ANALISIS BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
ADHITYA YUDHA PRADHANA F14063458
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
COST ANALYSIS AND FEASIBILITY RICE MILLING BUSINESS IN CIHIDEUNG ILIR VILLAGE, CIAMPEA DISTRICT BOGOR REGENCY Bambang Pramudya and Adhitya Yudha Pradhana Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia e-mail:
[email protected]
ABSTRACT Rice is one of the staple food most Indonesian people consume and a strategic commodity that continued to receive priority handling in agricultural development. Rice is consumed after been milled and cooked. Therefore the rice milling business is very helpful in post harvest activities. Existing facilities in this mill including mill building, drying floor, huller for to shelling paddy, polisher for cleaning rice, and the engine mover. The objectives of this study are to carry out cost analysis and feasibility analysis of rice milling business owned by Mr. H. Sulaiman in Cihideung Ilir Village, Ciampea District, Bogor Regency, and to make sensitivity analysis with some conditions. The method used in this research are data collection and data analysis. The results from financial feasibility analysis are NPV = Rp14,447,356,-, IRR = 27.03 % and B/C ratio= 1.68. These mean that rice milling business feasible to run because NPV > 0, IRR > 15%, and B/C ratio > 1. The results of sensitivity analysis showed that increase in the price of diesel fuel by 10% of normal rates and wage increase up to 40%, will make the rice milling business not feasible. The increase in the price of diesel fuel by 20% of the normal price and wage increases by up to 30%, will make the rice milling business not feasible. Diesel fuel price increase of 30% of the normal price and wage increase by 30%, will make the rice milling business not feasible, and sensitivity analysis for the decrease in the number of annual milled to 20%, will make a rice milling business become not feasible to run. Keywords: rice milling business, cost analysis and feasibility, sensitivity analysis
ADHITYA YUDHA PRADHANA. F14063458. Analisis Biaya dan Kelayakan Usaha Penggilingan Padi di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan Bambang Pramudya. 2010
RINGKASAN Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu makanan pokok yang hampir sebagian besar masyarakat Indonesia mengkonsumsinya dan merupakan komoditi strategis yang tetap mendapat prioritas penanganan dalam pembangunan pertanian. Peningkatan produksi padi antara lain dapat ditempuh dengan cara perbaikan penanganan pascapanen. Penanganan pascapanen tanaman padi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas beras yang dihasilkan. Salah satu aspek penting penanganan pascapanen padi adalah penggilingan padi. Proses penggilingan ini penting karena menentukan kualitas dan kuantitas beras yang dihasilkan. Dalam hal ini penggunaan mesin penggilingan padi diharapkan dapat meningkatkan rendemen dan mutu dari beras giling yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya dan kelayakan usaha penggilingan padi, bagaimana usaha tersebut berjalan pada jalur yang tepat agar tidak mengalami kerugian. Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data yang diperlukan diantaranya data yang berhubungan dengan biaya dan data operasional usaha mesin penggilingan padi tersebut, antara lain jenis mesin penggilingan yang digunakan dan komponen-komponennya, biayabiaya yang dikeluarkan (biaya tetap dan biaya tidak tetap), kapasitas mesin per jam, pemakaian bahan bakar per jam, rata-rata jumlah gabah yang digiling per hari, dan jam kerja per hari. Penelitian ini dilakukan di penggilingan padi milik Bapak H. Sulaiman, di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Penggilingan ini mempunyai beberapa fasilitas usaha yang terdiri dari bangunan dengan luas 6x5 m2 , mesin penggilingan, dan lantai jemur/ lamporan berukuran 10x7 m2. Untuk mesin-mesin penggilingan padi yang digunakan diantaranya terdiri dari 1 unit huller, 1 unit polisher, dan 1 motor penggerak yaitu motor diesel KUBOTA 22 PK untuk menggerakkan huller (merk RM tipe LM24-2C(H)) dan polisher (merk ICHI tipe N-70). Pembangunan dan pembelian awal mesin dilakukan bersamaan yaitu pada tahun 1984. Performansi teknis mesin penggilingan padi yang diukur pada penelitian ini adalah kapasitas giling, rendemen penggilingan dan pemakaian bahan bakar. Dari pengamatan langsung dilapangan, diperoleh nilai kapasitas rata-rata huller sebesar 196.85 kg GKG/jam, sedangkan untuk kapasitas polisher menghasilkan beras yaitu 201.52 kg beras/jam. menurut sistem penggilingan padi, penggilingan ini tergolong dalam penggilingan padi kecil (PPK) sederhana karena mempunyai kapasitas giling lebih kecil dari 2 (dua) ton per jam, selain itu penggilingan padi ini tergolong tipe sederhana karena hanya melalui proses pecah kulit, proses pemisahan gabah dengan beras pecah kulit secara sederhana, dan proses pemutihan beras pecah kulit. Faktor-faktor yang menentukan besar kecilnya kapasitas adalah keterampilan operator, kondisi gabah yang digiling, dan kondisi mesin. Solar digunakan untuk bahan bakar motor penggerak dalam menggerakkan huller dan polisher yang membutuhkan rata-rata pemakaian bahan bakar sebanyak 1.16 liter/jam. Sesuai dengan data yang ada, konsumsi bahan bakar tersebut termasuk boros. Rendemen giling rata-rata yang dihasilkan pada unit penggilingan tersebut adalah sebesar 59.44%. Rendahnya rendemen giling tersebut dipengaruhi antara lain karena keadaan mesin-mesin penggilingan yang ada, varietas padi yang digiling, dan berpengaruhnya kondisi gabah yang akan digiling (kadar air, kemurnian gabah, dan sebagainya).
Dari hasil perhitungan diperoleh biaya pokok untuk setiap kilogram GKG yang digiling adalah sebesar Rp 189,-/kg GKG atau Rp 318,-/kg beras yang dihasilkan. Sedangkan upah penggilingan yang dikenakan per kilogram gabah kering giling (GKG) yang digiling sebesar Rp 357,/kg gabah yang digiling atau Rp 600,-/kg beras. Ditinjau dari biaya pokok yang diperoleh, maka usaha penggilingan ini telah menjalankan dengan tepat karena upah penggilingan yang dikenakan pada setiap gabah yang digiling lebih tinggi dari pada biaya pokok. Penggilingan padi selama 1 (satu) tahun beroperasi selama 5 (lima) bulan yaitu pada saat panen padi dan menjelang lebaran. Volume giling pada titik impas untuk usaha penggilingan padi tersebut sebesar 38.5 ton GKG/tahun atau dengan jam kerja pada titik impas yaitu 195.60 jam/tahun. Dilihat dari jumlah giling per tahun dari usaha penggilingan padi ini 46.38 ton GKG/tahun atau dengan rata-rata giling bulanan sebesar 9.27 ton GKG/bulan. Dari analisis kelayakan finansial diperoleh NPV = 14,447,356,-, IRR = 27.03% dan B/C ratio = 1.68. Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa usaha penggilingan padi ini dari segi finansial adalah layak. Variabel kritis yang dipilih untuk dimasukkan dalam perhitungan analisis sensitivitas adalah harga bahan bakar minyak (solar), upah tenaga kerja, dan jumlah giling tahunan. Kenaikan harga bahan bakar solar akan berdampak pada kenaikan upah tenaga kerja, sehingga mempengaruhi biaya operasional penggilingan dan kelayakan dari usaha penggilingan padi tersebut. Kenaikan harga bahan bakar solar sebesar 10% dari harga normal dan diikuti dengan kenaikan upah hingga 40%, maka akan mempengaruhi kelayakan usaha penggilingan padi tersebut menjadi tidak layak. Kenaikan harga bahan bakar solar sebesar 20% dari harga normal dan diikuti dengan kenaikan upah hingga 30%, maka usaha penggilingan padi menjadi tidak layak. Kenaikan harga bahan bakar solar sebesar 30% dari harga normal dan diikuti dengan kenaikan upah hingga 30%, maka akan mempengaruhi kelayakan usaha penggilingan padi tersebut. Analisis sensitivitas untuk penurunan jumlah giling tahunan hingga 20% akan menyebabkan usaha penggilingan padi ini menjadi tidak layak untuk dijalankan. Usaha penggilingan dengan jumlah giling tahunan yang tinggi memiliki tingkat sensitivitas yang rendah terhadap perubahan-perubahan faktor kritis. Hal tersebut dikarenakan dengan jumlah giling yang tinggi menyebabkan biaya pokok akan rendah dan pemasukan yang diperoleh tinggi, sehingga dapat menutupi biaya operasional yang tinggi.
ANALISIS BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh ADHITYA YUDHA PRADHANA F14063458
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Skripsi Nama NIM
: Analisis Biaya dan Kelayakan Usaha Penggilingan Padi di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor : Adhitya Yudha Pradhana : F14063458
Menyetujui, Dosen Pembimbing Akademik
Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M.Eng. NIP. 19500301 197603 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
Dr. Ir. Desrial, M.Eng. NIP. 19661201 199103 1 004
Tanggal lulus ujian : 22 Februari 2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Analisis Biaya dan Kelayakan Usaha Penggilingan Padi di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2011 Yang membuat pernyataan
Adhitya Yudha Pradhana F14063458
© Hak cipta milik Adhitya Yudha Pradhana, tahun 2011 Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
BIODATA PENULIS
Adhitya Yudha Pradhana dilahirkan di Ngawi, Jawa Timur pada tanggal 12 Mei 1988 dari ayah Drs. Budi Eko Cahyono, M.Pd., dan ibu (alm) Indah Suhartati, A.Md. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Margomulyo 1 Ngawi pada tahun 2000. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMP Negeri 2 Ngawi, dan pada tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Karangjati Ngawi. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri dengan diterima melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada saat tingkat 1 di IPB, mengikuti program Tingkat Persiapan Bersama (TPB), dan pada tahun 2007 (tingkat 2) penulis diterima di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kemudian pada semester 6 penulis mengambil Bagian Sistem dan Manajemen Mekanisasi Pertanian (SMMP). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif diberbagai kegiatan kampus, diantaranya rohis, menjadi panitia seminar dalam acara seminar di kampus, dan menjadi pengurus kelas untuk mata kuliah Kekuatan Bahan, dan pengurus kelas untuk mata kuliah Teknik Mesin Budidaya Pertanian. Penulis melaksanakan Praktek Lapangan pada tahun 2009 di CV. Cihanjuang Inti Teknik, Cimahi, Bandung, Jawa Barat dengan judul “Mempelajari Manajemen Produksi Mikrohidro di CV. Cihanjuang Inti Teknik”. Dalam rangka menyelesaikan studi S1, penulis melakukan penelitian dengan mengambil judul “Analisis Biaya dan Kelayakan Usaha Penggilingan Padi di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor”.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Biaya dan Kelayakan Usaha Penggilingan Padi di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor”. Skripsi ini dapat terselesaikan dengan adanya dorongan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M.Eng., Dosen di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem sebagai pembimbing akademik atas bimbingan yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Bapak H. Sulaiman, Bapak Jajat, dan keluarga atas kesempatan dan bantuan yang telah diberikan sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian ini. 3. Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr dan Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr atas masukan dan kesediaannya sebagai dosen penguji. 4. Bapakku/ Orang tua dari penulis (Drs. Budi Eko Cahyono, M.Pd) dan Adekku (Ardandy Praja Mukti) atas segala pengorbanan, doa, semangat, dukungan, dan cinta kasihnya yang tidak hentihentinya mengalir untuk penulis. 5. Bapak Nana Priatna, penyuluh pertanian dan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP4K) terimakasih atas informasi mengenai Desa Cihideung Ilir. 6. Bapak Nandang, divisi pertanian di Kantor Kecamatan Ciampea terima kasih atas bantuan informasi yang berhubungan dengan penelitian ini. 7. Kantor Desa Cihideung Ilir terimakasih atas informasi mengenai desa dan penggilingan padi. 8. Abdul Hafizh Indrajaya terimakasih atas bantuan penelitian dan pencarian data di berbagai tempat. 9. Teman satu kontrakan penulis, Fatchurozi yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada penulis. 10. M. Dani Rahmawan, Ilham Eko, Radit Fatadiata dan Mochamad Arsyad terimakasih atas motivasi kebersamaan dan masukannya. 11. Keluarga besar penulis yang berada di Ngawi Jawa Timur, Jakarta, dan Bogor yang selalu memberikan dukungan. 12. Teman-teman Perwira 6, Syahrun, Taufik, Pak Yazid terimakasih atas semangat dan masukannya. 13. Dek Irma KSH 46, terimakasih atas semangat dan dukungannya kepada penulis. 14. Teman-teman (Farida, Fatchurozi, M. Dani Rahmawan, Henry, Rambey, dan iif) yang telah hadir pada saat sidang ujian skripsi Adhit pada tanggal 22 Februari 2011. Terima kasih dukungannya. 15. Teman-teman seperjuangan TEP 43 terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya. 16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah banyak membantu penulis dalam memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terakhir, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat di masa yang akan datang.
Bogor, Februari 2011 Penulis
i
DAFTAR ISI
I.
II.
III.
IV.
V.
Halaman KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i DAFTAR ISI .........................................................................................................................ii DAFTAR TABEL .................................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................iv DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................................v PENDAHULUAN ................................................................................................................1 A. Latar Belakang .................................................................................................................1 B. Tujuan Penelitian .............................................................................................................3 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................4 A. Terminologi Pasca Panen Padi .........................................................................................4 B. Proses Penggilingan Padi ................................................................................................5 C. Sistem Penggilingan Padi ................................................................................................13 D. Perhitungan Biaya Penggilingan Padi ..............................................................................15 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................................22 A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ......................................................................................22 B. Alat dan Bahan ................................................................................................................22 C. Jenis dan Sumber Data.....................................................................................................22 D. Prosedur Penelitian..........................................................................................................22 E. Metode Penelitian ............................................................................................................23 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................................27 A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ..................................................................................27 B. Performansi Teknis Mesin Penggilingan Padi ................................................................30 C. Performansi Ekonomi Mesin Penggilingan Padi .............................................................31 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................43 A. Kesimpulan ......................................................................................................................43 B. Saran ................................................................................................................................43 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................44 LAMPIRAN ..........................................................................................................................45
ii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Jumlah produksi dan produktivitas tanaman padi tahun 2003-2007 ............................1 Tabel 2. Kebutuhan dan Pemenuhan Kebutuhan Pangan Kabupaten Bogor Tahun 2005 ..................................................................................................................2 Tabel 3. Standar mutu gabah berdasarkan SNI No. 01-0224-1987 ............................................5 Tabel 4. Klasifikasi mesin pemecah kulit ..................................................................................8 Tabel 5. Perbedaan mesin penyosoh tipe abrasif dan mesin penyosoh tipe tekanan ..................12 Tabel 6. Performansi teknis mesin penggilingan padi ................................................................30 Tabel 7. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan upah tenaga kerja dengan NPV .................................................................................................................34 Tabel 8. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan upah tenaga kerja dengan IRR ..................................................................................................................34 Tabel 9. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan upah tenaga kerja dengan B/C Ratio .........................................................................................................35 Tabel 10. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan upah tenaga kerja dengan NPV, IRR, dan B/C Ratio ................................................................................35 Tabel 11. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan upah tenaga kerja dengan NPV .................................................................................................................35 Tabel 12. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan upah tenaga kerja dengan IRR ..................................................................................................................36 Tabel 13. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan upah tenaga kerja dengan B/C Ratio .........................................................................................................36 Tabel 14. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan upah tenaga kerja dengan NPV, IRR, dan B/C Ratio ................................................................................36 Tabel 15. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan upah tenaga kerja dengan NPV .................................................................................................................37 Tabel 16. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan upah tenaga kerja dengan IRR ..................................................................................................................37 Tabel 17. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan upah tenaga kerja dengan B/C Ratio .........................................................................................................37 Tabel 18. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan upah tenaga kerja dengan NPV, IRR, dan B/C Ratio ................................................................................38 Tabel 19. Analisis sensitivitas terhadap penurunan jumlah giling tahunan dengan NPV ............40 Tabel 20. Analisis sensitivitas terhadap penurunan jumlah giling tahunan dengan IRR .............40 Tabel 21. Analisis sensitivitas terhadap penurunan jumlah giling tahunan dengan B/C Ratio .........................................................................................................40 Tabel 22. Analisis sensitivitas terhadap penurunan jumlah giling tahunan dengan NPV, IRR, dan B/C Ratio ...............................................................................................................41
iii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Diagram Sankey .......................................................................................................6 Gambar 2. Mekanisme pemecahan kulit dengan rol karet .........................................................9 Gambar 3. Penukaran dan penggantian rol karena mengalami keausan ....................................9 Gambar 4. Aspirator dengan rubber roll husker ........................................................................10 Gambar 5. Prinsip kerja mesin-mesin penyosoh ........................................................................12 Gambar 6. Fasilitas bangunan giling dan lantai jemur ...............................................................27 Gambar 7. Fasilitas mesin penggilingan padi ...........................................................................28 Gambar 8. Fasilitas penunjang penggilingan .............................................................................29 Gambar 9. Grafik perbandingan antara kenaikan harga solar dan upah dengan NPV................38 Gambar 10. Grafik perbandingan antara kenaikan harga solar dan upah dengan IRR .................39 Gambar 11. Grafik perbandingan antara kenaikan harga solar dan upah dengan B/C Ratio .......39 Gambar 12. Grafik hubungan antara penurunan jumlah giling tahunan dengan NPV .................41 Gambar 13. Grafik hubungan antara penurunan jumlah giling tahunan dengan IRR...................41 Gambar 14. Grafik hubungan antara penurunan jumlah giling tahunan dengan B/C Ratio .........42
iv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data giling harian ..................................................................................................46 Lampiran 1. Data giling harian (lanjutan) .................................................................................47 Lampiran 1. Data giling harian (lanjutan) .................................................................................48 Lampiran 2. Analisis biaya tetap ...............................................................................................49 Lampiran 3. Perhitungan upah jasa giling .................................................................................50 Lampiran 4. Analisis biaya dan titik impas ...............................................................................51 Lampiran 5. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 10% dan kenaikan upah 10% ........................................................................................52 Lampiran 6. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 10% dan kenaikan upah 20% ........................................................................................53 Lampiran 7. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 10% dan kenaikan upah 30% ........................................................................................54 Lampiran 8. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 10% dan kenaikan upah 40% ........................................................................................55 Lampiran 9. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 20% dan kenaikan upah 10% ........................................................................................56 Lampiran 10. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 20% dan kenaikan upah 20% ........................................................................................57 Lampiran 11. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 20% dan kenaikan upah 30% ........................................................................................58 Lampiran 12. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 20% dan kenaikan upah 40% ........................................................................................59 Lampiran 13. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 30% dan kenaikan upah 10% ........................................................................................60 Lampiran 14. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 30% dan kenaikan upah 20% ........................................................................................61 Lampiran 15. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 30% dan kenaikan upah 30% ........................................................................................62 Lampiran 16. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 30% dan kenaikan upah 40% ........................................................................................63 Lampiran 17. Analisis biaya tidak tetap, pendapatan, dan titik impas terhadap penurunan jumlah giling tahunan 10% ...................................................................................64 Lampiran 18. Analisis biaya tidak tetap, pendapatan, dan titik impas terhadap penurunan jumlah giling tahunan 20% ...................................................................................65 Lampiran 19. Analisis kelayakan finansial (NPV, IRR, B/C) .....................................................66 Lampiran 20. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan kenaikan upah 10% .............................................................................................................67 Lampiran 21. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan kenaikan upah 20% ..............................................................................................................68 Lampiran 22. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan kenaikan upah 30% ..............................................................................................................69 Lampiran 23. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan kenaikan upah 40% ..............................................................................................................70
v
Lampiran 24. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan kenaikan upah 10% ..............................................................................................................71 Lampiran 25. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan kenaikan upah 20% ..............................................................................................................72 Lampiran 26. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan kenaikan upah 30% ..............................................................................................................73 Lampiran 27. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan kenaikan upah 40% ..............................................................................................................74 Lampiran 28. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan kenaikan upah 10% ..............................................................................................................75 Lampiran 29. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan kenaikan upah 20% ..............................................................................................................76 Lampiran 30. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan kenaikan upah 30% ..............................................................................................................77 Lampiran 31. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan kenaikan upah 40% ..............................................................................................................78 Lampiran 32. Analisis sensitivitas terhadap penurunan jumlah giling tahunan 10% ..................79 Lampiran 33. Analisis sensitivitas terhadap penurunan jumlah giling tahunan 20% ..................80 Lampiran 34. Komponen fisik beras berdasarkan SNI No. 01-6127-1999 .................................81
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sejarah telah menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam perekonomian negara. Peran tersebut semakin terlihat pada masa krisis tahun 1998, dimana sektor pertanian mampu bertahan sebagai sektor penopang perekonomian nasional, sehingga krisis yang lebih buruk dapat terhindarkan. Untuk itu, ke depan sektor pertanian akan tetap menjadi tulang punggung negara dan sebagian besar rakyat Indonesia, sehingga dapat dikatakan sektor pertanian sangat menentukan kehidupan bangsa. Usaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian, terutama tanaman pangan harus terus dilakukan. Salah satu tanaman pangan penting adalah padi. Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu makanan pokok yang hampir sebagian besar masyarakat indonesia mengkonsumsinya dan merupakan komoditi strategis yang tetap mendapat prioritas penanganan dalam pembangunan pertanian. Pertumbuhan tanaman padi dapat dilihat dari produksi gabah. Keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi yang tercermin dari produksi gabah sangat ditentukan oleh ketersediaan hara dan air dalam tanah serta oleh keadaan cuaca dan iklim. Padi tergolong tanaman yang toleran terhadap kondisi pengairan. Berdasarkan hal tersebut, tanaman padi digolongkan ke dalam dua jenis yaitu padi gogo yang ditanam pada tanah darat dan padi sawah yang ditanam pada tanah tergenang. Produktivitas lahan dan produksi padi pada sistem sawah lebih tinggi dibandingkan dengan sistem gogo. Baik secara langsung maupun tidak, keragaman produktivitas dan produksi padi itu terjadi karena air mempengaruhi metabolisme karbon dan protein (Fagi dan Las, 1988). Tingkat produksi menunjukkan bahwa budidaya sawah berpengairan adalah yang paling tinggi potensinya, yaitu mencapai 5-8 ton per ha (Taslim dan Fagi, 1988) Berbagai usaha dalam meningkatkan produksi, telah menunjukkan hasil nyata dengan tercapainya swasembada beras sejak 1984 yang lalu. Meski demikian, berbagai tantangan masih harus dihadapi seperti peningkatan penduduk yang relatif tinggi, ancaman hama dan penyakit, tekanan lingkungan seperti banjir dan kekeringan serta menyusutnya lahan-lahan subur untuk pembangunan dan komoditi lainnya. Tabel 1. Jumlah produksi dan produktivitas tanaman padi tahun 2003-2007 Tahun
Jumlah Produksi (ton)
Produktivitas (ku/ha)
2003 2004 2005 2006 2007
53,137,604 54,088,468 54,151,097 54,454,937 57,157,435
45.38 45.36 45.74 46.20 47.05
Pertumbuhan Produksi (%) 1.75 0.11 0.56 4.73
Sumber: BPS, 2003-2007
1
Produksi tanaman padi di Indonesia pada periode tahun 2003 sampai dengan 2007 menunjukkan kecenderungan meningkat dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 1.43% per tahun. Akan tetapi kondisi tersebut belum mampu mengimbangi permintaan terhadap beras, dengan peningkatan penduduk Indonesia yaitu sekitar 1.5% per tahun. Tabel 2. Kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan pangan Kabupaten Bogor tahun 2005 No 1 2 3 4 5 6
Komoditi Beras Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu
Produksi (ton) 265,023 8,141 168 2,154 473 52,762
Kebutuhan (ton) 492,112 449,052 52,410 52,410 52,410 149,684
Pemenuhan (%) 53.85 1.81 0.32 4.11 0.90 35.25
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2006
Data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Bogor (2006) pada Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan beberapa komoditi pangan pada tahun 2005 dengan jumlah penduduk Bogor sebesar 4,100,934 jiwa belum mencukupi. Kondisi ini memperlihatkan bahwa terdapat pasar potensial bagi sektor pertanian pangan khususnya beras sebagai bahan pangan pokok. Penanganan pascapanen tanaman padi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas beras yang dihasilkan. Pada tahun 1996 susut pascapanen tanaman padi mencapai 20% (BPS, 1996). Kehilangan padi antara lain terjadi pada penen (9.5%), perontokan (4.8%), pengeringan (2.1%), penggilingan (2.2%), penyimpanan (1.6%), dan pengangkutan (0.2%). Proses penanganan pascapanen merupakan rangkaian masalah yang luas dan kompleks, tidak hanya ditentukan oleh masalah teknis tetapi juga masalah sosial dan ekonomi. Teknologi pascapanen yang tepat guna mutlak diperlukan karena berkaitan dengan jumlah dan mutu komoditas. Penerapan teknologi ini akan mendorong terciptanya komoditas yang lebih beragam, bermutu baik dan tersedia di setiap tempat dan waktu. Salah satu aspek penting penanganan pascapanen padi adalah penggilingan padi. Proses penggilingan ini penting karena turut menentukan kualitas dan kuantitas beras yang dihasilkan. Dalam hal ini penggunaan mesin penggiling padi yang baik dapat meningkatkan rendemen dan mutu dari beras giling yang dihasilkan dibandingkan dengan cara ditumbuk. Penggilingan padi sebagian besar diusahakan oleh pengusaha swasta yang dalam hal ini adalah pengusaha-pengusaha kecil. Sedangkan pengusahaan yang dilakukan oleh Koperasi Unit Desa (KUD) sendiri sebagai unit usaha kelompok masyarakat belum banyak berkembang. Hal ini menyangkut masalah investasi maupun aspek manajemennya. Penggilingan tersebut disewakan bagi masyarakat luas untuk memenuhi kebutuhan beras bagi konsumsi lokal. Pembayaran sewa dihitung berdasarkan hasil beras yang digiling. Namun pada masing-masing tempat belum ada standar yang sama untuk ongkos sewa penggilingan padi tersebut. Walaupun sudah banyak usaha penggilingan padi, namun penyebaran dan kelayakannya belum begitu optimal. Keadaan ini memerlukan suatu evaluasi dan analisis untuk menilai tingkat kebutuhan optimumnya sehingga layak untuk beroperasi secara menguntungkan. Biaya penggilingan padi perlu diketahui, baik pada tahap perencanaan maupun pada tahap pelaksanaan suatu usaha penggilingan padi. Pada tahap perencanaan, biaya penggilingan perlu dihitung untuk mengetahui
2
kelayakan proyek tersebut sedangkan pada tahap pelaksanaan biaya penggilingan akan dipakai sebagai patokan untuk menentukan harga jual jasa penggilingan pada konsumen. Biaya penggilingan padi dihitung dari seluruh komponen biaya di dalam sistem penggilingan padi. Biaya tersebut dapat dinyatakan dalam biaya total atau biaya pokok. Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh usaha penggilingan padi per suatu periode waktu, misalnya per tahun, sedangkan biaya pokok adalah biaya yang diperlukan untuk suatu unit jumlah gabah, misalnya per kilogram gabah, per ton gabah, atau per kilogram beras. Harga jual jasa penggilingan yang biasa disebut ongkos penggilingan nantinya berupa biaya penggilingan ditambah dengan margin keuntungan yang ditentukan oleh pihak penggilingan. Analisis biaya yang tepat mengenai kelayakan operasional usaha penggilingan padi diharapkan dapat digunakan oleh pengusaha penggilingan padi sebagai penunjang pengambilan keputusan dalam menentukan ongkos giling yang tepat agar tidak mengalami kerugian dan memproyeksikan keuntungan yang kontinyu untuk usaha penggilingan padi tersebut.
