ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAHU BANDUNG KAYUN-YUN DESA CIHIDEUNG ILIR KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
FEBY RIZKY HADIYANTI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2014
Feby Rizky Hadiyanti NIM H34100122
iv
ABSTRAK FEBY RIZKY HADIYANTI. Analisis Kelayakan Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh TINTIN SARIANTI. Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun merupakan salah satu industri kecil tahu yang menggunakan kedelai sebagai bahan baku. Adanya kenaikan harga kedelai yang terjadi pada tahun 2013 menyebabkan usaha mengalami gangguan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan dari aspek finansial dan non finansial usaha tahu Bandung Kayun-Yun. Metode analisis data yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi dan aspek lingkungan). Sedangkan, data kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek finansial melalui empat kriteria investasi, yaitu NPV, IRR, Net B/C, payback period. Nilai NPV diperoleh sebesar Rp 293 316 530, Net B/C sebesar 3.07, IRR sebesar 39 persen, dan payback period selama lima tahun tujuh bulan tujuh belas hari. Baik aspek finansial maupun non finansial menyatakan bahwa usaha tahu Bandung Kayun-Yun layak untuk dijalankan kecuali pada aspek manajemen karena usaha belum memiliki pencatatan finansial dan aspek lingkungan karena air limbah dibiarkan langsung mengalir ke sungai sehingga dalam jangka panjang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Perhitungan analisis sensitivitas menunjukan kenaikan harga kedelai merupakan variabel yang lebih sensitif dibandingkan dengan penurunan jumlah produksi tahu Kata kunci : Analisis sensitivitas, Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun, studi kelayakan. ABSTRACT FEBY RIZKY HADIYANTI. Feasibility Analysis of Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun Cihideung Ilir Village Ciampea Subdistrict Bogor District. Supervised by TINTIN SARIANTI. Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun is one of the small soybean industries that uses soybean as the main material. Soybean price increased that occured in 2013 involved the business interruption. The purpose of this research was to analyze feasibility of financial and non financial aspects. Data analysis methods used are qualitative and quantitative. Qualitative data used to analyze non financial aspects (market, technical, management and legal, social and economic, and enviromental aspects). While, quantitative data used to analyze financial aspects through four investment criteria, that is NPV, IRR, Net B/C and payback period. The value of NPV obtained at Rp 293 316 530, Net B/C obtained at 3.07, IRR obtained at 39 persen, and payback period obtained five year seven months seventeen days. The results is both of the financial and non financial aspects showed that Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun is feasible to run, except the management aspects because the bussiness does not have financial record keeping and environmental aspects because waste water allowed to flow directly into the river so that in long impact can cause environmental pollution. Sensitivity analysis showed that soybean price increased is more sensitive variable than the decrease in number of production of tofu. Keywords : Sensitivity analysis, Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun, feasibility study
ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAHU BANDUNG KAYUN-YUN DESA CIHIDEUNG ILIR KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
FEBY RIZKY HADIYANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
vi
Judul Skripsi Nama NRP
: Analisis Kelayakan Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor : Feby Rizky Hadiyanti : H34100122
Disetujui oleh
Tintin Sarianti SP,MM Pembimbing Skripsi
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen
Tanggal lulus :
viii
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah studi kelayakan bisnis dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Tahu Bandung KayunYun Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Pengambilan data diambil pada bulan Desember 2013 – Januari 2014. Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta, yaitu Lina Lidya dan Rainir Rasyidin beserta adik tercinta, yaitu Reza Rachmadian Putra yang telah memberikan curahan kasih sayang, nasehat, motivasi, dan juga doa sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing, yaitu Tintin Sarianti, SP, MM atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih kepada Ir Popong Nurhayati, MM, Dr Ir Rr. Heny K. S. Daryanto, M. Ec, Tintin Sarianti SP, MM, Yanti Nuraeni Muflikh SP, M.Agribus sebagai tim peneliti pada penelitian Strategi Nasional yang berjudul “Analisis Pengaruh Karakterisktik Kewirausahaan terhadap Kinerja Wirausaha pada Unit usaha Kecil-Menengah (UKM) di Provinsi Jawa Barat” atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk menjadi bagian dari enumerator sehingga dapat dijadikan bahan penelitian pada skripsi ini. Terima kasih kepada Ir. Narni Farmayanti, MS selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji utama serta Siti Jahroh, Ph. D atas saran dan masukan yang telah diberikan kepada penulis dalam menyusun skripsi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Uun selaku pemilik usaha tahu bandung Kayun-Yun yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian pada usahanya serta telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi dan pengetahuan terkait skripsi yang dilakukan penulis. Terima kasih kepada teman satu bimbingan Rahma, Nci, Nisa, Intan, dan Narita yang selalu memberikan nasehat, motivasi, dan doa selama ini. Terima kasih kepada sahabat Arina, Arumi, Ayu, Vina, Wuri, Novade, Ryan Fajar, Fadil, Mikhen, beserta seluruh sahabat Agribisnis 47 atas nasehat, motivasi dan doa kepada penulis. Terima kasih kepada sahabat Zakiy, Melia, Bondan, Ndie, Fauziah, Aghitia, Nindya atas motivasi dan doa kepada penulis dan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas motivasi dan doa yang telah diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan masukan yang baik bagi usaha tahu Bandung Kayun-Yun maupun masyarakat luas.
Bogor, April 2014
Feby Rizky Hadiyanti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
4
Penelitian Terdahulu
4
KERANGKA PEMIKIRAN
7
Kerangka Pemikiran Teoritis
7
Studi Kelayakan Bisnis
7
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
7
Teori Biaya Produksi
11
Biaya dan Manfaat
12
Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN
13 16
Lokasi dan Waktu Penelitian
16
Data dan Instrumentasi
16
Metode Pengumpulan Data
16
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
16
Aspek Non Finansial
17
Aspek Finansial
18
Analisis Sensitivitas
20
Asumsi Dasar
20
GAMBARAN UMUM USAHA
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial
21
Aspek Pasar
21
Aspek Teknis
26
x
Aspek Manajemen dan Hukum
34
Aspek Sosial dan Ekonomi
36
Aspek Lingkungan
36
Analisis Aspek Finansial
38
Analisis Inflow Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun
38
Analisis Outflow Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun
39
Laporan Laba Rugi Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun
43
Analisis Finansial Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun
44
Analisis Sensitivitas Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun
45
Implikasi Manajerial terhadap Analisis Sensitivitas
48
SIMPULAN DAN SARAN
49
DAFTAR PUSTAKA
50
LAMPIRAN
51
RIWAYAT HIDUP
67
DAFTAR TABEL 1 Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga yang berlaku menurut lapangan usaha (miliar rupiah) 2 Produksi, impor, kebutuhan dalam negeri, dan pangsa produksi kedelai 3 Konsumsi rata-rata per kapita beberapa bahan makanan tahun 2009 – 2013 4 Rincian pendapatan penjualan usaha tahu Bandung Kayun-Yun per tahun 5 Biaya investasi usaha tahu Bandung Kayun-Yun 6 Hasil perhitungan biaya investasi sebelum dan sesudah compounding factor 7 Rincian biaya tetap usaha tahu Bandung Kayun-Yun 8 Jumlah biaya variabel tahun 2010 - 2013 9 Hasil analisis finansial usaha tahu Bandung Kayun-Yun 10 Perbandingan antara kondisi normal dan hasil analisis sensitivitas
1 2 22 39 40 41 42 43 44 47
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Biaya total, biaya tetap, biaya berubah total Kerangka pemikiran operasional Saluran pemasaran tahu bandung saluran I Saluran pemasaran tahu bandung saluran II Kedelai yang digunakan dalam proses produksi Proses perendaman kedelai Proses penggilingan kedelai Proses perebusan bubur kedelai Proses penyaringan bubur kedelai Proses penggumpalan sari kedelai Proses pencetakan sari kedelai Proses pencetakan tahu Proses perebusan tahu dengan kunyit Saluran air limbah produksi
11 15 24 25 27 29 30 30 31 31 32 32 33 37
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ringkasan proses produksi tahu Tata letak atau layout pabrik Dokumentasi kegiatan Rincian biaya investasi serta perhitungan biaya investasi sebelum dan sesudah compounding factor Rincian biaya variabel usaha tahu Bandung Kayun-Yun Cashflow usaha tahu Bandung Kayun-Yun Analisis sensitivitas kenaikan harga kedelai 28.6 persen Analisis sensitivitas penurunan jumlah produksi sebesar 20 persen Laporan laba rugi usaha tahu Bandung Kayun-Yun
51 52 53 54 55 56 59 62 65
1
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Agroindustri adalah kegiatan memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, mengolah maupun menyediakan alat dan jasa kegiatan. Proses yang digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk agroindustri dapat berupa produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan baku industri lainnya. Kegiatan ini merupakan bagian dari industri pertanian sejak produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai penggunaannya oleh konsumen. Salah satu kegiatan dari agroindustri adalah industri pengolahan. Industri pengolahan merupakan kegiatan ekonomi yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi, barang yang memiliki nilai tambah, dan sifatnya menjadi lebih dekat kepada pemakai akhir 1. Sektor ini terbukti mampu memberikan kontribusi terbesar dalam Produk Domestik Bruto Nasional. Berdasarkan data BPS tahun 2013, kontribusi industri pengolahan terhadap PDB mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga 2012. Pada tahun 2010, industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 1 599 073.10 hingga tahun 2012 mencapai 1 972 846.60. Hal ini menunjukkan bahwa industri pengolahan mampu berkontribusi secara positif terhadap perekonomian nasional. Kontribusi industri pengolahan terhadap PDB atas dasar harga yang berlaku dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1 Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga yang berlaku menurut lapangan usaha (miliar tupiah) No 1
Lapangan usaha Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan 4 Listrik, Gas, dan Air bersih 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi 8 Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaa 9 Jasa-jasa Total Produk Domestik Bruo (PDB) Sumber : BPS (2013) Keterangan : *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
2010 985 470.50 482 337.10 136 048.50 119 371.70 48 289.80 199 383.40 719 710.10 1 599 073.10 49 199.00 660 890.50 882 48.20 423 172.20 466 563.80 660 365.50 6 446 851.90
2011* 1 091 447.30 5 29 968.00 153 709.30 129 297.70 51 781.30 226 691.00 879 505.40 1 806 140.50 56 788.90 754 483.50 1 024 009.10 491 283.10 535 152.90 783 970.50 7 422 781.20
2012** 1 190 412.40 574 330.00 159 753.90 146 089.70 54 906.50 255 332.30 970 559.60 1 972 846.60 65 124.90 860 964.80 1 145 600.90 549 115.50 598 523.20 888 676.40 8 241 864.30
Industri pengolahan tersusun atas industri berskala besar, sedang, dan kecil dimana pelaku dari masing-masing skala industri memiliki potensi untuk saling mendukung keberlangsungan industri lain. Sebagai bagian dari industri pengolahan, industri kecil merupakan salah satu bagian yang berperan penting terhadap perekonomian nasional. Salah satu industri kecil yang potensial dan layak untuk 1
[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2013. [Internet]. [diunduh 2014 Januari 10]. Tersedia pada : www.bps.go.id. Jakarta (ID) : Badan Pusat Statistik.
2
dikembangkan adalah industri berbasis kedelai. Industri ini dapat dimulai dengan modal awal yang relatif kecil, teknologi sederhana dan tidak membutuhkan keahlian tinggi. Pengolahan kedelai dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu pengolahan dengan fermentasi dan tanpa fermentasi. Pengolahan dengan fermentasi akan menghasilkan kecap, oncom, tauco, dan tempe. Sedangkan pengolahan tanpa fermentasi berupa susu kedelai, tahu, tauge, dan tepung kedelai. Tingginya permintaan produk-produk olahan kedelai telah memacu pertumbuhan kebutuhan konsumsi kedelai. Akan tetapi, peningkatan konsumsi ini tidak diimbangi dengan tingkat produksinya. Indonesia hanya mampu menghasilkan sekitar 30 - 45 persen pangsa produksi terhadap kebutuhan dalam negeri. Untuk menutupi kekurangan kebutuhan kedelai, pemerintah memberlakukan impor dari beberapa penghasil kedelai dunia, antara lain Amerika Serikat, Brazil, Argentina, China, India, dan Paraguay. Data produksi, impor, kebutuhan dalam negeri, dan pangsa produksi kedelai terhadap kebutuhan dalam negeri dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Produksi, impor, kebutuhan dalam negeri, dan pangsa produksi kedelai terhadap kebutuhan dalam negeri tahun 2007 - 2013 (ton) Tahun
Produksi
Impor
Kebutuhan dalam negeri
Pangsa produksi terhadap kebutuhan dalam negeri
2007
592 534
1 411 589
2 002 251
29.59
2008
775 710
1 173 097
1 947 782
29.59
2009
974 512
1 314 620
2 288 686
42.58
2010
907 031
1 740 505
2 647 151
34.26
2011
851 286
2 087 986
2 939 272
28.96
2012
843 153
2 128 763
2 971 916
28.37
1 268 543
2 115 700
40.04
2013 847 157 Sumber : BPS 2013, (diolah)
Ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan bahwa impor kedelai setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain keterbatasan lahan, rendahnya minat petani dalam budidaya kedelai serta pembebasan tarif masuk impor 2. Sebagian besar petani lebih memilih untuk menanam tanaman lain seperti jagung dibandingkan dengan menanam kedelai. Hal ini dikarenakan secara teknis budidaya kedelai relatif lebih sulit serta kedelai memiliki harga jual yang sangat bersaing dengan kedelai impor. Untuk kedelai basah yang masih ada kulitnya petani jual ke tengkulak Rp 3 000 per kilogram. Sedangkan untuk kedelai kering yang sudah dikupas harga jual Rp 5 000 per kilogram. Harga jual kedelai di pasaran saat ini berkisar Rp 9.000 per kilogram untuk kedelai impor dan Rp 7.500 per kilogram untuk kedelai lokal sedangkan harga yang dibeli dari petani tetap masih rendah. Hal ini menyebabkan petani enggan untuk menanam kedelai 3. Salah satu negara pengekspor utama kedelai adalah Amerika Serikat. Amerika Serikat berhasil menguasai 93 persen dari jumlah impor kedelai (Deptan, 2012). Adanya permasalahan cuaca yang terjadi di Amerika pada dua tahun belakangan ini 2
Nurhayat, Wiji. 2013. Kenapa Indonesia Ketergantungan Impor Kedelai? Ini sebabnya. [Internet]. [diunduh 2014 Maret 19]. Tersedia pada :http://finance.detik.com/read/ 3 Pikiran Rakyat Online. 2013. Harga Jual Kedelai Rendah Dikeluhkan oleh Para Petani.[Internet]. [diunduh 2014 Maret 19]. Tersedia pada : http://www.pikiran-rakyat.com/node/252498.
3
menyebabkan kedelai tidak dapat tumbuh dengan maksimal. Banyak petani yang mengalami kegagalan panen karena cuaca panas dan kering berkepanjangan. Ancaman lainya berupa satwa liar rusa yang mengganggu area pertanian petani yang menanam kedelai.4 Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan produksi kedelai sekaligus berdampak pada pasokan kedelai Indonesia. Penurunan produksi AS menyebabkan pasokan kedelai lokal menjadi rendah. Selain itu, melemahnya nilai tukar rupiah dan adanya permasalahan pada sisi suplai membuat harga kedelai semakin meningkat. Pada akhir tahun 2013, harga kedelai kembali meningkat dari Rp 5 500 per kilogram menjadi Rp 8 000 – 10 000 per kilogram 5. Adanya kenaikan harga kedelai saat ini dapat menjadi sebuah permasalahan atas ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor. Oleh karena itu, pemerintah dianggap kurang memperhatikan produksi kedelai dalam negeri 6 . Salah satu wilayah dengan kebutuhan kedelai tertinggi adalah Kabupaten Bogor, yaitu mencapai 3 336 660 kilogram atau setara dengan 3 336. 66 ton tiap bulannya. Sebagian besar kedelai digunakan sebagai bahan baku dalam industri tahu dan tempe. Hingga tahun 2012 terdapat 2 373 pengrajin tahu dan tempe yang tergabung ke dalam anggota KOPTI, masih banyak pengrajin lain yang belum terdata dan tergabung dalam keanggotaan KOPTI. Hal ini dapat menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra produksi kedelai (KOPTI 2012). Perumusan masalah Kedelai merupakan bahan baku dominan dalam industri berbasis kedelai. Khususnya pada industri tahu, kedelai berkontribusi sekitar 65 persen dari keseluruhan total biaya variabel. Masalah yang seringkali terjadi dan tidak dapat dihindarkan oleh para pengrajin industri berbasis kedelai adalah kenaikan harga kedelai. Kenaikan harga yang terjadi pada tahun 2013 cukup signifikan, semula kedelai seharga Rp 6 000 – Rp 7 000 per kilogram naik hingga mencapai Rp 9 000 – Rp 10 500 per kilogram. Sebagian pengrajin menghentikan kegiatan produksinya karena usahanya mengalami kerugian hingga 60 persen. Hal ini membuat para pengrajin merasa khawatir akan keberlangsungan usahanya7. Adanya kenaikan harga kedelai yang terjadi pada tahun 2013 ini membuat para pengrajin melakukan beberapa alternatif penyesuaian guna menjaga keberlangsungan usaha, antara lain dengan melakukan penurunan volume produksi, pengurangan ukuran tahu, hingga peningkatan harga jual. Hal ini dilakukan agar pengrajin dapat tetap berproduksi walaupun adanya kenaikan harga kedelai. Dengan demikian, menjadi perlu dan penting untuk dilakukan sebuah penelitian mengenai studi kelayakan bisnis untuk membuktikan apakah benar kenaikan harga kedelai membuat usaha berbasis kedelai menjadi tidak layak.
4
Lima, Esther. 2013. Kedelai Made in USA. [Internet]. [diunduh 2014 Februari 27]. Tersedia pada : http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2013/09/13/kedelai-made-in-usa-589265.html. 5 Siagian, Viktor. 2013. Insentif Harga Menuju Swasembada Kedelai. [Internet]. [diunduh 2014 Maret 19]. Tersedia pada : http://www.sinarharapan.co/news/read/28792/insentif-harga-menujuswasembada-kedelai. 6 Haryadi, Dadi. 2012. Harga Kedelai Naik, Akibat Ketergantungan Impor. [Internet]. [diunduh 2014 Januari 17]. Tersedia pada : http://m.inilah.com/read/detail/1886330/harga-kedelai-naik-akibatketergantungan-impor. 7 Wulan, R. Teja. 2013. Harga Kedelai Naik, Produsen Tahu Tempe Merugi. [Internet]. [diunduh 2014 Maret 19]. Tersedia pada : http://www.voaindonesia.com/content/harga-keledai-naik-produsentahu-tempe-merugi/1738368.html.
