ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN YOGHURT DI PERUSAHAAN DAFARM KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
AULIYA SYAFRUL H34052695
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN AULIYA SYAFRUL. Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Yoghurt di Perusahaan Dafarm Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan IMAN FIRMANSYAH). Gaya hidup masyarakat dengan berbagai macam aktivitas dan kesibukannya serta ditunjang oleh perkembangan teknologi telah mengakibatkan perubahan pada cara pemenuhan akan makanan dan minuman. Kepraktisan dalam mengolah dan mengkonsumsi makanan dan minuman sudah menjadi kebutuhan masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi. Hal ini merupakan pendorong bagi industri makanan dan minuman jadi di Indonesia untuk tumbuh dengan baik. Selama tahun 2000 sampai dengan tahun 2007, pengeluaran penduduk Indonesia terhadap makanan dan minuman jadi selalu mengalami peningkatan dengan ratarata sebesar 23,6 persen per tahun. Salah satu produk minuman olahan yang banyak dijumpai di pasar adalah yoghurt. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2008) jumlah produksi yoghurt di Indonesia dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 terus mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan per tahunnya mencapai angka 56,97 persen. Salah satu perusahaan pembuatan yoghurt yang ada di Kabupaten Bogor adalah Dafarm yang didirikan pada tahun 2007. Permintaan yogurt buatan Dafarm semakin meningkat, rata-rata permintaan perbulannya mencapai 68.000 stik. Sedangkan saat ini Dafarm baru bisa memenuhi sekitar 40.000 stik perbulan. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan kapasitas produksi agar permintaan yang ada bisa terpenuhi. Dengan demikian, diperlukan analisis kelayakan usaha yang sedang berjalan saat ini dan kelayakan peningkatan kapasitas produksi baik dari aspek finansial maupun non finansial. Adanya pengalaman perusahaan berupa penurunan penjualan sebesar 36,57 persen dan kenaikan harga susu segar sebesar 12,5 persen membuat perusahaan perlu melakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui dampak yang terjadi terhadap kelayakan usaha secara finansial. Selain itu, diperlukan juga analisis switching value untuk mengetahui tingkat dari perubahan tersebut yang masih dapat diterima agar usaha mencapai titik impasnya. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis kelayakan usaha Dafarm dilihat dari aspek pasar, teknis, hukum, manajemen, serta sosial ekonomi dan lingkungan, (2) menganalisis kelayakan usaha pembuatan yoghurt Dafarm ditinjau dari aspek finansial, (3) menganalisis sensitivitas usaha Dafarm, apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2009. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait dan observasi langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dari hasil laporan perusahaan, artikel, studi literatur, internet, serta data dari lembaga terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS). Alat pengumpul data atau instrumentasi yang digunakan adalah alat pencatat dan alat perekam. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui
gambaran usaha dan untuk mengkaji aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial ekonomi dan lingkungan. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek finansial usaha. Analisis kuantitatif ini diolah dengan menggunakan software microsoft excel 2003. Analisis finansial dilakukan dengan mengolah data menggunakan kriteria kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Periode. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat kepekaan usaha dalam menghadapi kemungkinan perubahan-perubahan yang terjadi. Sedangkan analisis switching value dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana usaha ini layak untuk dijalankan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi seperti penurunan penjualan dan kenaikan harga bahan baku. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah usaha ini layak untuk dijalankan baik dari segi aspek finansial maupun aspek non finansial. Aspek pasar menunjukkan adanya permintaan yang cukup besar yang masih belum terpenuhi dan secara teknis tidak ada kendala yang menghambat untuk menjalankan usaha ini. Dari aspek manajemen, usaha pembuatan yoghurt telah memiliki struktur organisasi formal dan juga pembagian tugas yang jelas antara pemimpin dan karyawan, sehingga dapat dikatakan usaha tersebut layak untuk dijalankan. Secara hukum usaha ini telah memiliki izin usaha resmi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupten Bogor. Aspek sosial lingkungan menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena tidak menyebabkan pencemaran lingkungan dan tidak merugikan masyarakat sekitar. Aspek ekonomi menunjukkan bahwa terdapat kontribusi perusahaan terhadap perekonomian secara keseluruhan. Hasil analisis terhadap aspek finansial menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria investasi. Skenario I menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 55.324.877, Net B/C 1,56, IRR 19%, dan payback periode 5,92 tahun. Sedangkan skenario usaha II menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 83.147.143, Net B/C 1,80, IRR 24%, dan payback periode 5,11 tahun. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kedua skenario usaha tidak layak untuk dijalankan ketika mengalami penurunan penjualan 36,57%, tetapi ketika mengalami kenaikan harga susu segar sebesar 12,5%, usaha tersebut tetap layak untuk dijalankan. Analisis switching value mennjukkan bahwa perubahan penurunan penjualan yang masih dapat diterima agar usaha layak untuk dijalankan pada skenario usaha I adalah sebesar 29,477765%, sedangkan pada skenario usaha II adalah sebesar 34,889207%. Perubahan berupa kenaikan harga susu segar yang masih dapat diterima pada skenario usaha I adalah sebesar 20,072390% dan pada skenario usaha II adalah sebesar 26,006326%. Dari hasil analisis tersebut, perusahaan sebaiknya mengusahakan skenario usaha II yaitu dengan memanfaatkan kapasitas maksimal mesin produksi agar lebih menguntungkan. Berdasarkan hasil analisis switching value, penurunan jumlah penjualan sangat sensitif terhadap kelayakan usaha. Penurunan penjualan bisa disebabkan minimal oleh dua hal, yaitu munculnya saingan baru dan terbatasnya bahan baku. Oleh karena itu, solusi yang bisa ditempuh, diantaranya : (1) melakukan kontrak dengan supplier bahan baku dan tidak bergantung hanya pada satu supplier saja, (2) menghadirkan cita rasa yoghurt yang berbeda dari pesaing dan berusaha menjadi pemimpin harga, (3) menjalin hubungan purna jual yang baik dengan agen yang ada, (4) memperluas wilayah pemasaran.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN YOGHURT DI PERUSAHAAN DAFARM KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
AULIYA SYAFRUL H34052695
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi
: Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Yoghurt di Perusahaan Dafarm Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor
Nama
: Auliya Syafrul
NRP
: H34052695
Disetujui, Pembimbing
Drs. Iman Firmansyah, MSi NIP. 19620301 1988 031 001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 1984 031 002
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Yoghurt di Perusahaan Dafarm Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
Auliya Syafrul H34052695
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tanjung Pati, Sumatera Barat pada tanggal 21 Oktober 1986. penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Zul Asri dan Ibunda Leli Warnelis. Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat kanak-kanak pada tahun 1993 dari TK Bhayangkari 10 Tanjung Pati, pendidikan dasar di SD Negeri 20 Tanjung Pati diselesaikan pada tahun 1999, dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Koto Nan Gadang, Payakumbuh. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 2 Payakumbuh diselesaikan pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor dan penulis juga mengambil program minor Manajemen Fungsional di fakultas yang sama. Selama
menjadi mahasiswa penulis bergabung dengan beberapa
organisasi, diantaranya adalah Ikatan Keluarga Muslim TPB (IKMT) sebagai sekretaris, Sharia Economics Student Club (SES-C) FEM IPB sebagai staf divisi sumber daya insani, dan Forum Mahasiswa dan Studi Islam (FORMASI) FEM IPB sebagai sekretaris. Penulis memperoleh beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) selama menempuh perkuliahan di IPB.
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Pembuatan Yoghurt di Perusahaan Dafarm Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor”. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha Dafarm dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan menganalisis kelayakan finansial dan sensitivitas usaha Dafaram. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2010 Auliya Syafrul
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillahi rabbil alamin. Ash-Shalatu was salamu ‘ala rasulihi khatamil an-biya’ wal mursalin. Wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in. Sesungguhnya hanya kepada Allah kita memuji, memohon pertolongan, ampunan, petunjuk dan perlindungan dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan kita. Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi Mhammad saw yang telah mengantarkan manusia dari kegelapan jahiliyah kepada cahaya ilmu dan Islam. Ucapan terima kasih ingin penulis ucapkan kepada : 1) Papa dan Mama...the best parents for now and forever, thank you for always supporting and loving me..I dedicated this for both of you...Love you so much. 2) Drs. Iman Firmansyah, MSi selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, bantuan, dan waktu yang telah diberikan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi. 3) Etriya, SP, MM selaku dosen penguji utama yang telah berkenan memberikan saran, masukan dan koreksi dalam perbaikan skripsi penulis. 4) Ir. Harmini, MSi selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan yang berkenan memberikan saran, masukan dan koreksi dalam perbaikan skripsi penulis. 5) Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS, selaku dosen pembimbing akademik atas motivasi dan segala dukungan yang telah diberikan. 6) Adik-adik tersayang, Debi, Rizki, dan Welly, atas doa, dukungan, cinta, dan kasih sayang yang telah diberikan. 7) Bapak H. Ir. Nursyamsu Mahyuddin, MSi selaku pihak Darul Fallah atas kesediaan dan bantuannya selama penulis melakukan penelitian. 8) Mba Nurul selaku pihak Dafarm atas kesediaannya memberikan informasi dan membantu proses penelitian penulis. 9) Semua dosen Departemen Agribisnis dan Manajemen atas ilmu dan informasi yang telah diberikan. 10) Sekretariat Departemen Agribisnis (Ibu Ida, Mba Dian, Ibu Yoyoh, Pak Yusuf, Mas Hamid, dan Mas Pian) atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.
11) Seluruh teman-teman TPB B-17 dan B-18 angkatan 42 dan teman-teman lorong 6 gedung C2 asrama putra TPB IPB. 12) Teman-teman Gladikarya Kabupaten Majalengka, khususnya Kecamatan Tonjong (Ocha, Shinta, dan Noel). 13) Semua teman-teman AGB 42 mulai dari NRP H3405010 – H34054422. 14) Khairunnas atas pinjaman komputernya dan semua teman-teman di Depok. 15) Senior-senior Madani (Mas Hernowo, Mas Gangsar, Mas Bhakti, Mas Burhan, Mas Anang, Mas Rangga, Mas Didik, Mas Uki, Mas Hendro, Mas Triyadi, Mas Dimas, Mas Roni, Da Aji, Mas Irawan, Mas Wahyu, Mas Sandra, Mas Dani, Mas Surya, dan Mas Supra) atas bimbingan dan berbagi pengalamannya. 16) Teman-teman Madani 2010 (Dindin, Anas, Oyok, Yuda, Muja, Azan, Doni, Joko, Udin, Cahyo, Iqbal, Vicky, Miftah, Rendi, Arif, Uthe, dan Novan) atas bantuan, dukungan, dan doanya kepada penulis. 17) Keluarga Besar Citayam atas bimbingan, bantuan, dukungan, dan doanya. 18) Mak Tong, Mak Ami, Mak Ida, Ni Rina, Da on dan semua keluarga di Tanjung Pati atas dukungan, bantuan, dan doanya. 19) Doni, Mas Aryo, Mas Agresta, Mas Fauzan, Moe, Nazrul, Eko, Fatwa, Faris, Dena, Oci, serta semua sahabat dan keluarga di mana pun berada. 20) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas doa yang tulus, bantuan dan dukungan yang telah diberikan.
Bogor, Januari 2010 Auliya Syafrul
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL …………………………………………………...…..
Halaman iv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………...….
vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
vii
I.
PENDAHULUAN ............................................................................ 1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................
1 1 5 9 9 9
II.
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 2.1. Yoghurt ....................................................................................... 2.2. Jenis Yoghurt .............................................................................. 2.3. Manfaat Yoghurt ........................................................................ 2.4. Proses Pembuatan Yoghurt ........................................................ 2.5. Minuman Yoghurt ...................................................................... 2.6. Penelitian Terdahulu ...................................................................
10 10 11 12 14 16 17
III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................... 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ................................................ 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis ...................................................... 3.1.2. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis ............................... 3.1.3. Teori Biaya dan Manfaat ................................................... 3.1.4. Analisis kelayakan Investasi .............................................. 3.1.5. Analisis Finansial .............................................................. 3.1.6. Analisis Sensitivitas ........................................................... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ...............................................
20 20 20 21 23 24 25 26 26
IV. METODE PENELITIAN ............................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 4.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 4.4. Analisis Kelayakan Non Finansial ............................................. 4.5. Analisis Kelayakan Investasi ..................................................... 4.5.1. Net Present Value (NPV) .................................................. 4.5.2. Net Benefit and Cost Ratio ................................................ 4.5.3. Internal Rate of Return ….…………...………………….. 4.5.4. Payback Period ……....………………………………….. 4.6. Analisis Sensitivitas .................................................................... 4.7. Defenisi Operasional ………………………………………….. 4.8. Asumsi-asumsi untuk Analisis Finansial …………..………......
29 29 29 29 30 30 30 31 32 32 32 33 34
i
V.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .......................... ` 5.1. Gambaran Umum Wilayah ........................................................ 5.1.1. Kondisi Fisik Wilayah ...................................................... 5.1.2. Kondisi Kependudukan ..................................................... 5.1.3. Kondisi Pendidikan ........................................................... 5.1.4. Kondisi Pertanian dan Peternakan .................................... 5.1.5. Kondisi Perekonomian ...................................................... 5.2. Gambaran Umum Perusahaan .................................................... 5.2.1. Sejarah Singkat Unit Peternakan Daarul Falah ................. 5.2.2. Letak dan Kondisi Lahan ................................................. 5.2.3. Visi dan Misi Unit Peternakan Daarul Falah ................... 5.2.4. Unit Peternakan Daarul Falah ...........................................
36 36 36 37 38 39 40 40 40 41 42 42
VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL .......................... 6.1. Aspek Pasar ................................................................................ 6.1.1. Potensi Pasar .................................................................... 6.1.2. Strategi Pemasaran ............................................................ 6.1.3. Hasil Analisis Aspek Pasar .............................................. 6.2. Aspek Teknis .............................................................................. 6.2.1. Lokasi Usaha ..................................................................... 6.2.2. Skala Usaha ....................................................................... 6.2.3. Proses Produksi ................................................................. 6.2.4. Hasil Analisis Aspek Teknis ............................................. 6.3. Aspek Manajemen ...................................................................... 6.3.1. Manajemen Organisasi Perusahaan .................................. 6.3.2. Manajemen Sumberdaya Manusia .................................... 6.3.3. Hasil Analisis Aspek Manajemen ..................................... 6.4. Aspek Hukum ............................................................................. 6.4.1. Bentuk Badan Usaha ......................................................... 6.4.2. Izin Usaha ......................................................................... 6.5. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan ...................................
44 44 44 45 46 46 46 49 50 52 52 52 53 54 54 55 55 55
VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ..................................... 7.1. Analisis Kelayakan Finansial Skenario Usaha I ........................ 7.1.1. Inflow ................................................................................. 7.1.1.1. Penerimaan Penjualan ............................................ 7.1.1.2. Nilai Sisa (Salvage Value) ..................................... 7.1.2. Outflow ............................................................................. 7.1.2.1. Biaya Investasi ....................................................... 7.1.2.2. Biaya Reinvestasi ................................................... 7.1.2.3. Biaya Operasional .................................................. 7.1.2.4. Pajak Penghasilan ................................................. 7.1.3. Analisis Laba Rugi Usaha ................................................. 7.1.4. Analisis Kelayakan Finansial ............................................ 7.1.5. Analisis Sensitivitas ......................................................... 7.1.6. Analisis Switching Value ...................................................
57 57 58 58 59 60 60 62 63 65 66 68 69 70
ii
7.2. Analisis Kelayakan Finansial Skenario Usaha II ...................... 7.2.1. Inflow ................................................................................. 7.2.1.1. Penerimaan Penjualan ............................................ 7.2.1.2. Nilai Sisa (Salvage Value) ..................................... 7.2.2. Outflow ............................................................................. 7.2.2.1. Biaya Investasi ....................................................... 7.2.2.2. Biaya Reinvestasi .................................................. 7.2.2.3. Biaya Operasional ................................................. 7.2.2.4. Pajak Penghasilan ................................................. 7.2.3. Analisis Laba Rugi Usaha ................................................ 7.2.4. Analisis Kelayakan Finansial ............................................ 7.2.5. Analisis Sensitivitas .......................................................... 7.2.6. Analisis Switching Value ................................................. 7.3. Perbandingan Laba Rugi Usaha ................................................. 7.4. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Kedua Skenario Usaha ......................................................................................... 7.5. Perbandingan Hasil Sensitivitas Kedua Skenario Usaha ........... 7.6. Perbandingan Hasil Switching Value Kedua Skenario Usaha ....
72 72 72 73 73 74 76 77 78 79 81 82 83 84
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………... 8.1. Kesimpulan ………….......…………………………………….. 8.2. Saran …………..……………………………………………….
88 88 88
DAFTAR PUSTAKA .…………………………………………………..
91
LAMPIRAN ..............................................................................................
93
84 85 86
iii
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman
Pengeluaran Rata-rata Penduduk Indonesia terhadap Makanan dan Minuman Jadi Per Kapita Per Bulan Tahun 2000-2007 ...................
2
2.
Produksi Yoghurt di Indonesia Pada Tahun 2002-2005 ...................
4
3.
Volume Impor dan Ekspor Yoghurt Nasional Tahun 2004-2008 .....
4
4.
Konsumsi Ternak Per Kapita Per Tahun Produk Peternakan 20072008 ..................................................................................................
5
5.
Perkembangan Volume Penjualan Yoghurt Dafarm Tahun 2009 ....
6
6.
Daftar Merek Minuman Susu Fermentasi di Indonesia ......…..........
7
7.
Daftar Produsen Yoghurt di Kota dan Kabupaten Bogor Tahun 2009 ..................................................................................................
8
8.
Kandungan Gizi Susu dan Yoghurt Tiap 100 g ................................
13
9.
Jarak Antar Desa (Km) di Kecamatan Ciampea Tahun 2003 ...........
36
10.
Jumlah Penduduk dan Kepala keluarga di Kecamatan Ciampea Tahun 2007 .......................................................................................
37
Jumlah Penduduk (Jiwa) Kecamatan Ciampea Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2007 ...................................................................
38
12.
Jumlah Populasi Ternak di Kecamatan Ciampea Tahun 2007 .........
40
13.
Jumlah Sapi Perah dan Kambing Perah Unit Peternakan Daarul Falah Tahun 2009 ..............................................................................
43
14.
Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Skenario Usaha I ...................
59
15.
Nilai Sisa Investasi Dafarm pada Skenario Usaha I .........................
60
16.
Biaya Investasi pada Skenario Usaha I .............................................
61
17.
Biaya Reinvestasi Dafarm pada Skenario Usaha I ...........................
62
18.
Biaya Tetap Per Tahun Dafarm pada Skenario Usaha I ...................
63
19.
Biaya Variabel Dafarm Per Tahun pada Skenario Usaha I ...............
64
11.
iv
20.
Pajak Penghasilan Dafarm pada Skenario Usaha I ...........................
65
21.
Penyusutan Barang-barang Investasi pada Usaha Pembuatan Yoghurt Dafarm Skenario Usaha I ...................................................
67
22.
Hasil Analisis Kelayakan Finansial pada Skenario Usaha I .............
68
23.
Hasil Analisis Sensitivitas pada Skenario Usaha I ............................
70
24.
Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha I ...................
71
25.
Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Skenario Usaha II ..................
73
26.
Nilai Sisa Investasi Dafarm pada Skenario Usaha II ........................
73
27.
Biaya Investasi pada Skenario Usaha II ...........................................
75
28.
Biaya Reinvestasi Dafarm pada Skenario Usaha II ..........................
76
29.
Biaya Tetap Per Tahun Dafarm pada Skenario Usaha II ..................
77
30.
Biaya Variabel Dafarm Per Tahun pada Skenario Usaha II .............
78
31.
Pajak Penghasilan Dafarm pada Skenario Usaha II .........................
79
32.
Penyusutan Barang-barang Investasi pada Usaha Pembuatan Yoghurt Dafarm Skenario Usaha II ..................................................
80
33.
Hasil Analisis Kelayakan Finansial pada Skenario Usaha II ...........
81
34.
Hasil Analisis Sensitivitas pada Skenario Usaha II ..........................
82
35.
Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha II .................
83
36.
Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Kedua Skenario Usaha ...
84
37.
Perbandingan Hasil Sensitivitas Kedua Skenario Usaha .................
85
38.
Perbandingan Hasil Switching Value pada Kedua Skenario Usaha .
86
v
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Kerangka Pemikiran Operasional .....................................................
28
2.
Saluran Distribusi Yoghurt Dafarm ..................................................
45
3.
Proses Produksi Yoghurt Dafarm ………………………………….
51
4.
Struktur Organisasi Unit Peternakan PP Daarul Falah .....................
53
vi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Cashflow Skenario Usaha I ..............................................................
93
2.
Laporan Laba Rugi Skenario Usaha I ..............................................
95
3.
Analisis Sensitivitas Skenario Usaha I Penurunan Penjualan 36,57% ..............................................................................................
96
Analisis Sensitivitas Skenario Usaha I Kenaikan Harga Bahan Baku 12,5% …………………………………...................................
98
Switching Value Kenaikan Harga Susu 84,463046% Skenario Usaha I ..............................................................................................
100
Switching Value Penurunan Penjualan 40,219679% Skenario Usaha I ..............................................................................................
102
7.
Cashflow Skenario Usaha II .............................................................
104
8.
Laporan Laba Rugi Skenario Usaha II .............................................
106
9.
Analisis Sensitivitas Skenario Usaha II Penurunan Penjualan 36,57% ..............................................................................................
107
Analisis Sensitivitas Skenario Usaha II Kenaikan Harga Bahan Baku 12,5% …………………………………..................................
109
Switching Value Kenaikan Harga Susu 100,200418% Skenario Usaha II ............................................................................................
111
Switching Value Penurunan Penjualan 45,032791% Skenario Usaha II ............................................................................................
113
13.
Layout Ruang Produksi Dafarm ........................................................
115
14.
Foto Alat Produksi Dafarm ...............................................................
116
4.
5.
6.
10.
11.
12.
vii
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi mengakibatkan perubahan dalam masyarakat mulai dari gaya hidup sampai pada pola berpikir. Perubahan ini akan terus terjadi sejalan dengan dinamika teknologi. Kemajuan teknologi mempengaruhi efisiensi dan produktivitas di segala bidang termasuk pangan. Pertumbuhan industri pangan yang tidak terlepas dari perkembangan teknologi mengakibatkan terciptanya inovasi produk. Perubahan ini menyebabkan peningkatan tuntutan keragaman produk dan kepuasan konsumen. Gaya hidup masyarakat pada era modern saat ini dengan berbagai macam aktivitas serta kesibukannya, berpengaruh pada pemenuhan akan makanan dan minuman yang praktis. Kepraktisan dalam mengolah makanan telah menjadi kebutuhan masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi. Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi tersebut, memberikan peluang bagi para produsen untuk menciptakan keragaman produk. Saat ini hampir semua bahan makanan dapat diolah dan dikemas sehingga lebih praktis. Beberapa diantaranya adalah sayursayuran, buah-buahan, hingga makanan olahan seperti sosis, nugget dan kornet. Pangan tidak lagi hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar tubuh tetapi juga dapat bersifat fungsional, dimana hal ini menjadi awal munculnya konsep pangan fungsional yang akhir-akhir ini sangat populer. Secara umum pangan fungsional adalah pangan yang tidak hanya memberikan zat-zat esensial pada tubuh, tetapi juga memberikan efek perlindungan tubuh terhadap gangguan berbagai penyakit. Pangan fungsional telah melahirkan paradigma baru bagi perkembangan ilmu dan teknologi pangan, yaitu dilakukannya modifikasi produk olahan pangan menuju sifat fungsional (Hariyadi, 2005). Industri makanan dan minuman di Indonesia masih tumbuh dengan baik 1. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, tingkat pengeluaran rata-rata penduduk Indonesia terhadap makanan dan minuman jadi setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Adapun data pengeluaran rata-rata penduduk Indonesia terhadap makanan dan minuman jadi per kapita per bulan dapat dilihat pada Tabel 1. 1
http://www.hupelita.com/baca.php (diakses Agustus 2009)
Tabel 1. Pengeluaran Rata-rata Penduduk Indonesia terhadap Makanan dan Minuman Jadi Per Kapita Per Tahun Tahun 2000-2007 Pengeluaran Tahun Jumlah (Rp) Tren (Persen) 2000
8.535
-
2001
11.544
35.2
2002
20.012
75.3
2003
22.068
10.3
2004
24.202
9.7
2005
27.729
14.6
2006
30.169
8.8
2007
33.589
11.3
Sumber : BPS, 2007 (dalam Masrurah, 2009)
Pada Tabel 1 dapat dilihat pengeluaran rata-rata penduduk Indonesia terhadap makanan dan minuman jadi per kapita per tahun, selama periode delapan tahun atau dari tahun 2000 sampai tahun 2007 selalu mengalami peningkatan. Tren pengeluaran penduduk Indonesia terhadap makanan dan minuman jadi per kapita per tahun mengalami peningkatan rata-rata sebesar 23,6 persen. Kesadaran akan pentingnya kesehatan semakin meningkat seiring dengan majunya tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat. Hal ini berpengaruh terhadap penataan pola makan dalam upaya mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Pemilihan makanan tidak hanya didasarkan pada kelezatannya, tetapi juga khasiat yang terkandung dalam pangan tersebut. Pangan yang dikonsumsi harus memiliki efek yang menyehatkan. Banyak usaha yang ditempuh masyarakat agar kondisi fisiknya tetap baik atau tetap sehat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengkonsumsi minuman kesehatan. Produk minuman kesehatan digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu minuman berenergi, minuman isotonik dan minuman susu fermentasi2. Susu fermentasi merupakan produk olahan susu yang telah difermentasi dengan cara menginokulasikan bakteri (starter) pembentuk asam laktat (LAB).
2
Tria. K. 2007. Bugar dengan Minuman Kesehatan. http://www.jadilangsing.com (diakses Agustus 2009)
2
Tujuan utama diproduksinya susu fermentasi adalah untuk memperpanjang daya simpan susu karena mikroorganisme perusak sulit tumbuh pada suasana asam dan kondisi kental (Susilorini, 2006). Susu fermentasi menjadi salah satu pangan fungsional. Pangan fungsional adalah pangan yang tidak hanya memberikan zat-zat esensial pada tubuh, tetapi juga memberikan efek perlindungan bagi tubuh terhadap gangguan berbagai macam penyakit 3. Susu fermentasi dipercaya mengandung zat gizi yang baik serta memiliki khasiat terhadap kesehatan manusia terutama saluran pencernaan. Secara komersial, produk susu fermentasi telah banyak ditemui di pasar Indonesia seperti yoghurt dan kefir. Namun produk susu fermentasi lain seperti koumiss belum banyak dikenal4. Yoghurt selain memiliki flavor yang disukai ternyata juga memiliki dampak yang sangat baik bagi kesehatan. Hal ini dikarenakan yoghurt mengandung mikroba yang menguntungkan bagi kesehatan. Kemajuan teknologi mendukung produk seperti yoghurt untuk mengalami perubahan dan penambahan dengan unsur lain sehingga diklaim dapat meningkatkan kualitas kesehatan orang yang mengkonsumsinya. Berdasarkan laporan ACNielsen tahun 2003, minuman yoghurt merupakan produk yang memiliki pertumbuhan yang paling cepat diantara produk makanan dan minuman lainnya yang memiliki total penjualan sekitar satu milyar Dollar di seluruh dunia. Cina berada di daftar teratas yang memiliki laju pertumbuhan 49 persen setiap tahunnya5. Pertumbuhan minuman probiotik juga diperkuat laporan dari Datamonitor yang menunjukkan bahwa semua kategori pangan fungsional sedang mengalami perkembangan. Pertumbuhan tersebut diperkirakan akibat iklan yang gencar dan faktor produk yang disukai oleh konsumen. Data mengenai produksi yoghurt pada tahun 2002 sampai 2005 dapat dilihat pada Tabel 2.
3
Hariyadi. P. 2007. Mencermati Label dan Iklan Pangan. http://www.ipb.ac.id (diakses Agustus 2009) 4 Apriyantono. A. 2004. Susu Fermentasi. http://groups.yahoo.com.group/halal-baikenak/message/604 (diakses Agustus 2009) 5 Food Review. Minuman Probiotik Tumbuh Paling Cepat. Vol II. No 3. Maret 2007)
3
Tabel 2. Produksi Yoghurt di Indonesia Pada Tahun 2002-2005 Tahun Produksi (Liter) Nilai (000 Rp) Pertumbuhan (%) 2002
1.039.279
8.985.642
-
2003
1.536.824
11.356.826
26.39
2004
1.682.642
13.475.394
18.65
2005
1.765.031
30.438.258
125.88
Sumber : BPS, 2008
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat produksi yoghurt mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat berdampak positif karena dengan laju pertumbuhan yang semakin meningkat tersebut mengindikasikan bahwa kemungkinan ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, diantaranya adalah semakin meningkatnya tingkat konsumsi yoghurt atau dapat juga semakin banyaknya produsen yoghurt sehingga produksinya meningkat. Semakin meningkatnya kebutuhan yoghurt dalam negeri salah satunya dapat dilihat dari semakin besarnya nilai impor yoghurt dan semakin kecilnya nilai ekspor yoghurt. Secara keseluruhan, Departemen Perindustrian mencatat jumlah impor yoghurt nasional yang selalu meningkat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Pada tahun 2008 memang terjadi penurunan jumlah impor yoghurt, tetapi hal ini juga diimbangi oleh peningkatan jumlah ekspor yoghurt. Data tentang volume impor dan ekspor yoghurt nasional bisa dilihat di Tabel 3. Tabel 3. Volume Impor dan Ekspor Yoghurt Nasional Tahun 2004-2008 Impor Ekspor No Tahun Berat (Kg) Nilai (US$) Berat (Kg) Nilai (US$) 1. 2004 172.027 244.769 704.763 878.43 2.
2005
169.396
293.988
336.982
743.494
3.
2006
713.311
712.768
146.341
213.335
4.
2007
1.481.554
1.502.598
126.046
284.045
5.
