ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BURAS PEDAGING PADA KELOMPOK TANI SEHATI DI DESA SIRNAGALIH KABUPATEN BOGOR
MELPI PIRGO SERLI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Buras Pedaging pada Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2013 Melpi Pirgo Serli NIM H34090092
ABSTRAK MELPI PIRGO SERLI. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Buras Pedaging pada Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh TINTIN SARIANTI. Ayam Buras merupakan salah satu alternatif pilihan pangan bergizi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Peningkatan produksi ayam buras tidak sebanding dengan peningkatan jumlah konsumsi yang semakin meningkat menyebabkan permintaan daging ayam buras saat ini belum dapat terpenuhi. Salah satu cara agar permintaan daging ayam buras dapat dipenuhi yaitu dengan mengubah sistem pemeliharaan ayam buras. Kelompok Tani Sehati merupakan salah satu Kelompok Tani yang memanfaatkan peluang untuk membudidayakan ayam buras dengan menggunakan sistem pemeliharaan yang intensif. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis kelayakan usaha dari Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih Kabupaten Bogor. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis kualitatif untuk menganalisis kelayakan aspek nonfinansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan dan analisis kuantitatif yang didasarkan pada kriteria investasi dan analisis nilai pengganti. Hasil dari analisis kelayakan menunjukkan bahwa usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati layak untuk dijalankan. Kata kunci : kelayakan, ayam buras, Kelompok Tani Sehati ABSTRACT MELPI PIRGO SERLI. Financial Feasibility Analysis of Native Chicken Farm at Sehati Farmers Group in Sirnagalih Village Bogor Regency. Supervised by TINTIN SARIANTI. Native chicken is an alternative choice of nutritious food which is needed by the people. The increasing production of native chicken is not balanced with the increasing number of consumption causes the demand for native chicken meat has yet to be fulfilled. One of the effort to fulfilled the chicken meat demand is by changing the system of chicken raising. Sehati Farmers group is one of the farmer groups that using intensive maintenance system to cultivates the native chicken. The purpose of this study to analyze the feasibility at Sehati Farmers Group in Sirnagalih Village, Bogor regency. Data analysis method which are used on this research is qualitative analysis method to analyze feasibility based on nonfinancial aspect such as market aspect, technical aspect, management aspect, law aspect, and also social, economic, and enviromental aspect and quantitative analysis based on investment criteria and switching value analysis. The result of this feasibility analysis show that Sehati Farmers Group farm is feasible to run. Keyword: feasibility, native chicken, Sehati Farmers Group
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BURAS PEDAGING PADA KELOMPOK TANI SEHATI DI DESA SIRNAGALIH KABUPATEN BOGOR
MELPI PIRGO SERLI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi
Nama NIM
: Analisis : Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Buras Pedaging pada Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih Kabupaten Bogor : Melpi : Pirgo Serli : H34090092 :
Disetujui oleh
Tintin Sarianti, SP, MM Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS. Ketua Departemen Agribisnis
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah karunia dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 sampai Februari 2013 ini ialah studi kelayakan, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Buras Pedaging pada Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih Kabupaten Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh anggota Kelompok Tani Sehati yaitu Bapak Mahpudin, Ibu Tati, Bapak Dedi, Bapak Epi, dan anggota kelompok lainnya selaku responden yang telah memberikan waktu luangnya serta informasi untuk pengumpulan data, Bapak Maksal selaku perwakilan unit pelaksana teknis (UPT) yang telah memberikan informasi dan data mengenai kelompok ternak yang ada di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari. Terima kasih kepada teman satu bimbingan dan sahabat-sahabat Agribisnis 46 atas dukungan dan semangat yang diberikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua serta seluruh keluarga atas perhatian, doa, dan dukungan yang tiada hentinya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, Juni 2013 Melpi Pirgo Serli
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Kajian Studi Kelayakan Usaha Kajian studi kelayakan berdasarkan aspek nonfinansial Kajian studi kelayakan berdasarkan aspek finansial KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Jenis-Jenis Ayam Buras Usaha Peternakan Ayam Buras Sistem Pemeliharaan Ayam Buras Teori Investasi Studi Kelayakan Bisnis Teori Biaya dan Manfaat Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Kerangka Pemikiran Operasional METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Analisis Kelayakan Aspek Nonfinansial Analisis Kelayakan Aspek Finansial Asumsi Dasar yang Digunakan GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Wilayah Penelitian Gambaran Umum Kelompok Tani Sehati HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Aspek Kelayakan Nonfinansial Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Hukum Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Analisis Kelayakan Finansial Arus Kas (Cashflow) Analisis Laba Rugi Analisis Kriteria Kelayakan Investasi
xi xi xii 1 1 6 7 8 8 8 8 8 12 14 14 14 17 18 18 20 24 26 32 35 35 35 35 36 36 41 44 45 45 46 48 48 48 51 62 64 65 66 67 79 81
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
83 85 85 86 86
DAFTAR TABEL Tabel 1 PDRB Peternakan Tahun 2006-2010 Menurut Provinsia Tabel 2 Data Populasi Ternak Di Provinsi Jawa Barat 2010-2011a Tabel 3 Populasi Ayam Buras Kabupaten Bogor 2010-2011a Tabel 4 Populasi Ayam Buras Kecamatan Kabupaten Bogor 2012a Tabel 5 Data Kelompok Peternak Ayam Buras Kabupaten Bogor 2012a Tabel 6 Kandungan Zat Gizi Ayam Per 100 Grama Tabel 7 Rincian Biaya Investasi Kelompok Tani Sehati Tabel 8 Rincian Biaya Instalasi Air Tabel 9 Rincian Biaya Variabel Kelompok Tani Sehati Tabel 10 Rincian Biaya Tetap Kelompok Tani Sehati Tabel 11 Rincian Penerimaan Kelompok Tani Sehati Tabel 12 Nilai Sisa Usaha Peternakan Kelompok Tani Sehati Tabel 13 Rincian Biaya Penyusutan Investasi Tabel 14 Hasil Analisis Kriteria Kelayakan Investasi Tabel 15 Hasil Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)
1 2 3 3 4 5 68 69 73 75 78 79 80 83 85
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Skema Jenis Ayam Buras Dan Ayam Ras Gambar 2 Fungsi Investasi Gambar 3 Kurva Tingkat Bunga, Investasi, dan Tabungan Gambar 4 Fungsi Biaya Gambar 5 Hubungan Antara NPV dan IRR Gambar 6 Kerangka Pemikiran Operasional Gambar 7 Lingkungan Lokasi Kandang Gambar 8 Persiapan Kandang Gambar 9 DOC yang Telah Dikandangkan Gambar 10 Ayam 30 Hari Kandang Tanpa Pemanas Gambar 11 Pengobatan Terhadap Penyakit Gambar 12 Penimbangan Ayam Siap Dijual Gambar 13 Semawar Untuk Pemanas DOC Gambar 14 Layout Peternakan Kelompok Tani Sehati Gambar 15 Struktur Organisasi Kelompok Tani Sehati Gambar 16 Struktur Organisasi Kelompok Tani Sehati Yang Baru Gambar 17 Hubungan Antara NPV dan IRR Hasil Kriteria Investasi
15 19 20 25 31 34 53 54 54 55 57 57 59 61 62 63 82
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7
Aktivitas Peternakan Pada Kelompok Tani Sehati Biaya Reinvestasi Kelompok Tani Sehati Proyeksi Laba Rugi Kelompok Tani Sehati Proyeksi Arus Kas (Cash Flow) Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Ayam Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan Ayam Riwayat Hidup Penulis
89 92 93 94 97 100 103
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi Pertanian pada PDB atas dasar harga berlaku (2008-2011**) memberikan kontribusi terbesar kedua menurut Lapangan Usaha dari 9 sektor. Sembilan sektor tersebut adalah sektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan), sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan baik migas maupun non migas, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor kontruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Salah satu subsektor pertanian yang terus berkembang dalam pembangunan nasional adalah subsektor peternakan. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor Peternakan terhadap PDB. Nilai PDB subsektor peternakan terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2008 kontribusi peternakan pada PDB sebesar 83 276.1 miliar rupiah, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi 104 883.9 miliar rupiah dan terus meningkat hinga tahun 2010 menjadi 119 094.9 miliar rupiah (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011). Salah satu provinsi di Indonesia yang memberikan kontribusi terhadap subsektor peternakan adalah Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki peranan pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam sektor peternakan. Data PDRB peternakan tahun 2006-2010 menurut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 PDRB peternakan tahun 2006-2010 (atas dasar harga berlaku) menurut provinsia Provinsi
2006b
2007b
2008b
2009c
2010d
Total
Jawa Timur
13 951
15 871 19 081
21 061
23 290
93 254
Jawa Tengah
7 005
8 876 10 271
11 515
12 888
50 555
Jawa Barat
7 642
8 074
9 852
11 903
11 985
49 456
Sumatera Utara
3 294
3 646
4 477
5 116
5 752
22 285
Lampung
2 595
2 939
3 615
4 165
4 102
17 416
Aceh
2 798
2 921
3 150
3 361
3 604
15 834
Bali
1 989
2 183
2 441
2 958
3 302
12 873
NTT
1 799
2 018
2 269
2 504
2 824
11 414
a
b
Sumber: Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012 (data diolah); Milyar rupiah; c Angka sementara (milyar rupiah); dAngka sangat sementara (milyar rupiah)
2
Tabel 1 menunjukkan bahwa PDRB peternakan untuk Provinsi Jawa Barat terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 hingga tahun 2010 dengan total PDRB Peternakan sebesar 49 456 miliar rupiah. Provinsi Jawa Barat dilihat dari total PDRB Peternakan memberikan kontribusi terbesar ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Perkembangan subsektor peternakan tidak terlepas dari peranan ternak unggas. Menurut jenisnya, ternak dikelompokkan menjadi ternak besar (sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda), ternak kecil (kambing, domba, babi), ternak unggas (ayam buras, ayam ras peterlur, ayam ras pedaging, itik) dan aneka ternak (kelinci, burung puyuh, merpati) (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Salah satu jenis ternak yang banyak dikembangkan di Provinsi Jawa Barat) adalah ternak unggas yaitu ayam buras. Data populasi ternak di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Data populasi ternak di Provinsi Jawa Barat 2010-2011a 2010b
2011b
sapi potong
327 750
422 989
sapi perah
120 475
139 970
kerbau
139 730
130 157
kuda
13 929
14 080
kambing
1 801 320
2 016 867
domba
6 275 299
7 041 437
babi
8 327
9 846
ayam buras
27 394 516
27 396 416
ayam ras peterlur
11 252 390
11 930 515
ayam ras pedaging
497 814 154
583 263 441
itik
9 871 091
9 310 715
kelinci
107 681
171 880
burung puyuh
314 777
422 828
merpati
78 552
Jenis Ternak Besar
Ternak Kecil
Ternak Unggas
Aneka Ternak
a
147 690 b
Sumber: Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012 (data diolah); Ekor
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah populasi ayam buras di Provinsi Jawa Barat menempati urutan kedua terbanyak dibudidayakan. Pada tahun 2010 jumlah ayam buras yang dibudidayakan sebanyak 27 394 516 ekor,
3
kemudian meningkat pada tahun 2011 menjadi 27 396 416 ekor. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Provinsi Jawa Barat banyak yang membudidayakan ayam buras. Salah satu kabupaten di Jawa Barat yang membudidayakan ayam buras adalah Kabupaten Bogor. Data populasi ayam buras di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Populasi ayam buras Kabupaten Bogor tahun 2010-2011a Tahun
Populasi b
2010
1 318 299
2011
1 436 530
a
Persentase pertumbuhan 8.97%
Sumber: Dinas Peternakan Jawa Barat 2010-2011; b Ekor
Tabel 3 menunjukkan jumlah populasi ayam buras di Kabupaten Bogor pada tahun 2010 sebanyak 1 318 299 ekor, kemudian meningkat pada tahun 2011 menjadi 1 436 530 ekor. Laju pertumbuhan populasi ayam buras di Kabupaten Bogor pada tahun 2010 sampai 2011 cukup besar yaitu 8.97%. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Kabupaten Bogor terus menambah populasi ternak ayam buras untuk dibudidayakan. Salah satu wilayah di Kabupaten Bogor yang masyarakatnya banyak bergerak dalam usaha budidaya ayam buras adalah Kecamatan Tamansari. Tabel 4 Populasi ayam buras per kecamatan Kabupaten Bogor tahun 2012a Ayam Burasb
Kecamatan Cisarua
188 556
Nanggung
120 554
Pamijahan
99 654
Cibungbulang
79 419
Tamansari
78 737
Megamendung
78 412
Cigombong
32 175
Gunung Sindur
49 341
Klapanunggal
11 733
Ciomas
7 882
Parung Panjang
30 047
Tenjo
4 220
Ciawi
41 342
Dramaga a
13 067 b
Sumber: Buku Data Peternakan Tahun 2012 (data diolah); Ekor
4
Tabel 4 menunjukkan bahwa Kecamatan Tamansari merupakan salah satu kecamatan yang memiliki jumlah populasi ayam buras terbanyak kelima dengan jumlah populasi sebesar 78 737 ekor. Masyarakat Kecamatan Tamansari membudidayakan ayam buras secara berkelompok maupun perorangan. Salah satu kelompok peternak yang mengembangkan usaha ayam Buras di Kecamatan Tamansari adalah Kelompok Tani Sehati. Kelompok Tani Sehati melakukan budidaya ayam buras secara berkelompok dengan sistem pemeliharaan yang intensif. Kelompok Tani Sehati merupakan kelompok yang paling banyak membudidayakan ayam buras di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari. Data kelompok peternakan ayam buras di Kabupaten Bogor tahun 2012
Tabel 5 Data kelompok peternakan ayam buras Kabupaten Bogor tahun 2012a Jumlahb
Kecamatan
Desa
Nama Kelompok Ternak
Tamansari
Sirnagalih
Sehati
Megamendung
Sukakarya
Bina Karya
400
Cigombong
Ciburuy
Motekar
389
Cisarua
Citeko
Jembar Alam
200
Gunung Sindur
Rawa Kalong
Tani Maju
100
Klapanunggal
Nambo
Hidayah Alam
200
Parung Panjang
Parung
Cemani Laras
200
Tenjo
Tapos
Suka Makmur
200
Ciawi
Ciawi
Tani Makmur
200
Dramaga
Sinarsari
Harapan Mulya
200
Ciomas
Parakan
Sugih
a
1 500
34 b
Sumber: Buku Data Peternakan Tahun 2012 (data diolah); Ekor
Tabel 5 menunjukkan bahwa Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari merupakan kelompok yang paling banyak membudidayakan ayam buras dengan jumlah populasi 1 500 ekor. Jenis ayam buras yang di budidayakan oleh Kelompok Tani Sehati adalah ayam buras. Ayam buras sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Menurut Sujionohadi dan Setiawan (2003), jenis ayam buras sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Kutai. Pada saat itu, ayam buras merupakan salah satu jenis upeti dari kadipaten-kadipaten untuk pusat kerajaan. Sistem upeti ini salah satu mekanisme yang menyebabkan ayam buras terjaga kelestariaannya. Keharusan menyerahkan upeti ini menyebabkan ayam buras selalu dibudidayakan. Ayam buras mempunyai banyak kelebihan atau keunggulan dibandingkan dengan ayam ras. Menurut Nurcahyono dan Widyastuti (2003), ayam buras umumnya mempunyai ketahanan tubuh yang lebih kuat
5
terhadap penyakit dibandingkan dengan ayam ras, sehingga penggunaan obat-obat kimia untuk ayam buras juga relatif lebih sedikit dibandingkan dengan ayam broiler. Selain itu ayam buras lebih tahan terhadap perubahan cuaca atau iklim, sehingga selama ini cara pemeliharaan ayam buras umumnya masih bersifat ekstensif atau tradisional yaitu makanan ayam buras diberikan dari sisa makanan dapur dan lainnya di sekitar pekarangan rumah bahkan bebas berkeliaran tanpa dikandangkan. Hal inilah yang membedakan ayam buras dengan ayam ras. Ayam ras hanya dapat dibudidayakan dengan sistem pemeliharaan yang intensif, karena ayam ras rentan terhadap perubahan cuaca atau iklim. Jika dibandingkan dengan kandungan zat gizi ayam broiler dan ayam buras. Ayam buras memiliki kandungan lemak yang rendah dan protein yang tinggi dibandingkan ayam broiler. Tabel 6 Kandungan zat gizi ayam per 100 grama Jenis
Energi (kkal)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Ayam buras
246
37.9
9
Ayam broiler
295
37
14.7
a
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dalam Cahyono 2002
Tabel 6 menunjukkan bahwa daging ayam buras lebih banyak memiliki kandungan protein yaitu 37.9 gr dibandingkan ayam broiler yaitu sebesar 37 gr dan memiliki kandungan lemak yang lebih rendah yaitu 9 gr dibandingkan ayam broiler yaitu 14.7 gr. Ayam buras juga lebih sehat dibandingkan ayam broiler karena ayam buras mempunyai kadar kolesterol yang lebih rendah, sehingga orang yang mengkonsumsi daging ayam buras tidak menyebabkan gemuk. Jika dilihat dari kelebihan-kelebihan yang dimiliki ayam buras, ayam buras memiliki peluang usaha cukup besar, karena masyarakat lebih menyukai telur maupun daging ayam buras dibandingkan ayam broiler (Sudaryani dan Santosa 2003). Selain itu jumlah konsumsi ayam buras per kapita per tahunnya terus meningkat. Jumlah konsumsi ayam buras pada tahun 2009 sebesar 0.501 kg/kapita meningkat pada tahun 2010 menjadi 0.602 kg/kapita dan terus meningkat hingga tahun 2011 menjadi 0.626 kg/kapita (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin terbukanya peluang usaha peternakan ayam buras. Permasalah penting yang menyebabkan ayam buras tidak lebih berkembang dibandingkan dengan ayam broiler yaitu teknik pemeliharaan yang digunakan. Teknik pemeliharaan ayam buras biasanya dilakukan secara ekstensif sehingga menyebabkan sulitnya untuk melakukan pengawasan dan pengendalian penyakit karena umumnya ayam buras dibiarkan bebas berkeliaran, sehingga akan menyebabkan tingkat mortalitas yang tinggi (Sudaryani dan Santosa 2003). Ternak ayam buras di Indonesia bisa lebih berkembang dengan mengubah teknik pemeliharaannya (Sudaryani dan Santosa 2003). Sistem
6
pemeliharaan ayam buras dengan cara intensif mampu memberikan penghasilan yang berarti bagi pengusaha atau peternak. Hal ini dikarenakan, jika pemeliharaan ayam buras dilakukan secara intensif maka ternak akan mendapatkan pemeliharaan yang baik yaitu ayam akan dikandangkan terus menerus selama hidupnya. Makanan, minuman, dan kebutuhan hidupnya dipenuhi oleh peternak. Menurut Sudaryani dan Santosa (2003) pendapatan usaha ayam buras dengan pemeliharaan secara intensif akan lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan cara ekstensif. Selain itu usaha ternak ayam buras dengan cara berkelompok akan mampu mengurangi biaya produksi, karena input yang digunakan akan dibeli dalam jumlah yang banyak, sehingga biaya yang dikeluarkan akan lebih murah. Kelompok Tani Sehati ini mencoba untuk mengubah cara pandang masyarakat setempat bahwa ternak ayam buras pedaging memiliki peluang usaha jika dibudidayakan secara intensif. Usaha peternakan ayam buras pedaging yang dilakukan dengan cara intensif perlu mengeluarkan biaya yang cukup besar dalam hal pembuatan kandang dan peralatan. Untuk memastikan bahwa peternakan ayam buras pada Kelompok Tani Sehati telah memenuhi berbagai aspek kelayakan usaha, perlu dilakukan analisis kelayakan usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati baik dari aspek nonfinansial maupun aspek finansial.
Perumusan Masalah Potensi pasar daging ayam dapat dilihat dari laju petambahan jumlah penduduk. Meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun menyebabkan meningkatnya tuntutan ketersediaan bahan pangan, baik hewani maupun hayati. Meningkatnya pendidikan dan pendapatan masyarakat juga akan mempengaruhi peningkatan konsumsi daging ayam. Di samping itu, daya serap pasar daging ayam juga dapat dilihat dari preferensi masyarakat, hari-hari besar keagamaan, dan bermacam-macam pesta rakyat. Kelezatan dagingnya sudah dikenal sehingga selalu dapat meningkatkan jumlah permintaan akan daging ayam buras (Sudaryani dan Santosa 2003). Oleh sebab itu, ayam buras memiliki peran penting untuk memenuhi kebutuhan protein hewani yang terus meningkat. Kelompok Tani Sehati yang menyadari akan potensi daging ayam buras mencoba melakukan usaha pembudidayaan ayam buras pedaging secara berkelompok. Usaha pembudidayaan ayam buras pedaging yang dilakukan Kelompok Tani Sehati dengan sistem pemeliharaan yang intensif. Usaha pemeliharaan ayam buras pedaging dengan sistem pemeliharaan yang intensif membutuhkan biaya untuk pembuatan kandang dan pembelian peralatan. Kelompok Tani Sehati yang membudidayakan ayam buras pedaging ini terbentuk pada tahun 2012. Jumlah ternak ayam buras pedaging yang dibudidayakan sekitar 1 500 ekor. Kelompok Tani Sehati memperoleh bantuan modal dari Pemerintah melalui Program SMD (Sarjana Membangun Desa). Bantuan modal yang diperoleh digunakan oleh kelompok tani sehati untuk pembuatan kandang ayam, pembelian DOC (Day Old Chik), pembelian pakan, serta biaya lainnya yang dikeluarkan
7
terkait dengan pembudidayaan ayam buras pedaging. Besarnya dana yang diperoleh yaitu Rp150 000 000. Besarnya dana yang dikeluarkan untuk usaha peternakan ayam buras pedaging ini belum dilakukan analisis kelayakan usaha baik dari sarjana membangun desa (SMD) maupun dari pihak Kelompok Tani Sehati. Oleh karena itu penelitian mengenai kelayakan usaha menjadi penting untuk dilakukan, mengingat besarnya biaya investasi yang dikeluarkan dengan menggunakan sumber modal dari pemerintah. Selain itu, dalam menjalankan usahnya Kelompok Tani Sehati tidak terlepas dari lingkungan bisnis yang senantiasa berubah. Sehingga terdapat beberapa ketidakpastian yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan dari variabel input dan output yang tentunya dapat mempengaruhi kelayakan usaha dari aspek finansial. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis switching value untuk melihat seberapa besar perubahanperubahan pada variabel input dan output produksi, terutama pada harga jual ayam buras pedaging dan harga pakan ayam buras pedaging yang boleh terjadi agar usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati masih tetap layak untuk dijalankan. Berdasakan kondisi yang dijelaskan pada uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kelayakan usaha budidaya ayam buras pedaging kelompok tani sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor jika dilihat dari aspek nonfinansial, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan? 2. Bagaimana kelayakan usaha budidaya ayam buras pedaging kelompok tani sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor jika dilihat dari aspek finansial? 3. Seberapa besar perubahan maksimum yang boleh terjadi pada variabel-variabel yang penting seperti penurunan harga jual ayam buras pedaging dan peningkatan harga pakan ayam buras pedaging pada usaha peternakan ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati agar masih tetap layak untuk dijalankan?
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian pada Kelompok Tani Sehati adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis kelayakan usaha budidaya ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor berdasarkan aspek nonfinansial. 2. Menganalisis kelayakan usaha budidaya ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati berdasarkan aspek finansial. 3. Menganalisis besar perubahan maksimum yang boleh terjadi pada variabel-variabel yang penting seperti penurunan harga jual ayam buras pedaging dan peningkatan harga pakan ayam buras pedaging pada usaha peternakan ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati agar masih tetap layak untuk dijalankan
8
Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Menjadi bahan referensi dan bahan bacaan yang memberikan manfaat ilmu bagi para pembaca. 2. Menjadi bahan masukan bagi pemilik usaha ternak untuk melakukan pengembangan bisnis yang dimiliki sehingga dapat berkembang dari skala usaha maupun kualitas usaha. 3. Menjadi bahan pembelajaran untuk menambah pengalaman bagi penulis dalam mempraktekkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah mencakup usaha ayam buras yang dilakukan oleh Kelompok Ternak Sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Peneliltian ini difokuskan pada penilaian kelayakan finansial dan nonfinansial. Kelayakan nonfinansial yang akan dibahas dibatasi pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sedangkan kelayakan finansial yang akan dibahas dibatasi pada perhitungan laba rugi, kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari NPV, IRR, Net B/C dan tingkat pengembalian atau Payback Periode. Selain itu dilakukan juga analisis nilai pengganti (switching value).
TINJAUAN PUSTAKA Kajian Studi Kelayakan Usaha Kajian mengenai studi kelayakan usaha dilihat dipilih berdasarkan penelitian- penelitian yang membahas mengenai analisis kelayakan usaha pada bisnis yang bergerak di bidang pertanian. Kajian studi kelayakan berdasarkan aspek nonfinansial Beberapa penelitian terdahulu yang melakukan analisis kelayakan usaha diantaranya dilakukan oleh Saputra (2011) dan Sianturi (2011). Saputra (2011) meneliti mengenai kelayakan investasi pada peternakan ayam broiler sedangkan Sianturi (2011) meneliti mengenai kelayakan usaha ayam ras petelur. Pada penelitian yang dilakuan Saputra (2011) dan Sianturi (2011) jenis ayam yang dijadikan penelitian berbeda yaitu ayam ras pedaging (broiler) dan ayam ras petelur. Akan tetapi terdapat kesamaan diantara keduanya yaitu sama-sama ingin melihat kelayakan usaha yang dijalankan. Analisis kelayakan usaha yang mereka lakukan tidak hanya dari sisi aspek finansial saja tetapi dari aspek nonfinansial juga. Aspek
9
nonfinansial yang dilihat adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial serta lingkungan. 1. Aspek Pasar Dari sisi aspek pasar penelitian Saputra (2011) mengenai ayam broiler milik Bapak Marhaya dilihat dari sisi permintaan, penawaran, dan pemasaran output. Pada peternakan Bapak Marhaya sudah terjalin kerjasama dengan perusahaan Dramaga Unggas Farm. Berapapun jumlah ternak yang diusahakan oleh Bapak Marhaya, Dramaga Unggas Farm pasti akan membeli ayam broiler tersebut. Sehingga untuk pasar ayam broiler Bapak Marhaya sudah terjamin, karena sudah memiliki pasar yang tetap. Pemasaran output yang dilakukan oleh Bapak Marhaya hanya kepada Dramaga Unggas Farm saja. Hal ini dilihat dari saluran pemasaran ayam broiler pada peternakan ayam broiler milik Bapak Marhaya. Menurut Saputra (2011) usaha peternakan Bapak Marhaya layak berdasarkan aspek pasarnya. Hal tersebut dilihat dari permintaan ayam broiler kepada Bapak Marhaya oleh Dramaga Unggas Farm. Sedangkan pada penelitian Sianturi (2011) mengenai ayam ras petelur pada Dian Layer Farm yang dilihat dari peluang pasar dan bauran pemasarannya. Peluang pasar Dian Layer Farm memiliki prospek yang baik. Hal ini dikarenakan tidak adanya pesaing DLF dalam usaha peternakan ayam ras petelur disekitar daerah peternakan yaitu Desa Sukadamai. Selain itu, jumlah permintaan telur kepada DLF terus meningkat, hal ini dilihat dari informasi permintaan telur atau market share dari DLF. Menurut Sianturi (2011) DLF juga layak secara pasar, karena dilihat dari jumlah permintaan dan penawaran yang ada sehingga dapat meningdikasikan adanya peluang pasar serta bauran pemasaran yang dilakukan oleh DLF. Hingga saat ini DLF belum mampu memenuhi keseluruhan permintaan yang ada di perusahaan. Dari penelitian Saputra (2011) pada usaha peternakan Bapak Marhaya yang pasarnya sudah terjamin dan penelitian Sianturi (2011) pada DLF yang belum ada jaminan pasar yang pasti, keduanya menyimpulkan bahwa usaha yang dijalankan oleh Bapak Marhaya maupun DLF layak secara aspek pasar dilihat dari apabila output dari usaha tersebut masih memiliki permintaan maka usaha tersebut dapat dikatakan layak secara pasar. Hasil analisis dari kedua penelitian tersebut dapat ditarik sebuah indikator layaknya aspek pasar adalah masih adanya permintaan dari output yang dihasilkan. 2. Aspek Teknis Pada aspek teknis, penelitian Saputra (2011) pada usaha peternakan Bapak Marhaya dilihat dari penentuan lokasi budidaya, luasan produksi, letak sumber bahan bakunya, sarana dan prasarana, serta proses pembesaran ayam broiler. Dari lokasi budidaya, usaha peternakan Bapak Marhaya memiliki lokasi yang cukup strategis. Hal ini dilihat dari lokasi kandang yang didirikan cukup jauh dari pemukiman warga sehingga tidak menimbulkan polusi. Selain itu, lokasi menuju kekandang mudah dilalui oleh sarana transportasi.
