STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN USAHA PENGGILINGAN GABAH DI DESA CIKARAWANG, KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR
Oleh R. RINRIN CHAERUNNISA SD H24103049
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN USAHA PENGGILINGAN GABAH DI DESA CIKARAWANG, KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh R. RINRIN CHAERUNNISA SD H24103049
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN USAHA PENGGILINGAN GABAH DI DESA CIKARAWANG, KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh R.RINRIN CHAERUNNISA SD H24103026 Menyetujui, Agustus 2007
Ir. Pramono D. Fewidarto, MS Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Ujian : 17 Agustus 2007
Tanggal Lulus :
ABSTRAK
R. Rinrin Chaerunnisa SD. H24103049. Studi Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan Pramono D. Fewidarto. Pengembangan potensi desa dilakukan dengan cara meningkatkan motivasi masyarakat untuk mengelola potensi ekonomi desa. Desa Cikarawang yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor memiliki potensi ekonomi yang dapat di kembangkan, potensi tersebut terlihat pada bidang pertanian, peternakan, maupun usaha industri. Berdasarkan penelitian aksi partisipatif yang dilakukan oleh peneliti bersama salah satu kelompok tani yang ada di Desa Cikarawang, didapatkan keinginan kelompok untuk mendirikan usaha penggilingan gabah. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menganalisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional, aspek dampak usaha, dan aspek finansial., 2) merekomendasikan langkah-langkah implementasi pendirian usaha penggilingan gabah dengan pendekatan kolaboratif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari Focus Group Discussion kelompok tani, kaji lapang (resource mapping), future scenario, wawancara langsung dan penyebaran angket atau kuesioner. Data sekunder didapat dari literatur, buku, kunjungan ke berbagai dinas, instansi, dan tempat-tempat yang berhubungan dengan penelitian. Data diolah menggunakan Microsoft Excel untuk menganalisis kriteria kelayakan secara finansial. dan SPSS version 12.0 untuk menganalisis kebutuhan dan permintaan masyarakat Desa Cikarawang terhadap penggilingan gabah. Hasil dari pengolahan data dan analisis, didapatkan kesimpulan bahwa usaha penggilingan gabah ini layak didirikan dilihat dari aspek pasar dan pemasaran yang mencakup peluang pasar yang tersedia, permintaan, pesaing, dan strategi pemasaran, aspek teknis dan teknologis mencakup kapasitas produksi ekonomis, mesin, peralatan, rencana investasi, lokasi, tata letak, dan proses produsi serta quality control. Aspek manajemen operasional terdiri dari struktur organisasi, pembagian tugas, kepemilikan dan legalitas serta gaji / upah, aspek dampak usaha mencakup dampak manfaat dan lingkungan dari adanya penggilingn gabah tersebut, dan analisis finansial mencakup kebutuhan modal investasi dan kerja, sumber modal, identifikasi manfaat, kriteria kelayakan investasi dan analisis sensitivitas. Kriteria kelayakan investasi menghasilkan NPV usaha bernilai Rp. . 254.889.000,00, IRR 40,58 persen, Net B/C atau PI adalah 8,54 dan PBP adalah 0,8 tahun. Nilai diatas menunjukkan kelayakan dari suatu usaha. Usaha layak jika NPV> 0, IRR lebih dari tingkat suku bunga deposito, PI >1, dan PBP kurang dari periode analisis. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha ini tidak sensitif apabila terjadi penurunan volume penjualan sebesar 10 persen dan kenaikan harga input operasional sebesar 10 persen.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Juni 1985 di Kota Bogor. Penulis yang bernama lengkap R. Rinrin Chaerunnisa SD merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan R Dedi Supriadi S.Sos, M.Si dan Tati Hertati. Pendidikan diselesaikan di TK Tunas Rimba pada tahun 1991, kemudian melanjutkan ke pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Polisi V Bogor dan lulus tahun 1997. Pada tahun 1997, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Bogor dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Bogor. Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Mata Kuliah Manajemen Keuangan, Akuntansi Biaya, dan Pengantar Akuntansi di Departemen Manajemen pada tahun ajaran 2006-2007. Penulis menjadi peserta magang di perusahaan International Flavour dan Fragrance Jakarta Timur dan Trainer anak di Parenca pada tahun 2006, serta menjadi Mentor BBQ plus di SMAN 2 Bogor pada periode 2005-2006. Pada tahun 2006, penulis pernah menjadi juara III LKTM IPB bidang IPS dengan judul makalah “Pembiayaan Berprinsip Syariah Untuk Mendorong Investasi Perumahan Rakyat. Penulis
aktif
dibeberapa
organisasi
kemahasiswaan
dan
non
kemahasiswaan. Pada periode 2006-2007, penulis menjabat sebagai Bendahara Bidang Kewirausahaan WASILAS. Pada periode 2005-2006, aktif sebagai Sekretaris Kabinet BEM FEM IPB, pada periode yang sama penulis juga menjabat sebagai Sekretaris Departemen Dana Usaha WASILAS. Pada Periode 2004-2005, penulis menjabat sebagai Sekretaris Komisi Eksternal DPM FEM IPB. Selain itu, penulis aktif mengikuti berbagai kepanitian seperti ET 1 dan 2 (Entrepreneur Training), SET (Sharia Economic Training), PUJANGGA (Pelatihan Menulis dan Ajang Galeri Artikel), MPF/MPD (Masa Perkenalan Fakultas dan Departemen), BGTC (Banking Goes to Campus), Femily Day’s, MAKAR (Mahasiswa feat Pakar), dan PPR (Panitia Pemilihan Raya) KM IPB
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT-Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan curahan rahmat, hidayah, serta pertolongan-Nya. Tak lupa teriring shalawat dan salam kepada junjungan yang membawa risalah pencerahan sejati Muhammad Rasulullah SAW. Hidup selalu berubah karena di dunia ini tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri.. Ada awal ada akhir, ada lahir dan ada mati. Begitupun dengan kehidupan penulis di kampus ini. Penulis merasa bangga dan bersyukur memiliki kesempatan untuk menjadi seorang mahasiswa IPB. Institut Pertanian Bogor, telah memberi penulis cara memandang dunia yang mungkin tidak akan pernah penulis miliki seandainya penulis menjalani kuliah di tempat berbeda. Tiada kata yang layak penulis haturkan selain mengucapkan rasa syukur kehadirat-Nya dan terima kasih kepada banyak pihak yang telah menjadikan kehidupan penulis penuh
dinamika dan bermakna. Ucapan terima kasih ini
penulis tujukan kepada: 1. Bapak Ir. Pramono D Fewidarto, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan masukan, arahan, saran, perbaikan terhadap penelitian yang dilakukan penulis serta motivasi dan pembelajaran sehingga penulis memahami hakikat penelitian yang sebenarnya. 2. Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT dan Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM atas kesediaannya menjadi penguji pada hari kemerdekaan. 3. Bapak, Ibu, serta kakak-kakak dan adik atas segenap daya upaya yang selalu mendoakan, memberi kasih sayang, dorongan, dan kesabarannya dalam menghadapi penulis. 4. Para pihak penyelenggara proyek Leadership Training yaitu Pihak IPB: Ibu Ir. Mimin Aminah, MM, Ibu Nesti, Pak Eko, Pak Ahmad dan Pihak CIFOR: Pak Agus, Pak Anto, Pak Yayan, Mas Putu, Mas Widi, yang memberikan kesempatan dan pengetahuan pada penulis untuk melakukan penelitian dengan metode penelitian aksi partisipatif, serta untuk Mas Rifky sang fotografer handal.
v
5. Dr. Ir. Jono M Munandar, selaku Ketua Departemen Manajemen 6. Seluruh dosen-dosenku tercinta di Departemen Manajemen yang telah memberikan ilmu dan pembelajaran selama penulis menjalani perkuliahan. Sungguh ilmu yang diberikan sangat berarti bagi penulis dan seluruh staf TU yang telah membantu penulis terhadap kelancaran penelitian dan penulisan skripsi, serta Pak Maman yang selalu mendoakan penulis. 7. Pak Ahmad selaku ketua Kelompok Tani Hurip, Pak Asep pengelola penggilingan gabah di Carangpulang Kidul, dan seluruh warga Cikarawang yang telah bersedia menerima penulis dan melakukan penelitian bersama penulis. Ibu Titin, Ibu Encas, Mery, dan Mas Rahman sebagai pihak yang akan melaksanakan rencana usaha, tetap semangat dalam menggapai impian. Semoga Penggilingan Hurip Jaya akan segera berdiri. Amin 8. Teman-teman seperjuangan, tim Cikarawang: Tati, Yenni, Nela, Indra, Mira, Mas Agus, dan tim Situgede: Adit, Bayu, Dodo, Teh Rika dkk. Banyak pengalaman berharga yang kita dapatkan, suka duka telah kita lalui, semoga pengalaman ini bisa menjadikan kita lebih bermakna di hadapan sesama dan di hadapan-Nya. Tetap semangat mengabdi untuk masyarakat. 9. Teman-teman satu bimbingan: Fany, Irwan, Asep, Yan, dan JW. Terima kasih atas motivasi, kebersamaan, dan dukungannya. 10. Teman-teman terbaik: Ulfa, Else, Amik, Etty, Pasus, Uci, Yayuk, Ipeh, Dika, Ruslan, Prita, Yunia dan seluruh manajemen 40. Terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya selama ini. 11. Adik tingkat: angkatan 41, 42, 43, 44. Berikan yang terbaik yang kalian miliki untuk kampus dan negara yang kita cintai. Semoga kita bisa menjadi penerus yang baik, dan bermanfaat bagi sebanyak-banyak manusia. Kepada semuanya, semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik, karena Dia-lah sebaik-baik pemberi balasan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... iv KATA PENGANTAR.....................................................................................
v
DAFTAR ISI....................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL............................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
xi
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1.2. Tujuan Penelitian................................................................................. 1.3. Manfaat Penelitian............................................................................... 1.4. Batasan Masalah .................................................................................
1 1 4 5 5
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 2.1. Studi Kelayakan.............. ................................................................... 2.1.1. Aspek-aspek Studi Kelayakan.................................................. 2.1.1.1. Aspek Pasar dan Pemasaran................................................... 2.1.1.2. Aspek Teknis dan Teknologis................................................ 2.1.1.3. Aspek Manajemen Operasional.............................................. 2.1.1.4. Aspek Finansial..................................................................... 2.2. Usaha Kecil ..................... .................................................................. 2.3. Usaha Penggilingan Gabah................................................................... 2.4. Teknologi Pengolahan Padi........... .................................................... 2.5. Teknik Penggilingan Padi yang Baik.................................................. 2.6. Jenis-jenis Mesin Penggilingan Padi................................................... 2.7. Penelitian Aksi Partisipatif.................................................................. 2.8. Hasil Penelitian Terdahulu..................................................................
6 6 7 8 8 9 9 12 13 14 16 18 18 21
III. METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 3.1. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 3.2. Tahapan Penelitian................. ............................................................ 3.3. Metode Penelitian.............................................................................. 3.3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................. 3.3.2. Jenis dan Sumber Data............................................................ 3.3.3. Metode Pengumpulan Data..................................................... 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data............................................... 3.4.1. Aspek Pasar............................................................................. 3.4.2. Aspek Teknis.......................................................................... 3.4.3. Aspek Manajemen................................................................... 3.4.4. Aspek Dampak Usaha............................................................. 3.4.5. Aspek Finansial Teknis...........................................................
24 24 26 28 28 28 28 30 31 31 31 32 32
vii
3.4.6. Asumsi Dasar.......................................................................... 34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 36 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian..................................................... 36 4.1.1. Desa Cikarawang..................................................................... 36 4.1.2. Kelompok Tani Hurip............................................................. 39 4.2. Pendekatan PAR dan PRA untuk Penjaringan, dan Pemantapan Ide, serta Perencanaan Usaha pada Kelompok Tani Hurip........................ 40 4.2.1. Latar Belakang dan Rencana Usaha Penggilingan Padi Kelompok Tani Hurip.............................................................. 41 4.2.2. Rencana Strategis Usaha Penggilingan Gabah........................ 44 4.2.3. Analisis SWOT dalam Pendirian Usaha Penggilingan Hurip Jaya......................................................................................... 46 4.3.Analisis Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah................... 49 4.3.1. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran...................................... 49 4.3.2. Analisis Aspek Teknis dan Teknologis................................... 61 4.3.3. Analisis Aspek Manajemen Operasiona.................................. 71 4.3.4. Analisis Aspek Dampak Usaha....................................... ........ 75 4.3.5. Analisis Aspek Finansial.......................................................... 76 4.4.Rekomendasi dalam Tahap Implementasi Pendirian Penggilingan Gabah..................................................................................................... 81 KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................... 82 1. Kesimpulan..................................................................................................... 82 2. Saran................................................................................... ............................ 83 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 84 LAMPIRAN...................................................................................................... 86
viii
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Perbandingan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten Bogor.............................................................................................................. 2 2. Pengelompokkan Perusahaan Penggilingan Gabah di Indonesia.................. 13 3. Perbedaan Conventional Research dan Participatory Research................... 20 4. Cita-cita, Proses, Tujuan, serta Sasaran dan Pemanfaat Metode PRA......... 21 5. Perhitungan Produksi Padi Desa Cikarawang per Tahun.............................. 52 6. Data Penggilingan Padi yang Terdapat di Sekitar Wilayah Desa Cikarawang.................................................................................................... 52 7. Kepuasan Konsumen Terhadap Penggilingan Gabah yang Ada................... 54 8. Kebutuhan SDM............................................................................................ 72 9. Nilai Kriteria Penilaian Investasi Rencana Usaha Penggilingan Padi Kelompok Tani Hurip. .................................................................................. 76
ix
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Peta JABODETABEK................................................................................. 2 2. Tahapan Utama Proses Pengolahan Beras .................................................. 15 3. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 25 4. Diagram Alir Penelitian ............................................................................. 26 5. Peta Cikarawang.......................................................................................... 36 6. Analisis Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat ......................................... 55 7. Layout Penggilingan Gabah Kelompok Tani Hurip..................................... 62 8. Skema Proses Produksi................................................................................ 63 9. Tahapan Proses Kegiatan Penangan Pasca Panen........................................ 65 10. Cara Penumpukan Kunci Lima dalam Penyimpanan Sistem Karung........... 68 11. Struktur Organisasi........................................................................................ 70
x
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Matriks Pengumpulan dan Analisis Data.......................................................87 2. Struktur Organisasi Kelompok Tani Hurip.................................................... 90 3. Proses PAR.................................................................................................... 91 4. Produksi Padi Kecamatan Dramaga Tahun 2005.......................................... 98 5. Produksi Padi Kecamatan Dramaga Tahun 2006.......................................... 99 6. Desa Cikarawang di Kecamatan Dramaga ..................................................100 7. Pengelola Usaha........................................................................................... 101 8. Kegiatan Investasi........................................................................................ 102 9. Rencana Produksi Penggilingan Gabah....................................................... 103 10. Rencana Kebutuhan Fisik Pendirian Usaha Penggilingan Gabah............... 104 11. Daftar Indeks Harga Barang untuk Pendirian Usaha Penggilingan Gabah Tahun 2007....................................................................................... 105 12. Rencana Kebutuhan Dana dalam Usaha Pendirian Penggilingan Gabah..................................................................................... 106 13. Perhitungan Biaya Penyusutan Asset.......................................................... 107 14. Permodalan dan Rencana Penerimaan......................................................... 108 15. Rekapitulasi Biaya....................................................................................... 109 16. Perkiraan Laba / Rugi Usaha Penggilingan Gabah...................................... 110 17. Perkiraan Arus Kas (Cash Flow) ................................................................ 111 18. Perhitungan Net Present Value (NPV) ........................................................ 112 19. Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) dan Net B/C............................. 113 20. Perhitungan Payback Period (PBP) ............................................................. 114 21. Perhitungan Break Even Point (BEP) ......................................................... 115 22. Kenaikan Harga Input sebesar 10 Persen.................................................... 116 23. Penurunan Volume Penjualan 10 Persen...................................................... 117 24. Sensitivitas 10 persen: NPV......................................................................... 118 25. Sensitivitas 10 persen : IRR dan Net B/C.................................................... 119 26. Sensitivitas 10 persen : PBP dan BEP.......................................................... 200 27. Kenaikan Harga Input sebesar 50 Persen..................................................... 201 28. Penurunan Volume Penjualan 66 Persen...................................................... 202 29. Switching Value NPV................................................................................... 203 30. Switching Value IRR dan Net B/C............................................................... 204
xi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang menjadi tumpuan hidup sebagian besar masyarakat Indonesia. Sektor ini dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, menciptakan lapangan kerja, menyediakan pasar dan bahan baku untuk produksi sektor industri, menciptakan pendapatan dan menghasilkan devisa yang dibutuhkan untuk proses pembangunan. Kebutuhan masyarakat terhadap hasil pertanian, terutama beras menjadi permasalahan utama yang harus diatasi. Beras merupakan komoditas yang sangat penting, karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok sehari-hari. Beras bukan saja merupakan bahan pangan pokok, tetapi sudah merupakan komoditas sosial. Suplai beras harus tetap terjamin karena dapat berakibat pada timbulnya keresahan sosial. Oleh karena itu, perhatian terhadap produksi, kualitas, distribusi, dan kesejahteraan pelaku sektor perberasan harus mendapat prioritas dari pemerintah. Pencanangan program peningkatan produksi beras nasional sebesar 2 juta ton tahun 2007 memberi arti bahwa pemerintah memiliki kepedulian terhadap sektor pertanian. Pencanangan ini membuat setiap wilayah produksi menentukan target produksinya. Salah satu wilayah yang melakukan penetapan target produksi beras adalah Kabupaten Bogor. Luas Kabupaten Bogor adalah 317.102 hektar, dengan potensi lahan pertanian yaitu seluas 149.748 hektar (Deptan, 2005). Gambar 1 memperlihatkan perbandingan luas Kabupaten Bogor dengan wilayah sekitarnya. Target peningkatan produksi beras tahun 2007 di wilayah Kabupaten Bogor adalah sebesar 28.728 ton 1.
Penentuan target dilakukan sebagai
upaya untuk mendukung peningkatan produksi beras di Jawa Barat. Dalam upaya tersebut Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor dihadapkan pada berbagai masalah, di antaranya lahan sawah di Kabupaten 1
www.pikiran-rakyat.com
2
Bogor semakin berkurang akibat banyaknya sawah yang beralih fungsi menjadi lahan nonpertanian, dan persediaan air untuk menumbuhkan tanaman padi sawah juga berkurang akibat banyaknya jaringan irigasi yang rusak. Oleh karena itu, diperlukan kerja keras dan penanganan lintas sektoral, serta dukungan dan keterlibatan masyarakat dalam menentukan tercapainya target tersebut.
Gambar 1. Peta Jabodetabek (Sumber: Bakosurtanal, 2005)
Lahan pertanian di Kabupaten Bogor sebagian dimanfaatkan untuk memproduksi tanaman pangan, terutama padi. Perbandingan luas panen, produktivitas, dan produksi padi dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di Kabupaten Bogor (2000-2005) Tahun
Luas Panen (Ha)
Produktivitas (kw/ha)
Produksi (ton)
2000
80.553
50,12
403.696
2001
81.124
52,40
425.093
2002
87.702
52,78
462.540
2003
72.075
51,81
373.420
2004
84.975
52,48
445.958
2005
76.801
53,66
412.084
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2000-2005
3
Kecamatan Dramaga merupakan salah satu kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bogor. Luas panen padi sawah untuk Kecamatan Dramaga pada tahun 2005 diketahui seluas 1269 hektar, dengan tingkat produktivitas rata-rata sebesar 52,92 kwintal/hektar dan hasil produksi padi sejumlah 6.723 ton. (Deptan, 2005) Salah satu desa pinggiran Kota Bogor yang terletak di Kecamatan Dramaga yaitu Desa Cikarawang, luas desa ini adalah 225,56 hektar. Lahan yang digunakan untuk sawah dan ladang adalah 194,572 hektar2. Dari hasil sawah dan ladang inilah masyarakat Desa Cikarawang dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Desa Cikarawang memiliki tiga dusun yaitu Dusun I, II, dan III serta empat kelompok tani yang sudah terdaftar di kantor Kecamatan Dramaga yaitu Kelompok Tani Hurip, Mekar, Setia, dan Subur Jaya. Sistem pola tanam yang dilakukan oleh petani Dusun I dan II ialah sistem bergilir antara padi dan palawija. Hal ini berkaitan dengan sistem irigasi yang terdapat di desa, karena kurangnya air dan harus ada pembagian alokasi air dengan sistem bergilir, maka petani di Dusun I dan II melakukan penanaman padi hanya satu kali dalam setahun, sedangkan petani Dusun III selalu menanam padi sepanjang musim, penanaman padi dilakukan tiga kali dalam setahun, karena air yang bersumber dari Situ Burung selalu mengairi wilayah ini. Penanganan pasca panen padi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Cikarawang meliputi pemanenan, pengumpulan, perontokan, pengangkutan, pengeringan, penyimpanan, dan yang terakhir dan terpenting yaitu penggilingan. Keberadaan usaha penggilingan gabah sangat dibutuhkan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Desa Cikarawang. Penggilingan gabah merupakan sarana produksi pangan yang mempunyai
peranan
sangat
penting
dalam
rangka
pemberdayaan
perekonomian masyarakat pedesaan terutama petani serta penciptaan lapangan kerja. Penggilingan gabah juga berperan sebagai titik sentral dari
2
Data monografi Desa Cikarawang
4
sebuah kawasan produksi padi sekaligus titik pertemuan antara perubahan bentuk dari bahan baku menjadi hasil olahan primer. Desa Cikarawang memiliki dua usaha penggilingan gabah milik perorangan yang terletak di Dusun I dan Dusun III, penggilingan di Dusun I tidak berfungsi dengan baik karena mesin penggilingan sudah mengalami kerusakan, sedangkan satu penggilingan yang lain berada di Dusun III masih berfungsi dengan baik meskipun mesin penggilingan sudah lama dioperasikan, yaitu sejak tahun 1982. Adanya kedua penggilingan gabah tersebut dirasakan belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat Cikarawang untuk menggiling gabah. Sehingga sebagian masyarakat melakukan penggilingan gabah di luar Desa Cikarawang. Adanya kebutuhan akan penggilingan gabah yang lebih dekat dengan daerahnya, memunculkan keinginan pada salah satu kelompok tani yaitu Kelompok Tani Hurip untuk mendirikan penggilingan gabah. Pendirian penggilingan gabah ini merupakan keinginan masyarakat, petani, dan kelompok tani yang berada di Dusun II. Kelompok tani dan masyarakat sekitar mengharapkan manfaat yang besar dari pendirian penggilingan gabah tersebut, yaitu dapat menjadi pusat penggilingan gabah di Desa Cikarawang. Pendirian penggilingan gabah dapat menjadi pemicu bagi masyarakat untuk meningkatkan produktivitas padi Desa Cikarawang. Namun dalam pendirian ini masyarakat belum mengetahui bagaimana cara memulai bisnis penggilingan gabah dan kelayakan dari usaha tersebut. Maka hal penting yang harus bisa dijawab berkaitan dengan keinginan masyarakat dan kelompok tani untuk mendirikan penggilingan gabah di Desa Cikarawang adalah apakah pendirian usaha penggilingan gabah di desa ini memang layak terutama dari aspek pasar dan pemasaran, teknis, maupun finansial. 1.2.
Tujuan Penelitiaan Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan ialah sebagai berikut: 1. Menganalisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional, aspek dampak usaha, dan aspek finansial.
5
2. Merekomendasikan langkah-langkah implementasi pendirian usaha penggilingan gabah dengan pendekatan kolaboratif. 1.3. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi penulis, kelompok tani di tempat penelitian, maupun pembaca. Bagi penulis sendiri, penelitian ini berguna untuk penerapan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan. Bagi tempat penelitian yang bersangkutan, hasil penelitian ini dapat berguna sebagai salah satu masukan apakah pendirian usaha tersebut sebenarnya layak atau tidak, dan memberikan rekomendasi terhadap pengelolaan usaha yang akan didirikan. Bagi pembaca dapat memberikan
informasi
mengenai
usaha
penggilingan
gabah
dan
memberikan gambaran bagi investor untuk melakukan investasi pada usaha penggilingan gabah di Cikarawang. 1.4. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dusun II, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pendekatan penelitian dalam penyusunan rencana usaha kolaboratif menggunakan Participatory Action Research (PAR) dan metode Participatory Rural Appraisal (PRA), kemudian fokus penelitian yaitu pada analisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah ditinjau dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional, aspek dampak usaha dan aspek finansial.
