ANALISIS USAHATANI TANAMAN HIAS ( Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang )
SKRIPSI OLEH : ANGGIA WULANDARI 030304038 SEP-AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
ANALISIS USAHATANI TANAMAN HIAS ( Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang )
SKRIPSI OLEH : ANGGIA WULANDARI 030304038 SEP-AGRIBISNIS Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
( Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, Msi )
( H.M. Mozard B. Darus, Msc )
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
RINGKASAN
ANGGIA WULANDARI (030304038 / SEP), dengan judul skripsi “ANALISIS USAHATANI TANAMAN HIAS”. Studi kasus di Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Daerah penelitian ditentukan secara Purposive, dimana Desa Bangun Sari merupakan salah satu sentra usahatani tanaman hias diKecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Penentuan sampel dilakukan secara Statified Random Sampling. Petani yang dijaikan sampel adalah petani tanaman hias yang melakukan usahatani tanaman hias dengan kriteria < 1000 tanaman dan > 1000 tanaman. Populasi sampel sebanyak 165 petani dan diambil sampel sebanyak 30 petani. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan biaya produksi pada usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala besar, dimana rerata biaya produksi skala kecil sebesar Rp 884.500/petani dan skala besar sebesar Rp 2.691.500/petani. 2. Terdapat perbedaan curahan tenaga kerja pada usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala besar, dimana rerata curahan tenaga kerja skala kecil sebesar 7,35/HKP (TKDK) dan 2,12/HKP (TKLK) sedangkan skala besar 8,55/HKP (TKDK) dan 3,44/HKP (TKLK).
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
3. Terdapat perbedaan penerimaan pada usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala besar, dimana rerata penerimaan skala kecil sebesar Rp 15.557.500/petani, dan skala besar sebesar Rp 47.150.500/petani. 4. Terdapat perbedaan pendapatan bersih pada usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala besar, dimana rerata pendapatan bersih skala kecil sebesar Rp 14.673.000/petani dan skala besar sebesar Rp 44.459.000/petani. Sedangkan perbedaan rerata pendapatan keluarga antara skala kecil dan skala besar yaitu skala kecil sebesar Rp 14.673.037/petani dan skala besar sebesar Rp 44.459.033/petani. 5. Tingkat kesejahteraan petani tanaman hias di daerah penelitian termasuk dalam ketegori cukup dan ada juga yang masuk kategori kekurangan.
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
Anggia Wulandari lahir di Medan pada tanggal 25 Mai 1984 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari Ayahanda M.Hafidz dan Ibunda Sofia Endria Nst. Jenjang pendidikan : 1. Tahun 1991, masuk SD Swasta Y.P. Mulia Medan dan tamat tahun 1997. 2. Tahun 1997, masuk SLTP Negeri 4 Medan dan tamat tahun 2000. 3. Tahun 2000, masuk SMU Swasta Angkasa 1 Medan dan tamat tahun 2003. 4. Tahun 2003, diterima di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan melalui jalur SPMB. 5. Bulan Juni – Juli 2007, melaksanakan PKL di Desa Sambaliang, Kecamatan Berampu, Kabupaten Dairi. 6. Bulan Oktober – November 2007, melaksanakan penelitian di Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerahNYA yang selalu menyertai penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik. Skripsi ini berjudul “ Analisis Usahatani Tanaman Hias “, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, Msi sebagai ketua komisi pembimbing. 2. Bapak H.M. Mozard B. Darus, Msc sebagai anggota komisi pembimbing. 3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, Ms sebagai ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. 4. Ibu Dr. Ir. Salmiah, Ms sebagai Sekretaris Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. 5. Seluruh Staf pengajar dan pegawai jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. 6. Kedua orangtuaku Ayahanda M.Hafidz dan Ibunda Sofia Endria Nst atas kasih sayang, kesabaran, pengorbanan moril dan materiil, dorongan dan doa yang tidak henti-hentinya kepada penulis. 7. Adikku Ade Ira Sabrina dan seluruh teman-teman di jurusan Sosial Ekonomi Pertanian yang telah banyak memberi doa, dorongan dan bantuan selama ini. 8. Bapak/Ibu kepala Desa dan sekretaris desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. 9. Para responden dan instansi yang terkait dengan penelitian ini atas bantuan dan bimbingannya.
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan kiranya dapat bermanfaat.
Medan, Juli 2008
Penulis
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI
Hal RINGKASAN ……………………………………………………………………
i
RIWAYAT HIDUP ………………………………………………………………
ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………
iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… iv DAFTAR TABEL…………………………………………………………………
vi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………... vii DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………... viii PENDAHULUAN…………………………………………………………………
1
Latar Belakang……………………………………………………………..
1
Identifikasi Masalah………………………………………………………..
6
Tujuan Penelitian…………………………………………………………...
7
Kegunaan Penelitian………………………………………………………..
7
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,………………………………… 8 DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka……………………………………………………………
8
Landasan Teori…………………………………………………………….. 10 Kerangka Pemikiran……………………………………………………….. 13 Hipotesis Penelitian………………………………………………………... 15 METODOLOGI PENELITIAN………………………………………………… 16 Metode Penentuan Daerah Penelitian dan Sampel………………………...
16
Metode Analisis Data……………………………………………………...
16
Definisi dan Batasan Operasional…………………………………………
18
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN…………………………………. KARAKTERISTIK SAMPEL
20
Deskripsi Daerah Penelitian………………………………………………
20
Karakteristik Petani Sampel………………………………………………
24
HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………
27
Perbedaan Biaya Produksi dan Komponen-komponen Biaya Produksi Usahatani Tanaman Hias………………………………..
27
Perbedaan Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias…………….
30
Perbedaan Penerimaan Usahatani Tanaman Hias………………………..
32
Perbedaan Pendapatan Bersih Usahatani Tanaman Hias………………..
33
Perbedaan Pendapatan Keluarga Usahatani Tanaman Hias……………..
35
Analisis Uji Beda Rata-Rata Usahatani Tanaman Hias………………….
36
KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………….
39
Kesimpulan……………………………………………………………….
39
Saran………………………………………………………………………
40
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL Tabel
Hal
1. Luas Tanaman Hias di Sumatera Utara Setiap Kabupaten/Kota…………… 4 2. Luas Tanaman Hias Kabupaten Deli Serdang Setiap Kecamatan…………… 5 3. Luas Tanaman Hias Kecamatan Tanjung Morawa Setiap Desa……………. 5 4. Sampel Petani Pada Masing-masing Strata…………………………………. 16 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa…………………… 21 Bangun Sari 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa………………….. 22 Bangun Sari 7. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa………………… 22 Bangun Sari 8. Luas dan Jenis Penggunaan Tanah di Desa………………………………… 23 Bangun Sari 9. Sarana dan Prasarana di Desa Bangun Sari………………………………... 24 10. Karakteristik Petani Sampel di Desa Bangun Sari………………………… 25 11. Rerata Distribusi Penggunaan Sarana Produksi Usahatani……………….. 27 Tanaman Hias di Desa Bangun Sari 12. Rerata Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias di……………….. 30 Desa Bangun Sari 13. Rerata Penerimaan Usahatani Tanaman Hias di Desa Bangun Sari………. 32 14. Rerata Pendapatan Bersih Usahatani Tanaman Hias di…………………… 33 Desa Bangun Sari 15. Rerata Pendapatan Keluarga Usahatani Tanaman Hias di………………… 35 Desa Bangun Sari 16. Analisis Uji Beda Rata-rata Usahatani Tanaman Hias di…………………. 36 Desa Bangun Sari
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Hal
1. Skema Kerangka Pemikiran……………………………………………….. 14 2. Jenis-jenis Tanaman Hias Yang Paling Digemari di Desa Bangun Sari…... 41
