STRATEGI PEMASARAN TANAMAN HIAS BROMELIA (Studi Kasus: Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
RIZKA MAULIDA H340601000
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
RINGKASAN RIZKA MAULIDA. H34061000. 2010. Strategi Pemasaran Tanaman Hias Bromelia (Studi Kasus: Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANDRIYONO KILAT ADHI). Subsektor hortikultura yang meliputi komoditas buah-buahan, sayuran, biofarmaka, dan tanaman hias memiliki kontribusi positif bagi peningkatan PDB Indonesia. Peningkatan nilai PDB hortikultura dari tahun 2003-2007 berturut turut adalah sebesar 5,5 persen, 8,7 persen, 11,1 persen, dan 11,9 persen. Salah satu komoditas hortikultura yang turut menyumbang peningkatan PDB tersebut adalah komoditas tanaman hias. Peningkatan kontribusi tanaman hias ini salah satunya dikarenakan adanya peningkatan jumlah produksi tanaman hias di Indonesia, baik yang berasal dari bunga potong, daun potong, bunga pot dan taman, maupun bunga tabur. Menurut data BPS, peningkatan produksi yang sangat besar terjadi pada tanaman bunga pot dan taman yang meningkat dari 1.171.768 unit pada tahun 2007 menjadi 11.159.352 unit di tahun 2008. Peningkatan jumlah produksi tersebut sekaligus mencerminkan adanya peningkatan permintaan terhadap tanaman hias. Dalam beberapa tahun terakhir ini jenis tanaman hias yang dominan dikembangkan adalah kelompok tanaman anggrek dan tanaman pot berdaun indah. Salah satu jenis kelompok tanaman pot berdaun indah yang dominan dikembangkan adalah bromelia. Ciapus Bromel sebagai salah satu perusahaan bromelia terbesar di Kabupaten Bogor perlu merumuskan strategi pemasaran guna memanfaatkan prospek tersebut sekaligus meningkatkan penjualannya yang cenderung berfluktuasi. Selain itu, strategi yang diplotkan ke dalam programprogram dalam bentangan arsitektur ini diharapkan mampu meningkatkan pangsa perusahaan. Dalam penelitian ini dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dikaji, yaitu (1) Bagaimana kegiatan pemasaran di Ciapus Bromel? (2) Faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi kegiatan pemasaran di Ciapus Bromel? (3) Apa saja alternatif strategi bagi kegiatan pemasaran Ciapus Bromel dan bagaimana rancangan arsitektur strategi pemasaran yang dapat diterapkan Ciapus Bromel? Penelitian yang dilakukan dari Bulan Maret hingga Mei 2010 di Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif maupun kunatitatif. Responden yang digunakan berasal dari internal maupun eksternal perusahaan dari pihak-pihak terkait. Langkah awal yang dilakukan dalam merumuskan strategi pemasaran adalah mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan kegiatan pemasaran Ciapus Bromel, menganalisis segmenting, targeting, dan positioning perusahaan, mengkaji bauran pemasaran (4P) yang telah ditetapkan dengan menganalisis kegiatan pemasaran yang telah dilakukan oleh perusahaan. Selanjutnya dilakukan analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan dan dirumuskan alternatis strategi melalui matriks SWOT. Strategi yang dihasilkan kemudian diplotkan ke dalam rancangan arsitektur strategi.
Analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan menghasilkan empat kekuatan, empat kelemahan, dua peluang, dan empat ancaman. Tahap selanjutnya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah memformulasikan strategi pemasaran bagi Ciapus Bromel dengan menggunakan matriks SWOT dan diperoleh enam buah strategi, yaitu strategi perekrutan tenaga kerja kompeten dalam bidang pemasaran, pengenalan dan penguatan company profile, pengedukasian konsumen dan penanaman positioning product perusahaan, revitalisasi promosi melalui promosi penjualan dan direct marketing, dan mengoptimalkan networking perusahaan, serta kontrak kerjasama dengan distributor lain di wilayah yang belum terakses perusahaan, khususnya di Jabodetabek. Tahap akhir adalah membuat rancangan arsitektur strategi pemasaran untuk rentang waktu tiga setengah tahun. Rentang waktu tersebut ditentukan berdasarkan pengalaman dan hasil diskusi dengan manajerial Ciapus Bromel. Sebelum strategi yang dihasilkan dijabarkan ke dalam program-program pemasaran, dalam arsitektur strategi dilakukan analisis terlebih dahulu terhadap visi, misi, dan tujuan perusahaan guna menetapkan sasaran dan tantangan yang harus dicapai dan dihadapi perusahaan. Sasaran pemasaran Ciapus Bromel adalah meningkatkan nilai penjualan sebesar 40 persen. Adapun program-program yang dihasilkan meliputi membuat job desk dan SOP tertulis secara jelas dan terinci, perekrutan tenaga kerja kompeten, perbaikan dan penambahan sarana pemasaran, pembuatan identitas perusahaan (logo, kartu nama, label merek, dan banner), pembuatan dan penyebaran brosur tentang manfaat dan cara pemeliharaan bromelia, pembuatan dan penyebaran brosur tentang ciri tanaman bromelia berkualitas, mendirikan showroom di wilayah yang dekat dengan konsumen, bekerjasama dengan media cetak untuk memunculkan wacana “bromelia sebagai penyerap polutan”, hasil penelitian bahwa bromelia bukan sarang nyamuk, dan cara menempatkan bromelia berdasarkan feng shui, pemboomingan bromelia, pencarian informasi mengenai distributor di wilayah yang belum terakses, penyeleksian distributor dan pembuatan kontrak kerjasama secara tertulis, rapat perencanaan produksi dan pemasaran, serta evaluasi yang rutin dilaksanakan, mengikuti pameran tunggal dengan menggunakan atribut perusahaan, membuat promo “buy 1 get 1” yang mengkombinasikan antara produk termahal dengan produk yang kurang laku di pasar dan undian berhadiah lainnya, mengadakan pertemuan dan seminar anggota PFI sebagai salah satu upaya untuk memboomingkan bromelia, dan mengadakan acara pameran bersama.
STRATEGI PEMASARAN TANAMAN HIAS BROMELIA (Studi Kasus: Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor)
RIZKA MAULIDA H34060490
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi
Nama NIM
: Strategi Pemasaran Tanaman Hias Bromelia (Studi Kasus: Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor) : Rizka Maulida : H34061000
Disetujui, Pembimbing
Dr.Ir. Andriyono Kilat Adhi NIP. 19600611 198403 1 002
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi Pemasaran Tanaman Hias Bromelia (Studi Kasus: Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2010
Rizka Maulida H34061000
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 11 Oktober 1988. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak H. Agus Safuan dan Ibunda Siti Djuariah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Pengadilan 5, Bogor pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTPN 5 Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 5 Bogor pada tahun 2006. Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai anggota Klub Perikanan Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) tahun 20098-2009 dan sebagai penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) IPB pada tahun 2008-2010. Selain itu penulis pun aktif dalam berbagai kepanitiaan baik tingkat Departemen, Fakultas maupun Institut.
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pemasaran Tanaman Hias Bromelia (Studi Kasus: Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor)”. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kegiatan pemasaran Ciapus Bromel sehingga dapat dirumuskan strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan yang diplotkan ke dalam rancangan arsitektur strategik. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juli 2010 Rizka Maulida
UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesain skripsi ini juga tidak terepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1.
Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2.
Eva Yolynda Aviny, SP, MM dan Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya, serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3.
Dr. Ir. Ratna Winandi, MS yang telah menjadi pembimbing akademik atas waktu dan masukannya kepada penulis selama menjadi mahasiswi Agribisnis.
4.
Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis, Bu Ida, Mba Dian, Pak Yusuf, Mas Hamid Pak Cecep, Mas Arif, Bu Yoyoh atas kesediaan untuk membantu selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi.
5.
Tintin Sarianti, SP, MM yang telah menjadi pembimbing penulis saat melakukan gladikarya di Desa Petir.
6.
Orang tua (H. Agus Safuan dan Siti Djuariah) dan adik (M. Fahmi Azhari) tercinta, serta keluarga besar lainnya untuk setiap dukungan berupa finansial maupun semangat, cinta kasih, dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik dari penulis.
7.
Pihak Ciapus Bromel, khususnya kepada Pak Chandra, Pak Ulih, dan seluruh karyawan atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.
8.
Pihak Ditjen Hortikultura, khususnya sub bagian tanaman hias taman dan pot, pihak Departemen Pertanian, Pak Selamet selaku Manajer Pemasaran beserta karyawan PT. Godong Ijo Asri lainnya atas waktu, informasi, ilmu, dan dukungan yang telah diberikan.
9.
Kak Zuhal Zestonovri Tuanaya atas kesediaannya untuk mendengarkan keluh kesah penulis, bantuan, dorongan semangat, serta waktu untuk sharing bersama. Karya ini sebagai bukti kasih sayang dan dukungan yang telah kau berikan selama ini
10. Sahabatku Lina yang selalu ada untukku selama empat tahun. Terima kasih atas waktu yang telah kau berikan untuk selalu menemaniku dalam suka dan duka, yang benar-benar tulus menyayangiku. 11. Sahabat-sahabatku tercinta Dandindun, yaitu Tita, Fuji, Shara, Triana, Mila, Ayun yang selalu mewarnai hariku, mengajariku arti hidup dan sahabat, serta senantiasa mengajakku pada kebaikan “ika, ayo kita liko....”. Teruntuk Tita dan keluarga (Mamah, Bapak, Ijan, Abey, Mba Febi dan suami, Teh Ita dan A Andi), terima kasih atas perhatian dan ketulusannya untuk membantu dan menjadikan ku lebih baik. 12. Elva sahabat senasib dan seperjuanganku yang sama lokasi penelitian dan dosen penguji sewaktu sidang atas semangat, sharing, dan kebersamaannya dalam menjalani penelitian. Terima kasih telah mengajariku agar bisa menjadi lebih berani dan kuat dalam menghadapi hidup. 13. Sahabatku Iren, Widy, Aries, Adam, Rekso, dan Reza atas perhatian, semangat, dan sharing selama di AGB 43. Ayo kita raih masa depan kita bersama. Jangan khawatir, rejeki kita sudah diatur dan tidak akan tertukar. 14. Teman-teman asrama (Nurul, Helen, Leni, Dionita, Desi, Tari, dan Dianti) yang selalu aku rindukan. Semoga ikatan yang telah terbina tidak terputus begitu saja. 15. Teman-teman satu penelitian, yaitu Syura dan Tommy, teman-teman satu gladikarya, yaitu Tami, Ade, Ivan, dan Anggi atas kebersamaan dan sharing selama ini. 16. Sahabat-sahabatku, teman-teman seperjuangan, teman-teman TPB, AGB 43, IE 43, Man 43, ESL 43 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Juli 2010 Rizka Maulida
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..........................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................
xvii
I
PENDAHULUAN ............................................................... 1.1 Latar Belakang ......................................................... 1.2 Perumusan Masalah ................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................... 1.4 Manfaat Penelitian .................................................... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..........................................
1 1 6 8 8 8
II
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 2.1. Pengertian Tanaman Hias .......................................... 2.2 Bromelia .................................................................... 2.3 Budidaya Bromelia .................................................... 2.3.1. Media Tanam Bromelia .................................. 2.3.2. Pemeliharaan ................................................. 2.4. Hasil Penelitian Terdahulu ......................................... 2.4.1. Penelitian Mengenai Tanaman Bromelia ......... 2.4.2. Penelitian Mengenai Strategi Pada Usaha Tanaman Hias ..................................... 2.4.3. Penelitian Mengenai Strategi Pemasaran ........
9 9 9 9 11 12 12 12
III
KERANGKA PEMIKIRAN ............................................. 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ..................................... 3.1.1. Konsep Pemasaran .......................................... 3.1.2. Manajemen Pemasaran .................................. 3.1.3. Strategi Pemasaran ......................................... 3.1.4. Proses Manajemen Strategis ........................... 3.1.5. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ................. 3.1.6. Analisis Lingkungan Perusahaan .................... 3.1.6.1. Analisis Lingkungan Internal ............. 3.1.6.2. Analisis Lingkungan Eksternal .......... 3.1.7. Arsitektur Strategi .......................................... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ...............................
17 17 17 19 19 20 21 22 22 22 26 28
IV
METODE PENELITIAN ................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................... 4.2. Data dan Instrumentasi .............................................. 4.3. Metode Pengumpulan Data ..................................... 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................... 4.4.1. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Perusahaan ..................................... 4.4.2. Formulasi Strategi .......................................... 4.4.2.1. Matriks SWOT ...................................
30 30 30 31 32
14 14
32 33 33
V
VI
4.4.2.2. Arsitektur Strategik .............................
35
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................ 5.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan .................................. 5.2. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan ............................ 5.2.1. Lokasi Ciapus Bromel .................................... 5.2.2. Tata Letak Ciapus Bromel .............................. 5.3. Manajemen Ciapus Bromel ....................................... 5.3.1. Perencanaan Perusahaan .................................. 5.3.2. Sumber Daya Manusia (SDM) Perusahaan ..... 5.3.2.1. Struktur Organisasi Perusahaan .......... 5.3.2.2. Jam Kerja Karyawan ........................... 5.3.2.3. Tata Tertib Perusahaan ....................... 5.3.2.4. Sistem Gaji dan Upah, serta Pemberian Motivasi ............................. 5.4. Sumberdaya Keuangan .............................................. 5.5. Sistem Pengadaan Input ............................................ 5.5.1. Pengadaan Indukan Bromelia .......................... 5.5.2. Pengadaan Media Tanam ................................ 5.5.3. Pengadaan Cocopeat, Pupuk, dan Obat-Obatan ................................................... 5.5.4. Pengadaan Pot Bromelia ................................. 5.6. Kegiatan Produksi (Operasi) ..................................... 5.6.1. Proses Budidaya (Produksi) Tanaman Bromelia ........................................................ 5.6.2. Sarana Produksi ............................................. 5.6.3. Fasilitas Pendukung ........................................ 5.7. Pemasaran Ciapus Bromel ........................................ 5.7.1. Segmenting, Targeting, dan Positioning Perusahaan ..................................................... 5.7.2. Kegiatan Pemasaran yang Telah Dilakukan ..... 5.7.3. Produk Perusahaan ......................................... 5.7.4. Harga Produk ................................................. 5.7.5. Wilayah Pemasaran ........................................ 5.7.6. Kegiatan Promosi ........................................... 5.7.7. Saluran Distribusi ........................................... 5.8. Hubungan Ciapus Bromel dengan PFI ...................... 5.9. Hubungan Ciapus Bromel dengan PT. Godong Ijo Asri ..................................................
37 37 38 38 39 40 40 41 43 45 45
ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN .................. 6.1. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan................... 6.1.1. Pemasaran ...................................................... 6.1.1.1. Produk (Product) ................................. 6.1.1.2. Harga (Price) ....................................... 6.1.1.3. Promosi (Promotion) ........................... 6.1.1.4. Distribusi (Place) ................................ 6.2. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan ...............
46 48 50 50 51 52 52 53 54 55 56 56 56 59 60 60 61 62 62 65 66 68 68 68 68 71 72 73 74
6.2.1. Faktor Ekonomi .............................................. 6.2.1.1. Economic Forecast ............................... 6.2.2. Faktor Politik dan Hukum .............................. 6.2.3. Faktor Sosial Budaya ...................................... 6.2.3.1. Bromelia Sebagai Tanaman Penyerap Polutan ................................. 6.2.3.2. Bromelia Sebagai Sarang Nyamuk ...... 6.2.3.3. Feng Shui Tanaman Berduri ............... 6.2.4. Faktor Demografi ........................................... 6.2.5. Faktor Teknologi ............................................. 6.2.6. Faktor Persaingan ........................................... 6.2.6.1. Persaingan dengan Perusahaan Sejenis ................................................ 6.2.6.2. Bargaining Position Pemasok ............. 6.2.6.3. Ancaman Pendatang Baru Potensial .... 6.2.6.4. Bargaining Position Konsumen .......... 6.2.6.5. Ancaman Produk Substitusi ................ 6.3. Identfikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman .................................................. 6.3.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan ............ 6.3.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman ..................
74 76 77 80 80 81 82 82 85 85 85 90 91 94 95 95 95 98
FORMULASI STRATEGI ............................................... 7.1. Analisis Matriks SWOT ................................................. 7.1.1. Strategi Strength-Opportunity (S-O) ............... 7.1.2. Strategi Weakness-Opportunity (W-O) ........... 7.1.3. Strategi Strength-Threat (S-T) ........................ 7.1.4. Strategi Weakness-Threat (W-O) .................... 7.2. Langkah-Langkah Arsitektur Strategi ............................ 7.2.1. Analisis Visi, Misi, dan Tujuan Ciapus Bromel ................................................ 7.2.2. Industry Foresight .......................................... 7.2.3. Strategic Challenge (Tantangan Organisasi) ... 7.2.4. Sasaran Perusahaan ......................................... 7.2.5. Program Kegiatan Pemasaran Ciapus Bromel . 7.2.6. Rancangan Arsitektur Strategik ......................
103 106 107 109 109 115
KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan ................................................................... 8.2. Saran ..............................................................................
121 122
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................
123
LAMPIRAN ..................................................................................
125
VII
VIII
100 100 100 100 101 102 103
DAFTAR TABEL Halaman
Nomor 1.
Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Konstan Pada Tahun 2003-2007 .........................................................
1
2.
Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004-2008 .......
2
3.
Luas Panen Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004-2008 .................................................................
3
Perkembangan Volume dan Nilai Impor Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2005-2009 .............................................
4
Sebaran Produsen Tanaman Hias Bromelia di Indonesia ..........................................................................
5
4. 5. 6.
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
....
16
7.
Tingkat Pendidikan SDM Ciapus Bromel ............................
42
8.
Upah Minimum Regional (UMR) Jawa Barat Berdasarkan Kota atau Kabupaten Tahun 2009 dan 2010 ...
48
9.
Profit Ciapus Bromel Periode Januari – Desember 2009 .......
49
10.
Perbandingan Produk Ciapus Bromel dengan Pesaing ..........
68
11.
Kisaran Harga Jual Bromelia Ciapus Bromel Tahun 2009 .........................................................................
71
Tingkat Inflasi Indonesia Berdasarkan Indeks Harga Konsumen Periode Agustus 2008-Maret 2010 .....................
76
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Inflasi Indonesia Periode 2009-2014 ..............................................
77
Jumlah Rumah Tangga dan Rata-Rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga Indonesia pada Tahun 2000-2009 ...............
83
Persentase Penduduk Perkotaan dan Pedesaan menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan Tahun 2008 dan 2009 ..........................................................
92
Perbandingan Keunggulan dan Kelemahan Pesaing dengan Ciapus Bromel ....................................................................
90
Faktor Strategis Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Ciapus Bromel ....................................................................
96
12. 13. 14. 15.
16. 17. 18.
Faktor Strategis Eksternal (Peluang dan Ancaman) Ciapus Bromel .....................................................................
98
19.
Analisis Misi Ciapus Bromel ................................................
105
20.
Rekomendasi Program Kerja Pemasaran Ciapus Bromel .....
110
xiv
21.
Plot-Plot Program Pemasaran Ciapus Bromel Periode 2010-2013 ...............................................................
113
xv
DAFTAR GAMBAR Halaman
Nomor 1.
Grafik Pergerakan Jumlah Produksi Tanaman Hias ..............
2
2.
Nilai Penjualan Ciapus Bromel Tahun 2009 .........................
6
3.
Alokasi Biaya Ciapus Bromel Tahun 2009 ..........................
7
4.
Konsep Inti Pemasaran .........................................................
17
5.
Konsep Pemasaran ...............................................................
18
6.
Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri ................................................................................
24
7.
Alur Kerangka Pemikiran Strategi Pemasaran Bromelia .......
27
8.
Matriks SWOT ....................................................................
35
9.
Tahapan Perancangan Arsitektur Strategi Pemasaran Ciapus Bromel ....................................................
36
10.
Struktur Organisasi Ciapus Bromel ......................................
44
11.
Persentase Penggolongan Konsumen Rumah Tangga Ciapus Bromel ....................................................................
57
12.
Saluran Distribusi Ciapus Bromel ........................................
63
13.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Bromelia ......
69
14.
Perkembangan IHK di 66 Kota Januari 2009-Maret 2010 .....
75
15.
Matriks SWOT Ciapus Bromel ............................................
103
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Nomor 1.
Kuisioner Konsumen Ciapus Bromel ...................................
126
2.
Varietas Bromelia Ciapus Bromel Tahun 2009 .....................
130
3.
Layout Ciapus Bromel .........................................................
134
4.
Daftar Produk dan Harga Tanaman Bromelia ......................
135
5.
Perhitungan Harga Pokok Produksi Ciapus Bromel Tahun 2009 ..........................................................................
143
Nilai dan Jumlah Penjualan Bromelia Ciapus Bromel Tahun 2009 .........................................................................
145
7.
Perhitungan Sasaran Pemasaran Ciapus Bromel ..................
146
8.
Arsitektur Strategi Pemasaran Ciapus Bromel 2010-2013.....
147
9.
Dokumentasi Penelitian .......................................................
148
6.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis memiliki kekayaan alam yang sangat beragam, baik flora maupun fauna yang tercakup dalam sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Sektor pertanian yang terdiri dari beberapa subsektor ini berperan dalam meningkatkan nilai PDB Indonesia. Salah satu subsektor pertanian adalah subsektor hortikultura yang meliputi komoditas buah-buahan, sayuran, biofarmaka, dan tanaman hias. Besarnya kontribusi dari hortikultura dapat dilihat pada Tabel 1, dimana total nilai PDB yang dihasilkan oleh subsektor ini terus meningkat dari tahun 2003 hingga 2007. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Indonesia Berdasarkan Harga Konstan Pada Tahun 2003-2007 Nilai PDB (Milyar Rp) Kelompok Komoditas
Rata-rata 2003
2004
2005
2006
2007
peningkatan per Tahun
Buah-Buahan
28.246
30.765
31.694
35.448
42.362
11%
Sayuran
20.573
20.749
22.630
2.694
25.587
193%
565
722
2.806
3.762
4.105
90%
4.501
4.609
4.662
4.734
4.741
1%
53.885
56.844
61.792
68.639
76.795
9%
Biofarmaka Tanaman Hias Total
Sumber: Data Ditjen Hortikultura (2008), diolah
Dari Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa total nilai PDB hortikultura pada tahun 2003 sebesar Rp 53.885 milyar dan meningkat sebesar 5,5 persen pada tahun 2004 menjadi Rp 56.844 milyar. Besarnya peningkatan PDB hortikultura di tahun 2005 adalah 8,7 persen, sehingga total nilai PDB yang diperoleh pada tahun tersebut menjadi Rp 61.792 milyar. Besarnya total nilai PDB tahun 2006 dan 2007 berturut-turut adalah Rp 68.639 milyar dan Rp 76.795 milyar dengan persentase peningkatan masing-masing sebesar 11,1 persen dan 11,9 persen. Dengan demikian, subsektor hortikultura memiliki prospek yang baik bagi perekonomian Indonesia.
1
Salah satu komoditas hortikultura yang telah membuktikan kontribusinya terhadap PDB Indonesia adalah tanaman hias. Kecenderungan peningkatan nilai PDB tanaman hias memiliki kolerasi positif dengan peningkatan PDB hortikultura dan mengindikasikan bahwa tanaman hias memiliki potensi untuk terus dikembangkan, walaupun nilai PDB dari subsektor ini tidak sebesar subsektor lainnya. Hal tersebut terlihat dari perkembangan nilai PDB yang berasal dari tanaman hias dari tahun 2003 hingga 2007. Pada tahun 2003 nilai PDB tanaman hias adalah sebesar Rp 4.501 milyar dan terus meningkat hingga mencapai Rp 4.741 milyar di tahun 2007. Peningkatan kontribusi tanaman hias ini antara lain dikarenakan adanya peningkatan jumlah produksi tanaman hias di Indonesia, baik yang berasal dari bunga potong, daun potong, bunga pot dan taman, maupun bunga tabur. Berikut ini merupakan produksi tanaman hias di Indonesia dari tahun 2004 hingga 2008. Tabel 2. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004-2008 Produksi (Unit) Komoditi
Rata-Rata 2004
2005
2006
2007
2008
Peningkatan per Tahun
Bunga Potong Daun Potong
158.522.843 173.240.364 166.645.684 179.374.218
205.564.659
7%
1.082.596
1.131.621
905.039
2.041.962
12.018.794
150%
530.325
751.505
986.340
1.171.768
11.159.352
236%
29.313.103
22.552.537
24.795.996
15.775.751
20.388.119
-5%
189.448.867 197.676.027 193.333.059 198.363.699
249.130.924
8%
Bunga Pot dan Taman Bunga Tabur Total
Sumber: Data BPS, diolah melalui Ditjen Hortikultura (2008)
Secara umum, produksi tanaman hias tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2004 hingga 2008. Peningkatan jumlah produksi terbesar terjadi pada tahun 2008. Jumlah produksi bunga potong meningkat dari 179.374.218 unit menjadi 205.564.659 unit, yaitu meningkat sebesar 14,6 persen. Sama halnya dengan bunga potong, jumlah produksi daun potong pun meningkat dari 2.041.962 unit 2
menjadi 12.018.794 unit dengan peningkatan sebesar 488,6 persen. Peningkatan yang sangat besar terjadi pada tanaman bunga pot dan taman yang meningkat dari 1.171.768 unit pada tahun 2007 menjadi 11.159.352 unit atau setara dengan 852,4 persen. Bunga tabur pun turut mengalami peningkatan di tahun 2008 dari 15.775.751 unit menjadi 20.388.119 unit atau sebesar 25,6 persen. Grafik pergerakan jumlah produksi tanaman hias di Indonesia tahun 2004 hingga 2008 dapat dilihat pada gambar berikut. 250,000,000 200,000,000 Bunga Potong
150,000,000
Daun Potong
100,000,000
Bunga Pot dan Taman
50,000,000
Bunga Tabur
0 2004
2005
2006
2007
2008
Gambar 1. Grafik Pergerakan Jumlah Produksi Tanaman Hias Sumber: Data BPS, diolah melalui Ditjen Hortikultura (2008)
Dari Gambar 1 di atas, secara umum total produksi tanaman hias di Indonesia cenderung meningkat dari tahun 2004 hingga 2008. Namun lain halnya dengan total luas panen tanaman hias yang terus menurun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa besarnya luas panen tanaman hias tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi jumlah produksi tanaman hias. Luas panen tanaman hias di Indonesia dari tahun 2004 hingga 2008 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas Panen Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004-2008 Komoditi Bunga Potong Daun Potong Bunga Pot dan Taman Bunga Tabur Total
Luas Panen (m2) 2004
2005
2006
2007
2008
15.219.133
14.791.004
6.205.093
9.189.977
10.877.306
196.107
74.894
66.038
98.107
934.478
461.255
420.072
658.721
749.869
2.636.329
9.967.905
9.298.389
5.891.740
1.427.534
1.269.439
25.844.400
24.584.359
12.821.592
11.465.487
15.717.552
Sumber: BPS, diolah melalui Ditjen Hortikultura (2008)
3
Sejak tahun 2005 hingga 2007, total luas panen tanaman hias di Indonesia terus menurun. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2006 dimana besarnya penurunan tersebut mencapai 48 persen dari tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2008 total luas panen tanaman hias di Indonesia mulai meningkat sebesar 37 persen, dari 11.465.487 m2 menjadi 15.717.552 m2. Berbagai komoditi tanaman hias tersebut diproduksi di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya adalah Jawa Barat. Dari 22 wilayah kabupaten dan kota di Propinsi Jawa Barat terdapat beberapa daerah sentra produksi tanaman hias, yaitu Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Kabupaten dan Kota Bogor, Cianjur, Depok dan Sukabumi1. Menurut Kasubid Tanaman Hias Pot dan Taman (2010), untuk memperkaya keanekaragaman jenis tanaman hias dan memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia pun mengimpor tanaman hias dari beberapa negara. Perkembangan volume dan nilai impor tanaman hias di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Volume dan Nilai Impor Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2005-2009 Satuan
Tahun 2005
2006
2007
2008
2009*
Volume (kg)
1.100.805
1.203.907
1.553.957
591.071
198.353
Nilai (US$)
2.080.297
1.812.577
2.580.311
751.181
354.606
Keterangan: (*) Januari-Maret 2009 Sumber: Data BPS (2008), diolah
Volume impor tanaman hias di Indonesia meningkat dari tahun 2005 hingga 2007, namun menurun pada tahun 2008 dan 2009. Besarnya volume impor tersebut berturut-turut sebesar 1.100.805 kg, 1.203.907 kg, 1.553.957 kg, 591.071 kg, dan 198.353 kg. Meningkatnya volume impor tanaman hias dapat disebabkan oleh semakin tingginya permintaan masyarakat Indonesia terhadap berbagai komoditas tanaman hias. Dalam dekade terakhir terjadi perkembangan jenis-jenis tanaman hias yang diusahakan dan diperdagangkan. Jenis tanaman hias yang dominan dikembangkan untuk pasar domestik maupun ekspor, antara lain kelompok tanaman anggrek dan tanaman pot berdaun indah. Salah satu jenis 1
Hasil wawancara dengan Kepala Sub Bidang Tanaman Pot Direktorat Jendral Hortikultura
4
kelompok tanaman hias pot berdaun indah yang dominan dikembangkan adalah bromelia. Menurut Ditjen Hortikultura (2010), meskipun tanaman hias bromelia merupakan salah satu tanaman yang dominan dikembangkan di Indonesia, tanaman ini belum termasuk ke dalam komoditas unggulan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas yang berkaitan dengan bromelia belum terlalu berkembang karena share yang dihasilkan tanaman bromelia masih lebih kecil dibandingkan 24 komoditas tanaman hias unggulan Indonesia lainnya, seperti anggrek, dracaena, gladiol, sansivera, dan lainnya2. Sebenarnya tahun 2008 merupakan tahun dimana bromelia direncanakan untuk booming, namun karena adanya krisis ekonomi yang bersifat global maka tanaman ini gagal booming. Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian, pada tahun 2009 tanaman bromelia mulai digemari oleh konsumen3. Sebagai salah satu sentra produsen tanaman hias bromelia di Indonesia, Propinsi Jawa Barat, khususnya Kabupaten Bogor, memiliki beberapa perusahaan dan kelompok tani yang mengusahakan tanaman ini (Tabel 5). Tabel 5. Sebaran Produsen Tanaman Hias Bromelia di Indonesia No.
Nama Perusahaan
Lokasi
1 Elegant Flora
Jakarta Selatan
2 Harrys Bromeliad
Jakarta Selatan
3 Sunda Kelapa Nursery
Tangerang, Banten
4 Alpha Nursery
Kabupaten Bogor, Jawa Barat
5 Ciapus Bromel
Kabupaten Bogor, Jawa Barat
6 Kelompok Tani Vioces
Kabupaten Bogor, Jawa Barat
7 Aneka Nursery
Jawa Tengah
Sumber: Data Ditjen Hortikultura ( 2008), diolah
Ciapus Bromel merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi dan pemasaran tanaman hias bromelia terbesar di wilayah Kabupaten Bogor4. Dengan adanya potensi dan peluang dari perkembangan 2
3 4
Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Bimbingan dan Pengembangan Usaha Sub Direktorat Tanaman Taman Hasil wawancara dengan PFI (Perhimpunan Florikultura Indonesia) Hasil survey terhadap pelaku usaha tanaman hias bromelia di wilayah Kabupaten Bogor
5
tanaman hias pot berdaun indah, Ciapus Bromel perlu merumuskan suatu strategi pemasaran guna menangkap peluang tersebut sekaligus meningkatkan pangsa pasar perusahaan. Strategi tersebut disusun berdasarkan program kerja yang dibentangkan dalam peta strategi untuk rentang waktu yang telah ditentukan. 1.2. Perumusan Masalah Sebagai perusahaan tanaman hias yang baru berumur sekitar empat tahun, Ciapus Bromel mampu menghasilkan 70.000 tanaman bromelia dengan jenis tanaman terbanyak, yaitu sebanyak 400 jenis, dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya yang tidak lebih dari 100 jenis bromelia. Namun hal tersebut bukan jaminan bagi perusahaan untuk menjadi pemimpin dalam industri tanaman hias bromelia di wilayah Jabodetabek karena penjualan Ciapus Bromel masih lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya. Bukan hanya itu, nilai penjualan Ciapus Bromel pun cenderung berfluktuasi yang terlihat pada data nilai penjualan perusahaan tahun 2009 (Gambar 2). 10000000 90000000 80000000 70000000 60000000 50000000 40000000 30000000 20000000 10000000 0
Nilai Penjualan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Bulan
Gambar 2. Nilai Penjualan Ciapus Bromel Tahun 2009 Sumber: Data keuangan Ciapus Bromel tahun 2009, diolah
Pendapatan penjualan perusahaan terbesar diperoleh pada bulan Agustus 2009 yang berjumlah Rp 94.740.000,00, sedangkan pendapatan terendah terjadi pada bulan Januari 2009 dengan nilai penjualan sebesar Rp 600.000,00. Tingkat fluktuasi yang terlihat signifikan ini dipengaruhi oleh kegiatan pameran yang dilakukan oleh perusahaan. Pameran di Lapangan Banteng yang dilakukan setiap tahun selama satu bulan memberikan kontribusi yang besar bagi peningkatan nilai
6
penjualan Ciapus Bromel. Namun perusahaan tidak bisa hanya bergantung pada pameran di Lapangan Banteng tersebut untuk meningkatkan penjualannya. Oleh karena itu, perusahaan perlu merumuskan strategi pemasaran yang dijabarkan ke dalam program-program pemasaran untuk meningkatkan penjualannya selain melalui pameran di Lapangan Banteng.
Alokasi Biaya Ciapus Bromel Tahun 2009
43% Biaya Tetap Biaya Variabel 57%
Gambar 3. Alokasi Biaya Ciapus Bromel Tahun 2009 Sumber: Data keuangan Ciapus Bromel tahun 2009, diolah
Bukan hanya itu, strategi pemasaran pun dibutuhkan oleh Ciapus Bromel karena adanya penumpukan produk (stok) akibat tidak terserap pasar, sedangkan biaya tetap yang harus dikeluarkan cukup besar. Dari gambar 3 di atas, besarnya biaya tetap Ciapus Bromel memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan biaya variabelnya, yaitu sebesar 57 persen. Sebelum merumuskan strateginya, perusahaan perlu mengamati secara seksama lingkungan yang dihadapi, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Dari penjelasan di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan terkait dengan kegiatan pemasaran Ciapus Bromel yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Bagaimana kegiatan pemasaran di Ciapus Bromel?
2.
Faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi kegiatan pemasaran di Ciapus Bromel?
3.
Apa saja alternatif strategi bagi kegiatan pemasaran Ciapus Bromel dan bagaimana rancangan arsitektur strategi pemasaran yang dapat diterapkan Ciapus Bromel?
7
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas diantaranya sebagai berikut: 1.
Menganalisis kegiatan pemasaran di Ciapus Bromel.
2.
Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kegiatan pemasaran di Ciapus Bromel.
3.
Merumuskan alternatif-alternatif strategi bagi kegiatan pemasaran Ciapus Bromel dan menyusun program-program pemasaran yang dibentangkan dalam peta strategik.
1.4. Manfaat Penulisan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang terkait maupun berkepentingan, seperti: 1.
Perusahaan Ciapus Bromel Output (hasil) dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau masukkan bagi perusahaan dalam menerapkan strategi pemasaran yang tepat, sehingga nilai penjualan produk perusahaan dapat meningkat.
2.
Akademisi dan Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai penerapan strategi dalam kegiatan pemasaran di suatu perusahaan tanaman hias secara umum dan sebagai bahan pertimbangan untuk kegiatan penelitian selanjutnya.
3.
Peneliti Penelitian ini dapat memberikan kompetensi dan pengalaman dalam menyusun suatu rancangan strategik yang dapat diaplikasikan di masa yang akan datang, khususnya yang terkait dangan pemasaran agribisnis.
1.5. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini hanya mencakup identifikasi kegiatan pemasaran yang telah dilakukan oleh perusahaan dan perumusan berbagai alternatif strategi pemasaran berdasarkan bauran pemasaran (4P) pada Ciapus Bromel yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan saat penelitian. Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi, serta lingkungan internal dan eksternal perusahaan.
