KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN SIAM PADA PASIRGAOK FISH FARM KECAMATAN RANCABUNGUR KABUPATEN BOGOR
ASTARI NOVITASARI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kelayakan Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Patin Siam pada Pasirgaok Fish Farm Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2014 Astari Novitasari NIM H34100037
ABSTRAK ASTARI NOVITASARI. Kelayakan Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Patin Siam pada Pasirgaok Fish Farm Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh YANTI NURAENI MUFLIKH. Pasirgaok Fish Farm (PFF) adalah unit pembenihan ikan patin siam di Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. PFF berpotensi dikembangkan karena terdapat kelebihan permintaan dan lahan yang belum termanfaatkan. Pengembangan usaha PFF, yakni intensifikasi teknik inkubasi telur dengan sistem corong resirkulasi (skenario II), ekstensifikasi dari kondisi aktual (skenario III), serta kombinasi antara intensifikasi dan ekstensifikasi (skenario IV). Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan bisnis pembenihan ikan patin siam PFF secara non finansial maupun finansial dengan pengembangan usaha, serta pengaruh penurunan produksi dan kenaikan harga pakan benih ikan patin siam. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif untuk menganalisis kelayakan non finansial (aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial, lingkungan) dan analisis kuantitatif untuk menganalisis kelayakan finansial berdasarkan kriteria investasi (NPV, Net B/C, IRR, PP), dan analisis sensitivitas. Kata kunci: analisis kelayakan, Patin Siam, kriteria investasi, analisis sensitivitas
ABSTRACT ASTARI NOVITASARI. Feasibility Analysis of Business Development of Patin Siam’s hatchery at Pasirgaok Fish Farm, Rancabungur District, Bogor Regency. Supervised by YANTI NURAENI MUFLIKH. Pasirgaok Fish Farm (PFF) is Patin Siam’s hatchery in Rancabungur District, Bogor Regency, West Java. PFF has potential to development business because there was demand excess and useless land. Development business plan of PFF is intensification egg incubation techniques with hatchery funnel system (scenario II), extensification from actual condition (scenario III), and combination between extensification and intensification (scenario IV). This research to analyze the feasibility of Patin Siam’s hatchery development business, and the effect of reduction lays production and rising prices of lays feed. The analytical method used was a qualitative analysis to analyze non-financial feasibility (technical, management, legal, social, environmental) and quantitative analysis to analyze the financial feasibility of investment criteria (NPV, Net B/C, IRR, PP),and sensitivity analysis.
Keywords: feasibility analysis, Patin Siam, investment criteria, sensitivity analysis
KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN SIAM PADA PASIRGAOK FISH FARM KECAMATAN RANCABUNGUR KABUPATEN BOGOR
ASTARI NOVITASARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berjudul Kelayakan Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Patin Siam pada Pasirgaok Fish Farm Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor dan dilaksanakan sejak bulan April 2014. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yanti Nuraeni Muflikh, SP, MAgribus selaku dosen pembimbing skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji utama dan Ibu Ir Narni Farmayanti, MSi selaku dosen penguji komisi akademik. Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan bantuan selama proses pengumpulan data kepada Bapak Sahban Setioko, para pegawai Pasirgaok Fish Farm, Bapak Khairuman beserta seluruh aparatur Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Cijengkol Subang, Bapak Evi Tahapari beserta seluruh aparatur Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI), serta teman Praktek Kerja Lapang (PKL) FPIK IPB tahun 2014 di BPBAT Cijengkol Subang. Penulis juga menyampaikan terima kasih atas doa dan dukungan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga di Gresik dan Surabaya, Rahmi Yuniarti yang telah membantu selama penelitian di lapang, teman Gladikarya Desa Batulayang, serta seluruh teman Agribisnis Angkatan 47. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Sukmo Hadi Kusumo, ST dan Mbak Anggi yang telah membuat desain 3D unit penetasan telur, serta Bapak Panji Purba Kusuma, ST yang telah membantu perhitungan rancangan anggaran bangunan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Desember 2014 Astari Novitasari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan saat Proses Pembenihan Ikan Patin Siam Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Asumsi Dasar yang Digunakan Definisi Operasional GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah dan Perkembangan Bisnis Perusahaan Lokasi Perusahaan Fasilitas Bangunan dan Peralatan Produksi Perusahaan Rencana Intensifikasi Perusahaan ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Hukum Aspek Sosial dan Aspek Lingkungan ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Proyeksi Arus Kas Analisis Laba Rugi Analisis Kelayakan Kriteria Investasi Analisis Sensitivitas SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
xii xiv xv 1 1 6 9 10 10 11 11 13 16 16 21 24 24 24 25 25 29 32 32 32 33 33 38 41 41 46 63 66 66 68 68 93 94 95 98 98 99
DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
99 158
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Target dan realisasi produksi ikan patin tahun 2009-2014 di Indonesia Kontribusi wilayah produsen ikan patin konsumsi tahun 2012 di Indonesia Kontribusi wilayah produsen benih ikan patin tahun 2012 di Indonesia Produksi benih ikan di Kabupaten Bogor tahun 2011-2012 Perkembangan produksi benih ikan patin tertinggi di 11 Kecamatan Kabupaten Bogor tahun 2011-2012 Jumlah penawaran dan permintaan benih ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm tahun 2014 Kriteria kuantitatif sifat reproduksi ikan patin siam kelas induk pokok Jenis dan sumber data Jumlah permintaan dan produksi benih ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm tahun 2014 berdasarkan wilayah pemasaran Hasil analisis kelayakan aspek pasar usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm Parameter kualitas air sumur gali pada Pasirgaok Fish Farm Parameter kualitas air kolam induk pada Pasirgaok Fish Farm Parameter kualitas air kolam treatment pada Pasirgaok Fish Farm Parameter kualitas air pemeliharaan larva pada Pasirgaok Fish Farm Hasil analisis kelayakan aspek manajemen usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm Hasil analisis kelayakan aspek hukum usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm Hasil analisis kelayakan aspek sosial dan lingkungan usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm Keragaan reproduksi induk ikan patin siam per siklus dengan teknik inkubasi telur dalam akuarium pada Pasirgaok Fish Farm Keragaan reproduksi induk ikan patin siam per siklus dengan sistem corong resirkulasi pada Pasirgaok Fish Farm Penerimaan penjualan benih ikan patin siam per tahun skenario I pada Pasirgaok Fish Farm Penerimaan penjualan benih ikan patin siam per tahun skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Penerimaan penjualan benih ikan patin siam per tahun skenario III pada Pasirgaok Fish Farm Penerimaan penjualan benih ikan patin siam per tahun skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm Rincian biaya investasi unit penetasan telur pada tahun 2014 Rincian biaya tetap per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm Rincian biaya tetap per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm
2 3 4 4 5 6 12 24 41 46 47 50 51 55 65 66 67 68 69 70 70 71 71 73 75 77
27 Kebutuhan biaya tabung LPG per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm 28 Rincian biaya tetap per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario III pada Pasirgaok Fish Farm 29 Rincian biaya tetap per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm 30 Rincian biaya variabel per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish 31 Kebutuhan biaya pakan benih per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm 32 Kebutuhan biaya pengepakan per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm 33 Kebutuhan biaya obat per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm 34 Rincian biaya variabel usaha pembenihan ikan patin siam skenario II Pasirgaok Fish Farm pada tahun ke-2 hingga tahun ke-8 35 Kebutuhan biaya Artemia per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm 36 Kebutuhan biaya cacing sutera per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm 37 Kebutuhan biaya kantong plastik per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm 38 Kebutuhan biaya karet per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm 39 Kebutuhan biaya tabung oksigen per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm 40 Penggunaan Ovaprim per siklus usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm 41 Kebutuhan biaya Ovaprim per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm 42 Penggunaan larutan sperma per siklus usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm 43 Kebutuhan biaya obat Elbayou per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm 44 Kebutuhan biaya obat Supertetra per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm 45 Kebutuhan biaya garam ikan per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm 46 Penggunaan tanah liat per siklus usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm 47 Kebutuhan biaya tanah liat per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm 48 Kebutuhan biaya listrik farm per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm 49 Rincian biaya variabel usaha pembenihan ikan patin siam skenario III Pasirgaok Fish Farm pada tahun ke-2 hingga tahun ke-8 50 Rincian biaya variabel usaha pembenihan ikan patin siam skenario IV Pasirgaok Fish Farm pada tahun ke-2 hingga tahun ke-8
78 79 80 81 82 82 84 85 86 86 87 87 87 88 88 89 89 90 90 91 91 92 92 93
51 Nilai laba bersih per tahun usaha pembenihan ikan patin siam setiap skenario pada Pasirgaok Fish Farm 52 Hasil perhitungan kelayakan kriteria investasi usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm 53 Risiko produksi benih ikan patin siam pada kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm tahun 2013 54 Hasil perhitungan sensitivitas penurunan produksi benih ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm 55 Hasil perhitungan sensitivitas kenaikan harga pakan benih ikan patin siam setiap skenario pada Pasirgaok Fish Farm 56 Hasil perhitungan switching value penurunan produksi benih ikan patin siam setiap skenario pada Pasirgaok Fish Farm
94 94 95 96 97 98
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 21 21 22 23 24 25 26 27 28
Kerangka pemikiran operasional Kolam induk, pipa inlet, dan mesin diesel Pompa air di sumur bor Tandon air Kolam treatment dan tabung filtrasi Inlet air dan outlet air hatchery ke-1 Inlet air dan outlet air hatchery ke-2 Kolam pemberokan Kolam penyimpanan cacing sutera Kultur Artemia Mikroskop, bak fiber, waring, seser halus, ember grading Unit penetasan telur Corong penetasan telur Bak penampungan larva Bak filter Sterilisasi hatchery Pengecekan telur, pengangkutan induk, dan penimbangan induk Pemberokan induk Peralatan pemijahan dan penyuntikan induk betina Stripping dan pembuahan buatan Penebaran telur dan inkubasi telur Panen larva, larva berumur 1 hari , dan pengobatan Kultur Artemia, panen Artemia, naplius Artemia, dan pemberian pakan Penyincangan dan pencucian cacing sutera Ganti air dan penyifonan Panen benih, sortasi benih, sampling, dan pengepakan Struktur organisasi Pasirgaok Fish Farm Kurva hubungan antara NPV dan IRR
23 33 34 34 35 35 36 36 36 37 37 38 39 39 40 51 52 52 53 53 54 55 57 57 58 59 63 95
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Skema proses pembenihan ikan patin siam dengan teknik inkubasi telur dalam akuarium Skema proses pembenihan ikan patin siam dengan sistem corong resirkulasi Layout usaha pembenihan ikan patin siam skenario I dan skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Layout unit penetasan telur Layout usaha pembenihan ikan patin siam skenario III pada Pasirgaok Fish Farm Layout usaha pembenihan ikan patin siam skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm Hasil analisis aspek teknis usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm Jadwal kegiatan produksi benih ikan patin siam per siklus skenario I dan skenario II setiap bulan Jadwal kegiatan produksi benih ikan patin siam per siklus skenario III setiap bulan Jadwal kegiatan produksi benih ikan patin siam per siklus skenario IV setiap bulan Rincian biaya investasi, penyusutan, nilai sisa, reinvestasi usaha pembenihan ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm Laporan laba rugi usaha pembenihan ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm Cashflow usaha pembenihan ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm Cashflow analisis sensitivitas penurunan produksi benih ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm sebesar 61 persen Cashflow analisis sensitivitas kenaikan harga pakan benih ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm sebesar 58 persen Cashflow analisis switching value kelayakan skenario I pada Pasirgaok Fish Farm terhadap batas penurunan produksi benih ikan patin siam Biaya investasi, penyusutan, nilai sisa, reinvestasi usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Laporan laba rugi usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Cashflow usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Cashflow analisis sensitivitas kenaikan harga pakan benih ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm sebesar 58 persen Cashflow analisis switching value kelayakan skenario II pada Pasirgaok Fish Farm terhadap batas penurunan produksi benih ikan patin siam Biaya investasi, penyusutan, nilai sisa, reinvestasi usaha pembenihan ikan patin siam skenario III pada Pasirgaok Fish Farm Laporan laba rugi usaha pembenihan ikan patin siam skenario III pada Pasirgaok Fish Farm
103 104 105 107 108 110 112 113 114 116 119 122 124 125 126 127 128 132 134 135 136 137 142
24 Cashflow usaha pembenihan ikan patin siam skenario III pada Pasirgaok Fish Farm 144 25 Cashflow analisis sensitivitas kenaikan harga pakan benih ikan patin siam skenario III pada Pasirgaok Fish Farm sebesar 58 persen 145 26 Cashflow analisis switching value kelayakan skenario III pada Pasirgaok Fish Farm terhadap batas penurunan produksi benih ikan patin siam 146 27 Biaya investasi, penyusutan, nilai sisa, reinvestasi usaha pembenihan ikan patin siam skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm 147 28 Laporan laba rugi usaha pembenihan ikan patin siam skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm 153 29 Cashflow usaha pembenihan ikan patin siam skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm 155 30 Cashflow analisis sensitivitas kenaikan harga pakan benih ikan patin siam skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm sebesar 58 persen 156 31 Cashflow analisis switching value kelayakan skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm terhadap batas penurunan produksi benih ikan patin siam 157
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) perikanan merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan kelautan dan perikanan selama kurun waktu tertentu. Pencapaian sementara nilai PDB perikanan berdasarkan pada harga konstan tahun 2000 meningkat rata-rata sebesar 5.91 persen per tahun selama periode tahun 2008 hingga 2012 lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan PDB kelompok pertanian lainnya (KKP 2013b). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan sektor primer sumberdaya perikanan tangkap dan perikanan budidaya di Indonesia dapat menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional dari kelompok pertanian. Volume produksi perikanan Indonesia meningkat rata-rata sebesar 15.06 persen per tahun sejak tahun 2008 hingga 2012 disebabkan oleh pertumbuhan rata-rata volume produksi perikanan budidaya dan perikanan tangkap yang meningkat masing-masing sebesar 25.95 persen per tahun dan 3.91 persen per tahun. Tren positif pertumbuhan rata-rata volume produksi perikanan budidaya selama 5 tahun tersebut dipengaruhi oleh kenaikan rata-rata luas lahan dan rumah tangga perikanan budidaya masing-masing sebesar 6.11 persen per tahun dan 5.72 persen per tahun (KKP 2013b). Kegiatan usaha perikanan budidaya semakin menarik bagi masyarakat lokal maupun asing. Hal ini dibuktikan berdasarkan pada peningkatan jumlah investasi kegiatan usaha perikanan budidaya sebesar 44 persen per tahun sejak tahun 2010 hingga 2013 (DJPB 2013e). Hasil produksi perikanan budidaya menjadi prioritas utama memenuhi kebutuhan konsumsi ikan dalam negeri karena pertumbuhan volume penangkapan ikan di laut melambat akibat perubahan iklim dan tingkat pemanfaatan mendekati Maximum Sustainable Yield (MSY) (KKP 2013c). Tingkat konsumsi ikan di Indonesia mengalami kenaikan rata-rata sebesar 4.89 persen per tahun selama tahun 2008 hingga 2012 (KKP 2013b). Menurut Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, kebutuhan ikan untuk konsumsi dalam negeri diproyeksikan meningkat sebesar 7 persen per tahun selama tahun 2014 hingga 2019, seiiring terjadi peningkatan jumlah penduduk dan tingkat konsumsi ikan setiap tahun1. Tren positif kenaikan tingkat konsumsi ikan per tahun dipengaruhi oleh kegiatan pembinaan pasar ikan, promosi dan kerjasama pemasaran hasil perikanan dengan kegiatan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan), serta pengembangan sarana dan prasarana pemasaran (DJPB 2013e). Salah satu komoditas unggulan perikanan budidaya adalah ikan patin. Ikan patin memenuhi kriteria komoditas unggulan antara lain: bernilai ekonomis tinggi, teknologi budidaya dapat diterapkan dan tersedia, permintaan pasar tinggi, serta dapat dibudidayakan dan dikembangkan secara massal (KKP 2013 c). Kenaikan rata-rata harga ikan patin sebesar 8 persen selama tahun 2012 hingga 2013 memberikan nilai ekonomis bagi pembudidaya pembesaran ikan patin (BPS 2014). Kemajuan teknologi pembenihan ikan patin dengan teknik pemijahan buatan
1
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Ditjen Perikanan Budidaya Optimis Menatap 2015-2019. http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=961. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2014.
2 dapat menyediakan pasokan benih ikan patin setiap musim. Selain itu, pembesaran ikan patin dapat dilakukan di kolam dan keramba secara massal. Mayoritas pembudidaya ikan patin di Indonesia membudidayakan jenis ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) dibandingkan dengan jenis ikan patin jambal (Pangasius djambal), patin nasutus (Pangasius nasutus), patin pasupati, dan patin hibrid nasutus. Alasan para pelaku pembenihan memilih jenis ikan patin siam adalah fekunditas induk ikan patin siam betina antara 120 ribu butir telur dan 200 ribu butir telur (BSN 2000b) lebih tinggi dibandingkan dengan fekunditas induk ikan patin jambal betina minimum 7 000 butir telur (BSN 2009e) dan fekunditas induk ikan patin nasutus antara 26 000 butir telur dan 67 000 butir telur (Tahapari et al. 2011). Ikan patin pasupati berasal dari persilangan induk ikan patin siam betina dan induk ikan patin jambal jantan, sedangkan ikan patin hibrid nasutus berasal dari persilangan antara induk ikan patin siam betina dan induk ikan patin nasutus jantan (Suryaningrum et al. 2010). Hal ini membuktikan bahwa fekunditas induk ikan patin siam betina sangat tinggi dan bernilai ekonomis. Pertimbangan lainnya adalah pertumbuhan ikan patin siam lebih cepat dan mampu beradaptasi dalam kondisi air yang buruk (Hamid et al. 2009). Tabel 1 Target dan realisasi produksi ikan patin tahun 2009-2014 di Indonesia Targeta Realisasib Pencapaian Tahun Pertumbuhan Pertumbuhan target (%) Volume (Ton) Volume (Ton) (%) (%) 2009 132 600 109 685 83 2010 225 000 70 147 888 35 66 2011 383 000 70 229 267 55 60 2012 651 000 70 347 000 51 53 2013 1 107 000 70 * * 2014 1 883 000 70 * * Keterangan *) : Data belum tersedia. a
Sumber: Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2012c), bKementerian Kelautan dan Perikanan (2012a).
Perkembangan produksi ikan patin nasional di sektor onfarm selama tahun 2009 hingga 2012 belum mencapai target pertumbuhan sebesar 70 persen per tahun. Pertumbuhan rata-rata produksi ikan patin selama kurun waktu 4 tahun tersebut sebesar 47 persen per tahun, bahkan pencapaian target produksi ikan patin mengalami penurunan setiap tahun (Tabel 1). Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi pasar antara pembudidaya pembesaran ikan patin dan industri pengolahan ikan patin yang mengakibatkan penyerapan ikan patin terhambat, serta pemberhentian larangan impor ikan patin pada tahun 2011 yang mengakibatkan ikan patin lokal bersaing dengan harga ikan patin impor yang lebih murah (KKP 2012a). Upaya pemerintah Indonesia meningkatkan produksi ikan patin agar mencapai target adalah perluasan pasar ikan patin di sektor hilir melalui industrialisasi patin sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No.PER.27/MEN/2012 dan pembatasan kuota impor produk olahan ikan patin sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No.PER.15/MEN/2011 yang mulai diberlakukan pada tahun 2012. Meskipun
3 produksi ikan patin belum mencapai target, namun ikan patin menjadi komoditas industrialisasi yang mengalami pertumbuhan rata-rata tertinggi selama tahun 2008 hingga 2012 sebesar 37.18 persen per tahun dibandingkan dengan komoditas industrialisasi lainnya (KKP 2013b). Hal ini menunjukkan bahwa potensi produksi ikan patin sebagai komoditas industrialisasi dapat ditingkatkan. Pembatasan impor olahan daging tanpa tulang (fillet) ikan patin mendukung kebijakan percepatan industrialisasi patin. Dampak pembatasan kuota impor fillet ikan patin adalah peningkatan permintaan fillet ikan patin lokal. Terdapat 6 Unit Pengolahan Ikan (UPI) fillet ikan patin lokal dengan kapasitas produksi sebanyak 200 ton fillet/bulan, sedangkan sisanya sebanyak 200 ton fillet diimpor (Trobos Aqua 2013b). Pembangunan sentra ikan patin dan UPI fillet ikan patin difokuskan di 6 kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Muaro Jambi (Jambi), Kabupaten Kampar (Riau), Kabupaten Tulungagung (Jawa Timur), Kabupaten Banjar (Kalimantan Selatan), serta Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta (Jawa Barat) 2 . Pemetaan lokasi industri ikan patin menyesuaikan wilayah produsen ikan patin tertinggi di Indonesia. Provinsi Sumatera Selatan menjadi lokasi pembesaran ikan patin terbesar dengan kontribusi produksi sebesar 63 persen terhadap produksi ikan patin nasional (Tabel 2). Tabel 2 Kontribusi wilayah produsen ikan patin konsumsi tahun 2012 di Indonesia Wilayah Produksi (Ton) Kontribusi (%) Sumatera Selatan 218 100 63 Riau 19 660 6 Kalimantan Selatan 19 202 6 Jawa Barat 19 040 5 Jambi 16 701 5 Kalimantan Tengah 16 316 5 Lampung 15 010 4 Lain-lain 22 977 7 Total 229 267 100 Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (2012a).
Upaya peningkatan produksi ikan patin konsumsi untuk mendukung industrialisasi ikan patin akan meningkatkan kebutuhan benih ikan patin di sektor hulu. Pemerintah Indonesia berupaya mengembangkan pembenihan ikan patin sesuai peta jalan (roadmap) industrialisasi kelautan dan perikanan dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No.7/KEPMENKP/2013 melalui peningkatan produksi dan distribusi induk patin unggul, penguatan kelembagaan pembenih skala kecil, penguatan sistem informasi produksi dan distribusi benih unggul, optimalisasi kapasitas pembenihan skala besar, serta sertifikasi Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). Peluang pelaku pembenihan ikan patin memenuhi kebutuhan benih ikan patin di Indonesia masih tersedia pada tahun 2014. Jumlah kebutuhan benih ikan 2
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. KKP dukung industrialisasi ikan patin di Provinsi Jambi tahun 2013. http://www.p2hp.kkp.go.id/artikel-740kkp-dukung-industrialisasi-ikan-patin-di-propinsi-jambi-tahun-2013.html. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2014.
4 patin untuk mencapai target produksi ikan patin konsumsi sebesar 1 883 000 ton pada tahun 2014 adalah 4.71 Miliar ekor benih, sedangkan produksi benih ikan patin di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 2.31 Miliar ekor benih (DJPB 2013 d). Perhitungan kebutuhan benih berasal dari rata-rata bobot ikan patin konsumsi seberat 500 g per ekor (TROBOS Aqua 2012a), sehingga 1 kg ikan patin konsumsi membutuhkan 2 ekor benih ikan patin dengan tingkat kelangsungan hidup (survival rate) sebesar 80 persen selama proses pembesaran (BSN 2002d). Tabel 3 Kontribusi wilayah produsen benih ikan patin tahun 2012 di Indonesia Wilayah Jawa Barat Jambi Riau Kalimantan Selatan Lampung Jawa Timur Sumatera Selatan Lain-lain Total
Produksi (ribu ekor) 598 908 503 515 501 131 394 189 121 196 71 926 65 047 57 034 2 312 946
Kontribusi (%) 26 22 22 17 5 3 3 2 100
Sumber: Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2013d).
Keunikan prospek bisnis ikan patin di Indonesia adalah budidaya ikan patin tersegmentasi menjadi segmentasi usaha pembenihan, usaha pendederan, dan usaha pembesaran. Terjadinya segmentasi usaha ikan patin disebabkan oleh kesesuaian lokasi usaha, ketersediaan bahan baku, modal, dan pasar yang dituju. Oleh sebab itu, sentra pembenihan ikan patin terbesar berada di Provinsi Jawa Barat berdasarkan pada kontribusi produksi benih ikan patin sebesar 26 persen dari total produksi benih ikan patin pada tahun 2012 (Tabel 3). Meskipun pembenihan ikan patin berkembang pesat di wilayah Bogor, Sukabumi, serta Jakarta dan sekitarnya (Hadie et al. 2011), namun hampir 60 persen benih ikan patin asal Jawa Barat dijual ke luar wilayah Pulau Jawa (BPBAT Cijengkol 2013). Tabel 4 Produksi benih ikan di Kabupaten Bogor tahun 2011-2012 Produksi (ribu ekor) Pertumbuhan tahun Jenis ikan 2011-2012 (%) 2011 2012 Mas 71 900 97 756 36 Nila 45 325 87 209 92 Gurame 31 065 27 834 -10 Lele 546 840 1 755 828 221 Patin 30 460 35 301 16 Bawal 646 000 46 167 -93 Lain-lain 3 662 2 986 -19 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2012).
Tabel 4 menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor menjadi salah satu sentra pembenihan ikan patin yang memiliki perkembangan produksi cukup baik dengan kenaikan produksi sebesar 16 persen selama tahun 2011 hingga 2012. Jumlah
5 Rumah Tangga Perikanan (RTP) pembesaran ikan air tawar di Kabupaten Bogor mengalami penurunan sebesar 2 persen pada tahun 2012 karena beberapa Rumah Tangga Perikanan RTP pembesaran ikan air tawar beralih ke usaha pembenihan, sehingga jumlah RTP pembenihan ikan meningkat sebesar 19 persen pada tahun 2012 (Disnakan Kabupaten Bogor 2012). Menurut Sekertaris Jenderal Catfish Club Indonesia, Dr Ir Azam B. Zaidy, wilayah Bogor dapat memasok benih ikan patin ke Jambi antara 10 persen dan 20 persen, Riau sebesar 40 persen, Palembang antara 60 persen dan 70 persen, serta Kalimantan sebesar 100 persen (Hadie et al. 2011). Oleh sebab itu, ikan patin dapat menjadi alternatif bagi RTP pembenihan ikan air tawar di Kabupaten Bogor karena wilayah pemasarannya cukup luas. Kelebihan usaha pembenihan ikan patin di Kabupaten Bogor, yakni kemudahan mengakses bahan baku (cacing sutera, pakan induk, induk), teknik pemijahan buatan mudah diaplikasikan, dan pemeliharaan larva dilakukan dalam panti benih (hatchery) secara terkontrol. Menurut Bapak Yudi, pelaku usaha pembenihan ikan patin di Provinsi Lampung, kesulitan pembenihan ikan patin di Lampung adalah keterbatasan cacing sutera yang menyebabkan harga cacing sutera mencapai Rp 40 000 per liter pada bulan Oktober 2014, sedangkan harga cacing sutera di Kabupaten Bogor sekitar Rp 19 000 per liter dan mudah diperoleh. Keterbatasan pakan alami menyebabkan produksi benih ikan patin rendah dan tidak dapat memenuhi permintaan petani pembesaran di Lampung3. Tabel 5 Perkembangan produksi benih ikan patin tertinggi di 11 Kecamatan Kabupaten Bogor tahun 2011-2012 Kecamatan Ciampea Parung Ciseeng Ciomas Cibungbulang Tenjolaya Gunung Sindur Pamijahan Bojong Gede Tajurhalang Rancabungur
Produksi (ribu ekor) 2011 2012 8 424 950 9 763 790 3 955 850 4 584 490 3 121 340 3 617 350 2 970 210 3 442 220 2 495 930 2 892 570 1 890 140 2 190 510 2 053 440 2 379 770 1 144 360 1 326 230 1 072 950 1 243 470 979 400 1 135 030 975 590 1 130 610
Pertumbuhan tahun 2011-2012 (%) 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2012)
Tabel 5 menunjukkan bahwa setiap kecamatan di Kabupaten Bogor berpotensi mengembangkan usaha pembenihan ikan patin dengan kenaikan ratarata produksi benih ikan patin yang sama setiap tahun. Salah satu pelaku usaha pembenihan ikan patin siam adalah Pasirgaok Fish Farm yang berlokasi di Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor. Pasirgaok Fish Farm menjadi pelopor usaha pembenihan ikan patin siam sejak bulan Oktober 2012 di
3
Wawancara dengan Bapak Yudi pelaku usaha pembenihan ikan patin di Lampung via telepon tanggal 27 September 2014.
6 Desa Pasirgaok 4 . Skala produksi benih ikan patin siam pada 2 unit hatchery Pasirgaok Fish Farm adalah 778 000 ekor per siklus dengan 11 ekor induk betina dan 849 000 ekor per siklus dengan 12 ekor induk betina saat musim hujan. Produksi benih ikan patin siam per siklus pada Pasirgaok Fish Farm lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata produksi benih ikan patin di daerah Parung dan Ciampea, Kabupaten Bogor, antara 300 000 ekor per siklus dan 500 000 ekor per siklus (Hadie et al. 2011). Kondisi tersebut diperkuat oleh hasil observasi lapang oleh Zelvina (2009) bahwa produksi rata-rata benih ikan patin di Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, sebanyak 224 000 ekor per siklus dengan 10 ekor induk betina. Perumusan Masalah Usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm dilakukan mulai dari tahap manajemen induk sampai menghasilkan benih ukuran 3/4 inci selama waktu pemeliharaan antara 15 hari dan 21 hari. Total produksi benih ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm adalah 14 277 000 per tahun yang berasal dari 22 siklus produksi. Kapasitas produksi hatchery ke-1 dengan 11 ekor induk betina adalah 778 000 ekor per siklus, sedangkan kapasitas produksi hatchery ke2 adalah 849 000 ekor per siklus dengan 12 ekor induk betina. Perbedaan penggunaan jumlah induk di kedua hatchery disebabkan oleh jumlah akuarium hatchery ke-2 lebih banyak 5 unit. Tabel 6 Jumlah penawaran dan permintaan benih ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm tahun 2014 Penawaran Permintaan Kelebihan Persentase permintaan Musim (ekor) (ekor) permintaan (ekor) terpenuhi (%) Hujan 9 762 000 33 930 000 24 168 000 28.77 Kemarau 4 515 000 14 325 000 9 810 000 31.52 Total 14 277 000 48 255 000 33 978 000 29.59 Sumber: Pasirgaok Fish Farm (2014).
Distribusi benih ikan patin siam Pasirgaok Fish Farm secara rutin ditujukan kepada 2 orang pembudidaya pendederan ikan patin di Lampung dan Kabupaten Bogor antara 625 000 ekor per bulan dan 1 000 000 ekor per bulan saat musim hujan. Jumlah permintaan benih ikan patin bagi Pasirgaok Fish Farm menurun hampir 2 kali lipat saat musim kemarau akibat ketersediaan air berkurang, sehingga pembudidaya pembesaran ikan patin mengurangi jumlah benih yang ditebar. Tabel 6 menunjukkan bahwa Pasirgaok Fish Farm mengalami kelebihan permintaan benih ikan patin siam sebanyak 33 978 000 ekor pada tahun 2014 yang berasal dari wilayah Bogor, Lampung, Palembang, Riau, Jambi, Banten, Purwakarta, dan Tulungagung. Kapasitas produksi benih ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm hanya dapat memenuhi permintaan sebesar 29.59 persen pada tahun 2014 di sebagian wilayah Lampung dan Bogor. Kapasitas produksi benih ikan patin siam yang besar pada Pasirgaok Fish 4
2014.
Wawancara dengan Sekertaris Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur tanggal 9 Juni
7 Farm dipengaruhi oleh cara memelihara larva dengan sistem intensif, yakni padat penebaran larva tinggi antara 63 ekor per liter dan 88 ekor per liter dalam akuarium ukuran 2 m x 1 m x 0.5 m dan ketinggian air 40 cm. Menurut Khairuman dan Sudenda (2009), budidaya ikan patin secara intensif menerapkan padat penebaran larva di atas 60 ekor per liter, sedangkan Ariyanto et al. (2008) menggunakan padat penebaran larva antara 50 ekor per liter dan 150 ekor per liter untuk dipelihara secara intensif. Hasil observasi Ariyanto et al. (2008) menemukan fakta bahwa pemeliharaan larva di hatchery skala rumah tangga di Indonesia belum dilakukan secara intensif, yakni padat penebaran larva antara 30 ekor per liter dan 50 ekor per liter, sehingga produksi benih ikan patin siam rendah. Kapasitas maksimum penebaran larva pada akuarium Pasirgaok Fish Farm adalah 88 ekor per liter. Pasirgaok Fish Farm dapat memaksimumkan produksi larva mencapai 2 800 000 ekor per siklus di hatchery ke-1 dan 3 150 000 ekor per siklus di hatchery ke-2. Akan tetapi kondisi di lapang menunjukkan hasil produksi larva ikan patin siam per siklus dengan penggunaan minimum jumlah induk betina hanya dapat memenuhi sebanyak 35 akuarium di hatchery ke-1 dengan 11 ekor induk betina dan 38 akuarium di hatchery ke-2 dengan 12 ekor induk betina, sehingga padat penebaran larva hanya sebanyak 63 ekor per liter. Jika Pasirgaok Fish Farm dapat memaksimum penggunaan seluruh akuarium dan memaksimum padat penebaran larva dengan jumlah minimum penggunaan induk betina, maka Pasirgaok Fish Farm dapat meningkatkan produksi untuk mengurangi kelebihan permintaan dan memperoleh keuntungan lebih besar. Salah satu penyebab produksi larva ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm belum maksimum adalah proses penetasan telur (inkubasi telur) menggunakan teknologi sederhana dengan akuarium. Teknik inkubasi telur dalam air menggenang di akuarium umumnya diterapkan di Indonesia karena peralatan lebih sederhana dan tidak terlalu mahal, akan tetapi kelemahan teknik ini adalah menurunkan kualitas air dan menimbulkan risiko pertumbuhan jamur Saprolegnia sp. (Slembrouck et al. 2005). Telur yang tidak terbuai di dalam satu wadah akan membusuk dan menumbuhkan jamur, sehingga telur tidak menetas dan derajat penetasan telur menurun (Waspada 2012). Meskipun media penetasan telur diobati dengan methylene blue untuk mematikan jamur, namun risiko kemunculan jamur sulit dihindari. Selain pertumbuhan jamur, kendala penetasan telur dalam akuarium adalah jumlah kehilangan larva sangat tinggi karena proses pergantian air sisa penetasan telur membutuhkan waktu lama, sedangkan larva yang baru menetas sangat sensitif terhadap kualitas air yang rendah (Hadie et al. 2011). Rata-rata derajat penetasan telur pada Pasirgaok Fish Farm selama tahun 2013 sebesar 48 persen. Nusa Hias Farm di Desa Cibitung Tengah, Kecamatan Ciampea, mengalami hasil derajat penetasan telur ikan patin sebesar 30 persen dengan teknik inkubasi telur dalam akuarium (Dwirosyadha 2008). Hasil derajat penetasan menggunakan akuarium tanpa resirkulasi air lebih rendah dibandingkan dengan hasil riset Iswanto dan Tahapari (2010) di Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar yang menghasilkan derajat penetasan telur ikan patin siam sebesar 80.67 persen ≈ 81 persen dan observasi lapang Armayuni (2011) di Number One Fish Farm, Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, sebesar 80 persen dengan sistem corong resirkulasi
8 Intensifikasi produksi benih ikan patin siam adalah upaya meningkatkan hasil produksi benih ikan patin siam tanpa menambah jumlah akuarium dengan cara memaksimumkan padat penebaran larva di setiap akuarium, sehingga peranan teknologi sangat dibutuhkan. Intensifikasi Pasirgaok Fish Farm adalah penerapan teknologi penetasan telur menggunakan teknik inkubasi telur dalam corong resirkulasi untuk meningkatkan derajat penetasan telur menjadi 81 persen dan memaksimumkan padat penebaran larva menjadi 88 ekor per liter. Keuntungan menerapkan teknik inkubasi telur dengan sistem corong resirkulasi adalah mengurangi risiko pertumbuhan jamur dan memudahkan larva keluar dari cangkang maupun telur yang mati, sementara sistem resirkulasi air memperbaiki kualitas air selama proses inkubasi telur (Slembrouck et al. 2005). Selain upaya intensifikasi, upaya meningkatkan produksi benih ikan patin siam dilakukan dengan cara ekstensifikasi untuk memenuhi kelebihan permintaan sebanyak 33 978 000 ekor per tahun. Ekstensifikasi produksi benih ikan patin siam merupakan upaya meningkatkan produksi benih ikan patin siam dengan cara menambah jumlah akuarium dan hatchery karena tersedia lahan seluas 5 124 m2 yang belum termanfaatkan. Ekstensifikasi dilakukan dengan cara menambah hatchery sebanyak 4 unit untuk meningkatkan produksi benih ikan patin siam 3 kali lipat dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm. Kombinasi upaya ekstensifikasi dan intensifikasi produksi benih ikan patin siam dapat menjadi alternatif bagi Pasirgaok Fish Farm untuk meningkatkan produksi benih ikan patin siam 2 kali lipat dari kondisi intensifikasi Pasirgaok Fish Farm. Kombinasi ekstensifikasi dan intensifikasi dilakukan dengan cara menambah 2 unit hatchery yang menerapkan sistem corong resirkulasi. Biaya investasi usaha pembenihan ikan patin siam yang dikeluarkan oleh Pasirgaok Fish Farm untuk kegiatan intensifikasi (skenario II), ekstensifikasi (skenario III), serta kombinasi ekstensifikasi dan intensifikasi (skenario IV) sangat besar, sedangkan investor memiliki keterbatasan dana dengan menggunakan modal sendiri. Selain itu, biaya investasi usaha pembenihan ikan patin siam yang dikeluarkan pada kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm (skenario I) belum dianalisis kelayakan secara non finansial dan finansial, sehingga menurut nilai sekarang usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm belum diperhitungkan apakah memberikan keuntungan atau kerugian pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, analisis kelayakan non finansial dan finansial skenario I, skenario II, skenario III, dan skenario IV sangat penting untuk memberikan pilihan pengembangan bisnis pembenihan ikan patin siam yang paling layak bagi Pasirgaok Fish Farm, sehingga tidak terjadi ketelanjuran investasi yang besar dari bisnis yang tidak menguntungkan. Pasirgaok Fish Farm mengalami risiko produksi benih ikan patin siam sebesar 61 persen pada tahun 2013. Terjadinya risiko produksi disebabkan oleh pengaruh musim dan penerapan teknik inkubasi telur dalam air menggenang yang menurunkan derajat penetasan telur. Oleh sebab itu, analisis sensitivitas penurunan produksi sebesar 61 persen perlu dilakukan untuk menilai dampaknya terhadap hasil kelayakan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm (skenario I). Di samping itu, Pasirgaok Fish Farm perlu memperhatikan kemungkinan perubahan komponen input dan output agar rencana pengembangan usaha dapat diprediksi keberlanjutannya. Perubahan komponen input dan output yang sangat rentan terjadi dalam usaha pembenihan ikan patin siam adalah penurunan produksi benih
9 dan kenaikan harga pakan benih. Harga pakan benih berupa cacing sutera meningkat sebesar 58 persen saat terjadi kelangkaan dan pengaruhnya perlu dianalisis terhadap hasil kelayakan setiap skenario. Selain itu, besarnya perubahan maksimum penurunan produksi benih yang dapat ditoleransi oleh Pasirgaok Fish Farm perlu diperhitungkan dan dianalisis pengaruhnya terhadap hasil kelayakan setiap skenario pengembangan usaha agar tetap layak dijalankan. Permasalahan pengembangan usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm dijawab melalui penelitian ini. Permasalahan tersebut dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kelayakan aspek non finansial pengembangan usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm menggunakan empat skenario, yakni kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm (skenario I), intensifikasi dengan sistem corong resirkulasi (skenario II), ekstensifikasi dengan menambah 4 unit hatchery (skenario III), serta kombinasi ekstensifikasi dan intensifikasi dengan menambah 2 unit hatchery yang menerapkan sistem corong resirkulasi (skenario IV)? 2. Bagaimana kelayakan aspek finansial masing-masing skenario pengembangan usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm? 3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan usaha pembenihan ikan patin siam terhadap perubahan penurunan produksi benih ikan patin siam akibat risiko produksi pada kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm (skenario I) dan kelayakan setiap skenario terhadap perubahan kenaikan harga pakan benih ikan patin siam? 4. Berapa batas perubahan maksimum penurunan produksi benih ikan patin siam yang dapat ditoleransi terhadap kelayakan setiap skenario pada Pasirgaok Fish Farm? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis kelayakan aspek non finansial pengembangan usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm menggunakan empat skenario. 2. Menganalisis kelayakan aspek finansial masing-masing skenario pengembangan usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm. 3. Melakukan analisis sensitivitas kelayakan usaha pembenihan ikan patin siam terhadap perubahan penurunan produksi benih ikan patin siam akibat risiko produksi pada kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm (skenario I) dan kelayakan setiap skenario terhadap perubahan kenaikan harga pakan benih ikan patin siam. 4. Melakukan analisis switching value kelayakan setiap skenario pada Pasirgaok Fish Farm terhadap batas perubahan maksimum penurunan produksi benih ikan patin siam yang dapat ditoleransi agar bisnis tetap layak.
10 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi tentang kelayakan usaha pembenihan ikan patin siam antara lain: 1. Bagi pemerintah Kabupaten Bogor, hasil penelitian ini menjadi informasi dan bahan kajian bagi Pemerintah untuk meningkatkan pemberdayaan pelaku pembenihan ikan patin siam di Kabupaten Bogor. 2. Bagi pihak pengelola Pasirgaok Fish Farm, hasil penelitian ini menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan bagi investor untuk mengambil keputusan melakukan pengembangan bisnis. 3. Bagi penulis, hasil penelitian ini berguna untuk meningkatkan kemampuan menganalisis kelayakan usaha dalam bidang agribisnis perikanan. 4. Bagi pembaca, hasil penelitian ini memberikan informasi terkait kelayakan pembenihan ikan patin siam dengan adopsi teknologi di Kabupaten Bogor. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha pembenihan ikan patin siam milik Pasirgaok Fish Farm. Lokasi usaha berada di Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini menganalisis kelayakan pengembangan usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm menggunakan empat skenario. Skenario I adalah kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm dengan menerapkan teknik inkubasi telur dalam air menggenang di akuarium. Skenario II adalah intensifikasi menerapkan sistem corong resirkulasi untuk proses inkubasi telur. Penerapan sistem corong resirkulasi bertujuan menghasilkan derajat penetasan telur sebesar 81 persen sesuai hasil riset Iswanto dan Tahapari (2010) dan memaksimum padat penebaran larva menjadi 88 ekor per liter dengan menggunakan jumlah induk yang sama seperti kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm. Cara kerja unit penetasan telur dan spesifikasi peralatan unit penetasan telur menyesuaikan kondisi unit penetasan telur di Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar Cijengkol, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Skenario III adalah ekstensifikasi menambah 4 unit hatchery untuk meningkatkan hasil produksi benih ikan patin siam 3 kali lipat dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm atau skenario I. Skenario IV adalah kombinasi ekstensifikasi dan intensifikasi dengan menambah 2 unit hatchery yang menerapkan sistem corong resirkulasi untuk meningkatkan hasil produksi benih ikan patin siam 2 kali lipat dari kondisi intensifikasi Pasirgaok Fish Farm atau skenario II. Penelitian ini menganalisis kelayakan usaha berdasarkan kriteria aspek non finansial meliputi: aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek lingkungan. Penilaian aspek finansial berdasarkan pada kriteria investasi meliputi: NPV, IRR, Net B/C, dan payback period, serta analisis sensitivitas terhadap perubahan penurunan produksi dan kenaikan harga pakan benih ikan patin siam.
11
TINJAUAN PUSTAKA Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan saat Proses Pembenihan Ikan Patin Siam Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2000b) mendeskripsikan ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) sebagai jenis ikan yang hidup di perairan tropis Indo-Pasifik dan memiliki ciri fisik antara lain: tubuh agak memanjang, kepala berbentuk simetris, badan licin tidak bersisik, mulut lebar, memiliki 2 pasang sungut, dan mata terletak agak ke bawah. Ikan patin siam memiliki keunggulan dapat beradaptasi di kondisi air yang rendah kandungan oksigen terlarut dan pH rendah, bahkan menurut Hamid et al. (2009) budidaya ikan patin dapat dilakukan di lahan gambut dan rawa-rawa. Proses pembenihan ikan patin merupakan rangkaian proses mulai dari manajemen induk, pemijahan buatan, dan pemeliharaan larva. Manajemen Induk Manajemen induk merupakan proses pengelolaan induk melalui manajemen pakan. Induk patin diberi pakan pelet komersil mengandung protein antara 28 persen dan 32 persen sebanyak 1.5 persen dari bobot total induk sampai 2 persen dari bobot total induk setiap hari (Hamid et al. 2009). Pakan induk dengan kandungan protein sebesar 35 persen ditingkatkan menjadi 2 persen per bobot total induk (Darmawan dan Tahapari 2013). Kedua penelitian tersebut menggunakan standar kandungan protein pakan SNI antara 28 persen hingga 35 persen (BSN 2000). Rendahnya jumlah induk yang berovulasi dan gagal disebabkan oleh ukuran sel telur yang tidak seragam. Ketidakseragaman telur disebabkan oleh kandungan energi dalam pakan (Waspada 2012). Pemijahan Buatan Menurut Hamid et al. (2009), pemijahan buatan merupakan rangkaian proses seleksi induk, penyutikan, stripping, penetasan telur, dan pemanenan larva. Seleksi induk merupakan proses pemilihan induk berdasarkan kriteria. Menurut Badan Standarisasi Nasional (2000b), induk ikan patin siam dibedakan menjadi tiga, yakni induk pejenis, induk dasar, dan induk pokok. Kriteria kualitatif induk patin siam kelas induk pokok antara lain: berasal dari pembesaran benih sebar keturunan pertama induk dasar atau induk penjenis secara selektif, berwarna abuabu kehitaman mulai dari kepala hingga ekor di punggung dan putih keperakan di bawah perut, organ tubuh lengkap dan tidak cacat, tekstur daging kenyal tidak lembek, gerakan aktif, mudah terkejut, serta responsif terhadap pakan. Fekunditas berhubungan dengan ukuran sel telur. Semakin kecil ukuran telur, semakin banyak jumlah telur yang dihasilkan. Badan Standarisasi Nasional (2000b) menetapkan diameter telur antara 1 mm dan 1.2 mm. Menurut Waspada (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas telur adalah kadar vitamin C dan asam lemak. Kadar protein yang rendah menyebabkan diameter telur kecil dan mempengaruhi proses pembuahan. Telur yang tidak mengalami pembuahan disebabkan oleh sperma tidak dapat menembus lubang mikrofil telur. Telur yang tidak terbuahi akan membusuk dan mempengaruhi perkembangan telur normal,
12 sehingga jamur Saprolegnia sp. berkembangbiak. Tabel 7 menunjukkan kriteria kuantitatif induk patin siam yang menentukan keberhasilan pembenihan Tabel 7 Kriteria kuantitatif sifat reproduksi ikan patin siam kelas induk pokok Kriteria Parameter Satuan Jantan Betina Umur pertama pemijahan tahun > 1.5 >2.5 Panjang standar cm 40 45 Bobot tubuh pertama matang gonad kg >2.0 >3.0 Fekunditas butir per kg 120 000-200 000 Diameter telur mm 1.0-1.2 Keseragaman telur % >75 Penggumpalan telur % <25 Inti telur telah dipinggir % >75 Sumber: BSN (2000b).
Hamid et al. (2009) menguji produktivitas induk ikan patin siam berdasarkan ukuran. Hasilnya menunjukkan bahwa produktivitas induk ikan patin siam berbobot antara 3.5 kg dan 5 kg lebih tinggi dibandingkan dengan induk berbobot antara 5 kg dan 7 kg. Keuntungan induk berukuran kecil adalah memerlukan sedikit hormon, mengurangi pemberian pakan, dan memudahkan proses penanganan induk. Darmawan dan Tahapari (2013) menggunakan bobot induk ikan patin siam betina antara 1.5 kg hingga 2.8 kg berada di bawah batas Standar Nasional Indonesia (SNI) maupun penelitian Hamid et al. (2009), sehingga fekunditas hanya mencapai 60 000 butir per kg sampai 120 000 butir per kg. Ketepatan bobot induk yang dipijahkan mempengaruhi fekunditas induk. Hamid et al. (2009) menggunakan Ovaprim untuk induk betina sebanyak 0.5 ml kg-1 yang disuntikkan 1/3 bagian saat penyuntikan pertama dan 2/3 bagian saat penyuntikan kedua selama selang selang waktu 6 jam. Teknik penyuntikan berbeda dilakukan oleh Darmawan dan Tahapari (2013), yakni penyuntikan pertama untuk induk betina dengan hormon HCG sebanyak 500 IU kg-1 dan Ovaprim sebanyak 0.6 ml kg-1 selama selang waktu 12 jam. Penyuntikan induk jantan dilakukan saat penyuntikan kedua sebanyak 0.2 ml kg-1. Hamid et al. (2009) menggunakan metode kering, sementara Darmawan dan Tahapari (2013) menggunakan teknik pembuahan basah. Kedua penelitian tersebut menggunakan sistem corong resirkulasi. Teknik pembuahan buatan ikan patin dilakukan dengan metode kering dan metode basah. Metode kering adalah sperma disebarkan terlebih dahulu dan dicampur secara manual dengan sel telur yang dikumpulkan (Slembrouck et al. 2005). Metode pembuahan basah adalah menampung dan mencampurkan sperma dan larutan fisiologis NaCl terlebih dahulu, kemudian larutan sperma dicampurkan dengan sel telur yang dikumpulkan. Teknik pembuahan basah diterapkan oleh Balai Penelitian Pemuliaan Ikan dan proses penetasan telur atau inkubasi telur dilakukan dalam corong penetasan telur yang tersirkulasi. Mahyuddin (2010) menyarankan teknik pembuahan buatan basah cocok untuk penetasan telur dalam corong penetasan, sedangkan teknik pembuatan buatan kering diterapkan untuk teknik inkubasi telur dalam air menggenang.
