PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN PASAR TANAMAN HIAS BROMELIA MELALUI PENDEKATAN ARSITEKTUR STRATEGI (Studi Kasus: Usaha Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
ELVA H34060750
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 i
RINGKASAN ELVA. Perencanaan Strategi Pengembangan Pasar Tanaman Hias Bromelia Melalui Pendekatan Arsitektur Strategi (Studi Kasus: Usaha Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan BURHANUDDIN). Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang mempunyai prospek untuk dikembangkan. Prospek tersebut dapat dilihat dari kontribusi subsektor hortikultura terhadap devisa negara dan share Product Domestic Bruto (PDB) hortikultura terhadap total PDB Negara Indonesia. Tanaman hias merupakan bagian dari tanaman hortikultura yang memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan PDB dari subsektor hortikultura. Kecenderungan peningkatan PDB tanaman hias merupakan suatu refleksi dari peningkatan volume penjualan yang juga menggambarkan kondisi peningkatan permintaan pasar terhadap tanaman hias. Menurut Kepala Seksi Bimbingan dan Pengembangan Usaha Sub Direktorat Tanaman Taman (2010), salah satu tanaman hias yang mengalami peningkatan permintaan adalah tanaman hias pot berdaun indah. Indikator yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan permintaan pasar terhadap tanaman pot berdaun indah adalah dimasukkannya tanaman hias pot berdaun indah menjadi komoditas unggulan tanaman hias di tahun 2008 dan indikator lainnya berupa peningkatan volume produksi tanaman pot berdaun indah. Menurut Perhimpunan Florikultura Indonesia (2010) salah satu jenis tanaman hias pot berdaun indah yang sedang digemari masyarakat pada tahun 2009 adalah bromelia. Berdasarkan Data Ditjen Hortikultura (2008) Jawa Barat merupakan daerah sentra produsen tanaman bromelia dan salah satunya adalah Kabupaten Bogor. Ciapus Bromel merupakan produsen bromelia terbesar di Kabupaten Bogor dan hanya melayani pasar konsumen dalam penjualannya. Iklim yang mendukung pertumbuhan bromelia secara optimal, produsen bromelia terbesar di Kabupaten Bogor, dan adanya potensi pasar berupa kecenderungan peningkatan permintaan tanaman hias pot berdaun indah terkait dengan fungsinya sebagai tanaman taman merupakan peluang bagi Ciapus Bromel untuk meningkatkan nilai penjualannya. Untuk memanfaatkan peluang tersebut serta secara jangka panjang mengantisipasi pengaruh tren terhadap penjualan Ciapus Bromel, maka perusahaan berencana melakukan pengembangan pasar. Agar perencanaan tersebut lebih dapat terukur dan adaptable maka diperlukan rancangan perencanaan strategi dalam bentuk plot strategi dan program kerja. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi kondisi usaha Ciapus Bromel serta merumuskan strategi pengembangan pasar Ciapus Bromel dan memplotkan program dari strategi yang telah dirumuskan ke dalam bentangan arsitektur. Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada Usaha Ciapus Bromel yang terletak di Jalan Tamansari, RT 03 RW 04, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal perusahaan. ii
Hasil audit internal dan eksternal perusahan menunjukkan bahwa perusahaan memiliki dua kekuatan yang paling penting dalam mewujudkan pengembangan pasar Ciapus Bromel yaitu memiliki varietas terbanyak dan latar belakang pendidikan dan pengalaman pemilik plus manajer pengelola. Kelemahan yang paling penting diatasi Ciapus Bromel adalah perbaikan manajemen dan peningkatan kapasitas produksi. Peluang yang paling berpengaruh dan penting bagi pengembangan pasar Ciapus Bromel adalah kecenderungan membaiknya kondisi perekonomian tahun 2010-2014 serta adanya wacana konsep green living dari pemerintah. Ancaman yang paling diwaspadai Ciapus Bromel adalah keberadaan tanaman hias substitusi. Hasil arsitektur strategi, secara umum ada dua bagian strategi yang diterapkan Ciapus Bromel selama kurun waktu 2010-2014. Pertama strategi yang dominan berisi program yang dilakukan secara kontinu, yaitu; (1) Memperbaiki manajemen dan kualitas SDM karyawan Ciapus Bromel; (2) Menyediakan bromelia dengan harga kompetitif dan berkualitas; (3) Sosialisasi mengenai manfaat keberadaan bromelia kepada masyrakat melalui kerjasama dengan Perhimpunan Florikultura Indonesia. Bentuk strategi kedua berisi program yang dilakukan secara bertahap, yaitu; (1) Aliansi pemasaran dengan perusahaan landscape; (2) Penambahan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan target pasar potensial; (3) Repositioning produk untuk menciptakan permintaan kontraktor taman dan landscaper; dan (4) Revitalisasi promosi sebagai upaya positioning produk Ciapus Bromel di benak kontraktor taman dan landscaper.
iii
PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN PASAR TANAMAN HIAS BROMELIA MELALUI PENDEKATAN ARSITEKTUR STRATEGI (Studi Kasus: Usaha Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor)
ELVA H34060750
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 iv
Judul Skripsi
: Perencanaan Strategi Pengembangan Pasar Tanaman Hias Bromelia Melalui Pendekatan Arsitektur Strategi (Studi Kasus: Usaha Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor)
Nama
: Elva
NIM
: H34060750
Menyetujui, Pembimbing
Ir. Burhanuddin, MM NIP. 19680215 199903 1 001
Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus : v
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Perencanaan Strategi Pengembangan Pasar Tanaman Hias Bromelia (Studi Kasus: Usaha Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2010
Elva H34060750
vi
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Muara Enim pada tanggal 18 Februari 1989. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Bastian dan Ibu Sri Rumiati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 18 Muara Enim pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTP Negeri 1 Muara Enim, Sumatera Selatan. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas pada tahun 2006 di SMA Negeri 1 Muara Enim, Sumatera Selatan. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi Penerimaan Beasiswa Utusan Daerah (BUD) pada tahun 2006. Kemudian pada tahun 2007, penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai mayor. Selama mengikuti pendidikan, penulis juga aktif di organisasi internal kampus yaitu menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi Manajemen tahun 2007, Himpunan Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) tahun 2009, dan Organisasi Mahasiswa Daerah Palembang. Penulis pernah ikut serta dalam beberapa kepanitiaan di kampus di antaranya Pujangga, Agrination, dan Agrigate. Penulis memperoleh beasiswa dari daerah selama menempuh perkuliahan di IPB dan lulus seleksi Program Kreativitas Mahasiswa yang didanai Dikti tahun 2009. Selain itu, penulis juga menjadi asisten dalam mata kuliah Ekonomi Umum Tingkat Persiapan Bersama periode 2009-2010.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Perencanaan Strategi Pengembangan Pasar Tanaman Hias Bromelia (Studi Kasus: Usaha Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor)”. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini bertujuan untuk merumuskan strategi dan program terkait dengan pengembangan pasar tanaman hias bromelia pada Usaha Ciapus Bromel. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis faktor internal dan eksternal Ciapus Bromel yang kemudian diplotkan menjadi strategi dan program menggunakan pendekatan arsitektur strategi. Segala upaya dan kerja yang optimal telah dilakukan dalam penyusunan skripsi ini, kendati demikian saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan sebagai upaya penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata dengan segala kerendahan hati semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pihak-pihak yang terkait, dan pembaca.
Bogor, Juli 2010 Elva
viii
UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1.
Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen pembimbing skripsi atas segala arahan, bimbingan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini.
2.
Eva Yolynda Aviny, Sp, MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3.
Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
4.
Dr.Ir. Henny K Daryanto, M.Ec selaku dosen pembimbing akademik. Terimakasih telah menjadi inspirasi dan panutan penulis selama masa perkuliahan.
5.
Seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis.
6.
Ibu dan Bapak tercinta serta kakakku (Jeri Purba dan Rian Puspitasari) yang telah memberikan dukungan, do’a, serta kasih sayang yang tiada pernah putus.
Semoga
skripsi
ini
merupakan
gerbang
pembuka
untuk
membahagiakan kalian. 7.
Pemilik dan pihak manajemen
Ciapus Bromel terimakasih atas waktu,
kesempatan, dan informasi yang telah diberikan kepada penulis. 8.
Segenap pegawai Direktorat Jendral Hortikultura khususnya bagian tanaman hias dan tanaman taman, para landscaper dan kontraktor taman, serta produsen bromelia di Jabodetabek, yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian.
9.
Angga Satria Atmaja, S.IP terimakasih atas waktu, do’a, kasih sayang, dan dukungannya. Semoga apa yang kita rencanakan dapat terwujud dengan baik.
10. Muhammad Adam Dalimunthe dan Apriliana Utami sebagai saudara satu bimbingan. Semoga persaudaraan kita tidak lekang oleh waktu dan kita masih mengingat betapa beruntungnya kita mendapatkan “beliau” sebagai dosen ix
pembimbing. 11. Rizka Maulida, sebagai sahabat sekaligus rekan satu lokasi penelitian, terima kasih telah menemani serta berbagi suka dan duka dengan penulis. 12. Widya Oktavianti, “sebagai sahabat yang telah mengajarkan berbagai karakteristik hidup”, Lina, Tita Nursyamsiah, Irena O, Aries Anggriawan, Fuji Lasmini terimakasih atas ketulusan persahabatan yang diberikan. Penulis sangat beruntung mengenal kalian. Semoga persahabatan ini terjalin hingga akhir waktu. 13. Semua teman-teman AGB 43 dan ARL 43, terimakasih atas rasa kebersamaan selama menjalani masa perkuliahan serta bantuannya dalam memberikan ilmu mengenai dunia landscape. 14. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Juli 2010 Elva
x
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................
xv
I
PENDAHULUAN ................................................................. 1.1. Latar Belakang ........................................................... 1.2. Perumusan Masalah ................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................ 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ...........................................
1 1 4 7 8 8
II
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 2.1. Tanaman Hias ............................................................. 2.2. Bromelia ....................................................................... Real Estate ................................................................. 2.3. 2.4. Pengembangan Pasar .................................................. 2.5. Penelitian Terdahulu .................................................. 2.6. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
9 9 10 11 14 14 16
III
KERANGKA PEMIKIRAN ............................................... Kerangka Pemikiran Teoritis ..................................... 3.1. 3.1.1 Konsep Strategi .............................................. 3.1.2 Manajemen Strategi ....................................... 3.1.3 Visi dan Misi .................................................. 3.1.4 Analisis Internal .............................................. 3.1.5 Analisis Eksternal ........................................... 3.1.6 Industry Foresight………………… ................ 3.1.7 Tantangan Organisasi……………………… ... 3.1.8 Sasaran……………………………………….. 3.1.9 Analisis Strategi…………………………….. . 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ..............................
18 18 18 19 20 20 21 26 27 27 27 28
IV
METODE PENELITIAN .................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................... 4.1. 4.2. Data dan Instrumentasi ............................................... 4.3. Metode Pengumpulan Data ........................................ 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................
31 31 31 32 35
V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................. 5.1. Sejarah dan Perkembangan Ciapus Bromel ................ 5.2. Lokasi dan Tata Letak Ciapus Bromel ....................... 5.3. Organisasi Ciapus Bromel .......................................... 5.4. Sumber Daya Ciapus Bromel ..................................... 5.5. Lingkup Kegiatan Ciapus Bromel .............................. 5.6. Hubungan Ciapus Bromel dengan PT. Godong Ijo Asri
38 38 39 41 43 46 53 xi
ARSITEKTUR STRATEGI CIAPUS BROMEL ............ 6.1. Visi dan Misi Ciapus Bromel ....................................... 6.2. Tujuan Ciapus Bromel ................................................. 6.3. Analisis Lingkungan Perusahaan ............................... 6.3.1 Lingkungan Internal ........................................ 6.3.2 Lingkungan Industri .......................................... 6.3.3 Lingkungan Makro…………….. ...................... 6.3.4 Identifikasi Kekuatan,Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Ciapus Bromel........................... 6.4. Industry Foresight Ciapus Bromel ............................... 6.5. Tantangan Ciapus Bromel ............................................ 6.6. Sasaran Ciapus Bromel ................................................ 6.7. Strategi Pengembangan Pasar Ciapus Bromel ............. 6.8. Rekomendasi Program ................................................. 6.9. Rancangan Arsitektur Strategi Pengembangan Pasar Ciapus Bromel...........................
105
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 8.1. Kesimpulan ................................................................ 8.2. Saran ...........................................................................
115 115 116
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
117
LAMPIRAN ......................................................................................
119
VI
VIII
54 54 54 55 55 64 73 81 87 88 91 93 103
xii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Data Produsen Bromelia di Indonesia Tahun 2008 ………….
3
2.
Penelitian Terdahulu ..............................................................
17
3.
Sumber Daya Manusia Ciapus Bromel Tahun 2010 ..............
46
4.
Gambaran Umum Perusahaan Pesaing Ciapus Bromel di Wilayah Jabodetabek .........................................................
65
Proyeksi Indikator Kondisi Perekonomian Indonesia Tahun 2010-2011 ...................................................................
75
Tarif Impor Indukan Bromelia Berdasarkan CEPT, ACFA, AKFA, IJEPA, dan, AANZFTA (Dalam Persen) ....................
77
Rancangan Strategi dan Program Kerja Ciapus Bromel Tahun 2010-2014 ...................................................................
103
5. 6. 7.
xiii
DAFTAR GAMBAR Nomor 1.
Halaman Pendapatan Domestik Bruto dari Hortikultura Berdasarkan Harga Tetap 2000 ( Milyar Rupiah)..................
1
2.
Nilai Penjualan Bromelia Ciapus Bromel Tahun 2009..........
4
3.
Biaya Operasional Ciapus Bromel Tahun 2009 ( Persen) .................................................................................
5
4.
Penerimaan Ciapus Bromel Tahun 2009 ..............................
5
5.
Kerangka Pemikiran Operasional ........................................
30
6.
Matriks SWOT .....................................................................
36
7.
Rencana Arsitektur Strategi Ciapus Bromel Tahun 2010-2014 ................................................................
37
8.
Struktur Organisasi Ciapus Bromel .....................................
41
9.
Frekuensi Pendapatan Ciapus Bromel Tahun 2009 (Persen) ..................................................................................
45
Rencana Aliras Distribusi Bromelia Ciapus Bromel ke Landscaper dan Kontraktor Taman ..................................
61
11.
Pergerakan CEI dan LEI Indonesia Tahun 2007-2009 ........
71
12.
Consumen Confidence Index Indonesia Tahun 2008-2009 .
72
13.
Perkembangan Tingkat Inflasi tahun 2009-2010 (Persen) ....
72
14.
Indeks Ekspektasi Konsumen di Wilayah Jabodetabek Tahun 2009-2010 ...................................................................
73
Pertumbuhan Indeks Penjualan Riil Tahun 2008-2010 (Persen) .....................................................
74
Indeks Pertumbuhan Ekspektasi Penjualan Tahun 2009-2010 .................................................................
74
Proyeksi Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 2010-2014 (Persen) ....................................................
76
18.
Analisis SWOT Ciapus Bromel .............................................
94
19.
Peta Arsitektur Strategi Pengembangan Pasar Ciapus Bromel Tahun 2010-2014 ..........................................
107
20.
Plot Program Ciapus Bromel Tahun 2010 .............................
109
21.
Plot Program Ciapus Bromel Tahun 2011 .............................
111
22.
Plot Program Ciapus Bromel Tahun 2012 .............................
112
23.
Plot Program Ciapus Bromel Tahun 2013 .............................
113
24.
Plot Program Ciapus Bromel Tahun 2014 .............................
114
10.
15. 16. 17.
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
Halaman Nilai dan Jumlah Penjualan Bromelia Ciapus Bromel Tahun 2009 ............................................................................
141
2.
Varietas Bromelia Ciapus Bromel Tahun 2009 ...................
142
3.
Daftar Bromelia dan Harga Bromelia Ciapus Bromel Tahun 2010 ...........................................................................
145
4.
Pola Budidaya Bromelia di Ciapus Bromel ..........................
149
5.
Asumsi yang Digunakan dalam Perhitungan Kapasitas Green House Bromelia di Ciapus Bromel .............................
150
Jumlah Bromelia Berdasarkan Pola Budidaya dan Perhitungan Kapasitas Green House .....................................
153
7.
Hasil Kuesioner Faktor Internal dan Eksternal Strategis ......
156
8.
Perhitungan Sasaran ...............................................................
157
9.
Daftar Harga Tanaman Substitusi Bromelia Tahun 2009-2010 ...................................................................
158
11.
Daftar Developer Real Estate di Jabodetabek .......................
159
12.
Perhitungan Proyeksi Harga Pokok Penjualan Bromelia Ciapus Bromel .......................................................................
162
Kuesioner Penentuan Faktor Strategi Internal dan Eksternal Ciapus Bromel ...................................
164
Kuesioner Karakteristik dan Pendapat Kontraktor taman dan Landscaper.........................................
167
Dokumentasi Penelitian .........................................................
169
6.
13. 14. 15.
xv
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang mempunyai prospek untuk dikembangkan. Prospek tersebut dapat dilihat dari kontribusi subsektor hortikultura terhadap devisa negara dan share Product Domestic Bruto (PDB) hortikultura terhadap total PDB Negara Indonesia. Data ekspor pertanian tahun 2006 memperlihakan bahwa subsektor hortikultura memberikan nilai ekspor terbesar kedua setelah tanaman perkebunan, yaitu mencapai 65 juta dolar AS. Berdasarkan proyeksi Departemen Pertanian (2009), nilai ekspor hortikultura diperkirakan akan meningkat sebesar 411,51 juta dolar AS atau mengalami peningkatan sebesar 13,31 persen dari pencapaian tahun 20081. Indikator lain yang digunakan untuk melihat secara komprehensif peran positif subsektor hortikultura terhadap perekonomian Indonesia adalah dengan melihat PDB hortikultura. Nilai PDB hortikultura cenderung meningkat dari Rp 44,196 triliun pada tahun 2005 hingga Rp 51,374 triliun pada tahun 2008 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7,9 persen per tahun.
30000 25000 20000
22460 16395
25934
24426
23300
18514
17957
17069
Sayuran
15000 10000 5000
Buah-Buahan
3334 2007
4281
4051 2099
4554 2372
Biofarmaka Tanaman Hias
2208
0 2005
Gambar1.
2006
2007
2008
Pendapatan Domestik Bruto dari Hortikultura Berdasarkan Harga Tetap Tahun 2000 (Milyar Rupiah) Sumber: Ditjen Bina Hortikultura (2009) diolah
Tanaman hias merupakan bagian dari tanaman hortikultura yang memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan PDB dari subsektor 1
Proyeksi Ekspor . 2009. www.hortikultura.deptan.go.id. [Diakses 18 Februari 2010]
1
hortikultura. Hal tersebut dapat dilihat dari kecenderungan berkorelasi positifnya PDB tanaman hias dengan peningkatan PDB dari subsektor hortikultura pada tahun 2005-2008 (Gambar 1) dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 9,6 persen per tahun. Kecenderungan peningkatan PDB tanaman hias merupakan suatu refleksi dari peningkatan volume penjualan yang juga menggambarkan kondisi peningkatan permintaan pasar terhadap tanaman hias. Menurut Kepala Seksi Bimbingan dan Pengembangan Usaha Sub Direktorat Tanaman Taman (2010), salah satu tanaman hias yang mengalami peningkatan permintaan adalah tanaman hias pot berdaun indah. Indikator yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan permintaan pasar terhadap tanaman pot berdaun indah adalah dimasukkannya tanaman hias pot berdaun indah menjadi komoditas unggulan tanaman hias pada tahun 2008 dan indikator lainnya berupa peningkatan volume produksi tanaman pot berdaun indah. Berdasarkan data produksi tanaman hias dari Ditjen Tanaman Hias (2010), pada tahun 2009 total produksi untuk tanaman hias pot berdaun indah di indonesia meningkat sebesar 10,65 persen dari tahun 2008. Peningkatan permintaan pasar terhadap tanaman ini disebabkan dua faktor. Faktor pertama adalah adanya perubahan tren tanaman dari tanaman hias pot berdaun berbunga ke tanaman hias pot berdaun indah dan faktor kedua menyangkut fungsi tanaman hias pot berdaun indah yang juga dapat digunakan sebagai tanaman hias taman. Kasekbid Tanaman Hias Pot Ditjen Hortikultura (2010) menyatakan bahwa dualisme fungsi tanaman hias pot berdaun indah tersebut akan mendorong kecenderungan peningkatan permintaan tanaman hias pot berdaun indah terutama jika dikaitkan dengan adanya isu global warming. Menurut Perhimpunan Florikultura Indonesia (2010) salah satu jenis tanaman hias pot berdaun indah yang sedang digemari masyarakat pada tahun 2009 adalah bromelia. Bromelia juga merupakan salah satu tanaman yang dominan dikembangkan di Indonesia (Ditjen Tanaman Hias 2007) dan komoditas tanaman binaan Direktorat Jendral Hortikultura berdasarkan Kepmentan No 511/Kpts/PD.310/9/2006 tanggal 12 September 2006. Akan tetapi bromelia belum termasuk komoditas tanaman hias unggulan bagi Indonesia2. Kasekbid Tanaman Hias Pot Ditjen Horikultura (2010) menyatakan bahwa hal ini dikarenakan share 2
Komoditas Tanaman Binaaan.2006.www.hortikultura.deptan.go.id.[Diakses 18 Februari 2010]
2
nilai penjualan tanaman bromelia masih dibawah share penjualan 24 komoditas tanaman hias unggulan Indonesia. Kecilnya share nilai penjualan bromelia disebabkan masih sedikitnya perusahaan maupun petani-petani tanaman hias yang membudidayakan bromelia. Faktor penyebab masih sedikitnya jumlah pengusaha bromelia karena tanaman bromelia relatif baru dikenal masyarakat Indonesia dibandingkan 24 komoditas tanaman hias unggulan. Bromelia mulai banyak dikenal sejak tahun 2005. Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki produsen tanaman bromelia terbanyak di Indonesia. Dari total produsen bromelia di Indonesia, sebesar 42,85 persen produsen bromelia berdomisili di Jawa Barat (Tabel 1). Kondisi ini didukung oleh iklim di Jawa Barat yang cenderung lebih subur dan cocok untuk budidaya tanaman hias terutama daerah dengan strata wilayah dataran tinggi bagian tengah3. Salah satu daerah yang termasuk dalam kategori ini dan merupakan daerah yang memiliki produsen bromelia terbanyak di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor. Tabel 1. Data Produsen Bromelia di Indonesia Tahun 2008 No
Nama Perusahaan
Provinsi
Kota/Kabupaten
1
Elegant Flora
DKI Jakarta
Jakarta Selatan
2
Harrys Bromeliad
DKI Jakarta
Jakarta Selatan
3
Sunda Kelapa Nursery
Banten
Tanggerang
4
Alpha Nursery
Jawa Barat
Bogor
5
Ciapus Bromel
Jawa Barat
Bogor
6
Kelompok Tani Vioces
Jawa Barat
Bogor
7
Aneka Nursery
Jawa Tengah
Semarang
Sumber: Ditjen Hortikultura (2008) diolah
Berdasarkan survei terhadap produsen bromelia di Kabupaten Bogor, Ciapus Bromel merupakan produsen bromelia terbesar di Kabupaten Bogor yang mempunyai luas lahan terbesar yaitu 1 ha dengan rata-rata bromelia yang dimilikinya sebanyak 70.000 per tahunnya dan hanya melayani konsumen akhir dalam penjualannya. Iklim yang mendukung pertumbuhan bromelia secara optimal, produsen bromelia terbesar di Kabupaten Bogor, dan adanya potensi 3
Solihin A, Sudirja R, Yudha S. 2006. Distribusi Komoditas Unggulan Hortikultura Berbasis Potensi Wilayah Studi Kasus Wiayah Pembangunan Utara Kabupaten Garut. www.scribd.com. pdf.[ Diakses 25 Januari 2010]
3
pasar berupa kecenderungan peningkatan permintaan tanaman hias pot berdaun indah terkait dengan fungsinya sebagai tanaman taman merupakan peluang bagi Ciapus Bromel untuk meningkatkan nilai penjualannya. Untuk memanfaatkan peluang tersebut serta secara jangka panjang mengantisipasi pengaruh tren terhadap penjualan Ciapus Bromel, maka perusahaan berencana melakukan pengembangan pasar. Agar perencanaan tersebut lebih dapat terukur dan adaptable maka diperlukan rancangan perencanaan strategis dalam bentuk plot strategi dan program kerja. 1.2. Perumusan Masalah Ciapus Bromel berdiri sejak tahun 2006 dengan status usaha sebagai usaha perorangan. Dalam jangka waktu empat tahun, perusahaan ini telah mampu menghasilkan 70.000 tanaman bromelia dengan berbagai varietas. Perkembangan jumlah produk tersebut tidak diikuti dengan kecenderungan peningkatan pendapatan perusahaan.
Pendapatan Ciapus Bromel sangat berfluktuatif. Hal
tersebut dapat dilihat dari perkembangan nilai penjualan bromelia di tahun 2009 (Gambar 2). 10000000 80000000 60000000 40000000 20000000 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst Sept Okt
Nov
Des
Bulan
Gambar 2. Nilai Penjualan Bromelia Ciapus Bromel Tahun 2009 Sumber: Ciapus Bromel (2009) diolah
Nilai penjualan bromelia Ciapus Bromel mengalami peningkatan terbesar pada bulan Agustus. Pertumbuhan pendapatan pada bulan Agustus mencapai 1000,3 persen dari nilai penjualan bulan Juli tahun 2009. Peningkatan nilai penjualan tertinggi disebabkan karena adanya kegiatan pameran di lapangan banteng. Pameran tersebut diadakan secara kontinu setiap tahun selama satu bulan. Secara keseluruhan di sepanjang tahun 2009, fluktuatifnya pendapatan Ciapus Bromel sangat dipengaruhi oleh kegiatan pameran yang diikuti 4
perusahaan. Pendapatan perusahaan relatif lebih besar jika mengikuti pameran. Akan tetapi hal ini sebanding dengan pengeluaran perusahaan untuk kegiatan pameran. Biaya pemasaran mencapai 43 persen dari total biaya tetap Ciapus Bromel pada tahun 2009(Gambar 3). Jika biaya pemasaran dibandingkan dengan biaya variabel, biaya pemasaran 2,3 persen lebih besar dibandingkan biaya variabel. Biaya Operasional Ciapus Bromel Tahun 2009 16
Biaya Variabel Biaya Tetap
84
Biaya Tetap Ciapus Bromel Tahun 2009 43
57
Biaya Pemasaran Biaya Non Pemasaran
Gambar 3. Biaya Operasional Ciapus Bromel Tahun 2009 (Persen) Sumber: Data Keuangan Ciapus Bromel (2009) diolah
Dari 43 persen biaya pemasaran, sebesar 95 persen biaya pemasaran merupakan biaya kegiatan pameran dan dari 95 persen tersebut sebesar 38,8 persen merupakan biaya sewa stand sedangkan sisanya digunakan untuk kegiatan pengangkutan bromelia ke lokasi pameran dan penjagaan stand pameran. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penerimaan Ciapus Bromel cenderung negatif dan fluktuatif. Penerimaan Ciapus Bromel dapat dilihat pada Gambar 4. 100.000.000,00 50.000.000,00 (50.000.000,00) (100.000.000,00)
Jan Feb Mar April Mei Jun
Jul Agst Sept Okt Nov Des
Bulan
(150.000.000,00)
Gambar 4. Penerimaan Ciapus Bromel Tahun 2009 Sumber: Data Keuangan Ciapus Bromel (2009) diolah
Berdasarkan kondisi penerimaan tersebut, Ciapus Bromel berencana untuk melakukan ekspansi target pasar. Ciapus Bromel akan membidik pasar institusional dengan target kontraktor taman dan landscaper. Wilayah pemasaran akan difokuskan di wilayah Jabodetabek. Menurut pemilik Ciapus Bromel, 5
pemilihan kontraktor taman dan landscaper sebagai target pasar Ciapus Bromel dikarenakan permintaan para kontraktor taman dan landscaper relatif akan lebih kontinu karena tidak dipengaruhi oleh tren tanaman dan perusahaan beranggapan secara jangka panjang pendapatan dari penjualan ke kontraktor taman dan landscaper akan lebih besar dibandingkan biaya pemasarannya. Hal ini akan meminimalisir fluktuasi penerimaan Ciapus Bromel. Faktor lainnya yang menjadi landasan Ciapus Bromel untuk melakukan ekspansi pasar ke kontraktor taman dan landscaper adalah kuantitas pembelian target tersebut relatif lebih banyak dibandingkan target konsumen. Kondisi ini akan meminimalisir penumpukan tanaman dan pada akhirnya juga akan mengurangi biaya perawatan tanaman. Kedua pertimbangan di atas diperlukan perusahaan untuk mempertahankan kemampulabaannya di masa depan. Untuk
mewujudkan
rencana
ekspansi
pasarnya,
Ciapus
Bromel
memerlukan perbaikan internal karena kondisi sumberdaya perusahaan belum mendukung untuk mencapai keinginan tersebut. Ditinjau dari manajemen, perusahaan belum menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan baik. Adanya rangkap jabatan dan tidak sistematisnya perencanaan merupakan bentuk kurang baiknya manajemen perusahaan. Selain itu, Ciapus Bromel memerlukan penambahan green house dikarenakan kondisi green house saat ini sudah mencapai kuota maksimum, sehingga banyak anakan bromelia yang diletakan di bawah rak penempatan tanaman dan pada akhirnya mengurangi nilai jual dari bromelianya. Penambahan green house ini juga sebagai upaya penambahan kapasitas produksi untuk mengantisipasi peningkatan permintaan akibat penambahan target pasar. Perluasan target pasar juga memerlukan kegiatan pemasaran yang intensif. Perencanaan bauran pemasaran merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan perusahaan. Akan tetapi kondisi sumberdaya karyawan belum mendukung terwujudnya kegiatan pemasaran dengan baik. Kondisi ini secara jangka panjang akan menjadi suatu kendala bagi Ciapus Bromel untuk mendapatkan pangsa pasar terbesar terkait dengan ekspansi pasarnya. Selain permasalahan internal, Ciapus Bromel juga dihadapkan pada permasalahan eksternal. Berdasarkan data Direktorat Budidaya Tanaman Hias dan 6
Dinas Pertanian Kabupaten Bogor Ciapus Bromel memiliki lima pesaing di daerah Jabodetabek (Tabel 1). Jumlah pesaing industri bromelia di daerah Jabodetabek relatif sedikit dibandingkan jumlah persaingan dalam industri tanaman hias, namun pesaing-pesaing ini akan berpotensi untuk merebut pangsa pasar Ciapus Bromel. Selain persaingan dalam industri sejenis, Ciapus Bromel juga harus menghadapi persaingan komoditas substitusi dari bromelia. Keberadaan tanaman hias yang mempunyai fungsi sama dengan harga relatif lebih murah dibandingkan bromelia sangat berpotensi mengancam pendapatan produsen bromelia termasuk Ciapus Bromel. Hal ini dikarenakan landscaper dan kontraktor tanaman bukan pengguna akhir dari bromelia sehingga relatif tidak melibatkan faktor emosi dalam memilih tanaman hias. Dengan adanya permasalahan internal dan eksternal yang dihadapi oleh Ciapus Bromel dalam mewujudkan ekspansi pasarnya, maka diperlukan perencanaan strategis dan pola pelaksanaan rencana kerja sehingga rencana Ciapus Bromel terwujud, terukur, dan berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah: 1) Faktor-faktor
internal
dan
ekstenal
perusahaan
apa
sajakah
yang
mempengaruhi kondisi usaha Ciapus Bromel ? 2) Strategi apa yang perlu dirumuskan untuk mewujudkan pengembangan pasarnya dan bagaimana rancangan arsitektur strategi pengembangan pasar Ciapus Bromel ? I.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi kondisi usaha Ciapus Bromel. 2) Merumuskan strategi pengembangan pasar Ciapus Bromel dan memplotkan program dari strategi yang telah dirumuskan ke dalam bentangan arsitektur.