2008 (Jan-Okt)
734.985
770.089
234.861
660.077
Sumber: Departemen Perindustrian,2009 (dalam Indriyani, 2009)
Berdasarkan Tabel 3 tersebut, dapat dilihat bahwa dari tahun 2006, volume impor yoghurt selalu lebih tinggi dari nilai ekspornya. Hal ini bisa menjelaskan bahwa kebutuhan yoghurt nasional lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan produksi dalam negeri. Sedangkan pada tahun 2008, volume ekspor mengalami
4
peningkatan sebesar 112,18 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai ekspor yang meningkat ini menunjukkan bahwa industri dalam negeri yang mulai berkembang. Salah satu perusahaan yoghurt yang berada di Kabupaten Bogor adalah Dafarm, tepatnya perusahaan ini berada di Kecamatan Ciampea. Perusahaan Dafarm merupakan bagian dari unit usaha peternakan Pondok Pesantren Darul Fallah yang telah beroperasi selama 2 tahun. Karena perusahaan tersebut relatif masih baru dan belum pernah dilakukan studi kelayakan terhadap usaha yang sedang dijalankannya, maka diperlukan adanya studi kelayakan mengenai Dafarm untuk melihat kelayakan dan kelangsungan usahanya. 1.2. Perumusan Masalah Pembangunan sumber daya manusia yang unggul membutuhkan berbagai faktor pendukung, salah satu faktor tersebut adalah asupan gizi yang baik. Diantara makanan atau minuman yang dibutuhkan untuk mendapatkan asupan gizi yang baik adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi. Kandungan gizinya lengkap dan sifat gizinya mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Saat ini, konsumsi susu masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Konsumsi susu per kapita per tahun masyarakat Indonesia hanya sekitar 7 liter per tahun, sedangkan konsumsi susu masyarakat Eropa mencapai 100 liter per tahun. Data tentang konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia bisa dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Konsumsi Ternak Per Kapita Per Tahun Produk Peternakan 2007-2008 Tahun No Komoditi 2007 2008 1
Daging (Kg)
8,37
7,75
2
Telur (Kg)
20,64
17,42
3
Susu (Kg)
7,12
6,92
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2009
Dari Tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa konsumsi susu pada tahun 2008 lebih rendah dari tahun 2007. Rendahnya konsumsi susu tersebut bisa diakibatkan oleh image masyarakat yang menganggap susu sebagai komoditi yang mahal dan
5
mewah. Sebagai solusi dari masalah ini diperlukan adanya produk susu yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, khususnya oleh kalangan menengah ke bawah. Salah satu produk susu dengan harga yang cukup murah adalah yoghurt buatan Dafarm. Yoghurt ini dijual dengan harga Rp 500 untuk kemasan 45 ml dan Rp 1.000 untuk kemasan 80 ml. Harga ini cukup terjangkau oleh anak sekolah yang merupakan target pasar utama Dafarm saat ini. Dafarm merupakan salah satu pemain baru dalam industri susu di Kabupaten Bogor atau tepatnya di Kecamatan Ciampea. Dafarm hadir dengan produknya yaitu yoghurt untuk memenuhi peningkatan kebutuhan akan pangan. Adanya perbedaan yang besar antara angka konsumsi dengan angka produksi susu ini merupakan peluang yang sangat baik bagi Dafarm untuk mengembangkan usahanya. Selain itu, potensi pengembangan atau peningkatan produksi yoghurt di Dafarm sendiri juga terlihat dari permintaan yoghurt oleh para distributor yang setiap minggu rata-rata meminta sebanyak 17.000 stik atau sebanyak 68.000 stik per bulan. Sedangkan selama lima bulan pertama di tahun 2009 ini Dafarm baru bisa memproduksi rata-rata 27.220 stik setiap bulannya. Artinya Dafarm sejauh ini baru mampu memenuhi sekitar 40% dari total permintaan yang ada. Disini terlihat adanya gap yang besar antara permintaan dan pemenuhan permintan. Data tentang volume penjualan yoghurt Dafarm tahun 2009 bisa dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Volume Penjualan Yoghurt Dafarm Tahun 2009 Bulan Jumlah Penjualan (Stik) Jumlah Penjualan (Liter) Januari
25.360
887,60
Februari
31.060
1.141,70
Maret
46.050
1.650,25
April
10.712
374,92
Mei
22.920
802,20
Sumber : Dafarm, 2009
Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran produk yoghurt Dafarm tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Dengan demikian, pasar dapat menyerap seluruh yoghurt yang diproduksi oleh
6
perusahaan. Saat ini permintaan yang ada lebih banyak datang dari para distributor untuk dipasarkan ke beberapa daerah seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, sedangkan yang langsung di pasarkan ke konsumen hanya sekitar 5 persen saja. Meskipun demikian, produk yang ditawarkan Dafarm harus mampu memposisikan diri sebagai produk yang terjangkau dan berbeda dengan produk susu fermentasi lain yang beredar di Indonesia. Adapun beberapa merek minuman susu fermentasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 6. Daftar Merek Minuman Susu Fermentasi di Indonesia Merek Produsen Yakult
PT. Yakult Indonesia Persada
Vitacharm
PT. Pola Sehat Industri
Activia
PT. Danone Indonesia
Bio Kul
PT. Diamond Cold Storage
Yo’lite
PT. Cisarua Mountain Dairy
Nice
PT. Indomurni Dairy Industry
Duton Milk
PT. Nirwana Lestari
Calpico
PT. Milko Beverage Industry
Elle & Vire
PT. Sukanda Djaya
Emmi
PT. Indoguna Utama
Queen Yoghurt
Perusahaan Queen Bandung
Taurus Bio Yoghurt
PT. Fajar Taurus Indonesia
Sumber : Masrurah, 2009
Berbagai merek susu fermentasi yang ada di Tabel 4 sebenarnya tidak langsung menjadi pesaing Dafarm karena segmen pasar mereka dan Dafarm berbeda. Tetapi semua merek tersebut bisa mengancam pasar Dafarm seandainya mereka juga memasuki pasar menengah ke bawah. Selain pesaing-pesaing yang telah berskala nasional tersebut, Dafarm juga menghadapi persaingan dari produsen skala lokal. Ada beberapa produsen yoghurt baik yang tercatat pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan karena memiliki TDI (Tanda Daftar Industri) maupun yang berskala home industry yang menjadi pesaing Dafarm di
7
wilayah Bogor. Nama-nama produsen pesaing Dafarm yang berada di wilayah Bogor tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 7. Daftar Produsen Yoghurt di Kota dan Kabupaten Bogor Tahun 2009 No
Nama Perusahaan
1
PT Fajar Ahad Mandiri
2
Riri Yoghurt
3
Murita Yoghurt
4
PP Darul Fallah (Dafarm) PT Bambino Boga Persada PT Trias Sukses Dinamika
5 6
Alamat Usaha Desa Banjarwangi, Kec. Ciawi Desa Pasir Buncir, Kec. Caringin Desa Pasir Buncir, Kec. Caringin Desa Cibanteng, Kec. Ciampea Jalan Pajajaran, Bogor Timur Jalan Raya Tajur
Kapasitas Produksi Terpasang per Tahun (L) 20.000 9.000 8.000 20.000 6.000 31.500
Sumber: Indriyani (2009)
Karena itu diperlukan analisis studi kelayakan mengenai Dafarm untuk melihat kelayakan dan kelangsungan usaha dalam menghadapi persaingan agar eksistensinya di industri minuman jadi tetap terjaga. Selain menganalisis kelayakan usaha yang ada saat ini, dalam penelitian ini juga dilakukan analisis tentang pengembangan usaha dengan meningkatkan kapasitas produksi. Peningkatan kapasitas produksi ini diperlukan untuk memenuhi permintaan pasar yang masih tersedia dan juga untuk memanfaatkan kapasitas produksi mesin yang masih belum terpakai. Permintaan pasar yoghurt Dafarm baru bisa dipenuhi sekitar 40 persen selama 5 bulan pertama di tahun 2009. Sementara itu, kapasitas produksi terpasang yang dimiliki Dafarm adalah sekitar 1.700 liter per bulan, sedangkan yang terpakai saat ini baru 1.400 liter per bulan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian sebagai berikut : 1) Bagaimana kelayakan usaha Dafarm dilihat dari aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, dan aspek pasar? 2) Bagaimana kelayakan finansial usaha Dafarm, apabila usaha ini dilakukan dalam 2 pola, yaitu pola I adalah usaha yang telah dilaksanakan saat ini, dan pola II adalah pengembangan usaha dengan memanfaatkan kapasitas maksimal mesin produksi?
8
3) Bagaimana sensitivitas usaha Dafarm, apabila terjadi perubahan pada faktorfaktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis kelayakan usaha Dafarm dilihat dari aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, dan aspek pasar. 2) Menganalisis kelayakan finansial usaha Dafarm, apabila usaha ini dilakukan dalam 2 pola, yaitu pola I adalah usaha yang telah dilaksanakan saat ini, dan pola II adalah pengembangan usaha dengan memanfaatkan kapasitas maksimal mesin produksi. 3) Menganalisis sensitivitas usaha Dafarm, apabila terjadi perubahan pada faktorfaktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat : 1) Sebagai bahan masukan informasi bagi perusahaan untuk melihat kelayakan usaha yang sedang dijalankan dan kelayakan pengembangan usaha serta sensitivitas usahaa guna mempertahankan posisi perusahaan pada tempat yang kompetitif dalam industri makanan dan minuman jadi. 2) Sebagai bahan referensi atau informasi untuk penelitian selanjutnya mengenai Studi Kelayakan Bisnis. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian . Penelitian ini dilaksanakan di Dafarm, yaitu unit usaha peternakan Pondok Pesantren Darul Fallah yang berlokasi di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Fokus penelitian yaitu pada analisis kelayakan usaha pengolahan susu segar menjadi yagurt ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan serta aspek finansial.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Yoghurt Yoghurt didefinisikan sebagai produk yang diperoleh dari susu yang telah dipasteurisasi, kemudian difermentasi dengan bakteri sampai diperoleh keasaman bau dan rasa yang khas, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan. Definisi lain mengenai yoghurt dikemukakan oleh Rahayu dan Sudarmadji (1998). Yoghurt adalah bahan pangan hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgarius dan Streptococcus thermophilus) yang mempunyai flavor khas, tekstur semi padat dan halus, kompak dengan rasa asam yang segar. Hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat tersebut menghasilkan bentuk atau konsistensi yang menyerupai pudding. Secara sederhana fermentasi didefinisikan sebagai proses menghasilkan suatu produk dengan memanfaatkan jasa mikroorganisme (sering disebut juga dengan mikroba). Fermentasi merupakan metode tertua pengolahan susu yang mampu memperpanjang masa simpan susu. Pengolahan susu menjadi yoghurt telah dikembangkan kurang lebih 2.000 tahun yang lalu oleh penduduk Balkan. Namun manfaat yoghurt bagi kesehatan baru mulai populer pada tahun 1908 ketika seorang peneliti berkebangsaan Rusia bernama Ellie Metchnikoff membuat hipotesis yang mengatakan bahwa ada hubungan erat antara umur panjang penduduk kawasan Balkan dengan kebiasaan mereka mengkonsumsi susu fermentasi. Menurut Metchnikoff, dengan mengkonsumsi yoghurt maka akan meningkatkan jumlah bakteri baik di dalam sistem pencernaan khususnya usus halus. Oleh karena itu, para pengkonsumsi yoghurt umumnya jarang menderita penyakit akibat cemaran mikroba, seperti influenza dan diare. Fakta penduduk Balkan yang ditemukan Metchnikoff tersebut kemudian melahirkan teori panjang usia dan tetap awet muda (Metchnikoff longevity-without-aging theory)6. Hasil temuan Metchnikoff tersebut menimbulkan kesadaran pentingnya mengkonsumsi yoghurt di seluruh dunia.
6
Efi. Manfaat Yoghurt. 2007. http://nuwowaway.multiply.com/reviews/item/13 (diakses Agustus 2009)
Saat ini minuman yoghurt sudah dikenal oleh banyak bangsa dan berkembang ke seluruh dunia. Berikut terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut produk yoghurt dari beberapa negara di antaranya adalah Jugurt (Turki), Dahee (India), Filmjolk (Skandinavia), Tarho (Hongaria), Naja (Bulgaria), Kissel mleka (Balkan), Zabady (Mesir dan Sudan), Mast (Iran), Roba (Irak), Mazun (Armenia), Tiaourti (Yunani), Cieddu (Italia), Mezzoradu (Sisilia), Fiili (Finlandia), dan Leban (Libanon). Negara-negara seperti Turki, Perancis, Mesir, India, Yunani, Bulgaria dan Rusia telah menggunakan yoghurt sebagai minuman sehari-hari, bahkan yoghurt digunakan dalam berbagai bentuk menu masakan. Contoh menu masakan yang menggunakan yoghurt adalah Shish Kebab atau Satai khas Turki, Pilaf (nasi berbumbu khas Turki), Tandoori (daging/ayam panggang dari India). Di negaranegara Eropa khususnya Perancis, yoghurt sering dijadikan pengganti krim, baik krim pekat (double cream) maupun krim encer (single cream). 2.2. Jenis Yoghurt Beberapa jenis susu fermentasi diantaranya adalah yoghurt, susu asidofilus, kefir dan koumiss. Namun tidak semua beredar di Indonesia dalam bentuk siap minum. Bakteri Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgarius dan Streptococcus thermophilus sebagai kultur starter. Yoghurt dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan perbedaan metode pembuatannya, tipe yoghurt dibagi menjadi dua jenis, yaitu set yoghurt dan stirred yoghurt. Klasifikasi ini berdasarkan pada sistem pembuatannya dan struktur fisik dari koagulan. Set yoghurt adalah produk dimana pada waktu inkubasi atau fermentasi susu berada dalam kemasan kecil, sehingga memungkinkan koagulannya tidak berubah (Rahman et al., 1992). Sedangkan pada pembuatan yoghurt stirred, proses fermentasi susu dilakukan pada tangki atau wadah yang besar dan setelah inkubasi barulah produk dikemas dalam kemasan kecil, sehingga memungkinkan koagulannya rusak atau pecah sebelum pendinginan dan pengemasan selesai (Helferich dan Westhoff dalam Rahman et al., 1992). Berdasarkan kadar lemaknya yoghurt dibagi menjadi : (1) yoghurt berkadar lemak penuh (di atas 3.0 persen), (2) yoghurt medium (0.5-3.0 persen)
11
dan (3) yoghurt berkadar lemak rendah (0.5 atau kurang). Sedangkan berdasarkan kekentalannya, yoghurt dikenal ada dua macam, yaitu puding yoghurt yang bersifat kental dan drink yoghurt yang berasal dari pengenceran yoghurt hasil fermentasi serta penurunan pH sampai mencapai kurang dari empat dan penambahan stabilizer. Penambahan gula untuk meningkatkan cita rasa, serta pemanasan untuk meningkatkan daya simpan. Terakhir dilakukan pengemasan dengan kemasan cup plastik dan pasteurisasi untuk memperpanjang daya simpan. Minuman yoghurt merupakan suatu emulsi. Ukuran partikel emulsi yang optimum adalah nol koma lima sampai satu koma lima mikron, dan pada ukuran partikel lima koma nol sampai sepuluh koma nol mikron yoghurt yang dihasilkan bersifat kasar (Sutheim dalam Setiawan, 2006). Sedangkan berdasarkan flavornya yoghurt dibedakan menjadi : natural yoghurt atau plain yoghurt, yaitu yoghurt tanpa penambahan flavor lain sehingga rasa asamnya sangat tajam, dan fruit yoghurt, yaitu yoghurt yang diberi flavor atau jus buah dan zat pewarna. Menurut Rahman et al. (1992), masih sering dijumpai produk-produk yoghurt lain yang telah dimodifikasi, antara lain : 1) Yoghurt pasteurisasi, yaitu yoghurt yang setelah proses inkubasi lalu dipasteurisasi untuk memperpanjang umur simpannya. 2) Yoghurt beku, yaitu yoghurt yang disimpan pada suhu beku. 3) Dietic yoghurt, yaitu yoghurt yang dibuat dengan rendah kalori, rendah laktosa, ataupun ditambahkan vitamin atau protein. 4) Konsentrat yoghurt, yaitu yoghurt dengan total padatan sekitar 24 persen atau yoghurt kering dengan total padatan sekitar 90 sampai 94 persen. 2.3. Manfaat Yoghurt Yoghurt pada umumnya mengandung komposisi gizi atau nutrisi yang hampir sama dengan komponen susu segar sebagai bahan baku utamanya. Namun terdapat komponen lain sebagai hasil aktivitas bakteri yoghurt. Terdapat beberapa peningkatan dan penurunan terhadap asam amino tertentu selama terjadinya proses fermentasi, tetapi perubahan yang terjadi tidak signifikan (Helferich dan Westhoff, 1980). Dalam yoghurt terkandung Kalori, Protein, Karbohidrat, Kalsium dan Potasium yang lebih tinggi dibandingkan susu segar, tetapi kandungan lemaknya
12
lebih rendah. Hasil analisis kandungan gizi susu dan yoghurt oleh Tamime dan Robinson dapat dilihat pada Tabe 6. Tabel 8. Kandungan Gizi Susu dan Yoghurt Tiap 100 g No Kandungan (unit/100 g) Susu
Yoghurt
1
Kalori
67,5
72
2
Protein (g)
3,5
3,9
3
Lemak (g)
4,25
3,4
4
Karbohidrat (g)
4,75
4,9
5
Kalsium (mg)
119
145
6
Sodium (mg)
50
47
7
Potassium (mg)
152
186
Sumber : Tamime dan Robinson, 1989
Yoghurt dapat mensuplai hampir seluruh asam amino esensial dan nutrisi lainnya, tetapi yoghurt tidak cukup mengandung vitamin C, vitamin B komplek dan mineral besi (Helferich dan Westhoff, 1980). Vitamin B komplek akan digunakan oleh bakteri dalam proses fermentasi, sehingga yoghurt akan kekurangan vitamin B komlek. Yoghurt dipercaya dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia. Bakteri baik yang terdapat dalam yoghurt sangat diperlukan untuk membantu jalannya pencernaan. Di dalam saluran usus manusia terdapat lebih dari 100 triliyun bakteri yang terdiri dari sekitar 100 spesies. Bakteri-bakteri tersebut bersama dengan mikroba lain secara kolektif membentuk kelompok masyarakat mikroba di dalam tubuh manusia yang disebut mikroflora usus atau kadang-kadang secara singkat hanya disebut sebagi flora usus (Winarno et al, 2003). Menurut Winarno et al. (2003), mikroflora usus mengandung bakteri tertentu yang dapat digolongkan dalam kelompok yang membantu kesehatan dan kelompok lain yang bersifat patogen. Jika jumlah bakteri yang merugikan (patogen) melebihi jumlah bakteri yang menguntungkan, maka akan terjadi gangguan pada pencernaan dan mengganggu sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan sakit.
13
Banyak spesies bakteri yang menguntungkan bagi kesehatan, sebagian besar merupakan bakteri asam laktat (Lactobacilli, Streptococci, Enterococci, dan Bifidobacteria). Beberapa bakteri asam laktat telah diketahui mampu menekan produksi senyawa karsinogen dalam usus dan mampu menstimulasi immune response sedemikian rupa sehingga fungsi pencegahan kanker dan berbagai penyakit infeksi dapat ditangani. Menurut Robinson (1999), terdapat beberapa efek kesehatan (Theraupetic purposes) yang telah dibuktikan dengan mengkonsumsi susu fermentasi, yaitu : memacu pertumbuhan karena dapat meningkatkan pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi, dapat mengurangi atau membunuh bakteri jahat dalam saluran pencernaan, dapat menormalkan kerja usus besar (mengatasi konstipasi dan diare), memiliki efek anti kanker, dapat mengatasi masalah Lactose intolerance, berperan dalam detoksifikasi dan mengatasi stress, serta mengontrol kadar kolesterol dalam darah dan tekan darah. Lactose intolerance merupakan suatu gejala tidak tahan terhadap laktosa susu sehingga menyebabkan diare. Hal ini disebabkan defisiensi atau kekurangan enzim pencerna laktase. Enzim laktase diperlukan untuk memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Menurut Winarno et al. (2003), susu yang telah mengalami fermentasi dapat menurunkan 25 persen kadar laktosa yang ada, sehingga tersisa sekitar 75 persen. Hasilnya, penderita Lactose intolerance dapat mengkonsumsi produk fermentasi susu, dengan tidak menyebabkan gejala-gejala yang merugikan. 2.4. Proses Pembuatan Yoghurt Yogurt secara tradisional dibuat dengan cara memanaskan susu sampai volumenya menjadi dua pertiga dari volume sebelumnya. Starter yang digunakan adalah yoghurt dari hasil produksi sebelumnya, serta diinkubasi pada suhu kamar sampai terbentuk koagulum yang kompak atau biasanya berjangka waktu sampai satu malam (Puspitasari, 1996). Pada pembuatan yoghurt diperlukan beberapa persiapan dan pengolahan awal sampai didapatkan susu yang siap untuk difermentasi dan menghasilkan yoghurt. Persiapan yang dilakukan meliputi pelarutan susu sapi dan gula,
14
pemanasan awal, homogenisasi, pasteurisasi, pendinginan, penambahan kultur starter dan inkubasi (Tamime dan Robinson, 1989). Pelarutan dilakukan dengan cara memasukkan susu sapi dan gula ke dalam wadah sambil diaduk secara perlahan sampai merata. Susu sapi yang telah dilarutkan dengan gula dipanaskan sampai suhunya mencapai 70°C. Perlakuan pemanasan tersebut diperlukan sebagai proses pemanasan awal sebelum masuk ke mesin homogen (homogenizer) (Tamime dan Robinson, 1989). Proses homogenisasi dilakukan dengan menggunakan mesin homogen (homogenizer) dengan tekanan sebesar 2400 Psi. Tujuan dilakukannya proses homogenisasi adalah untuk menurunkan diameter rata-rata globula lemak menjadi kurang dari 2 mikron, memperbaiki viskositas yoghurt karena terjadi peningkatan absorbsi globula lemak terhadap misel kasein, menurunkan sineresis, susu menjadi lebih putih dan menjamin campuran lebih homogen (Tamime dan Robinson, 1989). Pasteurisasi dilakukan pada suhu 85-90°C selama 15 menit. Proses pasteurisasi susu sebelum fermentasi bertujuan untuk (1) mendenaturasi whey protein (albumin dan globulin) agar susu yang dihasilkan lebih kental, (2) menghilangkan kandungan mikroba awal yang terdapat dalam susu agar pertumbuhan dari mikroba starter tidak tersaingi pada masa pertumbuhan, (3) mengurangi jumlah O2 dalam susu, yang secara normal bersifat mikroaerofilik sehingga bakteri yoghurt dapat berkembang biak dengan baik dan (4) merusak protein dalam batas-batas tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah oleh kultur yoghurt untuk pertumbuhannya (Tamime dan Robinson, 1989). Pendinginan dilakukan untuk menurunkan suhu susu pasca pasteurisasi secara cepat dan menyiapkan suhu susu untuk proses fermentasi yaitu antara 4045°C. Suhu tersebut merupakan suhu yang paling optimum untuk media pertumbuhan starter yoghurt yang ditambahkan (Puspadewi, 2005). Penambahan kultur starter ke dalam susu menggunakan dosis yang telah ditentukan sebelumnya. Kultur starter yang ditambahkan merupakan kultur campuran
yang
terdiri
dari Lactobacilus
bulgarius
dan
Streptococcus
thermophilus (Puspadewi, 2005).
15
Inkubasi merupakan proses fermentasi yang dilakukan di dalam inkubator yang suhunya diatur pada kisaran 40-45°C. Proses fermentasi (inkubasi) dihentikan setelah terbentuk struktur susu yang menggumpal dan memiliki karakteristik pH atau derajat keasaman antara 4,4-4,6. Hasil fermentasi susu tersebut dinamakan stirred yoghurt yang sudah jadi disimpan pada suhu dingin (refrigerator) (Tamime dan Robinson, 1989). 2.5. Minuman Yoghurt Minuman yoghurt diperoleh dari pengenceran yoghurt hasil fermentasi serta penurunan pH sampai mencapai < 4 dan penambahan stabilizer. Dilakukan penambahan gula untuk meningkatkan cita rasa, serta pemanasan untuk meningkatkan daya simpan. Terakhir dilakukan pengemasan dengan kemasan cup plastik dan pasteurisasi untuk memperpanjang daya simpan. Minuman yoghurt merupakan suatu emulsi. Ukuran partikel emulsi yang optimum adalah 0,5-1,5 mikron, dan pada ukuran partikel 5,0-10,0 mikron yoghurt yang dihasilkan bersifat kasar. Selama proses pengolahan, terutama pengemasan dengan kemasan cup plastik, yaitu sebelum dicup, minuman yoghurt diberi perlakuan pasteurisasi. Demikian juga cup beserta plastiknya harus disterilisasi terlebih dahulu agar tidak menjadi sumber kontaminan. Kontaminan berupa jasad renik dapat menyebabkan kerusakan yang tidak diinginkan. Pasteurisasi adalah pemanasan pada suhu di bawah 100°C selama waktu tertentu dengan tujuan untuk membunuh mikroba patogen dan sebagian mikroba penyebab kebusukan. Pasteurisasi minuman biasanya dilakukan pada suhu antara 75-80°C selama 30 menit, yaitu tanpa ditutup terlebih dahulu agar udara dapat keluar dari minuman (exhausting). Exhausting perlu dilakukan pada minuman untuk mencegah oksidasi oleh O2 dan menciptakan suasana anaerob di dalam minuman. Setelah waktu pemanasan selesai, cup langsung ditutup lalu didinginkan secara cepat dengan udara untuk mencegah pertumbuhan spora-spora jasad renik. Suhu dan waktu pasteurisasi untuk setiap jenis minuman berbeda-beda, tergantung dari derajat keasamannya (pH). Semakin tinggi pH, semakin tinggi suhu dan waktu yang diperlukan. Minuman yoghurt tergolong minuman berasam tinggi karena mempunyai pH di bawah 4,0. Makanan yang tergolong ke dalam asam tinggi
16
tidak dirusak oleh bakteri pembentuk spora, sehingga tidak diperlukan proses sterilisasi, cukup dengan proses pasteurisasi. 2.6. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai yoghurt sebelumnya pernah dilakukan oleh Artayati Harnasari (2009). Penelitian tersebut berjudul Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Cimory Yoghurt Drink Shop Bogor. Tujuan dari pnelitiannya adalah untuk mengidentifikasi karakteristik umum konsumen yoghurt, menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut produk yoghurt, dan merumuskan alternatif strategi pemasaran yoghurt Cimory. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa karakteristik umum responden Cimory Yoghurt Drink dilihat dari segi demografis adalah kalangan muda yang sebagian besar adalah perempuan. Rata-rata responden berusia 20-24 tahun (30%), telah menikah (52%) dan berdomisili di Jakarta. Motivasi responden dalam mengkonsumsi Cimory Yoghurt Drink adalah manfaat kesehatan pencernaan. Hasil analisis tingkat kepentingan dan kinerja menunjukkan atribut yang memiliki peringkat kinerja tertinggi adalah pilihan rasa, sedangkan atribut yang memiliki peringkat kinerja terendah adalah volume. Atribut yang perlu dipertahankan adalah pilihan rasa, kandungan nutrisi dan informasi produk (label halal, izin BPOM RI dan tanggal kadaluarsa. Strategi pemasaran yang direkomendasikan antara lain membuat age group dengan segmentasi yang tepat untuk mendapatkan pasar potensial. Risman (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pemasaran Produk Dafa Yoghurt pada Unit Pengolahan Peternakan Yayasan Darul Fallah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, mengemukakan bahwa hasil analisis IFE menunjukkan UUP Dafa memiliki posisi internal yang stabil dengan faktor kekuatan yang paling berpengaruh adalah kualitas produk yang baik, sedangkan faktor kelemahan adalah kurangnya diversifikasi produk serta kemasan kurang menarik. Hasil analisis EFE terhadap lingkungan eksternal didapat faktor peluang yang mempengaruhi pemasaran adalah pangsa pasar yang masih luas serta ancaman yang dihadapi oleh UPP Dafa adalah isu produk yoghurt yang mengandung melamin. Hasil analisis matrik IE menempatkan UPP Dafa pada kuadran ke V, yaitu strategi Hold and Maintain (jaga dan pertahankan). Hasil
17
analisis SWOT menghasilkan enam alternatif strategi yang dapat dijalankan UPP Dafa yaitu : 1) Mempertahankan kualitas produk untuk menarik pelanggan, 2) Menjalankan kerjasama dengan investor untuk perolehan modal, 3) Menambah jaringan distribusi melalui kerjasama dengan agen-agen baru, 4) Melakukan riset pemasaran, 5) Mempertahankan harga jual produk yang murah, dan 6) Melakukan promosi produk yang lebih gencar dan efektif. Strategi pemasaran yang diperoleh adalah kegiatan promosi yang harus dioptimalkan melalui media massa maupun media cetak untuk menjangkau segmentasi, terget dan posisi yang telah ditentukan oleh perusahaan. Inovasi produk perlu dilakukan dengan tetap mempertahankan kualitas, harga jual yang murah dan melakukan kerjasama dengan agen baru. Simatupang (2004) melakukan penelitian tentang analisis kelayakan investasi pengembangan kemasan yoghurt menggunakan kemasan semi kaku pada CV. Bintang Tiga. Tujuan penilitiannya antara lain menganalisis tingkat kelayakan investasi pengembangan kemasan yoghurt dengan menggunakan kemasan semi kaku. Hasilnya, berdasarkan hasil analisis kelayakan investasi diperoleh bahwa proyek ini layak untuk dijalankan baik dari aspek pasar , teknis, organisasi, dan finansial. Tingkat IRR yang diperoleh adalah sebesar 74,28 persen, Net B/C yang diperoleh sebesar 2,42 dan masa pembayaran kembali selama 1 tahun 8 bulan. Analisis
sensitivitas
dengan
berbagai
kombinasi
skenario
pada
peningkatan dan penurunan penjualan sebesar 10 persen, peningkatan biaya operasional sebesar 21 persen dan perubahan tingkat suku bunga menjadi 27 persen, menunjukkan proyek ini umumnya layak untuk dijalankan. Analisis switching value menghasilkan proyek masih memberikan keuntungan jika terjadi penurunan pada tingkat penjualan maksimal sebesar 31,42 persen, masih memberikan keuntungan jika terjadi peningkatan harga susu bubuk maksimal 125,27 persen dan masih memberikan keuntungan jika terjadi kenaikan harga gula maksimal 616,56 persen. Walaupun ketiga penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian penulis dalam hal produk yang diteliti yaitu yoghurt, namun terdapat perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan beberapa penelitian di atas, misalnya pada penelitian Artayati Harnasari (2009) yang diteliti
18
dari produk yoghurt tersebut adalah karakteristik konsumen yoghurt, kepuasan konsumen dan strategi pemasaran yang tepat untuk produk yoghurt yang diteliti. Tidak ada kesamaan metodologi antara penelitian Artayati dengan penelitian penulis, karena penelitian ini mengkaji kelayakan usaha yang menggunakan analisis aspek non finansial dan aspek finansial, sedangkan penelitian Artayati menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk mangkaji kepuasan konsumen. Adapun perbedaan dengan penelitian Risman (2009) adalah pada topik yang menjadi fokus kajian. Walaupun sama-sama meneliti perusahaan yoghurt Dafarm, tetapi penelitian Risman (2009) mengambil topik tentang strategi pemasaran produk yoghurt yang dihasilkan oleh Dafarm, sedangkan penelitian ini mengambil topik tentang kelayakan usaha Dafarm saat ini dan kelayakan pengembangan usaha tersebut dengan menambah kapasitas produksi. Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Simatupang memang memiliki kesamaan dalam hal komoditi dengan penelitian yang dilakukan penulis, tetapi terdapat perbedaan dalam hal aspek yang diteliti. Simatupang (2004) dalam penelitiannya fokus pada aspek pengembangan kemasan yoghurt menggunakan kemasan semi kaku sedangkan penulis fokus pada aspek pengembangan kapasitas produksi yoghurt.
19
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Yoghurt Yoghurt didefinisikan sebagai produk yang diperoleh dari susu yang telah dipasteurisasi, kemudian difermentasi dengan bakteri sampai diperoleh keasaman bau dan rasa yang khas, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan. Definisi lain mengenai yoghurt dikemukakan oleh Rahayu dan Sudarmadji (1998). Yoghurt adalah bahan pangan hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgarius dan Streptococcus thermophilus) yang mempunyai flavor khas, tekstur semi padat dan halus, kompak dengan rasa asam yang segar. Hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat tersebut menghasilkan bentuk atau konsistensi yang menyerupai pudding. Secara sederhana fermentasi didefinisikan sebagai proses menghasilkan suatu produk dengan memanfaatkan jasa mikroorganisme (sering disebut juga dengan mikroba). Fermentasi merupakan metode tertua pengolahan susu yang mampu memperpanjang masa simpan susu. Pengolahan susu menjadi yoghurt telah dikembangkan kurang lebih 2.000 tahun yang lalu oleh penduduk Balkan. Namun manfaat yoghurt bagi kesehatan baru mulai populer pada tahun 1908 ketika seorang peneliti berkebangsaan Rusia bernama Ellie Metchnikoff membuat hipotesis yang mengatakan bahwa ada hubungan erat antara umur panjang penduduk kawasan Balkan dengan kebiasaan mereka mengkonsumsi susu fermentasi. Menurut Metchnikoff, dengan mengkonsumsi yoghurt maka akan meningkatkan jumlah bakteri baik di dalam sistem pencernaan khususnya usus halus. Oleh karena itu, para pengkonsumsi yoghurt umumnya jarang menderita penyakit akibat cemaran mikroba, seperti influenza dan diare. Fakta penduduk Balkan yang ditemukan Metchnikoff tersebut kemudian melahirkan teori panjang usia dan tetap awet muda (Metchnikoff longevity-without-aging theory)6. Hasil temuan Metchnikoff tersebut menimbulkan kesadaran pentingnya mengkonsumsi yoghurt di seluruh dunia.
