ANALISIS KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) (STUDI KASUS PADA CV. MIKA DISTRINDO)
PINDO WITOKO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa tugas akhir yang berjudul : ANALISIS KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) (STUDI KASUS PADA CV. MIKA DISTRINDO) merupakan hasil gagasan dan hasil kajian saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tugas akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Sumber informasi dan data yang digunakan berasal atau dikutip dari karya penulis lain yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor,
Mei 2012
Pindo Witoko F054107105
ABSTRACT
PINDO WITOKO. Feasibility Study and Business Development Strategy of Hatchery of Patin Catfish (Pangasius hypophthalmus) (Case Studies on the CV. Mika Distrindo). Supervised by RIZAL SYARIEF as Chief and SAPTA RAHARJA as Member. The development of larva production of Patin catfish has great potential to meet market demand. In this case, Lampung is one of Patin catfish enlargement center which has large aquaculture production than others. Production of Patin catfish in Lampung, in 2010 was 19.565 tonnes. Demand of Patin catfish larva is taken to anticipate, so in the future, no need to bring out the larva from the other region. Obstacles and constraints faced by the company, mainly by CV. Mika Distrindo are very diverse, from each stage of production until marketing process. Therefore, it is needed a development strategy to increase production to meet demand of Patin catfish larva for Metro region and surrounding areas. The aims of this study were: (1) To obtain information on the production process of breeding Patin catfish; (2) To know the feasibility of Patin catfish breeding; and (3) To carry out the strategy of seeding to obtain maximum profit. The analysis used descriptive and analytical methods which data that have been collected will be described or portrayed as it is. The data were collected through interviews, observation and literature study. Method of analysis was done with (1) a descriptive analysis of the production process for a portrait Patin catfish hatchery; (2) Analysis of the feasibility using Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost (B/C) Ratio, Gross Benefit Cost (B/C) Ratio, Pay Back Period (PBP), and Break Even Point (BEP); (3) Analysis of internal and external matrix are using Internal Factor Evaluation (IFE) and External Factor Evaluation (EFE) matrix, and in combination in a matrix of Internal External (IE); 4) Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT) matrix analysis to formulate strategic alternatives; and 5) Analysis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) for alternative decision priorities. The study results shows that CV. Mika Distrindo is feasible because the business get the financial benefit. Indications in terms of financial feasibility is known from Rp.516.660.510,- of NPV; 21.42% of IRR; 5.57 of Gross B/C Ratio; 4.05 of Nett B/C Ratio; 10 months and 5 days of PBP and 2.698.006 of larva production or Rp.539.601.139,60 of the value of sales. IFE score is 2.511 and EFE score is 2.565. The Company core strategy is Growth/Stability Strategy. The SWOT analysis obtains formulation of strategies including the use of advances in technology, expansion of marketing network, strengthening capital, increasing sales volume, doing partnerships, taking advantage of investors, increase customer loyalty, maintain larva quality, improved system management and collaboration with stakeholders. Keywords : Patin Catfish Hatchery, Aquaculture, Feasibility Analysis and Business Development Strategy
RINGKASAN
PINDO WITOKO. Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) (Studi Kasus pada CV. Mika Distrindo). Dibimbing oleh RIZAL SYARIEF sebagai ketua dan SAPTA RAHARJA sebagai anggota. Sektor agribisnis yang memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangakan adalah di bidang perikanan, terutama perikanan budidaya (aquaculture). Salah satu jenis ikan konsumsi yang banyak digemari oleh masyarakat adalah ikan Patin, karena memiliki rasa daging yang enak, lezat, gurih, dan teksturnya yang sedikit kenyal serta harganya yang relatif terjangkau. Keberhasilan usaha ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) sangat ditentukan oleh input bermutu yang diperoleh dari proses produksi yang baik. Salah satu input produksi tersebut adalah benih. Dengan meningkatnya usaha pembesaran ikan Patin, kebutuhan benih dimasyarakat juga semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan benih hingga saat ini belum sepenuhnya diimbangi dengan penyediaan benih dengan mutu dan kuantitas yang baik. Pengembangan produksi benih ikan Patin memiliki potensi besar untuk memenuhi permintaan pasar. Dalam hal ini, Lampung merupakan salah satu sentra pembesaran ikan Patin, dimana produksi perikanan budidaya terbesar jika dibandingkan dengan komoditas perikanan lainnya. Produksi ikan Patin konsumsi di Propinsi Lampung pada Tahun 2010 menunjukan angka 19.565 ton. Pemenuhan permintaan benih ikan Patin tersebut sudah mulai diupayakan, sehingga nantinya tidak perlu lagi mendatangkan benih dari luar darah. Hambatan dan kendala yang dihadapi oleh para pembenih, terutama oleh CV. Mika Distrindo sangatlah beragam dimulai dari tiap tahapan produksi sampai pemasaran. Untuk itu perlu adanya strategi pengembangan yang tepat untuk menghadapi situasi yang ada pada usaha pembenihan ikan Patin, guna peningkatan produksi guna pemenuhan permintaan akan benih ikan Patin di daerah metro dan sekitarnya. Tujuan penelitian ini adalah (1) Memperoleh informasi proses produksi pada kegiatan usaha pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo; (2) Mengetahui kelayakan usaha pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo; dan (3) Mendapatkan strategi pengembangan usaha pembenihan ikan Patin yang paling efektif dalam memperoleh hasil maksimal. Lokasi yang dijadikan tempat kajian adalah CV. Mika Distrindo yang berlokasi di Desa Sumbersari, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro, Lampung. Kajian ini menggunakan metode deskriptif dan analitik yang bersifat studi kasus, dimana data yang telah terkumpul dideskripsikan, atau digambarkan sebagaimana adanya. Data yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan studi pustaka. Metode analisis dilakukan dengan (1) Analisis deskriptif untuk mengambarkan proses produksi dalam pembenihan kan Patin; (2) Analisis kelayakan usaha menggunakan pedekatan net present value (NPV), internal rate of return (IRR), net benefit cost (B/C) ratio, gross benefit cost (B/C) ratio, pay back period (PBP), dan break even point (BEP); 3) Analisis lingkungan internal dan eksternal
dievaluasi dengan matriks internal factor evaluation (IFE) untuk kekuatan dan kelemahan serta matriks external factor evaluation (EFE) untuk peluang dan ancaman, kemudian di gabungkan dalam matriks internal external (IE); 4) Analisis SWOT (strengths-weaknesses-opportunties-threats) yang memakai variabel internal dan eksternal perusahaan untuk memperoleh alternatif-alternatif prioritas strategi bagi pengembangan usahanya; dan 5) Analisis quantitative Strategic Planning matrix (QSPM) untuk pengambilan keputusan alternatif prioritas strategi yang tepat dan terbaik untuk diterapkan bagi pengembangan usaha pembenihan ikan Patin CV. Mika Distrindo Dari hasil analisis kelayakan usaha pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo dikatakan layak, karena dari hasil perhitungan yang dilakukan mendapatkan hasil yang memberikan manfaat (benefit) secara financial. Indikasi kelayakan dari segi financial diketahui dari hasil perhitungan dengan kebutuhan biaya investasi Rp.509.050.000,- dan rataan biaya operasional Rp.284.100.000,per tahun menghasilkan nilai NPV Rp.516.660.510,- ; IRR 21,42% ; Gross B/C Ratio 5,57 ; Nett B/C Ratio 4,05 ; PBP 0,85 tahun atau 10 bulan 5 hari dan BEP pada produksi benih 2.698.006 ekor atau pada nilai penjualan Rp.539.601.139,60 (90%) Dari hasil penjumlahan skor total pada matriks IFE dan EFE didapatkan nilai masing masing 2,511 dan 2,565. Apabila masing-masing total skor dari faktor internal maupun eksternal dipetakan dalam matriks, maka posisi perusahaan saat ini berada di kotak di kuadran ke-lima yang berarti inti strategi yang diterapkan perusahaan adalah Strategi Pertumbuhan/Stabilitas. Hasil analisis SWOT berupa pemanfaatan kemajuan teknologi, perluasan jaringan pemasaran, penguatan modal, peningkatan volume penjualan, malakukan kemitraan, memanfaatkan investor, meningkatkan loyalitas pelanggan, mempertahankan mutu benih, perbaikan sistem manajemen dan peningkatan kerjasama dengan stakeholder. Implementasi strategi didapat berdasarkan perhitungan matriks QSP adalah meningkatkan volume penjualan benih Ikan Patin dengan nilai daya tarik 5,397.
@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak ipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutip hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan pustaka suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) (STUDI KASUS PADA CV. MIKA DISTRINDO)
PINDO WITOKO
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir: Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA
Judul Tugas Akhir
Nama Mahasiswa Nomor Pokok
: Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) (Studi Kasus pada CV. Mika Distrindo) : Pindo Witoko : F054107105
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. Rizal Syarief, DESS Ketua
Dr. Ir. Sapta Rahardja, DEA Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah,
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA
Dr.Ir. H. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Tanggal Ujian :
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini yang berjudul Analisis Kelayakan dan Strategi
Pengembangan
Usaha
Pembenihan
Ikan
Patin
(Pangasius
hypophthalmus) (Studi Kasus pada CV. Mika Distrindo) tepat pada waktunya. Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional dalam program studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, berbagai pihak telah memberikan masukan dan bantuan sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Rizal Syarief, DESS selaku Ketua Komisi Pembimbing. 2. Bapak Dr. Ir. Sapta Rahardja, DEA selaku Anggota Komisi Pembimbing 3. Bapak Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku Ketua Program dan Penguji Luar Komisi 4. Bapak dan Ibu Dosen, serta Pegawai Sekretariat Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah membimbing, meluangkan waktunya dan memberikan ilmunya kepada penulis. 5. Bapak Mika Prasetya selaku pemilik CV. Mika Distrindo beserta karyawannya
yang
telah
membimbing,
meluangkan
waktunya
dan
memberikan ilmunya kepada penulis. 6. Bapak Firngadi (alm), Ibu Murjiem, Andhi Wicaksono, ST., Nining Isti Utami, ST., Illyasa Razzan Andhista dan Alvero Anargya Andhista tercinta yang telah memberikan do’a dan dorongan kepada penulis. 7. Rekan-rekan seperjuangan dengan penulis Angkatan 14 Marlinda Apriyanti, Intan Zania Nasrun, Wine Widiana, Berliyanto Budi Cahyo, August
Thryanda, Jaja Subagia Dinata, Santoso, Andi Anto, Sugeng Riyanto, Pristiyanto, Robert E. Kusnadi dan Suryadi. 8. Rekan-rekan, sanak saudara yang telah membantu, memberikan dorongan dan Do’a, namun tidak dapat disebutkan penulis satu persatu karena keterbatasan tempat, semoga dapat diberikan taufik dan Hidayah-Nya selalu. Amin. Semoga tugas akhir ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi dunia industri kecil menengah pada umumnya dan pembenihan ikan Patin pada khususnya. Saran dan kritik atas Tugas Akhir ini sangat diharapkan, agar menjadi lebih sempurna dan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor,
Mei 2012
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 14 Juni 1983 sebagai anak kedua dari ayah Firngadi (alm) dan ibu Murjiem. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SD N 2 Sumbersari, Sekolah Lanjuan Tingkat Pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SLTP N 1 Metro, serta Sekolah Menengah Umum diselesaikan pada tahun 2001 di SMU N 9 Yogyakarta. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 2001. Pada bulan September 2010 penulis diterima di Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Riwayat pekerjaan Penulis sebagai Technical Support and Sales (TSS) di PT. Suri Tani Pemuka (STP) Japfa Comfeed tahun 2007 - 2008, Manajer produksi tambak udang di PT. Aruna Wijaya Sakti (AWS) tahun 2008 - 2009 dan sebagai staf pengajar di Program Studi Budidaya Perikanan, Jurusan Peternakan, Politeknik Negeri Lampung tahun 2009 – sekarang.
ABSTRACT
PINDO WITOKO. Feasibility Study and Business Development Strategy of Hatchery of Patin Catfish (Pangasius hypophthalmus) (Case Studies on the CV. Mika Distrindo). Supervised by RIZAL SYARIEF as Chief and SAPTA RAHARJA as Member. The development of larva production of Patin catfish has great potential to meet market demand. In this case, Lampung is one of Patin catfish enlargement center which has large aquaculture production than others. Production of Patin catfish in Lampung, in 2010 was 19.565 tonnes. Demand of Patin catfish larva is taken to anticipate, so in the future, no need to bring out the larva from the other region. Obstacles and constraints faced by the company, mainly by CV. Mika Distrindo are very diverse, from each stage of production until marketing process. Therefore, it is needed a development strategy to increase production to meet demand of Patin catfish larva for Metro region and surrounding areas. The aims of this study were: (1) To obtain information on the production process of breeding Patin catfish; (2) To know the feasibility of Patin catfish breeding; and (3) To carry out the strategy of seeding to obtain maximum profit. The analysis used descriptive and analytical methods which data that have been collected will be described or portrayed as it is. The data were collected through interviews, observation and literature study. Method of analysis was done with (1) a descriptive analysis of the production process for a portrait Patin catfish hatchery; (2) Analysis of the feasibility using Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost (B/C) Ratio, Gross Benefit Cost (B/C) Ratio, Pay Back Period (PBP), and Break Even Point (BEP); (3) Analysis of internal and external matrix are using Internal Factor Evaluation (IFE) and External Factor Evaluation (EFE) matrix, and in combination in a matrix of Internal External (IE); 4) Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT) matrix analysis to formulate strategic alternatives; and 5) Analysis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) for alternative decision priorities. The study results shows that CV. Mika Distrindo is feasible because the business get the financial benefit. Indications in terms of financial feasibility is known from Rp.516.660.510,- of NPV; 21.42% of IRR; 5.57 of Gross B/C Ratio; 4.05 of Nett B/C Ratio; 10 months and 5 days of PBP and 2.698.006 of larva production or Rp.539.601.139,60 of the value of sales. IFE score is 2.511 and EFE score is 2.565. The Company core strategy is Growth/Stability Strategy. The SWOT analysis obtains formulation of strategies including the use of advances in technology, expansion of marketing network, strengthening capital, increasing sales volume, doing partnerships, taking advantage of investors, increase customer loyalty, maintain larva quality, improved system management and collaboration with stakeholders. Keywords : Patin Catfish Hatchery, Aquaculture, Feasibility Analysis and Business Development Strategy
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii I.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah .............................................................................. 1.3 Tujuan...................................................................................................
1 5 6
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembenihan Ikan Patin ........................................................................ 2.1.1 Klasifikasi Ikan Patin .................................................................. 2.1.2 Proses Produksi Benih Ikan Patin ............................................... 2.2 Kelayakan Usaha .................................................................................. 2.3 Manajemen Strategi .............................................................................. 2.4 Analisis Strategi Pengembangan Usaha ............................................... 2.4.1 Faktor Internal dan Eksternal ...................................................... 2.4.2 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal ............................... 2.4.3 Matriks Internal – Eksternal ....................................................... 2.4.4 Matriks SWOT ............................................................................ 2.4.5 Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif ...................................
7 7 9 11 15 18 18 22 23 24 24
III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu................................................................................. 3.2 Metode Kerja ........................................................................................ 3.2.1 Pengumpulan Data ...................................................................... 3.2.2 Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 3.3 Aspek Kajian ........................................................................................ 3.3.1 Kondisi Umum ............................................................................ 3.3.2 Menganalisis Kelayakan Usaha .................................................. 3.3.3 Menganalisis pengembangan Usaha ...........................................
27 27 27 28 31 31 31 34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian ................................................................. 4.1.1 Produksi benih Ikan Patin di Metro, Lampung ............................ 4.1.2 Perkembangan Produksi Benih Ikan Patin ................................... 4.1.3 Lokasi dan Tata Letak .................................................................. 4.1.4 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ....................................... 4.1.5 Struktur Organisasi ....................................................................... 4.1.6 Produk yang Dihasilkan ............................................................... 4.2 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ........................................................
43 43 45 46 46 47 48 49
ix
4.3 Analisis Lingkungan ............................................................................. 4.3.1 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan ................................ 4.3.2 Analisis Lingkungan Internal Perusahaan ................................... 4.4 Analisis Kelayakan Usaha .................................................................... 4.5 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman ...... 4.6 Analisa Matriks IFE dan EFE ............................................................... 4.6.1 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) .................................... 4.6.2 Matriks External Factor Evaluation (EFE).................................. 4.7 Matriks Internal Eksternal (IE Matriks) ............................................... 4.8 Analisis Matriks SWOT ....................................................................... 4.9 Analisis Matriks QSP ........................................................................... 4.10 Implementasi Strategi ...........................................................................
49 50 55 77 79 84 84 85 86 87 90 92
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 95 5.2 Saran ..................................................................................................... 96 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 97 LAMPIRAN .................................................................................................. 101
x
DAFTAR TABEL Halaman 1. Produksi benih ikan Patin di Kota Metro dari tahun 2005-2009 ...........
3
2. Produksi benih ikan Patin di Kabupaten Bogor dari tahun 2007-2010 .
3
3. Pembenihan yang Bersertifikat di Indonesia tahun 2011 ......................
5
4. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan ...............................
35
5. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan .............................
35
6. Matriks IFE ............................................................................................
36
7. Matriks EFE ...........................................................................................
36
8. Matriks SWOT .......................................................................................
39
9. Matriks QSP ...........................................................................................
41
10. Proyeksi produksi perikanan budidaya menurut komoditas utama 2010-2014 dalam satuan ribu ton..........................................................
43
11. Target produksi menurut Propinsi pada tahun 2011 ..............................
44
12. Jumlah karyawan CV. Mika Distrindo berdasarkan latar belakang pendidikan .............................................................................................
48
13. Jenis pakan berdasarkan umur dalam pemeliharaan benih Patin ...........
65
14. Kelayakan usaha pembenihan ikan Patin CV. Mika Distrindo..............
78
15. Profil SWOT CV. Mika Distrindo .........................................................
79
16. Perhitungan Matriks IFE CV. Mika Distrindo .......................................
85
17. Perhitungan Matriks EFE CV. Mika Distrindo......................................
86
18. Rumusan strategi pengembangan dengan matriks SWOT CV. Mika DIstrindo ..............................................................................
89
19. Urutan prioritas strategi dari matriks QSP CV. Mika Distrindo ............
91
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Kerangka pemikiran kajian ..............................................................
30
2.
Matriks IE ........................................................................................
37
3.
Diagram analisi SWOT....................................................................
38
4.
Struktur organisasi CV. Mika Distrindo ..........................................
47
5.
Jalur pemasaran benih Patin CV. Mika Distrindo ...........................
55
6.
Diagram kegiatan pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo. .
65
7.
Bagan alir proses produksi benih ikan Patin....................................
69
8.
Matriks Internal–Eksternal CV. Mika Distrindo .............................
87
xii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuesioner Kajian .................................................................................. 101 2. Kuesioner penentuan bobot dan rating faktor internal dan eksternal .... 107 3. Komposisi biaya investasi CV. Mika Distrindo ................................... 111 4. Komposisi biaya operasional CV. Mika Distrindo ............................... 112 5. Analisa usaha pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo ............. 113 6. Perhitungan rating faktor strategi internal dan eksternal CV. Mika Distrindo ........................................................................... 114 7. Rekapitulasi perhitungan rating faktor strategi internal dan eksternal CV. Mika Distrindo ........................................................................... 116 8. Perhitungan bobot faktor strategi internal dan eksternal CV. Mika Distrindo ........................................................................... 117 9. Rekapitulasi perhitungan bobot faktor strategi internal dan eksternal CV. Mika Distrindo ........................................................................... 119 10. Hasil perhitungan Matriks QSP CV. Mika Distrindo ........................... 120
xiii
xiv
1
1
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah perlu dikembangkan karena merupakan salah satu kekuatan pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi. Gerakan sektor UMKM sangat vital untuk menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan. UMKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut serta arah permintaan pasar, serta menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan sektor usaha lainnya serta memberikan konstribusi penting dalam ekspor dan perdagangan (Pramiyanti, 2008). Ditinjau dari segi usaha, sektor agribisnis juga telah terbukti memiliki daya tahan terhadap krisis ekonomi yang menimpa Indonesia, karena sektor usaha ini sejalan dengan basis sumberdaya (resources base) yang banyak tesedia. Agribisnis merupakan kegiatan usaha yang berkaitan dengan sektor pertanian dalam arti luas yang meliputi pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan. Agribisnis juga merupakan penjumlahan semua kegiatan yang berkecimpung dalam pabrik dan distribusi alat maupun bahan pertanian, kegiatan produksi, pengolahan, penyimpanan dan distribusi komoditas pertanian atau barang-barang yang dihasilkan. Sektor agribisnis yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan adalah bidang perikanan. Prospek sektor perikanan indonesia untuk ekspor sangat cerah karena permintaan dan kebutuhan ikan dunia yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan permintaan dan kebutuhan tersebut sebagai akibat dari pertambahan jumlah penduduk dan perubahan konsumsi masyarakat ke arah protein hewani yang lebih sehat. Salah satu potensi perikanan Indonesia yang berkembang adalah budidaya perikanan (aquaculture). Potensi budidaya perikanan Indonesia diperkirakan seluas 15,59 juta Ha yang terdiri dari budidaya air tawar (2,23 juta Ha), payau (1,22 juta Ha), dan laut (12,14 juta Ha), tetapi pemanfaatannya masih sangat kecil, yaitu untuk tawar baru 10,01 % (223.223 Ha), payau 40 % (488.000 Ha), dan laut 0,01 % (1.214 Ha) (Fadel, 2011).
2
2
Salah satu jenis ikan konsumsi air tawar yang memiliki potensi dan banyak digemari oleh masyarakat adalah ikan Patin (Pangasius hypophthalmus), terutama di pulau Sumatera dan Kalimantan. Hal ini disebabkan rasa daging ikan Patin yang enak, lezat, gurih dan tekstur dagingnya yang sedikit kenyal. Selain itu, harga ikan Patin yang relatif terjangkau membuat masyarakat gemar mengkonsumsi ikan jenis ini, maka untuk merespon potensi permintaan tersebut, diperlukan suatu kegiatan usaha budidaya ikan Patin. Ikan Patin merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, digemari oleh masyarakat dan mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap perubahan kondisi lingkungan. Ikan Patin digunakan sebagai alternatif pengganti ikan Baung yang keberadaanya semakin sedikit di alam dan masih susah untuk dibudidayakan secara besar besaran. Pengembangan Ikan Patin sudah banyak dilakukan petani pembudidaya dan cenderung terus meningkat. Peningkatan usaha budidaya dilakukan dalam rangka memenuhi permintaan akan kebutuhan ikan konsumsi di masyarakat. Keberhasilan usaha pembesaran ikan Patin sangat ditentukan oleh input yang bermutu dan proses produksi yang baik. Salah satu input produksi tersebut adalah benih. Mutu benih ikan sangat menentukan output pembesaran ikan Patin yang akan dihasilkan. Apabila benih ikan Patin mempunyai mutu yang baik maka kemungkinan besar hasil ikan Patin konsumsi bermutu baik juga. Dengan meningkatnya usaha pembesaran ikan Patin, kebutuhan akan benih di tingkat pembesaran semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan benih hingga saat ini belum sepenuhnya diimbangi dengan penyediaan benih yang bermutu baik. Pengembangan produksi benih ikan Patin memiliki potensi besar untuk memenuhi permintaan pasar. Dalam hal ini, Lampung merupakan salah satu sentra pembesaran ikan Patin dimana produksi perikanan budidaya terbesar jika dibandingkan dengan komoditas perikanan lainnya (Tribun, 2010). Produksi ikan Patin konsumsi di Propinsi Lampung pada Tahun 2010 menunjukan angka 19.565 ton (Taryono, 2011), berdasarkan data tersebut maka jumlah kebutuhan benih ikan Patin di Lampung adalah 39.130.000 ekor. Jumlah tersebut didapatkan dari asumsi dengan ukuran konsumsi 2 ekor/kg. Jumlah kebutuhan tersebut masih sangat jauh jika dibandingkan dengan total produksi rataan benih ikan Patin di Lampung,
3
3
sehingga diperlukan usaha untuk meningkatkan produksi benih ikan Patin di Lampung. Maka tidak salah jika pemerintah menargetkan produksi benih ikan Patin yang cukup besar di daerah tersebut. Salah satu wilayah yang menjadi basis produksi benih ikan Patin di Lampung adalah Kota Metro. Berikut ini Tabel mengenai produksi benih ikan Patin di Kota Metro. Tabel 1. Produksi benih ikan Patin di Kota Metro dari tahun 2005-2009 No Tahun Produksi Benih Ikan Patin (ekor) 1 2005 1.208.000 2 2006 653.000 3 2007 831.000 4 2008 892.000 5 2009 1.782.000 Rata-rata Produksi Per Tahun 1.073.200 Sumber: Dinas Pertanian Bidang Perikanan Kota Metro, 2009 Produksi benih ikan Patin di Kota Metro masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pembenihan di Jawa dan daerah lainnya. Berdasarkan Tabel 1. di atas rataan produksi benih ikan Patin pertahun dari tahun 2005-2009 adalah 1.073.200 ekor. Jika dibandingkan dengan daerah lain, Kondisi pembenihan di Kota Metro berbeda jauh dengan pembenihan ikan Patin di Subang yang mampu memproduksi 18.300.000 ekor benih ikan Patin per tahun, dan di daerah Bogor yang mampu menghasilkan benih ikan Patin rataan per tahun 49.047.000 ekor. Berikut ini Tabel mengenai produksi benih ikan Patin di Kabupaten Bogor tahun 2007-2010. Tabel 2. Produksi benih ikan Patin di Kabupaten Bogor dari tahun 2007-2010. No Tahun Produksi Benih Ikan Patin (ekor) 1 2007 58.126.000 2 2008 79.893.000 3 2009 26.358.000 4 2010 32.047.000 Rata-rata Produksi Per Tahun 49.106.000 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2011 Hambatan dan sumber risiko produksi yang dihadapi oleh pembenih ikan Patin yang memicu ketidakberhasilan sehingga produksi yang dihasikan sedikit, karena terjadinya kematian benih ikan Patin (mortalitas rate) dan rendahnya produktifitas telur yang dihasilkan oleh indukan. Penyebab hambatan tersebut diantaranya adalah penyakit, perubahan suhu air yang ekstrim, musim kemarau,
4
4
dan kanibalisme. Penyakit yang biasa menyerang benih ikan Patin adalah jenis bakteri Aeromonas dan penyakit white spot. Kedua penyakit ini berasal dari lingkungan yang tidak terkontrol, sehingga menyebabkan benih ikan kehilangan nafsu makan, lemas, dan dapat menyebabkan kematian. Perubahan suhu air yang ekstrim mengharuskan benih beradaptasi dengan lingkungan baru. Benih yang lemah tidak dapat bertahan pada perubahan tersebut, sehingga menyebabkan kematian. Musim kemarau menyebabkan produksi telur oleh indukan berkurang, hal ini disebabkan respon ikan terhadap lingkungannya, pengaruh musim kemarau dapat menurunkan produksi telur hingga 50 %. Kanibalisme terjadi setelah telur menetas, ketika cadangan makanan (yolk sack) habis benih ikan Patin membutuhkan makanan dan dapat bersifat kanibal atau karnivora jika ketersediaan pakan di media budidaya terbatas jumlahnya. Menurut Hubeis dan Najib (2008), keberadaan suatu perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara memuaskan dari segi mutu, ketersediaan, harga dan distribusinya. Sedangkan permintaan konsumen terhadap barang sekarang ini semakin kompleks seiring semakin banyaknya alternatif usaha yang telah ada. Situasi persaingan usaha yang tinggi memaksa CV. Mika Distrindo untuk lebih meningkatkan daya saingnya sehingga mencapai tingkatan superior competitive advantage di antara pesaingnya. Untuk itu perlu adanya strategi pengembangan usaha yang harus dilakukan untuk menghadapi situasi persaingan yang ada pada usaha pembenihan ikan Patin. CV. Mika Distrindo merupakan salah satu usaha pembenihan ikan Patin bersertifikat di Indonesia (Tabel 3). Salah satu faktor yang menyebabkan masih sedikitnya pembenih ikan Patin adalah baru berkembangnya pembenihan ikan Patin di Kota Metro, sehingga usaha ini dianggap belum stabil. Selain itu besarnya modal awal yang berkisar Rp.15.000.000,- (Hasanudin, 2011) untuk melakukan usaha pembenihan menjadi faktor lain yang mempengaruhi jumlah pembenih dan produksi benih ikan Patin di Kota Metro.
5
5
Tabel 3. Pembenihan yang Bersertifikat di Indonesia tahun 2011 Nama Kelompok No Komoditas Lokasi Usaha/Perusahaan Sukamandi, 1 BPBAT Cijengkol Ikan Patin Subang, Jawa Barat Padang Mutung, 2 BBIS Sei Tibun Ikan Patin Kampar, Riau Padang Mutung, 3 Ohara Sakti Indo Pratiwi Ikan Patin Kampar, Riau UPR Graha Pratama Koto Masjid, 4 Ikan Patin Fish Kampar, Riau Kec. Lima Puluh, 5 Dolphin Farm Ikan Patin Pekanbaru, Riau Bangkinang, 6 UPR Stanum Hatchery Ikan Patin Kampar,Riau Kota Metro 7 CV. Mika Distrindo Ikan Patin Lampung Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP, 2010
Produksi Benih (ekor) 18.300.000 1.000.000 18.000.000 4.500.000 3.400.000 3.600.000 3.000.000
Studi kasus analisis kelayakan dan strategi pengembangan usaha pembenihan ikan Patin ini untuk mengetahui tingkat kelayakan dalam usaha pembenihan ikan Patin. Selain itu untuk mendapatkan strategi guna lebih meningkatkan usaha kecil menegah pembenihan ikan Patin agar dapat lebih berkembang dan tumbuh.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimana kegiatan usaha CV. Mika Distrindo dalam menghadapi kendala proses produksi pembenihan ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) ? 2. Bagaimana
kelayakan
usaha
pembenihan
ikan
Patin
(Pangasius
hypopthalmus) pada CV. Mika Distrindo ? 3. Bagaimana strategi pengembangan usaha pembenihan ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) pada CV. Mika Distrindo ?
6
6
1.3 Tujuan 1. Mengkaji informasi proses produksi pada kegiatan usaha pembenihan ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) CV. Mika Distrindo. 2. Menganalisis
kelayakan
usaha
pembenihan
ikan
Patin
(Pangasius
hypopthalmus) di CV. Mika Distrindo 3. Menyusun strategi pengembangan usaha pembenihan yang paling efektif untuk memperoleh hasil maksimal.