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Hal
1. Luas Tanaman Hias di Sumatera Utara Setiap Kabupaten/Kota…………….
4
2. Luas Tanaman Hias Kabupaten Deli Serdang Setiap Kecamatan……………. 5 3. Luas Tanaman Hias Kecamatan Tanjung Morawa Setiap Desa……………… 5 4. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Tanaman Hias,…………….………... 43 5. Biaya Sarana Produksi Usahatani Tanaman Hias Per Petani………………… 44 6. Biaya Sarana Produksi Usahatani Tanaman Hias Per Tanaman…………….. 45 7. Biaya Sarana Produksi Usahatani Tanaman Hias Per 1000 Tanaman………. 46 8. Nilai Penyusutan Alat-alat Usahatani Tanaman Hias Per Tanaman………… 47 9. Nilai Penyusutan Alat-alat Usahatani Tanaman Hias Per Petani…………..... 48 10. Nilai Penyusutan Alat-alat Usahatani Tanaman Hias Per 1000 Tanaman…… 49 11. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias Per Petani………………… 50 12. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias Per Tanaman…………….. 51 13. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias Per 1000 Tanaman……… 52 14. Penerimaan Usahatani Tanaman Hias……………………………………… 53 15. Pendapatan Bersih Usahatani Tanaman Hias………………………………. 54 16. Pendapatan Keluarga Usahatani Tanaman Hias……………………………. 54 17. Analisis Uji Beda Rata-Rata Usahatani Tanaman Hias……………………. 55
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
PENDAHULUAN
Latar Belakang Semakin majunya Ilmu pengetahuan dan teknologi maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga menuntut pendapatan yang tinggi pula. Terutama dalam pemuasan selera dan pola fikir yang terus meningkat. Begitu halnya dengan kebutuhan akan kesejukan dan kenyamanan dalam lingkungan tempat tinggal, dimana kebutuhan akan tanaman hias juga sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga situasi ini juga dapat dimanfaatkan oleh para produsen maupun pedagang tanaman hias untuk menjual tanaman hiasnya yang banyak dicari oleh konsumen. Salah satu cara untuk meningkatkan persaingan antar pedagang tanaman hias adalah dengan melakuka reorientasi sistem usahatani dari sistem tradisional menuju sistem
agribisnis
yang
berdaya
saing,
berkelanjutan,
berkerakyatan,
dan
terdesentralisasi dari tingkat hulu ( penyediaan sarana produksi ) ke tingkat hilir (penanganan pasca panen dan pemasarannya). Penerapan sistem agribisnis akan mendorong partisipasi aktif petani dalam menerapkan teknologi inovatif secara dinamis untuk menghasilkan produk-produk tanaman hias berdaya saing tinggi, sehinga petani akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, kesejahteraan yang lebih baik dari sebelumnya dan sebagai sumber devisa Negara juga.
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
Untuk menghasilkan produk tanaman hias yang bersaing tinggi maka diperlukan cara untuk mempetinggi kuantitas dan kualitas dari tanaman hias tersebut secara rasional, efisien dan ekonomis, serta dalam hal penataan pertanaman (Cropping System) yaitu cara pengaturan dan pemilihan jenis tanaman yang diusahakan pada sebidang tanah selama jangka waktu tertentu. Pada tanaman bunga Melati memerlukan kelembaban udara yang sedang hingga tinggi, pemupukan dapat dilakukan dalam waktu 2 minggu sekali dan untuk perbanyakannya dapat dilakukan dengan cara stek pucuk tanaman tersebut. Bunga Melati ini merupakan salah satu jenis tanaman asli Indonesia yang mempunyai bentuk bunga yang hanya terdiri dari 4-5 kelopak bunga dengan warna bunga putih dan memiliki wangi yang khusus. Nilai jual bunga Melati ini termasuk stabil dalam arti tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah sehingga para penggemar bunga ini dapat terus memperolehnya. Bunga Krisan memiliki komposisi bunga yang sangat menarik, karena sengaja diciptakan dengan memberi perlakuan khusus agar diperoleh bunga yang indah dan memiliki kelopak bunga yang banyak. Kelembaban udara yang diperlukan antara sedang sampai tinggi, suhu idealnya 20-21ºC. Pemupukan dilakukan 2 minggu sekali untuk jenis tanaman hias berbunga dan perbanyakkan juga dapat dilakukan dengan cara stek pucuk dan melalui biji. Anthurium merupakan jenis tanaman hias yang pada tahun 2005 lalu menjadi primadona dikalangan penggemar Anthurium. Jenis Anthurium ini ada beberapa jenis dengan nilai jual yang tinggi dan bervariasi juga, jenis yang paling digemari antara lain Supernova, Jenmanii, Gelombang Cinta, Keris Jumbo, Corong Filipine, dan Hurry Black. Perbanyakkannya dapat dilakukan dengan cara biji (generative) dan stek (vegetatif). Tinggi dari tiap jenis Anthurium ini juga bervariasi hingga bisa mencapai
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
± 3 m dengan jumlah daun lebih dari 30 lembar daun dan jumlah tongkol bunga yang bisa mencapai 10 tongkol bunga. Dengan kelembaban yang sedang, Anthurium dapat dikatakan sebagai jenis tanaman hias daerah tropis dan merupakan tanaman hias asli dari Indonesia. Tanaman hias Palem memiliki kelembaban yang sedang hingga tinggi dengan cara perbanyakkan dapat melalui anakan. Jenis tanaman Palem yang paling banyak di minati yaitu jenis Palem Botol karena bentuknya yang hampir menyerupai botol, tanaman ini banyak digunakan sebagai tanaman hias di pinggir jalan dan juga sebagai tanaman di taman kota. Walaupun banyak digunakan sebagai tanaman hias di kota, Palem juga memiliki kelebihan lain pada buahnya yang dapat digunakan sebagai obat. Heliconia merupakan jenis tanaman hias yang mirip dengan pohon pisang, tapi Heliconia dapat dibedakan dengan tanaman pisang-pisangan lainnya dengan adanya bunga pada ujung tanaman tersebut yang warna bunganya berbeda-beda dan bentuk daun yang lebih melebar. Tanaman ini memiliki kelembaban yang sedang hingga tinggi dengan pemupukan yang sama untuk jenis tanaman berbunga yaitu 2 minggu sekali dan perbanyakkan juga melalui anakan atau umbi. Anggrek merupakan bunga yang banyak keunggulannya mulai dari warna bunga, untaian sempurna, ukuran dan wilayah penyebaran yang cukup luas sehingga dapat disebut sebagai bunga puspa pesona. Jenis Anggrek yang paling diminati yaitu Anggrek Bulan, Anggrek Menur, Anggrek Terbang, dan Anggrek Wulan. Anggrek juga dapat diperbanyak dengan cara perkawinan silang dengan tanda munculnya bunga selama 1 bulan dan pemupukan dilakukan 2 minggu sekali. Usahatani tanaman hias baik tanaman berbunga maupun yang tidak berbunga pada tahun 2005 luasnya mencapai 209.409 Ha. Dengan jenis tanaman hias yang paling banyak diminati oleh para konsumen yaitu : Anggrek, Anthurium, Heliconia,
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
Krisan, Melati, dan Palem. Dari ke-6 jenis tanaman hias ini yang paling luas adalah jenis Anggrek yakni 43.201 Ha. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Luas Tanaman Hias di Sumatera Utara di Setiap Kabupaten/Kota, Tahun 2004/2005. Kab/Kota Medan Langkat D.Serdang Simalungun Karo Asahan L.Batu T.Utara T.Tengah T.Tinggi T.Balai Binjai P.Siantar Tobasa Madina Jumlah
Anggrek Anthurium Heliconia Krisan Melati Palem Jlh 12489 485 1230 210 9443 1290 32437 1983 0 18 15 248 251 2766 5725 45 1165 53 743 4835 17401 1793 2180 3627 110 3220 2218 15366 3250 0 0 120250 0 0 123500 1077 3 53 60 206 362 2123 34 6 0 6 0 0 46 10032 9370 177 550 136 14 20293 15 0 0 0 0 3 21 577 28 11 0 939 343 2241 30 0 0 0 23 0 53 4144 26 291 0 127 68 4724 480 0 40 665 665 65 1980 1176 0 0 0 0 100 1376 396 7 116 46 46 20 651 43201 12150 6728 121965 15796 9569 224978
Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, Medan 2007.
Dari tabel di atas diperoleh daerah penelitian di Kabupaten Deli Serdang karena di daerah tersebut terdapat usahatani tanaman hias dari ke-6 jenis tanaman hias tersebut dan merupakan sentra jual beli produk tanaman hias tersebut sehingga kabupaten ini mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan tanaman hias di Sumatera Utara. Sedangkan di kota Medan, umumnya hanya melakukan jual belinya saja tanpa ada cara bercocok tanamnya. Di daerah Kabupaten Deli Serdang terdapat beberapa Kecamatan yang berusahatani tanaman hias. Kecamatan yang paling luas usahatani tanaman hias terdapat pada Kecamatan Tanjung Morawa. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
Tabel 2. Luas Tanaman Hias di Kabupaten Deli Serdang di Setiap Kecamatan, Tahun 2004/2005. Kecamatan L.Pakam STM Hulu STM Hilir Deli Tua P.Batu Namorambe Sibolangit Sunggal Hmp.Perak L.Deli B.Kuis P.Sei Tuan P.Labu Tj.Morawa Galang B.Purba Jumlah
Anggrek Anthurium Heliconia Krisan Melati Palem 466 0 165 0 85 385 297 0 50 0 60 280 299 0 40 0 35 395 358 0 45 0 48 265 275 0 35 0 0 160 297 0 0 0 0 195 278 0 0 13 0 255 297 0 45 0 30 360 298 0 0 0 0 240 347 0 60 0 30 350 286 0 0 0 0 295 365 00 135 0 0 245 357 0 75 0 70 235 865 45 360 40 280 575 345 0 65 0 40 275 295 0 90 0 65 325 5725 45 1165 53 743 4835
Jlh 1101 687 769 729 470 492 533 732 538 787 581 745 737 2166 725 775 1256 7
Sumber : Dinas Pertanian Lubuk Pakam, Tahun 2007.