49
4.3. Analisis Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah Analisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah oleh Kelompok Tani Hurip di Desa Cikarawang dikaji melalui lima aspek analisis, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional, aspek dampak usaha, dan aspek finansial. Kelima aspek analisis tersebut akan menjelaskan layak atau tidaknya usaha penggilingan gabah didirikan. 4.3.1. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran. Aspek pasar dan pemasaran menempati urutan pertama dalam studi kelayakan. Tanpa perkiraan jumlah permintaan produk yang teliti dikemudian hari usaha dapat terancam, kesulitan yang timbul karena adanya kekurangan atau kelebihan permintaan. Baik kekurangan atau kelebihan permintaan akan menyebabkan usaha tidak dapat beroperasi secara efisien. Kekurangan permintaan produk mengakibatkan mesin dan peralatan bekerja dibawah kapasitas produksinya, jumlah karyawan menjadi berlebihan, organisasi perusahaan tidak sepadan, beban biaya tetap menjadi berat. Peluang pasar a. Kecenderungan Permintaan Desa Cikarawang memiliki potensi yang cukup besar dalam pertanian, dari hasil wawancara dengan kepala desa dan tokoh desa didapat informasi bahwa lahan produktif untuk pertanian harus tetap dipertahankan hingga periode jangka panjang, meskipun ada beberapa lahan sawah warga yang sudah dijual, namun kemudian dibeli kembali oleh warga setempat sehingga lahan ini tidak beralih fungsi tetap diolah untuk menghasilkan produk pertanian. Sumber daya alam yang ada saat ini harus dikelola dengan baik, bahkan dengan bantuan dari pemerintah melalui UPTD, produktivitas hasil pertanian perlahan-lahan dapat ditingkatkan. Data produksi padi di Desa Cikarawang yang didapat dari UPTD dan Kecamatan Dramaga yaitu pada tahun 2005 mencapai 1215 ton (dapat dlihat pada Lampiran 4) dan pada tahun 2006
50
mencapai 1271 ton (Lampiran 5), ada peningkatan sebesar 4,6 persen dan diperkirakan masih bisa meningkat menjadi 1300 ton padi. Hasil padi yang cukup besar ini harus didukung dengan adanya usaha yang mampu menangani pasca panen padi dengan baik. Hal ini dimaksudkan untuk menekan susut hasil sehingga ketersediaan beras dapat meningkat, salah satu usaha untuk menekan susut hasil adalah dengan penggilingan gabah yang baik. b. Kecenderungan Penyediaan Jasa Penggilingan Gabah. Penggilingan gabah yang terdapat di Desa Cikarawang hanya menawarkan jasa giling saja, penggilingan tersebut belum mengambil peluang untuk melakukan penjualan beras, alasannya yaitu (1) penggilingan tidak melihat adanya peluang yang dapat diambil apabila ia melakukan pembelian gabah dan menjual beras, (2) penggilingan melihat peluang namun terbentur dengan dana yang tersedia, dan (3) penggilingan tidak memiliki manajemen yang baik. Penggilingan gabah yang terdapat di Desa Cikarawang berjumlah dua penggilingan milik perseorangan, penggilingan tersebut terletak di daerah Cangkrang (Dusun I) dan Carangpulang Kidul (Dusun III). Masyarakat di Dusun I dan II mengatakan bahwa penggilingan di daerah Cangkrang memiliki mesin yang sudah sangat tua, dan seringkali mogok pada waktu operasi, output beras yang dihasilkan pun jelek dan banyak yang patah, sehingga penggilingan ini tidak memiliki kepercayaan dari konsumen lagi dan dapat dinyatakan bangkrut. Bangkrutnya penggilingan gabah yang terdapat di Dusun I mengakibatkan
di
Desa
Cikarawang
hanya
terdapat
satu
penggilingan gabah. Dari hasil wawancara dengan pemilik penggilingan yang terletak di Carangpulang Kidul di peroleh informasi bahwa penggilingan beroperasi sejak tahun 1982 dengan kapasitas produksi riil yaitu 250 kg/jam. Jam kerja operasi setiap hari tidak bisa dipastikan, karena disesuaikan dengan permintaan
51
harian. Berdasarkan informasi pemilik hari kerja per bulan ratarata 20 hari. Pada masa panen, penggilingan dapat menggiling maksimun 1400 kg gabah kering giling (GKG) per hari dan pada hari-hari di luar masa panen hanya dapat menggiling maksimun 700 kg gabah kering giling per hari. Dengan atau jika diasumsikan bahwa masa panen dalam setahun adalah enam bulan, maka enam bulan lainnya adalah bulan diluar masa panen. Informasi di atas sangat penting untuk melakukan perkiraan kapasitas produksi riil penggilingan gabah di Carangpulang Kidul. Dari hasil perhitungan didapat kapasitas produksi penggilingan maksimal yaitu 252 ton gabah kering giling per tahun. Perhitungan kapasitas produksi riil ini menunjukkan bahwa penggilingan hanya mampu memenuhi kebutuhan warga petani sekitar daerah Carangpulang Kidul saja tetapi belum seluruh petani di Desa Cikarawang. Pendirian penggilingan gabah oleh Kelompok Tani Hurip yang terletak di Carangpulang Lebak (Dusun II) merupakan pendirian yang berdasarkan permintaan dan kebutuhan warga desa di dusun ini terhadap jasa penggilingan. Selama ini warga desa terutama yang berada di Dusun I dan II harus melakukan penggilingan gabahnya ke luar desa. Hal yang harus dilakukan oleh warga tentunya membawa gabah kering giling ke penggilingan dan membawa beras kembali dari penggilingan. c. Potensi Pasar Usaha Penggilingan Gabah Rencana pendirian usaha ini direspon positif oleh warga desa. Rencana produk utama dari penggilingan ini yaitu jasa giling dan pemasaran beras. Untuk permintaan jasa giling, terdapat captive market
atau kejelasan pasar, yaitu warga yang berada
dekat dengan penggilingan terutama warga Dusun I dan II. Dusun II merupakan daerah yang strategis karena berada di tengah-tengah desa. Apabila mendirikan penggilingan gabah disini, maka tidak akan menutup kemungkinan apabila masyarakat akan beralih untuk
52
melakukan penggilingan di Dusun II, terlebih lagi bila nantinya penggilingan ini memberikan kualitas output yang baik dan pelayanan serta kenyamanan yang menimbulkan kepuasan, karena yang dilihat oleh masyarakat adalah keterjangkauan lokasi,kualitas hasil, pelayanan, dan biaya yang dikeluarkan. Permintaan beras tidak akan pernah habis, karena beras merupakan komoditas yang sangat
penting, dan merupakan
kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh masyarakat Indonesia. Permintaan beras dapat terpenuhi apabila terdapat pasokan bahan baku berupa gabah kering giling (GKG) secara simultan, oleh karena itu, penggilingan harus menjalin kemitraan dengan desadesa lain yang berada di Kecamatan Dramaga atau di luar Bogor agar persedian bahan baku gabah terjamin. Keberadaan Desa Cikarawang di Kecamatan Dramaga dan letak desa-desa lain yang berada dalam satu kecamatan dapat dilihat pada Lampiran 6. Perhitungan Pasar Data mengenai luas tanah sawah, hasil padi dan masa panen di Desa Cikarawang didapat dari data desa dan hasil wawancara dengan tokoh desa dan petani yang mengetahui masalah tersebut. Hasil padi didapatkan dari wawancara ke beberapa petani, sedangkan masa panen diketahui dari hasil survey ke beberapa lahan sawah di Desa Cikarawang. Dusun I dan II hanya melakukan penanaman padi satu tahun sekali karena dikenakan sistem pengairan yang bergilirm sedangkan untuk Dususn III sumber air berasal dari situ yang terdapat di Desa Cikarawang yaitu situ burung yang mengaliri tanah sawah sepanjang musim. Perhitungan produksi padi Desa Cikarawang dapat dilihat pada Tabel 5. Produksi padi Desa Cikarawang berkisar antara 1100 ton hingga 1300 ton padi. Hasil survei Badan Pusat Statistik tahun 1996 (BPS, 1996) menunjukkan bahwa kehilangan hasil panen padi di Indonesia yang terjadi pada saat panen yaitu mencapai 9,5
53
persen, perontokan yaitu 4,8 persen, dan pengeringan 2,1persen, sehingga dari data tersebut dapat diketahui kehilangan hasil panen padi dimulai dari pemanenan hingga pengeringan sebesar 16,4 persen. Produksi padi yang mencapai 1100 hingga 1300 ton padi, akan susut (lose) hingga menghasilkan gabah kering giling (GKG) sebanyak 919,6 ton hingga 1086,8 ton GKG. Peluang yang sangat besar ini
terlihat dari belum terpenuhinya seluruh kebutuhan
masyarakat Desa Cikarawang terhadap jasa giling gabah, sehingga banyak masyarakat yang harus melakukan penggilingan ke luar Desa. Kapasitas produksi maksimal penggilingan yang terdapat di Desa Cikarawang adalah 252 ton GKG, oleh karena itu pendirian penggilingan gabah ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan berproduksi antara 400 ton GKG hingga 800 Ton GKG dalam satu tahun. Tabel 5. Perhitungan Produksi Padi Desa Cikarawang per Tahun Luas tanah sawah Desa Cikarawang
155,62 hektar
Luas tanah sawah Dusun I dan II
125,62 hektar
Hasil padi Dusun I dan II
5 ton per hektar
Masa panen padi Dusun I dan II
1 kali per tahun
Luas tanah sawah Dusun III
30 hektar
Hasil padi Dusun III
6 ton per hektar
Masa panen padi Dusun III
3 kali per tahun
Produksi padi Dusun I dan II per tahun
628,1 ton per tahun
Produksi padi Dusun III per tahun
540
ton
per
tahun Hasil perhitungan: Produksi padi per tahun
1168,1 ton
Kisaran data produksi padi dari Kecamatan Dramaga
1200-1300 ton
54
d.
Bentuk Pasar Penggilingan gabah yang akan didirikan akan menghasilkan produk utama berupa jasa giling dan beras dalam kemasan. Bentuk pasar dari produk jasa giling adalah oligopoli. Setiap penggilingan yang terdapat di Desa Cikarawang maupun di luar desa menghasilkan produk yang sama yaitu jasa giling. Konsumen memiliki kebebasan untuk memilih penggilingan yang akan mereka datangi dan sukai, sehingga untuk merebut konsumen diperlukan analisis tindakan pesaing. Perhitungan mengenai tindakan atau aktivitas pesaing diperlukan untuk menentukan tingkat harga dan kuantitas produksi. Bentuk pasar dari produk beras yaitu pasar persaingan sempurna, harga beras ditentukan di pasar pada harga pasar. Jumlah produsen yang menjual beras sangat banyak, sehingga diperlukan diferensiasi dalam kemasan terhadap beras yang akan dijual Permintaan dari produk beras tidak akan pernah terhenti karena hal ini berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia. Konsumen memiliki kebebasan untuk membeli atau menjual berapa saja tanpa ada batas asal bersedia membeli atau menjual beras pada harga pasar. Pasar sasaran usaha penggilingan gabah yang akan didirikan yaitu bagi petani yang berada dekat dengan penggilingan. Pasar sasaran adalah petani di Dusun II, I dan III.
Analisis Persaingan Hasil penyebaran angket kepada 68 responden yang bekerja sebagai petani dan buruh tani yang sering menggiling gabah didapatkan informasi bahwa selama ini responden melakukan penggilingan ke lima penggilingan yang terdapat di Desa Cikarawang dan desa sekitarnya, penggilingan tersebut terletak di Situgede, Cikarawang, Bantar Kambing dan Pasir Gaok. Di Situgede terdapat dua penggilingan gabah yang dimiliki oleh Kardi dan Totong, untuk dapat membedakan maka Situgede 1 merupakan lokasi penggilingan milik Kardi dan Situgede 2 merupakan
55
lokasi
penggilingan
milik
Totong.
Tabel
6
memperlihatkan
penggilingan gabah yang terletak di sekitar Desa Cikarawang, dan persentase responden dalam melakukan penggilingan gabah. Tabel 6. Data Penggilingan yang Terdapat di Wilayah Sekitar Desa Cikarawang dan Persentase Konsumen. Penggilingan Situgede 1 Bantar Kambing Cikarawang Situgede 2 Pasir Gaok
Persentase Konsumen (%) 82 7 6 4 1
Hasil analisis didapatkan bahwa ketidakpuasan konsumen terletak pada lokasi dan masalah transportasi, empat penggilingan lain berada di luar desa, sehingga untuk menjangkau ke tempat penggilingan gabah tersebut, biaya transportasi yang dikeluarkan tentu lebih besar, dan jarak tempuh yang cukup jauh. Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap penggilingan gabah yang ada dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kepuasan Konsumen Terhadap Penggilingan Gabah yang Ada No 1 2 3 4 5 6 7 8
Faktor Persaingan Harga Mutu Lokasi Fasilitas Pelayanan Sistem pembayaran Transportasi Dampak Usaha
Tingkat
Situgede 1 3 4 2 3 3
Bantar Kambing 4
3
4
4
4 2 3 2
4 2 4 3
4 2 3 4
5 2 5 5
4 2 4
4 2 3
4 2 3
4 1 4
5 1 4
kepuasan
penggilingan dinilai dari
responden
Cikarawang
terhadap
Situgede 2
Pasir Gaok
masing-masing
delapan faktor persaingan yang meliputi
harga, mutu, lokasi, fasilitas, pelayanan, sistem pembayaran, transportasi,
dan
dampak
usaha.
Penilaian
yang
digunakan
menggunakan penilaian dari rata-rata yang dihasilkan oleh responden secara keseluruhan angka 1 hingga 5, dimana angka 1 menerangkan tidak puas, angka 2 menerangkan kurang puas, angka 3 menerangkan
56
cukup puas, angka 4 menerangkan puas, dan angka 5 menerangkan sangat puas. Petani yang akan melakukan penggilingan gabah diminta untuk mengurutkan ke delapan faktor persiangan di atas sesuai dengan tingkat kepentingan yang harus dimiliki oleh penggilingan gabah, kemudian tingkat kepentingan ini didiskusikan lalu disepakati untuk pemberian bobot pada masing-masing tingkat kepentingan. Perlakuan
demikian,
bermanfaat
untuk
mengetahui
penggilingan mana yang sudah baik dalam memberikan kepuasan kepada konsumen, sehingga dari analisis didapatkan penggilingan yang pantas dijadikan tolak ukur (benchmark). Jumlah terbesar dari analisis persaingan diraih oleh penggilingan yang terletak di Pasir Gaok, dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Analisis Persaingan. Faktor Persaingan Lokasi Mutu Pelayanan Harga Sistem Pembayaran Transportasi Fasilitas Dampak Usaha Jumlah
Bobot
Bantar Kambing
8 7 6 5
Situgede 1 16 28 18 15
Cikarawang
Situgede 2
Pasir Gaok
16
16
16
16
28 12 20
28 18 15
28 24 20
35 30 20
4 3 2 1
16 6 6 4
16 6 6 3
16 6 8 3
16 3 6 4
20 3 10 4
-
109
107
110
117
138
Analisis Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat Angket atau kuesioner disebarkan kepada 68 responden yang terdiri dari 52 orang perempuan dan 16 orang laki-laki. Penyebaran angket dilakukan kepada petani dan buruh tani yang terdapat di Dusun I, II, dan III Desa Cikarawang. Responden yang berasal dari Dusun I berjumlah 18 orang, responden yang berasal dari Dusun II berjumlah 29 orang, responden yang berasal dari Dusun III berjumlah 21 orang. Tanggapan responden dan masyarakat sekitar sangat positif, dimana 15 orang atau 21 persen dari responden menyatakan sangat
57
setuju dan sangat mendukung pendirian penggilingan gabah baru tersebut dan memiliki tingkat kepastian yang sangat tinggi untuk menggiling padinya di penggilingan baru apabila penggilingan telah berdiri. 51 orang atau 76 persen responden menyatakan setuju dan memiliki keinginan untuk menggiling padinya di penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip. Dua orang yang berasal dari Dusun I atau tiga persen dari responden menyatakan persetujuan akan penggilingan gabah baru, tapi memiliki kecenderungan untuk tidak menggiling gabahnya di Penggilingan Hurip Jaya, hal ini karena lokasi dari rencana pendirian terlalu jauh dari tempat responden apabila berjalan kaki, penggilingan terdekat untuk berjalan kaki bagi ke dua responden itu adalah penggilingan yang terletak di Situgede 1. Responden tidak sanggup membayar ongkos tambahan untuk transportasi. Persentase analisis kebutuhan dan keinginan masyarakat terhadap penggilingan gabah baru di Desa Cikarawang dapat dilihat pada Gambar 6 . Pendirian Penggilingan Gabah Baru dan Keinginan Masyarakat
3%
21% Sangat Stj & ingin Kurang
76%
Gambar 6. Analisis Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat terhadap Penggilingan Padi Baru. Kepastian Kelancaran Pemasaran Periode Jangka Panjang Lahan sawah di Desa Cikarawang semakin lama akan semakin berkurang, salah satunya karena perubahan fungsi lahan dari lahan produktif menjadi perumahan, lahan sawah yang berkurang tentu akan mengurangi produksi padi di desa ini. Berkurangnya produksi padi
58
tersebut akan berdampak pada penggilingan, namun jika penggilingan telah melakukan antisipasi dan penetapan pengembangan usaha, maka usaha tersebut akan terus berkelanjutan bahkan berkembang. Antisipasi terhadap semakin berkurangnya lahan produktif telah direncanakan oleh kelompok tani yaitu pada tahun ke 5 setelah beroperasinya penggilingan dilakukan ekspansi pasar dalam penjualan beras kemasan, sehingga kelompok tani harus menjalin kemitraan dengan kelompok tani lain, desa-desa lain dalam satu Kecamatan Dramaga, koperasi unit desa (KUD), maupun gabungan kelompok tani di luar Kabupaten Bogor seperti di Karawang. Kemudian bermanfaat untuk memudahkan memperoleh bahan baku gabah yang diperlukan untuk memproduksi beras kemasan. Strategi Bauran Pemasaran a. Produk Spesifikasi
dan
tingkat
mutu
produk
yang
direncanakan adalah sebagai berikut: 1. Jasa penjemuran. Dengan pengawasan yang ketat saat penjemuran di penjemuran Penggilingan Hurip Jaya akan menghasilkan padi yang kekeringannya layak untuk disimpan atau digiling dan bebas dari kerikil atau pasir. Setelah panen, padi harus segera dijemur, tidak boleh padi dijemur melebihi satu hari, jika tidak padi akan terbakar dan warnanya akan memerah. Kebersihan tempat jemuran sangat diperlukan, sehingga pasir atau kerikil tidak akan masuk dalam beras hasil giling, oleh karena itu tempat penjemuran akan dilapisi terpal berwarna gelap agar tidak bercampur dengan pasir atau kerikil dan kekeringannya sesuai serta merata. 2. Jasa simpan. Adanya gudang yang dimiliki oleh penggilingan gabah, petani bisa menyimpan gabahnya sebelum digiling. Gabah yang dijemur harus memenuhi standar kering simpan., sehingga gabah tidak mudah
59
terbakar. Penyimpanan ditata sesuai dengan standar tempat penyimpanan yang bagus, sehingga sirkulasi udara bisa terus terjadi, dan kekeringan gabah tetap terjaga. Gudang harus menyediakan alat pengusir tikus atau dilindungi supaya tikus tidak bisa masuk. Obat tradisional untuk mengusir kutu padi yang disimpan di gudang juga harus disediakan. Dengan kondisi tempat penyimpanan seperti ini, maka masyarakat di Desa Cikarawang pengguna jasa ini akan tertarik untuk menyimpan di penggilingan gabah karena mutu simpannya dapat dipercaya. 3. Jasa giling, Mesin giling yang akan digunakan bertipe LM 24 untuk pemecah gabah dan ICHI N-50 untuk pemutih.
Penggilingan
akan
berusaha
memberikan
kualitas giling yang memenuhi standar: tidak ada krikil, pasir, sekam yang terikut dan gabah yang belum tergiling, serta tidak menghasilkan susut yang besar. Standar mutu seperti ini akan mampu menjamin konsistennya pasar untuk selalu mengkonsumsi beras dari penggilingan ini. 4. Beras, penggilingan akan mendapatkan penghasilan yang cukup besar dari hasil penjualan beras, bahan baku gabah dibeli dari petani yang berasal dari kelompok tani lain. Produksi beras memerlukan bahan baku yang selalu tersedia, dan pasar yang ada. Penyimpanan beras ditaruh di gudang yang terbebas dari tikus. 5. Dedak, sebagai hasil sertaan ternyata mendatangkan pendapatan yang cukup besar. Penggilingan akan berusaha menghasilkan bekatul yang halus sehingga sekam yang terikut maksimal 3%. Dengan mutu yang tinggi ini pendapatan penggilingan akan besar dengan penjualan dedak atau katul.
60
b. Harga Penetapan harga jual berfungsi untuk mengetahui tingkat pendapatan yang akan diperoleh, selain itu harga juga mempengaruhi keinginan konsumen untuk menggunakan produk yang dipasarkan. Penggilingan Hurip Jaya akan menetapkan harga yang mampu bersaing, tidak berbeda dengan penggilingan gabah yang sudah ada, bahkan menetapkan harga yang sama dengan harga penggilingan terendah yang pernah di kunjungi oleh masyarakat. Penetapan ongkos giling gabah ditetapkan dari harga ongkos giling yang terdapat di beberapa penggilingan. Kisaran harga ongkos giling yaitu Rp.400/kg – Rp. 600/kg beras sosoh atau sama dengan pengambilan 1 kg beras yang dihasilkan dari 10 kg beras sosoh. Penggilingan Hurip Jaya akan menetapkan harga ongkos giling sebesar Rp. 400/kg beras sosoh. Harga jual beras ditetapkan dari harga pasar yang berlaku. Penggilingan Hurip Jaya akan menetapkan harga jual beras sebesar Rp. 4000/kg. Beras yang akan dijual akan dikemas dengan baik. Kemudian di pasarkan ke wilayah sekitar hingga ke Pasar Induk Kramatjati. Penggilingan gabah akan menghasilkan by product atau hasil samping berupa dedak yang dapat dijadikan pakan ternak dan sekam yang bisa dijadikan beragam produk seperti pupuk kompok, biogas, dan abu gosok. Rendemen dari penggilingan akan menghasilkan 63,2 persen beras, 10 persen dedak, 25 persen sekam, dan 1,8 persen menir. Harga dedak yang ditetapkan oleh penggilingan Kelompok Tani Hurip yaitu sebesar Rp. 1000/kg, sedangkan untuk sekam ditetapkan harga Rp. 1000/karung (±10 kg).
61
c. Distribusi Saluran
pemasaran
untuk
produk
yang
akan
dihasilkan oleh penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip meliputi saluran pemasaran produk beras, dedak, dan sekam, sedangkan jasa giling dan jasa lainnya tidak dikenakan saluran pemasaran. Distribusi akan disalurkan ke pasar konsumen dan reseller. d. Promosi Penggilingan Hurip Jaya harus melakukan kegiatan kampanye dan sosialisasi untuk jasa giling di tingkat kelompok tani yang ikut menerima manfaat usaha secara langsung. Harga produk/jasa diupayakan bisa bersaing dengan
penggilingan gabah yang ada di sekitar Desa
Cikarawang, dengan cara mengurangi biaya-biaya yang tak perlu dan dengan memanfaatkan limbah yang diolah seperti sekam menjadi pupuk kompos sehingga memiliki nilai ekonomis. Biaya promosi yang kecil karena diantara petani terjadi self promotion sehingga mampu membuat harga produk bersaing dan kualitas produk/jasa harus diperhatikan. 4.3.2. Analisis Aspek Teknis dan Teknologis Hasil analisis aspek pasar dan pemasaran menunjukkan gambaran masa depan yang cukup cerah bagi usaha yang direncanakan, maka selanjutnya diteruskan dengan analisis aspek teknis dan teknologis. Penentuan Kapasitas Produksi Ekonomis Kapasitas produksi ekonomis merupakan volume atau jumlah satuan produk yang dihasilkan selama satu satuan waktu tertentu misalnya satu hari, bulan, atau tahun secara menguntungkan. Kapasitas produksi ekonomis berbeda dengan kapasitas produksi teknis yang besarnya ditentukan oleh kemampuan produksi mesin yang terpasang serta persyaratan teknisnya seperti pengurangan hari kerja operasi
62
normal untuk keperluan servis, reparasi kecil, penggantian suku cadang dan hari libur (Sutojo, 1983) Besar kapasitas produksi ekonomis ditentukan berdasarkan perpaduan hasil penelitian berbagai macam komponen evaluasi yaitu perkiraan jumlah penjualan produk di masa yang akan datang, kemungkinan pengadaan bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja inti serta tersedianya mesin dan peralatan di pasar. Hasil perhitungan Break Even Point (BEP) Penggilingan Hurip Jaya menunjukkan kapasitas giling pada BEP mencapai 107 ton GKG. Dengan demikian keuntungan didapat apabila berproduksi lebih dari 107 ton GKG. Rencana penjualan dilihat dari peluang pasar yang ada, rencana produksi untuk jasa giling pada tahun pertama yaitu 400 ton GKG. Pemilihan Mesin, Peralatan, dan Rencana Investasi Rencana mesin, peralatan dan kegiatan investasi yang akan digunakan untuk pendirian Penggilingan Hurip jaya dapat dilihat pada Lampiran 7. Investasi terbesar adalah sebagai berikut: a. Bangunan, Gudang, Kantor, dan Lamporan Bangunan penggilingan yang akan didirikan terdiri dari ruang produksi, kantor, ruang jaga, toilet, dan gudang dengan luas 105 m². Luas lamporan atau lapangan jemur adalah 215 m². Harga yang diperkirakan untuk memdirikan bangunan berserta isi dan lamporan tersebut adalah Rp. 40.730.000,00. Penetapan harga ini berdasarkan informasi dari toko, tukang dan pemilik bahan bangunan. Ruang produksi berfungsi untuk memproduksi beras, dimana didalamnya terdapat mesin diesel dan mesin penggiling gabah. Pemisahan ruang produksi dan gudang dimaksudkan agar memberi kenyamanan bagi konsumen yang berkunjung, sehingga tidak menimbulkan kesan kotor di semua bagian tempat penggilingan. Kantor sekaligus ruang jaga berfungsi untuk melayani kebutuhan, keluhan, saran dan tanggapan dari konsumen serta sebagai tempat untuk pengurusan administrasi keuangan, sedangkan gudang
63
berfungsi untuk tempat penyimpanan gabah yang akan digiling dan beras yang akan disalurkan. b. Mesin Penggilingan dan Mesin Diesel Informasi yang didapat dari Toko Rama Jaya Teknik yang merupakan salah satu toko mesin pertanian di Kota Bogor, mesin penggilingan yang baik digunakan untuk penggilingan padi kecil adalah LM 24 dan ICHI N-50. Mulanya penggilingan padi Kelompok Tani Hurip akan menggunakan mesin dengan model otomatis dengan merk SATAKE, namun terdapat kesulitan dalam pengadaan spare parts dan perbaikan bila timbul kerusakan. Mesin penggilingan yang akan digunakan yaitu mesin pemecah gabah dengan model LM 24, dan mesin pemutih dengan model ICHI N-50, mesin ini berkapasitas 4 ton/hari. Mesin diesel yang akan digunakan yaitu mesin diesel dengan merek Yanmar. Total
pembelian
mesin
penggilingan
lengkap
adalah
Rp.
12.000.000,00 Lokasi dan Tata Letak Lokasi tempat pendirian penggilingan gabah ditetapkan berdasarkan pertimbangan yang mendalam. Lokasi tapak yang akan berada pada lahan anggota Kelompok Tani Hurip di Dusun II. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada sengketa atas lahan di lokasi tapak penggilingan. Berdasarkan wawancara dengan tokoh desa dan pertimbangan aspek lingkungan dan dampak usaha, maka Kelompok Tani Hurip menetapkan akan mendirikan penggilingan gabah di Carangpulang Lebak. Layout atau tata letak yang akan dibuat oleh Kelompok Tani Hurip dalam pendirian penggilingan gabah dapat dilihat pada Gambar 7. Proses Produksi dan Quality Control. Proses Produksi Proses produksi pada penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip meliputi dua tipe. Tipe yang pertama adalah konsumen hanya
64
menggunakan jasa giling saja, tidak menggunakan jasa yang lain yang terdapat
di
penggilingan.
Konsumen
yang
telah
melakukan
pengeringan dan membawa gabah kering giling yang siap untuk digiling ke tempat penggilingan. Tipe yang kedua, yaitu konsumen menggunakan berbagai jasa yang terdapat di penggilingan, seperti jasa jemur, jasa simpan, dan jasa giling. Proses dari pemanenan hingga menjadi beras diserahkan kepada penggilingan. Proses produksi tersebut diawali setelah panen, pasca panen padi dijemur di tempat penjemuran penggilingan. Setelah dijemur gabah yang sudah kering giling disimpan di gudang. Kemudian penggilingan gabah menggiling gabah tersebut sesuai dengan permintaan dari konsumen.
