamat S1 2 8.33 Jumlah 24 100.00 Sumber: Data Primer (diolah)
Petani jambu kristal di bawah bimbingan University Farm memiliki pengalaman yang berbeda-beda dan tidak terlalu lama dalam mengembangkan komoditi jambu kristal karena jambu kristal tergolong jenis tanaman buah-buahan yang baru di Indonesia. Berikut distribusi lama pengalaman petani responden dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Distribusi pengalaman petani responden tahun 2012 Pengalaman 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun Jumlah Rata-rata 1.79 Tahun
Jumlah orang 8 13 3 24
Persentase (%) 33.33 54.16 12.50 100.00
Sumber: Data Primer (diolah)
Luas Lahan, Status Lahan, dan Jumlah Pohon Berdasarkan jumlah tanaman yang dimiliki responden pada tabel 7 diketahui bahwa sebagian besar petani responden memiliki jumlam pohon 1-200 pohon mencapai 17 orang (70.83%). Umur pohon yang ditanam petani umumnya berusia di atas 2 tahun. Tabel 7 Distribusi jumlah tanaman yang dimiliki petani responden Jumlah Pohon Jumlah orang Persentase (%) 12-100 8 33.33 101-200 9 37.50 201-300 4 8.33 >300 3 4.16 Jumlah 24 100.00 Rata-rata 188.04 pohon Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan status kepemilikan lahan petani responden dibedakan menjadi petani yang mengolah lahan milik sendiri, petani yang mengolah lahan milik sekaligus lahan sewa dan petani yang mengolah lahan orang (bagi hasil).
17
Tabel 8 Distribusi petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan Status Kepemilikan Lahan Petani Responden Jumlah orang Persentase (%) Milik Sendiri 19 79.16 Milik Sendiri sekaligus Sewa 1 4.16 Garapan 4 16.66 Jumlah 24 100.00 Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan data pada Tabel 8 terlihat bahwa petani yang menggarap lahan milik sendiri berjumlah 20 orang, namun ada 1 orang yang juga menggarap lahan sewaan. Selain itu ada 4 orang yang menggarap lahan orang lain dengan syarat bagi hasil dimana semua biaya ditanggung penggarap. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan lahan responden yang tinggi sehingga petani lebih mudah mengambil keputusan dalam budidaya. Luas lahan garapan petani responden berkisar antara 0.016 hingga 0.7 hektar. Terlihat bahwa sebagian besar petani yaitu 50 persen memiliki lahan garapan dengan luas antara 0.1–0.3 hektar. Pengelompokkan petani berdasarkan luas garapan dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9 Distribusi petani responden berdasarkan luas lahan garapan Luas Lahan Garapan Petani Responden Jumlah orang Persentase (%) <0.1 ha 10 41.66 0.1-0.3 ha 12 50.00 >0.3 ha 3 12.50 Jumlah 22 100.00 Rata-rata 0.18 ha Sumber: Data Primer (diolah)
Status Usahatani Berdasarkan status usahataninya pada tabel 10 diketahui bahwa sebagian besar petani responden melakukan usahatani jambu kristal sebagai usaha sampingan yaitu 22 orang (91.67%). Responden yang menjadikan jambu kristal sebagai mata pencaharian utamanya hanya 2 orang (8.33%). Tabel 10 Distribusi petani responden berdasarkan status usahatani Status Usahatani Petani Responden Jumlah orang Persentase (%) Usaha Pokok dan Tidak Ada Sampingan 1 4.16 Usaha Pokok dan Ada Usaha 1 4.16 Usaha Sampingan 22 91.66 Sampingan Jumlah 24 100.00 Sumber: Data Primer (diolah)
Pendapatan rumah tangga petani berasal dari pendapatan usahatani dan pendapatan di luar usahatani. Pendapatan di luar usahatani bisa berasal dari pekerjaan di luar usahatani, pendapatan anggota keluarga lain yang berasal dari
18
luar usahatani, aset di luar usahatani dan lainnya. Berdasarkan data pada tabel 11 terlihat bahwa petani responden umumnya memiliki pendapatan di luar usahatani yang mencapai Rp 2 000 000 per bulan yaitu sebanyak 18 orang (75%). Pekerjaan utama yang dilakukan petani terdiri atas PNS, buruh, tukang, wiraswasta dan petani (lampiran 2). Pengelompokkan petani berdasarkan pendapatan di luar usahatani dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11 Distribusi petani responden berdasarkan pendapatan di luar usahatani Pendapatan (Rp 000/ bulan) Petani Responden Jumlah orang Persentase (%) Tidak ada 2 8.33 100-1 000 9 37.50 >1 000-2 000 7 29.16 >2 000 6 25.00 Jumlah 24 100.00 Rata-rata 1 652 Sumber: Data Primer (diolah)
KERAGAAN USAHATANI JAMBU KRISTAL DI DESA CIKARAWANG Keragaan Usahatani Jambu Kristal Kegiatan usahatani jambu kristal di Desa Cikarawang merupakan usaha yang masih baru. Hal ini tercermin dari tingkat pengalaman petani terhadap kegiatan usahatani jambu kristal yang hanya sekitar dua tahun. Keragaan usahatani jambu kristal dikaji untuk mengetahui gambaran tentang kegiatan usahatani jambu kristal di lokasi penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengindentifikasi penggunaan sumberdaya atau input, teknik budidaya dan output yang dihasilkan pada usahatani jambu kristal. Keragaan budidaya di Desa Cikarawang umumnya sama dengan jambu biji biasa, meliputi tahap pembibitan, pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam, penanaman, pemeliharan, dan pemanenan. Petani mendapatkan penyuluhan budidaya ini setiap sebulan sekali dari University Farm, namun banyak petani tidak mengikutinya karena sibuk dengan usaha utamanya. 1. Pembibitan Pada awal usaha bibit diberikan oleh pihak University Farm kepada petani Desa Cikarawang. Harga bibit okulasi ini mencapai Rp 25 000. Pembibitan awal yang dilakukan adalah dimulai dari biji berumur tiga bulan, kemudian dilakukan proses okulasi yang berlangsung selama tiga bulan. Setelah cukup umur kemudian bibit siap ditanam. Bagian sambungan bawah merupakan tanaman lokal yang perakarannya kuat, sedangkan bagian atas yang merupakan penghasil biji adalah dari hasil mutasi jambu Taiwan. Pada tanaman sudah mencapai umur dua tahun dapat dilakukan pencangkokan, bila dilakukan
19
2.
3.
4.
5.
sebelum cukup umurnya sangat beresiko menyebabkan tanaman hasil cangkokan lemah dan bahkan cepat mati. Pada petani stratum tiga tahun terdapat petani yang membuat bibit cangkok hingga 70 buah per pohon pada 20 pohon dari 150 pohon miliknya dan ada yang sebanyak 20 buah per pohon pada 40 pohon miliknya serta dijual dengan harga Rp 25 000 baik kepada pembeli langsung maupun melalui kelompok tani. Proses pembibitan ini menurut petani memerlukan waktu tiga bulan. Pencangkokan dapat dilakukan lagi setelah enam bulan kemudian. Pengolahan Tanah Tanah yang digunakan untuk tanaman jambu kristal ini yaitu antara lain tanah basah, tanah cukup air dan tanah kering. Tanah kering diolah agar dapat bisa ditanami tanaman jambu. Sebelum ditanami tanah kering terlebih dahulu digemburkan untuk kemudian dapat ditanami. Tanah harus bebas dari gulma dan dibuat saluran air untuk mencegah peggenangan. Tingkat pH tanah diatur dengan penggunaan kapur pertanian. Jika tanah berpasir kapur dikurangi dan jika tanah liat kapur ditambah. Tanah harus dinetralkan selama dua tahun bila lahan tidak cocok, Bila pH hanya mencapai empat maka butuh 2 500 kg kapur pertanian per hektar. Desa Cikarawang memiliki tanah yang cukup air dan pH 4.5-8.2 yang cocok sehingga mempermudah pemilihan tanah yang cocok untuk budidaya ini. Pembuatan Lubang Tanaman Pembuatan lubang tanaman dilakukan dengan menggali tanah secara manual menggunakan cangkul. Ukuran lubang setiap tanaman adalah 40 cm x 40 cm dengan jarak tanam adalah 3 m x 3 m setiap tanaman. Setelah itu lubang diberi pupuk kandang sebanyak 15 kg untuk kegiatan penanaman seminggu kemudian. Kerapatan di lapangan ada yang hanya 3m x 2m saja, hasil di lapangan menunjukkan kerapatan lebih tinggi dari ideal, rata-rata mencapai 1 347.62 pohon per hektar. Penanaman Bibit okulasi berumur 8 bulan yang siap ditanam dibuka plastiknya kemudian dimasukkan ke dalam lubang yang telah diisi pupuk kandang sebanyak 15 kg. Bibit tersebut kemudian ditimbun kembali dengan tanah, dan dibiarkan tumbuh selama 8 bulan hingga berbuah dan siap panen. Selama dalam kurun waktu 8 bulan tersebut tanaman dipelihara agar dapat menghasilkan buah yang diinginkan dengan jumlah yang diharapkan. Pemeliharaan a. Penyiraman Penyiraman terhadap tanaman dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore. Proses penyiraman hanya dilakukan pada tanah kering dan cukup air dengan jumlah air yang berbeda. Sedangkan tanah basah tidak dilakukan penyiraman karena kadar air dalam tanah sudah cukup banyak, sehingga air yang dibutuhkan oleh tanaman pun dapat di ambil langsung dari tanah. Petani di Desa Cikarawang mengandalkan air hujan karena faktor biaya dan iklim. Petani melakukan kegiatan ini ketika kemarau panjang untuk mencegah penggenangan serta efisiensi biaya dan tenaga kerja. b. Penyiangan Kondisi tanah telah gembur memancing tanaman lain terutama gulma, seperti rumput-rumputan tumbuh. Gangguan yang timbul terhadap tanaman
20
berupa persaingan dalam memperebutkan ruang, air, oksigen, matahari dan unsur hara. Petani di lapangan melakukan penyiangan hanya sekitar radius 0.5 m sekeliling tanaman. Bila lebih dari jarak ini dikhawatirkan menyebabkan kekeringan dan bedengan rawan longsor karena tidak ada tanaman yang menahan air. Apabila bibit tidak tumbuh dengan baik segera dilakukan penggantian dengan bibit cadangan. Dan apabila tumbuh tanaman terlalu jauh jaraknya maka perlu dilakukan penyulaman dan sebaliknya apabila tumbuhnya sangat berdekatan lakukan penjarangan.
