STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM KAMPUNG KELOMPOK TANI SEHATI DESA SIRNAGALIH KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR
DHEA ADISTI PERMATASARI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati Desa Sirnagalih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Dhea Adisti Permastasari NIM H34090091
ABSTRAK DHEA ADISTI PERMATASARI. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati, Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SUHARNO. Ayam tergolong kedalam komoditi perunggasan yang saat ini tingkat konsumsinya sebesar 16.3 % yang berasal dari unggas lokal (ditjennak,2012). Salah satu jenis ayam buras yang banyak dibudidayakan adalah ayam kampung. Kelompok Tani Sehati adalah salah satu kelompok yang membudidayakan ayam kampung secara intensif. Kelompok Tani Sehati mengalami masalah pada aspek manajemen sumber daya manusia, pemasaran dan budidaya sehingga membutuhkan strategi pengembangan untuk keberlanjutan usaha peternakan ayam kampungnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternal kelompok tani sehati, menentukan alternatif strategi pengembangan, dan menentukan prioritas strategi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks IFE (internal factor evaluation) dan EFE (eksternal factor evaluation), matriks IE (internal-eksternal), matriks SWOT (strengths-weaknesses-opportunities-treaths) matriks QSPM. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok tani sehati berada pada tahapan tumbuh dan membangun dengan strategi intensif dan integratif. Hasil analisis SWOT mengidentifikasi terdapat enam alternatif strategi pengembangan yang dapat diterapkan. Strategi yang memiliki prioritas tinggi berdasarkan perhitungan matriks QSPM adalah memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar baru diluar pasar yang selama ini dijangkau oleh kelompok. Kata Kunci : Ayam Kampung, Kelompok Tani Sehati, Strategi Pengembangan ABSTRACT DHEA ADISTI PERMATASARI. Business Development Strategy of native chicken poultry in Sehati Farmers Group Sirnagalih Village Tamansari sub district Bogor Regency. Supervised by SUHARNO. Chicken is one of the poultry comodities whose food consumption level nowadays has reached 16,3 percent deriving from local poultry (Ditjennak, 2012). One kinds of range chicken which is grown in poultry farm is native chicken. Sehati farmers group is one of the farmer group which is grow native chicken intensively. This farmers group has a problem in management, on-farm, and marketing therefore needs a business development strategy to the continous of this business. This research purposes are identifying internal and external business environment condition from sehati farmer group, determining business development strategy alternative, and priotizing strategies. There are some methods in this research which are IFE (internal factor evaluation) and EFE (external factor evaluation) matrix, IE (internal external) matrix, SWOT (strenghts, weaknesses, opportunities, threaths) matrix, and at last QSPM. The result of the analysis showed that sehati farmer group was in grow and build stage with intensive and integrative strategy. The result of SWOT analysis identified that there were six alternative of business development strategies which could be implemented. The highest priotizing strategy based on the calculation of QSPM matrix was a strategy to expanding market of native chicken to new market outside the current and existing market. Keywords : Business Development Strategy, Native Chicken, Sehati Farmers Group
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM KAMPUNG KELOMPOK TANI SEHATI DESA SIRNAGALIH KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR
DHEA ADISTI PERMATASARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi
Nama NIM
: Strategi : Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati Desa Sirnagalih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. : Dhea : Adisti Permatasari : H34090091 :
Disetujui oleh
Dr. Ir. Suharno M, Adev Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS. Ketua Departemen Agribisnis
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati, Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, dimulai dari bulan Maret hingga April 2013. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Suharno M,Adev selaku dosen pembimbing, Ibu Dr. Ir Ratna Winandi, MS serta Ibu Eva Yolynda A, SP MM sebagai dosen penguji atas segala masukan dan saran untuk perbaikan skripsi ini. Terima kasih kepada pihak Kelompok Tani Sehati yaitu Bapak Mahpudin, Ibu Hj. Tati, dan Bapak Epi selaku responden yang telah memberikan waktu luangnya serta informasi untuk pengumpulan data, serta Bapak Maksal selaku perwakilan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Peternakan yang telah memberikan informasi dan data mengenai kelompok ternak ayam kampung yang ada di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga tercinta, Mamak, Bapak, Mas, dan Abang atas perhatian, doa, dan dukungan yang tiada hentinya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini serta teman – teman satu bimbingan dan sahabat-sahabat Agribisnis 46 atas dukungan dan semangat yang diberikan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, Juni 2013
Dhea Adisti Permatasari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL 10xi DAFTAR GAMBAR 10xi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 5 Tujuan Penelitian 8 Manfaat Penelitian 8 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 8 TINJAUAN PUSTAKA 8 Deskripsi Ayam Buras 8 Deskripsi Ayam Kampung 9 Manfaat ayam kampung 10 Penelitian Mengenai Strategi Pengembangan Usaha 10 KERANGKA PEMIKIRAN 12 Kerangka Pemikiran Teoritis 12 Pengertian Strategi 12 Alternatif Strategi 13 Manajemen Strategis 14 Analisis Lingkungan 15 Kerangka Pemikiran Operasional 19 METODOLOGI PENELITIAN 21 Lokasi dan Waktu Penelitian 21 Jenis dan Sumber Data 21 Metode Pemilihan Responden 21 Metode Analisis Data 21 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 Kondisi Umum Wilayah Penelitian 28 Gambaran Umum Kelompok Tani Sehati 28 HASIL DAN PEMBAHASAN 31 Analisis Lingkungan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati 31 Lingkungan Internal 31 Lingkungan Eksternal 36 Tahap Masukan (Input Stage) 43 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) 43 Matriks EFE ( external factor evaluation) 44 Tahap pencocokan (Matching Stage) 46 Matriks IE ( Internal – Eksternal) 46 Matriks SWOT. 47 Tahap Keputusan (Decision Stage) 51 Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) 51 SIMPULAN DAN SARAN 52 DAFTAR PUSTAKA 54
DAFTAR TABEL Tabel 1 Pdrb Sub Sektor Peternakan Tahun 2006-2010 Menurut Provinsi 1 Tabel 2 Populasi Ayam Buras 15 Provinsi Tahun 2007 S/D 2012a 2 Tabel 3 Data Jumlah Populasi Ayam Buras Di Kabupaten Bogor a 3 a Tabel 4 Daftar Kelompok Yang Membudidayakan Ayam Buras 4 Tabel 5 Kandungan Gizi Daging Ayam Burasa 4 Tabel 6 Penjualan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati Bulan Oktober 2012a 6 a Tabel 7 Matriks IFE 22 Tabel 8 Penilaian Pembobotan Matriks Ife 23 Tabel 9 Penilaian Bobot Faktor Eksternal Perusahaan 24 Tabel 10 Matriks EFEa 24 Tabel 11 Matriks SWOTa 26 a Tabel 12 Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) 27 Tabel 13 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) Kelompok Tani Sehati 44 Tabel 14 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Kelompok Tani Sehati 45
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Skema Jenis Ayam Ras Dan Bukan Ras 9 Gambar 2 Model Lima Kekuatan Persaingan Porter 18 Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pengembangan Ayam Kampung Kelompok Sehati 20 Gambar 4 Matriks IE 25 Gambar 5 Struktur Organisasi Kelompok Tani Sehati 29 Gambar 6 Matriks Internal Eksternal (IE) Kelompok Tani Sehati. 46 Gambar 7 Matriks SWOT 48
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rumusan Strategi Pengembangan Kelompok Tani Sehati 57 Lampiran 2 Rata-Rata Hasil Perhitungan Bobot Dan Rating Matriks IFE Dan EFE 60 Lampiran 3 Matriks Qspm 61
PENDAHULUAN Latar Belakang Kinerja perekonomian suatu negara dapat dilihat salah satunya dari Produk Domestik Bruto. Laju pertumbuhan PDB Nasional Indonesia pada tahun 2011**) mengalami peningkatan. Berdasarkan perhitungan PDB atas harga konstan, laju pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2011**) sekitar 6,46 % dan pada tahun 2010*) sebesar 6,20 % (Angka Sementara) (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Kontribusi Pertanian pada PDB atas dasar harga konstan (2009-2011**) memberikan kontribusi terbesar kedua menurut Lapangan Usaha dari 9 sektor. Sektor – sektor tersebut terdiri dari sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, serta sektor jasa – jasa. Dalam sektor pertanian terdapat beberapa sub sektor, salah satunya adalah sub sektor peternakan. PDB sub sektor peternakan di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga tahun 2011 (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Salah satu provinsi yang memegang peranan penting dalam kontribusi peternakan untuk PDB adalah Provinsi Jawa Barat. Menurut data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011, Total PDRB sub sektor peternakan menurut harga konstan Provinsi Jawa Barat menempati urutan kedua dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Total PDRB subsektor peternakan di beberapa provinsi di Indonesia ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 PDRB Sub Sektor Peternakan Tahun 2006-2010 (Atas Dasar Harga Konstan) Menurut Provinsi (Rp Milyar)a Provinsi Jawa Timur Jawa Barat Jawa Tengah Sumatera Utara Lampung Aceh NTT Bali a)
2006 7 421 5 411 3 603
2007 7 872 5 356 4 034
2008 8 038 5 327 4 156
2009 8 366 5 458 4 409
2010b 8 648 5 556 4 665
Total 40 345 27 108 20 867
2 378
2 503
2 616
2 731
2 852
13 080
1 442 1 326 1 213 1 128
1 458 1 342 1 243 1 145
1 484 1 427 1 277 1 164
1 622 1 447 1 310 1 320
1 649 1 499 1 356 1 437
7 655 7 041 6 399 6 194
Sumber : Ditjennak 2011 (data diolah), b) Angka sementara
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa total PDRB sub sektor peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2006 hingga 2010 adalah
2
sebesar 27 108 milyar rupiah. Besarnya total PDRB ini menempatkan Provinsi Jawa Barat berada pada posisi kedua setelah Provinsi Jawa Timur. Menurut jenisnya, ternak dikelompokkan menjadi ternak besar, yaitu sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, ternak kecil yaitu kambing, domba, babi, ternak unggas yaitu ayam buras, ayam ras peterlur, ayam ras pedaging, itik dan aneka ternak yaitu kelinci, burung puyuh, dan merpati (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Salah satu komoditi peternakan yang berkembang di Provinsi Jawa Barat adalah ternak unggas yaitu komoditi ayam buras. Menurut data yang diperoleh dari direktorat jenderal peternakan 2012, Provinsi Jawa Barat menempati posisi ketiga dalam hal populasi ayam buras. Data yang akan dijelaskan pada Tabel 2.
Tabel 2 Populasi Ayam Buras 15 Provinsi Tahun 2007 S/D 2012a (ekor) Provinsi
2007
2008
2009
2010
2011
2012b)
Total
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Sumatera Selatan Lampung
13297300
8904869
7999580
8486097
6010575
6311104
51009525
18668266
11349742
11417842
11929543
11963682
12113225
77442300
4529802
4638908
5873480
5130660
5023666
5241693
30438209
4487162
3466760
2819901
2545130
2848075
3704542
19871570
11929000
7240000
7229810
6326820
6265183
7484095
46474908
10309346
11234890
11590517
10554350
9341358
10319233
63349694
Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Nusa Tenggara Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Banten
27789274
27761015
28028034
27394516
27396383
27304697
165673919
32730855
35824735
35636726
36908672
38296383
39485958
218883329
3921178
3925958
3916636
3861676
4019960
4052139
23697547
40819911
23261021
23596465
24006814
29310251
29749905
170744367
9842890
9936923
10064577
7986623
10528966
10579804
58939783
11383274
12643202
12911052
13702575
13651778
14245780
78537661
14336350
14487129
13047576
14765458
17833769
20586980
95057262
7557231
8602823
9101089
10716956
9884728
10427989
56290816
9836217
10121412
9669410
9784326
10026124
10574553
60012042
a)
b
Sumber : Ditjennak 2012 (data diolah), ) Angka Sementara
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa jumlah populasi ayam buras di Provinsi Jawa Barat sebanyak 165 673 919 ekor. Total jumlah populasi tersebut menempatkan Provinsi Jawa Barat berada pada posisi ketiga setelah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tingginya angka populasi ini menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra pembudidayaan ayam buras di Indonesia. Salah satu wilayah yang mengembangkan ayam buras di Provinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor. Data dari Dinas Peternakan Jawa Barat menunjukkan bahwa pada tahun 2010 hingga 2011, jumlah populasi
3
ayam buras di kabupaten Bogor mengalami peningkatan sebesar 8.97 %. Kecamatan Tamansari merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten Bogor yang masayarakatnya banyak membudidayakan ayam buras. Tabel 3 menunjukkan jumlah populasi ayam buras 14 dari 40 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor.
Tabel 3 Data Jumlah Populasi Ayam Buras di 14 Kecamatan Wilayah Kabupaten Bogor a Kecamatan Ayam Buras (ekor) Cisarua 188556 Nanggung 120554 Pamijahan 99654 Cibungbulang 79419 Tamansari 78737 Megamendung 78412 32175 Cigombong 49341 Gunung Sindur 11733 Klapanunggal Ciomas 7882 Parung Panjang 30047 Tenjo 4220 Tajur Halang 3218 Ciawi 41342 Dramaga 13067 a)
Sumber : Buku Data Peternakan Tahun 2012 Kabupaten Bogor (data diolah)
Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa Kecamatan Tamansari memiliki populasi ayam buras terbesar kelima di Kabupaten Bogor. Kecamatan Tamansari memiliki 78 737 ekor ayam buras. Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Tamansari merupakan daerah yang banyak membudidayakan ayam buras. Salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Tamansari adalah Desa Sirnagalih. Rata – rata masyarakat di Kecamatan Tamansari pada umumnya dan Desa Sirnagalih pada khususnya membudidayakan ayam kampung secara ekstensif yaitu dengan sistem pemeliharaan umbaran dan jumlahnya sedikit. Di Desa tersebut terdapat Kelompok Tani Sehati yang membudidayakan ayam buras jenis ayam kampung dalam jumlah banyak. Tabel 4 menunjukkan data kelompok yang membudidayakan ayam buras di Kabupaten Bogor.
4
Tabel 4 Daftar Kelompok yang Kabupaten Bogora Kecamatan Desa Cigombong Ciburuy Gunung Sindur Rawa Kalong Cisarua Citeko Megamendung Sukakarya TamanSari Sirnagalih Ciomas Parakan Parung Panjang Parung Tenjo Tapos Tajur Halang Kallsuren Ciawi Ciawi Dramaga Sinarsari a
Membudidayakan Ayam Buras di Wilayah Nama Kelompok Motekar Tani Maju Jembar Alam Bina Karya Sehati Sugih Cemani Laras Suka Makmur Berkat Jaya Tani Makmur Harapan Mulya
Jumlah Populasi (ekor) 389 100 200 400 1500 34 200 200 150 200 200
Sumber : Buku Data Peternakan Tahun 2012
Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kelompok sehati membudidayakan ayam buras terbesar di wilayah Kecamatan Tamansari. Ayam buras yang dibudidayakan oleh kelompok ini adalah ayam buras jenis ayam kampung. Ayam buras tergolong kedalam komoditi perunggasan yang saat ini tingkat konsumsinya sebesar 65 % dimana 16.3 % diantaranya berasal dari unggas lokal (ditjennak,2012). Selain itu jumlah konsumsi ayam buras per kapita per tahunnya terus meningkat. Jumlah konsumsi ayam buras pada tahun 2009 sebesar 0.501 kg/kapita meningkat pada tahun 2010 menjadi 0.602 kg/kapita dan meningkat pula pada tahun 2011 menjadi 0.626 kg/kapita (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Hal ini menunjukkan bahwa unggas banyak diminati oleh masyarakat sebagai salah satu bahan pangan sumber protein yang dapat meningkat seiring perkembangan waktu. Jumlah kandungan gizi dalam 100 gram daging ayam buras dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Kandungan Gizi Daging Ayam Buras per 100 gram Daging yang dapat Dimakana Jenis Zat Kalori (kal) Protein (g) Lemak (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Vitamin A (SI) Vitamin B1 (mg) Air (g) a)
Jumlah Kandungan 302 18.2 25 14 200 1.5 810 0.08 55.9
Sumber : Daftar Komposisi bahan makanan, Direktorat Gizi, depkes RI dalam Cahyono 2002
5
Walaupun permintaan ayam buras terus meningkat, jumlah produksi atau populasi ayam buras dapat tergolong kecil jika dibandingkan dengan jumlh produksi ayam ras pedaging. Menurut data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), jumlah populasi ayam buras masih jauh dibandingkan dengan ayam ras. Jumlah populasi ayam buras sebesar 27 396 416 ekor pada tahun 2011. Jumlah ini hanya sebesar 4.6 % dari jumlah populasi ayam ras pedaging yang jumlahnya mencapai 583 263 441 ekor pada tahun 2011.
Menurut Cahyono (2002), daging ayam buras merupakan sumber protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Menurut Cahyono (2002), ayam kampung sendiri memiliki kelebihan dari sisi kemudahan cara pemeliharaannya dibandingkan dengan ayam ras pedaging. Kelebihan ayam kampung ini terletak pada daya adaptasi yang tinggi karena mampu menyesuaikan diri pada berbagai situasi. Selain itu, bentuk badan ayam kampung memiliki susunan otot yang baik, jari kaki yang tidak terlalu panjang tapi kuat dan ramping, dan daging yang lebih padat dan lebih enak. Penyebaran ayam kampung juga merata dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Pengembangan ayam kampung dewasa ini merupakan hal yang potensial, karena saat ini preferensi konsumen mulai beralih dari produk berlemak ke produk yang lebih organik. Selain itu, rasa daging ayam kampung yang khas juga merupakan preferensi konsumen yang dapat dijadikan peluang untuk menarik konsumen potensial. Saat ini, dengan populasi ayam buras yang salah satu varietasnya adalah ayam kampung yang cukup besar, wilayah Jawa Barat seharusnya memperoleh pendapatan yang cukup tinggi. Salah satu kelompok yang bergearak dalam usaha peternakan ayam kampung adalah Kelompok Tani Sehati, Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Kelompok ini membudidayakan ayam kampung sejak awal tahun 2012 dengan modal utama berasal dari pemerintah sebesar 150 juta rupiah. Menurut Muhammad (2008), strategi pengembangan adalah strategi bersaing yang berusaha mengembangkan atau membesarkan perusahaan sesuai dengan ukuran yang diinginkan, yaitu bisa dengan meningkatkan volume penjualan, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan laba yang diperoleh, menambah wilayah pemasaran yang dijangkau,dan lain – lain. Maka Untuk mendukung dan menjaga keberlangsungan Kelompok Tani Sehati dalam menjalankan usahanya, maka diperlukan penyusunan rencana dan strategi usaha yang efektif untuk mencapai sasaran bisnis yang telah ditetapkan sehingga dapat meningkatkan profit kelompok tani.