7
I.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain: 1) Bagi peneliti, penelitian ini akan menambah wawasan dan kompetensi di dalam menyusun perencanaan strategis sehingga dapat menjadi bekal ketika kelak berkiprah dalam dunia agribisnis. 2) Bagi pihak Ciapus Bromel, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk pengembangan pasarnya agar dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi dan mencapai posisi strategis di dalam industrinya. 3) Bagi masyarakat umum, penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai usaha tanaman hias bromelia sehingga dapat menjadi referensi ketika kelak membuka usaha yang sama. 1. 5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi: 1) Penelitian dilakukan di Ciapus Bromel yang berada di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 2) Penelitian ini difokuskan pada identifikasi lingkungan internal dan eksternal Ciapus Bromel. Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal, dirumuskan strategi dan program yang dapat dilakukan Ciapus Bromel untuk mengembangkan pasarnya. 3) Industri bromelia Ciapus Bromel adalah industri tanaman hias bromelia di Jabodetabek.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Hias Berdasarkan Laporan Tahunan Direktorat Jendral Tanaman Hias (2005) tanaman hias adalah salah satu jenis tanaman hortikultura yang memiliki nilai artistik dan banyak dimanfaatkan untuk dekorasi ruangan serta lingkungan sekitar yang memberi suasana nyaman dan indah. Tanaman hias dibagi menjadi empat kelompok yang meliputi: 1) Tanaman hias pot adalah tanaman hias yang dijual kepada pasar persatuan pot, contohnya adalah anggrek, adenium, azalea, aglaonema, dieffenbacia, anthurium, krisan, kaktus/sekulen, euphorbia, begonia, caladium, dan bromelia. Tanaman hias pot dibagi dua, yaitu: a)
Tanaman hias pot berdaun berbunga Tanaman hias pot berdaun berbunga merupakan tanaman hias yang mempunyai poin nilai jual atau nilai eksotiknya terletak pada bunga, contohnya adalah anggrek, adenium, krisan, dan lainnya.
b) Tanaman hias pot berdaun indah Tanaman hias pot berdaun indah merupakan tanaman hias yang mempunyai poin nilai jual atau nilai eksotiknya terletak pada warna ataupun bentuk daun, contohnya adalah anthurium, caladium, aglonema, bromelia, dan lainnya. 2) Bunga potong adalah tanaman hias yang dijual kepada pasar dalam bentuk bunga potong, contohnya adalah sedap malam, mawar, krisan, gladiol, zingiberaceae, anggrek, heliconia, dan lili. 3) Tanaman hias daun adalah tanaman hias yang dijual kepada pasar dalam bentuk daun potong, contohnya adalah dracaena, phylodendron, ruscus, calathea, monstera, cordyline, asparagus, codeaum, suplir, dan kuping gajah. 4) Tanaman hias taman adalah tanaman hias yang dijual persatuan pot atau polybag di mana peletakkan tanaman tersebut ditujukan untuk ornamen taman, contohnya adalah palem, coleus, bougenvile, alamanda, hibiscus, ixora, cemara, plumeria, dan sansiviera.
9
2.2. Bromelia Tanaman bromelia berasal dari Amerika Selatan terutama dari Brazilia dan beberapa jenis juga ditemukan di Mexico dan Amerika Tengah. Pada awalnya terdapat 150 spesies dari 27 genera (Kramer 1991, diacu dalam Santi dan Kusumo 1996), namun kemudian berkembang menjadi 1800 spesies dari 46 genera (Prihmantoro 1991, diacu dalam Santi dan Kusumo 1996). Beberapa jenis tanaman bromelia yang populer adalah Achmea, Billbergia, Neoregelia, Guzmania, Tilandsia, Vriesia, Cryptanthus, dan Nidularium. Bromelia umumnya hidup pada suhu yang hangat berkisar 20-30 derajat celcius dengan sinar matahari 60-80 persen. Membutuhkan angin untuk ketersediaan udara segar, sehingga pada ruang tertutup membutuhkan kipas angin. Kondisi kekeringan juga dibutuhkan oleh tanaman bromelia agar air pada ketiak daunnya berganti dengan air yang baru. Sumber air yang paling baik pada Bromelia adalah air yang memiliki kadar garam rendah. Air ini biasanya didapat pada air hujan khususnya pada daerah dengan tingkat polusi rendah4. Bromelia termasuk dalam tanaman pot sekaligus tanaman taman (Mann 1994, diacu dalam Santi dan Kusumo 1996). Menurut Kencana dan lestari tahun 2008, bromelia dapat berfungsi sebagai tanaman groundcover dan point of view dalam design suatu taman. Groundcover plants (tanaman penutup tanah) adalah tanaman yang tingginya kurang dari atau sama dengan 0,5 m. Tanaman jenis ini biasa dimanfaatkan sebagai bagian terendah dalam gradasi ketinggian tanaman. Groundcover plants dapat juga digunakan sebagai tanaman pembatas (border plants) dari suatu komposisi tanaman. Tidak hanya itu, keragaan jenis, bentuk, dan corak warna yang menarik membuatnya banyak digemari sebagai tanaman penyemarak taman dan ruang. Bentuk mini groundcover plants cocok sebagai tanaman dalam pot atau miniatur garden. Point of view plants merupakan tanaman yang berfungsi sebagai aksen atau daya tarik dari suatu taman. Warna daun yang bervariatif dan mencolok merupakan titik poin kemenarikan bromelia.
4
Florikultura.12 Juni 2008. Budidaya Keluarga Bromeliaceae yang Minim Biaya. Florikultura: Vol.II edisi 12/Juni 2008. Hlm 22-24
10
2. 3. Real Estate Definisi real estate menurut Graskamp (1995), diacu dalam Sunartio (2005) adalah ‘ a manufactured product of artificially delineate cubage with an institusional time dimension (squar meter/year, room/night), designed to interface society with natural resources land’. Real estate dapat digambarkan sebagai hubungan yang dinamis antara lahan dan pengembangannya dengan tiga kelompok yang berpartisipasi, yaitu: investor (developer), konsumen, dan pemerintah. Bentuk-bentuk investasi yang dapat dilakukan dalam real estate antara lain; membeli properti untuk digunakan sendiri, memperoleh keuntungan dari hasil penjualan properti, membuat pinjaman dalam hipotik atau mengakuisi pinjaman yang telah dibuat dan menahan investasi sebagai pedapatan, mengakuisi properti dengan cara menyewa suatu properti untuk disewakan kembali sehingga memperoleh keuntungan. 1) Karakteristik industri real estate Menurut Beaton (1997), diacu dalam Sunartio (2005) produk real estate mempunyai karakteristik yang berbeda dari produk-produk lainnya, di antaranya: a)
Dampak dari perbaikan lingkungan sekitarnya. Tiap bidang tanah mempengaruhi nilai properti di lingkungan sekitarnya
b) Pada umumnya real estate terdiri dari banyak unit bangunan dengan tanah yang luas. Hal ini menyebabkan perlunya perencanaan pengelolaan lingkungan dan perencanaan pembangunan dalam jangka panjang. c)
Produk real estate diproduksi dalam jumlah besar secara massal, namun tiap-tiap produk tersebut berbeda dengan bangun lain yag ada di lingkungan sebelahnya. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan letak, ketinggian, bentuk, lingkungan di sekitarnya, akses maupun pemandangan yang dimiliki oleh masing-masing produk.
2) Jenis produk real estate Produk real estate mempunyai bermacam-macam tipe sebagai berikut: a)
Tempat tinggal (residential)
11
Segala macam bentuk struktur yang dirancang untuk menjadi tempat tinggal (rumah) dan dapat diklasifikasikan menjadi urban, suburban, dan rural. b) Komersial Merupakan pengembangan atas lahan yang akan digunakan sebagai investasi. Properti yang termasuk dalam kategori komesial adalah properti
yang
perkantoran
menyediakan
bagi
sarana
fasilitas-fasilitas
administratif
usaha,
bisnis hotel,
dan
ruang
dan
pusat
perbelanjaan. c) Kawasan industri Pengembangan lahan yang digunakan untuk tempat memproduksi atau menyimpan produk. Bentuk produk real estate tersebut adalah pabrik, laboratorium penelitian, zona industri, pertambangan, sarana utilitas, dan perdagangan. d)
Pertanian (farm) Peternakan susu, pekebunan, hutan kayu, padang rumput, kebun buah dan sayuran serta pertanian terbuka.
e) Tempat rekreasi Produk ini di desain untuk kepentingan hiburan bagi masyarakat, seperti taman hiburan. f) Kepentingan khusus Pusat pendidikan dan sosial dan rumah ibadah. h)
Tanah negara Properti ini merupakan milik pemerintah dan dipergunakan sepenuhnya untuk menjalankan pemerintahan, contohnya seperi kantor kelurahan, kantor kecamatan,dan lainnya.
3) Pelaku dalam bisnis real estate Pelaku dalam bisnis real estate di antaranya meliputi: a)
Investor-Developer Pihak yang mempunyai sebagian atau seluruh modal dan ide untuk melakukan investasi di bidang real estate atau properti, serta menanggung risiko investasi. Investor dapat bersifat aktif bila selain 12
melakukan investasinya juga berpartisipasi dalam mengembangkan, membangun dan mengelola properti. Sebaliknya investor bersifat pasif jika keterlibatannya hanya dalam melakukan investasi modal sendiri saja. b) Konsultan Konsultan sebagai lembaga profesional independen mempunyai fungsi memberikan saran yang obyektif kepada investor-developer dan pemilik terhadap berbagai masalah yang timbul mulai dari tahap keputusan investasi, aspek legal, pengembangan lahan dan bangunan, alternatif pembiayaan, konstruksi, pemasaran dan pengelolaan properti untuk meperkecil risiko investasi. Konsultan yang biasa terlibat adalah: (1) Konsultan manajemen properti; (2) Konsultan perencana (arsitek, sipil, interior, dan lanskap); (3) Konsultan manajemen konstruksi; (4) Konsultan pengawas (Quantity Surveyer dan Cost Control). c)
Pelaksana Merupakan pihak yang melaksanakan konstruksi bangunan, menyediakan dan memasang peralatan seperti; kontraktor, sub-kontraktor atau spesialis, dan vendor atau supplier. Menurut PP NO 28 tahun 2000 pasal 4 yang dimaksud dengan pelaksana atau kontraktor adalah jenis usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 meliputi jasa perencanaan, jasa pelaksanaan, dan jasa pengawasan konstruksi. Usaha jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi memberikan layanan jasa pelaksanaan
yang meliputi
bidang pekerjaan
aristektural,
sipil,
mekanikal, elektrikal, dan atau tata lingkungan. Orang yang bertindak sebagai konsultan perencana dan design di arsitektur lanskap secara umum disebut landscaper, sedangkan untuk pelaksana adalah kontraktor pelaksana. Kontraktor pelaksana yang khusus di bidang taman disebut kontraktor taman. Adapun tata hubungan kerja didalam arsitekur lanskap adalah konsultan perencana dan desain bertugas sebagai analisis, sintesis konsep, pengembangan desain, dan penyiapan dokumen lelang serta rencana kerja. Kontraktor taman bertugas melaksanakan dari pekerjaan administratif hingga pekerjaan lapang hingga pemberian jaminan pasca produksi.
13
2.4. Pengembangan Pasar Menurut Pearce dan Robinson (2008), pengembangan pasar merupakan suatu strategi atau tindakan yang memasarkan produk-produk yang ada saat ini dengan mengidentifikasikan kegunaan-kegunaan baru dari produk yang ada saat ini kepada pasar baru yang didefinisikan dari segi demografis, psikografis atau geografis. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa pengembangan pasar adalah perluasan wilayah pemasaran atau perluasan target pasar suatu perusahaan. Menurut David (2006), pengembangan pasar melibatkan perkenalan produk yang ada saat ini ke area geografi yang baru. Strategi ini akan efektif jika; (1) ketika tersedia jaringan distribusi baru yang dapat diandalkan, murah, dan berkualitas bagus; (2) ketika perusahaan sangat berhasil dalam apa yang dilakukannya; (3) ketika ada pasar yang belum tersentuh atau belum jenuh; 4) ketika perusahaan memiliki kebutuhan modal dan sumber daya untuk mengelola operasi yang berkembang; (4) ketika perusahaan memiliki kelebihan kapasitas produksi; (5) ketika ruang lingkup industri dasar perusahaan menjadi global dengan cepat. 2.5. Penelitian Terdahulu Pengetahuan mengenai penelitian terdahulu yang terkait dengan topik penelitian sangat diperlukan bagi peneliti. Hal tersebut dimaksudkan agar peneliti mampu memahami topik penelitian secara mendalam dan mengetahui persamaan beserta perbedaan penelitian terdahulu dengan topik yang akan diteliti agar tidak terjadi pengulangan dan sebagai acuan dalam arah pengembangan skripsi yang dibuat. Utami (2008), melakukan analisa strategi pengembangan agribisnis anggrek di Bogor. Penulis mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan pengembangan agribisnis anggrek di Bogor. Setelah proses identifikasi dilaksanakan, faktor-faktor tersebut diintegrasikan ke dalam AHP untuk mengetahui strategi yang harus dilakukan oleh masing-masing aktor yang terlibat dalam pengembangan agribisnis anggrek tersebut. Berdasarkan analisis AHP maka strategi yang harus dilakukan dalam pengembangan agribisnis anggrek di Bogor yaitu berfokus kegiatan pengembangan pasar dengan cara melakukan 14
promosi secara gencar dan melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga pemasaran. Kurniawan (2008), melakukan formulasi strategi pengembangan usaha bunga potong krisan pada Loka Farm. Penulis menggunakan matriks IE dan SWOT dalam tahapan matching Stage. Pada tahapan tersebut didapatkan beberapa strategi yang fokus pada kegiatan penetrasi pasar dan pengembangan produk. Untuk menentukan prioritas strategi berdasarkan waktu, peneliti menggunakan road map strategi. Rancangan road map tersebut dibagi dalam tiga tahap yaitu persiapan
menuju
tahap
pengembangan,
pengembangan
usaha,
dan
mempertahankan usaha Loka Farm. Dalam road map tidak dijelaskan kapan rentang waktu implementasi strategi. Siahaan (2009), melakukan analisa strategi pengembangan Kelompok Tani Sisandi,
Desa
Bararua.
Dalam
proses
perumusan
strateginya,
penulis
menggunakan analisis deskriptif mengenai kondisi internal dan eksternal Kelompok Tani Sisandi, sedangkan tahapan matching stage menggunakan SWOT. Rekomendasi strategi dari SWOT dipetakan menggunakan arsitektur strategi. Hasil analisisnya berupa rekomendasi untuk program kerja yang dilakukan terus menerus dan program kerja dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu delapan tahun (2009-2016). Pemilihan rentang waktu selama delapan tahun merupakan subjektivitas penulis berdasarkan literatur-literatur yang mendukung dan fakta yang telah ada di Kabupaten Sragen. Amalia (2009), melakukan penelitian di CV Winner Perkasa Indonesia Unggul untuk merumuskan strategi pengembangan jus buah perusahaan tersebut. Peneliti menggunakan matriks IE dan SWOT untuk tahapan matching stage. Hasil dari tahapan tersebut adalah rekomendasi strategi yang fokus terhadap kegiatan penetrasi pasar. Strategi-strategi tersebut diplotkan dalam arsitektur strategi dengan retang waktu selama tiga tahun. Pemilihan rentang waktu tersebut didasarkan
pada
pertimbangan
responsibilitas
perusahaan
dalam
mengimplementasikan strategi terkait dengan industri yang terus berubah. Alasan lain yang mendasari peneliti menetapkan rentang waktu implementasi strategi adalah karena jangka waktu tidak terlalu panjang dan tidak terlalu singkat.
15
2.6. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah topik umum dari penelitian yaitu mengenai strategi pengembangan. Metode penelitian ini sama dengan metode yang digunakan Siahaan (2009). Penelitian menggunakan analisis deskriptif dalam melakukan identifikasi internal dan eksternal sebagai input bagi perumusan strategi yang dilakukan melalui matriks SWOT yang kemudian dilanjutkan dengan mempolakan strategi-strategi tersebut dalam arsitektur strategi. Penggunaan matriks SWOT juga diterapkan oleh Kurniawan (2008) dan Amalia (2009). Dalam tahap akhir berupa rekomendasi strategi, penelitian ini juga mempunyai persamaan dalam hal penggunaan tools dengan penelitian Amalia (2009) yaitu menggunakan arsitektur strategi. Secara umum perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah objek dan tempat penelitian. Selain itu, di dalam penelitian ini terdapat perbedaan tools yang digunakan dengan peneliti-peneliti terdahulu, terkecuali dengan Siahaan (2009). Pada tahapan input, Kurniawan (2008) dan Amalia (2009) menggunakan IFE dan EFE yang kemudian dilanjutkan dengan matris IE untuk tahap matching stagenya. Penggunaan tools pada tahapan decision stage lebih beragam, Kurniawan (2008) menggunakan road map strategi dan Utami (2008) menggunakan matriks AHP. Ringkasan penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.
16
Tabel 2. Penelitian Terdahulu No
Nama Peneliti Utami (2008)
Tools yang Digunakan Identifikasi faktor-faktor dan AHP
2
Kurniawan (2008)
IFE,EFE,IE, SWOT, dan Road Map
3
Siahaan (2009)
Analisis faktor internal dan eksternal, SWOT, dan Arsitektur Strategi
4
Amelia (2009)
IFE, EFE,IE, SWOT, dan Arsitektur Strategi
1
Hasil Penelitian Berfokus kegiatan pengembangan pasar dengan cara melakukan promosi secara gencar dan melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga pemasaran Rekomendasi strategi yang dibagi menjadi tiga tahapan yaitu persiapan menuju tahap pengembangan, pengembangan usaha, dan mempertahankan laba. Rekomendasi untuk program kerja dengan semua alternatif strategi dari SWOT yang dilakukan terus menerus dan program kerja dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu delapan tahun Rekomendasi strategi yang fokus terhadap kegiatan penetrasi pasar dengan waktu implementasi selama lima tahun
Bagian Skripsi yang Dijadikan Bahan Acuan Alternatif strategi pengembangan pasar
Pola strategi dan metode penelitian (SWOT)
Metode penelitian dan landasan pemilihan tahun dalam memplotkan program kerja
Tahapan arsitektur strategi dan landasan pemilihan tahun dalam memplotkan program kerja
17
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Seiring dengan semakin banyaknya ketidakpastian yang membuat orang memerlukan strategi untuk menghadapi dan mengantisipasinya, maka semakin banyak pula bermunculan konsep-konsep dan literatur yang memuat definisi strategi. Robson (1997), diacu dalam Yoshida (2006) mengemukakan bahwa strategi merupakan pola keputusan alokasi sumberdaya yang dibuat di dalam organisasi. Selanjutnya Jauch dan Glueck (1996), diacu dalam Yoshida (2006) mengemukakan bahwa strategi dinyatakan sebagai rencana yang terintegrasi, bersifat menyeluruh, dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan yang dihadapinya. Strategi dirancang untuk memastikan tujuan utama organisasi itu sendiri. Hal ini dikemukakan lebih lanjut oleh Pearce dan Robinson (2008) yang menyatakan bahwa strategi erat kaitanya dengan keputusan arah binis organisasi dan alokasi sumber daya di antara bisnis yang dimasukinya apabila organisasi tersebut memasuki lebih dari satu industri. Grant (1995), diacu dalam Yoshida (2006) menyatakan bahwa strategi memiliki keterkaitan dengan pemenuhan tujuan organisasi. Strategi digunakan untuk memenuhi tiga tujuan organisasi, yaitu: 1) Strategi sebagai pendukung untuk mengambil keputusan 2) Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi 3) Strategi sebagai konsep Lebih jauh Hax dan Majluf (1995), diacu dalam Yoshida (2006) mengemukakan bahwa strategi organisasi yang komprehensif memiliki ciri-ciri sebagai berikut; Pertama, strategi bersifat koheren, menyatu, dan menunjukkan pola keputusan organisasi yang integratif. Kedua, strategi menentukan dan menyatakan secara tersurat arah organisasi terutama dalam hal tujuan jangka panjang, program-program kegiatan yang akan dilakukan, dan prioritas alokasi sumber daya. Ketiga, strategi digunakan untuk memilih bisnis apa yang dimasuki oleh organisasi saat ini atau bisnis apa yang akan ditekuni oleh organisasi saat ini atau bisnis apa yang dimasuki oleh organisasi tersebut di masa mendatang. 18
Keempat, strategi merupakan usaha organisasi untuk mencapai keunggulan jangka panjang secara terus menerus dalam setiap bisnis yang dimasukinya dan dari ancaman yang berasal dari lingkungan bisnis yang dihadapinya. Strategi menyatukan seluruh tingkatan hirarki dalam organisasi, yaitu tingkat korporasi, bisnis, dan fungsional. Terakhir, strategi menentukan kontribusi natural ekonomis dan non ekonomis bagi para stakeholder organisasi yang bersangkutan. Dari beragam definisi yang telah dikemukakan sebelumnya Yoshida (2006), menyimpulkan bahwa strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan organisasi dalam menghadapi tantangan dan ancaman yang dihadapi dan potensial untuk dihadapi di masa mendatang oleh organisasi yang bersangkutan. Konsep strategi lainnya diungkapkan oleh Hamel dan Prahalad (1995), diacu dalam Umar (2008), bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Berdasarkan uraian dari definisi strategi di atas maka penulis menyimpulkan bahwa strategi adalah suatu rencana yang memperhitungkan kondisi internal dan eksternal perusahaan untuk mencapai tujuan suatu organisasi dan strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. 3.1.2. Manajemen Strategis Manajemen
strategis
merupakan
suatu
ilmu
yang
bertujuan
memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi sehingga organisasi yang menerapkannya dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Secara
garis
besar
penerapan
manajemen
strategis
dapat
mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda di masa yang akan datang (David 2006). Yoshida (2006) mengemukakan bahwa manajemen strategik adalah pendekatan yang sistematik untuk mencapai tujuan organisasi melalui proses perencanaan yang matang guna menyelaraskan kapabilitas internal organisasi dengan peluang dan ancaman dari lingkungan bisnis yang dimasukinya. Proses perencanaan yang matang ini tercermin dalam tahapan yang dilalui dalam penentuan dan implementasi strategi. Tahap tersebut adalah: (1) tahap analisis dan 19
pilihan strategik; (2) tahap implementasi; dan (3) tahap evaluasi strategik. Pada tahap formulasi strategi dapat dilakukan melalui pendekatan arsitektur strategi. Menurut Yoshida (2006) arsitektur strategi diciptakan untuk lebih adaptif dan lebih fleksibel di dalam menanggapi suatu perusahaan. Arsitektur strategi disusun dengan memperhatikan visi dan misi organisasi, analisis lingkungan internal dan eksternal organisasi, industry foresight (redifinisi masa depan industri), tantangan organisasi, dan sasaran organisasi. 3.1.3. Visi dan Misi Visi merupakan suatu cita-cita tentang keadaan di masa yang akan datang yang diinginkan untuk terwujud oleh seluruh anggota organisasi atau dengan kata lain visi merupakan cita-cita masa depan yang ada di dalam benak pendiri dan mewakili seluruh anggota perusahaan (Umar 2008). Misi merupakan maksud unik yang membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis dan mengidentifikasikan lingkup operasinya dalam hal produk, pasar, serta teknologi (Pearce dan Robinson 2008). Umar (2008) dalam bukunya yang berjudul strategic manajement in action, mendefinisikan misi sebagai penjabaran secara tertulis mengenai visi agar visi menjadi mudah dimengerti atau jelas bagi seluruh staf perusahaan. Misi dijabarkan secara lebih rinci oleh tujuan perusahaan jangka menengah dan jangka pendek. Tujuan jangka menengah merupakan hasil yang ingin dicapai oleh suatu organisasi selama periode beberapa tahun, sedangkan tujuan jangka pendek adalah hasil yang diinginkan yang berfungsi sebagai pedoman spesifik atas tindakan selama periode satu tahun atau kurang (David 2006). 3.1.4. Analisis Internal Dalam analisis internal, perusahaan menganalisis kuantitas dan kualitas sumber daya keuangan, manusia, dan fisik perusahaan. Perusahaan juga menilai kekuatan dan kelemahan dari struktur manajemen dan struktur organisasinya. Selain itu perusahaan juga dapat membandingkan keberhasilan di masa lalu serta pertimbangan tradisionalnya dengan kapabilitas perusahaan saat ini guna menentukan kapabilitas perusahaan di masa depan (Pearce dan Robinson 2008).
20
David (2006), menekankan audit internal pada identifikasi dan evaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan pada area fungsional bisnis, meliputi manajemen, pemasaran, keuangan, produksi, penelitian dan pengembangan, sistem informasi manajemen, dan hubungan antara area-area bisnis tersebut. Adapun uraian singkat mengenai analisis fungsional adalah sebagai berikut: 1) Manajemen: analisis mengenai fungsi dasar manajemen di dalam suatu organisasi, yang meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian (kontrol). 2) Pemasaran: proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan
pelanggan atas barang dan jasa. Ada tujuh fungsi
pemasaran yaitu, analisis pelanggan, penjualan produk atau jasa, perencanaan produk dan jasa, penetapan harga, distribusi, riset pemasaran, dan analisis peluang. 3) Keuangan: analisis terhadap kekuatan keuangan yan ditinjau dari likuiditas, leverage, modal kerja, profitabilitas, utilisasi aset, arus kas, dan modal perusahaan. Fungsi keuangan terdiri dari tiga jenis keputusan, keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan deviden. 4) Produksi: fungsi produksi suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa. Fungsi dasar manajemen produksi meliputi proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan kualitas. 5) Sistem informasi dan manajemen: proses mengintegrasikan data internal dan eksternal dalam cara yang dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan manajerial. 6) Penelitian dan pengembangan: analisis mengenai kegiatan penelitian dan pengembangan di perusahaan, dimulai dari kegiatan, fasilitas, biaya, dan keefektifan penelitian. 3.1.5. Analisis Eksternal Analisis lingkungan eksternal merupakan audit yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungan eksternal perusahaan yang terdiri atas seluruh kondisi serta kekuatan yang mempengaruhi pilihan strategis dan menentukan kompetisi kompetitifnya (Perace dan Robinson 2008). Menurut David (2006), tujuan audit eksternal adalah mengembangkan daftar yang terbatas tentang peluang yang dapat 21
memberi manfaat dan ancaman yang harus dihindari. Proses audit eksternal dibagi menjadi dua, yaitu analisis lingkungan jauh (kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, budaya, demografi dan lingkungan, serta kekuatan politik, pemerintah, dan hukum) dan analisis lingkungan industri. David (2006), mengemukakan bahwa peluang dan ancaman merujuk pada peristiwa tren, ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintahan, teknologi, dan persaingan yang dapat menguntungkan atau merugikan suatu organisasi secara berarti di masa depan. 1) Faktor politik, pemerintahan, dan hukum 2) Stabilitas
politik
dan
kebijakan
pemerintah
sangat
menentukan
kecenderungan dan arah perekonomian nasional. Kondisi lingkungan politik pemerintahan tersebut berpengaruh signifikan dan strategis terhadap aktivitas bisnis. Stabilitas nasional yang baik serta situasi politik yang kondusif merupakan sebuah angin segar bagi setiap kegiatan perusahaan dan memberikan jaminan kepastian keamanan bagi kegiatan investasi dalam negeri. Pemerintah merupakan regulator, deregulator, pemberi subsidi, pemberi kerja, dan pelanggan dari berbagai organisasi. Oleh karena itu, faktor kekuatan politik, pemerintahan, dan hukum dapat menjadi peluang atau ancaman utama bagi organisasi yang kecil dan besar. 3) Faktor ekonomi 4) Keadaan perekonomian pada waktu sekarang dan masa yang akan datang dapat mempengaruhi strategi perusahaan. 5) Faktor sosial budaya 6) Dalam berbagai interaksi yang terjadi antara satu perusahaan dengan aneka ragam kelompok masyarakat yang dilayaninya, faktor-faktor sosial sangat penting untuk disadari oleh para pengambil keputusan strategis. Berbagai faktor seperti keyakinan, sistem sosial yang dianut, sikap, opini, bahkan gaya hidup harus dikenali secara tepat. 7) Faktor teknologi 8) Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berkembang dengan pesat. Perkembangan ini berakibat pada lahirnya berbagai ilmu baru dan beraneka ragam inovasi dalam bidang teknologi. Berbagai inovasi tersebut telah 22
sedemikian rupa sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada lagi segi-segi dan proses pengelolaan bisnis yang tidak terjamah teknologi. Berbagai perangkat keras maupun lunak yang mendukung kegiatan usaha kini semakin beraneka ragam, oleh karena itu setiap pengambil keputusan strategis mutlak perlu memahami perkembangan teknologi yang sudah, sedang, dan yang akan terjadi. Sehingga dapat diketahui untuk segi dan proses bisnis yang mana teknologi tertentu akan diterapkan. Untuk menganalisis lingkungan industri (struktural industri), Porter (1991) menganalisis dari lima kekuatan besar yang menyusun struktur industri, yang meliputi: kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar menawar pembeli, ancaman produk substitusi, ancaman pendatang baru potensial, dan intensitas persaingan perusahaan dalam satu industri. 1) Kekuatan tawar menawar pemasok Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar menawar terhadap peserta industri dengan mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu produk dan jasa yang dibeli. Hal tersebut dapat menekan atau mempengaruhi kemampulabaan industri. Kelompok pemasok dikatakan kuat jika terdapat hal-hal berikut: a) Para
pemasok
didominasi
oleh
beberapa
perusahaan
dan
lebih
terkonsentrasi ketimbang industri di mana mereka menjual. b) Pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain untuk dijual kepada industri. c) Industri merupakan pelanggan yang penting bagi kelompok pemasok. d) Produk pemasok merupakan input penting bagi bisnis pembeli. e) Produk
kelompok
pemasok
terdifferensiasi
atau
pemasok
telah
menciptakan biaya peralihan. f) Kelompok pemasok memperlihatkan ancaman yang meyakinkan untuk melakukan integrasi maju. 2) Kekuatan tawar menawar pembeli Pembeli yang kuat dapat mempengaruhi kemampulabaan industri dengan memaksa harga turun, tawar-menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik. Kekuatan dari tiap-tiap kelompok pembeli yang 23
penting dalam industri tergantung pada sejumlah karakteristik situasi pasarnya dan pada kepentingan relatif pembelinya dari industri yang bersangkutan dibandingkan dengan keseluruhan bisnis pembeli tersebut. Kelompok pembeli dapat dikatakan kuat jika: a)
Kelompok pembeli terpusat atau membeli dalam jumlah besar relatif terhadap penjualan pihak penjual.
b) Produk yang dibeli dari industri merupakan bagian dari biaya atau pembelian yang cukup besar dari pembeli. c)
Produk yang dibeli dari industri adalah produk standar atau tidak terdiferensiasi.
d) Pembeli menghadapi biaya pengalihan yang kecil. e)
Pembeli mendapatkan laba kecil.
f)
Pembeli menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi balik.
g) Produk industri tidak penting bagi mutu produk atau jasa pembeli. h) Pembeli mempunyai informasi lengkap. 3) Ancaman produk substitusi Produk pengganti membatasi laba potensial dari industri dengan menetapkan harga atas yang dapat diberikan oleh perusahaan dalam industri. Makin menarik alternatif harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, makin ketat pembatasan laba industri. Produk substitusi adalah persoalan mencari produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri. Produk pengganti yang perlu mendapatkan perhatian besar adalah produk yang mempunyai kecenderungan untuk memiliki harga atau prestasi yang lebih baik ketimbang produk industri atau dihasilkan oleh industri berlaba tinggi. 4) Ancaman pendatang baru potensial Pendatang baru pada suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar, serta seringkali juga sumber daya yang besar. Hal tersebut mengakibatkan harga menjadi turun atau biaya membengkak sehingga
mengurangi
kemampulabaan
industri.
Ancaman
masuknya
pendatang baru ke dalam industri tergantung pada rintangan masuk yang ada dan reaksi dari para pesaing yang sudah ada yang dapat diperkirakan oleh si 24
pendatang baru. Jika rintangan atau hambatan besar atau pendatang baru memperkirakan akan ada perlawanan yang keras dari pemain lama, maka ancaman masuknya pendatang baru rendah. a) Sumber utama rintangan masuk: i)
Skala ekonomis Skala ekonomis menggambarkan turunnya biaya satuan suatu produk apabila volume absolut per periode meningkat. Skala ekonomis menghalangi masuknya pendatang baru dengan memaksa mereka untuk masuk pada skala besar dan mengambil risiko menghadapi reaksi yang keras dari pesaing yang ada atau masuk dengan skala kecil dan beroperasi dengan tingkat biaya yang tidak menguntungkan.
ii) Diferensiasi produk Perusahaan tertentu mempunyai identifikasi merk dan kesetiaan pelanggan yang disebabkan oleh periklanan, pelayanan pelanggan, perbedaan produk di masa lampau, atau karena merupakan perusahaan yang memasuki industri. Kondisi tersebut memaksa pendatang baru mengeluarkan biaya yang besar untuk mengatasi kesetiaan pelanggan yang ada. iii) Kebutuhan modal Kebutuhan untuk menanamkan sumber daya keuangan yang besar agar dapat bersaing menciptakan hambatan masuk, khususnya jika modal tersebut diperlukan untuk periklanan garis depan yang tidak dapat kembali atau kegiatan penelitian dan pengembangan yang penuh risiko. iv) Biaya beralih pemasok Hambatan masuk tercipta dengan adanya biaya beralih pemasok, yaitu biaya satu kali yang harus dikeluarkan pembeli bilamana berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok lainnya. Jika biaya peralihan
tinggi,
maka
pendatang
baru
harus
menawarkan
penyempurnaan yang besar dalam hal biaya atau prestasi agar pembeli mau beralih dari pemasok lama.
