ANALISIS KELAYAKAN USAHA SRIKAYA ORGANIK PADA PERUSAHAAN WAHANA CORY KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
TIARA SAKINA H34051722
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
RINGKASAN TIARA SAKINA. H34051722. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANITA RISTIANINGRUM). Seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan, maka sebagian masyarakat sudah mulai menghindari konsumsi produk pertanian yang menggunakan bahan kimia buatan dan memilih yang bebas pestisida serta meningkatkan gaya hidup sehat dengan slogan “back to nature”. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan suatu metode yang dikenal dengan pertanian organik. Oleh karena itu, saat ini muncul produk-produk pertanian organik seperti beras organik, sayuran organik, buah organik, telur organik, kopi organik, dan jenis komoditi lainnya. Permintaan produk pertanian organik dunia mencapai 15 – 20 persen pertahun, namun pangsa pasar yang mampu dipenuhi hanya berkisar antara 0,5 – 2 persen dari keseluruhan produk pertanian organik. Hal inilah yang memacu permintaan produk pertanian organik dari negara-negara berkembang. Wahana Cory merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi produk-produk pertanian dengan sistem pertanian organik. Produk-produk organik yang dihasilkan Wahana Cory saat ini adalah pupuk organik, sayur-sayuran organik, dan buah-buahan organik seperti lengkeng, jambu, durian, mangga, pisang, nanas, manggis, buah naga, sawo, pepaya, salak, jeruk, cengkeh, dan belimbing. Pada Tahun 2009 Wahana Cory menambah unit bisnisnya yaitu dengan mengusahakan srikaya organik pada lahan baru. Daerah pengembangan tanaman srikaya sampai saat ini masih terbatas, hal ini dikarenakan masyarakat menanam srikaya hanya sebagai tanaman perkarangan rumah bukan untuk dikomersilkan. Oleh karena itu, buah srikaya sulit sekali ditemukan di pasar dan hal ini dapat menjadi suatu prospek bisnis bagi pengusaha agribisnis. Beberapa pertimbangan yang menjadikan srikaya berpotensi untuk diusahakan dengan tujuan komersial antara lain, buah srikaya merupakan komoditi buah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai jual yang tinggi dan buah srikaya merupakan salah satu komoditi yang memiliki nila gizi yang tinggi. Perusahaan pertanian organik Wahana Cory melihat hal tersebut sebagai peluang usaha karena masih sedikit masyarakat yang memproduksi buah srikaya dalam jumlah besar. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan non finansial pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan, (2) Menganalisis kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory dilihat dari aspek finansial, (3) Menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory terhadap perubahan jumlah produksi srikaya organik serta peningkatan biaya operasional. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. . Metode yang digunakan selama pengumpulan data yaitu metode observasi langsung, sedangkan data sekunder diperoleh dari data-
data perusahaan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian. Untuk data kualitatif diolah dan disajikan dalam bentuk narasi, sedangkan data kuantitatif akan diolah dengan Microsoft Excel 2007 dan kalkulator. Perusahaan memperoleh bibit tanaman srikaya organik dengan melakukan pembibitan sendiri. Selain itu perusahaan juga memproduksi sendiri pupuk kompos yang digunakan untuk penanaman. Sedangkan untuk peralatan dan perlengkapan pertanian dalam pengusahaan srikaya organik perusahaan peroleh dari toko pertanian di Pasar Bogor. Tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan berasal dari masyarakat sekitar. Tanaman srikaya tersebut baru dapat menghasilkan buah pada saat tanaman berumur 2-3 tahun. Sebagai awal pengembangan usaha srikaya organik, Wahana Cory mengusahakan srikaya organik pada lahan seluas 5.000 m2 dengan perkiraan produksi mencapai 5-10 ton per tahun. Dalam mendisribusikan produk-produk organiknya, Wahana Cory dibantu oleh distributor pribadi yaitu PT Cory Organic International (PT COI). PT COI merupakan salah satu perusahaan milik Bapak Dedi, namun antara Wahana Cory dan PT COI memliki struktur manajemen yang berbeda. Saat ini yang menjadi pelanggan tetap perusahaan adalah 20 Super Indo dan beberapa toko buah dan sayur yang tersebar di wilayah Jakarta. Hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan srikaya organik yang dijalankan oleh Wahana Cory layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena permintaan yang tinggi dan penawaran yang masih terbatas serta harga jual yang tinggi menjanjikan bahwa usaha srikaya organik dapat mendatangkan keuntungan. Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan srikaya organik menggunakan peralatan yang relatif sederhana seperti budidaya pertanian pada umumnya. Berdasarkan apek manajemen, perusahaan telah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dan mempunyai struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas. Berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan srikaya organik dapat memberikan kontibusi kepada negara berupa pajak, ikut serta dalam melestarikan lingkungan karena usaha yang dijalankan tidak menimbulkan limbah yang dapat membahayakan lingkungan sekitar proyek, dan mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat di sekitar lokasi usaha. Hasil analisis terhadap aspek finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period, pengusahaan srikaya organik oleh Wahana Cory layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari analisis finansial yang menunjukan bahwa NPV>0 yaitu sebesar Rp 1.034.057.465,24, Net B/C>1 yaitu sebesar 2,75 dan IRR sebesar 26,86 persen, dimana ini lebih besar dari tingkat suku bunga (discount rate) sebesar 9 %. Serta Payback Period yang diperoleh dalam pengusahaan srikaya organik adalah 5 tahun 8 bulan. Jika dilihat dari analisis switching value, penurunan jumlah produksi pengusahaan srikaya organik adalah hal yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan usaha dibandingkan dengan penurunan biaya operasional.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA SRIKAYA ORGANIK PADA PERUSAHAAN WAHANA CORY KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR
TIARA SAKINA H34051722
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Skripsi
: Analisis Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Nama
: Tiara Sakina
NIM
: H34051722
Disetujui, Pembimbing
Ir. Anita Ristianingrum, M.Si NIP 19671024 199302 2 001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2009
Tiara Sakina H34051722
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 2 Januari 1987. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Syarifudin Ismail dan Ibu Rumayni. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Sukmajaya V Depok pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 3 Depok. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Depok diselesaikan pada tahun 2005. Pada tahun 2005 juga penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Pada tahun 2006 penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan penulis aktif pada kegiatan organisasi di lingkungan kampus seperti menjadi anggota Departemen Minat, Bakat dan Profesi MISETA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian) periode tahun 2007-2008 dan anggota HIPMA (Himpunan Mahasiswa Agribisnis) periode tahun 2008-2009. Selain itu penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan seperti YES 2007 (Young Entrepreneur Seminar), HPW 2007 (Hari Pelepasan Wisuda), BGTC 2008 (Banking Goes To Campus), HPS 2008 (Hari Pelepasan Sarjana). Pada tahun 2008 penulis juga mengikuti PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) bidang pengabdian masyarakat. Selain itu penulis merupakan penerima beasiswa dari Karya Salemba Empat periode 2008-2009.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat karunia dan kekuatan yang telah diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha srikaya organik dilihat dari aspek non finansial dan aspek finansial pada perusahaan Wahana Cory. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak termasuk penulis dan juga perusahaan tempat penulis melakukan penelitian. Penulis juga mengharapkan masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan penulis di masa mendatang.
Bogor, Agustus 2009 Tiara Sakina
UCAPAN TERIMAKASIH Puji serta syukur penulis panjatkan ke pada Allah SWT yang selalu memberikan lindungan dan limpahan rahmatNya serta kemudahan yang Engkau berikan kepada penulis. Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan, arahan, dukungan dan doa yang akan selalu penulis kenang dan syukuri. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak (Syarifudin Ismail) dan Mama (Rumayni) yang tercinta atas segala perjuangan, kasih sayang, doa, dan dukungan, baik moral maupun material kepada penulis. Karya ini penulis persembahkan untuk kalian. 2. Kakak dan keponakanku tersayang, Yomie Andini dan Amaya Eshia atas semangat dan kasih sayang yang telah diberikan. 3. Ir. Anita Ristianingrum, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 4. Ir. Dwi Rachmina, M.Si selaku dosen penguji utama yang bersedia meluangkan waktunya serta memberikan saran dan masukan kepada penulis. 5. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen penguji komdik yang memberikan masukan dan saran dalam perbaikan skripsi ini kepada penulis. 6. Drs. Iman Firmansyah, M.Si yang telah menjadi pembimbing akademik atas bantuan, arahan, dan motivasinya kepada penulis. 7. Bapak Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS, Ibu Eva Yolynda Aviny, SP, MM, Ibu Tintin S, SP, MM, Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM, Mas Yeka Hendra Fatika, SP, Mas Feryanto W.K, SP, Mas Arif Karyadi, SP, dan seluruh staf pengajar Departemen Agribisnis atas ilmu dan pengalaman yang diberikan selama perkuliahan. 8. Seluruh staf tata usaha Departeman Agribisnis, Ibu Ida, Mas Hamid, Mas Pian, Mba Dian, Pak Yusuf, dan Pak Cecep atas kemudahan dan bantuan selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir ini. 9. Pihak Wahana Cory Bapak Dedi Haryanto, Bapak Daniel Ardilles, Bapak Nono Sugiarto, Ibu Dewi Lestiawati dan para karyawan atas kebaikan yang
diterima oleh penulis selama penelitian, informasi, dan kesempatan untuk melakukan penelitian. 10. Agi Aghillunta dan keluarga yang telah memberikan pengertian, semangat, saran, kasih sayang, doa, kesabaran, dan bantuan kepada penulis. 11. Sahabat-sahabat penulis, Purbasari Indah Lestari, Ayu Indah Lestari, Rina Yoanita, Rizki Amalia, Hepi Risenasari, Yusda Mardiyah, Cila Apriande, Mohammad Reza, Roch Ika, dan teman-teman di Pondok Iwan (Noel, Sule, Bayu, Isnur, Nawi, Teguh, Zulvan, dan Faisal) atas semangat, saran, dan pengalaman berharga bagi penulis 12. Teman-teman satu bimbingan, Yanuary Dwi Pangestuti dan Mada Pradana atas semangat dan saran selama berdiskusi dengan penulis. 13. Teman-teman Permata Tani Mandiri, Hary Purnama, Fery Herdiman, Andriyanto Pratama, dan Abdul Rozak atas semangat, saran, dan pengalaman berharga bagi penulis. 14. Tim Gladikarya Desa Samarang, Tika, Feni, Fehmi dan Echi atas kebersamaan dan pengalaman berharga yang tidak terlupakan bagi penulis selama di Garut. 15. Teman-teman satu perjuangan di Agribisnis 42, Anna, Wiwi, Githa, Meno, Dodo, Tiara, Lisda, Wening, Aqsa, Bebeh, Neina, Abel, Shinta, Ratna dan semua AGBers 42 atas semangat, kebersamaan dan kekompakan selama ini. 16. Kakak-kakak Agribisnis 41 atas masukan dan semangat yang diberikan kepada penulis. 17. Sahabat-sahabat penulis, Galih R.N, Indri H, Linda M, Wila M, Prasasti B.P, Astriani W, Fathina R, Marnala O, Eisha M, Citra, Amanah A, Ajeng P, Arina H, Rena, Rifka, Hikmah, Tara, Huda dan Galih N atas semangat yang terus diberikan oleh penulis, walaupun telah dipisahkan oleh jarak dan waktu namun persahabatan kita akan terus berlanjut hingga usia memisahkan nanti. 18. Karya Salemba Empat atas beasiswa yang diberikan kepada penulis. 19. Semua pihak yang turut membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Agustus 2009 Tiara Sakina
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...............................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
xvi
I
PENDAHULUAN ................................................................... 1.1. Latar Belakang ................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ........................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................... 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................
1 1 6 10 10 10
II
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 2.1. Pertanian Organik................................................................. 2.1.1. Pengertian Pertanian Organik .................................... 2.1.2. Tujuan Pertanian Organik .......................................... 2.1.3. Prinsip Pertanian Organik .......................................... 2.1.4. Sertifikasi dan Standarisasi ........................................ 2.2. Buah Srikaya ...................................................................... 2.2.1. Sifat Botani Srikaya ................................................... 2.2.2. Agroekologi Tanaman Srikaya .................................. 2.2.3. Perbanyakan Tanaman Srikaya ................................. 2.2.4. Budidaya Tanaman .................................................... 2.2.5. Hama dan Penyakit .................................................... 2.2.6. Pengendalian Hama Terpadu ..................................... 2.3. Kajian Penelitian Terdahulu ..............................................
11 11 11 11 12 14 14 15 17 18 18 20 21 22
III
KERANGKA PEMIKIRAN .................................................. 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................... 3.1.1. Studi Kelayakan Usaha .............................................. 3.1.2. Teori Biaya dan Manfaat ........................................... 3.1.3. Analisis Finansial ...................................................... 3.1.4. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) .............. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ........................................
25 25 25 29 30 32 32
1V
METODE PENELITIAN ....................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................. 4.2. Data dan Instrumentasi ........................................................ 4.3. Metode Pengumpulan Data ................................................ 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................. 4.5. Asumsi Dasar .......................................................................
36 36 36 36 36 42
V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .................................. 5.1. Kondisi Geografis ................................................................ 5.2. Keragaan Umum Perusahaan ............................................... 5.2.1. Sejarah dan Perkembangan Usaha ............................. 5.2.2. Struktur Organisasi Perusahaan .................................
44 44 45 45 48
5.2.3. Kegiatan Perusahaan..................................................
50
ANALISIS KELAYAKAN USAHA SRIKAYA ORGANIK 6.1. Aspek Non Finansial ............................................................ 6.1.1. Aspek Pasar ............................................................... 6.1.1.1. Peluang Pasar ............................................... 6.1.1.2. Strategi Pemasaran ....................................... 6.1.2. Aspek Teknis ............................................................. 6.1.2.1. Lokasi Usaha ................................................ 6.1.2.2. Skala Usaha .................................................. 6.1.2.3. Teknik Budidaya .......................................... 6.1.3. Aspek Manajemen ..................................................... 6.1.4. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan ................... 6.2. Aspek Finansial .................................................................... 6.2.1. Arus Penerimaan (Inflow).......................................... 6.2.2. Arus Biaya (Outflow)................................................. 6.2.2.1. Biaya Investasi ............................................. 6.2.2.2. Biaya Operasional ........................................ 6.2.3. Kelayakan Finansial Pengusahaan Srikaya Organik ........................................................ 6.2.4. Analisis Switching Value ...........................................
60 60 60 60 62 64 64 66 67 68 68 69 69 70 70 73
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 7.1. Kesimpulan .......................................................................... 7.2. Saran .....................................................................................
85 85 86
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
87
LAMPIRAN ...........................................................................................
89
VI
VII
82 83
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2003-2006 .....................................................................
1
Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Buah-buahan di Indonesia Tahun 2003-2007.................................................
2
Perkiraan Konsumsi dan Permintaan Buah-buahan di Indonesia Tahun 2000-2015.................................................
2
4.
Perbedaan Sistem Penanaman An-Organik dan Organik.........
3
5.
Kandungan Gizi tiap 100 Gram Buah Srikaya .........................
15
6.
Perkiraan Konsumsi dan Permintaan Buah-buahan di Indonesia Tahun 2000 – 2015 ..............................................
60
Perencanaan Jumlah Penjualan Srikaya Organik setiap Bulan (Kg) .....................................................................
61
Ketinggian, Suhu, Curah Hujan, dan pH Tanah pada Lokasi Usaha dan Syarat Tumbuh Tanaman Srikaya ..............
65
Perencanaan Jumlah Produksi Srikaya Organik setiap Bulan (Kg) .....................................................................
66
Perkiraan Penjualan dan Total Penerimaan Penjualan Srikaya Organik per Tahun pada Lahan Seluas 5.000 m2 di Wahana Cory ........................................................
70
11.
Perincian Biaya Pembibitan Srikaya Organik ..........................
72
12.
Perincian Biaya Investasi Pengusahaan Srikaya Organik pada Lahan Seluas 5.000 m2 ...................................................
73
13.
Proporsi Penggunaan Timbangan Elektrik setiap Unit Bisnis .
74
14.
Biaya Investasi pada Tahun ke-3 .............................................
74
15.
Proporsi Kontribusi Wakil Direktur, Manajer Kebun, dan Staf Administrasi dan Keuangan terhadap Unit Bisnis Perusahaan ..................................................................
75
Proporsi Kontribusi Wakil Direktur, Manajer Kebun, dan Staf Administrasi dan Keuangan terhadap Komoditi Buah Organik pada Tahun ke-1 sampai Tahun ke-2 .................................................................
76
Proporsi Kontribusi Wakil Direktur, Manajer Kebun, dan Staf Administrasi dan Keuangan terhadap Komoditi Buah Organik pada Tahun ke-3 sampai Tahun ke-12 .................................................................
76
2. 3.
7. 8. 9. 10.
16.
17.
18.
Persentase Penggunaan Air ......................................................
77
19.
Persentase Penggunaan Listrik.................................................
77
20.
Persentase Penggunaan Telepon ..............................................
78
21.
Penggunaan Ruang Angkut Buah-buahan Organik Satu kali Pengiriman ................................................................
79
Rincian Biaya Tetap untuk Pengusahaan Srikaya Organik pada Tahun ke – 1 sampai Tahun ke – 2 ..............................................................
79
Rincian Biaya Tetap untuk Pengusahaan Srikaya Organik pada Tahun ke – 3 sampai Tahun ke – 12 ..............................................................
80
Jumlah Pupuk Kompos, Pupuk Organik Cair, Pestisida Alami dan Label pada Pengusahaan Srikaya Organik per Tahun .....................................................
81
Penggunaan Tenaga Kerja Pengusahaan Srikaya Organik pada Lahan Seluas 5000 m2 ..........................
82
Kriteria Kelayakan Finansial Pengusahaan Srikaya Organik pada Wahana Cory ........................................
82
Hasil Analisis Switching Value Pengusahaan Srikaya Organik..................................................
84
22.
23.
24.
25. 26. 27.
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Kerangka Pemikiran Operasional ............................................
35
2.
Struktur Organisasi Wahana Cory ...........................................
50
3.
Skema Saluran Pemasaran Srikaya Organik Wahana Cory..............................................................
58
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
Halaman Jadwal Kegiatan Penananaman Srikaya Organik Tahun Pertama .........................................................................
89
Jadwal Kegiatan Penananaman Srikaya Organik Tahun Kedua ............................................................................
90
Jadwal Kegiatan Penananaman Srikaya Organik Tahun Ketiga dan seterusnya ...................................................
91
Analisis Cashflow Pengusahaan Srikaya Organik pada Wahana Cory Tahun 2009 ..............................................
92
Proyeksi Laba Rugi Pengusahaan Srikaya Organik pada Wahana Cory Tahun 2009 ...............................................
94
Perhitungan Penyusutan per Tahun dari Investasi Pengusahaan Srikaya Organik Wahana Cory pada Tahun ke – 1 dan 2 ..........................................................
96
Perhitungan Penyusutan per Tahun dari Investasi Pengusahaan Srikaya Organik Wahana Cory pada Tahun Ke -3 dst ..............................................................
97
Analisis Switching Value (Penurunan Jumlah Produksi Srikaya Organik Sebesar 46,51%) ...........................................
98
Analisis Switching Value (Kenaikan Biaya Operasional Sebesar 253,85%).....................................................................
100
10.
Daftar Pertanyaan Pengarah .....................................................
102
11.
Dokumentasi Pengusahaan Srikaya Organik pada Wahana Cory ..................................................................
109
2. 3. 4. 5. 6.
7.
8. 9.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang berpotensi untuk dikembangkan khususnya di sektor pertanian. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian di Indonesia cukup besar, diantaranya sebagai penyedia bahan baku industri, penyedia bahan pangan, penyedia lapangan kerja dan sumber devisa negara.
Salah satu sub sektor
petanian yang memiliki peranan penting adalah hortikultura.
Hortikultura
berperan sebagai sumber pangan, sumber pendapatan masyarakat, penyedia lapangan kerja, perdagangan domestik dan ekspor, dan peningkatan aktivitas industri pengolahan yang bersifat meningkatkan nilai tambah (Deptan 2002). Produk hortikultura meliputi tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman biofarmaka dan tanaman hias. Tanaman buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang berpotensi untuk dikembangkan, karena secara ekonomis memiliki nilai tambah dan memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan apabila dikelola dengan baik. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa buah-buahan merupakan penyumbang terbesar pada Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura dan setiap tahun PDB buah-buahan terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 PDB buah-buahan mencapai
Rp
35.448 Milyar atau setara dengan 51,64 persen dari total PDB hortikultura. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2003 – 2006 No 1 2 3 4
Komoditas Buah-buahan Sayuran Tanaman Biofarmaka Tanaman hias Total
2003 28.246 20.573
Nilai PDB (milyar Rp) 2004 2005 30.765 31.694 20.749 22.630
2006 35.448 24.694
565
722
2.806
3.762
4.501 53.885
4.609 56.844
4.662 61.792
4.734 68.639
Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura (2008)
Produksi buah-buahan di Indonesia setiap tahun terus menunjukkan peningkatan. Peningkatan produksi buah-buahan tersebut sejalan dengan adanya peningkatan luas areal tanam. Walaupun sempat mengalami penurunan luas areal
tanam pada tahun 2004 sebesar 14.845 hektar atau setara dengan 2,05 persen, namun hingga tahun 2007 luas areal tanam kembali mengalami peningkatan secara bertahap. Perkembangan produksi, luas panen, dan produktivitas buahbuahan di Indonesia tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Buah – buahan di Indonesia Tahun 2003 – 2007 No
Tahun
1 2 3 4 5
2003 2004 2005 2006 2007
Produksi (Ton) 13.551.435 14.348.456 14.786.599 16.171.131 17.116.622
Luas Panen (Ha) 721.964 707.119 717.428 728.218 756.766
Produktivitas (ton/Ha) 18,77 20,29 20,61 22,21 22,62
Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura (2008)
Konsumsi akan buah-buahan semakin meningkat seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk. Selain itu juga adanya peningkatan pendapatan dan kualitas pendidikan sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya komposisi gizi yang seimbang. Kesadaran ini mempengaruhi jumlah konsumsi buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan gizi secara memadai. Perkiraan peningkatan jumlah konsumsi dan permintaan buah-buahan seiring dengan peningkatan penduduk di Indonesia pada kurun waktu 2000-2015 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkiraan Konsumsi dan Permintaan Buah-buahan di Indonesia Tahun 2000 – 2015 Tahun
2000 2005 2010 2015
Jumlah Penduduk (Juta) 213 227 240 254
Konsumsi per Kapita (Kg/Thn) 36,76 45,70 57,92 78,74
Peningkatan Konsumsi (%) 32,50 34,00 34,50
Permintaan (Ribu Ton) 7,830 10,375 13,900 20,00
Sumber : BPS (2007)
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan, maka sebagian masyarakat sudah mulai menghindari konsumsi produk pertanian yang menggunakan bahan kimia buatan dan memilih yang bebas pestisida serta meningkatkan gaya hidup sehat dengan slogan “back to nature” khususnya pada masyarakat menengah ke atas.
Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan suatu metode yang dikenal dengan pertanian organik.
Oleh karena itu, saat ini muncul produk-
produk pertanian organik seperti beras organik, sayuran organik, buah organik, telur organik, kopi organik, dan jenis komoditi lainnya. Perbedaan pertanian dengan sistem an-organik dan sistem organik dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perbedaan Sistem Penanaman An-organik dan Organik Proses Persiapan Benih Pembibitan Penanaman Pengairan Pemupukan Pengendalian Hama Hasil Panen
An-organik Bisa berasal dari rekayasa genetik Bibit diperlakukan dengan bahan kimia Monokultur Air dari mana saja
Organik Berasal dari tanaman Dibuat secara alami
Polikultur lebih dominan Air bebas dari bahan kimia sintetik Pupuk kimia lebih dominan Pupuk kandang/kompos Pestsida kimia dominan Pengendalian hama terpadu lebih diutamakan Mengandung residu kimia Bebas residu kimia
Sumber : Agrina, 2004 diacu dalam Rahmayanti, 2008
Sistem pertanian organik sebenarnya sudah sejak lama diterapkan di beberapa negara seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Pengembangan pertanian organik di beberapa negara tersebut mengalami kemajuan yang pesat disebabkan oleh kenyataan bahwa hasil pertanian terutama sayur dan buah segar yang ditanam dengan pertanian sistem organik (organic farming system) mempunyai rasa, aroma, dan kandungan gizi yang lebih baik daripada yang menggunakan pertanian an-organik1. Tahun 2005 volume produk pertanian organik mencapai 5 – 7 persen dari total produk pertanian yang diperdagangkan di pasar internasional. Sebagian besar dipasok oleh negara-negara maju seperti Australia, Amerika, dan Eropa. Di Asia, pasar produk pertanian organik lebih banyak didominasi oleh negara-negara timur seperti Jepang, Taiwan, dan Korea2. Permintaan produk pertanian organik dunia mencapai 15 – 20 persen per tahun, namun pangsa pasar yang mampu
1
http://www.biotama.com/index. Teknologi Budidaya Organik. 22 Desember 2008
2
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/17/. Prospek Pertanian Organik di Indonesia. 22 Desember 2008
dipenuhi hanya berkisar antara 0,5 – 2 persen dari keseluruhan produk pertanian organik.
