TINJAUAN KONSERVASI KELOR (Moringa oleifera Lam.): STUDI KASUS DI DESA CIKARAWANG KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR
DEVI DESIAWATI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tinjauan Konservasi Kelor (Moringa oleifera Lam.): Studi Kasus di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Devi Desiawati NIM E34090115
ABSTRAK DEVI DESIAWATI. Tinjauan Konservasi Kelor (Moringa oleifera Lam.): Studi Kasus di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ERVIZAL A.M. ZUHUD dan AGUS HIKMAT. Kelor (Moringa oleifera Lam.) merupakan tumbuhan berguna dari akar hingga daun untuk kesehatan, pangan, dan meningkatkan mutu lingkungan. Penelitian mengenai pemanfaatan kelor oleh masyarakat dan populasi kelor di Indonesia belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi populasi dan pemanfaatan kelor yang dilakukan oleh masyarakat Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor pada bulan Mei - Juni 2013. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan observasi lapang untuk sensus kelor dan wawancara dengan metode snowball untuk kajian pemanfaatan kelor. Berdasarkan hasil penelitian, kelor terdapat di semua dusun yang ada di Desa Cikarawang yang dimiliki oleh 24 KK atau sebesar 1,14% dari total KK. Sensus kelor menunjukan bahwa terdapat sebanyak 65 individu kelor di Desa Cikarawang yang ditanam di berbagai tipe habitat. Adapun bentuk pemanfaatan kelor yang dilakukan oleh masyarakat desa antara lain pemanfaatan kelor untuk ritual adat sebesar 34%, pengobatan 42%, pangan 12%, dan untuk pagar sawah 12%. Kata Kunci: Desa Cikarawang, kelor, Moringa oleifera.
ABSTRACT DEVI DESIAWATI. Conservation Review of Moringa (Moringa oleifera Lam.): Case Study in Cikarawang Village Dramaga District Bogor. Supervised by ERVIZAL A.M. ZUHUD and AGUS HIKMAT. Moringa (Moringa oleifera Lam.) is a multifunction plant which is useful from the roof until the leaf for health, as food, an increasing environment quality. Research about the usefulness of moringa by Indonesian people and the existence hasn’t been done. The purpose of this research is to identify usefulness of moringa by the people and the existence of moringa in Cikarawang Bogor. This research was done in Cikarawang Bogor from May to June 2013. The data was collecting by field observation and interviewing by snowball method. Based on the result, moringa could be found at almost all hamlet in Desa Cikarawang which is had by 24 families heads or 1,14% from the totally families heads in the village. The census result showed that 65 individuals of moringa in Cikarawang which is planted in various type of habitat. The usefulness type of moringa which is done by the village people are 34 % for ritual custom, 42% for medicine, 12 % for food and 12 % for hedge of rice field. Keywords: conservation review, moringa, Moringa oleifera.
TINJAUAN KONSERVASI KELOR (Moringa oleifera Lam.): STUDI KASUS DI DESA CIKARAWANG KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR
DEVI DESIAWATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi
Nama NIM
: Tinjauan Konservasi Kelor (Moringa oleifera Lam): Studi Kasus di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogar Devi Desiawati E34090115
Disetujui oleh:
q
Prof Dr Ir Ervizal A.M. Zuhud, MS Pembimbing I
Drlr~SCF~ Pem bim bing II
Diketahui oleh
MS
Tanggal Lulus:
u .
13
,
Judul Skripsi
Nama NIM
: Tinjauan Konservasi Kelor (Moringa oleifera Lam): Studi Kasus di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor : Devi Desiawati : E34090115
Disetujui oleh:
Prof Dr Ir Ervizal A.M. Zuhud, MS Pembimbing I
Dr Ir Agus Hikmat, M Sc F Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Tinjauan Konservasi Kelor (Moringa oleifera Lam.): Studi Kasus di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2013. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Ervizal A.M. Zuhud, MS dan Dr Ir Agus Hikmat, MScF sebagai dosen pembimbing. Terima kasih kepada Ibu dan Bapak serta keluarga atas motivasi, kasih sayang, dan doa yang tiada henti mengiringi langkah penulis selama menjalankan studinya. Terima kasih kepada Habiba Macap, S. Hut dan Alya F. Purbahapsari yang telah membantu dalam penelitian ini. Terimakasih kepada Muhammad Syarif dan adikadikku tersayang yang selalu menghibur dan menjadi motivator bagi penulis sehingga penulis tetap semangat dalam menyelesaikan studinya, dan terima kasih kepada KSHE Anggrek Hitam 46 atas kebersamaan dalam suka dan duka.
Bogor, Agustus 2013
Devi Desiawati
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
2
Manfaat
2
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Alat dan Bahan
3
Objek Penelitian
3
Jenis Data
4
Metode Pengumpulan Data
4
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kondisi Umum Lokasi penelitian
6
Bioekologi Kelor
9
Karakteristik Responden
10
Tinjauan Pengetahuan Masyarakat dalam Pemanfaatan Kelor
12
Kearifan Lokal Pemanfaatan Kelor
14
Inventarisasi Potensi Kelor
15
Aksi Konservasi Kelor
19
SIMPULAN DAN SARAN
20
Simpulan
21
Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
23
DAFTAR TABEL 1 Jenis dan teknik pengumpulan data 2 Jumlah penduduk Desa Cikarawang tahun 2012 3 Jenis dan persentase mata pencaharian masyarakat Desa Cikarawang tahun 2012 4 Tata guna dan persentase luasan lahan Desa Cikarawang tahun 2012 5 Persentase kandungan nutrisi serbuk daun kelor 6 Komposisi kandungan nutrisi daun kelor yang dikeringkan 7 Jumlah dan penyebaran kelor di Desa Cikarawang 8 Kriteria tempat tumbuh kelor
4 7 7 8 13 14 16 18
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Skema lokasi penelitian Metode penelitian Penggunaan lahan Ciri morfologi kelor Struktur umur responden Persentase jenis kelamin responden Tingkat pendidikan responden Komposisi pekerjaan responden Persentase bentuk pemanfaatan kelor Contoh bentuk pemanfaatan daun kelor Persentase bagian kelor yang dimanfaatkan Denah lokasi kelor berdasarkan dusun Persentase tipe habitat kelor Persentase cara budidaya kelor
3 5 8 9 10 10 11 11 12 13 14 17 17 19
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6
Data responden kajian pemanfaatan kelor Pemanfaatan kelor masyarakat Desa Cikarawang Data invetarisasi populasi kelor di Desa Cikarawang Titik penyebaran kelor di Desa Cikarwang Peta penyebaran kelor berdasarkan lokasi dusun Peta penyebaran kelor berdasarkan tipe habitat
23 24 32 35 37 38
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelor (Moringa oleifera Lam.) adalah spesies tumbuhan yang bermanfaat bagi manusia. Kelor hadir dengan berbagai macam manfaat yang berguna bagi manusia di tengah dunia yang sedang terjadi keterpurukan pangan dan kemiskinan. Kelor memiliki banyak sinonim, antara lain Guilandina moringa, Hyperanthera moringa, Moringa nux-ben, dan Moringa pterygosperma (Rollof et al. 2009). Kelor memiliki sebutan yang berbeda-beda di setiap wilayah di Indonesia, seperti kalor atau kalore di Sumatera, marongghi di Madura, kawona atau wona di Sumba, kelo di Ternate dan Tidore, dan sebutan lain di daerah-daerah yang tersebar di Indonesia (Krisnadi 2012). Kelor merupakan spesies tumbuhan asli dari kaki gunung Himalaya Asia Selatan dan timur laut Pakistan (Fahey 2005 diacu dalam Kasolo et al. 2010). Seiring tersebarnya informasi mengenai manfaat kelor, kelor mulai diperkenalkan dan dibudidayakan hampir di seluruh belahan dunia, antara lain di Asia Tenggara, Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Semenanjung Arab. Kelor cocok tumbuh hampir di seluruh wilayah kepulauan di Indonesia. Kelor adalah spesies tumbuhan yang mampu bertahan dalam segala jenis kondisi iklim, seperti dalam iklim kering yang sangat ekstrim, kondisi lingkungan yang bersalju ringan, dan lingkungan tanah yang marjinal (Krisnadi 2012). Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kelor merupakan tumbuhan yang mengandung berbagai macam nutrisi berguna. Kelor memiliki berbagai macam khasiat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit. Selain itu, kelor juga dapat dijadikan pangan yang memiliki kandungan vitamin dan mineral yang berguna bagi manusia (Johnson dan Pharm 2005). Daun kelor segar sebanyak 100 gram memiliki kandungan nutrisi kalsium yang setara dengan segelas susu, zat besi yang setara dengan 200 gram daging sapi segar, vitamin A yang setara dengan sebuah wortel, vitamin C yang setara dengan sebuah jeruk, dan protein yang setara dengan sebutir telur (Sauveur dan Broin 2010). Biji tumbuhan kelor telah diketahui bermanfaat utuk menjernihkan air keruh yang diakibatkan oleh berbagai kontaminan. Serbuk biji kelor efektif menjadi koagulan untuk menjernihkan air yang keruh tanpa menurunkan pH air dan tidak bersifat toksik sehingga air hasil penjernihan aman untuk dikonsumsi manusia (Amagloh dan Benang 2009). Kelor juga digunakan oleh sebagian orang sebagai pakan bagi hewan ternak dan idustri tekstil. Kelor telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai hal di belahan negara tropis lain. Kelor digunakan sebagai bahan baku obat tradisional dan bahkan menjadi bahan baku obat modern yang telah teruji klinis. Salah satu contoh pemanfaatan kelor secara tradisonal dilakukan di India, yaitu menggunakan kelor sebagai ramuan untuk mengobati diabetes (Jaiswal et al. 2009). Hampir seluruh bagian dari tumbuhan kelor ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan, khususnya untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Ramachandran et al. (1980) diacu dalam Rollof et al. (2009) menyebutkan bahwa bagian dari pohon kelor mulai dari akar, batang, daun, kulit batang, biji, getah dan bunga dapat digunakan dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit yang terjadi pada pengobatan di zaman kuno.