Perumusan Masalah Kelompok Tani Sehati merupakan yang membudidayakan ayam kampung dengan menerapkan sistem pemeliharaan intensif. Kelompok Tani Sehati memperoleh bantuan modal dari pemerintah melalui program SMD (Sarjana Membangun Desa) sebesar 150 juta rupiah. Persyaratan yang diberikan adalah ayam yang dibudidayakan harus ditempatkan dikandang
6
bersama. Oleh karena itu, investasi awal dimulai dari kandang, DOC, pakan, obat-obatan, dan lain-lain merupakan milik bersama yang dikelola bersama. Kelompok Tani Sehati terbentuk pada tahun 2012 dengan populasi ayam kampung yang dipelihara sebanyak 1500 ekor. Menurut Bamualim, Inounu dan Talib yang diacu dalam Dhakiyah (2012), Kelompok Tani Sehati ini termasuk peternakan unggas bercorak komersial dengan skala kecil karena jumlah kepemilikan ayam lebih dari 1000 ekor. Jumlah anggota kelompok pada awal pembentukan adalah sejumlah 10 orang namun saat ini yang bertahan adalah sebanyak 4 orang. Pengurangan jumlah anggota ini dikarenakan anggota menjadikan usaha ternak ayam kampung sebagai pekerjaan sampingan sehingga anggota lebih mengutamakan pekerjaan utamanya di luar usaha ternak. Selain itu, terdapat 4 orang anggota yang diberhentikan secara paksa karena merugikan kelompok dengan melakukan pencurian pakan dan ayam kampung untuk memperoleh keuntungan sendiri. Jadi hingga saat ini anggota yang bertahan adalah sebanyak empat orang. Pada siklus pertama, populasi awal sebesar 1500 ekor dan bertahan 1372 ekor untuk dijual. Ayam yang mati sebanyak 128 ekor dikarenakan kanibalisme dan saling patuk. Hal ini dikarenakan ayam mengalami kekurangan pakan dan jadwal pemberian pakan yang tidak teratur. Target awal kelompok adalah ayam kampung yang diproduksi dapat terjual seluruhnya. Target ini tercapai walaupun penjualan dilakukan secara bertahap yaitu 20 ekor, 30 ekor, 40 ekor. Data penjualan ayam kampung kelompok tani sehati dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Penjualan ayam kampung Kelompok Tani Sehati bulan Oktober 2012a
a
Tanggal
Jumlah (Ekor)
Kg
Harga/kg
Total Penerimaan
1
48
48
Rp25,000.00
Rp1,200,000.00
4
30
30
Rp25,000.00
Rp750,000.00
6
2
1
Rp30,000.00
Rp30,000.00
15
44
44
Rp25,000.00
Rp1,100,000.00
16
6
6.08
Rp25,000.00
Rp152,000.00
17
4
4
Rp25,000.00
Rp100,000.00
20
37
37
Rp25,000.00
Rp925,000.00
22
50
50
Rp25,000.00
Rp1,250,000.00
22
74
50
Rp26,000.00
Rp1,300,000.00
25
53
48.6
Rp25,000.00
Rp1,215,000.00
26
3
3.6
Rp25,000.00
Rp90,000.00
26
30
30
Rp25,000.00
Rp750,000.00
26
29
34.8
Rp25,000.00
Rp870,000.00
28
35
36.6
Rp25,000.00
Rp915,000.00
29
58
58
Rp25,000.00
Rp1,450,000.00
29
20
20
Rp29,000.00
Rp580,000.00
sumber: Kelompok tani sehati, 2012
7
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa ayam yang terjual bertahap dan tidak dalam jumlah yang besar. Kondisi ini menyebabkan penambahan bobot pada ayam, menambah biaya pakan, biaya pemeliharaan, dan tidak menutup kemungkinan untuk terjadi kematian pada ayam tersebut yang juga akan mengurangi keuntungan yang diperoleh. Oleh karena itu, pada siklus kedua Kelompok Tani Sehati menginginkan penjualan ayam kampung yang tidak bertahap agar penerimaan lebih terlihat dan menghindari penambahan biaya pakan yang cukup besar. Selain itu, kelompok juga menginginkan memiliki pelanggan tetap yang membeli dalam jumlah besar sehingga ayam dapat terjual dalam jumlah yang banyak. Namun, dalam pelaksanaannya pada siklus kedua ini ayam kampung yang dipelihara sebesar 1500 ekor dan semuanya tidak dapat diproduksi karena mengalami kematian. Dan saat ini kelompok sedang melangsungkan siklus ketiga dengan jumlah populasi ayam kampung sebesar 1000 ekor. Untuk siklus ketiga ini, kelompok telah memperbaiki sistem budidayanya dengan cara menambah informasi cara budidaya melalui diskusi dengan pihak SMD serta mencatat atau merencanakan jumlah pakan yang akan diberikan. Berdasarkan informasi dari pihak Kelompok Tani Sehati, pada siklus ketiga ini ayam kampung yang dipeliharan tidak lagi mengalami kanibalisme sehingga tingkat kematian ayam tidak terlalu besar. Dari 1000 ekor yang dipelihara, hingga hari ke 30 ayam yang mati sebanyak 25 ekor saja. Kematian ayam ini pada saat DOC yang dikarenakan tergencet atau terinjak ayam yang lain. Namun ini hanya terjadi pada hari pertama hingga hari ke-14. Oleh karena itu, siklus ketiga ini diharapkan mampu mencapai target yang diinginkan sehingga dapat menyejahterakan setiap anggota kelompok. Adanya permasalahan – permasalahan dari aspek manajemen sumber daya manusia, pemasaran dan kegiatan budidaya tersebut menjadikan formulasi strategi pengembangan usaha peternakan Kelompok Tani Sehati penting untuk dilakukan. Formulasi strategi pengembangan perlu mempertimbangkan dan megidentifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternalnya. Hasil identifikasi tersebut akan menentukan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang akan berguna untuk merumuskan strategi bagi Kelompok Tani Sehati. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas, yaitu: 1. Apa saja faktor – faktor lingkungan internal dan eksternal yang harus diperhatikan Kelompok Tani Sehati dalam menyusun strategi pengembangan usaha? 2. Bagaimana rumusan alternatif strategi yang dapat dijadikan pertimbangan untuk mengembangkan usaha peternakan ayam kampung Kelompok Tani Sehati? 3. Apa prioritas strategi pengembangan usaha yang tepat dan dapat diterapkan oleh pihak Kelompok Tani Sehati sesuai dengan kondisi lingkungan usaha?
8
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor – faktor lingkungan internal dan eksternal apa saja yang harus diperhatikan Kelompok Tani Sehati dalam menyusun strategi pengembangan usaha. 2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat dijadikan pertimbangan untuk pengembangan usaha peternakan ayam kampung Kelompok Tani Sehati. 3. Menentukan dan memutuskan prioritas strategi pengembangan usaha yang tepat dan dapat diterapkan oleh pihak Kelompok Tani Sehati sesuai dengan kondisi usaha. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka manfaat dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Dapat dijadikan bahan pertimbangan pihak Kelompok Tani Sehati untuk pengambilan keputusan dalam kegiatan pengembangan yang akan dilakukan. 2. Dapat menambah pengalaman dan wawasan dalam mengkaji suatu permasalahan bagi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan suatu informasi yang berguna bagi banyak pihak. 3. Dapat dijadikan bahan referensi bagi para pembaca lain untuk melakukan penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah mencakup usaha ayam buras yang dilakukan oleh Kelompok Ternak Sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini dibatasi pada analisis lingkungan internal dan eksternal Kelompok Tani Sehati. Penelitian difokuskan pada perumusan alternatif strategi dan tidak termasuk dalam tahap implementasi dan evaluasi strategi pemasarannya.
TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Ayam Buras
Ayam buras atau ayam bukan ras selama ini dikenal masyarakat sebagai ayam pedaging karena sebagian besar masyarakat mengkonsumsi ayam buras dalam bentuk daging dibandingkan dalam bentuk telur. Menurut Suharno (2002), ayam buras adalah semua jenis ayam yang bukan ayam ras,
9
seperti ayam kampung, ayam pedu, ayam hias, ayam hutan, dan ayam pelung. Namun saat ini umumnya ayam buras sering diterjemahkan sebagai ayam kampung. Gambar 1 dibawah ini menjelaskan jenis – jenis ayam buras yang ditulis secara skematis. Ayam Hias
Ayam Buras
Keluarga Ayam
Tipe Penghibur
Ayam Kampung
Tipe Dwiguna
Ayam Nunukan
Tipe Dwiguna
Ayam Kedu
Tipe Dwiguna
Ayam Pelung
Tipe Dwiguna
Tipe Petelur Ayam Ras
Tipe Pedaging Tipe Dwiguna
Gambar 1 Skema jenis ayam ras dan bukan ras Sumber : Bambang Cahyono 2002
Deskripsi Ayam Kampung Ayam kampung berukuran kecil dengan bentuk agak ramping dan mempunyai berat badan mencapai 1,4 kg saat umur 4 bulan. Selain itu ayam kampung juga mampu memproduksi telur mencapai 135 butir / tahun (Cahyono, 2002). Warna bulu yang dimiliki ayam kampung ini bervariasi yaitu putih, hitam, cokelat, kuning, kemerahan, atau kombinasi dari warna – warna tersebut. Jenis Ayam ini dapat dibedakan dengan mudah dari ayam ras karena bentuk tubuhnya yang lebih kecil dan warna bulunya yang beranekaragam serta gerakannya juga lebih lincah. Cahyono (2002) juga mengatakan bahwa terdapat perbedaan ayam kampung jantan dan ayam kampung betina. Ayam jantan memiliki pial yang berukuran sedang dan berwarna merah serta memiliki jengger yang berdiri tegak dan besar. Sedangkan ayam betina memiliki pial (gelambir) sangat kecil dan berwarna merah cerah, kemudian jengger ayam betina berukuran lebih kecil dari ayam jantan namun lebih tebal, tegak, dan berwarna merah cerah. Untuk keseluruhan ayam kampung, kulit yang dimiliki berwarna kuning pucat dengan wajah yang merah serta kaki yang panjang dan kuat. Di Indonesia, ayam kampung tersebar hingga pelosok negeri. Masyakarat lebih mengenal ayam kampung inni dengan fungsi yang dwiguna. Hal ini dikarenakan masyarakat dapat mengkonsumsi daging dan telur dari ayam kampung tersebut.
10
Manfaat ayam kampung Manfaat ayam kampung dapat dikatakan sama dengan manfaat ayam buras. Hal ini dikarenakan ayam kampung termasuk golongan dari ayam buras. Ayam kampung memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat dibandingkan ayam ras serta daging yang lebih padat dan enak. Oleh karena itu ayam kampung memiliki peran penting dalam menyediakan protein hewani yang dibutuhkan oleh manusia. Daging ayam kampung dapat dikonsumsi oleh seluruh masyarakat sebagai makanan yang bergizi dan cita rasa yang lezat. Manfaat ayam kampung juga tidak hanya dilihat dari nilai gizi dan kandungannya saja tetapi juga dapat dilihat dari keuntungan pemeliharaannya. Menurut Cahyono (2002), keuntungan yang dapat diperoleh dari peternakan ayam kampung adalah pemeliharaannya yang tidak memerlukan teknologi tinggi namun tetap memerlukan pemeliharaan intensif, tidak memerlukan lahan yang terlalu luas, dapat menghemat tenaga kerja dengan kapasitas 1 orang/2000 ekor ayam, dan harga jualnya juga Kemudian manfaat secara umum lebih tinggi dibandingkan ayam ras. jika dilihat dari sektor peternakan, manfaat adanya pemeliharaan atau peternakan ayam kampung ini dapat meningkatkan pendapatan sektor dari sektor peternakan serta membuka lapangan pekerjaan bagi keluarga maupun luar keluarga. Penelitian Mengenai Strategi Pengembangan Usaha Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan bagi penelitian ini adalah penelitian mengenai strategi pengembangan komoditi agribisnis dan komoditi non agribisnis. Acuan yang diambil dari beberapa penelitian yang telah dilakukan ini difokuskan pada alat analisis yang digunakan untuk menghasilkan atau merumuskan strategi pengembangan. Penelitian yang dijadikan acuan adalah penelitian Kasim et al yang dipublikasikan dalam Jurnal Agribisnis volume X(3) (2011) yang berjudul strategi pengembangan sapi perah di Kabupaten Enrenkang, penelitian yang dilakukan Wijayanti (2009) dengan judul strategi pengembangan usaha sayuran organik (studi kasus:kelompok tani putera alam desa sukagalih, Kecamatan megamendung, kabuaten bogor), dan penelitian yang dilakukan oleh Yamesa (2010) tentang strategi pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur pada perusahaan AAPS kecamatan guguak, kabupaten 50 kota, Sumatera barat. Kasim et al (2011), Wijayanti (2009), dan Yamesa (2010) merumuskan strategi pengembangan melalui tiga tahap, yaitu tahap masukan (input), tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Pada tahap input, Kasim et al (2011), Wijayanti (2009), dan Yamesa (2010) menggunakan matriks IFE dan EFE. Sebelumnya diidentifikasi terlebih dahulu faktor – faktor kunci seperti kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang diidentifikasi dari lingkungan internal dan eksternal. Pada penelitian yang
11
dilakukan Kasim et al (2011), hasil analisis faktor internal usaha pengembangan sapi perah menggunakan IFE diperoleh skor 3.11 yang menunjukkan bahwa pengembangan usaha sapi perah berada pada posisi kuat dan hasil analisis faktor eksternal menggunakan EFE diperoleh skor 3.01 yang menunjukkan usaha sapi perah berada pada posisi kuat. Sedangkan total skor matriks IFE sebesar 2.320 pada penelitian Wijayanti (2009) menunjukkan bahwa usaha sayuran organik kelompok tani putra alam berada pada posisi rata – rata dan total skor pada matriks EFE sebesar 3.382 menunjukkan bahwa posisi usaha sayuran organik berada pada posisi kuat. Penelitian yang dilakukan oleh Yamesa pada tahun 2010 juga menggunakan matriks IFE dan EFE dengan total skor IFE sebesar 2.608 yang menunjukkan posisi perusahaan AAPS adalah rata – rata dan total skor EFE sebesar 3.396 yang menunjukkan perusahaan AAPS berada pada posisi kuat. Tahap selanjutnya adalah tahap pencocokan (Kasim et al 2011). Pada tahap ini, alat analisis yang digunakan oleh Kasim et al (2011) adalah matriks IE, SWOT, SPACE, dan matriks grand strategi. Sementara Wijayanti (2009) dan Yamesa (2010) menggunakan matriks IE dan SWOT. Pada penelitian Kasim et al (2011) posisi strategis usaha sapi perah pada matriks IE berada pada sel I. Posisi ini menggambarkan pengembangan usaha sapi perah dalam kondisi Growth yang merupakan pertumbuhan itu sendiri atau upaya difersifikasi. Sementara posisi strategis pada matriks IE mengenai usaha yang dijadikan tempat penelitian oleh Wijayanti (2009) dan Yamesa (2010) adalah pada sel II. Baik itu sel I atau sel II, strategi yang cocok diterapkan adalah strategi integrasi dan intensif karena posisi strategis usaha berada pada kondisi strategi yang tumbuh dan membangun. Pada tahap pencocokan, strategi yang diidentifikasi dari matriks IE dikembangkan lebih lanjut lagi menggunakan matriks SWOT sehingga diperoleh alternative – alternative strategi untuk kemudian diprioritaskan menggunakan matriks QSPM. Terdapat 8 alternatif strategi yang dihasilkan menggunakan matriks SWOT untuk mengembangkan usaha sapi perah (Kasim et al, 2011), 7 alternaif strategi untuk pengembangan sayuran organik (Wijayanti, 2009) , dan 4 strategi untuk mengembangkan ayam ras petelur pada perusahaan AAPS (Yamesa, 2010). Selanjutnya, tahapan yang digunakan pada penelitian ini adalah tahap keputusan dengan pemrioritasan strategi menggunakan matriks QSPM (Kasim et al, 2011). Pada penelitian Kasim et al (2011), strategi yang dipilih berdasarkan prioritas tertinggi adalah meningkatkan populasi sapi perah dengan total atraktif skor sebesar 1.785. Sedangkan prioritas strategi untuk mengembangkan sayuran organik adalah memperkuat dan mempertahankan pasar yang sudah ada dengan total atraktis skor sebesar 6.327 (Wijayani, 2009). Sementara penelitian yang dilakukan Yamesa pada tahun 2010, menyebutkan bahwa strategi yang diprioritaskan untuk mengembangkan usaha ayam ras petelur pada perusahaan AAPS adalah peningkatan kapasitas produksi dengan total atraktif skor sebesar 6.194. Adanya penelitian – penelitian terdahulu ini bermanfaat untuk menjadi acuan bagi penelitian yang akan dilakukan mengenai strategi pengembangan usaha peternakan ayam kampung pada Kelompok Tani
12
Sehati. Penelitian yang akan dilakukan bermanfaat untuk melengkapi penelitian sebelumnya dengan komoditi, tempat dan kondisi yang berbeda tentang rumusan strategi pengembangan. Perumusan strategi pengembangan pada penelitian yang akan dilakukan memiliki tiga tahap yaitu tahap input berupa evaluasi faktor internal dan eksternal, kemudian tahap pencocokan menggunakan matriks IE dan SWOT dan yang ketiga adalah tahap pengambilan keputusan untuk pemrioritaskan strategi apa yang cocok untuk diterapkan bagi Kelompok Tani Sehati, Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis ini merupakan rangkaian teori yang dapat digunakan dan dijadikan acuan selama penelitian ini dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar penelitian tetap terarah sesuai dengan tujuan semula yaitu menyusun strategi pengembangan. Pengertian Strategi Pengertian strategi menurut David (2009) adalah sarana bersama tujuan jangka panjang yang ingin dicapai. Menurut Lesser Robert Bittel diacu dalam Alma (2011), definisi strategi adalah suatu rencana yang fundamental untuk mencapai tujuan perusahaan. Sementara Kenneth R Andrews yang diacu dalam Alma (2011) juga menyatakan bahwa strategi perusahaan merupakan pola keputusan yang akan berkaitan dengan tujuan dan sasaran untuk mempengaruhi kebijakan serta merinci jangkauan bisnis yang akan dikejar oleh perusahaan. David (2009) menyatakan bahwa strategi bisnis mencakup kegiatan penetrasi pasar, diversifikasi, pengembangan produk, ekspansi geografis, akuisisi, divestasi, likuidasi, dan usaha patungan. Strategi membutuhkan aksi atau keputusan manajemen yang juga harus disesuaikan dengan sumbedaya yang dimiliki oleh suatu entitas usaha. Adanya keputusan – keputusan strategi ini akan memberikan efek pada entitas usaha sehingga membutuhkan banyak pertimbangan. Pertimbangan – pertimbangan tersebut adalah faktor – faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar yang dihadapi entitas usaha tersebut. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan sarana untuk mencapai tujuan jangka panjang dengan mengalokasikan sumberdaya yang ada dengan tepat dan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman sehingga tujuan jangka panjang dapat tercapai dan dapat memenangkan kompetisi.
