STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MUSIDUGA KABUPATEN SIJUNJUNG MELALUI PENDEKATAN ARSITEKTUR STRATEGI
MYA AMELIA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul strategi pengmbangan ekowisata Msiduga kabupaten sijunjung melalui pendekatan arsitektur strategi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor,
Agustus 2016
Mya Amelia NIM H340134007
ABSTRAK MYA AMELIA. Strategi Pengembangan Kawasan Ekowisata Musiduga melalui Pendekatan Arsitektur Strategi. Dibimbing oleh BURHANUDDIN Musiduga singkatan dari tiga nagari yaitu Muaro, silokek, Durian Gadang dimana disepanjang kawasan terdapat potensi ekowisata. Penelitian ini bertujuan menganalisis lingkungan internal dan ekternal kawasan Musiduga dan merumuskan strategi pengembangan kawasan Musiduga kemudian dimasukkan ke dalam peta rancangan arsitektur strategi. Penelitian dilakukan di Kawasan Musiduga, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, matriks SWOTS, dan rancangan arsitektur strategi. Berdasarkan penelitian kawasan Musiduga memiliki lima kekuatan dan delapan kelemahan dari lingkungan internal sedangkan analisis lingkungan eksternal menghasilkan tujuh peluang dan lima ancaman. Hasil rancangan arsitektur strategi ditetapkan visi “Musiduga sebagai kawasan ekowisata mandiri”, Untuk mencapai visi maka akan dilakukan enam strategi selama kurun waktu 2016-2022, yaitu mengembangkan Musiduga sebagai kawasan wisata dengan konsep “sustainable tourism” atau ekowisata, menyusun blueprint Pariwisata Sijunjung, merancang bauran pemasaran Musiduga, melakukan reklamasi kawasan tambang emas, membangun infrastruktur yang memadai, dan membentuk badan pengelola ekowisata khusus. Kata kunci: Musiduga, Ekowisata, Arsitektur Strategi ABSTRACT MYA AMELIA. Development Strategy Musiduga Ecotourism District Sijunjung throught Architecture Strategy. Supervised by BURHANUDDIN Musiduga an abbreviation of the name of three villages namely Muaro, silokek, Durian Gadangalong the region where there is potential for ecotourism. This study aimed to analyze the internal and external environment Musiduga region and strategy to develop ecotourism Musiduga then plotting the course of the strategies that have been formulated to architecture strategic. The study was conducted in the area of ecotourism districts Musiduga Sijunjung, Sijunjung, West Sumatra Province. The method used in this research is descriptive analysis, matrix SWOTS and architectur strategic. Based on research Musiduga region has five strengths and weaknesses of the eight internal environment while the external environment analysis produced seven five opportunities and threats. The results of the architecture strategic of the strategy set out a vision "Musiduga as an independent ecotourism area". To get of the vision determined there will be six strategy during the period 2016-2022, that is develop Musiduga as tourism area with the concept of the sustainable tourism or ecotourism, arrange a blueprint Sijunjung tourism and ecotourism Musiduga, arrange marketing mix, reclamation of mining areas of gold the region Musiduga, build and repairing infrastructure, and formed management organisation ecotourism. Keywords: Musiduga, Ecotourism, Architecture Strategy
STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MUSIDUGA KABUPATEN SIJUNJUNG MELALUI PENDEKATAN ARSITEKTUR STRATEGI
MYA AMELIA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2015 ini ialah Strategy, dengan strategi pengembangan kawasan ekowisata Musiduga Sijunjung melalui pendekatan Arsitektur Strategi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin MM selaku pembimbing,. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh Kepala dinas SKPD terkait, walinagari Silokek, walinagari Durian Gadang yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2016 Mya Amelia H34134007
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Lingkungan Perusahaan Formulasi Strategi Analisis SWOT Arsitektur Strategi KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Manajemen Strategi Analisis Internal Analisis Eksternal Analisis SWOT Arsitektur Strategi Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu penelitian Metode Penentuan Sampel Desain Penelitian Data dan Instrumentasi Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Lingkungan Perusahaan Analisis Formulasi Strategi Matriks SWOT Rancangan Arsitektur strategi GAMBARAN UMUM KAWASAN Potensi Ekowisata Alam Potensi Ekowisata Sosial Budaya Potensi Ekowisata Ekonomi Kondisi Sosial Budaya HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Lingkungan Internal dan eksternal Kawasan Musiduga Analisis Lingkungan Internal Analisis Lingkungan Eksternal Perumusan Strategi Matriks SWOT Rancangan Arsitektur Strategi
v vi vi vi 1 1 4 6 7 7 7 7 10 11 12 12 12 12 13 16 18 19 20 23 23 23 24 24 24 25 25 25 25 26 26 27 27 31 33 34 36 36 36 41 49 54 61
Industry Foresight Sasaran Kawasan Musiduga Rekomendasi Program Jangka waktu Arsitektur Strategi Rancangan Peta Arsitektur Strategi KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
62 63 65 70 70 73 73 73 73
DAFTAR TABEL 1 Data potensi ekowisata Kabupaten Sijunjung 2 Data Jumlah Pengunjung Kawasan Ekowisata Musiduga 3 Mata Pencaharian Masyarakat Musiduga 4 Data Kekuatan dan Kelemahan kawasan Musiduga 5 Data produk hukum yang mendukung pengembangan kawasan ekowisata 6 Data analisis faktor eksternal kawasan ekowisata Musiduga 7 Data Potensi ekowisata Kawasan Musiduga Dinas Parsenibudpora 2015 penelitian Amelia (2012) 8 Formulasi Matriks SWOT 9 Rekomendasi Program untuk pengembangan Kawasan Ekowisata Musiduga
3 5 34 41 43 vs 52 61 66
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6
Persebaran Potensi Wisata Musiduga Model Komprehensif Proses Manajemen Strategis Model Kekuatan Porter Pendekatan Arsitektur Strategi Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Rencana Arsitektur Strategi Kawasan Ekowisata Musiduga
13 17 20 22 27
DAFTAR LAMPIRAN 1. Karakteristik Pengunjung kawasan ekowisata Musiduga 2. Foto potensi ekowisata Musiduga
76 77
PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan katalisator dalam pembangunan karena berdampak positif terhadap kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduk setempat dimana pariwisata itu dikembangkan (Yoeti 2008). Selain itu pariwisata berperan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara karena mendorong beberapa sektor perekonomian nasional seperti peningkatan kegiatan perekonomian, meningkatkan jumlah industri baru, meningkatkan hasil pertanian, meningkatkan jumlah industri kreatif, meningkatkan devisa negara, dan membantu percepatan pembangunan daerah-daerah terpencil yang tidak tersentuh pembangunan (Wahab 1992). Pembangunan ekonomi daerah yang kuat dan berkelanjutan merupakan kolaborasi yang tepat antara pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia, masyarakat dan pemerintah. Dalam kondisi ini pemerintah sebagai regulator berperan luas untuk mengikutsertakan masyarakat berpartisipasi penuh dalam aktivitas ekonomi. Salah satu upaya pemanfaatan sumberdaya lokal adalah pengembangan bidang pariwisata dengan model ekowisata. Dalam konteksi ini pengembangan wisata yang dilakukan saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dengan upaya konservasi, penghargaan budaya lokal, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal. Hal tersebut yang membedakan pengembangan pariwisata antara konsep ekowisata atau sustainable tourism dengan pariwisata konvensional. Pergeseran konsep pariwisata konvensional ke model ekowisata karena kejenuhan wisatawan terhadap obyek wisata buatan. Hal ini merupakan peluang untuk peningkatan pembangunan pariwisata dengan potensi alam dan budaya yang beragam. Konsep pariwisata berkelanjutan atau ekowisata terus berkembang seiring dengan meningkatnya kesadaran dari masyarakat dunia terhadap pentingnya pelestarian lingkungan melalui pembangunan berkelanjutan di semua sektor termasuk pariwisata. Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional (2005-2025) juga merumuskan bahwa pembangunan di Indonesia harus menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan artinya pembangunan pariwisata harus berprinsip dimana pembangunan harus mampu menjaga lingkungan dan melestarikan lingkungan secara keseluruhan, baik ekosistem, keragaman hayati, flora dan fauna, maupun keragaman budaya sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional. Komitmen pemerintah Indonesia dalam pembangunan pariwisata melalui konsep ekowisata mulai terlihat melalui pembagian tugas dengan beberapa kementrian terkait yaitu Kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif, kementerian kehutanan, kementrian dalam negeri dan kementrian lingkungan hidup. Kementerian dalam negeri telah menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 tahun 2009 tentang pedoman pengembangan ekowisata daerah. Pedoman tersebut memberikan garis besar strategi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, penguatan kelembagaan, dan pemberdayaan masyarakat dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial, ekonomi, dan ekologi. Selain itu pembangunan pariwisata berkelanjutan di Indonesia juga telah diamanatkan pada UU No 10 tahun 2009 bahwa pembangunan pariwisata harus berdasarkan kepada Rencana Induk
2 Pembangunan Kepariwisataan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten dan kota. Amanat UU No 10 juga didukung dengan dikeluarkannya PP RI No 50 tahun 2011 tentang RIPPARNAS tahun 2010-2015. Adapun isi RIPPARNAS menegaskan bahwa pembangunan pariwisata nasional dilaksanakan dengan melaksanakan lima hal, yaitu: 1. Pembangunan pariwisata harus menggunakan prinsip berkelanjutan (sustainable tourism) 2. Pembangunan pariwisata harus berorientasi pada peningkatan pertumbuhan, peningkatan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan serta pelestarian lingkungan dengan tata kelola yang baik 3. Pembangunan pariwisata harus dilaksanakan secara terpadu, lintas sektor, dan lintas daerah. 4. Pembangunan pariwisata harus mendorong kemitraan sektor publik dan privat. Di wilayah provinsi Sumatera Barat akhir-akhir telah banyak destinasi wisata yang mulai berkembang. Destinasi wisata yang ditawarkan pun beragam wisata bahari seperti kawasan Mandeh, wisata agro seperti Padang Mangate, wisata buatan seperti waterpark, pegunungan, wisata alam, dll. Di wilayah Kabupaten Sijunjung tersimpan keanekaragaman potensi wisata yang menarik untuk dikembangkan. Berdasarkan konsep ekowisata potensi wisata digolongkan menjadi tiga pilar yaitu pilar ekologi, ekonomi,dan sosial budaya (Avenzora 2008). Data potensi ekowisata yang terdapat di Kabupaten Sijunjung dapat dilihat pada Tabel 1.
3 Tabel 1 Data Potensi Ekowisata Kabupaten Sijunjung Kecamatan Kamang Baru
Potensi
Nama Obyek Wana Wisata Alam Kamang Baru Ekowisata Alam Murai Tujuah Danau Batang Karing Ekowisata Ekonomi Kakao,karet,pinang,sawit Panorama Bukit Sabalah Tanjung Ekowisata Alam Goa Andam Gadang Ekowisata Ekonomi Kakao,karet,pinang Ekowisata Alam Goa Loguang Pemandian Aie Angek Goa Basurek Goa Cigak Goa Seribu Goa Talago Goa Sungai Landai Goa Sipungguak Air Terjun Batang Tano Sijunjung Air Terjun Batang Taye Pasir Putih Arung Jeram Perkampungan Adat Silek Pingian Ekowisata sosial Bersafar Budaya, kuliner Batu Basurek Lokomotiv Uap Dadieh Ekowisata Ekonomi Kakao,karet,pinang, budidaya lele Ekowisata Alam Aia Tajun Buluah Kasok Ekowisata Budaya Kerajaan Jambu Lipo Lubuak Tarok Rumah Gadang 13 Ruang Ekowisata Ekonomi Kakao,karet,pinang IV Nagari Ekowisata Alam Tabek Silacan Ekowisata Ekonomi Kakao,karet,pinang Goa Bukik Panjang Ekowisata Alam Lobang Japang Kupitan Pemandian Aia Angek Ekowisata Budaya Rumah Gadang Piliang Ekowisata Ekonomi Kakao,karet,pinang,Padi Ekowisata Alam Tabek Gadang Koto VII Ekowisata Budaya Makam Syekh Burhanudin Ekowisata ekonomi Kakao,karet,pinang, padi Ekowisata Alam Lubuk Pandakian Air Terjun Koto Salo Ngalau Antabuang Sumpur Batu Agung Kudus Songket Unggan Ekowisata Budaya Makam Rajo Ibadat Monumen PDRI Ekowisata Ekonomi Kakao,karet,pinang
Lokasi Kamang Baru Aia Amo Batang Karing Kamang Baru Pandam Pandam Tanjung Gadang Aie Angek Solok Ambah Silokek Silokek Silokek Silokek Durian Gadang Durian Gadang Durian Gadang Silokek Silokek Silokek Muaro Silokek Muaro Durian Gadang Durian Gadang Sijunjung Silokek Taratak Jambu lipo Lubuk Tarok Lubuk Tarok Ranah Tibarau Lubuk Tarok Kampung Baru Padang Sibusuak Padang Sibusuak Padang Sibusuak Kupitan Padang Lawas Aur Gading Koto VII Sumpur Kudus Koto Salo Sisawah Sisawah Sumpur Kudus Sumpur Kudus Sumpur Kudus Sumpur Kudus
Sumber: www.sijunjung.go.id (diolah) Salah satu potensi wisata yang menarik untuk dikembangkan terdapat di Kecamatan Sijunjung yaitu Kawasan Musiduga. Konsep pengembangan Musiduga yang cocok dengan konsep ekowisata, dimana pengembangan wisata diselaraskan dengan isu-isu konservasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat
4 lokal. Pengembangan wisata dengan menggunakan konsep ekowisata diharapkan dapat memberikan nilai lebih tidak hanya pada ekonomi dan lingkungan namun kesejahteraan sosial masyarakat secara umum. Perumusan Masalah Musiduga adalah gabungan dari tiga nagari, yaitu; Nagari Muaro, Silokek, dan Durian Gadang yang berada di Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Dikawasan ini terdapat sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Salah satu sumberdaya alam Musiduga yang dapat dikembangkan adalah sumberdaya wisata. Sumberdaya wisata yang terdapat di Musiduga tergolong beragam, yaitu potensi potensi wisata alam, sejarah, minat khusus, dan lokasi untuk mengembangkan kegiatan agrowisata. Potensi wisata yang tersebar dikawasan Musiduga seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Persebaran Potensi Wisata Musiduga Gambar diadaptasi dari Amelia (2012) Musiduga merupakan salah satu destinasi memiliki potensi wisata yang paling beragam sehingga ditetapkan sebagai kawasan wisata yang dikelola pemerintahan Kabupaten Sijunjung yaitu Dinas Parsenibudpora. Potensi ekowisata yang terdapat di Musiduga tergolong kompleks baik potensi ekowisata alam, ekowisata budaya, ekowisata sejarah, dan ekowisata minat khusus. Musiduga secara geografis berjarak sekitar 15 km dari ibukota kabupaten, namun aksesebilitas seperti kendaraan umum belum tersedia untuk menuju lokasi tersebut. Potensi ekowisata alam belum dikelola secara serius, sarana dan prasarana seperti toilet, cafetaria, camping ground, pos jaga maupun kebijakan retribusi tiket masuk belum tersedia. Potensi goa Talago, goa sipungguak, goa ungai landai belum memiliki fasilitas memadai dan hanya dapat diakses dengan jalan setapak. Selain itu dari dua potensi air terjun yang terdapat di Musiduga hanya satu air terjun Batang Tano yang telah memiliki fasilitas berupa jalan setapak, toilet, warung dan retribusi parkir serta tiket masuk (dipungut oleh masyarakat setempat), sedangkan air terjun batang taye belum memiliki fasilitas yang memadai dan belum dikenal masyarakat umum. Musiduga juga dialiri sungai kuantan dengan arus tingkat kesulitan III (grade III) yang berpotensi
5 dikembangkan untuk kegiatan wisata khusus yaitu arung jeram1. Keunikan lain dari wilayah Musiduga terdapatnya hamparan pasir putih disepanjang sungai Kuantan tepatnya di Nagari Silokek. Pasir putih ini merupakan salah satu ikon Musiduga yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Namun kondisi pasir putih ini tidak berbeda dengan potensi ekowisata lainnya belum adanya fasilitas yang memadai untuk menarik wisatawan datang ke lokasi tersebut2. Keunikan potensi wisata Musiduga belum mampu menarik pengunjung untuk sebagai destinasi wisata karena masih rendahnya jumlah pengunjung yang datang ke Musiduga. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Data Jumlah Pengunjung Kawasan Ekowisata Musiduga Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Wisatawan Nusantaran 982 837 762 359 281
Wisatawan Mancanegara 82 67 103 -
Jumlah 1064 904 865 359 281
Sumber: Dinas Parsenibudpora 2015 (diolah) Keberadaan objek wisata pada suatu daerah merupakan potensi ekonomi apabila digarap dengan tepat karena akan mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat bersangkutan. Sifat khas atau unik yang terbatas menyebabkan objek wisata tersebut memiliki nilai ekonomi (Warpani 2007). Potensi ekowisata yang terdapat di Musiduga belum berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat setempat. Selain bertani karet, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat bekerja sebagai pencari rempah-rempah seperti kulit manis. Potensi ekowisata Musiduga yang dikelola oleh pemerintah daerah belum digarap secara maksimal. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Wali nagari Silokek Mardison (2015)3 menyatakan “Potensi wisata Musiduga belum berkembang karena kurangnya perhatian pemkab Sijunjung seperti sedikitnya anggaran yang dialokasikan setiap tahun untuk pengembangan objek wisata Musiduga, serta kurangnya pemberdayaan masyarakat setempat, padahal Musiduga memiliki potensi wisata yang unik dibandingkan potensi wisata lain di Sumatera Barat”4. Kawasan Musiduga mulai dikenal masyarakat umum pada Tahun 2009. Hal ini ditandai dengan banyak wisatawan lokal yang berkunjung pada saat akhir pekan. Selain wisatawan lokal, Musiduga juga sudah dikunjungi oleh wisatawan Mancanegara serta diliput oleh stasiun TV swasta5. Namun kunjungan wisatawan tersebut tidak 1wisata arung jeram Musiduga dikunjungi Metro TV. https://doniaries.wordpress.com/2008/06/09/wisata-arung-jeram-musiduga-di-kunjungi-metro-tv/. [16 Sept 2015 2 Menikmati Pasir Putih Silokek. http://www.posmetropadang.com/index.phpqueoptioneqcom_contentandtaskeqviewandideq 5001andItem.html. [16 Sept 2015] 3
Silokek, Nagari yang Memiliki Banyak Potensi Wisata. http://www.news.padek.co/detail/a/30921 4 Potensi dan peluang investasi pariwisata di Kab.Sijunjung. http://www.sijunjung.go.id/?mod=konten&menu=Pariwisata. [15 Sept 2015] 5Ternyata ada Bali di Sijunjung, Sumatera Barat. http://www.kompasiana.com/harbi.burdha/ternyata-ada-bali-di-sijunjung-sumaterabarat_55196d27a333110218b65964. [16 Sept 2015]
6 berkelanjutan. Hal ini disebabkan karena kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia sehingga wisatawan enggan untuk berkunjung kembali6. Selain potensi ekowisata alam di Musiduga juga terdapat potensi ekowisata dari pilar ekonomi yang menarik untuk dikembangkan adalah agrowisata tanaman pinang. Pada saat ini tanaman pinang menjadi salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat Musiduga yaitu buah pinang yang telah tua kepada pengepul bahan baku bumi. Sementara buah pinang muda dijadikan sebagai minuman penambah energy oleh masyarakat setempat. Tanaman pinang perlu dilakukan pengembangan dengan perpaduan konsep ekowisata dan agribisnis dari hulu hingga hilir. Perkembangan dunia pariwisata menghadirkan suatu konsep baru sustainable tourism atau “wisata berkelanjutan”. Sustainable tourism dianggap sebagai suatu langkah untuk memanfaatkan keseluruhan sumberdaya yang tersedia secara ekonomi dan sosial dapat dipenuhi dengan menjaga integritas kearifan lokal, keanekaragaman hayati, dan faktor pendukung lainnya. Oleh karena itu peluang ini dapat dimanfaatkan optimal untuk menarik wisatawan asing mengunjungi objek wisata berbasis alam dan budaya penduduk lokal. Bedasarkan pemahaman diatas pengembangan bidang pariwisata dengan konsep ekowisata dapat menjadi salah satu alternatif peningkatan pendapatan daerah. Untuk melakukan pengelolaan tersebut pemerintah dianggap perlu melakukan merancang suatu strategi dengan pendekatan arsitektur strategi. Arsitektur Strategi merupakan suatu konsep strategi untuk menghadapi perubahan yang selalu terjadi dalam suatu lingkungan organisasi profit maupun organisasi non profit. Pendekatan arsitektur strategi merupakan suatu metode untuk membangun masa depan suatu organisasi dengan mengetahui kompetensi inti yang dimiliki, menganalisis kekuatan dan kelemahan, peluang dan acaman, serta menbangun visi dan misi organisasi yang dituangkan dalam kanvas strategi. Kanvas strategi ini akan mempermudah pelaku usaha untuk mewujudkan visi dan misi serta pelaksanaan program-program yang telah dirancang. Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat dikemukakan perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian yaitu: 1. Faktor internal dan eksternal apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pengembangan Kawasan ekowisata Musiduga? 2. Strategi apa yang perlu dirumuskan untuk mewujudkan pengembangan kawasan ekowisata dan bagaimana merumuskan rancangan arsitektur strategi pengembangan kawasan ekowisata Musiduga. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan kawasan ekowisata Musiduga
6 Silokek yang memiliki banyak potensi wisata. http://www.koran.padek.co/read/detail/30921 [15 sept 15]
7 2. Merumuskan strategi pengembangan kawasan ekowisata Musiduga dan memplotkan program dari strategi yang telah dirumuskan ke dalam rancangan arsitektur strategi. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini akan memberikan manfaat yang luas dan dapat dijadikan sebagai rujukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan sektor pariwisata seperti: 1. Bagi peneliti penelitian ini adalah ujian komprehensif serta memanfaatkan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah. 2. Bagi pemerintah Kabupaten Sijunjung melalui Dinas Pariwisata, olahraga, dan budaya agar dapat menjadi bahan rujukan untuk merumuskan kebijakan kepariwisataan yang dapat menghasilkan Kawasan ekowisata Musiduga yang meningkatkan PAD Sijunjung 3. Pihak yang tertarik baik LSM maupun investor untuk terjun dalam kolaborasi pengembangan kawasan ekowisata Musiduga 4. Sebagai bahan rekomendasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang terkait dengan pariwisata serta pengembangannya. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah merumuskan strategi yang tepat untuk pengembangan kawasan ekowisata Musiduga dari aspek internal dan eksternalnya. Fokus kajian hanya pada kawasan ekowisata Musiduga. Analisis kajian melibatkan Bappeda kabupaten Sijunjung, dan Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sijunjung, kabid Bappeda Kabupaten Sijunjung, pihak KPA Batu Gando dan pengunjung. Penelitian ini dibatasi pada analisis strategi dan pemilihan strategi alternatif yang cocok untuk pengembangan kawasan ekowisata Musiduga.
TINJAUAN PUSTAKA Lingkungan Organisasi Keberhasilan suatu kegiatan bisnis tidak terlepas dari kondisi lingkungan perusahaan itu sendiri, sehingga perlu dilakukan analisis terhadap lingkungan bisnis suatu usaha. Analisis lingkungan merupakan suatu proses yang dilakukan oleh penyusun dan perencana strategi untuk mengidentifikasi peluang atau ancaman lingkungan perusahaan. Mempelajari analisis lingkungan ini berguna untuk menentukan faktor-faktor penting yang akan menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan, menentukan strategi perusahaan yang akan dipilih, serta menentukan factor lingkungan yang akan menjadi peluang maupun ancaman dalam mencapai tujuan perusahaan. Lingkungan perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi dua lingkungan, yaitu lingkungan internal dan eksternal.
8 Lingkungan Internal Lingkungan internal merupakan kondisi dari organisasi perusahaan yang langsung berimplikasi dengan keberhasilan atau kegagalan perusahaan. Lingkungan internal dapat dinilai atau dianalisis dengan pendekatan fungsional, seperti manajemen, pemasaran, keuangan, dan lokasi. 1. Manajemen a. Perencanaan Perencanaan bisnis secara tertulis berupa visi, misi, dan tujuan baik tujuan jangka pendek mapun tujuan jangka panjang berperan penting untuk menentukan peluang, kekuatan, dan target yang akan dicapai. Dari hasil penelitian Yuliani (2010) menyimpulkan adanya perencanaan secara tertulis yang mendetail dalam masterplan dapat membantu mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta mempermudah pengarahan kegiatan operasional. b. Pengorganisasian Struktur organisasi perusahaan yang ditetapkan dan diatur sesuai kapasitasnya akan mempengaruhi lingkungan kerja perusahaan. Struktur organisasi ini berguna untuk menentukan tugas dari setiap bagian divisi. Penetapan tugas setiap bagian yang telah ditetapkan akan mempengaruhi kelancaran aktivitas bisnis suatu perusahaan. Yuliani (2010) kawasan agroteknobisnis yang dikelola oleh UPTB dengan pendekatan organisasi bottom up dimana melibatkan semua lini dalam pengambilan keputusan dengan tetap memperhatikan peraturan daerah. c. Pemotivasian Kenyamanan karyawan dalam melakukan pekerjaan menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan oleh pihak pemilik perusahaan. Motivasi merupakan salah cara untuk menjaga loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Bentuk motivasi kerja terhadap karyawan dapat berupa pemberian insentif, jaminan kesehatan, pemberian beasiswa untuk melanjutkan pendidikan dan yang tidak kalah penting berupa keteladanan dari pemilik perusahaan seperti kesabaran,kedisiplinan dan ketekunan dalam menjalankan usaha (Tambunan 2011 dan Mustikawati 2010). 2. Keuangan Keuangan merupakan suatu hal yang penting dan menjadi kebutuhan primer dalam suatu usaha, hal ini dikarenakan pengelolaan keuangan yang tidak baik dapat membawa dampak kemunduran bahkan kebangkrutan suatu usaha. Kelancaran system keuangan dalam suatu perusaahan mempengaruhi kemampuan pemenuhan terhadap biaya tetap dan biaya variabel. Pihak yang mengelola keuangan diharapkan dapat dipercaya dan bertanggung jawab terhadap setiap transaksi keuangan. Perusahaan yang memiliki pengelolaan keuangan dengan jelas dan terstruktur kondisinya akan berbeda dengan perusahaan yang belum memiliki pengelolaan keuangan yang belum memiliki pencatatan keuangan yang jelas. Yuliani (2010) menyatakan bahwa dengan adanya pembukuan keuangan seperti pencatatan pengeluaran, pemasukan, investasi usaha, pengalokasian pembayaran pinjaman sehingga mempermudah mengontrol arus kas yang akan dilaporkan dalam penggunaan dana APBD. Pemasaran Yuliani (2010) menyatakan bahwa pemasaran produk adalah kualitas produk wisata dapat dilakukan dengan pembuatan paket wisata yang disertai dengan pelayanan yang memuaskan seperti mengintrepetasikan informasi objek kepada wisatawan dengan
9 ramah dan jelas. Harga merupakan satu-satunya aspek pemasaran yang menghasilkan pendapatan. Untuk melakukan penetapan harga setiap organisasi melakukan metode yang berbeda. Yuliani (2010) penelitian pada Kawasan Agroteknobisnis Kabupaten Sumedang (KAS) menjelaskan penetapan harga diberlakukan untuk paket wisata dan konsumen yang menggunakan fasilitas. Namun untuk masuk kawasan penetapan harga tidak diberlakukan sehingga setiap konsumen dapat masuk secara gratis ke dalam KAS. Kegiatan promosi juga tidak kalah penting dibandingkan aspek pemasaran lainnya. Promosi merupakan metode pengenalan produk yang akan dijual kepada konsumen. Promosi ini dapat dilakukan dengan berbagai media seperti internet, word of mouth (WOM), brosur,leaflet, dan x banner. Berdasarkan Yuliani (2010) menyimpulkan bahwa salah satu media promosi melalui word of mouth (WOM) cukup efektif karena informasi akan cepat berkembang. Kemudian kekuatan media sosial dan media elektronik dianggap efektif untuk mempromosikan KAS. Pemilihan lokasi yang tepat juga merupakan hal penting dalam melakukan usaha. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi seperti mudahnya aksesibilitas transportasi umum, pusat keramaian dan segmentasi yang sesuai. Lingkungan Eksternal Lingkugan eksternal merupakan kondisi yang tidak dapat dikendalikan secara langsung. Oleh karena itu pelaksanaan analisis lingkungan eksternal perlu dilakukan agar perusahaan mampu menentukan peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang yang ada dengan sebaik mungkin dan meminimalisir ancaman yang ada. Analisis lingkungan eksternal dibagi menjadi dua yaitu analisis lingkungan makro dan analisis lingkungan mikro. Keduanya menjadi landasan perusahaan dalam menentukan peluang dan ancaman dalam lingkungan bisnis tempat bersaing. 1. Lingkungan Makro Lingkungan makro terdiri atas faktor-faktor yang tidak berhubungan secara langsung dengan usaha. Faktor- faktor yang termasuk ke dalam lingkungan makro pada analisis lingkungan eksternal untuk usaha ini yaitu lingkungan ekonomi, faktor alam, faktor teknologi, politik dan hukum, serta faktor sosial dan budaya. Lingkungan makro ini dinalisis menggunakan faktor PEST (politik, ekonomi, sosial, dan teknologi). a. Faktor Politik, Pemerintah, dan Hukum Kebijakan yang ditetapkan pemerintah diharapkan mampu mempengaruhi iklim perdagangan yang terjadi di dalam negara tersebut. Pelaku umkm sebagai salah satu pihak yang ikut berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi masih minim perhatian dari pemerintah baik dalam pemberian dana atau pendampingan dalam mengembangkan usaha. Kurnia (2009) menyimpulkan bahwa perhatian pemerintah terhadap umkm masih sebatas kebijakan, seperti adanya kebijakan pendampingan umkm warung tenda bogor namun belum terealisasi. Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian Mustikawati (2010) adanya kebijakan pemerintah untuk mengembangkan holtikultura indonesia dengan cara memberikan bantuan dana namun belum direalisasikan pada semua komoditas holtikultura masih terfokus pada bunga hias potong dan daun hias potong.
