1
ANALISIS KELAYAKAN USAHA AYAM PETELUR (Studi Kasus Perusahaan X Di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor)
ANDREAS TAMBUN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MENEJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis kelayakan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Perusahaan X di Desa Rumpin Kecamatan Gobang, Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2015
Anderas Tambun NIM H34124043
* .
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak ...luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
4
5
ABSTRAK ANDREAS TAMBUN. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Perusahaan X di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA. Analisis Kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur perusahaan X dilakukan untuk menilai apakah kegiatan investasi yang dilakukan dalam penambahan target produksi telur layak dijalankan, memberikan gambaran prospek usaha peternakan khususnya ayam petelur dan seberapa besar kemungkinan manfaat dan keuntungan dari usaha tersebut. Berdasarkan hasil analisis aspek non finanasial menunjukan bahwa usaha peternakan ini layak untuk dijalankan dilihat dari aspek pasar, teknis, menejemen, hukum, sosial, ekonomi, dan lingkungan karena sudah memenuhi kriteria kelayakan usaha. Berdasarkan aspek finansial bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena sudah memenuhi kriteria kelayakan secara finansial yaitu Nilai NPV perusahaan X diperoleh sebesar Rp1 704 844 201, nilai IRR 36 persen, nilai Net B/C 2 dan nilai Payback Period 3 tahun 4 bulan. Hasil analisis Switching value terhadap perubahan yang terjadi pada variabel outflow dan inflow yaitu sebesar 8.513 persen untuk toleransi kenaikan pakan maksimal, dan 7.553 persen untuk penurunan harga jual maksimal yang dapat ditoleransi. Kata kunci: IRR, kelayakan usaha, NPV, Net B/C, switching value.
ABSTRACT ANDREAS TAMBUN. Feasibility Analysis of Layer farm at X farm in Gobang, Bogor Regency. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA. The feasibility analysis of layer farm at X farm is needed to asses whether the activities of the investmen made in the addition amount of egg production is feasible, gives an overview of business prospect especicaly layer and how likely the benefits can be received from the business. Based the result of analysis nonfinancial aspect indicates that the X farm is feasible either from the aspect market, technical, management, legal, and social aspects of the environmental because it has already met the criteria of feasibility business. Based the financial aspect analysis that the business is feasibel and deserve to run. The value of financial analysis for NPV Rp1 704 844 201, IRR 36 persen, Net B/C 2 and Payback Period 3 years 4 month. Analysis switching value found that the magnitude of tolerance maximum against component input and output by the Farm are 8.513 persen for increasing feed price, 7.553 persen for decreasing price sell product which can be tolerance. Keywords: business feasibility, IRR, NPV, Net B/C, switching value
6
7
ANALISIS KELAYAKAN USAHA AYAM PETELUR (Studi Kasus Perusahaan X Di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor)
ANDREAS TAMBUN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MENEJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
3
4
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema dalam penulisan karya ilmiah ini adalah Studi Kelayakan Bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Terima kasih Penulis Ucapkan kepada Dr Ir Wahyu Budi Priatna. Msi sebagai pembimbing dalam menyelesaikan karya ilmiah ini yang telah meluangkan sebagian besar waktu untuk membimbing, mengarahakan, serta meberikan saran juga ilmu pengetahuan selama penyusunan skripsi. Penulis juga berterima kasih kepada semua bapak/ibu dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh karyawan peternakan perusahaan X karena telah membantu penulis dalam melakukan kegiatan penyusunan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, dan saudaraku atas doa, nasehat, motivasi dan cinta kasih yang selalu diberikan sampai saat ini kepada penulis. Ucapan terima kasih kepada seluruh mahasiswa dan staff Alih Jenis Agribisnis angkatan tiga. Harapan dari penulis agar skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat menjadi rujukan untuk melakukan peneltian lebih lanjut. Bogor, Maret 2015 Andreas Tambun
5
6
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Ayam Petelur Karakteristik Ayam Petelur Telur Ayam Teknologi Niple dan Filter Air Minum Analisis Kelayakan Usaha Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Bisnis Aspek-Aspek Studi Kelayakan Kriteria Kelayakan Investasi Konsep Nilai Waktu Uang Analisis Switching Value Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan data Metode Pengolahan Data Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Hukum Aspek Menejemen Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Analisis Kelayakan Aspek Finansial Net Present Value (NPV) Net Benefit Cost Ratio Internal Rate of Return (IRR) Payback Periode (PP) Asumsi-Asumsi Dasar Analisis Switching Value KEADAAN UMUM LOKASI Gambaran Umum Perusahaan X HASIL DAN PEMBAHASAN
v vi vi vi 1 1 6 7 7 8 8 8 9 12 12 13 16 17 17 17 18 21 22 22 22 25 25 25 25 26 26 26 26 27 27 27 28 28 29 29 29 30 31 31 31 32
7
Analisis Aspek Non Finansial Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Hukum Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Analisis Aspek Finansial Arus Manfaat (Inflow) Arus Biaya (Outflow) Analisis Laba Rugi Analisis Kriteria Kelayakan Investasi Analisis Switching Value Perusahaan X SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
32 33 34 40 41 41 41 42 46 47 48 49 49 49 50 64
8
DAFTAR TABEL 1 Populasi jumlah (000 ekor) ternak di Indonesia tahun 2010 sampai 2014 ......... 1 2 Jumlah produksi telur (000 ton) di Indonesia tahun 2010 sampai 2014 ............. 2 3 Produksi telur (000 ton) menurut propinsi tahun 2010 sampai 2013 ................. 3 4 Produksi telur (butir) kabupaten dan kota di Jawa Barat tahun 2011 ................. 4 5 Konsumsi telur per kapita per tahun di Indonesia tahun 2009 sampai 2013 ...... 5 6 Perbandingan produktivitas ayam ras petelur dengan ayam buras................... 10 7 Peforma beberapa strain ayam petelur.............................................................. 11 8 Jenis dan sumber data ....................................................................................... 25 9 Proporsi jumlah pakan ayam per ekor per hari ................................................. 36 10 Proporsi pemberian pakan pada perusahaan X ................................................. 38 14 Kriteria kelayakan investasi usaha peternakan Perusahaan X .......................... 48 15 Hasil perhitungan analisis nilai pengganti ........................................................ 49 11 Biaya investasi perusahaan X ........................................................................... 61 12 Rincian biaya tetap usaha peternakan Perusahaan X........................................ 62 13 Rincian biaya variabel usaha peternakan Perusahaan X .................................. 62
DAFTAR GAMBAR 1 Hubungan antara NPV dan IRR ....................................................................... 22 2 Kerangka pemikiran operasional ...................................................................... 24 3 Layout peternakan X ........................................................................................ 35 4 Kandang batre atau lebih dikenal dengan cage ................................................ 35 5 Peti telur (a) dan egg tray (b)............................................................................ 37 6 Persiapan kandang ............................................................................................ 38 7 Proses pengemasan telur................................................................................... 39 8 Struktur organisasi perusahaan X ..................................................................... 39 9 Hubungan NPV dan IRR .................................................................................. 47 10 Instalasi minum dan air..................................................................................... 61
DAFTAR LAMPIRAN 1 Rincian biaya penyusutan Investasi peternakan perusahaan X .......................... 53 2 Proyeksi laba rugi Peternakan perusahaan X ..................................................... 54 3 Proyeksi arus kas peternakan (cash flow) perusahaan X .................................... 55 4 Analisis switching value perusahaan X sebesar 8.513 persen variabel peningkatan harga pakan .................................... 57 5 Analisiss switching value perusahaan X sebesar 7.553 persen variabel penurunan harga jual ......................................... 59
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke empat di dunia dengan jumlah 237 641 326 juta orang tahun 2010 (BPS 2010). Jumlah masyarakat yang banyak memerlukan sumber pangan yang besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat indonesia. Rata-rata pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) mencapai 6.15 persen sejak tahun 20102013 dengan pendapatan per kapita 3,468 (USD) merupakan potensi yang besar sebagai pasar yang baik. Populasi yang besar, perkembangan ekonomi yang cenderung baik, serta peningkatan pendapatan menyebabkan pula masyarakat memerlukan sumber makanan yang baik. Protein adalah sumber makanan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan kebutuhan akan protein sangatlah penting, terdapat dua macam sumber protein yaitu hewani dan nabati. Kebutuhan protein hewani diperoleh dari hewan ternak yang dimanfaatkan daging atau telurnya sehingga dibutuhkan populasi yang besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia, perkembangan atau perubahan pertumbuhan populasi ternak di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1 Populasi jumlah (000 ekor) ternak di Indonesia tahun 2010 sampai 2014 Jenis ternak
2010
2011
2012
2013
2014*
Sapi Potong 13 582 14 824 15 981 12686 14 703 Sapi Perah 488 597 612 444 483 Kerbau 2 000 1 305 1 438 1110 1 321 Kuda 419 409 437 434 455 Kambing 16 620 16 946 17 906 18500 19 216 Domba 10 725 11 791 13 420 14926 15 716 Babi 7 477 7 525 7 900 7611 7 873 Ayam Buras 257 544 264 340 274 564 276777 286 538 Ayam Ras Petelur 105 210 124 636 138 718 146622 154 657 Ayam Ras Pedaging 986 872 1 177 991 1 244 402 1 344 191 1 481 872 Itik 44 302 43 488 49 295 12 015 52 775 Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2014 Catatan : * Angka Sementara
Grow (%) 2013-2014 13.72 8.07 15.97 4.62 3.73 5.03 3.33 3.41 5.20 9.29 77.23
Tabel 1 populasi jumlah ternak di Indonesia dapat dilihat bahwa hampir semua jenis ternak mengalami peningkatan, khusus untuk ayam petelur terjadi peningkatan sebesar 5.2 persen pada tahun 2013 sampai 2014. Peningkatan populasi ternak menyebabkan peningkatan produksi daging dan telur yang dihasilkan. Telur merupakan sumber protein utama dan murah bagi masyarakat sehingga kebutuhan akan telur sangat tinggi, terdapat berbagai macam jenis telur yang dijual seperti telur ayam buras, telur itik, telur ayam ras dan telur puyuh. Pasokan telur untuk setiap jenis berbeda khusus untuk telur ayam, dan itik memiliki harga jual yang tinggi karena permintaan yang tinggi tetapi pasokan yang sedikit excees demand. Tingginya permintaan dari masyarakat akan telur menjadi sinyal bagi para peternak untuk berusaha dalam peternakan,
2
meningkatnya pendapatan masyarakat juga mempengaruhi pola konsumsi masyarakat yang akan lebih memperhatikan kebutuhan makananan bergizi terutama protein hewani. Jumlah penduduk Indonesia yang besar membutuhkan jumlah populasi ternak yang besar untuk memenuhi kebutuhan akan telur sehingga dibutuhkan pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur, perkembangan produksi telur di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah produksi telur (000 ton) di Indonesia tahun 2010 sampai 2014 Jenis
2010
2011
2012
2013
Ayam ras 945 637 1 027 846 1 139 949 1 224 402 Itik 245 039 256 198 275 938 290 369 Ayam Buras 175 527 172 215 197 083 194 620 Sumber : Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2014 Catatan : * Angka Sementara
2014* 1 299 199 297 074 197 391
Grow (persen) 8.24 5.49 3.14
Dari data produksi telur di Indonesia sejak tahun 2010 dapat dilihat bahwa secara rata-rata produksi telur ayam ras lebih besar peningkatanya sebesar 8.24 persen, dibandingkan dengan telur itik sebesar 5.49 persen dan ayam buras 3.14 persen. Telur itik dan ayam buras peningkatanya lebih rendah diduga karena itik belum dapat dibudidayakan dalam kandang tertutup seperti ayam buras, cuaca sangat berpengaruh terhadap produksinya, memerlukan waktu dan penanganan khusus, dan secara umum budidaya itik dan ayam buras masih dilakukan dalam skala rumah tangga atau tradisional sehingga teknologi intensif belum diterapkan, sehingga menghasilkan produksi yang belum maksimal dibandingkan dengan budidaya ayam ras petelur. Peningkatan produksi telur tidak merata disetiap daerah sentra produksi telur, setiap daerah atau propinsi memiliki pertumbuhan yang berbeda bahkan ada yang mengalami penurunan produksi. Khusus untuk daerah DKI Jakarta tidak ada produksi yang dihasilkan karena tidak ada lahan yang cocok untuk budidaya ayam petelur dan juga biaya imbangan untuk usaha lain ada industri lain lebih besar. DKI Jakarta menjadi lokasi atau pasar dari pada konsumsi telur yang diproduksi oleh daerah pertanian seperti Bogor. Jawa Barat tercatat peningkatan produksi telur yang signifikan mecapai 6.19 persen ini mengindikasikan bahwa permintaan di Jawa Barat juga meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Jawa Barat, sehingga peluang pasar untuk telur ayam masih besar. Jawa Barat juga melakukan pemenuhan kebutuhan telur untuk daerah DKI Jakarta, peluang pasar sangat besar di Jakarta karena daerah menjadi pusat industri dan didukung oleh jumlah penduduk yang sangat padat menjadi potensi yang sangat besar untuk dipenuhi kebutuhan akan telur ayam ras. Produksi terbesar masih terdapat didaerah propinsi Jawa Timur, sehingga penentuan harga tergantung dari supply telur dari daerah Jawa Timur peningkatan terjadi sebesar 4.00 persen. Jawa Timur sebagai sentra produksi telur juga sebagai pemasok telur untuk kebutuhan telur di daerah jabodetabek dan menjadi pesaing bagi produsen telur daerah Bogor karena harga jual yang murah dibandingkan dengan produksi lokal Jawa Barat khususnya Bogor, diduga juga biaya produksi yang murah dibandingkan dengan Jawa Barat menyebabkan biaya produksi atau harga pokok penjualan menjadi kecil atau telah mencapai skala ekonomi yang
3
efisien. Sehingga jika permintaan telur kurang atau kecil sedangkan penawaran telur yang besar menyebabkan barang beralih ke daerah yang mempunyai permintaan tinggi dan harga jual yang tinggi. Produksi telur di Indonesia menurut propinsi sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Produksi telur (000 ton) menurut propinsi tahun 2010 sampai 2013 Tahun No
Propinsi
2011
2012
2013
NAD 1 962 2 419 SUMUT 74 302 79 204 SUMBAR 55 538 60 148 Riau 1 748 1 384 Jambi 3 848 4 771 SUMSEL 47 616 48 726 Bengkulu 452 582 Lampung 40 470 44 878 BABEL 580 593 KEPRI 6 935 7 129 D.K.I Jakarta 0 0 Jawa Barat 103 428 115 787 Jawa Tengah 174 884 179 974 D.I Yogyakarta 23 361 26 111 Jawa Timur 209 516 235 832 Banten 41 581 57 6263 Bali 29 472 6 606 NTB 9 008 1 268 NTT 705 1385 KALBAR 16 257 15.613 KALTENG 538 120 KALSEL 28 990 20 286 KALTIM 12 164 12 032 SULUT 7 316 7838 SULTENG 4 445 5 297 SULSEL 45 903 50 003 SULTENG 1 414 1.369 Gorontalo 1 551 1 565 SULBAR 138 607 Maluku 285 348 MALUT 140 10 838 Papua Barat 338 494 Papua 752 1.013 Total produksi 945 635 1 027 845 Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2013
3 640 108 018 62 687 2 022 4 461 49 540 576 61 335 544 3 425 120 123 192 071 25 802 270 700 47 455 47 969 1 338 1 164 23 906 209 20 995 12 240 8 552 4 621 60 144 1 126 2 149 638 371 130 705 1.153 1 139 946
3 878 111 802 65 194 2 120 7 332 51 997 652 82 391 599 4 500 127 561 196 488 26.326 281 528 51 397 49 024 1 351 1 164 24 743 653 24 296 12 484 8 979 5 589 74.987 1 405 2 149 647 395 270 731 1.288 1 223 718
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
2010
Grow rate 2012 - 2013 (persen) 25.88 3.32 4.00 4.87 57,99 4.96 13.25 34.33 10.00 31.38 0 6.19 2.30 2.03 4.00 8.31 2.20 1.00 0.00 3.50 212.69 15.94 2.00 5.00 20.96 24.68 24.83 0.04 1.43 6.59 107.44 3.77 11.71 7.35
Jawa Barat termasuk propinsi yang produksi telur ayam ras cukup banyak sekitar 1 936 695 442 produksi telur ayam ras di kabupaten Bogor mencapai 691 479 523 butir menjadi yang tertinggi diantara kabupaten lainya yang ada di Jawa Barat, dikarenakan Bogor adalah lokasi yang strategis untuk usaha peternakan ayam, karena lahan yang masih luas dan infrastruktur yang sudah cukup baik, sehingga biaya transportasi tidak menjadi kendala, dan pengiriman telur akan cepat dan terjaga kualitasnya, tetapi untuk produksi telur ayam buras kabupaten Ciamis menjadi produsen tertinggi mencapai 100 009
4
575 butir, dan penghasil telur itik terbanyak adalah kabupaten Karawang sebanyak 269 067 395 butir dikarenakan kabupaten karawang adalah sentra padi Jawa Barat yang memiliki lahan pertanian padi yang luas sehingga para peternak dengan mudah membawa itik mereka kesawah untuk bertelur, memanfaatkan limbah padi sebagai tambahan atau pakan bagi itik mereka karena itik masih dibudidayakan secara tradisional. Bogor adalah daerah pertanian yang berhubungan langsung dengan daerah industri padat penduduk seperti Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok yang memerlukan kebutuhan telur yang cukup tinggi, sehingga menjadi peluang bisnis yang baik bagi para peternak ayam ras petelur Produksi telur setiap kabupaten atau kota di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Produksi telur (butir) kabupaten dan kota di Jawa Barat tahun 2011 Kabupaten Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalenka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Bandung Barat
Ayam Ras 691 479 523 205 570 046 205 570 046 70 522 394 61 441 395 99 432 780 138 822 755 5 083 739 21 194 139 11 321 104 5 608 440 14 889 16 10 788 458 57 697 138 26 109 158
Ayam Buras Itik 22 025 022 17 721 131 58 354 680 11 038 164 53 021 269 41 463 407 31 828 060 55 081 622 23 816 562 23 638 469 26 053 378 16 970 035 100 009 575 45 249 846 8 127 822 7 830 737 20 211 617 42 327 063 14 064 250 11 078 308 8 581 008 5 881 528 17 989 500 247 463 692 15 866 454 52 820 285 14 392 212 27 131 616 27 091 821 269 067 395 16 635 221 52 027 344 25 425 865 22 791 712 Kota Bogor 93 474 3 660 156 1 614 249 Sukabumi 47 565 024 683 198 753 812 Bandung 294 287 1 605 685 2 881 266 Cirebon 77 116 645 972 590 758 Bekasi 18 447 250 1 275 155 1 535 689 Depok 33 694 261 602 214 10 219 420 Cimahi 10 905 544 658 909 725 Tasikmalaya 12 692 946 9 834 315 4 557 036 Banjar 4 459 333 2 996 736 2 166 079 Total (Jawa Barat) 1 936 695 442 505 342 405 974 810 389 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan Propinsi Jawa Barat tahun 2011
Jumlah 731 225 676 468 793 459 300 054 722 157 432 076 47 455 031 104 464 807 244 692 201 154 781 315 67 622 420 46 336 697 25 783 640 265 453 192 74 295 180 56 412 989 306 947 673 126 359 703 74 326 735 5 367 879 49 002 035 4 781 238 1 313 846 21 258 094 44 515 895 1 465 288 27 084 297 9 622 148 3 416 848 236