8
Hasil identifikasi lingkungan internal dan eksernal tersebut diformulasikan untuk menghasilkan strategi perusahaan dengan menggunakan matriks SWOT. Strategi yang diperoleh dijabarkan menjadi program-program yang di plotkan dalam rentang waktu tiga setengah tahun. Penerapan program tersebut diserahkan sepenuhnya kepada pihak-pihak yang berperan dalam pengambilan keputusan di Ciapus Bromel.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanaman Hias Menurut Rahardi et al (1997) diacu dalam Annisa (2008), tanaman hias merupakan tanaman yang mempunyai nilai keindahan dan daya tarik tertentu. Selain itu, tanaman hias juga mempunyau nilai ekonomis yang dapat digunakan sebagai hiasan, baik di dalam maupun di luar ruangan. Karena mengandung nilai ekonomis tersebut, tanaman hias dapat diusahakan menjadi suatu bisnis yang cukup menjanjikan keuntungan besar. 2.2. Bromelia Menurut Verina (2007), bromelia adalah tanaman epifit yang berasal dari benua Amerika dan termasuk dalam famili Bromeliaceae. Pada tanaman ini terdapat tiga subfamili, yaitu Bromeliodeae, Pitcaimioideae, dan Tillandsioideae. Bromelia merupakan tanaman semusim yang akan berbunga pada usia 3-4 tahun. Jenis bromelia yang sering ditemui memiliki susunan daun yang padat dan dapat menyimpan air. Melalui simpanan air pada ketiak daunnya tersebut, tanaman ini memperoleh nutrisi bagi pertumbuhannya dan agar dapat bertahan hidup pada musim yang kering. Selain dapat hidup berdiri sendiri, bromelia juga dapat hidup menempel pada batang pohon yang masih hidup atau pada batang yang telah mati. Nutrisi yang dibutuhkan akan diperoleh dari air hujan, kabut, embun, atau tetesan air dari pohon. 2.3. Budidaya Bromelia Bromelia umumnya hidup pada suhu yang hangat berkisar antara 20-30 derajat Celcius dengan sinar matahari sekitar 60 persen. Angin pun sangat dibutuhkan untuk ketersediaan udara segar. Sumber air yang paling baik bagi bromelia adalah yang memiliki kadar garam rendah. Air ini biasanya terdapat pada air hujan, terutama pada daerah dengan tingkat polusi rendah. Pada umumnya, perbanyakan tanaman ini dilakukan dengan sistem vegetatif dan anakan, serta perbanyakan secara generatif melalui biji. Perbanyakan melalui penyemaian biji membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus menunggu tanaman tersebut berbunga, yaitu pada umur 3-4 tahun. Waktu yang
10
dibutuhkan dari fertilisasi sampai terbentuknya biji yang matang berkisar antara satu bulan hingga satu tahun, tergantung dari spesiesnya. Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan cara memotong tanaman yang berusia dua tahun dan telah memiliki batang kayu yang panjang. Batang bagian atas tanaman dipotong dan dikeringkan dengan angin selama kurang lebih satu minggu, kemudian ditanam pada media yang telah disiapkan. Pada bekas pemotongan batang diolesi dengan fungisida untuk mencegah munculnya jamur yang dapat merusak tanaman. Selain itu, perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan melalui pemisahan anakan. Apabila tanaman telah selesai berbunga, umumnya akan muncul anakan yang dapat segera dipisahkan untuk memunculkan kembali anakan yang baru. Namun terdapat juga cara lain untuk merangsang tumbuhnya anakan tanpa harus menunggu tanaman tersebut berbunga terlebih dahulu, yaitu dengan cara mematikan titik tumbuhnya melalui penusukkan. Pengusaha tanaman hias seringkali melakukan kawin silang untuk perbanyakan tanaman dan memperoleh tanaman dengan bentuk-bentuk baru. Jika hasil dari kawin silang terbukti cukup berharga untuk dipasarkan, sang penemu dapat memberikan nama dan mematenkannya. 2.3.1. Media Tanam Bromelia Media tanam pada tanaman bromelia tidak boleh terlalu basah atau kering dan juga harus cukup porous dengan pH antara 4-6. Media yang sering digunakan antara lain: a.
Cocopeat Media ini berasal dari sabut kelapa yang dihaluskan. Cocopeat memiliki daya ikat yang kuat terhadap air, sehingga kelembaban media tanam terjaga.
b.
Sekam Mentah Sekam padi yang berwarna keputihan sangat baik bagi pertumbuhan dan perakaran tanaman. Bobot sekam ini cukup besar sehingga memudahkan tanaman untuk berdiri tegak. Sifat sekam mentah mudah basah, tetapi juga cepat kering. Sekam yang dipilih adalah sekam yang benar-benar sudah matang pemeramannya. Apabila biji tersebut belum matang, maka benih-
11
benih padi yang akan tumbuh dan menjadi gulma bagi bromelia karena menimbulkan kompetisi antara bromelia dan padi. c.
Sekam Bakar Sekam bakar adalah sekam padi yang sudah dikeringkan atau dioven dan dibakar sehingga berwarna hitam. Sekam bakar memiliki beberapa keunggulan, yaitu mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, tidak cepat menggumpal, serta tidak mudah ditumbuhi jamur dan bakteri. Keunggulan ini membuat
akar
tanaman
dapat
tumbuh
sempurna
karena
terjamin
kebersihannya dan bebas dari jasad renik yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. d.
Akar Pakis Media yang berasal dari batang pakis yang dipotong atau dicacah halus. Media ini mengikat air dan bersifat porous karena mempunyai banyak rongga.
2.3.2. Pemeliharaan Berikut ini adalah beberapa pedoman dalam memelihara tanaman bromelia yang perlu diperhatikan: a.
Bromelia menyukai sinar matahari dan angin.
b.
pH yang cocok berkisar antara 4-6.
c.
Media tempat tumbuh akar tidak boleh terlalu basah atau terlalu kering dan harus cukup porous agar terjadi pergantian udara yang baik.
d.
Bromelia tidak boleh terlalu banyak diberi pupuk, namun kegiatan pemupukan jangan sampai ditinggalkan. Untuk menghindari bromelia dari penyakit dan hama perlu dilakukan
penyemprotan insektisida, fungisida, atau bakterisida sebanyak satu kali dalam sebulan. 2.4. Hasil Penelitian Terdahulu 2.4.1. Penelitian Mengenai Tanaman Bromelia Penelitian tanaman hias bromelia pernah dilakukan oleh A. Santi dan Surachmat Kusumo pada tahun 1996 mengenai komposisi media tumbuh yang
12
cocok untuk perbanyakan in vitro bromelia (Tilandsia punctulata). Menurut Mann (1994) yang diacu dalam Santi dan Kusumo (1996), tanaman bromelia berasal dari Amerika Selatan, terutama dari Brazilia. Namun ada beberapa jenis bromelia yang ditemukan di Mexico dan Amerika Tengah. Pada awalnya terdapat 150 spesies dan berkembang menjadi 2400 spesies. Beberapa jenis tanaman bromelia yang populer adalah Aechmea, Billbergia, Neoregelia, Guzmania, Tillandsia, Vriesia, Cryptanthus, dan Nidularium. Dari hasil penelitian Santi dan Kusumo (1996), disimpulkan bahwa bromelia jenis Thillandsia puctulata berhasil diperbanyak melalui kultur jaringan dengan jumlah tunas terbanyak adalah 30-40 per kutur yang terdapat dalam perlakuan penambahan 4,0 mg/1 NAA (Naptalen Asam Asetat) dan 0,5 mg/1 BA (Benziladenin) pada media tanam. Selain Santi dan Kusumo, penelitian tanaman bromelia pun pernah dilakukan oleh Sukamto pada tahun 2007, yaitu mengenai kultur jaringan Aechmea angustifolia yang merupakan salah satu jenis tanaman bromelia5. Menurut Padilla (1973) yang diacu dalam Sukamto (1974), tanaman Aechmea angustifolia memiliki daun yang berwarna hijau kekuningan dengan panjang daun 45-60 cm dan bergerigi di sepanjang daunnya. Tanaman ini tumbuh secara alami di Costa Rica, Panama, Culumbia, Brasil, dan Bolivia pada ketinggian 1500-1950 meter di atas permukaan laut. Menurut Sukamto (2007), perbanyakan tanaman Aechmea angustifolia dengan biji mengalami banyak kendala, yaitu memerlukan waktu yang lama untuk menunggu biji masak, banyak biji yang gagal tumbuh, dan tanaman yang dihasilkan tidak seragam, sedangkan perbanyakan vegetatif dengan cara memisahkan anakannya hanya akan diperoleh bibit dalam jumlah yang terbatas. Perbanyakan vegetatif secara kultur jaringan diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Pada media tanam penelitian tersebut ditambahkan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) berupa BA (Benziladenin) sebagai perlakuan khusus untuk melihat pengaruhnya terhadap jumlah tunas tanaman Aechmea angustifolia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukamto (2007) menyebutkan bahwa secara 5
Sukamto. 2007. Kultur Jaringan Aechmea angustifolia Poeppig and Andlicher. http://katalog.pdii.lipi.go.id/index.php.pdf. [diakses pada 16 April 2010]
.
13
keseluruhan pertumbuhan Aechmea angustifolia dalam kultur berjalan lambat. Hal ini dikarenakan pada Aechmea angustifolia sebenarnya sudah memiliki kandungan ZPT yang cukup untuk pembentukan tunas ganda dan akar, sehingga penambahan BA pada media tanam hanya akan menghambat pertumbuhan akar pada tunas. 2.4.2. Penelitian Mengenai Strategi Pada Usaha Tanaman Hias Perumusan strategi yang dilakukan oleh setiap perusahaan disesuaikan dengan tujuan dan kondisi perusahaan. Aryanti (2008) melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan tanaman hias yang dilakukan di Ciapus Nursery, Kabupaten Bogor. Penelitian tersebut menghasilkan beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan yang bergerak dalam bidang tanaman hias sehingga diharapkan mampu mengembangkan perusahaan yang bersangkutan. Dalam proses pengolahan data, penelitian yang dilakukan oleh Aryanti (2008) menggunakan matriks IFE, EFE, IE, analisis SWOT, dan QSPM sebagai alat dalam menentukan prioritas dari alternatif strategi. Selain itu, penelitian mengenai strategi pada perusahaan tanaman hias pun dilakukan oleh Fauziah (2009). Penelitian mengenai strategi bersaing yang dilakukan di PT Istana Alam Dewi Tara, Sawangan, Depok ini menggunakan metode penelitian yang sama dengan penelitian yang dilakukan di Ciapus Nursery. Hasil kedua penelitian tersebut dapat diimplementasikan pada perusahaan yang bergerak pada bidang tanaman hias. 2.4.3. Penelitian Mengenai Strategi Pemasaran Penelitian terdahulu yang terkait dengan strategi pemasaran pun perlu dikaji untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memiliki peranan dan pengaruh dalam kegiatan pemasaran di suatu perusahaan. Hal ini bertujuan agar penelitian yang dijalankan tidak dilakukan dua kali (terjadi pengulangan) dan melalui penelitian terdahulu dapat diketahui persamaan maupun perbedaan dengan penelitian yang dijalankan. Penelitian yang dilakukan oleh Khirom (2008) menganalisis mengenai strategi pemasaran minuman cincau pada CV. Citra Pangan Mandiri, Bogor. Dalam penelitian tersebut alat analisis yang digunakan hanya PHA untuk
14
menghasilkan alternatif strategi yang dapat direkomendasikan kepada perusahaan. Tahap awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan yang berperan dalam pemasaran. Setelah itu dilakukan formulasi bauran pemasaran yang berdasarkan pada faktor-faktor internal dan eksternal. Hasil dari formulasi tersebut dikelompokkan sehingga membentuk hierarki strategi operasional yang sesuai dengan prioritas. Siwang (2009) dalam penelitiannya mengkaji mengenai strategi pemasaran produk susu kuda organik “Asambugar” pada UKM milik Diana Herawati di wilayah Parung, Bogor. Penelitian ini menggunakan tiga tahap dalam merumuskan strategi yang terdiri dari input stage, matching stage, dan decision stage. Pada tahap input menggunakan matriks IFE dan EFE sebagai alat analisis, tahap pencocokan menggunakan matriks IE dan SWOT, dan tahap pengambilan keputusan menggunakan QSPM. Menurut hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa terdapat enam buah strategi berdasarkan tingkat prioritas yang dihasilkan melalui decision stage dengan menggunakan QSPM,
yaitu memanfaatkan fasilitas kredit dari
pemerintah, meningkatkan strategi pemasaran langsung, mempertahankan kualitas produk, melaksanakan pengembangan produk agar lebih menarik dan enak dikonsumsi, menggiatkan iklan dan promosi penjualan, serta melaksanakan strategi pemasaran yang terkonsentrasi. Berdasarkan beberapa penelitian di atas terdapat beberapa persamaan maupun perbedaan dengan penelitian ini. Sebagian besar penelitian tersebut berbeda dalam pemilihan topik, lokasi, dan metode yang digunakan dalam penelitian. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menghasilkan alternatif strategi yang berbeda pula yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing perusahaan atau lokasi, serta mengindikasikan bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumya.
15
Tabel 6. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti dan Tahun Penelitian
Khirom (2008)
Persamaan
Perbedaan
Topik yang sama mengenai
Metode analisis dan lokasi
strategi pemasaran
penelitian yang berbeda yang menggunakan PHA
Aryanti (2008)
Mengkaji perumusan strategi
Topik mengenai strategi
pada perusahaan yang bergerak
pengembangan dengan metode
dalam bidang tanaman hias
penelitian dan lokasi yang berbeda
Fauziah (2009)
Siwang (2009)
Mengkaji perumusan strategi
Topik mengenai strategi bersaing
pada perusahaan yang bergerak
dengan metode penelitian dan
dalam bidang tanaman hias
lokasi yang berbeda
Topik dalam melakukan
Pemilihan lokasi dan penggunan
penelitian yang sama, yaitu
metode analisis yang berbeda
mengenai strategi pemasaran
16
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Menurut Parkinson (1991), pemasaran merupakan suatu cara berpikir baru tentang bagaimana perusahaan atau suatu organisasi dapat mengembangkan perubahan-perubahan yang menguntungkan dengan para calon pelanggan yang ingin memenuhi kebutuhan atau keinginannya. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk-produk yang bernilai (Kotler 1993). Definisi pemasaran ini berlandaskan pada konsep-konsep inti pemasaran, yaitu kebutuhan, keinginan dan permintaan; produk; nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan; pasar; serta pemasaran dan pemasar. Pemasaran berarti bekerja dengan pasar untuk mewujudkan pertukaran potensial dengan maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Kebutuhan Keinginan Permintaan
Produk
Nilai, Biaya, Kepuasan
Pertukaran, Transaksi, Hubungan
Pemasaran dan Pemasar
Pasar
Gambar 4. Konsep Inti Pemasaran Sumber: Kotler (1993)
Kotler dan Amstrong (1997) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu rangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang menjadi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan pesaing yang selalu berbeda, sedangkan menurut David (2006), pemasaran diartikan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Konsep pemasaran yang terdiri dari empat pilar, yaitu pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terpadu atau terintegrasi, dan kemampuan
17
menghasilkan laba menegaskan bahwa kunci agar tujuan perusahaan tercapai adalah perusahaan tersebut harus lebih efektif dibandingkan dengan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang dipilih. Konsep ini mempunyai perspektif dari luar ke dalam yang berarti bahwa konsep pemasaran dimulai dari pasar yang didefinisikan dengan baik, berfokus pada kebutuhan pelanggan, dan menghasilkan laba dengan cara memuaskan pelanggan (Kotler 2005).
Pasar Sasaran
Kebutuhan Pelanggan
Pemasaran Terintegrasi
Laba melalui Kepuasan Pelanggan
Gambar 5. Konsep Pemasaran Sumber: Kotler 2005)
Rangkuti (2002) mengklasifikasikan unsur-unsur utama pemasaran ke dalam tiga unsur utama, yaitu: 1.
Unsur Strategi Persaingan Unsur strategi persaingan terdiri dari: a. Segmenting, yaitu tindakan mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing segmen konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk, dan bauran pemasaran tersendiri. b. Targeting, yaitu suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki dan ditujukan untuk pembeli. c. Positioning, yaitu penetapan posisi pasar. Tujuan dari positioning adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di dalam pasar ke benak konsumen.
2.
Unsur Taktik Pemasaran Unsur dalam taktik pemasaran ada dua, yaitu: a. Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam berbagai aspek di perusahaan. kegiatan membangun strategi
18
pemasaran inilah yang membedakan diferensiasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan dengan perusahaan lain. b. Bauran
pemasaran,
yang
berhubungan
dengan
kegiatan-kegiatan
perusahaan yang terkait dengan produk, harga, promosi, dan tempat. 3.
Unsur Nilai Pemasaran Unsur nilai pemasaran dapat dikelompokkan ke dalam tiga hal, yaitu: a. Merek (brand), yaitu nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang dimilikidan melekat pada suatu perusahaan. b. Pelayanan (service), yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa pelayanan kepada konsumen. c. Proses (process), yaitu nilai yang berkaitan dengan prinsip perusahaan untuk membuat setiap karyawan terlibat dan memiliki rasa tanggung jawab dalam proses memuaskan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung.
3.1.2. Manajemen Pemasaran Menurut American Marketing Association (1985) yang diacu dalam Kotler (1993), manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga, promosi dan distribusi ide-ide, barang-barang, dan jasa-jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan tujuan-tujuan organisasi. Merujuk pada pernyataan tersebut, Kotler (1993) mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai suatu proses yang menyangkut analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan kontrol. 3.1.3. Strategi Pemasaran Menurut
Sukristino
(1995) diacu
dalam
Umar
(2008),
strategi
didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Hamel dan Prahald (1995) diacu dalam Umar (2008) mendefinisikan strategi sebagai tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharpkan oleh para pelanggan di masa depan.
19
Robson (1997) diacu dalam Yoshida (2006) menyebutkan bahwa strategi merupakan pola keputusan alokasi sumberdaya yang dibuat di dalam organisasi. Pola keputusan ini menyatakan tentang tujuan yang ingin dicapai berdasarkan pada kepercayaan tentang hal-hal yang dapat diterima dan yang harus dihindari untuk mencapai tujuan tersebut, sedangkan menurut Yoshida (2006) strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan organisasi dalam menghadapi tantangan dan ancaman yang dihadapi dan potensial untuk dihadapi di masa mendatang oleh organisasi yang bersangkutan. Lebih jauh lagi Grant (1995) diacu dalam Yoshida (2006) menyatakan bahwa strategi digunakan untuk memenuhi tiga tujuan organisasi (perusahaan), yaitu: a.
Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan.
b.
Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi.
c.
Strategi sebagai konsep. Perumusan strategi dalam suatu perusahaan dapat pula dilakukan oleh
fungsi-fungsi manajerial yang terdapat dalam perusahaan tersebut, salah satunya adalah pemasaran. Strategi pemasaran terdiri dari prinsip-prinsip dasar yang mendasari
manajemen
pemasaran
untuk
mencapai
tujuan
bisnis
dan
pemasarannya dalam sebuah pasar sasaran (Kotler 1997). Perumusan strategi pemasaran memiliki pengertian sebagai pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif dari peluang dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan perusahaan (David 2006). 3.1.4. Proses Manajemen Strategis Proses manajemen strategis merupakan suatu proses yang terdiri dari beberapa tahapan dimana pengambil keputusan maupun penyusun strategi menentukan sasaran dan menyusun strategi untuk mencapai sasaran tersebut. Menurut David (2006) proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap, yaitu: a.
Formulasi Strategi Hal-hal yang termasuk ke dalam formulasi strategi adalah mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka 20
panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. b.
Implementasi Strategi Implementasi strategi sering kali disebut sebagai tahap pelaksanaan dalam manajemen strategis. Melaksanakan strategi berarti memobilisasi karyawan dan manajer untuk menempatkan strategi yang telah diformulasikan menjadi tindakan.
c.
Evaluasi Strategi Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Dalam evaluasi strategi terdapat tiga aktivitas dasar, yaitu meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini, mengukur kinerja, dan mengambil tindakan korektif.
3.1.5. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan Visi yang dimiliki oleh sebuah perusahaan merupakan suatu cita-cita tentang keadaan di masa mendatang yang diinginkan untuk diwujudkan oleh seluruh personel perusahaan. Cita-cita masa depan yang ada dalam benak pendiri yang kira-kira mewakili seluruh anggota perusahaan disebut dengan visi (Umar 2008). Pernyataan visi harus dapat menjawab pertanyaan mendasar “Apa yang ingin kita capai?” dan dibuat secara singkat dan jelas, sedangkan pernyataan misi harus dapat menjawab pertanyaan “Apa bisnis kita?” dan mendeklarasikan tentang alasan keberadaan sebuah organisasi. Pernyataan misi yang jelas sangat penting untuk merumuskan tujuan dan memformulasikan strategi yang efektif. Selain itu, pernyataan misi pun dapat menggambarkan nilai dan prioritas dari suatu organisasi (David 2006). Menurut Umar (2008), misi merupakan penjabaran secara tertulis mengenai visi, sehingga menjadi mudah dimengerti atau jelas bagi seluruh anggota perusahaan. Pernyataan misi suatu organisasi dapat pula diartikan sebagai pernyataan tujuan jangka panjang yang membedakan antara satu perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya, sedangkan penjabaran lebih rinci dari suatu misi dikenal sebagai tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun menengah. Penetapan tujuan harus bersifat menantang, terukur, konsisten, logis, dan jelas. Tujuan 21
memberikan dasar untuk desain pekerjaan dan mengorganisasikan kegiatan yang akan dijalankan dalam sebuah organisasi (David 2006). 3.1.6. Analisis Lingkungan Perusahaan Analisis lingkungan perusahaan adalah suatu proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau dan mengidentifikasi kondisi lingkungan perusahaan dan berfungsi sebagai dasar untuk melakukan perbaikan maupun pembenahan perusahaan, baik secara parsial maupun keseluruhan di masa mendatang. Lingkungan perusahaan ini terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal. 3.1.6.1. Analisis Lingkungan Internal Lingkungan internal perusahaan memiliki pengertian sebagai suatu kondisi yang terdapat di dalam suatu perusahaan dan secara langsung memiliki implikasi khusus pada perusahaan. Analisis lingkungan internal dimaksudkan untuk mengembangkan daftar kekuatan yang dimanfaatkan untuk mengatsai kelemahan perusahaan (Kotler 1997). 3.1.6.2. Analisis Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal perusahaan merupakan kondisi di luar perusahaan yang bersifat dinamis dan tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Tujuan utama analisis lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan daftar yang terbatas mengenai peluang yang dapat memberikan manfaat dan ancaman yang harus dihindari. Kata “terbatas” pada kalimat sebelumnya memiliki arti bahwa analisis lingkungan tersebut ditujukan untuk mengidentifikasi variabel kunci yang benar-benar dianggap penting dan berpengaruh bagi perusahaan. Menurut David (2006), lingkungan eksternal dikelompokkan menjadi lima faktor, yaitu: a.
Faktor Ekonomi Kondisi perekonomian di suatu negara atau wilayah dapat mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Menurut Kotler (1997), lingkungan ekonomi terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli dan pola pembelian konsumen.
22
b.
Faktor Politik dan Hukum Arah kebijakan dan stabilitas politik menjadi faktor penting bagi para pelaku bisnis dalam mempertimbangkan maupun merumuskan strategi perusahaan. Faktor-faktor tersebut menentukan parameter legal dan regulasi yang dapat membatasai operasi perusahaan.
c.
Faktor Sosial Budaya Kondisi sosial masyarakat bersifat dinamis sehingga dapat mempengaruhi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut David (2006), faktor-faktor sosial terdiri dari kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup masyarakat di lingkungan luar perusahaan yang berkembang dari pengaruh kultural, alam, demografi, agama, pendidikan, dan etnik.
d.
Faktor Demografi Demografi adalah suatu identifikasi mengenai populasi manusia yang meliputi jumlah, kerapatan, lokasi, umur, jenis kelamin, ras, jenis pekerjaan, dan angka statistik lainnya. Faktor ini sangat berkaitan dengan pasar dan sumberdaya perusahaan.
e.
Faktor Teknologi Saat ini teknologi telah berkembang dengan pesat di segala bidang. Penerapan teknologi tersebut sangat membantu perusahaan untuk memperoleh keunggulan kompetitif dibandingkan dengan pesaing. David (2006) menjelaskan bahwa terobosan teknologi mempunyai dampak bagi lingkungan perusahaan karena dapat membuka pasar dan produk baru yang canggih. Untuk menghindari terjadinya
kemunduran atau bahkan kegagalan,
perusahaan perlu mewaspadai perubahan teknologi yang dapat mempengaruhi industri. f.
Kekuatan Persaingan Persaingan dalam suatu industri berakar pada struktur ekonomi yang mendasarinya. Keadaan persaingan dalam suatu industri tergantung pada lima kekuatan persaingan pokok yang terlihat pada gambar berikut:
23
PENDATANG BARU POTENSIAL Ancaman masuknya pendatang baru PARA PESAING
Kekuatan tawarmenawar pemasok
INDUSTRI
PEMASOK
Kekuatan tawar menawar pembeli PEMBELI
Persaingan di antara perusahaan
Ancaman produk pengganti PRODUK PENGGANTI
Gambar 6. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri Sumber: Porter (1991)
a.
Persaingan Antar Perusahaan Sejenis Persaingan yang terjadi antar perusahaan dalam suatu industri terjadi untuk mendapatkan maupun meningkatkan posisi dan pangsa pasar perusahaan dengan menggunakan berbagai strategi. Selain itu, persaingan terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Tingkat persaingan dalam suatu industri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jumlah pesaing dalam suatu industri, tingkat pertumbuhan industri, karakteristik produk, biaya tetap yang digunakan, biaya peralihan antar perusahaan atau ketiadaan diferensiasi, perubahan kapasitas, dan hambatan untuk keluar industri.
b.
Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok (Bargaining Position Pemasok) Pada umumnya, pemasok menggunakan kekuatan tawar-menawar terhadap perusahaan dalam industri melalui kemampuan mereka menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk atau jasa. Kelompok pemasok dikatakan kuat jika terdapat hal-hal berikut: 1)
Didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih terkonsentrasi dibandingkan dengan industri dimana mereka menjual.
24
2)
Pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain untuk dijual kepada industri.
3)
Industri bukan merupakan pelanggan yang penting bagi kelompok pemasok.
4)
Produk pemasok merupakan input penting bagi bisnis pembeli.
5)
Produk kelompok pemasok terdiferensiasi atau pemasok telah menciptakan biaya peralihan.
6)
Kelompok pemasok memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi ke depan.
c.
Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli (Bargaining Position Pembeli) Pembeli memiliki kekuatan dalam mempengaruhi perusahaan untuk menurunkan harga produk, meningkatkan mutu dan pelayanan, serta mengadu perusahaan dengan kompetitor yang ada. Kekuatan ini muncul apabila kelompok pembeli terpusat, melakukan pembelian dalam jumlah besar, produk yang ditawarkan perusahaan tidak terdiferensiasi, biaya perpindahan produk lain (pemasok) yang rendah, laba yang didapatkan pembeli rendah, dan produk perusahaan bukan merupakan produk penting bagi pembeli.
d.
Ancaman Pendatang Baru Potensial Semakin meningkatnya daya tarik dari suatu industri akan menyebabkan perusahaan-perusahaan baru untuk mencoba masuk ke dalam industri tersebut. Masuknya pendatang baru dapat menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, seperti meningkatnya persaingan antar perusahaan, baik dalam hal perebutan pangsa pasar maupun perebutan sumberdaya produksi yang terbatas. Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri tergantung pada rintangan masuk yang ada dan reaksi dari para pesaing yang sudah ada.
e.
Ancaman Produk Pengganti (Substitusi) Produk pengganti merupakan produk-produk yang dapat menjalankan fungsi yang sama dengan produk perusahaan walaupun memiliki karakteristik yang berbeda. Produk pengganti yang perlu mendapatkan perhatian yang besar dari perusahaan adalah produk-produk yang mempunyai kecenderungan untuk
25
memiliki harga atau prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan produk perusahaan (industri) dan yang dihasilkan oleh industri berlaba tinggi. Adanya produk pengganti tersebut dapat mengurangi laba yang akan diterima oleh perusahaan dalam industri. 3.1.7. Arsitektur Strategi Menurut Yoshida (2006), arsitektur strategik merupakan pendekatan yang lebih fleksibel dalam melakukan perencanaan strategik sekaligus sebagai solusi untuk menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang amat cepat. Lebih jauh lagi Yoshida (2006) menyatakan bahwa arsitektur strategi tersebut dibuat sebagai suatu rancangan peta strategi yang bermanfaat bagi perusahaan untuk merumuskan strateginya ke dalam kanvas (blue print) rencana organisasi untuk meraih visi dan misinya dalam bentangan waktu yang telah ditentukan. Organisasi yang akan menerapkan pendekatan arsitektur strategik ini terlebih dahulu merumuskan visi dan misi organisasi, menganalisis lingkungan internal dan eksternal, mengidentifikasi dan menggambarkan industri yang akan atau yang telah dimasukinya lengkap dengan gambaran masa depan industri (industry foresight), serta merumuskan tantangan dan sasaran organisasi. Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai industry foresight, tantangan (strategic challenge), dan sasaran. a.
Industry Foresight Menurut Hamel dan Prahald (1995) diacu dalam Yoshida (2006), industry foresight merupakan suatu asumsi terbaik yang disepakati bersama tentang masa depan suatu industri atau perusahaan maupun organisasi yang diperlukan untuk menunjang evolusi bisnis tersebut. Industry foresight ini memberikan gambaran tentang hal-hal yang potensial dalam organisasi untuk dikembangkan di masa depan dan memungkinkan organisasi tersebut untuk mengambil posisi sebagai pemimpin.
b.
Tantangan Organisasi (Strategic Challenge) Tantangan organisasi adalah sarana atau tata cara operasional yang harus dimiliki dan diaplikasikan oleh organisasi untuk memperoleh keunggulankeunggulan bersaing baru secara bertahap. Tantangan pun seringkali diartikan
26
sebagai tujuan jangka pendek suatu organisasi (Hamel dan Prahald 1995, diacu dalam Yoshida 2006). c.
Sasaran Organisasi Menurut Yoshida (2006), sasaran merupakan tujuan organisasi yang dikuantifikasikan dengan baik. Sasaran ini dibuat dalam rangka memudahkan organisasi dalam mencapai tujuannya, baik tujuan jangka panjang maupun jangka pendek.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Ciapus Bromel merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi dan memasarkan tanaman hias bromelia yang berada di daerah Kabupaten Bogor. Pada awalnya perusahaan ini hanya memiliki 600 tanaman, namun kini telah meningkat hingga menghasilkan sekitar 70.000 tanaman yang terdiri dari 400 jenis bromelia. Meskipun terdapat 400 jenis tanaman, jumlah penjualan tanaman bromelia perusahaan masih lebih rendah dibandingkan perusahaan sejenis lainnya yang memiliki jenis tanaman lebih sedikit dari Ciapus Bromel. Langkah awal yang dilakukan dalam merumuskan strategi pemasaran adalah mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan kegiatan pemasaran Ciapus Bromel, menganalisis segmenting, targeting, dan positioning perusahaan, mengkaji bauran pemasaran (4P) yang telah ditetapkan dengan menganalisis kegiatan pemasaran yang telah dilakukan oleh perusahaan. Selanjutnya dilakukan analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan yang merupakan tahap pemasukan input yang berguna dalam perumusan strategi. Analisis lingkungan internal ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan dengan menganalisis implikasi dari STP yang telah ditetapkan terhadap bauran pemasaran Ciapus Bromel. Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan yang berasal dari berbagai faktor di luar perusahaan, yaitu ekonomi, politik dan hukum, sosial budaya, demografi, teknologi, serta persaingan. Hasil analisis lingkungan internal dan eksternal dijadikan sebagai dasar perumusan alternatif strategi pemasaran perusahaan dengan menggunakan matriks SWOT yang memadukan faktor-faktor strategis yang menjadi kekuatan, 27
kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan untuk mendapatkan beberapa alternatif strategi pemasaran. Alternatif startegi yang dihasilkan pada matriks SWOT dijabarkan menjadi program-program pemasaran Ciapus Bromel dan dipetakan dalam arsitektur startegik untuk jangka waktu yang telah ditentukan. Kedua tahap tersebut terangkum dalam tahap formulasi strategi. Alur kerangka pemikiran operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.
28
Tujuan Ciapus Bromel: Peningkatan keuntungan (laba) perusahaan, sehingga hak para stakeholder dapat terpenuhi
Identifikasi masalah perusahaan: 1. Nilai penjualan berfluktuasi dan biaya tetap cukup tinggi 2. Belum dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki 3. Persaingan dengan perusahaan sejenis yang telah lama berdiri dan memiliki jangkauan pemasaran yang lebih luas 4. Menganalisis Kegiatan Pemasaran Perusahaan Ciapus Bromel
Perlu rancangan strategi pemasaran
Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis Lingkungan Internal Implikasi STP terhadap Bauran
Faktor Ekonomi
Pemasaran Ciapus Bromel:
Faktor Politik dan Hukum
Product (Produk)
Faktor Sosial Budaya
Price (Harga)
Faktor Demografi
Promotion (Promosi)
Faktor Teknologi
Place (Distribusi)
Faktor Persaingan
Formulasi Strategi: Analisis Matriks SWOT dan Rancangan Arsitektur Strategi
Program Pemasaran Ciapus Bromel
Gambar 7. Alur Kerangka Pemikiran Strategi Pemasaran Bromelia
29
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Ciapus Bromel yang terletak di Ciapus Jl. Tamansari Rt 03/04, Desa Tamansari , Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Ciapus Bromel merupakan salah satu perusahaan yang menghasilkan tanaman bromelia dengan jenis terbanyak di wilayah Kabupaten Bogor. Hal ini menjadi suatu daya tarik tersendiri untuk melakukan penelitian mengenai strategi pemasaran bagi Ciapus Bromel karena perusahaan belum mampu memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki untuk meningkatkan penjualannya yang selama ini cenderung berfluktuasi. Waktu pengumpulan dan pengolahan data dimulai pada bulan Maret sampai dengan Mei 2010. 4.2. Data dan Instrumentasi Dalam penelitian ini digunakan data primer dan sekunder yang berasal dari analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Data yang diperoleh melalui analisis lingkungan internal meliputi data-data yang terkait dengan sejarah dan perkembangan Ciapus Bromel hingga saat Mei 2010, sedangkan dari analisis lingkungan eksternal diperoleh data-data mengenai kondisi perekonomian, politik dan hukum, sosial dan budaya, demografi, perkembangan teknologi, dan lingkungan persaingan yang dihadapi perusahaan dalam industri tanaman hias bromelia. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dalam penelitian ini mencakup nilai penerimaan dan pengeluaran Ciapus Bromel pada tahun 2009 dan data-data sekunder lainnya yang merupakan data statistik yang terkait dengan perusahaan. Data kualitatif yang diperoleh umumnya dianalisis terlebih dahulu debelum digunakan, salah satunya adalah gambaran umum perusahaan. Untuk memudahkan perolehan data, maka dam penelitian ini digunakan instrumentasi berupa daftar pertanyaan terkait dengan kegiatan wawancara, kuisioner, alat pencatatan, dan alat elektronik lainnya yang digunakan untuk menyimpan data yang dibutuhkan dalam penelitian,
30
baik berupa gambar maupun tulisan, sedangkan untuk perhitungan digunakan kalkulator dan software Microsoft Excel 2007. 4.3. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian strategi pemasaran ini digunakan beberapa jenis data pendukung, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang berasal dari dalam dan luar perusahaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Seluruh data tersebut diperoleh melalui dua cara pengumpulan data selama kurang lebih tiga bulan, yaitu: 1.
Data Primer a. Wawancara, dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang telah dibuat secara lisan kepada narasumber. b. Observasi, dilakukan dengan mengamati secara langsung seluruh aktivitas perusahaan yang terkait dengan penelitian. c. Kuisioner, dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden sebagai salah satu upaya untuk mengetahui karakteristik konsumen Ciapus Bromel (Lampiran 1). Dalam pengumpulan data primer, responden yang dijadikan sumber
informasi berasal dari pihak internal dan eksternal perusahaan. Pihak internal yang dipilih diantaranya adalah pemilik, manajer pengelola, dan karyawan perusahaan yang mengetahui keadaan perusahaan tersebut, sedangkan responden yang berasal dari pihak eksternal adalah pihak-pihak luar yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan perusahaan atau pakar yang kompeten dalam bidang tanaman hias, seperti pesaing, pemasok, manajer pemasaran Godong Ijo, Staf Ditjen PPHP Departemen Pertanian, Kepala Sub Bidang Tanaman Pot Direktorat Jendral Hortikultura, Kepala Sub Bidang Perencanaan Direktorat Jendral Hortikultura, Staf Bagian Pemasaran Internasional Komoditas Pertanian Departemen Pertanian, Pendiri dan Anggota PFI (Perhimpunan Florikultur Indonesia), dan pihak dari Dinas Pertanian Bogor. Selain itu, dari pihak konsumen diambil sebanyak 30 responden untuk mengikuti sebaran normal. Menurut Sugiarto (2001) yang diacu dalam Amelia (2009), ukuran sampel sebanyak 30 orang tersebut dapat memberikan ragam sampel yang stabil sebagai pendugaan ragam populasi. Pengambilan sample (30 responden) dilakukan dengan teknik 31
convinience sampling karena jumlah populasi konsumen tidak diketahui secara pasti. 2.
Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui literatur maupun
studi pustaka yang dapat mendukung penelitian. Data-data tersebut dapat bersumber dari data laporan internal perusahaan, surat kabar, buku teks, Badan Pusat Statistik, situs-situs internet, dan data-data lainnya dari beberapa instansi terkait seperti Bank Indonesia, Danarekasa Institut, Direktorat Pengembangan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian, Direktorat Jendral Tanaman Hias. 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif dan analisis formulasi strategi perusahaan dengan menggunakan matriks SWOT dan arsitektur strategik. Data yang telah dikumpulkan tersebut diolah dengan bantuan kalkulator dan program komputer Microsoft Excel 2007. Selanjutnya hasil dari pengolahan tersebut dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel, gambar, maupun uraian. Proses pengumpulan dan pengolahan data diawali dengan analisis deskriptif. Analisis ini menggambarkan sejarah dan perkembangan Ciapus Bromel, yang mencakup identifikasi tentang visi, misi, dan tujuan perusahaan yang kemudian dilanjutkan dengan analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Tahap selanjutnya adalah analisis formulasi strategi yang meliputi perumusan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT dan perencanaan arsitektur strategik. 4.4.1. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Perusahaan Pada umumnya analisis aspek-aspek lingkungan internal perusahaan menggunakan pendekatan fungsional, yang terdiri dari pemasaran, keuangan, produksi atau operasi, manajemen sumber daya manusia, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajeman. Namun pada penelitian strategi pemasaran ini, lingkungan internal perusahaan yang dianalisis hanya mencakup bauran pemasarannya saja, yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi
32
yang dikaitkan dengan STP perusahaan. Melalui analisis lingkungan internal, perusahaan diharapkan mampu memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki. Lingkungan eksternal perusahaan terdiri dari beberapa faktor yang berasal dari luar dan terlepas dari perusahaan, yaitu politik dan ekonomi, politik dan hukum, sosial budaya, demografi, teknologi, serta persaingan. Analisis lingkungan eksternal perlu dilakukan karena faktor-faktor lingkungan eksternal tersebut dapat memberikan kesempatan (peluang), sekaligus dapat menjadi hambatan (ancaman) bagi perusahaan untuk maju. 4.4.2. Formulasi Strategi Tahap ini merupakan tahap perumusan strategi perusahaan dengan cara mencocokkan berbagai kekuatan dan kelemahan internal perusahaan dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternal. Pada formulasi strategi ini digunakan alat analisis berupa matriks SWOT dan arsitektur strategi. 4.4.2.1. Analisis Matriks SWOT Analisis
SWOT
merupakan
cara
yang
sistematis
untuk
mengidentifikasikan faktor-faktor dan strategi yang menggambarkan kesesuaian paling baik diantara berbagai alternatif strategi yang ada berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Rangkuti (2005) mendefinisikan SWOT sebagai singkatan dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) internal suatu perusahaan, serta peluang (opportunity) dan ancaman (threat) dalam lingkungan yang dihadapi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Melalui analisis SWOT akan diperoleh beberapa alternatif strategi yang kemudian akan dijabarkan menjadi beberapa rekomendasi program dalam bentangan arsitektur strategi yang merupakan tahap akhir.
33
Matriks SWOT akan menghasilkan empat tipe kemungkinan alternative strategi, yaitu : 1.
Strategi SO (Strength-Opportunity) Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih atau memanfaatkan peluang-peluang yang ada di luar perusahaan.
2.
Strategi WO (Weakness-Opportunity) Strategi ini bertujuan untuk memperkecil maupun memperbaiki kelemahankelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal.
3.
Strategi ST (Strength-Threat) Melalui strategi ini perusahaan berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal dengan menggunakan kekuatan yang dimilikinya.
4.
Strategi WT (Strength-Weakness) Strategi ini merupakan teknik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman. Pada umumnya, perusahaan menerapkan strategi WT ketika berada pada posisi yang berbahaya. Terdapat delapan tahap dalam menyusun matriks SWOT, yaitu:
1.
Menentukan peluang eksternal perusahaan.
2.
Menentukan ancaman eksternal perusahaan.
3.
Menentukan kekuatan internal perusahaan.
4.
Menentukan kelemahan internal perusahaan.
5.
Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dengan peluang-peluang eksternal perusahaan dan catat hasilnya dalam sel strategi SO.
6.
Mencocokkan
kelemahan-kelemahan
internal
dengan peluang-peluang
eksternal perusahaan dan catat hasilnya dalam sel strategi WO. 7.
Mencocokkan
kekuatan-kekuatan
internal
dengan
ancaman-ancaman
eksternal perusahaan dan catat hasilnya dalam sel strategi ST. 8.
Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dengan ancaman-ancaman eksternal perusahaan dan catat hasilnya dalam sel strategi WT.
34
Analisis Internal
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Tentukan faktor-faktor
Tentukan faktor-faktor
kekuatan internal
kelemahan internal
Peluang (O)
Strategi SO
Strategi WO
Tentukan faktor-faktor
Ciptakan strategi dengan
Ciptakan strategi untuk
peluang eksternal
menggunakan kekuatan untuk
memperkecil maupun
meraih atau memanfaatkan
memperbaiki kelemahan
peluang
dengan memanfaatkan
Analsisi Eksternal
peluang Ancaman (T)
Strategi ST
Strategi WT
Tentukan faktor-faktor
Ciptakan trategi yang
Ciptakan strategi untuk
ancaman eksternal
memanfaatkan kekuatan untuk
mengurangi kelemahan dan
mengatasi atau menghindari
menghindari ancaman
ancaman
Gambar 8. Matriks SWOT Sumber: David (2006)
4.4.2.2. Arsitektur Strategik Dalam penelitian ini, input bagi arsitektur strategik diperoleh dari hasil identifikasi visi, misi, dan tujuan perusahaan, tantangan yang merupakan titik fokus dari hasil analisis lingkungan perusahaan, sasaran yang bersifat kuantitatif, dan alternatif strategi yang diperoleh dari hasil analisis matriks SWOT yang kemudian dijabarkan dengan lebih rinci ke dalam program-program untuk diimplementasikan dalam rentang waktu tertentu. Rentang waktu yang digunakan dalam arsitektur strategik tidak memiliki standar baku tertentu, hanya disesuaikan dengan kebijakan maupun keputusan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Rentang
waktu
yang
digunakan
Ciapus
Bromel
untuk
mengimplementasikan arsitektur strategi pemasarannya adalah selama kurang lebih tiga setengah tahun. Pemilihan rentang waktu tersebut mempertimbangkan kondisi perusahaan Ciapus Bromel saat ini dan pengalaman dari Godong Ijo yang merupakan salah satu perusahaan tanaman hias yang telah mapan dan terkenal dengan kepemilikan yang sama dengan Ciapus Bromel. Pembelajaran dari
35
pengalaman Godong Ijo tersebut diharapkan dapat mendorong pencapaian sasaran perusahaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tahapan dalam perancangan arsitektur strategi pemasaran Ciapus Bromel dapat dilihat pada gambar berikut.
Analisis Lingkungan Internal
Analisis Lingkungan Eksternal
IFE
EFE
Matriks SWOT
Visi, Misi, Tujuan Ciapus Bromel
Tantangan dan sasaran
Arsitektur Strategik
Rekomendasi program pemasaran
Gambar 9. Tahapan Perancangan Arsitektur Strategi Pemasaran Ciapus Bromel
36
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan Ciapus Bromel merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang budidaya dan pemasaran tanaman hias bromelia yang didirikan pada tahun 2006. Pada tahun pendiriannya, perusahaan belum memperoleh hasil karena penjualan tanaman bromelia mulai dilakukan pada Bulan Desember 2007. Tahun 2006 merupakan tahun persiapan dimana perusahaan membangun sarana dan prasarana yang diperlukan bagi kegiatan operasional, seperti pembangunan green house. Namun pada tahun 2003, pemilik mengawali persiapannya dengan melakukan penyeleksian tanaman induk untuk kemudian diperbanyak dan dipasarkan. Perusahaan ini belum berbadan hukum dan merupakan milik perorangan. Pemilik Ciapus Bromel sama dengan salah satu pemilik PT. Godong Ijo Asri, yaitu Chandra Gunawan Hendarto. Berawal dari usaha tanaman hias yang dilakukan di PT. Godong Ijo Asri, pemilik mampu melihat peluang dari adanya pergeseran dan pergerakan trend tanaman hias di Indonesia. Pergeseran yang terjadi diakibatkan adanya perubahan trend tanaman hias pot bunga ke tanaman hias pot berdaun indah6. Sebagai tanaman hias pot berdaun indah, bromelia memiliki prospek untuk menjadi salah satu tanaman yang trend di Indonesia karena memiliki keunikan tersendiri, seperti warna daun yang beragam, bentuk daun yang kompak, dan jenis tanaman yang bervariasi. Harga bromelia pun relatif stabil dibandingkan dengan tanaman hias pot berdaun indah lainnya, seperti anthurium. Selain itu, bromelia merupakan tanaman multifungsi yang dapat digunakan sebagai tanaman pot indoor, tanaman landscape, tanaman pot outdoor, dan tanaman dekorasi yang dapat bertahan selama beberapa hari tanpa layu. Pada awal pendirian, perusahaan memiliki 600 tanaman bromelia yang digunakan sebagai indukan. Tanaman indukan tersebut berasal dari Thailand, Philipina, Australia, Belanda, dan beberapa negara di Amerika Latin yang diimpor oleh pemilik. Tahun 2010 ini perusahaan telah memiliki 400 jenis tanaman bromelia. Dari 400 jenis tanaman tersebut baru 243 tanaman yang telah teridentifikasi namanya (Lampiran 2), sedangkan sisanya belum teridentifikasi 6
Hasil wawancara dengan Kepala Sub Bidang Tanaman Pot Direktorat Jendral Hortikultura
37
karena merupakan hasil mutasi gen. Perusahaan tidak memasarkan seluruh jenis bromelia agar tanaman yang dihasilkan perusahaan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya, terutama dalam hal keragaman jenis tanaman bromelia. Pemilik ingin memposisikan Ciapus Bromel sebagai perusahaan yang terspesialisasi (fokus) pada tanaman bromelia dengan jenis yang lebih beragam dibandingkan perusahaan lain dan senantiasa menjaga kualitas tanaman. Sejak didirikan hingga tahun 2009, pasar Ciapus Bromel terdiri dari pasar organisasional yang merupakan produsen bromelia (pedagang) dan pasar konsumen akhir (konsumen rumah tangga). Namun karena pedagang dapat menimbulkan ancaman, maka target pasar perusahaan adalah konsumen rumah tangga golongan menengah atas. Selain itu, Ciapus Bromel pun mengetahui bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap tanaman hias sebagai barang mewah, sehingga perusahaan dapat memberikan harga yang cukup tinggi kepada konsumen. 5.2. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan 5.2.1 Lokasi Ciapus Bromel Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Ibukota RI dan secara geografis terletak pada posisi 6°19’ - 6°47’ Lintang Selatan dan 106°01’ – 107°103’ Bujur Timur. Luas wilayah berdasarkan data terakhir adalah 2.301,95 Km2. Berikut ini batas-batas wilayah Kabupaten Bogor: Utara
: Kota Depok
Barat
: Kabupaten Lebak
Barat Daya
: Kabupaten Tangerang
Timur
: Kabupaten Purwakarta
Timur Laut
: Kabupaten Bekasi
Selatan
: Kabupaten Sukabumi
Tenggara
: Kabupaten Cianjur
Menurut hasil pendataan sosial ekonomi 2005, Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan, 427 desa atau kelurahan, 13.541 RT dan 913.206 rumah tangga. Dari 427 desa tersebut, sebanyak 234 desa berada pada ketinggian kurang dari 500
38
dpl, 144 desa berada diantara 500-700 dpl, dan sisanya sebanyak 49 desa berada pada ketinggian lebih dari 500 dpl7. Ciapus Bromel terletak di wilayah Ciapus, yaitu di Jalan Tamansari Rt 03/04, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan data dari Kecamatan Tamansari, letak Ciapus Bromel berada pada ketinggian 450 dpl dengan suhu 270C. Kondisi geografis tersebut sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan bromelia agar dapat menghasilkan warna yang lebih nyata. Lokasi perusahaan dapat dikatakan strategis karena dekat dengan input produksi, namun dapat pula dikatakan kurang strategis karena jauh dari pasar. Konsumen cenderung sulit mengakses lokasi perusahaan karena cukup jauh dari Kota Bogor dan konsumen kurang mengetahui wilayah tersebut. 5.2.2 Tata Letak Ciapus Bromel Perusahaan dengan luas area sekitar satu hektar ini terdiri dari bangunan kantor, green house, dan mushola yang terletak berdekatan antara satu dan yang lainnya sehingga aktivitas perusahaan lebih efisien dan efektif (Lampiran 3). Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai tata letak Ciapus Bromel. a.
Bangunan Kantor Bangunan kantor terletak sekitar tujuh meter di sebelah kanan gerbang Ciapus Bromel. Bangunan kantor terdiri dari dua buah kamar berukuran 4 x 4 m2 sebagai tempat beristirahat karyawan terutama saat tugas jaga malam, satu buah kamar mandi berukuran 2,5 x 2,5 m2, satu buah dapur berbentuk “L” dengan ukuran sekitar 8 x 3 m2, dan satu buah gudang penyimpanan berukuran 4 x 5 m2 yang digunakan sebagai tempat menyimpan berbagai input produksi seperti cocopeat, pestisida, pot, dan pupuk. Dari dua buah kamar yang terdapat di bangunan kantor, hanya satu buah kamar yang benarbenar digunakan sebagai tempat istirahat karyawan. Di kamar tersebut, terdapat satu orang karyawan yang tinggal menetap di perusahaan. Selain itu, pada bangunan ini terdapat dua buah teras, yaitu teras depan dan teras samping. Segala bentuk kegiatan administrasi perusahaan dilakukan di
7
Suryanto Ari. 2006. Gambaran Umum Kabupaten Bogor. http://www.damandiri.or.id/file.pdf. [diakses 2 April 2010].
39
teras depan kantor. Di teras ini terdapat satu set furniture (tempat duduk) yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk beristirahat dan satu set tempat melakukan administrasi yang terdiri dari satu buah meja kerja dan dua buah kursi yang saling berhadapan, sedangkan di teras samping terdapat tiga buah rak kayu berukuran 2,5 x 2 m untuk menyimpan anakan tanaman yang sedang diangin-anginkan dan satu buah meja kayu beserta bangku panjang yang biasa digunakan karyawan sebagai tempat untuk makan di saat jam istirahat. b.
Green House Ciapus Bromel memiliki sembilan buah green house yang letaknya menyebar. Empat buah green house teletak di sebelah kiri gerbang masuk, satu buah di samping bangunan kantor, dan empat buah terletak di bagian belakang. Green house yang dimiliki oleh perusahaan ada dua jenis, yaitu green house dengan paranet biasa dan green house dengan paranet dan plastik UV. Sebagian besar green house yang dimiliki merupakan green house dengan paranet biasa dan hanya tiga buah green house dengan paranet dan plastik UV yang terletak di sebelah kiri gerbang masuk dan di samping bangunan kantor. Green house tersebut terbuat dari tiang beton dan besi sebagai penyangga, paranet dan plastik UV sebagai penutup atap dan pengatur intensitas penyinaran matahari, serta asbes dan silikon sebagai tempat menyimpan tanaman. Pemilihan tiang beton dan besi sebagai penyangga dkarenakan bahan tersebut memiliki umur ekonomis yang lama dibandingkan dengan menggunakan kayu atau bambu.
c.
Mushola Bangunan ini didirikan dengan tujuan memberikan kemudahan kepada karyawan maupun pelanggan yang beragama Islam untuk menunaikan ibadah sholat. Mushola tersebut berada di belakang bangunan kantor dan berukuran 3 x 3 m2.
5.3. Manajemen Ciapus Bromel 5.3.1. Perencanaan Perusahaan Kegiatan perencanaan Ciapus Bromel meliputi perencanaan produksi dan pemasaran. Perencanaan produksi dilakukan setiap satu bulan sekali yang
40
bertujuan untuk menentukan jumlah tanaman yang harus diproduksi untuk memenuhi stok indukan maupun tanaman siap jual. Sedangkan segala sesuatu yang mendukung kegiatan produksi selalu disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, seperti pembelian input dan bromelia varietas baru. Perencanaan produksi yang dilakukan perusahaan dapat dikatakan cukup baik. Sebelum menentukan varietas dan jumlah tanaman yang harus diperbanyak, perusahaan terlebih dahulu melakukan out of name atau penghitungan jumlah tanaman yang ada di perusahaan, baik tanaman indukan, anakan, maupun tanaman yang afkir sehingga dapat mencegah terjadinya pemborosan. Selain perencanaan produksi, perusahaan pun melakukan perencanaan terkait dengan perubahan harga jual tanaman dan penentuan jenis tanaman yang akan dimasukkan ke dalam katalog Godong Ijo yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Perencanaan tersebut dilakukan dengan mengamati situasi persaingan di industri bromelia dan tingkat penjualan dari masing-masing jenis tanaman bromelia pada tahun sebelumnya. Perencanaan yang dilakukan Ciapus Bromel dapat dikatakan sederhana karena tidak dibuat secara jelas dari setiap kegiatan perusahaan, baik untuk jangka pendek, menengah, maupun panjang. 5.3.2. Sumberdaya Manusia (SDM) Perusahaan Sumberdaya manusia dalam suatu perusahaan memiliki peranan yang sangat penting karena sebagian besar aktivitas perusahaan menggunakan tenaga kerja manusia. Ciapus Bromel memiliki sepuluh sumberdaya manusia, yang terdiri dari satu orang pemilik, satu orang manajer pengelola, satu orang koordinator lapangan, enam orang karyawan tetap, dan satu orang karyawan harian. Latar belakang pendidikan SDM perusahaan sangat beragam dan sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan yang rendah, yaitu 10 persen dengan pendidikan terakhir S1, 20 persen SMA, 30 persen SMP, dan 40 persen SD (Tabel 7).
41
Tabel 7. Tingkat Pendidikan SDM Ciapus Bromel Nama
Jabatan
Tingkat Pendidikan
Chandra Gunawan
Pemilik
S1
Ulih
Manajer Pengelola
SMA
Dhendy
Koordinator Lapangan
SPMA
Imron
Karyawan Operasional
SMP
Kusdin
Karyawan Operasional
SD
Saepulah
Karyawan Operasional
SD
Sudin
Karyawan Operasional
SD
Ridwan
Karyawan Operasional
SMP
Endin
Karyawan Operasional
SMP
Ating
Karyawan Harian
SD
Sumber: Data Hasil Wawancara Internal Ciapus Bromel (Maret, 2010), diolah
Menurut tabel di atas, SDM dengan latar belakang pendidikan tertinggi dimiliki oleh pemilik perusahaan, yaitu Chandra Gunawan Hendarto. Pemilik merupakan lulusan University of San Fransisco, Amerika Serikat, dengan jurusan Internasional Business Management. Sebelum memulai usaha di bidang tanaman hias, pemilik pernah bekerja di PT Indomarco sebagai manajer pemasaran. Selain mendirikan Ciapus Bromel, Chandra Gunawan Hendarto telah terlebih dahulu mendirikan PT Godong Ijo Asri yang terkenal dengan tanaman adeniumnya, Hara Nursery (tanaman buah), dan Annisa Flora (tanaman aglonema). Adanya latar belakang pendidikan di bidang bisnis dan pengalaman pada usaha sejenis memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Pemilik mampu membaca kondisi persaingan di dalam industri tanaman bromelia sebelum menjalankan usaha tanaman tersebut. Pemilik perusahaan telah mengenal H. Ulih Sunarsi (manajer pengelola Ciapus Bromel) selama dua belas tahun. Selain sebagai manajer pengelola Ciapus Bromel, H. Ulih Sunarsi pun memiliki usaha tanaman hias dengan nama “Ciapus Nursery” yang telah dijalankan sejak 20 tahun yang lalu. Latar belakang pendidikan yang hanya sampai pada tingkatan SMA bukan menjadi suatu kendala bagi H. Ulih Sunarsi untuk menjalankan usahanya. H. Ulih Sunarsi telah berpengalaman dalam usaha tanaman hias, sehingga kemampuan dalam kegiatan budidaya, penyilangan, dan perawatan tanaman hias tidak perlu diragukan.
42
Pengalaman yang dimiliki oleh H. Ulih Sunarsi tersebut secara tidak langsung membantu pemilik dalam mengelola Ciapus Bromel. Koordinator lapangan, yaitu Dhendy memiliki latar belakang pendidikan SPMA yang merupakan pendidikan khusus di bidang pertanian yang setingkat dengan SMA, sehingga mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam kegiatan produksi (budidaya) tanaman bromelia. Diantara seluruh SDM perusahaan, koordinator lapangan merupakan salah satu karyawan yang mampu mengingat dan membedakan dengan baik nama-nama maupun jenis bromelia yang terdapat di Ciapus Bromel. Koordinator lapangan pun mampu mengembangkan kreativitasnya
sehingga
dapat
menciptakan
inovasi
produk
dengan
mengkombinasikan beberapa tanaman bromelia. Seperti yang terlihat pada Tabel 7, sebanyak tujuh orang SDM perusahaan memiliki latar belakang pendidikan di bawah SMA. Walaupun hanya berlatar belakang SD dan SMP, karyawan-karyawan tersebut mampu mengerjakan tanggungjawabnya dengan baik, terutama dalam kegiatan pemeliharaan dan produksi (budidaya) tanaman bromelia. Namun di sisi lain, latar belakang pendidikan yang rendah membuat sekitar 70 persen SDM perusahaan kurang memiliki kemampuan dalam menerapkan teknologi komputer. Dengan demikian, sumberdaya manusia (SDM) Ciapus Bromel cenderung memiliki kemampuan yang lebih baik dalam kegiatan produksi dibandingkan dengan kegiatan lainnya. 5.3.2.1. Struktur Organisasi Perusahaan Dalam setiap perusahaan atau organisasi dibutuhkan adanya suatu manajemen untuk menunjang aktifitas maupun koordinasi internal. Sama halnya dengan perusahaan lain, Ciapus Bromel pun telah memiliki manajemen yang disesuaikan berdasarkan tanggung jawab masing-masing dan terstruktur seperti Gambar 10. Struktur organisasi Ciapus Bromel masih tergolong sederhana yang terdiri dari pemilik, manajer pengelola, koordinator lapangan, dan karyawan yang bertugas di bagian budidaya (produksi), baik karyawan tetap maupun karyawan harian. Segala bentuk informasi yang terdapat di perusahaan berasal dari pemilik perusahaan dan disampaikan secara langsung kepada karyawan lainnya atau melalui manajer pengelola.
43
Pemilik perusahaan, yaitu Chandra Gunawan Hendarto, memiliki wewenang dalam mengatur, mengendalikan, mengambil keputusan akhir, mengkoordinasikan, dan mengevaluasi berbagai hal yang terkait dengan perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada umumnya pemilik melakukan koordinasi secara langsung dengan manajer pengelola terkait dengan kegiatan-kegiatan operasional perusahaan, seperti produksi dan pemasaran. Selain itu, laporan keuangan dan segala bentuk perekrutan maupun pemberhentian karyawan menjadi tanggung jawab manajer pengelola. Pemilik
Manajer Pengelola
Koordinator Lapangan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan Harian
Gambar 10. Struktur Organisasi Ciapus Bromel Untuk memperlancar pengelolaan Ciapus Bromel, manajer pengelola dibantu
oleh seorang koordinator
lapangan
yang bertugas dalam hal
kesekretariatan, administrasi, dan kegiatan operasional perusahaan, seperti kegiatan budidaya (produksi) dan pemasaran. Tugas utama dari koordinator lapangan adalah mencatat pemasukan dan pengeluaran perusahaan yang setiap bulan dilaporkan kepada manajer pengelola atau langsung kepada pemilik, sedangkan dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan, koordinator lapangan bekerjasama dengan karyawan lainnya, terutama dalam proses produksi, pemasaran, dan menjaga keamanan perusahaan. Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh manajer pengelola dengan karyawan lainnya berbeda. Manajer pengelola lebih berperan dalam mencari 44
tempat untuk memasarkan produk, seperti pameran. Sedangkan yang dilakukan oleh karyawan lain lebih ke arah operasional, seperti mendistribusikan produk ke pameran dan menjaga stand pameran. Adanya kerjasama dan koordinasi internal yang baik sangat dibutuhkan demi menjaga kelancaran seluruh aktivitas perusahaan. Perusahaan perlu membuat divisi atau departemen yang terpisah antara produksi dan pemasaran dengan memanfaatkan karyawan yang ada. Divisi produksi difokuskan pada kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan di dalam perusahaan. Sedangkan divisi pemasaran difokuskan pada kegiatan-kegiatan pemasaran, seperti promosi melalui pameran dan pendistribusian tanaman. Apabila dalam pelaksanaannya tetap mengharuskan adanya rangkap jabatan, maka perusahaan perlu membuat deskripsi pekerjaan dengan jelas dan siapa saja yang akan bertanggung jawab pada pekerjaan tersebut. Selain itu, perusahaan sebaiknya memiliki tenaga kerja yang berpengalaman dan kompeten dalam bidang pemasaran yang dapat membaca kondisi pasar, sehingga diharapkan mampu membantu pemilik dalam menentukan strategi pemasaran yang dapat dilakukan. 5.3.2.2. Jam Kerja Karyawan Karyawan Ciapus Bromel bekerja dari hari Senin hingga Minggu dengan jam kerja yang telah ditetapkan, yaitu dimulai dari pukul 07.00-16.00 WIB dengan jam istirahat dari pukul 12.00-13.00. Selain itu, terdapat juga sistem jaga malam yang dilakukan oleh dua orang karyawan tetap dengan cara bergilir dari pukul 18.00-06.00 WIB. Karyawan yang bertugas jaga malam mendapatkan libur di hari berikutnya. Setiap karyawan diberi izin libur sebanyak satu kali dalam seminggu dengan alasan yang jelas, seperti sakit. Untuk karyawan harian, jam kerja dimulai dari pukul 07.00-12.00 WIB dengan hari kerja yang tidak menentu karena disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. 5.3.2.3. Tata Tertib Perusahaan Peraturan atau tata tertib perusahaan bersifat tidak tertulis dan dijelaskan kepada karyawan melalui pendekatan secara personal. Karyawan diharuskan bekerja sesuai jadwal yang telah ditetapkan perusahaan, yaitu dari pukul 07.0016.00 WIB. Perusahaan menerapkan adanya sistem absensi, dimana karyawan
45
diberikan izin libur maksimal sebanyak empat kali dalam sebulan dengan alasan yang jelas. Apabila lebih dari empat hari, maka akan ada pemotongan gaji karyawan sebesar Rp 32.000,00 per hari. Sebagai contoh, apabila karyawan “A” tidak masuk sebanyak dua hari (telah melebihi toleransi libur maksimal), maka bersarnya gaji yang akan diterima adalah sebesar Rp 886.000,00 (Rp 950.000,00– Rp 64.000,00). Perusahaan pun sangat menghendaki agar seluruh karyawan dapat disiplin waktu dan menjaga kebersihan lingkungan perusahaan. Budaya organisasi yang diterapkan di dalam perusahaan berlandaskan pada kejujuran dan kepercayaan. Adanya kepercayaan yang diberikan oleh pemilik membuat karyawan dapat mengembangkan kreativitasnya tanpa tekanan dan senantiasa berusaha untuk menjaga kepercayaan tersebut. Namun setiap dua minggu sekali pemilik perusahaan
akan
melakukan
pengecekan
(monitoring)
sebagai
bentuk
pengendalian.untuk mengetahui apa saja yang perlu ditambah atau dikurangi maupun diperbaiki demi kemajuan perusahaan. Adanya kegiatan monitoring tersebut diharapkan dapat meningkatkan motivasi karyawan untuk meningkatkan produktivitasnya. Hal-hal
yang
berkaitan
dengan
perekrutan,
pengawasan,
dan
pemberhentian karyawan menjadi tanggung jawab manajer pengelola sepenuhnya. Apabila karyawan melakukan kecurangan, maka manajer pengelola akan memberi peringatan terlebih dahulu. Namun jika tetap mengulangi kesalahan tersebut, maka manajer pengelola akan memberikan sanksi yang tegas dengan memberhentikan karyawan secara tidak terhormat. 5.3.2.4. Sistem Gaji dan Upah, serta Pemberian Motivasi Penentuan tingkat gaji bagi karyawan dilakukan berdasarkan kebijakan manajer pengelola, yaitu H. Ulih Sunarsi, yang dinegosiasikan terlebih dahulu dengan pemilik perusahaan. Selain itu, penentuan gaji di Ciapus Bromel pun melihat sistem penggajian yang berlaku di Godong Ijo. Gaji karyawan tetap Ciapus Bromel berkisar antara Rp 950.000,00-Rp 1.100.000,00 per bulan untuk karyawan bagian budidaya dan Rp 1.300.000,00 untuk koordinator lapangan, sedangkan untuk karyawan harian diberi upah sebesar Rp 15.000,00 per hari.
46
Pemberian gaji bagi karyawan tetap perusahaan telah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional) Kota Bogor yang dapat dilihat pada Tabel 8. Namun seharusnya penetapan gaji karyawan Ciapus Bromel disesuaikan dengan UMR Kabupaten Bogor karena perusahaan berada di wilayah Kabupaten Bogor. Perusahaan perlu meninjau ulang dan memperbaiki penetapan gaji tersebut agar tidak ada pihak-pihak yang dirugikan, terutama para karyawan. Sebagai salah satu bentuk perhatian Ciapus Bromel, perusahaan memberikan tunjangan berupa tunjangan hari raya (THR) dan bantuan biaya pengobatan kepada karyawan yang sakit sebesar 50 persen dari biaya pengobatan tersebut. Perusahaan biasanya menaikkan gaji karyawan sebesar Rp 100.000,00. Hal utama yang diperhatikan perusahaan untuk menaikkan gaji karyawan adalah besarnya keuntungan yang diperoleh sehingga kenaikan tersebut tidak bersifat rutin. Berbeda dengan karyawan lainnya, besarnya insentif yang diterima oleh manajer pengelola cenderung tidak tetap. Hal ini dikarenakan adanya perjanjian (kesepakatan) antara pemilik dan manajer pengelola terkait dengan kerjasama yang dilakukan yang berdasarkan pada sistem bagi hasil, yaitu 25 persen untuk manajer pengelola dan 75 persen untuk pemilik dari sisa keuntungan perusahaan setelah dikurangi laba ditahan sebesar 50 persen setiap tahunnya. Insentif yang diterima manajer pengelola sesuai dengan perjanjian (kesepakatan) tersebut dan diterima setiap satu tahun sekali. Pemberian motivasi yang dilakukan oleh perusahaan kepada karyawannya bertujuan untuk mendorong peningkatan kinerja karyawan. Motivasi tersebut menunjukkan adanya bentuk perhatian yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan. Motivasi yang diberikan Ciapus Bromel antara lain pemberian THR (Tunjangan Hari Raya), promosi jabatan bagi karyawan yang dinilai memiliki kinerja yang baik oleh pemilik dan manajer pengelola, pemberian reward kepada karyawan apabila mampu memenuhi atau melebihi target penjualan bromelia dengan nominal Rp 30.000.000,00 saat pameran tunggal sebesar 20 persen dari total penjualan.
47
Upah Minimum Regional (UMR) Jawa Barat Berdasarkan Kota atau Kabupaten Tahun 2009 dan 2010
Tabel 8.
Kota atau Kabupaten Kota Bandung
2009 (Rp)
2010 (Rp)
1044691
1118000
Kota Banjar
633500
689800
Kota Bekasi
1089000
1155000
Kota Bogor
893412
971200
Kota Cimahi
1019000
1107304
Kota Cirebon
765000
840000
Kota Depok
1078000
1157000
Kota Sukabumi
770000
850000
Kota Tasikmalaya
705000
780000
Kabupaten Cirebon
746000
825000
Kabupaten Garut
660000
735000
Kabupaten Indramayu
769500
854145
Kabupaten Karawang
1058181
1111000
Kabupaten Kuningan
634500
700000
Kabupaten Majalengka
-
720000
Kabupaten Purwakarta
-
890000
Kabupaten Subang
670000
746400
Kabupaten Sukabumi
630000
671500
Kabupaten Sumedang
995000
1058978
Kabupaten Tasikmalaya
700000
775000
Kabupaten Bandung
1000950
1060500
Kabupaten Bandung Barat
1011064
1105225
Kabupaten Bekasi
1084140
1168974
Kabupaten Bogor
991714
1056914
Kabupaten Ciamis
636195
699815
Kabupaten Cianjur
677600
743500
Sumber: http://celotehbayu200687.wordpress.com/2009/08/16/daftar-gaji-pns-2010. [diakses 29 April 2010]
5.4. Sumberdaya Keuangan Modal yang dimiliki perusahaan berasal dari modal pemilik. Namun apabila perusahaan membutuhkan modal tambahan untuk kegiatan operasional
48
perusahaan, pemilik memiliki akses untuk memperoleh pinjaman modal dari salah satu bank swasta. Dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan sangat sederhana dan dikerjakan secara manual tanpa bantuan komputerisasi. Laporan keuangan tersebut dibuat per bulan yang terdiri dari laporan pemasukan yang berasal dari penjualan perusahaan dan laporan pengeluaran. Tidak adanya laporan keuangan yang terinci seperti laporan arus kas, laporan laba/rugi, dan laporan ekuitas pemilik membuat perusahaan sulit mengidentifikasi kondisi perusahaan. Dari hasil pengolahan data keuangan perusahaan periode 2009, diketahui bahwa pendapatan perusahaan sangat berfluktuasi. Bahkan seringkali perusahaan mengalami kerugian akibat pengeluaran yang lebih besar dibandingkan pendapatan (Tabel 9). Tabel 9. Profit Ciapus Bromel Periode Januari – Desember 2009 Bulan
Pendapatan (Rp)
Pengeluaran (Rp)
Profit (Rp)
Januari
1.100.000
21.120.300
(20.020.300)
Februari
26.930.000
15.797.000
11.133.000
Maret
47.399.500
26.122.781
21.276.719
April
33.293.550
40.903.154
(7.609.604)
Mei
29.390.250
29.950.000
(559.750)
Juni
10.350.500
103.308.196
(92.957.696)
Juli
10.752.500
17.102.000
(6.349.500)
Agustus
96.340.000
14.768.409,00
81.571.591
September
12.476.000
49.924.788,00
(37.448.788)
Oktober
2.177.500
14.975.749,00
(12.798.249)
November
5.553.000
15.505.400,00
(9.952.400)
Desember
21.645.750
20.007.378,00
1.638.372
297.408.550
369.485.155,00
(72.076.605)
Total
Sumber: Data Keuangan Ciapus Bromel Tahun 2009, diolah
Dari tabel di atas diketahui bahwa kondisi keuangan Ciapus Bromel belum stabil dimana selama tahun 2009, perusahaan hanya empat kali memperoleh keuntungan, yaitu pada bulan Februari (Rp 11.133.000,00), Maret (Rp 21.276.719,00), Agustus (Rp 81.571.591,00), dan Desember (Rp 1.638.372,00). Saldo awal perusahaan untuk tahun 2009 mencapai Rp 81.662.960, sedangkan
49
untuk tahun 2010 turun menjadi Rp 9.586.355,00. Besarnya pengeluaran yang terjadi pada tahun 2009 dikarenakan perusahaan masih melakukan investasi, baik berupa perbaikan fasilitas maupun penambahan tanaman indukan. Namun
kurangnya
perencanaan
keuangan
membuat
perusahaan
mengalami kerugian yang cukup besar di tahun 2009. Perencanaan dapat dibuat dengan melihat history atau data keuangan pada bulan atau tahun sebelumnya sebagai salah satu bahan pertimbangan. Namun karena laporan keuangan tersebut dibuat secara manual dan kurang terinci menyebabkan data-data yang dibutuhkan sebagai pertimbangan tidak tersedia. 5.5. Sistem Pengadaan Input Dalam menjalankan usahanya, Ciapus Bromel memperoleh tanaman indukan dari beberapa negara, sedangkan untuk kegiatan produksi, perusahaan memperoleh bahan baku (input) dari berbagai pemasok yang berasal dari dalam negeri. Untuk pot bromelia, perusahaan membelinya dari toko milik Ibu Ulih. Sedangkan untuk media tanam berupa sekam mentah, sekam bakar, dan akar pakis perusahaan membelinya dari Pak Syuaib yang letaknya tidak jauh dari Ciapus Bromel dan untuk cocopeat, obat-obatan, serta pupuk perusahaan membelinya dari Godong Ijo. 5.5.1. Pengadaan Indukan Bromelia Sejak awal didirikan, Ciapus Bromel memperoleh indukan bromelia dari Thailand, Philipina, Australia, Belanda, dan beberapa negara di Amerika Latin. Sebagian besar indukan bromelia diperoleh dari Negara Thailand dan Philipina. Pembelian indukan pada negara-negara tersebut dilakukan dengan tujuan meningkatkan keragaman tanaman yang dimiliki oleh perusahaan. Namun ada pertimbangan lain yang diperhatikan oleh perusahaan saat membeli tanaman indukan, yaitu kemampuan adaptasi tanaman dengan kondisi lingkungan Indonesia. Tidak semua indukan yang diimpor dapat bertahan di Indonesia, seperti yang berasal dari Hawai maupun Negara Amerika Latin lainnya. Walaupun memiliki tanaman bromelia dengan jenis beragam, bentuk, dan warna yang menarik, bromelia dari negara tersebut tidak dapat dibudidayakan di Indonesia sehingga perusahaan tidak melanjutkan pembelian tanaman indukannya.