2 Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang termasuk ke dalam desa lingkar kampus IPB Darmaga yang terdapat di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Tumbuhan kelor masih terdapat di desa tersebut di berbagai tipe habitat. Keberadaan kelor di desa tersebut bisa menjadi indikator bahwa terdapat pemanfaatan secara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat desa terhadap tumbuhan kelor. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai keberadaan kelor dan pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat desa. Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengaruh positif sehingga masyarakat termotivasi untuk melakukan pemanfaatan kelor secara berkelanjutan untuk kesehatan dan kemandirian dalam asupan nutrisi bagi masyarakat.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi pemanfaatan kelor oleh masyarakat Desa Cikarawang guna mengetahui aksi konservasinya. 2. Menginventarisasi populasi kelor di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
Manfaat Data dan informasi hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi data dasar mengenai keberadaan dan pemanfaatan kelor yang ada di Desa Cikarawang. Selain itu, dengan adanya data dan informasi ini, maka dapat dilakukan upaya konservasi kelor khususnya di masyarakat Desa Cikarawang dan umumnya pada masyarakat seluruh Indonesia. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan untuk Pemerintah Desa Cikarawang dalam upaya konservasi kelor di desa tersebut dan menjadikan kelor sebagai salah satu spesies tumbuhan yang dapat dikembangkan sebagai komoditas pertanian.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Mei sampai Juni 2013.
3
Gambar 1 Skema lokasi penelitian
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perlengkapan observasi lapang inventarisasi tumbuhan kelor: pita ukur untuk mengukur diameter pohon, walking stick untuk mengukur tinggi pohon, GPS untuk penandaan lokasi kelor, kamera untuk mendokumentasikan tumbuhan kelor, papan jalan, alat tulis, dan Software Arc Map Versi 9.3 sebagai alat dalam menganalisis lokasi kelor di atas muka bumi. 2. Perlengkapan wawancara: kuisioner sebagai alat dalam panduan wawancara terhadap masyarakat, alat tulis, dan kamera untuk mendokumentasikan seluruh kegitan wawancara. 3. Perlengkapan kajian literatur: Komputer dan jaringan internet.
Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan kelor yang terdapat di seluruh kawasan Desa Cikarawang. Adapun objek penelitian untuk kajian pemanfaatan kelor adalah masyarakat Desa Cikarawang yang memiliki kelor atau memanfaatkannya dalam memenuhi kebutuhan seharihari.
4 Jenis Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini disajkani pada Tabel 1.
No. 1
2
3
Tabel 1 Jenis dan teknik pengumpulan data Jenis Data Uraian Sumber Data Populasi tumbuhan 1. Jumlah Lapangan kelor tumbuhan kelor 2. Habitat 3. Pemeliharaan 4. Cara tanam Pemanfaatan Kelor 1. Bagian yang Masyarakat dimanfaatkan Desa 2. Cara Olah Cikarawang 3. Khasiat Kondisi Umum Lokasi 1. Letak dan luas Balai Desa desa dan 2. Kondisi fisik Puskesmas desa 3. Kondisi sosial, ekomomi masyarakat desa 4. Kondisi gizi
Metode Observasi lapang
Wawancara
Studi literatur dan Arsip Desa Cikarawang
Metode Pegumpulan Data Metode penelitian yang digunakan dalam memperoleh data dalam penelitian ini adalah: Studi literatur Metode studi literatur yaitu mengkaji berbagai literatur yang memuat informasi mengenai tumbuhan kelor hasil penelitian orang lain, instansi, ataupun lembaga. Literatur yang dibutuhkan antara lain mengenai bioekologi, manfaat, dan kandungan nutrisi kelor. Wawancara Wawancara dilakukan kepada masyarakat untuk mengidentifikasi pemanfaatan tumbuhan kelor dengan menggunakan kuisioner sebagai panduan wawancara. Teknik penarikan responden menggunakan metode snowball. Wawancara dimulai dengan menentukan responden kunci (key person) yang memiliki dan manfaatkan kelor, atau responden yang hanya memanfaatkan namun tidak memiliki kelor. Responden selanjutnya berdasarkan rekomendasi dari responden sebelumnya. Wawancara dihentikan ketika data dan informasi yang didapatkan sudah jenuh dan tidak ada lagi penambahan informasi. Adapun jumlah responden yang diwawancarai adalah sebanyak 30 orang.
5 Observasi Lapang Metode observasi lapang dilakukan dalam rangka melakukan sensus untuk memperoleh data populasi kelor yang terdapat di Desa Cikarawang.
(a) (b) Gambar 2 Metode penelitian (a) wawancara responden; (b) observasi lapang
Analisis Data Data dan informasi yang didapatkan akan dianalisis dengan cara sebagai berikut: Pemanfaatan Kelor Persentase Bagian yang Digunakan Bagian tumbuhan kelor yang dimanfaatkan masyarakat Desa Cikarawang adalah bagian daun, batang, akar, dan buah. Adapun persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung presentase bagian yang digunakan adalah sebagai berikut (Fakhrozi 2009): bagian tertentu Persentase bagian tertentu yang digunakan x seluruh bagian Persentase Bentuk Pemanfaatan Bentuk pemanfaatan kelor di Desa Cikarawang antara lain untuk pangan, ritual adat, pengobatan, dan keperluan pendukung pertanian yaitu sebagai pagar sawah. Persentase bentuk pemanfaatan dapat dihitung dengan cara: bentuk pemanfaatan tertentu Persentase bentuk pemanfaatan x seluruh bentuk pemanfaatan Inventarisasi Populasi Kelor Persentase Tipe Habitat Tipe habitat tumbuhan kelor berdasarkan data penelitian yang didapatkan adalah kebun, sawah, dan pekarangan. Persentase tipe habitat tumbuhan kelor dianlisis dengan menggunakan rumus (Fakhrozi 2009): kelor di habitat tertentu Persentase tipe habitat x kelor di seluruh habitat Presentase Budidaya Cara budidaya kelor yang terdapat di Desa Cikarawang adalah melalui perbanyakan secara vegetatif dan generatif yaitu dengan stek dan biji. Persentase budidaya kelor dapat dihitung dengan rumus: cara budidaya tertentu Persentase cara budidaya x seluruh cara budidaya
6 Kerapatan Kelor Kerapatan pohon kelor yang terdapat di seluruh wilayah Desa Cikarawang dapat dihitung sebagai berikut: kelor di seluruh wilayah desa erapatan kelor x luas kebun ladang sawah Persentase Kepemilikan Kelor Kelor di Desa Cikarawang dapat dihitung persentase kepemilikannya berdasarkan jumlah KK yang terdapat di desa tersebut. Persentase kepemilikan kelor dapat dihitung berdasarkan rumus: yang memilik kelor Persentase kepemilikan kelor x seluruh yang terdapat di desa Lokasi Kelor Lokasi kelor di desa ini akan dianalisis menggunakan software Arc Map Versi 9.3 untuk melihat lokasi kelor di permukaan bumi dengan di proyeksikan ke dalam sebuah peta.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Letak Administratif Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang termasuk ke dalam desa-desa lingkar kampus IPB Darmaga. Desa Cikarawang terletak di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Desa Cikarawang terdiri dari 3 Dusun, 7 RW, dan 32 RT. Masing-masing Dusun terdiri dari beberapa RW, antara lain Dusun 1 terdiri dari 2 RW yaitu RW 1 dan RW 2; Dusun 2 terdiri dari 2 RW yaitu RW 3 dan RW 4; dan Dusun 3 terdiri dari 3 RW yaitu RW 5, RW 6, dan RW 7. Jarak dan waktu tempuh Desa Cikarwang dari ibu kota kecamatan 5 km dengan waktu tempuh 10 menit dan dari ibu kota Kabupaten 35 kmdengan waktu tempuh 45 menit. Batas-batas administratif wilayah Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Sungai Cisadane Sebelah Timur : Kel. Situ Gede Kec. Bogor Barat Kota Bogor Sebelah Selatan : Sungai Ciapus Sebelah Barat : Sungai Ciapus / Sungai Cisadane Iklim dan Topografi Topografi dan kontur tanah Desa Cikarawang secara umum merupakan dataran rendah berupa persawahan yang berada pada ketinggian 193 mdpl. dengan suhu berkisar antara 200C – 300C. Curah hujan di Desa Cikarawang cukup tinggi karena masih termasuk ke dalam wilayah Bogor yang curah hujannya berkisar antara 3500 – 4000 mm/tahun (Deryanti 2010).
7 Sosial dan Ekonomi Masyarakat Berdasarkan kajian kependudukan desa pada tahun 2012, jumlah penduduk Desa Cikarawang sebanyak 8245 jiwa yang terdiri dari 4205 laki-laki dan 4040 perempuan. Terdapat sebanyak 2114 KK, dengan jumlah keluarga miskin (Gakin) sebanyak 777 KK, dengan persentase 35,3 % dari jumlah total keluarga yang ada di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Adapun rincian dari populasi penduduk Desa Cikarawang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah penduduk Desa Cikarawang tahun 2012 No. Umur (Tahun) Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa) 1 0-5 495 560 1.055 2 6-10 409 367 776 3 11-15 391 389 780 4 16-20 378 368 746 5 21-25 389 374 763 6 26-30 390 378 768 7 31-35 303 285 588 8 36-40 309 284 593 9 41-45 258 251 509 10 46-50 215 193 408 11 51-55 181 160 341 12 56-60 156 137 293 13 61-65 186 147 333 14 >66 139 136 275 Jumlah 4.205 4.040 8.245 Organisasi sosial di Desa Cikarawang yaitu organisasi kelompok tani yang terdiri dari beberapa kelompok, antara lain Kelompok Tani Setia (Dusun 1), Kelompok Tani Hurip (Dusun 2), Kelompok Tani Subur Jaya (Dusun 3), Kelompok Tani Mekar (Dusun 3), dan Kelompok Tani Wanita / KWT (Dusun 2).Mata pencaharian masyarakat Desa Cikarawang antara lain petani, pedagang, PNS, TNI/POLRI, karyawan, dan wirausaha lainnya. Adapun jumlah dan persentase dari masing-masing mata pencaharian disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Jenis dan persentase mata pencaharian masyarakat Desa Cikarawang tahun 2012 No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase(%) 1 Petani/Buruh Tani 535 24.06 2 Pedagang 435 19.56 3 PNS 175 7.87 4 TNI/POLRI 2 0.09 5 Karyawan 477 21.45 6 Wirausaha dan lainnya 600 26.97 Total 2224 100.00 Mata pencaharian utama di Desa Cikarawang adalah bertani. Hal ini disebabkan luasan dan peruntukan lahan di desa ini didominasi oleh lahan pertanian berupa persawahan, ladang, dan kebun sehingga mendukung pesatnya perkembangan usaha pertanian di Desa Cikarawang.