25
v) Akses ke saluran distribusi Hambatan masuk dapat ditimbulkan dengan adanya kebutuhan dari pendatang baru untuk mengamankan distribusi produknya. Bilamana saluran distribusi untuk produk tersebut telah ditangani oleh perusahaan yang sudah mapan, perusahaan baru harus membujuk saluran tersebut agar menerima produknya melalui cara-cara penurunan harga, kerjasama periklanan, dan sebagainya, yang akan mengurangi laba. vi) Biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala Perusahaan yang telah mapan mungkin mempunyai keunggulan biaya yang tidak dapat ditiru oleh pendatang baru yang akan masuk tidak peduli berapa pun besarnya dan berapa pun pencapaian skala ekonomis dari pendatang baru tersebut. Keungulan-keunggulan ini bersumber dari; teknologi produk milik sendiri, penguasaan yang menentukan atas bahan baku, lokasi yang menguntungkan, subsidi pemerintah, dan kurva belajar atau pengalaman. b) Tindakan perlawanan yang diperkirakan Jika pesaing yang ada diperkirakan akan bereaksi keras sehingga pendatang baru merasa tidak nyaman untuk beroperasi dalam industri yang bersangkutan, maka masuknya pendatang baru juga akan terhambat. Rivalitas di kalangan pesaing yang ada berbentuk perlombaan untuk mendapatkan posisi dengan menggunakan taktik-taktik seperti persaingan harga, perang iklan, introduksi produk, dan meningkatkan pelayanan atau jaminan kepada pelanggan.
Faktor-faktor penentu tingkat rivalitas di
antara pesaing yang ada meliputi; jumlah pesaing yang banyak atau seimbang, pertumbuhan industri lamban, biaya tetap atau penyimpanan yang tinggi, ketiadaan diferensiasi atau biaya peralihan, penambahan kapasitas dalam jumlah besar, pesaing yang beragam, taruhan strategis yang besar, dan hambatan pengunduran diri yang tinggi. 3.1.6. Industry Foresight Industry foresight memberikan gambaran tentang hal-hal yang potensial dalam organisasi untuk dikembangkan di masa depan dan memungkinkan 26
organisasi untuk mengambil posisi sebagai pemimpin. Dengan menyusun suatu masa depan industri, maka organisasi akan dapat mengontrol evolusi industrinya dan membentuk masa depannya sendiri (Yoshida 2006). 3.1.7. Tantangan Organisasi Tantangan organisasi adalah sarana atau cara operasional yang harus dimiliki dan harus diaplikasikan organisasi untuk meperoleh keunggulankeunggulan bersaing secara baru dan bertahap (Hamel 1995, diacu dalam Yoshida 2006). Tantangan rencana organisasi merupakan rencana awal (tujuan jangka pendek) yang perlu disiapkan organisasi meliputi potensi bisnis dan perkiraan investasi baru yang diperlukan untuk meralisasikan bisnis baru. 3.1.8. Sasaran Sasaran umum yang ingin dicapai merupakan tujuan organisasi yang telah dikuantifisir dengan baik. Sasaran diidentifikasi dengan memperjelas visi, misi, dan tujuan organisasi. Biasanya sasaran perusahaan merupakan visi, misi, dan tujuan perusahaan. Sasaran jangka pendek merupakan kuantifikasi dari tantangan organisasi (Yoshida 2006). 3.1.9. Analisis Strategis Penilaian terhadap lingkungan eksternal dan profil perusahaan dilakukan secara simultan memungkinkan suatu perusahaan untuk mengidentifikasi beragam peluang interaktif menarik. Di dalam proses penyaringan akan menghasilkan sekelompok pilihan dari mana pilihan strategis dibuat. Analisis dan pilihan srategis sebagian besar melibatkan keputusan yang subjektif dari informasi yang objektif. Kerangka kerja analitis untuk perumusan strategi terdiri dari tiga tahap yang meliputi: tahap input, tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Tahap input merupakan hasil identifikasi dari audit internal dan eksternal perusahaan. Tahap pencocokan dilakukan untuk mendapatkan alternatif strategi. Berdasarkan David (2006) terdapat lima alat yang digunakan dalam melakukan tahap pencocokan, salah satunya adalah Matriks SWOT. Alternatif strategi dari Matriks SWOT
27
digunakan untuk menjawab sasaran perusahaan dan diturunkan lebih lanjut ke dalam program kerja. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Ciapus Bromel merupakan salah satu produsen tanaman hias bromelia yang ada di Kabupaten Bogor. Usaha Ciapus Bromel masuk dalam ketegori fase pertumbuhan, karena usaha tersebut baru dirintis terhitung sejak tahun 2006. Pada awal pendirian, pemilik memiliki harapan perusahaanya dapat menjadi perusahaan bromelia terkemuka yang menghadirkan nuansa tropis penuh warna di tengah masyarakat Indonesia, namun pada saat ini volume penjualan dan omset yang diterima Ciapus Bromel sangat berfluktuatif (Lampiran 1). Untuk mewujudkan salah satu misinya sebagai upaya untuk mencapai visinya serta mengantisipasi keberlanjutan kondisi penjualan yang sangat berfluaktif, Ciapus Bromel berencana melakukan pengembangan pasar ke industri properti residensial dan komersial dengan target utama kontraktor taman dan landscaper. Pengembangan pasar yang akan dilakukan Ciapus Bromel memerlukan kesiapan internal perusahaan. Akan tetapi kondisi internal perusahaan saat ini belum cukup baik untuk menjalankan rencana tersebut. Di sisi lain Ciapus Bromel dihadapkan pada persaingan di dalam industrinya, walaupun saat ini belum ada pesaing yang terlalu fokus pada target pasar properti residensial dan komersial namun tidak menutup kemungkinan menjadi pesaing utama Ciapus Bromel. Selain itu, keberadaan tanaman hias substitusi dan faktor eksternal lainnya juga akan berpeluang besar mempengaruhi tingkat penjualan Ciapus Bromel kepada target pasar tersebut. Untuk itu, pengetahuan Ciapus Bromel mengenai lingkungan makro, industri, dan operasionalnya sangat diperlukan dalam mengantisipasi dan memanfaatkan peluang dari kondisi eksternal yang terjadi. Berdasarkan kondisi ini maka Ciapus Bromel memerlukan rancangan startegi pengembangan pasar sebagai suatu rencana sistematis agar mencapai hasil yang terbaik. Tahapan awal merancang strategi pengembangan pasarnya adalah dengan menganalisis lingkungan internal, lingkungan eksternal, serta industry forsight secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis lingkungan internal dilakukan dengan pendekatan fungsional yang terdiri dari manajemen, keuangan, produksi/operasi, pemasaran, penelitian dan pengembangan, serta sistem 28
informasi manajemen. Analisis internal ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan Ciapus Bromel. Analisis lingkungan eksternal dilakukan dengan menganalisis lingkungan industri dan lingkungan makro. Analisis eksternal tersebut bertujuan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi Ciapus Bromel, industry foresight ditentukan dengan melihat kondisi masa depan industri mengenai persaingan, pembeli, pemasok, dan kebijakan pemerintah selama tahun analisis yaitu empat tahun ke depan. Hasil dari asimilasi analisis lingkungan dan industry foresight berupa tantangan yang harus diatasi Ciapus Bromel untuk mewujudkan tujuan jangka menengahnya serta memperoleh keunggulan-keunggulan bersaing baru sesuai dengan hasil analisis industry foresightnya. Agar tujuan jangka menengah serta tantangan dapat direalisasikan dan diatasi dengan baik, maka perlu merumuskan suatu sasaran yang terkuantifikasi. Untuk mewujudkan sasaran tersebut, maka diperlukan alternatif- alternatif strategi. Alternatif strategi didapatkan melalui pendekatan analisis SWOT. Input dari analisis SWOT merupakan hasil dari analisis internal dan eksternal berupa kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman. Alternatif strategi yang dihasilkan pada matriks SWOT dijabarkan menjadi rekomendasi program kegiatan yang lebih mudah dipahami. Kerangka pemikiran operasional secara struktural dapat dilihat pada Gambar 5.
29
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional 30
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan pada usaha tanaman hias Ciapus Bromel yang terletak di Jalan Tamansari, RT 03 RW 04, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dengan mempertimbangkan bahwa Usaha Ciapus Bromel merupakan produsen terbesar bromelia di Kabupaten Bogor, usahanya dalam fase pertumbuhan, serta mempunyai keinginan untuk berkembang di dalam industrinya. Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data dilakukan pada bulan Februari sampai bulan Mei 2010. 4.2. Data dan Instrumentasi Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Data primer yang dibutuhkan yaitu mengenai kondisi usaha tanaman hias di Indonesia, sejarah dan perkembangan Ciapus Bromel, kondisi internal Ciapus Bromel, serta kondisi eksternal perusahaan terutama yang terkait dengan pemasok, pembeli, dan pesaing. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: 1) Bagian pertama adalah data mengenai kondisi hortikultura dan tanaman hias di Indonesia, meliputi: PDB hortikultura tahun 2005-2008, produksi tanaman hias di Indonesia tahun 2005-2008, volume dan nilai ekspor tanaman hias di Indonesia tahun 2005-2008, peningkatan total produksi tanaman pot berdaun indah di Indonesia tahun 2008, dan harga tanaman hias substitusi di tiga perusahaan di Jabodetabek tahun 2010. 2) Bagian kedua adalah data mengenai bromelia, yang meliputi: produsen bromelia di Indonesia pada tahun 2008 dan tarif impor bibit bromelia tahun 2010. 3) Bagian ketiga adalah data mengenai kondisi perekonomian Indonesia, antara lain: nilai Indeks Kepercayaan Konsumen tahun 2008-2010, nilai Indeks Ekpektasi Konsumen Indonesia Tahun 2008-2010, nilai Indeks Ekspektasi Konsumen di Wilayah Jabodetabek Tahun 2009-2010, nilai Indeks dan 31
Tingkat Pertumbuhan Ekspektasi Penjualan di Indonesia tahun 2009-2010, nilai CEI dan LEI di Indonesia tahun 2007- 2009, tingkat inflasi tahun 20092011, BI Rate tahun 2009-2011, dan proyeksi pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2009-2014. 4) Bagian keempat adalah data mengenai Ciapus Bromel, yaitu: nilai penjualan bromelia Ciapus Bromel tahun 2009, biaya operasional Ciapus Bromel tahun 2009, penerimaan Ciapus Bromel Tahun 2009, dan frekuensi pendapatan Ciapus Bromel per kategori pendapatan tahun 2009. 5) Bagian kelima data mengenai pasar properti residensial dan komersial, meliputi: jumlah developer properti residensial dan komersial di Jabodetabek tahun 2010. Jenis dan sumber data yang diambil bersifat kuantitatif dan kualitatif. Jenis dan sumber data kuantitatif mencakup penerimaan dan pengeluaran Ciapus Bromel per bulan tahun 2009 dan semua data sekunder. Data kualitatif yang berasal dari internal perusahaan antara lain visi, misi, dan tujuan perusahaan, kebijakan perusahaan, struktur organisasi, serta kondisi fungsional perusahaan yang bersifat kualitatif. Adapun data kualitatif yang berasal dari eksternal perusahaan mengenai kondisi perkembangan industri tanaman hias, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi, persaingan antar anggota industri, ancaman pendatang baru, ancaman produk substitusi, serta data pemasok dan pembeli. Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan, kuesioner, alat pencatatan, dan alat penyimpan elektronik yang digunakan untuk menyimpan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam perhitungan, peneliti menggunakan kalkulator dan software Microsoft Excel 2007. 4.3. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan selama tiga bulan, yaitu bulan Februari hingga Mei 2010 yang dilaksanakan di Ciapus Bromel. Untuk menganalisis perusahaan sebagai suatu sistem, maka peneliti melakukan pengumpulan data primer kepada pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan, antara lain:
32
1) Pihak internal Ciapus Bromel Pemilik, manajer pengelola, koordinator lapangan, dan karyawan Ciapus Bromel lainnya. 2) Pihak praktisi Kepala Sub Bidang Tanaman Pot Direktorat Jendral Hortikultura, Kepala Seksi Bimbingan dan Pengembangan Usaha Tanaman Taman Direktorat Jendral Hortikultura, Staf Bagian Pemasaran Internasional Komoditas Pertanian Departemen Pertanian, Pendiri dan Anggota PFI (Perhimpunan Florikultur Indonesia), Pendiri IALI (Ikatan Arsitektur Lanskap Indonesia) sekaligus Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Institut Pertanian Bogor, dan pihak dari Dinas Pertanian Bogor. 3) Pihak eksternal lainnya Pihak pemasok, lima pesaing Ciapus Bromel di Jabodetabek, landscaper dan kontraktor taman, Manajer Pemasaran PT Godong Ijo Asri, dan Kontraktor Taman Ranca Maya. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh dari : 1) Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung aktivitas budidaya, pemasaran (pameran), administrasi, manjemen, pengadaan input, dan kegiatan lain yang mendukung penelitian di lapangan. 2) Wawancara dengan objek penelitian, yaitu pihak manajemen internal, Kontraktor Taman Ranca Maya, pemasok, pesaing, agen, Manajer Pemasaran PT Godong Ijo Asri, serta instansi terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten Bogor (divisi tanaman hias), Direktorat Jendral Tanaman Hias (Kepala Seksi Bimbingan dan Pengembangan Usaha Tanaman Taman Direktorat Jendral Hortikultura, dan Kepala Sub Bidang Tanaman Hias Bunga Pot), Direktorat Pengembangan dan Pemasaran pertanian (Kepala Bagian Pemasaran Internasional), pendiri IALI, serta pendiri dan anggota PFI. 3) Kuesioner. Adapun kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: a) Kuesioner penentuan faktor kritikal strategis internal dan eksternal Ciapus Bromel (Lampiran 11). Kuesioner diberikan kepada pihak internal 33
(pemilik dan manajer pengelola) dan pihak eksternal (Manajer Pemasaran PT. Godong Ijo Asri). Teknik untuk pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling. Latar belakang pemilihan responden internal terkait dengan peran responden terhadap pengambilan keputusan Ciapus Bromel. Pertimbangan pemilihan responden eksternal adalah pengetahuan dan pengalaman responden tersebut mengenai usaha tanaman hias dan pertimbangan lainnya adalah responden tersebut mengetahui kondisi Ciapus Bromel. b) Kuesioner
mengenai karakteristik pembelian kontraktor taman dan
landscaper terhadap tanaman taman (Lampiran 12). Kuesioner ini diberikan pada tiga puluh orang responden. Tujuan kuesioner tersebut adalah sebagai data penunjang penelitian dan mengetahui gambaran pola pembelian kontraktor taman dan landscaper. Pengambilan sampel untuk responden kontraktor taman atau landscaper menggunakan metode nonprobabilitas sampling, yaitu teknik convinience sampling. Alasan penggunaan convienince sampling dikarenakan populasi untuk kontraktor taman dan landscaper tidak diketahui secara pasti dan tidak adanya kerangka sampling. Alasan pengambilan jumlah responden atau sampel sebanyak 30 orang untuk landscaper serta kontraktor taman ialah adanya pertimbangan bahwa ukuran sampel sebesar 30 orang telah dapat memberikan ragam sampel yang stabil sebagai pendugaan ragam populasi (Sugiarto 2001, diacu dalam Amalia 2009). Selain itu, adanya keterbatasan peneliti dalam mengumpulkan responden di wilayah penelitian. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan Ciapus Bromel, Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Danarekasa Institute, Direktorat Pengembangan dan Pemasaran Pertanian, Departemen Pertanian, Direktorat Jendral Tanaman Hias, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, dan pihak terkait serta berbagai literatur kepustakaan yang relevan dengan penelitian. 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif serta analisis formulasi strategi dan program. Adapun alat bantu analisis yang digunakan adalah matriks SWOT dan rancangan arsitektur strategi. 34
1) Analisis deskriptif Analisis secara deskriptif digunakan untuk menjelaskan gambaran umum usaha Ciapus Bromel dan lingkungan perusahaan. Analisis deskriptif digunakan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Informasi dalam analisis deskriptif tersebut disajikan dalam bentuk tabulasi angka, dan gambar. Input analisis ini adalah data primer yang berasal dari wawancara pihak internal dan eksternal Ciapus Bromel serta observasi di lapangan. 2) Analisis formulasi strategi dan program Rancangan strategi dan program dilakukan melalui pendekatan arsitektur strategi. Langkah pertama dalam mendapatkan arsitektur strategi adalah dengan memperjelas visi, misi, dan tujuan Ciapus Bromel. Langkah selanjutnya
yaitu
menganalisis
lingkungan
internal
dan
eksternal.
Pengidentifikasian faktor internal dan eksternal Ciapus Bromel dari data observasi, wawancara dengan pihak internal dan eksternal serta dari beberapa data sekunder yang berkaitan. Setelah didapatkan deskripsi mengenai faktor internal
dan
eksternal
Ciapus
Bromel,
dilakukan
evaluasi
untuk
mengidentifikasi secara kolektif faktor internal dan eksternal kunci yang terpenting bagi Ciapus Bromel dalam pencapaian tujuannya. Evaluasi dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden internal yang mempunyai kekuasaan dalam mengambil keputusan dan responden eksternal yang dianggap ahli dalam bisnis yang dijalankan Ciapus Bromel. Bentuk kuesioner tersebut dapat dilihat pada Lampiran 11. Dari jawaban kuesioner ketiga responden tersebut diambil modus faktor yang dijadikan sebagai kekuatan,
kelemahan,
peluang,
dan
ancaman
yang
penting
bagi
pengembangan Ciapus Bromel. Salah satu tujuan analisis internal dan eksternal pada arsitektur strategi adalah untuk mengetahui tantangan. Hasil analisis tersebut dipadukan dengan industry foresight merupakan input untuk menentukan tantangan. Setelah menentukan tantangan, peneliti mengidentifikasi sasaran Ciapus Bromel. Kuantifikasi sasaran ditentukan berdasarkan hasil diskusi dengan manajemen Ciapus Bromel dan pihak-pihak yang terkait. Untuk mencapai sasaran tersebut dirumuskan strategi menggunakan matriks SWOT. Input dari matriks 35
SWOT merupakan hasil analisis lingkungan berupa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Adapun keragaan matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 6. Alternatif strategi yang didapatkan dari Matriks SWOT kemudian diekstraksi menjadi program kegiatan yang akan diplotkan pada bentangan arsitektur (Gambar 7).
Gambar 6. Matriks SWOT Sumber: Rangkuti (2006)
Setelah komponen arsitektur strategi Ciapus Bromel telah diperoleh dengan jelas,
selanjutnya
peneliti
menetapkan
rentang
waktu
untuk
mengimplementasikan arsitektur strategi Ciapus Bromel. Rentang waktu yang digunakan untuk mengimplementasikan arsitektur strategi pada Ciapus Bromel adalah selama empat tahun. Pemilihan rentang waktu tersebut mempertimbangkan kondisi sumberdaya Ciapus Bromel, kondisi eksternal Ciapus Bromel seperti kebijakan-kebijakan pemerintah, strategi dan program yang akan dilaksanakan, dan pengalaman Ciapus Bromel dalam menjalankan taktik perusahaannya.
36
Sasaran Ciapus Bromel terkait pengembangan pasarnya
Y Strategi dan Program
Strategi Strategi dan Program
Dan Program Strategi dan Program
2010
2013
2014
X
Periode Pelaksanaan Gambar 7. Rencana Arsitektur Strategi Ciapus Bromel
37
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah dan Perkembangan Ciapus Bromel Ciapus Bromel merupakan salah satu perusahaaan yang membudidayakan dan memasarkan tanaman hias bromelia di Indonesia. Perusahaan ini didirikan oleh Chandra Gunawan Hendarto pada tahun 2006. Pendirian bisnis tersebut dilatarbelakangi kecintaan Chandra terhadap tanaman bromelia dan keinginan memperkenalkan tanaman tersebut kepada masyarakat Indonesia sebagai tanaman tropis yang colourful dan multifungsi dengan tingkat budidaya serta perawatan yang relatif mudah. Bromelia dapat digunakan sebagai tanaman pot indoor, tanaman landscape, tanaman pot outdoor, dan tanaman dekorasi. Karakteristik bromelia tersebut dianggap Chandra Gunawan sebagai peluang prospektif untuk terjun di dalam industri bromelia, terlebih jika melihat adanya kecenderungan pergantian tren permintaan tanaman hias pot berdaun bunga menuju tren tanaman hias pot berdaun indah . Persiapan usaha Ciapus Bromel dimulai sejak tahun 2003 hingga pertengahan tahun 2007. Pada tahun 2003 Ciapus Bromel memiliki lebih kurang 600 indukan. Semua indukan yang dimiliki oleh Ciapus Bromel dibeli dari luar negeri
walaupun
di
Indonesia
telah
ada
nursery
lain
yang
khusus
membudidayakan dan menjual bromelia. Hal ini bertujuan agar varietas bromelia yang ditawarkan Ciapus Bromel lebih beragam dan berbeda dengan varietas yang ditawarkan oleh pesaing-pesaingnya dalam industri sejenis. Perbedaan ini diharapkan akan memberikan nilai tambah di mata pasar sasaran yang akan menguntungkan Ciapus Bromel terkait dengan penanaman positioning perusahaan di benak pasar sasaran. Pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, pasar sasaran Cipus Bromel adalah pasar konsumen. Namun sejak awal tahun 2010, Ciapus Bromel juga berencana akan membidik pasar institusional yaitu kontraktor taman dan landscaper. Hal ini sebagai bentuk antisipasi Ciapus Bromel jika permintaan pasar konsumen menurun, terlebih permintaan pasar konsumen di Indonesia terhadap tanaman hias sangat dipengaruhi oleh tren tanaman hias. Aktivitas pemasaran bromelia Ciapus Bromel dimulai pada Bulan Desember 2007. Pemasaran dilakukan melalui sistem konsingensi dengan pihak 38
PT Godong Ijo Asri. Kerjasama tersebut selain bertujuan untuk meningkatkan penjualan juga dimaksudkan sebagai media promosi bromelia melalui katalog dan kegiatan pameran yang diikuti PT Godong Ijo Asri. Walaupun konsekuensinya bromelia Ciapus Bromel diatasnamakan milik PT Godong Ijo Asri. Berkat kerjasama dengan PT Godong Ijo Asri serta adanya link pemilik dan manajer pengelola, pada tahun 2008 hingga tahun 2010 Ciapus Bromel tidak hanya memasarkan produknya melalui PT Godong Ijo Asri, tetapi juga melakukan penjualan secara pribadi ke pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Bali. Sejak awal tahun pendiriannya hingga tahun 2010, usaha ini belum memiliki badan hukum dikarenakan pemilik mempertimbangkan kondisi perusahaan yang belum establish. Namun demikian pemilik mempunyai keinginan yang kuat untuk memiliki badan hukum agar memperoleh kemudahankemudahan dalam menjalankan bisnisnya. 5.2. Lokasi dan Tata Letak Ciapus Bromel 1) Lokasi perusahaan Lokasi usaha Ciapus Bromel terletak di Jalan Tamansari, RT 03 RW 04, Desa Tamansari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan kondisi iklim di Ciapus. Letak usaha Ciapus Bromel berada pada ketinggian 450 dpl dengan suhu 270C5. Kondisi iklim tersebut sejalan dengan prasyarat pertumbuhan tanaman bromelia, yaitu berkisar 20-300C. 2) Tata letak perusahaan Luas usaha Ciapus Bromel mencapai 1 ha. Dengan perincian sebagai berikut: a) Bangunan kantor Bangunan ini berukuran 45 x 36 m yang terdiri dari lima ruangan. Ruangan pertama berukuran 4 x 4 m digunakan sebagai tempat bermalam karyawan. Fasilitas kamar terdiri dari satu set tempat tidur dan meja. ruangan kedua berukuran 4 x 4 m belum ada fungsi khusus. Ruangan ketiga digunakan sebagai ruang dapur bagi karyawan. Ruangan ini berukuran 8 x 3 m dengan fasilitas berupa peralatan makan, minum, satu 5
Profil Kemiskinan Desa Ciapus dan Potensi Penanggulangan. 2008. www.inisiatif.org.id [Diakses 20 Februari 2010]
39
buah dispenser, dan satu buah kompor minyak. Ruangan keempat berukuran 4 x 4 m berfungsi sebagai gudang penyimpanan pestisida, pupuk, pot, dan cocopeat. Ruangan terakhir digunakan sebagai toilet. Ruangan toilet berukuran 2.5 x 2.5 m. Selain terdiri dari lima ruangan, bangunan kantor juga mempunyai dua teras yang berukuran 8 x 5 m dan ukuran 10 x 6 m. Teras depan yang berukuran 8 x 5 m digunakan sebagai tempat administrasi dan tempat istirahat bagi pengunjung. Di teras ini terdapat satu set furniture (tempat duduk) yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk beristirahat dan satu set tempat melakukan administrasi yang terdiri dari satu buah meja kerja dan dua buah kursi. Teras samping yang berukuran 10 x 6 m digunakan sebagai tempat penyimpanan anakan bromelia yang akan diangin-anginkan. Anakan bromelia tersebut ditempatkan pada dua buah rak kayu berukuran 2,5 x 2 m. b) Green house Green house digunakan sebagai tempat budidaya dan penyimpanan persediaan
tanaman
bromelia.
Selain
berfungsi
sebagai
tempat
penyimpanan dan budidaya, penggunaan green house bertujuan untuk menyaring cahaya matahari, agar sinar matahari yang sampai ke tanaman sesuai dengan prasyarat tumbuh
bagi masing-masing jenis varietas
bromelia, yaitu 45-75 persen sinar matahari. Ciapus Bromel memiliki sembilan buah green house yang letaknya menyebar. Green house yang dimiliki oleh perusahaan ada dua jenis, yaitu green house dengan paranet biasa dan green house dengan paranet dan plastik UV. Perbedaan ini terkait dengan prasyarat penyerapan sinar matahari yang optimal bagi masing-masing bromelia. Green house dengan paranet biasa yang digunakan untuk tanaman bromelia dengan kemampuan menerima 50-75 persen cahaya matahari dan green house yang menggunakan paranet dan plastik UV untuk tanaman bromelia dengan kemampuan menerima 45 persen cahaya matahari.
40
c) Bangunan mushola Bangunan Mushola berukuran 3 x 3 m. Bangunan ini berfungsi sebagai fasilitas peribadatan bagi para karyawan Ciapus Bromel maupun para pelanggan yang beragama islam. 5.3. Organisasi Ciapus Bromel 1) Struktur organisasi perusahaan Struktur organisasi Ciapus Bromel disusun dengan tujuan untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain sehingga diharapkan akan tercapai kerjasama yang baik dan rasa tanggung jawab terhadap tugas masing-masing. Struktur organisasi Ciapus Bromel terdiri dari pemilik, manajer pengelola, penanggung jawab operasional, para karyawan bagian budidaya, dan karyawan harian. Untuk lebih jelasnya hubungan antar bagian dapat dilihat pada Gambar 8. Pemilik
Manajer Pengelola
Koordiator Lapangan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan Harian
Gambar 8. Struktur Organisasi Ciapus Bromel Sumber: Data Primer Ciapus Bromel (2010) diolah
Chandra Gunawan selaku pemilik perusahaan mempunyai wewenang dalam hal perencanaan, pengambilan keputusan akhir, pemberian bimbingan, pengarahan umum, saran-saran, dan perintah kepada para karyawan melalui manajer pengelola. Manajer pengelola mempunyai wewenang dalam hal perencanaan kegiatan usaha, melakukan perekrutan dan pemberhentian kerja karyawan, menetapkan harga bromelia bersama pemilik, mengawasi 41
pelaksanaan aktivitas perusahaan, meminta pertanggungjawaban koordinator lapangan terkait aktivitas perusahaan, mengatur keuangan baik pemasukan maupun pengeluaran, dan mempertimbangkan keputusan yang dibuat oleh koordinator lapangan. Selain wewenang tersebut manajer pengelola mempunyai tanggung jawab memberikan laporan mengenai aktivitas perusahaan kepada pemilik. Koordinator lapangan mempunyai wewenang dalam hal pengambilan keputusan yang terkait dengan aktivitas perusahaan baik keputusan internal maupun eksternal. Akan tetapi koordinator lapangan harus meminta pertimbangan manajer pengelola, apakah keputusan tersebut dapat dijalankan atau tidak. Selain itu, koordinator lapangan mempunyai wewenang dalam hal pelaksanaan dan pengawasan jalannya aktivitas perusahaan dimulai dari budidaya, pemasaran, hingga kegiatan administrasi. Sedangkan aktivitas keuangan lebih banyak ditangani oleh manajer pengelola termasuk aktivitas penggajian, dalam hal ini koordinator lapangan hanya mencatat pemasukan dan pengeluaran. Setiap bulannya, koordinator lapangan bertanggung jawab memberikan laporan mengenai aktivitas perusahaan kepada manajer pengelola. Namun sering kali koordinator lapangan secara langsung melaporkan aktivitas perusahaan kepada pemilik perusahaan. Hal ini dilakukan jika ada instruksi dari manajer pengelola. Enam karyawan tetap lainnya bertugas menjalankan aktivitas budidaya, perawatan tanaman, dan keamanan perusahaan. Sedangkan satu karyawan harian bertugas membersihkan gulma yang ada di sekitar green house. 2) Jam kerja karyawan Hari kerja karyawan tetap di mulai dari hari Senin hingga hari Minggu. Karyawan bekerja dari jam 07.00- 16.00 WIB.
Terdapat juga sistem jaga
malam yang dilakukan dengan cara bergilir dari pukul 18.00-06.00 WIB.. Untuk karyawan harian, jam kerja dimulai dari pukul 07.00-12.00 WIB. Hari kerja karyawan harian disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan terhadap karyawan harian tersebut.