Gambar 2. Kegiatan penyiangan tanaman Secara umum tujuan penyiangan antara lain membersihkan lingkungan tanaman dari gulma atau rumput-rumput, membuat pertumbuhan dan pekarangan tanaman menjadi lebih baik, menggemburkan tanah disekitar tanaman, dan membuat pertukaran udara di dalam tanah dan penyerapan air kedalam tanah menjadi lebih baik. Penyiangan dilakukan oleh buruh dan juga oleh petani responden sendiri dilakukan menggunakan cengkrong dan arit. Petani menghabiskan rata-rata sekitar 221.05 HOK per 1000 pohon pada kegiatan penyiangan lahan. c. Pemangkasan Dilakukan pada bagian tanaman yang tidak berguna seperti cabang mati, sakit dan tidak produktif. Pada awal pertumbuhan tanaman dipangkas calon buahnya agar lebih cepat pertumbuhannya. Dengan dikuranginya tunas yang tidak diperlukan akan berakibat buah menjadi besar dan mutunya bagus. Percabangan buahnya maksimal 3 buah setelah panjang 30-50 cm dilakukan pangkasan, dan setelah tumbuh cabang tersier segera dilenturkan ke arah mendatar, guna untuk merangsang tunas bunga dan buah yang akan tumbuh. Petani melakukan pemanenan dilanjutkan pemangkasan dan pemupukan agar tanaman tumbuh lebih baik. Cabang pohon diikat dan ditarik dengan tali tambang lalu diikat ke patok yang sudah disediakan. Petani menghabiskan ratarata sekitar 60.97 HOK per 1000 pohon pada kegiatan pemangkasan.
Gambar 3. Kegiatan pemangkasan tanaman
21
d. Pemupukan Proses pemupukan pada saat awal tanaman adalah dengan menggunakan pupuk kandang 15 kg, kemudian setelah sebulan diberi pupuk daun dan buah sesuai dosis di area perakaran. Setelah 3 bulan sejak penanaman tanaman diberi pupuk kandang kembali sebanyak 40 kg dan 175 gram pupuk NPK per lubang. Tiga bulan kemudian tanaman diberi pupuk dengan dosis yang sama. Setelah itu dilakukan pemberian pupuk kandang dengan interval lima bulan sekali. Pemberian pupuk kimia setiap tiga bulan sekali diberikan sesuai unsurnya, yaitu N sebanyak 250 gram, P sebanyak 250 gram, dan K sebanyak 50 gram. Penggunaan pupuk di Desa Cikarawang sangat beragam karena umumnya tidak mengikuti pelatihan serta cenderung kurang dari dosis anjuran. Petani menghabiskan rata-rata sekitar 93.13 HOK per 1000 pohon pada kegiatan pemupukan.
Gambar 4. Kegiatan pemupukan tanaman e. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan untuk mengurangi kerusakan tanaman akibat organisme penggangu. Hal ini merupakan keluhan terbanyak petani karena tanaman sangat rentan sehingga perawatan yang tidak intensif merupakan penyebab mutu dan harga buah rendah serta gagal panen. Proses pengendalian hama yang dilakukan yaitu dengan penyemprotan menggunakan decis. Hasil wawancara petani menunjukkan jenis obat yang dipakai jauh lebih bermacam-macam dan tidak tercacat oleh petani karena seringnya hama dan penyakit muncul. Hama yang biasa menyerang tanaman ini adalah semut, kutu putih dan ulat. Penyemprotan dilakukan dua bulan sekali untuk pencegahan. Jika sudah terserang, penyemprotan dilakukan dua minggu sekali. Gulma yang mengganggu seperti rumput dibasmi dengan arit atau cangkul. Petani melakukan kegiatan ini pada pagi hari dan dengan meminjam alat penyemprot hama karena kurangnya modal pada saat usaha baru dimulai. Petani menghabiskan rata-rata sekitar 40.22 HOK per 1000 pohon pada kegiatan pemupukan. f. Pembungkusan Buah Pembungkusan buah dilakukan untuk menghasilkan buah yang lebih mulus dan mengkilap, tidak cacat, tidak terserang hama dan penyakit, warna buah lebih menarik, nilai jual lebih tinggi dan diterima oleh berbagai konsumen serta meningkatkan produksi. Proses pembungkusan buah dilakukan setelah bunga buah tumbuh menjadi bakal buah yaitu sekitar umur 1.5 bulan atau ketika berdiameter 2 cm.
22
Gambar 5. Kegiatan pembungkusan buah Pembungkus awal buah adalah jaring stirofoam dan kemudian dibungkus kembali menggunakan plastik. Proses pembungkusan ini dilakukan selama kurang lebih 2.5 bulan atau sampai buah siap untuk di panen. Tingkat serangan hama sangat tinggi bila terlambat melakukan pembungkusan buah. Pembungkusan buah ketika buah masih terlalu kecil menyebabkan buah rontok. Plastik tidak boleh lupa dilubangi untuk respirasi buah. Petani menghabiskan rata-rata sekitar 99.01 HOK per 1000 pohon pada kegiatan pemupukan. 6. Panen dan Pasca Panen Tanaman jambu kristal dapat mulai dipanen pada umur 8 bulan dan akan terus panen sepanjang tahun setiap 2 bulan sekali. Sehingga dalam satu tahun buah jambu kristal dapat dipanen sebanyak 3 kali. Jambu kristal yang telah matang dengan ciri-ciri melihat warna yang disesuikan dengan jenis jambu kristal yang ditanam dan juga dengan mencium baunya serta yang terakhir dengan merasakan jambu biji yang sudah masak dibandingkan dengan jambu yang masih hijau dan belum masak, dapat dipastikan bahwa pemanenan dilakukan setelah jambu bewarna hijau pekat menjadi muda ke putih-putihan dalam kondisi ini maka jambu telah siap dipanen. Proses panen dilakukan setelah 4 bulan pasca munculnya bunga atau 2-2.5 bulan sejak buah dibungkus dan tingkat kematangan 80%. Penanganan pasca panen yang dilakukan adalah setelah buah di panen kemudian dikumpulkan kedalam keranjang untuk dilakukan penyortiran buah. Penyortiran buah ini dilakukan karena untuk mengetahui jumlah dihasilkan termasuk ke dalam grade A, grade B, grade B+ atau grade C. Setelah buah di sortir kemudian buah dicuci untuk kemudian di jual kepada University Farm. Cara pemanenan yang terbaik adalah dipetik beserta tangkainya, yang sudah matang (hanya yang sudah masak) sekaligus melakukan pemangkasan pohon agar tidak menjadi rusak, waktunya setelah 4 bulan umurnya. Buah kemudian dimasukkan ke dalam keranjang dan dicuci dengan sangat hati-hati agar kulit buah tetap mulus. Pemangkasan dilakukan sekaligus panen supaya dapat bertunas kembali dengan baik. Tanaman ini memiliki umur produktif 10 tahun dan perkiraan produksi sekitar 20-30 kg per pohon per tahun pada tanaman yang berumur dua tahun. Pemanenan dilakukan dengan tenaga kerja keluarga sendiri saja yaitu petani dan keluarganya sehingga lebih terkontrol. Petani menghabiskan rata-rata sekitar 64.85 HOK per 1000 pohon pada kegiatan pemanenan.
23
Kendala yang Dihadapi dalam Usahatani Jambu Kristal Petani di Desa Cikarawng menghadapi berbagai kendala dalam melaksanakan usahatani jambu kristal. Sebagian besar masalah tedapat pada sektor budidaya. Permasalahan di subsistem hulu ialah ketersediaan tenaga kerja, pada anggota keluarga ada cenderung keenganan karena sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Petani hanya melakukan kegiatan usahatani ini sebagai pekerjaan sampingan sehingga bila diperhitungkan penggunaan tenaga kerja masih kurang efisien. Petani yang hanya melakukan kegiatan pemeliharaan ketika sedang luang tanaman menyebabkan tanaman menjadi tidak terawat, gagal panen, mati, dan ujungnya banyak petani berhenti seperti pada saat tahun pertama diintroduksikannya jambu kristal ini di Desa Cikarawang. Penggunaan tenaga kerja buruh berdampak pada peningkatan biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh petani yang memang masih keterbatasan modal. Pada saat awal muncul sering terjadi pencurian tanaman hingga ratusan pohon dan buah ketika akan panen. Subsistem budidaya memiliki banyak permasalahan, hal ini karena tanaman ini sensitif sehingga budidaya harus ketat terkontrol. Penggunaan input seperti tenaga kerja yang intensif mengakibatkan biaya tinggi dan juga akhirnya membuat harga jual tinggi. Petani melakukan budidaya tanpa mengikuti pelatihan sehingga petani melakukannya dengan perkiraan dari pengalaman pribadi saja. Keluhan yang sering muncul dari petani ialah hama dan penyakit. Buah tidak memiliki lapisan lilin seperti yang diceritakan sebelumnya sehingga petani tidak siap Karen di lapangan buah mudah diserang hama. Tingkat serangan hama sangat tinggi bila petani terlambat melakukan pembungkusan buah. Sebaliknya pembungkusan buah ketika buah masih terlalu kecil juga menyebabkan buah rontok. Pemupukan yang dilakukan petani cenderung kurang, hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu. Mahalnya harga pupuk non-subsidi merupakan salah satu penyebab kurangnya pupuk yang berakibat rendahnya hasil panen selain karena tanaman petani umumnya belum memasuki umur produktif yaitu saat umur 2-10 tahun. Biaya obat-obatan untuk mengobati penyakit cenderung tinggi karena beragamnya jenis hama dan penyakit yang dihadapi. Kurangnya berbagai input penting yang berpengaruh langsung seperti pupuk dan obat-obatan menyebabkan hasil panen yang jauh dari perkiraan. Permasalahan subsistem off-farm, masalah yang dihadapi ialah rendahnya harga jual karena kualitas hasil panen yang rendah. Hasil panen sangat dipengaruhi penampilan fisik buah, seperti warna dan kemulusan kulit buah. Warna buah yang terlalu tua disebabkan kesalahan pembungkusan yang kurang baik. Panen yang tidak terjadwal menyebabkan kelebihan produksi di Desa Cikarawang tetapi berakibat buruk terlihat dari harga jual buah pernah menjadi turun hingga mencapai titik terendah Rp 3 000 per kg pada 2011. Pemasaran buah ini mengakibatkan banyak petani mulai mengandalkan penjualan bibit cangkokan. Di lapangan terlihat beberapa petani cenderung berfokus pada pembibitan cangkok sehingga hasil panen rendah. Petani memotong bakal buah pada bagian yang dicangkok agar unsur hara terfokus pada pertumbuhan akar. Pencangkokan hanya boleh dilakukan ketika tanaman sudah dewasa, yaitu sekitar umur dua tahun. Indukan yang terlalu muda mengakibatkan tanaman cangkokan lebih mudah mati. Harga bibit jambu kristal di pasaran mencapai Rp 25 000 hingga Rp 35 000 untuk bibit cangkok. Petani Cikarawang dikenal sebagai pemasok bibit
24
jambu kristal terbaik yang memiliki satu-satunya sertifikat mutu terjamin yang bahkan menjadi referensi untuk pihak University Farm, pemerintah, dan pemesan bibit hingga di luar pulau Jawa. Harga jual bibit yang tinggi dan mudah dilakukan ini mengubah fokus budidaya banyak petani di Desa Cikarawang dari menghasilkan buah menjadi menghasilkan bibit. Permintaan bibit jambu kristal dari Desa Cikarawang terus meningkat dan hasil penjualan bibit dapat menjadi lebih tinggi dari hasil penjualan buah.