Di daerah Kecamatan Tanjung Morawa terdapat beberapa desa yang berusahatani tanaman hias. Desa yang paling luas usahatani tanaman hiasnya terdapat di Desa Bangun Sari, seperti yang yang tercantum pada Tabel 3 berikut ini Tabel 3. Luas Tanaman Hias di Kecamatan Tanjung Morawa di Setiap Desa, Tahun 2004/2005. Desa B.Rejo T.Morawa Pekan T.Morawa A Limau Manis Uj.Serdang Bangun Sari B.Sari Baru Telaga Sari Dg.Kelambir T.Morawa B Tj.Baru Punden Rejo
Anggrek Anthurium Heliconia Krisan Melati Palem Jlh 50 0 25 0 20 30 125 55 0 20 0 0 20 95 40 60 45 155 130 50 35 30 50 25
0 0 0 25 20 0 0 0 0 0
25 25 30 70 40 30 25 30 0 0
0 0 0 30 23 0 0 0 0 0
20 0 0 45 20 0 0 25 0 25
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
20 20 0 215 70 35 25 25 20 20
105 105 75 540 303 115 85 110 70 70
Tj.Mulia Perdamean Wono Sari Dalu Sepuluh A Dalu Sepuluh B Jumlah 865
35 30 20 25
0 0 0 0
20 0 20 0
0 0 0 0
25 20 0 0
30 20 0 20
110 75 40 45
30
0
0
0
0
0
30
45
360
53
280
575
Sumber : Dinas Pertanian Lubuk Pakam, Tahun 2007.
Usahatani tanaman hias ini dapat dibagi 2 yaitu usahatani skala kecil dan usahatani skala besar. Bagaimana perbedaan jumlah biaya produksi, pencurahan tenaga kerja, jumlah penerimaan, jumlah pendapatan bersih, dan jumlah pendapatan keluarga per petani antara skala kecil dan skala besar belum diketahui. Hal inilah yang menyebabkan perlunya dilakukan penelitian.
Identifikasi Masalah Dalam latar belakang telah disinggung masalah penelitian ini, maka dapat diientifikasi sebagai berikut : 1. Bagaimana perbedaan biaya produksi usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala besar per petani? 2. Bagaimana perbedaan curahan tenaga kerja usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala besar per petani? 3. Bagaiamana perbedaan penerimaan Usahatani Tanaman Hias antara skala kecil dan skala besar per petani? 4. Bagaimana perbedaan pendapatan bersih dan keluarga usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala besar per petani?
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
2098
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk menjawab identifikasi masalah yang telah disebutkan di atas, sbagai berikut : 1. Untuk mengetahui perbedaan biaya produksi usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala besar. 2. Untuk mengetahui perbedaan curahan tenaga kerja usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala besar. 3. Untuk mengetahui perbedaan penerimaan usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala besar. 4. Untuk mengetahui perbedaan pendapatan bersih dan keluarga antara skala kecil dan skala besar.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk : 1. Sebagai bahan informasi untuk dapat membantu petani tanaman hias dalam mengelola usahataninya agar lebih efisien. 2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam menentukan strategi pembinaan petani tanaman hias. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Berkembangnya suatu usahatani sangat bergantung pada syarat pokok atau syarat mutlak (essential). Tanpa salah satu dari syarat berikut maka tidak akan ada pembangunan usahatani. Adapun syarat pokok ini adalah : 1. Pasaran untuk hasil usahatani 2. Tekhnologi yang selalu berubah 3. Tersedianya input produksi 4. Perangsang produksi bagi petani 5. Pengangkutan Selain syarat mutlak, untuk mempercepat pembangunan usahatani diperlukan faktorfaktor pelancar (accelerators factors) sebagai berikut : 1. Pendidikan pembangunan 2. Kredit produksi 3. Group action petani 4. Perbaikan dan perluasan lahan pertanian 5. Perencanaan nasional pembangunan pertanian (Mosher, A.T.,1987). Usahatani tanaman hias memproduksikan hasil yang tergolong pada keindahan alam. Permintaan akan hasil tanaman hias ini masih belum banyak karena kurangnya kemampuan daya beli penggemarnya (Simanjuntak, 1996). Bila di luar negri untuk mengembangkan tanaman hias memerlukan rumah kaca, maka di Indonesia tidak demikian. Hal ini akan memungkinkan untuk menurunkan biaya produksinya. Petani tanaman hias secara lokal saat ini belum Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
mampu merealisasikan ekspor dari hasilnya. Hal ini karena tekhnologi yang masih rendah karena investasi yang masih rendah juga (Nazaruddin, 1999). Orang yang menanam tanaman hias menurut tujuannya dapat dibagi menjadi dua yaitu orang yang bukan atau tidak bertujuan bisnis dan orang yang bertujuan bisnis. Orang yang bukan bertujuan bisnis tidak memerlukan analisis biaya dan pendapatan dalam kegiatannya. Orang yang bertujuan bisnis termasuk usahatani tanaman hias membutuhkan analisis biaya produksi dan pendapatan dalam kegiatannya (Rukmana,R.,19997). Dalam analisis biaya produksi terdapat beberapa komponen yang perlu diketahui. Sehingga komponen tersebut dapat diperhitungkan dalam bisnis tanaman hias. Komponen yang dimaksud adalah penggunaan pupuk, pestisida, dan jumlah bibit yang dipakai. Besar kecilnya pemakaian pupuk dapat mempengaruhi produktivitas dari produksi tanaman hias. Penggunaan pupuk majemuk lebih sering digunakan karena leih praktis, hemat biaya, waktu, dan tenaga. Pemberian dosis pupuk sangat perlu diperhatikan agar tepat sasaran dimana pupuk dapat terbagi atas pupuk akar dan pupuk daun. Penggunaan pupuk disesuaikan dengan jenis tanaman agar tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan kerusakkan pada tanaman, penambahan garam tanah dan kerugian bagi petani (Adiwilaga, 1982). Penggunaan pestisida dapat disesuaikan dengan jenis hama penyakit yang ada pada tanaman hias, seperti : -
akarisida : untuk membunuh tungau/kutu
-
bakterisida : untuk membunuh bakteri
-
fungisida
-
insektisida : untuk membunuh serangga
-
larvasida
: untuk memberantas jamur
: untuk membunuh larva
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
-
nematisida : untuk membunuh cacing
-
nodentisida : untuk membunuh binatang pengerat
dan juga berdasarkan PH tanah sebagai media tanam. Penggunaan pestisida tidak boleh dilakukan sembarangan, hanya dapat dilakukan pada keadaan tertentu saja. Penggunaan dosis pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan rusaknya lingkungan dan pemborosan sedangkan penggunaan dosis yang terlalu sedikit pun dapat menyebabkan timbulnya kekebalan pada tanaman hias. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyemprotan pestisida pada tanaman hias khususnya yaitu keadaan angin, suhu udara, kelembaban dan curah hujan (Soekartawi, 1996). Selain pupuk dan pestisida, jumlah bibit pun perlu diketahui agar dapat diperkirakan berapa besar dan kecilnya jumlah produksi yang akan dipasarkan. Umumnya permintaan terhadap produk usahatani tanaman hias selalu mengalami pasang surut. Jika diatasi dengan cara memperkirakan jumlah produksi dengan permintaan pasar maka tidak akan terjadi kelebihan prouksi tapi jika tidak diperkirakan maka para petani akan melakukan cara terakhir yaitu menurunkan harga di bawah harga pasar sehingga bisa disebut rugi bagi petani (Rahardi, 1997).