6
Efi. Manfaat Yoghurt. 2007. http://nuwowaway.multiply.com/reviews/item/13 (diakses Agustus 2009)
Saat ini minuman yoghurt sudah dikenal oleh banyak bangsa dan berkembang ke seluruh dunia. Berikut terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut produk yoghurt dari beberapa negara di antaranya adalah Jugurt (Turki), Dahee (India), Filmjolk (Skandinavia), Tarho (Hongaria), Naja (Bulgaria), Kissel mleka (Balkan), Zabady (Mesir dan Sudan), Mast (Iran), Roba (Irak), Mazun (Armenia), Tiaourti (Yunani), Cieddu (Italia), Mezzoradu (Sisilia), Fiili (Finlandia), dan Leban (Libanon). Negara-negara seperti Turki, Perancis, Mesir, India, Yunani, Bulgaria dan Rusia telah menggunakan yoghurt sebagai minuman sehari-hari, bahkan yoghurt digunakan dalam berbagai bentuk menu masakan. Contoh menu masakan yang menggunakan yoghurt adalah Shish Kebab atau Satai khas Turki, Pilaf (nasi berbumbu khas Turki), Tandoori (daging/ayam panggang dari India). Di negaranegara Eropa khususnya Perancis, yoghurt sering dijadikan pengganti krim, baik krim pekat (double cream) maupun krim encer (single cream). 2.2. Jenis Yoghurt Beberapa jenis susu fermentasi diantaranya adalah yoghurt, susu asidofilus, kefir dan koumiss. Namun tidak semua beredar di Indonesia dalam bentuk siap minum. Bakteri Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgarius dan Streptococcus thermophilus sebagai kultur starter. Yoghurt dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan perbedaan metode pembuatannya, tipe yoghurt dibagi menjadi dua jenis, yaitu set yoghurt dan stirred yoghurt. Klasifikasi ini berdasarkan pada sistem pembuatannya dan struktur fisik dari koagulan. Set yoghurt adalah produk dimana pada waktu inkubasi atau fermentasi susu berada dalam kemasan kecil, sehingga memungkinkan koagulannya tidak berubah (Rahman et al., 1992). Sedangkan pada pembuatan yoghurt stirred, proses fermentasi susu dilakukan pada tangki atau wadah yang besar dan setelah inkubasi barulah produk dikemas dalam kemasan kecil, sehingga memungkinkan koagulannya rusak atau pecah sebelum pendinginan dan pengemasan selesai (Helferich dan Westhoff dalam Rahman et al., 1992). Berdasarkan kadar lemaknya yoghurt dibagi menjadi : (1) yoghurt berkadar lemak penuh (di atas 3.0 persen), (2) yoghurt medium (0.5-3.0 persen)
11
dan (3) yoghurt berkadar lemak rendah (0.5 atau kurang). Sedangkan berdasarkan kekentalannya, yoghurt dikenal ada dua macam, yaitu puding yoghurt yang bersifat kental dan drink yoghurt yang berasal dari pengenceran yoghurt hasil fermentasi serta penurunan pH sampai mencapai kurang dari empat dan penambahan stabilizer. Penambahan gula untuk meningkatkan cita rasa, serta pemanasan untuk meningkatkan daya simpan. Terakhir dilakukan pengemasan dengan kemasan cup plastik dan pasteurisasi untuk memperpanjang daya simpan. Minuman yoghurt merupakan suatu emulsi. Ukuran partikel emulsi yang optimum adalah nol koma lima sampai satu koma lima mikron, dan pada ukuran partikel lima koma nol sampai sepuluh koma nol mikron yoghurt yang dihasilkan bersifat kasar (Sutheim dalam Setiawan, 2006). Sedangkan berdasarkan flavornya yoghurt dibedakan menjadi : natural yoghurt atau plain yoghurt, yaitu yoghurt tanpa penambahan flavor lain sehingga rasa asamnya sangat tajam, dan fruit yoghurt, yaitu yoghurt yang diberi flavor atau jus buah dan zat pewarna. Menurut Rahman et al. (1992), masih sering dijumpai produk-produk yoghurt lain yang telah dimodifikasi, antara lain : 1) Yoghurt pasteurisasi, yaitu yoghurt yang setelah proses inkubasi lalu dipasteurisasi untuk memperpanjang umur simpannya. 2) Yoghurt beku, yaitu yoghurt yang disimpan pada suhu beku. 3) Dietic yoghurt, yaitu yoghurt yang dibuat dengan rendah kalori, rendah laktosa, ataupun ditambahkan vitamin atau protein. 4) Konsentrat yoghurt, yaitu yoghurt dengan total padatan sekitar 24 persen atau yoghurt kering dengan total padatan sekitar 90 sampai 94 persen. 2.3. Manfaat Yoghurt Yoghurt pada umumnya mengandung komposisi gizi atau nutrisi yang hampir sama dengan komponen susu segar sebagai bahan baku utamanya. Namun terdapat komponen lain sebagai hasil aktivitas bakteri yoghurt. Terdapat beberapa peningkatan dan penurunan terhadap asam amino tertentu selama terjadinya proses fermentasi, tetapi perubahan yang terjadi tidak signifikan (Helferich dan Westhoff, 1980). Dalam yoghurt terkandung Kalori, Protein, Karbohidrat, Kalsium dan Potasium yang lebih tinggi dibandingkan susu segar, tetapi kandungan lemaknya
12
lebih rendah. Hasil analisis kandungan gizi susu dan yoghurt oleh Tamime dan Robinson dapat dilihat pada Tabe 6. Tabel 8. Kandungan Gizi Susu dan Yoghurt Tiap 100 g No Kandungan (unit/100 g) Susu
Yoghurt
1
Kalori
67,5
72
2
Protein (g)
3,5
3,9
3
Lemak (g)
4,25
3,4
4
Karbohidrat (g)
4,75
4,9
5
Kalsium (mg)
119
145
6
Sodium (mg)
50
47
7
Potassium (mg)
152
186
Sumber : Tamime dan Robinson, 1989
Yoghurt dapat mensuplai hampir seluruh asam amino esensial dan nutrisi lainnya, tetapi yoghurt tidak cukup mengandung vitamin C, vitamin B komplek dan mineral besi (Helferich dan Westhoff, 1980). Vitamin B komplek akan digunakan oleh bakteri dalam proses fermentasi, sehingga yoghurt akan kekurangan vitamin B komlek. Yoghurt dipercaya dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia. Bakteri baik yang terdapat dalam yoghurt sangat diperlukan untuk membantu jalannya pencernaan. Di dalam saluran usus manusia terdapat lebih dari 100 triliyun bakteri yang terdiri dari sekitar 100 spesies. Bakteri-bakteri tersebut bersama dengan mikroba lain secara kolektif membentuk kelompok masyarakat mikroba di dalam tubuh manusia yang disebut mikroflora usus atau kadang-kadang secara singkat hanya disebut sebagi flora usus (Winarno et al, 2003). Menurut Winarno et al. (2003), mikroflora usus mengandung bakteri tertentu yang dapat digolongkan dalam kelompok yang membantu kesehatan dan kelompok lain yang bersifat patogen. Jika jumlah bakteri yang merugikan (patogen) melebihi jumlah bakteri yang menguntungkan, maka akan terjadi gangguan pada pencernaan dan mengganggu sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan sakit.
13
Banyak spesies bakteri yang menguntungkan bagi kesehatan, sebagian besar merupakan bakteri asam laktat (Lactobacilli, Streptococci, Enterococci, dan Bifidobacteria). Beberapa bakteri asam laktat telah diketahui mampu menekan produksi senyawa karsinogen dalam usus dan mampu menstimulasi immune response sedemikian rupa sehingga fungsi pencegahan kanker dan berbagai penyakit infeksi dapat ditangani. Menurut Robinson (1999), terdapat beberapa efek kesehatan (Theraupetic purposes) yang telah dibuktikan dengan mengkonsumsi susu fermentasi, yaitu : memacu pertumbuhan karena dapat meningkatkan pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi, dapat mengurangi atau membunuh bakteri jahat dalam saluran pencernaan, dapat menormalkan kerja usus besar (mengatasi konstipasi dan diare), memiliki efek anti kanker, dapat mengatasi masalah Lactose intolerance, berperan dalam detoksifikasi dan mengatasi stress, serta mengontrol kadar kolesterol dalam darah dan tekan darah. Lactose intolerance merupakan suatu gejala tidak tahan terhadap laktosa susu sehingga menyebabkan diare. Hal ini disebabkan defisiensi atau kekurangan enzim pencerna laktase. Enzim laktase diperlukan untuk memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Menurut Winarno et al. (2003), susu yang telah mengalami fermentasi dapat menurunkan 25 persen kadar laktosa yang ada, sehingga tersisa sekitar 75 persen. Hasilnya, penderita Lactose intolerance dapat mengkonsumsi produk fermentasi susu, dengan tidak menyebabkan gejala-gejala yang merugikan. 2.4. Proses Pembuatan Yoghurt Yogurt secara tradisional dibuat dengan cara memanaskan susu sampai volumenya menjadi dua pertiga dari volume sebelumnya. Starter yang digunakan adalah yoghurt dari hasil produksi sebelumnya, serta diinkubasi pada suhu kamar sampai terbentuk koagulum yang kompak atau biasanya berjangka waktu sampai satu malam (Puspitasari, 1996). Pada pembuatan yoghurt diperlukan beberapa persiapan dan pengolahan awal sampai didapatkan susu yang siap untuk difermentasi dan menghasilkan yoghurt. Persiapan yang dilakukan meliputi pelarutan susu sapi dan gula,
14
pemanasan awal, homogenisasi, pasteurisasi, pendinginan, penambahan kultur starter dan inkubasi (Tamime dan Robinson, 1989). Pelarutan dilakukan dengan cara memasukkan susu sapi dan gula ke dalam wadah sambil diaduk secara perlahan sampai merata. Susu sapi yang telah dilarutkan dengan gula dipanaskan sampai suhunya mencapai 70°C. Perlakuan pemanasan tersebut diperlukan sebagai proses pemanasan awal sebelum masuk ke mesin homogen (homogenizer) (Tamime dan Robinson, 1989). Proses homogenisasi dilakukan dengan menggunakan mesin homogen (homogenizer) dengan tekanan sebesar 2400 Psi. Tujuan dilakukannya proses homogenisasi adalah untuk menurunkan diameter rata-rata globula lemak menjadi kurang dari 2 mikron, memperbaiki viskositas yoghurt karena terjadi peningkatan absorbsi globula lemak terhadap misel kasein, menurunkan sineresis, susu menjadi lebih putih dan menjamin campuran lebih homogen (Tamime dan Robinson, 1989). Pasteurisasi dilakukan pada suhu 85-90°C selama 15 menit. Proses pasteurisasi susu sebelum fermentasi bertujuan untuk (1) mendenaturasi whey protein (albumin dan globulin) agar susu yang dihasilkan lebih kental, (2) menghilangkan kandungan mikroba awal yang terdapat dalam susu agar pertumbuhan dari mikroba starter tidak tersaingi pada masa pertumbuhan, (3) mengurangi jumlah O2 dalam susu, yang secara normal bersifat mikroaerofilik sehingga bakteri yoghurt dapat berkembang biak dengan baik dan (4) merusak protein dalam batas-batas tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah oleh kultur yoghurt untuk pertumbuhannya (Tamime dan Robinson, 1989). Pendinginan dilakukan untuk menurunkan suhu susu pasca pasteurisasi secara cepat dan menyiapkan suhu susu untuk proses fermentasi yaitu antara 4045°C. Suhu tersebut merupakan suhu yang paling optimum untuk media pertumbuhan starter yoghurt yang ditambahkan (Puspadewi, 2005). Penambahan kultur starter ke dalam susu menggunakan dosis yang telah ditentukan sebelumnya. Kultur starter yang ditambahkan merupakan kultur campuran
yang
terdiri
dari Lactobacilus
bulgarius
dan
Streptococcus
thermophilus (Puspadewi, 2005).
15
Inkubasi merupakan proses fermentasi yang dilakukan di dalam inkubator yang suhunya diatur pada kisaran 40-45°C. Proses fermentasi (inkubasi) dihentikan setelah terbentuk struktur susu yang menggumpal dan memiliki karakteristik pH atau derajat keasaman antara 4,4-4,6. Hasil fermentasi susu tersebut dinamakan stirred yoghurt yang sudah jadi disimpan pada suhu dingin (refrigerator) (Tamime dan Robinson, 1989). 2.5. Minuman Yoghurt Minuman yoghurt diperoleh dari pengenceran yoghurt hasil fermentasi serta penurunan pH sampai mencapai < 4 dan penambahan stabilizer. Dilakukan penambahan gula untuk meningkatkan cita rasa, serta pemanasan untuk meningkatkan daya simpan. Terakhir dilakukan pengemasan dengan kemasan cup plastik dan pasteurisasi untuk memperpanjang daya simpan. Minuman yoghurt merupakan suatu emulsi. Ukuran partikel emulsi yang optimum adalah 0,5-1,5 mikron, dan pada ukuran partikel 5,0-10,0 mikron yoghurt yang dihasilkan bersifat kasar. Selama proses pengolahan, terutama pengemasan dengan kemasan cup plastik, yaitu sebelum dicup, minuman yoghurt diberi perlakuan pasteurisasi. Demikian juga cup beserta plastiknya harus disterilisasi terlebih dahulu agar tidak menjadi sumber kontaminan. Kontaminan berupa jasad renik dapat menyebabkan kerusakan yang tidak diinginkan. Pasteurisasi adalah pemanasan pada suhu di bawah 100°C selama waktu tertentu dengan tujuan untuk membunuh mikroba patogen dan sebagian mikroba penyebab kebusukan. Pasteurisasi minuman biasanya dilakukan pada suhu antara 75-80°C selama 30 menit, yaitu tanpa ditutup terlebih dahulu agar udara dapat keluar dari minuman (exhausting). Exhausting perlu dilakukan pada minuman untuk mencegah oksidasi oleh O2 dan menciptakan suasana anaerob di dalam minuman. Setelah waktu pemanasan selesai, cup langsung ditutup lalu didinginkan secara cepat dengan udara untuk mencegah pertumbuhan spora-spora jasad renik. Suhu dan waktu pasteurisasi untuk setiap jenis minuman berbeda-beda, tergantung dari derajat keasamannya (pH). Semakin tinggi pH, semakin tinggi suhu dan waktu yang diperlukan. Minuman yoghurt tergolong minuman berasam tinggi karena mempunyai pH di bawah 4,0. Makanan yang tergolong ke dalam asam tinggi
16
tidak dirusak oleh bakteri pembentuk spora, sehingga tidak diperlukan proses sterilisasi, cukup dengan proses pasteurisasi. 2.6. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai yoghurt sebelumnya pernah dilakukan oleh Artayati Harnasari (2009). Penelitian tersebut berjudul Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Cimory Yoghurt Drink Shop Bogor. Tujuan dari pnelitiannya adalah untuk mengidentifikasi karakteristik umum konsumen yoghurt, menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut produk yoghurt, dan merumuskan alternatif strategi pemasaran yoghurt Cimory. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa karakteristik umum responden Cimory Yoghurt Drink dilihat dari segi demografis adalah kalangan muda yang sebagian besar adalah perempuan. Rata-rata responden berusia 20-24 tahun (30%), telah menikah (52%) dan berdomisili di Jakarta. Motivasi responden dalam mengkonsumsi Cimory Yoghurt Drink adalah manfaat kesehatan pencernaan. Hasil analisis tingkat kepentingan dan kinerja menunjukkan atribut yang memiliki peringkat kinerja tertinggi adalah pilihan rasa, sedangkan atribut yang memiliki peringkat kinerja terendah adalah volume. Atribut yang perlu dipertahankan adalah pilihan rasa, kandungan nutrisi dan informasi produk (label halal, izin BPOM RI dan tanggal kadaluarsa. Strategi pemasaran yang direkomendasikan antara lain membuat age group dengan segmentasi yang tepat untuk mendapatkan pasar potensial. Risman (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pemasaran Produk Dafa Yoghurt pada Unit Pengolahan Peternakan Yayasan Darul Fallah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, mengemukakan bahwa hasil analisis IFE menunjukkan UUP Dafa memiliki posisi internal yang stabil dengan faktor kekuatan yang paling berpengaruh adalah kualitas produk yang baik, sedangkan faktor kelemahan adalah kurangnya diversifikasi produk serta kemasan kurang menarik. Hasil analisis EFE terhadap lingkungan eksternal didapat faktor peluang yang mempengaruhi pemasaran adalah pangsa pasar yang masih luas serta ancaman yang dihadapi oleh UPP Dafa adalah isu produk yoghurt yang mengandung melamin. Hasil analisis matrik IE menempatkan UPP Dafa pada kuadran ke V, yaitu strategi Hold and Maintain (jaga dan pertahankan). Hasil
17
analisis SWOT menghasilkan enam alternatif strategi yang dapat dijalankan UPP Dafa yaitu : 1) Mempertahankan kualitas produk untuk menarik pelanggan, 2) Menjalankan kerjasama dengan investor untuk perolehan modal, 3) Menambah jaringan distribusi melalui kerjasama dengan agen-agen baru, 4) Melakukan riset pemasaran, 5) Mempertahankan harga jual produk yang murah, dan 6) Melakukan promosi produk yang lebih gencar dan efektif. Strategi pemasaran yang diperoleh adalah kegiatan promosi yang harus dioptimalkan melalui media massa maupun media cetak untuk menjangkau segmentasi, terget dan posisi yang telah ditentukan oleh perusahaan. Inovasi produk perlu dilakukan dengan tetap mempertahankan kualitas, harga jual yang murah dan melakukan kerjasama dengan agen baru. Simatupang (2004) melakukan penelitian tentang analisis kelayakan investasi pengembangan kemasan yoghurt menggunakan kemasan semi kaku pada CV. Bintang Tiga. Tujuan penilitiannya antara lain menganalisis tingkat kelayakan investasi pengembangan kemasan yoghurt dengan menggunakan kemasan semi kaku. Hasilnya, berdasarkan hasil analisis kelayakan investasi diperoleh bahwa proyek ini layak untuk dijalankan baik dari aspek pasar , teknis, organisasi, dan finansial. Tingkat IRR yang diperoleh adalah sebesar 74,28 persen, Net B/C yang diperoleh sebesar 2,42 dan masa pembayaran kembali selama 1 tahun 8 bulan. Analisis
sensitivitas
dengan
berbagai
kombinasi
skenario
pada
peningkatan dan penurunan penjualan sebesar 10 persen, peningkatan biaya operasional sebesar 21 persen dan perubahan tingkat suku bunga menjadi 27 persen, menunjukkan proyek ini umumnya layak untuk dijalankan. Analisis switching value menghasilkan proyek masih memberikan keuntungan jika terjadi penurunan pada tingkat penjualan maksimal sebesar 31,42 persen, masih memberikan keuntungan jika terjadi peningkatan harga susu bubuk maksimal 125,27 persen dan masih memberikan keuntungan jika terjadi kenaikan harga gula maksimal 616,56 persen. Walaupun ketiga penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian penulis dalam hal produk yang diteliti yaitu yoghurt, namun terdapat perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan beberapa penelitian di atas, misalnya pada penelitian Artayati Harnasari (2009) yang diteliti
18
dari produk yoghurt tersebut adalah karakteristik konsumen yoghurt, kepuasan konsumen dan strategi pemasaran yang tepat untuk produk yoghurt yang diteliti. Tidak ada kesamaan metodologi antara penelitian Artayati dengan penelitian penulis, karena penelitian ini mengkaji kelayakan usaha yang menggunakan analisis aspek non finansial dan aspek finansial, sedangkan penelitian Artayati menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk mangkaji kepuasan konsumen. Adapun perbedaan dengan penelitian Risman (2009) adalah pada topik yang menjadi fokus kajian. Walaupun sama-sama meneliti perusahaan yoghurt Dafarm, tetapi penelitian Risman (2009) mengambil topik tentang strategi pemasaran produk yoghurt yang dihasilkan oleh Dafarm, sedangkan penelitian ini mengambil topik tentang kelayakan usaha Dafarm saat ini dan kelayakan pengembangan usaha tersebut dengan menambah kapasitas produksi. Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Simatupang memang memiliki kesamaan dalam hal komoditi dengan penelitian yang dilakukan penulis, tetapi terdapat perbedaan dalam hal aspek yang diteliti. Simatupang (2004) dalam penelitiannya fokus pada aspek pengembangan kemasan yoghurt menggunakan kemasan semi kaku sedangkan penulis fokus pada aspek pengembangan kapasitas produksi yoghurt.
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri di mana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka (Umar, 2007). Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan (Kasmir, 2003). Sementara itu, menurut Umar (2007), studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk baru. Sedangkan Subagyo (2007) menyebutkan studi kelayakan bila diletakkan pada objek pendirian sebuah usaha baru disebut studi kelayakan proyek. Jika objeknya adalah pengembangan usaha-berarti usaha sudah berjalan, namun direncanakan ada pengembangan-studi kelayakannya disebut studi kelayakan bisnis. Secara umum, tujuan penyusunan studi kelayakan adalah mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut : 1) Apakah produk yang akan ditawarkan marketable atau tidak? 2) Dari sisi produksi, apakah secara teknis dapat dilakukan dan sustainable? 3) Dari sudut pandang manajemen, apakah bisnis tersebut efektif dan efisien? 4) Ditinjau dari sisi hukum, apakah termasuk usaha yang legal atau ilegal? 5) Dari sisi keuangan, apakah bisnis tersebut profitable atau tidak? Jika jawabannya adalah marketable, sustainable, efektif dan efisien, legal dan provitable, berarti bisnis tersebut layak (layak untuk dibiayai/diberikan kredit/didirikan/dan atau disetujui izinnya) (Subagyo, 2007).
Menurut Husnan dan Suwarsono (1994), tahap-tahap untuk melakukan investasi usaha adalah sebagai berikut : 1) Identifikasi Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut. 2) Perumusan Tahap perumusan merupakan tahap untuk menerjemahkan kesempatan investasi ke dalam suatu rencana proyek yang konkrit, dengan faktor-faktor yang penting dijelaskan secara garis besar. 3) Penilaian Penilaian dilakuakan dengan menganalisa dan menilai aspek pasar, teknik, manajemen, dan finansial. 4) Pemilihan Pemilihan dilakukan dengan mengingat segala keterbatasan dan tujuan yang akan dicapai 5) Implementasi Implementasi yaitu menyelesaikan proyek tersebut dengan tetap berpegang pada anggaran. 3.1.2. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Dalam menganalisa suat proyek yang efektif harus mempertimbangkan aspek-aspek yang saling berkaitan secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap dalam perencanaan proyek dan siklus pelaksanaannya (Gittinger, 1986). Aspek-aspek tersebut antara lain : 1) Aspek pasar dan pemasaran Aspek pasar dan pemasaran merupakan aspek yang paling utama dan pertama dilakukan dalam pengkajian usulan proyek investasi, alasannya adalah tidak akan mungkin suatu proyek didirikan dan dioperasikan jika tidak ada pasar yang siap menerima produk perusahaan tersebut (Suratman, 2002). Proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pemasaran, pengembangan strategi
21
pemasaran, perencanaan program pemasaran, dan pengelolaan usaha pemasaran (Kotler, 1997). 2) Aspek teknis dan teknologi Kajian aspek teknis dan teknologi menitikberatkan pada penilaian atas kelayakan proyek dari sisi teknis dan teknologi. Penilaian meliputi penentuan lokasi proyek, penentuan model bangunan proyek, pemilihan mesin, peralatan lainnya, teknologi yang diterapkan, dan lay out serta penentuan skala operasi (Suratman, 2002). 3) Aspek manajemen Untuk menyusun studi kelayakan, menjalankan proyek, dan mengoperasikan bisnis diperlukan manajemen. Proses pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki organisasi atau perusahaan tidak akan optimal apabila prinsip-prinsip manajemen tidak diterapkan secara konsisten. Pada setiap kegiatan, perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
dan
pengendalian
harus
dijalankan secara berkesinambungan (Subagyo, 2007). Aspek manajemen perlu dikaji agar proyek yang didirikan dan dioperasikan nantinya dapat berjalan dengan lancar (Suratman, 2007). 4) Aspek finansial Tujuan menganalisis aspek finansial dari suatu studi kelayakn proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar, 2007). Untuk dapat menentukan apakah suatu proyek investasi dapat dikatakan layak diperlukan teknik-teknik kriteria penilaian investasi yang didasarkan pada estimasi aliran kas proyek yang bersangkutan (Suratman, 2007). Pada umumnya ada beberapa metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit/Cost (Net B/C), Break Event Point (BEP), Payback Period (PBP), analisis sensitivitas.
22
5) Aspek sosial, ekonomi dan lingkungan Aspek sosial, ekonomi dan lingkungan mengkaji tentang dampak proyek terhadap kehidupan masyarakat setempat baik dari sisi sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dari sisi ekonomi apakah keberadaan proyek dapat merubah atau justru mengurangi income per capita penduduk setempat. Dari sisi sosial apakah dengan adanya proyek tersebut wilayah setempat menjadi semakin ramai, lalu lintas semakin lancar, adanya jalur komunikasi, penerangan listrik dan lain sebagainya (Suratman, 2002). Sementara itu analisis mengenai dampak lingkungan harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan beroperasinya proyek-proyek industri (Umar, 2007). 6) Aspek hukum Usaha dapat dikatakan legal jika telah mendapatkan izin usaha dari pemerintah daerah setempat
melalui instansi/lembaga/departemen/dinas
terkait. Namun, analis dan investor perlu memerhatikan sumber legal dari kelompok masyarakat (Subagyo, 2007). 3.1.3.Teori Biaya dan Manfaat Dalam menganalisa suatu proyek, analisa harus disertai dengan definisi biaya dan manfaat. Biaya diartikan sebagai salah satu yang mengurangi suatu tujuan, sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang membantu terlaksananya suatu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Biaya dapat dibedakan sebagai berikut : 1) Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, seperti tanah , bangunan, pabrik, dan mesin. 2) Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. 3) Biaya lainnya, seperti pajak, bunga, dan pinjaman.
23
Manfaat dapat diartikan sebagai suatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi : 1) Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan dirasakan sebagai akibat dari investasi seperti peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. 2) Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek, seperti rekreasi. Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek (Gittinger, 1986). 3.1.4. Analisis Kelayakan Investasi Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur manfaat suatu proyek dapat digunakan dua cara. Yang pertama dengan menggunakan perhitungan berdiskonto, yaitu suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang dan yang kedua menggunakan perhitungan tidak berdiskonto. Perbedaan dua cara ini terletak pada konsep Time Value of Money yang digunakan pada model perhitungan berdiskonto. Model perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum dibandingkan perhitungan berdiskonto yaitu ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima (Gittinger, 1986). Konsep Time Value of Money menyatakan bahwa nilai sekarang (present value) adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang (future value) yang disebabkan dua hal, yaitu: 1) time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi dibandingkan jumlah yang sama yang tersedia di masa yang akan datang), 2) Produktifitas atau efisiensi modal
(modal yang dimiliki saat ini memiliki peluang untuk
24
mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang melalui kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et al., 2001). Kedua unsur tersebut berhubungan secara timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga
dapat dimungkinkan untuk membandingkan arus
biaya dan manfaat yang penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Untuk tujuan itu, tingkat suku bunga ditentukan melalui proses “discounting” (Kadariah et al.,2001). 3.1.5. Analisis Finansial Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Suwarsono, 1994). Analisis finansial terdiri dari : 1) Net Present Value (NPV) atau Nilai Bersih Sekarang. Dasar pemikiran untuk metode NPV cukup sederhana. Nilai NPV sebesar nol menunjukkan bahwa arus kas proyek tersebut pasti memadai untuk membayar kembali modal yang diinvestasikan dan untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang diminta atas modal tersebut. Jika sebuah proyek memiliki nilai NPV yang positif, maka proyek tersebut menghasilkan kas yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk melayani utangnya dan untuk memberikan pengembalian yang diminta kepada para pemegang saham, dan kelebihan kas ini akan dikumpulkan untuk dibayarkan kembali hanya untuk para pemegang saham perusahaan (Brigham dan Houston, 2006) 2) Internal Rate of Return (IRR) atau Tingkat Pengembalian Internal. Tingkat pengembalian internal merupakan kriteria keputusan penganggaran modal yang mencerminkan tingkat pengembalian yang didapat suatu proyek. Secara matematis merupakan tingkat disonto kas yang menyamakan nilai sekarang dari pemasukannya dengan nilai sekarang dari pengeluarannya (Keown et al, 2005) 3) Net Benefit/Cost (Net B/C) atau Rasio Keuntungan/Biaya sama dengan Profitability Index (PI) atau Indeks Keuntungan.
25
Indeks profitabilitas merupakan suatu kriteria keputusan penganggaran modal yang digambarkan sebagai rasio nilai sekarang arus kas bebas masa depan terhadap pengeluaran awal (Keown et al, 2005) 4) Payback Period atau Pengembalian Investasi Periode pengembalian kembali dinyatakan sebagai ekspektasi jumlah tahun yang dibutuhkan untuk memperoleh kembali investasi awal (Brigham dan Houston, 2006) 3.1.6. Analisis Sensitivitas Analisis senstivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan proyek yang telah dilakukan, tujuannya yaitu untuk melihat pengaruh yang akan terjadi apabila keadaan berubah. Hal ini merupakan suatu cara untuk menarik perhatian pada masalah utama proyek yaitu proyek selalu menghadapi ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah diramalkan (Gittinger, 1986). Pada proyek di bidang pertanian terdapat empat masalah utama yang mengakibatkan proyek sensitif terhadap perubahan, yaitu: 1) Perubahan harga jual 2) Keterlambatan pelaksanaan proyek 3) Kenaikan biaya 4) Perubahan volume produksi 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Yoghurt memiliki keunggulan lebih dibandingkan dengan susu segar dan jenis minuman jadi lainnya. Keunggulan tersebut berupa; kandungan kalori protein, karbohidrat, kalsium, dan potasium yang lebih tinggi daripada susu segar, memacu pertumbuhan karena dapat meningkatkan pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi, dapat mengurangi atau membunuh bakteri jahat dalam saluran pencernaan, dapat menormalkan kerja usus besar (mengatasi konstipasi dan diare), memiliki efek anti kanker, mengatasi masalah Lactose intolerance, berperan dalam detoksifikasi dan mengatasi stress, serta mengontrol kadar kolesterol dalam darah dan tekanan darah. Berbagai keunggulan tersebut merupakan landasan utama bagi investor dalam menginvestasikan modalnya pada usaha pembuatan
26
yoghurt di perusahaan Dafarm sehingga diharapkan dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan profit yang maksimal. Keberhasilan Dafarm bergerak dalam menjalankan usaha pembuatan yoghurt dapat dilihat bahwa usia Dafarm dalam menggeluti dunia bisnis ini telah mencapai dua tahun. Namun demikian, jalan atau tidaknya usaha bukanlah indikator penentu kelayakan dari suatu usaha. Indikator penentu layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari aspek finansial dan non finansialnya. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kelayakan aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial) dan aspek finansial dari usaha pembuatan yoghurt yang dikelola oleh perusahaan Dafarm. Untuk aspek finansial, dalam penelitian ini akan dianalisis 2 skenario. Skenario pertama adalah analisis finansial untuk kondisi usaha saat ini. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah usaha yang ada saat ini sudah layak atau belum secara finansial. Sedangkan skenario usaha kedua adalah analisis finansial untuk kondisi dimana kapasitas mesin produksi dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan kapasitas produksi tersebut akan menghasilkan laba yang lebih besar dari penambahan biaya produksi atau sebaliknya. Penentuan kelayakan aspek non finansial dari usaha pembuatan yoghurt perusahaan Dafarm yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan membandingkan antara fakta yang ada dengan teori-teori yang terkait melalui observasi dan studi literatur. Sedangkan penentuan aspek finansial menggunakan kriteria investasi berupa; NPV, IRR, Net B/C, dan PBP. Sebagai bentuk kewaspadaan terhadap usaha tersebut yang dikhawatirkan akan mengalami perubahan-perubahan pada peningkatan harga input dan penurunan kuantitas output, maka melalui analisis pengganti (switching value analisys) akan diketahui berapa besarnya batas perubahan tersebut yang akan membuat usaha tidak layak. Dengan demikian, maka hasil dari analisis ini akan dapat memberikan informasi tentang tingkat kelayakan finansial maupun non finansial dari usaha pembuatan yoghurt yang diusahakan oleh perusahaan Dafarm. Alur kerangka pemikiran operasional dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
27
Yoghurt merupakan produk dengan nilai tambah tinggi Permintaan yang belum terpenuhi
Produksi yoghurt yang belum maksimal
Perusahaan Dafarm, unit usaha peternakan Pondok Pesantren Darul Fallah Pengembangan usaha Dafarm
Analisis Kelayakan Usaha
Kelayakan Non Finansial Aspek Pasar (permintaan, penawaran, harga, pemasaran, struktur persaingan) Aspek Teknis (kondisi fisik, teknologi, keterampilan, lokasi, proses produksi) Aspek Manajemen (bentuk usaha, struktur organisasi) Aspek Hukum (bentuk badan hukum) Aspek Sosial (kesempatan kerja, ramah lingkungan)
Kelayakan Finansial (NPV, Net B/C, IRR, PBP)
Skenario I (Kondisi saat ini)
Skenario II (Kondisi saat kapasitas mesin maksimal)
Analisis Sensitivitas
Tidak Layak
Layak
Perlu dilakukan perhitungan ulang untuk mengetahui besaran biaya dan manfaat yang layak
Usaha bisa dilaksanakan karena dapat memberikan keuntungan bagi yang berinvestasi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
28
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Dafarm, yaitu unit usaha peternakan Darul Fallah yang terletak di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) mengingat Darul Fallah adalah salah satu pelaku usaha yang relatif baru dalam industri minuman olahan susu fermentasi yogurt. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2009. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data hasil wawancara dan observasi langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik, serta jurnal dan artikel elektronik yang terkait dengan penelitian ini. Untuk informasi tambahan yang mendukung penelitian ini menggunakan literatur-literatur yang relevan dengan objek permasalahan. 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dan informasi yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan kalkulator Casio fx-350TL dan Microsoft Excel 2003. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif meliputi tahap pengolahan data dan interpretasi data secara deskriptif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui keragaan usaha Dafarm pada kondisi saat ini. Analisis kelayakan usaha dibagi menjadi analisis kelayakan non finansial dan analisis kelayakan finansial. Analisis kelayakan non finansial mengkaji berbagai aspek mulai dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan lingkungan serta aspek hukum. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengkaji kelayakan usaha Dafarm secara finansial. Metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif adalah analisis kelayakan finansial dan analisis switching value.