13
Alternatif Strategi Menurut David (2009) terdapat beberapa strategi yang dapat dijalankan oleh suatu perusahaan atau organisasi. Strategi – strategi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Strategi Integrasi Strategi integrasi teridri dari integrasi ke depan, ke belakang, dan horizontal yang secara kolektif sering disebut sebagai integrasi vertical. Strategi integrasi ini memungkinkan suatu perusahaan atau organisasi mengontrol atau memperoleh kendali atas distributor, pemasok, atau pesaing. a. Strategi Integrasi ke depan, yaitu strategi yang berkaitan dengan usaha untuk memperoleh kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas distributor atau ritel. b. Strategi Integrasi ke belakang, yaitu strategi yang mengupayakan kepemilikan atau kendali lebih besar atas pemasok perusahaan. c. Strategi Integrasi Horizontal, yaitu strategi yang mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pesaing. 2. Strategi Intensif Strategi Intensif berkaitan dengan upaya – upaya intensif organisasi untuk memperbaiki posisi kompetitif dengan produk yang ada saat ini. a. Strategi Penetrasi Pasar adalah strategi yang mengusahakan peningkatan pangsa pasar untuk produk dan jasa yang ada di pasar saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih baik. b. Strategi Pengembangan Pasar meliputi pengenalan produk atau jasa yang ada saat ini ke wilayah geografis yang baru. c. Strategi Pengembangan Produk adalah strategi yang mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi prodduk atau jasa yang ada saat ini. 3. Strategi Diversifikasi Dalam David (2004) menyebutkan bahwa terdapat tiga tipe strategi diversifikasi yaitu diversifikasi konsentrik, horizontal, dan konglomerat. a. Diversifikasi Konsentrik, yaitu dengan menambah produk atau jasa baru tetapi berkaitan secara luas. b. Diversifikasi Horizontal, yaitu menambah produk atau jasa baru yang tidak berkaitan dengan pelanggan yang sudah ada. c. Diversifikasi Konglomerat, yaitu menambah produk atau jasa baru di pasar yang berbeda.
14
4. Strategi Defensif a. Penciutan, terjadi manakala suatu organisasi melakukan pengelompokan ulang melalui pengurangan biaya dan asset membalik penjualan dan laba yang menurun. b. Divestasi, yaitu organisasi menjual satu divisi atau bagiannya guna mendapatkan modal untuk akuisisi atau investasi lebih lanjut. c. Likuidasi, adalah tindakan menjual seluruh asset perusahaan secara terpisah untuk setiap nilai riilnya. Manajemen Strategis Menurut David (2006), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Selain itu, manajemen strategis adalah satu set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancanng untuk meraih tujuan suatu perusahaan (Pearce and Robinson, 2008). Dirgantoro (2001) mengatakan bahwa manajemen strategis adalah suatu proses kesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan dapat match dengan lingkungannya, atau dengan kata lain, organisasi secara keseluruhan dapat selalu responsive dengan perubahan dalam lingkungan baik itu internal maupun internal. Dirgantoro (2001) juga mengatakan bahwa usaha untuk mengembangkan kekuatan yang ada di organisasi untuk menggunakan atau menangkap peluang bisnis yang muncul guna mencapai tujuan perusahaa yan tealh ditetapkan sesuai misi yang telah ditentukan juga termasuk kedalam kegiatan manajamen strategis. Adanya definisi – definisi diatas dapat ditarik kesamaan – kesamaan yaitu adanya pencapaian tujuan, mengantisipasi perubahan lingkungan, dan perumusan dan pengimplemenatasian strategi. Manfaat yang diperoleh dari perilaku manajemen strategis menurut Pearce and Robinson (2008) adalah meningkatkan kesejahteraan perusahaan atau organisasi. Manajemen strategis ini bertujuan untuk mengeksploitasi, menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang dengan menyediakan sasaran serta arah yang jelas bagi masa depan organisasi sehingga organisasi yang mengembangkan sistem manajemen strategis mempunyai kemungkinan tingkat keberhasilan lebih besar daripada yang tidak menggunakan sistem manajemen strategis (David, 2006). Proses manajemen strategis menurut David (2009) terdiri dari tiga tahap, yaitu perumusan strategi, penerapan atau implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Perumusan strategi mencakup pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal, identifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi, pencarian strategi – strategi alternatif dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Penerapan strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasi sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Semenetara evaluasi atau penilaian strategi merupakan tahap terakhir dari dalam manajemen strategis. David
15
(2006) mengatakan bahwa ada tiga aktivitas dasar dalam evaluasi strategi yaitu meninjau ulang faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar strategi saat ini, mengukur kinerja, dan mengambil tindakan korektif. Dalam penelitian strategi pengembangan usaha peternakan ayam kampung Kelompok Tani Sehati ini, difokuskan pada tahap perumusan strategi yang mengikuti kerangka perumusan tiga tahap menurut David (2009). Tahapan tersebut adalah tahap masukan atau tahap input yang berisi informasi input dasar yang dibutuhkan untuk menyusun strategi. Alat analisis yang dapat digunakan pada tahap ini adalah Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE), Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE), dan Matriks Profil Kompetitif (CPM). Kemudian tahap pencocokan yang berfokus pada penciptaan strategi alternative yang logis dengan memperhatikan faktor internal dan eksternal utama. Alat analisis yang dapat digunakan pada tahap ini adalah Matriks kekuatan-kelemahan-peluang-ancaman (SWOT), Matriks posisi strategis dan evaluasi tindakan (SPACE), matriks Boston Consulting Group (BCG), matriks internal-eksternal (IE), dan matriks strategi besar (Grand Strategi Matrix). Tahap yang terakhir yaitu tahap keputusan yang melibatkan satu alat analisis yaitu matriks perencanaan strategis Kuantitatif (QSPM). Analisis Lingkungan Lingkungan merupakan kekuatan yang ada disekitar tempat perusahaan beroperasi yang terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan Internal Menurut David (2009), identifikasi atau analisis lingkungan internal perusahaan akan menghasilkan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Lingkungan internal yang dapat didentifikasi adalah pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, dan sumber daya manusia. Hunger and whelen dalam Yenni (2007) menyatakan bahwa disebut kekuatan apabila perusahaan memiliki faktor lingkungan internal (manajemen, pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen) yang lebih kuat dan berbeda daripada pesaingnya. Hal ini akan menandakan bahwa perusahaan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain dan dengan kekuatan ini, perusahaan dapat mengembangkan kegiatan operasionalnya. Sedangkan disebut kelemahan apabila faktor lingkungan internal (manajemen, pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen) yang dimiliki oleh perusahaan tidak lebih baik dibandingkan perusahaan lain. Hal ini menandakan bahwa pesaing dapat mengerjakan hal tersebut dengan lebih baik sehingga menjadi kelemahan bagi perusahaan. 1. Manajemen Menurut David (2006), fungsi manajemen terdiri dari lima bagian yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian. Perencanaan berkaitan dengan semua aktivitas yang terkait dengan masa depan seperti
16
2.
3.
4.
5.
6.
kegiatan peramalan, penetapan sasaran, formulasi strategi dan pengembangan kebijakan. Pengorganisasian berkaitan dengan semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur pekerjaan dan hubungan otoritas. Sementara pemberian motivasi melibatkan usaha yang diarahkan untuk membentuk perilaku manusia. Pengelolaan staf dipsatkan pada manajemen sumber daya manusia yang berkaitan dengan tingkat upah, perekrutan, fasilitas kerja dan lain – lain. Aktivitas kelima dalam aspek manajemen adalah pengendalian atau kontrol. Kegiatan ini mengacu pada semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan bahwa hasil aktual sama dengan hasil yang diharapkan. Pemasaran Dalam David (2006), pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Menurut Kotler (2005), terdapat empat macam bauran pemasaran yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi. Keuangan / Akutansi Dalam David (2006), dinyatakan bahwa keuangan seringkali dianggap sebagai suatu ukuran terbaik untuk posisi kompetitif dan daya tarik keseluruhan suatu perusahaan. Keuangan berkaitan dengan dana yang dibutuhkan dalam operasional perusahaan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah kemampuan perusahaan menghasilkan modal jangka pendek dan jangka panjang, pengelola keuangan, struktur modal kerja, pemantauan penyebab inefisiensi dan sistem akunting yang andal. Produksi dan Operasi Fungsi produksi / operasi dari suatu bisnis adalah mengubah input menjadi barang dan jasa (David, 2006). Hal – hal yang perlu diperhatikan pada aspek ini adalah proses produksi, kapasitas produksi, persedian, tenaga kerja, dan kualitas yang ditujkan agar barang atau jasa yang dihasilkan berkualitas tinggi. Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan pengembangan (litbang) berkiatan dengan kegiatan pengembangan karena dianggap akan mampu menghasilkan produk atau jasa yang memiliki keunggulan kompetitif. Oleh karena itu, tujuan diadakanannya litbang adalah untuk menghasilkan suatu modifikasi atau pengembangan dari produk atau jasa untuk memberikan keunggulan kompetitif pada usaha. Sistem Informasi Manajemen Sistem informasi manajemen yang efektif memanfaatkan hardware, software, model analisis, dan database komputer (David, 2006).
Lingkungan Eksternal Analisis terhadap lingkungan eksternal akan menigidentifikasi peluang dan ancaman dari luar perusahaan. Menurut David (2009), mengidentifikasi peluang dan ancaman membuat suatu organisasi atau
17
perusahaan mempunyai misi yang jelas dan mampu merancnang strategi untuk mencapai tujuan jangka panjang dan melaksanakan kebijakan untuk tujuan tahunan atau jangka pendek. Menurut David, mengidentifikasi lingkungan eksternal terdiri dari lima faktor, yaitu: 1. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah daya beli masyarakat yang akan mempengaruhi kegiatanan pemasaran yang dilakukan. Daya beli masayarakat ini akan dipengaruhi oleh jumlah pendapatan, inflasi, harga produk, dan lain – lain. 2. Faktor Pemerintah, dan Hukum Faktor ini mempengaruhi pemasaran dari sisi hukum, kebijakan – kebijakan pemerintah seperti subsisi dan undang – undang. Faktor ini jelas pengaruhnya terhadap suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan usahanya. 3. Faktor Teknologi Kemajuan atau peningkatan teknologi akan mempengaruhi banyak pihak seperti produk, pemasaran, pemasok, distributor, pesaing, konsumen, dan posisi kompetitif suatu perusahaan. Terciptanya pasar baru dan pengembangan produk baru sebagai akibat adanya peningkatan teknologi ini akan memberikan dampak pada posisi kompetitif perusahaan. Hal ini dikarenakan kemajuan teknologi baru akan menempatkan suatu perusahaan memiliki kekuatan kompetitif yang lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. Individu yang terlibat dalam kegiatan memasarkan harus tanggap terhadap perubahan teknologi agar dapat mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen serta dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut dengan baik. 4. Faktor Sosial, Budaya, Demografis, dan Lingkungan Faktor sosial, budaya, demografis dan lingkungan ini berkaitan dengan jumlah populasi, tingkat pendidikan, umur, dan karakteristik masing – masing orang serta tata nilai atau norma yang dianut oleh penduduk di lingkungan sekitar tempat usaha. 5. Faktor Kompetitif Menganalisa faktor kompetitif in dapat dilakukan menggunakan model lima kekuatan bersaing Porter. Lima kekuatan tersebut adalah persaingan antarperusahaan saingan, potensi pengembangan produk pengganti, daya tawar pemasok, potensi masuknya pesaing baru, dan daya tawar pembeli. Model lima kekuatan bersaing Porter dijelaskan oleh Gambar 2.
18
Potensi Pengembangan Produk Pengganti
Daya tawar pemasok
Persaingan antar perusahaan saingan
Daya Tawar Pembeli
Potensi masuknya pesaing baru
Gambar 2 Model Lima Kekuatan Persaingan Porter Sumber : Manajemen Strategis, David (2009)
a. Persaingan antar perusahaan saingan Menurut David (2009), kekuatan persaingan antar perusahaan saingan merupaka yang paling hebat dari kekuatan lainnya. Suatu perusahaan akan berhasil menjalankan strateginya apabila telah memiliki keunggulan kompetitif dari pesaingnya. Faktor yang mempengaruhi kekuatan ini adalah jumlah pesaing yang banyak, pertumbuhan industri yang lamban, biaya penyimpanan tinggi, hambatan pengunduran diri yang tinggi, dan perbedaan strategi yang diterapkan. b. Potensi Pengembangan Produk Pengganti Menurut Porter (1980), produk pengganti membutuhkan perhatian adalah produk yang mempunyai harga atau kualitas yang lebih bagus daripada produk industri, atau produk yang memiliki kualitas yang sama namun memiliki harga yang lebih rendah. c. Daya tawar Pemasok Mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu produk adalah kekuatan pemasok untuk mempengaruhi industri. Hal ini akan berpengaruh terhadap kemampulabaan industri yang tidak dapat mengimbangi kenaikan harganya. Pemasok bagi industri sangat erat kaitannya dengan bahan baku yang digunakan, jasa, dan tenaga kerja bagi industri.
19
d. Potensi Masuknya pesaing baru Pendatang baru yang masuk ke dalam industri akan meningkatkan persaingan. Kekuatan ini dipengaruhi oleh rintangan masuk pesaing baru ke dalam industry. Enam sumber rintangan masuk bagi pesaing baru ini adalah skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya tak menguntungkan terepas dari dari skala. e. Daya Tawar Pembeli Menurut Porter (1980), pembeli menekan dengan cara menginginkan harga yang lebih murah namun dengan kualitas dan pelayanan yang lebih baik. Pembeli akan menjadi kuat apabila kelompok pembeli terpusat atau membeli dalam jumlah yang besar, produk yang dibeli dari industri merupakan biaya yang cukup besar, produk industri sandar atau tidak terdiferensiasi, pembeli menghadapi biaya peralihan yang kecil, pembeli mendapat laba kecil, pembeli mempunyai informasi yang lengkap, dan pembeli mengancam untuk melakukan integrasi balik.
Kerangka Pemikiran Operasional Kerangka pemikiran operasional merupakan urutan langkah – langkah yang akan dilakukan selama penelitian berdasarkan teori. Menurut David (2009), tahap perumusan strategi ada tiga yaitu tahap input, tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Sebelum memasuki tahap input, perlu diketahui terebih dahulu gammbaran organisasi secara umum, sehingga dapat mengetahui visi dan misi organisasi. Dari identifikasi gambaran umum tersebut, barulah memasuki tahap-tahap perumusan strategi tersebut. Kerangka pemikiran operasional ini juga membantu menemukan dan menentukan data – data apa saja yang akan digunakan serta diolah selama penelitian. Data – data tersebut diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner yang diberikan selama penelitian dilakukan. Langkah selanjutnya adalah melakukan wawancara dengan pihak Kelompok Tani Sehati untuk mengidentifikasikan lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi. Kemudian melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan untuk memperoleh faktor- faktor kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan, kemudian melakukan wawancara kembali kepada Kelompok Tani Sehati untuk penentuan bobotan dan peringkat. Hasil pembobotan dan pemeringkatan ini akan dimasukkan ke Matriks IFE dan EFE. Hasil dari Matriks IFE dan EFE akan menjadi input untuk Matriks IE. Hasil penentuan posisi kelompok pada Matriks IE akan menjadi dasar dalam perumusan strategi menggunakan Matrisk SWOT. Maka selanjutnya yang dilakukan adalah menentukan
20
alternatif strategi pengembangan untuk diterapkan oleh kelompok menggunakan Matriks SWOT. Kemudian setelah mendapatkan alternatif beberapa startegi, dilakukan wawancara kembali dengan pihak Kelompok Tani Sehati untuk memutuskan alternatif prioritas strategi yang tepat bagi kelompok. Tahap keputusan ini menggunakan alat analisis matirks QSPM. Oleh karena itu, kerangka pemikiran operasional jika digambarkan dalam bentuk skema akan dijelaskan oleh Gambar 3. Kelompok Tani Sehati mengalami permasalahan dari aspek manajemen sumber daya manusia, pemasaran dan kegiatan budidaya
Visi dan Misi Kelompok Tani Sehati
Strategi Pengembangan untuk keberlanjutan Usaha
Analisis Faktor Internal (tahap input) Manajemen • Pemasaran • Keuangan/akuntansi • Produksi/operasi • Penelitian dan Pengembangan • Sistem Informasi Manajemen
Analisis Faktor Eksternal (tahap input) Ekonomi • Sosial, budaya, demografi, dan lingkungan • Politik, hukum, dan pemerintah • Teknologi
Matriks EFE
Matriks IFE
Penentuan Posisi Strategis Perusahaan (Matriks IE)
Perumusan Alternatif Strategi (Matriks SWOT)
Pemrioritasan Alternatif Strategi (Matriks QSPM)
Rekomendasi Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelopok Tani Sehati
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pengembangan Ayam Kampung Kelompok Sehati
21
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian tentang strategi pengembangan dilakukan pada kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kelompok Tani Sehati membudidayakan ayam kampung dengan pemeliharaan intensif dan dalam jumlah besar dibandingkan masyarakat lainnya.
Jenis dan Sumber Data Data penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bersumber langsung dari dua orang responden yaitu ketua Kelompok Tani Sehati dan satu orang anggota Kelompok Tani Sehati. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan dalam bentuk kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait seperti Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian, Biro Pusat Statistik, dan data monografi desa yang menjadi lokasi penelitian. Selain itu juga didapatkan dari beberapa literatur, baik dari website internet maupun literatur di Perpustakaan Institut Pertanian Bogor, yang berupa hasil- hasil penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian ini.
Metode Pemilihan Responden Pemilihan responden untuk mengisi kuesioner dilakukan secara sengaja (purposive). Kuesioner yang diberikan berkaitan dengan kondisi internal dan eksternal kelompok, baik itu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi Kelompok Tani Sehati. Jumlah responden sebanyak dua orang diambil dengan pertimbangan responden yang diberikan kuesioner dianggap mampu dan mengetahui secara keseluruhan kondisi kelompok tani sehati. Selain itu, responden juga memiliki pengaruh besar terhadap pengambilan keputusan atau penentu kebijakan yang berkaitan dengan aktivitas operasional kelompok sehati. Metode Analisis Data Data primer dan sekunder yang telah terkumpul tersebut akan dihitung menggunakan computer (software Microsoft Excel) dan kalkulator untuk kemudian dimasukkan ke dalam tabel, gambar, dan uraian. Menurut David
22
(2009), teknik perumusan strategi dapat diintegrasikan dalam kerangka pengambilan keputusan tiga tahap, yaitu tahap input, tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Pada penelitian tentang perumusan strategi pengembangan yang akan dilakukan, tahap perumusan mengikuti teknik perumusan strategi tersebut. Pada Tahap input akan digunakan matriks evaluasi faktor internal (IFE) dan matriks evaluasi faktor eksternal (EFE). Tahap selanjutnya yaitu tahap penyocokona menggunakan matriks internal eksternal (IE) dan matriks keuatan kelemahan peluang dan ancaman (SWOT). Tahap keputusan adalah tahap yang ketiga dan menggunakan matriks perencanaan strategis kuantitatif (QSPM).