Hal inilah yang memacu permintaan produk pertanian organik dari
negara-negara berkembang3. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki peluang yang besar untuk menjadi produsen pertanian organik. Perkembangan produksi dan pemasaran produk pertanian organik di Indonesia cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya supermarket, gerai, dan restoran yang menjual berbagai produk organik. Harga pangan organik khususnya produk hortikultura yang dipasarkan di supermarket-supermarket di beberapa negara termasuk Indonesia relatif tinggi, yaitu tiga sampai empat kali lipat dibanding pangan yang bukan organik4. Sayuran dan buah organik diketahui mengandung vitamin C dan mineral esensial, seperti kalsium, fosfor, magnesium, zat besi, dan krom, lebih tinggi dibanding dengan sayuran dan buah an-organik. Kandungan nitrat dalam sayuran dan buah organik 25 persen lebih rendah daripada yang an-organik. Kandungan nitrat yang berlebihan dalam produk an-organik dapat menyebabkan kanker5. Buah organik merupakan salah satu hasil dari pertanian organik yang memiliki banyak manfaat dan kelebihan dibanding buah an-organik. Manfaat buah organik antara lain (1) Bekerja membersihkan darah, (2) Membuang racun yang menumpuk dalam sel, (3) Membantu regenerasi sel-sel baru, dan (4) Menjaga keseimbangan kadar asam basa tanpa obat-obatan, vitamin atau pun suplemen tambahan. Sedangkan kelebihan buah organik antara lain (1) Memiliki kandungan gizi yang lebih baik, makanan organik rata-rata mempunyai kandungan vitamin C, mineral, serta phytonutrients (bahan dalam tanaman yang dapat melawan kanker) yang lebih tinggi dibandingkan bahan pangan an-organik, (2) Makanan organik lebih tahan lama hingga tidak mudah basi, dan (3) Menghemat proses produksi dan mengurangi tingkat kerusakan lingkungan6. Salah satu buah yang dapat dibudidayakan dengan teknik pertanian organik adalah srikaya (Annona squamosa L). 3
Tanaman srikaya merupakan
http://www.spmabanjarbaru.sch.id/index. Pertanian Organik:Pertanian Masa Depan yang Menjanjikan. 22 Desember 2008 4 http://www.kompas.com/kompas-cetak/0211/04/iptek/pang30.htm. 5 http://various-health.blogspot.com/2008/11/5-unggulan-sayuran-buah-organik.html. 22 Desember 2008 6 http://melilea-organik.com/organik/buah-orgnik-baik-untuk-kesehatan.html. 22 Desember 2008
tanaman pendatang, menurut Sunarjono (2005) tanaman srikaya berasal dari Amerika Latin yaitu Peru. Di Indonesia, srikaya dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Umumnya buah yang lebih dikenal dengan sebutan buah nona sri ini, hanya ditanam di pinggir pagar pekarangan rumah.
Namun tanaman srikaya
memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan hampir dari seluruh bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan. Daging buahnya dapat digunakan sebagai penyedap es krim, bahan baku pembuatan selai, sirup dan makanan olahan lainnya. Buah yang masih hijau dan biji mudanya memiliki sifat anti cacing dan insektisida yang efektif. Sedangkan akar, daun, dan kulit kayu srikaya dapat digunakan untuk pengobatan berbagai jenis penyakit seperti batuk, demam, disentri, sembelit dan lain-lain. Negara penyebaran srikaya meliputi Thailand, Filipina, Indonesia, dan Malaysia. Pada tahun 2005, di Filipina produksi buah srikaya tiap tahun mencapai 6.000 ton, sedangkan Thailand mencapai 75.000 ton tiap tahunnya. Produksi buah srikaya tersebut sudah mencapai pasar internasional. Di Indonesia, produksi buah srikaya belum tercatat secara statistik oleh Biro Pusat Statistik (BPS) karena masih dianggap sebagai buah minor (Sunarjono 2005). Daerah pengembangan tanaman srikaya sampai saat ini masih terbatas, hal ini dikarenakan masih sedikit masyarakat yang mengusahakan srikaya secara komersil dan adanya persepsi masyarakat, bahwa srikaya hanya ditanam sebagai tanaman perkarangan saja namun tidak dilihat dari sisi bisnis usaha srikaya. Oleh karena itu, buah srikaya sulit sekali ditemukan di pasar dan hal ini dapat menjadi suatu prospek bisnis bagi pengusaha agribisnis. Beberapa pertimbangan yang menjadikan srikaya berpotensi untuk diusahakan dengan tujuan komersial antara lain, buah srikaya merupakan komoditas buah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai jual yang tinggi. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, khususnya Solo dan Surabaya, buah srikaya tergolong mahal, yaitu Rp 10.000 per sepuluh buah (Sunarjono 2005). Selain itu buah srikaya kaya akan vitamin seperti karoten 7 IU, thiamin 0,13 mg, dan riblofamin 0,931 mg serta mengandung asam amino diantaranya tryptofan 10 mg, methionin 8 mg, dan lysin 69 mg.
Oleh karena itu masyarakat di India mengkonsumsi srikaya matang
dicampur dengan garam yang digunakan sebagai obat antikanker7.
Dengan
beberapa keunggulan yang dimiliki buah srikaya, menjadikan buah srikaya organik berpotensi untuk dikembangkan.
Untuk itu perlu dilakukan sebuah
analisis kelayakan bisnis untuk buah srikaya organik. 1.2. Perumusan Masalah Pertanian organik di Indonesia saat ini sangat potensial dan diperkirakan akan semakin berkembang.
Tingkat permintaan produk pertanian organik,
khususnya buah organik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan kepedulian terhadap lingkungan. Salah satu perusahaan yang membuka lahan pertanian dengan sistem pertanian organik adalah Wahana Cory yang terletak di daerah Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Pada awal diresmikannya Wahana Cory pada Mei 2006, perusahaan ini sudah mulai mengusahakan sayuran organik, namun terdapat masalah dalam pemasarannya karena pada awalnya sayuran tersebut belum sepenuhnya diperlakukan secara organik, sehingga produk yang dihasilkan hanya dipasarkan di pasar tradisional dengan harga relatif rendah. Pada bulan Juli 2006, Wahana Cory melakukan uji laboratorium, dimana hasil yang diperoleh yaitu tanah tempat dilakukan kegiatan usaha pertanian organik ini baik dan cocok untuk pertanian organik karena tidak mengandung nutrisi kimia. Dengan melakukan uji laboratorium, Wahana Cory menyatakan bahwa semua jenis tanaman yang ditanam di kebun Wahana Cory telah diberikan perlakuan organik. Pada bulan Januari 2007 Wahana Cory mulai melakukan pemasaran ke beberapa supermarket, dimana kegiatan pemasaran dilakukan oleh distributor pribadi Wahana Cory yaitu PT Cory Organic International (COI). Supermarket yang menjadi konsumen tetap Wahana Cory yaitu beberapa Super Indo di Jakarta diantaranya Mall Cinere, Plaza PP, Cilandak, Plaza Cibubur, Bintaro, Sunrise Garden, Pulomas, dan Pamulang. Produk-produk organik yang dihasilkan Wahana Cory saat ini adalah pupuk organik, sayur-sayuran organik, dan buah-buahan organik seperti lengkeng, jambu, durian, mangga, pisang, nanas, manggis, buah naga, sawo, pepaya, salak, 7
Sardi D. April 2004. Di Ujung Lidah Langsar Teruji. Trubus Edisi 413
jeruk, cengkeh, dan belimbing. Pada Tahun 2009 Wahana Cory menambah unit bisnisnya yaitu dengan mengusahakan srikaya organik pada lahan baru. Srikaya merupakan salah satu buah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Buah srikaya yang dikonsumsi segar baik untuk kesehatan karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Selain itu produksi buah srikaya di Indonesia masih kecil, sehingga buah ini sulit ditemukan di pasar. Berdasarkan wawancara pendahuluan dengan pihak Direktorat Budidaya Tanaman Buah, buah srikaya memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi, di daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) pada musim kemarau buah srikaya banyak dicari oleh masyarakat karena rasa buahnya memberikan kesegaran bagi yang mengkonsumsinya. Sampai saat ini buah srikaya di Indonesia dikonsumsi dalam bentuk segar, sedangkan industri yang mengolah buah srikaya di Indonesia masih sangat terbatas. Pada umumnya konsumen buah organik adalah masyarakat yang berpendapatan menengah ke atas yang juga telah sadar akan pentingnya nilai gizi dan keamanan dari produk pangan atau buah yang akan dimakan.
Hal ini
menunjukan potensi pasar yang cukup baik. Makin tingginya permintaan akan produk organik, menuntut produsen produk organik untuk mampu memenuhi permintaan tersebut. Salah satu daerah di Indonesia yang memproduksi buah srikaya cukup besar adalah Kota Sumenep, Madura. Bahkan pada bulan Desember 2003, buah srikaya varietas langsar dijadikan sebagai buah unggul nasional. Sedangkan di daerah lain seperti di Jakarta dan Jawa Barat buah srikaya sangat sulit dijumpai, hal ini dikarenakan masyarakat menanam srikaya hanya sebagai tanaman perkarangan rumah bukan untuk dikomersilkan. Perusahaan pertanian organik Wahana Cory melihat hal tersebut sebagai peluang usaha karena masih sedikit masyarakat yang memproduksi buah srikaya dalam jumlah besar. Pada saat ini Wahana Cory telah memiliki 4 tanaman srikaya dengan varietas yang berbeda, yaitu new varietas dan srikaya Australia. Tanaman srikaya tersebut telah berumur dua tahun dan telah menghasilkan buah. Buah srikaya yang dihasilkan tersebut telah dijual ke beberapa toko buah di wilayah Jakarta dan Bogor. Namun hasil produksi tersebut masih sangat kecil yaitu setiap pohon baru mampu menghasilkan 0,5 – 2 kg buah srikaya tiap 2 minggu.
Pendistribusian buah srikaya organik tersebut dilakukan secara bergilir pada beberapa toko buah. Setelah dilakukan pendistribusian tersebut diketahui bahwa permintaan terbesar berasal dari toko buah di Jakarta, sedangkan di daerah Bogor sangat kecil. Untuk dapat memasok srikaya organik secara merata ke beberapa toko buah di Jakarta Wahana Cory akan mebuka lahan baru untuk pengusahaan srikaya organik.
Berdasarkan permintaan dari toko-toko buah di Jakarta,
perusahaan memperkirakan permintaan buah srikaya sekitar 5-10 ton per tahun. Untuk itu sebagai awal pengembangan usaha srikaya organik, Wahana Cory mengusahakan srikaya organik pada lahan seluas 5.000 m2 dengan perkiraan produksi mencapai 5-10 ton per tahun. Harga jual srikaya organik lebih tinggi dibanding srikaya an-organik, yaitu mencapai Rp 75.000,- per kg, sedangkan srikaya an-organik Rp 40.000,- per kg. Selain itu tanaman srikaya merupakan tanaman tropis yang dapat tumbuh pada semua jenis tanah sehingga diharapkan mudah untuk dibudidayakan di areal tanam Wahana Cory.8 Wahana Cory juga memberikan citra yang khas dengan menjadikan produk buah srikaya sebagai suatu komoditi organik yang memiliki keterjaminan bebas dari bahan kimia buatan dan berwawasan lingkungan. Diperlukan investasi yang besar untuk mengembangkan usaha srikaya organik, diantaranya investasi untuk lahan pembudidayaan tanaman srikaya organik dan berbagai biaya operasional yang dapat mendukung keberhasilan suatu usaha.
Kelayakan
investasi diperlukan karena karakteristik dari usaha srikaya organik, yaitu usaha ini sangat ditentukan oleh lamanya umur pohon srikaya yang dapat berproduksi dengan baik pada usia 2 tahun sampai 12 tahun. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis kelayakan bisnis sebagai suatu bahan pertimbangan apakah pengusahaan buah srikaya organik, layak atau tidak untuk dilakukan. Untuk menilai kelayakan usaha srikaya organik diperlukan penilaian terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan lingkungan, dan aspek finansial.
Penilaian terhadap aspek pasar untuk
mengetahui potensi pasar dari buah srikaya organik. Penilaian terhadap aspek teknis diperlukan untuk mengkaji lokasi usaha, skala usaha, penerapan budidaya srikaya secara organik dan penanganan pascapanen. 8
Sedangkan penilaian
Hasil wawancara pendahuluan dengan Pak Daniel, Manajer Kebun Wahana Cory
terhadap aspek manajemen diperlukan untuk mengkaji seberapa jauh usaha srikaya organik dapat dikelola oleh Wahana Cory.
Penilaian aspek sosial
diperlukan untuk mengkaji perluasan kesempatan kerja serta dampak proyek terhadap lingkungan sekitar.
Secara finansial perlu dikaji apakah proyek layak
dilaksanakan dan menguntungkan karena untuk mendirikan proyek srikaya organik diperlukan investasi yang cukup besar dan jangka waktu pelaksanaan proyek lebih dari 1 tahun. Usaha pertanian organik khususnya srikaya organik sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya dan keadaan iklim sehingga akan mempengaruhi jumlah produksi buah srikaya organik. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis kepekaan (sensitivitas) terhadap usaha srikaya organik. Dalam usaha ini, perubahan terjadi dari sisi perubahan kuantitas produksi buah srikaya organik yang dihasilkan dan peningkatan biaya operasional untuk pengusahaan srikaya organik. Berdasarkan pengalaman perusahaan Wahana Cory, harga jual produk pertanian organik khususnya srikaya organik belum pernah mengalami penurunan, hal ini dikarenakan perusahaan yang menentukan harga srikaya organik tersebut di pasar karena jumlah pesaing di pasar srikaya organik masih sedikit, sedangkan peningkatan harga input seperti pupuk dan bibit tidak terlalu mempengaruhi penerimaan perusahaan karena biaya variabel dalam pengusahan srikaya organik cenderung stabil. Berdasarkan
uraian
di
atas
maka
dapat
dirumuskan
beberapa
permasalahan, yaitu : 1) Apakah pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory layak untuk dilakukan dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan? 2) Apakah pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory layak untuk dilakukan dilihat dari aspek finansial? 3) Bagaimana tingkat kepekaan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory terhadap penurunan jumlah produksi srikaya organik serta peningkatan biaya operasional?
1.3. Tujuan Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1) Menganalisis kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan. 2) Menganalisis kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory dilihat dari aspek finansial. 3) Menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory terhadap perubahan jumlah produksi srikaya organik serta peningkatan biaya operasional. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi : 1. Perusahaan Wahana Cory, sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pengembangan bisnisnya, yaitu mengembangkan usaha buah srikaya organik. 2. Penulis, kajian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas pengetahuan dan wawasan dengan menerapkan teori yang didapat di perkuliahan terhadap permasalahan yang ada secara nyata. 3. Pihak-pihak terkait yang membutuhkan, diharapkan dapat berguna sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian analisis kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di perusahaan pertanian organik Wahana Cory, mengkaji aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Kriteria evaluasi aspek finansial yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PBP).
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik 2.1.1. Pengertian Pertanian Organik Pertanian organik menurut Departemen Pertanian adalah sistem produksi holistik dan terpadu, mengoptimalkan kesehatan, dan produktivitas agroekosistem secara alami serta mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Pertanian organik diartikan sebagai suatu sistem produksi pertanaman yang berdasarkan daur ulang hara secara hayati. Daur ulang hara dapat melalui sarana limbah tanaman dan ternak, serta limbah lainnya yang mampu memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah.
Daur ulang hara
merupakan teknologi tradisional yang sudah cukup lama dikenal sejalan dengan berkembang peradaban manusia, terutama di daratan Cina (Sutanto 2002). Pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian yang didesain dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan produktivitas yang berkelanjutan. Jadi pertanian organik adalah sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dengan tujuan untuk melindungi keseimbangan ekosistem alam dengan meminimalkan penggunaan bahan-bahan kimia dan merupakan praktek bertani alternatif secara alami yang dapat memberikan hasil yang optimal (Winarno 2002). Pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab dengan lingkungan. Pertanian organik berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam sekitar. Ciri utama pertanian organik adalah penggunaan varietas lokal yang relatif masih alami, diikuti dengan penggunaan pupuk organik dan pestisida organik (Andoko 2002). Sedangkan menurut Pracaya (2006), pertanian organik merupakan sistem pertanian (dalam hal
bercocok tanam)
yang tidak
mempergunakan bahan kimia (dapat berupa pupuk, pestisida, dan hormon pertumbuhan) tetapi menggunakan bahan organik. 2.1.2. Tujuan Pertanian Organik Menurut Pracaya (2006), tujuan utama yang hendak dicapai oleh pertanian organik adalah untuk menjaga kesehatan manusia dan menjaga kelestarian dan
keseimbangan lingkungan alam sekitar.
Manfaat yang dapat diperoleh dari
pengembangan pertanian organik antara lain: 1)
Menghasilkan pangan yang aman dan berkualitas sehingga meningkatan kesehatan masyarakat.
2)
Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani.
3)
Meminimalkan polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian.
4)
Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang, serta memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.
5)
Meningkatkan pendapatan petani karena adanya efisiensi pemanfaatan sumber daya dan adanya daya saing produk agribisnis.
2.1.3. Prinsip Pertanian Organik Salah satu prinsip pertanian organik adalah penggunaan lahan, lahan untuk dibudidayakan organik harus bebas dari cemaran bahan agrokimia dari pupuk dan pestisida.
Lahan dapat berupa lahan pertanian yang baru dibuka atau lahan
pertanian intensif yang telah dikonversi menjadi lahan pertanian organik. Lama masa konversi bergantung pada penggunaan lahan, pupuk, pestisida, dan jenis tanaman. Prinsip lainnya adalah bahwa benih atau bibit bukan berasal dari bibit hasil rekayasa genetika atau genetically modified organism (GMO). Sebaiknya benih berasal dari kebun pertanian organik. Penggunaan pupuk organik sebagai pengganti pupuk sintesis. Pupuk organik tersebut berasal dari sisa-sisa tanaman, pupuk alam dan rotasi tanaman legume. Pengendalian hama dan penyakit pada pertanian organik dilakukan secara manual, biopestisida, agen hayati, dan rotasi tanaman. Pengendalian hama diarahkan secara terpadu dengan mengutamakan keseimbangan ekosistem9. International Federation of Organik Agriculture Movements (IFOAM) memberlakukan prinsip-prinsip pertanian organik10, yaitu : 1)
Prinsip Kesehatan Peran pertanian organik, baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan
9
www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr273054.pdf. 22 Desember 2008 www.ifoam.org/about_ifoam/pdfs/POA_folder_indonesian.pdf. Prinsip-prinsip Pertanian Organik. 22 Desember 2008. 10
ekosistem dan organisme, dari yang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia.
Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk
menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. 2)
Prinsip Ekologi Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan produksi yang khusus, sebagai contoh, tanaman membutuhkan
tanah
yang
subur,
hewan
membutuhkan
ekosistem
peternakan, ikan, dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan. 3)
Prinsip Keadilan Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang, dan konsumen.
Sumber daya alam dan
lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya. 4)
Prinsip Perlindungan Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung jawab merupakan hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan, dan pemilihan teknologi di pertanian organik. Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman, dan ramah lingkungan. Tetapi pengetahuan ilmiah saja tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman praktis yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional. Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan dengan menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang tak dapat diramalkan akibatnya, seperti rekayasa genetika (genetic engineering). Segala keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai dan kebutuhan dari
semua aspek yang mungkin dapat terkena
dampaknya, melalui proses-
proses yang transparan dan partisipatif. 2.1.4. Sertifikasi dan Standarisasi Departemen Pertanian sejak tahun 2000 telah memberikan perhatian yang serius terhadap pengembangan pertanian organik di Indonesia. Bahkan pada saat itu dicanangkan untuk mencapai Go Organic 2010. Selanjutnya untuk mencapai Go Organic 2010 tersebut berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan. Diantaranya adalah dengan dibentuknya Otoritas Kompeten Pertanian Organik melalui SK Menteri Pertanian Nomor: 432/Kpts/OT.130/9/2003 dan pembentukan Task Force Organic.
Berbagai pelatihan fasilitator dan inspektor organik,
seminar, dan workshop untuk mensosialisasikan pertanian organik kepada masyarakat dan stakeholder telah dilakukan bekerjasama dengan berbagai lembaga yang telah bergerak di bidang pertanian organik saat itu11. Departemen pertanian juga telah menyusun standar pertanian organik di Indonesia, tertuang dalam SNI 01-6729-2002. Sistem pertanian organik menganut pada paham organik proses, artinya semua proses sistem pertanian organik dimulai dari penyiapan lahan hingga pascapanen memenuhi budidaya organik. SNI sistem pangan organik ini merupakan dasar bagi lembaga sertifikasi yang nantinya juga harus diakreditasi oleh Deptan melalui Pusat Standarisasi dan Akrreditasi12. 2.2. Buah Srikaya Srikaya merupakan tanaman pendatang yang berasal dari Amerika Latin yaitu Peru. Di Indonesia, srikaya telah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda dengan nama buah nona sri. Srikaya yang tersebar di Indonesia saat ini adalah srikaya lokal dan srikaya dari luar negeri yang telah lama beradaptasi. Terdapat beberapa varietas srikaya yang dikenal dunia. Varietas srikaya yang terdapat di Indonesia adalah varietas langsar, gading, dan bangil. Sedangkan di Australia terdapat varietas pink mammoth, srikaya merah, dan African pride13. Sedangkan 11
http://www.biotama.com/index.php?option=com_content&task=view&id=54&Itemid=1.22 Desember 2008. 12 www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr273054.pdf. 22 Desember 2008 13 Sardi D. April 2004. Di Ujung Lidah Langsar Teruji. Trubus Edisi 413
di Thailand terdapat dua varietas srikaya yaitu varietas Fai dan varietas Nahng (Sunarjono 2005). Kandungan gizi yang terdapat pada buah srikaya dapat dilihat pada Tabel 5. Dalam tata nama tumbuhan, srikaya diklasifikasikan ke dalam : Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Ranales
Famili
: Annonaceae
Genus
: Annona
Spesies
: Annona squamosa L
Tabel 5. Kandungan Gizi tiap 100 Gram Buah Srikaya No
Zat Gizi
Kandungan
1
Kalori (Kal)
101
2
Protein (g)
1,7
3
Lemak (g)
0,6
4
Karbohidrat (g)
25,2
5
Kalsium (mg)
27
6
Fosfor (mg)
20
7
Besi (mg)
0,8
8
Vitamin A (SI)
-
9
Vitamin B (mg)
0,08
10
Vitamin C (mg)
22
11
Air (g)
71,5
Sumber : Tim Penulis Penebar Swadaya (2005)
2.2.1 Sifat Botani Srikaya Tanaman srikaya berbentuk perdu atau pohon yang tingginya dapat mencapai 6 m dengan umur hingga 20 tahun. Tanaman srikaya sangat tahan terhadap kekeringan. Namun untuk perkembangan buahnya, srikaya perlu cukup air.
1)
Akar Akar srikaya agak dalam sehingga dapat mencapai 1 – 2 m dan jumlah percabangan akarnya tidak banyak.
2)
Batang Batang srikaya kecil dengan jumlah percabangan sedikit sehingga tidak sesuai untuk tanaman pelindung.
Kayunya keras tetapi tidak dapat
digunakan sebagai bahan bangunan, hanya untuk kayu bakar. 3)
Daun Bentuk daun srikaya menyerupai panah. Ujung daun runcing dan warna daun hijau tua. Umumnya letak daun agak melengkung ke bawah dan urat daun menonjol. Lebar daunnya 3 – 5,5 cm, sedangkan panjang daunnya 2 – 3 kali lebarnya atau sekitar 7 – 17 cm, bagian bawah daunnya juga sedikit berbulu.
4)
Bunga Ukuran bunga srikaya agak kecil dan bentuknya bulat dengan ujung runcing. Letak bunga tunggal atau berkelompok berhadapan dengan letak daun. Daun mahkota bagian luar panjang berjumlah tiga helai panjangnya mencapai 2,5 cm dan berwarna hijau.
Sementara warna pangkal daun
mahkota berwarna ungu. Mahkota bagian dalam pendek sekali sehingga hampir tampak tidak jelas. Dalam penyerbukannya, tanaman srikaya dibantu oleh kumbang Nitidulidae atau sejenis lebah madu. Pada saat kepala (kantong) sari membuka atau pecah maka tepung sari telempar ke luar. Hal tersebut ditandai dengan adanya bunga yang mekar. 5)
Buah Bakal buah srikaya berbentuk bulat telur seperti ginjal. Buah tersebut terdiri dari beberapa segmen yang bersatu yang membentuk buah semu. Permukaan kulit buah benjol-benjol dengan warna kuning kehijauan yang bertepung putih. Jumlah bijinya banyak sekali dan biji tersebut berwarna hitam kecoklatan.