4.4. Analisis Kelayakan Non Finansial Pada penelitian ini, analisis kelayakan non finansial akan mengkaji kelayakan usaha dari berbagai aspek seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Dalam aspek pasar, variabel-variabel yang akan dianalisis meliputi jumlah permintaan, harga jual produk, penawaran, pemasaran, dan struktur persaingan. Pada aspek teknis, variabel-variabel yang dianalisis meliputi kondisi fisik, teknologi, keterampilan, loaksi usaha Dafarm, dan proses pembuatan yaghurt. Pada aspek manajemen, variabel-variabel yang akan dianalisis meliputi bentuk organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Pada aspek hukum, variabel yang dianalisis adalah bentuk badan usaha dan izin usaha. Sedangkan untuk aspek sosial ekonomi dan lingkungan akan dikaji pengaruh usaha Dafarm terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. 4.5 Analisis Kelayakan Investasi Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila telah memenuhi kriteria kelayakan investasi. Untuk mengetahui kelayakan usaha Dafarm akan dilihat melalui kriteria kelayakan investasi. Adapun kriteria kelayakan investasi yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Period (PBP). 4.5.1. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) suatu proyek adalah selisih antara nilai sekarang (present value) dari manfaat terhadap arus biaya. NPV juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Dalam menghitung NPV dibutuhkan informasi mengenai tingkat suku bunga yang relevan. Rumus perhitungan NPV adalah sebagai berikut : n
Bt Ct
NPV = 1 i
t
t 0
30
Keterangan : Bt = manfaat yang diperoleh setiap tahun Ct = biaya yang dikeluarkan setiap tahun n = jumlah tahun i = tingkat bunga (diskonto) Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu : 1) NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung maupun rugi. 2) NPV > 0, artinya suatu proyek dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan. 3) NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan, atau dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan. 4.5.2. Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan antar jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang yang bernilai negatif. Adapun rumus perhitungan Net B/C yaitu : n
Net B/C =
Bt C t t t 0 1 i n Bt C t t t 0 1 i
Dimana
Bt Ct 0 Bt Ct 0
Keterangan : Bt = manfaat yang diperoleh setiap tahun Ct = biaya yang dikeluarkan setiap tahun n = jumlah tahun i = tingkat bunga (diskonto) Kriteria investasi berdasarkan Net B/C rasio adalah : 1) Net B/C = 1, maka NPV = 0, artinya proyek tidak untung ataupun rugi 2) Net B/C > 1, maka NPV > 0, artinya proyek tersebut menguntungkan 3) Net B/C < 1, maka NPV < 0, artinya proyek tersebut merugikan
31
4.5.3. Internal Rate of Return (IRR) IRR yaitu tingkat rata-rata keuntungan internal tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila memiliki nilai IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku, demikian juga sebaliknya investasi akan dianggap tidak layak apabila nilai IRR lebih kecil daripada tingkat suku bunga yang berlaku. Rumus IRR yaitu : IRR =
i
NPV i' i ' NPV NPV
Keterangan : i = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i’ = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV = NPV yang bernilai positif NPV’ = NPV yang bernilai negatif 4.5.4. Payback Period Payback Period digunakan untuk melihat jangka waktu pengembalian suatu investasi yang dikeluarkan melalui pendapatan bersih tambahan yang diperoleh dari usaha Dafarm. Semakin kecil Payback Period menunjukkan semakin cepat jangka waktu pengembalian suatu investasi dan semakin kecil risiko yang dihadapi oleh investor. Rumus untuk menghitung Payback Period yaitu : Payback Period =
I Ab
Keterangan: I = Besarnya investasi yang dibutuhkan Ab = Benefit bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya 4.6. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah dari hasil suatu analisis. Tujuan analisis sensitivitas adalah untuk melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas ekonomi,
32
apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau adanya perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat. Analisis ini perlu dilakukan karena dalam berinvestasi, perhitungan didasarkan pada proyek-proyek yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Gittinger, 1986). Menurut Gittinger (1986) suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Pada analisis sensitivitas secara langsung memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat dilakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting pada analisis proyek dan kemudian dapat menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek. Dalam penelitian ini, analisis kepekaan digunakan apabila terjadi perubahan pada kenaikan harga input atau bahan baku dan penurunan jumlah penjualan. 4.7. Defenisi Operasional 1) Usaha pembuatan yoghurt adalah pengolahan susu sapi menjadi yoghurt untuk meningkatkan nilai tambah susu. 2) Pendapatan adalah dana yang diperoleh dari jumlah penjualan produk dikalikan dengan harga. 3) Biaya adalah dana yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk. 4) Investasi adalah dana yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha. 5) Penyusutan adalah pengurangan nilai investasi karena pemakaian barangbarang investasi tersebut untuk menjalankan usaha dan biasanya dihitung dalam satuan tahun. 6) Produksi per tahun adalah jumlah produk yang bisa dihasilkan dalam satu tahun. 7) Skenario usaha adalah rencana atau pola yang akan diterapkan pada suatu usaha yang meliputi biaya dan manfaat. 8) Umur usaha adalah perkiraan lamanya usaha akan berjalan yang dihitung berdasarkan umur ekonomis terlama dari barang investasi. 9) Inflow adalah jumlah dana yang diperoleh oleh suatu usaha baik dari hasil penjualan atau dari sumber lainnya. 10) Outflow adalah jumlah dana yang dikeluarkan oleh suatu usaha untuk membiayai seluruh kegiatan usaha.
33
11) Saluran distribusi adalah media atau jalan yang ditempuh oleh suatu usaha untuk menyampaikan produknya ke tangan konsumen. 12) Nilai sisa adalah sisa nilai investasi pada akhir tahun kesepuluh yang dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. 13) Biaya reinvestasi adalah investasi ulang untuk mengganti investasi yang telah habis masa pakainya atau yang mengalami kerusakan. 14) Biaya operasional adalah dana yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu usaha. Terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. 15) Biaya tetap adalah biaya yang selalu dikeluarkan dalam jumlah yang sama meskipun perusahaan tidak melakukan kegiatan produksi. 16) Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan produksi yang jumlahnya tergantung dari besarnya produksi yang dihasilkan. 17) Satuan ternak (ST) adalah satuan yang digunakan untuk menentukan populasi ternak dimana satu ST setara dengan satu ekor ternak dewasa atau setara dua ekor ternak muda atau setara empat ekor pedet atau anakan. 4.8. Asumsi-asumsi untuk Analisis Finansial Untuk melakukan perhitungan analisis finansial, digunakan beberapa asumsi sebagai berikut: 1) Umur proyek usaha pembuatan yoghurt di Dafarm diperoleh berdasarkan umur ekonomis dari mesin inkubator dan mesin pasteurisasi. Penetapan mesin inkubator dan mesin pasteurisasi sebagai variable yang dijadikan lamanya umur proyek karena usaha pembuatan yoghurt sangat bergantung pada kedua mesin tersebut. Kedua mesin tersebut memiliki umur ekonomis selama 10 tahun. 2) Biaya investasi dikeluarkan pada tahun 2007 dan 2008, tetapi karena investasi pertama dilakukan diakhir tahun 2007 dan investasi terbanyak terjadi pada tahun 2008, maka awal perhitungan atau tahun pertama investasi diasumsikan dimulai dari tahun 2008. 3) Perusahaan telah mulai beroperasi dan menghasilkan produk sejak tahun pertama investasi. 4) Perusahaan beroperasi 12 bulan dalam satu tahun.
34
5) Biaya yang dikeluarkan untuk usaha ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama proyek dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang telah habis umur ekonomisnya. 6) Modal yang digunakan dalam usaha ini berasal dari modal sendiri dan hibah dari Departemen Pertanian berupa dana LM3 (Lembaga Mandiri dan Mengakar di Masyarakat). 7) Penentuan harga yang digunakan dalam perhitungan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian dilakukan dan diasumsikan konstan hingga umur proyek berakhir. 8) Penyusutan barang investasi menggunakan metode garis lurus. Perhitungan beban penyusutan dilakukan untuk perhitungan laba rugi yang akan menghasilkan besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar oleh pemilik usaha setiap tahunnya. 9) Perhitungan besarnya pajak penghasilan berdasarkan Pasal 21 Undang-undang PPh tahun 2009 tentang Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak Pribadi. 10) Tingkat keberhasilan pembuatan yoghurt adalah sebesar 90 persen. Penentuan besarnya tingkat keberhasilan berdasarkan pengalaman usaha selama ini. 11) Tingkat suku bunga yang digunakan dalam analisis adalah tingkat suku bunga deposito rata-rata Bank Indonesia pada bulan November 2009, yaitu sebesar 6,5 persen. Tingkat suku bunga diasumsikan konstan selama masa umur proyek. 12) Harga jual yoghurt yang dipakai terdiri dari 6 harga yang terdiri dari 3 harga untuk kemasan 45 ml (Rp 300, Rp 350, dan Rp 500 untuk masing-masing saluran pertama, kedua dan ketiga) dan 3 harga untuk kemasan 80 ml (Rp 600, Rp 700, Rp 1000 untuk masing-masing saluran pertama, kedua dan ketiga). 13) Upah tenaga kerja borongan adalah sebesar Rp 20 untuk setiap pengisian 1 stik yoghurt. Tenaga kerja borongan hanya bekerja setiap kali proses produksi dilakukan. Proses produksi biasanya dilakukan 3 kali seminggu. 14) Pada analisis finansial skenario II, jumlah input produksi setiap bulannya meningkat 16 persen dari skenario I dan diasumsikan konstan hingga akhir umur proyek.
35
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Kondisi Fisik Wilayah Kecamatan Ciampea adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor tepatnya di bagian barat Kabupaten Bogor. Luas Kecamatan Ciampea adalah sekitar 55,63 km2, yang terdiri dari 13 Desa dan terbagi menjadi 43 Dusun, 120 Rukun Warga (RW), serta 470 Rukun Tetangga (RT). Jarak antar desa di Kecamatan Ciampea bisa dilihat pada Tabel 9. Batas-batas wilayah administrasi yang mengelilingi Kecamatan Ciampea adalah sebagai berikut : 1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ranca Bungur dan Kecamatan Kemang. 2) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tenjolaya. 3) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cibungbulang. 4) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Dramaga (Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea 2007).
7 8 8
5 5 5
Cibadak Benteng Ciampea
7 7 9
4 4 6
2 2 2 3 2 3 4
1 4 4 4 5
Cibanteng
Tegal Waru
Sumber: Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea, 2007
2 3 6 5 4 6
8 5 7 5 2 2 3 1 3 3 3 3
8 5 6 4 3 3 6 4 3
7 4 4 3 2 2 5 4 3 2
2 2 1
1 2
Ciampea
Cihideung Hilir Cibanteng Bojong Rangkas
7 5 6 4 3 2 2
Benteng
4
3 3 3 2 3 2 2 4
7 4 5 5 3 2
Bojong Rangkas
7
2 4 5 4 5 4 3 3 5
6 3 4 4 3
Bojong Rangkas
Cihideung Udik
2 3 4 5 6 7 6 4 4 3
6 3 3 2
Cihideung Hilir
2 2 3 3
4 2 2
Cihideung Udik
3 2 4 6 6
2 2
Bojong Jengkol
3
Cicadas
Ciampea Udik Cinangka Cibuntu Cicadas Tegal Waru Bojong Jengkol
Cibuntu
Cinangka
Desa
Ciampea Udik
Tabel 9. Jarak Antar Desa (Km) di Kecamatan Ciampea Tahun 2003
7 4 4 3 2 3 4 4 3 2 1
9 6 3 5 4 4 6 5 3 1 2 3
3
Berdasarkan jarak orbitas serta sarana transportasi antara pusat pemerintahan Kecamatan Ciampea dengan ibukota negara (Jakarta), ibukota propinsi (Bandung), ibukota kabupaten (Cibinong), dan desa yang terjauh masingmasing memiliki jarak sekitar 80 km, 147 km, 45 km, dan 5 km. Secara topografi, Kecamatan Ciampea memiliki kontur yang terdiri dari dataran sampai berombak sekitar 45 persen dan berombak sampai berbukit sekitar 55 persen. Ketinggian wilayah sekitar 300 m di atas permukaan laut. Sedangkan suhu udaranya berkisar antara 20o – 30oC dan banyaknya curah hujan sekitar 278 mm/t (Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea 2007). 5.1.2. Kondisi Kependudukan Jumlah penduduk Kecamatan Ciampea sampai dengan akhir bulan Desember 2006 (Sensus Daerah) tercatat sebanyak 139.037 jiwa yang terdiri dari 70.827orang laki-laki dan 68.210 orang perempuan serta tercatat sebanyak 32.787 kepala keluarga. Jumlah penduduk dan kepala keluarga untuk setiap desa di Kecamatan Ciampea dapat dilihat di Tabel 10. Tabel 10. Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kecamatan Ciampea Tahun 2007 No
Nama Desa
Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan 5.575 5.370
Total (jiwa)
Jumlah KK
10.945
2.754
1.
Benteng
2.
Bojong Rangkas
5.733
5.433
11.166
2.818
3.
Bojong Jengkol
4.748
4.430
9.178
2.193
4.
Ciampea
5.040
5.080
10.120
2.415
5.
Cibadak
4.881
5.062
9.943
2.345
6.
Cihideung Ilir
4.886
4.539
9.425
2.021
7.
Cibanteng
8.075
7.665
15.740
3.619
8.
Cihideung Udik
7.126
6.556
13.682
3.158
9.
Cicadas
5.178
4.975
10.153
2.419
10.
Cibuntu
4.008
4.066
8.074
1.736
11.
Ciampea Udik
3.740
3.443
7.183
1.668
12.
Cinangka
5.773
5.511
11.284
2.756
13.
Tegal waru
6.064
6.080
12.144
2.885
Jumlah
70.827
68.210
139.037
32.787
Sumber: Monografi Kecamatan Ciampea Tahun 2007
37
Kepadatan penduduk di Kecamatan Ciampea adalah 200 jiwa/km2. Jumlah penduduk yang termasuk ke dalam angkatan kerja adalah sebanyak 76.144 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 37.876 jiwa dan perempuan sebanyak 38.268 jiwa (Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea 2007). Pekerjaan penduduk Kecamatan Ciampea beraneka ragam, tetapi secara umum sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani, pedagang, dan buruh. Keadaan masyarakat berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah Penduduk (Jiwa) Kecamatan Ciampea Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2007 No Mata Pencaharian Jumlah 1.
Petani pemilik lahan
2.129
2.
Petani penggarap sawah
3.130
3.
Buruh tani
3.179
4.
Pengusaha
4.672
5.
Pengrajin
9.737
6.
Buruh industri
2.442
7.
Pertukangan
1.194
8.
Buruh pertambangan
5.857
9.
Pengemudi
563
10. Pedagang
10.871
11. TNI/Polri
180
12. Pegawai Negeri Sipil
944
13. Lin-lain
1.963
Sumber: Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea, 2007
5.1.3. Kondisi Pendidikan Pendidikan adalah modal dasar dan terpenting bagi kehidupan manusia, bangsa, dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh kondisi pendidikan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan perlu diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia sehingga tercipta Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Untuk mencapai semua itu, maka ketersediaan dan penyebaran fasilitas pendidikan harus merata di semua daerah. Di Kecamatan
38
Ciampea, fasilitas pendidikan untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) memiliki jumlah terbesar, sedangkan fasilitas pendidikan untuk tingkat Perguruan Tinggi memiliki jumlah paling kecil. Sarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Ciampea adalah berupa 10 gedung Taman Kanak-Kanak (TK), 49 gedung Sekolah Dasar (SD) yang terdiri dari 48 gedung Sekolah Dasar Negeri dan 1 gedung Sekolah Dasar Swasta, 9 gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang terdiri dari 1 gedung SLTP Negeri dan 8 gedung SLTP Swasta, 6 gedung Sekolah Menengah Atas (SMA) yang terdiri dari 1 gedung SMA Negeri dan 5 gedung SMA Swasta, 3 gedung Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta, 1 gedung Universitas Swasta, sarana pendidikan keagamaan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebanyak 19 gedung, Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebanyak 8 gedung, dan Madrasah Aliyah (MA) sebanyak 3 gedung (Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea 2007) 5.1.4. Kondisi Pertanian dan Peternakan Kegiatan pertanian di Kecamatan Ciampea terdiri dari pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Pertanian tanaman pangan dan peternakan merupakan sektor komoditi andalan bagi penduduk Kecamatan Ciampea. Komoditi unggulan dari subsektor tanaman pangan utama adalah padi, jagung, kacang tanah, dan sayur-sayuran. Sedangkan dari subsektor tanaman perdagangan komoditi unggulannya berupa kelapa, kelapa sawit, dan kopi. Di sektor perikanan, jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan mas, gurame, mujair, lele, dan bawal. Kecamatan Ciampea mempunyai lahan sawah irigasi setengah teknis, irigasi sederhana, dan tadah hujan/sawah rendengan, tetapi tidak ada lahan sawah yang memiliki irigasi teknis. Luas lahan sawah irigasi setengah teknis adalah seluas 1.189,47 Ha, lahan beririgasi sederhana seluas 43 Ha, dan lahan tadah hujan seluas 325 Ha. Penduduk Kecamatan Ciampea rata-rata mengusahakan lahan seluas 2,5 Ha (Laporan Monografi Kecamatan Ciampea, 2007) Kegiatan subsektor peternakan hampir tersebar di seluruh desa di Kecamatan Ciampea meskipun jumlahnya bervariasi. Kegiatan peternakan di Kecamatan Ciampea secara umum masih dikelola secara tradisional. Populasi ternak di Kecamatan Ciampea tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 12.
39
Tabel 12. Jumlah Populasi Ternak di Kecamatan Ciampea Tahun 2007 No Jenis Ternak Populasi (ST) Persentase (%) 1.
Sapi perah
25,25
2,75
2.
Kerbau
204,75
22,27
3.
Kambing kacang
150,04
16,32
4.
Kambing PE
33,04
3,60
5.
Domba
421,15
45,80
6.
Ayam buras
83,97
9,13
7.
Itik
1,24
0,13
919,44
100,00
Jumlah
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor , 2007 (dalam Yulida, 2008)
5.1.5. Kondisi Perekonomian Sarana perekonomian yang ada di Kecamatan Ciampea antara lain Koperasi Unit Desa (KUD) sebanyak 12 unit, koperasi produksi sebanyak 5 unit, koperasi lainnya sebanyak 3 unit, pasar umum sebanyak 1 unit, pasar bangunan permanen sebanyak 1 unit, pasar bangunan semi permanen sebanyak 401 unit, toko/kios/warung sebanyak 645 unit, dan Bank sebanyak 1 unit. Disamping itu, di Kecamatan ciampea juga terdapat industri mulai dari industri kecil hingga industri besar. Jumlah industri besar adalah sebanyak 17 lokasi, industri sedang sebanyak 12 lokasi, industri kecil sebanyak 75 lokasi, dan Usaha Kecil Mikro (UKM) sebanyak 460 lokasi. Semua industri-industri tersebut tersebar di 13 desa yang ada di Kecamatan Ciampea. Jenis usaha lain yang berkontribusi bagi perekonomian Kecamatan Ciampea adalah rumah makan/warung makan sebanyak 46 unit dan perdagangan sebanyak 670 unit. 5.2. Gambaran Umum Perusahaan 5.2.1. Sejarah Singkat Unit Peternakan Darul Fallah Yayasan Pondok Pesantren Darul Fallah telah memulai kegiatan pendidikannya sejak 46 tahun yang lalu atau tepatnya pada tahun 1963. Sejak saat itu pula Yayasan PP Darul Fallah telah melakukan kegiatan usaha peternakan. Usaha peternakan yang dilakukan saat itu adalah sapi perah. Tetapi dalam perjalanannya usaha sapi perah ini banyak mengalami pasang surut, bahkan
40
kondisi terburuk seperti semua sapi perahnya tidak menghasilkan susu pun pernah terjadi. Untunglah sejak tahun 1990 usaha sapi perah ini mendapat penanganan yang intensif. Untuk
perkembangan
selanjutnya,
Unit
Peternakan
Daarul
Falh
mempunyai tiga jenis usaha di bidang peternakan, yaitu sapi perah, kambing perah, dan penggemukan domba dan kambing. Namun seiring berjalannya waktu, usaha Unit Peternakan Darul Fallah lebih difokuskan pada usaha ternak kambing perah dan menghentikan usaha penggemukan domba dan kambing karena pasar susu kambing mulai berkembang. Komersialisasi ternak kambing perah ini telah dimulai sejak bulan Mei 2001. Sementara itu, untuk usaha pengolahan susu, Unit Peternakan Darul Fallah baru mencoba mengembangkannya pada tahun 2007. Produk olahan susu yang dihasilkan Dafarm diantaranya adalah yoghurt, es susu, dan kefir yang terbuat dari bahan baku susu sapi dan susu kambing. Karena permintaan pasar lebih banyak yang menyukai yoghurt dari susu sapi, maka Dafarm lebih mengutamakan pengembangan yoghurt yang berbahan baku susu sapi. 5.2.2. Letak dan Kondisi Lahan Yayasan PP Darul Fallah terletak pada km 12 Jalan Raya Bogor Ciampea. Luas lahan yang dimiliki oleh Yayasan PP Darul Fallah seluruhnya adalah seluas 26,5 Ha. Sedangkan lahan yang digunakan untuk Unit Peternakan Darul Fallah adalah seluas tiga hektar. Lahan 26,5 Ha tersebut memanjang dari tepi jalan raya melewati Kampung Kebun Eurih sampai ke Kampung Gunung Leutik. Secara topografi, lahan yang dimiliki Yayasan PP Darul Fallah ini terdiri dari 90% lahan berbukit dan 10% lahan datar. Sebagian besar lahannya berupa lahan kering dan hanya 5% saja yang berupa lahan sawah. Di lahan seluas ini mengalir dua sungai besar yaitu Sungai Cinangneng dan Sungai Ciampea. Lahan Yayasan PP Darul Fallah dibagi menjadi dua blok yaitu Blok Lemah Duhur yang luasnya sekitar 10 Ha dan Blok Bukit Darul Fallah yang luasnya sekitar 16,5 Ha. Di Blok Lemah Duhur ini terdapat gedung sekolah, asrama, masjid, koperasi dan pemukiman guru serta sarana pendidikan lainnya. Sedangkan Blok Bukit Darul Fallah dijadikan sebagai areal praktek dan usaha
41
produktif seperti kultur jaringan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Unit Peternakan Darul Fallah juga terdapat di blok ini. 5.2.3. Visi dan Misi Unit Peternakan Darul Fallah Unit Peternakan Darul Fallah memiliki visi menjadi unit usaha yang mampu berperan sebagai sumber pembiayaan PP Darul Fallah dan menjadi usaha yang berkembang agar dapat menjadi tempat pembelajaran bagi para santri dan masyarakat. Visi ini sengaja dibuat karena keberadaan unit-unit usaha yang ada di PP
Darul
Fallah
termasuk
Unit
Peternakan
adalah
untuk
menopang
keberlangsungan proses pendidikan dan terbentuknya pribadi yang mampu berwirausaha. Dengan ditetapkannya visi tersebut, maka ada beberapa misi yang diemban oleh Unit Peternakan Darul Fallah, yaitu : 1) Mengembangkan kuantitas dan kualitas hasil ternak serta usaha pengolahan susu sehingga menghasilkan nilai tambah produk. 2) Membangun jaringan pemasaran yang kuat. 3) Mengembangkan teknologi dan inovasi agar dapat menciptakan produk yang inovatif, serta dapat menciptakan produk yang bermanfaat dan menyehatkan. 5.2.4. Unit Peternakan Darul Fallah Unit Peternakan Darul Fallah memiliki aset berupa kandang untuk sapi perah dan kambing perah seluas 3000 m2, lapangan rumput yang luasnya lebih dari tiga hektar, unit pengolahan susu, pembuatan pupuk bokashi, instalasi biogas dan kolam ikan. Unit Peternakan memiliki beberapa program seperti pengembangan ternak baik dari segi kuantitas maupun kualitas, diversifikasi usaha, pengelolaan produksi spesifik dari hulu sampai ke hilir dan mendirikan pusat pelatihan bisnis peternakan. Program-program ini diantaranya diwujudkan dengan adanya usaha pengolahan hasil peternakan. Sapi perah yang dipelihara di sini berjumlah 18 ekor, sedangkan kambing perah berjumlah 60 ekor. Data populasi sapi perah dan kambing perah yang dimiliki Unit Peternakan Darul Fallah pada tahun 2009 bisa dilihat di Tabel 13.
42
Tabel 13. Jumlah Sapi Perah dan Kambing Perah Unit Peternakan Darul Fallah Tahun 2009 No Keterangan Sapi Perah (ekor) Kambing Perah (ekor) 1.
Pejantan
1
1
2.
Jantan
-
1
3.
Induk betina laktasi
6
11
4.
Induk betina bunting
7
11
5.
Pedet (anak) jantan
2
5
6.
Pedet (anak) betina
2
31
18
60
Jumlah Sumber: Data Primer, 2009
Walaupun sapi perah yang dimiliki saat ini hanya berjumlah enam ekor, tetapi tujuh ekor sapi betina lainnya yang sedang bunting tetap bisa menghasilkan susu meskipun dalam jumlah yang kecil. Unit Peternakan Darul Fallah mampu menghasilkan susu sapi rata-rata tiap harinya sekitar 70 liter. Pasar yang dibidik oleh Unit Peternakan untuk susu sapi adalah konsumen rumah tangga di sekitar Bogor. Susu yang dipasarkan berupa susu segar tanpa pengolahan. Biasanya pihak Dafarm memberikan pelayanan berupa delivery service untuk masing-masing pelanggan. Sedangkan untuk susu kambing, biasanya konsumen yang membutuhkanlah yang datang langsung ke lokasi peternakan untuk membeli susu kambing tersebut. Pada bulan Februari 2007 dirintislah usaha pengolahan susu Unit Peternakan Darul Fallah. Tujuannya adalah untuk meningkatkan nilai tambah produk susu yang dihasilkan. Pengolahan susu tersebut diantaranya menjadi yoghurt, es susu, kefir dan susu pasteurisasi yang bahan bakunya sebagian besar adalah susu sapi. Tetapi karena permintaan pelanggan lebih menyukai yoghurt, maka Dafarm memutuskan untuk lebih fokus pada produk yoghurt yang berbahan baku susu sapi.
43
VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Analisis mengenai aspek pasar digunakan untuk mengkaji potensi pasar dari produk yoghurt Dafarm baik dari sisi permintaan, penawaran serta harga yang berlaku, dan strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran pemasaran yaitu harga, tempat, promosi dan distribusi. 6.1.1. Potensi Pasar Potensi pasar untuk produk yoghurt saat ini tergolong cukup tinggi. Tingginya potensi pasar yoghurt tersebut didukung oleh data perbandingan impor dan ekspor yoghurt nasional, dimana sejak tahun 2006 volume impor yoghurt selalu lebih besar dari volume ekspornya. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan dalam negeri terhadap yoghurt cukup besar sedangkan produsen dalam negeri belum mampu memenuhi semua kebutuhan tersebut. Selain itu, potensi pengembangan atau peningkatan produksi yoghurt di Dafarm sendiri juga masih terbuka lebar. Hal ini terbukti dari permintaan yoghurt oleh para distributor yang setiap minggu rata-rata meminta sebanyak 17.000 stik atau sebanyak 68.000 stik per bulan. Sedangkan selama lima bulan pertama di tahun 2009 Dafarm baru bisa memproduksi rata-rata 27.220 stik setiap bulannya. Artinya Dafarm sejauh ini baru mampu memenuhi sekitar 40% dari total permintaan yang ada. Disini terlihat adanya gap yang besar antara permintaan dan pemunuhan permintan. Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran produk yoghurt Dafarm tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Dengan demikian, pasar dapat menyerap seluruh yoghurt yang diproduksi oleh perusahaan. Saat ini permintaan yang ada lebih banyak datang dari para distributor untuk dipasarkan ke beberapa daerah seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, sedangkan yang langsung di pasarkan ke konsumen hanya sekitar 5% saja.