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU KRISTAL DESA CIKARAWANG Analisis usahatani yang dilakukan adalah dengan menghitung tingkat pendapatan dan R/C rasio usahatani jambu kristal di Desa Cikarawang. Responden analisis usahatani jambu biji yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebanyak 24 orang. Adapun analisis usahatani yang dilakukan mengacu pada konsep pendapatan atas biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai dapat diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai seperti biaya pembelian sarana produksi, biaya tenaga kerja luar keluarga dan pajak. Biaya total adalah biaya tunai ditambah biaya yang diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan ialah biaya yang pengeluarannya tidak dalam bentuk tunai seperti biaya untuk penggunaan tenaga kerja keluarga, penyusutan peralatan dan biaya imbangan untuk lahan atau sewa lahan. Analisis pendapatan usahatani berguna untuk memberikan gambaran mengenai keuntungan ataupun kerugian dari suatu usahatani yang dihitung berdasarkan jumlah penerimaan yang didapat dikurangi biaya yang dikeluarkan. Analisis pendapatan usahatani meliputi analisis pendapatan atas biaya tunai dan analisis pendapatan atas biaya total. Pada komponen biaya, biaya yang dikeluarkan oleh petani terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Analisis pendapatan usahatani dilakukan dengan membandingkan petani responden berdasarkan umur tanaman. Struktur Biaya Usahatani Pengeluaran atau biaya adalah seluruh pengorbanan sumber daya ekonomi dalam satuan uang (rupiah) yang diperlukan untuk menghasilkan produk dalam satu periode produksi. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu komoditi atau produk baik secara tunai maupun diperhitungkan. Biaya usahatani terbagi menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Perhitungan biaya tunai meliputi biaya potongan pembayaran panen, pembelian pupuk, obat-obatan, pembungkus buah, tenaga kerja luar keluarga dan biaya-biaya lainya seperti biaya pajak. Biaya diperhitungkan atau biaya non meliputi, biaya penyusutan dan biaya imbangan untuk tenaga kerja keluarga, dan lahan. Biaya imbangan untuk lahan atau sewa lahan masuk ke dalam biaya diperhitungkan karena petani responden rata-rata memiliki lahan sendiri. Biaya penyusutan peralatan di setiap yang digunakan petani memiliki nilai sama dikarenakan usahatani yang diperbandingkan merupakan usahatani yang
25
dalam kegiatan teknik budidayanya sama sehingga peralatan yang digunakan untuk usahatani relatif sama. Biaya Tunai Biaya tunai usahatani jambu kristal yang digunakan di Desa Cikarawang meliputi: a. Bibit Bibit tanaman yang digunakan adalah bibit tanaman hasil okulasi yang dihibahkan University Farm kepada kelompok tani jambu, dimana harga satu bibit tanaman jambu kristal cangkokan ini adalah Rp 25.000.00. Selain bibit terjamin kualitasnya, para petani mendapatkan penyuluhan langsung mengenai tata cara melakukan budidaya yang baik. Petani penerima hibah banyak yang lalai mengurus tanaman sehingga diketatkan aturan potongan pembayaran panen. Biaya yang dikeluarkan petani sebagai akibat dari aturan ini ialah potongan penjualan sebesar 25% hasil panen. Tabel 12 Biaya pembayaran panen per stratum umur per hektar per tahun Biaya bibit 1 tahun Harga Jumlah Biaya Rp 10 000/kg Panen (kg) 7 863.47 Potongan 25% 1 965.87 19 658 668 Rata-rata 2 522.28 25 222 829 Sumber: Data Primer (diolah)
2 tahun Jumlah Biaya 13 256.04 3 300.99
33 009 890
3 tahun Jumlah Biaya 2 526.67 631.67
6 316 667
Biaya yang dikeluarkan oleh petani berbanding lurus dengan hasil panen. Nilai potongan tertinggi terlihat pada responden umur dua tahun. Hal ini disebabkan oleh umur tanaman yang mulai menginjak usia produktif serta penggunaan input yang lebih besar dibanding stratum umur lain. Biaya potongan pembayaran panen sebagai pengganti biaya bibit ini mencapai Rp 25 222 829.86 atau sekitar 32.80% dari biaya tunai yang dikeluarkan petani. b. Pupuk Penggunaan pupuk dalam usahatani jambu kristal ini yaitu pupuk kandang, pupuk buatan (NPK Mutiara, Phonska, KCl). Jumlah pupuk yang digunakan oleh petani responden tahun 2011 per hektar dapat dilihat di tabel berikut. Tabel 13 Penggunaan pupuk per stratum umur per hektar per tahun Jenis Pupuk 1 tahun 2 tahun 3 tahun Kandang (karung) 1 985.12 2 979.09 1 416.67 NPK Mutiara (kg) 584.30 752.89 250.00 Phonska (kg) 974.48 1 297.41 650.00 KCL (kg) 334.90 177.25 650.00 Biaya 27 849 680.00 35 907 540.00 22 666 690.00 Rata-rata 31 566 492.29 Sumber: Data Primer (diolah)
Dari data di atas terlihat penggunaan pupuk sangat bervariasi dan tidak terpola, hal ini karena petani tidak mengikuti standar pemupukan yang
26
diberikan saat penyuluhan. Petani bahkan banyak yang tidak mengikuti penyuluhan karena sibuk dengan pekerjaan utamanya masing-masing. Pupuk kandang dibeli dari para peternak hewan seperti kambing, kerbau, dan ayam yang tersebar di sekitar wilayah Desa Cikarawang. Pupuk buatan seperti NPK, Phonska, dan KCl dibeli dari kios sarana produksi pertanian yang juga tersebar di wilayah Desa Cikarawang. Biaya pupuk kandang mencapai Rp 7 000 per karung sedangkan pupuk NPK mutiara mencapai Rp 12 000 per kg, Phonska Rp 3 000 per kg, dan KCL Rp 12 000 per kg. Harga pupuk buatan lebih murah bila dibeli per karung yang memiliki berat sekitar 50 kg dimana terdapat potongan mencapai Rp 2 000 per kg. Biaya pupuk mencapai 31 566 492.29 atau sekitar 41.05% biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani. Penggunaan pupuk di lapangan masih kurang dari standar pemupukan merupakan penyebab tanaman kekurangan unsur hara sehingga hasil panen kurang maksimal. c. Obat-obatan Dalam usahatani jambu kristal penanganan hama dan penyakit merupakan hal yang harus diperhatikan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida. Aplikasi dilakukan dengan penyemprotan, melakukan penyiangan gulma atau pembersihan dan pemangkasan sebagai tindakan pencegahan. Beberapa hama yang menjadi kendala dalam usahatani jambu kristal adalah lalat buah, pengerek batang, kutu putih, rayap, semut merah dan ulat. Pestisida yang digunakan sangat beragam tergantung kebutuhan di lapangan, dimana keluhan petani responden umumnya adalah makin lama semakin banyak hama baru yang menyerang dan selalu menyebabkan biaya yang tidak terduga. Umumnya pestisida yang dipakai adalah Decis untuk membasmi serangga yang harganya mencapai Rp 200 000 per liter. Penggunaan obat-obatan dan pestisida ini mencapai 12.10% biaya tunai yang dikeluarkan petani. Rata-rata biaya pestisida per hektar pada tahun 2011 mencapai Rp 9 303 236.61. Pada umumnya sama seperti dengan pupuk, pestisida dapat diperoleh di toko-toko pertanian di desa Cikarawang. d. Plastik Pembungkus dan Jaring Stirofoam Penanganan dalam hal melindungi buah juga dilakukan dalam usahatani jambu kristal, sama hal nya seperti komoditi hortikultura lainnya yaitu dengan cara membungkus buah tersebut. Dalam biaya input di dalam analisis usahatani jambu kristal, terdapat biaya untuk membeli plastik jambu kristal. Harga jaring stirofoam adalah Rp 500 000.00 per set, dimana satu set berisi 10 pak plastik pembungkus dan satu rol jaring stirofoam. Karena harga yang mahal maka petani umumnya membeli dari toko/warung. Plastik yang dibeli di toko dibeli dengan harga Rp 8 000 per pak yang berisi 100 kantong dimana dapat digunakan hingga dua kali. Harga stirofoam bekas umumnya bervariasi antara Rp 100 hingga Rp 200 per buah. Sedangkan untuk stirofoam yang paling murah didapat dengan membeli sisa yang dijual di pasar dengan harga Rp 15 000 per karung yang berisi 250 jaring. Biaya pembungkus buah ini mencapai Rp 5 711 312 .81 atau 7.42% biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani. e. Tenaga Kerja Luar Keluarga Biaya tenaga kerja dibagi menjadi dua bagian, yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tahap penyiangan merupakan tahap dimana penggunaan tenaga kerja paling banyak yaitu sebesar 247.24 HOK atau sekitar 32.61% HOK total. Hal ini karena jambu kristal membutuhkan banyak
27
unsur hara dan pupuk yang banyak ikut meningkatkan pertumbuhan gulma di sekitar sehingga petani harus sering menyiangkan tanaman agar mengefisiensikan penggunaan pupuk yang sangat mahal karena tidak adanya subsidi pupuk. TK Luar Keluarga yang digunakan oleh petani responden sebesar 121.66 HOK selama setahun dengan rata-rata upah per hari Rp 36 302.72 untuk delapan jam kerja membutuhkan biaya sebesar Rp 4 730 772.76 per hektar per tahun atau mencapai 6.15% biaya tunai. Berikut biaya tunai jambu kristal per stratum umur per hektar per tahun. Tabel 14 Biaya tunai yang dikeluarkan petani jambu kristal Desa Cikarawang pada tahun 2011 Komponen Biaya Tunai
Harga /Satuan
1 Tahun
Unit Bibit 10 000 1 965.87 Kandang 7 000 1 985.12 NPK Mutiara 12 000 584.30 Phonska 3 000 974.48 KCL 12 000 334.90 Obat 200 000 16.71 Pembungkus TKLK 36 302 192.10 Pajak Total Sumber: Data Primer (diolah)