4
Penelitian dilakukan dengan mengambil salah satu usaha berbasis kedelai, yaitu usaha tahu yang bernama Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun. Usaha ini terletak di Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi dilakukan karena wilayah ini merupakan salah satu wilayah dengan kebutuhan kedelai tertinggi juga sebagai salah satu sentra produksi kedelai. Selain itu, usaha ini juga tergolong usaha kecil sehingga sangat rentan terhadap suatu perubahan yang terjadi. Penelitian dilakukan untuk menganalisis secara mendalam mengenai keadaan atau kondisi usaha. Selain menganalisis kelayakan finansial, penelitian ini juga akan melakukan analisis kelayakan non finansial untuk mengetahui sejauh mana kelayakan atas keseluruhan kegiatan usaha yang telah dilakukan, meliputi aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial dan ekonomi, serta lingkungan. Untuk melengkapi hasil penelitian, maka dilakukan analisis sensitivitas terkait dengan perubahan yang pernah terjadi selama keberlangsungan usaha. Salah satu perubahan yang pernah terjadi dan perlu diperhatikan adalah perubahan terkait penurunan jumlah produksi. Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah untuk kajian ini adalah : 1. Bagaimana kelayakan aspek finansial usaha tahu Bandung Kayun-Yun? 2. Bagaimana kelayakan aspek non finansial usaha tahu Bandung Kayun-Yun? 3. Bagaimana analisis sensitivitas kelayakan usaha tahu Bandung Kayun-Yun terhadap kenaikan harga kedelai dan penurunan jumlah produksi tahu? Tujuan Penelitian 1. Menganalisis kelayakan aspek finansial usaha tahu Bandung Kayun-Yun. 2. Menganalisis kelayakan aspek non finansial usaha tahu Bandung Kayun-Yun 3. Menganalisis sensitivitas terhadap kenaikan harga kedelai dan penurunan jumlah produksi tahu. Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan juga tujuan dari penelitian yang telah dituliskan sebelumnya, maka diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bentuk pengaplikasian berbagai ilmu yang telah didapatkan selama masa kuliah dan mampu melatih kemampuan mengenai analisis studi kelayakan usaha sehingga dapat diterapkan dalam usaha bisnis yang nyata. 2. Bagi pemilik usaha tahu bandung Kayun-Yun, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan, bahan pertimbangan dan masukan yang bermanfaat dalam melanjutkan usahanya. 3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan tambahan informasi dan literatur untuk penelitian selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan referensi dan informasi dalam sebuah penelitian. Hal ini dilakukan untuk menggali informasi secara lebih mendalam terkait dengan topik penelitian. Topik pada penelitian kali ini dilatarbelakangi oleh
5
kenaikan harga kedelai. Terdapat lima judul skripsi terkait yang telah dikaji pada penelitian ini antara lain Tamisari (2013) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi harga kedelai di Indonesia, Nursiah (2013) melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap industri tempe di Desa Citereup Kabupaten Bogor, Kurniasari (2010) melakukan penelitian mengenai analisis dampak kenaikan harga kedelai di sentra industri tempe Kelurahan Semanan Jakarta Barat, Patmawaty (2009) melakukan penelitian mengenai analisis dampak kenaikan harga kedelai terhadap pendapatan usaha pengrajin tahu skala kecil dan rumah tangga, dan Nurhayati (2011) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan dan strategi pengembangan usaha industri kecil tahu yang berada di Kuningan Jawa Barat. Tamisari (2013) meneliti terkait dengan faktor-faktor yang memengaruhi harga kedelai di Indonesia, faktor-faktor tersebut antara lain harga kedelai domestik, harga kedelai internasional, harga BBM, produksi, impor, dan nilai tukar. Pola dinamika harga kedelai domestik yang terjadi cenderung meningkat. Hal ini disebabkan terjadinya transmisi harga dari harga kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik. Oleh sebab itu, pola dinamika trend harga kedelai domestik mengikuti pola dinamika trend harga kedelai internasional. Harga kedelai domestik memiliki tingkat harga yang cukup bersaing dengan harga kedelai internasional. Salah satu penyebab hal ini adalah tingkat produksi kedelai di Indonesia cukup rendah. Oleh sebab itu, untuk menutupi kekurangan maka pemerintah memberlakukan impor dari beberapa negara penghasil kedelai dunia. Impor kedelai yang terus-menerus dilakukan membuat ketergantungan yang cukup tinggi. Seperti yang telah dibahas pada penelitian Tamisari (2013), beberapa faktor yang memengaruhi harga kedelai di Indonesia adalah harga kedelai internasional, impor, dan nilai tukar. Penawaran kedelai di tingkat internasional sangat mempengaruhi harga kedelai domestik karena pasokan kedelai lokal tidak mampu memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Jika penawaran kedelai dunia mengalami penurunan maka akan berdampak pada pasokan kedelai lokal. Selain itu, adanya kendala terkait dengan melemahnya nilai tukar serta adanya permasalahan pada sisi suplai membuat harga kedelai di Indonesia semakin mengalami peningkatan. Tiga skripsi terkait dengan kenaikan harga kedelai akan dikaji untuk melihat pengaruh atau dampak yang terjadi terhadap industri berbasis kedelai. Penelitian Nursiah (2013) dan Kurniasari (2010) mengkaji terkait pengaruh atau dampak kenaikan harga kedelai terhadap industri tempe di dua lokasi yang berbeda. Nursiah (2013) berlokasi di Desa Citereup Kabupaten Bogor sedangkan Kurniasari (2010) berlokasi di Kelurahan Semanan Jakarta Barat. Kedua lokasi dipilih karena lokasi tersebut merupakan sentra industri tempe. Lain halnya dengan penelitian Patmawaty (2009) mengkaji dampak kenaikan harga kedelai terhadap pendapatan usaha pengrajin tahu skala kecil dan rumah tangga. Hal yang ingin dikaji dari ketiga penelitian ini adalah alat analisis beserta hasil yang diperoleh yang menunjukkan pengaruh atau dampak terhadap kenaikan harga kedelai. Penelitian Nursiah (2013) melihat pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap kinerja usaha industri tahu yang dilihat dari penerimaan, keuntungan, dan struktur biaya. Berdasarkan struktur biaya sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai menunjukkan bahwa dengan adanya kenaikan harga kedelai mempengaruhi kinerja usaha yang ditunjukkan dari peningkatan biaya total dan penurunan keuntungan. Sementara dari penerimaan dan keuntungan, menyebabkan keuntungan yang diperoleh menjadi menurun. Hal ini dikarenakan tidak adanya pilihan lain yang dapat dilakukan oleh pengrajin kecuali menurunkan keuntungan yang diperoleh dalam menyiasati kenaikan harga kedelai. Dengan demikian, adanya kenaikan harga kedelai membuat kinerja usaha
6
mengalami penurunan. Sedikit berbeda dengan penelitian Nursiah (2013), penelitian Kurniasari (2010) melihat dampak kenaikan harga kedelai yang dilihat dari perubahan jumlah penggunaan kedelai, keuntungan, dan jumlah penggunaan jam tenaga kerja luar keluarga. Skala produksi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu skala kecil (produksi kurang 100 kilogram), skala menengah (produksi antara 100 – 200 kilogram), skala besar (produksi lebih dari 200 kilogram). Berdasarkan biaya total rata-rata per kilogram kedelai yang dikeluarkan, memperlihatkan kecenderungan dengan semakin meningkatnya skala produksi pengrajin, dalam hal ini penggunaan jumlah kedelai maka biaya total rata-rata per kilogram kedelai semakin menurun sehingga keuntungan tidak terlalu mengalami penurunan yang siginifikan. Selain kedelai, penggunaan tenaga kerja juga menempati komponen biaya yang cukup besar dalam struktur biaya produksi pengrajin tempe. Pengrajin skala kecil seluruhnya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga sedangkan pengrajin tempe skala menengah dan besar selain menggunakan tenaga kerja dalam keluarga juga menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Adanya kenaikan harga kedelai membuat pengrajin tempe skala kecil dan menengah memperkecil ukuran tempe yang mereka hasilkan, sedangkan pada pengrajin skala besar cenderung untuk mengurangi jumlah jam penggunaan tenaga kerja luar keluarganya. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar biaya produksi dan keuntungan yang didapatkan relatif stabil. Penelitian ini mendukung adanya tambahan modal bagi pengrajin skala kecil agar dapat memproduksi dengan biaya produksi yang lebih rendah setiap satu kilogram yang sehingga keuntungan tidak terlalu mengalami penurunan yang signifikan serta dapat memberi kesempatan agar pengrajin skala kecil dan menengah untuk berproduksi pada skala usaha menengah dan besar. Penelitian yang dilakukan oleh Patmawaty (2009) memiliki perbedaan dalam objek penelitian, yaitu olahan kedelai berupa tahu yang dianalisis melalui pengrajin skala kecil dan rumah tangga. Penelitian mengkaji kenaikan harga kedelai yang berdampak pada kemampuan pengrajin dalam produksi, diantaranya perubahan siklus produksi, penurunan volume produksi, penurunan penggunaan factor input, peningkatan harga jual, penurunan penerimaan dan penurunan pendapatan usaha. Terakhir, yaitu penelitian yang dilakukan Nurhayati (2011) mengenai analisis kelayakan dan strategi pengembangan usaha industri kecil tahu yang berada di Kuningan Jawa Barat. Hal yang ingin dikaji dari penelitian ini terkait dengan latar belakang yang mendasari penelitian, alat analisis serta hasil yang diperoleh. Latar belakang yang mendasari penelitian adalah pengembangan usaha IK tahu di Kabupaten Kuningan yang belum optimal disebabkan keterbatasan permodalan, keterampilan usaha, sarana produksi, manajemen dan pemasaran. Oleh sebab itu diperlukan suatu analisis kelayakan usaha baik secara finansial maupun finansial untuk melihat apakah IK tahu ini layak untuk dilakukan pengembangan. Hasil perhitungan dan analisis menyatakan bahwa usaha kecil tahu dinyatakan layak baik aspek finansial maupun non finansial. Analisa kelayakan pengembangan usaha IK tahu didapatkan nilai NPV Rp 395 696 655 (positif), IRR 38.72 persen (lebih besar dari discount rate), B/C ratio 3.10 (lebih besar dari 1), PBP selama 1.19 tahun (kurang dari umur ekonomi 10 tahun) dan titik impas produksi 260 304 unit tahu. Berdasarkan hasil analisis, IK tahu masih dinilai layak untuk dijalankan karena nilai R/C lebih dari satu. Hasil analisis titik impas, untuk tetap bertahan dan tidak mengalami kerugian usaha, pengrajin tahu harus meningkatkan volume produksi tahu minimal 50.3 persen dan meningkatkan penerimaan total minimal 60.54 persen. Penelitian juga akan melakukan analisis terhadap kelayakan usaha tahu. Hal ini memiliki perbedaan yang terletak pada latar belakang yang mendasari penelitian. Penelitian ini dilakukan karena adanya kendala terhadap keberlangsungan usaha, yaitu kendala terkait dengan kenaikan harga kedelai. Penelitian ini akan mengkaji secara
7
mendalam dengan mengambil salah satu usaha kecil tahu untuk melihat apakah benar kenaikan harga kedelai membuat usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif untuk menganalisis kelayakan finansial usaha yang dilihat dari empat kriteria usaha, yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan payback period. Sedangkan data kualitatif untuk menganalisis kelayakan non finansial usaha. Hasil analisis bukan untuk melihat pengembangan usaha, akan tetapi lebih menunjukan apakah usaha layak untuk dilanjutkan atau tidak. Apabila layak, maka usaha dapat dilanjutkan. Apabila tidak layak, maka usaha sebaiknya melakukan perbaikan dan peningkatan efisiensi usaha.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Bisnis Umar (2003) menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara studi kelayakan proyek dan studi kelayakan bisnis. Studi kelayakan proyek merupakan penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek dibangun dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan, studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidaknya bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. Ibrahim (2003) mendefinisikan studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha atau proyek. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat, baik dalam arti financial benefit maupun social benefit. Nurmalina et al (2010) menyatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Banyak peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan bisnis menuntut adanya penilaian, sejauh mana kegiatan dan kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat bila bisnis dilakukan. Dengan demikian, studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan antara menerima atau menolak suatu rencana bisnis yang direncanakan dan menghentikan atau memperhatikan bisnis yang sedang dijalankan. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Dalam tahap persiapan dan analisis suatu kelayakan bisnis perlu dipertimbangkan berbagai aspek yang mungkin terlibat satu sama lain saling berkaitan. Menurut Nurmalina et al. (2010), dalam studi kelayakan bisnis terdapat dua kelompok aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek non finansial dan aspek finansial (keuangan). Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan. Masing-masing aspek tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan. Bila suatu bisnis salah satu aspeknya kurang memenuhi kriteria kelayakan perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan.
8
1. Aspek Non Finansial a. Aspek Pasar Analisis aspek pasar memegang peranan yang sangat penting sebelum memulai sebuah bisnis karena sumber pendapatan utama perusahaan berasal dari penjualan produk yang dihasilkan. Analisis aspek pasar akan menganalisis permintaan atas produk yang dihasilkan, penawaran atas produk sejenis, harga produk, program pemasaran mencakup strategi pemasaran yang digunakan dalam bauran pemasaran, serta perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan (market share). b. Aspek Teknis Jika analisis pasar dan pemasaran menunjukkan sebuah ide bisnis layak untuk dijalankan maka langkah berikutnya adalah menjawab pertanyaan apakah bisnis tersebut secara teknis layak dijalankan atau tidak. Meskipun berdasarkan aspek pasar suatu bisnis layak dijalankan, tetapi jika secara teknis tidak dapat dijalankan dengan baik maka investasi sebaiknya ditunda terlebih dahulu. Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Aspek-aspek teknis dan dapat dianalisis melalui beberapa faktor, yaitu : i. Penentuan Lokasi Bisnis Lokasi bisnis adalah lokasi dimana bisnis akan dijalankan, baik lokasi untuk lahan pabrik maupun lokasi untuk perkantoran. Lokasi bisnis mempunyai pengaruh yang besar terhadap biaya operasional dan biaya investasi. Penentuan lokasi bisnis ditentukan oleh beberapa variabel yang dapat digolongkan menjadi variabel utama (primer) dan variabel pendukung (sekunder). Variabel utama dalam pemilihan lokasi bisnis antara lain ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, ketersediaan sumber energi, air, sarana komunikasi, dan tenaga kerja, serta ketersediaan fasilitas transportasi. Selain variabel utama, terdapat beberapa variabel pendukung seperti, hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap masyarakat, serta rencana pengembangan perusahaan. ii. Luas Produksi Luas produksi merupakan jumlah atau volume hasil produksi yang seharusnya diproduksi oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Luas produksi harus direncanakan secara matang agar perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang optimal. Jumlah produksi yang terlalu besar akan menyebabkan adanya penumpukan barang sehingga menimbulkan pemborosan. Sebaliknya, jika jumlah produksi terlalu sedikit akan menyebabkan perusahan tidak mampu memenuhi permintaan pasar dan berakibat pada kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi antara lain batas permintaan, tersedianya kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen perusahaan, kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang. iii. Proses Produksi Berdasarkan proses produksi dikenal adanya tiga jenis proses, yaitu proses produksi yang terputus-putus, kontinu, dan kombinasi. Sistem yang kontinu akan lebih mampu menekan risiko kerugian akibat fluktuasi harga dan efektivitas tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem terputus.
9
Umumnya proses produksi kontinu menggunakan mesin-mesin dengan teknologi yang lebih baik. iv. Layout Layout pabrik merupakan keseluruhan bentuk dan penempatan fasilitasfasilitas yang diperlukan dalam proses produksi. Penempatan layout pabnk pada umumnya dilakukan ketika lokasi pabrik ditentukan dengan berbagai pertimbangan. Layout yang baik memiliki berbagai kriteria, yaitu meminimalkan jarak angkut antar bagian, aliran material yang baik, efektif dalam penggunaan ruang, memberikan keselamatan atas barang-barang yang diangkut, memungkinkan adanya perluasan bisnis, meminimalkan biaya produksi, dan memberikan jaminan keamanan yang cukup bagi keselamatan tenaga kerja. v. Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment Pemilihan mesin, peralatan, dan teknologi merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Hal ini karena kesalahan dalam pemilihan mesin, peralatan, dan teknologi yang digunakan akan menimbulkan kerugian jangka panjang. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada pemilihan mesin dan peralatan, antara lain kesesuaian dengan teknologi, harga perolehan, kemampuan, kualitas serta umur ekonomis. Disamping itu terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan teknologi, antara lain kemampuan tenaga kerja dalam menggunakan teknologi, kesesuaian teknologi dengan bahan baku yang digunakan, kemungkinan untuk mengembangkan teknologi di masa depan, keberhasilan teknologi di tempat lain. c. Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Pada masa pembangunan, aspek manajemen mempelajari siapa yang akan menjadi pelaksana bisnis, jadwal penyelesaian bisnis, dan siapa yang akan melakukan studi kelayakan bisnis untuk masing-masing aspek. Sedangkan manajemen dalam operasi, hal yang dipelajari adalah bagaimana bentuk organisasi/ badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, serta berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan (Nurmalina et al 2010). Aspek hukum mengkaji ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum menjalankan usaha. Ketentuan hukum untuk setiap jenis usaha berbeda-beda, tergantung kompleksitas bisnis tersebut. Aspek hukum berisi mengenai masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki (Kasmir & Jakfar 2012). Aspek hukum mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Selain itu, aspek hukum diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al 2010). d. Aspek Sosial dan Ekonomi Dalam aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat secara keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, pemerataan kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Sedangkan dari aspek ekonomi suatu bisnis dapat
10
memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. e. Aspek Lingkungan Aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, sebab tidak ada bisnis yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungannya (Hufschmidt et al 1987) 2. Aspek Finansial Analisis aspek finansial dilakukan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan dan menilai apakah usaha dapat berkembang. Dalam pengkajian aspek finansial diperhitungkan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan kegiatan bisnis. Hal-hal yang mendapatkan perhatian dalam penelitian aspek ini antara lain : a. Sumber Dana Dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada, seperti modal sendiri, modal pinjaman, perolehan saham, penerbitan obligasi, kredit bank serta leasing dari lembaga non bank. b. Aliran Kas (Cash flow) Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada pada perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk ke perusahaan dan jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Aliran kas penting digunakan dalam akuntansi karena laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih, dan yang relevan bagi investor adalah kas bukan laba. c. Biaya Kebutuhan Investasi Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk membeli aset-aset yang dibutuhkan proyek tersebut. Aset-aset ini biasanya berupa aset tetap yang dibutuhkan perusahaan mulai dari pendirian hingga dapat dioperasikan. Oleh karena itu, dalam melakukan investasi dibutuhkan biaya kebutuhan investasi yang digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan investasi tersebut. Biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis bisnis yang akan dijalankan. Secara umum komponen biaya kebutuhan investasi terdiri dari biaya prainvestasi dan biaya pembelian aktiva tetap (Husnan dan Muhammad 2000). Aktiva tetap atau aktiva jangka panjang terdiri dari tanah dan pengembangan lokasi, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin, dan aktiva tetap lainnya. Biaya investasi pada umumnya dikeluarkan pada tahun pertama pendirian atau pembangunan suatu bisnis dengan sejumlah uang tertentu. Sejumlah uang yang kita keluarkan dalam bentuk biaya bisnis mempunyai nilai yang berbeda bila dikeluarkan dalam waktu yang berbeda. Oleh sebab itu, pengaruh waktu terhadap uang (time value of money) harus diperhatikan, dalam hal ini terkait dengan biaya investasi. Biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun ini dan beberapa tahun kemudian tentu saja terdapat perbedaan. Dengan demikian, dapat digunakan salah satu konsep time value of money agar hasil perhitungan menjadi semakin representative.
11
Time Value of Money Konsep ini menyatakan bahwa nilai sekarang (present values) adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada waktu yang akan datang, dan hasil yang diperoleh lebih dahulu adalah lebih baik daripada yang diperoleh kemudian. Konsep ini dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan ukuran kemanfaatan bisnis yang tidak berdiskonto, untuk itu dimensi waktu perlu dimasukkan dalam evaluasi melalui penggunaan diskonto. Diskonto merupakan suatu teknik untuk menurunkan manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang (Gittinger 1986) Salah satu konsep yang dapat digunakan untuk menghitung nilai di waktu yang akan datang jika diketahui sejumlah uang pada saat ini adalah compounding factor. Compounding factor membantu melakukan perhitungan untuk mengetahui nilai yang akan datang (future value) dalam suatu periode waktu tertentu. Cara menghitung nilai yang akan datang, yaitu F = P (1+i)n, dimana (1+i)n adalah compounding factor. Teori Biaya Produksi Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang yang diproduksikan perusahaan tersebut. Biaya produksi yang dikeluarkan setiap perusahaan dapat dibedakan kepada dua jenis, yaitu biaya eksplisit dan biaya tersembunyi. Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan berupa pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang dibutuhkan. Sedangkan biaya tersembunyi adalah taksiran pengeluaran terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri. Keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan produsen dapat dibedakan kepada dua jenis pembiayaan, yaitu biaya yang selalu berubah dan biaya tetap. Dengan demikian, biaya dibedakan kepada tiga jenis : 1. Biaya total (TC) : keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan 2. Biaya tetap total (TFC) : keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat diubah jumlahnya 3. Biaya berubah total (TVC) : keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya Dalam persamaan : TC = TFC + TVC Rp TC TVC
Kurva semakin curam seiring peningkatan produksi TFC
Output Gambar 1 Biaya total, biaya tetap, biaya berubah total Sumber : N. Gregory Mankiw
Kurva TFC berbentuk horisontal karena nilai tidak akan berubah sebanyak apapun barang yang diproduksi. Sedangkan kurva TVC bermula dari titik 0 dan
12
semakin lama semakin bertambah tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa ketika tidak ada produksi TVC = 0, dan semakin besar produksi semakin besar nilai biaya berubah total (TVC). Bentuk kurva TVC yang pada akhirnya semkain tegak menggambarkan bahwa produksi dipengarui oleh hukum hasil lebih yang semakin berkurang. Biaya dan Manfaat Dalam menganalisis suatu bisnis, penyusunan arus biaya dan manfaat yang diperoleh sangat penting untuk mengukur besar kecilnya nilai tambah yang dihasilkan dengan adanya kegiatan bisnis. Biaya merupakan segala sesuatu yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mengurangi tujuan bisnis. Sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang secara langsung maupun tidak langsung membantu tercapainya tujuan suatu bisnis. Biaya yang diperlukan suatu bisnis dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik, dan mesin. 2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. 3. Biaya lainnya yaitu pajak, bunga dan pinjaman. Sedangkan menurut Nurmalina et. al (2009), manfaat terdiri dari tiga jenis, yaitu tangible benefit, indirect benefit, dan intangible benefit, yaitu : 1. Tangible benefit, manfaat yang dapat diukur. Umumnya manfaat ini disebabkan oleh peningkatan produksi, perbaikan kualitas produk, perubahan waktu dan lokasi penjualan, perubahan bentuk produk, mekanisasi pertanian. 2. Indirect benefit, manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri sehingga mempengaruhi keadaan eksternal bisnis. 3. Intangible benefit, manfaat yang riil ada, tapi sulit diukur, seperti manfaat keindahan, kesejukan, dan kenyamanan. Kriteria Investasi Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). 1. Net Present Value Metode Net Present Value (NPV) merupakan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi. Untuk melakukan perhitungan kelayakan investasi dengan menggunakan metode NPV diperlukan data aliran kas keluar awal, aliran kas masuk bersih di masa yang akan datang, dan rate of return minimum yang diinginkan. 2. Internal Rate of Return Metode Internal Rate of Return (IRR) pada dasarnya merupakan metode untuk menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara present value dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi usaha. Maka pada prinspinya metode ini digunakan untuk menghitung besaran rate of return yang sebenarnya. 3. Net Benefit Cost Ratio Metode Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah metode yang digunakan untuk membandingkan antara manfaat bersih bernilai positif dengan manfaat bersih bernilai
13
negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. 4. Payback Period Metode Payback Period merupakan metode yang digunakan untuk menghitung lama periode yang diperlukan untuk mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dari aliran kas masuk tahunan yang dihasilkan oleh usaha tersebut. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil dari suatu analisis kelayakan. Tujuan analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis dalam perhitungan biaya atau manfaat. Apakah kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis sensitif terhadap perubahan yang terjadi. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan suatu bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Kadariah, 1986). Serta merupakan analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisa bisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam perhitungan biaya atau manfaat. Perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam menjalankan bisnis umumnya dikarenakan oleh : 1. Harga 2. Keterlambatan pelaksanaan 3. Kenaikan biaya 4. Ketidaktepatan dan perkiraan hasil (produksi) Kerangka Pemikiran Operasional Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun merupakan salah satu usaha tahu yang menggunakan kedelai impor sebagai bahan baku produksi. Menurut pemilik usaha, sulitnya mencari kedelai lokal menjadi salah satu penyebab penggunaan kedelai impor. Selain itu, para pengrajin termasuk Pak Uun menilai bahwa kedelai impor memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan kedelai lokal. Kedelai impor memiliki biji dengan ukuran yang lebih besar serta lebih cepat mekar sehingga lebih mudah digunakan dalam proses produksi. Sulit ditemukannya kedelai lokal juga dipicu oleh rendahnya produksi kedelai lokal. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, keterbatasan lahan untuk menanam, minat petani yang cukup rendah dalam budidaya kedelai, serta pembebasan tarif impor kedelai semakin membuat Indonesia menjadi ketergantungan terhadap kedelai impor. Karena kebutuhan konsumsi kedelai cukup tinggi dan produksi lokal tidak mampu untuk menutupi kebutuhan tersebut, maka pemerintah memberlakukan impor kedelai dari beberapa negara penghasil kedelai dunia. Dalam perjalanannya, terjadi beberapa masalah antara lain penurunan produksi AS yang menyebabkan penurunan pasokan kedelai, melemahnya nilai tukar rupiah, serta adanya permainan pada sisi suplai membuat harga kedelai semakin meningkat. Penurunan produksi yang terjadi di AS diantaranya disebabkan oleh gangguan cuaca dan satwa liar. Karena pengimpor utama terbesar kedelai adalah AS, maka penurunan pasokan kedelai di AS memiliki dampak terhadap pasokan kedelai di Indonesia. Peningkatan nilai tukar rupiah terhadap dolar juga sangat berpengaruh terhadap harga kedelai, karena sebagian
14
besar kedelai adalah impor. Impor kedelai di Indonesia dikuasai oleh segelintir perusahaan saja. Beberapa perusahaan importir membeli kedelai dalam volume yang besar sehingga mudah untuk melakukan permainan harga karena pasar cukup bergantung terhadap kedelai impor. Bapak Uun, selaku pemilik usaha, menyatakan bahwa adanya kenaikan harga kedelai tidak membuat usahanya berhenti produksi. Selama ini harga kedelai memang selalu berfluktuasi. Hingga pada tahun 2013, kedelai impor meningkat secara signifikan. Semula harga kedelai berkisar antara Rp 6 000 – Rp 7 000 per kilogram naik hingga mencapai Rp 9 000 – Rp 10 500 per kilogram. Kenaikan harga yang terjadi tentu saja membuat para pengrajin termasuk Pak Uun merasa khawatir terhadap keberlangsungan usahanya. Apakah dengan adanya kenaikan harga kedelai, usahanya dapat dilanjutkan atau tidak di kemudian hari. Dengan demikian, penting untuk dilakukan penelitian mengenai kelayakan usaha. Selain analisis secara finansial, penelitian juga menganalisis aspek non finansial untuk melihat kelayakan seluruh kegiatan usaha. Analisis aspek non finansial akan mengkaji usaha melalui beberapa aspek, yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial dan ekonomi, serta lingkungan. Sedangkan, aspek finansial mengkaji usaha melalu empat kriteria investasi, yaitu NPV, IRR, Net B/C dan payback period. Untuk mengetahui seberapa besar dampak yang terjadi terhadap suatu perubahan dalam usaha, peneliti melakukan analisis sensitivitas terhadap dua variabel terkait. Variabel ini ditentukan berdasarkan perubahan yang pernah terjadi di lapangan. Dari sisi pengeluaran, variabel yang akan dianalisis adalah kenaikan harga kedelai. Sedangkan dari sisi penerimaan, variabel yang akan dianalisis adalah penurunan jumlah produksi. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis maka dapat dilihat kelayakan Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun. Apabila layak, maka usaha patut untuk dilanjutkan. Apabila tidak layak, maka usaha sebaiknya melakukan perbaikan dan peningkatan efisiensi usaha. Analisis kelayakan Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun dapat diringkas pada Gambar 4.