6.1.2. Strategi Pemasaran Ciri khas atau pembeda yoghurt buatan Dafarm dengan yoghurt yang lainnya adalah adanya tambahan nata de coco di dalam yoghurt yang berbentuk irisan tipis seperti korek api. Yoghurt tersebut ditawarkan dalam dua ukuran yaitu kemasan 45 ml dan 80 ml. Produk tersebut dikemas dalam plastik berukuran 20x3 cm untuk kemasan 45 ml dan plastik berukuran 20x5 cm untuk kemasan 80 ml. Pada kemasan primer tersebut belum ada label. Kemudian produk dikemas dalam kemasan sekunder yang telah diberi label dengan isi sebanyak 20 stik untuk yoghurt dengan kemasan 45 ml dan masing-masing 10 stik untuk yoghurt dengan kemasan 80 ml. Dalam mendistribusikan produknya ke konsumen, Dafarm dibantu oleh beberapa agen. Ada 3 saluran distribusi yang terdapat dalam alur distribusi produk Dafarm. Saluran pertama memberikan kontribusi kurang lebih 60%, saluran kedua berkontribusi sebesar 35% dan saluran ketiga yang merupakan pemasaran langsung ke konsumen berkontribusi sebanyak 5%. Saluran distribusi tersebut bisa dilihat pada Gambar 2. 1 Agen
Sub Agen
Agen
Retailer
Retailer
Konsumen
2 Dafarm
Konsumen
3 Konsumen
Gambar 2. Saluran Distribusi Yoghurt Dafarm Saluran distribusi pertama terdiri dari 1 agen besar yang membawahi 5 sub agen. Permintaan masing-masing agen tersebut setiap bulannya adalah 2.500 stik yoghurt. Sedangkan pada saluran distribusi kedua yang terdiri dari 4 orang agen, permintaan masing-masingnya adalah 500 stik yoghurt setiap bulannya. Harga yang ditetapkan untuk masing-masing saluran distribusi berbedabeda. Untuk saluran pertama, harga untuk agen adalah Rp 300 untuk produk yang netto 45 ml dan Rp 600 untuk produk netto 80 ml. Sedangkan harga untuk agen
45
pada saluran kedua adalah Rp 350 dan Rp 700 untuk produk netto 45 ml dan 80 ml. Sedangkan harga yang diterima konsumen sama untuk ketiga saluran tersebut, yaitu sebesar Rp 500 untuk produk netto 45 ml dan Rp 1000 untuk produk netto 80 ml. Adanya margin harga yang cukup besar ini dimaksudkan untuk menarik minat para agen agar mau menjual yoghurt yang dihasilkan oleh Dafarm. Pada saat ini promosi yoghurt Dafarm dilakukan melalui informasi dari mulut ke mulut yang dilakukan oleh distributor Dafarm dan juga dengan mengikuti pameran yang diadakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Meskipun begitu, pada awal pendiriannya, Dafarm pernah melakukan promosi produk dengan menggunakan brosur dan leaflet. 6.1.3. Hasil Analisis Aspek Pasar Berdasarkan analisis potensi dan strategi pasar yoghurt diatas, dapat disimpulkan bahwa usaha pembuatan yoghurt ini layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Hal ini dikarenakan besarnya potensi pasar untuk produk yoghurt bila dilihat dari sisi permintaan, penawaran dan harga. Jumlah permintaan yang tidak diimbangi oleh jumlah penawaran menciptakan peluang pasar yang besar pada usaha pembuatan yoghurt. Disamping itu, harga jual yang bersaing juga cukup menjanjikan bahwa usaha pembuatan yoghurt dapat mendatangkan keuntungan. 6.2. Aspek Teknis Analisis dalam aspek teknis mencakup lokasi didirikannya suatu usaha, besarnya skala usaha, jenis pemilihan mesin produksi, dan ketepatan teknologi yang digunakan. Berikut ini adalah hasil analisis terhadap beberapa kriteria aspek teknis. 6.2.1. Lokasi Usaha Lokasi Unit Peternakan Darul Fallah (Dafarm) terletak di komplek Pesantren Pertanian Darul Fallah, Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih karena Dafarm merupakan bagian dari PP Darul Fallah itu sendiri. Beberapa pertimbangan yang diperhitungkan dalam pemilihan lokasi produksi adalah sebagai berikut :
46
1) Ketersediaan bahan baku Bahan baku utama yang digunakan oleh Dafarm dalam memproduksi yoghurt adalah susu sapi. Susu sapi murni yang digunakan Dafarm dalam proses produksi ada yang berasal dari Unit Peternakan Darul Fallah dan juga dari peternak mitra yang berlokasi di Kunak, Pamijahan. Meskipun Unit Peternakan Darul Fallah mampu menghasilkan susu sapi murni rata-rata 70 liter per hari, tetapi karena sebagian besar susu tersebut dialokasikan untuk memenuhi permintaan konsumen susu murni, maka Dafarm membeli kekurangan susu tersebut dari peternak mitra yang merupakan anggota KPS Bogor dengan harga Rp 4.000 per liter. Bahan penolong dalam produksi yoghurt seperti gula, nata de coco esense/flafor, dan starter Lactobacillus bulgarius dan Streptococcus thermophilus masing-masing diperoleh dari toko langganan, unit usaha lain di lingkungan PP Darul Fallah, dan Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan dan Sumberdaya Genetik yang berlokasi di Cimanggu, Bogor. 2) Letak pasar yang dituju Dafarm memasarkan yoghurt buatannya ke beberapa daerah seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Dalam proses pemasarannya Dafarm dibantu oleh para distributor. Distributor merupakan pihak yang membantu perusahaan untuk mempromosikan, menjual, dan mendistribusikan hasil produksi Dafarm kepada pembeli akhir. Saat ini sebesar 95% yoghurt Dafarm dipasarkan melalui para agen dan sub agen. Sedangkan 5% sisanya dipasarkan langsung kepada konsumen akhir. Sistem penjualan yang diberlakukan bagi para distributor adalah sistem putus. Artinya, produk yang telah dibeli tidak dapat dikembalikan namun dapat ditukar apabila terjadi ketidaksesuaian dan kekeliruan. Demikian juga halnya dengan barang yang rusak atau tidak laku terjual sepenuhnya menjadi risiko distributor. Distributor harus melunasi seluruh pesanannya pada pengiriman produk selanjutnya. 3) Tenaga listrik dan air Untuk tenaga listrik, daerah produksi yoghurt Dafarm telah dijangkau oleh aliran listrik sehingga untuk kebutuhan listrik, tidak ada masalah dalam hal ini. Sementara itu, ketersediaan air di daearah produksi sangat melimpah karena
47
lokasinya berada di daerah yang masih asri dan dialiri oleh dua sungai besar. Saat ini Dafarm menggunakan air yang berasal dari sumber mata air langsung untuk keperluan usahanya. Hal ini sangat membantu perusahaan dalam masalah ketersediaan air. Keuntungan lainnya dengan menggunakan air yang langsung dari sumbernya adalah Dafarm tidak perlu mengeluarkan biaya untuk penggunaan air dan listrik yang seyogyanya harus dikeluarkan perusahaan jika menggunakan sumur pompa atau air PAM. Selain bersih, air yang digunakan pun tidak mengandung bahan kimia atau logam sehingga perusahaan
tidak
perlu
melakukan
proses
penyaringan
air
untuk
menghilangkan kandungan bahan kimia dan logam. 4) Suplai tenaga kerja Perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Untuk suplai tenaga kerja, Dafarm lebih cenderung memberdayakan masyarakat lingkungan pesantren dan beberapa santri lulusan pesantren. Pada bagian teknis, karyawan bagian produksi dan distribusi berlatar belakang pendidikan SMA. Sedangkan pekerja borongan terdiri dari remaja wanita dan ibu-ibu yang memiliki latar belakang pendidikan sederajat SD dan SMP. 5) Fasilitas transportasi Lokasi perusahaan yang terletak di dekat Kampus IPB Darmaga telah memiliki fasilitas jalan aspal dengan kondisi baik. Untuk alat transportasi yang digunakan dalam membantu proses produksi baik untuk pendistribusian produk maupun akses untuk menuju sumber bahan baku Dafarm menggunakan mobil milik perusahaan. Tidak ada kesulitan untuk menuju lokasi perusahaan karena fasilitas jalan yang telah memadai sehingga dapat diakses dengan menggunakan kendaraan beroda dua maupun beroda empat. 6) Hukum dan peraturan yang berlaku Sejauh ini, tidak ada hambatan hukum dan peraturan lokal yang melarang kegiatan usaha Dafarm. Perusahaan juga telah memiliki izin TDI (Tanda Daftar Industri) yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor dengan nomor 53/21/TDI-Agro&HH/B/X/08. selain itu, Dafarm juga telah memiliki sertifikat halal yang diperoleh dari MUI Propinsi Jawa Barat dengan nomor 01041028021107. Kondisi sosial budaya
48
masyarakat setempat pun tidak ada yang menentang kegiatan usaha ini, meskipun sebagian besar mata pencaharian masyarakat sekitar adalah petani. 7) Sikap masyarakat Sikap masyarakat sangat terbuka dan mendukung adanya usaha pembuatan yoghurt ini. Karena dengan adanya usaha ini mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat lingkungan sekitar pesantren. Selain itu, masyarakat sekitar juga bisa ikut menjadi agen atau distributor yoghurt buatan Dafarm. Tetapi masyarakat sekitar Dafarm masih belum ada yang ikut membuka usaha pembuatan yoghurt. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya modal dan terbatasnya pengetahuan untuk membuat yoghurt. 8) Rencana untuk perluasan usaha Dafarm berencana untuk melakukan pengembangan usaha dengan menambah meningkatkan kapasitas produksi. Kapasitas produksi terpasang berdasarkan akta TDI (Tanda Daftar Industri) yang dimiliki oleh Dafarm adalah sebesar 20.000 liter per tahun atau sekitar 1.700 liter per bulan. Sedangkan kapasitas terpakai saat ini berada jauh di bawah kapasitas terpasang, yaitu baru mencapai 952,71 liter per bulan. Untuk merealisasikan harapan tersebut, kendala yang dihadapi adalah adanya pesaing baik perusahaan menengah, kecil maupun usaha skala rumah tangga yang juga memproduksi yoghurt. 9) Layout Layout adalah keseluruhan proses penentuan dan penempatan fasilitasfasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Layout perusahaan disesuaikan dengan sifat proses produksi yang direncanakan untuk proyek yang dilaksanakan oleh perusahaan. Dafarm memiliki luas ruang produksi sebesar 16 m2. Struktur ruangan untuk proses produksi ditata sesuai dengan alur proses produksi. Di dalam ruangan produksi ini terdapat mesin inkubator, mesin pasteurisasi, freezer, kulkas, kompor gas, peralatan dapur, dan peralatan lainnya yang dibutuhkan untuk memproduksi yoghurt.. Untuk lebih lengkapnya, layout Dafarm dapat dilihat pada lampiran 13. 6.2.2. Skala Usaha Saat ini Dafarm masih beroperasi dalam skala kecil. Produksinya baru dapat dipasarkan ke beberapa daerah seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang
49
dan Bekasi. Jumlah produksi yang dilakukan saat ini masih belum optimal. Kapasitas produksi yang terpakai saat ini masih jauh di bawah kapasitas produksi terpasang. Akibatnya dari seluruh permintaan yang ada, Dafarm baru bisa memenuhi sekitar 40% dari jumlah yang ada. Untuk mengatasi masalah ini, maka Dafarm harus memanfaatkan seluruh kapasitas produksinya supaya permintaan yoghurt yang 60% lagi dapat terpenuhi. Dengan demikian, tidak ada lagi pembeli atau agen yang tidak mendapatkan yoghurt. Karena permintaan yoghurt masih terbilang cukup tinggi, maka peluang untuk meraih keuntungan besar dapat diperoleh dengan mengembangkan kapasitas produksi dan memperluas skala usaha. Dapat dikatakan bahwa Dafarm masih sangat berpotensi untuk meningkatkan skala usahanya untuk mencapai skala ekonomis. 6.2.3. Proses Produksi Pada proses produksi yoghurt diperlukan beberapa persiapan dan pengolahan awal sampai didapatkan susu yang siap difermentasi dan menghasilkan yoghurt. Proses poduksi yang dilakukan Dafarm dapat dilihat pada Gambar 3. Berikut adalah beberapa tahapan dalam memproduksi yoghurt di Dafarm : 1) Pemanasan susu Pemanasan susu dilakukan dengan cara memasukkan susu ke dalam wadah kemudian dipanaskan sampai suhunya mencapai 85oC selama kurang lebih lima menit. Perlakuan pemanasan tersebut diperlukan sebagai proses pemanasan awal sebelum masuk ke tahapan selanjutnya. 2) Pendinginan Pendinginan dilakukan untuk menurunkan suhu susu secara cepat dan menyiapkan suhu susu untuk proses fermentasi yaitu antara 40-45oC. Suhu tersebut merupakan suhu yang paling optimum untuk media pertumbuhan starter yoghurt. Setelah suhunya sesuai dengan yang diinginkan, lalu masukkan susu tersebut ke dalam wadah berukuran 22 liter untuk ditambahkan starter. 3) Penambahan kultur starter Penambahan kultur starter ke dalam susu menggunakan dosis yang telah ditentukan. Dosis yang dipakai adalah sebanyak 3-5 persen dari volume susu.
50
Kultur starter yang ditambahkan merupakan kultur campuran yang terdiri dari Lactobacilus bulgarius dan Streptococcus thermophilus. 4) Inkubasi Inkubasi merupakan proses fermentasi yang dilakukan di dalam inkubator yang suhunya diatur pada kisaran 40-45oC. Proses fermentasi (inkubasi) ini dilakukan selama minimal 12 jam. 5) Penambahan gula Susu yang telah difermentasi menjadi yoghurt kemudian ditambahkan dengan larutan gula lalu diaduk dan disaring agar menyatu. 6) Penambahan nata de coco Proses berikutnya adalah penambahan nata de coco ke dalam larutan yoghurt agar yoghurt yang diproduksi memiliki rasa nata de coco. 7) Proses finishing Proses akhir dari pembuatan yoghurt aalah dengan mengemasnya ke dalam plastik lalu dibekukan di dalam lemari es selama satu malam dan barulah kemudian yoghurt tersebut siap untuk dipasarkan. Pemanasan susu
Pendinginan susu
Penambahan kultur starter
Inkubasi
Penambahan gula
Penambahan nata de coco
Finishing Gambar 3. Proses Produksi Yoghurt Dafarm
51
Saat ini, kondisi manajemen produksi yoghurt di Dafarm belum berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari belum adanya penjadwalan produksi. Permasalahan yang sering timbul akibat produksi yang tidak terjadwal tersebut adalah ketersediaan stok barang yang kurang terkontrol. Hal ini menyebabkan Dafarm tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan pesanan yang datang. 6.2.4. Hasil Analisis Aspek Teknis Dari hasil analisis terhadap aspek teknis, dapat dikatakan bahwa usaha pembuatan yoghurt yang dilakukan oleh Dafarm adalah layak untuk dijalankan. Tidak ada masalah yang dapat menghambat jalannya kegiatan usaha pembuatan yoghurt ini. Usaha ini pun telah mendapatkan izin dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor dan juga telah memperoleh sertifikat halal yang dikeluarkan oleh MUI Propinsi Jawa Barat. 6.3. Aspek Manajemen Aspek manajemen mengkaji beberapa hal mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian di dalam perusahaan. Suatu bisnis dapat dikatakan layak secara manajemen apabila empat hal tersebut dapat terlaksana dengan baik sehingga program kerja perusahaan dapat berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil sesuai dengan yang direncanakan. 6.3.1. Manajemen Organisasi Perusahaan Salah satu cara untuk mencapai kemampuan mengelola suatu organisasi yang baik adalah dengan menentukan struktur formal organisasi. Hal ini diperlukan untuk memudahkan para anggota organisasi melihat bagaimana organisasi disusun, sehingga masing-masing anggota mengetahui tugas dan wewenang serta tanggung jawabnya secara jelas. Struktur organisasi formal merupakan hubungan yang saling terkait antara tugas, wewenang dan tanggung jawab sehingga struktur organisasi tersebut sangat penting untuk dibuat dan dijalankan. Sejak didirikan pada tahun 2007, Dafarm telah mempunyai struktur organisasi formal karena perusahaan tersebut merupakan bagian dari Unit Peternakan Darul Fallah yang telah ada sejak lama. Struktur organisasi yang
52
terdapat di Dafarm merupakan struktur organisasi fungsional. Model struktur organisasi seperti ini membagi tugas ke spesialisasi fungsional, sehingga memungkinkan setiap bagian yang ada untuk fokus terhadap tanggung jawab dari tugas yang ditetapkan. Untuk melihat sistem koordinasi yang ada di Dafarm, dapat dilihat pada Gambar 4.
Pemilik Unit Peternakan (Pengurus Yayasan PP Darul Fallah) Manajer Unit Peternakan (Ir. H. Nursyamsu Mahyuddin, MSi) Wakil Manajer Unit Peternakan (Ir. Iman Hilman, MM) Supervisor Unit Peternakan (Nurul Rachmawati)
Usaha budidaya sapi perah dan kambing perah
Karyawan bagian budidaya
Usaha pengolahan susu
Karyawan bagian produksi
Karyawan bagian distribusi
Tenaga kerja borongan
Gambar 4. Struktur Organisasi Unit Peternakan PP Darul Fallah
6.3.2. Manajemen Sumberdaya Manusia Dafarm yang merupakan bagian dari Unit Peternakan Darul Fallah dipimpin oleh seorang manajer yang dibantu oleh wakil manajer. Latar belakang pendidikan manajer dan wakil manajer
tersebut adalah pasca sarjana. Tugas
53
mereka berdua adalah mengatur dan melakukan kontrol serta evaluasi terhadap kinerja perusahaan. Dalam pelaksanaan tugas di lapangan, manajer dan wakil manajer dibantu oleh seorang supervisor yang membawahi bagian budidaya dan unit pengolahan susu. Latar belakang pendidikan supervisor adalah SMU. Sampai sejauh ini, Dafarm telah mengalami pergantian supervisor sebanyak tiga kali dalam dua tahun, hal ini sedikit banyaknya tentu berpengaruh terhadap kegiatan operasional perusahaan. Dalam perekrutan tenaga kerja, Dafarm lebih cenderung memberdayakan masyarakat sekitar pesantren dan juga beberapa santri lulusan pesantren untuk bekerja pada bagian unit usaha pengolahan susu. Oleh karena itu Dafarm tidak menetapkan kualifikasi pendidikan tertentu untuk tenaga kerjanya. Pada bagian teknis, karyawan bagian produksi dan distribusi berlatar belakang pendidikan SMU. Kemampuan mereka sudah cukup memadai karena telah memiliki keterampilan teknis yang baik. Sedangkan untuk tenaga kerja borongan yang berjumlah delapan orang memiliki latar belakang pendidikan sederajat SD dan SMP. Mereka terdiri dari ibu-ibu dan remaja putri sekitar pesantren. Tugas tenaga kerja borongan ini adalah untuk melakukan pengemasan yoghurt secara manual. 6.3.3. Hasil Analisis Aspek Manajemen Hasil dari analisis aspek manajemen yang terdiri dari manajemen organisasi dan manajemen sumberdaya manusia, dapat dikatakan bahwa usaha pembuatan yoghurt yang dilakukan oleh Dafarm tidak terdapat masalah manajemen yang dapat menghambat jalannya usaha meskipun ketika terjadi pergantian kepemimpinan produksi dafarm agak terganggu. Usaha pembuatan yoghurt telah memiliki struktur organisasi formal dan juga pembagian tugas yang jelas antara pemimpin dan karyawan, sehingga dapat dikatakan usaha tersebut layak untuk dijalankan. 6.4. Aspek Hukum Perusahaan yang berbentuk badan usaha atau memiliki perizinan usaha akan lebih diakui keberadaannya baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Suatu perusahaan dikatakan apabila telah memenuhi persyaratan legalitas agar
54
mempermudah hubungan ke luar perusahaan, memiliki kekuatan hukum, dan diakui serta terikat dengan hukum yang berlaku. 6.4.1. Bentuk Badan Usaha Dafarm memiliki bentuk badan usaha berupa usaha perorangan. Modal awal pendirian usaha pembuatan yoghurt tersebut berasal dari anggaran Yayasan PP Darul Fallah. Dalam perjalanannya Dafarm memperoleh dana hibah untuk pengembangan usaha dari LM3 (Lembaga Mandiri dan Mengakar di Masyarakat) yang diberikan oleh Departemen Pertanian RI. Dana tersebut berjumlah seratus juta rupiah dan digunakan untuk pembelian investasi berupa mesin pengolahan serta kendaraan untuk distribusi. Keuntungan dari bentuk badan usaha perorangan adalah dapat menikmati seluruh keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usaha. Sedangkan kelemahannya adalah semua bentuk kerugian atau beban usaha harus menjadi tanggung jawab pemilik perusahan itu sendiri. 6.4.2. Izin Usaha Usaha pembuatan yoghurt yang dijalankan oleh Dafarm telah memperoleh izin TDI (Tanda Daftar Industri) yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor dengan nomor 53/21/TDI-Agro&HH/B/X/08. nomor TDI tersebut telah tercantum pada kemasan sekunder produk. Selain itu, usaha pembuatan yoghurt Dafarm juga telah memperoleh sertifikat halal dari MUI Provinsi Jawa Barat dengan nomor 01041028021107 6.5. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan Pembangunan suatu usaha atau perusahaan seharusnya memperhatikan kepentingan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial ekonomi. Pembangunan usaha yang baik adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan. Hal tersebut dapat terwujud apabila semua komponen dalam perusahaan mengerti pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan dalam setiap tahapan produksinya. Usaha pembuatan yoghurt yang dijalankan oleh Dafarm telah membuka kesempatan kerja bagi penduduk sekitar pesantren. Dafarm memiliki tenaga kerja borongan yang berasal dari penduduk sekitar sebanyak delapan orang. Selain itu,
55
usaha yang dijalankan Dafarm ini juga memberikan pengaruh bagi pendapatan negara atau pemerintah daerah berupa pajak dari keuntungan usaha Dafarm. Keberadaan usaha Dafarm tidak memberikan dampak buruk bagi kondisi lingkungan di sekitar tempat usaha. Berbeda dengan kegiatan usaha perindustrian yang menghasilkan limbah berbahaya, kegiatan usaha pembuatan yoghurt yang dilakukan Dafarm ini tidak menghasilkan limbah yang dapat berdampak buruk bagi keseimbangan lingkungan. Jika dilihat dari aspek sosial ekonomi dan lingkungan, usaha pembuatan yoghurt ini layak untuk dijalankan. Selain tidak menimbulkan limbah yang dapat merusak lingkungan, kegiatan usaha ini juga dapat menambah kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar dan memberikan kontribusi bagi negara berupa pajak.
56
VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan usaha pembuatan yoghurt. Analisis kelayakan finansial yang dilakukan pada kedua pola usaha bertujuan untuk melihat jenis pola usaha pembuatan yoghurt manakah yang lebih menguntungkan untuk dijalankan. Untuk mengetahui hasil kelayakan usaha pembuatan yoghurt akan dilihat dari kriteriakriteria kelayakan finansial yang meliputi Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Periode. Analisis kelayakan finansial pada penelitian ini akan dibagi menjadi 2 skenario berdasarkan kegiatan usaha yang telah dilakukan dan rencana pengembangan usaha ini ke depan. Pada skenario I, analisis kelayakan finansial yang dilakukan berdasarkan pada kenyataan di lapangan saat ini, dimana kapasitas produksi belum dimanfaatkan secara optimal. Sedangkan untuk skenario II, analisis kelayakan finansial yang dilakukan berdasarkan rencana pengembangan usaha di masa yang akan datang. Pada skenario II, optimalisasi produksi yoghurt akan dilakukan dengan memanfaatkan kapasitas maksimal mesin produksi yang ada saat ini. 7.1. Analisis Kelayakan Finansial Skenario Usaha I (Kondisi Usaha Saat Ini) Analisis kelayakan finansial skenario I mengacu pada kondisi usaha saat ini, dimana usaha belum berproduksi dengan memanfaatkan kapasitas maksimal mesin produksi dan diasumsikan tidak terjadi penambahan biaya dan manfaat selama umur proyek berlangsung. Pada skenario I, jumlah produksi per bulan berada di bawah kapasitas terpasang yakni baru mencapai 1.400 liter per bulan. Karena tingkat keberhasilan pembuatan yoghurt di Dafarm adalah 90 persen, maka yoghurt yang dihasilkan dalam satu bulan adalah 1.260 liter. Jumlah ini setara dengan 33.600 stik kemasan 45 ml dan 3.877 stik kemasan 80 ml. Sedangkan kapasitas produksi terpasang berdasarkan akta TDI (Tanda Daftar Industri)yang dimiliki Dafarm adalah sebesar 20.000 liter per tahun atau sekitar 1.700 liter per bulan.
7.1.1. Inflow Aliran kas masuk (inflow) pada skenario usaha I berasal dari penerimaan penjualan produk dan nilai sisa dari peralatan. 7.1.1.1. Penerimaan Penjualan Penerimaan penjualan diperoleh dari perkiraan jumlah produksi yang dikalikan dengan harga jual produknya (Tabel 14). Jumlah produksi didasarkan pada jumlah produksi rata-rata. Jumlah produk yang dihasilkan dalam satu kali proses produksi tidak selalu sama, namun rata-rata jumlah produksi per bulannya mencapai 1.400 liter. Karena tingkat keberhasilan pembuatan yoghurt di Dafarm adalah 90 persen, maka dalam satu bulan yoghurt yang dihasilkan adalah sebanyak 1.260 liter. Dafarm beroperasi 12 bulan dalam setahun. Sehingga diperoleh jumlah produksi sebanyak 15.120 liter per tahun. Jumlah tersebut setara dengan 449.724 stik setiap tahunnya yang terdiri dari 403.200 stik ukuran 45 ml dan 46.524 stik ukuran 80 ml. Jumlah tersebut diasumsikan tetap selama umur usaha. Sedangkan harga jual produk terdiri dari enam kategori harga. Untuk yoghurt dengan kemasan 45 ml, terdapat tiga kategori harga, yaitu Rp 300 untuk agen pada saluran distribusi pertama, Rp 350 untuk agen pada saluran distribusi kedua, dan Rp 500 untuk pelanggan yang datang langsung ke tempat produksi pada saluran distribusi ketiga. Yoghurt dengan kemasan 80 ml juga memiliki tiga kategori harga, yaitu Rp 600 untuk agen pada saluran distribusi pertama, Rp 700 untuk agen pada saluran distribusi kedua, dan Rp 1000 untuk pelanggan yang datang langsung ke tempat produksi pada saluran distribusi ketiga. Besarnya persentase jumlah produk yang dijual pada ketiga saluran distribusi tersebut adalah 60 persen untuk saluran distribusi pertama, 35 persen untuk saluran distribusi kedua, dan 5 persen untuk saluran distribusi ketiga. Hal ini disebabkan karena enam agen yang ada di saluran distribusi pertama masing-masingnya meminta 2.500 stik setiap bulan, sedangkan empat agen yang ada di saluran distribusi kedua permintaan masing-masingnya hanya 500 stik setiap bulannya.
58
Tabel 14. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Skenario Usaha I Tahun
Ukuran Kemasan (ml)
1-10
Jumlah (kemasan)
Harga (Rp)
Nilai Penjualan (Rp)
45
241.920
300
75.576.000
45
141.120
350
49.392.000
45
20.160
500
10.080.000
80
27.914
600
16.748.400
80
16.284
700
11.398.800
80
2.328
1000
2.328.000
Total Nilai Penjualan (Rp)
165.523.200
Keterangan : Jumlah produksi dan nilai penjualan diasumsikan tetap selama umur usaha
Berdasarkan hasil perhitungan penerimaan penjualan, jumlah penerimaan yang berasal dari penjualan produk selama umur usaha adalah Rp 1.655.232.000. Nilai penjualan diperoleh dari jumlah produk yang terjual dikalikan dengan harga jual selama umur usaha. Jumlah produk yang terjual sama dengan jumlah produk yang diproduksi oleh Dafarm karena produksi dilakukan berdasarkan permintaan sehingga seluruh yoghurt yang diproduksi terjual atau tidak ada sisa produk yang tidak laku. 7.1.1.2. Nilai Sisa (Salvage Value) Investasi yang diperlukan dalam skenario I meliputi mesin pasteurisasi, mesin inkubator, Cream separator, kompor gas, tabung gas, panci besar, panci sedang, panci kecil, milk can, box susu, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, pengaduk kayu, mangkuk, centong, galon air mineral, kulkas, freezer, dan sepeda motor. Arus penerimaan yang berasal dari nilai sisa (salvage value) dihitung berdasarkan nilai dari investasi peralatan yang masih tersisa pada akhir umur usaha. Peralatan yang masih memiliki nilai sisa pada akhir umur usaha (pada tahun ke-10) adalah freezer, kulkas, termometer, dan kompor gas. Rincian nilai sisa investasi Dafarm dapat dilihat pada Tabel 15. Nilai sisa yang didapatkan pada akhir masa proyek adalah sebesar Rp 17.653.333. Nilai tersebut berasal dari nilai peralatan yang dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Nilai sisa terbesar berasal dari nilai sisa freezer yaitu sebesar Rp 13.333.333. Penghitungan penyusutan dari peralatan tersebut menggunakan metode garis lurus.
59
Tabel 15. Nilai Sisa Investasi Dafarm pada Skenario Usaha I Umur Penyusutan Nilai Beli No Uraian Pakai per Tahun (Rp) (tahun) (Rp) 1 Freezer 20.000.000 3 6.666.667 2
Kulkas
3 4
Nilai Sisa (Rp) 13.333.333
5.600.000
3
1.866.667
3.733.333
Termometer
20.000
3
6.667
13.333
Kompor gas
540.000
3
180.000
360.000
Jumlah
17.439.999
7.1.2. Outflow Sejumlah dana dikeluarkan untuk membiayai berbagai macam kegiatan perusahaan. Dalam skenario usaha I, pengeluaran dikelompokkan ke dalam beberapa biaya, yaitu biaya investasi, biaya reinvestasi, biaya operasional, dan pajak penghasilan. 7.1.2.1. Biaya Investasi Biaya investasi dikeluarkan pada tahun 2007 dan 2008. Tetapi karena biaya investasi pertama terjadi diakhir tahun 2007 dan investasi terbesar terjadi pada tahun 2008, diasumsikan tahun 2008 sebagai tahun pertama perhitungan kelayakan finansial, artinya perusahaan baru mulai berproduksi setelah semua kebutuhan investasinya terpenuhi pada tahun 2008. Kebutuhan investasi Dafarm disesuaikan dengan kebutuhan produksi secara teknis yang meliputi bangunan tempat usaha, mesin dan peralatan untuk menghasilkan produk, kendaraan serta peralatan penunjang lainnya seperti alat komunikasi. Total biaya investasi yang dikeluarkan oleh Dafarm adalah sebesar Rp 132.520.000. Biaya investasi terbesar pada skenario usaha I tersebut adalah biaya pembelian mesin pasteurisasi, yaitu sebesar Rp 30.000.000. Peralatan investasi lainnya memiliki umur ekonomis yang kurang dari umur proyek, oleh karena itu memerlukan
investasi
ulang
atau
reinvestasi.
Pada
perhitungan
biaya
investasi,harga tanah tidak dimasukkan karena Dafarm berada di PP Darul Fallah yang tanahnya merupakan tanah wakaf, sehingga bisa dipakai secara gratis untuk kepentingan pesantren. Rincian biaya investasi pada skenario usaha I dapat dilihat pada Tabel 16.
60
Tabel 16. Biaya Investasi pada Skenario Usaha I Harga No Uraian Jumlah Satuan (Rp) 1. Mesin pasteurisasi 1 unit 30.000.000
Nilai (Rp)
2.
Mesin inkubator
1 unit
27.000.000
27.000.000
10
3.
Cream separator
1 unit
6.000.000
6.000.000
10
4.
Kompor gas
2 unit
270.000
540.000
3
5.
Tabung gas
2 unit
300.000
600.000
5
6.
Panci besar (20 L)
3 unit
250.000
750.000
1
7.
Panci sedang (15L)
1 unit
180.000
180.000
1
8.
Panci kecil (10 L)
1 unit
150.000
150.000
1
9.