Biaya (Rp) 19 658 668 13 895 833 7 011607 2 923437 4 018 750 6 122 113 5 430 372 6 951 606 350 000 66 362 387
2 Tahun Unit 3 300.99 2 979.09 752.89 1 297.41 177.25 63.18 98.22
Biaya (Rp) 33 009 890 20853 630 9 034 680 3 892 230 2 127 000 12 636 597 6 601 176 3 565 653 350 000 92 070 857
3 Tahun Unit 631.67 1 416.67 250.00 650.00 650.00 30.61 106.26
Biaya (Rp) 6 316 667 9 916 690 3 000 000 00 1 950 000 00 7 800 000 00 3 341 666 2 290 625 3 857 527 350 000 38 823 176
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa biaya tunai usaha jambu kristal pada umur dua tahun lebih besar dari tanaman jambu kristal umur lain. Hal ini karena penggunaan input tidak mengikuti anjuran yang efisien. Penggunaan pupuk terutama untuk memenuhi kebutuhan N, P, dan K dapat dipenuhi dengan penggunaan Phonska agar lebih murah. Petani membeli dan menggunakan pupuk dengan dengan dosis yang tidak tepat. Petani yang mengusahakan jambu kristal sebagai usaha utamanya dan satu-satunya menggunakan pupuk Phonska saja sehingga biaya ditekan dan produktivitas tinggi. Resiko pupuk unsur N ialah buah menjadi asam sehingga petani menyiasatinya dengan pupuk KCl walaupun masih tidak benar dosisnya. Rata-rata biaya tunai mencapai Rp 76 884 644.32 atau sekitar 70.05% dari biaya total dengan biaya tertinggi pada biaya bibit melalui pemotongan pembayaran 25% hasil panen yang mencapai Rp 25 222 829.86 atau sekitar 32.81% biaya tunai. Biaya yang Diperhitungkan Biaya yang diperhitungkan pada usahatani jambu kristal yang digunakan di Desa Cikarawang meliputi penyusutan alat-alat pertanian, tenaga kerja dalam keluarga, dan sewa lahan yang diperhitungkan. Lahan yang dimiliki petani di desa ini memiliki luas 0.005 ha hingga 0.7 ha. Biaya sewa lahan per hektar pertahun mencapai Rp 10 000 000.00. Lahan yang digunakan adalah merupakan milik petani dan beberapa merupakan lahan yang digarap dengan bagi hasil sehingga biaya ini tidak termasuk biaya tunai. Biaya penyusutan peralatan di setiap yang digunakan petani memiliki nilai sama, hal ini dikarenakan usahatani yang diperbandingkan merupakan sama-sama usahatani jambu biji (homogen) atau usahatani yang dalam kegiatan teknik budidayanya sama sehingga peralatan yang digunakan untuk usahatani relatif
28
sama. Alat-alat yang sebagian besar dimiliki oleh petani adalah cangkul, arit, cengkrong, gunting stek, gunting buah, gunting, dan golok. Biaya penyusutan alat-alat pertanian yang dimiliki oleh petani dihitung dengan metode garis lurus. Perhitungan nilai penyusutan alat pertanian dapat dilihat pada tabel 15. Tabel 15 Nilai penyusutan alat-alat pertanian Alat Pertanian Cangkul Arit Cengkrong Gunting Stek Gunting Buah Gunting Golok Total
Jumlah
1 1 1 1 1 1 1
Harga Satuan 50 000 30 000 20 000 50 000 25 000 10 000 50 000 235 000
Nilai Sisa (Rp) 750 750 750 0 0 0 750
Umur Ekonomis (Tahun)
Penyusutan per tahun (Rp) 5 5 5 2 2 2 5
9 850 5 850 3 850 25 000 12 500 5 000 9 850 71 900
Sumber: Data Primer (diolah)
Biaya yang diperhitungkan pada petani jambu kristal Desa Cikarawang per umur tanam menunjukkan biaya terbesar terletak pada biaya tenaga kerja keluarga. TK Keluarga per hektar yang dibutuhkan sebesar 627.90 HOK dengan standar upah per hari Rp 36 302.72 membutuhkan biaya sebesar Rp 22 794 457.79 per tahun. TK keluarga yang dipakai oleh petani lebih besar dari pemakaian TK luar keluarga. Pada tanaman umur satu tahun persentase biaya TK keluarga pada biaya diperhitungkan mencapai 79.12%, pada dua tahun mencapai 58.61%, dan pada umur tiga tahun mencapai 66.87%. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja keluarga masih sangat diperlukan karena keterbatasan modal petani. Tabel 16 Biaya yang diperhitungkan pada usahatani jambu kristal Desa Cikarawang per stratum umur per hektar per tahun Komponen
Umur 1 tahun Unit Biaya Penyusutan 71 900 TKK (HOK) 1 051.31 38 165 417 Sewa Lahan 10 000 000 Total 48 237 317 Sumber: Data Primer (diolah)
Umur 2 tahun Unit Biaya 71 900 393.10 14 270 667 10 000 000 24 342 567
Umur 3 tahun Unit Biaya 71 900 516.25 18 741 657 10 000 000 28 813 557
Rata-rata biaya yang diperhitungkan per hektar mencapai Rp 32 866 357.79 atau sekitar 29.95% dari biaya usahatani per hektar yang mencapai Rp 109 751 002.11 (lampiran 6). Biaya yang diperhitungkan pada umur dua tahun lebih rendah dari biaya umur satu dan tiga tahun disebabkan oleh komponen biaya tunai yang jauh lebih besar yang dikeluarkan petani stratum umur dua tahun. Total biaya usahatani merupakan jumlah biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya usahatani per hektar per tahun pada stratum umur tanaman dua tahun mencapai Rp 116 460 557.27, lebih tinggi dari stratum umur tanaman satu dan tiga tahun yang masing-masing Rp 114 599 705.27 dan Rp 67 746 388.02 (lampiran 3, 4, dan 5). Umur produktif dimulai sejak dua tahun yang di lapangan
29
mencapai rata-rata panen 11.64 kg per pohon per tahun. Hasil rata-rata ini masih jauh dari perkiraan sebesar 20 kg per tahun karena kurangnya input yang dipakai petani, budidaya yang kurang dijalankan dengan baik, serta faktor penghambat tidak terduga pada usahatani di Desa Cikarawang ini. Pada petani stratum umur satu tahun besarnya biaya disebabkan tanaman masih dalam masa pertumbuhan awal sehingga masih lebih rentan serangan hama penyakit serta penggunaan tenaga kerja yang intensif dan kurang efisien. Tanaman yang kurang perhatian intensif bahkan dapat mati seperti dialami semua petani yang berhenti pada saat awal usahatani ini dimulai di Desa Cikarawang. Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani yang diterima petani adalah perkalian antara total hasil panen petani dengan harga jual yang diterima oleh petani. Penerimaan petani berasal dari produksi usahatani jambu kristal. Penerimaan usahatani jambu kristal di Desa Cikarawang pada tahun 2011 per hektar adalah sebesar 10 089.13 kg dengan penerimaan dari buah sebesar Rp 100 891 319.44 dan bibit sebesar Rp 28 125 000.00 dapat dilihat pada table di bawah ini. Penerimaan dari bibit diperoleh ketika tanaman dicangkok. Pencangkokan mengurangi produktivitas buah karena bakal buah harus dibuang agar akar dapat tumbuh. Tabel 17 Rata-rata penerimaan usahatani jambu kristal di Desa Cikarawang berdasarkan umur tanaman pada tahun 2011 per hektar Umur Tanaman (tahun) 3
Jumlah
Harga satuan (Rp))
Nilai (Rp)
2 1 Rata-rata penerimaan buah
2 526.67 kg 9 000.00 bibit 13 203.96 kg 7 863.47 kg 10 089.13 kg
10 000 25 000 10 000 10 000 10 000
25 266 666.67 225 000 000.00 132 039 560.44 78 634 672.62 100 891 319.44
Rata-rata penerimaan bibit
1 125 bibit
25 000
28 125 000.00
Rata-rata penerimaan total
129 016 319.44
Sumber: Data Primer (diolah)
Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani dikatakan menguntungkan jika selisih antara penerimaan dan pengeluaran bernilai positif. Pendapatan usahatani dibagi menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan pengeluaran tunai. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan total dan pengeluaran total. Pada umur satu tahun pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total dari usahataninya adalah sebesar Rp 12 272 285.14 dan Rp -(35 965 032.65), hal ini disebabkan tanaman masih belum memasuki usia produktif sehingga hasil panen rendah serta tingginya biaya diperhitungkan karena ketergantungan tenaga kerja keluarga. Pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total dari usahatani jambu kristal stratum umur dua tahun adalah sebesar Rp 39 921 570.29 dan Rp 15 579
30
003.17. Pendapatan terbesar terdapat pada tanaman umur tiga tahun, pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total dari usahatani jambu kristal stratum umur tiga tahun adalah sebesar Rp 211 333 836.00 dan Rp182 520 278.65. Petani jambu kristal umumnya adalah pekerjaan sampingan dari para responden di Desa Cikarawang. Pada seorang petani yang memiliki pekerjaan utama dan satu-satunya jambu kristal diperoleh nilai pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total sebesar Rp 81 322 578.24 dan Rp 72 188 794.08. Pendapatan yang tinggi ini diperoleh dari produktivitas buah yang tinggi sebesar 41.6 kg per pohon (lampiran 7). Pendapatan usahatani tanaman stratum tiga tahun lebih besar dari stratum yang lain karena walau pun petani memperoleh penjualan buah yang rendah yaitu Rp 25 266 666.67, terdapat juga hasil penjualan bibit yang sangat tinggi dimana pendapatan total bibit mencapai 9 000 bibit per hektar dengan harga Rp 25 000 sehingga didapatkan Rp 225 000 000.00. Pada stratum umur tiga tahun tanaman sudah layak dijadikan bibit, selain itu pendapatan bibit ini tidak mengalami pemotongan dari perjanjian pembayaran panen. Pada umur satu tahun produktivitas jelas lebih rendah dari tanaman umur dua tahun karena belum memasuki umur produktif. Berdasarkan asumsi University Farm produktivitas jambu Kristal pada umur tanaman dua tahun ini bisa mencapai 20 kg/tahun. Secara keseluruhan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total yang diterima dalam usahatani jambu kristal di Desa Cikarawang tahun 2011 per hektar masing-masing sebesar Rp 52 512 711.83 dan Rp 19 483 697.76. Data perbandingan pendapatan petani berdasar stratum umur dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18 Pendapatan dan efisiensi usahatani jambu kristal Desa Cikarawang per stratum umur tahun 2011 per hektar. Uraian Total penerimaan Biaya tunai Biaya yang diperhitungkan Total biaya Pendapatan atas biaya tunai Pendapatan atas biaya total R/C atas biaya tunai R/C atas biaya total Sumber: Data Primer (diolah)