7
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembenihan Ikan Patin 2.1.1
Karakteristik Ikan Patin Ikan Patin termasuk ke dalam golongan Pangasidae, yaitu golongan ikan
lele yang banyak terdapat di beberapa negara terutama di Benua Asia. Menurut Susanto dan Amri (1998), ikan Patin dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Sub-kelas : Teleostei Ordo
: Ostariphysi
Sub-Ordo : Siluroidae Famili
: Pangasidae
Genus
: Pangasius
Spesies
: Pangasius hypophthalmus
Bentuk tubuh ikan Patin memanjang berwarna putih seperti perak dengan punggung kebiru-biruan. Panjang ikan Patin dapat mencapai 120 cm dan kepalanya relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala bagian bawah. Pada sudut mulutnya terdapat dua (2) pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai indra peraba. Sirip punggung memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang bergerigi. Ikan Patin memiliki sirip ekor yang membentuk cagak dan bentuknya simetris, sirip duburnya panjang terdiri dari 30-33 jari-jari lunak, sedangkan sirip perutnya memiliki enam jari-jari lunak. Sirip dada memiliki 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi senjata yang dikenal sebagai patil. Ikan Patin Siam biasa juga disebut Patin Bangkok, atau Lele Bangkok. Sebutan ini muncul tidak hanya ukurannya yang besar, tetapi juga berasal dari Bangkok. Ikan Patin dapat hidup baik pada derajat keasaman (pH) 5-9, kandungan oksigen antara 3-6 ppm, kandungan CO2 antara 9-20 ppm, alkalinitas antara 80250 ppm dan suhu antara 28-30ºC (Khairuman dan Sudenda, 2002)
8
8
Habitat ikan Patin di sungai-sungai yang tersebar di Indonesia, India, dan Myanmar (Kottelat et al., 1993). Ikan Patin hidup di alam bebas dan biasanya bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai, atau kali. Ikan ini baru keluar dari liang persembunyiannya pada waktu malam hari atau ketika hari mulai gelap. Hal ini sesuai dengan sifat hidupnya yang nocturnal (aktif pada malam hari). Ikan Patin siam merupakan ikan pemakan segala (omnivora). Secara alami makanan ikan Patin siam berupa ikan-ikan kecil, detritus, serangga, udang-udangan, moluska, dan biji-bijian. Berdasarkan jenis makannya yang beragam tersebut oleh para ahli ikan Patin dikategorikan sebagai ikan omnivore, atau pemakan segala (Subamia et al., 2003). Dari segi rasa, daging ikan Patin memiliki karakteristik yang khas. Dari semua jenis ikan keluarga lele-lelean, ikan Patin merupakan jenis unggulan dan paling dicari. Dari segi kandungan gizi, nilai protein daging ikan Patin cukup tinggi yaitu mengandung 68,6 %. Kandungan lemak sekitar 5,85 %, abu 3,5 % dan air 59,3 % (Mehyuddin, 2010). Ikan Patin sulit memijah secara alami dan termasuk ikan yang mempunyai sifat musiman. Ikan ini tidak sanggup melakukan ovulasi karena perkembangan gonad berhenti pada fase istirahat. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan yang berbeda dengan sungai sebagai habitat alaminya (Subamia et al., 2003). Pemijahan ikan Patin dilakukan melalui pemijahan buatan (induced breeding) melalui bantuan rangsangan hormonal. Hormon yang sering digunakan untuk memacu ovulasi dan pemijahan adalah kelenjar hipofisa yang diperoleh dari ikan donor dan hormon sintetik yang banyak dijual di pasaran seperti hormon Gonadotropin. Hormon ini telah berhasil digunakan untuk merangsang ovulasi pada jenis-jenis ikan air tawar, payau dan laut. Ovaprim akan bekerja untuk meningkatkan kadar gonadotropin di dalam darah dan selanjutnya menuju gonad, sehingga proses ovulasi dapat berjalan cepat. Ovulasi adalah proses runtuhnya atau lepasnya telur dari dinding ovarium ke rongga ovarium dan siap memijah. Jika ikan tidak mengalami ovulasi maka tidak terjadi pemijahan (Afrianto dan Liviawati, 1990).
9
9
2.1.2
Proses Produksi Benih Ikan Patin Proses produksi atau budidaya adalah kegiatan memelihara (reproduksi,
produksi dan penanganan) organisme spesifik dalam sarana akuatik dengan lingkungan yang terkontrol. Budidaya juga dapat diartikan sebagai kegiatan membesarkan organisme dalam air dengan komponen-komponen kimia, fisika dan biologi lingkungan perairan seperti mutu air dan gizi, baik mutu maupun kuantitas, hama dan lain-lain (Khairuman dan Amri, 2008). Guna memperoleh hasil produksi yang tinggi maka diperlukan benih yang baik. Benih yang digunakan dalam proses budidaya sebaiknya adalah benih yang memenuhi persyaratan fisik (ukuran, bentuk dan warna) serta tahan dan bebas dari serangan penyakit. Selain itu benih yang dipilih adalah benih yang mudah beradaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan, pertumbuhan cepat dan relatif mudah diperoleh. Biasanya ukuran benih yang digunakan dalam usaha pembesaran adalah 1,5-2 inci per ekor. Penyediaan benih ikan Patin dapat dilakukan dengan dua (2) cara yaitu dengan menangkap benih yang ada di perairan umum dan dengan memijahkan ikan pemeliharaan tersebut di kolam, atau dengan cara pembuahan buatan. Pembuahan buatan biasanya dilakukan terhadap ikan-ikan yang sulit, atau belum dapat memijah di kolam buatan dengan alasan ketidakcocokan faktor-faktor ekologis. Teknik pembuahan buatan memberikan kemungkinan meningkatkan produksi benih tiap induk dan mengendalikan prosesnya setiap saat sesuai dengan yang dikehendaki. Teknik pembuahan buatan ini dilakukan dengan menyuntikan hormon ekstrak yang diperoleh dari kelenjar hipofisa donor ikan mas. Pembuahan telur dapat dilakukan dengan dua (2) cara, yaitu : a. Pembuahan alami artinya membiarkan pembuahan terjadi dengan sendirinya dalam bak pemijahan. b. Pembuahan buatan artinya membuahi telur-telur yang sengaja diurut keluar dari induk betina dicampur dengan sperma ikan jantan yang telah dikeluarkan dari induk jantan yang ditampung dalam suatu wadah. Setelah telur-telur dibuahi, maka kegiatan selanjutnya adalah menaburkan telur-telur yang telah dibuahi ke dalam kolam penetasan.
10
10
Ikan Patin termasuk ikan omnivora yang cenderung karnivora, sehingga kriteria makanan alami yang baik untuk larva ikan Patin adalah terlihat oleh ikan, melayang-melayang di dalam air, enak dan tidak mengejutkan ikan. Keberhasilan larva ikan Patin dalam memilih makanan alaminya juga tergantung pada kombinasi faktor biologi dan fisika, yaitu ukuran makanan alami yang sesuai dengan bukaan mulut larva, kepadatan makanan, makanan yang bergerak, tingkat kekurangan air, pergerakan larva dan makanan yang tidak transparan. Menurut Kordi (2005), selain pakan, sarana yang diperlukan dalam usaha pembenihan ikan Patin untuk skala kecil berupa : a. Wadah Wadah merupakan suatu tempat untuk penetasan dan pemeliharaan telur. Wadah yang digunakan ada beberapa macam, tergantung fungsinya, yaitu : 1) Akuarium, berfungsi sebagai tempat penetasan telur dan pemeliharaan larva ikan Patin. Ukuran akuarium yang disarankan adalah (80x40x40) cm3. 2) Kolam pemeliharaan induk berfungsi untuk memelihara induk dengan ukuran kolam disesuaikan dengan jumlah induk yang dipelihahara dengan kepadatan adalah 0,25 kg/m2. Ukuran kolam yang biasa digunakan seluas 3x3 m2 dengan kedalaman air 100 cm. 3) Kolam pemberokan berfungsi untuk menempatkan induk hasil seleksi dari kolam pemeliharaan induk sebagai penyimpanan sementara. Dinding kolam pemberokan sebaiknya dibuat tidak kasar dan diberi Styrofoam, karena sifat ikan Patin yang suka menabrak dinding apabila terkejut guna menghindari induk ikan terluka. 4) Bak penampungan cacing berfungsi untuk menampung cacing rambut yang merupakan pakan alami bagi benih ikan Patin, dimana bak ini dipertahankan agar air selalu mengalir dengan kedalaman 10-25 cm. b. Peralatan lain Menurut Prahasta dan Masturi (2008), beberapa peralatan penting yang harus ada dalam usaha pembenihan ikan Patin adalah : 1) Aerator berfungsi untuk menjaga ketersediaan oksigen dalam air. 2) Alat suntik digunakan untuk melakukan penyuntikan atau memasukkan hormon ke dalam tubuh ikan yang akan dipijahkan.
11
11
3) Kompor berfungsi untuk menjaga kondisi suhu air tetap pada kondisi suhu yang optimal (30oC), baik sebagai media penetasan telur maupun pemeliharaan larva dan benih ikan Patin. 4) Baki plastik berfungsi untuk menampung telur hasil pengurutan dan sekaligus sebagai wadah saat melakukan pembuahan buatan (fertilisasi). 5) Gelas berfungsi untuk menampung dan mengencerkan sperma ikan Patin. 6) Bulu ayam berfungsi untuk mengaduk telur pada proses pembuahan telur. 7) Serokan ikan berfungsi untuk menangkap larva serta benih ikan. Sebaiknya digunakan serokan yang berbahan halus, agar tidak menimbulkan luka saat menangkap larva atau benih ikan yang berukuran kecil. 8) Ember atau baskom, berfungsi membantu pemanenan dan pemindahan larva atau benih ikan Patin dari satu wadah ke wadah yang lainnya. Dianjurkan untuk
memilih
ember
atau
waskom
yang
bewarna
terang agar
mempermudah pengelolaan larva atau benih. 9) Selang plastik, berfungsi untuk membuang kotoran dan mengganti air pada media pemeliharaan. Selang yang diperlukan terdiri dari dua (2) ukuran selang. Selang ukuran kecil (diameter 1 cm) untuk membersihkan kotoran di akuarium dan memanen larva. Selang berukuran lebih besar (diameter 2 cm) untuk mengganti air media pemeliharaan. 10) Pompa air, berfungsi untuk mempermudah pengelolaan air di dalam unit pembenihan ikan Patin. 11) Sumber listrik, merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi berjalannya usaha pembenihan ikan Patin, khususnya untuk kegiatan penetasan telur dan pemeliharaan larva.
2.2 Kelayakan Usaha Prospek pengembangan bisnis dapat dilihat melalui analisis kelayakan usaha dari pendirian usaha tersebut dan hal ini diperlukan dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi selanjutnya. Studi kelayakan bisnis merupakan kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha/proyek (Ibrahim, 2003). Studi kelayakan usaha bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pihak yang
12
12
terkait dengan usaha tersebut misalnya investor, kreditur dan pemerintah. Pendirian dan pengembangan usaha layak dilaksanakan ditinjau dari beberapa aspek antara lain aspek organisasi, aspek pemasaran, aspek teknik/operasi dan aspek keuangan (Zubir, 2006). Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menggunakan sejumlah sumberdaya untuk memperoleh manfaat. Analisis proyek dilakukan untuk mangambil keputusan dalam menentukan pemilihan investasi yang tepat dari berbagai alternatif yang dapat dilaksanakan (Pramudya, 2011). Kegiatan ini membutuhkan biaya yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan dalam jangka waktu tertentu. Hal pertama yang dikaji berkaitan dengan analisis kelayakan usaha meliputi biaya bangunan fisik, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan proyek (Zubir, 2006). Pembangunan sarana dan prasarana tersebut meliputi: a. Pembelian tanah (termasuk biaya pematang tanah, pembuatan saluran air, lapangan parkir, tanaman dan pemagaran). b. Biaya pembangunan (pabrik, kantor, gudang, mess karyawan, pos satpam dan bangunan penunjang lainnya). c. Biaya pembelian mesin-mesin dan pemasangannya (termasuk biaya tenaga ahli yang digunakan). d. Biaya instalasi listrik, air dan sebagainya. e. Biaya pembelian kendaraan. f. Biaya pembelian peralatan kantor, perabot dan lain lain. Menurut Ibrahim (2003), faktor-faktor yang perlu dinilai dalam menyusun studi kelayakan bisnis menyangkut beberapa aspek, yaitu : a. Aspek pasar dan pemasaran meliputi perkiraan peluang pasar, perkembangan pasar, penetapan harga dan langkah kebijakan pendukung. b. Aspek teknik dan teknologi meliputi lokasi usaha/proyek yang direncanakan, sumber bahan baku, jenis teknologi yang digunakan, kapasitas produksi, jenis dan jumlah investasi yang diperlukan. c. Aspek organisasi dan manajemen meliputi bentuk organisasi dan jumlah tenaga kerja dengan keahlian yang diperlukan.
13
13
d. Aspek ekonomi dan keuangan meliputi perkiraan biaya investasi, perkiraan biaya operasi dan pemeliharaan, kebutuhan modal kerja, sumber pembiayaan, perkiraan pendapatan, perhitungan kriteria investasi, break even point, pay back period, proyeksi laba/rugi, proyeksi aliran kas, dan dampak proyek terhadap perekonomian masyarakat. Modal kerja sangat dibutuhkan dalam memulai usaha guna menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Modal kerja adalah dana yang dibutuhkan untuk operasional perusahaan sehari-hari yang meliputi kebutuhan dana yang tertanam dalam harta lancar dalam bentuk piutang usaha, persediaan bahan baku, bahan dalam proses, barang jadi dan bahan penunjang (termasuk bahan bakar), serta sejumlah kas minimum yang dibutuhkan untuk dana cadangan (Zubir, 2006). Perhitungan kelayakan usaha yang paling utama didasarkan pada kriteria Net Present Value (NPV). Inti dari konsep NPV adalah nilai bersih dari arus kas masuk dan keluar yang dihitung pada saat ini atau periode nol. NPV dapat dikatakan dapat menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi (Zubir, 2006). NPV merupakan nilai selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (Husnan dan Suwarsono, 2005). Menurut Pramudya (2011), NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang (present value) dari manfaat dan biaya. Jika NPV bernilai positif (NPV > 0), maka proyek layak untuk dilaksanakan dan sebaliknya jika NPV bernilai negatif (NPV < 0), maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Kriteria lain yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha adalah Internal rate of Return (IRR) dan Payback Period (PBP). Analisis IRR akan mencari pada tingkat bunga berapa akan dihasilkan NPV sama dengan nol, sedangkan PBP menghitung kapan atau berapa lama NPV akan menjadi nol (Zubir, 2006). Jika biaya modal (discount rate) suatu usaha lebih besar dari IRR, maka NPV menjadi negatif sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan dan sebaliknya. Presentase keuntungan yang diperoleh atau investasi bersih dari suatu proyek atau tingkat diskonto yang dapat membuat arus penerimaan bersih sekarang atau investasi (NPV) sama dengan nol disebut IRR. Jika nilai IRR lebih
14
14
besar dari tingkat diskonto, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sedangkan jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat diskonto, maka proek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan (Gray, 1992). Break even Point (BEP) merupakan suatu gambaran kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk melampaui titik impas. Proyek dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga proyek tersebut tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba. Jika hasil penjualan produk tidak dapat melampaui titik ini, maka proyek yang bersangkutan tidak dapat memberikan laba (Sutojo, 1993). Penilaian prestasi dan kondisi keuangan suatu perusahaan, seorang analisis keuangan memerlukan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran yang seringkali digunakan adalah risiko yang menunjukkan hubungan antara dua data keuangan. Analisis dan penafsiran sebagai rasio akan memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap prestasi dan kondisi keuangan dari pada analisis terhadap data keuangan saja (Husnan dan Enny, 1995). Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Istilah profitabilitas merujuk pada beberapa indicator, atau rasio yang berbeda-beda yang biasa digunakan untuk menentukan profitabilitas dan prestasi kerja perusahaan (Downey dan Erickson, 1989). Penilaian profitabilitas merupakan ukuran kemampuan perusahaan perorangan atau badan untuk menghasilkan laba dengan memperhatikan modal yang digunakan. Dalam rencana pembangunan perusahaan, analisis ini sangat penting karena profitabilitas mengambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya. Maka sebagai dasar penilaian perusahaan, penilaian profitabilitas sangat penting (Harmaizar, 2006) Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, asset maupun laba bagi modal sendiri. Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin baik, tetapi profitabilitas (profit margin) sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan (Sartono, 1997).
15
15
Zelvina (2009) meneliti mengenai pendapatan usaha pembenihan dan pemasaran benih ikan patin di Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa benih patin yang dihasilkan sebesar 224.000 ekor dan harga benih patin per ekor Rp80,- sehingga penerimaan usaha setiap siklusnya Rp17.920.000. Biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp14.178.767, sehingga memberikan tingkat pendapatan sebesar Rp3.760.900 per siklus, R/C rasio 1,26. Sedangkan menurut hasil penelitian Hasanudin (2011) mengenai efisiensi teknis dan pendapatan usahatani pembenihan ikan Patin Di Kota Metro Lampung menunjukkan bahwa rataan hasil sebesar 71.875 ekor dan harga benih per ekor Rp.150,- dengan penerimaan usaha setiap siklusnya Rp.10.781.250,-. Biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp.3.246.690,-, sehingga memberikan tingkat pendapatan sebesar Rp.7.534.560,- per siklus, dengan nilai R/C ratio 3,32. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan input-input, penerimaan, pengeluaran dan pendapatan usahatani yang dapat menjadi acuan dalam membandingkan antara pembenihan ikan patin di Bogor dan Kota Metro.
2.3 Manajemen Strategi Pengertian strategi dalam bidang ekonomi dan manajemen sangat bervariasi.
Johnson & Schooles
dalam
Hutabarat
& Huseini
(2006),
mendefinisikan strategi sebagai arah dan cakupan jangka panjang organisasi untuk memperoleh keunggulan melalui konfigurasi sumberdaya dalam lingkungan yang berubah-ubah untuk mencapai kebutuhan pasar dan memenuhi keharapan pihak yang berkepentinggan. Sementara Henry Mintzberg dalam Hutabarat & Huseini (2006) mendefinisikan strategi sebagai 5 P yaitu: 1. Strategi sebagai perspektif, dimana strategi dalam membentuk misi yang mengambarkan perspektif kepada semua aktifitas. 2. Strategi sebagai posisi, dimana dicari pilihan untuk bersaing. 3. Strategi sebagai perencanaan, dalam hal strategi menentukan tujuan performansi perusahaan. 4. Strategi sebagai penipuan (ploy) yaitu muslihat rahasia.
16
16
5. Strategi sebagai pola kegiatan dimana dalam suatu strategi dibentuk suatu pola yaitu umpan balik dan penyesuaian. Hamel dan Prahalad (1994) dan Umar (2001), mendefinisikan srategi sebagai tindakan yang bersifat incremental, terus-menerus dan dilakukan berdasarkan apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa mendatang. Strategi diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: startegi generik, strategi utama dan strategi fungsional. Strategi generik merupakan suatu pendekatan strategi perusahaan secara umum untuk menggungguli pesaing, yang akan ditindaklanjuti dengan strategi operasional, yaitu strategi utama. Manajemen strategi diartikan sebagai suatu proses yang mengandung beberapa implikasi penting, yaitu (1) suatu perubahan pada sembarang komponen akan mempengaruhi beberapa atau semua komponen yang lainnya; (2) perumusan dan implementasi strategi terjadi secara berurutan; (3) perlunya umpan balik dari pelembagaan, tinjauan ulang (review), dan evaluasi terhadap tahap-tahap awal proses ini; dan (4) perlunya memandang proses ini sebagai suatu sistem yang dinamis (Pearce dan Robinson, 1997). David (1998) menyatakan bahwa manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya. Purnomo dan Zulkieflimansyah (1996), menyebutkan bahwa
manajemen
strategi
merupakan
suatu
proses
yang
senantiasa
berkesinambungan dan lingkungan organisasi senantiasa berubah, sehingga organisasi pun harus terus menerus dimodifikasi untuk memastikan bahwa yang diinginkan tercapai. Manajemen
strategi
berfokus
pada
mengintegrasikan
manajemen,
pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan serta sistem informasi komputer untuk mencapai suatu keberhasilan organisasi. Istilah manajemen strategi mengacu pada formulasi, implementasi, dan evaluasi strategi, sedangkan perencanaan strategi hanya mengacu
pada
formulasi
strategi.
Tujuan
manajemen
strategi
adalah
mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang (Churchill, 2001).
17
17
Manajemen strategik terdiri dari tiga proses yaitu pembuatan strategi, yang meliputi pengembangan misi dan tujuan jangka panjang, mengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan kelemahan perusahaan, pengembangan alternatif-alternatif strategi dan penentuan strategi yang sesuai untuk diadopsi. Proses berikutnya adalah penerapan strategi, meliputi penentuan sasaran-sasaran operasional
tahunan,
kebijakan
perusahaan,
memotivasi
karyawan
dan
mengalokasikan sumberdaya agar strategi yang telah ditetapkan dapat diimplementasikan. Proses yang ketiga adalah evaluasi atau pengontrolan strategi, mencakup usaha-usaha seluruh hasil dari pembuatan dan penerapan strategi, termasuk mengukur kinerja individu dan perusahaan serta mengambil langkah langkah perbaikan bila diperlukan (Wahyudi, 1996). Proses manajemen strategi dapat diuraikan sebagai suatu pendekatan yang objektif, logis, sistematis untuk membuat keputusan besar dalam suatu organisasi. Proses ini berusaha untuk mengkoordinasikan informasi kualitatif dan kuantitatif dengan cara yang memungkinkan keputusan efektif diambil dalam kondisi tidak menentu (David, 1998). Dalam menyusun strategi bisnis untuk menghadapi perubahan lingkungan bisnis dan persaingan, langkah awal yang perlu dilakukan adalah penetapan visi dan misi organisasi. Pearce dan Robinson (1997) menyatakan bahwa misi adalah pernyataan tentang sasaran-sasaran strategi perusahaan, tujuan utama strategi dan bagian-bagian identitas perusahaan yang penting. Pada umumnya misi mencakup pernyataan bisnis yang dianut oleh perusahaan, landasan yang digunakan perusahaan dalam mencari keunggulan bersaing dalam bisnisnya, untuk kepentingan siapa perusahaan dioperasikan dan kriteria yang digunakan untuk menilai kerja perusahaan. Setelah mengetahui misi perusahaan, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan umum, operasi dan industri. Sedangkan faktor internal terdiri dari kuantitas dan kualitas keuangan, tenaga kerja dan sumberdaya yang dimiliki serta kekuatan dan kelemahan dari manajemen, struktur organisasi, pemasaran dan produksi.
18
18
David (1998) mengatakan bahwa ada tiga tahapan yang harus dilalui dalam proses perumusan strategi perusahaan, yaitu: tahap input, tahap analisis dan tahap pengambilan keputusan. Tahap input merangkum informasi-informasi yang diperlukan dalam formulasi strategi dengan melakukan evaluasi factor internal (IFE) dan evaluasi factor eksternal (EFE) perusahaan. Tahap selanjutnya adalah analisis matriks I-E untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan saat ini. Langkah selanjutnya adalah analisis matriks SWOT untuk memilih alternatif strategi yang tepat bagi perusahaan. Analisis SWOT terdiri dari Strength (kekuatan), yaitu sumberdaya, keterampilan atau keunggulan-keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan. Kekuatan dapat terkandung dalam sumberdaya keuangan, citra perusahaan, kepemimpinan pasar. Weaknees (kelemahan) yaitu keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan, seperti keterampilan pemasaran dan citra merk. Opportunities (peluang) yaitu situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang seperti segmen pasar yang tadinya terabaikan. Threats (ancaman) yaitu situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, seperti masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar dan sebagainya.
2.4 Analisis Strategi Pengembangan Usaha 2.4.1 Faktor Internal dan Eksternal a. Faktor Internal Faktor internal dikelompokan menjadi faktor yang memberikan kekuatan dan kelemahan. Kekuatan dan kelemahan internal merupakan segala kegiatan dalam kendali organisasi yang biasa dilakukan dengan selang sangat baik atau buruk (David, 2006). Kekuatan menurut Pearce dan Robinson (1997), adalah keunggukan sumber daya, keterampilan atau keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani, atau ingin ditangani oleh perusahaan. Sedangkan kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan sumberdaya, ketrampilan dan kemampuan yang menghargai kinerja efektif suatu perusahaan.
19
19
Menurut David (2006), beberapa faktor internal perusahaan yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan, antara lain : 1) Manajemen Fungsi manajemen terdiri dari lima (5) aktifitas dasar, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukan staf dan pengendalian. Perencanan terdiri dari semua aktifitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan menghadapi masa depan. Pengorganisasian berkaitan dengan semua kualitas manajerial yang menghasilkan struktur tugas dan hubungan wewenang. Fungsi pengorganisasian berkaitan dengan desain organisasi, spesialisasi pekerjaan dan analisis pekerjaan. Fungsi pemotivasian berkaitan erat dengan kepemimpinan, komunikasi, kerjasama, delegasi wewenang, kepuasan pekerjaan, pemenuhan kebutuhan, perubahan organisasi, moral karyawan dan moral manajerial. Penunjukan staf berkaitan dengan pengelolaan sumber daya, yaitu administrasi gaji dan upah, tunjangan karyawan, wawancara penerimaan, pelatihan dan pengembangan manajemen. Pengendalian diri dari semua aktifitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan hasil konsisten dengan yang direncanakan. 2) Pemasaran Pemasaran merupakan proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk dan jasa. Keputusan mendasar yang harus dibuat untuk menentukan pemasaran yang tepat adalah keputusan dalam bauran pemasaran. 3) Sumber daya Manusia (SDM) Masalah SDM sering menjadi faktor utama dalam sebuah perusahaan. Kegiatan mengelola orang-orang yang merupakan unsur dasar organisasi sering kali menjadi masalah bagi perusahaan. Keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh kegiatan pendayagunaan SDM. 4) Produksi dan Operasional Produsi terdiri dari semua aktifitas yag mengubah masukan menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi terdiri dari lima (5) fungsi, atau bidang keputusan yaitu proses, kapasitas, pesediaan, tenaga kerja dan mutu proses menyangkut desain dari sistem produksi fisik. Kapasitas menyangkut penetapan tingkat luaran maksimal untuk organisasi. Persediaan menyangkut mengelola
20
20
banyaknya bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi. Tenaga kerja menyangkut pengelolaan tenaga kerja terampil, tidak terampil dan manajerial. Mutu bertujuan untuk memastikan bahwa barang dan jasa yang dihasilkan bermutu tinggi. Keputusan spesifik termasuk kendali mutu, mengambil contoh, pengujian, pemastian mutu dan kendali biaya. Kekuatan dan kelemahan dalam lima fungsi produksi dapat berarti sukses dan gagalnya suatu usaha. 5) Keuangan Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing usaha kecil dan daya tarik keseluruhan sebagai investor. Menetapkan kekuatan keuangan usaha kecil dan kelemahan amat penting untuk memutuskan alternatif strategi secara efektif. b. Faktor Eksternal Faktor strategi eksternal yang dimiliki organisasi meliputi peluang dan ancaman. Peluang dan ancaman eksternal merujuk pada peristiwa dan trend ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintah, teknologi dan persaingan yang dapat menguntungkan, atau merugikan suatu organisasi secara berarti di masa depan, sebagian besar berada di luar kendali organisasi (David, 2006) Menurut David (2006), faktor eksternal dalam perusahaan yang mempengaruhi positioning perusahaan, yaitu : 1. Ekonomi Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi suatu usaha beroperasi. Faktor ekonomi mempunyai daya tarik langsung pada daya tarik potensial dari berbagai strategi. Faktor ekonomi yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan usaha adalah pola konsumsi, laju inflasi, ketersediaan kredit, tingkat pajak dan trend pertumbuhan ekonomi. 2. Kebijakan Pemerintah dan Politik Kebijakan pemerintah dan politik dapat memberikan ancaman dan peluang bagi dunia usaha. Kebijakan pemerintah dapat berupa undang-undang, baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten yang menentukan beroperasinya suatu perusahaan. Kebijakan perusahaan merupakan pertimbangan penting bagi pemimpin perusahaan dalam menentukan strategi pengembangan perusahaan.
21
21
3. Teknologi Teknologi ini digunakan untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi. Kekuatan teknologi mengambarkan peluang dan ancaman utama yang dapat dipertimbangkan dalam merumuskan strategi. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, menghasilkan perkembangan produk baru yang lebih baik, menciptakan rangkaian produksi yang lebih pendek. 4. Pesaing Persaingan di antara perusahaan yang bersaing biasanya paling berpengaruh di antara kekuatan. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat menghasilkan, karena menyediakan keunggulan bersaing atau strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Persaingan ini terjadi karena satu atau lebih pesaing melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Intensitas persaingan cenderung meningkat jika jumlah pesaing bertambah karena perusahaan yang bersaing menjadi setara dalam ukuran dan kemampuan. 5. Ancaman Pendatang Baru Ancaman pendatang baru ke dalam suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar dan sumberdaya yang cukup besar. Besarnya ancaman masuk pendatang baru ini tergantung pada hambatan masuk yang ada dan reaksi dari peserta persaingan yang sudah ada. Sumber utama hambatan masuk industri diantaranya skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, pemasok dan akses saluran distribusi. 6. Kekuatan tawar Menawar Konsumen Konsumen selalu menginginkan mutu produk yang tinggi, pelayanan yang baik dan harga murah. Konsumen yang kuat sering dapat negosiasi harga jual dengan memaksa harga turun, melakukan tawar-menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik. 7. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Hal ini mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industry terutama kalau jumlah pemasok sedikit, pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain untuk dijual ke industri.
22
22
8. Ancaman Produk Substitusi
Perusahaan perusahaan yang berada pada suatu industri tertentu akan bersaing pula dengan produk substitusi. Produk substitusi ini akan menjadi ancaman apabila mutunya sama bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri dan dihasilkan oleh industri yang menikmati laba tinggi.
2.4.2 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Penilaian internal ditujukan untuk mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Langkah yang ringkas dalam melakukan penilaian internal adalah dengan menggunakan matriks IFE. Sedangkan untuk mengarahkan perumusan strategi yang merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi dan tingkat persaingan digunakan matriks EFE (David, 1998). Matriks IFE dan EFE diolah dengan menggunakan beberapa langkah sebagai berikut (Rangkuti, 2008) : a. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal yaitu dengan mendaftarkan semua kelemahan dan kekuatan organisasi. Didaftarkan kekuatan terlebih dahulu, baru kemudian kelemahan organisasi. Daftar dibuat spesifik dengan menggunakan presentase, rasio atau angka perbandingan. Kemudian dilakukan identifikasi faktor eksternal perusahaan dengan melakukan pendaftaran semua peluang dan ancaman organisasi. Data eksternal perusahaan diperoleh dari hasil wawancara atau kuesioner dan diskusi dengan pihak manajemen perusahaan serta data penunjang lainnya. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor di atas tersebut menjadi faktor penentu internal dan eksternal yang selanjutnya akan diberikan bobot dan rating. b. Penentuan Bobot Setiap Variabel Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktorfaktor strategik eksternal dan internal tersebut kepada pihak manajemen, atau pakar dengan menggunakan metode Paired Comparison (Kinnear dan Taylor, 1991). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot
23
23
setiap faktor penentu internal dan eksternal. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah: 1 : Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 : Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 : Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal c. Penentuan Peringkat (Rating) Penentuan peringkat (rating) oleh manajemen dari perusahaan yang dianggap sebagai decision maker dilakukan terhadap variabel-variabel dari hasil analisis situasi perusahaan. Untuk mengukur pengaruh masing-masing terhadap kondisi perusahaan digunakan nilai peringkat dengan skala 1, 2, 3 dan 4 terhadap masing-masing faktor strategik yang menandakan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini, dimana untuk matriks EFE skala nilai peringkat 1-4. Untuk faktor-faktor ancaman merupakan kebalikan dari faktor peluang (skor 3-4), dimana skala 1 berarti sangat tinggi, respon superior terhadap perusahaan. Dan skala 2 berarti rendah, respon kurang terhadap perusahaan. Untuk matriks IFE, skala nilai peringkat 1-4. Untuk faktor-faktor kelemahan merupakan kebalikan dari faktor kekuatan (skor 3-4), dimana skala 1 berarti sangat tidak lemah dan skala 2 berarti sangat lemah. Selanjutnya nilai dari pembobotan dikalikan dengan nilai rata–rata peringkat pada tiap-tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan.
