EVALUASI KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN PADA ALMA FISH FARM DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
Oleh RINI RAHMAWATI H24051595
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
Rini Rahmawati. H24051595. Evaluasi Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin Pada Alma Fish Farm Di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan Budi Purwanto. Luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam, dan danau buatan mendekati 13 juta hektar, merupakan potensi alam yang baik bagi pengembangan usaha budidaya perikanan air tawar. Salah satu budidaya perikanan air tawar adalah budidaya ikan patin. Kegiatan pembenihan merupakan kegiatan pokok atau kunci keberhasilan kegiatan pendederan dan pembesaran. Tanpa kegiatan pembenihan, kegiatan lainnya tidak akan dapat berjalan karena tentu akan memerlukan benih yang berasal dari kegiatan pembenihan. Alma Fish Farm mulai dibangun pada awal tahun 2004. Alma Fish Farm merupakan suatu usaha yang bergerak dalam budidaya ikan patin pada kegiatan pembenihan. Tetapi pada pertengahan tahun 2010 usaha ini berhenti beroperasi karena sulit beradaptasi dengan penurunan harga benih ikan patin dan kenaikan biaya produksi terutama harga pakan benih berupa cacing sutera. Oleh karena itu diperlukan suatu evaluasi kelayakan usaha. Evaluasi ini berguna untuk mengetahui gambaran perusahaan jika ingin membuka kembali usahanya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menghitung kelayakan usaha pembenihan ikan patin, (2) Mengetahui faktor kritis, derajat titik kritis, dan risiko yang mempengaruhi kelayakan usaha pembenihan ikan patin, (3) Mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi kelancaran usaha pembenihan ikan patin. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari observasi lapangan dan wawancara dengan petani ikan patin. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Perpustakaan Institut Pertanian Bogor (IPB), penelusuran melalui internet, buku dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek-aspek budidaya ikan patin yang dilakukan yaitu meliputi analisis aspek teknis, aspek organisasi-manajerial, dan aspek pasar. Analisis kuantitatif meliputi analisis kelayakan finansial budidaya ikan patin. Analisis kelayakan finansial ini menggunakan perhitungan kriteria-kriteria invesatasi yaitu, NPV, IRR, BCR, PBP, BEP dan analisis sensitivitas. Data kuantitatif yang dikumpulkan, diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan pembacaan dan diberikan penjelasan secara deskriptif. Berdasarkan hasil analisis kualitatif, dilihat dari aspek pemasaran, Alma Fish Farm memiliki segmen usaha yang ada di sekitar Bogor, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, sampai dengan Kalimantan. Target usaha ini yaitu petani pembesaran ikan patin dan petani pengumpul benih patin. Dilihat dari aspek teknis bahan baku yang dibutuhkan diperoleh dari daerah sekitar Bogor. Dilihat dari aspek manajemen, Alma Fish Farm dipimpin oleh seorang pemilik dan dibantu oleh 8 orang tenaga kerja yang terdiri dari 2 orang tenaga kerja tetap yang bekerja di bagian pemijahan dan perawatan larva, dan 6 orang tenaga kerja
tidak tetap bekerja di bagian penghitungan benih saat ada transaksi pembelian, pengepakan, dan mencari cacing sutera. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif, diperoleh NPV = 153.983.555, IRR = 51 persen, BCR = 2,95, PBP = 2,34, BEP (Rp) = 310.083.025, dan BEP (Q) = 1.946.422. Berdasarkan hasil analisis kualitatif dan kuantitatif, Alma Fish Farm layak untuk dijalankan. Usaha pembenihan dapat dijalankan kembali jika harga benih mulai naik. Berdasarkan analisis sensitivitas diperoleh faktor kritis penurunan harga jual benih ikan patin dengan derajat titik kritis sebesar 25,79 persen, faktor kritis kenaikan tingkat kematian benih ikan patin dengan derajat titik kritis 25,79 persen yang menyebabkan usaha memiliki keuntungan normal (NPV = 0, IRR = 8%, BCR = 1,00, PBP = 10 tahun). Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran usaha pembenihan ikan patin pada Alma Fish Farm adalah perencanaan usaha, pembuatan anggaran, kualitas produk, dan pemilihan teknologi.
EVALUASI KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN PADA ALMA FISH FARM DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh RINI RAHMAWATI H24051595
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Skripsi : Evaluasi Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin Pada Alma Fish Farm Di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Nama
: Rini Rahmawati
NIM
: H24051595
Menyetujui Dosen Pembimbing,
Ir. Budi Purwanto, ME NIP 19630705 199403 1 003
Mengetahui: Ketua Departemen,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc NIP 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Rini Rahmawati dilahirkan di Banjarnegara pada tanggal 9 September 1987, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sutardi dan Ibu Nur Soimah. Lulus tahun 1993 dari TK Mawar Bogor, melanjutkan pendidikan di SD Negeri Sindang Sari Bogor lulus tahun 1999. Tahun 1999 melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 8 Bogor lulus tahun 2002 dan melanjutkan ke SMU Negeri 6 Bogor lulus tahun 2005. Tahun 2005 diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Tahun 2006 pendidikan mayor Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa aktif dalam keorganisasian kampus, antara lain bendahara UKM Agrifarma tahun 2005-2006, staf divisi Kajian Islam SES-C (Sharia Economic Student Club) tahun 2006-2007. Bergabung dalam kegiatan softskill Departemen Manajemen yaitu BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) tahun 2007. Aktif dalam kegiatan yang diadakan kampus antara lain PJK MPKMB (Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru) Angkatan 43, staf Konsumsi pada 5th Economic Contest (2007), staf konsumsi pada acara 3th SEASON (Sharia Economic at Seminar and Expo).
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin Pada Alma Fish Farm di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor”. Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Petanian Bogor. Budidaya perikanan ikan air tawar memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan karena luas perairan umum Indonesia mendekati 13 juta hektar. Salah satu budidaya perikanan air tawar adalah budidaya ikan patin. Kegiatan pembenihan pada budidaya ikan patin merupakan pangkal kegiatan dari budidaya ikan patin. Tahun 2009 produksi benih ikan patin di Bogor mengalami penurunan dan banyak petani pembenihan yang mengalami tutup usaha. Oleh karena itu dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kelayakan usaha pembenihan ikan patin. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, maka kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat terutama bagi pihak-pihak yang yang berkepentingan. Amin.
Bogor, Juni 2011
Penulis
TERIMA KASIH
Penyusunan skripsi ini dibantu oleh berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada: 1. Bapak Ir. Budi Purwanto, ME, sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan, arahan dan motivasi serta perhatiannya yang sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM, dan Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM, sebagai dosen penguji dalam ujian skripsi. Terima kasih atas saran dan masukan, sehingga penulis dapat memperbaiki karya akhir ini. 3. Seluruh Staf pendidik dan staf kependidikan di Departemen Manajemen, seluruh pendidik yang selalu membantu penulis selama menempuh pendidikan di IPB. 4. Bapak Syaiful Anwar, S.Ag. pemilik usaha pembenihan ikan patin yang berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 5. Bapak Dedi, Bapak Bejo, Bapak Bambang, dan petani-petani pembenihan ikan patin lainnya yang telah memberikan informasi dalam penyusunan skripsi ini. 6. Ibu Rita, Bapak Imza, serta seluruh staf Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor yang telah memberikan informasi dalam skripsi ini. 7. Bapak, Ibu, Fenny, Ana, serta keluarga besar yang selalu memberikan curahan kasih sayang, doa yang tulus, semangat, kesabaran, inspirasi hidup, dan dukungan yang tiada hentinya. 8. Guruh Afriantho atas segenap perhatian, motivasi dan bantuan yang tiada hentinya, juga seluruh Cyber Crew yang membantu penyelesaian skripsi penulis. 9. Mba Sri, Upi, Ayu, Teh Eti, Teh Asti atas doa, motivasi, dan nasihat-nasihat yang sangat berharga. 10. Zulrasyida “Izul” Amalia yang memberikan banyak saran dan motivasi. Fury Chintiya Dhewi yang memberikan semangat untuk terus maju, dan sahabat-
sahabat lainnya (Linda, Putri, dan Firdha) yang selalu memberikan semangat dan dukungannya. 11. Fery “Pei”, Santa, Ayu, Mbak Dewi, Didit, Gema, serta rekan-rekan IPB lainnya atas bantuan yang telah diberikan selama menyusun skripsi ini. 12. Rekan-rekan di kelas B01 dan Departemen Manajemen angkatan 42 atas kebersamaannya selama kuliah. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Amin.
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................... iv TERIMA KASIH .......................................................................................... v DAFTAR ISI .................................................................................................. vii DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi I.
PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
Latar Belakang ................................................................................ Perumusan Masalah ........................................................................ Tujuan Penelitian ............................................................................ Manfaat Penelitian .......................................................................... Ruang Lingkup ...............................................................................
1 5 7 8 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 9 2.1. Agribisnis Budidaya Ikan Patin ...................................................... 2.1.1 Produksi .............................................................................. 2.1.2 Konsumsi ............................................................................ 2.1.3 Pemasaran ........................................................................... 2.1.4 Harga ................................................................................... 2.1.5 Persyaratan dan Kesesuaian Teknis Usaha Pembenihan Ikan Patin ............................................................................ 2.1.6 Budidaya Pembenihan Ikan Patin ....................................... 2.2. Evaluasi Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin ....................... 2.2.1 Batasan ................................................................................ 2.2.2 Aspek Pasar dan Pemasaran ............................................... 2.2.3 Aspek Legal ........................................................................ 2.2.4 Aspek Teknis ...................................................................... 2.2.5 Aspek Manajemen dan Organisasi ..................................... 2.2.6 Aspek Finansial .................................................................. 2.3. Penelitian Terdahulu .......................................................................
9 9 11 11 11 13 14 20 21 21 22 24 24 24 25
III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 27 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5.
Kerangka Pemikiran ....................................................................... Jenis dan Sumber Data ................................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... Metode Pengumpulan Data ............................................................ Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 3.5.1 Analisis Aspek Teknis ........................................................
27 30 30 30 30 31
3.5.2 3.5.3 3.5.4 3.5.5
Analisis Aspek Manajemen dan Organisasi ....................... Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran ................................. Analisis Aspek Finansial .................................................... Analisis Sensitivitas ............................................................
31 31 31 33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 34 4.1. Gambaran Umum Usaha ................................................................ 4.2. Manajemen Usaha .......................................................................... 4.3. Aspek Teknis Usaha Pembenihan Ikan Patin ................................. 4.3.1 Investasi .............................................................................. 4.3.2 Modal Kerja ........................................................................ 4.3.3 Proses Pembenihan Ikan Patin ............................................ 4.4. Aspek Pasar dan Pemasaran Usaha Pembenihan Ikan Patin .......... 4.4.1 Mengukur Permintaan Saat Ini ........................................... 4.4.2 Menetapkan Pasar Sasaran ................................................. 4.4.3 Bauran Pemasaran .............................................................. 4.5. Aspek Finansial .............................................................................. 4.5.1 Asumsi-asumsi .................................................................... 4.5.2 Investasi dan Pengembangan .............................................. 4.5.3 Modal Kerja ........................................................................ 4.5.4 Proyeksi Pendapatan ........................................................... 4.5.5 Kriteria Kelayakan .............................................................. 4.6. Faktor Kritis, Derajat Titik Kritis, dan Risiko Usaha Pembenihan Ikan Patin ........................................................................................ 4.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Usaha Pembenihan Ikan Patin ........................................................................................ 4.7.1 Perencanaan Usaha dan Pembuatan Anggaran ................... 4.7.2 Kualitas Produk dan Pemilihan Teknologi ......................... 4.8. Implikasi Manajerial .......................................................................
34 34 35 35 38 42 48 48 48 49 52 52 53 54 56 56 58 60 60 61 62
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 65 Kesimpulan .............................................................................................. 65 Saran ........................................................................................................ 66 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 67 LAMPIRAN ................................................................................................... 68
DAFTAR TABEL
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Halaman Perkembangan Produksi Ikan Konsumsi di Kabupaten Bogor Tahun 2006-2009 .............................................................................. Data Produksi Benih Ikan Patin Pada Alma Fish Farm Tahun 2004 - 2010 ....................................................................................... Perkembangan Produksi Benih Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2007 – 2009 ....................................................................................... Perkembangan Konsumsi Ikan Di Kabupaten Bogor Tahun 2004-2008 ......................................................................................... Perkembangan Harga Rata-rata Komoditas Perikanan di Tingkat Konsumen di Kabupaten Bogor Tahun 2006 - 2008 ........................ Ringkasan Biaya Investasi Usaha Pembenihan Ikan Patin ............... Ringkasan Biaya Modal Kerja Usaha Pembenihan Ikan Patin ......... Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembenihan Ikan Patin Pada Tingkat Suku Bunga 8 Persen ......................................... Hasil Analisis Sensitivitas Usaha Pembenihan Ikan Patin Pada Tingkat Suku Bunga 8 Persen ...........................................................
2 4 10 11 12 54 55 57 59
DAFTAR GAMBAR
No 1 2 3 4 5 6
Halaman Skema Jalur Pemasaran Ikan Patin dari Daerah Produksi ................ 5 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 29 Beberapa Fasilitas Pembenihan Ikan Patin Pada Alma Fish Farm ... 37 Pakan Benih Ikan Patin Berupa Artemia dan Cacing Sutera ............ 40 Hormon Buatan Untuk Kegiatan Pemijahan Ikan Patin ................... 41 Alur Distribusi Benih Ikan Patin pada Alma Fish Farm ................... 51
DAFTAR LAMPIRAN
No 1 2 3 4 5 2 3 4 5 6 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Halaman Pola Tanam Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm ............. 69 Tata Letak Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm .... 70 Rincian Biaya Investasi Usaha Pembenihan Ikan Patin ................... 71 Rincian Biaya Modal Kerja Usaha Pembenihan Ikan Patin ............. 72 Rincian Biaya Pembelian dan Penjualan Induk Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm ..................................................... 73 Kebutuhan Fisik Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm .................................................................................................. 74 Daftar Harga Barang Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm .......................................................................................... 76 Kebutuhan Dana Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm .................................................................................................. 78 Perhitungan Biaya Penyusutan Aset ................................................. 80 Rekapitulasi Biaya Operasional (Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap) ................................................................................................. 81 Cashflow pada Alma Fish Farm ....................................................... 82 Perhitungan PBP pada Alma Fish Farm ........................................... 83 Perhitungan BEP pada Alma Fish Farm ........................................... 84 Cashflow Penurunan Harga Jual Benih Ikan Patin sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm ............................................................ 85 Perhitungan PBP Penurunan Harga Jual Benih Ikan Patin sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm .................................................. 86 Perhitungan BEP Penurunan Harga Jual Benih Ikan Patin sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm ................................................. 87 Cashflow Kenaikan Harga Pakan Benih Ikan Patin sebesar 50 Persen pada Alma Fish Farm ............................................................ 88 Perhitungan PBP Kenaikan Harga Pakan Benih Ikan Patin sebesar 50 Persen pada Alma Fish Farm ....................................................... 89 Perhitungan BEP Kenaikan Harga Pakan Benih Ikan Patin sebesar 50 Persen pada Alma Fish Farm ....................................................... 90 Cashflow Kenaikan Tingkat Kematian Benih Ikan Patin sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm .................................................. 91 Perhitungan PBP Kenaikan Tingkat Kematian Benih Ikan Patin Sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm ..................................... 92 Perhitungan BEP Kenaikan Tingkat Kematian Benih Ikan Patin Sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm .................................... 93
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam, dan danau buatan mendekati 13 juta hektar, merupakan potensi alam yang baik bagi pengembangan usaha budidaya perikanan air tawar. Salah satu budidaya perikanan air tawar adalah budidaya ikan patin. Ikan patin termasuk dalam famili pangasidae dan dikenal dengan nama lokal patin, jambal, atau pangasius (Prahasta dan Masturi, 2009). Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra produksi ikan konsumsi di Jawa Barat yang memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan. Perkembangan produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bogor tahun 2006 sampai 2007 mengalami peningkatan sebesar 2,43 persen. Tahun 2006 ikan konsumsi yang diproduksi di kabupaten bogor adalah sebesar 23.141 ton ikan dan naik pada tahun 2007 menjadi 23.703 ton ikan. Pada tahun 2006 ikan konsumsi yang banyak diproduksi adalah ikan mas (9.924,55 ton), ikan lele (6.487,07 ton), dan ikan nila (3.324,18 ton). Namun pada tahun 2007, ikan mas dan lele mengalami penurunan produksi. Ikan mas mengalami penurunan sebesar 13,03 persen menjadi 8.631,50 ton dan ikan lele mengalami penurunan sebesar 1,75 persen menjadi 6. 373,75 ton. Sedangkan untuk ikan nila mengalami kenaikan sebesar 32,77 persen pada tahun 2007 menjadi 4.418,75 ton. Menurut laporan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor tahun 2009 terdapat 105 unit usaha rakyat ikan patin skala mikro perorangan yang terdaftar di wilayah Bogor dengan rincian 84 unit usaha pada kegiatan pembenihan dan 21 unit usaha pada kegiatan pembesaran. Di Kecamatan Ciampea terdapat 47 unit usaha rakyat skala mikro dengan rincian 39 unit usaha pada kegiatan pembenihan dan 8 unit usaha pada kegiatan pembesaran. Di Desa Cihideung Ilir sendiri terdapat 10 unit usaha pada kegiatan pembenihan ikan patin. Produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bogor tahun 2006 sampai 2009 mengalami peningkatan. Produksi tiap komoditas ikan konsumsi mengalami
fluktuasi. Komoditas ikan patin sebagai ikan konsumsi mengalami peningkatan pada tahun 2007 dan 2009 tetapi mengalami penurunan pada tahun 2008. Perkembangan produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Produksi Ikan Konsumsi di Kabupaten Bogor Tahun 2006-2009 Produksi (Ton) No
Jenis Ikan
2006
1
Patin
724,00
2
Bawal
630,00
3
Nila
4
Tawes
5
Gurame
6
Sepat Siam
12,00
7
Tambakan
173,00
8
Lele
9
Nilam
10
Mas
11
Mujair
32,00
12
Lain-lain
36,15
3.328,13 355,10 1.424,00
6.487,07 15,00 9.924,55
Jumlah
23.141,00
2007
2008
2009
1.020,00 (40,88) 849,40 (34,83) 4.418,75 (32,77) 430,00 (21,09) 1.719,00 (20,72) 12,10 (0,83) 173,00 (0,00) 6.373,75 (-1,75) 13,70 (-8,67) 8.631,50 (-13,03) 24,30 (-24,06) 37,50 (3,73) 23.703,00 (2,43)
571,76 (-43,95) 904,91 (6,54) 3.494,96 (-20,91) 278,80 (-35,16) 1.854,82 (7,90) 2,43 (-79,92) 48, 50 (-71,97) 9.744,80 (52,89) 8,23 (-39,93) 8.124,35 (-5,88) 29,21 (20,21) 24,52 (-34,61) 25.087,29 (5,84)
584,84 (2,29) 2.026,14 (123,91) 1.842,17 (-47,29) 75,76 (-72,83) 1.946,43 (4,94) 2,24 (-7,82) 33,67 (-30,58) 18.315,02 (87,95) 2,10 (-74,46) 3.859,62 (-52,49) 31,68 (8,46) 23,05 (-6,14) 28.742,72 (14,57)
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Tahun 2009 Angka dalam kurung adalah pertumbuhan per tahun dalam persen
Ikan patin merupakan jenis ikan yang hidup di perairan umum dan banyak ditemukan pada perairan sungai di Sumatera dan Kalimantan. Ikan patin yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia yaitu Patin Siam (Pangasius hypopthalmus). Saat ini kegiatan budidaya ikan patin sudah banyak dilakukan di kolam, waduk, ataupun keramba. Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan tawar yang memiliki nilai ekonomis yang
tinggi dan prospek yang baik untuk dijual di dalam negeri maupun di luar negeri. Menurut Prahasta dan Masturi (2009) ikan patin merupakan ikan konsumsi, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Dagingnya memiliki kandungan kalori dan protein yang tinggi, rasanya khas, enak, dan gurih. Keunggulan ikan patin dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya diantaranya tidak memiliki sisik dan tidak banyak duri sehingga aman dan mudah dikonsumsi, daging berwarna putih, dagingnya gurih, respon terhadap pakan tinggi, dan bergizi tinggi. Ikan patin memiliki kadar kolesterol yang rendah jika dibandingkan dengan daging ternak, sehingga dinilai lebih aman untuk kesehatan. Kegiatan pembenihan merupakan kegiatan pokok atau kunci keberhasilan kegiatan pendederan dan pembesaran. Tanpa kegiatan pembenihan, kegiatan lainnya tidak akan dapat berjalan. Kegiatan pendederan dan pembesaran tentu akan memerlukan benih yang berasal dari kegiatan pembenihan (Khairuman dan Sudenda, 2009). Usaha budidaya ikan patin di daerah Ciampea sudah ada sejak tahun 1995, sebagian besar dari usaha budidaya tersebut bergerak pada kegiatan pembenihan ikan patin. Salah satu contoh petani ikan patin yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah Alma Fish Farm dengan pemiliknya yang bernama Syaiful Anwar, S.Ag. Usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm dikelola oleh pemilik secara langsung dibantu oleh dua orang karyawan tetap dan empat orang karyawan tidak tetap yang berasal dari daerah sekitar dengan tingkat pendidikan SMA. Karyawan bertanggung jawab pada kegiatan operasional harian. Oleh karena itu dalam kegiatan pembenihan ikan patin dilakukan pengorganisasian mengenai struktur organisasi yang dirancang, pembagian kerja, koordinasi, pelimpahan wewenang, dan prestasi organisasi yang diinginkan. Sedangkan masalah yang dihadapi oleh Alma Fish Farm saat ini adalah perusahaan sementara berhenti dan dialih kontrak dengan perusahaan sejenis. Alma Fish Farm mulai dibangun pada awal tahun 2004. Alma Fish Farm merupakan suatu usaha yang bergerak dalam budidaya ikan patin pada
kegiatan pembenihan. Alma Fish Farm ini merupakan usaha perorangan yang dimiliki oleh Bapak Syaeful Anwar, S. Ag. sebagai pemilik sekaligus kepala perusahaan. Alma Fish Farm membuka usahanya dengan kapasitas produksi 100.000 ekor benih dengan ukuran 1 inchi yang dipelihara dalam 36 akuarium. Produksi benih dari tahun ke tahun meningkat tetapi harga jual benih mengalami penurunan. Alma Fish Farm mengalami tutup usaha sementara pada bulan Mei tahun 2010 karena tingginya biaya sarana produksi akibat harga pakan benih yang tinggi tetapi harga benih mengalami penurunan. Data produksi Alma Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data Produksi Benih Ikan Patin Pada Alma Fish Farm Tahun 2004 - 2010 Banyak Banyak Harga Benih Produksi Benih Tahun Akuarium Siklus per 1 inchi (ekor) (buah) 2004 6 90 36 100.000 – 150.000 2005 6 90 – 100 36 100.000 – 150.000 2006 6 90 – 100 45 150.000 – 180.000 2007 6 80 – 90 45 150.000 – 180.000 2008 4 70 – 75 70 200.000 – 250.000 2009 4 50 – 55 90 250.000 – 300.000 2010 1 40 - 45 90 250.000 – 300.000 Sumber: Wawancara bersama Pemilik Alma Fish Farm, 5 Juni 2011
Pengelolaan sumber daya perairan yang telah dilakukan belum menunjukkan hasil yang memuaskan, artinya peningkatan produksi perikanan harus diupayakan dengan memanfaatkan semua potensi perikanan yang dimiliki, seperti teknologi budidaya yang mempunyai produktivitas yang tinggi. Sehubungan dengan semakin jenuhnya perikanan tangkap Indonesia dan semakin dekatnya produksi perikanan Indonesia mencapai potensi lestari, maka peningkatan dan promosi upaya produksi melalui teknik budidaya ikan akan semakin penting. Rantai tata niaga ikan patin relatif ringkas dan efisien, sehingga harga yang diterima pembudidaya sekitar 80-90% dari harga yang dibayar oleh konsumen. Pemasaran produk ikan patin dilakukan secara langsung kepada pedagang pengumpul atau agen tanpa melalui pedagang perantara. Pedagang pengumpul merupakan pedagang benih ikan, pakan, dan peralatan perikanan.