8 Tata Guna Lahan Luas seluruh wilayah Desa Cikarawang adalah 226.56 ha. Tanah di Desa Cikarawang diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori berdasarkan tingkat kesuburan, tingkat erosi, dan peruntukan lahan. Kategori tingkat keseburan dibagi ke dalam sangat subur, subur , kesuburan sedang. Luasan tanah dengan tingkat kesuburan sangat subur seluas 42.90 ha (18.93%), tanah subur seluas 45.17 ha (19.94%), dan tanah dengan kesuburan sedang yaitu seluas 84.02 ha (61.13%). Akan tetapi, dibalik kesuburan tersebut desa ini rentan terhadap erosi. Kelas erosi di desa ini dibagi menjadi tanah dengan kelas erosi ringan sebesar 3.5%, tanah dengan erosi sedang sebesar 6.1%, dan tanah dengan erosi berat sebesar 1.7% dari luasan wilayah desa (Deryanti 2010). Erosi yang terjadi di desa ini disebabkan oleh letak geografis desa yang diapit oleh 2 sungai yaitu sungai Cisadane dan sungai Ciapus. Jenis peruntukan lahan di Desa Cikarawang antara lain lahan untuk pertanian, lahan pemukiman, lahan kuburan, jalan, danau, dan peruntukan lainnya. Lahan pertanian adalah lahan dengan proporsi paling besar yaitu lebih dari setengah total luas kawasan desa. Luasan lahan pertanian yang paling ini dapat dijadikan sebagai salah satu faktor pendukung untuk budidaya kelor di desa tersebut dan menjadikan kelor sebagai salah satu komoditas pertanian Desa Cikarawang. Data mengenai luasan dan tataguna lahan desa disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Tata guna dan persentase luasan lahan di Desa Cikarawang tahun 2012 No. Guna Lahan Luas (ha) Persentase (%) 1 Persawahan 128.11 56.55 2 Perkebunan/ladang 35.23 15.55 3 Pemukiman 51.46 22.71 4 Tanah Wakaf/Makam 1.60 0.71 5 Jalan 7.50 3.31 6 Danau / Kolam 2.50 1.10 7 Lain-lain 0.16 0.07 Desa Cikarawang terdapat dua buah danau atau yang biasa masyarakat sebut dengan nama setu/situ yaitu Setu Burung dan Setu Panjang. Kedua danau ini sangat berperan penting sebagai sumber air irigasi bagi pertanian desa. Selain danau, Lahan di Desa Cikarawang dimanfaatkan untuk sirkulasi jalan antara lain jalan lingkungan, jalan desa, dan jalan kecamatan, dan jalan kabupaten.
(a) (b) Gambar 3 Penggunaan lahan (a) situ/danau burung; (b) jalan desa
9 Bioekologi Kelor Taksonomi Kelor Kelor merupakan tumbuhan berpembuluh yang dapat menghasilkan biji yang terdapat dalam buah. Tumbuhan ini merupakan spesies tumbuhan dikotil atau berkeping dua. Adapun taksonomi kelor adalah sebagai berikut (Krisnadi 2012): Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae Ordo : Capparales Famili : Moringaceae Genus : Moringa Spesies : Moringa oleifera Lam. Morfologi Kelor Kelor merupakan tumbuhan berhabitus pohon yang tingginya mencapai hingga 12 meter. Kelor memiliki percabangan batang simpodial yaitu batang pokok sulit ditentukan karena pertumbuhannya akan berhenti dan dikalahkan oleh pertumbuhan cabangnya. Batang kelor dibalut oleh kulit batang yang berwarna abu-abu keputihan yang permukaannya sedikit kasar. Daun kelor merupakan jenis daun majemuk berganda yang letak daunnya berselang-seling. Daun kelor memiliki batang yang panjang dan mudah lepas dari cabangnya. Anak daun berbetuk bulat lonjong seperti bentuk telur. Panjang anak daun berkisar antara 1-2 cm, lebar 1-2 cm, daun tipis lemas, tepi daun rata, susunan pertulangan menyirip, dan permukaan atas maupun bawah daun halus.
(a) (b) (c) Gambar 4 Ciri morfologi kelor (a) batang kelor; (b) daun kelor; (c) buah kelor Penyebaran Kelor Kelor merupakan tumbuhan asli kaki bukit Himalaya Asia Selatan. Kelor dibudidayakan dan telah beradaptasi dengan baik di luar daerah asalnya. Kelor menyebar dan telah diintroduksi di negara-negara lain seperti Pakistan, Nepal, Afghanistan, Bangladesh, Sri Lanka, Brazil, Florida, Meksiko, Peru, hingga sampai ke negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Kelor di habitat aslinya tumbuh secara liar, namun seiring dengan berkembangnya informasi mengenai manfaat dan khasiatnya, sehingga kelor mulai dibudidayakan untuk dimanfaatkan (Krisnadi 2012).
10 Karakteristik Responden
Jumlah (Orang)
Struktur Umur Berdasarkan data dari hasil penarikan contoh pada responden, dapat diketahui bahwa umur responden yang memanfaatkan kelor cukup beragam. Hal ini menunjukan bahwa pemanfaatan kelor tidak hanya terjadi di orang-orang umur tua saja, namun pada umur-umur produktif pun telah terjadi kegiatan pemanfaatan kelor untuk berbagai macam keperluan. Hal ini menunjukan bahwa adanya keberlanjutan informasi dari generasi tua kepada generasi produktifmengenai pemanfaatan kelor. 16 14 12 10 8 6 4 2 0
14
9
4
3
30-40
41-50 51-60 Kelas Umur (Tahun)
>60
Gambar 5 Struktur umur responden Jenis Kelamin Responden terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan perbandingan jumlah yang hampir seimbang. Sebesar 53% responden berjenis kelamin peremuan dan sebesar 47% berjenis kelamin laki-laki. Pemanfaatan kelor di Desa Cikarawang tidak didominasi oleh jenis kelamin tertentu. Hal ini dikarenakan pemanfaatan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan memiliki kecendrungan yang sama dalam memanfaatkan kelor. Laki-laki memanfaatkan kelor cenderung untuk keperluan adat dan pengobatan, sementara perempuan menggunakan kelor untuk keperluan pangan dan pengobatan.
47%
Laki-laki
Perempuan 53%
Gambar 6 Persentase jenis kelamin responden
11 Tingkat Pendidikan Aprollita (2008) menyatakan bahwa tingkat pendidikan dibedakan berdasarkan jangka menempuh pendidikan.Hal ini dikategorikan kedalam pendidikan rendah (≤6 tahun), sedang (7-11 tahun), dan tinggi (12-21 tahun). Mayoritas responden merupakan masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 20 orang lulusan Sekolah Dasar. Masyarakat desa yang umumnya memanfaatkan kelor adalah masyarakat dengan golongan umur yang terbilang tua. Mayoritas golongan umur tua hanya mengenyam pendidikan dasar, hal ini dikarenakan akses pendidikan pada zaman dulu masih sulit dan masyarakat lebih memilih untuk bekerja daripada bersekolah. Adapun masyarakat yang mengenyam pendidikan sampai Sekolah Menengah Atas hanya beberapa orang saja dan hal ini didukung oleh perekonomian keluarga yang mampu menyekolahkan anakanya pada zaman dulu. 25 Jumlah (Orang)
20 20 15 10
7 3
5 0 SD
SMP Tingkat Pendidikan
SMA
Gambar 7 Tingkat pendidikan responden Pekerjaan Berdasarkan hasil wawancara, responden yang diwancarai didominasi oleh responden yang bekerja sebagai petani. Hal ini disebabkan mayoritas masyarakat desa berprofesi sebagai petani. Hal ini juga didukung oleh sebagian besar lahan di Desa Cikarawang adalah lahan persawahan sehingga berpeluang besar bagi masyarakat untuk bertani. 12
11
Jumlah (Orang)
10 8 8 6 4
3
3 2
2
2
1
0 Petani
Ibu Rumah Wirausaha PNS Pedagang Tangga Jenis Pekerjaan
Gambar 8 Komposisi pekerjaan responden
Buruh
Kayawan
12 Tinjauan Pengetahuan Masyarakat dalam Pemanfaatan Kelor Bentuk Pemenfaatan Kelor Pemanfaatan kelor di Desa Cikarawang terbagi ke dalam beberapa bentuk pemanfaatan antara lain pemanfaatan untuk pangan, obat, ritual adat, dan pagar sawah. Bentuk pemanfaatan yang paling dominan adalah berupa pengobatan sebesar 42%. Kelor digunakan oleh masyarakat desa sebagai obat berbagai macam penyakit antara lain sakit panas, mata rabun, obat diabetes, campak, dan obat darah tinggi. 12% 34%
12%
Pagar Pangan Obat Ritual Adat
42%
Gambar 9 Persentase bentuk pemanfaatan kelor Sementara pemanfaatan daun kelor untuk pangan terbilang masih rendah dibandingkan dengan pemanfaatan lainnya. Hanya sebesar 12% masyarakat yang menggunakan daun kelor untuk kepentingan pangan. Intensitas penggunaan daun kelor sebagai bahan olahan berkisar anatara 2 – 4 kali pengolahan tiap bulan. Adapun rata-rata banyaknya daun kelor untuk setiap kali pengolahan yaitu sebanyak 5 tangkai daun kelor. Daun kelor untuk pangan diolah dalam bentuk sayur bening. Kandungan nutrisi pada daun kelor dapat menjadi solusi alternatif bagi kasus malnutrisi yang terdapat di Desa Cikarawang. Bedasarkan hasil penelusuran dokumen kesehatan Desa Cikarawang, terdapat kasus balita dengan berat badan di bawah garis merah sebanyak 9 balita. Hal ini bisa saja mengarah kepada gizi buruk bila dibiarkan secara terus-menerus. Sehingga perlu dilakukan sosialisasi manfaat kelor sebagai bahan pangan yang banyak mengandung nutrisi yang baik bagi tumbuh kembang anak. Selain itu, kelor juga dapat menjadi salah satu solusi bagi pemenuhan kebutuhan pangan keluarga miskin yang terdapat di desa tersebut. Di Desa Cikarawang terdapat sebanyak 777 keluarga miskin. Kelor merupakan panganan tanpa perlu dibeli namun mampu menyediakan sumber nutrisi yang baik bagi kecukupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Doeer dan Cameron (2005) menyatakan bahwa kandungan nutrisi kelor sangat baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ibu hamil dan balita. Dalam memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil maka ibu hamil cukup mengkonsumsi serbuk daun kelor sebanyak 6 kali sehari dengan dosis 50 gram setiap konsumsi. Sementara, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi batita diperlukan 25 gram serbuk daun kelor setiap kali konsumsi sebanyak 3 kali per hari. Pengetahuan menganai hal ini belum dimiliki masyarakat, sehingga perlu dilakukan upaya sosialisasi mengenai manfaat tersebut kepada masayarakat sehingga masyarakat menyadari kelor penting bagi kesehatan ibu dan anak. Adapun persentase masing-masing nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil dan balita yang terdapat di dalam kelor disajikan pada Tabel 5.