50
Berbeda dengan perusahaan bromelia lainnya yang juga membeli tanaman indukan dari beberapa nursery di Indonesia, Ciapus Bromel hanya membeli indukan dari negara luar. Dalam melakukan pembelian tanaman, pemiliki tidak mempermasalahkan harga dari tanaman tersebut asalkan memiliki keunikan dan kualitas yang baik. Selain itu, perusahaan pun tidak melakukan kerjasama dengan nursery di negara-negara tersebut. Pembelian tanaman cenderung dilakukan saat pemilik melakukan kunjungan ke luar negeri maupun saat diadakan event-event tanaman hias tingkat nasional di negara bersangkutan, seperti di Thailand. Selanjutnya tanaman indukan yang telah dibeli perusahaan diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Sebagaian besar indukan tersebut diperbanyak secara vegetatif melalui penusukkan titik tumbuh tanaman karena relatif lebih cepat dibandingkan secara generatif melalui biji. Adanya mutasi yang mencapai 15 – 30 persen dari hasil penusukkan titik tumbuh dapat meningkatkan keragaman bromelia. Hasil dari anakan bromelia tersebut dapat dijadikan sebagai indukan maupun sebagai output perusahaan. Perusahaan akan memasarkan varietas tanamannya jika telah memenuhi jumlah minimal stok yang ditetapkan, yaitu 100 tanaman sebagai indukan dan 100 anakan pada pot berukuran 15 dan 20 cm dari masing-masing varietas. Namun untuk bromelia yang kurang laku di pasaran, jumlah indukan yang harus tersedia dapat kurang dari 100 tanaman, sedangkan jumlah anakan pada pot 15 dan 20 cm tetap harus 100 tanaman. 5.5.2. Pengadaan Media Tanam Media tanam yang digunakan untuk memproduksi bromelia terdiri dari sekam bakar, sekam mentah, dan akar pakis. Perusahaan memperoleh media tanam tersebut dari Pak Syuaib yang letaknya tidak jauh dari lokasi perusahaan. Dalam satu bulan, rata-rata perusahaan membeli 50-100 karung sekam bakar dengan harga Rp 8.000,00 per karung, 50 karung sekam mentah dengan harga Rp 5.000,00 per karung, dan 20 karung akar pakis dengan harga Rp 13.500,00 per karung ukuran 25 kg. Pembayaran media tanam tersebut dilakukan secara tunai. Pak Syuaib telah lama bekerjasama dengan pemilik perusahaan sehingga Ciapus Bromel mendapatkan harga yang lebih murah dari harga eceran, yaitu Rp 500,00Rp 1.000,00 per karung. Selain itu, karena lokasinya hanya berjarak satu
51
kilometer dari Ciapus Bromel, maka perusahaan tidak dikenai biaya pengangkutan (ongkos kirim) media tanam. 5.5.3. Pengadaan Cocopeat, Pupuk, dan Obat-Obatan Selain sekam bakar, sekam mentah, dan akar pakis, Ciapus Bromel pun menggunakan media tanam lain berupa cocopeat yang digunakan sebagai input tanaman bromelia. Perusahaan membeli cocopeat melalui Godong Ijo yang diperoleh dari produsen cocopeat di Tasikmalaya. Karena pembelian minimal cocopeat sebanyak satu truk atau sekitar 400 karung, maka Godong Ijo mengajak Ciapus Bromel untuk membeli melalui Godong Ijo. Pada bulan April 2010 harga cocopeat adalah Rp 11.000,00 per karung. Harga tersebut sama dengan harga yang dibeli Godong Ijo dari Tasikmalaya karena seluruh biaya pengangkutan dari Tasikmalaya ke Sawangan ditanggung oleh Godong Ijo, sedangkan biaya pengangkutan dari Sawangan ke Ciapus Bromel ditanggung oleh perusahaan. Rata-rata perusahaan melakukan pembelian cocopeat sebanyak satu kali dalam setahun. Input lain yang dibeli di Godong Ijo adalah pupuk NPK dan obat-obatan yang terdiri dari Siputox, Curacron, dan Agristick. Harga obat-obatan yang diterima oleh Ciapus Bromel sama dengan harga eceran Godong Ijo yang dikurangi potongan harga sesuai dengan member khusus pemasok yang berkisar antara 20-25 persen. Jumlah obat-obatan dan pupuk yang dibeli disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. 5.5.4. Pengadaan Pot Bromelia Dalam menjalankan kegiatan produksinya, Ciapus Bromel menggunakan pot beukuran 15 cm, 20 cm, 24 cm, 30 cm, 35 cm, 40 cm, 50 cm, 60 cm, dan 70 cm. Pemesanan pot tersebut disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, baik jumlah maupun ukurannya. Namun perusahaan paling banyak membeli pot berukuran 15 cm, 20 cm, 24 cm, 30 cm, dan 35 cm karena paling banyak digunakan oleh perusahaan untuk dipasarkan di pameran, sedangkan ukuran lainnya akan dibeli jika ada pesanan dari konsumen maupun Godong Ijo. Berikut ini adalah daftar harga pot yang biasa dibeli oleh Ciapus Bromel. a.
Harga satu lusin pot ukuran 15 cm adalah Rp 6.800,00
52
b.
Harga satu lusin pot ukuran 20 cm adalah Rp 11.000,00
c.
Harga satu lusin pot ukuran 24 cm adalah Rp 18.500,00
d.
Harga satu lusin pot ukuran 30 cm adalah Rp 33.000,00
e.
Harga satu lusin pot ukuran 35 cm adalah Rp 47.500,00 Pembayaran dilakukan secara tunai dan dapat dilakukan pada akhir bulan.
Harga tersebut sama dengan harga yang dijual oleh Ibu Ulih kepada konsumen lainnya, serta tidak ada pemberian potongan harga walaupun perusahaan membeli dalam jumlah yang banyak. 5.6. Kegiatan Produksi (Operasi) Kegiatan produksi perusahaan merupakan kegiatan budidaya yang bertujuan memperbanyak tanaman, baik secara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan tanaman lebih sering dilakukan secara vegetatif karena dapat menghasilkan tanaman dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang relatif cepat dibandingkan dengan cara generatif. Untuk kegiatan produksi atau budidaya tanaman bromelia, perusahaan memiliki tenaga kerja yang cukup baik meskipun dengan tingkat pendidikan yang rendah. Selain itu, kegiatan produksi perusahaan lebih sistematis yang dimulai dari penyortiran tanaman yang rusak atau mati, perhitungan jumlah stok tanaman, pengidentifikasian tanaman, serta perbanyakan dan pemeliharaan tanaman hingga siap dijual. Perbanyakan tanaman dilakukan berdasarkan jumlah stok yang tersedia dan permintaan pasar. Perusahaan harus menyediakan 100 tanaman indukan dan 100 tanaman siap jual sebagai stok, sedangkan untuk tanaman yang kurang laku jumlah stok indukannya dapat kurang dari 100 tanaman. Dari 400 jenis tanaman yang dimiliki, baru sekitar 78 jenis yang dipasarkan (Lampiran 4). Selain sebagai salah satu cara mengungguli pesaing perusahaan, hal ini dikarenakan beberapa jenis tanaman sulit untuk diperbanyak, sehingga belum memenuhi stok dan siap untuk dipasarkan. Dengan demikian, proses produksi yang sistematis dan terencana merupakan suatu kekuatan bagi Ciapus Bromel untuk dapat menghasilkan tanaman yang berkualitas.
53
5.6.1. Proses Budidaya (Produksi) Tanaman Bromelia Bromelia merupakan tanaman epifit yang berasal dari Benua Amerika. Kegiatan produksi tanaman ini terkait dengan bagaimana membudidayakan atau memperbanyak tanaman sehingga dapat dijual kepada konsumen. Perbanyakan tanaman dilakukan dengan dua cara, yaitu cara generatif melalui biji bunga dan cara vegetatif melalui penusukkan titik tumbuh tanaman. Berikut ini merupakan proses produksi bromelia secara generatif dan vegetatif. a.
Generatif Secara generatif, proses perbanyakan tanaman bromelia berawal dari biji bunga. Tanaman ini akan berbunga setelah berumur 3-4 tahun. Bunga tersebut akan tua atau matang setelah 1-3 bulan dari munculnya bunga. Setelah itu bunga yang telah tua diambil dan dikeringkan dengan cara dijemur dan diangin-anginkan selama 3-6 hari, lalu disemai ke dalam pot yang berisi media cocopeat dan sekam bakar yang telah dicampur, kemudian tutup dengan plastik. Setelah 4-6 bulan, tanaman akan tumbuh setinggi 2 cm dan siap dipindahkan ke dalam pot berukuran 15 cm. Selanjutnya tanaman hanya disiram hingga 3 bulan, kemudian dipupuk dengan menggunakan pupuk NPK sebanyak 1-2 gram. Tanaman tersebut siap dipindahkan kembali ke pot yang berukuran lebih besar, yaitu pot 20 cm setelah 4-6 bulan dan dipupuk kembali tanaman dengan dosis yang sama setelah 2-3 bulan berada di dalam pot 20 cm. Delapan bulan kemudian, tanaman siap dipindahkan ke dalam pot berukuran 24 cm. Selama proses pemeliharaan hingga siap dijual, tanaman disiram setiap tiga hari sekali untuk musim hujan dan dua hari sekali untuk musim kemarau. Selain itu, tanaman pun disemprot dengan menggunakan pestisida setiap dua minggu sekali.
b.
Vegetatif Proses perbanyakan tanaman bromelia secara vegetatif dilakukan melalui penusukkan pada titik tumbuh tanaman. Tanaman siap ditusuk setelah berumur sekitar enam bulan atau setelah tanaman berada di pot 20 cm. Tanaman ditusuk dengan menggunakan besi seukuran jari-jari sepeda dari titik tumbuh tanaman hingga akar. Setelah 2-3 bulan penusukkan, akan muncul beberapa anakan dari ketiak bromelia. Pada umumnya, jumlah anakan
54
yang mampu dihasilkan dengan cara vegetatif ini sebanyak 3-10 buah. Selama menunggu munculnya anakan, tanaman hanya disiram tanpa dipupuk atau disemprot dengan pestisida. Setelah 2-3 bulan, anakan bromelia diangkat dan diangin-anginkan selama 10-15 hari, kemudian ditanam ke dalam pot berukuran 15 cm. Setelah panen anakan pertama, tanaman induk dipupuk dan akan menghasilkan anakan kembali setelah 2-3 bulan. Tanaman induk baru akan mati setelah panen anakan sebanyak 3-4 kali. Proses yang dilakukan selanjutnya sama dengan perlakuan tanaman pada cara generatif, dimana tanaman disiram dan dipupuk saat dipindahkan ke dalam pot yang berukuran lebih besar hingga tanaman siap dijual. Pada umumnya untuk pot berukuran 15 cm, tanaman baru bisa dijual setelah 3-4 bulan dari anakan. Sedangkan untuk pot berukuran 20 cm dan 24 cm, tanaman baru bisa dijual setelah 8 bulan dan 1 tahun dari anakan. Setiap jenis bromelia memiliki respons yang berbeda terhadap penerimaan cahaya matahari. Oleh karena itu, perusahaan mulai memperhatikan karakteristik bromelia yang dilihat dari ciri-ciri daun pada masing-masing jenis tanaman untuk memudahkan pengidentifikasian tanaman berdasarkan kemampuan penerimaan cahaya matahari, sehingga dapat ditempatkan pada lokasi (green house) yang tepat. 5.6.2. Sarana Produksi Sarana produksi yang digunakan Ciapus Bromel terdiri dari green house, mesin-mesin dan peralatan pertanian, serta input produksi. Ada dua jenis green house yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu green house dengan paranet biasa yang digunakan untuk tanaman bromelia dengan kemampuan menerima 50 persen-75 persen cahaya matahari dan green house yang menggunakan paranet dan plastik UV untuk tanaman bromelia dengan kemampuan menerima 45 persen cahaya matahari. Mesin dan peralatan yang dimiliki perusahaan, yaitu dua buah mesin pompa air (jet pump) dengan volume 5000 liter yang dapat digunakan untuk dua jam penyiraman, empat buah handsprayer yang digunakan untuk penyemprotan pestisida, selang untuk penyiraman, tiga buah rak kayu berukuran 2,5 x 2 m2 yang digunakan untuk menyimpan anakan bromelia saat dianginanginkan, sekop untuk mencampur media, dan tujuh buah tender (bak) yang 55
berukuran 1 x 0,5 m2 untuk mengangkut sekitar sembilan pot tanaman bromelia berukuran 20 cm. Sedangkan input produksi yang biasa digunakan oleh Ciapus Bromel saat proses produksi terdiri dari media tanam berupa cocopeat, sekam mentah, sekam bakar, dan akar pakis, pestisida seperti Siputox, Curacron, dan Agristick pupuk NPK, polybag, dan pot dengan berbagai ukuran seperti 15, 20, 24, 30, 35, 40, 50, 60, dan 70 cm. 5.6.3. Fasilitas Pendukung Dalam menunjang aktivitas operasional dan memberikan kenyamanan kerja bagi para karyawan, perusahaan mendirikan beberapa fasilitas berupa bangunan kantor yang terdiri dari dua buah kamar sebagai tempat beristirahat karyawan, satu buah kamar mandi, dapur, dan gudang penyimpanan input perusahaan. Kantor tersebut dilengkapi dengan fasilitas televisi dan beberapa furniture. Namun untuk saat ini kantor Ciapus Bromel belum dilengkapi dengan telepon dan komputer karena menurut pemilik perusahaan, fasilitas tersebut belum terlalu dibutuhkan. Selain bangunan kantor, perusahaan pun mendirikan mushola dan menyediakan lapangan parkir. 5.7. Pemasaran Ciapus Bromel 5.7.1. Segmenting, Targeting, dan Positioning Perusahaan Sebelum menentukan segmentasi pasar yang akan dipilih, perusahaan perlu mengidentifikasi dengan jelas pasar yang akan dimasuki atau dilayani. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pasar Ciapus Bromel terdiri dari pasar konsumen akhir dan pasar organisasional. Pasar konsumen perusahaan terdiri dari individu dan rumah tangga yang membeli tanaman bromelia untuk dikonsumsi sendiri yang biasanya dilandasi karena kesukaan atau kecintaan konsumen tersebut pada tanaman hias pot, sedangkan pasar organisasional perusahaan terdiri dari produsen maupun pedagang bromelia lainnya, kontraktor taman, landscaper, serta developer properti residensial dan komersial yang membeli bromelia dengan tujuan memperoleh manfaat tertentu, seperti menghasilkan laba. Dalam menjalankan usahanya, Ciapus Bromel menerapkan target marketing dimana perusahaan mengidentifikasi dan membagi pasar ke dalam 56
beberapa segmen yang kemudian dipilih satu atau lebih segmen yang dianggap potensial dan dapat memberikan keutungan untuk dilayani. a.
Segmenting Penentuan segmentasi pasar konsumen Ciapus Bromel, menggunakan
basis yang berdasarkan demografi, yaitu tingkat pendapatan konsumen. Berikut ini adalah persentase penggolongan konsumen rumah tangga Ciapus Bromel berdasarkan tingkat pendapatan per bulan.
Persentase Penggolongan Konsumen Rumah Tangga Ciapus Bromel Berdasarkan Kategori Pendapatan 3.33% Pendapatan > Rp 5.000.000 Pendapatan Rp 2.500.000 – Rp 4.999.999
23.33% 53.33%
Pendapatan Rp 1.000.000 – Rp 2.499.000
20% Pendapatan Rp 500.000 – Rp 999.000
Gambar 11. Persentase Penggolongan Konsumen Rumah Tangga Ciapus Bromel Sumber: Hasil Survey Konsumen Rumah Tangga Ciapus Bromel (Maret 2010), diolah
Dari hasil identifikasi konsumen rumah tangga diketahui bahwa sebanyak 53,33 persen konsumen memiliki penghasilan di atas Rp 5.000.000 per bulan, 20 persen memiliki penghasilan sekitar Rp 2.500.000-Rp 4.999.999 per bulan, 23,33 persen memiliki penghasilan sekitar Rp 1.000.000-Rp 2.499.000 per bulan, dan 3,33 persen memiliki penghasilan sekitar Rp 500.000-Rp 999.000 per bulan. Responden tersebut dipilih secara acak dengan mengikuti sebaran normal, yaitu 30 responden. Sama halnya dengan konsumen rumah tangga, basis yang digunakan dalam
menentukan
segmentasi
pasar
organisasional
perusahaan
adalah
berdasarkan demografi, yaitu jenis industri yang dilayani. Industri tersebut terdiri dari produsen tanaman bromelia (pedagang) dan industri properti residensial dan komersial.
57
b.
Targeting Targeting merupakan tahapan dimana perusahaan memilih segmen pasar
yang akan fokus dilayani dengan mengevaluasi beberapa segmen yang ada. Keputusan mengenai target segmen pasar yang ingin dilayani oleh Ciapus Bromel adalah berdasarkan pola spesialisasi selektif dimana perusahaan memilih sejumlah segmen pasar yang dinilai menarik dan sesuai dengan tujuan maupun sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Pemilihan pola spesialisasi selektif ini bertujuan untuk menyebarkan risiko, sehingga apabila terjadi penurunan pada salah satu target pasar Ciapus Bromel maka penjualan tanaman perusahaan tidak terlalu terpengaruh karena tetap memperoleh pendapatan dari target pasar lainnya. Hingga tahun 2010, target pasar Ciapus Bromel adalah konsumen rumah tangga dengan tingkat pendapatan golongan menengah hingga atas sekali. Menurut data BPS (2008) yang diacu dalam Ridwan (2009)8, penggolongan masyarakat Indonesia berdasarkan rata-rata tingkat pendapatannya per bulan, antara lain masyarakat golongan bawah dengan pendapatan rata-rata kurang dari sama dengan Rp 1.500.000,00 per bulan, golongan menengah dengan pendapatan rata-rata per bulan berkisar antara Rp 1.500.000,00-Rp 2.500.000,00, dan golongan atas dengan pendapatan rata-rata per bulan sekitar Rp 2.500.000,00-Rp 3.500.000,00. Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa sebanyak 96,67 persen konsumen rumah tangga Ciapus Bromel merupakan golongan menengah hingga atas sekali, dimana sebanyak 23,33 persen merupakan golongan menengah dan 73,34 persen golongan atas hingga atas sekali. Pada umumnya, semakin tinggi golongan pendapatan masyarakat, maka semakin kurang peka masyarakat tersebut terhadap harga suatu barang. Oleh karena itu, Ciapus Bromel berupaya untuk fokus melayani konsumen rumah tangga dengan pendapatan golongan menengah hingga atas sekali. Perusahaan tidak menetapkan produsen tanaman bromelia (pedagang) sebagai targetnya karena secara tidak langsung akan memberikan ancaman bagi perusahaan. Mengingat bahwa penjualan kepada konsumen rumah tangga 8
Ridwan A. 2009. Keterkaitan Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Masyarakat. http://ridwanbelitung.blogspot.com/2009/10/keterkaitan-tingkat-pendidikan-dan.html. [24 Februari 2010].
58
cenderung dipengaruhi oleh trend, maka perusahaan sedang merencanakan untuk membidik target pasar lain yang berasal dari pasar organisasional. Target pasar yang dipilih adalah para landscaper, developer, dan kontraktor taman yang berasal dari industri properti residensial dan komersial. Selain sebagai upaya penyebaran risiko, pemilihan target pasar tersebut dikarenakan secara umum para landscaper, developer, dan kontraktor taman akan membeli tanaman dengan kuantitas yang relatif lebih banyak dibandingkan konsumen rumah tangga maupun pedagang. Namun untuk melayani target pasar ini, perusahaan perlu menyesuaikan kembali harga jual dari tanaman bromelia karena para landscaper, developer, dan kontraktor taman cenderung menginginkan harga yang kompetitif untuk memperoleh margin dari pembelian tanaman dalam jumlah yang banyak. Jadi, target pasar Ciapus Bromel untuk ke depannya adalah konsumen rumah tangga dengan pendapatan golongan menengah hingga atas sekali dan para landscaper, serta kontraktor taman. c.
Positioning Penentuan positioning produk perusahaan bertujuan untuk menciptakan
image produk yang dihasilkan di benak konsumen. Ciapus Bromel ingin memposisikan tanaman bromelianya sebagai tanaman bromelia yang berkualitas dengan jenis terbanyak dan ter-update di benak konsumen rumah tangga, sedangkan bagi para landscaper, dan kontraktor taman image yang ingin ditanamkan adalah bromelia yang berkualitas dengan harga murah. 5.7.2. Kegiatan Pemasaran yang Telah Dilakukan Sejak Desember 2007 hingga kini, Ciapus Bromel memasarkan produknya di pasar dalam negeri. Perusahaan melakukan kerjasama dengan PT. Godong Ijo Asri dan Ciapus Nursery dalam memasarkan produknya dengan sistem konsinyasi. Dalam hal ini Ciapus Bromel berperan sebagai supplier (pemasok), sedangkan Godong Ijo dan Ciapus Nursery berperan sebagai distributor perusahaan. Kegiatan promosi dilakukan dengan cara mendaftarkan produk Ciapus Bromel pada katalog Godong Ijo yang berlaku selama satu tahun. Selain itu, perusahaan pun melakukan penjualan langsung (direct selling) melalui berbagai kegiatan pameran di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. 59
Perusahaan pun pernah menjadi narasumber suatu buku tanaman hias yang sedang mengkaji tanaman bromelia. 5.7.3. Produk Perusahaan Perusahaan mampu menghasilkan produk berupa tanaman hias bromelia dengan berbagai jenis dan ukuran pot. Produk tersebut terdiri dari sekitar 400 jenis bromelia, namun baru sekitar 78 jenis tanaman yang telah dipasarkan. Jenis tanaman yang dijual dikelompokan sesuai dengan varietasnya, seperti neoregelia, guzmania, dan aechmea yang dimasukan ke dalam pot-pot berukuran 15, 20, 24, 30, 35, 40, 50, dan 60 cm. Sebagian besar tanaman dijual dalam ukuran pot 15, 20,
24,
serta
30-40
cm.
Untuk memudahkan pendataan,
perusahaan
mengelompokan beberapa pot tanaman ke dalam ukuran S (pot 15 cm), M (pot 20 cm), L (pot 24 cm), dan XL (pot 30-40 cm) yang dinilai paling banyak diminta oleh konsumen. Daftar produk yang dijual oleh Ciapus Bromel dapat dilihat pada Lampiran 2. Dari kelima varietas tanaman yang dimiliki perusahaan, varietas neoregelia merupakan varietas dengan jenis terbanyak dan warna beragam. Selain dikelompokan berdasarkan varietasnya, tanaman bromelia pun dikelompokan berdasarkan kemampuannya dalam menerima cahaya matahari yang terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu: a.
Bromelia dengan kemampuan menerima 100 persen cahaya matahari.
b.
Bromelia dengan kemampuan menerima 50-75 persen cahaya matahari.
c.
Bromelia dengan kemampuan menerima 45 persen cahaya matahari. Pengelompokan tersebut dilakukan karena Ciapus Bromel sangat
memperhatikan kualitas tanaman yang dihasilkan. Tidak semua tanaman bromelia dapat bertahan apabila terkena cahaya matahari secara langsung sehingga dapat menyebabkan warna bromelia menjadi lebih pudar. Oleh karena itu, dalam pembudidayaan dan pemeliharaan tanaman perlu pengidentifikasian dengan benar. 5.7.4. Harga Produk Kisaran harga produk yang dijual oleh Ciapus Bromel adalah Rp 25.000,00–Rp 1.500.000,00. Harga ini tergantung pada ukuran pot dari tanaman
60
yang dijual. Untuk ukuran pot 15 cm, harga berkisar dari Rp 25.000,00–Rp 75.000,00. Harga tertinggi diberikan pada tanaman bromelia jenis Alcantarea Imperialis dengan ukuran pot 60 cm (Lampiran 5). Penentuan harga tanaman Ciapus Bromel berdasarkan kondisi pasar bromelia (based on market) dimana apabila tanaman dari jenis tertentu sudah banyak di pasaran dan dijual dengan harga yang jauh lebih murah, maka perusahaan secara tidak langsung akan mengikuti kondisi pasar tersebut. Namun untuk tanaman yang kurang laku di pasaran diberi discount sebesar 50 persen. Pemberian discount tersebut tidak akan merugikan Ciapus Bromel karena harga pokok produksi perusahaan masih lebih rendah dibandingkan harga jualnya (Lampiran 3). Penentuan harga produk pun lebih dipengaruhi oleh kecepatan tanaman untuk diperbanyak, keunikan dan kelangkaan tanaman, serta populasi (jumlah) tanaman karena harga tersebut ditentukan berdasarkan nilai dari bromelia yang berarti bahwa perusahaan dapat memberikan harga yang cukup tinggi pada tanaman yang memiliki keunikan di mata konsumen. 5.7.5. Wilayah Pemasaran Wilayah pemasaran Ciapus Bromel masih bearda dalam lingkup domestik, yaitu Jakarta, Tangerang, Depok, Bekasi, Medan, Surabaya, Riau, dan beberapa daerah lainnya di Indonesia. Pemasaran yang berada di luar Jawa dilakukan kepada para pedagang, sedangkan untuk wilayah Jakarta, Tangerang, Depok, dan Bekasi dilakukan kepada konsumen rumah tangga yang biasanya melalui kegiatan pameran. Walaupun Ciapus Bromel berada di wilayah Kabupaten Bogor, perusahaan ini belum memasarkan produknya secara langsung di wilayah Bogor. Hal tersebut tidak dilakukan karena di Bogor sangat jarang diadakan pameran tanaman hias, sedangkan sebagian besar pemasaran perusahaan dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan pameran tanaman hias yang diselenggarakan oleh berbagai pihak. Perusahaan pun pernah melakukan ekspor tanaman bromelia ke Thailand, tetapi hanya sebatas memenuhi permintaan dari kerabat pemilik. Kurangnya keunggulan kompetitif yang dimiliki membuat perusahaan tidak membidik pasar ekspor secara khusus karena akan kalah bersaing dengan negara lain yang sebagian besar telah memiliki skala ekonomi yang besar.
61
5.7.6. Kegiatan Promosi Dalam mempromosikan produknya, Ciapus Bromel melakukan kerjasama dengan Godong Ijo yang merupakan distributor perusahaan, sehingga beberapa produknya dapat dimuat di dalam katalog Godong Ijo untuk periode satu tahun. Dalam penyertaan tanaman pada katalog tersebut, seharusnya perusahaan dikenai biaya sekitar Rp 100.000,00 per tanaman. Namun karena adanya kepemilikan yang sama dan ikatan kerjasama, maka perusahaan tidak dikenai biaya. Selain itu, umumnya promosi dilakukan melalui word of mouth dan kegiatan pameran yang dilangsungkan oleh beberapa pihak di wilayah Jakarta dan sekitarnya, seperti pameran yang diselenggarakan oleh Trubus dan Pemda DKI Jakarta di Lapangan Banteng. Kegiatan pameran tersebut terbagi menjadi dua, yaitu pameran tunggal dan pameran gabungan yang sebagian besar diselenggarakan di kawasan perbelanjaan (mall). Pada pameran gabungan perusahaan tidak harus mengeluarkan biaya penyewaan stand, perusahaan harus membayar 30 persen dari hasil total penjualan selama pameran kepada Godong Ijo dan 20 persen untuk pembayaran mall secara kolektif, sedangkan pada pameran tunggal seluruh biaya saat pameran ditanggung oleh perusahaan. Pada umumnya biaya pameran gabungan lebih kecil dibandingkan dengan pameran tunggal, tetapi jumlah tanaman yang dapat dijual saat pameran gabungan dibatasi oleh kuota yang telah ditetapkan. 5.7.7. Saluran Distribusi Kegiatan pemasaran suatu perusahaan sangat berkaitan dengan cara menyampaikan (mendistribusikan) produk yang dihasilkan hingga sampai kepada konsumen. Ciapus Bromel memiliki dua buah saluran distribusi yang dapat dilihat pada Gambar 12.
62
Ciapus Nursery
Ciapus Bromel
Konsumen
Godong Ijo
Agen Gambar 12. Saluran Distribusi Ciapus Bromel Sumber: Hasil Identifikasi Saluran Pemasaran Ciapus Bromel, diolah
Keterangan:
Saluran distribusi 0 Saluran distribusi 1 Saluran distribusi 2
a.
Saluran Distribusi 0 Tingkat (Ciapus Bromel – Konsumen) Pada saluran ini perusahaan memasarkan secara langsung tanaman bromelia kepada konsumen dengan berbagai cara tanpa bantuan pihak perantara (distributor). Melalui saluran distribusi nol tingkat, perusahaan dapat memperkenalkan dan menunjukkan keberadaannya kepada konsumen. Hal ini dikarenakan adanya interaksi secara langsung antara perusahaan dengan konsumen tanpa melalui perantara lain (distributor). Pada umumnya biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produk melalui saluran distribusi yang pendek lebih besar dibandingkan saluran distribusi yang panjang, terutama bagi perusahaan baru. Saluran distribusi ini terjadi saat pameran tunggal atau pelanggan yang datang langsung untuk membeli tanaman.
b.
Saluran Distribusi 1 Tingkat (Ciapus Bromel – Ciapus Nursery dan Godong Ijo – Konsumen) Saluran distribusi satu tingkat terdiri dari perusahaan, distributor, dan konsumen. Ciapus Bromel memiliki dua buah distributor, yaitu Godong Ijo dan Ciapus Nursery. Godong Ijo merupakan distributor resmi perusahaan, sedangkan Ciapus Nursery lebih bersifat incidental dan tidak terikat secara resmi. Perusahaan memasarkan tanaman bromelia melalui distributor dengan
63
sistem konsinyasi. Dalam hal ini perusahaan berperan sebagai pemasok tanaman bagi Godong Ijo maupun Ciapus Nursery. Apabila tanaman yang berada di distributor mengalami kerusakan dan tidak laku di pasar, maka tanaman tersebut akan di kembalikan kepada perusahaan. Hasil penjualan tanaman akan dipotong sebesar 30 persen sebagai biaya konsinyasi. Pembayaran hasil penjualan dilakukan oleh Godong Ijo setiap tanggal 15 pada bulan berikutnya. Berbeda dengan Godong Ijo, karena berifat incidental maka pembayaran hasil penjualan melalui Ciapus Nursery tidak dilakukan pada waktu yang sama. Saluran distribusi ini dinilai lebih efisien dalam mendistribusikan produk kepada konsumen. Hal ini dikarenakan kedua perusahaan telah terlebih dahulu diketahui keberadaannya oleh masyarakat. Selain itu, Godong Ijo telah memanfaatkan teknologi internet dalam memasarkan produknya. Dengan demikian, secara tidak langsung dapat memperluas wilayah pemasaran perusahaan. Adanya hubungan kerjasama yang erat dapat menumbuhkan rasa saling membutuhkan dan membesarkan. c.
Saluran Distribusi 2 Tingkat (Ciapus Bromel – Godong Ijo – Agen – Konsumen) Saluran distribusi dua tingkat ini dilakukan melalui perusahaan Godong Ijo. Ciapus Bromel memasok tanaman bromelia sesuai dengan permintaan dan katalog Godong Ijo yang selanjutnya disalurkan kembali ke beberapa agen milik Godong Ijo yang berada di wilayah Bogor, Jakarta, dan Yogyakarta. Awalnya Godong Ijo memiliki 15 agen yang tersebar di wilayah Jabodetabek, Jawa, Bali, dan Sulawesi Utara. Namun karena adanya krisis perekonomian menyebabakan 53,33 persen agen perusahaan mengalami gulung tikar, sehingga hanya tersisa tujuh agen yang berada di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Yogyakarta. Berikut ini adalah beberapa agen Godong Ijo yang masih dapat bertahan setelah adanya krisis perekonomian. 1.
Watu Putih di Yogyakarta
2.
Toko Virgo di Rawa Belong, Jakarta
3.
Toko Trubus Cimanggis di Depok
4.
Toko Trubus Bintaro di Jakarta
5.
Sawangan Nursery di Kelapa Gading, Jakarta
6.
Sumber Perkakas di Bogor 64
Godong Ijo melakukan kerjasama dengan keenam agen tersebut dengan sistem kosinyasi. Godong Ijo menanggung seluruh ongkos antar tanaman yang diminta oleh agen yang berada di wilayah Jabodetabek, sedangkan agen yang berada di Yogyakarta harus mengambil dan menanggung sendiri biaya pendistribusian tanaman dari Godong Ijo ke Yogyakarta. Konsinyasi tanaman bromelia dengan Godong Ijo masih sedikit karena belum banyak masyarakat yang mengetahui keindahan tanaman ini. Pada umumnya tanaman hias di Indonesia dapat dikenal oleh masyarakat luas dari adanya trend yang memunculkan tanaman tersebut. Namun sejak terjadinya krisis ekonomi global, trend tanaman hias sulit diprediksi maupun diciptakan, sehingga berpengaruh pada tanaman yang seharusnya menjadi trend seperti bromelia. 5.8. Hubungan Ciapus Indonesia (PFI)
Bromel
dengan
Perhimpunan
Florikultura
PFI atau Perhimpunan Florikultura Indonesia merupakan salah satu bentuk organisasi pecinta tanaman hias yang didirikan oleh Chandra Gunawan Hendarto pada Februari 2000. Pada awalnya anggota organisasi ini hanya terdiri dari 10-12 orang dan terus berkembang hingga kini berjumlah 80 orang. Umumnya informasi mengenai PFI tersebar melalui word of mouth dan tidak ada perekrutan secara khusus untuk bergabung dengan PFI karena organisasi ini bersifat terbuka bagi pecinta tanaman hias. Pendirian PFI bermula dari adanya kesamaan idealisme akan kecintaan terhadap tanaman hias. Tujuan didirikannya PFI adalah sebagai wadah bagi komunitas pecinta tanaman hias untuk saling membantu dan berbagi informasi maupun pengetahuan, terutama dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan tanaman hias. Ciapus Bromel secara tidak langsung menjadi bagian dari PFI karena pemilik perusahaan merupakan salah satu pendiri PFI. Latar belakang pemilik yang merupakan pendiri PFI diharapkan mampu menjadikan PFI sebagai salah satu sarana bagi perusahaan untuk menunjukkan keberadaanya dalam industri tanaman hias secara umum. Kegiatan rutin yang dilakukan PFI setiap bulan adalah pertemuan seluruh anggota yang biasanya membahas mengenai penyelenggaraan pameran bersama, penciptaan trend tanaman hias, dan penyelenggaraan seminar
65
sebagai sarana bagi anggota PFI untuk saling berdiskusi dan berbagi informasi maupun pengetahuan. Sebagai suatu wadah atau organisasi, keberadaan PFI pun dapat dijadikan sebagai penyambung antara pemerintah dengan para pengusaha tanaman hias. Penyampaian informasi dari pemerintah akan lebih mudah dan efisien dilakukan melalui suatu wadah. Selain itu, PFI dapat dijadikan sebagai sarana advokasi terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai merugikan para pelaku usaha tanaman hias. Pemerintah akan lebih mendengarkan aspirasi masyarakat dalam suatu wadah daripada secara individual. 5.9. Hubungan antara Ciapus Bromel dengan Godong Ijo PT Godongijo Asri, atau biasa disebut sebagai Godongijo Nursery adalah perusahan yang bergerak dalam bidang usaha tanaman hias, baik produksi, distribusi maupun pemasaran. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1997 oleh Chandra Gunawan Hendarto yang juga merupakan pendiri maupun pemilik Ciapus Bromel. Pemilik mendirikan Godong Ijo sebagai perusahaan tanaman hias yang fokus pada tanaman adenium. Walaupun Godong Ijo dan Ciapus Bromel memiliki kesamaan pemilik, kedua perusahaan tersebut tidak berada dalam satu badan hukum. Dalam hal ini Ciapus Bromel berperan sebagai pemasok tanaman bromelia bagi Godong Ijo dengan sistem konsinyasi dan bukan merupakan unit bisnis Godong Ijo. PT. Godong Ijo Asri memiliki enam buah agen yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Yogyakarta. Sebelumnya perusahaan ini memiliki enam belas agen yang tersebar di seluruh Indonesia, namun sebanyak sepuluh agen mengalami gulung tikar akibat krisis perekonomian yang terjadi pada tahun 2008. Keberadaan Godong Ijo memberikan keuntungan tersendiri bagi Ciapus Bromel, terutama dalam memasarkan tanaman bromelia kepada konsumen. Bromelia yang dihasilkan oleh Ciapus Bromel pun dipromosikan melalui katalog Godong Ijo tanpa dikenai biaya. Katalog tersebut diterbitkan setiap satu tahun sekali dan hanya dapat mempromosikan sebanyak 52 jenis tanaman bromelia, baik jenis tanaman yang baru diluncurkan maupun jenis lama yang masih diminati oleh konsumen.