15
Penggunaan kedelai impor oleh sebagian besar usaha tahu
Penyebab : - Sulit untuk menemukan kedelai lokal - Kedelai impor dinilai memilki kualitas yang lebih baik
Penyebab pada sektor input : - Keterbatasan lahan - Minat petani dalam budidaya kedelai cukup rendah - Pembebasan tarif impor kedelai
Dampak : Ketergantungan yang tinggi terhadap kedelai impor
Kendala : Produksi AS menurun, melemahnya nilai tukar rupiah, permasalahan pada sisi suplai Akibat : Kenaikan harga kedelai impor yang tidak dapat terhindarkan menjadi salah satu masalah krusial bagi pengrajin tahu. Analisis Kelayakan Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun
Analisis Finansial 1. Net Present Value (NPV ) 2. Internal Rate of Return (IRR) 3. Net Benefit-Cost (Net B/C) 4. Payback Period (PP)
Analisis Non Finansial 1. Aspek Pasar 2. Aspek Teknis 3. Aspek Manajemen dan Hukum 4. Aspek Sosial dan Ekonomi 5. Aspek Lingkungan
Analisis Sensitivitas
Layak
Tidak Layak
Lanjutkan
Lakukan perbaikan dan peningkatan efisiensi usaha
Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional
16
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada usaha tahu Bandung Kayun-Yun milik Bapak Uun yang terletak di Cibanteng Proyek, Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan beberapa pertimbangan. Pertama, Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kebutuhan kedelai tertinggi di Kabupaten Bogor yang juga merupakan salah satu sentra produksi kedelai. Kedua, usaha ini tergolong usaha kecil sehingga sangat rentan terhadap suatu perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, penelitian perlu dilakukan untuk melihat kelayakan usaha baik dari segi finansial maupun non finansial. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2013 – Januari 2014. Data dan Instrumentasi Penelitian ini menggunakan data primer maupun data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner, konsultasi, dan pengamatan langsung. Responden yang menjadi sumber data primer yaitu pemilik, karyawan, serta masyarakat umum di sekitar lokasi penelitian. Data sekunder yang berguna untuk melengkapi informasi dalam penelitian ini diperoleh dari data internal usaha tahu maupun diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini, antara lain penelitian terdahulu yang relevan dalam penelitian ini, Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, buku-buku dan artikel elektronik terkait. Untuk informasi tambahan yang mendukung penelitian ini menggunakan literatur yang relevan dengan objek permasalahan. Metode Pengumpulan Data Data primer diperoleh dari penentuan responden dari pihak internal maupun eksternal perusahaan, penentuan tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling (secara sengaja). Responden dari pihak internal perusahaan yakni pemilik usaha dan karyawan usaha tahu. Wawancara dengan pemilik usaha mengenai aspek finansial dan beberapa aspek non finansial, seperti aspek pasar, teknis, dan manajemen. Wawancara dengan karyawan sebagai data pelengkap saja. Sedangkan untuk pihak eksternal yakni kepala desa serta masyarakat sekitar. Wawancara dilakukan untuk mengetahui pengaruh keberadaan usaha tahu Bandung Kayun-Yun terhadap kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan. Data sekunder yang digunakan berasal dari studi literatur berbagai buku, skripsi, internet, dan instansi-instansi terkait lainnya seperti Badan Pusat Statistik, dan Departemen Pertanian. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Data dan informasi yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dan diolah dengan menggunakan bantuan komputer, yakni program Microsoft Excel 2010. Analisis kualitatif dilakukan dengan menganalisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek ekonomi, sosial dan budaya. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui apakah usaha tersebut layak atau tidak secara non finansial, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk menilai kelayakan
17
usaha secara finansial melalui empat kriteria investasi, yaitu analisis nilai bersih sekarang (Net Present Value/NPV), tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR), masa pengembalian investasi (Payback Period), rasio manfaat bersih dan biaya (Net Benefit and Cost Ratio/Net B/C Ratio) dan analisis sensitivitas. Aspek Non Finansial Aspek Pasar Analisa aspek pasar dilakukan dengan cara deskriptif. Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi pasar, pangsa pasar dan bauran pemasaran yang digunakan perusahaan. Potensi pasar dapat diprediksi melalui menganalisis jumlah permintaan dan penawaran. Serta bauran pemasaran yang bertujuan untuk memperoleh laba yang optimal dengan mengkombinasikan empat variabel marketing mix. Aspek pasar dikatakan layak jika terdapat peluang pasar, potensi pasar dan potensi penjualan suatu yang dapat diraih oleh pelaku usaha. Aspek Teknis Analisis aspek teknis dilakukan secara deskriptif pada kegiatan teknis dalam usaha tahu. Pada analisis ini dilihat lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, layout atau tata letak, serta pemilihan jenis teknologi dan peralatan. Suatu usaha dapat dikatakan layak jika perusahaan memiliki lokasi usaha yang mampu menunjang pelaksanaan usaha, luas produksi sudah melebihi produksi minimum yang harus dicapai, proses produksi sudah sesuai dengan standar prosedur operasional, layout usaha mempermudah proses produksi, serta menggunakan jenis teknologi dan peralatan teknis sesuai dengan prosedur. Aspek Manajemen dan Hukum Analisis aspek manajemen dilakukan secara deskriptif pada manajemen dalam operasi. Pada analisis ini dilihat bentuk usaha, jenis-jenis pekerjaan, persyaratan dalam menjalankan pekerjaan, struktur organisasi yang diterapkan dalam perusahaan, dan pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Muhammad, 2000). Suatu usaha dikatakan layak jika perusahaan menggunakan sistem manajemen sesuai dengan kebutuhan dan memiliki pembagian serta deskripsi tugas yang jelas, sehingga mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Aspek hukum yang akan dianalisis pada usaha ini adalah melihat kelengkapan dan keabsahan dokumen yang berkaitan dengan usaha tahu mulai dari bentuk badan usaha sampai dengan ijin-ijin yang dimilki. Hal ini dikarenakan aspek hukum dari sebuah kegiatan usaha diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin kerjasama dengan pihak lain. Aspek Sosial dan Ekonomi Analisis aspek sosial dan ekonomi dilakukan secara kualitatif pada pengaruh keberadaan usaha terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar usaha. Pada analisis ini, suatu usaha dikatakan layak dari aspek sosial ekonomi jika usaha memiliki dampak positif dalam hal penyerapan tenaga kerja, pendapatan masyarakat,
18
kontribusi dan peduli terhadap perbaikan di lingkungan sekitar, dan kontribusi dalam pendapatan daerah atau negara. Aspek Lingkungan Aspek lingkungan dikaji secara deskriptif untuk mengetahui dampak usaha terhadap lingkungannya. Aspek lingkungan umumnya berkaitan dengan adanya pencemaran terhadap lingkungan sekitar lokasi usaha atau limbah air sisa produksi tahu. Aspek lingkungan dikatakan layak apabila tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar Aspek Finansial Analisis aspek finansial akan dilakukan secara kuantitatif menggunakan bantuan alat hitung kalkulator dan komputer dengan program Microsoft Excel. Pada analisis aspek finansial ini, akan digunakan empat kriteria investas, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan payback period (PP). Dalam penelitian ini akan dilakukan pula analisis sensitivitas. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang dihasilkan oleh penanaman investasi. Menurut Nurmalina et al. (2009) NPV merupakan selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya selama umur usaha. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV berupa satuan mata uang (Rp). Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut : ∑
∑
∑
Keterangan : Bt = manfaat yang diperoleh setiap tahun Ct = biaya yang dikeluarkan setiap tahun n = jumlah tahun (umur proyek) Kriteria kelayakan investasi berdasarkan NPV, yaitu: NPV > 0, artinya suatu usaha sudah dinyatakan menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan. NPV < 0, artinya usaha tidak menghasilkan manfaat sebesar biaya yang digunakan yang artinya bahwa usaha merugikan dan tidak layak untuk dilaksanakan. NPV = 0, artinya usaha mampu mengembalikan sebesar biaya yang dikeluarkan yang artinya usaha tidak untung maupun rugi. Namun, pada penelitian ini perhitungan NPV tidak dilakukan secara manual. Perhitungan NPV dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia pada software Microsoft Excel 2010.
19
Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan usaha yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. IRR merupakan nilai discount rate yang membuat NPV dari suatu usaha sama dengan nol. Suatu usaha atau kegiatan investasi dinyatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat discount rate yang ditentukan, sedangkan jika IRR lebih kecil dari tingkat discount rate yang ditentukan maka usaha atau kegiatan investasi tidak layak untuk dijalankan (Nurmalina et al, 2010). Secara matematis IRR dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan :
i = discount rate dengan NPV positif i‟ = discount rate dengan NPV negatif NPV = NPV yang bernilai positif NPV‟= NPV yang bernilai negatif
Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit-Cost Ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih bernilai negatif (Nurmalina, et al 2009). Nilai Net B/C menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan (rupiah).
∑
Keterangan : Bt Ct n i t
= = = = =
manfaat yang diperoleh tiap tahun biaya yang dikeluarkan tiap tahun jumlah tahun (umur proyek) tingkat bunga (diskonto) tahun
Payback Period Payback period merupakan metode yang mengukur perioede jangka waktu atau jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal (investasi). Umumnya digunakan sebagai pedoman untuk menentukan suatu proyek dengan tingkat pengembalian yang paling cepat. Rumus yang digunakan adalah :
Keterangan : I = Besarnya investasi yang diperlukan Ab = Benefit bersih setiap tahun
20
Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yang akan diukur, yaitu kenaikan harga kedelai dan penurunan jumlah produksi tahu. Penentuan kedua variabel tersebut berdasarkan fakta mengenai peningkatan harga kedelai yang membuat suatu perubahan dalam usaha. Perubahan lain yang pernah terjadi selama keberlangsungan usaha adalah penurunan jumlah produksi tahu. Dengan menggunakan hasil analisis ini, maka akan didapatkan informasi apakah Usaha Tahu Bandung KayunYun ini masih layak untuk dijalankan atau tidak, jika terjadi perubahan pada kedua variabel tersebut. Asumsi Dasar 1.
2.
3. 4.
5.
6. 7. 8. 9. 10.
11. 12. 13. 14. 15. 16.
Umur bisnis ditentukan selama 10 tahun berdasarkan umur bangunan yang digunakan selama bisnis berlangsung, penentuan ini berdasarkan nilai investasi terbesar. Pada tahun 2010 dan 2011, tahu hanya memiliki 1 ukuran, yaitu 4 cm seharga Rp 250 per unit. Pada tahun 2012, tahu memiliki 2 ukuran, yaitu 4 cm dan 5 cm masing-masing seharga Rp 250 dan Rp 300 per unit. Pada tahun 2013, harga tahu meningkat sebesar Rp 50 sehingga tahu ukuran 4 cm dan 5 cm masing-masing seharga Rp 300 dan Rp 350 per unit. Sumber modal adalah modal sendiri, tidak ada modal pinjaman. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat rata-rata diskonto Bank Pemerintah, yaitu sebesar 8 persen. Pemilihan ini didasarkan pemilik tidak memiliki tabungan ataupun pinjaman dari bank manapun. Seluruh pembelian alat investasi dilakukan pada tahun 2004, yaitu pada awal usaha didirikan sedangkan perhitungan dalam penelitian ini dimulai pada tahun 2010, ketika terjadi perpindahan lokasi kepada lokasi saat ini. Untuk memberikan hasil yang lebih representativ maka biaya investasi dilakukan perhitungan compounding factor yang juga disesuaikan dengan umur ekonomis peralatan. Perhitungan nilai penyusutan masing-masing investasi menggunakan metode garis lurus dimana harga jual dikurangi nilai dan dibagi dengan umur manfaat. 1 jiringan terdiri atas 10 kilogram kedelai. Pembuatan tahu dalam satu jiringan menghasilkan 600 potong tahu Penentuan hari dalam satu tahun terdiri atas 300 hari. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha tahu ini terdiri atas biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama dan biaya re-investasi dikeluarkan untuk peralatan yang sudah habis umur ekonomisnya. Sedangkan biaya operasional terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Harga kedelai pada tahun 2010 sebesar Rp 6 000, pada tahun 2011-2012 sebesar Rp 7 000, dan pada tahun 2013 hingga akhir periode usaha sebesar Rp 9 000. Upah tenaga kerja dalam dan luar keluarga terdiri atas upah tenaga kerja dan uang konsumsi. Uang konsumsi terdiri atas uang makan, kopi, dan rokok,. Biaya perawatan mesin dan mobil diasumsikan konstan. Tidak terdapat pemungutan pajak apapun dari usaha ini. Tidak ada produk cacat hasil produksi, semuanya habis terjual. Hasil seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini bersumber dari hasil wawancara dan survey lapang.
21
GAMBARAN UMUM USAHA Pada awalnya, Pak Uun memulai usahanya dengan menjadi salah satu pekerja pada pabrik tahu. Disanalah beliau tertarik untuk mendirikan usaha tahu sendiri. Sambil bekerja, beliau mempelajari bagaimana proses pembuatan tahu dan mengamati peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam proses pembuatan tahu. Setelah modal mencukupi, Pak Uun akhirnya berhasil mendirikan usaha tahu sendiri pada tahun 2004 yang berlokasi di Warung Borong Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Kapasitas produksi pertama berkisar antara 40 – 50 kilogram tiap siklus produksi. Seluruh kegiatan produksi dilakukan oleh Pak Uun bersama istri karena belum memiliki tenaga kerja. Pada tahun 2006, Pak Uun berpindah lokasi karena masa kontraknya telah habis. Wilayah selanjutnya yang beliau pilih adalah Kebon Kopi, yakni sebrang kampus IPB dengan batas kontrak yang diberikan adalah 4 tahun. Pada saat berpindah ke lokasi yang baru, Pak Uun mengalami jumlah penurunan volume produksi. Awalnya usaha tahu Pak Uun mengolah hingga mencapai 40 – 50 kilogram kedelai menjadi sekitar 30 – 40 kilogram kedelai. Penurunan jumlah produksi ini disebabkan sulitnya akses menuju lokasi. Hal ini dikarenakan pabrik berlokasi di tempat terpencil dan sulit dilalui kendaraan. Selain itu harga kedelai yang berfluktuatif dan keterbatasan modal juga menjadi penyebab penurunan produksi. Pada tahun 2010, Pak Uun berpindah ke lokasi pabrik yang juga menjadi tempat penelitian tugas akhir penulis yaitu Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi dipilih karena memiliki area yang luas, akses yang mudah dijangkau, dan dapat dilalui oleh kendaraan umum sehingga dapat menunjang semua kegiatan usaha. Sejak pindah ke lokasi ini, usaha Pak Uun mulai mengalami banyak kemajuan antara lain peningkatan permintaan tahu, peningkatan volume produksi, dan penambahan tenaga kerja. Pak Uun mulai mendapat beberapa pesanan dari pasar sekitar, pedagang keliling, bahkan rumah makan. Karena adanya permintaan pasar disertai dengan modal yang cukup, maka Pak Uun mulai meningkatkan volume produksinya. Peningkatan volume produksi menyebabkan Pak Uun harus menambah tenaga kerja untuk menyelesaikan produksi dengan lebih cepat. Oleh sebab itu Pak Uun menambah dua orang tenaga kerja untuk membantunya. Dua orang tenaga kerja berasal dari penduduk sekitar yang memiliki pengalaman dalam proses produksi tahu. Sampai saat ini, Pak Uun sudah memiliki tiga belas orang pedagang keliling dan dua pasar langganan. Belum lagi, terkadang terdapat beberapa permintaan dari rumah makan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial Analisis aspek non finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana usaha tahu Bandung Kayun-Yun layak jika dilihat dari aspek-aspek non finansial. Analisis aspek non finansial yang akan dibahas pada penelitian ini adalah aspek pasar, aspek, teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi serta aspek lingkungan. Aspek Pasar Pengkajian aspek pasar sangat penting untuk dilakukan karena tidak ada usaha yang berhasil tanpa adanya permintaan barang maupun jasa dari pasar. Pada penelitian ini aspek pasar yang diteliti meliputi permintaan, penawaran, serta strategi pemasaran.
22
1. Permintaan Analisis permintaan digunakan untuk mengetahui secara riil jumlah kebutuhan produk atau jasa yang dihasilkan dalam periode waktu tertentu. Potensi pasar usaha tahu bandung dinilai cukup tinggi. Dalam sehari atau satu kali siklus, usaha tahu ini mampu berproduksi hingga mencapai 100 - 120 kilogram kedelai yang dapat menghasilkan 6 700 potong tahu yang dibedakan menjadi dua ukuran, yaitu ukuran 4 cm dan 5 cm. Jumlah permintaan tahu dapat dilihat dari hasil produksi yang selalu habis terjual. Terlebih lagi pada saat hari raya, permintaan terhadap tahu bandung Kayun-yun meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan hari biasanya. Sebagian hasilnya diberikan kepada tenaga kerja sebagai bonus lebaran. Permintaan tahu bandung ini biasanya datang dari beberapa pasar setempat, pedagang keliling langganan, rumah makan, hingga konsumen yang langsung datang ke tempat produksi. Pak Uun lebih memprioritaskan tahu hasil produksinya kepada pedagang keliling langgannannya, sisanya baru dijual ke pasar dan permintaan lainnya. Menurut KOPTI (2013), kebutuhan kedelai tiap bulannya mencapai 3 300 000 kilogram sehingga kebutuhan tiap tahun rata-rata mencapai 39 600 000 dan relatif stabil. Stok kedelai Kabupaten Bogor selalu tersedia dan relatif aman. Jika dikaitkan dengan kebutuhan rata-rata dan stok kedelai yang tersedia, maka permintaan kedelai oleh para pengrajin tahu dapat selalu terpenuhi. Pak Uun mengaku, tidak pernah mengalami kesulitan dalam melakukan pembelian kedelai. Kedelai dapat dibeli di KOPTI, maupun di toko-toko setempat. Beliau melakukan pembelian kedelai dan berproduksi sesuai dengan kemampuannya. Setiap harinya, berapa pun kedelai yang diproduksi, kedelai hasil olahannya selalu habis terjual. Permintaan akan produk tahu juga dapat dilihat dari konsumsi tahu rata-rata nasional per kapita. Konsumsi tahu nasional per kapita menunjukkan angka yang cukup tinggi dibandingkan dengan konsumsi kacang kedelai. Hal ini menunjukkan bahwa potensi pasar untuk usaha ini cukup baik. Konsumsi tahu mencapai 6 – 7.5 kilogram per tahun per kapita dengan nilai rata-rata pertumbuhan konsumsi relatif stabil hanya mencapai 0.9 persen. Hal ini dapat ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Konsumsi rata-rata per kapita beberapa bahan makanan tahun 2009 –2013 Bahan Makanan Kacang Kedelai Tahu Tempe
Satuan unit Kg Kg Kg
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 0.052 0.052 0.052 0.052 0.052 7.039 6.987 7.404 6.987 7.039 7.039 6.935 7.300 7.091 7.091
Rata-rata pertumbuhan 0.00 0.09 0.23
Sumber : Deptan (2013)
Peluang dan permintaan pasar akan tahu juga didukung oleh nilai budaya masyarakat Indonesia. Hampir seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke menyukai produk olahan kedelai seperti tahu. Tahu dapat disantap dengan cara yang berbeda-beda, dapat dijadikan lauk pauk hingga disajikan sebagai kudapan atau camilan saja. Selain banyak mengandung protein, tahu memiliki harga yang cukup terjangkau oleh seluruh kalangan. Oleh karena itu hampir seluruh masyarakat Indonesia mengkonsumsi produk olahan yang satu ini. 2.