Telur yang diproduksi haruslah sampai dengan cepat kepada konsumen atau perantara penjual sehingga kualitasnya dapat terjaga atau segar diterima oleh konsumen. Konsumsi telur oleh masyarakat indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara maju khusus untuk indonesia konsumsi hanya sebesar 6 513 per kapita per tahun untuk telur ayam ras, sedangkan ayam buras sebesar 2 607 per kapita per tahun dan telur itik sebesar 1 825 per kapita per tahun. Dilihat dari pertumbuhanya telur ayam ras naik secara rata-rata sebesar 1.61 persen sampai tahun 2013 sedangkan telur itik dan ayam buras
5
mengalami penurunan karena bernilai negatif. Konsumsi telur Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Konsumsi telur per kapita per tahun di Indonesia tahun 2009 sampai 2013 Jenis
2009
2010
2011
2012
2013
Rata-rata Pertumbuhan ( persen) 1.61 -7,30 -9,78
Telur Ayam Ras* 5 840 6 726 6 622 6 518 6 513 Telur Ayam Buras 3 650 3 702 3 754 2 764 2 607 Telur Itik 2 868 2 503 2 816 2 190 1 825 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2009-2013. Keterangan : *) Satu butir telur ayam kampung diperkirakan beratnya sebesar 0,05 Kg
Pada tabel 5 dapet dilihat bahwa telur ayam ras meningkat konsumsinya rata rata sekitar 1.61 persen pada tahun 2013, peningkatan ini menjadi indikator bahwa pola konsumsi meningkat harus didukung dengan peningkatan produksi telur sehingga pada masa depan permintaan/demand side dan sisi penawaran/supply side akan meningkat. Prospek pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur sangat bagus untuk dikembangkan terutama di daerah kabupaten Bogor yang cenderung cocok untuk lokasi budidaya karena lokasi lahan kosong yang masih cukup banyak, infrastruktur transportasi yang sudah memadai, sehingga dapat menunjang keberhasilan usaha peternakan ayam ras petelur. Konsumsi telur secara keseluruhan mengalami fluktuasi tetapi kecenderunganya meningkat pada tahun 2012 konsumsi telur 1 412 78 000. Saat ini dibanding dengan beberapa negara tetangga konsumsi telur masyarakat Indonesia masih sangat rendah yakni 87 butir per tahun per kapita, padahal masyarakat Malaysia rata-rata mengkonsumsi 311 telur per kapita per tahun1. Sementara itu secara keseluruhan konsumsi telur di Jawa Barat sebanyak 299 683 ton, sedangkan kemampuan produksi dari peternak di Jawa Barat hanya 116 302 ton2. Berdasarkan data produksi dan konsumsi maka terjadi kekurangan produksi yang cukup banyak sehingga menjadi peluang untuk melakukan usah peternakan ayam petelur ini. Dari Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat yang telah direncanakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang dipilih untuk pengembangan usaha unggas produksi daging dan telur lebih besar dari 10 persen3. Sementara perusahaan-perusahaan yang menghasilkan telur masih sangat terbatas dan sedikit. Oleh karena itu peluang untuk mengembangkan dan meningkatkan komoditi telur masih sangat besar di daerah ini. Kelangkaan telur juga dialami perusahaan-perusahaan yang menghasilkan telur karena permintaan melebihi produksi yang dihasilkan perusahaan tiap harinya. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menambah 1
Konsumsi telur Konsumsi telur masyarakat Indonesia tahun 2012. http://ews.kemendag.go.id/berita/NewsDetail.aspx?v_berita=3207 [20 September 2014] 2 Konsumsi dan produksi Telur Jawa Barat. http://www.antarajawabarat.com/lihat/cetak/25210 [20 September 2014] 3 Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat.http://www.docstoc.com/docs/42331238/Boks-12Pemetaan-Sektor-Pertanian-di-Jawa-Barat [19 April 2014]
6
produktivitasnya terhadap telur ayam ras karena permintaan akan telur lebih banyak pada komoditi ini atau masih besarnya peluang pasar untuk mengembangkan usaha peternakan ayam ras petelur. Telur dan sifat permintaannya yang sangat sesuai dengan perkembangan masa depan. Semakin pentingnya peranan telur ayam ras dalam struktur konsumsi telur, telur ayam ras memiliki sifat permintaan yang income estic demand, bila pendapatan meningkat, maka konsumsi telur juga meningkat. Dimasa yang akan datang, pendapatan per kapita akan meningkat terutama pada negaranegara yang saat ini termasuk berpendapatan rendah dan menengah. Dengan demikian, konsumsi telur juga diperkirakan akan meningkat. Salah satu peternakan lokal yang ada di kabupaten Bogor adalah Perusahaan X telah berdiri sejak tahun 2004 perusahaan melakukan produksinya meningkat. Perumusan Masalah Industri peternakan yang menjadi salah satu penopang penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Hal ini dipicu oleh antara lain laju pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan penduduk, yang berarti perlu suplai sumber protein hewani baik dari daging sapi, kerbau, kambing, domba, maupun unggas. Industri peternakan unggas bisa tumbuh 8 persen pada tahun 2010 4. Indonesia pada saat ini masih mengalami kekurangan ayam petelur karena pertambahan populasi ayam petelur tidak seimbang dengan kebutuhan konsumsi nasional. Dilain pihak kebutuhan masyarakat terhadap telur cenderung semakin meningkat. Salah satu upaya peningkatan produksi ayam petelur dalam negeri yaitu dengan upaya pengembangan usaha. Dengan usaha ini diharapkan menghasilkan pertambahan produksi telur yang tinggi dan efisien sehingga dapat diperoleh telur dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Perusahaan X adalah salah satu peternakan yang bergerak dibidang peternakan khusus ayam petelur yang menghasilkan produk berupa telur. Usaha ini dimilki oleh bapak Aki yang didirikan pada tahun 2004 di daerah rumpin kabupaten Bogor Barat, perusahaan ini sudah cukup lama berdiri sehingga pemilik memutuskan akan melakukan pengembangan usaha dengan penambahan 1 ton telur utuh. Produk utama adalah telur ayam, ayam layer yang siap berproduksi dipelihara pada satu kandang atau dikenal dengan sistem batre artinya, setiap kandang hanya dihuni oleh satu atau dua ekor ayam. Dalam menjalankan usaha ini perusahaan mengeluarkan biaya investasi yang besar untuk membuat kandang semi permanen, kandang batre, peralatan makan dan minum, alat penerangan kandang, dan sarana penunjang produksi yang lain. Usaha peternakan ini menjual telur ke daerah Jabodetabek. Permintaan yang selalu meningkat dengan produksi yang tetap menajadi peluang bagi perusahaan untuk melakukan pengembangan usaha untuk memenuhi permintaan yang masih ada. Permintaan dari agen atau penyalur telur yang sudah menjadi agen tetap sekitar 4 ton telur utuh per hari sedangkan produksi telur 3 ton per hari masih ada peluang sekitar 1 ton yang harus dipenuhi 4
http://www.agrariaonline.com/redesign2.php?rid=19&aid=2114[20 september 2014]
7
sehingga perusahaan akan melakukan pengembangan usaha dengan cara penambahan input produksi berupa ayam petelur dewasa siap telur (layer) sekitar 16 923 ekor nilai ini didapatkan dari perhitungan dengan berat telur 0.065 gram per buitr, sehingga untuk mencapai satu ton telur dibutuhkan 15 385 ekor dan ditambah 10 persen tingkat kematianya sebesar 1 538 sehingga didapatkan 16 923 ekor ayam. Selain memproduksi produk telur ayam, perusahaan mendapatkan keuntungan dari penjualan ayam afkir, yaitu ayam yang sudah menurun produksinya sehingga jika dipertahankan maka secara marginal akan mengalami kerugiaan, sehingga perlu diadakan peremajaan atau pergantian induk petelur, harga jual ayam dalam kondisi ekonomi normal adalah Rp30 000 per ekor ayam, tetapi dalam kondisi tertentu harga ayam dapat meningkat mencapai Rp40 000 per ekor sehingga dalam kondisi seperti ini, keputusan manajerial dalam melakukan penjualan ayam harus tepat karena peningkatkan harga ayam sangatlah tinggi. Kotoran ayam juga menjadi salah satu komponen dalam pemasukan perusahaan, kotoran ayam biasa digunakan untuk pupuk alami bagi pertanian, harga kotoran ayam sekitar Rp5 000 perkarung 50 per kg. Kenaikan harga pakan atau faktor input dan penurunan penurunan harga jual telur atau output produk yang berfluktuasi akan mempengaruhi kondisi finansial perusahaan. Berdasarkan kondisi yang ada maka perlu dilakukan analisis kelayakan perencanaan pengembangan usaha dan analisis nilai pengganti atau Switching value terhadap perubahan yang terjadi pada variabel output dan input. Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan beberapa permasalahan penelitian yaitu: 1. Bagaimana kelayakan usaha peternakan pada penambahan 16 923 ekor layer jika dianalisis dari aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek menejemen, aspek hukum, dan aspek sosial lingkungan.? 2. Bagaimana kelayakan usaha peternakan pada penambahan 16 923 ekor layer jika dianalisis dari aspek finansial? 3. Seberapa besar perubahan maksimal pada variabel penurunan harga jual (output) dan peningkatan harga pakan (input) pada penambahan 16 923 ekor sehingga usaha ini tetap layak untuk dilaksanakan? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan usaha peternakan ini dari segi non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek menejemen, dan aspek sosial lingkungan 2. Menganalisis kelayakan secara finansial usaha ayam ras petelur pada Perusahaan X. sesudah dilakukan pengembangan 3. Menguji dengan metode Switching value kelayakan usaha jika terjadi kenaikan harga pakan dan penurunan harga jual? Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan X sebagai bahan evaluasi untuk merencanakan pengembangan perusahaan peternakan
8
ayam ras petelur, dan bermanfaat juga sebagai informasi untuk para investor yang akan berusaha di industri peternakan ayam ras petelur. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencangkup usaha ayam petelur yang dilakukan oleh Perusahaan X pada penambahan 16 923 ekor ayam petelur, yang terletak di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Penelitian ini difokuskan pada penilaian kelayakan finansial dan non finansial. Kelayakan non finansial dibatasi pada aspek pasar spek menejemen, aspek hukum, ekonomi, dan aspek sosial lingkungan. Sedangkan kelayakan finansial dibahas dibatasi pada perhitungan laba rugi, kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari NPV, IRR, Net B/C dan tingkat pengembalian atau payback periode. Selain itu juga dilakukan analisis Switching value.
TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Ayam Petelur Banyak orang memelihara hewan dengan berbagai tujuan, seperti ayam, burung, ikan, sapi dan lain sebagainya. Sebutan hewan ternak jika hewan yang dipelihara menimbulkan manfaat bagi pemiliknya, sehingga berdasarkan tujuanya hewan dibagi menjadi dua, yaitu hewan kegemaran dan hewan ternak. Hewan kegemaran dibatasi oleh manfaat yang diberikan terbatas, tetapi hewan ternak memiliki nilai bisnis, artinya hewan ini memiliki timbal balik yang besar bagi pemiliknya, dan dapat dijadikan mata pencaharian (Rasyaf, 2003). Usaha peternakan indonesia berkembang cukup besar karena dapat dilakukan oleh siapa saja dengan skala besar atau kecil yang menjadikan banyak peternakan bermunculan menandakan bahwa bisnis ini menguntungkan. Peternakan ayam petelur adalah bisnis yang mengandalkan telur sebagai benda bisnisnya. Usaha peternakan dapat digolongkan ke dalam beberapa bagian. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/TN.330/6/96, usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan, dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam dengan jumlah populasi maksimal 15 000 ekor per periode. Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi maksimal 65 000 ekor per periode. Sedangkan untuk pengusaha peternakan besar adalah pengusaha yang mebudidayakan ayam dengan jumlah populasi melebihi 65 000 ekor per periode. Berdasarkan kepres no. 22 tahun 1990 sebagai suatu usaha budidaya ayam petelur dan ayam ras pedaging tidak termasuk pembibitan. Budidaya ayam petelur dilakukan dalam kandang yang harus memenuhi ketentuan atau syarat kandang yang baik sehingga produksi telur akan berjalan dengan baik dan tidak manganggu proses produksi dan tidak menggangu lingkungan sekitar kandang seperti polusi bau yang dihasilkan dalam kegiatan budidaya ini. Letak kandang akan berpengaruh terhadap kondisi ayam. Mustiqoh (2009) dalam penelitiannya mengkategorikan letak kandang yang dekat dengan jalan apabila
9
< 180 m, jarak sedang apabila 180 sampai 360 m dan jarak jauh apabila letak kandang > 360 m dari jalan raya, semakin jauh dari jalan raya maka akan semakin baik bagi ayam. Ayam dipelihara pada kandang semi permanen dengan sistem batre, sistem ini dipilih karena lebih efisien dan menguntungkan dibandingkan dengan sistem litter. (Susanto 2014) dalam penelitianya mengemukakan bahwa pemeliharaan ayam ras petelur dengan sistem batre dan litter menghasilkan hasil yang berbeda dengan uji-t, dan penggunaan kandang batre lebih sedikit dalam konsumsi pakan dibandingkan sistem litter. Karakteristik Ayam Petelur Ayam ras petelur adalah jenis ayam unggul yang induk atau nenek moyangnya merupakan ayam impor yang telah mengalami perbaikan genetik melalui proses persilangan dan seleksi dengan tujuan produksi sebagai penghasil telur. Hal tersebut berdasarkan pendapat dari Rahayu et al. (2001), bahwa ayam ras adalah ayam yang induk atau nenek moyangnya merupakan ayam impor. Sedangkan ayam tipe petelur adalah ayam yang dapat menghasilkan relatif banyak telur dalam waktu yang singkat. Suprijatma et al. (2005) mendefinisikan ayam ras sebagai jenis ayam dari luar negeri yang bersifat unggul sesuai dengan tujuan pemeliharaan karena telah mengalami perbaikan mutu genetik. Secara spesifik, Rasyaf (2008) menyebutkan bahwa ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Persilangan dan seleksi dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur unggul seperti sekarang. Dalam setiap persilangan, sifat jelek selalu dibuang dan sifat baik akan dipertahankan, sehingga terciptalah ayam petelur unggul. Adapun ciri-ciri ayam ras petelur menurut berbagai sumber pustaka yang berhasil dihimpun adalah : 1. Mudah terkejut (nervous) 2. Bentuk tubuh ramping 3. Cuping telinga berwarna putih 4. Kerabang kulit telur berwarna putih 5. Efisien dalam penggunaan ransum untuk membentuk telur 6. Tidak memiliki sifat mengeram 7. Produksi telur yang tinggi yaitu 200 butir per ekor per tahun, bahkan bisa mencapai 250 – 280 butir per ekor per tahun. Ayam ras petelur akan pertama bertelur kira-kira pada saat berumur 5 bulan dan akan terus bertelur sampai umurnya mencapai 18 bulan. Pada umumnya, produksi telur terbaik terjadi pada tahun pertama Menurut Sudarmono (2003) ayam ras petelur mempunyai sifat-sifat unggul yaitu sebagai berikut : 1. Laju pertumbuhan ayam ras petelur sangat pesat pada umur 4.5 sampai 5.0 bulan telah mencapai kedewasaan kelamin dan bobot badan antara 1.6 kg.7 kg, pada waktu itu sebagian dari kelompok ayam tersebut telah berproduksi. Adapun ayam kampung pada umur yang sama, bobot badannya baru mencpai sekitar 0,8 kg kedewasaan kelamin ayam kampung baru dicapai pada umur 7 sampai 8 bulan.
10
2.
3.
4.
Kemampuan berproduksi ayam ras petelur cukup tinggi yaitu antara 250 sampai 280 butir per tahun, dengan bobot telur antara 50 sampai 60 g per butir. Sedangkan produksi ayam kampung hanya berkisar antara 30 sampai 40 g per butir. Kemampuan ayam ras petelur dalam memanfaatkan ransum pakan sangat baik dan berkorelasi positif. Konversi terhadap penggunaan ransum cukup bagus yaitu setiap 2.2 sampai 2.5 kg ransum dapat menghasilkan 1 kg telur. Dalam hal ini, ayam kampung tidak memiliki korelasi positif dalam memanfatkan ransum yang baik dan mahal. Oleh karena itu, ayam kampung lebih ekonomis bila diberi pakan yang murah. Periode bertelur ayam ras petelur lebih panjang, bisa berlangsung 134 bulan, atau hingga ayam berumur 19 sampai 29 bulan, walaupun ayam ras hanya mengalami satu periode bertelur, akan tetapi periode bertelurnya tersebut berlangsung sangat panjang dan produktif. Hal ini disebabkan karena tidak adanya periode mengeram pada ayam ras petelur tersebut. Sedangkan ayam kampung mengalami periode bertelur berkali-kali, namun satu periode bertelurnya berlangsung sangat pendek, yaitu sekitar 15 hari .periode bertelur ayam kampung terputus-putus. Perbedaan antara ayam kampung (ayam buras) dengan ayam dwiguna petelur (ayam ras) dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Perbandingan produktivitas ayam ras petelur dengan ayam buras
Keterangan Produksi telur (butir per tahun) Berat telur(gram) Sifat mengeram Kemampuan berproduksi Sumber: PT. Japfa Comfeed, 2010
Ayam Ras 200 sampai 250 50 sampai 60 Hampir tidak ada Tinggi
Ayam Buras 40 sampai 60 30 sampai 40 Ada sangat terbatas
Tabel 6 tampak bahwa ayam ras petelur yang merupakan hasil rekayasa genetis berdasarkan karakter unggulnya maka ayam petelur ini lebih memilki telur yang banyak dibandingkan dengan ayam buras. Ayam ras petelur juga biasa diklasifikasikan dengan strain yang berbeda, perbedaan Strain ini mempunyai keunggulan dan kelemahan, dapat dibedakan menurut umur produksi, umur puncak produksi, Food Convertion Rate (FCR) atau kemampuan ayam menghasilkan telur dan FCR. Keputusan penggunaan strain ayam ditentukan oleh peternak, pada dasarnya teknik pemeliharaan yang baik serta menejemen yang baik adalah hal yang penting dalam melakukan usaha peternakan ini, nilai yang ada pada setiap strain ini adalah perkiraan yang tidak menjadi acuan bagi peternak hanya untuk membandingkan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing sampai masing strain ayam. Performa setiap ayam dapat dilihat pada tabel 7. Berdasarkan tujuan pemeliharaan atau biasa disebut tipe ayam, ayam dapat dikelompokan menjadi 1. Tipe petelur Ayam tipe petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga bewarna putih dan kerabang telur bewarna putih. Karakter lainnya yaitu produksi telur yang dihasilkan tinggi (200 butir per ekor per tahun), efisien dalam
11
2.
3.
pengguanaan ransum untuk membentuk telur, dan tidak memiliki sifat mengeram. Tipe pedaging Karakteristik ayam tipe pedaging bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ketubuh, kulit putih dan produksi telur rendah. Tipe Dwiguna Ayam tipe dwiguna memiliki karakteristik sifat tenang, bentuk tubuh sedang, produksi telur sedang, pertumbuhan sedang dan kulit bewarna coklat. Tabel 7 Peforma beberapa strain ayam petelur Strain
Umur Awal Produksi (minggu)
L. Brown MF402 19- 20 Hisex Brown 20-22 Bovans White 20-22 Hubbard Golden 19-20 Dekalb Warren 20-21 Bovans Goldline 20-21 Brown Nick 19-20 Bovans Nera 21-22 Bovans Brown 21-22 Sumber: PT. Japfa Comfeed, 2010
1.
2.
Umur pada Produksi 50 persen (minggu) 22 22 21-22 23-24 22,5-24 21,5-22 21,5-23 21,5-22 21-23
Puncak Produksi (persen) 92-93 91-92 93-94 90-94 90-95 93-95 92-94 92-94 93-95
FCR 2,3-2,4 2,36 2,2 2,2-2,5 2,2-2,4 1,9 2,2-2,3 2,3-2,45 2,25-2,35
Kematian ( persen) 2-6 0,4-3 5-6 2-4 2-4 6-7 4-7 2-5 2-7
Pada jenis ayam dibagi menjadi dua tipe yaitu (Rasyaf 2008): Tipe ayam petelur ringan Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping per kurus dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galurini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini Tipe petelur ayam medium Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Produksi telur cokelat lebih sedikit dari pada telur putih. Selain itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak.