Tahap Input Tahap input digunakan untuk menghasilkan informasi sebagai input dasar untuk tahap pencocokan yaitu matriks IE dan SWOT. Tahapan ini akan menghasilkan apa saja kekuatan dan kelemahan dari matriks evaluasi faktor internal (IFE) serta peluang dan ancaman suatu usaha dari matriks evaluasi faktor eksternal (EFE). Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) merangkum faktor – faktor dari dalam lingkungan usahanya. Tabel 7 Matriks IFEa Faktor Kunci Internal Kekuatan :
Bobot
Peringkat Skor (Bobot xPeringkat)
Kelemahan :
Total a
Sumber : Manajemen Strategis, David (2009)
Adapun langkah – langkah untuk membuat matriks IFE menurut David (2009) adalah : 1. Membuat daftar faktor internal utama yang telah diidentifikasi sebelumnya. 2. Memberikan bobot pada masing-masing faktor internal. Pemberian bobot matriks IFE menggunakan metode “paired comparison” dengan skala untuk penentuan bobot setiap faktor adalah 1, 2, dan 3 dimana 1 = jika horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Bentuk penilaian pembobotan masing – masing faktor internal akan ditunjukkan oleh Tabel 8.
23
Tabel 8 Penilaian Pembobotan Matriks IFE Faktor Internal A B C … A B C … Total
Total
Bobot setiap faktor internal diperoleh melalui rumus berikut ini ; ∑ Keterangan : ai = bobot faktor ke-i Xi = nilai faktor ke-i i= 1,2,3…n n= jumlah faktor yang didentifikasi 3. Memberi peringkat atau rating masing – masing faktor internal dengan nilai 1 sampai 4. Nilai 1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 = kuat, 4 = sangat kuat. Dengan catatan, kekuatan harus mendapat nilai 3 dan 4 sementara nilai 1 dan 2 untuk kelemahan. 4. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk menghasilkan skor bobot masing – masing faktor internal. 5. Menjumlahkan skor bobot masing – masing faktor untuk memperoleh skor bobot total.. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) merangkum faktor – faktor eksternal yaitu ekonomi, sosial, demografis, lingkungan, teknologi politik, dan kompetitif. Adapun langkah – langkah untuk membuat matriks evaluasi faktor eksternal (EFE) menurut David (2009) adalah : 1. Membuat daftar faktor eksternal utama berupa peluang dan ancaman yang telah diidentifikasi sebelumnya. 2. Memberi bobot pada masing – masing faktor utama. Pemberian bobot menggunakan metode “paired comparison” dengan skala untuk penentuan bobot setiap faktor adalah 1, 2, dan 3 dimana 1 = jika horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Tabel 9 akan menunjukkan bentuk penilaian pembobotan masing – masing faktor eksternal.
24
Tabel 9 Penilaian Bobot Faktor Eksternal Perusahaan Faktor A B C … Total Eksternal A B C … Total Bobot setiap faktor eksternal diperoleh melalui rumus berikut ini : ∑ Keterangan : ai = bobot faktor ke-i Xi = nilai faktor ke-i i= 1,2,3…n n= jumlah faktor yang didentifikasi 3. Memberikan peringkat atau rating dari setiap faktor eksternal dengan nilai 1 hingga 4 dengan nilai 1 = respon dibawah rata – rata, 2 = respon rata rata, 3 = respon diatas rata – rata, dan 4 = respon sangat bagus. 4. Mengalikan bobot dengan rating atau peringkat untuk memperoleh skor bobot. 5. Jumlahkan skor rata – rata setiap faktor untuk memperoleh skor bobot total. Menurut David, skor bobot total tertinggi adalah 4,0 yang mengindikasikan bahwa perusahaan mampu merespon dengan baik peluang dan acaman yang ada. Sedangkang skor terendah adalah 1,0 yang mengindikasikan strategi perusaaan tidak mampu memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman yang ada. Matriks EFE ditunjukkan oleh Tabel 10. Tabel 10 Matriks EFEa Faktor Kunci Eksternal Bobot Peringkat Skor (Bobot xPeringkat) Peluang :
Ancaman :
Total a
Sumber : Manajemen strategis, David (2009)
25
Tahap Pencocokan Tahap pencocokan ini menggunakan matriks IE dan Matriks SWOT. Hasil yang diperoleh dari Maktriks IFE dan EFE dimasukkan ke dalam matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan. Menurut david (2009), matriks IE mempunyai dua dimensi kunci yaitu skor bobot IFE total pada sumbu x dan skor bobot EFE total pada sumbu y. Skor tersebut dibagi kedalam tiga tingkatan. Menurut David (2009), sumbu x yang menyatakan skor bobot IFE total 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah; skor 2,0 sampai 2,99 menunjukkan posisi internal yang sedang; dan skor 3,0 sampai 4,0 adalah skor kuat. Sementara pada sumbu y yang menyatakan skor bobot EFE dari 1,0 sampai 1,99 dipandang rendah; skor dari interval 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang; dan skor pada interval 3,0 sampai 4,0 dianggap tinggi. Matriks IE mempunyai Sembilan sel yang dapat dibagi menjadi tiga bagian besar. Masing – masing bagian memiliki implikasi strategi yang berbeda-beda (David 2009). Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 4.
Total Nilai IFE yang Dibobot
Total Nilai EFE yang Dibobot
Tinggi 3,0-4,0 Sedang 2,0-2,99 Rendah 1,0-1,99
Kuat 3,0-4,0 I
Rata-Rata 2,0-2,99 II
Lemah 1,0-1,99 III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
Gambar 4 Matriks IE Sumber : Manajemen Strategis, David (2009)
Menurut David (2009), sel I, II, dan IV digambarkan sebagai tumbuh dan membangun (grow and build). Strategi yang cocok digunakan pada posisi ini adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan produk, dan pengembangan pasar), atau strategi yang integratif (integrasi ke depan, ke belakang, dan horizontal). Sementara sel III,V atau VII digambarkan sebagai menjaga dan mempertahankan (hold and maintain). Strategi yang cocok untuk digunakan pada posisi ini adlah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Sementara sel VI, VII, atau IX adalah panen atau divestasi (harvest or divest).
26
Setelah memperoleh hasil dari pemetaan matriks IE, tahap selanjutnya adalah menggunakan matriks SWOT (Strengths-WeasknessesOpportunities-Threats). Menurut David (2009), matriks SWOT adalah alat pencocokan yang penting yang menghasilkan empat jenis strategi, yaitu : 1. Strategi SO (Strengths-Opportunities), yaitu dengan menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan atau menarik keuntungan dari peluang eksternal. 2. Strategi WO (weaknesses-Opportunies), yaitu strategi yang bertujuan untuk mengatasi kelemahan internal dengan memanfaatkan atau mengambil keuntungan dari peluang eksternal. 3. Strategi ST (Strenghts-Threats), bertujuan untuk menggunakan kekuatan internal untuk mencegah atau mngurangi terjadinya dampak acaman dari luar. 4. Strategi WT (Weaknesses-Threats), adalah strategi yang defensif untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal. Matriks SWOT ini memiliki Sembilan sel dengan empat sel faktor utama, empat sel strategi dan satu sel kosong pada sudut kiri atas. Membuat matriks SWOT ini didahului dengan membuat daftar peluang , ancaman, kekuatan, dan kelemahan utama perusahaan, kemudian menyocokan strategi dengan memadukan kekuatan, kelemahan, peluang dan acaman tersebug sehingga akan muncul beberapa alternatif strategi yang terdidiri dari empat jenis, yaitu strategi SO, WO, ST, dan WT (David, 2009). Matriks SWOT akan ditunjukkan oleh Tabel 11.
OPPORTUNITIES (O) Daftar Peluang THREATHS (T) Daftar Ancaman
a
Tabel 11 Matriks SWOTa STRENGHTS (S) WEAKNESES (W) Daftar Kekuatan Daftar Kelemahan STRATEGI S-O STRATEGI W-O Gunakan kekuatan untuk Mengatasi kelemahan memanfaatkan peluang internal dengan mencoba eksternal yang ada memanfaatkan peluang STRATEGI S-T STRATEGI W-T Gunakan kekuatan Meminimumkan perusahaan untuk kelemahan dan menghindari dampak dari menghindari ancaman ancaman eksternal eksternal
Sumber : Manajemen Strategi, David 2009
Tahap Keputusan Tahap terakhir yaitu tahap pembuatan keputusan dimana pembuat keputusan harus menentukan strategi apa yang akan digunakan. Menurut David (2009), teknik yang digunakan pada tahap ketiga ini menggunakan Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM). Teknik ini menurut David (2009) secara objektif menunjukkan mana strategi yang terbaik. Hal ini dikarenakan QSPM adalah alat yang memungkinkan para penyusun
27
strategi alternatif secara objektif berdasarkan faktor-faktor keberhasilan internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Matriks QSPM akan ditunjukkan oleh Tabel 12. Tabel 12 Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)a Alternatif Strategi Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Faktor – Faktor Utama Bobot AS TAS AS TAS AS TAS Peluang Ancaman Kekuatan Kelemahan Total a
Sumber : Manajemen Strategis, David 2009
Tabel 12 menunjukkan matiks QSPM yang langkah – langkah pembuatannya menurut David (2009) adalah sebagai berikut : 1. Membuat daftar peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan di kolom sebelah kiri. Minimal sepuluh faktor internal dan eksternal dimasukkan ke dalam QSPM yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE. 2. Memberi bobot pada setiap faktor baik itu internal maupun eksternal. Bobot yang diberikan sama dengan bobot pada matriks IFE dan EFE. 3. Mencermati matriks – mtriks SWOT dan IE pada tahap dua dan mengidentifikasi strategi alternatif yang harus dipertimbangkan. Strategi tersebut dicantumkan dalam matriks QSPM. 4. Menentukan skor daya tarik (AS) yang didefinisikan sebagi nilai numerik yang merepresentasikan daya tarik relative setiap strategi. Skor daya tarik 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = secara logis menarik , dan 4 = sangat menarik (David dalam Sari, 2012). 5. Menghitung skor daya tarik total (TAS). TAS merupakan hasil perkalian bobot dengan skor daya tarik (AS). Semakin tinggi TAS, maka strategi semakin menarik. 6. Menghitung jumlah keseluruhan daya tarik total dari setiap alternatif strategi. Skor yang lebih tinggi menunjukkan bahwa alternatif strategi semakin menarik dan menjadi prioritas.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
28
Kondisi Umum Wilayah Penelitian Lokasi penelitian terletak di Desa Sirnagalih yang berada di wilayah Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Luas wilayah Desa Sirnagalih adalah 177.18 Ha yang terbagi menjadi empat dusun, 12 RW, dan 52 RT. Dari 177.18 Ha tersebut, wilayah Desa Sirnagalih dimanfaatkan sebagai perumahan seluas 59.60 Ha, untuk areal sawah seluas 48.80 Ha, areal kebun atau ladang seluas 49.90 Ha perkantoran 0.8 Ha, kolam atau empang seluas 0,20 ha, sedangkan sisanya dipakai untuk keperluan umum seperti tempat peribadahan, bangunan pendidikan, jalan, lapangan olahraga, dan pemakaman. Batas – batas wilayah Desa Sirnagalih adalah sebagai berikut : 1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kota Batu; 2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukamantri 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tamansari 4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pasir Eurih. Jumlah penduduk Desa Sirnagalih saat ini sebesar 12 461 jiwa dengan 6 433 laki – laki dan 5 936 perempuan. Mayoritas penduduk Desa Sirnagalih beragama islam dan merupakan penduduk asli daerah. Dari total jumlah angkatan kerja yang dimiliki Desa Sirnagalih, 4 162 diantaranya telah mengenyam bangku pendidikan. Dari 4 162 jiwa tersebut, sebanyak 2 174 jiwa atau sebesar 52.23 % telah menamatkan pendidikan tingkat SMA / sederajat yang terbagi lagi menjadi 358 jiwa tamat akademi dan perguruan tinggi sebanyak 212 jiwa. Hal ini menandakan bahwa masyarakat Desa Sirnagalih memiliki jenjang pendidikan yang baik dan memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik. Sebanyak 297 orang penduduk Desa Sirnagalih yang berprofesi sebagai petani yang juga termasuk peternak. Salah satu komoditi yang dibudidayakan di Desa Sirnagalih adalah ayam buras jenis ayam kampung. Data dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) menggambarkan bahwa sebagian besar ayam buras yang dipelihara oleh rumah tangga dengan rata – rata dibawah seratus ekor per rumah tangga peternak dengan total populasi ayam kampung di Desa Sirnagalih sebesar 4 098 ekor.
Gambaran Umum Kelompok Tani Sehati Kelompok tani sehati didirikan pada 23 Oktober 2010. Pada awalnya, kelompok ini berdiri atas inisiatif Bapak Mahpudin bersama teman – temannya untuk mengembangkan peternakan khususnya ayam kampung di Desa Sirnagalih, namun kelompok belum berdiri secara resmi. Kemudian setelah mendapatkan sosialisasi dan informasi dari Unit Pelaksana Teknis Peternakan, Bapak Mahmudin disarankan untuk meresmikan kelompok. Keberadaan kelompok ini semakin diperkuat dengan dikukuhkannya kelompok pada awal 2012 yaitu tepatnya pada tanggal 10 Januari 2012. Salah satu anggota kelompok yaitu Ibu Hj Tati Idawati yang memegang jabatan sebagai bendahara Kelompok Tani Sehati merupakan
29
tokoh yang aktif di di kegiatan sosial dan sering pergi ke Dinas Peternakan mendengar bahwa ada informasi mengenai bantuan dana dari Pemerintah untuk membangun dan memberdayakan masyarakat yang mempunyai profesi sebagai petani. Kegiatan pemerintah tersebut adalah program Sarjana Membangun Desa (SMD). Pengajuan dana melalui program SMD ini dengan mengajukan proposal yang dibuat oleh Kelompok Tani Sehati. Bantuan dana dari pemerintah yang diterima adalah sebesar 150 juta rupiah. Berdasarkan wawancara dengan pihak Kelompok Tani Sehati, alasan pemilihan ayam kampung sebagai komoditas yang dibudidayakan adalah pemeliharaan yang tidak terlalu sulit dan cocok untuk diusahakan pada skala usaha kecil jika dibandingkan dengan ayam ras walaupun membutuhkan waktu yang lebih lama yaitu tiga bulan mulai dari pembersihan kandang hingga panen. Selain itu, ayam kampung memiliki harga jual yang lebih tinggi. Kendala utama dalam pemeliharaan ayam kampung adalah penyakit yang diakibatkan oleh kondisi cuaca yang tidak menentu. Kelompok tani sehati telah memiliki struktur organisasi yang juga dibentuk ketika pengukuhan. Adanya struktur organisasi ini ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan atau operasional peternakan ayam kampung di kelompok tani sehati tersebut serta membuat pembagian tugas menjadi lebih jelas.
Pembina Dewi lesatri S.Tp
Pelindung (Kepala Desa Sinar Galih) Ugan Sugandi Ketua Kelompok Mahpudin
Sekretaris Epi Rudaepi
Bendahara Hj. Tati I
Unit Budidaya Udin
Unit Sapronak Sarwono
Anggota Adi
Anggota Hasan
Unit Pemasaran Bowo
Anggota 1. Muhtar 2. Dedi
Gambar 5 Struktur Organisasi Kelompok Tani Sehati
30
Kelompok tani sehati pada awalnya memiliki sepuluh orang anggota. Namun hingga saat ini yang masih bertahan sebanyak empat orang. Hal ini dikarenakan enam orang lainnya tidak bertanggung jawab terhadap kelompok, dalam artian bertindak curang terhadap kelompok sehingga menyebabkan pemberhentian secara paksa oleh ketua terhadap anggota kelompok tersebut. Alasan lainnya adalah adanya kelalaian anggota dalam kegiatan budidaya ayam menyebabkan ayam kampung yang dipelihara mengalami kematian. Kelalaian tersebut seperti tidak menjalankan tugas mengikuti jadwal yang telah diberikan sehingga ayam tidak diberi makan dan dikontrol. Hal inilah yang menyebabkan anggota kelompok tani sehati akhirnya tinggal empat orang. Dari empat orang tersebut, dibagi tugas dengan mengikuti jadwal yang telah dietentukan bersama. Pembagian tugas untuk pemeliharaan ayam yaitu dengan pembagian waktu kerja. Pemberian pakan dan pengaturan suhu pemanas pada pagi hari dari pukul 08.00 hingga 10.00 dilakukan oleh ketua kelompok yaitu Bapak Mahpudin, kemudian pada siang hari dengan tugas pengaturan suhu pemanas dan melihat dan mengawasi kondisi untuk menjaga agar ayam tidak bertumpuk dari rentang waktu 12.00 hingga 15.00 dilakukan oleh Bapak Dedi, kemudian pemberian pakan pada sore hari dan mengatur suhu pada pemanas dilakukan oleh Bapak Epi. Baru kemudian pengawasan dan pengaturan suhu pemanas ayam pada malam hari dilakukan oleh ketiganya. Sementara Ibu Tati bertugas dalam hal pencatatan atau administrasi kelompok. Kelompok tani sehati memiliki tiga kandang ternak dengan ukuran 6 x 15 m, 6 x 13 m, dan 4 x 5 m. Sistem pemeliharaan dilakukan secara bersama dalam kandang yang sama dan jumlah ayam yang sama. Hal ini berarti masing anggota tidak memiliki ayam sendiri atau pribadi karena semua ayam yang dibudidayakan merupakan milik bersama. Selain kandang, fasilitas lain yang dimiliki adalah gudang penyimpanan pakan, serta peralatan – peralatan untuk pemeliharaan ayam seperti tempat minum, tempat pakan, tempat obat, pemanas, dan lain – lain. Visi dan Misi Kelompok Pada awal pembentukan, kelompok tani sehati merumuskan visi dan misi kelompok Kelompok tani sehati ini memiliki visi menyejahterakan seluruh anggota kelompok. Untuk mencapai visi tersebut kelompok merumuskan misi yaitu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam beternak sehingga kehidupan anggota lebih sejahtera dengan adanya peningkatan produktivitas dan pendapatan, membangun kerjasama antar anggota untuk mengelola sumberdaya untuk mencapai kesejahteraan kelompok, serta menjadikan kelompok sebagai kelompok mandiri dengan sistem kekeluargaan.