Penawaran Penawaran adalah jumlah produksi yang dapat disediakan oleh perusahaan. Penawaran tahu bandung ini bersifat relatif stabil. Seluruh produk yang dihasilkan selalu laku dan habis terjual, tidak ada permintaan yang terlalu signifikan kecuali
23
pada hari raya. Pada hari raya, biasanya Pak Uun memproduksi tahu hingga dua kali lipat untuk memenuhi permintaan pasar. Di wilayah Desa Cihideung Ilir terdapat dua pengrajin tahu lainnya. Pak Uun mengaku, beliau tidak pernah merasa adanya persaingan satu sama lain, bahkan ketika terdapat masalah kenaikan harga yang baru-baru ini terjadi, para pengrajin di sekitar bermusyawarah untuk menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Satu pengrajin tahu memproduksi tahu dibawah produksi rata-rata Pak Uun, yaitu berkisar antara 40 - 50 kilogram. Sedangkan satu pengrajin lainnya memproduksi hingga mencapai 200 - 300 kilogram, yang berarti memproduksi di atas rata-rata jumlah produksi Pak Uun. Seluruh hasil produksi dari ketiga pengrajin tersebut rata-rata didistribusikan melalui pedagang keliling yang sudah menjadi langganan mereka. Berbeda dengan Pak Uun, selain menjual hasil produksinya kepada pedagang keliling, beliau juga memiliki kenalan di dua pasar setempat sehingga saluran distribusinya menjadi lebih luas. Berdasarkan wawancara mendalam dengan Pak Uun, beliau tidak memiliki upaya tersendiri dalam menghadapi beberapa pesaing pengrajin tahu di daerahnya. Beliau hanya mempertahankan kualitas dari produk tahu buatannya. Kualitas yang baik mencerminkan proses pengerjaan atau proses produksi yang baik. Pak Uun selalu melakukan kontrol pada setiap proses produksi yang dilakukan. Beliau memiliki standar terhadap rasa yang dihasilkan. Menurutnya, rasa tahu yang baik akan sangat mempengaruhi kepuasan konsumen. Walaupun, tahu hasil produksinya merupakan produk yang homogen dan belum memiliki loyalitas merk sehingga cenderung memiliki daya substitusi sempurna satu sama lain, tapi Pak Uun sebagai produsen selalu berusaha untuk memberikan hasil tahu terbaiknya dengan selalu menjaga cita rasa dan kualitas tahu buatannya. 3. Strategi Pemasaran Stanton (1984) mendefinisikan pasar sebagai orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Sedangkan pemasaran merupakan sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Stanton, 1984). Berdasarkan definisi tersebut maka ketika membahas tentang pemasaran, tidak dapat lepas dari bauran pemasaran atau marketing mix. Bauran pemasaran merupakan kombinasi dari empat variabel yang merupakan inti dari sistem pemasaran yang dapat dikendalikan oleh perusahaan. Variabel tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok utama, yang dikenal dengan 4P, yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). a. Produk Produk adalah sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk yang dihasilkan oleh industri tahu ini adalah tahu bandung. Tahu bandung adalah tahu putih yang sudah dibentuk melalui potonganpotongan lalu dilakukan proses perebusan kembali dengan menggunakan kunyit. Produk tahu pada awalnya dipasarkan hanya dalam satu ukuran yaitu tahu berukuran 4 cm. Seiring dengan meningkatnya volume produksi dan kemajuan usaha, tahu mulai dipasarkan dalam dua ukuran yaitu ukuran kecil (4 cm) dan ukuran besar (5 cm). Penambahan ukuran disebabkan juga oleh permintan pasar
24
untuk disesuaikan dengan pangan yang akan diolah. Selain produk utama, yaitu tahu juga terdapat limbah dari proses produksi berupa ampas tahu. Ampas tahu ini sudah memilik langganan tersendiri yaitu salah satu pemilik peternakan yang berada di daerah Ciampea. Ampas tahu digunakan sebagai pakan ternak yang baik untuk dikonsumsi juga dinilai memiliki zat gizi yang cukup tinggi sehingga membantu dalam proses penggemukan hewan ternak. Selain itu juga terdapat pinggiran tahu sisa cetakan yang dapat dimanfaatkan dan sudah memiliki langganan tersendiri, yaitu ibu-ibu warga sekitar. Hasil penjualan dari pinggiran tahu digunakan untuk melengkapi biaya tambahan dan keperluan sekolah anak pemilik usaha. b. Harga Harga adalah sejumlah uang dan atau barang yang dibutuhkan untuk mendapatkan kombinasi dari barang lain yang disertai dengan pemberian jasa. Penentuan tingkat harga sangat menentukan keberhasilan sebuah bisnis. Rata-rata pengrajin tahu sekitar memberikan harga jual yang sama kepada konsumen. Harga jual ini ditentukan dari penambahan biaya produksi terhadap tingkat keuntungan yang diharapkan. Penentuan harga ini disebut cost based pricing atau penetapan harga berdasarkan biaya. Harga jual tahu mengalami kenaikan sebesar Rp 50 untuk masing – masing ukuran. Semula ukuran 4 cm seharga Rp 250 dan ukuran 5 cm seharga Rp 300, setelah adanya kenaikan harga kedelai para pengrajin melakukan musyawarah dan mencapai keputusan bersama dengan melakukan salah satu alternatif penyesuaian berupa kenaikan harga jual tahu. Oleh sebab itu harga tahu meningkat menjadi Rp 300 untuk tahu ukuran 4 cm dan Rp 350 untuk tahu ukuran 5 cm. c. Distribusi Pemasaran produk tahu hanya dilakukan di daerah sekitar Bogor, belum menjangkau daerah lain. Hal ini dikarenakan penawaran produk tahu belum mampu untuk melakukan ekspansi ke berbagai daerah karena memiliki beberapa kendala, seperti keterbatasan modal, keterbatasan tenaga kerja, dsb. Terdapat dua saluran utama yang digunakan oleh usaha tahu ini Saluran I Usaha tahu
Pedagang Keliling
Konsumen
Gambar 3 Saluran pemasaran tahu bandung saluran I Saluran I ini merupakan saluran utama bagi pemasaran tahu bandung Kayun-Yun. Saluran utama tahu bandung ini mengutamakan kepada penjulan melalui perantara. Terdapat tiga belas pedagang keliling tetap yang selalu membeli tahu bandung Kayun-Yun untuk dipasarkan kembali kepada konsumen yang ada di berbagai daerah. Pedagang keliling ada dua macam, ada yang menggunakan box ada juga yang menggunakan gentong. Pedagang yang menggunakan box mampu membawa sekitar 250 potong tahu per unit box, satu orang membawa satu box. Lain halnya dengan gentong, gentong mampu membawa potongan tahu lebih banyak, sekitar 300 - 400 potong tahu per gentongnya. Jika terdapat tahu yang mengalami kerusakan ataupun tidak laku, tahu akan dikembalikan kepada produsen. Tahu yang mengalami kerusakan dan sisa-sisa potongan memiliki langganan tersendiri.
25
Saluran II Usaha tahu
Pasar
Konsumen
Gambar 4 Saluran pemasaran tahu bandung saluran II Saluran II juga menggunakan perantara untuk memasarkan produk tahu kepada konsumen. Perantaranya yaitu pasar. Terdapat dua pasar langganan yang digunakan Pak Uun sebagai tempat untuk berjualan tahu, yaitu Pasar Ciomas dan Pasar Anyar. Pemilihan kedua pasar ini dikarenakan sejak Pak Uun mendirikan usaha tahu, beliau sudah merintis penjualan di kedua pasar tersebut. Beliau memiliki beberapa kenalan dan langganan selama berjualan. Oleh sebab itu, hingga sekarang Pak Uun menjual tahu hasil produksinya ke dua pasar yang telah dirintisnya tersebut. Prioritas utama produsen adalah saluran I. Pak Uun mengutamakan tahu hasil produksinya untuk dijual terlebih dahulu kepada tiga belas pedagang keliling langganannya. Sebagian besar pedagang keliling mengambil tahu pada pagi hari bahkan menjelang subuh agar dapat langsung dipasarkan ke daerah tujuan, hanya ada beberapa pedagang keliling yang mengambil tahu pada sore hari. Tahu yang sudah jadi dimasukkan dan dirapikan ke dalam box dan gentong untuk siap diambil oleh para pedagang keliling keesokan harinya. Setelah pasokan pedagang keliling terpenuhi, barulah memenuhi permintaan tahu bandung Kayun-Yun yang ada di kedua pasar yang telah ditentukan. d. Strategi Promosi Promosi adalah semua aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mengomunikasikan dan mempromosikan produk pada target pasar (Kotler 1997). Sampai sejauh ini, usaha tahu bandung belum pernah melakukan strategi promosi secara gencar-gencaran. Saat ini upaya strategi promosi yang diandalkan adalah promosi secara tradisional, yaitu word of mouth. Promosi ini hanya mengandalkan kesan konsumen kepada suatu produk sehingga konsumen dapat menceritakan bahkan merekomendasi produk tersebut kepada konsumen lainnya. Produsen membiarkan konsumen untuk melakukan pembelian ataupun tidak. Yang terpenting, produsen selalu memperhatikan standard rasa dan kualitas produk buatannya. Produsen meyakini, jika suatu produk menghasilkan cita rasa yang disukai konsumen, maka konsumen tersebut akan puas sehingga konsumen akan melakukan pembelian berulang (repeat buying) terhadap produk yang ditawarkan. Hasil Analisis Aspek Pasar Berdasarkan analisis potensi pasar tahu bandung di atas dapat disimpulkan bahwa usaha tahu bandung layak untuk diusahakan. Hal ini dapat dilihat dari potensi pasar untuk produk tahu tergolong relatif stabil dan tidak pernah ditemukan over supply. Permintaan yang selalu diimbangi dengan penawaran membuat usahanya selalu laku dan habis terjual. Permintaan meningkat pada hari-hari tertentu saja, seperti hari raya. Harga jual tahu mengalami kenaikan sebesar Rp 50 akibat kenaikan harga kedelai, akan tetapi kenaikan dinilai masih dalam batas yang wajar sehingga konsumen masih memberikan toleransi terhadap harga jual tahu yang ditawarkan. Hal ini juga mungkin didukung dengan budaya sebagian besar masyarakat Indonesia dala hal kegemarannya mengkonsumsi olahan kedelai, khusunya tahu. Tahu dapat menjadi pangan substitusi
26
karena mengandung nilai gizi yang cukup tinggi, membuat produk pangan yang satu ini selalu dicari dan tidak pernah kehabisan pembeli walaupun usaha tahu rata-rata belum mempunyai loyalitas merk. Aspek Teknis Jika analisis pasar menunjukkan sebuah bisnis layak untuk dijalankan maka langkah berikutnya adalah menjawab pertanyaan apakah bisnis tersebut secara teknis dapat dijalankan atau tidak. Meskipun berdasarkan aspek pasar suatu bisnis layak dijalakan, tetapi jika secara teknis tidak dapat dijalankan dengan baik maka investasi sebaiknya ditunda terlebih dahulu. Hal ini disebabkan bisnis seringkali mengalami kegagalan karena tidak mampu menghadapi masalah-masalah teknis. 1. Lokasi Usaha Lokasi usaha adalah lokasi dimana usaha akan dijalankan, baik lokasi untuk lahan pabrik maupun lokasi perkantoran. Lokasi usaha mempunyai pengaruh yang besar terhadap biaya operasional dan biaya investasi. Penentuan lokasi usaha yang salah akan menimbulkan beban yang tak terbatas bagi perusahaan. Lokasi usaha tahu bandung Kayun-Yun terletak di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Lokasi dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertama, yaitu lokasi memiliki halaman yang luas. Hal ini dipertimbangkan untuk menaruh kepingan kayu bakar yang akan dipakai dalam proses produksi juga sebagai tempat parkir mobil pick-up. Kedua, yaitu akses transportasi mudah dan memadai. Lokasi pabrik berada di desa yang tidak jauh dari keramaian sehingga akses keluar masuk pabrik cukup mudah. Selain itu lokasi juga berada di pemukiman penduduk dengan kondisi jalan yang sudah memadai. Usaha tahu memiliki beberapa keuntungan dari segi fasilitas dan transportasi. Dari segi fasilitas, lokasi usaha pembuatan tahu ini sudah tersedia sumber air dan instalasi listrik yang baik. Hal ini membuat produsen tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pemasangan instalasi air dan listrik. Dari sisi transportasi, letak lokasi usaha mudah dicapai. Lokasi terletak di pemukiman penduduk yang memiliki fasilitas jalan dengan kondisi yang baik. Tidak ada kesulitan menuju lokasi usaha sehingga dapat diakses dengan menggunakan kendaraan beroda dua atau yang beroda empat. 2. Bahan Baku Bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi adalah kedelai. Sebagian besar para pengrajin tahu menggunakan kedelai impor dalam proses produksinya. Hal ini dilakukan karena sulit menemukan kedelai lokal. Berdasarkan wawancara dengan para pengrajin sekitar, kedelai impor dinilai lebih mudah dicari, selain itu kedelai impor memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan kedelai lokal. Kedelai impor tidak mengandung banyak kotoran dan memiliki biji yang sedikit lebih besar sehingga lebih cepat mekar dalam proses perendaman. Kualitas biji kedelai akan mempengaruhi kualitas tahu yang dihasilkan. Berikut adalah kedelai impor yang digunakan oleh produsen dalam proses produksi tahu
27
Gambar 5 Kedelai yang digunakan dalam proses produksi Produsen memiliki dua toko langganan untuk membeli pasokan kedelai. Toko tersebut terletak di Lembur Pos dan Cimanggu. Kedua toko ini memiliki perbedaan waktu dalam pembukaan toko. Toko yang berada di Cimanggu memiliki jam buka mulai pukul 05.00 – 20.00, sedangkan toko yang berada di Lembur Pos memiliki jam buka 07.00 – 18.00. Jika Pak Uun ingin membeli kedelai pada pagi hari menjelang subuh, beliau dapat membeli kedelai di toko yang berada di daerah Cimanggu. Oleh karena itu, Pak Uun tidak pernah menemukan kesulitan dalam hal pembelian kedelai. Kedua toko langganan pemilik usaha memiliki jumlah kapasitas kedelai yang berbeda. Toko yang berada di Lembur Pos memiliki kapasitas suplai sebesar 2 – 3 ton dan mendapat suplai dari pasar yang berada di daerah Ciluwer Kabupaten Bogor. Sedangkan toko yang berada di Cimanggu memiliki kapasitas suplai sebesar 20 – 30 ton per harinya. Selain menjual kedelai, toko ini juga memiliki pabrik tempe yang berlokasi di tempat yang sama. Suplai kedelai diperoleh langsung dari pelabuhan merak sehingga pembelian dilakukan dalam jumlah besar. Untuk harga jual, baik kedelai di toko Lembur Pos dan Cimanggu tidak memiliki perbedaan harga yang signifikan. Harga jual kedelai pada saat ini berkisar antara Rp 8 600 – Rp 9 000 dan sebagian besar menjual kedelai impor. Pemilik mengaku pernah melakukan pembelian pasokan kedelai beberapa kali kepada KOPTI (Koperasi Tahu Tempe Indonesia) Kabupaten Bogor. Beliau juga sempat menjadi anggota KOPTI karena memiliki berbagai keuntungan, selain mendapatkan kedelai dengan harga yang lebih terjangkau, KOPTI juga masih menerapkan SHU (Sisa Hasil Usaha). SHU merupakan keuntungan usaha yang dibagi sesuai dengan aktifitas ekonomi anggota koperasi. Besarnya SHU yang diterima oleh setiap anggota berbeda-beda tergantung dari besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota. Oleh sebab itu, semakin tinggi frekuensi melakukan suatu transaksi dengan KOPTI maka besar kemungkinan SHU yang diterima pada akhir tahun akan semakin tinggi. Pada saat ini, pembelian pasokan kedelai di KOPTI dengan toko biasa tergolong relatif sama atau tidak memiliki perbedaan harga sehingga para pengrajin lebih memilih melakukan pembelian pasokan kedelai di beberapa toko setempat yang lebih dekat dengan lokasi pabrik. Hingga saat ini, pemilik mengaku belum menemukan kesulitan yang berarti dalam memperoleh pasokan kedelai. Toko langganan dengan jam buka yang berbeda cukup memudahkan pemilik dalam memperoleh pasokan kedelai. Kapanpun kedelai habis, pemilik dapat membeli pasokan kedelai di toko langganannya.
28
3. Luas Produksi Luas produksi merupakan jumlah atau volume hasil produksi yang seharusnya diproduksi oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Luas produksi harus direncanakan secara matang agar perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang optimal. Jumlah produksi yang terlalu besar akan menyebabkan adanya penumpukan hasil produksi yang tidak habis terjual di pasaran sehingga menyebabkan penurunan kualitas hingga kadaluarsa. Sebaliknya, jumlah produksi yang terlalu kecil akan menyebabkan usaha tidak mampu memenuhi permintaan pasar yang berakibat kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan. Selain itu, mesin-mesin dan peralatan lainnya juga tidak bekerja secara optimal. Usaha pembuatan tahu yang diusahakan di Desa Cihideung Ilir masih tergolong kepada usaha kecil. Pada saat ini, kapasitas produksi tahu pada hari normal berada pada kisaran 100 kilogram – 120 kilogram. Sehingga dalam satu periode produksi menghasilkan hingga 4 200 potong tahu ukuran 4 cm dan 2 500 potong tahu ukuran 5 cm. Total keseluruhan potong tahu yang dihasilkan hingga mencapai 6 700 satu kali periode produksi. Jumlah kapasitas atau luas produksi relatif mengalami peningkatan ketika hari raya. Produksi bisa mencapai dua kali lipat dibanding dengan hari biasa, yaitu sekitar 200 kilogram - 250 kilogram per satu kali periode produksi. 4. Siklus Produksi Siklus produksi yang dimiliki usaha tahu bandung Kayun-Yun cukup sederhana. Pada awalnya tahu bandung Kayun-Yun hanya memiliki satu jenis tahu, yaitu tahu berukuran kecil 4 cm. Tahu yang dijual adalah tahu berwarna kuning akibat proses perebusan dengan menggunakan kunyit. Selain menjadi pewarna alami, perebusan tahu dengan menggunakan kunyit setelah tahu jadi membuat tahu menjadi lebih lebih awet dan tahan lama. Sejak awal produksi, usaha ini memang sudah memproduksi tahu berwarna kuning hingga sekarang. Saat ini, produsen memiliki dua jenis ukuran tahu, yaitu ukuran kecil 4 cm dan ukuran besar 5 cm. Ketika awal mendirikan usaha tahu, produsen hanya memproduksi 30 – 40 kilogram kedelai per hari. Hal ini dikarenakan keterbatasan modal yang dimiliki. Hingga pada saat ini produsen sudah memproduksi mencapai 100 – 120 kilogram per hari atau setiap siklus produksinya. Peningkatan kapasitas produksi dilakukan tanpa bantuan dari orang lain, seluruh modal tambahan diperoleh dari modal sendiri yang telah dikumpulkan produsen selama beberapa tahun hingga dapat mendirikan usaha seperti sekarang ini. Pada awalnya, produsen belum memiliki tenaga kerja, semua proses produksi hingga penjualan tahu dilakukan sendiri bersama istrinya. Setelah usaha meningkat, produsen mulai mempekerjakan tiga orang tenaga kerja untuk membantu dalam proses produksi. Selain itu, produsen juga telah memiliki tiga belas pedagang keliling serta dua pasar langganan yang siap menjual hasil tahu produksinya. Tahu yang diproduksi pada hari ini, akan dijual pada keesokan harinya. Biasanya para pedagang keliling mengambil tahu yang sudah disiapkan dalam wadah box dan gentong pada pukul 04.00 hingga menjelang subuh untuk langsung dijual kepada penduduk sekitar. Sisa tahu yang masih ada dijual oleh produsen ke dua pasar langganan, yaitu pasar Anyar dan pasar Ciomas. Di kedua pasar tersebut, produsen juga sudah memiliki langganan untuk dijual kembali sehingga tidak perlu menunggu waktu lama untuk menjual tahu di pasar tersebut. Selain tahu, terdapat ampas tahu yang juga dapat dimanfaatkan untuk dijual. Ampas tahu sudah memiliki langganan sendiri, yaitu pemilik salah satu peternakan di daerah Ciampea yang biasa digunakan
29
sebagai pakan ternak. Pinggiran tahu sisa cetakan juga sudah memiliki langganan yaitu ibu-ibu warga sekitar. Untuk proses produksi dan perhitungan biaya dilakukan pada sub topik selanjutnya. 5. Proses Produksi Proses produksi merupakan aspek penting yang harus dikuasai agar usaha dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, penguasaan teknik produksi yang baik akan menentukan kualitas usaha tahu yang dihasilkan. Industri tahu umumnya merupakan industri skala rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja yang tidak banyak dan investasi yang diperlukan tidak terlalu besar. Proses produksi tahu sederhana dan mudah dipelajari sehingga industri tahu dapat dijalankan oleh siapa saja. Secara umum proses produksi tahu hampir sama, yaitu mulai dari perendaman kedelai hingga pencetakan, perlakuan pada akhir produksi yang membedakan tahu akan dijual dalam bentuk tertentu, ada yang menjual dalam bentuk tahu bungkus, tahu putih, tahu kunyit, tahu goreng, dsb. Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun memilih untuk membuat tahu kunyit. Tahu kunyit memiliki warna kekuning-kuningan karena pada akhir proses pengolahan, tahu yang sudah jadi direbus kembali dengan menggunakan air yang sudah dicampur dengan kunyit yang telah dihaluskan sehingga tahu menjadi berubah warna. Perubahan warna pada tahu dirasa aman karena menggunakan pewarna alami, yaitu kunyit. Berikut tahapan yang dilakukan dalam proses pembuatan tahu. a. Perendaman Tahapan pertama yang dilakukan dalam proses pembuatan tahu adalah perendaman. Untuk mendapatkan tahu dengan kualitas baik, terlebih dahulu dilakukan pemisahan kedelai dengan kotoran-kotoran yang menempel seperti batuan-batuan kecil, daun-daunan, atau batang tanaman yang terbawa pada kedelai. Pemisahan ini dilakukan secara manual. Setelah itu dilakukan perendaman dengan menggunakan air bersih selama kurang lebih dua jam. Perendaman sebaiknya dilakukan pada malam hari sehingga keesokan harinya dapat dilakukan proses penggilan. Selama perendaman hindarkan terkontaminasi bahan kimia seperti sabun, kaporit, garam, minyak, atau bahan kimia berbahaya lainnya. Kontaminasi bahan-bahan kimia dapat menyebabkan menurunnya kualitas produk ataupun produk menjadi tidak layak konsumsi karena pencemaran bahan kimia berbahaya. Proses perendaman dapat dilakukan dengan menggunakan ember plastik atau drum. Perendaman sebaiknya jangan terlalu lama karena akan memberikan sifat asam yang berlebihan.