Untuk menjamin stok ikan patin, pedagang pengumpul atau agen memiliki kolam penampungan sementara. Pedagang pengumpul menjual ikan patin langsung kepada pengecer di pasar lokal maupun pedagang pengumpul atau agen di luar daerah. Pedagang pengecer di pasar-pasar menjual kepada konsumen rumah tangga dan rumah makan atau warung (Prahasta dan Masturi, 2009). Rantai pemasaran ikan patin tersebut digambarkan pada Gambar 1.
Pedagang Pengumpul/ Agen
Pedagang Pengecer
Petani/ Produsen
Konsumen Akhir Pedagang Pengumpul dari Luar Daerah
Pedagang Pengecer Luar Daerah
Gambar 1. Skema Jalur Pemasaran Ikan Patin Dari Daerah Produksi (Prahasta dan Masturi, 2009) 1.2. Perumusan Masalah Produksi ikan patin sebagain besar dikelola oleh masyarakat secara tradisional dengan menggunakan keramba sungai, kolam dan keramba jaring apung. Proses pembenihannya memerlukan pengetahuan tersendiri, sehingga tidak semua petani ikan air tawar dapat mengawinkan induk ikan patin jantan dan betina. Meski demikian, potensi ikan patin belum sepenuhnya tergarap karena lemahnya daya dukung dan industri pengolahan. Keterbatasan industri pengolahan ikan patin menyebabkan produk yang diekspor umumnya merupakan produk ikan segar sehingga tidak menghasilkan nilai tambah produk. Selain itu pengembangan ikan patin terkendala oleh pembenihan dengan harga jual benih ikan patin saat ini yang tidak menentu. Menurut wawancara dengan petani ikan dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, budidaya ikan patin di Indonesia secara umum memiliki sentra produksi yang berada di wilayah Jawa Barat, Kalimantan, dan Sumatera. Salah satu sentra produksi ikan patin di Jawa Barat adalah
Bogor yang lebih banyak bergerak pada kegiatan pembenihan. Hal ini terjadi karena kondisi cuaca dan iklim yang menunjang dalam hal PH air, pakan berupa cacing sutera yang banyak ditemukan, serta perkembangan teknologi penyuntikan yang baik. Berbeda dengan wilayah Kalimantan dan Sumatera yang difokuskan pada usaha pembesaran, sehingga tak jarang benih ikan patin yang dibesarkan berasal dari Jawa Barat. Kegiatan bisnis ikan patin yang terpotong-potong dalam rantai bisnis yang berbeda dengan lokasi terpisah menyebabkan biaya angkut produk semakin besar untuk petani pembesaran. Pengembangan usaha ikan patin di Bogor, khususnya di Ciampea berada dalam kegiatan pembenihan dengan pasar mencakup wilayah Bogor dan luar daerah, seperti Kerawang, Sukabumi, Solo, Palembang, Riau, Jambi, dan Kalimantan. Usaha pembenihan ikan patin di daerah Ciampea sudah ada sejak tahun 1995 dan menjadi salah satu sentra usaha pembenihan ikan patin yang ada di Bogor. Harga jual benih patin di Ciampea dipengaruhi oleh harga benih di pasar Parung, sehingga harga jual benih di bawah atau setara dengan harga jual di Parung. Hal ini karena petani Parung memiliki kelompok tani yang organisasinya sudah baik, sedangkan petani Ciampea cenderung memiliki usaha secara perorangan. Keuntungan yang didapatkan petani untuk pembenihan ikan patin cenderung menurun selama dua tahun terakhir karena daerah konsumen benih patin banyak yang memiliki hatchery sendiri. Selain itu dengan adanya krisis global tahun 2008 dan inflasi menyebabkan sarana produksi cenderung bertambah mahal. Hal ini terlihat dari naiknya pakan pokok benih berupa artemia dan cacing sutera. Harga cacing sutera tergantung dengan cuaca. Saat musim hujan cacing jarang ditemukan di sungai-sungai karena terbawa arus yang lebih besar daripada saat musim kemarau. Usaha pembenihan patin tergolong usaha yang unik. Teknik pembenihan yang dilakukan di setiap usaha cenderung memiliki perbedaan, tergantung kondisi sarana dan teknik pembenihan. Petani benih yang satu memiliki kemungkinan keberhasilan menghasilkan benih yang berbeda dengan petani benih lainnya walaupun menggunakan teknik yang sama. Saat petani
melakukan proses pemijahan sampai perawatan, jika benih yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik maka petani mendapatkan keuntungan yang besar. tetapi jika terjadi kesalahan, disengaja ataupun tidak mengakibatkan terjadinya ancaman gagal panen. Hal seperti ini menyebabkan biaya produksi tinggi. Usaha yang dijalankan oleh Alma Fish Farm masih tergolong skala usaha perikanan rakyat dan belum ada kewajiban dalam pendaftaran izin usaha ke Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Tata cara pendaftaran usaha berpedoman pada Keputusan Bupati Bogor tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 8 Tahun 2003 tentang Izin Usaha Peternakan dan Perikanan. (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2009). Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah dalam kegiatan usaha pembenihan ikan patin diantaranya sebagai berikut. 1. Bagaimana kelayakan usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm? 2. Apa saja faktor kritis dan risiko yang mempengaruhi kelayakan usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm? 3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm? 1.3. Tujuan Penelitian Usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm telah berjalan sejak tahun 2004. Benih ikan patin dipilih karena memiliki nilai komersial yang baik dan kondisi lingkungan tempat usaha yang cocok untuk pembenihan ikan patin. Evaluasi kelayakan usaha merupakan suatu usaha untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan pelaksanaan usaha, apakah usaha tersebut berjalan sesuai rencana dan akan memberikan hasil seperti yang diharapkan. Evaluasi kelayakan usaha pembenihan ikan patin dilakukan untuk usaha pembenihan yang sudah berjalan dan untuk mengevaluasi keberlanjutan usaha pembenihan ikan patin di masa depan. Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menghitung kelayakan usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm.
2. Mengetahui tingkat faktor kritis dan risiko yang mempengaruhi kelayakan usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm. 3. Mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kelancaran
usaha
pembenihan ikan patin Alma Fish Farm. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai bahan informasi dan pertimbangan keputusan bagi pihak-pihak yang memerlukan, yaitu petani ikan patin Alma Fish Farm dan calon pengusaha ikan patin. Bagi Alma Fish Farm, hasil ini dapat berguna sebagai salah satu masukan dan evaluasi usaha yang telah dijalankan. Dan juga sebagai salah satu bahan informasi untuk penelitian serupa di daerah ini maupun di daerah lain. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ini difokuskan pada aspek kualitatif dengan menganalisis aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, dan aspek legal, serta aspek kuantitatif dengan menganalisis kriteria-kriteria investasi. Proses perhitungan digunakan berbagai asumsi untuk mendapatkan hasil kriteria investasi dan sensitivitas yang diinginkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Agribisnis Budidaya Ikan Patin Budidaya ikan patin lokal di Indonesia mulai dirintis sejak tahun 1985, setelah Balai Penelitian Perikanan Air Tawar berhasil mengembangkan ikan patin ini, tetapi belum disebarluaskan kepada masyarakat. Sampai tahun 1991, produksi ikan patin diperoleh dengan cara menangkap pada perairan umum di Sumatera dan Kalimantan dengan menggunakan peralatan tradisional seperti jarring, pancing, sero, bubu, dan lain-lain. Cara penangkapan seperti itu, produksi ikan patin sangat terbatas. Meningkatnya aktivitas pembangunan yang merusak lingkungan juga menyebabkan kualitas lingkungan perairan umum tidak dapat dipertahankan, sehingga ikan patin terancam punah. Itulah sebabnya, pada tahun 1992, pemerintah mendorong masyarakat di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa untuk mengembangkan budidaya ikan patin siam yang induknya didatangkan dari Thailand (Prahasta dan Masturi, 2009). 2.1.1 Produksi Menurut Khairuman dan Sudenda (2009), dalam segi produksi ada beberapa hal yang merupakan keunggulan ikan patin. Pertama, ikan patin termasuk salah satu ikan yang rakus terhadap makanan, dalam usia enam bulan saja, ikan patin sudah bisa mencapai panjang antara 35 - 40 cm. Kedua, tempat pemeliharaan tidak memerlukan air yang mengalir, tidak seperti pemeliharaan ikan mas atau tawes. Bahkan di perairan yang kandungan oksigennya rendah sekalipun, ikan patin masih dapat hidup dan berkembang, seperti ikan lele. Di beberapa daerah sentra ikan patin, seperti Sumatera dan Kalimantan, ikan patin dengan mudah banyak ditemui di sungai-sungai dan danau, karena ikan ini merupakan ikan yang hidup di perairan umum. Masalahnya, kualitas lingkunagn perairan umum tidak selamanya dapat dipertahankan akibat tingginya aktivitas pemanfaatan sumber daya alam, termasuk untuk hal-hal yang kontraproduktif yang tidak memperhatikan sumberdaya alam lainnya.
Akibatnya lingkungan hidup patin ikut terancam. Maka, salah satu upaya mempertahankannya adalah melalui kegiatan pembudidayaan ikan patin. Tabel 3. Perkembangan Produksi Benih Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2007 -2009 Produksi (Ribu Ekor) No Jenis Ikan 2007 2008 2009 166.502,00 56,663.190 1 Mas 187.847,00 (-11,36 ) (-65.97) 109.580,00 35,700.400 2 Nila 98.438,00 (11,32) (-67.42) 397,00 0.000 3 Nilem 701,00 (-43,37) (-100.00) 2.181,00 693.060 4 Mujair 1.097,00 (98,81) (-68.22) 92.282,00 36,166.890 5 Gurame 78.770,00 (17,15) (-60.81) 9.459,00 5,510.480 6 Tawes 18.940,00 (-50,06) (-41.74) 26,358.490 79.893,00 7 Patin 58.126,00 (-67.01) (37,45) 244.634,00 62,020.270 8 Lele 227.482,00 (7,54) (-74.65) 488,00 0.000 9 Sepat Siam 659,00 (-25,95) (-100.00) 6.051,00 1,807.470 10 Tambakan 8.285,00 (-26,96) (-70.13) 33.133,00 622,191.810 11 Bawal 36.315,00 (-8,76) (1,777.86) 744.600,00 847,112.06 Jumlah 716.660,00 (3,90) (13.77) Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Tahun 2009 Angka dalam kurung adalah pertumbuhan per tahun dalam persen
Produksi benih ikan di Kabupaten Bogor tahun 2007 sampai tahun 2009 mengalami peningkatan. Tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 3,9 persen dari 716.660.000 ekor pada tahun 2007 menjadi 744.600.000 ekor pada tahun 2008. Tahun 2009 mengalami peningkatan pula meskipun untuk sebagian besar komoditas mengalami penururan yang relatif besar. Pertumbuhan produksi benih ikan patin di Kabupaten Bogor meningkat sebesar 37,45 persen dari 58.126.000 ekor pada tahun 2007 menjadi 79.893.000 ekor pada tahun 2008. Namun, tahun 2009
produksi benih mengalami penurunan yang relatif besar. Perkembangan produksi benih ikan patin di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 3. 2.1.2 Konsumsi Jumlah konsumsi ikan di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2008 konsumsi ikan sebesar 19,8 kg per kapita per tahun. Perkembangan konsumsi ikan di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Konsumsi Ikan Di Kabupaten Bogor Tahun 2004-2008 Konsumsi Ikan Kg/Kapita/ Tahun
2004 17,30
2005 17,73
2006 18,24
2007 18,80
2008 19,18
(2,49%) (2,88%) (3,07%) (2,02%)
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Tahun 2008 (Angka dalam kurung adalah pertumbuhan)
2.1.3 Pemasaran Produksi ikan air tawar yang ada di Kabupaten Bogor selain dipasarkan di Bogor juga dipasarkan di luar wilayah Bogor. Untuk pemasaran benih pemasarannya meliputi Sukabumi, Indramayu, Cianjur, Purwakarta, Sumatera, dan Kalimantan. Menurut Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor pada tahun 2005 permintaan untuk benih sebesar 703.000.000 ekor dan mengalami peningkatan pada tahun 2006 sebesar 708.584.000 ekor. Untuk pemasaran ikan konsumsi meliputi Jakarta, Bandung, Jawa Tengah, dan Cirebon. Kondisi yang ada sekarang banyak petani ikan patin hanya bergerak di pembenihan dan sedikit di kegiatan pembesaran. Kegiatan pembenihan dilakukan untuk mendapatkan benih yang berkualitas dengan ukuran sekitar ¾ inci sampai 1 inci, sedangkan pembesaran ikan patin merupakan kegiatan menghasilkan ikan patin ukuran konsumsi yaitu sekitar 0,3-1 kg. 2.1.4 Harga Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk karena harga adalah satu dari marketing mix / bauran pemasaran (product, price, place, promotion / produk, harga, distribusi, promosi). Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang
maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter. Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi perusahaan. (http://www.organisasi.org). Harga rata-rata komoditas perikanan di tingkat konsumen di Kabupaten Bogor bervariasi. Pada tahun 2006 harga yang paling tinggi adalah jenis ikan gurame yang mencapai harga Rp 22.800 dan setiap tahunnya mengalami peningkatan harga. Harga yang paling rendah di yahun 2006 adalah jenis ikan nilam yaitu Rp 9.083. Harga rata-rata komoditas perikanan untuk jenis ikan patin pada tahun 2006 adalah Rp 11.000 dan mengalami penurunan harga pada tahun 2007 menjadi Rp 9.000. Namun, pada tahun 2008 ikan patin mengalami peningkatan harga menjadi Rp 13.375. Tahun 2009 harga rata-rata ikan patin di tingkat konsumen mengalami peningkatan menjadi Rp 16.875 per kg. Perkembangan harga rata-rata komoditas perikanan di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Harga Rata-rata Komoditas Perikanan di Tingkat Konsumen di Kabupaten Bogor Tahun 2006 2009 JENIS 2006 2007 2008 2009 NO IKAN (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) 1. Gurame 22.800 22.800 28.167 36.042 2. Mas 12.000 12.000 18.958 21.375 3. Lele 10.125 10.000 13.917 14.167 4. Nila 9.417 9.000 12.708 15.042 5. Mujair 7.792 7.000 10.833 16.458 6. Nilam 9.083 11.000 13.542 15.458 7. Tawes 9.833 14.000 15.167 15.208 8. Belut 15.958 25.000 28.917 34.917 9. Patin 11.000 9.000 13.375 16.875 10. Tambakan 10.417 9.000 11.792 13.625 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Tahun 2009
2.1.5 Persyaratan dan Kesesuaian Teknis Usaha Pembenihan Ikan Patin
Lokasi lahan untuk usaha pembenihan ikan patin sebaiknya di dataran rendah dengan ketinggian tidak lebih dari 300 meter di atas permukaan laut. Air yang dibutuhkan tidak perlu terlalu jernih asalkan debitnya cukup untuk mengganti air kolam. Penggantian air dilakukan setiap minggu dengan sumber air berasal dari sungai, waduk, danau, air irigasi, air sumur, atau air PAM (Perusahaan Air Minum). Kualitas air yang memenuhi syarat untuk pembenihan adalah oksigen 3-7 ppm, suhu 26-33 oC, pH air 7-8,5, karbondioksida tidak lebih dari 10 ppm, ammonia dan asam belerang tidak lebih dari 0,1 ppm, dan kecerahan antara 30-45 centimeter (Kordi, 2005). Menurut Kordi (2005) fasilitas pembenihan disesuaikan dengan target produksi. Pembenihan ikan patin dapat dilakukan dalam skala kecil atau HSRT (hatchery skala rumah tangga) ataupun skala besar atau HSL (hatchery skala lengkap). Beberapa fasilitas yang dibutuhkan dalam kegiatan pembenihan adalah sebagai berikut. 1. Kolam Pemeliharaan Induk Kolam pemeliharaan induk berfungsi sebagai kolam khusus yang digunakan untuk memelihara induk. Kolam ini digunakan sebagai tempat membesarkan ikan-ikan yang kemudian dijadikan induk atau memelihara ikan sampai matang gonad dan sebagai tempat indukinduk ikan yang telah selesai dipijahkan. Ukuran kolam terantung dari kebutuhan maupun lahan yang tersedia. Sebagai ikan yang menyukai perairan dalam, maka kedalaman air di kolam induk diatur pada kedalaman 100-150 cm. 2. Wadah Penetasan Telur Wadah penetasan telur digunakan untuk menetaskan telur-telur yang telah dibuahi. Penetasan telur patin dapat menggunakan akuarium, bak fibreglas atau corong penetasan yang dilengkapi dengan aerator. 3. Wadah Pemeliharaan Larva Wadah pemeliharaan larva digunakan untuk memelihara larva. Wadah yang digunakan dapat berupa akuarium, bak fiberglass atau kolam beton dengan ukuran tergantung dari kebutuhan. Sebuah akuarium
berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm dapat ditebar larva patin sebanyak 500 ekor. 4. Bak Pemberokan Induk Bak ini digunakan untuk menyimpan atau menempatkan induk hasil seleksi dari kolam pemeliharaan induk. Bak ini tidak perlu terlalu luas dan tidak terlalu dalam karena fungsinya hanya sementara. 5. Bak Inkubasi Bak inkubasi adalah bak yang digunakan untuk menyimpan induk beberapa saat sebelum disuntik, sesudah disuntik, dan menunggu waktu ovulasi. 6. Kolam Pemeliharaan Benih Kolam pemeliharaan benih digunakan untuk memelihara anak ikan pasca larva. Kolam dapat berupa kolam tanah, kolam beton, sawah, atau akuarium. 7. Wadah Pakan Wadah pakan digunakan untuk pemanpungan pakan atau wadah untuk kultur pakan berupa akuarium, bak fiberglass atau bak beton. Ukuran bak disesuaikan dengan keutuhan. 8. Perlengkapan Lain Unit pembenihan harus memperoleh pasokan listrik untuk dapat beroperasi, baik listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) maupun generator. Energi listrik digunakan untuk menggerakkan aerasi, pompa air, dan penerangan. Perlengkapan lain adalah sarana aerasi, pompa air, timbangan, pemanas air, serokan, pH meter, DO-meter, berbagai bahan dan perlengkapan untuk pemijahan benih, dan sebagainya. 2.1.6 Budidaya Pembenihan Ikan Patin Patin (Pangasius sp.) adalah salah satu ikan asli perairan Indonesia yang telah berhasil di domestikasi. Patin tergolong ikan unggul karena rasa dagingnya lezat dan gurih, merupakan ikan berukuran besar, respon terhadap pakan buatan dan dalam pembudidayaannya tumbuh cepat. Patin mempunyai bentuk tubuh memanjang, agak pipih, dan tidak
bersisik. Panjang tubuhnya dapat mencapai 120 cm. warna tubuh patin pada bagian punggung keabu-abuan atau kebiru-biruan dan bagian perut putih keperak-perakan. Kepala patin relatif kecil dengan mulut terletak di ujung agak ke bawah. Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut (kumis) pendek yang berfungsi sebagai peraba. Menurut Prahasta dan Masturi (2009), jika dilihat secara ilmiah dalam taksonomi hewan atau sistematika hewan, ikan patin dapat diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom
: Animalia
Sub-kingdom : Metazoa Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Ostarioplaysi
Subordo
: Siluriodea
Famili
: Pangasidae
Genus
: Pangasius
Spesies
: Pangasius pangasius Ham. Buch.
Budidaya ikan meliputi domestikasi, pembenihan, pemilihan lokasi, pembesaran, pengadaan pakan, dan penanggulangan hama dan penyakit. Salah satu faktor penting dalam budidaya ikan patin adalah ketersediaan benih dalan hal kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Hingga saat ini, patin tidak dapat dipijahkan secara alami, sehingga pengadaan benihnya hanya dapat dilakukan dengan cara pemijhan buatan (induced breeding), baik dengan menggunakan kelenjar hipofisa maupun hormon komersial (Kordi, 2005). Menurut Hernowo (2001) dalam kegiatan usaha budidaya ikan, dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pembenihan dan tahap pembesaran. Tahap pembenihan dimulai dengan pengadaan benih hingga diperoleh benih dengan umur tertentu. Usaha pembesaran merupakan kelanjutan dari pembenihan, yaitu benih yang dibeli kemudian dibesarkan hingga mencapai ukuran uatau umur konsumsi.