13 Menurut Slembrouck et al. (2005), teknik inkubasi telur dalam air menggenang dilakukan dalam akuarium. Pencemaran air oleh bahan organik sangat tinggi akibat telur yang membusuk. Penyebaran telur harus merata satu lapisan agar telur tidak menumpuk dan membusuk. Waspada (2012) menjelaskan bahwa telur ikan patin bersifat melekat dan mempengaruhi derajat penetasan telur. Telur yang melekat menyebabkan difusi oksigen terhambat. Telur tidak menetas akhirnya membusuk dan menumbuhkan jamur Saprolegnia sp. Telur yang tidak terbuai secara visual memiliki bagian inti berwarna putih pucat. Teknik inkubasi telur dalam corong penetasan dengan sistem air resirkulasi menggunakan corong berbentuk bulat yang terbuat dari fiberglass dan corong penetasan tersebut disebut MacDonald jar. Prinsip kerja corong penetasan dengan sistem resirkulasi adalah telur akan terus bergerak akibat dorongan air dari pipa air secara gravitasi, sehingga keuntungan penerapan teknologi ini adalah mengurangi perkembangan jamur, mempermudah larva keluar dari telur yang mati, membersihkan air secara terus-menerus sisa kandungan organik, dan menjaga kualitas air (Slembrouck et al. 2005). Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin Terdapat tiga penelitian berjudul analisis kelayakan usaha pembenihan ikan patin yang dilakukan di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, yakni Number One Fish Farm, Desa Cihideung Ilir (Armayuni 2011), Alma Fish Farm (Rahmawati 2011), dan Nusa Hias Farm, Desa Cibitung Tengah (Dwirosyadha 2008). Pemilihan ketiga lokasi penelitian tersebut dilakukan secara purposive oleh peneliti. Alasan pemilihan lokasi Pasirgaok Fish Farm juga dilakukan secara purposive berdasarkan pada pertimbangan adalah sistem pemeliharaan larva secara intensif berpotensi untuk dikembangkan dan adanya perencanaan pengembangan usaha melalui intensifikasi penerapan sistem corong resirkulasi (skenario II), ekstensifikasi (skenario III), serta kombinasi antara ektensifikasi dan intensifikasi (skenario IV) untuk memanfaatkan lahan maupun memenuhi kelebihan permintaan. Kesamaan tujuan penelitian ini dengan ketiga penelitian sebelumnya adalah menganalisis kelayakan aspek finansial dan aspek non finansial usaha pembenihan ikan patin. Armayuni (2011) dan Rahmawati (2011) mengevaluasi kelayakan usaha pembenihan ikan patin, sedangkan Dwirosyadha (2008) memperdalam analisis kelayakan finansial melalui penggantian investasi kompor gas menjadi lampu petromak. Perbedaan tujuan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah analisis kelayakan aspek non finansial dan aspek finansial pengembangan usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm menggunakan empat skenario agar memberikan alternatif skenario pengembangan usaha yang paling layak bagi Pasirgaok Fish Farm. Kelayakan non Finansial Usaha Pembenihan Ikan Patin Hasil analisis kelayakan aspek non finansial usaha pembenihan ikan patin di One Fish Farm, Alma Fish Farm, dan Nusa Hias Farm adalah sebagai berikut: 1. Aspek Pasar Kapasitas produksi benih ikan patin ukuran 3/4 inci di Number One Fish Farm sebanyak 300 000 ekor per siklus, sedangkan permintaan benih ikan patin
14 dari Palembang, Lampung, Medan, Kalimantan, Waduk Jatiluhur, dan Waduk Saguling sebanyak 400 000 ekor per siklus (Armayuni 2011). Kapasitas produksi benih ikan patin Nusa Hias Farm sebanyak 430 080 ekor per tahun untuk benih ukuran 1 inci dan 184 320 ekor per tahun untuk benih ukuran 3 inci. Target pasarnya adalah pembudidaya pembesaran ikan patin di wilayah Riau, Jambi, dan Waduk Saguling (Dwirosyadha 2008). Kapasitas produksi benih ikan patin ukuran antara 3/4 inci dan 2 inci Alma Fish Farm sebanyak 300 000 ekor per siklus. Target pasarnya adalah pembudidaya pembesaran dan tengkulak di wilayah Bogor (Ciampea, Semplak, Ciapus), Kalimantan, serta Sumatera Selatan (Rahmawati 2011). Hasil analisis kelayakan aspek pasar ketiga penelitian tersebut adalah layak dijalankan karena permintaan benih ikan patin siam sangat tinggi, sehingga terjadi kelebihan permintaan akibat keterbatasan kapasitas produksi. 2. Aspek Teknis Hasil analisis kelayakan aspek teknis pembenihan ikan patin di Number One Fish Farm layak dijalankan berdasarkan pada indikator lokasi usaha dan proses produksi. Kesesuaian lokasi usaha Number One Fish Farm di Desa Cihideung Ilir antara lain: ketersediaan induk dan sarana produksi perikanan di Bogor, suhu udara antara 29 0C dan 31 0C, serta nilai pH air antara 6.5 dan 7.5. Proses produksi benih ikan patin layak dijalankan antara lain: seleksi induk memperhatikan kematangan gonad, penggunaan dosis hormon Ovaprim sebanyak 0.5 ml kg-1 untuk induk betina dan 0.2 ml kg-1 untuk induk jantan (Mahyuddin 2010), metode pembuahan sistem kering (Mahyuddin 2010), teknik inkubasi telur dalam corong resirkulasi dengan derajat penetasan telur sebesar 80 persen, serta survival rate sebesar 80 persen (Armayuni 2011). Hasil analisis kelayakan aspek teknis pembenihan ikan patin di Alma Fish Farm layak dijalankan berdasarkan pada indikator investasi fasilitas pembenihan, modal kerja, dan proses pembenihan ikan patin. Kelengkapan fasilitas pembenihan ikan patin terpenuhi. Modal kerja mudah diperoleh antara lain: induk patin diperoleh dari Purwakarta, cacing sutera dari Kecamatan Caringin dan Kecamatan Dramaga, dan sarana produksi perikanan lainnya dari Bogor Utara. Proses produksi benih ikan patin layak dijalankan antara lain: seleksi induk yang telah matang gonad, metode pembuahan sistem kering, teknik inkubasi telur dalam air menggenang di bak fiberglass dengan derajat penetasan telur sebesar 60 persen, dan survival rate sebesar 80 persen (Rahmawati 2011). Hasil analisis kelayakan aspek teknis pembenihan ikan patin di Nusa Hias Farm layak dijalankan berdasarkan pada indikator penentuan lokasi, sumber air, modal kerja, dan proses pembenihan ikan patin. Lokasi kolam memiliki tekstur tanah lempung dan nilai pH lebih dari 6. Proses produksi benih ikan patin layak dijalankan antara lain: seleksi induk yang telah matang gonad, penggunaan hormon ekstrak kelenjar hipofisa ikan mas, metode pembuahan sistem kering, teknik inkubasi telur dalam akuarium dengan derajat penetasan sebesar 30 persen, serta survival rate sebesar 80 persen (Dwirosyadha 2008). 3. Aspek Manajemen, Aspek Hukum, Aspek Sosial, dan Aspek Lingkungan Kelayakan aspek manajemen Number One Fish Farm, Nusa Hias Farm, dan Alma Fish Farm dianalisis berdasarkan pada struktur organisiasi, pembagian kerja, keahlian dan pendidikan sumberdaya manusia, serta sistem pembayaran gaji. Number One Fish Farm, Nusa Hias Farm, dan Alma Fish Farm menerapkan
15 struktur organisasi lini yang terdiri atas pemimpin perusahaan, wakil pimpinan, dan pegawai. Pembagian kerja berdasarkan pada keahlian dan urutan proses produksi, sehingga jadwal produksi berjalan lancar. Sistem pembayaran gaji pimpinan perusahaan dan wakil pimpinan di Number One Fish Farm menerapkan sistem komisi, yakni laba bersih dibagi dua, sedangkan gaji pegawai berasal dari penjualan benih dikalikan Rp 10 per ekor (Armayuni 2011). Gaji pegawai di Nusa Hias Farm dengan sistem gaji pokok per bulan (Dwirosyadha 2008). Kelayakan aspek hukum Number One Fish Farm, Nusa Hias Farm, dan Alma Fish Farm layak dijalankan karena kapasitas produksi benih ikan patin di bawah 500 000 ekor per siklus, sehingga ketiga perusahaan tersebut tidak perlu memiliki Izin Usaha Perikanan sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Bogor No. 8 Tahun 2003. Kelayakan aspek sosial dinilai berdasarkan pada dampak positif keberadaan perusahaan bagi masyarakat di sekitar lokasi usaha. Hasilnya usaha pembenihan ikan patin siam di Number One Fish Farm, Alma Fish Farm, dan Nusa Hias Farm dapat menyerap tenaga kerja di sekitar lokasi usaha. Kelayakan aspek lingkungan dinilai berdasarkan pada dampak pembuangan limbah perusahaan bagi masyarakat di sekitar lokasi usaha. Usaha pembenihan ikan patin tidak berbahaya bagi masyarakat (Rahmawati 2011, Dwirosyadha 2008, Armayuni 2011). Kelayakan Finansial Usaha Pembenihan Ikan Patin Dwirosyadha (2008), Armayuni (2011), dan Rahmawati (2011) menggunakan kriteria kelayakan investasi untuk menganalisis aspek finansial antara lain: Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan payback period (PP). Dwirosyadha (2008) menambahkan analisis pendapatan, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), dan Return of Investment (ROI). Rahmawati (2011) menambahkan analisis Break Even Point (BEP). Penelitian ini menganalisis kelayakan finansial pengembangan usaha pembenihan ikan patin siam menggunakan empat skenario dengan analisis kriteria investasi (NPV, Net B/C, IRR, PP), sehingga analisis skenario pengembangan usaha yang paling layak menjadi rekomendasi bagi Pasirgaok Fish Farm. Ketidakpastian perubahan parameter pokok usaha pembenihan ikan patin dapat mempengaruhi hasil kelayakan (NPV, Net B/C, IRR) dan diperlukan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas kenaikan harga pakan sebesar 10 persen dan penurunan harga benih sebesar 10 persen dilakukan oleh Armayuni (2011), sedangkan Dwirosyadha (2008) dan Rahmawati (2011) menganalisis perubahan variabel penting usaha pembenihan ikan patin menggunakan metode switching value. Dwirosyadha (2008) menghitung batas maksimum penurunan harga jual benih ikan patin, kenaikan harga pakan induk dan benih, serta kenaikan harga minyak tanah yang dapat ditoleransi bagi perusahaan agar bisnis layak dijalankan. Rahmawati (2011) menghitung batas maksimum penurunan harga jual benih ikan patin dan kenaikan harga cacing sutera, Artemia, serta pelet benih. Penelitian ini bertujuan menganalisis sensitivitas risiko penurunan produksi benih ikan patin siam sebesar 61 persen terhadap kelayakan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm (skenario I), menganalisis sensitivitas kenaikan harga pakan benih ikan patin siam (cacing sutera) sebesar 58 persen terhadap kelayakan empat
16 skenario, dan menganalisis batas maksimum penurunan produksi benih ikan patin siam terhadap kelayakan keempat skenario dengan analisis switching value. Umur bisnis usaha pembenihan ikan patin di Nusa Hias Farm adalah 10 tahun berdasarkan pada bangunan hatchery. Biaya investasi yang dikeluarkan sebesar Rp 91 592 500 untuk kapasitas produksi benih ikan patin ukuran antara 1 inci dan 3 inci sebanyak 614 400 ekor per tahun (Dwirosyadha 2008). Number One Fish Farm menggunakan umur bisnis selama 5 tahun berdasarkan pada umur indukan. Biaya investasi yang dikeluarkan sebesar Rp 116 407 000 untuk kapasitas produksi benih ukuran 3/4 inci sebanyak 2 100 000 ekor per tahun (Armayuni 2011). Alma Fish Farm mengeluarkan biaya investasi sebesar Rp 78 767 000 untuk kapasitas produksi sebanyak 1 800 000 ekor per tahun dan menggunakan umur bisnis selama 6 tahun. Perbedaan penelitian sebelumnya dibandingkan dengan penelitian ini adalah umur bisnis selama 8 tahun berdasarkan pada umur bangunan hatchery 10 tahun yang telah menyusut selama 2 tahun pada tahun 2014. Hasil nilai NPV terbesar diperoleh oleh Nusa Hias Farm sebesar Rp 695 550 355 atau Rp 113 per ekor dan diikuti oleh Number One Fish Farm serta Alma Fish Farm masing-masing sebesar Rp 228 714 837 atau Rp 22 per ekor dan Rp 153 983 555 atau Rp 14 per ekor. Nilai NPV tersebut adalah jumlah keuntungan yang diperoleh Nusa Hias Farm, Number One Fish Farm, dan Alma Fish Farm selama umur proyek dihitung berdasarkan nilai saat ini, bahkan Payback Period Nusa Hias Farm, Number One Fish Farm, dan Alma Fish Farm lebih cepat dari umur bisnis (Rahmawati 2011, Dwirosyadha 2008, Armayuni 2011). Hasil analisis Net B/C menunjukkan bahwa Nusa Hias Farm, Number One Fish Farm, dan Alma Fish Farm memperoleh nilai Net B/C masing-masing sebesar 27.69, 2.95, dan 2.95. Intepretasi nilai tersebut adalah setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1 akan menghasilkan manfaat sebesar nilai tersebut dalam rupiah. Hasil analisis IRR menunjukkan bahwa Nusa Hias Farm, Number One Fish Farm, dan Alma Fish Farm memperoleh presentase masing-masing sebesar 457.26 persen, 63 persen, dan 51 persen. Intepretasi nilai tersebut adalah usaha pembenihan ikan patin memberikan keuntungan internal masing-masing sebesar 457.26 persen, 63 persen, dan 51 persen lebih besar dibandingkan dengan tingkat diskonto masing-masing sebesar 10.8 persen, 6 persen, dan 8 persen. Kesimpulannya usaha pembenihan ikan patin di Nusa Hias Farm, Number One Fish Farm, dan Alma Fish Farm layak secara finansial (Rahmawati 2011, Dwirosyadha 2008, Armayuni 2011).
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Bisnis Analisis tingkat kelayakan rencana bisnis atau kegiatan operasional bisnis untuk mencapai keuntungan maksimal yang tidak ditentukan waktunya disebut sebagai studi kelayakan bisnis (Umar 2007). Studi kelayakan bisnis merupakan suatu kegiatan menilai sejauh mana manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan
17 kegiatan usaha. Analisis studi kelayakan bisnis lebih mengutamakan financial benefit dibandingkan dengan social benefit. Ruang lingkup penilaian studi kelayakan bisnis bersifat mikro karena gagasan usaha hanya melibatkan pengusaha secara individu (Ibrahim 1997). Definisi kelayakan adalah usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan non finansial sesuai tujuan perusahaan maupun kepentingan investor, kreditor, pemerintah, serta masyarakat luas (Kasmir dan Jakfar 2003). Studi kelayakan bisnis menjadi dasar penilaian suatu kegiatan investasi atau bisnis layak atau tidak untuk dijalankan dan menjadi bahan pertimbangan pengambilan keputusan apakah suatu rencana bisnis diterima atau ditolak, bahkan dampak pada bisnis yang sudah berjalan harus diberhentikan atau tetap dilaksanakan (Nurmalina et al. 2009). Menurut Subagyo (2007), studi kelayakan adalah penelitian secara mendalam suatu ide bisnis apakah layak atau tidak dilaksanakan. Ide bisnis antara lain: pendirian usaha baru, pengembangan usaha dengan merger, penambahan modal, penggantian teknologi, pembukaan kantor cabang, serta pembelian perusahaan secara akuisisi. Tujuan studi kelayakan bisnis adalah menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan bisnis yang tidak menguntungkan. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis menilai kelayakan usaha berdasarkan pada aspek non finansial dan aspek non finansial. Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek-aspek non finansial yang perlu dianalisis antara lain: aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, dan aspek lingkungan. Aspek finansial dapat dilakukan setelah kelayakan aspek non finansial terpenuhi. 1. Aspek Non Finansial a) Aspek Pasar Setiap kegiatan pasar membutuhkan pemasaran dan setiap kegiatan pemasaran bertujuan menciptakan pasar. Pasar merupakan suatu mekanisme terjadinya kekuatan permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual. (Kasmir dan Jakfar 2003). Menurut Umar (2007), penilaian aspek pasar dapat ditinjau berdasarkan pada komponen sebagai berikut: 1. Permintaan Permintaan adalah jumlah barang yang dibutuhkan konsumen dan memiliki kemampuan membeli berdasarkan pada berbagai tingkat harga. Permintaan dibedakan menjadi 2, yaitu permintaan efektif yang didukung kemampuan membeli dan permintaan potensial yang hanya berdasarkan pada kebutuhan. Hukum permintaan mengatakan bahwa jika harga barang yang meningkat, maka jumlah barang yang diminta berkurang, cateris paribus. 2. Penawaran Penawaran adalah kuantitas barang yang ditawarkan berdasarkan pada berbagai tingkat harga di pasar. Hukum penawaran mengatakan bahwa jika harga barang yang meningkat, maka jumlah barang yang ditawarkan akan meningkat, cateris paribus. 3. Strategi Pemasaran Strategi pemasaran yang digerakkan oleh pelanggan bertujuan menciptakan nilai bagi pelanggan dan menjalin hubungan yang benar dengan pelanggan
18 yang tepat. Strategi pemasaran pertama adalah memilih pelanggan yang akan dilayani melalui segmentasi pasar. Segmentasi pasar adalah membagi pasar menjadi kelompok-kelompok kecil dengan kebutuhan, karakteristik, atau perilaku berbeda yang memerlukan bauran pemasaran tersendiri. Selanjutnya adalah tahap penetapan target pasar, yakni proses mengevaluasi daya tarik masing-masing segmene pasar dan memilih segmen. Tahap terakhir adalah positioning, yakni mengatur produk untuk menempati tempat yang jelas, berbeda, dan diinginkan dibandingkan dengan produk pesaing dalam pikiran konsumen sasaran (Kotler dan Amstrong 2008). 4. Program pemasaran Pemasaran sebagai upaya menciptakan dan menjual produk kepada berbagai pihak dengan tujuan tertentu (Kasmir dan Jakfar 2003), sementara padangan Kotler dan Amstrong (2008) tentang pemasaran adalah proses menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalan perusahaan. Penetapan strategi bauran pemasaran (marketing mix) mencakup strategi produk, strategi harga, strategi lokasi dan distribusi, maupun strategi promosi. Penilaian hasil studi kelayakan aspek pemasaran adalah informasi tentang program pemasaran dengan analisis bauran pemasaran (Umar 2007). b) Aspek Teknis Aspek teknis berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan mulai beroperasi setelah bisnis selesai dibangun (Nurmalina et al. 2009). Penilaian kelengkapan aspek teknis yang akan ditinjau berdasarkan pada lokasi usaha, luas produksi, proses produksi, layout, serta pemilihan jenis teknologi. Tujuan pencapaian aspek teknis adalah perusahaan menentukan lokasi yang tepat, menentukan layout sesuai proses produksi, serta menentukan teknologi tepat guna (Kasmir dan Jakfar 2003). Hasil analisis aspek teknis merupakan pernyataan apakah bisnis dianggap layak atau tidak layak dilaksanakan saat kegiatan operasional rutin (Umar 2007). c) Aspek Manajemen Menurut Umar (2007), manajemen kegiatan bisnis secara rutin berfungsi untuk aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Pernilaian aspek manajemen bergantung pada fungsi manajemen yang berjalan sesuai fungsinya, yaitu: 1. Perencanaan Proses menentukan arah yang akan ditempuh dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah apa, kapan, serta bagaimana dan cara apakah yang akan dilakukan. Penilaian aspek manajemen berdasarkan pada unsur perencanaan dari segi jangka waktu (jangka panjang, menengah, dan pendek) dan sisi tingkatan manajemen (perencanaan strategi dan operasional). 2. Pengorganisasian Proses mengelompokkan kegiatan dan pekerjaan ke dalam unit-unit. Penilaian aspek manajemen berdasarkan pada unsur pengorganisasian adalah struktur organisasi, rincian seluruh pekerjaan, pembagian kerja ke dalam aktivitas yang dikerjakan, mekanisme koordinasi pekerjaan, dan langkah-langkah meningkatkan efektivitas.
19 3. Pelaksanaan Proses menjalankan pekerjaan dalam organisasi. Penilaian aspek manajemen berdasarkan pada unsur pelaksanaan adalah manajemen dapat mempengaruhi pegawai menjadi lebih baik, adanya daya tolak terhadap sesorang, kesetiaan terhadap tugas, pemimpin, dan perusahaan. 4. Pengawasan Proses mengukur dan menilai pelaksanaan tugas sesuai rencana. Penilaian aspek manajemen berdasarkan pada unsur pelaksanaan adalah upaya mencegah terjadinya penyimpangan. d) Aspek Hukum Tujuan peninjauan aspek hukum adalah meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dokumen yang dimiliki (Kasmir dan Jakfar 2003) agar mempelancar dan mempermudah kegiatan bisnis (Nurmalina et al. 2009). Penilaian aspek hukum memberikan informasi tentang bentuk jenis perusahaan, identitas pelaksana bisnis, bisnis yang dikerjakan, waktu pelaksanaan, lokasi bisnis, dan keterkaitan usaha dengan peraturan berlaku (Umar 2007). e) Aspek Sosial dan Aspek Lingkungan Penilaian aspek sosial antara lain: membuka lapangan pekerjaan, melaksanakan alih teknologi untuk meningkatkan skill pekerja, meningkatkan mutu hidup, dan berpengaruh positif bagi masyarakat sekitar. Penilaian aspek lingkungan berhubungan dengan dampak lingkungan yang merugikan. Tujuan analisis aspek lingkungan untuk menentukan apakah secara lingkungan dari segi air dan udara bisnis diperkirakan dapat dilaksanakan secara layak atau sebaliknya. Analisis lingkungan dikaitkan dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) (Umar 2007). 2. Aspek Finansial Aspek non finansial mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan aliran kas, sumber dana, dan proyeksi keuangan. a) Teori Biaya dan Manfaat Segala sesuatu yang mengurangi manfaat disebut sebagai biaya, sedangkan segala sesuatu yang membantu tujuan disebut sebagai manfaat. Menurut Nurmalina et al. (2009), studi kelayakan bisnis sebagai suatu upaya membandingkan arus komponen-komponen biaya dan manfaat yang tidak terjadi pada waktu yang sama selama umur bisnis. Perbedaan pengukuran biaya dan manfaat saat perhitungan analisis studi kelayakan dapat dianalisis menggunakan laporan keuangan. Perbedaan pengukuran biaya dan manfaat saat perhitungan analisis studi kelayakan dapat dianalisis menggunakan laporan keuangan. Komponen biaya nyata (tangible cost) adalah barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah, biaya tak terduga, pajak, jasa pinjaman, biaya-biaya tak diperhitungkan (sunk cost). Komponen manfaat nyata (tangible benefit) adalah peningkatan produksi, perbaikan kualitas produk, perubahan waktu dan lokasi penjualan, serta perubahan bentuk produk (Nurmalina et al. 2009). b) Konsep Nilai Waktu dari Uang Setiap nilai uang sekarang (present value) lebih berharga dibandingkan dengan nilai mata uang yang sama pada masa yang akan datang (future value) disebut sebagai time preference. Perbedaan waktu antara pengeluaran biaya investasi dan manfaat yang diterima tidak dapat dibandingkan, sehingga perhitungan nilai uang terhadap waktu perlu diperhatikan (Nurmalina et al. 2009).
20 Menurut Nurmalina et al. (2009), perubahan nilai uang akibat perubahan waktu disebabkan oleh beberapa perubahan tingkat inflasi, konsumsi, dan produktivitas. Besarnya perbedaan bergantung pada biaya yang timbul pada saat menentukan pilihan investasi dan meninggalkan kesempatan investasi lain. Opportunity Cost of Capital (OCC) atau biaya imbangan dari modal yang akan diinvestasikan merupakan dasar penentuan tingkat bunga (discount rate). Perhitungan konversi antara nilai sekarang (present value) dan nilai yang akan datang (discount factor) digambarkan dengan berbagi factor yang terdapat dalam tabel compounding and discounting. Discount factor (P/F) digunakan untuk menghitung nilai sekarang (P) saat diketahui sejumlah nilai tertentu di masa yang akan datang (F) dengan memperhatikan periode tertentu (n). Compounding factor untuk menghitung nilai di waktu yang akan datang (F) saat diketahui sejumlah uang sekarang (P) untuk periode waktu tertentu (n) (Nurmalina et al. (2009). c) Analisis Kriteria Investasi Laporan laba rugi mencerminkan total penerimaan dan pengeluaran yang diperoleh selama satu tahun produksi (Nurmalina et al. 2009). Perhitungan laporan laba rugi digunakan untuk menghitung besar pajak penghasilan yang akan dimasukkan ke dalam cash flow. Tujuannya adalah menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh selama periode tertentu (Kasmir dan Jakfar 2003). Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), estimasi pendapatan dari jenis-jenis pemasukan uang yang masuk (cash in) dan estimasi biaya dari jenis-jenis pengeluaran (cash out) harus dirinci secara teliti dengan asumsi-asumsi tertentu melalui pembuatan aliran kas (cashflow) selama periode usaha. Menurut Ibrahim (1997) cashflow sebagai alat kontrol pengendalian biaya untuk memudahkan pencapaian tujuan usaha dan menurut Nurmalina et al . (2009) sebagai bukti yang menunjukkan alasan perubahan kas dari sumber-sumber kas serta penggunaannya. Cash flow digunakan untuk menganalisis kriteria investasi kelayakan bisnis. Tujuan perhitungan kriteria investasi adalah untuk mengetahui seberapa besar suatu usaha mampu memberikan manfaat berupa financial benefit maupun social benefit. Hasil perhitungan kriteria investasi menjadi pedoman pengambilan keputusan diterima atau ditolak suatu gagasan usaha (Ibrahim 1997). Perhitungan kriteria investasi antara lain: 1. Net Present Value (NPV) NPV adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis (Nurmalina et al. 2009). Perhitungan net benefit telah didiskonto dengan menggunakan Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) sebagai Discount Factor (DF) (Ibrahim 1997). 2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan rasio antara net benefit yang telah di-discount positif dan net benefit yang telah di-discount negatif. 3. Internal Rate of Return (IRR) IRR sebagai uji seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan (Nurmalina et al. 2009). IRR berada pada kondisi Discount Factor (DF) menghasilkan NPV sama dengan nol. IRR tersebut memperlihatkan bahwa present value (PV) benefit akan sama dengan present value (PV) cost. DF merupakan Opportunity Cost of Capital (OCC).
21 4. Payback Period (PP) Perhitungan PP berfungsi untuk mengukur seberapa cepat investasi dapat kembali. Semakin cepat suatu usaha dapat mengembalikan biaya investasi, maka semakin baik perputaran modal untuk usaha tersebut (Nurmalina et al. 2009). d) Analisis Sensitivitas Tujuan analisis sensitivitas adalah menilai kondisi kelayakan suatu kegiatan investasi ketika terjadi perubahan perhitungan biaya dan manfaat. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah variabel yang penting secara terpisah atau kombinasi dengan persentase tertentu yang diketahui. Besarnya sensitivitas perubahan variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan (NPV,IRR,Net B/C). Analisis sensitivitas dilakukan setelah analisis pascakriteria investasi untuk menganalisis bisnis saat terjadi perubahan atau ketidaktepatan perhitungan biaya dan manfaat (Nurmalina et al. 2009). Variasi analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti (switching value). Analisis sensitivitas dengan switching value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari komponen inflow (perubahan harga, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input) yang dapat ditoleransi agar bisnis tetap layak. Apabila perubahan melebihi nilai pengganti tersebut, maka bisnis tidak layak dijalankan (Nurmalina et al. 2009). Kerangka Pemikiran Operasional Ikan patin termasuk komoditas unggulan karena bernilai ekonomis tinggi, teknologi budidaya dapat diterapkan dan tersedia, permintaan pasar tinggi, serta dapat dibudidayakan dan dikembangkan secara massal. Pemerintah mengembangkan ikan patin dengan kegiatan percepatan industrialisasi patin dan pelarangan impor fillet ikan patin. Upaya peningkatan produksi ikan patin untuk kebutuhan lokal dan ekspor akan meningkatkan permintaan benih ikan patin. Kabupaten Bogor cocok untuk pembenihan ikan patin. Wilayah pemasaran benih ikan patin dari Kabupaten Bogor tersebar di wilayah Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Wilayah pemasaran yang cukup luas tersebut menjadi peluang bagi pelaku usaha pembenihan ikan patin memenuhi permintaan benih ikan patin. Pasirgaok Fish Farm merupakan unit pembenihan ikan patin siam di Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Usaha dimulai sejak bulan Oktober 2012 menggunakan 2 unit hatchery. Sistem pemeliharaan larva dilakukan secara intensif dengan padat penebaran larva antara 63 ekor per liter dan 88 ekor per liter, sehingga potensi produksi benih ikan patin siam per siklus sangat tinggi. Pasirgaok Fish Farm mengalami kelebihan permintaan benih ikan patin siam sebanyak 33 978 000 ekor per tahun dari wilayah Bogor, Lampung, Palembang, Riau, Jambi, Banten, Purwakarta, dan Tulungagung. Pasirgaok Fish Farm mengalami kendala meningkatkan produksi benih ikan patin siam untuk memenuhi kelebihan permintaan tersebut. Salah satu kendala adalah penerapan teknik inkubasi telur dalam air menggenang di akuarium. Penerapan teknologi sederhana tersebut memudahkan pertumbuhan jamur selama proses inkubasi telur dan diduga menyebabkan derajat penetasan telur rendah sebesar 48 persen, sedangkan hasil derajat penetasan telur sebesar 81 persen dengan sistem corong resirkulasi.
22 Rencana Pasirgaok Fish Farm adalah melakukan intensifikasi penerapan sistem corong resirkulasi untuk proses inkubasi telur (skenario II). Pertumbuhan jamur dengan teknik inkubasi telur dalam air menggenang akan menurunkan derajat penetasan telur dan menimbulkan risiko produksi, sehingga sistem corong resirkulasi digunakan untuk mengurangi pertumbuhan jamur, meningkatkan derajat penetasan telur, dan memaksimumkan padat penebaran larva. Upaya meningkatkan produksi benih ikan patin siam juga dilakukan dengan cara ekstensifikasi untuk memenuhi kelebihan permintaan dan memanfaatkan lahan seluas 5 124 m2. Upaya ekstensifikasi merupakan skenario III melalui penambahan hatchery sebanyak 4 unit dan bertujuan meningkatkan produksi benih ikan patin siam 3 kali lipat dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm atau skenario I. Kombinasi upaya ekstensifikasi dan intensifikasi produksi benih ikan patin siam merupakan skenario IV untuk meningkatkan produksi benih ikan patin siam 2 kali lipat dari kondisi intensifikasi Pasirgaok Fish Farm atau skenario II. Caranya dilakukan dengan menambah 2 unit hatchery yang menerapkan sistem corong resirkulasi. Risiko produksi benih ikan patin siam sebesar 61 persen dialami oleh Pasirgaok Fish Farm pada tahun 2013. Terjadinya risiko produksi disebabkan oleh pengaruh musim dan rendahnya derajat penetasan telur dengan teknik inkubasi telur dalam air menggenang. Oleh sebab itu, analisis sensitivitas penurunan produksi sebesar 61 persen perlu dilakukan untuk menilai dampaknya terhadap hasil kelayakan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm (skenario I). Di samping itu, Pasirgaok Fish Farm perlu memperhatikan kemungkinan perubahan komponen input (penurunan produksi benih) dan output (kenaikan harga pakan benih) agar rencana pengembangan usaha dapat diprediksi keberlanjutannya. Harga pakan benih berupa cacing sutera meningkat sebesar 58 persen saat terjadi kelangkaan dan pengaruhnya perlu dianalisis terhadap hasil kelayakan setiap skenario. Selain itu, besarnya perubahan maksimum penurunan produksi benih yang dapat ditoleransi oleh Pasirgaok Fish Farm perlu diperhitungkan dan dianalisis pengaruhnya terhadap hasil kelayakan setiap skenario agar tetap layak dijalankan. Analisis kelayakan pengembangan usaha pembenihan ikan patin siam dilakukan dengan menilai kelayakan aspek non finansial dan aspek finansial. Kelayakan aspek non finansial mempengaruhi penilaian kelayakan berdasarkan aspek finansial karena kedua aspek tersebut berjalan secara bersamaan selama kegiatan bisnis beroperasi. Analisis aspek non finansial antara lain: aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, dan aspek hukum. Analisis aspek finansial menggunakan analisis kriteria investasi (NPV, Net B/C, IRR, PP) untuk menilai apakah sejumlah investasi yang ditanamkan layak atau tidak dijalankan. Penilaian kelayakan aspek finansial merupakan gambaran penilaian terhadap keuangan perusahaan secara keseluruhan dan menjadi bahan pertimbangan bagi investor mengambil keputusan skenario pengembangan bisnis yang akan dijalankan. Aspek yang dinilai layak menjadi saran bagi Pasirgaok Fish Farm, sedangkan aspek yang tidak layak diperbaiki hingga mencapai kelayakan. Analisis sensitivitas penurunan produksi dan kenaikan harga pakan benih ikan patin siam dilakukan setelah bisnis layak dijalankan. Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran penelitian secara skematis dapat dilihat pada Gambar 1.
23 Usaha Pembenihan Ikan Patin Siam di Pasirgaok Fish Farm Potensi : 1. Pengembangan produksi ikan patin di Indonesia melalui industrialisasi patin dan pembatasan kuota impor produk olahan ikan patin. 2. Jumlah kebutuhan benih ikan patin sangat tinggi. 3. Bogor sebagai sentra pembenihan ikan patin di Jawa Barat. 4. Pasirgaok Fish Farm mengalami kelebihan permintaan benih ikan patin siam sebanyak 33 978 000 ekor per tahun. 5. Potensi meningkatkan produksi benih ikan patin siam dengan sistem pemeliharaan larva secara intensif. 6. Tersedia lahan seluas 5 124 m2 yang belum termanfaatkan. Kendala: Penerapan teknik inkubasi telur dalam air menggenang di akuarium berisiko menumbuhkan jamur dan menurunkan derajat penetasan telur
Skenario I Skenario II Skenario III Penerapan Penerapan teknik Penambahan 4 teknik inkubasi inkubasi telur unit hatchery telur dalam air dengan sistem (ekstensifikasi menggenang corong resirkulasi dari skenario I) (intensifikasi) (kondisi aktual)
Aspek Non Finansial Aspek pasar, Aspek teknis, Aspek manajemen, Aspek hukum, Aspek sosial, dan Aspek lingkungan
Skenario IV Penambahan 2 unit hatchery dan penerapan sistem corong resirkulasi (ekstensifikasi dan intensifikasi dari skenario II)
Aspek Finansial NPV, Net B/C, IRR, Payback Period
Layak
Analisis sensitivitas Penurunan produksi dan kenaikan pakan benih ikan patin siam Rekomendasi pengembangan usaha Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional
Tidak layak
Saran perbaikan kriteria kelayakan
24
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pasirgaok Fish Farm, Desa Pasirgaok Tengah, RT. 3 RW. 6, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Pertimbangan pertama adalah potensi Pasirgaok Fish Farm mengembangkan usaha pembenihan ikan patin siam dengan sistem intensif, yakni padat penebaran larva maksimum 88 ekor per liter. Pertimbangan kedua adalah rencana intensifikasi sistem corong resirkulasi, ekstensifikasi, serta kombinasi ekstensifikasi dan intensifikasi. Pengambilan data di Pasirgaok Fish Farm selama bulan Februari sampai Maret 2014, sementara pengambilan data cara kerja unit penetasan telur ikan patin dengan sistem corong resirkulasi di Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Cijengkol, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, pada bulan Juli 2014. Pengolahan data dan penulisan dilakukan selama bulan Mei sampai Oktober 2014. Jenis dan Sumber Data Tabel 8 Jenis dan sumber data Jenis data Aspek kajian Sumber data Pasar Pasirgaok Fish Farm, Pelanggan Pasirgaok Fish Farm Teknis Pasirgaok Fish Farm, BPBAT Cijengkol Subang, Laboratorium Lingkungan Akuakultur (FPIK, IPB). Manajemen Pasirgaok Fish Farm Primer Hukum Pasirgaok Fish Farm Sosial Pasirgaok Fish Farm, masyarakat di lokasi Lingkungan Pasirgaok Fish Farm, masyarakat di lokasi Finansial Pasirgaok Fish Farm Kementerian Kelautan dan Perikanan, internet, buku Pasar studi kelayakan bisnis Teknis Jurnal, prosiding, skripsi, publikasi Badan Standarisasi Nasional dan Balai Penelitian Pemuliaan Ikan, buku pembenihan ikan patin dan studi kelayakan bisnis Manajemen Buku studi kelayakan bisnis Sekunder Hukum Peraturan Daerah Kabupaten Bogor No. 8 Tahun 2003, Buku studi kelayakan bisnis Sosial Buku studi kelayakan bisnis Lingkungan Peraturan Menteri Negara dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2012 Finansial Buku studi kelayakan bisnis Tabel 8 menunjukkan jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini. Data primer Pasirgaok Fish Farm antara lain: profil perusahaan, teknik pembenihan ikan patin siam, kebutuhan input produksi, hasil produksi,
25 harga input dan output, serta hal-hal yang berhubungan dengan seluruh aspek. Permintaan benih ikan patin siam oleh pelanggan dari Bogor, Palembang, Lampung, dan Banten diperoleh dari pelanggan. Data primer pengembangan usaha, yakni cara kerja unit penetasan telur ikan patin siam dengan corong penetasan diperoleh dari BPBAT Cijengkol Subang. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data primer aktivitas pembenihan ikan patin siam adalah wawancara secara mendalam dan terstruktur menggunakan kuisioner dengan pemilik dan pegawai Pasirgaok Fish Farm. Observasi lapang dilakukan selama 2 bulan. Data primer pengembangan usaha, yakni cara kerja unit penetasan telur dengan sistem corong resirkulasi dilakukan melalui wawancara testruktur dengan teknisi di BPBAT Cijengkol Subangdan observasi lapang. Metode wawancara terstruktur untuk memperoleh data permintaan benih ikan patin siam di Pasirgaok Fish Farm dengan pelanggan dari Bogor, Palembang, Lampung, dan Banten melalui komunikasi telepon. Data primer uji parameter kualitas air dari sampel air kolam induk, sumur gali, kolam treatment air, dan akuarium di Pasirgaok Fish Farm diperoleh dari Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada bulan April 2014. Data sekunder berupa literatur sebagai pelengkap informasi diperoleh melalui kunjungan langsung ke dinas terkait (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Balai Penelitian Pemuliaan Ikan, Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Cijengkol, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor), pencarian melalui internet, dan kunjungan ke perpustakaan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor, perpustakaan LSI IPB, dan perpustakaan FEM IPB. Alat instrumen pengumpulan data adalah kuisioner, telepon, dan alat pencatat. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Data bersifat kualitatif diolah melalui pengelompokkan data hasil wawancara berdasarkan pada aspek non finansial dan dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan finansial dan pengolahannya menggunakan komputer dengan software Microsoft Excel. Hasil olahan data disajikan dalam bentuk tabulasi dan dianalisis. Analisis aspek non finansial meliputi: aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, aspek hukum, dan aspek lingkungan. Analisis aspek finansial dianalisis berdasarkan pada empat skenario, yakni kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm (skenario I), intensifikasi penerapan sistem corong resirkulasi (skenario II), ekstensifikasi menambah 4 unit hatchery (skenario III), dan kombinasi ekstensifikasi maupun intensifikasi menambah 2 unit hatchery dengan penerapan sistem corong resirkulasi (skenario IV). Analisis finansial menggunakan analisis kriteria investasi dan analisis sensitivitas. Analisis Aspek Pasar Penilaian aspek pasar mencakup permintaan dan penawaran benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci, strategi pemasaran, dan bauran pemasaran. Aspek pasar
26 dianalisis secara deskriptif berdasarkan pada data primer dari hasil wawancara dengan Pasirgaok Fish Farm dan pelanggan dari Bogor, Palembang, Lampung, dan Banten. Pelanggan Pasirgaok Fish Farm merupakan pembudidaya pendederan benih ikan patin siam ukuran lebih dari 1 inci. Usaha pembenihan ikan patin siam dikatakan layak, apabila jumlah benih ikan patin siam yang diproduksi memiliki peluang untuk memenuhi kebutuhan pembudidaya pendederan karena jumlah permintaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah penawaran. Kriteria lainnya adalah strategi pemasaran didukung dengan bauran pemasaran yang tepat akan menciptakan kepuasan bagi pembeli untuk membeli ulang. Analisis Aspek Teknis Analisis kriteria kelayakan aspek teknis ditentukan berdasarkan pada ruang lingkup sebagai berikut: 1. Penilaian lokasi usaha antara lain: letak pasar yang dituju, ketersediaan tenaga listrik dan air, ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, iklim, dan fasilitas transportasi. 2. Skala usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm. 3. Proses pembenihan ikan patin siam dimulai dari manajemen induk sampai distribusi benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci. Proses pembenihan ikan patin siam dikatakan layak, apabila kriteria kelayakan teknik pembenihan ikan patin siam sesuai dengan teori teknik pembenihan ikan patin siam. 4. Layout usaha pembenihan ikan patin siam. 5. Pemilihan jenis teknologi pembenihan ikan patin siam Analisis Aspek Manajemen Penilaian aspek manajemen adalah penilaian fungsi manajemen perusahaan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, hingga pengawasan terhadap sumberdaya manusia yang dimiliki oleh Pasirgaok Fish Farm. Aspek manajemen usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm dikatakan layak, apabila pegawai, manajer, dan investor telah menjalankan fungsi manajemen secara tepat sesuai tugas dan keahlian yang dimiliki. Analisis Aspek Hukum Aspek hukum dianalisis secara deskriptif meliputi legalitas surat beharga aset usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm. Surat berharga tersebut antara lain: Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik usaha, sertifikat tanah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), Izin Usaha Perikanan sesuai Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2003, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Izin Lokasi, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan Surat Izin Tempat Usaha (SITU). Usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm dikatakan layak, apabila pemilik usaha telah melengkapi surat tersebut. Analisis Aspek Sosial dan Aspek Lingkungan Penilaian aspek sosial dikaji secara deskriptif untuk mengetahui manfaat dan kerugian keberadaan Pasirgaok Fish Farm di Desa Pasirgaok. Penilaian terhadap aspek lingkungan akan ditinjau dari pengelolaan sisa-sisa limbah dari aktivitas budidaya pembenihan ikan patin siam maupun hubungan antara usaha pembenihan ikan patin siam dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
27 (AMDAL) sesuai Peraturan Menteri Negara dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2012. Usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm dikatakan layak berdasarkan pada aspek sosial, apabila keberadaan Pasirgaok Fish Farm mengurangi pengangguran, meningkatkan keahlian pembenihan ikan patin siam, dan adanya aktivitas ekonomi di Desa Pasirgaok. Aspek lingkungan dikatakan layak, apabila usaha tidak menimbulkan pencemaran air dan udara yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Analisis Aspek Finansial Analisis kuantitatif menggunakan metode analisis arus kas untuk menganalisis kelayakan usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm berdasarkan pada aspek finansial. Penilaian kelayakan dengan metode analisis arus kas menggunakan kriteria investasi. Penilaian kriteria investasi adalah Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Analisis finansial lainnya adalah analisis sensitivitas. Net Present Value (NPV) NPV adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis (Nurmalina et al. 2009). Pencarian NPV terlebih dahulu harus mencari present value kas bersih dari perhitungan metode analisis arus kas. Usaha dianggap layak, apabila nilai NPV>0 atau NPV=0. Artinya usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm memberikan keuntungan kepada investor selama umur bisnis menurut nilai sekarang. Rumus NPV menurut Nurmalina et al. (2009) adalah sebagai berikut: n
NPV= t=1
Bt-Ct (1+i)t
Keterangan: Bt = Manfaat usaha pembenihan ikan patin siam pada tahun ke-t Ct = Biaya usaha pembenihan ikan patin siam pada tahun ke-t n = Umur ekonomis bisnis t = Tahun kegiatan bisnis (t=1,2,3,..., n), tahun awal adalah tahun ke-1 i = Tingkat discount rate (persen) 1 = Discount Factor (DF) pada tahun ke-t (1+𝑖)𝑡
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) Net B/C menunjukkan tambahan manfaat yang diberikan ketika terjadi penambahan biaya sebesar satu satuan. Net B/C adalah rasio antara manfaat bersih bernilai positif dan manfaat bersih bernilai negatif (Nurmalina et al. 2009). Bisnis dianggap layak, apabila nilai Net B/C>1 atau Net B/C=1. Artinya usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm mendapatkan tambahan manfaat untuk setiap tambahan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1. Rumus Net B/C menurut Nurmalina et al. (2009) adalah sebagai berikut:
28 B Net = C
n (Bt-Ct) t=1 (1+i)t
Dimana
n (Bt-Ct) t=1 (1+i)t
Bt-Ct >0 Bt-Ct <0
Keterangan : Bt = Manfaat usaha pembenihan ikan patin siam pada tahun ke-t Ct = Biaya usaha pembenihan ikan patin siam pada tahun ke-t n = Umur ekonomis bisnis t = Tahun kegiatan bisnis (t=1,2,3,..., n), tahun awal adalah tahun ke-1 i = Tingkat discount rate (persen) 1 = Discount Factor (DF) pada tahun ke-t (1+𝑖)𝑡
Internal Rate of Return (IRR) IRR sebagai alat mengukur tingkat pengembalian hasil investasi (Kasmir dan Jakfar 2003). Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan dengan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang. Investasi dikatakan layak, jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto. Apabila IRR lebih kecil dari tingkat diskonto, maka bisnis tidak layak dilaksanakan. Pencarian nilai IRR melalui perhitungan nilai NPV dengan suku bunga yang wajar. Suku bunga ditentukan berdasarkan sumber modal yang digunakan, yakni modal pribadi. Jika hasil NPV positif, maka tingkat suku bunga perlu ditingkatkan tinggi hingga NPV bernilai negatif. Hasil percobaan ini akan menemukan nilai IRR berada di antara nilai NPV positif dan nilai NPV negatif, yaitu NPV bernilai nol (Ibrahim Y 1997). Perhitungan dilakukan dengan cara coba-coba. IRR menghasilkan nilai NPV=0. Rumus IRR menurut Nurmalina et al. (2009) adalah sebagai berikut: IRR= i₁+
NPV₁ x (i₂-i₁) NPV₁-NPV₂
Keterangan i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV positif NPV2 = NPV negatif
Discounted Payback Period (PP) Analisis PP digunakan untuk mengetahui berapa lama usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm dapat mengembalikan investasi yang telah ditanamkan pada tahun awal. Usaha dikatakan layak, jika hasil analisis PP usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm lebih pendek dari umur bisnis. Discounted payback period menggunakan manfaat bersih yang telah dikalikan dengan Discount Rate (DR). Rumusnya adalah sebagai berikut: DPP= Keterangan
I Ab𝑑𝑖𝑠𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑒𝑑
29 I = Besarnya investasi yang diperlukan Ab discounted = Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahun dan telah dikalikan dengan DR
Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan berdasarkan pada data historis Pasirgaok Fish Farm pada tahun 2013. Variabel yang telah diketahui adalah penurunan produksi benih ikan patin siam sebesar 61 persen akibat risiko produksi pada kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm selama tahun 2013 dan kenaikan harga pakan benih berupa cacing sutera sebesar 58 persen pada bulan Desember 2012 hingga Januari 2013. Analisis sensitivitas menggunakan perubahan penurunan produksi sebesar 61 persen dilakukan terhadap hasil kelayakan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm (skenario I). Analisis sensitivitas menggunakan perubahan kenaikan harga pakan benih sebesar 58 persen dilakukan terhadap hasil kelayakan seluruh skenario (skenario I, skenario II, skenario III, skenario IV). Analisis switching value digunakan mencari besarnya perubahan maksimum penurunan produksi benih ikan patin siam yang dapat ditoleransi agar bisnis tetap layak terhadap hasil kelayakan keempat skenario (skenario I, skenario II, skenario III, skenario IV). Analisis switching value akan menghasilkan nilai NPV sama dengan nol, Net B/C sama dengan 1, dan IRR sama dengan tingkat diskonto. Asumsi Dasar yang Digunakan Skenario I 1. Lahan usaha pembenihan ikan patin siam seluas 1 360 m2. 2. Lama siklus produksi adalah 330 hari per tahun. 3. Umur bisnis adalah 8 tahun berdasarkan umur ekonomis dari bangunan hatchery ke-1. 4. Siklus produksi sebanyak 22 siklus per tahun yang terdiri atas: musim hujan sebanyak 6 siklus dan musim kemarau sebanyak 5 siklus di setiap hatchery. Musim kemarau terjadi pada bulan April hingga September, sedangkan musim hujan terjadi pada pada bulan Oktober hingga Maret (BMKG 2012). 5. Perbandingan jumlah induk ikan patin siam jantan dan induk ikan patin siam betina yang dipijahkan adalah 2:1. 6. Jumlah induk ikan patin siam betina yang dipijahkan sebanyak 11 ekor di hatchery ke-1 dan 12 ekor di hatchery ke-2. 7. Rata-rata bobot induk ikan patin siam betina yang dipijahkan adalah 3 kg per ekor dan bobot induk jantan adalah 2.5 kg per ekor. 8. Umur afkir induk betina adalah 4 tahun dan umur afkir induk jantan adalah 3 tahun. 9. Kematian induk betina sebanyak 1 ekor per siklus saat musim kemarau. 10. Bobot telur yang dihasilkan setiap induk betina minimum 10 persen dari bobot induk betina saat musim hujan, sedangkan musim kemarau bobot telur yang dihasilkan setiap induk betina minimum 5 persen dari bobot induk betina (BPBAT Cijengkol Subang). 11. Jumlah telur ikan patin siam per gram adalah 1 200 butir (Darmawan dan Tahapari 2013).
30 12. Derajat fertilisasi telur ikan patin siam sebesar 91.44 persen ≈ 91 persen (Iswanto dan Tahapari 2010). 13. Derajat penetasan telur ikan patin siam sebesar 48 persen berdasarkan pada rata-rata pemijahan Pasirgaok Fish Farm pada tahun 2013. 14. Padat penebaran larva ikan patin siam sebanyak 63 ekor per liter. 15. Takaran satu sendok makan untuk penebaran larva berisi 10 000 ekor menurut Pasirgaok Fish Farm dan pelaku pembenihan ikan patin di Kecamatan Ciampea. 16. Survival rate larva hingga menjadi benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci selama 21 hari sebesar 45 persen saat musim hujan dan 50 persen saat musim kemarau. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan pada rata-rata survival rate pemijahan musim hujan (Oktober-Maret 2013) dan pemijahan musim kemarau (April-September 2013) pada Pasirgaok Fish Farm. 17. Produk yang dijual adalah benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci yang terdiri atas: 40 persen grade a, 20 persen grade b, dan 40 persen grade c. 18. Grade a merupakan benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci yang dipelihara selama 15 hari. 19. Grade b merupakan benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci yang dipelihara selama 18 hari . 20. Grade c merupakan benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci yang dipelihara selama 21 hari. 21. Harga input produksi merupakan harga rata-rata pada bulan Januari sampai Maret 2014. 22. Biaya investasi fasilitas bangunan unit pembenihan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm dan kendaraan bermotor sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh investor, sedangkan biaya investasi mesin, perlengkapan penunjang, dan induk menggunakan harga pada tahun 2014. 23. Biaya pemeliharaan mesin sebesar 5 persen per tahun dari nilai beli. 24. Pajak penghasilan disesuaikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 sesuai pasal 17 ayat 1 b sebesar 25 persen. 25. Modal usaha berasal dari modal pribadi dengan discount rate sebesar 6.25 persen. Nilai discount rate berdasarkan pada tingkat suku bunga deposito Bank BNI sebagai tempat pemilik usaha menyimpan uang. Skenario II Asumsi dasar selain yang telah diuraikan sebagai berikut tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan asumsi kondisi aktual (skenario I). Berikut ini adalah asumsi dasar skenario II: 1. Lahan usaha pembenihan ikan patin siam adalah 1 435 m2. 2. Proses pembangunan unit penetasan telur selama 2 bulan dan unit penetasan telur digunakan pada siklus ke-5 tahun ke-1. 3. Jumlah induk ikan patin siam betina yang dipijahkan sebanyak 11 ekor di hatchery ke-1 dan 12 ekor di hatchery ke-2. 4. Kapasitas maksimal telur dalam corong penetasan sebanyak 300 g (BPBAT Cijengkol Subang). 5. Derajat penetasan telur ikan patin siam sebesar 80.67 persen ≈ 81 persen (Iswanto dan Tahapari 2010). 6. Padat penebaran larva ikan patin siam sebanyak 88 ekor per liter.
31 7. Harga komponen biaya investasi (unit penetasan telur, mesin, perlengkapan penunjang), biaya tetap, dan biaya variabel skenario II merupakan harga pada tahun 2014, sedangkan biaya investasi fasilitas bangunan unit pembenihan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm dan kendaraan bermotor sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh investor. Skenario III Asumsi dasar selain yang telah diuraikan sebagai berikut tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan asumsi kondisi aktual (skenario I). Berikut ini adalah asumsi dasar skenario III: 1. Lahan usaha pembenihan ikan patin siam adalah 6 484 m2. 2. Proses pembangunan 4 unit hatchery dan fasilitas pembenihan ikan patin siam lainnya membutuhkan waktu 1 tahun, sehingga pengoperasian dimulai pada tahun ke-2. 3. Produksi benih ikan patin siam ditingkatkan 3 kali lipat dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm (skenario I). 4. Siklus produksi sebanyak 66 siklus per tahun. 5. Hatchery ke-1, hatchery ke-3, dan hatchery ke-5 menggunakan jumlah induk ikan patin siam betina sebanyak 11 ekor. 6. Hatchery ke-2, hatchery ke-4, dan hatchery ke-6 menggunakan jumlah induk ikan patin siam betina sebanyak 12 ekor. 7. Harga komponen biaya investasi (unit pembenihan baru, mesin, perlengkapan penunjang), biaya tetap, dan biaya variabel skenario III merupakan harga pada tahun 2014, sedangkan biaya investasi fasilitas bangunan unit pembenihan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm dan kendaraan bermotor sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh investor. Skenario IV Asumsi dasar selain yang telah diuraikan sebagai berikut tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan asumsi kondisi skenario II. Berikut ini adalah asumsi dasar skenario IV: 1. Lahan usaha pembenihan ikan patin siam adalah 5 830 m2. 2. Proses pembangunan 2 unit hatchery, fasilitas pembenihan ikan patin siam lainnya, dan 2 unit penetasan telur membutuhkan waktu 1 tahun, sehingga pengoperasian dimulai pada tahun ke-2. 3. Produksi benih ikan patin siam ditingkatkan 2 kali lipat dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm (skenario II). 4. Siklus produksi sebanyak 44 siklus per tahun. 5. Hatchery ke-1 dan hatchery ke-3 menggunakan jumlah induk ikan patin siam betina sebanyak 11 ekor. 6. Hatchery ke-2 dan hatchery ke-4 menggunakan jumlah induk ikan patin siam betina sebanyak 12 ekor. 7. Harga komponen biaya investasi (unit pembenihan baru, unit penetasan telur, mesin, perlengkapan penunjang), biaya tetap, dan biaya variabel skenario IV merupakan harga pada tahun 2014, sedangkan biaya investasi fasilitas bangunan unit pembenihan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm dan kendaraan bermotor sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh investor.
32 Definisi Operasional 1. Usaha pembenihan adalah kegiatan pembiakan ikan yang dilakukan dalam lingkungan yang terkontrol dimulai dari pemeliharaan induk, pemijahan, dan atau penetesan telur, pemeliharaan larva sampai dengan ukuran benih untuk tujuan komersial. 2. Pemijahan adalah rangkaian kegiatan pengeluaran telur dari dari induk betina dan sperma dari induk jantan. 3. Survival Rate (SR) atau sintasan adalah tingkat atau angka kelangsungan hidup ikan selama periode waktu tertentu. 4. Ovulasi adalah keluarnya telur (ovum) dari kantong telur (ovarium). 5. Padat penebaran (stocking density) adalah jumlah ikan yang dapat ditanamkan per satuan luas (atau volume air) tempat pemeliharaan ikan. 6. Matang gonad pada ikan betina adalah kondisi ikan yang sudah siap untuk dipijahkan yang ditandai oleh diameter telur yang sudah mencapai ukuran antara 1 dan 1.2 mm, seragam, dan tidak menggumpal bila diberikan larutan sera, inti terlihat berada di pinggir serta warna telur kekuningan. Pada induk jantan ditandai oleh urogenital yang memerah, bila dilakukan pengurutan pada bagian perut akan mengeluarkan sperma berwarna putih susu dan kental. 7. Fekunditas adalah jumlah telur ikan yang dikeluarkan per satuan bobot tubuh. 8. Gonad adalah bagian organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. 9. Induk afkir adalah induk yang sudah melewati masa produktif dalam menghasilkan telur atau sperma atau kualitas dan kuantitas produksi telur menurun. 10. Inkubasi telur adalah tenggang waktu yang diperlukan untuk mengerami telur sejak telur dibuahi sampai waktu menetas.
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah dan Perkembangan Bisnis Perusahaan Pasirgaok Fish Farm memulai bisnis perikanan budidaya air tawar pada tahun 2009. Pendiri dan investor tunggal Pasirgaok Fish Farm adalah Bapak Sahban Setioko dengan menggunakan modal pribadi. Selama tahun 2009 hingga akhir tahun 2011, Pasirgaok Fish Farm telah membudidayakan jenis ikan lele, ikan gurami, dan ikan bawal, namun hasilnya kurang menguntungkan. Bapak Sahban mencari informasi bisnis perikanan budidaya yang permintaannya tinggi. Hasil pencarian tersebut menemukan bahwa permintaan benih ikan patin cukup besar untuk segmentasi usaha pendederan dan usaha pembesaran ikan patin di wilayah Sumatera dan Jawa Barat. Pemilihan jenis ikan patin siam karena kemudahan teknik pemijahan buatan menggunakan hormon perangsang, ketersediaan induk ikan patin siam di Kabupaten Bogor dan sekitarnya, serta pembudidaya pembesaran lebih banyak membudidayakan jenis ikan patin siam.