Milk can (stainless)
3 unit
700.000
2.100.000
5
10. Milk can (alminium)
2 unit
400.000
800.000
5
11. Box susu (35 L)
10 unit
370.000
3.700.000
5
12. Wadah plastik (20 L)
15 unit
50.000
750.000
1
13. Wadah plastik (5 L)
1 unit
15.000
15.000
1
14. Timbangan
1 unit
90.000
90.000
1
15. Takaran
1 unit
25.000
25.000
1
16. Saringan
1 unit
16.000
16.000
1
17. Pengaduk kayu
4 unit
5.000
20.000
1
18. Mangkuk
10 unit
4.000
40.000
1
19. Centong
4 unit
3.000
12.000
1
20. Galon air
2 unit
46.000
92.000
1
21. Kulkas
2 unit
2.800.000
5.600.000
3
22. Freezer (528 L)
1 unit
4.800.000
4.800.000
3
23. Freezer (300 L)
1 unit
3.900.000
3.900.000
3
24. Freezer (200 L)
4 unit
2.400.000
9.600.000
3
25. Freezer (120 L)
1 unit
1.700.000
1.700.000
3
26. Sepeda motor 1
1 unit
15.000.000
15.000.000
10
27. Sepeda motor 2
1 unit
9.000.000
9.000.000
10
28. Bangunan
1 unit
10.000.000
10.000.000
10
29. Termometer
1 unit
20.000
20.000
3
Umur Ekonomis 30.000.000 10
61
7.1.2.2. Biaya Reinvestasi Biaya reinvestasi dikeluarkan untuk mengganti peralatan investasi yang telah habis masa ekonomisnya sebelum proyek berakhir. Biaya reinvestasi yang dikeluarkan berbeda-beda setiap tahunnya. Jumlah tersebut tergantung dari banyaknya peralatan yang perlu diperbaharui. Peralatan seperti panci, wadah plastik, saringan, pengaduk kayu, mangkuk, dan centong merupakan peralatan yang tidak tahan lama dan harus diperbaharui setiap tahun. Oleh karena itu, pada tahun kedua dari umur usaha sudah mulai dikeluarkan biaya reinvestasi untuk mengganti peralatan tersebut. Besarnya biaya reinvestasi setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Biaya Reinvestasi Dafarm pada Skenario Usaha I Tahun kePeralatan yang diganti Nilai Reinvestasi (Rp) 2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air Freezer, kulkas, kompor gas, termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air Pengaduk, panci, box susu, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air, milk can Freezer, kulkas, kompor gas, termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air Freezer, kulkas, kompor gas, termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air
2.160.000 2.160.000
28.320.000
2.160.000 9.360.000
28.320.000
2.160.000 2.160.000
28.320.000
62
Biaya reinvestasi terbesar dikeluarkan pada tahun ke 4, 7, dan 10 umur usaha, yaitu sebesar 28.320.000. Besarnya biaya reinvestasi pada tahun tersebut karena adanya biaya reinvestasi untuk freezer sebesar Rp 20.000.000. Investasi lain yang perlu diganti pada tahun tersebut adalah kulkas, kompor gas, oven, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, dan galon air. 7.1.2.3. Biaya Operasional Selain biaya investasi dan reinvestasi, biaya lain yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha adalah biaya operasional. Karena sifatnya yang operasional, maka biaya ini selalu dikeluarkan setiap tahunnya selama umur proyek. Biaya operasional ini meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya tetap pada Dafarm meliputi pemeliharaan, listrik, komunikasi, transportasi dan penyusutan peralatan. Komponen biaya tetap penyusutan terdapat dalam penghitungan laba/rugi perusahaan. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besarnya dapat berubah-ubah tergantung dari perubahan jumlah produksi yang dihasilkan. Diantara biaya bahan baku tersebut adalah susu, bakteri starter, gula, nata de coco, perasa buah, air galon, plastik kemasan primer, plastik kemasan sekunder, dan gaji karyawan borongan. Rincian biaya tetap dan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 18 dan 19. Tabel 18. Biaya Tetap Per Tahun Dafarm pada Skenario Usaha I No Uraian Nilai (Rp) 1
Pemeliharaan
6.626.000
2
Listrik
4.200.000
3
Komunikasi
1.200.000
4
Transportasi
3.600.000
5
Penyusutan peralatan*
20.066.667
Keterangan: * biaya tetap yang hanya ada dalam perhitungan laba/rugi
Pada perhitungan cashflow perusahaan, komponen biaya tetap terbesar adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan yaitu sebesar Rp 6.626.000. Besarnya biaya pemeliharaan dihitung 5 persen dari biaya investasi. Sedangkan
63
pada perhitungan laba/rugi perusahaan, komponen biaya tetap terbesar adalah biaya penyusutan peralatan yaitu sebesar Rp 20.066.667. Biaya penyusutan peralatan hanya ada dalam perhitungan laba/rugi karena pada perhitungan tersebut tidak dikeluarkan biaya investasi sehingga komponen outflow untuk peralatan hanya dihitung berdasarkan penyusutannya. Total biaya tetap dalam perhitungan laba/rugi usaha adalah sebesar Rp 35.692.667. Sedangkan total biaya tetap dalam perhitungan cashflow usaha adalah sebesar Rp 15.626.000. Tabel 19. Biaya Variabel Dafarm Per Tahun pada Skenario Usaha I Jumlah Jumlah Harga satuan Total biaya No Uraian per bulan per tahun (Rp) (Rp) 1 Susu 750 L 9000 L 4.000 36.000.000 2
Bakteri starter
18,75 L
225 L
100.000
22.500.000
3
Gula
262,50 kg
3150 kg
8.000
25.200.000
4
Nata de coco
30 kg
360 kg
2.000
720.000
5
Perasa buah
10 botol
120 botol
4.000
480.000
6
Air galon
45 galon
540 galon
3.000
1.620.000
7
Plastik kemasan primer Plastik kemasan sekunder Gaji pegawai
15 kg
180 kg
25.000
4.500.000
9 kg
108 kg
36.750
3.969.000
2 orang
24 orang
500.000
12.000.000
Gaji pegawai borongan
41.633,58 stik
499.603 stik
20
9.992.060
8 9 10
Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan oleh Dafarm selama umur usaha adalah tetap. Hal ini dikarenakan jumlah produk yang dikeluarkan juga tetap sehingga kebutuhan bahan baku dan tenaga kerja untuk memproduksinya juga tetap atau sama besarnya selama umur usaha. Total biaya variabel yang harus dikeluarkan adalah sebesar 116.981.060 per tahun. Pengeluaran terbesar adalah untuk membiayai pembelian bahan baku berupa susu segar yakni sebesar 36.000.000. Walaupun harga satuan susu lebih murah dari beberapa bahan baku lainnya, namun karena susu merupakan bahan baku utama dan dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka nilainya lebih tinggi.
64
7.1.2.4. Pajak Penghasilan Pajak penghasilan merupakan komponen pengeluaran (outflow) yang harus dikeluarkan atas laba yang diperoleh setiap tahunnya. Pajak ini merupakan pajak penghasilan yang diserahkan kepada pemerintah. Penghitungan pajak penghasilan didasarkan pada tarif Pasal 21 UU PPh tahun 2009 atas Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak Pribadi, dimana tarif pajak yang berlaku adalah tarif pajak progresif. Pada dasarnya Dafarm tidak membayarkan pajak kepada pemerintah karena pemilik belum memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan kurangnya sosialisasi dari pemerintah setempat akan pentingnya pembayaran pajak penghasilan. Namun, sebagai biaya imbangan dari laba yang dihasilkan, maka dalam perhitungan analisis kelayakan finansial perlu dihitung besarnya jumlah pajak penghasilan yang seharusnya dikeluarkan oleh perusahaan. Berdasarkan perhitungan laba/rugi perusahaan Dafarm (Lampiran 2). perusahaan mulai mengeluarkan pajak pada tahun pertama usaha karena pada tahun tersebut perusahaan sudah mendapatkan keuntungan atau laba. Besarnya pajak penghasilan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan Dafarm setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Pajak Penghasilan Dafarm pada Skenario Usaha I Tahun ke- Laba bersih sebelum pajak (Rp) Nilai pajak (Rp) 1
12.849.473
642.474
2
12.849.473
642.474
3
12.849.473
642.474
4
12.849.473
642.474
5
12.849.473
642.474
6
12.849.473
642.474
7
12.849.473
642.474
8
12.849.473
642.474
9
12.849.473
642.474
10
30.502.806
1.525.140
Nilai pajak penghasilan yang seharusnya dikeluarkan oleh Dafarm adalah sebesar 5 persen dari laba bersih sebelum pajak yang diperoleh setiap tahunnya.
65
Persentase pajak penghasilan tersebut berdasarkan tarif pajak progresif, dimana untuk laba bersih yang masih dibawah Rp 50.000.000 setiap tahunnya, besarnya tarif pajak adalah 5 persen. Besarnya pajak penghasilan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun pertama sampai tahun ke sembilan usaha adalah sama karena nilai laba bersih sebelum pajak yang diperoleh pada tahun-tahun tersebut juga sama. Sementara itu, pada tahun kesepuluh usaha, besarnya pajak penghasilan yang dikeluarkan lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya karena nilai laba bersih sebelum pajak yang diperoleh pada tahun ke sepuluh juga lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya. 7.1.3. Analisis Laba Rugi Usaha Menurut Umar (2007), proyeksi laba rugi disusun oleh data-data pendapatan dan biaya. Dalam analisis laba rugi usaha, pendapatan diperoleh dari penerimaan dan nilai sisa investasi, sedangkan komponen biaya disusun oleh biaya tetap, biaya variabel, dan pajak penghasilan. Perhitungan laba rugi usaha dimulai dengan mengurangi jumlah seluruh penerimaan dengan total biaya tetap dan biaya variabel setiap tahunnya. Dari perhitungan tersebut didapatkan nilai penerimaan sebelum bunga dan pajak (EBIT) atau laba kotor yang kemudian dikurangi dengan biaya bunga sehingga didapatkan penerimaan sebelum pajak atau laba bersih sebelum pajak (EBT). Sebagai langkah akhir, dilakukan pengurangan terhadap EBT dengan pajak penghasilan untuk setiap EBT yang bernilai positif atau memperoleh keuntungan. Dengan demikian didapatkan nilai penerimaan setelah pajak atau laba/rugi bersih usaha. Untuk biaya tetap pada komponen biaya operasional ditambahkan dengan komponen biaya penyusutan dari barang-barang investasi per tahunnya. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada Tabel 21.
66
Tabel 21. Penyusutan Barang-barang Investasi pada Usaha Pembuatan Yoghurt Dafarm Umur Nilai Total Penyusutan No Uraian Jumlah Ekonomis (Rp) /Tahun 1. Mesin pasteurisasi 1 unit 10 30.000.000 3.000.000 2.
Mesin inkubator
1 unit
10
27.000.000
2.700.000
3.
Cream separator
1 unit
10
6.000.000
600.000
4.
Kompor gas
2 unit
3
540.000
180.000
5.
Tabung gas
2 unit
5
600.000
120.000
6.
Panci besar (20 L)
3 unit
1
750.000
750.000
7.
Panci sedang (15L)
1 unit
1
180.000
180.000
8.
Panci kecil (10 L)
1 unit
1
150.000
150.000
9.
Milk can (stainless)
3 unit
5
2.100.000
420.000
10. Milk can (alminium)
2 unit
5
800.000
160.000
11. Box susu (35 L)
10 unit
5
3.700.000
740.000
12. Wadah plastik (20 L)
15 unit
1
750.000
750.000
13. Wadah plastik (5 L)
1 unit
1
15.000
15.000
14. Timbangan
1 unit
1
90.000
90.000
15. Takaran
1 unit
1
25.000
25.000
16. Saringan
1 unit
1
16.000
16.000
17. Pengaduk kayu
4 unit
1
20.000
20.000
18. Mangkuk
10 unit
1
40.000
40.000
19. Centong
4 unit
1
12.000
12.000
20. Galon air
2 unit
1
92.000
92.000
21. Kulkas
1 unit
3
2.800.000
933.333,33
22. Frizeer (528 L)
1 unit
3
4.800.000
1.600.000
23. Frizeer (300 L)
1 unit
3
3.900.000
1.300.000
24. Frizeer (200 L)
4 unit
3
9.600.000
3.200.000
25. Frizeer (120 L)
1 unit
3
1.700.000
566.666,67
26. Sepeda motor 1
1 unit
10
15.000.000
1.500.000
27. Sepeda motor 2
1 unit
10
9.000.000
900.000
28. Termometer
I unit
3
20.000
6.667
Jumlah
20.066.667
67
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap laba/rugi usaha, diperoleh hasil bahwa pada skenario usaha I Dafarm memperoleh laba mulai dari tahun pertama usaha hingga akhir umur usaha. Laba bersih terbesar diperoleh pada akhir tahun usaha yaitu sebesar Rp 30.502.806. Jumlah keseluruhan laba bersih yang diperoleh selama umur usaha pada skenario usaha I adalah Rp 138.840.660. 7.1.4. Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial untuk skenario usaha I dihitung berdasarkan nilai manfaat bersih (net benefit) yang didiskontokan dengan tingkat dicount factor sebesar 6,5%. Tingkat discount factor ini didasarkan pada tingkat suku bunga yang berlaku di Bank Indonesia pada bulan November 2009. Hal ini dilakukan karena seluruh modal usaha yang digunakan berasal dari modal pemiliki sendiri dan dari dana hibah. Selain itu, pemilik usaha juga tidak memiliki tabungan di bank komersial karena pemilik menabung di salah satu bank syari’ah, sehingga sebagai nilai social opportunity cost of capital dari modal yang dimiliki tersebut digunakan tingkat suku bunga Bank Indonesia sebagai tingkat diskon faktornya. Nilai net benefit yang diperoleh tersebut dijadikan dasar perhitungan kelayakan finansial berdasarkan kriteria investasi, yaitu: Net Present Value (NPV), Net Benefit/Cost (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Periode (Tabel 22). Tabel 22. Hasil Analisis Kelayakan Finansial pada Skenario Usaha I Payback Periode NPV (Rp) Net B/C IRR (%) (Tahun) 55.324.877
1,56
19
5,92
Berdasarkan hasil dari perhitungan kriteria investasi tersebut, didapatkan nilai NPV>0 yaitu sebesar Rp 55.324.877. Nilai tersebut merupakan selisih dari manfaat bersih yang telah didiskontokan dengan biaya yang telah didiskontokan selama umur usaha. Dengan demikian, usaha ini layak untuk dijalankan karena menghasilkan nilai NPV yang positif atau lebih besar dari nol. Nilai Net B/C yang diperoleh adalah sebesar 1,56 yang berarti nilai Net B/C>1. Nilai tersebut menunjukkan bahwa penggunaan setiap Rp 1 untuk membiayai usaha tersebut akan menghasilkan Rp 1,56 selama umur usaha. Nilai
68
Net B/C yang lebih besar dari 1 tersebut menunjukkan bahwa penggunaan investasi pada usaha pembuatan yoghurt Dafarm adalah layak. Investasi pada usaha pembuatan yoghurt Dafarm juga dapat dikatakan layak berdasarkan hasil perhitungan kriteria investasi lainnya yaitu Internal Rate of Return (IRR). Nilai IRR yang diperoleh adalah 19 persen yang berarti bahwa keuntungan internal yang diperoleh dari kegiatan investasi tersebut 19 persen per tahun. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat suku bunga yang dijadikan acuan tingkat discount factor yaitu 6,5 persen. Sedangkan nilai yang dihasilkan oleh kriteria Payback Periode adalah 5,92 tahun. Nilai tersebut berarti bahwa jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan sejumlah nilai investasi yang telah dikeluarkan adalah selama 5,92 tahun atau 5 tahun 11 bulan 12 hari. Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi tersebut lebih pendek daripada lama atau umur usaha sehingga dapat dikatakan usaha ini layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis kriteria investasi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode menunjukkan bahwa secara finansial penggunaan investasi untuk usaha pembuatan yoghurt Dafarm adalah layak karena lebih menguntungkan daripada menyimpan uang dalam bentuk deposito atau tabungan di bank. 7.1.5. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan dari usaha pembuatan yoghurt dalam menghadapi perubahan-perubahan yang ada. Perubahan biasanya terjadi pada faktor-faktor produksi seperti kenaikan biaya bahan baku dan penurunan penjualan. Berdasarkan pengalaman yang pernah dialami oleh perusahaan, usaha ini pernah mengalami penurunan penjualan sebesar 36, 57 persen. Nilai tersebut berasal dari jumlah penjualan terkecil dalam satu bulan dibandingkan dengan nilai rata-rata penjualan perbulannya. Rata-rata penjualan yoghurt Dafarm adalah sebesar 1.400 liter per bulan. Pada bulan Januari 2009, jumlah penjualan hanya mencapai 888 liter, yang berarti terjadi penurunan sebesar 36,57 persen dari penjualan rata-rata. Penurunan ini terjadi karena pada bulan tersebut terjadi pergantian kepemimpinan di dalam perusahaan Dafarm sehingga berpengaruh terhadap hasil produksi. Penurunan produksi sebesar 36,57 persen ini merupakan produksi bulanan, tetapi dalam perhitungan kelayakan ini diasumsikan penurunan tersebut berlaku setiap bulan dengan angka yang sama.
69
Biaya bahan baku terbesar adalah biaya untuk pembelian susu segar. Kenaikan harga susu segar pernah dialami perusahaan yang meningkat dari Rp 4.000 per liter menjadi Rp 4.500 per liter. Dengan demikian terjadi peningkatan harga susu segar sebesar 12,5%. Adanya penurunan penjualan dan kenaikan harga bahan baku tersebut memerlukan analisis sensitivitas untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan secara finansial. Hasil analisis sensitivitas dengan dua tingkat kepekaan tersebut pada skenario usaha I dapat dilihat pada hasil perhitungan kriteria investasi yang diperoleh (Tabel 23). Tabel 23. Hasil Analisis Sensitivitas pada Skenario Usaha I Penurunan Penjualan Kenaikan Harga Susu Kriteria Investasi 36,57% 12,5% NPV (Rp) -41.079.432 20.872.408 Net B/C
0,67
1,20
IRR (%)
-3,19
11
-
8,31
Payback Periode (tahun)
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas terhadap penurunan penjualan sebesar 36,57 persen tersebut akan menghasilkan nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp -41.079.432. Nilai tersebut menunjukkan bahwa adanya penurunan penjualan sebesar 36,57 persen akan menjadikan usaha ini tidak layak dijalankan. Adanya kenaikan harga bahan baku (susu segar) sebesar 12,5 persen juga menurunkan nilai Net Present Value (NPV) menjadi Rp 20.872.408. Nilai tersebut menunjukkan bahwa adanya kenaikan harga bahan baku sebesar 12,5 persen tetap menjadikan usaha ini layak dijalankan. Penurunan nilai manfaat bersih kini atau NPV yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku adalah sebesar 62,28 persen. Nilai Net B/C, IRR dan Payback Periode yang dihasilkan oleh kenaikan harga bahan baku sebesar 12,5% secara berturut-turut adalah 1,20, 11 persen dan 8,31 tahun. Hal ini berarti terjadi penurunan terhadap Net B/C sebesar 23,07 persen, IRR sebesar 42,10 persen, dan Payback Periode sebesar 28,76 persen. 7.1.6. Analisis Switching Value Analisis switching value atau analisis nilai pengganti merupakan suatu variasi dari analisis sensitivitas. Berdasarkan analisis sensitivitas pada skenario
70
usaha I, adanya penurunan penjualan sebesar 36,57 persen membuat usaha tidak layak lagi untuk dijalankan. Sedangkan adanya kenaikan harga bahan baku sebesar 12,5 persen masih membuat usaha masih layak secara finansial. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis nilai pengganti untuk mengetahui sampai sejauh mana penurunan penjualan dan kenaikan harga bahan baku yang bisa ditolerir agar usaha tetap layak secara finansial. Analisis switching value ini juga bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat penurunan penjualan dan tingkat kenaikan harga bahan baku yang masih diterima agar usaha mencapai titik impasnya. Hasil dari analisis nilai pengganti berdasarkan kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha I Perubahan Penurunan penjualan Kenaikan harga susu
Persentase (%)
NPV (Rp)
Net B/C
IRR (%)
29,477765
0,00
1
6,5
Payback Periode (tahun) 10
20,072390
0,00
1
6,5
10
Hasil dari analisis switching value tersebut menunjukkan bahwa batas tingkat penurunan penjualan yang masih bisa diterima agar usaha masih layak untuk dijalankan adalah sebesar 29,477765 persen. Pada tingkat tersebut jumlah penjualan per tahun adalah sebesar 317.155 stik. Penurunan jumlah penjualan yang melebihi 29,477765 persen akan menyebabkan usaha tidak layak lagi untuk dijalankan. Analisis switching value terhadap kenaikan harga jual menunjukkan bahwa tingkat minimum diterimanya usaha tersebut adalah terjadinya kenaikan harga bahan baku sebesar 20,072390 persen. Pada tingkat tersebut, harga susu segar mencapai Rp 4.803 per liter. Dengan demikian, peningkatan harga susu segar yang lebih besar dari 20,072390 persen atau lebih besar dari Rp 4.803 per liter, akan menyebabkan usaha pembuatan yoghurt tidak layak lagi untuk dijalankan.
71
7.2. Analisis Kelayakan Finansial Skenario Usaha II Skenario usaha II merupakan pengembangan usaha dengan peningkatan kapasitas produksi menjadi 1.667 liter per bulan. Peningkatan kapasitas produksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah investasi pada peralatan produksi. Tujuan peningkatan kapasitas produksi tersebut adalah untuk memenuhi permintaan yoghurt yang mencapai 68.000 stik per bulan. 7.2.1. Inflow Arus kas masuk atau inflow pada skenario II berasal dari penerimaan penjualan dan nilai sisa investasi. 7.2.1.1. Penerimaan Penjualan Penerimaan penjualan pada skenario usaha II dihitung dengan mengalikan jumlah penjualan dengan harga jualnya selama umur usaha. Jumlah penjualan sama dengan jumlah produksi karena produksi hanya berdasarkan permintaan yang ada sehingga seluruh produk terjual. Jumlah produksi pada skenario usaha II adalah 1.667 liter per bulan. Karena tingkat keberhasilan pembuatan yoghurt di Dafarm adalah 90 persen, maka yoghurt yang dihasilkan dalam satu bulan adalah 1.500 liter. Sedangkan harga jual yang ditetapkan sama seperti pada skenario usaha I yaitu Rp 300, Rp 350 dan Rp 500 untuk kemasan berukuran 45 ml serta Rp 600, Rp700, dan Rp 1000 untuk kemasan berukuran 80 ml. Skenario usaha II merupakan pengembangan dari skenario usaha I dimana jumlah produksi ditingkatkan sebesar 267 liter per bulan untuk memenuhi permintaan konsumen di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, sehingga jumlah produksi menjadi 44.625 stik per bulan atau 535.380 stik per tahun. Karena permintaan tambahan datang dari distributor yang telah ada, maka penambahan kapasitas produksi tidak memerlukan tamabahan jalur distribusi. Hal ini menyebabkan persentase permintaan masing-masing jalur distribusi pada skenario usaha II sama dengan jalur distribusi pada skenario usaha I, yaitu 60% untuk jalur distribusi pertama, 35% untuk jalur distribusi kedua dan 5 persen untuk jalur distribusi ketiga. Jumlah produksi dan nilai penjualan yang diperoleh pada skenario usaha II selama umur usaha dapat dilihat pada Tabel 25. Nilai penjualan total yang diperoleh selama umur usaha pada skenario usaha II adalah
72
Rp 2.150.172.000. Jumlah produksi dan harga jual serta komposisi penjualan dari masing-masing harga diasumsikan tetap selama umur usaha. Tabel 25. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Skenario Usaha II Tahun
Ukuran Kemasan (ml)
1-10
Jumlah (kemasan)
Harga (Rp)
Nilai Penjualan (Rp)
45
288.000
300
86.400.000
45
168.000
350
58.800.000
45
24.000
500
12.000.000
80
33.228
600
19.936.800
80
19.380
700
13.566.000
80
2.772
1000
2.772.000
Total Nilai Penjualan (Rp)
193.474.800
Keterangan : Jumlah produksi dan nilai penjualan diasumsikan tetap selama umur usaha
7.2.1.2. Nilai Sisa Pada skenario usaha II, nilai sisa berasal dari sisa nilai investasi pada akhir tahun yang dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Penghitungan penyusutan berdasarkan metode garis lurus. Besarnya nilai sisa pada skenario usaha II (Tabel 26) lebih besar dari skenario usaha I karena jumlah investasi yang dikeluarkan juga lebih besar. Tabel 26. Nilai Sisa Investasi Dafarm pada Skenario Usaha II Nilai Beli Umur Penyusutan Per No Uraian (Rp) Pakai (thn) Tahun (Rp) 1 Freezer 28.700.000 3 9.566.667
Nilai Sisa (Rp) 19.133.333
2
Kulkas
5.600.000
3
1.866.667
3.733.333
3
Termometer
20000
3
6.667
13.333
4
Kompor gas
810.000
3
180.000
540.000
Jumlah
23.419.999
7.2.2. Outflow Sejumlah dana dikeluarkan untuk membiayai aktivitas perusahaan. Pada skenario usaha II, pengeluaran tersebut digunakan untuk membiayai investasi, reinvestasi, operasional perusahaan, dan pajak penghasilan atas laba yang didapatkan.
73
7.2.2.1. Biaya Investasi Pengembangan usaha pembuatan yoghurt Dafarm melalui skenario usaha II ini membutuhkan sejumlah investasi yang lebih besar dari skenario usaha II. Kebutuhan invesatsi tersebut disesuaikan dengan peningkatan kapasitas produksi yang akan dilakukan. Seluruh biaya investasi pada skenario usaha ini dikeluarkan pada tahun pertama umur usaha. Besarnya biaya investasi yang diperlukan untuk pengembangan usaha ini adalah Rp 145.118.000. Biaya investasi terbesar yang dikeluarkan oleh Dafarm adalah biaya pembelian mesin pasteurisasi sebesar Rp 30.000.000. Selain itu, investasi juga diperlukan untuk pembelian peralatan produksi yang lebih banyak dari sebelumnya karena peralatan yang ada sudah tidak memadai untuk memproduksi produk dalam jumlah yang lebih besar lagi. Rincian biaya investasi pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 27.
74
Tabel 27. Biaya Investasi pada Skenario Usaha II
1.
Mesin pasteurisasi
1 unit
Umur Ekonomis (Tahun) 30.000.000 30.000.000 10
2.
Mesin inkubator
1 unit
27.000.000 27.000.000
3.
Cream Separator
1 unit
6.000.000
6.000.000
10
4.
Kompor gas
3 unit
270.000
810.000
3
5.
Tabung gas
3 unit
300.000
900.000
5
6.
Panci besar (20 L)
5 unit
250.000
1.250.000
1
7.
Panci sedang (15L)
2 unit
180.000
360.000
1
8.
Panci kecil (10 L)
2 unit
150.000
300.000
1
9.
Milk can (stainless)
3 unit
700.000
2.100.000
5
10. Milk can (alminium)
2 unit
400.000
800.000
5
11. Box susu (35 L)
15 unit
370.000
5.550.000
5
12. Wadah plastik (20 L)
25 unit
50.000
1.250.000
1
13. Wadah plastik (5 L)
2 unit
15.000
30.000
1
14. Timbangan
1 unit
90.000
90.000
1
15. Takaran
2 unit
25.000
50.000
1
16. Saringan
2 unit
16.000
32.000
1
17. Pengaduk kayu
6 unit
5.000
30.000
1
18. Mangkuk
15 unit
4.000
60.000
1
19. Centong
6 unit
3.000
18.000
1
20. Galon air
3 unit
46.000
138.000
1
21. Kulkas
2 unit
2.800.000
5.600.000
3
22. Frizeer (528 L)
2 unit
4.800.000
9.600.000
3
23. Frizeer (300 L)
2 unit
3.900.000
7.800.000
3
24. Frizeer (200 L)
4 unit
2.400.000
9.600.000
3
25. Frizeer (120 L)
1 unit
1.700.000
1.700.000
3
26. Sepeda motor 1
1 unit
15.000.000 15.000.000
10
27. Sepeda motor 2
1 unit
28. Bangunan
1 unit
29. Termometer
1 unit
No
Uraian
Jumlah
Harga Satuan (Rp)
9.000.000
Nilai (Rp)
10
9.000.000
10
10.000.000 10.000.000
10
20.000
20.000
3
75
7.2.2.2. Biaya Reinvestasi Sebagian besar investasi memiliki umur ekonomis yang lebih pendek dari umur usaha. Oleh karena itu perlu dilakukan investasi ulang atau reinvestasi untuk mengganti investasi yang telah habis masa pakainya atau yang mengalami kerusakan. Biaya reinvestasi pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Biaya Reinvestasi pada Skenario Usaha II Tahun ke2
3
4
5
6
7
8
9
10
Peralatan yang diganti Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air Freezer, kulkas, kompor gas, termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air Pengaduk, panci, box susu, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air, milk can Freezer, kulkas, kompor gas, termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air Freezer, kulkas, kompor gas, termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air
Nilai Reinvestasi (Rp) 3.638.000 3.638.000
38.768.000
3.638.000 12.988.000
38.768.000
3.638.000 3.638.000
38.768.000
Dafarm mulai mengeluarkan biaya reinvestasi sejak tahun kedua usaha. Biaya terbesar dikeluarkan pada tahun ke 4, 7 dan 10 dari usaha tersebut yaitu sebesar Rp 38.768.000. Pada tahun tersebut jumlah peralatan investasi yang harus diperbaharui lebih banyak dari pada tahun-tahun yang lainnya. Biaya reinvestasi tersebut mencakup biaya untuk mengganti freezer, kulkas, kompor gas,
76
termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong dan galon air. Sedangkan biaya reinvestasi terkecil dikeluarkan pada tahun ke 2, 3, 5, 8 dan 9. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut hanya peralatan investasi yang memiliki masa pakai satu tahun saja yang diganti seperti pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong dan galon air. 7.2.2.3. Biaya Operasional Seperti halnya pada skenario usaha I, biaya operasional yang dikeluarkan pada skenario usaha II juga terdiri dari dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dan biaya variabel Dafarm pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 29 dan 30. Adanya peningkatan kapasitas produksi menyebabkan pengeluaran untuk biaya tetap pada skenario usaha II lebih besar daripada skenario usaha I. Pemeliharaan merupakan komponen biaya tetap yang paling besar dalam skenario usaha II. Tabel 29. Biaya Tetap Per Tahun Dafarm pada Skenario Usaha II No Uraian Nilai (Rp) 1
Pemeliharaan
7.255.900
2
Listrik
4.872.000
3
Komunikasi
1.392.000
4
Transportasi
4.176.000
5
Penyusutan peralatan*
25.888.001
Keterangan: * biaya tetap yang hanya ada dalam perhitungan laba/rugi
Pada perhitungan cashflow perusahaan, komponen biaya tetap terbesar adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan yaitu sebesar Rp 7.255.900. Sedangkan pada perhitungan laba/rugi perusahaan, komponen biaya tetap terbesar adalah biaya penyusutan peralatan yaitu sebesar Rp 25.888.001. Biaya penyusutan peralatan hanya ada dalam perhitungan laba/rugi karena pada perhitungan tersebut tidak dikeluarkan biaya investasi sehingga komponen outflow untuk peralatan hanya dihitung berdasarkan penyusutannya. Total biaya tetap dalam perhitungan
77
laba/rugi usaha adalah sebesar Rp 43.583.901. Sedangkan total biaya tetap dalam perhitungan cashflow usaha adalah sebesar Rp 17.695.900. Tabel 30. Biaya Variabel Dafarm per Tahun pada Skenario Usaha II Jumlah Jumlah Harga satuan Total biaya No Uraian per bulan per tahun (Rp) (Rp) 1 Susu 870 L 10.440 L 4.000 41.760.000 2
Bakteri starter
21,75 L
261 L
100.000
26.100.000
3
Gula
304,5 kg
3654 kg
8.000
29.232.000
4
Nata de coco
34,8 kg
417,6 kg
2.000
835.200
5
Perasa buah
12 botol
144 botol
4.000
576000
6
Air galon
52 galon
624 galon
3.000
1.872.000
7
Plastik kemasan primer Plastik kemasan sekunder Gaji pegawai
17,4 kg
208,8 kg
25.000
5.220.000
10,44 kg
125,28 kg
36.750
4.604.040
2 orang
24 orang
500.000
12.000.000
Gaji pegawai borongan
49.582 stik
594.984 stik
20
11.899.680
8 9 10
7.2.2.4. Pajak Penghasilan Komponen pengeluaran lainnya pada skenario usaha II adalah pajak penghasilan. Pajak tersebut dikeluarkan setiap tahun selama umur usaha dengan jumlah yang tergantung dari besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap tahun usahanya.perhitungan pajak penghasilan tersebut didasarkan pada aturan di dalam Pasal 21 Undang-Undang PPh tahun 2009 atas Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak Pribadi. Dalam pasal tersebut tarif pajak yang berlaku adalah tarif pajak progresif. Tabel 31 menunjukkan besarnya pajak yang dikeluarkan oleh Dafarm setiap tahunnya pada skenario usaha II. Pengeluaran pajak penghasilan terbesar terjadi pada tahun kesepuluh usaha. Hal ini disebabkan karena pada saat itu jumlah laba yang diperoleh lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Faktor penyebab lebih besarnya laba yang diperoleh pada tahun kesepuluh ini adalah adanya tambahan penerimaan yang bersumber dari nilai sisa investasi.