Menurut Kordi (2005) tahapan kegiatan pembenihan patin dari teknis pemijahan sampai pemeliharaan benih adalah sebagai berikut: 1. Pemberokan dan penimbangan induk Calon induk yang telah matang gonad dipisahkan dengan ikan-ikan lainnya. Calon induk diberok dengan wadah tersendiri dengan cara mempuasakan ikan selama 12-24 jam. Tujuannya agar kotoran keluar sekaligus meyakinkan hasil seleksi induk betina. Induk-induk yang matang gonad selanjutnya ditimbang untuk ditentukan jumlah hormin yang akan disuntikkan. 2. Penyuntikan Hal yang perlu diperhatikan dalam penyuntikan adalah dosis, waktu, letak dan frekuensi penyuntikan serta penanganan induk. Budidaya pembenihan ikan patin saat ini dengan menggunakan hormon buatan. Hormon buatan yang sering digunakan untuk merangsang ikan adalah ovaprim yang dijual dalam bentuk cairan dalam kemasan ampul (botol kecil). Biasanya setiap botol berisi 10 ml. Dosis yang digunakan biasanya antara 0,5-0,75 ml/induk betina. Dosis tersebut digunakan untuk dua kali penyuntikan. Penyuntikan pertama dengan dosis 1/3 bagian, sedangkan 2/3 bagian sisanya diberikan pada penyuntikan kedua. Selang waktu antara penyuntikan pertama dan kedua sekitar 12 jam. Penyuntikan induk jantan harus dilihat tingkat kematangannya. Bila induk jantan sangat siap untuk memijah, artinya tanpa disuntik pun sperma induk jantan dengan mudah dikeluarkan, maka induk jantan tidak harus disuntik dengan ovaprim. Namun, bila induk jantan belum terlalu matang, sebaiknya induk jantan disuntik ovaprim dengan 1/3 dari dosis yang digunakan untuk betina. Penyuntikan induk jantan dilakukan bersamaan dengan penyuntikan kedua pada induk betina.
3. Pemijahan
Pemijahan patin dibantu dengan pemijatan (stripping). Caranya, jika sudah waktunya, yaitu dekat dengan tanda-tanda ovulasi atau sekitar 8-12 jam dari penyuntikan kedua, induk betina ditangkap. Begitu juga induk jantan. Induk dilap sampai tidak ada lagi air yang menetes. Selanjutnya perut ikan betina diurut perlahan-lahan kearah belakang dan telur yang keluar ditampung dalam piring beremail. Begitu juga perut ikan jantan diurut perlahan, kemudian sperma yang keluar ditampung dalam piring beremail. Kemudian telur dan sperma diaduk sampai rata dengan menggunakan bulu ayam atau bulu angsa. Setelah itu masukkan air bersih ke dalam wadah pembuahan dan pengadukan tetap dilakukan. Pada saat ada air bersih tersebut, proses pembuahan mulai berlangsung. Sperma yang tidak berhasil membuahi telur akan mati setelah tiga menit. Telur kemudian dicuci dari sperma yang tidak berhasil membuahi. 4. Penetasan telur Wadah penetasan telur patin dapat berupa akuarium, hapa di dalam kolam, bak semen atau corong petesasan yang dilengkapi dengan aerator. Telur disebar merata di dalam wadah dan dijaga agar jangan sampai bertumpuk. Untuk itu, telur disebar dengan telur ayam agar telur-telur tidak pecah. Telur akan menetas pada 18-24 jam setelah ovulasi pada suhu 29-30oC, kemudian larva mulai bergerak naik turun. 5. Pemeliharaan dan Perawatan Larva Larva berumur satu hari dapat dipindahkan ke wadah pemeliharaan larva. Sebuah akuarium berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm dapat diisi larva sebanyak 500 ekor. selama dua hari larva memanfaatkan kuning telur pada tubuhnya. Bekal kuning telur mulai habis ketika memasuki hari ke-3, sehingga segera diberi suspense kuning telur dan makanan alami berupa kutu air, artemia, rotifer, dan jentik-jentik nyamuk. Pada hari ke-5, larva sidah dapat diberikan pakan berupa tepung hati dan pada hari ke-10 larva sudah dapat diberikan cincangan cacing sutera.
Jumlah pakan yang diberikan pada larva adalah sampai kenyang (ad libitum). 6. Panen dan Pasca Panen Faktor panen dan pascapanen yang baik akan meningkatkan harga jual ikan dalam usaha budidaya ikan patin. Setelah dipanen ikan harus selalu segar hingga sampai ke tangan konsumen. Penurunan mutu ikan akan menyebabkan nilai jualnya menjadi rendah. Menurut Kordi (2005) dalam pengangkutan benih ikan patin, terdapat dua sistem pengangkutan, yakni sistem terbuka dan sistem tertutup. Masing-masing sistem dipergunakan tergantung dari keperluannya, terutama terhadap lama atau jarak pengangkutan benih. Pengangkutan benih sistem terbuka umumnya dilakukan untuk mengangkut ikan dalam jarak dekat atau relatif memerlukan waktu yang tidak lama. Sebagai alat pengangkut benih dapat digunakan ember, baskom, atau keramba pikulan. Namun dapat juga dilakukan dengan alat lain misalnya container dari plastik dengan alat pengangkut mobil. Pengangkutan benih sistem tertutup umumnya diterapkan untuk jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4 jam. Biasanya sistem pengangkutan benih ini dilakukan dengan menggunakan mobil atau pesawat terbang. Wadah yang digunakan adalah kantong plastik. Untuk jarak dekat kantong plastik tidak perlu diisi oksigen, sedangkan untuk jarak jauh kantong harus ditambah dengan gas oksigen. Dalam satu kantong plastik biasanya diisi dengan sepuluh liter air bersih dengan kapasitas benih 300 ekor/liter berukuran 3-5 cm. kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Hal ini dimaksudkan untuk memperluas permukaan air atau oksigen. Setelah sampai di tempat tujuan, sebelum kantong plastik dibuka, disiapkan terlebih dahulu larutan tetrasiklin 25 ppm dalam baskom (satu kapsul tetrasiklin dalam sepuluh liter air bersih). Setelah kantong plastik dibuka, ditambahkan air bersih yang berasal dari
kolam atau perairan setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong terjadi perlahan-lahan sehingga mengurangi stres benih ikan yang diangkut. Benih ikan lalu dipindahkan ke dalam baskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2 menit. Benih ikan patin dapat langsung ditebar ke dalam kolam atau wadah pemeliharaan lainnya. Akan tetapi lebih baik, bila benih dikarantina selama satu minggu dalam bak dan diberi makan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama tiga hari berturut-turut. Menurut Kordi (2005) pemanenan ikan dalam kolam yang baik dilakukan dengan mengeringkan kolam secara bertahap. Jika air kolam sudah tersisa sedalam 20-30 cm, di bagian tengah dibuat parit yang menuju ke pintu depan pintu air. Dasar kolam di dekat pintu dibuatkan cekungan berbentuk kotak. Ikan-ikan akan berkumpul di dalam cekungan tersebut. Pada saat itu pintu air kolam dihalangi dengan papan agar air tidak habis. Selain itu, pintu kolam juga harus diberi saringan agar ikan tidak melompat keluar. Agar ikan tetap hidup, ikan di dalam cekungan ini harus dialiri air yang segar. Selanjutnya ikan-ikan ditangkap dengan seser (jaring tangan) dan dipindahkan ke dalam wadah-wadah penampung yang sudah disediakan. Pascapanen ikan patin konsumsi harus disesuaikan dengan jarak dan waktu tempuh dalam mengangkut ikan-ikan ke konsumen. Hal ini penting untuk menjaga ikan tetap hidup atau tetap segar hingga diterima konsumen. Ikan hidup diangkut dengan menggunakan wadah berupa kantong plastik, seperti pengangkutan benih atau wadah terbuka dengan bak, tong, tanki, atau wadah lainnya. Permasalahan yang dihadapi dalam pengangkutan ikan hidup adalah stres. Ikan yang stres mudah mengalami kematian. Untuk mengurangi stres maka diusahakan agar selama pengangkutan ikan melakukan gerakan seminimal mungkin. Caranya adalah dengan menurunkan suhu air angkut atau memberikan obat bius pada ikan.
Penggunaan obat bius dapat diterapkan wadah terbuka atau tertutup (Kordi, 2005). Usaha pembenihan menjadi suatu usaha yang lebih menarik karena mempunyai beberapa kelebihan antara lain sebagai berikut. 1. Kegiatan usaha budi daya ikan tidak terlepas dari kegiatan pengadaan benih dan disebut sebagai pangkal kegiatan. 2. Sekarang ini untuk mendapatkan benih ikan dengan melakukan penangkapan di alam sudah tidak semudah dahulu. Populasi ikan dan benih di perairan sudah mulai berkurang karena terjadi penangkapan yang berlebih (overfishing), ditambah dengan gangguan lingkungan atau polusi. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan benih bagi kegiatan pembesaran perlu dilakukan upaya produksi benih. 3. Usaha pembenihan dalam penjualan benih memiliki resiko tidak terlalu besar. Seandainya benih yang dihasilkan tidak sempat terjual sesuai jadwal/waktunya, maka penjualan dapat ditunda. Berbeda dengan usaha pembesaran, penundaan penjualan berarti kerugian di pihak produsen. 4. Siklus atau periode usaha pembenihan ikan relatif lebih pendek dibandingkan
dengan
melakukan
pembesaran
ikan.
Usaha
pembenihan ikan mempunyai masa siklus bervariasi dari hanya empat hari (produksi larva) sampai dengan dua bulan (produksi fingerling atau gelondongan). Dengan masa siklus yang pendek ini perputaran uang akan semakin cepat. 5. Kegiatan usaha pembenihan tidak memerluakan areal usaha yang
luas, terlebih bila hanya menginginkan produksi telur atau larva. Dengan demikian biaya investasi yang diperlukan tidak tinggi. Usaha pembenihan dapat dilakukan dalam skala kecil bila memilih pembenihan dalam tahap larva (Hernowo, 2001). 2.2. Evaluasi Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin Evaluasi kelayakan usaha merupakan suatu usaha untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan pelaksanaan proyek, apakah proyek tersebut
berjalan sesuai rencana dan akan memberikan hasil seperti yang diharapkan. Evaluasi usaha/proyek adalah salah satu kegiatan yang menilai dan memilih dari bermacam-macam investasi yang mungkin untuk dikembangkan sesuai dengan kemampuan dari investasi yang dimiliki (Ibrahim, 2003). 2.2.1 Batasan Layaknya gagasan usaha dalam sebuah studi kelayakan bisnis, apabila kegiatan usaha yang dijalankan berdasarkan kegiatan yang telah diatur dalam studi kelayakan dan dalam keadaan ini tidak menjamin kegiatan usaha apabila tidak dikerjkan selaras dengan kegiatan yang telah diatur dalam sebuah studi kelayakan. Dilihat dari segia evaluasi usaha sebenarnya tidak jauh berberda dengan studi kelayakan bisnis. Bila studi kelayakan bisnis menilai kegiatan usaha yang akan dikerjakan, sedangkan evaluasi usaha menilai kegiatan usaha yang sedang atau sudah dikerjakan. Penilaian
yang
dilakukan
dengan
studi
kelayakan
bisnis,
orientasinya lebih bersifat mikro dan penilaian yang dilakukan melalui evaluasi usaha lebih bersifat makro, karena melihat dampak usaha terhadap masyarakat secara keseluruhan. Baik studi kelayakan maupun evaluasi usaha sama-sama bertujuan untuk menilai kelayakan suatu gagasan usaha dan hasil dari penilaian ini merupakan suatu pertimbangan apakah usaha tersebut diterima atau ditolak. Perbedaan kedua analisis ini dapat dilihat dari segi ruang lingkup pembahasan serta metode penilaian yang dilakukan. (Ibrahin, 2003). 2.2.2 Aspek Pasar dan Pemasaran Analisis aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk memahami berapa besar potensi pasar yang tersedia, mengetahui berapa luas pasar, bagaimana jumlah permintaan terhadap produk, dan kondisi persaingan. Aspek pemasaran bertanggung jawab dalam menentukan ciri-ciri pasar yang akan dipilih. Analisis kelayakan dari aspek ini yang utama adalah dalam hal: 1. Penentuan segmentasi, target, dan posisi produk pada pasarnya.
2. Kajian untuk mengetahui konsumen potensial, seperti perihal sikap, perilaku, serta kepuasan mereka atas produk. 3. Menentukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran yang akan dilaksanakan (Umar, 2005). Aspek pasar dan strategi pemasaran dalam studi rancangan usaha menempati posisi yang penting, karena sebagai titik tolak penilaian apakah
suatu usaha akan dapat berkembang, tetap seperti saat
didirikan, atau bahkan cenderung akan mengalami penurunan. Pada tahap
ini
besarnya
permintaan
produk
perkembangan permintaan yang akan datang
serta
kecenderungan
selama
usaha yang
dijalankan perlu dianalisis dengan cermat. Tanpa perkiraan jumlah permintaan produk yang cermat dikemudian hari usaha dapat terancam yang disebabkan karena kekurangan atau kelebihan permintaan. Tidak sedikit suatu usaha yang berjalan tersendat-sendat
hanya karena
permintaan produknya jauh lebih kecil dari perkiraan, ataupun karena sebelum mengembangkan usaha tidak dilakukan analisis perkiraan permintaan. Kekurangan permintaan produk mengakibatkan mesin dan peralatan
bekerja di bawah kapasitas, jumlah karyawan yang
berlebihan, organisasi perusahaan tidak sepadan sehingga beban biaya menjadi berat. Oleh karena itu, maka analisis aspek pasar dan strategi pemasaran dalam studi rancangan usaha agribisnis menjadi sangat penting untuk dilakukan. 2.2.3 Aspek Legal Analisis aspek legal untuk memahami berapa besar potensi pasar yang tersedia, mengetahui berapa luas pasar, bagaimana jumlah permintaan terhadap produk dan kondisi persaingan. Guna untuk mendorong pertumbuhan dan pengembangan usaha perikanan di Kabupaten Bogor perlu diambil langkah-langkah melalui penataan di bidang perizinan. Salah satu langkah menciptakan iklim usaha yang kondusif adalah dengan memberikan ketetapan dalam memperoleh izin usaha melalui mekanisme dan prosedur yang dapat menjamin kepastian berusaha selaras dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonomi. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 8 Tahun 2003 tentang izin Usaha Perikanan Rakyat adalah sebagai berikut. 1. Izin Usaha Perikanan Jenis izin berupa: a. Izin usaha budidaya ikan di perairan umum b. Izin usaha budidaya ikan di kolam air tenang c. Izin usha budidaya ikan di kolam air deras d. Izin usaha budidaya ikan hias e. Izin usaha penampungan ikan 2. Skala pemilikan wajib izin a. Izin usaha budidaya ikan di perairan umum 1) Keramba jarring apung lebih dari 4 unit, dengan ukuran (7 x 7 x 2.5)m3 per unit. 2) Keramba lebih dari 50 buah dengan ukuran (4 x 2) m2/buah b. Izin usaha budidaya ikan di kolam air tenang 1) Kolam air tenang dengan areal lahan lebih dari 2 Ha 2) Pembenihan ikan (seperti: ikan mas, lele, tawes dan nila) dengan produksi lebih dari 1.2 juta benih ikan/bulan 3) Pembenihan ikan seperti ikan tukik labia-labi, percil kodok, patin dan gurame dengan produksi diatas 500.000 ekor benih/bulan c. Izin usaha budidaya ikan di kolam air deras Kolam air deras lebih dari 5 unit, masing-masing unit berukuran 100 m2. d. Izin usaha budidaya ikan hias Pembenihan ikan hias dengan produksi diatas 500.000 ekor benih ikan/bulan. e. Izin penampungan ikan 1) Ikan hias > 500.000 ekor
2) Ikan konsumsi luas > 100 m2 2.2.4 Aspek Teknis Aspek teknis akan mengungkapkan kebutuhan apa saja yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan. Pada aspek teknis dipaparkan beberapa faktor, yaitu penentu keputusan produksi, tata letak pabrik, serta pemilihan mesin, peralatan dan teknologi untuk produksi (Umar, 2005). Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek teknis adalah masalah penentuan lokasi, luas produksi, tata letak, penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan teknologi.
Kelengkapan kajian aspek teknis
sangat
tergantung dari jenis usaha yang dijalankan, karena setiap jenis usaha memiliki prioritas tersendiri. Jadi analisis dalam aspek teknis adalah menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi, dan tata letak serta kesiagaan mesin-mesin yang akan digunakan. 2.2.5 Aspek Manajemen dan Organisasi Aspek manajemen dan organisasi merupakan aspek yang cukup penting dianalisis untuk kelayakan suatu usaha karena walaupun suatu usaha telah dinyatakan layak, tanpa didukung dengan manajemen dan organisasi yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan. Baik menyengkut masalah SDM maupun menyangkut rencana perusahaan secara keseluruhan haruslah disusun sesuai dengan tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai apabila memenuhi kaidah-kaidah atau tahapan dalam proses manajemen (Kasmir dan Jakfar, 2003). 2.2.6 Aspek Finansial Aspek finansial bertujuan untuk menghitung kebutuhan dana, baik kebutuhan dana untuk modal kerja. Dari sisi finansial, proyek bisnis dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya (Umar, 2005).
Menurut Ibrahim (2003) biaya investasi adalah biaya yang diperlukan dalam pembangunan usaha, terdiri dari pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan, biaya pemasangan, biaya studi kelayakan dan biaya lainnya yang berhubungan dengan pembangunan proyek. Modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha setelah pembangunan usaha siap, terdiri dari biaya tetap, dan biaya tidak tetap. Selain biaya investasi dan modal kerja, yang perlu diperhatikan juga dalam aspek finansial adalah sumber modal, proses perputaran uang, break even point, dan analisis dampak usaha terhadap perekonomian masyarakat secara keseluruhan. Pada umumnya ada enam kriteria yang digunakan dalam penilaian aspek finansial, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (BCR), Break Even Point (BEP), Payback Period (PBP), dan analisis sensitivitas. 2.3. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi data adalah skripsi dari Dewi (2008), yang meneliti tentang Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Benih Padi Bersertifikat (Studi Kasus PT Citra Agro Indonesia, Ponorogo). Penelitian tersebut menjelaskan mengenai tingkat kelayakan dan nilai tambah yang diciptakan dalam usaha pengembangan benih padi bersertifikat. Hasil penelitian tersebut adalah Usaha Benih Padi Bersertifikat (UBPB) layak untuk didirikan dilihat dari beberapa aspek, yakni aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan teknologi, aspek yuridis, aspek manajemen, dan aspek finansial. Kriteria kelayakan investasi yang dihitung adalah payback period, NPV, IRR, PI atau Net B/C, dan BEP. Widiastuti (2008) dalam penelitiannya tentang Studi Kelayakan Usaha Pupuk Organik Cair (Kasus PT Mulyo Tani Salatiga-Jawa Tengah) menganalisis kelayakan usaha dalam aspek pasar, aspek teknik, aspek manajemen, aspek sumber daya manusia, aspek dampak usaha, dan aspek keuangan. Metode yang digunakan adalah dengan menghitung jumlah NPV, IRR, Net B/C, PBP, dan BEP. Hasil perhitungan finansial adalah PT Mulyo Tani layak untuk dijalankan.
Selain itu, hasil penelitian lain yang dijadikan referensi yaitu hasil penelitian dari Bukit (2007), yang meneliti tentang Studi Kelayakan Usaha Ikan Patin di Kabupaten Bogor (Kasus Pembenihan di Kecamatan Ciampea dan Pembesaran di Kecamatan Kemang). Metode yang digunakan dengan menghitung nilai NPV, IRR, Net B/C, dan PP. Hasil perhitungan finansial adalah usaha pembenihan dan pembesaran patin layak untuk dijalankan. Nilai kriteria investasi pada pembenihan lebih besar daripada pembesaran.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan dengan menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Dilihat dari segi perbankan dan lembaga keuangan lainnya, dengan adanya studi kelayakan dapat diketahui sampai seberapa jauh gagasan usaha yang akan dilaksanakan mampu menutupi kewajiban-kewajiban. Bagi penanam modal studi kelayakan merupakan gambaran untuk mengetahui jaminan keselamatan dari modal yang di tanam dan mempengaruhi pengambilan keputusan terhadap penanaman investasi (Ibrahim, 2003). Menurut Umar (2005) studi kelayakan bermanfaat bagi pihak pemerintah dan masyarakat untuk melihat kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, penyusunan studi kelayakan perlu dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang ditimbulkan oleh usaha terhadap perekonomian nasional. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) analisis kelayakan memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat ekonomi bagi usaha itu sendiri/ manfaat finansial. Artinya adalah untuk melihat apakah usaha tersebut cukup menguntungkan bila dibandingkan dengan resiko usaha. 2. Manfaat ekonomi bagi negara tempat usaha tersebut dilaksanakan dengan menunjukkan manfaat usaha tersebut bagi ekonomi makro suatu negara. 3. Manfaat sosial usaha bagi masyarakat di sekitar proyek. Dalam studi kelayakan
pembenihan ikan patin terdapat komponen-
komponen penyusun yang dikaji, yaitu teknis, organisasi, sosial, pasar, dan finansial (Gambar 2) . Proses analisis setiap komponen saling berkaitan antara satu komponen dengan komponen yan lain sehingga hasil analisis menjadi terintegrasi. Organisasi usaha pembenihan ikan patin memiliki biaya yaitu biaya umum sebagai modal kerja. Aspek teknis berhubungan dengan input berupa barang-barang dan jasa yang merupakan bentuk dari biaya bagi usaha, biaya dalam hal ini berfungsi sebagai biaya investasi dan juga sebagai biaya
modal kerja. Kemudian juga berhubungan dengan output yakni produksi berupa benih ikan patin, dalam hal ini produksi berkaitan erat dengan jumlah produksi dan mutu produksi dari output yang dihasilkan. Jumlah produksi dan mutu produksi akan mempengaruhi sensitivitas dari usaha pembenihan ikan patin karena jumlah dan mutu benih yang dihasilkan bisa berubah-ubah. Sensitivitas yang dilakukan adalah seberapa besar jumlah benih yang bisa dihasilkan sampai usaha pembenihan ikan patin mempunyai keuntungan normal. Aspek pasar juga ditentukan oleh produksi dan harga, dalam hal ini produksi berkaitan erat dengan mutu produksi yang dapat mempengaruhi harga dalam pasar. Jumlah biaya produksi benih akan mempengaruhi harga benih. Sensitivitas yang dilakukan adalah seberapa besar harga benih yang bisa dipertahankan oleh petani benih ikan patin sampai usaha pembenihan ikan patin mempunyai keuntungan normal. Sub komponen yang berasal dari komponen kelayakan usaha yaitu investasi, modal kerja, jumlah produksi, mutu produski dan harga satu sama lain memiliki hubungan. Investasi dibutuhkan sebagai modal kerja usaha pembenihan. Modal kerja tersebut digunakan untuk kegiatan produksi sehingga dihasilkan jumlah produksi benih ikan sesuai dengan mutu produk yang diinginkan dan akan mempengaruhi dalam penentuan harga. Sensitivitas yang dilakukan adalah seberapa besar kenaikan biaya modal kerja yang akan mengakibatkan usaha pembenihan ikan patin memperoleh keuntungan normal. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan kegiatan pembenihan ikan patin terhadap keadaan yang berubah-ubah. Hasil sensitivitas akan mempengaruhi nilai kriteria investasi usaha. Perhitungan aspek finansial bertujuan untuk menguji kelayakan usaha yakni dengan menggunakan kriteria investasi, yaitu PBP, NPV, IRR, BCR, dan BEP. Nilai dari kriteria investasi tersebut akan menunjukkan seberapa besar kelayakan untuk menjalankan usaha pembenihan ikan patin.