33 Terdapat dua pertimbangan memilih segmentasi usaha pembenihan ikan patin siam. Pertimbangan pertama adalah permintaan benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci lebih dari 100 000 ekor per siklus. Pertimbangan kedua adalah kesesuaian lokasi. Keunggulan lokasi usaha Pasirgaok Fish Farm antara lain: ketersediaan sumber air, lokasi jauh dari pemukiman warga dan perkotaan, ketersediaan input (tenaga kerja, induk cacing sutera) di Kabupaten Bogor. Kegiatan pembenihan ikan patin siam di mulai sejak fasilitas hatchery ke-1 selesai dibangun pada bulan Oktober 2012. Jumlah akuarium ukuran 2 m x 1 m x 0.5 m sebanyak 40 unit. Ukuran akuarium tersebut lebih besar dibandingkan dengan akuarium pembenih ikan patin lain, yakni 1 m x 0.5 x 0.3 m. Bangunan hatchery ke-2 dan akuarium sebanyak 45 unit beroperasi Pada bulan Agustus 2013 Lokasi Perusahaan Usaha pembenihan ikan patin siam Pasirgaok Fish Farm menempati lahan seluas 1 360 m2 dan berlokasi di Desa Pasirgaok Tengah RT. 3 RW. 6, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor. Desa Pasirgaok terletak di sebelah Utara Desa Cimulang, sebelah Timur Desa Bantarjaya, sebelah Selatan Kali Cisadane, dan sebelah Barat Desa Rancabungur (Kantor Desa Pasirgaok 2013). Lokasi usaha dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor melalui jalan aspal sepanjang 1 km menuju ke Jl. Letkol Atang Sanjaya. Fasilitas Bangunan dan Peralatan Produksi Perusahaan Terdapat fasilitas bangunan, peralatan mesin, dan perlengkapan penunjang untuk mengoperasikan kegiatan pembenihan ikan patin siam dijelaskan sebagai berikut: Fasilitas Bangunan Fasilitas bangunan merupakan unit pembenihan ikan patin siam yang dimiliki saat memulai usaha. Jenis fasilitas bangunan adalah sebagai berikut: 1. Kolam Pemeliharaan Induk
Gambar 2 Kolam induk, pipa inlet, dan mesin diesel Fasilitas pemeliharaan induk ikan patin siam adalah kolam pemeliharaan induk yang terbuat dari tanah. Sumber air kolam induk berasal dari air sungai di sekitar lokasi usaha. Peralatan mesin yang dibutuhkan untuk mempercepat proses pengurasan air adalah diesel. Gambar 2 menunjukkan kolam induk dan diesel. Terdapat 11 unit kolam induk berukuran berbeda dan disekat menggunakan bambu serta jaring, yaitu 4 unit kolam ukuran 8 m x 3 m x 1.5 m, 3 unit kolam ukuran 5.8 m x 5.5 m x 1 m, 3 unit kolam ukuran 7.5 m x 5 m x 1 m, dan 1 unit kolam ukuran 16 m x 8.5 m x 1.5 m. Kedalaman air kolam induk adalah 1 m
34 untuk mempermudah proses seleksi induk. Jumlah kolam induk yang banyak berfungsi memisahkan antara indukan yang telah dipijahkan dan indukan yang belum mengalami kematangan gonad. Kolam induk dilengkapi pipa pemasukan (inlet) air dan pipa pengeluaran (outlet) air untuk mempermudah pergantian air. 2. Sumur Bor Sumur bor berfungsi sebagai sumber air kegiatan pembenihan ikan patin siam. Kebutuhan air sangat tinggi untuk proses ganti air sebanyak 8 kali per siklus, sortasi, penyifonan, media penetasan Artemia, mencuci cacing sutera, dan bahan campuran pakan alami. Pasokan air bersih diperoleh dari 2 unit sumur bor yang memiliki kedalaman 40 m. Menurut Lesmana (2002), semakin dalam sumur yang digali, maka kandungan polutan atau bakteri semakin rendah. Peralatan mesin yang dibutuhkan adalah pompa air tipe Shimizu PC-375 BA dan pompa air Shimizu tipe PC-250 BIT. Fungsi pompa air tersebut adalah mengalirkan air menuju tandon air yang berjarak 20 m dari sumur bor melalui pipa 1 inci. Gambar 3 menunjukkan jenis pompa air di sumur bor.
Gambar 3 Pompa air di sumur bor 3. Sumur Gali Sumur gali berfungsi sebagai sumber air selain sumur bor. Tercatat sebanyak 925 unit sumur gali menjadi sumber air bersih di desa tersebut (Kantor Desa Pasirgaok 2013). Sumur gali ukuran 4 m x 3 m x 4 m menggunakan pompa submersible untuk mengalirkan air menuju ke tandon atas yang berjarak 25 m. Kebutuhan air lebih banyak diperoleh dari sumur gali karena pompa submersible mampu mengangkut air sebanyak 200 liter per menit dibandingkan dengan pompa air sumur bor yang hanya mengalirkan air sebanyak 25 liter per menit. Pompa submersible tipe Tsurumi HS2.4S diletakkan dalam sumur gali. 4. Tandon Air Tandon air berfungsi menampung dan mengendapkan air yang mengalir dari sumur bor maupun sumur gali. Tandon air berukuran 4 m x 4 m x 2 m (Gambar 4). Kapasitas volume air maksimal 32 000 l. Posisi tandon air berada di ketinggian 1 m dari permukaan kolam treatment air. Air yang ditampung dari tandon air, kemudian dialirkan secara gravitasi menuju ke kolam treatment air dan kolam pemeliharaan cacing sutera melalui pipa 1 inci. Inlet air Outlet air Gambar 4 Tandon air 5.
Kolam Treatment Air
35 Konstruksi kolam treatment air ukuran 8.3 m x 2.8 m x 2.5 m terbuat dari semen dan dilapisi terpal. Fungsi terpal untuk kemudahan membersihkan sisa pengendapan. Kolam treatment air berfungsi menampung air, mengendapkan air, dan merekayasa air. Rekayasa air adalah proses mengubah kualitas air yang rendah dengan aerasi. Pengendapan air berfungsi mengendapkan lumpur yang mengandung bakteri dan parasit. Peningkatan pH air menggunakan kapur tohor. Kolam treatment air dilengkapi peralatan mesin. Terdapat pompa submersible tipe Resun SP-9600 untuk menyedot air menuju ke hatchery ke-1 dan pompa Wasser WD-80E untuk menyedot air menuju ke hatchery ke-2. Kedua pompa submersible disambungkan dengan instalasi pipa air 1.5 inci menuju ke setiap hatchery. Peralatan mesin lainnya adalah blower tipe Jebo P-70 dan instalasi peralatan aerasi. Posisi blower di atas kolam dan dihubungkan dengan pipa aerasi sepanjang 1 m. Terdapat 4 titik aerasi di pipa aerasi yang dilengkapi 4 buah selang aerasi ukuran 2.5 m, 4 buah keran aerasi, dan 4 buah batu aerasi. Fungsi blower meningkatkan kandungan oksigen dalam air. Penyaring air secara mekanik menggunakan tabung filtrasi. Gambar 5 menunjukkan kolam treatment dan tabung filtasi.
Gambar 5 Kolam treatment dan tabung filtrasi 6. Panti Benih (Hatchery) Panti benih (hatchery) merupakan tempat memproduksi benih ikan patin siam mulai dari proses penetasan telur sampai pemeliharaan larva hingga menjadi benih ukuran 3/4 inci selama 21 hari. Hatchery ke-1 berukuran 23 m x 7 m x 2.5 m, sedangkan hatchery ke-2 berukuran 17 m x 10 m x 2.5 m. Bagian permukaan atap dan dinding di dalam hatchery dilapisi terpal agar suhu tetap stabil. Bangunan hatchery dibuat kedap udara . Bangunan hatchery ke-1 terdiri atas: bangunan, instalasi kabel listrik, pipa pemasukan (inlet) air, pipa pengeluaran (outlet) air, dan pipa aerasi. Hatchery ke1 menggunakan sistem inlet air secara manual, yaitu mengalirkan air dari keran air ke dalam akuarium melalui selang ukuran 1.5 inci. Sistem outlet air secara otomatis melalui pipa ukuran 1 inci, sambungan sok dalam dan sok luar, serta sambungan L ditunjukkan pada Gambar 6. Posisi instalasi peralatan aerasi berjajar tepat di atas sisi permukaan akuarium dan memiliki 120 titik aerasi.
Inlet
Outlet
Gambar 6 Inlet air dan outlet air hatchery ke-1
36 Bangunan hatchery ke-2 terdiri atas: bangunan, instalasi kabel listrik, pipa inlet air, dan pipa aerasi. Hatchery ke-2 menggunakan sistem inlet air secara otomatis, yakni mengalirkan air ke dalam akuarium melalui pipa ukuran 3/4 inci yang dilengkapi keran air. Outlet air menggunakan selang ditunjukkan pada Gambar 7. Posisi instalasi peralatan aerasi menggantung di atas permukaan akuarium dan memiliki 177 titik aerasi. Rangkaian pipa aerasi dan pipa pemasukan air ditopang dengan menggunakan konstruksi baja ringan.
Outlet Inlet Gambar 7 Inlet air dan outlet air hatchery ke-2 Peralatan mesin dan perlengkapan penunjang di dalam hatchery antara lain: blower, kompor, dan termometer. Blower tipe Resun GF-250 memiliki daya listrik 250 W berada di hatchery ke-1, sedangkan blower tipe Resun GF-370 memiliki daya listrik 370 W ditempatkan di hatchery ke-2. Kebutuhan listrik terhadap blower sangat tinggi karena blower menyala 24 jam. Kompor berfungsi menjaga suhu air antara 29 0C dan 30 0C. Termometer air mengontrol suhu air dan ditempelkan di dalam 5 unit akuarium secara acak. Termometer Anymetre dan Hygrometre berfungsi mengontrol kelembapan udara dan suhu ruangan. 7. Kolam Pemberokan Kolam pemberokan ukuran 6 m x 3.12 m x 0.5 m berfungsi menampung hasil seleksi induk, menginkubasi induk, dan wadah pasokan air bersih untuk mencuci cacing saat tidak digunakan untuk memberokan (Gambar 8).
Gambar 8 Kolam pemberokan 6. Kolam Penyimpanan Cacing Sutera Kolam penyimpanan cacing sutera berfungsi menyimpan cacing sutera dan dilengkapi pipa aerasi dengan 20 titik aerasi. Aerator menggunakan blower Tipe Jebo P-70 berdaya listrik 45 W dan menyala 24 jam selama 19 hari. Aerasi dapat menurunkan tingkat kematian cacing. Kolam penyimpanan cacing sutera berukuran 2.5 m x 1.8 m x 0.15 m dan ditunjukkan pada Gambar 9.
Gambar 9 Kolam penyimpanan cacing sutera
37 7. Tempat Penetasan Artemia Tempat penetasan Artemia digunakan untuk menetaskan Artemia selama 24 jam dengan ember bervolume 20 l. Tempat penetasan Artemia dilengkapi instalasi pipa aerasi ukuran 1 inci sepanjang 5.8 m, 37 set instalasi selang, batu, dan keran aerasi, serta 1 set instalasi listrik. Waktu pemakaian tempat penetasan Artemia selama 2 hari. Wadah penetasan Artemia sebagai wadah memanen hasil kultur Artemia, yaitu telur Artemia yang menetas menjadi naplius(Gambar 10).
Gambar 10 Kultur Artemia 8.
Akuarium Wadah penetasan telur dan pemeliharaan larva menggunakan akuarium ukuran 2 m x 1 m x 0.5 m dan ketebalan kaca 1 cm. Akuarium berjumlah 85 unit. Hatchery ke-1 dilengkapi 40 unit akuarium, sedangkan hatchery ke-2 diisi 45 unit akuarium. Pengaturan tata letak akuarium di dalam hatchery ke-1 adalah 1 baris meja terdapat 10 unit akuarium, sehingga total meja sebanyak 4 buah. Pengaturan tata letak akuarium di dalam hatchery ke-2 adalah 1 baris meja terdapat 15 unit akuarium, sehingga total meja sebanyak 3 buah. Peralatan Mesin dan Perlengkapan Penunjang Perusahaan Peralatan mesin dan fungsinya dijelaskan sebagai berikut: genset (generator set) berfungsi menjaga ketersediaan pasokan listrik ketika listrik padam, sehingga kondisi mesin blower dapat menyala 24 jam dan aktivitas di dalam hatchery dapat berjalan normal. Mobil pick-up yang digunakan adalah Mitsubishi L-300 untuk mengangkut induk, mengantar pesanan ke konsumen, dan mengangkut tabung gas oksigen. Blower tipe Resun LP-20 untuk proses sortasi maupun panen. Perlengkapan penunjang dan fungsinya dijelaskan sebagai berikut: Mikroskop berfungsi mengamati posisi inti telur, akan tetapi pemakaian hanya digunakan pada awal produksi untuk mengajarkan pegawai ciri kualitas telur yang baik. Bak fiber sortir berdiameter 1.5 m berfungsi menampung benih ketika proses sortasi. Tabung oksigen berfungsi menyediakan oksigen ke dalam kantong. Ember grading ukuran 3/4 inci berfungsi sebagai alat sortir benih. Waring hitam digunakan untuk menjaring induk. Terdapat dua jenis seser, seser kasar untuk menangkap keong dan seser halus untuk menjaring larva maupun benih. Peralatan penunjang ditunjukkan pada Gambar 11.
Gambar 11 Mikroskop, bak fiber, waring, seser halus, ember grading
38 Rencana Intensifikasi Perusahaan Intensifikasi usaha pembenihan ikan patin siam menggunakan sistem corong resirkulasi untuk menerapkan teknik inkubasi telur dalam corong resirkulasi dan menggantikan teknik inkubasi dalam air menggenang di akuarium. Tujuan penerapan teknologi tersebut adalah mengurangi pertumbuhan jamur dan memudahkan larva keluar dari media penetasan telur, sementara sistem resirkulasi berfungsi membersihkan sisa kandungan organik telur dan menjaga mutu air. Oleh sebab itu, upaya mengurangi risiko produksi benih ikan patin siam akibat pertumbuhan jamur dapat meningkatkan derajat penetasan telur sebesar 81 persen.
Gambar 12 Unit penetasan telur Penerapan sistem corong resirkulasi membutuhkan unit penetasan telur. Desain unit penetasan telur ditunjukkan pada Gambar 12. Desain layout unit penetasan telur dan peralatan diadopsi dari Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Cijengkol, Kabupaten Subang, Jawa Barat, sehingga spesifikasi corong penetasan, ukuran bak penampungan larva, pipa resirkulasi, dan ukuran bak filter menyesuaikan kondisi di BPBAT Cijengkol Subang 5 . Komponen fasilitas unit penetasan telur dijelaskan sebagai berikut: 1. Bangunan Bangunan unit penetasan telur berukuran 8.8 m x 8.5 m dengan ketinggian 3.7 m. Bangunan kedap udara dan dilengkapi 2 unit kompor. Bangunan dilengkapi dengan selokan, instalasi listrik, dan 3 buah pintu menuju ke hatchery ke-1, hatchery ke-2, dan halaman. 2. Corong Penetasan Telur Corong penetasan telur berbentuk kerucut dan berfungsi menetaskan telur. Bahan corong terbuat dari fiberglass dikenal dengan sebutan MacDonald jar. Spesifikasi corong adalah diameter 30 cm dan tinggi 55 cm. Volume corong optimal adalah 0.017 m3. Kapasitas telur maksimum yang dapat ditampung setiap corong adalah 300 g atau sebanyak 360 000 butir per corong. Spesifikasi corong penetasan tersebut berdasarkan pada spesifikasi corong penetasan di BPBAT Cijengkol Subang dan dipesan kepada supplier yang sama, Bapak Anto di daerah Gunung Batu, Kabupaten Bogor. Rencana pengembangan bisnis membutuhkan 12 unit corong yang disusun sejajar di rak besi ukuran 6.02 m x 0.30 m x 2.86 m. Cara kerja sistem corong resirkulasi adalah telur ikan patin siam di dalam corong terus bergerak dengan debit air antara 36 ml per detik dan 76 ml per detik melalui dorongan sirkulasi air dari pipa inlet di dasar corong. Posisi pipa inlet berada di tengah-tengah corong dan penyesuaian debit air yang tepat berfungsi 5
Wawancara dengan teknisi BPBAT Cijengkol Subang di Kabupaten Subang, Jawa Barat tanggal 16 Juli 2014.
39 untuk mengoptimalkan derajat penetasan telur. Telur bergerak secara perlahan untuk menghindari embrio dan larva rusak dengan arus air teratur serta pasokan oksigen terjaga (Slembrouck et al. 2005). Corong tersebut dilengkapi pipa ukuran 1 inci sepanjang 1 m sebagai outlet untuk mengalirkan larva dan sisa kandungan organik telur ke bak penampungan larva, sedangkan pipa ukuran 0.5 inci sebagai inlet untuk mengalirkan air bersih ke dalam corong dari bak filter. Corong-corong tersebut disinari oleh lampu 40 W berjumlah 6 unit untuk menjaga kehangatan suhu air. Gambar 13 menunjukkan corong penetasan telur.
Outlet Inlet Gambar 13 Corong penetasan telur 3. Bak Penampungan Larva Bak penampungan larva berfungsi menampung larva yang mengalir dari corong-corong. Bak penampungan larva terbuat dari fiberglass berdiameter 1.5 m dan tinggi 70 cm. Setiap bak penampungan larva dialiri 4 unit outlet corong dan dibutuhkan sebanyak 3 unit. Volume bak penampungan larva optimal adalah 1 m3. Bak penampungan larva dilengkapi outlet pipa ukuran 2 inci untuk mengalirkan air sisa penetasan telur menuju ke bak filter. Bak penampungan larva dipasang hapa halus ukuran 1 m x 1 m x 0.3 m agar larva tidak hanyut. Gambar 14 menunjukkan bak penampungan larva.
Gambar 14 Bak penampungan larva 4. Bak Panen Larva Bak panen larva merupakan wadah penampungan larva dari hapa untuk menunggu proses penebaran larva di akuarium. Bak panen larva dilengkapi dengan selang aerasi dan batu aerasi sebanyak 3 titik. Jenis bak yang digunakan adalah bak fiberglass bulat berdiameter 1.5 m dan tinggi 70 cm. 5. Bak Penyaringan/ Bak Filter Bak filter berfungsi menyaring air melalui sistem resirkulasi. Air berasal dari kolam treatment. Konstruksi bak filter terbuat dari semen ukuran 4.47 m x 2.7 m x 1.2 m. Konstruksi bentuk bak filter dan isi filter menyesuaikan teori Afrianto dan Liviawaty (1988) yang telah dikonsultasikan dengan teknisi di BPBAT Cijengkol Subang (Gambar 15). Bak filter disekat menjadi enam bagian. Kebutuhan bahan filter sebesar 3/4 bagian dari volume total setiap bagian bak
40 filter6. Setiap bagian bak filter menampung 30 kantong bahan filter dengan ukuran kantong filter 54 cm x 38 cm dan tebal 15 cm. Bak filter bagian I ukuran 0.54 m x 2.4 m x 1.2 m berfungsi menampung air sisa penetasan telur yang mengalir melalui pipa ukuran 2 inci dari bak penampungan larva untuk diendapkan. Aliran air mengalir ke bagian bawah bak dan air secara perlahan akan naik ke atas hingga volume maksimal 972 m3. Aliran air mengalir ke bak filter bagian II dari atas dan turun secara gravitasi. Bak filter bagian II ukuran 0.54 m x 2.4 m x 1.2 m berfungsi menampung air dari bak filter bagian I secara gravitasi. Bak filter bagian II berisi bahan-bahan penyaring antara lain: pasir halus sebanyak 15 karung dan ijuk sebanyak 15 karung. Pasir halus sebagai filter biologi berfungsi mengurai senyawa nitrogenous beracun menjadi senyawa tidak beracun dan menyebabkan aliran air melambat agar bakteri bekerja optimal. Ijuk sebagai filter mekanis atau fisik berfungsi menyaring kotoran, debu, dan koloid (Lesmana 2002). Bak filter bagian III ukuran 0.54 m x 2.4 mx 1.2 m berfungsi menampung air dari bak filter bagian II yang mengalir dari bawah bak. Bak filter bagian III berisi bahan penyaring antara lain: kerikil sebanyak 10 karung, ijuk sebanyak 10 karung, dan batok arang sebanyak 10 karung. Kerikil dan ijuk sebagai filter biologi. Batok arang aktif berfungsi menetralisasi zat beracun yang terlarut dalam air secara kimia(Afrianto dan Liviawaty 1988). Bak filter bagian IV ukuran 0.54 m x 2.4 m x 1.2 m berfungsi menampung air dari bak filter bagian III yang mengalir dari bagian atas bak. Bak filter bagian III berisi bahan penyaring antara lain: pecahan kerang sebanyak 10 karung, ijuk sebanyak 10 karung, dan batok arang aktif sebanyak 10 karung. Pecahan kerang menetralisir kelebihan ion H+ yang berasal dari kandungan gas CO2 dalam air, sehingga pH air kembali normal (Afrianto dan Liviawaty 1988). Bak filter bagian V ukuran 0.54 m x 2.4 m x 1.2 m berfungsi menampung air dari bak filter bagian IV yang mengalir dari bagian bawah bak dan berisi filter biologi berupa batu kerikil. Bak filter bagian VI ukuran 0.72 m x 2.4 m x 1.2 m sebagai bak menampung air yang telah mengalami proses penyaringan. Air yang telah tersaring mengalir ke drum penampungan air menggunakan pompa air.
Gambar 15 Bak filter 6. Peralatan Mesin dan Perlengkapan Penunjang Blower tipe Resun LP-100 berdaya 100 W untuk mengaerasi bak panen larva. Pompa air tipe Panasonic GN-130H untuk mengalirkan air hasil filtrasi dari bak filter menuju ke drum plastik. Termometer air sebanyak 4 unit ditempatkan di corong penetasan, bak penampungan larva, bak panen larva, dan bak filter. Selain itu terdapat termometer Hygrometre sebanyak 1 unit dan kompor sebanyak 2 unit. 6
Wawancara dengan teknisi BPBAT Cijengkol Subang di Kabupaten Subang, Jawa Barat tanggal 16 Juli 2014.
41
ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL Aspek Pasar Permintaan dan Penawaran Tabel 9 Jumlah permintaan dan produksi benih ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm tahun 2014 berdasarkan wilayah pemasaran Wilayah Lampung
Jumlah Persentase Jumlah permintaan permintaan produksi (ekor) (%) (ekor) 8 900 000
18.44
23 800 000
49.32
Sumatera Selatan
4 250 000
8.81
Jambi
2 975 000
6.17
Riau
2 975 000
6.17
Banten
2 550 000
5.28
Tulungagung 2 550 000
5.28
Purwakarta
255 000
0.53
48 255 000
100
Bogor
Total
Persentase produksi Segmentasi pasar (%) Pembudidaya 5 500 000 38.6 pendederan Pembudidaya 8 750 000 61.4 pendederan Pembudidaya pendederan dan pembesaran Pembudidaya pendederan dan pembesaran Pembudidaya pendederan dan pembesaran Pembudidaya pendederan Pembudidaya pendederan Pembudidaya pendederan 14 250 000 100 -
Tabel 9 menunjukkan bahwa permintaan benih ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm sebesar 49.32 persen berasal dari pasar lokal dan 50.68 persen berasal dari Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Jumlah permintaan benih ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm saat musim hujan sebanyak 48 255 000 ekor per tahun, yakni 1 625 000 ekor per bulan dari dua pelanggan tetap (Lampung dan Bogor), serta 4 030 000 ekor per bulan dari pembeli tidak tetap (Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Banten, Bogor, Tulungagung, Purwakarta). Kapasitas produksi benih ikan patin siam sebanyak 14 277 000 ekor per tahun sekitar 14 250 000 ekor per tahun hanya dapat memenuhi permintaan dua pembudidaya pendederan asal Lampung dan Bogor. Kelebihan permintaan sebanyak 33 978 000 ekor per tahun menjadi peluang bagi Pasirgaok Fish Farm untuk meningkatkan produksi benih ikan patin siam dengan pengembangan bisnis.
42 Upaya Pasirgaok Fish Farm memenuhi kelebihan permintaan dengan tiga skenario. Skenario II adalah intensifikasi menerapkan sistem corong resirkulasi, sehingga terjadi peningkatan produksi benih ikan patin siam menjadi sebanyak 24 095 000 ekor per tahun dan permintaan benih ikan patin siam yang terpenuhi sebesar 48.6 persen per tahun. Skenario III adalah ekstensifikasi produksi benih ikan patin siam menjadi 42 831 000 ekor per tahun dan mampu memenuhi permintaan benih ikan patin siam sebesar 86.4 persen. Skenario IV adalah ekstensifikasi dan intensifikasi yang menghasilkan benih ikan patin siam sebanyak 48 190 000 ekor per tahun dan memenuhi permintaan benih ikan patin siam sebesar 97.21 persen. Segmen pasar Pasirgaok Fish Farm adalah pembudidaya pendederan benih ikan patin siam mulai dari ukuran 1 inci hingga 3 inci di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Pembudidaya pendederan memiliki fungsi pemasaran pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pertukaran, yakni Pasirgaok Fish Farm menjalankan fungsi penjualan dan pembudidaya pendederan menjalankan fungsi pembelian. Fungsi fisik pembudidaya pendederan antara lain: fungsi penyimpanan mendederkan benih ukuran 3/4 inci hingga menjadi benih ukuran lebih dari 1 inci minimum 21 hari, fungsi pengolahan memberikan pakan, dan fungsi pengangkutan mengepak serta mendistribusikan ke pembeli. Fungsi fasilitas pembudidaya pendederan adalah menjalankan fungsi grading benih dengan cara menyortir dan mengategorikan ukuran benih. Permintaan benih ikan patin siam oleh salah satu pembudidaya pendederan di Lampung sebanyak 625 000 ekor per bulan dengan kapasitas produksi sebanyak 1 200 000 ekor per bulan saat musim hujan. Permintaan benih ikan patin saat musim kemarau menurun setengah dari jumlah permintaan musim hujan karena pembudidaya pembesaran mengurangi jumlah benih yang ditebar. Sisa pasokan benih diperoleh dari wilayah Cilangkap (Jakarta Timur) dan sebanyak 100 000 ekor per bulan diiproduksi sendiri. Benih ukuran 3/4 inci dibesarkan hingga mencapai ukuran 1 inci hingga 2 inci untuk dijual ke Lampung dan Palembang melalui tengkulak atau langsung ke pembudidaya pendederan ukuran 2 inci dan 3 inci7. Prospek usaha pembesaran ikan patin di Lampung cukup baik dan dibuktikan oleh kenaikan rata-rata produksi ikan patin konsumsi sebesar 4 persen selama tahun 2011 hingga 2012 (KKP 2013b). Permintaan benih ikan patin siam oleh pembudidaya pendederan di daerah Parung Kuda, Kecamatan Semplak, Kabupaten Bogor sebanyak 2 500 000 ekor per bulan, akan tetapi permintaan hanya dapat dipenuhi sebanyak 1 000 000 ekor per bulan saat musim hujan dan 550 000 ekor per bulan saat musim kemarau. Kapasitas usaha pendederan ikan patin siam sebanyak 5 000 000 ekor per bulan saat musim hujan dan sisa pasokan benih ikan patin sebanyak 1 500 000 ekor per bulan diperoleh dari wilayah Bogor. Benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci dibesarkan mencapai ukuran 1.25 inci hingga 1.5 inci untuk dipasarkan ke wilayah Sumatera melalui tengkulak dan pembudidaya pendederan, sedangkan benih ukuran antara 2 inci dan 6 inci dijual ke pembudidaya pembesaran keramba jaring apung di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat8. 7
Wawancara dengan Bapak Yudi, pelaku usaha pembenihan ikan patin di Lampung via telepon tanggal 27 September 2014. 8 Wawancara dengan Bapak Wawan, pelaku usaha pendederan ikan patin di Kabupaten Bogor via telepon tanggal 24 Juni 2014.
43 Permintaan benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci lainnya berasal dari pembeli tidak tetap yang tidak dapat terpenuhi secara berkelanjutan. Permintaan pembeli tidak tetap saat musim hujan antara lain: Lampung sebanyak 400 000 ekor per bulan, Jambi sebanyak 350 000 ekor per bulan, Pekanbaru (Riau) sebanyak 350 000 ekor per bulan, Bogor (Jawa Barat) sebanyak 1 800 000 ekor per bulan, Tulungagung sebanyak 300 000 ekor per bulan, dan Purwakarta sebanyak 30 000 ekor per bulan. Permintaan benih ikan patin siam berasal dari satu pembudidaya pendederan benih ikan patin siam di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, sebanyak 450 000 ekor per bulan saat musim hujan dan kapasitas produksi usaha pendederannya sebanyak 1 000 000 ekor per bulan. Alternatif pasokan benih diperoleh dari wilayah Depok dan Labuan (Banten). Benih ukuran 3/4 inci dibesarkan hingga mencapai ukuran 2.5 inci hingga 3 inci untuk dijual ke pembudidaya pembesaran di wilayah Sumatera Selatan 9 . Prospek usaha budidaya pembesaran ikan patin cukup baik di Sumatera Selatan dan penetapan Kabupaten OKU Timur, Kabupaten OKI, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Banyuasin, dan Kota Palembang sebagai Kabupaten Minapolitan ikan patin (KKP 2013d). Permintaan benih ikan patin siam oleh satu pembudidaya pendederan di Labuan (Banten) kepada Pasirgaok Fish Farm sebanyak 300 000 ekor per bulan. Benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci dibesarkan mencapai ukuran 2 inci hingga 3 inci untuk dijual ke wilayah Sumatera10. Kapasitas produksi pendederan ikan patin siam sebanyak 300 000 ekor per bulan dipasok oleh Pasirgaok Fish Farm. Wilayah Pekanbaru (Riau) dan Jambi memerlukan pasokan benih ikan Kedua pembeli dari wilayah tersebut merupakan pembudidaya pendederan dan pembesaran ikan patin11. Potensi pembesaran ikan patin di Provinsi Jambi cukup baik karena laju pertumbuhan produksi naik sebesar 20 persen pada tahun 2012, sementara Provinsi Riau mengalami penurunan rata-rata produksi sebesar 27 persen pada tahun 2012 (KKP 2013b). Provinsi Riau masih berpotensi menjadi target pasar penjualan bagi Pasirgaok Fish Farm karena penetapan Kabupaten Kuantan Sengingin sebagai Kabupaten Minapolitan ikan patin (KKP 2013d). Pesaing Pesaing Pasirgaok Fish Farm yang memasok benih ikan patin siam bagi pelanggan tetap dan pembeli tidak tetapnya berasal dari Depok, Labuan (Banten), Cilangkap (Jakarta Timur). Ketiga wilayah pemasok tersebut dapat menjadi pesaing Pasirgaok Fish Farm karena kapasitas produksi ketiga wilayah tersebut dapat memasok minimum 100 000 ekor per siklus. Pasirgaok Fish Farm memiliki kelebihan dari ketiga wilayah tersebut, yakni harga benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci lebih murah antara Rp 65 per ekor dan Rp 55 per ekor dibandingkan dengan harga di wilayah tersebut antara Rp 65 per ekor dan Rp 70 per ekor12. Pesaing Pasirgaok Fish Farm juga berasal dari Kabupaten Bogor seperti pelaku 9
Wawancara dengan Bapak Asep, pelaku usaha pendederan ikan patin di Palembang via telepon tanggal 27 September 2014. 10 Wawancara dengan Bapak Agusta, pelaku usaha pendederan ikan patin di Palembang via telepon tanggal 24 Juni 2014. 11 Wawancara dengan Bapak Sambas, Pasirgaok Fish Farm tanggal 3 Maret 2014. 12 Wawancara dengan Bapak Yudi dan Bapak Asep, pelaku usaha pembenihan dan pendederan ikan patin di Lampung dan Palembang via telepon, tanggal 27 September 2014.
44 pembenihan ikan patin di Kecamatan Ciampea, Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng, dan Kecamatan Dramaga 13. Strategi Pemasaran 1. Segmentasi Pasar Pasirgaok Fish Farm membagi pasar benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci menjadi satu segmen pasar, yakni pembudidaya pendederan benih ikan patin siam mulai dari ukuran 1 inci di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Segmen pasar tersebut membutuhkan benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci untuk dibesarkan menjadi benih ikan patin siam ukuran antara 1 inci dan 2 inci selama 21 hari, sedangkan benih ikan patin siam ukuran antara 2 inci dan 3 inci dipelihara selama 30 hari (BSN 2000c). 2. Penetapan Target Pasar Pemilihan segmen pasar pembudidaya pendederan benih ikan patin siam lebih dari ukuran 1 inci di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa karena segmen pasar tersebut lebih cepat melakukan pembelian ulang. Segmen pasar pembudidaya pendederan lebih menguntungkan dibandingkan dengan segmen pasar pembesaran karena pembesaran ikan patin membutuhkan benih ukuran antara 2 inci dan 3 inci, serta proses pemeliharaan cukup lama antara 120 hari dan 160 hari untuk dibesarkan menjadi ukuran 400 g hingga 600 g (BSN 2002d). 3. Positioning Benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci Pasirgaok Fish Farm memiliki keunggulan dibandingkan dengan pesaingnya di wilayah Cilangkap (Jakarta Timur), Labuan (Banten), dan Depok. Keunggulan tersebut antara lain: harga benih lebih rendah, mutu benih sesuai grade, sintasan kurang dari 30 persen tidak dijual, dan diferensiasi harga. Kualitas benih ikan patin siam sangat penting untuk memuaskan pelanggan dan mencapai hubungan yang saling menguntungkan. Bauran Pemasaran 1. Produk Pasirgaok Fish Farm memproduksi benih ikan patin siam kelas sebar P I (pendederan pertama) (BSN 2000c). Pendederan pertama adalah pemeliharaan larva sampai menjadi benih ukuran 3/4 inci. Pasirgaok Fish Farm mengategorikan benih ukuran 3/4 inci menjadi tiga kategori berdasarkan pada grade, yakni grade a sebesar 40 persen, grade b sebesar 20 persen, dan grade c sebesar 40 persen. Kriteria benih grade a antara lain: berumur 15 hari, panjang 3/4 inci, bobot minimal 0.025 g, muncul warna perak di bagian punggung, dan benih aktif bergerak. Benih grade a ukuran 3/4 inci disortasi dengan ember grading untuk mengeliminasi benih berbobot kurang dari 0.025 g. Sortasi dilakukan sebanyak 3 kali pada hari ke-15, hari ke-18, dan hari ke-21. Penentuan grade berdasarkan pada waktu pemeliharaan, keseragaman ukuran, dan kondisi benih sehat. Benih grade a sesuai dengan Badan Standarisasi Nasional (2000a) dan menandakan larva atau benih aktif mencari makan, serta pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan benih grade b maupun grade c. Perbedaan benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci yang berasal dari wilayah Cilangkap (Jakarta Timur), Labuan (Banten), dan Depok adalah pemberian pakan 13
Wawancara dengan Bapak Sambas, Pasirgaok Fish Farm tanggal 3 Maret 2014.
45 kutu air. Pemberian pakan kutu air menyebabkan pertumbuhan lebih lambat untuk mencapai ukuran 3/4 inci selama 21 hari, sedangkan Pasirgaok Fish Farm dan pembudidaya pembenihan ikan patin di Kabupaten Bogor mengumpankan cacing sutera dan menyebabkan pertumbuhan lebih cepat minimum 15 hari. Kualitas benih ikan patin siam antara Pasirgaok Fish Farm dan daerah pesaing tidak berbeda berdasarkan pada hasil sintasan selama proses pendederan, yakni antara 90 persen dan 95 persen14. 2. Harga Penentuan harga benih ikan patin siam berdasarkan pada grade. Harga benih kategori grade a sebesar Rp 65 per ekor, grade b sebesar Rp 60 per ekor, dan grade c sebesar Rp 55 per ekor. Harga benih ikan patin siam grade a dan grade b merupakan standar harga benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci di Kabupaten Bogor. Hasil wawancara kepada pembudidaya pembenihan ikan patin siam di wilayah Kecamatan Ciampea 15 , Pondok Bejo 16 , dan Tania Aquaculture 17 menetapkan harga benih ukuran 3/4 inci selama selama pemeliharaan minimum 15 hari antara Rp 60 per ekor dan Rp 70 per ekor. Harga yang ditetapkan oleh pembudidaya pembenihan ikan patin di wilayah Cilangkap, Depok, dan Banten lebih tinggi antara Rp 65 per ekor dan Rp 70 per ekor. Harga benih ikan patin ukuran 3/4 inci di wilayah tersebut lebih tinggi karena pakan kutu air menyebabkan proses pemeliharaan larva hingga menjadi benih ukuran 3/4 inci lebih lama. Oleh sebab itu, diferensiasi harga dapat menjadi pilihan bagi pembudidaya pendederan untuk memilih kategori benih sesuai dengan modal dimiliki. Proses pembayaran dilakukan secara tunai atau non tunai. 3. Tempat (Wilayah Distribusi) Wilayah distribusi benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci tetap Pasirgaok Fish Farm adalah Provinsi Lampung dan Kabupaten Bogor. Kedua wilayah tersebut memiliki permintaan tinggi. Pengiriman benih yang telah dikemas dalam kantong menggunakan mobil pick up melalui jalur darat dan jalur laut selama 24 jam ke wilayah Lampung dan Lampung, sedangkan pengiriman ke Riau dan Jambi menggunakan pesawat dengan kargo. Proses pengepakan dilakukan di bandara saat pengiriman menggunakan pesawat. Distribusi benih dapat dilakukan dengan pengambilan langsung di lokasi usaha atau dikirim dengan tambahan biaya pengiriman ke luar wilayah Bogor. 4. Promosi Promosi dilakukan melalui media elektronik berbentuk website, yaitu www.empangqq.com. Pembeli dapat berinteraksi dan bernegosiasi dengan pemilik usaha atau manajer pemasaran. Pembeli memesan benih sekitar 1 minggu sebelum panen. Pasirgaok Fish Farm juga mempromosikan kualitas benih dengan kunjungan ke wilayah usaha pendederan.
14
Wawancara dengan Bapak Yudi dan Bapak Asep, pelaku usaha pembenihan dan pendederan ikan patin di Lampung dan Palembang via telepon, tanggal 27 September 2014. 15 Wawancara dengan pelaku usaha pembenihan ikan patin di Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, tanggal 1 Oktober 2014. 16 Wawancara dengan Bapak Sarin Bejo, pelaku usaha pembenihan ikan patin di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, tanggal 3 Oktober 2014. 17 Windi Listianingsih. Rahasia Imza Sukses Memanen Benih. http://agrinaonline.com/show_article.php?rid=10&aid=4725. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2014.
46 Hasil analisis penilaian kelayakan usaha pembenihan ikan patin siam Pasirgaok Fish Farm berdasarkan pada aspek pasar adalah layak dan kriteria penilaian ditunjukkan pada Tabel 10. Tabel 10 Hasil analisis kelayakan aspek pasar usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm Kriteria Indikator kelayakan Keterangan kelayakan 1. Permintaan Terdapat kelebihan permintaan dari wilayah dan Jambi, Pekanbaru, Bogor, Sumatera Selatan, penawaran Banten, Lampung, Purwakarta, dan Tulungagung, Layak yakni skenario I (70.41 persen), skenario II (51.4 persen), skenario III (13.6 persen), dan skenario IV (2.8 persen) 2. Pesaing Pesaing berasal dari wilayah Depok, Cilangkap, Layak Labuan, dan Bogor. 3. Strategi pemasaran (Segmentasi Segmen pasar adalah pembudidaya pendederan pasar, benih ikan patin siam ukuran lebih dari 1 inci di penetapan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. target pasar, Layak Keunggulan benih dibandingkan dengan pesaing dan adalah harga benih lebih rendah, mutu benih positioning) sesuai grade, dan sintasan kurang dari 30 persen tidak dijual. 4. Bauran pemasaran a). Produk Benih sesuai grade. b). Harga Diferensiasi harga sesuai grade. Harga yang ditawarkan merupakan standar harga Layak di Kabupaten Bogor antara Rp 60 per ekor hingga Rp 70 per ekor. c). Tempat Distribusi ke Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. d). Promosi Website dan kunjungan langsung. Aspek Teknis Lokasi Usaha Usaha pembenihan ikan patin siam milik Pasirgaok Fish Farm berlokasi di Desa Pasirgaok RT. 3 RW. 6, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor. Desa Pasirgaok yang terletak di sebelah barat Kecamatan Rancabungur (Kantor Desa Pasirgaok 2013). Jarak antara lokasi usaha dan Jl. Letkol Atang Sanjaya adalah 1 km. Luas lahan Pasirgaok Fish Farm adalah 7 680 m2. Lokasi usaha terletak jauh dari keramaian kota dan jalan raya, sehingga kandungan gas polutan rendah dan cocok untuk pertumbuhan ikan (Mahyuddin 2010). 1. Letak Pasar yang Dituju Target pasar Pasirgaok Fish Farm adalah pembudidaya pendederan ikan patin siam lebih dari ukuran 1 inci di wilayah Lampung dan Bogor, sementara terdapat potensi pemasaran ke wilayah Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Banten,
47 Purwakarta, dan Tulungagung. Jarak antara pusat pemerintahan Desa Pasirgaok dan ibu kota Kabupaten Bogor adalah 25 km (Kantor Desa Pasirgaok 2013), sedangkan jarak dari Kabupaten Bogor ke Provinsi Lampung, Provinsi Palembang, dan Provinsi Banten masing-masing sejauh 379 km, 647.9 km, dan 125.7 km 18. Jarak Kabupaten Bogor ke Provinsi Riau dan Provinsi Jambi masing-masing sejauh 1 359.9 km dan 923.5 km dapat ditempuh menggunakan pesawat. 2. Ketersediaan Air dan Listrik Ketersediaan air tanah dan air sungai di lokasi usaha mencukupi. Sumber air bersih diperoleh dari 2 unit sumur bor dan 1 unit sumur gali. Mayoritas masyarakat Desa Pasirgaok menggunakan sumur gali dibandingkan dengan sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air bersih (Kantor Desa Pasirgaok 2013). Sumber air kolam induk berasal dari sungai di sekitar lokasi usaha. Ketersediaan air tidak berlebihan dan tersedia sepanjang tahun, sehingga area kolam induk bebas banjir. Wilayah Desa Pasirgaok telah dialiri aliran listrik. Aliran listrik menjadi sarana penting untuk mengoperasikan peralatan mesin setiap siklus antara lain: lampu, blower, dan pompa air. Pemasangan daya listrik unit pembenihan dan mess masing-masing sebesar 1 300 VA. Ketersediaan pasokan listrik ketika listrik padam diperoleh melalui genset berbahan bakar bensin. Tabel 11 Parameter kualitas air sumur gali pada Pasirgaok Fish Farm Parameter DO pH NH3 NO2
Satuan mg l-1 mg l-1 mg l-1
Nilai 6.1 5.88 < 0.001 1.596
Sumber: Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (2014).
Hasil analisis uji parameter kualitas air sumur gali di Pasirgaok Fish Farm ditunjukkan pada Tabel 11 dan diuji oleh Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hasil parameter kualitas air sumur gali layak digunakan karena Pasirgaok Fish Farm merekayasa air tersebut melalui penginapan di tandon air dan kolam treatment dengan aerasi. Analisis parameter kualitas air sumur gali tersebut menggunakan beberapa literatur sebagai berikut: Kandungan oksigen terlarut atau Dissolved Oxigen (DO) air sumur gali sebesar 6.1 mg l-1 masih berada dalam kisaran optimal kandungan gas oksigen terlarut budidaya ikan patin. Dampak buruk penurunan kadar oksigen terlarut kurang dari 2 mg l-1 bagi kehidupan induk maupun larva adalah menurunnya nafsu makan dan pertumbuhan lambat (Mahyuddin 2010). Oksigen berguna untuk proses pembakaran dengan makanan dan menghasilkan energi untuk aktivitas bergerak, tumbuh, dan bereproduksi (Lesmana 2002). Nilai pH air sumur gali adalah 5.88 yang menunjukkan bahwa pH air di wilayah tersebut bersifat asam karena pH bernilai kurang dari 7. Nilai pH tersebut masih berada di bawah ambang batas pH optimal budidaya ikan patin antara 6 dan 8.5 (BPPI 2013b). Oleh karena itu, pH air sumur gali dapat ditingkatkan melalui 18
Anonim. http://jaraktempuh.com/. Diakses pada tanggal 27 September 2014.
48 proses penginapan di kolam treatment dan penambahan kapur tohor. Menurut Mahyuddin (2010), pH air yang rendah disebabkan oleh peningkatan konsentrasi CO2 yang meningkatkan kandungan H2CO3, sehingga proses penginapan air dapat berhubungan langsung dengan udara dan meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air. Kandungan NH3 kurang dari 0.001 mg l-1, maka kandungan NH3 dalam air sumur gali usaha pembenihan ikan patin siam di Pasirgaok Fish Farm masih berada di bawah batas maksimum kandungan NH3 dalam air yang berbahaya, yakni sebesar 1 mg l-1. Apabila kandungan NH3 melebihi 1 mg l-1 akan mengakibatkan penurunan kandungan oksigen terlarut dalam air, kematian, stres, sakit, dan pertumbuhan lambat (Lesmana 2002). Kadar NO2 air sumur gali adalah 1.596 mg l-1 melebihi batas maksimum sebesar 0.1 mg l-1 (Mahyuddin 2010). Kandungan NO2 yang tinggi disebabkan proses nitrifikasi terhambat oleh pH yang rendah dan kandungan oksigen terlarut yang sedikit. Proses rekayasa kualitas air di kolam treatment penting dilakukan untuk menurunkan kadar NO2 dalam air. 3. Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku kegiatan pembenihan ikan patin siam diperoleh dari lokasi yang berbeda antara lain: Kebutuhan pelet induk, garam ikan, obat-obatan, plastik, dan karet diperoleh dari toko sarana produksi perikanan maupun apotik di sekitar lokasi Jl. Letkol Atang Sanjaya dan sebagian di Pasar Parung. Kebutuhan reinvestasi perlengkapan penunjang seperti scoopnet, saringan cacing, ember grading, waring, dan lain-lain diperoleh dari Pasar Parung. Kebutuhan isi ulang tabung oksigen dilakukan di daerah Ciampea. Kebutuhan cacing sutera diperoleh dari dua pemasok cacing sutera di sekitar wilayah Bogor. Cacing sutera diperoleh dari pinggiran Sungai Ciliwung. Kebutuhan Artemia, Ovaprim, obat-obatan, dan peralatan yang sulit diperoleh di sekitar Bogor diperoleh melalui internet. Kebutuhan induk ikan patin siam diperoleh di daerah Cijengkol (Subang), Warung Jambu (Bogor), dan Sawangan (Depok). Pengangkutan induk menggunakan drum bervolume 200 l dan mobil pick up. Penerapan sistem corong resirkulasi usaha pembenihan ikan patin siam membutuhkan ketersediaan bahan baku berupa input produksi dan investasi tambahan antara lain: Kebutuhan peralatan mesin (pompa air, pompa submersible, blower) dan perlengkapan penunjang (bak fiber bulat dan termometer Hygrometre) diperoleh dengan cara online shopping. Kebutuhan corong penetasan diperoleh dari Bapak Anto asal Gunung Batu, Kabupaten Bogor berdasarkan rekomendasi teknisi di BPBAT Cijengkol Subang. Kebutuhan rak besi sebagai penyangga corong-corong penetasan dan drum air diperoleh dari bengkel las di Jalan Raya Parung. Kebutuhan bahan filter ijuk diperoleh di Pasar Parung, sedangkan batok arang, batu karang, dan pasir pantai dari Depo Ikan Hias Cibinong. 4. Ketersediaan Tenaga Kerja Manajer produksi membutuhkan keahlian teknik pembenihan ikan patin siam, serta pandai mengatur keuangan, sehingga manajer produksi diperoleh dari
49 daerah Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, sebagai kawasan minapolitan. Pegawai berasal dari Desa Pasirgaok dan luar kecamatan. Rencana pengembangan bisnis Pasirgaok Fish Farm melalui tiga skenario membutuhkan penambahan tenaga kerja. Skenario II membutuhkan penambahan 1 orang tenaga kerja yang mampu mengoperasikan sistem corong resirkulasi dan tenaga kerja diperoleh dari Kabupaten Subang. Skenario III melalui ekstensifikasi penambahan 4 unit hatchery membutuhkan penambahan tenaga kerja sebanyak 6 orang dan tenaga kerja diperoleh dari Desa Pasirgaok atau wilayah lain di Kabupaten Bogor. Skenario IV melalui ekstensifikasi dan intensifikasi penambahan 2 unit hatchery yang menerapkan sistem corong resirkulasi membutuhkan penambahan tenaga kerja sebanyak 5 orang. 5. Iklim Menurut Mahyuddin (2010), budidaya ikan patin siam berkembang dengan baik di tempat yang memiliki ketinggian antara 1 m dan 400 m di atas permukaan laut. Syarat tersebut telah dipenuhi oleh kondisi topografi Desa Pasirgaok, di Kecamatan Rancabungur, yang memiliki ketinggian rata-rata 300 m di atas permukaan laut (Kantor Desa Pasirgaok 2013). Rata-rata suhu udara di Desa Pasirgaok antara 28 0C dan 32 0C (Kantor Desa Pasirgaok 2013) sesuai dengan syarat budidaya ikan patin antara 25 0C dan 30 0C (Mahyuddin 2010). 6. Fasilitas Transportasi Jenis transportasi kendaraan bermotor seperti mobil, sepeda motor, dan truk dapat melewati jalan desa sepanjang 5.2 km (Kantor Desa Pasirgaok 2013). Pengiriman jarak jauh menggunakan kapal atau pesawat dengan sistem kargo. Skala Usaha Jumlah akuarium di hatchery ke-1 sebanyak 40 unit dan hatchery ke-2 sebanyak 45 unit. Produksi benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci dari hasil pemijahan di hatchery ke-1 saat musim hujan sebanyak 778 000 ekor per siklus dan hasil pemijahan di hatchery ke-2 sebanyak 849 000 ekor per siklus, sedangkan produksi benih ikan patin siam saat musim kemarau menurun sebesar 44 persen dari kondisi musim hujan. Kapasitas produksi benih ikan patin siam di Pasirgaok Fish Farm setiap bulan saat musim hujan sebanyak 1 627 00 ekor per bulan dan 903 000 ekor per bulan saat musim kemarau. Intensifikasi penerapan sistem corong resirkulasi menyebabkan produksi benih ikan patin siam meningkat sebesar 69 persen per tahun dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm. Kapasitas produksi benih ikan patin siam setiap bulan skenario II tersebut menjadi 2 745 000 ekor per bulan saat musim hujan dan 1 525 000 ekor per bulan saat musim kemarau. Ekstensifikasi usaha pembenihan ikan patin siam menjadi 6 unit hatchery dan menghasilkan benih ikan patin siam sebanyak 9 762 000 ekor per bulan saat musim hujan dan 5 418 000 ekor per bulan saat musim kemarau dengan 6 siklus per bulan. Skenario III mengoperasikan 3 unit hatchery saat musim hujan dengan kapasitas 778 000 ekor per siklus dan 3 unit hatchery dengan kapasitas 849 000 ekor per siklus. Ekstensifikasi usaha pembenihan ikan patin siam menjadi 4 unit hatchery menyebabkan produksi benih ikan patin siam sebanyak 4 siklus per bulan. Produksi benih ikan patin siam dengan sistem corong resirkulasi menjadi 5 490 000 ekor per bulan saat musim hujan dan 3 050 000 ekor per bulan saat musim
50 kemarau. Skenario IV mengoperasikan 2 unit hatchery saat musim hujan dengan kapasitas 1 432 000 ekor per siklus dan 2 unit hatchery dengan kapasitas 1 313 000 ekor per siklus. Proses Pembenihan Ikan Patin Siam Proses Pembenihan Ikan Patin Siam dengan Teknik Inkubasi Telur dalam Akuarium Proses pembenihan ikan patin siam merupakan proses mulai dari manajemen induk, persiapan pemijahan buatan, pemijahan buatan, penetasan telur, dan pemeliharaan larva hingga menjadi benih ukuran 3/4 inci minimum 15 hari dan maksimum 21 hari. Skema proses pembenihan ikan patin siam dengan teknik inkubasi telur dalam akuarium terdapat dalam Lampiran 1. 1. Tahap Manajemen Induk Tahap manajemen induk adalah proses pemeliharaan induk betina dan induk jantan agar menghasilkan telur dan sperma berkualitas. Konstruksi wadah pemeliharaan induk jantan dan induk betina terbuat dari tanah. Sumber air berasal dari air sungai yang mengalir di sekitar lokasi usaha. Tabel 12 Parameter kualitas air kolam induk pada Pasirgaok Fish Farma Parameter
Satuan 0
Kisaran Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) a 28-31 6.5-8.5 >3 <0.1 <1
Aktualb 28-30 5.97 5.2 <0.001 0.863
Suhu air C pH DO mg l-1 NH3 mg l-1 NO2 mg l-1 a Sumber: BPPI (2013b); bLaboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (2014).
Tabel 12 menunjukkan kondisi aktual parameter kualitas air kolam induk di Pasirgaok Fish Farm, yakni suhu, oksigen terlarut (Dissolved Oxigen/DO), NH3, dan NO2 telah memenuhi persyaratan kualitas air pemeliharaan induk ikan patin siam yang baik oleh BPPI (2013b). Namun parameter kualitas air yang perlu diperbaiki adalah nilai pH yang masih berada di bawah kisaran optimal, meskipun menurut Lesmana (2002) titik kematian ikan berada pada saat pH air bernilai 4. Pasirgaok Fish Farm memperbaiki kualitas air kolam induk dengan penambahan kapur pertanian sebanyak 56 g m-2 setiap bulan. Setiap hari indukan diberi pakan berupa pelet pabrikan dengan kandungan protein antara 31 persen dan 33 persen dengan merek Hi Pro-Vite 781. Kandungan protein dalam pelet tersebut telah sesuai standar pakan induk menurut SNI: 01-6483.4-2000, yakni kandungan protein antara 28 persen dan 35 persen (BSN 2000c). Dosis pakan induk sebanyak 3 kg per hari dan diberikan setiap pagi dan sore hari. Pelet dicampur vitamin Selplex 2000 sebanyak 18 g dan air secukupnya. Pakan keong mas yang matang diberikan setiap 3 hari sekali. 2. Tahap Persiapan Pemijahan Buatan Tahap persiapan pemijahan buatan merupakan proses sterilisasi hatchery dan peralatan pemijahan. Tahapan persiapan pemijahan buatan sebagai berikut: Sterilisasi Hatchery dan Peralatan Pemijahan
51 Proses sterilisasi adalah membersihkan akuarium, peralatan aerasi, dan hatchery dengan cara dikuras, digosok, dikeringkan, dan disemprot dengan disinfektan kimia. Proses sterilisasi dilakukan pada hari ke-1 atau beberapa jam sebelum proses seleksi induk. Bahan disinfektan kimia antara lain: 6 g bubuk Unides dan 50 ml larutan Formalin. Setiap bahan dilarutkan dengan 5 l air, lalu disemprotkan dengan sprayer ke dalam akuarium maupun peralatan aerasi. Tahapan selanjutnya adalah pengisian air ke dalam akuarium pada hari ke-2. Air sebagai media penetasan telur perlu penanganan khusus. Kontrol terhadap air antara lain: suhu air antara 26 0C dan 28 0C, ketinggian air setinggi 25 cm, dan pH air 7. Kandungan oksigen terlarut air kolam treatment sebanyak 6.6 mg l-1 dijaga melalui penambahan aerasi dan filtrasi. Media penetasan telur diberi larutan Elbayou sebanyak 5 g yang telah dilarutkan dengan 750 ml air. Gambar 16 menunjukkan proses sterilisasi hatchery. Tabel 13 Parameter kualitas air kolam treatment pada Pasirgaok Fish Farm Parameter DO pH NH3 NO2
Satuan mg l-1 mg l-1 mg l-1
Nilai 6.6 6.06 < 0.001 0.047
Sumber: Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (2014).