2.4.3
Matriks Internal–Eksternal Gabungan antara matriks internal dan matriks eksternal tersebut
menghasilkan matriks Internal-Eksternal (IE) yang berisikan sembilan (9) macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks-matriks IFE dan EFE. Tujuan penggunaan matriks ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis yang lebih detail. Diagram tersebut dapat mengidentifikasikan Sembilan (9) sel strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya kesembilan (9) sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga (3) strategi utama, yaitu :
24
24
a. Strategi pertumbuhan (growth strategy) yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1, 2 dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7, 8) b. Stability Strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang sudah ditetapkan (sel 4 dan 5). c. Retrechment Strategy adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan (sel 3, 6 dan 9)
2.4.4 Matriks SWOT Analisis matriks Strenght Weaknesses Opportunities and Threats (SWOT) merupakan salah satu alat analisis yang dapat mengambarkan secara jelas keadaan yang dihadapi oleh perusahaan. Menurut David (2006), teknis perumusan strategi yang digunakan untuk membantu menganalisa, mengevaluasi dan memilih strategi terdiri dari tiga (3) tahap, yaitu: a. Tahap pengumpulan data, dengan meringkas informasi input dasar yang dipergunakan untuk merumuskan strategi, b. Tahap pencocokan, berfokus pada strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal, c. Tahap keputusan, merupakan tahap untuk memilih strategi yang spesifik dan terbaik dari berbagai strategi alternatif yang ada untuk diimplementasikan. Alat analisis untuk menyusun faktor-faktor strategi perusahaan dengan menggunakan matriks SWOT dapat mengambarkan dengan jelas peluang dan ancaman dari luar yang dihadapi serta disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Matriks ini menghasilkan empat (4) set alternatif strategi, yaitu strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT.
2.4.5 Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif Quantitative Strategic Planing Matrix (QSPM) atau Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif adalah alat yang memungkinkan penyusunan strategi dengan mengevaluasi alternatif strategi secara obyektif, berdasarkan faktor keberhasilan serta faktor kunci eksternal dan internal yang telah diidentifikasi. Proses evaluasi memerlukan penilaian intuitif yang baik. Beberapa teknik evalusi mengambil
25
25
keputusan strategi pemasaran produk seperti Paired Comparison, Metode Bayes dan metode perbandingan eksponensial. Metode Bayes merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dalam pengambilan sejumlah alternatif dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal. Pengambilan keputusan dengan menggunakan metode Bayes dilakukan melalui pengkualifikasian kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan dinyatakan dalam suatu bilangan antara 0 dan 1. Namun seringkali hal ini dianggap sebagai probabilitas pribadi, atau subyektif dimana bobot Bayes didasarkan pada tingkat kepercayaan, keyakinan, pengalaman, dan latar belakang pengambilan keputusan. Keunggulan dari QSPM adalah set strategi dapat dievaluasi secara bertahap, atau bersama sama. Selain itu, QSPM membutuhkan penyusunan strategi untuk mengintegrasikan faktor internal dan eksternal yang relevan ke dalam proses keputusan. Kelebihan lain dari QSPM adalah alat ini mengharuskan perencanaan strategi untuk memadukan faktor-faktor internal dan eksternal yang terkait dalam proses keputusan. QSPM dapat meningkatkan mutu pilihan strategi dalam perusahaan multinasional karena banyak faktor kunci dan strategi dapat dipertimbangkan sekaligus. Keterbatasan QSPM adalah proses ini selalu memerlukan penilaian intuitif dan asumsi yang diperhitungkan. Memberi peringkat dan nilai daya tarik mengharuskan keputusan subyektif, namun prosesnya harus menggunakan informasi obyektif. Diskusi diantara perencanaan strategi, manajer dan karyawan dalam seluruh proses perumusan strategi bersifat konstruktif dan memperbaiki keputusan strategi yang lalu. Diskusi konstruktif selama analisis dan pilihan strategi dapat timbul semata-mata karena perbedaan interpretasi informasi dan opini berbeda. Oleh karena itu, informasi sebaiknya disampaikan dengan lengkap dan benar. Selain itu, untuk mengkaji dan atau menguji informasi yang diterima benar dan akurat, sebaiknya informasi berasal lebih dari dua orang yang berbeda dari pihak yang independen serta tidak memiliki kepentingan terhadap informasi yang disampaikan.
26
26
27
27
III. METODE KAJIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV. Mika Distrindo. Lokasi usaha pembenihan ikan patin tersebut beralamatkan di Desa Sumbersari, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro, Lampung. Pelaksanaan kajian kurang lebih selama empat (4) bulan, yaitu pada bulan November 2011 – Februari 2012.
3.2 Metode Kerja Kajian ini menggunakan metode deskriptif dan analitik yang bersifat studi kasus dimana data yang telah terkumpul akan dideskripsikan atau digambarkan sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi lingkungan perusahaan (internal dan eksternal) dilakukan wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner, observasi langsung dan studi kepustakaan. Menurut Supranto (2003), data internal adalah data dari suatu organisasi yang menggambarkan organisasi tersebut. Sementara data eksternal merupakan data dari pembanding dari luar suatu organisasi yang dapat menggambarkan faktorfaktor yang mungkin mempengaruhi hasil kerja suatu organisasi. Hasil identifikasi kemudian dianalisis, sehingga dapat diketahui posisi perusahaan saat ini, selanjutnya dilakukan analisis kelayakan usaha dan prospek pengembangan usaha ke depan yang dapat diimplementasikan.
3.2.1
Pengumpulan Data Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi
menjadi tiga (3) metode, yaitu : a. Wawancara Wawancara atau interview dilakukan secara langsung kepada pengusaha pembenihan ikan patin. Permasalahan yang ditanyakan adalah aspek-aspek yang diteliti dan dikaji yang meliputi aspek teknis, aspek sumber daya, dan aspek ekonomi dari usaha tersebut yang sesuai dengan tujuan penelitian.
28
28
b. Observasi Metode observasi dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan atau pengamatan secara langsung pada proyek penelitian. Pengamatan mencakup keadaan atau situasi sebenarnya yang dilakukan obyek penelitan dalam menjalankan usaha untuk mengetahui kelayakan usahanya. c. Studi Pustaka Menelaah referensi dan bahan-bahan bacaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti agar memperoleh landasan teori. Data sekunder digunakan sebagai data tambahan dalam menunjang analisis. Data sekunder mencakup data kualtitatif dan kualitatif yang diperoleh dari literatur bersumber pada buletin, jurnal-jurnal ilmiah, makalah, surat kabar dan ulasan para pakar atau melalui sarana internet.
3.2.2 Pengolahan dan Analisis Data Metode yang digunakan untuk melihat kelayakan dan pengembangan usaha pembenihan ikan patin adalah seperti terlihat pada Gambar 1 a. Melakukan identifikasi permasalahan yang ada pada umumnya seperti permintaan ikan patin konsumsi semakin meningkat, peningkatan permintaan bibit ikan patin, kebutuhan bibit bermutu dan penerapan teknologi aplikasi dalam pembenihan b. Merumuskan strategi pengembangan usaha yang merupakan suatu rangkaian aktivitas perusahaan. Perumusan strategi dimulai dengan memproduksi benih dengan mutu, kuantitas dan kontinuitas yang baik, peningkatan penguasaan teknis produksi benih ikan patin, serta perluasan dan pengembangan usaha pembenihan ikan patin. c. Melakukan analisis catatan keuangan, catatan manajerial dan pengembangan usaha. Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif atas data perusahaan bertujuan untuk melihat kelayakan usaha dari investasi yang telah dilakukan. d. Mencari permasalahan yang dihadapi perusahaan akibat berubahnya lingkungan internal dan eksternal pada perusahaan, yang menjadi lingkup obyek penelitian dengan menyusun strategi untuk mengantisipasi situasi dan keadaan yang terjadi di lapangan.
29
29
e. Melakukan
strategi
pengembangan
usaha
yang
diharapkan
dapat
meningkatkan kinerja perusahaan. Perubahan yang terjadi pada lingkungan internal dan eksternal perusahaan memberi pengaruh atas pencapaian strategi dalam mengembangkan usaha pembenihan ikan patin di CV. Mika Distrindo. Analisis lingkungan internal diarahkan pada identifikasi kekuatan dan kelemahan yang mencakup bidang-bidang fungsional dalam perusahaan, sedangkan analisis lingkungan eksternal perusahaan meliputi analisis luar lingkungan dengan tujuan mengidentifikasi peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan dan ancaman-ancaman yang harus dihindari. f. Analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan eksternal yang sudah dilakukan kemudian dimasukkan ke dalam matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE). Total skor dari masing-masing matriks tersebut dipadukan ke dalam matriks InternalExternal (IE) untuk merumuskan suatu strategi dengan memadukan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan serta peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Dari matriks tersebut dapat dilihat profil atau gambaran perusahaan saat ini, mengetahui posisi perusahaan berada dan memberikan masukkan pada perusahaan untuk mempertahankan usahanya. Kemudian dianalisis dengan menggunakan SWOT (Strengths-Weaknesses-OpportuntiesThreats) yang memakai peubah internal dan eksternal perusahaan untuk memperoleh alternatif-alternatif prioritas strategi bagi pengembangan usahanya. g. Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) yang merupakan
tahap terakhir untuk mengevaluasi strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal yang dikenali sebelumnya. Prioritas urutan strategi yang harus dilakukan untuk pengambilan keputusan alternatif prioritas strategi yang tepat dan terbaik untuk diterapkan bagi pengembangan perusahaan sesuai dengan misi dan tujuan perusahaan yang telah dibuat oleh pihak manajemen perusahaan. h. Memberikan rekomendasi alternatif dan memprioritaskan strategi terbaik
dalam pengembangan usaha serta untuk proses implementasi strategi diserahkan kepada pengambil keputusan manajemen perusahaan
30
30 Permintaan ikan patin konsumsi semakin meningkat Peningkatan permintaan bibit ikan patin Kebutuhan bibit bermutu Penerapan teknologi aplikasi dalam pembenihan
Usaha Pembenihan Ikan Patin CV. Mika Distrindo
Analisis Kelayakan CV. Mika Distrindo
Memproduksi benih dengan mutu, kuantitas dan kontinuitas yang baik Peningkatan penguasaan teknis produksi benih ikan patin Perluasan dan pengembangan usaha pembenihan ikan patin
Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis Lingkungan Internal
Input data Produk (harga, kapasitas dan produksi terjual) asumsi, struktur biaya proyeksi penerimaan
Kelayakan financial NPV, IRR, Net B/C ratio, Gross B/C ratio, PBP, dan BEP
Manajemen Pemasaran Keuangan Manusia Produk R&D
Sosioekonomi Demografi Teknologi Politik,Hukum Pemerintah Produk Subtitusi Pemasok Pesaing
Kekuatan & Kelemahan
Peluang & Ancaman
Matriks IFE
Matriks EFE
Matriks IE dan Matriks SWOT
Alternatif-Alternatif Strategi Pengembangan Usaha
Matriks QSP
Strategi Pengembangan Usaha Terpilih
Gambar 1. Kerangka pemikiran kajian
31
31
3.3 Aspek Kajian Kajian yang dilakukan pada usaha pembenihan ikan patin CV. Mika Distrindo adalah:
3.3.1
Kondisi Umum Analisis kondisi umum dilakukan untuk mengenal lebih jauh mengenai
usaha pembenihan ikan patin dari obyek penelitian. Aspek yang dianalisis meliputi aspek manajemen, pemasaran serta aspek teknis dan produksi. Analisis dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan data primer maupun sekunder.
3.3.2
Menganalisis Kelayakan usaha Analisis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah usaha yang dijalankan
tersebut layak atau tidak dengan melihat kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C ratio, Gross B/C ratio, PBP, dan perhitungan BEP (titik impas). Untuk menganalisis kelayakan usaha diperlukan data keuangan perusahaan. Data yang diperoleh dipergunakan sebagai dasar perhitungan untuk analisis proyeksi keuangan. Analisis proyeksi keuangan dilakukan dengan metode cash flow. Hasil proyeksi keuangan menjadi dasar bagi perhitungan NPV, IRR, Net B/C ratio, Gross B/C ratio, PBP, dan BEP. a. Net Present Value (NPV) NPV merupakan selisih antara benefit dan cost yang telah diperhitungkan nilainya saat ini pada tingkat bunga tertentu (Ibrahim, 2003). Rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut: n
NPV t o
Ket
: NPV Bt Ct i n
= = = = =
Bt Ct (1 i ) t
Net Present Value (Rp.) Benefit/penerimaan bersih tahun t (Rp.) Cost/biaya pada tahun t (Rp.) Tingkat bunga (%) Umur ekonomis proyek (Tahun)
32
32
Kriteria pengambilan keputusan : Nilai NPV > 0, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV < 0, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV = 0, maka proyek dalam keadaan titik impas (BEP) b. Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi proyek. Analisis IRR akan mencari pada tingkat bunga berapa akan dihasilkan NPV sama dengan nol. Berdasarkan hasil percobaan, nilai IRR berada antara nilai NPV positif dan nilai NPV negatif , yaitu pada saat NPV sama dengan nol (Ibrahim, 2003). Secara matematik IRR dapat dirumuskan sebagai berikut : IRR = i
NPV NPV NPV
i
i
= Internal Rate Of Return (%) Ket: IRR NPV+ = NPV positif (Rp.) NPV- = NPV negatif (Rp.) i+ = Tingkat bunga pada NPV positif (%) i= Tingkat bunga pada NPV negatif (%) Kriteria pengambilan keputusan : Bila nilai IRR > i, maka proyek dinyatakan layak untuk diusahakan. Bila nilai IRR < i, maka proyek dinyatakan tidak layak untuk diusahakan. Bila nilai IRR = i, maka proyek tersebut dalam keadaan titik impas BEP). c. Net Benefit Cost Ratio ( Net B/C Ratio) Net B/C Ratio merupakan perbandingan antara jumlah present value penerimaan dengan jumlah present value biaya (Ibrahim, 2003). Net B/C Ratio merupakan perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. Angka ini menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Jika diperoleh nilai net B/C > 1, maka proyek layak dilaksanakan, tetapi jika nilai B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan (Gittenger dalam Latifah, 2009). Rumus yang digunakan sebagai berikut: n
NetB / CRatio
t 1 n t 1
Bt 1 Ct 1
Ct t i Bt t i
33
33
Ket :
Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke- t (Rp.) Ct = Biaya (cost) pada tahun ke- t (Rp.) i = discount factor (%) n = umur proyek (tahun) Kriteria kelayakan : Bila Net B/C Ratio > 1, maka proyek layak Bila Net B/C Ratio < 1. maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan
d) Gross Benefit Cost Ratio ( Gross B/C Ratio) Gross B/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan atau manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan (Ibrahim, 2003). Rumus yang digunakan adalah : n
GrossB / CRatio
Bt 1 r
n
Ct 1 r
n
t 1 n t 1
Ket :
Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke- t (Rp.) Ct = Biaya (cost) pada tahun ke- t (Rp.) i = discount factor (%) n = umur proyek (tahun) Kriteria penilaian : Bila Gross B/C Ratio > 1, maka proyek layak Bila Gross B/C Ratio < 1. maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan Bila Gross B/C Ratio = 1, maka proyek dalam Break Event Point
e) Pay Back Period (PBP) PBP merupakan rasio keuntungan dan biaya dengan nilai sekarang. Jika nilai perbandingan keuntungan dengan biaya lebih besar atau sama dengan 1, proyek tersebut dapat dijalankan (Umar, 1997). PBP merupakan suatu metode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas (Zubir, 2006), dihitung dengan persamaan : Nilai Investasi PBP =
x 1 tahun Kas Masuk Bersih
f) Break Even Point (BEP) BEP adalah tingkat volume penjualan yang menyamakan nilai penjualan dengan total biaya atau laba bersih sama dengan nol. BEP merupakan gambaran kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk melalui titik impas. Proyek dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada periode tertentu
34
34
sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga proyek tersebut tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba (Sutojo dalam Latifah, 2009). Persamaan dalam perhitungan BEP adalah : Total Biaya Tetap BEP (Rp.) = 1 – Biaya Variabel Per unit Harga Jual 3.3.3 Menganalisis Pengembangan Usaha Data yang dianalisis mencakup data internal dan eksternal perusahaan yang menjadi faktor kunci dan berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan. Data tersebut merupakan data ordinal yang kemudian dianalisis dengan menggunakan matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Matriks IFE dan EFE Matriks IFE dan EFE bertujuan untuk menganalisis faktor lingkungan, baik internal maupun eksternal perusahaan. Dalam menganalisis faktor-faktor internal mengklasifikasikan menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan digunakan matriks IFE. Sedangkan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal, diklasifikasikan atas peluang dan ancaman bagi perusahaan dalam bentuk matriks EFE. Tahapan dalam pembuatan matriks IFE dan EFE (Tabel 6 dan 7) adalah : 1) Menentukan dalam kolom 1 faktor strategi eksternal menjadi peluang dan ancaman serta faktor strategi internal menjadi kekuatan dan kelemahan. 2) Memberi bobot untuk masing masing faktor dalam kolom 2 dari 0,00 (tidak penting) hingga 1,00 (paling penting). Penjumlahan dari seluruh bobot yang diberikan semua faktor harus sama dengan 1,00. 3) Memberikan peringkat 1-4 untuk masing masing faktor kunci dalam kolom 3 tentang seberapa efektif strategi perusahaan dalam merespon faktor tersebut dengan memberi skala mulai dari 1 (di bawah rataan) hingga 4 (di atas rataan). Pemberian rating untuk faktor kekuatan dan peluang bersifat positif (kekuatan atau peluang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika kecil diberi rating +1). Pemberian rating kelemahan dan ancaman adalah negatif (jika kelemahan atau ancaman sangat besar nilainya adalah 1,
35
35
sedangkan jika nilai kelemahan atau ancaman di bawah rataan atau kecil nilainnya adalah 4). 4) Mengalikan masing masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai tertimbang. 5) Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing peubah untuk menentukan total dari nilai tertimbang bagi perusahaan. Dalam matriks IFE, total keseluruhan nilai yang dibobotkan berkisar antara 1,0 - 4,0 dengan nilai rataan 2,5. Nilai dibawah 2,5 menandakan bahwa secara internal perusahaan lemah dan nilai di atas 2,5 menunjukkan posisi internal perusahaan kuat. Total nilai 4,0 menunjukkan perusahaan mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk mengantisiasi kelemahan dan total nilai 1,0 berarti perusahaan tidak dapat mengantisipasi kelemahan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki. Dalam matriks EFE, total keseluruhan nilai yang dibobot tertinggi adalah 4,0 yang mengindikasikan bahwa perusahaan mampu merespon peluang yang ada dan menghindari ancaman di pasar industri. Nilai terendah adalah 1,0 yang menunjukkan strategi yang dilakukan perusahaan tidak dapat memanfaatkan peluang atau tidak dapat menghindari ancaman yang ada. Setelah tersusun matriks IFE dan EFE maka dilakukan kombinasi alternatif strategi dengan menggunakan matriks IE dan SWOT (Rangkuti, 2008). Tabel 4. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan Faktor Strategi Eksternal A B C A B C … Total
…
Tabel 5. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan Faktor Strategi Internal A B C … A B C … Total
Total
Total
36
36
Tabel 6. Matriks IFE Faktor Strategi Internal A. Kekuatan 1. … 2. … Dst Jumlah (A) B. Kelemahan 1. … 2. … Dst Jumlah (B) Total (A+B) Tabel 7. Matriks EFE Faktor Strategi Eksternal A. Kekuatan 1. … 2. … Dst Jumlah (A) B. Kelemahan 1. … 2. … Dst Jumlah (B) Total (A+B)
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (axb)
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (axb)
b. Matriks Internal External (IE) Matriks IE digunakan untuk melakukan pemetaan terhadap skor total matriks IFE dan EFE yang dihasilkan dari audit eksternal dan internal perusahaan. Matriks IE terdiri atas dua (2) dimensi, yaitu total skor dari matriks IFE dan total skor dari matriks EFE. Total skor matriks IFE dipetakan pada sumbu X dengan skor 1,0–1,99 yang menyatakan posisi internal adalah lemah, skor 2,0–2,99 posisinya sedang dan 3,0–4,0 adalah posisi kuat. Total skor dari matriks EFE pada sumbu Y dengan skor 1,0–1,99 yang menyatakan posisi eksternal rendah, skor 2,0–2,99 posisinya sedang dan 3,0–4,0 adalah posisi tinggi. Matriks ini bermanfaat untuk menentukan posisi perusahaan yang terdiri atas Sembilan sel (Gambar 2), namun secara garis besar dibagi menjadi tiga (3) bagian utama yang mempunyai dampak strategis berbeda, yaitu :
37
37
1) Strategi tumbuh dan kembang yang meliputi sel I, II, atau IV dan strategi yang cocok untuk diterapkan antara lain strategi intensif, atau strategi integrative. 2) Strategi menjaga dan pertahankan meliputi sel III, V, atau VII dapat dikelola dengan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. 3) Strategi tua dan divestasi yang meliputi sel VI, VIII, atau IX.
Total Skor Evaluasi Faktor Eksternal
4.0 Tinggi 3.0 Menengah 2.0 Rendah 1.0
Total Skor Evaluasi Faktor Internal Kuat 3.0 Sedang 2.0 I II Pertumbuhan Pertumbuhan V IV Pertumbuhan/ Stabilitas Stabilitas VII VIII Pertumbuhan Pertumbuhan
Lemah III Penciutan
1.0
VI Penciutan IX Likuidasi
Gambar 2. Matriks IE (David, 1997)
c. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini berdasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersama dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaa strategi (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis Situasi. Model yang paling popular untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2008). Dalam suatu kinerja perusahaan, dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut dipertimbangkan dalam analisis SWOT (Tabel 8.). Analisis SWOT ini membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan).
38
38
BERBAGAI PELUANG
3.
Mendukung Strategi turn-around
1.
Mendukung StrategiAgresif
KELEMAHAN INTERNAL
4.
KEKUATAN EKSTERNAL
2.
Mendukung Strategi Defensif
Mendukung Strategi Divesifikasi
BERBAGAI ANCAMAN
Gambar 3. Diagram analisi SWOT
Kuadran 1: ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan agresif (Growth Oriented Strategic). Kuadran 2: meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal, strategi yang harus diterapkan adalah menggunaan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi. Kuadran 3: perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, perusahaan menghadapi beberapa kendala, atau kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran tiga mirip dengan Question Mark pada matriks boston consulting Groups. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Kuadran 4: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
39
39
Tabel 8. Matriks SWOT Faktor Internal Kekuatan (Strengths)
Kelemahan (Weaknesses)
Strategi S-O: Menggunaan kekuatan internal perusahaan untuk meraih keuntungan dan peluang eksternal
Strategi W-O: Mengembangkan kelemahan internal perusahaan dengan meraih keuntungan dari peluang eksternal Strategi W-T: Mengarahkan taktik bertahan untuk mengurangi kelemahan internal perusahaan dan menghindari ancaman lingkungan
Faktor Eksternal
Peluang (Opportunities)
Ancaman (Threats)
Strategi S-T: Menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari/ mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal
Sumber: Pearce and Robinson, 1997 d. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) atau matriks perencanaan strategi kuantitatif adalah alat yang memungkinkan penyusunan strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara obyektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi dan membutuhkan penilaian intuitif yang baik. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing masing strategi dalam satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh komulatif dari masing masing faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal. Kelebihan dari QSPM adalah set strategi dapat dievaluasi secara bertahap atau bersama-sama. Selain itu, bahwa QSPM membutuhkan penyusun strategi atau mengintegrasi faktor internal dan eksternal yang relevan ke dalam proses keputusan. Kelebihan lain dari QSPM adalah alat ini mengharuskan perencana stategi untuk memadukan faktor-faktor internal dan eksternal yang terkait dalam proses keputusan. QSPM dapat meningkatkan mutu pilihan strategi dalam perusahaan multinasional karena banyak faktor kunci dan strategi dapat dipertimbangkan sekaligus.
40
40
Keterbatasan QSPM adalah proses ini selalu memerlukan penilaian intuisif dan asumsi yang diperhitungkan. Memberi peringkat dan nilai daya tarik mengharuskan keputusan subyektif. Namun prosesnya harus menggunakan informasi obyektif. QSPM terdiri atas empat komponen, antara lain (1) bobot, yang diberikan sama dengan yang ada pada matriks External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE); (2) nilai daya tarik; (3) total nilai daya tarik dan (4) jumlah total nilai daya tarik (Tabel 9). Ada enam (6) langkah yang diperlukan untuk mengembangkan matriks ini (David, 2006), yaitu : Langkah 1
: Mendaftarkan faktor kunci dari kekuatan atau kelemahan internal dan peluang atau ancaman eksternal perusahaan dalam kolom kiri matriks.
Langkah 2
: Memberikan bobot untuk setiap faktor eksternal dan internal. Bobot sama dengan yang dipakai dalam matriks IFE dan EFE.
Langkah 3
: Memeriksa tahap kedua (pemaduan) dan mengidentifikasi strategi alternatif yang dapat dipertimbangkan perusahaan untuk diimplementasikan.
Langkah 4
: Menetapkan nilai daya tarik (AS) yang menunjukkan daya tarik relatif setiap strategi dalam alternatif sel tertentu. Nilai daya tarik tersebut adalah : 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, dan 4 = amat menarik.
Langkah 5
: Menghitung total nilai daya tarik dengan mengalikan antara bobot dengan nilai daya tarik.
Langkah 6
: Menghitung jumlah total nilai daya tarik. Jumlah ini menggunakan strategi mana yang paling menarik dalam setiap strategi. Semakin tinggi nilainya, menunjukkan strategi tersebut semakin menarik dan sebaliknya.
41
41
Tabel 9. Matriks QSP Faktor Kunci
Bobot (a)
Alternative Strategi Strategi I Strategi 2 AS TAS AS TAS (b) (axb) (c) (axc)
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Jumlah total nilai daya tarik Ket : AS (Attractiveness Score) nilai daya tarik TAS (total AS) = total nilai daya tarik Nilai daya tarik 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, dan 4 = amat menarik
42
42
43
43
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Penelitian 4.1.1 Produksi Ikan Patin di Lampung Salah satu komoditas perikanan budidaya yang menjadi andalan dalam rangka peningkatan produksi salah satunya adalah ikan Patin. Peningkatan produksi perikanan ikan Patin diproyeksikan menjadi penyumbang terbesar dalam pencapaian target pemerintah untuk meningkatkan produksi perikanan menjadi 353 %. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 10. proyeksi produksi perikanan budidaya menurut komoditas utama tahun 2010-2014. Tabel 10. Proyeksi produksi perikanan budidaya menurut komoditas utama 20102014 dalam satuan ribu ton Kenaikan Kenaikan rataan Rincian 2011 2012* 2013* 2014* 2009 ke 2009-2014 2014 (%) (%) Rumput laut 3.504,2 5.100,0 7.500,0 10.000,0 32 389 Catfish - Patin 383,0 651,0 1.107,0 1.883,0 70 1.420 - Lele 366,0 495,0 670,0 900,0 35 450 Nila 639,0 850,0 1.105,0 1.242,9 27 329 Bandeng 419,0 503,0 604,0 700,0 19 240 Udang 460,0 529,0 608,0 699,0 15 201 Mas 280,4 300,0 325,0 350,0 7 138 Gurame 42,3 44,4 46,6 48,9 5 127 Kakap 5,3 6,4 7,5 8,5 13 185 Kerapu 9,0 11,0 15,0 20,0 31 377 Lainnya 738,8 925,4 1.032,7 1.038,0 14 188 Jumlah 6.847,5 9.415,7 13.020,8 16.891,0 29 353 Sumber: KKP, 2011a *) Proyeksi Berdasarkan Tabel 10, produksi perikanan budidaya komoditas utama dari tahun 2010-2014. Peningkatan produksi paling besar adalah ikan Patin yang diproyeksikan dari 383.000 ton pada tahun 2011 dapat mencapai 1.883.000 ton pada tahun 2014 dengan peningkatan 14,2 kali lipat dari tahun 2009. Kenaikan produksi rata-rata tiap tahunnya ditargetkan mencapai 70%, atau sama dengan meningkatan produksi sebesar 1.420% dari tahun 2009 hingga 2014.