Gambar 6 Proses perendaman kedelai
30
b. Pencucian Setelah kedelai direndam sehingga tampak bertambah besar ukurannya, langkah selanjutnya adalah dilakukan pencucian. Proses pencucian bertujuan untuk menghilangkan lendir dan sifat asam. Proses pencucian dilakukan pada air yang mengalir agar kedelai menjadi lebih bersih. Pencucian yang kurang bersih akan menyebabkan tahu yang dihasilkan memiliki cita rasa yang kurang kurang enak, terasa asam, dan mudah basi. c. Penggilingan Kedelai yang sudah dicuci bersih lalu dilakukan tahapan selanjutnya, yaitu penggilingan. Penggilingan adalah proses penghancuran kedelai menjadi bubur kedelai dengan menggunakan mesin, yang dikenal dengan mesin molen. Kedelai yang telah direndam dan dicuci kemudian digiling menggunakan mesin, bersamaan dengan itu sambil ditambahkan air sedikit demi sedikit melalui kran hingga dihasilkan bubur kedelai berwarna putih. Bubur kedelai kemudian ditampung dengan menggunakan ember dan siap untuk direbus.
Gambar 7 Proses penggilingan kedelai d. Perebusan Bubur kedelai hasil penggilingan selanjutnya direbus dengan menggunakan tungku berbahan bakar kayu. Penggunaan bahan bakar kayu dirasa lebih efisien dan lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan gas. Tungku perebusan berupa bak yang terbuat dari semen, di dalamnya dilapisi kuali berbahan stainless dengan diameter 1m dan tinggi kurang lebih 1.2 – 1.5 m. Perebusan dilakukan hingga mendidih sambil dilakukan pengenceran dengan menambahkan air beberapa kali kepada bubur kedelai. Selama proses perebusan sebaknya dilakukan pengadukan terus menerus sambil sesekali dibuang buihnya. Selain itu, usahakan agar pemanasan stabil agar bubur kedelai matang dengan sempurna.
Gambar 8 Proses perebusan bubur kedelai
31
e. Penyaringan Larutan bubur kedelai yang sudah masak, kemudian disaring menggunakan tanggok yang dilapisi oleh kain halus, hasil endapannya ditampung dalam sebuah tahang kayu. Pemerasan sebaiknya dilakukan agar sari kedelai terpisah dengan optimal, kemudiah pisahkan ampasnya.
Gambar 9 Proses penyaringan bubur kedelai f. Penggumpalan Tahapan selanjutnya adalah untuk menunggu proses penggumpalan. Proses penggumpalan dapat dilakukan secara alami yaitu dengan menggunakan limbah cair proses produksi tahu yang telah didiamkan kurang lebih dua hari sebelumnya, dengan cara mencampurkan limbah cair proses produksi sebelumnya dengan bubur tahu pada proses pengendapan dengan perbandingan 1:4. Penggumpalan dapat dilakukan dengan asam cuka atau dengan bubuk sioko, akan tetapi produsen lebih memilih bahan penggumpal alami, yaitu limbah cair proses produksi sebelumnya karena lebih efisien dan tetap memperhatikan kualitas.
Gambar 10 Proses penggumpalan sari kedelai g. Pencetakan Pencetakan dilakukan dengan teknik pengepresan menggunakan cetakan yang terbuat dari kayu. Langkah pertama, siapkan cetakkan kosong, lalu letakkan kain halus tipis di atasnya. Kemudian, sari kedelai dituangkan ke cetakan yang sudah dilapisi kain tipis tersebut hingga hampir penuh, lalu sisa kain ditutupkan pada bagian atas sari kedelai tersebut. Setelah itu, bagian atasnya ditutup dengan papan kayu. Cetakan dapat disusun 2 - 5 unit papan cetakan dan cetakan paling atas diberi pemberat agar proses pengepresan lebih optimal. Pencetakkan membutuhkan waktu kurang lebih 15 - 20 menit. Selama proses pengepresan, air akan keluar melalui lubang-lubang pada tiap bagian samping papan cetakan. Air tahu tersebut dialirkan ke tempat pembuangan atau ditampung. Air tahu yang dibiarkan hingga asam kurang lebih 2-3 hari dapat digunakan untuk membantu
32
proses penggumpalan tahu sehingga tidak membutuhkan bahan kimia untuk proses penggumpalan.
Gambar 11 Proses pencetakan sari kedelai h. Pemotongan Sari kedelai yang telah dipres dan menjadi tahu dalam bentuk lembaran dengan ukuran cetakannya dipindahkan bersama papan cetakannya dan disusun dengan rapi. Pemotongan harus dilakukan segera sehingga tahu tidak menjadi lembek dan basi. Tahu yang masih lembaran dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan. Terdapat dua ukuran tahu dalam usaha ini, yaitu ukuran 4 cm x 4 cm dan 5 cm x 5 cm. Pemotongan dilakukan dengan mistar yang terbuat dari kayu yang telah disesuaikan dengan ukuran yang diinginkan.
Gambar 12 Proses pencetakan tahu i. Perebusan tahu dengan menggunakan tumbukan kunyit Tahu yang telah dipotong selanjutnya direbus kembali dengan menggunakan bahan pewarna alami, yaitu kunyit yang telah ditumbuk halus bersamaan dengan garam. Perebusan dilakukan hingga tanak agar tahu menjadi lebih tahan lama. Tahu kunyit memiliki cita rasa khas dan disukai oleh penggemarnya. Setelah proses perebusan selesai, tahu dapat diangkat dan diletakkan pada tampir yang telah disediakan. Tunggu beberapa saat sampai tahu mengeluarkan uap panasnya, maka tahu siap untuk dimasukkan ke dalam box dan gentong untuk siap dipasarkan.
33
Gambar 13 Proses perebusan tahu dengan kunyit 6. Layout Usaha Layout usaha merupakan keseluruhan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam proses produksi. Penentuan layout usaha pada umumnya dilakukan ketika lokasi usaha ditentukan dengan berbagai pertimbangan. Layout yang baik memiliki berbagai kriteria, yaitu meminimalkan jarak angkut antar bagian, aliran material yang baik, efektif dalam penggunaan ruang, luwes atau indah, memberikan keselamatan atas barang-barang yang diangkut, memungkinkan adanya perluasan bisnis, meminimalkan biaya produksi, dan memberikan jaminan keamanan yang cukup bagi keselamatan tenaga kerja. Usaha pembuatan tahu memiliki luas bangunan 6 m x 25 m. Lokasi produksi ini menyatu dengan kediaman produsen. Selain bangunan, pada pabrik ini terdapat halaman yang cukup luas untuk menaruh kepingan kayu bakar yang akan digunakan dalam proses produksi. Struktur ruangan diatur sedemikian rupa agar mempermudah alur proses produksi. Ruang produksi dibagi menjadi beberapa bagian yaitu, tempat perendaman dan pencucian kedelai, tempat penggilingan, tempat perebusan bubur kedelai, tempat penyaringan dan penggumpalan, tempat pencetakan tahu, tempat pemotongan tahu, rak penyimpanan tahu, tempat pembungkusan dan peletakan tahu ke dalam box dan gentong. Untuk tata letak atau layout pabrik secara lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 3. 7. Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment Peralatan dalam usaha tahu ini sebagian besar masih bersifat semi tradisional. Peralatan yang digunakan dalam usaha tahu bandung Kayun-Yun, antara lain mesin penggiling atau molen. Peralatan ini pertama kali dibeli oleh produsen dalam keadaan bekas pakai. Lalu, terdapat tungku semen untuk melakukan proses perebusan yang dibuat sendiri oleh produsen. Dalam tungku semen terdapat kuali dengan diameter 80 cm yang digunakan sebagai wadah untuk menaruh bubur kedelai dalam proses perebusan dan tahu yang sudah dipotong menjadi ukuran tertentu dan direbus dengan menggunakan parutan kunyit. Selanjutnya adalah berbagai peralatan yang terbuat dari kayu atau bambu, produsen memiliki satu toko langganan yang terletak di daerah Lembur Pos untuk membeli peralatan baru jika peralatan lama sudah tidak dapat digunakan kembali, seperti tahang kayu, tanggok, cetakan, tampir, mistar, dan serok. Akan tetapi, toko tersebut tidak menyediakan barang secara langsung sehingga jika ada peralatan yang sekiranya tidak dapat dipergunakan maka produsen harus melakukan pemesanan terlebih dahulu peralatan apa saja yang ingin dibutuhkan. Peralatan lain yang biasa dibuat sendiri oleh produsen adalah rak penyimpanan tahu yang sudah jadi. Rak ini terbuat dari bambu dan mampu menopang sebanyak
34
lima sampai sepuluh tampir. Sedangkan peralatan seperti bak plastik, ember, gentong dan box dapat dibeli di toko kelontong terdekat. Hasil Analisis Aspek Teknis Berdasarkan hasil analisis, jika dilihat dari aspek teknis, usaha pembuatan tahu dapat dikatakan layak. Hal ini dapat ditunjukkan dari lokasi usaha yang strategis, dilihat dari kemudahan dalam akses transportasi, ketersediaan sumber listirk dan air. Bahan baku juga cukup mudah diperoleh. Perbedaan harga kedelai antar toko dinilai tidak jauh berbeda, serta kualitas kedelai yang lebih disukai oleh para pengrajin memang kedelai impor karena memiliki kualitas yang lebih baik (tidak mengandung banyak kotoran dan biji relatif lebih besar). Selain itu, proses produksi juga sudah sesuai dengan alur atau standar operasi yang digunakan. Untuk pemilihan jenis teknologi dan equipment masih tergolong semi tradisional. Sebagian besar peralatan masih menggunakan bahan yang terbuat dari kayu atau bambu. Para pengrajin tahu di Indonesia masih didominasi oleh skala usaha rumah tangga dan usaha kecil sehingga keterbatasan modal menjadi salah satu kendala utama dalam keberlangsungan dan kemajuan usaha. Walaupun demikian, seluruh peralatan selalu dijaga dan dirawat dengan cukup baik. Tata letak pabrik juga sudah diatur oleh pemilik dengan memperhatikan kemudahan pekerja dalam melakukan alur produksi agar pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Aspek Manajemen dan Hukum 1. Aspek Manajemen Pelaksanaan pembangunan bisnis harus direncanakan dengan baik supaya tidak terjadi hal-hal yang dapat menghambat pembangunan. Penyelesaian pembangunan bisnis yang tidak sesuai dengan jadwal akan menyebabkan pembengkakan biaya dan dapat menyebabkan gangguan pada pemasaran karena gagalnya pencapaian target waktu berproduksi. Usaha pembuatan tahu bandung ini merupakan usaha perseorangan. Sebagian besar pengrajin tahu menjalankan usahanya secara tradisional. Hal ini membuat usaha dijalankan secara non formal dan belum memiliki struktur organisasi tetap. Pemegang kendali berada di tangan pemilik, sambil tetap mengontrol dan mengkoordinasi seluruh aktivitas bisnis yang dilakukan. Meskipun usaha ini belum memiliki struktur organisasi, tapi pembagian pekerjaan dilakukan secara sederhana dan jelas. Pemilik bertugas untuk membeli kedelai, mengantarkan tahu ke pasar serta mengawasi jalannya proses produksi, istri pemilik juga ikut membantu dalam keuangan, memarut kunyit, dan melakukan pembungkusan tahu dengan plastik dan penempatan tahu ke dalam box dan gentong untuk diambil oleh pedagang keliling dan sisanya akan dijual ke pasar. Pemilik memiliki tiga pekerja. Satu orang pekerja bertugas untuk merendam, menggiling, dan merebus kedelai. Satu orang pekerja bertugas menyaring bubur tahu (dibantu oleh satu orang pekerja lain) dan mencetak tahu yang sudah jadi hingga menjadi potongan-potongan. Dan satu orang pekerja bertugas merebus tahu yang sudah dicetak dengan parutan kunyit yang sudah disediakan sebelumnya lalu menaruh potongan tahu yang sudah direbus dengan menggunakan parutan kunyit ke tampir yang sudah disediakan untuk ditaruh ke dalam rak. Total tenaga kerja yang digunakan berjumlah lima orang. Tenaga kerja terdiri atas tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga terdiri dari tiga orang, yaitu produsen, istri,
35
dan satu orang anak yang dipekerjakan. Sedangkan dua tenaga kerja lainnya berasal dari penduduk sekitar. Produsen memiliki kualifikasi bagi pekerja yang ingin bekerja di usaha tahunya, yakni harus memiliki pengalaman dalam proses pembuatan tahu agar pekerja tidak perlu diberi pengajaran terlebih dahulu. Jam kerja yang diberikan oleh produsen cenderung fleksibel, tergantung para pekerjanya itu sendiri. Yang terpenting pekerjaan dilakukan sesuai dengan target yang diharapkan. Rata-rata kegiatan produksi dimulai pada pukul 08.00 – 17.00. Jika dilihat dari segi administrasi, usaha ini belum memiliki pencatatan finansial. Produsen hanya berpatokan kepada keuntungan yang diperoleh. Jika terdapat penerimaan melebihi biaya produksi, maka usahanya mendapatkan keuntungan. Jika tidak, maka hal yang terjadi adalah sebaliknya. 2. Aspek Hukum Aspek hukum mengkaji ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum menjalankan usaha. Ketentuan hukum untuk setiap jenis usaha berbeda-beda, tergantung kompleksitas bisnis tersebut. Adanya otonomi daerah menyebabkan ketentuan hukum dan perizinan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain berbeda-beda. Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun memiliki bentuk badan perusahaan perseorangan. Perusahaan perseorangan adalah salah satu bentuk usaha yang dimiliki oleh seseorang dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua risiko dan kegiatan perusahaan. Keuntungan dari bentuk usaha perorangan adalah memiliki kebebasan dalam bergerak, penguasaan sepenuhnya terhadap keuntungan yang diperoleh, proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat, serta rahasia perusahaan terjamin. Sedangkan kelemahannya adalah keterbatasan dalam kemampuan keuangan dan manajerial. Terkait dengan peraturan perundangan, tidak ada peraturan untuk pendirian perusahaan perseorangan yang diperlukan hanya izin permohonan dari kantor perizinan setempat. Dalam menjalankan aktivitas usaha, pemilik telah mendapatkan izin dari pemerintah setempat, yaitu dari Kepala Desa Cihideung Ilir. Hasil Analisis Aspek Manajemen dan Hukum Jika dilihat dari aspek manajemen, usaha tahu bandung ini kurang layak diusahakan. Hal ini dikarenakan usaha tahu belum memiliki pencatatan finansial. Keuangan dikelola oleh pemilik usaha dan istri tanpa adanya pencatatan pemasukan dan pengeluaran yang jelas. Jika ada penerimaan lebih berarti usaha mendapatkan keuntungan, begitu juga sebaliknya. Pada era globalisasi ini pencatatan finansial dinilai cukup penting. Pencatatan minimal terkait dengan pemasukan maupun pengeluaran usaha. Akan menjadi lebih baik jika dilakukan juga perhitungan terkait dengan cashflow dan laporan laba rugi. Cashflow berguna untuk melihat arus kas masuk dan keluar sejak pendirian usaha sedangkan laporan laba rugi digunakan untuk melihat kinerja suatu perusahaan melalui kondisi keuangan. Jika suatu usaha memiliki pencatatan finansial yang baik, maka dapat terlihat peningkatan maupun penurunan yang terjadi. Dengan demikian, pemilik usaha dapat melakukan berbagai strategi untuk memajukan usahanya. Usaha ini memang belum memiliki struktur organisasi formal, tetapi telah terdapat pembagian pekerjaan yang jelas antara produsen dan pekerja. Hal ini dikarenakan usaha tahu masih tergolong kepada usaha berskala kecil dengan jumlah tenaga kerja minimum, yaitu berjumlah tiga orang sehingga hierarki atau struktur organisasi tidak menjadi suatu kepentingan.
36
Jika dilihat dari aspek hukum, usaha tahu bandung ini sudah layak untuk diusahakan. Hal ini dilihat dari perolehan perizinan yang didapat dari kantor perizinan setempat yaitu Kepala Desa Cihideung Ilir. Berhubung usaha tahu ini masih tergolong usaha kecil dan termasuk salah satu usaha perseorangan sehingga proses perolehan izin setempat tidak terlalu rumit. Aspek Sosial dan Ekonomi Lingkungan tempat bisnis akan yang akan dijalankan harus dianalisis dengan cermat. Hal ini disebabkan lingkungan di satu sisi dapat menjadi peluang dari bisnis yang akan dijalankan, namun di sisi lain lingkungan juga dapat menjadi ancaman bagi perkembangan bisnis. Keberadaan bisnis dapat berpengaruh terhadap lingkungan, baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan ekologi tempat bisnis akan dijalankan. Suatu aktivitas bisnis dapat menimbulkan dampak bagi lingkungan di sekitar lokasi bisnis, khususnya perubahan sosial dan ekonomi. Perubahan kehidupan sosial, dan ekonomi dalam masyarakat dapat menimbulkan gesekan antara masyarakat di sekitar dengan pelaku bisnis, maupun di antara anggota masyarakat sendiri. Masyarakat yang akan memperoleh dampak positif akan mendukung keberadaan bisnis yang dilaksanakan. Sebaliknya, masyarakat yang merasa dampak negatif dari keberadaan bisnis lebih besar dari dampak positifnya akan menolak keberadaan bisnis tersebut. Usaha pembuatan tahu ini telah membuka peluang kerja bagi penduduk sekitar. Terdapat dua pekerja dari penduduk sekitar yang bekerja pada usaha Pak Uun. Walaupun usaha ini memiliki tenaga kerja yang minim, yaitu berjumlah tiga orang. Akan tetapi peluang ini cukup menambah kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar. Selain itu, usaha tahu ini juga cukup berkontribusi dalam pembangunan fasilitas umum dan pemberian sumbangan terhadap anak yatim. Jika ada pembangunan fasilitas umum, seperti pembangunan masjid, perbaikan jalan, usaha tahu ini cukup memberikan kontribusi agar perjalanan pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Hasil Analisis Aspek Sosial dan Ekonomi Berdasarkan aspek sosial dan ekonomi, usaha tahu ini telah cukup memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja di daerah setempat dan kontribusi terhadap pembangunan fasilitas umum di lingkungan sekitar, serta telah memberikan peningkatan pendapatan masyarakat dan menambah aktivitas ekonomi. Aspek Lingkungan Suatu bisnis terdiri atas berbagai kegiatan yang dapat menimbulkan dampak bagi lingkungan di sekitar lokasi bisnis. Salah satu dampak yang terjadi dan harus diperhatikan adalah dampak bagi lingkungan ekologi berupa polusi, baik polusi udara, tanah, air, maupun suara. Usaha tahu memiliki tiga limbah produksi, yaitu limbah berupa ampas tahu, air sisa produksi dan asap akibat perebusan dalam proses produksi tahu. Pertama, yaitu limbah berupa ampas tahu dapat dimanfaatkan kembali sebagai pakan ternak. Ampas tahu dapat dijual dan sudah memiliki langganan tersendiri, yaitu salah satu pemilik peternakan yang berada di daerah Ciampea. Kedua, yaitu limbah berupa air sisa produksi. Limbah air ini dialirkan ke sungai terdekat melalui saluran pipa yang ditanam dan dihubungkan langsung kepada aliran sungai. Pak Uun selalu melakukan pengontrolan rutin dua hari sekali untuk melakukan pengecekan pada saluran pipa. Hal
37
ini dilakukan untuk menghindari kebocoran pada pipa yang akan mengakibatkan bau yang tidak sedap. Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses industri, derajat penggunaan air, serta derajat pengolahan limbah air yang ada. Secara umum komposisi air limbah tersusun atas 99.9% air dan 0,1 % bahan padat. Bahan padat sendiri tersusun atas bahan padat organik dan anorganik. Bahan padat organik terdiri atas protein, karbohidrat, dan lemak. Sedangkan bahan padat anorganik terdiri atas butiran, garam, dan metal. Pengaliran air limbah langsung ke sungai tanpa pengelolaan lebih lanjut akan menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan sekitar. Gangguan yang ditimbulkan dapat berupa gangguan terhadap kesehatan, gangguan terhadap kehidupan biotik, gangguan terhadap keindahan, dan gangguan terhadap kerusakan benda (Sugiharto 1987). Untuk meminimalisir gangguan yang ditimbulkan akibat air limbah maka sebaiknya pemilik tidak langsung mengalirkan air limbah ke sungai. Air limbah dapat dikelola dan dimanfaatkan kembali dengan suatu perlakuan khusus.