1,5 m 1,5 m
9m
3m
W
C
KAN TOR + R. JAG A
GUDANG
R. PRODUKSI
7 m
15 m
DENAH
LAMPORAN
215 m² Gambar 7. Tataletak Penggilingan Gabah Kelompok Tani Hurip
65
Kegiatan operasional penggilingan padi adalah sebagai berikut: a. Penjemuran. Penjemuran merupakan kegiatan yang harus sejak awal diperhatikan
karena
kualitas
jemur
yang
bagus
sangat
mempengaruhi mutu beras yang dihasilkan serta berapa lama bisa disimpan. Penjemuran harus langsung dilakukan pada saat hari pertama panen atau paling lambat dua hari setelah panen, hal itu untuk menghindari penyimpanan padi yang masih basah karena akan mengurangi kualitas padi sendiri. b. Penyimpanan Setelah gabah benar-benar sudah kering dengan kualitas simpan, gabah bisa masuk ke gudang penyimpanan. Gudang penyimpanan digunakan untuk menyimpan gabah kering giling dan beras, sehingga tempat ini harus memiliki sirkulasi udara yang bagus sehingga gabah bisa bertahan pada standar gabah kering simpan yang normal, sehingga padi tidak cepat rusak. Tahap-tahap proses produksi mulai dari pengadaan barang sampai pengemasan barang. Siklus produksi diperkirakan satu minggu. Hasil akhir proses produksi adalah beras. Gabah
Penimbangan Gabah
Pengeringan
Penyimpanan
Penggilingan stop lanjut
Pemasaran
Pengangkutan
Beras Gambar 8. Skema Proses Produksi
Pengemasan
66
Kendala-kendala yang dihadapi oleh Penggilingan Hurip Jaya dalam memasarkan produk utama nya antara lain: 1. Jasa Giling; mutu giling penggilingan gabah yang ada di daerah ini sudah cukup baik, namun tidak ada pengukuran kadar air gabah dari penggilingan tersebut sehingga berpotensi terjadi susut yang lebih besar dari yang seharusnya. Penggilingan gabah di Carangpulang Kidul menggunakan satuan liter untuk menentukan harga ongkos giling, hal ini tidak disukai masyarakat karena masyarakat lebih menyukai pengukuran menggunakan satuan kilogram. Untuk mengatasi masalah mutu dan harga yang tidak mampu
bersaing,
penggilingan
berusaha
memiliki
mesin
penggilingan yang outputnya bisa terjaga kualitas beras hasil gilingnya, memiliki alat tester kadar air untuk mengukur kadar air gabah, memiliki timbangan kilogram dan memberi penawaran upah giling yang mampu bersaing dengan penggilingan lain di daerah ini. 2. Beras kemasan; Bahan baku gabah untuk produksi beras kemasan harus ada sepanjang waktu, sedangkan tujuan mayoritas dari masyarakat Desa Cikarawang dalam menanam padi ialah untuk dikonsumsi
sendiri,
tidak
untuk
dijual.
Oleh
karena
itu
penggilingan harus mencari bahan baku gabah dari masyarakat yang ingin manjual gabahnya atau dari luar Desa Cikarawang. 3. Bekatul atau dedak; pembelinya sedikit karena anggota Kelompok Tani Hurip yang memiliki ternak dengan tujuan komersial masih sedikit. Untuk mengatasi masalah ini penggilingan gabah akan bekerja sama dengan pengusaha ternak yang ada di Desa Cikarawang Quality Control Kualitas produk ditentukan oleh jumlah beras yang dihasilkan (rendemen) atau rendahnya susut (loss) . Oleh karena itu, penggilingan gabah harus menyediakan sarana dan prasarana untuk memantau mutu dan pengelola penggilingan gabah harus memiliki kesadaran mutu.
67
Standar atau ketentuan mutu produk yang dikehendaki oleh konsumen harus dibuat. Diperlukan adanya pemeriksaan mutu gabah saat pembelian, sehingga pengelola penggilingan dapat memetapkan perlakukan terhadap gabah untuk dijemur, disimpan dan digiling secara benar. Beras yang baik dan susut yang rendah, dihasilkan dari baiknya penanganan pascapanen yang dilakukan baik oleh petani maupun oleh penggilingan. Tahapan kegiatan penanganan pascapanen padi yang dilakukan oleh petani dimulai dengan penentuan waktu panen padi pada hamparan sawah. Tahapan kegiatan penanganan pascapanen padi secara
keseluruhan
meliputi
tahapan-tahapan
sebagai
berikut:
pemanenan, pengumpulan, perontokan, pengangkutan, pengeringan, penyimpanan, dan penggilingan. Pemanenan GKP, KA 25%
Ani-ani, sabit
Pengumpulan Terpal
Perontokan
Digebot
Karung
Pengangkutan
Terpal
Pengeringan
Karung, gerobak
Lantai jemur, drier
Pembersihan
Kering simpan GKS, KA 18%
Kering giling GKG, KA 14 %
Penyimpanan
Penggilingan
Gambar 9. Tahapan proses kegiatan penanganan pascapanen (Hasbullah, 2007)
68
Sarana dan Berkualitas
Prasarana
untuk
Menghasilkan
Pelayanan
Penggunaan Terpal Penjemuran pada lapisan semen yang dilakukan dengan ketebalan kurang dari 1 cm dapat mengakibatkan persentase beras pecah lebih dari 70 persen dengan rendemen giling yang rendah. Penggunaan terpal diperlukan sebagai alas untuk penjemuran dan untuk menutupi atau melindungi dari guyuran air hujan. Penggunaan alas terpal selama perontokan bertujuan agar gabah yang sudah dirontokkan mudah untuk dikumpulkan kembali. Fungsi terpal dalam penanganan pascapanen padi antara lain: (1) mengurangi atau menekan kehilangan butiran gabah pada saat perontokan dan pengeringan, (2) sebagai dinding dan alas dalam upaya mencegah bercampurnya kotoran dengan gabah, (3) memudahkan pengumpulan gabah dan sebagai penutup gabah pada waktu hujan turun, (4) untuk menghasilkan penyebaran panas yang merata pada saat penjemuran/pengeringan. Keuntungan penggunaan terpal dalam penanganan pascapanen padi adalah: (1) memudahkan penyelamatan gabah bila dalam masa penjemuran/pengeringan hujan turun secara tiba-tiba, misalnya dengan cara memasang tali pengikat untuk memudahkan menggulung terpal/lembaran plastik kemudian menutup/melindungi gabah dari hujan
dengan
cepat,
(2)
memudahkan
pengumpulan
untuk
pengarungan gabah pada akhir perontokan dan penjemuran, (3) dapat mengurangi tenaga kerja buruh tani di lapangan. Spesifikasi terpal yang akan disediakan oleh penggilingan Kelompok Tani Hurip adalah sebagai berikut: 1. Terbuat dari bahan plastik single layer berukuran 8 m x 8 m, ada jahitan pinggir dengan diberi lubang yang dilengkapi dengan ring besi di bagian sudut dengan interval 2 m sehingga terdapat lebih kurang 16 lubang. 2. Berwarna gelap (biru, coklat atau hitam).
69
Penggunaan Gudang Penyimpanan merupakan bagian yang penting dalam penanganan pascapanen padi. Biji-bijian termasuk padi sangat rentan terhadap kerusakan selama penyimpanan, apalagi jika sistem penyimpanan yang diterapkan kurang atau tidak memenuhi persyaratan penyimpanan yang baik. Selama penyimpanan proses perubahan biokimia dan serangan agen-agen perusak dapat menyebabkan susut dan menghasilkan metabolit yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyimpanan yang baik dan benar. Dalam hal ini perlu dilakukan kontrol terhadap faktor-faktor lingkungan yang berperan dalam penyimpanan serta kontrol terhadap agen-agen yang dapat menimbulkan kerugian. Banyak faktor yang berperan dalam penyimpanan pangan. Faktor-faktor tersebut adalah (1) lingkungan (suhu, kelembaban, nisbi, komposisi atmosfir), (2) sifat dan karakteristik bahan (kadar air), (3) tindakan penanganan bahan sebelum disimpan (cara dan waktu panen, pembersihan
bahan),
dan
(4)
agen
atau
hama
perusak
(mikroorganisme, serangga hama pascapanen, rodenta, dan binatang vertebrata lainnya seperti burung). Penyimpanan yang akan diterapkan oleh
Penggilingan Hurip
Jaya menggunakan teknik karungan. Penyimpanan dengan sistem karungan mempunyai beberapa keuntungan antara lain : fleksibel, modal investasi relatif kecil, biaya bongkar muat lebih murah, tidak terjadi
migrasi
uap,
penanganan
secara
semi
mekanis
dan
pemeriksaannya lebih mudah. Namun, demikian terdapat beberapa kelemahan antara lain: modal investasi mahal, biaya fumigasi relatif mahal, serangan hama sulit dikendalikan (serangga, tikus, burung), suhu dan kelembaban sukar dikendalikan. Pada sistem karungan, gabah / beras yang akan disimpan dimasukkan ke dalam karung goni dan ditumpuk pada landasan yang terbuat dari kayu. Sekelompok tumpukan karung goni yang terdiri dari
70
beberapa lapisan/tumpukan disebut ”staple”. Susunan tiap-tiap lapisan dapat berupa sistem lima karung dan delapan karung seperti dapat dilihat pada Gambar 10. (Hasbullah, 2007)
Tumpukan ke-1
Tumpukan ke-2
Gambar 10 . Cara penumpukan kunci lima dalam penyimpanan sistem karung. (Hasbullah, 2007) Rencana Produksi Rencana produksi Penggilingan Hurip Jaya, meliputi dua produk utama dan produk sertaan yang menghasilkan nilai jual yaitu jasa giling, beras, dan dedak. Pada tahun pertama penggilingan menetapkan akan mampu menggiling sebanyak 400 ton GKG atau setengah dari peluang pasar yang ada, tahun berikutnya penggilingan menaikkan produksi sebanyak lima persen. Kenaikan ini direncanakan karena pada tahun pertama operasi, penggilingan menetapkan produksi yang minim dan tidak mengambil semua peluang pasar yang ada. Kenaikan ini diprediksi karena promosi akan dilakukan, baik itu di Desa Cikarawang, maupun Situgede. Pada tahun terakhir periode analisis (tahun 2017), penggilingan menetapkan akan mampu menggiling sebanyak 620,5 ton GKG. Produksi beras pada tahun pertama operasi yaitu dengan menghasilkan 2528 kg beras dari pembelian 4 ton GKG, tahun berikutnya penggilingan membeli 5 ton, 6 ton, 7 ton, dan 8 ton gabah kering giling. Pada periode analisis tahun ke enam hingga ke sepuluh. Penggilingan akan meningkatkan produksi beras, dengan melakukan pembelian sebanyak 20 ton gabah kering giling, maka beras yang akan dihasilkan yaitu sebanyak 12,64 ton beras.
71
Produksi dedak yang dihitung dari hasil sertaan dalam menggiling padi, yaitu didapat dari 10 % gabah kering giling. Perhitungan dedak hanya dihitung dari GKG yang digiling dari proses jasa giling, belum ditambah dari hasil proses pembuatan beras. Rencana produksi untuk ketiga jenis produk tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8. 4.3.3. Analisis Aspek Manajemen Operasional Analisis
aspek
manajemen
operasional
rencana
usaha
Penggilingan Hurip Jaya meliputi hal-hal sebagai berikut ini: Kepemilikan dan Legalitas Penggilingan Hurip Jaya akan berada di bawah bidang usaha Kelompok Tani Hurip, penggilingan ini merupakan usaha kelompok yang bertujuan untuk memajukan Kelompok Tani Hurip. Pengelolaan dilakukan oleh anggota kelompok yang aktif melakukan rencana usaha dan penelitian partisipatif. Pada mulanya terdapat enam orang anggota yang akan mengelola penggilingan, namun pada akhirnya hanya terdapat empat orang anggota yang memiliki komitmen untuk mendirikan penggilingan padi tersebut. Pengelola usaha dapat dilihat pada Lampiran 7. Perencanaan usaha, dan jalannya operasional penggilingan gabah akan dilakukan dengan kerjasama tim, dimana tim terdiri dari empat orang pengelola, yang memiliki hak dan kewajiban yang sama. Jalannya usaha penggilingan sangat tergantung pada komitmen pengelola dalam mengelola penggilingan. Komitmen tersebut sudah terlihat dari kesungguhan tim untuk melakukan rencana usaha kolaboratif. Keberadaan dari suatu usaha harus diakui oleh masyarakat sekitar,
Lembaga
Pemusyawaratan
Masyarakat
(LPM),
dan
pemerintahan desa (BPD) setempat. Manfaat dari adanya legalitas adalah usaha tersebut akan diakui eksintensinya, dengan pengakuan eksistensi ini, maka usaha tersebut akan dikenal oleh masyarakat, kemudian memudahkan usaha untuk mengembangkan bisnisnya
72
karena mendapatkan perlindungan secara hukum dari pemerintah. Dalam mendapatkan legalitas tersebut, penggilingan akan mengurus perizinan, meminta rekomendasi dari berbagai instansi, mengurus nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan surat izin usaha perdagangan (SIUP) Struktur Organisasi
Manajer Umum
Manajer Pemasaran
Manajer Produksi
Pengawas & Penasihat
Administrasi
Administrasi
Keuangan
Gambar 11 . Struktur Organisasi
Organisasi usaha Penggilingan Hurip Jaya terdiri atas bagian pemasaran, produksi, keuangan, dan administrasi. Keseluruhan operasional penggilingan padi dikoordinir oleh manajer umum yang menjalankan fungsi perencanaan kerja dan tata-tertib, memotivasi dan menggerakkan karyawan, melakukan pengawasan secara keseluruhan, serta memberikan laporan pertanggungjawaban kepada kelompok tani dan penanam saham. Manajer umum dan manajer produksi akan dirangkap oleh satu orang pengelola. Pengelola untuk masing-masing bagian tersebut berasal dari anggota Kelompok Tani Hurip yang melakukan rencana usaha kolaboratif. Pembagian kerja antara lain dijelaskan sebagai berikut, manajer umum bertanggung jawab untuk: 1) membuat perencanaan kegiatan penggilingan dan melakukan kontrol, 2) mengelola kelancaran kegiatan operasional perusahaan, 3) memberikan pertanggungjawaban
73
berupa laporan triwulan kepada kelompok tani dan penanam saham, 4) memberikan pengarahan kepada divisi fungsional Bagian pemasaran dan penjualan mempunyai tanggung jawab untuk: 1) mencari konsumen dan menjalin kemitraan, 2) mengatur distribusi barang dan jasa, dan 3) mengatur kelancaran pemasaran. Bagian produksi bertanggung jawab dalam: 1) mengatur kelancaran produksi, 2) mengawasi dan mengatur penggudangan, 3) memastikan mesin dalam keadaan baik, dan 4) mengatur kelancaran bahan baku. Bagian administrasi keuangan memiliki tanggung jawab untuk: 1)
menyusun laporan keuangan, 2) mencatat arus kas harian, 3)
menyusun anggaran biaya, 4) serta mencatat perhitungan laba-rugi dan neraca, sedangkan
bagian
administrasi bertanggungjawab atas
dokumentasi laporan/pencatatan dan pencatatan arus keluar masuk barang dan jasa. Upah Manajemen dan Buruh Tenaga kerja yang akan terlibat dalam penggilingan Kelompok Tani Hurip terdiri dari tenaga kerja tetap dan tidak tetap. Tenaga kerja tetap merupakan pengelola penggilingan padi, tenaga kerja ini tidak terpengaruh oleh naik, turunnya volume produksi, dan mendapatkan biaya yang tetap tiap bulan dalam satu tahun. Rencana gaji yang akan ditetapkan untuk tenaga kerja tetap adalah sebagai berikut, pada tahun pertama ditetapkan pengelola akan mendapatkan gaji sebesar Rp. 500.000,00 per bulan untuk setiap orang, untuk tahun-tahun berikutnya gaji pengelola akan dinaikkan sebesar Rp. 100.000,00. Tahun kedua pengelola akan mendapatkan Rp. 600.000,00 setiap bulan, tahun ketiga pengelola akan mendapatkan Rp. 700.000,00 setiap bulan, begitu seterusnya hingga periode analisis Kebutuhan SDM mengenai jenis pekerjaan, status, kualifikasi, jumlah dan gaji tahun pertama dapat dilihat pada Tabel 9.
74
Tabel 9. Kebutuhan SDM N
Jenis
o
Pekerjaan
1.
Umum dan produksi
Status
Kualifikasi
Jumlah
Gaji tahun pertama
Karyawan Tetap
9 9 9 9 9 9 9
2.
Pemasaran
Karyawan Tetap
9 9 9 9 9 9
3.
Keuangan
Karyawan Tetap
9 9
9 9 9 4.
Administrasi
Karyawan Tetap
9 9 9 9 9
5.
Buruh
Karyawan Tidak Tetap
9 9 9
Mampu menyusun rencana usaha yang riil ke depan. Mampu mengatur dan mengelola tenaga kerja yang ada. Memahami proses produksi dan kualitas beras yang dihasilkan. Pekerja keras. Mampu bekerja dalam tim. Memahami mesin dan peralatan Memiliki kesungguhan dalam bekerja Mampu melihat dan menangkap peluang pasar. Memiliki kemampuan komunikasi dan menjalin kemitraan. Memahami arti penting pemasaran. Pekerja keras. Mampu bekerja dalam tim. Memiliki kesungguhan dalam bekerja Mampu membuat laporan keuangan. Memahami arti penting pencatatan keuangan yang benar, tepat dan jelas. Pekerja keras. Mampu bekerja dalam tim. Memiliki kesungguhan dalam bekerja Mampu melakukan pencatatan yang baik, rapi, dan benar. Memahami arti penting pencatatan setiap aktivitas. Pekerja keras. Mampu bekerja dalam tim Memiliki kesungguhan dalam bekerja Pekerja keras. Memiliki kesungguhan dalam bekerja. Memahami arti penting kualitas
1
Rp. 500.000, 00 / bulan
1
Rp. 500.000, 00 / bulan
1
Rp. 500.000, 00 / bulan
1
Rp. 500.000 / bulan
1
Rp. 300.000 / bulan
75
Pengelola akan merekrut satu orang tenaga kerja tidak tetap sebagai tenaga operasional harian. Rencana penggajian bagi buruh yang ditetapkan oleh pengelola adalah sebagai berikut, pada tahun pertama tenaga kerja tidak tetap akan mendapatkan gaji sebesar Rp. 300.000,00 per bulan, tahun kedua akan mendapatkan gaji Rp. 400.000,00 per bulan, tahun ketiga akan mendapatkan gaji sebesar Rp. 500.000,00 per bulan, begitu seterusnya hingga periode analisis. 4.3.4. Analisis Aspek Dampak Usaha. Peran usaha penggilingan gabah baru yang dipelopori oleh Kelompok Tani Hurip kepada masyarakat sekitar sangat besar. Penggilingan gabah ini bukan saja keinginan dan kebutuhan dari kelompok tani, namun penggilingan ini merupakan keinginan dan kebutuhan masyarakat sekitar yang diketahui dari penyebaran angket. Masyarakat sangat berharap pendirian usaha penggilingan gabah tersebut dapat direalisasikan. Pendirian usaha penggilingan gabah ini akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa giling yang dekat dengan wilayahnya. Dampak dari usaha penggilingan tersebut yaitu terpenuhinya kebutuhan masyarakat, peningkatan motivasi masyarakat dalam berwirausaha karena penggilingan akan memproduksi hasil samping seperti sekam yang dapat dibuat menjadi pupuk kompok, biogas, energi pembakaran dari hasil bakarnya atau untuk abu gosok. Dedak yang dapat dipasarkan dan dijual untuk pakan ternak, serta menir yang dapat dibuat menjadi tepung beras dan dipasarkan, pengembangan ekonomi desa, dan pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Desa Cikarawang. Antisipasi
dampak
lingkungan
yang
dihasilkan
oleh
penggilingan gabah seperti polusi udara, dan polusi suara, membuat pengelola untuk mempertimbangkan lokasi yang tepat. Lokasi pendirian penggilingan padi tersebut direncanakan akan berada di Carangpulang Lebak, dimana sebelah kanan dan kiri penggilingan adalah lahan sawah yang tidak berdekatan dengan pemukiman
76
penduduk, sehingga tidak menimbulkan gangguan pada masyarakat sekitar. 4.3.5. Analisis Aspek Finansial Analisis aspek finansial dalam rencana usaha Penggilingan Hurip Jaya terdiri atas hal-hal sebagai berikut : Kebutuhan Modal dan Identifikasi Biaya Kebutuhan modal dalam mendirikan usaha penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Modal investasi merupakan modal yang dikeluarkan pada awal periode usaha untuk pembelian sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya usaha penggilingan dan digunakan untuk memperoleh manfaat hingga secara ekonomis tidak dapat digunakan lagi. Jika investasi awal secara ekonomis sudah tidak dapat digunakan lagi, maka dilakukan investasi kembali atau disebut reinvestasi. Sementara itu, modal kerja adalah modal yang digunakan untuk keperluan operasional produksi. Total rencana kebutuhan modal pada tahun pertama usaha ini sebesar Rp 112.716.000,00 terdiri dari kebutuhan investasi tahun ke nol sebesar Rp 59.756.000,00 dan perkiraan modal kerja sebesar Rp 52.960.000,00 dapat dilihat pada Lampiran 12 dikurangi biaya penyusutan dan biaya sosial. Kebutuhan Investasi Rencana investasi yang dibuat oleh Kelompok Tani Hurip terdiri dari pembuatan bangunan, gudang, kantor, dan lantai jemur, pembelian mesin penggilingan lengkap, pembelian meja tulis dan kursi, timbangan duduk, takaran beras, tester kadar air, tool kit seperti ring, kunci pas dan kunci sok, perlengkapan lain dapat dilihat pada Lampiran 10. Selain biaya investasi, usaha ini juga memiliki biaya reinvestasi. Pembelian kembali untuk serokan, karung, ember dan selang dilaksanakan pada tahun ke empat dan ke delapan periode analisis. Rincian dari rencana investasi dapat dilihat pada Lampiran 12.
77
Kebutuhan Modal Kerja Kebutuhan modal kerja dalam usaha penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel atau tidak tetap. Biaya total yang dikeluarkan untuk usaha ini sebesar Rp. 58.610.000,00. Kebutuhan modal kerja pada tahun pertama dikurangi biaya penyusutan dan biaya sosial sebesar Rp. 52. 960.000,00. Biaya tetap terdiri dari gaji karyawan tetap, penyusutan, biaya umum, dan sewa tanah, sedangkan biaya variabel terdiri dari upah kerja atau buruh, bahan baku gabah, bahan bakar, biaya transport dan biaya sosial. Rincian biaya operasional dapat dilihat pada Lampiran 12. Sumber Modal Sumber modal untuk rencana usaha ini berasal dari modal sendiri dan pinjaman. Perbandingan modal sendiri dan modal pinjaman adalah 30:70. Modal pinjaman akan berasal dari bank syariah atau bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) yang menetapkan proporsi bagi hasil yaitu 40:60 untuk pinjaman yang dipergunakan untuk investasi. 40 persen dari keuntungan menjadi hak bank, dan 60 persen dari keuntungan menjadi hak pengelola. Bagi hasil untuk pinjaman modal kerja ditetapkan proporsi sebesar 45:55. 45 persen untuk bank syariah dan 55 persen untuk usaha. Total rencana kebutuhan adalah Rp. 112.716.000,00. Modal sendiri yang dipergunakan untuk rencana investasi adalah Rp. 17.927.000,00 dan untuk modal kerja adalah Rp. 15.888.000,00. Sedangkan modal pinjaman untuk kegiatan investasi adalah Rp. 41.829.000,00 dan untuk modal kerja adalah Rp. 37.072.000,00. Aspek permodalan rencana usaha ini dapat dilihat pada Lampiran 14. Identifikasi Manfaat atau Penerimaan Manfaat yang diterima oleh usaha penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip berasal dari penjualan produk utama yaitu jasa giling dan beras, produk sertaan seperti dedak, sekam dan menir. Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah output dengan harga jual per satuannya.
78
Pada rencana usaha ini, harga jual yang berlaku berdasarkan kesepakatan
dan
pertimbangan
pengelola
penggilingan
gabah
Kelompok Tani Hurip. Perhitungan penerimaan secara rinci untuk produk utama dan sertaan yang memiliki nilai jual serta perkiraan laba/rugi dapat dilihat pada Lampiran 16 dan perkiraan arus kas dapat dilihat pada Lampiran 17. Penetapan harga jual telah terdapat pada analisis aspek pasar dan pemasaran, sedangkan rencana produksi terdapat pada analisis aspek teknis dan teknologis Kriteria Kelayakan Investasi Lima kriteria yang digunakan dalam menilai investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Break Even Point (BEP), dan Payback Period. Hasil perhitungan kelayakan investasi ini diperoleh dari hasil perhitungan komponen outflow dan inflow yang didiskontokan. Nilai dari kriteria penilaian investasi rencana usaha Penggilingan Hurip Jaya dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai Kriteria Penilaian Investasi Rencana Usaha Penggilingan Gabah Kelompok Tani Hurip Kriteria Investasi Net Present Value (NPV) Profitability Index (PI) Internal Rate of Return (IRR) Payback Period (PBP)
Nilai Rp 254.889.000,00 8,54 40,8% 0,8 tahun
Hasil perhitungan kriteria investasi secara komprehensif dapat dilihat pada Lampiran 18-21. Nilai Net Present Value (NPV) menunjukkan nilai yang positif dan sangat besar, nilai ini menunjukkan hasil dari nilai arus kas masuk selama periode analisis yang didiskontokan dikurangi dengan nilai arus kas keluar yang didiskontokan. NPV sebesar Rp. 254.889.000,00 menunjukkan bahwa penggilingan padi ini layak, karena berdasarkan kriteria penilaian investasi, usaha layak jika NPV > 0.