Usaha Pembenihan Ikan Patin
Organisasi Usaha
Teknis
Biaya Umum
Investasi
Biaya
Modal Kerja
Pasar
Produksi
Jumlah
Mutu
Harga
Sensitivitas Umpan balik
PBP
NPV
IRR
BCR
Kelayakan
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Keterangan: PBP
= Payback Period
NPV
= Net Present Value
IRR
= Internal Rate of Return
BCR = Benefit Cost Ratio BEP
= Break Event Point
BEP
3.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi lapangan dan wawancara dengan petani ikan patin, yakni Syaiful Anwar, S.Ag. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Perpustakaan Institut Pertanian Bogor (IPB), penelusuran melalui internet, buku dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian. 3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan data contoh yang berasal dari petani ikan patin dilakukan secara purposive, yaitu pengambilan responden yang ditemui di lokasi secara disengaja dengan persyaratan yang dikehendaki, yakni sesuai dengan kriteria yang sesuai dengan penelitian. Menurut Mardalis (2004), purposive sampel adalah cara memperoleh sampel yang dilakukan dengan cara sengaja dan dengan menggunakan perencanaan tertentu. Pengumpulan data yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan usaha pembenihan ikan patin dilakukan dengan mewawancarai pemilik Alma Fish Farm. Waktu penelitian berlangsung selama dua bulan yang dimulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2010. 3.4. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dikarenakan didaerah tersebut terdapat beberapa petani ikan patin yang sudah lama bergerak di kegiatan usaha budidaya ikan patin. Penelitian ini akan difokuskan pada Alma Fish Farm. 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek-aspek budidaya ikan patin yang dilakukan yaitu meliputi analisis aspek
teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, dan aspek pasar. Pengolahan data kualitatif dilakukan secara deskriptif. Analisis kuantitatif meliputi analisis kelayakan finansial budidaya ikan patin. Analisis kelayakan finansial ini menggunakan perhitungan kriteriakriteria invesatasi yaitu, Payback Period, Net Present Value, Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return, Break Event Point, dan analisis sensitivitas. Data kuantitaif yang dikumpulkan, diolah dengan menggunakan komputer yaitu Microsoft Excel 2007 dan ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan pembacaan dan diberikan penjelasan secara deskriptif. 3.5.1 Analisis Aspek Teknis Aspek teknis dianalisis secara kualitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan melalui analisis deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi budidaya ikan patin, besar skala operasi/luas produksi, kriteria pemilihan peralatan yang digunakan, serta proses produksi yang digunakan. 3.5.2 Analisis Aspek Manajemen dan Organisasi Analisis ini dapat dilihat berdasarkan sesuai tidaknya proyek dengan pola sosial budaya masyarakat setempat dan kesanggupan atau keahlian staf yang ada untuk mengelola proyek. 3.5.3 Analisis Aspek Pasar Analisis aspek pasar dapat dilihat dari sisi output yaitu terdapat suatu permintaan yang efektif pada harga yang menguntungkan. Dari sudut pandangan input yaitu adanya ketersediaan indukan ikan patin, distribusi, kapasitas, kontinuitas serta tingkat harga. 3.5.4 Analisis Aspek Finansial Melakukan analisis finansial diperlukan kriteria investasi yang digunakan. Kriteria investasi yang digunakan yaitu Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return, Benefit Cost Ratio, Break Even Point. Analisis kelayakan investasi dilakukan terlebih dahulu dengan menyusun aliran runia diskontokan (discounted cash flow) karena adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang atau semua biaya dan manfaat yang akan datang harus diperhitungkan.
1. Payback Period (PBP)
Keterangan : CFt = aliran kas pertahun pada periode t I0 = nilai investasi awal pada ahun 0 2. Net Present Value (NPV)
Keterangan: CFt = aliran kas pertahun pada periode t I0 = nilai investasi awal pada tahun 0 K = suku bunga (discount rate) 3. Internal Rate of Return (IRR)
Keterangan: t
= tahun ke
n
= jumlah tahun
I0
= nilai investasi awal
CF
= arus kas bersih
IRR
= tingkat bunga yang dicari harganya
4. Benefit Cost Ratio (BCR)
Keterangan: Bt
= Keuntungan pada periode t
Ct
= Biaya pada periode t
K
= suku bunga (discount rate)
4. Break Even Point (BEP) TR = p x q dan TC = a + bq TR = TC p.q = a + bq p.q – b.q = a q=a/(p–b)
Keterangan : a = Biaya Tetap b = Biaya Tidak Tetap per unit p = harga per unit q = jumlah produksi 3.5.5 Analisis Sensitivitas Analisa sensitivitas dilakukan untuk menguji kembali suatu analisis kelayakan usaha agar dapat terlihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah atau adanya kesalahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat. Suatu analisis sensitivitas dikerjakan dengan mengubah suatu unsur atau dengan mengkombinasikan unsur lain, kemudian menentukan pengaruh pada hasil analisis. Analisis Switching Value dilakukan secara coba-coba terhadap perubahan-perubahan yang terjadi sehingga dapat diketahui tingkat kenaikan ataupun penurunan maksimum yang boleh terjadi agar usaha budidaya masih dapat memperoleh keuntungan normal (NPV = 0).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Usaha Alma Fish Farm terletak di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Perusahaan ini mempunyai luas lahan sebesar 300 m2 yang terdiri atas satu buah hatchery atau ruang usaha, satu buah kolam induk, satu buah bak tandon air, satu buah bak pemberokan, dan tempat parkir. Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 178 Ha. Desa Cihideung Ilir berada 250 meter di atas permukaan laut, tinggi curah hujan 2,4 mm3, dan suhu rata-rata harian 25-34 oC. Batas-batas wilayah Desa Cihideung Ilir adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cibanteng/ jalan propinsi, Kecamatan Ciampea. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Babakan/ Kali Cihideung, Kecamatan Darmaga. c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea. Lokasi usaha budidaya ikan patin di daerah Ciampea merupakan lokasi yang cukup strategis untuk usaha pembenihan karena Ciampea merupakan salah satu sentra perikanan budidaya di wilayah Bogor. Lokasi yang cukup strategis ini membuat Alma Fish Farm dekat dengan pasar. Pembeli berasal dari daerah sekitar Bogor maupun di luar Bogor. 4.2. Manajemen Usaha Sistem pengelolaan usaha yang dijalankan oleh Alma Fish Farm adalah pemilik sekaligus sebagai pengelola. Karyawan yang dipekerjakan terdiri dari karyawan tetap dan tidak tetap. Karyawan tetap adalah tenaga kerja yang dipekerjakan untuk membantu pengelola pada kegiatan hatchery, yaitu
kegiatan pemijahan, pemeliharaan dan perawatan larva, dan pemeliharaan benih pasca larva. Karyawan tidak tetap adalah tenaga kerja harian yang dipekerjakan untuk masa tertentu, yaitu mencari pakan cacing sutera dan pemanenan (penghitungan benih saat ada transaksi pembelian). Tenaga kerja yang bekerja pada Alma Fish Farm ini berasal dari lokasi sekitar usaha pembenihan dengan tujuan untuk membuka lapangan kerja baru sehingga dapat mengurangi angka penganguran. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 8 Tahun 2003 tentang izin Usaha Perikanan Rakyat, usaha yang dijalankan Alma Fish Farm termasuk usaha perikanan rakyat. Dalam pelaksanaan usahanya Alma Fish Farm hanya mendaftarkan usahanya di Kantor Desa Cihideung Ilir dan belum mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan usaha di Kantor Pemerintahan Daerah Kabupaten Bogor. Pada Alma Fish Farm, setiap siklus pembenihan dihasilkan 300.000 ekor benih. Izin Usaha harus dilakukan jika benih yang dihasilkan mencapai 500.000 benih per bulan. 4.3. Aspek Teknis Usaha Pembenihan Ikan Patin 4.3.1 Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama usaha. Biaya tersebut dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha yang berhubungan dengan penyediaan bahan baku dan output yang dihasilkan. 1. Kolam Pemeliharaan Induk Induk ikan patin dipelihara di kolam persegi empat, yang berukuran 4 m x 3 m x 3 m dengan dasar kolam berupa tanah dan pematang dari semen. Kolam pemeliharaan induk ikan patin jantan dan betina disatukan. Kolam diberi sekat dari bambu dan jaring untuk memisahkan induk yang telah siap pijah dan induk yang masih berada dalam tahap perawatan. Air yang digunakan untuk pemeliharaan induk berasal dari sumur, ditampung pada bak penampungan air kemudian dialirkan ke kolam induk melalui pipa paralon.
2. Bak Penampungan Air Bak penampungan air berfungsi untuk menampung dan mengendapkan air yang berasal dari sumur. Bak penampungan air berbentuk persegi panjang berukuran 4 m x 3 m x 2 m, yang terletak di dalam hatchery agar suhu air tidak menurun, menghindari kontaminasi dan debu dari luar ruangan. 3. Bak Pemijahan Kegiatan pemijahan di Alma Fish Farm menggunakan wadah pemijahan berupa bak terpal berbentuk persegi sebanyak dua duah dengan ukuran 2 m x 2 m x 1 m. Bak diisi dengan air yang berasal dari bak penampungan air setinggi 60 cm. 4. Wadah Penetasan Telur Wadah penetasan atau inkubasi telur di Alma Fish Farm menggunakan wadah berupa bak dari plastik dengan diameter 80 cm dan tinggi 35 cm. wadah inkubasi diberi selang aerasi yang diberi perekat kaca pada ujung selang agar tidak mengapung tetapi tidak menggunakan batu aerasi sehingga oksigen yang dihasilkan besar dan mampu mengaduk telur ikan patin pada saat diinkubasi. 5. Wadah Pemeliharaan Larva Wadah pemeliharaan larva di Alma Fish Farm menggunakan akuarium berbentuk persegi panjang yang berukuran 1 m x 0,5 m x 0,4 m dan diisi air setinggi 25 cm. Akuarium berjumlah 94 buah dan dipasang melebar pada rak kayu menjadi 3 lapis rak di bagian kanan ruang dan 3 lapis rak di bagian kiri ruang pemeliharaan. Setiap rak diisi dengan 16 akuarium yang dilengkapi dengan selang aerasi dan. Ruang pemeliharaan larva dibuat tertutup dengan genting dan berdinding semen. 6. Wadah Penetasan Artemia sp Wadah yang digunkan dalam penetasan Artemia sp berupa ember yang berukuran sedang (15 liter) sebanyak 12 buah dan dipasang selang aerasi untuk mengaduk siste pada saat ditetaskan.
7. Sumber dan Distribusi Air Semua kegiatan pembenihan di Alma Fish Farm sumber airnya berasal dari sumur karena air masih mudah diperoleh dan juga kualitas air yang lebih bersih. Air dari sumur ditampung di bak penampungan air kemudian dialirkan ke kolam induk dan bak-bak yang dibutuhkan untuk pembenihan. Air sumur juga diperlukan untuk keperluan karyawan sehari-hari. 8. Sumber Energi Sumber energi utama yang digunakan untuk aktivitas produksi adalah enegri listrik dari PLN dengan daya 900 watt. Energi listrik tersebut digunakan untuk kebutuhan pembenihan, meliputi pengoperasian pompa air, blower, sekaligus sebagai penerangan. Sementara sebagai cadangan energi ketika listrik dari PLN padam digunakan Generator Set berbahan bakar bensin dengan spesifikasi voltase 220 volt dan output maksiml 2200 watt.
Gambar 3. Beberapa Fasilitas Pembenihan Ikan Patin Pada Alma Fish Farm 9. Sistem Aerasi Alma Fish Farm dalam memenuhi kebutuhan oksigen kegiatan pembenihan digunakan blower yang berkekuatan 1 PK sebanyak
dua buah. Blower digunakan sebagai sumber oksigen untuk mensuplai oksigen ke tempat penetasan telur dan pemeliharaan larva menggunakan pipa paralon yang disalurkan ke akuarium dengan menggunakan selang aerasi berukuran 0,5 cm dan dilengkapi dengan pengatur tekanan aerasi. Sistem aerasi juga dibantu dengan alat Hi-Blow Takatsuki 60 watt sebanyak tiga buah. 10. Fasilitas Pendukung Fasilitas pendukung yang terdapat di Alma Fish Farm antara lain, bangunan tempat usaha/ hatchery, kamar karyawan satu buah, kamar mandi satu buah, sumur, dan tempat parkir. 4.3.2 Modal Kerja Biaya modal kerja adalah keseluruhan biaya yang berhubungan dengan kegiatan produksi usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm. Biaya tersebut dikeluarkan secara berkala selama usaha tersebut berjalan. Proses pembenihan ikan patin memerlukan bahan baku yang mudah didapat. Alma Fish Farm dalam melakukan pengadaan sarana produksinya diperoleh dari sekitar Bogor dan wilayah Jawa Barat lainnya. Bahan baku utama yang didunakan berupa induk jantan dan betina yang berasal dari daerah Purwakarta yakni berasal dari Waduk Cirata dan Jatiluhur. Pengadaan sarana produksi yang diperoleh dari sekitar Bogor berupa pakan induk / pelet, artemia, dan alat suntik yakni dari daerah Ciluar, Bogor Utara. Cacing sutera yang dibutuhkan selama pemeliharaan larva diperoleh dari daerah Caringin, Darmaga. Pemilihan lokasi penyediaan bahan baku yang tidak terlalu jauh menyebabkan harga bahan baku yang tidak terlalu mahal. Bahan baku dalam proses pembenihan ikan patin di Alma Fish Farm terdiri dari: 1. Induk Patin Induk patin merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha pembenihan ikan patin. Induk patin sebaiknya dipilih yang baik dan sehat sehingga menghasilkan benih yang baik pula. Induk
patin dapat berasal dari pembelian induk yang siap memijah / yang sudah matang gonad atau induk yang telah dipelihara sejak kecil di kolam. Untuk mendapatkan induk yang baik, selama pemeliharaan di
kolam,
induk
diberi
makanan
tambahan
yang
cukup
mengandung protein. Ciri-ciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan pada Alma Fish Farm adalah sebagai berikut. 1. Induk betina a. Umur kurang lebih 3 tahun. b. Berat minimum 3 kg per ekor. c. Perut membesar sampai ke daerah anus. d. Kulit di bagian perut lembek dan halus e. Kloaka membengkak dan berwarna merah tua. Jika bagian kloaka ditekan akan mengeluarkan beberapa butir telur yang bentuknya bulat dan mempunyai ukuran yang seragam. 2. Induk jantan a. Umur kurang lebih 3 tahun. b. Berat sekitar 3 kg per ekor. c. Kulit perut lembek dan tipis d. Kloaka membengkak dan berwarna merah tua. e. Bila bagian perut ditekan atau diurut kea rah anus akan keluar cairan sperma berwarna putih. Selain ciri-ciri di atas, induk patin yang akan dipijahkan harus sehat secara fisik, yaitu tidak terinfeksi penyakit dan parasit, tidak memiliki luka akibat benturan, pukulan, goresan atau sayatan. Induk yang baik juga memiliki sifat pertumbuhan yang cepat dan mudah beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan makanan. Induk jantan dan betina yang akan dipijahkan dipisah dipelihara dalam kolam yang berbeda, untuk memudahkan pengambilan dalam pemijahan suntik.
2. Pakan Patin Menurut Prahasta dan Masturi (2009) pakan patin berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan ikan. Pakan alami memiliki komposisi gizi yang baik, diantaranya protein, lemak, karbohidrat, dan mineral. Protein berguna untuk pertumbuhan, pengganti sel yang rusak, dan zat pembangun. Lemak dan karbohidrat berfungsi sebagai pembentuk energi yang digunakan tubuh. Mineral membantu proses metabolisme dan menjaga kesehatan tubuh ikan. Pakan alami untuk induk ikan di Alma Fish Farm berupa ikan rucah, klekap, dan plankton. Klekap adalah campuran berbagai jenis lumut dan kotoran yang membusuk di air dan dasar kolam. Pakan alami untuk pembenihan dibutuhkan untuk bergerak aktif dan merangsang larva ikan untuk memakannya. Pada larva, setelah kuning telur habis perlu diberikan makanan tambahan pakan supaya tetap mendapat masukan nutrisi. Larva belum biasa mendapatkan pakan dan bukaan mulutnya masih sangat kecil. Gerakan yang dibuat pakan alami seperti artemia akan merangsang larva memakannya dan ukurannya yang kecil cocok untuk mulut larva. Setelah pemberian artemia selama kurang lebih tiga hari, pakan alami yang digunakan untuk memacu pertumbuhan adalah cacing sutera.
Gambar 4. Pakan benih Ikan Patin Berupa Artemia dan Cacing Sutera Selain diberi pakan alami juga diberi pakan buatan berupa pelet. Pelet diberikan pada induk patin dengan kandungan protein yang cukup tinggi sebesar 40 persen untuk mempercepat kematangan gonad dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari, pagi
dan sore hari. Sedangkan untuk benih diberi campuran cacing sutera dan pelet benih atau pelet udang Bintang 581 ukuran 0,1 dengan frekuensi pemberian setiap delapan jam. Setelah berumur 23 hari benih patin siap dijual dengan ukuran 1 inchi atau sekitar 2,5 cm. Pada bulan ke-2 benih diberi pakan pelet Cuunshin 0,2 sampai benih dijual. 3. Hormon Buatan Hormon buatan yang digunakan untuk merangsang ikan adalah Ovaprim yang dijual dalam bentuk cairan dengan kemasan botol berisi sepuluh ml dan human chorionic gonadotropin (HCG) berupa Corulon dalam kemasan ampul.
Gambar 5. Hormon Buatan Untuk Kegiatan Pemijahan Ikan Patin 4. Obat-obatan Obat-obatan yang digunakan oleh Alma Fish Farm adalah jenis obat untuk penyakit infeksi, penyakit jamur, penyakit bakteri, dan penyakit noninfeksi. Obat untuk penyakit infeksi menggunakan formalin yang mengandung FMGO atau lebih dikenal dengan istilah elbayu. Pencegahan penyakit jamur dengan cara menjaga kualitas air. Obat untuk penyakit jamur adalah dengan perendaman dalam larutan FMGO. Pengobatan penyakit bakteri dilakukan dengan cara perendaman ikan dengan larutan Kalium Permanganat selama kurang lebih satu jam. Penyakit noninfeksi biasanya adalah kekurangan gizi akibat dari kurangnya nafsu makan pada musin kemarau. Untuk mengatasi hal tersebut diberikan multivitamin Previta Fish P yang dicampur dalam makanan alami, atau pemberian pelet yang mengandung vitamin.
Pada proses pembenihan, bila benih sakit diberi obat berupa garam yang ditaburkan ke dalam akuarium. Selain itu vaksinasi merupakan salah satu cara untuk mengurangi mortalitas larva. Vaksinasi dapat dilakukan pada benih yang berumur lebih dari dua minggu. Jenis vaksin yang digunakan adalah Septicaemia haemorrhagica yang memberikan kekebalan terhadap penyakit bercak merah. 4.3.3 Proses Pembenihan Ikan Patin Proses pembenihan yang dilakukan oleh Alma Fish Farm adalah sebagai berikut. 1. Persiapan Pemijahan Pemijahan adalah suatu proses pembuahan telur oleh sperma yang terjadi dalam media pemijahan. Kegiatan pemijahan ini meliputi persiapan wadah pemberokan yang terdiri dari pencucian wadah, pengisian air, dan sortir induk patin. Wadah yang digunakan untuk pemberokan adalah bak dari terpal berukuran 2 m x 2 m x 1 m sebanyak 4 unit, 3 unit untuk induk patin betina (masing-masing unit 1 induk) dan satu unit untuk 1 ekor induk patin jantan. Setelah itu bak diisi dengan air, pengisian air dilakukan pada pagi hari dan pada sore harinya wadah tersebut siap digunakan untuk pemijahan. Sebelum induk ikan patin betina disuntik sehari sebelumnya dilakukan seleksi induk dan tidak diberi pakan. Induk yang sudah diseleksi kemudian diberok selama satu hari. Tujuan dari pemberokan adalah untuk mengosongkan lambung ikan sehingga akan memudahkan pada saat ovulasi karena tidak tertahan oleh feses, lemak, dan juga untuk mengurangi penurunan kualitas air pada media pemijahan. Setelah induk diberok selama satu hari, maka selanjutnya dilakukan penyuntikan. Pada Alma Fish Farm induk yang dipakai sebanyak 4 ekor, 3 betina dan 1 jantan. Calon induk yang sudah matang gonad dipisahkan dengan ikan-ikan lainnya dengan memiliki berat rata-
rata 3 kg. calon induk diberok pada wadah yang telah disiapkan dengan mempuasakan ikan selama 24 jam dengan tujuan agar feses keluar dan sekaligus meyakinkan hasil seleksi induk. Apabila perut induk betina terus membuncit setelah dipuasakan maka dipastikan ikan tersebut matang gonad dan mengandung telur. 2. Proses Pemijahan Perangsangan ovulasi merupakan kegiatan perangsangan yang dilakukan pada induk ikan patin yang sudah sudah matang gonad dan siap untuk dipijahkan. Pematangan gonad dibantu dengan penyuntikan corulon. Dosis untuk satu induk adalah satu tablet corulon ditambahkan dengan satu botol corulon cair sebanyak satu ml. Pada kegiatan perangsangan ovulasi pada induk betina dilakukan dengan cara penyuntikan menggunakan hormon ovaprim untuk mendorong telur keluar. Dosis penyuntikan hormon ovaprim pada induk betina ikan patin 0,5 ml per kilogram sedangkan induk jantan tidak disuntik. Penyuntikan dilakukan sebanyak dua kali. Induk betina dan jantan akan memijah setelah delapan sampai sepulu jam setelah penyuntikan kedua. Untuk menghindari induk berontak saat penyuntikan yang dapat menyebabkan telur keluar, penyuntikan dilakukan oleh dua orang. Satu orang bertugas memegang jarum dan menyuntikkan, satu orang lagi bertugas memegang ikan yang akan disuntik. Setelah disuntik pun patin masih sulit melakukan pemijahan secara alami, sehingga induk jantan dan betina harus dipaksa memijah dengan cara pengurutan atau pemijatan (stripping) telur dan sperma, kemudian dilakukan pembuahan buatan. Pertamatama, sediakan wadah untuk menampung telur berupa baskom plastik yang telah dibersihkan dan dalam keadaan kering. Kedua, induk betina yang akan di-stripping dipegang dengan kedua belah tangan, tangan kiri memegang pangkal ekor dan tangan kanan memegang perut bagian bawah. Perut diurut secara perlahan dari
bagian depan ke arah belakang, lalu telur-telur tersebut ditampung di dalam baskom. Ketiga, induk jantan ditangkap untuk diambil spermanya dan dicampurkan dengan telur-telur di dalam baskom. Pengurutan induk jantan sama dengan pengurutan induk betina. Agar terjadi pembuahan maka dilakukan pengadukan dengan menggunakan bulu ayam kurang lebih selama 0,5 menit. Pengadukan dilakukan secara
berputar
meningkatkan
perlahan-lahan
fertilisasi
dapat
di
dalam
ditambahkan
baskom.