13
No. 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 5 Persentase kandungan nutrisi serbuk daun kelor Persentase nutrisi 25 gram Persentase nutrisi 50 gram Nutrisi serbuk daun kelor untuk serbuk daun kelor untuk batita (%) ibu hamil (%) Protein 42 21 Kalsium 125 84 Magnesium 61 54 Potassium 41 22 Zat Besi 71 94 Vitamin A 310 162 Vitamin C 22 9
Sumber: Doeer dan Cameron (2005)
Terdapat beberapa cara pengolahan kelor yang dilakukan oleh masyarakat Desa Cikarawang. Cara pengolahan kelor untuk keperluan pangan adalah dengan sayur bening. Sementara cara pengolahan kelor untuk keperluan pengobatan adalah dengan cara diresbus dan diremas lalu dicampur minyak kelapa. Adapun cara pengoalahan kelor untuk keperluan ritual adat adalah dengan cara merebus daun kelor lalu dipadukan dengan bahan-bahan lain yaitu cabe bakar, bawang bakar, tomat bakar, dan terasi bakar. Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui pengetahuan masyarakat desa mengenai kelor hanya sebatas pada pemanfaatan yang bersifat sederhana. Pengetahuan itu antara lain masyarakat mengetahui bahwa kelor dapat digunakan sebagai bahan pangan, ritual adat, dan obat. Adapun sumber pengetahuan ini adalah didapatkan oleh masyarakat desa secara turun-temurun dari nenek moyang.
(a) (b) (c) Gambar 10 Contoh bentuk pemanfaatan daun kelor (a) kelor digunakan untuk ritual adat; (b) kelor digunakan sebagai bahan pangan/ sayur bening; (c) kelor digunakan untuk obat panas Bagian yang dimanfaatkan Bagian dari tumbuhan kelor yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa antara lain daun, buah, batang, akar, dan seluruh bagian atau pohon kelor secara utuh. Bagian yang paling banyak digunakan adalah daun sebesar 67%. Daun paling sering digunakan oleh masyarakat untuk keperluan pengobatan, pangan, dan ritual adat. Sementara, bagian batang, buah, akar, dan seluruh bagian peggunaannya tidak begitu dominan antara lain untuk keperluan pengobatan dan pagar sawah. Bagian tumbuhan yang digunakan perlu diketahui untuk menetukan upaya budidaya yang sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat desa terhadap bagian kelor yang paling banyak digunakan.
14 16%
3%
Daun
3%
Batang Buah
11%
67%
Seluruh Bagian (Pohon)
Gambar 11 Persentase bagian kelor yang dimanfaatkan Penggunaan daun yang paling dominan pada masyarakat Desa Cikarawang untuk keperluan obat dan pangan di desa tersebut didasarkan pada pengetahuan yang mereka peroleh secara turun-temurun sehingga menimbulkan keyakinan bahwa kelor benar-benar dapat menyembuhkan penyakit yang diderita dan tidak beracun untuk dimakan sesuai dengan pengalaman nenek moyang. Secara ilmiah pemanfaatan daun kelor paling banyak digunakan daripada bagian lainnya karena daun merupakan bagian dari tumbuhan kelor yang paling banyak mengandung nilai gizi. Moyo et al. (2011) menyebutkan bahwa kandungan gizi pada kelor begitu lengkap yang disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Komposisi kandungan nutrisi pada daun kelor yang dikeringkan No. Kandungan Nutrisi Persentase (%) Standard Error 1 Moisture 9.533 0.194 2 Crude protein 30.29 1.480 3 Fat 6.50 1.042 4 Ash 7.64 0.433 5 Neutral detergent fibre 11.40 0.425 6 Acid detergent fibre 8.49 0.348 7 Acid detergent lignin 1.8 2.204 8 Acid detergent cellulose 4.01 0.101 9 Condensed tannins 3.12 0.104 10 Total polyphenols 2.02 0.390 Sumber: Moyo et al. (2011)
Kearifan Lokal Pemanfaatan Kelor Keraf (2002) diacu dalam Stanis et al. (2007) menyebutkan bahwa kerarifan lokal/ tradisional adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Kearifan lokal didefinisikan sebagai kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus.
15 Cerita Rakyat Pemanfaatan kelor muncul dari cerita perwayangan dahulu kala, cerita ini sampai kepada generasi sekarang melalui cerita lisan secara turun-temurun. Terdapat dua tokoh wayang sakti yang turun dari kahyangan ke muka bumi. Tokoh pewayangan ini bernama Togog dan Semar. Pertama kali menginjakan kaki ke bumi Togog langsung menanam satu spesies tumbuhan sebagai tanda bahwa dia pernah menginjakan kaki di bumi. Tumbuhan tersebut adalah kelor. Setelah menanam kelor, Togog pun kembali lagi ke kahyangan. Tak lama kejadian itu, turun pula ke bumi adik dari Togog yaitu Semar. Semar merasa betah di bumi dan dia tak kembali lagi ke kahyangan. Semar pun menetap di bumi hingga suatu saat dia mendapati temannya yang sudah tua renta dan sakit parah sulit sekali meninggal. Teman Semar susah meninggal karena dia memiliki ilmu kebatinan semasa mudanya. Semar melakukan semedi untuk berkomuniksi dengan Togog yang berada di kahyangan, dalam semedi itu Semar mendapatkan petunjuk dari Togog agar dia mengambil tumbuhan kelor yang pertama kali Togog tanam di bumi. Semar mengambil setangkai daun kelor, lalu Semar memukul-mukulkan daun kelor tersebut pada tubuh temannya yang sedang sakit parah itu sambil membaca doa-doa. Tak lama setelah dipukul-pukulkan kelor pada tubuh temannya itu, maka temannya pun langsung meninggal. Rasulan Rasulan adalah sebuah kegiatan ritual adat berupa upacara adat sebelum dilaksanakannya suatu pesta pernikahan atau hajatan. Dalam ritual adat terdapat penggunaan kelor sebagai salah satu syarat utama dalam upacara adat ini. Adapun bahan-bahan yang menjadi syarat dalam ritual ini adalah segenggam daun kelor yang telah direbus, bawang merah yang dibakar, cabe merah bakar, terasi bakar, rebus telur ayam kampong, dan nasi congcot (nasi yang berbentuk kerucut). Setelah bahan-bahan disiapkan, maka bahan-bahan itu akan dibacakan bacaanbacaan doa oleh sesepuh kampung tersebut. Adapun maksud dari acara ini adalah memohon keselamatan kepada Tuhan agar acara yang dimaksud dapat berjalan lancar dan selamat. Nadzar Nadzar merupakan acara ritual adat yang diperoleh secara turun-temurun sebagai bukti rasa terima kasih dan menepati janji dengan apa yang dijanjikan pada waktu seseorang sakit. Ketika seseorang tersebut telah sembuh dari sakit, maka dia harus menepati janjinya dengan cara menyiapkan bahan-bahan yang menjadi syarat dalam ritual ini, yaitu segemgam daun kelor yang telah direbus, bawang merah yang dibakar, cabe merah bakar, terasi bakar, rebus telur ayam kampong, dan nasi congcot (nasi yang berbentuk kerucut). Setelah bahan-bahan siap maka akan dibacakan doa-doa oleh sesepuh sebagai tanda terimaksih kepada Tuhan atas kesembuhan yang telah diberikan.