B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis biaya dan kelayakan penggilingan padi di penggilingan padi milik Bapak H. Sulaiman di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. 2. Menganalisis sensitivitas biaya tehadap beberapa kondisi.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Terminologi Pascapanen Padi Pengertian pascapanen padi adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh petani dan juga oleh lembaga tata niaga atau swasta, setelah padi dipanen sampai dipasarkan kepada konsumen dalam bentuk beras. Kegiatan pascapanen meliputi pemanenan (harvesting), perontokan (threshing), pengangkutan (transportation), pembersihan (cleaning), pengeringan (drying), penyimpanan (storage), penggilingan (hulling atau polishing), dan pemasaran (marketing) (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada kadar air sekitar 20-24%. Alat panen yang digunakan umumnya adalah sabit atau menggunakan ani-ani (10-15%) dan sebagian yang lain menggunakan peralatan mekanis seperti mechanical binder atau combine harvester (5%). Perontokan gabah sebagian besar dilakukan langsung di sawah setelah panen dengan cara menginjak-injak menggebot ke atas kayu atau bambu, memukul dengan kayu atau perontok pedal, dan menggunakan power thresher, kemudian dilanjutkan dengan pembersihan dan pengeringan. Proses pengeringan gabah bertujuan untuk menurunkan kadar air gabah agar dicapai tingkat kadar air yang aman untuk disimpan atau untuk penggilingan. Kadar air yang baik untuk penyimpanan adalah 14%. Pengeringan gabah biasanya masih dilakukan dengan cara penjemuran. Setelah dikeringkan gabah dapat langsung digiling atau disimpan. Penggilingan gabah yang telah dikeringkan adalah usaha untuk memisahkan kulit gabah (sekam) dan dedak dari butir gabah untuk diolah menjadi beras sosoh (polish rice). Susut yang terjadi cukup besar selama proses penggilingan, setelah proses pemanenan dan perontokan. Oleh karena itu, penggilingan memerlukan perencanaan dan pemilihan alat yang baik (Surajit K. De Datta, 1981). Dalam kaitan dengan proses penggilingan padi, karakteristik fisik gabah sangat perlu diketahui karena proses penggilingan padi sebenarnya mengolah bentuk fisik dari butiran gabah menjadi beras putih. Butiran gabah memiliki bentuk awal berupa gabah kering giling (GKG), masih memiliki bagian-bagian yang tidak dapat dimakan, atau tidak enak dimakan, sehingga perlu dipisahkan. Selama proses penggilingan, bagian-bagian tersebut dilepaskan satu demi satu sampai akhirnya didapatkan beras yang enak dimakan yang disebut dengan beras sosoh atau beras putih. Kualitas fisik gabah ditentukan oleh kadar air dan kemurnian gabah. Yang dimaksud dengan kadar air gabah adalah jumlah kandungan air dalam butiran gabah yang biasanya dinyatakan dalam satuan persen (%) dari berat basah (wet basis). Sedangkan tingkat kemurnian gabah merupakan persentase barat gabah bernas terhadap berat keseluruhan campuran gabah. Makin banyak benda asing atau gabah hampa atau rusak di dalam campuran gabah maka tingkat kemurnian gabah makin rendah. Kualitas gabah akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas beras yang dihasilkan. Kualitas gabah yang baik akan berpengaruh pada tingginya rendemen giling. Rendemen giling adalah persentase berat beras sosoh terhadap berat gabah yang digiling. Rendemen giling =
𝑊𝑠𝑜𝑠𝑜 ℎ 𝑊𝑔𝑎𝑏𝑎 ℎ
x 100% ...................................................................................... (1)
Dimana : Wsosoh = Berat beras sosoh (kg) Wgabah = Berat gabah (kg)
4
Berat sosoh yang dimaksud adalah gabungan beras kepala dan beras patah besar. Selain dipengaruhi oleh kualitas gabah, rendemen giling juga dipengaruhi oleh varietas padi dan kinerja mesin-mesin yang dipakai dalam proses penggilingan. Kemurnian gabah dipengaruhi oleh adanya butir yang tidak bernas seperti butir hampa, muda, berkapur, benda asing atau kotoran yang tidak tergolong gabah, seperti debu, butir-butir tanah, batu-batu, kerikil, potongan kayu, potongan logam, tangkai padi, biji-biji lain, bangkai serangga hama, serat karung dan sebagainya. Termasuk pula dalam kategori kotoran adalah butir-butir gabah yang telah terkelupas (beras pecah kulit) dan gabah patah. Tabel 3. Standar mutu gabah berdasarkan SNI No. 01-0224-1987 Mutu I Mutu II Mutu III Kriteria mutu (%) (%) (%) Kadar air (maks) 14 14 14 Gabah hampa (maks) 1 2 3 Butir rusak + butir kuning 2 5 7 (maks) Butir mengapur + gabah muda 1 5 10 (maks) Gabah merah (maks) 1 2 4 Benda asing (maks) 0.5 1 Gabah varietas lain (maks) 2 5 10
B. Proses Penggilingan Padi Langkah awal pada tahap ini adalah menyiapkan gabah yang akan digiling. Gabah yang telah dimasukkan dalam karung dikeluarkan untuk kemudian dijemur. Proses ini dilakukan di lantai jemur khusus yang telah dibuat. Saat penjemuran gabah dibolak-balik secara kontinu. Tujuannya adalah memperoleh tingkat kekeringan yang seragam. Hal ini biasanya dilakukan sebanyak dua kali dengan masing-masingnya berdurasi 6 jam atau disesuaikan dengan keadaan cuaca. Setelah gabah kering, yaitu dengan kadar air ideal kurang lebih sebesar 14% gabah telah siap untuk digiling. Penggilingan padi adalah salah satu tahapan pascapanen padi yang terdiri dari rangkaian beberapa proses untuk mengolah gabah menjadi beras siap konsumsi. Gabah yang dimasukkan pada proses penggilingan padi adalah gabah kering giling (GKG). Gabah kering giling (GKG) adalah gabah yang memiliki kadar air kurang lebih 14% dan hasilnya berupa beras sosoh berwarna putih yang siap dikonsumsi. Dari bentuk gabah kering giling sampai menjadi beras sosoh, berat biji padi akan berkurang sedikit demi sedikit selama proses penggilingan akibat dari pengupasan dan penyosohan. Bagianbagian yang tidak berguna akan dipisahkan sedangkan bagian utama yang berupa beras akan dipertahankan. Namun tidak dapat dihindarkan sebagian butir beras akan patah selama mengalami proses penggilingan. Menurut Esmay et al. (1979), operasi penggilingan yang baik akan menghasilkan kualitas beras yang baik, susut rendah dan biaya pengolahan yang rendah pula. Pada Gambar 1 ditunjukkan perubahan bobot butiran padi pada tahap-tahap proses penggilingan padi. Diagram ini disebut diagram Sankey sesuai dengan nama penemunya. Nilai-nilai numerik di dalam diagram Sankey dapat berbeda-beda bergantung pada varietas padi yang digiling serta sistem penggilingan padi yang dipakai. Nilai-nilai yang ditunjukkan pada gambar 1 adalah nilai-
5
nilai untuk padi yang berasal dari Amerika yang berbutir panjang (long grain). Seperti tampak pada Gambar 1, gabah kering panen yang memiliki kadar air sekitar 20% akan menurun beratnya sebanyak 7% setelah mengalami proses pengeringan hingga menjadi gabah kering giling yang memiliki kadar air sekitar 14%. Apabila tidak langsung digiling, gabah terlebih dahulu disimpan dalam bentuk gabah kering giling.
Gambar 1. Diagram Sankey Gabah kering giling yang memiliki kadar air sekitar 14% dan kotoran sekitar 3% dianggap sebagai bobot awal (100%) yang merupakan masukan terhadap proses penggilingan. Proses penggilingan padi diawali dengan pembersihan awal untuk membersihkan kotoran-kotoran yang berjumlah kira-kira 3% dari bobot gabah awal. Selanjutnya gabah bersih mengalami proses pemecahan kulit, di mana sekam yang berbobot 20% dari bobot gabah awal akan terlepas dari butiran gabah, dan akan tersisa dari beras pecah kulit sebanyak 77%. Beras pecah kulit kemudian melalui proses penyosohan untuk memisahkan bekatulnya dan untuk mendapatkan warna beras yang mengkilap. Akibat proses ini diperoleh bekatul sebanyak 10% dari berat gabah awal, beras kepala sebanyak 15%. Persentase sekam dan bekatul semata-mata disebabkan oleh perbedaan varietas padi, sedangkan persentase beras patah dan beras kepala banyak dipengaruhi oleh kinerja mesin yang dipakai. Yang disebut sebagai hasil utama proses penggilingan padi adalah beras sosoh, yaitu gabungan beras kepala dan beras patah besar. Beras patah kecil atau menir sering disebut sebagai hasil samping karena tidak dikonsumsi sebagai nasi seperti halnya beras kepala dan beras patah besar. Jadi, hasil samping proses penggilingan padi berupa sekam, bekatul, dan menir. Jumlah yang dihasilkan dapat diperkirakan dari diagram Sankey pada gambar 1, yaitu sekam sebanyak 20%, bekatul 10%, dan menir 2% dari berat gabah awal yang digiling. Hasil-hasil samping tersebut memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Sekam dipakai sebagai bahan bakar atau media tumbuh tanaman hidroponik,
6
bekatul dipakai sebagai bahan pakan ternak, makanan manusia, minyak bekatul (brain oil) dan menir biasanya diolah lebih lanjut menjadi tepung beras dan pakan ternak (Patiwiri, 2006). Dari proses penggilingan padi akan dihasilkan beras kepala (nead rice), beras patah (broken rice), dan menir (Bor S. Luh, 1980). BULOG memberikan klasifikasi ukuran yang berbeda, yaitu menir memliki ukuran lebih kecil dari 2/10 bagian beras utuh atau melewati lubang ayakan 2.0 mm, beras patah memiliki ukuran 2/10 sampai 6/10 bagian beras utuh, sedangkan beras kepala memiliki ukuran lebih besar dari 6/10 bagian beras utuh. Hasil utama proses penggilingan padi adalah beras sosoh, yaitu beras kepala dan beras patah besar. Beras patah kecil atau menir disebut sebagai hasil sampingan karena tidak dikonsumsi sebagai nasi. Jadi hasil samping proses penggilingan padi berupa sekam, bekatul, dan menir. Untuk menjalankan rangkaian penggilingan padi diperlukan rangkaian mesin/alat yang keselurahannya disebut sistem penggilingan padi. Rangkaian mesin-mesin berfungsi mengupas kulit gabah (sekam), memisahkan gabah yang belum terkupas dengan beras yang telah terkupas (beras pecah kulit), melepaskan lapisan bekatul dari beras pecah kulit dan yang terakhir memoles beras hingga siap dikonsumsi dan memiliki penampakan yang menarik. Mesin-mesin yang dipakai dalam sistem penggilingan padi dapat berupa rangkaian yang lengkap atau hanya rangkaian beberapa buah mesin. Kelengkapan rangkaian mesin akan mempengaruhi kualitas akhir penggilingan. Untuk menghasilkan hasil penggilingan yang baik, sistem penggilingan padi seharusnya terdiri dari rangkaian-rangkaian mesin yang lengkap. Namun dengan adanya keterbatasan modal untuk pengadaan mesin-mesin penggilingan padi secara lengkap, maka suatu sistem penggilingan padi dapat mengurangi rangkaian mesin yang dipakai. Hal ini tentu saja akan mengurangi kuantitas dan kualitas beras hasil penggilingan.
1. Pemecahan Kulit (Husking, Hulling, Shelling) Pemecahan atau pengelupasan kulit bertujuan untuk melepaskan kulit gabah dengan kerusakan sekecil mengkin pada butiran beras. Bagian-bagian yang akan dilepaskan adalah palea, lemma dan glume atau keseluruhannya disebut sekam. Mesin yang dipakai misalnya husker, huller atau sheller. Sebagian besar gabah yang dimasukan ke dalam mesin pemecah kulit akan terkelupas dan masih ada sebagian kecil yang belum terkelupas. Butiran gabah yang terkelupas akan terlepas menjadi dua bagian, yaitu beras pecah kulit dan sekam. Gabah yang belum terkelupas dapat berupa gabah utuh atau gabah yang telah pecah kulitnya, namun sekam belum terlepas dari butiran berasnya. Selanjutnya butiran gabah yang belum terkelupas harus dipisahkan dari beras pecah kulit dan sekam untuk dimasukan kembali ke dalam mesin pemecah kulit. Untuk mendapatkan kualitas pengupasan yang baik, yaitu efisiensi pengupasan yang baik adalah jika efisiensi pengupasan yang tinggi dan tingkat beras patah yang rendah, maka perlu dilakukan penyetelan mesin pemecah kulit secara tepat. Apabila mesin diatur untuk mendapatkan efisiensi pengupasan yang tinggi, biasanya tingkat kerusakan beras yang terjadi akan tinggi pula. Sebaliknya, apabila mesin diatur untuk mendapatkan tingkat beras patah yang rendah, biasanya efisiensi pengupasan yang dihasilkan akan rendah pula. Ada dua prinsip pemecahan atau pengupasan kulit gabah yaitu mesin-mesin yang memakai prinsip pemecahan kulit dengan dua tegangan geser berlawanan yang disebut kelompok friksional, dimana dinding bahan penggesek memberikan gaya gesekan pada sisi-sisi gabah. Sedangkan yang memakai prinsip pemecahan dengan satu tegangan geser disebut kelompok sentrifugal. Pada kelompok sentrifugal , untuk menimbulkan tegangan geser yang cukup untuk pengupasan, gabah dibenturkan dengan kecepatan tinggi.
7
Tabel 4. Klasifikasi mesin pemecah kulit Kelompok Tipe Friksional Hand mill Engelberg Under runner disk husker Rubber roll husker Sentrifugal Impact husker Impeller husker Vacum husker Sumber: Patiwiri, 2006
Ada beberapa jenis husker antara lain engelberg husker, under-runner disc husker, rubber roll husker, impact husker, impeller husker, dan vacum husker. a. Engelberg husker Mesin pemecah kulit tipe Engelberg (Engelberg husker) atau disebut juga tipe silinder besi, merupakan tipe paling awal mesin pemecah kulit. Pertama kali mesin Engelberg dirancang untuk dapat melakukan dua jenis pekerjaan, yaitu pemecahan kulit dan penyosohan. Penggunaan mesin Engelberg semakin berkurang dengan diciptakannya mesin-mesin baru yang lebih maju. Mesin ini bekerja dengan prinsip pemberian dua tegangan geser berlawanan pada dua sisi gabah. Tegangan yang terjadi sebagai akibat dari adanya gesekan silinder yang berputar. Pada sisi luar silinder terdapat tonjolan-tonjolan besi sebanyak 5-6 buah yang dipasang membujur di sepanjang sisi silinder. Tonjolan-tonjolan inilah yang bersama dengan pisau pengupas yang akan menjepit dan menggesek gabah pada waktu silinder berputar. b. Under-runner disc husker Mesin under-runner disk husker memecahkan sekam dengan dua buah piringan. Kedua piringan tersebut dipasang di atas yang lain. Piringan yang terletak di atas di pasang diam tidak bergerak, sedangkan piringan yang terletak di bawah berputar. Karena piringan memiliki permukaan gesek yang terbuat dari batu, mesin ini disebut juga stone disc husker atau pelmolen. c. Rubber roll husker Mesin pemecah kulit tipe rol karet (rubber roll husker) memecahkan sekam dengan dua buah rol karet yang dipasang berdekatan. Kedua rol karet tersebut diputar dengan kecepatan yang berbeda dan arah yang berlawanan. Untuk mendapatkan hasil pengupasan yang baik, jarak antar kedua rol diatur sekitar 0.5-0.8 mm, yaitu lebih kecil daripada ketebalan satu butir gabah. Rol yang berputar dengan kecepatan tinggi dinamai rol utama, sedangkan rol lainnya dinamakan rol pembantu. Rol utama juga disebut fixed roll karena dipasang pada suatu poros stasioner, sedangkan rol pembantu disebut movable roll karena posisinya dapat digeser untuk mengatur jarak antara kedua rol. Rol utama berputar dengan kecepatan sudut 1050 rpm, sedangkan rol pembantu berputar dengan kecepatan 800 rpm, atau kira-kira 24% lebih lambat daripada rol utama. Kedua rol mempunyai diameter yang sama, berkisar antara 150-250 mm
8
tergantung kapasitas yang direncanakan. Tebalnya berkisar antara 60 mm sampai 250 mm. Mekanisme pemecahan kulit oleh rol karet ditunjukkan pada gambar 2 (Patiwiri, 2006).
Gambar 2. Mekanisme pemecahan kulit dengan rol karet Rol utama yang berputar lebih cepat biasanya mengalami keausan yang lebih cepat. Untuk alasan ekonomis, daripada mengganti dengan rol baru, akan lebih baik menukar kedua rol, yaitu rol pembantu menjadi rol utama dan rol utama menjadi rol pembantu. Selanjutnya rol utama akan aus lebih cepat, sehingga diameter kedua rol akan cenderung menjadi sama. Setelah kedua rol menjadi sangat aus, yaitu bagian rol karet sudah hampir habis, kedua rol harus diganti dengan rol baru. Pertukaran dan penggantian rol ditunjukkan dengan ilustrasi pada Gambar 3.
Gambar 3. Penukaran dan penggantian rol karena mengalami keausan d. Impact Husker Pemecah kulit tipe benturan memakai prinsip pengupasan dengan aplikasi gaya gesekan pada satu sisi gabah. Untuk memberikan gerakan yang cepat kepada gabah, gabah diputar dengan piringan berbentuk lingkaran. Blade-blade karet yang dipasang miring di luar sisi piringan dengan sudut 45˚ yang berlaku sebagai permukaan gesek. Pada waktu terlempar keluar dari piringan, butiran gabah telah memiliki kecepatan dan gaya sentrifugal yang cukup.
9
e. Impeller husker Pemecah kulit tipe impeller merupakan penyempurnaan dari tipe benturan. Bagian yang disempurnakan adalah permukaan gesek. Butiran gabah diputar dengan piringan yang memiliki kisi-kisi berupa blade. Kumpulan blade yang berputar tersebut berlaku sebagai impeller. Di samping adanya gaya gesekan yang menahan butiran beras, gabah juga tetap mengalami gaya sentrifugal ke arah luar piringan. Akibat adanya dua gaya tersebut, butiran gabah terpuntir dan terkupas. Pengupasan pada blade-blade ini mengakibatkan 20-50% gabah terkupas (Patiwiri 2006). f. Vacum husker Mesin pemecah kulit tipe vakum memiliki prinsip kerja mirip dengan tipe impact (benturan). Gabah diputar dengan kecepatan tinggi dan kemudian dibenturkan dengan kuat pada dinding karet di pinggiran piring pemutar. Setelah sekam pecah, seluruh butiran diisap keluar oleh isapan udara yang sangat kuat. Hal ini membuat butiran-butiran tertarik dan sekam yang belum terlepas dari butiran beras akan terlepas karena kuatnya isapan. Karena kuatnya isapan tersebut, tipe ini disebut tipe vakum.
2. Pemisahan Sekam Pemisahan sekam dilakukan setelah pemecahan kulit. Tujuan pemisahan sekam adalah memisahkan sekam dari beras pecah kulit dan gabah utuh yang belum terkupas selama proses pemecahan kulit. Sekam harus dipisahkan karena penyosohan tidak akan berfungsi baik apabila beras pecah kulit masih bercampur sekam. Disamping itu, tanpa pemisahan sekam persentase beras patah pada penyosohan akan lebih tinggi dan kualitas beras sosoh akan menjadi rendah. Mesin yang digunakan untuk pemisahan ini disebut husk aspirator atau aspirator.
Gambar 4. Aspirator dengan rubber roll husker Prinsip pemisahan sekam sangat sederhana, yaitu memisahkan sekam dari beras pecah kulit dan gabah utuh berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Pada umumnya mesin pemisah sekam dilengkapi dengan kipas untuk menghisap sekam dan debu. Beras pecah kulit dan gabah akan tetap mengalir ke bawah karena tidak terisap oleh kipas akibat daya beratnya. Beberapa mesin pemisah
10
sekam juga dilengkapi ayakan bergetar untuk memisahkan beras pecah kulit dan dedak kasar sebelum proses pemisahan sekam. Hal ini perlu dilakukan karena beras patah dan dedak kasar memiliki nilai ekonomis.
3. Pemisahan Gabah dan Beras Pecah Kulit Setelah proses pemecahan kulit dan pemisahan sekam akan dihasilkan campuran beras pecah kulit dan gabah yang masih utuh. Beras pecah kulit dan gabah utuh harus dipisahkan karena memerlukan penanganan yang berbeda. Beras pecah kulit akan diteruskan ke mesin penyosoh, sedangkan gabah utuh akan dikirim kembali ke mesin pemecah kulit. Mesin yang digunakan adalah paddy separator atau separator. Semakin tinggi effisiensi mesin pemecah kulit maka semakin tinggi jumlah beras pecah kulit yang dihasilkan dan semakin rendah jumlah gabah utuh yang tidak terkelupas (Patiwiri, 2006). Dengan adanya perbedaan karakteristik tersebut telah ditemukan mekanisme yang dapat memisahkan gabah dari butiran beras pecah kulit yaitu dengan cara menampi. Karena gabah lebih ringan, maka butiran-butiran gabah akan terkumpul ke tempat yang berbeda pada bidang penampi. Di samping itu, karena terdapat perbedaan ukuran, dipakai juga prinsip pemisahan dengan mengayak. Ayakan yang dipakai memiliki ukuran lubang yang dapat menahan gabah dan meloloskan beras pecah kulit.
4. Penyosohan Hasil penggilingan pertama atau beras pecah kulit pada proses pemecahan kulit (husking) yang dihasilkan masih mengandung lapisan bekatul yang membuat beras berwarna gelap kecoklatan. Hal tersebut menjadikan penampakan beras kurang menarik dan rasa nasi yang kurang enak. Maka dari itu perlu dilakukan penyosohan menggunakan mesin penyosoh beras. Untuk membuang lapisan bekatul dari butiran beras dilakukan suatu tahap kegiatan yang disebut penyosohan. Tahap ini disebut juga tahap whitening atau polishing. Disebut whitening karena tahap ini berfungsi merubah beras menjadi beras putih, sedangkan disebut polishing karena permukaan beras digosok untuk membuang lapisan bekatul sehingga didapat beras putih. Hasil dari tahap ini adalah beras sosoh yang berwarna putih dan hasil sampingan berupa dedak dan bekatul. Untuk mendapatkan hasil yang baik, tahap ini biasanya dilakukan beberapa kali, baik pada mesin yang sama atau mesin yang berbeda. Mesin-mesin yang dipakai dalam kegiatan penyosohan disebut whitener atau polisher dan dapat ditambah dengan mesin pengkilap serta pencuci (refiner) yang berfungsi mengkilapkan dan mencuci permukaan beras. Makin sering proses penyosohan dilakukan, maka beras sosoh yang dihasilkan makin putih dan beras patah yang dihasilkan makin banyak (Patiwiri, 2006). Untuk mencapai tujuan penyosohan, yaitu melepaskan lapisan bekatul dari butiran beras dan memberikan warna mengkilap pada beras, butiran beras perlu digosok. Terdapat dua cara menggosok yang diterapkan pada mesin-mesin penyosoh, yaitu menggerinda dengan suatu permukaan kasar dan menekan serta menggesek dengan permukaan rata. Prinsip menggerinda biasanya diterapkan pada mesin-mesin penyosoh yang dipakai pada tahapan awal penyosohan. Pada tahapan ini, bagian luar butiran perlu dikikis untuk membuang lapisan bekatul. Untuk mengikis diperlukan permukaan kasar yang terbuat dari batu abrasif. Seperti tampak pada Gambar 5a, butiran beras pecah kulit dijepit pada suatu ruang penyosohan. Permukaan abrasif digerakkan dengan kecepatan tinggi, sehingga permukaan kasar tersebut
11
berfungsi seperti gerinda yang mengikis permukaan beras. Selain itu, butiran beras di dalam ruang penyosohan juga cenderung ikut bergerak, sehingga terjadi gesekan antara sesama butiran beras dan antara butiran beras dengan permukaan yang diam. Gesekan-gesekan tersebut juga mengakibatkan lepasnya kulit ari.
a. Menggerinda b. Menekan dan menggesek Gambar 5. Prinsip kerja mesin-mesin penyosoh Pada prinsip menekan dan menggesek, permukaan yang dipakai menggesek butiran beras dan kecepatan pergerakan permukaan gesek berbeda dari prinsip menggerinda. Prinsip ini biasanya diterapkan pada mesin-mesin penyosoh yang dipakai pada tahap pertengahan atau akhir dari penyosohan. Karena tujuan utamanya bukan mengikis butiran beras, permukaan kasar dan kecepatan gerakan permukaan gesek yang tinggi tidak diperlukan. Sebagai gantinya, yang diperlukan adalah tekanan yang tinggi terhadap butiran beras dan adanya gerakan-gerakan yang membuat butiran beras bergesekan. Tekanan dihasilkan oleh himpitan kedua permukaan dan gerakan-gerakan butiran beras disebabkan oleh perputaran permukaan gesek. Gesekan-gesekan butiran beras pada tekanan tinggi akan melepaskan sisa lapisan dan membuat permukaan beras menjadi rata. Perbedaan tipe abrasif dan tipe tekanan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perbedaan mesin penyosoh tipe abrasif dan mesin penyosoh tipe tekanan Uraian Prinsip kerja Putaran poros utama Bahan rol Jika kapasitas dinaikkan Jika kapasitas diturunkan Fungsi utama Kenaikan butir patah Tingkat keputihan beras Tingkat kekilapan beras Proses pengelupasan lapisan bekatul dan lembaga Efisiensi penyosohan
Tipe Abrasif Asah Tinggi Batu Butir patah turun Butir patah naik Pra-pemutihan 0.8-1.8% Tinggi Rendah Mudah
Tipe Tekanan Gesek Rendah Besi Butir patah naik Butir patah turun Pemutihan 3.7-8.3% Rendah Tinggi Sukar
Tinggi
Rendah
Sumber: Patiwiri, 2006
5. Pemisahan Beras Berdasarkan Ukuran Beras hasil penyosohan berupa campuran butiran beras yang memiliki berbagai ukuran. Adanya berbagai ukuran tersebut disebabkan oleh adanya butiran-butiran beras yang patah selama pemecahan kulit dan penyosohan. Untuk memisahkan beras kepala dan beras patah diperlukan
12
proses tersendiri yang disebut grading. Proses ini juga bisa dilengkapi dengan proses pengeluaran sisa bekatul atau kotoran. FAO membedakan ukuran beras berdasarkan panjang butirannya menjadi tiga, yaitu menir, beras patah, dan beras kepala. Menir adalah beras yang ukuran butirannya dapat melewati lubang ayakan 1.4 mm. Beras patah adalah beras yang ukuran butirannya antara 3/8 sampai 6/8 bagian beras utuh. Sedangkan beras kepala adalah beras yang ukuran butirannya lebih besar dari 6/8 bagian butiran panjang butir beras utuh. Apabila pemisahan dilakukan berdasarkan tebal butiran beras, prinsip kerja grader sama dengan ayakan pada proses pembersihan awal. Ayakan yang dipakai dapat berupa ayakan datar yang digoyang atau berupa silinder yang berputar.
C. Sistem Penggilingan Padi Sistem penggilingan padi merupakan rangkaian mesin-mesin yang berfungsi melakukan proses giling gabah, yaitu dari bentuk gabah kering giling (GKG) sampai menjadi beras yang siap dikonsumsi (Patiwiri, 2006). Pada umumnya sistem penggilingan padi terdiri dari 3 (tiga) bagian pokok, yaitu husker, separator, dan polisher. Bagian lainnya hanya merupakan pendukung agar dapat memperoleh hasil akhir yang lebih baik. Berdasarkan tingkat teknologi, penggilingan padi dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu (i) penggilingan padi sederhana, (ii) penggilingan padi kecil, (iii) penggilingan padi besar, (iv) penggilingan padi terpadu, (v) country elevator.
1. Penggilingan Padi Sederhana Penggilingan padi sederhana (PPS) adalah unit peralatan teknik yang berfungsi sebagai mesin pengolah gabah menjadi beras, baik merupakan satu unit tersendiri mupun merupakan gabungan dari beberapa mesin, dimana proses satu dengan yang lain dihubungkan oleh proses pemindahan bahan dengan menggunakan tenaga manusia. Dikatakan sederhana karena teknologi yang digunakan sudah dikenal sejak adanya mesin penggilingan padi sederhana sampai saat ini secara turun-temurun tidak mengalami perubahan yang berarti. Beberapa jenis penggilingan padi sederhana diantaranya yaitu tipe engelberg dan kombinasi beberapa mesin.
a. Tipe Engelberg Mesin tipe Engelberg merupakan mesin pertama yang dikenal sebagai mesin pengolah gabah menjadi beras. Sebagai tahap pertama mesin ini berfungsi sebagai pengupas kulit gabah sehingga menjadi beras pecah kulit dan sekam. Selanjutnya dengan mesin yang sama, beras pecah kulit disosoh agar menjadi beras putih. Keuntungan mesin ini adalah sangat sederhana dan mudah dioperasikan, sedangkan kelemahannya adalah menghasilkan beras dengan kualitas kurang baik dengan tingkat butir patah sangat tinggi.
b. Kombinasi beberapa mesin Mesin ini merupakan pengembangan dari mesin tipe Engelberg, dimana fungsi sebagai pengupas kulit gabah diganti dengan husker, baik itu under runner maupun tipe rubber roll, sedangkan tipe pemutih bisa menggunakan mesin Engelberg atau diganti dengan mesin tipe vertical abrasive atau tipe horizontal abrasive. Pada perkembangan selanjutnya, para
13
pengusaha penggilingan padi melakukan beberapa kombinasi mesin sehingga dapat menghasilkan beras dengan kualitas yang lebih baik. Untuk meningkatkan kualitas hasil pengolahan penggilingan padi, para pengusaha menambah peralatan yang umumnya buatan lokal, di antaranya aspirator (pemisah kotoran dan gabah) dan ayakan sederhana yang berfungsi sebagai pembersih awal sebelum gabah dimasukkan ke dalam husker. Selanjutnya setelah keluar dari polisher, beras diayak dengan ayakan sederhana yang berfungsi memisahkan menir.
2. Penggilingan Padi Kecil Penggilingan Padi Kecil (PPK) adalah unit peralatan teknik yang merupakan gabungan dari beberapa mesin menjadi satu kesatuan utuh yang berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi beras dengan kapasitas lebih kecil dari 2 (dua) ton GKG per jam. Sistem PPK dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu tipe sederhana dan tipe lengkap. Tipe sederhana umumnya hanya melalui proses pecah kulit, proses pemisahan gabah dengan beras pecah kulit secara sederhana dan proses pemutihan beras pecah kulit. Unit ini sering disebut juga sebagai penggilingan gabah one pass, yaitu proses pecah kulit, proses pemisahan sekam dan proses penyosohan yang dilakukan dari atas ke bawah dengan menggunakan gaya gravitasi gabah itu sendiri. Pada tipe lengkap terdapat empat proses yaitu pembersihan gabah, proses pecah kulit, proses pemisahan gabah dengan beras pecah kulit dan proses pemutihan beras pecah kulit, serta pemindahan bahan antar mesin menggunakan elevator. Meskipun peralatan yang digunakan telah dikategorikan lengkap, namun peralatan yang digunakan masih sederhana. Tipe ini juga sering disebut Rice Milling Unit (RMU).
3. Penggilingan Padi Besar Penggilingan Padi Besar (PPB) adalah unit peralatan teknik yang merupakan gabungan dari beberapa mesin menjadi satu kesatuan utuh yang berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi beras dengan kapasitas lebih besar dari 2 (dua) ton GKG per jam. sistem pengolahan ini minimal harus melalui empat proses utama, yaitu proses pembersihan gabah, proses pemecah kulit, proses pemisahan gabah dengan beras pecah kulit dan proses pemutihan beras pecah kulit secara berulang dua sampai empat kali. Bahkan umumnya penggilingan padi besar dilengkapi dengan peralatan tambahan berupa elevator, pemisah batu (destoner), pemisah menir (sifter), pengelompokan kualitas beras (grader), bak penampungan beras berdasarkan tingkat kepatahan, pengepakan dan siklon sebagai tempat penampungan bekatul. Unit penggilingan padi besar sering disebut Rice Milling Plant (Pabrik Penggilingan Padi). Pada dasarnya aliran gabah maupun beras dari suatu unit mesin ke unit lainnya menggunakan elevator atau konveyor. Elevator dipakai untuk menaikkan gabah dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi secara vertikal, sedangkan konveyor dipakai untuk mengalirkan bahan dari suatu tempat ke tempat lain yang memiliki ketinggian yang sama. Tiap-tiap mesin memiliki wadah penampungan (hopper) sebagai tempat penampungan sederhana yang terletak pada bagian atas mesin. Tujuannya adalah agar mesin mendapatkan masukan bahan secara kontinyu sehingga mesin berfungsi terus-menerus secara normal. Apabila masukan bahan tidak kontinyu, maka kinerja mesin menjadi tidak efisien dan mutu hasil menjadi berkurang.
14
4. Pengolahan Padi Terpadu Pengolahan padi terpadu (PPT) adalah unit peralatan teknik yang merupakan gabungan dari unit proses pembersihan awal, pengeringan, penyimpangan, penggilingan, pengepakan yang satu dengan yang lain dan dihubungkan dengan elevator serta memiliki kapasitas besar. Sistem pengolahan di PPT terbilang sangat kompleks dan masing-masing pabrikan mempunyai ciri khas tersendiri. Salah satu tipe proses yang digunakan oleh PPT dari Korea adalah: (1) bagian pembersihan awal dengan peralatan berupa intake hopper, pre cleaner, moisture measurement dan hopper scale, (2) bagian pengeringan (dryer, cleaner), (3) bagian penyimpanan (square bin, drying and storage silo, grain cooler), (4) bagian penggilingan (destoner, auto weigher, husker, closed circuit chaff blower, paddy separator, brown rice conditioner, immature separator, polishing machine, rotary sifter, cleaning machine, color sorter, vibration separator, length grader) dan (5) bagian pengepakan (packing machine) (Patiwiri, 2006).