Untuk
larutan
NaCl.
Penambahan dilakukan sambil tetap mengaduk campuran dan disertai dengan memasukkan air sedikit demi sedikit. Pengadukan dilakukan selama kurang lebih dua menit. Keempat, setelah pengadukan akan timbul kotoran berupa lender, maka dilakukan penggantian air sebanyak 2-3 kali. Telurtelur yang dibuahi akan mengalami pengembangan. Ukuran telur lebih besar dan berwarna kuning. Telur-telur yang tidak dibuahi akan berwarna putih dan mengendap di bawah baskom. 3. Proses Penetasan Telur Persiapan inkubasi telur dalam bak plastik berdiameter 80 cm dibersihkan terlebih dahulu dan dilakukan pengisian air setinggi 25 cm, serta diaerasi selama sehari. Pemanenan telur dilakukan dua jam setelah induk memijah dengan cara menyeser telur dan ditampung di baskom
besar. Menurut petani pembenihan ikan
patin setiap kilogram induk betina menghasilkan satu ons telur dan bisa menghasilkan benih sekitar 100.000 ekor. Induk betina yang dipijah satu kali siklus pembenihan pada Alma Fish Farm sebanyak 3 ekor dengan berat 3 kg/ekor sama dengan 9 kg, berarti kapasitas produksi maksimum benih yang bisa dihasilkan adalah 900.000 ekor. Setelah itu dilakukan sampling untuk mengetahui derajat pembuahan dan jumlah telur yang dihasilkan. Pada tebar telur ikan patin sebanyak 10.000 butir telur per akuarium dan akan menetas
setelah 18 sampai 24 jam pada suhu 28 oC. Daya tetas telur pada Alma Fish Farm adalah 60% sehingga telur yang menetas sekitar 6.000. Tingkat mortalitas larva yang baru menetas adalah 30% sehingga benih yang baru menetas sekitar 4.200 dan tingkat mortalitas benih pada waktu perawatan larva sebesar 20% sehingga benih yang dihasilkan sekitar 3.360. 4. Proses Perawatan Larva a. Persiapan Wadah Pemeliharaan Wadah pemeliharaan larva yang didunakan di Alma Fish Farm yakni berupa akuarium berukuran 100 cm x 50 cm x 40 cm yang diisi air dengan ketinggian 25 cm dan diaerasi selama 24 jam. Akuarium yang telah diisi air dan dipasang instalasi aerasi siap untuk digunakan kemudian dilakukan pemanenan larva yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang dapat menunjang
keberhasilan
pemeliharaan
benih.
Menciptakan
lingkungan yang nyaman sebagai tempat hidup benih tentu akan meningkatkan nafsu makan benih ikan dan pertumbuhan menjadi lebih cepat sehingga hasil produksi akan meningkat. Oleh karena itu kualitas air harus dijaga dengan cara menjaga sistem aerasi di akuarium tetap baik. Selain itu akuarium rutin dibersihkan setiap dua hari sekali dengan cara mengelap bagian dasar akuarium dan mengganti air setiap harinya sekitar pukul 13.00 WIB. Air di akuarium diganti setiap hari. Penggantian air kurang lebih 50-60% dilakukan ketika benih mulai memakan artemia. b. Pemanenan dan Penebaran Larva Telur ikan patin yang telah menetas dan menjadi larva kemudian dilakukan pemanenan larva. Padat tebar larva per akuarium sekitar 6.000 ekor. Larva yang baru menetas belum sempurna, tetapi masih mempunyai cadangan makanan di dalam tubuhnya berupa kuning telur. Benih-benih patin akan berenang aktif secara vertikal menuju permukaan air. Benih diberi pakan
berupa artemia keesokan harinya. Pada saat yang bersamaan dengan penetasan telur, petani melakukan kultur artemia yaitu menetaskan telur artemia ke dalam wadah berupa ember sebanyak 12 buah. c. Pemberian Pakan Larva ikan patin diberi pakan artemia selama 3 hari setiap 2 jam sekali. Jumlah artemia yang diberikan sampai larva kenyang. Ukuran dalam setiap kultur artemia berbeda. Pada kultur artemia 1 dilakukan penetasan artemia sebanyak 12 ember dengan takaran 1 sendok artemia untuk 6 galon pertama dan 3 sendok artemia untuk 6 galon berikutnya. Pada kultur artemia 2 dilakukan penetasan artemia sebanyak 12 ember dengan takaran 3 sendok artemia untuk 6 galon pertama dan 3,5 sendok artemia untuk 6 galon berikutnya. Pada kultur artemia 3 dilakukan penetasan artemia sebanyak 12 ember dengan takaran 4 sendok artemia untuk 6 galon pertama dan 5 sendok artemia untuk 6 galon berikutnya. Pada kultur artemia 4 dilakukan penetasan artemia sebanyak 6 ember dengan takaran 5 sendok artemia. Jumlah keseluruhan artemia yang diperlukan selama sekali produksi sekitar 3 kaleng artemia. Pada hari ke empat sampai hari ke dua puluh benih ikan patin diberi pakan berupa cacing sutera per hari setiap 6 jam sekali, sehingga rata-rata untuk satu kali produksi dibutuhkan cacing sutera sebanyak 500 takar. Satu takar cacing sutera sebanyak 600 ml. Pada hari ke empat tersebut benih patin memakan cacing sutera yang dicacah dan campurkan artemia. Pemberian pakan dilakukan setiap 4 jam. Pada hari ke-5 sampai hari ke-21 setelah penetasan, benih patin diberi pakan cacing sutera utuh. Pemberian pakan dilakukan setiap 6-8 jam sekali. Pada hari ke-21 proses pembenihan ukuran benih menjadi kurang lebih ½ inchi. Pada hari ke-22 sampai hari ke-30 atau ukuran kurang lebih ¾ inchi, benih patin diberi pakan cacing sutera utuh dicampur dengan pelet benih. Pada awal bulan ke-2 ukuran benih menjadi 1 inchi
lebih sehingga dapat dilakukan panen. Pola tanam pembenihan ikan patin pada Alma Fish Farm dapat dilihat pada Lampiran 1. 5. Pemanenan Benih Alma Fish Farm dalam kegiatan pembenihan ikan patin, produk yang dihasilkan adalah berupa benih yang berumur mulai dari tiga puluh hari dan biasanya dipanen tergantung permintaan pasar. Benih yang bisa dipanen setiap periode sekitar 300.000 ekor benih. Pemanenan dilakukan dengan cara membuang air sebanyak 80 persen dari volume awal, dengan tujuan memudahkan penyerokan larva. Selanjutnya larva diserok menggunakan serokan kecil dan diletakkan dalam baskom besar yang diisi air sebanyak tiga liter. Adapun kriteria benih yang akan dipasarkan adalah berukuran seragam, sehat, dan bintik mata sudah berwarna hitam. Selanjutnya baskom yang berisi benih langsung dibawa ke ruang pengepakan. Pengepakan dan transportasi benih di Alma Fish Farm merupakan kegiatan terakhir yang dilakukan. Benih yang telah dipanen dimasukkan ke dalam baskom untuk dihitung. Cara penghitungan benih yaitu dengan mempersiapkan 10 baskom kecil yang masingmasing telah berisi air sebanyak satu liter, kemudian benih dihitung sebanyak 2.000 ekor per baskom untuk dijadikan sampel. Baskom yang berisi air dua liter dan larva, dimasukkan ke dalam plastik packing dan diberi oksigen, serta diikat dengan karet dan dimasukken dalam karung. Benih yang dijual langsung kepada konsumen setiap kali produksi sekitar 200.000 ekor dan sisanya 100.000 ekor dijual melalui pengumpul di daerah sekitar usaha. Biasanya benih yang sudah dipesan akan diambil oleh pembeli. Namun jika pembeli berasal dari luar Jawa Barat akan diantar ke tempat pembeli dan di luar Pulau Jawa pengiriman akan dilakukan melalui paket barang dan biaya pengiriman menjadi tanggung jawab pembeli. Menurut Prahasta dan Masturi (2009), para distributor benih di Sumatera bagian selatan rata-rata 3-5 kali sebulan membeli benih dari
Bogor dengan jumlah pembelian sekitar 50.000-60.000 ekor. Tingkat kematian benih yang berasal dari Bogor relatif rendah, yakni sekitar 10 ekor per 50.000 ekor benih atau kurang dari 0,02%. Ukuran benih yang dibeli adalah 1,5-2 inchi. Apabila benih yang diperlukan lebih banyak, ukuran benih yang dibeli adalah 1-2 inchi. Pola tanam pembenihan ikan patin pada Alma Fish Farm dapat dilihat pada Lampiran 1. 4.4. Aspek Pasar dan Pemasaran Usaha Pembenihan Ikan Patin 4.4.1 Mengukur Permintaan Pasar Saat Ini Aspek
pasar
menganalisis
mengenai
potensi
permintaan,
penawaran, harga yang berlaku, dan strategi pemasaran. Permintaan benih yang dihadapi oleh Alma Fish Farm cukup tinggi baik dari pelanggan di daerah Bogor maupun di daerah sekitar Jawa Barat lainnya. Berdasarkan wawancara dengan pemilik Alma Fish Farm permintaan akan benih ikan patin cukup tinggi. Sebagian besar pembeli datang ke tempat pembenihan sehingga petani pembenih dapat menekan biaya pengiriman atau transportasi. Menurut pemilik konsumen adalah pelanggan yang biasa membeli benih di tempat usahanya dan konsumen baru yang lebih dahulu memesan benih ikan. Hal tersebut dilakukan agar benih yang dijual sesuai dengan ukuran dan umur potensialnya yaitu berumur tiga puluh hari sebesar kurang lebih satu inci. Strategi pemasaran yang dilakukan Alma Fish Farm dalam penetapan harga sama untuk semua pelanggan. Tetapi jika kualitas ikan menurun petani kurang dapat mempertahankan harga benih dan terkadang harga benih ditentukan oleh pembeli. 4.4.2 Menetapkan Pasar Sasaran Petani benih perlu untuk menetapkan pasar sasaran dalam penjualan produk benih dan haruh disesuaikan dengan kemampuan dalam menyediakan sumber daya. Petani benih juga harus mengumpulkan dan menganalisis data penjualan terakhir, proyeksi
laba yang diharapkan agar bisa memilih pasar yang paling sesuai dengan yang diharapkan. Usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm sesekali melakukan kegiatan promosi dengan menawarkan sampel ikan sebanyak lima sampai sepuluh ekor benih ke setiap petani pembesaran atau petani pengumpul di sekitar Bogor, misalnya daerah Ciampea, Semplak, dan Ciapus. Sedangkan untuk luar pulau Jawa, pasar benih patin yang dituju adalah Kalimantan dan Sumatera Selatan karena kedua wilayah tersebut menjadi sentra kegiatan pembesaran ikan patin. 4.4.3 Bauran Pemasaran Pemasaran produk benih terdapat kebijakan pemasaran yang terdiri dari empat komponen, yaitu produk, harga, tempat, dan promosi. Produk barang dalam usaha pembenihan ikan patin dapat berupa mutu yang baik, seperti benih yang sehat dan tidak terdapat penyakit. Produk yang dihasilkan oleh Alma Fish Farm adalah benih ikan patin. Benih yang diproduksi termasuk ke dalam jenis ikan patin Siam hasil domestikasi dari Thailand. Benih patin yang dibudidayakan ini dijual dengan ukuran ¾ - 2 inchi. Benih patin ini biasanya dijual langsung kepada petani pembesaran patin dan pedagang pengumpul di daerah sekitar Bogor. Benih patin diproduksi dengan berbagai bahan baku dan berbagai tahapan mulai dari persiapan sampai ke tahap panen dan pascapanen. Penetapan
harga
adalah
masalah
utama
yang
dialami
perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan harga adalah faktor internal yang disesuaikan dengan sasaran pemasaran dan faktor eksternal yang disesuaikan dengan pasar dan permintaan konsumen. Penetapan harga jual berfungsi untuk mengetahui tingkat pendapatan yang akan diperoleh perusahaan. Alma Fish Farm menetapkan harga yang hampir sama dengan pesaing yaitu Rp 60,00 per ekor benih ukuran 1 inchi untuk dijual ke petani pengumpul dan
Rp 70,00 per ekor benih ukuran 1 inchi untuk dijual langsung ke petani pembesaran ikan patin. Tetapi harga jual ini dapat berubah sesuai dengan biaya bahan baku, karena proses produksi bergantung pada bahan baku yang digunakan. Benih ikan patin yang diproduksi Alma Fish Farm disalurkan ke petani pengumpul di Bogor dan petani pembesaran ikan patin. Petani pengumpul merupakan distributor untuk menyalurkan benih ikan patin kepada petani pembesaran. Pola pemasaran I, petani menjual langsung benih ikan patin ke konsumen, yaitu petani pembesaran ikan patin. Petani pembesaran ikan patin biasanya berada di wilayah Pulau Jawa. Harga pada pola pemasaran ini lebih tinggi dibandingkan dengan pola II. Harga jual benih pada pola pemasaran I adalah Rp 70,00 per ekor benih ikan. Pola pemasaran II, petani menjual benih ikan patin ke pedagang pengumpul yang ada di sekitar lokasi tempat pembenihan. Harga benih pada pola pemasaran ini adalah Rp 60,00 per ekor benih dengan ukuran 1 inchi. Harga ini lebih rendah dibandingkan petani menjual langsung kepada konsumen atau petani pembesaran ikan patin. Hal ini karena benih patin yang dijual ke petani pengumpul dikarantina sampai ada pembeli dan akan menambah biaya modal kerja bagi petani pengumpul. Konsumen akhir yang dituju biasanya berada di luar daerah pulau Jawa, seperti Kalimantan dan Sumatera Selatan. Alma Fish Farm terletak di kawasan yang cukup strategis. Kawasan tersebut memiliki iklim yang sesuai untuk kegiatan pembenihan ikan patin. Selain itu, didukung oleh tata letak yang memudahkan produsen dalam tahapan-tahapan produksi dari awal pembenihan sampai pengepakan benih. Tata letak usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm dapat dilihat pada Lampiran 2. Jalur distribusi menuju pedagang pengumpul juga dapat ditempuh relatif singkat. Jalur distribusi benih ikan patin dari Alma
Fish Farm hingga sampai ke petani pembesaran ikan patin dapat dilihat pada Gambar 6.
Alma Fish Farm II
I
Petani Pembesaran Ikan Patin
Petani Pengumpul di Bogor
Gambar 6. Alur Distribusi Benih Ikan Patin pada Alma Fish Farm Pedagang atau petani pengumpul benih ikan patin biasanya sudah mempunyai pasar yang luas di daerah Sumatera dan Kalimantan. Namun tidak menutup kemungkinan petani pembesaran yang berada di wilayah Bogor dan Jawa Barat membeli ikan ke pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul biasanya menjual benih dengan harga Rp 70,00 sampai Rp140,00 per ekor benih, tergantung besarnya biaya transportasi yang dikeluarkan oleh petani pengumpul. Promosi merupakan kegiatan untuk mengenalkan produk yang dihasilkan
kepada
masyarakat.
Kegiatan
promosi
dapat
mempermudah pelaksanaan penjualan. Promosi yang dilakukan oleh Alma Fish Farm masih tergolong sederhana, yaitu dengan cara pemberitahuan secara lisan. Cara seperti ini dapat memudahkan konsumen untuk mengenal benih patin yang diproduksi oleh Alma Fish Farm. Proses pembenihan ikan patin memerlukan pengetahuan tersendiri. Tidak semua petani ikan air tawar dapat mengawinkan induk ikan patin jantan dan betina untuk menghasilkan benih ikan patin yang berkualitas baik. Jenis ikan patin yang dipijahkan secara kawin suntik adalah ikan patin siam dan ikan patin lokal. (Prahasta dan Masturi, 2009). Ikan patin memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Pada tahun 2001, benih patin yang berukuran panjang 2,5 cm (1 inci) bisa dijual
dengan harga Rp 125,00 per ekor. Sebagai ikan hias, ada pedagang yang menjual dengan harga Rp 500,00 hingga Rp 1.000,00. Adapun harga ikan ukuran konsumsi dapat mencapai puluhan ribu rupiah per kilogramnya Hernowo (2001). 4.5. Aspek Finansial 4.5.1 Asumsi-asumsi Dalam
suatu
usaha
pembenihan
ikan
patin
dibutuhkan
perencanaan usaha agar pencapaian tujuan dapat dilaksanakan dengan baik oleh setiap orang dalam organisasi dan perlu disusun rencana untuk mengetahui hak dan kewajiban. Proses perencanaan usaha pembenihan ikan patin pada Alma Fish Farm dilakukan dengan pendekatan
atas-bawah.
Pimpinan
usaha
membuat
rencana,
pengarahan, dan petunjuk semua kegiatan dalam pembenihan. Karyawan
melaksanakan
hal-hal
yang
telah
direncanakan.
Perencanaan yang dibuat adalah perencanaan jangka pendek. Biasanya dilakukan untuk mengatur kapan memulai kegiatan produksi pembenihan dan biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan proses kegiatan produksi. Analisis kelayakan usaha budidaya pembenihan ikan ptin menggunakan beberapa asumsi, yaitu sebagi berikut: 1. Modal awal yang digunakan adalah modal pribadi. 2. Umur usaha dari anlisis kelayakan usaha pembenihan ikan patin adalah enam tahun. 3. Kegiatan pembenihan ikan patin dilakukan enam kali dalam setahun dengan siklus produksi selama dua bulan per siklus. 4. Harga jual benih pola pemasaran I Rp 70,00 per ekor dan pola pemasaran II Rp 60,00 per ekor. 5. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah suku bunga deposito berjangka waktu satu tahun di BRI yaitu 8% tahun 2009. Alasan pemilihan tingkat suku bunga deposito karena petani dapat mengakses
dengan
mudah
ke
bank
tersebut
dan
petani
menggunakan modal pribadi bukan pinjaman. Sehingga petani
dihadapkan pada pilihan akan menginvestasikan modal pada usaha pembenihan ikan patin atau didepositokan di bank. 6. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usaha pembenihan ikan patin terdiri dari biaya investasi dan biaya modal kerja. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke – 0 dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang sudah habis umur ekonomisnya. Biaya modal kerja terdiri dari biaya bahan baku produksi dan biaya operasional. Biaya modal kerja dimulai pada tahun ke – 1, dimana dimulai kegiatan produksi. 7. Harga yang digunakan dalam penelitian adalah harga yang berlaku pada bulan Agustus 2009, baik harga input maupun harga output dari kegiatan pembenihan ikan patin. 8. Pajak pendapatan
yang digunakan adalah pajak progresif
berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2008, yaitu : a. Untuk lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai dengan Rp 50 juta, tarif pajaknya 5 persen. b. Untuk lapisan PKP di atas Rp 50 juta hingga Rp 250 juta, tarif pajaknya 15 persen. c. Untuk lapisan PKP di atas Rp 250 juta hingga Rp 500 juta, tarif pajaknya 25 persen. d. Untuk lapisan PKP di atas Rp 500 juta, tarif pajaknya 30 persen. 4.5.2 Investasi dan Pengembangan Dana investasi awal yang dikeluarkan dalam usaha pembenihan ikan patin ini adalah sebesar Rp 78.767.000,00. Biaya investasi usaha pembenihan ikan patin dapat dilihat pada Tabel 6. Rincian biaya investasi tahun pertama lebih lengkap disajikan pada Lampiran 3. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Alma Fish Farm untuk memulai usaha pembenihan ikan patin. Kegiatan investasi ini meliputi pembangunan hatchery (ruang usaha), pembelian lahan, pembuatan kolam indukan, pembuatan bak air, pembuatan bak pemberokan dan inkubasi, juga pembelian peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan untuk kegiatan pembenihan ikan patin. Biaya-
biaya yang dikeluarkan adalah biaya yang terkait dengan proses pembenihan mulai dari pemijahan, inkubasi telur, pemeliharaan dan perawatan larva, panen dan pascapanen, serta kegiatan penunjang produksi lainnya. Biaya investasi tertinggi adalah biaya lahan sebesar Rp 30.000.000 dengan persentase 38,09 persen. Tabel 6. Ringkasan Biaya Investasi Tahun Pertama Usaha Pembenihan Ikan Patin Jenis Jumlah (Rp) Persentase Biaya lahan
30.000.000
38,09%
Bangunan hatcery
26.250.000
33,33%
Kolam indukan
1.200.000
1,52%
Bak tandon air
1.800.000
2,29%
200.000
0,25%
Total Biaya Bangunan
29.450.000
37,39%
Biaya Peralatan dan
12.007.000
Bak Pemberokan & inkubasi
perlengkapan pembenihan Biaya Peralatan dan perlengkapan aerasi TOTAL BIAYA INVESTASI
15,24%
7.310.000
9,28%
78.767.000
100%
4.5.3 Modal Kerja Usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm dikelola oleh pemilik secara langsung dibantu oleh seorang karyawan yang berasal dari daerah sekitar dengan tingkat pendidikan SMA. Karyawan bertanggung jawab pada kegiatan operasional harian. Oleh karena itu dalam
kegiatan
pembenihan
ikan
patin
perlu
dilakukan
pengorganisasian mengenai struktur organisasi yang dirancang, pembagian kerja, koordinasi, pelimpahan wewenang, dan prestasi organisasi yang diinginkan. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan pada setiap tahun yang besarnya tidak terkait langsung dengan jumlah produksi. Biaya tetap yang dimaksud meliputi gaji karyawan tetap, biaya penyusutan, biaya listrik, biaya telepon, dan biaya irigasi air. Alokasi biaya terbesar adalah untuk gaji tenaga kerja tetap. Biaya irigasi air menempati tempat
terbawah karena biaya untuk irigasi air dibayarkan kepada petugas desa dan air merupakan sifat barang publik yang dapat dimiliki siapapun. Biaya modal kerja usaha pembenihan ikan patin dapat dilihat pada Tabel 7. Rincian biaya modal kerja lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 7. Ringkasan Biaya Modal Kerja Usaha Pembenihan Ikan Patin (per tahun) Jenis Jumlah (Rp) Persentase Pakan Induk 3.780.000 5.22% Artemia 6.480.000 8.95% Cacing Sutera 15.000.000 20.71% Pelet Benih 3.360.000 4.64% Ovaprim 1.050.000 1.45% Corulon 780.000 1.08% Obat-obatan 600.000 0.83% Garam 900.000 1.24% Minyak Tanah 1.800.000 2.49% Refil Gas Oksigen 480.000 0.66% Karet 120.000 0.17% Plastik Packing 1.140.000 1.57% Bensin untuk Genset 270.000 0.37% Total Sarana Produksi 35.760.000 49.38% B. Biaya Tenaga Kerja Karyawan Tetap 24.000.000 33.14% Karyawan Tidak Tetap 8.640.000 11.93% Total Biaya Tenaga Kerja 32.640.000 45.07% C. Biaya Lain-lain Uang Irigasi Air 420.000 0.58% Biaya Telepon 600.000 0.83% Biaya Listrik (2200 watt) 3.000.000 4.14% Total Biaya Lain-lain 4.020.000 5.55% TOTAL BIAYA MODAL KERJA 72.420.000 100.00% Biaya operasional yang dianalisis meliputi biaya tetap (tahunan) dan biaya variabel (tahunan). Biaya variabel atau disebut juga biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya tergantung dari jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya variabel terdiri dari biaya gaji tenaga kerja tidak tetap dan biaya produksi. Sebagian besar biaya variabel dikeluarkan untuk biaya produksi. Biaya ini terdiri dari pembelian bahan baku. Bahan baku yang memiliki pengeluaran tertinggi adalah cacing sutera. Hal ini karena cacing sutera adalah pakan benih yang paling banyak diberikan pada kegiatan pembenihan.