Inventarisasi Populasi Kelor Penyebaran Kelor Berdasarkan hasil observasi lapang diketahui bahwa kelor menyebar hampir di seluruh wilayah desa. Berdasarkan hasil penelitian, kelor terdapat di
16 semua dusun yang ada di Desa Cikarawang yang dimiliki oleh 24 KK atau sebesar 1,14% dari total KK yang terdapat di desa tersebut. Hasil sensus kelor menunjukan bahwa tercatat sebanyak 65 individu kelor di Desa Cikarawang yang ditanam di berbagai tipe habitat. Berdasarkan hasil ini dapat diketahui bahwa keberadaan kelor di desa tersebut hanya terdapat 0.40 individu pohon per ha. Tentunya keberadaan kelor di desa ini masih sangat minim karena minat yang kurang untuk menanam kelor. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan akan manfaat kelor yang begitu besar. Lokasi dan jumlah kelor setiap tingkat pertumbuhan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah dan penyebaran kelor di Desa Cikarawang Tingkat Pertumbuhan No. Lokasi Jumlah Pohon Tiang Pancang Anakan 1 Dusun 1 23 2 16 41 2 Dusun 2 3 1 2 6 3 Dusun 3 8 3 3 4 18 Jumlah 34 6 5 20 65 Keberadaan kelor di Desa Cikarawang tersebar di semua dusun antara lain Dusun 1 terdapat sebanyak 41 individu yang tebagi kepada RW 1 sebanyak 3 individu kelor, RW 2 terdapat sebanyak 38 indivdu kelor. Di Dusun 2 terdapat sebnyak 6 individu kelor yang terbagi kepada RW 3 sebanyak 5 individu dan RW 4 sebanyak 1 individu kelor. Di Dusun 3 kelor terdapat di RW 5 sebanyak 3 individu, RW 6 sebanyak 13 individu, dan RW 7 sebanyak 2 individu. Berdasarkan hasil sensus diketahui bahwa kelor paling banyak ditemukan di Dusun 1. Hal ini dikarenakan kelor merupakan tumbuhan hasil budidaya oleh masyarakat di lahan persawahan dan Dusun 1 merupakan lokasi yang memiliki luasan sawah paling besar diantara dusun lainnya, sehingga peluang ditanamnya kelor di Dusun 1 lebih besar daripada di dusun lainnya. Sedangkan, di Dusun lain jumlah kelor yang ditanam lebih sedikit, hal ini disebabkan selain luasan sawah yang lebih kecil juga disebabkan oleh penanaman kelor yang ditanam di pekarangan, kebun, dan tepi jalan. Kelor di Desa Cikarawang tumbuh dengan baik karena adanya aktivitas pemeliharaan yang dilakukan oleh pemilik. Adapun pemeliharaan yang dilakukan berupa pemangkasan batang. Intensitas pemangkasan batang ini terbilang sering karena pertumbuhan cabang kelor yang relatif cepat. Kelor yang lokasinya di pinggir jalan, kegiatan pemangkasan lebih sering dilakukan daripada kelor yang terdapat di kebun dan persawahan. Hal ini dilakukan karena kelor yang berada di tepi jalan dapat mengganggu keselamatan pengguna jalan dan dapat menimbulkan gangguan pada kabel listrik. Pemeliharaan berupa pemangkasan memang perlu dilakukan terhadap tumbuhan kelor yang tingginya sudah menjulang. Hal ini didasrkan pada kayu tumbuhan kelor bersifat lembut dan rapuh sehingga mudah roboh (Radovich 2009) . Berdasarkan hasil observasi lapang dan penandaan lokasi kelor yang ditanam oleh masyarakat di berbagai tipe habitat dengan menggunakan GPS, diperoleh data yang diproyeksikan ke dalam peta penyebaran kelor Desa Cikarawang. Peta yang digunakan adalah peta desa yang diperoleh dari kantor Desa Cikarawang. Penandaan lokasi kelor dengan mengunakan GPS adalah untuk mempermudah visualisasi kelor di atas peta desa, sehingga memudahkan untuk
17 pengelolaan kelor di desa tersebut. Adapun peta lokasi keberadaan kelor di desa tersebut dapat dilihat pada Gambar 12.
Keterangan :
Lokasi Kelor Gambar 12 Denah lokasi kelor di Desa Cikarawang
Kondisi Habitat Habitat ditemukan kelor terdiri dari sawah, pekarangan, kebun, dan tepi jalan. Kelor yang terdapat di pekarangan sebagian besar ditanam oleh kaum ibu karena perempuan lebih sering berada di rumah dan menata pekarangan. Sebesar 66% masyarakat lebih banyak menanam kelor di lahan pesawahan. Hal ini terkait dengan luasan sawah di Desa Cikarwang lebih dari setengah penggunaan lahan yang ada. Sehingga peluang ditanamnya kelor di persawahan lebih besar daripada menanam kelor di habitat lain seperti pekarangan, kebun, dan tepi jalan. 15%
5%
Sawah Pekarangan Kebun
14%
Tepi Jalan 66%
Gambar 13 Persentase tipe habitat kelor
18 Radovich (2009) menyatakan bahwa kriteria tempat tumbuh kelor yang disajikan pada Tabel 8.
No. 1 2 3 4
5 6
Tabel 8 Kriteria tempat tumbuh kelor Kategori Kriteria Ketinggian Terendah: Setara laut Tertinggi: 1500 mdpl. Curah Hujan Rata-rata Tahunan Terendah: 250 mm Tertinggi: 4000 mm Pola Hujan Kelor adaptif terhadap pola musim hujan Lama Musim Kemarau Mampu bertahan pada musim kemarau yang panjang, namun produksi daun terbatas Suhu Rata-rata Tahunan Terendah:150C Tertinggi: 300C Toleransi Suhu Minimum Mampu bertahan di suhu 00C
Suhu di Desa Cikarawang berkisar antara 200C – 300C dan ketinggian sekitar 193 mdpl. Selain itu, curah hujan di desa ini berkisar antara 3500 – 4000 mm/tahun. Berdasarkan kriteria Radovich (2009), Desa Cikarawang merupakan lokasi yang cocok untuk pertumbuhan kelor, sehingga budidaya kelor di desa ini dapat tumbuh dengan baik. Suhu yang terlalu lembab dan sinar matahari yang kurang dapat menjadikan pertumbuhan yang tidak bagus bagi kelor. Lahan tempat menanam kelor terdiri dari lahan milik pribadi dan lahan garapan milik orang lain. Sebesar 72.31% masyarakat menanam kelor di lahan miliknya sendiri, sementara sisanya sebesar 27.69% masyarakat menanam di lahan garapan milik orang lain atau pemerintah. Peluang masyarakat menanam kelor di lahan sendiri lebih besar karena sebagian besar pemilik kelor memiliki lahan sendiri untuk menanam kelor. Cara Budidaya Palada dan Chang (2003) memaparkan cara budidaya kelor melalui 2 teknik yaitu perbanyakan menggunakan biji dan stek batang. Adapun langkah kerja dari cara budidaya tersebut adalah: 1. Perbanyakan dengan Biji Biji kelor disiapkan, lalu siapkan juga lahan dengan sinar matahari yang cukup untuk menanam, lalu buat gudukan-gudukan tanah di lahan. Buat lubang sedalam 2 cm dan jarak 3 – 5 m antar lubang di gundukan tanah yang dibuat di ladang. Setelah lubang siap, maka taburkan sebanyak 2 – 3 biji kelor dilubang tersebut, lalu timbun biji tersebut dengan tanah, campuran kompos/pupuk (opsional), dan siram dengan air secukupnya. 2. Perbanyakan dengan Stek Batang Potongan batang kelor dengan ukuran diameter 2.5 cm dan panjang batang 1.8 meter. Lalu siapkan lubang tanam yang berukuran 3cm x 3cm x 3cm. Ketika alat dan bahan siap, maka penanaman batang kelor siap dilakukan. Tanam batang kelor dalam lubang, lalu timbun dengan tanah dan kompos (opsional), dan siram dengan air secukupnya.
19 Berdasarkan hasil observasi lapang, diketahui bahwa seluruh kelor yang terdapat di desa ini merupakan hasil budidaya masyarakat melalui 2 cara yaitu perbanyakan secara generatif melalui biji dan perbanyakan secara vegetatif melalui stek batang. Kelor di desa ini hampir seluruhnya ditanam oleh masyarakat melalui stek batang. Hal ini disebabkan stek batang merupakan cara paling sederhana dalam budidaya kelor yang tidak memerlukan banyak perlakuan dan mudah untuk dilakukan daripada budidaya dengan biji. Perbanyakan kelor dengan biji sebesar 2% dari total budidaya kelor. Perbanyakan kelor melalui biji terbilang sulit dan riskan. Ada beberapa tahap yang dilalui sebelum kelor siap tanam di lapang, seperti tahap persemaian, tahap penyapihan, dan tahap terakhir penanaman. 2%
Stek Biji
98%
Gambar 14 Persentase cara budidaya kelor
Aksi Konservasi Kelor Berdasarkan Tri Stimulus AMAR Pro-Konservasi, upaya konservasi kelor perlu dilakukan di seluruh wilayah Indonesai. Hal ini didasarkan bahwa kelor merupakan tumbuhan serbaguna dan banyak memberikan manfaat, antara lain manfaat dalam aspek kesehatan, manfaat dalam aspek kecukupan nutrisi, dan manfaat bagi peningkatan kualitas lingkungan. Di Desa Cikarawang telah terjadi konservasi kelor berupa pemanfaatan dan pengawetan kelor dengan cara menanam kelor di beberapa lokasi yang terdapat di lahan desa. Zuhud et al. (2007) menyebutkan bahwa masyarakat tradisional memiliki sikap dan perilaku pro-konservasi alam. Sikap dan perilaku pro-konservasi alam dipengaruhi oleh 3 stimulus AMAR yaitu stimulus alamiah, stimulus manfaat, dan stimulus rela. Stimulus alamiah yaitu suatu rangsangan yang berasal dari nilai-nilai kebenaran dari alam mengenai keberlanjutan sumberdaya alam hayati yang sesuai dengan karakter bioekologinya (Zuhud et al. 2007). Stimulus alamiah merupakan hal penting dalam membangun sikap konservasi yang kemudian akan menghasilkan suatu aksi konservasi. Stimulus alamiah yang dapat merangsang masyarakat dalam melakukan konservasi kelor adalah informasi penting mengenai keberadaan kelor di alam. Desa Cikarawang merupakan suatu wilayah yang memiliki karakteristik lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan kelor. Selain itu, Desa Cikarawang merupakan desa yang lahannya didominasi oleh lahan pertanian
20 sehingga hal ini dapat dijadikan peluang besar untuk upay budidaya kelor oleh petani di desa tersbut. Stimulus manfaat adalah rangsangan yang didasarkan pada kepentingan manusia seperti manfaat ekonomi, manfaat pengobatan, manfaat ekologis dan biologis (Zuhud et al. 2007). Stimulus manfaat dari kelor berdasarkan hasil penelitian adalah masyarakat memiliki dorongan untuk konservasi kelor karena masyarakat tahu bahwa kelor memiliki nilai manfaat untuk pengobatan dan pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Namun, pada dasarnya pemanfaatan yang dilakukan masih begitu sederhana sehingga perlu penyampaian informasi lebih lanjut mengenai manfaat kelor bagi kesehatan dan pangan. Stimulus rela adalah stimulus yang berkaitan dengan nilai-nilai kebaikan yang akan mendapatkan ganjaran dari sang pencipta. Stimulus rela akan timbul ketika masyarakat telah mengetahui stimulus alamiah dan mafaat kelor. Hal ini juga berkaitan dengan nilai budaya, nilai agama, nilai kearifan, dan nilai kepuasan yang menjadikan seseorang rela melakukan suatu tindakan. Stimulus manfaat dan alamiah kelor yang ada di Desa Cikarawang hendaknya mampu membangun stimulus rela pada masyarakat Desa Cikarawang untuk melakukan aksi konservasi kelor. Selain itu, stimulus rela yang berkaitan dengan konservasi kelor di Desa Cikarawang adalah adanya budaya masyarakat yang menggunakan kelor di acara ritual adat. Selain itu, terdapat cerita rakyat mengenai kelor yang berkembang di masyarakat secara turun-temurun. Hal ini seharusnya disebarluaskan kepada masyarakat desa sehingga masyarakat terdorong dan rela untuk melakukan konservasi kelor.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1.