42
3) Tata tertib perusahaan Tata tertib perusahaan tidak dituangkan dalam bentuk tulisan tapi berupa lisan yang disampaikan ketika perekrutan karyawan tetap. Akan tetapi hal ini menjadi SOP yang wajib dipatuhi oleh masing-masing karyawan tetap. SOP tersebut menyangkut jam kerja karyawan, kegiatan perizinan karyawan, dan attitude karyawan ketika berada di perusahaan tersebut. Perusahaan menerapkan adanya sistem absen, di mana karyawan diberikan izin libur maksimal sebanyak empat kali dalam sebulan dengan alasan yang jelas. Apabila lebih dari empat hari akan ada pemotongan gaji karyawan. 4) Sistem gaji dan upah Gaji karyawan Ciapus Bromel berkisar dari Rp 950.000,00 – Rp 1.300.000,00 sesuai dengan tingkat jabatan karyawan. Sedangkan untuk karyawan harian diberi upah sebesar Rp 15.000,00 per hari. Perusahaan juga memberikan biaya pengobatan bagi karyawan yang sakit sebesar 50 persen dari biaya pengobatan karyawan. Khusus untuk manajer pengelola, pemilik menerapkan sistem bagi hasil. Berdasarkan perjanjian antara manajer pengelola dengan pemilik Ciapus Bromel, pembagian hasil dilakukan setiap akhir tahun. Proporsi pembagiannya adalah 1:4, di mana manajer pengelola mendapatkan 25 persen dari laba bersih perusahaan sedangkan pemilik Ciapus Bromel mendapatkan 75 persen dari laba bersih perusahaan. 5.4. Sumber Daya Ciapus Bromel 1) Sumber daya fisik a) Prasarana produksi pertanian Sumber daya fisik yang dimiliki perusahaan meliputi: mesin jet pump, green hause, handsprayer, selang, sekop, rak bagi anakan tanaman, dan tender (bak) (Lampiran 13). Perusahaan memiliki dua mesin pompa air (jet pump), mesin ini sangat dibutuhkan ketika musim kemarau karena jet pump berfungsi memompa air tanah untuk mengisi sumur. Handspray digunakan untuk kegiatan penyemprotan pestisida. Untuk membantu kegiatan penyiraman, Ciapus Bromel menggunakan selang sebagai alat perantara. Perusahaan memiliki dua sekop yang dipergunakan untuk mencampur media tanam ataupun pupuk. Perusahaan juga memiliki rak 43
bagi anakan tanaman. Prasarana produksi terakhir yang dimiliki perusahaan adalah tender (bak). Tender berfungsi untuk mengangkut bromelia terutama untuk kegiatan pameran. b) Input dan output Input yang harus ada setiap bulannya meliputi: media tanam, pupuk, pestisida, indukan bromelia, dan pot. Media tanam yang digunakan perusahaan adalah cocopeat, sekam bakar, sekam mentah, dan akar pakis. Sekam mentah digunakan sebagai bahan baku sekam bakar. Jenis pupuk yang digunakan adalah NPK sedangkan pestisida yang digunakan adalah Cofidor, Siputox, Dursbant, Curacron, dan Agristick. Indukan bromelia berasal dari luar negeri, seperti Fhilipina, Thailand, Australia, Belanda, dan beberapa negara di Amerika Latin. Hingga bulan Mei tahun 2010 indukan bromelia yang dimiliki Ciapus Bromel mencapai 13801 bromelia dengan 400 varietas. Pot yang dimiliki perusahaan terdiri dari ukuran S (15 cm2) , M (20 cm2), L (24 cm2), XL (30 cm2 dan 35 cm2), 40 cm2, 50 cm2, 60 cm2, dan 70 cm2. Namun pot yang paling banyak dimiliki perusahaan adalah pot ukuran S, M,dan L. Terkait dengan sumber daya output, pada bulan Mei tahun 2010 Ciapus Bromel memiliki 37164 bromelia di luar indukan. c) Prasarana pendukung Prasarana pendukung yang dimiliki Ciapus Bromel meliputi; bangunan kantor, bangunan mushola, lahan parkir, pagar beton, televisi, peralatan dapur, satu set meja beserta kursi bagi pengunjung, meja dan kursi untuk kegiatan administrasi, serta satu tempat tidur bagi karyawan yang menjaga kantor. 2) Sumber daya keuangan Modal awal perusahaan hanya berasal dari pemilik perusahaan. Besarnya modal pemilik adalah Rp 1.450.000.000,00 Modal digunakan untuk keperluan pembelian tanah, pembangunan prasarana, dan pembelian indukan. Pembangunan dilakukan bertahap, dengan pertimbangan nominal budget yang harus dikeluarkan untuk investasi sangat besar sedangkan modal pemilik cukup terbatas. Selain modal, sumberdaya keuangan perusahaan berasal dari 44
pendapatan perusahaan. Pendapatan perusahaan berasal dari penjualan bromelia. Pada tahun 2009 pendapatan Ciapus Bromel sangat berfluktuatif. 8,33 8,33 41,68 25
8,33 8,33
Pendapatan < 1000000 Pendapatan 1000000-4999000 Pendapatan 5000000-9999000 Pendapatan 10000000-14999000 Pendapatan 15000000-19999000 Pendapatan 20000000-25000000 Pendapatan > 25000000
Gambar 9. Frekuensi Pendapatan Ciapus Bromel Tahun 2009 (Persen) Sumber: Ciapus Bromel (2010) diolah
Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa pendapatan Ciapus Bromel dominan lebih dari Rp 25.000.000,00 yaitu mencapai 41,68 persen dari total penjualan bulanan tahun 2009. Akan tetapi 58,32 persen penjualan menyebar pada kategori pendapatan lainnya, di mana di antaranya sebesar 8,33 persen masuk dalam kategori pendapatan di bawah Rp 1000.000,00. 3) Sumber daya manusia Ciapus Bromel memiliki sepuluh sumber daya manusia yang terdiri dari satu pemilik dan sembilan karyawan. Latar belakang pendidikan sumber daya manusia Ciapus Bromel beragam. Tingkat keberagaman pendidikan karyawan dapat dilihat pada Tabel 3. Chandra Gunawan Hendarto merupakan lulusan University of San Fransisco dengan jurusan International Business Management. Selain itu pemilik pernah menjabat sebagai manajer pemasaran PT. Indomarco serta sekarang menjabat sebagai Direktur PT. Godong Ijo Asri, pemilik Hara Nursery (tanaman buah), dan pemilik Annisa Flora (tanaman aglonema). Selain itu, Chandra Gunwan Hendarto juga aktif di asosiasi terkait dengan tanaman hias. Chandra Gunawan merupakan salah satu pendiri Perhimpunan Florikutura Indonesia (PFI). Latar belakang manajer pengelola hanya sampai pada tingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA). Akan tetapi Ulih Sunardi mempunyai pengalaman sebagai produsen tanaman hias sejak 20 tahun yang lalu, sehingga Ulih Sunardi memiliki kemampuan yang baik dalam budidaya. Ulih Sunardi juga 45
merupakan pemilik Ciapus Nursery. Dalam Industri Tanaman hias di Jabodetabek, keberadaan Ulih Sunarsi cukup dikenal. Hal ini dikemukakan oleh lima pesaing Ciapus Bromel, Dinas Kehutanan dan Pertanian Kabupaten Bogor, dan salah seorang Kontraktor Ranca Maya. Tabel 3. Sumber Daya Manusia Ciapus Bromel Tahun 2010 Nama
Jabatan
Pendidikan
Chandra Gunawan H
Pemilik Perusahaan
S1
Ulih Sunardi
Manajer Pengelola
SMA
Dendi
Koordinator Lapangan
SPMA
Ridwan
Karyawan Operasional
SMP
Endin
Karyawan Operasional
SMP
Kusdin
Karyawan Operasional
SD
Saepullah
Karyawan Operasional
SD
Sudin
Karyawan Operasional
SD
Imron
Karyawan Operasional
SD
Ating
Pegawai Tidak Tetap (Harian)
SD
Sumber: Data Primer Ciapus Bromel (2010) diolah
Koordinator lapangan mempunyai latar belakang pendidikan khusus pertanian (SPMA), sehingga koordinator lapangan mempunyai kemampuan cukup baik dalam kegiatan budidaya. Koordinator lapangan juga memiliki kemampuan yang baik dalam mengingat nama dan jenis varietas bromelia, mengestimasi varietas yang akan bernilai di mata konsumen, dan mempunyai daya kreativitas serta inisiatif dalam menjalankan kewajiban dan wewenangnya. Latar belakang pendidikan enam karyawan tetap lainnya di bawah tingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA). Meskipun demikian karyawan memiliki kemampuan yang baik dalam menjalankan kegiatan budidaya. 5.5. Lingkup Kegiatan Ciapus Bromel 1) Kegiatan pengadaan input a)
Indukan bromelia Pengadaan indukan bromelia dilakukan Ciapus Bromel melalui pembelian indukan, perbanyakan secara vegetatif, dan perbanyakan secara generatif. Pembelian indukan dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk menambah ragam varietas. Indukan tersebut diperbanyak untuk 46
mendapakan bibit anakan sebagai bakal calon tanaman bromelia dewasa dan indukan baru. Perusahaan akan menjual suatu varietas bromelia jika sudah memenuhi prasyarat jumlah minimal stok, yaitu anakan ukuran S dan M minimal berjumlah 100 bromelia. Kegiatan perbanyakan indukan bromelia lebih dominan dengan cara vegetatif daripada dengan cara generatif. Hal ini dikarenakan lamanya waktu yang diperlukan untuk melakukan perbanyakan melalui generatif walaupun hasilnya relatif lebih banyak dibandingkan perbanyakan dengan cara vegetatif. Selain kegiatan pembelian dan perbanyakan, perusahaan juga pernah melakukan kegiatan penyilangan antar varietas, hal ini bertujuan untuk menambah keragaman dan nilai tambah berupa keunikan bromelia yang dihasilkan. Akan tetapi penyilangan
memerlukan
waku
yang
relatif
lama
dan
risiko
kegagalannya tinggi. Selain dari beberapa cara di atas, indukan juga diperoleh dari suatu mutasi tanaman dari perbanyakan indukan awal. Mutasi ini mencapai 15-30 persen dari perbanyakan indukan secara vegetatif. b) Pot bromelia Ciapus Bromel menggunakan pot yang berukuran S (15 cm2) , M (20 cm2), L (24 cm2), XL (30 cm2 dan 35 cm2), 40 cm2, 50 cm2, 60 cm2, dan 70 cm2. Pot XL dibagi menjadi dua yaitu ukuran 30 cm2 dan 35 cm2 . Bromelia yang telah ditanam di pot 30 cm2 tidak akan dimasukan ke pot 35 cm2 akan tetapi langsung di pindahkan k pot 40 cm2 dan sebaliknya. Ciapus Bromel membeli pot dari toko Ibu Ulih. Pada bulan Mei tahun 2010 harga satu lusin pot ukuran S adalah Rp 6800,00, satu lusin pot ukuran M adalah Rp 11.000,00, satu lusin pot ukuran L adalah Rp 18.500,00, dan satu lusin ukuran XL adalah Rp 33.000,00 (pot 30 cm2 ) dan Rp 47500,00 (pot 35 cm2). c)
Cocopeat, obat-obatan, dan pupuk bromelia Ciapus Bromel membeli cocopeat bersama dengan PT. Godong Ijo Asri dari
produsen
cocopeat
di
Tasikmalaya.
Pembelian
tersebut
menggunakan nama PT. Godong Ijo Asri dan biaya pengangkutan cocopeat dari tasikmalaya di tanggung oleh PT Godong Ijo asri. Biaya 47
pengangkutan dari Sawangan ke Ciapus Bromel tetap di tanggung sendiri oleh Ciapus Bromel. Pada bulan April 2010 harga satu bungkus cocopeat adalah Rp 11.000,00. Pembelian cocopeat rata-rata dilakukan Ciapus Bromel satu kali dalam satu tahun. Ciapus Bromel membeli obat-obatan (Cofidor, Siputox, Dursbant, Curacron, dan Agristick) dan pupuk (NPK) dari PT. Godong Ijo Asri. Obat-obatan dan pupuk tidak dibeli dalam jumlah besar. Pembelian pupuk (NPK) maksimal satu karung dan obatanobatan masing-masing maksimal lima buah. d) Media tanam bromelia Media tanam (sekam mentah, sekam bakar, dan akar pakis) dibeli dari Toko Syuaib yang lokasinya berada 1 km dari Ciapus Bromel. Ciapus Bromel
telah bekerjasama dengan Toko Syuaib sejak tahun 2006,
bahkan pemilik Ciapus Bromel telah bekerjasama sejak tahun 2003. Ciapus Bromel membeli sekam mentah 50 karung setiap bulannya dengan harga Rp 5000,00 per karung. Untuk sekam bakar, Ciapus Bromel membeli sebanyak 50-100 karung setiap bulannya. Harga satu karung sekam bakar adalah Rp 8000,00 sedangkan pembelian akar pakis setiap bulannya adalah 20 karung dengan harga Rp 13.500,00 per karungnya. Karung sekam mentah, sekam bakar, dan akar pakis adalah karung dengan ukuran muatan 25 kg. 2) Kegiatan budidaya Kegiatan budidaya Ciapus Bromel dilakukan melalui dua cara, yaitu secara generatif dan vegetatif. Berikut ini merupakan proses budidaya bromelia secara generatif dan vegetatif. a)
Generatif Proses perbanyakan tanaman bromelia berawal dari biji bunga. Tanaman ini akan berbunga setelah berumur 3-4 tahun. Bunga tersebut akan tua atau matang setelah 1-3 bulan dari munculnya bunga. Setelah itu bunga yang telah tua diambil dan dikeringkan dengan cara dijemur dan dianginanginkan selama 3-6 hari, lalu disemai ke dalam pot yang berisi media cocopeat dan sekam bakar yang telah dicampur, kemudian tutup dengan plastik. Setelah 3 bulan, tanaman akan tumbuh setinggi 2 cm dan siap 48
dipindahkan ke dalam pot berukuran 15 cm. Selanjutnya tanaman hanya disiram hingga 4-6 bulan, kemudian dipupuk dengan menggunakan pupuk NPK sebanyak 1-2 gram. Tanaman tersebut siap dijual setelah 3 bulan berikutnya. Setelah itu bromelia dapat dipindahkan kembali ke pot yang berukuran lebih besar, yaitu pot 20 cm setelah 3 bulan dan dipupuk kembali tanaman dengan dosis yang sama. Tiga bulan kemudian, tanaman siap dipindahkan ke dalam pot berukuran 24 cm. Selama proses pemeliharaan hingga siap dijual, tanaman disiram setiap tiga hari sekali untuk musim hujan dan dua hari sekali untuk musim kemarau. Selain itu, tanaman pun disemprot dengan menggunakan pestisida setiap dua minggu sekali. b) Vegetatif Proses perbanyakan tanaman bromelia secara vegetatif dilakukan melalui penusukan pada titik tumbuh tanaman. Tanaman siap ditusuk setelah berumur sekitar delapan bulan atau setelah tanaman berada di pot 20 cm. Tanaman ditusuk dengan menggunakan besi seukuran jari-jari sepeda dari titik tumbuh tanaman hingga akar. Setelah 2-3 bulan penusukkan, akan muncul beberapa anakan dari ketiak bromelia. Pada umumnya, jumlah anakan yang mampu dihasilkan dengan cara vegetatif ini sebanyak 3-10 buah. Selama menunggu munculnya anakan, tanaman hanya disiram tanpa dipupuk atau disemprot dengan pestisida. Setelah 23 bulan, anakan bromelia diangkat dan diangin-anginkan selama 10-15 hari, kemudian ditanam ke dalam pot berukuran 15 cm. Setelah panen anakan pertama, tanaman induk dipupuk dan akan menghasilkan anakan kembali setelah 2-3 bulan. Tanaman induk baru akan mati setelah panen anakan sebanyak 3-4 kali. Proses yang dilakukan selanjutnya sama dengan perlakuan tanaman pada cara generatif, di mana tanaman disiram dan dipupuk saat dipindahkan ke dalam pot yang berukuran lebih besar hingga tanaman siap dijual. Pada umumnya untuk pot berukuran 15 cm, tanaman baru bisa dijual setelah 3-4 bulan dari bibit anakan. Sedangkan untuk pot berukuran 20 cm dan 24 cm, tanaman baru bisa dijual setelah 6
49
bulan dan 9 bulan dari bibit anakan. Untuk menjaga kualitas tanaman, setiap enam bulan sekali media tanaman bromelia harus diganti. 3) Kegiatan Pemasaran Ciapus Bromel a)
Pasar Ciapus Bromel Definisi pasar dalam pemasaran adalah semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan sanggup untuk melibatkan diri dalam proses pertukaran guna memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut (Tjiptono 2008). Pasar Ciapus Bromel terdiri dari pasar konsumen dan pasar institusional. Pasar konsumen adalah individu dan rumah tangga yang menyukai tanaman hias pot. Pasar konsumen Ciapus Bromel mendapatkan bromelia dari agen dan kegiatan pameran. Sedangkan pasar
institusional adalah produsen
bromelia lainnya serta landscaper dan kontraktor taman. Ciapus Bromel langsung menjual bromelia ke pasar institusional tanpa adanya perantara. b) Segmentasi, Targetting, dan Positioning Ciapus Bromel Ciapus Bromel menerapkan target marketing di mana perusahaan melakukan segmentasi pasar kemudian memilih satu atau lebih segmen yang dianggap potensial dan menguntungkan, serta mengembangkan produk dan program pemasaran yang dirancang khusus untuk segmen yang dipilih tersebut. i)
Segmentasi Segmentasi merupakan proses membagi pasar keseluruhan suatu produk atau jasa yang bersifat heterogen ke dalam beberapa segmen, di mana masing-masing segmennya cenderung bersifat homogen dalam segala aspek (Tjiptono 2008). Basis segmentasi pasar Ciapus Bromel untuk pasar konsumen adalah pendapatan dan untuk pasar institusional adalah jenis industri. Segmentasi pasar konsumen meliputi konsumen yang menyukai tanaman hias dan mempunyai pendapatan dibawah Rp 1.500.000,00 per bulan (golongan bawah), konsumen yang menyukai tanaman hias dan mempunyai pendapatan Rp 1.500.000,00 - Rp 2.500.000,00 per bulan (golongan menengah), konsumen yang menyukai tanaman hias dan mempunyai pendapatani 50
Rp 2.500.000,00- Rp 3.500.000,00 per bulan (golongan atas), dan konsumen yang menyukai tanaman hias dan mempunyai pendapatan lebih dari Rp 3.500.000,00 per bulan (gologan sangat atas). Pengelompokan pendapatan berdasarkan BPS 2008, diacu dalam Ridwan6. Segmentasi pasar institusional meliputi industri bromelia yaitu produsen bromelia dan industri properti residensial serta komersial. ii) Targetting Targetting adalah kegiatan evaluasi segmentasi pasar yang berakhir pada pemilihan salah satu atau lebih segmen yang akan fokus dilayani
perusahaan.
Ciapus
Bromel
menetapkan
targetnya
mengikuti pola spesialisasi selektif. Tujuan pemilihan pola spesialisasi selektif dalam penentuan target ini adalah dalam rangka penyebaran risiko, di mana jika terjadi penurunan pembelian pada salah satu target pasar, maka penjualan Ciapus Bromel tidak terlalu terpengaruh, karena tetap memperoleh pendapatan dari target lainnya. Ciapus Bromel memilih dua target dari beberapa segmen pasar yang telah diidentifikasi. Target Ciapus Bromel adalah landscaper, kontraktor taman, dan konsumen penyuka tanaman hias pot dengan golongan pendapatan menengah ke atas. Latar belakang pemilihan landscaper dan kontraktor taman sebagai target terkait dengan karakteristik pembeliannya. Secara umum para landscaper dan kontraktor taman membeli dalam kuantitas yang relatif banyak dan cenderung tidak terpengaruh pada tren dibandingkan dengan konsumen akhir. Walaupun harga bromelia yang harus ditawarkan kepada target tersebut lebih murah dibandingkan dengan harga bromelia yang ditawarkan kepada konsumen akhir. Latar belakang pemilihan konsumen penyuka tanaman hias pot dengan golongan pendapatan menengah atas sebagai target adalah kekurangpekaan
6
Ridwan A. 2009. Keterkaitan Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Masyarakat. http://ridwanbelitung.blogspot.com . [Diakses 24 Februari 2010].
51
konsumen tersebut terhadap harga sehingga Ciapus Bromel dapat menetapkan harga yang tinggi walaupun jumlah pembeliannya relatif sedikit dibandingkan segmen dari pasar oganisasional. iii)
Positioning Kegiatan
positioning
berkenaan
dengan
upaya
identifikasi,
pengembangan, dan komunikasi keunggulan yang bersifat khas dan unik sedemikian rupa sehingga produk dan jasa perusahaan dipersepsikan lebih superior dan khusus dibandingkan produk dan jasa para pesaing dalam benak pasar sasaran (Tjiptono 2008). Bagi konsumen penyuka tanaman hias pot dengan golongan pendapatan menengah atas, Ciapus Bromel ingin menempatkan bromelia Ciapus Bromel sebagai bromelia yang berkualitas dan fashionable. Sedangkan bagi para landscaper dan kontraktor taman, Ciapus Bromel menginginkan penanaman image bahwa bromelia Ciapus Bromel merupakan bromelia yang berkualitas dengan harga murah. c) Wilayah pemasaran Wilayah pemasaran untuk target konsumen adalah Jabodetabek sedangkan bagi segmen pasar berupa produsen bromelia, wilayah pemasarannya hingga bulan Mei tahun 2010 meliputi Jabodetabek, Semarang, Surabaya, Medan, Riau, Palembang, dan kalimantan. Pemilihan wilayah Jabodetabek sebagai wilayah pemasaran untuk target konsumen menurut manajemen perusahaan dikarenakan tingkat daya beli dan pola konsumsi mayarakat terhadap barang non primer di wilayah Jabodetabek relatif lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya. Faktor lainnya yang menjadi latar belakang pemilihan wilayah Jabodetabek adalah adanya keterbatasan sumberdaya Ciapus Bromel jika harus melakukan kegiatan pameran di luar wilayah Jabodetabek dan tidak adanya distributor ataupun agen Ciapus Bromel di luar wilayah Jabodetabek. Untuk target para landscaper dan kontraktor taman, Wilayah pemasaran yang akan pertama kali dituju Ciapus Bromel adalah Jabodetabek. Pertimbangannya relatif sama dengan pertimbangan pemilihan wilayah pemasaran bagi konsumen akhir dan dasar 52
pertimbangan lainnya adalah jumlah properti residensial serta properti komersial jauh lebih banyak di wilayah Jabodetabek. 5.6. Hubungan antara Ciapus Bromel dengan PT. Godong Ijo Asri PT. Godong Ijo Asri adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha tanaman hias, baik produksi, distribusi maupun pemasaran, dan memfokuskan bisnisnya pada tanaman Adenium. Perusahaan ini didirikan sejak tahun 1997 oleh Chandra Gunawan Hendarto yang juga merupakan pendiri sekaligus pemilik Ciapus Bromel. Akan tetapi Ciapus Bromel bukan merupakan unit bisnis PT. Godong Ijo Asri. Posisi Ciapus Bromel hanya sebagai rekanan bisnis. Salah satunya adalah sebagai pemasok bromelia kepada PT. Godong Ijo Asri dengan menerapkan sistem kerjasama konsingensi. Selain kerjasama penjualan, Ciapus Bromel juga membeli input dari PT. Godongijo Asri terutama pestisida, cocopeat, dan pupuk. Kerjasama juga dilakukan dalam hal kegiatan impor. Ciapus Bromel mengatasnamakan PT. Godongijo Asri dalam melakukan aktivitas impor indukan bromelia. Biaya yang menyangkut bongkar muat dan pengangkutan di pelabuhan ditanggung oleh Ciapus Bromel. Namun jika kegiatan impor dilakukan bersamasama dengan PT. Godong Ijo Asri, biaya ditanggung bersama. Besarnya biaya ditentukan oleh space yang terpakai ataupun berat barang masing-masing perusahaan. PT. Godong Ijo Asri memiliki enam belas agen yang tersebar di seluruh Indonesia. Akan tetapi akibat krisis di tahun 2008- tahun 2009 hanya ada empat agen PT. Godong Ijo Asri yang masih aktif. Adanya agen
ini turut
membantu pemasaran bromelia Ciapus Bromel di wilayah domisili agen tersebut.
53
VI. ARSITEKTUR STRATEGI CIAPUS BROMEL 6.1. Visi dan Misi Ciapus Bromel Dalam upaya penyusunan suatu perencanaan strategi dari suatu organisasi, maka analisis visi dan misi merupakan unsur atau komponen yang paling penting dilakukan. Langkah ini perlu dilakukan karena segala aktivitas dan rencana yang akan dilakukan oleh perusahaan, harus selaras dengan visi dan misi yag telah dirumuskan. Visi dan Misi Ciapus Bromel belum dituangkan secara tertulis dan belum dikomunikasikan ke seluruh karyawan Ciapus Bromel. Dari hasil wawancara dengan pemilik, dapat diidentifikasi visi perusahaan adalah menjadi perusahaan bromelia terkemuka yang menghadirkan nuansa tropis penuh warna di tengah masyarakat Indonesia. Untuk mencapai visi tersebut Ciapus Bromel memiliki beberapa misi, yaitu; (1) menjamin ketersediaan bromelia yang berkualitas; (2) memberlakukan bromelia sebagai suatu fashion; (3) menjadikan bromelia sebagai tanaman taman di Indonesia; (4) menciptakan dan menjaga hubungan yang kondusif dengan stakeholder. Ketidaktertulisan visi dan misi secara jelas merupakan suatu yang harus dibenahi oleh Ciapus Bromel. Visi dan misi yang tidak jelas akan mengaburkan tujuan yang ingin dicapai oleh Ciapus Bromel. Efek negatif ketiadaan visi dan misi adalah Ciapus Bromel sulit untuk mewujudkan cita-citanya dalam rentang waktu yang telah ditetapkan. Lebih jauh lagi, ketidakjelasan visi dan misi akan menyulitkan untuk membangun komitmen, kesadaran, dan atmosfer yang sama guna mencapai cita-cita Ciapus Bromel. Perumusan visi dan misi secara dini akan memungkinkan Ciapus Bromel untuk menjadi market leader di Industrinya karena sudah ada arahan yang jelas bagi stakeholder internal untuk melangkah mencapai cita-citanya. 6.2. Tujuan Ciapus Bromel Untuk menggapai salah satu misinya, yaitu menjadikan bromelia sebagai tanaman taman di Indonesia serta mengantisipasi fluktuasi nilai penjualannya, Ciapus Bromel memiliki tujuan menjadi suplier kontraktor taman dan landscaper di Indonesia. Dengan demikian, Ciapus Bromel bukan hanya bertindak sebagai penjual bromelia dalam bentuk tanaman pot tetapi juga akan bertindak sebagai 54
penjual bromelia dalam bentuk tanaman landscape Untuk tahapan awal penggapaian misinya tersebut, Ciapus Bromel memperkecil ruang lingkup wilayah tujuan yaitu menjadi Jabodetabek. Pembatasan ruang lingkup tersebut didasarkan pada kondisi sumberdaya Ciapus Bromel yang belum dapat mengcover permintaan
secara
nasional.
Menurut
pemilik
perusahaan,
keberhasilan
pencapaian tujuan pada lingkup Jabodetabek akan menjadi barometer untuk pengembangan pasar dalam lingkup nasional. 6.3. Analisis Lingkungan Perusahaan 6.3.1. Lingkungan Internal 1) Manajemen Ditinjau dari fungsi manajemen, Ciapus Bromel telah menjalankan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian. Namun fungsi manajemen tersebut masih dikelola secara sederhana. a)
Perencanaan Perencanaan produksi yang dilakukan perusahaan berupa penentuan jumlah bromelia yang akan diperbanyak untuk memenuhi stok indukan dan penjualan. Perencanaan produksi dilakukan setiap satu bulan sekali oleh manajer pengelola dan koordinator lapangan. Perencanaan tersebut belum dituangkan secara tertulis sedangkan untuk kegiatan pembelian input dan kegiatan penambahan varietas bromelia, perusahaan tidak merencanakannya secara khusus. Waktu maupun kuantitas pembelian disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Untuk aktivitas pemasaran, perencanaan pemasaran berupa penentuan harga dan varietas bromelia yang akan dimasukkan dalam katalog pihak PT Godongijo Asri. Perubahan harga dan penentuan varietas yang masuk dalam katalog PT Godongijo Asri dilakukan setiap tahun sekali oleh pemilik Ciapus Bromel dan manajer pengelola. Berkaitan dengan rencana perwujudan misi Ciapus Bromel untuk menjadikan bromelianya sebagai standar tanaman taman di Indonesia, Ciapus bromel akan melakukan ekspansi pasar ke industri properti residensial dan komersial. Rencana tersebut belum sepenuhnya 55
dikomunikasikan kepada karyawan tetapnya. Proses evaluasi perencanaan juga telah dilakukan oleh perusahaan berupa evaluasi pemasaran. Evaluasi pemasaran dilakukan Ciapus Bromel ketika melakukan perencanaan harga dan varietas bromelia yang akan masuk dalam katalog PT. Godong Ijo Asri. Evaluasi pemasaran berupa pembahasan penjualan Ciapus Bromel di sepanjang tahun tersebut. Hasil evaluasi pemasaran digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan kegiatan pemasaran berikutnya. Ciapus Bromel belum menetapkan visi, misi, dan tujuan perusahaan sebagai suatu bentuk perencanaan tertulis. Hal ini pada akhirnya menjdi salah satu faktor penyebab belum adanya target ataupun sasaran tertulis untuk semua kegiatan baik jangka pendek maupun jangka panjang. b) Pengorganisasian Pengorganisasian telah dilakukan Ciapus Bromel. Deskripsi pekerjaan dan koordinasi telah dijalankan di dalam manajemen Ciapus Bromel sehingga secara umum masing-masing karyawan mengetahui apa yang menjadi tugasnya dan harus bertanggung jawab dengan siapa. Akan tetapi departementalisasi
belum
lengkap
secara
fungsional.
Hal
ini
mengakibatkan timbulnya rangkap jabatan bagi individu tertentu. Misalnya koordinator lapangan yang menjalankan semua kegiatan, baik budidaya, pemasaran, dan administrasi. Kondisi tersebut mengakibatkan kurang optimalnya kinerja karyawan, terutama karyawan yang menjalankan multi aktivitas. Selain itu, pembagian tanggung jawab secara spesifik dibidang budidaya juga belum dilakukan oleh Ciapus Bromel. Misalnya penunjukan karyawan yang bertanggung jawab untuk kegiatan repotting, out of name, pemeliharaan,
dan
lainnya.
Hal
tersebut
menyebabkan
adanya
kesalahpahaman antara karyawan budidaya mengenai siapa yang bertanggung jawab untuk masing-masing aktivitas tersebut. c)
Pemberian motivasi Pemberian motivasi bagi karyawan telah dilakukan oleh perusahaan. Pemberian motivasi tersebut berupa pemberian tunjangan hari raya sebesar gaji pokok karyawan, promosi jabatan jika kinerja karyawan dinilai baik oleh pemilik dan manajer pengelola, dan pemberian reward jika 56
pendapatan dari penjualan bromelia di pameran tunggal mencapai nominal Rp 30.000.000,00. Komisi yang diberikan sebesar 20 persen dari hasil penjualan. Kepribadian Chandra Gunawan selaku pemimpin perusahaan secara tidak langsung juga memberikan motivasi karyawan untuk bekerja secara jujur, tekun, dan optimal. d) Fungsi pengelolaan karyawan Ciapus Bromel menerapkan sistem perekrutan secara kekerabatan. Sistem tersebut menguntungkan bagi perusahaan karena manajemen lebih mengetahui kepribadian karyawannya sehingga tingkat kepercayaan terhadap karyawan juga tinggi. Tingginya tingkat kepercayaan teradap karyawan, menciptakan iklim kondusif bagi karyawan untuk bekerja. Hal lain yang memberikan keuntungan dari penerapan sistem perekrutan kekerabatan
adalah
kemudahan
dalam
mengkomunikasikan
dan
mengkoordinasikan tugas, wewenang, dan informasi tanpa mengalami penolakan atau hambatan-hambatan dari karyawan perusahaan. Disiplin kerja juga telah diterapkan di Ciapus Bromel walaupun belum dilakukan secara tertulis. Ciapus Bromel telah mengikat karyawannya dengan kesepakatan di awal mengenai aturan perizinan dan sanksi bagi karyawan. e)
Pengendalian Kegiatan pengendalian yang dilakukan perusahaan berupa laporan keuangan setiap bulannya, baik pendapatan maupun pengeluaran. Pengendalian persediaan bromelia juga telah dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan out of name terhadap semua varietas yang ada di Ciapus Bromel. Out of name tersebut dilakukan untuk mengetahui jumlah stok tanaman tiap bulannya sebagai pertimbangan dalam perencanaan perbanyakan. Bentuk pengendalian lain adalah aktivitas monitoring yang dilakukan pemilik perusahaan setiap dua minggu. Pengendalian tersebut memotivasi karyawan untuk bekerja secara optimal dan menjadi bahan pertimbangan perusahaan dalam perencanaan.
57
2) Pemasaran Dari sisi sumberdaya manusia, Ciapus Bromel diuntungkan dengan adanya link pemilik terkait dengan berbagai stakeholder yang terkait dengan bisnis tanaman hias. Selain itu,latarbelakang dan pengalaman manajer pengelola juga
turut
berkontribusi
dalam
memperkenalkan
dan
membangun
kepercayaan pembeli terhadap bromelia Ciapus Bromel. Namun dari sisi organisasi, Ciapus Bromel, tidak memiliki departemen atau bagian khusus yang menangani pemasaran. Ciapus Bromel hanya memiliki satu karyawan tetap yang mempunyai pengalaman dibidang pemasaran tanaman hias. Karyawan tersebut adalah manajer pengelola. Namun, manajer pengelola mempunyai usaha lain dibidang tanaman hias sehingga tidak bisa fokus dalam menangani kegiatan pemasaran Ciapus Bromel. Manajer pengelola hanya berpengalaman dalam memasarkan tanaman hias dipasar konsumen, dengan demikian jika ditinjau dari kepribadian, latar belakang pendidikan, dan ketiadaan pengalaman manajer pegelola terkait dengan rencana ekspansi pasar ke landscaper dan kontraktor tanaman, maka akan sulit bagi manajer pengelola dalam mempengaruhi (membuat strategi) serta bernegosiasi dengan pihak target tersebut. Oleh karena itu Ciapus Bromel memerlukan karyawan yang handal dan fokus dalam kegiatan pemasaran. Salah satu unsur dalam strategi pemasaran adalah bauran pemasaran. Bauran pemasaran merupakan
seperangkat
alat pemasaran
yang digunakan
perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran. Bauran pemasaran merupakan inti bagi kegiatan pemasaran, yaitu meliputi variabel mana saja yang dapat dikendalikan perusahaan untuk mempengaruhi reaksi pembelian (Tjiptandi 2008). a) Bauran produk Produk yang ditawarkan Ciapus Bromel berupa bromelia dengan berbagai
varietas. Secara umum ada lima golongan bromelia yang
ditawarkan Ciapus Bromel, meliputi Neogerelia, Guzmania, Aechema, Imperialis, dan Tilandsia. Dari lima golongan tersebut, Ciapus Bromel memiliki 400 varietas. Di mana hanya 243 varietas yang mempunyai 58
nama sedangkan sisanya merupakan
mutasi dari tanaman indukan.