4.5.4 Proyeksi Pendapatan Pendapatan adalah produksi dikalikan dengan harga jual. Untuk penerimaan atau pendapatan yang diterima oleh petani ikan patin dalam usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm diasumsikan mengalami kenaikan pendapatan setiap tahun dalam analisis pendapatan selama jangka waktu 10 tahun pengusahaan karena asumsi peningkatan produksi dan peningkatan harga benih ikan patin setiap tahunnya sebesar 5 persen. Pendapatan didapat dari penjualan benih ikan patin dan penjualan induk ikan patin. Alma Fish Farm dapat memproduksi 300.000 ekor benih ikan setiap periode. Produksi benih pada tahun pertama adalah 1.800.000. Selain itu terdapat penerimaan dari penjualan induk patin yang sudah tidak digunakan dalam kegiatan pembenihan. Penerimaan dari penjualan induk patin dimulai dari tahun ke empat. Pendapatan yang diterima dari penjualan induk patin dapat dilihat pada Lampiran 5. 4.5.5 Kriteria Kelayakan Dalam satu tahun usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm dapat melakukan produksi pembenihan sebanyak enam kali. Usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm memerlukan kebutuhakebutuhan yang terinci pada kebutuhan fisik, kebutuhan biaya bangunan, peralatan, sarana produksi, dan penyusutan. Kebutuhankebutuhan yang diperlukan selama usaha, baik berbentuk fisik maupun biaya dapat dilihat pada Lampiran 6-10. Analisis aspek finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria penilaian investasi yang terdiri dari: PBP, NPV, IRR, BCR, dan BEP. Analisis ini diakukan pada tingkat suku bunga 8 persen. Tingkat suku bunga ini merupakan tingkat suku bunga pada bank umum yang didekati selama penelitian dilaksanakan. Alasan pemilihan tingkat suku bunga tersebut adalah didasarkan pada sumber pendanaan investasi, dimana modal investasi yang digunakan oleh perusahaan merupakan modal sendiri. Untuk menganalisis lima kriteria tersebut digunakan arus kas untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang
dikeluarkan oleh Alma Fish Farm selama umur proyek yaitu enam tahun. Hasil perhitungan kelayakan finansial usaha pembenihan patin pada tingkat suku bunga 8 persen dapat dilihat pada cashflow usaha pembenihan ikan patin pada Lampiran 11. Kriteria investasi pada usaha pembenihan patin pada Alma Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8.
Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembenihan Ikan Patin Pada Tingkat Suku Bunga 8 Persen
Kriteria Kelayakan Nilai PBP (Payback Period) 2,34 NPV (Net Present Value) 153.983.555 IRR (Internal Rate Of Return) 51% BCR (Benefit Cost Ratio) 2,95 BEP (Break Even Point) (Rp) 310.083.025 BEP (Break Even Point) (Q) 1.946.422 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa usaha pembenihan ikan patin ini memiliki NPV sebesar 153.983.555 yang menunjukkan nilai sekarang dari pendapatan yang diterima bernilai positif sebesar Rp 153.983.555 selama enam tahun pada tingkat suku bunga 8 persen. Nilai BCR sebesar 2,95 menunjukkan bahwa pendapatan bersih yang diterima lebih besar 2,95 kali dari biaya yang dikeluarkan, artinya setiap rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat sebesar 2,95 rupiah. Selain itu juga diperoleh nilai IRR sebesar 51 persen yang menunjukkan bahwa kemampuan untuk mengembalikan modal yang digunakan lebih besar dari tingkat discount rate yang digunakan. Payback Periode diperoleh sebesar 2,34 yang artinya usaha pembenihan ikan patin ini mampu untuk mengembalikan modal investasi pada saat usaha berumur 2,34 tahun. Perhitungan nilai PBP pada Alma Fish Farm dapat dilihat pada Lampiran 12. Nilai BEP usaha pembenihan ini untuk rupiah sebesar 310.083.025 dan untuk jumlah benih sebesar 1.946.422 ekor benih. Ini menunjukkan bahwa Alma Fish Farm akan berada di titik impas apabila telah mencapai jumlah pendapatan sebesar 310.083.025 rupiah dan mencapai jumlah produksi
sebesar 1.946.422 ekor benih. Perhitungan nilai BEP dapat dilihat pada Lampiran 13. Berdasarkan nilai tersebut di atas maka usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm dapat dikatakan layak sehingga dapat membuka usahanya kembali dengan ketentuan hasil kriteria tersebut. 4.6. Faktor Kritis, Derajat Titik Kritis, dan Risiko Usaha Pembenihan Ikan Patin Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali pengaruh dari adanya keadaan yang berubah-ubah. Komponen perubahan yang diamati adalah faktor kritis dari usaha pembenihan ikan patin. Analisis yang digunakan adalah analisis switching value metode coba-coba dengan memasukkan nilai sehingga didapatkan keuntungan normal, yakni NPV sebesar 0, IRR sebesar 8 persen, BCR 1,00. Dalam usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm terdapat beberapa faktor kritis yang mempengaruhi kelancaran usaha diantaranya: 1. Penurunan harga jual benih ikan patin menjadi faktor kritis karena secara otomatis akan menurunkan jumlah penerimaan. Dengan derajat titik kritis penurunan harga jual sebesar 25,79 persen, artinya penurunan harga jual benih patin maksimum sebesar 25,79 persen sehingga usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm memperoleh keuntungan normal, dengan nilai NPV sebesar 0, IRR sebesar 8persen, dan BCR 1,00. Perhitungan analisis sensitivitas dengan faktor ktitis penurunan harga jual dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 14-16. 2. Kenaikan harga bahan baku produksi, khususnya pakan benih patin kurang berpengaruh pada kelayakan usaha pembenihan ikan patin. Kenaikan harga pakan cacing sutera, artemia, dan pellet benih sebesar 50 persen membuat usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm menjadi tetap layak untuk dijalankan. Hasil perhitungan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga pakan benih ikan patin selengkapnya terdapat pada Lampiran 17-19. Kenaikan tingkat kematian benih ikan patin menjadi faktor kritis. Dengan derajat titik kritis kenaikan tingkat kematian sebesar 25,79 persen usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm berada pada
level keuntungan normal dan derajat titik kritis tersebut menjadi titik maksimum sebelum usaha pembenihan menjadi tidak layak. Hasil perhitungan analisis sensitivitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20-22. Faktor ktitis dan derajat titik ktitis yang dijabarkan di atas dapat memberikan risiko usaha yaitu usaha pembenihan ikan patin menjadi tidak memiliki keuntungan secara finansial. Maka untuk menghindari keadaan tidak untung secara finansial penurunan harga jual benih patin maksimum menurun sebesar 25,79 persen. Harga jual benih pola pemasaran II melalui petani pengumpul dari Rp 60 per ekor maksimum turun sampai dengan harga Rp 45 per ekor. Sedangkan harga jual benih pola pemasaran I dengan menjual secara langsung kepada petani pembesaran dari Rp 70 per ekor maksimum turun sampai dengan harga Rp 52 per ekor. Kenaikan tingkat kematian benih sebesar 25,79 persen adalah kenaikan tingkat kematian benih maksimum yang menyebabkan usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm memiliki keuntungan normal. Benih patin yang diproduksi dengan tingkat kematian tersebut adalah sebesar 222.626 ekor benih turun sebesar 25,79 persen dari jumlah produksi normal sebesar 300.000 benih ikan patin. Hasil analisis sensitivitas usaha pembenihan ikan patin pada Alma Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil analisis sensitivitas usaha pembenihan ikan patin pada tingkat suku bunga 8 persen No Kriteria Satuan A B C 1 NPV Rp 0 0 92.190.525 2 IRR % 8 8 35 3 BCR 1,00 1,00 2,17 4 PBP Tahun 6 6 3,15 5 BEP (Rp) Rp 385.872.999 385.872.999 370.023.360 6 BEP (Q) ekor 1.946.422 1.946.422 1.946.422 Keterangan: A : Jika terjadi penurunan harga jual benih ikan patin sebesar 25,79 persen. B : Jika terjadi kenaikan tingkat kematian benih ikan patin sebesar 25,79 persen. C : Jika terjadi kenaikan harga pakan benih ikan patin sebesar 50 persen.
4.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Usaha Pembenihan Ikan Patin 4.7.1. Perencanaan Usaha dan Pembuatan Anggaran Dalam
suatu
usaha
pembenihan
ikan
patin
dibutuhkan
perencanaan usaha agar pencapaian tujuan dapat dilaksanakan dengan baik oleh setiap orang dalam organisasi dan perlu disusun rencana untuk mengetahui hak dan kewajiban. Proses perencanaan usaha pembenihan ikan patin pada Alma Fish Farm dilakukan dengan pendekatan
atas-bawah.
Pimpinan
usaha
membuat
rencana,
pengarahan, dan petunjuk semua kegiatan dalam pembenihan. Karyawan
melaksanakan
hal-hal
yang
telah
direncanakan.
Perencanaan yang dibuat adalah perencanaan jangka pendek. Biasanya dilakukan untuk mengatur kapan memulai kegiatan produksi pembenihan dan biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan proses kegiatan produksi. Anggaran diperlukan sebagai pembuktian dari rencana yang telah dibuat, sebagai pedoman pelaksanaan semua kegiatan pembenihan, sebagai alat koordinasi dan pengawasan kerja, dan sebagai alat evaluasi perusahaan. Macam-macam anggaran yang diperlukan pada usaha pembenihan ikan patin adalah anggaran produksi, anggaran tenaga kerja, anggaran biaya variabel, anggaran modal, dan anggaran kas. Anggaran produksi dibuat mengenai unit produk yang akan diproduksi, yakni rencana jenis benih, jumlah benih, dan waktu pembenihan dilaksanakan. Anggaran tenaga kerja dilakukan untuk merinci upah yang akan dibayarkan kepada tenaga kerja langsung selama periode pembenihan ikan patin. Anggaran biaya variabel merinci biaya yang menunjukkan biaya-biaya tersebut akan berubah sehubungan dengan perubahan tingkat kegiatan pembenihan dalam waktu tertentu, yakni anggaran bahan baku langsung yang dibuat untuk merinci mengenai kebutuhan penggunaan bahan baku langsung, yakni biaya pakan benih dan induk patin, perlengkapan pemijahan dan obat-obatan, dan perlengkapan packaging benih.
Anggaran modal atau anggaran aktiva tetap berhubungan dengan pengeluaran investasi untuk lahan, bangunan, dan alat-alat yang berhubungan dengan kegiatan pembenihan. Anggaran kas merinci rencana sumber penerimaan dan pengeluaran kas. Pembuatan anggaran-anggaran pada usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm ini belum dijalankan secara optimal dan belum ada catatan secara rinci. Pencatatan sederhana hanya dilakukan untuk anggaran biaya variabel. 4.7.2. Kualitas Produk dan Pemilihan Teknologi Rencana kualitas produk yang baik perlu memperhatikan hal-hal seperti karakteristik produk benih ikan patin, kesesuaian terhadap spesifikasi benih yang telah ditetapkan sebelumnya dengan benih berdasarkan keinginan pelanggan, umur benih ikan patin, dan bagaimana petani benih memberikan kemudahan layanan dalam penjualan benih. Benih ikan patin berasal dari induk ikan patin siam dengan ukuran satu inci dengan umur benih sekitar satu bulan. Dengan derajat titik kritis yang telah dipaparkan pada sub bab sebelumnya, maka waktu yang dibutuhkan agar benih bisa terjual semua menjadi faktor yang mempengaruhi kelancaran usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm. Dengan derajat titik kritis tingkat kematian dan harga jual benih ikan patin sebesar 25,79 persen, maka benih yang sudah berukuran satu inci perlu untuk segera jual agar tidak menambah biaya variabel lain dan tidak mengurangi nilai keuntungan yang didapat. Dengan adanya ikatan kontrak penjualan dengan konsumen dapat membuat proses penjualan menjadi tepat waktu dan mengetahui spesifikasi benih yang diinginkan konsumen. Selain itu perlu dilakukan peningkatan kualitas produk benih sehingga tingkat kematian dapat diminimalisasi. Teknologi dipilih berdasarkan tujuan yang diharapkan petani benih, kesesuaian dengan bahan baku yang dipakai, keberhasilan pemakaian teknologi di tempat lain, kemampuan tenaga kerja dalam
mengoperasikan teknologi, dan kemampuan antisipasi terhadap teknologi lanjutan. Teknologi yang dipakai dalam usaha pembenihan ikan patin adalah teknologi kawin suntik menggunakan hormon buatan berupa corulon yang menggantikan kelenjar hipofisa. Teknologi kawin suntik yang dijalankan belum optimal karena derajat penetasan telur dan tingkat kematian larva masih cukup tinggi. Daya tetas telur pada Alma Fish Farm adalah 60% sehingga telur yang menetas sekitar 6.000. Tingkat mortalitas larva yang baru menetas adalah 30% sehingga benih yang baru menetas sekitar 4.200 dan tingkat mortalitas benih pada waktu perawatan larva sebesar 20% sehingga benih yang dihasilkan sekitar 3.360. Untuk meminimalisasi daya tetas telur dan mortalitas benih maka diperlukan tenaga ahli yang membantu dalam proses pemijahan. Teknologi yang dipakai untuk menghangatkan ruangan pada kegiatan perawatan larva adalah teknologi konvensional dengan menggunakan kompor minyak tanah. Hal ini membuat suhu ruangan tidak merata karena kompor ditempatkan pada titik tertentu yang membuat suhu hangat di sekitar kompor. Ini memungkinkan jumlah benih yang dihasilkan tidak maksimal. Untuk meminimalisasi tingkat kematian benih pada Alma Fish Farm perlu dilakukan pembaruan teknologi dengan menggunakan teknologi semi otomatisasi. Teknologi yang lebih baru akan membantu proses pembenihan. Dengan menggunakan teknologi pengatur suhu ruangan tempat perawatan larva akan merata dan lebih efisien karena suhu dapat diatur pada waktu kapan saja sesuai dengan kebutuhan. 4.8. Implikasi Manajerial Pertumbuhan dan perkembangan suatu usaha akan selalu dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan sekitarnya, baik bersifat positif maupun negatif. Usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm untuk sementara tidak beroperasi dan dialih kontrak oleh usaha sejenis. Hal ini karena perusahaan
sulit untuk beradaptasi dengan penurunan harga benih ikan patin dan kenaikan tingkat kematian benih ikan patin. Selain itu pemilik mencoba usaha lain diluar kegiatan budidaya patin yaitu usaha warung internet dan game online. Jika situasi sudah membaik perusahaan akan membuka usahanya kembali, yakni situasi dimana harga benih mulai naik kembali dan biaya produksi terutama pakan benih mulai stabil. Hasil evaluasi kelayakan usaha dapat memperlihatkan implikasi manajerial dari usaha pembenihan ikan patin yang dijalankan. Pemilik usaha pembenihan ikan patin ini dapat menjalankan usahanya kembali karena hasil analisis menunjukkan usaha layak untuk dijalankan. Melalui aspek manajemen, perusahaan diharapkan menggunakan tenaga ahli proses pemijahan untuk meningkatkan daya tetas telur sehingga benih yang diproduksi menjadi lebih maksimal. Selain itu pemilik yang juga sebagai pengelola usaha diharapkan memperbaiki keterampilan dalam teknik pembenihan ikan patin untuk mengurangi tingkat kematian sehingga dapat mengurangi penurunan penjualan benih. Dilihat dari aspek pemasaran, Alma Fish Farm dapat mengetahui bagaimana bauran pemasaran, menetapkan pasar sasaran, dan mengetahui persaingan usaha pembenihan ikan patin. Pihak pengelola usaha pembenihan ikan patin ini harus memberikan pelayanan yang terbaik, sehingga menciptakan kepuasan kepada konsumen. Dilihat dari aspek finansial, dengan adanya evaluasi usaha ini, Alma Fish Farm dapat lebih mengetahui kebutuhan dana untuk menjalankan usaha pembenihan jika ingin membuka usahanya kembali dan mengetahui kriteria-kriteria investasi yang diperlukan untuk mengetahui kelayakan usahanya. Adanya analisis sensitivitas dengan menunjukkan faktor kritis yang terdapat pada usaha pembenihan ikan patin ini dapat memberikan masukan kepada pihak perusahaan mengenai sampai sejauh mana usaha tersebut dapat layak untuk dijalankan. Komponen perubahan yang diamati yakni perubahan harga jual benih ikan patin, perubahan biaya pakan benih, dan perubahan tingkat kematian benih. Pemilik usaha pembenihan ikan patin ini perlu melakukan pembaruan teknologi
dengan
menggunakan
teknologi
semi
otomatisasi
untuk
meminimalisasi tingkat kematian benih pada Alma Fish Farm. Teknologi yang lebih baru akan membantu proses pembenihan. Dengan menggunakan teknologi pengatur suhu ruangan tempat perawatan larva akan merata dan lebih efisien karena suhu dapat diatur pada waktu kapan saja sesuai dengan kebutuhan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kesimpulan dari evaluasi kelayakan usaha pembenihan ikan patin pada Alma Fish Farm adalah usaha ini layak untuk dijalankan walaupun pada kenyataan usaha ini sementara berhenti. Hal ini karena perusahaan sulit untuk beradaptasi dengan penurunan harga benih ikan patin dan kenaikan biaya produksi terutama harga pakan benih berupa cacing sutera. Selain itu pemilik mencoba usaha lain diluar kegiatan budidaya patin yaitu usaha warung internet dan game online. Pemilik akan membuka usahanya kembali jika harga benih mulai naik dan biaya pakan benih mulai stabil. Usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm memiliki NPV selama 6 tahun yang bernilai positif sebesar Rp 153.983.555 yang menunjukkan nilai. Nilai BCR sebesar 2,95, artinya setiap rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat sebesar 2,95 rupiah. Selain itu juga diperoleh nilai IRR sebesar 51 persen, lebih tinggi dari tingkat suku bunga deposito yang digunakan dalam perhitungan. Sementara PBP masih di bawah umur proyek diperoleh sebesar 2,34 tahun. Nilai BEP usaha pembenihan ini untuk nilai rupiah sebesar 310.083. dan untuk jumlah produksi sebesar 1.946.422 ekor benih. Berdasarkan nilai tersebut diatas maka usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm dapat dikatakan layak. Hasil analisis aspek non-finansial juga dapat memperlihatkan bahwa usaha pembenihan ikan patin ini layak untuk dijalankan dilihat dari aspek manajemen, teknis, dan pemasaran. Analisis sensitivitas yang dilakukan berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya-biaya yang berpotensi untuk menimbulkan masalah dan memiliki risiko tidak untungnya usaha dan menjadi faktor kritis, seperti penurunan harga jual benih ikan patin dengan derajat titik kritis sebesar 25,79 persen, kenaikan tingkat kematian benih ikan patin dengan derajat titik kritis 25,79 persen, kenaikan harga pakan benih sebesar 50 persen. Analisis dilakukan dengan cara switching value yang menyebabkan usaha masih dapat memperoleh keuntungan normal, yakni NPV sama dengan nol, IRR sama dengan tingkat suku bunga deposito, BCR sama dengan satu, dan PBP sama dengan sepuluh tahun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran usaha pembenihan ikan patin pada Alma Fish Farm adalah perencanaan usaha, pembuatan anggaran, kualitas produk, dan pemilihan teknologi. Proses perencanaan usaha dilakukan dengan pendekatan atas-bawah. Perencanaan yang dibuat adalah perencanaan jangka pendek untuk mengatur waktu memulai kegiatan produksi pembenihan dan biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan proses kegiatan produksi. Pembuatan anggaran-anggaran pada usaha pembenihan ikan patin Alma Fish Farm ini belum dijalankan secara optimal. Pencatatan sederhana hanya dilakukan untuk anggaran biaya variabel. Dengan derajat titik kritis tingkat kematian dan harga jual benih ikan patin sebesar 25,79 persen, maka benih yang sudah berukuran satu inci perlu untuk segera jual. Dengan adanya ikatan kontrak penjualan dengan konsumen dapat membuat proses penjualan menjadi tepat waktu dan mengetahui spesifikasi benih yang diinginkan konsumen. Untuk meminimalisasi tingkat kematian benih pada Alma Fish Farm perlu dilakukan pembaruan teknologi dengan menggunakan teknologi semi otomatisasi pengatur suhu ruangan tempat perawatan. Saran 1. Jika pemilik Alma Fish Farm ingin membuka usahanya kembali, dalam memasarkan produknya diharapkan tidak hanya menggunakan cara lisan tetapi dengan menggunakan media, seperti iklan di internet dan brosur. 2. Sebelum membuka usahanya kembali, ada baiknya tingkatkan dahulu keterampilan teknik pembenihan ikan patin agar produksi yang dihasilkan menjadi optimal. Pemilik memerlukan tenaga ahli paruh waktu yang membantu dalam proses pemijahan ikan patin. Pemilihan teknologi semi otomatisasi dapet disarankan agar proses perawatan larva sampai menjadi benih dapat dilakukan secara optimal. 3. Pemilik Alma Fish Farm dapat membuka usahanya kembali saat situasi dimana harga benih mulai naik kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 2009. Rantai Tata www.bi.go.id/sipuk/2009 [19 April 2009].