10 b. Faktor Ekonomi Keadaan ekonomi suatu negara akan sangat berdampak pada pertumbuhan industri di negara tersebut. Faktor ekonomi mengacu pada sifat, cara, dan arah dari perekonomian di mana perusahaan akan atau sedang beroperasi dan bersaing. Kondisi PDB Indonesia yang cenderung meningkat berpengaruh terhadap pembelian bunga krisan dimana angka pembelian cenderung meningkat (Mustikawati 2010). c. Faktor Sosial dan Budaya Berdasarkan aspek sosial budaya dan demografi, penduduk Indonesia sedang mengalami pergeseran gaya hidup yang dilatarbelakangi meningkatnya angkatan kerja wanita, tingkat mobilitas yang tinggi sehingga gaya hidup yang mengarah pada gaya hidup modern, mengkonsumsi makanan di luar rumah (restoran), dan menyukai makanan asing. Hasil penelitian Defieta (2009) membuktikan permintaan terhadap lasagna meningkat terutama pada weekend, permintaan tidak hanya berasal dari warga bogor melainkan juga warga Jakarta yang wisata kuliner ke bogor. Tidak hanya pada dunia kuliner permintaan terhadap pada bunga krisan juga meningkat karena adanya pergeseran gaya hidup berupa tren menggunakan bunga krisan dalam acara pesta,valentine, wisuda, bahkan pada acara kematian (Mustikawati 2010 dan Tambunan 2011) d. Faktor Teknologi Kekuatan teknologi pada suatu usaha dapat meningkatkan kesejahteran suatu usaha tersebut, meskipun teknologi mahal harganya, tetapi teknologi tersebut akan menghemat banyak biaya dan waktu. Internet merupakan salah satu teknologi yang sedang berkembang pesat pada saat ini. Internet juga menjadi peluang sekaligus ancaman bagi pelaku bisnis. Peluang dari internet dapat mempromosikan produk secara cepat dan luas kepada konsumen, namun ancamannya produk-produk yang dipromosikan dapat ditiru atau palgiarisme oleh pesaing Defieta (2009). Formulasi Strategi Formulasi alternatif strategi merupakan analisis lingkungan perusahaan yang terdiri dari analisis internal dan analisis eksternal. Analisis internal menghasilkan kekuatan dan kelemahan dari perusaahan itu sendiri. Sedangkan analisis eksternal akan menghasilkan peluang dan hambatan yang berasal dari luar perusahaan. Analisis lingkungan internal menghasilkan beberapa kekuatan seperti Pusat Konservasi Tumbuhan Ex-situ, Panorama arsitektur lanskap yang bernuansa alami aksesbilitas tinggikomunikasi yang terjalin dengan baik antara ketua dan karyawan, sudah mempunyai job description, sudah mempunyai masterplan, sistem pembayaran tunai, memiliki pembukuan atau pengelolaan keuangan yang rapi, memiliki produk jasa yang unik, pelayanan karyawan ramah dan sigap, terjalinnya hubungan baik dengan pemasok, berkontribusi kepada pemerintah melalui pembayaran pajak secara kontinu, fasilitas terkelola dengan baik. Sedangkan kelemahan perusahaan yang teridentifikasi dari beberapa penelitian berupa Kurangnya SDM yang handal, belum melakukan pemasaran dan promosi dengan efektif dan efisien, sarana transportasi yang kurang, penggunakan teknologi belum dimanfaatkan dengan efektif, kurangnya anggaran dari APBD oleh pemerintah, perencanaan dan pengorganisasian perusahaan tidak sistematis
11 dan tertulis, lokasi kurang strategis, physical Evidence kurang baik Sebagai produk yang bersifat intangible (tidak berwujud), belum melakukan penelitian dan pengembangan,belum terdapat target pasar yang jelas dan spesifik, belum melakukan riset pasar secara langsung kepada pengunjung dan masyarakat (Yuliani, Nurlaela, Salim 2010), (Safitri 2012). Analisis eksternal yang berasal dari luar perusahaan menghasilkan berupa peluang hambatan, berdasarkan beberapa penelitian Yuliani (2010), Nurlaela (2010), Salim (2010), Safitri (2012) peluang dari perusahaan seperti peningkatan jumlah wisatawan di masa yang akan datang, pertumbuhan ekonomi semakin baik, jumlah penduduk yang semakin meningkat, perkembangan teknologi yang cepat, adanya dukungan hukum dan peraturan pemerintah, meningkatnya pendapatan masyarakat nasional dan daerah, berkembangnya konsep edutainment sebagai inovasi, hambatan masuk industri yang tinggi, tren wisata back to nature, sikap masyarakat yang mendukung, penetapan hari , libur nasional, kekuatan tawar-menawar pemasok rendah. Sedangkan hambatan yang dialami oleh beberapa perusaahan berupa sampah pengunjung, terbatasnya alokasi anggaran, tingkat inflasi, perkembangan wisata subtitusi cukup besar, adanya persaingan kualitas pelayanan antar perusahaan sejenis, curah hujan yang tinggi, terjadinya bencana dan gangguan alam, dan isu ancaman teroris di Indonesia. Analisis SWOT Strategi S-O Strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang dimiliki. Yuliani (2010), Nurlaela (2010), Salim (2010) menyimpulkan hasil strategi S-O berupa menggali potensi alam, mempertahankan ciri khas sebagai wisata edutainment, memperkuat aksesbilitas dengan mengembangkan linkage wisata. mengembangkan kekhasan produk wisata alam, menambah objek wisata baru. Strategi W-O Strategi W-O adalah strategi yang meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang dimiliki. Yuliani, Nurlaela, Salim (2010) menyimpulkan beberapa alternative strategi yang dapat dilakukan pada strategi W-O yaitu meningkatkan kegiatan promosi secara optimal, inovatif, efisien, mencari sponsor dengan menawarkan prospek bisnis, meningkatkan sarana dan prasarana, melakukan kerjasama pendidikan dan keterampilan dengan institusi pendidikan formal bidang kepariwisataan, memperbaiki sistem perencanaan serta pengorganisasian. Strategi S-T Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan pada strategi S-T yaitu: penetapan harga bersaing, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah, memasang alat pendeteksi perubahan iklim, dan peningkatkan kualitas jasa wisata melalui riset pasar Yuliani (2010), Nurlaela (2010), Salim (2010), Safitri (2012) Strategi W-T Strategi W-T adalah strategi dimana perusahaan dapat meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Salah satu alternatif strategi yang dapat
12 dilakukan pada strategi W-T yaitu: Mengelola Bukti (Managing Evidance) jasa dari sumberdaya yang dimiliki, menambah atau mencari alternatif pendanaan lain, dan melakukan kerjasama dengan instansi pengelolaan kebersihan. Yuliani (2010), Nurlaela (2010), Salim (2010), Safitri (2012). Arsitektur Strategi Berdasarkan penelitian Nurlaela (2010) bahwa peracangan arsitektur strategi dimulai dengan memetakan rangkaian strategi yang telah dirumuskan melalui matriks SWOT, berupa program-program kegiatan yang disusun menurut rentang waktu yang telah ditentukan. Penentuan rentang waktu tersebut berdasarkan pengalaman perusahaan dan diskusi dengan pihak manajemen terkait realisasi program-program tersebut. Arsitektur strategi dipetakan menurut sumbu X (horizontal) dan sumbu Y (vertikal). Sumbu X merupakan rentang waktu yang dipersiapkan untuk melaksanakan program-program yang telah dirumuskan. Sumbu Y menunjukkan strategi-strategi utama yang dapat dilaksanakan untuk mencapai sasaran. Pelaksanaan tahapan arsitektur strategi dibagi menjadi dua bagian yaitu program kegiatan yang dilakukan secara terus menerus selama pelaksanaan strategi dan program kegiatan yang dilakukan secara bertahap. Strategi yang dilakukan secara bertahap terdiri dari : 1) Menerapkan fungsi penelitian dan pengembangan 2) Meningkatkan kualitas jasa wisata melalui riset pasar, 3) Mengelola Bukti (Managing Evidance) jasa, 4) Meningkatkan daya tarik wisata dengan konsep edutainment, 5) Mengoptimalkan kegiatan promosi melalui kerjasama dengan komunitas pecinta reptil. Adapun strategi yang dilakukan secara terus menerus adalah meningkatkan kualitas SDM dan memperbaiki sistem perencanaan serta pengorganisasian.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Manajemen Strategi Proses manajemen strategis adalah pendekatan yang objektif, logis, sistematis yang melibatkan fase perumusan dan implementasi rencana, strategi, dan keputusan yang diperlukan untuk meraih tujuan efektif dan efisien dari suatu organisasi (Hubeis dan Najib 2008). Proses manajemen strategis didasarkan pada keyakinan bahwa organisasi harus terus menerus memonitor peristiwa dan kecenderungan internal dan eksternal sehingga melakukan perubahan tepat waktu. David (2006) mengungkapkan bahwa proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap: perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Perumusan strategi terdiri dari proses mengembangkan misi, menemukan peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi tertentu untuk dimasuki. Model komprehensif proses manajemen strategis yang lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 2
13
Mengembang kan pernyataan visi dan misi
Melakukan Audit internal Menetap kan tujuan jangka panjang
Merumuskan, mengevaluasi, memilih strategi
Implementasi strategi, isu manajemen
Mengukur dan mengevaluasi kinerja
Melakukan Audit eksternal
Formulasi Strategi
Implementasi Strategi
Evaluasi Strategi
Gambar 2 Model Komprehensif Proses Manajemen Strategis Sumber : David (2006) Analisis Internal Lingkungan internal perusahaan menggambarkan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia, fisik, finansial perusahaan dan dapat memperkirakan kelemahan (weakness) dan kekuatan (strength) struktur organisasi maupun manajemen perusahaan. Faktor kekuatan didefinisikan sebagai sumberdaya keterampilan atau keunggulan relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar. Sedangkan kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997). Faktor internal perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi arah dan tindakan perusahaan yang berasal dari intern perusahaan. Menurut Jauch dan Glueck (1991), analisis lingkungan internal merupakan proses perencanaan strategi yang mengkaji faktor intern perusahaan untuk menentukan dimana perusahaan memiliki kekuatan dan kelemahan yang berarti, sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang dengan cara yang paling efektif dan dapat menghadapi ancaman yang terdapat dalam lingkungan perusahaan. Lingkungan internal dapat dikaji melalui beberapa pendekatan, yaitu: pendekatan fungsional, rantai nilai (value chains), kurva pengalaman (learning curve), alokasi biaya promosi agar laba optimal, teknik evaluasi kinerja perusahaan, analisis rentang kendali, teknik analisis kompetensi inti (core competence). Berdasarkan pendekatan fungsional,David (2006) membagi lingkungan internal menjadi enam bagian yaitu: a. Manajemen Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
14 David (2006) terdapat lima fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian. Perencanaan terdiri dari semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan menghadapi masa depan. Proses perencanaan harus melibatkan manajer dan karyawan di seluruh organisasi karena kegiatan pada proses ini meliputi meramalkan, menetapkan sasaran, menetapkan strategi, dan mengembangkan kebijakan. Perencanaan memungkinkan organisasi mengenali dan memanfaatkan peluang eksternal dan meminimalkan ancaman eksternal. Pengorganisasian meliputi semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur tugas dan hubungan wewenang. Tujuan dari pengorganisasian adalah mencapai usaha terkoordinasi dengan menetapkan tugas dan hubungan wewenang. Pemotivasian didefinisikan sebagai proses mempengaruhi orang untuk mencapai sasaran tertentu. Pemotivasian merupakan usaha yang diarahkan untuk membentuk tingkah laku manusia. Aktivitas pengelolaan staf berpusat pada manajemen personalia atau manajemen sumberdaya manusia. Pengendalian merujuk pada semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan bahwa operasi yang terjadi sesuai dengan perencanaan. Berdasarkan tahapan proses dalam manajemen strategis, fungsi manajemen terdiri dari perencanaan merupakan tahap formulasi strategi, fungsi pengorganisasian, pemotivasian, dan pengelolaan staf merupakan tahap implementasi strategi, dan fungsi pengendalian merupakan tahap evaluasi strategi. b. Pemasaran Pemasaran digambarkan sebagai proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi keinginan pelanggan akan produk atau jasa. Ada tujuh fungsi pemasaran yaitu: analisis pelanggan, menjual produk atau jasa, merencanakan produk atau jasa, menetapkan harga, distribusi, riset pemasaran, dan analisis peluang. Penjualan mencakup banyak aktivitas pemasaran seperti iklan, promosi penjualan, publisitas, penjualan pribadi, hubungan dengan pelanggan,dan hubungan dengan dealer. Efektivitas dari berbagai alat penjualan untuk produk konsumsi dan produk industri bervariasi. Penjualan pribadi adalah alat terpenting untuk produk industri dan iklan adalah alat terpenting untuk produk konsumsi. Perencanaan produk dan jasa mencakup aktivitas seperti uji pemasaran, positioning produk atau merek, merencanakan garansi, pengemasan, kualitas produk, menyediakan layanan konsumen, dan menghapuskan produk lama. Penetapan harga suatu produk dapat dipengaruhi oleh lima elemen yang terdiri dari konsumen, pemerintah, pemasok, distributor, dan pesaing. Sebuah organisasi dapat melakukan strategi integrasi ke depan untuk mendapatkan pengendalian atas harga yang dibebankan kepada konsumen. Sementara pemerintah juga dapat menentukan batasan untuk penetapan harga, diskriminasi harga, harga minimum, harga per unit, iklan harga, dan pengendalian harga. Distributor mencakup pergudangan, saluran distribusi, lokasi dan tingkat persediaan, serta alat transportasi. Kebanyakan produsen saat ini tidak menjual langsung produk mereka kepada konsumen. Hal ini disebabkan karena kurangnya sumber daya keuangan dan keahlian untuk memasarkan langsung.
15 c. Keuangan/Akunting Dana dibutuhkan dalam operasional perusahaan. Oleh karena itu, faktor- faktor yang harus diperhatikan dalam aspek keuangan/akuntansi adalah kemampuan perusahaan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang, beban yang harus ditanggung perusahaan sebagai upaya memperoleh modal tambahan, hubungan baik dengan penanam modal dan pemegang saham, pengelolaan keuangan, struktur modal kerja, harga jual produk, pemantauan penyebab inefisiensi, dan sistem akunting yang andal (Umar 2008). d. Produksi/Operasi Fungsi produksi/operasi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas yang mengubah masukan menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi dan operasi berkaitan dengan input, transformasi, dan output berbeda antar industri dan pasar. e. Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Organisasi berinvestasi dalam litbang karena adanya keyakinan bahwa investasi akan menghasilkan produk atau jasa yang unggul sehingga organisasi memiliki keunggulan kompetitif. Anggaran litbang diarahkan pada pengembangan produk baru sebelum pesaing melakukannya, memperbaiki mutu produk, memperbaiki proses manufaktur untuk mengurangi biaya. Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk harus mempunyai orientasi penelitian dan pengembangan yang kuat (David, 2006). f. Sistem Informasi Manajemen David (2006) menyatakan informasi menghubungkan semua fungsi bisnis menjadi satu dan menyediakan dasar untuk semua keputusan manajerial. Informasi menunjukkan sumber utama dari kekuatan atau kelemahan kompetitif manajemen.ancaman manjadi keuntungan perusahaan. Kekuatan dan pelaku dalam lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja dibedakan menjadi lingkungan makro dan lingkungan mikro (Kotler, 1997). Aspek internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan wilayah Musiduga meliputi peraturan perundangan yang merupakan landasan gerak wilayah Musiduga, sumberdaya manusia, potensi alam, tersedianya sarana prasarana, sumber dana dari pemerintahan kabupaten, serta masyarakat Musiduga. Pihak-pihak yang dapat melakukan kolaborasi pengelolaan antara lain lembaga pemerintah pusat, lembaga pemerintah daerah, masyarakat, BUMN, BUMD, LSM, dan perguruan tinggi. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain pembinaan daya dukung kawasan, pemanfaatan kawasan (untuk pariwisata dan pendidikan), penelitian dan pengembangan, perlindungan dan pengamanan potensi, pengembangan sumberdaya manusia untuk kelestarian kawasan, dan pembinaan partisipasi masyarakat. Sumberdaya manusia merupakan faktor internal yang menjadi kekuatan wilayah Musiduga, dengan adanya sumberdaya manusia maka pelaksanaan dan rencana pengembangan wilayah Musiduga dapat dilaksanakan. Kapasitas sumberdaya manusia dapat menjadi kelemahan jika dalam pelaksanaan di lapang tidak dilakukan secara serius dan kurangnya koordinasi dengan masyarakat setempat. Potensi alam merupakan kekuatan yang akan digunakan sebagai basis data dalam penyusunan strategi pengembangan ekowisata wilayah Musiduga. Potensi alam juga berpengaruh bagi keberlanjutan dan keberhasilan konservasi dan ekowisata, karena potensi alam yang rusak akan berakibat rendahnya daya tarik ekowisata. Untuk itu potensi alam yang ada harus dipertahankan keunikan, kekhasan, dan kelestariannya. Sarana prasarana yang
16 terdapat di wilayah Musiduga merupakan faktor internal karena faktor penting yang menjadi penunjang kegiatan wisata. Analisis Eksternal Menurut David (2006) tujuan audit eksternal adalah untuk mengembangkan daftar yang terbatas tentang peluang yang dapat memberi manfaat dan ancaman yang harus dihindari. Kekuatan eksternal dapat dibagi menjadi lima kategori besar yaitu: (1) kekuatan ekonomi; (2) kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan; (3) kekuatan politik, pemerintah, dan hukum; (4) kekuatan teknologi; dan (5) kekuatan kompetitif. 1. Kekuatan Faktor Ekonomi Lingkungan ekonomi terdiri atas faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli dan pola pengeluarannya. Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula iklim berbisnis. Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat hendaknya mempertahankan bahkan meningkatkan kondisi ekonomi menuju lebih baik. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalisis ekonomi suatu daerah atau negara adalah siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga produk dan jasa, produktivitas, dan tenaga kerja. 2. Kekuatan Faktor Teknologi Menciptakan peluang bagi perusahaan untuk produksi secara efisien dan dapat menciptakan pasar baru. Perkembangan teknologi juga memberi dampak terhadap pola konsumsi pasar yang berimplikasi terhadap sistem pemasaran perusahaan. Di sisi lain, kemajuan teknologi dapat menjadi ancaman yang membuat teknologi lama menjadi usang. Oleh karena itu, para pemasar harus menghadapi lingkungan teknologi berubah dan bagaimana teknologi tersebut dapat memenuhi kebutuhan manusia sehingga perusahaan dapat menambahkan penyesuaian-penyesuain yang perlu bagi produk maupun teknologi produksinya. 3. Kekuatan Faktor Politik dan Hukum Perusahaan dan industri baru yang bergantung pada kontrak pemerintah atau subsidi, ramalan pilitik dapat menjadi bagian yang paling penting dalam analisis lingkungan eksternal. Faktor ini dapat mempengaruhi keputusan penyusunan strategi perusahaan. Perubahan dalam undang-undang paten, tarif pajak, dan aktivitas lobi dapat mempengaruhi perusahaan secara signifikan. Situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif bagi dunia usaha, dan sebaliknya. Lingkungan ini dibentuk oleh hukum, badan pemerintah dan kelompok penekan yang mempengaruhi dan membatasi beragam organisasi dan individu. 4. Kekuatan Faktor Sosial Budaya dan Alam Faktor sosial budaya dapat mempengaruhi apa, kapan, dan bagaimana konsumen berperilaku. Aspek kondisi sosial seperti sikap, gaya hidup, adatistiadat, dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan, sebagai yang dikembangkan misalnya dari kondisi kultural, ekologis, demografis, religius, pendidikan dan etnis. Kondisi lingkungan sosial budaya memiliki pengaruh besar terhadap hampir semua produk, jasa, pasar, dan pelanggan. Faktor ini selalu berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan kebutuhan masyarakat. Pemasar perlu memperhatikan sistem sosial budaya
17 dimana perusahaan akan memasarkan produknya dan senantiasa memonitor perkembangan yang terjadi seperti pergeseran nilai budaya yang akan mempengaruhi berubahnya pola konsumsi pasar sasaran. Faktor alam berkaitan erat dengan kegiatan produksi perusahaan. Pemasaran harus mewaspadai ancaman dan peluang yang berhubungan dengan keempat kecenderungan dalam lingkungan alam, yaitu kekuarangan bahan baku, peningkatan biaya energi, peningkatan tingkat polusi dan perubahan peran pemerintah. 5. Kekuatan Kompetitif (Analisis Lingkungan Industri) Model lima kekuatan Porter tentang analisis kompetitif adalah pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam banyak industri. Keadaan persaingan dalam suatu industri tergantung pada lima kekuatan pokok yaitu ancaman masuknya pendatang baru, kekuatan tawar menawar pembeli, ancaman produk atau jasa penganti, kekuatan tawar menawar pemasok, dan persaingan diantara perusahaan yang ada (Porter 1991). Model kekuatan Porter dapat dilihat pada Gambar 3. Ancaman produk substitusi
Kekuatan tawar menawar pemasok
Persaingan antar perusahaan sejenis
Kekuatan tawar menawar pembeli
Kemungkinan masuknya pesaing baru
Gambar 3 Model Kekuatan Porter Sumber: David (2006) a. Persaingan Antar Perusahaan Sejenis Persaingan diantara perusahaan yang bersaing biasanya paling berpengaruh diantara lima kekuatan. Strategi yang dijalankan oleh salah satu perusahaan dapat berhasil hanya sejauh bahwa strategi itu menyediakan keunggulan bersaing atas strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Perubahan dalam strategi oleh sebuah perusahaan dapat diimbangi dengan pembalasan gerakan pengimbang seperti menurunkan harga, meningkatkan mutu, menambahkan sifat,menyediakan pelayanan, memperpanjang garansi, dan meningkatkan iklan. Keberadaan perusahaan baru dengan mudah masuk ke industri tertentu, intensitas persaingan diantara perusahaan meningkat. Akan tetapi, hambatan untuk masuk dapat termasuk keperluan untuk memperoleh skala ekonomi yang cepat, keperluan untuk memperoleh teknologi dan pengetahuan khusus, kurangnya pengalaman, loyalitas pelanggan yang kuat, pilihan merek yang kuat, persyaratan modal yang besar, kurangnya saluran distribusi yang memadai, kebijakan peraturan pemerintah, tarif, kurangnya akses ke bahan baku, kepemilikan paten, lokasi yang tidak menguntungkan, serangan balik oleh perusahaan yang bertahan, dan kejenuhan potensial pasar. Ancaman masuknya pendatang baru tergantung pada rintangan masuk yang ada, digabung dari reaksi para pesaing yang sudah ada yang dapat diperkirakan oleh pendatang baru.
18 b. Ancaman Produk Substitusi Dalam berbagai industri, perusahaan bersaing ketat dengan produsen produk pengganti dalam industri lain. Adanya produk pengganti menempatkan batas atas dari harga yang dapat ditetapkan sebelum konsumen akan pindah ke produk pengganti. Kekuatan persaingan dari produk pengganti paling baik diukur dengan pangsa pasar yang direbut oleh produk tersebut, disamping rencana perusahaan itu yang meningkatkan kapasitas dan penetrasi pasar. c. Kekuatan Tawar-Menawar dari Pemasok Kekuatan menawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri, terutama jika jumlah pemasok banyak, hanya sedikit bahan baku pengganti yang baik, atau biaya mengganti bahan baku sangat tinggi. Perusahaan dapat menjalankan strategi integrasi ke belakang untuk memperoleh kendali atau kepemilikan pemasok. Strategi ini akan efektif jika pemasok tidak dapat diandalkan, biaya terlalu tinggi, atau tidak mampu memenuhi keperluan perusahaan secara konsisten. d. Kekuatan Tawar-Menawar dari Konsumen Konsumen yang terkonsentrasi atau jumlah besar atau membeli dalam jumlah banyak, kekuatan menawarnya merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri. Kekuatan menawar konsumen juga lebih besar jika produk yang dibeli standar dan tidak berbeda. Dengan demikian konsumen akan dapat melakukan negosiasi harga jual, jaminan, dan asesori kemasan sampai tingkat tertentu. Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini merupakan identifikasi yang sistematis yang mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi atau perusahaan dengan peluang dan ancaman lingkungan yang dihadapi oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga hasil dari analisis SWOT ini merupakan kombinasi terbaik diantara keempatnya. Hasil dari analisis SWOT merupakan alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan dengan memaksimalkan kekuatan untuk menutupi kelemahan yang ada dan mendapatkan peluang serta menghindari ancaman. Rangkuti (1997) menggambarkan analisis SWOT berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). 1. Identifikasi Kekuatan (Strengths) Kekuatan merupakan suatu kelebihan khusus yang memberikan keunggulan kompetitif di dalam suatu industri yang berasal dari perusahaan. Kekuatan perusahaan akan mendukung perkembangan usaha dengan cara memperlihatkan sumber dana, citra, kepemimpinan pasar, hubungan dengan konsumen ataupun pemasok, serta faktor-faktor lainnya. 2. Identifikasi Kelemahan (Weaknesses) Kelemahan adalah keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumberdaya, keahlian, dan kemampuan yang secara nyata menghambat aktivitas keragaman perusahaan. Fasilitas, sumberdaya keuangan, kemampuan manajerial, keahlian pemasaran dan pandangan orang terhadap merek dapat menjadi sumber
19 kelemahan. 3. Identifikasi Peluang (Opportunities) Peluang adalah situasi yang diinginkan atau disukai dalam perusahaan yang diidentifikasi. Segmen pasar, perubahan dalam persaingan atau lingkungan, perubahan teknologi, peraturan dalam persaingan atau lingkungan, peraturan baru atau yang ditinjau kembali dapat menjadi sumber peluang bagi perusahaan. 4. Identifikasi Ancaman (Threats) Ancaman adalah situasi yang paling tidak disukai dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan penghalang bagi posisi yang diharapkan oleh perusahaan. Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, meningkatnya posisi penawaran pembeli dan pemasok, perubahan teknologi, peraturan baru atau yang ditinjau kembali dapat menjadi sumber ancaman bagi perusahaan. Arsitektur Strategi Arsitektur strategi pertama kali dikenalkan oleh Garl Hamel dan C.K Prahalad di awal tahun 1990-an. Arsitektur strategi diciptakan untuk lebih adaptif dan fleksibel dalam menangani perubahan, sehingga dengan aplikasinya arsitektur strategi ini, organisasi akan dengan leluasanya mengembangkan skenario yang diperkirakan akan memuluskan jalan menuju tercapainya visi dan misi organisasi tersebut. Strategi dengan skenarionya yang dirumuskan kemudian dipetakan ke dalam sebuah cetak biru atau yang lazim disebut sebagai blue print strategy. Blue print strategy ini sepenuhnya disusun guna mendukung tercapainya tujuan (visi) organisasi dalam waktu yang telah ditentukan (Yoshida 2006). Pendekatan dengan arsitektur strategi disusun dengan memperlihatkan beberapa unsur seperti: visi dan misi organisasi, analisis lingkungan internal dan eksternal organisasi, industri foresight atau melakukan pengintipan terhadap masa depan yang akan dihadapi, mengetahui dan memahami tantangan organisasi, dan sasaran yang ingin dicapai. Pada tahap akhir unsur-unsur di atas dipadukan untuk mendapatkan sebuah peta umum strategi yang akan diimplementasikan untuk jangka waktu yang telah dirumuskan. Perancangan arsitektur strategi dapat dilihat pada Gambar 4.