2.
Pemanfaatan kelor yang dilakukan masyarakat Desa Cikarawang masih tergolong rendah karena pengetahuan masyarakat mengenai manfaat kelor yang masih rendah pula. Hal ini ditunjukan dengan pemanfaatan kelor yang hanya digunakan untuk beberpa keperluan antara lain untuk keperluan pangan sebesar 12%, pengobatan sebesar 42%, ritual adat sebesar 34%, dan untuk keperluan pagar sawah sebesar 12%. Berdasarkan data hasil sensus kelor, dapat diketahui bahwa populasi kelor di desa tersebut masih rendah dan tidak banyak orang yang membudidayakan kelor. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengatahuan masyarakat mengenai manfaat dan cara budidaya kelor, sehingga aksi konservasi yang dilakukan masyarakat terhadap kelor masih rendah. Hal ini dapat terlihat dari tercatat sebanyak 65 individu kelor yang terdapat di Desa Cikarawang atau sebanyak 0.40 individu pohon kelor per hektar. Sebanyak 24 KK yang memiliki kelor atau sekitar 1,14% dari total seluruh KK yang terdapat di Desa Cikarawang.
21 Saran 1.
2.
Kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang manfaat kelor sebagai bahan pangan yang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan baik bagi kesehatan perlu ditingkatkan. Kegiatan penyadartahuan mengenai manfaat pangan kelor ini dapat dilakukan melalui upaya penyuluhan atau tindakan sosialisasi lainnya. Kelor dapat dijadikan salah satu alternatif pangan untuk mengatasi permasalahan gizi buruk dan pangan masyarakat Desa Cikarawang. Dengan demikian, pemerintah desa hendaknya dapat menghimbau kepada masyarakat agar memanfaatkan kelor sebagai bahan pangan yang memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan mudah didapat. Budidaya kelor di desa cikarawang masih terbilang rendah, sehingga perlu peningkatan upaya budidaya kelor di desa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Amagloh FK, Benang A. 2009. Effectiveness of Moringa oleifera seed as coagulant for water purification. African Journal of Agricultural Research 4(1): 119-123. Aprollita. 2008. Kemandirian pembudidaya ikan patin di kolam lahan gambut di Desa Tangkit Baru, Kec. Kumpe Ulu, Kab. Muaro Jambi, Provinsi Jambi [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Deryanti T. 2010. Konservasi tumbuhan obat keluarga (Toga) untuk kesehatan masyarakat secara mandiri (Studi kasus di Kampung Carang Pulang, Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Doerr B, Cameron L. 2005. Moringa leaf powder. USA: Echo Technical Note. Fakhrozi I. 2009. Etnobotani masyarakat Suku Melayu Tradisional di sekitar Taman Nasional Bukit Tiga Puluh: Studi kasus di Desa Rantau Langsat Kec. Batang Gangsal, Kab. Indragiri Hulu, provinsi Riau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Jaiswal D, Rai PK, Kumar A, Mehta S, Watal G. 2009. Effect of Moringa oleifera Lam. leaves aqueous extract therapy on hyperglycemic rats. Journal of Ethnopharmacology 123(3): 392-396. Johnson BC, Pharm B. 2005. Clinical Perspectives on the Health Effects of Moringa oleifera: A Promising Adjunct for Balanced Nutrition and Better Health. California: KOS Health Publications. Kasolo JN, Bimenya GS, Ojok L, Ochhieng J, Okeng JWO. 2010. Phytochemicals and uses of Moringa oleifera leaves in Ugandan rural communities. Journal of Medicinal Plants Research 4(9): 753-757. Krisnadi AD. 2012. Kelor Super Nutrisi. Blora (ID): Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia Lembaga Swadaya Masyarakat – Media Peduli Lingkungan (LSM-MEPELING). Moyo B, Masika PJ, Hugo A, Muchenje V. 2011. Nutritional characterization of Moringa (Moringa oleifera Lam.) leaves. African Journal of Biotechnology 10(60): 12925-12933.
22 Palada MC, Chang LC. 2003. Suggested Cultural Practices for Moringa. Taiwan: Asian Vegetable Research and Development Center. Radovich T. 2009. Farm and Forestry Production and Marketing profile for Moringa (Moringa oleifera). http://agroforestry.net/scps [21 Jun 2013] Roloff A, Weisgerber H, Lang U, Stimm B. 2009. Moringa oleifera Lam. 1785. Weinheim: WILEY-VCH Verlag GmbH and Co. Sauveur AS, Broin M. 2010. Growing and processing moringa leaves. Ghana: Moringa Association of Ghana. Stanis S, Supriharyono, Bambang AZ. 2007. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut melalui pemberdayaan kearifan lokal di Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Pesisir Laut 2(2): 67-82. Zuhud EAM, Sofyan K, Prasetyo LB, Kartodiharjo H. 2007. Masyarakat dan konservasi: Suatu analisis kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) sebagai stimulus tumbuhan obat bagi masyarakat, kasus di Taman Nasional Meru Betiri. Media Konservasi 7(2): 22-32.
23
Lampiran 1 Data responden kajian pemanfaatan kelor Jenis Umur No. Nama Pendidikan Kelamin (Tahun) 1 Sutirta L 48 SMA 2 Wartini P 45 SMP 3 Mariani P 45 SMP 4 Asep L 43 SMA 5 Laya P 56 SMA 6 Tawi L 42 SD 7 Anih P 42 SD 8 Anip L 66 SD 9 Sani P 56 SD 10 Armah P 55 SD 11 Ulung L 50 SD 12 Muhtar L 56 SMA 13 Resna L 63 SD 14 Karni P 60 SD 15 Sahen P 60 SD 16 Mani P 42 SD 17 Mastam L 50 SD 18 Madsani L 81 SD 19 Ade P 32 SD 20 Aan P 42 SD 21 Mimin P 40 SD 22 Adung L 45 SLTA 23 Niah P 47 SD 24 Ujang L 42 SD 25 Minah P 45 SMP 26 Enap P 66 SD 27 Sainan L 58 SMA 28 Satibi L 53 SD 29 Iwan L 35 SMA 30 Aam P 53 SD
Pekerjaan Wirausaha Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga PNS PNS Wirausaha Petani Petani Pedagang Ibu Rumah Tangga Petani Karyawan Petani Pedagang Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Petani Petani Buruh Ibu Rumah Tangga Petani Petani Petani Petani Buruh Ibu Rumah Tangga PNS Petani Wirausaha Ibu Rumah Tangga
24
Lampiran 2 Pemanfaatan kelor masyarakat Desa Cikarawang *No. Bagian Bentuk Nama Cara Penggunaan yang Pemanfaatan Produk digunakan 1 Daun Ritual adat Rasulan Daun kelor diseduh dengan air panas hingga layu dan tiriskan lalu letakkan di piring. Siapkan bawang merah, terasi, cabe merah yang telah dibakar, nasi congcot, dan telur ayam kampong sebagai pelengkap ritual. Nadzar Daun kelor diseduh dengan air panas hingga layu dan tiriskan lalu letakkan di piring. Siapkan bawang merah, terasi, cabe merah yang telah dibakar, nasi congcot, dan telur ayam kampong sebagai pelengkap ritual. 2 Daun Sayur Sayur Sediakan bahan-bahan antara lain daun kelor, Bening bawang, tomat dan garam. Masak air hingga mendidih lalu masukan bawang, tomat, garam, dan daun kelor, biarkan hingga daun kelor matang. 3 Daun Ritual adat Penangkal Letakkan daun kelor dibawah bantal Mahluk Halus Penghilang Petik serangkai daun kelor, lalu pukulkan secara Susuk perlahan kepada orang yang memakai susuk diiringi dengan bacaan mantra yang dibacakan oleh sesepuh. Obat Obat Panas Segemgam daun kelor dihancurkar lalu tambahkan 1 gelas air, aduk hingga rata lalu disaring dan siap untuk diminum.