Niaga
Ikan
Patin.
http://
Bukit, Agripa. 2007. Studi Kelayakan Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Patin di Bogor. Skripsi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dewi, Kiki Setya. 2008. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Benih Padi Bersertifikat (Studi Kasus PT Citra Agro Indonesia, Ponorogo). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2011. Perkembangan Produksi Ikan Konsumsi di Kabupaten Bogor tahun 2006-2009. http:// www.dkp.go.id/2011 [26 Mei 2011]. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2011. Perkembangan Produksi Benih Ikan di Kabupaten Bogor tahun 2007-2009. http:// www.dkp.go.id/2011 [26 Mei 2011]. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2008. Perkembangan Konsumsi Ikan di Kabupaten Bogor tahun 2004-2008. http:// www.dkp.go.id/2007 [1 Mei 2009]. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2011. Perkembangan Harga Rata-Rata Komoditas Perikanan di Tingkat Konsumen di Kabupaten Bogor tahun 2006-2009. http:// www.dkp.go.id/2011 [26 Mei 2011]. Hernowo. 2001. Pembenihan Patin (Skala Kecil dan Besar, Solusi Permasalahan). Penebar Swadaya, Jakarta. Ibrahim, Yacob M. 2003. Studi Kelayakan Bisnis (Edisi Revisi). PT Rineka Cipta, Jakarta. Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media, Jakarta. Khairuman dan Sudenda, Dodi. 2009. Budi Daya Patin Secara Intensif Revisi. Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta. Kordi, Ghufran. 2005. Budidaya Ikan Patin (Biologi, Pembenihan, dan Pembesaran). Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta. Mardalis, 2004. Metode Penelitian. PT Bumi Aksara, Jakarta. Prahasta, A. dan M. Hasanawi. 2009. Agribisnis Ikan Patin. Pustaka Grafika, Bandung. Umar, Husein. 2005. Studi Kelayakan Bisnis (Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif). PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Widiastuti, Windi. 2008. Studi Kelayakan Usaha Pupuk Organik Cair (Kasus PT Mulyo Tani Salatiga-Jawa Tengah). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pola Tanam Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm Bulan
Hari 1
2
3
4
5
a
I a1
a2
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
b a3
b1
b2
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
c b3
c1
c2
c3
c4
c5
d
II
18
c6
e
c7
f
Keterangan: c4
: Larva memakan artemia /2 jam dan kultur artemia 4
a1 : Sortir induk yang akan dipijah
c5
: Larva memakan cacing sutera cacah dan artemia /4 jam
a2 : Kontrol telur yang sudah siap dipijah
c6
: Larva memakan cacing sutera utuh /6-8 jam
a3 : Pemberokan
c7
: Larva memakan cacing sutera utuh dan pelet benih
a : Persiapan Pemijahan
b : Proses Pemijahan
d : Perawatan Benih dan Panen ukuran 1 inchi
b1 : Penyuntikan HCG (corulon)
e : Pasca Panen
b2 : Penyuntikan ovaprim
f : Masa Bera
b3 : Proses pemijatan (stripping) induk dan fertilisasi c : Proses Perawatan Larva c1 : Penetasan telur, pergantian air, dan kultur artemia 1 c2 : Larva memakan artemia /2 jam dan kultur artemia 2 69
c3 : Larva memakan artemia /2 jam dan kultur artemia 3
Lampiran 2. Tata Letak Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm Parit
Bak tandon air
Bak Pemberokan
Kolam Indukan
Rumah Pribadi Pemilik Usaha
Ruang usaha (Hatchery)
Tempat parkir
Jalan 70
Lampiran 3. Rincian Biaya Investasi Usaha Pembenihan Ikan Patin Uraian Hatchery (ruang usaha) Lahan Kolam indukan Bak tandon air Bak Pemberokan & inkubasi Akuarium Rak Akuarium Bak plastik cacing sutera Wadah penetasan artemia Blower Aerator / Hi-Blow Batu aerasi Pompa air Alat suntik Alat hitung Instalasi paralon Infusan + dopp Selang plastik (aerasi) Selang sedot Selang isi Kompor minyak tanah Sumber listrik genset Kabel listrik Tabung gas oksigen Centong Gayung Serokan Corong Total Biaya Investasi
Spesifikasi (ukuran) 15m x 7m 20m x 15m 4m x 3m 4m x 3m 2m x 2m 1m x 0,5m x 0,4m 6m x 1,2m x 1,5m φ 60 cm isi 10 liter 1 PK - 370 watt Takatsuki 60 watt 7 cm 125 watt 3 cc 1 inchi 0,5 cm 1 inchi 5/8 inchi 2 liter 220v-2200w 2 x1 mm 6 m3
φ 40 cm
Satuan Harga Harga total Jumlah (nilai) satuan (Rp) (Rp) m2 m2 m2 m2 m2 buah set buah buah buah buah buah buah set buah set set gulung meter meter buah buah gulung buah buah buah buah buah
105 300 12 12 4 90 3 7 12 2 3 200 3 6 3 1 100 3 40 80 4 1 1 1 3 5 3 4
250.000 100.000 100.000 150.000 50.000 80.000 500.000 22.000 10.000 1.100.000 600.000 1.000 330.000 2.000 40.000 300.000 1.500 50.000 8.000 5.000 25.000 2.600.000 150.000 800.000 3.000 3.000 5.000 3.000
26.250.000 30.000.000 1.200.000 1.800.000 200.000 7.200.000 1.500.000 154.000 120.000 2.200.000 1.800.000 200.000 990.000 12.000 120.000 300.000 150.000 150.000 320.000 400.000 100.000 2.600.000 150.000 800.000 9.000 15.000 15.000 12.000 78.767.000
Lampiran 4. Rincian Biaya Modal Kerja Usaha Pembenihan Ikan Patin
Uraian
Spesifikasi (ukuran)
A. Sarana Produksi Pakan Induk 30 Kg Artemia 425 gr Cacing Sutera 600 ml Pelet Benih 10 kg Ovaprim 10 ml Corulon Obat-obatan Garam 2 Kg Minyak Tanah L Refil Gas Oksigen tabung Karet 0,5 kg Plastik Packing kg Bensin untuk Genset L B. Biaya Tenaga Kerja Karyawan Tetap Karyawan Tidak Tetap C. Biaya Lain-lain Uang Irigasi Air Biaya Telepon Biaya Listrik (2200 watt) TOTAL BIAYA MODAL KERJA
Satuan (nilai)
karung kaleng Takar karung botol Ampul Set Pack liter tabung bungkus
Biaya modal kerja satu Harga Harga Total Jumlah tahun (6 siklus) Satuan (Rp) (Rp) pada tahun pertama
liter
3 3 500 4 1 2 1 60 40 1 1 10 10
orang orang
2 6
210.000 360.000 5.000 140.000 175.000 65.000 100.000 2.500 7.500 80.000 20.000 19.000 4.500
630.000 1.080.000 2.500.000 560.000 175.000 130.000 100.000 150.000 300.000 80000 20.000 190.000 45.000
3.780.000 6.480.000 15.000.000 3.360.000 1.050.000 780.000 600.000 900.000 1.800.000 480.000 120.000 1.140.000 270.000
2.000.000 240.000
4.000.000 1.440.000
24.000.000 8.640.000
70.000 100.000 500.000 12.070.000
420.000 600.000 3.000.000 72.420.000
Lampiran 5. Rincian Biaya Pembelian dan Penjualan Induk Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm Induk Patin (ekor) Beli Jual Mati Pelihara
Betina Jantan Betina jantan Betina Jantan Betina Jantan
Tahun 1 18 6 0 0 0 0 18 6
2 3 1 0 0 3 1 18 6
3 3 1 0 0 3 1 18 6
4 15 5 12 4 3 1 18 6
5 6 2 3 1 3 1 18 6
6 6 2 3 1 3 1 18 6
4 3,000,000 1,000,000 4,000,000
5 1,200,000 400,000 1,600,000
6 1,200,000 400,000 1,600,000
4 900,000 300,000 1,200,000
5 225,000 75,000 300,000
6 225,000 75,000 300,000
Pembelian Induk Patin Induk Patin Harga per ekor Betina 200,000 Jantan 200,000 Total Pembelian Induk (Rp)
1 3,600,000 1,200,000 4,800,000
2 600,000 200,000 800,000
3 600,000 200,000 800,000
Penjualan Induk Patin Induk Patin Harga per ekor Betina 75,000 Jantan 75,000 Total Penjualan Induk(Rp)
1
Total Pembelian Induk (ekor) Total Penjualan Induk (ekor)
24 0
2 -
3 -
4 0
4 0
20 16
8 4
8 4
73
Lampiran 6. Kebutuhan Fisik Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm
No A
B
Uraian
Spesifikasi (Ukuran)
BANGUNAN Hatchery (ruang usaha) 15m x 7m Lahan 20m x 15m Kolam indukan 4m x 3m Bak tandon air 4m x 3m Bak Pemberokan & inkubasi 2m x 2m X 1m ALAT, MESIN & PERLENGKAPAN 1 Induk Patin 3 Kg 2 Akuarium 1m x 0,5m x 0,4m 3 Rak Akuarium 6m x 1,2m x 1,5m 4 Bak plastik cacing sutera φ 60 cm 5 Wadah penetasan artemia isi 10 liter 6 Blower 1 PK - 370 watt 7 Aerator / Hi-Blow Takatsuki 60 watt 8 Batu aerasi 7 cm 9 Pompa air 125 watt 10 Alat suntik 3 cc 11 Alat hitung 12 Instalasi paralon 1 inchi 13 Infusan + dopp 14 Selang plastik (aerasi) 0,5 cm 15 Selang sedot 1 inchi 16 Selang isi 5/8 inchi 17 Kompor minyak tanah 2 liter
Satuan (Nilai)
0
m2 m2 m2 m2 m2
105 300 12 12 4
ekor buah set buah buah buah buah buah buah set buah set set gulung meter meter buah
1
5
4 24
90 3 7 12 2 3 200 3 6 3 1 100 3 40 80 4
Tahun Analisis Usaha 2 3 4
4
4
7 12
4 20
8
7 12
200 6
6
6 3
6
6
100
100
100
100
100
40 80 4
6
8 90 3 7 12 2 3 200 3 6 3 1 100 3 40 80 4
C
D
18 Sumber listrik genset 19 Kabel listrik 20 Tabung gas oksigen 21 Centong 22 Gayung 23 Serokan 24 Corong SARANA PRODUKSI 1 Pakan Induk 2 Artemia 3 Cacing Sutera 4 Pelet Benih 5 Ovaprim 6 Corulon 7 Obat-obatan 8 Garam 9 Minyak Tanah 10 Refil Gas Oksigen 11 Karet 12 Plastik Packing 13 Bensin untuk Genset TENAGA KERJA 1 Gaji Karyawan Tetap 2 Gaji Krayawan Tidak Tetap
74
Lanjutan Lampiran 6. 220v-2200w 2 x1 mm 6 m3
φ 40 cm
30 Kg 425 gr 600 ml 10 kg 10 ml
2 Kg L tabung 0,5 kg kg L
buah gulung buah buah buah buah buah Karung kaleng Takar karung botol Ampul Set Pack liter tabung bungkus liter orang orang
1 1 1 3 5 3 4
3 5 3 4 18 18 3.000 24 6 12 6 360 240 6 6 60 60
3 5 3 4
19 19 3.150 25 6 13 6 378 252 6 6 63 63 2 6
20 20 3.308 26 7 13 7 397 265 7 7 66 66 2 6
3 5 3 4
21 21 3.473 28 7 14 7 417 278 7 7 69 69 2 6
22 22 3.647 29 7 15 7 438 292 7 7 73 73 2 6
23 23 3.829 31 8 15 8 459 306 8 8 77 77 2 6
2 6
75
Lampiran 7. Daftar Harga Barang Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm No
Uraian
Spesifikasi (Ukuran)
A BANGUNAN Hatchery (ruang usaha) 15m x 7m Lahan 20m x 15m Kolam indukan 4m x 3m Bak tandon air 4m x 3m Bak Pemberokan & inkubasi 2m x 2m B ALAT, MESIN & PERLENGKAPAN 1 Induk Patin Kg 2 Akuarium 1m x 0,5m x 0,4m 3 Rak Akuarium 6m x 1,2m x 1,5m 4 Bak plastik cacing sutera φ 60 cm 5 Wadah penetasan artemia isi 10 liter 6 Blower 1 PK - 370 watt 7 Aerator / Hi-Blow Takatsuki 60 watt 8 Batu aerasi 7 cm 9 Pompa air 125 watt 10 Alat suntik 3 cc 11 Alat hitung 12 Instalasi paralon 1 inchi 13 Infusan + dopp 14 Selang plastik (aerasi) 0,5 cm 15 Selang sedot 1 inchi 16 Selang isi 5/8 inchi 17 Kompor minyak tanah 2 liter 18 Sumber listrik genset 220v-2200w 19 Kabel listrik 2 x1 mm 20 Tabung gas oksigen 6 m3
Satuan (Nilai) m2 m2 m2 m2 m2 ekor buah set buah buah buah buah buah buah set buah set set gulung meter meter buah buah gulung buah
0
1
2
Tahun Analisis Usaha 3
250.000 100.000 100.000 150.000 50.000
5
6
50.000 200.000
80.000 500.000 22.000 10.000 1.100.000 600.000 1.000 330.000 2.000 40.000 300.000 1.500 50.000 8.000 5.000 25.000 2.600.000 150.000 800.000
4
200.000
200.000
22.000 10.000
50.000 200.000
200.000
22.000 10.000
1.000 2.000
2.000
2.000 40.000
2.000
2.000
1.500
1.500
1.500
1.500
1.500
8.000 5.000 25.000
200.000 80.000 500.000 22.000 10.000 1.100.000 600.000 1.000 330.000 2.000 40.000 300.000 1.500 50.000 8.000 5.000 25.000
76
Lanjutan Lampiran 7. 21 Centong 22 Gayung 23 Serokan 24 Corong C SARANA PRODUKSI 1 Pakan Induk 2 Artemia 3 Cacing Sutera 4 Pelet Benih 5 Ovaprim 6 Corulon 7 Obat-obatan 8 Garam 9 Minyak Tanah 10 Refil Gas Oksigen 11 Karet 12 Plastik Packing 13 Bensin untuk Genset D TENAGA KERJA 1 Gaji Karyawan Tetap 2 Gaji Krayawan Tidak Tetap E BIAYA LAIN-LAIN 1 Uang Irigasi Air 2 Biaya Telepon 3 Biaya Listrik (2200 watt)
φ 40 cm
Kg 425 gr 600 ml 10 kg 10 ml
2 Kg L tabung 0,5 kg kg L
buah buah buah buah
3.000 3.000 5.000 3.000
3.000 3.000 5.000 3.000
3.000 3.000 5.000 3.000
3.000 3.000 5.000 3.000
liter
210.000 360.000 5.000 140.000 175.000 65.000 100.000 2.500 7.500 80.000 20.000 19.000 4.500
220.500 378.000 5.250 147.000 183.750 68.250 105.000 2.625 7.875 84.000 21.000 19.950 4.725
231.525 396.900 5.513 154.350 192.938 71.663 110.250 2.756 8.269 88.200 22.050 20.948 4.961
243.101 416.745 5.788 162.068 202.584 75.246 115.763 2.894 8.682 92.610 23.153 21.995 5.209
255.256 437.582 6.078 170.171 212.714 79.008 121.551 3.039 9.116 97.241 24.310 23.095 5.470
268.019 459.461 6.381 178.679 223.349 82.958 127.628 3.191 9.572 102.103 25.526 24.249 5.743
orang orang
12.000.000 1.440.000
12.000.000 1.512.000
12.000.000 1.587.600
12.000.000 1.666.980
12.000.000 1.750.329
12.000.000 1.837.845
420.000 600.000 3.000.000
420.000 600.000 3.000.000
420.000 600.000 3.000.000
420.000 600.000 3.000.000
420.000 600.000 3.000.000
420.000 600.000 3.000.000
Kg kaleng Takar karung botol Ampul Set Pack liter tabung bungkus
77
Lampiran 8. Kebutuhan Dana Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm NO A
B
URAIAN BANGUNAN Hatchery (ruang usaha) Lahan Kolam indukan Bak tandon air Bak Pemberokan & inkubasi Total Biaya Bangunan
1
TAHUN ANALISIS USAHA 2 3 4
26.250.000 30.000.000 1.200.000 1.800.000 200.000 59.450.000
200.000 200.000
4.800.000 7.200.000 1.500.000 154.000 120.000 2.200.000 1.800.000 200.000 990.000 12.000 120.000 300.000 150.000 150.000 320.000 400.000 100.000 2.600.000 150.000 800.000 9.000
5
800.000
800.000
154.000 120.000
200.000 200.000
4.000.000
1.600.000
154.000 120.000
200.000 12.000
12.000
12.000 120.000
12.000
12.000
150.000
150.000
150.000
150.000
150.000
320.000 400.000 100.000
9.000
6
9.000
1.600.000 7.200.000 1.500.000 154.000 120.000 2.200.000 1.800.000 200.000 990.000 12.000 120.000 300.000 150.000 150.000 320.000 400.000 100.000
9.000
78
ALAT, MESIN & PERLENGKAPAN 1 Induk Patin 2 Akuarium 3 Rak Akuarium 4 Bak plastik cacing sutera 5 Wadah penetasan artemia 6 Blower 7 Aerator / Hi-Blow 8 Batu aerasi 9 Pompa air 10 Alat suntik 11 Alat hitung 12 Instalasi paralon 13 Infusan + dopp 14 Selang plastik (aerasi) 15 Selang sedot 16 Selang isi 17 Kompor minyak tanah 18 Sumber listrik genset 19 Kabel listrik 20 Tabung gas oksigen 21 Centong
0
Lanjutan Lampiran 8. 22 Gayung 23 Serokan 24 Corong Total Biaya Alat,Mesin,Perlengkapan Total Biaya Investasi C
D
E
15.000 15.000 12.000 19.317.000 78.767.000
SARANA PRODUKSI 1 Pakan Induk 2 Artemia 3 Cacing Sutera 4 Pelet Benih 5 Ovaprim 6 Corulon 7 Obat-obatan 8 Garam 9 Minyak Tanah 10 Refil Gas Oksigen 11 Karet 12 Plastik Packing 13 Bensin untuk Genset Total Biaya Bahan Baku Produksi TENAGA KERJA 1 Gaji Karyawan Tetap 2 Gaji Karyawan Tidak Tetap Total Biaya Tenaga Kerja BIAYA LAIN-LAIN 1 Uang Irigasi Air 2 Biaya Telepon 3 Biaya Listrik (2200 watt) Total Biaya Lain-lain Total Kebutuhan Dana
78.767.000
4.962.000 4.962.000
15.000 15.000 12.000 1.287.000 1.287.000
2.102.000 2.302.000
15.000 15.000 12.000 4.487.000 4.487.000
1.762.000 1.762.000
15.000 15.000 12.000 17.367.000 17.567.000
3.780.000 6.480.000 15.000.000 3.360.000 1.050.000 780.000 600.000 900.000 1.800.000 480.000 120.000 1.140.000 270.000 35.760.000
4.167.450 7.144.200 16.537.500 3.704.400 1.157.625 859.950 661.500 992.250 1.984.500 529.200 132.300 1.256.850 297.675 39.425.400
4.594.614 7.876.481 18.232.594 4.084.101 1.276.282 948.095 729.304 1.093.956 2.187.911 583.443 145.861 1.385.677 328.187 43.466.504
5.065.562 8.683.820 20.101.435 4.502.721 1.407.100 1.045.275 804.057 1.206.086 2.412.172 643.246 160.811 1.527.709 361.826 47.921.820
5.584.782 9.573.911 22.161.832 4.964.250 1.551.328 1.152.415 886.473 1.329.710 2.659.420 709.179 177.295 1.684.299 398.913 52.833.807
6.157.222 10.555.237 24.433.419 5.473.086 1.710.339 1.270.538 977.337 1.466.005 2.932.010 781.869 195.467 1.856.940 439.802 58.249.272
24.000.000 8.640.000 32.640.000
24.000.000 9.072.000 33.072.000
24.000.000 9.525.600 33.525.600
24.000.000 10.001.880 34.001.880
24.000.000 10.501.974 34.501.974
24.000.000 11.027.073 35.027.073
420.000 600.000 3.000.000 4.020.000 77.382.000
420.000 600.000 3.000.000 4.020.000 77.804.400
420.000 600.000 3.000.000 4.020.000 83.314.104
420.000 600.000 3.000.000 4.020.000 90.430.700
420.000 600.000 3.000.000 4.020.000 93.117.781
420.000 600.000 3.000.000 4.020.000 114.863.345
79
Lampiran 9. Perhitungan Biaya Penyusutan Aset No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Jenis Asset Terkena Biaya Penyusutan Ruang Usaha Kolam Indukan Bak Tandon air Bak Pemberokan & inkubasi Akuarium Rak Akuarium Bak plastik cacing sutera Wadah penetasan artemia Blower Aerator / Hi-Blow Batu aerasi Pompa air Alat suntik Alat hitung Instalasi paralon Infusan + dopp Selang plastik (aerasi) Selang sedot Selang isi Kompor minyak tanah Sumber listrik genset Kabel listrik Tabung gas oksigen Centong Gayung Serokan Corong Total Dibulatkan
Nilai Awal Asset (Rp) 26.250.000 1.200.000 1.800.000 200.000 7.200.000 1.500.000 154.000 120.000 2.200.000 1.800.000 200.000 990.000 12.000 120.000 300.000 150.000 150.000 320.000 400.000 100.000 2.600.000 150.000 800.000 9.000 15.000 15.000 12.000