20 Analisis Internal
Analisis Eksternal
Menetapkan visi dan misi yang ingin dicapai
Tantangan Organisasi
Arsitektur Strategi
Sasaran
Program
Strategi dan Kebijakan
Gambar 4 Pendekatan Arsitektur Strategi Sumber : Yoshida (2004) 1. Industry Foresight (redifinisi masa depan industri) Memberikan gambaran tentang hal-hal yang potensial dalam oganisasi untuk dikembangkan di masa depan dan memungkinkan organisasi untuk mengambil posisi sebagai pemimpin. Dengan menyusun suatu masa depan industri, maka organisasi akan dapat mengontrol evolusi industrinya dan membentuk masa depannya sendiri (Yoshida 2006). 2. Tantangan Organisasi Tantangan organisasi adalah sarana atau cara operasional yang harus dimiliki dan harus diaplikasikan organisasi untuk meperoleh keunggulan-keunggulan bersaing secara baru dan bertahap (Hamel 1995, diacu dalam Yoshida 2006). Tantangan rencana organisasi merupakan rencana awal yang perlu disiapkan organisasi meliputi potensi bisnis dan perkiraan investasi baru yang diperlukan untuk meralisasikan bisnis baru. 3. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai merupakan tujuan organisasi yang telah dikuantifisir dengan baik. Sasaran diidentifikasi dengan memperjelas visi, misi, dan tujuan organisasi. Biasanya sasaran perusahaan merupakan visi, misi, dan tujuan perusahaan (Yoshida 2006).
Kerangka Pemikiran Operasional Kerangka pemikiran penelitian yang mendasari kegiatan penelitian dimulai dengan pengamatan mengenai fenomena semakin banyaknya peminat wisata berkelanjutan (ekowisata). Kawasan wisata Musiduga memiliki potensi yang dapat terus dikembangkan. Pengembangan ekowisata Musiduga di Kabupaten Sijunjung dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi Kabupaten Sijunjung. Kawasan Musiduga berada dibawah pembinaan Pemkab Sijunjung. Keberadaan Kawasan wisata Musiduga diharapkan dapat meningkatkan
21 pendapatan daerah Kabupaten Sijunjung, pendapatan masyarakat sekitar, menciptakan lapangan kerja, dan kesempatan usaha yang mendorong perekonomian melalui pemanfaatan dan pengembangan produk ekowisata. Kawasan ekowisata Musiduga karena memiliki beberapa permasalahan berupa kunjungan wisatawan ke objek wisata ini masih kurang, belum diketahui masyarakat umum, sistem manajemen yang kurang efektif seperti tidak adanya sarana prasarana yang memadai, belum adanya kebijakan retribusi, namun di sisi lain kawasan wisata Musiduga memiliki keunggulan berupa potensi ekowisata alam yang masih alami dan potensi ekowisata budaya. Berdasarkan berbagai permasalahan yang terjadi di Kawasan Ekowisata Musiduga maka perlu merumuskan strategi pengembangan untuk menjalankan kawasan Musiduga sebagai destinasi wisata yang dapat meningkatkan PAD kabupaten Sijunjung. Sebelum merumuskan strategi, hal yang perlu diperhatikan adalah mengidentifikasi visi, misi, dan tujuan kawasan ekowisata Musiduga. Selain itu, visi dan misi juga akan menjadi penuntun dalam penyusunan strategi yang tepat dan agar strategi yang telah ditetapkan tersebut mengarah pada pencapaian tujuan akhir yang memberikan kepekaan akan arah, memfokuskan usaha-usaha perusahaan, memandu rencana dan keputusan perusahaan serta membantu untuk menilai kemajuan yang ingin dicapai. Pengembangan kawasan ekowisata sangat berkaitan erat dengan kemampuan pengelola dalam merespon pengaruh baik dari faktor-faktor eksternal maupun faktor-faktor internal perusahaan. Sebuah perusahaan dapat dinyatakan berhasil ketika perusahaan tersebut mampu mengambil keuntungan dari peluang aksternal dan menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal, serta mampu menjalankan strategi yang mendayagunakan kekuatan internal dan menghilangkan kekurangan internal. Oleh karena itu sebelum memilih dan menentukan strategi yang tepat untuk dijalankan, perusahaan harus menjalankan analisis eksternal dan internal perusahaan. Untuk mengidentifikasi faktor eksternal perusahaan, dapat dilakukan dengan menganalisis pengaruh kekuatan ekonomi, kekuatan sosial budaya, kekuatan politik, pemerintah dan hukum, kekuatan teknologi, serta kekuatan faktor alam. Sementara untuk menganalisis lingkungan internal perusahaan dapat menggunakan pendekatan fungsional, yang terdiri dari fungsi manajemen, pemasaran, keuangan/akunting, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen. Perumusan strategi, perusahaan harus mampu menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal tersebut sehingga menjadi alternatif-alternatif strategi yang tepat bagi perusahaan. Perolehan alternatif strategi tersebut dapat dilakukan dengan mencocokkan peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal dengan menggunakan matriks SWOT. Untuk memudahkan perusahaan mengimplementasikan strategi, alternatif-alternatif strategi tersebut dapat disusun berdasarkan konsep Arsitektur Strategi dimana perusahaan akan mendapatkan sebuah peta umum alternatif strategi untuk jangka waktu yang telah dirumuskan. Hasil yang diperoleh dari analisis tersebut adalah rancangan strategi pengembangan usaha guna pengembangan kawasan ekowisata Musiduga. Kerangka pemikiran operasional secara struktural dapat dilihat pada Gambar 5.
22
Kawasan Ekowisata Musiduga
Identifikasi Visi,Misi, dan Tujuan Kawasan Ekowisata Musiduga
Potensi Sumberdaya ekowisata yang belum dikelola secara serius Diharapakan dapat meningkatkan PAD kabupaten Sijunjung
Kendala Belum dikelola secara serius oleh pemerintahan Kabupaten Sijunjung Tidak adanya sarana dan prasarana yang memadai Belum dikenalnya oleh masyarkat umum
Perlunya Strategi pengembangan bagi Kawasan Ekowisata Musiduga
Analisis Internal Manajemen Pemasaran Keuangan Produksi dan Operasi Penelitian dan Pengembangan System Informasi Manajemen
Analisis eksternal Kekuatan ekonomi, Kekuatan alam, Kekuatan teknologi, Kekuatan politik atau hukum, dan sosial atau budaya, dan kekuatan kompetitif
Matriks SWOT
Alternatif Strategi
Strategi pengembangan Usaha Rancangan Arsitektur Strategi
Gambar 5 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
23
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Musiduga yang terletak di Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan pariwisata merupakan kegiatan ekonomi yang potensial untuk dikembangkan di wilayah Musiduga mengingat adanya potensi ekowisata yang potensial untuk dikembangkan. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Januari 2016. . Metode Penentuan Sampel Penelitian ini menentukan responden dengan menggunakan metode purposive sampling dan convenience sampling. Purposive sampling adalah metode pemilihan responden yang dilakukan secara sengaja namun dengan pertimbangan bahwa responden yang dipilih mampu memberikan jawaban yang tepat atas pertimbangan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Purposive sampling digunakan untuk memilih pihak-pihak yang bertanggung jawab atau yang memiliki informasi secara lengkap mengenai kawasan ekowisata Musiduga. Responden dipilih secara sengaja dan memiliki kontribusi besar dalam perumusan dan pengoperasian kawasan ekowisata Musiduga. Untuk memberikan masukan lainnya, pemilihan responden eksternal juga dilakukan dengan metode Convenience Sampling (berdasarkan kemudahan) yang ditujukan kepada pengunjung untuk mendukung analisis lingkungan internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Adanya keterlibatan pihak eksternal dalam penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif dan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Responden tersebut adalah: 1 Kepala Bappeda Kabupaten Sijunjung dengan pertimbangan pihak yang mempunyai hak dalam menyusun dan merencanakan pembangunan Kabupaten Sijunjung secara umum dan arahan kebijakan yang berkaitan dengan kawasan ekowisata Musiduga 2 Wali nagari Muaro, wali nagari Silokek, dan wali nagari Durian Gadang dengan alasan merupakan orang yang mengetahui kondisi internal kawasan ekowisata Musiduga. 3 Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kabupaten Sijunjung dengan pertimbangan sebagai orang yang mengetahui keadaan ekonomi di Kabupaten Sijunjung. 4 Dinas Kebudayaan, Pariwisata Pemuda dan Olah Raga, dengan alasan seseorang yang lebih mengetahui dalam perkembangan pariwisata, serta penyusun dan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan sektor pariwisata 5 LSM pemerhati potensi wisata Musiduga (KPA Batu Gando) 6 Wakil Bupati terpilih periode 2016-2021 dengan pertimbangan seseorang yang memiliki peran serta dalam menentukan suatu kebijakan dan keputusan 7 Pengunjung yang telah pernah mengunjungi Musiduga minimal satu kali.
24 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir 2014). Menurut Kuncoro (2003) penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Tipe yang paling umum dari penelitian deskriptif ini meliputi penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan, ataupun prosedur. Setidaknya terdapat dua manfaat penggunaan penelitian deskriptif (1) untuk studi di bidang bisnis terutama digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis, dan (2) untuk mengenali distribusi dan perilaku data yang dimiliki. Dalam strategi pengembangan, setelah menganalisis data, peneliti akan memprediksi hasil dari beberapa langkah bisnis yang dilakukan. Metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus (case study). Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail mengenai latar belakang, sifat serta karakter yang khas dari kasus ataupun status individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas tersebut akan dijadikan suatu hal yang umum. Tujuan dari penelitian studi kasus mengenai strategi pengembangan kawasan Musiduga adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail mengenai faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi eksistensi suatu ekowisata, yang kemudian akan digunakan sebagai landasan perumusan strategi pengembangan bagi ekowisata tersebut. Data dan Instrumentasi Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer digunakan untuk mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal perusahaan yang menjadi dasar perumusan strategi perusahaan. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapang dan wawancara serta pengisan kuesioner dengan responden terpilih. Data sekunder diperoleh dari studi literatur beberapa skripsi, internet, buku-buku yang berkaitan dengan materi penelitian dari informasi instansi terkait seperti Dinas Pariwisata Kabupaten Sijunjung, wali nagari terkait, dan Badan Pusat Statistik (BPS). Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan berupa daftar pertanyaan/panduan wawancara yang telah disusun secara tertulis sesuai dengan masalah, recorder, alat pencatat, dan alat penyimpan data elektronik. Hampir seluruh data sekunder diperoleh dengan menggunakan instrument alat pencatat. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan kalkulator dan software Microsoft excel. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan, yaitu: 1. Observasi: melakukan pengamatan langsung terhadap aktifitas Kawasan Musiduga 2. Musiduga terutama yang terkait dengan kegiatan pengembangan kawasan. 3. Wawancara: melakukan wawancara dengan kepala dinas porsenibudpora Kabupaten Sijunjung, wali nagari terkait, kepala bappeda, kabid ekonomi
25 bappeda Kabupaten Sijunjung, dan masyarakat pemerhati potensi Kawasan wisata Musiduga (KPA Batu Gando). 4. Kepustakaan: membaca buku-buku yang terkait,mempelajari hasil penelitian 5. terdahulu, data-data dari lembaga terkait dan perusahaan yang tersedia, serta 6. literatur-literatur relevan yang menunjang. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konsep manajemen strategis. Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif, analisis lingkungan bisnis, analisis formulasi strategi, dan rancangan strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan adalah matriks SWOT dan Arsitektur Strategi. Tahapan awal adalah analisis deskriptif melalui observasi/pengamatan di kawasan ekowisata Musiduga, wawancara dengan pihak internal yaitu wali nagari, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sijunjung, kepala Bappeda, kabid ekonomi bappeda Kabupaten Sijunjung, wakil bupati, pengunjung, dan KPA Batu Gando. Selain itu juga dilakukan studi literatur melalui buku, data terkait, penelitian terdahulu, dan penyebaran kuesioner kepada pihak internal dan eksternal kawasan wisata Musiduga serta kepada pengunjung. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan. Data yang diperoleh dari penelitian diolah dengan menggunakan alat pengolah data yaitu Microsoft Excel, berdasarkan kerangka pemikiran operasional yang digunakan. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai objek penelitian secara mendalam, meliputi sejarah dan perkembangan perusahaan, visi, misi, dan tujuan, struktur organisasi, karakteristik produk yang dihasilkan, fasilitas usaha, sumber daya organisasi baik sumber daya fisik, sumber daya manusia, maupun sumber daya keuangan, produksi dan operasi serta pemasaran. Informasi disajikan dalam bentuk tabulasi angka, gambar, matriks, sesuai dengan hasil yang diperoleh. Analisis Lingkungan Perusahaan Langkah awal yang dilakukan dalam melakukan analisis lingkungan perusahaan adalah dengan mengidentifikasi faktor internal yaitu dengan mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan perusahaan. Data internal perusahaan berasal dari hasil pengamatan secara langsung dan wawancara dengan pihak manajemen organisasi. Langkah selanjutnya, yaitu dilakukan identifikasi faktor eksternal organisasi dengan melakukan pendaftaran semua peluang dan ancaman organisasi. Data eksternal organisasi berasal dari hasil wawancara dengan berbagai pihak manajemen perusahaan serta data penunjang lainnya. Analisis Formulasi Strategi Formulasi strategi dilakukan dengan mempertimbangkan hasil analisis dari peluang atau ancaman dari faktor-faktor eksternal serta kekuatan atau kelemahan dari faktor-faktor internal yang berpengaruh terhadap perusahaan. Proses penentuan strategi ini dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT. Matriks
26 SWOT digunakan untuk menyusun alternatif-alternatif strategi perusahaan (Gambar 6). Matriks ini akan menggambarkan peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi W-T, dan strategi S-T. Matriks SWOT Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) merupakan alat untuk mencocokkan untuk membantu mengembangkan empat tipe strategi: SO (kekuatan-peluang, strength-oppportunities), WO (kelemahan-peluang, weaknesses-opportunities), ST (kekuatan-ancaman,strengths-threats), dan WT (kelemahan-ancaman,weaknesses-threats).Mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci adalah bagian yang paling sulit dalam mengembangkan matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik (David 2009). Matriks SWOT terdiri atas sembilan sel. Ada empat sel faktor kunci, empat sel strategi dan satu sel yang selalu dibiarkan kosong (sel di kiri atas). Empat sel strategi (SO, WO, ST dan WT) dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel faktor kunci (S, W, O, dan T). Terdapat delapan langkah yang terlibat dalam membuat matriks SWOT: 1. Membuat daftar peluang eksternal organisasi atau perusahaan. 2. Membuat daftar ancaman eksternal organisasi atau perusahaan. 3. Membuat daftar kekuatan internal organisasi atau perusahaan. 4. Membuat daftar kelemahan internal organisasi atau perusahaan. 5. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi S-O. 6. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi W-O. 7. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi S-T. 8. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi W-T. Rancangan Arsitektur strategi Arsitektur Strategi adalah suatu gambar rancangan arsitektur strategi yang bermanfaat bagi perusahaan untuk merumuskan strateginya ke dalam kanvas rencana perusahaan untuk meraih visi dan misinya. Penyusunan suatu arsitektur strategi yang lengkap perlu diperhatikan komponen penting yang menjadi syarat untuk menyusun arsitektur strategi berupa visi, misi perusahaan, sasaran atau tujuan organisasi, dan tantangan yang akan dihadapi oleh perusahaan. Sedangkan komponen pendamping merupakan turunan lanjutan dari komponen inti yaitu berupa kompetisi inti organisasi dan strategic intent (Yoshida, 2004). Strategi yang akan disusun dengan pendekatan arsitektur strategi disajikan dalam bentuk gambar sehingga mudah untuk dipahami. Teknik penggambaran suatu arsitektur strategi tidak memiliki aturan baku dalam menggambarkan susunan strategi. Gambar arsitektur strategi yang akan dibuat merupakan proses berpikir kreatif yang menggabungkan seni dengan hasil strategi yang diperoleh dari tahap pengambilan keputusan. Rancangan arsitektur strategi pengembangan Kawasan
27 ekowisata Musiduga dapat dilihat pada Gambar 6.
Visi kawasan ekowisata Musiduga yang harus dicapai Strategi dan program sasaran
Strategi dan program
Strategi dan program sasaran
Strategi dan program sasaran
Periode Waktu Gambar 6 Rencana Arsitektur Strategi Kawasan Ekowisata Musiduga
GAMBARAN UMUM KAWASAN Kawasan Musiduga merupakan gabungan tiga nagari yang terletak di kenagarian Muaro, kenagarian Silokek, dan Kenagarian Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan sejarahnya disepanjang Nagari Muaro, Silokek, dan Durian Gadang merupakan lintas sejarah masa penjajahan Jepang. Musiduga adalah daerah yang dikelilingi oleh perbukitan dengan kondisi hutan yang masih alami dengan topografi berupa tebing-tebing cadas yang dibawahnya dialiri sungai kuantan yang memiliki jeram sangat deras. Selain memiliki topografi yang indah Musiduga juga kaya akan jenis flora dan fauna yang berpotensi dijadikan sebagai daya tarik wisata. Batas fisik kawasan Musiduga sebelah barat Kecamatan Sumpur Kudus, sebelah utara dan timur Provinsi Riau, sebelah selatan Nagari Air Hangat. Potensi Ekowisata Alam a. Sumber Mata Air di Musiduga Musiduga selain dialiri Sungai Kuantan juga memiliki banyak sumber mata air dengan beberapa pincuran dan anak sungai seperti; Lubuak Atan (Gambar…), Pincuran Ondah, Pincuran Pulai, Pincuran Poring, Sungai Sangkiamo, Batang Taye. Lubuak atan, Pincuran Ondah, Pincuran Pulai, dan Pincuran Poring. Berdasarkan sejarahnya pada zaman dahulu Lubuak Atan merupakan tempat pemandian Datuak Palowan Besar dan keluarganya. Batang Taye merupakan sumber mata air utama Nagari Silokek sehingga Batang Taye dikembangkan melalui program pemerintah yaitu program WSLIC.
28 b. Pasir Putih Pasir putih yang terletak di Nagari Silokek bukan berada di pinggir pantai melainkan suatu dataran di pinggir Sungai Kuantan yang memiliki pasir berwarna putih dan bertekstur halus. Lokasi pasir putih yang berada di Jorong Sangkiamo ini pada awalnya bernama pintu ngalau, namun karena kondisi pinggir sungai tersebut memiliki pasir berwarna putih dan berstektur halus sehingga dinamakan Pasir Putih. Lokasi Pasir Putih dikelilingi oleh perbukitan yang memiliki hutan yang masih alami sehingga udara di sekitar pasir putih ini terasa sejuk. Pada sore hari lokasi Pasir Putih ini seringkali dijadikan sebagai lapangan voli bagi masyarakat setempat. Selain itu juga banyak pengunjung yang datang ke Pasir Putih hanya untuk sekedar bersantai, bahkan sebagian pengunjung mandi-mandi di Sungai Kuantan sekitar Pasir Putih. Namun lokasi Pasir Putih hanya dapat dinikmati dan digunakan secara musiman, karena apabila musim hujan debit air Sungai Kuantan akan naik sehingga Pasir putih tertutup dan menjadi permukaan sungai. c. Ngalau Basurek Potensi ngalau (Goa) yang terdapat di Musiduga tepatnya di Nagari Silokek yang terletak dipinggir jalan sehingga aksesibilitasnya sangat mudah dijangkau. Pada awalnya Ngalau tersebut bernama muko-muko namun terjadi perubahan nama menjadi Ngalau Basurek karena ditemukannya suatu tulisan Bahasa Belanda pada dinding ngalau. Berdasarkan sejarahnya tulisan tersebut ditulis oleh warga asing berkebangsaan Belanda yang dipercaya menemukan dan pertama kali masuk kedalam Ngalau Basurek. Ngalau ini bertipe horizontal sehingga mudah untuk dikunjungi karena untuk memasuki ngalau tersebut tidak membutuhkan peralatan khusus. Ngalau Basurek tergolong goa hidup karena terdapatnya aliran sungai yang komponen dasarnya berupa pasir halus. Daya tarik dari Ngalau Basurek ini terdapatnya stalagtit dan stalagmit berwarna coklat mengkilat dan beberapa kolam yang didalamnya terdapat jenis Ikan Bauang. d. Ngalau Cigak Potensi ini tidak terbentuk secara alami seperti ngalau lain yang memiliki keindahan pemandangan stalagtit dan stalagmit namun Ngalau Cigak hanya suatu cekungan tebing yang terbentuk akibat ledakan dinamit yang diledakan pada masa penjajahan Jepang Ngalau dan difungsikan sebagai tempat pembuangan mayat romusha. Selain itu peledakan dinamit berfungsi untuk melancarkan aliran Batang Kuantan agar Muaro yang menjadi ibukota Kabupaten Sijunjung saat ini tidak terendam jika intensitas hujan meningkat. Pada zaman dahulunya terdapat dua bukit yang saling berdekatan sehingga Monyet Ekor Panjang (Macaca fascularis) atau yang dikenal dengan Cigak dengah mudah untuk berpindah dari satu bukit ke bukit lainnya sehingga peristiwa tersebut dinamakan dengan Ngalau Cigak. e. Ngalau Seribu Potensi ini terletak di daerah Pintu Ngalau Jorong Sangkiamo Nagari Silokek tepatnya di perbukitan seberang Pasir Putih. Berdasarkan sejarahnya masyarakat menamakan Ngalau Seribu karena kapasitas didalam ngalau dapat menampung 1000 orang dan menjadi lokasi tempat persembunyian romusha dari ancaman tentara Jepang. Selain itu terdapat kepercayaan masyarakat bahwa setiap jenis burung apapun yang masuk kedalam ngalau akan mati. Keunikan dari lokasi Ngalau Seribu terdapat tanaman cabe rawit yang saat ini pohonnya seukuran
29 pohon jengkol. Ngalau Seribu tidak dapat dijangkau oleh masyarakat umum karena belum dirintisnya akses menuju ngalau tersebut. f. Ngalau Talago Ngalau ini terletak di puncak perbukitan Nagari Silokek yang membutuhkan waktu tempuh sekitar dua jam dengan jarak tiga kilometer yang melewati beberapa anak sungai dan kebun masyarakat setempat. Ngalau ini dinamakan Ngalau Talago karena didalamnya terdapat telaga yang tidak pernah kering disaat musim hujan maupun musim kemarau. Setibanya di pintu masuk Ngalau Talago wisatawan akan disuguhi pemandangan seperti tirai dua warna hijau dan coklak. Ngalau ini dikenal sebagai salah satu ngalau yag mempesona dengan stalaktit dan stalagmit menyerupai wujud tertentu dan berkilauan seperti intan. Hal itu terlihat terdapatnya stalagmit seperti lambang Negara Singapura dan stalagmite menyerupai buaya yang dipercaya masyarakat sekitar sebagai buaya yang telah menjelma menjadi batu. Menurut masyarakat setempat kebersihan lokasi ngalau ini selalu dijaga oleh penungggunya meskipun terdapat wisatawan yang meninggalkan sampah disekitar lokasi ngalau. Selain itu daya tarik dari ngalau ini berdasarkan kepercayaan masyarakat lokal air yang menetes dari stalagtit apabila diminum dapat menyembuhkan segala jenis penyakit. g. Ngalau Sipungguak Ngalau ini yang terletak di Jorong Silukah Nagari Durian Gadang dengan akses yang mudah dijangkau karena jarak tempuh ngalau hanya sekitar 700 meter dari jalan Musiduga. Ngalau Sipungguak tergolong goa hidup karena didalamnya terdapatnya aliran sungai. Ngalau Sipungguak memiliki fauna khas sejenis serangga yang dikenal oleh masyarakat lokal sebagai Sipungguak sehingga dinamakan dengan Ngalau Sipungguak. Pada saat hujan banyak masyarakat sekitar yang datang ke ngalau ini mencari Sipungguak untuk dikonsumsi dengan cara digoreng. h. Ngalau Sungai Landai Ngalau ini berada di Nagari Durian Gadang tepatnya di Silukah. Goa ini berbeda dengan ngalau lainnya yang berada di Musiduga karena mulai dari pintu masuk hingga bagian dalam ngalau dialiri sungai yang landai sehingga masyarakat menamakannya dengan Ngalau Sungai Landai. Aliran sungai di dalam ngalau ini jernih dan bersih sehingga komponen dasarnya yang bebatuan kerikil akan terlihat ketika wisatawan menyusuri ngalau. Ngalau Sungai Landai ini cocok bagi wisatawan yang berjiwa petualang karena untuk masuk ke dalam ngalau ini harus menyusuri sungai dengan ketinggian maksimal sungai sekitar 150 cm. Sungai yang terdapat di Ngalau Sungai Landai memiliki banyak species ikan yang hidup didalamnya seperti Ikan Bauang (Macro nemurus). Pada saat musim hujan wisatawan dilarang berkunjung terutama bagi wisatawan yang tidak bisa berenang karena debit air sungai dalam ngalau akan naik. i. Air Terjun Batang Taye Potensi ini terletak di Nagari Silokek tepatnya di Jorong Tanjung Medan yang belum dikenal oleh masyarakat luas. Batang Taye adalah salah satu sungai di Nagari Silokek yang memiliki banyak potensi salah satunya sebagai sumber air bersih bagi masyarakat setempat yang dikelola melalui Program WSLIC yang dimulai pada tahun 2007. Aksesibilitas menuju Air Terjun Batang Taye belum dirintis sehingga pada saat ini masih melewati hutan rimba dan menyusuri sungai. Perjalanan menuju air terjun ini akan disuguhi suasana hutan alami yang sesekali
30 dihibur suara fauna penghuni hutan dan melewati beberapa kolam alami disetiap tingkat air terjun yang cocok dijadikan sebagai lokasi pemandian bagi wisatawan. Selain itu di sekitar lokasi air terjun juga sering ditemukan flora jenis anggrek hutan dan berbagai jenis jamur. j. Air Terjun Batang Tano Potensi ini adalah sumberdaya ekowisata alam Musiduga yang telah dikenal oleh masyarakat umum dengan paradigma yang berkembang air terjun Silokek namun keberadaan air terjun tersebut secara administratif termasuk ke dalam wilayah Nagari Durian Gadang tepatnya di Palukahan. Sesuai keberadaan Air Terjun Batang Tano yang terletak di Palukahan sehingga masyarakat juga menamakan dengan Air Terjun Palukahan yang memiliki tiga tingkat air terjun dengan ketinggian yang berbeda. Aksesibilitas menuju air terjun tergolong mudah dijangkau karena hanya berjarak ± 1 Km dari jalan raya Musiduga dengan melewati jalan setapak yang telah dirintis oleh masyarakat setempat. Air Terjun Batang Tano pada saat ini masih dikelola oleh masyarakat setempat berdasarkan pemilikan tanah yaitu tanah ulayat suku Pitopang sehingga pemasukan atau income dari air terjun ini diterima oleh masyarakat Suku Pitopang itu sendiri. Harga tiket yang berlaku pada saat ini adalah Rp. 3.000/orang dan biaya parkir seharga 2.000/kendaraan. Selain sumberdaya ekowisata alam, Air Terjun Batang Tano juga menjadi sumber air bersih bagi masyarakat Nagari Durian Gadang yang dikelola melalui program WSLIC yang sekarang berubah nama menjadi PANSIMAS. k. Arung Jeram Batang Kuantan berasal dari dua gabungan sungai besar di Sumatera Barat yaitu Batang Ombilin dan Batang Palangki sehingga menjadikan Batang Kuantan termasuk salah satu sungai terbesar di Provinsi Sumatera Barat dengan panjang 38 Km. Aliran Batang Kuantan merupakan salah satu trek ekstrim arung jeram di Sumatera Barat karena sungai tersebut memiliki jeram yang berbahaya dan menantang. Batang Kuantan mengalir pada area perbukitan di celah-celah batu bongkahan batu yang menjulang tinggi. Tebing-tebing tersebut berdiri kokoh menutupi sebagian tepian sungai yang ditumbuhi pohon-pohon rindang sehingga akan menjadi daya tarik tersendiri saat mengarungi Batang Kuantan. Tingkat kesulitan arung jeram di Sungai Kuantan termasuk ke dalam kesulitan tingkat III dengan tingkat kesulitan yang berbeda, mulai dari rintangan yang mudah hingga jeram yang berbahaya. Pada hulu sungai jeram yang dilewati tergolong mudah dengan aliran sungai yang tenang, bagian tengah jeram yang tergolong berbahaya, dan bagian hilir sungai memasuki tingkat kesulitan ekstrim yang dikenal ombak palukahan. l. Pulau Andam Dewi Gejala alam ini terletak di Nagari Silokek tepatnya ditengah-tengah Sungai Kuantan yang dipercaya masyarakat setempat pulau misteri yang dihuni oleh makhluk halus atau dewa. Selain itu menurut masyarakat setempat Pulau Andam Dewi terlihat kecil namun apabila berada di pulau tersebut akan terlihat sangat luas. Masyarakat Silokek hingga saat ini masih memegang teguh larangan untuk mengambil apapun dari pulau ini karena berdasarkan mitosnya bagi siapa yang melanggar kepercayaan tersebut akan dimasuki roh penghuni Pulau Andam Dewi. Pulau Andam Dewi terbagi dua, yaitu Pulau Andam Dewi satu dan Pulau Andam Dewi dua
31 Potensi Ekowisata Sosial Budaya 1. Potensi upacara Adat a. Upacara Adat Batagak Gala Batagak gala merupakan suatu proses pengukuhan atau peresmian gelar yang telah dilewakan atau diberitahu sebelumnya. Proses adat batagak gala di Musiduga memiliki aturan dan prosedur yang sama. Setelah yang bersangkutan menerima gelar kebesaran adat maka dikukuhkan melalui proses batagak gala atau batagak pangulu. Proses batagak gala ini merupakan tanggung yang berat dan harus ditanggung bersama oleh kaum yang bersangkutan karena merupakan acara adat yang sakral sehingga membutuhkan biaya yang besar maka apabila kaum tersebut tidak mempunyai dana yang cukup maka dibolehkan menggadaikan harta pusaka kaum. Penghulu adalah jabatan tertinggi dalam adat yang dilakukan dengan pesta memotong kerbau. Sebelum acara peresmian ninik mamak kaum mengundang ninik mamak seluruh suku dalam nagari yang dijamu dengan menyembelih seekor kambing. Kegiatan menyembelih kambing bertujuan untuk mencari kata mufakat baru atau manantuan jonji. Manontuan jonji adalah menentukan waktu peresmian batagak gala. Batagak gala merupakan alek nagari, yaitu dirayakan oleh semua masyarakat nagari dengan memotong kerbau. Acara peresmian Batagak Gala dilakukan di rumah gadang kaum yang bersangkutan dan setelah proses Batagak gala selesai orang yang menjabat gelar baru harus dipanggil gelarnya oleh seluruh masyarakat nagari. b. Upacara Adat Bakaua Adat Bakaua merupakan upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat nagari setelah panen padi yang dimulai dengan mengadakan musyawarah antara ninik mamak seluruh suku dalam nagari, pemuka adat, wali nagari, PKK untuk mencari kata mufakat dalam melaksanakan adat bakaua. Bahan-bahan makanan untuk adat bakaua dicari bersama-sama oleh kaum ibu dalam nagari tersebut. Pada hari pelaksanaan adat bakaua ibu-ibu tersebut membawa nasi badulang yang didalamnya terdapat peralatan makan, lauk, dan nasi yang biasanya satu dulang nasi tersebut bisa dimakan oleh 3-4 orang tergantung jumlah piring yang tersedia di dalam dulang tersebut. Acara bakaua biasanya dilaksanakan di makam nenek moyang setiap nagari. Kegiatan dalam upacara adat bakaua adalah makan bersama dan penentuan pokek atau penentuan kegiatan ke sawah. Pokek atau penentuan kegiatan ke sawah ini merupakan penentuan waktu untuk proses ke sawah selanjutnya. Proses turun ka sawah ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu; 1). Turun ka bondau maksudnya petani memperbaiki aliran air sawah apabila ada yang tidak lancar, 2). Mangolah tanah maksudnya meratakan gundukan tanah agar kembali rata, 3). Batanam maksudnya 20-30 hari setelah mangolah tanah proses yang dilakukan selanjutnya adalah menanam bibit padi. Selama pelaksanaan adat bakaua ini selalu turun hujan disekitar lokasi pelaksanaan upacara. Tradisi turun hujan disetiap adat bakaua ini dianggap masyarakat sebagai rezki dari Allah dan sebagai awal yang baik untuk melakukan kegiatan turun sawah, namun dengan tradisi turun hujan ini beberapa tahun belakangan pelaksanaan adat bakaua dialihkan dari makam nenek moyang atau dikenal dengan tompat ke mesjid nagari.