5. Country Elevator Yang dimaksud dengan country elevator adalah penggilingan padi terpadu yang berlokasi di tengah sentra produksi padi serta terintegrasi dengan areal persawahan skala besar, sehingga hasil panen padi langsung dibawa ke tempat pengolahan tersebut. Kelebihan country elevator adalah dapat mengurangi kegiatan dan biaya pengangkutan dan mengurangi biaya pengemasan gabah setelah dipanen (karung). Selain efisiensi pengangkutan juga kualitas beras yang dihasilkan akan lebih baik karena menggunakan teknologi yang lebih canggih dengan perangkat control pada setiap proses pengolahannya. Ciri khas country elevator adalah skalanya yang besar dan memiliki sistem transportasi berupa elevator yang juga skala besar. Elevator digerakkan dengan motor listrik serta dikendalikan dengan suatu ruang kontrol. Selain mengontrol kerja mesin-mesin, ruangan kontrol juga dapat mengontrol kondisi kualitas gabah yang baru diterima, gabah yang dikeringkan, gabah yang ada di silo penyimpanan serta beras pecah kulit setelah melaui proses pengupasan.
D. Perhitungan Biaya Penggilingan Padi Biaya penggilingan padi perlu diketahui, baik pada tahap perencanaan maupun dalam tahap pelaksanaan. Pada tahap perencanaan, biaya penggilingan perlu dihitung untuk mengetahui kelayakan proyek tersebut, sedangkan dalam tahap pelaksanaan biaya penggilingan akan dipakai sebagai patokan untuk menentukan harga jual jasa penggilingan kepada konsumen. Harga jual jasa penggilingan, yang disebut ongkos penggilingan, nantinya berupa biaya penggilingan ditambah dengan margin keuntungan yang ditentukan oleh pihak penggilingan (Patiwiri, 2006).
1. Analisis Biaya Untuk menghitung biaya suatu tahap kegiatan, terlebih dahulu perlu dilakukan perhitungan setiap komponen biaya tetap dan biaya tidak tetap. Jumlah dari biaya tetap dengan biaya tidak tetap merupakan biaya tahap kegiatan tersebut. Biaya ini dapat dinyatakan dalam biaya total atau biaya pokok.
15
a. Biaya Tetap Biaya tetap adalah jenis-jenis biaya yang selama satu periode akan tetap jumlahnya. Biaya tetap sering juga disebut biaya kepemilikan (owning cost). Biaya ini tidak tergantung pada produk yang dihasilkan dan bekerja atau tidaknya mesin serta besarnya relatif tetap. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tetap antara lain biaya penyusutan, biaya bunga modal, asuransi, pajak, dan biaya bangunan. 1. Penyusutan Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan akibat penurunan nilai dari suatu alat atau mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian. Hal-hal yang menyebabkan nilai suatu mesin/ alat berkurang antara lain adanya bagian-bagian yang rusak atau aus, peningkatan biaya operasi dari sejumlah unit output yang sama jika dibandingkan dengan mesin baru dan sebagainya. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam menghitung besarnya biaya penyusutan adalah dengan metode garis lurus tanpa memasukkan bunga modal dalam perhitungannya. Besarnya biaya penyusutan dianggap sama setiap tahunnya atau penurunan nilai bersifat tetap sampai pada akhir umur ekonomisnya. Pramudya dan Dewi (1992) menyebutkan bahwa umur ekonomi adalah umur dari suatu alat dari kondisi 100% baru sampai alat tersebut sudah tidak ekonomis lagi bila terus digunakan dan lebih baik diganti dengan mesin yang baru. Persamaan biaya penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus adalah sebagai berikut: D=
P−S
……………………………………………………........................................... (2)
L
Dimana: D = Biaya penyusutan (Rp / tahun) P = Harga awal (Rp) S = Harga akhir (Rp) L = Perkiraan umur ekonomis (tahun) Fasilitas yang terdapat pada penggilingan yang akan dicari biaya penyusutan antara lain adalah bangunan, lantai jemur, mesin penggerak, huller, polisher, timbangan, literan beras, dan fasilitas yang dimiliki oleh penggilingan. 2. Bunga modal Bunga modal sebenarnya berupa biaya semu karena tidak benar-benar dikeluarkan oleh sistem penggilingan. Nilai biaya ini diperhitungkan karena penggilingan telah melakukan investasi sejumlah uang untuk membeli mesin dan fasilitas lain. Karena telah diinvestasikan, uang tersebut tidak dapat lagi berkembang jika halnya uang tersebut disimpan di bank. Besarnya bunga modal dapat dihitung dengan persamaan berikut :
I=
i x P(N+1) 2N
.................................................................................................................... (3)
16
Dimana: I = Total bunga modal (Rp/tahun) P = Nilai awal mesin (Rp) i = Tingkat bunga modal (%/tahun) N = Umur ekonomis (tahun) 3. Pajak Pajak yang dikenakan pada usaha penggilingan padi hanya pajak bumi dan bangunan/ PBB yang dibayarkan dalam satu tahun sekali. 4. Biaya bangunan Biaya bangunan dapat berupa biaya untuk membangun bangunan tersebut atau biaya sewa. Apabila bangunan dibangun sendiri atau dibeli oleh pihak penggilingan, biaya bangunan berupa biaya penyusutan bangunan, sedangkan jika bangunan disewa, maka biaya bangunan berupa biaya sewa bangunan tersebut.
b. Biaya Tidak Tetap Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat alat dan mesin beroperasi dan jumlahnya bergantung pada jam pemakaiannya (Pramudya dan Dewi, 1992). Apabila jumlah satuan produk yang diproduksi pada masa tertentu naik, maka jumlah biaya variabel juga naik. Perhitungan biaya variabel dilakukan dalam satuan Rp/jam. Contoh biaya yang termasuk biaya variabel dalam suatu usaha penggilingan padi antara lain biaya bahan bakar dan pelumas, biaya pemeliharaan dan perbaikan dan upah operator. Biaya bahan bakar dan pelumas akan dikeluarkan jika mesin dioperasikan. Semakin lama dioperasikan maka semakin banyak bahan bakar yang dikonsumsi dan semakin sering dilakukan penggantian pelumas. Selama mesin-mesin penggilingan padi dipakai terdapat bagian-bagian yang aus dan perlu diganti, seperti rubber roll. Pramudya dan Dewi (1992) menyebutkan bahwa biaya perbaikan meliputi biaya penggantian barang yang aus, upah tenaga kerja terampil untuk perbaikan khusus, pengecatan, pembersihan, dan perbaikan karena faktor yang tidak terduga.
c. Biaya Total Biaya total merupakan jumlah biaya tetap dengan biaya tidak tetap. Nilainya dinyatakan dalam jumlah biaya per tahun atau biaya per jam. Untuk perhitungan biaya total diperlukan adanya nilai perkiraan jam kerja mesin per tahun. Jam kerja ini bisa didapatkan dari perkiraan jumlah gabah yang digiling per tahun. Persamaan yang dipakai yaitu :
B=
x=
BT x
M k
+ BTT …………………………………………………………………….................................................. (4)
………………………………………………………………………………………... (5)
17
Dimana: B = Biaya total BT = Biaya tetap (Rp/tahun) BTT = Biaya tidak tetap/Biaya variabel (Rp/tahun) x = Jam kerja per tahun (jam/tahun) M = Perkiraan gabah yang digiling (kg/tahun) k = Kapasitas kerja mesin (kg/jam) Untuk perhitungan biaya total diperlukan adanya nilai perkiraan jam kerja mesin per tahun. Jam kerja ini bisa didapatkan dari perkiraan jumlah gabah yang digiling per tahun.
d. Biaya Pokok Biaya pokok produksi adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang, sehingga barang tersebut dapat digunakan (Pramudya dan Dewi 1992). Pada penggilingan padi, biaya pokok merupakan biaya yang diperlukan untuk mengolah satu kilogram padi. Biaya pokok dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Bp =
B k
...................................................................................................................................... (6)
atau dapat dihitung dari biaya total per tahun dan jumlah giling yang akan digiling per tahun.
Bp =
Bx M
………………………………………………………………………………………. (7) Dimana: Bp = B = k = x = M =
Biaya pokok (Rp/kg) Biaya total Kapasitas kerja mesin (kg/jam) Jam kerja per tahun (jam/tahun) Perkiraan gabah yang digiling (kg/tahun)
2. Analisis Titik Impas Analisis titik impas dapat digunakan untuk mengetahui jumlah produksi dan penjualan minimal agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Titik impas dapat terjadi jika penerimaan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan atau suatu nilai jumlah produksi dimana keuntungan yang diperoleh sama dengan nol. Untuk menghitung titik impas pada penggilingan padi, harga jual jasa penggilingan harus diketahui (patiwiri, 2006). Persamaan yang dipakai adalah: BT
xi = (𝑘𝑆−𝐵𝑇𝑇) ………………………………………………………………………………….. (8) T = xi * k ………………………………………………………………………………………. (9) Dimana: xi = Jam kerja per tahun pada titik impas (jam/tahun) T = Volume giling pada titik impas (kg GKG/tahun)
18
S BT BTT k
= Ongkos penggilingan (Rp/kg) = Biaya tetap (Rp/tahun) = Biaya tidak tetap (Rp/jam) = Kapasitas kerja mesin (kg/jam)
3. Analisis Kelayakan Finansial Analisis finansial dilakukan untuk kepentingan individu atau lembaga yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut. Penilaian kelayakan suatu proyek dapat digunakan sebagai alat ukur yang disebut kriteria investasi. Untuk menentukan kriteria investasi, pada tahap awal perlu melakukan penyusunan arus kas masuk dan keluar untuk setiap periode selama umur proyek. Dari arus kas tersebut nilai sekarang (present value) dapat dihitung dengan menggunakan discount factor yang persamaannya sebagai berikut: 1
𝐷𝐹 = (1+𝑖)𝑡 ……………………………………………………………….............................................................. (10) Dimana: DF = Discount Factor t = Tahun yang sedang berjalan Beberapa kriteria untuk menilai kelayakan investasi yang sering digunakan antara lain: (1) Net Present Value (NPV), (2) Internal Rate of Return (IRR), (3) B/C Ratio. a. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) yaitu perbedaan antar nilai sekarang (present value) dari manfaat dan biaya (Pramudya dan Dewi, 1992). Apabila NPV bernilai positif, maka dapat diartikan besarnya keuntungan yang diperoleh dan sebaliknya, jika NPV bernilai negatif menunjukkan kerugian. NPV sangat dipengaruhi oleh nilai dari pengeluaran dan penerimaan atau salah satu dari unsur tersebut. Menurut Gray, et al (1985), rumus perhitungan NPV adalah: 𝑛
𝐵𝑡−𝐶𝑡
NPV = 𝑡 = 1 ............................................................................................................... (11) (1−𝑖)𝑡 Dimana : NPV = Net Present Value (Rp) B = Manfaat (Rp/tahun) N = Umur Produksi t = Tahun ke-t C = Biaya (Rp/tahun) i = Discount Rate (%/tahun) Jika NPV ≥ 0, maka usaha layak untuk dilaksanakan, sebaliknya jika NPV < 0, maka usaha tidak dapat dilaksanakan.
19
b. Internal Rate of Return (IRR) Menurut Pramudya dan Dewi (1992), Nilai IRR merupakan nilai tingkat suku bunga dimana nilai NPV-nya sama dengan nol. Jika nilai IRR ≥ discount rate, maka proyek layak dijalankan. Namun jika nilai IRR < discount rate, maka proyek tidak layak dijalankan. Dalam persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut : 𝑁𝑃𝑉 ′ 𝑁𝑃𝑉 ′ −𝑁𝑃𝑉 ′′
IRR = i’ +
(i’’ – i’ ) .............................................................................................. (12)
Dimana : IRR = Internal Rate of Return i’ = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV positif i’’ = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV’ = NPV yang bernilai positif NPV’’ = NPV yang bernilai negatif Proyek dikatakan layak bila IRR lebih dari tingkat suku bunga (i) yang berlaku. c. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Menurut Kadariah et al., (1978), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), merupakan perbandingan antara present value total dari benefit bersih terhadap present value total dari biaya bersih. Menurut Gray et al., (1985), Perhitungan B/C dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. 𝑛 𝐵𝑡 −𝐶𝑡 𝑡=1 𝑡
Net B/C = 𝑛
𝑡=1
(1−i)
............................................................................................................. (13)
𝐶𝑡 −𝐵𝑡 (1−i)𝑡
Dimana : B = Manfaat (Rp/tahun) N = Umur Produksi t = Tahun ke-t C = Biaya (Rp/tahun) i = Discount Rate (%/tahun) Bila Net B/C > 1 proyek dianggap layak, Net B/C = 1 merupakan titik impas dan bila Net B/C < 1 maka proyek dinyatakan tidak layak.
4. Analisis Sensitivitas Menurut Pramudya dan Dewi (1992), analisis sensitivitas dilakukan apabila : 1. Terjadi suatu kesalahan pendugaan suatu nilai biaya atau manfaat. 2. Kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada saat proyek/ penelitian dilaksanakan. Perubahan unsur harga dalam suatu usaha penggilingan padi misalnya perubahan harga terhadap kenaikan harga solar, kenaikan upah, dan penurunan jumlah giling tahunan.
20
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai berapa persen peningkatan dan penurunan faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi yaitu dari layak menjadi tidak layak (Gittinger, 1986).
21
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha penggilingan padi milik Bapak H. Sulaiman di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
B. Alat dan Bahan Alat dan Bahan yang digunakan dalam melakukan analisis ini adalah : 1. Catatan lapang beserta alat tulis 2. Kalkulator 3. Laptop 4. Microsoft Excell 2007 5. Microsoft Word 2007 6. Timbangan 7. Stop Watch 8. Gabah Kering Giling (GKG) dan Padi 9. Bahan Bakar (Solar) 10. Gelas Ukur, Jerigen, dan Selang
C. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini secara keseluruhan bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis biaya dan kelayakan usaha penggilingan padi, bagaimana usaha tersebut berjalan pada jalur yang tepat agar tidak mengalami kerugian. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi terhadap proses penggilingan gabah menjadi beras, dan wawancara langsung dengan pemilik usaha penggilingan padi dan pihak-pihak terkait lainnya. Sementara data sekunder diperoleh dari kantor desa Cihideung Ilir, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K), studi literatur dan pustaka.
D. Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan beberapa prosedur asumsi dan pendekatan sebagai dasar dalam melakukan perhitungan dan analisis. Asumsi dan pendekatan yang digunakan terdiri dari : 1. Umur ekonomis mesin penggilingan adalah 15 tahun dengan nilai akhir mesin penggilingan padi 10% dari harga awal. 2. Umur fasilitas bangunan dan lantai jemur adalah 30 tahun, dimana harga akhir 10% dari biaya awal pembangunan. 3. Umur ekonomis fasilitas penunjang seperti timbangan dan lain-lain diasumsikan sesuai kondisi di lapangan. 4. Harga yang digunakan dalam perhitungan adalah harga yang berlaku pada saat berlangsungnya penelitian dan sebelum terjadi perubahan harga selama penelitian. 5. Pendapatan dan pengeluaran dianggap tetap sepanjang umur ekonomis alat.
22
6.
7.
Tingkat suku bunga (discount rate) adalah tingkat bunga yang diperkirakan dan dipakai untuk mendiskon pembayaran dan penerimaan dalam satu periode. Besarnya tingkat suku bunga adalah 15 % (BRI Rate, 2010). Pajak yang dikenakan hanya Pajak Bumi dan Bangunan yang dibayar per tahun.
E. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dua tahap. Tahap pertama adalah pengumpulan data dan tahap kedua adalah pengolahan/analisis data.
1. Pengumpulan Data Data yang diperlukan adalah data yang berhubungan dengan biaya dan data operasional usaha mesin penggilingan padi tersebut, antara lain jenis penggilingan yang digunakan dan komponen-komponennya, biaya-biaya yang dikeluarkan (biaya tetap dan biaya tidak tetap), kapasitas mesin per jam, rata-rata jam kerja per hari, rata-rata pemakaian bahan bakar per jam, rata-rata jumlah gabah yang digiling per hari dan sebagainya. a. Data kapasitas mesin Kapasitas mesin penggilingan (huller dan polisher) diperoleh dengan menghitung jumlah beras yang dihasilkan per jam dan jumlah gabah yang digiling per jam. b. Data jumlah rata-rata padi yang digiling per hari dan jam kerja per hari Untuk data rata-rata jumlah gabah yang digiling per hari dan jam kerja rata-rata per hari diperoleh dengan pengambilan data harian selama tiga bulan pada bulan Juli sampai bulan September. Dari data-data tersebut dapat diperkirakan jumlah gabah yang digiling per hari dan jam kerja rata-rata per hari. Dengan memperkirakan jumlah hari kerja per tahun maka dapat diperoleh jam kerja per tahun. c. Data pemakaian bahan bakar Bahan bakar pada mesin diisi penuh kemudian digunakan beberapa jam. Waktu pemakaian dari mesin menyala sampai mesin mati dihitung, kemudian diukur sisa bahan bakar, kemudian pemakaian bahan bakar per jam dapat dihitung dengan rumus :
X=
(Xo −Xt ) t
.......................................................................................................................... (14)
Dimana : X = pemakaian bahan bakar per jam (lt/jam) X0 = jumlah bahan bakar awal (lt) Xt = jumlah bahan bakar akhir (lt) t = lama penggunaan mesin penggerak (jam)
23
2. Analisis Data a. Biaya Tetap (BT) (Rp/tahun) Biaya tetap adalah jenis-jenis biaya yang selama satu periode akan tetap jumlahnya. Biaya tetap sering juga disebut biaya kepemilikan (owning cost). Biaya ini tidak tergantung pada produk yang dihasilkan dan bekerja atau tidaknya mesin serta besarnya relatif tetap. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tetap antara lain biaya penyusutan, biaya bunga modal, asuransi, pajak, dan biaya bangunan. 1. Penyusutan Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan akibat penurunan nilai dari suatu alat atau mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian. Hal-hal yang menyebabkan nilai suatu mesin/ alat berkurang antara lain adanya bagian-bagian yang rusak atau aus, peningkatan biaya operasi dari sejumlah unit output yang sama jika dibandingkan dengan mesin baru dan sebagainya. Fasilitas yang terdapat pada penggilingan yang akan dicari biaya penyusutan antara lain adalah bangunan, lantai jemur, mesin penggerak, huller, polisher, timbangan, literan beras, dan fasilitas yang dimiliki oleh penggilingan Persamaan biaya penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus dihitung dengan persamaan (2). 2. Bunga modal Bunga modal sebenarnya berupa biaya semu karena tidak benar-benar dikeluarkan oleh sistem penggilingan. Nilai biaya ini diperhitungkan karena penggilingan telah melakukan investasi sejumlah uang untuk membeli mesin dan fasilitas lain. Karena telah diinvestasikan, uang tersebut tidak dapat lagi berkembang jika halnya uang tersebut disimpan di bank. Besarnya bunga modal dapat dihitung dengan persamaan (3). 3. Pajak Pajak yang dikenakan pada usaha penggilingan padi hanya Pajak Bumi dan bangunan (PBB ) yang dibayarkan dalam satu tahun sekali. 4. Biaya bangunan Biaya bangunan dapat berupa biaya untuk membangun bangunan tersebut atau biaya sewa. Apabila bangunan dibangun sendiri atau dibeli oleh pihak penggilingan, biaya bangunan berupa biaya penyusutan bangunan, sedangkan jika bangunan disewa, maka biaya bangunan berupa biaya sewa bangunan tersebut.
b. Biaya Tidak Tetap (BTT) (Rp/tahun) Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat alat dan mesin beroperasi dan jumlahnya bergantung pada jam pemakaiannya (Pramudya dan Dewi, 1992). Apabila jumlah satuan produk yang diproduksi pada masa tertentu naik, maka
24
jumlah biaya variabel juga naik. Perhitunngan biaya variabel dilakukan dalam satuan Rp/jam. Contoh biaya yang termasuk biaya variabel dalam suatu usaha penggilingan padi antara lain biaya bahan bakar dan pelumas, biaya pemeliharaan dan perbaikan dan upah operator. Biaya bahan bakar dan pelumas akan dikeluarkan jika mesin dioperasikan. Semakin lama dioperasikan maka semakin banyak bahan bakar yang dikonsumsi dan semakin sering dilakukan penggantian pelumas. Selama mesin-mesin penggilingan padi dipakai terdapat bagian-bagian yang aus dan perlu diganti, seperti rubber roll. Pramudya dan Dewi (1992) menyebutkan bahwa biaya perbaikan meliputi biaya penggantian barang yang aus, upah tenaga kerja terampil untuk perbaikan khusus, pengecatan, pembersihan, dan perbaikan karena faktor yang tidak terduga.
c. Biaya Total (Rp/tahun) Untuk perhitungan biaya total diperlukan adanya nilai perkiraan jam kerja mesin per tahun. Jam kerja ini bisa didapatkan dari perkiraan jumlah gabah yang digiling per tahun. Persamaan untuk menghitung biaya total dapat dilihat pada persamaan (4).
d. Biaya Pokok Biaya pokok produksi adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang, sehingga barang tersebut dapat digunakan (Pramudya dan Dewi 1992). Pada penggilingan padi, biaya pokok merupakan biaya yang diperlukan untuk mengolah satu kilogram padi. Biaya pokok dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (6).
e. Analisis Titik Impas Analisis titik impas dapat digunakan untuk mengetahui jumlah produksi dan penjualan minimal agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Titik impas dapat terjadi jika penerimaan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan atau suatu nilai jumlah produksi dimana keuntungan yang diperoleh sama dengan nol. Menurut Pramudya dan Dewi (1992), untuk menghitung titik impas produksi dapat digunakan persamaan (8) dan (9).
f. Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk kepentingan individu atau lembaga yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut. Penilaian kelayakan suatu proyek dapat digunakan sebagai alat ukur yang disebut kriteria investasi. Untuk menentukan kriteria investasi, pada tahap awal perlu melakukan penyusunan arus kas masuk dan keluar untuk setiap periode selama umur proyek. Dari arus kas tersebut nilai sekarang (present value) dapat dihitung dengan menggunakan discount factor yang dapat dihitung dengan persamaan (10). Beberapa kriteria untuk menilai kelayakan investasi yang sering digunakan antara lain: (1) Net Present Value (NPV), (2) Internal Rate of Return (IRR), (3) B/C Ratio. NPV dapat dihitung dengan persamaan (11), IRR dapat dihitung dengan persamaan (12) dan B/C Ratio dapat dihitung dengan persamaan (13).
25
g. Analisis Sensitivitas Pengulangan perhitungan perlu dilakukan karena dalam analisis proyek umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak unsur ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Menurut Pramudya dan Dewi (1992), analisis sensitivitas dilakukan apabila : 1. Terjadi suatu kesalahan pendugaan suatu nilai biaya atau manfaat. 2. Kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada saat proyek/ penelitian dilaksanakan, perubahan unsur harga dalam suatu usaha penggilingan padi misalnya perubahan harga terhadap kenaikan harga solar, kenaikan upah, dan penurunan jumlah giling tahunan. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai berapa persen peningkatan dan penurunan faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi yaitu dari layak menjadi tidak layak (Gittinger, 1986).
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa dari 13 (tiga belas) desa yang terdapat di kecamatan Ciampea, dan wilayahnya masuk dalam Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Tiga belas Desa tersebut yaitu Desa Ciampea Udik, Desa Cinangka, Desa Cibuntu, Desa Cicadas, Desa Tegal Waru, Desa Bojong Jengkol, Desa Cihideung Udik, Desa Cihideung Ilir, Desa Cibanteng, Desa Bojong Rangkas, Desa Cibadak, Desa Benteng, dan Desa Ciampea. Desa Cihideung Ilir memiliki luas wilayah sekitar 192.5 ha dengan lahan sawah seluas 165 ha. Jumlah penduduk Cihideung Ilir pada tahun 2009 adalah 9,425 jiwa, yang terdiri atas 4,486 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4,539 jiwa berjenis kelamin perempuan. Desa Cihideung Ilir terletak di kawasan dataran rendah (180-220 m dpl), dan memiliki suhu rata-rata 29-30˚C. Batas-batas wilayah Desa Cihideung Ilir adalah sebagai berikut (i) sebelah utara berbatasan dengan Desa Cibanteng, (ii) sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cihideung Udik, (iii) sebelah timur berbatasan dengan Desa Babakan, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cihideung Udik dan Desa Cibanteng. Jarak Desa Cihideung Ilir dari ibu kota kecamatan adalah 1 km, dari ibu kota kabupaten adalah 35 km, dan dari ibu kota popinsi adalah 132 km. Pada tahun 2009, jumlah panen padi di Desa Cihideung Ilir dengan luas lahan panen ± 283 ha mencapai 1,694.19 ton GKP atau 10.6% dari total panen keseluruhan di Kecamatan Ciampea, dengan produktivitas rata-rata lahan 5.99 ton GKP/ha.
Gambar 6. Fasilitas bangunan giling dan lantai jemur Di desa Cihedeung Ilir, hanya terdapat 1 (satu) unit penggilingan padi, yaitu unit penggilingan padi yang di miliki Bapak H. Sulaiman. Sistem penggilingan padi di Desa Cihideung Ilir tergolong sistem penggilingan padi kecil (PPK) sederhana. Tempat berdirinya penggilingan termasuk strategis, karena dekat dengan sawah sehingga mempermudah dalam hal transportasinya pada saat panen, dan letak penggilingan juga dekat dengan perumahan penduduk, sehingga memudahkan para konsumen datang ke penggilingan untuk menggiling gabahnya. Unit penggilingan padi yang dimiliki Bapak H. Sulaiman tergolong tua. Fasilitas yang dimiliki terdiri dari bangunan, lantai jemur/ lamporan, mesin penggilingan, timbangan duduk, dan alat pengangkut karung beras. Bangunan dibangun pada tahun 1984, dengan luas bangunan penggilingan 6x5 m2. Lantai jemur juga dibangun bersamaan dengan bangunan penggilingan. Untuk biaya awal pembangunan bangunan dan lantai jemur menghabiskan biaya Rp 5,000,000,-. Lantai jemur/ lamporan berukuran 10x7 m2 yang dapat
27
menampung sekitar 800-900 kg GKP untuk dijemur. Untuk menjemur biasanya tidak dikenai biaya karena petani yang menjemur di penjemuran ini akan menggiling padinya di penggilingan ini. Selama penggilingan beroperasi pada awal berdirinya tahun 1984, telah berganti mesin penggilingan (huller, polisher, dan 1 motor penggerak) sebanyak 1 kali. Mesin penggilingan (huller, polisher, dan 1 motor penggerak) di beli pada tahun 2000 seluruhnya senilai Rp 14,700,000,- dan telah beroperasi selama 10 tahun. Unit penggilingan terdiri dari 1 unit huller, 1 unit polisher, dan 1 motor penggerak yaitu motor diesel KUBOTA 22 PK untuk menggerakkan huller (merk RM tipe LM24-2C(H)) dan polisher (merk ICHI tipe N-70). Untuk menjemur biasanya tidak dikenai biaya karena petani yang menjemur padinya di penjemuran ini akan menggiling padinya di penggilingan ini juga. Namun ada juga petani yang membawa gabah yang sudah siap untuk digiling menjadi beras. Namun tidak terlalu banyak dibandingkan dengan petani yang menjemurkan padi terlebih dahulu di penggilingan ini.
(a) Huller (merk RM tipe LM24-2C(H))
(b) Polisher (merk ICHI tipe N-70)
(c) Motor diesel KUBOTA 22 PK
Gambar 7. Fasilitas mesin penggilingan padi Proses pemecahan kulit sekam pada penggilingan padi ini menggunakan mesin pemecah kulit kelompok friksional, tipe rubber roll husker karena memecahkan sekam dengan dua buah rol karet yang dipasang berdekatan. Kedua rol karet tersebut diputar dengan kecepatan yang berbeda dan arah yang berlawanan. Agar lebih ekonomis setelah rol utama mengalami keausan, maka akan ditukar posisinya dengan rol pembantu. Setelah kedua rol itu mengalami keausan, maka baru dibeli rol yang baru. Di penggilingan ini penggantian rol dilakukan setelah kira-kira melakukan giling padi sebanyak 35 ton GKG. Setelah gabah mengalami proses pecah kulit, maka beras yang keluar masih belum bersih, belum mengkilap, dan cenderung masih berwarna kecoklatan. Untuk menghasilkan beras yang putih dan mengkilap, maka setelah digiling, beras di sosoh di polisher. Prinsip pemisahan sekam sangat sederhana, yaitu memisahkan sekam dari beras pecah kulit dan gabah utuh berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Pada umumnya mesin pemisah sekam dilengkapi dengan kipas untuk menghisap sekam dan debu. Beras pecah kulit dan gabah akan tetap mengalir ke bawah karena tidak terisap oleh kipas akibat daya beratnya. Polisher juga dilengkapi ayakan untuk memisahkan beras pecah kulit dan dedak kasar sebelum proses pemisahan sekam. Hal ini perlu dilakukan karena beras patah dan dedak kasar memiliki nilai ekonomis. Ayakan polisher merupakan bagian dari polisher yang sering diganti
28
agar kualitas hasil ayakan menjadi semakin baik. Di penggilingan padi ini ayakan polisher diganti pada saat telah menggiling sekitar 30 ton GKG. Hasil limbah sisa dari penggilingan yaitu sekam dan dedak/ bekatul. Sekam boleh diambil secara gratis oleh masyarakat sekitar dan dimanfaatkan sendiri oleh pemilik penggilingan, biasanya dipakai untuk media tanam, abu gosok, dan sebagainya. Jika tertumpuk sekam dibuang dan dibakar. Proses dihasilkannya dedak/ bekatul yaitu, dimulai dari beras pecah kulit yang dimasukkan ke dalam mesin penyosoh/ polisher untuk diputihkan, kemudian menghasilkan beras sosoh dan dedak. Dedak tersebut diambil oleh pemilik untuk pakan ternak, dan sisanya jika ada yang menginginkan biasanya diambil secara gratis di penggilingan, dan jika dijual dihargai Rp 1500,-/kg, tetapi itupun tidak tentu, tergantung dari musim ternak, atau ada tidaknya peternak ayam yang ingin membelinya. Di penggilingan padi juga selain mempunyai fasilitas seperti bangunan giling, lantai jemur, mesin giling (huller), mesin sosoh (polisher), dan motor penggerak. Penggilingan juga mempunyai fasilitas penunjang lainnya, diantaranya timbangan duduk (merk : Nam Wo Batavia) dan alat penangkut karung beras. Timbangan duduk ini berguna sekali untuk mengetahui berat gabah yang akan digiling dan berat beras yang dihasilkan. Alat pengangkut karung beras berfungsi untuk mengangkut karung dengan prinsip mendorong alat tersebut, agar mempermudah dalam memindahkan karung beras tanpa menggunakan banyak tenaga.