44
44
Ikan Patin memiliki potensi yang besar untuk dibudidayakan secara komersial karena ikan konsumsi air tawar ini relatif lebih mudah dibudidayakan, bernilai ekonomis dan banyak digemari oleh masyarakat, terutama di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Budidaya ikan Patin di Indonesia secara umum berkembang di daerah Jawa Barat, Kalimantan dan Sumatera. Pembenihan ikan Patin lebih banyak berkembang di Jawa Barat dibanding daerah lain. Hal ini dikarenakan oleh kondisi cuaca, iklim dan pH air yang menunjang, serta pakan yang berupa cacing sutera banyak ditemukan di Jawa Barat. Selain itu teknologi penyuntikan dan pengekstraksian kelenjar hipofisa di Jawa Barat lebih berkembang. Hal ini berbeda dengan wilayah Kalimantan dan Sumatera yang lebih fokus pada usaha pembesaran. Lampung merupakan salah satu sentra produksi perikanan di pulau Sumatera. Maka tidak salah jika pemerintah menargetkan produksi perikanan yang cukup besar di daerah tersebut. Tabel di bawah ini merupakan target produksi perikanan tahun 2011 berdasarkan Propinsi di Indonesia. Tabel 11. Target produksi menurut Propinsi tahun 2011 Perikanan Perikanan No Propinsi Tangkap Budidaya (Ton) (Ton) A. SUMATERA 1.551.540 1.232.490 1. Nanggroe Aceh Darussalam 142.373 96.937 2. Sumatera Utara 374.773 129.037 3. Sumatera Barat 212.033 168.370 4. Riau 125.743 100.728 5. Kepulauan Riau 205.893 59.339 6. Jambi 62.333 56.731 7. Sumatera Selatan 90.783 288.630 8. Kepulauan Bangka Belitung 129.683 76.718 9. Bengkulu 50.123 32.320 10. Lampung 157.803 223.680 B. JAWA 1.014.218 1.773.532 C. BALI-NUSA TENGGARA 339.679 1.311.891 D. KALIMANTAN 488.002 324.920 b Sumber: KKP, 2011
Total (Ton) 2.784.030 239.310 503.810 380.403 226.471 265.232 119.064 379.413 206.401 82.443 381.483 2.787.750 1.651.570 812.922
Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat target produksi tiap Propinsi yang menjadi daerah produksi perikanan. Pulau Jawa dan Pulau Sumatera menjadi target daerah produksi perikanan paling besar, yaitu 2.787.750 ton dan 2.784.030
45
45
ton. Sumatera Selatan dan Lampung menjadi sentra produksi perikanan budidaya yang memberikan kontribusi paling besar di Pulau Sumatera. Di Pulau Jawa sentra produksi perikanan budidaya yang memberikan kontribusi terbesar adalah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sementara di Pulau Bali–Nusa Tenggara produksi perikanan budidaya terbesar ditargetkan akan diberikan oleh Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
4.1.2 Perkembangan Produksi benih Ikan Patin Pemenuhan permintaan benih ikan Patin di Lampung untuk saat ini masih disuplai dari luar daerah, kondisi ini diduga dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat peningkatan produksi ikan Patin di Lampung, hal ini dikarenakan harga benih ikan Patin yang dibayar pembesar relatif lebih mahal dan mutu benih yang kurang baik akibat transportasi yang jauh. Pengintegrasian antara lokasi pembenihan dan pembesaran merupakan salah satu usaha agar produksi ikan Patin menjadi efisien. Salah satu wilayah yang menjadi basis produksi benih ikan Patin di Lampung adalah Kota Metro. Berdasarkan rata-rata produksi benih Patin per tahun dari tahun 2005-2009 adalah 1.073.200 ekor. Produksi benih Patin di Kota Metro masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pembenihan di Jawa dan daerah lainnya. Produksi ikan Patin di Propinsi Lampung pada Tahun 2010 menunjukan angka 19.565 ton (Taryono, 2011), dengan target peningkatan produksi 70 % pertahun, maka target produksi ikan Patin di Propinsi Lampung pada tahun 2011 mencapai 33.260,5 ton, berdasarkan target tersebut maka jumlah kebutuhan benih ikan Patin di Lampung pada tahun 2011 adalah 66.521.000 ekor. Jumlah tersebut didapat dari asumsi target produksi ikan Patin di tahun 2011 adalah 33.260.500 kg dengan ukuran konsumsi 2 ekor/kg. Jumlah kebutuhan tersebut masih sangat jauh berbeda dengan total produksi rata-rata benih ikan Patin di Lampung, sehingga diperlukan usaha untuk meningkatkan produksi benih ikan Patin di Lampung. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi benih ikan Patin adalah dengan mengefisienkan kegiatan usaha dan lebih mengembangkan usaha pembenihan, sehingga dalam melakukan kegiatan usaha, efektifitas dalam proses produksi oleh pembenih akan
46
46
sangat berpengaruh terhadap jumlah produksi benih ikan Patin yang dihasilkan. Peningkatan volume produksi benih yang lain adalah dengan cara lebih memperbanyak unit usaha pembenihan ikan Patin di daerah Lampung.
4.1.3 Lokasi dan Tata Letak CV. Mika Distrindo berlokasi di Desa Sumbersari, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro, Lampung. Lokasi perusahaan berada di pinggiran kota atau lingkungan pedesaan yang masih terjaga sumberdaya alam pendukungnya. Posisi ini tergolong strategik karena tidak terlalu jauh dari jalan raya sehingga memudahkan untuk kegiatan distribusi, pemasaran serta pemasokan bahan baku. Tenaga listrik bersumber dari PLN sebanyak dua (2) unit dengan kapasitas 1.300 KWh dan tenaga cadangan yang berasal dari dua (2) buah generator set yang digunakan saat tenaga listrik tidak berfungsi. Luas area pembenihan seluruhnya sekitar 2000 m2 dengan luas bangunan berkisar 1700 m2. Bangunan yang dimiliki berupa sebuah bangunan satu lantai yang digunakan sebagai kantor administrasi, mess dan gudang. Bangunan lainnya terdiri dari bangunan yang digunakan sebagai ruang indoor/panti benih untuk proses penetasan dan perawatan larva serta bangunan berupa kolam outdoor yang terdiri dari 20 kolam sebagai tempat pendederan larva, kolam induk, tandon/reservoir dan kolam pakan alami.
4.1.4 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan CV. Mika Distrindo adalah sebuah perusahaan yang bergerak di sektor perikanan, fokus kegiatan usahanya bergerak dalam bidang pembenihan ikan Patin. Perusahaan didirikan pada tahun 2003, beralamatkan di Desa Sumbersari, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro, Lampung dengan nama Mika Fish Farm. Pada awal berdirinya usaha ini mengalami pasang surut dalam usahanya. Kegiatan usahanya dimulai dengan memproduksi berbagai macam jenis benih ikan konsumsi seperti ikan lele, nila, gurame dan Patin. Selain menjadi pembenih ikan konsumsi, perusahaan ini juga bergerak dalam usaha jual beli barang kebutuhan perikanan, seperti peralatan dan pakan ikan dan hal lainnya karena
47
47
terlalu banyaknya usaha yang dijalankan, menjadikan usaha tersebut tidak maksimal dalam pengelolaannya. CV. Mika Distrindo mulai berganti nama dan memulai fokus untuk menjalankan salah satu usaha saja dan menjadikan pembenihan ikan Patin sebagai komoditas yang difokuskan pada awal tahun 2008. Pemilihan komoditas tersebut didasarkan atas permintaan akan benih ikan Patin di Lampung khususnya Metro sangat tinggi dan pelaku usahanya masih sedikit. Dalam hal mutu, CV. Mika Distrindo mempunyai perhatian penuh, hal ini terbukti dengan diperolehnya sertifikat pengakuan dari pemerintah mengenai cara pembenihan ikan yang baik dikeluarkan oleh Kementrian Kelautan Perikanan pada tahun 2009.
4.1.5 Struktur Organisasi Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal bagaimana sebuah organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggungjawab yang berbedabeda dalam suatu organisasi. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan besaran (ukuran) satuan kerja. Direktur Utama
Manajer Produksi
Manajer Keuangan
Staf Produksi Gambar 4. Struktur organisasi CV. Mika Distrindo Struktur organisasi di CV. Mika Distrindo dipimpin langsung oleh Direktur utama sekaligus sebagai pemilik perusahaan yang bertanggungjawab terhadap kegiatan operasional perusahaan dengan membawahi manajer produksi dan manajer keuangan. Manajer produksi membawahi dan mengawasi langsung kegiatan produksi. Sedangkan manajer keuangan berfungsi mengatur keluar masuknya aliran uang dalam perusahaan. Tenaga kerja yang yang dibutuhkan
48
48
untuk operasional kegiatan usaha pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo ada lima (5) orang yang merupakan tenaga kerja yang mendukung operasional pembenihan dari tahap awal sampai tahap akhir proses produksi. Tingkat pendidikan karyawan pada CV. Mika Distrindo rataannya masih tergolong sedang (Tabel 13). Hal ini dapat dilihat dari latar belakang pendidikan SD (0%), SLTP (20%), SLTA (60%) dan Diploma (20%). Kondisi ini merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki perusahaan, apalagi sebagian besar karyawan mempunyai latar belakang pendidikan di bidang perikanan yang cukup mengenai pembenihan ikan. Tabel 12. Jumlah karyawan CV. Mika Distrindo berdasarkan latar belakang pendidikan No Tingkatan Pendidikan Jumlah Karyawan (orang) Presentase (%) 1. SD 0 0 2. SLTP 1 20 3. SLTA 3 60 4. Diploma 1 20 Total 5 100 Sumber : CV. Mika Distrindo Perusahaan sangat menyadari bahwa mutu sumberdaya manusia merupakan aset yang sangat penting, hal tersebut terlihat dengan adanya pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada karyawan baik untuk meningkatkan keterampilan manajerial secara umum, teknik komunikasi dan teknik pengambilan keputusan, maupun wawasan mengenai proses produksi pembenihan ikan Patin. 4.1.6 Produk yang Dihasilkan Secara umum produk yang dihasilkan oleh CV. Mika Distrindo berupa benih ikan Patin dari jenis Patin Siam. Produk tersebut dijual ke pasaran dengan ukuran antara 1-2,5 inci, tetapi kebanyakan pada ukuran 1-2 inci. Dengan ukuran tersebut benih ikan Patin sudah kuat untuk di tebar dalam kolam budidaya pembesaran dengan tingkat Survival Rate (SR) yang tinggi (90%) dibandingkan dengan ukuran yang lebih kecil. Harga untuk benih ikan Patin tersebut bervariasi tergantung dari ukuran benih dan kondisi jumlah benih ikan Patin yang ada dipasaran. Semakin besar ukuran benih ikan semakin mahal harganya dengan kisaran harga Rp.150 – 250 per ekor.
49
49
4.2 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan Visi
perusahaan
yang
berbasis
perikanan,
menjadikan
kegiatan
pembenihan ikan Patin sebagai fokus usaha dalam kegiatannya. Sejak berdiri dengan nama awal Mika Fish Farm, telah memiliki misi untuk “menjadikan Mika Fish Farm sebagai perusahaan pembenihan ikan Patin terkemuka di Indonesia, dalam hal mutu produk dan pelayanan terhadap pelanggan”. Visi ini diterjemahkan kedalam misi yang lebih konkrit, yakni “menjadi perusahaan penghasil benih ikan Patin yang mengutamakan mutu, kuantitas dan kontiyuitas dalam memproduksi benih, serta senantiasa melakukan perbaikan-perbaikan secara terus menerus dan meningkatkan mutu pelayanan terhadap konsumen”. Selain itu perusahaan berkeinginan untuk memberikan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar. Dalam sejarah perkembangannya, meskipun sudah berubah nama menjadi CV. Mika Distrindo, tetapi visi dan misinya tidak berubah dan tetap pada visi dan misi ketika perusahaan tersebut mulai didirikan dengan pelaksanaan strategi perusahaan yang diwujudkan dalam program-program kerja yang terpadu. Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah meningkatkan kepuasan
konsumen,
mengoptimalkan
keuntungan,
meningkatkan
posisi
perusahaan dalam persaingan pasar, serta meningkatkan kesejahteraan seluruh karyawan dan masyarakat sekitar.
4.3 Analisis Lingkungan Analisis Lingkungan adalah proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan mencakup semua faktor baik yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan pencapaian tujuan yang diinginkan. Secara garis besar, analisis lingkungan dapat digolongkan dalam dua (2) kategori, yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal perusahaan. Analisis internal perusahaan mencakup analisis mengenai aktivitas, atau kegiatan perusahaan saat ini. Hasil dari analisis lingkungan akan memberikan gambaran mengenai kondisi perusahaan saat ini yang disederhanakan dengan memotret kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities)
50
50
dan ancaman (threats) yang dimiliki perusahaan. Analisis eksternal akan memberikan gambaran tentang peluang dan ancaman, sedangkan analisis lingkungan internal akan memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan, serta dapat mengetahui posisi perusahaan dalam persaingan saat ini.
4.3.1 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kecenderungan-kecenderungan serta kejadian yang berada diluar kontrol perusahaan. Analisis difokuskan pada penentuan faktor-faktor kunci yang menjadi ancaman dan peluang bagi perusahaan, sehingga memudahkan pihak manajemen untuk menentukan strategi-strategi untuk meraih peluang dan menghindari ancaman. Sebagaimana telah dikemukakan diatas, lingkungan eksternal yang dibahas adalah lingkungan usaha. Analisis persaingan industri bertujuan untuk menganalisis kondisi persaingan industri yang dihadapi oleh perusahaan yaitu kondisi persaingan dalam industri pembenihan ikan Patin. Analisis persaingan industri yang dilakukan didasarkan pada konsep competitive strategy porter (1997) yang menganalisis persaingan bisnis berdasarkan lima (5) peubah utama yang disebut Lima Kekuatan Bersaing. Kelima kekuatan tersebut antara lain tingkat persaingan dalam industri, ancaman masuknya pendatang baru, ancaman produk pengganti (substitusi), kekuatan tawar menawar pemasok, dan kekuatan tawar menawar pembeli. Gambaran dari kelima (5) kekuatan inilah yang sebenarnya menentukan potensi laba akhir dalam suatu industri, dimana potensi laba dalam bentuk hasil laba atas modal yang telah diinvestasikan dalam jangka panjang. Secara rinci kategori faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan tersebut dijelaskan di bawah ini. a. Tingkat Persaingan Antar Industri Persaingan antar industri terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi, dengan menggunakan taktik seperti persaingan harga, introduksi produk dan perang promosi. Hal ini sangat mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Faktorfaktor yang berpengaruh pada tingginya tingkat persaingan antar perusahaan
51
51
antara lain banyaknya jumlah pesaing, tingkat pertumbuhan industri, besarnya biaya tetap yang dibutuhkan, penambahan kapasitas dalam jumlah besar, karakteristik pesaing yang beragam, ketiadaan diferensiasi produk, serta hambatan pengunduran diri yang tinggi. Tingkat persaingan yang terjadi dalam produksi benih ikan Patin adalah banyaknya benih ikan yang datang dari luar daerah seperti dari Jawa Barat dan sekitarnya. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap harga jual benih ikan Patin. Ketika benih dari luar daerah banyak berdatangan, maka akan mempengaruhi harga benih lokal. Semakin banyak benih yang datang maka akan semakin besar kemungkinan penurunan harga benih ikan Patin di pasar lokal. Banyaknya pesaing dalam usaha pembenihan ikan Patin yang merupakan faktor penting dalam mempengaruhi intensitas persaingan. Beberapa taktik dalam persaingan tersebut antara lain persaingan harga, introduksi produk dan perang promosi. Hal ini berarti bahwa persaingan harga yang menyebar menekan laba perusahaan sampai ke tingkat mempertahankan investasi yang diperlukan, sehingga untuk memperoleh keuntungan, perusahaan-perusahaan harus melakukan efisiensi biaya. Di sisi lain dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pengetahuan dan mutu produk, maka untuk pasar-pasar tertentu akan cenderung memilih produk dengan mutu yang baik serta benih yang berasal dari daerah sekitar lokasi pembesaran. Hal tersebut didasarkan kepada tingkat ketahanan benih yang digunakan. Untuk benih yang berasal dari daerah sekitar lokasi pembesaran, tingkat adaptasi lingkungannya tidak terlalu lama, sedangkan untuk benih dari luar daerah dapat membutuhkan waktu yang lama sehingga akan mempengaruhi terhadap tingkat Survival Rate dan ketahanan benih yang digunakan. Pesaing dalam industri pembenihan ikan Patin yang semakin beragam, mengharuskan pembenih memiliki insting yang tajam dan jeli dalam membaca dan memprediksi kondisi pasar yang meliputi mutu benih, harga, saluran distribusi maupun promosi yang efektif untuk menjangkau target dan segmen pasar yang dituju. Perusahaan juga harus jeli dan gesit dalam menghadapi persaingan dengan memberikan servis kepada pelanggan berupa pelayanan konsultasi tetang kegiatan budidaya pembesaran. Hal ini disebabkan pesaing yang
52
52
memiliki karakter seperti itu akan dapat merencanakan dan menerapkan strategi pemasaran yang paling efektif untuk memenangkan hati pelanggan dan merebut pasar. b. Ancaman produk pengganti (Substitusi ) Ancaman produk pengganti ditentukan oleh jumlah produk yang memiliki fungsi sama, tingkat perkembangan produk pengganti, tingkat harga produk pengganti serta biaya peralihan dari produk ikan Patin ke produk pengganti. Faktor yang paling mempengaruhi intensitas ancaman produk pengganti benih ikan Patin adalah adanya produk yang memiliki fungsi sama. Dengan adanya perkembangan produk penganti seperti jenis benih ikan lainnya akan memberikan ancaman pergeseran penggunaan input dalam usaha pembesaran ikan. Ancaman produk substitusi ini akan terjadi apabila dalam usaha pemenuhan permintaan benih ikan Patin tidak terpenuhi sehingga para pembudidaya ikan akan berganti komoditas lain seperti ikan lele dan gurame. c. Ancaman pendatang baru Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang telah ada. Ancaman masuknya pendatang baru ditentukan oleh beberapa parameter penghambat yang disebut hambatan masuk (barrier to entry), antara lain besarnya skala ekonomi, diferensiasi produk yang berarti keunikan sebuah produk dalam industri dan konsumen loyal pada produk tersebut, besarnya biaya peralihan yang harus dikeluarkan konsumen untuk beralih ke pemasok lain, akses ke saluran distribusi, akses ke pemasok, besarnya kebutuhan modal, serta kebijakan pemerintah tentang penambahan perusahaan baru. Makin rendah tingkat ancaman pendatang baru berarti makin sulit bagi investor baru untuk memasuki pasar. Tingkat ancaman masuknya pendatang baru potensial dalam usaha pembenihan ikan Patin dikategorikan sedang. Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa ada peluang investor baru untuk masuk ke dalam industri ini. Namun peluang tersebut juga dibatasi oleh hambatan-hambatan yang ada pada usaha
53
53
pembenihan ikan Patin. Adapun faktor yang paling mempengaruhi potensi masuknya pendatang baru dalam industri ini adalah skala ekonomi. Skala ekonomi menghalangi masuknya pendatang baru ke dalam usaha pembenihan ikan Patin karena industri ini memaksa pendatang baru untuk masuk ke dalam industri dengan skala besar atau memikul biaya tinggi (cost disadvantage). Skala ekonomi ini meliputi produksi, pemasaran dan kegiatan fungsional lainnya. Selain itu, akses ke saluran distribusi merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat ancaman pendatang baru. Tidak adanya kesulitan yang bersifat eksternal dalam akses distribusi ditambah sarana komunikasi yang semakin baik, kemudian didukung juga oleh banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang pembenihan ikan Patin. Kesuksesan dan kelancaran produksi benih ikan Patin dapat menjamin lancarnya ketersediaan produk di pasar. d. Kekuatan tawar menawar pembeli Konsumen benih ikan Patin berasal dari usaha budidaya pembesaran baik dalam skala besar maupun rumah tangga. Kekuatan tawar menawar pembeli untuk produk benih ikan Patin masih tinggi, terutama konsumen yang belum mengetahui konsep benih bermutu baik. Konsumen benih ikan Patin akan dengan mudah beralih dari produk benih ikan Patin pembenih yang satu ke pembenih yang lain jika keinginan konsumen tidak terpenuhi terutama dalam hal harga. Hal tersebut diakibatkan oleh banyaknya produsen yang menjual benih ikan Patin ke pasaran, sehingga konsumen mempunyai banyak pilihan dalam menentukan pembelian. Keadaan tersebut akan berbeda bagi para pembudidaya yang telah mengetahui tentang pentingnya mutu benih yang digunakan dalam memperoleh hasil panen budidaya pembesarannya nantinya. Faktor mutu tersebut menjadi kekuatan tawar menawar pembeli yang berarti untuk membeli produk ikan Patin, pembeli sangat memperhatikan tingkat kepentingan mutu produk tersebut bagi dirinya karena jika mutu produknya tidak sesuai dengan yang diinginkan, maka pembeli akan berpikir ulang untuk membeli produk tersebut. Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa pembeli masih mempunyai kekuatan posisi untuk melakukan tawar menawar atau memilih produk yang sekiranya sesuai dengan keinginan pembeli.
54
54
Selain itu faktor jumlah pembeli juga mempengaruhi kekuatan tawar menawar pembeli dalam usaha pembenihan ikan Patin. Hal ini berarti bahwa jumlah pembeli yang terkonsentrasi atau membeli dalam jumlah yang banyak akan memiliki posisi tawar menawar yang tinggi dalam pembelian benih ikan Patin. Atau dengan kata lain pembeli yang mampu melakukan pembelian secara kontinyu tiap waktunya memiliki posisi tawar menawar yang tinggi Pembeli kuat jika membeli dalam jumlah yang relatif besar, produk bagian dari pembelian yang cukup besar dari pembeli, produk tersebut standar atau tidak terdiferensiasi, pembeli memiliki biaya pengalihan yang kecil, pembeli menerima laba kecil, pembeli menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi balik, produk industri tersebut tidak penting bagi mutu produk, atau jasa pembeli, serta pembeli memiliki informasi yang lengkap (Pearce dan Robinson, 1997). e. Kekuatan tawar menawar pemasok Pemasok dapat mempengaruhi usaha melalui kemampuan menaikkan harga atau penggurangan mutu produk atau pelayanan. Pemasok kuat jika jumlah pemasok sedikit, produknya unik dan mampu menciptakan switching cost yang besar, tidak tersedia produk pengganti, pemasok mampu melakukan integrasi ke depan dan mampu mengolah hasil yang sama dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Faktor yang paling mempengaruhi kondisi kekuatan tawar menawar pemasok adalah diferensiasi produk yang dipasok. Hal ini berarti bahwa pemasok yang memiliki keunikan produk atau setidaknya lebih terdiferensiasi jika dibandingkan dengan produk pemasok yang lain baik dalam hal mutu dan harga. Peran produk yang dipasok bagi pelanggan juga memiliki pengaruh besar dalam menentukan kekuatan tawar menawar pemasok dalam usaha pembenihan ikan Patin. Hal ini mengandung arti bahwa perusahaan pemasok memiliki kekuatan untuk menyeleksi dan menjamin mutu benih ikan Patin yang akan dijual ke konsumen.
55
55
4.3.2
Analisis Lingkungan Internal Perusahaan Lingkungan internal adalah lingkungan organisasi yang berada dalam
organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi yang langsung terhadap kinerja organisasi. Analisis lingkungan internal ini merupakan proses identifikasi terhadap faktor-faktor kekuatan dan kelemahan internal organisasi dengan mengkaji kinerja bagian fungsional yang ada, seperti aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan manajemen operasi serta aspek ekonomi dan keuangan.
a. Aspek Pasar dan Pemasaran 1. Harga Produk tersebut dijual ke pasaran dengan ukuran antara 1-2,5 inci, tetapi kebanyakan pada ukuran 1-2 inci. Dengan ukuran tersebut benih ikan Patin sudah kuat untuk di tebar dalam kolam budidaya pembesaran dengan tingkat Survival Rate (SR) yang tinggi dibandingkan dengan ukuran yang lebih kecil. Harga untuk benih ikan Patin tersebut bervariasi tergantung dari ukuran benih dan kondisi jumlah benih ikan Patin yang ada dipasaran. Semakin besar ukuran benih ikan dan ketersediaanya terbatas di pasaran menyebabkan semakin mahal harganya dengan kisaran harga antara Rp.150 – 250 per ekor. 2. Jalur Pemasaran Benih Patin umumnya dijual langsung ke pembudidaya ikan atau pedagang perantara. Rantai pemasaran benih Patin dapat dilihat pada Gambar 5. Penjualan secara langsung tersebut mencapai sekitar 70-90% (rataan 80%), baik dengan cara datang langsung ke lokasi pembenihan maupun pemesanan benih terlebih dahulu. Penerimaan hasil penjualan oleh CV. Mika Distrindo sesuai dengan harga kesepakatan harga di tempat. Pembeli datang langsung ke hatchery untuk melakukan transaksi jual beli sehingga untuk biaya transportasi tidak di bebankan kepada CV. Mika Distrindo.
Pembenih
Pengelondongan
Pedagang Perantara
Pembudidaya
Gambar 5. Jalur pemasaran benih Patin CV. Mika Distrindo
56
56
Pengusaha pembenihan ikan Patin melakukan pemanenan benih, penghitungan, dan pengepakan sendiri terhadap benih yang dijual. Jika pengiriman dilakukan atas dasar permintaan dari konsumen maka biaya pengiriman dengan sarana transportasi yang dimiliki pembenih maka dikenakan biaya tambahan dari harga pokok pembelian benih. Besar kecilnya tambahan biaya disesuaikan dengan jumlah pembelian dan jarak lokasi pengiriman. Dengan demikian, harga yang diterima produsen atau pengusaha pembenih rata-rata 110115% dari harga pokok pembelian. Penerimaan pembenih yang lebih tinggi dari harga yang dibayarkan konsumen disebabkan biaya transportasi untuk pengiriman benih ke lokasi konsumen atau pedagang perantara. 3. Kendala Pemasaran Sampai saat ini relatif tidak ada kendala yang dihadapi pengusaha pembenih ikan Patin di CV. Mika Distrindo dalam hal pemasaran benih ikan Patin, karena hasil produksi belum mampu memenuhi permintaan pasar yang tinggi. Namun dalam kondisi tertentu, terjadi persaingan harga yang kurang sehat disebabkan oleh pedagang yang benihnya berasal dari luar daerah (benih dari Jawa Barat dan sekitarnya). Untuk itu peran asosiasi pengusaha pembesaran, pembenih dan pedagang ikan di Kota Metro khususnya dan Lampung pada umumnya untuk dapat mengontrol peredarannya. Salah satu cara guna menstabilkan harga adalah dengan meningkatkan produksi benih ikan Patin yang memiliki mutu, kuantitas dan kontinuitas benih yang dihasilkan agar dapat bersaing dengan benih kiriman dari luar daerah lampung.