66
Selain kerjasama dalam pemasaran, perusahaan pun melakukan kerjasama terkait dengan pengadaan input produksi yang meliputi obat-obatan, media tanam cocopeat, dan pupuk. Bukan hanya itu, perusahaan pun melakukan kegiatan impor tanaman indukan dengan mengatasnamakan atau melalui Godong Ijo. Apabila impor tanaman tersebut hanya untuk kepentingan Ciapus Bromel, maka seluruh biaya yang menyangkut kegiatan bongkar muat dan pengangkutan tanaman di pelabuhan hingga sampai di Godong Ijo ditanggung oleh Ciapus Bromel. Namun apabila kegiatan impor dilakukan secara bersama-sama dengan Godong Ijo, maka besarnya biaya yang ditanggung oleh Ciapus Bromel ditentukan berdasarkan space yang digunakan untuk tanaman bromelia atau berat tanaman impor dari masing-masing perusahaan. Dengan adanya Godong Ijo memudahkan perusahaan untuk mendatangkan jenis-jenis bromelia yang belum ada di Indonesia, sehingga memberikan keunggulan bagi Ciapus Bromel terkait dengan keragaman tanaman yang dimiliki dibandingkan dengan perusahaan lain.
67
VI. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN 6.1. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan 6.1.1. Pemasaran Analisis kegiatan pemasaran perusahaan dilakukan dengan melihat bagaimana implikasi dari STP yang telah ditetapkan terhadap bauran pemasaran perusahaan selama ini, yang meliputi produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan tempat (place). 6.1.1.1. Produk (Product) Produk Ciapus Bromel dapat dikatakan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan produk pesaing. Hal ini dikarenakan bromelia yang dihasilkan perusahaan memiliki warna yang lebih nyata, bentuk daun yang kompak, dan tidak terdapat bekas serangan hama maupun penyakit (hanya sedikit bekas goresan akibat penumpukkan tanaman). Warna yang lebih nyata dipengaruhi oleh lokasi perusahaan yang berada di dataran tinggi, sedangkan tiga pesaing lainnya berada di dataran rendah (Jakarta dan Tangerang). Sebagian besar jenis produk yang dijual merupakan varietas neoregelia yang memiliki daun kompak dengan warna yang beragam dan dengan kemampuan menerima cahaya matahari sebesar 45-75 persen. Selain kualitas yang lebih baik, keunggulan dari sisi produk yang dimiliki Ciapus Bromel adalah varietas produk yang dihasilkan lebih beragam. Berikut ini merupakan perbandingan produk perusahaan dengan pesaing. Tabel 10. Perbandingan Produk Ciapus Bromel dengan Pesaing Nama Perusahaan
Jenis Tanaman
Ciapus Bromel Pak Ukas (Kelompok Tani Violces)
Warna Tanaman 400 Lebih nyata 6 Lebih nyata
Elegant Flora
100 Lebih pudar
Hary’s Bromel
60 Lebih pudar
Sunda Kelapa Nursery
60 Lebih pudar
Pak Arif (Kelompok Tani Alfa)
40 Lebih nyata
Sumber: Hasil Identifikasi Pesaing Maret 2010, diolah
68
Kualitas dan keragaman varietas tersebut merupakan salah satu upaya Ciapus Bromel dalam menciptakan positioning di benak konsumen sebagai perusahaan yang menghasilkan tanaman bromelia yang berkualitas dengan jenis terbanyak dan ter-update. Seperti yang telah dijelaskan pada Bab V, target pasar Ciapus Bromel merupakan masyarakat dengan golongan pendapatan menengah hingga atas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan dari target pasarnya, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menyediakan tanaman yang lebih beragam. Pada umumnya, karakteristik konsumen golongan menengah hingga atas ini antara lain tidak peka terhadap tingkat harga dan cendrung lebih mementingkan nilai atau prestise dari suatu produk sehingga yang menjadi perhatian perusahaan adalah menyediakan produk berkualitas yang sesuai dengan karakteristik konsumen. Sepanjang tahun 2009, tanaman bromelia pada pot berukuran 15 cm (S) dan 20 cm (M) merupakan tanaman yang paling banyak dibeli oleh konsumen, yaitu sebesar 64,99 persen dan 23,87 persen. Sebagian besar konsumen rumah tangga menyukai tanaman bromelia dengan warna yang mencolok, seperti merah dan pink. Pembelian tanaman tersebut biasanya dilakukan berdasarkan keunikan tanaman dan jenis yang belum dimiliki (hobi). Dari hasil identifikasi konsumen, sebanyak 63,33 persen konsumen rumah tangga menyukai bromelia karena keunikannya dan sebanyak 36,67 persen menyukai bromelia atas dasar hobi, sedangkan faktor yang mempengaruhi pembelian tanaman bromelia antara lain bentuk dan warna tanaman, harga, jenis tanaman, dan trend (Gambar 13).
60.00%
53.33%
50.00% 40.00% 30.00% 20.00%
Bentuk dan Warna Daun 16.67%
20% 10%
Harga Jenis Tanaman
10.00%
Trend
0.00% Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Bromelia
Gambar 13. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Bromelia Sumber: Hasil Identifikasi Konsumen Ciapus Bromel April 2010, diolah
69
Dari gambar di atas diketahui bahwa faktor yang menjadi pertimbangan konsumen rumah tangga dalam membeli tanaman bromelia antara lain bentuk dan warna daun (53,33 persen), harga (16,67 persen), jenis tanaman (20 persen), dan ada yang menganggap bahwa tanaman ini akan menjadi trend (10 persen). Lain halnya dengan pembelian produk yang dilakukan oleh konsumen organisasional seperti produsen bromelia lainnya (pedagang) yang biasanya berdasarkan pengalaman. Tujuan pembelian produk tanaman oleh pedagang adalah untuk dijadikan sebagai stok atau tanaman induk yang dapat diperbanyak dan dijual kepada konsumen rumah tangga. Penjualan produk kepada pedagang dapat memberikan keuntungan sekaligus kerugian bagi Ciapus Bromel karena menimbulkan ancaman, terutama dalam perebutan pangsa pasar pada industri tanaman hias bromelia. Oleh karena itu, untuk ke depannya kegiatan pemasaran perusahaan akan lebih difokuskan pada peningkatan penjualan dari target pasar konsumen rumah tangga dan mulai meninggalkan konsumen yang berasal dari pedagang. Sejak Februari 2010, perusahaan mulai menciptakan inovasi produk dengan menggabungkan beberapa tanaman bromelia sehingga menyerupai sebuah pohon dengan tinggi sekitar 1-1,5 meter. Produk baru ini belum dijual ke pasaran karena masih dalam tahap riset, dimana produk tersebut harus dianalisis terlebih dahulu umur produk dan cara perawatannya. Selain itu, Ciapus Bromel pun ingin melihat apakah inovasi produk tersebut dapat diterima oleh konsumen atau tidak dengan menampilkannya di showroom Godong Ijo. Berdasarkan pengalaman perusahaan, maka dibutuhkan waktu sekitar tiga tahun agar produk baru yang dihasilkan dapat benar-benar dipasarkan ke masyarakat. Jika ditinjau dari faktor yang mempengaruhi konsumen rumah tangga dalam membeli bromelia dimana sebanyak 53,33 persen karena faktor bentuk dan warna daun, maka produk yang dihasilkan oleh Ciapus Bromel merupakan kekuatan perusahaan karena memiliki kualitas yang baik dengan varietas yang lebih beragam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produk perusahaan berdaya saing tinggi dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya.
70
6.1.1.2. Harga (Price) Sebagai salah satu perusahaan bromelia terbesar di wilayah Jabodetabek, Ciapus Bromel melalui Godong Ijo seringkali menjadi acuan bagi perusahaan lain dalam menentukan harga tanaman bromelianya. Para pesaing umumnya memberikan harga yang sama atau bahkan di bawah perusahaan. Namun perbedaan harga antara pesaing dengan perusahaan tidak terlalu signifikan, yaitu sekitar Rp 500,00-Rp 1.000,00 per pot. Harga yang diberikan Ciapus Bromel kepada konsumen disesuaikan dengan harga yang tercantum di dalam katalog Godong Ijo, sedangkan untuk tanaman yang kurang laku di pasar, perusahaan memberikan discount sebesar 50 persen untuk meminimalisir tingkat kerugian. Kisaran harga tanaman bromelia yang dijual oleh Ciapus Bromel dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 11. Kisaran Harga Jual Bromelia Ciapus Bromel Tahun 2009 Ukuran Pot
Harga Termurah (Rp)
Harga Termahal (Rp)
Pot 15 cm
25.000
80.000
Pot 20 cm
30.000
150.000
Pot 24 cm
75.000
300.000
200.000
400.000
Pot 30 cm-40 cm
Sumber: Daftar Harga Bromelia Berdasarkan Katalog Godong Ijo 2009
Harga termurah biasanya diberikan kepada tanaman dengan jumlah populasi yang banyak karena mudah dibudidayakan, sedangkan harga termahal diberikan karena jumlahnya tidak terlalu banyak dan memiliki keunikan tersendiri, seperti hasil mutasi. Selain berdasarkan jumlah populasi dan keunikannya, besar tanaman pun membuat harga bromelia menjadi mahal, seperti bromelia pada ukuran pot 50 dan 60 cm dengan harga masing-masing mencapai Rp 600.000,00 dan Rp 1.500.000,00 per pot. Namun karena target pasar Ciapus Bromel adalah konsumen rumah tangga golongan menengah hingga atas, maka harga bukan menjadi suatu faktor yang sangat dipertimbangkan saat membeli tanaman bromelia, melainkan kualitas dan nilai prestise dari tanaman tersebut. Oleh karena itu, harga Ciapus Bromel dapat dikatakan kompetitif dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Hal ini didukung oleh data hasil kuisioner konsumen dimana sebesar
71
57 persen konsumen menyatakan bahwa kualitas produk Ciapus Bromel lebih baik dibandingkan perusahaan lain. 6.1.1.3. Promosi (Promotion) Menurut Tjiptandi (2008), bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang sama, tetapi
dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas khususnya (bauran
promosi) yang terdiri dari periklanan atau publisitas, promosi penjualan, public relation, penjualan langsung, dan personal selling. Sebagian besar kegiatan promosi Ciapus Bromel dilakukan dengan cara personal selling melalui pameran, baik pameran tunggal maupun pameran gabungan. Hal ini didukung oleh hasil kuisioner konsumen dimana sebanyak 70 persen konsumen mengetahui keberadaan tanaman bromelia dari kegiatan pameran. Kegiatan pameran dinilai efektif dalam memasarkan tanaman kepada konsumen akhir. Kesalahan dalam pemilihan lokasi pameran membuat perusahaan mengalami kerugian secara materi yang diakibatkan besarnya pendapatan penjualan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan untuk pameran tersebut. Namun sebenarnya selain berperan sebagai salah satu sarana memasarkan produk, pameran pun berperan dalam menunjukkan keberadaan perusahaan kepada masyarakat luas. Oleh karena itu, walaupun perusahaan mengalami kerugian secara materi, perusahaan dapat menunjukkan eksistensinya dalam industri tanaman hias bromelia. Selain melalui pameran, promosi dilakukan melalui penjualan langsung dengan cara mendaftarkan beberapa jenis tanaman ke dalam katalog Godong Ijo yang merupakan distributor perusahaan. Perusahaan ini cukup besar dan memiliki empat orang agen, sehingga lebih efisien karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan dengan memasarkan sendiri9. Kegiatan promosi melalui distributor ini bertujuan memperluas wilayah pemasaran sehingga konsumen dapat dengan mudah menemukan tanaman bromelia. Konsekuensi yang harus diterima apabila perusahaan hanya menitikberatkan pada distributor adalah konsumen tidak mengetahui keberadaan perusahaan karena pada umumnya distributor tersebut menggunakan identitas perusahaannya, bukan menggunakan identitas pemasok dalam memasarkan produk.
9
Hasil wawancara dengan pemilik perusahaan
72
Selama ini promosi perusahaan lebih menekankan pada pengenalan produk (bromelia) dan cenderung mengabaikan untuk memperkenalkan identitas perusahaan kepada konsumen. Hal ini dibuktikan dari hasil identifikasi konsumen dimana sebanyak 93,33 persen konsumen tidak mengetahui keberadaan Ciapus Bromel. Konsumen mendapatkan bromelia dari Godong Ijo yang sebenarnya merupakan distributor Ciapus Bromel. Bukan hanya itu, intensitas promosi yang menunjukkan keberadaaan perusahaan pun dinilai kurang karena konsumen mengaku bahwa sangat jarang atau bahkan tidak pernah mendengar maupun memperoleh informasi mengenai Ciapus Bromel. Dalam menjalankan suatu bisnis, perusahaan perlu menunjukkan identitasnya (jati diri) demi menjaga keberlangsungan perusahaan tersebut. Hal ini pun sebenarnya sebagai salah satu upaya bagi Ciapus Bromel dalam menanamkan positioning perusahaan di benak konsumen. 6.1.1.4. Distribusi (Place) Pada bauran pemasaran, place diartikan sebagai kegiatan distribusi yang dilakukan oleh perusahaan. Tujuan kegiatan distribusi adalah agar produk perusahaan dapat sampai kepada konsumen sesuai dengan waktu dan tempat yang tepat. Ciapus Bromel memiliki tiga saluran distribusi dalam menyediakan bromelia ke tengah masyarakat, yaitu saluran nol tingkat (langsung kepada konsumen), saluran satu tingkat (melalui distributor (retailer) dan langsung kepada konsumen, dan saluran dua tingkat (melalui distributor (retailler) lalu ke agen, kemudian kepada konsumen). Perusahaan memiliki dua buah distributor yang sudah mapan dan dikenal oleh masyarakat, yaitu PT. Godong Ijo Asri dan Ciapus Nursery. Adanya distributor tersebut menjadi salah satu kekuatan perusahaan dalam memasarkan bromelia karena kedua distributor Ciapus Bromel telah memiliki pelanggan yang secara tidak langsung dapat menjadi konsumen perusahaan. PT. Godong Ijo Asri merupakan distributor formal bagi Ciapus Bromel dimana terdapat suatu kontrak kerjasama yang mengikat keduanya. Ciapus Bromel tidak akan meluncurkan jenis tanaman baru ke pasaran secara luas apabila tidak terdapat di dalam katalog Godong Ijo.
73
Godong Ijo mampu memperluas wilayah pemasaran Ciapus Bromel karena memiliki enam buah agen yang tersebar di wilayah Yogyakarta, Jakarta, Bogor, dan Depok. Walaupun memiliki dua buah distributor yang sudah mapan dan terkenal, jumlah distributor perusahaan masih kurang untuk meningkatkan pangsa perusahaan karena masih terdapat beberapa wilayah yang belum terakses, seperti Tangerang dan Bekasi. Perusahaan perlu menambah jumlah distributor sebagai salah satu upaya peningkatan penjualan dan juga pangsa perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain yang rata-rata mampu menjual sekitar 5001000 pot per bulan, sedangkan Ciapus Bromel hanya sebanyak 412 pot per bulan (Lampiran 5). Selain itu, perencanaan pemasaran perusahaan pun tidak dilakukan secara tertulis, sehingga pengimplementasian rencana-rencana pemasaran akan sulit dilakukan. Bukan hanya itu, ketiadaan karyawan yang kompeten dalam bidang pemasaran menjadi salah satu kelemahan bagi perusahaan, mengingat pemilik perusahaan memiliki aktivitas yang cukup padat sehingga membutuhkan tenaga kerja tambahan yang dapat menangani pemasaran Ciapus Bromel. 6.2. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan 6.2.1. Faktor Ekonomi Inflasi seringkali diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Selain besarnya nilai PDB, indikator lain yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa di setiap kota yang harus dikeluarkan konsumen dalam satu periode tertentu. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Tingkat inflasi yang diukur berdasarkan IHK dikelompokan ke dalam tujuh kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose - COICOP), yaitu kelompok bahan makanan; kelompok makanan jadi, minuman, dan tembakau; kelompok perumahan; kelompok sandang; kelompok kesehatan; kelompok pendidikan dan olah raga; kelompok transportasi dan komunikasi. Perkembangan IHK dari 66 kota di Indonesia periode Januari 2009-Maret 2010 dapat dilihat pada gambar berikut.
74
Gambar 14. Perkembangan IHK di 66 Kota (Januari 2009-Maret 2010) Sumber: Berita Resmi Statistik No. 20/04/Th. XIII, 1 April 2010
Secara umum, indeks harga konsumen pada bulan Maret 2010 mengalami penurunan sebesar 0,14 persen dibandingkan Februari 2010. Pada bulan Februari 2010, IHK dari 66 kota sebesar 118,36 dan turun menjadi 118,19 pada bulan Maret 2010. Dari Gambar 16 diketahui bahwa penurunan IHK terjadi karena adanya penurunan harga pada beberapa komoditas bahan makanan. Sedangkan untuk kelompok lainnya cenderung mengalami kenaikan harga. Sejak awal tahun 2009, kondisi perekonomian Indonesia berangsur membaik yang diindikasikan dengan semakin menurunnya tingkat inflasi (Tabel 12). Penurunan tingkat inflasi ini mencerminkan adanya penurunan harga yang diterima oleh konsumen. Hal ini berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat, terutama yang memiliki pendapatan tetap seperti pegawai negeri. Daya beli menjadi salah satu indikator penting untuk menilai perekonomian dan tingkat kesejahteraan masyarakat karena menunjukkan kemampuan seseorang dengan sejumlah uang yang tersedia untuk membeli suatu produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya (needs and wants).
75
Tabel 12. Tingkat Inflasi Indonesia Berdasarkan Indeks Harga Konsumen Periode Agustus 2008-Maret 2010 Bulan dan Tahun
Tingkat Inflasi (%)
Maret 2010
3.43
Februari 2010
3.81
Januari 2010
3.72
Desember 2009
2.78
November 2009
2.41
Oktober 2009
2.57
September 2009
2.83
Agustus 2009
2.75
Juli 2009
2.71
Juni 2009
3.65
Mei 2009
6.04
April 2009
7.31
Maret 2009
7.92
Februari 2009
8.60
Januari 2009
9.17
Desember 2008
11.06
November 2008
11.68
Oktober 2008
11.77
September 2008
12.14
Agustus 2008
11.85
Sumber: BPS, diolah dari Hasil Survei Harga Konsumen (2010)
6.2.1.1. Economic Forecast Menurut Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,1% diperkirakan baru bisa tercapai pada tahun 2014. Proyeksi pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi Indonesia tahun 2009 hingga 2014 dapat dilihat pada tabel berikut.
76
Tabel 13. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Inflasi Indonesia Periode 2009-2014 Pertumbuhan Ekonomi
Tahun
Tingkat Inflasi
2009
3,5-4,5%
5-7%
2010
4,5-5,5%
6-7%
2011
5-6%
5,1-6,1%
2012
5,4-6,4%
4,5-5,5%
2013
5,7-6,7%
4,5-5,4%
2014
6-7%
4-5%.
Sumber: http://www.mahadananews.com/3rd/index.php/economy/asia/7863-proyeksi-ekonomiindonesia-5-tahun-ke-depan-versi-bi?showall=1. [3 Juli 2010]
Dari Tabel 13 di atas, perekonomian Indonesia hingga tahun 2014 diperkirakan berada dalam kondisi yang cenderung membaik seiring dengan peningkatan proyeksi pertumbuhan ekonomi sehingga berprospek bagi usaha yang dijalankan oleh Ciapus Bromel. 6.2.2. Faktor Politik dan Hukum Dalam menjalankan usaha di suatu negara, kebijakan pemerintah setempat mempunyai peranan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi usaha tersebut. Hal ini berlaku pula pada usaha tanaman hias bromelia yang bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Seluruh jenis tanaman bromelia berasal dari Thailand, Brazil, Philipina, Australia, dan beberapa negara di Amerika Latin. Para pelaku usaha dihadapkan pada beberapa peraturan terkait dengan pengadaan tanaman yang akan dijadikan sebagai indukan, salah satunya adalah peraturan tentang tarif bea masuk. Penetapan tarif bea masuk dilakukan sesuai dengan UU Nomor 10/1995 tentang kepabeanan, dimana Menteri Keuangan menetapkan Tarif Bea Masuk Umum (MFN) dan Tarif Bea Masuk Khusus (CEPT). 1.
Tarif Bea Masuk Umum (MFN) Tarif bea masuk MFN (Most Favourable Nations) adalah tarif bea masuk
yang dikenakan atas barang impor yang masuk ke Indonesia dari negara lain, kecuali negara yang memiliki perjanjian khusus mengenai tarif bea masuk dengan Indonesia seperti negara-negara anggota ASEAN. Tarif tersebut akan disesuaikan secara
bertahap
sesuai
dengan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor 77
591/PMK.010/2004 untuk mendorong peningkatan efisiensi dan daya saing industri dalam negeri, memberikan kepastian hukum bagi investor, memberikan perlakuan yang adil bagi seluruh sektor industri, mengantisipasi globalisasi ekonomi dan perdagangan internasional, serta meningkatkan efisiensi administrasi kepabeanan. Program penyesuaian tarif bea masuk yang dilakukan setiap tahun ini disebut Program Harmonisasi Tarif Bea Masuk 2005-2010. Perumusan program harmonisasi tarif bea masuk 2005-2010 mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2003, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 378/KMK.01/1996 Tentang Program Penurunan Tarif Bea Masuk 19962003, Surat Menteri Perindustrian dan Perdagangan Kepada Menteri Keuangan Nomor 462/MPP/VII/2004 Tentang Konsep Harmonisasi Tarif Bea Masuk Tahun 2005–2010, serta Surat Menteri Perindustrian dan Perdagangan Kepada Presiden Nomor 503/MPP/VIII/2004 Tentang Harmonisasi Tarif Bea Masuk Produk Industri . Pada tanggal 23 Desember 2004, Menteri Keuangan menyempurnakan kembali tarif bea masuk untuk produk pertanian, perikanan, pertambangan, farmasi, keramik dan besi baja dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 600/PMK.010/2004 yang meliputi 1.964 pos tarif. 2.
Tarif Bea Masuk Khusus (CEPT) Tarif bea masuk CEPT adalah tarif bea masuk yang dikenakan atas barang
impor yang masuk ke Indonesia dari negara-negara anggota ASEAN yang dilengkapi dengan Formulir-D (Certificate of Origin). Secara umum, saat ini tarif bea masuk CEPT berkisar antara 0-5 persen. Berdasarkan kesepakatan antar negara-negara anggota ASEAN, sebanyak 60 persen dari seluruh pos tarif harus memiliki tarif bea masuk 0 persen pada tahun 2005. Pada tanggal 18 Mei 2005, Menteri
Keuangan
menerbitkan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
28/PMK.010/2005 yang berisi penurunan tarif bea masuk menjadi 0 persen, pada 1.571 pos tarif. Jumlah pos tarif tersebut akan bertambah secara bertahap sehingga tidak terdapat lagi hambatan tarif bea masuk bagi negara-negara anggota ASEAN. Pada tanggal 28 Februari 2009 lalu pemerintah Indonesia bersama sejumlah Menteri Perdagangan ASEAN, Australia dan New Zaeland telah menandatangani Persetujuan Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-Selandia
78
Baru atau AANZ-FTA (Asean, Australia, New Zealand Free Trade Area), yakni perjanjian kerjasama untuk melakukan perdagangan bebas di antara negara-negara tersebut. Sementara itu perjanjian ASEAN-China sudah mulai berlaku sejak bulan Januari 2010. Selain itu, Menteri Perdagangan ASEAN juga telah membahas kerangka kerja penyusunan FTA dengan Uni Eropa dan India. Pokok dari perjanjian tersebut adalah setiap negara akan menurunkan tarif bea masuk barang dan jasa dari negara-negara yang terlibat dalam perjanjian menjadi 0 persen dengan tahapan-tahapan yang disepakati. Pada perjanjian AANZA-FTA, sekitar 86 persen dari pos tarif Indonesia bertahap akan menjadi 0 persen pada tahun 2015 dan sekitar 13 persen tarif menjadi 0 persen pada 2009. Dari Australia, 92 persen pos tarif menjadi nol persen, sedangkan dari Selandia Baru lebih dari 70 persen pos tarif juga langsung 0 persen di tahun pertama. Sementara produk peternakan, seperti daging dan susu, dari kedua negara tersebut akan dinolkan pada tahun 2017-2020. Adanya program harmonisasi tarif bea masuk dan penurunan tarif bea masuk CEPT menjadi 0 persen tersebut menimbulkan berbagai konsekuensi yang harus dihadapi oleh beberapa perusahaan di Indonesia termasuk Ciapus Bromel. Pada tahun 2010, tanaman bromelia yang termasuk ke dalam tanaman hidup lainnya (termasuk akarnya), potongan dan cangkokan, sulur jamur dengan kode HS 0602.90.90.00 dikenai tarif bea masuk MFN sebesar 5 persen. Besarnya tarif ini lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar 10 persen. Bagi perusahaan, penurunan tarif bea masuk merupakan peluang sekaligus ancaman. Di satu sisi penurunan tersebut dapat mengurangi biaya pengadaan tanaman induk, namun di sisi lain perusahaan harus menghadapi persaingan yang bersifat global karena tanaman impor akan lebih mudah masuk. Untuk saat ini, penurunan tarif impor tidak menjadi peluang bagi Ciapus Bromel karena perusahaan akan memanfaatkan 400 jenis tanaman yang sudah ada, sehingga tidak akan melakukan penambahan jenis tanaman baru untuk menghindari pemborosan. Bukan hanya itu, penurunan tarif impor pun dinilai tidak mengancam dengan pertimbangan bahwa untuk melakukan kegiatan impor atas suatu tanaman hias,
79
maka perusahaan yang bersangkutan membutuhkan biaya yang besar dan jumlah yang banyak, sehingga akan sangat jarang dilakukan. 6.2.3. Faktor Sosial Budaya Faktor sosial budaya merupakan faktor-faktor yang berasal dari lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi suatu usaha. Faktor-faktor tersebut dapat terbentuk dari pengetahuan dan paradigma masyarakat maupun berkembangnya kepercayaan tentang suatu hal dalam masyarakat, seperti feng shui. 6.2.3.1. Bromelia sebagai Tanaman Penyerap Polutan Dengan semakin berkembangnya daerah industri dan meningkatnya penggunaan alat transportasi darat Indonesia yang menimbulakan polusi atau pencemaran udara, mengakibatkan kualitas lingkungan hidup di kota-kota besar cenderung mengalami penurunan. Hasil kajian yang dilakukan oleh NASA (2008) dari Amerika Serikat, menunjukkan ada tiga bahan kimia yang mudah menguap yang umum terdapat di lingkungan rumah tinggal, dalam gedung ataupun perkantoran yang berpotensi sebagai gas polutan, bahan pengotor. Ketiga bahan itu adalah formaldehyde (misalnya kayu lapis/triplek, partikel board, karpet, furniture, produk kertas dan bahan pembersih), trichloroethylene (misalnya tinta dan pewarna kain, lem, cat, dan pernis), serta Benzene (misalnya asap rokok, produk petrokimia, serat sintetis, plastik, tinta dan pewarna kain, produk dari bahan karet, serta detergen). Bahan kimia lain yang juga berpotensi sebagai gas polutan adalah xylene yang ditemukan di dalam lem, komputer, printer, cat, penutup dinding dan lantai, acetone dalam bahan kosmetik, alkohol pada produk parfum, dan ammonia pada bahan kosmetik. Gas polutan tersebut dalam jangka waktu tertentu dapat berdampak negatif bagi kesehatan manusia, seperti menimbulkan reaksi alergi, mata terasa gatal dan panas, mudah mengantuk dan lelah, kulit memerah, masalah di saluran pernapasan dan sinus, kemudian sakit kepala yang dikenal dengan istilah Sick Building Syndrome (SBS)10. 10
Anonim. 2008. Tanaman Hias Penyerap http://www.kaltimpost.co.id/?mib=berita. [13 Juni 2010]
Bahan
Kimia.
80
Selain mempunyai fungsi keindahan (estetika), tanaman hias juga dapat bermanfaat bagi kesehatan masyarakat di sekelilingnya, salah satunya adalah bromelia. Manfaat kesehatan yang dimaksud adalah kemampuan menyerap gasgas polutan, memproduksi oksigen, dan menguapkan air dari permukaan tanaman, sehingga membuat udara lebih segar dan sehat. Hasil penelitian NASA (2008) mengemukakan bahwa tanaman hias bromelia dapat menyerap polutan berupa formaldehyde dan xylene. Adanya kebutuhan akan tanaman sebagai penyerap polutan dan informasi mengenai peranan bromelia ini dapat dijadikan peluang bagi Ciapus Bromel untuk menarik lebih banyak konsumen potensial. 6.2.3.2. Bromelia sebagai Sarang Nyamuk Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang suatu informasi dapat menjadi ancaman bagi perusahaan. Hal ini pun dialami oleh Ciapus Bromel akibat kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai tanaman bromelia. Tanaman ini dicap oleh masyarakat sebagai tanaman yang memiliki potensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk karena menyimpan air di tengah tanaman. Beredarnya informasi tersebut dapat menimbulkan ancaman bagi perusahaan terutama dalam memasarkan produk. Menurut hasil penelitian Moch Choirul Hidayat dan Ludfi Santoso dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang, serta Hadi Suwasono dari Stasiun Penelitian Vektor Penyakit Departemen Kesehatan RI, Salatiga (2008), pH air yang dijadikan sebagai sarana perkembangbiakan nyamuk tidak sama dengan pH air yang terdapat pada tanaman bromelia. Nyamuk Aedes aegypti dapat hidup dan berkembang biak pada air yang memiliki pH netral (pH=7), sedangkan pH air pada tanaman bromelia lebih bersifat asam, yaitu berkisar antara 5-6. Selain itu, Ruben C Diaz (2008), mantan presiden Northern Mindanao Ornamental Horticulture Foundation Inc Phils di Filipina, mengemukakan bahwa nyamuk penyebab demam berdarah tersebut menyukai air bersih yang berbeda dengan air pada bromelia yang kotor dan dipenuhi cendawan. Dengan demikian, sebaiknya konsumen mengetahui informasi dan pengetahuan yang terkait dengan tanaman bromelia sehingga ketakutan konsumen dapat teratasi.
81
6.2.3.3. Feng Shui Tanaman Berduri Hal lain
yang dapat menjadi ancaman Ciapus Bromel adalah
berkembangnya kepercayaan sebagian besar masyarakat etnis Cina terhadap feng shui. Kata feng shui sendiri berasal dari gabungan kata feng yang berarti angin (arah) dan shui yang berarti air (tempat). Jika dianalisa dari kata feng shui, maka kemungkinan besar ilmu ini sudah ada dan berkembang sebelum bangsa Tiongkok kuno mengenal kompas, dimana penentuan kondisi suatu tempat yang baik pada mulanya hanya melihat perpaduan unsur air dan angin saja. Seiring dengan perkembangan zaman, feng shui cenderung digunakan untuk merencanakan tata letak atau ruang yang baik dengan memperhatikan pencahayaan,
sirkulasi
udara,
keindahan,
aspek
keamanan,
kebersihan,
kenyamanan, dan pemakaian warna. Selain itu, seringkali feng shui digunakan dalam pembuatan taman yang dapat memberikan pengaruh pada lingkungan rumah. Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan taman, yaitu letak taman, jenis tanaman, dan material elemen taman. Menurut feng shui, jenis tanaman yang berbunga dan berbuah merupakan simbol pembawa berkah. Sedangkan tanaman berduri dan yang dikerdilkan pantang ditanam di halaman rumah karena dianggap dapat memberi efek hawa negatif dan membatasi energi yang mendorong pertumbuhan penghuni rumah. Tanaman bromelia termasuk ke dalam jenis tanaman nanas hias yang berduri. Oleh karena itu, perlu usaha yang kuat untuk meyakinkan dan menarik konsumen yang percaya pada feng shui. 6.2.4. Faktor Demografi Indonesia sebagai salah satu negara tropis memiliki peranan penting dalam menjaga suhu bumi. Namun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, lahan hijau di Indonesia pun semakin menyempit karena dialokasikan menjadi pemukiman masyarakat. Pertumbuhan perumahan di Indonesia diperkirakan akibat meningkatnya jumlah rumah tangga penduduk Indonesia dari tahun 20002009 yang mencapai 1,23 persen (Tabel 14).
82
Tabel 14. Jumlah Rumah Tangga dan Rata-Rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga Indonesia Pada Tahun 2000-2009 Jumlah Rumah Tangga (ribu) Rata-Rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga
2000
2005
2008
2009
52.008,3
55.118,6
57.716,1
58.421,9
3,9
4,0
4,0
4,0
Sumber: BPS, diolah dari hasil sensus penduduk 2000 dan SUPAS 2005
Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) dari tahun ke tahun yang semakin menurun. Selama 30 tahun terakhir ruang terbuka hijau di kota-kota besar Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, dan Semarang cenderung terus menyusut akibat dialihfungsikan menjadi pemukiman11. Semakin sempitnya lahan hijau di Indonesia, maka pemilik rumah akan cenderung memanfaatkan tanaman hias pot seperti bromelia sebagai salah satu alternatif dalam menerapkan konsep perumahan hijau. Dengan demikian, potensi pasar tanaman hias pot saat ini cukup besar seiring dengan semakin banyaknya perumahan, perkantoran, maupun hotel yang ada di Indonesia, khususnya di wilayah Jabodetabek. Tanaman hias dapat digunakan sebagai penghias taman di luar atau di dalam rumah, serta di halaman maupun di dalam kantor dan hotel. Ciapus Bromel sebagai perusahaan tanaman hias pot perlu memanfaatkan potensi dan peluang pasar dari adanya issu pemanasan global dan penyempitan lahan hijau akibat peningkatan jumlah pemukiman di Indonesia. Hal lain yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah perubahan persentase jumlah penduduk Indonesia berdasarkan besarnya pengeluaran per kapita dalam sebulan dari tahun 2008-2009 yang dapat dilihat pada tabel berikut.
11
Nurzain. 2009. Ruang Terbuka Publik. http:// www blogs..myspace.com/nurzain. [13 Juni 2010]
83
Tabel 15. Persentase Penduduk Perkotaan dan Pedesaan Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan Tahun 2008 dan 2009 Tahun
Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan (Rp)
2008 ( persen)
2009 ( persen)
< 100.000
69,05
30,95
100.000 – 149.999
67,08
32,92
150.000 – 199.999
67,28
32,72
200.000 – 299.999
65,41
34,59
300.000 – 499.999
57,42
42,58
500.000 – 749.999
49,64
50,36
750.000 – 999.999
43,70
56,30
> 1.000.000
29,09
70,91
Sumber: BPS, diolah berdasarkan hasil SUSENAS
Menurut tabel di atas, terjadi perubahan yang signifikan di setiap golongan pengeluaran
penduduk.
Persentase
jumlah
penduduk
dengan
golongan
pengeluaran kurang dari Rp 100.000,00 per bulan mengalani penurunan dari 69,05 persen menjadi 30,95 persen. Persentase jumlah penduduk dengan golongan pengeluaran
antara
Rp
100.000,00–Rp
149.999,00,
Rp
150.000,00–Rp
199.999,00, Rp 200.000,00–Rp 299.999,00, dan Rp 300.000,00–Rp 499.999,00 per bulan pun menurun menjadi 32,92 persen, 32,72 persen, 34,59 persen, dan 42,58 persen, sedangkan peningkatan persentase jumlah penduduk terjadi pada golongan pengeluaran Rp 500.000,00–Rp 749.999,00, Rp 750.000,00–Rp 999.999,00, dan golongan pengeluaran lebih dari Rp 1.000.000,00 per bulan menjadi 50,36 persen, 56,30 persen, dan 70,91 persen. Penurunan persentase jumlah penduduk terbesar terjadi pada golongan pengeluaran kurang dari Rp 100.000,00 per bulan yang mencapai 38,10 persen dan peningkatan jumlah persentase penduduk terbesar terjadi pada golongan pengeluaran lebih dari Rp 1.000.000,00 per bulan yang mencapai 41,82 persen. Peningkatan jumlah persentase penduduk terbesar pada tabel di atas menunjukkan adanya peluang bagi Ciapus Bromel untuk meningkatkan penjualannya pada target pasar konsumen rumah tangga golongan menengah hingga atas sekali.