(a) Timbangan duduk Merk : Nam Wo Batavia
(b) Alat pengangkut karung beras
Gambar 8. Fasilitas penunjang penggilingan Musim tanam di Desa Cihideung Ilir tidak tentu, umumnya petani menanam padi 2-3 musim dalam setahun dan digilir dengan menanam tanaman palawija. Biasanya padi yang dijemur tidak semuanya digiling, karena sebagian disimpan dan digiling jika perlu. Penggilingan beroperasi selama 6 (enam) bulan selama 1 (tahun) dengan perkiraan hari kerja 26 hari dalam satu bulan . Pada saat penelitian, jumlah panen yang tinggi biasanya pada musim panen diantaranya bulan Juli, Agustus, dan mendekati lebaran karena masyarakat sekitar membutuhkan beras untuk zakat dan persiapan lebaran karena harga kebutuhan bahan pokok, khususnya beras meningkat harganya menjelang lebaran. Jadi masyarakat mempersiapkan gabah yang telah disimpan sebelumnya untuk digiling menjelang lebaran karena harganya lebih terjangkau masyarakat. Jenis padi yang biasanya digiling di penggilingan ini yaitu Ciherang dan IR 64.
29
B. Performansi Teknis Mesin Penggilingan Padi Performansi teknis mesin penggilingan padi yang diukur pada penelitian ini adalah rendemen penggilingan, kapasitas giling, dan pemakaian bahan bakar. Pengamatan dilakukan untuk huller dan polisher yang digerakkan oleh 1 (satu) motor diesel. Kapasitas huller dilihat dari jumlah gabah yang dapat digiling per jamnya dan kapasitas polisher dilihat dari jumlah beras yang dihasilkan per jamnya
Nilai
Maksimum Rata-Rata Minimum
Tabel 6. Performansi teknis mesin penggilingan padi Pemakaian Kapasitas Kapasitas Bahan Bakar Huller Polisher Huller+Polisher (kg GKG/jam) (kg Beras/jam) (liter/jam) 203.78 220.69 1.27 196.85 201.52 1.16 186.74 190.50 1.05
Rendemen Giling % 67.04 59.44 52.29
Dari pengamatan di penggilingan dapat diketahui faktor-faktor yang menentukan besarnya kapasitas yaitu kondisi gabah yang digiling, kondisi mesin, dan keterampilan operator. Kondisi gabah yang digiling berpengaruh pada kapasitas penggilingan karena apabila gabah yang digiling kadar airnya belum optimal, maka proses penggilingan akan dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan beras pecah kulit dan beras sosoh yang baik. Pengulangan proses tersebut akan membutuhkan waktu yang lebih banyak dan otomatis membutuhkan bahan bakar yang lebih banyak pula. Kondisi mesin juga menyebabkan rendahnya kapasitas giling pada usaha penggilingan padi ini, makin tua kondisi mesin, maka akan menyebabkan semakin rendah kapasitas penggilingannya. Keterampilan operator juga berpengaruh dalam menentukan besar kecilnya kapasitas karena semakin terampil operator, maka semakin besar kapasitas penggilingan, dan sebaliknya, jika operator kurang terampil maka akan menyebabkan menurunnya kapasitas penggilingan. Dari Tabel 6 di atas dan data giling harian (Lampiran 1), nilai konsumsi bahan bakar juga dapat dianalisis. Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan berulang-ulang, konsumsi bahan bakar tersebut termasuk boros, karena pemakaian bahan bakar maksimum tidak terjadi saat kapasitas huller dan kapasitas polisher mempunyai nilai maksimum. Dari Tabel 6 di atas juga dapat dilihat, rendemen giling rata-rata yang dihasilkan pada unit penggilingan tersebut adalah 59.44%, dimana nilai rendemen maksimum adalah 67.04% dan nilai rendemen minimum adalah 52.29%. Nilai rendemen maksimum tersebut sangat jarang terjadi. Nilai rendemen tersebut terdiri dari beras kepala, beras patah, dan menir. Jika menir tidak dimasukkan dalam perhitungan rendemen, maka nilai rendemen giling yang dihasilkan akan lebih rendah lagi. Rendahnya rendemen giling tersebut dipengaruhi oleh keadaan mesin-mesin yang tidak dapat lagi bekerja secara maksimal, varietas padi yang digiling, dan berpengaruhnya kondisi gabah yang akan digiling (kadar air, kemurnian gabah, dan sebagainya). Susut (losses) penggilingan terjadi pada huller dan polisher. Pada huller, banyak gabah yang belum terkupas kulitnya ikut terbuang bersama sekam dan gabah muda yang disebabkan kerja blower dan rubber roll husker yang tidak maksimal. Pada polisher, sistem one pass yang diterapkan menyebabkan beras pecah kulit yang disosoh dipaksa untuk mejadi beras putih (beras slyp), sehingga beras yang dihasilkan banyak mengandung beras patah dan menir. Dari Tabel 6, mesin huller mampu menggiling gabah dengan kapasitas giling rata-rata gabah sebesar 195.95 kg gabah/jam dan kapasitas giling rata-rata polisher sebesar 201.52 kg beras/jam, sehingga menurut sistem penggilingan padi, penggilingan ini tergolong dalam penggilingan padi kecil
30
(PPK) sederhana karena mempunyai kapasitas giling lebih kecil dari 2 (dua) ton per jam, selain itu disebut tipe sederhana karena hanya melalui proses pecah kulit, proses pemisahan gabah dengan beras pecah kulit secara sederhana, dan proses pemutihan beras pecah kulit.
C. Performansi Ekonomi Mesin Penggilingan Padi Berdasarkan data teknis dari pengamatan harian yang dilakukan dan survey di Kecamatan Ciampea, maka analisis ekonomi dari sistem penggilingan padi dapat di bahas sebagai berikut :
1. Biaya Penggilingan Suatu usaha bertujuan untuk memperoleh suatu keuntungan. Keuntungan diperoleh dari selisih pendapatan dan biaya yang dikeluarkan. Agar dapat memperoleh biaya produksi, maka dilakukan suatu analisis biaya dari proses produksi, sehingga didapat biaya pokok, yaitu biaya produksi persatuan output produksi. Biaya pokok diperoleh dengan menjumlahkan biaya tetap dengan biaya tidak tetap. Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa biaya tetap adalah jenis-jenis biaya yang selama satu periode akan tetap jumlahnya. Biaya tetap sering juga disebut biaya kepemilikan (owning cost) yaitu biaya yang selama satu periode kerja, jumlah biayanya tetap dan tidak tergantung dari produk yang dihasilkan. Unsur biaya tetap di penggilingan padi ini yaitu penyusutan, bunga modal, dan pajak. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar dan kecilnya tergantung dari produk yang dihasilkan untuk pemakaian alat atau mesin produksi. Untuk mesin penggilingan padi, biaya tidak tetap diantaranya biaya perbaikan dan penggantian suku cadang untuk huller, polisher dan motor penggerak, biaya bahan bakar (solar), biaya perbaikan dan perawatan motor penggerak, biaya pelumas, upah montir, upah tenaga kerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Mesin penggilingan (huller, polisher, dan 1 motor penggerak) di beli seharga Rp 14,700,000,-. Unit penggilingan terdiri dari 1 unit huller, 1 unit polisher, dan 1 motor penggerak yaitu motor diesel KUBOTA 22 PK untuk menggerakkan huller (merk RM tipe LM24-2C(H)) dan polisher (merk ICHI tipe N-70). Motor penggerak menggunakan bahan bakar solar yang pada saat penelitian harga solar Rp 4500,-/liter. Untuk menjaga mesin agar tidak slip, maka diperlukan pelumas. Total pemakaian pelumas per bulan untuk huller, polisher, dan motor penggerak sekitar 8.5 liter/bulan, harga pelumas yang dipakai Rp 20,000,-/liter. Rubber roll pada huller perlu diganti untuk menjaga hasil, efektivitas dalam proses pemecahan kulit, sistem penggantian rol yaitu pada saat rol utama aus sehingga posisi rol utama ditukar dengan rol pembantu, dan pada saat sudah aus semua, maka rubber roll diganti dengan yang baru. Rubber rol diganti satu kali per 35 ton gabah yang digiling, dengan harga satu set rubber roll sebesar Rp 180,000,-/set. Sedangkan pada polisher, komponen yang secara periodik perlu diganti yaitu ayakan polisher karena sangat berpengaruh untuk kualitas ayakan. Polisher diganti satu kali per 30 ton gabah yang digiling, dengan harga ayakan polisher yaitu Rp 80,000,/set. Penggantian untuk suku cadang yang lain, misal as besi dan puli penggerak diperkirakan diganti setiap 35 ton gabah yang digiling, dimana sekali penggantian membutuhkan biaya Rp 250,000,-. Untuk perbaikan dan perawatan motor penggerak dilakukan setiap dua kali dalam setahun dengan perkiraan biaya Rp 250,000,-/perbaikan, dan membutuhkan montir untuk memperbaiki bagian mesin yang sulit dan rumit untuk diperbaiki sendiri, maka dalam setahun membutuhkan dua kali perbaikan oleh montir dengan upah montir Rp 50,000,-/perbaikan. Dalam
31
melaksanakan penggilingan pada hari kerja, dalam mempertimbangkan aspek efektivitas dan dapat mempercepat dalam operasional penggilingan, maka pemilik usaha penggilingan padi ini menggunakan dua operator, dengan upah harian Rp 25,000,-/orang/hari kerja atau Rp 650,000,/orang/26 hari kerja untuk 1 (satu) bulan. Sebenarnya jika mengunakan standar upah minimum regional (UMR) masih kurang layak, karena upah minimum kabupaten bogor pada tahun 2010 sebesar Rp 987.000,- untuk tahun 2011 UMR meningkat menjadi Rp 1.056.914,-, sehingga perlu dilakukan kenaikan upah bagi operator penggilingan yang sesuai dengan kondisi yang ada. Perkiraan jumlah gabah yang digiling, diperkirakan berdasarkan jumlah panen dan petani yang menggiling padinya ke penggilingan ini selama satu tahun. Dari data teknis rata-rata menggiling padi per hari 356.75 kg/hari kerja, dengan rata-rata hari kerja 26 hari, penggilihan hanya beroperasi selama 5 (lima) bulan atau 130 hari kerja selama 1 (satu) tahun yaitu pada waktu musim panen padi dan menjelang hari raya lebaran, maka dalam 1 (satu) tahun penggilingan mampu menggiling sebanyak 46,378 kg GKG/tahun atau 46.38 ton GKG/tahun atau dengan rata-rata giling sebesar 9.27 ton GKG/bulan. a. Biaya pokok penggilingan Biaya pokok penggilingan (Rp/kg gabah) dapat dianalisis dari komponen biaya tetap (Rp/tahun) dan biaya tidak tetap (Rp/jam), kapasitas perontokan (kg/jam) dan jam kerja ratarata per tahun (jam/tahun). Dari hasil perhitungan diperoleh biaya pokok untuk setiap kilogram GKG yang digiling adalah sebesar Rp 189,-/kg GKG atau Rp 318,-/kg beras yang dihasilkan. Untuk biaya pokok penggilingan Rp 318,-/kg beras dicari dengan menggunakan patokan rendemen giling rata-rata sebesar 59.44% atau 100 kg GKG menghasilkan 59.44 kg beras. Dalam penentuan biaya pokok sebaiknya disesuaikan dengan rendemen giling yang ada supaya petani yang mempunyai rendemen giling yang rendah tidak dirugikan dalam hal pemberian upah jasa giling. (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4). Semakin tinggi jumlah giling, maka semakin rendah biaya pokok penggilingan padi. Untuk mendapatkan keuntungan maksimal, biaya pokok harus diusahakan serendah mungkin (Pramudya dan Dewi, 1992). Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengusahakan volume giling untuk mesin penggilingan padi semaksimal mungkin dalam setahun, sehingga mesin tersebut mencapai jam kerja yang tinggi. b. Upah jasa giling Upah jasa giling yang diterapkan di penggilingan ini dibayar dengan menggunakan perbandingan 10 : 1. Maksudnya adalah untuk 10 kilogram beras yang dihasilkan, maka upah jasa giling adalah 1 kilogram beras. Jika diuangkan dengan harga beras Rp 6000,-/kg, maka diperoleh harga giling per kilogram beras yaitu Rp 600,-/kg beras. Jika harga giling dikonversi ke satuan gabah dengan rendemen giling rata-rata adalah 59.44% maka 10 kg beras dihasilkan dari 16.82 kg gabah. Jika diuangkan dengan harga minimum gabah kering giling (GKG) Rp 2800,-/kg GKG maka upah jasa giling adalah Rp 357,-/ kg GKG (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 3). Ditinjau dari biaya pokok yang diperoleh, maka usaha penggilingan ini telah dijalankan dengan tepat, karena upah penggilingan yang dikenakan pada setiap gabah yang digiling lebih tinggi dari pada biaya pokok.
32
2. Analisis Titik Impas (Break Event Point) Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui hari kerja dan jumlah giling minimum setiap tahun agar usaha penggilingan padi ini tidak mengalami kerugian. Komponen-komponen analisis titik impas dalam usaha penggilingan padi ini adalah biaya tetap (Rp/tahun), biaya tidak tetap (Rp/jam) dan upah penggilingan. Setelah dilakukan perhitungan (Lampiran 4), dengan jumlah giling tahunan 46.38 ton GKG/tahun, maka diperoleh volume giling pada titik impas untuk usaha penggilingan padi, yaitu sebesar 38,504.75 kg GKG/tahun atau 38.50 ton GKG/tahun atau dengan jam kerja 195.60 jam/tahun pada titik impas. Jika dilihat dari jumlah giling dari penggilingan ini yaitu sebesar 46.38 ton GKG/tahun, maka usaha penggilingan padi ini layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan karena volume giling per tahun pada usaha penggilingan padi ini lebih besar dari volume giling yang ada pada titik impas. Jadi dapat dikatakan, usaha penggilingan padi tersebut harus menggiling padi dengan volume giling minimal pada titik impas yaitu 38.50 ton GKG/tahun agar usaha penggilingan tidak mengalami kerugian.
3. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penggilingan Padi Perhitungan analisis finansial dilakukan dengan tiga macam analisis, yaitu : 1. Net Present Value (NPV) 2. Internal Rate of Return (IRR) 3. B/C Ratio Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan menggunakan hasil perhitungan pada analisis biaya, upah untuk penggilingan, jam kerja per tahun dan jumlah gabah yang digiling per tahun pada tingkat bunga sebesar 15%/tahun. Setelah dilakukan perhitungan (lampiran 19), maka diperoleh nilai NPV sebesar Rp14,447,356,-, nilai IRR sebesar 27.03 % dan B/C ratio 1.68. Jadi dapat diketahui bahwa usaha penggilingan padi ini dari segi finansial layak dengan jumlah giling 46.38 ton GKG/tahun. Hal ini disebabkan karena nilai NPV, IRR, dan B/C ratio memenuhi syarat kelayakan, yaitu nilai NPV lebih besar dari 0 (nol), nilai IRR lebih besar dari discount rate yang berlaku (15%), dan B/C ratio yang lebih besar dari 1 (satu).
4. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas pada usaha penggilingan padi dilakukan untuk mempelajari kemungkinan bila terjadi perubahan pada salah satu atau lebih komponen biaya. Sebelum dilakukan analisis sensitivitas, perlu ditentukan terlebih dahulu variabel kritis yang diperkirakan dapat dengan cepat berubah karena pengaruh dari keadaan sosial, politik, dan ekonomi saat itu dan dapat mengakibatkan perubahan biaya serta timbulnya resiko pada usaha. Untuk penelitian ini, variabel kritis yang dipilih untuk dimasukkan dalam perhitungan analisis sensitivitas adalah harga solar, upah tenaga kerja, dan jumlah giling tahunan. Dari situasi yang terjadi selama ini, harga bahan bakar minyak (BBM) selalu saja mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan berkurangnya cadangan minyak di dunia karena minyak merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, dan keberadaannya semakin hari semakin berkurang, sehingga mempengaruhi harga minyak di pasaran internasional. Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor minyak, sehingga perubahan harga minyak dunia juga
33
sengat mempengaruhi sektor perekonomian. Kenaikan harga BBM di pasaran juga menyebabkan naiknya harga-harga kebutuhan sehari-hari, termasuk upah tenaga kerja. Perubahan harga kedua komponen tersebut dapat berpengaruh terhadap biaya operasional penggilingan. Karena itu dilakukan analisis sensitivitas untuk memperkirakan perubahan biaya dan resiko apa saja yang terjadi. Selain harga bahan bakar dan kenaikan upah tenaga kerja, jumlah giling tahunan juga dapat mempengaruhi kelayakan suatu usaha penggilingan. Jumlah giling tahunan yang tinggi akan memperkecil biaya pokok, sehingga keuntungan yang diperoleh akan lebih besar, dan begitu juga sebaliknya. Tabel 7. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan upah tenaga kerja dengan NPV Kenaikan Harga Solar Kenaikan Upah NPV (%) (%) (Rp) 10 10 8,909,603 10 20 4,471,847 10 30 373,829 10 40 -3,894,058 Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa apabila terjadi kenaikan harga solar sebesar 10% (dari harga normal solar yang berlaku Rp 4,500,-) dan diikuti dengan kenaikan upah hingga 40% (dari upah normal yang berlaku Rp 25,000,-/orang/hari kerja), maka akan mempengaruhi usaha penggilingan tersebut. Pada saat kenaikan harga solar 10% dan diikuti dengan kenaikan upah dari 10%, 20%, dan 30%, maka NPV yang dihasilkan masih positif dan bila kenaikan upah mencapai 40%, maka usaha penggilingan padi ini menjadi tidak layak karena NPV bernilai negatif. Tabel 8. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan upah tenaga kerja dengan IRR Kenaikan Harga Solar (%)
Kenaikan Upah (%)
IRR (%)
10 10 10 10
10 20 30 40
22.67 19.01 15.41 11.88
Pada Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa kenaikan harga solar 10% dapat mempengaruhi nilai IRR. Pada saat kenaikan upah dari 10% hingga 30% maka didapat nilai IRR yang menunjukkan usaha layak untuk dijalankan karena nilai IRR tidak kurang dari suku bunga yang berlaku, yaitu 15%. Sedangkan pada saat kenaikan harga solar 10% dengan kenaikan upah 40%, maka didapatkan IRR sebesar 11.88% yang kurang dari tingkat suku bunga yang berlaku (15%), dengan demikian usaha penggilingan padi menjadi tidak layak.
34
Tabel 9. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan upah tenaga kerja dengan B/C Ratio Kenaikan Harga Solar Kenaikan Upah B/C (%) (%) Ratio 10 10 1.42 10 20 1.21 10 30 1.02 10 40 0.82 Pada Tabel 9 dapat diketahui pada saat kenaikan harga solar sebesar 10% dengan kenaikan upah 10%, 20%, dan 30% dapat diketahui usaha penggilingan padi masih layak untuk dijalankan. Sedangkan pada saat kenaikan upah mencapai 40% didapat B/C Ratio yang nilainya kurang dari 1 (satu), sehingga pada saat kenaikan upah mencapai 40% usaha penggilingan padi menjadi tidak layak. Tabel 10.
Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan upah tenaga kerja denganNPV, IRR, dan B/C Ratio. Kenaikan Harga Solar Kenaikan Upah NPV IRR B/C (%) (%) (Rp) (%) Ratio 10 10 8,909,603 22.67 1.42 10 20 4,471,847 19.01 1.21 10 30 373,829 15.41 1.02 10 40 -3,894,058 11.88 0.82
Tabel 10 di atas merupakan gabungan dari hasil analisis sensitivitas yang dilakukan terhadap kenaikan bahan bakar solar sebesar 10% dari harga yang berlaku (harga solar yang dipakai Rp 4,500/liter) dengan kenaikan upah giling 10%, 20%, 30%, dan 40%, dari upah normal (upah Rp 25,000/orang/hari) dan dihasilkan nilai NPV, IRR, dan B/C Ratio seperti pada Tabel 10, hasil perhitungannya dapat juga dilihat pada Lampiran 20-23. Tabel 11. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan upah tenaga kerja dengan NPV KenaikanHarga Solar Kenaikan Upah NPV (%) (%) (Rp) 20 10 7,639,735 20 20 3,371,849 20 30 -896,038 20 40 -5,163,925 Selanjutnya kita lakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga solar 20% (dari harga normal solar yang berlaku Rp 4,500,-) dengan kenaikan upah 10%, 20%, 30%, 40% (dari upah normal yang berlaku Rp 25,000,-/orang/hari kerja). Dari Tabel 11 di atas, dapat kita lihat bahwa jika terjadi kenaikan harga solar 20% dari harga normal, dengan diikuti kenaikan upah 10% dan 20%, maka NPV masih positif atau usaha penggilingan padi masih layak untuk dijalankan, tetapi pada saat kenaikan upah 30% dan 40% didapatkan NPV negatif sehingga usaha penggilingan padi menjadi tidak layak untuk dijalankan.
35
Tabel 12. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan upah tenaga kerja dengan IRR Kenaikan Harga Solar Kenaikan Upah IRR (%) (%) (%) 20 10 21.60 20 20 18.17 20 30 14.32 20 40 10.45 Pada Tabel 12, dapat dilihat nilai IRR pada saat kenaikan harga solar 20% dengan diikuti kenaikan upah 10% dan 20%, nilai IRR masih diatas nilai suku bunga yang berlaku (15%), sehingga usaha penggilingan padi masih layak untuk dijalankan. Pada saat kenaikan upah mencapai 30% dan 40% yang mengakibatkan nilai IRR di bawah nilai suku bunga, maka usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan. Tabel 13. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan upah tenaga kerja dengan B/C Ratio Kenaikan Harga Solar Kenaikan Upah B/C Ratio (%) (%) 20 10 1.36 20 20 1.16 20 30 0.96 20 40 0.76 Dari tabel di atas dengan kenaikan harga solar 20%, usaha penggilingan padi masih layak jika mengalami kenaikan upah dari 10% dan 20%, karena nilai B/C Ratio > 1, sedangkan usaha penggilingan padi menjadi tidak layak jika mengalami kenaikan upah sebesar 30% dan 40%. Tabel 14. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan upah tenaga kerja dengan NPV, IRR, dan B/C Ratio Kenaikan Harga Solar Kenaikan Upah NPV IRR B/C Ratio (%) (%) (Rp) (%) 20 10 7,639,735 21.60 1.36 20 20 3,371,849 18.17 1.16 20 30 -896,038 14.32 0.96 20 40 -5,163,925 10.45 0.76 Tabel 14 di atas merupakan gabungan dari Tabel 11,12, dan 13. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar solar sebesar 20% dengan harga yang berlaku Rp 4,500/liter, dengan kenaikan upah giling 10%, 20%, 30%, dan 40% dari upah normal Rp 25,000/orang/hari. Hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan 20% harga bahan bakar solar dapat dilihat pada Lampiran 24-27.
36
Tabel 15. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan upah tenaga kerja dengan NPV Kenaikan Kenaikan Harga Solar NPV Upah (%) (Rp) (%) 30 10 6,369,868 30 20 2,134,720 30 30 -2,165,905 30 40 -6,433,792 Pada Tabel 15 di atas perubahan variabel kritis yaitu kenaikan harga solar dan kenaikan upah bisa dilihat bahwa dengan kenaikan solar 30% (dari harga normal solar yang berlaku Rp 4,500,-) dan diikuti dengan kenaikan upah 30% dan 40% (dari upah normal yang berlaku Rp 25,000,-/orang/hari kerja) dapat mempengaruhi kelayakan pada usaha penggilingan padi ini. Pada saat kenaikan upah 10% dan 20%, usaha penggilingan padi masih layak untuk dijalankan karena NPV masih positif, sedangkan pada saat mengalami kenaikan upah sebesar 30% dan 40% usaha penggilingan padi menjadi tidak layak untuk dijalankan karena NPV negatif. Tabel 16. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan upah tenaga kerja dengan IRR Kenaikan Harga Solar Kenaikan Upah IRR (%) (%) (%) 30 10 20.43 30 20 17.13 30 30 13.22 30 40 9.39 Pada Tabel 16, dengan kenaikan harga solar 30% mengakibatkan pada saat kenaikan upah 10% dan 20% menghasilkan nilai IRR yang lebih besar dari pada suku bunga yang ditetapkan (15%) sehingga usaha penggilingan padi layak untuk dijalankan. Hal ini berbeda pada saat kenaikan upah mencapai 30% dan 40% yang menyebabkan nilai IRR yang lebih kecil dari tingkat suku bunga yang ditetapkan (15%) yang mengakibatkan usaha penggilingan padi menjadi tidak layak untuk dijalankan. Tabel 17. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan upah tenaga kerja dengan B/C Ratio Kenaikan Harga Solar Kenaikan Upah B/C Ratio (%) (%) 30 10 1.30 30 20 1.10 30 30 0.90 30 40 0.70 Pada tabel 17, menunjukkan nilai B/C Ratio yang dihasilkan. Dengan kenaikan harga solar 30% dengan kenaikan upah 10% dan 20% akan menyebabkan usaha penggilingan padi
37
menjadi layak untuk dijalankan karena B/C Ratio > 1, sedangkan kenaikan upah 30% dan 40% menyebabkan usaha penggilingan padi tidak layak untuk dijalankan karena B/C Ratio < 1. Tabel 18. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan upah tenaga kerja dengan NPV, IRR, dan B/C Ratio Kenaikan Harga Kenaikan Upah NPV IRR B/C Solar (%) (Rp) (%) Ratio (%) 30 10 6,369,868 20.43 1.30 30 20 2,134,720 17.13 1.10 30 30 -2,165,905 13.22 0.90 30 40 -6,433,792 9.39 0.70 Tabel 18 merupakan gabungan dari Tabel 15, 16, dan 17. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 28-31. Jadi, kenaikan harga solar dengan diikuti kenaikan upah tenaga kerja dapat menaikkan biaya operasional usaha penggilingan padi, sehingga keuntungan yang didapat juga berkurang. Kenaikan harga yang tinggi juga dapat menyebabkan usaha penggilingan padi tersebut menjadi tidak layak.
10
NPV (Juta Rp)
5 Kenaikan Harga Solar 10% 0 10
20
30
Kenaikan Harga Solar 20% Kenaikan Harga Solar 30%
-5
-10
40
Kenaikan Upah (%)
Gambar 9. Grafik perbandingan antara kenaikan harga solar dan upah dengan NPV
38
25
IRR (%)
20 15
Kenaikan Harga Solar 10%
10
Kenaikan Harga Solar 20%
5
Kenaikan Harga Solar 30%
0 10
20
30
40
Kenaikan Upah (%)
B/C Ratio
Gambar 10. Grafik perbandingan antara kenaikan harga solar dan upah dengan IRR
3.0 2.8 2.6 2.4 2.2 2.0 1.8 1.6 1.4 1.2 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0
Kenaikan Harga Solar 10% Kenaikan Harga Solar 20% Kenaikan Harga Solar 30%
10
20
30
40
Kenaikan Upah (%)
Gambar 11. Grafik perbandingan antara kenaikan harga solar dan upah dengan B/C Ratio Dari grafik pada Gambar 9, 10, dan 11 terlihat grafik linier untuk berbagai perubahan variabel kritis yaitu kenaikan harga solar 10%, 20%, dan 30% dengan diikuti nilai masing-masing untuk NPV, IRR, dan B/C Ratio. Dari ketiga grafik dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai variabel kritis yang berubah yaitu bahan bakar solar dan upah tenaga kerja, akan mengakibatkan semakin kecil nilai NPV, IRR, dan B/C Ratio yang didapatkan. Selain analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar dan upah juga dilakukan analisis sensitivitas untuk perubahan jumlah giling tahunan. Penurunan jumlah giling tahunan mungkin dapat disebabkan karena gagal panen, warga lebih memilih bertanam palawija, tumbuhnya usaha penggilingan lain, dan terjadinya konversi lahan pertanian menjadi pemukiman penduduk. Untuk analisis sensitivitas, dilakukan untuk penurunan jumlah giling tahunan sebesar 10% dan 20%.
39
Tabel 19. Analisis sensitivitas terhadap penurunan jumlah giling tahunan dengan NPV Penurunan Jumlah Giling Tahunan (%) 0 10 20
NPV (Rp) 14,447,356 3,576,215 -7,294,927
Tabel 19 di atas menunjukkan bahwa penurunan jumlah giling tahunan mempengaruhi nilai NPV yang dihasilkan. Dengan penurunan jumlah giling tahunan 10% (dari jumlah giling tahunan sebesar 46,378 kg GKG/tahun atau 46.38 (ton GKG/tahun) usaha penggilingan padi masih layak untuk dijalankan karena NPV positif, sedangkan jika penurunan jumlah giling tahunan menjadi 20% terlihat bahwa NPV negatif, sehingga pada saat penurunan jumlah giling tahunan sebesar 20% akan menyebabkan usaha penggilingan padi menjadi tidak layak untuk dijalankan. Tabel 20. Analisis sensitivitas terhadap penurunan jumlah giling tahunan dengan IRR Penurunan Jumlah Giling Tahunan (%) 0 10 20
IRR (%) 27.03 18.33 9.94
Pada Tabel 20, menunjukkan bahwa pada saat penurunan jumlah giling tahunan usaha penggilingan padi sebesar 10% (dari jumlah giling tahunan sebesar 46,378 kg GKG/tahun atau 46.38 ton GKG/tahun) menujukkan usaha penggilihan padi masih layak untuk dijalankan karena nilai IRR masih lebih besar dari nilai suku bunga yang ditetapkan yaitu (15%), sedangkan pada saat penurunan jumlah giling tahunan mencapai 20% mengakibatkan usaha penggilingan padi menjadi tidak layak untuk dijalankan karena nilai IRR lebih kecil dari nilai suku bunga yang ditetapkan. Tabel 21. Analisis sensitivitas terhadap penurunan jumlah giling tahunan dengan B/C Ratio Penurunan Jumlah Giling Tahunan (%) 0 10 20
B/C Ratio 1.68 1.17 0.66
Untuk Tabel 21 menjelaskan pada saat penurunan jumlah giling tahunan 0% dan 10% usaha penggilingan padi masih layak untuk dijalankan karena nilai B/C Ratio > 1. Sedangkan pada saat penurunan jumlah giling tahunan 20% membuat usaha penggilingan padi menjadi tidak layak karena tidak memenuhi syarat kelayakan.
40
Tabel 22. Analisis sensitivitas terhadap penurunan jumlah giling tahunan dengan NPV, IRR, dan B/C Ratio Penurunan Jumlah Giling Tahunan (%) 0 10 20
NPV (Rp)
IRR (%)
B/C Ratio
14,447,356 3,576,215 -7,294,927
27.03 18.33 9.94
1.68 1.17 0.66
Pada Tabel 22 merupakan gabungan dari Tabel 19, 20, dan 21. Dapat kita lihat bahwa penurunan jumlah giling tahunan akan mempengaruhi kelayakan dari usaha penggilingan padi. Pada saat penurunan jumlah giling mencapai 10 % usaha penggilingan padi masih layak karena NPV > 0, IRR > discount rate (15%), B/C Ratio > 1, tetapi pada saat penurunan jumlah giling tahunan mencapai 20%, maka usaha penggilingan padi menjadi tidak layak. Hal ini dapat dilihat dari NPV, IRR, dan B/C ratio yang tidak memenuhi syarat kelayakan. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 32-33.