Umur 1 tahun Rp 78 634 672.62 Rp 66 362 387.48 Rp 48 237 317.79 Rp114 599 705.27 Rp 12 272 285.14 Rp-(35 965 032.65) 1.18 0.69
Umur 2 tahun Rp132 039 560.44 Rp 92 117 990.15 Rp 24 342 567.13 Rp116 460 557.27 Rp 39 921 570.29 Rp 15 579 003.17 1.43 1.13
Umur 3 tahun Rp250 266 666.67 Rp 38.932 830.67 Rp 28.813 557.35 Rp 67 746 388.02 Rp211 333 836.00 Rp182 520 278.65 6.43 3.69
Hasil analisis usahatani jambu kristal yang dilakukan di Desa Cikarawang pada tahun 2011 diambil dari 24 responden petani jambu kristal diperoleh total panen dalam satu tahun yaitu 50 180 kg dari 4 513 pohon pada lahan luas 4.26 hektar. Produktivitas rata-rata per hektar per pohon per tahun 2011 mencapai 7.49 kg atau sekitar 2.50 kg per musim panen karena dalam setahun terdapat tiga musim panen. Hasil rata-rata panen per hektar mencapai 10 089.13 kg dengan harga jual Rp 10 000 dan rata-rata penjualan bibit per hektar mencapai 1 125 bibit dengan harga jual Rp 25 000. Petani mendapatkan rata-rata pendapatan total mencapai Rp 129 016 319.44 per hektar per tahun. Petani harus menjual buah ke University Farm terlebih dahulu yang kemudian di-grading berdasarkan kriteria University Farm dan hasilnya dipotong 25%, hasil yang tidak diterima inilah yang dijual ke masyarakat atau pedagang pengecer. Pendapatan bibit yang sangat tinggi
31
pada tanaman stratum tiga tahun ini memiliki potensi besar karena lebih mudah perawatan dan pembuatannya dibandingkan dengan pendapatan dari penjualan buah. Walaupun begitu sangat ditetapkan bahwa pembibitan ini harus memenuhi syarat umur indukan dewasa yang minimal sudah lebih dari dua tahun agar tanaman dapat tumbuh sehat, kualitasnya lebih terjamin dan tidak merugikan pembeli. Perhitungan juga dapat dilakukan per 1 000 pohon, hasilnya menunjukkan rata-rata pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 52 403 972.72 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 27 036 469.03 (lampiran 8). Secara keseluruhan usaha ini layak dijalankan karena petani mendapatkan rata-rata pendapatan atas biaya total yang positif, yaitu mencapai Rp 129 016 319.44 per hektar per tahun. Akan tetapi perlu perbaikan karena usaha ini masih belum maksimal terlihat dari pendapatan atas biaya total tanaman satu tahun yang bernilai negatif sebesar Rp (35 965 032.65), hal ini disebabkan karena masih belumnya tanaman mencapai umur produktif. Masih cukup rendahnya pendapatan petani disebabkan kurangnya kesadaran petani dalam menjalankan budidaya karena tidak mengikuti penyuluhan University Farm. Penerapan budidaya yang dilakukan pun tidak seluruhnya dijalankan dengan teratur. Penggunaan input dengan dosis yang tidak benar disebabkan oleh kurangnya keinginan petani mengikuti petunjuk penyuluhan meskipun sudah mengikuti kegiatan tersebut serta modal yang kurang sehingga input rendah yang berujung pada rendahnya jumlah dan mutu hasil panen. Efisiensi Usahatani Menurut Hernanto (1989), salah satu ukuran efisiensi usahatani berdasarkan pendapatan adalah perhitungan Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio). Secara keseluruhan nilai R/C tunai dan R/C total usaha ini adalah 1.68 dan 1.18. Usahatani jambu kristal Desa Cikarawang pada stratum umur tiga tahun pada 2011 lebih menguntungkan daripada usahatani jambu kristal stratum lain karena nilai R/C rasio terhadap biaya tunai dan terhadap biaya total lebih besar daripada usahatani jambu kristal stratum umur satu tahun dan dua tahun. Pada tabel 17 dapat dilihat bahwa R/C rasio atas biaya tunai dari usahatani jambu kristal stratum tiga tahun adalah sebesar 6.39, artinya setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani akan menghasikan penerimaan sebesar Rp 6.43 dan rasio atas biaya total dari usahatani jambu kristal stratum tiga tahun adalah sebesar 3.69. Adapun rasio R/C atas biaya tunai dan biaya total dari usahatani jambu kristal stratum umur satu tahun masing-masing sebesar 1.19 dan 0.69 sedangkan pada stratum dua tahun R/C atas biaya tunai sebesar 1.43 dan atas biaya total sebesar 1.13. Rasio R/C usahatani jambu kristal stratum umur tiga tahun yang lebih besar daripada stratum umur satu tahun dan dua tahun menunjukkan bahwa usahatani jambu kristal stratum umur tanaman tiga tahun lebih efisien untuk dilakukan.
32
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis pendapatan usahatani yang dilakukan terhadap petani responden di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, maka dapat disimpulkan : 1. Usahatani jambu kristal di Desa Cikarawang stratum tiga tahun lebih menguntungkan daripada jambu kristal stratum satu dan dua tahun baik dilihat dari nilai pendapatan atas biaya tunai maupun atas biaya total. Secara keseluruhan usahatani jambu kristal di Desa Cikarawang memiliki nilai pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total bernilai positif. Pada umur satu tahun pendapatan atas biaya total bernilai negatif meskipun pendapatan atas biaya tunai bernilai positif. Faktor utama hal ini adalah usahatani ini dipengaruhi oleh tanaman jambu kristal petani masih belum memasuki umur produktif serta ketergantungan tenaga kerja keluarga yang masih sangat besar. 2. Usahatani jambu kristal di Desa Cikarawang stratum tiga tahun lebih efisien daripada jambu kristal stratum satu tahun dan dua tahun, hal ini terlihat dari nilai R/C rasio atas biaya total usahatani jambu kristal stratum tiga tahun yang lebih besar daripada nilai R/C rasio atas biaya total usahatani jambu kristal stratum satu tahun dan dua tahun. Secara keseluruhan usahatani jambu kristal di Desa Cikarawang memiliki nilai R/C rasio atas biaya tunai dan atas biaya total >1 menunjukkan usaha ini efisien dijalankan. Saran Saran yang dapat dilakukan untuk mengembangkan usahatani jambu kristal di Desa Cikarawang antara lain : 1. Pada setiap stratum umur tanaman jambu kristal, hasil penelitian menyatakan bahwa pada keseluruh stratum umur tanaman belum maksimal karena pada budidayanya usaha ini masih baru dan sangat jauh dari standar penyuluhan. Kelompok tani harus lebih aktif dengan menyempatkan diri mengikuti penyuluhan yang diberikan University Farm karena walaupun sebulan sekali tapi di lapangan banyak petani yang dalam setahun hanya sekali mengikutinya. Kelompok petani juga lebih baik memperbanyak diskusi dengan saling berbagi pengalaman dan informasi. 2. Serangan hama yang merupakan keluhan umum petani disebabkan oleh masih kurang intensifnya kegiatan pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani. Hal ini harus ditingkatkan intensitasnya dengan minimal penyemprotan dua bulan sekali. Pembungkusan juga harus secepatnya dilakukan ketika buah sudah seukuran kelereng agar buah tidak terserang hama seperti ulat dan semut. 3. Pendapatan dapat ditingkatkan dengan meningkat mutu buah agar hasil grading lebih baik dan nilai jual lebih tinggi. Petani dianjurkan memanen buah yang telah memenuhi standar grade yang tinggi agar lebih efisien.
33
Pemanenan bisa lebih baik pada saat matahari belum terik agar tidak silau dan salah melihat warna dan cacat buah yang mengurangi harga jual. Pengontrolan waktu panen juga harus dilakukan agar tidak terjadi lagi kasus jatuhnya harga. Petani yang tanamannya sudah lebih dari dua tahun dapat meningkatkan keuntungan dengan mencangkok bibitnya. Hal ini menurut petani yang melakukannya lebih mudah dilakukan dibanding perawatan buah, kemampuan cangkok per pohon yang tinggi dari 15 hingga 70 bibit per pohon dan tingginya harga jual. 4. Perlunya analisis lebih lanjut tentang usaha jambu kristal ini. Banyaknya keuntungan yang berasal dari penjualan bibit buatan petani yang merupakan fokus usaha petani Desa Cikarawang yang tanamannya sudah mencapai umur lebih dari dua tahun. Data Ketua Posdaya Jambu Kristal Cikarawang menunjukkan permintaan bibit jambu kristal yang mencapai 80.000 bibit untuk tahun 2013. Hal ini merupakan salah satu program yang dianggap dapat berguna mengurangi efek impor apel dan pir terhadap pertanian nasional. Program ini dilakukan dengan menyebarkan bibit jambu kristal terbaik dan bersertifikat dari Desa Cikarawang ke seluruh wilayah Indonesia yang dianggap berpotensi untuk membudidayakan jambu kristal.