31
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Lingkungan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati Lingkungan Internal Setiap organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam berbagai bidang. Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan ini perlu dilakukan evaluasi terhadap seluruh kegiatan yang telah dilakukan serta meninjau kemampuan yang dapat diunggulkan yang dimiliki oleh kelompok. Lingkungan internal terdiri dari pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, manajemen, penelitian dan pengembangan, serta system informasi manajemen. Manajemen 1. Menurut David (2009), fungsi manajemen terdiri lima aktivitas dasar yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf, dan pengendalian. Perencanaan berperan dalam pengalokasian segala sumber daya yang digunakan untuk pencapaian hasil yang diinginkan. Kegiatan manajemen berkaitan dengan sumber daya manusia yang terlibat didalamnya. Pada awal pembentukan, sumber daya manusia yang ada di kelompok berjumlah sepuluh orang. Namun, saat ini anggota kelompok yang bertahan sebanyak empat orang. Adapun untuk penunjukkan staf, memang telah ada struktur organisasi yang telah disusun. Namun, dalam pelaksanaannya, ketua kelompok berperan atau terlibat dalam semua kegiatan kelompok mulai dari pembelian DOC, pemeliharaan ayam hingga pemasaran. Artinya, kelompok belum memiliki atau melakukan pendistribusian tanggung jawab dengan lebih baik. Ketua kelompok ini dibantu oleh tiga orang anggota dengan rincian tugas dua orang terlibat dalam budidaya dan pemasaran, dan satu orang pada bagian pencatatan atau administrasi kelompok. Begitu pula dengan kegiatan perencanaan dan pengendalian. Kegiatan ini belum terlihat atau terbagi dengan jelas. Hal ini membuktikan bahwa kelompok belum memiliki kegiatan atau proses manajemen yang cukup baik. Saat ini, motivasi yang dimiliki anggota cukup baik, karena masih tetap bertahan untuk terus mengusahakan ayam kampung walaupun terjadi beberapa kendala. Motivasi yang selama ini dimiliki didasarkan pada kesepakatan kelompok untuk terus mengusahakan kesejahteraan anggota, apalagi kegiatan ini didukung oleh pemerintah dalam bentuk pemberian modal. 2.
Pemasaran Ayam Kampung dijual dengan satuan kilogram dan dalam kondisi masih hidup. Kelompok tani sehati biasanya menjual untuk konsumen lokal saja. Konsumen lokal yang membeli berasal dari lingkungan sekitar daerah Bogor dan membeli dalam jumlah yang tidak banyak. Pembelian ayam kampung dalam jumlah yang banyak biasanya berasal dari Tangerang, Sukabumi, dan Kebun Jeruk. Penjualan ayam kampung yang selama ini
32
dilakukan masih bertahap, artinya ayam kampung terjual tidak sekaligus dalam jumlah yang banyak. Selain itu, adanya keterbatasan tenaga kerja juga menyebabkan kegiatan pemasaran menjadi kurang lancar. Keterbatasan diakibatkan karena hingga saat ini anggota kelompok yang aktif berjumlah empat orang dan seluruh kegiatan usaha baik itu dari kegiatan budidaya hingga pemasaran menjadi tanggung jawab ketua kelompok. Anggota kelompok hanya sebatas bekerja untuk kegiatan budidaya. Untuk harga, kelompok sehati mengikuti harga yang berada di pasar. Harga ayam kampung yang dijual rata – rata adalah Rp 27 000,00 per kilogram. Untuk harga tertinggi yang diterima adalah Rp 30 000,00 per kilogram sedangkan harga terendah adalah Rp 24 000,00 per kilogram. Kegiatan distribusi yang dilakukan selam ini adalah tanggung jawab pembeli karena pembeli datang langsung ke lokasi peternakan dan membawa ayam kampung yang beli dengan biaya sendiri. Lokasi peternakan ayam kampung Kelompok Tani Sehati ini mudah dijangkau karena akses jalan masuk cukup lebar. Lokasi peternakan yang dipilih kelompok dapat dikatakan strategis karena akses jalan cukup baik hingga mampu dijangkau oleh konsumen dan lokasi cocok untuk pemeliharaan ayam kampung. Hal ini dikarenakan, selain jauh dari pemukiman warga, lokasi juga mendukung untuk menjaga agar ayam tidak stress karena jarang adanya gangguan suara seperti suara motor, mobil, dan suara warga yang berinteraksi yang dapat membuat ayam stress. Keuangan Kondisi sumber keuangan kelompok sehati dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dikarenakan, kelompok memperoleh modal dari pemerintah. Saat ini pencatatan yang dilakukan oleh kelompok masih tergolong pencatatan yang sederhana. Hal ini dikarenakan pencatatan yang dilakukan terbatas pada pencatatan pemasukan dan pengeluaran saja. Pencatatan tersebut belum terkomputerisasi. Jadi hanya dicatat di buku keuangan dan belum terpisah antar biaya investasi dan biaya operasionlanya. Hal ini menyebabkan kelompok mengalami kesulitan dalam memprediksi keuntungan yang diperoleh karena komponen biayanya tidak dipisah.
3.
4.
Produksi dan Operasi Kelompok sehati memlilih ayam buras (bukan ras) jenis ayam kampung untuk dibudidayakan dan kemudian dijual. Kegiatan budidaya ini berlangsung kurang lebih tiga bulan yang dimulai dari pembersihan kandang hingga panen. Hingga saat ini, kelompok telah melalui dua musim ternak dan saat ini sedang menjalankan musim ketiga. Untuk kegiatan budidaya sendiri diawali dengan pembersihan kandang sehingga steril dan tidak memiliki penyakit. Kegiatan pembersihan kandang dilakukan dengam menyemprot kandang menggunakan cairan disinfektan. Penyemprotan dilakukan selama satu kali seminggu selama tiga minggu. Pada minggu ketiga, barulah DOC (day old chick) masuk. DOC dimasukkan ke dalam kandang yang telah disediakan pemanas untuk menjaga agar ayam tetap hangat dan tidak mati. Tidak semua bagian atau
33
luas kandang digunakan untuk budidaya tahap DOC ini, lebar kandang yang digunakan secukupnya untuk DOC dan jangkauan pemanas. Setiap hari, kandang yang telah dibatasi dan digunakan untuk DOC dilebarkan sedikit demi sedikit atau sekitar penambahan panjang satu meter untuk mengimbangi pertumbuhan ayam. Pemanas yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati adalah pemanas semawar. Menurut (Harianto dan Krista, 2013), pemanas semawar adalah pemanas yang baik dibandingkan pemanas lainya yaitu gasolek, kayu bakar, batu bara, dan lampu bohlamp. Pemanas semawar dapat memanaskan hingga 500 DOC dan panas yang dikeluarkan berupa uap panas. Penggunaan pemanas sewar ini juga tidak sulit dan tidak berbahaya baik untuk ayam maupun penggunanya yaitu anggota Kelompok Tani Sehati. Pemberian pakan dilakukan setiap pagi dan sore hari. Saat ini kelompok menerapkan pemberian jumlah pakan berbeda setiap harinya, dalam artian pakan yang diberikan mengalami penambahan jumlah. Jenis pakan yang diberikan adalah pakan pabrik Sinta BR21 E dengan protein 21 %. Sedangkan jenis vitamin yang digunakan untuk budidaya ayam kampung adalah vitacit dan cochivet. Vitamin ini diberikan ketika ayam terlihat lemas atau tidak lincah. Vaksin yang digunakan adalah vaksin gumboro dan NDB 1 dan 2. Vaksin ini diberikan untuk pencegahan terhadap penyakit. Secara umum pemeliharaan ayam kampung dibagi menjadi dua, yaitu pemeliharaan masa starter dan masa finisher. Masa starter dimulai dari pembersihan kandang hingga pemeliharaan minggu keempat. Kegiatan pemeliharaan terdiri dari pemberian pakan, mengatur pemanas, menutup kandang dengan tirai atau terpal, memberikan vaksin, dan pengaturan kepadatan kandang agar ayam tidak bertumpuk. Masa finisher pemeliharaan ayam dimulai dari minggu kelima hingga panen. Pemeliharaan masa finisher ini juga sama dengan masa starter, perbedaannya hanya terletak pada jumlah pakan yang diberikan berbeda. Selain itu, pada masa finisher juga tirai penutup kandang mulai dibuka pada siang hari dan ditutup kembali pada malam harinya atau saat hari hujan. Pada dasarnya pemeliharaan ayam kampung dapat dikatakan lebih mudah jika dibandingkan dengan ayam ras. 5.
Penelitian dan Pengembangan Hingga saat ini, kegiatan penelitian dan pengembangan belum dilakukan. Penelitian dan pengembangan ini merupakan faktor yang mempengaruhi pengembangan produk, baik dari segi bentuk maupun kualitas dari produk itu sendiri. Belum adanya kegiatan ini karena terbatasnya sumberdaya manusia yang dimiliki dan usaha kelompok masih tergolong usaha kecil. Sistem informasi Manajemen Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis dan menyediakan landasan bagi semua keputusan manajerial. Saat ini, kelompok belum memiliki situs resmi karena belum mampunya sumberdaya manusia untuk mengelola situs tersebut. Selain itu, kelompok merasa bahwa situs resmi belum diperlukan untuk pengembangan usahanya saat ini. 6.
34
Oleh karena itu, berdasarkan identifikasi lingkungan internal kelompok tani sehati dapat ditentukan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh kelompok. Adapun kekuatan yang dimiliki adalah : Sumber modal usaha berasal dari pemerintah. 1. Sumber modal jelas menjadi kekuatan bagi Kelompok Tani Sehati. Hal ini dikarenakan kelompok mendapat bantuan dana dari pemerintah yang tidak harus dikembalikan. Artinya kelompok ttidak memiliki beban hutang yang harus dibayarkan. Selain itu, jumlah bantuan dana sebesar 150 juta dapat dikatakan cukup besar untuk membiayai seluruh kegiatan investasi maupun operasional kelompok untuk jangka pendek. Adanya modal ini membuat kelompok tidak mengalami kesulitan dalam menentukan atau memutuskan semua hal yang berkaitan dengan keterbatasan dana. 2. Teknologi yang digunakan sudah baik. Kelompok dapat mengatur dan menentukan teknologi apa yang akan digunakan selama pemeliharaan ayam kampung dilakukan. Saat ini teknologi yang digunakan kelompok adalah pemanas semawar yang merupakan pemanas dengan kualitas terbaik untuk pemeliharaan ayam kampung. Pemanas semawar tersebut mudah diakses dan mudah pula untuk diterapkan oleh kelompok karena tidak memerlukan keahlian khusus dalam pengoperasiannya. Oleh karena itu, teknologi ini merupakan kekuatan bagi kelompok tani sehati. 3. Adanya keinginan dan motivasi yang kuat dari anggota untuk melakukan usaha budidaya ayam kampung. Keinginan dan motivasi yang kuat dari anggota merupakan kekuatan yang dimiliki oleh kelompok tani ehati. Hal ini dikarenakan kelompok telah mengalami masa – masa sulit dalam pemeliharaan ayam. Masa sulit tersebut adalah ketika hamper seluruh ayam kampung yang dibudidayakan dan telah memasuki masa panen mengalami kematian secara mendadak. Namun, anggota kelompok yang saat ini mengelola peternakan tersebut tidak putus asa dan terus mencari informasi mengenai pemeliharaan ayam kampung yang baik dan benar. Sehingga pada siklus yang sekarang tengah dijalankan tidak terdapat kesalahan seperti siklus sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa keinginan dan motivasi yang kuat dari anggota kelompok untuk terus mengembangkan usaha ayam kampung yang saat ini sedang dijalankan. 4. Lokasi yang strategis untuk pemeliharaan ayam kampung secara intensif. Lokasi peternakan ayam kampung yang dilakukan oleh kelompok tani sehati jauh dari pemukiman warga. Hal ini menyebabkan tidak ada protes dari masyarakat sekitar mengenai keberadaan peternakan yang menimbulkan bau dan mengganggu masyarakat. Meskipun jauh dari pemukiman warga, akses ke kelompok tani sehati dapat dikatakan cukup mudah sehingga dalam proses pendistribusiannya tidak mengalami kesulitan yang cukup besar.
35
Adapun beberapa kelemahan yang dapat didentifikasi dari kelompok tani sehati adalah : 1. Sumberdaya manusia yang dimiliki kurang terampil. Tingkat pengetahuan baik itu untuk budidaya ayam kampung maupun dilihat dari tingkat pendidikan anggota kelompok dapat dikatakan cukup rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingkat kematian ayam yang tinggi akibat kelalaian atau ketidaktahuan cara penggunaan obat yang tepat oleh ketua maupun anggota kelompok tani. Hal ini disebabkan dari empat anggota yang aktif saat ini, tedapat dua orang yang memiliki pengalaman dalam peternakan ayam. Namun, ayam yang dipelihara sebelumnya ayam ras pedaging yang notabene dalam kegiatan budidayanya berbeda dengan ayam buras jenis ayam kampung. Selain itu, tingkat pendidikan anggota kelompok yang sebagian besar lulus sekolah dasar, menyebabkan anggota kurang terampil dalam hal manajemen sumber daya manusianya, penelitian dan pengembangan serta sistem informasi manajemennya. Kelompok tani pasif dalam pencarian pangsa pasar. 2. Pasif disini berarti kelompok kurang gesit dalam mencari pangsa pasar. Saat ini konsumen ayam kampung kelompok tani sehati datang sendiri ke kelompok. Namun, belum ada usaha kelompok untuk memasarkan ayamnya sendiri ke pasar – pasar tradisional dan pasar lain diluar pembeli dari Tangerang, Kebun Jeruk, Bogor dan Sukabumi. Konsumen dari wilayah Bogor sebatas pembeli rumah tangga yang membeli dalam jumlah yang sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa pemasaran yang dilakukan kelompok kurang gencar. 3. Belum memiliki pelanggan tetap yang membeli dalam jumlah yang besar. Pelanggan yang dating ke kelompok berasal dari lingkungan sekitar peternakan saja. Jumlah pembelian ayamnya pun tidak tergolong dalam jumlah yang besar. Hal ini pula yang menyebabkan kelompok mengalami excess supply pada masa panen dengan berat badan ayam satu kilogram. Dampaknya adalah kelompok menunggu pembeli yang akan membeli ayam yang siap panen dengan tetap memelihara ayam sehingga bobot dan umur ayam bertambah yang juga mengakibatkan penurunan permintaan konsumen. Belum adanya distribusi tugas yang merata. 4. Saat ini, ketua masih memegang semua urusan mulai dari pemeliharaan hingga pemasaran ayam. Ketua dan anggota masih memegang banyak tugas dan tugas tersebut belum terbagi dengan jelas walaupun kelompok telah memiliki struktur organisasi. Hal ini menyebabkan tanggung jawab anggota masih kurang karena merasa semua hal yang berkaitan dengan peternakan adalah tanggung jawab ketua.
36
Lingkungan Eksternal Menganalisis atau mengidentikasi lingkungan eksternal suatu organisasi dapat bermanfaat untuk melihat berbagai peluang yang dapat dimanfaatkan dan ancaman yang harus dihindari oleh organisasi. Lima kategori kekuatan kunci eksternal menurut David (2009) adalah kekuatan ekonomi; kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan; kekuatan teknologi, dan kekuatan pesaing. 1. Kekuatan Ekonomi Faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap kelompok adalah daya beli masyarakat saat ini. Daya beli ini dapat dipengaruhi oleh tingkat inflasi, jumlah pendapatan, harga produk, pengaruh harga bahan bakar, dan lain – lain. Untuk kelompok tani sehati ini sendiri, pengaruh harga pakan yang terus meningkat mempengaruhi kemampuan daya belinya. Dengan tingkat harga pakan yang semakin meningkat setiap periode membuat kelompok harus mengeluarkan biaya yang lebih besar karena penggunaan jumlah pakan tidak dapat dikurangi bahkan terus bertambah seiring pertambahan umur dan berat badan ayam. Pengaruh harga pakan ini, menurut responden juga akibat dari harga bahan bakar yang naik sehingga semua biaya yang berkaitan dengan pakan mulai dari harga pokok hingga distribusi juga meningkat. Adanya kenaikan harga pakan inilah yang menjaadi ancaman bagi kelompok tani sehati dalam usaha budidaya ayam kampung yang saat ini dijalankan. Kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan. 2. Perubahan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan dapat menjadi peluang ataupun ancaman bagi suatu organisasi kecil maupun besar. Kecenderungan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan membentuk gaya hidup dan tingkat konsumsi masyarakat. Saat ini trend konsumsi masyarakat adalah mengkonsumsi makanan sehat sebagai akibat adanya pengaruh pendidikan dan pendapatan yang semakin baik. Hal inilah yang menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok untuk terus membudidayakan ayam kampung. Kesadaran masyarakat terhadap makanan yang lebih sehat ditambah dengan apresiasi masyarakat terhadap ayam kampung yang lebih baik dapat dijadikan peluang yang dapat dimanfaatkan kelompok tani sehati. Selain itu, adanya peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Bogor juga turut mepengaruhi tingkat konsumsi masyarakat yang diharapkan dapat meningkatkan permintaan terhadap ayam kampung yang dijual. Jika dilihat dari faktor lingkungan, cuaca dapat mempengaruhi tingkat kematian ayam kampung yang dibudidayakan. Walaupun daya tahan tubuh ayam kampung lebih tinggi dibandingkan ayam ras, ayam kampung yang terus menerus dihadapakan dengan kondisi iklim dan cuaca yang tidak menentu juga dapat terserang penyakit. Penyakit yang menyerang ayam ini jika tidak dapat diatasi maka akan menyebabkan kematian pada ayam.
37
3.
4.
5.
Kekuatan pemerintah, dan hukum. Pengaruh pemerintah yang berkaitan dengan politik, hukum dan kebijakan yang ditetapkan juga dapat menjadi peluang dan ancaman bagi suatu organisasi. Hal ini juga berkaitan dengan undang- undang yang mengatur ataupun kebijakan lain seperti subsidi pemerintah dan pajak juga akan mempengaruhi organisasi. Saat ini, kelompok tani sehati belum terpengaruh oleh hal – hal yang berkaitan dengan undang-undang dan pajak. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari FGD (Forum Group Discussion) yang telah dilakukan, diketahui bahwa kelompok belum membayar pajak yang berkaitan dengan usaha karena usaha budidaya ayam kampung baru berjalan selama satu tahun dan belum mendapatkan profit yang diinginkan. Peraturan pemerintah yang selama ini berpengaruh bagi kelompok adalah perjanjian dengan pemerintah untuk terus membudidayakan ayam kampung dengan berkelompok dan dalam satu kandang. Hal ini yang terus dilakukan oleh kelompok agar dana bantuan dapat dimanfaatkan. Peraturan ini berkaitan dengan diperolehnya dana bantuan dari pemerintah sebesar 150 juta rupiah. Kekuatan Teknologi Teknologi yang digunakan kelompok tani sehati dapat dikatakan baik. Secara keseluruhan, alat – alat yang digunakan kelompok untuk usaha budidaya ayam sudah sesuai dengan yang diperlukan atau yang seharusnya digunakan untuk budidaya ayam kampung. Saat ini, perkembangan teknolgi untuk budidaya ayam kampung cukup baik. Contohnya adalah perkembangan pemanas yang semakin baik yang dimulai dari batu bara, kayu bakar, lampu, gasolek hingga semawar. Saat ini pemanas yang paling baik adalah pemanas jenis semawar yang dilengkapi kanopi dengan diameter kurang lebih satu meter yang berfungsi untuk mengoptimalkan panas yang dihasilkan. Satu pemanas semawar dapat menghangatkan sekitar 500 ekor DOC dan dapat dioperasikan dengan mudah serta dapat diatur panasnya menggunakan regulator. Tidak hanya itu, perkembangan kontruksi kandang juga semakin baik. Konstruksi kandang postal. cocok digunakan untuk skala sedang dan besar. Kandang postal adalah jenis kandang yang umum digunakan untuk pemeliharaan ayam kampung mulai dari DOC hingga panen. Lantai dari kandang tersebut langsung bersentuhan dengan tanah yang dilapisi sekam dengan ketebalan kurang lebih satu centimeter. Kandang postal termasuk ke dalam kandang koloni untuk peternakan dalam skala besar. Kekuatan kompetitif. Mengidentifikasi persaingan dapat dianalisa menggunakan lima kekuatan bersaing Porter. Mengindefikasi kekuatan kompetitif ini berkaitan dengan pesaing dan posisi oragnisasi dalam kondisi persaingan tersebut. Hal ini menjad bagian penting dalam indentifikasi lingkungan eksternal untuk melihat atau mengenali pesaing mulai dari kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancamannya bagi organisasi.