Adapun ciri-ciri buah matang diantaranya benjolan
merenggang, bedak tampak tebal, warna agak kekuningan, dan aroma harum
muncul. Bila terlambat dipanen dan kondisi tanah basah, buah sering retak, dan busuk. Buah yang dihasilkan dari setiap varietas tanaman srikaya memiliki perbedaan. Buah srikaya lokal memiliki berat buah rata-rata 150 g per buah, daging buah putih, rasa buah manis dengan kristal seperti pasir, bijinya besar, dan penuh. Sedangkan bentuk buah srikaya merah dari Australia sama dengan srikaya lokal, warna kulit buah merah dengan berat rata-rata 100 g per buah, dan daging buah berwarna putih, rasanya halus dan kenyal, bijinya kering dan gepeng. Sedangkan srikaya pink mammoth memiliki bentuk yang tidak teratur, kulit buah tebal, dan tidak mudah pecah, tekstur daging lembut, beraroma kuat dan bijinya sedikit dengan berat rata-rata 0,5 – 2 kg per buah (Radi 1997). 2.2.2. Agroekologi Tanaman Srikaya Penyebaran tanaman srikaya sangat erat hubungannya dengan persyaratan tumbuh. Kemampuan tumbuh bukan sekedar tumbuh membesar dengan daun rimbun, tetapi tanaman harus mampu berbuah lebat. Tanaman srikaya untuk dapat tumbuh normal menghendaki persyaratan tumbuh yang sesuai meliputi jenis tanah, ketinggian tempat dan iklim setempat. Srikaya dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Akan tetapi jenis tanah yang paling baik adalah tanah yang mengandung pasir dan kapur. Srikaya dapat tumbuh baik pada derajat keasaman tanah (pH) antara 6 – 6,5 dengan ketinggian tempat antara 100 – 1.000 m dpl (di atas permukaan laut). Pada ketinggian di atas 1.000 m dpl atau dataran tinggi dan pegunungan, tanaman srikaya tumbuh lambat dan enggan berbuah. Iklim yang dibutuhkan tanaman srikaya harus sesuai. Komponen iklim meliputi curah hujan, suhu udara dan angin. Suhu udara yang sesuai dengan tanaman srikaya antara 20 – 25 ° C dan curah hujan yang dibutuhkan tanaman srikaya antara 1.500 – 3.000 mm/tahun. Sebaiknya curah hujan merata sepanjang tahun.
Walaupun tanaman srikaya tahan terhadap kekeringan, tetapi untuk
pertumbuhan bunga sampai buah matang perlu kelembaban yang cukup di sekitar sistem perakarannya. Tanaman srikaya menyukai tempat yang ada naungan agak teduh karena tanaman srikaya tidak menyukai daerah yang terbuka dan banyak
angin kencang.
Adanya angin kencang dapat dihambat dengan penanaman
mahagoni, cemara atau bambu di sekeliling kebun. 2.2.3. Perbanyakan Tanaman Srikaya Perbanyakan tanaman dilakukan dengan upaya pembibitan. Ada dua cara pembibitan srikaya yang dapat dilakukan, yaitu dengan biji atau perbanyakan generatif dan perbanyakan vegetatif.
Pemilihan pohon induk pembibitan
berdasarkan pada tanaman srikaya varietas unggul yang produksinya tinggi, mutu buah tinggi , tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta merupakan varietas srikaya yang digemari konsumen. Biji buah yang dihasilkan dari srikaya varietas unggul dapat dijadikan sumber bibit. Bila telah tumbuh, cabangnya akan dijadikan sumber entris untuk digunakan sebagai mata tempel. Perbanyakan tersebut dilakukan secara klonal (induk tanaman tunggal).
Pada umumnya tanaman buah-buahan khususnya
srikaya merupakan tanaman heterozigot atau bersifat hibrida. Bila diperbanyak dengan biji, kemungkinan tanaman akan menampakan banyak sifat. Oleh karena itu biji srikaya tidak dianjurkan untuk perbanyakan langsung. Kini perbanyakan tanaman srikaya dianjurkan secara vegetatif, seperti okulasi, sambungan, dan cangkok.
Biji hanya di tanam sebagai pembentuk
populasi dalam perbaikan varietas dan sebagai batang pokok dalam perbanyakan vegetatif. 2.2.4. Budidaya Tanaman 1)
Pemilihan Bibit Bibit dapat diperoleh dengan cara membeli atau dihasilkan sendiri. Bibit yang dibeli harus unggul dan bersertifikat atau berlabel agar dapat dijamin keunggulannya.
2)
Persiapan Lahan Budidaya Lahan yang sesuai untuk melakukan usaha budidaya srikaya adalah tanah yang mengandung pasir. Dilakukan pengolahan tanah pada lahan yang akan ditanami srikaya. Setelah diolah, lahan dibuat lubang tanam 50 cm x 50 cm x 50 cm dengan jarak tanam 3 m x 5 m atau 4 m x 4 m sehingga populasinya sekitar 620 – 660 tanaman/ha.
3)
Penanaman Setelah lubang tanam, pupuk organik dan bibit telah tersedia maka penanaman bibit dapat segera dilakukan. Bibit srikaya dengan tinggi 70 – 100 cm dimasukkan ke dalam lubang tegak lurus dengan batas sambungan sekitar 10 cm di atas permukaan tanah atau 10 cm masuk dalam lubang. Selanjutnya lubang ditimbun dengan tanah lapisan atas sambil ditekan agar tidak ada rongga-rongga di sekitar akar.
4)
Pemeliharaan Pemeliharann tanaman bertujuan agar tanaman menjadi sehat, tumbuh kekar hingga dapat berbuah lebat. pemupukan,
pemangkasan,
Kegiatan pemeliharaan tersebut meliputi penyiraman,
penyerbukan
bunga,
dan
penjarangan buah. Pada budidaya srikaya organik, pupuk yang digunakan berupa pupuk organik, yaitu pupuk kandang atau kompos.
Banyaknya
pupuk kandang yang digunakan yaitu 10 – 20 kg per lubang tanam. Pemberian pupuk kandang sebanyak 10 – 20 kg/tanaman dilakukan 1 tahun sekali. Pemangkasan cabang dilakukan pada waktu tanaman mencapai tinggi 1,5 m. Sebaiknya,
setelah
pemangkasan
berat
atau
pemangkasan
untuk
mempermuda tanaman, tanaman diberi pupuk kandang lagi sebanyak 10 kg per pohon agar berbuah lebat. Dalam pemangkasan cabang pada tanaman srikaya ada dua tujuan. Pertama, pemangkasan mempermudakan tanaman kembali setelah berbuah lebat. Caranya semua cabang yang lemah akibat kandungan buahnya lebat dipotong atau dipangkas agar bertunas yang sehat dan kekar. Kedua, pemangkasan bertujuan agar tanaman cepat berbunga dengan cara ujung cabang dipotong yang diikuti dengan perontokan daunnya. Tanaman srikaya dapat tahan terhadap kekeringan, namun selama pembungaan sampai buah mendekati tua membutuhkan air secara teratur dan tetap sebanyak 2 – 3 liter per pohon. Penyerbukan pada tanaman srikaya secara alamiah kurang sempurna. Penyebabnya, sifat bunga yang proterogyme, yakni masaknya putik lebih dulu dari tepung sarinya. Akibatnya pertumbuhan buah tidak sempurna. Agar buah lebat dan normal, diperlukan penyerbukan buatan.
Penjarangan buah pada tanaman srikaya dilakukan pada tanaman yang penyerbukannya dilakukan secara buatan, karena biasanya buah yang terbentuk dari penyerbukan buatan banyak dan ada yang berdesakan atau rapat. Buah yang berdesakan akan tumbuh tidak normal. Oleh karena itu buah harus dijarangkan agar buah berukuran besar dan bermutu tinggi. 5)
Panen dan Hasil Tanaman srikaya dapat menghasilkan buah pada umur 4 – 5 tahun. Panen pada srikaya harus dilakukan pada saat yang tepat, sesuai dengan tujuan pemasaran dan penggunaannya. Untuk pemasaran jarak jauh, sebaiknya buah dipanen sebelum matang. Tujuannya agar buah tidak rusak selama pengangkutan atau pengiriman. Biasanya srikaya dipanen pada kematangan mencapai 80 persen. Ciri buah srikaya yang siap panen adalah benjolan buah renggang, lapisan bedak tebal, dan tercium aromanya. Panen raya buah srikaya terjadi pada bulan Agustus-September.
Produksi tanaman
srikaya yang baik dapat mencapai 10 – 20 ton/ha/tahun dengan berat sekitar 100 – 300 gram per buah. Penanganan hasil panen buah srikaya dilakukan untuk mempertahankan kualitas buah agar memiliki nilai jual yang tinggi. Pascapanen buah srikaya meliputi kegiatan pembersihan buah, pemeraman, pemilihan buah serta pengemasan. Hasil panen dikumpulkan pada tempat yang bersih dan tidak terkena sinar matahari langsung. Hal ini bertujuan menghindarkan kelayuan pada buah akibat laju respirasi yang tinggi dan memudahkan penanganan selanjutnya. Buah dibersihkan dari segala kotoran terutama hama kutu putih yang menempel diantara sisik buah. Pembersihan dilakukan menggunakan kuas kering dan bersih, serta diusahakan tidak terkena air yang dapat menyebabkan busuk buah. 2.2.5. Hama dan Penyakit Srikaya seperti halnya tanaman buah lain, tidak luput dari gangguan hama dan penyakit. Hama srikaya yang menyerang srikaya yaitu : (1) Hama penggerek buah (Annonaepestis bengalella) dan lalat buah (Batocera dorsalis atau Dacus dorsalis). Larva lalat ini setelah menetas langsung masuk ke dalam buah srikaya yang masih kecil dan dapat merusak daging buah, (2) Kutu dompol atau kutu
putih (Planococcus lepelleyi). Kutu dopol sering menyerang bunga dan buah yang masih kecil, dan (3) Hama kutu putih yaitu kutu lilin.
Kutu ini tidak
membahayakan tanaman, tetapi dapat membuat penampilan buah menjadi tidak menarik. Kutu ini sering hinggap pada daun bawah serta mengisap cairan bunga dan daun muda.
Selain itu, kutu putih yang berkerumun pada bunga dapat
menyebabkan bunga berguguran karena cairan dihisapnya. Penyakit yang biasanya menyerang tanaman srikaya terutama pada kondisi lingkungan yang lembab, yaitu: (1) Penyakit buah busuk, yang disebabkan oleh cendawan Phomopis sp. dan antraknosa (Colletotrichum sp), (2) Penyakit cendawan upas, yang menyerang batang dan dahan bila suhu malam terlalu dingin dan lembab, (3) Penyakit busuk leher batang, yang disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani, (4) Penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) yang menyerang akar dan leher batang srikaya. 2.2.6. Pengendalian Hama Terpadu Pengendalian hama terpadu (HPT) merupakan cara pengelolaan pertanian dengan setiap keputusan dan tindakan yang diambil selalu meminimalisasi organism pengganggu tanaman (OPT), sekaligus mengurangi biaya yang ditimbulkan terhadap manusia, tanaman dan lingkungan.
Sistem PHT
memanfaatkan teknik dan metode yang cocok, guna mempertahankan populasi hama berada dalam suatu tingkat di bawah tingkat yang merugikan secara ekonomis. Beberapa langkah atau teknik untuk tindakan perlindungan tanaman dari serangan OPT dengan sistem PHT agar pengembangan agribisnis dengan usahatani non kimia sintetik bisa dilaksanakan, antara lain diarahkan pada teknikteknik budidaya, serta mekanik/fisik, cara biologis, cara kimiawi dari penggunaan tumbuhan/nabati sehingga dapat menekan populasi hama sampai batas ambang ekonomi. Dengan demikian pengendalian hama bebas racun pestisida merupakan alternatif yang perlu disebarluaskan. Pengendalian hama terpadu mengandung pengertian dan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut (Kusnaedi 1999, diacu dalam Iryanti 2005) : 1)
Pengendalian hama bukan berupaya untuk membunuh habis populasi hama melainkan mengendalikan hingga populasi di bawah ambang ekonomi.
2)
Tujuan utama dari pengendalian hama adalah mencapai kualitas dan kuantitas produksi tanpa mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
3)
Penggunaan teknik-teknik pengendalian hama dengan memadukan semua teknik pengendalian sebagai berikut : a)
Menggunakan varietas yang tahan atau toleran terhadap hama penyakit
b)
Sistem budidaya yang memperhatikan siklus hama, seperti rotasi tanaman, tumpangsari, waktu tanam dan penggunaan mulsa.
c)
Pengendalian cara biologis dengan menyebarkan atau memperhatikan kehidupan musuh alami dari hama.
d)
Pengendalian cara mekanik atau fisik merupakan pengendalian hama dengan cara ditangkap, dibunuh, dijerat dan pemberian umpan beracun.
e)
Pengendalian pestisida sebagai alternatif terakhir dan penggunaannya harus berdaya bunuh selektif dan dikategorikan aman bagi lingkungan.
2.3 Penelitian Terdahulu Siti Nur Laila R (1999) melakukan penelitian mengenai analisis pemasaran buah srikaya segar dan kelayakan finansial perkebunan srikaya tumpang sari dengan kedelai di Kabupaten Dati II Bima, Nusa Tenggara Barat. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis peluang buah srikaya untuk memenuhi konsumsi buah bagi masyarakat di lokasi penelitian, menganalisis saluran pemasaran dan marjin pemasaran di lokasi penelitian, dan menganalisis kelayakan finansial dari perkebunan srikaya. Dari hasil penelitian diketahui tiap tahun akan terjadi kenaikan konsumsi buah srikaya per kapita sebesar 47,9 persen di Kabupaten Dati II Bima, sehingga pengembangan produksi srikaya memiliki peluang yang baik.
Namun berdasarkan hasil penelitian, sistem pemasaran
srikaya masih belum efisien. Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial untuk perkebunan srikaya modern dengan skala 2 hektar menggunakan sistem pengairan pipa selama kisaran waktu umur ekonomis proyek yaitu 12 tahun, diperoleh nilai NPV sebesar Rp 8.386.749, nilai IRR sebesar 25,5 persen, nilai Net B/C sebesar 1,3 dan payback period yaitu 5,5 tahun. Dengan demikian dari aspek finansial, usaha budidaya srikaya layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan
menguji perubahan pada penurunan harga jual buah srikaya sebesar 10 persen dan kenaikan biaya 10 persen. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha budidaya srikaya layak untuk diusahakan. Dedeh Suryani A (2007) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan pengusahaan sayuran organik di Matahari Farm, Bogor. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis kelayakan investasi pengusahaan sayuran organik dalam greenhouse dilihat dari aspek non-finansial dan finansial, serta menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan jika terjadi perubahan dalam komponen manfaat dan biaya.
Dari aspek pasar, teknik, sosial dan
lingkungan, proyek ini layak untuk dijalankan. Hasil analisis finansial yang dilakukan dengan skenario 1, yaitu jika diasumsikan seluruh modal yang digunakan adalah modal sendiri dengan umur ekonomis proyek 10 tahun, menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 430.587.215,00, nilai IRR sebesar 797 persen, nilai Net B/C sebesar 1,89 dan PBP yaitu 3 tahun 6 bulan. Pada skenario 2, yang mengasumsikan seluruh modal yang digunakan adalah modal pinjaman dari bank dengan suku bunga 14 persen, menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 77.739.717,00, nilai IRR sebesar 36 persen, nilai Net B/C sebesar 1,23 dan PBP yaitu 9 tahun 5 bulan. Sedangkan pada skenario 3 dengan asumsi perbandingan 50 persen dari modal sendiri dan 50 persen modal pinjaman dari bank dengan suku bunga 12 persen, menunjukan nilai NPV sebesar Rp 241.985.717,00, nilai IRR sebesar 135 persen, nilai Net B/C sebesar 1,51 dan PBP yaitu 5 tahun 2 bulan. Iswanti Noor Rustiana (2008) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pengolahan puree mangga di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan puree mangga, baik dari aspek non-finansial dan finansial, serta menganalisis kepekaan kelayakan usaha terhadap penurunan jumlah puree mangga yang dihasilkan, penurunan tingkat harga puree mangga dan peningkatan biaya pembelian buah mangga dengan umur ekonomis proyek 10 tahun. Dari aspek pasar, teknik, manajemen dan sosial lingkungan, usaha ini layak untuk dijalankan. Hasil analisis finansial menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 346.825.522,00, nilai IRR sebesar 87,26 persen, nilai Net B/C sebesar 6,14 dan nilai payback period
yaitu 2 tahun 1,6 bulan. Dengan demikian, dari aspek finansial, usaha pengolahan puree mangga layak untuk dijalankan.
Hasil analisis switching value
menunjukkan bahwa unit usaha pengolahan puree mangga masih layak untuk dilaksanakan jika volume produksi puree mangga mengalami penurunan maksimal sebesar 15,08664 persen, harga jual puree mangga turun 15,08644 persen, serta kenaikan harga mangga Harumanis grade C maksimal sebesar 31, 896 persen. Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu, dapat dilihat persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini.
Persamaannya yaitu,
menganalisis tentang kelayakan investasi suatu usaha dilihat dari aspek nonfinansial dan finansial. Untuk menilai kelayakan finansial digunakan alat analisis kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PBP), serta digunakan pula analisis pengganti (Switching Value). sedangkan perbedaannya adalah analisis kelayakan usaha dilakukan pada perusahaan yang berbeda yaitu perusahaan Wahana Cory. Pada penelitian terdahulu komoditi yang diteliti adalah buah srikaya yang dibudidayakan secara an-organik di daerah Nusa Tenggara Barat yang merupakan salah satu sentra produksi srikaya, sedangkan pada penelitian ini komoditi yang diteliti adalah srikaya organik yang diusahakan pada wilayah yang tidak termasuk sentra produksi srikaya. Terdapat beberapa perbedaan pengusahaan srikaya organik dan an-organik, diantaranya teknik budidaya yang diterapkan, biaya yang digunakan, tingkat resiko yang dihadapi, perbedaan harga jual dan lain-lain, sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan usaha pada srikaya organik.
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Usaha Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang/biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit. Perencanaan pembangunan yang baik membutuhkan proyekproyek yang baik pula, dan dengan demikian juga proyek yang baik membutuhkan perencanaan yang baik.
Proyek pertanian merupakan suatu
kegiatan investasi di bidang pertanian yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa waktu tertentu (Gittinger 1986). Kalau proyek yang akan dilakukan merupakan proyek investasi yang berorientasi laba, maka studi kelayakan proyek yang dimaksud adalah studi atau penelitian dalam rangka untuk menilai layak tidaknya proyek investasi yang bersangkutan dilakukan dengan berhasil dan menguntungkan secara ekonomis. Faktor yang menyebabkan kegagalan suatu proyek investasi dapat digolongkan menjadi tiga kategori yakni kesalahan dalam memutuskan dan menilai alternatif investasi, kesalahan dalam pengelolaan setelah proyek berjalan, faktor yang sulit untuk dikendalikan seperti kondisi ekonomi, lingkungan yang berubah, politik, sosial (Suratman 2002). Menurut Gittinger (1986), maksud analisis proyek adalah untuk memperbaiki pemilihan investasi.
Karena sumber-sumber yang tersedia bagi
pembangunan ialah terbatas, maka perlu sekali diadakan pemilihan antara berbagai macam proyek. Kesalahan dalam memilih proyek dapat mengakibatkan pengorbanan terhadap sumber-sumber langka. Untuk sebagian besar kegiatankegiatan pembangunan pertanian, persiapan pelaksanaan proyek secara cermat merupakan cara-cara yang terbaik yang dapat dilakukan untuk menjamin terpakainya dana-dana kapital secara ekonomis, efisien, dan untuk memungkinkan pelaksanaan proyek secara tepat menurut waktu/jadwal.
Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Muhammad 2000). Suatu proyek dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria manfaat investasi sebagai berikut : 1)
Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (biasa disebut juga sebagai manfaat finansial).
2)
Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga manfaat ekonomi nasional).
3)
Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek.
Tujuan utama dilakukan studi kelayakan proyek adalah untuk menghindari keterlanjuran investasi yang memakan dana relatif besar yang ternyata justru tidak memberikan keuntungan secara ekonomi.
Manfaat yang diharapkan dari
dilakukannya studi kelayakan proyek adalah memberikan masukan informasi kepada pengambil keputusan dalam rangka untuk memutuskan dan menilai alternatif proyek investasi yang akan dilakukan (Gittinger 1986). Gittinger (1986), menyatakan bahwa proyek pertanian memiliki enam aspek yang harus dipertimbangkan, yaitu aspek teknis, aspek manajemen, aspek pasar, aspek sosial, aspek finansial, dan aspek ekonomi. Dalam penelitian ini akan dibahas lima aspek pertama dalam usaha pengusahaan srikaya organik. Aspek-aspek tersebut, yaitu: 1)
Aspek Pasar Aspek komersial dari suatu proyek adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek (Gittinger 1986). Menurut Kadariah et.al, (1999), aspek komersial menyangkut penawaran input (barang dan jasa) yang diperlukan proyek, baik waktu membangun proyek maupun pada waktu proyek sudah berproduksi, dan menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi oleh proyek. Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran mereka. Alat-alat ini membentuk suatu bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat-alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terusmenerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran.
Alat-alat itu
diklasifikasikan menjadi empat kelompok yang luas yang disebut empat P dalam pemasaran yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Empat P menggambarkan pandangan penjual tentang alat-alat pemasaran yang dapat digunakan untuk mempengaruhi pembeli (Kotler 2004) 2)
Aspek Teknis Menurut Gittiger (1986), analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan), dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Analisis secara teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek pertanian yang diusulkan, keadaan tanah di daerah proyek dan potensinya bagi pembangunan pertanian, ketersediaan air, varietas benih tanaman dan bibit ternak yang cocok dengan areal proyek, pengadaan produksi, potensi dan keinginan penggunaan mekanisasi dan pemupukan areal dan alat-alat kontrol yang diperlukan. Menurut Husnan dan Muhammad (2000), aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek teknis, yaitu : a)
Lokasi Proyek Lokasi proyek untuk perusahaan industri mencakup dua pengertian, yaitu lokasi dan lahan pabrik serta lokasi bukan pabrik. Pengertian lokasi bukan pabrik mengacu pada lokasi untuk kegiatan yang secara langsung tidak berkaitan dengan proses produksi, yaitu lokasi bangunan administrasi perkantoran dan pemasaran. Terdapat beberapa variabel yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi proyek. Variabel ini dibedakan ke dalam dua golongan besar, yaitu variabel utama (primer) dan variabel bukan utama (sekunder). Variabel utama meliputi ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, serta fasilitas transportasi. Sedangkan variabel-variabel bukan utama meliputi hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat dan rencana masa depan perusahaan.
b)
Skala Operasi atau Luas Produksi Skala operasi dan luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Pengertian kata “seharusnya” dan “keuntungan yang optimal”, mengandung maksud untuk mengkombinasikan faktor eksternal dan internal perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan, persediaan kapasitas mesin-mesin, jumlah, dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemapuan finansial dan manajemen serta kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang.
c)
Layout Layout
merupakan
keseluruhan
proses
penetuan
bentuk
dan
penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahan. Dengan demikian pengertian layout mencakup layout site (layout lahan lokasi proyek), layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik, dan fasilitasfasilitasnya. Dalam layout pabrik terdapat dua tipe utama, yaitu layout fungsional (layout process) dan layout produk (layout garis). d)
Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, disamping kriteria lain yaitu ketepatan jenis teknologi yang dipilih dengan bahan mentah yang digunakan, keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang memiliki ciri-ciri mendekati lokasi proyek, kemampuan pengetahuan penduduk
(tenaga
kerja)
setempat
dan
kemungkinan
pengembangannya serta pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih sebagai akibat keusangan. 3)
Aspek Manajemen Aspek manajemen membicarakan tentang bagaimana merencanakan pengelolaan proyek tersebut dalam operasinya nanti. Hal yang diperhatikan dalam aspek ini adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan
yang diperlukan agar usaha dapat berjalan dengan lancar, persyaratanpersyaratan yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan tersebut, struktur organisasi yang digunakan, penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Muhammad 2000). 4)
Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan Selain mempertimbangkan aspek pasar, teknis, dan manajemen, tidak dapat ditinggalkan pertimbangan mengenai aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Analisis aspek ini perlu dilakukan, karena sebuah proyek harus mempertimbangkan pola dan kebiasaan-kebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani oleh proyek.
Beberapa pertanyaan yang biasa dijadikan
masalah adalah mengenai penciptaan kesempatan kerja atau bagaimana kualitas hidup masyarakat. Analisis aspek sosial penting, untuk melihat pengaruh baik atau buruk terhadap lingkungan atas proyek yang dijalankan (Gittinger 1986). 5)
Aspek Finansial Aspek finansial merupakan proyeksi anggaran penerimaan dan pengeluaran bruto pada masa yang akan datang setiap tahunnya (Gittinger, 1986). Menurut Husein Umar (2003), tujuan menganalisis aspek finansial dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus.
3.1.2. Teori Biaya dan Manfaat Dalam menganalisis suatu proyek, tujuan-tujuan analisis harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya dan manfaat. Secara sederhana suatu biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan (Gittinger 1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Biaya dapat dibedakan sebagai berikut :
1)
Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, seperti tanah , bangunan, pabrik, dan mesin.
2)
Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.
3)
Biaya lainnya, seperti pajak, bunga, dan pinjaman. Sedangkan manfaat dapat dibagi menjadi tiga bagian (Kadariah 1999) :
1)
Manfaat langsung (direct benefit) yang diperoleh dari adanya kenaikan nilai output, fisik, dan atau dari penurunan biaya.
2)
Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yang disebabkan adanya proyek tersebut dan biasanya dirasakan oleh orang tertentu dan masyarakat berupa adanya efek multiplier, skala ekonomi yang lebih besar, dan adanya dynamic secondary effect, misalnya perubahan dalam produktivitas tenaga kerja yang disebabkan oleh keahlian.
3)
Manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang (intangible effect), misalnya perbaikan lingkungan hidup, perbaikan distribusi pendapatan, dan lainnya.