12
Telur Ayam Menurut Sudaryani dan Titik (1994), telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat-zat gizi yang sangat baik dan mudah dicerna. Oleh karenanya telur merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk anak-anak yang sedang tumbuh dan memerlukan protein dan mineral dalam jumlah banyak dan juga dianjurkan diberikan kepada orang yang sedang sakit untuk mempercepat proses kesembuhannya. Menurut Rasyaf (1990), telur merupakan kumpulan makanan yang disediakan induk unggas untuk perkembangan embrio menjadi anak ayam di dalam suatu wadah. Isi dari telur akan semakin habis begitu telur telah menetas. Telur tersusun oleh tiga bagian utama: yaitu kulit telur, bagian cairan bening, & bagian cairan yang bewarna kuning. Telur mengandung sejumlah ineral penting bagi tubuh seperti zat besi, foor, kalium, sodium, dan magnesium dalam jumlah yang cukup (Haryoto 1996). Telur unggas digunakan manusia sebagai bahan makanan karena cukup lezat dan bergizi tinggi (Rasyaf 1987) Teknologi Niple dan Filter Air Minum Menurut Siahaan (2007), sanitasi adalah Beberapa tindakan dalam sanitasi antara lain kebersihan kandang, kebersihan halaman kandang, kebersihan tempat pakan, kebersihan tempat minum, serta kebersihan sumber air ataupun pakan. Niple dan filter adalah salah satu teknologi (biosekuritas) yang mulai digunakan dalam industri peternakan khususnya ayam ras petelur, teknologi ini digunakan dalam instalasi air minum ayam, sehingga air minum dapat terjaga bersih dan tidak tercemar oleh lingkungan kandang. (Parakkasi 1999) dua per tiga bagian dari tubuh hewan adalah air dengan berbagai peranan untuk kehidupan. Menurut Scott et al. (1982), air mempunyai fungsi sebagai berikut: (1) zat dasar dari darah, cairan interseluler dan intraseluler yang bekerja aktif dalam transformasi zat-zat makanan, metabolit-metabolit dan hasil sisa ke dan dari semua sel-sel dalam tubuh, (2) penting dalam mengatur suhu tubuh karena air mempunyai sifat menguap dan spesifik heat, (3) membantu mempertahankan homeostasis dengan ikut dalam reaksi dan perubahan fisiologis yang mengontrol pH, tekanan osmotis, konsentrasi elektrolit. kandungan air dalam tubuh ayam dewasa sebesar 55 persen pada umur 42 minggu. Kehilangan air tubuh 10 pesen dapat menyebabkan kerusakan yang hebat dan kehilangan air tubuh 20 persen akan menyebabkan kematian (Wahju, 2004). Menurut National Research Council (1994) konsumsi air minum bertambah sekitar 7 persen setiap peningkatan suhu 10O C diatas suhu 21O C. Semakin tinggi suhu lingkungan maka semakin banyak ternak mengkonsumsi air minum. Hal ini akan membantu ternak untuk menurunkan suhu tubuhnya yang meningkat akibat suhu lingkungan yang tinggi. Air minum dan pakan yang kotor harus segera diganti untuk menghindari terjadinya kontaminasi atau penempelan penyakit (Soejoedono dan Handharyani 2005). Jeffrey (2006) menambahkan bahwa tempat air minum
13
dan pakan yang bersih dapat mencegah suatu peternakan terserang virus Avian Influenza. Bahkan menurut Siahaan (2007), tempat pakan yang kotor menyebabkan risiko pemaparan Avian Influenza 5 kali lebih besar dari pada tempat pakan yang bersih (OR=5.00; SK= 1.581- 15.817) sedangkan tempat minum yang kotor menyebabkan risiko pemaparan AI 4.85 kali lebih besar daripada tempat minum yang bersih (OR=4.85; SK= 1.361-17.309). Air minum ternak haruslah aman dan sehat sehingga produktifitas dapat optimal, karena air minum berperan penting dalam siklus hidup ayam, selain terdaoat berbagai macam penyakit yang dapat masuk melalui air melalui kontaminasi udara. Virus AI pada unggas memiliki kemampuan mempertahankan daya penularannya di lingkungan dengan baik, terutama dipermukaan air. Suspensi virus dalam air mampu bertahan selama lebih dari 100 hari pada suhu 17o C. Pada suhu di bawah -50o C virus AI dapat bertahan sampai dengan waktu yang tidak terbatas (Zudanang 2011). Niple dan Filter ini mampu menjaga air dari kontaminasi lingkungan kandang secara langsung, sehingga peluang penyakit akibat bakteri dan virus dapat diminimalkan, keuntunagan lain dari teknologi ini adalah air minum selalu tersedia, pemberian vitamin dapat diberikan dengan mudah, mengurangi pekerjaan dalam pembersihan air, mengurangi biaya penggantian instalasi air, dan mengurangi biaya pakan karena tidak ada lagi pakan yang terbuang karena terkena air. Analisis Kelayakan Usaha (Gitinger 1986) dalam mengukur atau menilai suatu proyek berdasarkan pada kriteria penilaian investasi yaitu dengan nilai bersih sekarang, atau Net Present Value (NPV) dan tingkat pengembalian internal atau Iinternal rate of return (IRR). Menurut Sutojo (2000) menyatakan fokus utama dari studi kelayakan suatu proyek terpusat pada empat aspek, yaitu (1) pasar dan prasarana barang atau jasa yang dihasilkan proyek, (2) produksi, teknis, dan teknologi, (3) Menejemen dan Sumber daya Manusia (SDM), (4) keuangan dan ekonomi. Aspek menejemen dan organisasi dari studi kelayakan sangat diperlukan mengiidentifikasi SDM yang diperlukan dengan baik kuantitas dan kualitasnya (Soeharto 2002) Studi kelayakan dilakukan untuk menentukan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan, studi kelayakan dilakukan sebelum pengambilan keputusan atau pelaksanaan usaha (Kadariah 1976). Penelitian tentang analisis kelayakan dilakukan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan layak baik dari aspek finansial dan non finansial dan seberapa peka atau sensitif jika terjai suatu perubahan yang terjadi dari variabel variabel input atau output, untuk dilakukan pengembangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Astrid (2002) bahwa usaha peternakan itik petelur pada sistem ekstensi, semi intensif, dan intensif layak untuk dijalankan. Gustriyeni (2007) melakukan analisis kelayakan usaha dengan menggunakan kriteria kelayakan investasi NPV dan IRR dan didapatkan hasil 561.050.879,94 dan IRR sebesar 41 persen, sehingga usaha peternakan X tersebut layak untuk dijalankan, hampir serupa dengan Gustriyeni (2007) Penelitian yang dilakukan Komalasari (2008) melakukan penelitian analisis
14
kelayakan usaha pada usaha peternakan ayam broiler di daerah Leuwiliang dengan metode analisis kelayakan menggunakan aspek finansial didapatkan nilai NPV sebesar Rp1 1 481 498 164, Net B/C lebih besar dari satu yaitu 1.59 dan IRR sebesar 30.60 persen. Jangka waktu pengembalian investasi selama 3 tahun 2 bulan 12 hari. Menurut Salmawati (2009) prospek agribisnis ayam ras petelur dilihat dari sisi penawaran dan permintaan di Indonesia, telur sudah menjadi bahan makanan yang pokok bagi masyarakat indonesia dan kebutuhanya meningkat seiring dengan pendapatan yang meningkat Income Estic Demand sehingga dengan peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan per kapita yang meningkat diduga konsumsi telur dimasa depan juga meningkat. Menurut Christy (2011) melihat kelayakan usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Dari Hasil perhitungan didapatka hasil NPV sebesar Rp2 359 608 260,73, IRR 71 persen atau lebih besar dari tingkat discount rate 6 persen Net B/C 3.28, PP 2.3 tahun. Analisis Switching value diperoleh bahwa harga pakan hendakanya tidak naik lebih dari 76 persen dan penurunan produksi tidak lebih dari 37,1 persen sehingga perusahaan masih layak dijalankan. Serli (2013) melakukan penelitian tentang kelayakan usaha peternakan ayam kampung. Penelitian yang dilakukan oleh Serli (2013) menyimpulkan bahwa usaha peternakan ini layak untuk terus diusahakan secara finansial. Masing-masing peneliti menggunakan analisis aspek finansial melalui analisis laba rugi dan kriteria investasi yaitu terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback Period (PP). Nilai NPV ang diperoleh Rp13 125 900, IRR 10.53 persen, dan Net B/C 1.23. Usaha peternakan ayam petelur tidak lepas dari ketidakpastian terhadap perubahan variabel input dan output dimasa datang, sehingga perlu diketahui seberapa peka perubahan tersebut berpengaruh terhadap usaha yang dijalankan metode ayam digunakan adalah dengan analisis Switching value, Nova (2014) dalam penelitianya menganalisis usaha peternakan ayam broiler dengan melakukan analisis Switching value diperoleh hasil bahwa jika terjadi harga jual dan produksi turun sebesar 0.46 persen maka usaha ini tetap layak dijalankan karena nilainya turun dari 15 500 menjadi 14 800 per kg tetapi jika penurunan lebih dari 0.46 persen maka usaha tidak layak. Jika terjadi penurunan produksi terjadi penurunan 0.46 persen sehingga produksi dari 116 520 ekor menjadi 91 590 ekor per tahun tidak layak dijalankan, sedangkan jika terjadi kenaikan harga pakan sebesar 6.86 persen artinya dari 6 000 menjadi 6 800 per kg juga tidak layak untuk dijalankan. Usaha peternakan ini selain dikaji dari aspek finansial dikaji juga dari aspek non finansial yang meliputi aspek pasar, aspek sosial, aspek ekonomi dan lingkungan, aspek menejemen, aspek hukum. 1 Aspek Pasar Dalam suatu usaha pasar adalah aspek yang sangat penting karena menentukan pendapatan bagi perusahaan sehingga usaha dapat berjalan dan beroperasi kembali, jika produk yang diproduksi tidak bisa diterima oleh pasar atau kalah saing baik kualitas atas harga , maka dapat dikatakan bahwa secara aspek pasar perusahaan tidak layak untuk dijalankan atau perlu dievaluasi kembali. Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) aspek pasar
15
dan menejemen meneliti seberapa besar pasar yang akan dimasuki dan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menguasainya dan strategi apa yang akan dipilih nantinya. Aspek ini menentukan seberapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, pangsa pasar dari produk. Menurut Nurmalina et al (2010) aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang: permintaan, penawaran, dan perkiraan penjualan dan harga Hasil penelitian Purbasari (1991) mengemukakan bahwa rantai tataniaga pemasaran produk peternakan ayam petelur berupa telur dan ayam afkir masih lemah sehingga dilakukan sistem pemasaan produk dengan sistem inti plasma yang dilakukan dengan PT Anputraco Ltd dengan harga jual tertentu, sehingga produk dapat diserap pasar. 2. Aspek Teknis Aspek teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek teknis terdiri dari lokasi proyek, besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, proses produksi serta ketepatan penggunaan teknologi. Indikator penting dalam aspek teknis dapat dikatakan layak jika dilihat dari aspek lokasi usaha. Saputra (2011) dan Karmidi (2012) mengemukkan bahwa jika lokasi usaha sesuai dengan usaha yang dijalankan maka dikatakan layak secara lokasi. Mereka pun mengemukakakan bahwa aspek teknis tidak hanya dilihat dari aspek lokasi budidaya, luasan produksi, letak sumber bahan bakunya, sarana dan prasarana, serta proses budidaya. Usaha peternakan ayam dikatakan layak apabila lokasi cocok dengan kondisi yang diharapakan, jauh dari pemukiman warga, dan akses terhadap lalu lintas atau jalan baik. Kemudahan dalam mendapatkan faktor input seperti ayam layer, Obatobatan Vaksin Disinfektan (OVD) dan pemeliharaan dilakukan dengan baik atau sesuai dengan proses budidaya yang aman dan benar. Fani (2010) penerapan Good Farming Practice (GFP) pada peternakan dilakukan agar hasil produk dapat terjaga kualitasnya dan meningkatkan kesehjateraan petani. GFP juga merupakan aturan yang dibuat agar para peternak dapat memahami tentang cara budidaya yang baik dengan memperhatikan sungai, air, dan lingkungan sekitar agar tetap dalam kondisi yang baik. 3. Aspek Menejemen Dalam menilai apakah usaha peternakan peternakan sudah layak dalam aspek menejemen dapat dilihat dari struktur organisasi peternakan. Christy (2011) dalam penelitianya mengemukakan bahwa aspek menejemen yang ada di peternakan Dian Farm sudah baik karena sudah terdapat struktur organisasi yang jelas dan job description setiap pekerja, penambahan pekerja tidak dilakukan karena tenaga kerja yang ada masih dirasa cukup untuk melakukan kegiatan usaha. Nova (2014) usaha yang dijalankan sudah memenuhi kriterian kelayakan dari aspek menejemen karena terdapat struktur organisasi, tetapi ketika dilakukan pengembangan dengan penambahan 20 000 ekor ayam maka tenaga kerja perlu ditambah sebanyak empat orang.
16
4. Aspek Hukum Aspek hukum penting untuk dianalisis karena dapat menentukan keberlanjutan usaha peternakan dimasa yang akan datang, kelayakan dapat dilihat dari ijin masyarakat sekitar, RT/RW, Kepala desa, Kelurahan sampai kepada dinas yang mengeluarkan ijin usaha.Christy (2011) dan Nova (2014) mengatakan bahwa usaha yang dijalankan sudah memiliki ijin dari masyarakat sekitar dan RT/RW. 5. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, devisa negara, peluang kerja dan pengembangan wilayah proyek dilaksanakan. Dalam aspek ini juga dikaji mengenai dampak negatif terhadap lingkungan sekitar yang diakibatkan oleh proyek itu sendiri. Aspek ekonomi mengkaji tentang kontribusi proyek atau usaha yang dijalankan terhadap perekonomian secara keseluruhan. Aspek ekonomi dalam persiapan dan analisis proyek membutuhkan pengetahuan mengenai apakah suatu proyek yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang diperlukan. Dalam aspek ini sudut pandang yang diambil dalaman alisis ekonomi adalah masyarakat secara keseluruhan. Nova (2014) dan Christy (2011) usaha yang dijalankan memiliki dampak yang baik bagi lingkungan sosial sekitar karena dapat menyerap tenaga kerja, dan mampu mengelola limbah yang dihasilkan dari proses budidaya dengan baik, serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar maka secara aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu Penelitian ini memiliki persaamaan dan perbedaan dengan sebelumnya. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Christy (2011) adalah sama-sama melakukan kajian tentang kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur. Kelayakan usaha juga dilakukan oleh Nova (2014), Karmidi (2012), Saputra (2011) dan Gustriyeni (2007) yang melakukan penelitian kelayakan usaha tetapi pada usaha ayam broiler. Sherlie (2013) melakukan kelayakan usaha peternakan ayam buras. Sementara Fani (1991) melakukan analisis peternakan ayam ras dengan mengkaji kualitas dan keamanan telur ayam. Purbasari (2010) melakukan penelitian tentang peternakan ayam ras petelur terkait dengan sistem tata niaga atau pemasaran produk. Karmidi (2012) dan Saputra (2011) melakukan analisis kelayakan bisnis pada peternakan ayam brolier yang dilakukan dengan pola kemitraan. Salmawati (2009) menjelaskan bahwa prospek usaha peternakan di indonesia dilihat dari sisi penawaran dan permintaan. Komalasari (2008) melakukan penelitian usaha peternakan X didaerah Leuwiliang dengan menggunakan analisis kelayakan NPV dan PP. Kajian yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis kelayakan dari aspek finansial dan non finansial, terdapat sedikit perbedaan dengan penelitian terdahulu seperti Christy (2011) melakukan penelitian dilihat dari aspek finansial, non finansial dan dilakukan analisis Switching value. Semua
17
perhitungan keuangan dimasukan ke dalam Arus Kas atau Cash Flow yang terdiri dari komponen Inflow sebagai penerimaan dan pengeluaran Outflow. Hasil arus kas yang diperoleh dilakukan analisis aspek finanasial melalui analisis laba rugi. Penilaian kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback Period (PP), serta dilakukan analisis Switching value jika terjadi perubahan variabel input atau output dimasa depan.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan landasan atau kumpulan teoriteori yang relevan dengan masalah. Teori konsep kelayakan usaha yang meliputi pengertian kelayakan usaha dari beberapa ahli kelayakan usaha dan aspek-aspek kelayakan usaha yang meliputi aspek kelayakan non finansial dan aspek finansial ketika bisnis dikatakan layak jika memenuhi kriteria kelayakan tersebut. Berikut adalah teori-teori yang dapat digunakan dan relevan dengan penelitian ini. Studi Kelayakan Bisnis Menurut Nurmalina et al. (2009) studi kelayak bisnis merupakan penelahaan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanaknan. Banyak peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan bisnis telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan dan kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat bila bisnis dilakukan. Menurut Gittingger (1986) proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi Noor dan Henry (2009). Proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang mengunakan sumber untuk mendapatkan manfaat dengan harapan akan mendapatkan keuntungan, menurut Kadariah (1999). Studi kelayakan bisnis adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan berhasil menurut Husnan dan Muhammad (2000). Analisis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah suatu bisnis dapat memberikan manfaat atas investasi yang akan ditanamkan. Menurut Umar (1999) studi kelayakan bisnis adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu investasi dilaksanakan. Hasil kelayakan merupakan perkiraan suatu bisnis menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan. Perkiraan keberhasilkan mungkin dapat ditafsirkan berbeda-beda sesuai dengan pihak yang menjalankan tujuan bisnis. Studi kelayakan bisnis perlu dilakukan sehingga dapat diketahui masalah-masalah yang akan terjadi pada usaha dimasa yang akan datang, sehingga dapat kegagalan atau dampak merugikan kepada usaha yang dijalankan dan tujuan bisnis dapat tercapai
18
Menurut Nurmalia et al. (2010) secara umum aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam stui kelayakan bisnis adalah sebagai berikut: 1. Umur ekonomis suatu bisnis merupakan ukuran umum yang sering dipakai, ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada. 2. Umur teknis suatu bisnis merupakan ukuran untuk memudahkan perhitungan, biasanya digunakan untuk bisnis yang besar atau bergerak diberbagai bidang sehingga akan lebih mudah menggunakan umur teknis dari unsur-unsur investasi. Umur teknis biasanya lebih panjang dari umur ekonomis, tetapi tidak berlau jika terjadi keusangan teknologi. 3. Untuk bisnis yang umur ekonomisnya lebih dari 25 tahun biasanya umur bisnis ditentukan selama 25 tahun karena nilai-nilai sesudah 25 tahun jika di discount rate dengan tingkat suku bunga lebih besar dari 10 persen maka present valuenya akan kecil sekali karena DF-nya kecil mendekati nol. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang dapat menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha dapat berjalan dengan baik. Menurut Kadariah (1999) terdapat enam aspek yang dibahas dalam studi kelayakan, antara lain aspek teknis, aspek manajerial dan administrasi, aspek organisasi, aspek komersial, dan aspek ekonomis. Menurut Gittinger (1986) analisis dan persiapan proyek terbagi menjadi enam aspek yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Menurut kasmir dan jakfar (2003) aspek aspek kelayak usaha terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum dan menejemen, aspek sosial dan lingkungan, dan aspek finansial atau keuangan. Secara umum aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek lingkungan, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan. 1. Aspek Pasar dan Pemasaran Dalam suatu usaha pasar adalah aspek yang sangat penting karena menentukan pendapatan bagi perusahaan sehingga usaha dapat berjalan dan beroperasi kembali, jika produk yang diproduksi tidak bisa diterima oleh pasar atau kalah saing baik kualitas atas harga, maka dapat dikatakan bahwa secara aspek pasar perusahaan tidak layak untuk dijalankan atau perlu dievaluasi kembali. Menurut Kasmir dan Jakfar (2010) aspek pasar dan menejemen meneliti seberapa besar pasar yang akan dimasuki dan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menguasainya dan strategi apa yang akan dipilih nantinya. Aspek ini menentukan seberapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, pangsa pasar dari produk. Menurut Nurmalina et al. (2010) aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang:permintaan, penawaran, perkiraan penjualan dan harga. 2. Aspek Teknis Aspek teknis suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembagunan bisnis secara teknis dan bagaimana bisnis beroperasi setelah bisnis dibangun juga berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek
19
teknis terdiri dari lokasi proyek, besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, proses produksi serta ketepatan penggunaan teknologi. a. Lokasi Proyek atau Bisnis Beberapa variabel yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi bisnis dibedakan dalam dua golongan besar, yakni variabel utama dan variabel bukan utama Penggolongan ke dalam kedua kelompok tersebut tidak mengandung kekakuan, artinya dimungkinkan untuk berubah golongan sesuai dengan ciri utama output dan bisnis yang bersangkutan. Variabel utama antara lain ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Sedangkan, varibel bukan utama yaitu hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat, dan rencana masa depan perusahaan b. Luas Produksi Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk, mencapai keuntungan yang optimal. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan, tersedianya kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan menejemen perusahaan, kemampuan adanya perubahan teknologi produksi dimasa yang akan datang c. Proses produksi Proses produksi adalah tahapan-tahapan kegiatan produksi dalam menghasilkan suatu output yang siap jual atau dipasarkan. Proses produksi dikenal adanya 3 jenis proses yaitu proses produksi yang terputus-putus (intermiten), kontinu dan kombinasi. Dalam hal ini sistem kontinu akan lebih baik digunakan karena lebih mampu menekan resiko kerugian akibat fluktuasi harga dan efektivitas tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem terputus. Kecuali untuk kegiatan budidaya tanaman semusim yang umumnya mengacu kepada proses produksi yang terputus-putus. d. Layout Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan. Kriteria yang dapat digunakan untuk evaluasi layout khususnya pabrik antara lain adanya konsentrasi dengan teknologi produksi, adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke proses yang lain, penggunaan ruangan yang optimal, kemudahan dalam melakukan penyesuaian maupun untuk ekspansi, minimisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja. e. Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang di inginkan dan manfaat ekonomi 15 yang diharapkan, di samping kriteriakriteria yang lain sperti ketepatan jenis teknologi, keberhasilan
20
penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang memiliki ciri-ciri yang mendekati lokasi dengan lokasi bisnis, kemampuan pengetahuan penduduk (masyarakat) setempat dan kemungkinan pengembangannya, pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan. Selain itu, perlu diperhatikan penggunaan teknologi yang tepat baik dalam penggunaan potensi ekonomi lokal dan kesesuaian dengan kondisi sosial budaya setempat. Pemilihan mesin dan peralatan serta jenis teknologi mempunyai hubungan yang erat sekali. Apabila pengadaan teknologi tidak terpisah dari mesin yang ditawarkan, maka praktis jenis teknologi, mesin dan peralatan yang akan dipergunakan telah menjadi satu (Nurmalina et al. 2010). 3. Aspek Menejemen Aspek Menejemen mempelajari tentang menejemen dalam masa pembangunan dan menejemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis tersebut, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis tersebut, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Nurmalina et al. (2010) menjelaskan aspek menejemen dalam operasi harus dapat dikelola dengan baik, seperti struktur organisasi bisnis, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan dan penentuan anggota direksi dan tenaga-tenaga inti. 4. Aspek Hukum Aspek hukum adalah mempelajari tentang bentuk badan hukum yang akan digunakan. Aspek hukum dalam suatu usaha akan mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain (Nurmalia et al. 2010). Studi aspek menejemen meliputi penyususnan rencana kerja, siapa yang terlibat, bagaimana mengawasi dan pelaksanaan usaha, jenis-jenis pekerjaan, struktur organisasi dan pengadaaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Umar 2005). 5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Aspek sosial lingkungan terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, devisa negara, peluang kerja dan pengembangan wilayah yang proyek dilaksanakan. Dalam aspek ini juga dikaji mengenai dampak negatif terhadap lingkungan sekitar yang diakibatkan oleh proyek itu sendiri. Aspek ekonomi mengkaji tentang kontribusi proyek atau usaha yang dijalankan terhadap perekonomian secara keseluruhan. Aspek ekonomi dalam persiapan dan analisis proyek membutuhkan pengetahuan mengenai apakah suatu proyek yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan sumbersumber daya yang diperlukan. Dalam aspek ini sudut pandang yang diambil dalaman alisis ekonomi adalah masyarakat secara keseluruhan. Aspek finansial berkaitan dengan pengaruh secara finansial terhadap proyek yang sedang dilaksanakan. Hal ini menggambarkan keuntungan atau manfaat yang diterima perusahaan secara internal dari adanya proyek tersebut. Aspek finansial juga digunakan untuk mengetahui perkiraan pendanaa dan
21
aliran kas proyek bisnis, sehingga dapat diketahui apakah usaha ini layak atau tidak. Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan dalam hal pendanaan dan aliran kas, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya bisnis yang dijalankan. Menurut Husnan dan Suswarsono (2000) merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu bisnis akan menguntungkan selama umur bisnis. Aspek-aspek tersebut akan tercatat dalam aliran kas cash flow. Cash flow yaitu aktivitas keuangan yang mempengaruhi posisi/kondisi kas pada suatu periode terrentu (Nurmalina et al. 2010). Cash flow disusun berdasarkan untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya. Cash flow terdiri dari cash inflow (arus penerimaan) dan cash outflow (arus pengeluaran). Cash inflow meliputi nilai produksi total, penerimaan pinjaman, dana bantuan/grants, nilai sewa dan nilai sisa/salvage value. Cash flow terdiri dari biaya investasi, biaya produksi, biaya pinjaman bunga dan pajak. Pengurangan cash inflow dengan cash outflow akan diperoleh net benefit (manfaat bersih) yang terdiri dari aspek finansial ini mengkaji beberapa analisis kelayakan finansial yang digunakan yaitu, Net B/C Ratio, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP), Laba rugi dan Analisis Switching value. Kriteria Kelayakan Investasi Studi Kelayakan bisnis pada dasarnya adalah untuk menentukan kelayakan suatu bisnis dengan berdasarkan kriteria investasi. Nurmalia et al (2010) terdapat beberapa kriteria kelayakan investasi yang sering digunakan di antaranya adalah nilai bersih kini atau Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C), dan jangka waktu pengembalian modal investasi atau Payback Period. Untuk menetukan layak tidaknya suatu kegiatan investasi digunakan metode yang umum dipakai yaitu metoda Discounted Cash Flow, yang seluruh manfaat dan biaya untuk setiap tahun didiskonto dengan discout factor (DF). NPV dikatakan layak apabila nilainya lebih besar dari nol, IRR layak apabila lebih besar dari tingkat suku bunga, Net B/C layak apabila ilainya lebih besar dari satu dan payback periode layak apabila lebih kecil dari umur bisnis. Hasil nilai IRR akan menghasilkan nilai NPV yang nol. Hubungan antara IRR dan NPV dapat dilihat pada Gambar 1.