b. Aspek Teknis dan Manajemen Operasi Dalam budidaya ikan pada umumnya dan ikan Patin pada khususnya terdapat tiga (3) sub sistem pemeliharaan, yaitu pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Pembenihan ikan Patin pada umumnya bersamaan dengan subsistem pendederan, baik pendederan di dalam bak dan kadang dikombinasikan dengan pendederan di dalam kolam untuk mendapatkan benih kelas tebar kategori P II A (ukuran 1-2 inci) maupun hanya di dalam kolam untuk mendapatkan benih kategori P II B (ukuran 2-3 inci). Namun demikian ada pula kegiatan pendederan yang hanya dilakukan di dalam bak pemeliharaan larva (tanpa menggunakan
57
57
kolam). Pembenihan adalah kegiatan pemeliharaan induk untuk menghasilkan telur sampai dengan larva. Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan benih ikan Patin hasil pembenihan untuk mencapai ukuran tertentu dan sebagai masa adaptasi sebelum dipelihara di tempat pembesaran. Agar dapat memperoleh produk benih sesuai dengan target kuantitas dan mutu yang diharapkan serta tepat waktu sesuai dengan permintaan, maka dalam proses produksi benih ikan Patin terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini. 1. Tanah dan Lahan Tanah
untuk
lokasi
pembenihan,
terutama
untuk
kolam
induk
menggunakan kolam semi permanen. Kolam indukan yang digunakan memiliki dinding beton dengan dasar tanah. Sifat tanah yang baik untuk perikanan adalah tanah liat, atau lempung berpasir dan tidak porus, berwarna coklat atau kehitaman, tingkat keasaman (pH tanah) > 6, dengan tekstur 50-60 % liat, atau liat berlempung, fraksi pasir kurang dari 20 %, dan sisanya serbuk bahan organik. Sedangkan untuk kolam pendederan menggunakan konstruksi kolam dari beton dengan tambahan pelapis plastik atau terpal pada sisi-sisi dinding dan dasar kolam. Lokasi pembuatan kolam tersebut tersebut berada di atas lahan stabil dengan kemiringan < 10%, sumber air yang digunakan adalah dari sumur bor, karena untuk menghindari terjadinya pencemaran dari bahan kimia berbahaya yang berasal dari obat-obatan pertanian jika menggunakan air dari saluran irigasi, gangguan keamanan, dan gangguan kompetitor untuk kolam indukan serta predator untuk kolam pedederan. Lahan yang digunakan berada di sekitar lahan pekarangan rumah di area permukiman dengan jarak kurang lebih 10 m dari rumah dan dekat dengan area persawahan. 2. Sumber Air Air merupakan salah satu komponen penting dari proses produksi benih. Air yang digunakan untuk kegiatan pembenihan berasal dari air tanah (sumur bor). Mutu yang layak atau baik serta kuantitas yang mencukupi merupakan syarat utama dalam penggunaan air sebagai media dari pemeliharaan indukan, pemeliharaan larva sampai pada proses pendederan. Penggunaan air yang berasal
58
58
dari air tanah (sumur bor) memiliki keunggulan jika dibanding dengan penggunaan air dari saluran irigasi. Penggunaan air tanah dapat mengurangi terjadinya pencemaran terhadap media pemeliharaan jika dibanding dengan penggunaan air irigasi. Tetapi ada beberapa kelemahan dari air tanah jika dibandingkan dengan air yang berasal dari irigasi. Kandungan mineral air yang berasal dari air tanah sangat minim, jika dibandingkan dengan air yang berasal dari air irigasi. Tetapi dengan kemajuan teknologi yang telah berkembang, untuk menjadikan air tanah lebih kaya akan kandungan mineral, beberapa perlakuan dapat di tambahkan ke dalam media pemeliharaan sehingga dalam pembentukan badan air kaya mineral yang diinginkan dapat terpenuhi. Perlakuan umum yang sering dilakukan dalam proses penggunaan air tanah yang akan digunakan adalah dengan melakukan treatment pada tendon (reservoir). Perlakuan dengan menggunakan kapur pada air tandon dilakukan selain untuk mensucihamakan air media juga dapat berperan dalam upaya penetralan pH air dan mengurangi kandungan phyrite yang ada di air tanah. Keadan pH air yang stabil merupakan salah satu syarat utama yang dibutuhkan dalam keberhasilan pembenihan. 3. Fasilitas Produksi dan Peralatan Fasilitas produksi dan peralatan yang dibutuhkan dalam pembenihan ikan Patin menjadi salah satu pendukung keberhasilan dalam usaha pembenihan. Kolam induk atau perawatan induk yang digunakan bersifat semi permanen yaitu menggunakan kolam dengan pematang tembok dengan dasar kolam dari tanah. Kolam indukan terdiri dari 3 unit ukuran (5x5x2) m3 dengan luasan 25 m2. Induk ikan Patin jantan dan betina dipelihara secara terpisah, tetapi dalam kolam yang sama dengan padat penebaran sekitar 4 ekor/m2. Dalam proses pemijahan, induk jantan dan betina digunakan hanya sekitar 5-6 kali pemijahan dan setelah itu dikategorikan sebagai induk afkir. Tandon (recervoir) digunakan untuk mengolah air sebelum digunakan sebagai media pemeliharaan. Pengolahan air perlu dilakukan jika menggunakan air sumur bor sebagai air sumber kegiatan pembenihan mempunyai keasaman (pH) < 6,5. Tandon ini terdiri dari empat (4) unit dengan ukuran volume air sebesar 10 ton yang terbuat dari beton. Tandon digunakan untuk treatment air
59
59
menggunakan kapur, sehingga dapat menetralkan pH air dan dapat juga sebagai disinfektan. Volume kapur yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan dengan rataan kebutuhannya sebanyak 50 kg/bulan. Wadah isolasi/pemberokan induk yang telah diseleksi dan pemeliharan induk betina yang sudah dilakukan penyuntikan merupakan kolam induk yang di sekat dengan hapa ukuran (3x2x1)m3. Jumlah wadah isolasi/pemberokan induk sebanyak 2 unit untuk memisahkan indukan jantan dan betina. Bangsal pembenihan, atau panti benih adalah bangunan permanen dengan seluas 120 m2. Panti benih berfungsi sebagai tempat penetasan telur ikan Patin, penetasan cyste artemia, perawatan larva di akuarium dan bak pemeliharaan larva. Penggunaan panti benih yang tertutup dari kontak luar untuk menjaga kestabilan suhu media dan udara di dalam panti benih pada siang dan malam hari, serta menjaga keamanan isi bangsal pembenihan. Bak penetasan dan pemeliharaan larva yang terdapat di dalam panti benih, difungsikan sebagai bak pemeliharaan ikan Patin sampai ukuran 0,5-0,75 inci. Bak pemeliharaan larva terbuat dari fiber dengan ukuran 1,5 ton dengan jumlah 20 unit bak fiber. Jumlah larva yang dipelihara di dalam bak ini sekitar 15.000-20.000 ekor/bak fiber. Pendederan dilakukan pada kolam pendederan yang terletak di luar dari panti benih. Kolam pendederan yang digunakan berukuran (5x3x1) m3. Kolam pendederan digunakan untuk membesarkan benih sampai ukuran sekitar 1-2 inci atau lebih, karena beberapa konsumen menginginkan benih dengan ukuran tersebut. Jumlah kolam pendederan sebanyak 10 unit dimana dalam proses pendederan untuk tiap unit kolam dapat menampung 40.000-50.000 benih Patin. Fasilitas pembenihan juga mempunyai wadah penetasan artemia sebagai pakan alami. Wadah ini berukuran sekitar 30 liter dan terbuat dari bahan fiber yang di pesan khusus, dengan jumlah 10 unit. Selain menggunakan wadah penetasan, di dalam lokasi pembenihan juga tersedia dua unit kolam untuk pakan alami. Fungsi kolam pakan alami tersebut selain untuk menampung cacing sutera juga digunakan sebagai tempat pengkulturan Daphnia. Usaha pembenihan juga dilengkapi dengan sarana untuk meningkatkan suhu dan oksigen media pemeliharaan larva/benih. Sarana untuk meningkat suhu terutama di dalam panti benih dengan menggunakan kompor dengan bahan bakar
60
60
minyak tanah, atau gas. Sedangkan untuk meningkatkan kandungan oksigen di dalam media pemeliharaan larva digunakan Hi-blow mikro blower dengan 40-60 titik aerator per-blower. Untuk menjalankan mikro blower, diperlukan aliran listrik yang berasal dari PLN atau menggunakan genset cadangan. 4. Bahan Baku Bahan yang diperlukan antara lain indukan Patin jantan dan betina, hormon buatan ovaprim, pakan alami (artemia dan cacing sutera), pakan buatan untuk induk dan benih, larutan fisiologis (larutan NaCl 0,9% atau larutan Ringer), garam dapur atau obat-obatan untuk perawatan larva yang terkena penyakit, kapur untuk meningkatkan pH air sumber yang rendah, gas elpiji atau minyak tanah untuk bahan bakar pemanas ruangan, solar dan bensin untuk bahan bakar genset, dan lain sebagainya. Untuk target produksi benih Patin siam persiklus dengan jumlah lebih dari 250 ribu benih berukuran 1-1,5 inci, dibutuhkan bahan berupa induk jantan dengan jumlah 6-8 ekor yang berukuran > 2 kg/ekor dan betina 4-6 ekor dengan ukuran > 3 kg/ekor. Selanjutnya dibutuhkan ovaprim 20 ml atau 2 botol, larutan fisiologis (NaCl 0,9%) 3-4 botol, artemia 8-10 kaleng, cacing rambut atau cacing sutera 200-250 liter, pelet udang ukuran halus untuk pakan benih di bak pemeliharaan dan pendederan sekitar 30 kg. 5. Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja dalam usaha pembenihan Patin tergantung kepada skala usaha. Pada usaha pembenihan Patin di CV. Mika Distrindo menggunakan tenaga kerja dengan jumlah lima (5) orang. Setiap karyawan memiliki tanggung jawab yang berbeda beda atau ada pembagian kerja dalam sistem pembenihannya, dari yang bertanggungjawab terhadap peralatan, manajemen indukan, manajemen pakan dampai dengan pemanenan larva, tetapi dalam proses kegiatannya dijalankan secara bersama sama. 6. Teknologi Teknologi yang diterapkan dalam pembenihan Patin yaitu pemijahan buatan dan treatment air. Pemijahan buatan dilakukan karena Patin dalam wadah budidaya sangat sulit untuk melakukan pemijahan secara alami. Pada prinsipnya pemijahan buatan dilakukan dengan dua (2) metode yaitu sistem kering dan sistem
61
61
basah dan di CV. Mika Distrindo melakukan dengan kombinasi sistem basah dengan sistem kering. Teknik metode pembuahan buatan, yaitu : a) Pembuahan Sistem Kering Dalam sistem kering ini telur yang telah dikeluarkan dan ditampung dalam wadah, kemudian dicampur dengan sperma yang baru/langsung dikeluarkan dari induk jantan, kemudian dicampur dengan bulu ayam selama kurang lebih 1 menit. Kemudian untuk aktifasi ditambahkan air yang kaya oksigen sambil diaduk-aduk dengan bulu ayam. Selanjutnya dibilas dengan air segar beberapa kali, kemudian ditetaskan. b) Pembuahan Sistem Basah Pada sistem basah ini, sebelum telur dikeluarkan terlebih dahulu dikeluarkan sperma dari induk jantan dan ditampung dalam wadah dan diencerkan dengan larutan NaCl fisiologis (larutan infus NaCl). Larutan tersebut selain berfungsi sebagai pengencer juga berfungsi sebagai pengawet. Spermatozoa dapat tahan hidup dalam larutan tersebut selama 12–24 jam pada suhu 5–10°C. 7. Proses Produksi a) Pengelolaan Induk Pengelolaan induk merupakan tahap awal untuk menghasilkan benih yang bermutu baik sehingga menentukan keberhasilan kegiatan pembenihan ikan. Mutu induk yang baik ditunjang dengan pengelolaan yang tepat diharapkan dapat menghasilkan benih dengan mutu yang baik dan jumlah yang mencukupi. Kriteria induk yang akan digunakan antara lain, berdasarkan bentuk fisik, ukuran berat, umur, dan kesehatan. Induk betina yang layak dipijahkan telah berumur tiga (3) tahun dan beratnya telah mencapai > 3 kg/ekor. Sedangkan induk jantan yang siap dipijahkan telah berumur 2 tahun dan beratnya mencapai > 2 kg/ekor. Induk yang akan dipijahkan harus sehat secara fisik, yaitu tidak terinfeksi oleh penyakit, parasit, dan luka akibat benturan, pukulan, goresan, sayatan, dan lain-lain. Induk jantan dan betina dipelihara secara terpisah tetapi dalam satu kolam pemeliharaan dengan memberikan skat berupa jaring hapa untuk memisahkannya. Kepadatan pemeliharaan indukan dalam satu (1) kolam, yaitu 2-4 ekor/m2. Pemeliharaan Induk dibuat dalam beberapa kelompok dan dipelihara secara terpisah untuk dapat digunakan pada proses pemijahan secara bergantian. Kolam
62
62
pemeliharaan induk menggunakan kolam semi permanen dengan ukuran (5x5x2)m3 dan memiliki saluran pemasukan dan pengeluaran air agar mempermudah dalam penyeleksian indukan yang siap dipijahkan. Manajemen induk merupakan salah satu mata rantai yang amat penting dalam proses produksi benih ikan Patin, selain menajemen air dan pemeliharaan larva serta benih. Jumlah indukan yang dipelihara disesuaikan dengan skala usaha, karena harus memperhitungkan kebutuhan jumlah dan luasan kolam indukan serta biaya untuk pakan. Disamping itu, perlu dihindari terjadi lonjakan jumlah induk yang matang gonad dan siap dipijahkan karena dapat menjadi kendala dalam kontinuitas produksi atau sarana yang tersedia tidak memadai baik jumlah dan kapasitasnya dalam produksi. Jumlah indukan dan calon indukan sebanyak 180 ekor dimana jumlah induk jantan sebanyak 80 ekor dan indukan betina sebanyak 100 ekor. Dalam pengaturan ukuran indukan juga perlu menjadi pertimbangan, yaitu dengan ukuran berat yang relatif mengikuti sebaran normal miring ke kiri, baik untuk induk jantan maupun induk betina. Modus sebaran normal bobot indukan adalah sekitar 2 kg untuk induk jantan dan 3 kg untuk induk betina. Pakan yang diberikan berupa pakan buatan dengan mutu yang baik dan kuantitas yang mencukupi. Pakan harus memiliki kandungan protein 30-35%. Pemberian pakan dilakukan setiap hari sebanyak 3% bobot biomas/hari dengan frekuensi pemberian pakan 2-3 kali/hari. Menurut Yulfiperius et al. (2003), mutu telur dapat ditingkatkan antara lain dengan melakukan perbaikan mutu pakan induk. Salah satu unsur nutrien pakan yang harus ada dalam pakan induk untuk meningkatkan reproduksinya adalah vitamin E (o-tokoferol). b) Seleksi Induk Ciri-ciri induk jantan yang matang gonad adalah alat kelamin (urogenital) membengkak dan berwarna merah tua. Apabila bagian perut dekat lubang kelamin diurut akan mengeluarkan cairan putih kental (cairan sperma). Sedangkan induk ikan betina yang telah matang gonad, memiliki ciri-ciri yang ditunjukkan dengan papila membengkak dan berwarna merah tua, selain itu perut membengkak ke arah belakang (ke arah genital).
63
63
c) Pemijahan Induk yang akan dipijahkan diberok dahulu 1-2 malam di dalam wadah isolasi induk untuk mengurangi kadar lemak pada saluran pengeluaran telur dan membuang kotoran/feces. Pemijahan dilakukan secara buatan melalui pemberian rangsangan hormon untuk proses pematangan akhir gonad, pengurutan untuk proses pengeluaran telur dan pembuahan dengan mencampur sperma dan telur. Hormon yang digunakan adalah ovaprim atau sejenisnya. Standar dosis ovaprim yang diberikan untuk induk betina adalah 0,5 mL/kg dan untuk jantan adalah 0,2 mL/kg (bila diperlukan). Penyuntikan pada indukan betina dilakukan sebanyak dua (2) kali pada bagian intramuskular dengan interval waktu penyuntikan pertama dan kedua 6-12 jam. Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 bagian dosis total dan sisanya (2/3 bagian) diberikan pada penyuntikan kedua (Hamid et al., 2006). Setelah penyuntikan kedua, 6-8 jam kemudian dilakukan pengecekan ovulasi induk. Pengecekan ini akan menentukan saat pengeluaran telur untuk proses pembuahan. Bila pengeluaran telur dilakukan sebelum ovulasi, pengeluaran telur tidak akan lancar dan biasanya persentase keberhasilan pembuahan akan kecil. Sedangkan bila terlalu lambat, pembuahan biasanya juga gagal karena air sudah masuk ke dalam kantung telur yang menyebabkan lubang mikrofil pada telur sudah tertutup. Pengecekan ovulasi dilakukan dengan cara melakukan pengurutan pada bagian dekat urogenital secara pelan dan hati-hati. Ovulasi sudah tercapai bila sudah ada sedikit telur yang keluar sehingga pengurutan secara keseluruhan dapat dilanjutkan untuk proses pembuahan. Proses pembuahan didahului dengan penyiapan sperma yang dikeluarkan dari induk jantan. Sperma ditampung dalam wadah dan diencerkan dengan larutan NaCl 0,9% (larutan infus) dengan perbandingan 1 : 100. Sperma yang tercampur urine (air kencing ikan) sebaiknya tidak digunakan. Selanjutnya telur dikeluarkan dengan melakukan pengurutan induk betina secara hati-hati dan ditampung dalam wadah. Tetesan air dalam wadah atau pada telur harus dihindari. Bila dikehendaki, pengurutan dapat dilakukan secara berulang, tetapi dalam tenggang waktu yang relatif singkat. Telur yang sudah ditampung ditambahkan dengan sperma dan
64
64
diaduk secara merata. Untuk memudahkan pencampuran telur dan sperma dapat diberi tambahan larutan fisiologis secukupnya. d) Penetasan Telur Penetasan telur yang dilakukan di CV. Mika Distrindo menggunakan dua (2) cara yaitu dengan menggunakan bak penetasan dengan trai hapa sebagai tempat penetasannya dan dengan menggunakan corong tetas. Telur yang sudah dibuahi diletakkan di atas trai hapa jaring dalam bak pembenihan yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Jumlah trai hapa jaring (0,7m x 0,7m) dalam bak penetasan (4x1x0,4) m3 sebanyak empat (4) unit. Aerasi yang cukup untuk menjamin kandungan oksigen terlarut serta suhu perlu diperhatikan agar proses penetasan telur berjalan secara optimal. Pada suhu 29–30°C biasanya telur mulai menetas setelah inkubasi 18-24 jam. Setelah proses penetasan selesai, larva ikan Patin dijaring dengan menggunakan scoopnet, sehingga tinggal menyisakan cangkang telur dan telur yang tidak menetas. Hapa jaring diangkat, karena pada saat penetasan terdapat sisa cangkang telur yang dapat membusuk dan menyebabkan bahan beracun bagi larva. Alternatif lain dalam penetasan telur dapat menggunakan corong penetasan. Prinsip kerjanya hampir sama dengan menggunakan trai hapa. Tetapi dengan menggunkan corong tetas sisa cangkang dan telur yang tidak menetas mengendap pada 1 sisi saja yaitu ada central drain pembuangan pada corong tetas. Telur yang telah menetas kemudian dipelihara dalam akuarium sampai berumur kurang lebih 10-14 hari. Setelah itu dipelihara di bak pemeliharaan larva selama 16-18 hari. e) Pemeliharaan Benih (1) Pemberian Pakan dan Pengaturan Kualitas Air Benih ikan Patin mempunyai sifat kanibal yang tinggi sehingga untuk menghindarinya perlu diperhatikan waktu untuk pemberian pakan. Jenis pakan untuk benih Patin diberikan berdasarkan umur dari benih. Pakan pertama dapat diberikan sekitar 24 jam setelah menetas pada kisaran suhu pemeliharaan 29– 30°C. Karena pada 24 jam pertama setelah menetas, larva ikan Patin masih memiliki yolk sack (kuning telur) sebagai cadangan makanan. Pakan awal yang diberikan berupa nauplii Artemia. Proses pembenihan ikan Patin sangat tergantung oleh ketersediaan pakan alami sebagai sumber energinya. Artemia
65
65
merupakan pakan alami yang banyak diberikan pada saat larva ikan mulai makan, namun harganya relatif tinggi. Untuk menekan biaya produksi, pembenih ikan Patin cenderung mengurangi frekuensi pemberian Artemia dan mempersingkat waktu pemberiannya 2 – 4 hari dan disubstitusi dengan Tubifex (Effendi et al., 2006). Tabel 13. Jenis pakan berdasarkan umur dalam pemeliharaan benih Patin Umur Larva (hari) Jenis Pakan 2-6 Artemia 7-20 Cacing sutera/Cacing rambut > 20 Pelet Penyiapan nauplii artemia dilakukan pada saat telur Patin menetas, sehingga pakan nauplii artemia sudah dapat diberikan pada saat benih berumur 1 hari. Pengkulturan artemia dilakukan dengan menggunakan media air yang ditambahkan garam dan menambahkan aerator yang berfungsi memberikan suplai oksigen dan mengaduk air supaya tidak terjadi penumpukan cyste yang dapat mengurangi daya tetas artemia. Untuk setiap corong penetasan artemia yang berkapasitas 30 liter air memerlukan tambahan garam sebanyak 300-400 gram dengan jumlah cyste artemia sebanyak 100-150 gram. Setelah 18-24 jam cyste artemia akan menetas dan sudah dapat diberikan kepada larva ikan Patin. Seleksi induk Pemberokan Penyuntikan Striping Penetasan
4-5 hari
Artemia
Cacing sutra
Pakan Buatan
4-6 hari
14-16 hari
14-16
Akuarium
Bak pemeliharaan larva
Kolam pendederan
10-12 hari
14-16 hari
10-12 hari
Sumber: Data Primer, 2011 Gambar 6. Diagram kegiatan pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo Pemberian pakan Artemia selanjutnya dapat dilakukan pada kisaran 4–5 jam sekali. Pakan diberikan secara ad-libitum atau secukupnya dengan memperhatikan nafsu makan ikan. Penggantian pakan dari artemia ke cacing rambut dapat dilakukan mulai hari ketujuh dengan memperhatikan bukaan mulut larva. Pergantian dilakukan secara bertahap antara 3-4 hari untuk melakukan adaptasi terhadap pakan baru yang diberikan. Bila suplai cacing rambut tidak ada,
66
66
pemberian pakan buatan pada hari ke-16 masih mungkin dilakukan dengan memberikan adaptasi secukupnya. Untuk menjaga kondisi kualitas air pemeliharaan tetap baik, maka dilakukan penyiponan setiap hari terhadap kotoran atau sisa pakan yang mengendap di dasar wadah pemeliharaan dan pergantian air media pemeliharaan sebanyak 30-50% yang dimulai pada hari ketiga dengan air yang sesuai dengan kebutuhan hidup larva. Tujuan dilakukannya penyiponan ini adalah untuk menghindari penumpukan bahan organik yang berasal dari kotoran, larva yang mati, atau sisa pakan yang dapat mengakibatkan meningkatnya kandungan amoniak dalam air. Penyiponan harus dilakukan setiap hari secara hati-hati. Pada saat dilakukan penyiponan, batu aerasi diangkat agar sisa kotoran tidak teraduk yang dapat berakibat mengotori badan air. Hal tersebut sering menyebabkan stres pada larva dan bahkan berakibat fatal menyebabkan kematian larva. Pemeliharaan benih/larva di akuarium dapat dilakukan sampai umur minimal 10-12 hari sebelum dipindahkan ke dalam bak pemeliharaan larva. Sedangkan pemindahan benih dari bak ke kolam pendederan dilakukan setelah pemeliharaan 14-16 hari. Pemeliharaan di kolam pendederan selama 1-2 minggu dengan pertimbangan pemindahan pemeliharaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. (2) Pengendalian Hama dan Penyakit Secara prinsip lebih baik mencegah (preventif) dari pada mengobati (kuratif). Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk pencegahan penyakit : Menjaga kebersihan wadah pemeliharaan, Menjaga stabilitas suhu agar tetap panas antara 28-31°C, Pakan terbebas dari parasit dan jamur, Menjaga kondisi air agar tetap baik yang selalu bersih dari sisa pakan. Penyakit yang sering menyerang benih Patin umumnya adalah white spot berupa bintik pada tubuh ikan yang disebabkan oleh jamur. Benih yang terkena penyakit oleh pembenih diberikan garam dapur untuk pengobatan. Pada benih Patin penyakit yang umum adalah bakteri, parasit dan jamur. Obat dan cara pengobatan terhadap penyakit tersebut berbeda-beda. Alternatif obat dan cara pengobatan untuk penyakit pada benih Patin antara lain:
67
67
(a) Penyakit Bakteri Bakteri yang umum menyerang benih ikan Patin adalah bakteri Aeromonas hydrophylla. Tanda-tanda penyakit bakteri antara lain berenang tidak beraturan, beberapa bagian permukaan tubuh berwarna merah dan melepuh, insang berwarna keputih-putihan sampai kebiru-biruan, sisik rusak dan lendir berkurang, Cara pengobatan untuk penyakit bakteri yaitu dengan menggunakan Kalium Permanganat (PK) dengan dosis 2 gram/m3 atau dengan menggunakan Oxytetracyclin (OTC) sebanyak 5 gram/m3. Pengobatan menggunakan PK adalah dengan melarutkan kedalam air 1 liter sebelum ditebarkan ke media pemeliharaan, kemudian biarkan selama 30-60 menit dengan cara pengawasan terus menerus. Jika terlihat gejala keracunan segera tambahkan air untuk pengenceran air media pemeliharaan Sedangkan pengobatan menggunakan OTC adalah dengan melarutkan kedalam 1 liter air sebelum ditebarkan dan biarkan selama tiga (3) jam sebelum tambahkan air segar (b) Penyakit Parasiter Penyakit parasiter yang umum menyerang benih ikan Patin adalah Ichthyopthirius multifilis atau disebut penyakit “Ich” atau disebut penyakit White spot. Jenis penyakit ini sering muncul pada awal, akhir, dan selama musim hujan. Tanda-tandanya adalah bahwa pada tubuh benih ikan Patin terdapat bintik-bintik putih, akan terlihat jelas di bawah mikroskop. Cara Pengobatannya untuk penyakit parasiter yaitu dengan menggunakan garam dapur (NaCl) dengan dosis pengobatan 1 ppt (1 kg/m3) atau dengan Methylene blue. Pengobatan menggunakan garam dapur (NaCl) adalah dengan melarutkan garam dapur ke dalam 2 liter air sampai rata sebelum ditebar ke wadah pemeliharaan. Biarkan selama 1 jam dan lakukan pengawasan secara terus menerus. Apabila benih ikan terlihat gelisah atau keracunan, segera tambahkan air segar ke dalam media pemeliharaan. Sedangkan pengobatan menggunakan Methylene blue adalah dengan membuat larutan baku 1% (stock solution) yang terdiri dari 1 gram serbuk Methylene blue dicampur dengan 100 cc air bersih. Selanjutnya campurkan 1-2 cc larutan tersebut untuk 1 liter air pemeliharaan kemudian diaduk secara merata dan biarkan selama 24 jam. Apabila masih belum sembuh bisa dilakukan pengobatan dengan cara diatas sampai 3 kali pengobatan.
68
68
f) Panen dan Penanganan Hasil Panen merupakan masa akhir pemeliharaan. Panen benih dilakukan dengan pertimbangan kebutuhan pasar atau telah tercapainya target ukuran. Sebelum dilakukan pemanenan terlebih dahulu benih ikan Patin dipuasakan (diberok) untuk mengosongkan isi perutnya, sehingga tidak banyak kotoran yang dikeluarkan pada saat pengangkutan. Lamanya pemuasaan disesuaikan dengan waktu tempuh dalam transportasi. Untuk waktu tempuh 10 jam diperlukan pemuasaan minimal 24 jam. Pengangkutan benih dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan sistem terbuka dan tertutup. Pengangkutan benih di CV. Mika Distrindo dilakukan dengan sistem tertutup menggunakan kantong plastik ukuran (50x60) cm yang diberi tambahan oksigen. Perbandingan oksigen dan air adalah 2 : 1. Kapasitas angkut 50 gr/L air untuk waktu tempuh maksimum 10 jam. Pengangkutan dengan sistem ini lebih cocok untuk benih ukuran kecil (maksimum 1 inci). Kepadatan benih Patin 500 ekor/plastik untuk ukuran 1-1,5 inci dan untuk ukuran <1 inci dapat mencapai kepadatan 1000 ekor/plastik. Untuk penjualan benih dalam lingkup Metro dan sekitarnya, pada umumnya tidak melakukan pemberokan pada benih, sedangkan penjualan keluar Kota Metro benih diberok selama 0,5-1 hari tergantung lama perjalanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan benih ikan Patin adalah sebagai berikut: Setiap kantong dibuat rangkap untuk menghindari kebocoran. Benih ikan ditangkap dengan serokan halus (sambil dilakukan penghitungan dengan sampling berat ikan), kemudian dimasukan kedalam kantong plastik. Kantong diisi oksigen murni dengan perbandingan air dengan oksigen adalah 1 : 2 Kepadatan benih disesuaikan dengan ukuran, jarak tempuh dan lama waktu dalam transportasi pengangkutan. Pengangkutan lebih baik dilakukan pada saat pagi dan sore hari atau pada saat kondisi cuaca tidak panas.
69
69
Pengelolaan Induk Jumlah, ukuran dan proporsi indukan yang dipelihara Pemberian pakan buatan dengan protein 30-35% Pengelolaan mutu air media pemeliharaan Pengecekan indukkan yang sakit dan terinfeksi
Seleksi Induk Minimalkan penyebab stress indukan dan indukan yang diseleksi Isolasi dan pemberokan 1-2 malam
Pemijahan Penyuntikan hormon ovaprim Striping Pemijahan Buatan
Penetasan Telur Penetasan di atas hapa dalam bak larva/penetas dengan corong Kepadatan dan hatching rate
Pemeliharaan Larva dan Benih Pemberian pakan alami (Nauplii artemia, Cacing sutera/Tubifex) dari umur 2 -20 hari. Pemberian pakan buatan untuk benih berumur >20 hari Pengelolaan media pemeliharaan (penyiponan dari kotoran, aerasi, sirkulasi panas, dll.) Perawatan larva dan benih Padat penebaran dan Sintasan
Pendederan di Kolam Persiapan dan pengelolaan air Pemberian pakan buatan Padat penebaran dan sintasan Panen dan Penanganan Hasil Pemberokan dan pemanenan Penghitungan Packing dan pengangkutan.