32 2. Potensi benda peninggalan Lokomotiv Uap Lokomotiv Uap merupakan saksi bisu dari hasil penjajahan Jepang. Pada tahun 1942 pasukan Jepang mengumpulkan pemuda-pemuda di Pulau Jawa dan Sumatera yang diberi janji bahwa para pemuda tersebut akan disekolahkan namun pada kenyataannya para pemuda tersebut dibawa ke Pulau Sumatera tepatnya di Musiduga dijadikan sebagai romusha oleh tentara Jepang. Lokomotiv Uap di Musiduga merupakan hasil kerja keras romusha selama masa penjajahan Jepang yang sempat beroperasi selama enam bulan dari Muaro ke Kuantan Sengigi (Kuansing) Provinsi Riau untuk mengangkut sumberdaya yang terdapat di Musiduga ke Kuansing, dan dari Kuansing digunakan untuk mengangkut bahan logistik ke Musiduga. Padaa saat Jepang menyerah ke Sekutu lokomotiv tersebut berada di Nagari Durian Gadang dan dibiarkan begitu saja. Lokomotiv ini ditemukan tidak dalam keadaan utuh lagi karena bagian-bagian lokomotiv ini telah banyak dijual oleh masyarakat sekitar. 3. Potensi Kuliner a. Samba Kacau Kuliner ini dinamakan Samba Kacau karena cara pembuatan yang praktis hanya dengan dikacau atau diaduk. Jenis kuliner juga terdapat di tempat lain dalam Kabupaten Sijunjung, namun yang menjadi keunikan dari Samba Kacau Musiduga adalah bahan yang digunakan tidak menggunakan santan. Proses pembuatan Samba Kacau tergolong praktis dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Pembuatan Samba Kacau memerlukan beberapa bahan diantaranya asam durian, ikan sungai segar, jeruk nipis, cabe, rawit, kunyit, dan garam. Proses pembuatan Samba Kacau dilakukan hanya dengan beberapa tahapan, ikan yang telah dibersihkan dilumuri dengan garam dan jeruk nipis agar dapat menghilangkan bau amis pada ikan. Kemudian cabe rawit dan kunyit yang telah digiling diaduk dengan durian yang telah difermentasi lalu dimasukkan ke dalam kuali atau tembikau dan hingga matang. b. Sambalado Tumbuak Samba Tumbuak adalah kuliner yang telah turun temurun semenjak zaman dahulu. Dan menjadi makanan sehari-hari masyarakat Nagari Durian Gadang Proses pembuatan Sambalado Tumbuak juga tidak terlalu sulit sehingga dapat dimasak oleh masyarakat umum. Bahan yang digunakan untuk memasak Sambalado Tumbuak adalah cabe merah, bawang, garam, dan maco (ikan teri). Proses pembuatan Sambalado Tumbuak hanya dilakukan dengan beberapa tahap, cabe dan bawang serta garam digiling hingga halus sedangkan maco (teri) dibakar hingga berwarna kecoklatan. Kemudian maco (teri) yang telah dibakar digiling dengan cabe yang telah digiling dan diaduk hingga rata. c. Sambalado Asam Sambalado Asam adalah salah satu kuliner favorit masyarakat Nagari Durian Gadang. Sambalado Asam bersifat musiman karena kuliner ini hanya ada pada saat musim durian. Bahan yang digunakan untuk pembuatan kuliner adalah cabe merah giling dan durian segar. Proses pembuatannya tidak perlu dimasak karena hanya dengan mengaduk cabe giling dengan durian segar dan sambalado siap disajikan.
33 d. Golek-Golek Golek-golek merupakan salah satu makanan kecil yang berasal dari Nagari Durian Gadang yang menjadi makanan khas yang wajib ada pada saat upacara adat terutama pada upacara adat maantaan tando. Bahan dasar kuliner ini berasal dari beras ketan, santan, daun pandan, dan garam. Proses pembuatannya dilakukan dengan beberapa tahap, santan dimasak dan daun pan dan serta garam dimasak hingga mendidih kemudian dimasukkan beras ketan hingga matang. Adonan beras ketan yang telah matang dibungkus dengan daun pisang muda yang telah disangai kemudian dikukus kembali hingga matang. e. Lidah-Lidah Lidah-lidah merupakan makanan kecil yang meyerupai bentuk lidah dan didalamnya berisi luo atau isian yang terbuat dari kelapa yang dicampuri gula onau atau aren. Bahan yang digunakan untuk membuat Lidah-lidah terdiri dari tepung beras ketan, gula onau (gula aren), santan, kelapa, minyak goreng, vanili dan daun pandan. Proses pembuatan isian Lidah-lidah terdiri dari kelapa yang diparut kemudian diaduk dengan gula aren yang telah direbus dan ditambahkan vanilli secukupnya. Sedangkan untuk adonan luarnya beras ketan diaduk dengan santan hingga kalis lalu pipihkan dimasukkan luo kemudian dibentuk seperti lidah dan digoreng menggunakan minyak yang panas. f. Lamang Makanan ini merupakan menu makanan pada saat upacara adat Bakaua ka sawah. Bahan utama dari lamang ini adalah beras ketan, santan, garam, sedangkan alat yang digunakan adalah bambu dan daun pisang. Proses pembuatan lamang dengan cara Lapisi bambu dengan daun pisang, lebihkan daun pada bagian atas bambu. Kemudian masukkan campurnan ketan dan santan hingga penuh, bakar lemang pada pembakaran dengan posisi tegak dan sedikit miring. Lalu putar-putar bambu hingga lemang matang, angkat keluarkan lemang dan sajikan dengan cara dipotong-potong dengan ketebalan sesuai selera. g. Dadieh Jenis makanan ini berasal dari air susu kerbau yang difermentasi. Susu kerbau yang diperah dimasukkan kedalam bambu berukuran 30 cm kemudian didiamkan selama tiga hari dan dadieh siap disajikan. Dadieh biasanya dimakan dengan manisan gula aren dan emping. Makanan ini merupakan salah syarat makanan yang harus ada pada saat aqiqah. Potensi Ekowisata Ekonomi a. Perikanan Bidang perikanan di Musiduga mulai berkembang melalui program pnpm. Program ini membudidayakan kaum wanita di Nagari Silokek dengan membentuk suatu kelompok wanita tani (KWT). Kelompok ini memanfaatkan lahan-lahan kosong menjadi tobek ikan. Masyarakat yang telah menggarap lahannya menjadi tobek akan diberikan bantuan berupa bibit dan pakan ternak ikan. Jenis ikan yang dibudidayakan oleh masyarakat Silokek seperti; ikan lele, ikan nila, ikan mas, dan ikan Bawal. Ikanikan yang telah siap panen akan dipindahkan ke penampungan khusus yang dikenal dengan depo kemudian akan diperjualbelikan dalam bentuk ikan segar maupun yang telah disalai.
34 b. Perkebunan Masyarakat Musiduga yang berkebun banyak yang menitik beratkan pada tanaman Karet (Ficus elastica) karena hasil dari tanaman tersebut lebih menjanjikan dibanding tanaman lain. Selain itu perkebunan karet ini juga didukung oleh pemerintah melalui program hutan tanam rakyat. Program ini mengajak masyarakat setempat untuk memanfaatkan lahan hutan menjadi perkebunan karet dengan tujuan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Jenis tanaman perkebunan lain yang dibudidayakan seperti Kelapa (Cocos nurifera), Kayu Manis (Cynamomum aromaticum), Pinang (Arecha cathechu). Kondisi Sosial Budaya Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Masyarakat memiliki suatu kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama sehingga menimbulkan suatu realitas sehingga menjadi ciri-ciri masyarakat suatu kawasan. Kondisi masyarakat tersebut dapat di lihat dari keadaan demografi, sistem pendidikan, agama dan budaya, mata pencaharian serta kesehatan. Jumlah penduduk Musiduga berdasarkan data RPJM masing-masing nagari dalam angka tahun 2014 tercatat 11.631 jiwa yang terdiri dari jumlah laki-laki 5.744 jiwa dan jumlah perempuan 5.887 jiwa. Ratio perbandingan laki-laki dengan perempuan adalah 97,1 dengan jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Berdasarkan luas daerah Musiduga secara umum kepadatan penduduknya tiap km2 dihuni oleh 64 jiwa (64 jiwa/ km2). Mata Pencaharian.Mata pencaharian merupakan salah satu unsur penting untuk mempertahankan keberlangsungan hidup manusia. Sesuai dengan kondisi alam Kabupaten Sijunjung yang agraris maka sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian, seperti bertani dan berkebun (karet, sawit, kakao dll). Pekerjaan tersebut merupakan mata pencaharian utama dan menunjang penghasilan masyarakat. Mata pencaharian masyarakat Musiduga dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Mata Pencaharian Masyarakat Musiduga Mata Pencaharian Jumlah Total Petani 1370 Pegawai Negeri Sipil 4897 Swasta 982 Pedagang 570 Aparat Pemerintah Nagari 65 Tambang Emas 2.817 Pekerja Wisata 8 Jumlah 10.079 Sumber RPJM Musiduga Masyarakat Musiduga yang mata pencahariannya sebagai petani dan tambang emas tergantung pada kondisi iklim musiman/ tahunan. Pada musim hujan mata pencaharian masyarakat sebagian besar bertani, sedangkan pada
35 musim kemarau mata pencaharian masyarakatnya beralih ke kegiatan menambang emas di Sungai Kuantan, menebang kayu hutan dan berdagang. Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar potensi dalam diri dapat dikembangkan yang bertujuan untuk memiliki kecerdasan intelektual, spiritual dan keterampilan sehingga dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan masyarakat luas. Masyarakat Kabupaten Sijunjung ditinjau dari sektor pendidikan masih mengalami keterbelakangan. Kemampuan baca-tulis dan melek huruf adalah kemampuan penduduk umur 10 tahun ke atas. Berdasarkan data BPS Kabupaten Sijunjung persentase jumlah penduduk di atas 10 tahun yang mampu membaca dan menulis 59,7% laki-laki dan 58,2% perempuan. Penduduk yang buta huruf pada penduduk perempuan lebih tinggi dari laki-laki. Agama dan Budaya Penduduk masyarakat Musiduga mayoritas masyarakat minangkabau dan beragama islam. Masyarakat Musiduga merupakan masyarakat yang kental terhadap agama islam. Hal ini terlihat adanya perda (Perda No.2/2003) yang mengatur bahwa pelajar, mahasiswa dan pegawai negeri diwajibkan memakai pakaian muslim. Hal ini bertujuan agar agama islam tidak luntur pada generasi muda. Aksesibilitas Aksesibilitas menuju Kabupaten Sijunjung dapat dijangkau melalui tiga pintu masuk, pertama dari selatan (Jambi, Teluk Kuantan, Dharmasraya) melewati Simpang Tanah Badantung dengan menempuh jarak ±10 km untuk sampai ke Muaro Sijunjung. Pintu masuk kedua melalui arah Barat (Padang, Solok, Sawahlunto) yang masuk dari Simpang Muaro Bodi dengan jarak tempuh ±8 km menuju kota Muaro Sijunjung. Pintu ketiga yaitu dari arah utara (Batusangkar, Bukittinggi, Payakumbuh, Pekanbaru) dapat ditempuh dengan melewati Nagari Lintau menuju Tanjung Ampalu dengan jarak tempuh ±7 km. Aksesibilitas menuju Musiduga dimulai dengan melewati jembatan Ombilin sepanjang ±100 m dan melewati jalanan kecil yang bergelombang. Disepanjang Musiduga terdapat hutan dan dikelilingi perbukitan batu terjal serta terdapat Aliran Sungai Batang Kuantan. Jalur tersebut merupakan bekas jalan kereta api yang dibuat semasa penjajahan jepang dengan sistem kerja paksa atau lebih dikenal dengan romusha. Pada saat ini aksesibilitas menuju Musiduga belum terdapat angkutan umum, sehingga untuk menuju Musiduga masyarakat setempat masih menggunakan kendaraan pribadi. Karakteristik Pengunjung Karakteristik pengunjung kawasan Musiduga dalam penelitian ini dilihat dari hasil survey penyebaran kuesioner kepada 30 responden. Data karakteristik pegunjung akan membantu untuk menentukan strategi yang akan dirancang dengan maksud program ekowisata Musiduga yang dirancang ini dapat mencapai sasaran. Karakteristik pengunjung yang datang ke Musiduga dilihat dari jenis kelamin pengunjung didominasi oleh laki-laki sebanyak 16 responden dengan persentase 53%. Sedangkan jenis kelamin perempuan lebih sedikit dengan persentase 47%. Pengunjung laki-laki didominasi disebabkan karena potensi wisata yang terdapat di Musiduga tergolong wisata petualangan sehingga banyak diminati oleh laki-laki. Pengunjung yang datang ke Musiduga tergolong muda
36 karena kisaran usia 20-25 Tahun berjumlah 15 orang responden dengan persentase 50%. Selain itu juga banyak siswa siswa tingkat SMP dan SMA yang berusia dibawah 20 Tahun yang berkunjung ke Musiduga hanya untuk bersantai-santai di objek wisata Pasir Putih menikmati waktu luang setelah pulang sekolah. Pengunjung yang berkunjung ke Musiduga berstatus belum menikah yang berjumlah 16 responden dengan persentase 53% yang berasal dari Kabupaten Sijunjung. Selain pengunjung lokal Musiduga juga banyak dikunjungi oleh pengunjung di luar Kabupaten Sijunjung. Pengunjung yang berasal dari Kabupaten Sijunjung berjumlah 14 responden dengan persentase 47%. Hal ini menunjukkan potensi ekowisata yang terdapat di Musiduga telah dikenal oleh masyarakat luar meskipun informasi tentang Musiduga hanya informasi dari mulut ke mulut. Tingkat pendidikan pengunjung yang datang ke Musiduga tergolong tinggi karena pendidikan yang paling dominan adalah tingkat SMA dan Sarjana. Pengunjung tingkat pendidikan SMA berjumlah 13 responden sedangkan Sarjana 10 responden dengan persentase masing-masing 43% dan 33%. Hal ini menunjukkan potensi ekowisata yang terdapat di Musiduga tergolong menarik dan berkualitas sehingga pengunjung yang datang tergolong berpendidikan. Pekerjaan pengunjung yang datang ke Musiduga didominasi oleh mahasiswa sehingga kisaran pendapatan pengunjung yang paling dominan adalah Rp. 1.000.000 sebanyak 20 responden dengan persentase 67%. Pengunjung yang berkunjung ke Musiduga biasanya datang bersama teman dengan kelompok kecil maupun dalam bentuk kelompok besar. Kunjungan bersama teman berjumlah 21 responden dengan persentase 70% sedangkan lama kunjungan sekitar 4-6 jam dengan persentase 43% sedangkan pengunjung yang menghabiskan waktu kunjungannya selama satu hari penuh adalah pengunjung yang berjiwa petualang dengan mengunjungi ngalau-ngalau yang terdapat di Musiduga Musiduga merupakan kawasan yang memiliki potensi wisata yang tidak membosankan karena mampu menarik pengunjung datang berkali-kali. Hal tersebut ditnjukkan bahwa pengunjung yang berkunjung ke Musiduga tergolong pengunjung potensial karena berdasarkan jumlah kunjungannya pengunjung telah berkunjung sebanyak 5-10 kali dengan persentase 63% dan tidak seorang responden yang datang pertama kali ke Musiduga (Lampiran 1)
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Lingkungan Internal dan eksternal Kawasan Musiduga Lingkungan Musiduga terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal merupakan lingkungan yang dapat dikendalikan oleh Musiduga itu sendiri. sementara lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang dapat mempengaruhi Musiduga namun tidak dapat dikendalikan oleh Musiduga. 1. Analisis Lingkungan Internal Lingkungan internal merupakan keadaan yang terdapat pada lingkaran kawasan Musiduga dimana lingkungan tersebut dapat dikendalikan oleh pihak internal
37 kawasan Musiduga itu sendiri. Analisis lingkungan internal yang terdiri dari manajemen, keuangan, operasi dan produksi, pemasaran, serta penelitian dan pengembangan diperoleh melalui hasil wawancara dengan kuesioner kepada pengambil keputusan dalam pengelolaan kawasan Musiduga, maka dapat diketahuilah faktor-faktor internal apa saja yang dimiliki oleh kawasan Musiduga. Analisis lingkungan internal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang menjadi kekuatan serta kelemahan yang terdapat di dalam suatu perusahaan. a. Faktor Manajemen Analisis lingkungan internal pada faktor manajemen dilakukan berdasarkan fungsi dasar manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, SDM, dan evaluasi. 1) Perencanaan Perencanaan merupakan semua aktivitas yang terkait dengan persiapan untuk menghadapi masa depan. Suatu organisasi dapat mengembangkan kebijakan dan strategi melalui perencanaan. Oleh karena itu, perencanaan akan efektif jika dirumuskan dengan sasaran dan tujuan yang terukur. Berdasarkan wawancara dengan pihak internal Kawasan Musiduga (kepala dinas Parsenibudpora, kepala bappeda, kabid ekonomi bappeda, wali nagari silokek, wali nagari Durian Gadang) menjelaskan bahwa Musiduga belum memiliki perencanaan yang tertulis secara jelas dan spesifik mengenai visi dan misi, penetapan tujuan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang, serta formulasi strategi yang dirumuskan untuk pengembangan kawasan Musiduga sebagai destinasi ekowisata. Berbagai aktivitas usaha yang dilakukan di kawasan Musiduga dilakukan secara bebas dimana belum adanya peraturan dan kebijakan yang mengikat seperti pemungutan retribusi tiket masuk kawasan. Hal ini membuat sasaran dan tujuan dari aktivitas tersebut belum terukur dengan baik sehingga sasaran/target relatif sulit untuk dicapai. Perencanaan yang belum optimal dan secara umum tidak tertulis diakui pihak internal sebagai kelemahan dalam pengembangan kawasan Musiduga. Pihak internal juga menjelaskan bahwa hambatan dalam menyusun perencanaan kawasan Musiduga disebabkan karena kelalaian pihak dinas parsenibudpora belum menyusun RIPDA. RIPDA merupakan elemen penting dalam pengajuan pengembangan destinasi wisata untuk dimasukkan ke dalam APBD. 2) Pengorganisasian Kawasan Musiduga sebagai kawasan yang memiliki potensi wisata belum memiliki struktur organisasi dan job description yang jelas. Pengelolaan kawasan Musiduga dilakukan secara ototidak oleh masyarakat dan pemuda setempat. Pada tahun 2008 pernah dilakukan pembentukan suatu kelompok oleh pihak dinas parsenibudpora bekerjasama dengan pihak walinagari. Kelompok tersebuk hanya berfokus pada pengelolaan retribusi tiket namun keberadaan kelompok ini hanya bertahan selama satu tahun. Hal tersebut disebabkan tidak adanya jaminan penghasilan yang tetap bagi kelompok tersebut. 3) Pemotivasian Pemotivasian dalam suatu organisasi merupakan faktor penting dalam mencapai suatu tujuan. Dinas parsenibudpora sebagai pemangku kepentingan dalam mengelola suatu destinasi wisata belum melakukan pemotivasian yang terstruktur dan terukur seperti gaji, fasilitas pendukung, jaminan kesehatan atau kesempatan pendidikan. Pemotivasian hanya dilakukan secara informal kepada
38 masyarakat atau pemuda setempat seperti mengubah mindset masyarakat menjadi masyarakat sadar wisata. 4) SDM Sumber daya manusia (SDM) merupakan elemen penting untuk meningkatkan produktivitas suatu organisasi. Dinas parsenibudpora sebagai pihak internal yang menjadi kunci keberhasilan pengembangan suatu destinasi wisata belum memiliki SDM yang berkompeten pada bidangnya. Sesuai hasil observasi dan wawancara dengan pihak dinas parsenibudpora bahwa tidak adanya sdm dengan latar belakang pendidikan pariwisata baik pada pada level top manajemen maupun low manajemen. SDM yang bekerja tidak sesuai dengan bidangnya menjadi lambat atau sulit mendapatkan informasi dunia pariwisata yang terus mengalami perkembangan. Hal ini dianggap menjadi suatu kelemahan pihak internal dalam mengembangkan destinasi wisata. b. Faktor Keuangan Keuangan merupakan faktor penting untuk menjalankan suatu fungsi atau kegiatan organisasi karena hampir semua kegiatan membutuhkan biaya. Semakin besar jumlah keuangan yang tersedia maka akan semakin besar kesempatan untuk mewujudkan suatu tujuan/ kegiatan tertentu. Kawasan Musiduga dikelola oleh pemerintah daerah sehingga sumber modal diperoleh dari APBD. Alokasi anggaran dana APBD untuk bidang pariwisata masih terbatas. Setiap anggaran yang diajukan oleh dinas parsenibudpora untuk pengembangan pariwisata kepada pihak Bappeda selalu mengalami pemangkasan anggaran dari yang diajukan. Hasil wawancara dengan kepala bidang ekonomi bappeda menyimpulkan bahwa bidang pariwisata belum menjadi prioritas dalam penggunaan anggaran APBD. Selain itu untuk agar bidang pariwisata menjadi prioritas dalam penggunaan APBD harus didukung dengan RIPDA sebagai pondasi. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab lambannya perkembangan pengelolaan dalam bidang pariwisata di Kabupaten Sijunjung. c. Faktor produksi/Operasi Kawasan Musiduga merupakan potensi wisata yang belum disentuh pengelolaan optimal. Potensi wisata yang menjadi produk unggulan Musiduga adalah potensi wisata alam, wisata sejarah, wisata minat khusus dan pengembangan agrowisata. Potensi yang terdapat di Musiduga hingga saat ini baru sebatas input karena belum mengalami pengelolaan dan belum didukung fasilitas memadai. Jarak tempuh Musiduga dengan ibukota kabupaten sekitar 15 kilometer, namun belum tersedianya transportasi umum menuju kawasan tersebut. Pengunjung yang ingin berkunjung ke kawasan Musiduga harus menggunakan kendaraan pribadi dengan kondisi jalan yang tidak memadai. Hal ini menjadi faktor penghambat pengunjung untuk datang ke Musiduga. Selain itu tidak tersedianya fasilitas yang memadai menjadi alasan pengunjung enggan datang kembali ke musiduga untuk melakukan kegiatan wisata. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung dan pihak wali nagari Silokek salah satu penyebab keengganan pengunjung datang berwisata ke Musiduga karena pernah terjadinya pungli yang dilakukan oleh petugas SATPOL PP. d. Faktor Pemasaran Pemasaran adalah suatu usaha terpadu yang menggabungkan rencana-rencana strategis untuk memenuhi permintaan konsumen baik barang maupun jasa pemasaran. Musiduga sebagai kawasan ekowisata perlu mengkaji tujuh aspek
39 pemasaran atau 7P, yaitu: produk, place, price, promotion, people, process, dan physical evidence. 1) Produk Musiduga sebagai kawasan ekowisata belum mempunyai produk karena belum adanya pegelolaan yang jelas. Musiduga baru memiliki input yang butuh pengelolaan dan pengembangan agar menjadi output yang bernilai jual. Input musiduga berupa ekowisata alam, budaya, sejarah, dan dapat dirancang kegiatan agrowisata. Input ekowisata alam Musiduga terdiri dari goa, air terjun dan pasir putih. Goa yang terdapat di musiduga pada umumnya belum memiliki fasilitas yang memadai. Pengunjung yang ingin berkunjung ke goa menempuh jalan setapak dan harus membawa peralatan sendiri seperti alat penerangan. Musiduga memiliki lima goa yang telah teridentifikasi. Berdasarkan hasil wawancara masih banyak goa-goa di Musiduga yang belum ditemukan. Potensi ekowisata alam yang kedua adalah air terjun. Musiduga memiliki dua air terjun, yaitu air terjun Batang Taye dan Batang Tano. Potensi air terjun Batang Tano sudah tersentuh sedikit pengelolaan yang dikelola masyarakat setempat. Fasilitas jalan, petunjuk arah, dan retribusi parkir. Selain itu yang menjadi ikon Musiduga adalah pasir putih dan wisata minat khusus berupa aktivitas arung jeram. 2) Place Place merupakan saluran distribusi,mengirimkan, dan menyampaikan produk baik barang atau jasa hingga ke tangan konsumen. Musiduga sebagai destinasi ekowisata berada di lokasi yang strategis karena hanya berjarak sekitar 15 kilometer dari ibukota kabupaten. Kondisi fisik menuju kawasan Musiduga pada saat masih belum memadai karena banyaknya kondisi jalan yang rusak dan belum tersedianya transportasi umum. 3) Price Harga merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu usaha. Penetapan harga dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu penetapan harga berdasarkan persaingan, penetapan harga berdasarkan margin yang diinginkan dan penetapan harga berdasarkan value added yang diterima. Musiduga belum memiliki produk yang dijual kepada konsumen sehingga belum adanya proses penetapan harga. 4) Promotion Promosi merupakan langkah penting untuk mengiformasikan suatu produk agar sampai ke konsumen. Dengan adanya promosi konsumen dapat memperoleh informasi keberadaan produk yang dibutuhkan. Promosi menjadi sebuah strategi untuk mempertahankan dan meningkatkan penjualan terhadap konsumen baru. Dinas Parsenibudpora sebagai penanggung kawasan Musiduga telah melakukan beberapa kegiatan promosi, antara lain: Promosi media cetak. Promosi Kawasan Musiduga melalui media cetak seperti leaflet dan majalah pemda. Namun promosi tersebut belum mempromosikan Musiduga secara khusus karena dalam satu booklet terdapat beberapa informasi destinasi wisata yang terdapat di Kabupaten Sijunjung. Promosi media elektronik. Promosi kawasan Musiduga melalui media elektronik seperti televise. Kawasan Musiduga pernah diliput oleh beberapa stasiun TV, yaitu Metro TV dan Trans TV pada tahun 2009. Selain itu Musiduga juga dpromosikan melalui website resmi Kabupaten Sijunjung. Word Of Mouth. Promosi informasi dari mulut ke mulut dianggap sebagai cara promosi yang paling efektif. Melalui promosi ini pengunjung akan menyebarkan informasi
40 destinasi wisata kepada networking yang dimilikinya. Pihak pengelola diharapkan memberikan pengalaman dan pelayanan yang maksimal kepada pengunjung sehingga akan mengalami kepuasaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak internal Musiduga berhasil dikenal oleh masyarakat luas melalui promosi mulut ke mulut pada tahun 2008-2009. Namun pada tahun 2010 pengunjung Musiduga mengalami penurunan drastis. Hal tersebut disebabkan karena adanya beberapa oknum SATPOL PP mempraktekkan pungutan liar terhadap pengunjung yang datang ke Musiduga. Promosi melalui papan jalan. Promosi tersebut dicanangkan dan dibuat oleh mahasiswa yang melakukan penelitian di Musiduga. Mahasiswa yang telah selesai melakukan penelitian memberikan kenang-kenangan papan jalan disetiap objek wisata yang terdapat di Kawasan Musiduga. 5) People Personil salah satu unsur penting dalam kegiatan operasional suatu bisnis. Musiduga sebagai usaha yang bergerak di bidang jasa, karyawan berperan langsung dalam penyampaian produk (jasa) ke konsumen. Kemampuan karyawan dalam menyampaikan produk ini akan sangat berpengaruh terhadap penilaian konsumen terhadap objek wisata Musiduga. Pada saat ini Musiduga belum memiliki personil khusus yang menangani pengunjung yang datang ke Musiduga. Pengunjung yang datang ke Musiduga mendapatkan informasi mengenai objek wisata melalui masyarakat setempat. Masyarakat setempat bersikap ramah terhadap setiap pengunjung yang ingin mendapatkan informasi mengenai objek wisata di Musiduga. Bahkan pemuda-pemuda setempat tidak enggan mengantarkan pengunjung menuju objek wisata jika diminta oleh pengunjung. 6) Process Process merupakan kegiatan yang menunjukkan bagaimana pelayanan diberikan kepada konsumen selama melakukan penjualan. Bagi usaha yang bergerak di bidang jasa seperti ekowisata Musiduga prosesnya bagaimana pelayanan yang diberikan kepada pengunjung pada saat pengunjung mulai masuk ke destinasi hingga pengunjung selesai melakukan aktivitas di destinasi atau pulang. Faktor proses juga belum dapat dilakukan di kawasan Musiduga karena belum adanya pengelolaan yang jelas. 7) Physical Evidence Bukti fisik merupakan hal yang mempengaruhi kepuasaan konsumen dalam menggunakan suatu produk baik barang maupun jasa. Bukti fisik adalah lingkungan fisik suatu tempat diciptakan dan disediakan produk serta tempat konsumen berinteraksi yang akan membentuk kesan konsumen terhadap suatu usaha. Pada tahun 2008 dibangun beberapa fasilitas di kawasan Musiduga antara lain berupa gapura selamat datang, loket pembayaran tiket masuk, dan gazebo. Namun kondisi fasilitas tersebut pada saat ini tidak terawat dan jauh dari kondisi layak. e. Faktor Penelitian Musiduga belum memiliki pihak yang menangani bidang penelitian dan pengembangan tentang pariwisata secara khusus. Pada saat ini hanya mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi yang telah melakukan penelitian di kawasan Musiduga. Namun hasil penelitian tersebut belum pernah digunakan oleh pihak internal terkait sebagai referensi untuk pengembangan Musiduga sebagai destinasi wisata.