22
Gambar 1 Hubungan antara NPV dan IRR Sumber : Sumber Nurmalia et al. (2010) Kriteria investasi kelayakan bisnis diatas dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menetukan apakah bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan. Selain itu, setiap kriteria kelayakan dapat dipakai untuk menentukan urutan-urutan berbagai alternatif bisnis dari investasi yang sama Nurmalina et al. (2010). Konsep Nilai Waktu Uang Biaya dan manfaat biasanya bukan hanya jumlahnya yang berbeda tetapi waktu yang dibayarkan dan diterima yang berbeda selama umur bisnis. Sejumlah uang baik yang kita keluarkan dalam bentuk biaya bisnis atau yang akan kita peroleh sebagai manfaat bisnis, mempunyai nilai yang berbeda bila dikeluarkan atau diterima dalam waktu yang berbeda. Biaya-biaya bisnis banyak dikeluarkan pada waktu awal bisnis sedangkan manfaat baru akan diterima kemudian. Arus biaya dan manfaat yang terjadi pada waktu yang tidak sama dapat dibandingkan sehingga perlu memperhatikan mengenai perbedaan nilai uang karena adanya pengaruh waktu Nurmalina et al. (2010) Analisis Switching Value Analisis Switching value adalah suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan berubah-ubah (Gitinger 1986). Pada usaha peternakan sering sekali terjadi perubahan-perubahan variabel input atau output sehingga berpengaruh terhadap kondisi finansial perusahaan. Analisis Switching value diketahui berdasarkan keadaan yang terjadi di lapangan atau kondisi nyata, batas batas maksimum perubahan parameter ini sangat penting karena dapat diketahui apakah usaha tetap layak atau tidak jika terjadi kondisi atau perubahan dimasa depan. Kerangka Pemikiran Operasional Kegiatan usaha peternakan ayam petelur atau layer ini memiliki peluang yang sangat baik. Telur adalah sumber protein hewani yang murah dan bergizi seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat cenderung meningkatkan
23
pola konsumsi ingin sehat dan bergizi dengan memenuhi kebutuhan protein hewaninya, sehingga memberikan peluang yang baik bagi pengusaha untuk melakukan pengembangan atau ekspansi usaha mereka. Prospek usaha peternakan telur ayam ras sangat besar dilihat dari rata-rata pertumbuhan konsumsi per kapita sekitar 1.61 persen. Perusahaan X adalah salah satu dari banyak peternakan yang berada di daerah Kabupaten Bogor. Secara spesisifik usaha peternakan ini berada di Desa Gobang Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Dengan produksi sekitar 3 ton per hari belum mampu memenuhi permintaan. Proses produksi yang dilakukan sebelumnya dilakukan dengan teknologi sederhana,dalam teknis budidaya atau yang lainya, tetapi pada penambahan target 16 923 ekor ayam layer akan digunakan teknologi pemberian air minum dengan menggunakan niple, kelebihan teknologi ini cukup banyak dibanding dengan metode yang digunakan sebelumnya, dari keamanan, ketersedian, dan waktu. Usaha peternakan ayam ras ini memerlukan investasi yang besar yang dikeluarkan untuk usaha ini sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan. Hasil analisis digunakan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur perusahaan X baik secara finansial dan non finansial terutama setelah dilakukan penambahan 16 923 ekor ayam. Penentuan kelayakan aspek non finansial dilakukan dengan cara membandingkan kejadian atau kenyataan yang terjadi di lapangan dengan literatur atau penelitian terdahulu melalui kegiatan observasi langsung dan kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif. Aspek non finansial yang dianalisis adalah aspek teknis (budidaya), aspek pasar, aspek menejemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Sedangkan aspek finansial dinilai berdasarkan kriteria investasi bisnis yang meliputi Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR) dan payback Period (PP). Informasi tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kelayakan aspek finansial dan aspek non finansial bagi usaha peternakan ayam ras petelur perusahaan X. Setelah diketahui kelayakan bisnis melalui kriteria kelayakan investasi maka dapat dilakukan analisis Switching value yang digunakan untuk mengukur perubahan masksimum dari variabel inflow dan outflow akibat perubahan yang terjadi. Variabel input yang akan dianalisis adalah kenaikan harga pakan sedangkan variabel ouput yang akan dianalisis adalah perubahan harga jual telur. Hasil akan menjadi pertimbangan mengenai apa saja yang akan dilakukan dimasa yang akan datang. Ketika bisnis dikatakan layak secara finansial dan non finansial maka bisnis dapat dilaksanakan, tetapi ketika bisnis dikatakan tidak layak maka tidak dapat dilakasanakan sehingga perlu dilakukan peninjauan ulang atau evaluasi terhadap aspek yang tidak layak. Kerangka pemikiran operasioanal dapat dilihat pada Gambar 2.
24
Meningkatnya konsumsi telur dan pendapatan masyarakat Prospek peternakan ayam petelur sangat baik
Terdapat kekurangan produksi sebesar satu ton telur pada peternakan X, sehingga dilakukan penambahan layer 16 923 ekor untuk memenuhi kekurangan tersebut
Besarnya investasi dalam usaha dan penggunaan teknologi baru niple
Evaluasi Usaha
Analisis Kelayakan Usaha
Analisis Nonfinansial 1. Aspek Teknis 2.Aspek Pasar 3.Aspek Manajemen 4.Aspek Hukum 5.Aspek Sosial, ekonomi, lingkungan
Layak Lanjutkan
Analisis Finansial 1. NPV 2. Net B/C 3. IRR 4. Payback period
Swiching Value
Tidak Layak Tinjau Ulang
Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional
25
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan X yang merupakan peternakan ayam petelur yang berada di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Perusahaan X merupakan peternakan yang dimiliki oleh Bapak Aki. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja atau purposive dengan pertimbanagan bahwa Perusahaan X melakukan kegiatan produksi telur dalam jumlah yang besar dengan menggunakan kandang semi permanen. Jumlah yang besar mengakibatkan investasi yang besar. Kegiatan pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan Februari 2015. Jenis dan Sumber Data Informasi data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yaitu sumber data primer dan sekunder, secara jelas dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jenis dan sumber data No Jenis Data 1 Data primer :Informasi tentang peternakan ayam petelur di Perusahaan X yang terdiri dari: Proses pelaksanaan Peternakan, keadaan pasar, struktur organisasi kandang dan dampak yang terjadi bagi lingkungan masyarakat sekitar Jumlah produksi telur per hari Biaya operasional ternak ayam petelur Biaya investasi yang dikeluarkan Umur ekonomis usaha 2
Data sekunder : kontribusi usaha agribisnis terhadap PDB, stastistik peternakan seperti jumlah populasi, dan konsumsi rata-rata per kapita, dan proses pelaksanaan peternakan ayam petelur.
Sumber Data Pengamatan atau observasi langsung dan wawancara dengan kepala kandang dan pekerja Perusahaan X
Badan Pusat Staistik (BPS), Survei Sosial Ekonomi Nasional, Dinas Peternakan dan perikananan kabupaten Bogor, Internet dan Studi literature dari penelitian terdahulu.
Metode Pengumpulan data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan teknik wawancara langsung, wawancara mendalam dan observasi. Teknik pengumpulan data primer dengan wawancara, sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur dan penjelajah informasi via internet. Pengambilan data dengan metode pengamatan langsung dilokasi
26
penelitian, yakni dengan wawancara langsung dengan pihak terkait yang berada di dalam dan diluar lingkungan peternakan serta penelitian terdahulu tentang kelayakan usaha dan pengembangan peternakan usaha ayam ras petelur. Selain itu juga data pendukung yang diperoleh dari buku-buku dari perpustakaan IPB, Instansi terkait dan media cetak dan internet Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data yang digunakan dalah pengolahan data secara kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan sifat data. Analisis data secara kualitatif dilakukan agar mendapatkan informasi gambaran peternakan ayam ras petelur secara deskrptif atau dengan cara mengintrepretasikan dari setiap aspek studi kelayakan yang terdiri dari aspek finansial dan aspek non finansial. Analisis deskriptif terhadap aspek nonfinansial berupa aspek pasar, aspek teknis, aspek menejemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan sedangkan analisis kuantitatif adalah analisis yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap kriteria kelayakan secara finansial yang terdiri dari analisis nilai bersih sekarang (Net Present Value atau NPV), tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return atau IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan masa pengembalian investasi (Payback Period atau PP), serta dilakukan juga analisis Switching value. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan komputer dengan program komputer Microsoft Excel 2013 dan kalkulator. Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial Aspek non finanasial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek menejemen, aspek hukun, dan aspek sosial lingkungan. Setiap aspek saling berpengaruh terhadap kelayak usaha peternakan ayam ras petelur ini, bila salah satu aspek hasilnya tidak layak maka perlu dilakukan evaluasi atau perbaikan sehingga usaha dapat dikatakan layak secara non finansial. 1. Aspek Pasar Analisis aspek pasar dilakukan pada usaha ini yaitu untuk menilai seberapa besar potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarka, atau untuk melihat permintaan dan penawaran telur yang ada di, bagaimana melakukan pemasaran telur yang dihasilkan. Menurut Jumingan (2009) jika dari hasil penelitian pasar diperoleh kesimpulan tidak ada permintaan dari produk maupun output yang dihasilkan maka usaha tersebut dikatakan tidak layak karena diperkirakan tidak akan berhasil dimasa depan. Menurut Nurmalina et al. (2010) aspek pasar dan pemasaran dikatakan layak apabila strategi yang digunakan efektif dan efisien dalam mengatasi permasalahan terhadap komponen tersebut, sehingga dapat meningkatkan pangsa pasar yang dimiliki perusahaan. Sehingga aspek pasar dikatakan layak jika terdapat permintaan dari produk yaitu telur sehingga mengguntungkan maka dikatakan layak. 2. Aspek Teknis Aspek teknis ini mencakup lokasi usaha, proses pelaksanaan usaha, serta tata letak. Menurut Jumingan (2009) penilaian aspek teknis dilihat dari lokasi usaha apakah sudah tepat, teknologi yang digunakan apakah sudah
27
3.
4.
5.
sesuai, ketersediaan bahan baku sehingga usaha dapat berjalan secara berkelanjutan, proses budidaya yang sesuai dengan panduan, dan penggunaan mesin dan alat produksi apakah sudah sesuai. Dari proses budidaya adalah bagaimana kegiatan budidaya dari proses persiapan kandang sampai panen, menejemen budidaya yang di dalamnya terdapat pemberian pakan, OVD, dan pengendalian penyakit. dan pengawasan kualitas telur. Aspek Hukum Aspek hukum yang dikaji dalam penelitian ini terkait dengan izin dalam menjalankan usaha, bentuk badan usaha maupun sertifikat-sertifikat yang dimiliki oleh pihak Shagrila Farm. Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek menejemen dikatakan layak apabila alokasi pengorganisasian sumber daya dapat berjalan dengan baik sesuai dengan kebutuhan serta implementasi pekerjaan yang dapat mendukung pencapaian tujuan dan target perusahaan. Aspek hukum dari suatu usaha sangat diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan usaha pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain. Jika terdapat ijin atau sertifikat yang dimiliki oleh maka usaha ini dikatakan layak berdasarkan aspek hukum. Aspek Menejemen Aspek menejemen pada penelitian ini lebih difokuskan pada sumber daya manusia yang akan mengelola usaha peternakan. Aspek menejemen yang dikaji terkait empat fungsi menejemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian), bentuk struktur organisasi, deskripsi jabatan, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Nurmalina et al. (2010) menjelaskan aspek menejemen dalam operasi harus dapat dikelola dengan baik, seperti struktur organisasi bisnis, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan dan penentuan anggota direksi dan tenaga-tenaga inti. Jika sudah terdapat fungsi menejemen, dan dapat melakukan pengelolaan dan pembagian kerja yang jelas maka secara menejemen usaha layak untuk dilaksanakan. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Perlunya analisis dampak lingkungan dilakukan karena dapat memberikan gambaran kepada pelaku usaha tentang dampak yang dapat ditimbulkan suatu usaha terhadap lingkungan jika dijalankan. Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan yang semakin baik atau semakin rusak.. Aspek ini menunjang keberlangsungan suatu bisnis, suatu pengembangan usaha dikatakan layak apabila membawa manfaat atau dampak positif lebih besar dari pada dampak negatif bagi lingkungan sekitar usaha. Aspek sosial yang dikaji dalam penelitian ini terkait dengan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan sosial sekitar kegiatan usaha, seperti perbaikan mutu hidup masyarakat, ketersediaan lapangan kerja baru, peningkatan keahlian masayarakt dalam budidaya ikan hias, serta dapat mengurangi pengangguran. Menurut Nurmalina et al. (2010), dalam aspek sosial, ekonomi dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi dan budaya terhadap masyarakat
28
keseluruhan. Suatu bisnis dapat diterima oleh masyarakat sekitar apabila secara sosial, budaya dan ekonomi memberikan kesejahteraan. Apabila dapat melakukan pengelolaan lingkungan yang baik seperti pengolahan limbah sehingga tidak menjadi damapak negatif yang merugikan lingkungan terutama bagi masyarakat sekitar, dan dapat meningkatakan kesehjateraan masyarakat sekitar dengan menyerap tenaga kerja maka usaha peternakan dikatakan layak untuk dilaksanakan. Analisis Kelayakan Aspek Finansial Aspek finansial mengkaji tentang perhitungan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis. Aspek finansial bertujuan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan memiliki manfaat. Keadaan tersebut membuat pelaku usaha perlu mengkaji rencana investasi secara tepat agar modal yang ada dikeluarkan sesuai dengan rencana. Pelaku usaha harus mengetahui atau dapat memprediksi keuntungan proyek yang dijalankan serta berapa lama kemampuan bisnis yang akan dijalankan dapat mengembalikan modal yang telah diinvestasikan. Analisis aspek finansial pada peternakan ayam petelur ini adalah kelayakan investasi yang meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP) dan analisis Switching value untuk melihat kepekaannya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam mempengaruhi kelayakan investasi. 1. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan manfaat bersih yang diterima perusahaan selama umur usaha pada tingkat diskonto tertentu. Suatu usaha dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat biaya yang diterima melebihi biaya yang dikeluarkan, atau jika NPV lebih besar dari pada nol. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang rupiah (Rp). Menurut Nurmalina et al. (2009), secara sistematis rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut:
Keterangan : Bt = Manfaat (benefit) pada tahun ke-t Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t N = Tahun kegiatan (t=0,1,2,3,…,n) i = Tingkat discount rate (persen) = Discount factor (DF) pada tahun ke-t Kriteria Penilaian : Jika NPV > 0, maka usaha tersebut menguntungkan dan layak dilaksanakan. Jika NPV = 0, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi, keputusan diserahkan pada pihak menejemen perusahaan. Jika NPV < 0, maka usaha tersebut merugikan dan tidak layak dilaksanakan.
29
2.
Net Benefit Cost Ratio ( Net B/C) Net benefit cost ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya penerimaan dibanding dengan pengeluaran selama umur usaha. Usaha dikatakan layak apabila Net B/C Ratio yang dihasilkan dalam pengembangan usaha tersebut lebih besar dari satu. Menurut Nurmalina et al. (2010), secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan Net B/C ratio adalah sebagai berikut : Untuk Keterangan : Bt = Manfaat (benefit) pada tahun ke-t Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t i = Discount rate (persen) t = Tahun
3.
Kriteria penilaian : Net B/C > 1, maka usaha layak atau menguntungkan Net B/C = 1, maka usaha tidak untung dan tidak rugi Net B/C < 1, maka usaha tidak layak atau merugikan Internal Rate of Return (IRR) Internal rate of return (IRR) menunjukkan rata-rata tingkat keuntungan internal tahunan perusahaan yang melaksanakan investasi. IRR adalah tingkat suku bunga yang buat nilai NPV usaha tersebut sama dengan nol. Tingkat IRR mencerminkan tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh usaha untuk sumber daya yang digunakan. Suatu usaha dikatakan layak apabila IRR yang dihasilkan lebih besar dari pada tingkat suku bunga yang berlaku. Menurut Nurmalina et al. (2010), secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan IRR adalah sebagai berikut :
Keterangan : = Discount rate yang menghasilkan NPV positif = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif = NPV yang bernilai positif = NPV yang bernilai negatif Kriteria Penilaian : Usaha layak Jika IRR lebih besar tingkat diskonto yang ditetapkan oleh bank Usaha tidak layak Jika IRR lebih kecil tingkat diskonto yang ditetapkan oleh bank 4. Payback Periode (PP) Payback periode (PP) atau analisis waktu pengembalian investasi merupakan perhitungan terhadap lamanya periode waktu yang diperlukan
30
oleh suatu usaha untuk dapat mengembalikan biaya invesatasi. Perhitungan dilakukan dengan cara nilai manfaat bersih yang terdapat pada cashflow didiskontokan dan dikomulatifkan. Semakin kecil angka yang dihasilkan, semakin cepat tingkat pengembalian suatu investasi, sehingga usaha yang dijalankan semakin baik untuk dikembangkan. Menurut Nurmalina et al. (2010) secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan PP adalah sebagai berikut :
Keterangan : I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab= Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya Kriteria penilaian : Lamanya periode waktu pengembalian biaya investasi harus lebih cepat dibandingkan umur usaha yang diproyeksikan dalam cashflow, semakin cepat pengembalian biaya investasi maka semakin baik usaha tersebut untuk dijalankan. Asumsi-Asumsi Dasar 1. 2.
3. 4.
5. 6. 7. 8. 9. 10.
Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Target pengembangan produksi 1 ton telur Biaya varibel diasumsikan sama setiap tahun, tidak ada kenaikan walaupun dalam kenyataan fluktuasi atau pengaruh faktor lain mempengaruhi terjadinya fluktuasi pada biaya variabel. Umur proyek analisis kelayakan usaha peternakan ayam ini adalah 10 tahun berdasarkan aset penting yaitu kandang. Seluruh modal yang digunakan dalam usaha peternakan ayam petelur ini adalah modal sendiri, sehingga yang digunakan adalah suku bunga deposito dengan acuan Bank Indonesia per februari 2015 sebesar 7.5 persen. Kapasitas maksimal kandang adalah adalah 4 000 lebih ekor ayam layer. Siklus produksi selama 52 minggu termasuk persiapan kandang.. Setiap ayam afkir yang dihasilkan terjual habis setiap periodenya dengan harga Rp30 000 per ekor. Harga jual digunakan adalah Rp16 000 per kg cateris paribus Penyusutan investasi dihitung berdasakan metode garis lurus Besarnya pajak yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2013 tentang tarif umum PPH Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang menetapkan pajak sebesar 1 persen per tahun dari hasil penerimaan, dengan ketentuan total penerimaan tidak melebihi 4.8 miliar dan pajak sebesar 25 persen dengan ketentuan total penerimaan melebihi 4.8 miliar. Ketentuan ini diasumsikan tetap hingga akhir umur bisnis.