3.1.3. Analisis Finansial Analisis finansial adalah analisis yang digunakan untuk membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Muhammad 2000). Berbagai teknik analisis yang digunakan adalah : Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio), Payback Period (PBP), analisis sensitivitas dan analisis Switching Value. 1)
Net Present Value (NPV) Net Present Value diartikan sebagai nilai bersih sekarang arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran awal. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu: a)
NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung maupun rugi.
b)
NPV > 0, artinya suatu proyek dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan.
c)
NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan, atau dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan.
2)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif. Kriteria investasi berdasarkan Net B/C adalah :
3)
a)
Net B/C = 1, maka NPV = 0, artinya proyek tidak untung ataupun rugi
b)
Net B/C > 1, maka NPV > 0, artinya proyek tersebut menguntungkan
c)
Net B/C < 1, maka NPV < 0, proyek tersebut merugikan
Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan Net Present Value (NPV) sama dengan nol.
Menurut
Gittinger (1986), IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila memiliki nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan suatu investasi dianggap tidak layak apabila memiliki nilai IRR yang lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku. 4)
Payback Period (PBP) Payback Period atau tingkat pengembalian investasi merupakan suatu metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur periode jangka waktu pengembalian modal.
Semakin cepat
modal kembali, maka akan semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Muhammad 2000).
3.1.4. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Analisis senstivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisis kelayakan proyek yang telah dilakukan, tujuannya yaitu untuk melihat pengaruh yang akan terjadi apabila keadaan berubah. Hal ini merupakan suatu cara untuk menarik perhatian pada masalah utama proyek yaitu proyek selalu menghadapi ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah diramalkan Suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (Switching value). Bila ingin menghitung suatu nilai pengganti maka harus menanyakan berapa banyak elemen yang kurang baik dalam analisis proyek yang akan diganti agar proyek dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya suatu proyek. Pengujian dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besarnya proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol (NPV=0). NPV sama dengan 0 akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama dengan 1 (Gittinger 1986).
Pada proyek di bidang pertanian terdapat empat
masalah utama yang mengakibatkan proyek sensitif terhadap perubahan, yaitu perubahan harga jual, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya, dan perubahan volume produksi. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Permintaan produk pertanian organik dunia mencapai 15 – 20 persen per tahun, namun pangsa pasar yang mampu dipenuhi hanya berkisar antara 0,5 – 2 persen dari keseluruhan produk pertanian. Hal inilah yang memacu permintaan produk pertanian organik dari negara-negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki peluang yang besar menjadi produsen pertanian organik, karena masih banyak sumberdaya lahan yang dapat dibuka
untuk
mengembangkan
sistem
pertanian
organik,
memiliki
keanekaragaman plasma nutfah, ketersediaan bahan organik yang cukup banyak, teknologi untuk mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia seperti pembuatan kompos, pestisida hayati, dan lain-lain. Beberapa komoditas yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah, dan obat, serta peternakan. Salah satu tanaman hortikultura yang dapat dibudidayakan dengan teknik pertanian organik adalah srikaya (Annona squamosa L).
Daerah pengembangan tanaman srikaya sampai saat ini masih terbatas, hal ini dikarenakan masyarakat menanam srikaya hanya sebagai tanaman perkarangan rumah bukan untuk dikomersilkan. Oleh karena itu, buah srikaya sulit sekali ditemukan di pasar dan hal ini dapat menjadi suatu prospek bisnis bagi pengusaha agribisnis. Beberapa pertimbangan yang menjadikan srikaya berpotensi untuk diusahakan dengan tujuan komersial antara lain, buah srikaya merupakan komoditas buah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai jual yang tinggi dan buah srikaya merupakan salah satu komoditi yang memiliki nila gizi yang tinggi. Salah satu daerah di Indonesia yang memproduksi buah srikaya cukup besar adalah Kota Sumenep, Madura. Bahkan pada bulan Desember 2003, buah srikaya varietas langsar dijadikan sebagai buah unggul nasional. Sedangkan di daerah lain seperti di Jakarta dan Jawa Barat buah srikaya sangat sulit dijumpai, hal ini dikarenakan masyarakat menanam srikaya hanya sebagai tanaman perkarangan rumah bukan untuk dikomersilkan. Perusahaan pertanian organik Wahana Cory melihat hal tersebut sebagai peluang usaha karena masih sedikit masyarakat yang memproduksi buah srikaya dalam jumlah besar. Saat ini ada sekitar enam toko buah di wilayah Jakarta dan Bogor yang merupakan pelanggan tetap Wahana Cory yang melakukan permintaan buah srikaya kepada perusahaan Wahana Cory. Perusahaan tersebut mengestimasikan permintaan buah srikaya dalam 1 tahun sebanyak 10-15 ton dan untuk memenuhi permintaan tersebut Wahana Cory melakukan pengusahaan srikaya organik pada lahan seluas 5.000 m2.
Selain itu tanaman srikaya
merupakan tanaman tropis yang dapat tumbuh pada semua jenis tanah sehingga diharapkan mudah untuk dibudidayakan di areal tanam Wahana Cory. Wahana Cory juga memberikan citra yang khas dengan menjadikan produk buah srikaya sebagai suatu komoditi organik yang memiliki keterjaminan bebas dari bahan kimia buatan dan berwawasan lingkungan. Diperlukan investasi yang besar untuk mengembangkan usaha budidaya srikaya organik, diantaranya investasi untuk lahan pembudidayaan tanaman srikaya organik dan berbagai biaya operasional yang dapat mendukung keberhasilan suatu usaha.
Pengusahaan
srikaya organik sangat ditentukan oleh lamanya tanaman srikaya dapat berproduksi dengan baik, yaitu pada usia 2 tahun sampai usia 12 tahun, sehingga
perlu dilakukan analisis kelayakan bisnis sebagai suatu bahan pertimbangan apakah rencana pengembangan bisnis berupa pengembangan usaha buah srikaya organik, layak atau tidak untuk dilakukan. Kriteria kelayakan suatu investasi dapat dilihat dari aspek non-finansial dan aspek finansial.
Aspek non-finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan.
Aspek pasar
mengkaji tentang potensi pasar dan strategi pemasaran srikaya organik. Aspek teknis mengkaji tentang lokasi usaha, skala usaha, teknis budidaya srikaya organik, dan penanganan pascapanen. Untuk aspek manajemen megkaji tentang srtuktur organisasi, deskripsi pekerjaan serta kebutuhan tenaga kerja. Sedangkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan mengkaji tentang penyerapan tenaga kerja serta dampak terhadap lingkungan sekitar. Penilaian terhadap aspek finansial didasarkan pada kriteria kelayakan secara finansial yang terdiri dari kriteria Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PBP), dan analisis sensitivitas usaha srikaya organik. Analisis sensitivitas diperlukan dikarenakan dalam pengusahaan srikaya organik terdapat permasalahan, yaitu terjadinya perubahan jumlah produksi srikaya organik yang disebabkan oleh perubahan cuaca dan iklim dan perubahan biaya operasional yang berkaitan dengan pengusahaan srikaya organik. Analisis yang digunakan adalah analisis nilai pengganti (Switching Value). Dengan analisis Swithing Value akan diperoleh seberapa besar perubahan maksimal pada variabel utama akan membuat proyek masih layak dijalankan (NPV = 0). operasional penelitian ini secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 1.
Kerangka
Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan sehingga permintaan masyarakat pada produk-produk pertanian organik meningkat
-
Perusahaan Wahana Cory Pengembangan pertanian organik Permintaan terhadap buah srikaya
Analisis Kelayakan Usaha Buah Srikaya Organik B
Aspek Non-Finansial
Aspek Finansial : NPV IRR Net B/C Payback Period
Aspek Pasar: potensi pasar, strategi pemasaran srikaya organik
-
Aspek Teknis: lokasi usaha, skala usaha, teknis budidaya, dan penanganan pascapanen
Analisis Sensitivitas Switching Value
Aspek Manajemen: Struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, kebutuhan tenaga kerja Aspek Sosial ekonomi dan lingkungan: penyerapan tenaga kerja, dampak terhadap lingkungan sekitar
Layak
Pengembangan usaha srikaya organik
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Tidak Layak
Pengusahaan srikaya organik masih perlu perbaikan
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan pertanian organik Wahana Cory yang terletak di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Wahana Cory merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang agribisnis sebagai produsen sayuran dan buah organik yang mempunyai rencana untuk melakukan pengembangan usaha srikaya organik, sehingga akan menarik untuk dilakukan penelitian mengenai kelayakannya. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Februari-April 2009. 4.2. Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif.
Alat pengumpul data yang
digunakan adalah panduan pertanyaan, alat pencatat, dan alat penyimpan elektronik. 4.3. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu mulai dari bulan Februari-April 2009. Metode yang digunakan selama pengumpulan data, yaitu metode observasi langsung, wawancara dengan manajer perusahaan, pegawai perusahaan, dan toko pertanian, sedangkan data sekunder diperoleh dari data-data perusahaan, Direktorat Jendral Hortikultura, Badan Pusat Statistik, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Perpustakaan IPB, dan Perpustakaan Fakultas Pertanian, buku-buku, penelitian terdahulu, dan informasi-informasi dari internet yang sesuai dengan topik penelitian. 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diolah dan dianalisis dalam penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif dianalisis untuk mengkaji aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan menganalisis kelayakan aspek finansial pengusahaan srikaya organik melalui kriteria kelayakan yaitu, Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PBP), dan analisis sensitivitas. Data kuantitatif akan diolah dengan Microsoft Excel 2007 dan kalkulator. Pemilihan program didasarkan pada alasan bahwa program tersebut merupakan program yang telah banyak dan mudah digunakan. Untuk data kualitatif diolah dan disajikan dalam bentuk narasi. Tujuan utama dilakukan analisis kelayakan usaha srikaya organik adalah untuk menghindari kerugian investasi yang relatif besar dan untuk menghindari kerugian di masa yang akan datang. Analisis dilakukan terhadap aspek-aspek di dalam studi kelayakan usaha, yaitu: 1)
Analisis Non Finansial a)
Analisis Aspek Pasar Analisis pada aspek pasar dilakukan secara kualitatif.
Aspek
komersial dari suatu proyek adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek (Gittinger 1986). Aspek pasar dikatakan layak jika potensi pasar srikaya organik dan pangsa pasar srikaya organik dinilai memadai untuk pemasaran produk, pasar input tersedia dalam jumlah yang cukup dan produk yang dimiliki memiliki daya saing atau keunggulan dibanding produk serupa yang dimiliki oleh perusahaan pesaing. b)
Analisis Aspek Teknis Menurut Gittiger (1986), analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa.
Analisis ini dilakukan secara kualitatif untuk
mengetahui apakah usaha srikaya organik dapat dilaksanakan secara teknis seperti lokasi usaha, skala usaha, teknis budidaya srikaya organik dan penanganan pascapanen.
Aspek teknis berpengaruh
sangat besar terhadap kelancaran proses produksi srikaya organik. c)
Analisis Aspek Manajemen Analisis ini dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui apakah fungsi manajemen pada Wahana Cory dapat diterapkan dalam kegiatan operasional usaha srikaya organik. Usaha srikaya organik dikatakan
layak jika perusahaan Wahana Cory menggunakan sistem manajemen sesuai dengan kebutuhan perusahaan sehingga dapat membantu tercapainya tujuan perusahaan dilihat dari struktur organisasi perusahaan, deskripsi pekerjaan, dan kebutuhan tenaga kerja. d)
Analisis Aspek Sosial Penilaian
aspek
sosial
diperlukan
untuk
mengkaji
perluasan
kesempatan kerja serta dampak proyek terhadap lingkungan sekitar karena pertimbangan ini berhubungan langsung dengan kelangsungan suatu usaha. 2)
Analisis Finansial Analisis ini dilakukan secara kuantitatif dan alat analisis yang digunakan untuk menguji kelayakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PBP) dan tingkat sensitivitas atau Switching Value. a)
Net Present Value (NPV) Analisis nilai bersih sekarang adalah salah satu dari alat analisis untuk menguji kelayakan dari suatu investasi. NPV usaha srikaya organik merupakan nilai sekarang (Present Value) dari selisih antara manfaat (benefit) dengan biaya (cost) pada tingkat diskonto tertentu. Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut :
Keterangan : NPV
= Nilai bersih sekarang (Rupiah)
Bt
= Penerimaan (benefit) bruto usaha srikaya organik yang merupakan perkalian antara harga jual buah srikaya organik dengan jumlah buah srikaya organik yang dhasilkan pada tahun ke-t.
Ct
= Biaya (cost) total bruto usaha srikaya organik pada tahun ke-t.
Biaya ini terdiri dari biaya investasi dan biaya
operasional. Biaya investasi terdiri dari biaya lahan, biaya bibit tanaman srikaya dan biaya peralatan pendukung. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap
(gaji tetap,
pembayaran listrik, air dan telepon, transportasi, serta PBB), dan biaya variabel (biaya pupuk organik, pestisida alami, dan label). i
= Tingkat suku bunga yang berlaku (%)
n
= Umur ekonomis proyek usaha srikaya organik yang didasarkan pada umur ekonomis tanaman srikaya yaitu selama 12 tahun
t
= Tahun
Penilaian kelayakan finansial NPV terbagi atas : 1.
NPV > 0, berarti secara finansial usaha srikaya organik layak dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya.
2.
NPV = 0, berarti secara finansial usaha srikaya organik sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh diperlukan untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.
3.
NPV < 0, berarti secara finansial usaha srikaya organik tidak layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan.
b)
Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return merupakan tingkat pengembalian yang dapat dibayar atas sumber-sumber yang digunakan untuk menutupi pengeluaran investasi dan operasional selama umur usaha srikaya organik. Nilai IRR diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan : IRR
= Tingkat internal hasil (%)
NPV1 = Nilai bersih sekarang yang bernilai positif (Rupiah) NPV2 = Nilai bersih sekarang yang bernilai negatif (Rupiah) i1
= Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif (%)
i2
= Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif (%)
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan IRR yaitu : 1.
IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, berarti investasi layak untuk dilaksanakan.
2.
IRR = tingkat suku bunga yag berlaku, berarti investasi tidak menguntungkan dan juga tidak merugikan.
3.
IRR < tingkat suku bunga yang berlaku, berarti investasi tidak layak untuk dilaksanakan.
c)
Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit-Cost Ratio merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari net benefit yang positif dengan net benefit yang negatif. Rumus yang digunakan dalam perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut :
Keterangan : Bt
= Penerimaan (benefit) bruto usaha srikaya organik yang diterima pada tahun ke-t
Ct
= Biaya (cost) bruto usaha srikaya organik yang dikeluarkan pada tahun ke-t
i
= Tingkat suku bunga yang berlaku
n
= Umur ekonomis usaha srikaya organik
t
= Tahun
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan Net B/C yaitu :
1.
Net B/C > 1, maka usaha srikaya organik layak atau menguntungkan.
2.
Net B/C = 1, maka usaha srikaya organik tidak untung ataupun rugi.
3.
Net B/C < 1, maka usaha srikaya organik tidak layak atau tidak menguntungkan.
d)
Payback Period (PBP) Payback Period atau periode pengembalian kembali merupakan metode yang mengukur periode jangka waktu atau jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal (investasi). Rumus yang digunakan dalam perhitungan Payback Period adalah sebagai berikut :
Keterangan : I
= Besarnya investasi yang diperlukan
Ab = Benefit bersih yang dapat diperoleh setiap tahun e)
Analisis Switching Value Analisis Switching Value dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perubahan pada tingkat manfaat dan biaya dapat terjadi, sehingga masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi. Pada proyek di bidang pertanian terdapat beberapa masalah utama yang mengakibatkan proyek sensitif terhadap perubahan, yaitu perubahan harga jual, kenaikan biaya, dan perubahan volume produksi. Analisis Switching Value dalam penelitian ini dilakukan menggunakan parameter penurunan jumlah produksi srikaya organik karena dipengaruhi teknik budidaya dan kondisi lingkungan serta peningkatan biaya operasional yang dapat mempengaruhi penerimaan perusahaan.
4.5. Asumsi Dasar Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis kelayakan usaha srikaya organik di perusahaan Wahana Cory yaitu : 1)
Modal yang digunakan oleh perusahaan Wahana Cory berasal dari modal sendiri.
2)
Umur proyek yang ditetapkan berdasarkan atas umur ekonomi tanaman srikaya yaitu 12 tahun.
3)
Biaya yang dikeluarkan untuk pengusahaan srikaya organik terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional.
Biaya investasi terdiri dari pembelian
tanah, pembibitan, pembeliaan peralatan, perlengkapan dan barang inventaris lainnya yang dikeluarkan pada tahun pertama. Sedangkan biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. 4)
Terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan berdasarkan umur ekonomis peralatan-peralatan yang diinvestasikan.
5)
Luas lahan yang akan diteliti adalah 5.000 m2. Hal ini berdasarkan kondisi yang terjadi di lapangan.
6)
Bibit srikaya untuk pengusahaan tersebut diperoleh dari pembibitan sendiri yang dilakukan oleh perusahaan.
7)
Terdapat empat tanaman srikaya yang telah berumur dua tahun dan dijadikan tanaman induk untuk pembibitan.
8)
Jenis srikaya yang diusahakan adalah jenis new varietas dan srikaya Australia.
9)
Tanaman srikaya mulai dipanen pada umur 3 tahun setelah penanaman.
10) Total produksi adalah jumlah srikaya organik yang dihasilkan selama satu tahun. Nilai total penjualan adalah hasil kali antara total produksi dengan harga jual. 11) Harga jual srikaya organik Rp 60.000 per kg. Harga tersebut merupakan harga yang ditetapkan oleh perusahaan. 12) Tingkat suku bunga (discount rate) yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito karena pemilik tidak melakukan pinjaman kepada bank. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito rata-rata Bank Indonesia tahun 2008, yaitu sebesar 9%.
13) Harga input dan output yang digunakan dalam penelitian adalah harga konstan yang berlaku pada tahun 2009. 14) Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progresif berdasarkan UU No. 17 tahun 2000 tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap, yaitu : a)
Penghasilan ≤ Rp 50 juta dikenakan pajak sebesar 10 persen
b)
Penghasilan Rp 50 – Rp 100 juta dikenakan pajak sebesar 15 persen
c)
Penghasilan ≥ Rp 100 juta dikenakan pajak sebesar 30 persen
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Kondisi Geografis Perusahaan pertanian Wahana Cory terletak di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.
Desa Tamansari berada pada
ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, merupakan kawasan yang berbukit di bawah kaki Gunung Salak. Kondisi ini yang menyebabkan udara sejuk dengan suhu rata-rata 25˚C - 30˚C. Jenis tanah terdiri dari regosol coklat dan litosol yang berasal dari bahan induk pasir vulkan dengan tekstur agak kasar dan drainase cepat dengan derajat keasaman tanah (pH) 5 – 7. Kecamatan Tamansari memiliki curah hujan tipe A dengan rata-rata hujan 2.785,6 mm/tahun.
Kecamatan
Tamansari memiliki batas wilayah sebagai berikut : 1)
Sebelah Utara
2) 3) 4)
: berbatasan dengan Kecamatan Ciomas dan Bogor Selatan Sebelah Selatan
Sebelah Barat
: berbatasan dengan Gunung Salak
: berbatasan dengan Kecamatan Tenjolaya dan Dramaga
Sebelah Timur
: berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk
Kecamatan Tamansari merupakan kawasan resapan air dan kawasan hijau dengan mengintensifkan dan melestarikan tanaman tahunan dan mengadakan gerakan rehabilitasi lahan kritis dengan penanaman pohon. Kecamatan Tamansari telah memiliki jaringan infrastruktur yang baik. Sebagian wilayah pengembangan pertanian perkotaan, produksi pertanian pangan yang menonjol adalah jagung, talas, singkong, kacang-kacangan, pepaya, durian, rambutan, sirsak, dan mentimun. Disamping itu Kecamatan Tamansari merupakan sentra tanaman hias yang pemasarannya telah memasuki pangsa lokal, regional dan mancanegara. Jaringan transportasi di Kecamatan Tamansari cukup baik, kondisi jalan relatif baik, sebagian besar telah beraspal dan seluruh wilayah dapat dilalui oleh kendaraan beroda empat sepanjang tahun. Sedangkan pelayanan jaringan listrik PLN telah menjangkau seluruh wilayah yang dimanfaatkan untuk kebutuhan pemukiman, perkantoran, industri, perdagangan dan jasa.
Khusus untuk
penerangan jalan umum (PJU), sebagian besar Wilayah Tamansari telah dilengkapi dengan PJU yang tiap tahun selalu diadakan penambahan PJU untuk peningkatan sarana umum pelistrikan. Untuk prasarana komunikasi masyarakat,
mayoritas dilayani oleh PT Telkom dan sebagian dengan sarana handphone yang dimiliki oleh warga masyarakat. Berdasarkan keadaan geografis lokasi usaha srikaya organik, diharapkan pengusahaan srikaya organk dapat berkembang dengan baik. Jika di lihat dari kondisi fisik, lokasi usaha berada pada kondisi yang sesuai dengan kriteria tumbuh tanaman srikaya, sehingga diharapkan srikaya organik dapat berproduksi sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan, sedangkan bila dilihat dari sarana dan prasarana, lokasi usaha berada dekat dengan pasar yang menjadi tujuan perusahaan dan tidak ada hambatan pada akses jalan. 5.2. Keragaan Umum Perusahaan 5.2.1. Sejarah dan Perkembangan Usaha Usaha pertanian organik Wahana Cory berawal dari hobi pemilik dan istrinya yaitu Bapak Dedi Haryanto dan Ibu Suryani Hasyim. Pemilik mempunyai kegemaran pada kegiatan bercocok tanam, dan untuk mengembangkan hobinya tersebut pemilik membeli lahan di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor seluas 5.000 m2. Lahan tersebut ditanami berbagai tanaman buah-bahan seperti lengkeng, durian, jambu, dan beberapa jenis sayuran yang hasilnya dikonsumsi oleh Bapak Dedi dan keluarga pada saat mengunjungi kebun. Bapak Dedi dan keluarga mengunjungi kebun tersebut setiap akhir pekan dan untuk mengurus kebun. Pada lahan tersebut Bapak Dedi memperkerjakan seorang petani dan petani tersebut diperbolehkan untuk mengambil hasil panen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lahan di daerah tersebut sangat subur dan cocok ditanami sayuran. Kemudian timbul ide untuk mengembangkan usaha sayuran organik. Ide tersebut muncul karena kondisi tanah yang masih sangat subur dan belum pernah dilakukan budidaya tanaman yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Pada Februari 2006, pemilik mengadakan penyuluhan kepada 40 orang petani dari beberapa desa di sekitar kebun.
Materi penyuluhan berisi konsep dan pola
pertanian organik. Penyuluhan tersebut bertujuan agar para petani tertarik untuk mengembangkan pertanian organik dan juga agar para petani tersebut dapat bermitra dengan Bapak Dedi untuk menghasilkan sayuran organik.
Pada tanggal 8 Mei 2006, Bapak Dedi meresmikan pertanian organik miliknya sebagai usaha dengan nama Wahana Cory. Nama Cory diambil dari bahasa latin yang artinya keindahan, sehingga Wahana Cory memiliki arti sebagai tempat keindahan. Pada saat itu Wahana Cory mulai mengusahakan sayuran organik namun terdapat suatu permasalahan mengenai pemasaran yang akan dilakukan terhadap produksi sayuran Wahana Cory karena pada awalnya sayuran tersebut belum sepenuhnya diperlakukan secara organik, sehingga hanya dipasarkan di pasar tradisional yaitu Pasar Bogor selama kurang lebih 2 – 3 bulan dan dengan harga jual yang relatif rendah. Untuk mendapatkan pengakuan resmi sebagai produsen sayuran organik, pada bulan Juli 2006 Wahana Cory melakukan uji laboratorium di Departemen Kimia, Fisika, dan Lingkungan Fakultas MIPA IPB dan Balai Penelitian Tanah Depatemen Perindustrian Bogor dengan hasil uji sesuai standar pertanian organik, dimana hasil yang diperoleh yaitu tanah tempat dilakukan kegiatan usaha pertanian organik baik dan cocok untuk pertanian organik. Uji laboratorium yang dilakukan adalah tanah, air, sayuran, dan buah organik, sehingga Wahana Cory dapat mengatakan bahwa semua jenis tanaman yang ditanam di kebun Wahana Cory telah diberikan perlakuan organik. Wahana Cory hingga saat ini belum memiliki badan hukum. Seluruh modal yang digunakan untk menjalankan kegiatan usaha pertanian organik berasal dari pemilik perusahaan, tidak ada modal yang diperoleh dari orang lain atau pinjaman dari lembaga keuangan sehingga Wahana Cory dapat digolongkan dalam usaha perorangan.
Keuntungan dari bentuk usaha ini adalah pemilik
perusahaan dapat menikmati seluruh keuntungan yang diperoleh perusahaan. Sedangkan kelemahannya adalah segala bentuk kerugian atau beban perusahaan harus ditanggung sendiri oleh pemilik perusahaan.