41 f. Faktor Sistem Informasi Manajemen Sistem informasi manajemen merupakan bagian pengendalian internal suatu bisnis berupa database yang berisi pengelolaan sumberdaya manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur manajemen untuk menyelesaikan permasalahan bisnis seperti biaya produksi, layanan, atau penentuan strategi bisnis. Sistem informasi manajemen yang efektif memanfaatkan hardware, software, model analisis dan database komputer untuk memperbaiki pemahaman fungsi bisnis, memperbaiki komunikasi, pengambilan keputusan yang lebih informatif, analisis masalah yang lebih baik, dan kontrol yang lebih baik. Pencatatan informasi di Kawasan Musiduga telah dilakukan secara sederhana oleh dinas parsenibudpora seperti identifikasi potensi wisata dan pencatatan jumlah pengunjung. Akan tetapi data tersebut tidak bersifat valid karena ditemukan perbedaan data jumlah pengunjung yang signifikan pada dua dokumen yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa dinas parsenibudpora belum menerapkan sistem informasi manajemen yang efektif. Padahal sistem informasi manajemen berguna untuk memperbaiki kinerja suatu organisasi dan bermanfaat untuk bahan pertimbangan pengambilan keputusan organisasi. Kurang optimalnya sistem pencatatan dan recording data ini merupakan kelemahan yang harus diatasi oleh dinas Parsenibudpora agar dapat menghasilkan data yang valid. Berdasarkan hasil audit internal di atas, maka dapat diidentifikasi kekuatan dan kelemahan, secara singkat dijabarkan pada Tabel 4. Tabel 4 Data Kekuatan dan Kelemahan kawasan Musiduga Bidang Manajemen
Faktor Keuangan
Faktor Produksi dan Operasi Faktor Pemasaran
Kekuatan
Kelemahan 1. Belum adanya blueprint berupa RIPPDA dan masterplan pengembangan kawasan Musiduga 2. Belum adanya SDM yang berkompeten di bidang pariwisata 3. Masih terbatasnya alokasi dana APDB untuk pengembangan pariwisata 4. Belum adanya infrastruktur yang memadai 5. Belum adanya bauran pemasaran
1. Memiliki potensi ekowisata yang kompleks 2. Memiliki lokasi yang sterategis Faktor penelitian dan 3. Telah dilakukan penelitian oleh 6. Hasil penelitian belum pengembangan mahasiswa dari beberapa perguruan dimanfaatkan sebagai tinggi referensi oleh dinas terkait Faktor Sistem 4. Sudah dilakukan pencatatan informasi 7. Terdapatnya data yang tidak Informasi Manajemen seperti potensi yang tersedia, jumlah valid pengunjung yang datang
2. Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal mengfokuskan kajian terhadap kondisi di luar kendali perusahaan namun dapat berpengaruh terhadap kondisi organisasi. Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk memberikan gambaran tentang peluang dan ancaman yang dihadapi kawasan Musiduga. Lingkungan eksternal Kawasan Musiduga ini terdiri dari faktor-faktor yang pada dasarnya berada di luar dan terlepas dari Kawasan Musiduga sehingga tidak memiliki kendali atas faktor-
42 faktor tersebut. Faktor-faktor eksternal Kawasan Musiduga ada yang memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung pada kinerja perusahaan. Kekuatan eksternal dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu: lingkungan makro dan lingkungan mikro. Lingkungan makro terdiri dari (1) kekuatan ekonomi; (2) kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan; (3) kekuatan politik, pemerintah, dan hukum; (4) kekuatan teknologi. Sedangkan lingkungan mikro berasal dari lingkungan industri. a. Lingkungan Makro Lingkungan makro yang dibahas meliputi faktor yang tidak berhubungan langsung dengan operasional organisasi. Faktor-faktor lingkungan makro yang dibahas meliputi ekonomi, sosial, politik, dan teknologi. 1) Faktor Ekonomi Kondisi ekonomi merupakan faktor penting yang menentukan kondisi suatu bisnis. Keadaan ekonomi suatu negara salah satunya akan berpengaruh pada tingkat daya beli konsumen dan pengambilan keputusan manajerial perusahaan. Faktor ekonomi yang dibahas meliputi ekonomi Kabupaten Sijunjung dimana kawasan Musiduga berada. Kondisi ekonomi akan mendukung kelancaran dan perkembangan kegiatan usaha/bisnis di daerah tersebut, sehingga kondisi ekonomi harus selalu diperhatikan. Keadaan ekonomi yang baik memberikan peluang yang baik kepada investor untuk menanamkan modalnya di daerah tersebut. 2) Faktor Politik, Pemerintah dan Hukum Kebijakan politik, pemerintah, dan hukum akan memberikan pengaruh terhadap pengelolaan kawasan ekowisata Musiduga. Pengaruh tersebut dapat bersifat peluang atau ancaman terhadap keberlangsungan kawasan ekowisata Musiduga. Kebijakan politik, pemerintah dan hukum merupakan suatu peluang dalam pengembangan ekowisata Musiduga, karena bannyak kebijakan yang mendukung pengembangan pariwisata dengan konsep ekowisata. Kebijakan yang mendukung pengembangan kawasan ekowisata antara lain: a) Produk Hukum Peraturan perundangan sebagai produk hukum akan menjadi landasan yang harus diikuti dalam melaksanakan kegiatan. Pengembangan kawasan ekowisata menjadi suatu peluang karena didukung oleh beberapa peraturan perundangan yang dapat dilihat pada Tabel 5.
43 Tabel 5 Data produk hukum yang mendukung pengembangan kawasan ekowisata Peraturan perundangan Keterangan UU Nomor 32 tahun 2004 Kegiatan pengendalian lingkungan hidup menjadi tentang Pemerintahan Daerah kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi maupun Pemerintah Daerah Kabupaten Kota. Salah satu bentuk kegiatan pemeliharaan lingkungan hidup adalah kegiatan pengembangan kawasan ekowisata UU 26 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan penataan ruang adalah untuk Penataan Ruang mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif antara lingkungan alam dan lingkungan buatan. Pengembangan ekowisata menjadi upaya untuk mewujudkan penataan ruang kawasan yang berkelanjutan memperhatikan arahan di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) UU 32 tahun 2009 tentang Pemerintah berkewajiban mengintegrasikan Perlindungan dan Pengelolaan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Implikasi dari Lingkungan Hidup amanat tersebut didalam pasal 45 disebutkan bahwa pemerintah, DPR RI, pemda, DPRD wajib mengalokasikan anggaran yang untuk membiayai kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan program pembangunan yang berwawasan lingkungan UU Nomor 10 Tahun 2009 tujuan kegiatan kepariwisataan adalah upaya tentang Kepariwisataan melestarikan alam, lingkungan dan sumberdaya dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup, memberdayakan masyarakat setempat dan menjamin keterpaduan antar sektor. PP No 38 tahun 2007 tentang pariwisata merupakan urusan pemerintah daerah Pembagian Urusan Pemerintahan antara dimana diwajibkan untuk meningkatkan kesejahteraan Pemerintah Provinsi, dan Pemerintahan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi Daerah kabupaten/ Kota unggulan daerah yang bersangkutan Permendagri No. 33 Tahun 2009 ekowisata merupakan potensi sumber daya alam, tentang Pedoman Pengembangan lingkungan, serta keunikan alam dan budaya, yang dapat Ekowisata di Daerah menjadi salah satu sektor unggulan daerah yang belum dikembangkan secara optimal perlu diupayakan pengembangannya dan harus termuat dalam RPJPD,RPJMD dan RKPD PP RI No 50 tahun 2011 Tentang RIPPARNAS yang menjelaskan pembangunan pariwisata harus menggunakan konsep sustainable tourism
b) PPKE-BM Ekowisata dipandang sebagai bagian dari perencanaan pembangunan terpadu yang dilakukan di suatu daerah. Untuk itu pelibatan para pihak terkait mulai dari masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan organisasi non pemerintah diharapkan membangun suatu jaringan dan mampu menjalankan suatu kemitraan yang baik. Pemerintah yang difasilitasi oleh Kementerian Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah untuk mendorong daerah agar termotivasi dalam mengembangkan potensi ekowisata dibentuk Tugas Pembantuan Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Ekowisata berbasis masyarakat (PPKE-BM). Fasilitas ini seharusnya dimanfaatkan oleh pemerintahan daerah untuk pengembangan kawasan ekowisata dimana keseluruhan biaya ditanggung oleh APBN. c) Mengikuti Kesempatan Event Pameran Pariwisata Dukungan pemerintah terhadap pengembangan pariwisata yang paling berpengaruh adanya program pemerintah baik pemerintah provinsi maupun
44 pemerintah pusat untuk mempromosikan potensi daerahnya melalui pameran wisata. Event tersebut merupakan peluang untuk mempromosikan potensi-potensi wisata yang terdapat di daerah. Untuk mengikuti event tersebut pemerintahan daerah dharapkan aktif mencari informasi dan membangun link agar mudah mendapatkan info. Dari hasil wawancara kegiatan promosi melalui event pameran masih jarang diikuti oleh dinas parsenibudpora. Selain dinas parsenibudpora penanggung jawab dituntut untuk membuat media promosi seperti dokumentasi baik foto maupun video, leaflet semenarik mungkin sehingga pengunjung tertarik untuk datang ke destinasi wisata Musiduga. d) Program pengaktifan kembali transportasi kereta api Rencana PT. KAI melakukan pengaktifan jalur kereta api di Kabupaten Sijunjung akan menjadi suatu peluang dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Sijunjung. Pengaktifan jalur kereta api akan membuka akses Musiduga-nagari Kobun dan kampung Adat. Hal ini merupakan signal positif bagi kawasan Musiduga untuk melakukan pengembangan bidang ekowisata. e) Kebijakan Hari Libur Nasional Penetapan hari libur merupakan peluang bagi industri pariwisata karena akan meningkatkan jumlah kunjungan. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan observasi jumlah pengunjung akan meningkat pada hari libur baik libur nasional maupun liburan panjang. Bagi pengunjung yang jauh akan memanfaatkan kesempatan hari libur untuk mengunjungi destinasi wisata baik untuk berwisata atau menikmati waktu luang bersama keluarga. Kebijakan penetapan hari libur ini berdampak positif bagi pengunjung maupun pelaku usaha wisata untuk meningkatkan jumlah pengunjung. 3) Faktor Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan Faktor sosial, budaya, demografi, dan lingkungan yang berpengaruh terhadap Kawasan Musiduga cukup banyak. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah ketersediaan tenaga kerja, tren wisata, sikap masyarakat, potensi wisata yang masih alami, infrastruktur/akses, curah hujan, terjadinya bencana dan gangguan alam, adanya praktek pungli, dan pengelolaan limbah/sampah. a) Ketersediaan Tenaga Kerja Masyarakat Musiduga merupakan salah satu peluang besar dalam ketersediaan tenaga kerja untuk pengembangan Kawasan Musiduga. Sesuai dengan konsep ekowisata yaitu memberdayakan masyarakat lokal. Selain itu alasan dipilihnya tenaga kerja masyarakat setempat adalah lebih mengenal dan memahami kawasan, untuk mengantisipasi datangnya pengunjung pada malam atau dini hari, lokasi tenaga kerja yang dekat dapat mempermudah komunikasi dan mempercepat proses pelayanan kepada pengunjung. b) Tren Wisata Kecenderungan masyarakat Indonesia saat ini menunjukkan adanya peningkatan terhadap kebutuhan rekreasi dan wisata. Hal ini disebabkan adanya peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat, tingkat kesibukan kerja yang tinggi, serta kecenderungan wisatawan dalam memilih obyek-obyek wisata yang unik dan spesifik seperti udara segar, pemandangan yang indah dan memberikan pengetahuan baru. Faktor perubahan sosial dan budaya lain adalah perubahan pola konsumsi wisatawan yang ada saat ini. Pola konsumsi wisatawan mulai bergeser dari wisata konvensional berbentuk industri skala besar berubah ke produk wisata back to nature atau yang dikenal dengan konsep ekowisata. Tren back to nature
45 menggambarkan bahwa saat ini terdapat kecenderungan berkembangnya gaya hidup dan kesadaran baru akan penghargaan yang lebih tinggi terhadap lingkungan. Wisata alam atau yang lebih dikenal dengan ekowisata memiliki prinsip yang membedakannya dengan wisata jenis lain. Prinsip tersebut diantaranya fokus pada wilayah yang masih alami yang memungkinkan wisatawan untuk menikmati alam secara langsung, menyediakan jasa pendidikan yang memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk menikmati alam sehingga menjadi lebih mengerti, lebih mampu berapresiasi, serta lebih menikmati kegiatan yang dilakukan, memberikan kontribusi terhadap konservasi alam dan warisan budaya, memberikan kontribusi secara berkelanjutan kepada masyarakat lokal, menghormati dan peka terhadap nilai-nilai budaya yang ada, secara konsisten memenuhi harapan konsumen dan dipasarkan serta dipromosikan dengan jujur serta akurat sehingga kenyataannya sesuai dengan harapan. Tren wisata lain yang juga berkembang saat ini adalah wisata rombongan baik dari sekolah, perguruan tinggi, kantor maupun instansi. Organisasi tersebut pada umumnya memiliki agenda tahunan atau tengah tahun untuk melakukan rekreasi dengan berbagai macam tujuan. Tujuan yang paling umum digunakan adalah untuk mengadakan pertemuan, studi lapang atau hanya sekedar untuk melakukan rekreasi. Perubahan pola wisata masyarakat tersebut tentunya menjadi peluang yang besar bagi kawasan Musiduga yang memiliki potensi wisata yang masih alami dan beragam. c) Sikap Masyarakat Keberagaman potensi wisata yang terdapat di Musiduga dianggap menguntungkan bagi masyarakat karena menjadi modal dan lahan mata pencaharian baru bagi masyarakat setempat jika telah dikelola secara optimal. dengan adanya pengembangan kawasan Musiduga akan turut meningkatkan taraf hidup melalui pemberdayaan masyarakat dan munculnya usaha-usaha kecil di sekitar wilayah Musiduga. Feedback yang diberikan masyarakat adalah dengan memberikan dukungannya terhadap pengelolaan kawasan ekowisata Musiduga dan memberikan respon yang baik terhadap pengunjung yang datang. Dukungan masyarakat dapat dilihat dari adanya lingkungan yang aman, sikap masyarakat yang ramah dan juga terbuka, serta harapan masyarakat setempat untuk pengembangan Musiduga sebagai destinasi ekowisata. Hal-hal tersebut menjadi peluang bagi kawasan ekowisata Musiduga karena dapat meningkatkan kenyamanan dan kepuasan pengunjung. d) Infrastruktur/Akses Jarak antara lokasi Musiduga dengan pusat pemerintahan Kabupaten Sijunjung adalah sekitar 16 kilometer dapat ditempuh selama 15 menit dengan menggunakan kendaraan pribadi. Pada saat ini Musiduga hanya dapat diakses dengan kendaraan pribadi karena belum tersedianya kendaraan umum. Keadaan jalan menuju Musiduga beraspal namun masih banyak jalan yang berlubang dan terban. Keadaan jalan dan akses menjadi hambatan bagi pengunjung yang ingin berkunjung dan akan mengurangi kepuasaan pengunjung terhadap destinasi. e) Adanya Aktivitas Tambang Emas Rakyat Musiduga merupakan kawasan yang kaya dengan potensi sumberdaya alam, tidak hanya potensi di bidang ekowisata namun juga kaya dengan sumberdaya mineral seperti emas. Sumberdaya mineral emas yang terdapat di sepanjang sungai Kuantan menjadi peluang yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber mata pencaharian. Potensi sumberdaya ekowisata dan potensi sumberdaya
46 emas sama-sama menjadi peluang ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun kedua potensi tersebut tidak dikelola sesuai prosedur oleh pemerintah setempat sehingga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Pemanfaaatan sumberdaya emas menimbulkan kegiatan penambangan emas ilegal. Kegiatan tambang emas ilegal tersebut dikelola oleh masyarakat tanpa memperhatikan dampak yang ditimbulkan seperti pencemaran air, udara, suara, kerusakan ekosistem, dan fasilitas umum seperti banyaknya jalan Musiduga yang terban bahkan terjadinya longsor ketika tingkat curah hujan tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi aktivitas penambangan emas ilegal ini banyak menimbulkan dampak negative terhadap Musiduga. Pada saat sebelum adanya kegiatan tambang emas kondisi jalan menuju Musiduga terlihat hijau oleh tumbuhan yang banyak tumbuh di pinggir jalan, kondisi arus sungai deras, air lebih jernih, dan berhawa sejuk. Namun sejak adanya aktivitas penambangan emas di kawasan Musiduga kondisi lingkungan banyak yang berubah antara lain lingkungan menjadi gersang dan berhawa panas, sungai menjadi kotor bahkan terkontaminasi limbah penambangan, banyak lubang galian bekas tambang disepanjang sungai kuantan, sering terjadi longsor, dan jalan terban. Jika hal tersebut terus dibiarkan Musiduga akan kembali menjadi daerah yang terisolir karena banyak jalan yang terban akibat galian penambangan emas. Kondisi ini menyebabkan pengunjung enggan datang berkunjung ke Musiduga untuk melakukan aktivitas wisata. Hal tersebut akan menjadi ancaman untuk keberlangsungan kawasan ekowisata Musiduga sehingga perlu penanganan khusus oleh pemerintah Sijunjung. f) Belum Adanya Perijinan atau Legalitas Musiduga secara administratif terletak pada tiga nagari yaitu nagari Muaro, nagari silokek, dan nagari Durian Gadang. Potensi ekowisata yang terletak di Musiduga berada pada beberapa lokasi yang berbeda. Status kepemilikan potensi ekowisata Musiduga belum sepenuhnya milik pemerintah karena beberapa potensi kepemilikannya masih berdasarkan pemilik lahan. Salah satu contohnya Air terjun Batang Tano atau Air terjun Palukahan yang dikelola oleh suku Pitopang karena berada di tanah ulayat suku pitopang. Berdasarkan hasil wawancara terdapat perbedaan pernyataan antara pemerintah dengan masyarakat. Hasil wawancara dengan pihak pemerintah menyatakan bahwa adanya beberapa hambatan dalam pembebasan lahan. Sedangkan masyarakat menyatakan bersedia melakukan pembebasan lahan jika hal tersebut bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat setempat. Hal ini menjadi penting untuk dimusyawarahkan antara pemerintah terkait dan masyarakat untuk mendapatkan solusi dalam permasalahan pembebasan lahan tersebut. 4) Faktor Teknologi Perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang pesat, baik di bidang bisnis maupun di bidang yang mendukung kegiatan bisnis. Teknologi tidak hanya mencakup penemuan-penemuan baru, tetapi juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Suatu perusahaan perlu mengikuti kemajuan teknologi yang dapat diterapkan pada produk atau jasa yang dihasilkan maupun pada tekhnik pengoperasiannya. Kotler dan Keller (2007) menjelaskan bahwa ada empat hal dalam tren perubahan konsumen saat ini dan di masa mendatang, yaitu peningkatan daya beli konsumen, ketersediaan informasi bagi konsumen, partisipasi konsumen, dan resistensi (perubahan sikap) konsumen.