DAFTAR PUSTAKA Ashari, S.1995. Holtikultura Aspek Budidaya. Jakarta: UI Press. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Buah-buahan di Indonesia, 19952012. [internet]. [diacu juli 6]. Tersedia dari: http://www.bps.go.id/ tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=55¬ab=5. [DEPTAN] Departemen Pertanian. 2013. [internet]. [diacu september 1]. Tersedia dari: http://hortikultura.deptan.go.id/. Hardiyanto, D. 2013. Jenis-Jenis Jambu Biji. [internet]. [diacu september 1]. Tersedia dari: http://jambukristal1.blogspot.com/. Hernanto, F. 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Narundana, VN. 2011. Studi Kelayakan Bisnis Tanaman Buah Jambu Kristal Pada Kelompok Tani Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen,Institut Pertanian Bogor. Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Cetakan Keenam. Bogor: Ghalia Indonesia. Rahardi, F; Indriyani,YH; dan Haryono. 2003. Agribisnis Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya. Satuhu, S.1994. Penanganan dan Pengolahan Buah. Jakarta: Penebar Swadaya. Siregar, FB. 2010. Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji Desa Cimanggis Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Soekartawi; Soeharjo A; Dillon JL dan Hardaker JB.1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: Universitas Indonesia. Suratiyah, K, 2008. Ilmu Usaha Tani. Jakarta: Penebar Swadaya.
34
LAMPIRAN Lampiran 1 Survei pendapatan usahatani jambu kristal
SURVEI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU KRISTAL
DESA CIKARAWANG KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusun skripsi yang berjudul ”Analisis Usahatani Jambu Kristal Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor” oleh Muhammad Ridwan (H34070073), Mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Tahun 2012.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
SURVEI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU KRISTAL Identitas dan Karakteristik Responden Nama : Jenis Kelamin : Umur : Lama bertani jambu kristal : Alamat : Pendidikan terakhir : Apakah bertani jambu kristal merupakan mata pencaharian utama : Jika tidak, apa mata pencaharian utama : Mata pencaharian lainnya : Luas lahan yang diusahakan untuk bertani jambu kristal : Total luas lahan : Jumlah pohon yang ditanam : Tanaman tambahan yang ditanam : Sistem penanaman : monokultur/tumpangsari dengan tanaman : Status kepemilikan lahan? Sumber modal usahatani : sendiri/pinjam ke petani lain/ lainnya : Jumlah pinjaman? Kemana hasil panen dijual? Permasalahan yang sering dihadapi dalam usahatani jambu kristal (budidaya, teknologi, modal, hama, lainnya)
35
19. 20. 21. No
Pendapatan rata-rata di luar usahatani : Pengeluaran rata-rata di luar usahatani : Jumlah tanggungan keluarga (termasuk responden) : NStatus Hubungan
Jenis Kelamin
Umur
Pendidikan Terakhir
Ikut Membantu Kegiatan Usahatani
Ikut Mencari Nafkah di Luar Usahatani
1 2 3
Komponen Biaya Usahatani N
Uraian
No
Unit
Harga satuan (Rp)
Biaya Total
Keterangan
Tenaga 1 Kerja Luar Pembersihan 2 (HOK) Pemangkasan 3 (HOK) Pemupukan 4 (HOK) Pemberantasan 5 Hama dan Penyakit (HOK) Tenaga 6 Kerja Keluarga (HOK) Input 7 Produksi Pupuk: Kandang NPK Mutiara Phonska KCL,dll Obat,Pestisida Peralatan: -Cangkul -Parang -Dll
I. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Komponen Penerimaan Usahatani Berapa jumlah produksi pada tahun 2011? Berapa volume sekali panen? Berapa volume penjualan per bulan? Berapa harga jual jambu kristal untuk tahun 2011 : Rp......................./kg Bagaimana sistem pemanenan, sendiri atau diborongkan? Saluran pemasaran jambu kristal:.......................
Bogor, Maret 2012
36
Lampiran 2 Karakteristik petani jambu kristal responden di Desa Cikarawang No
Umur (thn) 51
Pendidikan STM
Pengalaman (thn) 2
Luas (ha) 0.6
Jumlah Pohon 720
Produksi (kg)
1 500
1
Nama Petani Responden Pak Badri
2
Pak Nur Ali
47
S1
2
0.1
150
3
Pak H. Hambali
70
SD
2
0.15
135
960
4
Pak A. Satibi
45
SLTP
2
0.26
300
12 480
5
Pak Ilyas
43
SLTP
2
0.2
300
1 200
6
Bu Apat
48
SD
1
0.05
12
48
7
Pak Imis
45
-
1
0.1
200
8
Pak H. Adi
68
-
2
0.25
9
Pak Irmawan
27
SMK
2
0.12
10
Pak Wahyudi
23
SLTP
1
11
Pak Sahri
46
SLTA
1
12
Pak Saeful Hasikin
42
S1
13
Pak Jaya
45
SD
14
Pak Madkoni
54
15
Pak Suhandi
70
16
Pak H. Uning
17 18
Alamat
PNS
RT 2 RW 1
PEDAGANG
RT 2 RW 1
PETANI PADI
RT 2 RW 1
PETANI JAMBU
RT 2 RW 1
BURUH
RT 2 RW 1
PETANI SINGKONG
RT 2 RW 1
2 400
BURUH
RT 2 RW 1
170
1 560
TUKANG
RT 2 RW 1
120
500
WIRASWASTA
RT 2 RW 1
0.03
75
150
BURUH
RT 2 RW 1
0.016
35
45
PETANI PADI
RT 2 RW 1
2
0.025
30
261
PNS
RT 1 RW 1
2
0.175
50
600
TUKANG
RT 4 RW 1
SLTA
1
0.15
250
1 000
WIRASWASTA
RT 3 RW 3
SLTA
4
0.04
40
0
PNS
RT 3 RW 3
56
STM
3
0.2
150
540
PETANI UBI
RT 3 RW 3
Pak Uci Sanusi
54
STM
2
0.12
250
1 440
WIRASWASTA
RT 3 RW 3
Pak Toha
50
SD
1
0.1
150
540
WIRASWASTA
RT 3 RW 3
19
Pak Uhid
43
SLTA
2
0.08
86
1 000
WIRASWASTA
RT 3 RW 3
20
Pak Maharin
40
SLTP
2
0.08
80
700
WIRASWASTA
RT 3 RW 3
21
Pak Maksum
47
SLTA
1
0.7
150
480
PNS
RT 3 RW 3
22
Pak M. Nasar
49
SD
2
0.6
360
5 400
WIRASWASTA
RT 3 RW 4
23
Pak Umar Wijaya
67
SLTP
1
0.7
500
2 400
PETANI JAMBU
RT 2 RW 4
24
Pak Nedih Junaedi
41
STM
3
0.2
200
976
TUKANG
RT 2 RW 4
Sumber: Data primer (diolah)
14 000
Mata Pencaharian Utama
37
Lampiran 3 Rata-rata penerimaan. biaya. pendapatan dan R/C rasio usahatani jambu kristal umur satu tahun pada tahun 2011 per hektar No A
Keterangan Penerimaan Buah Bibit Total Penerimaan B Biaya Tunai Biaya Cicilan Bibit Kandang NPK PHONSKA KCL Obat Bungkus TK Luar Keluarga Pembersihan Pemangkasan Pemupukan Penyemprotan Pembungkusan Pemanenan Total Biaya TK Luar Keluarga Pajak Total Biaya Tunai C Biaya Diperhitungkan Penyusutan TK Dalam Keluarga Pembersihan Pemangkasan Pemupukan Penyemprotan Pembungkusan Pemanenan Total Biaya TK Dalam Keluarga Sewa Lahan Total Biaya Diperhitungkan D Jumlah Total Biaya Pendapatan atas biaya tunai (A-B) Pendapatan atas biaya total (A-D) R/C rasio atas biaya tunai (A/B) R/C rasio atas biaya total (A/D) Sumber: Data primer (diolah)
Jumlah
Satuan
7 863.47 0.00
kg bibit
1 965.87 1 985.12 584.30 974.48 334.90 30.61
kg karung kg kg kg liter
124.92 11.25 13.83 41.50 0.00 0.00 191.49
HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK
Satuan Harga
Nilai
Rp10 000.00 Rp25 000.00
Rp78 634 672.62 Rp0.00 Rp78 634 672.62
Rp10 000.00 Rp7 000.00 Rp12 000.00 Rp3 000.00 Rp12 000.00 Rp200 000.00
Rp19 658 668.15 Rp13 895 833.33 Rp7 011 607.14 Rp2 923 437.50 Rp4 018 750.00 Rp6 122 113.10 Rp5 430 372.02
Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72
Rp4 534 801.27 Rp408 405.60 Rp501 998.55 Rp1 506 400.81 Rp0.00 Rp0.00 Rp6 951 606.23 Rp350 000.00 Rp66 362 387.48 Rp71 900
290.17 115.68 443.67 47.15 65.53 89.11 1 051.31
HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK
Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72
Rp10 534 068.85 Rp4 199 392.77 Rp16 106 495.85 Rp1 711 819.11 Rp2 378 877.09 Rp3 234 764.13 Rp38 165 417.79 Rp10 000 000.00 Rp48 237 317.79 Rp114 599 705.27 Rp12 272 285.14 Rp-(35 965 032.65) 1.18 0.69
38
Lampiran 4 No A