Landasan Teori Menurut Mosher (1987) usahatani pada dasarnya adalah tanah. Usahatani dapat sebagai suatu cara hidup (a way of life). Jenis ini termasuk usahatani untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau subsisten dan primitive. Jenis usahatani seperti ini pada saat sekarang sudah langka ditemui. Pada saat sekarang pada umumnya jenis usahatani yang termasuk perusahaan (the farm business). Setiap petani pada hakekatnya menjalankan perusahaan pertanian di atas usahataninya. Itu merupakan bisnis karena tujuan setiap petani bersifat ekonomis, memproduksi hasil-hasil untuk
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
dijual kepasar atau untuk dikonsumsi sendiri oleh keluarganya. Usahatani tanaman hias yang bertujuan ekonomis termasuk usahatani perusahaan. Dalam menjalankan suatu usahatani, petani memerlukan sejumlah biaya. Biaya usahatani adalah nilai dari semua yang di korbankan (input) ekonomis yang diperlukan, yang dapat diukur. Biaya produksi ini terdiri dari : 1. Sarana produksi yang habis terpakai 2. Bunga modal 3. Sewa tanah (lahan) 4. Alat produksi yang tahan lama 5. Tenaga kerja 6. Upah (fee) pengelola (Soekartawi, 2002). Sarana produksi yang habis terpakai misalnya: bibit, pupuk, dan pestisida. Biaya bunga modal (interest) adalah bunga modal yang digunakan untuk usahatani sebesar bunga uang di bank. Baik modal sendiri atau modal pinjaman (kredit) diperhitungkan biaya bunga modal. Biaya tanah (lahan) adalah sewa yang akan diterima jika tanah tersebut disewakan kepaa orang lain. Tanah adalah faktor produksi yang tidak aus, bahkan nilai tanah semakin lama semakin naik. Karena itu diperhitungkan biaya sewa tanah, baik tanah milik sendiri maupun dikontrakkan. Biaya produksi yang tahan lama dihitung melalui biaya penyusutan. Biaya ini bergantung pada nilai pembelian alat dan jangka usia ekonomis alat (oleh juga diperhitungkan nilai sisa alat itu). Biaya tenaga kerja terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Biaya atau upah tenaga kerja dihitung atas dasar biaya yang seharusnya dibayarkan menurut satuan hari kerja pria dewasa (HKP) yang dapat dibagi sebagai berikut :
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
1. Seorang pria dewasa bekerja efektif 8 jam per hari = 1 HKP 2. Seorang wanita dewasa bekerja efektif 8 jam per hari = 0,8 HKP 3. Seorang anak dewasa bekerja efektif 8 jam per hari = 0,5 HKP Upah pengelola adalah upah seorang petani dalam mengelola usahataninya (bukan upah tenaga kerja fisiknya). Petani mengorganisasikan, memimpin, mencatat dalam menjalankan usahataninya, dan ini patut diberikan sejumlah upah (Soekartawi, 1995). Ilmu usahatani termasuk dalam ilmu ekonomi mikro. Dalam ekonomi mikro dikenal konsep biaya sebagai berikut : 1. Biaya Total (Total Cost = TC) adalah seluruh pengorbanan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk (output). 2. TC adalah jumlah biaya variabel (Variabel Cost = VC) ditambah biaya tetap (Fixed Cost =FC), atau TC = VC + FC. 3. VC adalah biaya yang beubah-ubah jumlahnya bergantung pada jumlah output. 4. FC adalah biaya yang tetap jumlahnya (dalam jangka pendek) walaupun berubah jumlah output. 5. Biaya Total Rata-Rata (Average Cost = AC) adalah jumlah TC dibagi dengan jumlah output atau AC = TC/Y. 6. Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variabel Cost = AVC) adalah jumlah VC dibagi dengan jumlah output atau AVC = AC/Y. 7. Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost =AFC) adalah TC dibagi dengan jumlah output atau AFC = FC/Y (Soekartawi, 2002).
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
Dari sisi output, penerimaan dan pendapatan dapat dituliskan sebagai berikut : 1. Penerimaan Total (Total Revenue = TR) adalah jumlah output dikalikan harga jual atau TR = Y x Py, Penerimaan Rata-Rata (Average Revenue = AR) adalah TR dibagi Y atau AR= TR/Y. 2. Pendapatan Bersih (Net Income= NI) adalah TR-TC, NI Rata-Rata adalah pendapatan bersih dibagi jumlah output atau NI/Y (Soekartawi, 1995). Khusus dalam usahatani dikenal pendapatan keluarga (Family Income = FI) yaitu pendapatan bersih ditambah biaya tenaga kerja keluarga atau FI = NI + Upah TKDK.
Kerangka Pikiran Biaya produksi yang dikorbankan oleh usahatani skala kecil maupun skala besar belum dapat ditentukan skala mana yang lebih kecil dan skala mana yang lebih besar, mungkin terdapat perbedaan yang nyata. Sedangkan pencurahan tenaga kerja antara usahatani skala kecil dan skala besar per petaninya juga belum ditentukan mana yang lebih kecil dan mana yang lebih besar yang menyebabkan adanya perbedaan antara keduanya. Jumlah biaya produksi dan jumlah tenaga kerja yang dicurahkan per petaninya bergantung pada tingkat efisiensi pengunaan biaya dan tenaga kerja pada kedua skala tersebut. Jumlah output usahatani skala kecil dan skala besar per petani belum diketahui mungkin terdapat perbedaan. Demikian juga halnya dengan jumlah penerimaam dan jumlah pendapatan usahatani skala kecil dan skala besar juga belum dapat diketahui. Jumlah output ini bergantung pada jumlah biaya dan tenaga kerja yang dikorbankan. Penerimaan dipengaruhi oleh jumlah output dan harga jual.
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
Kerangka pikiran di atas dapat disajikan dengan skema sebagai berikut : Usahatani Tanaman Hais
Skala
Skala
Kecil
Besar
Per Petani : 1.Biaya Produksi 2.CurahanTenagaKerja 3.Jumlah Penerimaan 4.Jumlah Pendapatan
Hubungan Langsung
PERBEDAAN NYATA
Gambar : Skema Kerangka Pikiran
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikiran yang telah diuraikan dapat dirumuskan beberapa hipotesis yang akan diuji secara empiris. Adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan nyata biaya produksi antara usahatani skala kecil dan skala besar per petani. 2. Terdapat perbedaan nyata curahan tenaga kerja antara usahatani skala kecil dan skala besar per petani. 3. Terdapat perbedaan nyata jumlah penerimaan antara usahatani skala kecil dan skala besar per petani. 4. Terdapat perbedaan nyata jumlah pendapatan bersih dan pendapatan keluarga antara skala kecil dan skala besar per petani.
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah dan Sampel Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Terpilihnya desa tersebut karena di desa itu banyak yang berusahatani tanaman hias termasuk ke-6 komoditi tanaman hias tersebut yang akan diteliti di desa itu. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah petani yang berusahatani tanaman hias. Besar populasi (the size of population) adalah 165 petani, yang terdiri dari petani berusahatani skala kecil dan berusahatani skala besar. Pemilihan petani sampel adalah dengan Stratified Random Sampling dengan besar sampel (the size of sample) adalah 30 petani (n = 30). Dengan besarnya n = 30 maka sudah termasuk the large sample dan rumus uji t sudah dapat digunakan. Adapun besar sampel masing-masing strata adalah sebagai berikut : Skala Usahatani Kriteria Skala Kecil < 1.000 tanaman Skala Besar > 1.000 tanaman Jumlah (Singarimbun, 1987).
Populasi 108 petani 57 petani 165 petani
Sampel 20 petani 10 petani 30 petani
Metode Analisis Data Pengumpulan data dengan teknik wawancara terhadap petani sampel dengan memakai daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah selesai data dikumpulkan, lalu dilanjutkan dengan ditabulasi. Dari data yang telah ditabulasi maka dapat dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan rumus uji-t. Semua hipotesis diuji dengan uji beda rata-rata dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
_ _ X1–X2 t-h = ∂ √ /n 1 + /n 2 Rumus t-test : ∂ = √ n1s1² + n2s2² n1 + n2 -2 X1 = rata-rata dari biaya total, tenaga kerja, penerimaan, pendapatan bersih, pendapatan keluarga per petani dari usahatani skala besar = ∑X1/n1. X2 = rata-rata dari biaya total, tenaga kerja, penerimaan, pendapatan bersih, pendapatan keluarga per petani dari usahatani skala kecil = ∑X2/n2. S1 = varians dari biaya total, tenaga kerja, penerimaan, pendapatan bersih, pendapatan keluaga per petani dari usahatani skala besar. S2 = varians rata-rata dari biaya total, tenaga kerja. Penerimaan, pendapatan bersih, pendapatan keluarga per petani dari usahatani skala kecil. n1 = besar sampel X1, n2 = besar sampel X2 t-h = nilai t-hitung ∂ = standard deviasi sampel Pengambilan keputusan : Ho = tidak ada perbedaan nyata H1 = terdapat perbedaan nyata Bila t-h < t-tabel 5%/2 maka Ho ditolak Bila t-h > t-tabel 5%/2 maka H1 diterima (Nugroho, 2005).
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
Definisi dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :
Definisi 1. Usahatani tanaman hias adalah sistem budidaya yang mengusahakan tanaman hias mulai dari budidaya sampai panen atau penjualan dengan berupaya untuk memanfaatkan sumberdaya seoptimal mungkin. 2. Jenis tanaman yang dominan diusahakan oleh seluruh petani pengusaha adalah Anggrek, Anthurium, Heliconia, Krisan, Melati, dan Palem. 3. Skala usaha adalah usahatani tanaman hias berdasarkan banyaknya jumlah tanaman hias yang diusahakan oleh petani sampel. 4. Petani sampel adalah petani yang menanam beberapa jenis tanaman hias didaerah penelitian. 5. Produksi usahatani tanaman hias adalah hasil dari usahatani tanaman hias dalam bentuk segar yang dihitung berdasarkan jumlah tanaman. 6. Biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh petani selama proses produksi berlangsung sampai siap dipasarkan. 7. Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan yang diperoleh petani dari hasil usahatani dikurangi produksi. 8. Pendapatan tenaga kerja keluarga adalah selisih antara penerimaan dengan seluruh biaya produksi kecuali biaya tenaga kerja baik dari dalam maupun luar keluarga.