47 Keseluruhan tren tersebut didukung oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang menciptakan pola dimana informasi bisa didapatkan siapa saja dan kapan saja. Pemanfaatan perkembangan teknologi untuk menjangkau pasar yang lebih luas, memperbaiki sistem pelayanan, dan sebagai sarana komunikasi. Perkembangan teknologi menjadi peluang besar dalam menjalankan usaha, termasuk bidang ekowisata. Saat ini tujuan berwisata adalah melakukan dokumentasi disetiap objek yang dikunjungi. Bahkan dokumentasi tersebut tidak hanya disimpan sebagai dokumen pribadi namun juga dishare melalui media sosial. Media sosial seperti facebook, instagram, pinterest, tumblr, path saat ini dianggap media paling tepat dan efektif untuk promosi destinasi wisata. Hal tersebut juga didukung dengan budaya masyarakat Indonesia yang suka selfie dan sebagai konsumen terbesar pengguna media sosial. Selain itu teknologi komunikasi juga mendukung kegiatan operasional usaha seperti reservasi melalui telepon dan menunjang sistem komunikasi antar pengelola. b. Lingkungan Mikro Lingkungan mikro yaitu lingkungan industri dimana kawasan ekowisata Musiduga beroperasi. Lingkungan industri memiliki implikasi yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap kegiatan operasional usaha. Analisis yang dilakukan berdasarkan kekuatan-kekuatan yang memacu persaingan industri. Kekuatan dengan intensitas yang kuat akan menjadi ancaman karena akan mengurangi laba. Sebaliknya lemahnya kekuatan akan memberikan kesempatan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Porter (2004) analisis five force (5P) lingkungan industri dibagi menjadi lima yaitu persaingan antara perusahaan yang sama, ancaman pendatang baru, ancaman produk substitusi, kekuatan penawaran pembeli, dan kekuatan penawaran pemasok. 1) Persaingan Antara Perusahaan yang Sama Perusahaan yang dalam industri akan saling tergantung, jika suatu perusahaan melakukan suatu gerakan yang menimbulkan persaingan maka pesaing akan melakukan pembalasan atau usaha perlawanan. Intensitas persaingan akan terjadi karena beberapa faktor yaitu jumlah pesaing, tingkat pertumbuhan industri, karakteristik produk, jumlah biaya tetap, kapasitas, tingginya penghalang untuk keluar, dan diversitas pesaing. Pada saat ini usaha wisata yang diminati pengunjung antara lain wanawisata telabang sakti, waterboom muaro kalaban, taman wisata kandi, kolam renang colau, dll. Namun usaha wisata tersebut tidak bisa dianggap pesaing bagi kawasan ekowisata Musiduga. Karakteristik potensi ekowisata Musiduga beragam baik potensi ekowisata alam, potensi ekowisata budaya, dan potensi ekowisata sejarah tersedia pada satu kawasan. Selain itu halangan Musiduga untuk keluar dari industri tinggi karena Musiduga memiliki asset khusus berupa potensi ekowisata yang kompleks yang tidak terdapat di destinasi wisata lain. 2) Ancaman Pendatang baru Pendatang baru dalam industri akan menimbulkan beberapa implikasi terhadap perusahaan yang telah ada. Ancaman pendatang tergantung adanya pengalang masuk dan reaksi-reaksi dari pesaing-pesaing yang telah ada. Beberapa hambatan dalam memasuki suatu industri yaitu skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, keunggulan biaya, akses saluran distribusi dan peraturan pemerintah. Ancaman pendatang baru dari skala ekonomi dan permodalan untuk memasuki industri pariwisata relatif rendah. Pembangunan usaha ekowisata
48 memerlukan skala ekonomi dan kebutuhan modal yang besar sehingga sulit bagi pendatang baru untuk masuk ke dalam industri tersebut. Berdasarkan diferensiasi produk Musiduga memiliki kekuatan yang menjadi penghalang bagi pendatang baru yaitu potensi ekowisata yang alami dengan berbagai keunikan yang tidak dapat ditiru. Mengenai aspek kebijakan pemerintah hingga saat ini tidak ada kebijakan pemerintah yang membatasi atau menghambat kemungkinan munculnya usaha pariwisata baru melalui peraturan-peraturan tertentu. Kemudian faktor lain yang menentukan hambatan masuk pendatang baru adalah akses ke saluran distribusi, musiduga yang lebih mengunggulkan produk berupa jasa yang langsung dinikmati di tempat, akses ke saluran distribusi ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan. 3) Ancaman Produk Substitusi Produk pengganti akan muncul dalam bentuk berbeda namun dapat memuaskan kebutuhan yang sama dalam produk lain. Keberadaan produk substitusi akan membatasi potensi bisnis suatu industri. Jika industri tidak mampu meningkatkan kualitas produknya maka pertumbuhan industri dapat terancam. Produk substitusi ditentukan oleh banyaknya jumlah produk yang memiliki fungsi yang sama dengan perusahaan. Potensi wisata di Kabupaten Sijunjung yang muncul semakin beragam dimana banyaknya ditemukan potensi wisata baru selain di Musiduga. Kabupaten Sijunjung memiliki banyak destinasi wisata baik yang telah dikelola atau baru sebatas potensi. Disetiap nagari terdapat potensi wisata yang mulai diminati pengunjung antara lain kolam renang colau, ngalau posuak, ngalau galogah,danau hijau,dll. Potensi tersebut memiliki kesamaan dengan beberapa potensi yang terdapat di Musiduga. Potensi tersebut akan menjadi produk substitusi bagi kawasan ekowisata Musiduga yang akan menjadi ancaman bagi Musiduga jika tidak dikelola dengan optimal. 4) Kekuatan Penawaran Konsumen Pembeli mempengaruhi industri melalui kemampuan dengan menekan harga, permintaan kualitas dan jasa yang lebih baik, dan memainkan peran untuk melawan satu pesaing lainnya. Komsumen yang melakukan pembelian dalam jumlah banyak akan mempengaruhi intensitas persaingan dalam industri. Kekuatan tawar menawar konsumen juga lebih tinggi ketika yang dibeli adalah produk standar atau tidak terdiferensiasi. Ketika kondisi seperti ini, konsumen sering kali dapat bernegosiasi tentang harga jual ataupun cakupan garansi. Untuk usaha yang bergerak dalam bidang pariwisata digolongkan ke dalam industri jasa dimana kekuatan tawar menawar pengunjung tidak berpengaruh menjadi suatu ancaman. Hal ini dikarenakan dalam industri jasa,harga jasa bervariasi yang ditentukan oleh produsen sesuai dengan kualitas jasa yang dihasilkan.Sementara konsumen cenderung mengikuti harga jasa yang telah ditetapkan oleh produsen jasa. Harga jasa cenderung ditentukan oleh daya beli konsumen. 5) Kekuatan Penawaran Pemasok Pemasok dapat mempengaruhi industry dengan cara menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang yang akan dibeli konsumen. Kekuatan tawar menawar pemasok akan kuat jika industry pemasok didominasi sedikitnya perusahaan yang sama, produk yang unik, tidak tersedianya barang substitusi, dan industri pembeli hanya membeli dalam jumlah kecil sehingga tidak menjadi prioritas bagi pemasok. Berdasarkan hasil wawancara pemasok yang memiliki kekuatan dalam pengembangan Musiduga adalah PLN, karena dalam
49 pengembangan usaha ekowisata akan membutuhkan sumberdaya listrik. Berdasarkan pemaparan hasil analisis lingkungan eksternal maka akan menghasilkan peluang dan ancaman bagi kawasan ekowisata Musiduga yang dijelaskan pada Tabel 6. Tabel 6 Data analisis faktor eksternal kawasan ekowisata Musiduga Faktor eksternal Faktor Ekonomi Faktor Politik, pemerintah, dan hukun
Peluang
Ancaman
Banyaknya produk hukum yang mendukung pengembangan ekowisata Adanya bantuan pemerintah dalam bentuk dana dan pendampingan Program pengaktifan jalur kereta api oleh PT.KAI
Faktor Sosial, budaya, dan lingkungan
Faktor teknologi
Analisis lingkungan Industri
Belum adanya surat pembebasan lahan Aktivitas tambang mencemari lingkungan Infrastruktur yang tidak memadai Kemajuan teknologi mempermudah promosi Kemajuan teknologi mendukung pengembangan kawasan ekowisata -
-
Perumusan Strategi Komponen SWOT Hasil analisis lingkungkan internal dan eksternal diperoleh dari hasil diskusi dengan pihak dinas parsenibudpora Kabupaten Sijunjung, Bappeda Sijunjung, dinas Koperindag Sijunjung, wakil bupati Sijunjung, wali nagari Silokek, wali nagari Durian Gadang, anggota KPA Batu Gando. Analisis internal menghasilkan faktor kekuatan dan kelemahan. Sedangkan analisis eksternal menghasilkan peluang dan hambatan. Analisis internal terdiri dari 2 kekuatan dan 6 kelemahan, sementara analisis eksternal terdiri 3 peluang dan 2 ancaman. 1. Kekuatan a. Memiliki potensi ekowisata yang kompleks Musiduga sebagai kawasan ekowisata tidak hanya memiliki satu jenis potensi, namun memiliki potensi ekowisata kompleks yaitu ekowisata alam, ekowisata budaya, ekowisata sejarah, dan ekowisata minat khusus. Potensi ekowisata alam Musiduga terdiri dari enam goa, dua air terjun, pemandangan alam, pasir putih dan sumber mata air yang berpotensi menjadi tempat pemandian. Potensi ekowisata budaya berupa kearifan lokal tradisi bakaua (syukuran setelah panen), kesenian randai, silek pangian, budaya turun mandi. Kegiatan budaya ini dapat dinikmati secara musiman sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh masyarakat setempat. Potensi ekowisata sejarah terdapatnya lokomotif uap peninggalan jepang, batu basurek, dan makan van de greef (penemu batu bara ombilin sawahlunto). Potensi ekowisata minat khusus berupa arung jeram dan panjat tebing. Arus sungai kuantan yang deras berpotensi dikembangkan aktivitas wisata arung jeram. Kemudian tebing-tebing tinggi yang terdapat di kawasan
50 Musiduga cocok dikembangkan wisata panjang tebing bagi pengunjung yang ingin menguji adrenalin dan berjiwa petualang. b. Memiliki Lokasi yang Strategi Lokasi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan suatu bisnis. Lokasi yang strategis dan mudah dijangkau oleh konsumen akan menjadi kekuatan yang sulit dikalahkan oleh pesaing. Musiduga terletak pada lokasi yang strategis dan mudah dijangkau. Musiduga berjarak 15km dari ibukota Kabupaten Sijunjung. Akses jalan menuju Musiduga dari ibukota kabupaten dengan kondisi jalan beraspal. c. Adanya Kegiatan Penelitian oleh Mahasiswa dari Perguruan Tinggi Kekayaan sumberdaya alam yang terdapat di Musiduga menjadi suatu daya tarik bagi civitas akademik melakukan kegiatan penelitian. Berdasarkan hasil wawancara telah dilakukan penelitian oleh mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi antara lain Trianita (2011) “Penilaian potensi wisata Musiduga sebagai alternatif pemanfaatan sumberdaya berkelanjutan, Amelia (2012) “Perencanaan ekowisata Musiduga kabupaten Sijunjung provinsi Sumatera Barat. Penelitian tersebut akan membantu dinas terkait dalam pengembangan kawasan ekowisata Musiduga. 2. Kelemahan a. Belum Adanya RIPDA Pembangunan kawasan wisata harus berdasarkan landasan, strategi, dan kebijakan yang jelas sehingga pengembangan kepariwisataan dapat dilaksanakan secara terarah, terpadu, dan terkendali sesuai dengan potensi yang terdapat pada suatu kawasan. UU No 10 tahun 2009 pada pasal 8 telah menjelaskan bahwa perencanaan pengembangan kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan yang terdiri dari rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional, rencana induk kepariwisataan provinsi, dan rencana induk kepariwisataan kabupaten/kota. Adapun penyusunan RIPDA bertujuan sebagai penunjuk arah kebijakan pembangunan kawasan, sebagai pedoman perencanaan pembangunan pariwisata kawasan, memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai potensi wisata, dan dapat menjadi acuan bagi seluruh stakeholder agar dapat bekerjasama dalam pembangunan pariwisata7. Oleh karena itu dinas parsenibudpora Kabupaten Sijunjung dianggap perlu melakukan penyusunan RIPDA sebagai acuan dalam pengembangan pariwisata Kabupaten Sijunjung. b. Belum Adanya Masterplan Pengembangan Kawasan Musiduga Masterplan adalah rencana induk pengembangan kawasan yang direncanakan secara kompleks sehingga menghasilkan suatu rancangan kawasan yang akan dikembangkan dalam jangka panjang. Masterplan hampir sama dengan RIPDA namun yang membedakan masterplan lebih fokus pada pengembangan pada satu kawasan. Dengan adanya masterplan maka mempermudah stakeholder untuk melakukan pengembangan destinasi wisata sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.
7 Penelitian pariwisata RIPPDA http://penelitianpariwisata.com/penyusunan-dan-review-rippda/
51 c. Belum Adanya SDM yang Berkompeten di Bidang Pariwisata Sumberdaya manusia memegang peranan penting dalam suatu organisasi karena sumberdaya manusia yang berkualitas dan berkompeten akan mendukung keberhasilan operasional organisasi. Perusahaan harus mampu memilih sumberdaya manusia yang dapat berperan secara aktif dan efisien. Berdasarkan hasil observasi dinas parsenibudpora Kabupaten Sijunjung sebagai penanggung jawab keberhasilan bidang pariwisata ternyata belum memiliki SDM yang sesuai dengan keahlian. Kepala dinas dengan latar belakang pendidikan komunikasi, kepala bidang pariwisata dengan latar pendidikan komunikasi, kepala bagian pengembangan objek dengan latar belakang pendidikan seni rupa, dan kepala bagian promosi pariwisata dengan latar belakang pendidikan hukum. Dinas parsenibudpora hanya memiliki satu orang SDM yang memiliki latar belakang pendidikan pariwisata namun tidak berada pada bidang pariwisata. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa minimnya SDM yang berkompeten dan posisi SDM tidak sesuai dengan bidangnya sehingga menyebabkan sulitnya menerima dan mendapatkan informasi mengenai dunia pariwisata yang selalu berkembang. Hal ini dianggap salah satu menjadi faktor lambannya perkembangan bidang pariwisata di Kabupaten Sijunjung. d. Masih terbatasnya alokasi dana APBD untuk pengembangan pariwisata Musiduga sebagai kawasan yang memiliki potensi ekowisata yang kompleks hingga saat ini masih dikelola oleh pemerintah daerah. Sumber dana pengembangan kawasan wisata yang dikelola oleh pemerintah berasal dari APBD daerah setempat. Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak bappeda Kabupaten Sijunjung menyimpulkan bahwa kabupaten sijunjung masih fokus pengalokasian dana untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. Kemudian kabupaten Sijunjung belum memiliki RIPDA sehingga belum adanya gambaran pengembangan pariwisata Sijunjung yang jelas. Hal tersebut menyebabkan terbatasnya dana APBD yang dialokasikan untuk kegiatan Pariwisata. e. Aksesibilitas yang kurang memadai Kondisi aksesibilitas menjadi faktor pendukung untuk menarik pengunjung datang ke suatu destinasi wisata. Aksesibilitas yang memadai akan menjadi salah satu daya tarik pengunjung untuk datang ke destinasi wisata dan sebaliknya. Kawasan Musiduga berada pada lokasi yang strategis karna hanya berjarak 15 kilometer dari ibukota Kabupaten Sijunjung. Namun lokasi yang strategis tersebut tidak didukung dengan kondisi aksesiblitas yang memadai. Kondisi jalan menuju Musiduga beraspal namun banyak jalan berlubang dan beberapa titik terdapat jalan amblas. Kemudian bagi pengunjung yang ingin datang ke Musiduga belum tersedianya transportasi umum seperti kendaraan roda empat maupun roda dua sehingga pengunjung harus datang menggunakan kendaraan pribadi. f. Hasil penelitian belum dimanfaatkan sebagai referensi oleh dinas terkait Kekayaan sumberdaya alam kawasan Musiduga menjadi salah satu alasan dijadikan sebagai lokasi penelitian bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian. Musiduga dijadikan sebagai obyek penelitian bagi beberapa mahasiswa dari perguruan tinggi semenjak tahun 2011. Selain obyek penelitian Musiduga juga menjadi lokasi KKN bagi mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi seperti IAIN Padang, Universitas Andalas, dan Universitas Negeri Padang setiap tahunnya. Khusus untuk bidang pariwisata Musiduga terdapat dua hasil penelitian, yaitu “penilaian potensi wisata Musiduga sebagai alternative pemanfaatan
52 sumberdaya berkelanjutan (Trianita 2011), “perencanaan ekowisata Musiduga kecamatan Sijunjung, kabupaten Sijunjung, provinsi Sumatera Barat (Amelia 2012)”. Dua hasil penelitian tersebut diserahkan kepada dinas parsenibudpora Kabupaten Sijunjung, namun belum dimanfaatkan sebagai referensi oleh dinas terkait. Hal tersebut dibuktikan pada hasil penelitian Amelia (2012) ditemukan beberapa potensi wisata baru yang belum terdata oleh dinas terkait namun hasil tersebut tidak diupdate oleh dinas parsenibudpora dalam data potensi wisata Musiduga. Tabel 7 Data Potensi ekowisata Kawasan Musiduga Dinas Parsenibudpora 2015 vs penelitian Amelia (2012) Jenis potensi ekowisata
Ekowisata alam
Ekowisata Sejarah
Ekowisata Kuliner
Data potensi Musiduga Sumber Dinas Parsenibudpora 2015 Goa Basurek Goa Cigak Goa Seribu Goa Talago Air Terjun Batang Tano Pasir Putih Arung Jeram Lokomotiv Uap Batu Basurek
Data Potensi Musiduga Sumber penelitian Amelia (2012) Goa Basurek Goa Cigak Goa seribu Goa Talago Goa Sungai Landai Goa Sipungguak Air terjun Batang Tano Air terjun Batang Taye Arung Jeram Pasir Putih Pulau Andam Dewi Pemandian Lubuak Atan Batu Kodau Lokomotiv Uap Batu Basurek Makam Van De Greef Samba kacau Lidah-lidah
Sumber : Dinas Parsenibudpora 2015 dan Amelia (2012) g. Terdapatnya sistem informasi yang tidak update dan unvalid Sistem informasi manajemen berfungsi untuk membuat database yang berisi berbagai catatan dan data perusahaan. Penerapan sistem ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi untuk evaluasi kinerja dan pengembangan perusahaan melalui data. Pencatatan dan recording data oleh dinas parsenibudpora masih sangat sederhana, yaitu dengan data excel. Contoh database dinas parsenibudporan seperti jumlah pengunjung yang datang ke Musiduga telah di data setiap tahunnya. Namun pada saat pengumpulan data sekunder mengenai potensi ekowisata tidak update dan data jumlah pengunjung setiap tahunnya tidak valid. Hal ini dibuktikan pada data kunjungan ke objek wisata (kawasan Musiduga) lebih besar dibanding jumlah data kunjungan wisatawan Kabupaten Sijunjung secara keseluruhan. h. Infrastruktur yang tidak memadai Pengembangan kawasan ekowisata harus didukung dari berbagai bidang salah satunya infrastruktur yang memadai. Produk ekowisata yang bersifat intangible (tidak berwujud), kualitas jasa wisata sangat tergantung pada produk yang tangible (berwujud). Physical Evidence merupakan bukti fisik dari jasa yang dapat dinikmati oleh konsumen, antara lain gedung, fasilitas, tampilan fisik, karyawan
53 berpakaian rapi, berdasi, dan sebagainya. Musiduga saat ini hanya memiliki potensi wisata namun belum didukung dengan infrastruktur yang memadai. Aksesibilitas menuju Musiduga berupa jalan beraspal namun dengan kondisi rusak. Kemudian aksesibilitas menuju setiap objek melalui jalan setapak dirintis oleh masyarakat setempat. Fasilitas seperti toilet, musholla, gazebo belum tersedia. Selain itu peta persebaran potensi dan papan petunjuk potensi wisata juga belum tersedia. Musiduga belum memiliki bukti fisik yang cukup lengkap seperti bangunan kantor, gedung pertunjukan, tempat beribadah, toilet, parkir yang luas, dan jumlah karyawan yang memadai. Namun bukti fisik ini kurang didukung dengan kualitasnya, seperti tempat beribadah dan toilet yang kurang bersih, penampilan karyawan yang tidak berseragam dan tidak ada standar yang menjadi aturannya. 3. Peluang a. Banyaknya produk hukum yang mendukung pengembangan ekowisata Pengembangan kawasan ekowisata menjadi salah satu perhatian pemerintah dalam sektor pariwisata. Gaya hidup masyarakat pada saat ini cenderung kembali ke kondisi yang natural atau back to nature dan permintaan konsumen terhadap destinasi wisata yang bersifat alami mengalami peningkatan. Kondisi tersebut menjadi perhatian khusus pemerintah dalam membuat kebijakan dan produk hukum. Produk hukum seperti UU no 32 tahun 2004, UU no 26 tahun 2007, UU no 32 tahun 2009, UU no 10 tahun 2009, PP no 38 tahun 2007, PP No 50 tahun 2011, Perda no 3 tahun 2014 menyatakan setiap kegiatan pengembangan pariwisata harus dilandasi dengan konsep “sustainable tourism” atau wisata berkelanjutan juga lebih dikenal dengan konsep ekowisata. b. Adanya bantuan pemerintah dalam bentuk dana dan pendampingan Pariwisata sebagai salah satu sektor penyumbang devisa selalu menjadi perhatian khusus bagi pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah. Hal tersebut dibuktikan dengan bentuk program-program pemerintah memberikan bantuan untuk pengembangan pariwisata dalam bentuk bantuan dana maupun pendampingan. Program-program pemerintah menjadi peluang yang dimanfaatkan untuk kemajuan pariwisata suatu daerah. c. Perkembangan teknologi mendukung pengembangan kawasan ekowisata Perkembangan teknologi dapat menjadi sistem penunjang untuk pengembangan bidang pariwisata dengan konsep ekowisata. Teknologi ini dapat dimanfaatkan dari berbagai pihak. Bagi stakeholder yang mengelola kawasan wisata teknologi dapat mempermudah akses untuk memperoleh informasi baik berupa bantuan atau kerjasama baik dengan pemerintah pusat, LSM yang bergerak di bidang pariwisata, atau bisnis tour travel. Bagi pengunjung kemajuan teknologi juga memberikan manfaat, salah satunya melalui media sosial informasi mengenai destinasi ekowisata yang menarik akan mudah diperoleh. 4. Ancaman a. Belum adanya surat pembebasan lahan Kepemilikan lahan yang jelas menjadi hal penting dalam pengelolaan suatu kawasan wisata. Salah satu hambatan dalam pengembangan kawasan Musiduga berupa kepemilikan lahan. Potensi ekowisata yang tersebar di kawasan Musiduga saat ini berada di lahan milik masyarakat maupun di lahan suku atau tanah ulayat. Untuk pengembangan kawasan ekowisata perlu adanya kepemilikan lahan yang jelas, sehingga pemerintah daerah dianggap perlu melakukan pengurusan surat
54 pembebasan lahan. Dengan adanya surat pembebasan lahan dapat meminimalisir terjadinya permasalahan sengketa lahan di kemudian hari. b. Aktivitas tambang mencemari lingkungan Kegiatan tambang emas illegal yang dilakukan oleh masyarakat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas tambang seperti air sungai yang kotor dan terkontaminasi bahan kimia, hutan di pinggiran sungai menjadi gundul, longsor, serta banyaknya jalan yang terban. Kondisi lingkungan tersebut akan mempengaruhi minat pengunjung terhadap kawasan ekowisata Musiduga. Hal tersebut perlu menjadi perhatian bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan kawasan Musiduga sebagai destinasi ekowisata karena pengunjung membutuhkan lingkungan yang alami. Matriks SWOT Matriks SWOT menggambarkan bagaimana cara mencocokkan kekuatan dan kelemahan internalnya yang dihadapi suatu organisasi tertentu dengan peluang dan hambatan eksternal untuk menghasilkan empat rangkaian alternatif strategis Tabel 8. Identifikasi Matriks SWOT akan menghasilkan alternatif strategi menjadi empat strategi umum yaitu: strategi SO, ST, WO, dan WT. Berdasarkan analisis matriks SWOT keempat strategi umum ini akan menghasilkan enam alternatif strategi. Adapun strategi dari hasil matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 8. 1. Strategi S-O Strategi S-O merupakan pencocokan dari hasil analisis kekuatan dan peluang Musiduga. Musiduga memiliki kekuatan berupa potensi ekowisata yang kompleks baik dari pilar ekologi, sosial budaya, dan ekonomi. Dilihat dari pilar ekologi (alam) potensi Musiduga berupa pemandangan alam, air terjun, goa, pasir putih, aktivitas arung jeram dan tebing-tebing yang cocok untuk aktivitas panjat tebing. Pilar sosial budaya musiduga memiliki potensi berupa upacara adat dan kesenian. Kemudian dilihat dari pilar ekonomi Musiduga berpotensi dikembangkan sektor perikanan dan perkebunan karena memiliki lahan yang luas dan sumber air yang melimpah. Untuk sektor perkebunana Musiduga memiliki satu tanaman khas yang berpotensi dikembangkan yaitu tanaman pinang. Ditinjau dari faktor peluang pengembangan Musiduga didukung oleh pihak pemerintah baik dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. Bentuk dukungan pemerintah tersebut tertuang pada produk hukum yang menetapkan peraturan bahwa pengembangan sektor pariwisata harus menganut prinsip sustainable tourism atau ekowisata. Selain itu pemerintah juga mengeluarkan program pengembangan ekowisata berupa pendampingan dan bantuan dana. Kemudian kemajuan teknologi juga menjadi peluang dalam pengembangan Musiduga dengan memanfaatkan jejaring sosial sehingga mempermudah promosi musiduga kepada wisatawan. Berdasarkan kekuatan berupa potensi ekowisata yang kompleks didukung dengan peluang berupa dukungan produk hukum dan program pemerintah, kemajuan teknologi sehingga dapat diformulasikan satu strategi S-O yaitu “Menggali potensi wisata dan mengembangkan Musiduga sebagai kawasan wisata dengan konsep sustainable tourism atau ekowisata”. Menggali potensi wisata dan mengembangkan Musiduga sebagai kawasan wisata dengan konsep “sustainable tourism” atau ekowisata (S1,O1,O2,O3)
55 Strategi mengembangkan Musiduga sebagai kawasan wisata dengan konsep sustainable tourism merupakan pilihan tepat untuk memanfaatkan potensi ekowisata Musiduga dengan cara mensejahterahkan masyarakat lokal. Musiduga sebagai kawasan yang memiliki potensi ekowisata yang kompleks dikembangkan menjadi destinasi ekowisata yang tidak hanya beorientasi keuntungan melainkan juga mempertahankan kondisi lingkungan dan potensi ekowisata tetap terjaga kealamiannya. Ekowisata sebagai bagian dari konsep pengembangan pariwisata telah mengalami kemajuan dengan semakin banyaknya peminat jenis wisata yang berbasis pada kelestarian lingkungan. Pengembangan destinasi wisata dengan konsep ekowisata didapatkan hubungan timbal balik antara manusia yang menikmati alam dan kegiatannya dan alam yang terlestarikan secara baik. Ekowisata merupakan kegiatan perjalanan wisata yang dikemas secara professional, terlatih, dan memuat unsur pendidikan, sektor usaha ekonomi, menjaga kearifan lokal, memperhatikan kesejahteraan masyarakat lokal dan menjaga sumberdaya alam dan lingkungan dengan upaya konservasi. Pengembangan kawasan ekowisata yang ideal memerlukan beberapa tahap mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Tahapan pengembangan kawasan ekowisata yang perlu dilakukan, (Fatimah Et all 2013) yaitu: 1 Identifikasi potensi lokasi ekowisata 2 Penentuan tujuan ekowisata 3 Penentuan strategi ekowisata 4 Penyusunan zonasi dan regulasi ekowisata 5 Penyediaan infrastruktur dan fasilitas pendukung 6 Strategi pemasaran/promosi 7 Analisis biaya 8 Edukasi Selain itu pengembangan jasa ekowisata diharuskan memiliki manajemen yang professional, mencakup: 1) pemasaran yang spesifik menuju tujuan wisata, sehingga strategi pemasaran menempati posisi penting untuk menjangkau dan menarik pengunjung seluruh dunia, pengunjung yang telah datang ke Musiduga diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pengunjung lain agar dapat membantu konservasi lingkungan dan pengembangan masyarakat lokal, 2). Keterampilan dan layanan pengunjung secara intensif, layanan ekowisata merupakan pengalaman dan pendidikan terhadap lingkungan sehingga kepuasaan pengunjung akan tercapai melalui ragam layanan yang sabar dan efektif, 3). Keterlibatan peduduk lokal dalam memandu dan menerjemaahkan objek wisata karena penduduk lokal akan memiliki rasa tanggung jawab konservasi lingkungan apabila dilibatkan dalam jasa-jasa ekowisata, dan pemberian informasi, 4). Kebijakan pemerintah untuk melindungi asset lingkungan dan warisan budaya. 2. Strategi S-T Strategi S-T bertujuan memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi ancaman yang dihadapi Musiduga. Kekuatan Musiduga berupa lokasi yang strategis karena hanya berjarak 15 KM dari ibukota kabupaten. Lokasi menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha karena dengan lokasi yang strategis destinasi wisata akan mudah dijangkau wisatawan. Namun lokasi strategis Musiduga tidak didukung dengan kondisi lingkungan yang nyaman dan asri karena adanya aktivitas tambang emas illegal. Selain potensi ekowisata Musiduga juga kaya
56 dengan sumbeberdaya mineral berupa emas. Keberadaan potensi emas menjadi salah satu sumber mata pencaharian masyarakat Kabupaten Sijunjung. Penambangan emas di Musiduga bersifat illegal sehingga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kondisi sosial budaya Musiduga. Keberadaan aktivitas tambang menjadi ancaman dalam pengembangan ekowisata Musiduga karena menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif aktivitas tambang illegal antara lain rusaknya DAS Sungai Kuantan, perusakan hutan, dan perubahan suhu dimana sebelum adanya aktivitas tambang emas suhu di kawasan Musiduga cenderung sejuk namun setelah adanya aktivitas tambang suhu di Musiduga cenderung panas. Berdasarkan kekuatan yang dimiliki musiduga dan ancaman yang dihadapi Musiduga maka dihasilkan satu strategis S-T (yaitu Melakukan penutupan dan reklamasi tambang kawasan tambang emas. Melakukan penutupan dan reklamasi kawasan tambang emas Strategi penutupan dan reklamasi kawasan tambang emas bertujuan untuk mengembalikan kondisi lingkungan Musiduga yang telah tercemar oleh kegiatan tambang emas disepanjang sungai Kuantan. Reklamasi tambang merupakan usaha untuk memperbaiki kondisi lahan setelah aktivitas penambangan selesai. Tujuan dari kegiatan reklamasi lahan tambang untuk memperbaiki ekosistem lahan tambang melalui perbaikan kesuburan tanah dan penanaman lahan di permukaan sehingga kondisi lingkungan lebih baik dibanding dengan keadaan pada saat penambangan beroperasi. Kegiatan reklamasi tersebut dapat dilakukan dengan teknologi sederhana seperti pemeberian nutrisi tanah berupa bahan organic, serasah, dan penanaman tumbuhan keras seperti sengon, rasamala, dan bambu pada tebing sungai disepanjang sungai Kuantan. Hal ini harus menjadi perhatian khusus bagi pemerintah Kabupaten Sijunjung untuk melakukan kegiatan reklamasi karena penambangan tersebut bersifat illegal sehingga sulit mengharapkan pihak yang akan bertanggung jawab. 3. Strategi W-O Strategi W-O bertujuan mengatasi kelemahan yang dihadapi kawasan Musiduga dengan cara memanfaatkan peluang yang tersedia. Kelemahan Musiduga dalam pengembangan wisata tidak adanya blueprint baik berupa RIPPDA maupun masterplan.RIPPDA menjadi landasan utama yang dalam pengmbangan pariwisata dimana tertuang pada UU No 10 2009 tentang kepariwisataan dan RIPPARNAS 2010-2015. Musiduga sebagai kawasan wisata yang berada di bawah pengelolaan pemerintah daerah akan memperoleh sumber dana utama dari APBD sedangkan syarat utama agar dimasukkan ke dalam APBD harus adanya blueprint RIPPDA. Oleh karena itu Musiduga saat ini masih belum memperoleh anggaran dana yang besar dari APBD Kabupaten Sijunjung. Pengembangan kawasan Musiduga yang menggunakan prinsip sustainable tourism sehingga juga perlu melakukan penyusunan masterplan kawasan Musiduga. Penyusunan tersebut bertujuan agar pengembangan Musiduga memiliki landasan dan tujuan yang jelas. Kelemahan yang dimiliki Musiduga dapat diatasi dengan memanfaatkan peluang. Peluang yang dapat dimanfaatkan Musiduga berupa produk hukum yang mendukung pengembangan pariwisata dengan konsep ekowisata. Selain produk hukum pemerintah juga mengeluarkan program berupa bantuan dana dan pemdampingan pengelolaan kawasan ekowisata. Berdasarkan hasil analisis kelemahan dan peluang yang dihadapi
57 Musiduga maka dihasilkan satu alternatif strategi yaitu “Menyusun blueprint berupa RIPPDA dan Masterplan kawasan ekowisata Musiduga”. Pencocokan strategi W-O yang kedua yaitu kelemahan Musiduga belum adanya Bauran pemasaran yang jelas. Bauran pemasaran dalam penelitian ini berdasarkan pendekatan 7P. Musiduga belum memiliki potensi wisata yang memiliki nilai tambah sehingga belum bernilai jual. Wisatawan yang datang ke Musiduga baru dapat menikmati dengan fasilitas seadanya sehingga belum ada produk baik barang maupun jasa yang dapat dibayar oleh wisatawan. Kemudian untuk lokasi Musiduga berada ditempat yang strategis namun belum didukung dengan infrastruktur dan fasilitas yang memadai. Proes promosi juga masih kurang dilakukan oleh dinas terkait, dimana promosi hanya menggunakan leaflet yang disusun pada tahun 2008. Berdasarkan kelemahan tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan program yang dikeluarkan pemerintah pusat, memanfaatkan bantuan dana dan pendampingan, serta pemanfaatan kemajuan teknologi seperti penggunaan jejaring sosial untuk promosi. Berdasarkan kelemahan yang dialami diatasi dengan peluang yang tersedia sehingga perlu dilakukan suatu alternatif strategi yaitu “menyusun bauran pemasaran Musiduga”. Pencocokan strategi W-O yang ketiga yaitu kelemahan Musiduga belum memiliki SDM yang berkualitas. Musiduga pada saat ini dikelola oleh pemerintahan daerah Kabupaten Sijunjung tepatnya dibawah dinas Parsenibudpora. Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak internal bahwa faktor penyebab lambannya perkembangan Musiduga karena dikelola oleh SDM yang tidak bekompeten pada bidangnya. Efek dari pengelola yang memiliki kompeten di bidang pariwisata sehingga timbulnya kelemahan-kelemahan lain seperti adanya data yang tidak update dan unvalid, tidak mengikuti perkembangan ilmu pariwisata, tidak memanfaatkan hasil penelitian sebagai referensi pengembangan Musiduga. Dengan adanya peluang berupa produk hukum yang mendukung pengembangan pariwisata dan program berupa bantuan serta pendampingan pengembangan maka perlu dirancang suatu strategi W-O yaitu “pembentukan pengelola khusus dengan SDM yang berkompeten dan dan berkualitas” a. Menyusun blueprint berupa RIPDA Kabupaten Sijunjung dan masterplan kawasan ekowisata Musiduga Pembangunan bidang pariwisata harus memiliki konsep dan strategis yang jelas sesuai dengan UU No 10 tahun 2009 menyatakan bahwan pengembangan kepariwisataan harus diatur melalui rencana induk nasional, rencana induk provinsi, dan rencana induk kota/kabupaten, serta destinasi kawasan diatur melalui rencana induk pengembangan kawasan atau masterplan kawasan. Untuk pengembangan kawasan ekowisata Musiduga langkah utama yang perlu dilakukan adalah penyusunan RIPDA yang berpedoman pada Ripparnas dan RIPPDA Provinsi Sumatera Barat. Dengan adanya RIPDA dapat menjadi pedoman untuk penyusunan masterplan kawasan ekowisata Musiduga. Penyusunan masterplan merupakan gambaran keadaan akan datang dari kawasan ekowisata Musiduga yang efisien dan berkelanjutan. Masterplan tersebut dapat disusun dari dua aspek yaitu perencanaan wilayah dan perencanaan manajemen jasa ekowisata. Masterplan memuat tujuan dan sasaran pengelolaan wilayah yang dilandasi dengan dukungan aspek kelembagaan dan peraturan pendukung serta langkahlangkah strategis, manajemen aksi, pembiayaan, dan penetapan wilayah (zooning).