Rata-rata penerimaan. biaya. pendapatan dan R/C rasio usahatani jambu kristal umur dua tahun pada tahun 2011 per hektar
Keterangan (2 tahun per ha) Penerimaan Buah Bibit Total Penerimaan B Biaya Tunai Biaya Cicilan Bibit Kandang NPK PHONSKA KCL Obat Bungkus TK Luar Keluarga Pembersihan Pemangkasan Pemupukan Penyemprotan Pembungkusan Pemanenan Total Biaya TK Luar Keluarga Pajak Total Biaya Tunai C Biaya Diperhitungkan Penyusutan TK Dalam Keluarga Pembersihan Pemangkasan Pemupukan Penyemprotan Pembungkusan Pemanenan Total Biaya TK Dalam Keluarga Sewa Lahan Total Biaya Diperhitungkan D Jumlah Total Biaya Pendapatan atas biaya tunai (A-B) Pendapatan atas biaya total (A-D) R/C rasio atas biaya tunai (A/B) R/C rasio atas biaya total (A/D) Sumber: Data primer (diolah)
Jumlah
Satuan
13 203.96 0.00
kg bibit
3 300.99 2 979.09 752.89 1 297.41 177.25 63.18
67.76 3.08 6.99 5.44 14.96 0.00 98.22
kg karung kg kg kg liter
HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK
Satuan Harga
Nilai
Rp10 000.00 Rp25 000.00
Rp132 039 560.44 Rp0.00 Rp132 039 560.44
Rp10 000.00 Rp7 000.00 Rp12 000.00 Rp3 000.00 Rp12 000.00 Rp200 000.00
Rp33 009 890.11 Rp20 853 609.47 Rp9 034 725.27 Rp3 892 231.61 Rp2 127 032.97 Rp12 636 597.99 Rp6 648 194.70
Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72
Rp2 459 741.99 Rp111 700.68 Rp253 653.62 Rp197 624.27 Rp542 987.46 Rp0.00 Rp3 565 708.02 Rp350 000.00 Rp92 117 990.15 Rp71 900
71.19 53.22 37.77 38.63 101.15 91.15 393.10
HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK
Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72
Rp2 584 336.32 Rp1 932 002.32 Rp1 371 315.69 Rp1 402 283.98 Rp3 671 903.77 Rp3 308 825.04 Rp14 270 667.13 Rp10 000 000.00 Rp24 342 567.13 Rp116 460 557.27 Rp39 921 570.29 Rp15 579 003.17 1.43 1.13
39
Lampiran 5 Rata-rata penerimaan. biaya. pendapatan dan R/C rasio usahatani jambu kristal umur tiga tahun pada tahun 2011 per hektar No A
Keterangan (3 tahun per ha) Penerimaan Buah Bibit Total Penerimaan B Biaya Tunai Biaya Cicilan Bibit Kandang NPK PHONSKA KCL Obat Bungkus TK Luar Keluarga Pembersihan Pemangkasan Pemupukan Penyemprotan Pembungkusan Pemanenan Total Biaya TK Luar Keluarga Pajak Total Biaya Tunai C Biaya Diperhitungkan Penyusutan TK Dalam Keluarga Pembersihan Pemangkasan Pemupukan Penyemprotan Pembungkusan Pemanenan Total Biaya TK Dalam Keluarga Sewa Lahan Total Biaya Diperhitungkan D Jumlah Total Biaya Pendapatan atas biaya tunai (A-B) Pendapatan atas biaya total (A-D) R/C rasio atas biaya tunai (A/B) R/C rasio atas biaya total (A/D) Sumber: Data primer (diolah)
Jumlah
Satuan
2 526.67 9 000.00
kg bibit
631.67 1 416.67 250.00 650.00 650.00 16.71
kg karung kg kg kg liter
84.38 0.00 18.75 3.13 0.00 0.00 106.25
HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK
Satuan Harga
Nilai
Rp10 000.00 Rp25 000.00
Rp25 266 666.67 Rp225 000 000.00 Rp250 266 666.67
Rp10 000.00 Rp7 000.00 Rp12 000.00 Rp3 000.00 Rp12 000.00 Rp200 000.00
Rp6 316 666.67 Rp9 916 666.67 Rp3 000 000.00 Rp1 950 000.00 Rp7 800 000.00 Rp3 341 666.67 Rp2 400 666.67
Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72
Rp3 063 042.00 Rp0.00 Rp680 676.00 Rp113 446.00 Rp0.00 Rp0.00 Rp3 857 164.00 Rp350 000.00 Rp38 932 830.67 Rp71 900
184.58 85.42 20.00 23.33 172.23 30.70 516.26
HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK
Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72
Rp6 700 877.07 Rp3 100 857.33 Rp726 054.40 Rp847 063.47 Rp6 252 387.21 Rp1 114 417.87 Rp18 741 657.35 Rp10 000 000.00 Rp28 813 557.35 Rp67 746 388.02 Rp211 333 836.00 Rp182 520 278.65 6.43 3.69
40
Lampiran 6 Rata-rata penerimaan. biaya. pendapatan dan R/C Rasio Usahatani jambu kristal pada tahun 2011 per hektar No A
Keterangan (per ha) Penerimaan Buah Bibit Total Penerimaan B Biaya Tunai Biaya Cicilan Bibit Kandang NPK PHONSKA KCL Obat Bungkus TK Luar Keluarga Pembersihan Pemangkasan Pemupukan Penyemprotan Pembungkusan Pemanenan Total Biaya TK Luar Keluarga Pajak Total Biaya Tunai C Biaya Diperhitungkan Penyusutan TK Dalam Keluarga Pembersihan Pemangkasan Pemupukan Penyemprotan Pembungkusan Pemanenan Total Biaya TK Dalam Keluarga Sewa Lahan Total Biaya Diperhitungkan D Jumlah Total Biaya Pendapatan atas biaya tunai (A-B) Pendapatan atas biaya total (A-D) R/C rasio atas biaya tunai (A/B) R/C rasio atas biaya total (A/D) Sumber: Data primer (diolah)
Jumlah
Satuan
10 089.13 1 125.00
kg bibit
2 522.28 2 452.46 633.83 1 108.84 288.89 46.52
88.89 5.42 10.74 17.17 8.10 0.00 130.31
kg karung kg kg kg liter
HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK
Satuan Harga
Nilai
Rp10 000.00 Rp25 000.00
Rp100 891 319.44 Rp28 125 000.00 Rp129 016 319.44
Rp10 000.00 Rp7 000.00 Rp12 000.00 Rp3 000.00 Rp12 000.00 Rp200 000.00
Rp25 222 829.86 Rp17 167 232.91 Rp7 606 011.90 Rp3 326 521.29 Rp3 466 726.19 Rp9 303 236.61 Rp5 711 312.81
Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72
Rp3 226 840.92 Rp196 639.73 Rp389 813.06 Rp623 360.84 Rp294 118.21 Rp0.00 Rp4 730 772.76 Rp350 000.00 Rp76 884 644.32 Rp71 900
158.36 78.06 170.85 39.56 98.16 82.91 627.90
HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK
Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72 Rp36 302.72
Rp5 748 814.76 Rp2 833 906.01 Rp6 202 384.75 Rp1 436 059.79 Rp3 563 455.31 Rp3 009 837.18 Rp22 794 457.79 Rp10 000 000.00 Rp32 866 357.79 Rp109 751 002.11 Rp52 131 675.12 Rp19 265 317.33 1.68 1.18
41
Lampiran 7 Penerimaan, biaya, pendapatan, dan R/C rasio usahatani jambu kristal pada tahun 2011 responden berpekerjaan utama usahatani jambu kristal (n=1 luas 2600m, 300 Pohon) No A B
Keterangan Penerimaan Biaya Tunai Biaya Cicilan Bibit Kandang NPK PHONSKA KCL Total Biaya Pupuk Obat-obatan Bungkus TK Luar Keluarga Pembersihan Pemangkasan Pemupukan Penyemprotan Pembungkusan Pemanenan Total Biaya TK Luar Keluarga Pajak Total Biaya Tunai C Biaya Diperhitungkan Penyusutan TK Dalam Keluarga Pembersihan Pemangkasan Pemupukan Penyemprotan Pembungkusan Pemanenan Total Biaya TK Dalam Keluarga Sewa Lahan Total Biaya Diperhitungkan D Jumlah Total Biaya Pendapatan atas biaya tunai (A-B) Pendapatan atas biaya total (A-D) R/C rasio atas biaya tunai (A/B) R/C rasio atas biaya total (A/D) Sumber: Data primer (diolah)
Jumlah 12 480.00 kg
Satuan Harga Rp 10 000.00
Nilai Rp 124 800 000.00
3 120.00 kg 300.00 karung 0.00 kg 1 200.00 kg 0.00 kg
Rp 10 000.00 Rp 7 000.00 Rp 10 000.00 Rp 3 000.00 Rp 10 000.00
3.12 liter
Rp 200 000.00
Rp 31 200 000.00 Rp 2 100 000.00 Rp 0.00 Rp 3 600 000.00 Rp 0.00 Rp 5 700 000.00 Rp 624 000.00 Rp 5 572 000.00
0.00 HOK 0.00 HOK 0.00 HOK 8.00 HOK 0.00 HOK 0.00 HOK 8.00 HOK
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
36 302.72 36 302.72 36 302.72 36 302.72 36 302.72 36 302.72 36 302.72
Rp 0.00 Rp 0.00 Rp 0.00 Rp 290 421.76 Rp 0.00 Rp 0.00 Rp 290 421.76 Rp 91 000.00 Rp 43 477 421.76 Rp 71 900.00
24.00 HOK 18.00 HOK 6.00 HOK 0.00 HOK 104.00 HOK 26.00 HOK 178.00 HOK
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
36.302.72 36.302.72 36.302.72 36.302.72 36.302.72 36.302.72 36.302.72