Nilai Akhir (10%xNilai Awal Asset) Umur Ekonomis Biaya Penyusutan (Rp) (Tahun) (Rp/Tahun) 2.625.000 15 1.575.000 120.000 10 108.000 180.000 10 162.000 20.000 3 60.000 720.000 6 1.080.000 150.000 6 225.000 15.400 2 69.300 12.000 2 54.000 220.000 6 330.000 180.000 6 270.000 20.000 3 60.000 99.000 6 148.500 1.200 1 10.800 12.000 2 54.000 30.000 6 45.000 15.000 1 135.000 15.000 6 22.500 32.000 3 96.000 40.000 3 120.000 10.000 3 30.000 260.000 10 234.000 15.000 10 13.500 80.000 10 72.000 900 2 4.050 1.500 2 6.750 1.500 2 6.750 1.200 2 5.400 4.876.700 4.997.550 4.880.000 5.000.000
Lampiran 10. Rekapitulasi Biaya Operasional (Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap)
NO
JENIS BIAYA
1
2
TAHUN ANALISIS 3 4
5
6
A Biaya Tetap 1 Gaji Karyawan Tetap 2 Penyusutan 3 Biaya Listrik 4 Biaya Telepon 5 Uang Irigasi Air Total BT
24.000.000 5.000.000 3.000.000 600.000 420.000 33.020.000
24.000.000 5.000.000 3.000.000 600.000 420.000 33.020.000
24.000.000 5.000.000 3.000.000 600.000 420.000 33.020.000
24.000.000 5.000.000 3.000.000 600.000 420.000 33.020.000
24.000.000 5.000.000 3.000.000 600.000 420.000 33.020.000
24.000.000 5.000.000 3.000.000 600.000 420.000 33.020.000
B Biaya Tidak Tetap 1 Gaji Karyawan Tidak Tetap 2 Biaya Produksi Total BTT Total Biaya Operasional
8.640.000 35.760.000 44.400.000 77.420.000
9.072.000 39.425.400 48.497.400 81.517.400
9.525.600 43.466.504 52.992.104 86.012.104
10.001.880 47.921.820 57.923.700 90.943.700
10.501.974 52.833.807 63.335.781 96.355.781
11.027.073 58.249.272 69.276.345 102.296.345
81
Lampiran 11. Cashflow pada Alma Fish Farm No A
B
Item
0
PENERIMAAN Penjualan benih patin Penjualan induk patin Total Penerimaan PENGELUARAN 1 Biaya Investasi 2 Biaya Operasional Total Biaya
C Keuntungan Kotor PPh (15%) D Keuntungan Bersih E Discount Factor (8%) F PV Net Benefit NPV IRR BCR PBP BEP (Rp) BEP (Q)
1
2
Tahun Analisis 3
120.000.000
132.300.000
145.860.750
120.000.000
132.300.000
78.767.000 78.767.000
4.962.000 77.420.000 82.382.000
(78.767.000)
37.618.000 5.642.700 31.975.300 0,926 29.609.128
(78.767.000) 1,000 (78.767.000) 153.983.555 51% 2,95 2,34 310.083.025 1.946.422
4
5
6
145.860.750
160.811.477 1.200.000 162.011.477
177.294.653 300.000 177.594.653
195.467.355 300.000 195.767.355
1.287.000 81.517.400 82.804.400
2.302.000 86.012.104 88.314.104
4.487.000 90.943.700 95.430.700
1.762.000 96.355.781 98.117.781
17.567.000 102.296.345 119.863.345
49.495.600 7.424.340 42.071.260 0,857 36.055.070
57.546.647 8.631.997 48.914.650 0,794 38.838.232
66.580.777 9.987.117 56.593.660 0,735 41.596.340
79.476.873 11.921.531 67.555.342 0,681 46.005.188
75.904.011 11.385.602 64.518.409 0,630 40.646.598
82
Lampiran 12. Perhitungan PBP pada Alma Fish Farm NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
URAIAN
0
1 77.420.000 82.382.000 5.642.700 88.024.700 120.000.000 0,926 71.690.920 76.285.732 81.510.872 111.120.000 111.120.000 29.609.128 29.609.128
Biaya Operasional Total Biaya 78.767.000 Pajak (10%) Total Biaya+Pajak 78.767.000 Penerimaan Kotor Discount Factor 1,000 PV dari Biaya Oprasional PV dari Total Biaya 78.767.000 PV dari Total Biaya+Pajak 78.767.000 PV dari Penerimaan Kotor Jml Kumltf PV Pen. Kotor PV Net Benefit (78.767.000) Jml Kumltf PV Net Benefit Perhitungan Payback Period ( = PBP ) : P = Th dimana kumulatif NB melebihi Total Investasi ThP-1 = Th sebelum PBP Jml Kumulatif NB P = Jml Kumulatif NBi P-1 = NBP = ( PV Net Benefit pd saat melebihi TI) Jml TI = Total Investasi PBP = (ThP-1) + (Jml TI - Jml Kumulatif NB P-1) / NB P PBP 2,34
TAHUN ANALISIS 2 3 81.517.400 86.012.104 82.804.400 88.314.104 7.424.340 8.631.997 90.228.740 96.946.100 132.300.000 145.860.750 0,857 0,794 69.860.412 68.293.610 70.963.371 70.121.398 77.326.030 76.975.204 113.381.100 115.813.436 224.501.100 340.314.536 36.055.070 38.838.232 65.664.198 104.502.429
4 90.943.700 95.430.700 9.987.117 105.417.817 160.811.477 0,735 66.843.620 70.141.565 77.482.095 118.196.436 458.510.971 41.596.340 146.098.770
5 96.355.781 98.117.781 11.921.531 110.039.312 177.294.653 0,681 65.618.287 66.818.209 74.936.771 120.737.659 579.248.630 46.005.188 192.103.957
6 102.296.345 119.863.345 11.385.602 131.248.946 195.467.355 0,630 64.446.697 75.513.907 82.686.836 123.144.434 702.393.064 40.646.598 232.750.555
PV
406.753.545 497.807.981 533.085.973 652.952.295 121.141.622
3 2 104.502.429 65.664.198 38.838.232 78.767.000
83
Lampiran 13. Perhitungan BEP pada Alma Fish Farm NO 1 2 3 4 5 6 7 8
URAIAN Total BT Total BTT Penerimaan (S) Harga Jual Produk (P) Kapasitas BTT/Kapasitas (V) BEP (Rp) = BT / (1 - (BTT / S ) BEP (Q) = BT / ( V-P )
1 33.020.000 44.400.000 120.000.000 60 300.000 148 52.412.698 375.227
2 33.020.000 48.497.400 132.300.000 63 315.000 154 52.129.003 363.017
TAHUN ANALISIS 3 4 33.020.000 33.020.000 52.992.104 57.923.700 145.860.750 160.811.477 66 69 330.750 347.288 160 167 51.861.658 51.609.580 351.023 339.253
5 33.020.000 63.335.781 177.294.653 73 364.652 174 51.371.774 327.716
6 33.020.000 69.276.345 195.467.355 77 382.884 181 51.147.321 316.417
BEP 198.120.000 336.425.329 931.734.235 68 2.040.574 165 310.083.025 1.946.422
84
Lampiran 14. Cashflow Penurunan Harga Jual Benih Ikan Patin sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm No A
B
Item
0
PENERIMAAN Penjualan benih patin Penjualan induk patin Total Penerimaan PENGELUARAN 1 Biaya Investasi 2 Biaya Operasional Total Biaya
C Keuntungan Kotor PPh (15%) D Keuntungan Bersih E Discount Factor (8%) F PV Net Benefit NPV IRR BCR PBP BEP (Rp) BEP (Q)
78.767.000 78.767.000 (78.767.000) (78.767.000) 1,000 (78.767.000) 0 8% 1,00 6,00 385.872.999 1.946.422
1
2
Tahun Analisis 3
89.050.300
98.177.955
108.241.196
89.050.300
98.177.955
4.962.000 77.420.000 82.382.000 6.668.300 1.000.245 5.668.055 0,926 5.248.619
4
5
6
108.241.196
119.335.918 1.200.000 120.535.918
131.567.850 300.000 131.867.850
145.053.555 300.000 145.353.555
1.287.000 81.517.400 82.804.400
2.302.000 86.012.104 88.314.104
4.487.000 90.943.700 95.430.700
1.762.000 96.355.781 98.117.781
17.567.000 102.296.345 119.863.345
15.373.555 2.306.033 13.067.522 0,857 11.198.866
19.927.092 2.989.064 16.938.029 0,794 13.448.795
25.105.218 3.765.783 21.339.436 0,735 15.684.485
33.750.069 5.062.510 28.687.559 0,681 19.536.228
25.490.210 3.823.532 21.666.679 0,630 13.650.008
85
Lampiran 15. Perhitungan PBP Penurunan Harga Jual Benih Ikan Patin sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
URAIAN
0
1 77.420.000 82.382.000 1.000.245 83.382.245 89.050.300 0,926 71.690.920 76.285.732 77.211.959 82.460.578 82.460.578 5.248.619 5.248.619
Biaya Operasional Total Biaya 78.767.000 Pajak (10%) Total Biaya+Pajak 78.767.000 Penerimaan Kotor Discount Factor 1,000 PV dari Biaya Oprasional PV dari Total Biaya 78.767.000 PV dari Total Biaya+Pajak 78.767.000 PV dari Penerimaan Kotor Jml Kumltf PV Pen. Kotor PV Net Benefit (78.767.000) Jml Kumltf PV Net Benefit Perhitungan Payback Period ( = PBP ) : P = Th dimana kumulatif NB melebihi Total Investasi ThP-1 = Th sebelum PBP Jml Kumulatif NB P = Jml Kumulatif NBi P-1 = NBP = ( PV Net Benefit pd saat melebihi TI) Jml TI = Total Investasi PBP = (ThP-1) + (Jml TI - Jml Kumulatif NB P-1) / NB P PBP 6,00
TAHUN ANALISIS 2 3 81.517.400 86.012.104 82.804.400 88.314.104 2.306.033 2.989.064 85.110.433 91.303.167 98.177.955 108.241.196 0,857 0,794 69.860.412 68.293.610 70.963.371 70.121.398 72.939.641 72.494.715 84.138.508 85.943.510 166.599.085 252.542.595 11.198.866 13.448.795 16.447.485 29.896.280
4 90.943.700 95.430.700 3.765.783 99.196.483 119.335.918 0,735 66.843.620 70.141.565 72.909.415 87.711.900 340.254.495 15.684.485 45.580.765
5 96.355.781 98.117.781 5.062.510 103.180.291 131.567.850 0,681 65.618.287 66.818.209 70.265.778 89.597.706 429.852.201 19.536.228 65.116.993
6 102.296.345 119.863.345 3.823.532 123.686.876 145.053.555 0,630 64.446.697 75.513.907 77.922.732 91.383.739 521.235.940 13.650.008 78.767.000
PV
406.753.545 497.807.981 522.511.240 521.235.940 0
6 5 78.767.000 65.116.993 13.650.008 78.767.000
86
Lampiran 16. Perhitungan BEP Penurunan Harga Jual Benih Ikan Patin sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm NO 1 2 3 4 5 6 7 8
URAIAN Total BT Total BTT Penerimaan (S) Harga Jual Produk (P) Kapasitas BTT/Kapasitas (V) BEP (Rp) = BT / (1 - (BTT / S ) BEP (Q) = BT / ( V-P )
1 33.020.000 44.400.000 89.050.300 45 300.000 148 65.854.897 319.111
2 33.020.000 48.497.400 98.177.955 47 315.000 154 65.253.620 307.998
TAHUN ANALISIS 3 4 33.020.000 33.020.000 52.992.104 57.923.700 108.241.196 119.335.918 49 52 330.750 347.288 160 167 64.691.095 64.164.300 297.132 286.519
5 33.020.000 63.335.781 131.567.850 54 364.652 174 63.670.506 276.161
6 33.020.000 69.276.345 145.053.555 57 382.884 181 63.207.241 266.063
BEP 198.120.000 336.425.329 691.426.774 50 2.040.574 165 385.872.999 1.946.422
87
Lampiran 17. Cashflow Kenaikan Harga Pakan Benih Ikan Patin sebesar 50 Persen pada Alma Fish Farm No A
B
Item
0
PENERIMAAN Penjualan benih patin Penjualan induk patin Total Penerimaan PENGELUARAN 1 Biaya Investasi 2 Biaya Operasional Total Biaya
C Keuntungan Kotor PPh (15%) D Keuntungan Bersih E Discount Factor (8%) F PV Net Benefit NPV IRR BCR PBP BEP (Rp) BEP (Q)
1
2
Tahun Analisis 3
120.000.000
132.300.000
145.860.750
120.000.000
132.300.000
78.767.000 78.767.000
4.962.000 89.840.000 94.802.000
1.287.000 95.210.450 96.497.450
(78.767.000)
25.198.000 3.779.700 21.418.300 0,926 19.833.346
35.802.550 5.370.383 30.432.168 0,857 26.080.368
(78.767.000) 1,000 (78.767.000) 92.190.525 35% 2,17 3,15 370.023.360 1.946.422
4
5
6
145.860.750
160.811.477 1.200.000 162.011.477
177.294.653 300.000 177.594.653
195.467.355 300.000 195.767.355
2.302.000 101.108.691 103.410.691
4.487.000 107.587.688 112.074.688
1.762.000 114.705.777 116.467.777
17.567.000 122.527.216 140.094.216
42.450.059 6.367.509 36.082.550 0,794 28.649.545
49.936.789 7.490.518 42.446.271 0,735 31.198.009
61.126.876 9.169.031 51.957.845 0,681 35.383.292
55.673.139 8.350.971 47.322.168 0,630 29.812.966
88
Lampiran 18. Perhitungan PBP Kenaikan Harga Pakan Benih Ikan Patin sebesar 50 Persen pada Alma Fish Farm NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
URAIAN
0
1 89.840.000 94.802.000 3.779.700 98.581.700 120.000.000 0,926 83.191.840 87.786.652 91.286.654 111.120.000 111.120.000 19.833.346 19.833.346
Biaya Operasional Total Biaya 78.767.000 Pajak (10%) Total Biaya+Pajak 78.767.000 Penerimaan Kotor Discount Factor 1,000 PV dari Biaya Oprasional PV dari Total Biaya 78.767.000 PV dari Total Biaya+Pajak 78.767.000 PV dari Penerimaan Kotor Jml Kumltf PV Pen. Kotor PV Net Benefit (78.767.000) Jml Kumltf PV Net Benefit Perhitungan Payback Period ( = PBP ) : P = Th dimana kumulatif NB melebihi Total Investasi ThP-1 = Th sebelum PBP Jml Kumulatif NB P = Jml Kumulatif NBi P-1 = NBP = ( PV Net Benefit pd saat melebihi TI) Jml TI = Total Investasi PBP = (ThP-1) + (Jml TI - Jml Kumulatif NB P-1) / NB P PBP 3,15
TAHUN ANALISIS 2 3 95.210.450 101.108.691 96.497.450 103.410.691 5.370.383 6.367.509 101.867.833 109.778.200 132.300.000 145.860.750 0,857 0,794 81.595.356 80.280.301 82.698.315 82.108.089 87.300.732 87.163.891 113.381.100 115.813.436 224.501.100 340.314.536 26.080.368 28.649.545 45.913.713 74.563.258
3 2 74.563.258 45.913.713 28.649.545 78.767.000
4 107.587.688 112.074.688 7.490.518 119.565.206 160.811.477 0,735 79.076.951 82.374.896 87.880.427 118.196.436 458.510.971 31.198.009 105.761.267
5 114.705.777 116.467.777 9.169.031 125.636.809 177.294.653 0,681 78.114.634 79.314.556 85.558.667 120.737.659 579.248.630 35.383.292 141.144.559
6 122.527.216 140.094.216 8.350.971 148.445.187 195.467.355 0,630 77.192.146 88.259.356 93.520.468 123.144.434 702.393.064 29.812.966 170.957.525
PV
406.753.545 497.807.981 533.085.973 652.952.295 121.141.622
Lampiran 19. Perhitungan BEP Kenaikan Harga Pakan Benih Ikan Patin sebesar 50 Persen pada Alma Fish Farm NO 1 2 3 4 5 6 7 8
URAIAN Total BT Total BTT Penerimaan (S) Harga Jual Produk (P) Kapasitas BTT/Kapasitas (V) BEP (Rp) = BT / (1 - (BTT / S ) BEP (Q) = BT / ( V-P )
1 33.020.000 56.820.000 120.000.000 60 300.000 189 62.716.049 255.178
2 33.020.000 62.190.450 132.300.000 63 315.000 197 62.310.284 245.630
TAHUN ANALISIS 3 4 33.020.000 33.020.000 68.088.691 74.567.688 145.860.750 160.811.477 66 69 330.750 347.288 206 215 61.928.693 61.569.593 236.344 227.321
5 33.020.000 81.685.777 177.294.653 73 364.652 224 61.231.443 218.560
6 33.020.000 89.507.216 195.467.355 77 382.884 234 60.912.831 210.059
BEP 198.120.000 432.859.822 931.734.235 68 2.040.574 165 370.023.360 1.946.422
90
Lampiran 20. Cashflow Kenaikan Tingkat Kematian Benih Ikan Patin sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm No A
B
Item
0
PENERIMAAN Penjualan benih patin Penjualan induk patin Total Penerimaan PENGELUARAN 1 Biaya Investasi 2 Biaya Operasional Total Biaya
C Keuntungan Kotor PPh (15%) D Keuntungan Bersih E Discount Factor (8%) F PV Net Benefit NPV IRR BCR PBP BEP (Rp) BEP (Q)
78.767.000 78.767.000 (78.767.000) (78.767.000) 1,000 (78.767.000) 0 8% 1,00 6,00 385.872.999 1.946.422
1
2
Tahun Analisis 3
89.050.300
98.177.955
108.241.196
89.050.300
98.177.955
4.962.000 77.420.000 82.382.000 6.668.300 1.000.245 5.668.055 0,926 5.248.619
4
5
6
108.241.196
119.335.918 1.200.000 120.535.918
131.567.850 300.000 131.867.850
145.053.555 300.000 145.353.555
1.287.000 81.517.400 82.804.400
2.302.000 86.012.104 88.314.104
4.487.000 90.943.700 95.430.700
1.762.000 96.355.781 98.117.781
17.567.000 102.296.345 119.863.345
15.373.555 2.306.033 13.067.522 0,857 11.198.866
19.927.092 2.989.064 16.938.029 0,794 13.448.795
25.105.218 3.765.783 21.339.436 0,735 15.684.485
33.750.069 5.062.510 28.687.559 0,681 19.536.228
25.490.210 3.823.532 21.666.679 0,630 13.650.008
91
Lampiran 21. Perhitungan PBP Kenaikan Tingkat Kematian Benih Ikan Patin sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
URAIAN
0
1 77.420.000 82.382.000 1.000.245 83.382.245 89.050.300 0,926 71.690.920 76.285.732 77.211.959 82.460.578 82.460.578 5.248.619 5.248.619
Biaya Operasional Total Biaya 78.767.000 Pajak (10%) Total Biaya+Pajak 78.767.000 Penerimaan Kotor Discount Factor 1,000 PV dari Biaya Oprasional PV dari Total Biaya 78.767.000 PV dari Total Biaya+Pajak 78.767.000 PV dari Penerimaan Kotor Jml Kumltf PV Pen. Kotor PV Net Benefit (78.767.000) Jml Kumltf PV Net Benefit Perhitungan Payback Period ( = PBP ) : P = Th dimana kumulatif NB melebihi Total Investasi ThP-1 = Th sebelum PBP Jml Kumulatif NB P = Jml Kumulatif NBi P-1 = NBP = ( PV Net Benefit pd saat melebihi TI) Jml TI = Total Investasi PBP = (ThP-1) + (Jml TI - Jml Kumulatif NB P-1) / NB P PBP 6,00
TAHUN ANALISIS 2 3 81.517.400 86.012.104 82.804.400 88.314.104 2.306.033 2.989.064 85.110.433 91.303.167 98.177.955 108.241.196 0,857 0,794 69.860.412 68.293.610 70.963.371 70.121.398 72.939.641 72.494.715 84.138.508 85.943.510 166.599.085 252.542.595 11.198.866 13.448.795 16.447.485 29.896.280
4 90.943.700 95.430.700 3.765.783 99.196.483 119.335.918 0,735 66.843.620 70.141.565 72.909.415 87.711.900 340.254.495 15.684.485 45.580.765
5 96.355.781 98.117.781 5.062.510 103.180.291 131.567.850 0,681 65.618.287 66.818.209 70.265.778 89.597.706 429.852.201 19.536.228 65.116.993
6 102.296.345 119.863.345 3.823.532 123.686.876 145.053.555 0,630 64.446.697 75.513.907 77.922.732 91.383.739 521.235.940 13.650.008 78.767.000
PV
406.753.545 497.807.981 533.085.973 652.952.295 121.141.622
6 5 78.767.000 65.116.993 13.650.008 78.767.000
92
Lampiran 22. Perhitungan BEP Kenaikan Tingkat Kematian Benih Ikan Patin sebesar 25,79 Persen pada Alma Fish Farm NO 1 2 3 4 5 6 7 8
URAIAN Total BT Total BTT Penerimaan (S) Harga Jual Produk (P) Kapasitas BTT/Kapasitas (V) BEP (Rp) = BT / (1 - (BTT / S ) BEP (Q) = BT / ( V-P )
1 33.020.000 44.400.000 89.050.300 60 300.000 148 65.854.897 375.227
2 33.020.000 48.497.400 98.177.955 63 315.000 154 65.253.620 363.017
TAHUN ANALISIS 3 4 33.020.000 33.020.000 52.992.104 57.923.700 108.241.196 119.335.918 66 69 330.750 347.288 160 167 64.691.095 64.164.300 351.023 339.253
5 33.020.000 63.335.781 131.567.850 73 364.652 174 63.670.506 327.716
6 33.020.000 69.276.345 145.053.555 77 382.884 181 63.207.241 316.417
BEP 198.120.000 336.425.329 691.426.774 68 2.040.574 165 385.872.999 1.946.422
93