Tabel 13 menunjukkan parameter kualitas air sumur bor dan sumur gali yang telah mengalami rekayasa peningkatan kualitas air di dalam kolam treatment. Kandungan oksigen terlarut (Dissolved Oxigen/DO) dalam air sebanyak 6.6 mg l-1 cukup tinggi. Kandungan oksigen terlarut tersebut berada dalam kisaran optimal antara 5 mg l-1 dan 7 mg l-1 (Mahyuddin 2010). Kandungan oksigen tersebut baik untuk meningkatkan nafsu makan dan pertumbuhan larva (Mahyuddin 2010). Nilai pH air adalah 6.06 masih rendah di bawah kisaran antara 6.5 dan 8.5 untuk budidaya ikan patin yang baik (Mahyuddin 2010), akan tetapi pH tersebut berada di atas 5.5 yang merupakan batas minimum ikan masih berperilaku normal (Lesmana 2002). Kandungan NH3 dan NO2 yang beracun bagi ikan berada di bawah batas 1 mg l-1 yang merupakan batas maksimum untuk budidaya ikan patin siam yang baik.
Gambar 16 Sterilisasi hatchery Seleksi Induk Proses seleksi induk adalah tahap penangkapan induk jantan dan induk betina di kolam berdasarkan kriteria fisik induk yang telah matang gonad. Ciri fisik induk betina yang matang gonad antara lain: perut buncit ke arah anus dan
52 terasa lembek, alat kelamin membengkak dan berwarna merah tua, keluar butiran telur dari lubang ovari saat dihisap dengan kateter, telur berwarna kuning dan mudah dipisahkan, serta bobot minimum 3 kg. Kondisi ciri fisik induk jantan yang telah matang gonad adalah alat kelamin berwarna merah tua dan sedikit menonjol, serta saat pengurutan dari bagian perut ke arah anus mengeluarkan cairan sperma. Peralatan yang dibutuhkan antara lain: waring hitam, kain nylon hitam, kateter, dan timbangan gantung. Teknik penangkapan induk adalah menggiring induk ke sudut kolam dengan anco, kemudian induk diangkat dari dalam air dengan posisi pangkal ekor di atas untuk pengecekan kriteria induk yang matang gonad. Induk yang terpilih diletakkan di dalam kain hitam dan ditimbang minimum 3 kg per ekor induk betina, sementara induk jantan tidak ditimbang. Proporsi pemilihan jumlah induk jantan dan induk betina adalah 2:1. Pada bulan Juli tidak dilakukan pemijahan karena seluruh induk mengalami kekosongan telur terendah. Proses pengecekan telur, pengangkutan induk, dan penimbangan induk ditunjukkan pada Gambar 17.
Gambar 17 Pengecekan telur, pengangkutan induk, dan penimbangan induk Pemberokan Proses pemberokan adalah proses mempuasakan induk jantan dan induk betina hasil seleksi untuk menunggu waktu penyuntikan selama 6 jam di kolam pemberokan. Daun pisang diletakkan di atas permukaan air kolam pemberokan untuk mengurangi stres induk. Proses pemberokan ditunjukkan pada Gambar 18.
Gambar 18 Pemberokan induk 3. Tahap Pemijahan Buatan Pemijahan buatan merupakan rangkaian kegiatan mengeluarkan telur dari induk betina dan sperma dari induk jantan melalui teknik kawin suntik. Tahap pemijahan buatan adalah sebagai berikut: Penyuntikan Hormon Tahapan sebelum proses penyuntikan adalah penimbangan kedua. Proses penimbangan kedua bagi induk betina untuk menentukan dosis penggunaan hormon buatan. Alat dan bahan untuk proses penyuntikan antara lain: 5 buah jarum suntik ukuran 5 ml, mangkok, Chorulon, dan Ovaprim. Sebelum proses penyuntikan, 1 orang bertugas membungkus induk dengan kain hitam agar induk tidak berontak, sedangkan 1 orang bertugas menyuntik di bagian ketiak sirip
53 punggung induk betina. Setelah penyuntikan selesai, induk betina dikembalikan ke kolam pemberokan untuk menunggu giliran penyuntikan kedua. Penyuntikan pertama dengan hormon gonadotropin, yakni hCG (human chorionic gonadotropin) menggunakan Chorulon buatan Intervert International. Dosis hCG adalah 500 IU kg-1 bobot induk betina. Hormon gonadotropin untuk menstimulasi pematangan gonad dan melepas gonad. Selang waktu penyuntikan pertama dan penyuntikan kedua selama 24 jam. Penyuntikan kedua menggunakan hormon gonadotropin releasing hormone analogue (GnRHa) dan antidopamin dengan Ovaprim buatan Syndel Laboratories Ltd.. Dosis Ovaprim per ml ditentukan berdasarkan bobot induk betina per kg. Fungsi Ovaprim adalah merangsang pelepasan telur dan mengurangi stres. Dosis penyuntikan adalah 0.5 ml kg-1 bobot induk selama selang waktu 6 jam. Proses persiapan peralatan pemijahan dan penyuntikan induk betina ditunjukkan pada Gambar 19.
Gambar 19 Peralatan pemijahan dan penyuntikan induk betina Inkubasi Induk Inkubasi induk pertama merupakan proses menunggu induk betina mendapat giliran penyuntikan kedua dengan Chorulon selama selang waktu 24 jam. Inkubasi induk kedua merupakan proses menunggu induk betina dan induk jantan memasuki masa waktu ovulasi selama 10 jam. Setelah proses pemberokan, kolam pemberokan dibersihkan dan disterilisasi menggunakan bubuk Kalium Permanganat sebanyak 2.5 g yang dilarutkan dengan 5 l air. Kemudian larutan tersebut disemprotkan dengan sprayer ke dalam kolam pemberokan. Stripping dan Pembuahan Buatan
Gambar 20 Stripping dan pembuahan buatan Waktu proses stripping induk betina dan proses pembuahan dilakukan bersamaan dan ditunjukkan pada Gambar 21. Proses stripping dilakukan 2 kali. Stripping pertama adalah proses pengurutan mulai dari perut induk betina hingga ke arah anus secara hati-hati untuk mengeluarkan telur. Peralatan yang dibutuhkan antara lain: wajan kering, bulu ayam, handuk kering, dan handuk basah. Ciri induk betina yang telah berovulasi adalah telur mudah keluar saat stripping. Apabila stripping sulit mengeluarkan telur, maka induk diinkubasi kembali dan ditunggu hingga ovulasi. Pembagian tugas proses stripping adalah 1 orang bertugas mengurut, sedangkan 1 orang bertugas menampung hasil telur. Stripping kedua adalah mengeluarkan cairan sperma secukupnya dengan cara diurut. Kemudian sperma disebarkan ke dalam wadah berisi kumpulan telur
54 secara langsung, ditambahkan larutan fisiologis NaCl 0.9 persen, dan diaduk sebentar dengan bulu ayam sampai merata. Aktivasi sperma dilakukan dengan penambahan air steril. Proses pengadukan telur dan sperma secara langsung merupakan proses pembuahan buatan dengan sistem kering. Telur yang telah terbuai dicuci hingga bersih. 4. Tahap Penetasan Telur Tahap penetasan telur merupakan rangkaian proses penebaran telur, penetasan telur (inkubasi telur), dan panen larva ikan patin siam. Wadah penetasan telur adalah akuarium dengan ketinggian air 25 cm. Teknik inkubasi telur yang digunakan adalah teknik inkubasi telur dalam air menggenang. Penebaran Telur Suhu air penetasan telur optimal antara 28 0C dan 30 0C (BPPI 2013a). Hasil pengamatan di lapang menunjukkan suhu air penetasan telur mencapai 29 0C. Kumpulan telur yang telah terbuahi disebarkan secara merata dengan bulu ayam ke dalam akuarium. Kondisi peralatan aerasi mati ketika penebaran telur dan penyebaran hanya satu lapisan di dasar akuarium. Apabila kondisi telur saling menumpuk, maka telur yang tidak menetas akan membusuk dan menginfeksi telur lainnya. Selanjutnya pemberian larutan Methylene Blue sebanyak 20 ml/akuarium untuk membunuh spora jamur. Proses penebaran telur dan inkubasi telur ditunjukkan pada Gambar 21. Fekunditas induk betina sebanyak 120 000 butir per kg, sehingga total produksi telur di hatchery ke-1 sebanyak 3 960 000 butir per siklus dengan 11 ekor induk betina dan pemijahan di hatchery ke-2 menghasilkan 4 320 000 butir per siklus dengan 12 ekor induk betina. Penebaran fekunditas 1 ekor induk betina untuk 3 akuarium, sehingga padat penebaran telur adalah 6 butir per cm2. Produksi telur menurun sebesar 50 persen saat musim kemarau akibat kualitas air yang rendah dan menyebabkan fekunditas telur induk betina menurun 5 persen.
Gambar 21 Penebaran telur dan inkubasi telur Penetasan Telur dan Panen Larva Proses penetasan telur (inkubasi telur) berlangsung selama 24 jam dan dilanjutkan proses pemanenan larva. Cangkang telur mulai mengapung dan larva mulai berenang merupakan tanda larva siap dipanen. Teknik pemanenan larva diawali proses menjaring larva menggunakan seser halus dan ditampung ke dalam baskom. Air bekas penetasan telur mengandung sisa cangkang telur dan telur yang tidak menetas, sehingga kualitas air buruk seperti berwarna dan berbau. Proses pemberian obat-obatan untuk mengurangi stres dan mengobati luka larva. Larutan obat yang digunakan adalah 5 g Elbayou dan 7.5 l air. Kedua obat tersebut dicampur air dan dituangkan secara merata sebanyak 250 ml per akuarium. Pengalaman Pasirgaok Fish Farm adalah perkembangbiakan jamur Saprolegnia sp. selalu muncul setiap proses inkubasi telur. Rata-rata derajat penetasan telur ikan patin siam selama tahun 2013 adalah 48 persen. Penerapan teknik ini menyulitkan pegawai memanen larva karena proses dilakukan
55 bersamaan dengan proses ganti air. Larva sangat sensitif terhadap kondisi air yang buruk, sehingga proses pemanenan yang terlalu lama dapat menyebabkan larva mati. Padat penebaran larva minimum sebanyak 63 ekor per liter dengan ketinggian air 40 cm. Proses panen larva dan pengobatan ditunjukkan pada Gambar 22.
Gambar 22 Panen larva, larva berumur 1 hari , dan pengobatan 5. Tahap Pemeliharaan Larva Perhitungan umur larva dihitung sejak telur menetas. Larva berukuran kecil dan belum memiliki organ tubuh lengkap. Larva sangat rentan menghadapi kematian akibat sifat kanibalisme yang mulai muncul pada hari ke-2 setelah telur menetas, dan kemunculan bakteri Aeromonas sp. saat bulan November, Desember, dan Januari. Penyebab lain jumlah larva menurun adalah ukurannya sangat kecil, sehingga larva rentan terbuang saat proses penyifonan dan pergantian air. Ciri larva atau benih ikan patin siam yang terserang bakteri Aeromonas sp. antara lain: permukaan tubuh berwarna merah di bagian dada, sirip, dan perut, sebagian kulit tubuh melepuh, insang berwarna putih, serta sirip rusak. Penyebab kemunculan bakteri Aeromonas sp. adalah musim hujan saat curah hujan tinggi (November, Desember, Januari) yang menyebabkan pH air menurun, suhu tidak stabil, sehingga nafsu makan ikan menurun (Mahyuddin 2010). Penyebab lain adalah kelangkaan cacing sutera selama musim hujan mengkibatkan ikan terlambat makan. Pengobatan dilakukan dengan pergantian air sebesar 30 persen dari volume awal setiap 2 hari sekali dan pemberian garam sebanyak 0.8 g m-3 (Mahyuddin 2010). Pengalaman Pasirgaok Fish Farm adalah survival rate benih ikan patin siam selama musim hujan akan menurun sebesar 5 persen dibandingkan dengan kondisi musim kemarau dan diduga disebabkan oleh infeksi bakteri Aeromonas sp.. Tabel 14 Parameter kualitas air pemeliharaan larva pada Pasirgaok Fish Farm Keterangan Aktuala Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI)b a
DO (mg l-1) pH 4.6 6.04 ˃ 3- 8
6-8.5
NH3 (mg l-1) NO2 (mg l-1) Suhu (0C) < 0.001 2.612 29 – 30 < 0.2
˂ 0.01
27-31
Sumber: Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor (2014).; bBPPI (2013a).
Tabel 14 menunjukkan parameter kualitas air akuarium saat pemeliharaan larva sebelum penyifonan dan pergantian air. Kandungan gas oksigen terlarut, pH, dan NH3 masih berada dalam kisaran optimal pemeliharaan larva ikan patin siam, akan tetapi kandungan NO2 di bawah paramater kualitas air yang baik bagi pemeliharaan larva ikan patin. Kandungan NO2 sangat tinggi sebanyak 2.612 mg
56 l-1 melebihi 0.01 mg l-1 (BPPI 2013a). Kandungan NH3 yang tinggi disebabkan oleh padat tebar larva yang tinggi, pakan yang membusuk, dan kotoran ikan yang menumpuk, sehingga larva atau benih akan mengalami stres, sakit, dan pertumbuhan terhambat (Lesmana 2002, Mahyuddin 2010). Suhu pemeliharaan larva stabil antara 29 0C dan 30 0C dengan menggunakan kompor agar nafsu makan larva atau benih ikan patin siam meningkat (Mahyuddin 2010). Oleh sebab itu, manajemen air harus rutin dilakukan untuk memperbaiki kualitas air. Survival rate benih ikan patin siam mulai dari larva hingga menjadi benih ukuran 3/4 inci selama 21 hari dengan padat penebaran larva antara 63 ekor per liter dan 88 ekor per liter adalah 50 persen saat musim kemarau dan 45 persen saat musim kemarau. Kisaran nilai pemeliharaan larva selama 21 hari di Pasirgaok Fish Farm lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Ariyanto et al. (2008) dan BSN (2000c). Hasil penelitian Ariyanto et al. (2008) menunjukkan bahwa survival rate pemeliharaan larva ikan patin siam selama 21 hari sebesar 23.75 persen dengan padat penebaran larva sebanyak 100 ekor per liter. Badan Standarisasi Nasional (2000 c) menetapkan satandar survival rate benih ikan patin siam sebesar 50 persen dengan padat penebaran larva sebanyak 40 ekor per liter. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika kegiatan pemeliharaan larva adalah manajemen pakan dan manajemen air, yakni sebagai berikut: A. Manajemen Pakan 1) Hari ke-1 Larva berumur 1 hari setelah menetas tidak perlu diberi pakan karena alat pencernaan belum terbentuk sempurna dan sumber energi utama adalah cadangan makanan berupa kuning telur (yolk). 2) Hari ke-2 sampai Hari ke-3 Larva berumur 2 hari diberi pakan alami berupa Artemia (brine shrimp). Artemia adalah hasil telur udang telah dikeringkan menjadi serbuk dan diperjualbelikan dalam kemasan kaleng. Merek dagang Artemia yang dipakai adalah Supreme Plus berisi 425 g asal Amerika Serikat. Artemia dikultur untuk menetaskan telur Artemia dan pemberiannya dilakukan secara ad libitum (secukupnya) hingga larva terlihat kenyang. Proses kultur Artemia selama 24 jam saat larva berumur 1 hari. Hasil kultur Artemia berupa naplius Artemia dan posisinya berada di bawah wadah, sedangkan cangkang telur dan Artemia yang belum menetas akan mengapung di permukaan air. Proses kultur Artemia dilakukan setiap 1 jam selama 24 jam. Selanjutnya pemberian pakan naplius Artemia diberikan secara bertahap setiap 1 jam selama 2 hari. Alat yang dibutuhkan antara lain: ember ukuran 20 l, instalasi aerasi, galon ukuran 15 l yang dilengkapi keran, gelas ukuran 250 ml, dan ember ukuran 7.5 l. Bahan yang dibutuhkan antara lain: Artemia, garam ikan, dan air. Langkah awal proses kultur Artemia adalah menyiapkan air sebanyak 15 l ke dalam ember ukuran 20 l. Garam ikan sebanyak 750 g dan Artemia sebanyak 26.565 g dimasukkan secara bertahap ke dalam ember. Peralatan aerasi dinyalakan selama 24 jam. Satu ember berisi naplius Artemia dimasukkan ke dalam galon untuk diendapkan dan ditampung ke dalam baskom. Hasil kultur Artemia dimasukkan ke dalam ember ukuran 7.5 l dan ditambahkan air. Setiap akuarium diberi 250 ml campuran naplius Artemia. Kebutuhan Artemia dibedakan menjadi tiga, yakni produksi larva di bawah 1 000 000 ekor per siklus sebanyak 1 kaleng, produksi larva antara 1 000 000 ekor
57 per siklus dan 2 000 000 ekor per siklus sebanyak 2 kaleng, dan produksi larva di atas 2 000 000 ekor per siklus sebanyak 3 kaleng. Proses kultur Artemia ditunjukkan pada Gambar 23.
Gambar 23 Kultur Artemia, panen Artemia, naplius Artemia, dan pemberian pakan 3) Hari ke-4 sampai Hari ke-21 Jenis pakan alami sejak larva berumur 4 hari adalah cacing sutera (Tubifex sp.). Pasokan cacing sutera setiap hari diperoleh dari 2 orang pemasok cacing sutera di Kabupaten Bogor. Peralatan yang yang dibutuhkan antara lain: papan penyincang, pisau, gelas ukuran 250 ml, baskom, dan saringan halus. Langkah awal pemberian pakan cacing sutera adalah cacing sutera ditakar dengan gelas ukuran 250 ml. Kemudian cacing sutera dicacah sesuai dengan ukuran mulut larva. Tahap selanjutnya adalah pencucian hasil cacahan cacing dengan saringan halus. Hasil cacahan cacing yang telah bersih dicampur air dan disebar ke setiap akuarium sebanyak 250 ml. Takaran pakan cacing sutera dan jadwal pemberian pakan berbeda, seiiring umur larva yang bertambah. Pakan Artemia diselingi dengan cacing sutera pada hari ke-3 sebanyak setengah dari takaran normal dan diberikan 6 jam sebelum umpan cacing. Kebutuhan cacing sutera setiap larva sebanyak 0.0006 ml dimulai pada hari ke-4. Takaran pakan cacing sutera meningkat pada hari ke-6 sebanyak 1 gelas, hari ke-8 sebanyak 2 gelas, hari ke-11 sebanyak 3 gelas, dan hari ke-15 sebanyak 4 gelas dari hari sebelumnya, sementara takaran pakan cacing tetap pada hari ke-11 sampai hari ke-20. Peningkatan jumlah pakan diiringi penurunan intensitas pemberian pakan. Umpan diberikan setiap 2 jam sekali pada hari ke-4 sampai hari ke-6. Intensitas pemberian pakan menurun menjadi 3 jam sekali pada hari ke-7 sampai hari ke-8. Umpan cacing sutera rutin diberikan 4 jam sekali pada hari ke-10 sampai hari ke21. Proses ganti air membutuhkan waktu sekitar 6 jam, sehingga intensitas pemberian pakan juga akan menurun. Pakan diberikan 1 kali sekitar 12 jam setelah proses panen pada hari ke-15 dan hari ke-18, sementara hari ke-21 benih dipuasakan karena seluruh benih dijual. Proses penyincangan dan pencucian cacing sutera ditunjukkan pada Gambar 24.
Gambar 24 Penyincangan dan pencucian cacing sutera B.
Manajemen Air
58 Kontrol air adalah pengecekan pH dengan pH Test dan pengecekan tingkat kekeruhan air dengan pergantian air maupun penyifonan. Ciri-ciri fisik kualitas air yang buruk adalah pH yang bersifat asam antara 5 dan 6, serta air berwarna cokelat dan berbau. Proses ganti air pertama dilakukan pada hari ke-2 setelah proses penetasan telur sebanyak 800 liter/akuarium atau 100 persen. Jadwal ganti air rutin dilakukan setiap 2 hari sekali sebesar 38 persen dari volume awal. Selanjutnya tahap pengecekan pH air dengan menggunakan pH Test. Pengecekan menggunakan pH Test dilakukan sebanyak 2 kali terhadap 1 akuarium sebagai sampel sesudah proses ganti air. Pergantian air sebesar 38 persen dilakukan sebanyak 8 kali ketika larva berumur 4 hari, 6 hari, 8 hari, 10 hari, 12 hari, 14 hari, 17 hari, dan 20 hari. Proses sortasi dan panen benih ukuran 3/4 inci pada hari ke15, hari ke-18, dan hari ke-21 membutuhkan ganti air sebesar 62.5 persen dari volume awal. Setelah ganti air diberi racikan obat yang terdiri atas: 5 g Elbayou, 5 g Supertetra, 5 g Mr.Fish Probio, dan 7.5 l air untuk seluruh akuarium. Proses penyifonan dilakukan setiap hari setelah pemberian pakan. Proses penyifonan adalah menempatkan selang sedot di bagian kotoran yang menumpuk di dasar akuarium dan membuang sebagian air. Alat yang digunakan berupa selang diameter 6 mm dan panjang 1 m. Proses ganti air dan penyifonan dengan selang dilakukan terlebih dahulu proses penyedotan dan air akan mengalir ke bawah (Gambar 25).
Gambar 25 Ganti air dan penyifonan 2.
Pemanenan dan Sortasi Benih Proses persiapan pengepakan dilakukan mulai 2 hari sebelum pemanenan. Proses persiapan pengepakan antara lain: persiapan bahan baku, pengikatan kantong plastik, dan pengisian tabung oksigen. Bahan baku yang dibutuhkan adalah plastik ukuran 60 cm x 40 cm, karet, gas oksigen, dan Elbayou. Satu kantong berisi 1 000 ekor benih dan dibutuhkan 2 buah kantong plastik, 8 buah karet, dan larutan Elbayou sebanyak 50 ml per kantong. Proses pemanenan dan sortasi benih ukuran 3/4 inci dilakukan pada hari ke-15, hari ke-18, dan hari ke-21. Peralatan panen dan sortasi yang dibutuhkan adalah serokan halus, bak fiber bulat, baskom, gelas, selang aerasi, blower kecil, centong, ember grading, dan selang penyedot air. Langkah pertama adalah air dibuang sebesar 62.5 persen, kemudian benih dijaring dan dipindahkan ke dalam baskom secara hati-hati. Benih dipindahkan ke bak fiber untuk melewati tahap sortasi. Proses sortasi merupakan proses seleksi benih berdasarkan pada keseragaman ukuran dengan ember grading. Tujuan sortasi adalah menyeragamkan ukuran benih dan mengategorikan benih berdasarkan pada grade dan harga. Pengelompokkan benih, yaitu benih ukuran kurang dari 3/4 inci dan benih ukuran 3/4 inci. Benih yang memiliki bobot lebih dari 0.025 g akan tersangkut di ember grading, sedangkan bobot benih yang kurang dari 0.025 g
59 keluar dari ember grading dan dikembalikan ke akuarium. Benih yang tidak lolos tahap seleksi dipelihara di dalam akuarium dengan padat tebar 25 000 ekor per akuarium atau 32 ekor per liter. Pengobatan untuk mengurangi stres dan mengobati luka-luka dilakukan setelah sortasi dengan racikan obat yang terdiri atas: 5 g Elbayou, 5 g Supertetra, 5 g Mr.Fish Probio, dan 7.5 l air. Larutan obat dituangkan ke dalam setiap akuarium sebanyak 250 ml. Proses pengepakan dilakukan beberapa jam sebelum pembeli tiba atau pengiriman langsung ke lokasi pembeli. Apabila jumlah benih yang dikemas banyak, maka teknik menghitung benih adalah sampling. Sampling merupakan proses menghitung benih sebanyak 1 000 ekor per gelas dengan centong plastik dan gelas tersebut diberi tanda dengan karet. Setelah seluruh kantong terisi benih, air, dan Elbayou, maka kantong tersebut diisi oksigen secukupnya dan diikat menggunakan karet sebanyak 2 buah dengan rapat. Proses panen benih, sortasi benih, sampling, dan pengepakan ditunjukkan pada Gambar 26.
Gambar 26 Panen benih, sortasi benih, sampling, dan pengepakan
Proses Pembenihan Ikan Patin Siam dengan Teknik Inkubasi Telur Menggunakan Sistem Corong Resirkulasi Proses pembenihan ikan patin siam dengan sistem corong resirkulasi mengalami perubahan mulai dari proses manajemen induk hingga proses penetasan telur agar derajat penetasan telur dapat mendekati nilai sebesar 80.67 persen ≈ 81 persen sesuai hasil riset Iswanto dan Tahapari (2010) dengan menggunakan sistem corong resirkulasi. Skema proses pembenihan ikan patin siam dengan sistem corong resirkulasi terdapat dalam Lampiran 2. Teknik pembenihan ikan patin siam dengan sistem corong resirkulasi adalah sebagai berikut: 1. Tahap Manajemen Induk Iswanto dan Tahapari (2010) memberikan pakan induk sebesar 2 persen biomassa per hari. Total bobot induk yang dipelihara diperkirakan seberat 1 275 kg atau 1.28 ton. Rata-rata bobot induk betina adalah 3 kg per ekor dan berjumlah 300 ekor, sementara rata-rata bobot induk jantan adalah 2.5 kg per ekor dan berjumlah 150 ekor. Oleh sebab itu, jumlah pemberian pakan ditingkatkan menjadi 26 kg per hari. Jenis pelet yang digunakan tidak berubah karena kandungan protein antara 31 persen dan 33 persen telah memenuhi Standar Nasional Indonesia. 2. Tahap Persiapan Pemijahan Buatan Sterilisasi Hatchery, Unit Penetasan Telur, dan Peralatan Pemijahan Unit penetasan telur perlu disterilisasi, yakni mencuci dan mengeringkan corong-corong penetasan, wadah penampungan larva, wadah panen larva, dan bak filter beserta komponen bahan filter dengan cara dijemur. Corong-corong penetasan diberi bubuk Kalium Permanganat sebanyak 20 ppm (20 mg l-1) selama
60 30 menit untuk menghindari kontaminasi jamur atau bakteri (Khairuman dan Sudenda 2009). Langkah selanjutnya mengisi air bersih dari kolam treatment menuju ke bak filter. Pompa air dinyalakan untuk mengecek kinerja sistem resirkulasi air selama 24 jam. Proses sterilisasi unit penetasan telur dilakukan pada hari kedua sejak siklus dimulai. Seleksi Induk Jumlah seleksi induk betina adalah 11 ekor per siklus untuk pemijahan di hatchery ke-1 dan 12 ekor per siklus untuk pemijahan di hatchery ke-2. Alasan penggunaan jumlah induk betina sebanyak 11 ekor per siklus dan 12 ekor per siklus selain batas minimum seleksi induk betina adalah penyesuaian kapasitas maksimum pemeliharaan larva di hatchery ke-1 sebanyak 2 800 000 ekor per siklus dan 3 150 000 ekor per siklus di hatchery ke-2 dengan padat penebaran larva sebanyak 88 ekor per liter. Pemberokan Proses pemberokan adalah mempuasakan induk sebelum disuntik selama 6 jam. Induk jantan dan induk betina dipisahkan agar proses penangkapan induk lebih mudah, sehingga ovulasi induk betina tidak terlambat. 3. Tahap Pemijahan Buatan Penyuntikan Hormon Induk yang telah diberokan terlebih dahulu ditimbang untuk mengetahui dosis hormon yang dibutuhkan. Penyuntikan pertama dengan hormon Chorulon sebanyak 500 IU kg-1 bobot induk betina. Penyuntikan kedua menggunakan Ovaprim dengan dosis 0.6 ml kg-1 bobot induk betina. Penyuntikan induk jantan menggunakan Ovaprim dengan dosis 0.2 ml kg-1 induk dan waktu penyuntikan induk jantan dilakukan bersamaan saat penyuntikan kedua induk betina (Iswanto dan Tahapari 2010). Selang waktu antara penyuntikan pertama dan penyuntikan kedua adalah 24 jam. Inkubasi Induk Inkubasi induk pertama merupakan proses menunggu induk betina mendapat giliran penyuntikan kedua dengan Chorulon selama selang waktu 24 jam. Inkubasi induk kedua adalah proses menunggu induk betina dan induk jantan memasuki masa waktu ovulasi selama 10 jam. Stripping dan Pembuahan Buatan Menurut Mahyuddin (2010) dan Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (2011 b), teknologi pembenihan ikan patin siam dengan sistem corong resirkulasi menerapkan metode pembuahan sistem basah. Pembuahan basah adalah mengeluarkan sperma terlebih dahulu dan dicampur dengan NaCl dan dilanjutkan dengan mengeluarkan telur untuk dicampur dengan larutan sperma. Stripping pertama bertujuan mengeluarkan sperma induk jantan langsung ditampung dalam botol yang telah berisi larutan 0.9 persen NaCl fisiologis buatan PT Widatra Bhakti dengan perbandingan volume sperma dan volume NaCl fisiologis sebanyak 1:5 (Iswanto dan Tahapari 2010). Sperma dan larutan NaCl fisiologis dicampur merata dan disimpan pada suhu antara 0 0C dan 5 0C (BPPI 2013b). Stripping kedua bertujuan mengeluarkan telur dari induk betina dan dicampur larutan sperma dengan cara diaduk sekitar 1 menit. Kumpulan telur ditimbang untuk mengetahui bobot telur. Selanjutnya kumpulan telur dicampur dengan larutan sperma. Setiap 100 g telur dibuahi oleh 20 ml larutan sperma (Mahyuddin 2010). Aktivasi proses pembuahan menggunakan air mineral Aqua
61 buatan PT Tirta Investama (Iswanto dan Tahapari 2010) secukupnya dan diaduk sekitar 1 menit. Lalu kumpulan telur dicuci dan dibilas hingga bersih. Penghilang daya rekat menggunakan larutan lumpur tanah liat. Lumpur tanah yang telah dibersihkan dicampur dengan air mendidih. Larutan tanah liat terdiri atas 1 kg tanah liat dan 2 l air. Setiap 100 ml larutan tanah liat yang telah disaring digunakan untuk 200 g telur (Slembrouck et al. 2005). Tujuannya adalah memisahkan telur yang saling menempel dan diaduk hingga merata dengan bulu ayam. Kemudian telur dibilas dengan air sampai bersih. 4. Tahap Penetasan Telur Penebaran Telur Cara penebaran telur yang telah dibilas adalah telur dimasukkan ke dalam corong maksimum 300 g dan keran inlet air dimatikan. Setelah telur-telur tenggelam, selanjutnya keran inlet diatur debit airnya antara 36 ml per detik dan 76 ml per detik. Telur-telur terus bergerak melalui dorongan air hasil resirkulasi dari drum penampungan air melalui pipa 1/2 inci secara gravitasi. Larva dan sisa cangkang akan bergerak ke atas dan mengalir melalui bak penampungan larva melalui pipa 1 inci. Larva akan tertahan di hapa, sementara air sisa penetasan telur keluar melalui pipa 2 inci menuju ke bak filter melalui proses filtrasi. Air hasil filtrasi tersirkulasi kembali menuju ke drum penampungan air dengan menggunakan pompa air untuk dialirkan ke corong-corong selama 24 jam. Aerasi dipasang di bak penampungan larva agar kandungan oksigen terlarut terjaga. Suhu penetasan telur menggunakan lampu penerangan yang tepat berada di atas corongcorong dan suhu ruangan ditingkatkan menggunakan kompor. Fekunditas induk betina sebanyak 120 000 butir per kg. Pemijahan di hatchery ke-1 menggunakan 11 ekor induk ikan patin siam betina, sehingga telur yang dihasilkan sebanyak 3 960 000 butir per siklus. Pemijahan di hatchery ke-2 menggunakan 12 ekor induk ikan patin siam betina, sehingga telur yang dihasilkan sebanyak 4 320 000 butir per siklus. Batas maksimum telur yang ditebar sebanyak 3 600 butir per corong, sehingga pemijahan di hatchery ke-1 membutuhkan 11 corong dan pemijahan di hatchery ke-2 membutuhkan 12 corong. Penggunaan corong saat musim kemarau berkurang 50 persen. Penetasan Telur dan Panen Larva Proses penetasan telur (inkubasi telur) berlangsung selama 24 jam. Proses pemanenan larva dilakukan secara bertahap ke dalam bak panen larva. Setelah 24 jam berakhir, larva dipanen dan ditebar ke dalam akuarium. Penerapan sistem corong resirkulasi memanfaatkan kapasitas maksimum padat penebaran larva sebanyak 88 ekor per liter dengan ketinggian air 40 cm atau 45 cm. Selanjutnya proses pengobatan seperti kondisi aktual. Setelah proses penetasan telur berakhir, air dalam bak filter maupun sisa penetasan telur dibuang dan dicuci. 5. Tahap pemeliharaan larva Tahap pemeliharaan larva mengalami survival rate hingga menjadi benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci selama 21 hari sebesar 50 persen saat musim kemarau dan 45 persen saat musim hujan. Layout Pasirgaok Fish Farm dibangun di lahan seluas 7 680 m2. Kondisi aktual usaha pembenihan ikan patin siam menempati lahan seluas 1 360 m2 dan sisa lahan digunakan untuk budidaya ikan gurami dan ikan patin albino sebagai hobi.
62 Pasirgaok Fish Farm menentukan bentuk dan penempatan fasilitas bangunan untuk mempermudah proses pergerakan pegawai melakukan pengusahaan ikan patin siam, sehingga pekerjaan menjadi lebih cepat dan mudah dilakukan. Layout unit pembenihan ikan patin siam yang telah dilengkapi meliputi: bangunan kolam pemeliharaan induk, saluran irigasi, sumur bor, sumur gali, tandon air, kolam treatment air, hatchery, mess pegawai, wadah penyimpanan cacing, tempat penetasan Artemia, tempat penyimpanan obat, tempat penyimpanan pakan, tempat pembuangan limbah, tempat peralatan mesin, serta area stripping dan pengepakan. Pengaturan tata letak bangunan diurutkan berdasarkan pada proses produksi. Layout usaha pembenihan ikan patin siam kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm terdapat dalam Lampiran 3. Skenario II membutuhkan perluasan lahan menjadi 1 435 m2 untuk penambahan unit penetasan telur seluas 74.8 m2 ≈ 75 m2. Layout unit penetasan telur berada di antara bangunan hatchery ke-1 dan hatchery ke-2 untuk mempermudah proses pengangkutan larva dan menjaga kondisi larva tetap berada pada suhu ruangan. Layout usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm terdapat dalam Lampiran 3, sedangkan layout unit penetasan telur terdapat dalam Lampiran 4. Skenario III membutuhkan perluasan lahan menjadi 6 484 m2 untuk penambahan 4 unit hatchery berserta fasilitas bangunan unit pembenihan lainnya. Kondisi fisik unit pembenihan yang baru seperti kondisi aktual unit pembenihan yang lama karena kapasitas produksi tidak berubah. Setiap 2 unit hatchery ditangani oleh 3 orang pegawai. Luas kolam induk ditingkatkan 3 kali lipat dari kondisi aktual menjadi 1 332 m2 akibat peningkatan jumlah induk 3 kali lipat dari kondisi aktual. Layout usaha pembenihan ikan patin siam skenario III pada Pasirgaok Fish Farm terdapat dalam Lampiran 5. Skenario IV membutuhkan perluasan lahan menjadi 5 830 m2 untuk penambahan 2 unit hatchery berserta fasilitas bangunan unit pembenihan lainnya. Kondisi fisik unit pembenihan yang baru seperti kondisi aktual unit pembenihan yang lama karena kapasitas produksi tidak berubah. Setiap 2 unit hatchery ditangani oleh 3 orang pegawai. Luas kolam induk ditingkatkan 2.5 kali lipat dari kondisi aktual menjadi 1 076 m2 akibat peningkatan jumlah induk 2 kali lipat dari kondisi aktual. Layout usaha pembenihan ikan patin siam skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm terdapat dalam Lampiran 6. Pemilihan Jenis Teknologi Teknologi yang diterapkan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm adalah pemijahan buatan, pembuahan buatan sistem kering, penggunaan treatment air, dan teknik inkubasi telur dalam air menggenang di akuarium. Teknik pemijahan buatan menggunakan hormon perangsang buatan dengan merek dagang Ovaprim dan Chorulon. Metode pembuahan menggunakan sistem kering, yaitu induk betina diurut untuk mengeluarkan telur dan induk jantan diurut untuk mengeluarkan cairan sperma yang langsung dicampur ke dalam kumpulan telur tersebut. Rekayasa kualitas air sumur bor dan sumur gali di dalam kolam treatment. Rekayasa air melalui proses antara lain: pengendapan, aerasi air selama 24 jam, psebaneningkatkan pH air dengan kapur, dan proses filtrasi dengan water purifier. Penerapan teknologi pembenihan ikan patin siam melalui intensifikasi
63 adalah teknik inkubasi telur dengan sistem corong resirkulasi dan metode pembuahan sistem basah. Hasil penilaian kriteria kelayakan aspek teknis usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm layak dijalankan. Hasil analisis aspek teknis terdapat dalam Lampiran 7. Aspek Manajemen Fungsi Perencanaan Pendekatan membuat perencanaan yang dilakukan adalah pendekatan campuran. Investor memberikan petunjuk perencanaan perusahaan secara garis besar, sementara perencanaan terperinci dirancang oleh manajer produksi menyesuaikan aturan yang ada. Semisal pemimpin perusahaan memerintahkan siklus produksi sebanyak 2 kali per bulan, maka waktu pelaksanaannya diatur oleh manajer produksi. Perencanaan dari segi jangka waktu menerapkan perencanaan jangka pendek, yakni perencanaan produksi setiap 2 siklus selama 1 bulan. Perencanaan dari segi tingkatan manajemen menerapkan perencanaan operasional, yakni merinci kegiatan produksi sehari-hari sesuai jadwal. Jadwal kegiatan produksi setiap siklus selama 1 bulan merupakan alat koordinasi. Proses pembenihan ikan patin siam setiap siklus telah dijadwalkan per bulan terdapat dalam Lampiran 8. Manajer produksi merencanakan jadwal kegiatan produksi sesuai dengan teknik pembenihan ikan patin siam menggunakan sistem corong resirkulasi, sehingga fungsi perencanaan berubah dalam skenario II. Jadwal kegiatan produksi benih ikan patin siam dengan sistem corong resirkulasi terdapat dalam Lampiran 8. Skenario III mengakibatkan jumlah siklus produksi setiap bulan menjadi 6 siklus per bulan. Persiapan pemijahan dilakukan mulai hari ke-1 di hatchery ke-1 dan dilakukan secara berturut-turut hingga hari ke-6 di hatchery ke-6. Jadwal kegiatan produksi benih ikan patin siam skenario III terdapat dalam Lampiran 9. Skenario IV mengalami sebanyak 4 siklus per bulan. Persiapan pemijahan hatchery ke-1 dimulai pada hari ke-1 dan hatchery ke-2 dimulai pada hari ke-2, sedangkan persiapan pemijahan hatchery ke-3 dimulai pada hari ke-5 dan hatchery ke-4 dimulai pada hari ke-6. Jadwal kegiatan produksi benih ikan patin siam skenario IV terdapat dalam Lampiran 10. Fungsi Pengorganisasian Investor pasif
Manajer produksi
Pegawai bagian produksi Gambar 27 Struktur organisasi Pasirgaok Fish Farm Bagan struktur organisasi Pasirgaok Fish Farm ditunjukkan pada Gambar 27. Struktur organisasi sederhana Pasirgaok Fish Farm terdiri atas: investor pasif, manajer produksi, dan pegawai bagian produksi. Investor pasif adalah Bapak Sahban yang menanamkan modal investasi dan membiayai kegiatan operasional,
64 akan tetapi Bapak Sahban tidak berada di lokasi dan tidak mengelola perusahaan secara langsung. Manajer produksi menerima rencana secara garis besar dari investor pasif untuk menjalankan aktivitas bisnis di Pasirgaok Fish Farm dan merencanakan rencana tersebut secara terperinci. Terdapat 3 orang pegawai tetap bagian produksi yang akan menerima arahan serta tugas langsung dari manajer produksi dan menerima arahan secara tidak langsung dari investor pasif. Rincian pekerjaan dan pembagian kerja menyesuaikan jabatan dalam struktur organisasi dan keahlian individu sesuai aktivitas yang dikerjakan. Investor bertugas menyediakan biaya investasi, biaya reinvestasi, biaya operasional, kebutuhan bahan baku yang sulit dijangkau di lokasi usaha (Ovaprim, Chorulon, Artemia), dan mengembangkan usaha. Manajer produksi berpengalaman melakukan pembenihan ikan patin sejak 10 tahun dan melakukan pelatihan dengan pembudidaya pembenihan ikan patin di daerah Ciseeng. Manajer produksi bertugas menentukan waktu siklus produksi, menentukan target produksi setiap siklus, melakukan proses pembenihan yang membutuhkan keahlian khusus (seleksi induk, penyuntikan, stripping, penebaran telur, sortasi, pengobatan), mendistribusikan benih, menentukan persediaan bahan baku, menetapkan harga, promosi, dan mengatur keuangan setiap siklus. Tugas pegawai bagian produksi antara lain: manajemen induk, sterilisasi hatchery dan peralatan pemijahan, proses seleksi induk (menangkap induk, menimbang, mengangkut induk), penyuntikan hormon, stripping, memanen larva, pemeliharaan larva (manajemen pakan dan manajemen air), memanen benih, menyortir, dan membungkus kantong benih. Pengorganisasian pegawai bagian produksi dalam skenario III adalah membagi 2 unit hatchery kepada 3 pegawai, sehingga total pegawai bagian produksi sebanyak 9 orang. Skenario II membagi kerja 3 pegawai bagian produksi lama dan 1 pegawai baru. Pegawai bagian produksi memiliki tugas baru, yakni pemberian pakan induk sebanyak 26 kg per hari secara rutin, penjemuran dan pencucian bahan filter, sterilisasi unit penetasan telur, penimbangan induk betina dan jantan, penimbangan telur, dan pencucian telur dengan tanah liat. Manajer produksi memiliki tugas baru, yakni menerapkan teknik penyuntikan sesuai BPPI (2013b) maupun Iswanto dan Tahapari (2010), serta menerapkan teknik pembuahan basah sesuai Mahyuddin (2010), BPPI (2013b), maupun Iswanto dan Tahapari (2010). Pegawai baru bertugas mengoperasikan unit penetasan telur dan mengerjakan seluruh tugas proses pembenihan ikan patin siam. Skenario IV membutuhkan 8 pegawai bagian produksi dengan menerapkan 2 unit penetasan telur. Mekanisme koordinasi pekerjaan adalah manajer menentukan jadwal siklus produksi dimulai. Informasi tersebut disampaikan kepada para pegawai bagian produksi maupun investor pasif. Investor mengirimkan dana, sementara pegawai bagian produksi menjalankan tugas sesuai keahlian. Langkah-langkah meningkatkan efektivitas pekerjaan dilakukan dengan cara menyesuaikan tugas individu sesuai keahlian, menyusun layout fasilitas bangunan sesuai urutan produksi, mereinvestasi peralatan yang telah habis masa umur pakainya, dan menerapkan teknologi tepat guna. Fungsi Pelaksanaan Investor pasif menetapkan sistem gaji pegawai bagian produksi berdasarkan pada hasil produksi benih per siklus. Gaji manajer menerapkan sistem komisi
65 sebesar 40 persen dari total penerimaan dikurangi biaya variabel dan biaya tetap kecuali biaya promosi internet dan pajak yang menjadi beban investor. Sistem komisi dan sistem gaji berdasarkan pada hasil produksi benih memacu manajer dan pegawai bagian produksi untuk bekerja lebih baik, setia terhadap tugas, pemimpin, maupun perusahaan. Praktik teknik pembenihan ikan patin siam dengan metode pembuahan basah dan cara kerja unit penetasan telur dapat diaplikasikan oleh pegawai dan manajer produksi karena seluruh pegawai dan manajer melakukan pelatihan di BPBAT Cijengkol Subang serta penambahan tenaga kerja yang mengoperasikan unit penetasan telur. Fungsi Pengawasan Fungsi pengawasan dilaksanakan oleh manajer kepada pegawai produksi secara langsung di lapang. Pegawai saling mengawasi dan memberikan arahan antarpegawai. Investor mengawasi secara tidak langsung menggunakan kamera CCTV kepada manajer dan pegawai, apabila terjadi penyalahgunaan wewenang yang telah diberikan. Wewenang manajer adalah pelaksanaan kegiatan produksi di Pasirgaok Fish Farm dan mengatur biaya operasional setiap siklus, sedangkan wewenang pegawai bagian produksi adalah menggunakan fasilitas perusahaan untuk meningkatkan produksi. Analisis penilaian kriteria kelayakan aspek manajemen terhadap usaha pembenihan ikan patin siam di Pasirgaok Fish Farm layak dijalankan dan hasil analisis tersebut ditunjukkan pada Tabel 15. Tabel 15 Hasil analisis kelayakan aspek manajemen usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm Kriteria kelayakan
Indikator kelayakan Keterangan Pendekatan campuran. Fungsi Layak Perencanaan jangka pendek. perencanaan Perencanaan operasional. Struktur organisasi sederhana. Rincian pekerjaan dan pembagian kerja sesuai keahlian dan urutan proses produksi. Fungsi Layak pengorganisasian Mekanisme koordinasi pekerjaan terstruktur. Upaya meningkatkan efektivitas pekerjaan sesuai keahlian, layout lokasi, reinvestasi, dan penerapan teknologi tepat guna. Penerapan sistem gaji komisi 40 persen dari laba bersih bagi manajer dan sistem gaji Fungsi pelaksanaan Layak berdasarkan pada hasil produksi benih bagi pegawai bagian produksi. Manajer dan pegawai saling mengawasi di Fungsi pengawasan lapang, sementara investor mengawasi Layak melalui rekaman kamera CCTV.
66 Aspek Hukum Pasirgaok Fish Farm merupakan perusahaan perorangan karena modal berasal dari 1 orang investor pasif. Alasan pemilik usaha memilih bentuk usaha perusahaan perorangan karena pendirian mudah, pajak ringan, dan struktur organisasi sederhana. Pasirgaok Fish Farm belum memiliki Izin Usaha Perikanan. Padahal menurut Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2003 Tentang Izin Usaha Peternakan dan Perikanan mengategorikan Pasirgaok Fish Farm ke dalam skala pemilikan wajib izin usaha budidaya ikan di kolam air tenang karena produksi benih ikan patin di atas 500 000 ekor per bulan. Hak pemegang Izin Usaha Perikanan adalah mendapatkan pembinaan dan perlindungan dari pemerintah daerah atas kegiatan usahanya, serta memanfaatkan sumberdaya setempat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Analisis penilaian kriteria kelayakan aspek hukum terhadap usaha pembenihan ikan patin siam di Pasirgaok Fish Farm belum layak dijalankan dan hasil analisis tersebut ditunjukkan pada Tabel 16. Syarat Izin Usaha Perikanan yang perlu dilengkapi sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Bogor No. 8 Tahun 2003 antara lain: pengisian formulir permohonan izin, fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), lampiran izin lokasi, lampiran Izin Mendirikan Bangunan (IMB), lampiran Surat Izin Tempat Usaha (SITU), dan salinan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Tabel 16 Hasil analisis kelayakan aspek hukum usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm Kriteria kelayakan Indikator kelayakan Bentuk perusahaan Perusahaan perorangan KTP pemilik usaha PBB tanah dan bangunan rumah BPKB Mitsubishi L300 dan Honda Supra X 125 D Kelengkapan surat Belum Izin Usaha Perikanan Belum memiliki NPWP Belum memiliki Izin lokasi Belum memiliki IMB Belum memiliki SITU
Keterangan Sumber Layak
Layak
Tidak layak
Peraturan Daerah Kabupaten Bogor No. 8 Tahun 2003
Aspek Sosial dan Aspek Lingkungan Aspek Sosial Keberadaan Pasirgaok Fish Farm memberikan pekerjaan bagi warga Desa Pasirgaok dan warga Kabupaten Bogor di kecamatan lain, serta membuka lapangan pekerjaan bagi warga Subang yang memiliki keahlian menggunakan sistem corong resirkulasi. Pasirgaok Fish Farm melatih dan meningkatkan skill para pegawai maupun manajer produksi menggunakan teknologi pembenihan ikan patin siam. Pasirgaok Fish Farm bersedia berbagi ilmu kepada petani ikan lain karena banyak pembenih ikan patin berkunjung. Aktivitas ekonomi meningkatkan
67 mutu hidup pegawai menjadi lebih baik dibandingkan dengan mengganggur dan memberikan pengaruh positif bagi masyarakat di sekitar lokasi. Aspek Lingkungan Limbah berdasarkan bentuk fisik yang timbul akibat proses pembenihan ikan patin siam adalah limbah padat dan limbah cair. Limbah padat bekas sisa kemasan antara lain: kaleng Artemia, bungkus pelet, botol dan kemasan plastik obat-obatan, jarum suntik, serta peralatan mesin yang mengalami reinvestasi. Penanganan limbah padat adalah dijual kepada pedagang pengepul barang bekas terkecuali jarum suntik dibakar untuk mengantisipasi penyalahgunaan jarum suntik oleh oknum tertentu. Limbah cair berupa air buangan dari kolam pemeliharaan induk dan bekas pemeliharaan larva belum ditangani oleh Pasirgaok Fish Farm. Usaha pembenihan ikan patin siam tidak memiliki kewajiban melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sesuai Peraturan Menteri Negara dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup karena jenis kegiatan usaha budidaya perikanan yang wajib melakukan AMDAL adalah budidaya tambak udang atau ikan dan budidaya perikanan terapung di air tawar atau air laut. Limbah cair dibuang ke sungai di sekitar lokasi usaha dan tidak membahayakan karena masyarakat Desa Pasirgaok menggunakan sumur bor dan sumur gali sebagai sumber air bersih. Jenis limbah berdasarkan zat pembentuk adalah limbah organik yang mudah terurai. Limbah organik tersebut adalah sisa makanan pegawai, sisa pakan Artemia dan cacing sutera yang membusuk, maupun larva atau benih ikan patin siam yang mati akibat penyakit. Larva atau benih ikan patin siam yang mati akibat penyakit akan disisihkan, dikumpulkan, dan dibakar. Usaha pembenihan ikan patin siam di Pasirgaok Fish Farm layak dijalankan berdasarkan pada aspek sosial dan aspek lingkungan. Hasil analisis penilaian kriteria kelayakan ditunjukkan pada Tabel 17. Tabel 17 Hasil analisis kelayakan aspek sosial dan lingkungan usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm Kriteria kelayakan
Aspek sosial
Aspek lingkungan
Indikator kelayakan
Lapangan kerja masyarakat Desa Pasirgaok, Kabupaten Bogor, dan Subang. Meningkatkan keahlian teknologi pembenihan ikan patin siam Berbagi ilmu dengan petani ikan patin lain Aktivitas ekonomi berdampak positif bagi masyarakat Limbah cair tidak berbahaya dan tidak wajib AMDAL sesuai Peraturan Menteri Negara dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2012 Limbah padat dijual ke pengepul barang bekas Limbah organik dibakar
Keterangan
Layak
Layak
68
ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Proyeksi Arus Kas Proyeksi arus kas (cashflow) merupakan laporan arus manfaat dan arus biaya usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm selama 8 tahun. Cashflow skenario I adalah kondisi aktual usaha pembenihan ikan patin siam dengan menggunakan teknik inkubasi telur dalam akuarium pada Pasirgaok Fish Farm dan cashflow tersebut terdapat dalam Lampiran 13. Cashflow skenario II adalah intensifikasi menggunakan teknik inkubasi telur dengan sistem corong resirkulasi dan cashflow tersebut terdapat dalam Lampiran 19. Cashflow skenario III adalah ekstensifikasi menambah 4 unit hatchery dan cashflow tersebut terdapat dalam Lampiran 24. Cashflow skenario IV adalah ekstensifikasi dan intensifikasi menambah 2 unit hatchery yang menerapkan sistem corong resirkulasi dan cashflow tersebut terdapat dalam Lampiran 29. Arus Manfaat Arus manfaat berasal dari penjualan benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci, penjualan induk afkir, dan nilai sisa investasi selama umur bisnis 8 tahun. a) Penerimaan Penjualan Benih Ikan Patin Siam Tabel 18 Keragaan reproduksi induk ikan patin siam per siklus dengan teknik inkubasi telur dalam akuarium pada Pasirgaok Fish Farm Nilai Keterangan Jumlah induk jantan Bobot induk jantan Jumlah induk betina Bobot induk betina Total bobot telur Jumlah telur tiap gram Total produksi telur Derajat fertilisasi Jumlah telur terfertilisasi Derajat penetasan telur Jumlah larva Survival rate Jumlah benih Jumlah benih dijual
Satuan ekor kg ekor kg g butir butir % butir % ekor % ekor ekor
Hatchery ke-1 Hatchery ke-2 Musim Musim Musim Musim hujan kemarau hujan kemarau 22 22 24 24 2.5 2.5 2.5 2.5 11 11 12 12 3 3 3 3 3 300 1 650 3 600 1 800 1 200 1 200 1 200 1 200 3 960 000 1 980 000 4 320 000 2 160 000 91 91 91 91 3 603 600 1 801 800 3 931 200 1 965 600 48 48 48 48 1 729 728 864 864 1 886 976 943 488 45 50 45 50 778 378 432 432 849 139 471 744 778 000 432 000 849 000 471 000
Tabel 18 menunjukkan keragaan reproduksi induk ikan patin siam per siklus dengan menggunakan teknik inkubasi telur dalam akuarium di hatchery ke-1 dan
69 di hatchery ke-2. Penjualan benih ikan patin siam yang dihasilkan di hatchery ke1 saat musim hujan sebanyak 778 000 ekor per siklus dengan 11 ekor induk betina dan 849 000 ekor per siklus dari hatchery ke-2 dengan 12 ekor induk betina. Perbedaan penggunaan jumlah induk betina sebanyak 1 ekor karena jumlah akuarium di hatchery ke-2 lebih banyak 5 unit dibandingkan dengan jumlah akuarium di hatchery ke-1. Produksi benih ikan patin siam menurun sebesar 44 persen saat musim kemarau. Berikut ini penjelasan keragaan reproduksi induk ikan patin siam di masing-masing hatchery: Total produksi telur dari seluruh bobot induk betina di hatchery ke-1 saat musim hujan adalah 3 960 000 butir per siklus. Hasil telur terfertilisasi adalah 3 603 600 butir per siklus dengan derajat fertilisasi sebesar 91 persen. Proses inkubasi telur dalam air menggenang menghasilkan larva sebanyak 1 729 728 ekor per siklus dengan derajat penetasan telur sebesar 48 persen. Hasil produksi benih ikan patin siam selama pemeliharaan 21 hari sebanyak 778 378 ekor per siklus dengan survival rate sebesar 45 persen, sehingga jumlah benih yang dijual sebanyak 778 000 ekor per siklus. Telur yang dihasilkan dari seluruh bobot induk di hatchery ke-2 saat musim hujan dan jumlah telur terfertilisasi sebanyak 3 931 200 butir telur dengan derajat fertilisasi sebesar 91 persen. Proses inkubasi telur dalam akuarium menghasilkan larva sebanyak 1 886 976 ekor per siklus dengan derajat penetasan telur sebesar 48 persen. Jumlah benih ikan patin siam yang dihasilkan selama pemeliharaan 21 hari sebanyak 849 139 ekor per siklus dengan survival rate sebesar 45 persen, sehingga jumlah benih yang dijual sebanyak 849 000 ekor per siklus. Tabel 19 Keragaan reproduksi induk ikan patin siam per siklus dengan sistem corong resirkulasi pada Pasirgaok Fish Farm Nilai Hatchery ke-1 Hatchery ke-2 Keterangan Satuan Musim Musim Musim Musim hujan kemarau hujan kemarau Jumlah induk jantan ekor 22 22 24 24 Bobot induk jantan kg 2.5 2.5 2.5 2.5 Jumlah induk betina ekor 11 11 12 12 Bobot induk betina kg 3 3 3 3 Total bobot telur g 3 300 1 650 3 600 1 800 Jumlah telur tiap gram butir 1 200 1 200 1 200 1 200 Total produksi telur butir 3 960 000 1 980 000 4 320 000 2 160 000 Derajat fertilisasi % 91 91 91 91 Jumlah telur terfertilisasi butir 3 603 600 1 801 800 3 931 200 1 965 600 Derajat penetasan telur % 81 81 81 81 Jumlah larva ekor 2 918 916 1 459 458 3 184 272 1 592 136 Survival rate % 45 50 45 50 Jumlah benih ekor 1 313 512 729 729 1 432 922 796 068 Jumlah benih dijual ekor 1 313 000 729 000 1 432 000 796 000 Tabel 19 menunjukkan proses inkubasi telur dengan sistem corong resirkulasi menghasilkan derajat penetasan telur sebesar 81 persen. Penjualan benih ikan patin siam yang dihasilkan di hatchery ke-1 saat musim hujan
70 sebanyak 1 313 000 ekor per siklus dengan 11 ekor induk betina dan 1 432 000 ekor per siklus dari hatchery ke-2 dengan 12 ekor induk betina. Produksi benih ikan patin siam meningkat sebesar 69 persen per siklus dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm dengan menggunakan sistem corong resirkulasi. Peningkatan derajat penetasan telur menghasilkan larva sebanyak 2 918 916 ekor per siklus saat musim hujan di hatchery ke-1. Jumlah benih ikan patin siam yang dihasilkan selama pemeliharaan 21 hari sebanyak 1 313 512 ekor per siklus, sehingga jumlah benih yang dijual sebanyak 1 313 000 ekor per siklus. Penerapan sistem corong resirkulasi menghasilkan larva sebanyak 3 184 272 ekor per siklus saat musim hujan di hatchery ke-2. Jumlah benih ikan patin siam yang dihasilkan selama pemeliharaan 21 hari sebanyak 1 313 512 ekor per siklus, sehingga jumlah benih yang dijual sebanyak 1 432 000 ekor per siklus. Tabel 20 Penerimaan penjualan benih ikan patin siam per tahun skenario I pada Pasirgaok Fish Farm Uraian Jumlah siklus Jumlah benih ukuran 3/4 inci dijual Total penerimaan penjualan benih
Satuan siklus ekor Rp
Nilai 22 14 277 000 856 620 000
Tabel 20 menunjukkan hasil penjualan benih ikan patin siam pada kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm sebanyak 14 277 000 ekor per tahun dari 2 unit hatchery dengan menggunakan teknik inkubasi telur dalam akuarium. Penerimaan penjualan benih ikan patin siam skenario I sebesar Rp 856 620 000 per tahun yang berasal dari 22 siklus produksi setiap tahun. Tabel 21 Penerimaan penjualan benih ikan patin siam per tahun skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Nilai Uraian Jumlah siklus Jumlah benih ukuran 3/4 inci terjual Total penerimaan penjualan benih
Satuan
Tahun ke-1
siklus 22 ekor 21 859 000 Rp 1 311 540 000
Tahun ke2-8 22 24 095 000 1 445 700 000
Upaya intensifikasi usaha pembenihan ikan patin siam menggunakan teknik inkubasi telur dengan sistem corong resirkulasi akan menghasilkan penerimaan penjualan benih ikan patin siam sebesar Rp 1 311 540 000 pada tahun ke-1, sementara penerimaan penjualan benih ikan patin siam mulai tahun ke-2 meningkat menjadi Rp 1 445 700 000 per tahun (Tabel 21). Penerimaan penjualan benih ikan patin siam pada tahun ke-1 dihasilkan dari penjualan benih ikan patin siam dengan teknik inkubasi telur dalam akuarium selama 4 siklus dan 18 siklus dengan sistem corong resirkulasi. Skenario III menghasilkan penerimaan penjualan benih ikan patin siam sebesar Rp 2 569 860 000 per tahun mulai tahun ke-2, sedangkan produksi benih ikan patin siam pada tahun ke-1 diproduksi dari 2 unit hatchery. Ekstensifikasi usaha pembenihan ikan patin siam mulai tahun ke-2 dapat memproduksi benih
71 ikan patin siam sebanyak 42 831 000 ekor per tahun dari 6 unit hatchery. Skenario III meningkatkan produksi dan penerimaan penjualan benih ikan patin siam sebanyak 3 kali lipat dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm. Proses pemijahan di hatchery ke-1, hatchery ke-3, dan hatchery ke-5 menggunakan 11 ekor induk betina per siklus, sedangkan proses pemijahan di hatchery ke-2, hatchery ke-4, dan hatchery ke-6 menggunakan 12 ekor induk betina per siklus (Tabel 22). Tabel 22 Penerimaan penjualan benih ikan patin siam per tahun skenario III pada Pasirgaok Fish Farm Nilai Uraian
Satuan
Jumlah siklus Jumlah benih ukuran 3/4 inci dijual Total penerimaan penjualan benih
siklus ekor Rp
Tahun ke-1 22 14 277 000 856 620 000
Tahun ke2-8 66 42 831 000 2 569 860 000
Tabel 23 menunjukkan hasil penerimaan penjualan benih ikan patin siam skenario IV sebesar Rp 2 891 400 000 per tahun mulai tahun ke-2, sedangkan produksi benih ikan patin siam pada tahun ke-1 masih diproduksi dari 2 unit hatchery dengan teknik inkubasi telur dalam akuarium. Ekstensifikasi dan intensifikasi usaha pembenihan ikan patin siam mulai tahun ke-2 dapat memproduksi benih ikan patin siam sebanyak 48 190 000 ekor per tahun dari 4 unit hatchery. Skenario IV meningkatkan produksi dan penerimaan penjualan benih ikan patin siam sebanyak 2 kali lipat dari kondisi skenario II. Proses pemijahan di hatchery ke-1 dan hatchery ke-3 menggunakan 11 ekor induk betina per siklus, sedangkan proses pemijahan di hatchery ke-2 dan hatchery ke-4 menggunakan 12 ekor induk betina per siklus. Tabel 23 Penerimaan penjualan benih ikan patin siam per tahun skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm Nilai Uraian Satuan Tahun keTahun ke-1 2-8 Jumlah siklus siklus 22 44 Jumlah benih ukuran 3/4 inci dijual ekor 14 277 000 48 190 000 Total penerimaan penjualan benih Rp 856 620 000 2 891 400 000 b) Penerimaan Penjualan Induk Afkir Ikan Patin Siam Umur induk afkir ikan patin siam jantan dan betina masing-masing 3 tahun dan 4 tahun. Bobot induk ikan patin siam afkir adalah 4.5 kg per ekor induk jantan dan 5 kg per ekor induk betina. Jika jumlah induk ikan patin siam betina diasumsikan mati sebanyak 1 ekor per siklus akibat stripping yang sulit saat musim kemarau, maka total induk patin siam betina yang mati sebanyak 10 ekor per tahun. Induk ikan patin siam jantan tidak pernah mati setelah proses stripping karena penggunaannya 2 kali lebih banyak daripada jumlah induk ikan patin siam betina. Penjualan induk afkir ikan patin siam dilakukan di Sawangan (Depok) untuk kebutuhan pemancingan seharga Rp 14 000 per kg.