38
Berikut ini adalah kondisi kelompok tani sehati yang dianalisa menggunakan model lima kekuatan Porter. a. Persaingan antar perusahaan saingan Menurut David (2009), kekuatan persaingan antar perusahaan saingan merupakan yang paling hebat dari kekuatan lainnya. Suatu perusahaan akan berhasil menjalankan strateginya apabila telah memiliki keunggulan kompetitif dari pesaingnya. Umumnya, posisi yang diperebutkan adalah market share, penguasaan saluran distribusi, pemasok, persaingan lokasi, kualitas dan harga. Kelompok Tani Sehati perlu mengantisipasi adanya persaingan antar perusahaan saingan ini karena dapat mengancam keberadaan usaha. Secara umum, usaha peternakan ayam kampung lainnya yang dihadapi oleh kelompok sebagian besar adalah rumah tangga. b. Potensi Pengembangan Produk Pengganti Menurut Porter (1980), produk pengganti membutuhkan perhatian adalah produk yang mempunyai harga atau kualitas yang lebih bagus daripada produk internal, atau produk yang memiliki kualitas yang sama namun memiliki harga yang lebih rendah. Ancaman produk pengganti dari ayam kampung adalah ayam broiler atau ayam ras. Hal ini dikarenakan ayam ras memiliki harga yang lebih terjangkau dan merupakan barang yang sehari – hari dikonsumsi oleh masyarakat karena ketersiadaannya lebih banyak. Persaingan dengan ayam ras merupakan persaingan yang paling besar bagi kelompok tani sehati dalam hal ketersediaan dan harga. Harga ayam kampung di tingkat peternak lebih tinggi dibandingkan dengan ayam ras sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu peluang usaha peternakan ayam kampung. Selain itu, menurut Harianyo dan Krista (2013), citarasa yang dimiliki ayam kampung lebih unggul jika dibandingkan dengan unggas lainnya, ayam kampung memiliki tekstur dan citarasa yang unik dan memiliki keunggulan tersendiri. Adanya keunggulan citarasa ini dapat dijadikan potensi atau peluang bagi kelompok tani sehati dalam hal perintaan daging ayam kampung. Selain itu, ayam kampung memiliki keunggulan karena ayam kampung memiliki daya tahan tubuh yang kuat terhadap perubahan lingkungan dibandingkan dengan ayam ras. Daya tahan tubuh ayam kampung terhadap lingkungan yang lebih baik merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan kelompok untuk mengusahakan ayam kampung. Hal ini dikarenakan dengan daya tahan tubuh yang lebih baik tersebut, kelompok dapat lebih mudah melakukan proses budidayanya. Artinya, pemeliharaan ayam kampung tidak sesulit memelihara ayam ras yang membutuhkan pengaturan pemanas setiap harinya karena bagi ayam kampung, pemanas hanya digunakan ketika pemeliharaan DOC dan musim hujan. Hal inilah yang dijadikan peluang usaha
39
c.
d.
bagi peternak untuk terus mengembangkan usaha peternakan ayam kampung. Kekuatan Daya tawar Pemasok Mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu produk adalah kekuatan pemasok untuk mempengaruhi industri. Hal ini akan berpengaruh terhadap kemampulabaan industri yang tidak dapat mengimbangi kenaikan harganya. Pemasok bagi industri sangat erat kaitannya dengan bahan baku yang digunakan, jasa, dan tenaga kerja bagi industi. Saat ini, hubungan antara kelompok dengan pemasok DOC cukup baik. Walaupun belum terikat secara kontrak, namun kelompok tidak berpindah ke pemasok lain untuk membeli DOC. Menurut responden, kualitas DOC yang dibeli dari pemasok tersebut baik dibandingkan yang lain. Adanya hubungan yang baik didasari pada hubungan yang telah dibina sebelumnya antara ketua dengan pemasok sehingga pemesanan ayam dan complain bisa dilakukan melalui telepon, selain itu pembayaran secara cash yang dilakukan oleh kelompok bisa ditunda. Ini artinya, antara kelompok dan pemasok tekah terbina hubungan yang saling percaya. Potensi Masuknya pesaing baru Pendatang baru yang masuk ke dalam industri akan meningkatkan persaingan. Apabila kapasitas menjadi bertambah, maka akan terjadinya perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Hal inilah yang kemudian menjadi ancaman bagi usaha peternakan ayam kampung yang sudah ada. Menurut Porter (1980), terdapat enam faktor hambatan masuk bagi pendatang baru ke dalam suatu industri, yaitu skala ekonomis, diferensiasi peroduk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya tidak menguntungkan. Yang pertama yaitu skala ekonomis yang menggambarkan menurunnya biaya satuan suatu produk apabila volume absolute per periode meningkat. Hal ini menghalangi masuknya pendatang baru dengan memaksa pendatang baru untuk masuk pada skala besar dengan risiko yang ada. Untuk memulai usaha peternakan ayam kampung tidak harus dimulai dengan skala yang besar karena siapa saja dapat memulai usaha dari skala kecil dengan pemeliharaan ekstensif, semi intensif, maupun intensif dengan jumlah populasi yang tidak banyak. Yang kedua yaitu diferensiasi produk yang tujuannya untuk memberikan identifikasi merek dan kesetiaan pelanggan yang disebabkan oleh periklanan, pelayanan pelanggan, dan perbedaan terhadap produk lainnya Pada umumnya ayam kampung yang dijual oleh kelompok dengan pesaingnya sama secara fisik. Faktor yang ketiga yaitu kebutuhan modal. Kebutuhan modal untuk pemeliharaan ayam kampung tidak cukup besar jika dilakukan dengan sistem pemeliharaan yang ekstensif dan semi
40
e.
intensif. Namun jika sistem pemeliharaan yang dilakukan adalah sistem pemeliharaan intensif dengan jumlah DOC yang banyak maka jumlah modal yang cukup besar diperlukan untuk pembuatan kandang, pembelian pemanas yang tepat guna untuk memanaskan DOC, serta pembelian asset untuk investasi lainnya. Namun, jika pemeliharaan secara intensif dengan jumlah DOC yang kecil maka modal untuk kegiatan investai tidaklah besar. Hal inilah yang nantinya dapat semakin memperkecil hambatan pendatang baru untuk masuk kedalam industri restoran. Selanjutnta adalah faktor biaya beralih pemasok, yaitu biaya satu kali yang harus dikeluarkan pembeli jika berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok yang lain. Biaya beralih pemasok yang harus dikeluarkan oleh pendatang baru cukup besar agar pelaku usaha peternakan ayam kampung yang telah ada mau berpindah dari pemasok tetapnya. Hal ini terjadi karena hubungan antara pelaku usaha (pembeli) dengan pemasok telah terjalin cukup baik sehingga pendatang baru akan merasa kesulitan untuk memaksa pemilik usaha yang telah ada untuk pindah pemasok. Faktor yang kelima yaitu akses ke saluran distribusi. Saluran distribusi merupakan hambatan bagi pendatang baru apabila saluran distribusi untuk produk sejenis tersebut telah ditangani oleh perusahaan yang sudah mapan dan perusahaan baru tersebut harus meyakinkan perusahaan tersebut agar menerima produknya. Pada usaha peternakan ayam kampung, konsumen langsung datang ke tempat produsen atau lokasi peternakan untuk memperoleh ayam kampung. Faktor yang terakhir yaitu biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala. Para pelaku usaha yang telah mapan mungkin memiliki keunggulan biaya yang mungkin tidak dapat ditiru pendatang baru yang akan masuk ke dalam industri restoran tradisional. Misalnya dalam hal pengalaman, teknik bididaya, penguasaan terhadap sumber daya produksi, dan lokasi yang menguntungkan. Meskipun demikian pendatang baru masih berpotensi masuk ke dalam usaha peternakan ayam kampung karena input DOC dan pakan mudah diperoleh serta peralatan yang digunakan mudah diterapkan dan didapatkan juga. Oleh karena itu, pedatang baru yang masuk ke dalam industri peternakan ayam kampung ini dapat dikatakan sebagai pesaing yang potensial. Kekuatan Daya Tawar Pembeli Menurut Porter (1980), pembeli menekan dengan cara menginginkan harga yang lebih murah namun dengan kualitas dan pelayanan yang lebih baik. Dalam hal ini, kekuatan daya tawar menawar pembeli bagi kelompok tani sehati kecil. Hal ini dikarenakan harga ayam kampung yang dijual mengikuti harga pasar dan pembeli tidak dapat menawar harga yang telah ditetapkan menjadi lebih rendah. Berdasarakan wawancara
41
terhadap responden, hingga saat ini kelompok belum menerapkan system potongan harga bagi pembeli yang membeli dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini menandakan bahwa kekuatan daya tawar – menawar pembeli cukup kecil. Berdasarkan wawancara mendalam dengan pihak kelompok tani sehati dan pengamatan langsung dilapangan serta penyocokoan dengan studi literature dapat ditentukan peluang dan ancaman bagi kelompok tani sehati. Adapun peluang yang dapat didentifikasi adalah : 1. Peningkatan pendidikan dan pendapatan masyarakat menyebabkan kecenderungan perubahan pola konsumsi untuk mengkonsumsi makanan sehat. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak. Di Kabupaten Bogor sendiri jumlah penduduknya mencapai 4 771 932 jiwa (BPS Kab Bogor, 2010). Adanya peningkatan jumlah penduduk ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan bahan makanan juga meningkat. Selain itu, juga terdapat kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi bahan makanan yang tidak mengandung zat pengawet dan kimia, mengandung hanya sedikit lemak, kurang mengandung gula, dan berasal dari alam yang masih sehat dan segar. Hal ini menunjukkan pola konsumsi masyarakat juga berubah. Masyarakat memiliki kecenderungan untuk hidup sehat dan kembali ke alam (back to nature). Masyarakat menjadi semakin kritis dan selektif dalam memilih makanan dan minuman, kesehatan, serta menuntut lingkungan hidup yang sehat, bersih, dan bebas polusi. Hal ini merupakan kesempatan bagi kelompok untuk memasarkan tepung ubi jalar dengan kandungan nutrisi yang dimilikinya. Hubungan baik dengan pemasok DOC 2. Hubungan baik dengan pemasok dapat dikatakan sebagai peluang bagi kelompok tani sehati. Hal ini dikarenakan selama ini kelompok membeli DOC hanya dari satu tempat saja yaitu PT Unggul. Berdasarkan wawancara, alasan kelompok mempertahankan pemasok ini adalah kualitas pakan dan DOC-nya yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Adanya hubungan yang baik didasari pada hubungan yang telah dibina sebelumnya antara ketua dengan pemasok sehingga pemesanan ayam dan complain bisa dilakukan melalui telepon, selain itu pembayaran secara cash yang dilakukan oleh kelompok bisa ditunda. Ini artinya, antara kelompok dan pemasok tekah terbina hubungan yang saling percaya. 3. Preferensi konsumen terhadap citarasa ayam kampung yang lebih unggul. Rasa merupakan salah satu hal yang menjadi fokus konsumen saat membeli. Jika dibandingkan dengan unggas lainnya, ayam kampung memiliki tekstur dan citarasa yang unik dan memiliki keunggulan tersendiri. Adanya keunggulan citarasa ini dapat dijadikan potensi atau peluang bagi kelompok tani sehati dalam hal perintaan daging ayam kampung. Hingga saat ini, tidak hanya peternakan saja, namun
42
4.
5.
juga banyak rumah makan yang menjadikan ayam kampung sebagai ciri khas utamanya. Harga jual yang lebih tinggi dan stabil dibandingkan dengan ayam ras. Jelas terlihat dipasaran bahwa harga daging ayam kampung berada diatas daging ayam ras. Ditingkat peternak, harga ayam kampung menacapi puluhan ribu rupiah per kilogram. Kisaran rata – ratanya adalah Rp 21 000 – Rp 25 000 (Harianto dan Krista, 2013). Sementara di tingkat peternak untuk ayam ras harganya berkisar belasan ribu rupiah per kilogramnya. Hal ini merupakan peluang bagi kelompok untuk mengusahakan ayam kampung. Ayam kampung memiliki daya tahan tubuh yang kuat terhadap perubahan lingkungan. Daya tahan tubuh ayam kampung terhadap lingkungan yang lebih baik merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan kelompok untuk mengusahakan ayam kampung. Hal ini dikarenakan dengan daya tahan tubuh yang lebih baik tersebut, kelompok dapat lebih mudah melakukan proses budidayanya. Artinya, pemeliharaan ayam kampung tidak sesulit memelihara ayam ras yang membutuhkan pengaturan pemanas setiap harinya karena bagi ayam kampung, pemanas hanya digunakan ketika pemeliharaan DOC dan musim hujan.
Sementara itu, terdapat beberapa ancaman bagi kelompok dalam melakukan usaha budidayanya. Adapun ancaman-ancaman tersebut adalah : Harga pakan yang terus meningkat. 1. Harga pakan lebih sering mengalami peningkatan sehingga membuat biaya pemeliharaan semakin besar. Hal ini menuntut kelompok untuk mengatur strategi agar baiay pakan menjadi lebih rendah. Peningkatan harga pakan ini akan membuat keuntungan yang diperoleh kelompok menjadi lebih sedikit. 2. Hambatan untuk masuk kedalam industri peternakan ayam kampung cukup kecil Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hambatan masuk untuk usaha peternakan ayam kampung ini dapat dikatakan cukup kecil. Hal ini dikarenakan, untuk memulai usaha peternakan ayam kampung tidak harus dimulai dengan skala yang besar karena siapa saja dapat memulai usaha dari skala kecil dengan pemeliharaan ekstensif, semi intensif, maupun intensif dengan jumlah populasi yang tidak banyak, umumnya ayam kampung yang dijual oleh kelompok dengan pesaingnya sama secara fisik, kebutuhan modal untuk pemeliharaan ayam kampung tidak cukup besar jika dilakukan dengan sistem pemeliharaan yang ekstensif, semi intensif dan intensif dengan jumlah populasi yang kecil, serta input DOC dan pakan mudah diperoleh serta peralatan yang digunakan mudah diterapkan dan didapatkan. Kemudahan untuk mendapatkan produk pengganti. 3.
43
Ayam ras pedaging merupakan ancaman dari produk pengganti. Jelas terlihat bahwa tingkat persaingan dengan ayam ras merupakan ancaman yang berpegaruh bagi peternakan ayam kampung. Produk pengganti difokuskan pada ayam ras dikarenakan ayam ras dan ayam buras memiliki jumlah populasi yang banyak jika dibandingkan dengan unggas lainnya. Hal inilah yang menyebabkan produk penggati dari ayam kampung adalah ayam ras pedaging. 4.
Cuaca yang tidak menentu mempengaruhi tingkat kematian ayam. Cuaca adalah lingkungan yang tidak bisa dikontrol oleh kelompok tani. Dalam kegiatan budidaya, cuaca yang tidak menentu berpengaruh pada tingkat kematian ayam yang paling besar. Hal ini merupakan ancaman bagi kelompok tani sehati dalam kegiatan pemeliharaan ayam kampung. Tahap Masukan (Input Stage)
Tahap masukan adalah tahap pertama yang dilakukan dalam perumusan strategi. Pada tahap ini penting diamati adalah faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh kelompok tani sehati. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan pengamatan langsung terhadap kelompok tani sehati, maka yang dilakukan selanjutnya adalah menentukan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi kelompok tani sehati. Kemudian, dilakukan evaluasi terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut. Untuk kekuatan dan kelemahan akan dievaluasi menggunakan Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) sementara untuk peluang dan ancaman akan dievaluasi menggunakan Matriks EFE ( external factor evaluation). Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Kekuatan dan kelemahan dalam suatu usaha dapat dievaluasi dengan menggunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation). Kekuatan dan kelemahan yang telah diidentifikasi melalui wawancara dan studi literature kemudian dihitung bobotnya. Perhitungan bobot dilakukan menggunakan metode pair comparison dan pemberian rating digunakan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan tersebut termasuk ke kekuatan atau kelemahan utama. Perkalian bobot dan rating akan menghasilkan skor untuk masing – masing faktor internal tersebut. Skor yang telah dihasilkan kemudian dijumlahkan sehingga memperoleh skor total untuk matriks IFE. Skor total inilah yang akan dijadikan ukuran pada matriks IE (internal eksternal factor). Tabel 13 menunjukkan perhitungan skor total matriks IFE.