Bapak Dedi bertanggung
jawab penuh untuk membiayai usaha dan menanggung kerugian usaha. Wahana Cory melakukan usaha budidaya sayuran organik bertujuan untuk mensejahterakan ekonomi para petani di daerah sekitar dan meningkatkan profit Wahana Cory. Untuk merealisasikan tujuan tersebut Wahana Cory membentuk plasma tani. Sistem plasma yang dilakukan oleh Wahana Cory dengan petani sayuran organik, membantu peningkatan pendapatan para petani yang tergabung
dalam plasma, karena Wahana Cory memberikan bibit, pestisida dan pupuk organik kepada para petani tanpa harus membayar. Sebagai gantinya petani harus menjual hasil produksinya kepada Wahana Cory. Harga yang dibayarkan oleh Wahana Cory kepada petani sesuai dengan harga sayuran di pasar. demikian
petani
dapat
mengurangi
biaya
produksi
dan
Dengan
meningkatkan
penghasilannya. Saat ini Wahana Cory memiliki lahan seluas 8,5 Ha dengan beberapa unit bisnis, yaitu pengusahaan pupuk organik, sayur-sayuran organik, dan buah-buahan organik seperti lengkeng, jambu, durian, mangga, pisang, nanas, manggis, buah naga, sawo, pepaya, salak, jeruk, cengkeh, dan belimbing. Namun saat ini hanya beberapa komoditas saja yang berproduksi dengan baik diantaranya sayuran, buah naga, pepaya, nanas, dan pisang selanjutnya saat ini Wahana Cory sedang mengusahakan salah satu buah tropis yaitu buah srikaya. Pada awal tahun 2009 Wahana Cory mulai mengembangkan usaha srikaya organik. Wahana Cory telah memiliki 4 pohon srikaya jenis new varietas dan srikaya Australia. Keempat tanaman tersebut telah berumur 2 tahun dan telah menghasilkan buah.
Tanaman srikaya tersebut dapat menghasilkan buah
sebanyak 1 – 5 kg/pohon setiap 2 minggu.
Buah yang dihasilkan tersebut
kemudian ditawarkan oleh perusahaan ke beberapa toko buah yang telah menjadi langganan perusahaan di wilayah Jakarta dan Bogor. Tanggapan dari konsumen untuk buah srikaya organik sangat baik, hal ini terlihat dari adanya permintaan kembali dari toko buah tersebut kepada Wahana Cory untuk mengirimkan srikaya organik.
Namun karena terbatasnya hasil produksi, perusahaan menggilir
pengiriman srikaya organik tersebut ke beberapa toko buah tiap 2 minggu. Adanya permintaan buah srikaya dari beberapa toko buah tersebut menjadi pertimbangan bagi Wahana Cory untuk mengembangkan usaha srikaya organik. Permintaan yang tinggi berasal dari konsumen di wilayah Jakarta, sedangkan di wilayah Bogor sangat sedikit, sehingga perusahaan akan lebih memfokuskan penjualannya ke konsumen di wilayah Jakarta khususnya ke kalangan masyarakat menengah ke atas yang peduli terhadap kesehatan. Permintaan buah srikaya organik pada perusahaan sekitar 10-15 ton per tahun.
Untuk memenuhi
permintaan tersebut dan sebagai awal pengusahaan srikaya organik, perusahaan
memulai usaha srikaya organik pada lahan seluas 5.000 m2 dengan perkiraan produksi mencapai 10-15 ton per tahun. Jika permintaan terus meningkat, tidak menutup kemungkinan bagi Wahana Cory untuk memperluas lahan penanaman srikaya organik. 5.2.2. Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi Wahana Cory terdiri atas Direktur, Wakil Direktur, Manajer Kebun dan bagian administrasi dan keuangan.
Struktur perusahaan
Wahana Cory dapat dilihat pada Gambar 2. Uraian jabatan berdasarkan pada struktur organisasi di Wahana Cory adalah sebagai berikut : 1)
Direktur Direktur pada Wahana Cory merupakan pemilik perusahaan. Fungsi dan tanggung jawab direktur Wahana Cory merupakan bagian dari fungsi manajemen
yaitu
perencanaan,
pengkoordinasian,
pengarahan,
dan
pengendalian. Direktur Wahana Cory sebagai wujud kegiatan perencanaan menentukan garis-garis kebijaksanaan dalam membuat suatu keputusan, dalam proses pengkoordinasian direktur membuat perjanjian-perjanjian dengan pihak luar yang terkait dengan bidang usaha perusahaan dan memfasilitasi semua kegiatan perusahaan. Direktur memberikan pengarahan kepada para karyawan dengan mengadakan rapat umum dan membuat keputusan dalam segala hal yang terkait dengan bidang usaha pertanian. Selain itu direktur juga melakukan pengendalian dengan cara mengawasi jalannya kegiatan usaha minimal satu atau dua kali dalam seminggu, mengawasi pekerjaan wakil direktur agar sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan, dan menjaga kelancaran kegiatan usaha perusahaan. 2)
Wakil Direktur Wakil direktur bertanggung jawab dalam mewakili atau membantu fungsi kerja direktur dalam kegiatan perusahaan. Wakil direktur memiliki fungsi yang hampir sama dengan direktur, yaitu mengambil dan membuat keputusan dalam bidang usaha perusahaan, menerima, dan mendengar aspirasi karyawan, melakukan rapat rutin dengan semua staf dan koordinator lapangan, dan melakukan pengendalian perusahaan dengan cara melakukan pengawasan lapangan.
3)
Manajer Kebun Manajer kebun bertanggung jawab terhadap kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan produksi, yaitu pembibitan dan persemaian, pemeliharaan, panen dan pascapanen, dan litbang. Tanggung jawab yang dilakukan oleh manajer kebun, yaitu (1) Membuat jadwal rotasi persemaian serta pembibitan, membuat laporan penyediaan bibit tanaman yang siap diproduksi, melakukan pengawasan terhadap pembuatan pupuk, mengawasi petani dalam hal menanam hasil persemaian sesuai dengan jadwal dan rotasi tanam, menjaga persediaan bibit serta perawatan terhadap bibit dan persemaian yang diproduksi, (2) Membuat jadwal pemberian pestisida, pemupukan, dan mengawasi pekerja dalam pemeliharaan tanaman, (3) Membuat jadwal panen dan estimasi jumlah hasil panen, melakukan quality control terhadap hasil panen, mengawasi kegiatan pascapanen, dan menjaga persediaan panen, dan (4) Melakukan inovasi baru dalam bidang pertanian organik serta melakukan riset dan pengembangan pertanian.
4)
Administrasi dan Keuangan Administrasi dan keuangan bertanggung jawab untuk mengatur jadwal administrasi perusahaan, bekerjasama dengan manajer kebun dalam melakukan pembayaran kepada petani dan plasma tani, mengawasi penyusunan anggaran usaha perusahaan, menyusun laporan keuangan untuk dipertanggungjawabkan kepada direktur dan wakil direktur, melakukan pengendalian dengan cara mengawasi keuangan sesuai dengan rencana dan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan, memeriksa pencatatan inventaris, menganalisa data dari semua laporan yang diterima, mengawasi sumber dan penggunaan dana, dan memantau setiap realisasi pembayaran.
Direktur (Pemilik)
Wakil Direktur
Administrasi dan Keuangan
Manajer Kebun Pembibitan dan Persemaian Pemeliharaan Panen dan Pascapanen LITBANG Gambar 2. Struktur Organisasi Wahana Cory Sumber : Wahana Cory, 2009
5.2.3. Kegiatan Perusahaan Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Wahana Cory berkaitan dengan usaha yang dijalankan khususnya dalam pengembangan usaha srikaya organik yaitu : 1)
Pengadaan Input Wahana Cory memperoleh sarana produksi untuk berbagai kegiatan usahanaya dengan cara meproduksi sendiri dan membeli pada toko pertanian di Pasar Bogor.
Sarana produksi yang diperoleh perusahaan dari toko
pertanian berupa peralatan pertanian yang biasa digunakan untuk budidaya tanaman seperti cangkul, kored, garpu, sepatu boot, sprayer, pembungkus buah, gunting pohon, dan lain-lain.
Sedangkan sarana produksi yang
dihasilkan sendiri oleh perusahaan adalah pupuk dan benih serta bibit tanaman sayur atau buah. Untuk pengusahaan pupuk organik, perusahaan memperoleh bahan baku pupuk dari sisa sayuran yang tidak terjual. Pengusahaan srikaya organik yang dilakukan oleh perusahaan menggunakan bibit yang diproduksi sendiri, dengan menggunakan empat tanaman induk jenis new varietas dan srikaya Australia yang telah dimiliki oleh perusahaan,
dilakukan sambung susu dengan bibit batang bawah varietas lokal. Harga bibit tanaman srikaya jenis new varietas dan srikaya Australia siap tanam cukup tingi yaitu berkisar antara Rp 75.000,- – Rp 150.000,-. Sehingga untuk menekan biaya produksi, perusahaan mengusahakan sendiri pembibitan srikaya tersebut. Sedangkan untuk bibit bawah digunakan varietas lokal yang diperoleh perusahaan dari salah satu produsen bibit tanaman yang berada di Jakarta. Harga satu bibit srikaya jenis lokal tersebut adalah Rp 2.500,-. Tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan berasal dari masyarakat sekitar.
Tenaga kerja umunya melakukan kegiatan yang meliputi
pengolahan tanah dan penanaman, pemeliharaan serta panen dan pascapanen. Dalam kegiatan penanaman, pemeliharaan dan panen tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja pria, sedangkan untuk pascapanen dilakukan oleh tenaga kerja wanita, hal ini dikarenakan wanita lebih teliti dalam kegiatan pascapanen seperti penyortiran, penimbangan, dan pengemasan. Besarnya upah yang diberikan oleh perusahaan adalah
Rp
25.000,- per hari kerja. Jam kerja yang ditetapkan adalah dari jam 07.30 – 15.30 WIB atau sama dengan 8 jam kerja per hari. 2)
Teknik Budidaya Srikaya Organik Pengusahaan srikaya organik tersebut dilaksanakan di lahan seluas 5.000 m2 dengan ukuran lubang tanam 50 cm x 50 cm x 50 cm dan jarak tanam 3 m x 4 m sehingga populasinya adalah 416 tanaman.
Dengan luas lahan
5.000 m2, produksi srikaya organik dapat mencapai 10 – 15 ton per tahun. Berikut ini adalah teknik budidaya tanaman srikaya organik yang diterapkan oleh Wahana Cory. a)
Pembibitan Pembibitan tanaman merupakan upaya untuk memperbanyak tanaman. Bibit yang akan digunakan dalam pengusahaan srikaya organik ini diperoleh dari pembibitan yang dilakukan sendiri oleh perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya produksi, karena harga untuk satu buah bibit srikaya jenis new varietas dan srikaya Australia siap tanam cukup tinggi yaitu berkisar antara Rp 75.000,-
– Rp 150.000,-. Pembibitan srikaya organik dilakukan secara vegetatif dengan menggunakan pohon induk yang telah ada yaitu srikaya Australia dan new varietas. Perbanyakan bibit secara vegetatif dilakukan dengan pertimbangan bahwa bibit vegetatif memiliki ciri yang sama atau identik dengan sifat induknya dan cepat menghasilkan buah. Perbanyakan bibit secara vegetatif dilakukan dengan teknik sambung susu.
Perusahaan
menggunakan
teknik
sambung
susu
dalam
pembibitan srikaya organik tersebut karena teknik sambung susu memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan teknik pembibitan lain seperti okulasi, sambung pucuk, dan cangkok. Tingkat keberhasilan pembibitan dengan teknik sambung susu mencapai 90 persen. Tahapan pembuatan bibit sambung susu dan perawatannya hingga siap tanam di kebun sebagai berikut : i)
Pilih tanaman induk yang telah berbuah lebat serta sehat dan memiliki banyak cabang.
ii)
Siapkan bibit batang bawah yang telah berumur sekitar 6-12 bulan. Bibit batang bawah yang digunakan merupakan jenis varietas lokal yaitu varietas Sumbawa, hal ini dikarenakan varietas lokal memiliki sifat yang adaptif sehingga bibit tanaman srikaya hasil sambung susu dapat tumbuh dengan baik. Wahana Cory memperoleh bibit batang bawah dari produsen bibit di Jakarta seharga Rp 2.500,- per bibit.
iii)
Media tanam bibit batang bawah yang telah dibeli diganti dengan kompos dan tanah dengan perbandingan 1 : 1, hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa bibit tersebut mendapat perlakuan secara organik.
iv)
Bibit batang bawah dipotong pada ketinggian 10 – 20 cm dari tanah dan ujungnya disayat miring.
v)
Cabang pada induk yang digunakan untuk sambung susu merupakan cabang air yang memiliki karakteristik cepat tumbuh
dibanding cabang utama.
Cabang tersebut kemudian disayat
miring. vi)
Sisipkan bibit batang bawah ke dalam sayatan cabang pada pohon induk sehingga kedua sisi sayatan antara batang bawah dan cabang induk saling bersinggungan.
vii) Balut dengan tali rafia hingga rapat benar dan pada bagian bawah polybag bibit batang bawah diikat dengan tali rafia yang kemudian diikatkan pada bambu yang dibangun melindungi tanaman induk untuk menahan beban tanah pada polybag agar cabang induk tidak patah sehingga akan terlihat bibit tersebut tergantung pada tanaman induk. Bibit-bibit tersebut dipelihara dengan dilakukan penyiraman, penyiangan dan pengendalian hama terpadu. Setelah bibit tersebut menghasilkan
tunas
yaitu
sekitar
2
bulan
sejak
dilakukan
penyambungan, bibit-bibit tersebut dipotong dan dipisahkan dari tanaman induk. Bibit yang dihasilkan tersebut tidak langsung ditanam pada lahan, tetapi dibiarkan selama 2 bulan untuk memperbaiki kondisi kesehatan bibit-bibit tersebut. b)
Pengolahan Tanah Pengolahan lahan memegang peranan yang penting dalam budidaya tanaman.
Pengolahan lahan ditujukan untuk menciptakan kondisi
pertanaman yang ideal bagi tanaman itu sendiri, yakni lahan yang gembur sehingga memudahkan bagi tanaman dalam meyerap unsur hara dari dalam tanah, banyak mengandung bahan organik dam memiliki tata air yang baik. Lahan yang digunakan dibersihkan dari gulma/tanaman-tanaman yang dapat mengganggu pertumbuhan srikaya organik.
Tahapan selanjutnya yaitu menggemburkan tanah dengan
dicangkul.
c)
Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang tanam srikaya organik adalah 50 cm x 50 cm x 50 cm dengan jarak tanaman 3 m x 4 m. Lubang tanam dibuat menggunakan cangkul atau garpu tanah.
Lubang tanam tersebut kemudian diisi
pupuk kompos sebanyak 60 kg per lubang. Pupuk kompos yang telah dimasukkan dalam lubang tanam dicampur dengan tanah galian. Lubang dibiarkan selama 1 minggu supaya gas yang terjadi karena penggalian hilang atau menguap. d)
Penanaman Setelah lubang tanam disiapkan dan bibit telah tersedia maka penanaman srikaya dapat dilakukan. Bibit srikaya dengan tinggi 70 – 100 cm dimasukkan ke dalam lubang tegak lurus dengan batas sambungan sekitar 10 cm di atas permukaan tanah.
Saat bibit
dimasukkan ke dalam lubang tanam, kantong polybag harus dibuka dengan hati-hati supaya gumpalan tidak pecah.
Kemudian lubang
ditutup dengan tanah sisa yang ada di pinggir lubang hingga batas leher perakaran tanaman lalu dipadatkan. Untuk memperkuat tanaman agar tidak roboh, tanaman diberi ajir dan diberi penyiraman air. e)
Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman
sangat
menentukan
keberhasilan usaha
budidaya, baik kualitas maupun kuantitas hasil produksi. Beberapa pemeliharaan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut : i)
Penyulaman Bibit yang mati, rusak, atau pertumbuhannya tidak sempurna harus segera diganti dengan bibit baru.
Penggantian atau
penyulaman yang terlambat dapat menyebabkan keseragaman waktu berbunga dan berbuah tidak sama. ii)
Penyiraman Penyiraman secara intensif dilakukan pada musim kemarau, karena pembentukan bunga dan buah memerlukan ketersediaan air tanah yang cukup. Penyiraman pada tanaman muda dilakukan dua kali sehari pada pagi hari dan sore hari. Sedangkan pada tanaman dewasa, penyiraman cukup dilakukan setiap 2 – 3 hari
sekali sebab tanaman telah mampu beradaptasi dan memiliki daya tahan yang tinggi. iii)
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman srikaya adalah hama penggerek batang, hama penggerek buah, ulat pemakan daun, kutu putih, dan penyakit busuk buah. Pada teknik budidaya organik yang dilakukan oleh Wahana Cory, hama yang terdapat pada tanaman srikaya dibiarkan hidup pada batas yang tidak merugikan bagi kelangsungan usaha tersebut. Jika jumlah populasi gulma atau hama sudah dianggap mengancam pertumbuhan tanaman srikaya maka dilakukan penyemprotan pestisida alami tetapi tetap membiarkan beberapa gulma atau hama untuk tetap hidup. Karena tujuan utama dari pengendalian hama adalah mencapai kualitas dan kuantitas produksi tanpa mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
iv)
Penggemburan Tanah Penggemburan tanah dapat memudahkan pergantian udara tanah dan proses peresapan air ke dalam tanah. Penggemburan tanah harus dilakukan dengan hati-hati agar perakaran tanaman tidak banyak yang rusak karena perakaran yang rusak menggangu pertumbuhan tanaman.
v)
Pemupukan Pemupukan bertujuan mengganti dan menyediakan bahan makanan bagi tanaman sekaligus memperbaiki struktur dan produktivitas tanah.
Pupuk yang digunakan adalah pupuk
organik berupa pupuk padat dan pupuk cair.
Pupuk padat
diberikan 3 kali dalam setahun, sedangkan pupuk cair diberikan tiap minggu pada tanaman srikaya. vi)
Pemangkasan Dilakukan pemangkasan pada batang dan cabang tanaman srikaya. Pemangkasan batang pada tanaman srikaya dilakukan pada tahun pertama untuk pembentukan tanaman agar tumbuh
pendek dan bercabang banyak. Sedangkan pemangkasan cabang bertujuan untuk mempermudah tanaman berbunga dan berbuah kembali setelah berbuah lebat. vii) Pembungkusan Buah Buah srikaya mudah terserang hama, terutama hama kutu buah, semut dan lalat buah. Hal ini merupakan akibat adanya kadar gula buah yang tinggi. Untuk menghindarkan serangan hama yang merugikan, maka dilakukan pembungkusan buah saat masih muda dengan menggunakan pembungkus dari nilon yang berbentuk jaring. f) Panen dan Pascapanen Pada tanaman srikaya lokal, tanaman berbuah saat berumur 4 – 5 tahun, tetapi pada tanaman srikaya jenis new varietas dan srikaya Australia, tanaman dapat berbuah lebih cepat yaitu saat berumur 2 – 3 tahun.
Buah yang siap panen ditandai dengan warna kulit buah
berubah dari hijau menjadi hijau kekuningan, jarak antar sisik buah telah merenggang dan mengeluarkan aroma yang khas. Buah yang dipanen diusahakan tidak sampai matang di pohon, tujuannya agar buah tidak rusak selama pengangkutan atau pengiriman. Buah jenis new varietas dan srikaya Australia memiliki bobot sekitar 0,5 – 1,2 kg per buah. Buah dipetik dengan memotong tangkai buah menggunakan pisau atau gunting untuk menghindari kerusakan pada buah. Panen buah srikaya tidak dilakukan secara sekaligus, tetapi pemetikan hanya dilakukan pada buah yang terpilih dan memenuhi kriteria untuk dipanen. Biasanya buah srikaya dapat dipanen setiap 2 minggu sekali dan mampu menghasilkan buah srikaya sebanyak 1 – 5 kg/pohon. Penanganan
hasil
panen
buah
srikaya
dilakukan
untuk
mempertahankan kualitas buah agar memiliki nilai jual yang tinggi. Hasil panen di kebun dikumpulkan pada tempat yang bersih dan tidak terkena sinar matahari langsung. Hal ini bertujuan menghindarkan kelayuan pada buah akibat laju respirasi yang tinggi dan memudahkan penanganan selanjutnya.
Kemudian buah dibersihkan dari segala
kotoran, terutama hama kutu putih yang menempel diantara sisik buah. Pembersihan dilakukan menggunakan kuas kering dan bersih, serta diusahakan tidak terkena air yang dapat mengakibatkan busuknya buah. Setelah itu dilakukan sortasi yang bertujuan memisahkan buah yang baik dan jelek. Buah yang jelek yaitu buah yang mengalami kerusakan fisik, banyak mengandung hama dan penyakit dan busuk. Setelah terpilih buah yang memenuhi kriteria untuk dijual, buah tersebut diberikan label. Wahana Cory menjual srikaya dalam keadaan terbuka atau curah, sehingga tidak dilakukan pengemasan. 3)
Strategi Pemasaran Wahana Cory mulai melakukan pemasaran ke supermarket pada bulan Juli 2007. Kegiatan pemasaran dilakukan oleh distributor pribadi Wahana Cory yaitu PT Cory Organic International (COI).
PT COI juga merupakan
perusahaan milik Bapak Dedi Haryanto, tetapi memiliki manajemen yang berbeda dengan Wahana Cory.
Seluruh produk yang dihasilkan oleh
Wahana Cory masuk ke PT COI dan Wahana Cory memperoleh penerimaan dari PT COI atas produk-produk yang dihasilkan.
Kemudian PT COI
menjual produk-produk tersebut ke beberapa supermarket, toko-toko sayur dan buah serta ke konsumen akhir. Untuk menjual produknya ke konsumen akhir, PT COI mempunyai gerai atau toko pribadi yang menjual produkproduk dari Wahana Cory. PT COI menjual produk-produk tersebut dengan harga yang berbeda dari yang ditetapkan Wahana Cory, hal ini dilakukan untuk menutupi biaya transportasi, risiko kerusakan produk, dan risiko produk tidak habis terjual. Walaupun antara Wahana Cory dan PT COI memiliki struktur manajemen yang berbeda, namun keduanya tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Supermarket yang menjadi pelanggan tetap Wahana Cory, yaitu beberapa Super Indo di Jakarta diantaranya Mall Cinere, Cilandak, Plaza Cibubur, Bintaro, Sunrise Garden, Pulomas dan Pamulang. Skema saluran pemasaran sayur-sayuran dan buah-buahan organik yang dilakukan oleh Wahana Cory dapat dilihat pada Gambar 3.
Untuk lebih memperkenalkan perusahaan dan produk-produk organik tersebut, Wahana Cory melakukan promosi dengan cara berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan pameran produk-produk pertanian dan melakukan penawaran produk pada supermarket atau swalayan dengan cara memberikan brosur yang berisi keterangan tentang proses produksi yang dilakukan beserta pupuk yang digunakan, keterangan bebas bahan kimia, harga produk dan alamat produsen. Promosi juga dilakukan melalui situs pribadi milik Wahana Cory, yaitu www.pangansehat.com. Situs tersebut berisi tentang profil perusahaan, produk-produk yang ditawarkan, pengertian mengenai pertanian organik, dan halaman untuk melakukan permintaan terhadap produk yang ditawarkan. Wahana Cory PT Cory Organic Internasional
Agen Penjual
Konsumen Akhir
Konsumen Akhir Gambar 3. Skema Saluran Pemasaran Srikaya Organik Wahana Cory Sumber : Wahana Cory (2009)
Wahana Cory juga akan mendistribusikan seluruh hasil panen srikaya organik tersebut melalui PT COI.
PT COI kemudian menjual srikaya
organik melalui 2 sistem yaitu dengan sistem langsung kepada konsumen melalui outlet yang dioperasikan sendiri dan sistem tidak langsung dengan cara menjual kepada pihak kedua, diantaranya toko buah, supermarket dan agen penjual. Srikaya organik tersebut sebagian dijual kepada pelanggan tetap perusahaan dan sebagian lagi dijual kepada konsumen yang bukan pelanggan tetap. Konsumen yang telah melakukan permintaan terhadap srikaya organik diantaranya 20 Super Indo yang tersebar di wilayah Jakarta, toko buah All Fresh, Total, Paradise, Sunter, dan Istana Buah Segar.
Srikaya organik tersebut dijual dalam bentuk segar untuk dikonsumsi langsung oleh konsumen.
Untuk membedakan produk organik dan an-
organik, perusaahaan memberikan label pada srikaya organik yang ditempelkan langsung pada buahnya.
Label tersebut digunakan untuk
memberikan keterangan pada konsumen mengenai nama produsen dan keterangan jaminan organik. Harga yang ditawarkan oleh Wahana Cory pada PT COI adalah Rp 60.000,- per kg, sedangkan harga pada tingkat konsumen akhir dapat mencapai kisaran Rp 75.000,- per kg. Penetapan harga berdasarkan survey terhadap harga produk srikaya yang sejenis pada lokasi yang sama. Setelah dilakukan penyesuaian terhadap mutu, perkiraan serapan pasar, biaya-biaya serta kemampuan suplai produk srikaya organik, maka dapat ditetapkan harga jualnya.
VI. ANALISIS KELAYAKAN USAHA SRIKAYA ORGANIK 6.1. Aspek Non Finansial 6.1.1. Aspek Pasar Dalam aspek pasar akan dikaji mengenai potensi pasar srikaya organik, baik dari sisi permintaan, penawaran maupun harga yang berlaku, juga strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran pemasaran yaitu produk, harga, tempat, dan promosi. 6.1.1.1. Peluang Pasar Kebutuhan masyarakat di Indonesia untuk mengkonsumsi buah-buahan diperkirakan meningkat setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi dari buah-buahan juga mempengaruhi permintaan masyarakat terhadap buah. Pada Tabel 6 dapat dilihat perkiraan konsumsi buah per kapita pada tahun 2000 – 2010 masih dibawah jumlah konsumsi yang dianjurkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) atau organisasi pangan PBB yaitu 65,75 kg per kapita per tahun agar dapat tetap sehat.