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
9. Tenaga kerja keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga petani yaitu suami, istri, anak, maupun orang lain yang menjadi tanggungan keluarga. 10. Biaya tetap adalah biaya yang relative jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. 11. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang didapat.
Batasan Operasional 1. Daerah penelitian adalah Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. 2. Waktu penelitin adalah pada bulan Oktober tahun 2007. 3. Sampel penelitian adalah petani tanaman hias.
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Topografi Desa Desa Bangun Sari berada di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 1059,97 Ha. Jumlah penduduk yang ada di desa Bangun Sari ini berjumlah 8796 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 8,35 jiwa/Ha. Daerah ini berada pada ketinggian 30 m di atas permukaan laut, banyaknya curah hujan rata-rata 1500-2500 mm/tahun. Desa Bangun Sari berjarak 3,5 Km dari ibukota Kecamatan Tanjung Morawa dan 16 Km dari ibukota Kabupaten Deli Serdang. Dilihat dari jarak antara desa dengan ibukota kecamatan relative dekat, maka desa tersebut dapat menerima arus informasi yang berasal dari luar daerah, sehingga akan berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan desa. Adapun batas-batas Desa Bangun Sari adalah sebagai berikut : -
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Limau Manis dan Ujung Serdang
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas dan Ujung Serdang
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bangun Sari Baru
Keadaan Penduduk Penduduk desa Bangun Sari berjumlah 8796 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 1999 Kk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Bangun Sari, Tahun 2004/2005. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Umur (Tahun) 0-4 0-5 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-45 46-49 50-55 56-59 60-64 > 65 Jumlah
Jumlah (Jiwa) 602 803 513 877 620 967 889 796 512 439 451 423 450 364 8796
Persentase (%) 6,84 9,13 5,83 9,97 7,05 10,99 10,11 9,05 5,82 4,99 6,15 4,81 5,12 4,14 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Sari, Tahun 2007.
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa kelompokusia produktif (> 15 tahun – 64 tahun) di Desa Bangun Sari sebanyak 6516 jiwa (74%), sedangkan kelompokusia tidak produktif sebanyak 2282 jiwa (25,9%). Dengan demikian besarnya depensi ratio adalah 0,35%. Hal ini menunjukkan bahwa setiap 1 jiwa produktif akan menanggung 0,35% jiwa yang tidak produktif. Dengan demikian potensi sumber tenaga kerja masih cukup tersedia. Desa Bangun Sari merupakan salah satu daerah yang kebanyakkan penduduknya bermata pencaharian sebagai karyawan swasta. Lebih terperinci dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini :
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa Bangun Sari, Tahun 2004/2005. No.
Jenis Mata Pencaharian Jiwa
1 2 3 4 5 6
Pegawai Negeri Sipil ABRI Karyawan Swasta Wiraswasta/pedagang Tani Pensiunan Jumlah
Jumlah Persentase (%) 365 10,36 36 1,02 1587 45,06 871 24,73 567 16,10 96 2,73 3522 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Sari, Tahun 2007.
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa 45,06% penduduk tertinggi adalah bermata pencaharian sebagai karyawan swasta, sedangkan terendah yaitu 1,02% bermata pencaharian sebagai ABRI. Untuk tani adalah sebesar 16,10%, hal ini diketahui karena sebagian besar penduduk di Desa Bangun Sari melakukan Usahatani sebagai pekerjaan sampingan namun tidak sedikit pula yang melakukan usahatani dapat menghidupi seluruh anggota keluarganya hingga dapat menyelesaikan pendidikannya. Adapun keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan formal dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini : Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa Bangun Sari, Tahun 2004/2005. No.
Tingkat Pendidikan Jiwa
1 2 3 4 5 6
Taman kanak-kanak SD SLTP SLTA Akademi Sarjana Jumlah
Jumlah Persentase (%) 378 4,30 1757 19,97 1256 14,28 5109 58,07 114 1,30 182 2,09 8796 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Sari, Tahun 2007.
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Bangun Sari yang memiliki tingkat pendidikan rendah rata-rata sebanyak 2.135 jiwa (24,27%), pendidikan menengah sebanyak 6.365 jiwa (72,35%) dan pendidikan timggi sebanyak Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
296 jiwa (3,39%). Dari sini dapat dilihat bahwa umumnya penduduk Desa Bangun Sari telah banyak yang mengenyam pendidikan menengah. Penggunaan Tanah Luas wilayah Desa Bangun Sari menurut fungsinya dibagi menjadi areal pemukiman, pertanian, perkebunan, perikanan, dan untuk sosial budaya. Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini : Tabel 7. Luas dan Jenis Penggunaan Tanah di Desa Bangun Sari, Tahun 2005. No. 1 2 3 4 5 6
Uraian Pemukiman Perkebunan Perikanan Lahan Kering Sawah Pekuburan, jalan raya, sekolah, masjid, gereja Jumlah
Jumlah Ha Persentase (%) 257,32 24,28 180 16,98 6 0,57 495 46,70 96 9,06 25,65 2,42 1059,97
100
Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Sari, Tahun 2007.
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa penggunaan lahan kering merupakan yang terluas yaitu 495 Ha (46,70%). Lahan kering banyak digunakan untuk perkebunan Negara, padi, palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan. Lahan yang digunakan untuk pemukiman 257,32 Ha (24,28%). Lahan yang digunakan untuk perikanan seluas 6 Ha (0,57%), sedangkan untuk perkebunan 180 Ha (16,98%), sawah 96 Ha (9,06%). Lahan yang digunakan untuk pekuburan, jalan raya, sekolah, mesjid,dan gereja seluas 25,65 Ha (2,42%). Sarana dan Prasarana Sarana dan prasaran yng terdapat di suatu daerah akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Semakin baik sarana dan prasarana di desa tersebut maka akan mempercepat laju
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
perkembangan daerah tersebut. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Bangun Sari dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini : Tabel 8. Sarana dan Prasarana di Desa Bangun Sari, Tahun 2004/2005. No. 1
2 3
Sarana dan Prasarana Perhubungan - Mobil/bus - Sepeda motor - Becak mesin Pemasaran - Kios, warung - Koperasi Sosial - SD Negeri - TK - LKMD - BIPP - PKK - Balai Pertemuan - Rumah Sakit umum Swasta - Poliklinik - Apotik - Air minum/sumur umum Jumlah
Jumlah 8 150 42 20 1 3 1 1 1 1 1 1 2 1 12 245
Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Sari, Tahun 2007.
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa keadaan sarana dan prasarana di Desa Bangun Sari telah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik dibidang pendidikan, perekonomian, maupun sosial budaya. Akan tetapi untuk bidang pendidikan di Desa Bangun Sari belum memiliki sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan seolah lanjutan tingkat atas (SLTA) sehingga harus keluar dari desa tersebut untuk melanjutkan pendidikan setelah selesai SD. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian Yang diambil menjadi variabel karakteristik petani sampel dalam penelitian ini luas lahan usahatani tanaman hias, jumlah populasi tanaman hias, umur petani, pendidikan formal yang dimiliki, jumlah tanggungan keluarga, dan pengalaman bertani tanaman hias. Secara terperinci dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini :
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
Tabel 9. Karakteristik Petani Sampel di Desa Bangun Sari, Tahun 2007. No. 1 2 3 4 5 6
Uraian Luas lahan (Ha) Umur (Tahun) Pendidikan (Tahun) Jumlah tanggungan (jiwa) Pengalaman bertani (tahun) Hasil produksi (populsi)
UsahaSkala Kecil Usaha Skala Besar Over All Rerata Range Rerata Range Rerata Range 0,06 0,01-0,09 0,16 0,08-0,40 0,09 0,01-0,40 42,6
35-54
49,10
44-56
44,76
35-56
10,65
6-12
9,90
6-12
10,40
6-12
5,35
4-7
5,50
4-6
5,40
4-7
11,65
5-20
12,50
7-20
11,93
5-20
777,50
250-800
1.325 1.175-1.500
960
250-1.500
Sumber : Data Diolah, Tahun 2007 (Lampiraan 1).