10
Kualitas air di lokasi kandang memenuhi standar baku. Luasan produksi usaha peternakan ayam broiler Bapak Marhaya sebanyak 6 000 ekor ayam broiler, yang mana sudah memenuhi skala ekonomis minimum. Letak sumber bahan baku yang dipakai peternakan milik Bapak Marhaya adalah pasokan dari sebuah perusahaan kemitraan Dramaga Unggas Farm yang terletak di jalan Raya Dramaga, sehingga mudah untuk dijangkau. Sarana prasarana dan pemeliharaan yang dilakukan pada peternakan Bapak Marhaya sudah sesuai dengan teori budidaya ayam yang kebanyakan dilakukan oleh peternakan lainya. Sehingga menurut Sianturi (2011) usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Marhaya layak secara teknis. DLF mampu memenuhi persyaratan yang ideal dalam aspek teknis sehingga layak secara teknis. Sedangkan pada penelitian Sianturi (2011) kelayakan aspek teknis dilihat dari lokasi kandang, budidaya dan teknologi saja. Tidak jauh berbeda dengan penelitian Saputra (2011) dimana untuk melihat lokasi kandang yang baik dan strategis yaitu apabila kandang yang didirikan berada jauh dari tempat pemukiman warga, kemudian budidaya ayam ras petelur yang dilakukan oleh DLF sudah sesuai dengan prosedur. Teknologi yang digunakan oleh DLF yaitu mesin pembuat pakan dan saluran instalasi air yang memudahkan dalam proses produksi. Menurut Saputra (2011) DLF telah memenuhi persyaratan yang ideal dalam aspek teknis. Sehingga usaha DLF secara teknis dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Dari kedua hasil penelitian Saputra (2011) dan Sianturi (2011) kelayakan aspek teknis secara tidak langsung dapat dikatakan layak apabila lokasi kandang yang didirikan berada jauh dari tempat pemukiman warga, kemudian budidaya yang dilakukan harus sudah sesuai dengan idealnya atau umumnya budidaya usaha ternak yang dilakukan, serta teknologi yang digunakan sudah tepat guna. Hasil kedua penelitian, indikator yang dilihat pada aspek teknis berbeda-beda, namun indikator utama aspek teknis dapat dikatakan layak dilihat dari penentuan lokasi usahanya. Apabila lokasi usahanya sesuai dengan usaha yang dijalankan maka secara teknis dapat dikatakan layak, selain lokasi usaha indikator kedua adalah akses terhadap sarana dan prasarana, kemudahan dalam akses terhadap sarana dan prasarana juga akan menentukan layak atau tidaknya suatu usaha berdasarkan aspek teknisnya, indikator ketiga adalah dilihat dari proses budidaya yang dilakukan. Apabila budidaya yang dilakukan menghasilkan suatu output maka secara teknis dapat dikatakan layak. 3. Aspek Manajemen Pada aspek manajemen penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2011) di peternakan Bapak Marhaya masih sangat sederhana. Struktur organisasi yang disusun sangatlah sederhana yaitu Bapak Marhaya sebagai pemilik peternakan dan satu orang yang mengurus kegiatan operasional peternakan dengan bantuan dan pengawasan pemilik. Jika dilihat secara kasat mata memang sangat
11
sederhana, akan tetapi mampu membuat kegiatan pembesaran ayam broiler mampu berjalan dengan lancar. Dilihat dari pengelolaannya usaha milik Bapak Marhaya juga layak secara manajemen yaitu sudah mampu menghasilkan output dari usaha yang dijalankannya. Penelitian yang dilakukan Sianturi (2011) aspek manajemen yang dilakukan sudah sangat baik. Struktur organisasi yang dimiliki sudah terdapat job description masing-masing pekerja dan wewenang yang cukup jelas sehingga memberikan kemudahan dan koordinasi diantara karyawan. Sehingga DLF layak secara manajemennya. Dari kedua penelitan tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha milik Bapak Marhaya dan DLF layak secara manajemen apabila mampu menjalankan usaha dengan baik dan menghasilkan output dari usaha yang dijalankan tersebut. Indikator layaknya aspek manajemen dari kedua penelitian tersebut dapat dilihat dari struktur organisasinya. Meskipun struktur organisasinya sederhana maupun tidak sederhana apabila dalam menjalankannya dapat menghasilkan output dari usaha yang dijalankan, maka secara manajemen usaha tersebut dapat dikatakan layak. 4. Aspek Hukum Pada aspek hukum penelitian Saputra (2011) Sampai saat ini Bapak Marhaya belum terdaftar sebagai peternak ayam broiler di Dinas Kabupaten Bogor. Ijin yang dilakukan baru berupa ijin lisan dari masyarakat sekitar melalui Kepala Desa. Sedangkan pada penelitian Sianturi (2011) perusahaan DLF telah memiliki ijin yang cukup dalam menjalankan usahanya, akan tetapi ada beberapa ijin yang perlu diurus agar tidak terjadi permasalahan nantinya. Dari kedua penelitan aspek hukum usaha Bapak Marhaya dan DLF layak dilakukan dilihat dari ijin yang dimiliki walaupun belum semuanya terpenuhi, tetapi setidaknya dari lingkungan sekitar dan Kepala Desa sudah memberikan ijin. Sehingga akan memudahkan untuk memproses ijin selanjutnya. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan indikator layaknya aspek hukum yang utama dilihat dari ijin masyarakat sekitar, RT/RW, serta kepala desa. Apabila ijin tersebut sudah didapatkan maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. Indikator selanjutnya adalah hukum lainnya yang diperlukan pada usaha yang dijalankan. Apabila semua hukum yang harus dilakukan sudah dimiliki maka usaha tersebut dapat dikatakan layak secara aspek hukum. 5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Pada aspek sosial dan lingkungan penelitian Saputra (2011) pada ternak ayam broiler milik Bapak Marhaya memiliki dampak positif dan negatif, dimana dampak negatifnya usaha ternak Bapak Marhaya menghasilkan bau yang menyebabkan polusi, dan dampak positifnya mampu mempekerjakan seorang karyawan sebagai anak kandang. Sampai saat ini usaha ternak Bapak Marhaya belum mendapatkan komplain dari masyarakat sekitar mengenai bau kotoran ayam, karena pada usaha peternakan Bapak Marhaya selalu dibersihkan setiap kali habis panen, dan untuk menghindari
12
timbulnya permasalahan dengan warga dan sebagai bentuk tanggung jawab sosial, Bapak Marhaya memberikan ayam broiler saat panen pada rumah-rumah warga yang berada disekitar lokasi kandang ternak. Pada aspek ekonominya dilihat dari penyerapaan tenaga kerja. Sedangkan pada penelitian Sianturi (2011) juga layak secara aspek sosial, hal ini dikarenakan lokasi DLF yang berada diatas bukit dan sedikit terlindungi oleh pepohonan yang dapat mengurangi bau. Selain itu DLF memiliki tenag kerja khusus untuk membersihkan kotoran ayam setiap harinya agar kandang tetap bersih dan terhindar dari penyakit, dan juga DLF memanfaatkan limbah kotorannya dengan baik yaitu dijadikan pupuk kandang sama halnya pada peternakan milik Bapak Marhaya. Aspek ekonominya dilihat dari penyerapan tenaga kerja yang dimiliki oleh Bapak Marhaya. Serta aspek lingkungannya dilihat dari bagaimana Bapak Marhaya mengelola limbah dari usaha yang dijalankannya. Dari kedua penelitian indikator aspek sosial adalah dilihat dari dampak yang ditimbulkan dari adanya usaha yang dijalankan dan bagaimana menanganinya. Indikator aspek ekonomi dilihat dari penyerapan tenaga kerja dari adanya usaha. Indikator aspek lingkungan adalah bagaimana pengelolaan limbah yang dihasilkan dari usaha yang dijalankan. Apabila suatu usaha dapat menangani dampak dari usahanya dengan baik, dan mampu menyerap tenaga kerja, serta mampu mengelola limbah yang dihasilkannya dengan baik maka secara aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan layak untuk dijalankan. Kajian studi kelayakan berdasarkan aspek finansial Kajian Pada penelitian ini juga akan melakukan analisis aspek kelayakan nonfinansial. Analisis kelayakan nonfinansial tidak jauh berbeda dengan penelitan sebelumnya. Pada aspek finansial akan dilakukan perhitungan semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh, dan akan dimasukan kedalam arus kas (cashflow). Arus kas (cashflow) ini terdii dari komponen arus penerimaan (inflow) dan arus pengeluaran (outflow). Hasil arus kas yang diperoleh akan dilakukan analisis aspek finansial melalui analisi laba rugi, penilian kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Interna Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback Period (PP), serta dilakukan perhitungan analisis nilai pengganti (switching value). Perbedaan pada penelitian ini dilakukan pada peternakan ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati, dimana pada penelitian terdahulu kepemilikan usaha hanya dimiliki oleh pemilik sehingga keuntungan secara pasti akan dikuasai oleh pemilik usaha. Berbeda halnya dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada usaha ternak kelompok dengan modal yang digunakan berasal dari pemerintah. Selain itu juga, perbedaan pada penelitian sebelumnya dimana usaha yang dijalankan memiliki jumlah ternak yang lebih banyak dari pada Kelompok Tani Sehati, dan juga usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati ini baru dijalankan, sehingga belum ada data historis mengenai perubahan-
13
perubahan baik dari komponen arus penerimaan (inflow) maupun dari arus pengeluaran (outflow). Sehingga pada penelitian ini hanya dilakukan analisis nilai pengganti (switching value) saja. Hasil dari analisis nilai pengganti akan terlihat komponen mana yang lebih sensitif terhadap layak atau tidaknya usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati. 1. Analisis laporan laba rugi Perhitungan laba rugi per tahun digunakan untuk melihat pendapatan bersih setelah dikurangi nilai bunga dan pajak. Penelitian terdahulu yang menganalisis laporan laba rugi untuk menilai analisis kelayakan usahanya yaitu Karmidi (2012) yang meneliti tentang analisis kelayakan peternakan ayam broiler pada kemitraan inti plasma studi kasus plasma Agus Suhendar dan penelitian Matjuri (2012) yang meneliti tentang analisis kelayakan usaha ayam broiler berkualitas organik pada perusahaan CV Tritunggal Sejahtera. Pada kedua penelitian modal yang digunakan bersumber dari modal sendiri sehingga dalam perhitungan laporan laba rugi tidak ada biaya bunga. Hasil penelitian Matjuri (2012) CV Tritunggal Sejahtera memperoleh keuntungan sebesar Rp93 404 438 pe tahun. Pada penelitian Karmidi (2012) peternakan Agus Suhendar memperoleh laba bersih selama 5 tahun sebesar Rp57 454 335. Dari kedua penelitian analisis laporan laba rugi hanya digunakan untuk nilai pajak yang diperoleh. Karena nilai pajak tersebut nantinya akan dimasukkan pada analisis cashflow. 2. Analisis kriteria penilaian investasi Analisis kriteria penilaian investasi ini diperoleh dari hasil perhitungan cashflow. Ada beberapa penelitian yang melakukan analisis kelayakan usaha dengan menilai analisis kriteria investasi yang dilakukan. Penelitian Mariyah (2010) melakukan analisis finansial budidaya ayam petelur di Kalimantan Timur dengan hasil NPV pada skala usaha pemeliharaan 5 000 ekor ternak sebesar Rp232 226 621 dan NPV pada skala usaha pemeliharaan 90 000 ekor sebesar Rp2 698 694 890. Hasil perhitungan NPV yang didapatkan berdasarkan jumlah ternak yang berbeda memberikan hasil yang berbeda. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar skala usaha yang dijalankan maka hasil NPV yang diperoleh semakin besar pula. IRR yang diperoleh pada skala pemeliharaan 5 000 ekor sebesar 47% dan IRR pada skala pemeliharaan 90 000 ekor sebesar 30%. Hasil Net B/C rasio pada skala pemeliharaan 5 000 ekor adalah 2.27 yang artinya benefit yang diperoleh adalah 2.27 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan. Net B/C rasio pada skala pemeliharaan 90 000 ekor adalah 1.53 yang artinya benefit yang diperoleh adalah 1.53 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan. Hasil perhitungan IRR dan Net B/C pada skala usaha yang lebih besar akan menghasilkan IRR dan Net B/C yang semakin kecil. Pada hasil perhitungan payback periode (PP) pada skala pemeliharaan 5 000 ekor yaitu 2 tahun 3 bulan dan pada skala pemeliharaan 90 000 ekor selama 2 tahun 10 bulan.
14
3. Analisis nilai pengganti (switching value) Setelah melakukan analisis kriteria investasi perlu dilakukan analisis nilai pengganti (switching value) untuk melihat variabel atau komponen inflow atau outflow manakah yang paling mempengaruhi kelayakan suatu usaha yang dijalankan. Analisis nilai pengganti ini merupakan lanjutan dari analisis sensitivitas. Namun pada analisis sensitivitas diperlukan data historis untuk menentukan perubahan-perubahan pada komponen inflow dan outflow. Sehingga penelitian pada analisis kelayakan finansial usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati ini hanya digunakan analisis nilai pengganti dikarenakan tidak adanya data historis sebelumnya yang mengindikasikan perubahanperubahan pada komponen inflow dan outflow. Penelitian yang melakukan perhitungan switching value pada analisis kelayakan usaha yaitu Komalasari (2008) yang meneliti tentang analisis finansial peternakan ayam broiler terpadu. Pada penelitian Komalasari (2008), usaha peternakan ayam broiler terpadu tersebut dengan kapasitas 25 000 ekor. Perubahan-perubahan pada komponen inflow adalah penurunan harga jual ayam broiler dan perubahan pada komponen outflow adalah kenaikan harga DOC ayam broiler. Hasil penelitian Komalasari (2008) menunjukkan hasil perhitungna analisis switching value pada perubahan penurunan harga jual ayam broiler yang masih dapat terjadi yaitu sebesar 11.08% dan kenaikan harga DOC yang boleh terjadi yaitu sebesar 62.73%. Dari hasil analisis switching value mengindikasikan bahwa usaha peternakan ayam broiler terpadu lebih sensitif bila terjadi perubahan penurunan harga jual ayam broiler dibandingkan dengan terjadinya kenaikan harga DOC. Pada analisis nilai pengganti guna melihat perubahan maksimum yang boleh terjadi agar usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati agar masih tetap layak untuk dijalankan. Variabel yang akan dilihat perubahannya yaitu dari komponen inflow (penurunan harga jual ayam buras pedaging) dan outfow (peningkatan harga pakan ayam buras pedaging). Dari hasil tersebut akan terlihat seberapa besar perubahan maksimum yang akan terjadi.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Jenis-Jenis Ayam Buras Menurut Cahyono (2002), ayam buras terdiri dari beragam jenis, bentuk, ukuran, warna bulu, dan produktivitas. Menurut sejarah, ayam buras sudah dikenal rakyat sejak zaman kerajaan Kutai. Pemberian nama
15
ayam buras diawali dengan masuknya ayam ras ke Indonesia. Untuk memudahkan pembedaanya maka kelompok ayam domestik disebut ayam buras (bukan ras). Ayam buras berasal dari hasil domestikasi (ayam tidak komersial/liar) empat spesies, yakni Gallus varius (ayam hutan hijau), Gallus gallus (ayam hutan merah), Gallus lavayetti (ayam hutan jingga ceyklon). Setelah sekian lama mengalami perkembangan pada kondisi lingkungan yang berbeda maka terbentuklah beraneka ragam jenis ayam buras dengan karakteristik yang khas pada setiap jenis. Dari situlah muncul jenis ayam kampung, kedu, nunukan, pelung, bekisar, dan ayam hias. Gambar skema jenis ayam buras dan ayam ras yang ditulis secara sistematis dapat dilihat pada Gambar 1.
Ayam Hias
Ayam Buras
Keluarga Ayam
Tipe Penghibur
Ayam Kampung
Tipe Dwiguna
Ayam Nunukan
Tipe Dwiguna
Ayam Kedu
Tipe Dwiguna
Ayam Pelung
Tipe Dwiguna
Tipe Petelur Ayam Ras
Tipe Pedaging Tipe Dwiguna
Gambar 1 Skema jenis ayam buras dan ayam ras Sumber: Bambang Cahyono 2002
Menurut Cahyono (2002), ciri khas dari setiap jenis ayam buras berbeda-beda, hal ini dapat diterangkan sebagai berikut: 1. Ayam Hias Ayam hias banyak macamnya dengan ukuran badan dan warna bulu yang beragam pula. Ayam ini umumnya tidak dipotong sebagai unggas penghasil daging maupun telur. Jenis ini lebih cocok dipelihara sebagai ternak kesayangan, karena memiliki warna, bulu, suara, ataupun bentuk badan yang menarik. Jenis - jenis ayam hias antara lain ayam katai dan bekisar. Ayam bekisar merupakan hasil persilangan antara ayam hutan hijau jantan dengan ayam kampung betina, sedangkan ayam katai terdiri dari katai hitam, katai putih, katai nanking, katai berbulu kukuk, katai inggris dan katai jepang.
16
2. Ayam Kampung Menurut Cahyono (2001), ayam kampung memiliki ukuran tubuh yang kecil dan bentuknya agak ramping. Berat badannya mencapai 1.4 kg pada umur 4 bulan, dan produksi telurnya mencapai 135 butir/tahun. Berat badan ayam kampung yang disukai masyarakat berkisar 0.8-1.2 kg. Jenis ayam kampung ini memiliki bulu warna putih, hitam, cokelat, kuning kemerahan, kuning, atau kombinasi dari warna-warna tersebut. Pada ayam jantan memiliki jengger yang bergerigi dan berdiri tegak, serta berukuran agak besar. Sedangkan pada ayam betina memiliki jengger kecil dan tebal, tegak, serta berwarna merah cerah. Pada ayam jantan memiliki pial (gelambir) yang berukuran sedang dan berwarna merah cerah, sedangkan pada ayam betina memiliki pial sangat kecil dan berwarna merah cerah. Warna kulit kuning pucat, muka merah, kaki agak panjang dan kuat. Jenis ayam kampung merupakan tipe ayam dwiguna, yaitu dapat diusahakan untuk pedaging maupun untuk petelur. 3. Ayam Nunukan Ayam nunukan diduga berasal dari dataran Cina. Jenis ayam ini pada mulanya dikembangkan di daerah nunukan di pulau Tarakan, Kalimantan Timur. Ciri khas ayam nunukan adalah pada anakannya, yang sampai umur 12 minggu tidak berbulu (berbulu kapas). Jenis ini dapat dibudidayakan untuk pedaging dan petelur. Dagingnya tebal dan berat badannya rata-rata mencapai 20 - 30% lebih berat dari ayam kampung yaitu ayam jantan dewasa 3.4 – 4.2 kg, dan betina dewasa 1.6 – 1.9 kg. Produksi telurnya yaitu 120 130 butir/tahun. Ayam nunukan dewasa memiliki warna bulu yang bermacam-macam, yaitu merah tua, merah muda, merah kekuningan dengan bulu hitam pada sayap dan ekor. Bentuk jengger ada yang besar, tebal, agak kecil dan tipis. Bulu sayap ekor ayam betina tumbuh sempurna, sedangkan jantan tidak sempurna (bulu ekor pendek tampak seperti daging), kulit dan paruhnya berwarna kuning (Cahyono 2002). 4. Ayam Kedu Ayam Kedu bermula di desa Kedu, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Warna bulu ayam kedu ada yang hitam, putih dan lurik. Ayam kedu hitam yang masih muda berbulu hitam mengkilap, tetapi bila telah dewasa warna bulu pada bagian kepala dan leher berubah menjadi kemerah-merahan dan bulu kepalanya akan berubah menjadi merah, jengger dan pialnya berwarna hitam pada yang betina, sedangkan pada yang jantan jengger dan pialnya berwarna merah. Salah satu jenis kedu hitam adalah ayam kedu cemani. Seluruh bagian tubuh ayam ini berwarna hitam, bahkan darahnya pun berwarna hitam. Ayam kedu putih bulunya berwarna putih mulus, jengger, pial dan mukanya berwarna merah. Ayam kedu dapat dijadikan ayam petelur dan dwiguna (petelur dan pedaging). Ciri fisik ayam kedu tipe dwiguna adalah dada lebar, kedua sayap kuat tertutup, sayap rata atau miring ke belakang, kaki
17
pendek, kulit kaki agak mulus, tapak kaki berdaging tebal, bertelur agak lambat (setelah berumur 6 bulan), ukuran badan besar dan daging tebal, ayam betina umur 2 tahun beratnya mencapai 2,5 kg, sedangkan jantan umur 2 tahun beratnya antara 3 - 3,5 kg (Cahyono, 2002). 5. Ayam pelung Ayam pelung biasanya dipelihara sebagai hewan klangenan, terutama yang jantan. Suara pelung jantan tergolong indah dan merdu yaitu suara yang nyaring, panjang dan berirama sedangkan yang betina biasa saja. Ayam pelung dapat dijadikan sebagai ayam petelur dan pedaging. Memiliki tubuh yang besar dan daging tebal serta produksi telur sebanyak 144 butir/tahun. Berat badan betina pada umur 2 bulan mencapai 370 g, jantan 395 g. Pada umur 5 bulan berat badan ayam betina mencapai 1,6 kg dan jantan 1,8 kg. Berat telur ayam pelung per butir rata-rata 41 g. Ayam pelung memiliki warna bulu hitam dan kuning, kulit karkas berwarna kuning pucat, karkas dari ayam jantan bulat memanjang dan betina bulat lonjong. Kaki agak panjang dan kuat, pada ayam jantan memiliki jengger agak besar, berdiri tegak dan bagian pinggirnya bergerigi, sedangkan betina kecil, tebal dan berwarna merah (Cahyono 2002). Usaha Peternakan Ayam Buras Perkembangan ayam buras saat ini tidak sebagus perkembangan ayam ras, begitupula dengan konsumsi ayam buras pedaging saat ini memang tidak sebanyak akan konsumsi ayam ras pedaging. Hal ini dikarenakan, produksi yang dilakukan saat ini diperoleh dari pemeliharaan secara umbaran di halaman rumah. Kalaupun ada yang khusus membesarkan ayam buras, populasi yang dipelihara tidak terlalu banyak, paling hanya puluhan ekor saja. Menurut Ade M. Zulkarnain, Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) bisnis ayam buras sangat menjanjikan. Peternak di Sukabumi itu pernah mensurvei ke beberapa pusat perdagangan ayam buras di Jatinegara, Pulogadung, dan Pademangan semua di Jakarta. Hasilnya " Permintaan dan pasokan tidak seimbang", ujarnya. Ada banyak faktor yang membuat pasar ayam buras terbuka lebar. Di antaranya, ayam buras telah menembus pasar swalayan di berbagai kota besar di Pulau Jawa. Sehingga citra ayam buras di pasar tradisional perlahan mulai luntur. Cita rasa daging ayam buras sangat lezat dan gurih yang jauh mengungguli ayam ras, hal ini membuat ayam buras diminati oleh masyarakat. Selain itu, banyak rumah makan dan restoran menyajikan menu berbahan baku ayam buras. Baik itu dimasak menjadi ayam goreng, ayam sayur, atau aneka olahan daging (Trubus Exo, 2010). Usaha peternakan ayam buras ditujukan untuk peternakan rakyat. Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah No 77 tahun 2007. Usaha peternakan ayam buras yang terdiri dari usaha budidaya, pembibitan dan persilangan ayam buras, dalam pelaksanaannya hanya dibatasi untuk usaha mikro, kecil, dan koperasi, serta jumlah pemeliharaan ayam buras yang
18
dilakukan oleh peternak maksimal 10.000 ekor untuk satu orang peternak. Hal senada juga dikemukakan oleh Menteri Pertanian Suswono bahwa peternakan ayam buras hanya diperuntukkan pada peternakan rakyat (Trubus Exo, 2010). Perkembangan usaha ternak ayam buras dilakukan dengan cara memperbaiki kondisi pemeliharaan yang lebih baik dengan memperhatikan kondisi ayam dan lingkungan. Perkembangan usaha ternak ayam buras yang semakin meningkat dilihat dari semakin banyaknya rumah makan yang menjual masakan ayam buras sebagai menu utama. Oleh karena itu perlu dilakukannya sistem pemeliharaan ayam buras yang intensif. Sistem Pemeliharaan Ayam Buras Pemeliharaan ayam buras pada umumnya dilakukan sebagai hewan ternak hanya untuk konsumsi dan hobbi. Menurut Nurcahyono (2002) sistem pemeliharaan ayam buras dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu diantaranya: 1. Sistem pemeliharaan ekstensif Sistem pemeliharaan secara ekstensif yaitu ayam buras dibiarkan bebas berkeliaran mencari makanan sendiri. Ayam-ayam ini pada sore hari akan pulang ke kandang. Sistem pemeliharaan secara ekstensif ini keuntungan tidak dipedulikan. Ayam hanya berfungsi sebagai piaraan sampingan, jika keadaan mendesak, ayam dijual atau dipotong. 2. Sistem pemeliharaan semiintensif Sistem pemeliharaan semiintensif yaitu kebutuhan ayam terhadap pakan sebagiaan disediakan oleh pemelihara. Pada pagi hari ayam diberi pakan sekadarnya, lalu dilepas untuk mencari pakan sendiri pada siang hari. Meskipun dilepas diluar kandang, ayam ini masih dibatasi ruang geraknya oleh pagar di sekitar kandang. Sistem ini telah memungkinkan ayam terlindung dari serangan pemangsa. Pada sore hari ayam akan masuk ke kandang. Biasanya ayam diberi pakan lagi. 3. Sistem pemeliharaan intensif Sistem pemeliharaan secara intensif yaitu semua kebutuhan ayam disediakan oleh pemeliharanya. Ayam tidak lagi dibiarkan mencari pakan di lingkungan sekitar, karena kebutuhan hidup ayam disediakan di dalam kandang. Pemeliharaan secara intensif lebih baik dibandingkan dengan pemeliharaan secara ekstensif maupun semiintensif. Hal ini agar peternak lebih fokus terhadap usaha ternak yang dijalankannya. Sehingga hasil yang dihasilkan akan lebih baik dari pada pemeliharaan yang ekstensif.
Teori Investasi Investasi dapat didefinisikan dengan suatu kegiatan mengalokasikan atau menanamkan sumberdaya saat ini dengan tujuan mendapatkan manfaat di masa yang akan datang. Setiap bisnis maupun proyek yang dijalankan,
19
pasti akan mengeluarkan biaya investasi. Biaya investasi yang dikeluarkan biasanya berjumlah besar misalnya membeli lahan, membuat gedung atau pabrik, dan lain sebagainya. Untuk memenuhi hal tersebut maka harus diperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan investasi yaitu aspek uang yang merupakan aspek yang ditanam dan diharapkan manfaatnya dikemudian hari, aspek waktu yang digunakan untuk menilai kelayakan. Investasi adalah awal dari kegiatan ekonomi maupun kegiatan bisnis bagi pelaku usaha yang menjalankannya. Investasi dapat dilakukan oleh semua pihak baik oleh masyarakat sebagai kegiatan bisnis dan pemerintah sebagai penyelenggara kegiatan untuk pelayanan kebutuhan bagi masyarakat. Masyarakat melakukan investasi dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yaitu barang dan jasa, dan untuk memenuhi keinginan. Investasi sangat erat hubungannya dengan tingkat suku bunga. Besarnya tingkat suku bunga akan membuat seseorang membuat suatu pilihan terhadap uang yang dimilikinya. Seseorang yang mempunyai uang akan memutuskan untuk menginvestasikan uangnya pada kegiatan bisnis atau menabung uangnya ke pada bank tertentu, yang nantinya akan dilihat pilihan mana yang akan memberikan manfaat terbesar dari uang yang dimiliki.
Tingkat suku bunga (r)
Fungsi investasi I(r)
Investasi (I)
Gambar 2 Fungsi investasi Sumber: Mankiw 2007
Kurva pada Gambar 2 menggambarkan fungsi investasi. Kurva fungsi investasi berbentuk miring ke bawah. Dari pola hubungan antara investasi dan tingkat suku bunga dapat ditarik kesimpulan bahwa permintaan investasi merupakan fungsi dari suku bunga dan hubungan antara dua variabel itu merupakan hubungan negatif. Hal ini mempunyai arti bahwa bila hal-hal lain tetap (ceteris paribus), pada tingkat suku bunga yang lebih rendah volume investasi akan lebih besar, sedangkan pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi volume investasi akan lebih rendah. Tingkat suku bunga dan investasi sangat berhubungan dalam hal pengambilan keputusan seseorang dalam melakukan suatu usaha. Uang yang dimiliki akan
20
digunakan untuk suatu usaha dimana nantinya akan memberikan manfaat atau menabungkan uangnya dan akan mendapatkan manfaat juga. Namun, apabila menabungkan uang ke bank besarnya manfaat sesuai dengan tingkat suku bunga yang berlaku. Sedangkan, apabila menginvestasikan uang untuk suatu usaha atau kegiatan bisnis, besarnya tingkat suku bunga yang akan diperoleh dapat lebih kecil ataupun lebih besar dari tingkat suku bunga.