84
6.2.5. Faktor Teknologi Perubahan dan perkembangan teknologi dalam suatu industri dapat menjadi peluang atau ancaman bagi perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut. Pada era globalisasi seperti saat ini, telah berkembang teknologi informasi berupa internet. Ada banyak manfaat yang dapat diperoleh perusaahan dari penggunaan teknologi ini, salah satunya adalah sebagai sarana atau alat promosi untuk memperluas wilayah pemasaran dengan biaya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan pemasaran secara langsung. Bukan hanya itu, keberadaan internet pun dapat memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh para pelaku usaha, termasuk pengusaha tanaman hias. Berkembangnya teknologi internet di lingkungan masyarakat merupakan peluang bagi Ciapus Bromel dalam memperluas wilayah pemasaran sehingga diharapkan mampu meningkatkan penjualan. Salah satu distributor perusahaan, yaitu Godong Ijo, telah memanfaatkan perkembangan teknologi internet dalam memasarkan produknya, termasuk produk dari Ciapus Bromel. Godong Ijo sudah memiliki website tersendiri (www.godongijo.com) yang dengan mudah dapat diakses oleh masyarakat di berbagai daerah. Secara tidak langsung, perusahaan sudah mampu menangkap peluang dari berkembangnya teknologi internet melalui distributor. Ciapus Bromel belum dapat memanfaatkan secara langsung peluang tersebut mengingat kurangnya kemampuan dan keterampilan SDM perusahaan dalam menggunakan teknologi komputer. 6.2.6. Faktor Persaingan 6.2.6.1. Persaingan dengan Perusahaan Sejenis Dalam industri tanaman hias bromelia, jumlah pelaku usaha tanaman tersebut tidak sebanyak tanaman lain. Hal ini dikarenakan belum banyak orang mengetahui tentang tanaman bromelia dan pada umumnya para pengusaha tanaman hias lebih mengusahakan tanaman yang sedang trend. Selain itu, jumlah pelaku usaha yang masih sedikit mengindikasikan bahwa industri tanaman hias bromelia masih dalam tahap pertumbuhan. Dengan demikian, Ciapus Bromel memiliki peluang untuk meraih pangsa pasar potensial. Terdapat lima pesaing yang dapat menjadi ancaman bagi Ciapus Bromel dalam meraih pangsa pasar,
85
baik yang berasal dari petani maupun perusahaan sejenis. Pemilihan pesaing tersebut didasarkan pada wilayah pemasaran yang secara umum memiliki kesamaan, yaitu Jabodetabek. a.
Pak Ukas (Kelompok Tani Violces) Pak Ukas merupakan petani tanaman hias yang tergabung dalam kelompok
tani Violces yang berada di wilayah Tajur Halang, Bogor. Usaha tersebut didirikan pada tahun 2000 dan belum berbadan hukum. Luas lahan yang dimiliki sebesar 2.500 m2 yang terdiri dari 6 jenis tanaman bromelia. Tenaga kerja yang dimiliki berjumlah empat orang yang bertugas dalam membantu kegiatan operasional usaha ini. Pak Ukas memperoleh tanaman indukan dari Cianjur dan Ciapus Bromel yang kemudian diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Hasil perbanyakan tersebut dijual dalam polybag yang disesuaikan dengan jenis dan ukuran. Walaupun jenis tanaman yang dimiliki sedikit, perusahaan mampu menjual 700 polybag tanaman per bulan. Wilayah pemasaran Pak Ukas adalah Jabodetabek melalui kegiatan pameran di sekitar Bogor dan Jakarta. Sebagian besar pembeli merupakan konsumen antara (pedagang) yang membeli secara langsung di tempat pameran maupun mendatangi tempat Pak Ukas. Usaha ini tidak menjalin kerjasama dengan pihak manapun dalam memasarkan produknya. Kegiatan promosinya pun relatif sederhana dibandingkan dengan Ciapus Bromel, yaitu hanya word of mouth dan melalui kegiatan pameran yang diikuti. Pemberian discount kepada konsumen dilakukan berdasarkan kebijakan dari Pak Ukas, sehingga antara konsumen yang satu dan yang lainnya medapatkan discount yang berbeda. Untuk pendistribusian tanaman dilakukan dengan menyewa mobil pick up kepada pihak lain. Dalam menjalankan usahanya, Pak Ukas selalu membuat anggaran tersendiri yang digunakan untuk kegiatan pemasaran. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengantisipasi apabila terjadi kekurangan stok saat meningkatnya permintaan dari konsumen, yang mengharuskan Pak Ukas membeli dari petani atau perusahaan lain. b.
Elegant Flora Perusahaan milik Hendra Wijaya atau yang biasa dipanggil dengan Kiky
ini merupakan usaha bersama dengan Stefany yang belum berbadan hukum. Sejak
86
tahun 1990-an, usaha ini telah berada di Taman Anggrek Ragunan. Perusahaan ini menyewa tiga buah kavling seluas 1000 m2 per kavling dengan harga Rp 350.000 per bulan per satu buah kavling kepada pihak pengelola. Elegant Flora memperoleh tanaman indukan dari Ciapus Bromel yang diperbanyak melalui cara vegetatif. Perusahaan ini memiliki 100 jenis tanaman bromelia dan rata-rata tanaman yang terjual sebanyak 800 pot tanaman per bulan. Untuk membantu kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki lima orang tenaga kerja. Wilayah pemasaran Elegant Flora masih berada di lingkup domestik, khususnya Jabodetabek dan sebagian besar konsumen membeli langsung dengan mengunjungi kavling milik perusahaan. Pada umumnya, konsumen perusahaan merupakan konsumen antara (pedagang) dan landscaper. Kegiatan promosi yang dilakukan hanya word of mouth. Pemberian discount dilakukan hanya kepada para pedagang sebesar 10 persen - 20 persen. Untuk membantu memasarkan tanamannya, perusahaan memiliki distributor yang berada di wilayah BSD (Bumi Serpong Damai), Tangerang, dengan sistem konsinyasi.
Selain
menjual
tanaman
yang
dihasilkan,
perusahaan pun
menyewakan tanamannya dengan harga Rp 20.000 per tanaman. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan tidak membuat anggaran khusus untuk kegiatan pemasaran. Seluruh anggaran operasional perusahaan dicampur menjadi satu. c.
Harry’s Bromel Perusahaan ini didirikan sejak 15 tahun yang lalu oleh Bapak Hary dengan
luas lahan hampir mencapai 1 ha yang terdiri dari 60 jenis tanaman bromelia. Pemilik memperoleh tanaman indukan dari Belanda, Philipina, dan Amerika Latin saat melakukan kunjungan ke negara-negara tersebut. Namun untuk menambah jenis tanaman agar lebih bervariasi, perusahaan pernah membeli tanaman indukan dari Ciapus Bromel yang kemudian diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Perusahaan mampu menjual sekitar 500 pot tanaman per bulan. Selain menjual tanaman yang dimiliki, Hary’s Bromel pun menyewakan tanaman tersebut untuk berbagai event dengan kisaran harga Rp 10.000 – Rp 300.000 per tanaman. Untuk membantu berbagai kegiatan operasional seperti budidaya dan pemasaran, perusahaan mempekerjakan sepuluh orang tenaga kerja.
87
Wilayah pemasaran Hary’s Bromel masih berada dalam lingkup domestik, yaitu Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan. Dalam memasarkan produknya kepada konsumen yang terdiri dari konsumen akhir dan konsumen antara (pedagang), perusahaan mengikuti berbagai pameran tanaman. Selain itu, perusahaan pun memiliki satu buah kios tanaman dan satu buah mobil pick up untuk menunjang kegiatan pemasaran produk. Kegiatan promosi dilakukan dengan cara mengikuti pameran, menjadi narasumber majalah, membuat website, dan melalui Trubus. Pemilik memberikan discount
yang
berbeda
kepada
konsumen
berdasarkan
kebijakan
dan
pertimbangannya. Perusahaan tidak memiliki anggaran khusus bagi kegiatan pemasarannya, baik untuk penjualan maupun penyewaan tanaman. Seluruh kegiatan operasional dibuat dalam satu anggaran yang sama. d.
Sunda Kelapa Nursery Perusahaan milik Etje Anggoro yang terletak di Pondok Cabe Tangerang
ini telah berdiri sejak tahun 1983. Berawal dari hobinya pada tanaman anggrek, pemilik mulai menjalankan bisnis tanaman hias anggrek. Namun karena pertambahan nilai anggrek dirasa berat, maka pada tahun 1995 perusahaan mulai beralih ke tanaman hias bromelia. Perusahaan memiliki lahan seluas 2000 m2 yang terdiri dari 60 jenis tanaman bromelia. Tanaman indukan diperoleh dari komunitas pecinta bromelia, Philipina, dan Amerika Latin. Tanaman tersebut diperbanyak secara vegetatif dan hasilnya dijual sesuai dengan jenis dan ukuran. Dalam menjalankan bisnisnya, pemilik dibantu oleh tujuh orang tenaga kerja yang bertanggungjawab pada kegiatan produksi dan pemasaran. Sebagian besar konsumen Sunda Kelapa Nursery merupakan konsumen antara (pedagang) dengan wilayah pemasaran di Jabodetabek, Surabaya, Bali, Malang, dan Lampung. Selain menjual tanaman yang dihasilkan, perusahaan pun meyewakan tanaman tersebut untuk berbagai acara, khususnya dekorasi pelaminan. Sunda Kelapa Nursery mempromosikan perusahaanya melalui kegiatan pameran, Trubus, organisasi atau komunitas tanaman hias, dan dengan cara menjadi narasumber buku atau majalah. Perusahaan memiliki satu distributor di Pasar Rawa Belong untuk membantu memasarkan produk. Namun untuk pendistribusiannya, perusahaan menyewa mobil pick up dari pihak lain. Meskipun
88
tidak memiliki anggaran khusus pemasaran, perusahaan mampu menjual 1000 pot tanaman setiap bulan. e.
Pak Arif (Kelompok Tani Alfa) Berawal dari ketertarikan dan hobinya pada tanaman hias, Pak Arif
memulai bisnis tanaman hias sejak lima tahun yang lalu. Usaha tersebut berada di wilayah Desa Tamansari, Kabupaten Bogor. Pada awalnya, Pak Arif membeli tanaman indukan dari berbagai pameran tanaman hias yang selanjutnya diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Untuk membantu menjalankan bisnisnya, Pak Arif memiliki empat orang tenaga kerja. Dengan luas lahan sekitar 4000 m2, Pak Arif memiliki 40 jenis tanaman bromelia. Dalam satu bulan, rata-rata tanaman yang terjual mencapai 500 pot. Wilayah pemasaran Pak Arif masih berada dalam lingkup domestik, yaitu Bandung, Jabodetabek, dan Pontianak. Kegiatan promosi yang dilakukan hanya melalui pameran dan word of mouth. Sebagian besar pembeli merupakan konsumen antara (pedagang) dan hanya 10 persen yang merupakan konsumen akhir. Berbeda dengan perusahaan lainnya, Pak Arif tidak memberikan discount kepada konsumen. Selain itu, usaha ini tidak memiliki distributor yang dapat membantu memasarkan produk. Pendistribusian tanaman pun dilakukan dengan menyewa mobil pick up kepada pihak lain. Seluruh kegiatan operasional dibuat dalam satu anggaran sehingga tidak ada anggaran khusus bagi kegiatan pemasaran. Menurut gambaran umum dari perusahaan-perusahaan pesaing Ciapus Bromel, terdapat beberapa perbedaan yang menjadi keunggulan dan kelemahan pesaing dibandingkan dengan perusahaan. Perbandingan kelebihan dan kelemahan pesaing tersebut dapat dilihat pada Tabel 16 yang menunjukkan bahwa keunggulan Ciapus Bromel secara umum terdapat pada jenis tanaman yang lebih bervariasi dibandingkan dengan para pesaing. Walaupun memiliki keunggulan tersebut, jumlah tanaman yang dijual perusahaan (412 pot per bulan) lebih sedikit dibandingkan dengan pesaing (500-1000 pot per bulan). Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran perusahaan belum dilakukan secara optimal. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan pesaing yang berada di
89
wilayah Jabodetabek merupakan ancaman bagi Ciapus Bromel sehingga perlu diperhitungkan keberadaannya. Tabel 16. Perbandingan Keunggulan dan Kelemahan Pesaing dengan Ciapus Bromel Pesaing Perusahaan Pak Ukas
Kelebihan Pesaing
Kelemahan Pesaing
- Ada anggaran khusus
- Induk tanaman diperoleh dari
pemasaran
Ciapus Bromel
- Jumlah tanaman yang
- Jenis tanaman lebih sedikit
dijual lebih banyak
- Tidak ada distributor - Promosi sederhana
Elegant Flora
Hary’s Bromel
- Lokasi strategis
- Induk tanaman diperoleh dari
- Jangkauan usaha lebih
Ciapus Bromel
luas melalui penyewaan
- Jenis tanaman lebih sedikit
tanaman
- Promosi sederhana
- Jumlah tanaman yang
- Kualitas tanaman di bawah
dijual lebih banyak
perusahaan
- Jangkauan usaha lebih
- Jenis tanaman lebih sedikit
luas melalui penyewaan
- Kualitas tanaman di bawah
tanaman
perusahaan
- Jumlah tanaman yang dijual lebih banyak Sunda Kelapa Nursery
- Jangkauan usaha lebih - Jenis tanaman lebih sedikit luas
melalui
penyewaan - Tidak fokus pada bromelia
tanaman
- Kualitas tanaman di bawah
- Jumlah tanaman yang perusahaan dijual lebih banyak Pak Arif
- Jumlah tanaman yang - Jenis tanaman lebih sedikit dijual lebih banyak
- Tidak ada distributor - Promosi sederhana
Sumber: Hasil Identifikasi Pesaing Ciapus Bromel (Maret 2010), diolah
6.2.6.2. Bargaining Position Pemasok Secara umum, pemasok bagi industri tanaman hias bromelia terdiri dari pemasok media tanam, pupuk, obat-obatan, dan pot tanaman. Setiap pemain (pengusaha tanaman bromelia) memiliki pemasok tersendiri yang berbeda antara
90
pemain yang satu dan yang lainnya karena disesuaikan dengan lokasi perusahaan. Pemilihan pemasok tersebut dipengaruhi oleh efisiensi biaya yang ingin diperoleh dari masing-masing perusahaan. Walaupun produk yang dihasilkan oleh pemasok merupakan input penting bagi industri tanaman hias bromelia, tetapi para pemain (pengusaha) dapat menggunakan input lainnya yang memiliki fungsi yang sama. Misalnya, pengusaha bromelia dapat mengganti penggunaan pot dengan polybag yang menunjukkan bahwa switching cost bagi pengusaha tersebut untuk berganti pemasok relatif kecil. Namun dalam kenyataannya, antara pemasok input dan industri tanaman hias bromelia memiliki bargaining position yang sama dimana kedua belah pihak saling membutuhkan, sehingga tidak ada pihak yang mendominasi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, biasanya pengusaha tanaman hias bromelia memiliki pemasok tersendiri dengan tingkat loyalitas yang cukup tinggi. Misalnya Ciapus Bromel yang memiliki tiga pemasok input tetap, yaitu Godong Ijo sebagai pemasok media tanam cocopeat dan obat-obatan, Pak Syuaib sebagai pemasok media tanam sekam mentah, sekam bakar, dan akar pakis, serta Bu Ulih sebagai pemasok pot tanaman. Adanya hubungan kerjasama yang dilandasi dengan rasa kepercayaan dan kekeluargaan membuat para pemasok input menjadi loyal kepada perusahaan. Bargaining position Ciapus Bromel dan ketiga pemasok pun sama kuat, sehingga tidak ada pihak yang mendominasi atau mempengaruhi dalam penentuan harga. Dengan demikian, bargaining position dari pemasok bukan merupakan ancaman bagi industri tanaman hias bromelia, begitu pula bagi Ciapus Bromel. 6.2.6.3. Ancaman Pendatang Baru Potensial Pendatang baru pada suatu industri dapat menimbulkan ancaman bagi perusahaan-perusahaan yang telah terlebih dahulu bermain dalam industri tersebut. Besar kecilnya ancaman dari masuknya pendatang baru tergantung pada rintangan masuk yang ada (barriers to entry), yang meliputi skala ekonomi, kebutuhan modal, diferensiasi produk, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala usaha, dan kebijakan pemerintah. 91
Ancaman masuk bagi pendatang baru untuk memulai usaha tanaman hias bromelia relatif kecil apabila dilihat berdasarkan skala ekonomi dan kebutuhan modal. Tanaman hias bromelia merupakan tanaman yang mudah diperbanyak dan dipelihara. Untuk menghasilkan anakan dalam waktu yang relatif cepat, perbanyakan tanaman dilakukan secara vegetatif melalui penusukkan titik tumbuh tanaman induk. Setelah 2-3 bulan penusukkan akan muncul 3-10 anakan. Tanaman induk akan mati setelah 3-4 kali panen atau setelah menghasilkan anakan sekitar 9-40 anakan. Pada umumnya untuk pot berukuran 15 cm, tanaman baru bisa dijual setelah 3-4 bulan dari anakan. Selain itu, tanaman bromelia tidak membutuhkan banyak pupuk dibandingkan tanaman lainnya, sehingga modal yang dibutuhkan pun tidak terlalu besar. Namun, agar dapat bersaing dengan pemain lama yang telah memiliki skala produksi yang cukup besar, pendatang baru tersebut perlu meningkatkan ketersediaan modalnya terutama untuk menambah kapasitas produksi dan keragaman jenis tanaman. Tanaman bromelia sebagai suatu komoditas cenderung akan sulit dibedakan antara tanaman bromelia yang dihasilkan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya, kecuali dari warna tanaman. Dengan demikian, diferensiasi produk bukan merupakan hambatan bagi pendatang baru untuk masuk ke dalam industri tanaman hias bromelia. Lain halnya dengan biaya beralih pemasok, besar kecilnya hambatan bagi pendatang baru tergantung pada target pasar yang akan dilayani. Apabila target pasarnya konsumen rumah tangga, maka hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri relatif kecil karena konsumen rumah tangga tidak memerlukan biaya yang besar jika ingin membeli tanaman bromelia pada perusahaan yang berbeda. Hal ini memberi kesempatan kepada pendatang baru untuk meraih atau merebut pangsa pasar yang ada. Namun apabila target pasarnya berasal dari pasar organisasional yang biasanya membeli dalam jumlah banyak, maka hambatan bagi pendatang baru tersebut cukup besar untuk merebut konsumen dari perusahaan yang telah ada. Pada umumnya, konsumen organisasional tersebut memiliki tingkat loyalitas yang cukup tinggi pada perusahaan pemasok yang timbul dari adanya pengalaman dan kepercayaan. Misalnya, pedagang tanaman
92
bromelia memiliki loyalitas pada pemasok bromelia karena tingkat discount yang tinggi atau harga yang murah yang memungkinkan pedagang tersebut memperoleh margin yang cukup besar. Dalam memasarkan usaha tanaman hias agar dapat sampai kepada konsumen, perlu diperhatikan saluran distribusi yang akan dipilih. Saluran distribusi tanaman hias biasanya langsung kepada target konsumen atau melalui perantara, seperti retailer atau toko-toko bunga. Biasanya, retailer atau toko bunga yang telah mapan dan terkenal telah menjalin kerjasama dengan perusahaan besar. Hambatan yang cukup besar tersebut membuat pendatang baru harus mencari saluran distribusi baru, seperti toko bunga lain atau berupaya untuk mempengaruhi saluran distribusi yang telah ada agar mau menerima dan menyalurkan
produknya kepada konsumen dengan cara menawarkan margin
keuntungan yang lebih besar dibandingkan pemasok sebelumnya. Selain faktor skala ekonomi, kebutuhan modal, diferensiasi produk, biaya beralih pemasok, dan akses ke saluran distribusi, faktor biaya tak menguntungkan terlepas dari skala usaha dan kebijakan pemerintah pun dapat menjadi hambatan bagi pendatang baru. Faktor biaya tak menguntungkan tersebut salah satunya dapat dikarenakan adanya penguasaan atas teknologi maupun produk yang muncul dari hak paten yang dimiliki oleh perusahaan lama. Namun pada industri tanaman hias bromelia saat ini, pendatang baru tidak menghadapi hambatan yang berasal dari biaya tak menguntungkan terlepas dari skala usaha karena belum adanya perusahaan yang memiliki hak paten. Selain itu, dalam hal kebijakan pemerintah tidak ada peraturan terkait yang membatasi atau bahkan menutup akses bagi pendatang baru untuk masuk ke dalam industri tanaman hias bromelia, sehingga hal tersebut bukan suatu hambatan. Dengan demikian dari hasil identifikasi faktor-faktor yang dapat menjadi hambatan di atas, dapat disimpulkan bahwa industri tanaman hias bromelia cenderung mudah untuk dimasuki oleh pendatang baru. Hal ini pun didukung dengan oleh pendapat dari kelima perusahaan lama di industri tanaman hias bromelia dimana ancaman terbesar yang paling ditakuti adalah masuknya petani kecil dalam industri tersebut. Petani kecil dianggap dapat merusak kestabilan harga tanaman karena merka akan dengan mudah menurunkan harga demi
93
memenuhi kebutuhan yang mendesak. Orientasi petani kecil bukan lagi mencari keuntungan, tetapi lebih ke arah bagaimana memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu, apabila hal tersebut terus berlangsung, maka pada jangka panjang dikhawatirkan harga jual dan nilai dari tanaman bromelia akan turun. 6.2.6.4. Bargaining Position Konsumen Konsumen dalam industri tanaman hias bromelia terbagi menjadi dua, yaitu konsumen rumah tangga dan konsumen organisasional. Kedua konsumen ini memiliki karakteristik yang berbeda dimana konsumen rumah tangga merupakan kelompok konsumen yang tidak peka terhadap harga, sehingga akan lebih mempengaruhi kualitas produk, sedangkan konsumen organisasional merupakan kelompok konsumen yang lebih mementingkan harga karena mengharapkan margin dari harga tersebut. Karakteristik bromelia yang merupakan suatu komoditas cenderung sulit dibedakan kualitasnya, terutama oleh konsumen rumah tangga yang sebagian besar merupakan orang awam. Selain itu, pembelian yang dilakukan oleh konsumen
rumah
tangga
pun
relatif
sedikit
dibandingkan
konsumen
organisasional. Dengan demikian, bargaining position konsumen rumah tangga bukan suatu ancaman bagi industri tanaman hias bromelia karena tidak dapat mempengaruhi industri untuk menurunkan harga maupun meningkatkan kualitas. Konsumen organisasional biasanya membeli dalam jumlah besar, sehingga menginginkan harga yang lebih murah. Industri tanaman hias bromelia ini tidak menurunkan harga secara langsung demi menjaga kestabilan harga pada konsumen rumah tangga. Harga yang diberikan kepada konsumen organisasional relatif sama dengan konsumen rumah tangga, hanya saja para pengusaha dalam industri tanaman hias memberikan potongan harga (discount) kepada konsumen organisasional yang jumlahnya tidak sama antara satu pengusaha dengan pengusaha lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa bargaining position konsumen organisasional terhadap industri tanaman hias bromelia bukan merupakan suatu ancaman.
94
6.2.6.5. Ancaman Produk Substitusi Produk substitusi dapat memberikan tekanan kompetisi dan menjadi ancaman bagi perusahaan. Selain harga perusahaan sejenis, harga produk substitusi pun perlu diperhatikan oleh perusahaan di industri tanaman hias bromelia dalam menentukan harga yang akan dibebankan kepada konsumen agar tidak beralih ke produk substitusi. Sebagai batasan, produk substitusi yang dapat menjadi ancaman tanaman bromelia adalah berbagai jenis tanaman hias pot berdaun indah, seperti tanaman aglonema, anthurium, adenium, asplenium, caladium, dan beberapa jenis tanaman lainnya karena memiliki fungsi dan karakteristik yang sama. Ancaman dari produk substitusi tersebut dirasakan oleh seluruh pemain dalam industri tanaman hias bromelia dimana tanaman ini baru dikenal oleh masyarakat pada tahun 2008. Dari hasil identifikasi konsumen akhir, sebagian besar tanaman substitusi tersebut telah terlebih dahulu dikenal dan sempat menjadi trend di lingkungan masyarakat. Adanya pengalaman dalam memelihara suatu tanaman menjadi salah satu hambatan bagi konsumen untuk beralih dan mencoba tanaman lain. Selain itu, harga tanaman substitusi menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian. 6.3. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Dari hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Ciapus Bromel diketahui faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman apa saja yang dapat berpengaruh pada pemasaran tanaman hias bromelia Ciapus Bromel. Faktor-faktor tersebut menjadi acuan dalam memformulasikan strategi pemasaran perusahaan dengan menggunakan matriks SWOT. Berikut ini adalah faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman Ciapus Bromel. 6.3.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Faktor kekuatan dan kelemahan Ciapus Bromel diperoleh dari hasil analisis lingkungan internal perusahaan dimana diketahui bahwa perusahaan memiliki sembilan kekuatan dan tiga kelemahan yang dapat dilihat pada Tabel 17.
95
Tabel 17. Faktor Strategis Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Ciapus Bromel Kekuatan
Kelemahan
Produk perusahaan memiliki daya saing
Perencanaan perusahaan yang tidak tertulis
yang tinggi Harga yang kompetitif
Tidak adanya karyawan yang kompeten dalam bidang pemasaran
Mempunyai dua buah distributor yang
Kurangnya intensitas promosi yang
sudah mapan dan terkenal
menginformasikan manfaat bromelia dan keberadaan perusahaan
Jalinan kerjasama yang baik dengan
Kurangnya jaringan pemasaran (jumlah
berbagai pihak (networking)
distributor)
Sumber: Hasil Analisis Lingkungan Internal Ciapus Bromel Maret-Mei 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa Ciapus Bromel memiliki empat kekuatan dan empat kelemahan, antara lain: a.
Kekuatan 1. Produk perusahaan memiliki daya saing yang tinggi Kekuatan ini diperoleh dari jenis tanaman bromelia perusahaan yang lebih beragam dibandingkan dengan perusahaan lainnya dan kualitas tanaman yang senantiasa terjaga. Perusahaan dapat menjaga kualitas produknya karena menerapkan proses produksi yang sistematis dan terencana yang didukung oleh kemampuan karyawan yang cukup baik dalam kegiatan produksi. 2. Harga yang kompetitif Harga yang kompetitif menjadi salah satu kekuatan perusahaan yang dapat dimanfaatkan
untuk
bersaing
dengan
perusahaan
lainnya
dalam
memperebutkan pangsa pasar. Harga Ciapus Bromel dapat dikatakan kompetitif karena dengan selisih harga Rp 500,00-Rp 1.000,00 yang lebih tinggi dari pesaingnya, perusahaan mampu memberikan produk yang lebih berkualitas kepada kosumen. 3. Mempunyai dua buah distributor yang sudah mapan dan terkenal Kekuatan ini muncul karena tidak semua pesaing perusahaan mempunyai distributor, terutama distributor yang telah mapan dan terkenal. Hal ini seharusnya dapat dimanfaatkan oleh Ciapus Bromel untuk memperluas
96
wilayah
pemasarannya
sekaligus
meningkatkan
nilai
penjualan
perusahaan. 4. Jalinan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak (networking) Adanya jalinan kerjasama yang baik antara pemilik Ciapus Bromel dengan berbagai pihak dapat dimanfaatkan sebagai salah satu upaya peningkatan nilai penjualan, khususnya melalui pemboomingkan bromelia. b.
Kelemahan 1. Perencanaan perusahaan yang tidak tertulis Dalam menjalankan suatu bisnis, kegiatan perencanaan merupakan salah satu kegiatan yang dianggap penting oleh perusahaan karena melalui perencanaan tersebut, perusahaan mengetahui apa saja yang harus dilakukannya. Namun, perencanaan akan lebih mudah diimplementasikan dan diketahui oleh seluruh karyawan apabila dibuat secara tertulis. Oleh karena itu, perencanaan Ciapus Bromel yang tidak tertulis menjadi salah satu
kelemahan
yang
dapat
mempersulit
perusahaan
dalam
mengimplementasikan rencana-rencananya. 2. Tidak adanya karyawan yang kompeten dalam bidang pemasaran Hal ini menjadi kelemahan karena dapat menghambat perusahaan dalam memasarkan produknya. Karyawan yang kompeten dalam pemasaran diharapkan akan mampu membaca peluang dan perubahan yang terjadi dalam industri tanaman hias bromelia. 3. Kurangnya intensitas promosi yang menginformasikan manfaat bromelia dan keberadaan perusahaan Dalam menanamkan positioning perusahaan di benak konsumen, maka Ciapus Bromel perlu melakukan upaya-upaya promosi yang dapat menginformasikan keunggulan dari produknya
sekaligus identitas
perusahaan agar konsumen dapat dengan mudah mengetahui keberadaan Ciapus Bromel. 4. Kurangnya jaringan pemasaran (jumlah distributor) Kegiatan pemasaran sangat erat kaitannya dengan upaya-upaya dalam menyalurkan produk yang dihasilkan agar dapat dengan mudah diperoleh atau diakses oleh konsumen. Oleh karena itu, untuk memperluas
97
pemasaran perusahaan, maka Ciapus Bromel perlu menambah distributor di beberapa wilayah yang belum terakses. 6.3.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan menghasilkan beberapa faktor yang dapat menjadi peluang maupun ancaman. Ciapus Bromel memiliki empat peluang dan empat ancaman sebagai berikut. Tabel 18. Faktor Strategis Eksternal (Peluang dan Ancaman) Ciapus Bromel Ancaman
Peluang Potensi pasar yang cukup tinggi
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tanaman bromelia dan kepercayaan terhadap feng shui
Menyempitnya lahan hijau seiring dengan
Jangkauan pemasaran pesaing lebih luas
peningkatan suhu bumi Produk substitusi (tanaman hias pot berdaun indah lainnya) yang sudah terlebih dahulu dikenal dan harganya lebih murah Hambatan masuk yang rendah bagi pendatang baru Sumber: Hasil Analisis Lingkungan Eksternal Ciapus Bromel Maret-Mei 2010
Menurut tabel di atas, Ciapus Bromel memiliki dua peluang dan empat ancaman yang perlu diperhatikan, yaitu: a.
Peluang 1. Potensi pasar yang cukup tinggi Peningkatan potensi pasar ini disebabkan oleh adanya peningkatan dari daya beli masyarakat, jumlah penduduk golongan menengah hingga atas, dan adanya kebutuhan akan tanaman sebagai penyerap polutan yang secara tidak langsung memiliki potensi untuk meningkatkan nilai penjualan dan pangsa pasar Ciapus Bromel. 2. Menyempitnya lahan hijau seiring dengan peningkatan suhu bumi Semakin sempitnya lahan hijau di Indonesia akan mendorong masyarakat untuk menggunakan tanaman pot di lingkungannya sebagai salah satu upaya penanggulangan polusi sekaligus meminimalisir dampak dari 98
peningkatan suhu bumi. Tanaman dipercaya mampu membuat lingkungan di sekitarnya menjadi lebih sejuk. b.
Ancaman 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tanaman bromelia dan kepercayaan terhadap feng shui Kurangnya pengetahuan atau informasi yang diperoleh konsumen dapat membahayakan perusahaan
karena berpotensi dalam
menurunkan
penjualan produk. Untuk itu, ancaman tersebut sebaiknya menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan. 2. Jangkauan pemasaran pesaing lebih luas Jangkauan pemasaran pesaing yang lebih luas mengindikasikan bahwa pesaing tersebut mampu memasarkan produk yang sama dengan pemasaran dengan cakupan yang lebih luas. Hal ini menjadi ancaman karena secara tidak langsung dapat menurunkan pangsa pasar perusahaan. 3. Produk substitusi (tanaman hias pot berdaun indah lainnya) yang sudah terlebih dahulu dikenal dan harganya lebih murah Produk substitusi yang memiliki karakteristik dan fungsi yang sama dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan dapat membuat konsumen perusahaan beralih untuk mengkonsumsi produk tersebut, terutama apabila produk substitusi memiliki harga yang lebih murah. Dalam tanaman hias, selain harga yang lebih murah, keberadaan tanaman substitusi yang telah terlebih dahulu dikenal oleh masyarakat pun dapat menjadi ancaman karena beberapa konsumen cenderung akan memilih tanaman yang telah diketahui cara pemeliharaannya. 4. Hambatan masuk yang rendah bagi pendatang baru Mudahnya pendatang baru untuk bermain dalam suatu industri akan menjadi ancaman bagi perusahaan lama karena dapat meningkatkan intensitas persaingan. Hal ini terjadi pula pada industri tanaman hias bromelia di Indonesia yang intensitas persaingannya lambat laun akan meningkat.
99
VII. FORMULASI STRATEGI 7.1. Analisis Matriks SWOT Setelah menganalisis lingkungan internal dan eksternal Ciapus Bromel dan menghasilkan sembilan kekuatan, empat kelemahan, empat peluang, dan empat ancaman, maka langkah selanjutnya adalah memformulasikan strategi pemasaran dengan menggunakan matriks SWOT. Strategi yang dihasilkan berupa pencocokan atau penggabungan dari kekuatan dengan peluang (S-O), kelemahan dengan peluang (W-O), kekuatan dengan ancaman (S-T), kelemahan dengan ancaman (W-T). Dari hasil analisis matriks SWOT Ciapus Bromel dihasilkan tujuh buah alternatif strategi (Gambar 14), antara lain: 7.1.1. Strategi Strength-Opportunity (S-O) a.
Revitalisasi promosi melalui promosi penjualan dan direct marketing (S1, S2, S3, S4, O1, O2) Revitalisasi
promosi
adalah
suatu
kegiatan
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan promosi perusahaan dan sebagai salah satu upaya penetrasi pasar yang dilakukan oleh perusahaan. Adanya peluang yang berasal dari potensi pasar yang masih cukup tinggi dan menyempitnya lahan hijau seiring dengan peningkatan suhu bumi mendorong perusahaan untuk meningkatkan promosinya agar dapat memperbaiki kondisi penjualan yang berfluktuasi. Kegiatan promosi tersebut dilakukan dengan memanfaatkan bauran promosi yang ada berupa promosi penjualan dan direct marketing. Dalam peningkatan intensitas promosinya, Ciapus Bromel diharapkan dapat menggunakan kekuatan yang dimiliki secara optimal, antara lain produk perusahaan memiliki daya saing yang tinggi, harga yang kompetitif, mempunyai dua buah distributor yang sudah mapan dan terkenal, dan jalinan kerjasama (networking) yang baik dengan berbagai pihak. 7.1.2. Strategi Weakness-Opportunity (W-O) a.
Perekrutan Karyawan yang Kompeten dalam Pemasaran (W1, W2, O1, O2) Fungsi daari strategi ini adalah agar kegiatan pemasaran perusahaan menjadi lebih optimal dan membantu pemiliki dalam memasarkan produknya. Aktivitas pemilik yang cukup pada membuat pemilik kurang fokus dalam
100
kegiatan pemasaran. Oleh karena itu dibutuhkan tenaga kerja tambahan yang kompeten dalam bidang ini. b.
Pengenalan dan Penguatan Company Profile (W3, W4, O1, O2) Dari hasil kuisioner konsumen akhir diketahui bahwa sebanyak 93,33 persen responden tidak mengetahui keberadaan perusahaan. Oleh karena itu, Ciapus Bromel perlu merumuskan suatu strategi yang dapat menunjukkan keberadaannya sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pangsa perusahaan
di
wilayah
Jabodetabek.
Setiap
perusahaan
sebaiknya
menunjukkan eksistensinya kepada konsumen untuk memudahkan akses konsumen kepada perusahaan, sehingga secara tidak langsung dapat menciptakan brand image di benak konsumen dan pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan penjualan. Strategi pengenalan dan penguatan company profile dirancang untuk mengatasi kurangnya intensitas promosi yang menginformasikan keberadaan Ciapus Bromel dan kurangnya jaringan pemasaran perusahaan. 7.1.3. Strategi Strength-Threat (S-T) a.