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa rerata luas lahan yang digunakan untuk usahatani tanaman hias adalah 0,09 Ha dengan range 0,01-0,40. Luas lahan ini tergolong kecil untuk ukuran pertanian. Hal ini dikarenakan pada daerah penelitian usahatani tanaman hias tidak memerlukan tempat yang luas karena tanamannya dapat dikelola dalam suatu tempat (pot/polybag dan rak tanaman) dan juga dikarenakan jumlah tanaman yang tidak terlalu banyak. Adapun rerata umur petani adalah 44,76 tahun. Umur tersebut masih termasuk kedalam usia produktif sehingga dapat diartikan bahwa petani pengusaha tanaman hias masih sangat potensial di dalam mengembangkan usahataninya. Rerata pendidikan formal yang dimiliki oleh petani pengusaha tanaman hias adalah 10 tahun. Itu artinya setara dengan tamatan SLTP yang akan melanjutkan pendidikan SLTA. Pendidikan yang dimiliki petani tersebut termasuk cukup baik karena pada umumnya petani pengusaha tanaman hias sudah dapat membaca dan menulis dengan baik dan lancar.
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
Jumlah tanggungan keluarga oleh setiap petani tanaman hias ini berbeda-beda. Adapun rerata jumlah tanggungan keluarga petani adalah 5 jiwa. Jumlah tanggungan ini tergolong kecil karena anak-anak pateni banyak yang sudah dewasa atau bahkan sudah menikah sehingga tidak lagi menjadi tanggungan petani tanaman hias. Tapi tidak sedikit juga petani yang hanya memiliki anak yang sedikit. Pengalaman bertani tanaman hias maksudnya adalah lamanya petani yang telah mengusahakan tanaman hias pada lahan usahataninya yang dihitung dalam per tahunnya. Adapun rerata pengalaman bertani para petani tanaman hias adalah 11,93 tahun atau 12 tahun. Hal tersebut menunjukan bahwa petani di desa tersebut telah cukup berpengalaman dalam berusahatani tanaman hias, tapi ada juga yang baru beberapa tahun memulai usahatani tanaman hias tersebut. Hasil produksi yang dimaksud yaitu jumlah tanaman hias yang bisa diproduksi oleh petani tanaman hias yang kemudian dapat dijual ke konsumen. Rerata hasil produksi adalah 960 populasi tanaman hias dengan range 250-1500 populasi tanaman hias dengan jenis tanaman hias yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa petani tanaman hias di Desa Bangun Sari telah dapat memproduksi dan menjual tanaman hiasnya ke konsumen karena mutu yang bagus.
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Biaya Produksi dan Komponen-Komponen Biaya Produksi Pada Usahatani Tanaman Hias. Dalam menjalankan usahataninya petani pengusaha tanaman hias harus mengeluarkan sejumlah biaya produksi agar dapat diperoleh hasil dari usahatani tersebut. Biaya produksi yang harus dikeluarkan terdiri dari bibit, pupuk, dan pestisida. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani pengusaha tanaman hias dapat dilihat pada tabel 10 berikut : Tabel 10. Rerata Distribusi Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Tanaman Hias Yang Diusahakan di Desa Bangun Sari, Tahun 2007. Komponen Biaya Skala Kecil - Bibit - Pupuk - Pestisida Skala Besar - Bibit - Pupuk - Pestisida
Per Petani (Rp)
Per Tanaman (Rp)
Per 1000 Tanaman (Rp)
301.750 102.750 480.000
547,79 191,12 889,26
547.785,72 191.115,01 889.257,69
1.126,250 215.250 1.350.000
850 162,56 1.015,34
850.000 162.558,79 1.015.343,88
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 (Lampiran 2,3,4).
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui besarnya masing-masing komponen sarana produksi untuk skala kecil dan skala besar. Pada usahatani skala kecil penggunaan sarana produksi tertinggi terletak pada penggunaan pestisida yaitu sebesar Rp480.000/petani dan yang terendah pada penggunaan pupuk yaitu sebesar Rp102.750/petani. Sedangkan pada skala besar penggunaan sarana produksi tertinggi yaitu pada penggunaan pestisida yaitu sebesar Rp1.350.000/petani dan yang terendah pada penggunaan pupuk yaitu sebesar Rp215.250/petani. Hal ini terjadi karena pada skala kecil penggunaan pupuk lebih sedikit di karenakan harga pupuk yang dirasa Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
petani cukup mahal sedangkan penggunaan pupuk pada skala besar lebih banyak daripada skala kecil, sedangkan penggunaan pestisida pada skala kecil lebih sedikit juga dari pada penggunaan pestisida pada skala besar yang disebabkan oleh mahalnya harga pestisida bagi petani skala kecil sehingga banyak dari petani skala kecil yang dalam perawatan dan pemeliharaan tanaman hiasnya hanya secara alami saja tanpa harus banyak menggunakan pupuk dan pestisida seperlunya saja, dan jumlah penggunaan bibit untuk skala kecil juga lebih sedikit dari pada penggunaan bibit pada skala besar. Perbedaan-perbedaan dalam hal penggunaan jumlah sarana produksi lebih dikarenakan pada faktor harga dan kepada pengertian masing-masing petani mengenai bagaimana cara hemat dan praktis dalam merawat dan memelihara tanaman hias. Sarana produksi yang digunakan oleh petani tanaman hias adalah sebagai berikut : Skala kecil : - Pupuk
: NPK
= Rp 4.000,-/Kg
Kandang = Rp 3.000,-/Kg - Pestisida : Antracol = Rp 40.000,-/L - Bibit
= Rp 5.00,-/bibit
- Batang Skala besar : - Pupuk
= Rp 5.00,-/batang : NPK
= Rp 4.500,-/Kg
Kandang = Rp 3.000,-/Kg - Pestisida : Antracol = Rp 45.000,-/L - Bibit
= Rp 850,-/bibit
- Batang
= Rp 850,-/batang
Menurut Dinas Pertanian Sumatera Utara, penggunaan pupuk dan pestisida dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman hias. Penggunaan pestisida disesuaikan dengan jenis hama penyakit yang menyerang tanaman hias tersebut dan juga
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
berdasarkan PH tanah sebagai media tanam. Penggunaan pestisida tidak boleh dilakukan sembarangan, hanya dalam keadaan tertentu saja. Sewaktu menggunakan pestisida perlu dilakukan keadaan angin yang dapat menyebabkan melayangnya partikel pestisida ke udara, suhu permukaan tanah yang panas akan menyebabkan pestisida naik ke atas, kelembaban dan curah hujan yang tinggi dapat mencuci pestisida yang telah digunakan. Sedangkan untuk penggunaan pupuk disesuaikan dengan jenis tanaman agar tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan kerusakkan pada tanaman, penambahan garam tanah dan kerugian bagi petani itu sendiri. Jumlah produksi atau bibit pada tanaman hias banyak yang menggunakan batang (stek/sambung) dan bibit, tetapi banyak dari konsumen yang lebih memilih tanaman hias dari hasil proses stek atau sambung dari pada bibit karena dari hasil stek atau sambung tanaman hias dapat lebih bagus lagi bentuk dan hasilnya. Sedangkan para petani lebih banyak memproduksi tanaman hias dari bibit karena mereka tidak ingin merubah bentuk asli tanaman hias itu dan karena akan lebih banyak lagi biaya yang harus dikeluarkan. Di daerah penelitian sendiri masih didapat beberapa petani yang menggunakan pupuk dan pestisida tidak berdasarkan anjuran penggunaan yang baik, mereka lebih mengandalkan pengalaman mereka selama berusahatani tanaman hias dan berdasarkan pengalaman tersebut pula para petani merasa tidak terjadi keluhankeluhan yang besar baik untuk diri mereka maupun untuk jenis tanaman hias mereka. Biasanya produsen langsung berhadapan dengan konsumen dalam menjual produknya. Harga yang dibayar konsumen sama besarnya dengan yang diterima oleh produsen. Dengan demikian dari segi harga produsen akan mendapatkan harga yang wajar dan konsumen merasa puas karena mendapat produk yang segar, bagus dan indah. Biasanya sistem produk yang secara langsung ini memiliki kelemaha yaitu :
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
-
Lingkup pasar / konsumen tidak begitu luas
-
Produsen / petani tidak tertarik untuk meningkatkan pendapatan dengan mengolah produk menjadi bentuk lain dengan harga yang lebih baik, serta tidak dapat meluaskan pasar (terlepas dari profesi sebagai petani / produsen).
Analisis Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam melaksanakan kegiatan usahatani, karena tanpa adanya tenaga kerja maka proses produksi tanaman tidakakan berlangsung dengan baik. Tenaga kerja yang digunakan dalamusahatani tanaman hias adalah tenaga kerja dalam keluarga, akan tetapi jika pada waktu tertentu terjadi kekurangan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) maka digunakan tenaga kerja upahan yang berasal dari luar keluarga (TKLK). Besarnya curahan tenaga kerja per petani yang digunakan oleh petani tanaman hias di Desa Bangun Sari dalam 1 tahun dapat dilihat pada tabel 11 berikut : Tabel 11. Rerata Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias Per Petani di Desa Bangun Sari, Tahun 2007. Kegiatan
Persiapan lahan & penanaman Pembibitan Pemeliharaan Pemupukan Penyiraman Total
Total
Skala Kecil TKDK (HKP) 3,49
TKLK (HKP) 1,08
1,13 1,07 0,90 0,76 7,35
0,04 0,24 0,23 0,52 2,11
Total
Skala Besar
4,57
TKDK (HKP) 4,38
TKLK (HKP) 1,62
1,17 1,31 1,13 1,28 9,46
1,58 1,03 1,15 0,41 8,55
0,30 0,44 0,21 0,88 3,45
6 1,88 1,47 1,36 1,29 12
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 (Lampiran 8 ).