Namun pada Tahun 2015, konsumsi buah
diperkirakan mencapai 78,74 kg per kapita. Pemenuhan konsumsi buah dapat dilakukan dengan mengkonsumsi berbagai macam buah yang saat ini tersedia di pasar, salah satunya adalah buah srikaya. Buah srikaya kaya akan vitamin seperti karoten 7 IU, thiamin 0,13 mg, dan riblofamin 0,931 mg serta mengandung asam amino diantaranya tryptofan 10 mg, methionin 8 mg, dan lysin 69 mg, yang diyakini dapat digunakan sebagai obat antikanker14. Tabel 6. Perkiraan Konsumsi dan Permintaan Buah-buahan di Indonesia Tahun 2000 – 2015 Tahun
2000 2005 2010 2015
Jumlah Penduduk (Juta) 213 227 240 254
Konsumsi per Kapita (Kg/Thn) 36,76 45,70 57,92 78,74
Peningkatan Konsumsi (%) 32,50 34,00 34,50
Sumber : BPS (2007)
14
Sardi D. April 2004. Di Ujung Lidah Langsar Teruji. Trubus Edisi 413
Permintaan (Ribu Ton) 7,830 10,375 13,900 20,00
Adanya permintaan buah srikaya dari beberapa toko buah yang ada di Jakarta kepada Wahana Cory, dijadikan peluang oleh perusahaan untuk mengembangkan usaha srikaya organik. Perusahaan memperkirakan penjualan buah srikaya organik sekitar 5-10 ton per tahun. Pengusahaan srikaya organik dilakukan pada lahan seluas 5.000 m2. Jumlah penjualan srikaya organik berbeda setiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh jumlah produksi yang berbeda. Jumlah produksi srikaya organik sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim, cuaca, dan umur tanaman. Ada masanya tanaman berproduksi secara maksimal, namun ada juga masa dimana tanaman mengalami penurunan produksi. Dari seluruh produksi srikaya organik yang dihasilkan, diasumsikan 10 persen merupakan produk yang tidak dapat dijual ke pasar. Berikut ini perencanaan penjualan srikaya organik setiap bulan pada tahun ke-3 sampai tahun ke-12 pada perusahaan Wahana Cory. Tabel 7. Perencanaan Jumlah Penjualan Srikaya Organik setiap Bulan (Kg) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
3 0 0 0 832 416 416 416 832 416 416 416 832 4.992 Kg
4-6 416 416 416 832 416 416 416 832 416 416 416 832 6.240 Kg
Tahun ke7-8 832 832 832 1.248 832 832 832 1.248 832 832 832 1.248 11.232 Kg
9-10 416 416 416 832 416 416 416 832 416 416 416 832 6.240 Kg
11-12 416 416 416 416 416 416 416 416 416 416 416 416 4.992 Kg
Konsumen yang dijadikan pasar untuk srikaya organik adalah konsumen rumah tangga yang memiliki kesadaran yang tinggi akan kesehatan dan kepedulian terhadap lingkungan serta memiliki kesukaan terhadap buah tersebut. Konsumen yang menjadi sasaran merupakan masyarakat menengah ke atas dengan tingkat pendapatan yang tinggi dan bersedia mengeluarkan biaya yang tinggi untuk produk organik khususnya srikaya organik.
Permintaan buah srikaya organik saat ini cukup tinggi, namun penawaran terhadap buah srikaya khususnya srikaya organik masih sangat terbatas karena masih sedikit masyarakat yang melakukan usaha budidaya srikaya secara komersial. Hal ini membuat harga srikaya organik tinggi, yaitu Rp 60.000,- per kg. Harga tersebut berlaku di tingkat distributor, sedangkan harga pada tingkat konsumen akhir dapat mencapai kisaran Rp 75.000,- per kg. Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran srikaya organik memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan.
Dengan demikian, pasar dapat menyerap seluruh
jumlah poduksi srikaya organik yang dipanen oleh perusahaan.
6.1.1.2. Strategi Pemasaran Untuk memudahkan perusahaan dalam mencapai tujuan pemasarannya, maka perusahaan memerlukan suatu strategi yang disebut dengan Marketing Mix (bauran pemasaran). Bauran pemasaran tersebut mencakup strategi “4P” yaitu : Products (produk), Price (harga), Place (tempat), dan Promotion (promosi). 1)
Products (Produk) Produk yang ditawarkan oleh perusahaan adalah srikaya organik jenis new varietas dan srikaya Australia. Jenis varietas yang digunakan memiliki keunggulan dibandingkan srikaya jenis lokal, diantaranya ukuran yang besar, jumlah biji sedikit, penampilan fisik buah lebih menarik dan harga jual yang tinggi. Srikaya yang ditawarkan merupakan srikaya organik yang bebas dari bahan kimia buatan berbahaya. Srikaya organik dijual dalam bentuk segar untuk dikonsumsi langsung oleh konsumen.
Untuk
membedakan produk organik dan an-organik, perusaahaan memberikan label pada srikaya organik yang ditempelkan langsung pada buahnya. Label tersebut digunakan untuk memberikan keterangan pada konsumen mengenai nama produsen dan keterangan jaminan organik. 2)
Price (Harga) Produk pertanian yang dibudidayakan secara organik merupakan produk yang memiliki kelebihan dari segi harga jika dibandingkan dengan produk pertanian an-organik. Hal ini berarti produk pertanian organik memiliki harga di atas harga produk pertanian an-organik, begitu juga dengan harga
produk srikaya organik. Harga dari produk organik dan an-organik sangat berbeda, hal ini dikarenakan produk organik memerlukan proses pemeliharaan yang membutuhkan waktu lebih lama dan biaya pemeliharaan yang relatif lebih mahal dibandingkan produk an-organik, selain itu produk pertanian organik juga lebih baik untuk kesehatan karena dibudidayakan secara alami dan ramah lingkungan, tanpa menggunakan pestisida dan pupuk dari bahan kimia buatan, sehingga kualitas nutrisi alaminya terjaga. Harga dari buah srikaya an-organik jenis new varietas dan srikaya Australia adalah Rp 40.000,- per kg sedangkan harga untuk srikaya organik adalah Rp 60.000,- per kg15. Harga yang ditetapkan oleh perusahaan tersebut dapat diterima oleh pasar, hal ini dapat dilihat dari adanya permintaan srikaya organik kepada perusahaan. 3)
Place (Tempat) Tempat atau lokasi penjualan yang sesuai untuk srikaya organik adalah tempat yang sering didatangi oleh segmen pemasaran buah srikaya organik, yaitu konsumen kelas menengah ke atas yang memiliki kesadaran yang tinggi akan kesehatan, peka terhadap isu lingkungan, dan memiliki daya beli yang tinggi sehingga bersedia untuk membayar srikaya organik yang memiliki harga tinggi. Distribusi buah srikaya organik pada Wahana Cory dijalankan oleh PT Cory Organic Internasional (COI). Wahana Cory akan menjual seluruh hasil panennya pada distributor tersebut. Sistem distribusi yang dijalankan oleh PT COI adalah sistem langsung kepada konsumen melalui outlet yang dioperasikan sendiri seperti toko dan mobil toko serta sistem tidak langsung dengan cara menjual melalui pihak kedua. Dengan menjual seluruh hasil produksi ke distributor, memudahkan perusahaan menyebarkan dan memperkenalkan srikaya organik yang dimiliki, dan sudah adanya pasar yang jelas memudahkan perusahan untuk menjual produknya dan tidak takut bahwa produknya tidak terjual. Untuk saat ini perusahaan hanya menjual srikaya organik di wilayah Jakarta, karena hasil produksi saat ini baru dapat memenuhi permintaan di wilayah tersebut.
4) 15
Promotion (Promosi)
Hasil wawancara dengan Wakil Direktur Wahana Cory tanggal 11 Maret 2009
Kegiatan
ini
meliputi
semua
yang
dilakukan
perusahaan
untuk
mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada sasaran. Strategi yang digunakan adalah membangun citra proses dan produk di mata konsumen dengan melakukan kegiatan-kegiatan promosi dan komunikasi. Promosi yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pameran produk pertanian dan membuat situs pribadi perusahaan yaitu www.pangansehat.com. Dengan promosi yang dilakukan tersebut, masyarakat dapat mengenal perusahaan Wahana Cory lebih baik dan mengenal berbagai produk pertanian organik yang ditawarkan oleh perusahaan. Berdasarkan analisis peluang pasar di atas dan strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan aspek pasar maka pengusahaan srikaya organik layak untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan besarnya potensi pasar srikaya organik jika dilihat dari sisi permintaan, penawaran dan harga. Jumlah permintaan yang tidak diimbangi oleh jumlah penawaran menciptakan peluang besar pada pengusahaan srikaya organik. Selain itu dalam pemasaran srikaya organik, perusahaan tidak mengalami banyak kendala. Hal ini dapat dilihat dari produk srikaya organik yang dihasilkan dan harga yang ditetapkan oleh perusahaan dapat diterima oleh pasar, serta adanya distributor dan promosi yang dilakukan oleh perusahaan memudahkan perusahaan untuk mendistribusikan dan memperkenalkan srikaya organik ke masyarakat yang lebih luas. 6.1.2. Aspek Teknis Analisis dalam aspek teknis srikaya organik mencakup lokasi usaha, besarnya skala usaha, dan proses produksi yang digunakan. Berikut adalah hasil analisis pada tiap kriteria aspek teknis. 6.1.2.1. Lokasi Usaha Wilayah yang akan dijadikan lokasi pengusahaan srikaya organik oleh Wahana Cory adalah Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Keberhasilan suatu usaha dibidang pertanian sangat dipengaruhi oleh lokasi usaha tersebut dilakukan karena dalam usaha pertanian khususnya usaha bercocok
tanam, lokasi yang digunakan harus sesuai dengan syarat tumbuh komoditi tersebut. Begitupun dalam pengusahaan srikaya organik yang dilakukan oleh perusahaan Wahana Cory.
Perusahaan harus mengetahui bagaimana kriteria
tumbuh tanaman srikaya dan apakah srikaya dapat tumbuh serta berproduksi dengan baik di lokasi tersebut. Pada Tabel 7 dapat dilihat ketinggian, suhu, curah hujan dan pH tanah di lokasi usaha dan syarat tumbuh tanaman srikaya. Tabel 8. Ketinggian, Suhu, Curah Hujan, dan pH Tanah pada Lokasi Usaha dan Syarat Tumbuh Tanaman Srikaya No
Uraian
1
Ketinggian
2
Suhu
3
Curah Hujan
4
pH Tanah
Satuan
Lokasi Usaha
Syarat Tumbuh
Mdpl
700
100 – 1.000
˚C
25 – 30
20 – 25
mm/tahun
2.785,6
1.500 – 3.000
pH
5–7
6 – 6,5
Sumber : Kondisi Geografis Kecamatan Tamansari (2009) dan Penebar Swadaya (2005)
Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa lokasi pengusahaan srikaya organik memenuhi syarat tumbuh tanaman srikaya berdasarkan ketinggian, suhu, curah hujan, dan pH tanah. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tanaman srikaya dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada lokasi usaha yang dipilih oleh perusahaan. Selain itu lokasi usaha memiliki sarana dan prasarana yang dapat mendukung pengusahaan srikaya organik, diantaranya jaringan transportasi, pengairan, jaringan listrik, telekomunikasi, dan pemukiman. Fasilitas transportasi yang cukup baik karena sebagian besar jalan telah beraspal dan dapat dilalui kendaraan beroda empat, sehingga memudahkan pengangkutan srikaya organik. Berdasarkan letak geografisnya lokasi usaha yang berada pada Kecamatan Tamansari ini berdekatan dengan akses kota Bogor, hal tersebut dapat mempermudah perusahaan dalam mendistribusikan produknya.
Jaringan
komunikasi yang baik dapat mendukung keberhasilan suatu usaha, karena sebagian
besar
telekomunikasi.
konsumen
melakukan
pemesanaan
melalui
jaringan
Lokasi usaha yang berada dekat dengan pemukiman
memudahkan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja, karena suplai tenaga kerja harian diperoleh dari warga sekitar.
6.1.2.2. Skala Usaha Wahana Cory mulai mengusahakan srikaya organik pada awal tahun 2009. Pengusahaan tersebut dilakukan pada lahan seluas 5.000 m2 karena usaha ini merupakan usaha yang baru, maka perusahaan memulai usahanya pada luas lahan tersebut untuk melihat apakah tanaman srikaya dapat berproduksi dengan baik dan seberapa besar tingkat keberhasilan usaha tersebut. Karena pada saat ini keadaan lingkungan sudah tidak menentu sehingga sulit untuk memprediksi kondisi alam. Untuk mencegah atau meminimalkan kerugian atas hal-hal yang tidak terduga, maka sebagai langkah awal perusahaan mengusahakan srikaya organik pada luas lahan tersebut. Tetapi jika usaha tersebut berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan maka tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan untuk memperluas lahan penanaman srikaya organik.
Saat ini jumlah tanaman yang sedang
diusahakan adalah 416 pohon dan pada tahun depan perusahaan berencana untuk menambah tanaman srikaya sebanyak 800 pohon. Namun rencana tersebut akan direalisasikan jika pengusahaan srikaya organik yang saat ini sedang dijalankan dapat berjalan sesuai dengan harapan. Pada Tabel 9 dapat dilihat perencanaan jumlah produksi srikaya organik setiap bulan, dari tahu ke-3 sampai tahun ke-12 pada perusahaan Wahana Cory. Tabel 9. Perencanaan Jumlah Produksi Srikaya Organik setiap Bulan (Kg) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
3 0 0 0 915,2 457,6 457,6 457,6 915,2 457,6 457,6 457,6 915,2 5.491,2 Kg
4-6 457,6 457,6 457,6 915,2 457,6 457,6 457,6 915,2 457,6 457,6 457,6 915,2 6.864 Kg
Tahun ke7-8 915,2 915,2 915,2 1.372,8 915,2 915,2 915,2 1.372,8 915,2 915,2 915,2 1.372,8 12.355,2 Kg
9-10 457,6 457,6 457,6 915,2 457,6 457,6 457,6 915,2 457,6 457,6 457,6 915,2 6.864 Kg
11-12 457,6 457,6 457,6 457,6 457,6 457,6 457,6 457,6 457,6 457,6 457,6 457,6 5.491,2 Kg
6.1.2.3. Teknik Budidaya Teknik budidaya tanaman sangat mempengaruhi suatu tanaman untuk tumbuh dan berproduksi. Jika teknik budidaya yang dilakukan tepat, maka akan menghasilkan suatu hasil yang diharapkan. Teknik budidaya srikaya organik yang dilakukan pada perusahaan Wahana Cory tidak berbeda jauh dengan teknik budidaya srikaya an-organik. Perbedaan yang paling menonjol adalah dalam hal perlakuan terhadap tanaman. Wahana Cory menggunakan prinsip seni mengelola alam dalam melakukan usaha pertanian organik. Yang dimaksud dengan seni mengelola alam adalah bagaimana cara manusia memperlakukan alam dan tetap menjaga ekosistem alam dalam menjalankan suatu bisnis. Teknik budidaya srikaya organik mencakup pembibitan, pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam, penanaman, pemeliharaan, panen dan pascapanen. Dari semua prosedur tersebut, perusahaan telah melakukan teknik budidaya dengan baik sesuai dengan yang dianjurkan.
Mulai dari pembibitan yang dilakukan
sendiri dengan teknik sambung susu, pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam dan penanaman sesuai dengan yang dianjurkan dalam literatur. Pemeliharaan tanaman srikaya organik dilakukan dengan penyulaman, pengairan, pemupukan, penggemburan tanah, pengendalian hama terpadu, pemangkasan, dan pembungkusan buah.
Untuk menjamin agar produk yang
dihasilkan merupakan produk organik, perusahaan sangat memperhatikan air dan tanah yang digunakan dalam pengusahaan srikaya organik.
Tanah yang
digunakan merupakan tanah yang sudah 5 tahun tidak dilakukan usaha pertanian dan air untuk penyiraman berasal dari air pegunungan langsung yang belum terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia yang berbahaya. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kompos dan pupuk organik cair. Untuk mengendalikan hama, perusahaan menggunakan pestisida alami, dan penggunaan pestisida tersebut dilakukan jika jumlah hama sudah sangat merugikan dan sangat mengganggu produksi srikaya organik, namun jika jumlahnya masih belum merugikan maka serangga tersebut dibiarkan hidup. Dalam hal penyerbukan, perusahaan tidak melakukan penyerbukan buatan seperti yang dianjurkan pada literatur. Hal ini dikarenakan semua komoditi yang diusahakan oleh perusahaan dilakukan secara alami, serta melihat dari pengalaman sebelumnya, tanaman srikaya yang
perusahaan miliki dapat berbuah dengan baik tanpa dilakukan penyerbukan buatan.
Selain itu jumlah srikaya yang ditanam juga menjadi pertimbangan
perusahaan untuk tidak melakukan penyerbukan buatan. Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek teknis, dapat dikatakan bahwa pengusahaan srikaya organik yang dilakukan oleh Wahana Cory adalah layak untuk dijalankan. Tidak ada masalah yang dapat menghambat jalannya kegiatan pengusahaan srikaya organik tersebut karena peralatan yang digunakan relatif sederhana seperti budidaya pertanian pada umumnya. 6.1.3. Aspek Manajemen Kemajuan Wahana Cory tidak terlepas dari adanya manajemen Wahana Cory yang baik. Wahana Cory telah memiliki pembagian tugas yang jelas. Untuk mengelola usahanya, pemilik perusahaan yang sekaligus menjabat sebagai Direktur, mempekerjakan karyawan yang ahli dan profesional di bidangnya. Karyawan tetap yang membantu pemilik perusahaan dalam mengelola usahanya adalah Wakil Direktur, Manajer Kebun, dan bagian administrasi dan keuangan. Pembagian tugas yang jelas memudahkan perusahaan dalam menjalankan usahanya, karena perusahaan menjalankan lebih dari satu unit bisnis sehingga perusahaan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan semua unit bisnis dapat dijalankan dengan baik. Terpenuhinya fungsi manajemen dalam Wahana Cory yang meliputi perencanaan, pengkoordinasiaan, pengarahan dan pengendalian membuat usaha ini layak untuk dijalankan karena semua aspek yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu bisnis telah dijalankan. Perencanaan yang baik oleh pemilik, organisasi dan pengarahan yang jelas pada perusahaan, serta kontrol yang baik terhadap semua aspek telah dijalankan dalam pengusahaan srikaya organik. 6.1.4. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan Lokasi usaha yang berada pada Kecamatan Tamansari merupakan kawasan resapan air dan kawasan hijau dengan mengintensifkan dan melestarikan tanaman tahunan dan mengadakan gerakan rehabilitasi lahan kritis dengan penanaman pohon. Dengan adanya pengusahaan srikaya organik tersebut, berarti
perusahaan ikut serta dalam program pemerintah yaitu melestarikan lingkungan. Selain itu perusahaan juga memberikan kontribusi bagi negara berupa pajak. Pengusahaan srikaya organik yang dilakukan oleh perusahaan tidak menimbulkan limbah yang dapat merusak lingkungan dan usaha ini juga menambah kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar. Dilihat dari aspek sosial ekonomi dan lingkungan tersebut, maka pengusahaan srikaya organik layak untuk dijalankan. 6.2. Aspek Finansial Analisis kelayakan finansial pengusahaan srikaya organik perlu dilakukan untuk membantu pengembangan produk pertanian ini agar lebih intensif diusahakan oleh perusahaan. Untuk mengetahui hasil kelayakan pengusahaan srikaya organik akan dilihat dari kriteria-kriteria kelayakan finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period. 6.2.1. Arus Penerimaan (Inflow) Penerimaan merupakan hasil perkalian antara kuantitas produksi yang dihasilkan dengan harga jual yang ditetapkan. Pemanenan srikaya organik dapat dilakukan setiap minggu, dua minggu, atau sebulan sekali tergantung dari kondisi buah dan kondisi lingkungan penanaman srikaya organik. Namun berdasarkan pengalaman yang pernah dilakukan oleh perusahaan, srikaya organik dapat dipanen setiap dua minggu sekali dengan kapasitas 0,5 – 2 kg/pohon. Tanaman srikaya organik dapat menghasilkan buah pada tahun ketiga sehingga penerimaan dari penjualan srikaya organik terjadi pada tahun ketiga.
Penerimaan dari
penjualan pada tahun tersebut masih rendah dibandingkan tahun berikutnya, hal ini dikarenakan pemanenan tidak dilakukan satu tahun penuh, pemanenan baru dilakukan pada bulan keempat. Jumlah produksi srikaya organik setiap tahun berbeda, hal ini dikarenakan faktor umur srikaya organik. Pada saat tanaman srikaya berumur 7 dan 8 tahun, jumlah produksi srikaya organik mencapai produksi maksimal, sedangkan pada saat umur tanaman 9 sampai 12 tahun mengalami penurunan produksi, hal tersebut dipengaruhi karakteristik tanaman srikaya yaitu semakin tua tanaman srikaya maka semakin rendah jumlah produksinya.
Harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan untuk produk srikaya organik jenis new varietas dan srikaya Australia berbeda dengan harga buah srikaya anorganik sejenisnya. Penetapan harga jual buah srikaya organik tersebut adalah Rp 60.000/kg ditingkat distributor. Perusahaan Wahana Cory menjual seluruh hasil panennya kepada distributor yaitu PT Cory Organic Internasional. Jumlah perkiraan produksi srikaya organik pada tahun ke 3 – 12 dan penerimaan dari penjualannya dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Perkiraan Penjualan dan Total Penerimaan Penjualan Srikaya Organik per Tahun pada Lahan Seluas 5.000 m2 di Wahana Cory No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
Tahun Ke3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jumlah Penjualan (Kg) 4.992 6.240 6.240 6.240 11.232 11.232 6.240 6.240 4.992 4.992
Harga Satuan (Rp) 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000
Total Penerimaan Per Tahun (Rp) 299,520,000 374,400,000 374,400,000 374,400,000 673,920,000 673,920,000 374,400,000 374,400,000 299,520,000 299,520,000 4,118,400,000
6.2.2. Arus Biaya (Outflow) 6.2.2.1. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal tahun proyek.
Biaya ini meliputi biaya pembelian tanah, biaya pembibitan, dan
pembelian peralatan pertanian. Perusahaan Wahana Cory memproduksi sendiri bibit srikaya organik, sehingga perlu dilakukan perhitungan biaya yang dikeluarkan untuk pembibitan. Pembibitan sendiri dilakukan untuk menghemat biaya pembelian bibit secara langsung, karena harga bibit yang sudah siap tanam cukup tinggi yaitu berkisar antara Rp 75.000,- – Rp 150.000,-.
Perusahaan
membeli 4 bibit siap tanam sebagai tanaman induk yang digunakan untuk pembibitan. Untuk menghasilkan jumlah bibit yang dibutuhkan pada lahan seluas 5.000 m2 diperlukan pembibitan sebanyak 2 kali dalam satu tahun. Satu tanaman
induk srikaya dapat menghasilkan 50 bibit tanaman baru dengan metode pembibitan sambung susu. Jadwal pembibitan srikaya organik sampai siap tanam dapat dilihat pada Lampiran 1, 2 dan 3. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembibitan selain bibit induk diantaranya : 1)
Bibit batang bawah, yang diperoleh perusahaan dari pengusaha pembibitan di Jakarta. Jenis varietas yang digunakan sebagai bibit batang bawah adalah srikaya jenis lokal.
2)
Polybag dan pupuk kompos, perusahaan mengganti polybag dan media tanam pada bibit batang bawah yang dibeli dari produsen. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa bibit mendapat perlakuan organik.
3)
Pupuk organik cair, diberikan pada bibit yang disambung susu setiap minggu agar dapat menghasilkan bibit baru yang berkualitas dan mencegah terjadinya kegagalan pembibitan.
4)
Tali rafia dan bambu, digunakan untuk menyangga bibit-bibit yang telah disambung pada tanaman induk agar bibit-bibit tersebut tidak goyang atau jatuh dan agar cabang pada tanaman induk yang disambung dengan bibit batang bawah tidak patah. Dalam pembibitan dengan sambung susu ini diperlukan beberapa tenaga
kerja. Tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan merupakan tenaga kerja harian yang bertugas sebagai berikut : 1)
Pembibitan, yaitu tenaga kerja tersebut melakukan pembibitan sambung susu dengan menyambungkan bibit batang bawah dengan tanaman induk. Dibutuhkan ketelitian dalam melakukan kegiatan pembibitan ini, karena sangat mempengaruhi keberhasilan bibit yang dihasilkan nantinya.
2)
Pembersihan, yaitu tenaga kerja tersebut membersihkan gulma atau hama yang dapat mengganggu bibit yang sedang diusahakan. Pembersihan bibit pada polybag ini dilakukan setiap satu bulan sekali.