72 Skenario I dan skenario II memperoleh penerimaan penjualan induk afkir ikan patin siam jantan pada tahun ke-3 dan tahun ke-6 masing-masing sebesar Rp 9 450 000 per tahun, sedangkan penerimaan penjualan induk afkir ikan patin siam betina pada tahun ke-4 dan tahun ke-8 masing-masing sebesar Rp 18 200 000 per tahun. Penjualan induk ikan patin siam jantan sebanyak 150 ekor per tahun, sehingga total bobotnya mencapai 675 kg per tahun. Investasi jumlah induk ikan patin siam betina sebanyak 300 ekor per tahun dan mengalami kematian sebanyak 10 ekor per tahun, sehingga jumlah induk afkir ikan patin siam betina yang dijual sebanyak 260 ekor per tahun dan total bobotnya mencapai 1 300 kg per tahun. Penerimaan penjualan induk ikan patin siam jantan dan induk ikan patin siam betina skenario III yang digunakan pada tahun ke-1 masing-masing sebesar Rp 9 450 000 per tahun dan diperoleh pada tahun ke-3 dan tahun ke-6, sedangkan penerimaan penjualan induk afkir ikan patin siam betina pada tahun ke-4 dan tahun ke-8 masing-masing sebesar Rp 18 200 000 per tahun. Penggunaan induk ikan patin siam jantan dan induk ikan patin siam betina pada tahun ke-2 akan memperoleh penjualan induk afkir ikan patin siam jantan pada tahun ke-4 dan tahun ke-7 masing-masing sebesar Rp 18 900 000 per tahun yang berasal dari penjualan 300 ekor induk jantan per tahun. sedangkan penerimaan penjualan induk afkir ikan patin siam betina pada tahun ke-5 sebesar Rp 39 200 000 per tahun yang berasal dari penjualan 560 ekor induk betina per tahun. Skenario IV memperoleh penerimaan penjualan induk afkir ikan patin siam jantan yang digunakan pada tahun ke-1 masing-masing sebesar Rp 9 450 000 per tahun dan diperoleh pada tahun ke-3 dan tahun ke-6, sedangkan penerimaan penjualan induk afkir ikan patin siam betina pada tahun ke-4 dan tahun ke-8 masing-masing sebesar Rp 18 200 000 per tahun. Penggunaan induk ikan patin siam jantan dan induk ikan patin siam betina pada tahun ke-2 akan memperoleh penjualan induk afkir ikan patin siam jantan pada tahun ke-4 dan tahun ke-7 masing-masing sebesar Rp 9 450 000 per tahun yang berasal dari penjualan 150 ekor induk jantan per tahun. sedangkan penerimaan penjualan induk afkir ikan patin siam betina pada tahun ke-5 sebesar Rp 18 200 000 per tahun yang berasal dari penjualan 260 ekor induk betina per tahun. c) Penerimaan Nilai Sisa Nilai sisa adalah nilai fasilitas bangunan, peralatan mesin, peralatan penunjang, dan yang belum habis umur ekonomisnya pada tahun ke-8. Perhitungan nilai sisa diperoleh dari nilai barang pada tahun 2014 dibagi dengan umur ekonomis. Selanjutnya nilai tersebut dikali dengan sisa umur ekonomis barang pada tahun ke-8. Nilai sisa usaha pembenihan ikan patin siam skenario I, skenario II, skenario III, dan skenario IV masing-masing sebesar Rp 111 866 440, Rp 139 542 340, Rp 410 126 640 dan Rp 526 301 140. Lahan merupakan nilai sisa terbesar dan tidak mengalami penyusutan per tahun, sehingga nilai sisa lahan pada tahun ke-8 diasumsikan sama seperti nilai beli. Arus Biaya Arus biaya merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan mulai dari biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm selama umur bisnis 8 tahun. a) Biaya Investasi
73
Biaya Investasi Skenario I Periode investasi pertama pada tahun 2012 antara lain: mess, kolam induk, 2 unit sumur bor, kolam kolam treatment air, hatchery ke-1, kolam penyimpanan cacing, 40 unit akuarium, dan tempat penetasan Artemia. Periode investasi kedua pada tahun 2013 antara lain: sumur gali, hatchery ke-2, 45 unit akuarium, kolam pemberokan, dan pagar. Analisis kelayakan finansial penelitian ini dilakukan pada tahun 2014. Umur ekonomis investasi fasilitas bangunan pada tahun 2012 telah terpakai selama 2 tahun dan umur ekonomis investasi fasilitas bangunan pada tahun 2013 telah terpakai selama 1 tahun. Cara penetapan biaya investasi fasilitas bangunan pada tahun 2014 adalah biaya investasi fasilitas bangunan pada tahun 2012 dan 2013 masing-masing dibagi umur ekonomis dan dikalikan sisa umur ekonomis yang belum terpakai. Seluruh biaya investasi peralatan mesin, perlengkapan penunjang, dan induk ikan patin siam menggunakan harga pada tahun 2014 karena umur ekonomis kurang dari 8 tahun, kecuali biaya investasi kendaraan bermotor yang memiliki umur ekonomis 10 tahun. Penetapan umur bisnis adalah 8 tahun berdasarkan pada umur bangunan permanen hatchery ke-1 yang terbuat dari tembok semen. Hatchery ke-1 merupakan fasilitas utama usaha pembenihan ikan patin siam yang diinvestasikan pada tahun awal bisnis dimulai. Pemakaian hatchery ke-1 selama 2 tahun menyebabkan sisa umur ekonomisnya menjadi 8 tahun pada tahun 2014. Total biaya investasi usaha pembenihan ikan patin siam skenario I pada tahun 2014 sebesar Rp 701 992 540. Total biaya reinvestasi selama umur bisnis 8 tahun sebesar Rp 147 575 500. Biaya reinvestasi skenario I terbesar adalah pembelian induk ikan patin siam betina seberat 900 kg pada tahun ke-5 dan membutuhkan biaya sebesar Rp 54 000 000. Rincian biaya investasi, penyusutan, nilai sisa, reinvestasi skenario I dapat dilihat dalam Lampiran 11. Biaya Investasi Skenario II Tabel 24 Rincian biaya investasi unit penetasan telur pada tahun 2014 Jenis investasi Harga (Rp) Bangunan 82 000 000 Pompa air, pompa submersible, blower 3 650 000 Corong 3 000 000 Instalasi pipa sirkulasi corong, listrik, dan aerasi 2 051 000 Bak fiber bulat dan drum plastik 12 200 000 Termometer Hygrometre dan termometer alkohol 395 000 Timbangan digital 250 000 Kompor 300 000 Hapa 270 000 Rak besi 2 200 000 Total biaya investasi 103 616 000 Intensifikasi membutuhkan investasi unit penetasan telur dan perlengkapannya sebesar Rp 103 616 000 (Tabel 24). Total biaya investasi intensifikasi penerapan sistem corong resirkulasi sebesar Rp 808 736 040 pada tahun 2014. Biaya investasi terbesar adalah bangunan unit penetasan telur
74 permanen seluas 75 m2 dan membutuhkan waktu pengerjaan selama 2 bulan pada tahun 2014. Total biaya reinvestasi skenario II sebesar Rp 166 881 500. Total biaya reinvestasi terbesar digunakan untuk pembelian induk ikan patin siam betina. Biaya investasi, penyusutan, nilai sisa, reinvestasi usaha pembenihan ikan patin siam skenario II terdapat dalam Lampiran 17. Biaya Investasi Skenario III Ekstensifikasi usaha pembenihan ikan patin siam membutuhkan biaya investasi sebesar Rp 2 009 172 340 pada tahun 2014. Biaya investasi ekstensifikasi usaha pembenihan ikan patin siam meningkat menjadi 2.86 ≈ 3 kali lipat dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm pada tahun 2014. Harga bangunan unit pembenihan baru menggunakan harga tahun 2014. Biaya investasi terbesar sebesar Rp 486 000 000 digunakan untuk membangun 2 unit hatchery seperti kondisi fisik hatchery ke-1 dan 2 unit hatchery seperti kondisi fisik hatchery ke-2. Fasilitas bangunan, peralatan mesin, perlengkapan penunjang, dan 900 ekor induk di unit pembenihan yang baru mulai digunakan pada tahun ke-2. Hal ini disebabkan oleh proses pembangunan membutuhkan waktu selama 1 tahun. Total biaya reinvestasi skenario III sebesar Rp 413 944 500. Biaya reinvestasi terbesar adalah pembelian induk ikan patin siam betina pada tahun ke5 sebesar Rp 54 000 000 untuk 300 ekor induk betina per tahun dan Rp 108 000 000 untuk 300 ekor induk betina per tahun pada tahun ke-6. Perhitungan umur ekonomis investasi skenario III yang mulai digunakan pada tahun ke-2 dimulai pada tahun ke-2, sedangkan umur ekonomis investasi yang telah digunakan pada tahun ke-1 dimulai pada tahun ke-1. Biaya investasi, penyusutan, nilai sisa, reinvestasi usaha pembenihan ikan patin siam skenario III terdapat dalam Lampiran 22. Biaya Investasi Skenario IV Ekstensifikasi menambah 2 unit hatchery dan intensifikasi pembangunan 2 unit penetasan telur untuk menerapkan sistem corong resirkulasi. Skenario IV membutuhkan biaya investasi sebesar Rp 1 565 705 040 pada tahun 2014. Harga bangunan baru unit pembenihan baru dan unit penetasan telur menggunakan harga tahun 2014. Fasilitas bangunan, unit penetasan telur, peralatan mesin, perlengkapan penunjang, dan 450 ekor induk di unit pembenihan yang baru mulai digunakan pada tahun ke-2. Hal ini disebakan oleh proses pembangunan unit pembenihan dan 2 unit penetasan telur membutuhkan waktu selama 1 tahun. Total biaya reinvestasi skenario IV sebesar Rp 321 083 000. Biaya reinvestasi terbesar adalah pembelian induk ikan patin siam betina pada tahun ke5 dan tahun ke-6 masing-masing sebesar Rp 54 000 000 untuk 300 ekor induk betina per tahun. Perhitungan umur ekonomis investasi skenario IV yang mulai digunakan pada tahun ke-2 dimulai pada tahun ke-2, sedangkan umur ekonomis investasi yang telah digunakan pada tahun ke-1 dimulai pada tahun ke-1. Biaya investasi, penyusutan, nilai sisa, reinvestasi usaha pembenihan ikan patin siam skenario IV terdapat dalam Lampiran 27. b) Biaya Tetap Biaya Tetap Skenario I Biaya tetap usaha pembenihan ikan patin siam adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah untuk memproduksi sedikit atau banyak benih ikan patin siam per siklus. Besarnya biaya tetap adalah sama setiap tahun. Total biaya tetap usaha
75 pembenihan ikan patin siam per tahun skenario I pada Pasirgaok Fish Farm sebesar Rp 166 095 315 per tahun dan ditunjukkan pada Tabel 25. Biaya tetap terbesar skenario I adalah biaya penyusutan karena biaya investasi sangat tinggi untuk melengkapi unit pembenihan ikan patin siam. Rincian penggunaan biaya tetap per tahun dijelaskan sebagai berikut: Tabel 25 Rincian biaya tetap per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm Komponen biaya tetap
Satuan
Jumlah
Obat Unides g 250 Obat Formalin ml 1 100 Obat Kalium Permanganat pack 11 Kapur pertanian pack 12 pH Test pack 8 Pajak mobil tahun Pajak motor tahun PBB tahun Penyusutan tahun Konsumsi dan rokok tahun Administrasi kantor tahun Promosi internet tahun Listrik mess tahun Bensin tahun Kateter buah 22 Jarum suntik tahun 110 Biaya pemeliharaan tahun Solar mobil buah Isi ulang LPG tabung 2 244 Total biaya tetap per tahun
Harga satuan (Rp) 180 200 5 000 50 000 100 000 25 000 3 000 16 000
Biaya tetap (Rp/tahun) 45 000 220 000 55 000 600 000 800 000 2 500 000 224 500 81 600 73 941 840 33 000 000 30 000 100 000 1 650 000 5 550 000 550 000 330 000 8 713 375 1 800 000 35 904 000 166 095 315
Obat Unides, Formalin, dan Kalium Permanganat Obat-obatan untuk proses sterilisasi hatchery dan peralatan adalah Unides, Formalin, dan Kalium Permanganat. Kebutuhan obat tersebut tetap setiap siklus. Meskipun terdapat akuarium dan peralatan yang tidak terpakai saat produksi benih sedikit, namun seluruh akuarium, peralatan hatchery, dan peralatan pemijahan harus disterilkan karena pencemaran bakteri dapat melalui air dan udara. Unides berfungsi untuk mematikan mikroorganisme patogen. Kebutuhan Unides sebanyak 11 g per siklus. Harga 1 000 g Unides sebesar Rp 180 000. Total biaya obat Unides sebesar Rp 45 000 per tahun dan dibutuhkan Unides sebanyak 250 g per tahun. Formalin berfungsi untuk membunuh bakteri. Kebutuhan obat Formalin sebanyak 50 ml per siklus. Total biaya obat Formalin sebesar Rp 220 000 dan dibutuhkan obat Formalin sebanyak 1 100 ml per tahun. Sterilisasi kolam pemberokan dengan Kalium Permanganat sebanyak 2.5 g per siklus. Harga 1 pack Kalium Permanganat seberat 5 g adalah Rp 5 000. Total biaya obat Kalium Permanganat sebesar Rp 55 000 per tahun dan dibutuhkan sebanyak 55 g per tahun.
76 Kapur Pertanian Kapur pertanian berfungsi meningkatkan pH air kolam induk. Kebutuhan kapur pertanian sebanyak 56 g m-2 dan ditebarkan di kolam beberapa hari sebelum proses seleksi induk sebanyak 2 kali penebaran. Harga 1 pack kapur pertanian seberat 50 kg adalah Rp 50 000. Total biaya kapur sebesar Rp 600 000 per tahun dan dibutuhkan kapur pertanian sebanyak 12 pack per tahun. pH Test Derajat keasaman (pH) diukur dengan pH kit test bermerek pH Test seharga Rp 100 000 per buah dan dipakai sebanyak 100 kali. pH Test termasuk biaya tetap karena perubahan volume produksi tidak menambah atau mengurangi pemakaiannya. Aturan pemakaian pH Test adalah 2 kali pengecekan, yakni 1 kali untuk pengecekan awal dan 1 kali pengecekan ulang ketika pH kurang optimal. Pengecekan pH air hatchery selama 22 hari per siklus dan pengecekan kolam treatment selama 330 hari. Total kebutuhan pH Test sebanyak 8 pack per tahun dan membutuhkan biaya sebesar Rp 800 000 per tahun. Pajak Total pembayaran pajak mobil pick up Mitsubishi tipe L300 sebesar Rp 2 500 000 per tahun, pajak motor Honda Supra X 125D sebesar Rp 224 500 per tahun, dan PBB lahan seluas 1 360 m2 sebesar Rp 81 600 per tahun. Penyusutan Total biaya penyusutan seluruh investasi usaha pembenihan ikan patin siam sebesar Rp 73 941 840 per tahun. Perhitungan biaya penyusutan berasal dari nilai barang pada tahun 2014 dikurangi dengan nilai sisa, lalu nilai tersebut dibagi dengan umur ekonomis. Konsumsi dan Rokok Biaya konsumsi dan rokok 4 pegawai masing-masing sebesar Rp 12 500 per hari. Total biaya konsumsi dan rokok sebesar Rp 33 000 000 per tahun. Administrasi Kantor dan Promosi Internet Kebutuhan administrasi kantor seperti 1 buah pulpen, 1 buah nota, dan 1 buah buku pembukuan. Total biaya tetap administrasi kantor sebesar Rp 30 000 per tahun. Pasirgaok Fish Farm memiliki situs website, yaitu www.empangqq.com. Biaya berlangganan situs tersebut adalah Rp 100 000 per tahun. Listrik Mess Penggunaan listrik dibedakan menjadi kebutuhan mess pegawai dan kebutuhan farm untuk pengusahaan ikan patin siam. Sistem pembayaran listrik mess pegawai menggunakan pulsa token listrik PLN antara Rp 50 000 per voucher dan Rp 100 000 per voucher. Pengisian pulsa listrik dilakukan setiap bulan sebesar Rp 150 000 per bulan, maka biaya rata-rata penggunaan listrik selama 30 hari sebesar Rp 5 000 per hari. Biaya listrik mess pegawai selama 330 hari sebesar Rp 1 650 000 per tahun. Bensin dan Solar Kebutuhan bensin genset sebanyak 15 liter per bulan selama musim hujan atau sekitar Rp 100 000 per bulan dan kebutuhan bensin untuk operasional kendaraan adalah Rp 15 000 per hari. Total biaya bensin selama 330 hari sebesar Rp 5 550 000 per tahun. Biaya solar untuk keperluan mengangkut induk, pembelian tabung oksigen, dan distribusi benih sebesar Rp 150 000 per bulan, sehingga total biaya solar mobil sebesar Rp 1 800 000 per tahun. Kateter dan Jarum Suntik
77 Kateter untuk memeriksa telur induk betina. Penggunaan kateter sebanyak 1 buah per siklus. Total biaya kateter sebesar Rp 550 000 per tahun. Jarum suntik untuk memasukkan hormon buatan dibutuhkan sebanyak 5 buah per siklus. Total biaya jarum suntik sebesar Rp 330 000 per tahun. Isi Ulang LPG Kebutuhan LPG selama 22 hari per siklus saat musim hujan sebanyak 6 tabung per hari dan 3 tabung per hari saat musim kemarau. Biaya isi ulang LPG sebesar Rp 35 904 000 per tahun atau sebanyak 2 244 tabung per tahun. Biaya Pemeliharaan Biaya pemeliharaan mesin sebesar 5 persen dari harga beli yang dikeluarkan setiap tahun. Biaya pemeliharaan sebesar Rp 8 713 375 per tahun. Biaya Tetap Skenario II Tabel 26 Rincian biaya tetap per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Biaya tetap (Rp/tahun) Komponen biaya tetap Tahun ke-1 Tahun ke-2-8 Obat Unides 45 000 45 000 Obat Formalin 220 000 220 000 Kapur pertanian 600 000 600 000 pH Test 800 000 800 000 Pajak mobil 2 500 000 2 500 000 Pajak sepeda motor 224 500 224 500 PBB 86 100 86 100 Penyusutan 83 016 860 83 016 860 Konsumsi dan rokok 39 750 000 41 250 000 Administrasi kantor 30 000 30 000 Promosi internet 100 000 100 000 Listrik mess pegawai 1 650 000 1 650 000 Bensin 5 550 000 5 550 000 Kateter 550 000 550 000 Jarum suntik 330 000 330 000 Isi tabung LPG 35 072 000 34 816 000 Biaya pemeliharaan 8 895 875 8 895 875 Solar mobil 1 800 000 1 800 000 Ijuk 1 400 000 1 400 000 Kerikil 2 400 000 2 400 000 Kerang 1 000 000 1 000 000 Pasir pantai 1 650 000 1 650 000 Arang aktif 1 800 000 1 800 000 Kantong filter 960 000 960 000 Total biaya tetap per tahun 190 430 335 191 674 335 Rincian biaya tetap per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm ditunjukkan pada Tabel 26 sebesar Rp 190 430 335
78 pada tahun ke-1. Terjadi peningkatan biaya tetap mulai tahun ke-2 menjadi Rp 191 674 335 per tahun. Penggunaan sistem corong resirkulasi mengubah biaya PBB, penyusutan, pemeliharaan, konsumsi, rokok, bahan filter, dan pengisian tabung LPG, sementara biaya tetap lainnya selama penggunaan corong resirkulasi seperti kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm. Alokasi biaya tetap skenario II dijelaskan sebagai berikut: Pajak dan Penyusutan Nilai pembayaran PBB menjadi sebesar Rp 86 100 per tahun akibat perluasan lahan untuk unit penetasan telur seluas 75 m2. Penambahan unit penetasan telur dan perlengkapannya meningkatkan biaya penyusutan menjadi Rp 83 016 860 per tahun. Konsumsi dan Rokok Biaya konsumsi dan rokok pada tahun ke-1 sebesar Rp 39 750 000 untuk 4 orang pegawai. Terjadi peningkatan biaya mulai bulan ke-3 pada tahun ke-1 akibat penambahan 1 orang tenaga kerja untuk mengoperasikan unit penetasan telur. Total biaya konsumsi dan rokok mulai tahun ke-2 sebesar Rp 41 250 000 per tahun untuk 5 orang pegawai. Isi Tabung LPG Tabel 27
Kebutuhan biaya tabung LPG per tahun usaha siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Kebutuhan tabung LPG Tahun keSatuan Musim hujan Musim kemarau 1 1 552 640 tabung tabung 2-8 1 536 640
pembenihan ikan patin Harga (Rp) 16 000 16 000
Nilai (Rp) 35 072 000 34 816 000
Tabel 27 menunjukkan kebutuhan tabung LPG pada tahun ke-1 sebanyak 2 192 tabun per tahun dan membutuhkan biaya sebesar Rp 35 072 000. Siklus ke-1 hingga siklus ke-4 pada tahun ke-1 menggunakan teknik inkubasi telur dalam akuarium dan bertepatan saat musim hujan, sehingga kebutuhan tabung LPG selama 22 hari adalah 6 tabung per hari. Proses penetasan telur dengan unit penetasan telur dilakukan pada siklus ke-5. Unit penetasan telur membutuhkan 2 unit kompor saat musim hujan dan 1 unit kompor saat musim kemarau selama 1 hari. Kebutuhan tabung LPG untuk pemeliharaan larva selama 21 hari adalah 6 tabung per hari saat musim hujan dan 3 tabung per hari saat musim kemarau. Total biaya pengisian tabung LPG mulai tahun ke-2 sebesar Rp 34 816 000 per tahun dan membutuhkan tabung LPG sebanyak 2 176 tabung per tahun. Penggunaan LPG selama proses penetasan telur di dalam unit penetasan telur dapat menghemat penggunaan tabung LPG sebanyak 68 tabung per tahun dibandingkan dengan penggunaan LPG dengan teknik inkubasi telur dalam akuarium karena sistem corong resirkulasi telah dilengkapi lampu pijar berdaya 40 W untuk membantu menghangatkan suhu air. Biaya Pemeliharaan Penambahan peralatan mesin 2 unit pompa air dan 1 unit blower untuk unit penetasan telur membutuhkan biaya pemeliharaan sebesar Rp 8 895 875 per tahun. Bahan Filter Harga kantong filter berisi ijuk sebesar Rp 40 000 per kantong. Ijuk yang dibutuhkan sebanyak 35 kantong per tahun dan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp
79 1 400 000 per per tahun. Harga batu split sebesar Rp 60 000 per kantong. Batu split yang dibutuhkan sebanyak 40 kantong per tahun dan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 2 400 000 per tahun. Pecahan kerang dijual seharga Rp 100 000 per kantong. Kebutuhan pecahan kerang sebanyak 10 kantong per tahun dan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1 000 000 per tahun. Kebutuhan pasir pantai sebanyak 15 kantong per tahun dan dijual seharga Rp 110 000 per kantong. Biaya pasir pantai adalah Rp 1 650 000 per tahun. Kebutuhan arang aktif sebanyak 20 kantong per tahun dan dijual seharga Rp 90 000 per kantong. Biaya arang aktif sebesar Rp 1 800 000 per tahun. Kantong filter dibutuhkan sebanyak 120 kantong per tahun. Harga kantong filter ukuran 54 cm x 38 m sebesar Rp 8 000 per kantong, sehingga total biaya kantong filter sebesar Rp 960 000 per tahun. Biaya Tetap Skenario III Tabel 28 Rincian biaya tetap per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario III pada Pasirgaok Fish Farm Biaya tetap (Rp/tahun) Komponen biaya tetap Tahun keTahun ke-1 2-8 Obat Unides 45 000 135 000 Obat Formalin 220 000 660 000 Obat Kalium Permanganat 55 000 165 000 Kapur pertanian 600 000 1 800 000 pH Test 800 000 2 300 000 Pajak mobil 2 500 000 2 500 000 Pajak motor 224 500 224 500 PBB 81 600 389 040 Penyusutan 73 941 840 166 179 800 Konsumsi dan rokok 33 000 000 82 500 000 Administrasi kantor 30 000 90 000 Promosi internet 100 000 100 000 Listrik mess 1 650 000 1 650 000 Bensin 5 550 000 6 750 000 Kateter 550 000 1 650 000 Jarum suntik 330 000 990 000 Biaya pemeliharaan 8 713 375 10 490 125 Solar mobil 1 800 000 5 400 000 Isi ulang LPG 35 904 000 107 712 000 Total biaya tetap per tahun 166 095 315 391 685 465 Rincian biaya tetap per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario III pada Pasirgaok Fish Farm ditunjukkan pada Tabel 28 sebesar Rp 166 095 315 pada tahun ke-1 dan meningkat 2.4 kali lipat dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm mulai tahun ke-2 menjadi Rp 391 685 465 per tahun. Biaya obat sterilisasi, kapur pertanian, pH test, administrasi kantor, kateter, jarum suntik, solar mobil, dan tabung LPG meningkat 3 kali lipat dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm akibat penambahan siklus produksi sebanyak 66 siklus per tahun. Biaya PBB meningkat menjadi 4.77 kali lipat dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm akibat perluasan lahan. Biaya penyusutan meningkat menjadi 2.25 kali lipat dari kondisi
80 aktual Pasirgaok Fish Farm dan biaya pemeliharaan mesin meningkat 1.2 kali lipat akibat biaya investasi ekstensifikasi meningkat 2.8 kali lipat dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm. Biaya bensin meningkat 1.22 kali lipat akibat penambahan bensin genset untuk 6 unit hatchery. Pembayaran pajak kendaraan, promosi, dan listrik mess tetap. Biaya konsumsi dan rokok meningkat 2.5 kali lipat dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm akibat tambahan satu tenaga kerja. Biaya Tetap Skenario IV Tabel 29 Rincian biaya tetap per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm Biaya tetap (Rp/tahun) Komponen biaya tetap Tahun keTahun ke-1 2-8 Obat Unides 45 000 90 000 Obat Formalin 220 000 440 000 Kapur pertanian 600 000 1 200 000 pH Test 800 000 1 500 000 Pajak mobil 2 500 000 2 500 000 Pajak motor 224 500 224 500 PBB 81 600 349 800 Penyusutan 73 941 840 129 747 800 Konsumsi dan rokok 33 000 000 74 250 000 Administrasi kantor 30 000 60 000 Promosi internet 100 000 100 000 Listrik mess 1 650 000 1 650 000 Bensin 5 550 000 6 150 000 Kateter 550 000 1 100 000 Jarum suntik 330 000 660 000 Biaya pemeliharaan 8 713 375 9 966 750 Solar mobil 1 800 000 3 600 000 Isi ulang LPG 35 904 000 69 632 000 Ijuk 2 800 000 Kerikil 4 800 000 Kerang 2 000 000 Pasir pantai 3 300 000 Arang aktif 3 600 000 Kantong filter 1 920 000 Total biaya tetap per tahun 166 040 315 321 640 850 Rincian biaya tetap per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm ditunjukkan pada Tabel 29 sebesar Rp 166 040 315 pada tahun ke-1 dan meningkat mulai tahun ke-2 menjadi Rp 313 230 850 per tahun. Ekstensifikasi 2 unit hatchery dan 2 unit penetasan telur mulai beroperasi pada tahun ke-2, sehingga produksi benih ikan patin siam pada tahun ke-1 diperoleh dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm. Siklus produksi pada tahun ke-2 menjadi 44 siklus per tahun, sehingga terjadi peningkatan biaya tetap 1.68 kali lipat dari kondisi intensifikasi Pasirgaok Fish Farm (skenario II).
81 Biaya obat sterilisasi, kapur pertanian, pH test, administrasi kantor, kateter, jarum suntik, solar mobil, LPG, dan bahan filter meningkat 2 kali lipat dari kondisi intensifikasi Pasirgaok Fish Farm akibat penambahan 2 unit hatchery. Biaya PBB meningkat menjadi 4 kali lipat dari kondisi intensifikasi Pasirgaok Fish Farm akibat perluasan lahan. Biaya penyusutan meningkat menjadi 1.56 kali lipat dari kondisi intensifikasi Pasirgaok Fish Farm dan biaya pemeliharaan mesin meningkat 1.12 kali lipat dari kondisi intensifikasi Pasirgaok Fish Farm. Biaya bensin meningkat 1.1 kali lipat akibat tambahan bensin genset 2 unit hatchery. Biaya konsumsi dan rokok untuk 9 pegawai meningkat 1.8 kali lipat dari kondisi intensifikasi Pasirgaok Fish Farm. Biaya pajak, promosi, dan listrik tetap. c) Biaya Variabel Biaya Variabel Skenario I Tabel 30 Rincian biaya variabel per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Harga satuan Biaya variabel Komponen biaya variabel Satuan Jumlah (Rp) (Rp/tahun) Pakan induk pack 72 263 500 18 972 000 Artemia kaleng 34 640 000 21 760 000 Cacing sutera takar 8 707 9 500 82 716 500 Plastik pack 401 30 000 12 030 000 Karet pack 74 35 000 2 572 500 Oksigen tabung 34 100 000 3 400 000 Ovaprim botol 44 225 000 9 900 000 botol 253 125 000 31 625 000 Chorulon botol 17 15 000 255 000 NaCl Obat Methylene Blue g 1 500 65 97 500 pack 559 15 000 8 385 000 Obat Elbayou g 900 900 810 000 Obat Supertetra Obat Mr. Fish Probio g 900 800 720 000 Garam ikan pack 34 95 000 3 230 000 pack 2.5 60 000 150 000 Kapur tohor g 4 320 200 864 000 Vitamin tahun 191 649 250 Gaji manajer tahun 85 662 000 Gaji pegawai tahun 5 100 000 Listrik farm Total biaya variabel per tahun 479 898 750 Biaya variabel merupakan biaya yang menyesuaikan peningkatan atau penurunan volume produksi benih ikan patin siam per siklus. Total biaya variabel usaha pembenihan ikan patin siam skenario I sebesar Rp 479 898 750 per tahun (Tabel 30). Biaya variabel yang dikeluarkan oleh Pasirgaok Fish Farm dijelaskan sebagai berikut: Pakan Induk Kebutuhan pelet saat sore dan pagi hari masing-masing sebanyak 3 kg, sehingga total kebutuhan pelet adalah 6 kg per hari. Pakan induk dijual seharga Rp 263 500 per pack dalam kemasan 30 kg per pack. Total biaya pakan induk
82 sebesar Rp 18 972 000 per tahun dan membutuhkan pelet sebanyak 72 pack per tahun. Artemia dan Cacing Sutera Tabel 31 Kebutuhan biaya pakan benih per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm Jenis pakan Artemia Cacing sutera
Hatchery ke-1 Musim Musim hujan kemarau 12 10 2 496
1 585
Hatchery ke-2 Musim Musim Satuan hujan kemarau 12 10 kaleng 2 796
1 830
takar
Harga (Rp)
Nilai (Rp)
640 000 21 760 000 9 500 82 716 500
Pakan Artemia diberikan saat pemeliharaan larva selama 2 hari mulai hari ke-2 setelah telur menetas. Kebutuhan Artemia di hatchery ke-1 dan hatchery ke2 saat musim hujan masing-masing sebanyak 2 kaleng per siklus dan 1 kaleng per siklus saat musim kemarau. Total kebutuhan Artemia sebanyak 34 kaleng per tahun, sehingga biaya Artemia sebesar Rp 21 760 000 per tahun. Pakan cacing sutera diberikan mulai larva berumur 4 hari sampai larva berumur 20 hari. Kebutuhan cacing sutera di hatchery ke-1 sebanyak 416 takar per siklus saat musim hujan dan 317 takar per siklus saat musim kemarau sedangkan kebutuhan cacing sutera di hatchery ke-2 sebanyak 466 takar per siklus saat musim hujan dan 366 takar per siklus saat musim kemarau. Total biaya cacing sutera sebesar Rp 82 716 500 per tahun dan membutuhkan cacing sutera sebanyak 8 707 takar per tahun (Tabel 31). Kantong Plasik, Karet, dan Tabung Oksigen Tabel 32 Kebutuhan biaya pengepakan per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm Hatchery ke-1 Bahan Musim Musim pengepakan hujan kemarau Kantong 132 60 plastik Karet 24 10 Tabung 12 5 oksigen
Hatchery ke-2 Harga Musim Musim Satuan (Rp) hujan kemarau
Nilai (Rp)
144
65
pack
30 000 12 030 000
27
15
pack
35 000 2 572 500
12
5
tabung 100 000 3 400 000
Kebutuhan biaya pengepakan per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario I ditunjukkan pada Tabel 32. Kebutuhan plastik sebesar Rp 12 030 000 per tahun dan membutuhkan sebanyak 401 pack per tahun. Total biaya karet sebesar Rp 2 572 500 per tahun dan membutuhkan sebanyak 74 pack per tahun. Total biaya pengisian tabung oksigen sebesar Rp 3 400 000 per tahun dan dibutuhkan sebanyak 34 tabung per tahun. Satu bungkus kantong plastik dijual dalam kemasan 1 kg ukuran 60 cm x 40 cm sebesar Rp 30 000 per bungkus. Satu ikat kantong berisi 1 000 ekor benih dan membutuhkan 2 lembar plastik, sehingga 1 kg bungkus kantong plastik dapat digunakan untuk 36 kali pemakaian. Jumlah kebutuhan kantong plastik hatchery
83 ke-1 saat musim hujan adalah 22 pack per siklus dan 12 pack per siklus saat musim kemarau, sedangkan hatchery ke-2 membutuhkan 24 pack per siklus saat musim hujan dan 13 pack per siklus saat musim kemarau. Kebutuhan karet setiap kantong sebanyak 8 buah. Kedua ujung kantong plastik diikat masing-masing sebanyak 3 buah dan 2 buah untuk mengikat kantong benih. Harga per bungkus karet ukuran 1 kg adalah Rp 35 000 dan digunakan untuk mengikat 200 kantong. Jumlah kebutuhan karet hatchery ke-1 saat musim hujan adalah 4 pack per siklus dan 2 pack per siklus saat musim kemarau, sedangkan hatchery ke-2 membutuhkan 4.5 pack per siklus saat musim hujan dan 2.5 pack per siklus saat musim kemarau. Kebutuhan isi ulang tabung oksigen ukuran 2 m3 untuk 500 kantong sebesar Rp 100 000 per tabung. Kebutuhan tabung oksigen saat musim hujan sebanyak 2 tabung per siklus, sedangkan kebutuhan tabung oksigen saat musim kemarau sebanyak 1 tabung per siklus di setiap hatchery. Ovaprim dan Chorulon Ovaprim untuk merangsang ovulasi dibuat oleh Syndel Laboratories Ltd. dalam kemasan 10 ml dan dijual seharga Rp 225 000 per botol. Kebutuhan Ovaprim saat musim hujan dan musim kemarau adalah tetap. Penggunaan induk betina sebanyak 11 ekor per siklus di hatchery ke-1 dan 12 ekor per siklus di hatchery ke-2 membutuhkan Ovaprim sebanyak 44 botol per tahun atau 2 botol per siklus, sehingga total biaya Ovaprim sebesar Rp 9 900 000 per tahun. Chorulon untuk merangsang ovulasi dibuat oleh Intervert International B.V dalam kemasan 1 pack berisi 5 vial hormon dan 5 vial pelarut. Harga Chorulon per pack adalah Rp 125 000 per botol dan berisi 1 500 IU. Penggunaan Chorulon sebanyak 500 IU kg-1 bobot induk betina. Total kebutuhan Chorulon sebanyak 253 botol per tahun dan membutuhkan biaya sebesar Rp 31 625 000 per tahun. NaCl NaCl digunakan untuk mengaktifkan sperma dan dibutuhkan sebanyak 1 botol saat musim hujan dan 1/2 botol saat musim kemarau. Total kebutuhan NaCl adalah 17 botol per tahun. Total biaya NaCl sebesar Rp 225 000 per tahun. Obat Methylene Blue Methylene Blue berfungsi untuk mematikan jamur saat proses penetasan telur. Aturan pemakaian Methylene Blue dalam kemasan adalah 1 persen stock solution, yakni campuran 1 g Methylene Blue dan 100 ml air bersih. Kebutuhan setiap akuarium adalah 2.5 g Methylene Blue. Total kebutuhan Methylene Blue sebanyak 1 500 g per tahun. Harga 1000 g Methylene Blue adalah Rp 65 000. Biaya Methylene Blue sebesar Rp 97 500 per tahun. Obat Elbayou, Obat Supertetra dan Obat Mr. Fish Probio Kebutuhan Elbayou, Supertetra, dan Mr. Fish Probio dipengaruhi oleh produksi benih ikan patin siam dan penggunaan akuarium. Elbayou digunakan untuk ganti air sisa penetasan telur, ganti air rutin sebanyak 8 kali, dan panen sebanyak 2 kali. Obat Supertetra dan Mr. Fish Probio berfungsi mengobati luka setelah ganti air rutin dan panen. Dosis Elbayou, Supertetra, dan Mr. Fish Probio sebanyak 5 g untuk 30 akuarium, sehingga kebutuhan setiap obat sebanyak 0.17 g per akuarium. Larutan 2.5 g Elbayou dan 1 l air digunakan untuk pengepakan 20 kantong benih, sehingga kebutuhan Elbayou sebanyak 0.125 g per kantong. Jumlah kebutuhan Elbayou di hatchery ke-1 sebanyak 31 pack per siklus saat musim hujan dan 17 pack per siklus saat musim kemarau, sedangkan hatchery ke-
84 2 membutuhkan Elbayou sebanyak 33 pack per siklus saat musim hujan dan 18 pack per siklus saat musim kemarau. Jumlah kebutuhan obat Supertetra dan Mr. Fish Probio di hatchery ke-1 masing-masing sebanyak 48 g per siklus saat musim hujan dan 26 g per siklus saat musim kemarau, sedangkan jumlah kebutuhan obat Supertetra dan Mr. Fish Probio hatchery ke-2 masing-masing sebanyak 52 g per siklus saat musim hujan dan 27 g per siklus saat musim kemarau. Tabel 33 Kebutuhan biaya obat per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm Jenis obat Elbayou Supertetra Mr. Fish Probio
Hatchery ke-1 Musim Musim hujan kemarau 186 90 287 126 287 126
Hatchery ke-2 Harga Musim Musim Satuan (Rp) Nilai (Rp) hujan kemarau 198 85 pack 15 000 8 385 000 310 133 g 900 810 000 310 133 g 800 720 000
Kebutuhan obat Elbayou, Supertetra, dan Mr. Fish Probio per tahun skenario I ditunjukkan pada Tabel 33. Total kebutuhan obat Elbayou sebanyak adalah 559 pack per tahun dan menghabiskan biaya sebesar Rp 8 385 000 per tahun. Harga 100 g Supertetra sebesar Rp 90 000, sehingga total biaya Supertetra sebesar Rp 810 000 per tahun dan membutuhkan Supertetra sebanyak 856 g per tahun ≈ 900 g per tahun. Total biaya Mr. Fish Probio sebesar Rp 720 000 per tahun dan kebutuhan Mr. Fish Probio sebanyak 856 g per tahun ≈ 900 g per tahun. Garam Ikan Garam ikan berfungsi mengaktifkan naplius Artemia saat proses kultur Artemia, meningkatkan pH air, dan mengobati benih yang terserang penyakit Aeromonas sp. Garam ikan dijual dalam kemasan 50 kg per pack seharga Rp 95 000 per pack. Kebutuhan garam meningkat saat musim hujan terutama pada bulan November hingga Januari untuk meningkatkan pH air dan mengobati infeksi bakteri Aeromonas sp.. Kebutuhan garam ikan musim hujan menghabiskan 2 pack per siklus dan 1 pack per siklus saat musim kemarau. Total biaya garam sebesar Rp 3 230 000 per tahun atau sebanyak 34 pack per tahun. Kapur Tohor Kapur tohor digunakan meningkatkan pH air kolam treatment dengan cara kapur dibungkus kain dan diletakkan di dalam air. Kebutuhan kapur tohor untuk kolam treatment sebanyak 4 kg per bulan. Satu karung kapur tohor seberat 25 kg per pack dapat digunakan selama 5 bulan. Kapur tohor sebanyak 5 kg berguna untuk dicelupkan ke dalam akuarium. Kapur tohor dijual dalam kemasan 25 kg per pack seharga Rp 60 000 per pack. Total kebutuhan kapur tohor sebanyak 2.5 pack per tahun dan membutuhkan biaya sebesar Rp 150 000 per tahun. Vitamin Vitamin Selplex 2000 dicampur dengan pakan induk untuk meningkatkan reproduksi induk. Harga 1 000 g Selplex 2000 sebesar Rp 200 000. Kebutuhan vitamin Selplex 2000 sebanyak 12 g per hari. Perhitungan waktu pemakaian Selplex 2000 selama 1 tahun adalah 360 hari. Total biaya vitamin sebesar Rp 864 000 per tahun dan membutuhkan vitamin sebanyak 4 320 g per tahun. Gaji Manajer dan Gaji Pegawai
85 Jumlah gaji manajer sebesar 40 persen dari perhitungan laba rugi, yakni laba kotor sebelum dikurangi gaji manajer dan pengurangan laba kotor tersebut dengan biaya tetap tanpa biaya pajak, biaya penyusutan, dan biaya internet. Manajer tidak memiliki hak untuk menerima hasil penjualan induk afkir. Gaji manajer sebesar Rp 191 649 250 per tahun. Gaji pegawai ditentukan berdasarkan pada hasil penjualan benih ikan patin siam dikalikan Rp 2 per ekor. Jumlah pegawai sebanyak 3 orang. Total biaya gaji pegawai sebesar Rp 85 662 000 per tahun. Listrik Farm Kebutuhan air saat musim kemarau menurun sebesar 50 persen, sehingga durasi penggunaan listrik untuk ganti air, penyifonan, dan pemberian pakan menjadi lebih singkat. Biaya listrik farm saat musim hujan sebesar Rp 300 000 per siklus, sedangkan biaya listrik farm saat musim kemarau menjadi Rp 150 000 per siklus. Biaya listrik farm sebesar Rp 5 100 000 per tahun. Biaya Variabel Skenario II Tabel 34 Rincian biaya variabel usaha pembenihan ikan patin siam skenario II Pasirgaok Fish Farm pada tahun ke-2 hingga tahun ke-8 Harga Biaya variabel Komponen biaya variabel Satuan Jumlah satuan (Rp) (Rp/tahun) Pakan induk pack 306 263 500 80 631 000 Artemia kaleng 56 640 000 35 840 000 Cacing sutera takar 11 646 9 500 110 637 000 Plastik pack 679.5 30 000 20 385 000 Karet pack 124.5 35 000 4 357 500 Refil Oksigen tabung 56 100 000 5 600 000 Ovaprim botol 77 222 500 17 132 500 Chorulon botol 253 125 000 31 625 000 NaCl botol 21 15 000 315 000 Obat Kalium Permanganat pack 23 5 000 115 000 Obat Elbayu pack 830 15 000 12 450 000 Obat Supertetra g 1 100 900 990 000 Obat Mr. Fish Probio g 1 100 800 880 000 Garam ikan pack 68 95 000 6 460 000 Kapur tohor pack 3 60 000 180 000 Vitamin g 19 440 200 3 888 000 Tanah liat kg 17 3 000 51 000 Gaji manajer tahun 322 050 450 Gaji pegawai tahun 192 760 000 Listrik farm tahun 10 530 000 Total biaya variabel per tahun 856 877 450 Tabel 34 menunjukkan biaya variabel usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada tahun ke-1 sebesar Rp 779 450 650. Terjadi peningkatan biaya variabel produksi benih ikan patin siam mulai tahun ke-2 sebesar Rp 856 877 450 per tahun setelah menerapkan corong resirkulasi. Rincian alokasi biaya variabel usaha pembenihan ikan patin siam skenario II dijelaskan sebagai berikut: Pakan Induk
86 Peningkatan kuantitas pakan induk menjadi 2 persen biomassa per hari dimulai pada tahun ke-1. Total bobot seluruh induk ikan patin siam di Pasirgaok Fish Farm adalah 1.28 ton, sehingga total pelet yang dibutuhkan sebanyak 26 kg per hari. Total biaya pakan induk sebesar Rp 80 631 000 per tahun dan menghabiskan pelet induk sebanyak 306 pack per tahun. Artemia dan Cacing Sutera Tabel 35 Kebutuhan biaya Artemia per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Kebutuhan Artemia Kebutuhan Artemia hatchery ke-1 hatchery ke-2 Tahun Harga Nilai Satuan ke(Rp) (Rp) Musim Musim Musim Musim hujan kemarau hujan kemarau 1 16 10 16 10 kaleng 640 000 33 280 000 2-8 18 10 18 10 kaleng 640 000 35 840 000 Tabel 35 menunjukkan kebutuhan Artemia skenario II pada tahun ke-1 sebanyak 52 kaleng dan membutuhkan biaya sebesar Rp 33 280 000. Total kebutuhan Artemia mulai tahun ke-2 sebanyak 56 kaleng per tahun dan membutuhkan biaya sebesar Rp 35 840 000 per tahun. Produksi larva ikan patin siam di hatchery ke-1 dan hatchery ke-2 selama 4 siklus pada tahun ke-1 antara 1 700 000 ekor per siklus dan 1 900 000 ekor per siklus saat musim hujan membutuhkan Artemia sebanyak 2 kaleng per siklus. Produksi larva ikan patin siam di hatchery ke-1 dan hatchery ke-2 mulai siklus ke-5 antara 2 900 000 ekor per siklus dan 3 200 000 ekor per siklus saat musim hujan membutuhkan Artemia sebanyak 3 kaleng per siklus. Tabel 36 Kebutuhan biaya cacing sutera per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Kebutuhan cacing Kebutuhan cacing Tahun sutera hatchery ke-1 sutera hatchery ke-2 Harga Satuan Nilai (Rp) ke(Rp) Musim Musim Musim Musim hujan kemarau hujan kemarau 1 3 172 2 160 3 476 2 160 takar 9 500 104 196 000 2-8 3 510 2 160 3 816 2 160 takar 9 500 110 637 000 Tabel 36 menunjukkan kebutuhan cacing sutera skenario II pada tahun ke-1 sebanyak 10 968 takar dan membutuhkan biaya sebesar Rp 104 196 000. Kebutuhan cacing sutera mulai tahun ke-2 meningkat menjadi 11 646 takar per tahun dan total biaya cacing sutera sebesar Rp 110 637 000 per tahun. Hatchery ke-1 membutuhkan cacing sutera sebanyak 585 takar per siklus saat musim hujan, sedangkan kebutuhan cacing sutera saat musim kemarau sebanyak 432 takar per siklus. Hatchery ke-2 membutuhkan cacing sutera saat musim hujan sebanyak 636 takar per siklus dan 432 takar per siklus saat musim kemarau. Kantong Plasik, Karet, dan Tabung Oksigen
87 Tabel 37 Kebutuhan biaya kantong plastik per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Kebutuhan kantong Kebutuhan kantong Tahun plastik hatchery ke-1 plastik hatchery ke-2 Harga Satuan Nilai (Rp) ke(Rp) Musim Musim Musim Musim hujan kemarau hujan kemarau 1 192 105 208 112.5 pack 30 000 18 525 000 2-8 222 105 240 112.5 pack 30 000 20 385 000 Tabel 37 menunjukkan kebutuhan kantong plastik skenario II sebanyak 617.5 pack pada tahun ke-1 dan membutuhkan biaya sebesar Rp 18 525 000. Kebutuhan kantong plastik meningkat pada tahun ke-2 sebanyak 679.5 pack per tahun dan membutuhkan biaya sebesar Rp 20 385 000 per tahun. Kebutuhan kantong plastik hatchery ke-1 saat musim hujan sebanyak 37 pack per siklus dan 21 pack per siklus saat musim kemarau, sedangkan kebutuhan kantong plastik hatchery ke-2 sebanyak 40 pack per siklus saat musim hujan dan 22.5 pack per siklus saat musim kemarau. Tabel 38 Kebutuhan biaya karet per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Kebutuhan karet Kebutuhan karet hatchery ke-1 hatchery ke-2 Tahun Harga Satuan Nilai (Rp) ke(Rp) Musim Musim Musim Musim hujan kemarau hujan kemarau 1 36 17.5 39 20 pack 35 000 3 937 500 pack 35 000 4 357 500 2-8 42 17.5 45 20 Tabel 38 menunjukkan kebutuhan karet sebesar Rp 3 937 500 pada tahun ke-1 dan membutuhkan karet sebanyak 112.5 pack. Kebutuhan karet meningkat menjadi 124.5 pack per tahun dan membutuhkan biaya sebesar Rp 4 357 500 per tahun mulai tahun ke-2. Kebutuhan karet di hatchery ke-1 saat musim hujan sebanyak 7 pack per siklus dan 3.5 pack per siklus saat musim kemarau, sedangkan kebutuhan kantong plastik hatchery ke-2 sebanyak 7.5 pack per siklus saat musim hujan dan 4 pack per siklus saat musim kemarau Tabel 39 Kebutuhan biaya tabung oksigen per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Kebutuhan tabung Kebutuhan tabung Tahun oksigen hatchery ke-1 oksigen hatchery ke-2 Harga Nilai Satuan ke(Rp) (Rp) Musim Musim Musim Musim hujan kemarau hujan kemarau 1 16 10 16 10 tabung 100 000 5 200 000 tabung 100 000 5 600 000 2-8 18 10 18 10 Tabel 39 menunjukkan kebutuhan tabung oksigen skenario II sebesar Rp 5 200 000 dan membutuhkan tabung oksigen sebanyak 52 tabung pada tahun ke-1. Kebutuhan tabung oksigen pada tahun ke-2 meningkat menjadi 56 tabung per
88 tahun dan membutuhkan biaya sebesar Rp 5 600 000 per tahun. Kebutuhan pengisian tabung oksigen setiap hatchery masing-masing sebanyak 3 tabung per siklus saat musim hujan, sedangkan musim kemarau menurunkan kebutuhan tabung oksigen menjadi 2 tabung per siklus. Ovaprim dan Chorulon Tabel 40 Penggunaan Ovaprim per siklus usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Jumlah induk Dosis penyuntikan Total (ekor per siklus) (ml per siklus) Hatchery Ovaprim ke(botol per Induk Induk Induk Induk siklus) betina jantan betina jantan 1 11 22 19.8 11 3 2 12 24 21.6 12 4 Tabel 40 menunjukkan penggunaan Ovaprim per siklus dengan teknik pemijahan basah untuk menerapkan sistem corong resirkulasi. Dosis Ovaprim adalah 0.6 ml kg-1 bobot induk betina dan 0.2 ml kg-1 induk jantan. Bobot induk per ekor diasumsikan seberat 3 kg per induk betina dan 2.5 kg per induk jantan. Total kebutuhan Ovaprim di hatchery ke-1 untuk 11 ekor induk betina sebanyak 30.8 ml per siklus atau 3 botol per siklus, sedangkan hatchery ke-2 membutuhkan Ovaprim untuk 12 ekor induk betina sebanyak 33.6 ml per siklus atau 4 botol per siklus. Tabel 41 Kebutuhan biaya Ovaprim per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Kebutuhan Ovaprim Kebutuhan Ovaprim hatchery ke-1 hatchery ke-2 Tahun Harga Satuan Nilai (Rp) ke(Rp) Musim Musim Musim Musim hujan kemarau hujan kemarau 1 16 15 20 20 botol 225 000 15 797 500 2-8 18 15 24 20 botol 225 000 17 132 500 Tabel 41 menunjukkan kebutuhan Ovaprim sebanyak 71 botol pada tahun ke-1 dan membutuhkan biaya sebesar Rp 15 797 500. Penyuntikan 11 ekor induk betina maupun 12 ekor induk betina selama siklus ke-1 hingga siklus ke-4 pada tahun ke-1 masing-masing menggunakan 2 botol Ovaprim per siklus karena induk jantan tidak disuntik. Total kebutuhan Ovaprim mulai tahun ke-2 menjadi 77 botol per tahun dan membutuhkan biaya sebesar Rp 17 132 500 per tahun. Kebutuhan Chorulon hatchery ke-1 sebanyak 11 botol per siklus untuk 11 ekor induk betina dan hatchery ke-2 membutuhkan Chorulon sebanyak 12 botol per siklus untuk 12 ekor induk betina. Total biaya Chorulon sebesar Rp 31 625 000 per tahun dan membutuhkan Chorulon sebanyak 253 botol per tahun. NaCl Skenario II menggunakan metode pembuahan basah. Perbandingan volume sperma dan volume NaCl sebanyak 1:5. Setiap 100 g telur dibuahi oleh 20 ml larutan sperma (Mahyuddin 2010). Hatchery ke-1 membutuhkan larutan sperma
89 sebanyak 660 ml per siklus saat musim hujan. Larutan sperma tersebut terdiri atas: 110 ml sperma dan 550 ml NaCl. Hatchery ke-2 membutuhkan larutan sperma sebanyak 720 ml per siklus saat musim hujan. Larutan sperma tersebut terdiri atas: 120 ml sperma dan 600 ml NaCl. Kebutuhan NaCl menurun sebesar 50 persen per siklus saat musim kemarau. Kebutuhan NaCl sebanyak 21 botol per tahun mulai tahun ke-2 dan membutuhkan biaya sebesar Rp 315 000 per tahun (Tabel 42). Tabel 42 Penggunaan larutan sperma per siklus usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Hatchery ke1 2
Larutan sperma (ml) Musim Musim Musim Musim hujan kemarau hujan kemarau 3 300 1 650 660 330 3 600 1 800 720 360 Jumlah telur (g)
Sperma (ml)
NaCl (ml)
Musim Musim Musim Musim hujan kemarau hujan kemarau 110 55 550 275 120 60 600 300
Obat Kalium Permanganat Kebutuhan obat Kalium Permanganat setiap sterilisasi kolam pemberokan sebanyak 5 g per siklus atau sebanyak 110 g per tahun. Obat Kalium Permanganat digunakan untuk sterilisasi corong-corong penetasan sebanyak 20 ppm (20 mg l-1) per corong (Khairuman dan Sudenda D 2009). Kebutuhan obat Kalium Permanganat ditentukan berdasarkan pada penggunaan corong pemijahan pertama sebanyak 11 corong saat musim hujan dan 6 corong saat musim kemarau, sedangkan pemijahan kedua menggunakan 12 corong saat musim hujan dan 6 corong saat musim kemarau. Total biaya Kalium Permanganat sebesar Rp 12 000 per tahun dan membutuhkan Kalium Permanganat dalam kemasan 5 g per pack sebanyak 12 pack per tahun. Obat Elbayou, Supertetra dan Mr. Fish Probio Tabel 43 Kebutuhan biaya obat Elbayou per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Kebutuhan Elbayou Kebutuhan Elbayou hatchery ke-1 hatchery ke-2 Tahun Harga Satuan Nilai (Rp) ke(Rp) Musim Musim Musim Musim hujan kemarau hujan kemarau 1 242 125 266 135 pack 15 000 11 520 000 pack 15 000 12 450 000 2-8 270 125 300 135 Tabel 43 menunjukkan kebutuhan obat Elbayou pada tahun ke-1 sebanyak 768 pack dan membutuhkan biaya sebesar Rp 11 520 000 per tahun. Kebutuhan Elbayou meningkat menjadi 830 pack per tahun dan total biaya Elbayou mulai tahun ke-2 sebesar Rp 12 450 000 per tahun. Kebutuhan Elbayou di hatchery ke-1 saat musim hujan sebanyak 45 pack per siklus dan 25 pack per siklus saat musim kemarau, sedangkan kebutuhan Elbayou di hatchery ke-2 saat musim hujan sebanyak 50 pack per siklus dan 27 pack per siklus saat musim kemarau.