Rp 871 265.28 Rp 653 448.96 Rp 217 816.32 Rp 0.00 Rp 3 775 482.88 Rp 943 870.72 Rp 6 461 884.16 Rp 2 600 000.00 Rp 9 133 784.16 Rp 52 611 205.92 Rp 81 322 578.24 Rp 72 188 794.08 2.87 2.37
42
Lampiran 8 Pendapatan dan efisiensi usahatani jambu kristal Desa Cikarawang per stratum umur tahun 2011 per 1000 pohon Uraian Penerimaan Penerimaan buah Penerimaan bibit Total penerimaan Biaya tunai Biaya cicilan bibit Pupuk kandang NPK Mutiara Phonska KCl Obat-obatan Pembungkus TK Luar Keluarga Pajak Total biaya tunai Biaya diperhitungkan Penyusutan TK Keluarga Sewa lahan Total biaya diperhitungkan Total biaya Pendapatan atas biaya tunai Pendapatan atas biaya total R/C atas biaya tunai R/C atas biaya total
Umur 1 tahun
Umur 2 tahun
Umur 3 tahun
Rp 43 607 142.86 Rp 0.00 Rp 43 607 142.86
Rp121 028 153.68 Rp 0.00 Rp121 028 153.68
Rp 28 266 666.67 Rp244 444 444.45 Rp272 711 111.11
Rp 10 901 785.71 Rp 7 522 900.00 Rp 3 802 800.00 Rp 1 559 100.00 Rp 1 764 240.00 Rp 3 202 690.48 Rp2 927 857.14 Rp7 345 416.73 Rp 217 604.17 Rp39 232 631.76
Rp 30 257 038.42 Rp 17 621 450.00 Rp 6 485 760.00 Rp 3 171 750.00 Rp 2 361 960.00 Rp 10 688 205.13 Rp6 042 122.11 Rp 2 953 589.30 Rp 344 622.53 Rp 80 215 685.86
Rp 7 066 666.67 Rp 10 500 000.00 Rp 3 333 360.00 Rp 2 033 340.00 Rp 8 133 360.00 Rp 3 966 666.67 Rp 2 719 333.33 Rp 3 857 164.00 Rp 388 888.89 Rp 41 998 719.56
Rp 71 900.00 Rp 19 303 350.11 Rp 6 217 261.91 Rp 25 592 512.51 Rp 64 825 143.77 Rp 4 374 511.10 Rp(-21.218.000,92) 1.11 0.67
Rp 71 900.00 Rp 13 812 323.04 Rp 9 846 357.88 Rp 23 730 580.91 Rp103 946 266.77 Rp40 812 467.83 Rp17 081 886.91 1.51 1.16
Rp 71.900.00 Rp 20 677 802.42 Rp 11 111 111.11 Rp 31 860 813.53 Rp73 859 533.09 Rp230 712 391.56 Rp198 851 578.02 6.49 3.69
43
Lampiran 9 Data penggunaan input usahatani jambu kristal di Desa Cikarawang No
Nama
Lahan
Pohon
Kandang
NPK
Phonska
KCl
Obat
12
(karung) 36
(kg) 10
(kg)
Bu Apat
(ha) 0.005
10
(kg) 10
1
Rp 31 000
2
Pak Imis
0.10
200
30
50
50
0
Rp 1 800 000
3
Pak Wahyudi
0.03
75
20
3
12
3
Rp 12 000
4
Pak Sahri
0.016
35
18
1
25
5
Rp 26 000
5
Pak Madkoni
0.15
250
300
50
50
40
Rp 797 000
6
Pak Toha
0.10
150
300
100
300
0
Rp 200 000
7
Pak Maksum
0.08
150
70
40
0
0
Rp 1 200 000
8
Pak Umar Wijaya
0.70
500
500
125
0
0
Rp 307 000
Total (1 Tahun)
1.18
1 372
1 274
379
447
58
Rp 4 373 000
Rata-rata
0.148
171.50
159.25
47.38
55.88
7.25
Rp 546 625
Lahan
Pohon
Kandang
NPK
(ha) 0.60
720
(karung) 1 800
(kg) 150
Sumber: Data primer (diolah)
No
Nama
Phonska
KCl
Obat
(kg) 600
(kg) 300
Rp 3 000 000
1
Pak Badri
2
Pak Nur Ali
0.10
150
450
150
150
0
Rp 360 000
3
Pak H. Hambali
0.15
135
405
50
100
0
Rp 1 215 000
4
Pak A. Satibi
0.26
300
300
0
1 200
0
Rp 624 000
5
Pak Ilyas
0.20
300
900
100
100
100
Rp 384 000
6
Pak H. Adi
0.25
170
340
120
120
10
Rp 6 375 000
7
Pak Irmawan
0.12
120
240
30
120
30
Rp 168 000
8
Pak Saeful Hasikin
0.025
30
90
4
1
0
Rp 96 000
9
Pak Jaya
0.07
50
25
0
50
50
Rp 41 000
10
Pak Uci Sanusi
0.12
250
600
600
600
0
Rp10 400 000
11
Pak Uhid
0.08
86
200
0
60
0
Rp 64 500
12
Pak Maharin
0.07
80
480
50
0
0
Rp 200 000
13
Pak M. Nasar
0.60
360
720
360
360
180
Rp12 960 000
Total (2 Tahun)
2.64
2 751
6 550
1 614
3 461
670
Rp 5 887 500
Rata-rata
0.20
211.62
503.85
124.15
266.23
51.54
Rp 2 760 576
Lahan
Pohon
Kandang
NPK
Phonska
KCl
Obat
(ha) 0.04
(kg) 2
(kg)
Rp 105 000
Sumber: Data primer (diolah)
No
Nama
1
Pak Suhandi
40
(karung) 20
50
(kg) 50
2
Pak Uning
0.20
150
150
50
50
50
Rp 1 125 000
3
Pak Nedih Junaedi
0.20
200
600
90
90
90
Rp 355 000
Total (3 Tahun)
0.44
390
770
142
190
190
Rp 1 585 000
Rata-rata
0.15
130.00
256.67
47.33
63.33
63.33
Rp 528 333
Sumber: Data primer (diolah)
44
Lampiran 9 Data penggunaan input usahatani jambu kristal di Desa Cikarawang (Lanjutan) No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Produksi (kg) Bu Apat 48 Pak Imis 2 400 Pak Wahyudi 150 Pak Sahri 45 Pak Madkoni 1 000 Pak Toha 540 Pak Maksum 480 Pak Umar Wijaya 2 400 Total (1 Tahun) 7 063 Rata-rata 882 875 Sumber: Data primer (diolah)
Bungkus Rp 27 200 Rp 1 100 000 Rp 84 000 Rp 61 000 Rp 560 000 Rp 500 000 Rp 840 000 Rp 810 000 Rp 3 982 200 Rp 492 065
Obat Rp 31 000 Rp 1 800 000 Rp 12 000 Rp 26 000 Rp 797 000 Rp 200 000 Rp 1 200 000 Rp 307 000 Rp 4 373 000 Rp 546 625
HOKL 0.00 0.00 0.00 0.00 32.06 5.00 30.00 628.50 695.56 86.95
HOKK 27.9 83.62 13.12 4.5 51.70 23 12 382.25 598.11 74.76
Sewa Lahan Rp 50 000 Rp 1.000 000 Rp 300 000 Rp 160 000 Rp 1.500 000 Rp 1.000 000 Rp 800 000 Rp 7.000 000 Rp 11 810 000 Rp 1 476 250
Pajak Rp 1 750 Rp 35 000 Rp 10 500 Rp 5 600 Rp 52 500 Rp 35 000 Rp 28 000 Rp 245 000 Rp 413 350 Rp 51 668
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Bungkus Rp 7 040 000 Rp 525 000 Rp 600 000 Rp 5 572 000 Rp 660 000 Rp 1 560 000 Rp 360 000 Rp 146 400 Rp 240 000 Rp 806 400 Rp 560 000 Rp 500 000 Rp 795 000 Rp19 364 800 Rp 1 489 600
Obat Rp 3 000 000 Rp 360 000 Rp 1 215 000 Rp 624 000 Rp 384 000 Rp 6 375 000 Rp 168 000 Rp 96 000 Rp 41 000 Rp10 400 000 Rp 64 500 Rp 200 000 Rp 12 960 000 Rp 35 887 500 Rp 2 760 577
HOKL 182.67 26.25 0.00 8.00 6.25 0.00 10.00 11.25 0.00 1.25 6.00 0.00 17.50 269.17 20.71
HOKK 10.00 63.00 72.00 178.00 21.63 85.88 38.50 15.80 37.00 82.25 16.71 16.96 221.75 859.47 66.11
Sewa Lahan Rp 6 000 000 Rp 1 000 000 Rp 1 500 000 Rp 2 600 000 Rp 2 000 000 Rp 2 500 000 Rp 1 200 000 Rp 250 000 Rp 700 000 Rp 1 200 000 Rp 800 000 Rp 700 000 Rp 6 000 000 Rp 26 450 000 Rp 2 034 615
Pajak Rp 210 000 Rp 35 000 Rp 52 500 Rp 91 000 Rp 70 000 Rp 87 500 Rp 42 000 Rp 8 750 Rp 24 500 Rp 42 000 Rp 28 000 Rp 24 500 Rp 210 000 Rp 925 750 Rp 71 211
Nama Produksi (kg) Pak Badri 14 000 Pak Nur Ali 1 500 Pak H. Hambali 960 Pak A. Satibi 12 480 Pak Ilyas 1 200 Pak H. Adi 1 560 Pak Irmawan 500 Pak Saeful Hasikin 261 Pak Jaya 600 Pak Uci Sanusi 1 440 Pak Uhid 1 000 Pak Maharin 700 Pak M. Nasar 5 400 Total (2 Tahun) 41 601 Rata-rata 3 200.08 Sumber: Data primer (diolah)
45
No 1 2 3
Nama Produksi (kg) Pak Suhandi 0 Pak Uning 540 Pak Nedih Junaedi 976 Total (3 Tahun) 1516.0 Rata-rata 505.33 Sumber: Data primer (diolah)
Bungkus Rp 64.000 Rp 537 600 Rp 546 800 Rp 1 184 400 Rp 394 800
Obat Rp 105 000 Rp 1 125 000 Rp 355 000 Rp 1 585 000 Rp 528 333
HOKL HOKK 12.75 17.75 0 96.00 0 175 13 278.75 4 92.92
Sewa Lahan Rp 400 000 Rp 2 000 000 Rp 2 000 000 Rp 4 400 000 Rp 1 466 667
Pajak Rp 14 000 Rp 70 000 Rp 70 000 Rp 154 000 Rp 51 333
46
Lampiran 10 Gambar beberapa input dan output usahatani jambu kristal Desa Cikarawang
Gambar 6 Grade jambu kristal University Farm4
Gambar 7 Pupuk NPK Mutiara, gunting stek, arit, cangkul 4
Deskripsi grade jambu kristal www.flickr.com/photos/26283648@N06/7886351416/ [September 2013]
47
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Depok tanggal 14 september 1989, merupakan putra pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Rasmani dan Ibu Jamilah. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2004 di SMAN 1 Bogor dan menamatkannya pada tahun 2007. Kesempatan untuk melanjutkan kuliah di IPB diperoleh melalui jalur PMDK pada tahun 2007. Selama mengikuti program sarjana penulis aktif di organisasi kemahasiswaan maupun sosial antara lain menjadi staff Sharia Economics Student Club (SES-C).