Gambar 14 Saluran air limbah produksi Limbah ketiga yaitu berupa asap akibat proses produksi. Pabrik dapat dikatakan memiliki posisi yang cukup strategis. Walaupun berada di pemukiman penduduk tapi posisi pabrik tidak menempel dengan rumah warga. Pabrik memiliki halaman yang luas dan tidak berdesakan dengan rumah warga sehingga asap yang ditimbulkan dari proses produksi tidak terlalu mengganggu aktivitas warga yang berada di daerah sekitar. Hasil Analisis Lingkungan Jika dilihat dari aspek lingkungan, maka usaha ini dapat dikatakan kurang layak. Hal ini dapat dilihat pada air limbah yang kurang dapat dikelola dengan baik. Air limbah produksi dialirkan langsung ke kali sehingga dapat menyebabkan gangguan terhadap lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, sebaiknya pengelolaan air limbah dibuat
38
suatu perlakuan khusus untuk meminimalisir bahkan mencegah gangguan terhadap lingkungan sekitar. Salah satu perlakuan yang dapat dilakukan adalah penerapan sistem netralisir atau aerodinamis. Pembuangan limbah hasil aerodinamis tidak perlu dibuang ke sungai, akan tetapi dapat dimanfaatkan kembali untuk menyiram tanaman. Perlakuan ini membutuhkan tiga kolam besar dan satu kolam kecil dengan tahapan sebagai berikut : 1. Kolam kecil digunakan untuk menghilangkan benda padat. Kolam ini dilengkapi dengan saringan kawat. Dari kolam penyaringan, air limbah disalurkan ke kolam besar pertama. 2. Kolam besar pertama terdiri atas 8 skat, skat tersebut berisi ijuk, pasir, dan batu koral. Air limbah dialirkan secara bergantian mulai dari skat satu sampai skat delapan. Sebelum dialirkan ke kolam besar pertama, air limbah diberi bahan penetral terlebih dahulu yaitu kapur, kaporit, dan karbit. 3. Kolam besar kedua berisi ijuk, pasir, dan batu koral yang berfungsi sebagai penyerapan. 4. Kolam besar ketiga digunakan untuk penampungan terakhir. Air limbah tersebut dapat digunakan untuk menyiram tanaman. Analisis Aspek Finansial Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis suatu usaha dari segi keuangan. Terdapat empat kriteria penilaian investasi, antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). Dalam melakukan analisis empat kriteria investasi digunakan arus kas untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Analisis Inflow Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun Penerimaan usaha pembuatan tahu berasal dari hasil penjualan tahu, ampas tahu dan nilai sisa investasi yang telah dilakukan. Pendapatan didapat dari total penjualan dikali dengan harga jual. Analisis finansial dilakukan secara forecasting untuk melihat dampak yang terjadi terhadap kenaikan harga bahan baku, yaitu kedelai. Tahun awal dimulainya perhitungan adalah tahun 2010, yaitu tahun dimana produsen melanjutkan usaha ke lokasi baru yang sesuai dengan keinginannya, yaitu Desa Cihideung Ilir. Tahun ini dipilih dengan pertimbangan bahwa usaha melakukan perpindahan lokasi kepada lokasi saat ini sehingga cashflow dibuat untuk melihat bagaimana arus kas mulai tahun 2010 hingga 10 tahun mendatang disertai dengan adanya kenaikan harga kedelai. Periode bisnis 10 tahun berdasarkan umur ekonomis investasi terbesar, yaitu bangunan. Pada tahun pertama pendirian usaha, terdapat pengeluaran untuk biaya investasi diikuti dengan kegiatan produksi sehingga usaha tetap mendapatkan penerimaan awal walaupun pada tahun pertama usaha masih mengalami kerugian. Pada tahun 2010, produsen masih memiliki kapasitas produksi yang cukup rendah yaitu sekitar 50 kilogram. Pada tahun berikutnya, kapasitas produksi mulai mengalami peningkatan yaitu tahun 2011 kapasitas produksi mencapai 70 kilogram, tahun 2012 kapasitas produksi mencapai 100 kilogram, hingga pada tahun 2013 kapasitas produksi mencapai titik tertinggi yaitu 120 kilogram. Peningkatan kapasitas produksi diperoleh dari tambahan modal pemilik usaha yang dikumpulkan dari setiap hasil usahanya. Pada tahun 2010 – 2011 produksi hanya memiliki satu jenis ukuran tahu, yaitu tahu berukuran 4 cm. Tahun 2012 ketika produksi sudah mencapai produksi
39
100 kilogram, produsen mulai menambah jenis ukuran tahu sehingga menjadi dua ukuran, yaitu tahu berukuran 4 cm dan 5 cm. Ketika harga kedelai mengalami kenaikan, yaitu pada tahun 2013, produsen melakukan musyawarah dengan beberapa pengrajin sekitar untuk mencari alternatif penyesuaian agar keberlangsungan usaha tetap terjaga. Salah satu alternatif penyesuaian yang disepakati bersama adalah kenaikan harga jual tahu. Karena itu, produsen menaikkan harga jual untuk setiap jenis ukuran tahu sebesar Rp 50. Pada tahun 2010 total penerimaan sebesar Rp 233 400 000. Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2011 dan 2013, total penerimaan terus mengalami peningkatan, yaitu masing-masing sebesar Rp 325 500 000 dan Rp 498 600 000. Hingga pada tahun 2013 dan selanjutnya, penerimaan berada pada titik tertinggi yaitu Rp 661 500 000. Rincian penerimaan usaha dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Rincian pendapatan penjualan usaha tahu Bandung Kayun-Yun per tahun Tahun ke-
Produk
2010
Tahu 4 cm
2011
Ampas tahu Tahu 4 cm Ampas tahu
2012
50 kilogram
70 kilogram
Tahu 4 cm Tahu 5 cm Ampas tahu
2013 - 2020
Kapasitas Produksi
100 kilogram
Tahu 4 cm Tahu 5 cm Ampas tahu
120 kilogram
Produksi
Harga jual (Rp)
Pendapatan (Rp)
Pendapatan Per Tahun (Rp)
3 000
250
750 000
225 000 000
4
7 000
28 000
8 400 000
4 200
250
1 050 000
315 000 000
5
7 000
35 000
10 500 000
3 600
250
900 000
270 000 000
2 400 6
300 7 000
720 000 42 000
216 000 000 12 600 000
4 200
300
1 260 000
378 000 000
2 500 7
350 10 000
875 000 70 000
262 500 000 21 000 000
Total pendapatan per tahun (Rp) 233 400 000
325 500 000
498 600 000
661 500 000
Selain penerimaan di atas, terdapat penerimaan lain yaitu berasal dari nilai sisa atau salvage value. Salvage value merupakan nilai sisa dari barang modal yang tidak habis terpakai selama umur bisnis dan dinilai pada akhir umur bisnis. Nilai sisa pada barang investasi ini tidak terlalu banyak, hanya terdapat pada pompa air. Perhitungan menggunakan periode 10 tahun berdasarkan umur ekonomis yang paling lama, yaitu lahan dan bangunan. Pompa memiliki umur ekonomis 7 tahun, sehingga produsen melakukan pembelian ulang pada tahun ke-8 untuk pompa air sebesar Rp 308 660 dengan jumlah total 1 buah sehingga total nilai sisa yang didapat sebesar Rp 171 426. Analisis Outflow Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun Arus pengeluaran dalam usaha pembuatan tahu ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada saat persiapan usaha atau pada saat awal proyek. Sedangkan biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama proses produksi berlangsung Biaya investasi tidak langsung habis pakai, berbeda dengan biaya
40
operasional. Biaya operasional terdiri atas dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi yang sering disebut biaya pra-usaha merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal kegiatan dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. Pengeluaran biaya investasi umumnya dilakukan satu kali atau lebih sebelum bisnis berproduksi dan baru menghasilkan manfaat beberapa tahun kemudian. Biaya investasi selain dikeluarkan di awal tahun bisnis, juga dapat dikeluarkan pada beberapa tahun setelah bisnis berjalan, misalkan untuk mengganti peralatan investasi yang umur pakainya sudah habis tapi operasional bisnisnya masih berjalan, biaya investasi yang dikeluarkan tersebut disebut biaya re-investasi. Berikut penjabaran rincian biaya investasi yang dikeluarkan usaha tahu bandung Kayun-Yun dan harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat melakukan pembelian. Tabel 5 Biaya investasi usaha tahu Bandung Kayun-Yun No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Satuan
Jumlah
Harga/Satuan (Rp)
Bangunan m2 Mesin diesel Unit Molen Unit Tungku semen Unit Bak semen Unit Tahang kayu Unit Tanggok bambu Unit Pompa air Unit Saringan air Unit Cetakan Unit Tampir Unit Serok Unit Rak bambu Unit Tampan/ayakan Unit Bak plastik biru Unit Ember plastik Unit Gentong plastik Unit Box plastik Unit Mistar Unit Kendaraan Unit TOTAL BIAYA INVESTASI
72 1 1 2 2 3 1 1 1 5 20 3 1 3 1 12 10 20 2 1
3 000 000 2 000 000 1 000 000 200 000 600 000 200 000 300 000 30 000 140 000 25 000 150 000 50 000 15 000 200 000 5 000 40 000 60 000 10 000 70 000 000
Jenis Investasi
Total Nilai (Rp) 25 000 000 3 000 000 2 000 000 2 000 000 400 000 1 800 000 200 000 300 000 30 000 700 000 500 000 450 000 50 000 45 000 200 000 60 000 400 000 1 200 000 20 000 70 000 000 103 355 000
Umur ekonomis 10 10 10 6 6 5 1 7 1 5 5 5 6 1 10 5 5 5 6 10
Pembelian peralatan investasi dilakukan pada awal produsen memulai untuk mendirikan usaha tahu, yaitu pada tahun 2004. Pada saat itu, lokasi usaha masih berada di daerah Warung Borong Kecamatan Ciampea. Produsen mengalami perpindahan lokasi hingga menempati lokasi usaha pada saat ini, yaitu Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea pada tahun 2010. Lokasi ini dinilai cukup strategis serta memenuhi keinginan produsen. Oleh sebab itu, perhitungan dimulai pada tahun 2010 sejak terjadinya perpindahan lokasi usaha. Agar perhitungan menjadi lebih representative, maka beberapa biaya investasi yang umur ekonomisnya melebihi rentang waktu antara tahun dimulainya usaha dengan tahun awal yang digunakan dalam perhitungan
41
menggunakan konsep time value of money. Hal ini dilakukan karena sejumlah uang pada saat ini berbeda dengan nilai sejumlah uang pada waktu yang akan datang. Nilai uang selalu mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Konsep time value of money yang digunakan dalam perhitungan ini adalah perhitungan konversi berupa compounding factor. Compounding factor digunakan untuk menghitung nilai di waktu yang akan datang jika diketahui sejumlah uang di saat sekarang untuk suatu periode tertentu. Perhitungan compounding factor juga dapat disesuakan dengan umur ekonomis peralatan investasi. Beberapa alat investasi yang tidak menggunakan perhitungan compounding factor, antara lain tungku semen, kuali, saringan air, rak bambu, tampan/ayakan, dan mistar. Hal ini disebabkan umur ekonomis yang telah habis diantara rentang tahun usaha dan tahun dimulainya perhitungan sehingga harga yang digunakan disesuaikan dengan harga yang berlaku pada saat pembelian peralatan. Berikut adalah rincian biaya investasi setelah dilakukan perhitungan compounding factor. Tabel 6 Hasil perhitungan biaya investasi sebelum dan sesudah compounding factor No
Jenis Investasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Bangunan Mesin diesel Molen Tungku semen Kuali Tahang kayu Tanggok bambu Pompa air Saringan air Cetakan Tampir Serok Rak bambu Tampan/ayakan Bak plastik biru Ember plastik Gentong plastik Box plastik Mistar Kendaraan TOTAL BIAYA INVESTASI
Harga sebelum compounding (Rp) 25 000 000 3 000 000 2 000 000 2 000 000 400 000 1 800 000 200 000 300 000 30 000 700 000 500 000 450 000 100 000 45 000 200 000 60 000 400 000 1 200 000 20 000 70 000 000 108 405 000
Harga setelah compounding (Rp) 30 866 031 3 146 991 3 173 749 2 000 000* 400 000* 2 644 791 476 062 462 990 30 000* 1 028 530 734 664 661 198 100 000* 45 000* 317 375 88 160 587 731 1 763 194 20 000* 111 081 203 153 498 566
Keterangan : * = tidak dilakukan perhitungan compounding factor
Selain biaya investasi, terdapat biaya lain yang harus dikeluarkan ketika melakukan suatu kegiatan usaha. Biaya yang dimaksud adalah biaya operasional. Biaya operasional termasuk semua biaya produksi, pemeliharaan dan lainya yang menggambarkan pengeluaran untuk menghasilkan produksi yang digunakan bagi setiap proses produksi dalam satu periode kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri atas dua komponen, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Rincian lengkap mengenai biaya investasi dapat dilihat pada Lampiran 4.
42
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan dan nilainya sama setiap tahun. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha tahu ini antara lain biaya sewa lahan, biaya listrik, biaya telepon, biaya perawatan mesin, biaya perawatan mobil, dan biaya transportasi. Penjabaran biaya tetap adalah sebagai berikut : 1. Biaya sewa lahan yang dikeluarkan oleh produsen mengalami peningkatan, pada tahun 2010 – 2012 biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 5 000 000 per tahun sedangkan biaya yang dikeluarkan pada tahun 2013 sampai akhir periode sebesar Rp 6 000 000 per tahun 2. Biaya listrik sebesar Rp 250 000 per bulan setara dengan Rp 3 000 000 per tahun 3. Biaya telepon sebesar Rp 100 000 per bulan setara dengan Rp 1 200 000 per tahun 4. Biaya perawatan adalah biaya yang dikeluarkan oleh produsen untuk kepentingan perawatan mesin-mesin atau barang investasi. Besarnya biaya perawatan mesin adalah Rp 100 000 per bulan setara dengan Rp 1 200 000 per tahun. 5. Biaya perawatan mobil yang biasa digunakan untuk menunjang kegiatan produksi sebesar Rp 200 000 per bulan setara dengan Rp 2 400 000 per tahun. 6. Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh produsen untuk pembelian bahan bakar kendaraan yang digunakan untuk membeli bahan baku, bahan penolong, maupun mendistribusikan produknya. Biaya transportasi yang dikeluarkan sebesar Rp 60 000 per hari setara dengan Rp 18 000 000 per tahun. Tabel 7 Rincian biaya tetap usaha tahu bandung Kayun-Yun No
Jenis Biaya
Harga/Bulan (Rp)
1 Sewa lahan 2 3 4 5 6
Listrik Telepon Biaya perawatan mesin Biaya perawatan mobil Biaya transportasi TOTAL BIAYA TETAP
250 000 100 000 100 000 200 000 -
Harga/Tahun (Rp) 2010 – 2012 2013
5 000 000 6 000 000 3 000 000 1 200 000 1 200 000 2 400 000 18 000 000
2010 – 2012 2013
30 800 000 31 800 000
Besarnya biaya tetap yang dikeluarkan oleh produsen sebesar Rp 30 800 000 pada tahun 2010 - 2012, dan Rp 31 800 000 pada tahun 2013 sampai akhir periode. Perbedaan ini dikarenakan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk sewa lahan terjadi kenaikan. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya selaras dengan perkembangan produksi atau penjualan setiap tahun (satu satuan waktu). Yang termasuk dalam biaya variabel pada usaha pembuatan tahu ini, antara lain kedelai, kunyit, garam, solar diesel, kayu bakar, kemasan, dan upah tenaga kerja. Upah tenaga kerja dibedakan menjadi dua, yaitu upah tenaga kerja dalam keluarga dan upah tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga berjumlah dua orang, sedangkan tenaga kerja dalam keluarga berjumlah tiga orang, terdiri atas pemilik usaha, istri pemilik usaha, dan anak pemilik usaha Usaha tahu memiliki siklus kerja setiap hari. Pekerjaan dimulai pada pagi hari dan selesai pada sore hari. Beberapa penjelasan perhitungan yang dipakai untuk menghitung besarnya biaya variabel usaha pembuatan tahu bandung ini :
43
1.
2. 3. 4. 5.
6.
7. 8.
Terjadi peningkatan penggunaan kapasitas kedelai mulai tahun 2010 hingga 2013, berturut-turut yaitu 50 kilogram, 70 kilogram, 100 kilogram, 120 kilogram. Disertai pula peningkatan harga kedelai, pada tahun 2010 harga kedelai sebesar Rp 6 000 per kilogram, tahun 2011 - 2012 harga kedelai sebesar Rp 7000 per kilogram, dan pada tahun 2012 kedelai mencapai Rp 9 000 per kilogram. Sepuluh kilogram garam digunakan untuk memproduksi 120 kilogram kedelai. Tujuh kilogram kunyit digunakan untuk memproduksi 120 kilogram kedelai. Kayu bakar seharga Rp 10 000 digunakan untuk satu kali jiringan. Solar diesel digunakan sebagai bahan bakar mesin penggiling untuk menggiling kedelai menjadi bubur kedelai. Solar diesel seharga Rp 13 000 dapat digunakan untuk satu kali produksi dengan kapasitas 120 kilogram. Upah tenaga kerja dibagi menjadi dua, yaitu upah tenaga kerja dalam keluarga dan upah tenaga kerja luar keluarga Upah tenaga kerja tidak dibedakan. Pada tahun 2010 – 2011, satu orang tenaga kerja mendapatkan upah sebesar Rp 4 500 per satu jiringan. Mulai tahun 2012, satu orang tenaga kerja mendapatkan upah sebesar Rp 5 000 per satu jiringan. Uang konsumsi untuk satu kali produksi setiap tenaga kerja sebesar Rp 35 000 pada tahun 2010 – 2011 dan Rp 40 000 untuk tahun 2012 – dst. Biaya kemasan digunakan untuk membungkus tahu yang akan dijual ke pasar Kemasan seharga Rp 15 000 dapat digunakan untuk satu kali siklus produksi dengan kapasitas 120 kilogram.