58 Perencanaan wilayah ekowisata harus berupaya memaksimalkan benefit dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. b. Merancang bauran pemasaran kawasan Musiduga Strategi pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi pengelola ekowisata karena dengan strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan dari sebuah perusahaan. Pemerintah dan pelaku usaha ekowisata adalah dua peran penting yang akan ikut menentukan keberhasilan strategi pemasaran ekowisata. Pemerintah perlu mengadakan promosi secara gencar dengan cakupan wilayah yang luas dan merata. Hal yang perlu dilakukan sebelum merancang bauran pemasaran adalah menentukan segmentasi ekowisata Musiduga, target ekowisata Musiduga, dan posisi tawar objek ekowisata. Melalui penentuan segmentasi pemerintah dan pelaku usaha ekowisata dapat menentukan kepada siapa jasa ekowisata akan ditawarkan, apakah wisatawan domestik atau wisatawan mancanegara, wisatawan berpendapatan menengah ke atas atau wisatawasan berpendapatan menengah ke bawah. Kemudian penentuan target ekowisata apakah penduduk Negara maju atau penduduk Negara brkembang, masyarakat perkotaan atau masyarakat pedesaan sehingga targeting dapat diketahui secara spesifik. Setelah itu juga perlu dilakukan penetapan posisi kawasan ekowisata Musiduga, apakah kawasan ekowisata Musiduga berorientasi pada harga, keindahan objek, atau pelayanan yang diberikan. Langkah strategi selanjutnya yang perlu dilakukan adalah merancang bauran pemasaran kawasan ekowisata Musiduga. Kawasan ekowisata Musiduga karena produk intagible maka bauran pemasaran yang cocok diterapkan adalah 7P meliputi place, product, price, promotion, process,people, dan physical evidence. Place atau lokasi satu hal penting yang mempengaruhi minat dan jumlah kunjungan pengunjung. Lokasi kawasan ekowisata Musiduga berada pada tempat yang strategis karena dekat dengan pusat ibukota Kabupaten Sijunjung sehingga akan mempermudah proses promosi serta mempengaruhi minat berkunjung wisatawan. Product atau produk bermutu merupakan kunci yang mendorong keberhasilan kegiatan ekowisata. Avenzora (2003) mendefinisikan produk wisata adalah suatu ruang tertentu dengan batas tertentu yang mengandung elemen-elemen ruang tertentu yang dapat menarik minat orang untuk berekreasi, menampung kegiatan rekreasi, dan memberikan kepuasan orang berekreasi. Kawasan ekowisata Musiduga memiliki potensi wisata yang unik, indah dan alami. Namun sebelum dilakukan kegiatan pemasaran potensi tersebut perlu dilengkapi dengan akses menuju potensi, papan penunjuk arah, papan informasi, fasilitas toilet, gazebo agar menjadi produk wisata yang bermutu dan bernilai jual di mata pengunjung. Price atau harga menjadi salah satu indikator keberhasilan pemasaran produk ekowisata. Penentuan harga terhadap setiap produk ekowisata sebaiknya diseimbangkan dengan kualitas produk yang dipasarkan. Promotion atau promosi bagian dari rangkaian bauran pemasaran yang ikut menentukan keberhasilan strategi pemasaran yang dilakukan. Promosi akan mempercepat penyampaian strategi pemasaran kepada konsumen, karena tanpa promosi informasi produk akan sulit sampai kepada konsumen. Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti melalui leaflet, booklet, pameran, cindera mata, website, penyediaan informasi ditempat umum (hotel,restoran, dan bandara) dan bekerjasama dengan biro perjalanan. Selain itu metode promosi dengan membuat kalender kegiatan yang dilakukan di kawasan ekowisata selama satu tahun sehingga pengunjung dapat
59 mengagendakan kunjungan. Process atau proses merupakan kegiatan yang menunjukkan bagaimana pelayanan yang diberikan kepada konsumen. Pengelola usaha ekowisata harus memberikan pelayanan yang memuaskan agar pengunjung betah berada di kawasan ekowisata Musiduga. Salah satu keberhasilan proses dapat dinilai dari kepuasaan pengunjung dalam mendapatkan pelayanan informasi kawasan ekowisata Musiduga. People atau partisipan adalah pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses operational kawasan ekowisata Musiduga. Pihak yang terlibat seperti pengelola, masyarakat lokal, dan tour guide. c. Membentuk badan pengelola khusus ekowisata Musiduga dengan SDM yang berkompeten Seluruh potensi wisata yang terdapat di Kabupaten Sijunjung berada di bawah pengelolaan dinas Parsenibudpora termasuk salah satunya Musiduga. Untuk pengembangan kawasan ekowisata Musiduga perlunya strategi pembentukan badan pengelola khusus kawasan Musiduga dan pengembangan SDM. Badan pengelola kawasan ekowisata salah satunya dalam bentuk Unit Pelaksana Teknik Badan (UPTB) atau dikelola oleh masyarakat yang bekerjasama dengan pemerintah. Pengelolaan kawasan Musiduga dengan konsep ekowisata memerlukan SDM yang berkompeten pada bidang pariwisata sehingga tujuan pengembangan tersebut dapat tercapai. SDM memiliki peran penting dalam mengoperasikan kawasan ekowisata melalui keahlian, keterampilan dan kreativitas baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. SDM dalam segala lini memiliki peran sama penting dalam menyuguhkan layanan sebaikbaiknya kepada pengunjung karena siapapun yag berhadapan pengunjung akan mencerminkan kawasan ekowisata secara keseluruhan. Strategi pengembangan SDM ekowisata dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu: pengembangan modal manusia, job analisis, dan pendidikan ekowisata. Strategi manajemen pengembangan SDM dengan mekanisme perekrutan, kompetensi, kebijakan upah, dan kesejahteraan merupakan hal penting yang perlu diperhatikan agar SDM tersebut senantiasa menjalankan tugas-tugasnya yang telah ditetapkan sebelumnya. 4. Strategi W-T Strategi W-T bertujuan untuk mengurangi kelemahan dan menghindari ancaman yang dihadapi Musiduga. Kelemahan yang dihadapi Musiduga berupa infrastruktur keras. Kondisi infrastruktur keras seperti banyaknya jalan yang terban dan berlubang, tidak adanya papan informasi objek, tidak adanya pos retribusi tiket, tidak adanya gazebo,toilet, kantin, musholla, dan pusat informasi. Berdasarkan analisis kekuatan berupa lokasi yang strategis namun mengalami ancaman berupa tambang emas illegal, infrastruktur dan dan faktor pendukung yang tidak memadai. sementara ancaman yang dihadapi Musiduga berupa Infrastruktur yang bersifat lunak yaitu legalitas lahan Musiduga yang akan dikembangkan. Potensi wisata yang tersebar di Musiduga berada di lahan milik suku, lahan hutan yang dikelola dinas kehutanan. Dengan adanya ancaman tersebut perlu dilakukan pengurusan legalitas lahan agar nantinya setelah Musiduga dikembangkan tidak terjadi persengketaan lahan. Berdasarkan kelemahan yang dialami dan ancaman yang dihadapi Musiduga perlu dirumuskan
60 strategi W-T yaitu “membangun dan memperbaiki infrastruktur, akomodasi, dan fasilitas pendukung Musiduga” a. Membangun dan meperbaiki infrastruktur, akomodasi, dan fasilitas pendukung Musiduga Pengurusan legalitas atau pengurusan izin dari pihak berwenang merupakan hal penting yang perlu dilakukan dalam pengembangan kawasan ekowisata. Pengurusan izin terdiri dari beberapa tipe sesuai dengan kepemilikan lahan dimana kawasan ekowisata dikembangkan. Pengurusan izin dari pihak berwenang yang harus dilakukan antara lain: 1. Pengembangan ekowisata yang berada pada kawasan cagar alam, cagar biosfer dan hutan alam dilakukan oleh BKSDA setempat 2. Pengembangan ekowisata yang berada pada kawasan hutan lindung dilakukan dengan dinas Kehutanan Provinsi setempat 3. Permendagri nomor 33 tahun 2009 tentang ekowisata, dimana setiap pengelola wisata harus memiliki tanda daftar usaha pariwisata yang diperoleh di badan perizinan daerah 4. Pengembangan ekowisata yang berada pada lahan rakyat atau suku dapat diselesaikan dengan pemuka adat suku, pemda, dan wali nagari dengan hasil musyawarah kesepakatan bersama. Disamping pengurusan legalitas, infrastruktur merupakan salah satu unsur penunjang yang penting dalam pengembangan kawasan wisata dengan konsep ekowisata. Hal dikarenakan ekowisata mengacu pada pemanfaatan lingkungan alam untuk tujuan wisata. (Fatimah 2013) infastruktur untuk pengembangan kawasan ekowisata dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu: infrastruktur keras dan insfrastruktur lunak. Infrastruktur keras terdiri dari pembuatan akses jalan, saluran listrik dan air, gedung informasi, pos keamanan, pos retribusi tiket masuk, fasilitas penginapan, dan warung makan. Sedangkan infrastruktur lunak meliputi media informasi (brosur, papan informasi, petunjuk jalan) dan media komunikasi (jaringan komunikasi dan internet). Kemudian infrastruktur penunjang lainnya adalah tenaga keamanan, karena tenaga keamanan tersebut menunjang dan menjamin rasa aman bagi pengunjung yang datang ke Musiduga. Penyediaan infrastruktur, akomodasi, dan fasilitas lainnya di kawasan ekowisata Musiduga diharapkan tidak melupakan unsur kelestarian lingkungan. Pengelola kawasan ekowisata Musiduga tidak boleh hanya berorientasi keuntungan ekonomi daripada keberlanjutan fungsi lingkungan karena konsep ekowisata sangant erat kaitannya dengan lingkungan. Apabila kondisi lingkungan sudah tidak terjaga dan hilang nilai potensinya, maka konsep ekowisata berkelanjutan tidak dapat diterapkan.
61
Tabel 8 Formulasi Matriks SWOT Internal
Kekuatan (Strengths) Kelemahan 1. Memiliki potensi ekowisata (Weakness) 1. Belum adanya blueprint yang kompleks berupa RIPPDA dan 2. Memiliki lokasi yang masterplan sterategis 2. Belum adanya bauran pemasaran yang jelas 3. Data hasil penelitian tidak digunakan sebagai referensi 4. Belum adanya SDM yang berkompeten di bidang pariwisata 5. Adanya data yang tidak update dan unvalid 6. Infrastruktur yang tidak memadai 1. Menyusun blueprint Peluang (opportunities) Menggali potensi-potensi 2. Banyaknya produk hukum wisata dan mengembangkan RIPDA Kabupaten yang mendukung Musiduga sebagai kawasan Sijunjung dan masterplan pengembangan ekowisata wisata dengan konsep kawasan ekowisata 3. Adanya bantuan pemerintah “sustainable tourism” atau Musiduga dalam bentuk dana dan ekowisata (W1,W2,O1,O2,O3,O4) pendampingan (S1,O1,O2,O3) 2. Merancang bauran 4. Kemajuan teknologi pemasaran kawasan mendukung pengembangan Musiduga kawasan ekowisata (W2,O1,O2,O3) 3. Membentuk badan pengelola ekowisata dengan SDM yang berkompeten (W3,W4,W5,O1,O2) Melakukan penutupan dan 5. Membangun dan Ancaman (Treats) 1. Aktivitas tambang reklamasi lahan tambang merperbaiki infrastruktur, mencemari lingkungan illegal akomodasi, dan fasilitas 2. Belum adanya surat (S2,T1) pendukung Musiduga pembebasan lahan (W6,T1,T2)
Rancangan Arsitektur Strategi Penyusunan suatu perencanaan strategi dari suatu organisasi, maka analisis visi dan misi merupakan unsur atau komponen yang paling penting dilakukan. Langkah ini perlu dilakukan karena segala aktivitas dan rencana yang akan dilakukan oleh organisasi, harus selaras dengan visi dan misi yag telah dirumuskan. Penyusunan rancangan arsitektur strategi pengembangan kawasan ekowisata Musiduga dengan mempertimbangkan beberapa unsur yaitu visi dan misi, analisis lingkungan internal dan eksternal, industry foresight, tantangan organisasi, dan sasaran yang ingin dicapai. Unsur-unsur tersebut nantinya diinterpretasikan ke dalam peta arsitektur strategi kawasan ekowisata Musiduga. Visi dan misi diharapkan mampu menjawab keinginan dan menjadi harapan organisasi di masa depan, mudah dipahami, dan dapat diaplikasikan dalam
62 program kerja yang nyata untuk mencapai sasaran organisasi. Kawasan ekowisata Musiduga berada dibawah pengelolaan pemerintahan Kabupaten Sijunjung sehingga visi dan misi kawasan ekowisata Musiduga berkaitan dengan visi dan misi Kabupaten Sijunjung dan Dinas Parsenibudpora. Perumusan visi dan misi kawasan ekowisata musiduga diperoleh dari hasil diskusi dengan pihak internal dari kawasan ekowisata Musiduga. Visi kawasan ekowisata Musiduga “Musiduga sebagai kawasan ekowisata terpadu”. Dalam mewujudkan visi kawasan Musiduga dapat ditempuh melalui misi pengembangan kawasan ekowisata Musiduga, yaitu menggali dan mengembangkan potensi wisata Musiduga dengan konsep ekowisata, menerapkan dan menanamkan prinsip konservasi kepada seluruh stakeholder, mewujudkan infrastruktur dan fasilitas pendukung yang memadai sesuai dengan konsep konservasi, mewujudkan SDM yang berkompeten dan professional, mewujudkan masyarakat Musiduga yang berwawasan ekowisata dan cinta lingkungan, mewujudkan produk ekowisata yang bernilai jual, dan menjadikan ekowisata Musiduga menjadi ikon pariwisata Kabupaten Sijunjung. Industry Foresight Penyusunan Industri foresight dilakukan mengarah ke perkembangan industri sejenis dalam menyikapi perubahan yang terjadi. Industry foresight disusun berdasarkan pada pemetaan arah kecenderungan industri sejenis pada masa yang akan datang, berdasarkan potensi yang ada dan potensi yang dimiliki organisasi pada saat ini dapat dipertahankan untuk masa depan. Perekonomian masyarakat Sijunjung pada saat ini masih sangat rendah, dimana angka kemiskinan dan jumlah pengganguran masih tinggi. Pada saat ini masyarakat hanya bertumpu pada sektor perkebunan yaitu tanaman karet yang dikelola secara konvensional sehingga belum mampu menstabilkan perekonomian masyarakat. Dengan adanya sumberdaya wisata yang berlimpah maka pengembangan industri pariwisata di Kabupaten Sijunjung dapat menjadi alternatif usaha untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Gambaran masa depan industri pariwisata di Kabupaten Sijunjung berpeluang besar untuk dikembangkan dan akan memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah. Hal tersebut juga didukung dengan perkembangan minat wisatawan yang cenderung beralih ke objek wisata yang masih alami. Dengan kekuatan Musiduga yang memiliki sumberdaya wisata yang kompleks dalam satu kawasan, masyarakat yang ramah, dan lokasi yang sterategis serta adanya dukungan kebijakan pemerintah dalam pengembangan wisata dengan konsep ekowisata menggambarkan Musiduga akan memiliki masa depan yang menjanjikan. Berdasarkan pemaparan gambaran masa depan Musiduga saat ini memiliki tujuan untuk mengembangkan kawasan Musiduga dengan konsep ekowisata melalui pembenahan lingkungan internal, pembentukan pengelola khusus dan SDM berkompeten, pembangunan infrastruktur, dan perancangan bauran pemasaran. Kawasan ekowisata Musiduga sebagai usaha yang bergerak di bidang jasa akan dipengaruhi oleh selera pengunjung sehingga dalam pengembangan kawasan harus memperhatikan beberapa variabel nilai pelanggan seperti nilai produk, pelayanan, keterampilan karyawan, dan kualitas infrastruktur. Strategi-strategi yang telah dihasilkan melalui analisis matriks SWOT bertujuan untuk menghadapi tantangan sehingga agar terciptanya kawasan Musiduga yang berkelanjutan, tercapainya SDM yang berkualitas, infrastruktur yang memadai, terealisasinya bauran pemasaran yang
63 optimal, dan adanya blueprint pembangunan pariwisata jangka panjang. Strategistrategi tersebut antara lain dengan cara pengembangan Musiduga dengan konsep ekowisata, pembentukan pengelola khusus dan perencanaan SDM yang berkompeten pada bidangnya, penyusunan blueprint berupa RIPDA dan masterplan, serta perancangan bauran pemasaran yang sesuai dengan kondisi Musiduga. Sasaran Kawasan Musiduga Sasaran organisasi adalah penggambaran hal yang ingin diwujudkan dengan tindakan yang diambil organisasi guna mencapai tujuan. Sasaran berfokus pada aksi (action), yaitu kegiatan yang bersifat spesifik, terinci, dapat diukur, serta dapat diwujudkan. Sasaran ditentukan berdasarkan diskusi antara peneliti dengan pihak internal, setelah peneliti merumuskan tantangan yang harus dipenuhi Kawasan Musiduga. Adapun sasaran yang harus dicapai kawasan Musiduga yaitu: Periode 1 1. Kepala dinas, kepala bidang, kepala bagian Pariwisata harus memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang pariwisata atau setara, serta memiliki motivasi yang tinggi terhadap pengembangan kawasan Musiduga. 2. Kepala bidang pariwisata harus memiliki kompetensi tentang pariwisata dan konsep ekowisata 3. Kepala bagian pengembangan objek beserta staf harus memiliki kompetensi mengenai pembagian objek wisata, mengindetifikasi infrastruktur dan fasilitas yang dibutuhkan setiap objek dan mampu membuat perencanaan pengembangan objek wisata. 4. Kepala bagian promosi dan pemasaran beserta staff harus memiliki kompetensi tentang ilmu pemasaran, khususnya pemasaran pariwisata, kemampuan berbahasa asing, ilmu interpretasi dan ilmu photografi. 5. Stakeholder dari dinas parsenibudpora harus memiliki ilmu tentang konsep ekowisata. 6. Dibentuknya pengelola khusus Musiduga berupa UPTB/UPTD dengan tenagatenaga yang berkompeten di bidang Pariwisata 7. Terbentuknya kelompok masyarakat atau pranata sosial sadar wisata dengan konsep satu objek satu pranata social 8. UPTD/UPTB kawasan Musiduga memiliki struktur organisasi yang jelas, dan setiap objek wisata sudah memiliki pengelola khusus dan SOP. 9. Semua potensi wisata di Musiduga sudah teridentifikasi dan terangkum dalam peta persebaran potensi ekowisata Musiduga 10. Seluruh kawasan tambang emas illegal yang beroperasi telah ditutup 11. Kawasan Musiduga sudah dilakukan zoonasi 12. Kawasan Musiduga sudah memiliki legalitas baik dari wilayah hutan maupun wilayah milik masyarakat Periode 2 1. Mulai dari gerbang masuk Musiduga sampai ke Nagari Silokek kawasan bekas tambang emas telah dilakukan revegetasi 2. Akses jalan raya menuju Musiduga sudah tidak ada yang berlubang dan terban. 3. Sudah memiliki Gerbang masuk Musiduga 4. Kabupaten sijunjung sudah memiliki blueprint RIPDA
64 5. Sudah berlakunya sistem retribusi tiket masuk kawasan 6. Tersedia areal parkir sebelum memasuki kawasan Musiduga 7. Tersedia minimal 10 alat transportasi khusus untuk mengangkut pengunjung menuju objek wisata tujuan 8. Minimal sudah memiliki dua jenis kuliner yang akan menjadi ikon Musiduga 9. Tersedianya dua pusat jajanan kuliner, yaitu di sekitar pasir putih untuk nagari Silokek dan di Nagari Durian Gadang Tahun 2019 1. Badan pengelola kawasan Musiduga sudah memiliki job analisis yang jelas meliputi: keluaran (outcomes) organisasi dan outcomes setiap posisi, prosedur kerja, sarana dan prasarana kerja, lingkungan kerja, dan spesifikasi kerja. 2. Musiduga telah memiliki data demand dan supply potensial 3. Musiduga sudah memiliki mitra minimal dua mitra tour operator 4. Tersedia 3 peta penyebaran objek di sepanjang kawasan Musiduga 5. Tersedianya 3 tempat ibadah disepanjang kawasan Musiduga 6. Seluruh potensi wisata berupa goa atau ngalau telah memiliki produk wisata, pos retribusi tiket, peralatan keamanan, toilet, tempat sampah, akses menuju objek, dan tenaga keamanan. 7. Seluruh potensi wisata berupa air terjun telah dilengkapi produk wisata, pos retribusi tiket, toilet, tempat sampah, musholla, saung atau gazebo, dan tenaga keamanan. 8. Potensi wisata pasir putih mempunyai produk wisata berupa wisata perahu, fliyingfox, dan berkemah, yang dilengkapi dengan peralatan keamanan pendukung kegiatan wisata, jasa penyewaan tenda dan peralatan camping, pos retribusi, toilet, tempat sampah, dan tenaga keamanan. 9. Adanya museum lokomotiv uap dan dilengkapi dengan miniatur yang menceritakan kondisi jaman romusha 10. Sudah berlakunya retribusi tiket objek wisata dan harga produk wisata 11. Sudah tersedianya gedung pusat informasi 12. Musiduga memiliki alat promosi berupa leaflet, booklet, dan media sosial berupa instagram,fanpage facebook, dan website Tahun 2020 1. Seluruh stakeholder kawasan Musiduga sudah memiliki kompetensi inti sesuai bidangnya, menjalankan fungsi manajemen dan sistem informasi manajemen yang jelas 2. Mulai beroperasinya event tahunan festival Musiduga 3. Tersedia 20 alat transportasi khusus untuk mengangkut pengunjung menuju objek wisata tujuan 4. Tersedianya cottage di kawasan pulau andam dewi 5. Musiduga mempunyai tiga restoran dan lima warung pusat jajanan kuliner yang terstandarisasi menurut dinas Kesehatan 6. Musiduga memiliki pusat oleh-oleh khas Musiduga 7. Musiduga memiliki website sebagai pusat informasi bagi pengunjung 8. Seluruh infrastruktur, fasilitas pendukung dan transportasi telah terstandarisasi 9. Musiduga memiliki billboard promosi di kawasan Bandara BIM, soekarno hatta, dan halim perdana kusuma
65 10. Musiduga memiliki paket-paket wisata yang bekerjasama dengan tour operator Tahun 2021 Musiduga menjadi kawasan ekowisata Mandiri Rekomendasi Program Rekomendasi program yang diformulasikan berdasarkan strategi-strategi yang dihasilkan pada matriks SWOT. Rekomendasi program kerja ini akan membantu kawasan ekowisata Musiduga dalam mencapai visi yang telah ditetapkan. Program-program ini membahas lebih lanjut dan terinci mengenai langkahlangkah yang harus ditempuh kawasan ekowisata Musiduga. Program-program yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Rekomendasi Program untuk pengembangan Kawasan Ekowisata Musiduga Strategi
Membentuk badan khusus pengelola ekowisata Musiduga
Tujuan
Program
Musiduga memiliki 1. Pemilihan kepala dinas, kepala SDM yang bagian Dinas Parsenibudpora berkompeten yang memiliki latar belakang pendidikan Pariwisata atau setara 2. Pelatihan konsep ekowisata bagi pihak dinas Parsenibudpora 3. Sosialisasi kepada masyarakat mengenai masyarakat sadar wisata 4. Melakukan musyawarah atau FGD dengan tokoh masyarakat, wali nagari, dan pemda terkait mengetahui tanggapan dan dukungan masyarakat lokal terhadap pengembangan kawasan ekowisata 5. Perekrutan SDM masyarakat sebagai tenaga pengelola objek wisata, tourguide, tenaga keamanan, tenaga administrasi. 6. Pelatihan tourguide, pelatihan manajemen jasa ekowisata, pelatihan tenaga adminstrasi, pelatihan interpreatasi bagi SDM terpilih 7. Pembentukan pranata sosial setiap objek wisata
Implikasi Manajerial 1. Konsekuensi yang harus dipersiapkan: 2. Badan kepegawaian daerah harus melakukan seleksi untuk pemilihan kepala dinas, kepala bagian parsenibudpora yang memiliki latar belakang dan kemampuan untuk melakukan pengembangan pariwisata Sijunjung 3. Dinas parsenibudpora harus mencari informasi badan atau perguruan tinggi yang memiliki jurusan ekowisata 4. Dinas Parsenibudpora menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi yang memiliki jurusan di bidang ekowisata 5. Kampanye masyarakat sadar wisata 6. Dinas Parsenibudpora, walinagari Silokek dan walinagari Durian Gadang melakukan kerjasama untuk melaksanakan perekrutan SDM dari masyarakat 7. Menentukan kualifikasi dan kriteria setiap posisi 8. Mempersiapkan bentuk