Tingkat suku bunga (r)
Tingkat suku bunga Keseimbangan
re
Tabungan (S)
Fungsi investasi I(r)
Investasi (I)
Gambar 3 Kurva tingkat bunga, investasi, dan tabungan Sumber: Mankiw 2007
Pada Gambar 3 menjelaskan hubungan antara tingkat suku bunga, investasi, dan tabungan. Semakin tinggi tingkat bunga, maka keinginan untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayarkan untuk dana investasi tersebut sebagai biaya untuk penggunaan dana. Makin rendah tingkat bunga maka pengusaha akan terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana semakin kecil. Tingkat bunga dalam keadaan seimbang akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis atau proyek adalah suatu proses kegiatan investasi yang direncanakan untuk dilaksanakan, dengan menggunakan berbagai sumber daya yang ada dengan tujuan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, dan dari proses tersebut diharapkan akan memberikan benefit atau manfaat di masa yang akan datang kepada pemilik selama jangka waktu tertentu. Proyek merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada
21
untuk memperoleh manfaat. Gittinger (1986), mengungkapkan bahwa kegiatan pertanian merupakan suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode tertentu. Secara umum bisnis maupun proyek yang dilakukan pasti membutuhkan sejumlah uang yang disebut biaya-biaya yang dikeluarkan demi keperluan proyek dengan harapan dapat memberikan manfaat. Suatu kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Sejumlah uang yang dikeluarkan untuk keperluan bisnis ataupun proyek harus diperhitungkan, guna melihat apakah bisnis yang dilakukan memberikan manfaat atau tidak. Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dari suatu kegiatan usaha atau proyek selama umur bisnis atau proyek tersebut (Ibrahim 1998). Penentuan panjangnya umur bisnis berdasarkan tingkat kemampuan kegiatan bisnis ada tiga cara (Nurmalina et al 2010): 1. Umur ekonomis suatu bisnis merupakan ukuran umum yang sering dipakai, ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode) yang kirakira sama dengan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada di bisnis. 2. Umur Teknis suatu bisnis merupakan ukuran untuk memudahkan perhitungan, biasanya digunakan untuk bisnis yang besar atau bergerak diberbagai bidang sehingga akan lebih mudah menggunakan umur teknis dari unsur-unsur investasi. Umur teknis umumnya lebih panjang dari umur ekonomis. Tetapi hal ini tidak berlaku apabila adanya keusangan teknologi 3. Untuk bisnis yang umur teknis/ekonomis lebih dari 25 tahun biasanya umur bisnis ditentukan selama 25 tahun karena nilai-nilai sesudah 25 tahun jika di discount rate dengan tingkat suku bunga lebih besar dari 10% maka present value akan kecil sekali karena nilai DF-nya kecil mendekati nol. Studi kelayakan proyek merupakan suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek bisnis yang biasanya merupakan proyek investasi. Laporan studi kelayakan bisnis yang telah dibuat dibutuhkan oleh berbagai pihak, antara lain (Umar 1997): 1. Pihak Investor Studi kelayakan yang telah dibuat dan ternyata layak untuk dilaksanakan, maka jika usaha tersebut membutuhkan dana dapat mengajukannya kepada investor. Calon investor yang ditawarkan tentu akan mempelajari laporan studi kelayakan bisnis yang telah dibuat karena calon investor mempunyai kepentingan langsung sehubungan dengan keuntungan yang akan diperoleh serta jaminan keselamatan atas modal yang ditanamkan. 2. Pihak Kreditor Pendanaan proyek juga dapat diajukan kepada pihak kreditor seperti pihak bank. Pihak bank juga perlu mengkaji ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat tersebut, termasuk
22
mempertimbangkan sisi-sisi lain, misalnya bonafitditas dan tersedianya agunan yang dimiliki perusahaan sebelum memutuskan untuk memberikan kredit atau tidak. 3. Pihak Manajemen Perusahaan Pembuatan suatu studi kelayakan bisnis dapat dilakukan oleh pihak eksternal perusahaan selain dibuat sendiri oleh pihak internal perusahaan. Guna untuk pengambilan keputusan yang akan dilakukan selanjutnya terhadap bisnis yang dijalankan. 4. Pihak Pemerintah dan Masyarakat Studi kelayakan bisnis yang disusun perlu memperhatikan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena bagaimanapun pemerintah secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Proyek-proyek bisnis yang membantu kebijakan pemerintah inilah yang diprioritaskan untuk dibantu, misalnya dengan subsidi dan keringanan lain. Bagi masyarakat hasil studi kelayakan bisnis merupakan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat. 5. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga menganalisis manfaat yang akan didapat atau biaya yang akan ditimbulkan oleh proyek terhadap perekonomian nasional. Proyek-proyek yang diusulkan melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) pada umumnya masih bersifat makro (secara umum masih didasarkan pada skala prioritas dan kebutuhan dari masing-masing daerah) yang masih memerlukan penjabaran dan penelaahan serta penilaian dari segi analisis proyek sampai seberapa jauh proyekproyek yang diusulkan ini dapat memberikan benefit, baik yang bersifat social benefit maupun financial benefit. Studi kelayakan proyek merupakan penelitian-penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek jika dilaksanakan akan berhasil. Indikator keberhasilan dalam menilai sebuah proyek yang berjalan beragam. Penentuan keberhasilan pelaksanaan proyek tergantung dari sudut pandang subyek yang melakukan kegiatan investasi. Investor swasta akan menganggap suatu proyek berhasil dilaksanakan apabila memberikan manfaat ekonomis bagi pihak pelaksana, sedangkan menurut pemerintah atau lembaga- lembaga nonprofit akan cenderung kearah manfaat sosial yang dirasakan masyarakat secara luas. Ibrahim (1998) mengatakan layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit hal ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan. Proyek-proyek yang dinilai dari segi social benefit pada umunya adalah proyek-proyek yang benefitnya dihitung dari segi manfaat yang diberikan proyek tersebut terhadap perkembangan perekonomian masyarakat secara keseluruhan. Kegiatan usaha/proyek yang dinilai dari segi financial benefit adalah usaha-usaha yang dinilai dari segi keuntungan yang dapat diperoleh bagi pelaksana bisnis. Proses kegiatan studi kelayakan investasi adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh pemilik modal (investor) swasta, mulai dari kegiatan identifikasi proyek, studi persiapan, evaluasi akhir dan laporan hasil
23
evaluasi kepada pihak manajemen. Laporan hasil evaluasi investasi kepada pihak manajemen adalah sebagai bahan pengambilan keputusan manajemen apakah rencana investasi tersebut layak atau tidak layak dilaksanakan (Sinaga 2009). Menurut Gittinger (1986) rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek, disebut sebagai "siklus proyek". Siklus ini merupakan tahap-tahap atau urutan-urutan yang dilalui didalam kegiatan suatu bisnis yaitu: 1. Identifikasi Tahap pertama dalam suatu siklus adalah mendapatkan proyekproyek yang potensial. usulan-usulan mengenai bisnis bisa datang dari beberapa sumber, yaitu dari para ahli dalam bidang teknis dan pimpinan-pimpinan setempat yang dikenal (Gittinger 1986). Setelah identifikasi potensi bisnis dilakukan, maka perlu diidentifikasi berbagai tempat atau lokasi yang dirasakan dan diperkirakan dapat memberikan keuntungan bila dilakukan kegiatan bisnis di lokasi tersebut. Ide untuk pengadaan kegiatan bisnis yang baru juga diperoleh dari usulan-usulan untuk memperluas kegiatan-kegiatan yang telah ada, teknologi baru yang mungkin dapat diterapkan pada bisnis tersebut (Nurmalina et al 2010). 2. Persiapan dan Analisa Setelah dilakukan identifikasi atas proyek, maka dimulailah proses persiapan yang lebih mendetail, serta analisa daripada rencanarencana proyek. Tahap ini meliputi semua kegiatan yang perlu dilakukan terhadap pelaksanaan suatu bisnis yang akan dilaksanakan. Hal ini biasanya diawali dengan pembuatan studi kelayakan bisnis dari kegiatan bisnis di lokasi tertentu yang sudah ditentukan, meliputi berbagai aspek seperti aspek teknis, aspek pasar, aspek finansial dan lainnya (Nurmalina et al 2010). Langkah pertama yang biasa digunakan dalam persiapan dan analisa suatu proyek adalah melakukan studi kelayakan yang akan memberikan informasi yang cukup untuk menentukan dimulainya perencanaan yang lebih lanjut. Studi kelayakan harus menegaskan tujuan-tujuan daripada proyek secara jelas dan harus difokuskan pada persoalan apakah cara-cara yang dipilih sudah sesuai untuk mencapai tujuan tersebut, dan studi kelayakan akan membantu perencana bisnis meniadakan alternatif-alternatif lain yang tidak menguntungkan. Apabila hasil studi kelayakan telah menunjukkan proyek yang mana yang lebih menguntungkan, maka perencanaan dan analisa dapat dimulai secara terperinci (Gittinger 1986). Persiapanpersiapan dari suatu rencana harus disiapkan dan direncanakan secara baik, agar penundaan pelaksanaan dapat dicegah dan sumberdaya dapat dihemat. Pengaturan waktu atas studi kelayakan harus dipertimbangkan. 3. Penilaian Setelah suatu proyek dipersiapkan, biasanya dilakukan suatu pengkajian atau suatu penilaian tersendiri. Hal ini memberikan kesempatan untuk memeriksa kembali tiap-tiap aspek daripada
24
rencana suatu proyek, akan tetapi mungkin akan melibatkan informasi baru apabila spesialis-spesialis dari team penilaian merasa bahwa sebagaian data diragukan atau sebagaian dari asumsi itu tidak tepat. Apabila team penilai menyimpulkan bahwa rencana proyek tersebut masuk akal, investasi bisa diteruskan. Tetapi jika team penilai menemukan kekurangan yang cukup serius, kemungkinan perlu bagi analis untuk merubah rencana proyek atau mengembangkan suatu rencana yang sama sekali baru (Gittinger 1986). 4. Pelaksanaan Tahap pelaksanaan ini merupakan tahap yang terpenting dalam suatu siklus yang direncanakan, karena apabila suatu proyek sudah direncanakan dengan baik akan tetapi tidak dilaksanakan maka proyek tersebut tentunya tidak akan terealisasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam tahap ini adalah bahwa bisnis yang akan dilaksanakan harus diusahakan untuk dapat mencapai manfaat yang telah ditetapkan, bisnis yang akan dilaksanakan mempunyai pengaruh terhadap lingkungan sekitarnya, baik pengaruh positif maupun negatif. Pelaksanaan bisnis harus fleksibel mengingat bahwa keadaan yang selalu terus berubah. Perubahan ini dapat bersifat teknis, perubahan harga, perubahan lingkungan ekonomi dan politik yang nantinya akan merubah cara pelaksanaan dari suatu bisnis yang telah direncanakan (Nurmalina et al 2010). 5. Evaluasi Tahap paling akhir dalam siklus suatu pengembangan kegiatan bisnis adalah evaluasi. kegiatan bisnis yang telah dilaksanakan perlu dilakukan tahap evaluasi secara sistematis apakah bisnis yang telah dilakukan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, dan apakah masih memberikan manfaat selama umur bisnis tersebut masih ada. Evaluasi yang dilakukan diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pelaksana bisnis untuk menilai apakah masukan yang dapat digunkan untuk rencana bisnis yang akan datang. Evaluasi suatu bisnis tidak harus dilakukan pada periode akhir bisnis, tetapi dapat dilakukan pada saat bisnis yang sedang berjalan (Nurmalina et al 2010). Teori Biaya dan Manfaat Gittinger (1986) mendefinisikan biaya adalah segala sesuatu yang dapat mengurangi tujuan dari bisnis yang dijalankan. Biaya yang dikeluarkan sebelum bisnis berjalan dan selama kegiatan operasional bisnis berlangsung. Boediono (1998) menyatakan bahwa biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mencari keuntungan.
25
Biaya
TC TVC
TFC
Q
Gambar 4 Fungsi biaya sumber : Boediono 1998
Gambar 4 menunjukkan bahwa biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya variable serta total biaya. Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu. Biaya jenis ini tidak pernah berubah dalam hubungannya dengan jumlah satuan yang diproduksikan. Komponen biaya tetap meliputi sewa, penyusutan, pajak, dan sebagainya. Biaya variabel (Variabel Cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding degan bertambahnya volume kegiatan. Jenis biaya ini jumlahnya bertambah sesuai dengan bertambahnya volume produksi sehingga biaya-biaya per satuannya cenderung bertambah pula. Biaya total (Total Cost) adalah jumlah total biaya tetap (Fixed Cost) dan total biaya variabel (Variabel Cost). Komponen biaya variabel meliputi biaya-biaya seperti bahan baku dan tenaga kerja langsung. Biaya adalah suatu korbanan yang mengurangi manfaat yang mungkin diterima. Biaya dapat dibedakan menjadi: 1. Biaya modal, merupakan dana untuk investasi yang penggunannya bersifat jangka panjang. Contoh biaya modal seperti dana yang digunakan untuk pembelian tanah, pembuatan bangunan maupun pabrik, serta pembelian mesin. Biaya modal yang dikeluarkan biasanya dalam jumlah besar dimana dapat dikatakan sebagai biaya investasi dalam menjalankan suatu usaha. Jumlah uang yang dikeluarkan dalam hal pembelian tanah, pembuatan bagunan maupun pabrik pasti membutuhkan dana atau modal dalam jumlah yang besar. 2. Biaya operasional atau modal kerja, merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat kegiatan proyek mulai dilaksanakan. Contoh biaya operasional seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. Biaya operasional ini nantinya akan dibagi menjadi dua komponen biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variable. Biaya tetap ini akan dikeluarkan setiap kali melakukan suatu proses
26
produksi dan besaran biaya yang dikeluarkan tidak diperngaruhi apabila terdapat penambahan input seperti jumlah input yang digunakan. Adapun biaya tetap ini seperti biaya sewa lahan dan lain sebagainya. Biaya variable ini selalu berubah-ubah tergantung dari input yang digunakan seperti jumlah bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan output. 3. Biaya lainnya, merupakan biaya selain biaya modal dan operasional yang dikeluarkan selama proyek berjalan. Contoh dari biaya lainnya seperti pajak. Jenis biaya dalam evaluasi proyek pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung (Ibrahim 1998). Biaya langsung adalah biaya yang berhubungan langsung dengan kepentingan proyek, seperti biaya investasi, biaya operasi, dan biaya pemeliharaan proyek. Biaya tidak langsung adalah biaya yang perlu diperhitungkan dalam menganalisis proyek, seperti biaya polusi udara karena adanya proyek, biaya untuk mengatasi pencemaran, bising, dan berbagai biaya lainnya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi dampak negatif atas keberadaan proyek.Manfaat adalah suatu hasil yang diperoleh dari kegiatan bisnis yang dapat menambah pendapatan suatu kegiatan bisnis. Gittinger (1986) menyatakan bahwa manfaat adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan bisnis. Dilihat dari sifatnya, manfaat proyek dapat digolongkan menjadi (Ibrahim 1998) : 1. Manfaat langsung (direct benefits) Manfaat langsung adalah manfaat yang diterima sebagai akibat adanya proyek. Semua manfaat yang diperoleh sebagai tujuan utama dalam pembangunan proyek dinamakan juga manfaat langsung. 2. Manfaat tidak langsung (indirect benefits) Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang timbul sebagai dampak yang bersifat multiplier effects dari proyek yang dibangun terhadap kegiatan pembangunan lainnya. Usaha peternakan ayam buras juga pasti terdapat biaya-biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diterima dari kegiatan usaha tersebut. Biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha ternak ayam buras dengan pemeliharaan secara intensif, salah satunya adalah sewa kandang (jika status kandang adalah sewa). Sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan adalah biaya pembelian pakan ternak, DOC, dan biaya pemeliharaan. Manfaat atau penerimaan yang diperoleh dari kegiatan usaha ternak ayam buras ini adalah hasil penjualan ayam buras dan kotorannya. Sehingga penerimaannya adalah hasil perkalian antara jumlah ayam buras yang dihasilkan dikalikan dengan harga ayam buras. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Faktor-faktor yang perlu dinilai dalam menyusun studi kelayakan bisnis adalah menyangkut beberapa aspek yang mungkin saling terlibat antara satu dengan lainnya. Aspek-aspek yang berkaitan satu sama lainnya menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman
27
modal atau investasi tersebut dan dengan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap dalam perencanaan proyek dan siklus pelaksanaannya. Aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan terbagai dalam dua kelompok yaitu aspek nonfinansial dan aspek finansial. 1. Aspek-aspek Nonfinansial Studi Kelayakan Pada tahap persiapan dan analisis suatu kelayakan bisnis perlu dipertimbangkan berbagai aspek yang mungkin terlibat dan satu sama lain saling berkaitan. Secara umum aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis adalah sebagai berikut (Nurmalina et al 2010): a. Aspek Teknis Teknik merupakan penerapan ilmu dan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan melalui pengetahuan, dan pengalaman praktis yang diterapkan untuk mendesain objek atau proses yang berguna. Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek dan output berupa barang-barang nyata dan jasajasa. Hal itu sangat penting, dan kerangka kerja proyek harus dibuat secara jelas agar analisa secara teknis dapat dilakukan dengan teliti. Evaluasi aspek teknis ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis proyek, seperti penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai, pemakaian peralatan dan mesin, lokasi proyek dan letak pabrik yang paling menguntungkan. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal perkiraan biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. b. Aspek Pasar Aspek pasar adalah inti dari penyusunan studi kelayakan dengan kata lain aspek pasar sangat penting dilakukan karena tidak ada proyek binsis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh proyek atau bisnis tersebut. Pada dasarnya pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya antar penjual dan pembeli, atau tempat di mana kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran saling bertemu untuk membentuk suatu harga (Umar 1997). Pemasaran kegiatan bisnis diharapkan beroperasi secara sehat bilamana produk yang dihasilkan mampu mendapat tempat di pasaran, serta dapat menghasilkan jumlah hasil penjualan yang memadai dan menguntungkan. Aspek-aspek pasar yang perlu dipelajari dalam pelaksanaan suatu bisnis antara lain dari segi permintaan, penawaran, harga, program pemasaran dan perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan (Nurmalina et al 2010). c. Aspek Manajemen Aspek manajemen yang dievaluasi ada dua macam, yang pertama manajemen saat pembangunan proyek, dan kedua
28
manajemen saat proyek telah dioperasionalkan. Banyak terjadi proyek-proyek gagal dibangun maupun dioperasikan bukan disebabkan karena aspek lain, tetapi karena lemahnya manajemen (Umar 1997). Suatu proyek yang dijalankan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa pasti menggunakan input-input yang biasa disebut faktor produksi. Faktor produksi seperti uang, tanah, gedung, mesin dan bahan baku lainnya adalah benda mati, jika tanpa manusia yang menjalankannya maka faktor produksi tersebut tidak dapat beroperasi, karena itulah suatu manajemen sangat dibutuhkan dalam menjalankan suatu organisasi bisnis maupun proyek. Dalam aspek organisasi dan manajemen yang perlu diuraikan adalah bentuk kegiatan dan cara pengelolaan dari gagasan usaha/proyek yang direncakan secara efisien. Apabila bentuk dan sistem pengelolaan telah dapat ditentukan maka dapat disusun bentuk struktur organisasi yang cocok dan sesuai untuk menjalankan proyek atau usaha tersebut. Berdasarkan pada struktur organisasi yang ditetapkan, kemudian ditentukan jumlah tenaga kerja serta keahlian yang diperlukan (Ibrahim 1998). d. Aspek Hukum Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman dengan jaminan sertifikat, akta, dan ijin lainnya. Disamping hal tersebut aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al 2010). e. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran. Selain itu, aspek ini mempelajari pemerataan kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Aspek sosial memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat di sekitar lokasi binis (Nurmalina et al 2010). Aspek ekonomi mempelajari seberapa besar penyerapan tenaga kerja yang terserap oleh usaha yang dilaukan. Aspek lingkungan mempelajari mengenai pengaruh usaha terhadap lingkungan, apakah pelaksanaan suatu usaha menciptakan lingkungan yang semakin baik atau justru merusak lingkungan di sekitar lokasi usaha. Setiap pelaku usaha, harus memperhatikan masalah dampak lingkungan yang merugikan, karena lingkungan itu sendiri nantinya akan mempengaruhi jalannya usaha tersebut dalam jangka panjang.
29
2. Aspek Finansial Studi Kelayakan Analisis finansial dalam suatu usaha dilakukan untuk mengetahui pengaruh-pengaruh finansial dari suatu usaha yang dijalankan. Selain itu, analisis finansial juga berperan dalam mengetahui perkiraan dan aliran kas dari suatu bisnis. Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila memberikan keuntungan finansial, sedangkan dinyatakan tidak layak bila tidak memberikan keuntungan finansial, jika usaha tersebut dilihat secara privat. Dalam pengkajian aspek finansial (keuangan) digunakan untuk menghitung berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis, juga untuk mempelajari struktur pembiayaan yang bagaimana yang paling menguntungkan, yaitu dengan menentukan berapa dana yang harus disiapakan lewat pinjaman dari pihak yang lain (jika kekurangan modal untuk membiayai bisnis yang dijalankan) dan berapa dana dari modal sendiri. Pada analisis kelayakan finansial perlu dilakukan rincian biaya yang dikeluarkan maupun manfaat yang diterima melalu arus kas (Cashflow). Setelah itu dilakukan analisis finansial dari suatu bisnis dapat menggunakan analisis laba rugi, analisis kriteria kelayakan investasi serta analisis nilai pengganti (switching value) a. Arus Kas (Cashflow) Penerimaan dan pengeluaran dalam bisnis merupakan komponen yang sangat penting untuk melihat aktivitas yang berlangsung dalam bisnis tersebut. Aliran penerimaan (inflow) dan pengeluaran (outflow) tersebut dikenal dengan istilah aliran kas (cash flow), yaitu aktivitas keuangan yang mempengaruhi kondisi kas pada suatu peride tertentu (Nurmalina et al 2010). Suatu cash flow terdiri dari beberapa unsur yaitu i. Arus penerimaan (Inflow) Arus penerimaan atau inflow didalamnya akan dimasukkan setiap komponen yang merupakan pemasukan dalam bisnis. Komponen yang termasuk ke dalam inflow antara lain: nilai produksi total, penerimaan pinjaman, bantuan, nilai sewa, salvage value (Nurmalina et al 2010). ii. Arus pengeluaran (Outflow) Arus pengeluran adalah aliran yang menunjukkan pengurangan pada kas, akibat biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan bisnis. Komponen yang terdapat dalam outflow diantarnya: biaya investasi, biaya operasional (biaya tetap maupun biaya variable), dan biaya lainnya yang telah dikeluarkan. iii. Manfaat Bersih (Net benefit) Manfaat bersih adalah total manfaat yang diperoleh dari total inflow dikurangi total outflow.
30
b. Analisis laporan laba rugi Laporan laba rugi adalah suatu proses keuangan yang mencantumkan penerimaan dan pengeluaran suatu usaha perusahaan selama periode akuntansi yang menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Laba merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan laba diperoleh dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan penjualan, barang yang dikembalikan, dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output diantaranya adalah biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku (Nurmalina et al 2010). Komponen lain dalam laporan laba rugi adalah adanya biaya penjualan, biaya umum, dan biaya administrasi. Pengurangan komponen-komponen tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan termasuk pengeluaran operasi bukan tunai yang merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harga tetap tersebut menjadi berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak. Pengurangan laba operasi setelah bunga dan pajak akan menghasilkan laba bersih. c. Analisis kriteria kelayakan investasi Studi kelayakan bisnis pada dasarnya bertujuan untuk menentukan kelayakan bisnis berdasarkan kriteria investasi (Nurmalina et al 2010). Menurut Nurmalina (2010) beberapa kriteria investasi diantaranya sebagai berikut: i. NPV (Net Present Value) Perhitungan NPV dilakukan untuk mengetahui keuntungan bersih yang diperoleh dari suatu usaha (Nurmalina et al 2010). Menurut Sinaga (2009) Net Present Value adalah selisisih arus penerimaan dan pengeluaran selama umur proyek (masa waktu pembangunan proyek ditambah masa operasional selama umur ekonomisnya) yang sudah dihitung dengan nilainya sekarang (sudah di present value) dengan menggunakan discount factor. Perhitungan NPV yang dilakukan untuk mengetahui keuntungan bersih yang diperoleh dari usaha peternakan ayam buras pedaging.Jika NPV menghasilkan nilai positif maka investasi tersebut dapat dijalankan atau diteruskan, sedangkan jika NPV tersebut bernilai negatif maka investasi yang dilakukan tidak layak untuk dilakukan. ii. IRR (Internal Rate of Return) Internal Rate of Return adalah cara untuk menghitung besarnya tingkat keuntungan rata-rata bersih (Return on Investment) yang dihasilkan proyek tiap tahun selama umur ekonomis proyek tersebut. Para pemiliki modal atau
31
lembaga-lembaga keuangan internasional (IMF, World Bank, atau lembaga-lembaga keuangan non bank) dalam memberikan pinjaman untuk suatu investasi, pada dasarnya menggunakan penilaian apakah proyek-proyek yang dibiayai dengan pinjaman tersebut layak atau tidak, dengan melihat besarnya IRR yang dihasilkan proyek dengan memperhatikan Cash flow dan Payback period investasi (Sinaga 2009). Perhitungan IRR dilakukan untuk mengetahui kemampuan usaha peternakan ayam buras pedaging dalam menghasilkan persentase keuntungan bersih rata-rata tiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek. Investasi dikatakan layak, jika nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku di pasar modal, sedangkan jika IRR lebih kecil dari tingkat bunga yang berlaku di pasar modal maka bisnis tersebut tidak layak dilaksanakan. Hasil nilai IRR akan menghasilkan nilai NPV yang nol. Hubungan antara IRR dan NPV dapat dilihat pada Gambar 5. NPV+
IRR
NPV1
i = Discount Rate (%) NPV2
i1 NPV
i2
-
Gambar 5 Hubungan Antara NPV dan IRR Sumber: Nurmalina et al 2010
iii. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) Perhitungan Net B/C berfungsi untuk melihat perbandingan antara jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan pada usaha peternakan ayam buras pedaging dengan keseluruhan jumlah manfaat yang diperoleh.
32
Usaha ini dikatakan layak, jika perhitungan Net B/C yang dilakukan menghasilkan nilai yang lebih besar atau sama dengan satu. iv. PP (Payback Period) Perhitungan Payback period digunakan untuk mengetahui berapa lama investasi modal kembali, dilihat dari keuntungan bersih proyek sesudah diperhitungkan pajak perusahaan. Semakin cepat investasi kembali, maka semakin baik bagi pemilik modal. d. Analisis nilai pengganti (switching value) Analisis nilai pengganti (switching value) merupakan variasi dari analisis sensitivitas yang digunakan untuk mengukur “perubahan maksimum” dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output atau penurunanproduksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input atau peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak (Nurmalina et al 2010). Perhitungan nilai pengganti (switching value) mengacu pada seberapa besar perubahan terjadi yang menyebabkan nilai NPV = 0 atau merupakan titik impas selama umur usaha. Pada kondisi NPV = 0 akan membuat nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga dan nilai Net B/C sama dengan satu. Dengan melakukan analisis switching value, dapat diketahui besarnya perubahan maksimum dari komponen inflow maupun outflow yang masih boleh terjadi agar mengakibatkan usaha tetap layak dijalankan. Hasil analisis ini juga dapat mengetahui perubahan komponen mana (inflow atau outflow) yang paling sensitif terhadap layak atau tidaknya suatu usaha yang dijalankan Kerangka Pemikiran Operasional Kegiatan bisnis budidaya ayam buras pedaging memiliki peluang yang baik. Cita rasa daging ayam buras pedaging lebih lezat dan gurih yang jauh mengungguli ayam ras membuat ayam buras pedaging lebih diminati oleh masyarakat. Meningkatnya segala kebutuhan masyarakat yang diakibatkan oleh perubahan peningkatan pendapatan membuat masyarakat ingin hidup lebih sehat. Ayam buras pedaging merupakan alternatif pilihan bagi masyarakat sebagai penyedia pangan bergizi dalam bentuk daging maupun telur yang sangat dibutuhkan. Produksi ayam buras pedaging yang semakin meningkat diiringi dengan konsumsi yang semakin meningkat juga, sehinggga belum bisa memenuhi permintaan daging ayam buras saat ini. Salah satu cara agar permintaan daging ayam buras pedaging dapat dipenuhi yaitu dengan mengubah sistem pemeliharaan ayam buras. Saat ini masih sedikitnya orang yang memelihara ayam buras pedaging dalam jumlah banyak. Hal ini disebabkan karena sistem pemelihara ayam buras pedaging saat ini masih banyak menggunakan sistem ekstensif yang kebanyakan memelihara dalam jumlah yang kecil. Pengusahaan ayam buras pedaging
33
pada umumnya masih dilakkukan secara tradisional baik dipedesaan maupun diperkotaan. Salah satu kelompok yang mengusahakan ayam buras pedaging dengan cara intensif adalah Kelompok Tani Sehati. Usaha peternakan ayam buras pedaging yang menggunakan cara pemeliharaan ayam buras secara intensif memerlukan kandang ternak yang membutuhkan biaya yang cukup besar untuk biaya investasi. Kandang yang dibangun oleh kelompok tani sehati sebanyak 3 buah kandang dengan sumber modal usaha yang berasal dari Pemerintah melalui program SMD (Sarjana Membangun Desa). Analisis studi kelayakan usaha perlu dilakukan terhadap usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kelayakan usaha ayam buras pedaging dari Kelompok Tani Sehati baik dari aspek nonfinansial maupun finansial. Mengingat investasi yang dikeluarkan cukup besar. Sehingga penelitian kelayakan usaha menjadi penting untuk dilakukan. Selain itu modal yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati berasal dari Pemerintah melalui program SMD (Sarjana Membangun Desa) yang belum dilakukan analisis kelayakan baik dari pihak Kelompok Tani Sehati maupun dari pihak Sarjana Membangun Desa (SMD) Penelitian kelayakan usaha tersebut meliputi aspek nonfinansial dan finansial. Aspek nonfinansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum serta aspek sosial dan lingkungan. Aspek-aspek non-finansial akan dipaparkan secara deskriptif. Pada aspek pasar, variabelvariabel yang akan dianalisis meliputi penawaran dan permintaan yang akan menunjukkan adanya peluang pasar serta pemasaran output. Pada aspek teknis, variabel-variabel yang akan dianalisis meliputi lokasi peternakan, proses produksi, serta tata letak (layout). Pada aspek manajemen, variabelvariabel yang akan dianalisis meliputi struktur organisasi, job description, dan sistem pembagian pendapatan kelompok. Pada aspek hukum, variabelvariabel yang akan dianalisis meliputi bentuk badan usaha dan perijinan usaha. Pada aspek sosial dan lingkungan, akan dikaji pengaruh usaha terhadap lingkungan sekitar. Aspek finansial akan dilakukan dengan merinci semua pengeluaran maupun penerimaan yang disusun pada arus kas (cashflow). Kemudian baru dapat dilakukan analisis kelayakan usaha menggunakan perhitungan analisis laba rugi, analisis kriteria investasi yang terdiri dari: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C serta Payback Period (PP). Setelah melakukan kegiatan analisis aspek finansial dan didapatkan hasil mengenai kelayakan usaha pada kondisi saat ini. Setelah analisis tersebut dilakukan selanjutnya akan dilakukan analisis nilai pengganti (switching value). Setelah analisis kelayakan finansial tersebut dilakukan, selanjutnya adalah menganalisis nilai pengganti (switching value), guna melihat batas maksimum dari perubahan komponen inflow dan outflow yang nantinya akan mempengaruhi kelayakan usaha. Perubahan dari sisi inflow yaitu terjadinya penurunan harga produk sedangkan pada sisi outflow yaitu terjadinya peningkatan harga pakan ayam buras pedaging. Hasil dari seluruh analisis kelayakan usaha, yang meliputi analisis aspek nonfinansial dan aspek finansial, akan digunakan untuk menentukan apakah usaha peternakan ayam buras pada Kelompok Tani Sehati di Desa
34
Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat layak untuk dijalankan atau tidak. Jika hasil analisis adalah layak, maka usaha peternakan ayam buras kelompok dapat terus direalisasikan. Akan tetapi, jika hasil dari analisis adalah tidak layak, maka kelompok perlu melakukan evaluasi dan menyiapkan solusi sehingga usaha menjadi layak untuk dijalankan. Ada pun kerangka pemikiran mengenai kelayakan investasi pada peternakan ayam buras tersebut ditunjukan pada Gambar 6.
1. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan konsumsi daging ayam yang bergizi menyebabkan permintaan ayam buras meningkat. 2. Peningkatan permintaan daging ayam buras tidak dapat diimbangi dengan pasokan ayam buras yang cukup
Perlu dilakukan usaha pembudidayaan ayam buras pedaging dengan teknik pemeliharaan yang intensif
Kelompok Tani Sehati merupakan kelompok yang mengusahakan ayam buras pedaging dengan teknik pemeliharaan yang intensif
Besarnya biaya investasi yang telah dikeluarkan oleh Kelompok Tani Sehati
Analisis Kelayakan Usaha
Aspek Nonfinansial
1. 2. 3. 4. 5.
Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Hukum Aspek Sosial, ekonomi, & Budaya
Layak Dilanjutkan
Aspek Finansial
1. Arus Kas (Cashflow) 2. Analisis Laporan Laba Rugi 3. Analisis Kriteria Kelayakan Investasi 4. Analisi Switching value
Tidak Layak Tinjauan Ulang
Gambar 6 Kerangka pemikiran operasional
35
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupatan Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan, diantaranya: pertama, populasi ternak ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati memiliki jumlah ternak yang paling banyak, dibandingkan di desa lainnya di Kecamatan Taman Sari. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah ternak yang diusahakan Kelompok Tani Sehati yaitu 1 500 ekor. Kedua, pemilihan lokasi tersebut juga dikarenakan sistem pemeliharaan yang dilakukan pada Kelompok Tani Sehati dengan pola intensif yang mengakibatkan adanya biaya investasi kandang. Ketiga, sumber modal yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati berasal dari Pemerintah melalui program Sarjana Membangun Desa (SMD). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampaiApril 2013 untuk pengumpulan data dan analisis data.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi tentang peternakan ayam buras pedaging yang diperoleh dari pengamatan langsung, wawancara langsung dengan para anggota kelompok ternak sehati dan pihak-pihak yang terkait lainnya. Data primer yang diambil antara lain yaitu data jumlah penjualan ayam per periode, biaya operasional ternak ayam, biaya investasi yang dikeluarkan, dan sebagainya. Data sekunder merupakan data yang diolah lebih lanjut yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Peternakan, Unit Pelayanan Teknis (UPT), internet, literatur yang relevan seperti jurnal, buku teks, majalah, surat kabar dan sebagainya serta penelitian-penelitan terdahulu yang dapat dijadikan bahan rujukan yang berhubungan dengan penelitian ini.
Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan wawancara langsung, wawancara mendalam dan survey. Teknik pengumpulan data tersebut digunakan untuk mengumpulkan data primer. Sedangkan untuk data sekunder, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur dan browsing internet. Pengambilan data dengan metode pengamatan langsung dilokasi penelitian, yakni dengan wawancara dan pengamatan langsung dengan berbagai pihak yang terkait atau instansi lain yang terkait dengan penelitian mengenai kelayakan usaha peternakan ayam buras pedaging ini. Selain itu, data juga dikumpulkan melalui penelusuran
36
pustaka ataupun literatur di perpustakaan IPB, instansi terkait dan media cetak maupun internet.
Metode Pengolahan Data Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan sifat data.Data yang bersifat kualitatif dianalisis untuk mengkaji aspek kelayakan non-finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Analisis secara kuantitatif digunakan untuk menilai kelayakan usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati secara finansial dengan melakukan analisis laporan laba rugi, penilaian kriteria investasi yaitu: analisis nilai bersih sekarang (Net Present Value atau NPV), tingkat pengembalian investasi ( Internal Rate of Return atau IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan masa pengembalian investasi (Payback Period atau PP), serta dilakukan juga analisis nilai pengganti (Switching value). Data yang diperoleh diolah dengan menggunkaan Microsoft Excel dan kalkulator.
Analisis Kelayakan Aspek Nonfinansial Analisis yang akan dilakukan terhadap aspek nonfinansial disesuaikan dengan skala usaha proyek atau bisnis, semakin besar skala usaha yang dilakukan maka analisis kelayakan nonfinansial juga akan semakin kompleks. Pada penelitian ini aspek yang akan dikaji adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum serta aspek social dan lingkungan. 1. Aspek Pasar Analisis aspek pasar yang akan dilakukan pada usaha peternakan ayam buras pedaging kelompok tani sehati terdapat beberapa hal yang perlu dikaji. Pertama, berkaitan dengan adanya permintaan baik secara total ataupun terperinci menurut daerah, jenis konsumen, dan proyeksi permintaan. Kedua, berkaitan dengan penawaran baik yang berasal dari dalam negeri, maupun juga yang berasal dari impor, bagaimana perkembangannya pada masa lalu dan perkiraan masa yang akan datang. Ketiga, berkaitan dengan harga yaitu apakah terdapat kecenderungan perubahan harga. Keempat, berkaitan dengan program pemasaran yang telah dilakukan apakah ada perubahan dengan yang akan dilakukan, mencakup strategi pemasaran dan bauran pemasarannya. Kelima, berkaitan dengan perkiraan penjualan yang bisa dicapai peternakan ayam buras pedaging kelompok tani sehati. Menurut Jumingan (2009), jika dari hasil penelitian pasar diperoleh kesimpulan tidak ada permintaan dari produk maupun output yang dihasilkan maka usaha tersebut dinyatakan tidak layak karena diperkirakan tidak akan berhasil di masa yang akan datang.
37
Sehingga dapat disimpulkan indikator dari layak atau tidaknya usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati secara aspek pasar dilihat dari ada atau tidaknya permintaan akan ayam buras pedaging kepada Kelompok Tani Sehati. Selain itu dari hasil penelitian Sianturi (2011) dan Saputra (2011) layak atau tidaknya pada aspek pasar suatu usaha yang dijalankan dilihat dari banyaknya permintaan. Sehingga berdasarkan kedua peneliti tersebut aspek pasar juga dilihat dari adanya permintaan dari output yang dihasilkan. Sehingga pada penelitian ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati dikatakan layak secara pasar apabila output yang dihasilkan yaitu ayam buras pedaging masih adanya permintaan akan output tersebut. 2. Aspek Teknis Aspek teknis ini mencakup proses pembangunan proyek atau usaha secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut dibangun. Aspek teknis yang akan dilakukan mencakup lokasi usaha, bagaimana proses produksi dilakukan, tata letak (layout), serta kriteria pemilihan mesin dan peralatan atau teknologi yang digunakan. Menurut Jumingan (2009), penilaian aspek teknis dilihat dari apakah lokasi yang digunakan untuk pendirian usaha sudah pada lokasi yang tepat, mesin dan peralatan yang digunakan apakah sudah sesuai, tersedia bahan baku dan penolong dalam jumlah yang cukup dan kontinu sehingga tidak mengganggu proses produksi, serta proses budidaya apakah sudah dilakukan sesuai dengan proses budidaya yang umum dilakukan. Apabila dalam usaha ternak ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati memenuhi kriteria tersebut, maka usaha ternak ayam buras yang dilakukan layak secara teknis. Menurut Cahyono (2002) untuk usaha peternakan ayam buras, faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam aspek teknis yaitu faktor lingkungan hidup ternak. Lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan ayam buras adalah yang memenuhi syarat- syarat sebagai berikut: a. Lokasi kandang harus terbuka dan cukup luas sehingga udaranya segar, bersih, dan tidak lembab. b. Lokasi tidak berdekatan dengan keramaian yang dapat menimbulkan kebisingan. c. Akses jalan menuju lokasi kandang dapat dijangkau dengan mudah. d. Lokasi harus bersih atau tidak berdekatan dengan tanaman atau bangunan-bangunan tinggi yang dapat menghalangi sinar matahari masuk ke kandang. Apabila lokasi usaha ternak ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati sudah sesuai dengan lingkungan hidup ternak ayam buras pedaging, maka secara lokasi pendirian kandang layak untuk dijalankan. Selain lokasi kandang perlu dilihat apakah teknologi yang digunakan sudah sesuai untuk usaha ternak ayam buras pedaging.
38
Menurut Harianto dan Krista (2011) ada lima alat yang dapat digunakan untuk memanaskan DOC ayam buras pedaging yaitu gasolek, semawar, pemanas batu bara, pemanas kayu bakar, dan lampu bohlam. Selain itu perlu dilihat juga proses budidaya yang dilakukan apakah sudah baik. Menurut Harianto dan Krista (2011) suatu usaha layak secara teknis budidayanya apabila menghasilkan output yaitu ayam buras pedaging tidak melebihi batas mortalitas maksimum. Mortalitas maksimum usaha peternakan ayam buras pedaging yaitu sebesar 10%. Apabila usaha ternak ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati memiliki tingkat mortalitas diatas 10% maka secara teknis budidaya tidak layak untuk dijalankan. Setelah itu perlu melihat apakah bangunan kandang yang dibangun sudah sesuai untuk usaha peternakan ayam buras pedaging. Ada dua jenis kandang yang dapat digunakan untuk usaha peternakan ayam buras pedaging yaitu kandang postal dan kandang panggung. Setelah itu dilihat apakah penempatan (layout) peralatan, kandang, serta sarana dan prasarana sudah sesuai dengan letaknya. Apabila dalam menjalankan usahanya secara teknis Kelompok Tani Sehati sudah memenuhinya maka usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati layak secara teknis. 3. Aspek Manajemen Aspek manajemen merupakan aspek yang cukup penting untuk kelayakan suatu proyek investasi. Karena walaupun suatu proyek investasi telah dinyatakan layak untuk diusahakan tanpa dukungan dengan manajemen yang baik, maka bukan tidak mungkin proyek tersebut tidak akan berjalan dengan lancar bahkan mengalami kegagalan. Aspek manajemen yang akan dikaji dalam penelitian ini menyangkut sumberdaya manusia (SDM) yang digunakan dalam kegiatan peternakan ayam buras pedaging oleh Kelompok Tani Sehati, serta fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian dan pengawasan yang diterapkan dalam proses operasional maupun non operasional. Dalam hal ini termasuk bahan kajian adalah mengenai pembagian kerja di kelompok ternak sehati. Menurut Mulyono (2002) dalam manajemen bisnis ayam buras perlu dilihat dari apakah suatu usaha ternak ayam buras tersebut sudah menjalankan fungsi manajemen. Apabila fungsi manajemen sudah dilakukan maka usaha ternak ayam buras dikatakan layak pada aspek manajemen. Adapun fungsi manajemen menurut Mulyono (2002) yaitu : a. Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan tindakan menentukan sasaran dan arah tindakan yang akan dijadikan pedoman. Di dalam perencanaan ini dituntut adanya keberanian dan kemampuan dalam mengasumsikan, meramalkan dan lain
39
sebagainya. Misalnya dalam merencanakan pakan maupun teknologi yang akan digunakan. b. Pengorganisasian (Organizing) Yaitu tindakan mengatur atau mengorganisir, termasuk membagi pekerjaan kepada semua pihak-pihak, kelompok, atau unit-unit yang terlibat. Pengorganisasian tersebut menyangkut tugas, wewenang, dan tanggung jawab; menetapkan dan memutuskan; serta merinci hubungan-hubungan yang diperlukan sehingga tercipta keterpaduan dalam melaksanakan tugas sesuai bidang masing-masing. Contoh pengorganisasian dalam usaha ayam buras yaitu harus ada pembagian tugas, dalam hal siapa yang menyediakan bibt atau DOC, menyediakan sarana peternakan, melakukan vaksinasi, menangani hasil, dan memasarkan hasil. Pembagian ini diatur berikut jadwal dan waktunya. c. Kepemimpinan (Leading) Kaitannya dengan kepemimpinan ialah peternak pada dasarnya bukan hanya tenaga kerja, tetapi juga manajer yang harus dapat mengambil keputusan dan memimpin usaha. d. Pengawasan (Controlling) Dalam prakteknya semua kegiatan belum tentu dilaksanakan sesuai yang direncanakan. Oleh sebab itu, harus ada pengawasan agar tetap mengikuti rencana yang telah ditetapkan.Apabila Kelompok Tani Sehati dapat melakukan fungsi manajemen dengan baik pada kegiatan usahanya maka usaha peternakan ayam buras yang dijalankan pada aspek manajemen layak untuk dijalankan. Menurut Mulyono (2002) ada tiga hal yang perlu dilakukan manajemen pada usaha peternakan ayam buras yaitu manajemen produksi, manajemen keuangan, dan manajemen pemasaran. Manajemen produksi layak apabila mampu menghasilkan output dari usaha yang dijalankan, manajemen keuangan layak apabila dalam menjalankan usahanya mengetahui besarnya biaya dan manfaat yang dikeluarkan dalam satu kali proses produksi, serta manajemen pemasaran dikatakan layak apabila mampu memasarkan output yang dihasilkan. Apabila Kelompok Tani mampu menjalankan ketiga manajemen tersebut dengan melakukan fungsi manajemen dengan baik. Maka secara manajemen layak untuk dijalankan. Pada Penelitian Sianturi (2011) dan Saputra (2011) aspek manajemen dilihat dari struktur organisasi yang dimiliki, dan dilihat dari aspek manjemen tersebut dapatkah menghasilkan output dari usaha yang dijalankan. Apabila mampu menghasilkan output dari usaha yang dijalankan maka secara aspek manajemen layak untuk dijalankan.
40
4. Aspek Hukum Aspek hukum ini meliputi badan hukum pengusahaan peternakan ayam buras milik kelompok tani sehati meliputi ijin-ijin yang dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen lainnya yang mendukung kegiatan usaha peternakan ayam buras. Menurut Harianto dan Krista (2011) dalam menjalankan usaha ternak ayam buras pedaging penting untuk mendapatkan keabsahan usaha. Jenis ijin yang diperlukan antara lain surat keterangan ijin lingkungan, surat keterangan usaha dan tanda pendaftaran usaha peternakan rakyat. Selain perijinan resmi dari pihak terkait, ijin lain yang cukup mendasar dan penting adalah ijin dari masyarakat sekitar yang berdekatan langsung dengan peternakan dan juga ijin ke perangkat desa atau RT/RW setempat. Persetujuan dari masyarakat sekitar akan memudahkan ijin dari tingkat selanjutnya, yaitu kelurahan dan kecamatan. Apabila usaha ternak ayam buras sudah memiliki ijin-ijin tersebut maka usaha ternak ayam buras layak secara hukum. Indikator layaknya usaha dari aspek hukum, yaitu apabila Persyaratan hukum seperti ijin usaha, kepemilikan dokumen-dokumen tersebut sudah dipenuhi oleh peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati maka dapat dikatakan layak dilihat dari aspek hukum. 5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Analisis proyek investasi akan selalu ingin mempertimbangkan secara teliti pengaruh yang akan merugikan suatu proyek pada golongan-golongan tertentu dalam daerah-daerah tertentu (Gittinger, 1986). Pada aspek ini, analisis akan dilakukan untuk menilai apakah peternakan ayam buras pedaging milik Kelompok Tani Sehati memiliki dampak positif atau negatif setelah dan sebelum adanya investasi. Dampak positif dan negatif ini akan dirasakan oleh berbagai pihak, baik kelompok maupun masyarakat luas termasuk pemerintahan. Menurut Jumingan (2009) sikap masyarakat yang mendukung adanya usaha petenakan, maka usaha peternakan tersebut layak dilaksanakan secara sosial dan lingkungan. Apabila dalam pengusahaan ternak ayam buras mampu mengelola limbah kegiatan produksinya dengan baik, sehingga tidak ada komplain dari masyarakat sekitar, dan dengan adanya kelompok memberikan manfaat bagi masyarakat, sehingga masyarakat sekitar mendukung usaha peternakan ayam yang dilakukan oleh kelompok, maka peternakan ayam buras pedaging milik Kelompok Tani Sehati ini layak untuk dijalankan pada aspek sosial dan lingkungan. Sedangkan pada aspek ekonomi dilihat dari seberapa besar penyerapan tenaga kerja yang diserap oleh adanya usaha yang dijalanakan.
41
Analisis Kelayakan Aspek Finansial Aspek ini membandingkan antara pengeluaran dan penerimaan suatu bisnis yang dijalankan. Analisis finansial mengkaji berbagai kebutuhan dana yang digunakan dalam usaha peternakan ayam buras pedaging, baik kebutuhan dana untuk biaya tetap, biaya investasi, biaya variabel, dan biaya lainnya. Analisis ini dilakukan dengan membuat cash flow dengan rincian inflow dan outflow. Menilai kelayakan usaha dilihat dari analisis laba rugi, kriteria kelayakan investasi yang digunakan yaitu: Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP) serta dilakukan analisis nilai pengganti (switching value). 1. Arus kas (Cashflow) Arus kas berisi tentang semua pengeluaran maupun penerimaan dalam menjalankan suatu usaha. Hasil rincian arus kas (cashflow) akan memudahkan kita melihat apa saja yang menjadi penerimaan pada Kelompok Tani Sehati dan pengeluaran Kelompok Tani Sehati. Baik itu pengeluaran untuk biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, dan biaya lainnya yang digunakan untuk menjalankan usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati. 2. Analisis laporan laba rugi Laporan laba rugi berisi tentang penerimaan, pengeluaran, dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi (Nurmalina et al 2010). Nurmalina (2010) menyatakan bahwa laporan laba/rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Hasil analisis laporan laba rugi ini untuk menilai berapa manfaat bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya dan dari hasil analisis laporan laba rugi akan diperoleh besarnya pajak yang akan digunakan dalam perhitungan arus kas (cashflow). 3. Analisis kriteria kelayakan investasi Menurut Nurmalina (2010), analisi kriteria kelayakan investasi terdiri dari: a. Net Present Value (NPV) Net Present Value adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek layak atau tidak. Menurut Ibrahim (1998), NPV merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya. Net Benefit merupakan selisih antara cash inflow dengan cash outflow yang terjadi pada setiap tahun. Net Benefit selanjutnya didiscounted dengan opportunity cost of capital menghasilkan present value. Jumlah dari hasil present value net benefit menghasilkan NPV. Menurut (Nurmalina et al 2010) penentuan nilai NPV dapat dituliskan sebagai berikut : ∑
42
Keterangan : = Net Present Value sampai dengan tahun ke-t NPV Bt = Manfaat pada tahun t (Rp) Ct = Biaya pada tahun t (Rp) t = Tahun kegiatan bisnis (t = 1,2,3,....,n) i = Tingkat suku bunga (%) n = Umur proyek Dalam evaluasi suatu proyek investasi, apabila perhitungan NPV ≥ 0 maka proyek tersebut layak untuk dijalankan. Jika nilai NPV = 0, maka proyek tersebut berada pada posisi tidak menguntungkan dan tidak merugikan, dengan kata lain proyek tersebut berada pada posisi break event point (BEP) dimana TR=TC. Jika nilai NPV ≤ 0, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan. b. Internal Rate of Return (IRR) IRR menunjukkan kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan persentase keuntungan setiap tahunnya dan menunjukkan seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Nilai IRR ditentukan dengan mencari nilai discounted factor yang membuat nilai NPV sama dengan nol. Untuk menentukan berapa tepatnya tingkat bunga tersebut adalah dengan menggunakan metoda interpolasi, yakni dengan menyisipkan tingkat bunga diantara bunga yang menghasilkan NPV positif dan tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif (Umar 1997). Metode tersebut diformulasikan dengan rumus berikut (Nurmalina et al 2010):
IRR = i1 + [
* (i1 – i2)]
Keterangan : IRR = Tingkat pengembalian internal NPVı = Nilai Net Present Value yang positif NPV2 = Nilai Net Present Value yang negatif i1 = Tingkat suku bunga pada tahun NPV positif i2 = Tingkat suku bunga pada tahun NPV negatif Suatu usaha dinyatakan layak untuk dikembangkan jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga berlaku. Jika IRR sama dengan tingkat suku bunga berlaku maka usaha dinyatakan tidak untung atau tidak rugi. Sedangkan usaha dinyatakan tidak layak untuk dikembangkan jika IRR kurang dari tingkat suku bunga berlaku. c. Net B/C Ratio Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara jumlah manfaat nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah manfaat sekarang yang bernilai negatif. Net B/C ratio digunakan untuk melihat berapa besar manfaat
43
bersih yang dapat diterima suatu proyek untuk setiap satu rupiah yang dikeluarkan. Untuk menghitung Net B/C ratio dihitung terlebih dahulu benefit bersih yang telah di discount factor untuk setiap tahun. Net benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang bernilai postifif dengan net benefit yang telah di discount bernilai negatif. (Ibrahim 1998). Rumusnya adalah sebagai berikut (Nurmalina et al 2010):
Net B/C =
𝐵𝑡 −𝐶𝑡 +𝑖 𝑡 𝐵 −𝐶𝑡 𝑡 ∑𝑛 𝑡= +𝑖 𝑡
∑𝑛 𝑡=
⋯⋯⋯
[𝐵𝑡 𝐶𝑡 >0] [𝐵𝑡 𝐶𝑡 <0]
Keterangan: Bt = Manfaat pada tahun t (Rp) Ct = Biaya pada tahun t (Rp) t = Tahun kegiatan bisnis (t = 1,2,3,....,n) i = Tingkat suku bunga (%) n = Umur proyek Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila Net B/C ≥ 1, dan dikatakan tidak layak bila Net B/C ≤ 1. d. Payback Period Payback period adalah waktu minimum untuk mengembalikan investasi awal dalam bentuk aliran kas yang didasarkan atas total penerimaan dikurangi semua biaya. Semakin pendek payback period, menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam proyek tersebut semakin cepat kembali. Untuk menghitung payback period mula-mula dihitung arus penerimaan kas, kemudian manfaat bersih dikumulatifkan dari tahun ke tahun dan dihitung rata – ratanya. Nilai Payback period dapat dihitung dari pembagian investasi dengan net benefit rata-rata (Nurmalina et al 2010). Periode pengembalian dirumuskan sebagai berikut (Nurmalina et al 2010) :
PP =
I
𝐴𝐵
Keterangan : I = Total investasi dalam proyek Ab = Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya Payback period tidak dipakai untuk menilai layak tidaknya suatu proyek tetapi melihat berapa lama proyek dapat mengembalikan biaya investasinya. Perhitungan payback period belum memperhitungkan nilai waktu akan uang.
44
4. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Gittinger (1986) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Switching value adalah suatu nilai dimana pada nilai tersebut NPV yang dihasilkan sama dengan nol, Net B/C sama dengan satu, dan IRR sama dengan tingkat suku bunga (pinjaman atau deposito). Analisis nilai pengganti dilakukan dengan cara mengubah besarnya suatu komponen inflow dan outflow misalnya saja kenaikan harga pakan ataupun kenaikan biaya produksi, dan penurunan harga jual dari produk yang dihasilkan ataupun penurunan volume produksi yang dihasilkan. Besarnya perubahan ditentukan secara trial dan error (coba-coba) hingga diperoleh nilai perubahan maksimum yang dapat ditoleransi oleh suatu usaha dari sudut pandang finansial sehingga usaha masih dinyatakan layak untuk dijalankan (Nurmalina et al 2010). Analisis switching value yang akan dilakukan terhadap variabel-variabel yang paling mempengaruhi kelayakan usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati. Variabel yang dianggap paling mempengaruhi pada komponen inflow yaitu variabel harga jual ayam buras pedaging, sedangkan variabel yang paling mempengaruhi pada komponen outflow yaitu variabel harga pakan ayam buras pedaging jenis Shinta BR 21 E.
Asumsi Dasar yang Digunakan Analisis kelayakan usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati menggunakan beberapa asumsi, yaitu: 1. Seluruh modal yang digunakan dalam usaha peternakan ayam buras pedaging adalah modal dari pemerintah yaitu sebesar Rp150 000 000. 2. Biaya investasi dan biaya operasional semuanya menggunakan dana tersebut. Sehingga ayam yang dipelihara adalah ayam milik bersama. 3. Sistem pemeliharaan yang dilakukan yaitu sistem pemeliharaan intensif dengan menggunakan kandang bersama. 4. Pembagian pendapatan per anggota kelompok yaitu hasil penjualan ayam dibagi jumlah anggota kelompok. 5. Satu kali musim panen ayam buras pedaging yaitu selama tiga bulan. Satu bulan digunakan untuk istirahat kandang. Sehingga dalam satu tahun hanya 3 kali musim. 6. Umur bisnis pada analisis kelayakan usaha ternak ayam buras pedaging yang dipakai berdasarkan umur teknis dari bangunan kandang yang merupakan investasi terpenting dan memiliki umur teknis paling lama. Umur bisnis dari analisis kelayakan usaha ternak ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati adalah sepuluh tahun. 7. Data yang digunakan adalah data 2 siklus usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati.
45
8. Pada tahun pertama hanya dilakukan 2 kali siklus, untuk tahun kedua sampai tahun kesepuluh akan dilakukan 3 kali siklus dalam 1 tahun. 9. Jumlah ayam yang diternak untuk tahun kedua sampai tahun kesepuluh sebanyak 1 500 ekor diasumsikan tetap. 10. Tingkat mortalitas ayam buras pedaging untuk ternak 1 500 ekor sebesar 8,53% diasumsikan konstan. Sehingga jumlah ternak sampai panen yang tersisa sebanyak 1 372 ekor ayam buras pedaging dengan bobot per ekor ayam sebesar 0.915 kg. 11. Penjualan yang dilakukan per kg bukan per ekor ayam buras pedaging. Harga 1 kg ayam buras pedaging sebesar Rp25 342 menggunakan harga tertimbang. 12. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini adalah konstan, yang berlaku pada awal tahun 2012 dan awal tahun 2013. Diasumsikan konstan selama umur bisnis. 13. Tingkat suku bunga yang dipakai pada perhitungan cashflow adalah tingkat suku bunga deposito rata-rata Bank Indonesia selama satu tahun, dari bulan Mei 2012 sampai April 2013 yaitu sebesar 5,75 persen. Alasan pemilihan tingkat suku bunga deposito dikarenakan Kelompok Tani Sehati menggunakan modal dari pemerintah yang diberikan sebagai modal untuk usaha kelompok, modal yang digunakan diberikan tanpa harus dikembalikan kepada pemerintah sehingga modal yang digunakan bukan pinjaman. 14. Penyusutan investasi dihitung berdasakan metode garis lurus Penyusutan=
𝐵
15. Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu : a. Pasal 17 ayat 1 b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen). b. Pasal 17 ayat 2 a. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Wilayah Penelitian Usaha peternakan ayam buras jenis pedaging ini terletak di Kampung Kabandungan, Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.
46
Desa Sirnagalih merupakan salah satu desa dari 8 desa yang terletak di Kecamatan Tamansari. Batas-batas wilayah Desa Sirnagalih yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kota Batu, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sukamantri, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tamansari, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pasir Eurih Jumlah penduduk Desa Sirnagalih saat ini sebesar 12 369 jiwa dengan 6 433 laki – laki dan 5 936 perempuan. Mayoritas penduduk Desa Sirnagalih beragama islam dan merupakan penduduk asli daerah. Dari total jumlah penduduk Desa Sirnagalih 33.65 % telah pernah mengikuti jejang pendidikan. sebanyak 2 174 jiwa telah menamatkan pendidikan tingkat SMA / sederajat yang terbagi lagi menjadi 358 jiwa tamat akademik dan perguruan tinggi sebanyak 212 jiwa. Hal ini menandakan bahwa masyarakat Desa Sirnagalih memiliki jenjang pendidikan yang baik dan memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik. Luas Wilayah Desa Sirnagalih yaitu 177.18 Ha yang dimanfaatkan sebagai perumahan (59.60 Ha), sawah (48.80 Ha), kebun atau ladang (49.90 Ha), perkantoran (0.8 Ha), kolam atau empang (0.2 Ha), sedangkan sisanya dipakai untuk keperluan umum seperti tempat peribadahan, bangunan pendidikan, jalan, lapangan olahraga, dan pemakaman. Sedangkan untuk usaha peternakan hampir seluruh masyarakat Desa Sirnagalih memanfaatkan halaman belakang rumah yang dijadikan untuk beternak. Sedikit sekali masyarakat Desa Sirnagalih yang memanfaatkan suatu lahan khusus untuk dijadikan usaha ternak. Salah satu komoditi ternak yang banyak dibudidayakan di Desa Sirnagalih adalah ayam buras pedaging. Sebanyak 297 orang penduduk Desa Sirnagalih yang berprofesi sebagai petani juga termasuk peternak. Profesi yang paling banyak diminati oleh penduduk Desa Sirnagalih adalah pedagang, buruh, pengrajin, pegawai negeri, dan lain-lain. Meskipun masyarakat yang profesi utamanya bukan petani, mereka juga memelihara ternak ayam buras pedaging walaupun hanya berjumlah kurang dari 10 ekor. Menurut Unit Pelaksana Teknis (UPT) Desa Sirnagalih yang terbagi menjadi 4 Dusun, 12 Rukun Warga (RW) dan 52 Rukun Tetangga (RT) setiap rumah pasti memiliki ternak ayam buras pedaging. Total ayam buras pedaging yang dibudidayakan oleh seluruh masyarakat Desa Sirnagalih sebanyak 4 098 ekor yang tidak diusahakan secara intensif, melainkan hanya diumbar dihalaman rumah saja. Hal ini menunjukkan bahwa ternak ayam buras pedaging memiliki potensi untuk dikembangkan di Desa Sirnagalih.