90 Tabel 44 Kebutuhan biaya obat Supertetra per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Kebutuhan Supertetra Kebutuhan Supertetra hatchery ke-1 hatchery ke-2 Tahun Harga Nilai Satuan ke(Rp) (Rp) Musim Musim Musim Musim hujan kemarau hujan kemarau 1 323 162 373 179 g 900 990 000 g 2-8 342 162 404 179 900 990 000 Tabel 44 menunjukkan kebutuhan obat Supertetra pada tahun ke-1 sebanyak 1 036 g per tahun ≈ 1100 g per tahun. Total biaya obat Supertetra sebesar Rp 990 000 per tahun. Kebutuhan obat Supertetra meningkat menjadi 1 086 g per tahun ≈ 1 100 g per tahun dan total biaya obat Supertetra mulai tahun ke-2 sebesar Rp 990 000 per tahun. Kebutuhan obat Mr. Fish Probio seperti kebutuhan obat Supertetra sebanyak 1 100 g per tahun dan membutuhkan biaya sebesar Rp 880 000 per tahun. Garam Ikan Total kebutuhan garam ikan pada tahun ke-1 sebanyak 60 pack dan membutuhkan biaya garam ikan sebesar Rp 5 700 000. Kebutuhan garam ikan meningkat menjadi 68 pack per tahun dan total biaya garam ikan mulai tahun ke-2 sebesar Rp 6 460 000 per tahun. Intensifikasi menyebabkan kebutuhan garam ikan setiap musim hujan meningkat menjadi 4 pack per siklus dan 2 pack per siklus saat musim kemarau. Tabel 45 menunjukkan kebutuhan garam ikan per tahun. Tabel 45 Kebutuhan biaya garam ikan per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Kebutuhan garam ikan Kebutuhan garam ikan hatchery ke-2 hatchery ke-2 Tahun Harga Satuan Nilai (Rp) ke(Rp) Musim Musim Musim Musim hujan kemarau hujan kemarau 1 20 10 20 10 pack 95 000 5 700 000 pack 95 000 6 460 000 2-8 24 10 24 10 Kapur Tohor Penggunaan kapur tohor meningkat menjadi 3 pack per tahun akibat penambahan volume air kolam air treatment karena kapur tohor semakin cepat menyusut saat volume air bertambah. Total kebutuhan kapur tohor sebanyak 3 pack per tahun dan membutuhkan biaya kapur tohor sebesar Rp 180 000 per tahun. Vitamin Jumlah pakan induk meningkat menjadi 26 kg per hari atau 9 ember per hari. Pemberian vitamin Selplex 2000 sebanyak 6 g per ember, sehingga kebutuhan Selplex 2000 meningkat menjadi 54 g per hari. Total biaya vitamin sebesar Rp 3 888 000 per tahun dan membutuhkan vitamin sebanyak 19 440 g per tahun. Tanah Liat
91 Metode pembuahan basah menggunakan tanah liat untuk menghilangkan daya rekat telur. Setiap 1 000 g tanah liat membutuhkan 2 000 ml air. Setiap 100 ml larutan tanah liat digunakan untuk mencuci 200 g telur. Kedua hatchery membutuhkan tanah liat yang sama setiap musim. Musim kemarau membutuhkan tanah liat sebanyak 0.5 kg per siklus, sedangkan musim hujan membutuhkan tanah liat sebanyak 1 kg per siklus (Tabel 46). Tabel 46 Penggunaan tanah liat per siklus usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Hatchery ke1 2
Larutan tanah Tanah liat (kg) liat (ml) Musim Musim Musim Musim Musim kemarau hujan kemarau hujan kemarau 1 650 1 650 825 1 0.5 1 800 1 800 900 1 0.5
Jumlah telur (g) Musim hujan 3 300 3 600
Air (ml) Musim Musim hujan kemarau 1 650 825 1 800 900
Harga 20 kg tanah liat sebesar Rp 60 000 per pack. Tabel 47 menunjukkan kebutuhan tanah liat pada tahun ke-1 sebanyak 13 kg dan membutuhkan biaya sebesar Rp 39 000. Kebutuhan tanah liat mulai tahun ke-2 menjadi 17 kg per tahun dan membutuhkan biaya sebesar Rp 51 000 per tahun. Tabel 47 Kebutuhan biaya tanah liat per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Kebutuhan tanah liat Kebutuhan tanah liat hatchery ke-1 hatchery ke-2 Tahun Harga Satuan Nilai (Rp) ke(Rp) Musim Musim Musim Musim hujan kemarau hujan kemarau 1 4 2.5 4 2.5 kg 3 000 39 000 6 2.5 kg 2-8 6 2.5 3 000 51 000 Gaji Manajer dan Gaji Pegawai Gaji manajer pada tahun ke-1 sebesar Rp 285 057 650 dan meningkat sebesar Rp 322 050 450 per tahun sejak tahun ke-2. Gaji manajer meningkat sebesar 68 persen per tahun dibandingkan dengan gaji manajer pada kondisi aktual. Total gaji pegawai pada tahun ke-1 sebesar Rp 168 364 000 dan jumlah pegawai bertambah 1 orang pada siklus ke-5. Total biaya gaji pegawai pada tahun ke-2 menjadi Rp 192 760 000 per tahun untuk 4 pegawai dan diperoleh dari penjualan benih ikan patin siam sebanyak 24 095 000 ekor per tahun. Listrik Farm Terjadi peningkatan biaya listrik sebesar Rp 15 000 per siklus dibandingkan dengan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm. Biaya listrik farm saat musim hujan sebesar Rp 615 000 per siklus, sedangkan biaya listrik saat musim kemarau menjadi Rp 315 000 per siklus. Peningkatan biaya lisrik farm intensifikasi disebabkan oleh peningkatan produksi larva. Penggunaan listrik meningkat akibat durasi mengisi air kolam treatment, mengisi air akuarium, mengganti air, menyifon, panen, sortasi, dan pemberian umpan menjadi lebih lama dan lebih banyak kuantitasnya. Selain itu, biaya listrik meningkat disebabkan penambahan
92 peralatan mesin seperti blower, lampu, dan pompa air di unit penetasan telur. Tabel 48 menunjukkan kebutuhan listrik farm pada tahun ke-1 sebesar Rp 9 270 000 per tahun dan kebutuhan listrik sejak tahun ke-2 meningkat menjadi Rp 10 530 000 per tahun. Tabel 48 Kebutuhan biaya listrik farm per tahun usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Kebutuhan listrik farm Kebutuhan listrik farm hatchery ke-1 (Rp) hatchery ke-1 (Rp) Tahun Nilai (Rp) keMusim Musim Musim Musim hujan kemarau hujan kemarau 1 3 060 000 1 575 000 3 060 000 1 575 000 9 270 000 3 690 000 1 575 000 2-8 3 690 000 1 575 000 10 530 000
Biaya Variabel Skenario III Tabel 49 menunjukkan biaya variabtel usaha pembenihan ikan patin siam skenario III pada tahun ke-1 sebesar Rp 479 898 750 dengan menggunakan 2 unit hatchery. Ekstensifikasi sebanyak 4 unit hatchery dimulai pada tahun ke-2 dan meningkatkan biaya variabel produksi benih ikan patin siam 3 kali lipat dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm (skenario I). Biaya variabel usaha pembenihan ikan patin siam skenario III pada tahun ke-2 sebesar Rp 1 457 876 250 per tahun. Tabel 49 Rincian biaya variabel usaha pembenihan ikan patin siam skenario III Pasirgaok Fish Farm pada tahun ke-2 hingga tahun ke-8 Harga satuan Biaya variabel Komponen biaya variabel Satuan Jumlah (Rp) (Rp/tahun) Pakan induk pack 216 263 500 56 916 000 Artemia kaleng 102 640 000 65 280 000 Cacing sutera takar 26 121 9 500 248 149 500 Plastik pack 1 203 30 000 36 090 000 Karet pack 221 35 000 7 717 500 Oksigen tabung 102 100 000 10 200 000 Ovaprim botol 132 225 000 29 700 000 Chorulon botol 759 125 000 94 875 000 NaCl botol 51 15 000 765 000 Obat Methylene Blue g 4 500 65 292 500 Obat Elbayou pack 1 677 15 000 25 155 000 Obat Supertetra g 2 700 900 2 430 000 Obat Mr. Fish Probio g 2 700 800 2 160 000 Garam ikan pack 102 95 000 9 690 000 Kapur tohor pack 8 60 000 450 000 Vitamin g 12 960 200 2 592 000 Gaji manajer tahun 593 127 750 Gaji pegawai tahun 256 986 000 Listrik farm tahun 15 300 000 Total biaya variabel per tahun 1 457 876 250
93
Biaya Variabel Skenario IV Biaya variabel usaha pembenihan ikan patin siam skenario IV pada tahun ke-1 sebesar Rp 479 953 750 dengan menggunakan 2 unit hatchery. Ekstensifikasi sebanyak 2 unit hatchery dan penerapan sistem corong resirkulasi dimulai pada tahun ke-2, sehingga biaya variabel produksi benih ikan patin siam meningkat 2 kali lipat dari kondisi intensifikasi Pasirgaok Fish Farm (skenario II) menjadi sebesar Rp 1 834 501 794 per tahun. Seluruh biaya variabel skenario IV meningkat 2 kali lipat dari kondisi intensifikasi Pasirgaok Fish Farm kecuali biaya gaji manajer yang meningkat 2.03 kali lipat dari kondisi intensifikasi Pasirgaok Fish Farm. Rincian biaya variabel skenario IV ditunjukkan pada Tabel 50 Tabel 50 Rincian biaya variabel usaha pembenihan ikan patin siam skenario IV Pasirgaok Fish Farm pada tahun ke-2 hingga tahun ke-8 Harga Biaya variabel Komponen biaya variabel Satuan Jumlah satuan (Rp) (Rp/tahun) Pakan induk pack 612 263 500 161 262 000 Artemia kaleng 112 640 000 71 680 000 Cacing sutera takar 23 292 9 500 221 274 000 Plastik pack 1 359 30 000 40 770 000 Karet pack 249 35 000 8 715 000 Refil Oksigen tabung 112 100 000 11 200 000 Ovaprim botol 154 222 500 34 265 000 Chorulon botol 506 125 000 63 250 000 NaCl botol 42 15 000 630 000 Obat Kalium Permanganat pack 36 5 000 230 000 Obat Elbayou pack 1 660 15 000 24 900 000 Obat Supertetra g 2 200 900 1 980 000 Obat Mr. Fish Probio g 2 200 800 1 760 000 Garam ikan pack 136 95 000 12 920 000 Kapur tohor pack 6 60 000 360 000 Vitamin g 38 880 200 7 776 000 Tanah liat kg 34 3 000 102 000 Gaji manajer tahun 578 766 304 Gaji pegawai tahun 385 520 000 Listrik farm tahun 21 060 000 Total biaya variabel per tahun 1 722 864 900 Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha pembenihan ikan patin siam per periode 1 tahun selama kurun waktu 8 tahun. Laba bersih atau Earning After Tax (EAT) per tahun masing-masing skenario usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm yang diperoleh melalui pengurangan Earning Before Tax (EBT) atau nilai bersih sebelum pajak dengan pajak sebesar 25 persen. Laba bersih yang diperoleh berbeda setiap tahun. Rincian perhitungan laporan laba rugi usaha pembenihan ikan patin siam antara lain: skenario I terdapat dalam Lampiran 12, skenario II terdapat dalam Lampiran 18, skenario III terdapat dalam Lampiran 23, dan skenario IV terdapat dalam
94 Lampiran 28. Hasil laba bersih yang diperoleh dari setiap skenario ditunjukkan pada Tabel 51. Laba bersih terbesar diperoleh dari skenario IV dengan cara kombinasi ekstensifikasi dan intensifikasi penambahan 2 unit hatchery yang menerapkan sistem corong resirkulasi. Tabel 51 Nilai laba bersih per tahun usaha pembenihan ikan patin siam setiap skenario pada Pasirgaok Fish Farm Tahun ke1 2 3 4 5 6 7 8
Nilai laba bersih (Rp) Skenario II Skenario III 256 244 261 157 969 451 297 861 161 540 223 714 304 948 661 547 311 214 311 511 161 568 048 714 297 861 161 569 623 714 304 948 661 547 311 214 297 861 161 554 398 714 311 511 161 553 873 714
Skenario I 157 969 451 157 969 451 165 056 951 171 619 451 157 969 451 165 056 951 157 969 451 171 619 451
Skenario IV 157 969 451 635 170 688 642 258 188 655 908 188 648 820 688 642 258 188 642 258 188 648 820 688
Analisis Kelayakan Kriteria Investasi Tabel 52 Hasil perhitungan kelayakan kriteria investasi usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm Kriteria investasi NPV NPV per benih ikan patin siam Net B/C IRR PP
Satuan Rp
Hasil perhitungan Skenario I Skenario II Skenario III Skenario IV 757 824 735 1 537 775 006 2 043 439 942 2 133 934 114
Rp per ekor
6.64
8.07
6.51
6.07
Rp % tahun
2.71 44.43 7.41
4.48 78.63 4.21
2.22 34.44 7.87
2.61 41.21 5.87
Tabel 52 menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm lebih layak dibandingkan dengan skenario lain. Nilai Net Present Value (NPV) skenario II menunjukkan bahwa menurut nilai sekarang intensifikasi usaha pembenihan ikan patin siam dengan sistem corong resirkulasi pada Pasirgaok Fish Farm menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 1 537 775 006 atau sebesar Rp 8.07 per ekor benih ikan patin siam yang dihasilkan selama jangka waktu 8 tahun. Skenario II layak dijalankan karena nilai NPV lebih besar dari nol. Kriteria kelayakan lainnya menunjukkan nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) skenario II sebesar 4.48 lebih besar dari 1, sehingga layak dijalankan. Artinya setiap pengeluaran produksi benih ikan patin siam sekarang sebesar Rp 1 akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 4.48. Nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar 78.63 persen lebih besar dibandingkan dengan nilai tingkat diskonto sebesar 6.25 persen, sehingga menurut nilai sekarang biaya investasi sebesar Rp 808 736 040 akan memberikan tingkat pengembalian modal minimum
95 lebih besar dibandingkan dengan tingkat pengembalian yang diharapkan dan modal investasi dapat dikembalikan lebih cepat selama 4 tahun 2 bulan NPV (Rp)
Keterangan: Skenario I Skenario II Skenario III Skenario IV
2 133 934 114
2 043 439 942 1 537 775 006
757 824 735
IRR=34.44% IRR=41.21% IRR=44.43%
-1 147 129 -3 402 695 -9 529 187 -15 798 043
35 42 45
6.25
IRR=78.63%
79
DR (%)
Gambar 28 Kurva hubungan antara NPV dan IRR Hubungan antara NPV dan IRR pada keempat skenario ditunjukkan pada Gambar 28. Kenaikan discount rate (DR) atau suku bunga deposito bank menyebabkan nilai NPV menurun. Batas maksimum penurunan DR yang menyebabkan nilai NPV sama dengan nol disebut IRR. IRR merupakan tingkat pengembalian modal minimum dari investasi awal bisnis. Skenario II tidak sensitif terhadap kenaikan DR dan menurut nilai sekarang memberikan tingkat pengembalian modal minimum terbesar saat bisnis menghasilkan manfaat bersih sebesar nol dibandingkan dengan skenario lainnya. Analisis Sensitivitas Analisis Sensitivitas Penurunan Produksi Benih pada Skenario I Tabel 53 Risiko produksi benih ikan patin siam pada kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm tahun 2013 Ukuran Nilai Variance 794 943 227 Standard deviation 28 194.74 Coefficient variation 0.61 Sumber: Pasirgaok Fish Farm (2013).
Tabel 53 menunjukkan risiko produksi benih ikan patin siam pada kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm tahun 2013 sebesar 61 persen. Nilai coefficient variance usaha pembenihan ikan patin siam sebesar 0.61 menunjukkan bahwa setiap ekor hasil produksi benih ikan patin siam yang diharapkan akan
96 menghadapi risiko produksi sebesar 61 persen. Nilai coefficient variance merupakan besarnya penurunan produksi benih ikan patin siam yang dihasilkan selama 1 tahun. Penyebab terjadinya risiko produksi benih ikan patin siam antara lain: pengaruh musim kemarau yang menyebabkan fekunditas induk menurun dan pengaruh musim hujan yang menyebabkan tingkat kematian larva atau benih meningkat akibat perubahan suhu ekstrim, kelangkaan cacing sutera, serta infeksi bakteri Aeromonas sp.. Selain pengaruh musim, risiko produksi benih ikan patin siam disebabkan oleh pertumbuhan jamur saat proses inkubasi telur dengan teknik inkubasi telur dalam air menggenang, sehingga derajat penetasan telur rendah sebesar 48 persen. Hasil analisis sensitivitas penurunan produksi benih ikan patin siam akibat risiko produksi pada kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm tahun 2013 menyebabkan usaha pembenihan ikan patin siam menjadi tidak layak dijalankan karena hasil kelayakan kriteria investasi tidak terpenuhi. Perhitungan cashflow analisis sensitivitas kelayakan skenario I terhadap perubahan penurunan produksi benih terdapat dalam Lampiran 14. Menurut nilai sekarang, usaha pembenihan ikan patin siam pada kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm selama 8 tahun akan mengalami kerugian sebesar Rp 2 455 166 012 atau rugi sebesar Rp 21.5 per ekor benih ikan patin siam yang dihasilkan, bahkan setiap Rp 1 pengeluaran produksi benih ikan patin siam tidak memberikan manfaat bersih (Tabel 54). Risiko produksi benih ikan patin siam sangat berpengaruh terhadap kelayakan usaha pembenihan ikan patin siam. Oleh sebab itu, Pasirgaok Fish Farm dapat mengurangi risiko produksi benih ikan patin siam dengan teknik inkubasi telur dalam sistem corong resirkulasi, sehingga pertumbuhan jamur Saprolegnia sp. dapat dikurangi dan meningkatkan derajat penetasan telur menjadi 81 persen. Tabel 54 Hasil perhitungan sensitivitas penurunan produksi benih ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm Kondisi Penurunan Kriteria investasi Satuan normal produksi NPV Rp 757 824 735 -2 455 166 012 NPV/ benih ikan patin siam Rp per ekor 6.64 -21.5 Net B/C Rp 2.71 0 IRR % 44.43 Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Pakan Benih Setiap Skenario Kenaikan harga pakan benih ikan patin siam berupa cacing sutera terjadi saat musim hujan terutama pada bulan November, Desember, dan Januari akibat curah hujan yang tinggi. Data historis Pasirgaok Fish Farm menunjukkan kenaikan harga cacing sutera dari Rp 9 500 menjadi Rp 15 000 atau sebesar 58 persen pada bulan Desember 2012 dan Januari 2013. Musim hujan menyebabkan kelangkaan cacing sutera di wilayah Bogor karena luapan air banjir di tepi sungai mengakibatkan cacing sutera sulit ditemukan. Pasirgaok Fish Farm belum menjalin kerjasama dengan pemasok cacing sutera, sehingga harga cacing sutera meningkat dan kebutuhan pakan sulit terpenuhi. Pemberian pakan cacing sutera yang terlambat berdampak pada nafsu makan larva atau benih, sehingga pada bulan-bulan tersebut mortalitas benih dapat mencapai 100 persen. Oleh sebab itu, kenaikan harga cacing sutera perlu diwaspadai oleh Pasirgaok Fish Farm terhadap
97 kelayakan usaha yang dijalankan, bahkan upaya pengembangan usaha akan meningkatkan kebutuhan cacing sutera. Tabel 55 menunjukkan bahwa kenaikan harga cacing sutera sebesar 58 persen per tahun layak dijalankan oleh Pasirgaok Fish Farm dengan intensifikasi penerapan sistem corong resirkulasi (skenario II), sedangkan usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm dengan menggunakan ketiga skenario lainnya tidak layak dijalankan karena jangka waktu pengembalian modal lebih lama dibandingkan dengan umur bisnis 8 tahun. Usaha pembenihan ikan patin siam dengan skenario II dapat mengembalikan modal investasi lebih cepat selama 5 tahun 6 bulan.. Oleh sebab itu, intensifikasi penerapan sistem corong resirkulasi pada Pasirgaok Fish Farm dapat mengantisipasi kenaikan harga cacing sutera saat terjadi kelangkaan pasokan. Perhitungan cashflow analisis sensitivitas kelayakan masing-masing skenario terhadap perubahan kenaikan harga pakan benih terdapat dalam Lampiran 15, Lampiran 20, Lampiran 25, dan Lampiran 30. Tabel 55 Hasil perhitungan sensitivitas kenaikan harga pakan benih ikan patin siam setiap skenario pada Pasirgaok Fish Farm Kriteri investasi NPV
NPV per benih ikan patin siam
Satuan
Rp
Rp per ekor
Net B/C
Rp
IRR
%
PP
tahun
Skenario I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Kondisi normal 757 824 735 1 537 775 006 2 043 439 942 2 153 759 594 6.64 8.07 6.51 6.13 2.71 4.48 2.22 2.63 44.43 78.63 34.44 41.51 7.41 4.21 7.87 5.82
Kenaikan harga pakan benih 462 831 828 1 146 724 893 1 248 768 177 1 420 437 926 4.05 6.02 3.98 4.04 1.95 3.3 1.73 2.04 28.52 56 23.74 29.52 12.13 5.64 12.87 8.82
Analisis Switching Value Penurunan Produksi Benih Setiap Skenario Penurunan produksi benih ikan patin siam sebesar 61 persen akibat risiko produksi terbukti menyebabkan usaha pembenihan ikan patin siam pada kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm menjadi tidak layak. Oleh sebab itu, besarnya penurunan produksi benih ikan patin siam maksimum yang dapat ditoleransi oleh Pasirgaok Fish Farm terhadap hasil kelayakan masing-masing skenario dihitung hingga mencapai nilai NPV sama dengan nol, Net B/C sama dengan 1, dan IRR
98 sama dengan 6.25 persen, sehingga pengembangan usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm tetap layak dijalankan. Perhitungan cashflow analisis switching value kelayakan masing-masing skenario pada Pasirgaok Fish Farm skenario I pada Pasirgaok Fish Farm terhadap batas penurunan produksi benih ikan patin siam terdapat dalam Lampiran 16, Lampiran 21, Lampiran 26, dan Lampiran 31. Tabel 56 Hasil perhitungan switching value penurunan produksi benih ikan patin siam setiap skenario pada Pasirgaok Fish Farm Skenario Persentase perubahan penurunan produksi benih (%) I 14.24 II 17.55 III 14.4 IV 13.45 Tabel 56 menunjukkan besaran persentase maksimum penurunan produksi benih ikan patin siam skenario II yang dapat ditoleransi oleh Pasirgaok Fish Farm sebesar 17.55 persen agar bisnis tetap layak dijalankan. Besaran persentase penurunan produksi benih skenario II lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm dan kedua skenario pengembangan usaha lainnya. Oleh sebab itu, Pasirgaok Fish Farm dapat menerapkan sistem corong resirkulasi selama proses inkubasi telur agar derajat penetasan telur meningkat dan melakukan proses pembenihan ikan patin siam secara benar untuk mencapai produksi benih di atas 18 022 746 ekor per tahun.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian analisis kelayakan pengembangan usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan pada analisis aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek lingkungan) pengembangan usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm layak dijalankan. Aspek hukum belum layak karena Izin Usaha Perikanan belum dimiliki. 2. Berdasarkan analisis kelayakan aspek finansial intensifikasi usaha pembenihan ikan patin siam dengan sistem corong resirkulasi pada Pasirgaok Fish Farm (skenario II) lebih layak dijalankan dibandingkan dengan ketiga skenario lainnya. Hal ini dibuktikan oleh hasil penilaian kelayakan kriteria investasi, yakni nilai NPV setiap benih ikan patin siam yang dihasilkan, Net B/C, dan IRR lebih tinggi dibandingkan dengan skenario lainnya, serta waktu pengembalian modal lebih cepat. 3. Hasil analisis sensitivitas penurunan produksi benih ikan patin siam akibat risiko produksi pada kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm mengakibatkan bisnis tidak layak dijalankan. Penerapan sistem corong resirkulasi dapat
99 mengurangi risiko produksi karena adanya peningkatan derajat penetasan yang menyebabkan batas maksimum penurunan produksi benih yang dapat ditoleransi oleh Pasirgaok Fish Farm sebesar 17.55 persen lebih tinggi dibandingkan dengan skenario lainnya. Di samping itu, kenaikan harga pakan benih (cacing sutera) sebesar 58 persen terhadap hasil kelayakan skenario II masih layak dijalankan, sedangkan skenario lainnya tidak layak dijalankan akibat waktu pengembalian modal melebihi umur bisnis. Saran 1. Pasirgaok Fish Farm segera mengurus Izin Usaha Perikanan dan melengkapi seluruh persyaratan ke dinas terkait. 2. Intensifikasi usaha pembenihan ikan patin siam dengan sistem corong resirkulasi dapat mengurangi risiko produksi benih pada kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm akibat derajat penetasan telur meningkat, sehingga peningkatan produksi larva dapat memaksimum padat penebaran larva per akuarium dan meningkatkan produksi benih untuk memenuhi kelebihan permintaan benih sebesar 48.6 persen per tahun di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. 3. Pasirgaok Fish Farm perlu menjalin kerjasama dengan 3 orang pemasok cacing sutera saat menerapkan sistem corong resirkulasi agar pasokan cacing sutera tersedia setiap waktu dan harga stabil setiap musim. Hal ini disebabkan terjadi peningkatan produksi benih ikan patin siam sebesar 69 persen dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm dan dapat meningkatkan kebutuhan cacing sutera sebesar 34 persen per tahun.
DAFTAR PUSTAKA [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia. Jakarta (ID): Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. [BPPI] Balai Penelitian Pemuliaan Ikan. 2013 a. Teknik pendederan ikan patin pendederan I (secara indoor). [BPPI] Balai Penelitian Pemuliaan Ikan. 2013 b. Pemijahan Buatan Ikan Patin Siam. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Harga Produsen Pertanian Subsektor Peternakan dan Perikanan 2013. Jakarta (ID): BPS. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2000a. Benih ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) kelas benih sebar. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2000b. Induk ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) kelas induk pokok. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2000c. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) kelas benih sebar. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2002 d. Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) bagian 5: produksi kelas pembesaran di kolam.
100 [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2009 e. Ikan patin jambal (Pangasius djambal)-bagian 1: induk kelas induk pokok (Parent stock). [BPBAT Cijengkol] Balai Pengembangan Perikanan Air Tawar. 2013. Profil BPBAT Cijengkol Subang. Bandung (ID): Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat. [Disnakan Kabupaten Bogor] Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2012. Buku Data Perikanan. Bogor (ID): Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. [DJPB] Direktorat Jenderal dan Perikanan Budidaya. 2008 a. Pedoman Cara Pembenihan Ikan yang Baik. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal dan Perikanan Budidaya. [DJPB] Direktorat Jenderal dan Perikanan Budidaya. 2012 b. Data Produksi Perbenihan Perikanan Budidaya 2011. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal dan Perikanan Budidaya. [DJPB] Direktorat Jenderal dan Perikanan Budidaya. 2012 c. Profil Perbenihan Skala Kecil. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal dan Perikanan Budidaya. [DJPB] Direktorat Jenderal dan Perikanan Budidaya. 2013d. Buku Data Produksi Perbenihan Tahun 2012. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal dan Perikanan Budidaya. [DJPB] Direktorat Jenderal dan Perikanan Budidaya. 2013 e. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instasi Pemerintah Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Tahun 2013. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal dan Perikanan Budidaya. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012 a. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2011. Jakarta (ID): Kementerian Kelautan dan Perikanan. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013b. Buku Statistik Kelautan dan Perikanan 2012. Jakarta (ID): Kementerian Kelautan dan Perikanan. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013 c. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2012. Jakarta (ID): Kementerian Kelautan dan Perikanan. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013d. Pengembangan Kawasan Minapolitan. Jakarta (ID): Kementerian Kelautan dan Perikanan. Afrianto E, Liviawaty E. 1988. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Ed ke-1. Ariyanto D, Tahapari E, Gunadi B. 2008. Optimasi padat penebaran larva ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) pada pemeliharaan sistem intensif. J Perikanan. X (2): 158-166. Armayuni. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin (Pangasius spp) (Studi Kasus: Number One Fish Farm, Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Darmawan J, Tahapari E. 2013. Produksi massal benih ikan patin pasupati dalam menunjang industrialisasi perikanan: “peluang ekspor ikan patin daging putih” di Palembang, Sumatera Selatan. Di dalam: Basuki PI, Suprapti, Yulianti D, editor. Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013; 2013 Jun 11-13; Mataram, Indonesia. Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. hlm 57-65.
101 Dwirosyadha GA. 2008. Analisis Finansial Penggunaan Lampu Petromak Sebagai Pemanas pada Budidaya Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm di Desa Cibitung Tengah, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hadie W, Hafsaridewi R, Lusiastuti AM. 2011. Upaya tata kelola Unit Pembenihan Rakyat (UPR) ikan patin untuk peningkatan produksi benih: suatu studi kasus di Kabupaten Bogor. Di dalam: Basuki PI, Suprapti, Yulianti D, Suyatno, Puspa E, editor. Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 Jilid 2; 2011 Jul 19-21; Denpasar, Indonesia. Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. hlm 171-179. Hamid MA, Wahyu BW, Rangga W, Lubis RA, Fusurawa A. 2009. Analisis efektivitas managemen induk dan pembenihan ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) di BBAT Jambi. J Akuakultur Indonesia. 8 (1): 29-35. Husnan S, Suwarsono. 2007. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta (ID): UPP AMP YKPN. Ed ke-3. Ibrahim Y. 1997. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Ed ke-2. Iswanto B, Tahapari E. 2010. Derajat fertilisasi, penetasan dan deformitas larva patin hasil hibridisasi antara betina patin siam (Pangasianodon hypophthalmus) dengan jantan patin nasutus (Pangasius nasutus). Di dalam: Husni A, Suadi, Istiqomah I, editor. Seminar Nasional Tahunan VII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2010; 2010 Jul 24; Yogyakarta, Indonesia. Yogyakarta (ID): Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. hlm GN 15. Jumingan. 2009. Studi Kelayakan Bisnis: Teori dan Pembuatan Proposal Kelayakan. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Ed ke-1. Kantor Desa Pasirgaok. 2013. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Tahun Anggaran Tahun 2013. Kasmir, Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Kencana. Ed ke-2. Khairuman, Sudenda D. 2009. Budi Daya Patin secara Intensif. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Kotler P, Armstrong G. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga. Ed ke-12. Lesmana DS. 2002. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Ed ke-2. Mahyuddin K. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Depok (ID): Penebar Swadaya. Manantung VO, Sinjal HJ, Monijung R. 2013. Evaluasi kualitas, kuantitas telur, dan larva ikan patin siam (Pangasianodon hyphopthalmus) dengan penambahan ovaprim dosis berbeda. J Budidaya Perairan. 1 (3): 14-23. Najmiyati E, Lisyastuti E, Hedianto YE. 2006. Biopotensi kelenjar hipofisis ikan patin (Pangasius pangasius) setelah penyimpanan kering selama 0, 1, 2, 3, dan 4 bulan. J Tek.Ling. 7(3): 311-316. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis FEM-IPB. Rahmawati R. 2011. Evaluasi Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin pada Alma Fish Farm di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
102 Slembrouck J, Komarudin O, Maskur, Legendre M. 2005. Petunjuk Teknis Pembenihan Ikan Patin Indonesia, Pangasius djambal. Jakarta (ID): Karya Pratama. Subagyo A. 2007. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. Suryaningrum TD, Muljanah I, Tahapari E. 2010. Profil sensori dan nilai gizi beberapa jenis ikan patin dan hibrid nasutus. J Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. 5(2): 153-164. Tahapari E, Iswanto B, Sularto. 2011. Keragaan reproduksi ikan patin nasutus (Pangasius nasutus Bleeker,1863) sebagai kandidat ikan budidaya. J Riset Akuakultur. 6 (1): 17-30. TROBOS Aqua. 2012a. Percepatan Pasok Pasar Fillet Patin Domestik. Jakarta (ID): TROBOSAqua. Ed ke-5. TROBOS Aqua. 2013b. Menyambut Peluang. Jakarta (ID): TROBOS Aqua. Ed ke-15. Umar H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Ed ke-2. Waspada AJ. 2012. Performans reproduktif ikan patin siam (Pangasius hyphopthalmus) dalam merespons tingkat penambahan tepung kroto pada formulasi pakan berbasis bahan baku lokal. IJAS. 2(2): 47-53. Zelvina O. 2009. Analisis pendapatan usaha pembenihan dan pemasaran benih ikan patin di Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
103 Lampiran 1 Skema proses pembenihan ikan patin siam dengan teknik inkubasi telur dalam akuarium Manajemen Induk
Persiapan Pemijahan Buatan
Sterilisasi hatchery dan peralatan pemijahan
Seleksi Induk
Pemberokan
Pemijahan Buatan
Penyuntikan Hormon Induk Betina
Inkubasi Induk I dan Inkubasi Induk II
Stripping dan Pembuahan Buatan Sistem Kering
Penetasan Telur
Teknik Inkubasi Telur dalam Air Menggenang dan Panen Larva
Penebaran Telur dalam Akuarium
Pemeliharaan Larva
Manajemen Pakan
Manajemen Air
Pemanenan dan Sortasi Benih
104 Lampiran 2 Skema proses pembenihan ikan patin siam dengan sistem corong resirkulasi Manajemen Induk
Persiapan Pemijahan Buatan
Sterilisasi hatchery, Unit Penetasan Telur, dan Peralatan Pemijahan
Pemberokan
Seleksi Induk
Pemijahan Buatan
Penyuntikan Hormon Induk Betina dan Induk Jantan
Inkubasi Induk I dan Inkubasi Induk II
Stripping dan Pembuahan Buatan Sistem Basah
Penetasan Telur
Teknik Inkubasi Telur dalam Corong Resirkulasi dan Panen Larva
Penebaran Telur dalam Corong
Pemeliharaan Larva
Manajemen Pakan
Manajemen Air
Pemanenan dan Sortasi Benih
Area non pembenihan ikan patin siam Area pembenihan ikan patin siam Lahan tidak terpakai Total luas lahan
Uraian
Rincian luas lahan skenario I dan skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Skenario I 1 196 1 360 5 124 7 680
Luas (m2)
Lampiran 3 Layout usaha pembenihan ikan patin siam skenario I dan skenario II pada Pasirgaok Fish Farm
Skenario II 1 196 1 435 5 049 7 680 105
Luas area pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm Kode Keterangan A1- O Area pembenihan ikan patin siam F Unit penetasan telur Total luas area pembenihan ikan patin siam
111
Ukuran 8.8 m x 8.5 m
Lanjutan Lampiran 3 Rincian luas area fasilitas bangunan pembenihan ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm Kode Keterangan Ukuran A1 Kolam induk I 16 m x 14.5 m x 1.5 m A2 Kolam induk II 17 m x 5.5 m x 1.5 m A3 Kolam induk III 16 m x 7.5 m x 1.5 m B Kolam pemberokan 6 m x 3.12 m x 0.5 m C Area stripping hatchery ke-1, sortir 6.1 m x 5.2 m x 2.5 m D Area stripping hatchery ke-2, cuci cacing 3 m x 10 m x 2.5 m E1 Hatchery ke-1 23 m x 7 m x 2.5 m E2 Hatchery ke-2 17 m x 10 m x 2.5 m G Sumur gali 4mx3mx4m H Sumur bor 1 m x 1 m kedalaman= 40 m I Tandon air 4 m x 4 m x 1.5 m J Kolam treatment air 8.3 m x 2.8 m x 2.5 m K Area penetasan Artemia 23 m x 1.8 m x 2.5 m L Kolam penyimpanan cacing 2.5 m x 1.8 m x 0.3 m M Area pengepakan 7mx3mx3 m N Area parkir dan penyimpanan drum 13 m x 4 m O Mess pegawai 17.4 m x 12 m x 3 m Area pembuangan sampah dan pipa air Total luas area pembenihan ikan patin siam
Luas (m2) 1 360 74.8 1 435
Luas (m2) 232 96 120 19 32 30 161 170 12 1 16 23 41 5 21 52 209 120 1 360
106
6
Lampiran 4 Layout unit penetasan telur
5
1
4
2
3
107
Rincian luas lahan skenario III pada Pasirgaok Fish Farm Uraian Area non pembenihan ikan patin siam Area pembenihan ikan patin siam Total luas lahan
Lampiran 5 Layout usaha pembenihan ikan patin siam skenario III pada Pasirgaok Fish Farm
Luas (m2) 1 196 6 484 7 680
108
Keterangan
Kolam induk I Kolam induk II Kolam induk III Kolam induk IV Kolam induk V Kolam pemberokan Area stripping hatchery ke-1, sortir, etalase obat Area stripping hatchery ke-2, cuci cacing Area stripping hatchery ke-3, cuci cacing Area stripping hatchery ke-4 dan hatchery ke-6, sortir, pengepakan Area stripping hatchery ke-5, cuci cacing Hatchery ke-1, hatchery ke-3, hatchery ke-5 Hatchery ke-2, hatchery ke-4, hatchery ke-6 Sumur gali Sumur bor Tandon air Kolam treatment air Area penetasan Artemia hatchery ke-1 dan hatchery ke-2 Area penetasan Artemia hatchery ke-3, hatchery ke-4, hatchery ke5, dan hatchery ke-6 N1, N2, N3 Kolam penyimpanan cacing O Area pengepakan hatchery ke-1 dan hatchery ke-2 P1 Area parkir pick up dan penyimpanan drum P2 Area parkir pick up dan penyimpanan drum Q Mess pegawai Lain-lain Total luas area pembenihan ikan patin siam
Kode A1 A2 A3 A4 A5 B1, B2, B3 C D E F G H1, H3, H5 H2, H4, H6 I1, I2, I3 J1, J2, J3 K1, K2, K3 L1, L2, L3 M1 M2, M3 2 3 1 1 1 1
2.5 m x 1.8 m x 0.3 m 7mx3mx3m 13 m x 4 m 10 m x 7 m 17.4 m x 12 m x 3 m
Jumlah (unit) 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 6 m x 2 m x x 2.5 m
Ukuran 16 m x 14.5 m x 1.5 m 14 m x 14 m x 1.5 m 14 m x 14 m x 1.5 m 36 m x 18 m x 1.5 m 6 m x 3.12 m x 0.5 m 6.1 m x 5.2 m x 2.5 m 3 m x 10 m x 2.5 m 3.5 m x 17 m x 2.5 m 23 m x 10 m x 2.5 m 3.5 m x 17 m x 2.5 m 23 m x 7 m x 2.5 m 17 m x 10 m x 2.5 m 4 m x 3 m x4 m 1mx1m 4 m x 4 m x 1.5 m 8.3 m x 2.8 m x 2.5 m 23 m x 1.8 m x 2.5 m
Lanjutan Lampiran 5 Rincian luas area fasilitas bangunan pembenihan ikan patin siam skenario III pada Pasirgaok Fish Farm
14 21 52 70 209 3 101 6 484
24
Luas (m2) 232 60 196 196 648 57 32 30 60 230 60 483 510 36 3 48 70 42
109
Rincian luas lahan skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm Uraian Area non pembenihan ikan patin siam Area pembenihan ikan patin siam Lahan tidak terpakai Total luas lahan
Lampiran 6 Layout usaha pembenihan ikan patin siam skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm
Luas (m2) 1 196 5 830 654 7 680
110
Keterangan
Kolam induk I Kolam induk II Kolam induk III Kolam pemberokan Area stripping hatchery ke-1, sortir, etalase obat Area stripping hatchery ke-2, cuci cacing Area stripping hatchery ke-3, cuci cacing Area stripping hatchery ke-4, etalase obat, sortir, pengepakan Hatchery ke-1, hatchery ke-3 Hatchery ke-2, hatchery ke-4 Unit penetasan telur Sumur gali Sumur bor Tandon air Kolam treatment air Area penetasan Artemia hatchery ke-1 dan hatchery ke-2 Area penetasan Artemia hatchery ke-3, hatchery ke-4 Kolam penyimpanan cacing Area pengepakan hatchery ke-1 dan hatchery ke-2 Area parkir pick up dan penyimpanan drum Area parkir pick up dan penyimpanan drum Mess pegawai Lain-lain Total luas area pembenihan ikan patin siam
Kode A1 A2 A3 B1, B2 C D E F G1, G3 G2, G4 H1, H2 I1, I2 J1, J2 K1, K2 L1, L2 M1 M2 N1, N2 O P1 P2 Q
Ukuran Jumlah (unit) 16 m x 14.5 m x 1.5 m 1 14 m x 14 m x 1.5 m 1 36 m x 18 m x 1.5 m 1 6 m x 3.12 m x 0.5 m 2 6.1 m x 5.2 m x 2.5 m 1 3 m x 10 m x 2.5 m 1 3.5 m x 17 m x 2.5 m 1 24.8 m x 6,5 m x 2.5 m 1 23 m x 7 m x 2.5 m 2 17 m x 10 m x 2.5 m 2 8.8 m x 8.8 m 2 4 m x 3 m x4 m 2 1mx1m 2 4 m x 4 m 1.5 m 2 8.3 m x 2.8 m x 2.5 m 2 23 m x 1.8 m x 2.5 m 1 6 m x 2 m x x 2.5 m 1 2.5 m x 1.8 m x 0.3 m 2 7mx3mx3m 1 13 m x 4 m 1 10 m x 7 m 1 17.4 m x 12 m x 3 m 1
Lanjutan Lampiran 6 Rincian luas area fasilitas bangunan pembenihan ikan patin siam skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm Luas (m2) 232 196 648 38 32 30 60 161 322 340 150 24 2 32 47 42 12 9 21 52 70 209 3 101 5 830
111
112 Lampiran 7 Hasil analisis aspek teknis usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm Kriteria Indikator kelayakan Keterangan Sumber kelayakan Bebas kebisingan dan bebas banjir. Distribusi ke Lampung, Bogor, 1).Lokasi Riau, Palembang, Jambi, Banten, usaha Purwakarta, dan Tulungagung. (letak pasar Pasokan air tersedia. dituju; ketersediaan Input produksi dari Bogor, Depok, Mahyuddin air, listrik, Layak Jakarta, dan Subang. (2010) bahan Tenaga kerja dari Bogor dan baku,tenaga Subang. kerja; iklim; Ketinggian lokasi usaha 300 m dpl fasilitas dan suhu 28 0C-32 0C. transportasi) Tranportasi dengan mobil pick up, pesawat, dan sepeda motor. Produksi per bulan (musim hujan) Skenario I= 1 627 00 ekor benih Skenario II= 2 745 000 ekor benih 2).Skala usaha Skenario III= 9 762 000 ekor benih Layak Skenario IV= 5 490 000 ekor benih Produksi menurun 44 persen (musim kemarau). Kadar protein pakan induk 31%BSN (2000) 33%. Mahyuddin Kualitas air kolam treatment (2010),Lesmana Kualitas kolam induk. (2002), BPPI (2013) 3). Proses pembenihan Mahyuddin Proses pembenihan ikan patin siam Layak ikan patin siam urut berdasarkan proses produksi (2010), Iswanto dan Tahapari dan sesuai prosedur umum. (2010), BPPI (2013) Survival rate sebesar 50 persen (musim kemarau) dan 45 persen (musim hujan). Letak fasilitas bangunan dan 4). Layout Layak peralatan sesuai fungsi dan urutan pembenihan ikan patin siam. Skenario I dan skenario III dengan metode pembuahan kering dan teknik inkubasi telur di akuarium. Mahyuddin (2010), BPPI 5).Pemilihan Skenario II dan skenario IV. Layak (2013) jenis teknologi dengan metode pembuahan basah dan teknik inkubasi telur dengan sistem corong resirkulasi. Rekayasa air di kolam treatment.
Hari ke17 18 19
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 20 21 22 23 a1 a1 a2 a2 a3 a3 b1 b1 b2 b2 b3 b3 b4 b4 b5 b5 c1 c1 c2 c2 c3 c3 c4 c4 d1 d1 d2 d2 d3 d3 d3 d3 d3 d3 d3 d3 d3 d3 d3 d3 d3 d4 d4 d5 d5 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d7 d7
Hatchery ke-2
Keterangan: Hatchery ke-1
d.
c.
b.
a
Ket.
Lampiran 8 Jadwal kegiatan produksi benih ikan patin siam per siklus skenario I dan skenario II setiap bulan
d3
d3
25 26 27 28 29 30
d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d7 d7 d7 d7
d3
24
113
1
a1
3
c3 c4
c2
a1
d1
b5
b4
5
Hatchery ke-4
b5 c1 c2
b2 b3
4
Hatchery ke-2
c1
b3 b4
a2 a3 b1
a1
Hatchery ke-3
a2 a3 b1 b2
2
Hatchery ke-1
Keterangan:
d.
c.
b.
a
Ket.
c3
d2
c4
b2
a2 a3 b1
6
7
c1
b3 b4
a2 a3 b1
d1
a1
b5 c1 c2
b3
c3
d3 d4
d2
b2
Hari ke8
b4
d1 d3
c4
c2
b5
9
c4 d2 d3 d4 d5
c3
10
Lampiran 9 Jadwal kegiatan produksi benih ikan patin siam per siklus skenario III setiap bulan
d3
d1
11
13
d2 d3 d3 d3 d3 d4 d5 d6 d6 d6
12
d3 d3 d4 d5 d6 d6
14
114
16
d3 d3
17
d3 d3
18
d3 d3
Hari ke19
d3
20
d3 d3
21
d3 d3
22
d6 d7
d3
d6 d7
d6
Hatchery ke-4
d6
Hatchery ke-2
d6 d7
Hatchery ke-3
d6
d3
24
Hatchery ke-1
d6
23
d6
d6 d7
d3
d6
d3
25
d6
Hari ke-
d6 d7
d3
26
d6 d7
d6 d7
27
d6
d6
d3
28
d6
d6 d7
d3
29
d5 d5 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d7 d7 d7
d3 d3 d3 d3
15
Keterangan:
d.
Ket.
d.
Ket.