79
Nilai Profitability Index (PI) menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu. Menurut kriteria penilaian investasi, PI layak jika PI > 1. PI merupakan perbandingan antara nilai arus kas masuk selama periode analisis yang didiskontokan dibagi dengan nilai arus kas keluar yang didiskontokan. IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV dari usaha tersebut sama dengan nol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keuntungan internal yang diperoleh dari investasi yang dilakukan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai IRR dari rencana usaha penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip sebesar 40,8 persen. Nilai tersebut diperoleh dengan menggunakan metode coba-coba (trial and error). Nilai IRR tersebut menunjukkan kelayakan dari suatu usaha, karena IRR lebih besar dari tingkat suku bunga deposito. Payback Period (PBP) merupakan jumlah lama tahun yang dibutuhkan bagi suatu usaha untuk menutupi biaya investasi awal dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai PBP adalah 0,8 tahun, artinya adalah penggilingan gabah ini baru dapat menutupi pengeluaran biaya investasinya dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan setelah usaha ini berjalan sekitar 9 bulan 6 hari. Berdasarkan hasil dari empat kriteria penilaian investasi di atas, dapat disimpulkan bahwa penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip layak untuk diimplementasikan pada kondisi atau asumsi yang telah disepakati bersama. Hal ini ditunjukkan dari nilai NPV > 0, PI > 1, IRR > tingkat suku bunga yang dijadikan dasar perhitungan, yaitu 7 persen, dan PBP lebih pendek waktunya dari periode pembayaran maksimum atau tertutupi sebelum umur rencana usaha Tirta Maju berakhir. Kriteria lainnya Selain empat kriteria penilaian investasi di atas, pada penelitiannya ini juga dilakukan perhitungan terhadap kriteria-kriteria tambahan lainnya, Break Even Point (BEP) tahun analisis, BEP
80
volume produksi, dan BEP harga jual. Perhitungan masing-masing kriteria dapat dilihat pada Lampiran 20 dan 21. Analisis Sensitivitas Hasil analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu usaha dalam menghadapi setiap perubahan yang mungkin terjadi. Analisis ini dilakukan dengan terjadinya perubahan di tingkat harga input operasional dan volume penjualan hingga nilai NPV menjadi negatif. Dari skenario kenaikan dan penurunan harga input operasional dan volume penjualan sebesar 10 persen. Kenaikan 10 persen harga input operasional meliputi harga bahan baku gabah, transport, dan bahan bakar minyak solar. Kenaikan 10 persen harga input operasional dan penurunan 10 persen volume penjualan menghasilkan nilai NPV sebesar Rp. 213.709.000,00, IRR 40,4 persen, nilai Net B/C adalah 7,32 dan PBP 1 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha ini tidak sensitif terhadap penurunan 10 persen penjualan dan kenaikan 10 persen harga input operasional. Analisis sensitivitas dapat dilihat pada Lampiran 2226. Hasil analisis sensitivitas switching value menyatakan bahwa usaha Penggilingan Hurip Jaya akan menjadi tidak layak saat harga harga input operasional yang meliputi harga bahan baku gabah, transport, dan bahan bakar minyak solar naik hingga sebesar 50 persen dan volume penjualan turun sebesar 66 persen, penurunan volume penjualan dan kenaikan harga input operasional tersebut akan menghasilkan NPV negatif sebesar Rp. 3.016.000,00, IRR 7,1 persen, nilai Net B/C adalah 0,91 dan PBP lebih dari periode analisis atau 10 tahun. Analisis sensitivitas switching value dapat dilihat pada Lampiran 27-30.
81
4.4. Rekomendasi Dalam Tahap Implementasi Pendirian Pengilingan Gabah Penggilingan gabah ini dapat direalisasikan apabila pengelola memiliki kesungguhan dalam melaksanakannya. Kesungguhan dan keyakinan yang dimiliki oleh pengelola untuk pendirian usaha merupakan modal yang utama. Dalam mengatasi permasalahan permodalan, pengelola sebaiknya mensosialisasikan rencana usaha yang dibuat agar investor tertarik untuk menanamkan saham segera. Pengelola perlu mempersiapkan kondisi internalnya, kondisi internal yang dimaksud adalah kesiapan bagian pemasaran dan penjualan dalam mencari konsumen, kesiapan bagian produksi yaitu mampu memenuhi permintaan yang diinginkan oleh konsumen, serta kesiapan bagian adminstrasi baik itu keuangan maupun non keuangan untuk membentuk sistem pencatatan yang baik, agar memudahkan untuk menghitung keuntungan dan kerugian serta kecepatan untuk membuat keputusan. Kesiapan ini dapat terpenuhi dengan melakukan pelatihan manajerial. Pengelola harus mengurus masalah perizinan, dan legalitas, serta meminta rekomendasi dari Dinas Pertanian dan Pemerintah Daerah agar usaha penggilingan tersebut diakui keberadaanya. Adanya pengakuan memiliki
banyak
keuntungan,
yaitu
mendapatkan
proteksi
atau
perlindungan dari pemerintah, bantuan, pelatihan, serta berbagai informasi yang dapat menguntungkan dan mengembangkan usaha. Apabila usaha telah berjalan, maka pengelola harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen sehingga menciptakan kepuasan, selain itu transparansi atau keterbukaan baik kepada konsumen, kelompok tani, maupun kepada petani yang menanamkan saham sangat penting, karena dapat menciptakan kepercayaan kepada pengelola usaha penggilingan. Kemudian pengelola harus membuat sistem pembagian keuntungan yang jelas dan adil, baik bagi kelompok, petani yang menanamkan saham, maupun pengelola sendiri agar tidak menimbulkan perpecahan dan keributan.
82
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan a.
Hasil analisis kelayakan aspek pasar dan pemasaran menunjukkan bahwa di Desa Cikarawang masih terdapat peluang yang sangat besar untuk mendirikan penggilingan padi tersebut, peluang tersebut adalah sekitar 500 hingga 1000 ton gabah kering giling.
b.
Analisis kelayakan aspek teknis dan teknologis, menjelaskan mengenai rencana investasi, letak, layout, kapasitas produksi ekonomis, dan rencana produksi. Rencana tersebut telah dibuat mulai dari berapa produksi tahun pertama, mesin dan peralatan yang tepat untuk dipergunakan oleh penggilingan padi kecil, serta tata letak dan lokasi yang baik untuk mendirikan penggilingan padi di Desa Cikarawang.
c.
Analisis kelayakan aspek manajemen operasional dan dampak usaha menjelaskan mengenai kepemilikan, legalitas, struktur organisasi,dan pembagian tugas dalam mengelola penggilingan tersebut, sedangkan dampak usaha menjelaskan mengenai dampak dan akibat yang akan terjadi apabila penggilingan tersebut didirikan. Dampak yang akan terjadi lebih cenderung kepada banyaknya manfaat yang akan di dapat masyarakat,
karena
penggilingan
melakukan
antisipasi
dengan
menentukan lokasi yang tepat yang tidak berdekatan dengan perumahan, sehingga tidak menimbulkan polusi baik itu polusi udara, maupun suara. d.
Analisis kelayakan finansial menghasilkan nilai kriteria investasi yang cukup besar dimana NPV bernilai Rp.254.889.000,00 IRR 40,8 persen, Net B/C atau PI adalah 8,54 dan PBP adalah 0,8 tahun. Semua analisis kelayakan menunjukkan bahwa penggilingan gabah di Desa Cikarawang yang akan dikelola oleh Kelompok Tani Hurip layak untuk didirikan.
2. Saran a.
Kelompok Tani Hurip selaku kelompok yang memiliki divisi usaha, harus meningkatkan motivasi dan kemampuannya dalam menciptakan dan mengembangkan usaha, pengembangan motivasi dan kemampuan
83
ini melibatkan anggota kelompok dimana masing-masing anggota dituntut untuk meningkatkan loyalitas dan partisipasinya, selain itu kelompok harus menjalin kerjasama dengan kelompok tani lain di Desa Cikarawang agar tercipta sinergi dan manfaat bagi banyak pihak. b.
Penelitian ini belum menganalisis produk beserta harga dari jasa lain yang menyertai jasa penggilingan, yaitu jasa jemur, dan jasa simpan, penelitian selanjutnya dapat menyempurnakan dengan menganalisis semua produk yang menyertai
jasa giling, agar dari hasil analisis
kelayakan tersebut dapat tercipta rencana komprehensif .
usaha masyarakat yang
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Keinginan Kelompok Tani Hurip dan masyarakat sekitar akan adanya penggilingan gabah di daerahnya mendorong Kelompok Tani Hurip untuk melakukan perencanaan usaha penggilingan gabah dengan baik. Selama ini Kelompok Tani Hurip dan masyarakat di Dusun II harus melakukan penggilingan gabah di luar daerah Cikarawang, seperti Desa Situgede, Desa Rancabungur, dan Desa Pasir Gaok. Hal ini dirasakan berat oleh masyarakat karena tempatnya cukup jauh, sehingga masyarakat harus membawa gabahnya ke tempat tersebut dan kembali membawa beras. Desa Cikarawang memiliki dua penggilingan gabah milik perorangan yang terletak di Dusun I dan III. Penggilingan gabah di Dusun I (daerah Cangkrang) sudah tidak berfungsi dengan baik dan sudah kehilangan kepercayaan dari masyarakat sehingga masyarakat tidak ingin menggiling gabahnya disini. Penggilingan gabah di Dusun III (daerah Carangpulang Lebak) masih beroperasi dengan baik. Keunggulan ditinjau dari aspek pasar dimiliki oleh penggilingan gabah di Dusun III yaitu daerah ini memiliki lahan sawah yang cukup luas. Setiap pergantian musim tanam petani di daerah ini selalu menanam padi kembali karena lahan ini selalu diairi air yang bersumber dari Situ Burung, bisa dikatakan daerah ini sebagai daerah lumbung padi di Cikarawang. Rencana pendirian penggilingan gabah oleh Kelompok Tani Hurip tentu menghadapi berbagai tantangan, seperti persaingan, belum adanya mitra dan pelanggan. Namun, kelompok berkeinginan untuk tetap melakukan perencanaan usaha penggilingan gabah, segala tantangan dalam melakukan pendirian tersebut akan dihadapi dan dicari solusinya oleh Kelompok Tani Hurip. Dengan keyakinan kelompok, dan adanya potensi terhadap usaha penggilingan gabah yang terlihat dari sisi permintaan, keinginan, dan kebutuhan masyarakat sekitar, semakin memotivasi kelompok ini untuk mendirikan penggilingan gabah.
25
Kajian kelayakan terhadap pendirian usaha penggilingan gabah harus dilakukan, hal ini berguna untuk mengetahui kelayakan dari usaha tersebut, dan bermanfaat sebagai pedoman bagi Kelompok Tani Hurip untuk menyusun dan memperbaiki rencana usahanya ke depan. Nantinya diharapkan akan memberi kontribusi positif sehingga tercipta usaha masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, meningkatkan motivasi masyarakat untuk berwirausaha, menciptakan lapangan kerja, mengembangkan desa, serta menyejahterakan masyarakat. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.
Kelompok Tani Hurip dan Masyarakat Dusun II Desa Cikarawang
Keinginan untuk mengembangkan usaha penggilingan gabah sendiri Ketersediaan Bahan Baku (Gabah)
Penggilingan Gabah yang Lain
Potensi Usaha Penggilingan Gabah Kajian Kelayakan
BENEFIT 9 Wirausaha Masyarakat 9 Ketersediaan Pangan 9 Peningkatan Motivasi Masyarakat 9 Ketersediaan Lapangan Kerja 9 Pengembangan Desa
PROFIT 9 Peningkatan Pendapatan 9 Peningkatan Loyalitas anggota dan Konsumen 9 Keberlangsungan Usaha 9 Pengembangan Usaha
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
26
3.1. Tahapan Penelitian Secara garis besar tahapan penelitian tersaji dalam bentuk diagram alir sebagai berikut: Sosialisasi dan Identifikasi Potensi Ekonomi D
Penelitian Pendahuluan
Pemilihan UKM/kelompok tani
Gambaran Kegiatan Ekonomi Saat Ini Merumuskan Masalah yang Akan Diteliti
Pendekatan PAR
Analisis SWOT Usaha Pengilingan Gabah Perencanaan Usaha Penggilingan Gabah Kolaboratif (Pasar, Teknis, Manajemen, Finansial) Pencarian Data : Primer dan Sekunder
Data cukup
TIDAK
YA
Tabulasi Data Analisis Kelayakan Aspek Pasar dan Pemasaran Analisis Kelayakan Aspek Teknis dan Teknologis
Penelitian Utama
Analisis Kelayakan Aspek Manajemen Operasional Analisis Kelayakan Aspek Dampak Usaha Analisis Kelayakan Aspek Finansial TIDAK Layak YA Rekomendasi
Gambar 4. Diagram Alir Penelitian
27
Tahapan
pertama
penelitian
adalah
mensosialisasikan
metode
Participatory Action Research (PAR) dan Participatory Rural Appraisal (PRA) kepada masyarakat Desa Cikarawang. Pendekatan penelitian aksi partisipatif ini diperlukan sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan yang seringkali dihadapi dalam pendekatan top down. Peneliti melakukan identifikasi potensi desa untuk mengetahui potensi ekonomi apa saja yang ada di Desa Cikarawang, melalui observasi, wawancara terhadap penduduk sekitar, dan kunjungan ke balai desa. Peneliti menyadari
keberhasilan dari pengembangan ekonomi pedesaan sangat
tergantung dari ketepatan dalam identifikasi dan penilaian tersebut. Hasil dari identifikasi potensi ekonomi desa akan menjadi bahan tentang strategi apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan ekonomi desa lebih lanjut. Adanya potensi untuk mengembangkan hasil pertanian menjadi produk yang bernilai tambah seperti industri pengolahan hasil pertanian membuat peneliti memiliki kecenderungan untuk melakukan penelitian bersama-sama anggota kelompok tani, yaitu Kelompok Tani Hurip. Gambaran kegiatan ekonomi kelompok Tani Hurip saat ini harus diketahui, hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekonomi serta potensi-potensi yang ada pada kelompok Tani Hurip. Dari diketahuinya gambaran kegiatan ekonomi saat ini maka akan memudahkan dilakukannya perancangan oleh kelompok terhadap kegiatan ekonomi yang akan dilakukan kelompok di masa depan. Langkah selanjutnya yaitu penentuan bersama usaha masyarakat untuk mengembangkan potensi ekonomi Desa Cikarawang dengan merumuskan masalah melalui identifikasi masalah, kebutuhan dan keinginan masyarakat. Berdasarkan pendekatan penelitian aksi partisipatif maka usaha yang ingin didirikan oleh masyarakat Cikarawang adalah penggilingan gabah, kemudian dilakukan rencana usaha kolaboratif mengenai aspek pasar, teknis, manajemen, dan finansial, serta pencarian data-data yang dibutuhkan baik primer maupun sekunder. Setelah kebutuhan data diperoleh dan ditabulasikan, peneliti melakukan analisis kelayakan aspek pasar dan pemasaran, analisis
28
kelayakan aspek teknis dan teknologi, analisis kelayakan aspek manajemen operasional, analisis kelayakan aspek dampak usaha dan terakhir analisis kelayakan aspek finansial juga dilihat dari analisis sensitivitasnya. Hasil dari layak atau tidaknya usaha pendirian penggilingan padi akan dijadikan sebagai informasi untuk memberikan rekomendasi dalam menentukan langkah-langkah
selanjutnya
hingga
memungkinkan
terealisasinya
penggilingan gabah di Desa Cikarawang. 3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pada awalnya pemilihan lokasi dilakukan secara purposive sampling dan merupakan bagian dari salah satu program pengembangan
komunitas (Community
Development) Institut Pertanian Bogor (IPB) dan The Center For Internasional Forestry Research (CIFOR). Penelitian ini dilakukan dari bulan Febuari sampai Juli 2007. 3.3.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Data Primer bersumber dari masyarakat dan kelompok tani di daerah penelitian. Data sekunder bersumber dari studi pustaka dan informasi dari beberapa instansi terkait seperti BPS Kabupaten Bogor dan Pusat, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Balai Besar Industri Argo, Perputakaan CIFOR, UPTD, dan referensi-referensi lainnya berupa makalah, hasil penelitian terdahulu, jurnal dan internet. 3.3.3. Metode Pengumpulan Data Data dan informasi dikumpulkan untuk mendapatkan suatu gambaran dan berbagai keterangan yang berkaitan dengan lingkup usaha. Proses pengumpulan data menggunakan metode Participatory Action Research, yaitu metode yang menyertakan dan melibatkan
29
masyarakat agar kesadaran masyarakat akan potensi ekonomi di daerahnya meningkat, masyarakat dibangun motivasinya untuk memanfaatkan potensi ekonomi desanya dengan sebaik mungkin sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat, metode ini memungkinkan adanya pembelajaran bersama masyarakat dan timbulnya inisiatif masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan mereka. Tahap
pengumpulan
data
dibagi
menjadi
dua
yaitu
pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan empat metode, yaitu: 1. Focus Group Discussion (FGD) yaitu diskusi kelompok terfokus yang melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam kelompok tani hurip. 2. Wawancara langsung dengan obyek penelitian yaitu anggota kelompok tani Hurip dan para pihak yang terkait dalam penelitian. 3. Future Scenario (skenario masa depan). Proses penetapan visi, misi, dan tujuan kelompok tani hurip, metode ini membantu untuk menentukan arah dan tujuan yang hendak dicapai dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang saling mempengaruhi, kondisi saat ini dilihat dari potensi-potensi ekonomi yang ada di desa Cikarawang, dan perkiraan kecenderungan (trend) masa depan. 4. Resource Mapping adalah kajian lapangan bersama masyarakat untuk memetakan potensi dan mencari solusi dari permasalahan yang ada. 5. Penyebaran angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner yang berisi daftar pertanyaan disebarkan ke masyarakat. Bagi masyarakat yang tidak dapat membaca dan menulis, maka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dilakukan dengan wawancara.
30
Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah, lembaga penelitian, serta departemen teknis lainnya yang berkaitan dengan penelitian, seperti Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Pemkab Bogor, CIFOR, UPTD, dan Pemerintah Desa serta didapat dari studi literatur (buku, makalah, jurnal, hasil penelitian terdahulu, dan internet). Aspek pasar dan pemasaran: data diperoleh dari wawancara, penyebaran angket, survey lapang, kunjungan ke usaha sejenis, dll. Strategi pemasaran dilakukan melalui penentuan segmen pasar, pasar sasaran, dan posisi produk di pasar. Bauran pemasaran menganalisis empat unsur untuk mencapai tujuan dalam pasar sasaran yaitu produk, harga,distribusi dan promosi. Aspek teknis dan teknologis: data dan informasi yang diperoleh, dipergunakan untuk perencanaan kapasitas produksi ekonomis dan tingkat aplikasi teknologi, proses produksi, sanitasi dan penanganan limbah, serta penentuan luas area pabrik yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha. Keterkaitan antar aktivitas dan tata letak pabrik dirancang berdasarkan informasi diatas. Aspek Manajemen Operasional: meliputi perencanaan struktur organisasi, deskripsi tugas, kualifikasi kebutuhan tenaga kerja, legalitas usaha serta sistem penggajian. Aspek Dampak Usaha: meliputi prediksi dampak usaha dan biaya dampak lingkungan. 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif yaitu dengan menganalisis kelayakan usaha penggilingan padi dilihat dari aspek manajemen usaha, dan dampak usaha. Metode analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan menghitung kelayakan usaha ini dari aspek pasar, teknik, dan aspek finansialnya. Kemudian hasil analisis tersebut dijelaskan secara deskriptif. Hal yang dilakukan berkenaan dengan aspek finansial yaitu dengan menghitung Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Break Even
31
Point (BEP), Payback Period (PBP), dan analisis sensitivitas menggunakan alat bantu Microsoft Excel. 3.4.1. Aspek Pasar Pengkajian
mengenai
aspek
pasar
dilakukan
dengan
menganalisis permintaan, penawaran, harga, bentuk pasar, program pemasaran, pesaing dan perkiraan penjualan. Melalui analisis aspek pasar ini dapat dilihat kondisi pasar yang terjadi dan dapat diperkirakan penjualan yang mungkin terjadi yang nantinya akan dapat memperkirakan anggaran usaha. Analisis permintaan dan pesaing didapat dari penyebaran angket yang diberikan kepada petani dan buruh tani yang terbiasa melakukan penggilingan gabah di Dusun I, II, dan III. Data tersebut diolah menggunakan Microsoft Excel dan SPSS version 12.0 3.4.2. Aspek Teknis Penilaian aspek teknis dilakukan dengan menganalisis apakah dari segi pembangunan usaha dan segi implementasinya secara teknis dapat dilaksanakan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui pula rancangan awal penaksiran biaya investasi dari usaha ini. Hal-hal yang perlu dianalisis dari aspek teknis ini antara lain: a. Lokasi proyek, dimana usaha didirikan dengan pertimbangan lokasi dan lahan usaha b. Skala usaha/luas produksi, ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis c. Mesin serta alat pembantu mesin, dengan melihat kriteria pemilihannya d. Proses produksi dan tata letak, termasuk bangunan dan fasilitas lainnya. e. Penyediaan bahan baku.
32
3.4.3. Aspek Manajemen Tujuan analisis kelayakan usaha dari aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi usaha dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga pada akhirnya rencana usaha dapat dikatakan layak atau tidak layak. Hal yang perlu dianalisis dalam aspek manajemen antara lain: a. Manajemen dalam masa pendirian usaha, yaitu pelaksanaannya dan jadwal penyelesaian. b. Manajemen dalam operasi, yaitu bentuk organisasi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan 3.4.4. Aspek Dampak Usaha Menganalisis
dampak
dari
pendirian
usaha
terhadap
lingkungan sekitar, jika banyak benefit atau manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dan lingkungan, maka pendirian usaha tersebut memiliki dampak yang baik, sehingga dapat dinyatakan layak apabila didirikan. Namun, bila yang terjadi sebaliknya, benefit atau manfaat yang dirasakan oleh lingkungan dan masyarakat sedikit, maka usaha tersebut dinyatakan tidak layak. 3.4.5. Aspek Finansial 1. Net Present Value (NPV) atau Nilai Bersih Sekarang. n
NPV
=
ACFt ± IO ……................................(1)
∑ t=1
(1 + k)t
Keterangan: ACFt
= arus kas tahunan setelah pajak pada periode t
k
= tingkat diskonto yang tepat
IO
= pengeluaran kas awal
n
= periode analisis usaha
Kriteria : NPV ≥ 0,0
: usaha layak
NPV < 0,0
: usaha tidak layak.
2. Internal Rate of Return (IRR) atau tingkat pengembalian internal.
33
n
IO =
ACFt …............………………………...(2)
∑ t=1
(1 + IRR)t
Keterangan: ACFt
= arus kas tahunan setelah pajak pada periode t
IRR
= tingkat pengembalian internal
IO
= pengeluaran kas awal
n
= periode analisis usaha
Kriteria : IRR ≥ tingkat pengembalian yang berlaku : usaha layak IRR < tingkat pengembalian yang berlaku : usaha tidak layak. 3. Net Benefit/Cost (Net B/C) atau Rasio Keuntungan/Biaya sama dengan Profitability Index (PI) atau Indeks Keuntungan. n
ACFt
∑ t=1
PI
(1 + k)t
=
……………….............………(3) IO
Keterangan: ACFt
= arus kas tahunan setelah pajak pada periode t
k
= tingkat diskonto yang tepat
IO
= pengeluaran kas awal
n
= periode analisis usaha
Kriteria : PI ≥ 1,0 : usaha layak PI < 1,0 : usaha tidak layak. 4. Break Even Point (BEP) atau titik impas. BEP =
Biaya Tetap Harga – Biaya Variabel
………………...….... (4)
34
5. Payback Period (PBP) atau masa pengembalian investasi menurut Mulyadi (1997): Biaya investasi awal PBP =
x 1 tahun …………….... (5) Arus kas masuk
Kriteria : PBP > periode pembayaran maksimum : usaha tidak layak PBP < periode pembayaran maksimum : usaha layak 6. Analisis Sensitivitas Perencanaan suatu usaha pada umumnya menggunakan perkiraan dalam menentukan semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang akan diperoleh tiap tahun oleh suatu usaha. Variabel-variabel kebijakan yang digunakan sebagai alat analisis sensitivitas
pada
penelitian
ini
adalah
perubahan
biaya
operasional dan penurunan volume penjualan. 3.5 Asumsi Dasar. Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis finansial adalah sebagai berikut : 1) Periode analisis adalah 10 tahun, terhitung mulai tahun 2008 hingga tahun 2017. 2) Perhitungan menggunakan basis harga tetap (fixed price) dan penentuan harga menggunakan harga yang berlaku pada periode pengambilan data pada bulan Juli 2007, 3) Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 7 persen, yaitu suku bunga deposito berjangka Bank BRI pada Bulan Juni 2007 (Kompas, 2007) dan 12 persen, yaitu suku bunga pinjaman bank-bank di Indonesia yang berlaku dengan adanya rencana penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) pada Juni 2007 menjadi 8,5 persen (www.mail-archive.com, 2007). 4) Rendemen gabah kering giling (GKG) dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor adalah 63,2 persen beras, 10 persen dedak, 1,8 persen menir, dan 25 persen sekam, namun dalam analisis kelayakan ini
35
rendemen yang digunakan adalah 60 persen beras, 10 persen dedak, 5 persen menir dan 25 persen sekam. 5) Rencana produksi untuk produk jasa giling ditetapkan oleh pengelola dengan mengambil 50 persen dari peluang yang tersedia yaitu 400 ton dari 800 ton gabah kering giling setahun, untuk tahun-tahun berikutnya diperkirakan terdapat peningkatan permintaan, kenaikan permintaan tersebut ditetapkan oleh pengelola sebesar lima persen. Rencana produksi beras ditetapkan akan melonjak pada tahun ke enam periode analisis sebesar 150 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena pengelola penggilingan merencanakan akan melakukan ekspansi untuk memasarkan beras hingga ke Pasar Induk Kramatjati. 6) Pembayaran gaji dibedakan menjadi dua, yaitu gaji bagi karyawan tetap atau pengelola maupun gaji bagi buruh atau karyawan tidak tetap. Gaji ditetapkan oleh pengelola dengan rendah untuk tahun pertama, kemudian terdapat peningkatan sebesar Rp. 100.000,00 pada tahun analisis berikutnya. 7) Penyusutan peralatan dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus yaitu sebesar Rp. 4.150.000,00. 8) Nilai sisa dihitung berdasarkan nilai seluruh capital budget yang masih memiliki umur ekonomi hingga periode analisis yaitu 10 persen dari nilai awal aset setiap jenis invetasi. 9) Sumber modal yang digunakan yaitu modal sendiri dan pinjaman dengan proporsi 30:70 untuk modal investasi dan 30:70 untuk modal kerja. Bagi hasil yang ditetapkan untuk pinjaman modal investasi yaitu 60:40, 60 persen dari keuntungan bersih untuk pengelola dan 40 persen untuk bank syariah, sedangkan bagi hasil yang ditetapkan untuk pinjaman modal kerja yaitu 55:45, 55 persen dari keuntungan bersih untuk pengelola dan 45 persen untuk bank syariah. 10) Perhitungan pajak dilakukan melalui analisis rugi laba berdasarkan Undang-undang no 17 tahun 2000. Apabila laba bersih 0 sampai dengan 50 juta Rupiah maka besarnya pajak yang harus dibayarkan sebesar 10 persen dari laba bersih. Bila laba bersih diantara 50 juta Rupiah sampai
36
100 juta Rupiah, maka pajak yang dibayarkan sebesar 10 persen dari 50 juta Rupiah ditambah sisa labanya dikalikan sebesar 15 persen. Bila nilai laba bersih diatas 100 juta Rupiah maka pajak yang harus dibayarkan sejumlah 50 juta Rupiah dikalikan 10 persen ditambah 100 juta dikalikan 15 persen ditambah dengan sisa laba yang dicatatkan dikalikan sebesar 30 persen. 11) Analisis sensitivitas dilakukan dengan dua perubahan, yaitu peningkatan harga input operasional sebesar 10 persen, dan penurunan volume penjualan sebesar 10 persen, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai seberapa besar pengaruh peningkatan dan penurunan tersebut terhadap kriteria-kriteria finansial.