Gambar 7. Bagan alir proses produksi benih ikan Patin
70
70
8. Jumlah, Jenis, Mutu Produksi Pembenih umumnya sudah memiliki target jumlah produksi. Berdasarkan pengamatan di lapangan, produksi benih rata-rata satu siklus adalah 200.000 – 300.000 ekor benih Patin. Proses produksi berlangsung dalam 1 bulan persiklus. Benih ikan Patin dijual pada umumnya ukuran 1-1,5 inci. 9. Produksi Optimum Jumlah produksi dipengaruhi oleh tingkat keberhasilan dari larva ikan Patin yang menetas. Secara teknis berdasarkan skala usaha yang ada maka produksi optimum benih Patin dapat mencapai 50.000-100.000 ekor/induk/siklus dengan 12 siklus/ tahun. 10. Kendala Produksi Secara umum masalah atau titik kritis dalam proses produksi terjadi pada (1) manajemen induk; (2) manajemen air; (3) penetasan telur (4) pemeliharaan larva dan benih, baik di bak pemeliharaan maupun di kolam pendederan. Sedangkan permasalahan yang kadang dihadapi oleh pembenih Patin di CV. Mika Distrindo saat ini adalah pemeliharaan larva/benih berkaitan dengan penyakit pada musim hujan, pasokan pakan cacing sutera (Tubifex) yang sering menjadi kendala atau harganya mahal (Rp.10.000,- /gelas; @ 0,25 liter) atau Rp.40.000,- per liter, sedangkan kebutuhan pembudidaya sekitar 200-250 liter/siklus. Manajemen sangat penting dalam proses produksi pembenihan Patin, mulai dari pengaturan jumlah, ukuran, proporsi jantan dan betina yang dipelihara serta pemeliharaan induk. Masalah indukan selama ini belum menjadi titik kritis, terutama dari segi jumlah dan ukuran. Hal ini disebabkan karena tersedia calon induk yang sangat memadai dari petani pembesar atau khusus pembesaran calon induk. Disamping itu, para pembenih juga mempunyai kolam pembesaran yang digunakan untuk pemeliharaan ikan untuk menjadi calon induk atau pemeliharan calon induk untuk menjadi induk dasar. Manajemen induk yang tidak kalah penting juga adalah pengaturan ukuran dan jumlah dari calon induk dan induk produktif yang dipelihara. Disamping itu pegaturan kolam pemeliharaan, sehingga induk induk tidak hanya ditempat di satu kolam. Hal ini berguna untuk menekan stres pada induk pada saat dilakukannya seleksi induk. Pengaturan kolam pemeliharaan juga dapat dilakukan dengan
71
71
pemisahan induk yang sudah beberapa kali pemijahan dengan induk yang belum atau satu kali pemijhahan. Selain pengaturan pemeliharaan, juga diperlukan pemberian pakan dengan dengan protein tinggi. Hal ini untuk meningkatkan fekunditas dan periode matang gonad serta mengurangi kandungan lemak dalam gonad. Dalam mengurangi kandungan lemak dalam gonad, maka pakan induk sering ditambahkan Vitamin E (VE) dengan pemberian 200 mg/kg induk dan dapat diberikan 1-2 kali perbulan. Dengan demikian diharapkan hatching rate telur dari induk yang dipelihara dapat meningkat. Untuk mengatasi masalah air dengan sumber air tanah dengan pH yang rendah atau air irigasi dengan kekeruhan relatif tinggi dan pH-nya juga rendah, dilakukan dengan sistem pengolahan air sebagai air sumber kegiatan. Pengolahan dilakukan dalam bak secara bertingkat, mulai dengan pemberian kapur tohor (CaO), kemudian penyaringan dengan menggunakan lapisan ijuk dan arang serta pengendapan. Dalam mengatasi permasalahan penyakit di musim hujan, pembenih ikan Patin di CV. Mika Distrindo menanganinya dengan satu atau kombinasi dari dua teknik, yaitu dengan pemberian air garam ke dalam media pemeliharaan dengan kadar 5 ppt atau meningkatkan suhu media pemeliharaan menjadi 30-31°C atau kombinasi keduanya. Untuk menangulangi masalah terhadap keterbatasan pasokan pakan alami berupa cacing sutera, pembenih sering memperpanjang periode pemberian pakan nauplii artemia atau dengan mempercepat aplikasi pemberian pakan buatan. Sedangkan upaya lain dapat dilakukan dengan menggunakan pakan alami berupa Daphnia. c. Aspek Ekonomi dan Keuangan Penilaian dari aspek ekonomi dan keuangan mencakup biaya investasi, modal kerja, maupun yang berhubungan dengan pengaruh proyek terhadap perekonomian masyarakat secara keseluruhan. Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan dalam pembangunan proyek. Terdiri dari pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan, biaya pemasaran, biaya feasibility study dan biaya lainnya yang
72
72
berhubungan dengan pembangunan proyek (Ibrahim, 2003). Penggunaan input pembenihan CV. Mika Distrindo yang bersifat tetap diantaranya: 1) Lahan. Lahan yang digunakan terletak di pinggiran desa yang memiliki luas sekitar 2000 m2, dengan harga per meter persegi sebesar Rp.50.000,-. Sehingga untuk investasi tanah diperlukan uang sebesar Rp.100.000.000,-. 2) Perijinan dan sertifikat. Perijinan dan sertifikat dilakukan untuk balik nama atas kepemilikan tanah sebagai tempat usaha pembenihan ikan Patin. Biaya yang dibutuhkan sekitar Rp.2.000.000,-. 3) Kolam indukan. Kolam induk dibuat semi permanen dengan ukuran (5x5x2) m3 berjumlah tiga (3) buah. Biaya untuk membuat satu (1) kolam indukan adalah Rp 3.000.000,-. Sehingga total investasi untuk pembuatan kolam indukan adalah Rp 9.000.000,-. 4) Kolam Pendederan. Kolam pendederan berjumlah sepuluh (10) buah terbuat dari bak semen berlapis terpal dengan ukuran (5x3x1) m3. Biaya untuk membuat satu (1) kolam pendederan adalah Rp 3.000.000,-. Sehingga total investasi untuk pembuatan kolam pendederan adalah Rp 30.000.000,-. 5) Tandon (reservoir). Bak tendon (reservoir) yang digunakan berjumlah empat (4) buah berukuran daya tampung air sebanyak 10 ton. Biaya untuk membuat satu (1) tandon sebesar Rp.4.000.000,-. Sehingga total investasi untuk pembuatan tandon adalah Rp 16.000.000,-. 6) Bak pendederan. Bak pembenihan terbuat dari bahan fiber dengan ukuran volume air 1,5 ton. Jumlah bak pendederan yang digunakan sebanyak 20 buah dengan harga per bak adalah Rp.1.500.000,-. Sehingga untuk investasi bak pendederan diperlukan uang sebesar Rp 30.000.000,-. 7) Kolam pakan alami. Kolam pakan alami dibuat permanen dengan ukuran (3x2x1)m3 berjumlah dua (2) buah. Biaya untuk membuat satu (1) kolam pakan alami adalah Rp 2.000.000,-. Sehingga total investasi untuk pembuatan kolam indukan adalah Rp 4.000.000,-. 8) Akuarium. Akuarium yang digunakan berjumlah 100 buah dengan ukuran (100x50x50) cm3, harga rataan untuk setiap akuarium yaitu Rp 130.000,Sehingga untuk investasi akuarium diperlukan uang sebesar Rp 13.000.000,-
73
73
9) Rak akuarium. Rak akuarium yang digunakan sebanyak sepuluh (10) buah. Harga per set rak akuarium sebesar Rp.300.000,- sehingga jumlah biaya investasi yang diperlukan sebanyak Rp.3.000.000,-. 10) Bangunan panti benih. Bangunan panti benih seluas 120 m2 dengan dimensi ukuran 6m x 20m. Pembuatan bangunan panti benih memerlukan biaya sebesar Rp.45.000.000,-. 11) Bangunan kantor administrasi, mess karyawan dan gudang. Biaya pembangunan kantor administrasi, mess karyawan dan gudang seluas 60 m2 dengan dimensi ukuran 6m x 10m memerlukan biaya sebesar Rp.25.000.000,12) Pagar tembok. Pagar tembok keliling sepanjang 180 m dengan tinggi 2,5 m. Pembuatan pagar tembok memerlukan biaya sebesar Rp.20.000.000,13) Sumur bor. Sumur bor digunakan sebagai sumber air dalam pembenihan ikan Patin berjumlah dua buah sumur bor. Biaya pembuatan sebuah sumur bor sebesar Rp.10.000.000,- sehingga total biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan dua unit sumur bor sebesar Rp.20.000.000,-. 14) Hapa pemberokan induk dan pemanenan benih, jumlah hapa yang digunakan sebanyak enam (6) buah dengan ukuran 3m x 2m x 1m. Harga hapa yang digunakan perbuah berkisar Rp 100.000,-. Sehingga total investasi untuk pembelian hapa adalah Rp 600.000,-. 15) Indukan dan calon indukan. Indukan dan calon indukan yang ada sebanyak kurang lebih 180 ekor dengan harga berkisar Rp 150.000,- per ekor, sehingga total
biaya
investasi
untuk
indukan
dan
calon
indukan
sebesar
Rp.27.000.000,-. 16) Blower atau Hi-blow, jumlah blower yang digunakan lima (5) buah dengan kapasitas 40-60 titk. Harga Blower yang digunakan adalah Rp 2.000.000,-. Sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk blower sebesar Rp.10.000.000,17) Genset dan diesel. Genset dan diesel yang dimiliki digunakan sebagai cadangan energi jika ada pemadaman dari PLN. Harga untuk masing masing genset dan diesel adalah Rp.1.200.000,- dan Rp.4.000.000,-. Sehingga total biaya yang dikeluarkan sebanyak Rp.5.200.000,-. 18) Scoopnet dan serokan. Scoopnet yang digunakan seharga Rp.10.000,berjumlah sepuluh (10) buah dan serokan seharga Rp.30.000,- sebanyak lima
74
74
(5) buah, sehingga total investasi untuk pembelian scoopnet dan serokan adalah Rp 250.000,-. 19) Corong tetas. Corong tetas yang dimiliki pembenih sebanyak empat (4) buah, alat ini berfungsi sebagai wadah penetasan telur ikan Patin terbuat dari fiber dengan volume berkisar 300 liter. Harga corong tetas yang digunakan adalah Rp.500.000,-. Sehingga total investasi untuk pembelian corong tetas adalah Rp.2.000.000,-. 20) Galon penetasan Artemia. Galon yang digunakan berjumlah sepuluh (10) buah, alat ini berfungsi sebagai tempat penetasan Artemia. Harga untuk setiap galon adalah Rp.300.000,-. Sehingga total investasi untuk pembelian galon penetasan Artemia adalah Rp.3.000.000,-. 21) Paranet. Paranet berfungsi sebagai alat untuk mengurangi panas matahari yang masuk ke dalam kolam pendederan. Jumlah paranet yang dibutuhkan berkisar 300 m2. Harga untuk setiap meter persegi paranet adalah Rp.3.000,-. Sehingga total investasi untuk pembelian paranet adalah Rp.900.000,-. 22) Kompor gas dan kompor minyak. Kompor gas dan kompor minyak yang dibutuhkan sebanyak masing masing dua (2) buah. Harga kompor minyak berkisar Rp.50.000,- dan kompor gas berkisar Rp.250.000,-. Sehingga total biaya yang dibutuhkan sebesar Rp.600.000,-. 23) Ember plastik. Ember plastik sebanyak 20 buah digunakan untuk proses pemijahan, pemindahan pakan alami dan benih dan menampung benih yang akan di packing. Harga bak nerkisar Rp.25.000,-, sehingga total investasi ember plastik sebanyak Rp.500.000,-. 24) Mobil. Mobil digunakan sebagai sarana transportasi untuk memenuhi kebutuhan pembenihan. Harga sarana transportasi sebesar Rp.142.000.000,-. Modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha setelah pembangunan proyek siap, terdiri dari biaya tidak tetap (variable cost) dan biaya tetap (fixed cost) (Ibrahim, 2003). Penggunaan input variable cost dalam pembenihan di CV. Mika Distrindo diantaranya: 1) Pakan indukan, Pakan indukan yang digunakan merupakan pakan jenis apung, jumlah indukan yang dimiliki oleh pembenih adalah 180 ekor. Sistem pemberian pakan tidak menggunakan standar feeding rate, Pakan yang
75
75
dihabiskan pembenih dalam satu bulan atau satu siklus adalah 180 kg dengan harga per kilogramnya Rp.7.000,-. Sehingga dalam satu siklus diperlukan uang sebesar Rp.1.260.000,- untuk pembelian pakan indukan. 2) Ovaprim, Ovaprim merupakan kelenjar hipofisa yang telah diolah, diawetkan, dan dikemas dalam botol. Untuk satu kali penyuntikan digunakan dosis 0,5 ml/kg indukan betina seberat 3 kg sebanyak 4-6 ekor dan 0,2 ml/kg untuk indukan jantan seberat 2 kg sebanyak 7-8 ekor. Maka jumlah ovaprim yang digunkan adalah 12 ml. Satu botol ovaprim berisi 10 ml, dengan harga per botol Rp.210.000,-. Sehingga dalam satu siklus dikeluarkan uang sebesar Rp.420.000,-. 3) Cyste Artemia dan garam, cyste Artemia merupakan sejenis kutu air yang menjadi makanan bagi larva ikan Patin setelah telur menetas. Cyste Artemia dijual dalam kemasan kaleng yang berisi 400 gram cyste artemia, sehingga perlu proses pengkulturan artemia sebelum diberikan kepada larva ikan Patin. Dalam satu siklus per bulan untuk jumlah benih sebanyak 250.000 ekor diperlukan delapan kaleng artemia, dengan harga satuannya Rp.500.000,-. Sehingga dalam satu siklus dikeluarkan biaya sebesar Rp 4.000.000,-. Dan garam yang dibutuhkan persiklusnya adalah 50 kg atau seharga Rp.62.500,-. 4) Cacing sutera, Cacing sutera merupakan pakan benih ikan Patin setelah lepas dari pakan artemia. Pakan berupan cacing sutera membutuhkan sekitar 200 liter, dengan harga per liternya Rp.40.000,-. Sehingga dalam satu siklus dibutuhkan biaya sebesar Rp.8.000.000. 5) Obat-obatan dan kapur, Obat-obatan yang dipakai biasanya bluecover dan infrolock, kedua obat tersebut bersifat penyembuh bukan sebagai pencegah. Penggunaan obat tersebut dilakukan jika terdapat karat dan lendir pada benih ikan Patin. Sedangkan kapur digunakan dalam sterilisasi air dalam tandon. Biasanya penyakit yang timbul hanya salah satu dari dua penyakit di atas. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat dan kapur tersebut adalah Rp.250.000,6) Gas dan minyak tanah, Gas dan minyak tanah digunakan sebagai pemanas ruangan yang digunakan ketika suhu ruangan dibawah 28-30 °C. Rata-rata
76
76
penggunaan gas dan minyak tanah adalah 15 tabung dan 60 liter. Untuk gas menghabiskan biaya Rp.225.000,- dan minyak tanah Rp.270.000,-. 7) Kemasan, Perlengkapan yang dibutuhkan untuk mengemas benih ikan Patin diantaranya kantong plastik, oksigen, dan karet gelang. Biaya yang dibutuhkan per bulan sebesar Rp 480.000,-. 8) Alat suntik dan cairan infuse, Alat suntuk digunakan untuk memasukan ovaprim ke dalam tubuh indukan ikan Patin, sedangkan cairan infus digunakan sebagai campuran antara sperma dan sel telur sebelu diaduk menggunakan bulu ayam. Suntikan dan cairan infus yang dibutuhkan dalam satu siklus adalah 5 buah suntikan, dan 4 botol cairan infus. Sehingga dibutuhkan biaya sebesar Rp.77.500,-. 9) Bensin dan solar. Bensin dan solar digunakan sebagai bahan bakar untuk genset dan diesel. Untuk tiap siklusnya bias menghabiskan sekitar 60 liter bahan bakar minyak. Sehingga biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.270.000,10) Pakan buatan merupakan jenis pakan yang diberikan ketika benih Patin sudah berumur 20 hari, pada saat itu kondisi benih ikan Patin sudah cukup kuat, dan bukaan mulutnya sudah cukup besar. Pakan 0,1 berbentuk butiran kecil (serbuk), dan pakan 0,2 berbentuk butiran yang lebih besar dari pakan 0,1. Harga untuk kedua pakan tersebut sama, sehingga dalam satu siklus dibutuhkan uang sebesar Rp 360.000,Penggunaan input fixed cost dalam pembenihan di CV. Mika Distrindo diantaranya: 1) Listrik. Listrik yang digunakan sebanyak 2 buah dengan kekuatan masing masing 1300 kWh. Biaya rata rata per bulan untuk tiap unitnya sebesar Rp.500.000,-, sehingga total biaya yang dikeluarkan sebanyak Rp.1.000.000,. 2) Tenaga kerja. Tenaga kerja yang ada sebanyak 5 orang. Gaji per bulan yang diterima masing masing karyawan berkisar Rp.1.300.000,-. Sehingga total biaya untuk gaji karyawan sebanyak Rp.6.500.000,-. 3) Perawatan. Biaya perawatan sebesar Rp.500.000,- per bulan.
77
77
4.4 Analisis Kelayakan Usaha Komponen biaya dalam analisis kelayakan usaha pembenihan ikan Patin dibedakan menjadi dua, yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah komponen biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dana awal pendirian usaha yang meliputi lahan/areal usaha, pembuatan kolam induk dan kolam pendederan, panti benih, peralatan dan sarana produksi. Sedangkan biaya operasional adalah seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi. Biaya investasi yang dikeluarkan untuk usaha pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo untuk area seluas 2000 m2 sebanyak Rp.509.050.000,-. Komponen terbesar adalah pembelian lahan usaha, alat transportasi, bangunan panti benih ikan Patin dan pembuatan kolam. Secara rinci, investasi pembenihan ikan Patin ini disajikan pada Lampiran 3. Biaya operasional dalam usaha pembenihan ikan Patin dibedakan menjadi 2, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Total biaya tetap sebesar Rp.96.000.000,pertahun, sedangkan biaya variabel sebesar Rp.188.100.000,- pertahun, sehingga total biaya operasional adalah Rp.284.100.000,- pertahun. Selengkapnya rincian kebutuhan biaya tetap dan biaya variabel ditampilkan pada Lampiran 4. Usaha pembenihan di CV. Mika Distrindo diperkirakan produksi telur dari 4-6 induk ikan Patin minimal 500.000 butir untuk satu kali pemijahan. Dengan hatching rate rata-rata sekitar 70%, akan menghasilkan larva kurang lebih 350.000. dari pemeliharaan larva sampai menjadi benih ukuran 1-1,5 inci sekitar 250.000 ekor persiklus (sintasan larva dan benih rata-rata 70%). Dengan 12 siklus produksi per-tahun, usaha ini diproyeksikan untuk dapat berproduksi benih sebanyak 3.000.000 ekor per tahun secara optimal. Dengan harga jual benih ukuran 1-1,5 inci sebesar Rp.200,- per ekor, maka proyeksi pendapatan yang diperoleh adalah sebesar Rp.50.000.000,- per-siklus atau sekitar Rp.600.000.000,per-tahun. Aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan benih ikan Patin selama satu tahun. Untuk arus keluar meliputi biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap dan penyusutan.
78
78
Evaluasi profitabilitas rencana investasi dilakukan dengan menilai kriteria investasi untuk mengukur kelayakan pendirian usaha pembenihan Patin, yaitu meliputi NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio), Gross Benefit Cost Ratio ( Gross B/C Ratio), Pay Back Period (PBP), dan Break Even Point (BEP). Hasil perhitungan kelayakan usaha pembenaihan ikan Patin CV. Mika Distrindo dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Kelayakan usaha pembenihan ikan Patin CV. Mika Distrindo No Kriteria Nilai Justifikasi Kelayakan 1. NPV (Rp) 516.660.510 >0 2. IRR (%) 21,42 > 14 3. Gross B/C Ratio 5,57 > 1,00 4. Net B/C Ratio 4,05 > 1,00 5. PBP 0,85 tahun 10 bulan 5 hari 6. BEP (ekor) 2.698.006 (Rp) 539.601.139,60 Kelayakan Layak Usaha pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo dengan pemilihan pola usaha dan menggunakan asumsi yang ada menghasilkan NPV Rp. 516.660.510,-, hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai yang dihasilkan lebih besar dari 0 (nol) sehingga dapat dikatakan usaha tersebut feasible untuk dilaksanakan. Jika nilai NPV = 0 maka usaha tersebut dalam keadaan BEP. Pada tingkat suku bunga 14% didapatkan nilai IRR sebesar 21,42 %, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai persentase IRR lebih dari 0 (nol). Gross B/C Ratio 5,57 dan Net B/C Ratio 4,05 memiliki nilai > 1 berarti cash in flows lebih besar dari pada cash out flows atau total revenue lebih besar dari pada total cost atau dengan kata lain setiap satu rupiah pengeluaran atas biaya tunai akan memberikan penerimaan sebesar Rp.5,57,- dan Rp.4,05,-. Berdasarkan kriteria dan asumsi yang ada menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan Patin dengan skala minimal yang dipilih ini sudah layak untuk dilaksanakan dengan Pay Back Period (PBP) selama 0,85 tahun atau 10 bulan 5 hari, berarti bahwa dalam kurun waktu tersebut total cost yang dikeluarkan sama dengan total revenue yang diterima. Titik impas (BEP) usaha pembenihan ikan Patin berada pada produksi benih 2.698.006 ekor atau pada nilai penjualan Rp.539.601.139,60, itu berarti pada nilai tersebut suatu usaha sudah dapat dikatakan kembali modal. Proyeksi arus kas
79
79
untuk kelayakan pembenihan ikan Patin CV. Mika Distrindo selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 5.
4.5 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) serta kondisi eksternal perusahaan yang meliputi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha pembenihan ikan Patin, dan selanjutnya diidentifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancamannya. Hasil analisis tersebut akan digunakan untuk menetapkan posisi perusahaan dengan menggunakan matriks internal–eksternal (IE Matriks), yang akan dipetakan posisi suatu perusahaan dalam suatu diagram. Setelah mengetahui posisi perusahaan, selanjutnya hasil analisis tersebut digunakan untuk merumuskan alternatif starategi bisnis ke dalam analisis SWOT. Berikut ini akan dianalisis mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman CV. Mika Distrindo yang terdapat pada profil SWOT pada Tabel 15. Tabel 15. Profil SWOT CV. Mika Distrindo Kekuatan (S) Kelemahan (W) 1. Benih yang dihasilkan bermutu baik 1. Kekurangan permodalan untuk 2. Teknologi proses produksi cukup baik pengembangan usaha 3. Produk mempunyai spesifikasi standar 2. Pemasaran belum optimal nasional 3. Kurangnya promosi hasil produksi 4. Usaha dijalankan langsung dan 4. Kapasitas produksi belum optimal dipantau oleh pemilik 5. System manajemen organisasi 5. Tenaga kerja cukup terampil belum mendukung Peluang (O) Ancaman (T) 1. Permintaan pasar cukup besar 1. Keberadaan perusahaan lain yang 2. Kemajuan teknologi dalam pembenihan sejenis 3. Mendorong berkembangnya sector 2. Kurangnya daya dukung perikanan pemerintah 4. Meningkatnya daya beli benih bermutu 3. Ada perusahaan pendatang baru 5. Peningkatan pendapatan masyarakat yang sejenis sekitar 4. Kondisi cuaca yang kurang stabil 5. Sulitnya sumber pembiayaan
80
80
1. Kekuatan a. Benih yang dihasilkan bermutu baik Benih ikan Patin yang dihasilkan mempunyai mutu yang baik dan dapat bersaing di pasaran, hal tersebut didapatkan dari komentar beberapa konsumen yang menggunakan benih dari CV. Mika Distrindo. Mutu yang ditunjukan salah satunya adalah tingkat kematian benih yang dipelihara sangat rendah serta jarang terserangan penyakit. b. Teknologi proses produksi cukup baik Benih ikan Patin yang dihasilkan memiliki mutu yang baik karena dalam proses produksinya pemilik perusahaan selalu menerapkan teknologi terapan terbaru dalam pembenihan ikan Patin. Dengan adanya usaha penerapan teknologi terbaru yang selalu berkembang tersebut maka akan dihasilkan suatu cara guna mendapatkan hasil yang optimal. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan proses produksi yang dilakukan serta pemanfaatan teknologi yang digunakan. Peralatan dan teknologi yang dimiliki juga sangat mendukung hasil produk dengan mutu yang baik. c. Produk mempunyai spesifikasi standar nasional Produk yang dihasilkan memiliki mutu benih yang memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal tersebut didasarkan pada kondisi perusahaan pembenihan ikan Patin CV. Mika Distrindo yang memiliki pengakuan dari pemerintah mengenai cara pembenihan ikan yang baik dikeluarkan oleh kementrian kelautan perikanan pada tahun 2009. d. Usaha dijalankan langsung dan dipantau oleh pemilik Pihak manajemen perusahaan mempunyai perhatian yang serius serta komitmen yang kuat terhadap mutu dan selalu berusaha mensosialisasikan kebijakan mutu perusahaan kepada semua karyawannya. Disamping itu adanya pengawasan pada setiap tahapan proses produksi memungkinkan produk terkontrol dengan baik dan apabila terjadi penyimpangan akan segera dilakukan koreksi dan perbaikan. Pengawasan terhadap proses produksi dilakukan oleh pemilik pembenihan, bahkan secara berkala langsung turun tangan dalam proses produksinya.
81
81
e. Tenaga kerja cukup terampil Tenaga kerja yang digunakan memiliki keterampilan dalam usaha pembenihan terutama pada proses produksi. Karena sebagian besar karyawannya memiliki jam terbang yang tinggi dalam proses produksinya. 2. Kelemahan a. Kekurangan permodalan untuk pengembangan usaha Modal awal yang digunakan berasal dari modal sendiri sehingga dalam proses pengembangan terutama dalam menghasilkan kuantitas produk yang banyak menjadi terhambat. Hal tersebut berkaitan dengan fasilitas sarana dan prasarana pendukung dalam pengembangannya. b. Pemasaran belum optimal Kegiatan pemasaran lebih banyak pada kegiatan penjualan sedangkan komponen lain yang ada dalam bauran pemasaran (marketing mix), yaitu penetapan harga dan promosi belum dioptimalkan untuk meraih pangsa pasar yang masih luas. Pemasaran yang dilakukan hanya mampu melayani kebutuhan benih ikan Patin daerah sekitar saja, karena terkendala dari hasil produksi yang belum optimal. Permintaan pasar yang tinggi masih belum mampu untuk memenuhinya. c. Kurangnya promosi hasil produksi Promosi yang dilakukan masih sangat kurang karena pihak perusahaan belum sepenuhnya melakukan kegiatan pengenalan hasil produksinya. Dipasaran produknya sendiri belum mempunyai identitas yang menunjukkan bahwa produk tersebut adalah produk CV. Mika Distrindo dengan keunggulan-keunggulan mutu produk yang akan membedakannya dari produk kompetitor lain. Selama ini penyebaran informasi mengenai keunggulan produk berasal dari konsumen yang telah menggunakannya. Proses penyebaran informasi tersebut hanya dari mulut ke mulut diantara para pelaku pembesaran ikan Patin. d. Kapasitas produksi belum optimal CV. Mika Distrindo belum mampu memenuhi permintaan pasar yang besar karena kapasitas produksi yang dimiliki belum termanfaatkan secara optimal. Hal tersebut terkendala modal dalam perluasan usaha terutama dalam hal kelengkapan fasilitas sarana dan prasarana dalam pembenihan ikan Patin.
82
82
Pemanfaatan kapasaitas produksi yang telah berjalan hanya mampu terlaksana sekitar 70% dari kapasitas maksimum. e. Sistem manajemen organisasi belum mendukung Kemampuan manajerial perusahaan dalam proses menjalankan usaha pembenihan ikan Patin tersebut masih banyak kekurangannya. Hal tersebut terlihat dari pembagian kerja karyawan yang kurang tertata rapi meskipun setiap karyawan memiliki tanggung jawab terhadap salah satu sub produksi. Tetapi dalam proses kegiatannya dijalankan secara bersama sama dikarenakan keterbatasan jumlah karyawan. 3. Peluang a. Permintaan pasar cukup besar Permintaan benih ikan Patin dari waktu ke waktu semakin meningkat, hal tersebut berkaitan erat antara meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani. Hal tersebut otomatis akan meningkatkan pula permintaan terhadap daging ikan yang berimbas kepada peningkatan produksi ikan Patin konsumsi. Dengan adanya peningkatan permintaan tersebut maka akan menyebabkan meningkatnya permintaan benih ikan Patin sebagai input dalam usaha pembesaran. b. Kemajuan teknologi dalam pembenihan Dalam usaha perikanan, kemajuan teknologi dalam proses pembenihan semakin berkembang, baik dari pengetahuan/ilmu baru dalam pembenihan, sarana dan prasarana baru yang digunakan dalam proses produksi serta adanya strain baru dari masing masing ikan yang dipijahkan. Hal ini menjadikan suatu nilai positif dalam pengembangan dan peningkatan hasil produksi baik secara mutu, kuantitas maupun kontinuitas produksi. c. Mendorong berkembangnya sektor perikanan Dengan adanya permintaan pasar yang semakin meningkat maka menjadikan peluang bagi sektor perikanan untuk lebih berkembang lagi. Semakin banyak permintaan maka akan semakin memicu perkembangan usaha yang sudah berjalan dan perusahaan baru di bidang perikanan.
83
83
d. Meningkatnya daya beli benih bermutu Daya
beli
benih
bermutu
semakin
meningkat
dengan
semakin
berkembangnya pengetahuan/ilmu yang dimiliki oleh konsumen dan masyarakat mengenai benih yang memiliki mutu yang baik. Karena salah satu faktor keberhasilan dalam usaha budidaya pembesaran adalah input benih yang bermutu untuk mendapatkan hasil produk ikan konsumsi yang optimal. e. Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar Guna meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar usaha pembenihan dilakukan suatu upaya program pembinaan dalam pembenihan ikan Patin. Pembinaan tersebut dilakukan dengan cara membantu dalam proses penjualan hasil pembenihan masyarakat sekitar. Selain menambah volume produksi CV. Mika Distrindo guna memenuhi permintaan pasar, hal tersebut juga membantu dalam memperlancar usaha masyarakat sekitar sehingga pendapatannya dapat lebih meningkat. 4. Ancaman a. Keberadaan perusahaan lain yang sejenis Disamping menghadapi persaingan dengan perusahaan-perusahaan lain dengan segmen pasar yang sama, perusahaan juga harus bersaing dengan kompetitor-kompetitor yang berasal dari perusahaan lain yang berada di luar daerah Kota Metro terutama dari daerah Jawa Barat. b. Kurangnya daya dukung pemerintah Pemerintah kurang mendukung terutama terhadap informasi dan teknologi terbaru yang sedang berkembang pada pembenihan ikan Patin. c. Ada perusahaan pendatang baru yang sejenis Perusahaan pendatang baru yang memiliki kapasitas besar dalam produksinya menjadi pesaing dalam usaha pembenihan ikan Patin. Karena dengan volume produksinya dapat memenuhi sebagian besar pasar sehingga ada kemungkinan adanya monopoli harga yang ada di pasaran. d. Kondisi cuaca yang kurang stabil Kondisi cuaca yang kurang stabil dengan fluktuasi yang tidak stabil sangat berpengaruh terhadap proses produksi benih ikan Patin. Hal tersebut dapat menjadi faktor kegagalan dalam usaha pembenihan Ikan. Upaya yang dilakukan
84
84
adalah dengan membuat tempat pembenihan yang mampu meminimalisir perubahan yang terjadi, tetapi guna mewujudkan hal tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit. e. Sulitnya sumber pembiayaan Permodalan sangat penting dalam usaha pengembangan suatu usaha, tetapi dalam upaya mendapatkan bantuan modal banyak sekali kendala yang dihadapi terutama dari rumitnya mekanisme pengajuan pinjaman.
4.6 Analisis Matriks IFE dan EFE Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor internal perusahaan berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang berpengaruh terhadap pengembangan bisnis pemasaran ikan Patin. Melalui kuisioner yang telah diisi oleh pemilik perusahaan dan manajer produksi perusahaan CV. Mika Distrindo yang dianggap pakar dan memiliki kapasitas sebagai pengambil keputusan dalam perusahaan, kemudian dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode paried comparison sehingga diperoleh bobot dari masing-masing variabel internal perusahaan. Demikian pula dengan pemberian peringkat (rating), penentuan peringkat dilakukan oleh dua responden yang sama dan data yang diambil adalah data rata-rata dari kedua responden tersebut, sehingga didapatkan nilai terboboti dari faktor- faktor tersebut (Lampiran 6,7,8 dan 9).
4.6.1 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Dengan memasukkan hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan sebagai faktor strategis internal, selanjutnya diberikan bobot serta rating untuk setiap faktor, maka dapat diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 16. dimana didapatkan total nilai perhitungan matriks IFE sebesar 2,511. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 16., bahwa produk mempunyai spesifikasi standar nasional sebagai faktor paling penting dalam kegiatan produksi dengan nilai skor 0,413 dan merupakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk memberikan yang terbaik bagi konsumen, hal ini terkait dengan adanya komitmen pihak manajemen terhadap mutu benih yang dihasilkan (nilai skor 0,391).
85
85
Tabel 16. Perhitungan Matriks IFE CV. Mika Distrindo Faktor Strategik Internal A. Kekuatan 1. Benih yang dihasilkan bermutu baik 2. Teknologi proses produksi cukup baik 3. Produk mempunyai spesifikasi standar nasional 4. Usaha dijalankan langsung dan dipantau oleh pemilik 5. Tenaga kerja cukup terampil Jumlah (A) B. Kelemahan 1. Kekurangan permodalan untuk pengembangan usaha 2. Pemasaran belum optimal 3. Kurangnya promosi hasil produksi 4. Kapasitas produksi belum optimal 5. System manajemen organisasi belum mendukung Jumlah (B) Total (A+B)
Bobot Rating
Skor
0.098 0.101 0.103 0.106 0.095
4.000 3.000 4.000 3.000 3.000
0.391 0.302 0.413 0.318 0.285 1.709
0.101 0.092 0.109 0.092 0.103
1.000 1.500 2.000 1.500 2.000
0.101 0.138 0.218 0.138 0.207 0.802 2.511
Kurangnya promosi yang dilakukan perusahaan menjadi kelemahan yang dapat menghambat dari perkembangan perusahaan (0,218). Hal tersebut berkaitan dengan sistem manajemen organisasi yang belum mendukung (0,207) dimana pengaturan kerja dalam perusahaan belum tertata sesuai dengan prosedur suatu manajemen.
4.6.2
Matriks External Factor Evaluation (EFE) Dengan memasukkan hasil identifikasi peluang dan ancaman sebagai
faktor strategis eksternal, kemudian memberikan bobot serta rating maka dapat diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 17. dimana didapatkan total nilai perhitungan matriks EFE sebesar 2,565. Berdasarkan hasil perhitungan terlihat bahwa adanya hubungan antara permintaan pasar yang cukup besar (0,433) akan meningkatkan pula daya beli benih bermutu (0,378). Guna mendapatkan benih yang bermutu dengan adanya kemajuan teknlogi dalam pembenihan (0,360) maka keinginan tersebut dapat tercapai. Ancaman terkuat adalah dengan adanya perusahaan pendatang baru yang sejenis dapat mempengaruhi perkembangan usaha, apalagi perusahaan baru tersebut bermodal kuat.
86
86
Tabel 17. Perhitungan Matriks EFE CV. Mika Distrindo Faktor Strategik Eksternal Bobot A. Peluang 1. Permintaan pasar cukup besar 0.108 2. Kemajuan teknologi dalam pembenihan 0.103 3. Mendorong berkembangnya sector perikanan 0.094 4. Meningkatnya daya beli benih bermutu 0.094 5. Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar 0.100 Jumlah (A) B. Ancaman 1. Keberadaan perusahaan lain yang sejenis 0.097 2. Kurangnya daya dukung pemerintah 0.111 3. Ada perusahaan pendatang baru yang sejenis 0.122 4. Kondisi cuaca yang kurang stabil 0.092 5. Sulitnya sumber pembiayaan 0.078 Jumlah (B) Total (A+B)
Rating
Skor
4.000 3.500 3.000 4.000 3.000
0.433 0.360 0.283 0.378 0.300 1.754
1.500 1.500 2.000 1.500 1.500
0.146 0.167 0.244 0.138 0.117 0.811 2.565
4.7 Matriks Internal Eksternal (IE Matriks) Dari hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan, selanjutnya dilakukan analisis internal eksternal yang menghasilkan matriks Internal– Eksternal (IE) sehingga dapat diketahui posisi perusahaan untuk mempermudah dalam pemilihan alternatif strategi. Pemetaan posisi perusahaan sangat penting bagi pemilihan alternatif strategi dalam menghadapi persaingan dan perubahan yang terjadi dalam usaha pembenihan ikan Patin. Dengan total nilai pada matriks internal 2.511 maka CV. Mika Distrindo memiliki faktor internal yang tergolong sedang atau rata-rata dalam melakukan usaha pembenihan ikan Patin. Total nilai matriks eksternal 2.565 memperlihatkan respon yang diberikan oleh CV. Mika Distrindo kepada lingkungan eksternal tergolong sedang. Secara lengkap matriks Internal-eksternal dan posisi perusahaan CV. Mika Distrindo dapat dilihat dalam Gambar 8.