31
Analisis Switching Value Menurut Gittinger (1986), analisis Switching value merupakan salah satu perlakukan terhadap ketidakpastian. Analisis ini dilakukan setelah analisis kelayakan, untuk mengetahui sejauh mana tingkat Switching value jika terjadi perubahan pada beberapa variabel komponen cashflow terhadap pendapatan dan keuntungan perusahaan. Analisis Switching value dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis. Tujuan analisis ini adalah untuk melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi usaha. Varibel-varibel yang dapat digunakan untuk analisis ini adalah harga jual output, keterlambatan pelaksanakan, perubahan volume produksi, serta kenaikan biaya produksi. Variabel-variabel tersebut berpengaruh besar terhadap pendapatan atau keuntungan.
KEADAAN UMUM LOKASI Gambaran Umum Perusahaan X Perusahaan X adalah perusahaan peternakan yang memiliki bisnis utama adalah telur ayam negeri atau dikenal dengan telur ayam ras. Lokasi usaha peternakan ayam ras petelur ini berada di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Peternakan ini hanya melakukan kegiatan produksi telur ayam ras, dimulai sejak tahun 2004. Pemilihan lokasi yang berada jauh dari lingkungan masyarakat, dan dekat sumber air berupa sungai dan dekat dengan jalur transportasi menjadi dasar penetuan lokasi, jarak dari jalan raya sampai dengan lokasi sekitar ± 300 meter. Hal tersebut cukup baik dalam mendukung kelangsungan usaha karena cukup jauh dan cukup hening untuk ayam dapat berproduksi dengan baik. Peternakan ini memiliki lahan sekitar 2 000 m2. Jumlah produksi telur mencapai 3 ton per hari, setiap kandang dihuni sekitar 4 200 lebih ekor ayam. Peternakan dilengkapi dengan mess bagi pekerja, gudang telur sebagai tempat penyimpanan telur dan pengemasan, kantor, serta gudang penyimpanan pakan. Melihat permintaan telur yang meningkat maka Pemilik memutuskan akan melakukan pengembangan produksi menjadi 4 ton per hari. kandang yang dimiliki adalah berupa bangunan berbentuk persegi panjang, dengan kaki bangunan adalah beton dengan tinggi sekitar tiga meter, dan untuk rangka kandang terbbuat dari kayu hutan yang panjangnya sekitar 4 meter, atap kandang sendiri terbuat dari asbes, asbes dipilih karena kuat, tahan lama, dan mudah dalam perbaikan jika terjadi kerusakan. Penambahan sekitar 1 ton per hari diperkirakan membutuhkan ayam layer sekitar 16 923 ekor ayam yang akan menggunakan 4 kandang. Keputusan ini dibuat karena belum dapat memenuhi permintaan pasar dari konsumen tetapnya sekitar 5 ton per hari, sehinga masih terdapat peluang pasar yang dapat dipenuhi dan masih terdapat lahan kosong yang belum dimanfaatkan untuk pembuatan kandang baru. Penambahan sekitar 16 923 ekor ayam layer dipilih karena jumlah inilah yang termasuk maksimum dapat dikembangkan oleh pemilik, karena membutuhkan investasi yang besar. akan menambah kandang baru sekitar 4 kandang dan membangun juga mess bagi pekerja sehingga investasi yang besar akan dikeluarkan untuk melakukan pengembangan ini.
32
Perusahaan ini melakukan pemasaran dengan para agen distributor telur di daerah jabodetabek, jumlah agen yang bekerja sama dengan perusahaan ini berjumlah sekitar 53 agen. Proses distribusi dilakukan dengan cara pihak agen akan menelpon kepada perusahaan agar dapat dikirim, lalu perusahaan akan mempersiapakan telur untuk dikirim, jika kondisi telur kosong maka akan dikirim di hari esok. Pada awal berdiri perusahaan peternakan ini menggunakan pakan yang dibuat sendiri, dengan formulasi pakan yang ada, perusahaan X ini memiliki mesin pembuat pakan yang cukup besar, tetapi pada saat ini perusahaan sudah tidak lagi melakukan kegiatan pembuatan pakan sendiri, dikarenakan sulit dalam mendapatkan bahan baku, dan membutuhkan waktu lama dalam melakukanya, sehingga perusahaan X melakukan kerja sama dalam kegiatan pemberian pakan dengan cara bekerja sama dengan perusahaan pembuatan pakan. Kondisi lingkungan yang hening dan nyaman bagi ayam haruslah dibuat agar produksi dapat optimal, seluruh lingkungan kandang berada didalam area yang di batasi pagar beton, dengan tinggi sekitar 4 meter, tujuanya dibuat adalah agar seluruh aktivitas atau kegiatan dapat terkontrol dengan baik, dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pencurian, gangguan hama, dan memudahkan dalam mengontrol orang yang masuk dan keluar perusahaan, karena hanya terdapat satu pintu keluar dan masuk. Bangunan gudang pakan dan telur dalam perusahaan ini adalah satu bagian, dan dekat dengan kantor ini dibuat agar kegiatan dalam gudang pakan dan telur ini mudah diamati, baik ketika pakan datang maupun ketika pengiriman telur, terdapat pula closed circuit television (CCTV) di setiap bagian bangunan seperti bangunan kantor, gudang pakan dan telur, pintu gerbang, dan beberapa kandang. Tenaga kerja merupakan hal yang penting dalam usaha peternakan ayam ras petelur kaena mereka akan menentukan kemana perusahaan ini akan berjalan, jika perusahaan memiliki tenagan kerja yang baik dan berkualitas baik pengetahuan dan mentalnya maka usaha ini akan maju dan berkembang, tetapi jika tenaga kerja hanya mampu bekerja saja tanpa memiliki integritas dalam hal kecil sekalipun maka perusahaan akan sulit berkembang. Tenaga kerja di perusahaan ini berasal dari daerah sekitar perusahaan berada, proses perekrutan tenaga kerja ini dilakukan oleh pihak administarasi dan akan disetujiu oleh pemilik peternakan, proses penerimaan tenaga kerja di peternakan ini tidak begitu sulit, hanya memenuhi syarat yaitu bersedia bekerja diposisi yang telah ditentukan oleh kepala kandang, dan mempunyai mental yang baik artinya jujur, ulet, dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan. Paada penambahan 16 923 ekor ayam lajyer ini memerlukan pekerja 12 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Aspek Non Finansial Analisis dari aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui sejauh mana usaha peternakan peternakan Perusahaan X yang terletak di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat layak untuk dilaksanakan. Aspek nonfinansial yang dikaji terdiri dari dari aspek pasar,
33
aspek teknis, aspek manajaemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek lingkungan. Aspek Pasar Pasar merupakan aspek yang penting karena akan menentukan keberlangsungan usaha peternakan ini dimasa yang akan datang.sehingga perusahaan dapat menentukan seberapa besar atau target yang akan diproduksi, aspek ini juga adalah salah satu aspek yang menjadi sumber pendapatan bagi perusahaan untuk melakukan kegiatan operasional. 1. Permintaan dan Penawaran Berdasarkan analisis yang dilakukan diketahui bahwa permintaan lebih besar dari pada penawaran yang ada, menurut pemilik untuk permintaan dihari normal artinya permintaan yang tidak dipengaruhi oleh kondisi seperti hari besar atau hari besar sehingga mempengaruhi permintaan terhadap telur. untuk hari normal permintaan yang mencapai 4 ton perhari atau sekitar 267 peti telur dengan berat bersih adalah 15 kg. Telur di distribusikan kepada agen tetap perusahaan dengan minimal pengiriman 100 peti telur dalam sekali transaksi, daerah pengiriman adalah daerah Jabodetabek. Kondisi berbeda terjadi ketika memasuki hari besar atau hari libur permintaan telur bisa mencapai 5 sampai 6 ton per hari sehingga peluang pasar masih ada untuk dipenuhi, pemilik sendiri mengatakan bahwa dimasa datang konsumsi telur akan terus naik dikarenakan pendapatan masyarakat rata-rata meningkat, dan telur juga memiliki harga yang murah dibandingkan sumber protein hewani yang lain seperti daging ayam atau sapi, lebih efisien dalam pengolahan dan penyimpanan artinya konsumen tidak perlu pengolahan yang kompleks dalam mengolahnya untuk dikonsumsi. Meskipun perusahaan telah melakukan pengembangan dengan menambah produksi sebesar 16 923 ekor ayam sehingga dihasilkan sekitar 1 ton telur. Seluruh produksi habis terjual, perusahaan masih belum mampu memenuhi permintaan telur dari para konsumen atau agen penyalur sehingga dapat dikatakan bahwa menurut aspek pasar bahwa usaha ini dikatakan layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan. 2. Pemasaran Output Produk atau output perusahaan ini adalah telur, kotoran ayam, dan daging ayam afkir. Kotoran ayam dijual dalam bentuk karungan dengan berat sekitar 50 kg dengan harga Rp4 000 per karung, ayam afkir dijual dengan harga sekitar Rp30 000 per ekor ayam, kriteria dalam menjual ayam ini adalah melihat ketika ayam sudah turun produktifitasnya atau Hen day sekitar 60 sampai 70 persen atau biasanya umur ayam mencapai 70 minggu. Telur adalah produk utama dari usaha ini harga telur sekitar 16 000 per kilogram. Pemasran dilakukan dengan cara menelepon kepada farm minimal satu hari sebelum produk dikirim, produk berupa telur utuh dalam peti kayu dimuat ke dalam mobil truk diikat dengan rapi dan dikirim, biaya pengirirman atau transportasi ditanggung oleh peternakan sehingga konsumen atau agen penyalur hanya menunggu di tempat atau toko miliknya, perusahaan X sudah memiliki pelangan tetap atau saluran pemasaran yang tetap dan telah terjadi sistem bon artinya penjual atau
34
agen dapat menjual produk dengan melakukan pembayaran seteklah produk habis, strategi ini juga memperkuat saluran pemasaran perusahaan X sehingga aspek pemasaran layak. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan analisis aspek pasar yang terdiri dari permintaan, penawaran dan pemasaran yang dilakukan oleh Perusahaan X adalah layak untuk dilaksanakan. Menurut Jumingan (2009) salah satu indikator usaha dikatakan layak secara aspek pasar adalah terdapat permintaan dari produk yang dihasilkan. Permintaan terhadap telur yang dihasilkan oleh Perusahaan X masih belum dapat dipenuhi atau masih banyak. Pemasaran produk telur ini sudah memiliki pelanggan tetap dan strategi pemasaran yang baik sehingga pemasaran dapat dikatakan layak. Aspek Teknis 1. Lokasi peternakan dan kandang Lokasi peternakan adalah aspek penting karena jika lahan atau lokasi tidak layak maka usaha tidak dapat dilaksanakan dengan baik, lokasi usaha yang baik bagi peternakan adalah jauh dari pemukiman, masyarakat karena akan terkena dampak negatif dari usaha peternakan usaha ini seperti bau dan limbah yang dihasilkan. Lokasi juga harus mempunyai sumber air bersih yang cukup karena air adalah hal penting yang akan mendukung kegiatan budidaya dan operasional peternakan, akses transportasi yang baik dan jalan yang dapat dilalui oleh kendaran sehingga proses pengiriman dapat berjalan dengan baik kondisi jalan yang baik pula akan menentukan kulaiatas telur seperti persentase telur yang pecah yang diakibatkan jalan yang kurang baik. Jaringan listrik yang memadai untuk melaksanakan kegiatan usaha peternakan yang digunakan untuk mesin, penerangan, dan mempermudah proses kegiatan dimalam hari. Usaha peternakan ayam ras petelur perusahaan X terletak ± 300 meter dari jalan raya dan pemukiman warga tidak terlalu padat atau belum ada pemukiman yang berada sekitar peternakan, lokasi ini dipilih dengan pertimbangan agar usaha dapat berjalan dengan baik dengan aman dalam jangka waktu yang cukup lama, dan lokasi tersebut terhindar dari kebisingan akibat lalu lintas kendaraan sehingga ayam akan dapat tenang dalam proses bertelur. Akses jalan dari kandang sampai jalan raya besar sudah cukup baik, walaupun belum dilapisi dengan aspal tapi sudah cukup aman bagi kendaraan untuk membawa telur dengan aman. Ketersedian sumber air sudah cukup baik terdapat dua sumber air yang digunakan yaitu sumber air sungai yang ditampung dalam tandon berukuran 10 000 liter air dan yang kedua bersumber dari sumur bor air yang digunakan ketika sumber air sungai kotor atau tidak layak digunakan. Pasokan listrik sudah mempunyai gardu listrik tersendiri yang difasilitasi oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) sehingga kebutuhan listrik sudah terpenuhi jika terjadi pemadaman listrik oleh PLN, Perusahaan X mempunyai sebuah Generator Set (Genset) untuk memenuhi ketika pemadaman terjadi. Luas peternakan Perusahaan X yang digunakan dalam penambahan 16 923 ekor ayam adalah 2 000 m2 digunakan untuk 4 kandang dengan ukuran 35 x 8 meter yang diisi 4200 lebih ekor ayam. Terdapat mess
35
tempat para pekerja beristirahat, gudang telur dan pakan yang terdiri dalam satu bangunan. Layout peternakan Perusahaan X dapat dilihat pada Gambar 3. KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
K B K B K B K B KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
T
Ge nse t
Mess
G
Keterangan G : Gudang pakan dan telur T : Torem Penampungan air KL : Kandang Lama KB : Kandang Baru
Gambar 3 Layout peternakan X Kandang ayam pada Perusahaan X menggunakan atap dari asbes dengan kerangka yang terdiri dari kayu hutan berbentuk bulat dengan panjang rata-rata empat meter, sedangkan pondasinya terbuat dari bagunan tembok beton dengan tinggi 4 meter, di dalam kandang terdapat cage atau batre sebagai tempat ayam tinggal, ukuran sebuah kandang batre adalah 30x30 cm. Dalam satu kandang yang berukuran 35 x 8 meter terdapat 116 lebih batre yang diisi maksimal oleh 2 ekor ayam, batre terbuat dari bahan besi kawat sehingga kuat dan tahan lama, umur ekonomis kandang 10 tahun gambar kandang dapat dilihat pada Gambar 4. Bagian dasar kandang dibuat miring sehingga kotoran dapat turun dan tertampung pada selokan yang telah dibuat sehingga kotoran akan mudah dibersihkan dan akan lebih cepat kering. Lokasi kandang dibuat atau didesain agar matahari dapat masuk di pagi hari dan ayam tidak kepanasan disiang hari Dilihat dari lokasi perkandangan yang ada di Perusahaan X sudah sesuai dengan ketentuan perkandangan. Satu buah kandang dapat menampung sekitar 4200 lebih ekor ayam.
Gambar 4 Kandang batre atau lebih dikenal dengan cage 2.
Bibit Ayam Layer Bibit yang digunakan oleh Perusahaan X digunakan adalah jenis Hixex Brown yang dibeli dari beberapa perusahaan seperti Samsung, Malindo,
36
3.
Sierad, dan Patriot. Jenis yang biasa digunakan adalah Hixex Brown karena dirasa lebih baik dalam kemampuan bertahan hidup karena tingkat kematian yang rendah sekitar 0.3 sampai 3 persen sebelum layer. Bibit atau layer yang digunakan biasanya berumur 18 minggu dan dalam penambahan ini tingkat kematian sekitar 10 persen. Dalam proses budidaya pemeliharaan ayam ini didasarkan pada pola produksi dengan umur produksi 52 minggu, yang dimulai dari 18 sampai 52, dengan puncak produksi mencapai 92 persen pada umur 23 sampai 42 minggu. Pakan Menejemen pemberian pakan haruslah sangat baik agar tidak ada pakan yang terbuang begitu saja, pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan ayam untuk hidup dan bertelur, kelebihan atau kekurangan pakan yang diberikan akan berakibat pada Food Convertion Rate (FCR). Semakin tinggi maka ayam akan mengkonsumsi pakan lebih banyak sehingga biaya akan lebih banyak atau besar. Pakan yang diberikan adalah pakan dengan jenis starter yang diproduksi oleh PT Global, setiap umur ayam memiliki menejemen pemberian pakan yang berbeda, tabel menejemen pemberian pakan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Proporsi jumlah pakan ayam per ekor per hari
Umur ayam layer (minggu) 18 sampai 23 23 sampai 40 40 sampai 70 Sumber : Perusahaan X ( 2015)
4.
5.
Jumlah Pakan (gram per ekor per hari) 110 116 115
Obat-obatan dan Vaksin (OVD) OVD digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit yang terjadi atau menyerang ayam sehingga mempengaruhi produkstifitas atau mengalami kematian jika tidak ditangani dan vitamin diberikan agar kondisi ayam tetap optimal karena kondisi alam yang terjadi seperti cuaca ekstrim. Obat-obatan yang digunakan biasanya diberikan pada ayam yang mengalami penyakit pernapasan dan pencernaan. Tingak kematian ayam yang diakibatkan penyakit sangat tinggi apalagi jika penyakit tersebut disebabkan oleh virus sehingga vaksinasi dilakukan apabila sudah terjadi tanda-tanda bahwa ayam mengalami inveksi virus seperti badan panas, lemas, atau tingkah laku yang tak wajar, selain vaksinasi tindakan pencegahan seperti sanitasi selalu dilakukan dalam persiapan kandang dan pembersihan kotoran jika sudah menumpuk. Vaksinasi yang dilakukan oleh Perusahaan X sudah terprogram artinya sudah terjadwal. Pemberian vaksin dilakukan dengan cara oral dan suntik, sedangkan pemberian obat dilakukan dengan mencampur dengan air atau pakan ayam. Sarana dan Prasarana Penunjang Lainya Sekam (rice hulls) adalah substrat yang digunakan untuk alas dari telur yang akan dikirim tidak hanya sekam biasanya yang dapat digunakan untuk menjadi alas tetapi serutan kayu juga dapat digunakan, mengingat keterbatasanya maka serutan kayu jarang digunakan. sekam juga mampu menyerap dan menahan suhu telur tidak terlalu berubah drastis dan
37
mampu menjadi penahan yang baik jika ada goncangan akibat transportasi. Sekam diperoleh dari pengempul yang mengirim sekam secara teratur. Peti telur terbuat dari kayu dengan berat sekitar tiga sampai empat kilogram, jika peti rusak atau tidak dapat digunakan maka akan membeli dari pengrajin peti kayu yang berada di sekitar peternakan dengan harga Rp3 000 per peti. Koran juga menjadi bahan penunjang karena digunakan untuk melapisi peti kayu sebelum diisi oleh sekam, biasanya koran bekas dibeli dari daerah tangerang dengan harga Rp3 000 per kilogram. Egg tray atau tempat penampungan telur yang terbuat dari bahan plastik adalah sarana penunjang lainya, alat ini berukuran 30 x 30 cm dengan isi berjumlah 30 butir telur ayam, harga satu buah egg tray Rp12 000 perbuah yang dibeli dari daerah tanggerang. Gambar Egg tray dan peti telur dapat dilihat pada Gambar 5.
B A Gambar 5 Peti telur (a) dan egg tray (b) 6.
Proses produksi Proses produksi pada Perusahaan X dimulai sejak persiapan kandang, pemeliharaan, pemanenan, penyimpanan, dan pengiriman produk sampai diterima oleh pembeli. a. Persiapan kandang Persiapan kandang adalah tahap awal dalam kegiatan peternakan ayam petelur. Tahap ini dimulai dari proses pencucian kandang yang di dalamnya terdapat sanitasi dan disinveksi kandang, kegiatan ini dilakukan dengan mencuci setiap bagian kandang dengan menggunakan semprotan air sehingga kotoran dapat lepas dan hilang dari kandang sehingga kandang akan aman bagi ayam karena bibit penyakit sudah hilang, dapat dilihat pada Gambar 6. Disinveksi dilakukan dengan menggunakan cairan disinvektan, setelah kandang bersih dibiarkan beberapa hari lalu dilakukan pengapuran pada setiap bagian kandang, penggunaan kapur diharapkan dapat membunuh atau memutus rantai bibit penyakit yang mungkin dapat berkembang biak. Kegiatan yang dilakukan Perusahaan X adalah dengan melakukan pembersihan dengan cara menyapu terlebih dahulu seluruh bagian kandang sampai bahkan atap kandang juga dibersihkan, setelah bersih maka dilakukan penyemprotan dengan cairan disinveksi berupa cairan kimia atau dapat diganti dengan deterjen, semua bagian kandang disemprot dengan alat semprot bertekanan tinggi sehingga kotoran yang menempel mudah lepas dari kandang. Setelah dilakukan kegiatan ini kandang diistirahatkan dua sampai tiga hari, setelah diistirahatkan lalu kandang diteburi oleh kapur dengan tujuan memutuskan rantai bibit peyakit yang mungkin dapat berkembang biak,
38
kandang batre, lantai kandang, dan dasar kandang ditaburi kapur dan diistirahatkan dua minggu.
Gambar 6 Persiapan kandang b. Proses Pemeliharaan Proses pemeliharaan ayam yang dilakukan di Perusahaan X adalah dimulai ketika ayam masuk kandang, ayam langsung diberi minum berupa cairan gula dan vitamin sehingga ayam tidak stres akibat perjalanan dan lingkungan yang baru, setelah ayam sudah nyaman maka esok hari pakan sudah dapat diberikan, pemberian pakan ditentukan berdasarkan bobot badan, umur ayam, dan hen day ayam, pemberian pakan diberikan dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore hari dengan persentase pemberian pakan pada sore hari lebih banyak yaitu 70 persen dan 30 persen untuk pagi hari, secara jelas dapat dilihat pada Tabel 10. Air minum yang diberiakan harus bersih dan sehat sehingga ayam akan bertumbuh dan berproduksi dengan maksimal, pemberian air minum pada ayam sama seperti pakan, tetapi pemberianya dilakukan dengan sistem add libitum atau sekenyangnya artinya ketersedian air akan selalu ada. Pada proses pemeliharaan akan terjadi kematian yang disebabkan berbagai faktor, penyakit yang disebabkan virus adalah penunjang tingkat kematian yang paling tinggi sehingga pemantauan setiap individu sering dilakukan, jika terdapat kelainan atau kondisi ayam yang tidak biasa seperti diam, lemas, atau suhu badan panas maka dokter hewan akan memeriksa kondisi dengan membawa sampel darah ke laboratorium dan akan diketahui penyebab dan cara penanggulangnya, pemberian vaksin dan obat.