Bromelia hasil mutasi belum memiliki nama sehingga belum dapat dipasarkan. Dari tahun 2007 hingga tahun 2010, Ciapus Bromel telah melaunching 78 varietas sedangkan 169 varietas lainnya belum memenuhi syarat penjualan dan dipersiapkan sebagai stok launching. Berkaitan dengan rencana ekspansi pasarnya, Ciapus Bromel berencana akan mulai menggolongkan bromelia berdasarkan daya serap bromelia terhadap sinar matahari. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kegunaan bromelianya bagi kontraktor taman dan landscaper. Bromelia merupakan suatu komoditas, sehingga tidak ada diferensiasi antara bromelia Ciapus Bromel dengan bromelia di tempat pesaing. Perbedaan dibandingkan lima pesaing terletak di keragaman varietas yang dimiliki Ciapus Bromel (Tabel 4). Varietas bromelia di Ciapus Bromel lebih variatif bahkan semua pesaing membeli indukan dari Ciapus Bromel. Varietas yang beragam bisa menjadi kekuatan maupun kelemahan Ciapus Bromel. Menjadi kekuatan karena tanaman hias ibarat suatu fashion, sehingga pelaku bisnis harus selalu menyajikan suatu yang baru agar bromelia tidak ditinggalkan oleh pasar terutama pasar konsumen. Varietas yang beragam juga bisa menjadi sebuah kelemahan jika dikaitkan dengan kapasitas green house dan biaya perawatan yang lebih banyak untuk mempertahankan varietas-varietas tersebut. Ciapus Bromel menjual bromelia dalam delapan jenis ukuran pot. Namun yang paling banyak diproduksi adalah pot ukuran S, L, M, dan XL, dengan pertimbangan ukuran pot tersebut paling laku terjual. Selain itu berdasarkan hasil kuesioner kepada 30 kontraktor taman dan landscaper, 80 persen responden menyatakan bahwa ukuran tanaman yang dipakai untuk groundcover adalah ukuran S serta untuk point of view dan border adalah ukuran M. b) Bauran promosi Kegiatan promosi merupakan usaha komunikasi yang diterapkan untuk memberitahu, mengenalkan, dan mempengaruhi konsumen mengenai produknya yang dapat dilakukan dengan berbagai sarana. Kegiatan 59
promosi yang dilakukan Ciapus Bromel untuk pasar konsumen namun dinilai pemilik sebagai bagian proses promosi kepada pasar residensial dan komersial
adalah
kegiatan promosi melalui personal selling.
Promosi melalui personal selling dilakukan dalam bentuk pameran. Pameran cukup efektif memperkenalkan keberadaan bromelia di kalangan masyarakat. Kegiatan pameran umumnya dilakukan di mal-mal di kawasan Jabodetabek. Mal-mal dipilih karena salah satu target pasar Ciapus Bromel merupakan konsumen akhir golongan pendapatan menengah ke atas. Jika ditinjau dari pasar properti residensial dan komersial, menurut kontraktor taman Rancamaya dan Pendiri IALI pada umumnya owner dari properti residensial dan komersial adalah masyarakat golongan menengah ke atas. Sehingga adanya pameran ini diharapkan akan meningkatkan permintaan para owner terhadap bromelia. Hal tersebut akan mempermudah Ciapus Bromel dalam proses mempengaruhi landscaper dan kontraktor taman untuk membeli bromelia Ciapus Bromel. Hingga Mei tahun 2010, belum ada kegiatan promosi secara langsung yang dilakukan Ciapus Bromel untuk para landscaper dan kontraktor taman. Menurut pemilik Ciapus Bromel, rencana kegiatan promosi untuk para landscaper dan kontraktor taman akan dilakukan dalam bentuk presentasi penjualan. c) Bauran distribusi Kegiatan distribusi merupakan cara yang dilakukan perusahaan untuk mengantarkan barang ke tangan kosumen pada waktu yang tepat. Rencana distribusi bromelia Ciapus Bromel kepada landscaper dan kontraktor taman akan dilakukan secara langsung (Gambar 10). Pemilihan struktur saluran distribusi langsung bertujuan agar perusahaan dapat mengetahui sikap landscaper dan kontraktor taman terhadap bauran pemasaran Ciapus Bromel, sehingga Ciapus Bromel dapat merespon dengan cepat sikap target pasar tersebut. Selain itu, menurut pemilik keberadaan perantara pemasaran tidak dibutuhkan dalam proses pemasaran kepada para landscaper dan kontraktor taman. Hal ini 60
didasarkan pada dua faktor. Faktor pertama karena para landscaper dan kontraktor taman umumnya membeli dalam jumlah yang banyak dan menginginkan harga yang murah sedangkan perantara pemasaran memiliki keterbatasan dalam memenuhi keinginan target pasar tersebut. Faktor ke dua adalah adanya kekhawatiran manajer pengelola jika perantara pemasaran menjual bromelia Ciapus Bromel bukan kepada para landscaper dan kontraktor taman melainkan kepada produsen bromelia lainnya ataupun pasar konsumen.
Ciapus Bromel
Landscaper dan kontraktor taman
Gambar 10. Rencana Aliran Distribusi Bromelia dari Ciapus Bromel ke Landscaper dan Kontraktor Taman Sumber: Data Primer Ciapus Bromel (2010)
d) Bauran harga Kebijakan penetapan harga ditetapkan oleh pemilik dan manajer pengelola. Harga bromelia yang ditetapkan bervariasi sesuai dengan varietas dan ukuran potnya. Penetapan harga varietas untuk pasar konsumen mempertimbangkan tingkat kesulitan dalam perbanyakan dan pemeliharaan, keunikan varietas tanaman, dan biaya yang dikeluarkan untuk suatu ukuran varietas. Penetapan harga untuk kontraktor taman dan landscaper belum dilakukan oleh pihak Ciapus Bromel. 3) Keuangan dan akuntansi Kondisi keuangan Ciapus Bromel tahun 2009 dominan bernilai negatif (Gambar 4) dan perusahaan tidak mempunyai dana simpanan unuk membiayai ekspansi pasarnya. Akan tetapi walaupun Ciapus Bromel memiliki keterbatasan modal untuk ekspansi, pemilik memiliki akses terhadap lembaga keuangan dan mempunyai keinginan memanfaatkan akses tersebut. Ciapus Bromel melakukan pencatatan keuangan secara sederhana, Hal tersebut dikarenakan Ciapus Bromel belum mempunyai karyawan tetap 61
yang berpengalaman dalam memanage keuangan secara terkomputerisasi dalam sistem akuntansi. Pencatatan keuangan Ciapus Bromel hingga tahun 2010 hanya berupa garis besar mengenai penerimaan dan pengeluaran perusahaan. 4) Budidaya Lokasi perusahaan menguntungkan bagi Ciapus Bromel karena warna bromelia yang dihasilkan lebih colourful dibandingkan pesaing yang berada di wilayah Jakarta dan Tanggerang. Dilihat dari kondisi sumber daya manusia, latar belakang pekerjaan dan pengalaman manajer pengelola sebagai petani tanaman hias selama 20 tahun juga menguntungkan Ciapus Bromel. Manajer pengelola mengetahui cara budidaya yang dapat mengoptimalkan pembentukan warna pada daun, naluri intuitif dalam menilai bromelia yang dapat menghasilkan nilai yang tinggi, dan memiliki pengetahuan mengenai kegiatan penyilangan tanpa melihat buku acuan. Jika ditinjau dari sumberdaya karyawan tetap lainnya, karyawan memiliki kemampuan yang baik dalam memperbanyak anakan melalui vegetatif dengan rasio kegagalan kurang dari 5 persen. Selain itu, sebanyak 75 persen karyawan juga memiliki daya kreasi dalam menciptakan nilai tambah bromelia. Nilai tambah tersebut diharapkan akan lebih mendorong para lansdcaper dan kontraktor taman untuk melakukan pembelian bromelia di Ciapus Bromel. Jika ditinjau dari kapasitas produksi, kapasitas poduksi saat ini belum mencukupi untuk membidik target pasar. Hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan green house yang dimiliki Ciapus Bromel, sehingga cukup menghambat perbanyakan anakan. Berdasarkan perhitungan peneliti jika Ciapus
Bromel
meralisasikan
pengembangan
pasarnya
akan
ada
penumpukan bromelia di suatu bulan dan penumpukan tersebut akan melebihi kapasitas. Perhitungan ini memakai jumlah minimal indukan per varietas dan dilakukan selama waktu analisis. Kekurangan green house tersebut terjadi dibulan ketiga tahun ke empat waktu analisis. Jumlah anakan bromelia pada bulan tersebut adalah 39212 bromelia yang diukur menggunakan ukuran pot 20 sedangkan kapasitas green house untuk anakan bromelia adalah 36836 bromelia yang diukur dengan pot 20. Dengan demikian kekurangannya 62
adalah 2376 bromelia yag diukur dengan pot 20 atau 4198 bromelia jika diukur dengan pot 15. Pola budidaya, asumsi yang digunakan dalam perhitungan, dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2, lampiran 3, dan lampiran 4. 5) Penelitian dan pengembangan Kegiatan penelitian dan pengembangan merupakan hal yang penting dalam suatu perusahaan untuk menciptakan serangkaian inovasi yang dapat meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan. Kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan Ciapus Bromel berupa penyilangan varietas dan mengkreasikan bromelia di media pakis dalam bentuk pohon. Kegiatan tersebut dilakukan oleh karyawan bagian budidaya, manajer pengelola, dan koordinator lapangan. Ciapus Bromel belum berkonsetrasi pada kegiatan penyilangan maupun pengkerasian bromelia. Alasan belum fokusnya perusahaan dalam melakukan kegiatan penyilangan dikarenakan kegiatan penyilangan memerlukan rentang waktu lebih dari satu tahun dan risiko kegagalan penyilangan di atas 80 persen. 6) Sistem informasi manajemen Pencatatan informasi di Ciapus Bromel telah dilakukan secara sederhana. Informasi yang dicatat berupa informasi mengenai data stok bromelia per bulan, data pendapatan dan pengeluaran per bulan, data harga dan varietas bromelia yang dijual, serta data jumlah dan varietas bromelia per pot yang terjual dalam satu bulan. Akan tetapi tidak ada tempat khusus penyimpanan data-data tersebut. Ketiadaan tempat khusus penyimpanan data informasi yang telah dibuat mengakibatkan banyak data-data historis perusahaan yang hilang. Terlebih penyajian data Ciapus Bromel hanya dalam bentuk hard copy dengan tulisan tangan, sehingga apabila data tersebut hilang perusahaan tidak mempunyai backupan data lainnya. Penggunaan komputer belum dilakukan karena ketiadaan karyawan yang mampu dalam mengoperasikan komputer. Dengan demikian akan sia-sia bagi Ciapus Bromel untuk saat ini memaksakan penggunaan komputer dalam pencatatan informasi perusahaan.
63
6.3.2 Lingkungan Industri Analisis lingkungan industri diakukan melalui analisis lima kekuatan bersaing porter yang meliputi, persaingan antar anggota dalam industri, ancaman masuknya pendatang baru, posisi tawar-menawar pemasok, posisi tawarmenawar pembeli, ancaman dari pendatang baru, dan ancaman produk substitusi. 1)
Persaingan di antara para anggota industri tanaman hias bromelia di Jabodetabek Menurut data Direktorat Tanaman Hias Kabupaten Bogor ada enam pelaku usaha yang mengusahakan komoditas bromelia hingga tahun 2010 di Jabodetabek. Adapun deskrispi singkat mengenai kondisi perusahaan pesaing dapat dilihat pada Tabel 4. Intensitas persaingan dalam industri bromelia di Jabodetabek relatif lebih rendah dibandingkan industri tanaman hias aglonema dan anthurium. Hal ini dilihat dari dua faktor. Faktor pertama adalah industri bromelia adalah industri dalam pasar oligopoli. Harga tidak ditentukan oleh kesimbangan pasar melainkan ditentukan oleh perusahaan di dalam industri. Sehingga perusahaan di dalam industri bromelia tidak melakukan perang harga secara agresif untuk menarik pasar. Faktor kedua adalah industri bromelia masih dalam fase petumbuhan. Hal tersebut didasarkan pada perkembangan keberadaan bromelia di Jabodetabek yang relatif baru (tahun 1995) dan banyak digemari di tahun 2009. Khusus untuk industri bromelia sebagai tanaman landscape, hanya ada satu perusahaan yang menjadi supplier landscaper dan kontraktor tanaman. Perusahaan tersebut adalah Harrys Bromel. Harrys Bromel tidak hanya menjadi supplier bagi tanaman landscape namun juga bertindak sebagai landscapernya. Harrys Bromel belum terlalu optimal dalam memasuki pasar ini, karena usahanya relatif baru dijalankan. Usaha landscapernya di mulai sejak tahun 2007. Harga bromelianya untuk para landscaper ataupun kontraktor tanaman tetap sama dengan pembeli konsumennya. Perbedaannya terletak pada diskon harga. Para landscaper dan kontraktor taman diberi diskon khusus. Diskon tersebut berdasarkan hasil negosiasi antara Harrys Bromel dengan kedua belah pihak tersebut. 64
Tabel 4.
Gambaran Umum Perusahaan pesaing Ciapus Bromel di Wilayah Jabodetabek
Sumber: Data Primer dari Identifikasi Perusahaan Bromelia di Jabodetabek (2010) diolah
2) Ancaman masuknya pendatang baru Ancaman pendatang baru bergantung pada rintangan masuk yang ada dan reaksi para pemain lama dalam industri tersebut. Industri yang dimasuki Ciapus Bromel merupakan Industri Tanaman Hias Bromelia di Jabodetabek. Menurut porter ada tujuh faktor yang menjadi penghambat bagi masuknya pendatang baru ke dalam industri, antara lain: skala ekonomi, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, diferensiasi produk, biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala, dan kebijakan pemerintah. Jika dilihat dari skala ekonomi dan kebutuhan modal, untuk masuk ke industri bromelia pendatang baru relatif lebih mudah. Skala ekonomi akan menghambat pendatang baru masuk dalam suatu industri jika harga dari suatu produk sangat ditentukan oleh biaya operasional perusahaan. Berdasarkan wawancara dengan lima perusahaan bromelia di Jabodetabek, pendatang baru yang masuk dalam indusri tanaman hias biasanya menargetkan pasar konsumen sebagai sasarannya. Penentuan harga bromelia untuk konsumen lebih ditentukan oleh keunikan varietas bromelia tersebut, dengan demikian skala ekonomi bukan penghambat bagi pendatang baru untuk masuk dalam indusri bromelia. Dari 65
sisi modal, pendatang baru hanya membeli bromelia indukan kemudian memperbanyak bromelia indukan. Untuk penyimpanan bromelia, produsen tidak harus membangun green house, cukup di bawah naungan yang cukup teduh. Berdasarkan Porter (1991) faktor biaya beralih pemasok merupakan biaya satu kali yang harus dikeluarkan pembeli jika berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok lainnya.
Dilihat dari karakteristik bromelia
sebagai suatu komoditas, pasar konsumen tidak memerlukan biaya yang besar untuk dikeluarkan jika ingin membeli bromelia dari suatu perusahaan ke perusahaan lainnya. Akan tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi pasar institusional. Pasar institusional membeli dalam kuantitas besar, sehingga jika pasar institusional beralih dari pemasok lamanya maka pasar institusional tersebut harus mencari pemasok baru. Dalam proses pencarian tersebut, pasar institusional mengeluarkan biaya pencarian. Biaya pencarian berupa biaya informasi, biaya transportasi, dan biaya dalam proses negosiasi. Berdasarkan wawancara dengan pembeli indukan bromelia, kontraktor taman Rancamaya, dan salah satu pendiri IALI, pasar institusional biasanya akan beralih pemasok jika harga di pemasok lain lebih murah dibandingkan pemasok lainnya dengan catatan kualitas tanaman sama. Dengan kondisi demikian, untuk dapat menarik pasar institusional beralih dari pemasok lamanya, pendatang baru harus menawarakan harga yang lebih murah dibandingkan perusahaan yang telah ada. Hal ini diperkuat dari hasil kuesioner dari 30 responden kontraktor taman dan landscaper dominan (36,67 persen) responden menjawab variabel yang membuat responden loyal terhadap suplier tanaman taman adalah harga yang murah. Saluran distribusi industri tanaman hias bromelia di Jabodetabek untuk pasar konsumen terdiri atas saluran distribusi langsung dan saluran distribusi melalui perantara pemasaran. Perantara pemasaran yang digunakan dalam Industri bromelia adalah toko-toko bunga. Agar menguntungkan, para perusahaan harus memilih toko bunga yang telah mapan dan terkenal. Untuk dapat masuk ke toko bunga yang mapan dan telah terkenal, perusahaan pendatang baru memiliki hambatan yang besar dikarenakan toko bunga- toko bunga tersebut 66
telah menjalin kerjasama yang kuat dengan para perusahaan besar. Implikasinya perusahaan pendatang baru harus menciptakan saluran distribusi yang baru atau mempengaruhi saluran distribusi yang ada agar menerima bromelianya dengan cara penurunan harga atau kerjasama promosi yang dapat mengurangi laba. Sedangkan untuk pasar institusional, saluran distribusi industri bromelia di Jabodetabek memakai saluran distribusi langsung. Sehingga bagi pendatang baru yang membidik pasar institusional, saluran distribusi bukan merupakan hambatan untuk masuk dalam industri bromelia. Ditinjau dari karakteristik bromelia sebagai suatu komoditas, maka tidak ada yang membedakan antara bromelia suatu perusahaan dengan bromelia milik perusahaan lainnya. Diferensiasi terletak pada keragaman varietas yang dimiliki suatu perusahaan. Keragaman varietas merupakan hambatan masuk bagi pendatang baru. Pendatang baru harus mempunyai varietas yang lebih banyak dibandingkan perusahaan lama jika ingin mengatasi kesetiaan pelanggan dari pemasok lamanya. Menurut manajer pemasaran PT Godong Ijo Asri, pada umumnya pasar konsumen akan cenderung lebih setia dengan perusahaan yang mempunyai banyak varietas bromelia. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan lima perusahaan bromelia di Jabodetabek, kontraktor taman perumahan Ranca Maya, dan salah satu pendiri IALI, pasar institusional juga mempertimbangkan jumlah keragaman bromelia dalam keputusan pembelian bromelia di suatu perusahaan. Hal ini diperkuat dengan hasil kuesioner kepada 30 responden dari kalangan kontraktor taman dan landscaper, sebanyak 50 persen responden memilih variabel keragaman varietas sebagai variabel urutan ketiga setelah kualias dan harga
sebagai
variabel yang dipertimbangkan dalam membeli tanaman hias di suatu tempat. Faktor lain yang dapat menghambat masuknya pendatang baru di suatu industri adalah adanya biaya tak menguntungkan terlepas dari skala dan kebijakan pemerintah. Pada industri tanaman hias bromelia perusahaan pendatang baru tidak menghadapi biaya terlepas dari skala. Hal ini dikarenakan tidak ada hak paten atas teknologi atau pun produk serta karakteristik tertentu yang dikuasai perusahaan lama yang ada di dalam industri tanaman hias bromelia. Terkait dengan kebijakan pemerintah, tidak ada peraturan-peraturan pemerintah yang 67
dapat menghambat akses terhadap bahan baku, distribusi ataupun pendirian usaha. Oleh karena itu kebijakan pemerintah juga bukan merupakan hambatan masuknya pendatang baru ke dalam industri bromelia. 3) Bergaining position pemasok Perusahaan bromelia di Jabodetabek masing-masing memiliki pemasok tetap terkait dengan penyediaaan input variabel (pot, media tanam, pestisida, dan obat-obatan). Pemasok input untuk masing-masing perusahaan berbeda-beda tergantung lokasi usahanya. Terkecuali bagi usaha bromelia Bapak Arif dan Ciapus Bromel. Pasokan pot dan media tanam berasal dari pemasok yang sama. Adanya kesamaan tersebut dikarenakan lokasi usaha bromelia Bapak Arif berdekatan dengan Ciapus Bromel. Kedua perusahaan tersebut berada di wilayah Ciapus. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa industri dari masingmasing pemasok tergolong dalam industri pasar persaingan sempurna. Industri bromelia bukan merupakan satu-satunya pembeli di industri tiap pemasok input variabel. Dengan demikian bergaining industri tiap pemasok input variabel dengan industri bromelia adalah sama. Berdasarkan wawancara dengan kelima perusahaan pesaing di dalam industri bromelia di Jabodetabek, bergaining pemasok dengan perusahaan sama. Kerjasama menguntungkan kedua belah pihak. Kerjasama yang diterapkan lebih ke arah personality dan kepercayaan. Hal tersebut juga berlaku di Ciapus Bromel. Khusus untuk pembelian bromelia, ada dua pemasok umum dalam industri bromelia di Jabodetabek. Pemasok pertama adalah pemasok yang berasal dari luar negeri dan yang kedua adalah pemasok dari dalam negeri yaitu perusahaan yang memiliki varietas bromelia terbanyak dalam industri tersebut. Berdasarkan
identifikasi
terhadap
perusahaan-perusahaan
bromelia
di
Jabodetabek, dalam kurun waktu lima tahun terakhir hanya Ciapus Bromel yang membeli bromelia di luar negeri. Menurut wawancara dengan pemilik Ciapus Bromel, penjual bromelia di luar negeri sangat banyak sehingga Ciapus Bromel memiliki keleluasaan dalam membeli bromelia. Untuk pemasok dalam negeri, perusahaan yang bertindak sebagai pemasok bromelia dalam kurun waktu tiga tahun terakhir adalah Ciapus Bromel, sehingga harga bromelia di Ciapus Bromel dijadikan patokan oleh perusahaan yang membeli bromelia di 68
Ciapus Bromel dalam menentukan harga jual bromelia kepada pembeli bromelia masing-masing perusahaan. 4) Bergaining position pembeli Pembeli di industri bromelia terdiri dari kelompok pembeli konsumen dan kelompok pembeli institusional. Kelompok pembeli institusional terdiri dari tiga tipe yaitu produsen bromelia, pedagang antara tanaman hias, dan kalangan landscaper serta kontraktor taman. Kelompok pembeli konsumen mempunyai bergaining position lebih rendah di dalam industri bromelia di Jabodetabek. Hal ini dapat diindentifikasi dari beberapa faktor yaitu: kuantitas pembelian individu di dalam kelompok konsumen lebih kecil kecil relatif terhadap pembeli institusional, pembeli konsumen relatif kurang peka terhadap harga (rata-rata target konsumen perusahan dalam industri adalah konsumen menengah atas), adanya diferensiasi keragaman varietas yang dimiliki perusahaan di dalam industri, kelompok pembeli konsumen tidak menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi balik karena kelompok pembeli merupakan user akhir bromelia, dan industri bromelia yang dihadapi pembeli adalah oligopoli. Kelompok pembeli institusional membeli dalam kuantitas yang lebih banyak dibandingkan kelompok pembeli konsumen. Pembeli institusional relatif peka terhadap harga dikarenakan pembeli institusional bukan pemakai bromelia secara langsung akan tetapi industri bromelia yang dihadapi pembeli institusional merupakan oligopoli. Perusahaan-perusahan yang berada di industri bromelia di Jabodetabek memang memberikan diskon kepada pembeli institusional akan tetapi tidak menurunkan harga pasar bromelia. Kelompok pembeli institusional (tipe pedagang antara) mempunyai kemungkinan untuk melakukan integrasi balik namun hambatan untuk melakukan integrasi balik relatif besar karena pedagang harus menyediakan berbagai varietas untuk dapat melayani keinginan konsumen yang cenderung bergantung pada tren. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kelompok pembeli institusional memiliki bergaining position yang lebih tinggi dibandingkan kelompok pembeli konsumen, namun tetap memiliki bergaining position lebih rendah di dalam industri bromelia. 69
5) Ancaman produk substitusi Produk substitusi merupakan produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri (Porter 1991). Fungsi bromelia bagi pasar konsumennya adalah sebagai tanaman hias pot yang memberikan nilai estetika untuk lingkungan. Berdasarkan definisi tersebut maka produk substitusi dari bromelia adalah tanaman hias pot lainnya. Dilihat dari pasar konsumen keberadaan tanaman hias pot lainnya merupakan suatu ancaman. Menurut manajer pemasaran PT. Godong Ijo Asri dan perusahaan-perusahaan bromelia dalam industri bromelia, permintaan tanaman hias di Indonesia sangat dipengaruhi tren, sehingga keberadaan tanaman hias pot lain yang sedang tren di pasar akan mempengaruhi permintaan pasar konsumen terhadap bromelia. Ditinjau dari pasar institusional, fungsi bromelia berbeda-beda tergantung dengan tujuan dari masing-masing institusi. Bagi produsen ataupun pedagang antara fungsi bromelia adalah untuk dijual kembali dengan tujuan mendapatkan profit. Permintaan pasar konsumen akan sangat mempengaruhi permintaan produsen dan pedagang antara. Bagi landscaper dan kontraktor tanaman, fungsi bromelia adalah sebagai tanaman ground cover, border, dan point of view di dalam suatu taman. Tanaman hias lainnya bisa menggantikan fungsi tersebut. Dengan demikian, jika ditinjau dari pasar institusional, keberadaan tanaman hias lainnya juga akan mempengaruhi permintaan pasar institusional terhadap bromelia. 6.3.3. Lingkungan Makro 1) Ekonomi Tahun 2009-2010 merupakan fase perbaikan perekonomian indonesia pasca resesi di tahun 2008. Hal ini dapat dianalisis dari indikator-indikator makro domestik, seperti nilai Coincident Economic Index (CEI), Leading Economic Index (LEI), dan Consument Confident Index (CCI). Sejak Maret 2009 hingga Desember 2009, CEI terus mengalami peningkatan. Pada bulan Desember nilai CEI meningkat menjadi 110,2. Kecenderungan peningkatan CEI didorong oleh meningkatnya permintaan domestik karena daya beli yang kian membaik dan juga suku bunga rendah. Berdasarkan penelitian Dana Reksa Institute 70
kecenderungan peningkatan CEI diprediksikan berlangsung hingga
tahun
2010 yang tercermin dari nilai LEI. Pada bulan Desember 2009 nilai LEI mencapai 113,7 atau meningkat 0,6 point dari bulan November 2009. Tren peningkatan nilai CEI dan LEI dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Pergerakan CEI dan LEI Indonesia dari Tahun 2007-2009 Sumber: www.danareksa-research.com [Diakses 10 April 2010]
Kondisi dan prospek perekonomian yang cenderung membaik diikuti dengan peningkatan
kepercayaan
konsumen
terhadap
perekonomian
negara.
Kepercayaan konsumen tersebut tercermin dari Consumen Confidence Index (CCI). Menurut survei Bank Indonesia, CCI berada di atas angka optimis (100), sejak bulan April 2009 dan terus mengalami peningkatan hingga maret 2010 (Gambar 12). Pada Bulan Maret 2010, CCI mencapai angka 107.4. Semakin kuatnya indeks kepercayaan konsumen dikarenakan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi kondisi ekonomi sampai dengan enam bulan mendatang. Kondisi ekonomi relatif stabil dan adanya rencana pemerintah dalam APBN 2010 untuk menaikkan gaji PNS sebesar 5% mulai bulan April-Mei 2010 merupakan faktor penyebab semakin optimisnya konsumen rumah tangga. Selain itu kecenderungan penurunan tingkat inflasi juga merupakan salah satu faktor yang memperkuat optimisme rumah tangga (Gambar 14). Penyumbang deflasi tersebut berasal dari penurunan harga barang makanan. Turunnya harga barang makanan tersebut akan meningkatakan pendapan riil kosumen sehingga daya beli konsumen tersebut juga meningkat. 71
Gambar 12.
Consumen Confidence Index Negara Indonesia Tahun 2008-2010 Sumber: www.bi.go.id [Diakses tanggal 10 April 2010]
10 8 6 4 2 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Jul Agst Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar
2009
Gambar 13.
2010
Perkembangan Tingkat Inflasi Tahun 2009-2010 (Persen) Sumber: www.bi.go.id. diolah [Diakses 10 April 2010]
Kecenderungan peningkatan CCI diprediksi akan terus berlanjut di sepanjang tahun 2010, hal ini dilihat dari nilai Indeks Ekspektasi Konsumen (IKE). IEK merupakan indeks yang mengukur bagaimana pendapat masyarakat mengenai keadaan perekonomian dalam enam bulan mendatang. Konsumen semakin optimis terhadap kondisi perekonomian pada enam bulan mendatang. Hasil survei BI pada bulan Maret 2010 memperlihatkan bahwa Indeks Ekspektasi Konsumen semakin meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu naik 2.6 point menjadi 118,5. Meningkatnya optimisme konsumen tersebut didukung oleh perkiraan kenaikan harga yang tidak terlau tinggi enam bulan mendatang, pendapatan yang diperkirakan semakin meningkat, kondisi ekonomi yang semakin membaik, dan ketersediaan lapangan kerja semakin meningkat7. 7
Survei Konsumen Triwulan I. 2010. www.bi.go.id [Diakses 10 April 2010]
72
Jika dikaitkan dengan cakupan wilayah pasar Ciapus Bromel yaitu wilayah Jabodetabek, nilai Indeks Ekspektasi Konsumen cenderung meningkat ditahun 2010. Nilai indeks tersebut menggambarkan optimisme terhadap perekonomian dan daya beli konsumen rumah tangga di wilayah Jabodetabek untuk enam bulan mendatang. Pergerakan nilai Indeks Ekspektasi Konsumen untuk wilayah Jabodetabek dapat dilihat pada Gambar 14. Perbandingan nilai IEK wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Tanggerang dapat dijadikan salah satu pertimbangan Ciapus Bromel dalam menentukan fokus wilayah kegiatan pemasaran seperti pameran. 200 150 100 50 0
IKE Jakarta
2009
Gambar 14.
Mar
Feb
Jan
Des
Nov
Okt
Sept
Agst
Jul
Jun
Mei
Aprl
Mar
Feb
Jan
IKE Jawa Barat IKETanggerang
2010
Indeks Ekspektasi Konsumen di Wilayah Jabodetabek Tahun 20092010 Sumber: www.bi.go.id. diolah [Diakses 10 April 2010]
Ketika keyakinan konsumen terhadap ekonomi meningkat, potensi sektorsektor bisnis bergerak maju akan makin besar. Indeks pertumbuhan penjualan riil merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan laju volume transaksi bisnis di Indonesia. Sejak Maret 2009 Indeks Penjualan Riil mengalami kecenderungan pertumbuhan yang meningkat hingga Februari 2010 seperti yang diperlihatkan pada Gambar 15. Tren peningkatan penjualan diperkirakan akan terus berlanjut hingga enam bulan mendatang. Kondisi tersebut tercermin dari indeks ekspektasi penjualan dimana pada periode Februari 2010 nilai indeks tetap di atas angka 100 (optimis) yaitu tercatat sebesar 116.7. Indeks ini mencerminkan bahwa ekspektasi penjualan pada 6 bulan mendatang diperkirakan masih akan mengalami kenaikan meskipun pertumbuhan indeks ekpektasi penjualan menurun sebesar 2.26 persen dari periode Januari 2010. Penurunan ini 73
dikarenakan adanya dugaan inflasi menjelang bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Potensi dan kondisi iklim bisnis yang baik tersebut memicu naiknya permintaan properti komersial untuk lahan-lahan usaha baru. 50 40 30 20 10 0 -10
Jan
Feb
Jan
Feb
Mar
2008
Gambar 15.
Okt
Nov
Des
2009
Jan
Feb 2010
Pertumbuhan Indeks Penjualan Riil Tahun 2008-2010 (Persen) Sumber: www.bi.go.id. diolah [Diakses 10 April 2010]
130 120 110 100 90 Jan
Feb Mar Apr Mei
Jun
Jul
Ags Sept Okt Nov Des Jan
2009
Gambar 16.
Feb
2010
Indeks Ekpektasi Penjualan Tahun 2009-2010 Sumber: www.bi.go.id. diolah [Diakses 10 April 2010]
Selain dilihat dari sektor properti komersial, meningkatnya nilai CCI juga berpotensi meningkatkan permintaan properti residensial. Menurut survei yang dilakukan Bank Indonesia tingkat penjualan properti residensial pada triwulan IV-2009 meningkat sebesar 0,42%. Kondisi penjualan properti residensial diperkirakan akan relatif stabil pada tahun 20108. Pertumbuhan sektor properti di tahun 2010 juga diperkuat adanya tren penurunan BI rate. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asia Securites diperkirakan nilai BI rate tetap stabil diangka 6,5-7 persen. Penurunan dan kestabilan BI rate akan menjadi daya tarik pelaku bisnis untuk melakukan investasi. Dari sisi masyarakat kondisi BI rate tersebut akan menguntungkan
8
Ibid
74
karena menurunkan suku bunga kredit KPR. Sehingga permintaan properti juga akan diperkirakan menguat di tahun 20109. Dengan demikian jika dilihat dari sisi target pasar industri properti komersial dan residensial, kondisi perekonomian tahun 2010 mendukung terciptanya permintaan target pasar tersebut terhadap bromelia Ciapus Bromel. Hal ini merupakan barometer sekaligus signal positif bagi Ciapus Bromel untuk melakukan ekspansi pasarnya. a)
Economic forecast Berdasarkan penelitian Danareksa Institute dan Bank Indonesia kondisi perekonomian akan tetap meningkat stabil di tahun 2010 dan 2011. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator yang ada di Tabel 5. Pertumbuhan ekonomi yang positif di Indonesia maupun secara global akan memacu kenaikan permintaan minyak dunia dan berimbas pada inflasi serta kenaikan suku bunga domestik. Akan tetapi kenaikan tersebut tidak melampaui target moneter indonesia.