3)
Pemberian pupuk organik cair dan penyiraman pada bibit, dilakukan oleh pekerja setiap satu minggu sekali. Total biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan 420
bibit tanaman
srikaya organik adalah Rp. 4.976.400, biaya tersebut jauh lebih kecil bila
dibandingkan dengan membeli bibit srikaya siap tanam walaupun membutuhkan waktu yang lebih lama karena harus melalui beberapa tahapan. Rincian biaya pembibitan yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Perincian Biaya Pembibitan Srikaya Organik Uraian Alat dan Bahan 1. Bibit Induk 2. Bibit Batang Bawah 3. Polybag 4. Pupuk Kompos 5. Pupuk Organik Cair 6. Tali Rafia 7. Bambu Tenaga Kerja 1. Pembibitan 2. Pembersihan 3. Pemberian pupuk organik cair dan penyiraman 4. Panen bibit Total Biaya
Jumlah
Satuan
Nilai/Unit (Rp)
Unit Unit Kg Kg Liter Unit Batang
150.000 2.500 17.000 1.000 1.500 750 7.500
600.000 1.050.000 71.400 210.000 1.680.000 315.000 300.000
12 4
HOK HOK
25.000 25.000
300.000 100.000
8 6
HOK HOK
25.000 25.000
200.000 150.000 4.976.400
4 420 4 210 1.120 420 40
Nilai Total (Rp)
Investasi yang diperlukan dalam pengusahaan srikaya organik selain biaya untuk pembibitan yaitu : 1)
Lahan, perusahaan mengusahakan srikaya organik pada lahan seluas 5.000 m2 .
2)
Cangkul, kored, dan garpu digunakan untuk persiapan lahan, pembuatan lubang tanam, penanaman, dan penggemburan tanah. Peralatan tersebut perusahaan beli dari awal pengusahaan srikaya organik.
3)
Sprayer digunakan untuk menyiram tanaman, pemberian pupuk organik cair, dan penyemprotan pestisida alami.
4)
Gunting pohon digunakan untuk memangkas tanaman dan panen buah srikaya organik Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk pengusahaan srikaya organik
adalah Rp 506.346.400,-. Perincian biaya investasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk pengusahaan srikaya organik dapat dilihat pada Tabel 12. Pada akhir tahun proyek pengusahaan srikaya organik, diperoleh nilai sisa sebesar Rp 500.000.000. Nilai sisa merupakan penerimaan yang diterima pada akhir umur proyek, dimana nilai ini diperoleh dari nilai sisa dari tanah. Sedangkan untuk alat-alat pertanian tidak terdapat nilai sisa, semuanya habis terpakai sampai pada akhir tahun proyek yaitu pada tahun ke-12. Tabel 12. Perincian Biaya Investasi Pengusahaan Srikaya Organik pada Lahan Seluas 5.000 m2 No
Jenis Investasi
1 2 3 4 5 6 7
Lahan Pembibitan Cangkul Garpu Kored Spayer Gunting Pohon Total
Umur Ekonomis (Tahun)
4 4 3 3 2
Jumlah
5.000 420 4 4 4 2 2
Satuan
m2 Unit Unit Unit Unit Unit Unit
Harga Satuan (Rp) 100.000 45.000 50.000 30.000 400.000 35.000
Total (Rp)
500.000.000 4.976.400 180.000 200.000 120.000 800.000 70.000 506.346.400
Pada perusahaan Wahana Cory, komoditi yang diusahakan tidak hanya srikaya organik, tetapi juga mengusahakan sayuran organik dan buah-buahan organik seperti nanas, pepaya, buah naga, dan pisang.
Oleh karena itu ada
investasi yang digunakan bersama yaitu timbangan elektrik. Timbangan elektrik tersebut, saat ini telah berumur 3 tahun dan digunakan untuk menimbang berbagai jenis sayuran dan buah-buahan sehingga dilakukan proporsi untuk biaya investasi timbangan elektrik. Besarnya proporsi ditetapkan berdasarkan jumlah sayur dan buah yang ditimbang dengan timbangan elektik tersebut. Buah yang ditimbang dengan timbangan elektrik tersebut hanya buah naga organik, sedangkan buah nanas, papaya, dan pisang tidak dihitung dengan timbangan tetapi dihitung per buah.
Proporsi penggunaan timbangan dapat dilihat pada Tabel 13.
Dalam
pengusahaan srikaya organik penggunaan timbangan tersebut dimulai pada saat tahun ke-3 proyek karena tanaman srikaya organik tersebut baru menghasilkan buah pada tahun ke-3.
Tabel 13. Proporsi Penggunaan Timbangan Elektrik setiap Unit Bisnis No Unit Bisnis 1 Sayur-sayuran 2 Buah Naga 3 Srikaya Total
Kapasitas (Kg) 2.042.880 4.800 14.976 2.062.656
Proporsi (%) 99,2213 0,2332 0,5455 100
Selain timbangan elektrik, ada biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun ke-3 yaitu pembungkus buah. Biaya untuk pembungkus buah dikeluarkan saat tanaman srikaya organik tersebut mulai menghasilkan buah. Perincian biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun ke-3 dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Biaya Investasi pada Tahun ke – 3 Jenis Investasi
Umur Jumlah Ekonomis (Tahun)
Satuan
Harga Satuan (Rp)
5
1
Unit
1.900.000
10.365,09
5
4.160
Unit
3.500
14.560.000,00 14.570.365,09
1. Timbangan Elektrik (0,5455%) 2. Pembungkus Buah berbahan nilon Total
Total (Rp)
6.2.2.2. Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional pengusahaan srikaya organik. Biaya operasional terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. 1)
Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh jumlah output yang dihasilkan perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu. Biaya tetap yang dikeluarkan pada pengusahaan srikaya organik meliputi biaya pajak bumi dan bangunan, gaji wakil direktur, gaji manajer kebun, gaji staf administrasi dan keuangan, biaya air dan listrik, biaya komunikasi dan biaya transportasi. Dilakukan proporsi biaya pada biaya tersebut kecuali biaya pajak bumi dan bangunan pada lahan seluas 5.000 m2. Proporsi
dilakukan karena pengusahaan srikaya organik yang dijalankan merupakan salah satu unit bisnis yang dimiliki oleh Wahana Cory. a)
Gaji Karyawan Tetap Wahana Cory saat ini melakukan tiga kegiatan bisnis yang terdiri dari pengusahaan pupuk organik, sayur-sayuran organik, dan buah-buahan organik, sehingga dilakukan proporsi untuk gaji tetap karyawan perusahaan berdasarkan kontribusi karyawan terhadap unit bisnis yang ada di perusahaan.
Rincian proporsi kontribusi
karyawan tetap
terhadap tiga unit bisnis perusahaan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Proporsi Kontribusi Wakil Direktur, Manajer Kebun, dan Staf Administrasi Keuangan terhadap Unit Bisnis Perusahaan No
Unit bisnis
persentase (proporsi)
1
Pengusahaan Pupuk organik
33,33
2
Pengusahaan Sayur organik
33,34
3
Pengusahaan buah organik
33,33
Total
100
Proporsi pembagian kontribusi karyawan tetap tidak terbatas pada tiga unit bisnis saja, karena dalam pengusahaan buah-buahan organik terdapat lima komoditi buah yang saat ini sedang diusahakan yaitu nanas, pepaya, pisang, buah naga, dan srikaya.
Pada tahun ke-1
sampai tahun ke-2 proporsi kontribusi karyawan tetap berbeda pada tahun ke-3 sampai tahun ke-12. Hal ini dikarenakan saat in perusahaan sedang melakukan perhatian yang lebih terhadap komoditi buah naga, nanas, dan srikaya. Pada Tabel 16 dapat dilihat proporsi kontribusi karyawan tetap pada tahun ke-1 sampai tahun ke-2.
Tabel 16. Proporsi Kontribusi Wakil Direktur, Manajer Kebun, dan Staf Administrasi Keuangan terhadap Komoditi Buah Organik pada Tahun ke-1 sampai Tahun ke-2 No
Buah organik
persentase (proporsi)
1
Nanas
8,89
2
Pepaya
3,33
3
Buah naga
8,89
4
Pisang
3,33
5
Srikaya
8,89
Total
33,33
Pada tabel di atas dapat dilihat proporsi kontribusi wakil direktur, manajer kebun, dan staf administrasi dan keuangan untuk pengusahaan srikaya pada tahun ke-1 sampai tahun ke-2 adalah 8,89 persen. Sedangkan pada tahun ke-3 sampai tahun ke-12 proporsi kontribusi karyawan tetap untuk pengusahaan srikaya berbeda yaitu 6,67 persen. Hal ini dikarenakan pada tahun ke-3 sampai tahun ke-12 kontribusi karyawan tetap untuk lima komoditas buah-buahan organik adalah sama. Berikut ini proporsi kontribusi karyawan tetap pada tahun ke-3 sampai tahun ke-12. Tabel 17. Proporsi Kontribusi Wakil Direktur, Manajer Kebun, dan Staf Administrasi Keuangan terhadap Komoditi Buah Organik pada Tahun ke-3 sampai Tahun ke-12 No
Buah organik
persentase (proporsi)
1
Nanas
6,67
2
Pepaya
6,66
3
Buah naga
6,67
4
Pisang
6,66
5
Srikaya
6,67
Total
33,33
b)
Air Biaya air merupakan biaya tetap perusahaan, dilakukan proporsi terhadap air berdasarkan penggunaannya. Penggunaan air untuk buahbuahan organik sebesar 50 persen dan dari persentase tersebut diproporsikan lagi untuk lima komoditas yang diusahakan. Proporsi untuk lima komoditas buah organik diasumsikan sama, sehingga proporsi penggunaan air oleh setiap komoditas adalah 10
persen,
begitu juga untuk pengusahaan srikaya organik. Rincian persentase penggunaan air untuk setiap unit bisnis dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Persentase Penggunaan Air No 1 2 3 4
c)
Uraian Pengusahaan Pupuk Organik Pengusahaan Sayur Organik Pengusahaan Buah Organik Vila Total
Persentase 10 30 50 10 100
Listrik Penggunaan listrik pada Wahana Cory lebih banyak digunakan untuk pengusahaan pupuk organik, karena dalam menjalankan kegiatan pembuatan pupuk organik menggunakan listrik yang besar. Sedangkan untuk pengusahaan srikaya organik tidak membutuhkan listrik tetapi biaya tersebut tetap harus dikeluarkan. Untuk pengusahaan srikaya organik diproporsikan penggunaan listrik sebesar 2 persen. Berikut ini persentase penggunaan listrik pada setiap unit bisnis. Tabel 19. Persentase Penggunaan Listrik No
Uraian
Persentase
1
Pengusahaan pupuk Organik
50
2
Pengusahaan Sayur Organik
10
3
Pengusahaan Buah Organik
10
4
Vila
30
Total
100
d)
Komunikasi Perusahaan menggunakan telepon untuk melakukan komunikasi yang berhubungan dengan kegiatan bisnis yang dilakukan.
Penggunaan
telepon untuk buah-buahan organik sebesar 50 persen dan dari persentase tersebut diproporsikan lagi untuk lima komoditas yang diusahakan. Proporsi untuk lima komoditas buah organik diasumsikan sama, sehingga proporsi penggunaan telepon untuk setiap komoditas adalah 10, persen begitu juga untuk pengusahaan srikaya organik. Pada Tabel 20 dapat dilihat persentase penggunaan telepon oleh perusahaan. Tabel 20. Persentase Penggunaan Telepon No 1 2 3 4
e)
Uraian Pengusahaan pupuk Organik Pengusahaan Sayur Organik Pengusahaan Buah Organik Vila Total
Persentase 10 30 50 10 100
Transportasi Proporsi biaya transportasi berdasarkan ruang angkut pada kendaraan yang membawa produk-produk yang dihasilkan perusahaan ke distributor di Jakarta. Angkutan tersebut membawa sayur-sayuran dan buah-buah organik. Jadwal pengiriman sayur berbeda dengan jadwal pengiriman buah. Pengiriman sayuran organik dilakukan setiap hari Jumat, sedangkan buah organik dikirim setiap hari Sabtu. Dengan demikian pengiriman buah srikaya dilakukan pada hari Sabtu bersamaan dengan buah organik lainnya. Rincian ruang angkut buahbuahan organik satu kali pengiriman dapat dilihat pada Tabel 21. Persentase penggunaan angkutan untuk srikaya organik adalah 34,62 persen, serta biaya transportasi untuk pengusahaan srikaya organik dikeluarkan pada tahun ke-3, yaitu saat tanaman srikaya telah dapat dipanen.
Tabel 21. Penggunaan Ruang Angkut Buah-buahan Organik Satu Kali Pengiriman No
Komoditi
Kapasitas
Keranjang
Persentase
1
Buah Naga
200 Kg
3
11,53
2
Nanas
200 Buah
5
19,23
3
Pepaya
500 Buah
8
30,77
4
Pisang
1 tandan
1
3,85
5
Srikaya
624 Kg
9
34,62
26
100
Total
Rincian biaya tetap pengusahaan srikaya organik yang dikeluarkan pada tahun ke-1 sampai tahun ke-2 dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Rincian Biaya Tetap untuk Pengusahaan Srikaya Organik pada Tahun ke – 1 sampai Tahun ke – 2 No
Uraian
1
PBB
2
Gaji Wakil
Nilai (Rp)
Proporsi
Proporsi
Total Biaya
berdasarkan
(Persen)
(Rp)
492.000
492.000
48.000.000 waktu kerja
8,89
4.267.200
42.000.000 waktu kerja
8,89
3.733.800
36.000.000 waktu kerja
8,89
3.200.400
Diektur 3
Gaji Manajer Kebun
4
Gaji Adm&keu
5
Biaya Air
3.600.000 unit bisnis
10,00
360.000
6
Biaya Listrik
8.400.000 unit bisnis
2,00
168.000
7
Biaya
7.200.000 unit bisnis
10,00
720.000
Komunikasi Total Biaya Tetap
12.941.400
Berikut ini rincian biaya tetap pengusahaan srikaya organik yang dikeluarkan pada tahun ke-3 sampai tahun ke-12. Tabel 23. Rincian Biaya Tetap untuk Pengusahaan Srikaya Organik pada Tahun ke – 3 sampai Tahun ke – 12 No 1 2 3 4 5 6 7 8
2)
Uraian PBB Gaji Wakil Diektur Gaji Manajer Kebun Gaji Adm&keu Biaya Air Biaya Listrik Biaya Komunikasi Biaya Transportasi Total Biaya Tetap
Nilai (Rp)
Proporsi berdasarkan
Proporsi (Persen)
Total Biaya (Rp) 492.000
48.000.000 waktu kerja
6,67
3.201.600
42.000.000 waktu kerja
6,67
2.940.000
36.000.000 waktu kerja 3.600.000 unit bisnis 8.400.000 unit bisnis
6,67 10,00 4,00
2.520.000 360.000 168.000
7.200.000 unit bisnis ruang 7.200.000 angkut
10,00
720.000
34,62
2.492.640
492.000
12.894.240
Biaya Variabel Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya dapat berubah-ubah, terpengaruh oleh jumlah output yang dihasilkan perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu. Biaya variabel pada pengusahaan srikaya organik meliputi biaya pupuk kompos, pupuk organik cair, pestisida alami, label, dan upah tenaga kerja harian. a)
Pupuk Kompos, Pupuk Cair Organik, Pestisida Alami, dan Label Pada tahun pertama pengusahaan srikaya organik, jumlah dosis pemupukan dan pemberian pestisida alami berbeda dengan tahun berikutnya. Pupuk yang diberikan adalah pupuk kompos dan pupuk organik cair. Pemberian pupuk kompos pada tahun pertama dilakukan satu kali pada saat penanaman. Pada tahun berikutnya yaitu tahun ke 2 – 12, pupuk kompos diberikan 3 kali dalam setahun dan harga pupuk kompos adalah Rp 1000,- per kg. Selain pupuk kompos, perusahaan juga memberikan pupuk cair organik untuk tanaman setiap minggu dan harga pupuk cair organik per liter adalah Rp 1.500,-. Sedangkan untuk
mengendalikan hama yang dapat merugikan pengusahaan srikaya organik, perusahaan melakukan penyemprotan pestisida alami secara rutin yaitu sebulan sekali dan harga pestisida alami adalah Rp 400,- per liter. Setiap buah srikaya organik akan diberikan label dan harga label per buah adalah Rp 500,-.
Jumlah label yang dibutuhkan sesuai
dengan jumlah buah yang diproduksi setiap tahun. Dosis pemberian pupuk kompos, pupuk cair organik dan pestisida alami serta label yang dibutuhkan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Jumlah Pupuk Kompos, Pupuk Organik Cair, Pestisida Alami dan Label pada Pengusahaan Srikaya Organik per Tahun No 1 2 3 4
b)
Uraian Pupuk Kompos Pupuk organik cair Pestisida Alami Label
Satuan
Tahun 2 3 12.480 12.480
4 – 12 12.480
Kg
1 24.960
Liter
3.344
6.672
6.672
6.672
Liter
836
1.668
1.668
1.668
17.472
29.952
Buah
Upah Tenaga Kerja Harian Tenaga kerja untuk pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, serta panen dan pascapanen merupakan tenaga kerja harian. Tenaga kerja harian untuk pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan panen dilakukan oleh tenaga kerja pria, sedangkan kegiatan pascapanen dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Besarnya upah yang diberikan adalah Rp 25.000,- per hari kerja. Jam kerja yang ditetapkan adalah dari jam 07.30 – 15.30 WIB atau sama dengan 8 jam kerja per hari. Rincian kebutuhan tenaga kerja pengusahaan srikaya organik dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Penggunaan Tenaga Kerja Pengusahaan Srikaya Organik pada Lahan Seluas 5.000 m2 Tahun 2 3
No
Kegiatan
Satuan
1 2
Persiapan Lahan Pembuatan Lubang Tanam Pemberian Pupuk Kompos Penanaman Penyulaman Penyiraman Pengendalian HPT Pemberian Pupuk Organik Cair Penggemburan Tanah Pemangkasan Panen Pasca Panen Total
HOK HOK
8 32
HOK
20
24
24
24
HOK HOK HOK HOK
34 2 120 8
96 12
96 12
96 12
HOK
64
96
96
96
HOK
32
48
48
48
12
12 36 36 360
12 48 48 384
3 4 5 6 7 8
9 10 11 12
HOK HOK HOK HOK
1
320
288
4 – 12
6.2.3. Kelayakan Finansial Pengusahaan Srikaya Organik Berdasarkan hasil perhitungan yang dapat dilihat pada Lampiran 4 mengenai analisis kelayakan pengusahaan srikaya organik maka diperoleh nilai untuk empat kriteria kelayakan pengusahaan srikaya organik yang dilakukan selama 12 tahun yang dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. No
Kriteria Kelayakan Finansial Pengusahaan Srikaya Organik pada Wahana Cory Kriteria Kelayakan
Nilai Rp 1.034.057.465,24
1
Net Present Value (Rupiah)
2
Net B/C
2,75
3
Internal Rate Return (Persen)
26,86
4
Payback Period (Tahun)
5,74
Berdasarkan analisis finansial di atas dapat dilihat bahwa pengusahaan srikaya organik ini memperoleh NPV>0 yaitu sebesar Rp 1.034.057.465,24 yang artinya proyek ini layak untuk dijalankan. NPV tersebut menunjukkan bahwa pengusahaan
srikaya
organik
akan
memberikan
keuntungan
sebesar
Rp Rp 1.034.057.465,24 selama tahun analisis terhadap tingkat diskonto (discount rate) yang berlaku yaitu 9 %. Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C, dalam pengusahaan srikaya organik ini diperoleh Net B/C>1 yaitu sebesar 2,75 yang menyatakan bahwa pengusahaan srikaya organik ini layak untuk dijalankan. Nilai Net B/C ini menunjukkan bahwa selama 12 tahun pengusahaan srikaya organik dalam luas lahan 5.000 m2 setiap pengeluaran Rp 1,- dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,75. Kriteria berikutnya adalah IRR sebesar 26,86 persen, dimana nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga (discount rate) sebesar 9 %. Payback Period yang diperoleh sebesar 5,74 tahun, yang berarti pengusahaan srikaya organik pada lahan 5.000 m2 memiliki waktu pengembalian modal selama 5 tahun 8 bulan. Hal ini menunjukan bahwa pengusahaan srikaya organik layak untuk dijalankkan karena pengembalian biaya modal atau investasi kurang dari umur proyek. Berdasarkan keempat kriteria kelayakan finansial tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengusahaan srikaya organik layak untuk dilakukan. 6.2.4. Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan untuk mengetahui sampai berapa persen penurunan jumlah produksi (Lampiran 8) dan peningkatan biaya operasional (Lampiran 9) dapat menghasilkan usaha tetap layak.
Pemilihan
penurunan jumlah produksi sebagai variabel yang dianalisis didasarkan pada hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan. Tanaman yang dibudidayakan secara organik sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan iklim serta cuaca di sekitar wilayah penanaman. Jika kondisi alam tersebut tidak mendukung atau kurang baik, maka akan mempengaruhi jumlah produksi tanaman tersebut dan saat ini kondisi alam sangat sulit untuk diperkirakan. Selain itu kenaikan biaya juga dapat mempengaruhi penerimaan perusahaan. Variabel yang digunakan adalah biaya operasional secara keseluruhan yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Hal ini dikarenakan biaya variabel cenderung stabil dan tidak menghadapi kendala
dalam pemerolehannya sehingga dilakukan perhitungan pada biaya operasional secara keseluruhan. Hasil analisis switching value dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Hasil Analisis Switching Value Pengusahaan Srikaya Organik No
Perubahan
1
Penurunan Jumlah Produksi Srikaya Organik Peningkatan Biaya Operasional
2
Persentase (%)
NPV (Rp)
Net B/C
IRR (%)
Payback Period (Tahun)
46,52
0
1
9
12
253,85
0
1
9
12
Dari hasil analisis switching value di atas dapat dilihat bahwa batas maksimal perubahan terhadap penurunan jumlah produksi srikaya organik dan peningkatan biaya operasional masing-masing adalah 46,52 persen dan 253,85 persen. Apabila perubahan yang terjadi melebihi batas tersebut, maka usaha srikaya organik ini menjadi tidak layak atau tidak menguntungkan. Besarnya penurunan produksi srikaya organik sebesar 46,52 persen menunjukkan usaha ini masih layak apabila penurunan yang terjadi tidak lebih besar dari 46,52 persen. Sementara itu, besarnya peningkatan biaya operasional sebesar 253,85 persen menunjukkan usaha ini masih layak apabila kenaikan yang terjadi tidak lebih besar dari 253,85 persen. Persentase yang dihasilkan pada peningkatan biaya operasional sangat besar yaitu lebih dari 100 persen, hal ini dikarenakan pengusahaan srikaya organik tersebut mempunyai penerimaan yang besar dari penjualannya dengan harga jual yang sangat tinggi dibandingkan dengan srikaya an-organik. Selain itu biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengusahaan srikaya organik cenderung stabil dan relatif lebih murah bila dibandingkan dengan pengusahaan srikaya an-organik yang membutuhkan jenis pupuk dan pestisida anorganik lebih banyak. Berdasarkan hasil analisis switching value di atas dapat disimpulkan bahwa penurunan jumlah produksi srikaya organik merupakan hal yang sangat sensitif terhadap kelayakan usaha dibandingkan dengan penurunan biaya operasional. Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase perubahan yang dapat mengubah tingkat kelayakan usaha srikaya organik.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan srikaya organik yang dijalankan oleh Wahana Cory layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena permintaan yang tinggi dan penawaran yang masih terbatas serta harga jual yang tinggi mengindikasikan bahwa usaha srikaya organik dapat mendatangkan keuntungan. Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan srikaya organik menggunakan peralatan yang relatif sederhana seperti budidaya pertanian pada umumnya. Berdasarkan apek manajemen, perusahaan telah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dan mempunyai struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas. Berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan srikaya organik dapat memberikan kontibusi kepada negara berupa pajak, ikut serta dalam melestarikan lingkungan karena pengusahaan srikaya organik tidak menimbulkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan sekitar, dan mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat di sekitar lokasi usaha. 2. Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period, maka pengusahaan srikaya organik oleh Wahana Cory layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPV>0 yaitu sebesar Rp 1.034.057.465,24, Net B/C>1 yaitu sebesar 2,75 dan IRR sebesar 26,86 persen, dimana nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga (discount rate) sebesar 9 % serta Payback Period yang diperoleh dalam pengusahaan srikaya organik adalah 5 tahun 8 bulan. 3. Berdasarkan analisis switching value, penurunan jumlah produksi pengusahaan srikaya organik adalah hal yang paling sensitif terhadap kelangsungan usaha dibandingkan dengan peningkatan biaya operasional.
7.2. Saran Adapun saran yang dapat direkomendasikan dalam penelitian ini antara lain : 1. Dikarenakan usaha ini baru dijalankan beberapa bulan oleh perusahaan, maka diperlukan perhatian khusus pengusahaan srikaya organik tersebut seperti lebih memperhatikan teknik budidaya yang dilakukan, menambah pasar srikaya organik, dan mempertahankan pasar yang telah ada agar usaha dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 2. Perusahaan harus tetap waspada terhadap pesaing, yaitu produsen srikaya dari dalam dan luar kota, dengan tetap mempertahankan citra yang khas dengan menjadikan produk srikaya sebagai suatu komoditi organik, walaupun saat ini belum terdapat pesaing yang dianggap mengancam bagi perusahaan. 3. Masyarakat yang tertarik pada bisnis srikaya organik, dapat menjalankan usaha ini karena pengusahaan srikaya organik mudah dilakukan dan masih terbukanya pasar untuk srikaya organik.