Tabel 8 Jumlah biaya variabel tahun 2010 - 2013 No
Uraian
1 Kedelai 2 Garam 3 Kunyit 4 Kayu bakar 5 Solar diesel 6 Upah TK dalam keluarga 6 Upah TK luar keluarga 7 Kemasan TOTAL BIAYA VARIABEL
Jumlah/ Jumlah/ Jumlah/ Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 (Rp) (Rp) (Rp) 90 000 000 147 000 000 210 000 000 2 160 000 3 240 000 4 800 000 5 400 000 7 200 000 12 600 000 15 000 000 21 000 000 30 000 000 1 625 000 2 275 000 3 250 000 51 750 000 56 700 000 81 000 000 34 500 000 37 800 000 54 000 000 1 875 000 2 625 000 3 750 000 202 310 000 277 840 000 399 400 000
Jumlah/ Tahun 2013 (Rp) 324 000 000 6 000 000 14 700 000 36 000 000 3 900 000 90 000 000 60 000 000 4 500 000 539 100 000
Total biaya variabel mengalami peningkatan setiap tahunnya, mulai Rp 202 310 000 pada tahun 2010, Rp 277 840 000 pada tahun 2011, Rp 399 400 000 pada tahun 2012, hingga Rp 539 100 000 pada tahun 2013. Hal ini dikarenakan terjadinya peningkatan kapasitas produksi yang disertai dengan kenaikan harga kedelai. Rincian lebih lengkap mengenai biaya variabel dapat dilihat pada Lampiran 5. Laporan Laba Rugi Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun Laporan laba rugi berisi tentang total penerimaan pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh usaha tahu bandung Kayun-Yun. Laporan laba rugi cukup penting keberadaanya karena laporan ini dapat dijadikan sebagai alat untuk memprediksi arus kas serta kondisi keuangan di masa mendatang. Ketika suatu usaha mengalami kenaikan pendapatan yang konsisten, walaupun tidak signifikan tetapi
44
konsisten dari tahun ke tahun, maka hal tersebut dapat memberikan keyakinan kepada para investor maupun kreditor bahwa arus kas, pendapatan, dan juga laba tergolong baik sehingga investor ataupun kreditor tertarik dan ikut berkontribusi terhadap suatu usaha. Selain itu, dengan adanya laporan laba rugi akan memudahkan untuk menentukan besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh suatu usaha. Perbedaan antara perhitungan cashflow dan laporan laba rugi terletak pada perhitungan biaya investasi, perhitungan bunga pinjaman, dan perhitungan pajak. Pada perhitungan cashflow, semua biaya yang berhubungan dengan usaha diperhitungkan secara detail termasuk biaya pra usaha ataupun biaya investasi sedangkan pada perhitungan laba rugi, perhitungan biaya investasi tidak dilakukan. Laporan laba rugi digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu dengan melihat kondisi keuntungan yang diperoleh setiap tahunnya. Pada perhitungan laba rugi usaha tahu bandung Kayun-Yun, baik perhitungan bunga pinjaman maupun pajak tidak dilakukan. Selama ini, produsen tidak pernah melakukan penyimpanan maupun transaksi terhadap suatu bank. Berdasarkan wawancara dengan produsen, mulai dari awal mendirikan usaha hingga saat ini usahanya belum pernah dikenakan pajak. Menurutnya, hal ini mungkin dikarenakan usaha masih tergolong usaha kecil dan berada di lingkungan pedesaan sehingga belum ada ketentuan pemungutan pajak. Karena tidak ada bunga pinjaman dan ketentuan pajak , maka laba bersih sebelum bunga pinjaman dan pajak menunjukkan hasil yang sama. Laba yang didapatkan pada awal periode usaha masih rendah, yaitu sebesar Rp 290 000. Pada tahun kedua, laba mulai mengalami peningkatan, mulai dari 16 800 000 hingga Rp 90 600 000 tiap tahunnya. Dengan demikian, usaha mendapatkan keuntungan sebesar Rp 5 000 000 – 7 000 000 tiap bulannya. Analisis Finansial Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun Kelayakan finansial usaha tahu bandung dapat dilihat dari empat kriteria investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback Period (PP). Hasil cashflow tertera pada tabel berikut. Untuk informasi yang lebih lengkap dan menyeluruh, rincian dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 9 Hasil analisis finansial usaha tahu Bandung Kayun-Yun Kriteria Indikator Hasil NPV >0 Rp 293 316 530 IRR > DR 39 persen Net B/C >1 3.07 Payback Period < umur usaha 5 tahun 7 bulan 17 hari 1. Net Present Value (NPV) Perhitungan NPV dilakukan untuk mengetahui nilai kini manfaat bersih yang diperoleh selama periode usaha. Pada perhitungan nilai PV yang dilakukan diperoleh nilai PV negatif sebesar Rp (141 859 783). PV negatif diperoleh dari nilai net benefit yang bernilai negatif pada tahun pertama karena nilai manfaat yang diperoleh belum dapat menutupi jumlah biaya yang dikeluarkan. Sedangkan PV positif yang diperoleh dari perhitungan adalah sebesar Rp 435 176 313. Nilai PV positif ini diperoleh dari penjumlahan nilai net benefit yang bernilai positif yaitu pada tahun kedua sampai pada akhir umur usaha. Dari nilai PV positif dan PV negatif tersebut akan didapatkan nilai NPV sebesar Rp 293 316 530 yang berarti bahwa usaha tahu bandung KayunYun akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 293 316 530 atau lima persen
45
dari akumulasi nilai kini inflow yang diperoleh selama umur usaha (10 tahun). Dengan demikian, berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa usaha tahu bandung Kayun-Yun layak untuk dijalankan karena kriteria investasi NPV lebih besar dari 0 (NPV>0) 2. Internal Rate of Return (IRR) Perhitungan IRR suatu kelayakan dapat diketahui dengan membandingkan nilai IRR dengan cost of capital. Nilai cost of capital yang digunakan sebesar 8 persen. Dari hasil perhitungan kriteria kelayakan investasi diketahui bahwa pada usaha tahu bandung Kayun-Yun didapatkan nilai IRR sebesar 39 persen. Nilai IRR sebesar 39 persen berarti bahwa tingkat pengembalian usaha tahu bandung Kayun-Yun terhadap investasi yang ditanamkan sebesar 39 persen. Nilai IRR yang diperoleh pada analisis kriteria investasi ini memiliki nilai sebesar 39 persen artinya memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai cost of capital yang telah ditentukan yaitu sebesar 8 persen (IRR>DR) sehingga usaha tahu bandung Kayun-Yun layak untuk dijalankan. 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Yang berarti, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan setiap satuan kerugian dari bisnis tersebut. Jika hasil nilai Net B/C bernilai positif maka ketika suatu usaha mengeluarkan sejumlah biaya tambahan maka nilai manfaat tambahan yang diperolehnya menjadi lebih banyak perusahaan mengeluarkan (sebesar nilai Net B/C yang dihasilkan). Pada perhitungan Net B/C dalam perhitungan kriteria investasi, diperoleh nilai Net B/C sebesar 3.07. Hal ini berarti setiap tambahan biaya sebesar Rp 1.00 dapat menghasilkan tambahan manfaat bersih sebesar Rp 3.07. Nilai Net B/C pada tahu bandung Kayun-Yun terbukti lebih besar dari satu sehingga usaha ini layak untuk dijalankan (Net B/C>1). 4. Payback Period (PP) Perhitungan payback period digunakan untuk melihat jangka waktu pengembalian modal pada usaha tahu bandung Kayun-Yun yakni selama empat tahun lima bulan enam belas hari. Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh biaya investasi dapat dikembalikan dalam jangka waktu 5 tahun 7 bulan 17 hari. Bila dibandingkan dengan umur usaha yakni selama 10 tahun, maka jangka waktu pengembalian modal usaha dapat dikatakan lebih cepat daripada umur usaha sehingga usaha tahu bandung Kayun-Yun ini layak untuk dijalankan. Analisis Sensitivitas Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap suatu analisis kelayakan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan dalam perhitungan biaya atau manfaat. Pada usaha pembuatan tahu dilakukan identifikasi faktor-faktor yang mungkin terjadi pada usaha tersebut. Adapun perubahan-perubahan yang dapat dilihat sensitivitasnya adalah penurunan volume produksi, penurunan harga output, kenaikan harga input Perubahan yang mungkin terjadi dari sisi outflow yaitu kenaikan harga input kedelai. Kedelai merupakan bahan baku utama dalam pembuatan tahu. Biaya input
46
kedelai memiliki kontribusi terbesar, yaitu sekitar 65 persen dari jumlah total biaya variabel. Berdasarkan wawancara dengan produsen, beliau merasa pada tahun ini kedelai mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan yaitu kedelai semula seharga Rp 7 000 per kilogram naik hingga mencapai Rp 9 000 per kilogram. Dengan demikian, kenaikan ini mencapai 28.6 persen. Kenaikan harga kedelai menimbulkan beberapa dampak yang mungkin terjadi, salah satunya yaitu penurunan jumlah produksi. Walaupun pada empat tahun terakhir ini tidak pernah terjadi penurunan jumlah produksi, bahkan yang terjadi adalah kenaikan. Akan tetapi pada tahun sebelum berpindah ke lokasi saat ini, hal demikian ternyata pernah dialami oleh produsen. Penurunan jumlah produksi dialami ketika usaha masih berpindah-pindah lokasi, perpindahan lokasi membuat produsen harus melakukan adaptasi ulang terhadap keadaan dan lingkungan sekitar Dengan keterbatasan modal disertai dengan harga kedelai yang cenderung mengalami kenaikan, salah satu upaya untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, yaitu dengan menurunkan jumlah produksi Jumlah produksi pernah mengalami penurunan 10 hingga 20 persen. Penurunan produksi ini juga disebabkan lokasi pabrik yang kurang strategis sehingga sulitnya akses menuju lokasi. Hal ini membuat para pedagang keliling merasa kesulitan mencapai lokasi usaha. Produksi yang awalnya memiliki kapasitas 50 kilogram berkurang hingga menjadi 40 kilogram sehingga penurunan jumlah produksi tahu mencapai 20 persen. Dengan demikian, analisis sensitivitas yang digunakan pada berupa perubahan harga input yang merupakan bahan baku utama, yaitu kedelai dan penurunan jumlah produksi Analisis sensitivitas dilihat dari persentase perubahan harga dan penurunan jumlah produksi terhadap perubahan nilai NPV, IRR, dan Net B/C yang diperoleh, apakah berpengaruh signifikan atau tidak. 1. Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 28,6 Persen Kedelai merupakan bahan baku utama dalam proses pembuatan tahu. Kedelai memiliki kontribusi lebih besar dibandingkan dengan bahan lainnya, yaitu sebesar 65 persen. Kedelai yang digunakan oleh sebagian besar pengrajin merupakan kedelai impor. Hal ini dikarenakan sulit ditemukannya kedelai lokal dan kedelai impor dinilai memiliki kualitas yang lebih baik dibanding kedelai lokal. Oleh sebab itu, ketergantungan pengrajin terhadap kedelai impor cukup tinggi. Perubahan berupa kenaikan harga kedelai seringkali dialami oleh para pengrajin. Memang setiap tahun harga kedelai selalu menunjukkan pergerakan. Produsen mengakui bahwa kenaikan harga pada tahun 2013 menunjukkan kenaikan harga yang cukup signifikan. Semula harga kedelai Rp 7 000 meningkat hingga mencapai Rp 9 000. Banyak pengrajin yang menolak dengan hal ini dan memutuskan untuk berhenti berproduksi selama tiga hari. Tindakan ini adalah suatu bentuk kekecewaan pengrajin terhadap kenaikan harga kedelai. Berdasarkan data di lapangan, kenaikan harga tertinggi yang pernah dialami produsen adalah sebesar 28.6 persen. Dengan demikian, akan dilihat sensitivitas usaha tersebut jika terdapat kenaikan harga input kedelai sebesar 28 6 persen. Hasil analisis sensitivitas dengan merubah variabel pada harga kedelai sebesar 28.6 persen maka pada kriteria kelayakan investasi diperoleh nilai NPV sebesar Rp (197 127 430), tidak memiliki nilai IRR, Net B/C sebesar (0.03) persen, dan payback period melebihi umur usaha. Hasil nilai perhitungan (lampiran 7) tersebut mengindikasikan bahwa kenaikan harga kedelai sebesar 28.6 persen memiliki pengaruh signifikan terhadap usaha ini. NPV yang semula pada perhitungan normal memiliki nilai Rp 293 316 530 kemudian mengalami perubahan yang sangat besar setelah adanya kenaikan harga sebesar 28.6 persen, nilai NPV menjadi negatif yakni Rp (197 127 430). Sama halnya dengan IRR dan Net B/C yang mengalami
47
perubahan yang sangat signifikan, IRR yang semula sebesar 39 persen menjadi tidak memiliki nilai IRR, Net B/C yang semula sebesar 3.07 mengalami penurunan hingga (0.03). Untuk perhitungan payback period didapatkan hasil bahwa selama umur usaha belum mampu menghasilkan manfaat bersih. Dapat dilihat dari hasil perhitungan membuktikan bahwa seluruh kriteria investasi menunjukan angka tidak layak. Dengan demikian, hasil analisis ini menunjukkan bahwa kenaikan harga kedelai sebesar 28.6 persen terbukti sangat sensitif terhadap kelayakan usaha pembuatan tahu. 2. Penurunan Jumlah Produksi Sebesar 20 persen Penurunan jumlah produksi adalah salah satu kemungkinan yang terjadi terhadap perubahan pada sisi inflow. Perubahan penurunan jumlah produksi pernah dialami oleh usaha ini ketika lokasi usaha masih berpindah-pindah. Penurunan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sulitnya akses mencapai lokasi pabrik sehingga banyak produk yang tidak habis terjual, serta keterbatasan modal disertai dengan harga kedelai yang cukup berfluktuatif. Penurunan yang pernah dialami berkisar antara 5 kilogram – 10 kilogram, atau 12,5 sampai 20 persen. Oleh karena itu, hasil analisis sensitivitas yang digunakan berdasarkan data empiris usaha, yaitu penurunan jumlah produksi sebesar 20 persen Hasil analisis sensitivitas dengan merubah variabel pada sisi input yaitu penurunan jumlah produksi sebesar 20 persen pada perhitungan kelayakan investasi, maka diperoleh NPV sebesar Rp (157 593 001), IRR sebesar (13.34) persen, serta Net B/C 0.29. Seluruh kriteria investasi mengalami penurunan yang sangat signifikan. NPV yang semula Rp 293 316 530 menurun hingga Rp (157 593 001). Begitu pula dengan IRR semula senilai 39 persen menjadi (13.34) persen serta Net B/C semula 3.07 menurun hingga mencapai 0.29. Tidak terlalu berbeda dengan hasil analisis yang pertama, hasil perhitungan menunjukkan bahwa NPV berada pada angka negatif, IRR kurang dari discount factor, serta Net B/C kurang dari 1. Untuk payback period didapatkan hasil bahwa selama umur usaha belum mampu menghasilkan manfaat bersih. Dengan demikian maka seluruh kriteria investasi dapat dikatakan tidak layak dan nilai perhitungan mengindikasikan bahwa penurunan jumlah produksi sebesar 20 persen juga terbukti sensitif terhadap kelayakan usaha. Hasil Analisis Sensitivitas Tabel 10 Perbandingan antara kondisi normal dan hasil analisis sensitivitas Kriteria Investasi PV Positif PV Negatif NPV IRR Net B/C Payback Period
Kondisi Normal Rp 435 176 313 Rp 141 859 783 Rp 293 316 530 39 persen 3.07 5 tahun 7 bulan 17 hari
Kenaikan Harga Kedelai 28.6 persen Rp 6 402 257 Rp 203 529 687 Rp (197 127 430) (0.03)
Penurunan Jumlah Produksi 20 persen Rp 65 726 831 Rp 223 319 831 Rp (157 593 001) (13.34) persen 0.29
-
-
Dari hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga kedelai dan penurunan jumlah produksi, secara umum dapat disimpulkan bahwa baik kenaikan harga maupun penurunan produksi terbukti sangat sensitif terhadap kelayakan usaha. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai NPV yang diperoleh dalam analisis
48
sensitivitas sama-sama menunjukkan angka negatif, IRR kurang dari discount rate, Net B/C kurang dari satu, serta payback period yang dihasilkan melebihi umur usaha. Seluruh kriteria investasi menunjukan usaha tidak layak. Berdasarkan kedua analisis sensitivitas, jika dilakukan perbandingan, maka kenaikan harga kedelai dinilai lebih sensitif dibandingkan penurunan jumlah produksi karena memiliki nilai akumulasi yang jauh lebih rendah dibandingkan penurunan jumlah produksi. Perhitungan analisis sensitivitas dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Implikasi Manajerial terhadap Analisis Sensitivitas Implikasi manajerial adalah perkiraan ke depan mengenai perencanaan kerja dan perumusan tidakan dan formulasi kebijakan untuk meningkatkan produktifitas dengan cara meningkatkan kapasitas, kualitas, efisensi, dan efektifitas dari sumber daya yang ada. Dalam analisis sensitivitas yang telah dibahas sebelumnya menunjukkan bahwa suatu perubahan memiliki pengaruh terhadap suatu usaha. Dalam hal ini, perubahan yang dimaksud adalah kenaikan harga kedelai dan penurunan jumlah produksi tahu. Baik kenaikan harga kedelai maupun penurunan jumlah produksi tahu menghasilkan kriteria investasi yang tidak layak. Kedua variabel menghasilkan NPV dibawah 0, IRR kurang dari discount rate, Net B/C kurang dari 1, serta payback period yang melebihi umur usaha. Berdasarkan hasil perhitungan, jika ingin dibandingkan antara kenaikan harga kedelai dan penurunan jumlah produksi, maka perubahan yang dinilai lebih peka adalah perubahan terkait dengan kenaikan harga kedelai. Oleh sebab itu, pemilik usaha harus selalu waspada dengan melakukan beberapa tindakan atau dengan kata lain implikasi manajerial yang sebaiknya dilakukan oleh pemilik, antara lain pembentukan kelompok pengrajin berbasis kedelai. Selama ini para pengrajin berbasis kedelai di daerah sekitar pabrik, terutama pengrajin tahu dan tempe memiliki solidaritas yang cukup tinggi. Terbukti dengan adanya kenaikan harga yang terjadi, para pemilik usaha melakukan musyawarah untuk mencari solusi terbaik terhadap kenaikan harga kedelai agar usaha dapat tetap berproduksi. Hasil musyawarah serentak dilakukan oleh para pengrajin. Oleh sebab itu, untuk menjaga hubungan dan solidaritas sebaiknya dilakukan pembentukan kelompok pengrajin secara jelas dan terdaftar keanggotannya, khusunya di sekitar daerah Cihideung Ilir. Dengan adanya pembentukan kelompok ini dapat memudahkan para pengrajin dalam mengambil keputusan terhadap suatu perubahan yang terjadi. Selain itu, kelompok ini juga dapat dimanfaatkan sebagai wadah dalam bertukar, pengalaman, ilmu, maupun informasi yang berguna satu sama lainnya sehingga para pengrajin menjadi lebih berwawasan dan dapat menentukan sikap maupun strategi untuk memajukan usahannya. Pembelian kedelai juga dapat dilakukan secara kolektif untuk mengurangi biaya pembelian kedelai. Jika masa kontrak lokasi sudah habis dan tidak dapat diperpanjang, sebaiknya perpindahan lokasi dipertimbangkan dengan baik. Karena lokasi yang strategis sangat mempengaruhi keberlangsungan usaha. Lokasi strategis terutama mencakup kemudahan akses menuju lokasi karena hal ini akan berdampak langsung terhadap penjualan dan pemasaran produk.
49
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada usaha tahu bandung Kayun-Yun baik dari aspek finansial maupun aspek non finansial, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Berdasarkan analisis aspek non finansial, usaha tahu Bandung Kayun-Yun dapat dikatakan layak, kecuali pada aspek manajemen dan aspek lingkungan. Analisis aspek manajemen dikatakan kurang layak karena usaha tahu ini belum memiliki pencatatan finansial yang baik ataupun pembukuan atas penjualan yang dilakukan. Usaha ini juga belum memiliki struktur organisasi, akan tetapi pembagian pekerjaan sudah jelas. Sedangkan analisis aspek lingkungan dikatakan kurang layak karena usaha ini membuang air limbah langsung ke kali terdekat tanpa memberikan perlakukan khusus. Pada jangka panjang, hal ini tentunya dapat menimbulkan gangguan berupa pencemaran lingkungan. 2. Analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha tahu Bandung Kayun-Yun ini layak untuk dijalankan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai NPV, IRR, Net B/C serta payback period yang memenuhi seluruh kriteria investasi. 3. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha tahu bandung Kayun-Yun terbukti sangat sensitif terhadap perubahan dua variabel yaitu kenaikan harga kedelai dan penurunan jumlah produksi. Dari kedua nilai variabel menunjukkan bahwa seluruh kriteria investasi tidak memenuhi kriteria sehingga usaha menjadi tidak layak. Dengan demikian, baik kenaikan harga maupun penurunan jumlah produksi memiliki pengaruh yang signifikan dan sangat sensitif terhadap kelayakan suatu usaha. Jika dibandingkan antara kedua variabel maka kenaikan harga memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan penurunan jumlah produksi. Saran 1. Usaha tahu Bandung Kayun-Yun sebaiknya mulai melakukan pencatatan finansial meliputi data arus masuk dan arus keluar produksi sehingga pemilik usaha dapat melihat peningkatan ataupun penurunan yang terjadi pada kondisi keuangan dan keuntungan yang diperoleh. 2. Peralatan yang digunakan hendaknya selalu dirawat agar kehigienisan tahu tetap terjaga dengan baik. 3. Penerapan perlakuan khusus terhadap air limbah produksi. Salah satunya dengan menerapkan sistem netralisir atau aerodinamis. Hal ini dilakukan untuk mencegah air limbah mengalir langsung ke sungai yang dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitar. 4. Pihak pemerintah sebaiknya dapat menjaga tingkat harga komoditas atau harga pembelian pemerintah (HPP) kedelai di tingkat petani agar mereka tertarik untuk menanam kedelai sehingga produksi kedelai lokal dapat meningkat dan ketergantungan impor menjadi semakin menurun. Selain itu, optimalisasi lahan dan perbaikan tata niaga kedelai juga perlu dilakukan perbaikan untuk meningkatkan produktifitas kedelai dan mengurangi „permainan‟ pada sisi suplai. Beberapa kebijakan ini dilakukan dengan tujuan akhir yaitu menjaga stabilitas harga kedelai di Indonesia.
50
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Yang Berlaku Menurut Lapangan Usaha [Internet]. [Diunduh 2014 Jan 16] Jakarta (ID) : Badan Pusat Statistika Republik Indonesia : Tersedia pada : http://www bps go id/tab_sub/view php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=11¬ab=1. Jakarta (ID) : Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi, Impor, Kebutuhan Dalam Negeri, dan Pangsa Produksi Kedelai Terhadap Kebutuhan Dalam Negeri Tahun 2007 – 2013 [Internet]. [Diunduh 2014 Jan 16] Jakarta (ID) : Badan Pusat Statistika Republik Indonesia. [DEPTAN] Departemen Pertanian. 2013. Konsumsi Rata-Rata Per Kapita Setahun Beberapa Bahan Makanan di Indonesia Tahun 2009 – 2013 [Internet]. [Diunduh 2014 Maret 20] Jakarta (ID) : Departemen Pertanian : Tersedia pada : http//:wwwdepkopgoid/. Jakarta (ID) : Departemen Pertanian. Emawati. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu (Studi Kasus : Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten). Jakarta (ID) : UIN Syarif Hidayatullah. Yacob I. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID) : PT RINEKA CIPTA Kurniasary E. 2010. Analisis Dampak Kenaikan Harga Kedelai di Sentra Industri Tempe Kelurahan Semanan Jakarta Barat. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Mankiw NG. 2007. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta (ID) : Erlangga. Mulyawati D. 2012 Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Nurhayati N. 2011. Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Industri Kecil Tahu di Kabupaten Kuningan-Jawa Barat (Studi Kasus : Industri Kecil Tahu Lamping) [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID) : Departemen Agribisnis FEM IPB. Nursiah T. 2013. Analisis Pengaruh Kenaikan Harga Kedelai Terhadap Kinerja Usaha Industri Tempe di Desa Citeureup Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Patmawaty. 2009. Analisis Dampak Kenaikan Harga Kedelai Terhadap Pendapatan Usaha Pengrajin Tahu Skala Kecil Dan Rumah Tangga [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Salim E. 2012. Kiat Cerdas Wirausaha Aneka Olahan Kedelai. Yogyakarta (ID) : Lily Publisher. Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta (ID) : UI-Press. Sukino S. 2008. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta (ID) : PT RAJAGRAFINDO PERSADA. Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Praktis. Yogyakarta (ID) : ANDI Yogyakarta. Tamisari MD. 2013. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Harga Kedelai di Indonesia. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Umar H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka Utama.