44
Tabel 13 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) Kelompok Tani Sehati Faktor Internal Kekuatan Sumber modal usaha berasal dari pemerintah. . Teknologi yang digunakan sudah baik. Adanya keinginan dan motivasi yang kuat dari anggota untuk melakukan usaha budidaya ayam kampung. Lokasi yang strategis untuk pemeliharaan ayam kampung secara intensif. Kelemahan Sumberdaya manusia yang dimiliki kurang terampil. Kelompok tani pasif dalam pencarian pangsa pasar. Belum memiliki pelanggan tetap yang membeli dalam jumlah yang besar. Belum adanya distribusi tugas yang merata Total Skor IFE
Bobot
Rating
BobotSkor
0.174
3
0.522
0.155
3
0.465
0.173
3
0.521
0.124
3
0.373
0.074
1
0.074
0.111
1
0.111
0.086
1
0.086
0.099
1
0.099 2.255
Berdasarkan data pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa kekuatan utama dari usaha budidaya ayam kampung kelompok tani sehati ini adalah Sumber modal usaha berasal dari pemerintah. . Skor untuk Sumber modal usaha berasal dari pemerintah. ini adalah sebesar 0.522. Kemudian untuk kelemahan utama ada pada faktor sumberdaya manusia yang dimiliki kurang terampil.. Skor untuk kelemahan utama faktor internal ini adalah 0.074. Penilaian responden terhadap faktor internal usaha budidaya ayam kampung kelompok tani sehati ini memperoleh skor rata – rata IFE sebesar 2.255. Hal ini menunjukkan bahwa posisi kelompok berada pada kondisi rata – rata yang berarti kemampuan kelompok untuk memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahannya berada pada posisi strategis rata – rata. Matriks EFE ( external factor evaluation) Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor – faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman bagi usaha budidaya ayam kampung kelompok tani sehati. Matriks EFE ini terletak pada sumbu vertikal matriks IE. Berdasarkan penilaian responden terhadap faktor – faktor eksternal,
45
diperoleh skor rata – rata sebesar 3.02. Skor ini mengindikasikan bahwa posisi strategis kelompok berada pada kondisi tinggi. Hal ini berarti kemampuan kelompok dalam menangkap atau memanfaatkan peluang dan menghindari atau mengahadapi ancaman dapat dikatakan cukup tinggi. Perhitungan skor rata – rata eksternal ini dimulai dari perhitungan bobot dan rating pada tiap – tiap faktor eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Selanjutnya bobot pada tiap – tiap faktor eksternal tersebut dikalikan dengan rating pada tiap – tiap faktor eksternal tersebut sehingga diperoleh bobot skor. Total bobot skor inilah yang merupakan total skor EFE. Total skor EFE ini akan dijadikan sebagai input pada pemetaan posisi strategis Kelompok Tani Sehati pada sel dalam matriks IE. Adapun perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Kelompok Tani Sehati Faktor Eksternal Peluang Peningkatan pendidikan dan pendapatan masyarakat menyebabkan kecenderungan perubahan pola konsumsi untuk mengkonsumsi makanan sehat Hubungan baik dengan pemasok DOC Preferensi konsumen terhadap citarasa ayam kampung yang lebih unggul. Harga jual yang lebih tinggi dan stabil dibandingkan dengan ayam ras. Ayam kampung memiliki daya tahan tubuh yang kuat terhadap perubahan lingkungan. Ancaman Harga pakan yang terus meningkat. Hambatan untuk masuk kedalam industri peternakan ayam kampung cukup kecil Kemudahan untuk mendapatkan produk pengganti. Cuaca yang tidak menentu mempengaruhi tingkat kematian ayam. Total skor EFE
Bobot
Rating
Bobot Skor
0.111
4
0.444
0.115
4
0.463
0.129
3.7
0.480
0.144
3
0.433
0.138
3
0.416
0.084
2
0.169
0.077
4
0.311
0.103
2
0.206
0.093
1
0.093 3.02
Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa peluang utama yang dapat dimanfaatkan kelompok untuk melanjutkan kegiatan usaha budidaya ayam
46
kampung ini adalah Preferensi konsumen terhadap citarasa ayam kampung yang lebih unggul dengan skor 0.480 dan ancaman utama yaitu cuaca yang tidak menentu mempengaruhi tingkat kematian ayam dengan skor 0.093. Skor total eksternal yang diperoleh adalah sebesar 3.02. Skor ini mengindikasikan bahwa posisi strategis kelompok berada pada kondisi tinggi. Hal ini berarti kemampuan kelompok dalam menangkap atau memanfaatkan peluang dan menghindari atau mengahadpi ancaman dapat dikatakan cukup tinggi.
Tahap pencocokan (Matching Stage) Tahap pencocokan merupakan tahap kedua dalam kerangka perumusan strategi. Pada tahap ini, matriks yang digunakan adalah matriks IE dan matrisk SWOT. Pada matriks IE akan menghasilkan strategi yang disesuaikan dengan posisi kelompok tani sehati. Strategi tersebut tergantung pada letak atau posisi kelompok dari sembilan sel yang terdapat dalam matrisk IE. Kemudian, strategi tersebut dikembangkan menggunakan matriks SWOT yang akan menghasilkan beberapa alternatif strategi . Matriks IE ( Internal – Eksternal) Matriks IE digunakan untuk melihat posisi perusahaan pada kondisi pertumbuhan dan persaingan bisnis yang dihadapi. Matriks IE menempatkan organisasi dalam sembilan sel. Untuk kelompok tani sehati, faktor – faktor yang mempengaruhi baik itu dari internal maupun eksternal, telah diidentifikasi dan diberikan skor. Berdasarkan penilaian responden, diketahui bahwa skor total IFE adalah sebesar 2.25 dan skor total nilai EFE adalah sebesar 3.02. Oleh karena itu, berdasarkan pemetaan skor tersebut pada matriks IE, diperoleh bahwa posisi kelompok tani sehati berada pada sel II. Sel II pada matriks IE menunjukkan posisi tumbuh dan membangun (grow and build) dan strategi yang cocok digunakan pada posisi ini adalah strategi intensif dan strategi integratif. Total Nilai IFE yang Dibobot
Tinggi Total Nilai EFE yang Dibobot
Kuat
Rata-Rata
Lemah
3,0-4,0
2,0-2,99
1,0-1,99
I
II
3,0-4,0 Sedang
III
2.25 , 3.02
IV
V
VI
VII
VIII
IX
2,0-2,99 Rendah 1,0-1,99
Gambar 6 Matriks Internal Eksternal (IE) Kelompok Tani Sehati.
47
Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa Kelompok Tani Sehati termasuk dalam sel II (dua) dengan strategi yang cocok dijalankan adalah strategi intensif dan integrative. Menurut David (2009) strategi intensif terdiri dari penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Ketiga strategi tersebut memerlukan usaha intensif untuk memperbaiki posisi bersaing perusahaan dengan produk yang sudah ada. Kemudian, yang termasuk kedalam strategi integrative adalah integrasi ke depan, ke belakang dan horizontal. Strategi ini membuat perusahaan atau organisasi dapat mengendalikan distributor, pemasok, dan pesaing. Namun, alternative strategi yang dihasilkan oleh matriks IE ini masih gambaran secara umum strategi yang tepat untuk dijalankan. Oleh karena itu, diperlukan penjabaran lebih lanjut untuk penentuan alternative strategi yang akan dilakukan melalui matriks SWOT. Matriks SWOT. Matriks SWOT digunakan untuk menentukan alternative strategi yang akan digunakan. Penentuan alternative strategi ini dilakukan setelah kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi kelompok tani sehati terlebih dahulu diidentifikasi. Pada dasarnya, strategi yang dihasilkan pada tahap pencocokan ini aadalah strategi alternative yang layak bukan untuk memilih dan menetapkan strategi yang terbaik. Oleh karena itu, tidak semua strategi yang dikembangkan dari matriks SWOT ini akan dipillih atau diimplementasikan pada suatu organisasi. Strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT ini terdiri dari empat bagian yaitu strategi SO (strengths – opportunities), strategi WO (weaknesses-opportunities), strategi ST (strengths-threats), dan strategi WT (weaknesses-threats). Strategi tersebut dihasilkan melalui pencocokan kedua faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan dengan faktor eksternalnya yaitu peluang dan ancaman. Gambar 8 menunjukkan pencocokan faktor internal dan eksternal tersebut dalam sebuah matriks yang disebut matriks SWOT. Kemudian, dalam matriks tersebut juga terdapat strategi alternative yang dihasilkan dari pencocokan faktor internal dan eksternal kelompok tani sehati.
48
STRENGHTS (S) INTERNAL
EKSTERNAL
OPPORTUNITIES (O) 1. Peningkatan pendidikan dan pendapatan masyarakat menyebabkan kecenderungan perubahan pola konsumsi untuk mengkonsumsi makanan sehat 2. Hubungan baik dengan pemasok DOC 3. Preferensi konsumen terhadap Preferensi konsumen terhadap citarasa ayam kampung yang lebih unggul. 4. Harga jual yang lebih tinggi dan stabil dibandingkan dengan ayam ras. 5. Ayam kampung memiliki daya tahan tubuh yang kuat terhadap perubahan lingkungan.
1. Sumber modal usaha berasal dari pemerintah. . 2. Teknologi yang digunakan sudah baik. 3. Adanya keinginan dan motivasi yang kuat dari anggota untuk melakukan usaha budidaya ayam kampung 4. Lokasi yang strategis untuk pemeliharaan ayam kampung secara intensif.
WEAKNESSES (W) 1. Sumberdaya manusia yang dimiliki kurang terampil. 2. Kelompok tani pasif dalam pencarian pangsa pasar. 3. Belum memiliki pelanggan tetap yang membeli dalam jumlah yang besar 4. Belum adanya distibusi tugas yang merata.
Strategi SO 1. Membuka jasa layanan 1. “Delivery Order” bagi konsumen.(S1, S4,O1,O3,O4) 2. Menjalin kerjasama dengan pemasok DOC untuk keterjaminan input untuk kualitas dan kuantitas. (S1,S3,O2,O5)
THREATS (T) Strategi ST 1. Harga pakan yang terus meningkat. 1. Berusaha melakukan 1. 2. Hambatan untuk masuk inovasi pembuatan pakan kedalam industri peternakan yang lebih menghemat ayam kampung cukup kecil. biaya namun tetap sesuai dengan kebutuhan protein 3. Kemudahan untuk ayam kampung. mendapatkan produk (S1,S3,T1, T2) pengganti. 2. Melakukan pengembangan 4. Cuaca yang tidak menentu produk dengan menjual mempengaruhi tingkat ayam kampung bukan kematian ayam dalam kondisi hidup. (S1, S2, S3,T2,T3).
Gambar 7 Matriks SWOT
Strategi WO Memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar baru diluar pasar yang selama ini dijangkau. (W2,W3,O1,O3,O4,)
Strategi WT Memperbaiki kualitas SDM yang ada saat ini dengan menambah informasi dan membina hubungan baik dengan sesama anggota agar tercipta pendistribusian tanggung jawab yang lebih jelas dan terbina hubungan yang penuh dengan unsur kekeluargaan.(W1,W4,T2,T 3,T4)
49
Penjelasan masing – masing alternative strategi yang dihasilkan dari Matriks SWOT adalah : a. Strategi SO (strengths – opportunities) Strategi SO adalah strategi memanfaatkan kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Untuk strategi SO, strategi alternative yang muncul ada dua, yaitu Membuka jasa layanan “Delivery Order” bagi konsumen dan menjalin kerjasama dengan pemasok DOC untuk keterjaminan kualitas dan kuantitas. Delivery Order yang dimaksudkan disini adalah kelompok mengantarkan langsung ayam yang telah dipesan oleh konsumen. Strategi untuk promosi hal ini bisa dilakukan dengan cara bebas biaya distribusi atau ongkos kirim untuk konsumen jabodetabek dan menambah biaya distribusi untuk konsumen luar jabodetabek sebesar 50 % dari biaya distribusi. Atau pilihan kedua dari alternatif ini untuk mengatasi masalah biaya adalah harga ayam kampung bagi konsumen yang menngunakan jasa layanan antar dikenakan kenaikan harga ayam hingga 300 rupiah per kilogramnya. Strategi selanjutnya adalah menjalin kerjasama dengan pemasok DOC untuk keterjaminan kualitas dan kuantitas. Selama ini, hubungan baik yang dibina oleh kelompok adalah sebatas pembelian DOC terhadap PT Unggul yang terus menerus setiap siklus. Namun, pembelian ini belum menggunakan kontrak kerjasama. Adanya kerjasama yang disarankan ini untuk menjamin jumlah pembelian dan kualitas DOC. Adanya jaminan jumlah dan kualitas dari kontrak ini dapat menguntungkan kelompok karena jika terjadi pelanggaran, maka kelompok dapat complain sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Selain itu, kontrak kerjasama ini juga akan menetapkan harga DOC sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak. b. Strategi WO (weaknesses-opportunities) Strategi WO bertuuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Strategi alternative yang dihasilkan dari penggabungan kelemahan dan peluang ini adalah memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar baru diluar pasar yang selama ini dijangkau oleh konsumen. Strategi memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar baru dilakukan untuk mengatasi kelemahan pencarian pangsa pasar yang pasif dan belum memiliki pelanggan tetap dengan memanfaatkan peluang dari perubahan pola konsumsi masyarakat, citarasa yang lebih unggul, dan karakteristik ayam kampung yang lebih baik. Kelompok dapat memperluas pasar baru dengan mendistribusikan dan menawarkan produknya ke berbagai pasar selain pasar yang selama ini dimasuki oleh kelompok. Artinya, kelompok mencari pasar baru diluar Sukabumi, Tangerang, dan Kebon Jeruk. Hal ini juga bisa dimaksudkan dengan memasok ke pasar – pasar tradisional yang ada di wilayah Bogor untuk menjangkau konsumen yang lebih banyak
50
c. Strategi ST (strengths-threats) Strategi ST adalah menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Untuk strategi ST ini, alternative strategi yang dapat diterapkan adalah berusaha melakukan inovasi pembuatan pakan yang lebih menghemat biaya namun tetap sesuai dengan kebutuhan protein ayam kampung. Pakan yang digunakan oleh kelompok berasal dari pakan pabrik saja yaitu sinta BR 21E dengan kandungan protein sebesar 21 % sehingga biaya yang dikeluarkan cukup besar. Menurut Nawawi (2003), pakan yang diberikan pada ayam kampung dapat dihemat dengan mencampurkan pakan pabrik dengan bahan–bahan lain yang lebih murah dan mudah diperoleh seperti dedak atau jagung. Pada tahap awal pemeliharaan, pakan yang diberikan bisa menggunakan 60 hingga 70 % pakan pabrik dan sisanya adalah campuran jagung atau dedak karena pada fase awal, ayam memerlukan pakan dengan kandungan protein tinggi. Namun, pada fase selanjutnya, pakan pabrik bisa dicampurkan dengan dedak atau jagung dengan persentase lebih besar sebagai sumber energinya karena pada fase dewasa, ayam kampung tidak lagi memerlukan pakan dengan kandungan protein yang tinggi tetapi lebih memerlukan pakan dengan campuran kandungan protein yang lebih rendah dan sumber energi yang lebih tinggi. Karena jagung atau dedak mudah di dapat, maka jagung atau dedak ini dapat dicampurkan dengan pakan pabrik dengan persentase jagung sebesar 40-45 %. Sementara jika menggunakan dedak, maka persentase dedak yang disarankan adalah sebesar 30-40 %. Penggunaan jagung dan dedak ini dapat menghemat biaya pakan sehingga dapat meningkatkan keuntungan bagi kelompok tani sehati. Selanjutnya adalah strategi melakukan pengembangan produk dengan menjual ayam kampung bukan dalam kondisi hidup. Dengan memanfaatkan sumber modal yang kuat, teknologi dan motivasi anggota yang baik diharapkan dapat mengurangi dampak ancaman pendatang baru mudahnya memperoleh produk substitusi. Selama ini, ayam kampung yang dijual masih dalam kondisi hidup dan hal ini relative sama dengan pesaingnya. Jika ayam kampung yang dijual dalam sudah dipotong dan bersih dari bulu, maka produk yang dijual Kelompok Tani Sehati telah berbeda dengan peternak lainnya. Jika hal ini dilakukan, walapupun menambah biaya, harga dapat dipatok lebih tinggi untuk dijual kepada pembeli. d. Strategi WT (weaknesses-threats). Strategi WT merupakan taktik defensive yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghadapi ancaman eksternal (David, 2009). Strategi alternative untuk Strategi WT ini adalah Memperbaiki kualitas SDM yang ada saat ini dengan menambah informasi dan membina hubungan baik dengan sesama
51
anggota agar tercipta pendistribusian tanggung jawab yang lebih jelas dan terbina hubungan yang penuh dengan unsur kekeluargaan. Memperbaiki kualitas SDM ini dapat dengan cara mengikuti berbagai pelatihan yang diadakan oleh pemerintah atau mengajukan pertanyaan – pertanyaan ke UPT peternakan terkait pemeliharan ayam kampung yang benar. Selain itu, sumber pembelajaran juga bisa melalui buku – buku yang banyak tersedia mengenai pemeliharaan ayam. Adanya berbagai informasi ini dapat disesuaikan dengan keadaan pemeliharaan saat ini sehingga informasi tersebut dapat dikatakan tepat guna. Tidak hanya itu, pencarian informasi juga dapat dilakukan dengan studi banding terhadap kelompok tani atau peternak ayam kampung yang telah sukses. Pencarian informasi ini juga bisa dilakukan untuk mengetahui bagaimana pemasaran yang baik. Hal ini diharpakan memberikan implikasi pada pendistribusian tanggung jawab antar anggota yang lebih jelas. Adanya pendistribusian tanggung jawab ini membuat kerja kelompok lebih terarah dan tidak bergantung pada satu orang. Adanya pembagian tugas ini diharapkan dapat membuat kegiatan manajemen kelompok menjadi lebih baik dan terorganisir dengan baik. Tahap Keputusan (Decision Stage) Tahap keputusan merupakan tahap ketiga dalam kerangka perumusan strategi meurut David (2009). Pada tahap ini diputuskan strategi mana yang akan diterapkan atau diimplementasi dari beberapa alternative strategi yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk penentuan strategi yang akan diterapkan oleh kelompok tani sehati akan digunakan matriks QSPM sebagai alat penentuan keputusannya. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Matriks QSPM menggunakan input dari analisis tahap satu dan hasil pencocokan pada tahap dua untuk secara objektif menentukan strategi yang hendak dijalankan diantara alternatif yang telah dirumuskan. Teknik ini secara objektif menentukan strategi mana yang terbaik berdasarkan prioritas.