No 1 2 3
Tabel 10 Proporsi pemberian pakan pada perusahaan X Jumlah pakan per ekor ayam (gr) Umur ayam (minggu) 115 18 sampai 23 116 23 sampai 40 110 40 sampai 68/70
Sumber : Perusahaan X (2015)
c. Proses Pemanenan dan Pengemasan Ayam akan mulai bertelur ketika mulai memasuki minggu ke 18 sampai 20 ayam akan mulai bertelur peningkatan hen day ayam perhari 3 sampai 4 persen puncak produksi dicapai pada minggu ke 25 sampai 40 hen day dapat mecapai 92 persen dalam kondisi puncak produksi. Pemanenan telur dilakukan dengan cara manual oleh anak
39
kandang, dengan menempatkan telur pada egg tray, pemanenan dilakukan dua kali dalam sehari sekitar jam 10.00 dan jam 16.00. Berdasarkan analisis aspek teknis peternakan Perusahaan X dapat disimpulkan layak untuk dilaksanakan karena dianalisis dari beberapa aspek seperti lokasi yang cukup jauh dari lingkungan masyarakat, terdapat sumber air yang baik, akses transportasi, menejemen pakan dan OVD yang terprogram dengan baik, memiliki tenaga kerja yang sudah berpengalaman, dan secara keseluruhan proses kegiatan ini dilakukan dengan baik dan terencana dari awal sampai telur dapat dikirm kepada konsumen. Kegiatan pengemasan dilakukan dalam gudang, yang di dalamnya terdapat kegiatan sortasi dan grading, telur yang akan dikirim dimasukan ke dalam peti yang telag disediakan sebelumnya, telur yang dimasukan haruslah bersih dan utuh, jika ada telur yang kotor maka para pekerja akan memisahkan dan mencucinya dan apabila ada telur yang retak akan dipisahkan dan dijual dengan harga yang lebih murah atau digunakan untuk konsumsi para pekerja. Setelah telur dimasukan kedlam peti maka akan disusun dalam tumpukan telur dengan rapi. Kegiatan pengemasan dapat dilihat pada Gambar 7.
a. Peti telur
b. Penimbangan telur c. Penyususan telur Gambar 7 Proses pengemasan telur
Aspek Menejemen Aspek menejemen penting dianalisis karena pada aspek ini akan terlihat bagaimana sistem menejemen yang digunakan dapat memperlancar kegiatan usaha yang akan mempermudah kegiatan usaha ini menjadi lebih terstruktur dengan baik, struktur organisasi adalah salah satu bentuk menejemen yang dimiliki oleh Perusahaan X, di dalam struktur organisasi ini terjabarkan mengenai tugas dan fungsi masing masing individu. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 8. Pemilik Usaha Administrasi Kepala kandang
Sub Gudang
Sub Pemeliharaan
Sub Pengiriman
Gambar 8 Struktur organisasi perusahaan X
Sub pembangunan
40
Pemilik dibantu oleh seorang kepala kandang yang mempunyai tugas dalam melaksanakan kegiatan usaha dan bertanggung jawab terhadap hal yang terjadi di lapangan, dan menentukan juga keputusan yang akan diambil perusahaan, sehingga keberadaanya sangat diperlukan, kepala kandang dibantuk oleh bagian produksi, pendistribusian, pengemasan, dan bangunan. Terdapat bagian administrasi yang membantu pemilik dalam melakukan kegiatan admisnistrasi seperti menjawab telepon, masalah pembukuan, recording, dan mencatat biaya-biaya harian yang dibutuhkan. Kepala kandang adalah bagian yang sangat penting sama seperti perusahaan posisi kepala kandang hampir sama seperti manajer dalam perusahaan besar, untuk deskripsi pekerjaan yang dilaksanakan adalah melakukan pengawasan terutama dalam produksi dan melaksanakan program yang ada seperti vaksin, pemberian pakan, dan pemeliharaan keseluruhan, kepala kandang dibantu oleh anak kandang yang bertugas dalam melakukan pemberian pakan dan melakukan pemanenan serta juga mengawasi jika ada ayam yang sakit sesuai dengan arahan atau panduan kepala kandang. Pengemasan adalah kegiatan usaha yang penting diperhatikan dalam Perusahaan X terdapat satu kepala sub bagian pengemasan atau mandor gudang telur dan terdapat lima orang bagian pengemasan yang tugasnya mengemas telur ke dalam peti dengan rapi secara manual lalu membersihkan telur yang kotor serta melakukan kegiatan sortasi telur pecah. Bagian pengemasan juga mempunyai pekerjaan seperti menyiapkan peti telur yang dilapisi dengan koran dan sekam. Pendistribusian adalah hal yang penting diperhatikan karena berhubungan dengan kualitas telur dan keamanan telur yang akan dibawa, terdapat dua orang supir yang tugasnya mengantar telur sampai tujuan, serta bagian ini juga membeli bahan atau alat yang dibutuhkan oleh kandang dalam menjalankan usahanya. Bagian bangunan adalah bagian yang tugasnya melakukan kegiatan seperti memperbaiki kandang yag rusak, membangun kandang, memperbaiki jalan. Jumlah pekerja bangunan tidak pasti artinya ketika perusahaan akan melakukan kegiatan maka akan ditentukan jumlah pekerja yang akan digunakan, status mereka adalah pekerja lepas harian. Usaha peternakan Perusahaan X telah terdapat fungsi menejemen dan deskripsi pekerjaan yang jelas setiap individu, jumlah tenaga kerja yang ada adalah dua belas orang dengan masing masing jabatan serta deskripsi pekerjaan masing-masing, yang terdiri dari empat anak kandang, satu kepala kandang, satu mandor gudang pakan dan telur, satu sekertaris, satu supir, dan emapt orang karyawan gudang telur. Aspek Hukum Aspek hukum adalah mengenai tentang perijinan terhadap usaha yang telah didirikan, apakah usaha peternakan ini sudah memiliki ijin pembentukan usaha, serta ijin lainya yang bersangkutan dengan usaha peternakan. perusahaan X memang belum menentukan badan usaha terkait usaha yang telah dijalankan tetapi untuk ijin dari RT/RW dan ijin dari warga sekitar usaha peternakan ini sudah memilikinya, sehingga sudah hampir sepuluh tahun usaha ini tidak pernah terkendala atau mengalami ganguan dalam menjalankan usahanya. Usaha peternakan seharusnya memiliki betuk badan usaha yang jelas sehingga dapat dengan mudah mengurus ijin usaha atau ijin lainya dari dinas
41
terkait, dan jika sudah memiliki badan usaha maka dapat dipantau oleh pemerintah daerah atau dinas peternakan dalam melaksanakan kegiatan usaha peternakan ini, walaupun hanya ijin dari warga sekitar dan RT/RW tetap dikatakan layak karena usaha inipun sudah berlangsung sepuluh tahu lebih, hanya mungkin perlu ditambah ijin lain dari dinas terkait sehingga dalam pengembangan usaha nantinya tidak akan ada masalah yang timbul menganggu usaha ini. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan adalah aspek yang menjadi dampak akibat adanya usaha peternakan ini, apakah dampak negatif atau damapak positif. Usaha peternakan tidak akan pernah terlepas dari dampak negatif, hanya saja sebesar apakah damapak negatif yang diterima masyarakat sekitar dibandingkan dampak positifnya. masyarakat dapat menilai bahwa keberadaan perusahaan ini lebih banyak memberikan dampak positif kepada masyarakat baik dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Aspek sosial dan ekonomi yang berdampak terhadap masyarakat sekitar adalah bau kotoran ayam yang tercium, ini menggangu masyarakat tetapi karena sudah terbiasa masyarakat tidak terlalu mempermasalahkanya, kontribusi perusahaan terhadap sosial masyarakat berupa penyerapan tenaga kerja sebagai karyawan sehingga secara langsung juga meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar kandang, dan dapat mengurangi pengangguran. Limbah yang dihasilkan oleh perusahaan memiliki nilai ekonomi, sehingga keberadaanya perlu diatur dengan baik sehingga menguntungkan, penanganan limbah dengan cara memasukanya kekarung adalah cara agar kotoran tidak menyebar dan memudahkan dalam pengangkutan, diharapkan pengaruh limbah dapat diminimalkan. Analisis aspek sosial, ekononomi, dan lingkungan yang dilakukan di perusahaan X telah membuktikan bahwa dari adanya usaha peternakan ini dampak positif lebih besar diterima oleh masyarakat sekitar usaha ini dibandingkan dampak negatif yang dihasilkan, dengan penyerapan tenaga kerja sehingga pengangguran menurun dan peningkatan kesehjateraan masyarakat sehingga masyarakat mendukung adanya usaha ini. Menurut aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan usaha peternakan perusahaan X layak untuk dijalankan. Analisis Aspek Finansial Arus Manfaat (Inflow) 1. Penerimaan Penjualan Telur Penerimaan peternakan dari perusahaan X salah satunya berasal dari penjualan telur, produk telur merupakan produk utama yang dihasilkan oleh peternakan ini, telur dihasilkan selama satu periode atau sekitar 52 minggu, dengan henday pada akhir periode sekitar 65 persen sampai 70 persen. Mortalitas ayam yang berpengaruh terhadap produksi sekitar 20 persen, yang terjadi pada minggu ke-23 sampai 40, pada puncak produksi atau sekitar 92 persen henday. Harga jual telur adalah Rp16 000 per kilogram telur. penerimaan pada tahun pertama adalah Rp4 103 485 326
42
2.
3.
4.
dan pada tahun kedua penerimaan peternakan Perusahaan X adalah Rp4 438 585 095. Penerimaan Penjualan Ayam Afkir Ayam afkir adalah sumber penerimaan yang diperoleh ketika periode berakhir, pada Perusahaan X satu periode ayam hanya 52 minggu. Ayam afkir banyak diminati untuk diambil dagingnya, harga ayam afkir adalah Rp30 000 per ekor ayam. Adapaun penerimaan penjualan adalah Rp3 820 742 612 diperkirakan mortalitas ayam selama pemeliharaan sekitar 10 persen. Pelanggan ayam afkir cukup banyak, sehingga dalam pemasaran mudah, dalam kondisi atau hari tertentu ayam afkir memiliki nilai yang tinggi. Harga jual ayam adalah Rp30 000 per ekor, sehingga keputusan manajerial dalam memutuskan menjual ayam sangat ditentukan oleh kondisi tersebut. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam Kotoran ayam adalah penerimaan sampingan yang memberikan keuntungan peternakan cukup besar. Kotoran ayam dijual dengan harga Rp4 000 per karung dengan berat sekitar 45 sampai 50 kg, pada periode pertama penjualan kotoran adalah Rp142 559 352 periode kedua didapatkan penjualan sebesar Rp287 860 230. Nilai Sisa Nilai sisa adalah nilai dari barang investasi yang dperkirakan tidak habis pakai selama umur bisnis. Terhadap barang tersebut harus dinilai harganya pada saat bisnis selesai (Nurmalia et al 2010) nilai sisa berasal dari barang yang setelah umur usaha masih memiliki nilai jual yaitu setelah tahun ke 10. Pada usaha peternakan perusahaan X didapatkan nilai sisa sebesar Rp468 739 792.
Arus Biaya (Outflow) Arus biaya merupakan aliran kas (cash flow) yang mengurangi jumlah kas karena digunakan dalam membangun usaha pada awal bisnis atau dalam masa umur usaha. Komponen biaya yang dikeluarkan dalam usaha peternakan perusahaan X ini adalah biaya investasi, biaya operasional, dan biaya operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. 1. Biaya Investai Biaya Investasi adalah biaya yang dikeluarkan atau digunakan untuk kegiatan bisnis di awal usaha atau dalam perjalanya dalam melakukan kegiatan reinvestasi yaitu menganti investasi ayang umur ekonomisnya sudah habis sebelum umur usaha, dapat dikatakan bahwa investasi yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan pada periode yang akan datang juga selama umur usaha sekitar 10 tahun. Analisis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah suatu bisnis dapat memberikan manfaat atas investasi yang akan ditanamkan. Menurut Umar (1999) studi kelayakan bisnis adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu investasi dilaksanakan. Hasil kelayakan merupakan perkiraan suatu bisnis menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan. Secara rinci dapat dilihat biaya investasi pada Tabel 11 (terlampir). Perhitungan nilai investasi terdapat biaya penyusutan dan nilai sisa. Perhitungan penyusustan yang digunakan dalam perhitungan ini adalah dengan metode garis lurus, penyusutan adalah nilai harga beli dikurangi
43
nilai sisa dibagi dengan umur bisnis, nilai penyusutan dimasukan ke dalam perhitungan laba rugi, sedangkan nilai sisa dimasukan ke dalam penerimaan. a. Kandang Kandang merupakan bagian dari Investasi yang nilainya besar dan paling penting dalam usaha peternakan ini. Kandang yang akan dibangun untuk menambah produksi telur adalah sebanyak 4 kandang dengan ukuran panjang 35 x lebar 8 meter rata-rata kandang dapat menampung 4 200 ekor lebih ayam layer. Biaya yang digunakan untuk membangun kandang ini sebesar Rp384 000 000 umur ekonomis kandang ini diperkirakan dapat mencapai 10 tahun karena kandang cukup kuat, pondasi kandang terbuat dari beton. Diakhir umur usaha kandang dapat dijual jika usaha tidak dilanjutkan. b. Gudang Gudang di usaha peternakan ini dibagi menjadi dua yaitu gudang penyimpanan pakan dan gudang telur. gudang pakan dan gudang telur berada dalam satu bangunan dengan ukuran 100 meter persegi, gudang telur digunakan sebagai tempat melakukan kegiatan pengemasan, penimbangan, dan pemuatan telur sedangkan gudang pakan tempat menyimpan pakan yang akan diberikan dan penimbangan jumlah pakan yang akan diberikan pada ayam. Biaya pembuatan gudang adalah Rp40 000 000. c. Mess Mess atau tempat tinggal adalah tempat bagi para pekerja untuk beristirahat, dalam penambahan produksi ini perusahaan X membangun mess dengan 4 kamar, satu untuk kepala kandang sedangkan sisa kamar yang ada digunakan bagi karyawan lainya terdapat juga dapur bagi para pekerja. Mess terbuat dari beton sehingga diperkirakan memiliki umur ekonomis yang lama sekitar 10 tahun. Biaya yang digunakan untuk pembangunan mess ini sebesar Rp40 000 000. d. Instalasi Listrik dan Air (filter) Instalasi ini berguna bagi perusahaan dalam menjamin ketersediaan air dan listrik sehingga usaha dapat tetap berjalan dengan baik. Biaya investasi yang digunakan untuk membangun instalasi listrik dan air masing masing berjumlah Rp1 000 000dan Rp1 085 000. e. Instalasi Pakan dan Minum (fiter) Instalasi pakan dan minum pada usaha ini adalah sarana yang digunakan dalam kandang, instalasi minum berjumlkah Rp67 892 000, dan minum Rp8 000 000. Dapat dilihat pada Gambar 10 (terlampir). f. Drum Air Drum air adalah alat yang digunakan untuk kegiatan produksi seperti kegiatan pembersihan kandang, mencuci egg tray , dan sanitasi. Drum yang digunakan berjumlah 4 unit dengan harga Rp800 000 diperkirakan umur ekonomisnya 5 tahun. g. Ember Plastik Ember ini digunakan dalam kegitan produksi sebagai alat untuk membawa pakan, membawa air dalam jumlah kecil, dan memcuci
44
perlatan kandang yang sudah dipakai. Harga beli ember plastik adalah Rp50 000 dan memiliki umur ekonomis 3 tahun. h. Sprayer dan Mesin Semprot Sprayer adalah alat yang digunakan untuk melakukan kegiatan sanitasi dan disinfeksi dalam pembersihan kandang, sedangkan mesin semprot alat yang digunakan untuk menyemprotkan air dalam persiapan kandang yang akan dicuci, perusahaan X membeli masing masing dua unit diharapkan dalam melakukan kegiatan persiapan kandang dapat maksimum sehingga aman bagi ayam. harga sprayer adalah Rp350 000 dan untuk mesin semprot adalah Rp1 200 000. Untuk umur ekonomis alat ini diperkirakan mencapai 8 tahun. i. Sekop Sekop alat ini digunakan untuk membersihkan kotoran ayam dan dalam kegiatan pembersihan area kandang, sekop dibeli dengan harga Rp70 000 dengan umur ekonomis sekitar 5 tahun. j. Timbangan Digital Timbangan yang digunakan sudah tidak manual artinya sudah dengan mesin, sehingga lebih mudah dan akurat dalam melakukan penimbangan sehingga berat telur dapat pas, timbangan digunakan untuk menimbang pakan dan telur. harga timbangan adalah Rp1 200 000 dengan umur ekonomis sekitar 5 tahun. k. Toren air Toren air adala tempat menampung air sebelum disalurkan ke dalam kandang, toren digunakan agar suplai air selalu tersedia sehingga tidak menggangu kegiatan produksi, volume toren sekitar 10 000 liter air. Harga beli toren ini adalah Rp3 000 000 dengan umur ekonomis sekitar 5 tahun. l. Egg Tray Tempat menaruh telur sebelum dikemas ke dalam peti, wadah ini terbuat dari bahan plastik yang berukuran 30 x 30 cm. Satu buah wadah penampung telur ini dapat menampung 30 butir telur. harga beli wadah ini adalah Rp12 000. Dibutuhkan 500 wadah dengan nilai investasi Rp7 500 000 dengan umur ekonomis 5 tahun. m. Peti Kayu Peti kayu adalah tempat telur dikemas sampai dikirim kepada konsumen, peti telur rata-rata dapat menampung sekitar 15 kg telur atau sekitar 230 butir telur lebih. Peti kayu tidak memiliki nilai sisa, harga beli peti kayu adalah Rp3000. Dibutuhkan sekitar 500 peti dengan jumlah investasi Rp1 500 000 n. Truk Truk dengan mesin diesel turbo yang digunakan dalam kegiatan pengiriman dan pengangkutan telur. mobil ini dibeli dengan harga 229 500 000, dengan umur ekonomis 10 tahun. o. Pompa Air Pompa air ini digunakan untuk memenuhi seluruh kepeluan air yang digunakan dalam kegiatan produksi, pembersihan kandang, serta aktivitas lainya, pompa air ini menggunakan tenaga listrik untuk dapat beroperasi, kecepatan menyedot air sekitar 1000 liter per menit.
45
2.