78
Tabel 31. Pajak Penghasilan Dafarm pada Skenario Usaha II Tahun ke- Laba bersih sebelum pajak (Rp) Nilai pajak (Rp) 1
15.791.979
789.599
2
15.791.979
789.599
3
15.791.979
789.599
4
15.791.979
789.599
5
15.791.979
789.599
6
15.791.979
789.599
7
15.791.979
789.599
8
15.791.979
789.599
9
15.791.979
789.599
10
39.211.978
1.960.599
7.2.3. Analisis Laba Rugi Usaha Dari perhitungan laba rugi usaha pembuatan yoghurt menggunakan skenario usaha II (Lampiran 8) terlihat bahwa selama umur usahanya, Dafarm selalu memperoleh keuntungan. Cara perhitungan laba rugi usaha pada skenario usaha II ini tidak berbeda dengan perhitungan pada skenario usaha I. Laba bersih terbesar yang bisa diperoleh Dafarm terjadi pada tahun ke 10 usaha yaitu sebesar Rp 39.211.978. Sedangkan total keuntungan selama sepuluh tahun usaha tersebut adalah sebesar Rp 172.272.800. Untuk biaya tetap pada komponen biaya operasional ditambahkan dengan komponen biaya penyusutan dari barang-barang investasi per tahunnya. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada Tabel 32.
79
Tabel 32. Penyusutan Barang-barang Investasi pada Usaha Pembuatan Yogurt Dafarm Skenario Usaha II Umur Nilai Total Penyusuta No Uraian Jumlah Ekonomis (Rp) n/Tahun (Th) 1. Mesin pasteurisasi 1 unit 10 30.000.000 3.000.000 2.
Mesin inkubator
1 unit
10
27.000.000
2.700.000
3.
Screen saparator
1 unit
10
6.000.000
600.000
4.
Kompor gas
3 unit
3
810.000
270.000
5.
Tabung gas
3 unit
5
900.000
180.000
6.
Panci besar (20 L)
5 unit
1
1.250.000
1.250.000
7.
Panci sedang (15L)
2 unit
1
360.000
360.000
8.
Panci kecil (10 L)
2 unit
1
300.000
300.000
9.
Milk can (stainless)
3 unit
5
2.100.000
420.000
10.
Milk can (alminium)
2 unit
5
800.000
160.000
11.
Box susu (35 L)
15 unit
5
5.550.000
1.110.000
12.
Wadah plastik (20 L)
25 unit
1
1.250.000
1.250.000
13.
Wadah plastik (5 L)
2 unit
1
30.000
30.000
14.
Timbangan
1 unit
1
90.000
90.000
15.
Takaran
2 unit
1
50.000
50.000
16.
Saringan
2 unit
1
32.000
32.000
17.
Pengaduk kayu
6 unit
1
30.000
30.000
18.
Mangkuk
15 unit
1
60.000
60.000
19.
Centong
6 unit
1
18.000
18.000
20.
Galon air
3 unit
1
138.000
138.000
21.
Kulkas
2 unit
3
5.600.000
1.866.667
22.
Frizeer (528 L)
2 unit
3
9.600.000
3.200.000
23.
Frizeer (300 L)
2 unit
3
7.800.000
2.600.000
24.
Frizeer (200 L)
4 unit
3
9.600.000
3.200.000
25.
Frizeer (120 L)
1 unit
3
1.700.000
566.667
26.
Sepeda motor 1
1 unit
10
15.000.000
1.500.000
27.
Sepeda motor 2
1 unit
10
9.000.000
900.000
28.
Termometer
1 unit
3
20.000
6.667
Jumlah
25.888.001
80
7.2.4. Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial pada skenario usaha II dilakukan dengan mendiskontokan nilai net benefit yang diperoleh dengan tingkat discount factor sebesar 6,5 persen. Penentuan discount factor sebesar 6,5 persen didasarkan pada tingkat suku bunga yang berlaku di Bank Indonesia per November 2009. Penggunaan suku bunga Bank Indonesia tersebut adalah karena perusahaan dalam meningkatkan kapasitas produksinya tidak meminjam pada bank, tetapi memakai modal sendiri. Hasil analisis kelayakan finansial berdasarkan kriteria investasi pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Dafarm pada Skenario Usaha II Payback Periode NPV (Rp) Net B/C IRR (%) (Tahun) 83.147.143
1,80
24
5,11
Berdasarkan hasil perhitungan kriteria investasi di atas, usaha pembuatan yoghurt Dafarm dengan menggunakan skenario usaha II mampu menghasilkan nilai Net Present Value (NPV) yang lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp 83.147.143. Nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha pembuatan yoghurt ini layak untuk dijalankan secara finansial. Nilai Net B/C yang diperoleh dari analisis ini adalah sebesar 1,80. Nilai ini memenuhi ukuran kelayakan berdasarkan kriteria investasi dimana usaha dikatakan layak apabila nilai Net B/C-nya lebih besar dari 1. Nilai Net B/C sebesar 1,80 berarti bahwa setiap investasi sebesar Rp 1 akan menghasilkan Rp 1,80. Ukuran investasi lainnya adalah IRR. Niali IRR yang diperoleh adalah sebesar 24 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa penggunaan investasi pada usaha pembuatan yoghurt ini dapat memberikan keuntungan internal sebesar 24 persen per tahun. Karena nilai tersebut lebih besar daripada tingkat discount factor yang digunakan yaitu sebesar 6,5 persen, maka usaha pembuatan yoghurt ini dapat dikatakan layak secara finansial untuk dijalankan. Jangka waktu pengembalian investasi dari usaha pembuata yoghurt ini bisa dilihat dari nilai payback periode. Hasil yang diperoleh untuk nilai payback periode tersebut adalah 5,11 tahun atau selama 5 tahun 1 bulan 9 hari. Jangka
81
waktu payback periode yang lebih pendek dari umur usaha tersebut menandakan usaha pembuatan yoghurt tersebut layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis finansial di atas, nilai NPV, IRR, Net B/C, dan payback periode yang diperoleh pada skenario usaha II telah memenuhi ukuran kelayakan berdasarkan kriteria investasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara finansial, skenario usaha II tersebut layak untuk dijalankan. 7.2.5. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas diperlukan untuk mengetahui tingkat kepekaan usaha secara finansial dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan perubahan yang terjadi. Perubahan yang pernah dialami oleh Dafarn adalah berupa penurunan penjualan sebesar 36,57 persen dan kenaikan harga bahan baku (susu segar) sebesar 12,5 persen. Berdasarkan kedua tingkat perubahan tersebut, analisis sensitivitas pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Hasil Analisis Sensitivitas pada Skenario Usaha II Penurunan Penjualan Kenaikan Harga Susu Kriteria Investasi 36,57% 12,5% NPV (Rp) -11.471.777 29.565.802 Net B/C
0,90
1,27
IRR (%)
4
13
Payback Periode (tahun)
-
6,46
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas terhadap penurunan penjualan sebesar 36,57 persen tersebut akan menghasilkan nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp -11.471.777. Nilai tersebut menunjukkan bahwa adanya penurunan penjualan sebesar 36,57 persen akan menjadikan usaha ini tidak layak lagi untuk dijalankan. Adanya kenaikan harga bahan baku (susu segar) sebesar 12,5 persen juga menurunkan nilai Net Present Value (NPV) menjadi Rp 29.565.802. Nilai tersebut menunjukkan bahwa adanya kenaikan harga bahan baku sebesar 12,5 persen tetap menjadikan usaha ini layak dijalankan. Penurunan nilai manfaat bersih kini atau NPV yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku adalah sebesar 64,44 persen. Nilai Net B/C, IRR dan Payback Periode yang dihasilkan oleh kenaikan
82
harga bahan baku sebesar 12,5% secara berturut-turut adalah 1,27, 13 persen dan 6,46 tahun. Hal ini berarti terjadi penurunan terhadap Net B/C sebesar 29,44 persen, IRR sebesar 45,83 persen, dan Payback Periode sebesar 20,89 persen. 7.2.6. Analisis Switching Value Analisis switching value atau analisis nilai pengganti merupakan suatu variasi dari analisis sensitivitas. Berdasarkan analisis sensitivitas pada skenario usaha II, adanya penurunan penjualan sebesar 36,57 persen dan kenaikan harga bahan baku sebesar 12,5 persen membuat usaha masih layak secara finansial. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis nilai pengganti untuk mengetahui sampai sejauh mana penurunan penjualan dan kenaikan harga bahan baku yang bisa ditolerir agar usaha tetap layak secara finansial. Analisis switching value ini juga bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat penurunan penjualan dan tingkat kenaikan harga bahan baku yang masih diterima agar usaha mencapai titik impasnya. Hasil dari analisis nilai pengganti berdasarkan kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha II Perubahan Penurunan penjualan Kenaikan harga susu
Persentase (%)
NPV (Rp)
Net B/C
IRR (%)
Payback Periode (tahun)
34,889207
0,00
1
6,5
10
26,006326
0,00
1
6,5
10
Hasil dari analisis switching value tersebut menunjukkan bahwa batas tingkat penurunan penjualan yang masih bisa diterima agar usaha masih layak untuk dijalankan adalah sebesar 34,889207 persen. Pada tingkat tersebut jumlah penjualan per tahun adalah sebesar 348.590 stik. Penurunan jumlah penjualan yang melebihi 34,889207 persen akan menyebabkan usaha tidak layak lagi untuk dijalankan. Analisis switching value terhadap kenaikan harga jual menunjukkan bahwa tingkat minimum diterimanya usaha tersebut adalah terjadinya kenaikan harga bahan baku sebesar 26,006326 persen. Pada tingkat tersebut, harga susu segar mencapai Rp 5.040 per liter. Dengan demikian, peningkatan harga susu
83
segar yang lebih besar dari 26,006326 persen atau lebih besar dari Rp 5.040 per liter, akan menyebabkan usaha pembuatan yoghurt tidak layak lagi untuk dijalankan. 7.3. Perbandingan Laba Rugi Usaha Dari hasil perhitungan laba rugi pada skenario usaha I dan II, terlihat bahwa kedua skenario tersebut sudah memberikan keuntungan sejak tahun pertama hingga tahun terakhir usaha. Jumlah laba yang diperoleh pada skenario usaha II lebih besar dari laba yang diperoleh pada skenario usaha I, begitu pula untuk total laba bersih yang diperoleh selama umur usaha. Total laba bersih yang diperoleh selama umur usaha pada skenario usaha I adalah sebesar Rp 138.840.660, sedangkan pada skenario usaha II total laba bersih yang diperoleh adalah sebesar Rp 172.272.800. Dengan demikian, adanya pengembangan usaha melalui peningkatan kapasitas produksi sebesar 16 persen dapat memberikan keuntungan yang lebih besar yaitu 1,24 kali dari usaha yang saat ini sedang dijalankan oleh Dafarm. 7.4. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Kedua Skenario Usaha Hasil analisis finansial kedua skenario usaha menunjukkan bahwa usaha pembuatan yoghurt Dafarm layak secara finansial untuk dijalankan baik dengan menggunakan skenario usaha I ataupun skenario usaha II. Berdasarkan perbandingan hasil perhitungan kriteria investasi (Tabel 36) skenario usaha II lebih menguntungkan daripada skenario usaha I. Hal ini dikarenakan nilai NPV, Net B/C, dan IRR pada skenario usaha II tersebut lebih besar dari skenario usaha I. Tabel 36. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Kedua Skenario Usaha Kriteria Skenario Usaha I Skenario Usaha II Net Present Value (Rp)
55.324.877
83.147.143
Net B/C
1,56
1,80
IRR (%)
19
24
5,92
5,11
Payback Periode (tahun)
84
Tabel di atas menunjukkan perolehan nilai NPV pada skenario usaha II 1,5 kali lebih besar daripada skenario usaha I. Begitu juga untuk nilai Net B/C dan IRR yang diperoleh pada skenario usaha II lebih besar daripada skenario usaha I. Demikian pula nilai Payback Periode untuk skenario usaha II lebih cepat 9 bulan 21 hari daripada skenario usaha I. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa skenario usaha II lebih menguntungkan daripada skenario usaha I karena peningkatan kapasitas produksi tersebut dapat memberikan keuntungan yang lebih besar. Selain itu adanya peningkatan kapasitas produksi juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar melalui penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak, penyerapan bahan baku yang lebih besar, dan terpenuhinya permintaan produk. 7.5. Perbandingan Hasil Sensitivitas Kedua Skenario Usaha Analisis sensitivitas pada kedua skenario usaha dilakukan terhadap penurunan penjualan sebesar 36,57 persen dan kenaikan harga bahan baku (susu segar) sebesar 12,5 persen. Hasil analisis sensitivitas tersebut menunjukkan bahwa kedua skenario usaha tersebut tidak layak dijalankan ketika menghadapi penurunan penjualan sebesar 36,57 persen, tetapi ketika menghadapi kenaikan harga bahan baku sebesar 12,5 persen, kedua skenario usaha tersebut tetap layak untuk dijalankan. Perbandingan analisis sensitivitas kedua skenario usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37. Perbandingan Hasil Sesitivitas Kedua Skenario Usaha Skenario Usaha I Skenario Usaha II Penurunan Penjualan 36,57%
Kenaikan Harga Bahan Baku 12,5%
Penurunan Penjualan 36,57%
Kenaikan Harga Bahan Baku 12,5%
-41.079.432
20.872.408
-11.471.777
29.565.802
Net B/C
0,67
1,20
0,90
1,27
IRR (%)
-3,19
11
4
13
-
8,31
-
6,46
Kriteria NPV (Rp)
PBP (tahun)
Berdasarkan Tabel 37 di atas, nilai NPV yang dihasilkan pada kedua skenario usaha dengan penurunan penjualan sebesar 36,57 persen adalah lebih kecil dari nol atau bernilai negatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
85
secara finansial kedua skenario usaha tersebut tidak layak lagi untuk dijalankan. Sementara itu, saat menghadapi perubahan berupa kenaikan harga susu segar sebesar 12,5 persen, baik skenario usaha I maupun skenario usaha II masih layak untuk dijalankan karna nilai NPV-nya lebih besar dari nol, nilai Net B/C yang lebih besar dari 1, nilai IRR yang lebih besar dari tingkat discount factor-nya, dan nilai paybck periode yang lebih pendek dari umur usaha. Adanya penurunan penjualan sebesar 36,57 persen tersebut menyebabkan penurunan manfaat yang lebih besar pada skenario usaha I daripada skenario usaha II. Hal ini terlihat dari penurunan NPV pada skenario usaha I yang mencapai 174,25 persen sedangkan NPV skenario usaha II hanya turun 119,81 persen. Sedangkan dengan adanya kenaikan harga bahan baku sebesar 12,5 persen menyebabkan penurunan manfaat yang lebih besar pada skenario usaha II. Hal ini terbukti dengan penurunan NPV pada skenario usaha II yang mencapai 64,44 persen, sementara skenario usaha I hanya mengalami penurunan NPV sebesar 62,27 persen. 7.6. Perbandingan Hasil Switching Value Kedua Skenario Usaha Analisis switching value yang dilakukan pada kedua skenario usaha bertujuan untuk mengetahui batas maksimal penurunan penjualan dan kenaikan harga bahan baku agar usaha mencapai titik impasnya. Perbandingan hasil switching value pada kedua skenario usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel 38. Tabel 38. Perbandingan Hasil Switching Value pada Kedua Skenario Usaha Perubahan Skenario Usaha I Skenario Usaha II Penurunan penjualan (%)
29,477765
34,889207
Kenaikan harga susu segar (%)
20,072390
26,006326
Berdasarkan Tabel 35 di atas, skenario usaha I akan tetap layak untuk dijalankan ketika menghadapi penurunan penjualan sampai sebesar 29,477765 persen. Sedangkan skenario usaha II akan tetap layak ketika menghadapi penurunan penjualan sampai sebesar 34,889207 persen. Penurunan penjualan yang lebih besar dari 29,477765 persen untuk skenario usaha I dan 34,889207
86
persen untuk skenario usaha II akan membuat usaha ini tidak layak lagi secara finansial. Dalam merespon kenaikan harga bahan baku, skenario usaha I akan tetap layak dijalankan ketika menghadapi kenaikan harga susu segar sampai sebesar 20,072390 persen. Sedangkan skenario usaha II akan tetap layak ketika menghadapi kenaikan harga susu segar sampai sebesar 26,006326 persen. Kenaikan harga susu segar yang lebih dari 20,072390 untuk skenario usaha I dan 26,006326 persen akan membuat usaha ini tidak layak lagi secara finansial. Hasil switching value pada kedua skenario usaha tersebut menunjukkan bahwa batas maksimal penurunan penjualan agar usaha mencapai titik impasnya pada skenario usaha II lebih besar daripada skenario usaha I. Hal tersebut berarti skenario usaha I memiliki tingkat kepekaan yang lebih tinggi atau lebih sensitif dalam menghadapi perubahan berupa penurunan penjualan daripada skenario usaha II. Sementara itu, batas maksimal kenaikan harga susu segar agar usaha mencapai titik impasnya, pada skenario usaha I lebih rendah dari skenario usaha II. Dengan demikian skenario usaha I lebih sensitif atau memiliki tingkat kepekaan yang lebih tinggi dari skenario usaha II saat menghadapi perubahan berupa kenaikan harga susu segar.
87
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Usaha pembuatan yoghurt Dafarm layak untuk dijalankan ditinjau dari hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan. 2) Hasil analisis aspek finansial menunjukkan bahwa kedua skenario usaha layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria investasi. Skenario usaha yang memberikan keuntungan lebih besar adalah skenario usaha II. Hal ini terbukti dengan nilai NPV skenario usaha II yang 1,45 kali nilai NPV skenario usaha I. Begitu pula dengan hasil analisis laba rugi ang bernilai positif setiap tahunnya pada masing-masing skenario usaha. Laba bersih yang diperoleh pada skenario usaha II lebih besar 1,3 kali laba usaha pada skenario usaha I. 3) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, kedua skenario usaha tidak layak dijalankan saat mengalami penurunan penjualan sebesar 36,57 persen tetapi tetap layak saat mengalami kenaikan harga susu segar sebesar 12,5 persen. Sementara itu hasil analisis switching value menunjukkan bahwa skenario usaha I lebih sensitif baik terhadap penurunan penjualan maupun terhadap kenaikan harga bahan baku berupa susu segar. 8.2. Saran 1) Perusahaan sebaiknya mengusahakan skenario usaha II yaitu dengan memanfaatkan kapasitas maksimal mesin produksi agar setiap bulannya bisa memproduksi lebih banyak yoghurt. Selain karena lebih menguntungkan juga lebih dapat bertahan apabila terjadi perubahan seperti penurunan penjualan dan kenaikan harga bahan baku berupa susu segar. 2) Perusahaan sebaiknya melakukan pemasaran yang tidak berdasarkan permintaan disamping pemasaran yang sudah ada. Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi penurunan penjualan apabila agen yang ada tidak bisa memasarkan produk sebagaimana mestinya. Cara yang bisa dilakukan diantaranya dengan membentuk tim marketing sendiri yang bertugas untuk membuka
pasar
baru,
misalnya
melakukan
kerjasama
baru
dalam
medistribusikan produknya dengan agen-agen distributor baru dan menambah perantara pemasar sperti toko-toko dan retail yang ada di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. 3) Sebaiknya Dafarm tidak terlalu sering melakukan pergantian kepemimpinan supaya roda organisasi bisa berjalan dengan baik dan kegiatan operasional perusahaan tidak terganggu. 4) Dalam masalah teknis, perlu dilakukan inovasi produk mengingat adanya perubahan selera konsumen serta merubah kemasan produk agar lebih menarik dengan menambahkan informasi tentang produk seperti komposisi nutrisi, label, tanggal kadaluarsa dan nama produsen pada kemasan primer dan sekunder, karena selain berfungsi sebagai pelindung produk, kemasan juga dapat berfungsi sebagai media promosi. Selain itu, perusahaan juga perlu membuat jadwal produksi rutin supaya stok yoghurt yang tersedia di perusahaan tetap ada sehingga apabila ada permintaan bisa langsung dipenuhi. 5) Pelaksanaan usaha pembuatan yoghurt sangat dipengaruhi oleh kegiatan pemasaran. Pasar yang lesu akan menyebabkan risiko kerugian yang besar. Berdasarkan hasil analisis switching value, penurunan jumlah penjualan sangat sensitif terhadap kelayakan usaha, oleh karena itu pihak Dafarm sebaiknya berusaha meminimalisir penurunan penjualan tersebut. Penurunan penjualan bisa disebabkan oleh minimal dua hal, yaitu munculnya saingan baru dan terbatasnya bahan baku. Oleh karena itu, ada beberapa solusi yang bisa ditempuh, diantaranya : (1) melakukan kontrak dengan supplier bahan baku dan tidak bergantung hanya pada satu supplier saja, (2) mempertahankan cita rasa yoghurt yang berbeda dari pesaing dan berusaha selalu menjadi pemimpin harga, (3) menjalin hubungan purna jual yang baik dengan agen yang ada, (4) memperluas wilayah pemasaran. 6) Untuk jangka panjang, sebaiknya Dafarm memenuhi kebutuhan bahan bakunya dengan memproduksi susu segar sendiri melalui Unit Peternakan Darul Fallah untuk menjaga tetap tersedianya pasokan baku. Hal ini perlu dilakukan karena untuk jangka waktu 10 tahun ke depan tidak ada jaminan KPS Bogor mampu memenuhi permintaan susu segar dari Dafarm.
89
7) Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang strategi pemasaran yang cocok diterapkan untuk produk yoghurt buatan dafarm supaya ketika penambahan produksi dilakukan, semua produk yang dihasilkan bisa diserap oleh pasar.
90
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Produksi Yoghurt di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Brigham EF, Houston JF. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Buku Satu. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Direktorat Jenderal Peternakan. Konsumsi Ternak Per Kapita Per Tahun Produk Peternakan 2007-2008. www.ditjennak.go.id. [Januari 2009] Gittinger. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta : UI-Press. Hariyadi P. 2005. Mencermati Label dan Iklan Pangan. Buletin Ilmu dan Teknologi Pangan. Bogor: IPB. www.ipb.ac.id. [Agustus 2009]. Harnasari A. 2009. Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Cimory Yoghurt Drink di Cimory Shop Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Helferich W, Westhoff D. 1980. All About Yoghurt. Prentice-Hall, Inc. New Jersey: Engelwood Cliffs. Husnan S, Suwarsono. 1994. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Pencetak AMP YPKN. Indriyani. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Yoghurt (Studi Kasus pada Unit Peternakan Darul Fallah (Dafarm), Desa Benteng CiampeaJawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Jakarta: Universitas Indonesia. Kasmir, Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Prenada Media. Keown A. J. 2004. Manajemen Keuangan : Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Jilid Satu. Edisi Kesembilan. Jakarta : PT INDEKS. Kottler P. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid Satu. Edisi Kesebelas. Jakarta : PT INDEKS. Masrurah S. 2009. Analisis Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pembelian Krim Yoghurt Activia (Kasus di Giant Botani Square, Bogor) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pemerintah Kabupaten Bogor. Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea 2007
Laporan Monografi Kecamatan Ciampea 2007 Puspadewi, S. 2005. Pengkajian Pengembangan Produk Yoghurt dalam Bentuk Yoghurt Drink di PT Diamond Cold Storage. Laporan Magang. Supervisor dan Jaminan Mutu Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Puspitasari D. 1996. Analisa Potensi Pasar dan Perilaku Konsumen Yoghurt untuk Pengembangan Pasar Yighurt di Wilayah Bandung, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rahayu K, Sudarmadji S. 1989. Mikrobiologi Pangan, Fermentasi Pangan dari Protein Hewani. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM. Rahman AS, Fardiaz WP,Suliantari, Nurwitri CC. 1992. Teknologi Fermentasi Susu. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Risman. 2009. Strategi Pemasaran Produk Dafa Yoghurt pada Unit Pengolahan Peternakan Yayasan Darul Fallah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Robinson RK. 1999. Encyclopedia of Food Microbiology. Academic press. Setiawan I. 2006. Kajian Pengembangan Minuman Yoghurt di PT Fits Mandiri [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Simatupang RMA. 2004. Analisis Kelayakan Investasi Pengembangan Kemasan Yoghurt Menggunakan Kemasan Semi-Kaku Pada CV. Bintang Tiga [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Subagyo A. 2007. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia. Suratman. 2002. Studi Kelayakan Proyek. DEPDIKNAS: Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Susilorini ET. 2006. Produk Olahan Susu. Jakarta: Penebar Swadaya. Tamime AY, Robinson RX. 1989. Yoghurt Science And Technology. Pergamon press ltd. Umar H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Winarno et al. 2003. Flora Usus dan Yoghurt. Bogor: M-Brio Press. Yulida. 2008. Analisis Potensi Sumberdaya Peternakan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor untuk Pengembangan Ternak Domba [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
92
Lampiran 1. Cashflow Skenario Usaha I Uraian Inflow 1.Penjualan 2. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1.Biaya Investasi Freezer Kulkas Mesin Inkubator Pengaduk Termometer Kompor Gas Bangunan Mesin Pasteurisasi Cream Separator Tabung Gas Panci Besar (20 L) Panci Sedang (15 L) Panci Kecil (10 L) Milk Can (stainless) Milk Can (alumunium) Box Susu/cool box Wadah Plastik (20 L) Wadah Plastik (5 L) Timbangan Takaran Saringan Pengaduk Kayu Mangkuk Centong Galon Air Sepeda Motor 1 Sepeda Motor 2 Total Biaya Investasi
1
2
3
4
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
20,000,000 5,600,000 27,000,000 20,000 20,000 540,000 10,000,000 30,000,000 6,000,000 600,000 750,000 180,000 150,000 2,100,000 800,000 3,700,000 750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000 15,000,000 9,000,000 132,520,000
Tahun 5
6
7
8
9
10
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200 17,439,999 182,963,199
20,000,000 5,600,000
20,000,000 5,600,000
20,000
20,000
20,000 20,000 540,000
20,000
20,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
600,000 750,000 180,000 150,000 2,100,000 800,000 3,700,000 750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
2,160,000
2,160,000
28,320,000
2,160,000
9,360,000
20,000,000 5,600,000
20,000 20,000 540,000
20,000
20,000
20,000 20,000 540,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
28,320,000
2,160,000
2,160,000
28,320,000
93
2.Biaya Variabel Susu Bakteri Starter Gula Nata de Coco Perasa Buah Air Galon Plastik Kemasan Primer Plastik Kemasan Sekunder Gaji pegawai Gaji pegawai borongan
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
Total Biaya Tetap Total Outflow
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 265,127,060
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 134,767,060
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 134,767,060
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 160,927,060
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 134,767,060
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 141,967,060
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 160,927,060
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 134,767,060
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 134,767,060
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 160,927,060
Net Benefit DF 6.5% PV DF 6.5% PV Negatif PV Positif NPV Net B/C IRR Payback Period
(99,603,860) 1 (99,603,860) (99,603,860) 154,928,737 55,324,877 1.56 19% 5.92
30,756,140 0.94 28,879,005
30,756,140 0.88 27,116,436
4,596,140 0.83 3,804,910
30,756,140 0.78 23,907,458
23,556,140 0.73 17,193,175
4,596,140 0.69 3,149,892
30,756,140 0.64 19,791,767
30,756,140 0.60 18,583,819
22,036,139 0.57 12,502,275
Total Biaya Variabel 3.Biaya Tetap Pemeliharaan Listrik Komunikasi Transportasi
94
Lampiran 2. Laporan Laba Rugi Skenario Usaha I Uraian Inflow 1.Penjualan 2. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1.Biaya Variabel Susu Bakteri Starter Gula Nata de Coco Perasa Buah Air Galon Plastik Kemasan Primer Plastik Kemasan Sekunder Gaji pegawai Gaji pegawai borongan Total Biaya Variabel 2.Biaya Tetap Penyusutan Pemeliharaan Listrik Komunikasi Transportasi Total Biaya Tetap Total Outflow EBIT Biaya Bunga EBT Pajak Penghasilan Laba Bersih Setelah Pajak
1
2
3
4
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
20,066,667 6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 35,692,667 152,673,727 12,849,473 12,849,473 642,474 12,206,999
Tahun 5
6
7
8
9
10
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200 17,653,333 183,176,533
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
36,000,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 116,981,060
20,066,667 6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 35,692,667 152,673,727
20,066,667 6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 35,692,667 152,673,727
20,066,667 6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 35,692,667 152,673,727
20,066,667 6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 35,692,667 152,673,727
20,066,667 6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 35,692,667 152,673,727
20,066,667 6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 35,692,667 152,673,727
20,066,667 6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 35,692,667 152,673,727
20,066,667 6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 35,692,667 152,673,727
20,066,667 6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 35,692,667 152,673,727
12,849,473 12,849,473 642,474 12,206,999
12,849,473 12,849,473 642,474 12,206,999
12,849,473 12,849,473 642,474 12,206,999
12,849,473 12,849,473 642,474 12,206,999
12,849,473 12,849,473 642,474 12,206,999
12,849,473 12,849,473 642,474 12,206,999
12,849,473 12,849,473 642,474 12,206,999
12,849,473 12,849,473 642,474 12,206,999
30,502,806 30,502,806 1,525,140 28,977,666
95
Lampiran 3. Analisis Sensitivitas Skenario Usaha I Penurunan Penjualan 36,57% Uraian Inflow 1.Penjualan 2. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1.Biaya Investasi Freezer Kulkas Mesin Inkubator Pengaduk Termometer Kompor Gas Bangunan Mesin Pasteurisasi Cream Separator Tabung Gas Panci Besar (20 L) Panci Sedang (15 L) Panci Kecil (10 L) Milk Can (stainless) Milk Can (alumunium) Box Susu/cool box Wadah Plastik (20 L) Wadah Plastik (5 L) Timbangan Takaran Saringan Pengaduk Kayu Mangkuk Centong Galon Air Sepeda Motor 1 Sepeda Motor 2 Total Biaya Investasi
1
2
3
4
114,540,720
114,540,720
114,540,720
114,540,720
114,540,720
114,540,720
114,540,720
114,540,720
20,000,000 5,600,000 27,000,000 20,000 20,000 540,000 10,000,000 30,000,000 6,000,000 600,000 750,000 180,000 150,000 2,100,000 800,000 3,700,000 750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000 15,000,000 9,000,000 132,520,000
Tahun 5
6
7
8
9
10
114,540,720
114,540,720
114,540,720
114,540,720
114,540,720
114,540,720
114,540,720
114,540,720
114,540,720
114,540,720
114,540,720 17,439,999 131,980,719
20,000,000 5,600,000
20,000,000 5,600,000
20,000
20,000
20,000 20,000 540,000
20,000
20,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
600,000 750,000 180,000 150,000 2,100,000 800,000 3,700,000 750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
2,160,000
2,160,000
28,320,000
2,160,000
9,360,000
20,000,000 5,600,000
20,000 20,000 540,000
20,000
20,000
20,000 20,000 540,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
28,320,000
2,160,000
2,160,000
28,320,000
96
2.Biaya Variabel Susu Bakteri Starter Gula Nata de Coco Perasa Buah Air Galon Plastik Kemasan Primer Plastik Kemasan Sekunder Gaji pegawai Gaji pegawai borongan Total Biaya Variabel 3.Biaya Tetap Pemeliharaan Listrik Komunikasi Transportasi Total Biaya Tetap Total Outflow Net Benefit DF 6.5% PV DF 6.5% PV Negatif PV Positif NPV Net B/C IRR Payback Period
22,834,800 14,271,750 15,984,360 456,696 304,464 1,027,566 2,854,350 2,517,537 12,000,000 6,338,880 78,590,403
22,834,800 14,271,750 15,984,360 456,696 304,464 1,027,566 2,854,350 2,517,537 12,000,000 6,338,880 78,590,403
22,834,800 14,271,750 15,984,360 456,696 304,464 1,027,566 2,854,350 2,517,537 12,000,000 6,338,880 78,590,403
22,834,800 14,271,750 15,984,360 456,696 304,464 1,027,566 2,854,350 2,517,537 12,000,000 6,338,880 78,590,403
22,834,800 14,271,750 15,984,360 456,696 304,464 1,027,566 2,854,350 2,517,537 12,000,000 6,338,880 78,590,403
22,834,800 14,271,750 15,984,360 456,696 304,464 1,027,566 2,854,350 2,517,537 12,000,000 6,338,880 78,590,403
22,834,800 14,271,750 15,984,360 456,696 304,464 1,027,566 2,854,350 2,517,537 12,000,000 6,338,880 78,590,403
22,834,800 14,271,750 15,984,360 456,696 304,464 1,027,566 2,854,350 2,517,537 12,000,000 6,338,880 78,590,403
22,834,800 14,271,750 15,984,360 456,696 304,464 1,027,566 2,854,350 2,517,537 12,000,000 6,338,880 78,590,403
22,834,800 14,271,750 15,984,360 456,696 304,464 1,027,566 2,854,350 2,517,537 12,000,000 6,338,880 78,590,403
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 226,736,403
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 96,376,403
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 96,376,403
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 122,536,403
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 96,376,403
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 103,576,403
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 122,536,403
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 96,376,403
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 96,376,403
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 122,536,403
(112,195,683) 1 (112,195,683) (124,294,616) 83,215,184 (41,079,432) 0.67 -3.19%