Tabel 5. Proyeksi Indikator Kondisi Perekonomian Indonesia Tahun 2010-2011 Indikator Ekonomi
Tahun 2010
2011
Pertumbuhan Ekonomi
5.5%
5.6-6%
Inflasi
5%
6.1-6.5%
Bi Rate
6.5%
6.6%
Sumber: www.bi.go.id dan www.danareksa-research.com. diolah [Diakses 10 April 2010]
Hal tersebut diperkuat penelitian yang dilakukan Lembaga Manajemen Universitas Indonesia. Berdasarkan penelitian lembaga tersebut, kondisi perekonomian akan tetap positif hingga kurun waktu lima tahun mendatang.
Walaupun
diperkirakan
akan
terjadi
perlambatan
pertumbuhan ditahun 2013 dan 2014. Pada tahun 2013 perlambatan peningkatan pertumbuhan PDB sebesar 7,9 persen dari tahun 2012. Kecenderungan perlambatan peningkatan ini berlanjut pada tahun 2014, perlambatannya mencapai angka 4.4 persen dari tahun 2013. Perlambatan pertumbuhan diduga dikarenakan pesatnya perbaikan ekonomi dunia
9
Outlook Sektor Properti. 2010. www.asiasecurities.co.id [Diakses 10 April 2010]
75
yang berimplikasi pada kenaikan permintaan minyak
oleh beberapa
negara industri misalnya China, India, Amerika, dan negara-negara Eropa. Peningkatan permintaan minyak dunia akan memicu kenaikan harga minyak dunia dan mengakibatkan inflasi domestik. Hal ini diduga akan menghambat kinerja perekonomian. 10 8 6 4 2 0
Pertumbuhan PDB Indonesia (Persen) Perubahan Pertumbuhan PDB (Persen) Tahun 2010
Gambar 17.
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Proyeksi Pertumbuhan PDB Indonesia di tahun 2010 sampai 2014 (Persen) Sumber: www.lmui.com dan www.kadin-indonesia.or.id.diolah [Diakses 10 April 2010]
2) Politik dan kebijakan pemerintah Kebijakan pemerintah yang diidentifikasi akan mempengaruhi Ciapus Bromel terkait dengan pengembangan pasarnya adalah mengenai kebijakan tarif impor dan adanya wacana pemerintah mengenai konsep green living yang akan diwajibkan bagi developer. a) Kebijakan tarif impor Ciapus Bromel memperoleh indukan bromelia dari luar negeri, melalui pembelian ke Negara Filiphina, Thailand, Hawai, dan Australia. Sehingga penting bagi Ciapus Bromel mengetahui perkembangan tarif impor sebagai salah satu dasar pertimbangan pembelian indukan bromelia di negara tersebut ataupun negara-negara lainnya. Berdasarkan Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) tahun 2004, indukan bromelia
dikategorikan dalam pos 0602.10.90.00 dengan
besaran tarif MFN (Most Favourable Nations) mencapai 5 persen. Most Favourable Nations atau disebut juga bea masuk umum merupakan tarif bea masuk yang dikenakan atas barang impor yang masuk ke Indonesia dari negara lain, kecuali negara yang memiliki perjanjian khusus 76
mengenai tarif bea masuk dengan Indonesia10. Melalui Ketetapan Peraturan Menteri Keuangan No 591/PMK.010/2004, tarif bea masuk umum akan selalu mengalami harmonisasi. Program Harmonisasi Tarif Bea Masuk merupakan panduan dalam penyesuaian tarif bea masuk yang dilakukan secara berkala (setiap tahun) sesuai jadwal yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan tersebut. Besarnya penyesuaian tarif berada pada kisaran angka maksimal lima persen dari tarif awal. Pemberlakuan tarif bea masuk akan berbeda dari MFN bagi negara-negara yang terikat kerjasama perdagangan khusus dengan Indonesia. Untuk negara-negara anggota ASEAN berlaku tarif CEPT (PMK 247/PMK.011/2009), China berlaku tarif ACFTA (PMK 235/PMK.011/2008), (PMK95/PMK.011/2008),
Jepang Korea
berlaku berlaku
tarif
tarif
IJEPA
AKFTA
(PMK
200/PMK.011/2009, dan Australia berlaku tarif AANZFTA (Persetujuan menteri perekonomian tanggal 27 Februari 2009). Khusus untuk persetujuan
ASEAN-Australia
New
Zealand
Free
Trade
Area
(AANZFTA) masih dalam proses ratifikasi hingga bulan April tahun 201011. Besaran tarif untuk indukan bromelia berdasarkan kelima persetujuan di atas dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Tarif Impor Indukan Bromelia berdasarkan CEPT, ACFTA, AKFTA, IJEPA,dan AANZFTA (Persen) Keterangan
Tahun 2010
2011
2012
2013
2014
2015
CEPT
0
0
0
0
0
0
ACFTA
0
0
0
0
0
0
AKFTA
3
3
0
0
0
0
IJEPA
5
3
0
0
0
0
AANZFTA
5
3
0
0
0
0
Sumber: Direktorat Jendral KPI (2010)
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa tarif khusus tersebut pada umumnya menuju ke wilayah zero tarif, dengan demikian adanya harmonisasi tarif 10
11
Pajak Impor. 2008. http:putra-finance-accounting-taxation.blogspot.com [Diakses 15 April 2010] Tarif Impor. 2010. www.depdag.go.id. [Diakses 15 April 2010]
77
dan pemberlakuan tarif khusus bagi negara-negara tertentu merupakan peluang bagi Ciapus Bromel terkait dengan pengurangan biaya impor indukan bromelia. Selain itu besaran tarif impor dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Ciapus Bromel dalam menentukan pembelian indukan bromelia di suatu negara. Akan tetapi, dapat dicermati secara jangka panjang kondisi tarif impor sekaligus berperan sebagai ancaman bagi Ciapus Bromel dikarenakan besarnya peluang bromelia dari luar negeri yang akan masuk ke Indonesia. Hal ini akan semakin besar kemungkinanannya jika permintaan bromelia domestik dinilai prospektif oleh pedagang bromelia dari luar negeri. b) Wacana kementerian perumahan rakyat mengenai konsep green living Global warming merupakan ancaman bagi kehidupan manusia secara menyeluruh. Berbagai upaya dilakukan lembaga pemerintah maupun lembaga lingkungan disetiap negara untuk meminimalisir faktor-faktor penyebab timbulnya global warming. Salah satu upaya yang dilakukan negara-negara di dunia adalah dengan mengadakan konferensi yang bertujuan untuk merumuskan dan menyepakati kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap negara untuk mengurangi faktor penyebab global warming. Berdasarkan Copenhagen Accord, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi polusi, salah satu upayanya melalui rencana penetapan aturan mengenai konsep green living sebagai syarat pembangunan perumahan. Penetapan aturan tersebut akan segera direalisasikan oleh Kementrian Perumahan Rakyat12. Menurut Pengamat Tata Kota dan Bangunan dari Arsitektur ITS konsep perumahan green living adalah konsep perumahaan ramah lingkungan di mana rumah tersebut salah satunya adalah harus memperhitungkan luasan ruang terbuka hijau di halaman rumah dengan perbandingan 60: 4013. Jika aturan penerapan konsep green living teralisasikan maka para developer maupun kontraktor
khususnya dalam cakupan kegiatan
residensial akan mempertimbangkan dan menerapkan konsep tersebut 12 13
Himbauan Green Living. 2010.Kemenpera.go.id [Diakses 15 April 2010] Perumahan Hijau. 2009. www.surya.co.id [Diakses 16 April 2010]
78
dalam design pembangunan residensialnya, baik dalam pembangunan apartemen maupun kompleks perumahan. Mengacu pada definisi green living, maka adanya wacana peraturan green living merupakan sebuah peluang bagi Ciapus Bromel, karena semakin besarnya pasar potensial untuk penjualan bromelia. Hal ini merupakan signal positif bagi Ciapus Bromel untuk melakukan ekspansi pasarnya. 3) Sosial, budaya, demografi, dan lingkungan Kondisi sosial yang diidentifikasi akan mempengaruhi Ciapus Bromel terkait dengan pengembangan pasarnya terdiri dari pandangan masarakat terhadap bromelia sebagai sarang bagi jentik nyamuk dan adanya persepsi negatif terhadap tanaman berduri dari sisi fengshui. a) Bromelia sebagai sarang nyamuk Kondisi ini dikemukakan oleh enam produsen bromelia di Jabodetabek. Rata-rata konsumen mereka mengkhawatirkan bromelia dapat menjadi tempat bagi jentik nyamuk. Etje Anggoro selaku pemilik Sunda Kelapa Nursery menyatakan bahwa kekhawatiran tersebut cukup menghambat pemasaran bromelia di kalangan pasar potensial. Pernyataan yang sama dikemukakan oleh Chandra Gunawan mengenai efek dari kekhawatiran pasar
terhadap
kegiatan
pemasaran.
Chandra
mengkhawatirkan
berkembangnya isu tersebut membuat para owner properti komersial maupun properti residensial tidak mau menggunakan bromelia sebagai ornamen tamannya. Padahal bromelia mempunyai ph asam atau kadar garam pada genangan airnya rendah (Santi dan Kusumo 1996). Ph asam tersebut tidak dapat menjadi tempat hidup bagi jentik nyamuk. Sehingga walaupun ada nyamuk yang bersarang, tidak akan lama bertahan hidup di dalam bromelia. b) Fengshui tanaman berduri Dalam ilmu Fengshui, tanaman merupakan salah satu elemen yang dipertimbangkan untuk menjaga energi dan keseimbangan kehidupan14, sehingga penggunaan jenis tanaman harus disesuaikan dengan ilmu fengshui tersebut. 14
Fungsi Tanaman dalam Fengshui. 2009. http: shanliang.blogspot.com. [Diakses 18 April 2010]
79
Menurut pakar fengshui, Suhana Lim, tanaman dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah tanaman yang menghasilkan sheng qhi (qhi positif) dan kelompok kedua adalah tanaman yang menghasilkan sha qhi (qhi negatif)15. Bromelia termasuk tanaman berduri yang menghasilkan qhi negatif jika dijadikan tanaman indoor terlebih jika diletakkan di depan pintu16. Berdasarkan perhitungan fengshui, tanaman bromelia yang diletakkan di indoor akan mengancam kesimbangan karena menghasilkan energi negatif dan memutuskan energi positif. Energi negatif tersebut menyebabkan karir tidak berjalan lancar, hubungan rumah tangga tidak harmonis, dan susah mendapatkan jodoh bagi wanita17. Di sisi lain, menurut Suhana Lim, bromelia akan menghasilkan qhi positif jika ditempatkan sebagai tanaman taman18. Sebagai tanaman taman, bromelia dapat memberikan efek positif jika diletakkan di bagian utara taman. Energi positif tersebut berupa prospek karir bagi penghuninya. Berdasarkan wawancara dengan Chandra Gunawan masyrakat etnis china masih mempercayai fengshui dan masih ada masyrakat etnis tersebut yang mempercayai isu mengenai fengshui bromelia yang menimbulkan qhi negatif. Pengetahuan ini dikhawatirkan akan menghambat pemasaran bromelia ke landscaper dan kontraktor taman karena para owner real estate 60 persen berasal dari etnis china dan sebanyak 83,33 persen responden menyatakan bahwa fengshui mempengaruhi pembelian jenis tanaman yang dibeli karena klien responden berasal dari etnis china. 4) Teknologi Perkembangan teknologi informatika berupa internet merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai media untuk mengetahui perkembangan industri bromelia, informasi mengenai varietas dan karakteristik bromelia di luar negeri sebagai bahan pertimbangan pembelian indukan, transaksi bisnis, dan sebagai media promosi melalui pembuatan website. Hal ini dapat menjadi peluang bagi
15 16
Op.cit Tanaman yang Harus Dipantang. 2010.www. chip.co.id. [ Diakses 18 April 2010]
80
Ciapus Bromel apabila mempromosikan bromelianya melalui internet, akan tetapi perusahaan selama ini belum memanfaatkan teknologi internet sebagai media pemasarannya. Perusahaan hanya menggunakan telpon selular sebagai teknologi komunikasi dalam transaksi bisnis. Di sisi lain, kemajuan teknologi informasi berupa internet dapat menjadi sebuah ancaman bagi Ciapus Bromel. Para pesaingnya baik di dalam industri bromelia maupun pesaing dari industri substitusi dapat memanfaatkan media tersebut untuk merebut pangsa pasar Ciapus Bromel ataupun pasar potensial lainnya. 6.3.4. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Ciapus Bromel Faktor-faktor yang digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman Ciapus Bromel berasal dari hasil identifikasi lingkungan internal dan eksternal Ciapus Bromel. Identifikasi ini akan digunakan untuk memformulasikan strategi di dalam matriks SWOT. Berdasarkan hasil kuesioner penentuan faktor internal dan eksternal strategis kepada tiga responden (Lampiran 5) maka diperoleh kekuatan dan kelemahan utama terkait dengan rencana pengembangan pasarnya. Adapun rincian kekuatan dan kelemahan utama Ciapus Bromel meliputi: 1) Kekuatan a) Terdapat kegiatan pengendalian perusahaan dan pemberian motivasi Kegiatan pengendalian sangat dibutuhkan oleh Ciapus Bromel terutama pengendalian sebagai bahan pertimbangan utama terkait perencanaan budidaya dan pemasarannya. Melalui kegiatan pengendalian tersebut semua tindakan Ciapus Bromel akan lebih objektif dan strategis bukan hanya sekedar mengandalkan intuisi seperti para produsen lainnya di Jabodetabek. Pemberian motivasi merupakan sebuah kekuatan karena hal ini sebagai modal menciptakan loyalitas karyawan sehingga karyawan akan memberikan kinerja terbaiknya. Dari hasil survei terhadap keempat pesaing Ciapus Bromel, tidak ada perusahaan yang melakukan tindakan pengendalian dan pemberian motivasi seperti Ciapus Bromel. 81
b) Sebanyak 75 persen karyawan kreatif dalam bidang budidaya Karyawan yang kreatif merupakan sebuah kekuatan yang penting bagi Ciapus Bromel untuk menghasilkan nilai tambah bagi bromelianya. Misalnya mengkreasikan bromelia dalam bentuk pohon di media pakis dan berpotensi melakukan penyilangan terhadap bromelia yang penyerapan sinar mataharinya tinggi. Bentuk kegiatan tersebut tidak dilakukan oleh karyawan di perusahaan bromelia lainnya. Berdasarkan wawancara dengan para pesaing, aktivitas karyawan hanya sebatas perbanyakan dan pemeliharaan. Selain itu berdasarkan observasi peneliti belum ada perusahaan lain yang mengkreasikan bromelia dalam bentuk pohon. c) Latar belakang pendidikan dan pengalaman pemilik serta manajer pengelola Networking dari pengalaman pemilik dan manajer merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam pengembangan pasar terutama untuk kegiatan promosi. Misalnya promosi kepada lansdcaper dan kontraktor taman. Untuk mengetahui informasi pasar dan menawarkan bromelianya dengan landscaper ataupun kontraktor taman, pemilik dapat melakukan konsolidasi dengan pihak asosiasi landscape. Pemilik juga dapat melakukan konsolidasi kepada para pengusaha anggota asosiasi tanaman hias
yang
meningkatkan
didirikannya positioning
untuk
memboomingkan
bromelia
di
mata
bromelia
masyarakat
atau untuk
menghadapi persaingan terhadap tanaman hias lain. Latar belakang pendidikan dan pengalaman pemilik sebagai lulusan manajemen bisnis, mantan manajer pemasaran di perusahaan retail ternama, dan pemilik beberapa nursery akan memberikan peluang pemilik menghasilkan ideide kreatif dan strategi bisnis yang baik Jika dilihat dari sisi pengalaman manajer pengelola, menurut manajer pengelola dan salah satu pesaing (Arif) banyak kontraktor taman dan landscaper yang menjadi langganan di dalam usaha tanaman hias milik manajer pengelola. Link ini juga dapat dijadikan modal dalam mempromosikan bromelia Ciapus Bromel. Terlebih di mata stakeholder 82
seperti pesaing, Dinas pertanian dan Kehutanan, serta kontraktor taman yang menjadi pembeli tanaman hias di tempat manajer pengelola, tersemat image manajer pengelola sebagai produsen yang menghasilkan tanaman hias berkualitas. Selain itu, pengalaman manajer pengelola di dunia budidaya tanaman hias juga menghasilkan kemampuan budidaya yang baik dan kreatifitas dalam memilih serta menyilangkan tanaman hias. Latar belakang pendidikan dan pengalaman pemilik diasimilasi dengan pengalaman manajer pengelola yang telah menjadi petani tanaman hias selama kurun waktu 20 tahun akan memberikan peluang dalam menghasilkan suatu tindakan yang strategik dan intuitif terkait pengembangan pasar Ciapus Bromel. d) Jumlah varietas bromelia terbanyak di Jabodetabek Varietas yang banyak merupakan modal bagi Ciapus Bromel dalam mempertahankan eksistensinya dalam menghadapi persaingan baik dari industrinya maupun tanaman substitusi. Terlebih pasar tanaman hias di Indonesia sangat dipengaruhi oleh tren. Terkait dengan target pasar kontraktor taman dan landscaper, dengan adanya varietas yang banyak Ciapus Bromel dapat leluasa menggolongkan bromelianya ke dalam kategori berdasarkan daya serap matahari. Selain itu, bromelia yang ditawarkan akan lebih beragam. Berdasarkan hasil kuesioner kepada 30 responden dari kalangan kontraktor taman dan landscaper, sebanyak 50 persen responden memilih variabel keragaman varietas sebagai variabel urutan ketiga setelah kualitas dan harga sebagai variabel yang dipertimbangkan dalam membeli tanaman hias di suatu tempat. e) Pemilik memiliki akses terhadap modal Akses terhadap modal sangat diperlukan Ciapus Bromel untuk melakukan pengembangan pasar karena Ciapus Bromel mengalami keterbatasan modal, terlebih kondisi kas Ciapus Bromel tahun 2009 dominan bernilai negatif. Ciapus Bromel memiliki akses terhadap modal melalui akses pemilik terhadap lembaga keuangan. Pemilik telah memiliki kerjasama dengan 83
lembaga keuangan seperti BCA dalam pembayaran tanaman hias dari pembeli di beberapa usaha tanaman hiasnya. Kerjasama ini akan mempermudah Ciapus Bromel dalam melakukan peminjaman modal karena kredibilitas personality pemilik diakui oleh pihak lembaga keuangan tersebut. 2) Kelemahan a) Kapasitas produksi terbatas Pengembangan pasar ke target landscaper dan kontraktor taman membawa konsekuensi untuk menyediakan bromelia dalam jumlah yang relatif banyak dibandingkan jika Ciapus Bromel hanya melayani konsumen akhir. Hal ini diperkuat dari hasil kuesioner kepada 30 responden kontraktor taman dan landscaper, sebanyak 86,67 persen responden menyatakan bahwa untuk tanaman yang berfungsi sebagai groundcover jumlah untuk pembelian taman yang digunakan sebagai groundcover adalah lebih dari sama dengan 100 polybag, 73 persen menyatakan jika tanaman digunakan sebagai tanaman border maka jumlah tanaman yang digunakan adalah lebih dari sama dengan 100 polybag, dan 100 persen responden menyatakan jika tanaman taman digunakan sebagai point of view maka jumlah tanaman yang digunakan kurang dari 100 polybag. Keterbatasan kapasitas produksi dikarenakan adanya keterbatasan green house. Hal ini akan menghambat jalannya perbanyakan bromelia bagi Ciapus Bromel. b) Perencanaan tidak sistematis dan tertulis Perencanaan sangat dibutuhkan agar dapat meminimalisir risiko kegagalan dalam suatu tindakan. Visi dan misi sebagai suatu bentuk perencanaan umum juga diperlukan Ciapus Bromel sebagai pedoman manajemen untuk melakukan tindakan. Untuk membidik pasar kontraktor taman dan landscaper, Ciapus Bromel juga membutuhkan perencanaan yang matang di semua kegiatan, misalnya mengenai varietas yang akan diperbanyak, bentuk promosi yang akan dilakukan, berapa banyak presentasi penjualan yang dilakukan, dan lainnya. Melalui target dan sasaran, Ciapus Bromel bisa mengukur tingkat keberhasilan dan 84
kegagalannya sekaligus sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki kinerja perusahaannya. c) Sistem pencatatan kurang sitematis dan tersimpan dengan baik Pencatatan dan recording sangat dibutuhkan bagi Ciapus Bromel. Jumlah tanaman yang banyak jika tidak dikontrol maka risiko kehilangannya akan lebih besar. Selain itu melalui pencatatan, Ciapus Bromel dapat mengendalikan varietas bromelia yang dimilikinya. Pencatatan mengenai stok persediaan input variabel juga diperlukan bagi Ciapus Bromel dalam rangka efisiensi biaya. Pencatatan keuangan dalam bentuk akuntansi juga diperlukan Ciapus Bromel untuk peminjaman modal ke lembaga keuangan perusahaan. Pencataan yang disimpan dengan baik akan membantu dalam melakukan kegiatan evaluasi perbulan ataupun pertahunnya sehingga perencanaan yang dilakukan dapat meminimalisir kegagalan dalam eksekusinya. d) Tidak ada karyawan yang handal dalam kegiatan pemasaran dan mengelola keuangan dengan baik Pemasaran sangat dibutuhkan dalam suatu usaha. Ketiadaan karyawan yang cakap dalam kegiatan pemasaran akan menghambat kinerja Ciapus Bromel dalam upaya meningkatkan pangsa pasarnya. Terkait dengan target
landscaper
dan
kontraktor
taman,
presentasi
penjualan
membutuhkan karyawan yang handal dalam melakukan negosisasi dan mencari celah agar kontraktor taman dan landscaper tersebut tertarik dengan bromelia yang ditawarkan. Selain itu, kecakapan pemasaran sangat diperlukan dalam menghadapi persaingan dalam industri tanaman hias karena industri ini cenderung lebih cepat berubah. Rencana perusahaan terkait dengan peminjaman modal memerlukan pencatatan keuangan yang baik, untuk itu diperlukan karyawan yang mampu mengelola keuangan dengan penerapan sistem akuntansi
85
3) Peluang a) Kecenderungan membaiknya kondisi perekonomian negara tahun 20102014 Kecenderungan membaiknya kondisi perekonomian akan berkorelasi positif terhadap peningkatan permintaan properti residensial dan komersial yang berpeluang mendorong permintaan terhadap tanaman hias taman. Selain itu berdasarkan hasil kuesioner ke 30 kontraktor taman dan landscaper, sebanyak 90 persen menyatakan kondisi perekonomian mempengaruhi kuantiasa pembelian tanaman taman. Jika Ciapus Bromel dapat memanfaatkannya maka kondisi ini akan menjadi peluang yang besar untuk melakukan penjualan bromelia ke target tersebut. b) Wacana konsep perumahaan green living Konsep perumahan green living akan menimbulkan potensi peningkatan permintaan kontraktor taman dan landscaper dari sektor properti residensial terhadap tanaman hias. Hal ini merupakan signal positif bagi Ciapus Bromel untuk melakukan penjualan bromelia ke sektor tersebut. c) Pesaing belum fokus menjadi suplier kontraktor taman dan landscaper Belum fokusnya pesaing dalam membidik kontraktor taman dan landscaper sebagai target pasarnya, membuka keleluasaan Ciapus Bromel dalam melakukan promosi dan penetapan harga bagi target tersebut tanpa harus bersaing harga secara agresif dengan bromelia milik produsen lainnya. 4) Ancaman a) Keberadaan tanaman hias lain Keberadaan tanaman hias lain terutama yang mempunyai fungsi sama dalam suatu taman akan mengancam keberadaan bromelia. Landscaper dan kontraktor taman akan lebih leluasa untuk memilih tanaman hias lain untuk dijadikan tanaman tamannya terlebih jika tanaman tersebut harganya lebih murah dibandingkan bromelia Ciapus Bromel. b) Pandangan masyarakat mengenai fengshui tanaman berduri Pengetahuan masyrakat khususnya etnis china mengenai bromelia yang menghasilkan qhi negatif akan mempengaruhi penjualan bromelia ke 86
landscaper dan kontraktor taman karena berdasarkan wawancara, 60 persen responden dari kalangan landscaper dan kontraktor taman menyatakan bahwa owner dari propertinya adalah masyarakat berasal dari etnis china dan sebanyak 83.3 persen responden tersebut menyatakan fengshui mempengaruhi mereka dalam membeli tanaman hias taman. c) Pandangan masyarakat bromelia sebagai sarang nyamuk Pandangan masyrakat mengenai bromelia sebagai sarang nyamuk juga merupakan suatu ancaman bagi penjualan bromelia. Adanya isu tersebut akan mempengaruhi kontraktor taman dan landscaper dalam melakukan pembelian bromelia karena hal tersebut mencerminkan bahwa kontraktor taman dan landscaper harus lebih sering dalam melakukan perawatan bromelia. Selain itu, dengan berkembangnya pandangan tersebut dikhawatirkan owner properti residensial dan komersial cenderung tidak akan mau menggunakan bromelia. Kondisi ini juga akan mempengaruhi permintaan kontraktor taman dan landscaper terhadap bromelia. 6.4. Industry Foresight Ciapus Bromel Industry foresight dari industri bromelia diperoleh dari pandangan pihak eksternal yang aktif dalam bisnis dan asosiasi tanaman hias serta dari Ditjen Hortikultura melalui wawancara langsung. Secara umum pandangan mengenai perkembangan industri bromelia pada masa depan sebagai berikut: bisnis bromelia yang ideal di Indonesia setidak-tidaknya memenuhi kriteria yaitu industri yang mampu berperan dalam melakukan terobosan-terobosan-terobosan pasar di dalam dan di luar negeri serta mampu menghasilkan varietas bromelia yang beragam dengan mengurangi ketergantungan impor indukan di luar negeri. Untuk lima tahun ke depan harga bromelia diprediksi akan tetap stabil. Terkecuali jika ada salah satu produsen bromelia yang menurunkan harga dalam rentang cukup jauh dari harga yang terjadi dan informasi tersebut menyebar dikalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan produsen bromelia di Jabodetabek tidak menginginkan pemboomingan bromelia, sehingga permintaan dan penawaran akan cenderung stabil Untuk mempertahankan eksistensi bromelia di masyrakat, produsen bromelia akan mencari manfaat lain dari bromelia selain penjualan sebagai tanaman pot. Lingkup bisnis tersebut meliputi kegiatan rental bromelia, penjualan 87
bunga potong bromelia, dekorasi bromelia, landscape bromelia, dan suplier bagi taman. Ditinjau dari kebijakan pemerintah, menurut Kasubid Tanaman Pot Direktorat Jendral Hortikultura, untuk lima tahun ke depan kebijakan pemerintah belum fokus mendukung tataniaga bromelia. Kebijakan hanya sebatas kemudahan regulasi untuk kegiatan impor dan ekspor tanaman tersebut. Pembelian bromelia sebagi tanaman pot atau dengan kata lain pembelian bromelia oleh konsumen akhir cenderung akan turun karena kehadiran tanaman pot berdaun indah lainnya jika podusen bromelia tidak mampu melaunching varietas bromelia yang baru dan unik di tengah masyarakat. Permintaan bromelia diprediksi akan meningkat untuk kegiatan dekorasi, rental, dan penjualan ke kontraktor taman. Peningkatan permintaan untuk kegiatan dekorasi dan rental disebabkan oleh semakin banyak event-event yang memanfaatkan tanaman sebagai ornamen dekorasinya. Permintaan bromelia juga berpotensi meningkat jika produsen bromelia mampu memasok bromelia ke para kontraktor taman dan landscaper dengan harga kompetitif dibandingkan tanaman taman yang mempunyai fungsi sama dengan bromelia di dalam sebuah taman. Potensi peningkatan permintaan kontraktor taman dan landscaper terhadap bromelia dipacu kondisi permintaan residensial cenderung semakin meningkat dan didukung adanya isu global warming. Perusahaan yang akan bertahan di industri bromelia khususnya Jabodetabek, adalah perusahaan yang mempunyai daya kreativitas dalam menyajikan bromelia kepada konsumen akhir. Kreativitas tersebut menghasilkan diferensiasi yang dapat menarik perhatian konsumen akhir. Selain itu perusahaan yang akan unggul pada industri bomelia adalah perusahaan yang dapat memanfaatkan bromelia untuk kegiatan lingkup bisnis lainnya selain penjualan dalam bentuk tanaman pot kepada konsumen akhir atau dengan kata lain menambah nilai kegunaan bagi pembeli potensial. 6.5. Tantangan Ciapus Bromel Berdasarkan analisis internal dan eksternal perusahaan, serta melihat kondisi masa depan Industri Bromelia di Jabodetabek, maka tantangan yang harus dihadapi Ciapus Bromel untuk mencapai tujuannya adalah: 1) Menciptakan nilai kegunaan bromelia bagi kontraktor taman dan landscape 88
Penggunaan bromelia sebagai tanaman pot akan berbeda dengan bromelia sebagai tanaman landscape. Untuk menciptakan kegunaan bromelia bagi kontraktor
tanaman
maka
Ciapus
bromelianya. Berdasarkan karakteristik
Bromel
harus
mengembangkan
pembelian kontraktor taman dan
landscaper, golongan ini akan membeli bromelia dengan kegunaaan yang sangat terkait dengan daya penyerapan bromelia terhadap sinar matahari dan warna bromelia. Ciapus Bromel mempunyai kekuatan dalam ragam varietas dan budidaya. Hal ini akan membantu mempermudah Ciapus Bromel dalam menambah nilai kegunaan tersebut. Selain itu, dengan sumber daya karyawan yang kreatif juga dapat menjual bromelia dalam bentuk pohon-pohonan yang diharapkan dapat dijadikan daya tarik Ciapus Bromel untuk meningkatkan penjualannya ke kontraktor taman dan landscaper. 2) Perbaikan kinerja manajemen, kualitas SDM karyawan perusahaan, dan sistem informasi manajemen Agar dapat melaksanakan secara optimal kegiatan pengembangan spesifikasi produk, promosi, penambahan kapasitas, maka kinerja manajemen harus diperbaiki
terutama
berkaitan
dengan
kegiatan
perencanaan
dan
pengorganisasian. Perencanaan sangat diperlukan dalam merumuskan suatu tindakan strategis Ciapus Bromel agar mempermudah dan menjadi tolak ukur untuk evaluasi kegiatan yang dilaksanakannya. Pencatatan keuangan terakuntansi dan recording bagi data-data perusahaan di dalam komputer juga harus diwujudkan agar pertimbangan perusahaan mengambil suatu tindakan lebih akurat. Selain itu, adanya kegiatan pencatatan keuangan secara terakuntansi merupakan syarat dasar bagi peminjaman modal ke lembaga keuangan. Pencatatan keuangan terakuntansi dan penggunaan komputer sebagai alat recording akan terlaksana jika ada sumberdaya karyawan yang mempunyai skill tersebut. Jika dilihat dari kondisi karyawan Ciapus Bromel, ada satu karyawan yang berpotensi untuk melakukan tugas tersebut namun perlu diadakan pelatihan skill secara intensif. Jadi perusahaan tidak harus menambah karyawan untuk menangani tugas tersebut. Ciapus Bromel hanya perlu menambahkan satu karyawan yang mampu menangani kegiatan pemasaran yang terkait dengan bauran pemasaran. dengan demikian 89
keberadaan karyawan yang menangani pemasaran dapat menggarap permintaan potensial dari kontraktor taman dan landscaper secara optimal dan berkelanjutan. 3) Penawaran harga yang kompetitif Untuk dapat memanfaatkan potensi permintaan kontraktor taman dan landscaper, Ciapus Bromel harus dapat bersaing dengan tanaman hias lain. Bromelia merupakan tanaman yang cenderung mudah untuk dipelihara karena tidak membutuhkan penyiraman yang intensif, namun dilihat dari segi harga, harga bromelia relatif lebih mahal dibandingkan tanaman groundcover, border, dan point of view lainnya yang dipakai oleh para kontraktor taman dan landscaper. Untuk itu agar dapat menarik permintaan kedua target tersebut, Ciapus Bromel harus mampu memberikan penawaran harga kompetitif dibandingkan perusahaan lain dan tanaman substitusinya. 4) Penambahan kapasitas produksi Melihat kondisi kapasitas produksi saat ini, Ciapus Bromel mengalami kendala dalam kegiatan perbanyakan. Hal tesebut dikarenakan keterbatasan space
untuk
anakan
baru.
Peningkatan
kapasitas
produksi
juga
memungkinkan mengurangi biaya budidaya terkait dengan skala ekonomi, dengan demikian Ciapus Bromel diharapkan dapat menurunkan harga bromelia bagi para kontraktor taman dan landscaper. Selain itu, penambahan kapasitas produksi sebagai bentuk antisipasi peningkatan permintaan kontraktor taman dan landscaper dikarenakan kuantitas pembelian target tersebut relatif lebih banyak dibandingkan pasar konsumen. 5) Kegiatan promosi intensif Kecenderungan peningkatan permintaan kontraktor taman dan landscaper terhadap tanaman hias dapat menjadi peluang bagi Ciapus Bromel jika Ciapus Bromel mampu memanfaatkan kondisi tersebut. Agar para kontraktor taman dan landscaper mengatahui bromelianya, Ciapus Bromel harus mampu menyampaikan infomasi mengenai keberadaannya di benak kontraktor taman dan landscaper. Informasi tersebut menghasilkan output berupa ketertarikan kontraktor taman dan landscaper untuk membeli bromelia Ciapus Bromel.