Pengedukasian Konsumen dan Penanaman Positioning Product Perusahaan S1, S2, S3, S4, T1, T2, T3, T4) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tanaman bromelia dan adanya kepercayaan terhadap feng shui, menimbulkan ancaman bagi penjualan tanaman bromelia. Sebagai contoh, tanaman bromelia merupakan tanaman yang menyimpan air di tengah maupun ketiak tanaman yang berfungsi sebagai cadangan makanannya. Namun karena kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai karakteristik tanaman bromelia menyebabkan konsumen enggan untuk melakukan pembelian ulang walaupun konsumen tersebut menyukai keindahan dan keunikan bromelia12. Selain itu, jangkauan pemasaran pesaing lebih luas, adanya ancaman dari produk substitusi lain, dan hambatan masuk yang rendah bagi pendatang baru membuat perusahaan harus memikirkan strategi yang dapat mempertahankan atau bahkan menarik kosumen. Oleh karena itu, strategi pengedukasian konsumen dan penanaman positioning product perusahaan menjadi salah satu strategi yang dapat
12
Hasil kuisioner konsumen rumah tangga
101
mengatasi ancaman tersebut dengan menggunakan kekuatan internal berupa jenis tanaman lebih beragam, kualitas tanaman terjaga, harga yang kompetitif, mempunyai dua buah distributor yang sudah mapan dan terkenal, jalinan kerjasama (networking) yang baik dengan berbagai pihak. Dua distributor yang telah mapan dan terkenal tersebut diharapkan dapat membantu perusahaan dalam mengedukasi konsumen di saat melakukan kegiatan pemasarannya. Pengedukasian pun dapat pula dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak yang telah bekerjasama dengan perusahaan seperti kerabat pemilik, sedangkan jenis tanaman lebih beragam, kualitas tanaman terjaga, dan harga yang kompetitif diharapkan mampu menciptakan image positif di benak konsumen yang secara tidak langsung merupakan upaya untuk menghadapi ancaman yang berasal dari lingkungan perusahaan. b.
Mengoptimalkan networking perusahaan (S3, S4, T1, T2) Strategi ini berupaya mengatasi ancaman yang timbul dari kurangnya informasi dan pengetahuan konsumen, serta jangakauan pemasaran pesaing yang lebih luas dengan memanfaatkan berbagai link yang dimiliki oleh perusahaan, salah satunya adalah PFI (Perhimpunan Florikultura Indonesia). Kerjasama dengan PFI yang merupakan suatu wadah atau organisasi diharapkan dapat membantu perusahaan dalam upaya memboomingkan tanaman bromelia.
7.1.4. Strategi Weakness-Threat (W-T) a.
Kontrak kerjasama dengan distributor lain di wilayah yang belum terakses perusahaan, khususnya di Jabodetabek (W1, W2, W4, T1, T2, T3, T4) Strategi yang bertujuan mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman ini dibuat sebagai salah satu upaya mengatasi kelemahan perusahaan yang timbul dari ketiadaannya karyawan yang handal dalam bidang pemsaran. Kerjasama dengan distributor lain diharapkan dapat membantu perusahaan agar tetap dapat bertahan dan mampu menghadapi segala ancaman meskipun dengan bantuan pihak lain. Selain itu, penambahan distributor ini dapat lebih mendekatkan produk perusahaan kepada konsumen sehingga dapat membantu meningkatkan penjualan.
102
INTERNAL
KEKUATAN (S): 1. Produk perusahaan memiliki daya saing yang tinggi 2. Harga yang kompetitif 3. Mempunyai dua buah distributor yang sudah mapan dan terkenal 4. Jalinan kerjasama (networking) yang baik dengan berbagai pihak
KELEMAHAN (W): 1. Perencanan perusahaan yang tidak tertulis 2. Tidak adanya karyawan yang kompeten dalam bidang pemasaran 3. Kurangnya intensitas promosi yang menginformasikan keberadaan perusahaan 4. Kurangnya jaringan pemasaran (jumlah distributor)
STRATEGI (S-O)
STRATEGI (W-O)
EKSTERNAL PELUANG (O): 1. Potensi pasar yang cukup tinggi 2. Menyempitnya lahan hijau seiring dengan peningkatan suhu bumi
ANCAMAN (T): 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tanaman bromelia & kepercayaan terhadap feng shui 2. Jangkauan pemasaran pesaing lebih luas 3. Adanya produk substitusi lain 4. Hambatan masuk yang rendah bagi pendatang baru
Revitalisasi promosi melalui promosi penjualan dan direct marketing (S1, S2, S3, S4, O1, O2)
STRATEGI (S-T)
Perekrutan karyawan yang kompeten dalam pemasaran (W1, W2, O1, O2) Pengenalan dan penguatan company profile (W3, W4, O1, O2)
STRATEGI (W-T)
Pengedukasian konsumen dan penanaman positioning product perusahaan (S1, S2, S3, S4, T1, T2, T3, T4) Mengoptimalkan networking perusahaan (S3, S4, T1, T2)
Kontrak kerjasama dengan distributor lain di wilayah yang belum terakses perusahaan, khususnya di Jabodetabek (W1, W2, W4, T1, T2, T3, T4)
Gambar 14. Matriks SWOT Ciapus Bromel 7.3. Langkah-Langkah Arsitektur Strategi 7.3.1. Analisis Visi, Misi, dan Tujuan Ciapus Bromel Sebagai salah satu perusahaan tanaman hias yang baru berusia empat tahun, Ciapus Bromel telah memiliki visi dan misi perusahaan walaupun masih dalam bentuk yang tersirat (belum tertulis). Visi Ciapus Bromel adalah ”Menjadi perusahaan bromelia terkemuka yang menghadirkan nuansa tropis penuh warna di tengah masyarakat Indonesia”. Sedangkan misi perusahaan antara lain: 1.
Menjamin ketersediaan bromelia yang berkualitas bagi masyarakat Indonesia.
2.
Memberlakukan bromelia sebagai suatu fashion.
103
3.
Menjadikan bromelia sebagai standar tanaman “Taman Indonesia”.
4.
Menciptakan dan menjaga hubungan yang kondusif dengan stakeholder perusahaan. Perumusan visi perusahaan merupakan suatu gambaran keinginan atau
cita-cita masa depan yang ada dalam benak pendiri sekaligus pemilik perusahaan yang menunjukkan ke arah mana perusahaan tersebut akan dibawa. Visi perusahaan hendaknya dituangkan secara tersurat atau tertulis agar mudah dimengerti oleh seluruh karyawan perusahaan karena dalam pencapaian suatu visi membutuhkan kerjasama dan peran serta dari para karyawan. Makna dari kata “terkemuka” dalam visi perusahaan mengindikasikan bahwa pemilik ingin menjadikan Ciapus Bromel sebagai perusahaan tanaman hias bromelia yang lebih unggul dibandingkan dengan perusahaan lain di Indonesia. Keunggulan tersebut dapat diperoleh melalui produk maupun harga. Sejak awal pendirian, pemilik mulai berusaha untuk merealisasikan kata “terkemuka” tersebut dari sisi produk dengan menghadirkan atau menyediakan tanaman bromelia dengan jenis yang lebih beragam dibandingkan perusahaan lain dan senantiasa mementingkan kualitas tanaman. Sama halnya dengan visi, misi perusahaan pun sebaiknya dituangkan secara tertulis. Suatu misi akan menggambarkan alasan dari keberadaan perusahaan dalam suatu industri. Menurut Kirbrandoko (2003) diacu dalam Harsanti (2004), terdapat sembilan komponen yang menyusun misi sebuah perusahaan, yaitu (1) pelanggan, (2) produk atau pelayanan, (3) pasar, (4) teknologi, (5) kepedulian terhadap survival, growth, dan probability, (6) filosofi, (7) konsep diri, (8) kepedulian pada public image, dan (9) kepedulian terhadap karyawan. Semakin banyak komponen yang tercakup atau terwakili, maka semakin baik perumusan atau pernyataan misi tersebut. Berikut ini merupakan analisis misi Ciapus Bromel. Menurut sembilan komponen dijelaskan pada Tabel 19, hanya tiga buah komponen yang belum tercakup atau terwakili dalam empat buah misi perusahaan, yaitu teknologi, kepedulian terhadap survival, growth, dan probability, serta kepedulian pada public image. Selain menggambarkan alasan
104
keberadaan suatu perusahaan, misi pun menunjukkan perbedaan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya dalam industri yang sama. Tabel 19. Analisis Misi Ciapus Bromel No.
Komponen
1. Pelanggan
Keterangan Masyarakat Indonesia golongan menengah hingga atas sekali
2. Produk atau layanan
Tanaman bromelia berkualitas
3. Pasar
Konsumen akhir dan pihak-pihak yang memnfaatkan bromelia untuk pembuatan taman
4. Teknologi
Tidak jelas
5. Kepedulian terhadap survival, growth,
Tidak jelas
dan probability 6. Filosofi
Bromelia sebagai fashion
7. Konsep diri
Penyedia tanaman bromelia berkualitas dan penyuplai bromelia bagi “Taman Indonesia”
8. Kepedulian pada public image
Kurang spesifik
9. Kepedulian terhadap karyawan
Menjaga hubungan yang kondusif dengan stakeholder
Sumber: Hasil Analisis Misi Ciapus Bromel, diolah
Dari hasil pemaparan misi Ciapus Bromel dapat diketahui bahwa perusahaan ingin menyediakan tanaman bromelia yang berkualitas bagi masyarakat Indonesia dan menjaga hubungan baik dengan para sakeholder demi menjaga kontinuitas perusahaan. Indikator yang dapat menunjukkan kualitas tanaman bromelia antara lain ketebalan daun yang seragam, bentuk daun yang tersusun kompak, tidak adanya bekas gangguan hama dan penyakit pada tanaman, serta warna tanaman lebih terlihat nyata (tidak pudar). Adanya indikator tersebut membuat perusahaan lebih memperhatikan kegiatan budidaya tanamannya sehingga kualitas tanaman dapat terjaga. Hal ini mencerminkan konsistensi perusahaan terhadap misi yang telah dicanangkan. Indikator yang menunjukkan hubungan yang baik antara perusahaan dengan stakeholder diantaranya adalah adanya partisipasi pemilik dan karyawan 105
dalam pengambilan keputusan perusahaan, terpenuhinya hak para stakeholder, tidak adanya keluhan dari masyarakat sekitar mengenai keberadaan perusahaan, dan tidak adaknya hambatan dalam kegiatan produksi (kontinuitas input). Sebelum mengambil keputusan, pemilik biasanya melakukan peninjauan (pengontrolan) perusahaan yang dilakukan setiap dua minggu sekali untuk mengetahui kondisi perusahaan. Satu per satu karyawan diberikan pertanyaan mengenai kondisi perusahaan selama dua minggu ke belakang, terutama yang terkait dengan kegiatan budidaya (produksi). Dengan demikian, secara tidak langsung pemilik mengikutsertakan karyawannya dalam mempertimbangkan suatu keputusan yang akan dibuat. Lain halnya dengan pemenuhan hak para stakeholder, perusahaan belum dapat memenuhi hak-hak tersebut karena kondisi keuangan perusahaan yang belum stabil. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah peningkatan keuntungan (laba) perusahaan, sehingga hak para stakeholder dapat terpenuhi. Untuk mencapai tujuan tersebut, Ciapus Bromel pun menetapkan sasarannya secara umum, yaitu peningkatan total nilai penjualan bromelia sebesar 40 persen. 7.3.2. Industry Foresight Industry foresight memberikan gambaran tentang hal-hal yang potensial dalam perusahaan (organisasi) untuk dikembangkan di masa depan dan memungkinan perusahaan tersebut untuk mengambil posisi sebagai pemimpin. Gambaran mengenai industri tanaman hias bromelia pada masa yang akan datang diperoleh dari Kepala Bagian Tanaman Pot dan Taman Ditjen Hortikultura dan Manajer Pemasaran PT. Godong Ijo Asri.
Menurut Kepala Bagian Tanaman Pot dan Taman Ditjen Hortikultura, saat ini data mengenai tanaman bromelia belum tersedia karena tanaman bromelia bukan termasuk ke dalam komoditas unggulan. Kriteria tanaman hias sebagai komoditas unggulan adalah memiliki nilai ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani tanaman hias, mudah dibudidayakan, dan besarnya pangsa pasar dari tanaman tersebut. Oleh karena itu, untuk menjadikan bromelia sebagai salah satu komoditas unggulan, maka para pelaku usaha yang bermain pada industri tanaman hias bromelia harus dapat merealisasikan 106
kriteria-kriteria tersebut. Apabila suatu tanaman telah menjadi komoditas unggulan,
kebijakan
pemerintah
akan
cenderung
diarahkan
bagi
pengembangan komoditas unggulan yang secara tidak langsung dapat membantu para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Apabila dilihat dari manfaat lain dari tanaman bromelia, yaitu sebagai salah satu tanaman penyerap polutan, tanaman bromelia diperkirakan dapat menjadi salah satu komoditas unggulan seperti sansivera. Kemungkinan ini dapat muncul apabila adanya
dukungan
dari
pemerintah
dan
masyarakat
untuk
lebih
memperhatikan kondisi lingkungan saat ini seiring dengan terjadinya global warming. Selain itu, dengan berkurangnya lahan hijau akibat dialihfungsikan menjadi pemukiman diharapkan turut mendorong peningkatan permintaan tanaman bromelia sebagai salah satu pilihan tanaman pot. Perlu adanya penyebarluasan informasi mengenai manfaat bromelia sebagai tanaman penyerap polutan kepada masyarakat luas karena sampai tahun 2010 ini hanya segelintir orang yang mengetahuinya.
Menurut Manajer Pemasaran PT. Godong Ijo Asri, industri tanaman hias di Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh adanya suatu trend yang memunculkan jenis tanaman tertentu. Berbeda dengan negara lain dimana tanaman hias bukan lagi sebagai barang mewah melainkan suatu kebutuhan, sehingga tidak dipengaruhi oleh perkembangan trend. Kriteria tanaman yang dapat dijadikan suatu trend antara lain memiliki jenis yang beragam, mudah dibudidayakan, dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Pada umumnya, trend suatu tanaman diciptakan oleh sekelompok pengusaha tanaman hias yang secara bersama-sama ingin memboomingkan suatu tanaman di pasaran. Trend tersebut tidak dapat diciptakan hanya dari satu pelaku usaha saja, sehingga diperlukan adanya networking yang baik antar pelaku usaha tanaman hias.
7.3.3. Strategic Challenge (Tantangan Organisasi) Tantangan organisasi diperoleh dengan melihat hasil analisis lingkungan internal perusahaan dan diharapkan mampu membuat program-program untuk menghadapi tantangan tersebut. Tantangan bagi Ciapus Bromel dalam bidang pemasaran antara lain: 107
a.
Memiliki Karyawan yang Kompeten dalam Pemasaran Tantangan ini merupakan salah satu titik fokus yang berasal dari
kelemahan perusahaan, yaitu tidak adanya karyawan yang kompeten dalam bidang pemsaran yang dapat membantu pemilik dalam memasarkan produknya. Apabila Ciapus Bromel ingin meningkatkan penjualannya, maka perusahaan terlebih dahulu perlu merekrut tenaga kerja kompeten tersebut. b.
Meningkatkan kesadaran konsumen akan keberadaan perusahaan Dalam menjalankan suatu usaha, kesadaran konsumen akan keberadaan
perusahaan menjadihal yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena terkait dengan positioning perusahaan di benak konsumen. Selama ini kegiatan promosi yang dilakukan oleh Ciapus Bromel hanya menitikberatkan pada pengenalan bromelia sebagai produk perusahaan, sedangkan promosi yang menunjukkan keberadaan perusahaan sangat jarang dilakukan. Oleh karena itu, meningkatkan kesadaran konsumen akan keberadaan Ciapus Bromel menjadi tantangan yang harus dihadapi. c.
Mampu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan konsumen terhadap tanaman bromelia Hal ini menjadi tantangan bagi perusahaan di industri tanaman hias
bromelia karena sebagian besar konsumen rumah tangga tidak memiliki informasi yang cukup mengenai tanaman bromelia. Salah satu contohnya adalah adanya anggapan bahwa bromelia merupakan tempat berkembang biang nyamuk karena menyimpan air di tengah tanaman. Sebenarnya pH air yang terdapat dalam bromelia tidak sama dengan pH pada tempat perkembangbiakan nyamuk. Namun karena kurangnya informasi tersebut membuat masyarakat ragu untuk melakukan pembelian tanaman ini. d.
Peningkatan jaringan distribusi pemasaran Untuk menjamin ketersediaan bromelia bagi konsumen, maka dibutuhkan
jaringan pemasarn yang dapat membantu setiap perusahaan untuk mendekatkan konsumen dengan produk. Peningkatan jaringan distribusi pemasaran merupakan tantangan bagi Ciapus Bromel untuk meningkatkan penjualan dan memperluas wilayah pemasarannya.
108
7.3.4. Sasaran Perusahaan Sasaran perusahaan merupakan tujuan yang terkuantifikasi. Sasaran Ciapus Bromel dibuat berdasarkan tantangan yang dihadapi yang kemudian dikuantifikasikan. Secara umum, sasaran yang ingin dicapai perusahaan adalah meningkatkan total nilai penjualan bromelia sebesar 40 persen (Lampiran 6), sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari tantangan yang dihadapi antara lain: 1. Memiliki satu orang karyawan yang kompeten dalam pemasaran. 2. Sebanyak 80 persen konsumen di pameran mengetahui keberadaan perusahaan. 3.
Zero complain dari konsumen.
4. Tersedianya minimal satu buah distributor yang telah dikenal masyarakat di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). 7.3.5. Program Kegiatan Pemasaran Ciapus Bromel Alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT dijabarkan menjadi beberapa rekomendasi program kegiatan yang akan membantu Ciapus Bromel dalam mencapai sasarannya, terutama sasaran umum perusahaan. Programprogram tersebut menggambarkan langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh oleh Ciapus Bromel dalam kegiatan pemasarannya. Program-program yang dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut.
109
Tabel 20. Rekomendasi Program Kerja Pemasaran Ciapus Bromel No. 1.
Tantangan
Sasaran
Strategi
Memiliki Karyawan yang
Memiliki satu orang karyawan
Kompeten dalam
yang kompeten dalam bidang
kerja yang kompeten
Pemasaran
pemasaran
dalam bidang
Perekrutan tenaga
pemasaran
Program atau Kegiatan Membuat job desk dan SOP tertulis secara jelas dan terinci
Penanggung Jawab Pemilik Perusahaan dan Manajer Pengelola
Perbaikan dan penambahan sarana pemasaran Perekrutan tenaga kerja kompeten Satu bulan sekali rapat perencanaan produksi dan pemasaran, serta evaluasi
2.
Meningkatkan kesadaran
80 persen konsumen di
konsumen akan
pameran mengetahui
penguatan company
(logo, kartu nama, label merek, dan
Karyawan Pemasaran,
keberadaan perusahaan
keberadaan perusahaan
profile
banner)
dan Karyawan Budidaya
Pengenalan dan
Revitalisasi promosi melalui promosi penjualan dan direct marketing
Pembuatan identitas perusahaan
Mengikuti pameran tunggal dengan
Pemilik Perusahaan,
(Produksi)
menggunakan atribut perusahaan Mendirikan showroom di wilayah yang dekat dengan konsumen Membuat promo “buy 1 get 1” yang mengkombinasikan antara produk termahal dengan produk yang kurang laku di pasar dan undian berhadiah lainnya
110
3.
Mampu meningkatkan
Zero complain dari konsumen
Pengedukasian
Pembuatan dan penyebaran brosur
pemahaman dan
konsumen dan
tentang manfaat dan cara
pengetahuan konsumen
penanaman
pemeliharaan bromelia
terhadap tanaman
positioning product
bromelia
perusahaan Mengoptimalkan networking perusahaan
Pemilik Perusahaan dan Karyawan Pemasaran
Pembuatan dan penyebaran brosur tentang ciri tanaman bromelia berkualitas Bekerjasama dengan media cetak untuk memunculkan wacana “bromelia sebagai penyerap polutan”, hasil penelitian bahwa bromelia bukan sarang nyamuk, dan cara menempatkan bromelia berdasarkan feng shui Menjadi anggota PFI Mengadakan pertemuan dan seminar anggota PFI sebagai salah satu upaya untuk memboomingkan bromelia Mengadakan acara pameran bersama Pemboomingan bromelia
4.
Peningkatan jaringan
Tersedianya minimal satu
Kontrak kerjasama
distribusi pemasaran
buah distributor yang telah
dengan distributor
distributor di wilayah yang belum
dikenal masyarakat di wilayah
lain di wilayah yang
terakses
Pencarian informasi mengenai
Pemilik Perusahaan dan Karyawan Pemasaran
111
Jabodetabek (Jakarta, Bogor,
belum terakses
Depok, Tangerang, dan
perusahaan,
pembuatan kontrak kerjasama secara
Bekasi)
khususnya di
tertulis
Penyeleksian distributor dan
Jabodetabek
112
Tabel 21. Plot-Plot Program Pemasaran Ciapus Bromel Periode 2010-2013 (Per Tahun) Strategi
No. 1.
Program-Program
Perekrutan tenaga kerja yang
Membuat job desk dan SOP tertulis secara jelas dan terinci
kompeten dalam bidang pemasaran
Perekrutan tenaga kerja kompeten
Periode (tahun) 2010
2011
2012
2013
Perbaikan dan penambahan sarana pemasaran Rapat perencanaan produksi dan pemasaran, serta evaluasi yang rutin dilaksanakan 2.
Pengenalan dan penguatan company profile
Pembuatan identitas perusahaan (logo, kartu nama, label merek, dan banner) Mengikuti pameran tunggal dengan menggunakan atribut perusahaan
3.
Pengedukasian konsumen dan penanaman positioning product perusahaan
Pembuatan dan penyebaran brosur tentang manfaat dan cara pemeliharaan bromelia Pembuatan dan penyebaran brosur tentang ciri tanaman bromelia berkualitas
4.
Revitalisasi promosi melalui promosi
Mendirikan showroom di wilayah yang dekat dengan konsumen
penjualan dan direct marketing
Membuat promo “buy 1 get 1” yang mengkombinasikan antara produk termahal dengan produk yang kurang laku di pasar dan undian berhadiah lainnya
5.
Mengoptimalkan networking perusahaan
Bekerjasama dengan media cetak untuk memunculkan wacana “bromelia sebagai penyerap polutan”, hasil penelitian bahwa bromelia
113
bukan sarang nyamuk, dan cara menempatkan bromelia berdasarkan feng shui Menjadi anggota PFI Mengadakan pertemuan dan seminar anggota PFI sebagai salah satu upaya untuk memboomingkan bromelia Mengadakan acara pameran bersama Pemboomingan bromelia 6.
Kontrak kerjasama dengan distributor lain di wilayah yang belum terakses perusahaan, khususnya di Jabodetabek
Pencarian informasi mengenai distributor di wilayah yang belum terakses Penyeleksian distributor dan pembuatan kontrak kerjasama secara tertulis
114
7.3.6. Rancangan Arsitektur Strategik Rancangan arsitektur strategik pemasaran Ciapus Bromel merupakan peta strategi yang dibuat untuk menghadapi tantangan dalam mencapai sasaran pemasaran perusahaan, yaitu meningkatkan total nilai penjualan bromelia sebesar 40 persen. Setelah melalui serangkaian tahap dalam perancangan arsitektur strategik, selanjutnya program-program kerja yang dihasilkan dibentangkan ke dalam rentang waktu sekitar tiga setengah tahun yang dimulai sejak Agustus 2010 hingga tahun 2013. Rentang waktu ini termasuk ke dalam jangka menengah dan ditetapkan berdasarkan pengalaman pemasaran PT. Godong Ijo Asri selaku perusahaan tanaman hias dan distributor perusahaan yang telah mapan dan terkenal, serta hasil diskusi dengan pihak manajemen Ciapus Bromel terkait dengan pengimplementasian dan realisasi dari program-program yang telah dirancang. Selain itu, kondisi internal dan eksternal perusahaan pun menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan rentang waktu tersebut. Sumbu X (horizontal) menggambarkan rentang waktu (framework of time) yang dibutuhkan Ciapus Bromel untuk mengimplementasikan program-program kerjanya, sedangkan sumbu Y (vertikal) merupakan program-program kerja yang direkomendasikan untuk meraih sasaran umum perusahaan. Tanda panah putusputus diagonal dari kiri bawah ke kanan atas menunjukkan langkah-langkah yang akan dilalui Ciapus Bromel untuk mewujudkan sasarannya di tahun 2013. Dalam pelaksanaannya, program-program yang telah diformulasikan dikelompokkan menjadi dua, yaitu program yang dilakukan secara bertahap dan program yang dilakukan secara kontinu. Program yang dilakukan secara bertahap antara lain: 1) Membuat job desk dan SOP tertulis secara jelas dan terinci. 2) Perbaikan dan penambahan sarana pemasaran 3) Perekrutan tenaga kerja kompeten di bidang pemasaran. 4) Pembuatan identitas perusahaan (logo, kartu nama, label merek, dan banner). 5) Pembuatan dan penyebaran brosur tentang manfaat dan cara pemeliharaan bromelia. 6) Pembuatan dan penyebaran brosur tentang ciri tanaman bromelia berkualitas.
115
7) Mendirikan showroom di wilayah yang dekat dengan konsumen. 8) Bekerjasama dengan media cetak untuk memunculkan wacana “bromelia sebagai penyerap polutan”, hasil penelitian bahwa bromelia bukan sarang nyamuk, dan cara menempatkan bromelia berdasarkan feng shui. 9) Menjadi anggota PFI. 10) Pemboomingan bromelia. 11) Pencarian informasi mengenai distributor di wilayah yang belum terakses. 12) Penyeleksian distributor dan pembuatan kontrak kerjasama secara tertulis. Program yang dilakukan secara bertahap ini memiliki arti bahwa setelah program diselesaikan, maka pada rentang waktu berikutnya program tersebut biasanya tidak dilakukan kembali. Lain halnya dengan program yang kontinu yang terus dilakukan hingga rentang waktu yang ditentukan berakhir dan memiliki kemungkinan untuk terus dilaksanakan dalam kegiatan perusahaan dengan pertimbangan dari pengambil keputusan. Program-program pemasaran yang dilakukan secara kontinu adalah rapat perencanaan produksi dan pemasaran, serta evaluasi yang rutin dilaksanakan, mengikuti pameran tunggal dengan menggunakan atribut perusahaan, membuat promo “buy 1 get 1” yang mengkombinasikan antara produk termahal dengan produk yang kurang laku di pasar dan undian berhadiah lainnya, mengadakan pertemuan dan seminar anggota PFI sebagai salah satu upaya untuk memboomingkan bromelia, dan mengadakan acara pameran bersama. Programprogram tersebut dipetakan ke dalam rentang waktu yang dimulai dari Bulan Agustus 2010 hingga 2013 dan diplotkan per tahun. a.
Program yang Dilakukan Tahun 2010 1. Membuat job desk dan SOP tertulis secara jelas dan terinci. Program ini dilakukan pertama kali mengingat selama ini job desk dan SOP perusahaan masih kurang begitu jelas sehingga diperlukan pembuatan job desk dan SOP tertulis secara jelas dan terinci, serta tertulis agar mudah dimengerti dan diimplentasikan oleh seluruh karyawan. 2. Perbaikan dan penambahan sarana pemasaran Program ini dilakukan pada tahun 2010 sebagai persiapan bagi perusahaan untuk mempermudah kegiatan pemasaran di tahun-tahun berikutnya dan
116
juga mengingat bahwa tahun 2010 tinggal beberapa bulan, maka tahun ini dianggap sebagai tahun persiapan. 3. Rapat perencanaan produksi dan pemasaran, serta evaluasi yang rutin dilaksanakan Program ini dilakukan secara kontinu yang dimulai sejak tahun 2010 arena rapat perencanaan dan evaluasi merupakan program yang benar-benar harus dilakukan perusahaan dalam kegiatan pemasaran. 4. Pembuatan identitas perusahaan (logo, kartu nama, label merek, dan banner) Seperti yang telah dijelaskan bahwa tahun 2010 merupakan tahun persiapan bagi kegiatan pemasaran yang lebih intensif di tahun berikutnya, maka pembuatan atribut (identitas) perusahaan dilakukan pada tahun ini. 5. Pembuatan dan penyebaran brosur tentang manfaat dan cara pemeliharaan bromelia Pembuatan dan penyebaran brosur ini dimaksudkan untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada konsumen karena selama ini tidak banyak orang yang mengetahui akan manfaat bromelia. Selain itu, program ini sebagai salah satu upaya sebelum memboomingkan bromelia. 6. Bekerjasama dengan media cetak untuk memunculkan wacana “bromelia sebagai penyerap polutan”, hasil penelitian bahwa bromelia bukan sarang nyamuk, dan cara menempatkan bromelia berdasarkan feng shui Sama halnya dengan program sebelumnya, pemunculan wacana “bromelia sebagai penyerap polutan”, hasil penelitian bahwa bromelia bukan sarang nyamuk, dan cara menempatkan bromelia berdasarkan feng shui merupakan program yang dirancang untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada konsumen. Dari adanya program ini diharapkan dapat menarik konsumen baru sekaligus mempertahankan konsumen lama, sehingga dilakukan pada tahun 2010. b.
Program yang Dilakukan Tahun 2011 1. Perekrutan tenaga kerja kompeten di bidang pemasaran Di Tahun 2011, program pertama yang dilakukan adalah merekrut tenaga kerja kompeten di bidang pemasaran. Perekrutan dilakukan pada awal tahun 2011 dengan pertimbangan untuk memudahkan Ciapus Bromel
117
untuk menilai kinerja dari karyawan kompeten tersebut yang dilihat dari peningkatan penjualan perusahaan. 2. Mengikuti pameran tunggal dengan menggunakan atribut perusahaan Kegiatan pameran tunggal yang biasa diikuti oleh perusahaan dilakukan kembali di tahun 2011, namun dengan mengunakan atribut perusahaan yang telah dibuat di tahun 2010. Pameran tunggal ini tiap tahun diikuti oleh perusahaan, tepatnya pada Bulan Juni di Lapangan Banteng, Jakarta. 3. Pembuatan dan penyebaran brosur tentang ciri tanaman bromelia berkualitas Setelah membuat dan menyebarkan brosur tentang manfaat tanaman bromelia, selanjutnya membuat dan menyebarkan brosur tentang cirri tanaman bromelia berkualitas. Hal ini dilakukan sebagai langkah untuk menarik konsumen baru sekaligus konsumen pesaing untuk beralih ke produk Ciapus Bromel yang lebih berkualitas. 4. Membuat promo “buy 1 get 1” yang mengkombinasikan antara produk termahal dengan produk yang kurang laku di pasar dan undian berhadiah lainnya Program promosi penjualan ini dilakukan setiap tahun sebagai salah satu langkah meminimalisisr kerugian karen penjualan produk tidak sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. 5. Menjadi anggota PFI Perusahaan akan menjadi anggota PFI pada awal tahun 2011. Sebelumnya perusahaan tidak secra resmi menjadi anggota PFI karena pemilik merupaksan salah satu pendirinya sehingga dianggap belum cukup penting.
Namun demi
memperkuat
dan menjaga
profesionalitas
perusahaan maka pada awal tahun 2011 ini Ciapus Bromel menjadi anggota PFI. 6. Mengadakan pertemuan dan seminar anggota PFI sebagai salah satu upaya untuk memboomingkan bromelia Setelah menjadi anggota PFI dan melakukan pendekatan dengan anggota PFI lainnya, maka tahap selanjutnya adalah mengadakan pertemuan dan seminar bersama. Tahap ini merupakan salah satu tahap pemboomingan bromelia karena dalam memboomingkan suatu tanaman diperlukan peran serta dari pengusaha sejenis. 118
7. Mengadakan acara pameran bersama Untuk meyakinkan anggota PFI lainnya bahwa tanaman bromelia memiliki potensi dan peluang untuk dikembangkan dan diboomingkan, maka dibuat suatu program pameran bersama. Melalui program yang rutin dilakukan tiap tahun ini, para pengusaha tanaman hias yang tergabung dalam PFI dapat melihat secara langsung prospek dari tanaman ini. 8. Program pemasaran lanjutan dan yang kontinu dilakukan sejak tahun 2010, yang meliputi pembuatan dan penyebaran brosur tentang manfaat dan cara pemeliharaan bromelia, Bekerjasama dengan media cetak untuk memunculkan wacana “bromelia sebagai penyerap polutan”, hasil penelitian bahwa bromelia bukan sarang nyamuk, dan cara menempatkan bromelia berdasarkan feng shui, dan rapat perencanaan produksi dan pemasaran, serta evaluasi yang rutin dilaksanakan. c.
Program Tahun 2012 1. Program yang kontinu sejak tahun 2010, yaitu rapat perencanaan produksi dan pemasaran, serta evaluasi yang rutin dilaksanakan. 2. Program yang kontinu dilakukan sejak tahun 2011, meliputi mengikuti pameran tunggal dengan menggunakan atribut perusahaan, membuat promo “buy 1 get 1” yang mengkombinasikan antara produk termahal dengan produk yang kurang laku di pasar dan undian berhadiah lainnya, serta mengadakan acara pameran bersama. 3. Pemboomingan bromelia Pada tahun 2012, diperkirakan bromelia akan booming berdasarkan pengamatan dari Manajer Pemasaran PT. Godong Ijo Asri yang menyebutkan bahwa sekitar satu setengah tahun lagi terhitung dari tahun 2010, tanaman bromelia dapat booming. Selain itu, adanya persiapan yang telah dilakukan selama tahun 2011 mendukung pengimplementasian program ini.
d.
Program Tahun 2013 Tahun 2013 diasumsikan sebagai tahun dimana permintaan bromelia meningkat. Hal ini diutarakan oleh Manajer Pemasaran PT. Godong Ijo Asri berdasarkan pengalamannya selama ini bahwa setelah tanaman booming,
119
maka permintaan akan tanaman tersebut cenderung akan meningkat. Pada tahun 2013, perusahaan tetap melanjutkan program kontinu yang telah dirancang dan mulai mendirikan showroom untuk lebih mempermudah konsumen dalam mengakses produk perusahaan. Pendirian showroom dilakukan pada tahun 2013 setelah kondisi finansial perusahaan dianggap lebih baik dan demi mencapai sasaran perusahaan, yaitu meningkatkan nilai penjualan sebesar 40 persen. Selain itu, perusahaan pun menambah distributor melalui kontrak kerjasama dengan distributor lain di wilayah yang belum terakses perusahaan, khususnya di Jabodetabek mengingat permintaan akan bromelia pada tahun 2013 diasumsikan meningkat. Untuk lebih jelasnya, peta arsitektur pemasaran Ciapus Bromel dapat dilihat pada Lampiran 8.
120
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai strategi pemasaran tanaman hias Ciapus Bromel, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Dengan menganalisis bauran pemasaran Ciapus Bromel, diketahui bahwa perusahaan memiliki keunggulan dari sisi produk dengan jenis yang lebih beragam dan warna yang lebih nyata karena lokasi perusahaan yang sesuai dengan syarat tumbuh bromelia. Hal ini mengindikasikan bahwa produk perusahaan berdayasaing tinggi. Harga yang ditawarkan kepada konsumen dapat dikatakan kompetitif karena sesuai dengan kualitas dan mengandung brand image dari distributor perusahaan, yaitu Godong Ijo. Untuk kegiatan promosi yang dilakukan selama ini cenderung menitikberatkan pada pengenalan produk dan bukan identitas perusahaan, sehingga keberadaan Ciapus Bromel kurang diketahui oleh konsumen, sedangkan kegiatan distribusi yang dilakukan sudah cukup baik, hanya saja perusahaan perlu menambah distributor di beberapa wilayah yang belum terakses.
2.
Dari hasil analisis lingkungan internal perusahaan diperoleh empat kekuatan dan empat kelemahan, sedangkan dari hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan diperoleh dua peluang dan empat ancaman yang dapat mempengaruhi perusahaan.
3.
Rancangan strategi pemasaran Ciapus Bromel dibentangkan dalam rentang waktu tiga setengah tahun yang dimulai dari tahun 2010 dengan melaksanakan strategi perekrutan tenaga kerja yang kompeten dalam bidang pemasaran. Di tahun 2011 hingga tahun 2013, strategi yang dilaksanakan adalah pengenalan dan penguatan company profile, pengedukasian konsumen dan penanaman positioning product perusahaan, revitalisasi promosi melalui promosi penjualan dan direct marketing, serta mengoptimalkan networking perusahaan, serta kontrak kerjasama dengan distributor lain di wilayah yang belum terakses perusahaan, khususnya di Jabodetabek.
121
8.2. Saran Dari hasil penjabaran arsitektur strategik pemasaran Ciapus Bromel, maka saran yang dapat diberikan antara lain: 1.
Perusahaan sebaiknya membuat atribut yang menunjukkan identitas perusahaan dan melakukan promosi dengan menggunakan atribut tersebut agar dapat memudahkan konsumen untuk mengakses perusahaan, serta memperkuat positioning perusahaan di benak konsumen.