Gambaran Umum Kelompok Tani Sehati
Kelompok Tani Sehati merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan dengan berkelompok yang bergerak dalam bidang agribisnis khususnya usaha budidaya ayam buras pedaging. Kelompok Tani Sehati ini terbentuk pada tanggal 23 Oktober 2010 dan baru dikukuhkan pada tanggal 10 Januari 2012. Asal mula terbentuknya Kelompok Tani Sehati yaitu atas idenya
47
Bapak Mahpudin. Bapak Mahpudin adalah ketua Kelompok Tani Sehati. Pada awalnya Bapak Mahpudin sudah mempunyai kelompok ternak bersama teman-temannya tetapi tidak dalam sebuah kelompok yang resmi, yaitu Bapak Mahpudin dan teman-temannya sama-sama memelihara ayam buras pedaging dirumah masing-masing dan setelah panen baru dijual secara bersama. Suatu hari Bapak Mahpudin ikut sosialisasi yang diadakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan disarankan untuk membuat kelompok. Bapak Mahpudin bersama 30 teman yang lainnya akhirnya membentuk kelompok dan kemudian kelompok tersebut dibagi menjadi dua yaitu Kelompok Tani Sehati dan Kelompok Tani Setia yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sentosa. Ibu Hj Tati Idawati selaku bendahara Kelompok Tani Sehati yang aktif di kegiatan sosial dan sering pergi ke Dinas Peternakan mendengar bahwa ada informasi mengenai bantuan dana dari Pemerintah untuk membangun dan memberdayakan masyarakat yang mempunyai profesi sebagai petani. Kegiatan pemerintah yang ingin memberdayakan masyarakat dikenal dengan program Sarjana Membangun Desa (SMD). Dana pemerintah melalui Program Sarjana Membangun Desa dapat dilakukan apabila memiliki sebuah kelompok yang sudah terkukuhkan secara resmi dari kepala desa dan memiliki kandang bersama untuk budidaya ayam buras pedaging. Proses pengajuan dana melalui Program Sarjana Membangun Desa dilakukan dengan mengajukan proposal yang dibuat oleh Kelompok Tani Sehati. Bantuan dana dari pemerintah yang diterima oleh Kelompok Tani Sehati adalah sebesar Rp150 000 000. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua Kelompok Tani Sehati, alasan Kelompok Tani Sehati memilih ayam buras pedaging sebagai ternak yang diusahakan bersama karena ayam buras pedaging lebih baik diusahakan pada usaha skala kecil dibandingkan dengan memelihara ayam broiler. Beternak ayam broiler dengan skala usaha kecil tidak akan mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar yang sudah ada, terutama dalam penentuan harga. Harga jual yang ditawarkan oleh perusahaanperusahaan besar lebih rendah dibandingkan dengan ayam broiler yang dipelihara dalam jumlah yang kecil. Pemeliharaan ayam broiler dalam jumlah kecil akan mengakibatkan besarnya biaya produksi yang dikeluarkan. Proses pemeliharaan ayam buras pedaging tidak terlalu sulit dibandingkan dengan ayam ras, namun pemeliharaannya membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan ayam ras yaitu kurang lebih tiga bulan dari mulai pembersihan kandang hingga panen. Target pasar ayam buras pedaging sudah merupakan untuk pangsa pasar menegah keatas, dikarenakan ayam buras pedaging lebih dikenal lebih sehat dibandingkan ayam broiler, sehingga harga daging ayam buras pedaging lebih tinggi dibandingkan dengan ayam ras pedaging. Selain itu, Bapak Mahpudin selaku ketua juga sangat menyenangi atau hobi beternak ayam buras pedaging sehingga dari hobi tersebut beliau dapat menjadikannya sebuah peluang usaha. Maksud dan tujuan dari pendirian kelompok tani sehati ini oleh Bapak Mahpudin adalah untuk mensejahterahkan para anggotanya. Fasilitas dari peternakan ayam buras pedaging adalah kandang ternak, gudang penyimpanan pakan maupun peralatan dan saung yang digunakan untuk istirahat bagi kelompok selama menunggu proses pemeliharaan ayam
48
buras pedaging. Sumber modal yang digunakan berasal dari Pemerintah melalui program SMD (Sarjana Membangun Desa). Sampai saat ini, pencarian tambahan modal dari pihak kedua belum dilakukan. Kegiatan budidaya yang dilakukan Kelompok Tani Sehati yaitu dengan pola pemeliharaan intensif. Usaha peternakan ayam buras pedaging yang dikelola tergolong dalam peternakan skala kecil karena berkapasitas 1 500 ekor. Lokasi kandang didirikan pada lahan milik Ibu Haji Tati yang merupakan salah satu anggota kelompok yang tergabung dalam Kelompok Tani Sehati. Kelompok Tani Sehati menyewa lahan tersebut untuk dibangung kandang ayam milik kelompok. Alasan pemilihan Lokasi kandang ini dikarenakan berada jauh dari masyarakat yaitu sekitar 500 meter dari lokasi jalan raya. Hal tersebut sangat mendukung untuk perkembangan ayam karena jauh dari kebisingan yang dapat menimbulkan ayam stress dan juga bau yang ditimbulkan dari kotoran ayam tidak menimbulkan polusi bagi masyarakat sekitar. Jalan menuju lokasi peternakan cukup menunjang sehingga memudahkan transportasi. Selain itu, anggota Kelompok Tani Sehati kebanyakan tinggal di dekat lokasi kandang tersebut sehingga memudahkan para anggota untuk ke kandang jika tidak memiliki kendaraan pribadi. Kandang yang dimiliki oleh Kelompok Tani Sehati yaitu sebanyak 3 buah kandang dengan bentuk persegi panjang. Kandang yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati merupakan kandang postal. Ukuran kandang yang dimiliki oleh Kelompok Tani Sehati berbeda beda yaitu 6m x 13m dan 6m x 15m dan untuk kandang DOC 4m x 5m, dengan total kapasitas kandang yaitu 1 880 ekor ayam buras.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Aspek Kelayakan Nonfinansial Analisis mengenai aspek nonfinansial dilakukan untuk mengetahui sejauh mana usaha peternakan ayam buras pedaging yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari layak untuk dilaksanakan. Aspek nonfinansial yang akan dikaji lebih dalam antara lain adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, serta aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
Aspek Pasar Pasar menjadi aspek yang penting dalam kajian suatu kelayakan karena aspek ini menentukan keberlangsungan kegiatan bisnis dimasa yang akan datang. Suatu usaha yang menghasilkan suatu produk atau output perlu menganalisis keadaan pasar untuk produk atau output yang dihasilkannya. Begitupula dengan bisnis ayam buras pedaging yang dijalankan oleh Kelompok Tani Sehati. Berikut ini adalah analisis lebih lanjut mengenai
49
komponen-komponen dari aspek pasar pada usaha peternakan Kelompok Tani Sehati yaitu meliputi permintaan dan penawaran, serta pemasaran output. 1. Permintaan dan Penawaran Potensi dan prospek pasar pada ayam buras cukup terbuka lebar, terutama potensi untuk pasar domestik. Hal ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya konsumsi ayam buras per kapita yaitu dari 0.501 kg/kapita pada tahun 2009 menjadi 0.602 kg/kapita pada tahun 2010 kemudian meningkat lagi pada tahun 2011 menjadi 0.626 kg/kapita (Dirjen peternakan 2012). Pada tahun berikutnya diperkirakan konsumsi per kapita ayam buras akan semakin meningkat dengan meningkatnya tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat. Penjualan pada Kelompok Tani Sehati yang dilakukan masih pada pasar domestik saja, yaitu berasal dari Kebon Jeruk, Tangerang, Sukabumi, dan masyarakat sekitar Bogor. Permintaan akan ayam buras pedaging dari Kebon Jeruk dan Tangerang biasanya dalam jumlah yang besar kepada Kelompok Tani Sehati dibandingkan dengan penjualan kepada konsumen langsung. Kebon Jeruk dan Tangerang biasanya dalam jumlah ratusan ekor yaitu 300-400 ekor ayam buras pedaging, untuk jumlah puluhan ekor biasanya berasal dari daerah sekitar yang langsung datang ke Kelompok Tani Sehati. Ada juga permintaan ayam buras pedaging dari perusahaan yang ingin melakukan kerjasama. Permintaan ayam buras dari perusahaan merupakan suatu jalinan kerjasama yang ditawarkan oleh perusahaan kepada Kelompok Tani Sehati. Kerjasama yang ditawarkan dari perusahaan maupun dari pengumpul yaitu Kelompok Tani Sehati harus menghasilkan ayam buras per hari bukan per siklus produksi. Berdasarkan wawancara dengan ketua Kelompok Tani Sehati jumlah ayam yang diminta yaitu 500 ekor ayam buras per hari kepada Kelompok Tani Sehati. Dilihat dari segi permintaan, Kelompok Tani Sehati masih belum bisa memenuhi banyaknya permintaan ayam buras yang datang kepada mereka. . Hal ini dikarenakan usaha peternakan ayam buras pedaging yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati masih baru dilaksanakan. Sehingga hasil produksi yang bisa dihasilkan berdasarkan siklus produksi saja. Satu siklus produksi, jumlah ternak yang dibudidayakan sebanyak 1 500 ekor. Dari 1 500 ekor ayam buras pedaging yang dibudidayakan, 1 372 ekor yang mampu dihasilkan. Untuk saat ini jumlah ternak yang mampu dibudidayakan hanya 1 500 ekor saja, hal ini dikarenakan jumlah kandang yang dimiliki oleh Kelompok Tani Sehati masih sangat sedikit. Apabila Kelompok Tani Sehati melakukan pengembangan usaha dengan menambah jumlah kandang yang digunakan maka semakin banyak kapasitas ternak yang mampu dibudidayakan, sehingga dapat memenuhi permintaan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati. Dilihat dari sisi permintaan ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati layak untuk dijalankan, karena
50
masih banyaknya permintaan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati. Dilihat dari sisi penawaran, jumlah ayam buras pedaging yang mampu ditawarkan sesuai dengan kapasitas ternak yang mampu dibudidayakan, sehingga dilihat dari sisi penawaran Kelompok Tani Sehati layak dijalankan. 2. Pemasaran Output Output yang dihasilkan oleh usaha peternakan ayam buras pada Kelompok Tani Sehati yaitu ayam buras dan kotoran ayam. Namun untuk kotoran ayam tidak dijadikan sebagai pendapatan. Kotoran yang dikumpulkan tidak dijual tetapi digunakan untuk pupuk bagi para petani. Kotoran tersebut diberikan kepada para petani di daerah dekat lokasi kandang yang menginginkannya. Penjualan ayam buras pada Kelompok Tani Sehati yaitu kepada pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen langsung. Ayam buras dijual kepada pedagang besar yang ada di Tangerang, Sukabumi, dan Kebun Jeruk. Pemasaran yang dilakukan hanya melalui telepon saja. Satu minggu sebelum ayam siap dijual Bapak Mahpudin sudah menelepon para pelanggannya juga sudah mencari informasi mengenai harga jual ayam buras. Biaya pengangkutan ayam yang siap dijual ditanggung oleh para pembeli, sehingga Kelompok Tani Sehati tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk mengantarkan ayam ke lokasi tujuan. Pedagang besar biasanya akan meminta kriteria ayam yang harus di penuhi oleh Kelompok Tani Sehati yaitu ayam yang beratnya 0.8 kg sampai 1 kg saja dan memiliki bulu ayam yang bagus. Ayam buras yang dijual kepada para pedagang pengecer biasanya berjumlah puluhan ekor saja. Umumnya pedagang pengecer yang datang ke Kelompok Tani Sehati adalah para pedagang ayam buras yang berasal dari Pasar Anyar. Sedangkan, ayam buras yang dijual langsung kepada konsumen yaitu masyarakat sekitar di Desa Sirnagalih. Umunnya konsumen datang langsung ke kandang untuk membeli ayam buras. Ayam buras yang dijual oleh Kelompok Tani Sehati yaitu dalam satuan berat kilogram. Kisaran harga jual ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati yaitu Rp25 000 sampai Rp30 000. Dilihat dari pemasaran output ayam buras pedaging, Kelompok Tani Sehati sudah memiliki pelanggan tetap sehingga memudahkan untuk memasarkan ayam buras pedaging yang dihasilkan. Sehingga pemasaran yang dilakukan layak untuk dijalankan. Berdasarkan uraian hasil analisis aspek pasar, pada aspek pasar usaha ternak ayam buras pada Kelompok Tani Sehati layak untuk dijalankan. Menurut Jumingan (2009) indikator suatu usaha dapat dikatakan layak secara pasar dilihat dari adanya permintaan dari output yang dihasilkan. Output yang dihasilkan oleh usaha Kelompok Tani Sehati adalah ayam buras pedaging. Saat ini permintaan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati masih sangat banyak. Dilihat dari sisi penawaran, jumlah ternak yang mampu ditawarkan sesuai dengan kapasitas kandang yang dimiliki sehingga dilihat dari sis penawaran layak dijalankan. Apabali ingin
51
memenuhi permintaan yang buras pedaging, maka Kelompok Tani Sehati harus menambah jumlah kandang ternak ayam burasnya. Selain itu dilihat dari pemasaran yang dilakukan, Kelompok Tani Sehati sudah memiliki pelanggan tetap. Sehingga hasil analisis aspek pasar pada Kelompok Tani Sehati layak untuk dijalankan.
Aspek Teknis Aspek teknis yang akan dikaji berkaitan dengan sumberdaya produksi yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati untuk budidaya ayam buras. Pada penelitian ini, aspek teknis yang akan dianalisis meliputi lokasi peternakan, proses produksi yang dilakukan, teknologi yang digunakan, serta tata letak (layout). 1. Lokasi Peternakan Sebelum memulai usaha peternakan ayam buras sebaiknya dilakukan persiapan dengan baik dan matang, terutama dalam menentukan lokasi yang memenuhi syarat. Tahap persiapan ini sangat menentukan kelanjutan beternak ayam buras untuk jangka panjang. Sehingga, dalam menentukan lokasi peternakan diperlukan kecermatan agar memperoleh lokasi peternakan yang ideal. Menurut Harianto dan Krista (2011) syarat utama lokasi peternakan ayam buras yang baik adalah jauh dari rumah warga agar peternakan yang dijalankan tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat sekitar dan peternakan itu sendiri. Populasi ayam buras yang cukup banyak akan menimbulkan suara berisik. Selain itu, menimbulkan polusi udara (berupa bau yang tidak sedap) yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat.Lokasi kandang yang didirikan oleh Kelompok Tani Sehati merupakan lahan milik salah satu anggota kelompok. Jalan menuju lokasi kandang banyak terdapat aliran air sungai yang digunakan untuk mengairi sawah para petani. Persawahan yang ada didekat lokasi kandang merupakan mata pencaharian warga sehingga, lahan di dekat lokasi kandang untuk jangka waktu beberapa tahun ke depan tidak akan didirikan rumah ataupun bangunan publik lain yang berpotensi untuk mengancam keberadaan peternakan ayam buras. Lokasi kandang juga sangat baik, karena memperoleh sinar matahari yang cukup. Sinar matahari bermanfaat untuk mencegah penyakit akibat kelembapan yang terlalu tinggi. Sinar matahari yang cukup akan membuat kandang menjadi hangat dan penyakit tidak bisa bertahan hidup. Selain mencegah kemunculan penyakit, sinar matahari juga bermanfaat bagi metabolisme tubuh ayam. Jarak lokasi kandang ke jalan raya yaitu sekitar 500 meter, jalan sekitar kandang merupakan jalan yang telah diaspal, sehingga hal ini memudahkan transportasi untuk masuknya bahan baku yaitu DOC dan transportasi untuk penjualan ayam. Sumber DOC ayam buras yang dibeli oleh Kelompok Tani Sehati yaitu berasal dari
52
PT Ayam Buras Indonesia namun, sekarang Kelompok Tani Sehati membeli dari PT Unggul. Pembelian DOC dilakukan hanya melalui via telepon dari ketua kelompok. Selain itu akses untuk membeli saprodi baik pakan, obat-obatan dan peralatan sangat mudah didapatkan. Pembelian pakan biasanya dilakukan melalui telepon juga, dan untuk obat-obatan dan peralatan ayam buras biasanya langsung dibeli di toko saprodi. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Kelompok Tani sehati digunakan untuk mendukung kelancaran usaha peternakan ayam buras yang dijalankan. Adapun sarana dan prasaran yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan operasional yaitu ketersedian listrik dan air. Listrik yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati yaitu berasal dari rumah milik anggota kelompok yang tinggal disebelah kandang. Lisrik dibutuhkan untuk penerangan pada malam hari, serta digunakan untuk menyalakan mesin pompa air. Air yang digunakan kelompok berasal dari sumur yang berada dekat dari kandang ayam. Sehingga untuk kebutuhan air bersih dapat terpenuhi dengan baik. Sarana dan prasarana yang dimiliki juga oleh Kelompok Tani Sehati yaitu kandang, tempat pakan, tempat minum, alat pemanas, alat penyemprot dan berbagai peralatan lainnya. Pemanas buatan yang ada di kandang DOC yang digunakan oleh Kelompok yaitu Semawar. Satu buah semawar dapat menghangatkan 500 ekor DOC. Pemanas ini berbentuk seperti bunga mawar. Bagian atasnya dilengkapi kanopi dengan diameter sekitar satu meter. Kanopi ini berfungsi untuk mengoptimalkan panas yang dihasilkan. Hasil analisis aspek teknis dari lokasi kandang pada usaha peternakan ayam buras Kelompok Tani Sehati layak untuk dijalankan. Indikator untuk melihat lokasi kandang didirikan sudah memenuhi syarat-syarat lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan ayam buras menurut Cahyono (2002), yaitu: a. Lokasi usaha peternakan ayam buras pada Kelompok Tani Sehati ini berada di tengah persawahan dan cukup luas, sehingga udara segar, bersih dan tidak lembab. b. Lokasi tidak berdekatan dengan keramaian yang dapat menimbulkan kebisingan, seperti keramaian lalu lintas. Lokasi yang berdekatan dengan keramaian dapat menyebabkan ayam stres, dan ini akan berpengaruh terhadap produksi. Hal ini dapat dilihat pada gambar 7 c. Akses jalan menuju lokasi kandang dapat dijangkau dengan mudah. Jalan menuju kandang Kelompok Tani Sehati sudah diaspal dan lebar. Hal ini memudahkan transportasi yang keluar dan masuk ke kandang. Jalan menuju lokasi kandang dapat dilihat pada gambar 7. Selain itu akses terhadap input faktor produksi mudah didapatkan.
53
d. Lokasi harus bersih atau tidak berdekatan dengan tanaman atau bangunan-bangunan tinggi yang dapat menghalangi sinar matahari masuk ke kandang. Hal ini dapat dilihat pada gambar 7 e. Lokasi kandang harus mempunyai sumber air bersih dan listrik untuk penerangan. Kelompok Tani Sehati memiliki sumur sendiri yang dibangun bersama kelompok di dekat kandang. Selain itu, listrik yang digunakan berasal dari rumah salah satu anggota kelompok.
Gambar 7 Lingkungan lokasi kandang Sumber: Kelompok Tani Sehati 2013
2. Proses Produksi Pada ayam buras pedaging tahap proses produksi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati antara lain: a. Tahap persiapan Pemeliharaan ayam buras yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati diawali dengan persiapan kandang. Tahap persiapan kandang yang dilakukan sebelum DOC masuk kandang yaitu diawali dengan pembersihan kandang dari sisa-sisa kotoran pemeliharaan ayam sebelumnya, pencucian dengan air yang sudah dicampur dengan deterjen. Selesai pencucian dilanjutkan dengan penyemprotan kandang dengan desinfektan kemudian dikeringkan terlebih dahulu, baru ditaburi dengan kapur. Terakhir dari persiapan kandang yaitu pengistirahatan kandang kurang lebih selama dua minggu.
54
Gambar 8 Persiapan kandang Sumber: Kelompok Tani Sehati 2013
b. DOC masuk (Tahap pemeliharan pertama) Sebelum DOC masuk kandang seluruh peralatan dicuci bersih, setelah kegiatan sterilisasi lalu dilakukan pemasangan pembatas untuk ayam DOC, pembatas dibuat melingkar menggunakan seng, setelah itu lantai kandang diberi alas berupa sekam padi dengan ketebalan 2 cm. Sekam yang digunakan jangan terlalu tebal karena, kebiasaan ayam yang suka mengais-ngais tanah atau sekam nantinya akan menyebabkan anak ayam yang lainnya dapat tertimbun dan menyebabkan kematian. Selanjutnya dilakukan pemasangan alat pemanas dan tirai kandang menggunakan terpal. Beberapa jam sebelum DOC tiba alat pemanas sudah mulai dinyalakan agar pada saat DOC masuk ke dalam kandang suhu ruangan dalam kandang sudah terasa hangat.
Gambar 9 DOC yang telah dikandangkan sumber: Kelompok Tani Sehati 2013
Tempat minum yang sudah dipersiapkan diisi dengan air gula merah. Satu Kg gula merah dapat digunakan utuk 1 000 ekor ayam. Gula merah yang sudah dimasak dicampur kedalam air, dan dimasukan ketempat minum ayam. Hal ini dilakukan untuk memulihkan kondisi dan energi DOC setelah menempuh perjalanan dari perusahaan pembibitan
55
ke perusahaan peternakan ayam. Saat DOC tiba, DOC ditimbang secara acak dan dihitung jumlahnya. Berat badan anak ayam berkisaran 30 gram, biasanya DOC dimasukkan kedalam dus, setiap dus berisi 100 ekor ayam. Setelah itu DOC diletakan di tempat yang sudah dipersiapkan sebelumnya. DOC tersebut dibiarkan beberapa saat agar bisa beradapatasi dengan lingkungan yang baru ditempatinya. Setelah beradaptasi, DOC tersebut diberi air gula merah yang sudah disiapkan, selang 2 jam kemudian DOC diberikan pakan diatas nampan sebanyak 1-2 gam per ekor DOC. Letak pakan dan letak minum diatur sedemikian rupa agar memudahkan DOC untuk menjangkaunya. Tahapan pemeliharaan ayam setiap minggunya berbedabeda. Adapun yang membedakanya antara lain jumlah pakan yang diberikan, penggunaan layar dan pembatasan yang dilebarkan seiring bertambahnya tubuh ayam, dan pemanas yang diatur suhunya sesuai dengan kondisi cuaca di lokasi kandang. Selain itu juga dilakukan pengawasan terhadap penyakit seperti pemberian vitamin, vaksin, dan obat-obatan. Tirai atau layar dipasang terus menerus dari pagi sampai malam hari selama tiga hari dari kedatangan DOC. Penggunaan layar atau tirai setelah umur 3 hari sudah mulai dibuka sedikit demi sedikit disesuaikan dengan kondisi atau suhu lingkungan di daerah tersebut. Pada umumnya umur 15 hari alat pemanas sudah mulai dilepas tergantung dengan kondisi atau suhu lingkungan. Apabila musim hujan pemanas masih tetap dipakai agar ayam tetap merasakan panas, bahkan penggunaan alat pemanas bisa mencapai umur 20 hari. Penimbangan berat badan ayam dilakukan setiap minggu dengan maksud untuk mengetahui perkembangan berat badan ayam selama pemeliharaan. c. Tahap Pemeliharaan Kedua Perbedaan pada tahap pemeliharaan kedua dengan tahap pemeliharaan pertama hanya pada pemanas.
Gambar 10 Ayam 30 hari kandang tanpa pemanas Sumber: Kelompok Tani Sehati 2012
56
Pada tahap pemeliharaan kedua ayam buras pedaging sudah berumur 30 hari dimana pada umur tersebut sudah tidak digunakan lagi pemanasnya. Sehingga tidak ada lagi pengaturan suhu pada pemanas. Selainnya pada tahap pemeliharan pertama dan kedua juga sama. Pengawasan terhadap penyakit juga dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati. Berdasarkan pengalaman beternak, penyakit yang sering menyerang ayam buras pedaging di Kelompok Tani Sehati adalah penyakit gumboro yang menyerang sistem kekebalan tubuh ayam pada saat umur ayam 12-30 hari, sehingga ayan yang terserang gumboro biasanya menunjukkan gejala badan lesu disertai kehilangan nafsu makan, tubuh ayam terlihat gemetar, sering mengalami diare sehingga bulunya terlihat kotor dan kusam. Upaya pencegahan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati yaitu dengan menjaga kebersihan kandang, perlatan, pakan, air minum, memisahkan ayam yang sakit, membakar ayam yang mati akibat penyakit ini serta dengan memberikan vaksin khusus gumboro yang dicekokan ke mulut ayam. Penyakit lain yang menyerang ayam buras pada Kelompok Tani Sehati yaitu penyakit CRD (cronic respiratory disease) yang biasa dikenal dengan penyakit ngorok. Penyakit CRD yaitu ayam menderita pilek, dan disertai bunyi ngorok, serta ayam juga kelihatan diam seperti mati. Penyebab penyakit ini disebabkan oleh virus myeoplasma galli septicum. Virus ini menyerang ayam pada semua tingkatan umur. Pencegahan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati yaitu tidak menggunakan DOC yang mempunyai penyakit CRD, sebelumnya kelompok pernah membeli DOC dari salah satu perusahaan yang mempunyai penyakit CRD. Selain itu penyakit kolera sering menyerang ayam pada Kelompok Tani Sehati. Gejala penyakit kolera yaitu ayam mencret dengan tinja berwarna kekuningan, kemudian menjadi kecokelatan atau kehijauan yang disertai bau busuk, nafsu makan ayampun menurun. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri salmonella multocida. Bakteri ini sangat mudah menular dan menyerang ayam pada semua tingkatan umur. Pengobatan yang dilakukan yaitu meneteskan NDB-1 ke mata ayam atau mencampurkannya kedalam minuman ayam. Kemudian diberikan NDB-2 apabila ayam terserang penyakit kolera lagi. Penyakit yang menyerang ayam buras pada Kelompok Tani Sehati sampai menyebabkan kematian yaitu Kanibalisme dan saling patuk. Hal ini disebabkan ayam yang diletakkan pada satu kandang yang terlalu padat dan jadwal pemberian makan yang tidak teratur. Namun, sekarang
57
penjadwalan pemberian pakan sudah diatur dan dicatat setiap harinya.
Gambar 11 Pengobatan terhadap penyakit Sumber: Kelompok Tani Sehati 2013
d. Pemanenan Persiapan panen juga dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati, ayam yang dibudidayakan oleh Kelompok Tani Sehati pada umur 70 hari ada yang sudah mulai panen, karena sudah mencapai bobot badan 0,8-1 kg. Penjualan dilakukan sesuai dengan permintaan. Satu minggu sebelum ayam siap dijual, ayam ditimbang terlebih dahulu bobot badannya, kemudian dipisahkan kekandang lainnya. Sedangkan umur 80 hari semua ayam sudah siap dijual.
Gambar 12 Penimbangan ayam siap dijual Sumber: Kelompok Tani Sehati 2013
Hasil analisis aspek teknis, menurut Harianto dan Krista (2011), tahap-tahap yang harus dilakukan adalah tahap persiapan kandang (membersihkan kandang, memasang alas kandang dan tirai atau terpal DOC, memasang pembatas, menyiapkan pemanas,
58
menyiapkan tempat pakan dan minum), tahap pemeliharaan (pemberian pakan dan minum, vaksinasi, obat dan vitamin dan pengaturan kepadatan) hingga tahap panen. Secara umum, teknik budidaya yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati sudah sama. Sehingga secara proses budidaya usaha ternak ayam buras pada Kelompok Tani Sehati ini layak untuk dilakukan, namun perlu mempelajari dan mencari informasi mengenai penanganan penyakit ayam buras. 3. Teknologi Teknologi yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati yaitu pemanas untuk DOC. Pemanas untuk DOC yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati sudah tepat guna untuk memanaskan 1500 ekor DOC ayam buras. Menurut Harianto dan Krista (2011) pemanas buatan wajib ada di kandang DOC. Fungsinya diibaratkan sebagai pengganti indukan alami untuk memberi kehangatan bagi anak ayam yang baru menetas. Menurut Harianto dan Krista (2011), jenis-jenis pemanas yang bisa digunakan antara lain: a. Infra Red Gas Brooder (Gasolek) Gasolek merupakan salah satu jenis pemanas yang banyak digunakan saat ini. Bahan bakarnya menggunakan gas (elpiji). Panas yang dipancarkan berupa sinar infra merah (infra red). Satu gasolek dapat menghangatkan 800-1 000 ekor DOC. b. Semawar Pemanas ini berbentuk seperti bunga mawar. Mudah dioperasikan serta dapat diatur panasnya menggunakan regulator, untuk mengoperasikannya menggunakan gas (elpiji). Satu semawar dapat menghangatkan 500 ekor DOC. c. Pemanas Batu Bara Pemanas ini berbahan bakar batu bara. Kapasitas pemanasannya untuk 500 ekor DOC. Kelebihan dari pemanas baru bara ini adalah panas yang dihasilkan cukup merata. Sebaliknya, kekurangannya adalah operasional penggunaannya cukup memakan waktu dibandingkan dengan menggunakan gasolek dan semawar. Selain itu juga sulit didapatkan. d. Pemanas Kayu Bakar Cara pengoperasianya dapat memasukkan kayu kedalam drum, lalu dibakar. pemanas ini bisa digunakan untuk menghangatkan 500 DOC. Kelemahannya penggunaannya memakan waktu, dan panas yang dihasilkan tidak bisa diatur besar kecilnya. e. Lampu Bohlam Hanya digunakan untuk kandang kotak panggung dan jumlah ternak yang relatif sedikit.
59
Menurut Harianto dan Krista (2011) gasolek dan semawar merupakan teknologi yang paling baik saat ini digunakan. Alasan Kelompok Tani Sehati tidak menggunakan gasolek melainkan semawar yaitu harga gasolek sedikit lebih mahal dan takut karena panas yang dipancarkan berupa infra merah. Oleh karena itu teknologi yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati tepat guna. Tiga buah semawar dapat menghangatkan 1 500 ekor DOC dan mampu mengoperasikannya dengan baik. Sehingga teknologi secara teknis dapat dikatakn layak.