90
6.6. Sasaran Ciapus Bromel Sasaran merupakan tujuan yang terkuantifikasi. Tantangan merupakan suatu hal yang harus diwujudkan Ciapus Bromel untuk menjadi suplier bromelia bagi kontraktor taman dan landscaper, dengan demikian maka secara implisit tantangan merupakan suatu tujuan jangka pendek yang harus direalisasikan untuk mewujudkan keinginannya
tersebut.
Sasaran
Ciapus Bromel
ditentukan
berdasarkan diskusi antara peneliti dengan manajemen Ciapus Bromel setelah peneliti merumuskan tantangan yang harus dipenuhi Ciapus Bromel. 1) Sasaran umum Sasaran umum merupakan kuantifikasi dari tujuan jangkah menengah Ciapus Bromel. Tujuan jangka menengah Ciapus Bromel adalah menjadi suplier bromelia bagi kontraktor taman dan landscaper di Jabodetabek sedangkan sasaran dari Ciapus Bromel
adalah menjual bromelia sebanyak 4371
bromelia setiap bulan atau meningkatkan nilai penjualan 60 persen dari kondisi dimana Ciapus Bromel hanya melayani pasar konsumen. Perhitungan mengenai jumlah dan nilai penjualan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7. Sasaran ini dilandaskan pada jumlah bromelia yang ada dengan perhitungan pola budidaya bromelia Ciapus Bromel. Melalui kuantitas tersebut, anakan bromelia dari perbanyakan dapat dimanfaatkan secara optimal tanpa ada penumpukan anakan yang akan dijual pada saat anakan lain siap untuk dijual dari kegiatan perbanyakan berikutnya. 2) Sasaran khusus Sasaran khusus merupakan sasaran jangka pendek yang harus direalisasikan Ciapus Bromel untuk mewujudkan sasaran jangka menengahnya. Sasaran jangka pendek perusahaan dikuantifikasi dari tantangan Ciapus Bromel. Adapun sasaran jangka pendek Ciapus Bromel adalah : i)
Terdapat minimal lima varietas bromelia bagi masing-masing kategori berdasarkan penyerapan bromelia terhadap sinar matahari serta disukai target pasar konsumen dan institusional. Batasan minimal lima varietas tersebut mempertimbangkan kondisi kapasitas green house minimal yang dapat dipenuhi Ciapus Bromel. Selain itu, hal ini dinilai cukup bagi
91
manajemen Ciapus Bromel sebagai langkah awal untuk ekspansi pasarnya. ii) Fungsi manajemen dijalankan Ciapus Bromel dan semua karyawan mengetahui dengan jelas mengenai perencanaan yang dilakukan Ciapus Bromel, terdapat satu karyawan yang mampu menjalankan kegiatan pemasaran dan keuangan, serta tersedia satu komputer sebagai media untuk merecord data . iii) Harga Bromelia minimal di bawah harga produk substitusi dan harga bromelia lainnya yaitu minimal dibawah 10.000 per polybagnya. Harga produk substitusi bromelia di beberapa produsen tanaman hias terdapat pada Lampiran 8, sedangkan harga bromelia pesaing dapat dilihat pada Tabel 4. iv) Penambahan kapasitas produksi dengan menambah green house minimal satu green house dengan ukuran 36,5 m x 10 m. Penambahan kapasitas minimal harus mengcover jumlah kelebihan tanaman dengan kondisi minimal perbanyakan anakan yang akan dilakukan Ciapus Bromel. Jumlah kelebihan tersebut berjumlah 4198 bromelia ukuran 15. Green house yang diperlukan untuk mengcover kelebihan tersebut adalah 29 asbes, dengan satu ukuran asbes 2.5 m x 2 m atau green house dengan luasan 36,5 m x 10 m. v) Ciapus Bromel melakukan presentasi penjualan minimal ke 19 landscaper dan kontraktor taman di Jabodetabek setiap bulan dan membuat satu katalog setiap tahun. Perhitungan minimal 19 landscaper dan kontraktor taman tersebut dengan asumsi penjualan melalui aliansi pemasaran 1500 polybag bromelia perbulan sehingga sisa bromelia yang harus dijual ke kontraktor taman dan landscaper sebanyak 2906 polybag dan asumsi paket penjualan yang ditawarkan ke kontraktor taman dan landscaper berisi 150 polybag bromelia, sehingga untuk menjual habis jumlah tersebut harus memasarkan ke 19 kontraktor taman dan landscaper setiap bulannya. Berdasarkan literatur, setiap perusahaan yang bergerak di industri properti residensial dan komersial mempunyai kontraktor ataupun 92
landscaper di dalam organisasinya. Oleh karena itu pemasaran ke 19 kontraktor taman dan landscaper sangat memungkinkan karena jumlah perusahaan di Jabodetabek
yang bergerak dalam industri properti
residensial dan komersial mencapai 247 (Lampiran 9). Jumlah perusahaan dalam industri residensial dan komersial di Jabodetabek juga memungkinkan Ciapus Bromel
menjadwal waktu presentasi kepada
perusahaan-perusahaan tersebut untuk mengatur pola penjualan agar sasaran jumlah penjualan terpenuhi. Ditinjau dari sisi harga, dengan asumsi kuantitas bromelia yang dihasilkan sesuai dengan pola budidayanya, harga pokok penjualan Ciapus Bromel untuk pot adalah Rp 6300,00 dan untuk polybag 20 adalah Rp 6500,00. Harga tersebut cukup bersaing dengan tanaman substitusi dan bromelia pesaingnya. Perhitungan harga pokok penjualan dapat dilihat pada Lampiran 10. 6.7. Strategi Pengembangan Pasar Ciapus Bromel Analisis SWOT dilakukan untuk mendapatkan alternatif-alternatif strategi yang akan digunakan Ciapus Bromel dalam melakukan pengembangan pasarnya. Input dari analisis SWOT adalah output dari analisis internal dan eksternal Ciapus Bromel, yaitu kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman Ciapus Bromel. Strategi yang dihasilkan merupakan pencocokan atau penggabungan dari kekuatan dengan peluang (S-O), kelemahan dengan peluang (W-O), kekuatan dengan ancaman (S-T), kelemahan dengan ancaman (W-T). Diagram Matriks SWOT Ciapus Bromel dapat dilihat pada Gambar 18. Berdasarkan analisis SWOT ada tujuh strategi yang harus dilakukan dalam rangka
pengembangan
pasarnya.
Ketujuh
strategi
tersebut
meliputi:
mengembangkan spesifikasi produk untuk menciptakan permintaan kontraktor taman dan landscaper, revitalisasi promosi sebagai upaya positioning produk Ciapus Bromel di benak kontraktor taman dan landscaper, penambahan kapasitas tampung budidaya untuk memenuhi permintaan target pasar potensial, memperbaiki manajemen dan kualitas SDM karyawan Ciapus Bromel, menyediakan bromelia dengan harga kompetitif dan berkualitas, sosialisasi mengenai manfaat kebaradaan bromelia kepada masyarakat melalui kerjasama 93
dengan
Perhimpunan
Florikultura
Indonesia,
aliansi
pemasaran
dengan
perusahaan landscape.
Gambar 18. Analisis SWOT Ciapus Bromel Rincian ketujuh strategi tersebut adalah: 1) Strategi SO a) Repositioning produk untuk menciptakan permintaan kontraktor taman dan landscaper Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia berpotensi meningkatkan permintaan konsumen terhadap properti residensial dan komersial. Kondisi bi rate yang cenderung stabil akan semakin mendorong peningkatan permintaan produk real estate tersebut. Peningkatan permintaan ini akan berpeluang meningkatkan permintaan kontraktor taman dan landscaper terhadap tanaman taman. Mengingat taman merupakan ornamen pelengkap dari produk real estate. Potensi peningkatan permintaan tanaman taman diperkuat dengan adanya kosep green
living
yang
dicanangkan
pemerintah
sebagai
prasyarat
pembangunan properti residensial. Bromelia merupakan salah satu tanaman yang dimanfaatkan sebagai ornamen
di
dalam
sebuah
taman.
Kecenderungan
peningkatan 94
permintaan
tanaman
taman
berpeluang
mendorong
peningkatan
permintaan terhadap bromelia Ciapus Bromel jika Ciapus Bromel mampu menciptakan nilai kegunaan bromelia bagi kontraktor taman dan landscaper. Hal ini akan menjadi suatu peluang besar bagi Ciapus Bromel, terlebih pesaing belum fokus melayani kontraktor taman dan landscaper. Saat ini, Ciapus Bromel memiliki kekuatan dalam kegiatan budidaya terkait dengan pengendalian dan sumberdaya manusianya. Sebanyak 75 persen
karyawannya
kreatif
dalam
budidaya
ditambah
dengan
pengalaman manajer pengelola terkait dengan kegiatan budidaya tanaman hias. Hal ini memungkinkan bagi Ciapus Bromel untuk menarik perhatian kontraktor tanam dan landscaper dengan menciptakan nilai kegunaan bromelia melalui penyediaan bromelia yang sesuai dengan keinginan kontraktor taman dan landscaper. Penambahan kegunaan bromelia tersebut berupa penyediaan bromelia berdasarkan kemampuan penyerapan sinar matahari. Adanya kegiatan motivasi juga akan mempermudah mengeksekusi penambahan kegunaan tersebut karena karyawan akan cenderung memberikan kinerja terbaiknya untuk meralisasikan strategi tersebut. Selain itu, penambahan kegunaan bromelia ini didukung oleh beragamnya varietas yang dimiliki oleh Ciapus Bromel, sehingga setiap spesifikasi mempunyai bromelia yang beragam jenisnya.
Penambahan nilai kegunaan tersebut merupakan
upaya repositioning bromelia di kontraktor taman dan landscaper, bahwasanya bromelia juga dapat digolongkan menurut katagori terhadap penyerapan sinar matahari, sehingga akan tercipta permintaan kontraktor taman dan landscaper terhadap bromelia Ciapus Bromel. b) Revitalisasi promosi sebagai upaya positioning produk Ciapus Bromel di benak kontraktor taman dan landscaper Kecenderungan peningkatan permintaan taman karena membaiknya kondisi perekonomian dan keberadaan konsep green living akan berimplikasi pada peningkatan peluang permintaan kontraktor taman dan landscaper terhadap bromelia Ciapus Bromel terlebih pesaing belum 95
fokus melayani kontraktor taman dan landscaper. Kondisi ini akan terwujud jika Ciapus Bromel mampu menyampaikan informasi nilai yang ada dibromelia Ciapus Bromel kepada kontraktor taman dan landscaper secara intensif. Penyampaian informasi tersebut dilakukan melalui
kegiatan
promosi.
Berdasarkan
karakteristik
pembelian
landscaper dan kontraktor taman maka bentuk promosi yang harus diintensifkan adalah promosi melalui public relation, direct marketing, personal selling, dan promosi penjualan. Akan tetapi, intensitas promosi tersebut tergantung dengan perkembangan kondisi bromelia Ciapus Bromel
di
benak
konsumen.
Penerapan
strategi
promosi
ini
membutuhkan dana yang tidak sedikit, namun Ciapus Bromel memiliki akses terhadap modal jika dana perusahaan tidak mencukupi untuk melaksanakan promosi tersebut. Selain itu latar belakang pengalaman pemilik sebagai manajer pemasaran PT Indomarco, Pendiri Perhimpunan Florikultura Indonesia, Pemilik Annisa Flora, Pemilik Hara Nursery, dan Direktur PT. Godong Ijo Asri, juga sangat membantu merealisasikan kegiatan-kegiatan promosi di atas melalui jaringan bisnis interpersonal pemilik Ciapus Bromel dalam industri tanaman hias. Selain itu, image manajer pengelola di benak stakeholder tanaman hias sebagai penghasil tanaman yang berkualitas juga akan membantu postioning bromelia Ciapus Bromel di benak pasar sasaran tersebut. 2)
Strategi WO a) Penambahan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan target pasar potensial Salah satu karakteristik pembelian kontraktor taman dan landscaper adalah kecenderungan pembelian dalam jumlah besar dengan harga murah. Untuk memenuhi hal tersebut, Ciapus Bromel perlu menambah kapasitas produksi. Penambahan kapasitas produksi memerlukan penambahan green house karena berdasarkan perhitungan dengan pola budidaya yang dilakukan Ciapus Bromel, green house saat ini terbatas untuk melakukan perbanyakan dan hal tersebut akan mengurangi nilai jual bromelia akibat banyak bromelia yang rusak karena space terbatas. 96
Terhambatnya perbanyakan nantinya juga akan mengganggu jalannya kekontinuitasan penjualan ke kontraktor taman dan landscaper. Ciapus Bromel akan mengalami kerugian jika dikaitkan dengan jumlah anakan yang terbuang karena pemanfaatannya tidak optimal. Perluasan kapasitas produksi juga dapat mengurangi biaya tetap karena jumlah anakan yang dihasilkan oleh indukan dapat dimanfaatkan secara optimal (10 anakan per induk) dan pada akhirnya kondisi ini dapat mengurangi harga pokok produksi Ciapus Bromel. Dengan demikian harga bromelia Ciapus Bromel dapat bersaing kompetitif dengan bromelia perusahaan lain atau pun tanaman substitusi. b) Memperbaiki kinerja manajemen dan kualitas SDM karyawan Ciapus Bromel Kondisi perekonomian yang membaik serta adanya wacana konsep green living merupakan peluang peningkatan permintaan tanaman taman oleh kontraktor taman dan landscaper. Peluang
peningkatan permintaan
tersebut juga terbuka bagi bromelia Ciapus Bromel jika Ciapus Bromel mampu memanfaatkannya terlebih para pesaing belum terlalu fokus untuk memenuhi permintaan dari kontraktor taman dan lansdscaper. Untuk memanfaatkan peluang tersebut secara optimal dan meminimalisir kegagalan, Ciapus Bromel harus melakukan perencanaan yang matang menyangkut kegiatan budidaya maupun pemasaran agar menghasilkan bauran pemasaran yang tepat bagi kontraktor taman dan landscaper. Perencanaan tersebut memerlukan kecakapan karyawan pemasaran dalam menghasilkan ide-ide kreatif. Agar perencanaan dilakukan secara objektif dan tepat, diperlukan suatu data mengenai kondisi sumberdaya perusahaan sebagai bahan input perencanaan dan evaluasi perencanaan. Adanya data pencatatan dan recording data juga merupakan elemen peting bagi penerapan kegiatan lainnya seperti realiasi peminjaman modal. Melihat kondisi pencatatan data dan sumberdaya karyawan pemasaran maupun keuangan Ciapus Bromel maka Ciapus Bromel perlu memperbaiki fungsi manajemen dan kualitas dari personal sumberdaya manusianya terutama bagian keuangan dan pemasaran. Peningkatan 97
kualitas ini bukan bearti harus menambah karyawan yang memiliki kemampuan tersebut. Ciapus Bromel dapat mengadakan pelatihan bagi karyawan yang dinilai mampu menjalankan tugas tersebut. 3)
Strategi SW a) Menyediakan bromelia dengan harga kompetitif dan berkualitas Menurut Porter (1991), nilai adalah apa yang pembeli bersedia bayar. Nilai yang unggul berasal dari tawaran harga yang lebih rendah daripada pesaing untuk manfaat yang sepadan atau memberikan manfaat unik yang lebih daripada sekedar mengimbangi harga tinggi atau keduaduanya. Nilai dapat menciptakan pembelian untuk suatu produk. Dengan sumberdaya yang dimiliki Ciapus Bromel, perusahaan ini memungkinkan untuk menciptakan keunggulan nilai bagi kontraktor taman dan landscaper untuk dapat bersaing dengan tanaman substitusi. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Departemen Landscape Institut Pertanian Bogor, kemudahan dalam perawatan adalah hal paling pertama yang dipertimbangkan dalam menggunakan tanaman taman. Bromelia memenuhi prasyarat tesebut. Dengan demikian agar dapat lebih bersaing secara kompetitif dengan tanaman substitusi, Ciapus Bromel perlu menambahkan suatu nilai yang dapat menarik kontraktor taman dan landscaper untuk membeli bromelia di Ciapus Bromel. Menurut hasil kuesioner ke 30 responden dari kalangan kontraktor taman dan landscaper, dominan (46,67 persen) responden memilih harga yang lebih murah sebagai variabel utama pendorong penggunaan tanaman substitusi dan sebanyak 50 persen responden menyatakan bahwa kualitas tanaman merupakan variabel utama dalam membeli suatu tanaman taman di suatu tempat. Definisi kualitas disini berdasarkan preferensi kontraktor taman dan landscaper, hal ini dikarenakan di Indonesia belum ada standar yang mengukur kualitas bromelia. Menurut pandangan pendiri IALI dan 30 responden yang berasal dari kalangan kontraktor taman dan landscaper, standar kualitas untuk bromelia adalah kondisi daun tidak tergores dan tidak berbolong, tidak ada tanda bercak yang memperlihatkan adanya 98
hama penyakit dari tanaman tersebut, daun mengkilap dan terlihat segar, kondisi tanaman subur tidak kerdil, dan susunan daun kompak (penuh melingkar).Adanya kegiatan pengendalian berupa monitoring dan adanya motivasi yang berkorelasi dengan kontribusi kinerja karyawan khususnya bagian
budidaya,
kualitasnya
memungkinkan
melalui
kegiatan
Ciapus
Bromel
pemeliharaan
meningkatkan
secara
intensif.
Kepemimpinan harga juga hal yang mungkin dilakukan Ciapus Bromel melalui efisiensi biaya serta pencapaian skala ekonomi, misalnya pembelian persediaan input variabel dalam jumlah banyak dan perluasan kapasitas. Penyediaan bromelia yang berkulitas juga dapat meminimalisir pandangan mengenai bromelia sebagai tempat hidup bagi jentik nyamuk. Hal ini terkait dengan kontrol genangan air yang ada di ketiak serta tempat bakal bunga bromelianya. Sehingga bromelia yang dihasilkan akan terlihat segar dan bersih. b) Sosialisasi mengenai manfaat kebaradaan bromelia kepada masyrakat melalui kerjasama dengan Perhimpunan Florikultura Indonesia Pandangan masyarakat yang cenderung negatif terhadap keberadaan Ciapus Bromel baik dari sisi kesehatan maupun fengshui akan menghambat pemasaran ke kontraktor taman dan landscaper. Hal ini dikarenakan permintaan landscaper dan kontraktor taman terhadap tanaman taman sangat dipengaruhi oleh konsumen akhir sebagai owner. Untuk mengatasi pandangan negatif tersebut Ciapus Bromel perlu melakukan suatu klarifikasi mengenai bromelia karena pandangan negatif tersebut keliru. Bromelia tidak dapat menjadi habitat bagi jentik nyamuk karena phnya asam. Dari sudut pandang fengshui bromelia dianggap memberikan energi negatif bagi pemiliknya padahal menurut pakar fengshui, bromelia dapat memberikan energi positif jika ditempatkan sebagai tanaman taman dan diletakkan dalam posisi yang baik menurut fengshui. Untuk menyampaikan atau mengklarifikasi informasi tersebut bromelia memerlukan sosialisasi masyarakat. Menurut Tjiptono tahun 2008 jika penyampaian informasi ditujukan untuk khalayak ramai, maka
99
salah satu media informasi yang paling efektif adalah publikasi. Melalui publikasi Ciapus Bromel juga dapat menghemat biaya promosi. Publikasi ini akan lebih efektif ketika berasal dari suatu lembaga atau organisasi yang telah dikenal pasar sasaran. Ciapus Bromel mempunyai akses terhadap organisasi tanaman hias yang telah diakui keberadaannya oleh stakeholder industri tanaman hias. Organisasi tersebut adalah Perhimpunan Florikultura Indonesia (PFI). Pemilik merupakan salah satu pendiri PFI sehingga walaupun Ciapus Bromel belum secara resmi menjadi anggota perhimpunan tersebut, melalui link pemilik, Ciapus Bromel dapat memanfaatkan peran Perhimpunan Florikultura Indonesia (PFI) sebagai wadah untuk mengklarifikasi sekaligus mempublikasikan ke masyarakat mengenai manfaat bromelia. Perhimpunan Florikultura Indonesia merupakan wadah bagi komunitas pencinta tanaman untuk berbagi informasi dan saling menolong sesama anggota dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan tanaman hias. Perhimpunan ini beranggotakan 80 pengusaha dan pencinta tanaman hias. Salah satu kegiatan PFI adalah mempromosikan dan membuat tren tanaman hias. Berdasarkan wawancara dengan kepala sub bidang tanaman pot Ditjen Hortikultura, PFI juga sangat diakui keberadaannya oleh lembaga pemerintah (Deptan), media cetak yang fokus terhadap tanaman hias, dan masyarakat pencinta tanaman hias. Dengan demikian publikasi melalui perhimpunan florikultura indonesia akan lebih mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai keberadaan dan manfaat bromelia. Publikasi melalui PFI sangat dimungkinkan karena sebagai salah satu pendiri PFI, pemilik Ciapus Bromel mempunyai proporsi yang cukup besar dalam mempengaruhi kegiatan PFI. Publikasi tersebut dapat berupa kegiatan seminar bagi pencinta tanaman hias, penyebaran brosur dengan tema global warming, penulisan artikel di dalam majalah dan surat kabar milik pemerintah maupun non pemerintah, dan penulisan di website PFI. 4) Strategi WT a) Aliansi pemasaran dengan perusahaan landscape
100
Menurut Kanter (1996), diacu dalam Perdana (2002) aliansi adalah kerjasama antar dua perusahaan untuk menghasilkan nilai yang lebih tinggi atau biaya yang lebih rendah dari pada pada transkasi pasar biasa. Kerjasama di atas dapat dilakukan melalui perjanjian atau dapat pula dengan penyertaan modal atau pembentukan perusahaan patungan. Untuk menghindari perbedaan persepsi, maka perlu disepakati bahwa yang dimaksud dengan aliansi dalam strategi ini bukan merupakan penggabungan dua atau lebih badan usaha, akan tetapi lebih diarahkan pada pengertian penyatuan aktivitas yang saling menunjang dalam bentuk kontrak. Aliansi yang dimaksud adalah aliansi pemasaran. Menurut porter 2000, diacu dalam Apriyanti 2001 aliansi pemasaran adalah aliansi yang dilakukan oleh dua badan usaha dalam hal produk, promosi, harga, maupun distribusi. Strategi yang dilakukan Ciapus Bromel akan ditekankan pada aliansi produk. Ciapus Bromel akan melakukan kerjasama dengan suatu perusahaan landscaper untuk menghasilkan design taman di mana di dalam setiap design taman tersebut terdapat bromelia sebagai oramen wajibnya. Ciapus Bromel dapat bertindak sebagai suplier tanaman bagi taman tersebut, dengan kata lain Ciapus Bromel tidak hanya menyuplai bromelia tetapi juga tanaman lain. Hal ini dimungkinkan dilakukan karena pemilik Ciapus Bromel memiliki link dan memiliki banyak usaha tanaman hias. Peran utama dari suatu perusahaan landscape adalah membuat design taman dan mempromosikannya dikalangan landscaper ataupun pembeli taman baik institusional maupun konsumen akhir. Aliansi ini juga memungkinkan untuk membuat suatu taman khas Indonesia seperti taman bali. Penciptaan tanaman khas Indonesia dimaksudkan agar bromelia menjadi ornamen permanen yang harus ada ditaman tersebut. Kedudukan bromelia di dalam taman khas Indonesia seperti kedudukan kamboja di dalam taman bali. Taman khas tersebut dapat didaftarkan sebagai hak cipta Ciapus Bromel dan perusahaan landscape. Pendaftaran hak cipta tanaman khas
Indonesia ini
101
dimaksudkan agar pihak-pihak eksternal yang memperjualbelikan konsep taman tersebut dapat membayar royalti. Strategi ini meminimalkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki Ciapus Bromel. Melalui kerjasama tersebut, Ciapus Bromel sangat terbantu dalam hal perencanaan dan pemasaran bromelia. Ciapus Bromel tidak harus melakukan riset pemasaran terlebih dahulu mengenai spesifikasi bromelia yang diinginkan landscaper didalam design suatu taman. Selain itu, Ciapus Bromel juga tidak harus mempunyai karyawan yang handal dalam pemasaran karena peran tersebut secara tidak langsung dijalankan oleh perusahaan landscape. Kuantitas bromelia yang digunakan di dalam taman khas Indonesia juga tidak akan terlalu banyak, sehingga pemesanan bromelia untuk taman tersebut akan relatif lebih sedikit dan dapat diprediksi dibandingkan pemesan landscaper ataupun kotraktor taman untuk kepentingan proyeknya. Hal ini menguntungkan bagi Ciapus Bromel karena Ciapus bromel dapat menjual bromelianya ke target pasar tanpa harus memperluas kapasitas terlebih dahulu. Selain itu, dengan menjual bromelia ke target pasar melalui taman, pencatatan keuangan Ciapus bromel dapat dilakukan secara sederhana tanpa ada keharusan melakukan pencatatan dalam bentuk akuntansi. Berkaitan dengan tanaman hias substitusi, penggantian peran bromelia di dalam tanaman khas indonesia akan mengurangi esensi nilai yang ingin disampaikan taman tersebut. Sehingga peluang penggantian bromelia dengan tanaman substitusi lainnya akan lebih kecil. Deskripsi mengenai tata letak, warna, dan manfaat penggunaan suatu tanaman di dalam taman khas Indonesia, memungkinkan Ciapus Bromel mengurangi persepsi negatif masyarakat terhadap bromelia. Untuk menarik konsumen potensial yang berasal dari etnis china, taman tersebut dapat memasukkan unsur fengshui dalam tata letak dan warna tanaman. Selain itu deskripsi mengenai manfaat tiap tanaman
di dalam taman juga dapat memberikan edukasi bagi
masyarakat. Salah satunya dalah pengetahuan mengenai peran bromelia sebagai penyerap zat polutan (Formaldhyde dan xylene) 19
19
serta
Clean Air Plants and Sick Building Syndrom. 2007.www.oxford.net . [27 Januari 2010]
102
mempunyai Ph asam. Ph asam ini menyebabkan jentik nyamuk tidak dapat hidup di dalam genangan air bromelia. 6.8. Rekomendasi Program Strategi-strategi yang dihasilkan pada matriks SWOT akan diekstraksi menjadi rekomendasi program-program kegiatan atau program kerja yang akan membantu Ciapus Bromel dalam mencapai sasarannya. Program-program ini membahas lebih lanjut dan terinci mengenai langkah-langkah yang harus ditempuh Ciapus Bromel. Program-program yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rancangan Strategi dan Program Kerja Ciapus Bromel Tahun 2010-2014
103
104
6.9. Rancangan Arsitektur Strategi Pengembangan Pasar Ciapus Bromel Rancangan arsitektur strategi Ciapus Bromel dibuat untuk menjawab tantangan yang dihadapi Ciapus Bromel dalam mencapai sasarannya. Rangkaian strategi yang telah dirumuskan, dipetakan ke dalam gambar arsitektur berupa program-program kegiatan yang disusun menurut rentang waktu yang telah dipersiapkan. Pelaksanaan program-program tersebut dimulai dari bulan Agustus 2010 hingga Agustus tahun 2014. Pemilihan rentang waktu berdasarkan pengalaman dan diskusi dengan pihak manajemen terkait realisasi programprogram tersebut. Selain itu rentang waktu ini juga mempertimbangkan kondisi eksternal berupa kebijakan pemerintah. Arsitektur strategi Ciapus Bromel dipetakan menurut sumbu X (horizontal) dan sumbu Y (vertikal). Sumbu X merupakan rentang waktu yang harus dilalui Ciapus Bromel untuk melaksanakan program kegiatan. Sumbu Y menunjukan strategi-strategi yang harus dilaksanakan Ciapus Bromel. Semakin dekat dengan titik asal semakin penting penanganan strategi tersebut sebagai penggerak dalam melakukan tahapan strategi lainnya. Tanda panah diagonal dari kiri bawah ke kanan atas menunjukkan transformasi yang harus dilalui Ciapus Bromel untuk mewujudkan tujuan jangka menengahnya. Prioritas penanganan strategi dengan mempertimbangkan prasyarat pengembangan pasar agar berjalan secara efektif. Berdasarkan David (2006), hal 105
utama yang harus dimiliki perusahaan dalam pelaksanaan strategi pengembangan pasar adalah memiliki kebutuhan modal dan sumber daya untuk mengelola operasi yang berkembang. Dengan demikian strategi yang menyangkut penguatan manajemen merupakan hal yang mendasar yang harus direalisasikan oleh Ciapus Bromel. Hal kedua yang harus dimiliki perusahaan agar pengembangan pasar teralisasi dengan efektif adalah adanya kelebihan kapasitas produksi. Untuk sampai ke tahap ini, Ciapus Bromel harus sudah memiliki dan menentukan produk yang akan diperbanyak. Terkait dengan perbanyakan produk tersebut Ciapus Bromel harus mengganti produk yang ada sekarang dengan produk yang diinginkan konsumen. Secara garis besar, pelaksanaan strategi terbagi menjadi dua bagian yaitu strategi yang dilakukan tiap tahun selama rentang waku pelaksanaan dan strategi yang dilakukan secara bertahap. Strategi yang dilakukan secara terus menerus pada umumnya adalah strategi yang dominan berisi program-program yang dilaksanakan secara kontinu setiap tahun. Sedangkan strategi yang dilakukan secara bertahap artinya bahwa startegi-strategi tersebut diwujudkan dari rangkaian program-program di mana masing-masing program tersebut akan berhenti dilakukan ketika kegiatan program lainnya akan dilaksanakan dan programprogramnya dominan tidak dilaksanakan secara kontinu setiap tahun sepanjang waktu analisis. Strategi yang dilakukan secara terus menerus meliputi; (1) Memperbaiki manajemen dan kualitas SDM
karyawan Ciapus Bromel; (2)
Menyediakan bromelia dengan harga kompetitif dan berkualitas; (3) Sosialisasi mengenai manfaat keberadaan bromelia kepada masyrakat melalui kerjasama dengan Perhimpunan Florikultura Indonesia. Adapun strategi yang dilakukan secara bertahap terdiri dari; (1) Aliansi pemasaran dengan perusahaan landscape; (2) Repositioning produk untuk menciptakan permintaan kontraktor taman dan landscaper; (3) Penambahan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan target pasar potensial; (4) Revitalisasi promosi sebagai upaya positioning produk Ciapus Bromel di benak kontraktor taman dan landscaper. Pelaksanaan bagi strategi yang bertahap dilakukan setelah penguatan manajemen perusahaan. Program-program yang paling penting dilaksanakan setelah penguatan manajemen adalah program-program yang berasal dari strategi 106
aliansi pemasaran. Hal ini dimaksudkan agar Ciapus Bromel dapat menjual bromelianya sehingga stok bromelia yang lama dapat diganti dengan stok baru dengan spesifikasi bromelia yang diinginkan landscaper dan konsumen akhir. Program-program dalam mewujudkan aliansi pemasaran mulai dilaksanakan pada Desember 2010. Pada Januari 2012 Ciapus Bromel telah dapat menjual bromelianya melalui aliansi pemasaran tersebut. Strategi kedua yang harus dilakukan Ciapus Bromel adalah strategi terkait dengan repositioning produk ke kontraktor taman dan landscaper melalui pengembangan spesifikasi bromelia yang sesuai dengan kebutuhan target pasar tersebut. Strategi ini mulai dilakukan pada Juli 2011. Strategi ini menyangkut persiapan produk yang diinginkan atau menciptakan nilai kegunaan bagi kontraktor taman dan landscaper. Setelah Ciapus Bromel mendapatkan spesifikasi bromelia yang diinginkan target pasar, maka untuk mewujudkannya diperlukan kegiatan perbanyakan indukan. Dikarenakan adanya keterbatasan green house, maka sebelum melakukan program perbanyakan, Ciapus Bromel harus melakukan program-program yang menyangkut penambahan green house. Penambahan green house dilakukan pada tahun 2012. Dipilihnya tahun 2012 sebagai tahun penambahan green house mempertimbangkan realisasi peminjaman modal. Setelah rangkaian program dalam strategi penambahan kapasitas produksi atau strategi ketiga telah direalisasikan, dilakukan perbanyakan bromelia di awal tahun 2013. Berdasarkan perhitungan pola budidaya, maka pada bulan April tahun 2014 bromelia yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan kontraktor taman dan landscaper telah siap untuk dijual. Strategi keempat adalah revitalisasi promosi, strategi ini dapat berjalan ketika Ciapus Bromel telah memiliki produk yang harus dijual dan harga yang akan ditawarkan. Pelaksanaan strategi ini mulai dilaksanakan pada tahun 2013. Program pertama yang dilaksanakan berupa pencarian informasi mengenai identitas kontraktor taman dan landscaper. Rangkaian program tersebut berakhir pada program penjualan persentasi langsung yang mulai dilakukan pada bulan April tahun 2014. Adapun peta arsitektur pengembangan pasar Ciapus Bromel dapat dilihat pada Gambar 19.