Waktu pelaksanaan Periode 1
Pelaksanaan/ penanggung jawab Badan kepegawaian Daerah Dinas Parsenibudpora Walinagari Silokek Walinagari Durian Gadang Perguruan tinggi terpilih
67
8. Perekrutan SDM bagian office badan pengelola khusus 9. Pembentukan badan pengelola khusus Kawasan ekowisata Musiduga 10. Penanaman visi dan misi, budaya organisasi 11. Melakukan tugas sesuai SOP
Menggali potensipotensi wisata dan mengembangkan Musiduga sebagai kawasan wisata dengan konsep “sustainable tourism” atau ekowisata
pelatihan diberikan, siapa staff yang akan diberikan pelatihan, siapa yang memberi pelatihan, apa yang diperoleh dari pelatihan tersebut, serta biaya yang digunakan untuk mengadakan pelatihan 9. Perekrutan SDM untuk officer 10. Melakukan penyusunan visi dan misi 11. Membentuk struktur organisasi 12. Menyusun SOP organisasi
Menyediakan 1. Mengidentifikasi potensi, Konsekuensi yang harus Periode 1 informasi awal lokasi ekowisata dan dilakukan: untuk penentuan tujuan ekowisata 1. menetapkan pihak yang akan mengembangkan 2. Melakukan studi kelayakan melakukan pengidentifikasi kawasan Musiduga untuk mengetahui kelayakan, potensi wisata, menghitung berdasarkan konsep daya dukung, dan keuntungan studi kelayakan Musiduga sustainable tourism ekowisata Musiduga 2. Mempersiapkan SOP 3. Peyusunan peta peyebaran pelaksanaan, waktu potensi ekowisata pelaksanaan, serta biaya 4. Penyusunan zoonasi dan yang digunakan. regulasi kawasan ekowisata Musiduga
Melakukan Untuk memulihkan 1. Rehabilitasi Lahan penutupan dan kondisi lingkungan Mengembalikan kondisi reklamasi kawasan yang telah rusak ekosistem menjadi aman dan tambang emas akibat produktif kembali penambangan emas 2. Revegetasi:
Konsekuensi yang harus Periode 1-5 dilakukan: 1. Pemerintah melakukan sosialisasi bahwa dampak tambang merusak
Dinas kehutanan Dinas parsenibudpora SDM yang memiliki keahlian di bidang arGIS SDM yang memiliki keahlian di bidang manajemen bisnis
Dinas pertambangan Dinas kehutanan Dinas Lingkungan Hidup, Dinas pertanian, dinas
68
agar bermanfaat
Membangun dan 3. meperbaiki infrastruktur, Serta fasilitas pendukung Musiduga
lingkungan 2. Pemerintah harus mampu memberikan alternative pekerjaan lain terhadap pekerja tambang
1. Mengurus legalitas atau Konsekuensi yang harus Periode 1-4 perijinan kawasan dilakukan : 2. Penyediaan tenaga keamanan 1. Melakukan musyawarah 3. Memperbaiki kondisi akses untuk mendapatkan surat jalan menuju Musiduga pembebasan lahan antara 4. Menyediakan lahan parkir pemda dengan tokoh 5. Memperbaiki bangunan masyarakat pemilik lahan. gerbang masuk Musiduga 2. Menentukan standar dan 6. Membangun gedung desain infrastruktur yang informasi yang akan dibangun sesuai 7. Membangun fasilitas dengan konsep ekowisata, 4. Untuk penginapan mempersiapkan biaya, dan mengantisipasi 8. Menbangun warung makan siapa yang akan melakukan sengketa lahan khas masyarakat lokal pembangunan tersebut yang akan 9. Membangun fasilitas mungkin timbul pendukung seperti toilet, di kemudian hari musholla, jalan akses, pos keamanan di setiap objek wisata 10. Membangun museum mini lokomotiv uap serta dilengkapi miniature. 11. Pelatihan tenaga keamanan 12. Pelatihan standarisasi usaha makanan Agar tersedianya fasilitas yang memadai untuk mendukung pengembangan kawasan ekowisata Musiduga
perkebunan, dinas perikanan dan peternakan, dan LSM pemerhati lingkungan. Dinas Parsenibudpora Bappeda DPRD Masyarakat Dinas Kehutanan Dinas Lingkungan Hidup Dinas Kesehatan Polisi/TNI
69
Menyusun blue print Agar kawasan 5. berupa RIPDA ekowisata Kabupaten Musiduga memiliki6. Sijunjung dan pedoman dan acuan masterplan kawasan yang jelas dalam ekowisata Musiduga melakukan pengembangan ekowisata
Menyusun RIPDA Kabupaten Konsekuensi yang harus Periode 1-2 Sijunjung dilakukan: Menyusun Blueprint kawasan 1. Dinas parsenibudpora dan ekowisata Musiduga Bappeda harus memiliki data kondisi Pariwisata Sijunjung dan Musiduga secara mendetail 2. Mencari lembaga yang berpengalaman melakukan penyusunan RIPDA dan masterplan 3. Menetapkan lembaga yang diajak untuk bekerjasama dalam penyusunan RIPDA dan masterplan Merancang bauran 7. Mempermudah 1. Melakukan riset pasar Konsekuensi yang harus Periode 3-4 pemasaran kawasan pengelola untuk mengenai demand dan dilakukan: Musiduga supply potensial wisatawan 1. Menentukan metode, siapa memasarkan Musiduga yang melakukan, dan biaya produk dan 2. Merancang produk dan yang harus dikeluarkan melakukan mengemas paket-paket untuk riset pasar dan promosi ekowisata alam menyusun rancangan bauran 3. Merancang produk dan pemasaran 8. Mempermudah mengemas paket-paket konsumen ekowisata budaya 4. Merancang kawasan mengetahui agrowisata pinang gambaran umum 5. Merancang produk ikon kawasan musiduga berupa minuman ekowisata jus pinang Muda Musiduga 6. Memberlakukan budaya ramah, sapa, dan senyum
Dinas Parsenibudpora Disperindag Dinas perkebunan Dinas komunikasi dan informasi SDM yang memiliki kompetensi dalam bidang pemasaran ekowisata Tour travel Masyarakat Wisatawan potensial
Jangka waktu Arsitektur Strategi Berdasarkan kerangka waktu penyusunan arsitektur strategi ini disusun untuk jangka waktu lima periode. Pemilihan jangka waktu bersifat subjektif berdasarkan kondisi Kawasan Musiduga yang memerlukan pembenahan dan pengembangan secara optimal. Diharapkan dengan rentang waktu lima periode kawasan Musiduga menjadi kawasan ekowisata yang mengalami pertumbuhan, berkembang dan mencapai sasaran yang diinginkan. Berdasarkan pemahaman arsitektur strategi baik dari sisi teori maupun beberapa penelitian terdahulu, maka arsitektur strategi disusun untuk membuat peta langkah-langkah strategi perusahaan dalam mencapai bisnis masa depan. Penyusunan arsitektur strategi ini mencakup beberapa hal yaitu strategi, tindakan strategi, kerangka waktu, kebutuhan kompetensi, dan tahapan pengembangan usaha. Seluruh penyusunan arsitektur strategi dirumuskan dalam batas waktu lima periode. Rancangan Peta Arsitektur Strategi Secara teoritis Arsitektur strategik merupakan suatu pendekatan dalam melakukan perencanaan yang lebih fleksibel. Arsitektur strategis dinilai suatu solusi untuk menghadapi dan mengantisipasi perkembangan bisnis yang cenderung berubang. Metode penyusunan arsitektur strategik tidak bersifat baku namun pada prinsipnya harus memperlihatkan langkah perubahan yang dilakukan, waktu, strategi, dan program-program strategi. Pilihan strategi yang dipetakan dalam arsitektur strategi mudah dibaca, dipahami, dan mempermudah pelaksanaanya. Perumusan arsitektur strategik dalam penelitian ini dilakukan setelah melalui beberapa tahapan sebelumnya yaitu analisis lingkungan internal dan eksternal, analisis industry masa depan, dan penetapan sasaranRancangan arsitektur strategi pengembangan kawasan Musiduga merupakan suatu rekomendasi yang diberikan sebagai jawaban dati tantangan yang dihadapi kawasan Musiduga. Rangkaian strategi yang telah dirumuskan, dipetakan ke dalam gambar arsitektur berupa program-program kegiatan yang disusun menurut rentang waktu yang telah dipersiapkan. Pelaksanaan program-program tersebut dimulai dari bulan Juli 2016 hingga juli tahun 2021. Pemilihan rentang waktu berdasarkan hasil diskusi sesuai dengan kondisi Kawasan Musiduga terkait realisasi program-program yang telah direkomendasikan. Selain itu rentang waktu ini juga mempertimbangkan kondisi eksternal berupa kebijakan pemerintah. Rancangan arsitektur strategi merupakan peta strategi untuk mewujudkan visi Kawasan Musiduga pada tahun 2016 yaitu Musiduga sebagai destinasi ekowisata Indonesia. Arsitektur strategi kawasan Musiduga dipetakan menurut sumbu X (horizontal) dan sumbu Y (vertikal). Sumbu X merupakan rentang waktu yang harus dilalui Ciapus Bromel untuk melaksanakan program kegiatan. Sumbu Y menunjukan strategi-strategi yang harus dilaksanakan kawasan Musiduga. Semakin dekat dengan titik asal semakin penting penanganan strategi tersebut sebagai penggerak dalam melakukan tahapan strategi lainnya. Tanda panah diagonal dari kiri bawah ke kanan atas menunjukkan transformasi yang harus dilalui Kawasan Musiduga untuk mewujudkan tujuan jangka menengahnya.
71 Secara garis besar, pelaksanaan strategi terbagi menjadi dua bagian yaitu strategi yang dilakukan tiap tahun selama rentang waku pelaksanaan dan strategi yang dilakukan secara bertahap. Strategi yang dilakukan secara terus menerus pada umumnya adalah strategi yang dominan berisi program-program yang dilaksanakan secara kontinu setiap tahun. Sedangkan strategi yang dilakukan secara bertahap artinya bahwa startegi-strategi tersebut diwujudkan dari rangkaian program-program di mana masing-masing program tersebut akan berhenti dilakukan ketika kegiatan program lainnya akan dilaksanakan. Prioritas penanganan strategi dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan, dimana berdasarkan analisis SWOT yang membandingkan antara faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman, dengan faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan, kawasan Musiduga memiliki lebih banyak peluang dari pada ancaman dan lebih banyak kelemahan dari pada kekuatan. Berdasarkan Rangkuti (1997), kondisi ini menggambarkan bahwa perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Dengan demikian strategi yang menyangkut kondisi internal harus strategi utama dan mendasar yang harus direalisasikan oleh Kawasan Musiduga. Hal berikutnya yang harus dilakukan kawasan Musiduga adalah melakukan peningkatan kualitas SDM dan mengambil peluang-peluang yang potensial untuk tercapainya sasaran Kawasan Musiduga. Tahapan waktu disusun berdasarkan sudut pandang terhadap kemampuan organisasi dengan mempertimbangkan pengalaman dan hasil diskusi terkait realisasi program-program tersebut. Strategi yang dilakukan secara bertahap terdiri dari : 1) Melakukan penyusunan RIPDA Kabupaten Sijunjung dan masterplan, 2) pembangunan infrastruktur yang memdai, 3) Mengelola potensi wisata menjadi daya tarik wisata dengan konsep ekowisata, 4) perancangan bauran pemasaran. Adapun strategi yang dilakukan secara terus menerus adalah meningkatkan kualitas SDM dan kegiatan reklamasi kawasan tambang emas illegal. Pelaksanaan strategi yang bertahap dilakukan setelah penguatan manajemen perusahaan. Program-program yang paling penting dilaksanakan setelah penguatan manajemen adalah program-program yang berasal dari strategi yang drekomendasikan. Hal ini dimaksudkan agar kawasan Musiduga memiliki aktivitas yang fokus terhadap pengembangan kawasan sehingga mampu mengambil peluang yang mendukung terealisasinya upaya pengembangan tersebut. Adapun peta arsitektur strategi pengembangan Kawasan Musiduga dapat dilihat pada Gambar 6.
Periode 1
Periode 2
Perekrutan, seleksi, pelatihan dan bimtek tentang konsep, jasa layanan dan manajemen ekowisata
Rehabilitasi dan Revegetasi semua lahan tambang Identifikasi potensi wisata, penyusunan zooonasi dan regulasi, penghitungan studi kelayakan
Melakukan penutupan dan reklamasi kawasan tambang illegal
Membentuk badan organisasi pengelola khusus Musiduga
Periode 3
Periode 4
Event tahunan Musiduga
Terbentuknya badan pengelola kawasan ekowisata Musiduga RIPDA Kab SJJ
Paket-paket wisata
Merancang produk wisata
Peta penyebaran potensi wisata Masterplan kawasan ekowisata Musiduga
Musiduga Kawasan ekowisata terpadu
Kawasan Agrowisata Pinang Membuat media promosi
Menyusun Riset Bauran Pasar Menggali potensi wisata dan Pemasaran mengembangkan Musiduga sebagai dengan konsep Perancangan bangunan pusat “sustainable tourism” informasi, museum mini atau ekowisata lokomotiv uap, pemilihan Pembangunan transportasi pembangunan toilet, infrastruktur, musholla, pusat kuliner, pos fasilitas retribusi, gazebo, cottage pendukuung, Melakukan FGD Legalitas lahan dan antara pemda dan ekowisata transportasi pemilik lahan Musiduga
Tantangan: pengembangan SDM berkualitas, Infrastruktur yang memadai, dan Bauran pemasaran yang bernilai jual
Periode 5
Website khusus ekowisata dan media sosial Musiduga Cottage di Pulau Andam Dewi
Seluruh objek wisata dilengkapi sarana prasarana Information Center Museum mini lokomotiv uap Pusat oleh2 dan jajanan kuliner khas Musiduga
Kampanye masyarakat sadar wisata, Penanaman nilai-nilai visi, misi kawasan ekowisata Musiduga ke seluruh stakeholder Musiduga, Penguatan manajemen, fungsi dan tanggung jawab stakeholder dalam pengembangan Musiduga, aktif mengikuti pelatihan ekowisata yang diselenggarakan pemerintah, aktif dalam mecari informasi bantuan dari pusat Aktif mengikuti workshop, expo, dan Musyawarah Nasional (Munas) dalam rangka promosi
73
KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai arsitektur strategi pengembangan Kawasan Ekowisata Musiduga, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil analisis internal dan eksternal organisasi menunjukkan bahwa kawasan Musiduga memiliki tiga kekuatan yang paling penting dalam mewujudkan pengembangan kawasan ekowisata Musiduga yaitu memiliki potensi ekowisata yang kompleks, memiliki lokasi yang sterategis, dan memiliki masyarakat yang ramah. Kelemahan yang paling penting diatasi Kawasan Musiduga. Belum adanya blueprint pariwisata, belum adanya SDM yang berkompeten di bidang pariwisata, masih terbatasnya alokasi dana APDB untuk pengembangan pariwisata, aksesibilitas yang kurang memadai, dan belum adanya bauran pemasaran yang jelas. Ancaman yang harus diwaspadai Kawasan ekowisata Musiduga adalah belum memiliki legalitas, aktivitas tambang mencemari lingkungan, dan infrastruktur yang tidak memadai, serta ancaman produk substitusi. Secara umum ada dua bagian strategi yang diterapkan Kawasan Musiduga selama kurun waktu 2016-2021. Pertama strategi yang dominan berisi program yang dilakukan secara kontinu, yaitu; (1) Memperbaiki manajemen dan kualitas SDM, menanamkan nilai konservasi, memberikan pemahaman dan konsep ekowisata kepada pengelola dan masyarakat yang terlibat, aktif mengikuti kegiatan expo, bazaar, dan musyawarah nasional, aktif mencari bantuan dana untuk pengembangan kawasan ekowisata, serta promosi yang aktif. Bentuk strategi kedua berisi program yang dilakukan secara bertahap, yaitu; Membentuk badan pengelola ekowisata dengan SDM yang berkompeten, melakukan penutupan dan reklamasi kawasan tambang emas, menggali potensi-potensi wisata dan mengembangkan Musiduga sebagai kawasan ekowisata dengan konsep sustainable tourism, menyusun blueprint RIPDA Kabupaten Sijunjung dan masterplan kawasan ekowisata Musiduga, membangun dan memperbaiki infrastruktur, akomodasi, dan fasilitas pendukung Musiduga, dan merancang bauran pemasaran Kawasan Musiduga. Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai arsitektur strategi pengembangan Kawasan Ekowisata Musiduga, maka disarankan kepada Pemerintah daerah sebaiknya mencari dan mengembangkan SDM yang mempunyai latar belakang pariwisata.
DAFTAR PUSTAKA Amelia,M. 2012. Perencanaan kawasan ekowisata Musiduga di kecamatan Sijunjung. Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Program Keahlian Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor Avenzora,R. 2003b. “Ekoturisme evaluasi konsep. Media konservasi,Jurnal Ilmiah Bidang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Lingkungan. Vol
74
VIII/Nomor 2,Juni 2003. Jurusan Korservasi Sumberdaya Hutan,Fakultas Kehutanan IPB. Avenzora, R. 2008. Ekoturisme Teori dan Praktek. BRR NAD-NIAS. Banda Aceh. Avenzora, R.2013. Ekowisata dan pembangunan pariwisata berkelanjutan di Indonesia. Gramedia: Jakarta [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sijunjung. 2012. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kabupaten sijunjung Tahun 2010-2012. Sijunjung: BPS Kabupaten Sijunjung. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sijunjung. 2014. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kabupaten sijunjung Tahun 2010-2014. Sijunjung: BPS Kabupaten Sijunjung. Damanik, Janianton. 2008. Perencanaan Ekowisata; Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi. David FR. 2006. Konsep Manajemen Strategis. Sindoro A, penerjemah ; Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia. Terjemahan dari : Concept of Strategic Management. Dirgantoro C. 2004. Manajemen Stratejik Konsep, Kasus, dan Implementasi. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Menikmati Pasir Putih Silokek. [Diunduh 2015 Sept 16]. Tersedia pada: http://www.posmetropadang.com/index.phpqueoptioneqcom_contentandtas keqviewandideq5001andItem.html Ernaldi ME. 2010. Analisis strategi pengembangan agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII Bogor, Jawa Barat.[Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Glueck WF, Jauch LR. 1991. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Murad SH, penerjemah ; Jakarta : Penerbit Erlangga. Terjemahan dari : Strategic Management and Bussines Policy Second Edition. Hunger, J. D. dan T. L. Wheleen. 2003. Manajemen Strategis. Edisi kedua. Terjemahan. Andi. Yogyakarta. Kotler P, Keller KL. 2007. Manajemen Pemasaran. Ed ke-12. Jilid 1. Molan B, penerjemah. Jakarta: PT Indeks. Terjemahan dari: Marketing Management Twelfth Edition. Kuncoro M. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Mustikawati.Devi. 2011. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Bunga Potong Krisan (Studi Kasus: Sondi Raya Chrysanth Farm, Kampung Jawa, Megamendung, Kabupaten Bogor).[skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Marpaung, H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Alfabeta. Bandung. Nawawi. H.2005.Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Nugroho, I. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Penerbit Pustaka Nurlaela,S.2010.Strategi pengembangan wisata taman buaya indonesia jaya ( tbij ) kabupaten bekasi melalui pendekatan arsitektur strategi.[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2009 tentang pedoman pengembangan ekowisata daerah Peraturan pemerintah RI No 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (Ripparnas) Tahun 2010-2025
75
Pearce JA, Robinson RB. 1997. Manajemen Strategik. Jilid 1. Maulana A, penerjemah. Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari: Strategic Management. Rokhman, Miftakhu. 2008. Analisis Srategi Promosi Agrowisata Kebun Wisata Pasirmukti Citeureup, Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Porter ME. 1991. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Cetakan Keempat. Maulana A, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Competitive Strategy Rangkuti F. 2009. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan Ke16. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Rohman. AK. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Kawasan Ekowisata Ciwidey di Perum Perhutani unit III Bandung [thesis]. Program Studi Manajemen dan Bisnis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor Safitri,A.2012. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Wisata Agro Tambi Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo.[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Salim,M.2010. Analisis Strategi Pengembangan Kebun Raya Bogor Sebagai Objek Wisata.[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Tambunan,Humala. 2011. Strategi Pengembangan Bisnis Pada Pia Apple Pie Di Bogor.[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Yuliani,Y. 2010.Analisis Strategi Pengembangan Bisnis Kawasan Agroteknobisnis Sumedang (KAS) Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Yunita ,R. 2010. Strategi Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah.[skripsi]. bogor (id). Fakultas Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor. Yoeti OA. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi. Jakarta: Kompas. Wahab, Salah. 1992. Pemasaran Pariwisata. Jakarta: PT Pradnya Paramitha Yoshida. D . 2006. Arsitektur Strategi: Solusi Meraih Kemenangan Dalam Dunia Yang Senantiasa Berubah.Jakarta. Elex Media Komputindo
76
LAMPIRAN Lampiran 1. Karakteristik Pengunjung kawasan ekowisata Musiduga Karakteristik Wisatawan Jenis Kelamin
Umur Status Pernikahan Asal Daerah
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Pendapatan
Kunjungan
Lama Kunjungan
Jumlah Kunjungan
Keterangan L P 20-25 Tahun 26-30 Tahun 31-35 Tahun 36-40 Tahun Menikah Belum Menikah Sijunjung Luar Kabupaten Sijunjung SD SMP SMA Diploma Sarjana Pelajar Mahasiswa PNS Rp. 1.000.000 Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 4.000.000 Sendiri Keluarga Teman Lainnya 1-3 Jam 4-6 Jam 1 Hari 1 kali 2 kali 3-5 Kali 5-10 Kali
Sumber: observasi lapang (2015)
Jumlah
Total
Persentase
16 14 15 10 5 0 14 16 14 13
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
53% 47% 50% 33% 17% 0% 47% 53% 47% 43%
0 5 13 2 10 6 15 5 20 6 4 0 0 9 21 0 7 14 9 0 8 3 19
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
0% 17% 43% 7% 33% 20% 50% 17% 67% 20% 13% 0% 0% 30% 70% 0% 23% 47% 30% 0% 27% 10% 63%
77
Lampiran 2. Foto potensi ekowisata Musiduga Ekowisata alam
a). Air terjun Batang Taye
b). Air terjun Batang Tano
a). Ngalau Sungai Landai b). Ngalau Talago ekowisata sosial budaya
a) Nasi Dulang
b). Dadieh
78
Potensi ekonomi
a)
Pinang
b). Salai Lele
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tanjung Ampalu Sijunjung, Sumatera Barat, pada tanggal 22 Mei 1990. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Marlius dan Gusni Haryeti. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1997 di SD Negeri 13 Limo Koto, Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung, setelah lulus Sekolah Dasar pada tahun 2003, pendidikan menengah pertama dilanjutkan di SMP Negeri 2 Sijunjung dan lulus pada tahun 2006. Melanjutkan pendidikan tingkat menengah atas selama tiga tahun di SMA Negeri 1 Sawahlunto. Lulus pendidikan tingkat menengah atas pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Keahlian Ekowisata Program Diloma IPB melalui jalur undangan USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Pada tahun 2012 penulis melaksanakan PKL di Dinas Parsenibudpora Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat dengan judul laporan tugas akhir Perencaan kawasan Ekowisata Musiduga di Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Pada tahun 2013 penulis diterima di Program Sarjana Alih Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Selama menempuh pendidikan di Program Sarjana Alih Jenis penulis aktif pada organisasi Faster divisi Kewirausahaan Program Sarjana Alih Jenis periode tahun 2014-2015.