Gambar 13 Semawar untuk pemanas DOC Sumber: Kelompok Tani Sehati 2013
4. Pembuatan Kandang dan Tata Letak (Layout) Kandang yang didirikan oleh Kelompok Tani Sehati terbuat dari bahan baku jaring kawat untuk menutupi bagian samping kandang, dan bagian atas digunakan asbes, dan bagian bawah kandang digunakan tanah yang nantinya akan dilapisi sekam padi. Alasan kelompok menggunakan kawat agar ayam tidak keluar dari kandang dan mudah di gantikan apabila rusak. Sebelumnya bagian samping kandang digunakan bambu akan tetapi, kelompok mendapatkan kesulitan untuk memperhatikan ayam dari kejauhan. Asbes yang digunakan untuk menjaga agar pada siang hari ayam tidak merasa terlalu panas dibandingkan menggunakan seng, dan pada malam hari ayam tidak terlalu kedinginan. Kelompok Tani Sehati tidak ingin menggunakan semen untuk lantai kandangnya, dikarenakan jika menggunakan semen, kandang harus dibersihkan setiap hari dan apabila basah akan menyebabkan bau. Apabila menggunakan sekam padi maka ayam tidak begitu merasa kedinginan dibandingkan menggunakan lantai yang beralaskan semen dan tidak menyebabkan bau yang menyengat. Kandang yang dimiliki oleh Kelompok Tani Sehati adalah kandang postal. Menurut Priyatno (2002), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang meliputi ukuran, lantai dan alas kandang, dinding kandang, dan atap kandang.
60
a. Ukuran kandang Ukuran lebar kandang tidak lebih dari 6 meter, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan jumlah ayam yang dipelihara. Ukuran 1 m² dapat menampung 10 ekor ayam. Kandang yang dimiliki oleh Kelompok Tani Sehati 6m x 15 m, 6m x 13m dan 4m x 5m. Total luasan kandang yang dimiliki yaitu 188m² sehingga total ayam yang bisa dipelihara sebanyak 1 880 ekor. Dilihat dari jumlah ternak yang dipelihara oleh Kelompok Tani Sehati, ukuran kandang yang dimiliki lebih dari cukup. Sehingga secara ukuran kandang, Kelompok Tani Sehati telah memenuhinya. b. Lantai dan alas kandang Lantai yang digunakan oleh kelompok beralaskan tanah dengan dilapisi sekam dan kapur. Menurut Priyatno (2002), tebal sekam yang digunakan setebal 1-2 cm. Ketebalan sekam yang digunakan oleh kelompok yaitu 2 cm. Sehingga kelompok telah memenuhi syarat lantai dan kandang. c. Dinding kandang Dinding kandang yang digunakan sebaiknya sistem terbuka dengan dinding terbuat dari anyaman kawat atau bilah-bilah bambu. Kelompok Tani Sehatipun telah menggunakan hal yang sama. d. Atap kandang Atap kandang sebaiknya dibuat dari bahan yang ringan dan tidak menghantarkan panas seperti genting. Namun bisa juga digunakan seng atau asbes. Kelompok Tani Sehati menggunakn asbes sebagai atap kandang ternak ayamnya. Jika dilihat dari bangunan kandang yang dimiliki oleh Kelompok Tani Sehati sudah baik menurut Priyatno (2002). Hal ini dikarenakan kandang yang dibuat sudah sesuai dengan kriteria dalam pembuatan sistem kandang postal. Selain pembuatan kandang juga dilihat layout usaha peternakan kelompok. Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Fasilitas yang terdapat di Peternakan Ayam Buras Kelompok Tani terdiri dari kandang, saung dan gudang, peralatan pemeliharaan, serta isntalasi air. Peternakan ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati memiliki dua buah kandang pembesaran ayam buras pedaging, satu buah kandang DOC, dan saung beserta gudang. Peralatan dan pakan ditempatkan didalam gudang. Gudang dan saung didirikan berdampingan. Air yang digunakan berasal dari sumur yang dibangun di dekat kandang dengan alasan untuk mempermudah proses budidaya ayam buras. Adapun layout usaha ternak ayam buras Kelompok Tani Sehati sebagai berikut:
61
VI
VII
VIII
I
I
I
III I
II I IV V
Keterangan : I = Pintu masuk II = Kandang pembesaran (6m x 15m) III = Kandang pembesaran (6m x 13m) IV = Kandang DOC (4m x 5m) V = Sumur VI = Toren air VII = Saung VIII = Gudang
Gambar 14 Layout peternakan Kelompok Tani Sehati Sumber: Kelompok Tani Sehati 2013
Menurut Harianto dan Krista (2011), untuk jarak antar kandang postal yaitu satu kali atau satu setengah kali lebar kandang, sehingga sirkulasi udara di setiap kandang berjalan lancar. Semakin lebar jarak, tentunya akan semakin baik. Jarak kandang yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati belum baik. Hal ini dikarenakan jarak kandang pembesaran ke kandang pembesaran lainnya dihalangi oleh kandang DOC. Dari layout tersebut penempatan kandang DOC seharusnya tidak terlalu dekat. Oleh karena itu, dari penempatan fasilitas-fasilitas tersebut sudah baik kecuali penempatan kandang DOC. Analisis aspek teknis pada usaha ternak ayam buras Kelompok Tani Sehati dapat dikatakan layak. Hal ini dikarenakan lokasi pendirian kandang, proses produksi, teknolog, serta bangunan kandang dan layout sudah memenuhi kriteria-kriteria yang dapat dikatakan layak.
62
Aspek Manajemen Aspek manajemen merupakan aspek yang penting dianalisis dalam kelayakan suatu usaha. Tanpa adanya seseorang yang melakukannya maka usaha itu tidak akan berjalan. Sehingga, untuk melakukan pembudidayaan ayam buras pedaging diperlukan orang yang memeliharanya. Aspek manajemen pada Kelompok Tani Sehati dilihat dari struktur organisasi yang dimiliki. Penilaian layak atau tidaknya usaha peternakan ayam buras pada Kelompok Tani Sehati dilihat dari apakah manajemen yang dilakukan sudah menjalankan fungsi manajemen yang baik (Mulyono 2002). Adapun fungsi manajemen yang dimaksud yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, serta pemimpinan. Perencanaan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati adalah dalam hal ternak yang akan diusahakan, jumlah ternak, teknologi yang digunakan, merencanakan bahan-bahan untuk pembuatan kandang, merencanakan pakan apa yang akan digunakan dan lain sebagainya. Usaha peternakan ayam buras pedaging dengan menggunakan sistem pemeliharaan yang intensif butuh pengawasan yang sangat intensif. Pengawasan yang dimaksudkan dalam hal proses produksi atau budidaya ayam buras pedaging. Pemimpinan yang dimaksudkan adalah bagaimana seorang ketua mampu memimpin suatu kelompok agar berjalan dengan baik. Struktur organisasi yang dimiliki oleh Kelompok Tani Sehati dapat dilihat pada Gambar 15.
Pelindung (Kepala Desa Sirnagalih) Ugan Sugandi
Pembina Dewi Lestari S. Tp
Ketua Kelompok Mahpudin
Sekretaris Epi Rudaepi
Bendahara Hj. Tati I
Unit Budidaya Udin
Unit Pemasaran Bowo
Unit Sapronak Sarwono
Anggota Adi
Anggota Hasan
Anggota 1. Muhtar 2. Dedi
Gambar 15 Struktur organisasi Kelompok Tani Sehati Sumber: Kelompok Tani Sehati 2013
63
Adapun manajemen yang diperlukan dalam hal usaha budidaya ayam buras pedaging yaitu: manajemen yang pertama yaitu dalam hal proses produksi untuk menghasilkan output yaitu ayam buras pedaging, manajemen yang kedua yaitu dalam hal memasarkan output yang dihasilkan agar mampu terjual sesuai dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli, manajemen yang ketiga dalam hal keuangan yaitu untuk mengetahui seberapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk satu kali siklus produksi budidaya ayam buras pedaging serta untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang diperoleh dari penjualan ayam buras pedaging tersebut yang telah dirinci. Ketiga manajemen tersebut dapat dilihat dari struktur organisasi yang dimiliki oleh Kelompok Tani Sehati dalam menajalankan usaha peternakan ayam buras pedaging. Dari Struktur organisasi yang ada, dilihat dari job description bagi masing-masing anggota. Adanya pembagian tugas yang jelas bagi para masing-masing anggota maka akan semakin jelas pula setiap tanggung jawab dan wewenang pada masing-masing anggota. Sruktur organisasi ini sangat diperlukan agar setiap anggota dapat mengetahui posisinya masing-masing sehingga kelompok dapat berjalan dengan baik karena setiap pekerjaan ataupun divisi sudah ada yang menanganinya dan bertanggung jawab. Jika dilihat dari struktur organisasi yang dimiliki, Kelompok Tani Sehati sudah memiliki struktur organisasi yang baik. Namun, dalam pelaksanaanya ada beberapa anggota kelompok yang bertindak diluar dari yang direncanakan, sehingga ada beberapa anggota yang dikeluarkan oleh ketua kelompok secara terpaksa. Tindakan tersebut diantaranya tidak melakukan tanggungjawab dengan baik. Menyebabkan ternak ayam buras yang dibudidayakan mengalami kematian. Oleh karena itu, saat ini Kelompok Tani Sehati hanya beranggotakan 4 orang saja. Adapun struktur organisasi Kelompok Tani Sehati pada saat ini dapat dilihat pada Gambar 16.
Ketua Kelompok
Mahpudin
Sekretaris
Bendahara
Epi Rudaepi
Hj. Tati I
Unit Sapronak
Dedi Gambar 16 Struktur organisasi Kelompok Tani Sehati yang baru Sumber: Kelompok Tani Sehati 2013
64
Pengusahaan ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati ini dengan beranggotakan 4 orang saja mampu menghasilkan output yang lebih baik. Yaitu pada siklus ketiga dari 1 500 ekor ayam buras pedaging yang diusahakan mampu menghasilkan 1 478 ekor ayam buras pedaging. Selain itu hanya dengan 4 orang saja mampu memasarkan ayam buras pedagingnya dengan sangat cepat. Pada hari 80 ayam buras pedaging milik Kelompok Tani Sehati sudah terjual semuanya. Pencatatan uang yang dilakukan lebih terperinci. Pada struktur organisasi Kelompok Tani Sehati yang baru kegiatan budidaya dan pemasaran dilakukan secara bersama-sama. Kegiatan budidaya yang dilakukan yaitu dengan pembagian pengawasan dan pemeliharaan setiap harinya. Dilihat dari tiga manajemen yang penting dalam usaha peternakan ayam buras pedaging, Kelompok Tani Sehati sudah melakukannya dengan baik dengan fungsi manajemen yang baik, sehingga tidak menyebabkan kerugian pada Kelompok Tani Sehati. Berdasarkan indikator aspek manajemen yaitu melakukan fungsi manajemen dengan baik sehingga mampu menghasilkan output pada usaha tersebut. Kelompok Tani Sehati dikatakan layak secara aspek manajemen yang telah dijalankan.
Aspek Hukum Pada aspek hukum yang perlu dianalisis adalah ijin yang diperoleh oleh Kelompok Tani Sehati serta bentuk badan hukum usaha yang dijalankan. Usaha yang dijalankan oleh Kelompok Tani Sehati yaitu berkelompok dengan sumber modal berasal dari Pemerintah melalui program SMD (Sarjana Membangun Desa). Menurut Harianto dan Krista (2011), jenis ijin yang diperlukan antara lain surat keterangan ijin lingkungan, surat keterangan usaha dan tanda pendaftaran usaha peternakan rakyat. Selain perijinan resmi dari pihak terkait, ijin lain yang cukup mendasar dan penting adalah ijin dari masyarakat sekitar yang berdekatan langsung dengan peternakan dan juga ijin ke perangkat desa atau RT/RW setempat. Persetujuan dari masyarakat sekitar akan memudahkan ijin dari tingkat selanjutnya, yaitu kelurahan dan kecamatan. Perijinan untuk melakukan usaha peternakan yang telah didapatkan oleh Kelompok Tani Sehati yaitu dari Kepala Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, dan Dinas Peternakan dari Kabupaten Bogor. Ijin lokasi usaha peternakan hanya dilakukan kepada pemilik lahan dan warga sekitar lokasi peternakan. Meskipun lahan yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati adalah lahan sewaan, namun sudah terdapat kesepakatan yang dilakukan oleh pemilik lahan dan ketua kelompok dalam hal pemanfaatan lahan untuk kandang peternakan. Alasan belum dilakukannnya ijin lokasi usaha yang sah karena lahan yang digunakan masih lahan sewaan. Skala usaha yang dijalankan oleh Kelompok Tani Sehati masih dalam skala kecil yaitu dengan jumlah ayam yang dapat diusahakan 1 500 ekor ayam. Secara garis besar ijin yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati sudah terpenuhi, meskipun perlu mendapatkan surat keterangan ijin gangguan. Indikator utama dari layaknya usaha peternakan ayam buras pedaging secara aspek hukum yaitu memperoleh ijin dari masyarakat sekitar, ijin dari perangkat desa atau RT/RW setempat, kemudian keetingkat kelurahan dan
65
kecamatan. Apabila ijin tersebut sudah dimiliki maka usaha peternakan ayam buras pedaging layak dijalankan berdasarkan aspek hukum. Kelompok Tani Sehati sudah memiliki ijin-ijin tersebut, bahkan memperoleh ijin usaha peternakan rakyat dari Dinas Kabupaten Bogor. Sehingga berdasarkan aspek hukum, Kelompok Tani Sehati layak untuk dijalankan.
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Aspek sosial yang perlu dianalisis dalam penelitian usaha ayam buras pada Kelompok Tani Sehati adalah pengaruh usaha terhadap kondisi dan lingkungan disekitar lokasi usaha. Pengaruh yang dihasilkan terhadap lingkungan sekitar terdapat dampak positif dan dampak negatifnya. Pengaruh berdirinya Kelompok Tani Sehati bagi lingkungan sekitar antara lain adanya perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan serta analisis lingkungan mengenai dampak limbah usaha terhadap lingkungan sekitar. Usaha peternakan ayam buras pada Kelompok Tani Sehati yang terletak di Desa Sirnagalih menggunakan sumberdaya manusia yang berasal dari sekitar lingkungan Desa Sirnagalih. Penyerapan tenaga kerja ini, membuktikan bahwa usaha peternakan ayam buras pada Kelompok Tani Sehati membantu mengurangi pengangguran dan menambah mata pencaharian. Hal ini merupakan dampak positif bagi masyarakat. Selain menyerap tenaga kerja, juga menambah pemasukkan bagi petani disekiar lokasi peternakan yang membudidayakan padi, yang nanti sekam padinya akan dibeli kelompok untuk digunakan sebagai input untuk kebutuhan peternakan. Limbah atau Kotoran Ayam yang dihasilkan dari usaha peternakan ayam buras menghasilkan bau yang dapat mengganggu kenyamanan masyarakat. Namun, bau kotoran ayam buras tidak terlalu menyengat dibandingkan dengan ayam broiler. Bau kotoran ayam buras Kelompok Tani Sehati tidak membawa dampak buruk kepada lingkungan atau masyarakat sekitar. Hal ini dikarenakan lokasi peternakan Kelompok Tani Sehati yang cukup jauh dari rumah warga dan juga lokasi kandang jarang dilalui oleh warga. Selain itu, Kelompok Tani Sehati menggunakan sekam padi agar tidak terlalu bau, dan membersihkan kotoran ayam setiap harinya agar kandang tetap bersih dan terhindar dari penyakit. Dampak positif dari limbah yang dihasilkan oleh usaha peternakan ayam buras Kelompok Tani Sehati yaitu limbah kotoran ayam dapat dijadikan pupuk kandang bagi para petani disekitar lokasi peternakan dan diberikan secara gratis. Menurut Jumingan (2009) sikap masyarakat yang mendukung adanya usaha petenakan, maka usaha peternakan tersebut layak dilaksanakan secara sosial dan lingkungan.Usaha peternakan ayam buras pada Kelompok Tani Sehati mendapatkan dukungan dari masyarakat sekitar, dikarenakan dengan adanya Kelompok Tani Sehati dapat menyerap tenaga kerja dari warga disekitar Desa Sirnagalih dan memperoleh tambahan penghasilan para anggota kelompok. Berdasarkan analisis aspek lingkungan, sampai saat ini tidak ada masyarakat yang merasa terganggu dengan adanya usaha peternakan ayam buras milik Kelompok Tani Sehati. Sehingga, Kelompok
66
Tani Sehati harus terus memperhatikan lingkungan sekitarnya agar usaha ini dapat terus berjalan. Dapat disimpulkan bahwa usaha ternak ayam buras pada Kelompok Tani Sehati layak secara sosial dan lingkungannya. Sedangkan pada aspek ekonomi dilihat dari penyerapan tenaga kerjanya (Jumingan 2009). Usaha peternakan ayam buras pada Kelompok Tani Sehati yang terletak di Desa Sirnagalih menggunakan sumberdaya manusia yang berasal dari sekitar lingkungan Desa Sirnagalih. Sehingga mampu menyerap tenaga kerja di lingkungan Desa. Sehingga secara keseluruhan dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan Kelompok Tani Sehati layak untuk dijalankan. Hasil penilaian dari seluruh aspek nonfinansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan manajemen Kelompok Tani Sehati layak untuk dijalankan. Layaknya aspek nonfinansial pada Kelompok Tani Sehati tersebut sudah disesuaikan dengan indikator dari masing-masing aspek nonfinansial.
Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan pelaksanaan usaha peternakan ayam buras pada Kelompok Tani Sehati. Analisis finansial digunakan dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period. Untuk menganalisis kriteria tersebut menggunakan arus kas (cashflow). Perhitungan cashflow akan memberikan gambaran arus manfaat (inflow) dan arus biaya (outflow). Kedua arus atau aliran kas tersebut akan memperlihatkan posisi Kelompok Tani Sehati dalam kondisi yang menguntungkan atau tidak. Biaya investasi yang dikeluarkan merupakan bagian dari arus biaya yang akan menjadi acuan analisis kelayakan. Pada usaha peternakan ayam buras Kelompok Tani Sehati kandang ayam yang menjadi investasi paling penting, alasannya karena kandang digunakan untuk tempat pemeliharaan atau pembesaran ayam buras secara intensif, dan biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan kandang paling besar, serta memiliki umur ekonomis paling lama. Menurut pelaku usaha, umur ekonomis kandang yang dimiliki yaitu selama sepuluh tahun. Peternakan ayam buras Kelompok Tani Sehati dihadapkan pada adanya kemungkinan perubahan variabel-variabel yang mempengaruhi cash flow. Kelompok perlu mengetahui sejauh mana perubahan tersebut mempengaruhi aliran kas yang pada akhirnya mempengaruhi kelayakan usaha. Perubahan pada variabel input dan output hingga saat ini memang belum terjadi karena usaha masih relatif baru. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan analisis sensitivitas dan nilai pengganti (switching value). Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui variabel mana yang paling mempengaruhi kelayakan usaha ayam buras pada Kelompok Tani Sehati. Analisis nilai pengganti (switching value) dilakukan untuk mengetahui batas maksimum perubahan vaiabel yang masih dapat ditolerin, agar usaha peternakan ayam buras pada Kelompok Tani Sehati masih layak untuk dijalanakan. Variabel-variabel tersebut diantaranya
67
peningkatan harga pakan ayam buras, peningkatan harga DOC, penurunan harga jual ayam buras, dan penurunan volume produksi. Analisis finansial ini akan menganalisis usaha peternakan pada Kelompok Tani Sehati selama sepuluh tahun berdasarkan umur ekonomis kandang. Tahun pertama Kelompok Tani Sehati melakukan pembangunan kandang, produksi, dan penjualan. Pembangunan kandang dan penyiapan peralatan dilakukan selama empat bulan mulai bulan ketujuh Kelompok melakukan produksi. Waktu produksi yang dibutuhkan untuk satu siklus atau periode selama 3 bulan. Kelompok Tani Sehati menggunakan 3 kandang yang memiliki kapasitas 1 500 ekor ayam buras. Komponen yang dianalisis pada aspek finansial ini adalah dilihat dari aliran arus kas (cashflow).
Arus Kas (Cashflow) Arus kas (cashflow) pada usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati juga perlu dilakukan perincian antara biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama proses produksi dan rincian manfaat yang diterima oleh Kelompok Tani Sehati dengan adanya usaha peternakan ayam buras pedaging. Rincian arus kas terdiri dari arus manfaat (inflow) dan arus biaya (outflow). Cashflow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan arus kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya. Hasil penyusunan cashflow sangat dipengaruhi dari jenis usaha seperti cabang-cabang usaha, proses kegiatan produksi dari cabang usaha, serta keadaan kesiapan dimulainya suatu usaha sehingga perlu memperhatikan kemampuan dalam melaksanakan bisnis, menjaga agar tidak terjadi kekosongan hasil yang terlalu besar, serta pengeluaran investasi modal diusahakan agar tidak terlalu besar pada tahun-tahun pertama bisnis. Adapun rincian arus kas (cashflow) adalah sebagai berikut: 1. Arus Biaya (Outflow) Arus biaya merupakan aliran kas yang menunjukkan pengurangan kas, akibat biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha baik pada saat usaha tersebut sedang berjalan maupun saat pertama usaha tersebut didirikan. Komponen biaya yang dikeluarkan oleh usaha peternakan ayam buras pada Kelompok Tani Sehati mencakup biaya investasi, biaya tetap, serta biaya operasional. a. Biaya investasi Biaya investasi merupakan biaya yang umumnya dikeluarkan pada tahun pertama saat menjalankan usaha yang tidak dapat habis dalam satu kali periode produksi serta jumlah biaya yang dikeluarkan relatif besar. Biaya investasi yang dikeluarkan pada suatu usaha dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pada periode yang akan datang, yakni selama umur usaha. Adapun rincian biaya investasi pada Kelompok Tani Sehati dapat dilihat pada Tabel 7.
68
Tabel 7 Rincian biaya investasi Kelompok Tani Sehati No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Uraian Jumlah Satuan Kandang 3 Unit Gudang dan Saung 1 Unit Paralon 4 Buah Keran Air 1 Buah Toren atau Tendon Air 1 Unit Mesin Pompa Air 1 Unit Timbangan 1 Unit Sapu Lidi 2 Unit Ember Plastik 2 Unit Sekop 2 Unit Gayung 2 Unit Cangkul 2 Unit Alat Semprot Besar 1 Unit Alat Semprot Kecil 1 Unit Tabung Gas Elpiji 3 Kg 3 Unit Tempat Pakan Ternak 60 Unit Tempat Minum Ternak 60 Unit Lampu Philips 25 Watt 5 Unit Lampu Emergency 1 Unit Terpal Plastik 100 Meter Alat Pemanas 3 Paket Alat Pembatas (Seng) 15 Meter Biaya Pembelajaran 3 Paket Total Biaya Investasi (Rp)
Harga Satuan (Rp) 6 000 000 5 000 000 12 000 10 000 450 000 350 000 90 000 5 000 15 000 35 000 5 000 40 000 450 000 25 000 134 000 12 000 12 000 30 000 206 000 6 500 350 000 15 000 4 500 000
Nilai (Rp) 18 000 000 5 000 000 48 000 10 000 450 000 350 000 90 000 10 000 30 000 70 000 10 000 80 000 450 000 25 000 402 000 720 000 720 000 150 000 206 000 650 000 1 050 000 225 000 13 500 000 42 246 000
Sumber : Kelompok Tani Sehati (data diolah) 2013
Penjelasan mengenai rincian biaya investasi yang dikeluarkan adalah sebagai berikut: i. Kandang Kandang merupakan komponen investasi terbesar pada Kelompok Tani Sehati. Kelompok Tani Sehati memiliki tiga buah kandang dengan kapasitas yang berbeda-beda setiap unit kandangnya. Kapasitas total dari ketiga kandang tersebut yaitu 1 880 ekor ayam buras yang dapat dipelihara. Pembangunan kandang menghabiskan biaya yang cukup besar yakni sebesar Rp18 000 000. Umur ekonomis kandang diperkirakan sekitar 10 tahun. Kandang yang digunakan merupakan kandang postal yang lantainya beralaskan tanah. ii. Gudang dan Saung Gudang pada Kelompok Tani Sehati digunakan untuk tempat menyimpan pakan, obat-obatan, peralatan, dan barang lainnya yang digunakan untuk pemeliharaan ayam buras. Bangunan gudang menyatu dengan saung yang disekat dengan bambu. Saung yang digunakan untuk tempat istirahat dan berkumpulnya para anggota
69
Kelompok Tani Sehati. Pembangunan saung dan gudang menghabiskan biaya sebesar Rp5 000 000. Umur ekonomis saung dan kandang diperkirakan sekitar 10 tahun. iii. Instalasi air Instalasi air dibangun untuk menjamin ketersediaan pasokan air untuk keperluan peternakan. Instalasi air dilakukan oleh seluruh anggota kelompok, sehingga tidak mengeluarkan biaya untuk membayar upah penggalian sumur. Para anggota bekerjasama untuk membuat sumur galian. Biaya yang dikeluarkan oleh Kelompok Tani Sehati untuk pembangunan instalasi air sebesar Rp858 000 yang digunakan untuk pembelian paralon, mesin pompa air, toren air dan keran air. Total Perincian biaya instalasi air dapat dilihat dalam Tabel 8.
Tabel 8 Rincian biaya instalasi air No
Uraian
Volume Satuan Harga Satuan(Rp) Total (Rp)
1.
Paralon air
4
Buah
12 000
48 000
2.
Keran air
1
Buah
10 000
10 000
3.
Toren atau tendon air
1
Unit
450 000
450 000
4.
Mesin pompa air
1
Unit
350 000
350 000
Total (Rp)
858 000
Sumber : Kelompok Tani Sehati (data diolah) 2013
iv. Timbangan Timbangan digunakan untuk menimbang bobot pakan ataupun ayam buras. Saat pertama DOC datang, anak ayam tersebut ditimbang secara acak. Setiap hari dilakukan penimbangan bobot ayam buras untuk mengetahui perkembangan berat badan ayam. Jumlah timbangan yang dimiliki oleh Kelompok Tani Sehati hanya satu buah. Harga timbangan yaitu Rp90 000 per buah. Umur ekonomis timbangan selama 5 tahun. v. Sapu lidi Sapu lidi digunakan untuk membersihkan sampahsampah yang ada dilokasi kandang. Baik sampah sekam dan kotoran, maupun sampah dari dedaunan. Sapu lidi yang dimiliki oleh kelompok sebanyak dua buah dengan harga per buah Rp5 000. Umur ekonomis sapu lidi yaitu diperkirakan selama 2 tahun.
70
vi. Ember plastik Ember digunakan untuk wadah tempat menampung air yang dikeluarkan dari toren air. Digunakan untuk mencuci peralatan, tempat menuangkan pakan dari karung dan penggunaan lainnya. Kelompok Tani Sehati memiliki dua buah ember dengan ukuran besar. Harga beli ember Rp15 000 per buah. Umur ekonomis ember diperkirakan mencapai 2 tahun. vii. Sekop Sekop digunakan sebagai peralatan pembersihan kandang. Sekop digunakan untuk mengambil kotoran ayam. Harga beli sekop yaitu sebesar Rp35 000 per buah. Kelompok memiliki 2 buah sekop dengan umur ekonomis diperkirakan selama 2 tahun. viii. Gayung Gayung digunakan untuk mengambil air dan memindahkan air dari ember ke tempat minum ayam. Kelompok Tani Sehati memiliki dua buah gayung. harga beli gayung yaitu Rp5 000 per buah. Umur ekonomis gayung selama 2 tahun. ix. Cangkul Cangkul digunakan untuk membuat parit dan untuk membersihkan kotoran, sisa pakan dan sekam, dan lain sebagainya. Peternakan memiliki dua buah cangkul dengan harga cangkul per buahnya yaitu Rp35 000. Umur ekonomis cangkul diperkirakan mencapai 3 tahun. x. Alat semprot besar (Sprayer) dan alat semprot kecil Sprayer digunakan untuk membersihkan kandang. Sprayer yang dimiliki oleh kelompok sebanyak satu buah. Umur ekonomis sprayer diperkirakan selama 5 tahun dengan harga beli Rp450 000. Sedangkan alat semprot kecil digunakan untuk membersihkan peralatan-peralatan. Semprot kecil yang dimiliki sebanyak satu buah dengan umur ekonomis diperkirakan selama 1 tahun. Harga beli alat sprayer kecil yaitu Rp25 000. xi. Tabung gas elpiji 3kg Tabung gas elpiji 3kg digunakan untuk menyalakan pemanas yang digunakan untuk DOC. Tabung gas yang dimiliki oleh Kelompok Tani Sehati sebanyak 3 buah. Harga tabung gas elpiji ukuran 3kg yaitu Rp134 000 dengan umur ekonomis yang diperkirakan selama 5 tahun. xii. Tempat pakan dan minum ternak. Tempat pakan (nampan) dan minum merupakan peralatan yang penting dalam pembesaran ayam buras pedaging. Tempat pakan dan minum berfungsi untuk makan dan minum ayam yang disediakan di dalam kandang. Tempat pakan dan tempat minum yang terdapat di Kelompok
71
xiii.
xiv.
xv.
xvi.
xvii.
xviii.