51
LAMPIRAN Lampiran 1 Ringkasan proses produksi tahu Perendaman Kedelai
Pencucian Kedelai
Penggilingan Kedelai
Perebusan Bubur Kedelai Ampas tahu Penyaringan Bubur Kedelai Sari kedelai Penggumpalan
Pencetakan Tahu
Pemotongan Tahu
Perebusan Tahu dengan Kunyit
52
Lampiran 2 Tata letak atau layout pabrik
2
1
3
5
4
5 6
11
5
4
7
9
8
10
Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tempat perendaman dan pencucian kedelai Tempat penggilingan kedelai Bak air Tempat perebusan bubur kedelai Tempat penyaringan dan penggumpalan Tempat pencetakan tahu Tempat pemotongan
8. Rak penyimpanan tahu 9. Tempat pembungkusan dan peletakan tahu ke dalam box dan gentong 10. Rumah pemilik 11. Tempat menaruh kayu bakar
53
Lampiran 3 Dokumentasi kegiatan
Tampak depan pabrik
Bagian dalam pabrik
Kepingan kayu bakar yang digunakan dalam proses produksi
Kunyit sebelum diparut
Tahu yang dimasukan ke dalam box dan siap untuk dipasarkan
Foto bersama pemilik usaha tahu bandung Kayun-Yun, Bapak Uun
54
54
Lampiran 4 Rincian biaya investasi serta perhitungan biaya investasi sebelum dan sesudah compounding factor
1 1
25 000 000 3 000 000 2 000 000
25 000 000 3 000 000 2 000 000
10 10 10
2 500 000 300 000 200 000
2 500 000 300 000 200 000
0 0 0
0 0 0
25 000 000 3 146 911 3 173 749
2 500 000 314 691 317 375
4
Bangunan Diesel Molen atau Mesin Giling Tungku semen
Biaya penyusutan setelah compounding 2 500 000 314 691 317 375
2
1 000 000
2 000 000
6
166 667
333 333
0
0
1 000 000
166 667
333 333
2 000 000
5 6
Kuali Tahang kayu
2 3
200 000 600 000
400 000 1 800 000
6 5
33 333 120 000
66 667 360 000
0 0
0 0
200 000 881 597
33 333 176 319
66 667 528 958
400 000 2 644 791
7
Tanggok bambu
1
200 000
200 000
1
200 000
200 000
0
0
200 000
200 000
200 000
200 000
8
Pompa air
1
300 000
300 000
7
42 857
42 857
4
171 426
476 062
68 008
68 008
476 062
9
Saringan air
1
30 000
30 000
1
30 000
30 000
0
0
30 000
30 000
30 000
30 000
10
Cetakan
5
140 000
700 000
5
28 000
140 000
0
0
205 706
41 141
205 706
1 028 530
11
Tampir
20
25 000
500 000
5
5 000
100 000
0
0
36 733
7 347
146 933
734 664
12
Serok
3
150 000
450 000
5
30 000
150 000
0
-
220 399
44 080
132 240
661 198
13
Rak bambu
1
100 000
100 000
6
16 667
16 667
0
0
100 000
16 667
16 667
100 000
14
Tampan/ayakan
3
15 000
45 000
1
15 000
45 000
0
0
15 000
15 000
45 000
45 000
15
Bak plastik biru
1
200 000
200 000
10
20 000
20 000
0
0
317 375
31 737
31 737
317 375
16
Ember plastik
12
5 000
60 000
5
1 000
12 000
0
0
7 347
1 469
17 632
88 160
17
Gentong plastik
10
40 000
400 000
5
8 000
80 000
0
0
58 773
11 755
117 546
587 731
18
Box plastik
20
60 000
1 200 000
5
12 000
240 000
0
0
88 160
17 632
352 639
1 763 194
19
Mistar
2
10 000
20 000
6
1 667
3 333
0
0
10 000
1 667
3 333
20 000
20
Kendaraan operasional Total
1
70 000 000
70 000 000
10
7 000 000
7 000 000
0
0
111 081 203
11 108 120
11 108 120
111 081 203
103 075 000
108 405 000
10 730 190
11 839 857
171 426
146 249 014
15 103 008
16 536 585
153 498 566
No 1 2 3
Jenis investasi
Jumlah
Harga
Total
Umur ekonomis (tahun)
Penyusutan per unit (Rp)
Biaya Penyusutan (Rp)
Nilai sisa
Nilai sisa pada tahun ke-10
Harga compounding per unit
Penyusutan per unit setelah compounding
Total harga compounding 25 000 000 3 146 911 3 173 749
55
Lampiran 5 Rincian biaya variabel usaha tahu Bandung Kayun-Yun
1
Kedelai
50
120
9 000
2013 Total per hari (Rp) 1 080 000
2
Garam
4
1 800
7 200
2 160 000
6
1 800
10 800
3 240 000
8
2 000
16 000
4 800 000
10
2 000
20 000
6 000 000
3
Kunyit
3
6 000
18 000
5 400 000
4
6 000
24 000
7 200 000
6
7 000
42 000
12 600 000
7
7 000
49 000
14 700 000
4
Kayu bakar Solar diesel Upah TK dalam keluarga Upah TK luar keluarga Kemasan
-
-
50 000
15 000 000
-
-
70 000
21 000 000
-
-
100 000
30 000 000
-
-
120 000
36 000 000
0.8
6 500
5 417
1 625 000
1.2
6 500
7 583
2 275 000
1.7
6 500
10 833
3 250 000
2
6 500
13 000
3 900 000
3
4 500
172 500
51 750 000
3
4 500
199 500
56 700 000
3
5 000
270 000
81 000 000
3
5 000
300 000
90 000 000
2
4 500
115 000
34 500 000
2
4 500
133 000
37 800 000
2
5 000
180 000
54 000 000
2
5 000
200 000
60 000 000
6 250
1 875 000
8 750
2 625 000
12 500
3 750 000
15 000
4 500 000
No
5 6
7
8
Uraian
TOTAL
Jumlah
2010 Total Harga per hari (Rp) (Rp) 6 000 300 000
Total per tahun (Rp) 90 000 000
207 310 000
Jumlah 70
2011 Total Harga per hari (Rp) (Rp) 7 000 490 000
Total per tahun (Rp) 147 000 000
277 840 000
Jumlah 100
2012 Total Harga per hari (Rp) (Rp) 7 000 700 000
Total per tahun (Rp) 210 000 000
399 400 000
Jumlah
Harga (Rp)
Total per tahun (Rp) 324 000 000
539 100 000
55
56
56
Lampiran 6 Cashflow usaha tahu Bandung Kayun-Yun Tahun keUraian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
315 000 000
270 000 000
378 000 000
378 000 000
378 000 000
378 000 000
378 000 000
378 000 000
378 000 000
216 000 000
262 500 000
262 500 000
262 500 000
262 500 000
262 500 000
262 500 000
262 500 000
12 600 000
21 000 000
21 000 000
21 000 000
21 000 000
21 000 000
21 000 000
21 000 000
INFLOW Tahu 4 cm
225 000 000
Tahu 5 cm Ampas tahu
8 400 000
10 500 000
Nilai sisa TOTAL INFLOW
171 426 233 400 000
325 500 000
498 600 000
661 500 000
661 500 000
661 500 000
661 500 000
661 500 000
661 500 000
661 671 426
200 000
200 000
200 000
200 000
OUTFLOW 1 BIAYA INVESTASI Bangunan
25 000 000
Mesin diesel
3 146 911
Molen
3 173 749
Tungku semen
2 000 000
2 000 000
400 000
400 000
2 644 791
2 644 791
Bak semen Tahang kayu Tanggok bambu
200 000
Pompa air
476 062
Saringan air Cetakan
30 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
476 062 30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
1 028 530
1 028 530
Tampir
734 664
734 664
Serok
661 198
661 198
Rak bambu
100 000
Tampan/ayakan
45 000
Bak plastik biru
317 375
45 000
45 000
45 000
45 000
45 000
30 000
30 000
30 000
30 000
45 000
45 000
45 000
45 000
57
Ember plastik Gentong plastik Box plastik Mistar
88 160
88 160
587 731
587 731
1 763 194
1 763 194
20 000
20 000
Kendaraan operasional
111 081 203
TOTAL BIAYA INVESTASI 2 BIAYA TETAP
153 498 566
275 000
275 000
275 000
275 000
10 203 266
275 000
751 062
275 000
275 000
Sewa lahan
5 000 000
5 000 000
5 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
Listrik
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
Telepon
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
Biaya perawatan mobil
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
Biaya perawatan mesin
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
Biaya transportasi
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
TOTAL BIAYA TETAP 3 BIAYA VARIABEL
30 800 000
30 800 000
30 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
Kedelai
90 000 000
147 000 000
210 000 000
324 000 000
324 000 000
324 000 000
324 000 000
324 000 000
324 000 000
324 000 000
Garam
2 160 000
3 240 000
4 800 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
Kunyit
5 400 000
7 200 000
12 600 000
14 700 000
14 700 000
14 700 000
14 700 000
14 700 000
14 700 000
14 700 000
Kayu bakar
15 000 000
21 000 000
30 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
Solar diesel
1 625 000
2 275 000
3 250 000
3 900 000
3 900 000
3 900 000
3 900 000
3 900 000
3 900 000
3 900 000
Upah TK luar keluarga
51 750 000
56 700 000
81 000 000
90 000 000
90 000 000
90 000 000
90 000 000
90 000 000
90 000 000
90 000 000
Upah TK dalam keluarga Kemasan
34 500 000
37 800 000
54 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
TOTAL BIAYA VARIABEL TOTAL OUTFLOW Net benefit
1 875 000
2 625 000
3 750 000
4 500 000
4 500 000
4 500 000
4 500 000
4 500 000
4 500 000
4 500 000
202 310 000
277 840 000
399 400 000
539 100 000
539 100 000
539 100 000
539 100 000
539 100 000
539 100 000
539 100 000
386 608 566
308 915 000
430 475 000
571 175 000
571 175 000
581 103 266
571 175 000
571 651 062
571 175 000
571 175 000
(153 208 566)
16 585 000
68 125 000
90 325 000
90 325 000
80 396 734
90 325 000
89 848 938
90 325 000
90 496 426
57
58
58
Discount factor 8 % PV/TAHUN NPV IRR PV POSITIF PV NEGATIF Net B/C PAYBACK PERIOD
0.9259
0.8573
0.7938
0.7350
0.6806
0.6302
0.5835
0.5403
0.5002
0.4632
(141 859 783)
14 218 964
54 079 821
66 391 571
61 473 677
50 663 580
52 703 770
48 542 585
45 184 988
41 917 355
293 316 530 39% 435 176 313 141 859 783 3.07 5 tahun 7 bulan 17 hari
59
Lampiran 7 Analisis sensitivitas kenaikan harga kedelai 28.6 persen Uraian INFLOW Tahu 4 cm Tahu 5 cm Ampas tahu Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW 1 BIAYA INVESTASI Bangunan Mesin diesel Molen Tungku semen Bak semen Tahang kayu Tanggok bambu Pompa air Saringan air Cetakan Tampir Serok Rak bambu Tampan/ayakan Bak plastik biru Ember plastik Gentong plastik Box plastik Mistar
1 2010
2 2011
225 000 000
315 000 000
8 400 000 233 400 000
25 000 000 3 146 911 3 173 749 2 000 000 400 000 2 644 791 200 000 476 062 30 000 1 028 530 734 664 661 198 100 000 45 000 317 375 88 160 587 731 1 763 194 20 000
3 2012
4 2013
Tahun ke5 2014
6 2015
7 2016
8 2017
9 2018
10 2019
10 500 000
270 000 000 216 000 000 12 600 000
378 000 000 262 500 000 21 000 000
378 000 000 262 500 000 21 000 000
378 000 000 262 500 000 21 000 000
378 000 000 262 500 000 21 000 000
378 000 000 262 500 000 21 000 000
378 000 000 262 500 000 21 000 000
325 500 000
498 600 000
661 500 000
661 500 000
661 500 000
661 500 000
661 500 000
661 500 000
378 000 000 262 500 000 21 000 000 171 426 661 671 426
2 000 000 400 000 2 644 791 200 000
200 000
20 000
200 000
30 000
30 000
45 000
45 000
200 000
200 000
200 000
200 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000 1 028 530 734 664 661 198
30 000
200 000 476 062 30 000
45 000
45 000
45 000
45 000
45 000
45 000
45 000
88 160 587 731 1 763 194 20 000
59
Kendaraan operasional TOTAL BIAYA INVESTASI 2 BIAYA TETAP Sewa lahan Listrik Telepon Biaya perawatan mobil Biaya perawatan mesin Biaya transportasi TOTAL BIAYA TETAP 3 BIAYA VARIABEL Kedelai Garam Kunyit Kayu bakar Solar diesel Upah TK luar keluarga Upah TK dalam keluarga Kemasan TOTAL BIAYA VARIABEL TOTAL OUTFLOW Net benefit Discount factor
60
60
111 081 203 153 498 566
275 000
275 000
275 000
275 000
10 203 266
275 000
751 062
95 000
275 000
5 000 000 3 000 000 1 200 000 2 400 000
5 000 000 3 000 000 1 200 000 2 400 000
5 000 000 3 000 000 1 200 000 2 400 000
6 000 000 3 000 000 1 200 000 2 400 000
6 000 000 3 000 000 1 200 000 2 400 000
6 000 000 3 000 000 1 200 000 2 400 000
6 000 000 3 000 000 1 200 000 2 400 000
6 000 000 3 000 000 1 200 000 2 400 000
6 000 000 3 000 000 1 200 000 2 400 000
6 000 000 3 000 000 1 200 000 2 400 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
30 800 000
30 800 000
30 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
115 740 000 2 160 000 5 400 000 15 000 000 1 625 000 51 750 000
189 042 000 3 240 000 7 200 000 21 000 000 2 275 000 56 700 000
270 060 000 4 800 000 12 600 000 30 000 000 3 250 000 81 000 000
416 664 000 6 000 000 14 700 000 36 000 000 3 900 000 90 000 000
416 664 000 6 000 000 14 700 000 36 000 000 3 900 000 90 000 000
416 664 000 6 000 000 14 700 000 36 000 000 3 900 000 90 000 000
416 664 000 6 000 000 14 700 000 36 000 000 3 900 000 90 000 000
416 664 000 6 000 000 14 700 000 36 000 000 3 900 000 90 000 000
416 664 000 6 000 000 14 700 000 36 000 000 3 900 000 90 000 000
416 664 000 6 000 000 14 700 000 36 000 000 3 900 000 90 000 000
34 500 000
37 800 000
54 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
1 875 000 228 050 000
2 625 000 319 882 000
3 750 000 459 460 000
4 500 000 631 764 000
4 500 000 631 764 000
4 500 000 631 764 000
4 500 000 631 764 000
4 500 000 631 764 000
4 500 000 631 764 000
4 500 000 631 764 000
412 348 566
350 957 000
490 535 000
663 839 000
663 839 000
673 767 266
663 839 000
664 315 062
663 659 000
663 839 000
(178 948 566) 0.9259
(25 457 000) 0.8573
8 065 000 0.7938
(2 339 000) 0.7350
(2 339 000) 0.6806
(12 267 266) 0.6302
(2 339 000) 0.5835
(2 815 062) 0.5403
(2 159 000) 0.5002
(2 167 574) 0.4632
61
8% PV/TAHUN NPV IRR PV POSITIF PV NEGATIF Net B/C PAYBACK PERIOD
(165 693 116) (197 127 430) 6 402 257 (203 529 687) (0.03) -
(21 825 274)
6 402 257
(1 719 235)
(1 591 884)
(7 730 459)
(1 364 784)
(1 520 891)
(1 080 038)
(1 004 006)
61
62
62
Lampiran 8 Analisis sensitivitas penurunan jumlah produksi sebesar 20 persen Uraian INFLOW Tahu 4 cm Tahu 5 cm Ampas tahu Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW 1 BIAYA INVESTASI Bangunan
1 2010
2 2011
Tahun ke5 6 2014 2015
3 2012
4 2013 302 400 000 262 500 000 21 000 000
302 400 000 262 500 000 21 000 000
585 900 000
585 900 000
180 000 000
252 000 000
8 400 000
10 500 000
216 000 000 216 000 000 12 600 000
188 400 000
262 500 000
444 600 000
7 2016
8 2017
9 2018
10 2019
302 400 000 262 500 000 21 000 000
302 400 000 262 500 000 21 000 000
302 400 000 262 500 000 21 000 000
302 400 000 262 500 000 21 000 000
585 900 000
585 900 000
585 900 000
585 900 000
302 400 000 262 500 000 21 000 000 171 426 586 071 426
200 000
200 000
20 000
200 000
30 000
30 000
25 000 000
Mesin diesel
3 146 911
Molen
3 173 749
Tungku semen
2 000 000
2 000 000
400 000
400 000
2 644 791
2 644 791
Bak semen Tahang kayu Tanggok bambu
200 000
Pompa air
476 062
Saringan air
30 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
476 062 30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
1 028 530
1 028 530
Tampir
734 664
734 664
Serok
661 198
661 198
Rak bambu
100 000
Cetakan
30 000
30 000
63
Tampan/ayakan
45 000
Bak plastik biru
317 375
Ember plastik Gentong plastik Box plastik Mistar Kendaraan operasional TOTAL BIAYA INVESTASI 2 BIAYA TETAP Sewa lahan
45 000
45 000
45 000
45 000
45 000
88 160
88 160
587 731
587 731
1 763 194
1 763 194
20 000
20 000
45 000
45 000
45 000
45 000
111 081 203 275 000
275 000
275 000
275 000
10 203 266
275 000
751 062
95 000
275 000
5 000 000
5 000 000
5 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
Listrik
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
Telepon
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
Biaya perawatan mobil Biaya perawatan mesin Biaya transportasi
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
30 800 000
30 800 000
30 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
90 000 000
147 000 000
210 000 000
324 000 000
324 000 000
324 000 000
324 000 000
324 000 000
324 000 000
324 000 000
Garam
2 160 000
3 240 000
4 800 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
Kunyit
5 400 000
7 200 000
12 600 000
14 700 000
14 700 000
14 700 000
14 700 000
14 700 000
14 700 000
14 700 000
Kayu bakar
15 000 000
21 000 000
30 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
Solar diesel
1 625 000
2 275 000
3 250 000
3 900 000
3 900 000
3 900 000
3 900 000
3 900 000
3 900 000
3 900 000
TOTAL BIAYA TETAP 3 BIAYA VARIABEL Kedelai
63
153 498 566
64
64
Upah TK luar keluarga Upah TK dalam keluarga Kemasan
51 750 000
56 700 000
81 000 000
90 000 000
90 000 000
90 000 000
90 000 000
90 000 000
90 000 000
90 000 000
34 500 000
37 800 000
54 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
1 875 000
2 625 000
3 750 000
4 500 000
4 500 000
4 500 000
4 500 000
4 500 000
4 500 000
4 500 000
TOTAL BIAYA VARIABEL TOTAL OUTFLOW Net benefit
202 310 000
277 840 000
399 400 000
539 100 000
539 100 000
539 100 000
539 100 000
539 100 000
539 100 000
539 100 000
386 608 566
308 915 000
430 475 000
571 175 000
571 175 000
581 103 266
571 175 000
571 651 062
570 995 000
571 175 000
(198 208 566)
(46 415 000)
14 125 000
14 725 000
14 725 000
4 796 734
14 725 000
14 248 938
14 905 000
14 896 426
Discount factor 8% PV/TAHUN
0.9259
0.8573
0.7938
0.7350
0.6806
0.6302
0.5835
0.5403
0.5002
0.4632
(183 526 450)
(39 793 381)
11 212 880
10 823 315
10 021 588
3 022 756
8 591 896
7 698 258
7 456 211
6 899 928
NPV
(157 593 001)
IRR PV POSITIF PV NEGATIF Net B/C PAYBACK PERIOD
-13% 65 726 831 223 319 831 0.29 -
65
Lampiran 9 Laporan laba rugi usaha tahu Bandung Kayun-Yun Tahun keUraian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
225 000 000
315 000 000
270 000 000
378 000 000
378 000 000
378 000 000
378 000 000
378 000 000
378 000 000
378 000 000
216 000 000
262 500 000
262 500 000
262 500 000
262 500 000
262 500 000
262 500 000
262 500 000
PENERIMAAN Tahu 4 cm Tahu 5 cm Ampas tahu
8 400 000
10 500 000
12 600 000
21 000 000
21 000 000
21 000 000
21 000 000
21 000 000
21 000 000
21 000 000
233 400 000
325 500 000
498 600 000
661 500 000
661 500 000
661 500 000
661 500 000
661 500 000
661 500 000
661 500 000
90 000 000
147 000 000
210 000 000
324 000 000
324 000 000
324 000 000
324 000 000
324 000 000
324 000 000
324 000 000
Garam
2 160 000
3 240 000
4 800 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
Kunyit
5 400 000
7 200 000
12 600 000
14 700 000
14 700 000
14 700 000
14 700 000
14 700 000
14 700 000
14 700 000
Kayu bakar
15 000 000
21 000 000
30 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
Solar diesel
1 625 000
2 275 000
3 250 000
3 900 000
3 900 000
3 900 000
3 900 000
3 900 000
3 900 000
3 900 000
Upah TK luar keluarga Upah TK dalam keluarga Kemasan
51 750 000
56 700 000
81 000 000
90 000 000
90 000 000
90 000 000
90 000 000
90 000 000
90 000 000
90 000 000
34 500 000
37 800 000
54 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
60 000 000
1 875 000
2 625 000
3 750 000
4 500 000
4 500 000
4 500 000
4 500 000
4 500 000
4 500 000
4 500 000
TOTAL BIAYA VARIABEL LABA KOTOR
202 310 000
277 840 000
399 400 000
539 100 000
539 100 000
539 100 000
539 100 000
539 100 000
539 100 000
539 100 000
31 090 000
47 660 000
99 200 000
122 400 000
122 400 000
122 400 000
122 400 000
122 400 000
122 400 000
122 400 000
Sewa lahan
5 000 000
5 000 000
5 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
6 000 000
Listrik
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
Telepon
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
Biaya perawatan
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
TOTAL PENERIMAAN PENGELUARAN 1 BIAYA VARIABEL Kedelai
2 BIAYA TETAP
65
66
66
mobil Biaya perawatan mesin Biaya transportasi
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
1 200 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
18 000 000
Biaya penyusutan
16 536 585
16 536 585
16 536 585
16 536 585
16 536 585
16 536 585
16 536 585
16 536 585
16 536 585
16 536 585
TOTAL BIAYA TETAP LABA BERSIH
30 800 000
30 800 000
30 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
31 800 000
290 000
16 860 000
68 400 000
90 600 000
90 600 000
90 600 000
90 600 000
90 600 000
90 600 000
90 600 000
67
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Februari 1992 sebagai putri pertama dari pasangan Rainir Rasyidin dan Lina Lidya. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Penulis telah menyelesaikan sekolah di TK Al – Muhadjirin pada tahun 1998, SD Bani Saleh 1 pada tahun 2004, SMP Negeri 1 Bekasi pada tahun 2007, dan SMA Negeri 1 Bekasi pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di beberapa organisasi maupun kepanitiaan. Organisasi yang pernah diikuti penulis, diantaranya Himpunan Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) sebagai staff divisi Departemen Public Relation and Information Media (D‟ PRIME) pada tahun 2011 – 2012, PSM IPB Agriaswara sebagai staff divisi Kesejahteraan Rakyat (Kesra) pada tahun 2011 – 2012, dan Community of Art and Sport bidang vocal group sebagai sekretaris pada tahun 2011 – 2012. Sedangkan kepanitiaan yang pernah diikuti oleh penulis, diantaranya Agripreneur on Vacation sebagai Divisi Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi pada tahun 2011, Agrination sebagai Divisi Design, Dekorasi, dan Dokumentasi pada tahun 2012, FEM Mengajar sebagai staff pengajar, 2nd Journalistic and Seminar Talkshow (JUST) sebagai bendahara divisi sponsorship pada tahun 2012, serta Orientation For New Generation Fakultas Ekonomi dan Manajemen (ORANGE FEM) sebagai sekretaris divisi komdis Departemen Agribisnis pada tahun 2012.