Lanjutan Lampiran 9
d7
30
d6
115
1
a1
3 a1
a1
Hatchery ke-5
Hatchery ke-6
Hatchery ke-2
Hatchery ke-3
a2 a3 b1
5 a2 a3 b1
6
7
a1 a2 a3 b1 b2 b2 b2 b3 b3 b3 b3 b4 b4 b4 b5 b5 b5 b5 c1 c1 c1 c1 c2 c2 c2 c2 c3 c3 c3 c4 c4 c4 d1 d1 d2
a2 a3 b1
4
Hatchery ke-4
c1
a1 a1 a2 a2 a3 a3 b1 b1 b2 b2 b3 b4
2
Hatchery ke-1
Keterangan:
d.
c.
b.
a
Ket. 10
11
12
13
14
b2 b3 b4 b4 b5 b5 c1 c2 c2 c3 c3 c3 c4 c4 c4 d1 d1 d1 d1 d2 d2 d2 d2 d2 d3 d3 d3 d3 d3 d3 d3 d3 d3 d3 d3 d3 d3 d3 d3 d4 d4 d4 d4 d4 d4 d5 d5 d5 d5 d5 d6 d6 d6 d6 d6 d6
Hari ke8 9
Lampiran 10 Jadwal kegiatan produksi benih ikan patin siam per siklus skenario IV setiap bulan
116
d3 d3 d3
16
d3 d3 d3
17
d3 d3 d3
18
d3 d3 d3
Hari ke19
d3 d3
20
d3 d3 d3
21
d3 d3 d3
22
d3 d3
24
d3 d3
25
d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d7 d7 d7 d7 d7 d7
d3
23
Hatchery ke-4
Hatchery ke-5
Hatchery ke-6
Hatchery ke-1
Hatchery ke-2
Hatchery ke-3
d6 d6 d6 d6 d7 d7
d3 d3
26
27
d6 d6 d6 d7 d7
d3
Hari ke-
d6 d6 d7
d3
28
d6 d7
d3
29
d7
30
d5 d5 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d6 d7 d7 d7 d7 d7
d3 d3 d3
15
Keterangan:
d.
Ket.
d.
Ket.
Lanjutan Lampiran 10
117
118 Lanjutan Lampiran 8 hingga Lampiran 10 Jadwal kegiatan pembenihan ikan patin siam skenario I dan Skenario III A. Persiapan pemijahan a1 = Pengisian kolam treatment air, sterilisasi hatchery dan peralatan pemijahan a2 = Seleksi induk dan penimbangan (08.00-11.00) a3 = Pemberokan selama 6 jam (11.00-17.00) B. Pemijahan buatan b1 = Penyuntikan pertama (17.00-18.00) b2 = Inkubasi pertama selama 24 jam (18.00-18.00) b3 = Penyuntikan hormon kedua (18.00-20.00) b4 = Inkubasi kedua selama 10 jam (20.00-06.00) b5 = Stripping dan fertilisasi buatan (06.00-10.00) C. Penetasan telur c1 = Pengisian akuarium unttuk inkubasi telur dan mengoperasikan sistem aerasi. c2 = Penebaran telur (06.00-10.00) c3 = Penetasan telur selama 24 jam (10.00-10.00) c4 = Panen larva (10.00-12.00) D. Pemeliharaan larva menjadi benih ukuran ¾ inci di akuarium d1 = Kultur Artemia selama 24 jam setiap jam selama 2 hari d2 = Umpan Artemia setiap 1 jam sekali d3 = Ganti air (volume 500 l/ akuarium), cek suhu dan pH air, serta pengobatan d4 = Umpan cacing dan penyifonan setiap 2 jam sekali d5 = Umpan cacing dan penyifonan setiap 3 jam sekali d6 = Umpan cacing dan penyifonan setiap 4 jam sekali d7 = Sortasi, panen, dan pengepakan benih ukuran 3/4 inci Jadwal kegiatan pembenihan ikan patin siam skenario II dan Skenario IV A. Persiapan pemijahan a1 = Pengisian kolam treatment, sterilisasi hatchery, peralatan, dan bahan filter a2 = Seleksi induk dan penimbangan (08.00-11.00) a3 = Pemberokan selama 6 jam (11.00-17.00) B. Pemijahan buatan b1 = Penyuntikan pertama (17.00-18.00) b2 = Inkubasi pertama selama 24 jam (18.00-18.00) b3 = Penyuntikan hormon kedua (18.00-20.00) b4 = Inkubasi kedua selama 10 jam (20.00-06.00) b5 = Stripping dan fertilisasi buatan (06.00-10.00) C. Penetasan telur c1 = Sterilisasi unit penetasan telur dan mengoperasikan sistem resirkulasi. c2 = Penebaran telur (06.00-10.00) c3 = Penetasan telur selama 24 jam (10.00-10.00) c4 = Panen larva (10.00-12.00) D. Pemeliharaan larva menjadi benih ukuran ¾ inci di akuarium d1 = Kultur Artemia selama 24 jam setiap jam selama 2 hari d2 = Umpan Artemia setiap 1 jam sekali d3 = Ganti air (volume 500 l/ akuarium), cek suhu dan pH air, serta pengobatan d4 = Umpan cacing dan penyifonan setiap 2 jam sekali d5 = Umpan cacing dan penyifonan setiap 3 jam sekali d6 = Umpan cacing dan penyifonan setiap 4 jam sekali d7 = Sortasi, panen, dan pengepakan benih ukuran 3/4 inci
Lahan Fasilitas bangunan Mess pegawai Kolam induk Sumur bor Sumur gali Tandon air Kolam treatment air Bangunan H1 Bangunan H2 Kolam pemberokan Kolam penyimpanan cacing Tempat penetasan Artemia Akuarium H1 Akuarium H2 Pagar Peralatan mesin Pompa Shimizu PC-375 BIT Pompa Shimizu PC-250 BIT Pompa Tsurumi HS2.4S Pompa Resun SP-9600 Pompa Wasser WD-80E Blower Jebo P-70 Blower Resun GF-250 Blower Resun GF-370 Blower Resun LP-20 Genset Loncin 3500 DDC
Komponen investasi
1 360
1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 40 45 1
1 1 1 1 1 2 1 1 1 1
m²
unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit
unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit
1 945 000 2 080 000 2 100 000 760 000 462 500 645 000 1 500 000 1 900 000 350 000 5 380 000
85 592 000 7 900 000 5 000 000 1 000 000 4 000 000 13 023 000 88 146 800 97 517 000 4 500 000 219 000 119 000 1 500 000 1 500 000 10 000 000
41 700
Jumlah Harga per Satuan fisik satuan (Rp)
1 945 000 2 080 000 2 100 000 760 000 462 500 1 290 000 1 500 000 1 900 000 350 000 5 380 000
85 592 000 7 900 000 10 000 000 1 000 000 4 000 000 13 023 000 88 146 800 97 517 000 4 500 000 219 000 119 000 60 000 000 67 500 000 10 000 000
56 712 000
Nilai beli (Rp)
2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014
2 012 2 012 2 012 2 013 2 012 2 012 2 012 2 013 2 013 2 013 2 012 2 012 2 013 2 013
2 009
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
-
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
8 8 8 9 8 8 8 9 9 9 8 8 9 9
-
Umur Sisa Tahun Ekonomis umur beli (Tahun) saat ini
233 400 249 600 252 000 91 200 55 500 154 800 180 000 228 000 42 000 645 600
6 847 360 632 000 800 000 81 000 320 000 1 041 840 7 051 744 7 898 877 364 500 17 739 9 520 4 800 000 5 467 500 810 000
Nilai Penyusutan per Tahun (Rp) -
778 000 832 000 840 000 304 000 185 000 516 000 600 000 760 000 140 000 2 152 000
90 000 8 776 530 405 000 19 710 6 075 000 900 000
56 712 000
Nilai sisa (Tahun)
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
-
-
1 945 000 2 080 000 2 100 000 760 000 462 500 1 290 000 1 500 000 1 900 000 350 000 5 380 000
-
1 945 000 2 080 000 2 100 000 760 000 462 500 1 290 000 1 500 000 1 900 000 350 000 5 380 000
68 473 600 6 320 000 8 000 000 900 000 3 200 000 10 418 400 70 517 440 87 765 300 4 050 000 197 100 95 200 48 000 000 60 750 000 9 000 000
56 712 000
Biaya Reinvestasi Harga pada reinvestasi Tahun Ketahun 2014 (Rp) (Rp)
Lampiran 11 Rincian biaya investasi, penyusutan, nilai sisa, reinvestasi usaha pembenihan ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm
119
Diesel Motor Mobil pick up Peralatan penunjang Etalase Tabung LPG Tabung oksigen Tabung oksigen kecil Mikroskop Lampu Tabung filtrasi Pentair Selang air Termometer Anymetre Kompor gas+selang Termometer Hygrometre Ember bekas cat Wadah penetasan Artemia Instalasi aerasi Waring hijau Timbangan gantung Kolam fiber bulat Ember grading Papan alas Pisau Alat pengasah Corong sifon Terpal Drum plastik Kain nilon induk Sprayer besar Sprayer kecil
Lanjutan Lampiran 11
unit unit unit unit unit unit unit m unit set unit unit unit set m unit unit unit unit unit unit unit unit unit m² unit unit
unit unit unit
1 20 2 1 1 50 1 40 2 20 2 20 2 1 100 1 2 4 2 2 2 6 2 8 3 1 1
1 700 000 116 000 1 200 000 1 700 000 1 200 000 38 000 1 000 000 19 000 85 000 150 000 120 000 25 000 50 000 1 578 000 4 500 300 000 2 300 000 25 000 10 000 25 000 10 000 6 000 1 200 000 225 000 50 000 150 000 100 000
1 700 000 2 320 000 2 400 000 1 700 000 1 200 000 1 900 000 1 000 000 760 000 170 000 3 000 000 240 000 500 000 100 000 1 578 000 450 000 300 000 4 600 000 100 000 20 000 50 000 20 000 36 000 2 400 000 1 800 000 144 000 150 000 100 000
1 2 500 000 2 500 000 1 14 000 000 14 000 000 1 140 000 000 140 000 000 2 014 2 014 2 014 2 014 2 012 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014
2 014 2 012 2 013 10 10 10 10 10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 10 10 10 10 10 10 8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 8 9 136 000 185 600 192 000 136 000 96 000 228 000 120 000 91 200 20 400 360 000 28 800 60 000 12 000 189 360 54 000 36 000 552 000 12 000 2 400 6 000 2 400 4 320 288 000 216 000 17 280 18 000 12 000
300 000 1 120 000 11 340 000 340 000 464 000 480 000 340 000 760 000 400 000 304 000 68 000 1 200 000 96 000 200 000 40 000 631 200 180 000 120 000 1 840 000 40 000 8 000 20 000 8 000 14 400 960 000 720 000 57 600 60 000 40 000
1 000 000 12 600 000 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
6 1 900 000 1 000 000 760 000 170 000 3 000 000 240 000 500 000 100 000 1 578 000 450 000 300 000 4 600 000 100 000 20 000 50 000 20 000 36 000 2 400 000 1 800 000 144 000 150 000 100 000
2 500 000 -
1 700 000 2 320 000 2 400 000 1 700 000 960 000 1 900 000 1 000 000 760 000 170 000 3 000 000 240 000 500 000 100 000 1 578 000 450 000 300 000 4 600 000 100 000 20 000 50 000 20 000 36 000 2 400 000 1 800 000 144 000 150 000 100 000
2 500 000 11 200 000 126 000 000
120
H2=
Hatchery ke-2
Keterangan: H1= Hatchery ke-1
Termometer alkohol Ember kecil Wajan stainless Gelas ukur Gayung Centong plastik Waring hitam Waring biru/ anco Seser kasar Scoopnet Saringan cacing Alat penyifon Sponge Handuk Kalkulator CCTV dan komputer Induk jantan Induk betina Total biaya
Lanjutan Lampiran 11
unit unit unit unit unit unit m² kg unit unit unit unit unit unit unit set kg kg
20 2 2 1 2 5 100 5 4 10 2 4 89 2 1 1 375 900
15 000 15 000 25 000 22 000 7 500 5 000 4 500 25 000 10 000 7 500 75 000 2 000 1 000 25 000 25 000 3 200 000 60 000 60 000
300 000 30 000 50 000 22 000 15 000 25 000 924 000 125 000 40 000 75 000 150 000 8 000 89 000 50 000 25 000 3 200 000 22 500 000 54 000 000 790 862 300
2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014
2 2 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 5 3 4
2 2 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 5 3 4
150 000 15 000 25 000 4 400 7 500 12 500 462 000 62 500 20 000 37 500 75 000 4 000 44 500 25 000 3 000 384 000 5 000 000 13 500 000 73 941 840
10 000 1 280 000 7 500 000 111 866 440
3,5,7 3,5,7 3,5,7 6 3,5,7 3,5,7 3,5,7 3,5,7 3,5,7 3,5,7 3,5,7 3,5,7 3,5,7 3,5,7 6 6 4, 7 5
900 000 90 000 150 000 22 000 45 000 75 000 2 772 000 375 000 120 000 225 000 450 000 24 000 267 000 150 000 25 000 3 200 000 45 000 000 54 000 000 147 575 500
300 000 30 000 50 000 22 000 15 000 25 000 924 000 125 000 40 000 75 000 150 000 8 000 89 000 50 000 25 000 3 200 000 22 500 000 54 000 000 701 992 540
121
PENERIMAAN Penjualan benih Penjualan induk afkir TOTAL PENERIMAAN BIAYA VARIABEL Pakan induk Artemia Cacing sutera Plastik Karet Isi ulang oksigen Ovaprim Chorulon NaCl Obat Methylene Blue Obat Elbayou Obat Supertetra Obat Mr. Fish Probio Garam ikan Kapur tohor Vitamin Gaji manajer Gaji pegawai Listrik farm TOTAL BIAYA VARIABEL LABA KOTOR BIAYA TETAP Obat Unides Obat Formalin
URAIAN 856 620 000 856 620 000 18 972 000 21 760 000 82 716 500 12 030 000 2 572 500 3 400 000 9 900 000 31 625 000 255 000 97 500 8 385 000 810 000 720 000 3 230 000 150 000 864 000 191 649 250 85 662 000 5 100 000 479 898 750 376 721 250 45 000 220 000
856 620 000
18 972 000 21 760 000 82 716 500 12 030 000 2 572 500 3 400 000 9 900 000 31 625 000 255 000 97 500 8 385 000 810 000 720 000 3 230 000 150 000 864 000 191 649 250 85 662 000 5 100 000 479 898 750 376 721 250
45 000 220 000
2
856 620 000
1
45 000 220 000
18 972 000 21 760 000 82 716 500 12 030 000 2 572 500 3 400 000 9 900 000 31 625 000 255 000 97 500 8 385 000 810 000 720 000 3 230 000 150 000 864 000 191 649 250 85 662 000 5 100 000 479 898 750 386 171 250
856 620 000 9 450 000 866 070 000
3
45 000 220 000
18 972 000 21 760 000 82 716 500 12 030 000 2 572 500 3 400 000 9 900 000 31 625 000 255 000 97 500 8 385 000 810 000 720 000 3 230 000 150 000 864 000 191 649 250 85 662 000 5 100 000 479 898 750 394 921 250
856 620 000 18 200 000 874 820 000
4
5
45 000 220 000
18 972 000 21 760 000 82 716 500 12 030 000 2 572 500 3 400 000 9 900 000 31 625 000 255 000 97 500 8 385 000 810 000 720 000 3 230 000 150 000 864 000 191 649 250 85 662 000 5 100 000 479 898 750 376 721 250
856 620 000
856 620 000
TAHUN
Lampiran 12 Laporan laba rugi usaha pembenihan ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm
45 000 220 000
18 972 000 21 760 000 82 716 500 12 030 000 2 572 500 3 400 000 9 900 000 31 625 000 255 000 97 500 8 385 000 810 000 720 000 3 230 000 150 000 864 000 191 649 250 85 662 000 5 100 000 479 898 750 386 171 250
856 620 000 9 450 000 866 070 000
6
45 000 220 000
18 972 000 21 760 000 82 716 500 12 030 000 2 572 500 3 400 000 9 900 000 31 625 000 255 000 97 500 8 385 000 810 000 720 000 3 230 000 150 000 864 000 191 649 250 85 662 000 5 100 000 479 898 750 376 721 250
856 620 000
856 620 000
7
45 000 220 000
18 972 000 21 760 000 82 716 500 12 030 000 2 572 500 3 400 000 9 900 000 31 625 000 255 000 97 500 8 385 000 810 000 720 000 3 230 000 150 000 864 000 191 649 250 85 662 000 5 100 000 479 898 750 394 921 250
856 620 000 18 200 000 874 820 000
8
122
Lanjutan Lampiran 12
Obat Kalium Permanganat Kapur pertanian pH Test Pajak mobil Pajak sepeda motor PBB Penyusutan Konsumsi dan rokok Administrasi kantor Promosi internet Listrik mess pegawai Bensin Kateter Jarum suntik Biaya pemeliharaan Solar mobil Isi ulang LPG TOTAL BIAYA TETAP EBT TAX 25% EAT
55 000 600 000 800 000 2 500 000 224 500 81 600 73 941 840 33 000 000 30 000 100 000 1 650 000 5 550 000 550 000 330 000 8 713 375 1 800 000 35 904 000 166 095 315 210 625 935 52 656 484 157 969 451
55 000 600 000 800 000 2 500 000 224 500 81 600 73 941 840 33 000 000 30 000 100 000 1 650 000 5 550 000 550 000 330 000 8 713 375 1 800 000 35 904 000 166 095 315 210 625 935 52 656 484 157 969 451
55 000 600 000 800 000 2 500 000 224 500 81 600 73 941 840 33 000 000 30 000 100 000 1 650 000 5 550 000 550 000 330 000 8 713 375 1 800 000 35 904 000 166 095 315 220 075 935 55 018 984 165 056 951
55 000 600 000 800 000 2 500 000 224 500 81 600 73 941 840 33 000 000 30 000 100 000 1 650 000 5 550 000 550 000 330 000 8 713 375 1 800 000 35 904 000 166 095 315 228 825 935 57 206 484 171 619 451
55 000 600 000 800 000 2 500 000 224 500 81 600 73 941 840 33 000 000 30 000 100 000 1 650 000 5 550 000 550 000 330 000 8 713 375 1 800 000 35 904 000 166 095 315 210 625 935 52 656 484 157 969 451
55 000 600 000 800 000 2 500 000 224 500 81 600 73 941 840 33 000 000 30 000 100 000 1 650 000 5 550 000 550 000 330 000 8 713 375 1 800 000 35 904 000 166 095 315 220 075 935 55 018 984 165 056 951
55 000 600 000 800 000 2 500 000 224 500 81 600 73 941 840 33 000 000 30 000 100 000 1 650 000 5 550 000 550 000 330 000 8 713 375 1 800 000 35 904 000 166 095 315 210 625 935 52 656 484 157 969 451
55 000 600 000 800 000 2 500 000 224 500 81 600 73 941 840 33 000 000 30 000 100 000 1 650 000 5 550 000 550 000 330 000 8 713 375 1 800 000 35 904 000 166 095 315 228 825 935 57 206 484 171 619 451
123
INFLOW Penjualan benih Penjualan induk afkir Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW TOTAL BIAYA INVESTASI TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA VARIABEL PAJAK PENGHASILAN TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT DF(i=6.25%) PV/TAHUN PV BENEFIT/TAHUN PV COST/TAHUN NPV NPV/BENIH IKAN PATIN SIAM IRR PV/POSITIF PV/NEGATIF NET B/C PP RATA-RATA PENERIMAAN BERSIH
URAIAN
856 620 000 92 153 475 479 898 750 52 656 484 624 708 709 231 911 291 0.886 205 430 071 758 805 260 553 375 188
856 620 000
701 992 540 92 153 475 479 898 750 52 656 484 1326 701 249 -470 081 248 0.941 -442 429 410 806 230 588 1 248 659 999 757 824 735
94 728 092
44.43% 1200 254 146 -442 429 410 2.71 7.41
6.64
856 620 000 -
2
856 620 000 -
1
1 881 000 92 153 475 479 898 750 55 018 984 628 952 209 237 117 791 0.834 197 686 642 722 048 182 524 361 540
22 500 000 92 153 475 479 898 750 57 206 484 651 758 709 223 061 291 0.785 175 028 374 686 440 578 511 412 205
866 070 000 874 820 000
856 620 000 856 620 000 9 450 000 18 200 000
3
5
55 881 000 92 153 475 479 898 750 52 656 484 680 589 709 176 030 291 0.739 129 999 809 632 620 872 502 621 063
856 620 000
856 620 000 -
Tahun ke4
Lampiran 13 Cashflow usaha pembenihan ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm 7
42 932 500 92 153 475 479 898 750 55 018 984 670 003 709 196 066 291 0.695 136 279 114 601 976 258 465 697 144
24 381 000 92 153 475 479 898 750 52 656 484 649 089 709 207 530 291 0.654 135 762 218 560 383 886 424 621 668
866 070 000 856 620 000
856 620 000 856 620 000 9 450 000 -
6
92 153 475 479 898 750 57 206 484 629 258 709 357 427 731 0.616 220 067 918 607 501 913 387 433 995
856 620 000 18 200 000 111 866 440 986 686 440
8
124
1
INFLOW Penjualan benih 334 081 800 Penjualan induk afkir Nilai sisa 334 081 800 TOTAL INFLOW OUTFLOW 701 992 540 TOTAL BIAYA INVESTASI 92 153 475 TOTAL BIAYA TETAP 479 898 750 TOTAL BIAYA VARIABEL 52 656 484 PAJAK PENGHASILAN 1326 701 249 TOTAL OUTFLOW -992 619 449 NET BENEFIT 0.941 DF(i=6.25%) -934 230 069 PV/TAHUN 314 429 929 PV BENEFIT/TAHUN 1248 659 999 PV COST/TAHUN NPV -2 455 166 012 NPV/BENIH IKAN PATIN -21.50 SIAM IRR PV/POSITIF 0 PV/NEGATIF -2455166012 NET B/C 0 PP RATA-RATA -306 895 751 PENERIMAAN BERSIH
URAIAN 334 081 800 9 450 000 343 531 800 1 881 000 92 153 475 479 898 750 55 018 984 628 952 209 -285 420 409 0.834 -237 956 848 286 404 692 524 361 540
334 081 800 92 153 475 479 898 750 52 656 484 624 708 709 -290 626 909 0.886 -257 441 137 295 934 051 553 375 188
3
334 081 800 -
2
334 081 800
343 531 800
334 081 800 9 450 000
6
334 081 800
334 081 800 -
7
22 500 000 55 881 000 42 932 500 24 381 000 92 153 475 92 153 475 92 153 475 92 153 475 479 898 750 479 898 750 479 898 750 479 898 750 57 206 484 52 656 484 55 018 984 52 656 484 651 758 709 680 589 709 670 003 709 649 089 709 -299 476 909 -346 507 909 -326 471 909 -315 007 909 0.785 0.739 0.695 0.654 -234 989 029 -255 898 923 -226 919 692 -206 071 953 276 423 176 246 722 140 238 777 452 218 549 716 511 412 205 502 621 063 465 697 144 424 621 668
352 281 800
5 334 081 800 -
Tahun ke-
334 081 800 18 200 000
4
92 153 475 479 898 750 57 206 484 629 258 709 -165 110 469 0.616 -101 658 360 285 775 635 387 433 995
334 081 800 18 200 000 111 866 440 464 148 240
8
Lampiran 14 Cashflow analisis sensitivitas penurunan produksi benih ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm sebesar 61 persen
125
INFLOW Penjualan benih Penjualan induk afkir Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW TOTAL BIAYA INVESTASI TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA VARIABEL PAJAK PENGHASILAN TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT DF(i=6.25%) PV/TAHUN PV BENEFIT/TAHUN PV COST/TAHUN NPV NPV/BENIH IKAN PATIN SIAM IRR PV/POSITIF PV/NEGATIF NET B/C PP RATA-RATA PENERIMAAN BERSIH
URAIAN
856 620 000 92 153 475 527 874 320 52 656 484 672 684 279 183 935 721 0.886 162 932 680 758 805 260 595 872 579
856 620 000
701 992 540 92 153 475 527 874 320 52 656 484 1374 676 819 -518 056 819 0.941 -487 582 888 806 230 588 1293 813 476 462 831 828
57 853 979
28.52% 950 414 717 -487 582 888 1.95 12.13
4.05
856 620 000 -
2
856 620 000 -
1
1 881 000 92 153 475 527 874 320 55 018 984 676 927 779 189 142 221 0.834 157 689 098 722 048 182 564 359 084
866 070 000
856 620 000 9 450 000
3
22 500 000 92 153 475 527 874 320 57 206 484 699 734 279 175 085 721 0.785 137 383 626 686 440 578 549 056 952
874 820 000
5
55 881 000 92 153 475 527 874 320 52 656 484 728 565 279 128 054 721 0.739 94 569 458 632 620 872 538 051 413
856 620 000
856 620 000 -
Tahun ke-
856 620 000 18 200 000
4
42 932 500 92 153 475 527 874 320 55 018 984 717 979 279 148 090 721 0.695 102 932 902 601 976 258 499 043 356
866 070 000
856 620 000 9 450 000
6
24 381 000 92 153 475 527 874 320 52 656 484 697 065 279 159 554 721 0.654 104 377 548 560 383 886 456 006 339
856 620 000
856 620 000 -
7
92 153 475 527 874 320 57 206 484 677 234 279 309 452 161 0.616 190 529 405 607 501 913 416 972 509
856 620 000 18 200 000 111 866 440 986 686 440
8
Lampiran 15 Cashflow analisis sensitivitas kenaikan harga pakan benih ikan patin siam skenario I pada Pasirgaok Fish Farm sebesar 58 persen
126
INFLOW Penjualan benih Penjualan induk afkir Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW TOTAL BIAYA INVESTASI TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA VARIABEL PAJAK PENGHASILAN TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT DF(i=6.25%) PV/TAHUN PV BENEFIT/TAHUN PV COST/TAHUN NPV NPV/BENIH IKAN PATIN SIAM IRR PV/POSITIF PV/NEGATIF NET B/C PP RATA-RATA PENERIMAAN BERSIH
URAIAN
734 654 027 92 153 475 479 898 750 52 656 484 624 708 709 109 945 318 0.886 97 391 009 650 766 197 553 375 188
734 654 027
701 992 540 92 153 475 479 898 750 52 656 484 1326 701 249 -592 047 222 0.941 -557 220 914 691 439 084 1248 659 999 0
0
6.25% 557 220 914 -557 220 914 1 -
0
734 654 027 -
2
734 654 027 -
1
1 881 000 92 153 475 479 898 750 55 018 984 628 952 209 105 701 818 0.834 88 124 292 612 485 833 524 361 540
734 654 027
734 654 027
3
22 500 000 92 153 475 479 898 750 57 206 484 651 758 709 101 095 318 0.785 79 325 951 590 738 156 511 412 205
752 854 027
5
55 881 000 92 153 475 479 898 750 52 656 484 680 589 709 54 064 318 0.739 39 926 941 542 548 004 502 621 063
734 654 027
734 654 027 -
Tahun ke-
734 654 027 18 200 000
4
42 932 500 92 153 475 479 898 750 55 018 984 670 003 709 74 100 318 0.695 51 504 650 517 201 794 465 697 144
744 104 027
734 654 027 9 450 000
6
24 381 000 92 153 475 479 898 750 52 656 484 649 089 709 85 564 318 0.654 55 974 487 480 596 156 424 621 668
734 654 027
734 654 027 -
7
92 153 475 479 898 750 57 206 484 629 258 709 235 461 758 0.616 144 973 583 532 407 578 387 433 995
734 654 027 18 200 000 111 866 440 864 720 467
8
Lampiran 16 Cashflow analisis switching value kelayakan skenario I pada Pasirgaok Fish Farm terhadap batas penurunan produksi benih ikan patin siam
127
Lahan Fasilitas bangunan Mess pegawai Kolam induk Sumur bor Sumur gali Tandon air Kolam treatment air Bangunan H1 Bangunan H2 Kolam pemberokan Kolam penyimpanan cacing Tempat penetasan Artemia Akuarium H1 Akuarium H2 Pagar Bangunan unit penetasan Peralatan mesin Pompa Shimizu PC-375 BIT Pompa Shimizu PC-250 BIT Pompa Tsurumi HS2.4S Pompa Resun SP-9600 Pompa Wasser WD-80E Blower Jebo P-70
Komponen investasi
1
1
40 45 1 1
unit
unit
unit unit unit unit
unit unit unit unit
unit
1 1 1 2
1
1
1 1 2 1 1 1 1 1 1
unit unit unit unit unit unit unit unit unit
unit
1 435
m²
2 100 000 760 000 462 500 645 000
2 080 000
1 945 000
1 500 000 1 500 000 10 000 000 82 000 000
119 000
219 000
85.592.000 7 900 000 5 000 000 1 000 000 4 000 000 13 023 000 88 146 800 97 517 000 4 500 000
41 700
Jumlah Harga per Satuan fisik satuan (Rp)
2 100 000 760 000 462 500 1 290 000
2 080 000
1 945 000
60 000 000 67 500 000 10 000 000 82 000 000
119 000
219 000
Nilai beli (Rp)
2 014 2 014 2 014 2 014
2 014
2 014
2 012 2 013 2 013 2 014
2 012
2 013
5 5 5 5
5
5
10 10 10 10
10
10
5 5 5 5
5
5
8 9 9 10
8
9
252 000 91 200 55 500 154 800
249 600
233 400
4 800 000 5 467 500 810 000 6 560 000
9 520
17 739
Sisa Nilai Umur Tahun umur Penyusutan Ekonomis beli saat per Tahun (Tahun) ini (Rp) 59 839 500 2 009 85 592 000 2 012 10 8 6 847 360 7 900 000 2 012 10 8 632 000 10 000 000 2 012 10 8 800 000 1 000 000 2 013 10 9 81 000 4 000 000 2 012 10 8 320 000 13 023 000 2 012 10 8 1 041 840 88 146 800 2 012 10 8 7 051 744 97 517 000 2 013 10 9 7 898 877 4 500 000 2 013 10 9 364 500
840 000 304 000 185 000 516 000
832 000
778 000
0 6 075 000 900 000 16 400 000
0
19 710
0 0 0 90 000 0 0 0 8 776 530 405 000
59 839 500
Nilai sisa (Tahun)
6 6 6 6
6
6
-
-
-
-
-
Reinvestasi Tahun Ke-
Lampiran 17 Biaya investasi, penyusutan, nilai sisa, reinvestasi usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm
-
-
-
-
-
2 100 000 760 000 462 500 1 290 000
2 080 000
1 945 000
Biaya Reinvestasi (Rp)
2 100 000 760 000 462 500 1 290 000
2 080 000
1 945 000
48 000 000 60 750 000 9 000 000 82 000 000
95 200
197 100
68 473 600 6 320 000 8 000 000 900 000 3 200 000 10 418 400 70 517 440 87 765 300 4 050 000
59 839 500
Harga pada tahun 2014 (Rp)
128
Blower Resun GF-250 Blower Resun GF-370 Blower Resun LP-20 Genset Loncin 3500 DDC Diesel Motor Mobil pick up Pompa air Panasonic GN130H Pompa Wasser WD-80E Blower Resun LP-100 Peralatan penunjang Etalase Tabung LPG Tabung oksigen Tabung oksigen kecil Mikroskop Lampu Tabung filtrasi Pentair Selang air Termometer Anymetre Kompor gas+selang Termometer Hygrometre Ember bekas cat Wadah penetasan Artemia Instalasi aerasi Waring hijau Timbangan gantung Kolam fiber bulat Ember grading Papan alas
Lanjutan Lampiran 17
1 1
1 20 2 1 1 50 1 40 2 20 2 20 2 1 100 1 2 4 2
unit unit
unit unit unit unit unit unit unit m unit set unit unit unit set m unit unit unit unit
1 700 000 116 000 1 200 000 1 700 000 1 200 000 38 000 1 000 000 19 000 85 000 150 000 120 000 25 000 50 000 1 578 000 4 500 300 000 2 300 000 25 000 10 000
400 000 1 400 000 1 700 000 2 320 000 2 400 000 1 700 000 1 200 000 1 900 000 1 000 000 760 000 170 000 3 000 000 240 000 500 000 100 000 1 578 000 450 000 300 000 4 600 000 100 000 20 000
400 000 1 400 000
1 850 000
1
unit
1 850 000
1 1 500 000 1 500 000 1 1 900 000 1 900 000 1 350 000 350 000 1 5 380 000 5 380 000 1 2 500 000 2 500 000 1 14 000 000 14 000 000 1 140 000 000 140 000 000
unit unit unit unit unit unit unit
2 014 2 014 2 014 2 014 2 012 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014
2 014 2 014
2 014
2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 012 2 013
10 10 10 10 10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5
5
5 5 5 5 5 10 10
10 10 10 10 8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5
5
5 5 5 5 5 8 9
136 000 185 600 192 000 136 000 96 000 228 000 120 000 91 200 20 400 360 000 28 800 60 000 12 000 189 360 54 000 36 000 552 000 12 000 2 400
48 000 168 000
222 000
180 000 228 000 42 000 645 600 300 000 1 120 000 11 340 000
340 000 464000 480000 340 000 0 760 000 400 000 304 000 68 000 1 200 000 96 000 200 000 40 000 631 200 180 000 120 000 1 840 000 40 000 8 000
160 000 560 000
740 000
600 000 760 000 140 000 2 152 000 1 000 000 12 600 000
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
6 6
6
6 6 6 6 6 -
1 900 000 1 000 000 760 000 170 000 3 000 000 240 000 500 000 100 000 1 578 000 450 000 300 000 4 600 000 100 000 20 000
400 000 1 400 000
1 850 000
1 500 000 1 900 000 350 000 5 380 000 2 500 000 -
1 700 000 2 320 000 2 400 000 1 700 000 960 000 1 900 000 1 000 000 760 000 170 000 3 000 000 240 000 500 000 100 000 1 578 000 450 000 300 000 4 600 000 100 000 20 000
400 000 1 400 000
1 850 000
1 500 000 1 900 000 350 000 5 380 000 2 500 000 11 200 000 126 000 000
129
Pisau Alat pengasah Corong sifon Terpal Drum plastik Kain nilon induk Sprayer besar Sprayer kecil Termometer alkohol Ember kecil Wajan stainless Gelas ukur Gayung Centong plastik Waring hitam Waring biru/ anco Seser kasar Scoopnet Saringan cacing Alat penyifon Sponge Handuk Kalkulator CCTV dan komputer Induk jantan Induk betina Corong penetasan Drum plastik Instalasi pipa sirkulasi Instalasi listrik Bak fiber bulat
Lanjutan Lampiran 17
unit unit unit unit unit m² unit unit unit unit unit unit unit unit m² kg unit unit unit unit unit unit unit set kg kg unit unit set set unit
2 2 6 2 8 3 1 1 20 2 2 1 2 5 100 5 4 10 2 4 89 2 1 1 375 900 12 1 1 1 4
25 000 10 000 6 000 1 200 000 225 000 50 000 150 000 100 000 15 000 15 000 25 000 22 000 7 500 5 000 4 500 25 000 10 000 7 500 75 000 2 000 1 000 25 000 25 000 3 200 000 60 000 60 000 250 000 300 000 1 750 000 200 000 2 300 000
50 000 20 000 36 000 2 400 000 1 800 000 144 000 150 000 100 000 300 000 30 000 50 000 22 000 15 000 25 000 924 000 125 000 40 000 75 000 150 000 8 000 89 000 50 000 25 000 3 200 000 22 500 000 54 000 000 3 000 000 300 000 1 750 000 200 000 9 200 000
2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014
5 5 5 5 5 5 5 5 2 2 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 5 3 4 5 5 5 10 5
5 5 5 5 5 5 5 5 2 2 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 5 3 4 5 5 5 10 5
6 000 2 400 4 320 288 000 216 000 17 280 18 000 12 000 150 000 15 000 25 000 4 400 7 500 12 500 462 000 62 500 20 000 37 500 75 000 4 000 44 500 25 000 3 000 384 000 5 000 000 13 500 000 360 000 36 000 210 000 16 000 1 104 000
20 000 8 000 14 400 960 000 720 000 57 600 60 000 40 000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 000 1 280 000 7500000 1 200 000 120 000 700 000 40 000 3 680 000
6 6 6 6 6 6 6 6 3,5,7 3,5,7 3,5,7 6 3,5,7 3,5,7 3,5,7 3,5,7 3,5,7 3,5,7 3,5,7 3,5,7 3,5,7 3,5,7 6 6 4, 7 5 6 6 6 6
50 000 20 000 36 000 2 400 000 1 800 000 144 000 150 000 100 000 900 000 90 000 150 000 22 000 45 000 75 000 2 772 000 375 000 120 000 225 000 450 000 24 000 267 000 150 000 25 000 3 200 000 45 000 000 54 000 000 3 000 000 300 000 1 750 000 9 200 000
50 000 20 000 36 000 2 400 000 1 800 000 144 000 150 000 100 000 300 000 30 000 50 000 22 000 15 000 25 000 924 000 125 000 40 000 75 000 150 000 8 000 89 000 50 000 25 000 3 200 000 22 500 000 54 000 000 3 000 000 300 000 1 750 000 200 000 9 200 000
130
H2=
Hatchery ke-2
Keterangan: H1= Hatchery ke-1
Instalasi aerasi Lampu Philips 40 W Termometer Hygrometre Termometer alkohol Timbangan digital Kompor Hapa Rak besi Total biaya
Lanjutan Lampiran 17
set unit unit unit unit unit unit set
1 8 1 3 1 2 3 1
21 000 10 000 350 000 15 000 250 000 150 000 90 000 2 200 000
21 000 80 000 350 000 45 000 250 000 300 000 270 000 2 200 000 897 605 800
2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014
5 5 5 2 5 5 5 10
5 5 5 2 5 5 5 10
2 520 8 400 9 600 32 000 42 000 140 000 22 500 30 000 100 000 36 000 120 000 32 400 108 000 176 000 440 000 83 016 860 139 542 340
6 6 6 3,5,7 6 6 6 -
21 000 80 000 350 000 135 000 250 000 300 000 270 000 166 881 500
21 000 80 000 350 000 45 000 250 000 300 000 270 000 2 200 000 808 736 040
131
1 PENERIMAAN Penjualan benih 1311 540 000 Penjualan induk TOTAL PENERIMAAN 1311 540 000 BIAYA VARIABEL Pakan induk 80 631 000 Artemia 33 280 000 Cacing sutera 104 196 000 Plastik 18 525 000 Karet 3 937 500 Refil Oksigen 5 200 000 Ovaprim 15 797 500 Chorulon 31 625 000 NaCl 255 000 Obat Kalium Permanganat 115 000 Obat Elbayou 11 520 000 Obat Supertetra 990 000 Obat Mr. Fish Probio 880 000 Garam non yodium 5 700 000 Kapur tohor 180 000 Vitamin 3 888 000 Tanah liat 39 000 Gaji manajer 285 057 650 Gaji pegawai 168 364 000 Listrik farm 9 270 000 TOTAL BIAYA VARIABEL 779 450 650 LABA KOTOR 532 089 350 BIAYA TETAP Obat Unides 45 000
URAIAN 1445 700 000 9 450 000 1455 150 000 80 631 000 35 840 000 110 637 000 20 385 000 4 357 500 5 600 000 17 132 500 31 625 000 315 000 115 000 12 450 000 990 000 880 000 6 460 000 180 000 3 888 000 51 000 322 050 450 192 760 000 10 530 000 856 877 450 598 272 550 45 000
1445 700 000
80 631 000 35 840 000 110 637 000 20 385 000 4 357 500 5 600 000 17 132 500 31 625 000 315 000 115 000 12 450 000 990 000 880 000 6 460 000 180 000 3 888 000 51 000 322 050 450 192 760 000 10 530 000 856 877 450 588 822 550 45 000
1445 700 000
3
2
45 000
80 631 000 35 840 000 110 637 000 20 385 000 4 357 500 5 600 000 17 132 500 31 625 000 315 000 115 000 12 450 000 990 000 880 000 6 460 000 180 000 3 888 000 51 000 322 050 450 192 760 000 10 530 000 856 877 450 607 022 550
1445 700 000 18 200 000 1463 900 000
4
5
6
7
8
45 000
80 631 000 35 840 000 110 637 000 20 385 000 4 357 500 5 600 000 17 132 500 31 625 000 315 000 115 000 12 450 000 990 000 880 000 6 460 000 180 000 3 888 000 51 000 322 050 450 192 760 000 10 530 000 856 877 450 588 822 550 45 000
80 631 000 35 840 000 110 637 000 20 385 000 4 357 500 5 600 000 17 132 500 31 625 000 315 000 115 000 12 450 000 990 000 880 000 6 460 000 180 000 3 888 000 51 000 322 050 450 192 760 000 10 530 000 856 877 450 598 272 550
45 000
80 631 000 35 840 000 110 637 000 20 385 000 4 357 500 5 600 000 17 132 500 31 625 000 315 000 115 000 12 450 000 990 000 880 000 6 460 000 180 000 3 888 000 51 000 322 050 450 192 760 000 10 530 000 856 877 450 588 822 550
45 000
80 631 000 35 840 000 110 637 000 20 385 000 4 357 500 5 600 000 17 132 500 31 625 000 315 000 115 000 12 450 000 990 000 880 000 6 460 000 180 000 3 888 000 51 000 322 050 450 192 760 000 10 530 000 856 877 450 607 022 550
1445 700 000 1445 700 000 1445 700 000 1445 700 000 9 450 000 18 200 000 1445 700 000 1455 150 000 1445 700 000 1463 900 000
TAHUN
Lampiran 18 Laporan laba rugi usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm
132
Obat Formalin Kapur pertanian pH Test Pajak mobil Pajak sepeda motor PBB Penyusutan Konsumsi dan rokok Administrasi kantor Promosi internet Listrik mess pegawai Bensin Kateter Jarum suntik Isi ulang LPG Biaya pemeliharaan Solar mobil Ijuk Kerikil Kerang Pasir pantai Arang aktif Kantong filter TOTAL BIAYA TETAP EBT TAX 25% EAT
Lanjutan Lampiran 18
220 000 600 000 800 000 2 500 000 224 500 86 100 83 016 860 39 750 000 30 000 100 000 1 650 000 5 550 000 550 000 330 000 35 072 000 8 895 875 1 800 000 1 400 000 2 400 000 1 000 000 1 650 000 1 800 000 960 000 190 430 335 341 659 015 85 414 754 256 244 261
220 000 600 000 800 000 2 500 000 224 500 86 100 83 016 860 41 250 000 30 000 100 000 1 650 000 5 550 000 550 000 330 000 34 816 000 8 895 875 1 800 000 1 400 000 2 400 000 1 000 000 1 650 000 1 800 000 960 000 191 674 335 397 148 215 99 287 054 297 861 161
220 000 600 000 800 000 2 500 000 224 500 86 100 83 016 860 41 250 000 30 000 100 000 1 650 000 5 550 000 550 000 330 000 34 816 000 8 895 875 1 800 000 1 400 000 2 400 000 1 000 000 1 650 000 1 800 000 960 000 191 674 335 406 598 215 101 649 554 304 948 661
220 000 600 000 800 000 2 500 000 224 500 86 100 83 016 860 41 250 000 30 000 100 000 1 650 000 5 550 000 550 000 330 000 34 816 000 8 895 875 1 800 000 1 400 000 2 400 000 1 000 000 1 650 000 1 800 000 960 000 191 674 335 415 348 215 103 837 054 311 511 161
220 000 600 000 800 000 2 500 000 224 500 86 100 83 016 860 41 250 000 30 000 100 000 1 650 000 5 550 000 550 000 330 000 34 816 000 8 895 875 1 800 000 1 400 000 2 400 000 1 000 000 1 650 000 1 800 000 960 000 191 674 335 397 148 215 99 287 054 297 861 161
220 000 600 000 800 000 2 500 000 224 500 86 100 83 016 860 41 250 000 30 000 100 000 1 650 000 5 550 000 550 000 330 000 34 816 000 8 895 875 1 800 000 1 400 000 2 400 000 1 000 000 1 650 000 1 800 000 960 000 191 674 335 406 598 215 101 649 554 304 948 661
220 000 600 000 800 000 2 500 000 224 500 86 100 83 016 860 41 250 000 30 000 100 000 1 650 000 5 550 000 550 000 330 000 34 816 000 8 895 875 1 800 000 1 400 000 2 400 000 1 000 000 1 650 000 1 800 000 960 000 191 674 335 397 148 215 99 287 054 297 861 161
220 000 600 000 800 000 2 500 000 224 500 86 100 83 016 860 41 250 000 30 000 100 000 1 650 000 5 550 000 550 000 330 000 34 816 000 8 895 875 1 800 000 1 400 000 2 400 000 1 000 000 1 650 000 1 800 000 960 000 191 674 335 415 348 215 103 837 054 311 511 161
133
138
INFLOW Penjualan benih Penjualan induk afkir Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW TOTAL BIAYA INVESTASI TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA VARIABEL PAJAK PENGHASILAN TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT DF(i=6.25%) PV/TAHUN PV BENEFIT/TAHUN PV COST/TAHUN NPV NPV/BENIH IKAN PATIN SIAM IRR PV/POSITIF PV/NEGATIF NET B/C PP RATA-RATA PENERIMAAN BERSIH
URAIAN
192 221 876
78.63% 1979 633 753 -441 858 747 4.48 4.21
8.07
107 413 475 779 450 650 85 414 754 1781 014 919 -469 474 919 0.941 -441 858 747 1234 390 588 1676 249 335 1537 775 006
808 736 040
1 926 000
22 500 000
108 657 475 108 657 475 108 657 475 856 877 450 856 877 450 856 877 450 99 287 054 101 649 554 103 837 054 1064 821 979 1069 110 479 1091 871 979 380 878 021 386 039 521 372 028 021 0.886 0.834 0.785 337 386 759 321 843 655 291 917 343 1280 620 069 1213 168 003 1148 670 998 943 233 310 891 324 348 856 753 655
-
1445 700 000 1455 150 000 1463 900 000
4
1311 540 000
3
1445 700 000 1445 700 000 1445 700 000 9 450 000 18 200 000
2
1311 540 000 -
1
5
108 657 475 856 877 450 99 287 054 1120 747 979 324 952 021 0.739 239 979 724 1067 661 267 827 681 543
55 926 000
1445 700 000
1445 700 000 -
Tahun ke-
Lampiran 19 Cashflow usaha pembenihan ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm 7
8
24 426 000
-
108 657 475 108 657 475 108 657 475 856 877 450 856 877 450 856 877 450 101 649 554 99 287 054 103 837 054 1129 287 979 1089 247 979 1069 371 979 325 862 021 356 452 021 534 070 361 0.695 0.654 0.616 226 495 780 233 183 873 328 826 619 1011 426 041 945 748 389 987 237 941 784 930 261 712 564 516 658 411 322
62 103 500
1445 700 000 1445 700 000 1445 700 000 9 450 000 - 18 200 000 139 542 340 1455 150 000 1445 700 000 1603 442 340
6
134
INFLOW Penjualan benih Penjualan induk afkir Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW TOTAL BIAYA INVESTASI TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA VARIABEL PAJAK PENGHASILAN TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT DF(i=6.25%) PV/TAHUN PV BENEFIT/TAHUN PV COST/TAHUN NPV NPV/BENIH IKAN PATIN SIAM IRR PV/POSITIF PV/NEGATIF NET B/C PP RATA-RATA PENERIMAAN BERSIH
URAIAN
1 926 000 108 657 475 108 657 475 921 046 910 921 046 910 99 287 054 101 649 554 1128 991 439 1133 279 939 316 708 561 321 870 061 0.886 0.834 280 544 608 268 345 160 1280 620 069 1213 168 003 1000 075 461 944 822 843
808 736 040 107 413 475 839 884 330 85 414 754 1841 448 599 -529 908 599 0.941 -498 737 505 1234 390 588 1733 128 093 1146 724 893
56% 1645 462 398 -498 737 505 3.30 5.64 143 340 612
0
1445 700 000 1455 150 000
1311 540 000
3
1445 700 000 1445 700 000 9 450 000
2
1311 540 000 -
1
5
6
7
8
22 500 000 55 926 000 62 103 500 24 426 000 108 657 475 108 657 475 108 657 475 108 657 475 108 657 475 921 046 910 921 046 910 921 046 910 921 046 910 921 046 910 103 837 054 99 287 054 101 649 554 99 287 054 103 837 054 1156 041 439 1184 917 439 1193 457 439 1153 417 439 1133 541 439 307 858 561 260 782 561 261 692 561 292 282 561 469 900 901 0.785 0.739 0.695 0.654 0.616 241 565 818 192 590 053 181 893 737 191 205 479 289 317 543 1148 670 998 1067 661 267 1011 426 041 945 748 389 987 237 941 907 105 180 875 071 214 829 532 304 754 542 909 697 920 398
1445 700 000 1445 700 000 1445 700 000 1445 700 000 1445 700 000 18 200 000 9 450 000 18 200 000 139 542 340 1463 900 000 1445 700 000 1455 150 000 1445 700 000 1603 442 340
4
Tahun ke-
Lampiran 20 Cashflow analisis sensitivitas kenaikan harga pakan benih ikan patin siam skenario II pada Pasirgaok Fish Farm sebesar 58 persen
135
INFLOW Penjualan benih Penjualan induk afkir Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW TOTAL BIAYA INVESTASI TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA VARIABEL PAJAK PENGHASILAN TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT DF(i=6.25%) PV/TAHUN PV BENEFIT/TAHUN PV COST/TAHUN NPV IRR NPV/BENIH IKAN PATIN SIAM PV/POSITIF PV/NEGATIF NET B/C PP RATA-RATA PENERIMAAN BERSIH
URAIAN 7
0
658 473 951 -658 473 951 1 -
6.25%
1 926 000 22 500 000 55 926 000 62 103 500 24 426 000 108 657 475 108 657 475 108 657 475 108 657 475 108 657 475 108 657 475 856 877 450 856 877 450 856 877 450 856 877 450 856 877 450 856 877 450 99 287 054 101 649 554 103 837 054 99 287 054 101 649 554 99 287 054 1064 821 979 1069 110 479 1091 871 979 1120 747 979 1129 287 979 1089 247 979 127181498 132342998 118331498 71255498 72165498 102755498 0.886 0.834 0.785 0.739 0.695 0.654 112659043 110335217 92850577 52622768 50159821 67220617 1055 892 353 1001 659 564 949 604 232 880 304 311 835 090 083 779 785 133 943 233 310 891 324 348 856 753 655 827 681 543 784 930 261 712 564 516
6
808 736 040 107 413 475 779 450 650 85 414 754 1781 014 919 -699 628 573 0.941 -658 473 951 1017 775 384 1676 249 335 0 0
5
1192 003 477 1201 453 477 1210 203 477 1192 003 477 1201 453 477 1192 003 477
4
1081 386 345
3
1192 003 477 1192 003 477 1192 003 477 1192 003 477 1192 003 477 1192 003 477 9 450 000 18 200 000 9 450 000 -
2
1081 386 345 -
1
Tahun ke-
108 657 475 856 877 450 103 837 054 1069 371 979 280373838 0.616 172625908 831 037 230 658 411 322
1192 003 477 18 200 000 139 542 340 1349 745 817
8
Lampiran 21Cashflow analisis switching value kelayakan skenario I I pada Pasirgaok Fish Farm terhadap batas penurunan produksi benih ikan patin siam
136
Lahan Fasilitas bangunan Mess pegawai Kolam induk Sumur bor I Sumur bor II dan sumur bor III Sumur gali I Sumur gali II, sumur gali III Tandon air I Tandon air II, tandon air II Kolam treatment air I Kolam treatment II, kolam treatment III Bangunan H1 Bangunan H2 Bangunan H3 dan H5 Bangunan H4 dan H6 Kolam pemberokan I Kolam pemberokan II, kolam pemberokan III Kolam penyimpanan cacing I Kolam penyimpanan cacing II dan kolam penyimpanan cacing III Tempat penetasan Artemia I
Komponen investasi
4
1 2 1 2 1
2
1 88 146 800 88 146 800 1 97 517 000 97 517 000 2 120 000 000 240 000 000 2 123 000 000 246 000 000 1 4 500 000 4 500 000
2
1
2
1
unit
unit unit unit unit unit
unit
unit unit unit unit unit
unit
unit
unit
unit
119 000
800 000
219 000
6 000 000
16 000 000
1 000 000 2 000 000 4 000 000 9 000 000 13 023 000
8 000 000
119 000
1 600 000
219 000
12 000 000
32 000 000
1 000 000 4 000 000 4 000 000 18 000 000 13 023 000
32 000 000
1 1 2
unit unit unit
85.592.000 25 000 000 5 000 000
6 484
41 700
2 012
2 014
2 013
2 014
2 012 2 013 2 014 2 014 2 013
2 014
2 013 2 014 2 012 2 014 2 012
2 014
10
10
10
10
10 10 10 10 10
10
10 10 10 10 10
10
8
10
9
10
8 9 10 10 9
10
9 10 8 10 8
10
9 520
112 000
17 739
840 000
7 051 744 7 898 877 16 800 000 17 220 000 364 500
2 240 000
81 000 280 000 320 000 1 260 000 1 041 840
2 240 000
-
480 000
19 710
3 600 000
8 776 530 72 000 000 73 800 000 405 000
9 600 000
90 000 1 200 000 5 400 000 -
9 600 000
Sisa Nilai Umur Tahun umur Penyusutan Nilai sisa Ekonomis beli saat per Tahun (Tahun) (Tahun) ini (Rp) 270 382 800 2 009 - 270 382 800 85 592 000 2 012 10 8 6 847 360 25 000 000 2 012 10 8 2 000 000 10 000 000 2 012 10 8 800 000 Nilai beli (Rp)
m²
Jumlah Harga per Satuan fisik satuan (Rp)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Reinvestasi Tahun Ke-
Lampiran 22 Biaya investasi, penyusutan, nilai sisa, reinvestasi usaha pembenihan ikan patin siam skenario III pada Pasirgaok Fish Farm Biaya Reinvestasi (Rp)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
95 200
1 600 000
197 100
12 000 000
70 517 440 87 765 300 240 000 000 246 000 000 4 050 000
32 000 000
900 000 4 000 000 3 200 000 18 000 000 10 418 400
32 000 000
68 473 600 20 000 000 8 000 000
270 382 800
Harga pada tahun 2014 (Rp)
137
Tempat penetasan Artemia II, tempat penetasan Artemia III Akuarium H1 Akuarium H2 Akuarium H3, H4, H5, H6 Pagar Peralatan mesin Pompa Shimizu PC-375 BIT I Pompa Shimizu PC-375 BIT II Pompa Shimizu PC-250 BIT I Pompa Shimizu PC-250 BIT II Pompa Tsurumi HS2.4S I Pompa Tsurumi HS2.4S II Pompa Resun SP-9600 I Pompa Resun SP-9600 II Pompa Wasser WD-80E I Pompa Wasser WD-80E II Blower Jebo P-70 I Blower Jebo P-70 II Blower Resun GF-250 I Blower Resun GF-250 II Blower Resun GF-370 I Blower Resun GF-370 II Blower Resun LP-20 I Blower Resun LP-20 II Genset Loncin 3500 DDC I
Lanjutan Lampiran 22
2
40 45 170 1
1
2
1
2
1 2 1 2 1 2 2 4 1 2 1 2 1 2 1
unit
unit unit unit unit
unit
unit
unit
unit
unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit
600 000
2 100 000 2 100 000 760 000 760 000 462 500 462 500 645 000 645 000 1 500 000 1 500 000 1 900 000 1 900 000 350 000 350 000 5 380 000
2 080 000
2 080 000
1 945 000
1 945 000
2 100 000 4 200 000 760 000 1 520 000 462 500 925 000 1 290 000 2 580 000 1 500 000 3 000 000 1 900 000 3 800 000 350 000 700 000 5 380 000
4 160 000
2 080 000
3 890 000
1 945 000
1 500 000 60 000 000 1 500 000 67 500 000 1 550 000 263 500 000 10 000 000 10 000 000
300 000
2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014
2 014
2 014
2 014
2 014
2 012 2 013 2 014 2 013
2 014
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5
5
5
5
10 10 10 10
10
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5
5
5
5
8 9 10 9
10
252 000 336 000 91 200 121 600 55 500 74 000 154 800 206 400 180 000 240 000 228 000 304 000 42 000 56 000 645 600