18,164,317 0.94 17,055,697
18,164,317 0.88 16,014,739
(7,995,683) 0.83 (6,619,219)
18,164,317 0.78 14,119,543
10,964,317 0.73 8,002,645
(7,995,683) 0.69 (5,479,714)
18,164,317 0.64 11,688,851
18,164,317 0.60 10,975,447
9,444,316 0.57 5,358,263
97
Lampiran 4. Analisis Sensitivitas Skenario Usaha I Kenaikan Harga Bahan Baku 12,5% Uraian Inflow 1.Penjualan 2. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1.Biaya Investasi Freezer Kulkas Mesin Inkubator Pengaduk Termometer Kompor Gas Bangunan Mesin Pasteurisasi Cream Separator Tabung Gas Panci Besar (20 L) Panci Sedang (15 L) Panci Kecil (10 L) Milk Can (stainless) Milk Can (alumunium) Box Susu/cool box Wadah Plastik (20 L) Wadah Plastik (5 L) Timbangan Takaran Saringan Pengaduk Kayu Mangkuk Centong Galon Air Sepeda Motor 1 Sepeda Motor 2 Total Biaya Investasi
1
2
3
4
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
20,000,000 5,600,000 27,000,000 20,000 20,000 540,000 10,000,000 30,000,000 6,000,000 600,000 750,000 180,000 150,000 2,100,000 800,000 3,700,000 750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000 15,000,000 9,000,000 132,520,000
Tahun 5
6
7
8
9
10
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200 17,439,999 182,963,199
20,000,000 5,600,000
20,000,000 5,600,000
20,000
20,000
20,000 20,000 540,000
20,000
20,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
600,000 750,000 180,000 150,000 2,100,000 800,000 3,700,000 750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
2,160,000
2,160,000
28,320,000
2,160,000
9,360,000
20,000,000 5,600,000
20,000 20,000 540,000
20,000
20,000
20,000 20,000 540,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
28,320,000
2,160,000
2,160,000
28,320,000
98
2.Biaya Variabel Susu Bakteri Starter Gula Nata de Coco Perasa Buah Air Galon Plastik Kemasan Primer Plastik Kemasan Sekunder Gaji pegawai Gaji pegawai borongan
40,500,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 121,481,060
40,500,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 121,481,060
40,500,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 121,481,060
40,500,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 121,481,060
40,500,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 121,481,060
40,500,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 121,481,060
40,500,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 121,481,060
40,500,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 121,481,060
40,500,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 121,481,060
40,500,000 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 121,481,060
Total Biaya Tetap Total Outflow
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 269,627,060
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 139,267,060
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 139,267,060
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 165,427,060
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 139,267,060
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 146,467,060
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 165,427,060
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 139,267,060
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 139,267,060
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 165,427,060
Net Benefit DF 6.5% PV DF 6.5% PV Negatif PV Positif NPV Net B/C IRR Payback Period
(104,103,860) 1 (104,103,860) (104,103,860) 124,976,268 20,872,408 1.20 11% 8.31
26,256,140 0.94 24,653,653
26,256,140 0.88 23,148,970
96,140 0.83 79,589
26,256,140 0.78 20,409,504
19,056,140 0.73 13,908,711
96,140 0.69 65,888
26,256,140 0.64 16,895,989
26,256,140 0.60 15,864,779
17,536,139 0.57 9,949,185
Total Biaya Variabel 3.Biaya Tetap Pemeliharaan Listrik Komunikasi Transportasi
99
Lampiran 5. Switching Value Kenaikan Harga Susu 20.072390% Skenario Usaha I Uraian Inflow 1.Penjualan 2. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1.Biaya Investasi Freezer Kulkas Mesin Inkubator Pengaduk Termometer Kompor Gas Bangunan Mesin Pasteurisasi Cream Separator Tabung Gas Panci Besar (20 L) Panci Sedang (15 L) Panci Kecil (10 L) Milk Can (stainless) Milk Can (alumunium) Box Susu/cool box Wadah Plastik (20 L) Wadah Plastik (5 L) Timbangan Takaran Saringan Pengaduk Kayu Mangkuk Centong Galon Air Sepeda Motor 1 Sepeda Motor 2 Total Biaya Investasi
1
2
3
4
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
20,000,000 5,600,000 27,000,000 20,000 20,000 540,000 10,000,000 30,000,000 6,000,000 600,000 750,000 180,000 150,000 2,100,000 800,000 3,700,000 750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000 15,000,000 9,000,000 132,520,000
Tahun 5
6
7
8
9
10
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200
165,523,200 17,439,999 182,963,199
20,000,000 5,600,000
20,000,000 5,600,000
20,000
20,000
20,000 20,000 540,000
20,000
20,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
600,000 750,000 180,000 150,000 2,100,000 800,000 3,700,000 750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
2,160,000
2,160,000
28,320,000
2,160,000
9,360,000
20,000,000 5,600,000
20,000 20,000 540,000
20,000
20,000
20,000 20,000 540,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
28,320,000
2,160,000
2,160,000
28,320,000
100
2.Biaya Variabel Susu Bakteri Starter Gula Nata de Coco Perasa Buah Air Galon Plastik Kemasan Primer Plastik Kemasan Sekunder Gaji pegawai Gaji pegawai borongan Total Biaya Variabel 3.Biaya Tetap Pemeliharaan Listrik Komunikasi Transportasi Total Biaya Tetap Total Outflow Net Benefit DF 6.5% PV DF 6.5% PV Negatif PV Positif NPV Net B/C IRR Payback Period
43,226,244 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 124,207,304
43,226,244 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 124,207,304
43,226,244 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 124,207,304
43,226,244 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 124,207,304
43,226,244 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 124,207,304
43,226,244 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 124,207,304
43,226,244 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 124,207,304
43,226,244 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 124,207,304
43,226,244 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 124,207,304
43,226,244 22,500,000 25,200,000 720,000 480,000 1,620,000 4,500,000 3,969,000 12,000,000 9,992,060 124,207,304
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 272,353,304
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 141,993,304
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 141,993,304
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 168,153,304
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 141,993,304
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 149,193,304
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 168,153,304
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 141,993,304
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 141,993,304
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 168,153,304
(106,830,104) 1 (106,830,104) (110,809,933) 110,809,933 (0.00) 1.00 6.5% 10.00
23,529,896 0.94 22,093,799
23,529,896 0.88 20,745,351
23,529,896 0.78 18,290,332
16,329,896 0.73 11,918,878
23,529,896 0.64 15,141,634
23,529,896 0.60 14,217,497
14,809,895 0.57 8,402,442
(2,630,104) 0.83 (2,177,329)
(2,630,104) 0.69 (1,802,500)
101
Lampiran 6. Switching Value Penurunan Penjualan 29,477765% Skenario Usaha I Uraian Inflow 1.Penjualan 2. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1.Biaya Investasi Freezer Kulkas Mesin Inkubator Pengaduk Termometer Kompor Gas Bangunan Mesin Pasteurisasi Cream Separator Tabung Gas Panci Besar (20 L) Panci Sedang (15 L) Panci Kecil (10 L) Milk Can (stainless) Milk Can (alumunium) Box Susu/cool box Wadah Plastik (20 L) Wadah Plastik (5 L) Timbangan Takaran Saringan Pengaduk Kayu Mangkuk Centong Galon Air Sepeda Motor 1 Sepeda Motor 2 Total Biaya Investasi
1
2
3
4
127,350,886
127,350,886
127,350,886
127,350,886
127,350,886
127,350,886
127,350,886
127,350,886
20,000,000 5,600,000 27,000,000 20,000 20,000 540,000 10,000,000 30,000,000 6,000,000 600,000 750,000 180,000 150,000 2,100,000 800,000 3,700,000 750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000 15,000,000 9,000,000 132,520,000
Tahun 5
6
7
8
9
10
127,350,886
127,350,886
127,350,886
127,350,886
127,350,886
127,350,886
127,350,886
127,350,886
127,350,886
127,350,886
127,350,886 17,439,999 144,790,885
20,000,000 5,600,000
20,000,000 5,600,000
20,000
20,000
20,000 20,000 540,000
20,000
20,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
600,000 750,000 180,000 150,000 2,100,000 800,000 3,700,000 750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
2,160,000
2,160,000
28,320,000
2,160,000
9,360,000
20,000,000 5,600,000
20,000 20,000 540,000
20,000
20,000
20,000 20,000 540,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 180,000 150,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
750,000 15,000 90,000 25,000 16,000 20,000 40,000 12,000 92,000
28,320,000
2,160,000
2,160,000
28,320,000
102
2.Biaya Variabel Susu Bakteri Starter Gula Nata de Coco Perasa Buah Air Galon Plastik Kemasan Primer Plastik Kemasan Sekunder Gaji pegawai Gaji pegawai borongan
25,388,005 15,867,503 17,771,603 507,760 338,507 1,142,460 3,173,501 2,799,028 12,000,000 7,046,624 86,034,990
25,388,005 15,867,503 17,771,603 507,760 338,507 1,142,460 3,173,501 2,799,028 12,000,000 7,046,624 86,034,990
25,388,005 15,867,503 17,771,603 507,760 338,507 1,142,460 3,173,501 2,799,028 12,000,000 7,046,624 86,034,990
25,388,005 15,867,503 17,771,603 507,760 338,507 1,142,460 3,173,501 2,799,028 12,000,000 7,046,624 86,034,990
25,388,005 15,867,503 17,771,603 507,760 338,507 1,142,460 3,173,501 2,799,028 12,000,000 7,046,624 86,034,990
25,388,005 15,867,503 17,771,603 507,760 338,507 1,142,460 3,173,501 2,799,028 12,000,000 7,046,624 86,034,990
25,388,005 15,867,503 17,771,603 507,760 338,507 1,142,460 3,173,501 2,799,028 12,000,000 7,046,624 86,034,990
25,388,005 15,867,503 17,771,603 507,760 338,507 1,142,460 3,173,501 2,799,028 12,000,000 7,046,624 86,034,990
25,388,005 15,867,503 17,771,603 507,760 338,507 1,142,460 3,173,501 2,799,028 12,000,000 7,046,624 86,034,990
25,388,005 15,867,503 17,771,603 507,760 338,507 1,142,460 3,173,501 2,799,028 12,000,000 7,046,624 86,034,990
Total Biaya Tetap Total Outflow
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 234,180,990
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 103,820,990
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 103,820,990
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 129,980,990
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 103,820,990
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 111,020,990
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 129,980,990
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 103,820,990
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 103,820,990
6,626,000 4,200,000 1,200,000 3,600,000 15,626,000 129,980,990
Net Benefit DF 6.5% PV DF 6.5% PV Negatif PV Positif NPV Net B/C IRR Payback Period
(106,830,104) 1 (106,830,104) (106,830,104) 106,830,104 0.00 1.00 6.5% 10.00
23,529,896 0.94 22,093,799
23,529,896 0.88 20,745,351
(2,630,104) 0.83 (2,177,329)
23,529,896 0.78 18,290,332
16,329,896 0.73 11,918,878
(2,630,104) 0.69 (1,802,500)
23,529,896 0.64 15,141,634
23,529,896 0.60 14,217,497
14,809,895 0.57 8,402,442
Total Biaya Variabel 3.Biaya Tetap Pemeliharaan Listrik Komunikasi Transportasi
103
Lampiran 7. Cashflow Skenario Usaha II Uraian Inflow 1.Penjualan 2. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1.Biaya Investasi Freezer Kulkas Mesin Inkubator Pengaduk Termometer Kompor Gas Bangunan Mesin Pasteurisasi Cream Separator Tabung Gas Panci Besar (20 L) Panci Sedang (15 L) Panci Kecil (10 L) Milk Can (stainless) Milk Can (alumunium) Box Susu/cool box Wadah Plastik (20 L) Wadah Plastik (5 L) Timbangan Takaran Saringan Pengaduk Kayu Mangkuk Centong Galon Air Sepeda Motor 1 Sepeda Motor 2 Total Biaya Investasi
1
2
3
4
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
28,700,000 5,600,000 27,000,000 30,000 20,000 810,000 10,000,000 30,000,000 6,000,000 900,000 1,250,000 360,000 300,000 2,100,000 800,000 5,550,000 1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000 15,000,000 9,000,000 145,118,000
Tahun 5
6
7
8
9
10
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800 23,419,999 216,894,799
28,700,000 5,600,000
28,700,000 5,600,000
30,000
30,000
30,000 20,000 810,000
30,000
30,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
900,000 1,250,000 360,000 300,000 2,100,000 800,000 5,550,000 1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
3,638,000
3,638,000
38,768,000
3,638,000
12,988,000
28,700,000 5,600,000
30,000 20,000 810,000
30,000
30,000
30,000 20,000 810,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
38,768,000
3,638,000
3,638,000
38,768,000
104
2.Biaya Variabel Susu Bakteri Starter Gula Nata de Coco Perasa Buah Air Galon Plastik Kemasan Primer Plastik Kemasan Sekunder Gaji pegawai Gaji pegawai borongan
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
Total Biaya Tetap Total Outflow
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 296,912,820
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 155,432,820
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 155,432,820
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 190,562,820
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 155,432,820
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 164,782,820
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 190,562,820
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 155,432,820
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 155,432,820
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 190,562,820
Net Benefit DF 6.5% PV DF 6.5% PV Negatif PV Positif NPV Net B/C IRR Payback Period
(103,438,020) 1 (103,438,020) (103,438,020) 186,585,163 83,147,143 1.80 24% 5.11
38,041,980 0.94 35,720,169
38,041,980 0.88 33,540,065
2,911,980 0.83 2,410,680
38,041,980 0.78 29,570,909
28,691,980 0.73 20,941,726
2,911,980 0.69 1,995,679
38,041,980 0.64 24,480,251
38,041,980 0.60 22,986,151
26,331,979 0.57 14,939,533
Total Biaya Variabel 3.Biaya Tetap Pemeliharaan Listrik Komunikasi Transportasi
105
Lampiran 8. Laporan Laba Rugi Skenario Usaha II Uraian Inflow 1.Penjualan 2. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1.Biaya Variabel Susu Bakteri Starter Gula Nata de Coco Perasa Buah Air Galon Plastik Kemasan Primer Plastik Kemasan Sekunder Gaji pegawai Gaji pegawai borongan Total Biaya Variabel 2.Biaya Tetap Penyusutan Pemeliharaan Listrik Komunikasi Transportasi Total Biaya Tetap Total Outflow EBIT Biaya Bunga EBT Pajak Penghasilan Laba Bersih Setelah Pajak
1
2
3
4
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
25,888,001 7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 43,583,901 177,682,821 15,791,979 15,791,979 789,599 15,002,380
Tahun 5
6
7
8
9
10
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800 23,419,999 216,894,799
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
41,760,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 134,098,920
25,888,001 7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 43,583,901 177,682,821
25,888,001 7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 43,583,901 177,682,821
25,888,001 7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 43,583,901 177,682,821
25,888,001 7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 43,583,901 177,682,821
25,888,001 7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 43,583,901 177,682,821
25,888,001 7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 43,583,901 177,682,821
25,888,001 7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 43,583,901 177,682,821
25,888,001 7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 43,583,901 177,682,821
25,888,001 7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 43,583,901 177,682,821
15,791,979 15,791,979 789,599 15,002,380
15,791,979 15,791,979 789,599 15,002,380
15,791,979 15,791,979 789,599 15,002,380
15,791,979 15,791,979 789,599 15,002,380
15,791,979 15,791,979 789,599 15,002,380
15,791,979 15,791,979 789,599 15,002,380
15,791,979 15,791,979 789,599 15,002,380
15,791,979 15,791,979 789,599 15,002,380
39,211,978 39,211,978 1,960,599 37,251,379
106
Lampiran 9. Analisis Sensitivitas Skenario Usaha II Penurunan Penjualan 36,57% Uraian Inflow 1.Penjualan 2. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1.Biaya Investasi Freezer Kulkas Mesin Inkubator Pengaduk Termometer Kompor Gas Bangunan Mesin Pasteurisasi Cream Separator Tabung Gas Panci Besar (20 L) Panci Sedang (15 L) Panci Kecil (10 L) Milk Can (stainless) Milk Can (alumunium) Box Susu/cool box Wadah Plastik (20 L) Wadah Plastik (5 L) Timbangan Takaran Saringan Pengaduk Kayu Mangkuk Centong Galon Air Sepeda Motor 1 Sepeda Motor 2 Total Biaya Investasi
1
2
3
4
136,464,600
136,464,600
136,464,600
136,464,600
136,464,600
136,464,600
136,464,600
136,464,600
28,700,000 5,600,000 27,000,000 30,000 20,000 810,000 10,000,000 30,000,000 6,000,000 900,000 1,250,000 360,000 300,000 2,100,000 800,000 5,550,000 1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000 15,000,000 9,000,000 145,118,000
Tahun 5
6
7
8
9
10
136,464,600
136,464,600
136,464,600
136,464,600
136,464,600
136,464,600
136,464,600
136,464,600
136,464,600
136,464,600
136,464,600 23,419,999 159,884,599
28,700,000 5,600,000
28,700,000 5,600,000
30,000
30,000
30,000 20,000 810,000
30,000
30,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
900,000 1,250,000 360,000 300,000 2,100,000 800,000 5,550,000 1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
3,638,000
3,638,000
38,768,000
3,638,000
12,988,000
28,700,000 5,600,000
30,000 20,000 810,000
30,000
30,000
30,000 20,000 810,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
38,768,000
3,638,000
3,638,000
38,768,000
107
2.Biaya Variabel Susu Bakteri Starter Gula Nata de Coco Perasa Buah Air Galon Plastik Kemasan Primer Plastik Kemasan Sekunder Gaji pegawai Gaji pegawai borongan Total Biaya Variabel 3.Biaya Tetap Pemeliharaan Listrik Komunikasi Transportasi Total Biaya Tetap Total Outflow Net Benefit DF 6.5% PV DF 6.5% PV Negatif PV Positif NPV Net B/C IRR Payback Period
26,488,368 16,555,230 18,541,858 529,767 365,357 1,187,410 3,311,046 2,920,343 12,000,000 7,547,967 89,447,345
26,488,368 16,555,230 18,541,858 529,767 365,357 1,187,410 3,311,046 2,920,343 12,000,000 7,547,967 89,447,345
26,488,368 16,555,230 18,541,858 529,767 365,357 1,187,410 3,311,046 2,920,343 12,000,000 7,547,967 89,447,345
26,488,368 16,555,230 18,541,858 529,767 365,357 1,187,410 3,311,046 2,920,343 12,000,000 7,547,967 89,447,345
26,488,368 16,555,230 18,541,858 529,767 365,357 1,187,410 3,311,046 2,920,343 12,000,000 7,547,967 89,447,345
26,488,368 16,555,230 18,541,858 529,767 365,357 1,187,410 3,311,046 2,920,343 12,000,000 7,547,967 89,447,345
26,488,368 16,555,230 18,541,858 529,767 365,357 1,187,410 3,311,046 2,920,343 12,000,000 7,547,967 89,447,345
26,488,368 16,555,230 18,541,858 529,767 365,357 1,187,410 3,311,046 2,920,343 12,000,000 7,547,967 89,447,345
26,488,368 16,555,230 18,541,858 529,767 365,357 1,187,410 3,311,046 2,920,343 12,000,000 7,547,967 89,447,345
26,488,368 16,555,230 18,541,858 529,767 365,357 1,187,410 3,311,046 2,920,343 12,000,000 7,547,967 89,447,345
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 252,261,245
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 110,781,245
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 110,781,245
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 145,911,245
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 110,781,245
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 120,131,245
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 145,911,245
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 110,781,245
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 110,781,245
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 145,911,245
(115,796,645) 1 (115,796,645) (115,796,645) 104,324,868 (11,471,777) 0.90 4%
25,683,355 0.94 24,115,826
25,683,355 0.88 22,643,968
(9,446,645) 0.83 (7,820,396)
25,683,355 0.78 19,964,265
16,333,355 0.73 11,921,403
(9,446,645) 0.69 (6,474,108)
25,683,355 0.64 16,527,399
25,683,355 0.60 15,518,684
13,973,354 0.57 7,927,828
108
Lampiran 10. Analisis Sensitivitas Skenario Usaha II Kenaikan Harga Susu 12,5% Uraian Inflow 1.Penjualan 2. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1.Biaya Investasi Freezer Kulkas Mesin Inkubator Pengaduk Termometer Kompor Gas Bangunan Mesin Pasteurisasi Cream Separator Tabung Gas Panci Besar (20 L) Panci Sedang (15 L) Panci Kecil (10 L) Milk Can (stainless) Milk Can (alumunium) Box Susu/cool box Wadah Plastik (20 L) Wadah Plastik (5 L) Timbangan Takaran Saringan Pengaduk Kayu Mangkuk Centong Galon Air Sepeda Motor 1 Sepeda Motor 2 Total Biaya Investasi
1
2
3
4
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
28,700,000 5,600,000 27,000,000 30,000 20,000 810,000 10,000,000 30,000,000 6,000,000 900,000 1,250,000 360,000 300,000 2,100,000 800,000 5,550,000 1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000 15,000,000 9,000,000 145,118,000
Tahun 5
6
7
8
9
10
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800 23,419,999 216,894,799
28,700,000 5,600,000
28,700,000 5,600,000
30,000
30,000
30,000 20,000 810,000
30,000
30,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
900,000 1,250,000 360,000 300,000 2,100,000 800,000 5,550,000 1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
3,638,000
3,638,000
38,768,000
3,638,000
12,988,000
28,700,000 5,600,000
30,000 20,000 810,000
30,000
30,000
30,000 20,000 810,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
38,768,000
3,638,000
3,638,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000 15,000,000 9,000,000 62,768,000
109
2.Biaya Variabel Susu Bakteri Starter Gula Nata de Coco Perasa Buah Air Galon Plastik Kemasan Primer Plastik Kemasan Sekunder Gaji pegawai Gaji pegawai borongan Total Biaya Variabel 3.Biaya Tetap Pemeliharaan Listrik Komunikasi Transportasi Total Biaya Tetap Total Outflow Net Benefit DF 6.5% PV DF 6.5% PV Negatif PV Positif NPV Net B/C IRR Payback Period
46,980,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 139,318,920
46,980,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 139,318,920
46,980,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 139,318,920
46,980,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 139,318,920
46,980,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 139,318,920
46,980,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 139,318,920
46,980,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 139,318,920
46,980,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 139,318,920
46,980,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 139,318,920
46,980,000 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 139,318,920
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 302,132,820
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 160,652,820
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 160,652,820
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 195,782,820
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 160,652,820
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 170,002,820
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 195,782,820
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 160,652,820
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 160,652,820
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 219,782,820
(108,658,020) 1 (108,658,020) (108,658,020) 138,223,822 29,565,802 1.27 13% 6.46
32,821,980 0.94 30,818,761
32,821,980 0.88 28,937,803
(2,308,020) 0.83 (1,910,692)
32,821,980 0.78 25,513,283
23,471,980 0.73 17,131,748
(2,308,020) 0.69 (1,581,765)
32,821,980 0.64 21,121,148
32,821,980 0.60 19,832,064
(2,888,021) 0.57 (1,638,528)
110
Lampiran 11. Switching Value Kenaikan Harga Susu 26.006326% Skenario Usaha II Uraian Inflow 1.Penjualan 2. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1.Biaya Investasi Freezer Kulkas Mesin Inkubator Pengaduk Termometer Kompor Gas Bangunan Mesin Pasteurisasi Cream Separator Tabung Gas Panci Besar (20 L) Panci Sedang (15 L) Panci Kecil (10 L) Milk Can (stainless) Milk Can (alumunium) Box Susu/cool box Wadah Plastik (20 L) Wadah Plastik (5 L) Timbangan Takaran Saringan Pengaduk Kayu Mangkuk Centong Galon Air Sepeda Motor 1 Sepeda Motor 2 Total Biaya Investasi
1
2
3
4
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
28,700,000 5,600,000 27,000,000 30,000 20,000 810,000 10,000,000 30,000,000 6,000,000 900,000 1,250,000 360,000 300,000 2,100,000 800,000 5,550,000 1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000 15,000,000 9,000,000 145,118,000
Tahun 5
6
7
8
9
10
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800
193,474,800 23,419,999 216,894,799
28,700,000 5,600,000
28,700,000 5,600,000
30,000
30,000
30,000 20,000 810,000
30,000
30,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
900,000 1,250,000 360,000 300,000 2,100,000 800,000 5,550,000 1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
3,638,000
3,638,000
38,768,000
3,638,000
12,988,000
28,700,000 5,600,000
30,000 20,000 810,000
30,000
30,000
30,000 20,000 810,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
38,768,000
3,638,000
3,638,000
38,768,000
111
2.Biaya Operasional Susu Bakteri Starter Gula Nata de Coco Perasa Buah Air Galon Plastik Kemasan Primer Plastik Kemasan Sekunder Gaji pegawai Gaji pegawai borongan Total Biaya Operasional 3.Biaya Tetap Pemeliharaan Listrik Komunikasi Transportasi Total Biaya Tetap Total Outflow Net Benefit DF 6.5% PV DF 6.5% PV Negatif PV Positif NPV Net B/C IRR Payback Period
52,620,242 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 144,959,162
52,620,242 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 144,959,162
52,620,242 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 144,959,162
52,620,242 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 144,959,162
52,620,242 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 144,959,162
52,620,242 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 144,959,162
52,620,242 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 144,959,162
52,620,242 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 144,959,162
52,620,242 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 144,959,162
52,620,242 26,100,000 29,232,000 835,200 576,000 1,872,000 5,220,000 4,604,040 12,000,000 11,899,680 144,959,162
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 307,773,062
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 166,293,062
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 166,293,062
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 201,423,062
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 166,293,062
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 175,643,062
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 201,423,062
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 166,293,062
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 166,293,062
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 201,423,062
(114,298,262) 1 (114,298,262) (114,298,262) 114,298,262 0.00 1.00 6.5% 10.00
27,181,738 0.94 25,522,759
27,181,738 0.88 23,965,032
(7,948,262) 0.83 (6,579,961)
27,181,738 0.78 21,128,993
17,831,738 0.73 13,015,044
(7,948,262) 0.69 (5,447,215)
27,181,738 0.64 17,491,617
27,181,738 0.60 16,424,054
15,471,737 0.57 8,777,940
112
Lampiran 12. Switching Value Penurunan Penjualan 34,889207% Skenario Usaha II Uraian Inflow 1.Penjualan 2. Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1.Biaya Investasi Freezer Kulkas Mesin Inkubator Pengaduk Termometer Kompor Gas Bangunan Mesin Pasteurisasi Cream Separator Tabung Gas Panci Besar (20 L) Panci Sedang (15 L) Panci Kecil (10 L) Milk Can (stainless) Milk Can (alumunium) Box Susu/cool box Wadah Plastik (20 L) Wadah Plastik (5 L) Timbangan Takaran Saringan Pengaduk Kayu Mangkuk Centong Galon Air Sepeda Motor 1 Sepeda Motor 2 Total Biaya Investasi
1
2
3
4
139,999,404
139,999,404
139,999,404
139,999,404
139,999,404
139,999,404
139,999,404
139,999,404
28,700,000 5,600,000 27,000,000 30,000 20,000 810,000 10,000,000 30,000,000 6,000,000 900,000 1,250,000 360,000 300,000 2,100,000 800,000 5,550,000 1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000 15,000,000 9,000,000 145,118,000
Tahun 5
6
7
8
9
10
139,999,404
139,999,404
139,999,404
139,999,404
139,999,404
139,999,404
139,999,404
139,999,404
139,999,404
139,999,404
139,999,404 23,633,333 163,632,737
28,700,000 5,600,000
28,700,000 5,600,000
30,000
30,000
30,000 20,000 810,000
30,000
30,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
900,000 1,250,000 360,000 300,000 2,100,000 800,000 5,550,000 1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
3,638,000
3,638,000
38,768,000
3,638,000
12,988,000
28,700,000 5,600,000
30,000 20,000 810,000
30,000
30,000
30,000 20,000 810,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 360,000 300,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
1,250,000 30,000 90,000 50,000 32,000 30,000 60,000 18,000 138,000
38,768,000
3,638,000
3,638,000
38,768,000
113
2.Biaya Variabel Susu Bakteri Starter Gula Nata de Coco Perasa Buah Air Galon Plastik Kemasan Primer Plastik Kemasan Sekunder Gaji pegawai Gaji pegawai borongan Total Biaya Variabel 3.Biaya Tetap Pemeliharaan Listrik Komunikasi Transportasi Total Biaya Tetap Total Outflow Net Benefit DF 6.5% PV DF 6.5% PV Negatif PV Positif NPV Net B/C IRR Payback Period
27,190,267 16,993,917 19,033,187 543,805 375,038 1,218,874 3,398,783 2,997,727 12,000,000 7,747,976 91,499,575
27,190,267 16,993,917 19,033,187 543,805 375,038 1,218,874 3,398,783 2,997,727 12,000,000 7,747,976 91,499,575
27,190,267 16,993,917 19,033,187 543,805 375,038 1,218,874 3,398,783 2,997,727 12,000,000 7,747,976 91,499,575
27,190,267 16,993,917 19,033,187 543,805 375,038 1,218,874 3,398,783 2,997,727 12,000,000 7,747,976 91,499,575
27,190,267 16,993,917 19,033,187 543,805 375,038 1,218,874 3,398,783 2,997,727 12,000,000 7,747,976 91,499,575
27,190,267 16,993,917 19,033,187 543,805 375,038 1,218,874 3,398,783 2,997,727 12,000,000 7,747,976 91,499,575
27,190,267 16,993,917 19,033,187 543,805 375,038 1,218,874 3,398,783 2,997,727 12,000,000 7,747,976 91,499,575
27,190,267 16,993,917 19,033,187 543,805 375,038 1,218,874 3,398,783 2,997,727 12,000,000 7,747,976 91,499,575
27,190,267 16,993,917 19,033,187 543,805 375,038 1,218,874 3,398,783 2,997,727 12,000,000 7,747,976 91,499,575
27,190,267 16,993,917 19,033,187 543,805 375,038 1,218,874 3,398,783 2,997,727 12,000,000 7,747,976 91,499,575
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 254,313,475
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 112,833,475
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 112,833,475
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 147,963,475
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 112,833,475
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 122,183,475
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 147,963,475
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 112,833,475
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 112,833,475
7,255,900 4,872,000 1,392,000 4,176,000 17,695,900 147,963,475
(114,314,071) 1 (114,314,071) (114,314,071) 114,314,071 0.00 1.00 6.5% 10.00
27,165,929 0.94 25,507,915
27,165,929 0.88 23,951,094
(7,964,071) 0.83 (6,593,049)
27,165,929 0.78 21,116,704
17,815,929 0.73 13,003,505
(7,964,071) 0.69 (5,458,050)
27,165,929 0.64 17,481,444
27,165,929 0.60 16,414,502
15,669,262 0.57 8,890,006
114
Lampiran 13. Layout Ruang Produksi Dafarm
Peralatan dapur
Kompor gas
Mesin pasteurisasi Kulkas
Mesin incubator
Freezer
4m
Freezer
Kulkas
4m
115
Lampiran 14. Foto Alat Produksi Dafarm
Mesin incubator
Ruang produksi
Freezer
Kompor gas
Peralatan dapur
Timbangan
Yoghurt dafarm
Milk can
Yoghurt dafarm
Kulkas
Mesin pasteurisasi
116