20
NPV (Juta Rp)
15
14
10 5
4
0 0
10
20
-5 -7 -10
Penurunan Jumlah Giling Tahunan (%)
Gambar 12. Grafik hubungan antara penurunan jumlah giling tahunan dengan NPV
30 27.03
IRR (%)
25 20
18.33
15 10
9.94
5 0 0
10
20
Penurunan Jumlah Giling Tahunan (%)
Gambar 13. Grafik hubungan antara penurunan jumlah giling tahunan dengan IRR
41
4.0 3.5
B/C Ratio
3.0 2.5 2.0 1.68
1.5
1.17
1.0
0.66
0.5 0.0 0
10
20
Penurunan Jumlah Giling Tahunan (%)
Gambar 14. Grafik hubungan antara penurunan jumlah giling tahunan dengan B/C Ratio Grafik pada Gambar 12, 13, dan 14 terlihat grafik linier untuk perubahan variabel kritis yaitu penurunan jumlah giling tahunan 0%, 10%, dan 20% dengan diikuti nilai masing-masing untuk NPV, IRR, dan B/C Ratio. Dari ketiga grafik dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai variabel kritis yang berubah yaitu penurunan jumlah giling tahunan akan mengakibatkan semakin kecil nilai NPV, IRR, dan B/C Ratio yang didapatkan. Dengan jumlah giling tahunan yang tinggi memiliki tingkat sensitivitas yang rendah terhadap perubahan-perubahan faktor kristis. Hal tersebut dikarenakan dengan jumlah giling yang tinggi, biaya pokok akan rendah dan pemasukan yang diperoleh tinggi, sehingga dapat menutupi biaya operasional yang tinggi.
42
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. 2.
3.
4.
Sistem penggilingan padi di Desa Cihideung Ilir tergolong sistem Penggilingan Padi Kecil (PPK) sederhana. Dari hasil pengamatan dan perhitungan, diperoleh rendemen padi rata-rata sebesar 59.44%, kapasitas giling gabah rata-rata 196.85 kg GKG/jam, kapasitas sosoh rata-rata 201.52 kg beras/jam, dengan pemakaian bahan bakar solar sebesar 1.16 l/jam. Dari hasil analisis kelayakan finansial yang telah dilakukan, penggilingan padi milik Bapak H. Sulaiman ini layak untuk dijalankan, Karena diperoleh hasil NPV = Rp14,447,356,-, IRR = 27.03 % dan B/C ratio = 1.68. Usaha tersebut layak karena memenuhi syarat NPV > 0, IRR > nilai discount rate (15%), dan B/C Ratio > 1. Selain itu jumlah giling tahunan yang tinggi juga mempengaruhi kelayakan dari suatu usaha penggilingan padi. Dari hasil analisis sensitivitas diketahui bahwa kenaikan harga bahan bakar solar sebesar 10% dari harga normal dan diikuti dengan kenaikan upah hingga 40%, maka membuat usaha penggilingan padi menjadi tidak layak. Kenaikan harga bahan bakar solar sebesar 20% dan 30% dari harga normal dengan diikuti kenaikan upah hingga 30%, maka membuat usaha penggilingan padi menjadi tidak layak. Analisis sensitivitas untuk penurunan jumlah giling tahunan hingga 20% akan menyebabkan usaha penggilingan padi ini menjadi tidak layak untuk dijalankan.
B. Saran 1.
2. 3.
Dengan adanya kondisi ekonomi yang berubah-ubah, misalnya perubahan harga bahan bakar yang menyebabkan biaya operasional naik dan tidak menguntungkan lagi, maka perlu adanya kenaikan upah jasa giling, sesuai dengan kondisi yang ada saat ini. Namun juga harus sesuai dengan keadaan/ kondisi petani sekitar, agar petani tidak dirugikan. Seharusnya upah tenaga kerja sesuai dengan upah minimum regional (UMR) Kabupaten Bogor. Penentuan upah jasa giling dengan perbandingan 10:1 merugikan petani yang mempunyai rendemen giling yang rendah, tetapi menguntungkan petani yang mempunyai rendemen giling yang tinggi. Seharusnya penentuan upah jasa giling disesuaikan dengan rendemen yang dihasilkan setiap proses penggilingan.
43
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2007. Survei Pertanian : Produksi Padi dan Palawija di Indonesia. BPS. Jakarta. De Datta. S. 1981. Principles and Practices of Rice Production. Departement of Agronomy. The International Rice Research Intitute, Los Banos, Philippina. Dinas Pertanian dan Kehutanan. 2006. Potensi dan Peluang Pengembangan Pertanian dan Kehutanan. Dinas Pertanian dan Kehutanan, Pemerintah Kabupaten Bogor. Bogor. Esmay, M.L., Soemangat, E. dan Philips, A.L. 1979. Rice Post Production Technology in Tropic. The University Press of Hawaii, Honolulu, Hawaii. Gittinger, J. P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. UI Press. Jakarta. Hunt, D. 1978. Farm Power and Machinery Management. IOWA State University Press. IOWA. Kadariah, L. Karlina dan C. Gray. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penelitian. FE-UI. Jakarta Luh, B.S. 1980. Rice : Production and Utilization. AVI Publishing Company, Inc., Westport, Connecticut. Nurdiansyah, Nirwan. 2008. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Padi Bebas Pestisida Kimia (Studi Kasus di Lumbung Tani Sehat Ciburuy, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Program Sarjana Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor. Patiwiri, A. Waries. 2003. Peningkatan Kualitas Beras Pengadaan Dalam Negeri Melalui Kemitraan dengan Koperasi dan Pengusaha Padi. Direktorat Pengadaan Dalam Negeri, BULOG. Jakarta. Patiwiri, A.W. 2006. Teknologi Penggilingan Padi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Pramudya, B. dan N. Dewi. 1992. Ekonomi Teknik. JICA DGHE-IPB. Bogor. Priatna, Nana. 2010. Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian (RKTP) Wilayah Cihideung Ilir. Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP4K). Bogor. Taslim, H. dan A. M. Fagi. 1988. Ragam Budidaya Padi. Dalam : Ismunadji, M.S. Partohardjono, M. Syam, A. Widjono. Padi-Buku I. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Hal 215-230. Thuesen, G. J. dan W. J. Fabrycky. 2001. Ekonomi Teknik. Edisi ke-9. Tanya, C., penerjemah; Sarwiji, B., editor. Prenhallindo. Jakarta. Terjemahan dari : Engineering Economy. Ed ke-9. Yoan, Ambi. 2008. Analisis Biaya dan Kelayakan Usaha Penggilingan Padi di Kelompok Tani Suka Tani, Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Skripsi. Program Sarjana Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor. Zulfaldi. 1995. Analisa Biaya dan Kelayakan Usaha Jasa Perontokan Padi di Kabupaten Daerah Tingkat II Padang Pariaman, Sumatera Barat. Skripsi. Program Sarjana Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.
44
LAMPIRAN
45
Lampiran 1. Data giling harian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Tanggal Giling 1 Juli 2010 2 Juli 2010 3 Juli 2010 5 Juli 2010 6 Juli 2010 7 Juli 2010 8 Juli 2010 9 Juli 2010 10 Juli 2010 11 Juli 2010 12 Juli 2010 13 Juli 2010 14 Juli 2010 15 Juli 2010 16 Juli 2010 17 Juli 2010 18 Juli 2010 19 Juli 2010 20 Juli 2010 22 Juli 2010 24 Juli 2010 25 Juli 2010 26 Juli 2010 27 Juli 2010 29 Juli 2010 30 Juli 2010
Jumlah Gabah (kg)
Jumlah Beras (kg)
Rendemen (%)
354.5 383.2 172.8 483.2 410.5 368.2 181.8 235.0 389.6 382.8 258.4 169.0 1,381.0 576.8 505.7 427.0 208.6 398.8 560.2 89.0 227.2 469.0 805.0 288.1 233.0 458.5
215.0 230.5 105.2 287.1 255.0 240.0 114.4 141.0 228.0 241.5 155.8 107.5 815.0 340.2 339.0 264.0 123.2 235.0 320.0 52.5 136.4 275.0 475.0 173.2 139.1 280.0
60.65 60.15 60.88 59.42 62.12 65.18 62.93 60.00 58.52 63.09 60.29 63.61 59.02 58.98 67.04 61.83 59.06 58.93 57.12 58.99 60.04 58.64 59.01 60.12 59.70 61.07
Jam Kerja Huller (jam) 1.78 1.92 0.90 2.45 2.10 1.85 0.94 1.20 1.95 1.93 1.30 0.85 6.90 2.90 2.53 2.15 1.05 2.00 2.80 0.45 1.15 2.40 4.05 1.45 1.20 2.25
Jam Kerja Polisher (jam) 1.07 1.15 0.51 1.46 1.23 1.16 0.56 0.71 1.16 1.12 0.77 0.55 4.05 1.64 1.54 1.23 0.63 1.18 1.58 0.26 0.67 1.42 2.30 0.85 0.69 1.40
Jam Kerja Huller+Polisher (jam) 2.85 3.07 1.41 3.91 3.33 3.01 1.50 1.91 3.11 3.05 2.07 1.40 10.95 4.54 4.07 3.38 1.68 3.18 4.38 0.71 1.82 3.82 6.35 2.30 1.89 3.65
Pemakaian Bahan Bakar Huller+Polisher (liter) 3.21 3.50 1.60 4.80 3.80 3.40 1.73 2.14 3.58 3.40 2.34 1.56 13.20 5.50 4.70 4.20 2.00 4.01 5.06 0.80 2.10 4.26 7.80 2.74 2.35 4.62
Kapasitas Huller (kg gabah/jam)
Kapasitas Polisher (kg beras/jam)
199.16 199.58 192.00 197.22 195.48 199.03 193.40 195.83 199.79 198.34 198.77 198.82 200.14 198.90 199.88 198.60 198.67 199.40 200.07 197.78 197.57 195.42 198.77 198.69 194.17 203.78
200.93 200.43 206.27 196.64 207.32 206.90 204.29 198.59 196.55 215.63 202.34 195.45 201.23 207.44 220.13 214.63 195.56 199.15 202.53 201.92 203.58 193.66 206.52 203.76 201.59 200.00
Pemakaian Bahan Bakar Huller+Polisher/jam (liter/jam) 1.13 1.14 1.13 1.23 1.14 1.13 1.15 1.12 1.15 1.11 1.13 1.11 1.21 1.21 1.15 1.24 1.19 1.26 1.16 1.13 1.15 1.12 1.23 1.19 1.24 1.27
Keterangan: = maksimum = minimum
46
Lampiran 1. Data giling harian (Lanjutan)
No
Tanggal Giling
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
31 Juli 2010 1 Agustus 2010 2 Agustus 2010 3 Agustus 2010 4 Agustus 2010 5 Agustus 2010 7 Agustus 2010 8 Agustus 2010 9 Agustus 2010 12 Agustus 2010 13 Agustus 2010 14 Agustus 2010 15 Agustus 2010 16 Agustus 2010 17 Agustus 2010 19 Agustus 2010 20 Agustus 2010 21 Agustus 2010 22 Agustus 2010 23 Agustus 2010 24 Agustus 2010 25 Agustus 2010 27 Agustus 2010 28 Agustus 2010 29 Agustus 2010 30 Agustus 2010 31 Agustus 2010 01 September 2010
Jumlah Gabah (kg) 579.8 379.0 405.4 246.3 208.2 119.0 167.2 227.5 406.0 428.1 318.2 164.0 78.5 61.5 510.2 1,308.0 687.5 962.4 386.2 263.8 671.3 183.3 106.2 120.4 539.0 471.6 504.6 401.5
Jumlah Beras (kg) 336.1 220.3 212.0 145.0 125.8 72.5 95.0 140.0 240.5 260.0 179.0 101.5 50.0 39.0 317.8 748.0 410.0 540.0 245.0 160.5 395.0 108.2 67.0 75.0 325.1 296.0 303.0 217.0
Rendem en (%)
Jam Kerja Huller (jam)
Jam Kerja Polisher (jam)
Jam Kerja Huller+Polisher (jam)
Pemakaian Bahan Bakar Huller+Polisher (liter)
Kapasitas Huller (kg gabah/jam)
Kapasitas Polisher (kg beras/jam)
57.97 58.13 52.29 58.87 60.42 60.92 56.82 61.54 59.24 60.73 56.25 61.89 63.69 63.41 62.29 57.19 59.64 56.11 63.44 60.84 58.84 59.03 63.09 62.29 60.32 62.77 60.05 54.05
2.90 1.93 2.05 1.25 1.05 0.60 0.85 1.15 2.16 2.15 1.60 0.87 0.42 0.31 2.60 6.55 3.44 4.80 1.94 1.33 3.37 0.94 0.55 0.60 2.72 2.40 2.50 2.10
1.68 1.12 1.11 0.73 0.62 0.36 0.48 0.67 1.20 1.26 0.85 0.50 0.23 0.19 1.44 3.60 2.07 2.80 1.12 0.78 2.02 0.54 0.35 0.36 1.70 1.46 1.53 1.12
4.58 3.05 3.16 1.98 1.67 0.96 1.33 1.82 3.36 3.41 2.45 1.37 0.65 0.50 4.04 10.15 5.51 7.60 3.06 2.11 5.39 1.48 0.90 0.96 4.42 3.86 4.03 3.22
5.37 3.54 3.68 2.48 1.90 1.08 1.55 2.03 3.69 3.90 2.90 1.50 0.69 0.56 4.75 11.78 6.25 9.10 3.37 2.45 6.16 1.70 1.09 1.08 5.43 4.05 4.60 3.78
199.93 196.37 197.76 197.04 198.29 198.33 196.71 197.83 187.96 199.12 198.88 188.51 186.90 198.39 196.23 199.69 199.85 200.50 199.07 198.35 199.20 195.00 193.09 200.67 198.16 196.50 201.84 191.19
200.06 196.70 190.99 198.63 202.90 201.39 197.92 208.96 200.42 206.35 210.59 203.00 217.39 205.26 220.69 207.78 198.07 192.86 218.75 205.77 195.54 200.37 191.43 208.33 191.24 202.74 198.04 193.75
Pemakaian Bahan Bakar Huller +Polisher/jam (liter/jam) 1.17 1.16 1.16 1.25 1.14 1.13 1.17 1.12 1.10 1.14 1.18 1.09 1.06 1.12 1.18 1.16 1.13 1.20 1.10 1.16 1.14 1.15 1.21 1.13 1.23 1.05 1.14 1.17
Keterangan: = maksimum = minimum
47
Lampiran 1. Data giling harian (lanjutan)
No
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
Tanggal Giling 02 September 2010 03 September 2010 04 September 2010 05 September 2010 06 September 2010 07 September 2010 08 September 2010 09 September 2010 13 September 2010 14 September 2010 15 September 2010 16 September 2010 17 September 2010 18 September 2010 19 September 2010 20 September 2010 21 September 2010 22 September 2010 23 September 2010 25 September 2010 26 September 2010 27 September 2010 28 September 2010 29 September 2010 30 September 2010 Total Rata-rata (per hari kerja)
Jumlah Gabah (kg)
Jumlah Beras (kg)
423.0 279.4 386.0 442.0 87.0 157.8 441.4 344.0 246.5 325.0 81.6 415.0 121.8 862.0 108.0 253.0 290.4 154.8 90.5 399.0 42.0 194.0 443.2 69.5 204.4 28,182.9 356.75 (kg/hari kerja)
245.5 158.0 237.2 248.7 46.5 87.0 240.0 192.4 140.0 189.5 48.0 238.0 73.0 510.0 68.4 134.2 170.0 98.0 55.0 232.5 22.4 107.5 258.0 42.0 125.0 16,679.7 211.14 (kg/hari kerja)
Rendemen (%)
Jam Kerja Huller (jam)
Jam Kerja Polisher (jam)
Jam Kerja Huller+Polisher (jam)
58.04 56.55 61.45 56.27 53.45 55.13 54.37 55.93 56.80 58.31 58.82 57.35 59.93 59.16 63.33 53.04 58.54 63.31 60.77 58.27 53.33 55.41 58.21 60.43 61.15 4695.85 59.44 (%/hari kerja)
2.19 1.44 1.97 2.25 0.45 0.80 2.22 1.74 1.32 1.66 0.43 2.20 0.62 4.30 0.53 1.30 1.50 0.78 0.46 2.00 0.22 1.00 2.22 0.35 1.05 142.57 1.80 (jam/hari kerja)
1.24 0.82 1.12 1.22 0.24 0.45 1.24 1.01 0.70 0.87 0.25 1.24 0.35 2.60 0.32 0.70 0.88 0.50 0.28 1.20 0.11 0.56 1.32 0.20 0.62 82.82 1.05 (jam/hari kerja)
3.43 2.26 3.09 3.47 0.69 1.25 3.46 2.75 2.02 2.53 0.68 3.44 0.97 6.90 0.85 2.00 2.38 1.28 0.74 3.20 0.33 1.56 3.54 0.55 1.67 225.39 2.85 (jam/hari kerja)
Pemakaian Bahan Bakar Huller+Polisher (liter) 4.36 2.60 3.50 4.00 0.79 1.48 3.95 3.47 2.28 3.06 0.78 3.94 1.19 8.12 1.00 2.29 2.70 1.42 0.82 3.63 0.37 1.77 4.20 0.66 1.96 263.20 3.33 (liter/hari kerja)
Kapasitas Huller (kg gabah/jam)
Kapasitas Polisher (kg beras/jam)
193.15 194.03 195.94 196.44 193.33 197.25 198.83 197.70 186.74 195.78 189.77 188.64 196.45 200.47 203.77 194.62 193.60 198.46 196.74 199.50 191.78 194.00 200.09 198.57 194.67 15550.93 196.85 (kg gabah/jam) /hari kerja
197.98 192.68 211.79 203.85 193.75 193.33 193.55 190.50 200.00 217.82 192.00 191.94 208.57 196.15 213.75 191.71 193.18 196.00 196.43 193.75 203.64 191.96 195.45 210.00 201.61 15920.38 201.52 (kg beras/jam) /hari kerja
Pemakaian Bahan Bakar Huller +Polisher/jam (liter/jam) 1.27 1.15 1.13 1.15 1.14 1.18 1.14 1.26 1.13 1.21 1.15 1.15 1.23 1.18 1.18 1.15 1.13 1.11 1.11 1.13 1.12 1.13 1.19 1.20 1.17 91.68 1.16 (liter/jam) /hari kerja
Keterangan maksimum minimum rata-rata
48
Lampiran 2. Analisis biaya tetap Spesifikasi
Rp/tahun
Penyusutan Bangunan (6m x 5m) dan lantai jemur (10m x 7m) Harga Awal (Rp)
5,000,000
Harga Akhir (Rp)
500,000
Umur Ekonomis (tahun)
150,000
30
Mesin Penggilingan 1 (Huller, Polisher, 1 motor penggerak) Harga Awal (Rp)
14,700,000
Harga Akhir (Rp)
1,470,000
Umur Ekonomis (tahun)
882,000
15
Timbangan Duduk Harga Awal (Rp)
300,000
Harga Akhir (Rp)
30,000
Umur Ekonomis (tahun)
9000
30
Alat Pengangkut Karung Beras (1 unit) Harga Awal
200,000
Harga Akhir
20,000
Umur Ekonomis (tahun)
6000
30 Total
1,047,000
Bunga Modal (15%/tahun) Bangunan (6m x 5m) dan lantai jemur (10m x 7m) Mesin Penggilingan (Huller, Polisher, 1 motor penggerak)
387,500 1,176,000
Timbangan duduk
23,250
Alat Pengangkut Karung Beras (1 unit)
15,500
Total
1,602,250
(Pajak Bumi dan Bangunan) PBB
80,000
Total
80,000
Biaya Tetap (BT)
2,729,250
49
Lampiran 3. Perhitungan upah jasa giling Upah jasa giling yang diterapkan di penggilingan ini dibayar dengan menggunakan perbandingan 10 : 1. Maksudnya adalah untuk 10 kilogram beras yang dihasilkan, maka upah jasa giling adalah 1 kilogram beras. Rp 6000, −/kg beras = Rp 600, −/kg beras 10 Jika diuangkan dengan harga beras Rp 6000,-/kg, maka diperoleh upah jasa giling per kilogram beras yaitu Rp 600,-/kg beras.
Rendemen giling rata-rata 59.44% berarti untuk menggiling 100 kg GKG menghasilkan 59.44 kg beras 10 kg = 16.82 kg GKG 0.5944 Atau 10 kg beras dihasilkan dari 16.82 GKG
Upah jasa giling 10 kg beras ∗ Rp 600, −/kg beras = Rp 357, −/kg GKG 16.82 kg GKG maka upah jasa giling sebesar Rp 357,-/ kg GKG.
Penentuan upah jasa giling dengan perbandingan 10:1 ini merugikan petani yang mempunyai rendemen giling yang rendah, tetapi menguntungkan petani yang mempunyai rendemen giling yang tinggi. Seharusnya penentuan upah giling disesuaikan dengan rendemen yang dihasilkan.
50
Lampiran 4. Analisis biaya dan titik impas Spesifikasi
Perhitungan
Satuan
Nilai
Kapasitas huller (kH)
kg GKG/jam
196.85
Kapasitas polisher (kP)
kg beras/jam
201.52
Perkiraan jumlah giling per tahun (xt)
kg GKG/tahun
46,378
Hari kerja dalam 1 bulan
hari/bulan
26
hari/tahun
130
Hari kerja 1 tahun (hk1)
26*5
Perkiraan jumlah giling rata-rata per hari (xh)
kg GKG/hari
Jam kerja per hari huller (tH)
jam/hari
1.8
Jam kerja per hari polisher (tP)
jam/hari
1.05 2.85
Rata-rata jam kerja 1 motor penggerak (tPH)
(tP+tH)
jam/hari
Total jam kerja mesin per tahun (tt)
(tP+tH)*130
356.75
jam/tahun
370.5
Pemakaian solar huller+polisher per jam (bbHP)
liter/jam
1.16
Pemakaian pelumas untuk huller+polisher (pPH)
liter/bulan
Pemakaian pelumas huller+polisher per jam
8.5
pH*26*tPH
liter/jam
0.124
Bahan bakar motor untuk huller+polisher
Rp 4,500/l* bbHP
Rp/jam
5,220
Pelumas motor untuk huller+polisher
Rp 20000/l*0.124
Rp/jam
2,485
Upah tenaga kerja
Rp 25,000/orang/hari*2 orang
Rp/jam
17,544
Biaya Tidak Tetap
: (tP + tH) Penggantian rubber roll
Rp 180,000*(1/35000)*kH
Rp/jam
1,012
Penggantian ayakan polisher
Rp 80,000*(1/30000)*kH
Rp/jam
525
Penggantian suku cadang mesin
Rp 250,000*(1/35000)*kH
Rp/jam
1,406
Perawatan dan perbaikan motor
2x/tahun*Rp.250,000 : tt
Rp/jam
1,350
Upah montir perbaikan
2x/tahun*Rp.50,000 : tt
Rp/jam
270
Rp/jam
29,812
Biaya Tidak Tetap (BTT)
Biaya Total (B)
Biaya Pokok (BP)
Rp 29,812/jam*tt
Rp/tahun
(BT:tt)+BTT
Rp/jam
11,045,364
BT+BTT
Rp/tahun
B:kH
Rp/kg GKG
189
37,178 13,774,614
(100/59.44)*189
Rp/kg beras
318
Upah Penggilingan (S)
10:01
Rp/kg GKG
357
Pendapatan per tahun (I)
Rp 357/kg GKG* xt
Rp/tahun
16,556,768
Keuntungan
I-B
Rp/tahun
2,782,153
BT / ((kH)*S)- BTT)
jam/tahun
195.60*(kH)
kg GKG/tahun
Titik Impas
195.60 38,504.75
51
Lampiran 5. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 10% dan kenaikan upah 10% Spesifikasi
Perhitungan
Satuan
Nilai
Kapasitas huller (kH)
kg GKG/jam
196.85
Kapasitas polisher (kP)
kg beras/jam
201.52
Perkiraan jumlah giling per tahun (xt)
kg GKG/tahun
46,378
Hari kerja dalam 1 bulan
hari/bulan
Hari kerja 1 tahun (hk1)
26*5
hari/tahun
26 130
Perkiraan jumlah giling rata-rata per hari (xh)
kg GKG/hari
Jam kerja per hari huller (tH)
jam/hari
1.8
Jam kerja per hari polisher (tP)
jam/hari
1.05 2.85
Total jam kerja mesin (tPH)
tP+tH
jam/hari
Total jam kerja mesin per tahun (tt)
(tP+tH)*130
356.75
jam/tahun
370.5
Pemakaian solar huller+polisher per jam (bbHP)
liter/jam
1.16
Pemakaian pelumas untuk huller+polisher (pPH)
liter/bulan
Pemakaian pelumas huller+polisher per jam
8.5
pH*26*tPH
liter/jam
0.124
Rp 4,950/l* bbHP
Rp/jam
5,742
Rp 20,000/l*0.124
Rp/jam
2,485
Rp/jam
19,298
Biaya Tidak Tetap
Pelumas motor untuk huller+polisher
Rp.27,500/orang/hari*2 orang
Upah tenaga kerja
: (tP + tH) Penggantian rubber roll
Rp 180,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,012
Penggantian ayakan polisher
Rp 80,000*(1/30,000)*kH
Rp/jam
525
Penggantian Suku Cadang Mesin
Rp 250,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,406
Perawatan dan perbaikan motor
2x/tahun*Rp 250,000 : tt
Rp/jam
1,350
Upah montir perbaikan
2x/tahun*Rp 50,000 : tt
Rp/jam
270
Rp/jam
32,088
Biaya Tidak Tetap (BTT) Rp 32,088/jam*tt
Rp/tahun
(BT:tt)+BTT
Rp/jam
BT+BTT
Rp/tahun
B:kH
Rp/kg GKG
200
(100/59.44)*200
Rp/kg beras
337
Upah Penggilingan (S)
10:01
Rp/kg GKG
Pendapatan per tahun (I)
Rp 357/kg GKG* xt
Rp/tahun
16,556,768
Keuntungan
I-B
Rp/tahun
1,938,752
BT : ((kH)*S)- BTT)
jam/tahun
207.26*(kH)
kg GKG/tahun
Biaya Total (B)
Biaya Pokok (BP)
Titik Impas
11,888,765 39,455 14,618,015
357
207.26 40,800.08
52
Lampiran 6. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 10% dan kenaikan upah 20% Spesifikasi
Perhitungan
Satuan
Nilai
Kapasitas huller (kH)
kg GKG/jam
196.85
Kapasitas polisher (kP)
kg beras/jam
201.52
Perkiraan jumlah giling per tahun (xt)
kg GKG/tahun
46,378
Hari kerja dalam 1 bulan Hari kerja 1 tahun (hk1)
26*5
hari/bulan
26
hari/tahun
130
Perkiraan jumlah giling rata-rata per hari (xh)
kg GKG/hari
Jam kerja per hari huller (tH)
jam/hari
1.8
Jam kerja per hari polisher (tP)
356.75
jam/hari
1.05
Total jam kerja mesin (tPH)
tP+tH
jam/hari
2.85
Total jam kerja mesin per tahun (tt)
(tP+tH)*130
jam/tahun
370.5
liter/jam
1.16
Pemakaian solar huller+polisher per jam (bbHP) Pemakaian pelumas untuk huller+polisher (pPH) Pemakaian pelumas huller+polisher per jam
liter/bulan
8.5
pH*26*tPH
liter/jam
0.124
Bahan bakar motor untuk huller+polisher
Rp 4,950/l* bbHP
Rp/jam
5,742
Pelumas motor untuk huller+polisher
Rp 20,000/l*0.124
Rp/jam
2,485
Rp/jam
21,053 1,036
Biaya Tidak Tetap
Rp 30,000/orang/hari*2 orang
Upah tenaga kerja
: (tP + tH) Penggantian rubber roll
Rp 180,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
Penggantian ayakan polisher
Rp 80,000*(1/30,000)*kH
Rp/jam
537
Penggantian suku cadang mesin
Rp 250,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,439
Perawatan dan perbaikan motor
2x/tahun*Rp 250,000 : tt
Rp/jam
1,350
Upah montir perbaikan
2x/tahun*Rp 50,000 : tt
Rp/jam
270
Rp/jam
Biaya Tidak Tetap (BTT)
33,913
Rp 33,913/jam*tt
Rp/tahun
(BT:tt)+BTT
Rp/jam
BT+BTT
Rp/tahun
B:kH
Rp/kg GKG
210
(100/59.44)*210
Rp/kg beras
353
Upah Penggilingan (S)
10:01
Rp/kg GKG
357
Pendapatan per tahun (I)
Rp 357/kg GKG* xt
Rp/tahun
16,556,768
Keuntungan
I-B
Rp/tahun
1,262,881
BT : ((kH*S)- BTT)
jam/tahun
217.66*(kH)
kg GKG/tahun
Biaya Total (B)
Biaya Pokok (BP)
Titik Impas
12,564,636 41,279 15,293,886
217.66 42,846.90
53
Lampiran 7. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 10% dan kenaikan upah 30% Spesifikasi
Perhitungan
Satuan
Nilai
Kapasitas huller (kH)
kg GKG/jam
196.85
Kapasitas polisher (kP)
kg beras/jam
201.52
Perkiraan jumlah giling per tahun (xt)
kg GKG/tahun
46,378
Hari kerja dalam 1 bulan
hari/bulan
Hari kerja 1 tahun
26*5
hari/tahun
26 130
Perkiraan jumlah giling rata-rata per hari (xh)
kg GKG/hari
Jam kerja per hari huller (tH)
jam/hari
1.8
Jam kerja per hari polisher (tP)
jam/hari
1.05 2.85
Total jam kerja mesin (tPH)
tP+tH
jam/hari
Total jam kerja mesin per tahun (tt)
(tP+tH)*130
356.75
jam/tahun
370.5
Pemakaian solar huller+polisher per jam (bbHP)
liter/jam
1.16
Pemakaian pelumas untuk huller+polisher (pPH)
liter/bulan
Pemakaian pelumas huller+polisher per jam
8.5
pH*26*tPH
liter/jam
0.124
Bahan bakar motor untuk huller+polisher
Rp 4,950/l* bbHP
Rp/jam
5,742
Pelumas motor untuk huller+polisher
Rp 20,000/l*0.124
Rp/jam
2,485
Upah tenaga kerja
Rp 32,500/orang/hari*2 orang
Rp/jam
22,807
1,012
Biaya Tidak Tetap
: (tP + tH) Penggantian rubber roll
Rp 180,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
Penggantian ayakan polisher
Rp 80,000*(1/30,000)*kH
Rp/jam
525
Penggantian suku cadang mesin
Rp 250,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,406
Perawatan dan perbaikan motor
2x/tahun*Rp 250,000 : tt
Rp/jam
1,350
Upah montir perbaikan
2x/tahun*Rp 50,000 : tt
Rp/jam
270
Rp/jam
35,597
Biaya Tidak Tetap (BTT)
Biaya Total (B)
Biaya Pokok (BP)
Rp 35,597/jam*tt
Rp/tahun
(BT:tt)+BTT
Rp/jam
13,188,765
BT+BTT
Rp/tahun
B:kH
Rp/kg GKG
218
42,964 15,918,015
(100/59.44)*218
Rp/kg beras
367
Upah Penggilingan (S)
10:01
Rp/kg GKG
357
Pendapatan per tahun (I)
Rp 357/kg GKG* xt
Rp/tahun
16,556,768
Keuntungan
I-B
Rp/tahun
638,752
BT : ((kH*S)- BTT)
jam/tahun
228.24*(kH)
kg GKG/tahun
Titik Impas
228.24 44,928.27
54