Pompa ini sengaja dipilih karena letak sumber air yaitu sungai berada di bawah lokasi kandang sehingga memerlukan tenaga yang kuat. Harga mesin pompa ini adalah Rp15 000 000 dengan umur ekonomis 8 tahun. p. Meja dan Kursi Meja dan kursi ini digunakan untuk kepala kandang serta sekretaris dalam melakukan kegiatan pencatatan dan recording. Biaya investasi untuk meja kursi adalah Rp300 000 dengan umur ekonomis 5 tahun. q. Alat Suntik Alat suntik ini dilakukan dalam kegiatan vaksinansi sehingga memudahkan dalam kegiatan vaksinasi dalam jumlah yang banyak. Penggunaan alat suntik ini dapat mempersingkat waktu dan cepat selesai. Alat suntik ini dibeli dengan harga Rp1 000 000 dengan umur ekonomis 5 tahun. r. Alat bangunan Alat-alat bangunan seperti cangkul, palu, alat mix semen, dan gergaji yang digunakan dalam membangun kandang, keberadaan alat ini juga bisa berguna jika terdapat kerusakan kandang dan perbaikan kandang, alat bangunan dibeli dengan harga Rp5 000 000 dengan umur ekonomis sekitar 8 tahun. s. Lampu Lampu digunakan untuk menjaga suhu agar tetap pada kondisi yang diinginkan atau membuat kondisi suhu lingkungan dalam kandang tetap hangat pada malam hari, karena perubahan suhu yang drastis dapat membuat ayam stress, sehingga berpengaruh terhadap produksi, umur ekonomis lampu sekitar dua tahun. t. Komputer Komputer digunakan sebagai penyimpanan data harga, produksi, jumlah ayam, serta biaya dan penerimaan peternakan. Umur ekonomis komputer sekitar lima tahun. u. Kulkas, white board, dan Timbangan Digital Alat-alat ini digunakan untuk menyimpan obat dan vaksin, sebagai alat kontrol, dan menimbang telur yang akan dikirim agar berat telur pas. Biaya Operasional Biaya operasional usaha peternakan ayam Perusahaan X terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya operasional juga merupakan seluruh pengeluaran yang digunakan untuk kegiatan produksi dalam satu kali periode. a. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan selama usaha masih dijalankan, besarnya biaya tetap tidak berkait langsung dengan produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha ini antara lain gaji yang terdiri dari gaji kepala kandang, gaji supir, gaji kepala gudang, gaji anak kandang, gaji sekretaris atau administrasi, dan gaji karyawan gudang pakan dan telur Pemberian gaji berbeda setiap orangnya. Biaya tetap juga yang dikeluarkan untuk membiayai listrik, dan telpon, yang dibayarkan sebulan sekali dengan perhitungan
46
setahun cateris paribus pada awal periode terdapat biaya tetap yaitu gaji karyawan bangunan dalam pembuatan 4 kandang. Terdapat juga Biaya tetap yan dikeluarkan untuk biaya seperti biaya sosial, biaya perawatan kandang pada tahun periode kedua, serta biaya dapur yang dibayarkan sebulan sekali cateris paribus. Adapun rincian biaya tetap terdapat pada Tabel 12 (terlampir). b. Biaya variabel Biaya variabel adalah biaya yang dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan, pada usaha ini biaya variabel ditentukan berdasarkan jumlah ayam ras petelur yang dipelihara. Biaya yang dikeluarkan di antaranya biaya Ayam layer umur 18 minggu, sekam, koran bekas yang digunakan untuk alas peti telur, pakan ayam grower dari perusahaan Global, OVD, desinfektan. biaya total variabel pada tahun pertama pada usaha peternakan ayam ras petelur di Perusahaan X adalah Rp3 616 040 114 9 dan tahun berikutnya adalah Rp3 616 040 114 dalam satu periode. Dalam perhitungan cash flow perusahaan diasumsikan bahwa nilai dari biaya variabel adalah sama cateris paribus sehingga nilainya akan sama. Nilai biaya variabel adalah tergantung atau mempengaruhi produk secara langsung, pada usaha peternakan ayam petelur pada perusahaan X ini biaya variabel yang paling tinggi adalah biaya pembelian ayam layer, dan pakan. Secara jelas dapat dilihat pada Tabel 13. Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha pada periode waktu tertentu, komponen yang terdapat di analisis laba rugi adalah penerimaan, biaya operasional, penyusutan, dan pajak penghasilan. Laba bersih diperoleh dari penerimaan total yang dikurangi oleh biaya variabel dan operasional. Terdapat juga komponen yang mengurangi penerimaan yaitu penyusutan dan pajak penghasilan. Penyusutan adalah biaya atas barang investasi yang disusutkan setiap tahunya dengan mengetahui nilai sisa barang investasi tersebut, perhitungan nilai penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus yaitu nilai beli dikurangi nilai sisa lalu dibagi umur ekonomis barang tersebut. Nilai sisa adalah komponen penerimaan yang dihitung pada akhir periode, nilai sisa adalah nilai suatu barang yang telah habis masa ekonomisnya tetapi masih memiliki nilai ekonomi jika dijual. Pada usaha peternakan perusahaan X besarnya penyusutan dari tahun pertama sampai tahun ke sepuluh adalah sebesar Rp62 869 940 . Hasil perhitungan analisis laba rugi digunakan untuk perhitungan casflow yaitu komponen pajak penghasilan yang diperoleh di laporan laba rugi. Pajak penghasila akan mengurangi penerimaan, besarnya pajak sudah diatur pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2013 tentang tarif umum PPH Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang menetapkan pajak sebesar 1 persen per tahun dari hasil penerimaan yang berjumlah lebih kecil dari 4.8 M dan 25 persen dari hasil penerimaan yang berjumlah lebih besar dari 4.8 M. Ketentuan ini diasumsikan tetap hingga akhir umur bisnis. Berdasarkan laopran laba rugi pada Usaha peternakan ayam ras petelur ini terhadap penambahan 16 923 ekor pada tahun pertama usaha peternakan ini tidak memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian sebesar Rp1 004 512
47
924 sedangkan pada tahun berikutnya peternakan memperoleh keuntungan. Total laba bersih peternakan ini adalah sebesar Rp1 704 844 201 secara rata rata pendapatan bersih setiap tahunya adalah sebesar Rp305 528 533. Rincian analisis laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 3. Analisis Kriteria Kelayakan Investasi Analisis kriteria kelayakan investasi dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan Perusahaan X jika dilihat dari aspek finansial. Modal usaha peternakan ini seluruhnya adalah modal sendiri, sehingga penentuan DF berdasarkan tingkat suku bunga deposito Bank Indonesi (BI rate) sebesar 7.5 persen. kriterian kelayakan investasi yang digunakan dalam analisis ini adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). 1. Net Present Value (NPV) Nilai NPV didapatkan dari proyeksi cashflow, nilai ini menjadi kriteria kelayakan investasi karena merupakan gambaran bagaimana usaha ini dapat menghasilkan keuntungan bagi pengusahanya. Pada Perusahaan X nilai NPV didapatkan sebesar Rp1 704 844, usaha ini dikatakan layak jika NPV > 0. Usaha peternakan ini layak untuk dijalankan karena usaha peternakan memiliki nilai NPV lebih dari nol. 2. Internal Rate of Return (IRR) Nilai IRR mengambarkan kemampuan peternakan ini dalam melakukan pengembalian atas modal yang telah dikeluarkan. Maka ketika IRR sama dengan nilai DR yaitu 7.5 persen maka usaha peternakan ini tidak menghasilkan keuntungan bersih, karena NPV yang dihasilkan bernilai nol. Pada usaha peternakan ini didapatkan nilai IRR sebesar 36 persen, sehingga usaha ini layak dijalankan karena nilai IRR lebih besar dari DR, hubunngan IRR dengan NPV dapat dilihat pada Gambar 9 NPV
Rp1 Rp4 704 671 844 012 201 904
IRR
7.5
36
DR
Gambar 9 Hubungan NPV dan IRR 3.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Kriteria kelayakan investasi Net B/C adalah kriteria kelayakan yang mengambarkan seberapa besar manfaat atau benefit yang diterima dari
48
4.
investasi yang dikeluarkan atau cost. Usaha dikatakan layak jika nilai Net B/C>1. pada usaha peternakan perusahaan X nilai Net B/C adalah 2 yang berarti setiap Rp1 yang dikeluarkan sebagai biaya akan menghasilkan manfaat bersih 1 sehingga usaha peternakan Perusahaan X layak untuk dijalankan karena nilai Net B/C >1. Payback Periode (PP) Payback Period adalah salah satu kriteria kelayakan investasi yang menunjukan seberapa lama modal investasi yang dikeluarkan dapat kembali atau secara umum Payback Period melihat seberapa cepat waktu pengembalian modal investasi. Penentuan kelayakan usaha ini adalah jika Payback Period kecil dari umur proyek maka usaha layak dijalankan. Pada usaha peternakan Perusahaan X nilai Payback Period adalah 3.11 artinya modal investasi kembali dalam waktu sekitar 3 tahun 4 bulan, setelah usaha dijalankan. Usaha peternakan ini memiliki umur usaha 10 tahun, sehingga usaha ini layak dijalankan karena Payback Period lebih kecil dari umur usaha. Berdasarkan hasil dari kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan payback period (PP) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 14
Tabel 11 Kriteria kelayakan investasi usaha peternakan Perusahaan X No Kriteria Kelayakan Hasil Penilaian 1 NPV 1 704 844 201 2 NET B/C 2 3 IRR 36 persen 4 PP 3.4 Sumber : Perusahaan X, 2015
Maka dapat dikatakan bahwa usaha peternakan ayam ras petelur Perusahaan X layak untuk dijalankan, karena sudah memenuhi kriteria kelayakan investasi yaitu NPV lebih besar dari nol, IRR lebih besar dari discount rate, Net B/C lebih besar dari satu dan payback period (PP) lebih kecil dari umur bisnis. Secara terperinci arus kas (cash flow) dilihat pada lampiran 3. Analisis Switching Value Perusahaan X Gitinger (1986) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (Switching value), nilai pengganti adalah metode untuk mengukur perubahan masksimum dari perubahan suatu kompnen inflow misalnya kenaikan harga pakan dan outflow seperti penurunan produksi atau penurunan harga jual produk. nilai penganti merupakan nilai yang menghasilkan NPV nol, untuk mengetahui besarnya persentase perubahan nilai tersebut dilakukan dengan mencoba trial and error sehingga akan didapatkan nilai yang masih dapat ditoleransi dari sudut pandang finansial sehingga usaha masih dikatakan layak untuk dijalankan. Analisis nilai penganti ini dilakukan terhadap variabel-variabel yang dianggap paling besar pengaruhnya atau memiliki nilai yang besar. Pada usaha peternakan ayam ras petelur perusahaan X ini analisis nilai pengganti dilakukan terhadap komponen atau variabel inflow dan outflow yaitu variabel harga pakan dan penurunan harga jual. Variabel ini ditentukan berdasarkan pengaruh terbesarnya dalam arus kas.
49
Hasil perhitungan nilai pengganti diperoleh nilai untuk kenaikan harga pakan adalah sebesar 8.513 persen artinya usaha peternakan ini masih layak apabila terjadi kenaikan pakan yang semula harganya Rp5 400 per kg menjadi Rp5 860 per kg, toleransi kenaikan harga pakan sebesar 8.513 persen, apabila harga pakan naik lebih dari Rp5 860 per kg maka usaha ini menjadi tidak layak untuk dijalankan. Hasil perhitungan analisis nilai pengganti untuk variabel penurunan harga jual adalah sebesar 7.553 persen artinya usaha ini masih tetap layak apabila harga jual telur turun menjadi Rp14 792 per kg yang semula adalah Rp16 000 per kg, apabila harga jual turun dibawah Rp14 792 per kg maka usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan. Hasil analisis perhitungan nilai pengganti dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 12 Hasil perhitungan analisis nilai pengganti Kriteria Kenaikan harga pakan sebesar Penurunan harga jual 8.513 persen 7.553 persen NPV 0 0 Net B/C 1 1 IRR 7.5 persen 7.5 persen Berdasarkan hasil perhitungan analisis nilai pengganti bahwa penurunan harga jual lebih sensitif dibandingkan dengan kenaikan harga pakan, perubahan kecil pada harga jual produk dampaknya besar bagi usaha peternakan perusahaan X, sehingga perusahaan harus bisa mengantisipasinya dengan cara menjalin kerjasama dengan para agen tetap dan dengan menjaga kualitas telur.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2015 pada usaha peternakan perusahaan X yang berada di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat maka berdasarkan analisis aspek non finansial yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek menejemen, aspek hukum, serta aspek sosial lingkungan peternakan ayam ras petelur perusahaan X layak untuk dijalankan. Analisis aspek finansial perusahaan X memenuhi kriteria kelayakan sehingga dikatakan layak untuk dilaksanakan. Hasil perhitungan nilai pengganti pada komponen inflow dan outflow yaitu variabel kenaikan pakan dan penurunan harga jual hasilnya lebih sensitif variabel penurunan harga jual. Saran 1.
setelah dilakukan analisa tentang usaha penambahan 19 923 ekor ayam layer untuk memenuhi kebutuhan telur sekitar satu ton, maka penambahan ini perlu dilakukan karena suda layak berdasarkan proyeksi kelayakan usaha.
50
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2001. Annual Report. PT. Japfa Comfeed. http://www. Japfacomfeed.co.id/profile/Japfa Annual Report 2010. pdf . Diakses tanggal 7 Januari 2015. Astrid AK. 2002. Analisis Usaha Ternak Itik Petelur Pada Kelompok Tani Ternak Branjangan Putih Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Badan Pusat Statistik. 2010. Penduduk Indonesia Berdasarkan Propinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010: Badan Pusat Stastistik. Christy JS. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Ayam Ras Petelur Pada Dian Layer Farm di Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID). Isntitut Pertanian Bogor. Dinas Peternakan Jawa Barat. 2014. Populasi Ayam Broiler Kabupaten Bogor Tahun 2010-2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. Direktorat Jenderal Peternakan Propinsi Jawa Barat. 2011. Produksi Jumlah Telur Kabupaten Kota di Jawa Barat. Direktorat Jenderal Peternakan Propinsi Jawa Barat. Direktorat Jendral Peternakan 2013. Produksi Jumlah Telur Menurut Propinsi Tahun 2010-2013. Direktorat Jendral Peternakan. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2014. Produksi Telur di Indonesia Tahun 2010-2014. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Fani. 2010. Kajian Kualitas dan Keamanan Telur Ayam Konsumsi Pada Peternakan Ayam Petelur Dengan Kepemilikan Yang Berbeda di Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gittinger P. 1986. Evaluasi proyek. Jakarta (ID): Bhineka Cipta Gustriyeni. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiker (Studi Kasus Usaha Peternakan X Di Desa Pabangbon, Kecamatan Leuwiliang, Bogor) [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Iman Rahayu, H.S, 2001. Karakter Fisik dan Nutrisi Telur Ayam Merawang. Buletin Peternakan UGM. Yogyakarta. Edisi Tambahan Hal 22:26. Influenza Pada Unggas Air. [Tesis]. Bogor: Program PascaSarjana, Institut Pertanian Bogor. Jeffrey JS. 2006. Biosecurity for poultry flocks. Poultry Fact Sheet No 26.file://localhost/F:/Folder%20TinPus/BIOSECURITY%20FOR%20PO ULTRY%20FLOCKS.htm.http://www.vetmed.ucdavis.edu/vetext/INFO _Biosecurity.html [18 februari 2015]. Jumingan. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Teori & Pembuatan Proposal Kelayakan. Yustianti F, editor. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Kadariah, Karlina L, Gray C. 1976. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Revisi. Jakarta:Universitas Indonesia Press. Kadariah, Karlina L, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Karmidi JSM. 2012. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti Plasma [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kasmir J. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Prenada Media.
51
Komalasari. 2008. Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu [Skripsi]. Bogor (ID): Intitut Pertanian Bogor. Mustiqoh N. 2009. Pola Keruangan Peternakan Ayam Pedaging (Broiler) di Kota Depok [Skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia. National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. 9th Resived Edition. Washington, DC. National Academic Press. Nova E. 2014. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pada Berkah Sejahtera Farm Desa Sukamanah, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009.Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Menejemen Institut Pertanian Bogor. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Menejemen Institut Pertanian Bogor. Parakkasi, A. 1999. Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Purbasari. 1991. Kajian Kerjasama Inti-Plasma Ayam Ras Petelur Studi Kasus Perusahaan Inti BANPRES Perunggasan Bergulir “Bromo” [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Pustaka Utama. Rasyaf, M.2008. Panduan Beternak Ayam Petelur. Jakarta. Penebar Swadaya. Rasyaf, Muhammad. 2003. Panduan Beternak Ayam Petelur. Jakarta : Penebar Pustaka Utama. Peternakan. Penebar Swadaya. Saputra EE. 2011. Analisis kelayakan investasi peternakan ayam broiler pada kondisi risiko [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Scott, M. L., M. C. Nesheim and R. J. Young. 1982. Nutrition of the Chicken. 3rd Ed. ML. Scott and ASS, Ithaca. Serli MP. 2013. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Buras Pedaging pada Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Siahaan SJ. 2007. Pengaruh Tingkat Biosekuriti Terhadap Pemaparan Avian Soeharto, Iman. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta : Penerbit Erlangga. Soejoedono RD, Handharyani E. 2005. Flu Burung. Jakarta: Penebar Swadaya. Sudarmono, A.S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius, Yogyakarta. Sudaryani, Titik. 1994. Teknik Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit Ayam. Jakarta. Penebar Swadaya. Suprijatma E,Atmomarsono U, Kartasudjana R. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta: Penebar Swadaya Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2009 – 2013. 2014. . Konsumsi Telur Per kapita di Indonesia Tahun 2009 -2013 (internet). [diunduh 17 Januari 2015]. Tersedia pada: www.deptan.go.id. Susanto. 2014. Performa Ayam Ras Petelur Pada Kandang Cage dan Litter [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
52
Umar H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Umar, Husain. 1999. Riset Strategi Perusahaan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umar, Husein. 2001. Study Kelayakan Bisnis Edisi 3 Revisi. Jakarta : Gramedia Utama. Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi Keempat. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press. Zudanang. 2011. Faktor Risiko Terkait Manajemen Kesehatan Unggas Terhadap Infeksi Virus Avian Influenza [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
53
LAMPIRAN Lampiran 1 Rincian biaya penyusutan Investasi peternakan perusahaan X Investasi
Jumlah
Satuan
Kandang Lahan Mess Gudang Instalasi Listrik a Kandang b Gudang c Mess Instalasi Air +filter Instalasi Pakan Niple Drum Air Ember Plastik Sprayer Mesin Semprot Sekop Timbangan digital Toren Air Egg Tray Peti Kayu Truk Pompa air Meja Kursi alat Suntik Alat Bangunan Lampu Komputer white board Handphone Timbangan Manual Kulkas pekerja bangunan Total
1 280 2 000 100 100
Meter2 Meter2 Meter2 Meter2
4 1 1 72 4 8 462 4 8 2 2 6 1 1 500 500 1 1 1 1 1 60 1 1 1 1 2 10
Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit unit unit Unit Unit Unit unit unit unit unit unit unit unit Unit unit unit Unit Unit unit orang
Umur ekonomis 10
Harga satuan
10 10
300 000 50 000 400 000 400 000
8 8 8 8 5 8 5 3 8 8 5 5 5 5 3 10 5 5 5 8 3 5 5 3 8 8
150 000 200 000 200 000 150 000 2 000 000 8 000 200 000 50 000 350 000 1 200 000 70 000 1 200 000 3 000 000 15 000 3 000 229 500 000 15 000 000 300 000 1 000 000 5 000 000 15 000 3 500 000 250 000 1 500 000 1 500 000 1 000 000
Nilai Investasi 384 000 000 100 000 000 40 000 000 40 000 000 604 357 200 000 200 000 10 800 000 8 000 000 67 692 000 800 000 400 000 700 000 2 400 000 420 000 1 200 000 3 000 000 7 500 000 1 500 000 229 500 000 15 000 000 300 000 1 000 000 5 000 000 900 000 3 500 000 250 000 1 500 000 1 500 000 2 000 000 120 000 000 1 049 866 357
Nilai sisa 134 400 000 206 103 156 14 000 000 14 000 000 60 436 20 000 20 000 1 080 000 800 000 6 769 200 80 000 40 000 140 000 720 000 42 000 360 000 600 000 1 500 000 80 325 000 3 750 000 30 000 200 000 1 500 000 1 050 000 450 000 300 000 400 000 468 739 792
Nilai beli-nilai sisa
Penyusutan
249 600 000
24 960 000
26 000 000 26 000 000 543 921 180 000 180 000 9 720 000 7 200 000 60 922 800 720 000 360 000 560 000 1 680 000 378 000 840 000 2 400 000 6 000 000 1 500 000 149 175 000 11 250 000 270 000 800 000 3 500 000 900 000 2 450 000 250 000 1 050 000 1 200 000 1 600 000
2 600 000 2 600 000 67 990 22 500 22 500 1 215 000 1 440 000 7 615 350 144 000 120 000 70 000 210 000 75 600 168 000 480 000 1 200 000 500 000 14 917 500 2 250 000 54 000 160 000 437 500 300 000 490 000 50 000 350 000 150 000 200 000 62 869 940
54
Lampiran 2 Proyeksi laba rugi Peternakan perusahaan X URAIAN 1 2 3 4 5 6 Penerimaan Total 3 820 742 612 4 438 585 095 4 549 220 900 4 850 959 344 4 952 968 480 3 819 540 330 Pengeluaran Biaya Variabel 3 616 040 114 3 990 900 115 3 929 457 948 3 922 093 117 3 972 956 828 3 951 047 466 Biaya Tetap 234 687 533 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 Penyusutan 62 869 940 62 869 940 62 869 940 62 869 940 62 869 940 62 869 940 Total Pengeluaran 3 913 597 588 4 325 521 922 4 264 079 755 4 256 714 923 4 307 578 634 4 285 669 273 Laba Bersih Sebelum Bunga dan Pajak (92 854 976) 113 063 173 285 141 145 594 244 421 645 389 846 (466 128 943) Bunga Laba Bersih Sebelum Pajak (92 854 976) 113 063 173 285 141 145 594 244 421 645 389 846 (466 128 943) Pajak 1 persen (928 550) 1 130 632 2 851 411 5 942 444 6 453 898 Laba Bersih (91 926 426) 111 932 542 282 289 734 588 301 976 638 935 947 (466 128 943)