332 800
249 600
311 200
233 400
4 800 000 5 467 500 18 445 000 810 000
42 000
840 000 2 520 000 304 000 912 000 185 000 555 000 516 000 1 548 000 600 000 1 800 000 760 000 2 280 000 140 000 420 000 2 152 000
2 496 000
832 000
2 334 000
778 000
6 075 000 79 050 000 900 000
180 000
6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6
7
6
7
6
-
-
2 100 000 4 200 000 760 000 1 520 000 462 500 925 000 1 290 000 2 580 000 1 500 000 3 000 000 1 900 000 3 800 000 350 000 700 000 5 380 000
4 160 000
2 080 000
3 890 000
1 945 000
-
-
2 100 000 4 200 000 760 000 1 520 000 462 500 925 000 1 290 000 2 580 000 1 500 000 3 000 000 1 900 000 3 800 000 350 000 700 000 5 380 000
4 160 000
2 080 000
3 890 000
1 945 000
48 000 000 60 750 000 263 500 000 9 000 000
600 000
138
Genset Loncin 3500 DDC II Diesel Motor Mobil pick up Peralatan penunjang Etalase I Etalase II Tabung LPG I Tabung LPG II Tabung oksigen I Tabung oksigen II Tabung oksigen kecil Mikroskop Lampu I Lampu II Tabung filtrasi Pentair I Tabung filtrasi Pentair II Selang air I Selang air II Termometer Anymetre I Termometer Anymetre II Kompor gas+selang I Kompor gas+selang II Termometer Hygrometre I Termometer Hygrometre II Ember bekas cat I Ember bekas cat II Wadah penetasan Artemia I Wadah penetasan Artemia II
Lanjutan Lampiran 22
50 000
200 000
4
unit
unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit m m unit unit set set unit unit unit unit unit
1 2 500 000 2 500 000 1 14 000 000 14 000 000 1 140 000 000 140 000 000 1 1 700 000 1 700 000 1 1 700 000 1 700 000 20 116 000 2 320 000 40 116 000 4 640 000 2 1 200 000 2 400 000 4 1 200 000 4 800 000 1 1 700 000 1 700 000 1 1 200 000 1 200 000 50 38 000 1 900 000 68 38 000 2 584 000 1 1 000 000 1 000 000 2 1 000 000 2 000 000 40 19 000 760 000 80 19 000 1 520 000 2 85 000 170 000 4 85 000 340 000 20 150 000 3 000 000 40 150 000 6 000 000 2 120 000 240 000 4 120 000 480 000 20 25 000 500 000 40 25 000 1 000 000 2 50 000 100 000
10 760 000
unit unit unit
5 380 000
2
unit
2 014
2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 012 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014
2 014 2 012 2 013
2 014
5
10 10 10 10 10 10 10 10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 10 10
5
5
10 10 10 10 10 10 10 8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 8 9
5
16 000
136 000 119 000 185 600 324 800 192 000 336 000 136 000 96 000 228 000 206 720 120 000 160 000 91 200 121 600 20 400 27 200 360 000 480 000 28 800 38 400 60 000 80 000 12 000
300 000 1 120 000 11 340 000
860 800
120 000
340 000 510 000 464 000 1 392 000 480 000 1 440 000 340 000 760 000 1 550 400 400 000 1 200 000 304 000 912 000 68 000 204 000 1 200 000 3 600 000 96 000 288 000 200 000 600 000 40 000
1 000 000 12 600 000
6 456 000
7
6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6
6 -
7
200 000
1 900 000 2 584 000 1 000 000 2 000 000 760 000 1 520 000 170 000 340 000 3 000 000 6 000 000 240 000 480 000 500 000 1 000 000 100 000
2 500 000 -
10 760 000
200 000
1 700 000 1 700 000 2 320 000 4 640 000 2 400 000 4 800 000 1 700 000 960 000 1 900 000 2 584 000 1 000 000 2 000 000 760 000 1 520 000 170 000 340 000 3 000 000 6 000 000 240 000 480 000 500 000 1 000 000 100 000
2 500 000 11 200 000 126 000 000
10 760 000
139
Instalasi aerasi I Instalasi aerasi II Waring hijau I Waring hijau II Timbangan gantung I Timbangan gantung II Kolam fiber bulat I Kolam fiber bulat II Ember grading I Ember grading II Papan alas I Papan alas II Pisau I Pisau II Alat pengasah I Alat pengasah II Corong sifon I Corong sifon II Terpal Drum plastik Kain nilon induk I Kain nilon induk II Sprayer besar I Sprayer besar II Sprayer kecil I Sprayer kecil II Termometer alkohol I Termometer alkohol II Ember kecil I Ember kecil II Wajan stainless I
Lanjutan Lampiran 22
set set m m unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit m² m² unit unit unit unit unit unit unit unit unit
1 1 100 200 1 2 2 4 4 8 2 4 2 4 2 4 6 12 2 8 3 6 1 2 1 2 20 40 2 4 2
1 578 000 3 156 000 4 500 4 500 300 000 300 000 2 300 000 2 300 000 25 000 25 000 10 000 10 000 25 000 25 000 10 000 10 000 6 000 6 000 1 200 000 225 000 50 000 50 000 150 000 150 000 100 000 100 000 15 000 15 000 15 000 15 000 25 000
1 578 000 3 156 000 450 000 900 000 300 000 600 000 4 600 000 9 200 000 100 000 200 000 20 000 40 000 50 000 100 000 20 000 40 000 36 000 72 000 2 400 000 1 800 000 144 000 288 000 150 000 300 000 100 000 200 000 300 000 600 000 30 000 60 000 50 000
2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 2 2 2 2
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 2 2 2 2
189 360 252 480 54 000 72 000 36 000 48 000 552 000 736 000 12 000 16 000 2 400 3 200 6 000 8 000 2 400 3 200 4 320 5 760 288 000 216 000 17 280 23 040 18 000 24 000 12 000 16 000 150 000 150 000 15 000 15 000 25 000
631 200 1 893 600 180 000 540 000 120 000 360 000 1 840 000 5 520 000 40 000 120 000 8 000 24 000 20 000 60 000 8 000 24 000 14 400 43 200 960 000 720 000 57 600 172 800 60 000 180 000 40 000 120 000 300 000 30 000 -
6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 6 6 7 6 7 6 7 3,5,7 4,6,8 3,5,7 4,6,8 3,5,7
1 578 000 3 156 000 450 000 900 000 300 000 600 000 4 600 000 9 200 000 100 000 200 000 20 000 40 000 50 000 100 000 20 000 40 000 36 000 72 000 2 400 000 1 800 000 144 000 288 000 150 000 300 000 100 000 200 000 900 000 1 800 000 90 000 180 000 150 000
1 578 000 3 156 000 450 000 900 000 300 000 600 000 4 600 000 9 200 000 100 000 200 000 20 000 40 000 50 000 100 000 20 000 40 000 36 000 72 000 2 400 000 1 800 000 144 000 288 000 150 000 300 000 100 000 200 000 300 000 600 000 30 000 60 000 50 000
140
Unit pembenihan baru II= Hatchery ke-6
H6=
Hatchery ke-4
H4=
H2=
Hatchery ke-2
25 000 50 000 2 640 8 800 3 520 26 400 7 500 7 500 15 000 12 500 12 500 25 000 225 000 62 500 20 000 20 000 40 000 37 500 37 500 75 000 75 000 75 000 150 000 4 000 4 000 8 000 44 500 44 500 89 000 25 000 25 000 50 000 3 000 10 000 384 000 1 280 000 5 000 000 7 500 000 5 000 000 30 000 000 13 500 000 20 250 000 27 000 000 166 179 800 410 126 640
Unit pembenihan lama
2 5 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 5 3 3 4 4
I=
2 5 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 5 3 3 4 4
Hatchery ke-5
2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014
H5=
25 000 100 000 22 000 22 000 22 000 44 000 7 500 15 000 7 500 30 000 5 000 25 000 5 000 50 000 4 500 450 000 25 000 125 000 10 000 40 000 10 000 80 000 7 500 75 000 7 500 150 000 75 000 150 000 75 000 300 000 2 000 8 000 2 000 16 000 1 000 89 000 1 000 178 000 25 000 50 000 25 000 100 000 25 000 25 000 3 200 000 3 200 000 60 000 22 500 000 60 000 45 000 000 60 000 54 000 000 60 000 108 000 000
Hatchery ke-3
4 1 2 2 4 5 10 100 5 4 8 10 20 2 4 4 8 89 178 2 4 1 1 375 750 900 1 800
H3=
unit unit unit unit unit unit unit m² kg unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit set kg kg kg kg
Keterangan: H1= Hatchery ke-1
Wajan stainless II Gelas ukur I Gelas ukur II Gayung I Gayung II Centong plastik I Centong plastik II Waring hitam Waring biru/ anco Seser kasar I Seser kasar II Scoopnet I Scoopnet II Saringan cacing I Saringan cacing II Alat penyifon I Alat penyifon II Sponge I Sponge II Handuk I Handuk II Kalkulator CCTV dan komputer Induk jantan I Induk jantan II Induk betina I Induk betina II Total biaya
Lanjutan Lampiran 22 4,6,8 6 7 3,5,7 4,6,8 3,5,7 4,6,8 3,5,7 3,5,7 3,5,7 4,6,8 3,5,7 4,6,8 3,5,7 4,6,8 3,5,7 4,6,8 3,5,7 4,6,8 3,5,7 4,6,8 6 6 4, 7 5,8 5 6
300 000 100 000 22 000 22 000 44 000 44 000 45 000 15 000 90 000 30 000 75 000 25 000 150 000 50 000 1 350 000 450 000 375 000 125 000 120 000 40 000 240 000 80 000 225 000 75 000 450 000 150 000 450 000 150 000 900 000 300 000 24 000 8 000 48 000 16 000 267 000 89 000 534 000 178 000 150 000 50 000 300 000 100 000 25 000 25 000 3 200 000 3 200 000 45 000 000 22 500 000 90 000 000 45 000 000 54 000 000 54 000 000 108 000 000 108 000 000 413 944 500 2009 172 340
141
PENERIMAAN Penjualan benih Penjualan induk afkir TOTAL PENERIMAAN BIAYA VARIABEL Pakan induk Artemia Cacing sutera Plastik Karet Isi ulang oksigen Ovaprim Chorulon NaCl Obat Methylene Blue Obat Elbayou Obat Supertetra Obat Mr. Fish Probio Garam ikan Kapur tohor Vitamin Gaji manajer Gaji pegawai Listrik farm TOTAL BIAYA VARIABEL LABA KOTOR BIAYA TETAP Obat Unides Obat Formalin
URAIAN 2
3
4
TAHUN 5
6
7
8
45 000 220 000
135 000 660 000
135 000 660 000
135 000 660 000
135 000 660 000
135 000 660 000
135 000 660 000
135 000 660 000
18 972 000 56 916 000 56 916 000 56 916 000 56 916 000 56 916 000 56 916 000 56 916 000 21 760 000 65 280 000 65 280 000 65 280 000 65 280 000 65 280 000 65 280 000 65 280 000 82 716 500 248 149 500 248 149 500 248 149 500 248 149 500 248 149 500 248 149 500 248 149 500 12 030 000 36 090 000 36 090 000 36 090 000 36 090 000 36 090 000 36 090 000 36 090 000 2 572 500 7 717 500 7 717 500 7 717 500 7 717 500 7 717 500 7 717 500 7 717 500 3 400 000 10 200 000 10 200 000 10 200 000 10 200 000 10 200 000 10 200 000 10 200 000 9 900 000 29 700 000 29 700 000 29 700 000 29 700 000 29 700 000 29 700 000 29 700 000 31 625 000 94 875 000 94 875 000 94 875 000 94 875 000 94 875 000 94 875 000 94 875 000 255 000 765 000 765 000 765 000 765 000 765 000 765 000 765 000 97 500 292 500 292 500 292 500 292 500 292 500 292 500 292 500 8 385 000 25 155 000 25 155 000 25 155 000 25 155 000 25 155 000 25 155 000 25 155 000 810 000 2 430 000 2 430 000 2 430 000 2 430 000 2 430 000 2 430 000 2 430 000 720 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 2 160 000 3 230 000 9 690 000 9 690 000 9 690 000 9 690 000 9 690 000 9 690 000 9 690 000 150 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 864 000 2 592 000 2 592 000 2 592 000 2 592 000 2 592 000 2 592 000 2 592 000 191 649 250 593 127 750 593 127 750 593 127 750 593 127 750 593 127 750 593 127 750 593 127 750 85 662 000 256 986 000 256 986 000 256 986 000 256 986 000 256 986 000 256 986 000 256 986 000 5 100 000 15 300 000 15 300 000 15 300 000 15 300 000 15 300 000 15 300 000 15 300 000 479 898 750 1457 876 250 1457 876 250 1457 876 250 1457 876 250 1457 876 250 1457 876 250 1457 876 250 376 721 250 1111 983 750 1121 433 750 1149 083 750 1151 183 750 1121 433 750 1130 883 750 1130 183 750
856 620 000 2569 860 000 2569 860 000 2569 860 000 2569 860 000 2569 860 000 2569 860 000 2569 860 000 9 450 000 37 100 000 39 200 000 9 450 000 18 900 000 18 200 000 856 620 000 2569 860 000 2579 310 000 2606 960 000 2609 060 000 2579 310 000 2588 760 000 2588 060 000
1
Lampiran 23 Laporan laba rugi usaha pembenihan ikan patin siam skenario III pada Pasirgaok Fish Farm
142
Obat Kalium Permanganat Kapur pertanian pH Test Pajak mobil Pajak sepeda motor PBB Penyusutan Konsumsi dan rokok Administrasi kantor Promosi internet Listrik mess pegawai Bensin Kateter Jarum suntik Biaya pemeliharaan Solar mobil Isi ulang LPG TOTAL BIAYA TETAP EBT TAX 25% EAT
Lanjutan Lampiran 23
55 000 600 000 800 000 2 500 000 224 500 81 600 73 941 840 33 000 000 30 000 100 000 1 650 000 5 550 000 550 000 330 000 8 713 375 1 800 000 35 904 000 166 095 315 210 625 935 52 656 484 157 969 451
165 000 1 800 000 2 300 000 2 500 000 224 500 389 040 166 179 800 82 500 000 90 000 100 000 1 650 000 6 750 000 1 650 000 990 000 10 490 125 5 400 000 107 712 000 391 685 465 720 298 285 180 074 571 540 223 714
165 000 1 800 000 2 300 000 2 500 000 224 500 389 040 166 179 800 82 500 000 90 000 100 000 1 650 000 6 750 000 1 650 000 990 000 10 490 125 5 400 000 107 712 000 391 685 465 729 748 285 182 437 071 547 311 214
165 000 1 800 000 2 300 000 2 500 000 224 500 389 040 166 179 800 82 500 000 90 000 100 000 1 650 000 6 750 000 1 650 000 990 000 10 490 125 5 400 000 107 712 000 391 685 465 757 398 285 189 349 571 568 048 714
165 000 1 800 000 2 300 000 2 500 000 224 500 389 040 166 179 800 82 500 000 90 000 100 000 1 650 000 6 750 000 1 650 000 990 000 10 490 125 5 400 000 107 712 000 391 685 465 759 498 285 189 874 571 569 623 714
165 000 1 800 000 2 300 000 2 500 000 224 500 389 040 166 179 800 82 500 000 90 000 100 000 1 650 000 6 750 000 1 650 000 990 000 10 490 125 5 400 000 107 712 000 391 685 465 729 748 285 182 437 071 547 311 214
165 000 1 800 000 2 300 000 2 500 000 224 500 389 040 166 179 800 82 500 000 90 000 100 000 1 650 000 6 750 000 1 650 000 990 000 10 490 125 5 400 000 107 712 000 391 685 465 739 198 285 184 799 571 554 398 714
165 000 1 800 000 2 300 000 2 500 000 224 500 389 040 166 179 800 82 500 000 90 000 100 000 1 650 000 6 750 000 1 650 000 990 000 10 490 125 5 400 000 107 712 000 391 685 465 738 498 285 184 624 571 553 873 714
143
IRR PV/POSITIF PV/NEGATIF NET B/C PP RATA-RATA PENERIMAAN BERSIH
NPV/BENIH IKAN PATIN SIAM
INFLOW Penjualan benih Penjualan induk afkir Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW TOTAL BIAYA INVESTASI TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA VARIABEL PAJAK PENGHASILAN TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT DF(i=6.25%) PV/TAHUN PV BENEFIT/TAHUN PV COST/TAHUN NPV
URAIAN
34.44% 3716 156 223 -1672 716 281 2.22 7.87 255 429 993
6.51
2009 172 340 92 153 475 479 898 750 52 656 484 2633 881 049 -1777 261 048 0.941 -1672 716 281 806 230 588 2478 946 869 2043 439 942
225 505 665 1457 876 250 180 074 571 1863 456 486 706 403 514 0.886 625 741 521 2276 415 779 1650 674 258
1 407 000 225 505 665 1457 876 250 182 437 071 1867 225 986 712 084 014 0.834 593 669 066 2150 387 494 1556 718 429
24 164 000 225 505 665 1457 876 250 189 349 571 1896 895 486 710 064 514 0.785 557 162 725 2045 590 098 1488 427 373
2569 860 000 2579 310 000 2606 960 000
4
856 620 000
3
2569 860 000 2569 860 000 2569 860 000 9 450 000 37 100 000
2
856 620 000 -
1
5
100 407 000 225 505 665 1457 876 250 189 874 571 1973 663 486 635 396 514 0.739 469 245 519 1926 812 136 1457 566 617
2609 060 000
2569 860 000 39 200 000
Tahun ke-
Lampiran 24 Cashflow usaha pembenihan ikan patin siam skenario III pada Pasirgaok Fish Farm 7
8
152 596 500 225 505 665 1457 876 250 182 437 071 2018 415 486 560 894 514 0.695 389 858 996 1792 792 017 1402 933 021
88 706 000 225 505 665 1457 876 250 184 799 571 1956 887 486 631 872 514 0.654 413 358 519 1693 515 666 1280 157 146
46 664 000 225 505 665 1457 876 250 184 624 571 1914 670 486 1083 516 154 0.616 667 119 877 1845 980 695 1178 860 818
2569 860 000 2569 860 000 2569 860 000 9 450 000 18 900 000 18 200 000 410 126 640 2579 310 000 2588 760 000 2998 186 640
6
144
INFLOW Penjualan benih Penjualan induk afkir Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW TOTAL BIAYA INVESTASI TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA VARIABEL PAJAK PENGHASILAN TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT DF(i=6.25%) PV/TAHUN PV BENEFIT/TAHUN PV COST/TAHUN NPV NPV/BENIH IKAN PATIN SIAM IRR PV/POSITIF PV/NEGATIF NET B/C PP RATA-RATA PENERIMAAN BERSIH
URAIAN
23.74% 2966 637 936 -1717 869 759 1.73 12.87 156 096 022
2009 172 340 92 153 475 527 874 320 52 656 484 2681 856 619 -1825 236 619 0.941 -1717 869 759 806 230 588 2524 100 347 1248 768 177 3.98
856 620 000
856 620 000 -
1
3
Tahun ke4 5
6
7
8
225 505 665 1601 802 960 180 074 571 2007 383 196 562 476 804 0.886 498 249 348 2276 415 779 1778 166 430
1 407 000 225 505 665 1601 802 960 182 437 071 2011 152 696 568 157 304 0.834 473 676 433 2150 387 494 1676 711 061
24 164 000 225 505 665 1601 802 960 189 349 571 2040 822 196 566 137 804 0.785 444 228 483 2045 590 098 1601 361 615
100 407 000 225 505 665 1601 802 960 189 874 571 2117 590 196 491 469 804 0.739 362 954 467 1926 812 136 1563 857 668
152 596 500 225 505 665 1601 802 960 182 437 071 2162 342 196 416 967 804 0.695 289 820 359 1792 792 017 1502 971 658
88 706 000 225 505 665 1601 802 960 184 799 571 2100 814 196 487 945 804 0.654 319 204 508 1693 515 666 1374 311 158
46 664 000 225 505 665 1601 802 960 184 624 571 2058 597 196 939 589 444 0.616 578 504 337 1845 980 695 1267 476 358
2569 860 000 2569 860 000 2569 860 000 2569 860 000 2569 860 000 2569 860 000 2569 860 000 9 450 000 37 100 000 39 200 000 9 450 000 18 900 000 18 200 000 410 126 640 2569 860 000 2579 310 000 2606 960 000 2609 060 000 2579 310 000 2588 760 000 2998 186 640
2
Lampiran 25Cashflow analisis sensitivitas kenaikan harga pakan benih ikan patin siam skenario III pada Pasirgaok Fish Farm sebesar 58 persen
145
INFLOW Penjualan benih Penjualan induk afkir Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW TOTAL BIAYA INVESTASI TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA VARIABEL PAJAK PENGHASILAN TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT DF(i=6.25%) PV/TAHUN PV BENEFIT/TAHUN PV COST/TAHUN NPV NPV/BENIH IKAN PATIN SIAM IRR PV/POSITIF PV/NEGATIF NET B/C PP RATA-RATA PENERIMAAN BERSIH
URAIAN
Tahun ke5
6
7
0
6.25% 1788 825 125 -1788 825 125 1 -
0
184 799 571 1956 887 486 261775574 0.654 171248411 1451 405 557 1280 157 146
88 706 000
52 656 484 180 074 571 182 437 071 189 349 571 189 874 571 182 437 071 2633 881 049 1863 456 486 1867 225 986 1896 895 486 1973 663 486 2018 415 486 -1900 626 695 336306574 341987074 339967574 265299574 190797574 0.941 0.886 0.834 0.785 0.739 0.695 -1788 825 125 297904786 285116845 266760635 195925904 132617005 690 121 745 1948 579 043 1841 835 273 1755 188 007 1653 492 521 1535 550 026 2478 946 869 1650 674 258 1556 718 429 1488 427 373 1457 566 617 1402 933 021 0
225 505 665
152 596 500
1457 876 250
225 505 665
100 407 000
479 898 750 1457 876 250 1457 876 250 1457 876 250 1457 876 250 1457 876 250
225 505 665
24 164 000
225 505 665
225 505 665
92 153 475
1 407 000 225 505 665
-
2009 172 340
2218 663 061
4
733 254 354 2199 763 061 2209 213 061 2236 863 061 2238 963 061 2209 213 061
3 2199 763 061 18 900 000
2
733 254 354 2199 763 061 2199 763 061 2199 763 061 2199 763 061 2199 763 061 9 450 000 37 100 000 39 200 000 9 450 000
1
184 624 571 1914 670 486 713419214 0.616 439251539 1618 112 357 1178 860 818
1457 876 250
225 505 665
46 664 000
2199 763 061 18 200 000 410 126 640 2628 089 701
8
Lampiran 26 Cashflow analisis switching value kelayakan skenario III pada Pasirgaok Fish Farm terhadap batas penurunan produksi benih ikan patin siam
146
Lahan Fasilitas bangunan Mess pegawai Kolam induk Sumur bor I Sumur bor II Sumur gali I Sumur gali II Tandon air I Tandon air II Kolam treatment air I Kolam treatment air II Bangunan H1 Bangunan H2 Bangunan H3 Bangunan H4 Kolam pemberokan I Kolam pemberokan II Kolam penyimpanan cacing I Kolam penyimpanan cacing II Tempat penetasan Artemia I Tempat penetasan Artemia II Akuarium H1 Akuarium H2
Komponen investasi
1
1
1
40 45
unit
unit
unit
unit unit
1 500 000 1 500 000
300 000
119 000
800 000
219 000
1
unit
41 700
1 85.592.000 1 18 000 000 2 5 000 000 2 8 000 000 1 1 000 000 1 2 000 000 1 4 000 000 1 9 000 000 1 13 023 000 1 16 000 000 1 88 146 800 1 97 517 000 1 120 000 000 1 123 000 000 1 4 500 000 1 8 000 000
5 830
unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit
m²
Jumlah Harga per Satuan fisik satuan (Rp)
60 000 000 67 500 000
300 000
119 000
800 000
219 000
Nilai beli (Rp)
2 012 2 013
2 014
2 012
2 014
2 013
10 10
10
10
10
10
8 9
10
8
10
9
4 800 000 5 467 500
21 000
9 520
56 000
17 739
6 075 000
90 000
-
240 000
19 710
Sisa Nilai Umur Tahun umur Penyusutan Nilai sisa Ekonomis beli saat per Tahun (Tahun) (Tahun) ini (Rp) 243 111 000 2 009 - 243 111 000 85 592 000 2 012 10 8 6 847 360 18 000 000 2 012 10 8 1 440 000 10 000 000 2 012 10 8 800 000 16 000 000 2 014 10 10 1 120 000 4 800 000 1 000 000 2 013 10 9 81 000 90 000 2 000 000 2 014 10 10 140 000 600 000 4 000 000 2 012 10 8 320 000 9 000 000 2 014 10 10 630 000 2 700 000 13 023 000 2 012 10 8 1 041 840 16 000 000 2 014 10 10 1 120 000 4 800 000 88 146 800 2 012 10 8 7 051 744 97 517 000 2 013 10 9 7 898 877 8 776 530 120 000 000 2 014 10 10 8 400 000 36 000 000 123 000 000 2 014 10 10 8 610 000 36 900 000 4 500 000 2 013 10 9 364 500 405 000 8 000 000 2 014 10 10 560 000 2 400 000
-
-
-
-
-
-
-
Reinvestasi Tahun Ke-
Lampiran 27 Biaya investasi, penyusutan, nilai sisa, reinvestasi usaha pembenihan ikan patin siam skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm Biaya Reinvestasi (Rp)
-
-
-
-
-
-
-
48 000 000 60 750 000
300 000
95 200
800 000
197 100
68 473 600 14 400 000 8 000 000 16 000 000 900 000 2 000 000 3 200 000 9 000 000 10 418 400 16 000 000 70 517 440 87 765 300 120 000 000 123 000 000 4 050 000 8 000 000
243 111 000
Harga pada tahun 2014 (Rp)
147
Akuarium H3 dan H4 Pagar Bangunan unit penetasan Peralatan mesin Pompa Shimizu PC-375 BIT I Pompa Shimizu PC-375 BIT II Pompa Shimizu PC-250 BIT I Pompa Shimizu PC-250 BIT II Pompa Tsurumi HS2.4S I Pompa Tsurumi HS2.4S II Pompa Resun SP-9600 I Pompa Resun SP-9600 II Pompa Wasser WD-80E I Pompa Wasser WD-80E II Blower Jebo P-70 I Blower Jebo P-70 II Blower Resun GF-250 I Blower Resun GF-250 II Blower Resun GF-370 I Blower Resun GF-370 II Blower Resun LP-20 I Blower Resun LP-20 II Genset Loncin 3500 DDC I Genset Loncin 3500 DDC II Diesel Motor Mobil pick up
Lanjutan Lampiran 27
1
1
1
1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1
1
1 2 500 000 2 500 000 1 14 000 000 14 000 000 1 140 000 000 140 000 000
unit
unit
unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit
unit
unit unit unit
5 380 000
2 100 000 2 100 000 760 000 760 000 462 500 462 500 645 000 645 000 1 500 000 1 500 000 1 900 000 1 900 000 350 000 350 000 5 380 000
2 080 000
2 080 000
1 945 000
5 380 000
2 100 000 2 100 000 760 000 760 000 462 500 462 500 1 290 000 1 290 000 1 500 000 1 500 000 1 900 000 1 900 000 350 000 350 000 5 380 000
2 080 000
2 080 000
1 945 000
1 945 000
unit
1 945 000
1
unit
1 550 000 131 750 000 10 000 000 10 000 000 82 000 000 82 000 000
85 1 2
unit unit unit
2 014 2 012 2 013
2 014
2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014
2 014
2 014
2 014
2 014
2 014 2 013 2 014
5 10 10
5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5
5
5
5
10 10 10
5 8 9
5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5
5
5
5
10 9 10
300 000 1 120 000 11 340 000
430 400
252 000 168 000 91 200 60 800 55 500 37 000 154 800 103 200 180 000 120 000 228 000 152 000 42 000 28 000 645 600
166 400
249 600
155 600
233 400
9 222 500 810 000 5 740 000
1 000 000 12 600 000
3 228 000
840 000 1 260 000 304 000 456 000 185 000 277 500 516 000 774 000 600 000 900 000 760 000 1 140 000 140 000 210 000 2 152 000
1 248 000
832 000
1 167 000
778 000
39 525 000 900 000 24 600 000
6 -
7
6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6
7
6
7
6
-
2 500 000 -
5 380 000
2 100 000 2 100 000 760 000 760 000 462 500 462 500 1 290 000 1 290 000 1 500 000 1 500 000 1 900 000 1 900 000 350 000 350 000 5 380 000
2 080 000
2 080 000
1 945 000
1 945 000
-
2 500 000 11 200 000 126 000 000
5 380 000
2 100 000 2 100 000 760 000 760 000 462 500 462 500 1 290 000 1 290 000 1 500 000 1 500 000 1 900 000 1 900 000 350 000 350 000 5 380 000
2 080 000
2 080 000
1 945 000
1 945 000
131 750 000 9 000 000 82 000 000
148
Lanjutan Lampiran 27
Pompa air Panasonic GN130H Pompa Wasser WD-80E Blower Resun LP-100 Peralatan penunjang Etalase I Etalase II Tabung LPG I Tabung LPG II Tabung oksigen I Tabung oksigen II Tabung oksigen kecil Mikroskop Lampu I Lampu II Tabung filtrasi Pentair I Tabung filtrasi Pentair II Selang air I Selang air II Termometer Anymetre I Termometer Anymetre II Kompor gas+selang I Kompor gas+selang II Termometer Hygrometre I Termometer Hygrometre II Ember bekas cat I Ember bekas cat II Wadah penetasan Artemia I Wadah penetasan Artemia II Instalasi aerasi I
2
2 2
1 1 20 20 2 2 1 1 50 34 1 2 40 40 2 2 20 20 2 2 20 20 2
2
1
unit
unit unit
unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit m m unit unit set set unit unit unit unit unit
unit
set
1 578 000
50 000
1 700 000 1 700 000 116 000 116 000 1 200 000 1 200 000 1 700 000 1 200 000 38 000 38 000 1 000 000 1 000 000 19 000 19 000 85 000 85 000 150 000 150 000 120 000 120 000 25 000 25 000 50 000
400 000 1 400 000
1 850 000
1 578 000
100 000
1 700 000 1 700 000 2 320 000 2 320 000 2 400 000 2 400 000 1 700 000 1 200 000 1 900 000 1 292 000 1 000 000 2 000 000 760 000 760 000 170 000 170 000 3 000 000 3 000 000 240 000 240 000 500 000 500 000 100 000
800 000 2 800 000
3 700 000
2 014
2 014
2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 012 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014
2 014 2 014
2 014
5
5
10 10 10 10 10 10 10 10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5
5
5
5
10 10 10 10 10 10 10 8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5
5
189 360
8 000
136 000 119 000 185 600 162 400 192 000 168 000 136 000 96 000 228 000 103 360 120 000 160 000 91 200 60 800 20 400 13 600 360 000 240 000 28 800 19 200 60 000 40 000 12 000
64 000 224 000
296 000
631 200
60 000
340 000 510 000 464 000 696 000 480 000 720 000 340 000 760 000 775 200 400 000 1 200 000 304 000 456 000 68 000 102 000 1 200 000 1 800 000 96 000 144 000 200 000 300 000 40 000
480 000 1 680 000
2 220 000
6
7
6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6
7 7
7
1 578 000
100 000
1 900 000 1 292 000 1 000 000 2 000 000 760 000 760 000 170 000 170 000 3 000 000 3 000 000 240 000 240 000 500 000 500 000 100 000
800 000 2 800 000
3 700 000
1 578 000
100 000
1 700 000 1 700 000 2 320 000 2 320 000 2 400 000 2 400 000 1 700 000 960 000 1 900 000 1 292 000 1 000 000 2 000 000 760 000 760 000 170 000 170 000 3 000 000 3 000 000 240 000 240 000 500 000 500 000 100 000
800 000 2 800 000
3 700 000
149
Instalasi aerasi II Waring hijau I Waring hijau II Timbangan gantung I Timbangan gantung II Kolam fiber bulat I Kolam fiber bulat II Ember grading I Ember grading II Papan alas I Papan alas II Pisau I Pisau II Alat pengasah I Alat pengasah II Corong sifon I Corong sifon II Terpal Drum plastik Kain nilon induk I Kain nilon induk II Sprayer besar I Sprayer besar II Sprayer kecil I Sprayer kecil II Termometer alkohol I Termometer alkohol II Ember kecil I Ember kecil II Wajan stainless I Wajan stainless II
Lanjutan Lampiran 27
set m m unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit m² m² unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit
1 100 100 1 1 2 2 4 4 2 2 2 2 2 2 6 6 2 8 3 3 1 1 1 1 20 20 2 2 2 2
1 578 000 4 500 4 500 300 000 300 000 2 300 000 2 300 000 25 000 25 000 10 000 10 000 25 000 25 000 10 000 10 000 6 000 6 000 1 200 000 225 000 50 000 50 000 150 000 150 000 100 000 100 000 15 000 15 000 15 000 15 000 25 000 25 000
1 578 000 450 000 450 000 300 000 300 000 4 600 000 4 600 000 100 000 100 000 20 000 20 000 50 000 50 000 20 000 20 000 36 000 36 000 2 400 000 1 800 000 144 000 144 000 150 000 150 000 100 000 100 000 300 000 300 000 30 000 30 000 50 000 50 000
2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 2 2 2 2 2
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 2 2 2 2 2
126 240 54 000 36 000 36 000 24 000 552 000 368 000 12 000 8 000 2 400 1 600 6 000 4 000 2 400 1 600 4 320 2 880 288 000 216 000 17 280 11 520 18 000 12 000 12 000 8 000 150 000 75 000 15 000 7 500 25 000 12 500
946 800 180 000 270 000 120 000 180 000 1 840 000 2 760 000 40 000 60 000 8 000 12 000 20 000 30 000 8 000 12 000 14 400 21 600 960 000 720 000 57 600 86 400 60 000 90 000 40 000 60 000 150 000 15 000 25 000
7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 6 6 7 6 7 6 7 3,5,7 4,6,8 3,5,7 4,6,8 3,5,7 4,6,8
1 578 000 450 000 450 000 300 000 300 000 4 600 000 4 600 000 100 000 100 000 20 000 20 000 50 000 50 000 20 000 20 000 36 000 36 000 2 400 000 1 800 000 144 000 144 000 150 000 150 000 100 000 100 000 900 000 900 000 90 000 90 000 150 000 150 000
1 578 000 450 000 450 000 300 000 300 000 4 600 000 4 600 000 100 000 100 000 20 000 20 000 50 000 50 000 20 000 20 000 36 000 36 000 2 400 000 1 800 000 144 000 144 000 150 000 150 000 100 000 100 000 300 000 300 000 30 000 30 000 50 000 50 000
150
Gelas ukur I Gelas ukur II Gayung I Gayung II Centong plastik I Centong plastik II Waring hitam Waring biru/ anco Seser kasar I Seser kasar II Scoopnet I Scoopnet II Saringan cacing I Saringan cacing II Alat penyifon I Alat penyifon II Sponge I Sponge II Handuk I Handuk II Kalkulator CCTV dan komputer Induk jantan I Induk jantan II Induk betina I Induk betina II Corong penetasan Drum plastik Instalasi pipa sirkulasi corong Instalasi listrik
Lanjutan Lampiran 27
1 1 2 2 5 5 100 5 4 4 10 10 2 2 4 4 89 89 2 2 1 1 375 375 900 900 24 2
2
2
unit unit unit unit unit unit m² kg unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit set kg kg kg kg unit unit
set
set
200 000
1 750 000
22 000 22 000 7 500 7 500 5 000 5 000 4 500 25 000 10 000 10 000 7 500 7 500 75 000 75 000 2 000 2 000 1 000 1 000 25 000 25 000 25 000 3 200 000 60 000 60 000 60 000 60 000 250 000 300 000
400 000
3 500 000
22 000 22 000 15 000 15 000 25 000 25 000 924 000 125 000 40 000 40 000 75 000 75 000 150 000 150 000 8 000 8 000 89 000 89 000 50 000 50 000 25 000 3 200 000 22 500 000 22 500 000 54 000 000 54 000 000 6 000 000 600 000
2 014
2 014
2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014
10
5
5 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 5 3 3 4 4 5 5
10
5
5 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 5 3 3 4 4 5 5
28 000
280 000
2 640 1 760 7 500 3 750 12 500 6 250 462 000 62 500 20 000 10 000 37 500 18 750 75 000 37 500 4 000 2 000 44 500 22 250 25 000 12 500 3 000 384 000 5 000 000 2 500 000 13 500 000 10 125 000 480 000 48 000
120 000
2 100 000
8 800 13 200 7 500 12 500 20 000 37 500 75 000 4 000 44 500 25 000 10 000 1 280 000 7 500 000 15 000 000 13 500 000 3 600 000 360 000
-
7
6 7 3,5,7 4,6,8 3,5,7 4,6,8 3,5,7 3,5,7 3,5,7 4,6,8 3,5,7 4,6,8 3,5,7 4,6,8 3,5,7 4,6,8 3,5,7 4,6,8 3,5,7 4,6,8 6 6 4, 7 5,8 5 6 7 7
-
3 500 000
22 000 22 000 45 000 45 000 75 000 75 000 2 772 000 375 000 120 000 120 000 225 000 225 000 450 000 450 000 24 000 24 000 267 000 267 000 150 000 150 000 25 000 3 200 000 45 000 000 45 000 000 54 000 000 54 000 000 6 000 000 600 000
400 000
3 500 000
22 000 22 000 15 000 15 000 25 000 25 000 924 000 125 000 40 000 40 000 75 000 75 000 150 000 150 000 8 000 8 000 89 000 89 000 50 000 50 000 25 000 3 200 000 22 500 000 22 500 000 54 000 000 54 000 000 6 000 000 600 000
151
II=
Hatchery ke-4
H4=
Hatchery ke-2
H2=
I=
2 300 000 21 000 10 000 350 000 15 000 250 000 150 000 90 000 2 200 000
Hatchery ke-3
8 2 16 2 6 2 4 6 2
H3=
unit set unit unit unit unit unit unit set
Keterangan: H1= Hatchery ke-1
Bak fiber bulat Instalasi aerasi Lampu Philips 40 W Termometer Hygrometre Termometer alkohol Timbangan digital Kompor Hapa Rak besi Total biaya
Lanjutan Lampiran 27 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014 2 014
Unit pembenihan baru
Unit pembenihan lama
18 400 000 42 000 160 000 700 000 90 000 500 000 600 000 540 000 4 400 000
5 5 5 5 2 5 5 5 10
5 5 5 5 2 5 5 5 10
1 472 000 11 040 000 3 360 25 200 12 800 96 000 56 000 420 000 22 500 45 000 40 000 300 000 48 000 360 000 43 200 324 000 308 000 1 320 000 129 747 800 526 301 140
7 7 7 7 4,6,8 7 7 7 -
18 400 000 18 400 000 42 000 42 000 160 000 160 000 700 000 700 000 270 000 90 000 500 000 500 000 600 000 600 000 540 000 540 000 4 400 000 321 083 000 1565 705 040
152
PENERIMAAN Penjualan benih Penjualan induk TOTAL PENERIMAAN BIAYA VARIABEL Pakan induk Artemia Cacing sutera Plastik Karet Refil Oksigen Ovaprim Chorulon NaCl Obat methylene blue Obat Kalium Permanganat Obat Elbayou Obat Supertetra Obat Mr. Fish Probio Garam non yodium Kapur tohor Vitamin Tanah liat Gaji manajer Gaji pegawai Listrik farm TOTAL BIAYA VARIABEL LABA KOTOR
URAIAN 2891 400 000 2891 400 000 161 262 000 71 680 000 221 274 000 40 770 000 8 715 000 11 200 000 34 265 000 63 250 000 630 000 230 000 24 900 000 1 980 000 1 760 000 12 920 000 360 000 7 776 000 102 000 653 210 900 385 520 000 21 060 000 1722 864 900 1168 535 100
18 972 000 21 760 000 82 716 500 12 030 000 2 572 500 3 400 000 9 900 000 31 625 000 255 000 97 500 55 000 8 385 000 810 000 720 000 3 230 000 150 000 864 000 191 649 250 85 662 000 5 100 000
479 953 750
376 666 250
2
856 620 000 856 620 000
1
1177 985 100
1722 864 900
161 262 000 71 680 000 221 274 000 40 770 000 8 715 000 11 200 000 34 265 000 63 250 000 630 000 230 000 24 900 000 1 980 000 1 760 000 12 920 000 360 000 7 776 000 102 000 653 210 900 385 520 000 21 060 000
2891 400 000 9 450 000 2900 850 000
3
5
6
161 262 000 71 680 000 221 274 000 40 770 000 8 715 000 11 200 000 34 265 000 63 250 000 630 000 230 000 24 900 000 1 980 000 1 760 000 12 920 000 360 000 7 776 000 102 000 653 210 900 385 520 000 21 060 000
161 262 000 71 680 000 221 274 000 40 770 000 8 715 000 11 200 000 34 265 000 63 250 000 630 000 230 000 24 900 000 1 980 000 1 760 000 12 920 000 360 000 7 776 000 102 000 653 210 900 385 520 000 21 060 000
1196 185 100 1186 735 100 1177 985 100
1722 864 900 1722 864 900 1722 864 900
161 262 000 71 680 000 221 274 000 40 770 000 8 715 000 11 200 000 34 265 000 63 250 000 630 000 230 000 24 900 000 1 980 000 1 760 000 12 920 000 360 000 7 776 000 102 000 653 210 900 385 520 000 21 060 000
2891 400 000 2891 400 000 2891 400 000 27 650 000 18 200 000 9 450 000 2919 050 000 2909 600 000 2900 850 000
4
TAHUN
Lampiran 28 Laporan laba rugi usaha pembenihan ikan patin siam skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm
1177 985 100
1722 864 900
161 262 000 71 680 000 221 274 000 40 770 000 8 715 000 11 200 000 34 265 000 63 250 000 630 000 230 000 24 900 000 1 980 000 1 760 000 12 920 000 360 000 7 776 000 102 000 653 210 900 385 520 000 21 060 000
2891 400 000 9 450 000 2900 850 000
7
1186 735 100
1722 864 900
161 262 000 71 680 000 221 274 000 40 770 000 8 715 000 11 200 000 34 265 000 63 250 000 630 000 230 000 24 900 000 1 980 000 1 760 000 12 920 000 360 000 7 776 000 102 000 653 210 900 385 520 000 21 060 000
2891 400 000 18 200 000 2909 600 000
8
153
BIAYA TETAP Obat Unides Obat Formalin Kapur pertanian pH Test Pajak mobil Pajak sepeda motor PBB Penyusutan Konsumsi dan rokok Administrasi kantor Promosi internet Listrik mess pegawai Bensin Kateter Jarum suntik Isi ulang LPG Biaya pemeliharaan Solar mobil Ijuk Kerikil Kerang Pasir pantai Arang aktif Kantong filter TOTAL BIAYA TETAP EBT TAX 25% EAT
Lanjutan Lampiran 28
45 000 220 000 600 000 800 000 2 500 000 224 500 81 600 73 941 840 33 000 000 30 000 100 000 1 650 000 5 550 000 550 000 330 000 35 904 000 8 713 375 1 800 000 166 040 315 210 625 935 52 656 484 157 969 451
90 000 440 000 1 200 000 1 500 000 2 500 000 224 500 349 800 129 747 800 74 250 000 60 000 100 000 1 650 000 6 150 000 1 100 000 660 000 69 632 000 9 966 750 3 600 000 2 800 000 4 800 000 2 000 000 3 300 000 3 600 000 1 920 000 321 640 850 846 894 250 211 723 563 635 170 688
90 000 440 000 1 200 000 1 500 000 2 500 000 224 500 349 800 129 747 800 74 250 000 60 000 100 000 1 650 000 6 150 000 1 100 000 660 000 69 632 000 9 966 750 3 600 000 2 800 000 4 800 000 2 000 000 3 300 000 3 600 000 1 920 000 321 640 850 856 344 250 214 086 063 642 258 188
90 000 440 000 1 200 000 1 500 000 2 500 000 224 500 349 800 129 747 800 74 250 000 60 000 100 000 1 650 000 6 150 000 1 100 000 660 000 69 632 000 9 966 750 3 600 000 2 800 000 4 800 000 2 000 000 3 300 000 3 600 000 1 920 000 321 640 850 874 544 250 218 636 063 655 908 188
90 000 440 000 1 200 000 1 500 000 2 500 000 224 500 349 800 129 747 800 74 250 000 60 000 100 000 1 650 000 6 150 000 1 100 000 660 000 69 632 000 9 966 750 3 600 000 2 800 000 4 800 000 2 000 000 3 300 000 3 600 000 1 920 000 321 640 850 865 094 250 216 273 563 648 820 688
90 000 440 000 1 200 000 1 500 000 2 500 000 224 500 349 800 129 747 800 74 250 000 60 000 100 000 1 650 000 6 150 000 1 100 000 660 000 69 632 000 9 966 750 3 600 000 2 800 000 4 800 000 2 000 000 3 300 000 3 600 000 1 920 000 321 640 850 856 344 250 214 086 063 642 258 188
90 000 440 000 1 200 000 1 500 000 2 500 000 224 500 349 800 129 747 800 74 250 000 60 000 100 000 1 650 000 6 150 000 1 100 000 660 000 69 632 000 9 966 750 3 600 000 2 800 000 4 800 000 2 000 000 3 300 000 3 600 000 1 920 000 321 640 850 856 344 250 214 086 063 642 258 188
90 000 440 000 1 200 000 1 500 000 2 500 000 224 500 349 800 129 747 800 74 250 000 60 000 100 000 1 650 000 6 150 000 1 100 000 660 000 69 632 000 9 966 750 3 600 000 2 800 000 4 800 000 2 000 000 3 300 000 3 600 000 1 920 000 321 640 850 865 094 250 216 273 563 648 820 688
154 157
INFLOW Penjualan benih Penjualan induk afkir Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW TOTAL BIAYA INVESTASI TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA VARIABEL PAJAK PENGHASILAN TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT DF(i=6.25%) PV/TAHUN PV BENEFIT/TAHUN PV COST/TAHUN NPV NPV/BENIH IKAN PATIN SIAM IRR PV/POSITIF PV/NEGATIF NET B/C PP RATA-RATA PENERIMAAN BERSIH
URAIAN 3
4
5
6
321 640 850
321 640 850
97 854 500
266 741 764
41.21% 3458 861 727 -1324 927 613 2.61 5.87
6.07
211 723 563 214 086 063 218 636 063 216 273 563 214 086 063 2256 229 313 2260 472 813 2286 563 813 2339 160 313 2356 446 313 635 170 688 640 377 188 632 486 188 570 439 688 544 403 688 0.886 0.834 0.785 0.739 0.695 562 642 547 533 886 619 496 289 733 421 274 372 378 396 775 2561 240 138 2418 457 480 2290 476 177 2148 763 382 2016 283 704 1998 597 592 1884 570 861 1794 186 444 1727 489 010 1637 886 930
321 640 850
78 381 000
52 656 484 2264 355 589 -1407 735 589 0.941 -1324927613 806 230 588 2131 158 201 2133 934 114
321 640 850
23 422 000
1722 864 900 1722 864 900 1722 864 900 1722 864 900 1722 864 900
321 640 850
166 040 315
1 881 000
479 953 750
-
2891 400 000 2891 400 000 2891 400 000 2891 400 000 2891 400 000 9 450 000 27 650 000 18 200 000 9 450 000 2891 400 000 2900 850 000 2919 050 000 2909 600 000 2900 850 000 2891 400 000 2891 400 000 2891 400 000 2891 400 000 2891 400 000
2
1565 705 040
856 620 000 856 620 000 856 620 000
1
Tahun ke-
Lampiran 29 Cashflow usaha pembenihan ikan patin siam skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm
214 086 063 2354 714 313 546 135 688 0.654 357 271 181 1897 678 780 1540 407 599
1722 864 900
321 640 850
96 122 500
2891 400 000 9 450 000 2900 850 000 2891 400 000
7
216 273 563 2284 201 313 1151 699 828 0.616 709 100 501 2115 481 101 1406 380 600
1722 864 900
321 640 850
23 422 000
2891 400 000 18 200 000 2909 600 000 2891 400 000
8
155
INFLOW Penjualan benih Penjualan induk afkir Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW TOTAL BIAYA INVESTASI TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA VARIABEL PAJAK PENGHASILAN TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT DF(i=6.25%) PV/TAHUN PV BENEFIT/TAHUN PV COST/TAHUN NPV NPV/BENIH IKAN PATIN SIAM IRR PV/POSITIF PV/NEGATIF NET B/C PP RATA-RATA PENERIMAAN BERSIH
URAIAN 2
3
4
Tahun ke5
6
7
177 554 741
29.52% 2790 519 016 -1370 081 091 2.04 8.82
4.04
1565 705 040 166 040 315 527 929 320 52 656 484 2312 331 159 -1455 711 159 0.941 -1370 081 091 806 230 588 2176 311 679 1420 437 926
321 640 850 1851 203 820 211 723 563 2384 568 233 506 831 768 0.886 448 958 244 2561 240 138 2112 281 895
1 881 000 321 640 850 1851 203 820 214 086 063 2388 811 733 512 038 268 0.834 426 889 628 2418 457 480 1991 567 852
23 422 000 321 640 850 1851 203 820 218 636 063 2414 902 733 504 147 268 0.785 395 586 683 2290 476 177 1894 889 495
78 381 000 321 640 850 1851 203 820 216 273 563 2467 499 233 442 100 768 0.739 326 495 030 2148 763 382 1822 268 352
97 854 500 321 640 850 1851 203 820 214 086 063 2484 785 233 416 064 768 0.695 289 192 689 2016 283 704 1727 091 016
96 122 500 321 640 850 1851 203 820 214 086 063 2483 053 233 417 796 768 0.654 273 314 394 1897 678 780 1624 364 386
856 620 000 2891 400 000 2900 850 000 2919 050 000 2909 600 000 2900 850 000 2900 850 000
856 620 000 2891 400 000 2891 400 000 2891 400 000 2891 400 000 2891 400 000 2891 400 000 9 450 000 27 650 000 18 200 000 9 450 000 9 450 000
1
23 422 000 321 640 850 1851 203 820 216 273 563 2412 540 233 1023 360 908 0.616 630 082 348 2115 481 101 1485 398 752
2891 400 000 18 200 000 526 301 140 3435 901 140
8
Lampiran 30 Cashflow analisis sensitivitas kenaikan harga pakan benih ikan patin siam skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm sebesar 58 persen
156
TOTAL BIAYA VARIABEL PAJAK PENGHASILAN TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT DF(i=6.25%) PV/TAHUN PV BENEFIT/TAHUN PV COST/TAHUN NPV NPV/BENIH IKAN PATIN SIAM IRR PV/POSITIF PV/NEGATIF NET B/C PP RATA-RATA PENERIMAAN BERSIH
TOTAL BIAYA TETAP
INFLOW Penjualan benih Penjualan induk afkir Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW TOTAL BIAYA INVESTASI
URAIAN
0
6.25% 143 3379 875 -1433 379 875 1 -
0
211 723 563 214 086 063 2256 229 313 2260 472 813 246226289 251432789 0.886 0.834 218110485 209621149 2216 708 076 2094 192 010 1998 597 592 1884 570 861
52 656 484 2264 355 589 -1522 966 117 0.941 -1433 379 875 697 778 326 2131 158 201 0
321 640 850
1722 864 900 1722 864 900
321 640 850
166 040 315
1 881 000
479 953 750
-
1565 705 040
2502 455 602 2511 905 602
741 389 471
3
2502 455 602 2502 455 602 9 450 000
2
741 389 471 -
1
218 636 063 2286 563 813 243541789 0.785 191098702 1985 285 147 1794 186 444
1722 864 900
321 640 850
23 422 000
2530 105 602
2502 455 602 27 650 000
4
5
6
321 640 850
97 854 500
216 273 563 214 086 063 2339 160 313 2356 446 313 181495289 155459289 0.739 0.695 134035755 108054547 1861 524 765 1745 941 476 1727 489 010 1637 886 930
1722 864 900 1722 864 900
321 640 850
78 381 000
2520 655 602 2511 905 602
2502 455 602 2502 455 602 18 200 000 9 450 000
Tahun ke-
214 086 063 2354 714 313 157191289 0.654 102831437 1643 239 037 1540 407 599
1722 864 900
321 640 850
96 122 500
2511 905 602
2502 455 602 9 450 000
7
216 273 563 2284 201 313 762755429 0.616 469627801 1876 008 400 1406 380 600
1722 864 900
321 640 850
23 422 000
2502 455 602 18 200 000 526 301 140 3046 956 742
8
Lampiran 31Cashflow analisis switching value kelayakan skenario IV pada Pasirgaok Fish Farm terhadap batas penurunan produksi benih ikan patin siam
157
103
158
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Astari Novitasari yang terlahir pada tanggal 8 November 1991 di Gresik, Jawa Timur. Penulis merupakan anak kandung dari Bapak Nanang Supangkat, ST dan Ibu Bakdi Eko Wahyuni, SPd. Penulis menamatkan jenjang pendidikan tingkat dasar di SD Muhammadiyah GKB Gresik pada tahun 2004, pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik pada tahun 2007, dan pendidikan tingkat menengah atas di SMA Negeri 1 Gresik pada tahun 2010. Penulis aktif mengikuti klub lukis SMA Negeri 1 Gresik selama menempuh pendidikan tingkat menengah atas. Penulis lolos mengikuti seleksi Jalur Ujian Saringan Masuk (USMI) IPB sebagai mahasiswa Program Studi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB, pada tahun 2010. Penulis aktif mengikuti organisasi di Kampus IPB antara lain: Koran Kampus sebagai layouter pada tahun 2010 sampai 2011, Orange FEM Magazine sebagai reporter pada tahun 2012, Bina Desa FEM sebagai ketua divisi publikasi, dekorasi, dan dokumentasi pada tahun 2013, dan Association internationale des étudiants en sciences économiques et commerciales (AIESEC IPB) sebagai staff of communication division pada tahun 2013 dan 2014. Di samping itu, penulis aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan antara lain: The 2 nd Extravaganza sebagai staf divisi publikasi, dekorasi, dan dokumentasi pada tahun 2011, The 3rd Extravaganza sebagai staf divisi desain dan dekorasi pada tahun 2012, Sharia Economics Business Competition (SEBC) sebagai staff of design, decoration, and documentation pada tahun 2012, dan Sharia Economic at Seminar Expo and Campaign (SEASON 8) sebagai staff of design, decoration, and documentation pada tahun 2012.