Lampiran 8. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 10% dan kenaikan upah 40% Spesifikasi
Perhitungan
Satuan
Nilai
Kapasitas huller (kH)
kg GKG/jam
196.85
Kapasitas polisher (kP)
201.52
Perkiraan jumlah giling per tahun (xt)
kg beras/jam kg GKG/tahun
Hari kerja dalam 1 bulan
hari/bulan
26
hari/tahun
130
Hari kerja 1 tahun (hk1)
26*5
46,378
Perkiraan jumlah giling rata-rata per hari (xh)
kg GKG/hari
Jam kerja per hari huller (tH)
jam/hari
1.8
Jam kerja per hari polisher (tP)
jam/hari
1.05 2.85
Total jam kerja mesin (tPH)
tP+tH
jam/hari
Total jam kerja mesin per tahun (tt)
(tP+tH)*130
356.75
jam/tahun
370.5
Pemakaian solar huller+polisher per jam (bbHP)
liter/jam
1.16
Pemakaian pelumas untuk huller+polisher (pPH)
liter/bulan
Pemakaian pelumas huller+polisher per jam
8.5
pH*26*tPH
liter/jam
0.124
Bahan bakar motor untuk huller+polisher
Rp 4,950/l* bbHP
Rp/jam
5,742
Pelumas motor untuk huller+polisher
Rp 20,000/l*0.124
Rp/jam
2,485
Rp/jam
24,561
Biaya Tidak Tetap
Rp 35,000/orang/hari*2 orang
Upah tenaga kerja
: (tP + tH) Penggantian rubber roll
Rp 180,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,012
Penggantian ayakan polisher
Rp 80,000*(1/30,000)*kH
Rp/jam
525
Penggantian Suku Cadang Mesin
Rp 250,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,406
Perawatan dan perbaikan motor
2x/tahun*Rp.250,000 : tt
Rp/jam
1,350
Upah montir perbaikan
2x/tahun*Rp.50,000 : tt
Rp/jam
270
Rp/jam
37,352
Biaya Tidak Tetap (BTT) Rp 37,352/jam*tt
Rp/tahun
(BT:tt)+BTT
Rp/jam
BT+BTT
Rp/tahun
B:kH
Rp/kg GKG
227
(100/59.44)*227
Rp/kg beras
382
Upah Penggilingan (S)
10:01
Rp/kg GKG
Pendapatan per tahun (I)
Rp 357/kg GKG* xt
Rp/tahun
16,556,768
Keuntungan
I-B
Rp/tahun
-11,248
BT : ((kH*S)- BTT)
jam/tahun kg GKG/tahun
Biaya Total (B)
Biaya Pokok (BP)
Titik Impas
240.40*(kH)
13,838,765 44,718 16,568,015
357
240.40 47,322.32
55
Lampiran 9. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 20% dan kenaikan upah 10% Spesifikasi
Perhitungan
Satuan
Nilai
Kapasitas huller (kH)
kg GKG/jam
196.85
Kapasitas polisher (kP)
201.52
Perkiraan jumlah giling per tahun (xt)
kg beras/jam kg GKG/tahun
Hari kerja dalam 1 bulan
hari/bulan
Hari kerja 1 tahun (hk1)
26*5
hari/tahun
46,378 26 130
Perkiraan jumlah giling rata-rata per hari (xh)
kg GKG/hari
356.75
Jam kerja per hari huller (tH)
jam/hari
1.8
Jam kerja per hari polisher (tP)
jam/hari
1.05
Total jam kerja mesin (tPH)
tP+tH
jam/hari
Total jam kerja mesin per tahun (tt)
(tP+tH)*130
jam/tahun
370.5
Pemakaian solar huller+polisher per jam (bbHP)
liter/jam
1.16
Pemakaian pelumas untuk huller+polisher (pPH)
liter/bulan
Pemakaian pelumas huller+polisher per jam
2.85
8.5
pPH*26*tPH
liter/jam
0.124
Bahan bakar motor untuk huller+polisher
Rp 5400/l* bbHP
Rp/jam
6,264
Pelumas motor untuk huller+polisher
Rp 20000/l*0.124
Rp/jam
2,485
Rp/jam
19,298
Biaya Tidak Tetap
Rp 27,500/orang/hari*2 orang
Upah tenaga kerja
: (tP + tH) Penggantian rubber roll
Rp 180,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,012
Penggantian ayakan polisher
Rp 80,000*(1/30,000)*kH
Rp/jam
525
Penggantian suku cadang mesin
Rp 250,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,406
Perawatan dan perbaikan motor
2x/tahun*Rp 250,000 : tt
Rp/jam
1,350
Upah montir perbaikan
2x/tahun*Rp 50,000 : tt
Rp/jam
270
Rp/jam
32,610
Biaya Tidak Tetap (BTT)
Biaya Total (B)
Biaya Pokok (BP)
Rp 32,610/jam*tt
Rp/tahun
(BT:tt)+BTT
Rp/jam
12,082,166
BT+BTT
Rp/tahun
B:kH
Rp/kg GKG
203
39,977 14,811,416
(100/59.44)*203
Rp/kg beras
342
Upah Penggilingan (S)
10:01
Rp/kg GKG
357
Pendapatan per tahun (I)
Rp 357/kg GKG* xt
Rp/tahun
16,556,768
Keuntungan
I-B
Rp/tahun
1,745,351
BT : ((kH*S)- BTT)
jam/tahun kg GKG/tahun
Titik Impas
210.14*(kH)
210.14 41,365.53
56
Lampiran 10. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 20% dan kenaikan upah 20% Spesifikasi
Perhitungan
Satuan
Nilai
Kapasitas huller (kH)
kg GKG/jam
196.85
Kapasitas polisher (kP)
kg beras/jam
201.52
Perkiraan jumlah giling per tahun (xt)
kg GKG/tahun
46,378
Hari kerja dalam 1 bulan
hari/bulan
Hari kerja 1 tahun (hk1)
26*5
hari/tahun
26 130
Perkiraan jumlah giling rata-rata per hari (xh)
kg GKG/hari
Jam kerja per hari huller (tH)
jam/hari
1.8
Jam kerja per hari polisher (tP)
jam/hari
1.05 2.85
Total jam kerja mesin (tPH)
tP+tH
jam/hari
Total jam kerja mesin per tahun (tt)
(tP+tH)*130
356.75
jam/tahun
370.5
Pemakaian solar huller+polisher per jam (bbHP)
liter/jam
1.16
Pemakaian pelumas untuk huller+polisher (pPH)
liter/bulan
Pemakaian pelumas huller+polisher per jam
8.5
pPH*26*tPH
liter/jam
0.124
Bahan bakar motor untuk huller+polisher
Rp 5,400/l* bbHP
Rp/jam
6,264
Pelumas motor untuk huller+polisher
Rp 20,000/l*0.124
Rp/jam
2,485
Upah tenaga kerja
Rp 30,000/orang/hari*2 orang
Rp/jam
21,053
Biaya Tidak Tetap
: (tP + tH) Penggantian rubber roll
Rp 180,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,012
Penggantian ayakan polisher
Rp 80,000*(1/30,000)*kH
Rp/jam
525
Penggantian suku cadang mesin
Rp 250,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,406
Perawatan dan perbaikan motor
2x/tahun*Rp 250,000 : tt
Rp/jam
1,350
Upah montir perbaikan
2x/tahun*Rp 50,000 : tt
Rp/jam
270
Rp/jam
34,365
Biaya Tidak Tetap (BTT)
Biaya Total (B)
Biaya Pokok (BP)
Rp 34,365/jam*tt
Rp/tahun
(BT:tt)+BTT
Rp/jam
12,732,166
BT+BTT
Rp/tahun
B:kH
Rp/kg GKG
212
41,731 15,461,416
(100/59.44)*212
Rp/kg beras
357
Upah Penggilingan (S)
10:01
Rp/kg GKG
357
Pendapatan per tahun (I)
Rp 357/kg GKG* xt
Rp/tahun
16,556,768
Keuntungan
I-B
Rp/tahun
1,095,351
BT : ((kH*S)- BTT)
jam/tahun
220.40*(kH)
kg GKG/tahun
Titik Impas
220.40 43,386.41
57
Lampiran 11. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 20% dan kenaikan upah 30% Spesifikasi
Perhitungan
Satuan
Nilai
Kapasitas huller (kH)
kg GKG/jam
196.85
Kapasitas polisher (kP)
kg beras/jam
201.52
Perkiraan jumlah giling per tahun (xt)
kg GKG/tahun
46,378
Hari kerja dalam 1 bulan Hari kerja 1 tahun
26*5
hari/bulan
26
hari/tahun
130
Perkiraan jumlah giling rata-rata per hari (xh)
kg GKG/hari
356.75
Jam kerja per hari huller (tH)
jam/hari
1.8
Jam kerja per hari polisher (tP)
jam/hari
1.05
Total jam kerja mesin (tPH)
tP+tH
jam/hari
Total jam kerja mesin per tahun (tt)
(tP+tH)*130
jam/tahun
370.5
Pemakaian solar huller+polisher per jam (bbHP)
liter/jam
1.16
Pemakaian pelumas untuk huller+polisher (pPH)
liter/bulan
Pemakaian pelumas huller+polisher per jam
2.85
8.5
pPH*26*tPH
liter/jam
0.124
Bahan bakar motor untuk huller+polisher
Rp 5,400/l* bbHP
Rp/jam
6,264
Pelumas motor untuk huller+polisher
Rp 20,000/l*0.124
Rp/jam
2,485
Rp/jam
22,807
Biaya Tidak Tetap
Rp 32,500/orang/hari*2 orang
Upah tenaga kerja
: (tP + tH) Penggantian rubber roll
Rp 180,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,012
Penggantian ayakan polisher
Rp 80,000*(1/30,000)*kH
Rp/jam
525
Penggantian suku cadang mesin
Rp 250,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,406
Perawatan dan perbaikan motor
2x/tahun*Rp 250,000 : tt
Rp/jam
1,350
Upah montir perbaikan
2x/tahun*Rp 50,000 : tt
Rp/jam
270
Rp/jam
36,119
Biaya Tidak Tetap (BTT)
Biaya Total (B)
Biaya Pokok (BP)
Rp 36,119/jam*tt
Rp/tahun
(BT:tt)+BTT
Rp/jam
13,382,166
BT+BTT
Rp/tahun
B:kH
Rp/kg GKG
221
43,486 16,111,416
(100/59.44)*221
Rp/kg beras
372
Upah Penggilingan (S)
10:01
Rp/kg GKG
357
Pendapatan per tahun (I)
Rp 357/kg GKG* xt
Rp/tahun
16,556,768
Keuntungan
I-B
Rp/tahun
445,351
BT : ((kH*S)- BTT)
jam/tahun
231.72*(kH)
kg GKG/tahun
Titik Impas
231.72 45,614.89
58
Lampiran 12. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 20% dan kenaikan upah 40% Spesifikasi
Perhitungan
Satuan
Nilai
Kapasitas huller (kH)
kg GKG/jam
196.85
Kapasitas polisher (kP)
kg beras/jam
201.52
Perkiraan jumlah giling per tahun (xt)
kg GKG/tahun
46,378
Hari kerja dalam 1 bulan
hari/bulan
Hari kerja 1 tahun
26*5
hari/tahun
26 130
Perkiraan jumlah giling rata-rata per hari (xh)
kg GKG/hari
Jam kerja per hari huller (tH)
jam/hari
1.8
Jam kerja per hari polisher (tP)
jam/hari
1.05 2.85
Total jam kerja mesin (tPH)
tP+tH
jam/hari
Total jam kerja mesin per tahun (tt)
(tP+tH)*130
356.75
jam/tahun
370.5
Pemakaian solar huller+polisher per jam (bbHP)
liter/jam
1.16
Pemakaian pelumas untuk huller+polisher (pPH)
liter/bulan
Pemakaian pelumas huller+polisher per jam
8.5
pPH*26*tPH
liter/jam
0.124
Bahan bakar motor untuk huller+polisher
Rp 5,400/l* bbHP
Rp/jam
6,264
Pelumas motor untuk huller+polisher
Rp 20,000/l*0.124
Rp/jam
2,485
Upah tenaga kerja
Rp. 35,000/orang/hari*2 orang
Rp/jam
24,561
Biaya Tidak Tetap
: (tP + tH) Penggantian rubber roll
Rp 180,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,012
Penggantian ayakan polisher
Rp 80,000*(1/30,000)*kH
Rp/jam
525
Penggantian suku cadang mesin
Rp 250,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,406
Perawatan dan perbaikan motor
2x/tahun*Rp 250,000 : tt
Rp/jam
1,350
Upah montir perbaikan
2x/tahun*Rp 50,000 : tt
Rp/jam
270
Rp/jam
37,874
Biaya Tidak Tetap (BTT)
Biaya Total (B)
Biaya Pokok (BP)
Rp 37,874/jam*tt
Rp/tahun
(BT:tt)+BTT
Rp/jam
14,032,166
BT+BTT
Rp/tahun
B:kH
Rp/kg GKG
230
45,240 16,761,416
(100/59.44)*230
Rp/kg beras
387
Upah Penggilingan (S)
10:01
Rp/kg GKG
357
Pendapatan per tahun (I)
Rp 357/kg GKG* xt
Rp/tahun
16,556,768
Keuntungan
I-B
Rp/tahun
-204,649
BT : ((kH*S)- BTT)
jam/tahun
244.27*(kH)
kg GKG/tahun
Titik Impas
244.27 48,084.69
59
Lampiran 13. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 30% dan kenaikan upah 10% Spesifikasi
Perhitungan
Satuan
Nilai
Kapasitas huller (kH)
kg GKG/jam
196.85
Kapasitas polisher (kP)
kg beras/jam
201.52
Perkiraan jumlah giling per tahun (xt)
kg GKG/tahun
46,378
Hari kerja dalam 1 bulan
hari/bulan
Hari kerja 1 tahun (hk1)
26*5
hari/tahun
26 130
Perkiraan jumlah giling rata-rata per hari (xh)
kg GKG/hari
Jam kerja per hari huller (tH)
jam/hari
1.8
Jam kerja per hari polisher (tP)
jam/hari
1.05 2.85
Total jam kerja mesin (tPH)
tP+tH
jam/hari
Total jam kerja mesin per tahun (tt)
(tP+tH)*130
356.75
jam/tahun
370.5
Pemakaian solar huller+polisher per jam (bbHP)
liter/jam
1.16
Pemakaian pelumas untuk huller+polisher (pPH)
liter/bulan
Pemakaian pelumas huller+polisher per jam
8.5
pH*26*tPH
liter/jam
0.124
Bahan bakar motor untuk huller+polisher
Rp 5850/l* bbHP
Rp/jam
6,786
Pelumas motor untuk huller+polisher
Rp 20,000/l*0.124
Rp/jam
2,485
Rp/jam
19,298
Biaya Tidak Tetap
Rp 27,500/orang/hari*2 orang
Upah tenaga kerja
: (tP + tH) Penggantian rubber roll
Rp 180,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,012
Penggantian ayakan polisher
Rp 80,000*(1/30,000)*kH
Rp/jam
525
Penggantian suku cadang mesin
Rp 250,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,406
Perawatan dan perbaikan motor
2x/tahun*Rp 250,000 : tt
Rp/jam
1,350
Upah montir perbaikan
2x/tahun*Rp 50,000 : tt
Rp/jam
270
Rp/jam
33,132
Biaya Tidak Tetap (BTT) Rp 33,132 /jam*tt
Rp/tahun
(BT:tt)+BTT
Rp/jam
BT+BTT
Rp/tahun
B:kH
Rp/kg GKG
206
(100/59.44)*206
Rp/kg beras
346
Upah Penggilingan (S)
10:01
Rp/kg GKG
Pendapatan per tahun (I)
Rp 357/kg GKG* xt
Rp/tahun
16,556,768
Keuntungan
I-B
Rp/tahun
1,551,950
BT : ((kH*S)- BTT)
jam/tahun
213.09*(kH)
kg GKG/tahun
Biaya Total (B)
Biaya Pokok (BP)
Titik Impas
12,275,567 40,499 15,004,817
357
213.09 41,946.87
60
Lampiran 14. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 30% dan kenaikan upah 20% Spesifikasi
Perhitungan
Satuan
Nilai
Kapasitas huller (kH)
kg GKG/jam
195.95
Kapasitas polisher (kP)
kg beras/jam
200.69
Perkiraan jumlah giling per tahun (xt)
kg GKG/tahun
46,378
Hari kerja dalam 1 bulan
hari/bulan
Hari kerja 1 tahun (hk1)
26*5
hari/tahun
26 130
Perkiraan jumlah giling rata-rata per hari (xh)
kg GKG/hari
Jam kerja per hari huller (tH)
jam/hari
1.8
Jam kerja per hari polisher (tP)
jam/hari
1.05 2.85
Total jam kerja mesin (tPH)
tP+tH
jam/hari
Total jam kerja mesin per tahun (tt)
(tP+tH)*130
356.75
jam/tahun
370.5
Pemakaian solar huller+polisher per jam (bbHP)
liter/jam
1.16
Pemakaian pelumas untuk huller+polisher (pPH)
liter/bulan
Pemakaian pelumas huller+polisher per jam
8.5
pH*26*tPH
liter/jam
0.124
Bahan bakar motor untuk huller+polisher
Rp 5,850/l* bbHP
Rp/jam
6,786
Pelumas motor untuk huller+polisher
Rp 20,000/l*0.124
Rp/jam
2,485
Upah tenaga kerja
Rp 30,000/orang/hari*2 orang
Rp/jam
21,053
Biaya Tidak Tetap
: (tP + tH) Penggantian rubber roll
Rp 180,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,008
Penggantian ayakan polisher
Rp 80,000*(1/30,000)*kH
Rp/jam
523
Penggantian suku cadang mesin
Rp 250,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,400
Perawatan dan perbaikan motor
2x/tahun*Rp 250,000 : tt
Rp/jam
1,350
Upah montir perbaikan
2x/tahun*Rp 50,000 : tt
Rp/jam
270
Rp/jam
34,873
Biaya Tidak Tetap (BTT)
Biaya Total (B)
Biaya Pokok (BP)
Rp 34,873/jam*tt
Rp/tahun
(BT:tt)+BTT
Rp/jam
12,920,581
BT+BTT
Rp/tahun
B:kH
Rp/kg GKG
216
42,240 15,649,831
(100/59.44)*216
Rp/kg beras
363
Upah Penggilingan (S)
10:01
Rp/kg GKG
357
Pendapatan per tahun (I)
Rp 357/kg GKG* xt
Rp/tahun
16,556,768
Keuntungan
I-B
Rp/tahun
906,936
BT : ((kH*S)- BTT)
jam/tahun
225.62*(kH)
kg GKG/tahun
Titik Impas
225.62 44,209.67
61
Lampiran 15. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 30% dan kenaikan upah 30% Spesifikasi
Perhitungan
Satuan
Nilai
Kapasitas huller (kH)
kg GKG/jam
196.85
Kapasitas polisher (kP)
kg beras/jam
201.52
Perkiraan jumlah giling per tahun (xt)
kg GKG/tahun
46,378
Hari kerja dalam 1 bulan
hari/bulan
Hari kerja 1 tahun
26*5
hari/tahun
26 130
Perkiraan jumlah giling rata-rata per hari (xh)
kg GKG/hari
Jam kerja per hari huller (tH)
jam/hari
1.8
Jam kerja per hari polisher (tP)
jam/hari
1.05 2.85
Total jam kerja mesin (tPH)
tP+tH
jam/hari
Total jam kerja mesin per tahun (tt)
(tP+tH)*130
356.75
jam/tahun
370.5
Pemakaian solar huller+polisher per jam (bbHP)
liter/jam
1.16
Pemakaian pelumas untuk huller+polisher (pPH)
liter/bulan
Pemakaian pelumas huller+polisher per jam
8.5
pH*26*tPH
liter/jam
0.124
Bahan bakar motor untuk huller+polisher
Rp 5,850/l* bbHP
Rp/jam
6,786
Pelumas motor untuk huller+polisher
Rp 20,000/l*0.124
Rp/jam
2,485
Upah tenaga kerja
Rp.32,500/orang/hari*2 orang
Rp/jam
22,807
Biaya Tidak Tetap
: (tP + tH) Penggantian rubber roll
Rp 180,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,012
Penggantian ayakan polisher
Rp 80,000*(1/30,000)*kH
Rp/jam
525
Penggantian suku cadang mesin
Rp 250,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,406
Perawatan dan perbaikan motor
2x/tahun*Rp 250,000 : tt
Rp/jam
1,350
Upah montir perbaikan
2x/tahun*Rp 50,000 : tt
Rp/jam
270
Rp/jam
36,641
Biaya Tidak Tetap (BTT)
Biaya Total (B)
Biaya Pokok (BP)
Rp 36,641/jam*tt
Rp/tahun
(BT:tt)+BTT
Rp/jam
13,575,567
BT+BTT
Rp/tahun
B:kH
Rp/kg GKG
224
44,008 16,304,817
(100/59.44)*224
Rp/kg beras
376
Upah Penggilingan (S)
10:01
Rp/kg GKG
357
Pendapatan per tahun (I)
Rp 357/kg GKG* xt
Rp/tahun
16,556,768
Keuntungan
I-B
Rp/tahun
251,950
BT : ((kH*S)- BTT)
jam/tahun
235.32*(kH)
kg GKG/tahun
Titik Impas
235.32 46,322.83
62
Lampiran 16. Analisis biaya dan titik impas terhadap kenaikan harga solar 30% dan kenaikan upah 40% Spesifikasi
Perhitungan
Satuan
Nilai
Kapasitas huller (kH)
kg GKG/jam
196.85
Kapasitas polisher (kP)
kg beras/jam
201.52
Perkiraan jumlah giling per tahun (xt)
kg GKG/tahun
46,378
Hari kerja dalam 1 bulan
hari/bulan
26
hari/tahun
130
Hari kerja 1 tahun (hk1)
26*5
Perkiraan jumlah giling rata-rata per hari (xh)
kg GKG/hari
356.75
Jam kerja per hari huller (tH)
jam/hari
1.8
Jam kerja per hari polisher (tP)
jam/hari
1.05 2.85
Total jam kerja mesin (tPH)
tP+tH
jam/hari
Total jam kerja mesin per tahun (tt)
(tP+tH)*130
jam/tahun
370.5
Pemakaian solar huller+polisher per jam (bbHP)
liter/jam
1.16
Pemakaian pelumas untuk huller+polisher (pPH)
liter/bulan
Pemakaian pelumas huller+polisher per jam
8.5
pH*26*tPH
liter/jam
0.124
Bahan bakar motor untuk huller+polisher
Rp 5850/l* bbHP
Rp/jam
6,786
Pelumas motor untuk huller+polisher
Rp 20000/l*0.124
Rp/jam
2,485
Upah tenaga kerja
Rp 35000/orang/hari*2 orang
Rp/jam
24,561
Penggantian rubber roll
Rp 180,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,012
Penggantian ayakan polisher
Rp 80,000*(1/30,000)*kH
Rp/jam
525
Penggantian suku cadang mesin
Rp 250,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,406
Perawatan dan perbaikan motor
2x/tahun*Rp 250,000 : tt
Rp/jam
1,350
Upah montir perbaikan
2x/tahun*Rp 50,000 : tt
Rp/jam
270
Rp/jam
38,396
Biaya Tidak Tetap
: (tP + tH)
Biaya Tidak Tetap (BTT) Rp 38,396/jam*tt
Rp/tahun
(BT:tt)+BTT
Rp/jam
BT+BTT
Rp/tahun
B:kH
Rp/kg GKG
232
(100/59.44)*232
Rp/kg beras
391
Upah Penggilingan (S)
10:01
Rp/kg GKG
Pendapatan per tahun (I)
Rp 357/kg GKG* xt
Rp/tahun
16,556,768
Keuntungan
I-B
Rp/tahun
-398,050
BT : ((kH*S)- BTT)
jam/tahun
248.27*(kH)
kg GKG/tahun
Biaya Total (B)
Biaya Pokok (BP)
Titik Impas
14,225,567 45,762 16,954,817
357
248.27 48,872.03
63
Lampiran 17. Analisis biaya tidak tetap, pendapatan dan titik impas terhadap penurunan jumlah giling tahunan 10% Spesifikasi
Perhitungan
Satuan
Nilai
Kapasitas huller (kH)
kg GKG/jam
196.85
Kapasitas polisher (kP)
kg beras/jam
201.52
Perkiraan jumlah giling per tahun (xt)
kg GKG/tahun
41,740
Hari kerja dalam 1 bulan
hari/bulan
Hari kerja 1 tahun (hk1)
26*5
hari/tahun
26 130
Perkiraan jumlah giling rata-rata per hari (xh)
kg GKG/hari
Jam kerja per hari huller (tH)
jam/hari
1.8
Jam kerja per hari polisher (tP)
jam/hari
1.05 2.85
Total jam kerja mesin (tPH)
tP+tH
jam/hari
Total jam kerja mesin per tahun (tt)
(tP+tH)*130
356.75
jam/tahun
370.5
Pemakaian solar huller+polisher per jam (bbHP)
liter/jam
1.16
Pemakaian pelumas untuk huller+polisher (pPH)
liter/bulan
Pemakaian pelumas huller+polisher per jam
8.5
pH*26*tPH
liter/jam
0.124
Bahan bakar motor untuk huller+polisher
Rp 4500/l* bbHP
Rp/jam
5,220
Pelumas motor untuk huller+polisher
Rp 20000/l*0.124
Rp/jam
2,485
Upah tenaga kerja
Rp 25000/orang/hari*2 orang
Rp/jam
17,544
Biaya Tidak Tetap
: (tP + tH) Penggantian rubber roll
Rp 180000*(1/35000)*kH
Rp/jam
1,012
Penggantian ayakan polisher
Rp 80000*(1/30000)*kH
Rp/jam
525
Penggantian suku cadang mesin
Rp 250,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,406
Perawatan dan perbaikan motor
2x/tahun*Rp 250,000 : tt
Rp/jam
1,350
Upah montir perbaikan
2x/tahun*Rp 50,000 : tt
Rp/jam
270
Rp/jam
29,812
Biaya Tidak Tetap (BTT) Biaya Total (B)
Biaya Pokok (BP)
Rp 29,812/jam*tt
Rp/tahun
(BT:tt)+BTT
Rp/jam
11,045,364
BT+BTT
Rp/tahun
B:kH
Rp/kg GKG
189
37,178 13,774,614
(100/59.44)*189
Rp/kg beras
318
Upah Penggilingan (S)
10:01
Rp/kg GKG
357
Pendapatan per tahun (I)
Rp 387/kg GKG* xt
Rp/tahun
14,901,091
Keuntungan
I-B
Rp/tahun
1,126,477
BT : ((kH*S)- BTT)
jam/tahun
195.60*(kH)
kg GKG/tahun
Titik Impas
195.60 38,504.75
64
Lampiran 18. Analisis biaya tidak tetap, pendapatan dan titik impas terhadap penurunan jumlah giling tahunan 20% Spesifikasi
Perhitungan
Satuan
Nilai
Kapasitas huller (kH)
kg GKG/jam
196.85
Kapasitas polisher (kP)
kg beras/jam
201.52
Perkiraan jumlah giling per tahun (xt)
kg GKG/tahun
37,102
Hari kerja dalam 1 bulan Hari kerja 1 tahun (hk1)
26*5
hari/bulan
26
hari/tahun
130
Perkiraan jumlah giling rata-rata per hari (xh)
kg GKG/hari
Jam kerja per hari huller (tH)
jam/hari
1.8
Jam kerja per hari polisher (tP)
356.75
jam/hari
1.05
Total jam kerja mesin (tPH)
tP+tH
jam/hari
2.85
Total jam kerja mesin per tahun (tt)
(tP+tH)*130
jam/tahun
370.5
liter/jam
1.16
Pemakaian solar huller+polisher per jam (bbHP) Pemakaian pelumas untuk huller+polisher (pPH) Pemakaian pelumas huller+polisher per jam
liter/bulan
8.5
pH*26*tPH
liter/jam
0.124
Bahan bakar motor untuk huller+polisher
Rp 4500/l* bbHP
Rp/jam
5,220
Pelumas motor untuk huller+polisher Upah tenaga kerja
Rp 20000/l*0.124
Rp/jam Rp/jam
17,544
1,012
Biaya Tidak Tetap
Rp 25000/orang/hari*2 orang
2,485
: (tP + tH) Penggantian rubber roll
Rp 180,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
Penggantian ayakan polisher
Rp 80,000*(1/30,000)*kH
Rp/jam
525
Penggantian suku cadang mesin
Rp 250,000*(1/35,000)*kH
Rp/jam
1,406
Perawatan dan perbaikan motor
2x/tahun*Rp 250,000 : tt
Rp/jam
1,350
Upah montir perbaikan Biaya Tidak Tetap (BTT)
2x/tahun*Rp 50,000 : tt
Rp/jam
270
Rp/jam
29,812
Rp 29,812/jam*tt
Rp/tahun
(BT:tt)+BTT
Rp/jam
BT+BTT
Rp/tahun
B:kH
Rp/kg GKG
189
(100/59.44)*189
Rp/kg beras
318
Upah Penggilingan (S)
10:01
Rp/kg GKG
357
Pendapatan per tahun (I)
Rp 357/kg GKG* xt
Rp/tahun
13,245,414
Keuntungan
I-B
Rp/tahun
-529,200
BT : ((kH*S)- BTT)
jam/tahun
195.60*(kH)
kg GKG/tahun
Biaya Total (B)
Biaya Pokok (BP)
Titik Impas
11,045,364 37,178 13,774,614
195.60 38,504.75
65
Lampiran 19. Analisis kelayakan finansial (NPV, IRR, dan B/C) Tahun ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Biaya C 20,200,000 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 25,745,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364
NPV (15%) IRR (%) B/C (DF 15%)
= = =
Keuntungan B 0 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 2,020,000
B-C
DF 15%
-20,200,000 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 -9,188,596 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 5,511,404 2,020,000
1 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472 0.2149 0.1869 0.1625 0.1413 0.1229 0.1069 0.0929 0.0808 0.0703 0.0611 0.0531 0.0462 0.0402 0.0349 0.0304 0.0264 0.0230 0.0200 0.0174 0.0151 0.0151 NPV
NPV 15% -20,200,000 4,792,525 4,167,413 3,623,838 3,151,163 2,740,142 2,382,732 2,071,941 1,801,688 1,566,685 1,362,335 1,184,639 1,030,121 895,757 778,919 677,321 -981,937 512,152 445,350 387,261 336,748 292,825 254,630 221,417 192,537 167,423 145,586 126,596 110,084 95,725 83,239 30,502 14,447,356
DF 20% 1 0.8333 0.6944 0.5787 0.4823 0.4019 0.3349 0.2791 0.2326 0.1938 0.1615 0.1346 0.1122 0.0935 0.0779 0.0649 0.0541 0.0451 0.0376 0.0313 0.0261 0.0217 0.0181 0.0151 0.0126 0.0105 0.0087 0.0073 0.0061 0.0051 0.0042 0.0042
NPV 20% -20,200,000 4,592,837 3,827,364 3,189,470 2,657,892 2,214,910 1,845,758 1,538,132 1,281,776 1,068,147 890,123 741,769 618,141 515,117 429,264 357,720 -496,992 248,417 207,014 172,512 143,760 119,800 99,833 83,194 69,329 57,774 48,145 40,121 33,434 27,862 23,218 8,510 6,454,348
DF 25% 1 0.8000 0.6400 0.5120 0.4096 0.3277 0.2621 0.2097 0.1678 0.1342 0.1074 0.0859 0.0687 0.0550 0.0440 0.0352 0.0281 0.0225 0.0180 0.0144 0.0115 0.0092 0.0074 0.0059 0.0047 0.0038 0.0030 0.0024 0.0019 0.0015 0.0012 0.0012
NPV 25% -20,200,000 4,409,123 3,527,299 2,821,839 2,257,471 1,805,977 1,444,781 1,155,825 924,660 739,728 591,782 473,426 378,741 302,993 242,394 193,915 -258,636 124,106 99,285 79,428 63,542 50,834 40,667 32,534 26,027 20,821 16,657 13,326 10,661 8,528 6,823 2,424 1,406,981
DF 30% 1 0.7692 0.5917 0.4552 0.3501 0.2693 0.2072 0.1594 0.1226 0.0943 0.0725 0.0558 0.0429 0.0330 0.0254 0.0195 0.0150 0.0116 0.0089 0.0068 0.0053 0.0040 0.0031 0.0024 0.0018 0.0014 0.0011 0.0008 0.0006 0.0005 0.0004 0.0004