Tani Sehati masing- masing berjumlah 60 buah dengan ukuruan yang sama. Ukuran tempat minum yang dimiliki oleh Kelompok yaitu 1 liter. Harga setiap tempat pakan dan tempat minum yaitu Rp12 000. Umur ekonomis dari tempat pakan dan tempat minum diperkirakan 2 tahun. Lampu philips 25 watt Lampu philips digunakan untuk penerangan disaat malam hari untuk ayam. Jumlah lampu yang dimiliki oleh kelompok sebanyak 5 buah dengan harga per buah Rp30 000. Umur ekonomis lampu diperkirakan selama 2 tahun. Lampu emergency Lampu emergency yang dimiliki oleh Kelompok Tani Sehati digunakan saat lampu mati. Ayam akan berisik jika pada malam hari penerangan di kandang mati. Sehingga diperlukan lampu emergency untuk mengantisipasi apabila lampu padam. Lampu emergency yang dimiliki oleh kelompok yaitu 1 buah dengan harga Rp206 000. Umur ekonomis lampu emergency diperkirakan selama 3 tahun. Terpal plastik Terpal plastik digunakan untuk menutup bagian samping kandang, guna untuk melindungi ayam dari hujan. Selain itu terpal juga digunakan sebagai tirai atau terpal untuk menutu ayam DOC agar angin tidak masuk sehingga, pemanas yang dipasang tidak keluar. Terpal plastik yang dimiliki kelompok sebanyak 100 meter, dengan harga per meter yaitu Rp6 500. Umur ekonomis terpal diperkirakan selama 3 tahun. Alat Pemanas Alat pemanas yang digunakan oleh kelompok yaitu semawar. Semawar digunakan untuk menghangatkan DOC. Semawar yang dimiliki sebanyak tiga buah. Satu paket semawar dapat menghangatkan 500 ekor ayam buras. Satu paket semawar seharga Rp350 000 dengan umur ekonomis yang diperkirakan selama 5 tahun. Alat pembatas (seng) Alat pembatas (seng) digunakan untuk membuat pembatas bagi anak ayam (DOC). Pembatas yang dibuat berbentuk lingkaran dari seng. Seng yang dimiliki oleh kelompok sebanyak 15 meter dengan harga per meter yaitu Rp15 000. Umur ekonomis seng diperkirakan selama 3 tahun. Biaya pembelajaran Biaya kelembagaan dikeluarkan sebagai biaya pembelajaran mengenai teknis budidaya ayam buras yang dibayarkan kepada Sarjana Membangun Desa. Biaya pembelajaran ini dikeluarkan selama 1 tahun atau 3 kali siklus saja. Namun, pada tahun pertama hanya dilakukan
72
2 kali siklus maka pada tahun kedua juga dikeluarkan biaya pembelajaran yaitu pada siklus pertama tahun kedua saja. Besarnya biaya kelembagaan ini setiap satu siklusnya sama yaitu Rp4 500 000. Pada tahun ke-1 hanya dilakukan dua kali siklus produksi sehingga biaya pembelajaran yang dikeluarkan sebesar Rp9 000 000. Sedangkan satu siklus lagi akan dibayarkan pada tahun ke-2 siklus pertama yaitu sebesar Rp4 500 000. Rincian biaya investasi yang dikeluarkan semuanya akan diperhitungkan, sehingga biaya investasi ini nantinya akan masuk kedalam komponen arus biaya (outflow). Selain melakukan investasi, kelompok juga melakukan reinvestasi. Reinvestasi yang dilakukan untuk mengganti peralatan investasi yang telah habis umur ekonomisnya. Pada tahun ke-2 kelompok melakukan reinvestasi untuk peralatan investasi seperti alat semprot kecil dengan jumlah reinvestasi sebesar Rp25 000. Pada tahun ke-3 kelompok banyak melakukan reinvestasi untuk peralatan investasi seperti alat semprot, sapu lidi, ember plastik, sekop, gayung, tempat pakan ternak, tempat minum ternak, bola lampu dengan jumlah biaya reinvestasi Rp1 735 000. Pada tahun ke-4 hingga tahun ke-10 jumlah biaya yang dikeluarkan masing-masing sebesar Rp1 186 000; Rp1 735 000; Rp2 875 000; Rp2 896 000; Rp25 000; Rp1 735 000 dan Rp1 186 000. Total biaya reinvestasi selama umur bisnis mencapai Rp13 398 000,00. Rincian biaya reinvestasi dapat dilihat pada Lampiran 2. b. Biaya Operasional Biaya operasional menggambarkan semua pengeluaran untuk menghasilkan produksi yang digunakan bagi setiap proses produksi dalam satu periode kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri dari dua komponen utama yakni, biaya variabel dan biaya tetap. i. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya tergantung dengan jumlah produk yang dihasilkan. Pada Kelompok Tani Sehati biaya variabel berupa biaya pembelian DOC, biaya pakan pabrik, dedak, gula merah, kunyit, obatobatan, vaksin, vitamin, sekam padi, isi ulang gas elpiji, dan kapur. Pada tahun ke-1 jumlah biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Rp49.935.000,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-10 besarnya biaya variabel yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp74.903.500,00 per tahun. Adapun rincian biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 9.
73
Tabel 9 Rincian biaya variabel Kelompok Tani Sehati No 1 2 3 4 5 6 7 8
Tahun Ke-
Uraian
Biaya DOC Biaya Pakan Biaya Dedak Biaya Obat-obatan Biaya Vaksin & vitamin Biaya Sekam Padi Biaya Isi Ulang Gas Biaya Kapur Total Biaya Variabel (Rp)
1
2
3
4
5-10
16 500 000 21 750 000 9 375 000 172 000 543 000 560 000 960 000 75 000
24 750 000 32 625 000 14 062 500 258 000 814 500 840 000 1 440 000 112 500
24 750 000 32 625 000 14 062 500 258 000 814 500 840 000 1 440 000 112 500
24 750 000 32 625 000 14 062 500 258 000 814 500 840 000 1 440 000 112 500
24 750 000 32 625 000 14 062 500 258 000 814 500 840 000 1 440 000 112 500
49 935 000
74 902 500
74 902 500
74 902 500
74 902 500
Sumber: Kelompok Tani Sehati (data diolah) 2013
Perbedaan biaya pada tahun ke-1 dan tahun ke-2 hinga ke-10 tersebut dikarenakan bedanya siklus budidaya ayam yang dilakukan pada tahun pertama. Pada tahun pertama dalam satu tahun hanya dilakukan dua kali siklus pemeliharaan. Sedangkan pada siklus ke tiga dan selanjutnya akan dilakukan tiga kali siklus dalam 1 tahun. Aktivitas peternakan Kelompok Tani Sehati dapat dilihat pada Lampiran 1. Penjelasan mengenai Rincian penggunaan biaya variabel dapat dijelaskan sebagai berikut: Biaya DOC DOC ayam buras untuk Kelompok Tani Sehati dibeli dari PT Unggul. Hal ini dikarenakan Kelompok Tani Sehati tidak melakukan pembibitan DOC. DOC yang dibeli berjumlah 1 500 ekor. Harga DOC sebesar Rp5 500 per ekor. Total biaya DOC yang dikeluarkan oleh Kelompok Tani Sehati untuk setiap siklus sebesar Rp8 250 000. Biaya Pakan Pakan yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati yaitu pakan pabrik dengan nama shinta BR 21 E dan dedak. Shinta yang digunakan memiliki kandungan protein 21 sedangkan dedak hanya digunakan untuk campuran pakannya saja. Persentase jumlah pemberian Shinta dan Dedak berbeda-beda. Untuk hari 1-30 Shinta (60%) dan dedak (40%), karena pada masa tumbuh anak ayam harus mendapatkan kandungan protein yang baik yaitu sekitar 19-21 kandungan protein. Sedangkan pada umur 31 hari sampai panen persentase pemberian Shinta (40%) dan Dedak (60%). Kebutuhan pakan yang diberikan untuk 1500 ekor ayam dari awal sampai panen yaitu 3 750 kg. Kebutuhan Shinta sebanyak 1 875 kg
74
dengan harga Rp5 800/kg. Sedangkan kebutuhan dedak sebanyak 1 875 kg dengan harga Rp2 500/kg. Total biaya pakan yang dikeluarkan oleh Kelompok Tani Sehati yaitu sebesar Rp15 562 500 untuk 1 siklus. Biaya Vitamin dan Vaksin Pengunaan vitamin pada Kelompok Tani Sehati yaitu gula merah dan Vita chick. Gula merah digunakan hanya pada hari pertama DOC datang, guna untuk memulihkan energi DOC yang menempuh perjalanan dari tempat pembibitan ke kandang Kelompok Tani Sehati. 0.5kg gula merah yang dilarutkan dan dipanaskan dalam air yang dicampur kedalam air, lalu diisi kedalam tempat minum ayam dapat digunakan untuk 500 ekor ayam. Untuk 1 500 ekor ayam dibutuhkan 1.5 kg gula merah. Harga 1 kg gula merah yaitu Rp11 000. Total biaya gula merah yang dikeluarkan yaitu Rp16 500. Vita chick digunakan untuk membantu pertumbuhan ayam dan mengatasi stress. 2 bungkus vita chick dapat digunakan untuk 1 500 ekor ayam. Harga 1 bungkus vita chick yaitu Rp25 000. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pembelian vitamin untuk 1 500 ekor ayam yaitu Rp66 500. Sedangkan vaksin yang digunakan adalah Vaksin gumboro dan vaksin ND. Vaksin gumboro digunakan satu botol dan vaksin NDB-1 diperlukan satu botol, serta NDB-2 diperlukan 1 botol. Harga 1 botol vaksin gumboro, NDB-1, dan NDB-2 masing-masing sebesar Rp50 000; Rp55 000; dan Rp75 000. Total biaya vitamin dan vaksin yang dikeluarkan oleh Kelompok Tani Sehati yaitu sebesar Rp271 500. Obat-obatan Pada Peternakan Kelompok Tani Sehati biaya obat yang dikeluarkan untuk mengobati pencernaan ayam. Obat yang digunakan yaitu coccivet dan kunyit. Coccivet dan kunyit sama-sama digunakan untuk mengatasi masalah pencernaan pada ayam. Selain kunyit juga digunakan daun pepaya. Biaya obat-obatan yang dikeluarkan yaitu untuk pembelian coccivet dan kunyit. 1 kg kunyit dapat digunakan untuk 1 500 ekor ayam buras, dengan harga Rp10 000. Sedangkan coccivet dibutuhkan 1 bungkus dengan harga Rp76 000. Total biaya obat-obatan yang dikeluarkan oleh Kelompok Tani Sehati yaitu sebesar Rp86 000.
75
Sekam padi Sekam digunakan sebagai alas untuk ayam buras supaya lantai tidak terlalu lembab dan kandang tidak terlalu bau. Sekam yang dibutuhkan pada awal kegiatan produksi sampai panen sekitar 40 karung untuk 1 500 ekor ayam buras. Harga setiap karung sekam sebesar Rp7 000. Dengan demikian biaya sekam yang dikeluarkan untuk pembudidayaan 1 500 ekor ayam buras sebesar Rp280 000. Kapur Kapur digunakan untuk membesihkan kandang pada saat pengistirahatan kandang. Setelah kandang dibersihkan dan kering dari air lalu seluruh bagian kandang ditaburi oleh kapur sehingga tidak ada penyakit-penyakit lagi yang tersisa dalam kandang. Untuk membersihkan kandang diperlukan 15 bungkus kapur. Satu bungkus kapur seharga Rp2 500. Total biaya yang dikeluarkan untuk kapur oleh Kelompok Tani Sehati sebesar Rp37 500. ii. Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Biaya tetap pada Kelompok Tani Sehati meliputi biaya sewa lahan, biaya listrik, biaya pemeliharaan kandang dan peralatan, serta biaya administrasi kelompok. Pada tahun pertama Kelompok telah melakukan budidaya ayam buras sehingga telah mengeluarkan biaya tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan pada tahun pertama sebesar Rp4 430 000 dan biaya tetap pada tahun kedua hingga tahun kesepuluh sama yaitu sebesar Rp5 080 000. Adapun rincian biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Rincian biaya tetap Kelompok Tani Sehati No
Tahun ke-
Uraian
1
2
3
4
5-10
1 2 3
Biaya sewa lahan Biaya listrik Biaya pemeliharaan kandang
1 000 000 600 000 300 000
1 000 000 600 000 450 000
1 000 000 600 000 450 000
1 000 000 600 000 450 000
1 000 000 600 000 450 000
4 5
Biaya administrasi Biaya tenaga kerja Total Biaya Tetap
30 000 2 500 000 4 430 000
30 000 3 000 000 5 080 000
30 000 3 000 000 5 080 000
30 000 3 000 000 5 080 000
30 000 3 000 000 5 080 000
Sumber: Kelompok Tani Sehati (data diolah) 2013
Perincian biaya tetap yang dikeluarkan dijelaskan sebagai berikut:
76
Biaya sewa lahan Besarnya biaya sewa lahan yaitu Rp1 000 000 per tahun. Biaya sewa lahan sudah dibayarkan untuk tahun pertama. Antara Ketua kelompok dengan pemilik lahan sudah melakukan kesepakatan bahwa masa sewa lahan yang digunakan yaitu selama umur ekonomis kandang Kelompok Tani Sehati dengan jumlah yang sama setiap tahunnya. Biaya listrik Biaya listrik tetap yang dikeluarkan setiap bulan sebesar Rp50 000. Biaya tetap listrik per bulan diantaranya berupa biaya beban listrik dan pemakaian penerangan kandang. Jumlah bulan dalam satu tahun yaitu 12 bulan. Dengan demikian biaya listrik tetap per tahun sebesar Rp600 000. Biaya pemeliharaan kandang Pada setiap awal siklus produksi, kelompok menyiapkan persiapan budidaya ayam buras misalnya saja membersihkan kandang dan sekitarnya, dan melakukan perbaikan kandang yang terlihat rusak. Besarnya biaya pemeliharaan kandang yaitu Rp150 000 per siklus produksi. Pada tahun ke1 hanya dilakukan dua siklus produksi maka biaya pemeliharaan kandang yang diperlukan sebesar Rp300 000. Pada tahun ke-2 hingga ke-10 dilakukan sebanyak 3 siklus produksi sehingga biaya pemeliharaan kandang yang diperlukan sebesar Rp450 000 per tahun. Biaya administrasi kelompok Biaya administrasi diantaranya adalah biaya kwintansi, biaya alat tulis, dan biaya pencatatan keuangan. Besarnya biaya administrasi yang diperlukan dalam 1 siklus produksi sebesar Rp10 000. Pada tahun pertama hanya dilakukan 2 siklus produksi sehingga biaya administrasi yang dikeluarkan sebesar Rp20 000. Pada tahun ke-2 hingga ke-10 dilakukan sebanyak 3 kali siklus produksi sehingga biaya administrasi kelompok yang dibutuhkan sebesar Rp30 000 per tahun. Biaya tenaga kerja Tenaga kerja pada usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati ini merupakan para anggota Kelompok Tani Sehati. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar Rp250 000 per siklus produksi. Biaya tenaga kerja disini bukan biaya upah buruh, namun manfaat yang bisa diambil oleh para anggota setiap siklus produksinya hanya sebesar Rp250 000 saja dari hasil penjualan ayam buras
77
pedaging. Sedangkan sisa uang hasil penjualan ayam buras pedaging tersebut disimpan oleh pihak bendahara Kelompok Tani Sehati. Karena apabila uangnya dibagikan semua, para anggota tersebut belum tentu menggunakan uangnya untuk membudidayakan ayam buras, melainkan digunakan untuk keperluan lainya. Sehingga uang yang disimpan tersebut pada akhirnya akan dibelikan ayam buras pedaging dan dibagikan sama rata jumlahnya kepada setiap para anggota. Pada tahun pertama hanya melakukan dua siklus produksi saja dengan jumlah anggota 6 orang sehingga besar biaya tenaga kerja sebesar Rp2 500 000. Sedangkan pada tahun kedua hingga tahun kesepuluh anggota Kelompok Tani Sehati berjumlah 4 orang dengan melakukan 3 kali siklus produksi sehingga biaya tenaga kerjanya sebesar Rp3 000 000. 2. Arus Manfaat (Inflow) Manfaat yang diterima dari usaha Peternakan ayam buras Kelompok Tani Sehati merupakan pemasukan atau penerimaan bagi Kelompok Tani Sehati. Manfaat merupakan seluruh kondisi yang mendorong tercapainya suatu tujuan usaha yaitu keuntungan. Manfaat yang diterima oleh Kelompok Tani Sehati adalah dari hasil penjualan ayam buras. Hasil sampingan dari usaha ternak ayam buras yaitu kotoran yang dapat digunakan sebagai pupuk namun, tidak dimasukan kedalam penerimaan, karena biasanya hasil sampingan tersebut diberikan kepada petani yang ada disekitar lokasi kandang yang menginginkannya. Nilai sisa untuk barang-barang investasi setelah mengalami penyusutan juga dimasukan sebagai pemasukan diakhir tahun umur usaha. Manfaat dari usaha Peternakan ayam buras Kelompok Tani Sehati ini didapatkan pada tahun pertama usaha dijalankan. Adapun manfaat yang diterima oleh Kelompok Tani Sehati sebagai berikut: a. Nilai Produksi Total Usaha peternakan ayam buras yang dijalankan menghasilkan output produksi utama yaitu ayam buras. Manfaat dari usaha didapatkan setelah bulan ketiga di tahun pertama usaha dijalankan. Hal ini disebabkan oleh lamanya masa panen ayam buras. Produksi yang dilakukan pada usaha peternakan ayam buras Kelompok Tani Sehati dimulai pada bulan Juli 2012 dan mendapatkan manfaat pada bulan September 2012. Manfaat dari penjualan ayam buras diperoleh tiga kali dalam satu tahun karena Kelompok Tani Sehati melakukan kegiatan pembesaran ayam buras sebanyak tiga periode setiap tahunnya. Jumlah ayam yang diusahakan oleh Kelompok Tani Sehati yaitu sebanyak 1 500 ekor ayam dengan tingkat kematian 8.53% maka setiap periodenya Kelompok Tani
78
Sehati mampu menghasilkan ayam sebanyak 1 372 ekor ayam buras. Penjualan yang dilakukan per kg berat ayam bukan per ekor ayam buras. Penerimaan hasil penjualan ayam buras pada Kelompok Tani Sehati pada tahun pertama hanya siklus pertama saja, sedangkan pada siklus kedua ayam yang dibudidaya dan hampir siap dijual mengalami kematian, karena terjadi kanibalisme yang menyebabkan kerugian pada Kelompok Tani Sehati. Penjualan 1 372 ekor ayam buras mendapatkan penerimaan sebesar Rp31 827 000. Rincian penerimaan Kelompok Tani Sehati dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Rincian penerimaan Kelompok Tani Sehati No 1 2
Sumber Penerimaan Penjualan Ayam Buras Nilai Sisa Total Penerimaan (Rp)
Tahun ke1 31 827 000
2 95 481 000
3 95 481 000
4-9 95 481 000
31 827 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
10 95 481 000 774 000 96 255 000
Sumber: Kelompok Tani Sehati (data diolah) 2013
Tahun pertama penerimaan yang diperoleh oleh Kelompok Tani Sehati belum maksimal. Hal ini karena manajemen yang ada pada Kelompok Tani Sehati belum berjalan dengan baik. Pembagian tugas yang diberika kepada masing-masing anggota tidak berjalan dan tidak ada pengawasan yang dilakukan oleh ketua kelompok. Sehingga menyebabkan kematian pada ayam. Pada tahun kedua dan selanjutnya, pembagian tugas yang dilakukan telah ditetapkan dan mendapatkan pengawas setiap waktu oleh ketua kelompok. Sehingga penerimaan yang didapatkan pada tahun kedua, ketiga dan seterusnya mengalami peningkatan dibandingkan tahun pertama. b. Nilai Sisa Nilai sisa merupakan nilai dari barang modal yang tidak habis dipakai selama umur bisnis. Terhadap barang tersebut harus dinilai harganya pada saat bisnis selesai (Nurmalina et al 2010). Nilai sisa berasal dari nilai investasi yang tidak habis nilai ekonomisnya pada akhir umur usaha yaitu tahun ke-10. Barang investasi itu diantaranya cangkul, lampu emergency, terpal plastik, dan seng. Pada peternakan Kelompok Tani Sehati, jumlah nilai sisa sebesar Rp774 000. Perincian nilai sisa dapat dilihat pada Tabel 12.
79
Tabel 12 Nilai sisa usaha Peternakan Kelompok Tani Sehati No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Investasi
Nilai Beli (Rp)
Umur Ekonomis
(Tahun) Kandang 18 000 000 10 Gudang dan Saung 5 000 000 10 Paralon 48 000 5 Keran Air 10 000 5 Toren / Tendon Air 450 000 5 Mesin Pompa Air 350 000 5 Timbangan 90 000 5 Sapu Lidi 10 000 2 Ember Plastik 30 000 2 Sekop 70 000 2 Gayung 10 000 2 Cangkul 80 000 3 Alat Semprot Besar 450 000 5 Alat Semprot Kecil 25 000 1 Tabung gas elpiji 3 402 000 5 Tempat Pakan 720 000 2 Tempat Minum 720 000 2 Lampu Philips 25 150 000 2 Lampu Emergency 206 000 3 Terpal Plastik 650 000 3 Alat Pemanas 1 050 000 5 Alat Pembatas (Seng) 225 000 3 Total Nilai Sisa (Rp)
Sisa Umur Ekonomis (Tahun) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2
Nilai Sisa (Rp) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 53 333 0 0 0 0 0 0 137 333 433 333 0 150 000 774 000
Sumber: Kelompok Tani Sehati (data diolah) 2013
Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi dilakukan untuk mengetahui perkembagan laba usaha setiap tahunnya. Laba bersih merupakan hasil penerimaan dikurangi biaya tetap dan biaya variabel. Selain itu, terdapat komponen yang dapat mengurangi laba bersih yaitu biaya penyusutan dan pajak penghasilan. Biaya penyusustan merupakan biaya atas barang-barang investasi yang nilainya disusutkan setiap tahunnya. Rumus yang digunakan untuk menghitung penyusutan yaitu dengan menggunakan metode perhitungan garis lurus. Formulasi perhitungan penyusutan dilakukan seperti dibawah ini: Penyusutan=
𝐵
Nilai beli merupakan harga beli suatu peralatan atau barang investasi. Umur ekonomis merupakan umur dimana suatu barang peralatan atau barang investasi tersebut masih memberikan manfaat yang optimal. Nilai sisa merupakan nilai suatu barang investasi apabila telah habis umur pakainya yang masih memberikan nilai jika ditukar maupun dijual kembali. Peralatan investasi pada Peternakan Kelompok Tani Sehati ada yang masih menghasilkan nilai sisa dan ada juga yang tidak. Adapun barang investasi yang tidak memberikan nilai sisa yaitu kandang, gudang dan saung, paralon, keran air, toren atau tendon air, meson pompa air, timbangan, sapu lidi,
80
ember plastik, sekop, gayung, alat semprot besar (sprayer) dan alat semprot kecil, tempat pakan dan minum ternak, lampu philips 25 watt, serta alat pemanas. Barang investasi ini tidak memberikan nilai sisa dikarenakan habis sesuai dengan umur ekonomisnya dengan kata lain barang-barang tersebut habis terpakai selama umur bisnis usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati yaitu selama 10 tahun. Namun ada beberapa barang investasi yang memberikan nilai sisa yaitu cangkul, lampu emergency, terpal plastik, dan alat pembatas. Hal ini dikarenakan barangbarang investasi tersebut belum habis terpakai selama umur bisnis usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati yaitu selama 10 tahun. Pada Peternakan Kelompok Tani Sehati besarnya penyusutan per tahun dari tahun ke-1 hingga ke-10 sebesar Rp3 879 000. Rincian biaya penyusutann investasi dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Rincian biaya penyusutan investasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Nilai Beli Nilai sisa (Rp) (Rp) Kandang 18 000 000 0 Gudang dan Saung 5 000 000 0 Paralon 48 000 0 Keran Air 10 000 0 Toren atau Tendon Air 450 000 0 Mesin Pompa Air 350 000 0 Timbangan 90 000 0 Sapu Lidi 10 000 0 Ember Plastik 30 000 0 Sekop 70 000 0 Gayung 10 000 0 Cangkul 80 000 53 334 Alat Semprot Besar 450 000 0 Alat Semprot Kecil 25 000 0 Tabung Gas Elpiji 3 Kg 402 000 0 Tempat Pakan Ternak 720 000 0 Tempat Minum Ternak 720 000 0 Lampu Philips 25 Watt 150 000 0 Lampu Emergency 206 000 137 334 Terpal Plastik 650 000 433 334 Alat Pemanas 1 050 000 0 Alat Pembatas (Seng) 225 000 150 000 Total Biaya Penyusutan (Rp) Uraian
Umur Ekonomis (Tahun) 10 10 5 5 5 5 5 2 2 2 2 3 5 1 5 2 2 2 3 3 5 3
Penyusutan per tahun (Rp) 1 800 000 500 000 9 600 2 000 90 000 70 000 18 000 5 000 15 000 35 000 5 000 8 889 90 000 25 000 80 400 360 000 360 000 75 000 22 889 72 222 210 000 25 000 3 879 000
Sumber: Kelompok Tani Sehati (data diolah) 2013
Hasil perhitungan analisis laporan laba rugi juga akan digunakan untuk perhitungan cashflow yaitu hasil perhitungan pajak yang diperoleh dari hasil analisis laporan laba rugi. Hasil perhitungan pajak ini tentunya akan mengurangi penerimaan yang akan diperoleh pada usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati. Saat ini Kelompok Tani Sehati tidak mengeluarkan biaya pajak, karena pajak tidak dikenakan pada usaha
81
kelompok tani. Perhitungan pajak disini untuk menilai usaha peternakan ayam buras pedaging secara keseluruhan baik untuk usaha kelompok tani maupun untuk usaha perorangan. Hal ini untuk melihat apakah usaha peternakan ayam buras pedaging ini akan tetap layak apabila dikenakan pajak. Jika hasil analisis mengindikasikan bahwa usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati layak dijalankan dengan dikenakan biaya pajak, maka secara tidak langsung usaha petenakan ayam buras pedaging ini akan tetap layak jika tidak dikenakan biaya pajak. Perolehan besarnya nilai pajak tergantung dari besarnya pendapatan yang diperoleh oleh Kelompok Tani Sehati pada analisis laporan laba rugi. Besarnya tarif pajak pendapatan mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2008 tentang pajak yang ditetapkan tarif pajak penghasilan sebesar 25%. Besarnya pajak yang harus dibayarkan Kelompok Tani Sehati dimulai pada tahun ke-2 karena pada tahun ke-1 laba Kelompok Tani Sehati bernilai negatif. Total pajak penghasilan yang harus dibayarkan selama umur proyek yaitu Rp26 143 875. Berdasarkan proyeksi laba rugi pada peternakan Kelompok Tani Sehati menunjukan bahwa pada tahun ke-1 Kelompok Tani Sehati mendapatkan kerugian sebesar Rp26 417 000. Pada tahun kedua hingga tahun kesepuluh Kelompok Tani Sehati mulai mendapatkan laba yaitu sebesar Rp8 714 625. Total laba bersih yang didapatkan oleh Kelompok Tani Sehati sebesar Rp52 014 625. Rata-rata laba bersih per tahun sebesar Rp5 201 463 dan rata-rata laba bersih per bulan sebesar Rp433 455. Rincian proyeksi laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 3.
Analisis Kriteria Kelayakan Investasi Analisis kriteria kelayakan investasi dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha dari aspek finansial. Modal usaha pada Peternakan Kelompok Tani Sehati menggunakan modal dari pemerintah (modal tidak dikembalikan, sehingga dapat dikatakan menggunakan modal sendiri) sehingga suku bunga yang digunakan adalah suku bunga deposito rata-rata Bank Indonesia (BI rate) selama satu tahun, rata-rata dari tingkat suku bunga deposito pada bulan Mei 2012 hingga April 2013 yaitu sebesar 5.75%. Kriteria yang digunakan dalam analisis finansial pada Kelompok Tani Sehati yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). 1. NPV Besarnya NPV manfaat bersih yang diperoleh dari bisnis selama umur bisnis tertentu. Perusahaan dikatakan layak untuk dijalankan apabila memiliki NPV > 0. Hasil perhitungan Net Present Value pada Peternakan Kelompok Tani Sehati yaitu sebesar Rp13 125 900. Hasil perhitungan NPV tersebut menunjukan bahwa Peternakan Kelompok Tani Sehati akan mendapatkan manfaat bersih dari usaha yang dijalankan selama umur proyek sebesar Rp13 125 900. Peternakan Kelompok Tani Sehati dikatakan layak untuk dijalankan karena NPV yang dihasilkan > 0 yaitu Rp13 125 900.
82
2. IRR Nilai IRR mengambarkan besarnya kemampuan usaha untuk memberikan pengembalian atas modal yang dikeluarkan. IRR merupakan discount rate yang dapat membuat nilai NPV sama dengan 0. Dengan kata lain, ketika IRR sama dengan nilai discount rate yang digunakan dalam analisis finansial maka usaha tersebut tidak menghasilkan keuntungan bersih karena NPV yang dihasilkan bernilai nol. Selain itu opportunity cost atas deposito yang mungkin akan didapatkan menjadi tidak ada karena pada saat modal ditanamkan pada bank sebagai deposito, pemilik tidak memiliki biaya imbangan yang harus dikorbankan ketika modal didepositokan. Kelompok dikatakan layak untuk dijalankan ketika IRR yang dihasilkan lebih besar dari discount rate yang ditentukan dalam analisis. Berdasarkan perhitungan pada cash flow didapatkan nilai IRR pada Peternakan Kelompok Tani Sehati sebesar 10.53%. Hal itu menunjukan bahwa usaha mampu memberikan pengembalian atas modal yang dikeluarkan sebesar 10.53%. Berdasarkan hasil perhitungan IRR, dapat dikatakan bahwa Peternakan Kelompok Tani Sehati layak untuk dijalankan karena IRR yang dihasilkan yaitu sebesar 10.53% lebih besar dari tingkat suku bunga deposito yang digunakan yaitu sebesar 5.75%. Hubungan antara NPV dan IRR dapat ditunjukkan pada Gambar 16. Pada gambar dapat dilihat bahwa ketika discount rate sebesar 5% NPV yang dihasilkan sebesar Rp13 125 900, ketika discount rate sebesar 10% NPV yang dihasilkan sebesar Rp1 212 265, dan ketika discount rate sama dengan nilai IRR yang dihasilkan yaitu sebesar 10.53% maka nilai NPV yang dihasilkan Rp0. NPV+
Rp13 125 900
IR i = Discount Rate (%)
0 5.75
10.53 %
NPV
Gambar 17 Hubungan antara NPV dan IRR hasil kriteria investasi
83
3. Nilai Net B/C menunjukan seberapa besar manfaat yang akan didapatkan atas biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan proyek. Perusahaan dikatakan layak untuk dijalankan apabila nilai Net B/C > 1. Nilai Net B/C pada Peternakan Kelompok Tani Sehati yaitu 1.23 yang artinya setiap Rp 1 yang dikeluarkan sebagai biaya akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 1.23. Berdasarkan kriteria Net B/C usaha Peternakan Kelompok Tani Sehati layak untuk dijalankan, karena hasil perhitungan Net B/C > 1 yaitu 1.23. 4. Payback Period (PP) menunjukan seberapa lama modal investasi yang telah dikeluarkan dapat kembali. Kelompok Tani Sehati dikatakan layak untuk dijalankan apabila nilai PP lebih kecil dari umur proyek. Nilai PP pada Peternakan Kelompok Tani Sehati yaitu 8 tahun 1 bulan 14 hari yang artinya adalah modal investasi yang telah ditanamkan oleh Kelompok Tani Sehati akan kembali setelah 8 tahun 1 bulan 14 hari sejak usaha dijalankan. Peternakan Kelompok Tani Sehati dikatakan layak, karena modal investasi yang telah ditanamkan kembali sebelum umur usaha.