49
4.3. Analisis Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah Analisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah oleh Kelompok Tani Hurip di Desa Cikarawang dikaji melalui lima aspek analisis, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional, aspek dampak usaha, dan aspek finansial. Kelima aspek analisis tersebut akan menjelaskan layak atau tidaknya usaha penggilingan gabah didirikan. 4.3.1. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran. Aspek pasar dan pemasaran menempati urutan pertama dalam studi kelayakan. Tanpa perkiraan jumlah permintaan produk yang teliti dikemudian hari usaha dapat terancam, kesulitan yang timbul karena adanya kekurangan atau kelebihan permintaan. Baik kekurangan atau kelebihan permintaan akan menyebabkan usaha tidak dapat beroperasi secara efisien. Kekurangan permintaan produk mengakibatkan mesin dan peralatan bekerja dibawah kapasitas produksinya, jumlah karyawan menjadi berlebihan, organisasi perusahaan tidak sepadan, beban biaya tetap menjadi berat. Peluang pasar a. Kecenderungan Permintaan Desa Cikarawang memiliki potensi yang cukup besar dalam pertanian, dari hasil wawancara dengan kepala desa dan tokoh desa didapat informasi bahwa lahan produktif untuk pertanian harus tetap dipertahankan hingga periode jangka panjang, meskipun ada beberapa lahan sawah warga yang sudah dijual, namun kemudian dibeli kembali oleh warga setempat sehingga lahan ini tidak beralih fungsi tetap diolah untuk menghasilkan produk pertanian. Sumber daya alam yang ada saat ini harus dikelola dengan baik, bahkan dengan bantuan dari pemerintah melalui UPTD, produktivitas hasil pertanian perlahan-lahan dapat ditingkatkan. Data produksi padi di Desa Cikarawang yang didapat dari UPTD dan Kecamatan Dramaga yaitu pada tahun 2005 mencapai 1215 ton (dapat dlihat pada Lampiran 4) dan pada tahun 2006
50
mencapai 1271 ton (Lampiran 5), ada peningkatan sebesar 4,6 persen dan diperkirakan masih bisa meningkat menjadi 1300 ton padi. Hasil padi yang cukup besar ini harus didukung dengan adanya usaha yang mampu menangani pasca panen padi dengan baik. Hal ini dimaksudkan untuk menekan susut hasil sehingga ketersediaan beras dapat meningkat, salah satu usaha untuk menekan susut hasil adalah dengan penggilingan gabah yang baik. b. Kecenderungan Penyediaan Jasa Penggilingan Gabah. Penggilingan gabah yang terdapat di Desa Cikarawang hanya menawarkan jasa giling saja, penggilingan tersebut belum mengambil peluang untuk melakukan penjualan beras, alasannya yaitu (1) penggilingan tidak melihat adanya peluang yang dapat diambil apabila ia melakukan pembelian gabah dan menjual beras, (2) penggilingan melihat peluang namun terbentur dengan dana yang tersedia, dan (3) penggilingan tidak memiliki manajemen yang baik. Penggilingan gabah yang terdapat di Desa Cikarawang berjumlah dua penggilingan milik perseorangan, penggilingan tersebut terletak di daerah Cangkrang (Dusun I) dan Carangpulang Kidul (Dusun III). Masyarakat di Dusun I dan II mengatakan bahwa penggilingan di daerah Cangkrang memiliki mesin yang sudah sangat tua, dan seringkali mogok pada waktu operasi, output beras yang dihasilkan pun jelek dan banyak yang patah, sehingga penggilingan ini tidak memiliki kepercayaan dari konsumen lagi dan dapat dinyatakan bangkrut. Bangkrutnya penggilingan gabah yang terdapat di Dusun I mengakibatkan
di
Desa
Cikarawang
hanya
terdapat
satu
penggilingan gabah. Dari hasil wawancara dengan pemilik penggilingan yang terletak di Carangpulang Kidul di peroleh informasi bahwa penggilingan beroperasi sejak tahun 1982 dengan kapasitas produksi riil yaitu 250 kg/jam. Jam kerja operasi setiap hari tidak bisa dipastikan, karena disesuaikan dengan permintaan
51
harian. Berdasarkan informasi pemilik hari kerja per bulan ratarata 20 hari. Pada masa panen, penggilingan dapat menggiling maksimun 1400 kg gabah kering giling (GKG) per hari dan pada hari-hari di luar masa panen hanya dapat menggiling maksimun 700 kg gabah kering giling per hari. Dengan atau jika diasumsikan bahwa masa panen dalam setahun adalah enam bulan, maka enam bulan lainnya adalah bulan diluar masa panen. Informasi di atas sangat penting untuk melakukan perkiraan kapasitas produksi riil penggilingan gabah di Carangpulang Kidul. Dari hasil perhitungan didapat kapasitas produksi penggilingan maksimal yaitu 252 ton gabah kering giling per tahun. Perhitungan kapasitas produksi riil ini menunjukkan bahwa penggilingan hanya mampu memenuhi kebutuhan warga petani sekitar daerah Carangpulang Kidul saja tetapi belum seluruh petani di Desa Cikarawang. Pendirian penggilingan gabah oleh Kelompok Tani Hurip yang terletak di Carangpulang Lebak (Dusun II) merupakan pendirian yang berdasarkan permintaan dan kebutuhan warga desa di dusun ini terhadap jasa penggilingan. Selama ini warga desa terutama yang berada di Dusun I dan II harus melakukan penggilingan gabahnya ke luar desa. Hal yang harus dilakukan oleh warga tentunya membawa gabah kering giling ke penggilingan dan membawa beras kembali dari penggilingan. c. Potensi Pasar Usaha Penggilingan Gabah Rencana pendirian usaha ini direspon positif oleh warga desa. Rencana produk utama dari penggilingan ini yaitu jasa giling dan pemasaran beras. Untuk permintaan jasa giling, terdapat captive market
atau kejelasan pasar, yaitu warga yang berada
dekat dengan penggilingan terutama warga Dusun I dan II. Dusun II merupakan daerah yang strategis karena berada di tengah-tengah desa. Apabila mendirikan penggilingan gabah disini, maka tidak akan menutup kemungkinan apabila masyarakat akan beralih untuk
52
melakukan penggilingan di Dusun II, terlebih lagi bila nantinya penggilingan ini memberikan kualitas output yang baik dan pelayanan serta kenyamanan yang menimbulkan kepuasan, karena yang dilihat oleh masyarakat adalah keterjangkauan lokasi,kualitas hasil, pelayanan, dan biaya yang dikeluarkan. Permintaan beras tidak akan pernah habis, karena beras merupakan komoditas yang sangat
penting, dan merupakan
kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh masyarakat Indonesia. Permintaan beras dapat terpenuhi apabila terdapat pasokan bahan baku berupa gabah kering giling (GKG) secara simultan, oleh karena itu, penggilingan harus menjalin kemitraan dengan desadesa lain yang berada di Kecamatan Dramaga atau di luar Bogor agar persedian bahan baku gabah terjamin. Keberadaan Desa Cikarawang di Kecamatan Dramaga dan letak desa-desa lain yang berada dalam satu kecamatan dapat dilihat pada Lampiran 6. Perhitungan Pasar Data mengenai luas tanah sawah, hasil padi dan masa panen di Desa Cikarawang didapat dari data desa dan hasil wawancara dengan tokoh desa dan petani yang mengetahui masalah tersebut. Hasil padi didapatkan dari wawancara ke beberapa petani, sedangkan masa panen diketahui dari hasil survey ke beberapa lahan sawah di Desa Cikarawang. Dusun I dan II hanya melakukan penanaman padi satu tahun sekali karena dikenakan sistem pengairan yang bergilirm sedangkan untuk Dususn III sumber air berasal dari situ yang terdapat di Desa Cikarawang yaitu situ burung yang mengaliri tanah sawah sepanjang musim. Perhitungan produksi padi Desa Cikarawang dapat dilihat pada Tabel 5. Produksi padi Desa Cikarawang berkisar antara 1100 ton hingga 1300 ton padi. Hasil survei Badan Pusat Statistik tahun 1996 (BPS, 1996) menunjukkan bahwa kehilangan hasil panen padi di Indonesia yang terjadi pada saat panen yaitu mencapai 9,5
53
persen, perontokan yaitu 4,8 persen, dan pengeringan 2,1persen, sehingga dari data tersebut dapat diketahui kehilangan hasil panen padi dimulai dari pemanenan hingga pengeringan sebesar 16,4 persen. Produksi padi yang mencapai 1100 hingga 1300 ton padi, akan susut (lose) hingga menghasilkan gabah kering giling (GKG) sebanyak 919,6 ton hingga 1086,8 ton GKG. Peluang yang sangat besar ini
terlihat dari belum terpenuhinya seluruh kebutuhan
masyarakat Desa Cikarawang terhadap jasa giling gabah, sehingga banyak masyarakat yang harus melakukan penggilingan ke luar Desa. Kapasitas produksi maksimal penggilingan yang terdapat di Desa Cikarawang adalah 252 ton GKG, oleh karena itu pendirian penggilingan gabah ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan berproduksi antara 400 ton GKG hingga 800 Ton GKG dalam satu tahun. Tabel 5. Perhitungan Produksi Padi Desa Cikarawang per Tahun Luas tanah sawah Desa Cikarawang
155,62 hektar
Luas tanah sawah Dusun I dan II
125,62 hektar
Hasil padi Dusun I dan II
5 ton per hektar
Masa panen padi Dusun I dan II
1 kali per tahun
Luas tanah sawah Dusun III
30 hektar
Hasil padi Dusun III
6 ton per hektar
Masa panen padi Dusun III
3 kali per tahun
Produksi padi Dusun I dan II per tahun
628,1 ton per tahun
Produksi padi Dusun III per tahun
540
ton
per
tahun Hasil perhitungan: Produksi padi per tahun
1168,1 ton
Kisaran data produksi padi dari Kecamatan Dramaga
1200-1300 ton
54
d.
Bentuk Pasar Penggilingan gabah yang akan didirikan akan menghasilkan produk utama berupa jasa giling dan beras dalam kemasan. Bentuk pasar dari produk jasa giling adalah oligopoli. Setiap penggilingan yang terdapat di Desa Cikarawang maupun di luar desa menghasilkan produk yang sama yaitu jasa giling. Konsumen memiliki kebebasan untuk memilih penggilingan yang akan mereka datangi dan sukai, sehingga untuk merebut konsumen diperlukan analisis tindakan pesaing. Perhitungan mengenai tindakan atau aktivitas pesaing diperlukan untuk menentukan tingkat harga dan kuantitas produksi. Bentuk pasar dari produk beras yaitu pasar persaingan sempurna, harga beras ditentukan di pasar pada harga pasar. Jumlah produsen yang menjual beras sangat banyak, sehingga diperlukan diferensiasi dalam kemasan terhadap beras yang akan dijual Permintaan dari produk beras tidak akan pernah terhenti karena hal ini berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia. Konsumen memiliki kebebasan untuk membeli atau menjual berapa saja tanpa ada batas asal bersedia membeli atau menjual beras pada harga pasar. Pasar sasaran usaha penggilingan gabah yang akan didirikan yaitu bagi petani yang berada dekat dengan penggilingan. Pasar sasaran adalah petani di Dusun II, I dan III.
Analisis Persaingan Hasil penyebaran angket kepada 68 responden yang bekerja sebagai petani dan buruh tani yang sering menggiling gabah didapatkan informasi bahwa selama ini responden melakukan penggilingan ke lima penggilingan yang terdapat di Desa Cikarawang dan desa sekitarnya, penggilingan tersebut terletak di Situgede, Cikarawang, Bantar Kambing dan Pasir Gaok. Di Situgede terdapat dua penggilingan gabah yang dimiliki oleh Kardi dan Totong, untuk dapat membedakan maka Situgede 1 merupakan lokasi penggilingan milik Kardi dan Situgede 2 merupakan
55
lokasi
penggilingan
milik
Totong.
Tabel
6
memperlihatkan
penggilingan gabah yang terletak di sekitar Desa Cikarawang, dan persentase responden dalam melakukan penggilingan gabah. Tabel 6. Data Penggilingan yang Terdapat di Wilayah Sekitar Desa Cikarawang dan Persentase Konsumen. Penggilingan Situgede 1 Bantar Kambing Cikarawang Situgede 2 Pasir Gaok
Persentase Konsumen (%) 82 7 6 4 1
Hasil analisis didapatkan bahwa ketidakpuasan konsumen terletak pada lokasi dan masalah transportasi, empat penggilingan lain berada di luar desa, sehingga untuk menjangkau ke tempat penggilingan gabah tersebut, biaya transportasi yang dikeluarkan tentu lebih besar, dan jarak tempuh yang cukup jauh. Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap penggilingan gabah yang ada dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kepuasan Konsumen Terhadap Penggilingan Gabah yang Ada No 1 2 3 4 5 6 7 8
Faktor Persaingan Harga Mutu Lokasi Fasilitas Pelayanan Sistem pembayaran Transportasi Dampak Usaha
Tingkat
Situgede 1 3 4 2 3 3
Bantar Kambing 4
3
4
4
4 2 3 2
4 2 4 3
4 2 3 4
5 2 5 5
4 2 4
4 2 3
4 2 3
4 1 4
5 1 4
kepuasan
penggilingan dinilai dari
responden
Cikarawang
terhadap
Situgede 2
Pasir Gaok
masing-masing
delapan faktor persaingan yang meliputi
harga, mutu, lokasi, fasilitas, pelayanan, sistem pembayaran, transportasi,
dan
dampak
usaha.
Penilaian
yang
digunakan
menggunakan penilaian dari rata-rata yang dihasilkan oleh responden secara keseluruhan angka 1 hingga 5, dimana angka 1 menerangkan tidak puas, angka 2 menerangkan kurang puas, angka 3 menerangkan
56
cukup puas, angka 4 menerangkan puas, dan angka 5 menerangkan sangat puas. Petani yang akan melakukan penggilingan gabah diminta untuk mengurutkan ke delapan faktor persiangan di atas sesuai dengan tingkat kepentingan yang harus dimiliki oleh penggilingan gabah, kemudian tingkat kepentingan ini didiskusikan lalu disepakati untuk pemberian bobot pada masing-masing tingkat kepentingan. Perlakuan
demikian,
bermanfaat
untuk
mengetahui
penggilingan mana yang sudah baik dalam memberikan kepuasan kepada konsumen, sehingga dari analisis didapatkan penggilingan yang pantas dijadikan tolak ukur (benchmark). Jumlah terbesar dari analisis persaingan diraih oleh penggilingan yang terletak di Pasir Gaok, dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Analisis Persaingan. Faktor Persaingan Lokasi Mutu Pelayanan Harga Sistem Pembayaran Transportasi Fasilitas Dampak Usaha Jumlah
Bobot
Bantar Kambing
8 7 6 5
Situgede 1 16 28 18 15
Cikarawang
Situgede 2
Pasir Gaok
16
16
16
16
28 12 20
28 18 15
28 24 20
35 30 20
4 3 2 1
16 6 6 4
16 6 6 3
16 6 8 3
16 3 6 4
20 3 10 4
-
109
107
110
117
138
Analisis Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat Angket atau kuesioner disebarkan kepada 68 responden yang terdiri dari 52 orang perempuan dan 16 orang laki-laki. Penyebaran angket dilakukan kepada petani dan buruh tani yang terdapat di Dusun I, II, dan III Desa Cikarawang. Responden yang berasal dari Dusun I berjumlah 18 orang, responden yang berasal dari Dusun II berjumlah 29 orang, responden yang berasal dari Dusun III berjumlah 21 orang. Tanggapan responden dan masyarakat sekitar sangat positif, dimana 15 orang atau 21 persen dari responden menyatakan sangat
57
setuju dan sangat mendukung pendirian penggilingan gabah baru tersebut dan memiliki tingkat kepastian yang sangat tinggi untuk menggiling padinya di penggilingan baru apabila penggilingan telah berdiri. 51 orang atau 76 persen responden menyatakan setuju dan memiliki keinginan untuk menggiling padinya di penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip. Dua orang yang berasal dari Dusun I atau tiga persen dari responden menyatakan persetujuan akan penggilingan gabah baru, tapi memiliki kecenderungan untuk tidak menggiling gabahnya di Penggilingan Hurip Jaya, hal ini karena lokasi dari rencana pendirian terlalu jauh dari tempat responden apabila berjalan kaki, penggilingan terdekat untuk berjalan kaki bagi ke dua responden itu adalah penggilingan yang terletak di Situgede 1. Responden tidak sanggup membayar ongkos tambahan untuk transportasi. Persentase analisis kebutuhan dan keinginan masyarakat terhadap penggilingan gabah baru di Desa Cikarawang dapat dilihat pada Gambar 6 . Pendirian Penggilingan Gabah Baru dan Keinginan Masyarakat
3%
21% Sangat Stj & ingin Kurang
76%
Gambar 6. Analisis Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat terhadap Penggilingan Padi Baru. Kepastian Kelancaran Pemasaran Periode Jangka Panjang Lahan sawah di Desa Cikarawang semakin lama akan semakin berkurang, salah satunya karena perubahan fungsi lahan dari lahan produktif menjadi perumahan, lahan sawah yang berkurang tentu akan mengurangi produksi padi di desa ini. Berkurangnya produksi padi
58
tersebut akan berdampak pada penggilingan, namun jika penggilingan telah melakukan antisipasi dan penetapan pengembangan usaha, maka usaha tersebut akan terus berkelanjutan bahkan berkembang. Antisipasi terhadap semakin berkurangnya lahan produktif telah direncanakan oleh kelompok tani yaitu pada tahun ke 5 setelah beroperasinya penggilingan dilakukan ekspansi pasar dalam penjualan beras kemasan, sehingga kelompok tani harus menjalin kemitraan dengan kelompok tani lain, desa-desa lain dalam satu Kecamatan Dramaga, koperasi unit desa (KUD), maupun gabungan kelompok tani di luar Kabupaten Bogor seperti di Karawang. Kemudian bermanfaat untuk memudahkan memperoleh bahan baku gabah yang diperlukan untuk memproduksi beras kemasan. Strategi Bauran Pemasaran a. Produk Spesifikasi
dan
tingkat
mutu
produk
yang
direncanakan adalah sebagai berikut: 1. Jasa penjemuran. Dengan pengawasan yang ketat saat penjemuran di penjemuran Penggilingan Hurip Jaya akan menghasilkan padi yang kekeringannya layak untuk disimpan atau digiling dan bebas dari kerikil atau pasir. Setelah panen, padi harus segera dijemur, tidak boleh padi dijemur melebihi satu hari, jika tidak padi akan terbakar dan warnanya akan memerah. Kebersihan tempat jemuran sangat diperlukan, sehingga pasir atau kerikil tidak akan masuk dalam beras hasil giling, oleh karena itu tempat penjemuran akan dilapisi terpal berwarna gelap agar tidak bercampur dengan pasir atau kerikil dan kekeringannya sesuai serta merata. 2. Jasa simpan. Adanya gudang yang dimiliki oleh penggilingan gabah, petani bisa menyimpan gabahnya sebelum digiling. Gabah yang dijemur harus memenuhi standar kering simpan., sehingga gabah tidak mudah
59
terbakar. Penyimpanan ditata sesuai dengan standar tempat penyimpanan yang bagus, sehingga sirkulasi udara bisa terus terjadi, dan kekeringan gabah tetap terjaga. Gudang harus menyediakan alat pengusir tikus atau dilindungi supaya tikus tidak bisa masuk. Obat tradisional untuk mengusir kutu padi yang disimpan di gudang juga harus disediakan. Dengan kondisi tempat penyimpanan seperti ini, maka masyarakat di Desa Cikarawang pengguna jasa ini akan tertarik untuk menyimpan di penggilingan gabah karena mutu simpannya dapat dipercaya. 3. Jasa giling, Mesin giling yang akan digunakan bertipe LM 24 untuk pemecah gabah dan ICHI N-50 untuk pemutih.
Penggilingan
akan
berusaha
memberikan
kualitas giling yang memenuhi standar: tidak ada krikil, pasir, sekam yang terikut dan gabah yang belum tergiling, serta tidak menghasilkan susut yang besar. Standar mutu seperti ini akan mampu menjamin konsistennya pasar untuk selalu mengkonsumsi beras dari penggilingan ini. 4. Beras, penggilingan akan mendapatkan penghasilan yang cukup besar dari hasil penjualan beras, bahan baku gabah dibeli dari petani yang berasal dari kelompok tani lain. Produksi beras memerlukan bahan baku yang selalu tersedia, dan pasar yang ada. Penyimpanan beras ditaruh di gudang yang terbebas dari tikus. 5. Dedak, sebagai hasil sertaan ternyata mendatangkan pendapatan yang cukup besar. Penggilingan akan berusaha menghasilkan bekatul yang halus sehingga sekam yang terikut maksimal 3%. Dengan mutu yang tinggi ini pendapatan penggilingan akan besar dengan penjualan dedak atau katul.
60
b. Harga Penetapan harga jual berfungsi untuk mengetahui tingkat pendapatan yang akan diperoleh, selain itu harga juga mempengaruhi keinginan konsumen untuk menggunakan produk yang dipasarkan. Penggilingan Hurip Jaya akan menetapkan harga yang mampu bersaing, tidak berbeda dengan penggilingan gabah yang sudah ada, bahkan menetapkan harga yang sama dengan harga penggilingan terendah yang pernah di kunjungi oleh masyarakat. Penetapan ongkos giling gabah ditetapkan dari harga ongkos giling yang terdapat di beberapa penggilingan. Kisaran harga ongkos giling yaitu Rp.400/kg – Rp. 600/kg beras sosoh atau sama dengan pengambilan 1 kg beras yang dihasilkan dari 10 kg beras sosoh. Penggilingan Hurip Jaya akan menetapkan harga ongkos giling sebesar Rp. 400/kg beras sosoh. Harga jual beras ditetapkan dari harga pasar yang berlaku. Penggilingan Hurip Jaya akan menetapkan harga jual beras sebesar Rp. 4000/kg. Beras yang akan dijual akan dikemas dengan baik. Kemudian di pasarkan ke wilayah sekitar hingga ke Pasar Induk Kramatjati. Penggilingan gabah akan menghasilkan by product atau hasil samping berupa dedak yang dapat dijadikan pakan ternak dan sekam yang bisa dijadikan beragam produk seperti pupuk kompok, biogas, dan abu gosok. Rendemen dari penggilingan akan menghasilkan 63,2 persen beras, 10 persen dedak, 25 persen sekam, dan 1,8 persen menir. Harga dedak yang ditetapkan oleh penggilingan Kelompok Tani Hurip yaitu sebesar Rp. 1000/kg, sedangkan untuk sekam ditetapkan harga Rp. 1000/karung (±10 kg).
61
c. Distribusi Saluran
pemasaran
untuk
produk
yang
akan
dihasilkan oleh penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip meliputi saluran pemasaran produk beras, dedak, dan sekam, sedangkan jasa giling dan jasa lainnya tidak dikenakan saluran pemasaran. Distribusi akan disalurkan ke pasar konsumen dan reseller. d. Promosi Penggilingan Hurip Jaya harus melakukan kegiatan kampanye dan sosialisasi untuk jasa giling di tingkat kelompok tani yang ikut menerima manfaat usaha secara langsung. Harga produk/jasa diupayakan bisa bersaing dengan
penggilingan gabah yang ada di sekitar Desa
Cikarawang, dengan cara mengurangi biaya-biaya yang tak perlu dan dengan memanfaatkan limbah yang diolah seperti sekam menjadi pupuk kompos sehingga memiliki nilai ekonomis. Biaya promosi yang kecil karena diantara petani terjadi self promotion sehingga mampu membuat harga produk bersaing dan kualitas produk/jasa harus diperhatikan. 4.3.2. Analisis Aspek Teknis dan Teknologis Hasil analisis aspek pasar dan pemasaran menunjukkan gambaran masa depan yang cukup cerah bagi usaha yang direncanakan, maka selanjutnya diteruskan dengan analisis aspek teknis dan teknologis. Penentuan Kapasitas Produksi Ekonomis Kapasitas produksi ekonomis merupakan volume atau jumlah satuan produk yang dihasilkan selama satu satuan waktu tertentu misalnya satu hari, bulan, atau tahun secara menguntungkan. Kapasitas produksi ekonomis berbeda dengan kapasitas produksi teknis yang besarnya ditentukan oleh kemampuan produksi mesin yang terpasang serta persyaratan teknisnya seperti pengurangan hari kerja operasi
62
normal untuk keperluan servis, reparasi kecil, penggantian suku cadang dan hari libur (Sutojo, 1983) Besar kapasitas produksi ekonomis ditentukan berdasarkan perpaduan hasil penelitian berbagai macam komponen evaluasi yaitu perkiraan jumlah penjualan produk di masa yang akan datang, kemungkinan pengadaan bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja inti serta tersedianya mesin dan peralatan di pasar. Hasil perhitungan Break Even Point (BEP) Penggilingan Hurip Jaya menunjukkan kapasitas giling pada BEP mencapai 107 ton GKG. Dengan demikian keuntungan didapat apabila berproduksi lebih dari 107 ton GKG. Rencana penjualan dilihat dari peluang pasar yang ada, rencana produksi untuk jasa giling pada tahun pertama yaitu 400 ton GKG. Pemilihan Mesin, Peralatan, dan Rencana Investasi Rencana mesin, peralatan dan kegiatan investasi yang akan digunakan untuk pendirian Penggilingan Hurip jaya dapat dilihat pada Lampiran 7. Investasi terbesar adalah sebagai berikut: a. Bangunan, Gudang, Kantor, dan Lamporan Bangunan penggilingan yang akan didirikan terdiri dari ruang produksi, kantor, ruang jaga, toilet, dan gudang dengan luas 105 m². Luas lamporan atau lapangan jemur adalah 215 m². Harga yang diperkirakan untuk memdirikan bangunan berserta isi dan lamporan tersebut adalah Rp. 40.730.000,00. Penetapan harga ini berdasarkan informasi dari toko, tukang dan pemilik bahan bangunan. Ruang produksi berfungsi untuk memproduksi beras, dimana didalamnya terdapat mesin diesel dan mesin penggiling gabah. Pemisahan ruang produksi dan gudang dimaksudkan agar memberi kenyamanan bagi konsumen yang berkunjung, sehingga tidak menimbulkan kesan kotor di semua bagian tempat penggilingan. Kantor sekaligus ruang jaga berfungsi untuk melayani kebutuhan, keluhan, saran dan tanggapan dari konsumen serta sebagai tempat untuk pengurusan administrasi keuangan, sedangkan gudang
63
berfungsi untuk tempat penyimpanan gabah yang akan digiling dan beras yang akan disalurkan. b. Mesin Penggilingan dan Mesin Diesel Informasi yang didapat dari Toko Rama Jaya Teknik yang merupakan salah satu toko mesin pertanian di Kota Bogor, mesin penggilingan yang baik digunakan untuk penggilingan padi kecil adalah LM 24 dan ICHI N-50. Mulanya penggilingan padi Kelompok Tani Hurip akan menggunakan mesin dengan model otomatis dengan merk SATAKE, namun terdapat kesulitan dalam pengadaan spare parts dan perbaikan bila timbul kerusakan. Mesin penggilingan yang akan digunakan yaitu mesin pemecah gabah dengan model LM 24, dan mesin pemutih dengan model ICHI N-50, mesin ini berkapasitas 4 ton/hari. Mesin diesel yang akan digunakan yaitu mesin diesel dengan merek Yanmar. Total
pembelian
mesin
penggilingan
lengkap
adalah
Rp.