Sumber Pengetahuan
Keterangan
Turuntemurun
Ritual yang dilakukan ketika akan melakukan hajatan
Turuntemurun
Ritual yang dilakukan untuk menepati janji setelah sembuh dari sakit 3-4xsebulan, 1 mangkok/ 8 tangkai daun.
Turuntemurun
Turuntemurun
Digunakan malam
Turuntemurun
Digunakan untuk sekarat yang menggunakan susuk Digunakan pagi dan malam
Turuntemurun
Lampiran 2 Pemanfaatan kelor masyarakat Desa Cikarawang (lanjutan) *No. Bagian Bentuk Nama Cara Penggunaan Sumber yang Pemanfaatan Produk Pengetahuan digunakan Sayur Sayur Siapkan daun kelor dan bayam dengan TurunBening perbandingan 50:50. Siapkan irisan bawang, temurun tomat, dan garam. Panaskan air hingga mendidih lalu masukan irisan bumbu dan campuran daun kelor-bayam. Masak hingga daun kelor-bayam layu dan siap untuk disajikan.
4
5
Daun
Obat
Batang
Obat
Daun
Sayur
Obat 6
Daun
Obat
Turuntemurun
Hanya pernah masak 2x, banyaknya sayur yang dibuat adalah 1 mangkok/1 tangkai daun kelor Digunakan pagi dan malam
Turuntemurun
Digunakan pagi
Turuntemurun
1xseminggu, 1 mangkok/ 3 tangkai.
Turuntemurun Turuntemurun
Digunakan pagi saja Digunakan saat demam
25
Obat Panas Daun kelor diremas hingga hancur lalu masukan ke dalam piring. Tambahkan minyak kelapa secukupnya, aduk hingga merata kemudian balurkan ke seluruh tubuh. Obat Mata Batang muda ditebas menggunakan pisau, lalu tetesan air dari batang muda tersebut diteteskan ke mata. Sayur Sediakan bahan-bahan antara lain daun kelor, Bening jagung, bawang, tomat dan garam. Masak air hingga mendidih lalu masukan bawang, tomat, garam, jagung, dan daun kelor, biarkan hingga daun kelor matang. Obat Mata Daun kelor diremas hingga mengeluarkan air/sari daun, lalu teteskan sari daun tersebut ke mata. Obat Panas Remas daun kelor hingga hancur lalu tempelkan di kening.
Keterangan
8
Daun
Obat
9
Daun
Obat Ritual adat
Obat Panas Daun kelor diremas hingga keluar sarinya, lalu balurkan ke badan. Obat Panas Daun diremas lalu tambahkan minyak kelapa, aduk hingga rata, lalu balurkan ke seluruh badan. Daun kelor diseduh dengan air panas hingga layu dan Rasulan
26
Lampiran 2 Pemanfaatan kelor masyarakat Desa Cikarawang (lanjutan) *No. Bagian Bentuk Cara Penggunaan yang Pemanfaatan digunakan Obat Remas kelor hingga mengelurkan air lalu temple Campak diperut. 7 Daun Obat Penambah Daun kelor muda dicuci bersih, untuk Stamina menghilangkan bau menyengat dari daun kelor, Pria seduh selama 1-2 menit dengan air panas lalu tiriskan. Kemudian panaskan air hingga mendidih lalu masukan bawang, cabe merah, garam dan daun kelor yang telah ditiriskan, biarkan beberapa menit hingga matang. Buah Obat Obat Buah muda disayur seperti biasa Diabetes Seluruh Ritual Penangkal Tanam pohon di sekeliling rumah atau di halaman bagian Mahluk rumah (Pohon Halus Utuh)
Sumber Pengetahuan Turuntemurun Dokter
Turuntemurun Turuntemurun
Turuntemurun Turuntemurun Turuntiriskan lalu letakkan di piring. Siapkan bawang merah, temurun terasi, cabe merah yang telah dibakar, nasi congcot, dan telur ayam kampung sebagai pelengkap ritual.
Keterangan
Pohon tersebut dipercaya dapat menangkal gangguan mahluk halus. Digunakan pagi dan malam
Ritual yang dilakukan ketika akan melakukan hajatan
Lampiran 2 Pemanfaatan kelor masyarakat Desa Cikarawang (lanjutan) *No. Bagian Bentuk Nama Cara Penggunaan yang Pemanfaatan Produk digunakan Batang Obat Obat Mata Batang muda ditebas, lalu tetesan air dari batang Muda diteteskan ke mata. 10 Daun Obat Obat Daun direbus, lalu air rebusannya diminum Darah Tinggi Ritual adat Rasulan Daun kelor diseduh dengan air panas hingga layu dan tiriskan lalu letakkan di piring. Siapkan bawang merah, terasi, cabe merah yang telah dibakar, nasi congcot, dan telur ayam kampong sebagai pelengkap ritual. 11 Daun Ritual adat Rasulan Daun kelor diseduh dengan air panas hingga layu dan tiriskan lalu letakkan di piring. Siapkan bawang merah, terasi, cabe merah yang telah dibakar, nasi congcot, dan telur ayam kampong sebagai pelengkap ritual. 12 Daun Obat Obat Panas Daun kelor diremas hingga sarinya keluar lalu campur dengan air hangat, saring kedalam gelas. 13 Batang Obat Obat Mata Batang muda ditebas lalu air tetesan batang Muda diteteskan ke mata. 14 Daun Sayur Sayur Daun kelor disayur dikombinasikan dengan ubi Bening jalar.
Sumber Pengetahuan
Turuntemurun Turuntemurun
Keterangan
Digunakan pagi saja Digunakan pagi dan malam Ritual yang dilakukan ketika akan melakukan hajatan
Turuntemurun
Turuntemurun
Turuntemurun
Digunakan malam saja Digunakan pagi saja Berkhasiat sebagai obat reumati dan keram 27
16
Akar
Obat
17
Daun
Obat
18
Daun
Ritual adat
19
Seluruh bagian
Pagar
Penambah Akar pohon kelor direbus, lalu air rebusan akar Stamina tersebut diminum. Obat Panas Daun diremas-remas lalu ditambah minyak kelapa, aduk hingga merata, lalu balurkan keseluruh tubuh. Rasulan Daun kelor diseduh dengan air panas hingga layu dan tiriskan lalu letakkan di piring. Siapkan bawang merah, terasi, cabe merah yang telah dibakar, nasi congcot, dan telur ayam kampong sebagai pelengkap ritual. Nadzar Daun kelor diseduh dengan air panas hingga layu dan tiriskan lalu letakkan di piring. Siapkan bawang merah, terasi, cabe merah yang telah dibakar, nasi congcot, dan telur ayam kampong sebagai pelengkap ritual. Pagar Pohon kelor 2 batang ditanam dengan jarak 3 Rumah meter.
Turuntemurun Turuntemurun Turuntemurun
Turuntemurun
Turuntemurun
28
Lampiran 2 Pemanfaatan kelor masyarakat Desa Cikarawang (lanjutan) *No. Bagian Bentuk Nama Cara Penggunaan Sumber yang Pemanfaatan Produk Pengetahuan digunakan 15 Daun Sayur Sayur Daun kelor muda disayur lalu dicampur dengan TurunBening jagung dan ubi, lalu tambahkan bumbu bawang temurun merah, bawang putih, tomat, dan garam.
Keterangan
Baik bagi pertumbuhan anak (sumber nutrisi), 2x seminggu, 1 mangkok/5 tangkai daun kelor.
Sumber Pengetahuan
Keterangan
Turuntemurun Turuntemurun
Turuntemurun
Digunakan pagi dan malam
Turuntemurun
Digunakan pagi
Turuntemurun
Ritual yang dilakukan ketika akan melakukan hajatan
29
Lampiran 2 Pemanfaatan kelor masyarakat Desa Cikarawang (lanjutan) *No. Bagian Bentuk Nama Cara Penggunaan yang Pemanfaatan Produk digunakan 20 Daun Ritual adat Penangkal Daun kelor diremas, lalu campur dengan air cucian beras, aduk hingga rata, lalu ciprat-cipratkan ke sekeliling rumah. Peluruh Daun kelor disayur lalu diberikan kepada orang Ilmu yang pakai susuk atau punya ilmu kebatinan yang Kebatinan/ susah meniggal. susuk 21 Seluruh Pagar Pagar Kelor ditanam sekeliling sawah untuk dijadikan bagian sawah pembatas dengan sawah lain yang ada disekitarnya. 22 Daun Obat Obat Panas Daun kelor diremas hingga hancur lalu masukan ke dalam piring. Tambahkan minyak kelapa secukupnya, aduk hingga merata kemudian balurkan ke seluruh tubuh. Batang Obat Obat Mata Batang muda ditebas menggunakan pisau, lalu muda tetesan air dari batang muda tersebut diteteskan ke mata. 23 Daun Ritual adat Rasulan Daun kelor diseduh dengan air panas hingga layu dan tiriskan lalu letakkan di piring. Siapkan bawang merah, terasi, cabe merah yang telah dibakar, nasi congcot, dan telur ayam kampong sebagai pelengkap ritual. Seluruh Pagar Pagar Kelor ditanam sekeliling sawah sebagai pembatas bagian sawah dengan sawah orang lain. (Pohon)
30
Lampiran 2 Pemanfaatan kelor masyarakat Desa Cikarawang (lanjutan) *No. Bagian Bentuk Nama Cara Penggunaan yang Pemanfaatan Produk digunakan 24 Seluruh Pagar Pagar Kelor ditanam sekeliling sawah sebagai pembatas bagian sawah dengan sawah orang lain. (Pohon) Daun Ritual adat Peluruh Serangkaian daun kelor digibas-gibaskan kepada Ilmu orang sakit yang diindikasikan memakai sususk/ Kebatinan/ punya ilmu kebatinan sehingga meninggalnya sulit. susuk 25 Daun Ritual adat Rasulan Daun kelor diseduh dengan air panas hingga layu dan tiriskan lalu letakkan di piring. Siapkan bawang merah, terasi, cabe merah yang telah dibakar, nasi congcot, dan telur ayam kampong sebagai pelengkap ritual. 26 Daun Ritual adat Rasulan Daun kelor diseduh dengan air panas hingga layu dan tiriskan lalu letakkan di piring. Siapkan bawang merah, terasi, cabe merah yang telah dibakar, nasi congcot, dan telur ayam kampong sebagai pelengkap ritual. 27 Seluruh Pagar Pagar Kelor ditanam sekeliling sawah sebagai pembatas bagian sawah dengan sawah orang lain. (Pohon) 28 Daun Ritual adat Rasulan Daun kelor diseduh dengan air panas hingga layu dan tiriskan lalu letakkan di piring. Siapkan bawang merah, terasi, cabe merah yang telah dibakar, nasi congcot, dan telur ayam kampong.