7 8 9 10 5 438 891 165 5 080 224 025 4 155 842 381 4 080 602 723 3 046 816 312 4 420 995 283 3 990 900 115 3 990 354 115 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 62 869 940 62 869 940 62 869 940 62 869 940 3 381 438 119 4 755 617 090 4 325 521 922 4 324 975 922 2 057 453 045 324 606 935 (169 679 541) (244 373 199) 2 057 453 045 20 574 530 2 036 878 515
324 606 935 (169 679 541) (244 373 199) 3 246 069 321 360 865 (169 679 541) (244 373 199) total 3 007 591 470 Rata-rata 300 759 147
55
Lampiran 3 Proyeksi arus kas peternakan (cash flow) perusahaan X URAIAN A INFLOW PENERIMAAN NILAI SISA TOTAL INFLOW B OUTFLOW BIAYA INVESTASI Kandang Lahan Mess Gudang Instalasi Listrik a Kandang b Gudang c Mess Instalasi Air +filter Instalasi Pakan Niple Drum Air Ember Plastik Sprayer Mesin Semprot Sekop Timbangan digital Toren Air Egg Tray Peti Kayu Truk Pompa air Meja Kursi alat Suntik Alat Bangunan Lampu Komputer white board Handphone Timbangan Manual Kulkas pekerja bangunan TOTAL BIAYA INVESTASI BIAYA VARIABEL Ayam Layer Pakan Sekam Padi
1 3 820 742 612
2 4 438 585 095
3 4 549 220 900
4 4 850 959 344
5 4 952 968 480
6 3 819 540 330
7 5 438 891 165
8 5 080 224 025
9 4 155 842 381
3 820 742 612
4 438 585 095
4 549 220 900
4 850 959 344
4 952 968 480
3 819 540 330
5 438 891 165
5 080 224 025
4 155 842 381
10 4 080 602 723 468 739 792 4 549 342 515
384 000 000 100 000 000 40 000 000 40 000 000 604 357 200 000 200 000 10 800 000 8 000 000 67 692 000 800 000 400 000 700 000 2 400 000 420 000 1 200 000 3 000 000 7 500 000 1 500 000 229 500 000 15 000 000 300 000 1 000 000 5 000 000 900 000 3 500 000 250 000 1 500 000 1 500 000 2 000 000 120 000 000 1 049 866 357
-
-
4 300 000
-
40 970 000
2 800 000
-
23 404 357
-
1 083 008 000 2 484 585 614 546 000
1 083 008 000 2 853 238 615 448 000
1 083 008 000 2 791 796 448 630 000
1 083 008 000 2 785 271 617 630 000
1 083 008 000 2 835 295 328 630 000
1 083 008 000 2 813 385 966 630 000
2 916 184 378 672 000
1 083 008 000 3 283 333 783 630 000
1 083 008 000 2 853 238 615 630 000
1 083 008 000 2 853 238 615 630 000
604 357 200 000 200 000 10 800 000 8 000 000 800 000 400 000
400 000 700 000 2 400 000 420 000 1 200 000 3 000 000 7 500 000
1 500 000
1 500 000 15 000 000 300 000 1 000 000 5 000 000
900 000
900 000 3 500 000 250 000
1 500 000
0 1 500 000 2 000 000
56 Proyeksi arus kas (cash flow) peternakan Perusahaan X (lanjutan) Vaksin dan Vitamin Obat-obatan Bahan Bakar Solar Desinfektan Tali Rafia Koran Bekas Komunikasi kapur TOTAL BIAYA VARIABEL BIAYA TETAP Gaji KePala Kandang Gaji Administrasi Biaya Listrik Biaya Pemeliharaan Kandang Biaya Sosial Biaya Dapur Gaji Supir Gaji Anak Kandang Gaji Kepala Gudang Gaji Karyawan Gudang Biaya Pemeliharaan Mobil TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA OPERASIONAL TOTAL OUTFLOW PAJAK PENHASILAN (1 persen) NET BENEFIT DF (7 5 persen) PV/TAHUN PV(-) PV(+) NPV NET B/C IRR PP
5 000 000 3 000 000 32 532 500 140 000 130 000 1 638 000 5 460 000 300 000 3 616 040 114
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 4 480 000 300 000 3 988 898 115
50 000 000 12 000 000 50 000 000 38 400 000 2 700 000 15 787 533 12 000 000 24 000 000 12 000 000 16 000 000 1 800 000 234 687 533 3 850 727 647 4 900 594 005 (1 079 851 393) 0.930232558140 (1 004 512 924) (1 360 273 671) 2 709 357 124 1 704 844 201 2.0 36 persen 3.4362
60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 271 751 867 4 260 649 982 4 260 649 982 1 130 632 176 804 482 0.865332612223 152 994 684
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 6 300 000 300 000 3 929 457 948
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 5 460 000 300 000 3 922 093 117
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 6 300 000 300 000 3 972 956 828
60 000 000 60 000 000 60 000 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 17 651 867 17 651 867 17 651 867 14 400 000 14 400 000 14 400 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 271 751 867 273 571 867 271 751 867 4 201 209 815 4 195 664 983 4 244 708 694 4 201 209 815 4 199 964 983 4 244 708 694 2 851 411 5 942 444 6 453 898 345 159 674 645 051 917 701 805 888 0.804960569510 0.748800529776 0.696558632350 277 839 928 483 015 217 488 848 949
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 6 300 000 300 000 3 951 047 466
5 000 000 3 000 000 40 040 000 140 000 156 000 2 016 000 6 720 000 300 000 2 973 928 378
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 6 300 000 300 000 4 420 995 283
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 6 300 000 300 000 3 990 900 115
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 6 300 000 300 000 3 990 900 115
60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 38 400 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 2 700 000 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 17 651 867 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 14 400 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 19 200 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 1 800 000 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 271 751 867 4 222 799 332 3 245 680 245 4 692 747 150 4 262 651 982 4 262 651 982 4 263 769 332 3 248 480 245 4 692 747 150 4 286 056 339 4 262 651 982 20 574 530 3 246 069 (444 229 002) 2 169 836 389 384 230 806 (130 213 958) 286 690 533 0.647961518465 0.602754900898 0.560702233393 0.521583472924 0.485193928301 (287 843 299) 1 307 879 518 215 439 071 (67 917 449) 139 100 506
57 Lampiran 4 Analisis switching value perusahaan X sebesar 8.513 persen variabel peningkatan harga pakan URAIAN A INFLOW PENERIMAAN NILAI SISA TOTAL INFLOW B OUTFLOW BIAYA INVESTASI Kandang Lahan Mess Gudang Instalasi Listrik a Kandang b Gudang c Mess Instalasi Air +filter Instalasi Pakan Niple Drum Air Ember Plastik Sprayer Mesin Semprot Sekop Timbangan digital Toren Air Egg Tray Peti Kayu Truk Pompa air Meja Kursi alat Suntik Alat Bangunan Lampu Komputer white board Handphone Timbangan Manual Kulkas pekerja bangunan TOTAL BIAYA INVESTASI BIAYA VARIABEL Ayam Layer Pakan Sekam Padi
1 3 820 742 612
2 4 438 585 095
3 4 549 220 900
4 4 850 959 344
5 4 952 968 480
6 3 819 540 330
7 5 438 891 165
8 5 080 224 025
9 4 155 842 381
3 820 742 612
4 438 585 095
4 549 220 900
4 850 959 344
4 952 968 480
3 819 540 330
5 438 891 165
5 080 224 025
4 155 842 381
10 4 080 602 723 468 739 792 4 549 342 515
384 000 000 100 000 000 40 000 000 40 000 000 604 357 200 000 200 000 10 800 000 8 000 000 67 692 000 800 000 400 000 700 000 2 400 000 420 000 1 200 000 3 000 000 7 500 000 1 500 000 229 500 000 15 000 000 300 000 1 000 000 5 000 000 900 000 3 500 000 250 000 1 500 000 1 500 000 2 000 000 120 000 000 1 049 866 357
-
-
4 300 000
-
40 970 000
2 800 000
-
23 404 357
-
1 083 008 000 2 715 506 172 546 000
1 083 008 000 3 118 422 253 448 000
1 083 008 000 3 051 269 573 630 000
1 083 008 000 3 044 138 315 630 000
1 083 008 000 3 098 811 293 630 000
1 083 008 000 3 074 865 647 630 000
3 074 865 647 672 000
1 083 008 000 3 588 491 015 630 000
1 083 008 000 3 118 422 253 630 000
1 083 008 000 3 118 422 253 630 000
604 357 200 000 200 000 10 800 000 8 000 000 800 000 400 000
400 000 700 000 2 400 000 420 000 1 200 000 3 000 000 7 500 000
1 500 000
1 500 000 15 000 000 300 000 1 000 000 5 000 000
900 000
900 000 3 500 000 250 000
1 500 000
0 1 500 000 2 000 000
58 Analisiss switching value perusahaan X sebesar 8.513 persen variabel peningkatan harga pakan (lanjutan) Vaksin dan Vitamin Obat-obatan Bahan Bakar Solar Desinfektan Tali Rafia Koran Bekas Komunikasi kapur TOTAL BIAYA VARIABEL BIAYA TETAP Gaji KePala Kandang Gaji Administrasi Biaya Listrik Biaya Pemeliharaan Kandang Biaya Sosial Biaya Dapur Gaji Supir Gaji Anak Kandang Gaji Kepala Gudang Gaji Karyawan Gudang Biaya Pemeliharaan Mobil TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA OPERASIONAL TOTAL OUTFLOW PAJAK PENHASILAN (1 persen) NET BENEFIT DF (7 5 persen) PV/TAHUN PV(-) PV(+) NPV NET B/C IRR PP
5 000 000 3 000 000 32 532 500 140 000 130 000 1 638 000 5 460 000 300 000 3 846 960 672
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 4 480 000 300 000 4 254 081 753
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 6 300 000 300 000 4 188 931 073
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 5 460 000 300 000 4 180 959 815
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 6 300 000 300 000 4 236 472 793
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 6 300 000 300 000 4 212 527 147
5 000 000 3 000 000 40 040 000 140 000 156 000 2 016 000 6 720 000 300 000 3 132 609 647
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 6 300 000 300 000 4 726 152 515
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 6 300 000 300 000 4 256 083 753
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 6 300 000 300 000 4 256 083 753
50 000 000 12 000 000 50 000 000 38 400 000 2 700 000 15 787 533 12 000 000 24 000 000 12 000 000 16 000 000 1 800 000 234 687 533 4 081 648 205 5 131 514 562 (1 307 061 213) 0.93 (1 215 870 896) (1 874 430 578) 1 215 870 896 0.00000015087 1 7.5 persen 18.6145
60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 271 751 867 4 525 833 620 4 525 833 620 1 130 632 (84 117 835) 0.86 (72 789 905)
60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 271 751 867 4 460 682 940 4 460 682 940 2 851 411 89 856 107 0.80 72 330 623
60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 273 571 867 4 454 531 681 4 458 831 681 5 942 444 390 345 031 0.74 292 290 566
60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 271 751 867 4 508 224 660 4 508 224 660 6 453 898 442 524 445 0.690 308 244 222
60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 271 751 867 4 484 279 014 4 525 249 014 (701 506 883) 0.645 (454 549 465)
60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 271 751 867 3 404 361 514 3 407 161 514 20 574 530 2 015 356 922 0.608 1 214 766 262
60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 271 751 867 4 997 904 382 4 997 904 382 3 246 069 83 977 244 0.5603 47 086 228
60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 271 751 867 4 527 835 620 4 551 239 977 (391 136 275) 0.524 (204 010 217)
60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 271 751 867 4 527 835 620 4 527 835 620 25 768 216 0.481 12 502 582
59
Lampiran 5 Analisiss switching value perusahaan X sebesar 7.553 persen variabel penurunan harga jual URAIAN A INFLOW PENERIMAAN NILAI SISA TOTAL INFLOW B OUTFLOW BIAYA INVESTASI Kandang Lahan Mess Gudang Instalasi Listrik a Kandang b Gudang c Mess Instalasi Air +filter Instalasi Pakan Niple Drum Air Ember Plastik Sprayer Mesin Semprot Sekop Timbangan digital Toren Air Egg Tray Peti Kayu Truk Pompa air Meja Kursi alat Suntik Alat Bangunan Lampu Komputer white board Handphone Timbangan Manual Kulkas pekerja bangunan TOTAL BIAYA INVESTASI BIAYA VARIABEL Ayam Layer Pakan Sekam Padi
1 3 801 217 982
2 4 197 106 348
3 4 251 421 936
4 4 536 497 043
5 4 629 941 783
6 3 582 157 599
7 5 046 398 257
8 4 716 769 659
9 3 938 101 907
3 801 217 982
4 197 106 348
4 251 421 936
4 536 497 043
4 629 941 783
3 582 157 599
5 046 398 257
4 716 769 659
3 938 101 907
10 3 935 007 981 468 739 792 4 403 747 773
384 000 000 100 000 000 40 000 000 40 000 000 604 357 200 000 200 000 10 800 000 8 000 000 67 692 000 800 000 400 000 700 000 2 400 000 420 000 1 200 000 3 000 000 7 500 000 1 500 000 229 500 000 15 000 000 300 000 1 000 000 5 000 000 900 000 3 500 000 250 000 1 500 000 1 500 000 2 000 000 120 000 000 1 049 866 357
-
-
4 300 000
-
40 970 000
2 800 000
-
23 404 357
-
1 083 008 000 2 484 585 614 546 000
1 083 008 000 2 853 238 615 448 000
1 083 008 000 2 791 796 448 630 000
1 083 008 000 2 785 271 617 630 000
1 083 008 000 2 835 295 328 630 000
1 083 008 000 2 813 385 966 630 000
2 916 184 378 672 000
1 083 008 000 3 283 333 783 630 000
1 083 008 000 2 853 238 615 630 000
1 083 008 000 2 853 238 615 630 000
604 357 200 000 200 000 10 800 000 8 000 000 800 000 400 000
400 000 700 000 2 400 000 420 000 1 200 000 3 000 000 7 500 000
1 500 000
1 500 000 15 000 000 300 000 1 000 000 5 000 000
900 000
900 000 3 500 000 250 000
1 500 000
0 1 500 000 2 000 000
60 Analisiss switching value perusahaan X sebesar 8 29 persen variabel penurunan harga jual (lanjutan) Vaksin dan Vitamin Obat-obatan Bahan Bakar Solar Desinfektan Tali Rafia Koran Bekas Komunikasi kapur TOTAL BIAYA VARIABEL BIAYA TETAP Gaji KePala Kandang Gaji Administrasi Biaya Listrik Biaya Pemeliharaan Kandang Biaya Sosial Biaya Dapur Gaji Supir Gaji Anak Kandang Gaji Kepala Gudang Gaji Karyawan Gudang Biaya Pemeliharaan Mobil TOTAL BIAYA TETAP TOTAL BIAYA OPERASIONAL TOTAL OUTFLOW PAJAK PENHASILAN (1 persen) NET BENEFIT DF (7 5 persen) PV/TAHUN PV(-) PV(+) NPV NET B/C IRR PP
5 000 000 3 000 000 32 532 500 140 000 130 000 1 638 000 5 460 000 300 000 3 616 040 114
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 4 480 000 300 000 3 988 898 115
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 6 300 000 300 000 3 929 457 948
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 5 460 000 300 000 3 922 093 117
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 6 300 000 300 000 3 972 956 828
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 6 300 000 300 000 3 951 047 466
5 000 000 3 000 000 40 040 000 140 000 156 000 2 016 000 6 720 000 300 000 2 973 928 378
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 6 300 000 300 000 4 420 995 283
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 6 300 000 300 000 3 990 900 115
5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 6 300 000 300 000 3 990 900 115
50 000 000 12 000 000 50 000 000 38 400 000 2 700 000 15 787 533 12 000 000 24 000 000 12 000 000 16 000 000 1 800 000 234 687 533 3 850 727 647 4 900 594 005 (928 550) (1 098 447 473) 0.930 (1 021 811 603) (1 644 957 058) 1 021 811 603 (0.0000007153) 1 7.5 persen 20.8614
60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 271 751 867 4 260 649 982 4 260 649 982 1 130 632 (64 674 266) 0.865 (55 964 751)
60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 271 751 867 4 201 209 815 4 201 209 815 2 851 411 47 360 710 0.804 38 123 504
60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 273 571 867 4 195 664 983 4 199 964 983 5 942 444 330 589 616 0.748 247 545 680
60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 271 751 867 4 244 708 694 4 244 708 694 6 453 898 378 779 190 0.696 263 841 915
60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 271 751 867 4 222 799 332 4 263 769 332 (681 611 734) 0.647 (441 658 174)
60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 271 751 867 3 245 680 245 3 248 480 245 20 574 530 1 777 343 482 0.602 1 071 302 494
60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 271 751 867 4 692 747 150 4 692 747 150 3 246 069 20 776 440 0.560 11 649 396
60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 271 751 867 4 262 651 982 4 286 056 339 (347 954 433) 0.521 (181 487 281)
60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 271 751 867 4 262 651 982 4 262 651 982 141 095 791 0.485 68 458 821
61
Gambar 10 Instalasi minum dan air Tabel 13 Biaya investasi perusahaan X Investasi
Jumlah
Kandang 1 280 Lahan 2 000 Mess 100 Gudang 100 Instalasi Listrik a Kandang 4 b Gudang 1 c Mess 1 Instalasi Air +filter 72 Instalasi Pakan 4 Niple 8 462 Drum Air 4 Ember Plastik 8 Sprayer 2 Mesin Semprot 2 Sekop 6 Timbangan digital 1 Toren Air 1 Egg Tray 500 Peti Kayu 500 Truk 1 Pompa air 1 Meja Kursi 1 alat Suntik 1 Alat Bangunan 1 Lampu 60 Komputer 1 white board 1 Handphone 1 Timbangan Manual 1 Kulkas 2 pekerja bangunan 10 Total Sumber : Perusahaan X, 2015
Satuan Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit unit unit Unit Unit Unit unit unit unit unit unit unit unit Unit unit unit Unit Unit unit orang
Umur Ekonomis 10 10 10
Harga Satuan (Rp) 300 000 50 000 400 000 400 000
Nilai Investasi 384 000 000 100 000 000 40 000 000 40 000 000
8 8 8 5 5 4 5 3 8 8 5 5 5 5 3 10 5 5 5 8 3 5 5 3 8 8
150 000 200 000 200 000 150 000 2 000 000 8 000 200 000 50 000 350 000 1 200 000 70 000 1 200 000 3 000 000 15 000 3 000 229 500 000 15 000 000 300 000 1 000 000 5 000 000 15 000 3 500 000 250 000 1 500 000 1 500 000 1 000 000
604 357 200 000 200 000 10 800 000 8 000 000 67 692 000 800 000 400 000 700 000 2 400 000 420 000 1 200 000 3 000 000 7 500 000 1 500 000 229 500 000 15 000 000 300 000 1 000 000 5 000 000 900 000 3 500 000 250 000 1 500 000 1 500 000 2 000 000 120 000 000 1 049 866 357
Nilai Sisa 134 400 000 206 103 156 14 000 000 14 000 000 60 436 20 000 20 000 1 080 000 800 000 6 769 200 80 000 40 000 140 000 720 000 42 000 360 000 600 000 1 500 000 80 325 000 3 750 000 30 000 200 000 1 500 000 1 050 000 450 000 300 000 400 000 468 739 792
62
Tabel 14 Rincian biaya tetap usaha peternakan Perusahaan X No
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 11
Gaji KePala Kandang Gaji Administrasi Biaya Listrik Biaya Sosial Biaya Dapur Gaji Supir Gaji Anak Kandang Gaji Kepala Gudang Gaji Karyawan Gudang Biaya Perawatan mobil Total biaya tetap Sumber : Perusahaan X, 2015
1 50 000 000 12 000 000 50 000 000 38 400 000 2 700 000 15 787 533 12 000 000 24 000 000 12 000 000 16 000 000
2 60 000 000 14 400 000 60 000 000 38 400 000 2 700 000 17 651 867 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000
3 60 000 000 14 400 000 60 000 000 2 700 000 7 644 000 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 234 687 533
Tabel 15 Rincian biaya variabel usaha peternakan Perusahaan X No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Uraian
Tahun ke1 1 083 008 000 2 484 585 614 546 000 5 000 000 3 000 000 32 532 500 140 000 130 000 1 638 000 5 460 000 300 000
Ayam Layer Pakan Sekam Padi Vaksin dan Vitamin Obat-obatan Bahan Bakar Solar Desinfektan Tali Rafia Koran Bekas Komunikasi kapur Total Biaya Variabel 3 616 040 114 Sumber: Perusahaan X, 2015
2 1 083 008 000 2 853 238 615 448 000 5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 4 480 000 300 000
3 1 083 008 000 2 791 796 448 630 000 5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 6 300 000 300 000
4-10 1 083 008 000 2 785 271 617 630 000 5 000 000 3 000 000 37 537 500 140 000 156 000 1 890 000 5 460 000 300 000
3 988 898 115
3 929 457 948
3 922 093 117
Tahun ke4-0 60 000 000 14 400 000 60 000 000 2 700 000 7 644 000 14 400 000 28 800 000 14 400 000 19 200 000 1 800 000 271 751 867
63
Pola Produksi ayam layer, umur 18 sampai 52 periode 1
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 39
periode 2 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 18 19 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 13/32
periode 3 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 18 19 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 20/26
periode 4 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 69 70 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 26/19
periode 5 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 20 21 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 34/11
periode 6 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 67 68 18 19 20 21 22 41/4
periode 7 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 48
Keterangan: warna kuning adalah minggu ayam akan di afkir warna hitam adalah proses persiapan kandang
periode 8 1 2 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 46
periode 9 64 65 66 67 68 69 70 8 9 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 6 {39)
periode 10 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 15 16 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 14/32
64 6 3
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Andreas Tambun, dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Februari 1992 dari ayah Falmer Rickson Tambun dan ibu Mida br Manullang. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cibungbulang dan pada tahun yang sama penulis, menjadi mahasiswa Universitas lampung tahun 2009 jurusan peternakan Fakultas pertanian UNILA. Penulis diterima di Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor di Program Keahlian Teknologi Produksi dan Pengembangan Masyarakat Pertanian IPB, melalui jalur BUD Jawa Barat tahun 2009 dan menyelesaikan pendidikan Diploma III pada tahun 2011 dan mendapat gelar Ahli Madya. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan kembali pada Alih Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Menejemen. Selama mengikuti perkuliahan di Direktorat Program Diploma, penulis aktif mengikuti kegiatan kampus seperti OMDI dan menjadi juara 2 Cabang sepak bola, penulis juga terdaftar menjadi anggota Resimen Mahasiswa (Menwa) Mahawarman, Batalyon VII Surya Kancana, Kompi A IPB. Selama mengikuti pendidikan di Program Alih Jenis Agribisnis, Penulis aktif dalam kegiatan FEM SPORTA dan menjadi juara Umum FEM.