12.000.000,00 Lokasi dan Tata Letak Lokasi tempat pendirian penggilingan gabah ditetapkan berdasarkan pertimbangan yang mendalam. Lokasi tapak yang akan berada pada lahan anggota Kelompok Tani Hurip di Dusun II. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada sengketa atas lahan di lokasi tapak penggilingan. Berdasarkan wawancara dengan tokoh desa dan pertimbangan aspek lingkungan dan dampak usaha, maka Kelompok Tani Hurip menetapkan akan mendirikan penggilingan gabah di Carangpulang Lebak. Layout atau tata letak yang akan dibuat oleh Kelompok Tani Hurip dalam pendirian penggilingan gabah dapat dilihat pada Gambar 7. Proses Produksi dan Quality Control. Proses Produksi Proses produksi pada penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip meliputi dua tipe. Tipe yang pertama adalah konsumen hanya
64
menggunakan jasa giling saja, tidak menggunakan jasa yang lain yang terdapat
di
penggilingan.
Konsumen
yang
telah
melakukan
pengeringan dan membawa gabah kering giling yang siap untuk digiling ke tempat penggilingan. Tipe yang kedua, yaitu konsumen menggunakan berbagai jasa yang terdapat di penggilingan, seperti jasa jemur, jasa simpan, dan jasa giling. Proses dari pemanenan hingga menjadi beras diserahkan kepada penggilingan. Proses produksi tersebut diawali setelah panen, pasca panen padi dijemur di tempat penjemuran penggilingan. Setelah dijemur gabah yang sudah kering giling disimpan di gudang. Kemudian penggilingan gabah menggiling gabah tersebut sesuai dengan permintaan dari konsumen.
1,5 m 1,5 m
9m
3m
W
C
KAN TOR + R. JAG A
GUDANG
R. PRODUKSI
7 m
15 m
DENAH
LAMPORAN
215 m² Gambar 7. Tataletak Penggilingan Gabah Kelompok Tani Hurip
65
Kegiatan operasional penggilingan padi adalah sebagai berikut: a. Penjemuran. Penjemuran merupakan kegiatan yang harus sejak awal diperhatikan
karena
kualitas
jemur
yang
bagus
sangat
mempengaruhi mutu beras yang dihasilkan serta berapa lama bisa disimpan. Penjemuran harus langsung dilakukan pada saat hari pertama panen atau paling lambat dua hari setelah panen, hal itu untuk menghindari penyimpanan padi yang masih basah karena akan mengurangi kualitas padi sendiri. b. Penyimpanan Setelah gabah benar-benar sudah kering dengan kualitas simpan, gabah bisa masuk ke gudang penyimpanan. Gudang penyimpanan digunakan untuk menyimpan gabah kering giling dan beras, sehingga tempat ini harus memiliki sirkulasi udara yang bagus sehingga gabah bisa bertahan pada standar gabah kering simpan yang normal, sehingga padi tidak cepat rusak. Tahap-tahap proses produksi mulai dari pengadaan barang sampai pengemasan barang. Siklus produksi diperkirakan satu minggu. Hasil akhir proses produksi adalah beras. Gabah
Penimbangan Gabah
Pengeringan
Penyimpanan
Penggilingan stop lanjut
Pemasaran
Pengangkutan
Beras Gambar 8. Skema Proses Produksi
Pengemasan
66
Kendala-kendala yang dihadapi oleh Penggilingan Hurip Jaya dalam memasarkan produk utama nya antara lain: 1. Jasa Giling; mutu giling penggilingan gabah yang ada di daerah ini sudah cukup baik, namun tidak ada pengukuran kadar air gabah dari penggilingan tersebut sehingga berpotensi terjadi susut yang lebih besar dari yang seharusnya. Penggilingan gabah di Carangpulang Kidul menggunakan satuan liter untuk menentukan harga ongkos giling, hal ini tidak disukai masyarakat karena masyarakat lebih menyukai pengukuran menggunakan satuan kilogram. Untuk mengatasi masalah mutu dan harga yang tidak mampu
bersaing,
penggilingan
berusaha
memiliki
mesin
penggilingan yang outputnya bisa terjaga kualitas beras hasil gilingnya, memiliki alat tester kadar air untuk mengukur kadar air gabah, memiliki timbangan kilogram dan memberi penawaran upah giling yang mampu bersaing dengan penggilingan lain di daerah ini. 2. Beras kemasan; Bahan baku gabah untuk produksi beras kemasan harus ada sepanjang waktu, sedangkan tujuan mayoritas dari masyarakat Desa Cikarawang dalam menanam padi ialah untuk dikonsumsi
sendiri,
tidak
untuk
dijual.
Oleh
karena
itu
penggilingan harus mencari bahan baku gabah dari masyarakat yang ingin manjual gabahnya atau dari luar Desa Cikarawang. 3. Bekatul atau dedak; pembelinya sedikit karena anggota Kelompok Tani Hurip yang memiliki ternak dengan tujuan komersial masih sedikit. Untuk mengatasi masalah ini penggilingan gabah akan bekerja sama dengan pengusaha ternak yang ada di Desa Cikarawang Quality Control Kualitas produk ditentukan oleh jumlah beras yang dihasilkan (rendemen) atau rendahnya susut (loss) . Oleh karena itu, penggilingan gabah harus menyediakan sarana dan prasarana untuk memantau mutu dan pengelola penggilingan gabah harus memiliki kesadaran mutu.
67
Standar atau ketentuan mutu produk yang dikehendaki oleh konsumen harus dibuat. Diperlukan adanya pemeriksaan mutu gabah saat pembelian, sehingga pengelola penggilingan dapat memetapkan perlakukan terhadap gabah untuk dijemur, disimpan dan digiling secara benar. Beras yang baik dan susut yang rendah, dihasilkan dari baiknya penanganan pascapanen yang dilakukan baik oleh petani maupun oleh penggilingan. Tahapan kegiatan penanganan pascapanen padi yang dilakukan oleh petani dimulai dengan penentuan waktu panen padi pada hamparan sawah. Tahapan kegiatan penanganan pascapanen padi secara
keseluruhan
meliputi
tahapan-tahapan
sebagai
berikut:
pemanenan, pengumpulan, perontokan, pengangkutan, pengeringan, penyimpanan, dan penggilingan. Pemanenan GKP, KA 25%
Ani-ani, sabit
Pengumpulan Terpal
Perontokan
Digebot
Karung
Pengangkutan
Terpal
Pengeringan
Karung, gerobak
Lantai jemur, drier
Pembersihan
Kering simpan GKS, KA 18%
Kering giling GKG, KA 14 %
Penyimpanan
Penggilingan
Gambar 9. Tahapan proses kegiatan penanganan pascapanen (Rokhani, 2007)
68
Sarana
dan
Prasarana
untuk
Menghasilkan
Pelayanan
Berkualitas Penggunaan Terpal Penjemuran pada lapisan semen yang dilakukan dengan ketebalan kurang dari 1 cm dapat mengakibatkan persentase beras pecah lebih dari 70 persen dengan rendemen giling yang rendah. Penggunaan terpal diperlukan sebagai alas untuk penjemuran dan untuk menutupi atau melindungi dari guyuran air hujan. Penggunaan alas terpal selama perontokan bertujuan agar gabah yang sudah dirontokkan mudah untuk dikumpulkan kembali. Fungsi terpal dalam penanganan pascapanen padi antara lain: (1) mengurangi atau menekan kehilangan butiran gabah pada saat perontokan dan pengeringan, (2) sebagai dinding dan alas dalam upaya mencegah bercampurnya kotoran dengan gabah, (3) memudahkan pengumpulan gabah dan sebagai penutup gabah pada waktu hujan turun, (4) untuk menghasilkan penyebaran panas yang merata pada saat penjemuran/pengeringan. Keuntungan penggunaan terpal dalam penanganan pascapanen padi adalah: (1) memudahkan penyelamatan gabah bila dalam masa penjemuran/pengeringan hujan turun secara tiba-tiba, misalnya dengan cara memasang tali pengikat untuk memudahkan menggulung terpal/lembaran plastik kemudian menutup/melindungi gabah dari hujan
dengan
cepat,
(2)
memudahkan
pengumpulan
untuk
pengarungan gabah pada akhir perontokan dan penjemuran, (3) dapat mengurangi tenaga kerja buruh tani di lapangan. Spesifikasi terpal yang akan disediakan oleh penggilingan Kelompok Tani Hurip adalah sebagai berikut: 1. Terbuat dari bahan plastik single layer berukuran 8 m x 8 m, ada jahitan pinggir dengan diberi lubang yang dilengkapi dengan ring besi di bagian sudut dengan interval 2 m sehingga terdapat lebih kurang 16 lubang. 2. Berwarna gelap (biru, coklat atau hitam).
69
Penggunaan Gudang Penyimpanan merupakan bagian yang penting dalam penanganan pascapanen padi. Biji-bijian termasuk padi sangat rentan terhadap kerusakan selama penyimpanan, apalagi jika sistem penyimpanan yang diterapkan kurang atau tidak memenuhi persyaratan penyimpanan yang baik. Selama penyimpanan proses perubahan biokimia dan serangan agen-agen perusak dapat menyebabkan susut dan menghasilkan metabolit yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyimpanan yang baik dan benar. Dalam hal ini perlu dilakukan kontrol terhadap faktor-faktor lingkungan yang berperan dalam penyimpanan serta kontrol terhadap agen-agen yang dapat menimbulkan kerugian. Banyak faktor yang berperan dalam penyimpanan pangan. Faktor-faktor tersebut adalah (1) lingkungan (suhu, kelembaban, nisbi, komposisi atmosfir), (2) sifat dan karakteristik bahan (kadar air), (3) tindakan penanganan bahan sebelum disimpan (cara dan waktu panen, pembersihan
bahan),
dan
(4)
agen
atau
hama
perusak
(mikroorganisme, serangga hama pascapanen, rodenta, dan binatang vertebrata lainnya seperti burung). Penyimpanan yang akan diterapkan oleh
Penggilingan Hurip
Jaya menggunakan teknik karungan. Penyimpanan dengan sistem karungan mempunyai beberapa keuntungan antara lain : fleksibel, modal investasi relatif kecil, biaya bongkar muat lebih murah, tidak terjadi
migrasi
uap,
penanganan
secara
semi
mekanis
dan
pemeriksaannya lebih mudah. Namun, demikian terdapat beberapa kelemahan antara lain: modal investasi mahal, biaya fumigasi relatif mahal, serangan hama sulit dikendalikan (serangga, tikus, burung), suhu dan kelembaban sukar dikendalikan. Pada sistem karungan, gabah / beras yang akan disimpan dimasukkan ke dalam karung goni dan ditumpuk pada landasan yang terbuat dari kayu. Sekelompok tumpukan karung goni yang terdiri dari
70
beberapa lapisan/tumpukan disebut ”staple”. Susunan tiap-tiap lapisan dapat berupa sistem lima karung dan delapan karung seperti dapat dilihat pada Gambar 10. (Rokhani, 2007)
Tumpukan ke-1
Tumpukan ke-2
Gambar 10 . Cara penumpukan kunci lima dalam penyimpanan sistem karung. (Rokhani, 2007)
Rencana Produksi Rencana produksi Penggilingan Hurip Jaya, meliputi dua produk utama dan produk sertaan yang menghasilkan nilai jual yaitu jasa giling, beras, dan dedak. Pada tahun pertama penggilingan menetapkan akan mampu menggiling sebanyak 400 ton GKG atau setengah dari peluang pasar yang ada, tahun berikutnya penggilingan menaikkan produksi sebanyak lima persen. Kenaikan ini direncanakan karena pada tahun pertama operasi, penggilingan menetapkan produksi yang minim dan tidak mengambil semua peluang pasar yang ada. Kenaikan ini diprediksi karena promosi akan dilakukan, baik itu di Desa Cikarawang, maupun Situgede. Pada tahun terakhir periode analisis (tahun 2017), penggilingan menetapkan akan mampu menggiling sebanyak 620,5 ton GKG. Produksi beras pada tahun pertama operasi yaitu dengan menghasilkan 2528 kg beras dari pembelian 4 ton GKG, tahun berikutnya penggilingan membeli 5 ton, 6 ton, 7 ton, dan 8 ton gabah kering giling. Pada periode analisis tahun ke enam hingga ke sepuluh. Penggilingan akan meningkatkan produksi beras, dengan melakukan
71
pembelian sebanyak 20 ton gabah kering giling, maka beras yang akan dihasilkan yaitu sebanyak 12,64 ton beras. Produksi dedak yang dihitung dari hasil sertaan dalam menggiling padi, yaitu didapat dari 10 % gabah kering giling. Perhitungan dedak hanya dihitung dari GKG yang digiling dari proses jasa giling, belum ditambah dari hasil proses pembuatan beras. Rencana produksi untuk ketiga jenis produk tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8. 4.3.3. Analisis Aspek Manajemen Operasional Analisis
aspek
manajemen
operasional
rencana
usaha
Penggilingan Hurip Jaya meliputi hal-hal sebagai berikut ini: Kepemilikan dan Legalitas Penggilingan Hurip Jaya akan berada di bawah bidang usaha Kelompok Tani Hurip, penggilingan ini merupakan usaha kelompok yang bertujuan untuk memajukan Kelompok Tani Hurip. Pengelolaan dilakukan oleh anggota kelompok yang aktif melakukan rencana usaha dan penelitian partisipatif. Pada mulanya terdapat enam orang anggota yang akan mengelola penggilingan, namun pada akhirnya hanya terdapat empat orang anggota yang memiliki komitmen untuk mendirikan penggilingan padi tersebut. Pengelola usaha dapat dilihat pada Lampiran 7. Perencanaan usaha, dan jalannya operasional penggilingan gabah akan dilakukan dengan kerjasama tim, dimana tim terdiri dari empat orang pengelola, yang memiliki hak dan kewajiban yang sama. Jalannya usaha penggilingan sangat tergantung pada komitmen pengelola dalam mengelola penggilingan. Komitmen tersebut sudah terlihat dari kesungguhan tim untuk melakukan rencana usaha kolaboratif. Keberadaan dari suatu usaha harus diakui oleh masyarakat sekitar,
Lembaga
Pemusyawaratan
Masyarakat
(LPM),
dan
pemerintahan desa (BPD) setempat. Manfaat dari adanya legalitas adalah usaha tersebut akan diakui eksintensinya, dengan pengakuan
72
eksistensi ini, maka usaha tersebut akan dikenal oleh masyarakat, kemudian memudahkan usaha untuk mengembangkan bisnisnya karena mendapatkan perlindungan secara hukum dari pemerintah. Dalam mendapatkan legalitas tersebut, penggilingan akan mengurus perizinan, meminta rekomendasi dari berbagai instansi, mengurus nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan surat izin usaha perdagangan (SIUP) Struktur Organisasi
Manajer Umum
Manajer Pemasaran
Manajer Produksi
Pengawas & Penasihat
Administrasi
Administrasi
Keuangan
Gambar 11 . Struktur Organisasi
Organisasi usaha Penggilingan Hurip Jaya terdiri atas bagian pemasaran, produksi, keuangan, dan administrasi. Keseluruhan operasional penggilingan padi dikoordinir oleh manajer umum yang menjalankan fungsi perencanaan kerja dan tata-tertib, memotivasi dan menggerakkan karyawan, melakukan pengawasan secara keseluruhan, serta memberikan laporan pertanggungjawaban kepada kelompok tani dan penanam saham. Manajer umum dan manajer produksi akan dirangkap oleh satu orang pengelola. Pengelola untuk masing-masing bagian tersebut berasal dari anggota Kelompok Tani Hurip yang melakukan rencana usaha kolaboratif. Pembagian kerja antara lain dijelaskan sebagai berikut, manajer umum bertanggung jawab untuk: 1) membuat perencanaan kegiatan penggilingan dan melakukan kontrol, 2) mengelola kelancaran
73
kegiatan operasional perusahaan, 3) memberikan pertanggungjawaban berupa laporan triwulan kepada kelompok tani dan penanam saham, 4) memberikan pengarahan kepada divisi fungsional Bagian pemasaran dan penjualan mempunyai tanggung jawab untuk: 1) mencari konsumen dan menjalin kemitraan, 2) mengatur distribusi barang dan jasa, dan 3) mengatur kelancaran pemasaran. Bagian produksi bertanggung jawab dalam: 1) mengatur kelancaran produksi, 2) mengawasi dan mengatur penggudangan, 3) memastikan mesin dalam keadaan baik, dan 4) mengatur kelancaran bahan baku. Bagian administrasi keuangan memiliki tanggung jawab untuk: 1)
menyusun laporan keuangan, 2) mencatat arus kas harian, 3)
menyusun anggaran biaya, 4) serta mencatat perhitungan laba-rugi dan neraca, sedangkan
bagian
administrasi bertanggungjawab atas
dokumentasi laporan/pencatatan dan pencatatan arus keluar masuk barang dan jasa. Upah Manajemen dan Buruh Tenaga kerja yang akan terlibat dalam penggilingan Kelompok Tani Hurip terdiri dari tenaga kerja tetap dan tidak tetap. Tenaga kerja tetap merupakan pengelola penggilingan padi, tenaga kerja ini tidak terpengaruh oleh naik, turunnya volume produksi, dan mendapatkan biaya yang tetap tiap bulan dalam satu tahun. Rencana gaji yang akan ditetapkan untuk tenaga kerja tetap adalah sebagai berikut, pada tahun pertama ditetapkan pengelola akan mendapatkan gaji sebesar Rp. 500.000,00 per bulan untuk setiap orang, untuk tahun-tahun berikutnya gaji pengelola akan dinaikkan sebesar Rp. 100.000,00. Tahun kedua pengelola akan mendapatkan Rp. 600.000,00 setiap bulan, tahun ketiga pengelola akan mendapatkan Rp. 700.000,00 setiap bulan, begitu seterusnya hingga periode analisis Kebutuhan SDM mengenai jenis pekerjaan, status, kualifikasi, jumlah dan gaji tahun pertama dapat dilihat pada Tabel 9.
74
Tabel 9. Kebutuhan SDM N
Jenis
o
Pekerjaan
1.
Umum dan produksi
Status
Kualifikasi
Jumlah
Gaji tahun pertama
Karyawan Tetap
9 9 9 9 9 9 9
2.
Pemasaran
Karyawan Tetap
9 9 9 9 9 9
3.
Keuangan
Karyawan Tetap
9 9
9 9 9 4.
Administrasi
Karyawan Tetap
9 9 9 9 9
5.
Buruh
Karyawan Tidak Tetap
9 9 9
Mampu menyusun rencana usaha yang riil ke depan. Mampu mengatur dan mengelola tenaga kerja yang ada. Memahami proses produksi dan kualitas beras yang dihasilkan. Pekerja keras. Mampu bekerja dalam tim. Memahami mesin dan peralatan Memiliki kesungguhan dalam bekerja Mampu melihat dan menangkap peluang pasar. Memiliki kemampuan komunikasi dan menjalin kemitraan. Memahami arti penting pemasaran. Pekerja keras. Mampu bekerja dalam tim. Memiliki kesungguhan dalam bekerja Mampu membuat laporan keuangan. Memahami arti penting pencatatan keuangan yang benar, tepat dan jelas. Pekerja keras. Mampu bekerja dalam tim. Memiliki kesungguhan dalam bekerja Mampu melakukan pencatatan yang baik, rapi, dan benar. Memahami arti penting pencatatan setiap aktivitas. Pekerja keras. Mampu bekerja dalam tim Memiliki kesungguhan dalam bekerja Pekerja keras. Memiliki kesungguhan dalam bekerja. Memahami arti penting kualitas
1
Rp. 500.000, 00 / bulan
1
Rp. 500.000, 00 / bulan
1
Rp. 500.000, 00 / bulan
1
Rp. 500.000 / bulan
1
Rp. 300.000 / bulan
75
Pengelola akan merekrut satu orang tenaga kerja tidak tetap sebagai tenaga operasional harian. Rencana penggajian bagi buruh yang ditetapkan oleh pengelola adalah sebagai berikut, pada tahun pertama tenaga kerja tidak tetap akan mendapatkan gaji sebesar Rp. 300.000,00 per bulan, tahun kedua akan mendapatkan gaji Rp. 400.000,00 per bulan, tahun ketiga akan mendapatkan gaji sebesar Rp. 500.000,00 per bulan, begitu seterusnya hingga periode analisis. 4.3.4. Analisis Aspek Dampak Usaha. Peran usaha penggilingan gabah baru yang dipelopori oleh Kelompok Tani Hurip kepada masyarakat sekitar sangat besar. Penggilingan gabah ini bukan saja keinginan dan kebutuhan dari kelompok tani, namun penggilingan ini merupakan keinginan dan kebutuhan masyarakat sekitar yang diketahui dari penyebaran angket. Masyarakat sangat berharap pendirian usaha penggilingan gabah tersebut dapat direalisasikan. Pendirian usaha penggilingan gabah ini akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa giling yang dekat dengan wilayahnya. Dampak dari usaha penggilingan tersebut yaitu terpenuhinya kebutuhan masyarakat, peningkatan motivasi masyarakat dalam berwirausaha karena penggilingan akan memproduksi hasil samping seperti sekam yang dapat dibuat menjadi pupuk kompok, biogas, energi pembakaran dari hasil bakarnya atau untuk abu gosok. Dedak yang dapat dipasarkan dan dijual untuk pakan ternak, serta menir yang dapat dibuat menjadi tepung beras dan dipasarkan, pengembangan ekonomi desa, dan pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Desa Cikarawang. Antisipasi
dampak
lingkungan
yang
dihasilkan
oleh
penggilingan gabah seperti polusi udara, dan polusi suara, membuat pengelola untuk mempertimbangkan lokasi yang tepat. Lokasi pendirian penggilingan padi tersebut direncanakan akan berada di Carangpulang Lebak, dimana sebelah kanan dan kiri penggilingan adalah lahan sawah yang tidak berdekatan dengan pemukiman
76
penduduk, sehingga tidak menimbulkan gangguan pada masyarakat sekitar. 4.3.5. Analisis Aspek Finansial Analisis aspek finansial dalam rencana usaha Penggilingan Hurip Jaya terdiri atas hal-hal sebagai berikut : Kebutuhan Modal dan Identifikasi Biaya Kebutuhan modal dalam mendirikan usaha penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Modal investasi merupakan modal yang dikeluarkan pada awal periode usaha untuk pembelian sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya usaha penggilingan dan digunakan untuk memperoleh manfaat hingga secara ekonomis tidak dapat digunakan lagi. Jika investasi awal secara ekonomis sudah tidak dapat digunakan lagi, maka dilakukan investasi kembali atau disebut reinvestasi. Sementara itu, modal kerja adalah modal yang digunakan untuk keperluan operasional produksi. Total rencana kebutuhan modal pada tahun pertama usaha ini sebesar Rp 112.716.000,00 terdiri dari kebutuhan investasi tahun ke nol sebesar Rp 59.756.000,00 dan perkiraan modal kerja sebesar Rp 52.960.000,00 dapat dilihat pada Lampiran 12 dikurangi biaya penyusutan dan biaya sosial. Kebutuhan Investasi Rencana investasi yang dibuat oleh Kelompok Tani Hurip terdiri dari pembuatan bangunan, gudang, kantor, dan lantai jemur, pembelian mesin penggilingan lengkap, pembelian meja tulis dan kursi, timbangan duduk, takaran beras, tester kadar air, tool kit seperti ring, kunci pas dan kunci sok, perlengkapan lain dapat dilihat pada Lampiran 10. Selain biaya investasi, usaha ini juga memiliki biaya reinvestasi. Pembelian kembali untuk serokan, karung, ember dan selang dilaksanakan pada tahun ke empat dan ke delapan periode analisis. Rincian dari rencana investasi dapat dilihat pada Lampiran 12.
77
Kebutuhan Modal Kerja Kebutuhan modal kerja dalam usaha penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel atau tidak tetap. Biaya total yang dikeluarkan untuk usaha ini sebesar Rp. 58.610.000,00. Kebutuhan modal kerja pada tahun pertama dikurangi biaya penyusutan dan biaya sosial sebesar Rp. 52. 960.000,00. Biaya tetap terdiri dari gaji karyawan tetap, penyusutan, biaya umum, dan sewa tanah, sedangkan biaya variabel terdiri dari upah kerja atau buruh, bahan baku gabah, bahan bakar, biaya transport dan biaya sosial. Rincian biaya operasional dapat dilihat pada Lampiran 12. Sumber Modal Sumber modal untuk rencana usaha ini berasal dari modal sendiri dan pinjaman. Perbandingan modal sendiri dan modal pinjaman adalah 30:70. Modal pinjaman akan berasal dari bank syariah atau bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) yang menetapkan proporsi bagi hasil yaitu 40:60 untuk pinjaman yang dipergunakan untuk investasi. 40 persen dari keuntungan menjadi hak bank, dan 60 persen dari keuntungan menjadi hak pengelola. Bagi hasil untuk pinjaman modal kerja ditetapkan proporsi sebesar 45:55. 45 persen untuk bank syariah dan 55 persen untuk usaha. Total rencana kebutuhan adalah Rp. 112.716.000,00. Modal sendiri yang dipergunakan untuk rencana investasi adalah Rp. 17.927.000,00 dan untuk modal kerja adalah Rp. 15.888.000,00. Sedangkan modal pinjaman untuk kegiatan investasi adalah Rp. 41.829.000,00 dan untuk modal kerja adalah Rp. 37.072.000,00. Aspek permodalan rencana usaha ini dapat dilihat pada Lampiran 14. Identifikasi Manfaat atau Penerimaan Manfaat yang diterima oleh usaha penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip berasal dari penjualan produk utama yaitu jasa giling dan beras, produk sertaan seperti dedak, sekam dan menir. Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah output dengan harga jual per satuannya.