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa sistem usahatani tanaman hias membutuhkan curahan tenaga kerja. Dimana curahan tenaga kerja paling besar adalah
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
pada usahatani skala besar yaitu 12 HKP/petani, sedangkan curahan tenaga kerja yang paling rendah yaitu pada usahatani skala kecil yaitu 9,46 HKP/petani. Usahatani tanaman hias benyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dibandingkan tenaga kerja luar keluarga. Hal ini dikarenakan bahwa petani tanaman hias di daerah penelitian tidak begitu memerlukan tenaga kerja upahan karena faktor luas lahan yang tidak besar dan jumlah populasi tanaman yang tidak banyak sehingga masih bisa dikerjakan oleh tenaga kerja dalam keluarga saja. Menurut Dinas Pertanian Sumatera Utara, penggunaan tenaga kerja pada suatu usahatani sangat diperlukan agar usahatani tersebut dapat berproduksi dengan baik. Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan dalam mengelola usahatani, cukup atau tidaknya tenaga kerja, sehingga memerlukan tenaga kerja dari luar keluarga (TKLK). Bagi pengusaha tanaman hias yang sudah maju, kebutuhan tenaga kerja dapat lebih besar dan memiliki penggolongan atau pembagian
tenaga kerja. Semakin banyak tenaga kerja yang
dibutuhkam maka semakin besar pula biaya yang diperlukan. Pada daerah penelitan jumlah tenaga kerja lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga karena usahatani tanaman hias petani di Desa Bangun Sari masih dikategorikan sebagai usahatani kecil dan menengah. Hal ini dikarenakan luas lahan yang diusahakan petani tanaman hias masih relative kecil sehingga untuk melakukan kegiatan usahatani tanaman hias masih bisa dilakukan oleh anggota keluarga petani. Tenaga kerja baik dari dalam maupun luar keluarga yang bekerja, memimpin, dan mengorganisasikan usahataninya dapat menerima sejumlah upah sebagai bayaran atas tenaga dan jasa yang telah digunakan. Analisis Penerimaan Usahatani Tanaman Hias
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
Penerimaan yang diperoleh petani pengusaha tanaman hias merupakan hasil dari jumlah produksi tanaman hias dikalikan dengan harga jual setiap tanaman hias. Besarnya penerimaan yang diterima petani pengusaha tanaman hias dapat dilihat pada tabel 12 berikut : Tabel 12. Rerata Penerimaan Usahatani Tanaman Hias di Desa Bangun Sari, Tahun 2007. Skala Usaha Kecil Besar Overall
Per Petani (Rp) 15.557.500 47.150.500 62.708.000
Per Tanaman (Rp) 142.100 210.000 352.100
Per 1000 Tanaman (Rp) 142.100.000 210.000.000 352.100.000
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 (Lampiran 11).
Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa rerata penerimaan yang di terima oleh petani pengusaha tanaman hias pada skala kecil yaitu sebesar Rp 15.557.500/petani dan pada skala besar yaitu Rp 47.150.500/petani. Secara overall yaitu sebesar Rp 62.708.000/petani. Penerimaan usahatani skala kecil lebih rendah dari pada penerimaan skala besar. Hal ini terjadi karena jumlah produksi, biaya sarana produksi, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan berbeda-beda antar petani, sehingga jumlah penerimaannya pun juga berbeda-beda. Jumlah penerimaan pada usahatani skala kecil tidak sebesar penerimaan usahatani pada skala besar, tetapi dari hasil tersebut para petani sudah merasa cukup karena mereka bisa tetap melanjutkan usahataninya sampai sekarang dan juga dapat membiayai pendidikan anak-anak mereka. Tidak jarang pula para petani tanaman hias yang ada di Desa Bangun Sari dapat menambah koleksi tanaman hiasnya dengan jenis tanaman hias yang cukup mahal dari hasil penerimaan mereka agar usahatani mereka tidak kalah saing dengan usahatani-usahatani tanaman hias yang ada di daerah lain. Analisis Pendapatan Bersih Usahatani Tanaman Hias
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
Pendapatan bersih merupakan pengurangan hasil penerimaan usahatani tanaman hias dengan seluruh biaya produksi. Dari hasil penelitian di daerah penelitian diperoleh pendapatan untuk masing-masing skala usahatani pada tabel 13 berikut : Tabel 13. Rerata Pendapatan Bersih Usahatani Tanaman Hias di Desa Bangun Sari, Tahun 2007. Skala Usaha Skala kecil Skala besar Overall
Per Petani (Rp) 14.673.000 44.459.000 59.132.000
Per Tanaman (Rp) 140.471,84 207.972,10 348.443,94
Per 1000 Tanaman (Rp) 140.471.841,59 207.972.097,33 348.443.938,92
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 (Lampiran 12).
Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa pendapatan bersih yang diperoleh petani pengusaha tanaman hias skala kecil lebih rendah yaitu sebesar Rp14.673.000/petani sedangkan pendapatan bersih usahatani tanaman hias skala besar lebih besar yaitu sebesar Rp 44.459.000/petani. Secara overall yaitu sebesar Rp 59.132.000/petani. Hal ini terjadi karena jumlah produksi tanaman hias yang diusahakan petani skala kecil lebih sedikit dari pada usahatani skala besar dengan harga jual yang jauh berbeda-beda yaitu : -
Skala kecil : Anggrek
= Rp 20.000-Rp 30.000,-
Anthurium = Rp 35.000-Rp 50.000,Heliconia = Rp 20.000-Rp 30.000,-
-
Krisan
= Rp 15.000-Rp 25.000,-
Melati
= Rp 7.500-Rp 15.000,-
Palem
= Rp 20.000-Rp 30.000,-
Skala besar : Anggrek
= Rp 25.000-Rp 40.000,-
Anthurium = Rp 45.000,-Rp 65.000,Heliconia = Rp 25.000-Rp 35.000,Krisan
= Rp 25.000- Rp 35.000,-
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
Melati
= Rp 15.000-Rp 20.000,-
Palem
= Rp 35.000-Rp 40.000,-
Harga yang tertera di atas di hitung berdasarkan ukuran tanaman dan berdasarkan ukuran wadah tanam yang digunakan yaitu : pot = Rp 5.000,-/pot dan polybag = Rp 12.000,-/Kg. Di daerah penelitian harga jual masing-masing jenis tanaman hias masih bisa berubah karena beberapa hal, diantaranya karena antara penjual dan pembeli saling kenal sebelumnya, karena si pembeli akan membeli tanaman hias yang dimaksud dengan jumlah yang cukup banyak, dan juga karena beberapa hal lainnya. Harga jual akan sangat menentukan posisi pengusaha dalam persaingan. Harga jual yang ditetapkan harus benar-benar dapat memberikan kepuasan kepada konsumen disamping terpenuhinya pencapaian tujuan usahatani tersebut. Berdasarkan Dinas Pertanian Sumatera Utara, suatu usahatani yang dikelola oleh beberapa tenaga kerja baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga dan mengeluarkan biaya sebagai sarana produksi, maka apa yang harus diterima oleh petani tersebut dapat memiliki keuntungan ataupun tidak berada dibawah harga jual (pendapatan > pengeluaran). Tapi tidak jarang pula suatu usahatani masih memiliki pengeluaran yang sedikit lebih besar dari pada pendapatan tapi hal ini tidak menjadi alasan untuk mengatakan usahatani lebih sering merugi.
Analisis Pendapatan Keluarga Usahatani Tanaman Hias
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
Pendapatan keluarga yang diperoleh petani pengusaha tanaman hias berasal dari pendapatan bersih di tambah dengan pendapatan TKDK. Pendapatan keluarga ini sangat dipengaruhi oleh besarnya produksi yang dihasilkan, total biaya produksi yang harus dikeluarkan dan harga jual. Besarnya pendapatan keluarga yang diterima oleh petani pengusaha tanaman hias dapat dilihat pada tabel 14 berikut : Tabel 14. Rerata Pendapatan Keluarga Usahatani Tanaman Hias di Desa Bangun Sari, Tahun 2007. Skala Usaha Skala kecil Skala besar Overall
Per Petani (Rp) 14.673.037 44.459.033 59.132.070
Per Tanaman (Rp) 142.900,10 219.512,10 362.412,20
Per 1000 Tanaman (Rp) 142.819.662,59 219.475.372,33 362.295.034,62
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 (Lampiran 13).
Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa rerata pendapatan keluarga yang diterima oleh petani tanaman hias terkecil yaitu petani skala kecil yaitu sebesar Rp 14.673.037/petani dan pendapatan keluarga yang terbesar yaitu petani skala besar yaitu sebesar Rp 44.459.033/petani. Dan secara overall pendapatan keluarga yaitu sebesar Rp 59.132.070/petani. Hal ini dikarenakan jumlah pendapatan bersih yang diterima oleh pengusahatani tanaman hias skala kecil lebih sedikit dari pada pengusahatani skala besar sehingga pendapatan keluarga yang diperoleh juga berbeda-beda. Berdasarkan Dinas Pertanian Sumatera Utara, yang menjadi ukuran usahatani adalah pendapatan bersih bukan pendapatan keluarga. Tapi pendapatan keluarga juga dapat menjadi ukuran usahatani jika tenaga kerja yang digunakan oleh suatu usahatani hanya memakai tenaga kerja dari dalam keluarga saja. Jadi dapat dikatakan bahwa pada daerah penelitian yaitu Desa Bangun Sari yang menjadi ukuran usahataninya adalah dari pendapatan bersih dan juga pendapatan keluarga. Besarnya pendapatan
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
keluarga suatu usahatani tanaman hias akan dapat mempengaruhi kehidupan suatu keluarga yang hanya bergantung pada usahatani tanaman hias tersebut.
Analisis Uji Beda Rata-Rata Analisis uji beda rata-rata pada usahatani tanaman hias skala kecil dan skala besar dapat dilihat pada tabel 15 berikut : Tabel 15. Analisis Uji Beda Rata-Rata Usahatani Tanaman Hias Pada Skala Kecil dan Skala Besar, Tahun 2007. Uraian
Skala Kecil (Rp/Petani)
Skala Besar (Rp/Petani)
Keterangan
Skala Kecil (HKP/Petani)
Skala Besar (HKP/Petani)
Keterangan
Skala Kecil (Rp/Petani)
Skala Besar (Rp/Petani)
Keterangan
Skala Kecil (Rp/Petani)
Skala Besar (Rp/Petani)
Keterangan
Biaya Produksi t-hitung = t-tabel = Uraian Curahan T.Kerja t-hitung = t-tabel = Uraian Penerimaan t-hitung = t-tabel = Uraian Pendapatan Bersih t-hitung = t-tabel = Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 (Lampiran 2,8,11,12).
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
Berdasarkan hasil analisis uji beda rata-rata biaya produksi dan curahan tenaga kerja pada usahatani tanaman hias maka diperoleh nilai t-hitung = …..dengan nilai ttabel = …..sehingga keputusan hipotesis 1 dan 2 adalah H1 diterima pada tingkat kepercayaan 95%, artinya terdapat perbedaan nyata antara biaya produksi dan curahan tenaga kerja usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala besar, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh factor-faktor perbedaan lain. Sedangkan uji beda rata-rata antara penerimaan dan pndapatan bersih usahatani tanaman hias di peroleh nilai thitung = ……dengan t-tabel = …..sehingga keputusan hipotesis 3 dan 4 adalah H1 diterima pada tingkat kepercayaan 95%, artinya terdapat perbedaan nyata antara penerimaan dan pendapatan bersih usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala besar sedangkan sisanya dipengaruhi oleh factor-faktor perbedaan lainnya. Dari hasil analisis uji beda antara biaya produksi dan tenaga kerja dengan penerimaan dan pendapatan besih diperoleh nilai t-hitung yang………dimana nilai thitung biaya produksi dan tenaga kerja sebesar……sedangkan penerimaan dan pendapatan bersih sebesar……Nilai t-hitung…….lebih……daripada…..karena pada daerah penelitian masih banyaknya para petani tanaman hias yang lebih memperhatikan produksi daripada produktivitas kerja sehingga masih banyak pula para tenaga kerja yang memiliki pembagian kerja yang lebih dari 1, artinya 1 orang pekerja memiliki beberapa pembagian kerja dengan upah yang relative sedikit. Nilai ttabel diperoleh dari rumus sebagai berikut : Jumlah Sampel – Jumlah Variabel – 1 : : ……→ t-tabel ke….= Menurut dinas pertanian, produktivitas kerja sangat diperlukan untuk membantu menentukan rendabilitas suatu perusahaan guna melakukan persesuaian dan perubahan-perubahan dalam suatu perusahaan. Dikalangan pertanian umumnya
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
terdapat penggunaan kerja yang berlebihan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Produktivitas kerja dapat ditingkatkan dengan penggunaan alat dan mesin pertanian. Produktivitas kerja dapat diukur dengan standard-standard produktivitas yaitu kemampuan seseorang untuk menyelesaikan sejumlah pekerjaan tertentu dalam jangka waktu tertentu pula. Di Indonesia, untuk meperoleh data tentang produktivitas belum banyak di lakukan, karena disesuaikan dengan lingkungan tempat kerja dan keadaan pasar yang sering melakukan persaingan usaha. Jadi untuk dapat mengefisienkan antara produksi dan produktivitas kerja sangat diperlukan keseimbangan dalam penggunaannya. Jika para petani tanaman hias dapat menekan biaya produksi serendah mungkin dan menyesuaikan penggunaan tenaga kerja maka penerimaan dan pendapatan usahatani pun akan sesuai dengan apa yang telah dikorbankan dan usahataninya pun akan dapat dikatakan sukses dengan tidak lupa untuk memperhatikan mutu produk yang baik dan bagus sehingga dapat diekspor keluar Negeri.
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasilpenelitian pada usahatani tanaman hias di Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjng Morawa Kabupaten Deli Serdang, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan biaya produksi pada usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala besar, dimana rerata biaya produksi skala kecil sebesar Rp 884.500/petani dan skala besar sebesar Rp 2.691.500/petani. 2. Terdapat perbedaan curahan tenaga kerja pada usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala besar, dimana rerata curahan tenaga kerja skala kecil sebesar 7,35/HKP (TKDK) dan 2,12/HKP (TKLK) sedangkan skala besar 8,55/HKP (TKDK) dan 3,44/HKP (TKLK). 3. Terdapat perbedaan penerimaan pada usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala besar, dimana rerata penerimaan skala kecil sebesar Rp 15.557.500/petani, dan skala besar sebesar Rp 47.150.500/petani. 4. Terdapat perbedaan pendapatan bersih pada usahatani tanaman hias antara skala kecil dan skala besar, dimana rerata pendapatan bersih skala kecil sebesar Rp 14.673.000/petani dan skala besar sebesar Rp 44.459.000/petani. Sedangkan perbedaan rerata pendapatan keluarga antara skala kecil dan skala besar yaitu skala kecil sebesar Rp 14.673.037/petani dan skala besar sebesar Rp 44.459.033/petani.
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
Saran 1. Kepada petani disarankan agar lebih memahami keadaan pasar khususnya pasar tanaman hias sehingga dapat bersaing dan dapat menjadikan produk tanaman hias lebih disenangi dan terkenal ke luar negeri dan lebih intensif lagi dalam berusahatani tanaman hias agar dapat diperoleh hasil yang lebih baik lagi. 2. Kepada pemerintah agar dapat memberikan bantuan berupa pemberian pupuk bersubsidi kepada petani yang membutuhkan sehingga tidak ada lagi permasalahan mengenai keterbatasan pupuk bagi petani. 3. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan penelitian ini lebih baik lagi dalam hal usahatani dan pemasaran tanaman hias.
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Adiwilaga, A.Ir.Prof., 1982, Ilmu Usahatani, Penerbit Alumni, Bandung. Boediono, 1984, Synopsis Teori Ekonomi I, Ekonomi Mikro, UGM, yoyakarta. Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2005, Laporan Tahunan, Medan. Dinas Pertanian Deli Serdang, 2005, Laporan Tahunan, Lubuk Pakam. Mosher, A.T., 1987, Menggerakkan dan Membangun Pertanian, Cetakkan II, C.V.Yasaguna, Jakarta. Nazaruddin, 1999, Palem Hias, Penebar Swadaya, Jakarta. Nugroho, B.A., 2005, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta. Rahardi, F., 1997, Bercocok Tanam Dalam Pot, Penebar Swadaya, Jakarta. Rukmana, R, 1997, Anthurium, Seri Tanaman Hias, Kanisius, Yogyakarta. Simanjuntak, R.H., 1996, Budidaya tanaman hias Suplir, Penerbit Ghratara, Jakarta. Singarimbun, M dan Effendi, S., 1987, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Yogyakarta. Soekartawi, 1995, Analisis Usahatani, UI PRESS, Jakarta. Soekartawi, 1996, Manajemen Agribisnis Bunga Potong, UI PRESS, Jakarta. 1999, Agribisnis teori dan Aplikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2002, Analisi Usahatani, UI PRESS, Jakarta.
Anggia Wulandari : Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang), 2008 USU Repository © 2008