NPV 30% -20,200,000 4,239,542 3,261,186 2,508,604 1,929,696 1,484,381 1,141,832 878,332 675,640 519,723 399,787 307,529 236,560 181,970 139,977 107,674 -138,088 63,713 49,010 37,700 29,000 22,308 17,160 13,200 10,154 7,810 6,008 4,622 3,555 2,735 2,104 808 -2,055,772
DF 35% 1 0.7407 0.5487 0.4064 0.3011 0.2230 0.1652 0.1224 0.0906 0.0671 0.0497 0.0368 0.0273 0.0202 0.0150 0.0111 0.0082 0.0061 0.0045 0.0033 0.0025 0.0018 0.0014 0.0010 0.0007 0.0006 0.0004 0.0003 0.0002 0.0002 0.0001 0.0001
NPV 35% -20,200,000 4,082,521 3,024,090 2,240,067 1,659,309 1,229,118 910,457 674,413 499,565 370,048 274,110 203,044 150,403 111,410 82,526 61,130 -75,493 33,542 24,846 18,404 13,633 10,098 7,480 5,541 4,104 3,040 2,252 1,668 1,236 915 678 202 -4,575,642
14,447,356 27.03 1.68
66
Lampiran 20. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan kenaikan upah 10% Tahun ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Biaya C 20,200,000 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 26,588,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765 11,888,765
NPV(15%) IRR (%) B/C (15%)
= = =
Keuntungan B 0 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 2,020,000
B-C
DF 12%
-20,200,000 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 -10,031,997 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 4,668,003 2,020,000
1 0.8929 0.7972 0.7118 0.6355 0.5674 0.5066 0.4523 0.4039 0.3606 0.3220 0.2875 0.2567 0.2292 0.2046 0.1827 0.1631 0.1456 0.1300 0.1161 0.1037 0.0926 0.0826 0.0738 0.0659 0.0588 0.0525 0.0469 0.0419 0.0374 0.0334 0.0334 NPV
NPV 12% -20,200,000 4,167,860 3,721,303 3,322,592 2,966,600 2,648,750 2,364,956 2,111,567 1,885,328 1,683,329 1,502,972 1,341,939 1,198,160 1,069,786 955,166 852,827 -1,636,436 679,868 607,025 541,987 483,917 432,069 385,775 344,442 307,538 274,587 245,167 218,899 195,446 174,505 155,808 67,468 15,071,202
DF 15% 1 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472 0.2149 0.1869 0.1625 0.1413 0.1229 0.1069 0.0929 0.0808 0.0703 0.0611 0.0531 0.0462 0.0402 0.0349 0.0304 0.0264 0.0230 0.0200 0.0174 0.0151 0.0151
NPV 15% -20,200,000 4,059,133 3,529,681 3,069,288 2,668,946 2,320,822 2,018,107 1,754,875 1,525,978 1,326,938 1,153,859 1,003,356 872,483 758,681 659,723 573,672 -1,072,067 433,778 377,199 327,999 285,216 248,014 215,664 187,534 163,073 141,803 123,307 107,223 93,238 81,076 70,501 30,502 8,909,603
DF 20% 1 0.8333 0.6944 0.5787 0.4823 0.4019 0.3349 0.2791 0.2326 0.1938 0.1615 0.1346 0.1122 0.0935 0.0779 0.0649 0.0541 0.0451 0.0376 0.0313 0.0261 0.0217 0.0181 0.0151 0.0126 0.0105 0.0087 0.0073 0.0061 0.0051 0.0042 0.0042
NPV 20% -20,200,000 3,890,003 3,241,669 2,701,391 2,251,159 1,875,966 1,563,305 1,302,754 1,085,628 904,690 753,909 628,257 523,548 436,290 363,575 302,979 -542,610 210,402 175,335 146,113 121,760 101,467 84,556 70,463 58,719 48,933 40,777 33,981 28,318 23,598 19,665 8,484 2,255,082
DF 25% 1 0.8000 0.6400 0.5120 0.4096 0.3277 0.2621 0.2097 0.1678 0.1342 0.1074 0.0859 0.0687 0.0550 0.0440 0.0352 0.0281 0.0225 0.0180 0.0144 0.0115 0.0092 0.0074 0.0059 0.0047 0.0038 0.0030 0.0024 0.0019 0.0015 0.0012 0.0012
NPV 25% -20,200,000 3,734,402 2,987,522 2,390,018 1,912,014 1,529,611 1,223,689 978,951 783,161 626,529 501,223 400,978 320,783 256,626 205,301 164,241 -282,376 105,114 84,091 67,273 53,818 43,055 34,444 27,555 22,044 17,635 14,108 11,287 9,029 7,223 5,779 2,424 -1,962,447
DF 30% 1 0.7692 0.5917 0.4552 0.3501 0.2693 0.2072 0.1594 0.1226 0.0943 0.0725 0.0558 0.0429 0.0330 0.0254 0.0195 0.0150 0.0116 0.0089 0.0068 0.0053 0.0040 0.0031 0.0024 0.0018 0.0014 0.0011 0.0008 0.0006 0.0005 0.0004 0.0004
NPV 30% -20,200,000 3,590,772 2,762,132 2,124,717 1,634,398 1,257,229 967,099 743,922 572,248 440,191 338,608 260,468 200,360 154,123 118,556 91,197 -150,763 53,963 41,510 31,931 24,562 18,894 14,534 11,180 8,600 6,615 5,089 3,914 3,011 2,316 1,782 808 -4,866,035
Rp 8,909,603 22.67 1.42
67
Lampiran 21. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan kenaikan upah 20% Tahun ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Biaya C 20,200,000 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 27,264,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636 12,564,636
NPV (15%) IRR (%) B/C (15%)
Keuntungan B 0 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 2,020,000
B-C
DF 12%
-20,200,000 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 -10,707,868 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 3,992,132 2,020,000
1 0.8929 0.7972 0.7118 0.6355 0.5674 0.5066 0.4523 0.4039 0.3606 0.3220 0.2875 0.2567 0.2292 0.2046 0.1827 0.1631 0.1456 0.1300 0.1161 0.1037 0.0926 0.0826 0.0738 0.0659 0.0588 0.0525 0.0469 0.0419 0.0374 0.0334 0.0334 NPV
NPV 12% -20,200,000 3,564,404 3,182,503 2,841,521 2,537,072 2,265,243 2,022,538 1,805,838 1,612,355 1,439,603 1,285,360 1,147,643 1,024,681 914,894 816,869 729,348 -1,746,685 581,431 519,135 463,514 413,851 369,510 329,920 294,571 263,010 234,830 209,670 187,205 167,148 149,239 133,249 67,468 9,626,937
DF 15% 1 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472 0.2149 0.1869 0.1625 0.1413 0.1229 0.1069 0.0929 0.0808 0.0703 0.0611 0.0531 0.0462 0.0402 0.0349 0.0304 0.0264 0.0230 0.0200 0.0174 0.0151 0.0151
NPV 15% -20,200,000 3,471,419 3,018,625 2,624,892 2,282,514 1,984,795 1,725,909 1,500,790 1,305,035 1,134,813 986,794 858,082 746,158 648,833 564,203 490,611 -1,144,294 370,972 322,585 280,508 243,920 212,105 184,439 160,382 139,462 121,272 105,454 91,699 79,738 69,337 60,293 30,502 4,471,847
DF 20% 1 0.8333 0.6944 0.5787 0.4823 0.4019 0.3349 0.2791 0.2326 0.1938 0.1615 0.1346 0.1122 0.0935 0.0779 0.0649 0.0541 0.0451 0.0376 0.0313 0.0261 0.0217 0.0181 0.0151 0.0126 0.0105 0.0087 0.0073 0.0061 0.0051 0.0042 0.0042
NPV 20% -20,200,000 3,326,777 2,772,314 2,310,262 1,925,218 1,604,348 1,336,957 1,114,131 928,442 773,702 644,752 537,293 447,744 373,120 310,933 259,111 -579,166 179,938 149,949 124,957 104,131 86,776 72,313 60,261 50,217 41,848 34,873 29,061 24,218 20,181 16,818 8,484 -1,110,037
DF 25% 1 0.8000 0.6400 0.5120 0.4096 0.3277 0.2621 0.2097 0.1678 0.1342 0.1074 0.0859 0.0687 0.0550 0.0440 0.0352 0.0281 0.0225 0.0180 0.0144 0.0115 0.0092 0.0074 0.0059 0.0047 0.0038 0.0030 0.0024 0.0019 0.0015 0.0012 0.0012
NPV 25% -20,200,000 3,193,706 2,554,964 2,043,972 1,635,177 1,308,142 1,046,513 837,211 669,769 535,815 428,652 342,922 274,337 219,470 175,576 140,461 -301,400 89,895 71,916 57,533 46,026 36,821 29,457 23,565 18,852 15,082 12,065 9,652 7,722 6,178 4,942 2,424 -4,662,584
DF 30% 1 0.7692 0.5917 0.4552 0.3501 0.2693 0.2072 0.1594 0.1226 0.0943 0.0725 0.0558 0.0429 0.0330 0.0254 0.0195 0.0150 0.0116 0.0089 0.0068 0.0053 0.0040 0.0031 0.0024 0.0018 0.0014 0.0011 0.0008 0.0006 0.0005 0.0004 0.0004
NPV 30% -20,200,000 3,070,871 2,362,208 1,817,083 1,397,756 1,075,197 827,075 636,211 489,393 376,456 289,582 222,755 171,350 131,808 101,391 77,993 -160,920 46,150 35,500 27,307 21,006 16,158 12,429 9,561 7,355 5,657 4,352 3,348 2,575 1,981 1,524 808 -7,118,079
= Rp 4,471,847 = 19.01 = 1.21
68
Lampiran 22. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan kenaikan upah 30% Tahun ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Biaya C 20,200,000 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 27,888,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765 13,188,765
NPV(15%) IRR B/C (DF 15%)
Keuntungan B 0 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 2,020,000 = = =
B-C
DF 12%
-20,200,000 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 -11,331,997 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 3,368,003 2,020,000
1 0.8929 0.7972 0.7118 0.6355 0.5674 0.5066 0.4523 0.4039 0.3606 0.3220 0.2875 0.2567 0.2292 0.2046 0.1827 0.1631 0.1456 0.1300 0.1161 0.1037 0.0926 0.0826 0.0738 0.0659 0.0588 0.0525 0.0469 0.0419 0.0374 0.0334 0.0334 NPV
NPV 12% -20,200,000 3,007,146 2,684,951 2,397,278 2,140,427 1,911,095 1,706,335 1,523,514 1,360,280 1,214,536 1,084,407 968,220 864,482 771,859 689,160 615,322 -1,848,494 490,531 437,974 391,048 349,150 311,741 278,340 248,518 221,891 198,117 176,890 157,938 141,016 125,907 112,417 67,468 4,599,463
DF 15% 1 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472 0.2149 0.1869 0.1625 0.1413 0.1229 0.1069 0.0929 0.0808 0.0703 0.0611 0.0531 0.0462 0.0402 0.0349 0.0304 0.0264 0.0230 0.0200 0.0174 0.0151 0.0151
NPV 15% -20,200,000 2,928,698 2,546,694 2,214,517 1,925,667 1,674,493 1,456,081 1,266,157 1,101,006 957,397 832,519 723,929 629,504 547,395 475,995 413,909 -1,210,991 312,975 272,152 236,654 205,786 178,944 155,604 135,308 117,659 102,312 88,967 77,363 67,272 58,497 50,867 30,502 373,829
DF 20% 1 0.8333 0.6944 0.5787 0.4823 0.4019 0.3349 0.2791 0.2326 0.1938 0.1615 0.1346 0.1122 0.0935 0.0779 0.0649 0.0541 0.0451 0.0376 0.0313 0.0261 0.0217 0.0181 0.0151 0.0126 0.0105 0.0087 0.0073 0.0061 0.0051 0.0042 0.0042
NPV 20% -20,200,000 2,806,669 2,338,891 1,949,076 1,624,230 1,353,525 1,127,937 939,948 783,290 652,742 543,951 453,293 377,744 314,787 262,322 218,602 -612,924 151,807 126,506 105,421 87,851 73,209 61,008 50,840 42,366 35,305 29,421 24,518 20,431 17,026 14,188 8,484 -4,217,535
DF 25% 1 0.8000 0.6400 0.5120 0.4096 0.3277 0.2621 0.2097 0.1678 0.1342 0.1074 0.0859 0.0687 0.0550 0.0440 0.0352 0.0281 0.0225 0.0180 0.0144 0.0115 0.0092 0.0074 0.0059 0.0047 0.0038 0.0030 0.0024 0.0019 0.0015 0.0012 0.0012
NPV 25% -20,200,000 2,694,402 2,155,522 1,724,418 1,379,534 1,103,627 882,902 706,321 565,057 452,046 361,637 289,309 231,447 185,158 148,126 118,501 -318,967 75,841 60,673 48,538 38,830 31,064 24,851 19,881 15,905 12,724 10,179 8,143 6,515 5,212 4,169 2,424 -7,156,010
DF 30% 1 0.7692 0.5917 0.4552 0.3501 0.2693 0.2072 0.1594 0.1226 0.0943 0.0725 0.0558 0.0429 0.0330 0.0254 0.0195 0.0150 0.0116 0.0089 0.0068 0.0053 0.0040 0.0031 0.0024 0.0018 0.0014 0.0011 0.0008 0.0006 0.0005 0.0004 0.0004
NPV 30% -20,200,000 2,590,772 1,992,901 1,533,001 1,179,231 907,101 697,770 536,746 412,882 317,601 244,309 187,930 144,561 111,201 85,539 65,799 -170,299 38,935 29,950 23,038 17,722 13,632 10,486 8,066 6,205 4,773 3,672 2,824 2,172 1,671 1,285 808 -9,197,715
Rp 373,829 15.41 1.02
69
Lampiran 23. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 10% dan kenaikan upah 40% Tahun ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Biaya C 20,200,000 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 28,538,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765 13,838,765
NPV(15%) IRR B/C (DF 15%)
Keuntungan B 0 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 2,020,000 = = =
B-C -20,200,000 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 -11,981,997 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,718,003 2,020,000
DF 10% 1.0000 0.9091 0.8264 0.7513 0.6830 0.6209 0.5645 0.5132 0.4665 0.4241 0.3855 0.3505 0.3186 0.2897 0.2633 0.2394 0.2176 0.1978 0.1799 0.1635 0.1486 0.1351 0.1228 0.1117 0.1015 0.0923 0.0839 0.0763 0.0693 0.0630 0.0573 0.0573 NPV
NPV 10% -20,200,000 2,470,912 2,246,283 2,042,076 1,856,433 1,687,666 1,534,242 1,394,765 1,267,968 1,152,699 1,047,908 952,643 866,040 787,309 715,735 650,668 -2,607,632 537,742 488,857 444,415 404,014 367,285 333,896 303,542 275,947 250,861 228,055 207,323 188,475 171,341 155,765 115,746 2,338,980
DF 15% 1 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472 0.2149 0.1869 0.1625 0.1413 0.1229 0.1069 0.0929 0.0808 0.0703 0.0611 0.0531 0.0462 0.0402 0.0349 0.0304 0.0264 0.0230 0.0200 0.0174 0.0151 0.0151
NPV 15% -20,200,000 2,363,481 2,055,201 1,787,131 1,554,027 1,351,328 1,175,068 1,021,798 888,520 772,626 671,849 584,216 508,014 441,751 384,132 334,028 -1,280,453 252,573 219,629 190,981 166,071 144,409 125,573 109,194 94,951 82,567 71,797 62,432 54,289 47,208 41,050 30,502 -3,894,058
DF 20% 1 0.8333 0.6944 0.5787 0.4823 0.4019 0.3349 0.2791 0.2326 0.1938 0.1615 0.1346 0.1122 0.0935 0.0779 0.0649 0.0541 0.0451 0.0376 0.0313 0.0261 0.0217 0.0181 0.0151 0.0126 0.0105 0.0087 0.0073 0.0061 0.0051 0.0042 0.0042
NPV 20% -20,200,000 2,265,003 1,887,502 1,572,918 1,310,765 1,092,304 910,254 758,545 632,121 526,767 438,973 365,811 304,842 254,035 211,696 176,413 -648,081 122,509 102,091 85,076 70,897 59,080 49,234 41,028 34,190 28,492 23,743 19,786 16,488 13,740 11,450 8,484 -7,453,844
DF 25% 1 0.8000 0.6400 0.5120 0.4096 0.3277 0.2621 0.2097 0.1678 0.1342 0.1074 0.0859 0.0687 0.0550 0.0440 0.0352 0.0281 0.0225 0.0180 0.0144 0.0115 0.0092 0.0074 0.0059 0.0047 0.0038 0.0030 0.0024 0.0019 0.0015 0.0012 0.0012
NPV 25% -20,200,000 2,174,402 1,739,522 1,391,618 1,113,294 890,635 712,508 570,007 456,005 364,804 291,843 233,475 186,780 149,424 119,539 95,631 -337,263 61,204 48,963 39,171 31,336 25,069 20,055 16,044 12,835 10,268 8,215 6,572 5,257 4,206 3,365 2,424 -9,752,791
DF 30% 1 0.7692 0.5917 0.4552 0.3501 0.2693 0.2072 0.1594 0.1226 0.0943 0.0725 0.0558 0.0429 0.0330 0.0254 0.0195 0.0150 0.0116 0.0089 0.0068 0.0053 0.0040 0.0031 0.0024 0.0018 0.0014 0.0011 0.0008 0.0006 0.0005 0.0004 0.0004
NPV 30% -20,200,000 2,090,772 1,608,286 1,237,143 951,648 732,037 563,106 433,158 333,199 256,307 197,159 151,661 116,662 89,740 69,031 53,101 -180,068 31,420 24,170 18,592 14,302 11,001 8,462 6,510 5,007 3,852 2,963 2,279 1,753 1,349 1,037 808 -11,363,554
Rp -3,894,058 11.88 0.82
70
Lampiran 24. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan kenaikan upah 10% Tahun ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Biaya C 20,200,000 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 26,782,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166 12,082,166
NPV (15%) IRR (%) B/C (15%)
= = =
Keuntungan B 0 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 2,020,000
B-C
DF 12%
-20,200,000 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 -10,225,398 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 4,474,602 2,020,000
1 0.8929 0.7972 0.7118 0.6355 0.5674 0.5066 0.4523 0.4039 0.3606 0.3220 0.2875 0.2567 0.2292 0.2046 0.1827 0.1631 0.1456 0.1300 0.1161 0.1037 0.0926 0.0826 0.0738 0.0659 0.0588 0.0525 0.0469 0.0419 0.0374 0.0334 0.0334 NPV
NPV 12% -20,200,000 3,995,180 3,567,125 3,184,933 2,843,690 2,539,009 2,266,973 2,024,083 1,807,217 1,613,586 1,440,702 1,286,341 1,148,519 1,025,463 915,592 817,493 -1,667,984 651,700 581,875 519,532 463,868 414,167 369,792 330,172 294,796 263,211 235,010 209,830 187,348 167,275 149,353 67,468 13,513,322
DF 15% 1 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472 0.2149 0.1869 0.1625 0.1413 0.1229 0.1069 0.0929 0.0808 0.0703 0.0611 0.0531 0.0462 0.0402 0.0349 0.0304 0.0264 0.0230 0.0200 0.0174 0.0151 0.0151
NPV 15% -20,200,000 3,890,958 3,383,442 2,942,123 2,558,368 2,224,668 1,934,494 1,682,169 1,462,755 1,271,961 1,106,053 961,785 836,335 727,248 632,389 549,904 -1,092,735 415,806 361,571 314,409 273,399 237,739 206,729 179,765 156,317 135,928 118,198 102,781 89,375 77,717 67,580 30,502 7,639,735
DF 20% 1 0.8333 0.6944 0.5787 0.4823 0.4019 0.3349 0.2791 0.2326 0.1938 0.1615 0.1346 0.1122 0.0935 0.0779 0.0649 0.0541 0.0451 0.0376 0.0313 0.0261 0.0217 0.0181 0.0151 0.0126 0.0105 0.0087 0.0073 0.0061 0.0051 0.0042 0.0042
NPV 20% -20,200,000 3,728,835 3,107,363 2,589,469 2,157,891 1,798,242 1,498,535 1,248,779 1,040,649 867,208 722,673 602,228 501,856 418,214 348,511 290,426 -553,070 201,685 168,071 140,059 116,716 97,263 81,053 67,544 56,287 46,905 39,088 32,573 27,144 22,620 18,850 8,484 1,292,151
DF 25% 1 0.8000 0.6400 0.5120 0.4096 0.3277 0.2621 0.2097 0.1678 0.1342 0.1074 0.0859 0.0687 0.0550 0.0440 0.0352 0.0281 0.0225 0.0180 0.0144 0.0115 0.0092 0.0074 0.0059 0.0047 0.0038 0.0030 0.0024 0.0019 0.0015 0.0012 0.0012
NPV 25% -20,200,000 3,579,682 2,863,745 2,290,996 1,832,797 1,466,238 1,172,990 938,392 750,714 600,571 480,457 384,365 307,492 245,994 196,795 157,436 -287,819 100,759 80,607 64,486 51,589 41,271 33,017 26,413 21,131 16,905 13,524 10,819 8,655 6,924 5,539 2,424 -2,735,093
DF 30% 1 0.7692 0.5917 0.4552 0.3501 0.2693 0.2072 0.1594 0.1226 0.0943 0.0725 0.0558 0.0429 0.0330 0.0254 0.0195 0.0150 0.0116 0.0089 0.0068 0.0053 0.0040 0.0031 0.0024 0.0018 0.0014 0.0011 0.0008 0.0006 0.0005 0.0004 0.0004
NPV 30% -20,200,000 3,442,002 2,647,693 2,036,687 1,566,683 1,205,140 927,031 713,101 548,539 421,953 324,579 249,676 192,059 147,738 113,644 87,419 -153,669 51,727 39,790 30,608 23,544 18,111 13,932 10,717 8,244 6,341 4,878 3,752 2,886 2,220 1,708 808 -5,510,459
Rp 7,639,735 21.60 1.36
71
Lampiran 25. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan kenaikan upah 20% Tahun ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Biaya C 20,200,000 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 27,432,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166 12,732,166
NPV (15%) IRR (%) B/C (15%)
= = =
Keuntungan B 0 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 2,020,000
B-C
DF 12%
-20,200,000 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 -10,875,398 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 3,824,602 2,020,000
1 0.8929 0.7972 0.7118 0.6355 0.5674 0.5066 0.4523 0.4039 0.3606 0.3220 0.2875 0.2567 0.2292 0.2046 0.1827 0.1631 0.1456 0.1300 0.1161 0.1037 0.0926 0.0826 0.0738 0.0659 0.0588 0.0525 0.0469 0.0419 0.0374 0.0334 0.0334 NPV
NPV 12% -20,200,000 3,414,823 3,048,949 2,722,276 2,430,604 2,170,182 1,937,662 1,730,056 1,544,693 1,379,190 1,231,419 1,099,482 981,680 876,500 782,589 698,740 -1,774,013 557,032 497,350 444,062 396,484 354,004 316,075 282,210 251,973 224,976 200,871 179,349 160,133 142,976 127,657 67,468 8,277,452
DF 15% 1 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472 0.2149 0.1869 0.1625 0.1413 0.1229 0.1069 0.0929 0.0808 0.0703 0.0611 0.0531 0.0462 0.0402 0.0349 0.0304 0.0264 0.0230 0.0200 0.0174 0.0151 0.0151
NPV 15% -20,200,000 3,325,741 2,891,949 2,514,738 2,186,729 1,901,503 1,653,481 1,437,810 1,250,269 1,087,191 945,383 822,072 714,845 621,605 540,526 470,022 -1,162,197 355,405 309,047 268,737 233,684 203,204 176,699 153,651 133,610 116,182 101,028 87,851 76,392 66,428 57,763 30,502 3,371,849
DF 20% 1 0.8333 0.6944 0.5787 0.4823 0.4019 0.3349 0.2791 0.2326 0.1938 0.1615 0.1346 0.1122 0.0935 0.0779 0.0649 0.0541 0.0451 0.0376 0.0313 0.0261 0.0217 0.0181 0.0151 0.0126 0.0105 0.0087 0.0073 0.0061 0.0051 0.0042 0.0042
NPV 20% -20,200,000 3,187,168 2,655,974 2,213,311 1,844,426 1,537,022 1,280,851 1,067,376 889,480 741,233 617,695 514,745 428,955 357,462 297,885 248,238 -588,227 172,387 143,656 119,713 99,761 83,134 69,279 57,732 48,110 40,092 33,410 27,841 23,201 19,334 16,112 8,484 -1,944,158
DF 25% 1 0.8000 0.6400 0.5120 0.4096 0.3277 0.2621 0.2097 0.1678 0.1342 0.1074 0.0859 0.0687 0.0550 0.0440 0.0352 0.0281 0.0225 0.0180 0.0144 0.0115 0.0092 0.0074 0.0059 0.0047 0.0038 0.0030 0.0024 0.0019 0.0015 0.0012 0.0012
NPV 25% -20,200,000 3,059,682 2,447,745 1,958,196 1,566,557 1,253,246 1,002,596 802,077 641,662 513,329 410,664 328,531 262,825 210,260 168,208 134,566 -306,115 86,122 68,898 55,118 44,095 35,276 28,221 22,576 18,061 14,449 11,559 9,247 7,398 5,918 4,735 2,424 -5,331,875
DF 30% 1 0.7692 0.5917 0.4552 0.3501 0.2693 0.2072 0.1594 0.1226 0.0943 0.0725 0.0558 0.0429 0.0330 0.0254 0.0195 0.0150 0.0116 0.0089 0.0068 0.0053 0.0040 0.0031 0.0024 0.0018 0.0014 0.0011 0.0008 0.0006 0.0005 0.0004 0.0004
NPV 30% -20,200,000 2,942,002 2,263,078 1,740,829 1,339,099 1,030,077 792,367 609,513 468,856 360,658 277,430 213,407 164,159 126,277 97,136 74,720 -163,437 44,213 34,010 26,161 20,124 15,480 11,908 9,160 7,046 5,420 4,169 3,207 2,467 1,898 1,460 808 -7,676,299
Rp 3,371,849 18.17 1.16
72
Lampiran 26. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan kenaikan upah 30% Tahun ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Biaya C 20,200,000 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 28,082,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166 13,382,166
NPV(15%) IRR B/C(DF 15%)
= = =
Keuntungan B 0 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 2,020,000
B-C
DF 12%
-20,200,000 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 -11,525,398 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 3,174,602 2,020,000
1 0.8929 0.7972 0.7118 0.6355 0.5674 0.5066 0.4523 0.4039 0.3606 0.3220 0.2875 0.2567 0.2292 0.2046 0.1827 0.1631 0.1456 0.1300 0.1161 0.1037 0.0926 0.0826 0.0738 0.0659 0.0588 0.0525 0.0469 0.0419 0.0374 0.0334 0.0334 NPV
NPV 12% -20,200,000 2,834,466 2,530,773 2,259,619 2,017,517 1,801,354 1,608,352 1,436,029 1,282,169 1,144,793 1,022,137 912,622 814,841 727,537 649,586 579,988 -1,880,042 462,363 412,824 368,593 329,101 293,840 262,357 234,247 209,149 186,741 166,733 148,868 132,918 118,677 105,962 67,468 3,041,583
DF 15% 1 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472 0.2149 0.1869 0.1625 0.1413 0.1229 0.1069 0.0929 0.0808 0.0703 0.0611 0.0531 0.0462 0.0402 0.0349 0.0304 0.0264 0.0230 0.0200 0.0174 0.0151 0.0151
NPV 15% -20,200,000 2,760,523 2,400,455 2,087,352 1,815,089 1,578,338 1,372,468 1,193,450 1,037,783 902,420 784,713 682,359 593,356 515,962 448,662 390,141 -1,231,659 295,003 256,524 223,064 193,969 168,669 146,668 127,538 110,902 96,437 83,858 72,920 63,409 55,138 47,946 30,502 -896,038
DF 20% 1 0.8333 0.6944 0.5787 0.4823 0.4019 0.3349 0.2791 0.2326 0.1938 0.1615 0.1346 0.1122 0.0935 0.0779 0.0649 0.0541 0.0451 0.0376 0.0313 0.0261 0.0217 0.0181 0.0151 0.0126 0.0105 0.0087 0.0073 0.0061 0.0051 0.0042 0.0042
NPV 20% -20,200,000 2,645,502 2,204,585 1,837,154 1,530,962 1,275,801 1,063,168 885,973 738,311 615,259 512,716 427,263 356,053 296,711 247,259 206,049 -623,384 143,090 119,241 99,368 82,806 69,005 57,505 47,920 39,934 33,278 27,732 23,110 19,258 16,048 13,374 8,484 -5,180,467
DF 25% 1 0.8000 0.6400 0.5120 0.4096 0.3277 0.2621 0.2097 0.1678 0.1342 0.1074 0.0859 0.0687 0.0550 0.0440 0.0352 0.0281 0.0225 0.0180 0.0144 0.0115 0.0092 0.0074 0.0059 0.0047 0.0038 0.0030 0.0024 0.0019 0.0015 0.0012 0.0012
NPV 25% -20,200,000 2,539,682 2,031,745 1,625,396 1,300,317 1,040,254 832,203 665,762 532,610 426,088 340,870 272,696 218,157 174,526 139,620 111,696 -324,411 71,486 57,189 45,751 36,601 29,281 23,424 18,740 14,992 11,993 9,595 7,676 6,141 4,912 3,930 2,424 -7,928,656
DF 30% 1 0.7692 0.5917 0.4552 0.3501 0.2693 0.2072 0.1594 0.1226 0.0943 0.0725 0.0558 0.0429 0.0330 0.0254 0.0195 0.0150 0.0116 0.0089 0.0068 0.0053 0.0040 0.0031 0.0024 0.0018 0.0014 0.0011 0.0008 0.0006 0.0005 0.0004 0.0004
NPV 30% -20,200,000 2,442,002 1,878,463 1,444,971 1,111,516 855,013 657,702 505,925 389,173 299,364 230,280 177,138 136,260 104,816 80,627 62,021 -173,206 36,699 28,230 21,715 16,704 12,849 9,884 7,603 5,849 4,499 3,461 2,662 2,048 1,575 1,212 808 -9,842,139