DAFTAR PUSTAKA Abriyanti, Dedeh S. 2007. Analisis Kelayakan Pengusahaan Sayuran Organik (Kasus di Matahari Farm, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Andoko, A. 2002. Budidaya Padi secara Organik. Penebar Swadaya. Depok. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Pertanian Indonesia. Jakarta : BPS. [Deptan] Departemen Pertanian. 2002. Peluang Usaha Pengembangan Agribisnis. Jakarta : Departemen Pertanian. [Ditjen Hortikultura] Direktorat Jendral Hortikultura. 2008. Produk Domestik Bruto Sub Sektor Hortikultura 2003. Jakarta : Departemen Pertanian. [Ditjen Hortikultura] Direktorat Jendral Hortikultra. 2008. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Buah – Buahan di Indonesia 2003. Jakarta : Departemen Pertanian. Gittinger, J. Price. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Husnan, S dan Muhammad, S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Iryanti, Rina. 2005. Analisis Usahatani Komoditas Tomat Organik dan Anorganik (Studi Kasus : Desa Batulayang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kadariah et. al. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jilid I. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Khairina, Yulia. 2006. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Wortel dengan Budidaya Organik (Studi Kasus Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kotler, P. 2004. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Gramedia Laila R, Siti Nur. 1999. Analisis Pemasaran Buah Srikaya Segar dan Kelayakan Finansial Perkebunan Srikaya (Annona squamosa L.) Tumpangsari dengan Kedelai (Studi Kasus di Desa Panda, Kecamatan Belo, Kabupaten Dati II Bima, Propinsi Nusa Tenggara Barat) [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pracaya. 2006. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot, dan Polybag. Penebar Swadaya. Jakarta.
Radi, Juhaeni. 1997. Budidaya srikaya. Yogyakarta : Kanisius. Rahmayanti, Dian. 2008. Analisis Struktur Biaya dan Optimalisasi Pola Tanam Sayuran Organik di Permata Hari Organic Farm Cisarua Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rustiana, Iswanti Noor. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Puree Mangga (Mangifera indica L.) (Studi Kasus pada CV. Promindo Utama, Desa losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sari, Rina P. 2007. Pengembangan Usaha Buah Naga (Dragon Fruit) Organik pada Perusahaan Wahana Cory Ciapus Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sunarjono, Hendro. 2005. Sirsak dan Srikaya. Jakarta : Penebar Swadaya. Suratman. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Sutanto, Rahman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Jakarta : Kanisisus. Umar, Husein. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Gramedia. Winarno, F.G, Ananto Kusuma Seto dan Surono. 2002. Pertanian dan Pangan Organik : Sistem dan Sertifikasi. Bogor. M-BRIO PRESS. Cetakan I.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penananaman Srikaya Organik Tahun Pertama Aktivitas
Tahun I 1
A. Pembibitan Sambung susu Penyiraman Penyiangan Pemberian pupuk organik cair Pengendalian HPT Panen bibit Perbaikan kondisi bibit B. Penananaman Pembukaan lahan Pembuatan lubang tanam Pemberian pupuk kompos Penanaman Bibit Penyulaman Penyiraman Pengendalian HPT Pemberian pupuk organik cair Penggemburan tanah Pemangkasan Panen
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Penananaman Srikaya Organik Tahun Kedua Aktivitas 1 A. Pembibitan Sambung susu Penyiraman Penyiangan Pemberian pupuk organik cair Pengendalian HPT Panen Bibit Perbaikan kondisi bibit B. Penananaman Pembukaan lahan Pembuatan lubang tanam Pemberian pupuk kompos Penanaman bibit Penyulaman Penyiraman Pengendalian HPT Pemberian pupuk organik cair Penggemburan tanah Pemangkasan Panen
2
3
4
5
6
Tahun 2 7
8
9
10
11
12
Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Penananaman Srikaya Organik Tahun Ketiga dst Aktivitas 1 A. Pembibitan Sambung susu Penyiraman Penyiangan Pengendalian HPT Panen bibit Perbaikan kondisi bibit B. Penananaman Pembukaan lahan Pembuatan lubang tanam Pemberian pupuk kompos Penanaman bibit Penyulaman Penyiraman Pengendalian HPT Pemberian pupuk organik cair Penggemburan tanah Pemangkasan Panen
2
3
4
5
Tahun 3 – 12 6 7
8
9
10
11
12
Lampiran 4. Analisis Cashflow Pengusahaan Srikaya Organik pada Wahana Cory Tahun 2009 Uraian
Tahun 0
1
2
3
INFLOW Penjualan Srikaya Organik
4
5
6
7
8
9
10
11
299.520.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
673.920.000
673.920.000
374.400.000
374.400.000
299.520.000
299.520.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
673.920.000
673.920.000
374.400.000
374.400.000
299.520.000
Nilai Sisa Lahan
12
299.520.000 500.000.000
Total Inflow
799.520.000
OUTFLOW Biaya Investasi Lahan Pembibitan
500.000.000 4.976.400
Cangkul
180.000
180.000
Garpu
200.000
200.000
Kored
120.000
120.000
120.000
120.000
Sprayer
800.000
800.000
800.000
800.000
Gunting Pohon
70.000
70.000
180.000 200.000
70.000
70.000
70.000
Timbangan Elektik
10.365,09
10.365,09
Pembungkus Buah Total Biaya Investasi
14.560.000
14.560.000
506.346.400
14.640.365,09
920.000
450.000
70.000
990.000
14.570.365,09
450.000
920.000
70.000
Biaya Operasional Biaya Tetap PBB Gaji Wakil Direktur Gaji Manajer Kebun Gaji Administrasi dan Keuangan
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
4.267.200
4.267.200
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.733.800
3.733.800
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
3.200.400
3.200.400
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
Biaya Air
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
Biaya Listrik
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
Biaya Komunikasi
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
0
0
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
12.941.400
12.941.400
12.894.240
12.894.240
12.894.240
12.894.240
12.894.240
12.894.240
12.894.240
12.894.240
12.894.240
12.894.240
Transportasi Total Biaya Tetap
Biaya Variabel Tenaga Kerja Harian
8.016.750
7.200.000
9.000.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
Pupuk Kompos
24.960.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
Pupuk Cair Organik
5.016.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
Pestisida Alami
334.400
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
Bambu
120.000
Sepatu Boot
220.000
Label Total Biaya Variabel Total Biaya Operasional Total Outflow
EBIT PAJAK NET BENEFIT DF 9 % PV/Tahun NPV IRR
38.667.150
30.575.200
220.000
220.000
220.000
220.000
220.000
220.000
220.000
220.000
220.000
220.000
8.736.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
41.111.200
47.951.200
47.951.200
47.951.200
47.951.200
47.951.200
47.951.200
47.951.200
47.951.200
47.951.200
51.608.550
43.516.600
54.005.440
60.845.440
60.845.440
60.845.440
60.845.440
60.845.440
60.845.440
60.845.440
60.845.440
60.845.440
506.346.400
51.608.550
43.516.600
68.645.805,09
61.765.440
61.295.440
60.845.440
61.835.440
75.415.805,09
61.295.440
61.765.440
60.915.440
60.845.440
-506.346.400
-51.608.550
-43.516.600
230.874.194,91
312.634.560
313.104.560
313.554.560
612.084.560
598.504.194,91
313.104.560
312.634.560
238.604.560
738.674.560
0
0
0
55.148.940,30
75.560.940,30
75.560.940,30
75.560.940,30
165.416.940,30
165.416.940,30
75.560.940,30
75.560.940,30
53.096.940,30
53.096.940,30
-506.346.400
-51.608.550
-43.516.600
175.725.254,62
237.073.619,70
237.543.619,70
237.543.619,70
446.667.619,70
433.087.254,62
237.543.619,70
237.073.619,70
185.507.619,70
685.577.619,70
1
0,92 47.347.293,58
0,84 36.627.051,59
0,77
0,71
0,65
0,60
0,55
0,50
0,46
0,42
0,39
0,36
135.692.138,64
167.94.929,08
154.387.054,06
179.508.997,74
244.342.484,04
217.351.889,25
109.371.681,36
100.142.458,99
71.890.296,63
243.746.650,56
-506.346.400 1.034.057.465,24 26,86%
PV POSITIF
1.624.378.210,42
PV NEGATIF
-590.320.745,17
NET B/C PAYBACK PERIOD
220.000
2,75 5,74
Lampiran 5. Proyeksi Laba Rugi Pengusahaan Srikaya Organik pada Wahana Cory Tahun 2009 Uraian
Tahun 0
1
2
3
Penerimaan Penjualan Srikaya Organik
4
5
6
7
8
9
10
11
12
299.520.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
673.920.000
673.920.000
374.400.000
374.400.000
299.520.000
299.520.000
Biaya Operasional Biaya Tetap PBB Gaji Wakil Direktur Gaji Manajer Kebun Gaji Administrasi dan Keuangan
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
4.267.200
4.267.200
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.733.800
3.733.800
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
3.200.400
3.200.400
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
3.600.000
3.600.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
Biaya Listrik Biaya Komunikasi
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
Transportasi
0
0
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
436.666,67
436.666,67
3.351.425,67
3.351.425,67
3.351.425,67
3.351.425,67
3.351.425,67
3.351.425,67
3.351.42,.67
3.351.425,67
3.351.425,67
3.351.425,67
16.618.066,67
16.618.066,67
16.245.665,67
16.245.665,67
16.245.665,67
16.245.665,67
16.245.665,67
16.245.665,67
16.245.665,67
16.245.665,67
16.245.665,67
16.245.665,67
Biaya Air
Biaya Penyusutan Total Biaya Tetap
Biaya Variabel Tenaga Kerja Harian
8.016.750
7.200.000
9.000.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
Pupuk Kompos Pupuk Cair Organik
24.960.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
5.016.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
Pestisida Alami
334.400
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
Bambu
120.000
Sepatu Boot
220.000 8.736.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
Label Total Biaya Variabel Total Biaya Operasional EBIT
38.667.150
30.355.200
40.891.200
47.731.200
47.731.200
47.731.200
47.731.200
47.731.200
47.731.200
47.731.200
47.731.200
47.731.200
55.285.216,67 55.285.216,67
46.973.266,67
57.136.865,67
63.976.865,67
63.976.865,67
63.976.865,67
63.976.865,67
63.976.865,67
63.976.865,67
63.976.865,67
63.976.865,67
63.976.865,67
-46.973.266,67
242.383.134,33
310.423.134,33
310.423.134,33
310.423.134,33
609.943.134,33
609.943.134,33
310.423.134,33
310.423.134,33
235.543.134,33
235.543.134,33
Pajak Pajak 10 %
0
0
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
Pajak 15 %
0
0
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
Pajak 30 %
0
0
42.648.940,30
63.060.940,30
63.060.940,30
63.060.940,30
152.916.940.,0
152.916.940,30
63.060.940,30
63.060.940,30
40.596.940.,0
40.596.940,30
0 55.285.216,67
0
55.148.940,30
75.560.940,30
75.560.940,30
75.560.940.000
165.416.940,30
165.416.940,30
75.560.940,30
75.560.940,30
53.096.940,30
53.096.940,30
-46.973.266,67
187.234.194,03
234.862.194,03
234.862.194,03
234.862.194,03
444.526.194,03
444.526.194,03
234.862.194,03
234.862.194,03
182.446.194,03
182.446.194,03
Total Pajak Keuntungan Bersih
0 0
5.000.000
Lampiran 6 . Perhitungan Penyusutan per Tahun dari Investasi Pengusahaan Srikaya Organik Wahana Cory pada Tahun ke – 0 No
Jenis Investasi
Nilai Beli (RP)
Umur Pakai
Penyusutan/Tahun
(Tahun)
(Rp)
Nilai Sisa
1
Cangkul
180.000
4
45.000
0
2
Garpu
200.000
4
50.000
0
3
Kored
120.000
3
40.000
0
4
Sprayer
800.000
3
266.666,67
0
5
Gunting Pohon
70.000
2
35.000
0
436.666,67
0
1.370.000
Total
Rumus Perhitungan Penyusutan dengan Metode Garis Lurus Penyusutan per Tahun = Nilai Beli – Nilai Sisa Umur Pakai
Lampiran 7 . Perhitungan Penyusutan per Tahun dari Investasi Pengusahaan Srikaya Organik Wahana Cory pada Tahun Ke -3 dan seterusnya
No
Jenis Investasi
Umur Pakai
Penyusutan/Tahun
(Tahun)
(Rp)
Nilai Beli (RP)
Nilai Sisa
1
Cangkul
180.000
4
45.000
0
2
Garpu
200.000
4
50.000
0
3
Kored
120.000
3
40.000
0
4
Sprayer
800.000
3
266.666,65
0
5
Gunting Pohon
70.000
2
35.000
0
6
Timbangan Elektrik
10.365,09
5
2.073,02
0
7
Pembungkus Buah
14.560.000
5
2.912.000
0
3.351425,67
0
Total
15.940.365,09
Rumus Perhitungan Penyusutan dengan Metode Garis Lurus Penyusutan per Tahun = Nilai Beli – Nilai Sisa Umur Pakai
Lampiran 8. Analisis Switching Value (Penurunan Jumlah Produksi Srikaya Organik Sebesar 46,51 %) Uraian
Tahun 0
1
2
3
INFLOW Penjualan Srikaya Organik
4
5
6
7
8
9
10
11
160.198.098
200.247.623
200.247.623
200.247.623
360.445.721
360.445.721
200.247.623
200.247.623
160.198.098
160.198.098
200.247.623
200.247.623
200.247.623
360.445.721
360.445.721
200.247.623
200.247.623
160.198.098
Nilai Sisa Lahan
12
160.198.098 500.000.000
Total Inflow
660.198.098
OUTFLOW Biaya Investasi Lahan Pembibitan
500.000.000 4.976.400
Cangkul
180.000
180.000
Garpu
200.000
200.000
Kored
120.000
120.000
120.000
Sprayer
800.000
800.000
800.000
Gunting Pohon Timbangan Elektik Pembungkus Buah Total Biaya Investasi
70.000
70.000
506.346.400
180.000 200.000
70.000
120.000 800.000
70.000
70.000
10.365,09
10.365,09
14.560.000
14.560.000
14.640.365,09
920.000
450.000
70.000
990.000
14.570.365,09
450.000
920.000
70.000
Biaya Operasional Biaya Tetap PBB Gaji Wakil Direktur Gaji Manajer Kebun Gaji Administrasi dan Keuangan
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
492.000
4.267.200
4.267.200
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.201.600
3.733.800
3.733.800
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
2.940.000
3.200.400
3.200.400
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
2.520.000
Biaya Air
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
Biaya Listrik Biaya Komunikasi
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
168.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
Transportasi Total Biaya Tetap
0
0
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
2.492.640
12.941.400
12.941.400
12.894.240
12.894.240
12.894.240
12.894.240
12.894.240
12.894.240
12.894.240
12.894.240
12.894.240
12.894.240
Biaya Variabel Tenaga Kerja Harian
8.016.750
7.200.000
9.000.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
Pupuk Kompos Pupuk Cair Organik
24.960.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
12.480.000
5.016.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
10.008.000
Pestisida Alami
334.400
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
667.200
Bambu
120.000
Sepatu Boot
220.000
Label Total Biaya Variabel Total Biaya Operasional Total Outflow EBIT PAJAK NET BENEFIT DF 9 % PV/Tahun NPV IRR
38.667.150
30.575.200
220.000
220.000
220.000
220.000
220.000
220.000
220.000
220.000
220.000
220.000
8.736.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
14.976.000
41.111.200
47.951.200
47.951.200
47.951.200
47.951.200
47.951.200
47.951.200
47.951.200
47.951.200
47.951.200
51.608.550
43.516.600
54.005.440
60.845.440
60.845.440
60.845.440
60.845.440
60.845.440
60.845.440
60.845.440
60.845.440
60.845.440
506.346.400
51.608.550
43.516.600
68.645.805,09
61.765.440
61.295.440
60.845.440
61.835.440
75.415.805,09
61.295.440
61.765.440
60.915.440
60.845.440
-506.346.400
-51.608.550
-43.516.600
91.552.293,24
138.482.182,90
138.952.182,90
139.402.182,90
298.610.281,22
285.029.916,14
138.952.182,90
138.482.182,90
99.282.658,32
599.352.658,32
0.00
0
0
55.148.940,30
75.560.940,30
75.560.940,30
75.560.940,30
165.416.940,30
165.416.940,30
75.560.940,30
75.560.940,30
53.096.940,30
53.096.940,30
-506.346.400
-51.608.550
-43.516.600
36.403.352,94
62.921.242,60
63.391.242,60
63841242,60
133.193.340,93
119.612.975,84
63.391.242,60
62.921.242,60
46.185.718,02
546.255.718,02
1,00
0,92 47.347.293,58
0,84 36.627.051,59
0,77
0,71
0,65
0,60
0,55
0,50
0,46
0,42
0,39
0.36
28.110.067,76
44.574.994,57
41.199.958,18
75.667.625,37
72.861.318,67
60.029.719,19
29.187.089,07
26.578.612,86
17.898.482,95
194.212.876,54
-506.346.400 0 9%
PV POSITIF
562.210.677,42
PV NEGATIF
-562.210.677,42
NET B/C PAYBACK PERIOD
220.000
1 12
Lampiran 9. Analisis Switching Value (Kenaikan Biaya Operasional Sebesar 253,85%) Uraian
Tahun 0
1
2
3
INFLOW Penjualan Srikaya Organik Nilai Sisa Lahan
4
5
6
7
8
9
10
11
12
299.520.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
673.920.000
673.920.000
374.400.000
374.400.000
299.520.000
299.520.000
374.400.000
374.400.000
374.400.000
673.920.000
673.920.000
374.400.000
374.400.000
299.520.000
299.520.000 500.000.000
Total Inflow
799.520.000
OUTFLOW Biaya Investasi Lahan Pembibitan
500.000.000 4.976.400
Cangkul
180.000
180.000
Garpu
200.000
200.000
Kored
120.000
120.000
120.000
120.000
Sprayer Gunting Pohon Timbangan Elektik Pembungkus Buah Total Biaya Investasi
800.000
800.000
800.000
800.000
Biaya Operasional Total Biaya Operasional Total Outflow
EBIT PAJAK NET BENEFIT DF 9 % PV/Tahun
70.000
506.346.400
70.000
180.000 200.000
70.000
70.000
70.000
10.365,09
10.365.09
14.560.000
14.560.000
70.000
0
0
14.640.365,09
920.000
450.000
0
990.000
14.570.365.09
450.000
920.000
70.000
0
182.615.350
153.982.221
191.096.676
215.299.817
215.299.817
215.299.817
215.299.817
215.299.817
215.299.817
215.299.817
215.299.817
215.299.817
506.346.400
182.615.350
153.982.221
205.737.041
216.219.817
215.749.817
215.299.817
216.289.817
229.870.182
215.749.817
216.219.817
215.369.817
215.299.817
-506.346.400
182.615.350,48
153.982.221,18
93.782.959,01
158.180.183,39
158.650.183,39
159.100.183,39
457.630.183,39
444.049.818,30
158.650.183,39
158.180.183,39
84.150.183,39
584.220.183,39
0 182.615.350.48
0 153.982.221,18
55.148.940,30
75.560.940,30
75.560.940,30
75.560.940,30
165.416.940,30
165.416.940,30
75.560.940,30
75.560.940,30
53.096.940,30
53.096.940,30
38.634.018,71
82.619.243,09
83.089.243,09
83.539.243,09
292.213.243,09
278.632.878
83.089.243,09
82.619.243,09
31.053.243,09
531.123.243,09
0,92 167.537.018.79
0,84 129.603.754,88
0,77
0,71
0,65
0,60
0,55
0,50
0,46
0,42
0,39
0,36
29.832.551,02
58.529.554,72
54.002.306,95
87.412.899,47
159.850.650,77
139.836.445,88
38.256.595,70
34.899.261,14
12.034.151,81
188.832.756,23
0 -506.346.400 1 -506.346.400
NPV IRR PV POSITIF PV NEGATIF NET B/C PAYBACK PERIOD
0 9% 803.487.173,67 803.487.173,67 1 12
Lampiran 10. Daftar Pertanyaan Pengarah
Daftar Pertanyaan Pengarah
A. Identitas Perusahaan 1. Nama Perusahaan
:
2. Pemilik Perusahaan
:
3. Alamat Perusahaan
:
4. Telp/hp
:
5. Tanggal Berdiri
:
6. Status Pengusahaan (ijin) :
B. Karakteristik Kebun 1. Alasan mengusahakan
:
2. Umur tanam srikaya
:
3. Varietas srikaya yang diusahakan
:
4. Jumlah bibit srikaya yang ditanam
:
5. Intensitas panen
:
6. Pemerolehan air untuk pengairan
:
7. Sumber modal usaha
:
C. Biaya Investasi
Lahan NO
Uraian
Jumlah/
Harga
Nilai
Umur
luas (m2)
satuan
(Rp)
Ekonomis
(Rp) 1
Luas lahan (m2)
2
Beli/sewa (Rp)
(Tahun)
Bibit No
Uraian
Jumlah
Harga
Nilai
Umur
satuan
(Rp)
Ekonomis
(Rp) 1
Bibit induk
2
Bibit batang
(Tahun)
bawah
Peralatan Pendukung No
Uraian
Jumlah
Harga
Nilai
Umur
satuan
(Rp)
Ekonomis
(Rp) 1
Cangkul
2
Garpu
3
Kored
4
Sprayer
5
Gunting pohon
6
Lainnya….
(Tahun)
C. Komponen Biaya Operasional
Pupuk Organik No
Uraian
Jumlah
Harga satuan (Rp)
1 2 3
Nilai (Rp)
Pestisida Alami No
Uraian
Jumlah
Harga satuan
Nilai (Rp)
(Rp) 1 2
Tenaga Kerja Harian No
Uraian
Jumlah
Harga satuan
Nilai (Rp)
(Rp) 1
Persiapan lahan
2
Pembuatan lubang tanam
3
Pemberian kompos
4
Penanaman
5
Penyulaman
6
Penyiraman
7
Pengendalian HPT
8
Pemberian pupuk organik cair
9
Penggemburan tanah
10
Pemangkasan
11
Panen
12
Pasca panen
Kemasan Jual No
Uraian
Jumlah
Harga satuan (Rp)
1
Label
2
Lainnya…
Nilai (Rp)
Transportasi No
Uraian
Jumlah
Harga satuan
Nilai (Rp)
(Rp) 1
Jenis kendaraan
2
Biaya transportasi per bulan
3
Jumlah muatan
Pemakaian Listrik No
Uraian
Jumlah
Harga satuan
Nilai (Rp)
(Rp) 1
Biaya pemakaian /bulan
2
Pemakaian Air No
Uraian
Jumlah
Harga satuan
Nilai (Rp)
(Rp) 1
Sumber air
2
Biaya pemakaian/bulan
3
Komunikasi No
Uraian
Jumlah
Harga satuan (Rp)
1
Jenis komunikasi
2
Biaya pemakaian/bulan
Nilai (Rp)
Tenaga Kerja Tetap No
Uraian
Jumlah
Harga satuan
Nilai (Rp)
(Rp) 1
Wakil Direktur
2
Manajer Kebun
3
Administrasi dan Keuangan
Pajak-pajak No
Uraian
Jumlah
Harga satuan (Rp)
1
Pajak bumi dan bangunan
2
Lainnya….
3
D. Aspek Pasar 1. Berapa proyeksi permintaan srikaya organik? 2. Kemana tujuan pasar penjualan srikaya organik? 3. Berapa proporsi penjualan untuk setiap pasar? 4. Bagaimana persaingan yang dihadapi perusahaan? a. Jumlah perusahaan pesaing b. Diversifikasi produk dengan pesaing c. Perbandingan harga dengan pesaing d. Lainya… 5. Bagaimana perkiraan penjualan di masa datang?
Nilai (Rp)
E. Aspek Pemasaran 1. Berapa harga jual srikaya organik? 2. Bagaimana jalur pemasaran srikaya organik? 3. Apakah ada kendala dalam pemasaran?
F. Aspek Teknis 1. Bagaimana
lingkungan
agroekosistem
yang
harus
dipenuhi
dalam
pengusahaan srikaya organik? 2. Fasilitas produksi dan peralatan apa saja yang harus disediakan dalam pengusahaan srikya organik? 3. Bagaimana ketersediaan bahan baku dan sarana produksi yang harus disediakan dalam pengusahaan srikaya organik? 4. Bagaimana ketersedian tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pengusahaan srikaya organik? 5. Tenaga kerja apa saja yang dibutuhkan dalam proses produksi? 6. Bagaimana prosedur yang harus dipenuhi dalam proses budidaya srikaya organik? 7. Berapa jumlah produksi srikaya organik yang dapat dihasilkan? 8. Apa saja kendala produksi yang dapat terjadi pada pengusahaan srikaya organik? G. Aspek Manajemen 1. Bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih?Alasan! a. CV b. Firma c. PT d. Lainnya… 2. Struktur manajemen perusahaan? 3. Kebutuhan tenaga kerja?
H. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan 1. Dari mana sumber tenaga kerja yang digunakan? a. Keluarga b. Warga sekitar lokasi usaha c. Lainnya… 2. Dampak usaha terhadap lingkungan sekitar? a. Ada/tidaknya limbah yang dihasilkan b. Lainnya… 3. Bagaimana reaksi masyarakat terhadap keberadaan proyek? a. Menolak/mendukung b. Lainnya… I. Aspek Hukum 1. Perizinan usaha? 2. Aset yang dimiliki?
Lampiran 11. Dokumentasi Pengusahaan Srikaya Organik pada Wahana Cory