2.
Dalam setiap pameran, sebaiknya perusahaan mengedukasi konsumen agar lebih memahami mengenai karakteristik dari tanaman bromelia dan melakukan upaya pemboomingan bromelia agar dapat meningkatkan penjualan.
122
DAFTAR PUSTAKA Amalia R. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Jus Buah Pada CV Winner Perkasa Indonesia Unggu, Kota Depok, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanaian Bogor. [Anonim]. 12 Juni 2008. Budidaya Keluarga Bromeliaceae yang Minim Biaya. Florikultura: Vol.II edisi 12/Juni 2008 (halaman 22-24). Aryanti RD. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias Pada Ciapus Nursery, Desa Tamansari Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008a. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004-2008. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008b. Luas Panen Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004-2008. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008c. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Tanaman Hias Indonesia Tahun 2005-2008. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008d. Perkembangan Volume dan Nilai Impor Tanaman Hias Indonesia Tahun 2005-2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik. David FR. 2006. Manajemen Strategis. Budi IS, penerjemah; Rahoyo S, editor. Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic Management. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Nilai PDB Hortikultura Tahun 2003-2007 Berdasarkan Harga Berlaku. Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura. Fauziah DZ. 2009. Formulasi Strategi Bersaing Usaha Tanaman Hias Pada PT Istana Alam Dewi Tara, Sawangan, Kota Depok, Propinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanaian Bogor. Khirom CZ. 2008. Analisis Strategi Pemasaran Cincau Drink (Studi Kasus Pada CV. Citra Pangan Mandiri, Bogor) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kotler P. 1993. Manajemen Pemasaran Edisi 7. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kotler P, Amstrong G. 1997. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi Kesembilan. Teguh Hendra, penerjemah. Jakarta: Intermedia. Terjemahan dari: Marketing Management Ninth Edition.
123
Kotler P. 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Milenium. Jakarta: Prenhalindo. Parkinson CN, Rustomji MK, Viera WR. 1991. Jurus-Jurus Pemasaran. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo. Porter ME. 1991. Strategi Bersaing : Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Maulana A, penerjemah; Hutauruk G, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Competitive Strategy. Rangkuti F. 2002. Creating Effective Marketing Plan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sabrina A. 2008. Kemampuan Adaptasi Usaha Tanaman Hias pada Lingkungan yang Dinamis (Studi Kasus pada Wijaya Nursery, Citeureup, Sentul) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Santi, Kusumo. 1996. Komposisi Media Tumbuh yang Cocok untuk Perbanyakan In Vitro Bromelia. Jurnal Hortikultura 5 (5): 94-98. Siwang RS. 2009. Analisis Strategi Pemasaran Produk Susu Kuda Organik “Asambugar” UKM Diana Hermawati Parung Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanaian Bogor. Tjiptono F. 2008. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: CV Andi Offset. Umar H. 2008. Strategic Management in Action. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Verina S, Wiwit N. 2007. Daunnya Seindah Bunganya, Bromelia. Jakarta: Gramedia. Yoshida DT. 2006. Arsitektur Strategik: Solusi Meraih Kemenangan dalam Dunia yang Senantiasa Berubah. Jakarta : Elexmedia Komputi.
124
LAMPIRAN
125
Lampiran 1. Kuisioner Konsumen Ciapus Bromel
STRATEGI PEMASARAN TANAMAN HIAS BROMELIA (Studi Kasus Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor) Responden yang terhormat, Saya Rizka Maulida (H34061000), Mahasiswa S1 Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, sedang melakukan penelitian untuk skripsi yang berjudul Strategi Pemasaran Tanaman Hias Bromelia (Studi Kasus Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor). Saya mengharapkan kerjasama dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuisioner ini secara lengkap dan benar agar informasi ilmiah yang saya sajikan dapat dipertanggungjawabkan dan tercapai hasil yang valid. Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terimakasih. I. Identitas Responden Petunjuk: Pilih salah satu jawaban dan berikan tanda (x) atau lingkari jawaban sesuai dengan jawaban Anda. 1. Nama
:
2. Alamat
:
3. Usia
: a. 16-18 tahun
c. 25-35 tahun
e. 51-65 tahun
b. 19-24 tahun
d. 36-50 tahun
f. > 65 tahun
4. Jenis Kelamin
: a. Pria
b. Wanita
5. Status Pernikahan : a. Menikah
b. Belum Menikah
6. Pendidikan Trakhir : a. SD
d. Diploma/Akademi
7. Pekerjaan
b. SLTP
e. S1 (Sarjana)
c. SMA
f. S2/S3 (Pascasarjana)
: a. Pelajar/Mahasiswa
e. Wiraswasta
b. PNS
f. Pensiunan
c. Karyawan Swasta
g. BUMN
d. Ibu Rumah Tangga
h. Lainnya, sebutkan ….
126
8. Pendapatan
: a. < Rp 500.000 b. Rp 500.000-Rp 999.999 c. Rp 1.000.000-Rp 2.499.999 d. Rp 2.500.000-Rp 4.999.999 e. > Rp 5.000.000
Keterangan: Untuk responden pelajar/mahasiswa, pendapatan per bulan merupakan ratarata uang saku per bulan yang diberikan oleh orang tua. Untuk responden ibu rumah tangga, pendapatan merupakan pendapatan dari suami Semua bromelia yang ada di PT Godong Ijo Asri berasal dari Ciapus Bromel. Jadi jika Anda tidak mengetahui Ciapus Bromel, maka untuk menjawab pertanyaan berikutnya, bromelia yang dimaksudkan merupakan bromelia yang dijual oleh PT Godong Ijo Asri.
II. Atribut Bauran Pemasaran Petunjuk pengisian: Berilah tanda (X) pada jawaban yang Anda pilih A. Bauran Produk 1.
Apa alasan yang paling mendorong (memotivasi) Anda untuk membeli tanaman bromelia?
a. Untuk diperbanyak dan dijual kembali
d. Keunikan bentuk dan jenis
b. Sekedar coba-coba
e. Belum memiliki bromelia
c. Hobi
f. Lainnya, sebutkan …
2.
Faktor apa yang paling Anda pertimbangkan saat akan membeli tanaman bromelia?
a. Karakteristik bromelia
d. Lokasi pembelian
b. Jenis tanaman bromelia
e. Trend tanaman
c. Harga
f. Discount
g. Pengalaman 3.
Jenis tanaman bromelia apa saja yang Anda beli atau pernah pelihara?
a. Neoregelia
c. Thilandsia
e. Cryptantus
b. Aechmea
d. Gusmania
f. Vrisea
4.
Berapakah ukuran pot yang Anda beli atau yang dimiliki?
a. 15 cm
c. 24 cm
e. 35 cm
b. 20 cm
d. 30 cm
f. > 35 cm
127
5.
Bagaimana pendapat Anda tentang kualitas tanaman bromelia di Ciapus Bromel dibandingkan dengan tempat lain?
a. Lebih bagus 6.
b. Sama bagus
c. Kurang bagus
Bagaimana pendapat Anda tentang variasi tanaman bromelia di Ciapus Bromel dibandingkan dengan tempat lain?
a. Lebih banyak
b. Sama banyak
c. Lebih sedikit
7. 8.
Selain tanaman hias bromelia, tanaman apalagi yang paling banyak Anda beli?
a.
c.
e.
b.
d.
f.
B. Atribut Harga 9.
Bagaimana pendapat Anda tentang harga tanaman bromelia di Ciapus Bromel dibandingkan dengan tempat lain?
a. Lebih murah
b. Sama dengan tempat lain
c. Lebih mahal
10. Apakah harga bromelia yang Anda beli sesuai dengan kualitasnya? a. Ya
b. Tidak
C. Atribut Promosi 11. Dari mana Anda mengetahui informasi tentang tanaman hias bromelia? a. Toko tanaman hias
b. Kerabat (Teman atau Keluarga)
c. Media Cetak
d. Media Elektronik
e. Asosiasi tanaman hias
f. Pameran
g. Lainnya, sebutkan …. 12. Media atau sumber informasi apa yang paling mempengaruhi Anda dalam membeli tanaman bromelia? a. Toko tanaman hias
b. Kerabat (Teman atau Keluarga)
c. Media Cetak
d. Media Elektronik
e. Asosiasi tanaman hias
f. Pameran
g. Lainnya, sebutkan ….
128
13. Hal apa yang paling Anda perhatikan dari informasi yang disampaikan oleh sumber informasi? a. Harga Produk
b. Jenis tanaman
c. Manfaat Produk
d. Trend tanaman
e. Lainnya, sebutkan ….. 14. Menurut pendapat Anda bagaimana intensitas promosi Ciapus Bromel untuk mempromosikan bromelianya? a. Tidak pernah mendapat informasi tentang Ciapus Bromel b. Jarang, hanya satu mendapatkan informasi c. Cukup sering mendapatkan informasi d. Sangat sering mendapatkan informasi D. Atribut Tempat 15. Apa alasan utama Anda melakukan pembelian tanaman bromelia di suatu tempat? a. Lokasi mudah dijangkau
d. Langganan
b. Harga murah
e. Kualitas terjamin
c. Banyak pilihan
f. Lainnya, sebutkan ….
16. Dimanakah tempat Anda biasa membeli tanaman bromelia? a. Toko tanaman hias
d. Internet
b. Penjual tanaman hias di pinggir jalan
e. Pasar tradisional
c. Pameran
f. Nursery
g. Lainnya, sebutkan …. 17. Menurut pendapat Anda, apakah bromelia dari Ciapus Bromel mudah diperoleh? a. Setuju, alasannya…. b. Tidak setuju, alasannya….
129
Lampiran 2. Varietas Bromelia Ciapus Bromel Tahun 2009 No.
Nama Varietas
No.
Nama Varietas
1
Apel Green Are
122 Lorena
2
Amelia
123 Little Trumpet
3
Australian Hybrid special
124 Lecter Tiger
4
Acehmea Oiandiano
125 Lidams 27
5
Augustifolia
126 Lidams 28
6
Alcantarea Braziliana
127 Luxurian
7
Alcantarea Glazaouiana
128 Loke Lani
8
Allan Land Sedt Blue Gray
129 Luna
9
Alcan Extensa Imbe
130 Lady Walkiey
10
Alcan Imperalis Peter Tristan
131 Lila 6-f
11
Alcan Extensa Purple Tips
132 Lila 2-p
12
Alcan Imperialis Red F2
133 Lila 6-r
13
Alcan Imperalias Purpurae
134 Lila 8-n
14
Alcan Imperialis Ubra Dark Form
135 Lila 9-g
15
Alcan Imperialis Kaughia Sangrila
136 Lila 8-g
16
Black Out 1
137 Lila c-w
17
Black Out 2
138 Lila i-t
18
Bronze Brazil
139 Little rose
19
Brazil A 4
140 Lila pink-3
20
Brazil Hybrid
141 Lila
21
Brazil Hybrid A 12
142 Miami
22
Brazil Rubra Marbied Princes
143 Manila Sunset
23
Brazil Rurbra Marbied Finger 1
144 Moana Beauty City Light
24
Brzil Rurbra Marbled Finger II
145 Moana Beuty City Light Indiana Paint
25
Brazil Many Moods
146 Moana Beuty City v Light Inca Treasure
26
Brazil Maroon
147 Monina Mia
27
Bolerd Carebean Sunset
148 Morris Hob
28
Brazil Hybrid Marbled Finger
149 Meyendorffi Spinless Hybrid
29
Bea Hansen
150 Mirable
130
30
Blood Plum
151 Magali
31
Break Of Day x Sweet Nelly
152 Morado
32
Bilberbergia Crumba
153 Medlisa
33
Bob"s Baby
154 Merry Monarch
34
Barbarian Pink
155 Muscat
35
Barbarian Pink Tips
156 My Nourhry
36
Black Watch
157 Monella
37
Billbergia Pink Pearls
158 Moby Dick
38
Break Of Day x Infernc
159 Nila
39
Bobs Drearms
160 Neo Ninja
40
Blue Comet
161 Neo Mia Santa Variegata
41
Bobby Dazzier paint 1
162 Nancy Victorian D'S
42
Bobby Dazzler Paint II
163 Nidaliririum Fulgen
43
Chiripido
164 Ninja Special
44
Combo
165 Neo Utopia
45
Chilicon Corne
166 Ninja Hybrid Variegata
46
Copca
167 One Only
47
Concentrica (Rare)
168 Okie-Dokie
48
Crocis Cruenta
169 Osmored Violet Magnet
49
Carcorodan
170 Osmo red Colour Parade
50
Color Parade
171 Old Love leher's
51
Carcorodan Painted Lady Takemura
172 Orthophtyum Galaotio Warrior
52
Canistrium Lindenii Albo Malaginata
173 Oli Cem
53
Colour Parade Hybrid
174 Purple Star
54
City Light Inca Treasure Hal Ellis
175 Purple Glaze
55
Coconut Ice
176 Purple Dream
56
Cruenta x Gold Ever
177 Petitie
57
Criss Cross
178 Pyrabet I
58
Cale
179 Pyrabet II
59
Cassandras Sensation
180 Piandria
60
Carcorodon Variegata
181 Plo x HS
61
Daniella Ray
182 Pink Mint
62
Drumbie Variegata
183 Predator
63
Don Eumir
184 Painted Dessert Princes Akihato
131
64
Donnas Fantasy
185 Ponyana Melandonia Rubra
65
Down Paint
186 Penula x Erythropetaiata
66
Drak Deva
187 Pink-3
67
Essa
188 Prinsler
68
Edladork
189 Pasion Grace
69
Equatorial Exotica
190 Plyghf 100
70
Easy
191 Pitch Black
71
Emulate
192 Rocoface
72
Eco Bromagic
193 Rose Brazil
73
Flaminggo Maya
194 Red Gold
74
Flaminggo Red Beauty
195 Red Buton
75
Flaminggo Marfeth
196 Roy Stane
76
Flaminggo Monette
197 Reynaldof
77
Flamingo Dark Room
198 Raxo
78
Flamingo Ninja
199 Rosario
79
Fury
200 Rubra Brazil Hybrid
80
F1 45
201 Royal Burgundy x Brazil Rubra
81
F1-18
202 Rubra Daiz
82
Family Tree Bromehic
203 Red Glow
83
Fosperia Purfection
204 Rise Win
84
Fairy Plum x Make My Day
205 Red Charm
85
F-45 Flaminggo Myra
206 Scarlet Charlote Morado
86
Grace Avalon
207 Strowberry Var
87
Gold Fever
208 Skotak 1
88
Goblin
209 Sweet Nelly
89
Grovar
210 Small World
90
Gold Lotto
211 Shell Dancer
91
Grace
212 Scarlet Charlote
92
Grace Marling x Takemura
213 Solace
93
Grand Finnale
214 Spinless Carolinae
94
Gabrielle Pink
215 Starpi Eyed
95
Get kKitch Pink
216 Sweet Habits
96
Gusmania Claret
217 Sibul 4
97
Gusmania Samba
218 Sibul 10
132
98
Gusmania Ultra
219 Skotak 2
99
Gusmania Variegata
220 Tosed Salad
100
Hivavivian
221 Tosed Vivian Rose
101
Heart Dezigat
222 Takemura Spesial
102
Hal Ellis Compacta
223 Turmoil
103
Hall Stoim
224 Tweedle Due
104
Heck
225 Twellesy Shop
105
Hanielles Pride
226 Tangarine
106
Izzy
227 Takemura Princeps x Nice Ine
107
Istosa 6
228 Tilandsia Australis
108
Istosa 25
229 Tencierr Hearted Bromagic
109
Isabel Buking Ham Cone Meyendorfii
230 Vriesea Sucrei Spinlendens Forosa Var
110
Ink Well Variegata
231 Vrisiea Inperno
111
Indiana Princess
232 Vrisiea Bituminosa
112
Johannis Plain
233 Vriesea Forsteriana Chesnut
113
Joblucas
234 Vevede
114
Jaws Variegata
235 Vagabon Debbie
115
Kahala Black
236 Vriesea Red Chesnut
116
King of The Blues
237 Vriesea Phillippo Liburgi Rafael
117
Kautsky
238 Walking Thunder
118
Knock Out
239 Welly
119
Krayola Variegata
240 Wild Tiger
120
Lovella 1
241 Yin
121
Kathaime
242 Yang 243 Yellow Fever
133
Lampiran 3. Layout Ciapus Bromel
134
Lampiran 4. Daftar Produk dan Harga Tanaman Bromelia No.
Nama Produk Bromelia
Aechmea
“Hanibal
Harga Satuan (Rp) Lecter
Tiger”
320.000
(Sampel) 1. Bromelia Aechmea “Hanibal Lecter Tiger” (S)
60.000
Bromelia Aechmea “Hanibal Lecter Tiger” (M)
100.000
Bromelia Aechmea “Hanibal Lecter Tiger” (L)
160.000
Bromelia Alcantarea Imperialis (S)
45.000
2. Bromelia Alcantarea Imperialis (M)
75.000
Bromelia Alcantarea Imperialis (L)
150.000
Bromelia Alcantarea Imperialis pot 30-40 cm
400.000
3. Bromelia Alcantarea Imperialis pot 50 cm
600.000
Bromelia Alcantarea Imperialis pot 60 cm
1.500.000
4.
5.
6.
7.
8.
Bromelia Amazing Grace (S) Bromelia Amazing Grace pot 30-40 cm
240.000
Bromelia Amazing Maya (S)
35.000
Bromelia Amazing Maya (M)
75.000
Bromelia Amazing Maya (L)
120.000
Bromelia Amazing Maya pot 30-40 cm
240.000
Bromelia Arrel (S)
40.000
Bromelia Arrel (M)
80.000
Bromelia Arrel (L)
140.000
Bromelia Arrel pot 35 cm
280.000
Bromelia Bayles Choice (S)
30.000
Bromelia Bayles Choice (M)
60.000
Bromelia Bayles Choice (L)
100.000
Bromelia Bayles Choice pot 35 cm
280.000
Bromelia Bianca (S)
25.000
Bromelia Bianca (M)
40.000
Bromelia Bianca (L)
75.000
Bromelia Bianca pot 35 cm 9.
25.000
-
Bromelia Bingomister (S)
60.000
Bromelia Bingomister (M)
100.000
135
Bromelia Bingomister (L)
160.000
Bromelia Bingomister pot 35 cm
320.000
Bromelia Bobby Dazzler (S)
30.000
10. Bromelia Bobby Dazzler (M)
50.000
Bromelia Bobby Dazzler (L)
120.000
11.
12.
Bromelia Bobby Dazzler “Spotted” (S)
60.000
Bromelia Bobby Dazzler “Spotted” (M)
100.000
Bromelia Bobby Dazzler “Spotted” (L)
160.000
Bromelia Bobby Dazzler “Spotted” pot 30-40 cm
350.000
Bromelia Cacique (S)
40.000
Bromelia Cacique (M)
100.000
Bromelia Cacique (L)
160.000
Bromelia Cacique pot 35 cm
350.000
Bromelia Carolinae Hybrid (S)
40.000
13. Bromelia Carolinae Hybrid (M)
80.000
Bromelia Carolinae Hybrid (L)
100.000
14.
15.
16.
17.
18.
Bromelia Carolinae Hybrid sp (S)
45.000
Bromelia Carolinae Hybrid sp (M)
110.000
Bromelia Carolinae Hybrid sp (L)
175.000
Bromelia Carolinae Hybrid sp pot 30-40 cm
320.000
Bromelia Celeste (S)
40.000
Bromelia Celeste (M)
80.000
Bromelia Celeste (L)
140.000
Bromelia Celeste pot 35 cm
280.000
Bromelia Cherry Lady (S)
40.000
Bromelia Cherry Lady (M)
80.000
Bromelia Cherry Lady (L)
140.000
Bromelia Cherry Lady pot 35 cm
240.000
Bromelia Comet (S)
75.000
Bromelia Comet (M)
125.000
Bromelia Comet (L)
250.000
Bromelia Comet pot 35 cm
-
Bromelia Debbie Pink (Sampel)
-
Bromelia Debbie Pink (S)
75.000
136
19.
20.
21.
22.
Bromelia Debbie Pink (M)
150.000
Bromelia Debbie Pink (L)
300.000
Bromelia Demant 1 (S)
40.000
Bromelia Demant 1 (M)
60.000
Bromelia Demant 1 (L)
100.000
Bromelia Demant 1 pot 35-40 cm
320.000
Bromelia Demant 2 (S)
40.000
Bromelia Demant 2 (M)
80.000
Bromelia Demant 2 (L)
140.000
Bromelia Demant 2 pot 35 cm
280.000
Bromelia Dorothy (S)
60.000
Bromelia Dorothy (M)
110.000
Bromelia Dorothy (L)
160.000
Bromelia Dorothy pot 35-40 cm
350.000
Bromelia Eizel Jan (S)
40.000
Bromelia Eizel Jan (M)
60.000
Bromelia Eizel Jan (L)
100.000
Bromelia Eizel Jan pot 35 cm
320.000
23. Bromelia Firebet (S)
80.000
24. Bromelia Flaminggo Celica Green (M)
60.000
25.
26.
27.
28.
Bromelia Flaminggo Celica Red (S)
30.000
Bromelia Flaminggo Celica Red (M)
60.000
Bromelia Flaminggo Celica Red (L)
100.000
Bromelia Flaminggo Celica Red pot 35 cm
280.000
Bromelia Flaminggo Jan Abigail (S)
40.000
Bromelia Flaminggo Jan Abigail (M)
100.000
Bromelia Flaminggo Jan Abigail (L)
140.000
Bromelia Flaminggo Jan Abigail pot 30-35 cm
280.000
Bromelia Flamingo Minnie (S)
30.000
Bromelia Flamingo Minnie (M)
60.000
Bromelia Flamingo Minnie (L)
100.000
Bromelia Flamingo Minnie pot 35 cm
200.000
Bromelia Flaminggo Myra (S)
30.000
Bromelia Flaminggo Myra (M)
60.000
137
29.
Bromelia Flaminggo Myra (L)
125.000
Bromelia Flaminggo Myra pot 35 cm
250.000
Bromelia Flaminggo Orange Jan (S)
40.000
Bromelia Flaminggo Orange Jan (M)
60.000
Bromelia Flaminggo Orange Jan (L)
120.000
Bromelia Flaminggo Orange Jan pot 35 cm
30.
-
Bromelia Flesia Alba (S)
30.000
Bromelia Flesia Alba (M)
60.000
Bromelia Flesia Alba (L)
100.000
Bromelia Flesia Alba pot 35 cm
280.000
Bromelia Formosa (S)
25.000
31. Bromelia Formosa (M)
50.000
Bromelia Formosa (L)
120.000
32.
Bromelia Franca (S)
40.000
Bromelia Franca (M)
60.000
Bromelia Franca (L)
100.000
Bromelia Franca pot 35-40 cm
320.000
33. Bromelia Fromosa (M)
60.000
34. Bromelia Fromosa Variegata
60.000
35.
36.
Bromelia Garnish (S)
25.000
Bromelia Garnish (M)
50.000
Bromelia Garnish (L)
100.000
Bromelia Garnish pot 35 cm
250.000
Bromelia Glorius (S)
75.000
Bromelia Glorius (M)
125.000
Bromelia Glorius (L)
250.000
Bromelia Glorius pot 35 cm
37.
Bromelia Imperfecta (S)
40.000
Bromelia Imperfecta (M)
60.000
Bromelia Imperfecta (L)
100.000
Bromelia Imperfecta pot 35 cm
320.000
38. Bromelia Imprealys 39.
-
150.000
Bromelia Ink Well (S)
40.000
Bromelia Ink Well (M)
60.000
138
40.
Bromelia Ink Well (L)
100.000
Bromelia Ink Well pot 35 cm
320.000
Bromelia Johannis de rolfe (S)
60.000
Bromelia Johannis de rolfe (M)
100.000
Bromelia Johannis de rolfe (L)
160.000
Bromelia Johannis de rolfe pot 35-40 cm
350.000
Bromelia Kahala Dawn “Medio-Picta” (Sampel)
280.000
Bromelia Kahala Dawn “Medio-Picta” (S)
40.000
41. Bromelia Kahala Dawn “Medio-Picta” (M)
80.000
Bromelia Kahala Dawn “Medio-Picta” (L)
140.000
Bromelia Kahala Dawn “Medio-Picta” pot 35 cm
300.000
42.
43.
Bromelia Kamala Black (S)
40.000
Bromelia King of Heart (S)
40.000
Bromelia Leleste (S)
30.000
Bromelia Leleste (M)
50.000
Bromelia Leleste (L)
100.000
Bromelia Leleste pot 35 cm
280.000
Bromelia Luz (S)
75.000
44. Bromelia Luz (M)
125.000
Bromelia Luz (L)
250.000
45.
46.
Bromelia Manila Black (S)
40.000
Bromelia Manila Black (M)
60.000
Bromelia Manila Black (L)
100.000
Bromelia Manila Black pot 35-40 cm
350.000
Bromelia Mauve (S)
60.000
Bromelia Mauve (M)
110.000
Bromelia Mauve (L)
180.000
Bromelia Mauve pot 35 cm
47.
48.
-
Bromelia Meyendorfii Spineless (S)
40.000
Bromelia Meyendorfii Spineless (M)
60.000
Bromelia Meyendorfii Spineless (L)
100.000
Bromelia Meyendorfii Spineless pot 30-35 cm
350.000
Bromelia Miami (Sampel) Bromelia Miami (S)
75.000
139
49.
Bromelia Miami (M)
150.000
Bromelia Miami (L)
250.000
Bromelia Mini Sunset (S)
75.000
Bromelia Mini Sunset (M)
125.000
Bromelia Mini Sunset (L)
250.000
Bromelia Mini Sunset pot 35 cm
50.
-
Bromelia Morado (S)
25.000
Bromelia Morado (M)
50.000
Bromelia Morado (L)
100.000
Bromelia Morado pot 30-40 cm
240.000
Bromelia Mourals
-
Bromelia Mourals (S)
60.000
Bromelia Mourals (M)
100.000
Bromelia Mourals (L)
160.000
52. Bromelia Mutasi Demant (S)
25.000
53. Bromelia Neoregelia Maya (S)
25.000
51.
Bromelia New Hibryd 54.
-
Bromelia New Hibryd (S)
60.000
Bromelia New Hibryd (M)
100.000
Bromelia New Hibryd (L)
160.000
Bromelia Pablito (S)
60.000
55. Bromelia Pablito (M)
100.000
Bromelia Pablito (L)
160.000
Bromelia Painters Delight pot 35 cm 56.
57.
-
Bromelia Painters Delight (S)
75.000
Bromelia Painters Delight (M)
150.000
Bromelia Painters Delight (L)
300.000
Bromelia Panama (S)
60.000
Bromelia Panama (M)
100.000
Bromelia Panama (L)
160.000
Bromelia Panama pot 35 cm
320.000
Bromelia Paula (S)
40.000
58. Bromelia Paula (M)
80.000
Bromelia Paula (L)
150.000
140
Bromelia Paula pot 30-40 cm 59. Bromelia Petitie (S)
60.
61.
62.
63.
64.
40.000
Bromelia Pimiento (S)
60.000
Bromelia Pimiento (M)
100.000
Bromelia Pimiento (L)
160.000
Bromelia Pimiento pot 35-40 cm
350.000
Bromelia Pink Campagne (S)
40.000
Bromelia Pink Campagne (M)
80.000
Bromelia Pink Campagne (L)
140.000
Bromelia Pink Campagne pot 35 cm
320.000
Bromelia Pink Lineata (S)
40.000
Bromelia Pink Lineata (M)
60.000
Bromelia Pink Lineata (L)
120.000
Bromelia Pink Lineata pot 35 cm
240.000
Bromelia Pink Puff (S)
60.000
Bromelia Pink Puff (M)
100.000
Bromelia Pink Puff (L)
160.000
Bromelia Pink Puff pot 30-40 cm
350.000
Bromelia Pink Royale (S)
30.000
Bromelia Pink Royale (M)
60.000
Bromelia Pink Royale (L)
100.000
Bromelia Pink Royale pot 35-40 cm
320.000
Bromelia Pinkie (Sampel) 65.
240.000
-
Bromelia Pinkie (S)
75.000
Bromelia Pinkie (M)
150.000
Bromelia Pinkie (L)
300.000
66. Bromelia Predator (S)
40.000
67. Bromelia Predator Kahala (S)
40.000
Bromelia Purple Haze (S)
40.000
68. Bromelia Purple Haze (M)
80.000
Bromelia Purple Haze (L)
140.000
69. Bromelia Pyrabali Ungu I (S)
25.000
70. Bromelia Pyrabali Ungu II
40.000
71. Bromelia Pyramid Beauty Orange (S)
25.000
141
72.
73.
74.
75.
Bromelia Pyramid Beauty Orange (M)
50.000
Bromelia Pyramid Beauty Orange (L)
100.000
Bromelia Pyramid Beauty Orange pot 35 cm
240.000
Bromelia Pyramid Beauty Red (S)
60.000
Bromelia Pyramid Beauty Red (M)
100.000
Bromelia Pyramid Beauty Red (L)
160.000
Bromelia Pyramid Beauty Red pot 35 cm
320.000
Bromelia Raphael (S)
60.000
Bromelia Raphael (M)
100.000
Bromelia Raphael (L)
160.000
Bromelia Raphael pot 35-40 cm
350.000
Bromelia Red Grace (S)
30.000
Bromelia Red Grace (M)
60.000
Bromelia Red Grace (L)
120.000
Bromelia Red Grace pot 35-40 cm
240.000
Bromelia Roxy (S)
75.000
Bromelia Roxy (M)
125.000
Bromelia Roxy (L)
250.000
Bromelia Roxy pot 35 cm
76.
77.
78.
-
Bromelia Royal Cordovan (S)
40.000
Bromelia Royal Cordovan (M)
80.000
Bromelia Royal Cordovan (L)
140.000
Bromelia Royal Cordovan pot 35-40 cm
250.000
Bromelia Sinning Example (S)
40.000
Bromelia Sinning Example (M)
80.000
Bromelia Sinning Example (L)
140.000
Bromelia Sinning Example pot 30-35 cm
320.000
Bromelia Tricolor Daun Panjang (S) Bromelia Tricolor Daun Panjang (M)
30.000
142
Lampiran 5. Perhitungan Harga Pokok Produksi Ciapus Bromel tahun 2010 HPP Pot 15 cm Keterangan
Biaya/tahun
Jumlah output
Biaya/output
Biaya penyusutan
4.863.794,92
3210
1.515,20
Biaya tetap
15490615,32
3210
4.825,74
10.930.001,68
3210
3.404,98
Biaya variabel Harga Pokok Produksi
9.745,92
HPP Pot 20 cm Keterangan
Biaya/tahun
Jumlah output
Biaya/output
Biaya penyusutan
1.786.421,87
1179
1.515,20
Biaya tetap
5689543,756
1179
4.825,74
Biaya variabel
5.926.469,88
1179
5.026,69
Harga Pokok Produksi
11.367,63
HPP Pot 24 cm Keterangan Biaya penyusutan
Biaya/tahun
Jumlah output
Biaya/output
706.083,62
466
1.515,20
Biaya tetap
2248793,376
466
4.825,74
Biaya variabel
3.208.475,74
466
6.885,14
Harga Pokok Produksi
13.226,08
HPP Pot 30 cm Keterangan Biaya penyusutan Biaya tetap Biaya variabel
Biaya/tahun
Jumlah output
Biaya/output
66.668,84
44
1.515,20
212332,4218
44
4.825,74
413.751,34
44
9.403,44
Harga Pokok Produksi
15.744,38
143
HPP Pot 35 cm Keterangan Biaya penyusutan Biaya tetap Biaya variabel
Biaya/tahun
Jumlah output
Biaya/output
27.273,62
18
1.515,20
86863,26346
18
4.825,74
213.902,64
18
11.883,48
Harga Pokok Produksi
18.224,42
HPP Pot 40 cm Keterangan Biaya penyusutan Biaya tetap Biaya variabel
Biaya/tahun
Jumlah output
Biaya/output
22.728,01
15
1.515,20
72386,05288
15
4.825,74
220.452,80
15
14.696,85
Harga Pokok Produksi
21.037,79
HPP Pot 50 cm Keterangan Biaya penyusutan Biaya tetap Biaya variabel
Biaya/tahun
Jumlah output
Biaya/output
3.030,40
2
1.515,20
9651,473717
2
4.825,74
36.319,70
2
18.159,85
Harga Pokok Produksi
24.500,79
HPP Pot 60 cm Keterangan Biaya penyusutan Biaya tetap Biaya variabel
Biaya/tahun
Jumlah output
Biaya/output
7.576,00
5
1.515,20
24128,68429
5
4.825,74
105.527,89
5
21.105,58
Harga Pokok Produksi
27.446,52
144
Lampiran 6. Nilai dan Jumlah Penjualan Bromelia Ciapus Bromel Tahun 2009
Bulan
Pendapatan (Rp)
Januari
Jumlah Bromelia Per Ukuran Pot 15
20
24
30
35
5
40
600.000
10
Februari
25.380.000
390
63
Maret
46.549.500
402
255
30
1
April
32.877.550
279
166
246
5
Mei
27.240.250
100
180
45
3
Juni
8.650.500
62
10
2
2
Juli
8.602.500
74
7
Agustus
94.740.000
1195
366
89
35
September
11.376.000
53
29
8
3
Oktober
1.627.500
29
2
November
5.053.000
95
11
2
Desember
20.145.750
521
90
44
Jumlah Penjualan Bromelia 2009
3210
1179
466
Rata-rata Jumlah Penjualan Bromelia Per Bulan
267
98
39
Nilai Penjualan Bromelia 2009
50
5
60
3
1
4 10
3
1
2
44
18
15
2
5
4
2
1
1
1
274.240.050
145
Lampiran 7. Perhitungan Sasaran Pemasaran Ciapus Bromel Tahun
Nilai Penjualan (Rp)
Persentase Peningkatan
2009
282.842.550
-
2010
282.842.550
-
2011
311.126.805
10 %
2012
373.352.166
20 %
2013
522.693.032
40 %
Asumsi yang digunakan pada perhitungan sasaran: 1.
Pada tahun 2010, nilai penjualan Ciapus Bromel diasumsikan konstan karena perusahaan tidak melakukan kegiatan pemasaran yang lebih gencar dari tahun sebelumnya.
2.
Pada tahun 2011, diasumsikan terjadi peningkatan nilai penjualan sebesar 10 persen seiring dengan peningkatan kegiatan-kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan, seperti kegiatan promosi.
3.
Tahun 2012 merupakan tahun pemboomingan dimana di tahun ini diasumsikan terjadi peningkatan nilai penjualan sebesar 20 persen. Peningkatan tersebut tidak terlalu besar mengingat bahwa pemboomingan dilakukan pada pertengahan tahun.
4.
Pada tahun 2013 atau tahun diasumsikan bahwa Ciapus Bromel dapat mencapai sasarannya, yaitu meningkatkan nilai penjualan sebesar 40 persen melalui pelaksanaan program-program pemasaran yang telah direncanakan. Nilai 40 persen ini diperoleh dari nilai penjualan di tahun sebelumnya, yaitu di tahun 2012. Besarnya peningkatan tersebut berdasarkan pengalaman dari Manajer Pemasaran PT. Gogong Ijo Asri.
146
Lampiran 8. Arsitektur Strategi Pemasaran Ciapus Bromel 2010-2013 Y
2011
2010
2012
2013
X Pembuatan job desk & SOP tertulis
Perekrutan tenaga kerja kompeten
Peningkatan Total Nilai Penjualan Sebesar 40%
Perbaikan dan penambahan sarana pemasaran Pendirian showroom
Bromelia booming Pembuatan identitas perusahaan
Persiapan Pemboomingan Penambahan distributor Menjadi anggota PFI
Tantangan yang Dihadapi:
Program Kegiatan yang Dilakukan Secara Kontinu:
1. Memiliki karyawan yang kompeten dalam pemasaran
1) Rapat perencanaan dan evaluasi rutin, 2) Pameran tunggal dan pameran gabungan
2. Meningkatkan kesadaran konsumen akan keberadaan
dengan menggunakan atribut perusahaan, 3) Pembuatan dan penyebaran brosur tentang
perusahaan 3. Mampu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan konsumen terhadap tanaman bromelia 4. Peningkatan jaringan distribusi pemasaran
manfaat dan ciri bromelia berkualitas, 4) Membuat promo “buy 1 get 1” dan undian berhadiah, 5) mengadakan pertemuan dan seminar anggota PFI sebagai salah satu upaya untuk memboomingkan bromelia, 6) Memasok bromelia ke showroom dan semua distributor
147
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian
Green house Ciapus Bromel
Responden Eksternal
Pemilik Perusahaan
Tanaman Bromelia
Bromelia tampak atas
Bromelia dalam green house
148