Rendah Menengah Tinggi
Strategi Eksternal = 2,565
87
Total Skor Faktor
87
Total Skor Faktor strategi Internal = 2,511 4.0 Kuat 3.0 Sedang 2.0 Y I II 3.0
2.0
1.0
Lemah III
Pertumbuhan IV
Pertumbuhan V
Penciutan VI
Stabilitas
Penciutan
VII
Pertumbuhan Stabilitas VIII
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Likuidasi
1.0
IX
Gambar 8. Matriks Internal–Eksternal (IE Matriks) CV. Mika Distrindo Apabila masing-masing total skor dari faktor internal maupun eksternal dipetakan dalam matriks, maka posisi perusahaan saat ini adalah pada kotak di kuadran ke-lima yang berarti inti strategi yang diterapkan perusahaan adalah Strategi Pertumbuhan/Stabilitas. Strategi yang disarankan adalah strategi penetrasi pasar (market penetration), pengembangan produk (market development) dan pengembangan pasar (product development). Strategi penetrasi pasar yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan memberikan harga spesial bagi pelanggan yang mengambil benih ikan Patin secara kontinyu dan dalam jumlah yang besar. Strategi pengembangan produk yang dilakukan adalah dengan lebih meningkatkan lagi mutu benih ikan Patin yang dihasilkan. Strategi pengembangan pasar adalah dengan menambah konsumen baru. Jika dilihat dari nilai kriteria kelayakan yang jauh berada di atas standar kelayakan, menunjukkan bahwa dalam pertumbuhan perusahaan masih dapat ditingkatkan lagi untuk mencapai mencapai titik puncah/optimum.
4.8 Analisis Matriks SWOT Perumusan startegi melalui identifikasi dan analisis faktor-faktor internal yang terdiri dari kelemahan dan kekuatan, serta faktor-faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman. Kekuatan merupakan kompensasi khusus yang memberikan keunggulan komparatif bagi usaha pembenihan ikan Patin CV. Mika Distrindo, sedangkan kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam
88
88
sumberdaya keterampilan, maupun kemampuan yang dapat menghambat kinerja perusahaan. Peluang merupakan merupakan situasi yang diinginkan atau disukai dalam lingkungan industri, sedangkan ancaman merupakan situasi yang tidak diinginkan atau tidak disukai dalam lingkungan industri (Rangkuti, 2008). Setelah mengetahui posisi perusahaan saat ini dan diperoleh inti strategi perusahaan, maka selanjutnya adalah menyusun faktor-faktor strategi bagi perusahaan
dengan
menggunakan
matriks
SWOT.
Hasil
perumusan
dikelompokkan menjadi empat kelompok perumusan startegi yang terdiri dari strategi Kekuatan-Peluang (S-O), strategi Kekuatan-Ancaman (S-T), strategi Kelemahan-Peluang (W-O), dan strategi Kelemahan-Ancaman (W-T), seperti yang disajikan pada Tabel 19. STRATEGI S – O Kolom strategi S – O adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada. Beberapa strategi yang dapat digunakan berkenaan dengan strategi ini adalah : 1. Memanfaatkan kemajuan tekhnologi untuk menghasilkan benih yang lebih bermutu (faktor internal kekuatan dan eksternal peluang: S1,S2,S3 dan O2,O4) 2. Memperluas jaringan pemasaran dengan melakukan penetrasi terhadap pasar (faktor internal kekuatan dan eksternal peluang: S1,S3,S4 dan O1,O4) 3. Memperkuat permodalan untuk perluasan usaha (faktor internal kekuatan dan eksternal peluang: S4 dan O3,O5) STRATEGI W - O Kolom strategi W – O adalah strategi yang dipakai oleh perusahaan untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki perusahaan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah : 1. Meningkatkan volume penjualan benih ikan Patin (faktor internal kelemahan dan eksternal peluang: W2,W3,W4 dan O1,O4) 2. Melakukan kemitraan dengan petani di sekitar yang lebih kecil (faktor internal kelemahan dan eksternal peluang: W1,W4 dan O1,O4) 3. Memanfaatkan investor untuk peningkatan modal (faktor internal kelemahan dan eksternal peluang: W1,W4 dan O2,O3)
89
89
Tabel 18. Rumusan strategi pengembangan dengan matriks SWOT CV. Mika Distrindo Faktor Kekuatan (S) Faktor Internal 1. Benih yang dihasilkan bermutu baik 2. Teknologi proses produksi cukup baik 3. Produk mempunyai spesifikasi standar nasional 4. Usaha dijalankan langsung dan dipantau oleh pemilik 5. Tenaga kerja cukup Faktor Eksternal terampil Faktor Peluang (O) Strategi SO (agresif) 1. Permintaan pasar cukup 1. Memanfaatkan kemajuan besar tekhnologi untuk 2. Kemajuan teknologi menghasilkan benih yang dalam pembenihan lebih bermutu 3. Mendorong (S1 S2 S3,O2,O4) berkembangnya sector 2. Memperluas jaringan perikanan pemasaran dengan 4. Meningkatnya daya beli melakukan penetrasi benih bermutu terhadap pasar 5. Peningkatan pendapatan (S1,S3,S4,O1,O4) masyarakat sekitar 3. Memperkuat permodalan untuk perluasan usaha (S4,O3,O5) Faktor Ancaman (T) 1. Keberadaan perusahaan lain yang sejenis 2. Kurangnya daya dukung pemerintah 3. Ada perusahaan pendatang baru yang sejenis 4. Kondisi cuaca yang kurang stabil 5. Sulitnya sumber pembiayaan
Faktor Kelemahan (W) 1. Kekurangan permodalan untuk pengembangan usaha 2. Pemasaran belum optimal 3. Kurangnya promosi hasil produksi 4. Kapasitas produksi belum optimal 5. System manajemen organisasi belum mendukung Strategi WO (difersifikasi) 1. Meningkatkan volume penjualan benih ikan Patin (W2,W3,W4,O1,O4) 2. Melakukan kemitraan dengan petani di sekitar yang lebih kecil (W1,W4,O1,O4) 3. Memanfaatkan investor untuk peningkatan modal (W1,W4,O2,O3)
Strategi ST (diferensiasi) Strategi WT (defensif) 1. Meningkatkan loyalitas 1. Perbaikan sistem pelangan terhadap mutu manajemen usaha di benih ikan Patin yang berbagai bidang dihasilkan (W1,W2,W3,W4,W5, (S1,S2,S3,S4,T1,T3) T1,T3) 2. Menjaga dan 2. Meningkatkan kerjasama mempertahankan mutu dengan stakeholder benih ikan Patin agar (W1,W2,W3,W4,T2,T5) diterima oleh konsumen (S1,S2,S3,S5,T2,T4)
STRATEGI S – T Kolom strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk menghindari ancaman-ancaman yang ada. Strategi yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah:
90
90
1. Meningkatkan loyalitas pelangan terhadap mutu benih ikan Patin yang dihasilkan (faktor internal kekuatan dan eksternal ancaman: S1,S2,S3,S4 dan T1,T3) 2. Menjaga dan mempertahankan mutu benih ikan Patin agar diterima oleh konsumen (faktor internal kekuatan dan eksternal ancaman: S1,S2,S3,S5 dan T2,T4) STRATEGI W – T Kolom strategi W-T adalah strategi perusahaan untuk berusaha meminimalkan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan untuk berusaha menghindar dari ancaman yang ada. Strategi yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah: 1. Perbaikan sistem manajemen usaha di berbagai bidang (faktor internal kelemahan dan eksternal ancaman: W1,W2,W3,W4,W5 dan T1,T3) 2. Meningkatkan kerjasama dengan stakeholder (faktor internal kelemahan dan eksternal ancaman: W1,W2,W3,W4 dan T2,T5)
4.9 Analisis Matriks QSP Penentuan strategi dilakukan berdasarkan hasil alternatif strategi yang diperoleh melalui analisis matriks I-E dan matriks SWOT sebelumnya. Alat analisis yang digunakan pada tahap ini adalah Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Matriks QSP adalah alat yang memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi strategi alternatif secara objektif, berdasarkan pada faktor-faktor sukses kritis internal dan eksternal yang diketahui sebelumnya. Analisis QSPM juga memerlukan penilaian intuitif yang baik. Alternatif-alternatif strategi yang
dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menghasilkan benih yang lebih bermutu. 2. Memperluas jaringan pemasaran dengan melakukan penetrasi terhadap pasar. 3. Memperkuat permodalan untuk perluasan usaha. 4. Meningkatkan volume penjualan benih ikan Patin. 5. Melakukan kemitraan dengan petani di sekitar yang lebih kecil. 6. Memanfaatkan investor untuk peningkatan modal.
91
91
7. Meningkatkan loyalitas pelangan terhadap mutu benih Patin yang dihasilkan. 8. Menjaga dan mempertahankan mutu benih ikan Patin agar diterima oleh konsumen. 9. Perbaikan sistem manajemen usaha di berbagai bidang. 10. Meningkatkan kerjasama dengan stakeholder. Berdasarkan hasil perhitungan dalam matriks QSP (Lampiran 10.), diperoleh strategi yang paling tepat diimplementasikan adalah meningkatkan volume penjualan benih ikan Patin dengan total nilai daya tarik tertinggi di antara alternaf-alternatif strategi lainnya yaitu sebesar 5,398. Urutan prioritas strategi dari matriks QSP dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Urutan prioritas strategi dari matriks QSP CV. Mika Distrindo Total Nilai Urutan Alternatif Strategi Daya tarik Prioritas 1. Memanfaatkan kemajuan tekhnologi untuk 5.314 2 menghasilkan benih yang lebih bermutu 2. Memperluas jaringan pemasaran dengan 5.298 3 melakukan penetrasi terhadap pasar 3. Memperkuat permodalan untuk perluasan 5.122 7 usaha 4. Meningkatkan volume penjualan benih ikan 5.398 1 Patin 5. Melakukan kemitraan dengan petani di sekitar 5.094 9 yang lebih kecil 6. Memanfaatkan investor untuk peningkatan 4.889 10 modal 7. Meningkatkan loyalitas pelangan terhadap 5.223 5 mutu benih ikan Patin yang dihasilkan 8. Menjaga dan mempertahankan mutu benih ikan 5.215 6 Patin agar diterima oleh konsumen 9. Perbaikan sistem manajemen usaha di berbagai 5.239 4 bidang 10. Meningkatkan kerjasama dengan stakeholder 5.114 8 Dari hasil semua alternatif strategi yang disusun, baik faktor internal dan eksternal memiliki skor total > 4,000. Hal ini berarti semua strategi yang dikembangkan
sangat
menarik
dan
layak
untuk
dikembangkan,
dengan
memperhatikan kesiapan waktu dan tempat, kebijakan yang mendukung di tingkat pemerintah daerah dan pusat, iklim usaha untuk permodalan dan keorganisasian baik di dalam maupun di luar perusahaan yang berupa asosiasi.
92
92
4.10
Implementasi Strategi Pengelompokan alternatif strategi yang dapat dilakukan terhadap strategi-
strategi pilihan yang yang didapatkan dibagi dalam tiga (3) kelompok strategi, yaitu dari proses produksi, pemasaran dan permodalan yang dapat dijadikan acuan guna pengembangan usaha pembenihan ikan Patin. Implementasi Strategi yang dapat diaplikasikan dari hasil pemilihan alternatif strategi oleh usaha pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo adalah :
1. Produksi Memanfaatkan kemajuan tekhnologi untuk menghasilkan benih yang lebih bermutu serta menjaga dan mempertahankannya agar diterima oleh konsumen. Semakin meningkatnya pengetahuan konsumen terhadap mutu produk yang digunakan
mengharuskan
para
pembenih
untuk
mempertahankan
serta
meningkatkan mutu hasil benih yang dihasilkan. Peningkatan mutu benih yang dihasilkan dengan cara lebih memperhatikan setiap aturan standar dan detail proses produksi terutama input yang digunakan guna mendapatkan benih yang bermutu. Pengkayaan terhadap informasi mengenai aplikasi teknologi terbaru yang sedang berkembang sangat perlu guna menjaga dan meningkatkan mutu benih ikan Patin yang dihasilkan. Seringnya berbagi informasi dan ilmu tentang proses pembenihan yang baik dengan sesama pembenih dapat menjadi salah satu cara guna pengkayaan ilmu dan informasi. Selain itu dengan seringnya mengikuti work shop tentang pembenihan ikan Patin, sehingga kendala kendala yang tidak terpecahkan dapat di share dalam forum diskusi guna mendapatkan strategi untuk mengatasinya. 2. Pemasaran Peningkatan volume penjualan dapat dilakukan dengan meningkatkan kuantitas dari produksi yang dihasilkan. Peningkatan tersebut dilakukan dengan pengoptimalan hasil produksi dan didukung dengan perluasan serta penambahan sarana dan prasarana pembenihan yang mendukung proses produksi. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan adanya kemitraan dengan IKM sekitar yang skala usahanya lebih kecil. Hal tersebut perlu dilaksanakan selain dapat meningkatkan
pendapatan
masyarakat
sekitar,
kesinambungan
usaha,
93
93
meningkatkan mutu suberdaya dan meningkatkan kemampuan usaha mitra yang mandiri. Kemitraan tersebut dapat menjadi salah satu cara dalam pemenuhan permintaan benih ikan Patin. Perluasan jaringan pemasaran dapat dilakukan dengan melakukan promosi keunggulan atau pengenalan produk benih yang dihasilkan sehingga pembudidaya dapat mengetahuinya. Keunggulan yang dimiliki dapat menjadi senjata dalam melakukan penetrasi pasar, misalnya dengan menghasilkan benih yang bermutu baik dalam jumlah yang besar sehingga konsumen tidak merasa kesusahan jika terjadi kelangkaan benih di pasaran. Peranan atau kerjasama dengan stakeholder perlu dilakukan guna lebih menguatkan posisi perusahaan untuk dapat mengembangkan perusahaan. Kerjasama yang dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya dalam hal penguatan modal, link pemasaran, dan lain sebagainya. Selain mencari konsumen baru, perusahaan juga harus cermat dalam mengelola konsumen loyal dengan cara memperlakukan konsumen dengan layak, menjalin hubungan yang dekat dengan pelangan, mengelola kepuasan pelanggan serta memberikan ekstra pelayanan. Peningkatan loyalitas pelangan dilakukan dengan memberikan kenyamanan dalam menggunakan benih berkulaitas yang dihasilkan serta servis tambahan berupa pemberian konsultasi kendala kendala yang dihadapi oleh konsumen dalam hal teknis budidaya. 3. Permodalan Modal untuk sarana dan prasarana pembenihan sangatlah tinggi. Sehingga tambahan modal sangat dibutuhkan dalam pengembangan usaha terutama dalam hal kelengkapan fasilitas sarana dan prasarana pembenihan. Memperkuat permodalan
perlu dilakukan agar dapat bersaing dengan pesaing sesama pengusaha pembenihan ikan Patin. Penguatan modal tersebut digunakan dalam upaya perluasan usaha seperti untuk memenuhi kelengkapan sarana dan prasarana. Peningkatkan modal untuk menunjang kegiatan industri dapat dilakukan dengan memanfaatkan lembaga perbankan. Selain permodalan dalam kelengkapan sarana dan prasarana, perlu juga adanya penguatan modal manajemen SDM bagi karyawan, salah satu cara dilakukan adalah dengan mengikutkan karyawan dalam pelatihan dan pengkayaan ilmu tentang peningkatan mutu SDM dalam arti umum dan mutu produk sehingga
94
94
dapat meningkatkan pelayanan terhadap penjualan. Peningkatan mutu SDM diperlukan untuk meningkatkan standar layanan bagi komsumen. Pelayanan yang memuaskan, mencakup sikap karyawan dan fasilitas yang memadai akan menjadikan konsumen merasa dihargai. Alternatif strategi jangka pendek yang dapat dilakukan oleh perusahaan pembenihan Ikan Parin adalah melakukan strategi yang relatif dapat dilakukan dalam waktu dekat dan memungkinkan pencapaiannya dalam waktu yang relatif singkat. Strategi yang memungkinkan dilakukan dalam waktu dekat adalah alternatif strategi memperluas jaringan pemasaran, meningkatkan volume penjualan, pemanfaatan
kemajuan teknologi, melakukan kemitraan, perbaikan sistem manajemen, meningkatkan loyalitas pelangan, serta menjaga dan mempertahankan mutu benih. Alternatif strategi jangka panjang yang ditargetkan adalah strategi dalam rangka memperkuat permodalan untuk perluasan usaha, memanfaatkan investor untuk peningkatan modal dan meningkatkan kerjasama dengan stakeholder. Alternatif tersebut memerlukan waktu yang relatif lebih lama karena dalam pelaksanakan memerlukan proses dan perlu melihat hasil yang telah dijalankan untuk dapat meyakinkan investor memberikan bantuan modal. Pada saat ini CV. Mika Distrindo lebih memprioritaskan upaya memperluas atau mengembangkan pasar, mengingat para konsumen potensial belum banyak yang terjangkau sepenuhnya. Sebagian besar konsumen merupakan pelangan tetap dan loyal, maka strategi pengembangan pasar ditunjukkan untuk meningkatkan volume penjualan dengan tetap menjaga mutu benih ikan Patin yang dihasilkan.
95
95
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 1.
Urutan kegiatan yang dilakukan pada proses produksi usaha pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo diantaranya pengelolaan induk, seleksi induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva, pendederan benih, pemanenan dan penanganan hasil panen. Secara umum masalah, atau titik kritis selalu ada dalam tiap tahap proses produksi benih ikan Patin. Sedangkan permasalahan yang sering dihadapi oleh pembenihan ikan Patin CV. Mika Distrindo saat ini adalah pemeliharaan larva/benih berkaitan dengan penyakit dan pasokan pakan cacing sutera (Tubifex) yang sering menjadi kendala baik dari keberadaan dan harganya.
2.
Analisis kelayakan usaha pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo dikatakan layak, karena dari hasil perhitungan yang dilakukan memberikan manfaat (benefit) secara financial. Indikasi kelayakan dari segi financial diketahui dari hasil perhitungan dengan kebutuhan biaya investasi Rp.509.050.000,- dan rataan biaya operasional Rp.284.100.000,- per tahun menghasilkan nilai NPV Rp.516.660.510,-, IRR 21,42%, Gross B/C Ratio 5,57, Nett B/C Ratio 4,05, PBP selama 0,85 tahun atau 10 bulan 5 hari dan BEP pada produksi benih 2.698.006 ekor, atau pada nilai penjualan Rp.539.601.139,60.
3.
Strategi pengembangan usaha pembenihan yang paling efektif adalah meningkatkan volume penjualan benih ikan Patin, memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menghasilkan benih lebih bermutu, memperluas jaringan pemasaran dengan melakukan penetrasi terhadap pasar, perbaikan sistem manajemen usaha di berbagai bidang dan meningkatkan loyalitas pelangan terhadap mutu benih ikan Patin yang dihasilkan
96
96
5.2 Saran 1.
Penerapan atau pelaksanaan usulan strategi yang baru akan sangat membantu
jika
diimplementasikan
untuk
meningkatkan
kinerja
perusahaan, guna mendapatkan hasil produksi yang lebih baik lagi, baik dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk benih ikan Patin. 2.
Pemerintah melalui dinas perikanan perlu menigkatkan kepedulian terhadap para pelaku IKM/UKM yang bergerak di bidang pembenihan ikan Patin melalui bantuan dan bimbingan, pelatihan manajemen usaha dan kemudahan dalam memperoleh permodalan guna peningkatan usahanya.
3.
Pengembangan usaha pembenihan ikan Patin perlu dilakukan untuk menigkatkan nilai jual komoditas di pasaran. Hal ini menyangkut peningkatan volume produksi, penggunaan teknologi terbaru guna mendapatkan benih bermutu, perluasan jaringan pemasaran dan perbaikan dalam pelayanan terhadap konsumen.
97
97
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. Dan Liviawati E. 1990. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Kanasius, Yogyakarta. Churchill, GA. 2001. Dasar-Dasar Riset Pemasaran, (Terjemahan, Edisi 4). Erlangga, Jakarta. David, F.R. 1997. Strategic Management. Prentice Hall International, New Jersey. . 1998. Manajemen Strategi; Konsep, (Terjemahan, Edisi 7). Prenhalindo, Jakarta. . 2006. Manajemen strategi, (Terjemahan). Prenhalindo, Jakarta. Dinas Pertanian Bidang perikanan. 2009. Pertanian dalam Angka Tahun 2009. Kota Metro Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2011. Potensi dan Produksi Perikanan Kabupaten Bogor. Dinas Peternakan dan Perikanan, Bogor Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP. 2010. Certified Hatchery. http://perikanan-budidaya.kkp.go.id [21 Desember 2011]. Downey, D.W. dan Erickson, S.P. 1989. Agribusiness Management. McGrawhill.Inc, New York. Effendi I., D. Augustine dan Widanarni. 2006. Perkembangan Enzim Pencernaan Larva Ikan Pain (Pangasius hypophthalmus). Jurnal Akuakultur Indonesia, 5(1) ; 41-49 (2006) Fadel, M. 2011. Sambutan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia pada Acara Temu Koordinasi Pemantapan Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Perikanan Budidaya. http://www.kkp.go.id/index.php/archives/c/2/3831/sambutan-menterikelautan-dan-perikananrepublik-indonesia-pada-acara-temu-koordinasipemantapan-pelaksanaan-kegiatan-pembangunanperikanan-budidaya/ [21 Desember 2011]. Gray, C. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek, (Terjemahan). Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hamel G. and CK Prahalad. 1994. Computing for the Future. Harvard Business School Press, Boston.
98
98
Hamid, M.A., B.W. Wahyu, W. Rangga, R.A. Lubis dan A. Furusawa. 2006. Analisis Efektivitas Manajemen Induk dan Pembenihan Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus) di BBAT Jambi. Jurnal Akuakultur Indonesia, 8(1): 29-35 (2009) Harmaizar, Z. 2006. Menggali Potensi Wirausaha. Dian Anugrah Prakasa, Bekasi. Hasanudin. 2011. Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Pembenihan Ikan Patin Di Kota Metro Lampung. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Hubeis, M. dan M. Najib. 2008. Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya Saing Organisasi. Elex Media Komputindo, Jakarta. Husnan, S. dan P. Enny. 1995. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. dan M. Suwarsono. 2005. Studi Kelayakan Proyek. Edisi ke-4. Unit Penerbit dan Pencetak AMP YKPN, Yogyakarta.
Hutabarat, J. dan M. Huseini. 2006. Pengantar Manajemen Strategic Kontemporer di Tengah Operasional. PT. Gramedia, Jakarta. Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis (edisi revisi). PT. Rineka Cipta, Jakarta. Kementrian Kelautan Perikanan (KKP). 2011a. Produksi Rumput Laut Lampaui Target. http://www.kkp.go.id/index.php/archives/c/34/3934/produksirumput-laut-lampaui-target/ [21 Desember 2011]. . 2011b. Pacu Ekonomi dengan Minapolitan. http://www.kkp.go.id/index.php/archives/c/34/3955/pacuekonomi-daerah-dengan-minapolitan/ [21 Desember 2011]. Kinnear, T. L. dan Taylor. 1991. Marketing Research, An Applied Aproach, 4 th ed. Mc.Graw Hill, USA. Khairuman dan K. Amri. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agromedia, Jakarta. dan D. Susenda. 2002. Budi Daya Ikan Patin Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Kordi, G. 2005. Budidaya Ikan Patin (Biologi, Pembenihan, dan Pembesaran). Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta.
99
99
Kottelat, M., AJ. Whitten, SN. Kartikasari dan S. Wirdjoatmodjo, 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Edition (Hk) Ltd bekerjasama dengan proyek EMDI Kantor Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta. Latifah, E., A. Suryani dan H. Hardjomidjojo. 2009. Analisis Kelayakan Pembiayaan Pengembangan Usaha Mebel Kayu Pada Bank Syariah (Studi Kasus : PT. ”X” di Bekasi). Jurnal MPI 4 (1) 57-74. Mehyuddin, K. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. PT. Niaga Swadaya, Jakarta. Pearce, J.A. and Robinson. 1997. Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi dan Pengendalian, (Terjemahan Jilid I). Bina Rupa Aksara, Jakarta. Porter, M E. 1997. Strategi Bersaing : Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing (Terjemahan). Erlangga, Jakarta. Prahasta, A., dan H. Masturi. 2008. Budidaya Usaha Pengolahan Agribisnis Ikan Patin. CV Pustaka Grafika, Bandung. Pramiyanti, A. 2008. Studi Kelayakan Bisnis untuk UKM. Media Pressindo, Yogyakarta. Pramudya B. 2011. Modul Ekonomi Teknik Lanjut (Kelayakan Ekonomi). Program Industri Kecil Menengah, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Purnomo S. H. dan Zulkieflimansyah. 1996. Manajemen Strategi; Sebuah Konsep Pengantar. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia Jakarta. Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sartono, R.A. 1997. Manajemen Keuangan dan Teori Aplikasi. Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Subamia, I.W., N. Suhenda dan E. Tahapari. 2003. “Pengaruh Pemberian Pakan Buatan dengan Kadar Lemak yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan sintasan Benih Ikan Jambal Siam (Pangasius hypopthalmus). Jurnal Penel. Perikanan Indonesia, 9 (1) : 37-42. Susanto, H dan K. Amri. 1998. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya, Jakarta. Sutojo. 1993. Studi Kelayakan Proyek. Pustaka Binaman Presindo, Jakarta.
100
100
Taryono. 2011. Menggenjot Produksi Perikanan Budidaya. http://lampung.tribunnews.com/2011/11/20/menggenjot-produksiperikanan-budidaya [21 Desember 2011]. Tribun. 2010. Produksi ikan Patin di Lampung Tengah Selama Tahun 2010 ini Mencapai 150 Ton. http://lampung.tribunnews.com/m/read/artikel/18685/ Produksi-Ikan-Patin-Lamteng-150-Ton [21 Desember 2011]. Umar, H. 1997. Studi Kelayakan Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. . 2001. Studi Kelayakan Bisnis Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara Koprehensif. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wahyudi, S. A. 1996. Manajemen Strategik; Pengantar Proses Berpikir Strategik. Binarupa Aksara, Jakarta. Yulfiperius, I. Mokoginta dan D. Jusadi. 2003. Pengaruh Kadar Vitamin E dalam Pakan Terhadap Kualitas Telur Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus). Jurnal Iktiologi Indonesia, 3 (1) : 11-18. Zelvina O. 2009. Analisis Pendapatan Usaha Pembenihan Dan Pemasaran benih Ikan Patin Di Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Zubir, Z. 2006. Studi Kelayakan Usaha. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
1
1
1
1
101
101
Lampiran 1. Kuesioner kajian KUESIONER PENELITIAN Responden Yth. Kuesioner ini disusun oleh Pindo Witoko, mahasiswa sekolah Pascasarjana Program Magister Profesional Industri Kecil dan Menengah Institut Pertanian Bogor. Kuesioner ini diperlukan untuk penyelesaian Tugas Akhir dengan judul: Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Studi Kasus pada CV. Mika Distrindo. Semua informasi yang diperoleh dari kuesioner ini bersifat rahasia dan sepenuhnya dipergunakan untuk keperluan ilmiah dan akademik serta tidak ada jawaban yang salah dalam pengisian kuesioner ini.
Atas bantuan dan
kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
Identitas Responden Nama Responden
: ...........................................................................................
Jenis Kelamin
: ...........................................................................................
Umur
: ...........................................................................................
Pendidikan
: ...........................................................................................
Tanggal Pengisian
: ...........................................................................................
Alamat
: ...........................................................................................
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
102
102
Lanjutan Lampiran 1. Profil Usaha 1. Nama Perusahaan
: ........................................................................
2. Alamat
: ........................................................................
3. Modal awal
: Rp ..................................................................
4. Nilai asset
: Rp ..................................................................