Sumber Pengetahuan
Keterangan
Turuntemurun
Turuntemurun
Turuntemurun
Turuntemurun
Dilakukan pada saat akan menanam padi dan memanen padi
Lampiran 2 Pemanfaatan kelor masyarakat Desa Cikarawang (lanjutan) *No. Bagian Bentuk Nama Cara Penggunaan yang Pemanfaatan Produk digunakan 29 Daun Ritual adat Rasulan Daun kelor diseduh dengan air panas hingga layu dan tiriskan lalu letakkan di piring. Siapkan bawang merah, terasi, cabe merah yang telah dibakar, nasi congcot, dan telur ayam kampong sebagai pelengkap ritual. 30 Daun Raitual adat Rasulan Daun kelor diseduh dengan air panas hingga layu dan tiriskan lalu letakkan di piring. Siapkan bawang merah, terasi, cabe merah yang telah dibakar, nasi congcot, dan telur ayam kampong sebagai pelengkap ritual.
Sumber Pengetahuan
Keterangan
Turuntemurun
Turuntemurun
Keterangan: * Nomor disesuaikan dengan nomor urut responden pada lampiran sebelumnya
31
32
Lampiran 3 Data invetarisasi populasi kelor di Desa Cikarawang Pemilik
No.
Lokasi
Satibi
1 2
RT.1 RW.1 RT.1 RW.1
Mastam
3
RT.4 RW.1
Pohon
Ade
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
RT.1 RW.2 RT.1 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2
Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Anakan Anakan Anakan Anakan Tiang Tiang Pohon Pohon Anakan Anakan Anakan Anakan Anakan Anakan
Mimin
Niah
Sainan
Tingkat Pohon Pohon
Berbuah
Habitat
√ √
Sawah Sawah
√
Pekarangan
√
Pekarangan Pekarangan Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah
Satus Lahan Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri
Cara Tanam Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek
Pemeliharaan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan dan penyiangan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan
Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan
Keterangan Ø=21 t=8 Ø=22 t=8 Ø=32 t=8 Ø=20 t=3.5 Ø=20.5 t=3 Ø=39 t=4 Ø=22.5 t=2.5 Ø=21 t=2.5
Ø=25 t=6 Ø=32 t=6
Lampiran 3 Data invetarisasi populasi kelor di Desa Cikarawang (lanjutan) Pemilik
No.
Lokasi
Tingkat
Ujang
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.2 RW.2 RT.3 RW.3 RT.3 RW.3 RT.4 RW.3
Pohon Anakan Anakan Anakan Anakan Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Anakan Anakan Pancang Pancang Pohon
Halimah Ratna Sendi
Madsani Iwan
Berbuah
√
√ √ √ √
Habitat Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Sawah Tepi Jalan
Satus Lahan Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Orang Lain Milik Orang Lain Milik Orang Lain Milik Orang Lain Milik Orang Lain Milik Orang Lain Milik Orang Lain Milik Orang Lain Milik Sendiri
Cara Tanam Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek
Pemeliharaan
Keterangan
Pemangkasan
Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan
Ø=24 t=4 Ø=20 t=4 Ø=20 t=4 Ø=21 t=4 Ø=22 t=4 Ø=24 t=4 Ø=20 t=4 Ø=20 t=4 Ø=30 t=7 Ø=26 t=11 Ø=24 t=8 Ø=33 t=7
Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan
Ø=27 t=4 33
34
Lampiran 3 Data invetarisasi populasi kelor di Desa Cikarawang (lanjutan) Pemilik
No.
Lokasi
Tingkat
Adon Karni Sahen Anih Oji
45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 63 64 65 60 61 62
RT.4 RW.3 RT.5 RW.3 RT.1 RW.4 RT.1 RW.5 RT.3 RW.5 RT.3 RW.5 RT.2 RW.6 RT.3 RW.6 RT.3 RW.6 RT.3 RW.6 RT.4 RW.6 RT.4 RW.6 RT.4 RW.6 RT.4 RW.6 RT.4 RW.6 RT.4 RW.6 RT.4 RW.6 RT.4 RW.6 RT.4 RW.6 RT.1 RW.7 RT.1 RW.7
Tiang Pohon Pohon Pohon Pohon Tiang Tiang Pohon Pohon Pohon Pohon Tiang Pancang Pancang Pancang Anakan Anakan Anakan Pohon Pohon Anakan
Aji Sumiati Sani Muchtar Resna
Aam Anip
Berbuah
√
√ √
√ √
Habitat Kebun Pekarangan Kebun Sawah Sawah Sawah Tepi Jalan Pekarangan Pekarangan Pekarangan Kebun Kebun Kebun Kebun Kebun Kebun Kebun Kebun Pekarangan Tepi Jalan Pekarangan
Satus Lahan Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Pemerintah Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Pemerintah Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Orang Lain Milik Orang Lain Milik Orang Lain Milik Orang Lain Milik Orang Lain Milik Orang Lain Milik Orang Lain Milik Orang Lain Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri
Cara Tanam Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Stek Biji
Pemeliharaan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan Pemangkasan
Keterangan Ø=20 t=4 Ø=21.9 t=4.5 Ø=29.5 t=12 Ø=23 t=4
Ø=25 6=8 Ø=20 t=7 Ø=22.3 t=11 Ø=21 t-12 Ø=12 t=10
Ø=29 t=3.5 Pemangkasan
35
Lampiran 4 Titik penyebaran kelor di Desa Cikarwang *No. Y X 1 9275975 692304,3 10 9276160 691816,3 11 9276160 691817,3 12 9276170 691796,1 13 9276162 691797,4 14 9276191 691799,9 15 9276184 691796,6 16 9276186 691797,9 17 9276134 691776,9 18 9276133 691776,4 19 9276132 691775,2 20 9276130 691775,8 21 9276102 691771,8 22 9276101 691771,2 23 9276100 691769,2 24 9276097 691769,9 25 9276097 691769,7 26 9276097 691769 27 9276096 691768,3 28 9276095 691768 29 9276092 691767,5 3 9276347 692218,1 30 9276087 691767,3 31 9276085 691767,1 32 9276080 691767,2 33 9276077 691766,9 34 9276074 691766,4 35 9276072 691766,6 36 9276067 691754,9 37 9276005 691782,4 38 9276001 691781,7 39 9276047 691821,8 4 9276145 691879,4 40 9276051 691813 41 9276049 691816,2 42 9276681 691148,5 43 9276688 691147,7 44 9276342 691144 46 9276193 691289,3 47 9276175 691148 48 9275810 690667,2
Ketinggian 190 186 188 189 185 189 190 187 186 183 187 188 188 184 189 187 186 189 187 183 187 203 190 188 182 186 182 186 188 186 184 189 189 188 188 177 178 185 178 187 180
36
Lampiran 4 Titik penyebaran kelor di Desa Cikarwang (lanjutan) No. Y X Ketinggian 49 9275998 690236,1 169 5 9276142 691878,2 187 50 9275995 690243,7 165 51 9275558 691070 165 52 9275751 691221 182 53 9275767 691313,7 184 54 9275786 691278,2 185 55 9275594 691293,2 183 56 9275602 691292,7 181 57 9275608 691293 183 58 9275613 691292,4 180 59 9275612 691277,5 183 6 9276161 691818,3 188 60 9275579 691352,6 184 61 9275925 691573 184 62 9275927 691565,6 184 63 9275612 691276,8 181 64 9275614 691275 182 65 9275615 691272,1 183 7 9276130 691800,9 185 8 9276126 691801,1 186 9 9276160 691818 185 45 9276338 691296,9 186 2 9275974 692306 201 Keterangan: *Nomor disesuaikan dengan penomoran kelor pada lampiran 3
Lampiran 5 Peta penyebaran kelor berdasarkan lokasi dusun
37
38
Lampiran 6 Peta penyebaran kelor berdasarkan tipe habitat 38
39
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 19 Februari 1989 dari ayah bernama Dede Sugandi (Alm) dan ibu bernama Wati. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara, adik pertama bernama Muhamad Sidik Permana dan adik kedua bernama Maya Sari. Tahun 2009 penulis lulus dari MA Negeri 2 Kota Bogor dan pada tahun yang sama penulis mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan penulis berhasil masuk IPB diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (DKSHE), Fakultas Kehutanan, IPB. Selama menempuh pendidikan di DKSHE, penulis merupakan anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi (HIMAKOVA) Kelompok Pemerhati Flora (KPF) dan Kelompok Pemerhati Herpetofauna (KPH). Selain itu, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan sebagai Anggota Bidang KASMAS (2010/2011). Penulis pernah mengikuti kegiatan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Resort Bukit Tapan, Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi – Sumatera Barat pada tahun 2011. Selain itu, penulis juga pernah melaksanakan praktek dan kegiatan lapangan antara lain Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Kesatuan Pemangkuan Hutan Cikeong dan Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu pada tahun 2011, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat pada tahun 2012, dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten pada tahun 2013. Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Tinjauan Konservasi Kelor (Moringa oleifera lam.): Studi Kasus di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor” di bawah bimbingan Prof Dr Ir Ervizal A.M. Zuhud MS dan Dr Ir Agus Hikmat, MScF. sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan IPB.
40