107
Gambar 19.
Peta Arsitektur Strategi Pengembangan Pasar Ciapus Bromel Tahun 2010-2014
Agar peta tersebut dapat dipahami secara utuh maka program-program tersebut diplotkan per tahun analisis. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut: 1) Tahun 2010 Semua kegiatan diawali dengan kegiatan perencanaan. Pada tahun 2010, perencanaan lebih ditekankan pada pembuatan visi dan misi serta perumusan target atau sasaran Ciapus Bromel terkait dengan implementasi programprogram yang telah diplotkan untuk pengembangan pasar dan kegiatan pemasaran ke konsumen akhir. Setelah perencanaan dilakukan, manajemen mengkomunikasikan hasil dari perencanaan ke semua karyawan Ciapus Bromel, termasuk penentuan siapa yang akan bertanggung jawab untuk merekrut karyawan pemasaran. Perekrutan karyawan pemasaran dilakukan pada bulan september 2010. Pertimbangan rentang waktu tersebut 108
berdasarkan pengalaman pemilik saat merekrut manajer pemasaran PT. Godong Ijo Asri.
Gambar 20. Plot Program Ciapus Bromel Tahun 2010 Metode perekrutan karyawan pemasaran akan dilakukan secara tertutup atau close rekruitmen. Waktu pelaksanaan program pengadaan peralatan dan perlengkapan kantor mempertimbangkan waktu perekrutan karyawan pemasaran agar peralatan dan perengkapan kantor tersebut juga mengcover kebutuhan pemasaran. Pada waktu yang sama dengan pengadaan peralatan dan perlengkapan kantor, program pelatihan keuangan dan administrasi mulai dijalankan hingga enam bulan kedepan. Program pelatihan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan memanggil instruktur atau melalui metode kursus. Bedasarkan diskusi dengan pemilik, pemilik akan melakukan dengan metode kursus seperti yang dilakukan pada PT Godong Ijo Asri. Keberadaan karyawan pemasaran merupakan titik tolak pelaksanaan program-program yang berasal dari strategi sosialisasi melalui kerjasama dengan PFI. Adanya karyawan yang khusus menangani pemasaran akan membantu pendekatan dan merumuskan materi konsolidasi maupun konten sosialisasi yang akan dilakukan. Program peningkatan kegiatan pemeliharaan dilakukan setelah program perencanaan dan penguatan fungsi serta tanggung jawab dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar manajemen serta karyawan budidaya mengetahui serta menyapakati definisi kualitas, sehingga diketahui 109
bentuk kegiatan pemeliharaan yang bagaimana yang akan dilakukan dan siapa yang akan bertanggung jawab penuh dalam pengawasan kegiatan pemeliharaan. Setelah pelaksanaan program-program menyangkut upaya sosialisasi
dengan PFI dilakukan, manajemen khususnya
karyawan
pemasaran mulai akan fokus pada program yang menyangkut strategi aliansi pemasaran. Program pertama yang akan dilaksanakan adalah pecarian informasi profil perusahaan-perusahaan landscape yang ada di Jabodetabek. Program tersebut dilaksanakan selama dua bulan dan mulai dilakukan pada bulan Desember 2010. Jika di antara program tersebut ada yang tidak terlaksana atau gagal, maka akan dikembalikan pada perencanaan dan dievaluasi penyebab kegagalan pelaksanaan program tersebut. 2) Tahun 2011 Pada tahun 2011 program yang dilakukan terdiri dari tiga bentuk yaitu berupa program-program yang telah dilakukan pada tahun 2010, program lanjutan dari program yang dilakukan pada tahun 2010, dan program yang baru dilaksankan pada tahun 2011. Program yang telah dilakukan di tahun 2010 dan dilakukan kembali pada tahun 2011 berupa program perencanaan, penguatan fungsi dan tanggung jawab, pengadaan peralatan dan perlengkapan kantor, peningkatan kegiatan pemeliharaan dan program yang terkait dengan sosialisasi melalui kerjasama PFI. Pada program-program yang dilakukan berulang terdapat program yang pelaksanaannya dilakukan setiap bulan, yaitu program yang berada di kotak kuning. Untuk program yang merupakan program lanjutan dari program pada tahun 2010, yaitu program yang menyangkut aliansi pemasaran. program aliansi pemasaran pada tahun 2011 di akhiri pada program pemilihan perusahaan landscape dan pembuatan kesepakatan bisnis, untuk kegiatan lain seperti proses pembuatan taman, pendaftaran hak cipta, dan perencanaan promosi taman dilakukan oleh aliansi perusahaan landscape dan Ciapus Bromel. Bentuk program ketiga adalah program yang baru dilaksanakan pada tahun 2011, yaitu program yang berasal dari strategi repositioning produk yang sesuai dengan keinginan kontraktor taman dan landscaper. Program ini dimulai dengan melakukan riset pasar. Dikarenakan riset pasar memerlukan peran karyawan pemasaran, 110
maka program ini dilaksanakan pada bulan Juli 2011 setelah program aliansi terwujud sehingga karyawan pemasaran dapat fokus untuk melakukan kegiatan riset pasar.
Gambar 21. Plot Program Ciapus Bromel Tahun 2011 Hasil dari riset pasar tersebut merupakan input untuk melakukan penggolongan bromelia yang ada di Ciapus Bromel berdasarkan keinginan target pasar tersebut. Kegiatan penggolongan bromelia ini mulai dilakukan pada Agustus 2011 hingga Desember 2012. Rentang waktu tersebut ditentukan dengan mempertimbangkan ada 400 varietas yang harus diuji cobakan berdasarkan penyerapan matahari, sehingga manajemen menilai waku 1,5 tahun cukup untuk menggolongkan dan mensortir tanaman yang benar-benar diinginkan target pasar. 3) Tahun 2012 Pada tahun 2012 Program baru yang akan dilakukan menyangkut program yang berasal dari strategi penambahan kapasitas produksi dan program penjualan melalui taman. 111
Gambar 22. Plot Program Ciapus Bromel Tahun 2012 Program pertama yang dilakukan adalah peminjaman ke lembaga keuangan, program ini dilaksanakan setelah program perencanaan dilakukan, agar diketahui berapa jumlah modal yang akan dipinjam ke lembaga keuangan. Proses peminjaman modal kelembaga keuangan diestimasi selama empat bulan, hal ini terkait dengan pemenuhan persyaratan peminjaman, yang salah satunya menyangkut legalitas perusahaan. Berdasarkan Badan Perizinan Terpadu
Kabupaten
Bogor
dan
SK
Memperindag
NO
289/MMPP/Kep/X/2001, lama waktu perwujudan legalitas perusahaan (Tanda daftar perusahaan dan SIUP) lebih kurang dua bulan. Kemudian setelah persyaratan peminjaman modal dipenuhi, menurut wawancara yang dilakukan dengan analis kredit BCA, Ciapus Bromel harus menunggu maksimal dua bulan untuk pencairan pinjaman tersebut. Setelah program peminjaman modal ke lembaga keuangan diwujudkan program kedua yang dijalankan adalah pembangunan green house. Berdasarkan diskusi dengan manajemen Ciapus Bromel, pembangunan green house memerlukan waktu enam bulan. Hal ini didasarkan dari pengalaman pemilik dan manajer 112
pengelola. Waktu enam bulan tersebut termasuk pencarian dan pembelian tempat bagi penambahan green house. Setelah pembangunan green house, program selanjutnya yang dilaksanakan menyangkut pembelian prasarana yang diperlukan terkait penambahan green house tersebut. 4) Tahun 2013 Pada tahun 2013 program baru yang akan dilakukan menyangkut program yang berasal dari startegi revitalisasi promosi dan program perbanyakan bromelia. Program perbanyakan bromelia merupakan program lanjutan dari program penambahan green house dan pembelian prasarana terkait penambahan green house tersebut.
Gambar 23. Plot Program Ciapus Bromel Tahun 2013 Perbanyakan bromelia dimulai pada bulan Januari 2013. Untuk program yang menyangkut srategi revitalisasi promosi, program yang pertama dilakukan adalah pencarian informasi dan pendekatan dengan landscaper dan kontraktor taman. Program mulai dilaksanakan pada bulan Februari hingga November 2013. Pencarian informasi salah satunya berupa pendekatan dengan asosiasi real estate, landscaper, kontraktor taman, ataupun developer. Program kedua dari strategi revitalisasi promosi adalah pembuatan paket diskon. Pencarian 113
informasi
mengenai
karakteristik
kontraktor
taman
dan
landscaper
merupakan salah satu input dari perumusan paket diskon yang akan diterapkan. 5) Tahun 2014 Tahun 2014 merupakan tahun realisasi pencapaian tujuan jangka menengah Ciapus Bromel. Pada tahun 2014 Ciapus Bromel telah dapat melakukan penjualan melalui presentasi langsung dan penjualan melalui katalog.
Gambar 24. Plot Program Ciapus Bromel Tahun 2014 Pembuatan katalog dilakukan pada bulan Februari- Maret 2014, pelaksanaan program tersebut dilakukan setelah paket diskon ditetapkan dan diketahui jenis bromelia yang akan dimasukkan dalam katalog. Waktu pembuatan hingga perbanyakan katalog diestimasi dua bulan, hal ini didasarkan dari pengalaman pemilik saat melakukan pembuatan dan perbanyakan katalog PT Godong Ijo Asri. Presentasi penjualan dilakukan pada bulan April tahun 2014, di mana pada tahun tersebut bromelia yang sesuai dengan spesifikasi telah siap untuk dijual.
114
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai arsitektur strategi pengembangan pasar Ciapus Bromel, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil audit internal dan eksternal perusahan menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
dua
kekuatan
yang
paling
penting
dalam
mewujudkan
pengembangan pasar Ciapus Bromel yaitu memiliki varietas terbanyak dan latar belakang pendidikan dan pengalaman pemilik plus manajer pengelola. Kelemahan yang paling penting diatasi Ciapus Bromel adalah perbaikan manajemen dan peningkatan kapasitas produksi. Peluang yang paling berpengaruh dan penting bagi pengembangan pasar Ciapus Bromel adalah kecenderungan perbaikan kondisi perekonomian pada tahun 2010-2014 serta adanya wacana konsep green living dari pemerintah. Ancaman yang paling diwaspadai Ciapus Bromel adalah keberadaan tanaman hias substitusi. 2) Secara umum ada dua bagian strategi yang diterapkan Ciapus Bromel selama kurun waktu 2010-2014. Pertama strategi yang dominan berisi program yang dilakukan secara kontinu, yaitu; (1) Memperbaiki manajemen dan kualitas SDM karyawan Ciapus Bromel; (2) Menyediakan bromelia dengan harga kompetitif dan berkualitas; (3) Sosialisasi mengenai manfaat kebaradaan bromelia kepada masyrakat melalui kerjasama dengan Perhimpunan Florikultura Indonesia. Bentuk strategi kedua berisi program yang dilakukan secara bertahap, yaitu; (1) Aliansi pemasaran dengan perusahaan landscape; (2) Penambahan kapasitas produksi untuk memenuhi target pasar potensial; (3) Repositioning produk untuk menciptakan permintaan kontraktor taman dan landscaper; (4) Revitalisasi promosi sebagai upaya positioning produk Ciapus Bromel di benak kontraktor taman dan landscaper. 8.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai arsitektur strategi pengembangan pasar Ciapus Bromel, maka dapat diberikan saran sebagai berikut: 1) Ciapus Bromel sebaiknya melakukan penyeleksian terhadap 400 varietas bromelia yang diinginkan dan dibutuhkan oleh target pasarnya. 115
2) Untuk mengakselerasi pendekatan dengan kontraktor taman dan landscaper sebaiknya Ciapus Bromel membangun link dengan asosiasi-asosiasi yang terkait dengan target tersebut. 3) Prioritas presentasi penjualan sebaiknya dilakukan pada kontraktor taman dan landscaper dari grup developer, sehingga Ciapus Bromel dapat mengefisiensi waktu dan biaya pemasaran.
116
DAFTAR PUSTAKA Amalia R. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Jus Buah pada CV Winner Pekasa Indonesia Unggul Kota Depok Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. David FR. 2006. Manajemen Strategis. Budi IS, penerjemah; Rahoyo S, editor. Jakarta : Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic Management. Direktorat Budidaya Tanaman Hias. 2008. Database Pelaku Tanaman Hias. Jakarta: Direktorat Jendral Hortikultura Direktorat Jendral Hortikultura. 2005. Laporan Tahunan Direktorat Jendral Hortikultura Tahun 2004. Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura. Direktorat Jendral Hortikultura. 2009. Pendapatan Domestik Hortikultura Tahun 2005-2008 Berdasarkan Harga Tetap 2007. Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura. Dwi FK. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Bunga Potong Krisan, Mawar, dan Garbera Kelompok Tani Rahayu di Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Kadir A. 2008. Tanaman Hias Bernuansa Varigata. Jakarta: Lily Publisher. Kurniawan J. 2008. Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Bunga Potong Krisan Pada Loka Farm Cilember Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Lestari K. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta: Penebar Swadaya. Nurgozali R. 2008.Rancangan Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias Kelompok Tani Al Busyro Florist Tanah Baru. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pearce JA, Robinson RB. 2008. Manajemen Strategis-Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian, Edisi 10 Buku 1. Bachtiar Y, Christine, penerjemah; Krista, editor. Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic Management-Formulation, Implementation, and Control, 10th Edition. Porter ME. 1991. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Maulana A, penerjemah; Hutauruk G, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Competitive Strategy.
117
[Pusdatin] Pusat Data dan Informasi Tahunan. 2009. Ekspor Komoditi Pertanian Persubsektor Tahun 2006. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Tahunan. Rangkuti F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. Santi, Kusumo. 1996. Komposisi Media Tumbuh yang Cocok untuk Perbanyakan In Vitro Bromelia. Jurnal Hortikultura 5(5): 94-98. Siahaan L. 2009. Strategi Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi Desa Bararuara Kabupaten Toba Samosir [skripsi]. Bogor Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sunartio B. 2005. Strategi Pengembangan Pasar Transmedia DVP dengan Fokus pada Konsep Minimalis dalam Pasar Properti [Thesis]. 2005. Depok :Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Tjiptandi F. 2008.Strategi Pemasaran.Yogyakarta: CV Andi Offset. Utami I. 2008. Strategi Pengembangan Agribisnis Anggrek di Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Umar H. 2008. Strategic Management in Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yoshida DT. 2006. Arsitektur Strategik: Sebuah Solusi Meraih Kemenangan dalam Dunia yang Senantiasa Berubah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Wahyudyono E. 2008. Analisis Peran Utama dan Rancangan Pengembangan Koperasi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor dengan Pendekatan Arsitektur Strategi. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
118
LAMPIRAN
119
Lampiran 1. Nilai dan Jumlah Penjualan Bromelia Ciapus Bromel Tahun 2009
120
Lampiran 2. Pola Budidaya Bromelia Ciapus Bromel 1) Tahun 2013
121
Lampiran 3. Asumsi yang digunakan dalam Perhitungan Kapasitas Green House di Ciapus Bromel 1)
Keterangan Konversi jumlah pot ke jumlah pot jika diukur memakai pot 20 a)
Ukuran Pot 15 = Jumlah Pot 15 : 1.76
b)
Ukuran Pot 24 = Jumlah Pot 24 x 1,67
c)
Ukuran Pot 30 = Jumlah Pot 30 x 1.8
d)
Ukuran Pot 35 = Jumlah Pot 35 x 1.9
e)
Ukuran Pot 40 = Jumlah Pot 40 x 2f
f)
Jumlah indukan bromelia yang diletakkan di rak green house adalah 7.173 pot 20
g)
Jumlah indukan bromelia yang diletakkan di lantai adalah 5.536 pot 20
h)
Total jumlah indukan yang diukur dengan pot 20 adalah 12.709 pot 20
i)
Jumlah bibit anakan siap jual yang diletakkan di rak green house adalah 31.502 pot 20
j)
Jumlah bibit anakan (siap jual) yang diletakkan di lantai adalah 4.146 pot 20
k)
Total bibit anakan (siap jual) yang dikukur dengan pot 20 adalah 35.638 pot 20
l)
Kapasitas green house yang diukur dengan pot 20 adalah 44.009 pot 20
2)
Perhitungan jika Ciapus Bromel mengadakan pengembangan pasar ke kontraktor taman dan landscaper: a)
Asumsi i)
Jumlah indukan yang dihitung adalah jumah indukan yang ada saat ini dan diletakkan di green house, yaitu sebanyak 7.173 pot 20.
ii)
Jumlah bibit anakan siap jual yang diperhitungkan adalah jumlah bibit anakan siap jual
yang diletakkan di green
house, yaitu sebanyak 31.502 pot 20. 122
Lampiran 3. (Lanjutan) iii)
Pola budidaya yang dipakai adalah pola yang dipakai Ciapus Bromel selama ini (lampiran 4).
iv)
Di dalam perhitungan varietas yang diperbanyak berjumlah 52 varietas yang hanya ada di katalok PT Godong Ijo Asri.
v)
Ciapus Bromel tetap mempertahankan jumlah minimal indukan dan bibit anakan (siap jual) sebagai prasyarat penjualan, yaitu; untuk 15 varian yang paling laku, jumlah indukan 100 dan akan dilakukan penjualan jika pot/polybag 15 cm2 minimal 100 dan pot/polybag 20 cm2 minimal 100. Untuk 37 varietas lain yang ada di katalok namun tidak terlalu
laku
terjual,
jumlah
indukan
yang
dipakai
diperhitungan adalah jumlah indukan minimal yaitu 50 bromelia per varietas. Perbanyakan indukan tersebut diatur, untuk perbanyakan pertama digunakan 25 indukan dan 25 indukan di perbanyakan kedua. Akan dilakukan penjualan jika pot/polybag 15 cm2 minimal 100 dan pot/polybag 20 cm2 minimal 100. vi)
Jumlah varietas yang paling banyak diperbanyak adalah 15 varietas, juga didasarkan dari asumsi minimal lima varietas bromelia yang sesuai dengan penggolongan berdasarkan daya penyerapan terhadap matahari. Dari kuesioner ke kontraktor taman dan landscaper ada tiga golongan daya serap sinar matahari untuk tanaman taman, yaitu: 45-59,5 persen, 60-84,5 persen , 85-100 persen.
vii)
Satu indukan bromelia rata-rata mengasilkan 6 anakan.
viii)
Khusus untuk 15 varietas enam bulan sebelum indukan mati, anakan yang diambil dari indukan adalah 7 anakan.
viiii)
Untuk 15 varietas pada awal penjualan hanya menghasilkan 4.500 bromelia karena tiga bulan setelah penjualan terjadi panen kembali. Untuk menghindari penumpukan bromelia
123
Lampiran 3. (Lanjutan) maka diasumsikan bromelia yang dibesarkan untuk anakan adalah 4.500. x)
Jumlah bromelia dalam per satu kali panen adalah :
2
Pada bromelia ukuran pot/polybag 20 cm , sebanyak 240 bromelianya dipindahkan ke pot 24 cm2 setiap kali panen. Angka 240 tersebut berasal dari asumsi penjualan pot 24 cm2 hanya untuk konsumen akhir. Berdasarkan rata-rata penjualan per bulan ditahun 2009, hanya ada 40 permintaan bromelia untuk ukuran tersebut. xi)
Penjualan bromelia per bulan
Mulai penjualan dilkukan pada bulan ke empat tahun ke empat setelah persyaratan untuk penjualan terpenuhi yaitu 100 untuk bromelia ukuran pot/polybag 15 cm2 dan ukuran pot/polybag 20 cm2. Penjualan ke konsumen akhir menggunakan pot sedangkan untuk landscaper dan kontraktor taman menggunakan polybag 124
Lampiran 4. Jumlah Bromelia Berdasarkan Pola Budidaya dan Perhitungan Kapasitas Green House Ciapus Bromel (Pot) 1) Jumlah Bibit Anakan 15 Varietas Bromelia Ciapus
2) Jumlah Bibit Anakan 37 Varietas Bromelia Ciapus Bromel (Pot)
125
Lampiran 4. (Lanjutan) 3) Jumlah Bibit Anakan 15 Varietas Bromelia Ciapus Bromel Jika diukur Menggunakan Pot 20 (Pot)
4) Jumlah Bibit Anakan 37 Varietas Bromelia Ciapus Bromel Jika diukur Menggunakan Pot 20 (Pot)
126
Lampiran 4. (Lanjutan) 5) Jumlah Total Bibit Anakan Bromelia Ciapus Bromel Setiap Bulan Berdasarkan Pola Budidaya Bromelia Ciapus Bromel (pot)
6) Perhitungan Kapasitas Green House yang digunakan untuk Bromelia sesuai denganPola Budidaya Bromelia Ciapus Bromel
127
Lampiran 5. Hasil Kuesioner Penentuan Faktor Internal dan Eksternal Strategi Ciapus Bromel
128
Lampiran 6. Perhitungan Sasaran 1) Asumsi yang Digunakan dalam Perhitungan Sasaran: a)
Jumlah Penjualan Bromelia Per bulan (Pot)
b)
Jumlah Bromelia yang Dijual ke Konsumen Akhir (pot)
Keterangan: Diasumsikan terjadi peningkatan penjualan bromelia untuk konsumen akhir karena menurut Manajemen Ciapus Bromel, perusahaan akan gencar mengikuti pameran bersama PT Godong Ijo Asri. c)
Jumlah Penjualan Bromelia ke Landscaper dan Kontraktor Taman (Pot)
d)
Asumsi penjualan bromelia melalui taman (aliansi pemasaran) adalah 100 per taman dimana fungsi bromelia sebagai groundcover, border, dan point of view. Target untuk penjualan taman melalui aliansi adalah 15 taman per bulan. Asumsi ini berdasarkan diskusi dengan manajemen dan wawancaradenganlandscaper.
e)
Asumsi penjualan bromelia satu paket secara langsung ke kontraktor taman dan landscaper berisi 150 bromelia dengan
berbagai varietas.
Target untuk penjualan ini adalah Ciapus Bromel mampu menjual secara langsung ke kontraktor taman dan landscaper sebanyak 19 kontraktor taman dan landscaper.
129
Lampiran 7. Proyeksi Nilai Penjualan Ciapus Bromel dengan Ekspansi Pasar A. Nilai Penjualan Ciapus Bromel (Rp) Ukuran Polybag/Pot
Jumlah Penjualan Bromelia
Harga
Nilai Penjualan
Polybag 15
25.248
6.300
159.06.,400
Polybag 20
27.205
6.500
176.833.800
Pot 15
3.852
65.000
250.380.000
Pot 20
1.415
137.500
194.535.000
Pot 24
480
237.500
114.000.000
Total Nilai Penjualan 894.811.200
B. Proyeksi Peningkatan Penjualan Bromelia Ciapus Bromel (Rp) Nilai Penjualan tanpa Ekspansi Pasar
558.915.000
Nilai Penjualan untuk Landscaper dan Kontraktor taman
335.896.200 0,6
Persentase Peningkatan Penjualan dengan ekspansi pasar
60
130
Lampiran 8.
Daftar Harga Tanaman Taman Substitusi Bromelia Tahun 20092010 (Rp)
Sumber: www. wongtani.com, www.indolink.com, dan www. lansdbasema.com [dikases tanggal 07 Juni 2010]
2) Harga Tanaman Groundcover di PT. Benara Nurseries Indonesia Edisi 2009 (Rp)
Sumber: Katalog Harga dan Produk PT. Benara Nurseries Indonesia
131
Lampiran 9. Daftar Nama Developer Real Estate di Daerah Jobedetabek Tahun 2009-2010
132
Lampiran 9. (Lanjutan)
133
Lampiran 9. (Lanjutan)
Sumber : Sensus Ekonomi BPS 2006 dan www. streetdirectory.com [Diakses 11 Juni 2010]
134
Lampiran 10. Perhitungan Proyeksi Harga Pokok Penjualan Ciapus Bromel (Rp) 1) Biaya Investasi dan Penyusutan (Rp)
2) Biaya Tetap (Rp)
3) Biaya Penyusutan dan Biaya Tetap untuk Masing-Masing Ukuran Bromelia (Rp)
4) Biaya Variabel (Rp) a) Biaya Variabel untuk Ukuran Polybag 15
135
b) Biaya Variabel Untuk Ukuran Polybag 20
5) Harga Pokok Penjualan (Rp) a) Harga Pokok Penjualan Untuk Polybag 15
b) Harga Pokok Penjualan Untuk Polybag 20
136
Lampiran 11. Kuesioner Penentuan Faktor Strategis Internal dan Eksternal Ciapus Bromel KUESIONER PENELITIAN PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS INTERNAL DAN EKSTERNAL IDENTITAS RESPONDEN Nama Jabatan :
:
Terima kasih atas partisipasi Bapak untuk mengisi kuesioner ini. Lembar kuesioner ini merupakan instrumen yang digunakan untuk penelitian “Perencanaan Strategi Pengembangan Pasar Tanaman Hias Bromelia Melalui Pendekatan Arsitektur Strategi: Studi Kasus Usaha Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor” oleh Elva (H34060750), Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Untuk memenuhi tugas penyelesaian skrispi program sarjana. Informasi yang diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Atas bantuan Bapak, saya ucapkan terima kasih
PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR INTERNAL STRATEGIS Petunjuk Pengisian: 1. Tentukan kelompok faktor-faktor berikut ini apakah termasuk dalam golongan kekuatan,
kelemahan, bukan kelemahan ataupun kekuatan Ciapus Bromel, atau
merupakan kekuatan sekaligus kelemahan Ciapus Bromel. 2.
Jika Faktor tersebut termasuk dalam kekuatan sekaligus kelemahan Ciapus Bromel maka wajib mengisi di kolom kekuatan dan kelemahan.
3. Tentukan dengan memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak. 4. Penentuan pilihan didasarkan pada keterangan berikut ini: Penting
=
Jika faktor tersebut merupakan kekuatan/kelemahan utama yang keberadaannya penting terkait upaya pengembangan pasar Ciapus Bromel
Tidak Penting =
Jika faktor tersebut merupakan kekuatan/kelemahan utama yang keberadaannya tidak penting terkait upaya pengembangan pasar Ciapus Bromel
137
Lampiran 11. (Lanjutan) 1) Faktor Internal Ciapus Bromel
PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL STRATEGIS Petunjuk Pengisian: 1. Tentukan kelompok faktor-faktor berikut ini apakah termasuk dalam golongan peluang, ancaman, bukan peluang ataupun ancaman Ciapus Bromel, atau merupakan peluang sekaligus ancaman Ciapus Bromel. 2.
Jika faktor tersebut termasuk dalam peluang sekaligus ancaman Ciapus Bromel maka wajib mengisi di kolom peluang dan ancaman.
3. Tentukan dengan memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak. 4. Penentuan pilihan didasarkan pada keterangan berikut ini:
Pengaruh Kuat
= Jika faktor tersebut merupakan peluang/ancaman yang memberikan pengaruh kuat terkait upaya pengembangan pasar Ciapus Bromel.
138
Lampiran 11 (Lanjutan) Pengaruh Kurang Kuat = Jika faktor tersebut merupakan peluang/ancaman yang memberikan pengaruh kurang kuat terkait upaya pengembangan pasar Ciapus Bromel. Tidak Berepengaruh
= Jika faktor tersebut merupakan peluang/ancaman yang tidak memberikan pengaruh terkait upaya pengembangan pasar Ciapus Bromel
2) Faktor Eksternal Ciapus Bromel
139
Lampiran 12. Kuesioner Karakteristik dan Pendapat Kontraktor Taman dan Landscaper
Kuesioner Penelitian Perencanaan Strategi Pengembangan Pasar Tanaman Hias Bromelia Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini. Lembar kuesioner ini merupakan instrumen yang digunakan untuk penelitian “Perencanaan Strategi Pengembangan Pasar Tanaman Hias Bromelia oleh Elva (H34060750), Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Untuk memenuhi tugas penyelesaian skrispi program sarjana. Informasi yang diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Atas bantuan Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih. -----------------------------------------------------------------------------------------------------------Petunjuk: Pilih salah satu jawaban dan berikan Anda (x) atau lingkari jawaban sesuai dengan jawaban Anda. Nama : Alamat Usaha/Pekerjaan : Pekerjaan : a. Kontraktor b. Kontraktor taman c. Konsultan d. Landscaper e. Lainnya…. (untuk pekerjaan, Anda boleh memilih lebih dari satu) Pertanyaan Inti 1. Apakah Anda pernah menggunakan bromelia sebagai ornamen taman? a. Iya, alasannya……. b. Tidak, alasannya…. 2. Menurut Anda, apa fungsi tanaman bromelia di dalam sebuah taman ? (Pilihan boleh lebih dari 1) a. Groundcover b. Tanaman Pagar/Pembatas c . Point of View d. Lainnya, sebutkan….. 3. Berdasarkan jawaban no 2, tanaman apa yang paling sering Anda gunakan untuk menggantikan bromelia tsb?
4. Terkait jawaban no 3, apa alasan pemilihan tanaman tersebut? (Pilihan boleh lebih dari 1) a. Pemeliharaan mudah b. harga lebih murah c. warna lebih bagus d. lainnya……… 5. Biasanya, berapa jumlah minimal tanaman yang Anda beli? Groundcover sebanyak….. tanaman Tanaman pagar sebanyak….tanaman Point of View sebanyak…tanaman 6. Berapa tingkat penyerapan tanaman terhadap sinar matahari yang paling sering Anda beli berdasarkan fungsi tanaman? Groundcover : a. 45-59.5 % b. 60-84.5 % c. 85-100% Tanaman pagar a. 45-59.5 % b. 60-84.5 % c. 85-100% Point of View: a.45-59.5 % b. 60-84.5 % c.85-100%
140
Lampiran 12. (Lanjutan) 7. Urutkan faktor yang paling Anda pertimbangkan dalam membeli tanaman taman disuatu tempat (1-6) ? Harga Kedekatan interpersonal Kualitas Jasa pengantaran tanaman Keragaman Varietas Lainnya,sebutkan 8.Berapa ukuran tanaman yang paling banyak Anda beli? Groundcover ukuran : a. kecil b.sedang c. Besar (silang satu jawaban) Tanaman pagar ukuran : a. kecil b.sedang c. Besar (silang satu jawaban) Point of View ukuran : a. kecil b.sedang c. Besar (silang satu jawaban) 9. Dari mana Anda mendapatkan Informasi mengenai suplier tanaman taman? a. Toko tanaman hias b. Kerabat (Teman atau Keluarga) c. Media Cetak d. Media Elektronik e. Asosiasi tanaman hias f. Pameran 10. Media atau sumber informasi apa yang paling mempengaruhi Anda dalam membeli tanaman bromelia? a. Toko tanaman hias d. Internet h. Televisi b. Kerabat e. Brosur i. Radio c. Majalah f. Pameran j. Koran k. Lainnya, sebutkan …. 11. Dimana tempat Anda biasa membeli tanaman taman? (Pilihan boleh lebih dari 1) a. Toko tanaman hias d. Internet b. Penjual tanaman hias di pinggir jalan e. Pasar tradisional c. Pameran f. Nursery g. Petani tanaman hias h. Lainnya, sebutkan …. 12. Apakah Anda cenderung akan membeli tanaman hias pada tempat yang sama seperti sebelumnya? a. Iya, alasannya…. b. Tidak,alasannya… 13. Faktor apa yang paling membuat Anda loyal terhadap suplier tanaman taman? a. Harga murah b. Personality c. Varietas banyak d.Lainnya, ….. 14. Apakah kondisi perekonomian mempengaruhi kuantitas pembelian Anda terhadap tanaman taman? a. Iya b. Tidak 15. Apakah mayoritas owner dari properti residensial, properti komersial, atau pemesan taman Anda berasal dari etnis China? a. Iya b. Tidak 16. Jika iya, apakah fengshui mempengaruhi jenis varietas tanaman yang akan Anda beli? a. Iya b. Tidak, alasannya 17. Siapa yang paling mempengaruhi jenis varietas tanaman yang harus dibeli untuk sebuah taman? a. Owner b. Developer c. Konsultan d. Landscaper e. Kontraktor pelaksan
141
Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian 1. Kegiatan Budidaya Ciapus Bromel
Pencampuran Media Tanam
Repotting
Perbanyakan Vegetatif
Persiapan Penjualan
Pengambilan Anakan
Penyemprotan Pestisida
Repotting
2. Kegiatan Pemasaran Ciapus Bromel
Pameran di Tamini
Pameran di Belanova
Pameran di Green Park
3. Produk Ciapus Bromel
4. Prasarana Produksi
Green House
Alatt Penyemprotan
Selang
Rak Anakan Bromelia
5. Stakeholder Ciapus Bromel
Pemilik Ciapus Bromel Manajer Pengelola Koordinator Lapangan
Usaha Ukas
Elegant Flora
Harrys Bromel
Pemasok Media Tanam
Sunda Kelapa
Usaha Arif
142