78
Pada rencana usaha ini, harga jual yang berlaku berdasarkan kesepakatan
dan
pertimbangan
pengelola
penggilingan
gabah
Kelompok Tani Hurip. Perhitungan penerimaan secara rinci untuk produk utama dan sertaan yang memiliki nilai jual serta perkiraan laba/rugi dapat dilihat pada Lampiran 16 dan perkiraan arus kas dapat dilihat pada Lampiran 17. Penetapan harga jual telah terdapat pada analisis aspek pasar dan pemasaran, sedangkan rencana produksi terdapat pada analisis aspek teknis dan teknologis Kriteria Kelayakan Investasi Lima kriteria yang digunakan dalam menilai investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Break Even Point (BEP), dan Payback Period. Hasil perhitungan kelayakan investasi ini diperoleh dari hasil perhitungan komponen outflow dan inflow yang didiskontokan. Nilai dari kriteria penilaian investasi rencana usaha Penggilingan Hurip Jaya dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai Kriteria Penilaian Investasi Rencana Usaha Penggilingan Gabah Kelompok Tani Hurip Kriteria Investasi Net Present Value (NPV) Profitability Index (PI) Internal Rate of Return (IRR) Payback Period (PBP)
Nilai Rp 254.889.000,00 8,54 40,8% 0,8 tahun
Hasil perhitungan kriteria investasi secara komprehensif dapat dilihat pada Lampiran 18-21. Nilai Net Present Value (NPV) menunjukkan nilai yang positif dan sangat besar, nilai ini menunjukkan hasil dari nilai arus kas masuk selama periode analisis yang didiskontokan dikurangi dengan nilai arus kas keluar yang didiskontokan. NPV sebesar Rp. 254.889.000,00 menunjukkan bahwa penggilingan padi ini layak, karena berdasarkan kriteria penilaian investasi, usaha layak jika NPV > 0.
79
Nilai Profitability Index (PI) menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu. Menurut kriteria penilaian investasi, PI layak jika PI > 1. PI merupakan perbandingan antara nilai arus kas masuk selama periode analisis yang didiskontokan dibagi dengan nilai arus kas keluar yang didiskontokan. IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV dari usaha tersebut sama dengan nol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keuntungan internal yang diperoleh dari investasi yang dilakukan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai IRR dari rencana usaha penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip sebesar 40,8 persen. Nilai tersebut diperoleh dengan menggunakan metode coba-coba (trial and error). Nilai IRR tersebut menunjukkan kelayakan dari suatu usaha, karena IRR lebih besar dari tingkat suku bunga deposito. Payback Period (PBP) merupakan jumlah lama tahun yang dibutuhkan bagi suatu usaha untuk menutupi biaya investasi awal dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai PBP adalah 0,8 tahun, artinya adalah penggilingan gabah ini baru dapat menutupi pengeluaran biaya investasinya dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan setelah usaha ini berjalan sekitar 9 bulan 6 hari. Berdasarkan hasil dari empat kriteria penilaian investasi di atas, dapat disimpulkan bahwa penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip layak untuk diimplementasikan pada kondisi atau asumsi yang telah disepakati bersama. Hal ini ditunjukkan dari nilai NPV > 0, PI > 1, IRR > tingkat suku bunga yang dijadikan dasar perhitungan, yaitu 7 persen, dan PBP lebih pendek waktunya dari periode pembayaran maksimum atau tertutupi sebelum umur rencana usaha Tirta Maju berakhir. Kriteria lainnya Selain empat kriteria penilaian investasi di atas, pada penelitiannya ini juga dilakukan perhitungan terhadap kriteria-kriteria tambahan lainnya, Break Even Point (BEP) tahun analisis, BEP
80
volume produksi, dan BEP harga jual. Perhitungan masing-masing kriteria dapat dilihat pada Lampiran 20 dan 21. Analisis Sensitivitas Hasil analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu usaha dalam menghadapi setiap perubahan yang mungkin terjadi. Analisis ini dilakukan dengan terjadinya perubahan di tingkat harga input operasional dan volume penjualan hingga nilai NPV menjadi negatif. Dari skenario kenaikan dan penurunan harga input operasional dan volume penjualan sebesar 10 persen. Kenaikan 10 persen harga input operasional meliputi harga bahan baku gabah, transport, dan bahan bakar minyak solar. Kenaikan 10 persen harga input operasional dan penurunan 10 persen volume penjualan menghasilkan nilai NPV sebesar Rp. 213.709.000,00, IRR 40,4 persen, nilai Net B/C adalah 7,32 dan PBP 1 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha ini tidak sensitif terhadap penurunan 10 persen penjualan dan kenaikan 10 persen harga input operasional. Analisis sensitivitas dapat dilihat pada Lampiran 2226. Hasil analisis sensitivitas switching value menyatakan bahwa usaha Penggilingan Hurip Jaya akan menjadi tidak layak saat harga harga input operasional yang meliputi harga bahan baku gabah, transport, dan bahan bakar minyak solar naik hingga sebesar 50 persen dan volume penjualan turun sebesar 66 persen, penurunan volume penjualan dan kenaikan harga input operasional tersebut akan menghasilkan NPV negatif sebesar Rp. 3.016.000,00, IRR 7,1 persen, nilai Net B/C adalah 0,91 dan PBP lebih dari periode analisis atau 10 tahun. Analisis sensitivitas switching value dapat dilihat pada Lampiran 27-30.
81
4.4. Rekomendasi Dalam Tahap Implementasi Pendirian Pengilingan Gabah Penggilingan gabah ini dapat direalisasikan apabila pengelola memiliki kesungguhan dalam melaksanakannya. Kesungguhan dan keyakinan yang dimiliki oleh pengelola untuk pendirian usaha merupakan modal yang utama. Dalam mengatasi permasalahan permodalan, pengelola sebaiknya mensosialisasikan rencana usaha yang dibuat agar investor tertarik untuk menanamkan saham segera. Pengelola perlu mempersiapkan kondisi internalnya, kondisi internal yang dimaksud adalah kesiapan bagian pemasaran dan penjualan dalam mencari konsumen, kesiapan bagian produksi yaitu mampu memenuhi permintaan yang diinginkan oleh konsumen, serta kesiapan bagian adminstrasi baik itu keuangan maupun non keuangan untuk membentuk sistem pencatatan yang baik, agar memudahkan untuk menghitung keuntungan dan kerugian serta kecepatan untuk membuat keputusan. Kesiapan ini dapat terpenuhi dengan melakukan pelatihan manajerial. Pengelola harus mengurus masalah perizinan, dan legalitas, serta meminta rekomendasi dari Dinas Pertanian dan Pemerintah Daerah agar usaha penggilingan tersebut diakui keberadaanya. Adanya pengakuan memiliki
banyak
keuntungan,
yaitu
mendapatkan
proteksi
atau
perlindungan dari pemerintah, bantuan, pelatihan, serta berbagai informasi yang dapat menguntungkan dan mengembangkan usaha. Apabila usaha telah berjalan, maka pengelola harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen sehingga menciptakan kepuasan, selain itu transparansi atau keterbukaan baik kepada konsumen, kelompok tani, maupun kepada petani yang menanamkan saham sangat penting, karena dapat menciptakan kepercayaan kepada pengelola usaha penggilingan. Kemudian pengelola harus membuat sistem pembagian keuntungan yang jelas dan adil, baik bagi kelompok, petani yang menanamkan saham, maupun pengelola sendiri agar tidak menimbulkan perpecahan dan keributan.
82
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan a.
Hasil analisis kelayakan aspek pasar dan pemasaran menunjukkan bahwa di Desa Cikarawang masih terdapat peluang yang sangat besar untuk mendirikan penggilingan padi tersebut, peluang tersebut adalah sekitar 500 hingga 1000 ton gabah kering giling.
b.
Analisis kelayakan aspek teknis dan teknologis, menjelaskan mengenai rencana investasi, letak, layout, kapasitas produksi ekonomis, dan rencana produksi. Rencana tersebut telah dibuat mulai dari berapa produksi tahun pertama, mesin dan peralatan yang tepat untuk dipergunakan oleh penggilingan padi kecil, serta tata letak dan lokasi yang baik untuk mendirikan penggilingan padi di Desa Cikarawang.
c.
Analisis kelayakan aspek manajemen operasional dan dampak usaha menjelaskan mengenai kepemilikan, legalitas, struktur organisasi,dan pembagian tugas dalam mengelola penggilingan tersebut, sedangkan dampak usaha menjelaskan mengenai dampak dan akibat yang akan terjadi apabila penggilingan tersebut didirikan. Dampak yang akan terjadi lebih cenderung kepada banyaknya manfaat yang akan di dapat masyarakat,
karena
penggilingan
melakukan
antisipasi
dengan
menentukan lokasi yang tepat yang tidak berdekatan dengan perumahan, sehingga tidak menimbulkan polusi baik itu polusi udara, maupun suara. d.
Analisis kelayakan finansial menghasilkan nilai kriteria investasi yang cukup besar dimana NPV bernilai Rp.254.889.000,00 IRR 40,8 persen, Net B/C atau PI adalah 8,54 dan PBP adalah 0,8 tahun. Semua analisis kelayakan menunjukkan bahwa penggilingan gabah di Desa Cikarawang yang akan dikelola oleh Kelompok Tani Hurip layak untuk didirikan.
2. Saran a.
Kelompok Tani Hurip selaku kelompok yang memiliki divisi usaha, harus meningkatkan motivasi dan kemampuannya dalam menciptakan dan mengembangkan usaha, pengembangan motivasi dan kemampuan
83
ini melibatkan anggota kelompok dimana masing-masing anggota dituntut untuk meningkatkan loyalitas dan partisipasinya, selain itu kelompok harus menjalin kerjasama dengan kelompok tani lain di Desa Cikarawang agar tercipta sinergi dan manfaat bagi banyak pihak. b.
Penelitian ini belum menganalisis produk beserta harga dari jasa lain yang menyertai jasa penggilingan, yaitu jasa jemur, dan jasa simpan, penelitian selanjutnya dapat menyempurnakan dengan menganalisis semua produk yang menyertai
jasa giling, agar dari hasil analisis
kelayakan tersebut dapat tercipta rencana komprehensif .
usaha masyarakat yang
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Desa Cikarawang Desa Cikarawang (Gambar 5) adalah salah satu dari 10 desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah desa yaitu 226,56 Ha. Sebelah utara Desa Cikarawang dibatasi oleh Sungai Cisadane, sebelah selatan dibatasi oleh Sungai Ciapus, sebelah barat dibatasi oleh Ciaduan, dan sebelah timur dibatasi oleh Kelurahan Situgede. Kondisi geografis desa yaitu memiliki ketinggian tanah sebesar 700 m dari permukaan laut, termasuk daerah bertopografi atau berdataran tinggi, dengan suhu udara rata-rata yaitu berkisar antara 25°-30°C. Jarak dari pusat pemerintahan desa ke pusat pemerintahan kecamatan sejauh 5 km, jarak ke pusat pemerintahan kota administrasi sejauh 45 km, jarak ke ibukota kabupaten/kotamadya daerah tingkat II sejauh 40 km. Kondisi transportasi dari dan ke Desa Cikarawang cukup baik yaitu dengan fasilitas jalan beraspal yang memiliki lebar 4m. CIKARAWANG
Gambar 5. Peta Cikarawang Desa Cikarawang dibagi menjadi tiga dusun, tujuh rukun warga (RW) dan tiga puluh dua rukun tetangga (RT). Jumlah
38
penduduk desa ini adalah 7205 jiwa, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3588 jiwa dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 3617 jiwa, serta jumlah kepala keluarga sebanyak 1867 kepala keluarga Sektor ekonomi yang terdapat di Desa Cikarawang adalah usaha pertanian, usaha peternakan, usaha perikanan, usaha industri, usaha jasa, dan usaha perdagangan. Wilayah ini memiliki potensi yang besar dilihat dari segi sumber daya alamnya, yang sebagian besar masih berupa lahan pertanian. Di wilayah ini sangat potensial untuk dikembangkan kegiatan pertanian, terutama pertanian tanaman padi dan palawija. Secara umum kegiatan ekonomi masyarakat banyak bertumpu pada sektor pertanian. Kegiatan di sektor peternakan terlihat dari beberapa ekor ternak yang dimiliki oleh setiap warga di rumahnya masing-masing. Komoditas peternakan yang telah dikembangkan secara komersial di wilayah desa ialah penggemukan kambing dan usaha peternakan berkapasitas 5000 ayam potong yang dimiliki oleh warga masyarakat. Kegiatan di subsektor perikanan belum cukup berkembang, dan potensi keberadaan danau atau situ seperti Situ Burung yang ada di desa ini belum dimanfaatkan secara optimal untuk budidaya perikanan air tawar. Di sektor industri telah terdapat beberapa usaha home industri komersial yaitu pembuatan miniatur aeromodelling, pembuatan pupuk organik bokasi, dan industri makanan. Usahausaha tersebut
memberi manfaat bagi masyarakat desa dalam
membuka lapangan pekerjaan. Usaha pada sektor jasa yang telah dilakukan warga di Desa Cikarawang adalah jahit-menjahit, mobil angkutan, wartel, ojeg, penggilingan gabah dan pengolahan tanah pertanian, yaitu melalui penyewaan kerbau atau traktor tangan. Pada sektor perdagangan, di daerah ini beberapa warga telah menjadi pengumpul hasil pertanian yaitu ubi jalar dan ubi kayu untuk dijual di Pasar Induk Kramatjati,
39
dan industri pengolahan. Sebagian warga ada yang menjadi pedagang sayur-mayur, kacang-kacangan, bakso, mie ayam, maupun produk-produk lain dan membuka warung di rumahnya. Di desa ini juga terdapat lembaga-lembaga masyarakat yaitu kelompok dasa wisma, kelompok PKK, pramuka gudep, kelompok tani, karang taruna, kelompok remaja masjid, majelis ta’lim, kader pembangunan desa (KPD), dan sebagainya. Desa Cikarawang merupakan desa yang berdekatan dengan Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), salah satu harapan dari Desa Cikarawang yang diperoleh dari wawancara dengan kepala desa dan tokoh desa yaitu menjadikan Desa Cikarawang sebagai wadah yang disediakan bagi mahasiswa IPB untuk melakukan praktik lapang, sehingga potensi pertanian yang ada harus tetap dipertahankan Lahan yang digunakan untuk sawah dan ladang di desa ini adalah 194,572 hektar, dengan luas tanah sawah yaitu 155,620 hektar, sebagian besar tanah pertanian yang dikelola warga adalah milik sendiri. Dari hasil sawah dan ladang inilah masyarakat Desa Cikarawang dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sistem pola tanam yang dilakukan oleh petani Dusun I dan II ialah sistem bergilir antara padi dan palawija, sedangkan petani Dusun III tidak bergilir dan selalu menanam padi. Hal ini berkaitan dengan sistem irigasi yang terdapat di desa. Kurangnya air dan harus ada pembagian alokasi air dengan sistem bergilir menyebabkan Dusun I dan II melakukan penanaman padi hanya satu kali dalam setahun, sedangkan di Dusun III air selalu berlimpah, tanahnya basah dan hanya cocok untuk ditanami padi, oleh karena itu penanaman padi dapat dilakukan tiga kali dalam setahun. Produksi padi pada tahun 2006 di Desa Cikarawang mencapai 1.271 ton (UPTD, 2006) Adanya
potensi
pertanian
di
Desa
Cikarawang,
menumbuhkan keinginan masyarakat untuk membentuk kelompok tani. Kelompok tani merupakan wadah masyarakat untuk berkumpul, bekerjasama dan membentuk suatu kesatuan yang memiliki
40
kesamaan identitas, atribut, sistem norma dan peraturan-peraturan berkelompok untuk mengatur pola-pola interaksi antara anggota kelompok dan mencapai tujuan bersama. Kelompok tani yang sudah terdaftar di kantor Kecamatan Dramaga berjumlah 4 kelompok, yaitu Kelompok Tani Hurip, Mekar, Setia, dan Subur Jaya. Salah satu kelompok tani yang sudah lama berdiri adalah Kelompok Tani Hurip. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Pertanian (2006), pembagian kelas pada kelompok tani ada empat, yaitu pemula, lanjut, madya, dan utama. Pembagian tersebut berdasarkan pada penilaian kemampuan kelompok terhadap kriteriakriteria tertentu. Bobot nilai yang dimiliki oleh kelas pemula adalah 250, lalu untuk kelas lanjut bobot nilainya antara 251-500, kelas madya berbobot nilai antara 501-750, dan kelas utama berbobot nilai antara 751-1000. 4.1.2. Kelompok Tani Hurip Kelompok Tani Hurip (KTH) merupakan kelompok tani yang beranggotakan 28 orang petani. Kelompok tani ini berada pada kelas lanjut, didirikan pada tahun 1974. Sekretariat Kelompok Tani Hurip (KTH) beralamat di Kampung Carangpulang Bubulak Rt 4 Rw 3 No. 43, Dusun II, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pembentukan kelompok tani berasal dari keinginan petani untuk berkerjasama dalam memajukan pertanian desa. Kelompok Tani Hurip telah diakui keberadaannya dan telah terdaftar di Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Kelompok Tani Hurip sudah dipercaya untuk mengelola traktor tangan dan kelompok tani ini juga cukup sering mendapat bantuan dari pemerintah melalui UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas), seperti pemberian bibit padi, pohon jati, pupuk (urea, NPK), dan bibit kacang. Adanya keinginan untuk memajukan kelompok menimbulkan kesadaran anggota kelompok untuk merapihkan dan membangun sistem kerja kelompok tani serta perencanaan usaha
41
untuk meningkatkan pendapatan kelompok. Hal ini ditandai dengan dibentuknya struktur organisasi lengkap ditambah dengan seksi-seksi dan pembagian pekerjaan yang jelas. Struktur organisasi Kelompok Tani Hurip terdiri dari 11 orang yang menjabat sebagai pengurus, yang terdiri dari ketua, sekretaris,
bendahara,
seksi
kelompok
wanita
tani,
seksi
pengairan/P3A, seksi humas, seksi usaha yang terdiri dari usaha hasil bumi dan rencana usaha yang memiliki kemungkinan untuk dijalankan seperti penggilingan padi dan tepung ubi jalar, seksi pertanian dan seksi kehutanan serta dua orang penasehat (Lampiran 2). 4.2. Pendekatan PAR dan PRA untuk Penjaringan dan Pemantapan Ide, serta Perencanaan Usaha pada Kelompok Tani Hurip. Tahap pertama yaitu sosialisasi metode PRA yang termasuk ke dalam PAR dan identifikasi potensi ekonomi desa. Tujuan dari sosialisasi metode PRA ialah memberikan pemahaman bahwa kedatangan peneliti ke desa melakukan penelitian partisipatif dalam rangka membangun potensi ekonomi desa Cikarawang. Sedangkan tujuan dari identifikasi potensi ekonomi desa yaitu mengetahui potensi ekonomi apa saja yang dapat dikembangkan di Desa Cikarawang. Tahap kedua adalah pemilihan kelompok tani. Dari hasil kunjungan pertama kali dan penerimaan serta keterbukaan kelompok terhadap peneliti dan tim, maka ditetapkan Kelompok Tani Hurip sebagai tempat untuk dilakukannya penelitian partisipatif. Tahap ketiga yaitu tahap membuat kesepakatan untuk mengadakan pertemuan-pertemuan antara tim peneliti dengan anggota Kelompok Tani Hurip. Hal ini bertujuan agar mereka menyetujui untuk ikut berpartisipasi dan bersama-sama berembuk untuk membahas permasalahan yang ada pada kelompok. Tahap keempat dan selanjutnya menggunakan teknik-teknik Focus Group Discussion (FGD) seperti merancang skenario masa depan, menetapkan visi, misi, menggambarkan keadaan ekonomi kelompok tani saat ini, mengidentifikasi potensi internal kelompok dan potensi yang bisa
42
dikembangkan oleh kelompok tani ke depan. Proses penetapan visi, misi, dan tujuan ini ditentukan melalui skenario masa depan Kelompok Tani Hurip. Skenario masa depan sangat berguna untuk situasi yang sangat kompleks dan ketidakpastian tinggi, metode ini membantu untuk menentukan
arah
dan
tujuan
yang
hendak
dicapai
dengan
mempertimbangkan berbagai faktor yang saling mempengaruhi, kondisi saat ini dilihat dari potensi-potensi ekonomi yang ada di desa Cikarawang, dan perkiraan kecenderungan (trend) masa depan. Tahap kelima merupakan tahap perumusan masalah, tahap ini merupakan tahapan yang paling penting dan menentukan. Tujuan dari merumuskan masalah adalah menjabarkan permasalahan apa saja yang akan diteliti, sehingga diharapkan ditemukannya solusi bagi permasalahan yang ada. Perumusan masalah ini dilakukan dengan identifikasi masalah, kebutuhan dan keinginan kelompok tani. Kelompok Tani Hurip memiliki keinginan untuk mengelola hasil taninya menjadi produk yang memiliki nilai tambah, tidak hanya mengelola dan menjual hasil pertanian, sehingga muncul keinginan untuk mendirikan penggilingan gabah dan tepung ubi jalar. Dari keinginan tersebut, maka diperlukan perumusan rencana usaha, dan dari perumusan rencana bersama diharapkan akan dapat memanfaatkan SDM yang tersedia, membangun komitmen anggota kelompok terhadap pelaksanaannya, menghasilkan rencana yang tepat guna, terpadu, dan komprehensif, serta realistis. Tahap kelima merupakan tahap perencanaan usaha kolaboratif yang bertujuan agar masyarakat mampu memperbaiki kehidupan dengan kekuatan mereka sendiri, sehingga terwujud kemandirian masyarakat, yakni masyarakat yang mampu memecahkan masalah mereka sendiri. Langkah awal untuk mendirikan penggilingan gabah dilakukan dengan skenario masa depan, mencakup impian terhadap pengggilingan gabah sehingga diperlukan penetapan visi, misi dan tujuan pendirian penggilingan gabah. Kemudian dilakukan analisis SWOT secara bersama-sama, yaitu analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pendirian penggilingan gabah.
43
Rencana usaha kolaboratif penggilingan gabah meliputi rencana pasar, rencana teknis dan teknologi, rencana manajemen operasional, dan rencana finansial. Rencana tersebut disusun berdasarkan data-data yang akurat, baik itu data primer maupun sekunder, oleh karena itu pencarian data yang benar perlu dilakukan. Data dan informasi yang didapat bermanfaat untuk menyusun rencana usaha dengan logis, baik dan tepat. Inti dari pendekatan penelitian aksi partisipatif adalah keterlibatan masyarakat dan kebersamaan dalam merumuskan masalah dan mencarikan solusinya sehingga dapat dilakukan melalui tindakan.
Keterlibatan
masyarakat bertujuan agar penilaian dan penggalian masalah serta kebutuhan dan keinginan memang bersumber dari masyarakat, setelah adanya
kesadaran
masyarakat
terhadap
masalah,
kebutuhan
dan
keinginannya, maka masyarakat didorong untuk menyelesaikan masalahnya dan memenuhi kebutuhannya. PAR lebih dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dibandingkan dengan pendekatan top-down yang selama ini dilakukan, dalam pendekatan top-down masyarakat tidak dilibatkan dari awal proses, namun masyarakat hanya menerima hasilnya saja, yang hasilnya itu belum tentu dapat menjawab permasalahan masyarakat dan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Tahap-tahap proses PAR dapat dilihat pada Lampiran 3. 4.2.1. Latar Belakang dan Rencana Usaha Penggilingan Gabah Kelompok Tani Hurip. Desa Cikarawang memiliki penggilingan gabah di Dusun II, pada tahun 1970-an, hampir semua petani dan masyarakat Desa Cikarawang melakukan penggilingan gabah di penggilingan tersebut. Penggilingan gabah di Dusun II memberikan kemudahan pada masyarakat dalam menjangkau lokasi penggilingan, terlebih lagi usaha tersebut berada di pinggir jalan yang dilalui oleh kendaraan. Setelah penggilingan gabah ini sudah tidak lagi beroperasi, masyarakat merasakan kesulitan terutama karena jauhnya jarak yang harus ditempuh untuk mendapatkan jasa penggilingan. Ketua dan anggota
Kelompok
Tani
Hurip
menyadari
kebutuhan
dari
44
masyarakat, karena kesulitan ini pun dialami oleh ketua dan anggota kelompok. Berangkat dari kebutuhan akan jasa giling yang berada di wilayahnya (Dusun II), terlebih lagi setelah melihat sejarah usaha ini dan prospek ke depan dalam mendirikan penggilingan gabah di Dusun II membuat kelompok tergugah dan termotivasi untuk segera mendirikan penggilingan tersebut. Tentunya keinginan pendirian penggilingan gabah tersebut dilandasi juga oleh keinginan untuk memenuhi
dan
memfasilitasi
kebutuhan
masyarakat
serta
meningkatkan perekonomian desa. Sehingga kelompok menaruh harapan bahwa penggilingan ini dapat menjadi suatu wadah yang akan memenuhi kebutuhan masyarakat baik itu terhadap jasa giling yang berkualitas maupun mendapatkan atau memenuhi kebutuhan beras itu sendiri. Bidang Usaha dan Hasil Produksi Rencana penggilingan gabah yang akan dibuat yaitu memiliki sarana untuk penjemuran, penyimpanan, penggilingan, pemanfaatan limbah, dan pengantaran. Kegiatan utama dalam penggilingan gabah yang direncanakan adalah jasa yang terkait dengan penggilingan dan pemasaran beras. Penggilingan gabah akan menghasilkan jasa pelayanan penggilingan gabah untuk masyarakat, produk beras, hasil sertaan yang dapat diperjualbelikan dan limbah yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan petani sehari-hari. Produk samping (by product) yang bisa dijual atau bisa digunakan untuk pakan ternak adalah dedak atau bekatul. Sedangkan limbah berupa sekam padi bisa dimanfaatkan untuk salah satu pembuatan biogas, pupuk kompos, energi panas dari hasil pembakarannya dan abu gosok. Target konsumen yang akan memanfaatkan jasa adalah anggota Kelompok Tani Hurip sendiri, petani sekitar, dan anggota kelompok tani lain di wilayah Desa Cikarawang dan desa tetangga.