Tabel 14 Hasil analisis kriteria kelayakan investasi No
Kriteria Kelayakan
1
NPV
2
IRR
3
Net B/C
4
PP
Hasil Penilaian Rp13 125 900 10.53% 1.23 8 tahun 1 bulan 14 hari
Berdasarkan hasil analisis kriteria kelayakan investasi pada Tabel 14 dapat disimpulkan bahwa Peternakan Kelompok Tani Sehati layak untuk dijalankan berdasarkan aspek finansial. Hasil perhitungan NPV yang diperoleh sebesar Rp13 125 900 yang dapat dikatakan layak apabila lebih besar dari nol. Nilai IRR yang diperoleh yaitu 10.53% yang dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari discount rate (5.75 persen). Nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 1.23 yang dapat dikatakan layak apabila besarnya nilai Net B/C lebih dari 1. Nilai Payback Periode yang didapatkan yaitu selama 8 tahun 1 bulan 14 hari yang dapat dikatakan layak apabila lebih kecil dari umur bisnis (10 tahun). Dengan demikian, usaha pembesaran ayam buras pedaging pada Peternakan Kelompok Tani Sehati dapat direalisasikan selama umur usaha yaitu 10 tahun. Rincian arus kas (cash flow) dapat dilihat pada Lampiran 4.
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Gittinger (1986) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Nilai pengganti (switching value) ini merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan
84
maksimum dari perubahan suatu komponen inflow misalnya penurunan harga output dan penurunan produksi atau perubahan komponen outflow misalnya peningkatan harga input ataupun peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi sehingga bisnis masih tetap layak. Nilai pengganti (switching value) merupakan suatu nilai dimana pada nilai tersebut NPV yang dihasilkan sama dengan nol. Besarnya perubahan ditentukan secara trial and error (coba-coba) hingga diperoleh nilai perubahan maksimum yang masih dapat ditoleransi oleh suatu usaha dari sudut pandang finansial usaha yang dinyatakan layak untuk dijalankan (batas kelayakan). Analisis nilai pengganti (switching value) tepat dilakukan pada Peternakan Kelompok Tani Sehati mengingat Peternakan Kelompok Tani Sehati tersebut masih relatif baru didirikan sehingga kelompok belum mengalami fluktuasi variabel input dan output produksi. Analisis nilai pengganti (switching value) dilakukan terhadap variabelvariabel yang dianggap paling mempengaruhi kelayakan usaha. Pada Peternakan Kelompok Tani Sehati, variabel yang dianggap paling mempengaruhi kelayakan usaha adalah harga jual ayam buras pedaging dan harga pakan ayam buras pedaging. Analisis nilai pengganti (switching value) perlu dilakukan terhadap penurunan harga jual ayam buras pedaging, karena akan mengurangi penerimaan kelompok. Analisis nilai pengganti (switching value) juga perlu dilakukan terhadap peningkatan harga pakan dikarenakan biaya untuk pakan ayam buras pedaging merupakan biaya terbesar dalam biaya variabel pada Peternakan Kelompok Tani Sehati yaitu sebesar 43.56% dari total biaya variabel. Dari hasil analisis nilai pengganti akan diketahui seberapa besar perubahan yang boleh terjadi agar usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati masih tetap layak untuk dijalankan. Berdasarkan hasil perhitungan nilai pengganti (switching value) terhadap penurunan harga jual ayam buras pedaging, hasil yang didapatkan sebesar 2.65%. Artinya adalah usaha akan tetap layak apabila penurunan harga jual ayam buras dari harga tertimbang sebesar Rp25 342 menjadi Rp24 671 maka usaha ternak ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati masih layak untuk dijalankan. Apabila harga jual ayam buras pedaging turun menjadi Rp24 670 maka usaha ternak ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati menjadi tidak layak lagi untuk dijalankan. Berdasarkan hasil perhitungan nilai pengganti (switching value) terhadap kenaikan harga pakan ayam buras pedaging hasil yang didapatkan sebesar 7.30%. Artinya adalah usaha akan tetap layak apabila kenaikan harga pakan ayam buras pedaging dari harga Rp5 800 menjadi Rp6 223 maka usaha ternak ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati masih layak untuk dijalankan. Apabila kenaikan harga pakan ayam buras pedaging menjadi Rp6 224 maka usaha ternak ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati menjadi tidak layak lagi untuk dijalankan. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 15.
85
Tabel 15 Hasil analisis nilai pengganti (switching value) Variabel yang Berubah
Persentase (%)
Maksimum penurunan harga jual ayam buras
2.65
Maksimum peningkatan harga pakan ayam buras
7.30
Berdasarkan hasil perhitungan nilai pengganti, kelompok perlu mewaspadai fluktuasi harga input dan output produksi terutama penurunan harga jual ayam buras pedaging. Usaha pembesaran ayam buras pedaging pada Peternakan Kelompok Tani Sehati lebih sensitif terhadap penurunan harga jual ayam buras pedaging dibandingkan dengan perubahan harga pakan ayam buras pedaging. Usaha tidak terlalu sensitif terhadap peningkatan harga pakan ayam buras pedaging karena persentase peningkatan yang akan menyebabkan usaha menjadi tidak layak berada pada persentase yang lebih tinggi dibandingkan penurunan harga jual ayam buras pedaging. Proyeksi arus kas (cash flow) nilai pengganti untuk penurunan harga jual ayam buras pedaging dan peningkatan harga pakan ayam buras pedaging, masing- masing dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati, Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat maka berdasarkan analisis seluruh aspek nonfinansial yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum serta aspek sosial dan lingkungan pada usaha peternakan ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati layak untuk dijalankan. Begitupula pada analisis aspek finansial usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati layak untuk dijalankani. Pada hasil analisis nilai pengganti diperoleh besaran hasil perubahan maksimum untuk penurunan harga jual ayam buras pedaging dan perubahan maksimum untuk peningkatan harga pakan ayam buras pedaging yang masih dapat ditolerin agar usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati layak untuk dijalanakan. Besaran perubahan tersebut menunjukkan bahwa dari hasil analisis nilai pengganti dapat terlihat komponen inflow yaitu penurunan harga jual ayam buras pedaging lebih sensitif dibandingkan perubahan dari komponen outflow yaitu peningkatan harga pakan ayam buras pedaging.
86
Saran Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan analisis kelayakan usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati dengan menjalankan beberapa skenario, seperti analisis kelayakan dengan adanya pengembangan usaha seperti penambahan jumlah kandang serta ternak yang dibudidayakan. Selain itu perlu dilakukan analisis kelayakan ekonomi pada usaha peternakan ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati mengingat sumber modal yang digunakan berasal dari Pemerintah. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan perlu upaya untuk meningkatkan pendapatan Kelompok Tani Sehati melalui perluasan skala usaha. Misalnya menambah jumlah ayam yang dibudidayakan sesuai dengan kapasitas kandang. Hal ini dikarenakan hasil perhitungan laba rugi menunjukkan laba bersih yang didapatkan oleh kelompok masih sangat rendah. Berdasarkan hasil analisis switching value, usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati sensitif terhadap penurunan harga jual ayam buras pedaging dibandingkan terjadinya kenaikan harga pakan ayam buras pedaging. Sehingga Kelompok Tani Sehati perlu mengantisipasi apabila terjadi penurunan harga jual ayam buras pedaging.
DAFTAR PUSTAKA Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Bogor. 2012. Buku Data Peternakan 2012. Bogor (ID): Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Bogor. Boediono 1998. Ekonomi Mikro. Edisi Kedua. Yogyakarta (ID): BPFE Cahyono B. 2002. Ayam Buras Pedaging. Cetakan Kelima. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Dinas Peternakan Jawa Barat. 2011. Populasi Ayam Buras (2011) [internet]. [diunduh 10 Februari 2013]. Tersedia pada: http://www.disnak. jabar.go.id. [Ditjennak]. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI. 2011. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Jakarta (ID): CV Karya Cemerlang [Ditjennak]. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Gittinger JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. Mangiri K, Sutomo S, penerjemah. Jakarta (ID). UI Pr. Terjemahan dari: Economic Analysis of Agriculture Project. Harianto B, Krista B. 2011. Petunjuk Praktis Pembesaran Ayam Buras Pedaging. Jakarta (ID) : Agro Media Pustaka.
87
Ibrahim Y. 1998. Studi kelayakan Bisnis. Edisi Revisi. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta. Jumingan. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Teori & Pembuatan Proposal Kelayakan. Yustianti F, editor. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Karmidi JSM. 2012. Analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler pada kemitraan inti plasma [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Komalasari L. 2008. Kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mankiw NG. 2007. Makroekonomi. Edisi keenam. Nurmawan I dan Lizza F, penerjemah; Hardani W, Barnadi D, Saat S, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Macroeconomics 6th Edition. Matjuri. 2012. Analisis kelayakan usaha ayam broiler berkualitas organik pada perusahaan CV Tritunggal Sejahtera Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mulyono S. 2002. Memelihara Ayam Buras Berorientasi Agribisnis. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Nurcahyono EM, Widyastuti YE. 2002. Usaha Pembesaran Ayam Buras Pedaging. Cetakan Keenam. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Priyatno MA. 2002. Membuat Kandang Ayam. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya. Saputra EE. 2011. Analisis kelayakan investasi peternakan ayam broiler pada kondisi risiko [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sianturi ECJ. 2011. Analisis kelayakan usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm di Desa Sukadamai Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sinaga D. 2009. Studi Kelayakan Bisnis dalam Ekonomi Global. Teori dan Aplikasinya dalam Evaluasi Proyek. Edisi Pertama. Jakarta (ID): Penerbit Mitra Wacana Media. Sudaryani T, Santosa H. 2003. Pembibitan Ayam Buras. Cetakan kesembilan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Sujionohadi K, Setiawan AI. 2003. Ayam Buras Petelur, Perencanaan dan Pengelolaan Usaha Skala Rumah Tangga. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Trubus E. 2010. Tujuh Jurus Sukses Teknik Rawat Ayam Buras. Jakarta (ID): Trubus Swadaya. Umar H. 1997. Studi Kelayakan Bisnis. Manajemen, Metode dan Kasus. Cetakan satu. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
88
75
Lampiran 1 Aktivitas peternakan pada Kelompok Tani Sehati Uraian
Bulan Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Tahun ke-1 Bangun kandang Membeli peralatan Produksi 1 Persiapan kandang Produksi 2 Tahun ke-2 Persiapan kandang Produksi 1 Persiapan kandang Produksi 2 Persiapan Kandang Produksi 3 Tahun ke-3 Persiapan kandang Produksi 1 Persiapan kandang Produksi 2 Persiapan Kandang Produksi 3 Tahun ke-4 Persiapan kandang Produksi 1 Persiapan kandang Produksi 2 Persiapan Kandang Produksi 3
89
Lampiran 1 Aktivitas peternakan pada Kelompok Tani Sehati Tahun ke-5 Persiapan kandang Produksi 1 Persiapan kandang Produksi 2 Persiapan Kandang Produksi 3 Tahun ke-6 Persiapan kandang Produksi 1 Persiapan kandang Produksi 2 Persiapan Kandang Produksi 3 Tahun ke-7 Persiapan kandang Produksi 1 Persiapan kandang Produksi 2 Persiapan Kandang Produksi 3 Tahun ke-8 Persiapan kandang Produksi 1 Persiapan kandang Produksi 2 Persiapan kandang Produksi 3
90
76
77
Lampiran 1 Aktivitas pada peternakan Kelompok Tani Sehati Tahun ke-9 Persiapan kandang Produksi 1 Persiapan kandang Produksi 2 Persiapan Kandang Produksi 3 Tahun ke-10 Persiapan kandang Produksi 1 Persiapan kandang Produksi 2 Persiapan kandang Produksi 3
91
78 92
Lampiran 2 Biaya reinvestasi Kelompok Tani Sehati No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Umur ekonomis (Tahun) Kandang 10 Gudang dan Saung 10 Paralon 5 Keran Air 5 Toren / Tendon Air 5 Mesin Pompa Air 5 Timbangan 5 Sapu Lidi 2 Ember Plastik 2 Sekop 2 Gayung 2 Cangkul 3 Alat Semprot Besar 5 Alat Semprot Kecil 1 Tabung Gas Elpiji 5 Tempat Pakan 2 Tempat Minum 2 Lampu Philips 2 Lampu Emergency 3 Terpal Plastik 3 Alat Pemanas 5 Alat Pembatas (Seng) 3 Total Biaya Reinvestasi (Rp) Uraian
Nilai (Rp) 18 000 000 5 000 000 48 000 10 000 450 000 350 000 90 000 10 000 30 000 70 000 10 000 80 000 450 000 25 000 402 000 720 000 720 000 150 000 206 000 650 000 1 050 000 225 000
Tahun ke2
3
4
5
6
7
8
9
10
48 000 10 000 450 000 350 000 90 000 10 000 30 000 70 000 10 000
10 000 30 000 70 000 10 000
10 000 30 000 70 000 10 000 80 000
80 000 25 000
25 000
25 000
720 000 720 000 150 000
25 000
450 000 25 000 402 000
720 000 720 000 150 000
25 000
10 000 30 000 70 000 10 000 80 000 25 000
720 000 720 000 150 000 206 000 650 000
206 000 650 000
25 000
25 000
720 000 720 000 150 000 206 000 650 000
1 050 000 25 000
1 735 000
225 000 1 186 000
1 735 000
2 875 000
225 000 2 896 000
25 000
1 735 000
225 000 1 186 000
79
Lampiran 3 Proyeksi laba rugi Kelompok Tani Sehati No
Tahun ke-
Uraian 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A.
PENERIMAAN
1
Penjualan ayam
31 827 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
Total Penerimaan
31 827 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
B.
PENGELUARAN
a.
Biaya Variabel
1
Biaya DOC
16 500 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
2
Biaya Pakan Shinta BR 21 E
21 750 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
3
Biaya Dedak
9 375 000
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
4
Biaya Obat-obatan
172 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
5
Biaya Vaksin dan vitamin
543 000
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
6
Biaya Sekam Padi
560 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
7
Biaya Isi Ulang Gas Elpiji
960 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
8
Biaya Kapur
75 000
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
Total Biaya Variabel Marjin Kotor
49 935 000
74 902 500
74 902 500
74 902 500
74 902 500
74 902 500
74 902 500
74 902 500
74 902 500
74 902 500
-18 108 000
20 578 500
20 578 500
20 578 500
20 578 500
20 578 500
20 578 500
20 578 500
20 578 500
20 578 500
b.
Biaya Tetap
1
Biaya Sewa Lahan
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
2
Biaya Listrik
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
3
Biaya Pemeliharaan Kandang
300 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
4
Biaya administrasi
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
5
Biaya tenaga kerja
2 500 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
6
Biaya Penyusutan
3 879 000
3 879 000
3 879 000
3 879 000
3 879 000
3 879 000
3 879 000
3 879 000
3 879 000
3 879 000
8 309 000
8 959 000
8 959 000
8 959 000
8 959 000
8 959 000
8 959 000
8 959 000
8 959 000
8 959 000
-26 417 000
11 619 500
11 619 500
11 619 500
11 619 500
11 619 500
11 619 500
11 619 500
11 619 500
11 619 500
0
2 904 875
2 904 875
2 904 875
2 904 875
2 904 875
2 904 875
2 904 875
2 904 875
2 904 875
-26 417 000
8 714 625
8 714 625
8 714 625
8 714 625
8 714 625
8 714 625
8 714 625
8 714 625
8 714 625
Total Biaya Tetap Laba Kotor (laba sebelum pajak) Pajak (25%) Laba Bersih (Rp)
93
80 94
Lampiran 4 Proyeksi arus kas (cashflow) Kelompok Tani Sehati No
Tahun ke-
Uraian 1
I
2
3
4
5
6
7
8
9
10
INFLOW 1. Penjualan Ayam
31 827 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
2. Nilai Sisa TOTAL INFLOW II
95 481 000 774 000
31 827 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
96 255 000
OUTFLOW A. Biaya Investasi 1. Kandang 2. Gudang dan Saung
18 000 000 5 000 000
3. Paralon Air
48 000
4. Keran Air
10 000
48 000 10 000
5. Toren atau Tendon Air
450 000
450 000
6. Mesin Pompa Air
350 000
350 000
7. Timbangan
90 000
8. Sapu Lidi
10 000
10 000
10 000
90 000 10 000
10 000
9. Ember Plastik
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
10. Sekop
70 000
70 000
70 000
70 000
70 000
11. Gayung
10 000
10 000
10 000
10 000
10 000
12. Cangkul
80 000
80 000
80 000
80 000
13. Alat Semprot Besar
450 000
450 000
14. Alat Semprot Kecil
25 000
15. Tabung Gas Elpiji
402 000
16. Tempat Pakan Ternak
720 000
720 000
720 000
720 000
720 000
17. Tempat Minum Ternak
720 000
720 000
720 000
720 000
720 000
18. Lampu Philips 25 Watt
150 000
150 000
150 000
150 000
150 000
19. Lampu Emergency
206 000
20. Terpal Plastik
650 000
21. Alat Pemanas
1 050 000
25 000
25 000
25 000
25 000
25 000
25 000
25 000
25 000
25 000
402 000
206 000
206 000
1 050 000
206 000
81
Lampiran 4 Proyeksi arus kas (cash flow) Kelompok Tani Sehati 22. Alat Pembatas (Seng) 23. Biaya Pembelajaran
225 000
225 000
225 000
225 000
9 000 000
4 500 000
0
0
0
0
0
0
0
0
37 746 000
4 525 000
1 735 000
536 000
1 735 000
2 875 000
2 246 000
25 000
1 735 000
536 000
1. Biaya DOC
16 500 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
2. Biaya Pakan Sinta BR 21 E
21 750 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
TOTAL BIAYA INVESTASI B. Biaya Variabel
3. Biaya Pakan Dedak
9 375 000
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
4. Biaya Obat-obatan
172 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
5. Biaya Vaksin dan vitamin
543 000
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
6. Biaya Sekam Padi
560 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
7. Biaya Isi Ulang Gas Elpiji
960 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
8. Biaya Kapur TOTAL BIAYA VARIABEL
75 000
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
49 935 000
74 902 500
74 902 500
74 902 500
74 902 500
74 902 500
74 902 500
74 902 500
74 902 500
74 902 500
C. Biaya Tetap 1. Biaya Sewa Lahan
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
2. Biaya Listrik
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
3. Biaya Pemeliharaan Kandang
300 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
2 500 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
4. Biaya administrasi 5. Biaya Tenaga Kerja TOTAL BIAYA TETAP TOTAL OUTFLOW III
NET BENEFIT Sebelum Pajak Pajak
4 430 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
92 111 000
84 507 500
81 717 500
80 518 500
81 717 500
82 857 500
82 228 500
80 007 500
81 717 500
80 518 500
(60 284 000)
10 973 500
13 763 500
14 962 500
13 763 500
12 623 500
13 252 500
15 473 500
13 763 500
15 736 500
0
2 904 875
2 904 875
2 904 875
2 904 875
2 904 875
2 904 875
2 904 875
2 904 875
2 904 875
95
82 96
Lampiran 4 Proyeksi arus kas (cash flow) Kelompok Tani Sehati IV
NET BENEFIT Setelah Pajak
V
DF (5.75%)
VI
PV (Net Benefit) PV Positif PV Negatif
VII
NPV
VIII
NET B/C
IX
IRR
X
PP
(60 284 000)
8 068 625
10 858 625
12 057 625
10 858 625
9 718 625
10 347 625
12 568 625
10 858 625
0.946
0.894
0.846
0.800
0.756
0.715
0.676
0.639
0.605
0.572
(57 006 147)
7 215 041
9 181 924
9 641 404
8 210 563
6 949 004
6 996 455
8 036 089
6 565 253
7 336 314
70 132 047 (57 006 147) 13 125 900 1.23 10.53% 8 tahun 1 bulan 14 hari
12 831 625
83
Lampiran 5 Analisis switching value penurunan harga jual ayam buras pedaging sebesar 2.65% No
Tahun ke-
Uraian 1
I
2
3
4
5
6
7
8
9
1. Penjualan Ayam
30 984 309
92 952 927
92 952 927
92 952 927
92 952 927
92 952 927
92 952 927
92 952 927
92 952 927
2. Nilai Sisa TOTAL INFLOW II
10
INFLOW 92 952 927 774 000 30 984 309
92 952 927
92 952 927
92 952 927
92 952 927
92 952 927
92 952 927
92 952 927
92 952 927
93 726 927
OUTFLOW A. Biaya Investasi 1. Kandang 2. Gudang dan Saung
18 000 000 5 000 000
3. Paralon Air
48 000
4. Keran Air
10 000
10 000
5. Toren atau Tendon Air
450 000
450 000
6. Mesin Pompa Air
350 000
350 000
7. Timbangan Duduk
90 000
8. Sapu Lidi
10 000
10 000
10 000
10 000
10 000
9. Ember Plastik
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
10. Sekop
70 000
70 000
70 000
70 000
70 000
11. Gayung
10 000
10 000
10 000
10 000
10 000
12. Cangkul
80 000
13. Alat Semprot Besar (Sprayer) 14. Alat Semprot Kecil
48 000
90 000
80 000
80 000
450 000 25 000
80 000
450 000 25 000
25 000
25 000
25 000
25 000
25 000
25 000
25 000
15. Tabung Gas Elpiji 3 Kg
402 000
16. Tempat Pakan Ternak
720 000
720 000
720 000
720 000
720 000
17. Tempat Minum Ternak
720 000
720 000
720 000
720 000
720 000
18. Lampu Philips 25 Watt
150 000
150 000
150 000
150 000
150 000
19. Lampu Emergency
206 000
20. Terpal Plastik
650 000
21. Alat Pemanas
1 050 000
22. Alat Pembatas (Seng)
225 000
25 000
402 000
206 000
206 000
206 000
225 000
225 000
1 050 000 225 000
97
84 98
Lampiran 5 Analisis switching value penurunan harga jual ayam buras pedaging sebesar 2.65% 23. Biaya Pembelajaran
9 000 000
4 500 000
0
0
0
0
0
0
0
0
37 746 000
4 525 000
1 735 000
536 000
1 735 000
2 875 000
2 246 000
25 000
1 735 000
536 000
1. Biaya DOC
16 500 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
2. Biaya Pakan Sinta BR 21 E
21 750 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
32 625 000
9 375 000
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
4. Biaya Obat-obatan
172 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
5. Biaya Vaksin dan vitamin
543 000
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
6. Biaya Sekam Padi
560 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
7. Biaya Isi Ulang Gas Elpiji
960 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
TOTAL BIAYA INVESTASI B. Biaya Variabel
3. Biaya Pakan Dedak
8. Biaya Kapur
75 000
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
49 935 000
74 902 500
74 902 500
74 902 500
74 902 500
74 902 500
74 902 500
74 902 500
74 902 500
74 902 500
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
2. Biaya Listrik
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
3. Biaya Pemeliharaan Kandang
300 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
2 500 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
TOTAL BIAYA VARIABEL C. Biaya Tetap 1. Biaya Sewa Lahan
4. Biaya administrasi 5. Biaya Tenaga Kerja TOTAL BIAYA TETAP TOTAL OUTFLOW III
NET BENEFIT Sebelum Pajak Pajak
4 430 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
92 111 000
84 507 500
81 717 500
80 518 500
81 717 500
82 857 500
82 228 500
80 007 500
81 717 500
80 518 500
(61 126 691)
8 445 427
11 235 427
12 434 427
11 235 427
10 095 427
10 724 427
12 945 427
11 235 427
13 208 427
0
2 272 857
2 272 857
2 272 857
2 272 857
2 272 857
2 272 857
2 272 857
2 272 857
2 272 857
85
Lampiran 5 Analisis switching value penurunan harga jual ayam buras pedaging sebesar 2.65% IV
NET BENEFIT Setelah Pajak
V
DF (5 75%)
VI
PV (Net Benefit) PV Positif PV Negatif
VII
NPV
VIII
NET B/C
IX
IRR
(61 126 691)
6 172 570
8 962 570
10 161 570
8 962 570
7 822 570
8 451 570
10 672 570
8 962 570
0.946
0.894
0.846
0.800
0.756
0.715
0.676
0.639
0.605
10 935 570 0.572
(57 803 017)
5 519 571
7 578 643
8 125 298
6 776 894
5 593 288
5 714 454
6 823 796
5 418 876
6 252 269
57 803 089 (57 803 017) 72 1.00 5.75%
99
86 100
Lampiran 6 Analisis switching value penurunan harga pakan ayam buras pedaging sebesar 7.30% No I
Uraian
Tahun ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
1. Penjualan Ayam
31 827 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
31 827 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
95 481 000
96 255 000
2. Nilai Sisa TOTAL INFLOW II
10
INFLOW
774 000
OUTFLOW A. Biaya Investasi 1. Kandang 2. Gudang dan Saung
18 000 000 5 000 000
3. Paralon Air
48 000
4. Keran Air
10 000
10 000
5. Toren atau Tendon Air
450 000
450 000
6. Mesin Pompa Air
350 000
350 000
7. Timbangan Duduk
90 000
8. Sapu Lidi
10 000
10 000
10 000
10 000
10 000
9. Ember Plastik
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
10. Sekop
70 000
70 000
70 000
70 000
70 000
11. Gayung
10 000
10 000
10 000
10 000
10 000
12. Cangkul 13. Alat Semprot Besar (Sprayer) 14. Alat Semprot Kecil
48 000
90 000
80 000
80 000
80 000
450 000 25 000
80 000
450 000 25 000
25 000
25 000
25 000
25 000
25 000
25 000
25 000
15. Tabung Gas Elpiji 3 Kg
402 000
16. Tempat Pakan Ternak
720 000
720 000
720 000
720 000
720 000
17. Tempat Minum Ternak
720 000
720 000
720 000
720 000
720 000
18. Lampu Philips 25 Watt
150 000
150 000
150 000
150 000
150 000
19. Lampu Emergency
206 000
20. Terpal Plastik
650 000
21. Alat Pemanas
1 050 000
25 000
402 000
206 000
206 000
1 050 000
206 000
87
Lampiran 6 Analisis switching value penurunan harga pakan ayam buras pedaging sebesar 7.30% 22. Alat Pembatas (Seng) 23. Biaya Pembelajaran
225 000
225 000
225 000
225 000
9 000 000
4 500 000
0
0
0
0
0
0
0
0
37 746 000
4 525 000
1 735 000
536 000
1 735 000
2 875 000
2 246 000
25 000
1 735 000
536 000
1. Biaya DOC
16 500 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
24 750 000
2. Biaya Pakan Sinta BR 21 E
23 337 750
35 006 625
35 006 625
35 006 625
35 006 625
35 006 625
35 006 625
35 006 625
35 006 625
35 006 625
9 375 000
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
14 062 500
4. Biaya Obat-obatan
172 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
258 000
5. Biaya Vaksin dan vitamin
543 000
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
814 500
6. Biaya Sekam Padi
560 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
840 000
7. Biaya Isi Ulang Gas Elpiji
960 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
1 440 000
75 000
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
112 500
51 522 750
77 284 125
77 284 125
77 284 125
77 284 125
77 284 125
77 284 125
77 284 125
77 284 125
77 284 125
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
1 000 000
2. Biaya Listrik
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
600 000
3. Biaya Pemeliharaan Kandang
300 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
450 000
4. Biaya administrasi
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
30 000
5. Biaya tenaga kerja
2 500 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
3 000 000
TOTAL BIAYA TETAP
4 430 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
5 080 000
93 698 750
86 889 125
84 099 125
82 900 125
84 099 125
85 239 125
84 610 125
82 389 125
84 099 125
82 900 125
(61 871 750)
8 591 875
11 381 875
12 580 875
11 381 875
10 241 875
10 870 875
13 091 875
11 381 875
13 354 875
0
2 309 469
2 309 469
2 309 469
2 309 469
2 309 469
2 309 469
2 309 469
2 309 469
2 309 469
TOTAL BIAYA INVESTASI B. Biaya Variabel
3. Biaya Pakan Dedak
8. Biaya Kapur TOTAL BIAYA VARIABEL C. Biaya Tetap 1. Biaya Sewa Lahan
TOTAL OUTFLOW III
NET BENEFIT Sebelum Pajak Pajak
101
88 102
Lampiran 6 Analisis switching value penurunan harga pakan ayam buras pedaging sebesar 7.30% IV
NET BENEFIT Setelah Pajak
V
DF (5.75%)
VI
PV (Net Benefit) PV Positif PV Negatif
VII
NPV
VIII
NET B/C
IX
IRR
(61 871 750)
6 282 406
9 072 406
10 271 406
9 072 406
7 932 406
8 561 406
10 782 406
9 072 406
11 045 406
0.946
0.894
0.846
0.800
0.756
0.715
0.676
0.639
0.605
0.572
(58 507 565)
5 617 787
7 671 519
8 213 124
6 859 945
5 671 823
5 788 719
6 894 022
5 485 284
6 315 067
58 517 290 (58 507 565) 9 725 1.00 5.75%
75 103
Lampiran 7 Riwayat hidup penulis Penulis dilahirkan di Mentok pada tanggal 24 September 1993 dari Ayah Muchtar Bin H.Sulaiman dan Ibu Nani Suarni. Penulis adalah putri bungsu dari 4 bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Mentok dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dan diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen angkatan 46. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi yaitu pada tahun 2009 menjadi anggota dalam organisasi mahasiswa Bangka (ISBA). Selama masa perkuliahan, penulis juga mengikuti perkuliahan dengan minor ekonomi pertanian dari Departemen Ekonomi Sumberdaya Lingkungan.