Rp -896,038 14.32 0.96
73
Lampiran 27. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 20% dan kenaikan upah 40% Tahun ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Biaya C 20,200,000 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 28,732,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166 14,032,166
NPV(15%) IRR B/C(DF 15%)
= = =
Keuntungan B 0 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 2,020,000
B-C
DF 5%
-20,200,000 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 -12,175,398 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,524,602 2,020,000
1 0.9524 0.9070 0.8638 0.8227 0.7835 0.7462 0.7107 0.6768 0.6446 0.6139 0.5847 0.5568 0.5303 0.5051 0.4810 0.4581 0.4363 0.4155 0.3957 0.3769 0.3589 0.3418 0.3256 0.3101 0.2953 0.2812 0.2678 0.2551 0.2429 0.2314 0.2314 NPV
NPV 5% -20,200,000 2,404,383 2,289,888 2,180,846 2,076,996 1,978,092 1,883,897 1,794,188 1,708,750 1,627,381 1,549,887 1,476,083 1,405,793 1,338,850 1,275,096 1,214,377 -5,577,690 1,101,475 1,049,024 999,071 951,496 906,187 863,035 821,938 782,798 745,522 710,021 676,210 644,010 613,343 584,136 467,428 12,342,509
DF 10% 1 0.9091 0.8264 0.7513 0.6830 0.6209 0.5645 0.5132 0.4665 0.4241 0.3855 0.3505 0.3186 0.2897 0.2633 0.2394 0.2176 0.1978 0.1799 0.1635 0.1486 0.1351 0.1228 0.1117 0.1015 0.0923 0.0839 0.0763 0.0693 0.0630 0.0573 0.0573
NPV 10% -20,200,000 2,295,093 2,086,448 1,896,771 1,724,337 1,567,579 1,425,072 1,295,520 1,177,745 1,070,678 973,343 884,858 804,416 731,287 664,807 604,370 -2,649,721 499,479 454,072 412,793 375,266 341,151 310,137 281,943 256,312 233,011 211,828 192,571 175,064 159,149 144,681 115,746 515,805
DF 15% 1 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472 0.2149 0.1869 0.1625 0.1413 0.1229 0.1069 0.0929 0.0808 0.0703 0.0611 0.0531 0.0462 0.0402 0.0349 0.0304 0.0264 0.0230 0.0200 0.0174 0.0151 0.0151
NPV 15% -20,200,000 2,195,306 1,908,962 1,659,967 1,443,449 1,255,173 1,091,455 949,091 825,297 717,649 624,043 542,646 471,866 410,318 356,799 310,260 -1,301,121 234,601 204,001 177,392 154,254 134,134 116,638 101,424 88,195 76,691 66,688 57,990 50,426 43,849 38,129 30,502 -5,163,925
DF 20% 1 0.8333 0.6944 0.5787 0.4823 0.4019 0.3349 0.2791 0.2326 0.1938 0.1615 0.1346 0.1122 0.0935 0.0779 0.0649 0.0541 0.0451 0.0376 0.0313 0.0261 0.0217 0.0181 0.0151 0.0126 0.0105 0.0087 0.0073 0.0061 0.0051 0.0042 0.0042
NPV 20% -20,200,000 2,103,835 1,753,196 1,460,997 1,217,497 1,014,581 845,484 704,570 587,142 489,285 407,737 339,781 283,151 235,959 196,633 163,860 -658,542 113,792 94,827 79,022 65,852 54,877 45,730 38,109 31,757 26,464 22,054 18,378 15,315 12,763 10,635 8,484 -8,416,775
DF 25% 1 0.8000 0.6400 0.5120 0.4096 0.3277 0.2621 0.2097 0.1678 0.1342 0.1074 0.0859 0.0687 0.0550 0.0440 0.0352 0.0281 0.0225 0.0180 0.0144 0.0115 0.0092 0.0074 0.0059 0.0047 0.0038 0.0030 0.0024 0.0019 0.0015 0.0012 0.0012
NPV 25% -20,200,000 2,019,682 1,615,745 1,292,596 1,034,077 827,262 661,809 529,447 423,558 338,846 271,077 216,862 173,489 138,791 111,033 88,827 -342,707 56,849 45,479 36,383 29,107 23,285 18,628 14,903 11,922 9,538 7,630 6,104 4,883 3,907 3,125 2,424 -10,525,437
Rp -5,163,925 10.45 0.76
74
Lampiran 28. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan kenaikan upah 10% Tahun ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Biaya C 20,200,000 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 26,975,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567 12,275,567
NPV (15%) IRR (%) B/C (15%)
= = =
Keuntungan B 0 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 2,020,000
B-C
DF 12%
-20,200,000 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 -10,418,799 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 4,281,201 2,020,000
1 0.8929 0.7972 0.7118 0.6355 0.5674 0.5066 0.4523 0.4039 0.3606 0.3220 0.2875 0.2567 0.2292 0.2046 0.1827 0.1631 0.1456 0.1300 0.1161 0.1037 0.0926 0.0826 0.0738 0.0659 0.0588 0.0525 0.0469 0.0419 0.0374 0.0334 0.0334 NPV
NPV 12% -20,200,000 3,822,501 3,412,947 3,047,274 2,720,781 2,429,268 2,168,990 1,936,598 1,729,105 1,543,844 1,378,432 1,230,743 1,098,878 981,141 876,019 782,159 -1,699,532 623,533 556,726 497,076 443,818 396,266 353,809 315,901 282,055 251,834 224,852 200,761 179,251 160,045 142,898 67,468 11,955,441
DF 15% 1 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472 0.2149 0.1869 0.1625 0.1413 0.1229 0.1069 0.0929 0.0808 0.0703 0.0611 0.0531 0.0462 0.0402 0.0349 0.0304 0.0264 0.0230 0.0200 0.0174 0.0151 0.0151
NPV 15% -20,200,000 3,722,783 3,237,203 2,814,959 2,447,791 2,128,514 1,850,881 1,609,462 1,399,532 1,216,985 1,058,247 920,215 800,187 695,815 605,056 526,136 -1,113,403 397,834 345,943 300,820 261,583 227,463 197,794 171,995 149,561 130,053 113,089 98,339 85,512 74,358 64,659 30,502 6,369,868
DF 20% 1 0.8333 0.6944 0.5787 0.4823 0.4019 0.3349 0.2791 0.2326 0.1938 0.1615 0.1346 0.1122 0.0935 0.0779 0.0649 0.0541 0.0451 0.0376 0.0313 0.0261 0.0217 0.0181 0.0151 0.0126 0.0105 0.0087 0.0073 0.0061 0.0051 0.0042 0.0042
NPV 20% -20,200,000 3,567,668 2,973,056 2,477,547 2,064,622 1,720,519 1,433,766 1,194,805 995,671 829,725 691,438 576,198 480,165 400,138 333,448 277,873 -563,531 192,968 160,806 134,005 111,671 93,059 77,549 64,624 53,854 44,878 37,398 31,165 25,971 21,643 18,036 8,484 329,219
DF 25% 1 0.8000 0.6400 0.5120 0.4096 0.3277 0.2621 0.2097 0.1678 0.1342 0.1074 0.0859 0.0687 0.0550 0.0440 0.0352 0.0281 0.0225 0.0180 0.0144 0.0115 0.0092 0.0074 0.0059 0.0047 0.0038 0.0030 0.0024 0.0019 0.0015 0.0012 0.0012
NPV 25% -20,200,000 3,424,961 2,739,969 2,191,975 1,753,580 1,402,864 1,122,291 897,833 718,266 574,613 459,690 367,752 294,202 235,362 188,289 150,631 -293,263 96,404 77,123 61,699 49,359 39,487 31,590 25,272 20,217 16,174 12,939 10,351 8,281 6,625 5,300 2,424 -3,507,740
DF 30% 1 0.7692 0.5917 0.4552 0.3501 0.2693 0.2072 0.1594 0.1226 0.0943 0.0725 0.0558 0.0429 0.0330 0.0254 0.0195 0.0150 0.0116 0.0089 0.0068 0.0053 0.0040 0.0031 0.0024 0.0018 0.0014 0.0011 0.0008 0.0006 0.0005 0.0004 0.0004
NPV 30% -20,200,000 3,293,232 2,533,255 1,948,658 1,498,967 1,153,052 886,963 682,279 524,830 403,716 310,550 238,885 183,758 141,352 108,732 83,640 -156,576 49,491 38,070 29,285 22,527 17,328 13,329 10,253 7,887 6,067 4,667 3,590 2,762 2,124 1,634 808 -6,154,883
Rp 6,369,868 20.43 1.30
75
Lampiran 29. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan kenaikan upah 20% Tahun ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Biaya C 20,200,000 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 27,620,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581 12,920,581
NPV (15%) IRR (%) B/C (15%)
Keuntungan B 0 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 2,020,000
B-C
DF 12%
-20,200,000 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 -11,063,813 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 3,636,187 2,020,000
1 0.8929 0.7972 0.7118 0.6355 0.5674 0.5066 0.4523 0.4039 0.3606 0.3220 0.2875 0.2567 0.2292 0.2046 0.1827 0.1631 0.1456 0.1300 0.1161 0.1037 0.0926 0.0826 0.0738 0.0659 0.0588 0.0525 0.0469 0.0419 0.0374 0.0334 0.0334 NPV
NPV 12% -20,200,000 3,246,596 2,898,746 2,588,166 2,310,863 2,063,270 1,842,205 1,644,826 1,468,595 1,311,245 1,170,755 1,045,317 933,319 833,320 744,036 664,318 -1,804,748 529,590 472,848 422,186 376,952 336,564 300,504 268,307 239,560 213,893 190,975 170,514 152,244 135,933 121,368 67,468 6,759,735
DF 15% 1 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472 0.2149 0.1869 0.1625 0.1413 0.1229 0.1069 0.0929 0.0808 0.0703 0.0611 0.0531 0.0462 0.0402 0.0349 0.0304 0.0264 0.0230 0.0200 0.0174 0.0151 0.0151
NPV 15% -20,200,000 3,161,902 2,749,480 2,390,852 2,079,002 1,807,828 1,572,024 1,366,977 1,188,676 1,033,631 898,810 781,574 679,629 590,982 513,897 446,867 -1,182,332 337,896 293,823 255,498 222,172 193,193 167,994 146,082 127,028 110,459 96,051 83,523 72,628 63,155 54,918 30,502 2,134,720
DF 20% 1 0.8333 0.6944 0.5787 0.4823 0.4019 0.3349 0.2791 0.2326 0.1938 0.1615 0.1346 0.1122 0.0935 0.0779 0.0649 0.0541 0.0451 0.0376 0.0313 0.0261 0.0217 0.0181 0.0151 0.0126 0.0105 0.0087 0.0073 0.0061 0.0051 0.0042 0.0042
NPV 20% -20,200,000 3,030,156 2,525,130 2,104,275 1,753,562 1,461,302 1,217,752 1,014,793 845,661 704,717 587,265 489,387 407,823 339,852 283,210 236,008 -598,418 163,895 136,579 113,816 94,846 79,039 65,866 54,888 45,740 38,117 31,764 26,470 22,058 18,382 15,318 8,484 -2,882,264
DF 25% 1 0.8000 0.6400 0.5120 0.4096 0.3277 0.2621 0.2097 0.1678 0.1342 0.1074 0.0859 0.0687 0.0550 0.0440 0.0352 0.0281 0.0225 0.0180 0.0144 0.0115 0.0092 0.0074 0.0059 0.0047 0.0038 0.0030 0.0024 0.0019 0.0015 0.0012 0.0012
NPV 25% -20,200,000 2,908,950 2,327,160 1,861,728 1,489,382 1,191,506 953,205 762,564 610,051 488,041 390,433 312,346 249,877 199,901 159,921 127,937 -311,419 81,880 65,504 52,403 41,922 33,538 26,830 21,464 17,171 13,737 10,990 8,792 7,033 5,627 4,501 2,424 -6,084,602
DF 30% 1 0.7692 0.5917 0.4552 0.3501 0.2693 0.2072 0.1594 0.1226 0.0943 0.0725 0.0558 0.0429 0.0330 0.0254 0.0195 0.0150 0.0116 0.0089 0.0068 0.0053 0.0040 0.0031 0.0024 0.0018 0.0014 0.0011 0.0008 0.0006 0.0005 0.0004 0.0004
NPV 30% -20,200,000 2,797,067 2,151,590 1,655,069 1,273,130 979,331 753,331 579,486 445,758 342,891 263,762 202,894 156,072 120,056 92,351 71,039 -166,269 42,035 32,334 24,873 19,133 14,718 11,321 8,709 6,699 5,153 3,964 3,049 2,345 1,804 1,388 808 -8,304,109
= Rp 2,134,720 = 17.13 = 1.10
76
Lampiran 30. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan kenaikan upah 30% Tahun ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Biaya C 20,200,000 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 28,275,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567 13,575,567
NPV(15%) IRR B/C (DF 15%)
Keuntungan B 0 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 2,020,000
B-C
DF 12%
-20,200,000 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 -11,718,799 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,981,201 2,020,000
1 0.8929 0.7972 0.7118 0.6355 0.5674 0.5066 0.4523 0.4039 0.3606 0.3220 0.2875 0.2567 0.2292 0.2046 0.1827 0.1631 0.1456 0.1300 0.1161 0.1037 0.0926 0.0826 0.0738 0.0659 0.0588 0.0525 0.0469 0.0419 0.0374 0.0334 0.0334 NPV
NPV 12% -20,200,000 2,661,787 2,376,595 2,121,960 1,894,607 1,691,614 1,510,369 1,348,544 1,204,057 1,075,051 959,867 857,024 765,200 683,214 610,013 544,654 -1,911,590 434,195 387,674 346,138 309,051 275,939 246,374 219,977 196,408 175,364 156,575 139,799 124,821 111,447 99,506 67,468 1,483,702
DF 15% 1 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472 0.2149 0.1869 0.1625 0.1413 0.1229 0.1069 0.0929 0.0808 0.0703 0.0611 0.0531 0.0462 0.0402 0.0349 0.0304 0.0264 0.0230 0.0200 0.0174 0.0151 0.0151
NPV 15% -20,200,000 2,592,349 2,254,216 1,960,188 1,704,511 1,482,184 1,288,855 1,120,744 974,560 847,443 736,907 640,789 557,208 484,529 421,329 366,373 -1,252,327 277,031 240,896 209,475 182,152 158,393 137,733 119,768 104,146 90,562 78,749 68,478 59,546 51,779 45,025 30,502 -2,165,905
DF 20% 1 0.8333 0.6944 0.5787 0.4823 0.4019 0.3349 0.2791 0.2326 0.1938 0.1615 0.1346 0.1122 0.0935 0.0779 0.0649 0.0541 0.0451 0.0376 0.0313 0.0261 0.0217 0.0181 0.0151 0.0126 0.0105 0.0087 0.0073 0.0061 0.0051 0.0042 0.0042
NPV 20% -20,200,000 2,484,334 2,070,278 1,725,232 1,437,693 1,198,078 998,398 831,998 693,332 577,777 481,481 401,234 334,362 278,635 232,196 193,496 -633,845 134,372 111,977 93,314 77,762 64,802 54,001 45,001 37,501 31,251 26,042 21,702 18,085 15,071 12,559 8,484 -6,143,398
DF 25% 1 0.8000 0.6400 0.5120 0.4096 0.3277 0.2621 0.2097 0.1678 0.1342 0.1074 0.0859 0.0687 0.0550 0.0440 0.0352 0.0281 0.0225 0.0180 0.0144 0.0115 0.0092 0.0074 0.0059 0.0047 0.0038 0.0030 0.0024 0.0019 0.0015 0.0012 0.0012
NPV 25% -20,200,000 2,384,961 1,907,969 1,526,375 1,221,100 976,880 781,504 625,203 500,163 400,130 320,104 256,083 204,867 163,893 131,115 104,892 -329,855 67,131 53,705 42,964 34,371 27,497 21,997 17,598 14,078 11,263 9,010 7,208 5,766 4,613 3,691 2,424 -8,701,302
DF 30% 1 0.7692 0.5917 0.4552 0.3501 0.2693 0.2072 0.1594 0.1226 0.0943 0.0725 0.0558 0.0429 0.0330 0.0254 0.0195 0.0150 0.0116 0.0089 0.0068 0.0053 0.0040 0.0031 0.0024 0.0018 0.0014 0.0011 0.0008 0.0006 0.0005 0.0004 0.0004
NPV 30% -20,200,000 2,293,232 1,764,024 1,356,942 1,043,801 802,924 617,634 475,103 365,464 281,126 216,251 166,347 127,959 98,430 75,715 58,243 -176,112 34,463 26,510 20,392 15,686 12,066 9,282 7,140 5,492 4,225 3,250 2,500 1,923 1,479 1,138 808 -10,486,562
= Rp -2,165,905 = 13.22 = 0.90
77
Lampiran 31. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar 30% dan kenaikan upah 40% Tahun ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Biaya C 20,200,000 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 28,925,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567 14,225,567
NPV(15%) IRR B/C (DF 15%)
= = =
Keuntungan B 0 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 16,556,768 2,020,000
B-C
DF 5%
-20,200,000 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 -12,368,799 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,331,201 2,020,000
1 0.9524 0.9070 0.8638 0.8227 0.7835 0.7462 0.7107 0.6768 0.6446 0.6139 0.5847 0.5568 0.5303 0.5051 0.4810 0.4581 0.4363 0.4155 0.3957 0.3769 0.3589 0.3418 0.3256 0.3101 0.2953 0.2812 0.2678 0.2551 0.2429 0.2314 0.2314 NPV
NPV 5% -20,200,000 2,220,191 2,114,468 2,013,779 1,917,885 1,826,557 1,739,578 1,656,741 1,577,849 1,502,713 1,431,155 1,363,005 1,298,100 1,236,286 1,177,415 1,121,348 -5,666,289 1,017,095 968,662 922,535 878,605 836,767 796,921 758,972 722,831 688,410 655,629 624,408 594,675 566,357 539,387 467,428 9,369,462
DF 10% 1 0.9091 0.8264 0.7513 0.6830 0.6209 0.5645 0.5132 0.4665 0.4241 0.3855 0.3505 0.3186 0.2897 0.2633 0.2394 0.2176 0.1978 0.1799 0.1635 0.1486 0.1351 0.1228 0.1117 0.1015 0.0923 0.0839 0.0763 0.0693 0.0630 0.0573 0.0573
NPV 10% -20,200,000 2,119,274 1,926,612 1,751,466 1,592,242 1,447,492 1,315,902 1,196,275 1,087,522 988,657 898,779 817,072 742,792 675,266 613,878 558,071 -2,691,811 461,216 419,287 381,170 346,518 315,017 286,379 260,344 236,677 215,161 195,600 177,819 161,653 146,958 133,598 115,746 -1,307,370
DF 15% 1 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472 0.2149 0.1869 0.1625 0.1413 0.1229 0.1069 0.0929 0.0808 0.0703 0.0611 0.0531 0.0462 0.0402 0.0349 0.0304 0.0264 0.0230 0.0200 0.0174 0.0151 0.0151
NPV 15% -20,200,000 2,027,131 1,762,723 1,532,802 1,332,872 1,159,019 1,007,843 876,385 762,074 662,673 576,237 501,076 435,718 378,885 329,466 286,492 -1,321,789 216,629 188,373 163,803 142,437 123,858 107,703 93,655 81,439 70,816 61,579 53,547 46,563 40,489 35,208 30,502 -6,433,792
DF 20% 1 0.8333 0.6944 0.5787 0.4823 0.4019 0.3349 0.2791 0.2326 0.1938 0.1615 0.1346 0.1122 0.0935 0.0779 0.0649 0.0541 0.0451 0.0376 0.0313 0.0261 0.0217 0.0181 0.0151 0.0126 0.0105 0.0087 0.0073 0.0061 0.0051 0.0042 0.0042
NPV 20% -20,200,000 1,942,668 1,618,890 1,349,075 1,124,229 936,857 780,714 650,595 542,163 451,802 376,502 313,752 261,460 217,883 181,569 151,308 -669,002 105,075 87,562 72,969 60,807 50,673 42,227 35,189 29,324 24,437 20,364 16,970 14,142 11,785 9,821 8,484 -9,379,707
DF 25% 1 0.8000 0.6400 0.5120 0.4096 0.3277 0.2621 0.2097 0.1678 0.1342 0.1074 0.0859 0.0687 0.0550 0.0440 0.0352 0.0281 0.0225 0.0180 0.0144 0.0115 0.0092 0.0074 0.0059 0.0047 0.0038 0.0030 0.0024 0.0019 0.0015 0.0012 0.0012
NPV 25% -20,200,000 1,864,961 1,491,969 1,193,575 954,860 763,888 611,110 488,888 391,111 312,889 250,311 200,249 160,199 128,159 102,527 82,022 -348,151 52,494 41,995 33,596 26,877 21,502 17,201 13,761 11,009 8,807 7,046 5,636 4,509 3,607 2,886 2,424 -11,298,084
Rp -6,433,792 9.39 0.70
78
Lampiran 32. Analisis sensitivitas terhadap penurunan jumlah giling tahunan 10% Tahun ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Biaya C 20,200,000 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 25,745,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364
NPV (15%) IRR (%) B/C (15%)
= = =
Keuntungan B 0 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 14,901,091 2,020,000
B-C
DF 12%
-20,200,000 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 -10,844,273 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 3,855,727 2,020,000
1 0.8929 0.7972 0.7118 0.6355 0.5674 0.5066 0.4523 0.4039 0.3606 0.3220 0.2875 0.2567 0.2292 0.2046 0.1827 0.1631 0.1456 0.1300 0.1161 0.1037 0.0926 0.0826 0.0738 0.0659 0.0588 0.0525 0.0469 0.0419 0.0374 0.0334 0.0334 NPV
NPV 12% -20,200,000 3,442,613 3,073,762 2,744,430 2,450,384 2,187,843 1,953,431 1,744,135 1,557,263 1,390,414 1,241,441 1,108,429 989,669 883,633 788,958 704,427 -1,768,936 561,565 501,397 447,676 399,711 356,885 318,647 284,506 254,023 226,807 202,506 180,809 161,436 144,140 128,696 67,468 8,528,170
DF 15% 1 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472 0.2149 0.1869 0.1625 0.1413 0.1229 0.1069 0.0929 0.0808 0.0703 0.0611 0.0531 0.0462 0.0402 0.0349 0.0304 0.0264 0.0230 0.0200 0.0174 0.0151 0.0151
NPV 15% -20,200,000 3,352,806 2,915,484 2,535,203 2,204,524 1,916,978 1,666,937 1,449,511 1,260,444 1,096,038 953,077 828,762 720,663 626,663 544,925 473,848 -1,158,871 358,297 311,562 270,924 235,586 204,857 178,137 154,902 134,697 117,128 101,850 88,566 77,013 66,968 58,233 30,502 3,576,215
DF 20% 1 0.8333 0.6944 0.5787 0.4823 0.4019 0.3349 0.2791 0.2326 0.1938 0.1615 0.1346 0.1122 0.0935 0.0779 0.0649 0.0541 0.0451 0.0376 0.0313 0.0261 0.0217 0.0181 0.0151 0.0126 0.0105 0.0087 0.0073 0.0061 0.0051 0.0042 0.0042
NPV 20% -20,200,000 3,213,106 2,677,588 2,231,323 1,859,436 1,549,530 1,291,275 1,076,063 896,719 747,266 622,721 518,935 432,445 360,371 300,309 250,258 -586,544 173,790 144,825 120,688 100,573 83,811 69,842 58,202 48,502 40,418 33,682 28,068 23,390 19,492 16,243 8,484 -1,789,189
DF 25% 1 0.8000 0.6400 0.5120 0.4096 0.3277 0.2621 0.2097 0.1678 0.1342 0.1074 0.0859 0.0687 0.0550 0.0440 0.0352 0.0281 0.0225 0.0180 0.0144 0.0115 0.0092 0.0074 0.0059 0.0047 0.0038 0.0030 0.0024 0.0019 0.0015 0.0012 0.0012
NPV 25% -20,200,000 3,084,582 2,467,665 1,974,132 1,579,306 1,263,445 1,010,756 808,605 646,884 517,507 414,006 331,204 264,964 211,971 169,577 135,661 -305,239 86,823 69,459 55,567 44,454 35,563 28,450 22,760 18,208 14,567 11,653 9,323 7,458 5,966 4,773 2,424 -5,207,529
DF 30% 1 0.7692 0.5917 0.4552 0.3501 0.2693 0.2072 0.1594 0.1226 0.0943 0.0725 0.0558 0.0429 0.0330 0.0254 0.0195 0.0150 0.0116 0.0089 0.0068 0.0053 0.0040 0.0031 0.0024 0.0018 0.0014 0.0011 0.0008 0.0006 0.0005 0.0004 0.0004
NPV 30% -20,200,000 2,965,944 2,281,495 1,754,996 1,349,997 1,038,459 798,815 614,473 472,672 363,593 279,687 215,144 165,495 127,304 97,926 75,328 -162,970 44,573 34,287 26,374 20,288 15,606 12,005 9,234 7,103 5,464 4,203 3,233 2,487 1,913 1,472 808 -7,572,588
Rp 3,576,215 18.33 1.17
79
Lampiran 33. Analisis sensitivitas terhadap penurunan jumlah giling tahunan 20% Tahun ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Biaya C 20,200,000 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 25,745,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364 11,045,364
NPV (15%) IRR (%) B/C (15%)
= = =
Keuntungan B 0 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 13,245,414 2,020,000
B-C -20,200,000 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 -12,499,950 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,200,050 2,020,000
DF 5% 1.0000 0.9524 0.9070 0.8638 0.8227 0.7835 0.7462 0.7107 0.6768 0.6446 0.6139 0.5847 0.5568 0.5303 0.5051 0.4810 0.4581 0.4363 0.4155 0.3957 0.3769 0.3589 0.3418 0.3256 0.3101 0.2953 0.2812 0.2678 0.2551 0.2429 0.2314 0.2314 NPV
NPV 5% 20,200,000 10,519,394 10,018,471 9,541,401 9,087,048 8,654,332 8,242,221 7,849,734 7,475,937 7,119,940 6,780,895 6,457,996 6,150,472 5,857,592 5,578,659 5,313,009 11,794,248 4,819,056 4,589,577 4,371,026 4,162,882 3,964,649 3,775,856 3,596,054 3,424,813 3,261,727 3,106,406 2,958,482 2,817,602 2,683,431 2,555,648 467,428 197,195,985
DF 10% 1.0000 0.9091 0.8264 0.7513 0.6830 0.6209 0.5645 0.5132 0.4665 0.4241 0.3855 0.3505 0.3186 0.2897 0.2633 0.2394 0.2176 0.1978 0.1799 0.1635 0.1486 0.1351 0.1228 0.1117 0.1015 0.0923 0.0839 0.0763 0.0693 0.0630 0.0573 0.0573
NPV 10% -20,200,000 2,000,045 1,818,223 1,652,930 1,502,664 1,366,058 1,241,871 1,128,974 1,026,340 933,036 848,215 771,104 701,004 637,276 579,342 526,674 -2,720,353 435,268 395,698 359,726 327,023 297,294 270,267 245,698 223,361 203,056 184,596 167,815 152,559 138,690 126,082 115,746 -2,543,719
DF 15% 1 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472 0.2149 0.1869 0.1625 0.1413 0.1229 0.1069 0.0929 0.0808 0.0703 0.0611 0.0531 0.0462 0.0402 0.0349 0.0304 0.0264 0.0230 0.0200 0.0174 0.0151 0.0151
NPV 15% -20,200,000 1,913,087 1,663,554 1,446,569 1,257,886 1,093,814 951,142 827,080 719,200 625,392 543,819 472,886 411,205 357,570 310,930 270,374 -1,335,804 204,442 177,775 154,587 134,424 116,890 101,644 88,386 76,857 66,832 58,115 50,535 43,943 38,212 33,227 30,502 -7,294,927
DF 20% 1 0.8333 0.6944 0.5787 0.4823 0.4019 0.3349 0.2791 0.2326 0.1938 0.1615 0.1346 0.1122 0.0935 0.0779 0.0649 0.0541 0.0451 0.0376 0.0313 0.0261 0.0217 0.0181 0.0151 0.0126 0.0105 0.0087 0.0073 0.0061 0.0051 0.0042 0.0042
NPV 20% -20,200,000 1,833,375 1,527,813 1,273,177 1,060,981 884,151 736,792 613,994 511,661 426,384 355,320 296,100 246,750 205,625 171,354 142,795 -676,096 99,163 82,636 68,863 57,386 47,822 39,852 33,210 27,675 23,062 19,219 16,015 13,346 11,122 9,268 8,484 -10,032,699
DF 25% 1 0.8000 0.6400 0.5120 0.4096 0.3277 0.2621 0.2097 0.1678 0.1342 0.1074 0.0859 0.0687 0.0550 0.0440 0.0352 0.0281 0.0225 0.0180 0.0144 0.0115 0.0092 0.0074 0.0059 0.0047 0.0038 0.0030 0.0024 0.0019 0.0015 0.0012 0.0012
NPV 25% -20,200,000 1,760,040 1,408,032 1,126,426 901,140 720,912 576,730 461,384 369,107 295,286 236,229 188,983 151,186 120,949 96,759 77,407 -351,842 49,541 39,633 31,706 25,365 20,292 16,234 12,987 10,389 8,312 6,649 5,319 4,256 3,404 2,724 2,424 -11,822,038
Rp -7,294,927 9.94 0.66
80
Lampiran 34. Komponen fisik beras berdasarkan SNI No. 01-6127-1999 No
Komponen Mutu
1 2 3
Derajat sosoh (min) Kadar air (maks) Beras kepala (min) Butir utuh (min) Butir patah (maks) Butir menir (maks) Butir merah (maks) Butir kuning/rusak (maks) Butir mengapur (maks) Butir asing (maks) Butir gabah (maks) Campuran varietas lain (maks)
4 5 6 7 8 9 10 11
Mutu I (%) 100 14 100 60 0 0 0
Mutu II (%) 100 14 95 50 5 0 0
Mutu III (%) 100 14 84 40 15 1 1
Mutu IV (%) 95 14 73 35 25 2 3
Mutu V (%) 85 15 60 35 35 5 3
0
0
1
3
5
0
0
1
3
5
0 0
0 0
0.02 1
0.05 2
0.2 3
5
5
5
10
10
Sumber : Patiwiri, 2006
81