5. Jenis modal
:
Sendiri Keluarga Pinjaman dari Bank Pinjaman dari Koperasi Lainnya, ............................................................................................ Bila merupakan pinjaman (Bank, Koperasi), besarnya bunga pinjaman perbulan ...............................................................................................% 6. Kapasitas produksi
: ...................................................... ekor/tahun
7. Rataan omzet/bulan
: Rp ....................................................... /bulan
8. Jumlah karyawan
: ............................................................. orang
a. Tetap
: ............................................................. orang
b. Tidak tetap
: ............................................................. orang
Keadaan umum 1. Bagaimana sejarah berdirinya CV. Mika Distrindo ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. Bagaimana perkembangan usaha hingga saat ini ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. Bagaimana lokasi dan kondisi geografis usaha ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. Siapakah yang melakukan pembimbingan teknis terhadap usaha pembenihan ikan Patin ? ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
103
103
Lanjutan Lampiran 1. 5. Apakah bimbingan teknis tersebut dapat memberikan dampak dan keuntungan dalam usaha pembenihan ikan Patin ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… Aspek Teknis Investasi dan peralatan 1. Berapa luas lahan yang digunakan ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. Berapa nilai lahan ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. Kapan bangunan didirikan ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. Apa saja bangunan dan peralatan produksi yang digunaan, berapa umur ekonomis dan penyusutan/tahun ? Jumlah Umur No Jenis pengeluaran Penyusutan/tahun (unit) ekonomis 1 Bangunan a. b. c. d. e. 2 Peralatan a. b. c. d. e. f. Tenaga Kerja 1. Berapa jumlah tenaga kerja yang digunakan, baik tetap maupun tidak tetap ? Karyawan tetap
: ………………………………………… orang
Karyawan tidak tetap
: ………………………………………… orang
104
104
Lanjutan Lampiran 1. 2. Bagaimana pembagian kerja dalam manajemen? Apa tugas masing masing posisi ? No Posisi Jumlah Orang Tugas 1. 2. 3. 4. 3. Bagaimana system pembayaran gaji ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. Besarnya gaji yang dibayarkan apakah berdasarkan pengalaman kerja/masa kerjannya ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… Komersial 1. Apakah keunggulan pembenihan ikan Patin CV. Mika Distrindo ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. Bagaimana tingkat persaingan produk di pasaran? Apakah persaingan mempengaruhi penjualan ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. Siapa pesaing yang paling berpengaruh ? Sebutkan ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. Berapa harga jual untuk masing masing produk yang dihasilkan ? No Ukuran bibit ikan Satuan Harga 1. 2. 3. 5. Apakah ada perbedaan harga dengan pesaing ? Sebutkan (Rp) ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
105
105
Lanjutan Lampiran 1. 6. Bagaimana permintaan pasar terhadap bibit ikan Patin dari CV. Mika Distrindo ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 7. Apakah ada peningkatan penjualan? Berapa rata rata peningkatan setiap tahunnya ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 8. Kepada siapa saja produk dijual selama ini (segmen pasar)? Bagaimana system pembayaranya ? System pembayaran No Jenis konsumen Tunai Kredit 1. 2. 3. 4. 5. 9. Apakah perusahaan memberlakukan potongan harga untuk pembelian dalam jumlah besar ? Berapa besarnya ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 10. Bagaimana cara perusahaan memasarkan bibit ikan Patin ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 11. Berapa besarnya biaya untuk promosi (beriklan) ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… Aspek Manajemen 1. Bagaimana struktur organisasi di CV. Mika Distrindo ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. Apa saja kewenangan dan deskripsi tugas untuk masing masing posisi ? ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
106
106
Lanjutan Lampiran 1. Aspek Lingkungan 1. Sebutkan 5-10 faktor kekuatan internal yang dihadapi pembenih dalam usaha ini : a. ......................................................................................................... b. ......................................................................................................... c. ......................................................................................................... d. ......................................................................................................... e. ......................................................................................................... f. 2. Sebutkan 5-10 faktor kelemahan internal yang dihadapi pembenih dalam usaha ini : a. ......................................................................................................... b. ......................................................................................................... c. ......................................................................................................... d. ......................................................................................................... e. ......................................................................................................... f. 3. Sebutkan 5-10 faktor peluang eksternal yang dihadapi pembenih dalam usaha ini : a. ......................................................................................................... b. ......................................................................................................... c. ......................................................................................................... d. ......................................................................................................... e. ......................................................................................................... f. 4. Sebutkan 5-10 faktor ancaman eksternal yang dihadapi pembenih dalam usaha ini : a. ......................................................................................................... b. ......................................................................................................... c. ......................................................................................................... d. ......................................................................................................... e. ......................................................................................................... f. 5. Apakah rencana dan harapan untuk pengembangan usaha pembenihan ikan petin pada masa yang akan datang ? ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
107
107
Lampiran 2. Kuesioner penentuan bobot dan rating faktor internal dan eksternal Pemberian nilai peringkat terhadap kekuatan Petunjuk Pengisian Pemberian nilai peringkat menunjukkan tingkat faktor strategi sebagai kekuatan atau kelemahan. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut : Nilai 4, Jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kekuatan utama. Nilai 3, Jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kekuatan kecil. Nilai 2, Jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kelemahan kecil. Nilai 1, Jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kelemahan utama. Menurut Bapak/Ibu bagaimana kondisi kekuatan yang dimiliki perusahaan berikut: Kekuatan Bibit yang dihasilkan bermutu baik Teknologi proses produksi cukup baik Produk mempunyai spesifikasi standar nasional Usaha dijalankan langsung dan dipantau oleh pemilik Tenaga kerja cukup terampil
4
3
2
1
Pemberian nilai peringkat terhadap kelemahan Petunjuk Pengisian Pemberian nilai peringkat menunjukkan tingkat faktor strategi sebagai kekuatan atau kelemahan. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut : Nilai 4, Jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kekuatan utama. Nilai 3, Jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kekuatan kecil. Nilai 2, Jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kelemahan kecil. Nilai 1, Jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kelemahan utama. Menurut Bapak/Ibu bagaimana kondisi kelemahan yang dimiliki perusahaan berikut : Kelemahan Kekurangan permodalan untuk pengembangan usaha Pemasaran belum optimal Kurangnya promosi hasil produksi Kapasitas produksi belum optimal System manajemen organisasi belum mendukung
4
3
2
1
108
108
Lanjutan Lampiran 2. Pemberian nilai peringkat terhadap peluang Petunjuk Pengisian Pemberian nilai peringkat didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam meraih peluang yang ada. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut : Nilai 4, Jika perusahaan mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam meraih peluang. Nilai 3, Jika perusahaan mempunyai kemampuan yang baik dalam meraih peluang. Nilai 2 , Jika perusahaan mempunyai kemampuan sedang dalam meraih peluang. Nilai 1, Jika perusahaan mempunyai kemampuan yang tidak baik dalam meraih peluang. Menurut Bapak/Ibu bagaimana kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang berikut : Peluang Permintaan pasar cukup besar Kemajuan teknologi dalam pembenihan Mendorong berkembangnya sector perikanan Meningkatnya daya beli bibit bermutu Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar
4
3
2
1
Pemberian nilai peringkat terhadap ancaman Petunjuk Pengisian Pemberian nilai peringkat didasarkan pada besarnya ancaman dalam mempengaruhi keberadaan perusahaan. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut : Nilai 1, Jika faktor ancaman sangat kuat mempengaruhi perusahaan. Nilai 2, Jika faktor ancaman kuat mempengaruhi perusahaan Nilai 3, Jika faktor ancaman akan memberikan pengaruh biasa terhadap perusahaan. Nilai 4, Jika faktor ancaman tidak akan memberikan pengaruh terhadap perusahaan. Menurut Bapak/Ibu Bagaimana perusahaan dipengaruhi oleh faktor ancaman berikut: Ancaman Keberadaan perusahaan lain yang sejenis Kurangnya daya dukung pemerintah Ada perusahaan pendatang baru yang sejenis Kondisi cuaca yang kurang stabil Sulitnya sumber pembiayaan
4
3
2
1
109
109
Lanjutan Lampiran 2. Pembobotan terhadap kekuatan dan kelemahan Petunjuk Pengisian Pemberian nilai didasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap industri pembenihan ikan Patin. Contoh : 1. “Teknologi proses produksi cukup baik” (B pada baris / vertikal) lebih penting daripada “Bibit yang dihasilkan bermutu baik” (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 1 2. “Teknologi proses produksi cukup baik” (B pada baris / vertikal) sama penting daripada “Bibit yang dihasilkan bermutu baik” (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 2 3. “Teknologi proses produksi cukup baik” (B pada baris/vertikal) tidak lebih penting daripada “Bibit yang dihasilkan bermutu baik” (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 3 Catatan : Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris 1 (huruf cetak miring) terhadap kolom 1 (huruf cetak tegak ) dan harus konsisten. Faktor penentu Bibit yang dihasilkan bermutu baik Teknologi proses produksi cukup baik Produk mempunyai spesifikasi standar nasional Usaha dijalankan langsung dan dipantau oleh pemilik Tenaga kerja cukup dan terampil Kekurangan permodalan pengembangan usaha Pemasaran belum optimal Kurangnya promosi hasil produksi Kapasitas produksi belum optimal System manajemen organisasi mendukung
untuk
belum
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
110
110
Lanjutan Lampiran 2. Pembobotan terhadap peluang dan ancaman Petunjuk Pengisian Pemberian nilai didasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap industri pembenihan ikan Patin. Contoh : 1. “Kemajuan teknologi dalam pembenihan” (B pada baris/vertikal) lebih penting daripada “Permintaan pasar cukup besar” (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 1 2. “Kemajuan teknologi dalam pembenihan” (B pada baris/vertikal) sama penting daripada “Permintaan pasar cukup besar” (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 2 3. “Kemajuan teknologi dalam pembenihan” (B pada baris/vertikal) tidak lebih penting daripada “Permintaan pasar cukup besar” (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 3 Catatan : Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris 1 terhadap kolom dan harus konsisten. Faktor penentu A Permintaan pasar cukup besar Kemajuan teknologi dalam pembenihan Mendorong berkembangnya sektor perikanan Meningkatnya daya beli bibit bermutu Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar Keberadaan perusahaan lain yang sejenis Kurangnya daya dukung pemerintah Ada perusahaan pendatang baru yang sejenis Kondisi cuaca yang kurang stabil Sulitnya sumber pembiayaan
B
C
D
E
F
G
H
I
J
111
111
Lampiran 3. Komposisi biaya investasi CV. Mika Distrindo Tebel. Komposisi biaya investasi No
Komponen biaya
A. Lahan usaha 1. Tanah 2. Surat dan perijinan
Harga 2,000
Satuan M2
Biaya satuan (Rp) 50,000 2,000,000
Biaya total (Rp) 100,000,000 2,000,000 102,000,000
B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Bangunan Kolam induk (5x5x2 m3 Kolam pendederan (5x3x1)m3 Tendon/reservoir 10 ton Panti benih 120 m2 Kantor administrasi dan gudang Pagar tembk keliling Kolam pakan alami Sumur bor
C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Peralatan Akuarium Rak akuarium Bak pembenihan Hapa (3x2x1)m3 Indukan dan calon induk Blower Genset Disel Kompor gas Kompor minyak Scopnet Serokan Corong tetas Gallon artemia Paranet Ember Mobil transportasi
3 10 4 1 1 1 2 2
Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Set
3,000,000 3,000,000 4,000,000 45,000,000 25,000,000 20,000,000 2,000,000 10,000,000
9,000,000 30,000,000 16,000,000 45,000,000 25,000,000 20,000,000 4,000,000 20,000,000
169,000,000
Total Investasi (A+B+C)
100 10 20 6 180 5 1 1 2 2 10 5 4 10 300 20 1
Buah Buah Buah Buah Ekor Buah Set Set Buah Buah Buah Buah Buah Unit M2 Buah Unit
130,000 300,000 1,500,000 100,000 150,000 2,000,000 1,200,000 4,000,000 250,000 50,000 10,000 30,000 500,000 300,000 3,000 25,000 142,000,000
13,000,000 3,000,000 30,000,000 600,000 27,000,000 10,000,000 1,200,000 4,000,000 500,000 100,000 100,000 150,000 2,000,000 3,000,000 900,000 500,000 142,000,000 238,050,000 509,050,000
112
112
Lampiran 4. Komposisi biaya operasional CV. Mika Distrindo Tabel. Komposisi biaya operasional No A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Komponen biaya Biaya variabel Pakan indukan Pakan larva (artemia) Pakan benih (cacing sutra) Pakan buatan Jarum suntik Hormone ovaprim Larutan fisiologis Kapur Garam Obat-obatan Gas elpiji Minyak tanah Bensin Solar Oksigen Kantong packing Karet gelang
Satuan
Biaya satuan (Rp)
180 Kg 8 Kaleng 200 Liter 30 Kg 5 Buah 2 Botol 4 Botol 50 Kg 50 Kg 1 Set 15 Tabung 30 Liter 30 Liter 30 Liter 1 Tabung 10 Pack 0,2 Kg
7,000 500,000 40,000 12,000 7,500 210,000 10,000 3,000 1,250 100,000 15,000 9,000 4,500 4,500 350,000 12,000 50,000
Harga
Biaya total (Rp) 1,260,000 4,000,000 8,000,000 360,000 37,500 420,000 40,000 150,000 62,500 100,000 225,000 270,000 135,000 135,000 350,000 120,000 10,000 15,675,000
B. 1. 2. 3.
Biaya tetap Listrik Tenaga kerja Biaya perawatan
Total Operasional (A+B) Total operasional per tahun
2 5 1
Unit Orang
500,000 1,300,000 500,000
1,000,000 6,500,000 500,000 8,000,000 23,675,000 284,100,000
113
113
Lampiran 5. Analisa usaha pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo Tabel. Analisi usaha pembenihan Uraian Cash Inflow: Hasil Produksi: bibit Patin 1-1,5 inch (ekor) Harga jual (Rp/ekor) Harga jual (Rp/ekor) Total Pemasukan/Tahun
1
Tahun 3
4
5
3,000,000 200 600,000,000 600,000,000
3,000,000 200 600,000,000 600,000,000
3,000,000 200 600,000,000 600,000,000
3,000,000 200 600,000,000 600,000,000
793,150,000
284,100,000 50,905,000 335,005,000
284,100,000 46,832,600 330,932,600
284,100,000 45,895,948 329,995,948
284,100,000 44,978,029 329,078,029
Net Benefit
(193,150,000)
264,995,000
269,067,400
270,004,052
270,921,971
Neraca akhir Discount factor (14%) NPV 14% Net Present Value (NPV)
0.877 (169,429,825) 516,660,510
0.769 203,905,048
0.675 181,612,831
0.592 159,864,074
0.519 140,708,382
686,090,335 (169,429,825) 1,074,988,423 (193,150,000) 5.57 4.05 0.887 0.694 (160,958,333) 184,024,306 417,864,024 98,796,486 94.70 21,42 0.85 tahun 10 bulan 5 hari
0.579 155,710,301
0.482 130,210,287
0.402 108,877,464
Cash Outflow : 1. Investasi 2. Biaya produksi 3. Biaya Penyusutan Total Pengeluaran/tahun
NPV positif NPV negatif PV positif PV negative R/C Ratio Net B/C Ratio Discount factor (20%) NPV 20% NPV 14%- NPV 20% biaya variabel per unit (Rp) IRR (%) PBP BEP (ekor) (Rp)
3,000,000 200 600,000,000 600,000,000
2
509,050,000 284,100,000
2,698,006 539,601,139.60
114
114
Lampiran 6. Perhitungan rating faktor strategi internal dan eksternal CV. Mika Distrindo Responden 1 Tabel. Perhitungan rating faktor strategi kekuatan internal CV. Mika Distrindo Kekuatan 4 3 Bibit yang dihasilkan berkualitas baik 4.000 Teknologi proses produksi cukup baik 3.000 Produk mempunyai spesifikasi standar nasional 4.000 Usaha dijalankan langsung dan dipantau oleh pemilik 3.000 Tenaga kerja cukup terampil 3.000 Tabel. Perhitungan rating faktor strategi kelemahan internal CV. Mika Distrindo Kelemahan 2 1 Kekurangan permodalan untuk pengembangan usaha 1.000 Pemasaran belum optimal 2.000 Kurangnya promosi hasil produksi 2.000 Kapasitas produksi belum optimal 1.000 System manajemen organisasi belum mendukung 2.000 Tabel. Perhitungan rating faktor strategi peluang eksternal CV. Mika Distrindo Peluang 4 3 Permintaan pasar cukup besar 4.000 Kemajuan teknologi dalam pembenihan 3.000 Mendorong berkembangnya sector perikanan 3.000 Meningkatnya daya beli bibit berkualitas 4.000 Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar 3.000 Tabel. Perhitungan rating faktor strategi ancaman eksternal CV. Mika Distrindo Ancaman 2 1 Keberadaan perusahaan lain yang sejenis 2.000 Kurangnya daya dukung pemerintah 1.000 Ada perusahaan pendatang baru yang sejenis 2.000 Kondisi cuaca yang kurang stabil 2.000 Sulitnya sumber pembiayaan 1.000
115
115
Lanjutan Lampiran 6. Responden 2 Tabel. Perhitungan rating faktor strategi kekuatan internal CV. Mika Distrindo Kekuatan 4 3 Bibit yang dihasilkan berkualitas baik 4.000 Teknologi proses produksi cukup baik 3.000 Produk mempunyai spesifikasi standar nasional 4.000 Usaha dijalankan langsung dan dipantau oleh pemilik 3.000 Tenaga kerja cukup terampil 3.000 Tabel. Perhitungan rating faktor strategi kelemahan internal CV. Mika Distrindo Kelemahan 2 1 Kekurangan permodalan untuk pengembangan usaha 1.000 Pemasaran belum optimal 1.000 Kurangnya promosi hasil produksi 2.000 Kapasitas produksi belum optimal 2.000 System manajemen organisasi belum mendukung 2.000 Tabel. Perhitungan rating faktor strategi peluang eksternal CV. Mika Distrindo Peluang 4 3 Permintaan pasar cukup besar 4.000 Kemajuan teknologi dalam pembenihan 4.000 Mendorong berkembangnya sector perikanan 3.000 Meningkatnya daya beli bibit berkualitas 4.000 Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar 3.000 Tabel. Perhitungan rating faktor strategi ancaman eksternal CV. Mika Distrindo Ancaman 2 1 Keberadaan perusahaan lain yang sejenis 2.000 Kurangnya daya dukung pemerintah 1.000 Ada perusahaan pendatang baru yang sejenis 2.000 Kondisi cuaca yang kurang stabil 1.000 Sulitnya sumber pembiayaan 1.000
116
116
Lampiran 7. Rekapitulasi perhitungan rating faktor strategi internal dan eksternal CV. Mika Distrindo Tabel. Rekapitulasi perhitungan rating faktor strategi internal CV. Mika Distrindo Responden Responden Faktor Internal 1 2 Jumlah Rataan Bibit yang dihasilkan berkualitas baik 4.000 4.000 8.000 4.000 Teknologi proses produksi cukup baik 3.000 3.000 6.000 3.000 Produk mempunyai spesifikasi standar nasional 4.000 4.000 8.000 4.000 Usaha dijalankan langsung dan dipantau oleh pemilik 3.000 3.000 6.000 3.000 Tenaga kerja cukup terampil 3.000 3.000 6.000 3.000 Kekurangan permodalan untuk pengembangan usaha 1.000 1.000 2.000 1.000 Pemasaran belum optimal 2.000 1.000 3.000 1.500 Kurangnya promosi hasil produksi 2.000 2.000 4.000 2.000 Kapasitas produksi belum optimal 1.000 2.000 3.000 1.500 System manajemen organisasi belum mendukung 2.000 2.000 4.000 2.000 Total 25.000 25.000 50.000
Tabel. Rekapitulasi perhitungan rating faktor strategi eksternal CV. Mika Distrindo Responden Responden Faktor Eksternal 1 2 Jumlah Rataan Permintaan pasar cukup besar 4.000 4.000 8.000 4.000 Kemajuan teknologi dalam pembenihan 3.000 4.000 7.000 3.500 Mendorong berkembangnya sector perikanan 3.000 3.000 6.000 3.000 Meningkatnya daya beli bibit berkualitas 4.000 4.000 8.000 4.000 Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar 3.000 3.000 6.000 3.000 Keberadaan perusahaan lain yang sejenis 2.000 1.000 3.000 1.500 Kurangnya daya dukung pemerintah 1.000 2.000 3.000 1.500 Ada perusahaan pendatang baru yang sejenis 2.000 2.000 4.000 2.000 Kondisi cuaca yang kurang stabil 2.000 1.000 3.000 1.500 Sulitnya sumber pembiayaan 1.000 2.000 3.000 1.500 Total 25.000 26.000 51.000
117
117
Lampiran 8. Perhitungan bobot faktor strategi internal dan eksternal CV. Mika Distrindo Responden 1 Tabel. Perhitungan bobot faktor strategi internal CV. Mika Distrindo Faktor internal
A
Bibit yang dihasilkan berkualitas baik Teknologi proses produksi cukup baik Produk mempunyai spesifikasi standar nasional Usaha dijalankan langsung dan dipantau oleh pemilik
2
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Total
Rataan
2
2
1
2
3
2
3
2
1
18
0.101
1
3
2
2
3
1
2
1
17
0.096
2
2
3
2
1
3
1
19
0.107
3
1
2
1
2
2
17
0.096
3
2
2
2
1
17
0.096
3
1
3
3
18
0.101
3
2
2
17
0.096
1
2
19
0.107
2
17
0.096
19
0.107
2
3
3
1
2
Tenaga kerja cukup terampil Kekurangan permodalan untuk pengembangan usaha
2
2
2
1
1
2
1
3
1
Pemasaran belum optimal
2
1
2
2
2
1
Kurangnya promosi hasil produksi
1
3
3
3
2
3
1
Kapasitas produksi belum optimal System manajemen organisasi belum mendukung
2
2
1
2
2
1
2
3
3
1
3
2
3
1
2
2
2
18
17
17
19
19
18
19
17
19
15
178
1.000
Total
Tabel. Perhitungan bobot faktor strategi eksternal CV. Mika Distrindo Faktor Eksternal
A
Permintaan pasar cukup besar Kemajuan teknologi dalam pembenihan Mendorong berkembangnya sektor perikanan Meningkatnya daya beli bibit berkualitas Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar Keberadaan perusahaan lain yang sejenis
2
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Total
Rataan
2
2
3
2
2
1
2
3
3
20
0.111
3
2
3
2
3
1
2
3
21
0.117
1
2
2
1
2
3
2
16
0.089
2
2
3
1
2
1
17
0.094
3
1
3
1
2
17
0.094
2
1
1
3
16
0.089
2
3
2
20
0.111
2
3
21
0.117
3
18
0.100
14
0.078
180
1.000
2
1
1
2
3
2
1
2
2
2
2
2
2
1
Kurangnya daya dukung pemerintah Ada perusahaan pendatang baru yang sejenis
3
1
3
1
3
2
2
3
2
3
1
3
2
Kondisi cuaca yang kurang stabil
1
2
1
2
3
3
1
2
Sulitnya sumber pembiayaan
1
1
2
3
2
1
2
1
1
16
15
20
19
19
20
16
15
18
Total
22
118
118
Lanjutan Lampiran 8. Responden 2 Tabel. Perhitungan bobot faktor strategi internal CV. Mika Distrindo Faktor internal
A
Bibit yang dihasilkan berkualitas baik Teknologi proses produksi cukup baik Produk mempunyai spesifikasi standar nasional Usaha dijalankan langsung dan dipantau oleh pemilik
2
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Total
Rataan
2
2
1
2
3
3
1
2
1
17
0.094
3
2
2
3
2
1
2
2
19
0.106
1
2
2
2
3
3
2
18
0.100
1
3
3
2
2
2
21
0.117
2
2
1
2
1
17
0.094
3
3
3
2
18
0.100
3
2
2
16
0.089
3
3
20
0.111
3
16
0.089
18
0.100
2
1
3
2
3
Tenaga kerja cukup terampil Kekurangan permodalan untuk pengembangan usaha
2
2
2
3
1
1
2
1
2
Pemasaran belum optimal
1
2
2
1
2
1
Kurangnya promosi hasil produksi
3
3
1
2
3
1
1
Kapasitas produksi belum optimal System manajemen organisasi belum mendukung
2
2
1
2
2
1
2
1
3
2
2
2
3
2
2
1
1
19
17
18
15
19
18
20
16
20
18
180
1.000
Total
Tabel. Perhitungan bobot faktor strategi eksternal CV. Mika Distrindo Faktor Eksternal
A
Permintaan pasar cukup besar
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Total
Rataan
2
1
2
1
3
3
2
2
3
19
0.106
1
2
2
3
1
1
2
2
16
0.089
2
1
2
2
2
1
2
18
0.100
3
1
1
1
2
3
17
0.094
2
1
2
3
2
19
0.106
2
2
3
3
19
0.106
1
3
2
20
0.111
3
3
23
0.128
2
15
0.083
14
0.078
180
1.000
Kemajuan teknologi dalam pembenihan Mendorong berkembangnya sektor perikanan
2 3
3
Meningkatnya daya beli bibit berkualitas Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar
2
2
2
3
2
3
1
Keberadaan perusahaan lain yang sejenis
1
1
2
3
2
Kurangnya daya dukung pemerintah Ada perusahaan pendatang baru yang sejenis
1
3
2
3
3
2
2
3
2
3
2
2
3
Kondisi cuaca yang kurang stabil
2
2
3
2
1
1
1
1
Sulitnya sumber pembiayaan
1
2
2
1
2
1
2
1
2
17
20
18
19
17
17
16
13
21
Total
22
119
119
Lampiran 9. Rekapitulasi perhitungan bobot faktor strategi internal dan eksternal CV. Mika Distrindo Tabel. Rekapitulasi perhitungan bobot faktor strategi internal CV. Mika Distrindo Faktor Internal
Responden 1
Responden 2
Jumlah
Rataan
Bibit yang dihasilkan berkualitas baik
0.101
0.094
0.196
0.098
Teknologi proses produksi cukup baik Produk mempunyai spesifikasi standar nasional Usaha dijalankan langsung dan dipantau oleh pemilik
0.096
0.106
0.201
0.101
0.107
0.100
0.207
0.103
0.096
0.117
0.212
0.106
Tenaga kerja cukup terampil Kekurangan permodalan untuk pengembangan usaha
0.096
0.094
0.190
0.095
0.101
0.100
0.201
0.101
Pemasaran belum optimal
0.096
0.089
0.184
0.092
Kurangnya promosi hasil produksi
0.107
0.111
0.218
0.109
Kapasitas produksi belum optimal System manajemen organisasi belum mendukung
0.096
0.089
0.184
0.092
0.107
0.100
0.207
0.103
1.000
1.000
2.000
1.000
Total
Tabel. Rekapitulasi perhitungan bobot faktor strategi eksternal CV. Mika Distrindo Faktor Eksternal
Responden 1
Responden 2
Jumlah
Rataan
Permintaan pasar cukup besar
0.111
0.106
0.217
0.108
Kemajuan teknologi dalam pembenihan Mendorong berkembangnya sector perikanan
0.117
0.089
0.206
0.103
0.089
0.100
0.189
0.094
Meningkatnya daya beli bibit berkualitas Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar
0.094
0.094
0.189
0.094
0.094
0.106
0.200
0.100
Keberadaan perusahaan lain yang sejenis
0.089
0.106
0.194
0.097
Kurangnya daya dukung pemerintah Ada perusahaan pendatang baru yang sejenis
0.111
0.111
0.222
0.111
0.117
0.128
0.244
0.122
Kondisi cuaca yang kurang stabil
0.100
0.083
0.183
0.092
Sulitnya sumber pembiayaan
0.078
0.078
0.156
0.078
1.000
1.000
2.000
1.000
Total
1
1
Lampiran 10. Hasil perhitungan Matriks QSP CV. Mika Distrindo
Tabel. Matriks QSP Alternatif Strategi bobot (a)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
Strategi 7
Strategi 8
Strategi 9
Strategi 10
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
(b)
(axb)
(b)
(axb)
(b)
(axb)
(b)
(axb)
(b)
(axb)
(b)
(axb)
(b)
(axb)
(b)
(axb)
(b)
(axb)
(b)
(axb)
0.098
4.000
0.391
4.000
0.391
3.000
0.293
3.000
0.293
4.000
0.391
4.000
0.391
4.000
0.391
4.000
0.391
4.000
0.391
3.000
0.293
0.101
4.000
0.402
4.000
0.402
3.000
0.302
4.000
0.402
4.000
0.402
4.000
0.402
4.000
0.402
4.000
0.402
3.000
0.302
4.000
0.402
0.103
4.000
0.413
4.000
0.413
3.000
0.310
3.000
0.310
4.000
0.413
3.000
0.310
4.000
0.413
4.000
0.413
4.000
0.413
4.000
0.413
0.106
3.000
0.318
3.000
0.318
4.000
0.424
4.000
0.424
3.000
0.318
4.000
0.424
3.000
0.318
3.000
0.318
4.000
0.424
3.000
0.318
Tenaga kerja cukup terampil
0.095
3.000
0.285
3.000
0.285
4.000
0.380
4.000
0.380
3.000
0.285
3.000
0.285
4.000
0.380
4.000
0.380
3.000
0.285
3.000
0.285
Kelemahan Kekurangan permodalan untuk pengembangan usaha
0.101
2.000
0.201
1.000
0.101
2.000
0.201
2.000
0.201
2.000
0.201
2.000
0.201
2.000
0.201
1.000
0.101
1.000
0.101
2.000
0.201
Pemasaran belum optimal Kurangnya promosi hasil produksi
0.092
1.000
0.092
2.000
0.184
1.000
0.092
1.000
0.092
1.000
0.092
1.000
0.092
2.000
0.184
1.000
0.092
2.000
0.184
1.000
0.092
0.109
1.000
0.109
2.000
0.218
1.000
0.109
1.000
0.109
1.000
0.109
1.000
0.109
1.000
0.109
2.000
0.218
2.000
0.218
2.000
0.218
Kapasitas produksi belum optimal System manajemen organisasi belum mendukung
0.092
2.000
0.184
2.000
0.184
2.000
0.184
2.000
0.184
2.000
0.184
2.000
0.184
1.000
0.092
2.000
0.184
1.000
0.092
2.000
0.184
0.103
2.000
0.207
2.000
0.207
2.000
0.207
2.000
0.207
1.000
0.103
1.000
0.103
2.000
0.207
2.000
0.207
2.000
0.207
2.000
0.207
0.108
4.000
0.433
4.000
0.433
4.000
0.433
4.000
0.433
4.000
0.433
4.000
0.433
4.000
0.433
3.000
0.325
3.000
0.325
4.000
0.433
0.103
4.000
0.411
3.000
0.308
4.000
0.411
4.000
0.411
4.000
0.411
4.000
0.411
4.000
0.411
4.000
0.411
4.000
0.411
3.000
0.308
0.094
4.000
0.378
4.000
0.378
3.000
0.283
4.000
0.378
4.000
0.378
3.000
0.283
3.000
0.283
3.000
0.283
4.000
0.378
4.000
0.378
Faktor Kunci Kekuatan Bibit yang dihasilkan berkualitas baik Teknologi proses produksi cukup baik Produk mempunyai spesifikasi standar nasional Usaha dijalankan langsung dan dipantau oleh pemilik
Peluang Permintaan pasar cukup besar Kemajuan teknologi dalam pembenihan Mendorong berkembangnya sector perikanan
2
Meningkatnya daya beli bibit berkualitas Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar
2
0.094
4.000
0.378
4.000
0.378
3.000
0.283
3.000
0.283
3.000
0.283
3.000
0.283
4.000
0.378
4.000
0.378
4.000
0.378
3.000
0.283
0.100
3.000
0.300
3.000
0.300
3.000
0.300
4.000
0.400
4.000
0.400
3.000
0.300
3.000
0.300
3.000
0.300
3.000
0.300
3.000
0.300
0.097
2.000
0.194
2.000
0.194
2.000
0.194
2.000
0.194
1.000
0.097
2.000
0.194
2.000
0.194
2.000
0.194
2.000
0.194
2.000
0.194
0.111
1.000
0.111
1.000
0.111
2.000
0.222
1.000
0.111
2.000
0.222
1.000
0.111
1.000
0.111
1.000
0.111
2.000
0.222
1.000
0.111
0.122
2.000
0.244
2.000
0.244
2.000
0.244
2.000
0.244
1.000
0.122
1.000
0.122
2.000
0.244
2.000
0.244
2.000
0.244
2.000
0.244
Kondisi cuaca yang kurang stabil
0.092
2.000
0.183
1.000
0.092
1.000
0.092
2.000
0.183
1.000
0.092
1.000
0.092
1.000
0.092
2.000
0.183
1.000
0.092
1.000
0.092
Sulitnya sumber pembiayaan
0.078
1.000
0.078
2.000
0.156
2.000
0.156
2.000
0.156
2.000
0.156
2.000
0.156
1.000
0.078
1.000
0.078
1.000
0.078
2.000
0.156
Ancaman Keberadaan perusahaan lain yang sejenis Kurangnya daya dukung pemerintah Ada perusahaan pendatang baru yang sejenis
Total Nilai Daya Tarik
5.314
5.298
5.122
5.398
5.094
4.889
5.223
5.215
5.239
5.114
Urutan Prioritas Strategi
2
3
7
1
9
10
5
6
4
8
1
1