45
Tujuan dan Manfaat Ekonomi Usaha Tujuan dari pendirian usaha penggilingan gabah ini adalah menciptakan usaha yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, meningkatkan pendapatan kelompok dan perekonomian desa serta memudahkan dan memberi fasilitas bagi masyarakat. Manfaat usaha penggilingan gabah adalah masyarakat dapat memanfaatkan jasa jemur penggilingan gabah, menyimpan gabahnya di
penggilingan,
menjual
gabahnya
kepada
penggilingan,
memperoleh pelayanan antar, menggunakan jasa penggilingan, bahkan bisa menanam saham, dan membeli beras, hasil sertaan dan limbah yang masih bermanfaat. 4.2.2. Rencana Strategis Usaha Penggilingan Gabah Penggilingan gabah yang akan didirikan rencananya diberi nama Penggilingan Hurip Jaya. Nama hurip berasal dari kelompok tani yang artinya hidup, dan jaya diambil dari cita-cita dari penggilingan tersebut yang memiliki arti berjaya. Perusahaan ini berada dibawah kepemilikan Kelompok Tani Hurip dan dikelola oleh tim usaha penggilingan padi Kelompok Tani Hurip. Usaha penggilingan ini direncanakan akan berlokasi di Dusun II, Kampung Carangpulang lebak, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Fasilitas yang akan tersedia dalam penggilingan Hurip Jaya yaitu mesin Rice Milling Unit tipe LM 24, ICHI N-50 yang berkapasitas 4 ton/hari, tempat jemur berterpal, gudang penyimpanan, ruang kantor dan toilet. Visi, Misi, Tujuan dan Nilai-nilai Perusahaan Visi, misi, tujuan dan nilai-nilai perusahaan dihasilkan melalui rencana usaha kolaboratif dengan menggunakan skenario masa depan. Menurut David (1998), visi perusahaan merupakan suatu petunjuk arah bisnis yaitu kemana perusahaan akan tumbuh dan berkembang. Visi ini merupakan pernyataan keinginan perusahaan di masa depan, menyadari akan manfaat dari adanya visi, oleh karena itu tim usaha pengilingan padi bersama peneliti
46
merumuskan visi dari usaha yang akan didirikan. Pernyataan visi Penggilingan Hurip Jaya adalah: Penggilingan Hurip Jaya gabah
di
Desa
sebagai sentral penggilingan
Cikarawang
yang
keberadaannya
dapat
menyejahterakan masyarakat Desa Cikarawang dan sekitarnya. Pernyataan visi menjawab pertanyaan Kita ingin menjadi seperti apa?, sedangkan pernyataan misi menjawab pertanyaan Apa bisnis kita?. Suatu misi bisnis merupakan dasar untuk menetapkan prioritas, stategi, rencana, penugasan kerja (David, 1998). Untuk mewujudkan visinya, Penggilingan Hurip Jaya memiliki misi sebagai berikut : 1. Memberikan pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah dan murah. 2. Memberikan kenyamanan kepada konsumen. 3. Membangun hubungan kemitraan dan kedekatan dengan berbagai pihak. 4. Disegani
karena
integritas
dan
kepeduliannya
terhadap
masyarakat dan lingkungan. Tujuan
perusahaan
yang
ditetapkan
dengan
jelas
menungkinkan sasaran yang jelas dan realistis. Pernyataan tujuan Penggilingan Hurip Jaya adalah: 1. Meningkatkan ketersediaan beras di Desa Cikarawang. 2. Meningkatkan nilai-nilai solidaritas antar anggota Kelompok Tani Hurip. 3. Memenuhi kebutuhan
masyarakat Desa Cikarawang dan
sekitarnya pada umumnya, dan anggota kelompok tani khususnya akan jasa penggilingan gabah dan beras. 4. Meningkatkan keuntungan kelompok dari jasa giling, penjualan beras dan hasil samping penggilingan gabah. Nilai-nilai merupakan sikap dalam menjalani kehidupan yang berfungsi
sebagai
pedoman
tingkah
laku.
Nilai-nilai
yang
membudaya dalam perusahaan akan memberi kontribusi secara tidak
47
langsung terhadap kesuksesan perusahaan. Nilai-nilai yang akan dikembangkan di Penggilingan Hurip Jaya adalah : 1. Kebersihan Moral dan Komitmen Niat. 2. Sungguh- sungguh dalam Bekerja. 3. Kerjasama Tim. 4. Berorientasi Kualitas dan Pelanggan. 5. Melakukan Evaluasi Kinerja secara Teratur. 4.2.3.
Analisis SWOT dalam Pendirian Usaha Penggilingan Hurip Jaya. Analisis kekuatan dalam pendirian usaha merupakan hal yang penting karena dari hasil ini dapat diketahui seberapa besar kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan yang akan didirikan saat ini serta mengetahui apakah perusahaan yang akan didirikan tersebut memiliki kekuatan untuk mengembangkan usahanya di masa yang akan datang, dari hasil analisis dengan pesaing yang terdapat di Desa Cikarawang
didapatkan
kekuatan
dalam
pendirian
usaha
Penggilingan Hurip Jaya adalah : 1. SDM yang akan mengelola merupakan anggota Kelompok Tani Hurip bukan perseorangan yang memiliki semangat, motivasi, dan komitmen yang tinggi untuk mendirikan usaha. 2. Pasar yang jelas, hal ini terlihat dari analisa kebutuhan dan keinginan
masyarakat
penggilingan
gabah
Desa
yang
Cikarawang
memiliki
kinerja
akan
adanya
baik
dalam
menciptakan hasil, pelayanan, dan harga yang memuaskan. 3. Rencana lokasi yang berada di pertengahan desa yaitu di dusun II, memberikan suatu keuntungan sendiri yaitu monopoli wilayah, lokasi strategis dan dekat dengan pasar. 4. Kedekatan dengan pasar utama membuat perusahaan dapat mengetahui perubahan pasar, komunikatif, dan cepat menangkap informasi. Analisis kelemahan harus dilakukan untuk mengetahui posisi saat ini kelemahan apa saja yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga
48
dari hasil analisis memudahkan pengelola untuk mengambil keputusan prioritas yang menyangkut usaha dan keberlanjutannya. Kelemahan yang teridentifikasi dalam pendirian Penggilingan Hurip Jaya adalah : 1. Kurangnya modal 2. Belum adanya mitra kerja (penyalur/supplier, pelanggan / warung dan toko, investor) 3. Belum adanya keterampilan manajerial pada tim penggilingan padi. Analisis peluang merupakan analisis untuk melihat kesempatan yang ada dalam mengembangkan usaha. Hasil identifikasi peluang usaha pengilingan gabah adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh bantuan, dukungan, serta rekomendasi untuk menghasilkan
legalitas
usaha
dari
Dinas
Pertanian
dan
Kehutanan serta Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. 2. Mendapatkan mitra kerja yang akan merealisasikan dan melancarkan operasional usaha. 3. Memperoleh
keterampilan
manajerial
dengan
mengikuti
pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh UPTD, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, dan lain sebagainya. 4. Memperluas jangkauan pasar tidak hanya di daerah Desa Cikarawang tapi juga desa-desa di Kecamatan Dramaga. Analisis ancaman merupakan analisis untuk melihat dan mengetahui faktor apa saja yang dapat menjadi penghambat jalannya usaha. Hasil identifikasi ancaman usaha penggilingan gabah adalah: 1. Bahan baku gabah sulit untuk didapatkan dan produksi padi di Desa Cikarawang sangat kecil akibat gagal panen. 2. Adanya pesaing baru, atau pesaing yang ada memperbaiki kinerja, sistem dan memperluas pangsa pasar, sehingga adanya kecenderungan untuk
mengambil konsumen sasaran
komsumen yang potensial.
dan
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, I. 1998. Cara Mudah Menggunakan Metode Kualitatif pada Sosiologi Pedesaan. Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial, Bogor Bantacut, T. 2006. Teknologi Pengolahan Padi Terintegrasi Berwawasan Lingkungan. Makalah pada Lokakarya Nasional ”Peningkatan Dayasaing Beras Melalui Perbaikan Kualitas” Jakarta, 13 September 2006. Basuno, E, dkk. 2005. Pemberdayaan Masyarakat Secara Partisipatif Melalui Kaji Tindak (Action Research) di Provinsi Jawa Barat. Laporan Akhir. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor CIFOR. 2007. Penelitian Aksi Partisipatif. (Modul). CIFOR, 2007 Departemen Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil.1995. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun1995 Tentang Usaha Kecil. Departemen Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil, Jakarta Departemen Pertanian. 2005. Teknik Penggilingan Padi yang Baik. Ditjen pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, Departemen Pertanian, Ragunan Jakarta. http://agribisnis.deptan.go.id Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2007. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di Kabupaten Bogor. Dinas Pertanian, Bogor Djohani, R. 1996. Dimensi Gender dalam Pengembangan Program Secara Partisipatif. Studio Driya Media Bandung : Bandung.
Gray, C., P. Simanjuntak, L.K. Sabur, P.F.L . Maspaitella, dan R.C.G. Farley. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Hasbullah, R. 2007. Program Pengawalan Penanganan Pasca Panen dan Pemasaran Gabah oleh Perguruan Tinggi di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Modul Pelatihan. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat IPB, Bogor. Husnan, S. dan S Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta. Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT Asdi Mahasatya, Jakarta. Iqbal, M dan K M M Simanjuntak. 2004. Solusi Jitu Bagi Pengusaha Kecil dan Menengah. PT Elex Media Komputindo. Kelompok Gramedia, Jakarta
Keown, dkk. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Ketujuh. Salemba Empat, Jakarta Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Jilid Satu. PT Prenhallindo, Jakarta. Mulyadi. 1997. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Edisi Kedua. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Mulyana, A dkk. 1996. Berbuat Bersama Berperan Setara. Studio Driya Media, Bandung. Narayan, D. 1996. What is Participatory Research? In Toward Participatory research, Washington DC. Selener, D. 1997. Participatory Action Research And Social Change. The Cornell Participatory Action Research Network. Cornell University, Ithaca, New York, U.S.A. Sembiring, I. 2007. Corporate Social Responsibility for Community Development. (Modul). Corporate Forum for Community Development (CFCD) . Bogor. Sofyan, I 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Graha Ilmu, Yogyakarta. Sutojo, S. 1983. Studi Kelayakan Proyek. Konsep dan Teknik. PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta Pusat. Tahmid, M. 2005. Studi Kelayakan Pendirian Industri Gelatin Tipe B Berbasis Tulang Sapi di Indonesia. Skripsi pada Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor. Umar, H. 1999. Studi Kelayakan Bisnis: Manajemen, Metode dan Kasus. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. ---------2001. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. ---------.2003. Studi Kelayakan Bisnis: Manajemen, Metode dan Kasus. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wijaya, H. 2004. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Limbah Kayu Menjadi Briket Arang pada PT Wasta Guna Lestari. Skripsi pada Fakultas Pertanian. IPB, Bogor.
85
Lampiran 8. Kegiatan Investasi No
Rencana Investasi
Jumlah
Harga tarif/pasar
Pemasok
Rp. 300.000,00
Panglong
Kebutuhan 1.
Pembuatan bangunan, gudang dan 105 m² kantor
2.
Pembuatan lantai jemur gabah
215 m²
Rp. 40.000,00
Panglong
3.
Pembuatan talang sekam dan gabah
5 lb seng
Rp. 40.000,00
Tk bangunan
4.
Pembelian mesin giling lengkap
1 unit
Rp.12.000.000,00
Tk RJ teknik
5.
Pembelian meja tulis dan kursi
1 set
Rp. 1.000.000,00
Pasar
6.
Pembelian timbangan duduk
1 unit
Rp. 1.500.000,00
Pasar
7.
Pembelian takaran beras
3 unit
Rp. 20.000,00
Pasar
8.
Pembelian tester kadar air
1 unit
Rp. 1.500.000,00
Tk RJ Teknik
9.
Pembelian Tool Kit
1 unit
Rp. 125.000,00
Tk RJ Teknik
10.
Pembelian serok/skrup dedak
3 unit
Rp. 10.000,00
Pasar
11.
Pembelian terpal
62 m²
Rp. 8.000,00
Pasar
12.
Pembelian karung gabah & beras
500 bh
Rp. 1.000,00
Pasar
13.
Pembelian bak air/gentong
2 bh
Rp. 150.000,00
Tk bangunan
14.
Pembelian bak untuk beras
5 bh
Rp. 50.000,00
Tk bangunan
15.
Pembelian gerobak
1 unit
Rp. 350.000,00
Tk bangunan
16.
Pembelian ember
4 bh
Rp. 3.500,00
Pasar
17.
Pembelian selang
10 m
Rp. 3.500,00
Pasar
18.
Pemasangan listrik
450 watt
Rp. 900.000,00
PLN
19.
Perijinan
1 paket
Rp. 250.000,00
Instansi
20.
Penyewaan lahan
320 m²/bln
Rp. 300.000,00
Masyarakat
21.
Pungutan/ sumbangan/ biaya sosial
1 thn
Rp. 1.500.000,00
Ormas
22.
Pembelian solar
1890 lt/thn
Rp. 4.000,00
SPBU
23.
Listrik, pulsa, pamflet (pemasaran)
1 thn
Rp. 5. 000.000,00
PLN & pasar
24.
Upah pengelola
4 orng/bln
Rp. 500.000,00
Kelompok
25.
Upah buruh
1 orng/bln
Rp. 300.000,00
Masyarakat
26.
Pajak penghasilan
1 thn
10 % / thn
Instansi
STUDI KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI DESA CIKARAWANG, KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR (R. RINRIN CHAERUNNISA SD H24103049) Perencanaan 1 -
-
Sosialisasi, Identifikasi Potensi Ekonomi, dan Pemilihan Usaha Ekonomi Sosialisasi kepada masyarakat dan kelompok tani
Identifikasi potensi ekonomi desa
Metode/Aksi
-
-
(1) Pertemuan dengan perwakilan kelompok tani yang ada di Desa Cikarawang serta tokoh dan wakil masyarakat, (2) Kunjungan ke kantor desa, (3) Kunjungan ke rumah warga FGD, wawancara, dan observasi
-
-
-
-
-
Identifikasi potensi ekonomi di tingkat kelompok tani Hurip dan menggagas skenario masa depan kelompok
Pemilihan usaha ekonomi
-
FGD
-
-
Kunjungan ke petani baik di rumah maupun di tempat kerja (sawah/ladang), sekaligus untuk melakukan observasi FGD
-
-
Pembelajaran bagi Mahasiswa
Permasalahan
-
Sebagian masyarakat kurang antusias karena beranggapan mahasiswa hanya menjadikan mereka sebagai obyek penelitian dan tidak memberikan manfaat untuk masyarakat
-
Pada saat FGD belum terfokus dan sebagian besar peserta belum bisa berperan secara aktif dalam diskusi Pada saat wawancara, informasi yang diberikan kurang jelas, kurang lengkap, atau tumpang tindih
-
Sebagian peserta masih belum berani mengungkapkan pendapat/terlibat aktif dalam diskusi Informasi yang diberikan petani kurang jelas, kurang lengkap dan petani kadang terkesan enggan
-
Dalam diskusi muncul banyak pilihan usaha dan terjadi perdebatan/konflik antar warga yang membuat
-
-
-
-
-
Pembelajaran bagi Masyarakat
Mahasiswa belajar bersosialisasi dengan masyarakat Mahasiswa belajar membangun komunikasi yang baik sehingga bisa menyampaikan maksud dengan tepat Mahasiswa belajar memfasilitasi FGD Mahasiswa belajar melakukan wawancara yang baik sehingga informasi yang diperoleh bisa jelas dan lengkap Mahasiswa belajar melakukan observasi dan menjadikan hasilnya sebagai sumber data penelitian Mahasiswa belajar untuk kreatif merancang tata acara FGD sehingga peserta dapat terlibat aktif dalam diskusi Mahasiswa belajar untuk membangun komunikasi personal baik yang dibangun atas dasar rasa percaya
-
Mahasiswa belajar untuk bersikap independen dan fokus
-
-
-
-
Output/Refleksi
Masyarakat dapat lebih mengenal peneliti (mahasiswa), memahami maksud dan tujuannya sehingga diharapkan bisa terjalin kerjasama yang baik
-
Belajar untuk berani mengungkapkan pendapat, berbagi, dan berinteraksi/berkomunikasi baik dengan sesama anggota masyarakat maupun dengan pihak luar
-
Masyarakat mulai berani berpendapat dan mulai terbiasa untuk saling berkomunikasi dan berbagi Masyarakat belajar membangun komunikasi personal dengan pihak luar sehingga wawasan dan pengetahuannya juga bisa berkembang Belajar untuk memilih usaha ekonomi yang akan dikembangkan berdasarkan analisis yang jelas
-
-
-
-
-
Masyarakat akhirnya menyambut baik kedatangan, maksud dan tujuan mahasiswa dalam melakukan penelitian Perlunya proses assessment lebih lanjut untuk mengidentifikasi potensi ekonomi desa Diperoleh daftar potensi ekonomi desa Terpilihnya kelompok tani Hurip sebagai lokasi penelitian Perlunya identifikasi secara terfokus di tingkat kelompok tani Hurip dan anggotanya
Diperoleh daftar potensi ekonomi di tingkat kelompok dan harapan-harapan masa depan terkait dengan pengembangan ekonomi Perlu tindak lanjut untuk pemilihan usaha yang akan dikembangkan
Dipilih 2 proyek ekonomi yang akan dikembangkan kelompok, salah satunya adalah usaha penggilingan padi. Usaha ini dipilih karena (1)
mahasiswa bingung
-
-
Identifikasi detail terhadap usaha
-
Analisis SWOT
-
Tidak ada
-
Mahasiswa belajar menerapkan analisis SWOT pada usaha penggilingan padi
-
Masyarakat belajar mengenai analisis SWOT dan kegunaannya sekaligus langsung mempraktekkan bersama mahasiswa
-
-
Penguatan kelompok dan pembentukan Kelompok Kerja (Pokja)
-
FGD: :membuat dan menyepakati aturan kelompok, menyusun struktur organisasi kelompok, dan pembentukan pokja sebagai pelaksana teknis dari masing-masing usaha yang telah dipilih untuk dikembangkan
-
Tidak ada, FGD sudah berjalan secara partisipatif dan aktif, bahkan dalam pembentukan Pokja telah terlibat para generasi muda yang atas kemauan dan keinginan sendiri menjadi anggota Pokja
-
Mahasiswa belajar aplikasi institutional building melalui fasilitasi penguatan kelompok ini
-
Masyarakat belajar untuk bisa berorganisasi secara lebih baik
-
Mahasiswa mengumpulkan informasi terkait dengan usaha penggilingan padi dari berbagai sumber dan kemudian menyampaikan/sharing informasi tersebut dengan petani
-
Masih sulit untuk mengajak keterlibatan masyarakat secara langsung dalam pengumpulan informasi awal ini, terutama karena keterbatasan waktu dari petani
-
-
FGD : Mahasiswa bersama Pokja
-
Mahasiswa belajar untuk sharing informasi dengan petani, memilih bahasa dan teknis yang sesuai agar informasi tersebut dapat sampai ke petani dengan baik Mahasiswa belajar konsep dan penerapan kolaboratif dari proses sharing tersebut Mahasiswa belajar merumuskan masalah penelitian
2 -
-
Membuat rencana usaha penggilingan padi Mengumpulkan data dan informasi
Merumuskan masalah penelitian
-
-
Tidak ada
-
-
-
Masyarakat belajar menerima informasi baru mengenai penggilingan padi membandingkan dengan informasi yang mungkin sudah mereka ketahui sebelumnya dan membuat kolaboratifnya bersama-sama dengan mahasiswa
-
Masyarakat belajar merumuskan masalah penelitian sebagai langkah
-
-
potensi produksi padi besar (2) belum ada usaha penggilingan untuk melayani anggota kelompok dan masyarakat sekitarnya (3) kelompok ingin menjalankan konsep TPOJ (Tanam, Petik, Olah, Jual) sehingga meningkatkan nilai tambah untuk petani Perlu identifikasi lebih detail dan mendalam terhadap usaha-usaha yang diputuskan telah dipilih kelompok untuk dikembangkan (Analisis SWOT) Hasil analisis SWOT. Salah satu hasil analisis SWOT menunjukkan ada kelemahan pada organisasi kelompok sehingga perlu penguatan kelompok agar usaha ekonomi yang akan direncanakan dapat berjalan baik dan berkelanjutan Terbentuknya 2 pokja yaitu Pokja Penggilingan Padi dan Pokja Tepung Ubi Jalar berikut tugas-tugasnya Pokja bersama mahasiswa membuat rencana usaha nmasing-masing
Diperoleh serangkaian informasi mengenai usaha penggilingan padi Perlu merumuskan permasalahan penelitian yang akan diteliti agar kegiatan penelitian lebih terfokus
Dirumuskan masalah penelitian : ’Apakah rencana pendirian usaha penggilingan padi layak?’ Masalah ini
awal untuk mencari solusi
-
-
Merencanakan studi banding ke tempat usaha penggilingan padi untuk mendapat gambaran riil
-
Menganalisa dan merencanakan pasar
-
-
Menganalisa dan merencanakan aspek teknis dan teknologi
-
-
Menganalisa dan merencanakan aspek manajemen operasional
-
Melakukan kunjungan ke penggilingan padi di daerah terdekat yaitu di Desa Situgede dan Desa Cikarawang (di wilayah kerja KT Subur Jaya)
-
Menilai dan menghitung potensi pasar yang dapat diserap usaha: * Usaha telah mempunyai captive market yaitu anggota kelompok sendiri yang juga petani padi dan masyarakat sekitar Analisa permintaan
-
Menganalisa aspek teknis dan teknologi dari hasil studi banding di penggilingan padi milik Bpk Acep (kelompok tani Subur Jaya) Melakukan obervasi dan survei ke toko penjual mesin penggilingan Menganalisa dari literatur terkait Pemilihan Lokasi Menganalisa aspek manajemen operasional untuk menjalankan usaha penggilingan padi
-
Studi banding tidak selalu dapat dilakukan bersama masyarakat karena kendala waktu juga karena masyarakat sudah merasa tahu tentang operasional penggilingan padi
-
Tidak ada
-
Mahasiswa belajar melakukan aksi bersama dan mendapat pengetahuan baru tentang usaha penggilingan padi
-
Mahasiswa belajar menganalisa pasar untuk usaha penggilingan padi
-
Menambah wawasan/pengetahuan masyarakat tentang usaha penggilingan padi
Masyarakat belajar menganalisa pasar dan menyiapkan usaha penggilingan padi secara terencana dan sistematis
-
-
-
Tidak ada
-
Mahasiswa belajar menganalisa aspek teknis dan teknologi dari usaha penggilingan padi
-
Masyarakat belajar menganalisa aspek teknis dan teknologi dari usaha penggilingan padi
-
-
Tidak ada
-
Mahasiswa belajar menganalisa aspek manajemen operasional dari usaha penggilingan padi
-
Masyarakat belajar menganalisa aspek manajemen operasional dari usaha penggilingan padi
-
-
diangkat untuk memastikan usaha yang akan dijalankan memang layak sehingga akan menguntungkan masyarakat Perlu membuat rencana aksi bersama Diperoleh gambaran riil mengenai usaha penggilingan padi Melanjutkan aksi bersama untuk mengumpulkan data guna mempersiapkan rencana bisnis penggilingan padi dan uji kelayakannya (aspek pasar , teknis dan teknologi, manajemen operasional, dan finansial) Dari aspek pasar, usaha penggilingan padi telah mempunyai target pasar yang jelas yaitu anggota kelompok tani Hurip dan masyarakat sekitar yang terletak di dusun II, sedangkan target pasar potensial adalah masyarakat yang berada di dusun I dan III. Namun perlu ditinjau apakah secara teknis target pasar tersebut mencukupi Perlu analisa aspek yang lain: teknis dan teknologi Dari aspek teknis dan teknologi, usaha penggilingan padi ini teknologinya cukup mudah, sudah dikenal masyarakat, dan masyarakat mempunyai kemampuan teknis untuk menjalankannya. Dari pemilihan lokasi akan didapatkan lokasi yang sesuai dan tepat Perlu analisa aspek yang lain: manajemen operasional Dari hasil analisa aspek manajemen operasional didapatkan rencana pendirian dan rencana operasional, di dalamnya terdapat perangkat organisasi yang terdiri dari struktur organisasi, dan job desc yang jelas bagi pengelola. Dari hasil analisa aspek manajemen
-
Rencana pelatihan ketrampilan manajerial
-
Penyiapan lokasi pabrik Menganalisa dan merencanakan aspek finansial
operasional diketahui ada bbrp masalah yaitu: (1) masy belum mempunyai ketrampilan manajerial untuk menjalankan usaha penggilingan padi, (2) belum tersedia lokasi untuk pendirian pabrik Perlu pelatihan ketrampilan manajerial, khususnya untuk para calon pengelola penggilingan padi Perlu segera menyiapkan lokasi untuk penggilingan padi
Bu, Rencana pelatihan dan penyiapan lokasi pabrik dilakukan setelah analisis kelayakan (bila sudah dinyatakan layak) -
Menganalisa aspek finansial untuk menjalankan usaha penggilingan padi
-
Tidak ada
-
Mahasiswa belajar menganalisa aspek finansial dari usaha penggilingan padi
-
Masyarakat belajar menganalisa aspek finansial dari usaha penggilingan padi
-
Dari hasil analisa aspek finansial diketahui ada beberapa masalah : (1) kurangnya modal ........(2)....... Belum di analisis lebih mendalam, bu tolong periksa excel penggilingan padi hurip. NPVnya besar sekali. Makasih banyak
STRUKTUR ORGANISASI KELOMPOK TANI HURIP Sekretariat : RT 4/3 No. 43 Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Telepon : (0251) 626232 – HP 0817181272 Penasehat I Bpk. Kuming
Ketua Kelompok Bpk. Ahmad B.
Sekretaris Bpk. Napi
Seksi Pertanian Bpk. Eeng
Keterangan : : Garis Koordinasi
Seksi Kehutanan Bpk. Amran
Seksi Kelompok Wanita Tani Ibu Titin
: Garis Instruksi : Garis Pertanggungjawaban
Penasehat II Bpk. Efendi
Bendahara Bpk. Rachman
Seksi Humas Bpk. Dedy
Seksi Pengairan/P3A Bpk. Matsari
Seksi Usaha Bpk. Endang