52
Berdasarkan hasil analisis matriks QSPM, dapat dilihat bahwa strategi yang terbaik yang harus dilakukan sekarang adalah memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar baru diluar pasar yang selama ini dijangkau oleh kelompok. Strategi ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan penjualan serta upaya untuk menghadapi tingkat persaingan yang tinggi, dengan nilai TAS (Total Attractiveness Score) tertinggi sebesar 6.671. Seluruh alternatif strategi tersebut jika diurutkan berdasarkan prioritas adalah dapat diperingkatkan sebagai berikut : 1. Memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar baru diluar pasar yang selama ini dijangkau. (W2,W3,O1,O3,O4,) dengan nilai STAS sebesar 6.671. 2. Memperbaiki kualitas SDM yang ada saat ini dengan menambah informasi dan membina hubungan baik dengan sesama anggota agar tercipta pendistribusian tanggung jawab yang lebih jelas dan terbina hubungan yang penuh dengan unsur kekeluargaan (W1,W4,T2,T3,T4) dengan nilai STAS sebesar 6.668. 3. Membuka jasa layanan “Delivery Order” bagi konsumen (S1,S2, S4,O1,O3,O4) dengan nilai STAS sebesar 6.313. 4. Melakukan pengembangan produk dengan menjual ayam kampung bukan dalam kondisi hidup. (S1, S2, S3,T2,T3). dengan nilai STAS sebesar 6.279. 5. Menjalin kerjasama dengan pemasok DOC untuk keterjaminan input untuk kualitas dan kuantitas. (S1,S3,O2) dengan nilai STAS sebesar 6.237. 6. Berusaha melakukan inovasi pembuatan pakan yang lebih menghemat biaya namun tetap sesuai dengan kebutuhan protein ayam kampung. (S1,S3,T1,T2) dengan nilai STAS sebesar 6.102. Nilai STAS yang diperoleh tersebut dapat dinterpretasikan bahwa skor yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik (David, 2009). Alternatif strategi diatas diharapkan dapat membantu kelompok tani sehati untuk meningkatkan penjualan sehingga dapat berimplikasi pada peningkatan keuntungan yang diperoleh. Penerapan strategi yang telah diprioritaskan ini membutuhkan beberapa kondisi, yaitu organisasi atau kegiatan manajemen kelompok tani telah berjalan cukup baik dan beroperasi sesuai dengan tingkatan korporasi. Tanpa pemenuhan kondisi tersebut, saran untuk menerapkan strategi yang telah diprioritaskan tersebut akan menjadi sulit karena harus memenuhi asumsi bahwa Kelompok Tani Sehati bekerja sesuai korporat. Apabila syarat ini terpenuhi, maka Kelompok Tani Sehati dapat menerapkan strategi yang telah diprioritaskan tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis faktor internal yang telah dilakukan pada Kelompok Tani sehati, diketahui bahwa kekuatan yang dimilikinya meliputi
53
Sumber modal usaha berasal dari pemerintah, teknologi yang digunakan sudah baik, adanya keinginan dan motivasi yang kuat dari anggota untuk melakukan usaha budidaya ayam kampung, dan lokasi yang strategis untuk pemeliharaan ayam kampung secara intensif. Sedangkan kelemahan yang dimiliki kelompok tani sehati meliputi Sumberdaya manusia yang dimiliki kurang terampil, kelompok tani pasif dalam pencarian pangsa pasar, belum memiliki pelanggan tetap yang membeli dalam jumlah yang besar dan belum adanya distribusi tugas yang merata. Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal kelompok tani sehati, peluang yang dimiliki meliputi Peningkatan pendidikan dan pendapatan masyarakat menyebabkan kecenderungan perubahan pola konsumsi untuk mengkonsumsi makanan sehat, Hubungan baik dengan pemasok DOC, Preferensi konsumen terhadap citarasa ayam kampung yang lebih unggul, Harga jual yang lebih tinggi dan stabil dibandingkan dengan ayam ras, dan Ayam kampung memiliki daya tahan tubuh yang kuat terhadap perubahan lingkungan. Sedangkan ancaman dari luar usaha kelompok tani sehati ini adalah Harga pakan yang terus meningkat, Hambatan untuk masuk kedalam industri peternakan ayam kampung cukup kecil, Kemudahan untuk mendapatkan produk pengganti, dan Cuaca yang tidak menentu mempengaruhi tingkat kematian ayam. Hasil analisis pada tahap pencocokan menggunakan matriks IE menunjukkan bahwa posisi Kelompok Tani Sehati saat ini berada pada sel II yaitu strategi grow and build (tumbuh dan membangun). Strategi yang dapat diterapkan pada sel ini adalah strategi intensif dan strategi integratif. Hasil analisis pada tahap pencocokan selanjutnya menggunakan matriks SWOT, diperoleh enam strategi alternative yang dapat dikembangkan, yaitu (1) Memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar baru diluar pasar yang selama ini dijangkau, (2) Memperbaiki kualitas SDM yang ada saat ini dengan menambah informasi dan membina hubungan baik dengan sesama anggota agar tercipta pendistribusian tanggung jawab yang lebih jelas dan terbina hubungan yang penuh dengan unsur kekeluargaan, (3) Membuka jasa layanan “Delivery Order” bagi konsumen, (4) Melakukan pengembangan produk dengan menjual ayam kampung bukan dalam kondisi hidup, (5) Menjalin kerjasama dengan pemasok DOC untuk keterjaminan input untuk kualitas dan kuantitas, dan (6) Berusaha melakukan inovasi pembuatan pakan yang lebih menghemat biaya namun tetap sesuai dengan kebutuhan protein ayam kampung. Pada tahap keputusan, hasil perhitungan prioritas alternative strategi menggunakan matriks QSPM menunjukkan bahwa strategi yang saat ini cocok untuk diterapkan adalah memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar baru diluar pasar yang selama ini dijangkau oleh kelompok.
Saran Beberapa saran yang dapat diajukan ke kelompok tani sehati adalah 1. Kelompok Tani Sehati disarankan menerapkan strategi yang telah diprioritaskan yaitu memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar
54
baru diluar pasar yang selama ini dijangkau dengan mencari link pemasaran yang efektif. Perluasan pasar ini juga hendaknya disertai peningkatan kualitas SDM dibidang budidaya dan pemasaran sehingga dalam pelaksanaannya strategi yang disarankan dapat terlaksana dengan baik. Adapun saran untuk penerapan secara konkrit dari alternatif strategi yang telah dirumuskan dapat dilihat pada lampiran 1. 2. Kelompok Tani Sehati perlu menerapkan sistem kerja korporat sehingga hasil penelitian relatif terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA [Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor]. 2010. Data Kepadatan Penduduk Kabupaten Bogor Per Kecamatan Tahun 2010 (Dalam Jiwa per Ha) (Berdasarkan SP 2010). Bogor (ID) : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. [Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan]. 2011. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan [Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Bogor]. 2012. Buku Data Peternakan Tahun 2012. Bogor (ID) : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Bogor. [Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan]. 2012. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan [Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan]. 2012. Populasi Ternak Ayam Buras. http://ditjennak.deptan.go.id/ 28 Desember 2012 Alma B. 2011. Manajemen Pemasaran & Pemasaran Jasa. Bandung (ID): Alfabeta Cahyono B.2002. Ayam Buras Pedaging. Jakarta (ID): Penebar Swadaya David FR. 2004. Manajemen Strategis : Konsep, Edisi ketujuh. Sindoro A, penerjemah. Jakarta (ID): PT INDEKS. David FR. 2006. Manajemen Strategis : Konsep,Edisi 10. Budi IS,penerjemah; Rahoyo S, editor. Jakarta (ID): Salemba Empat David FR. 2009. Manajemen Strategis. Edisi ke – 12. Sunardi D, penerjemah. Jakarta (ID): Salemba Empat. Dhakhiyah, TA. 2012. Pengembangan Skala Usaha Ternak Ayam Buras Petelur. [Skrispi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
55
Dirgantoro C. 2001. Manajemen Stratejik. Jakarta (ID) : PT Grasindo. Harianto B dan Krista B. 2011. Petunjuk Praktis Pembesaran Ayam Kampung Pedaging. Jakarta : AgroMedia Pustaka. Kasim S.N, Sirajuddin S.N. dan Irmayani. .2011. Strategi Pengembangan Sapi Perah di Kabupaten Enrenkang. Jurnal Agribisnis. Volume X (3). Kotler P, Armstrong G. 2005. Dasar – Dasar Pemasaran. Alexander S, penerjemah; Bambang S, editor. Jakarta (ID): PT Indeks. Terjemahan dari : Principles of Marketing. Ed ke-9. Muhammad S. 2008. Manajemen Stratejik. Yogyakarta (ID) : Unit Penerbit dan Pencetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Nawawi T, Nurrohmah S. 2003. Ransum Ayam Kampung. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya. Pearce JA, Robinson RB. 2008. Manajemen Strategis-Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian Edisi sepuluh. Bachtiar Y, Christine, Penerjemah; Krista, Editor. Jakarta (ID) : Salemba Empat. Porter ME. 1980. Strategi Bersaing. Maulana A, penerjemah; Hutauruk G, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Sari LN. 2012. Manajemen Strategi Pemasaran Koperasi Bina Usaha AlIhsan Kabupaten Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Suharno B. 2002. Agribisnis Ayam Buras. Jakarta (ID): Penebar Swadaya Wijayanti R. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik (Studi Kasus : Kelompok Tani Putera Alam Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabuaten Bogor) [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Yamesa N. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Perusahaan AAPS Kecamatan Guguak, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat [Skrispi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Yenni E. 2007. Perumusan Strategi Pemasaran Tepung Ubi Jalar Produksi Usaha Kecil [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
56
57
Lampiran 1 Rumusan strategi pengembangan Kelompok Tani Sehati Rumusan Strategi Pengembangan Kelompok Tani Sehati Latar Belakang Ayam tergolong kedalam komoditi perunggasan yang saat ini tingkat konsumsinya sebesar 16.3 % yang berasal dari unggas lokal (ditjennak,2012). Salah satu jenis ayam buras yang banyak dibudidayakan adalah ayam kampung. Kelompok Tani Sehati adalah salah satu kelompok yang membudidayakan ayam kampung secara intensif. Kelompok Tani Sehati merupakan yang membudidayakan ayam kampung dengan menerapkan sistem pemeliharaan intensif. Kelompok Tani Sehati memperoleh bantuan modal dari pemerintah melalui program SMD (Sarjana Membangun Desa) sebesar 150 juta rupiah. Persyaratan yang diberikan adalah ayam yang dibudidayakan harus ditempatkan dikandang bersama. Oleh karena itu, investasi awal dimulai dari kandang, DOC, pakan, obatobatan, dan lain-lain merupakan milik bersama yang dikelola bersamaKelompok Tani Sehati mengalami masalah pada aspek manajemen sumber daya manusia, pemasaran dan budidaya sehingga membutuhkan strategi pengembangan untuk keberlajutan usaha peternakan ayam kampungnya. Visi dan Misi Kelompok Tani Sehati Pada awal pembentukan, kelompok tani sehati merumuskan visi dan misi kelompok. Visi dan misi tersebut tercantum dalam proposal yang diajukan kelompok untuk perolehan bantuan dana yang diajukan. Kelompok tani sehati ini memiliki visi mensejahterakan seluruh anggota kelompok. Untuk mencapai visi tersebut kelompok merumuskan misi yaitu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam beternak sehingga kehidupan anggota lebih sejahtera dengan adanya peningkatan produktivitas dan pendapatan, membangun kerjasama antar anggota untuk mengelola sumberdaya untuk mencapai kesejahteraan kelompok, serta menjadikan kelompok sebagai kelompok mandiri dengan sistem kekeluargaan. Alternatif Strategi yang dirumuskan 1. Membuka jasa layanan “Delivery Order” bagi konsumen 2. Menjalin kerjasama dengan pemasok DOC untuk keterjaminan kualitas dan kuantitas. 3. Memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar baru diluar pasar yang selama ini dijangkau oleh konsumen. 4. Melakukan inovasi pembuatan pakan yang lebih menghemat biaya namun tetap sesuai dengan kebutuhan protein ayam kampung. 5. Melakukan pengembangan produk dengan menjual ayam kampung bukan dalam kondisi hidup 6. Memperbaiki kualitas SDM yang ada saat ini dengan menambah informasi dan membina hubungan baik dengan sesama anggota agar tercipta pendistribusian tanggung jawab yang lebih jelas dan terbina hubungan yang penuh dengan unsur kekeluargaan
58
Lampiran 1 Rumusan Strategi Pengembangan Kelompok Tani Sehati Prioritas Strategi 1. Memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar baru diluar pasar yang selama ini dijangkau dengan nilai STAS sebesar 6.671. 2. Memperbaiki kualitas SDM yang ada saat ini dengan menambah informasi dan membina hubungan baik dengan sesama anggota agar tercipta pendistribusian tanggung jawab yang lebih jelas dan terbina hubungan yang penuh dengan unsur kekeluargaan dengan nilai STAS sebesar 6.668. 3. Membuka jasa layanan “Delivery Order” bagi konsumen dengan nilai STAS sebesar 6.313. 4. Melakukan pengembangan produk dengan menjual ayam kampung bukan dalam kondisi hidup dengan nilai STAS sebesar 6.279. 5. Menjalin kerjasama dengan pemasok DOC untuk keterjaminan input untuk kualitas dan kuantitas dengan nilai STAS sebesar 6.237. Berusaha melakukan inovasi pembuatan pakan yang lebih menghemat biaya namun tetap sesuai dengan kebutuhan protein ayam kampung dengan nilai STAS sebesar 6.102.
75
Lampiran 1 Rumusan strategi pengembangan Kelompok Tani Sehati
Sb y Strategi - Strategi Berusaha melakukan inovasi pembuatan pakan yang lebih menghemat biaya namun tetap sesuai dengan kebutuhan protein ayam kampung.
Memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar baru diluar pasar yang selama ini dijangkau
Menjalin kerjasama dengan pemasok DOC untuk keterjaminan input untuk kualitas dan kuantitas.
Visi Kelompok Tani Sehati adalah menyejahterakan seluruh anggota kelompok.
Melakukan pengembangan produk dengan menjual ayam kampung bukan dalam kondisi hidup .
Membuka jasa layanan “Delivery Order” bagi konsumen Memperbaiki kualitas SDM yang ada saat ini dengan menambah informasi dan membina hubungan baik dengan sesama anggota agar tercipta pendistribusian tanggung jawab yang lebih jelas dan terbina hubungan yang penuh dengan unsur kekeluargaan
Siklus 3
Siklus 4
Siklus 5
Siklus 6
Sb x Waktu Siklus Produksi
Target : Penjualan ayam kampung yang tidak bertahap agar penerimaan lebih terlihat dan menghindari penambahan biaya pakan yang cukup besar, memiliki pelanggan tetap yang membeli dalam jumlah besar sehingga ayam dapat terjual dalam jumlah yang banyak, dan memperbaiki kegiatan majanemen.
59
68
75 60
Lampiran 2 Rata-rata hasil perhitungan bobot dan rating matriks IFE dan EFE Perhitungan Rata – rata bobot dan Rating Faktor Internal Bobot Rating Faktor Internal Responden 1 Responden 2 Rata-rata Responden 1 Responden 2 Rata-Rata 0.1875 0.142857 A 0.1741071 3 3 3 0.151786 0.163265 B 0.1552297 3 3 3 0.169643 0.183673 C 0.173852 3 3 3 0.133929 0.102041 D 0.1243626 3 3 3 0.0625 0.102041 E 0.0743623 1 1 1 0.116071 0.102041 F 0.111862 1 1 1 0.080357 0.102041 G 0.0868622 1 1 1 0.098214 0.102041 H 0.0993621 1 1 1 Perhitungan Rata – rata bobot dan rating Faktor Eksternal Bobot Rating Faktor Eksternal Responden 1 Responden 2 Rata - rata Responden 1 Responden 2 Rata-Rata 0.111111 0.111111 0.111111 A 4 4 4 0.138889 0.0625 0.1159723 B 4 4 4 0.152778 0.076389 0.1298613 C 4 3 3.7 0.152778 0.125 0.1444446 D 3 3 3 0.138889 0.138889 0.138889 E 3 3 3 0.055556 0.152778 0.0847226 F 2 2 2 0.069444 0.097222 0.0777774 G 4 4 4 0.097222 0.118056 0.1034722 H 2 2 2 0.083333 0.118056 0.0937499 I 1 1 1
76
Lampiran 3 Matriks QSPM
Faktor Kunci Kekuatan Sumber modal usaha berasal dari pemerintah. Teknologi yang digunakan sudah baik Adanya keinginan dan motivasi yang kuat dari anggota untuk melakukan usaha budidaya ayam kampung Lokasi yang strategis untuk pemeliharaan ayam kampung secara intensif. Kelemahan Sumberdaya manusia yang dimiliki kurang terampil Kelompok masih pasif dalam pencarian pangsa pasar Belum memiliki pelanggan tetap yang membeli dalam jumlah yang besar Belum adanya dDistribusi yang merata. Peluang Peningkatan pendidikan dan pendapatan masyarakat menyebabkan kecenderungan perubahan pola konsumsi untuk mengkonsumsi makanan sehat Hubungan baik dengan pemasok DOC Preferensi konsumen terhadap citarasa ayam kampung yang lebih unggul. Harga jual yang lebih tinggi dan stabil dibandingkan dengan ayam ras. Ayam kampung memiliki daya tahan tubuh yang kuat terhadap perubahan lingkungan
Bobot
Strategi 1 AS TAS
Strategi 2 AS TAS
Alternatif Strategi Strategi 3 Strategi 4 AS TAS AS TAS
0.174 0.155
4 1.3
0.696 0.201
4 2
0.696 0.310
4 1.3
0.696 0.201
4 3.3
0.696 0.512
4 1.6
0.696 0.248
4 1.3
0.696 0.201
0.173
4
0.695
4
0.695
4
0.695
3.7
0.643
4
0.695
4
0.695
0.124
3
0.373
3
0.373
2
0.248
2
0.248
3
0.373
2
0.248
0.074 0.111
4 1.9
0.297 0.212
4 3
0.297 0.335
4 2.3
0.297 0.257
4 2.3
0.297 0.257
4 3.7
0.297 0.413
4 2.3
0.297 0.257
0.086
4
0.347
4
0.347
2.3
0.199
2.7
0.234
2
0.173
2
0.173
0.099
4
0.397
4
0.397
4
0.397
3.4
0.337
4
0.397
4
0.397
0.111
3.4
0.377
4
0.444
2
0.222
2
0.222
2
0.222
3
0.333
0.115
2
0.231
2
0.231
4
0.463
2
0.231
3
0.347
3
0.347
0.129
4
0.519
4
0.519
4
0.519
2.6
0.337
4
0.519
4
0.519
0.144
4
0.577
4
0.577
4
0.577
2.6
0.375
4
0.577
3
0.433
0.138
2
0.277
2
0.277
3
0.416
3
0.416
3
0.416
3
0.416
Strategi 5 AS TAS
Strategi 6 AS TAS
61
62
77
Ancaman Harga pakan yang terus meningkat. Hambatan untuk masuk kedalam industri peternakan ayam kampung cukup kecil. Kemudahan untuk mendapatkan produk pengganti. Cuaca yang tidak menentu mempengaruhi tingkat kematian ayam STAS Prioritas
0.084
2.3
0.194
3
0.254
2
0.169
4
0.338
3
0.254
3
0.254
0.077
4
0.311
4
0.311
2.3
0.178
3.3
0.256
4
0.311
4
0.311
0.103
4
0.413
4
0.413
4
0.413
4
0.413
4
0.413
4
0.413
0.093
2
0.187
2
0.187
3
0.281
3
0.281
3.3
0.309
3
0.281
6.313
6.671
6.237
6.102
6.668
6.279
3
1
5
6
2
4
75 63 Lampiran 4. Riwayat Hidup Penulis Penulis dilahirkan di Jebus, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 10 Agustus 1992 dari Ayah Arief Purnomo dan Ibu Komariah. Penulis adalah putri bungsu dari 3 bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Jebus pada tahun 2009 dan lolos seleksi masuk Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dan diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi yaitu pada tahun 2009 hingga 2011 menjadi bendahara organisasi mahasiswa Bangka (ISBA) dan pada tahun 2011 hingga 2013 menjadi sekretaris pada organisasi tersebut. Selama masa perkuliahan, penulis juga mengikuti perkuliahan dengan minor Komunikasi dari Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.
75