ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN DI DESA CIARUTUEN ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR
Oleh AZWAR HADI A24104080
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN
Azwar Hadi. Analisis Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh Naik Sinukaban dan Dwi Putro Tejo Baskoro. Intensifikasi pertanian di lahan yang selama ini digunakan untuk pertanian tradisional, ladang berpindah atau bentuk pertanian ekstensif lainnya membutuhkan pengetahuan yang cukup mengenai sifat- sifat tanah (fisik, kimia, biologi) serta faktor – faktor lahan lain yang diperlukan. Pengunaan lahan yang tepat adalah salah satu bagian dari konservasi tanah dan air adalah penempatan setiap bidang tanah pada penggunaan yang sesuai dengan kemampuannya dan memperlakukannya sesuai syarat – syarat yang diperlukan, sehingga tanah tersebut tidak rusak dan dapat menjamin produktivitas yang tinggi secara lestari. Penggunaan lahan yang tidak cocok dengan kemampuannya seharusnya direkomendasikan perubahan penggunaannya atau dimasukkan teknologi tambahan sesuai dengan syarat – syarat yang diperlukan sehingga lahan tidak rusak dan dapat digunakan secara lestari. Upaya pembatasan dalam pemanfaatan sumberdaya lahan yang disesuaikan dengan kapasitas asimilasi lahan tersebut yang sering dikenal dengan konsep daya dukung. Daya Dukung Lahan adalah Jumlah orang yang dapat didukung oleh untuk hidup layak. Tujuan penelitian adalah Mengetahui daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir melalui bentuk wilayahnya, letak sumberdaya lahan, sifat iklim dan keadaan fisik alam, keadaan kependudukan, serta tingkat perkembangan ekonomi dan tekhnologi serta mencari hubungannya dengan faktor – faktor yang diduga mempengaruhi daya dukung lahan di desa tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciarutuen Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penelitian berdasarkan Rancangan Acak Sederhana dengan sampel 35 responden. Penelitian menggunakan metode Penelitian Survey melalui analisis deskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Kuntitatif. Data diperoleh dari Responden melalui Kuisioner, wawancara dan Diskusi, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil penelitian dan sumber pustaka yang berhubungan dengan penelitian. Hasil penelitian menunjukan Daya Dukung Lahan desa Ciarutuen Ilir berdasarkan kebutuhan kalori adalah sebanyak 47 orang/ha/tahun, berdasarkan Kebutuhan Fisik Minimum adalah 15 orang/ha/tahun dan berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak adalah 5 orang/ha/tahun. Faktor – faktor yang mempengaruhi daya dukung lahan adalah kemampuan lahan dan penggunaan lahan, degradasi lahan, luas lahan petani., perilaku negatif masyarakat, dan kepadatan penduduk
Kata Kunci: Penggunaan lahan, Daya dukung lahan, Pembagian lahan.
SUMMARY
Azwar Hadi. Analysis of Carrying Capacity in Desa Ciarutuen Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Supervised by Naik Sinukaban and Dwi Putro Tejo Baskoro. Intensification of agriculture on land that has been used for traditional agriculture, shifting agriculture or other forms of extensive agriculture requires sufficient knowledge of soil properties (physical, chemical, biological) as well as factors - factors other necessary land. Use of appropriate land is one part of soil and water conservation is the placement of each area of land on the appropriate use of his ability and treat it according to terms - a necessary condition, so the land is not damaged and can ensure high productivity sustainable. Land use that does not fit with his ability should be recommended changes in use or included additional technology in accordance with the conditions - the necessary conditions so that the land is not damaged and can be used sustainable. Effort restrictions in the utilization of land resources tailored to the assimilation capacity of the land is often known as the concept of carrying capacity. Power Support is the amount of land that can be supported by decent living. Research goal is to know carrying capacity in Desa Ciarutuen Ilir land through its territory form, land resources, climate and nature of natural physical conditions, state of residence, and level of economic development and technology and to know the factors - factors which affect the expected carrying capacity of land in the village. This research was carried out in Desa Ciarutuen Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Research based on simple random design with a sample of 35 respondents. Research using Survey research methods through descriptive analysis. The approach used is the quantitative approach. Result obtained from respondents through questionnaires, interviews and discussions, while the secondary data obtained from the results of research and library resources related to research. The results showed Desa Ciarutuen Ilir Carraying capacity base on calorie needs are 47 person/ha/year, based on the minimum physical needs are 15 persons / ha / year and based on the Decent Life needs are 5 persons / ha / year. Factors - factors that affect the land carrying capacity is the ability of land and land use, land degradation, farmers' land area., The community's negative behavior, and population density. .
Keywords: Land use, Carrying Capacity, Land Distribution.
ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN DI DESA CIARUTUEN ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
AZWAR HADI A24104080
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
LEMBAR PENGESAHAN Judul
: ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN DI DESA CIARUTUEN ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR
Nama
: Azwar Hadi
NRP
: A24104080
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, M. Sc
Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc
NIP. 19461109197302 1 001
NIP.196301261987031001
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 19571222 198203 1 002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 14 Maret 1986 di Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing – Natal. Penulis adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara dari pasangan Bapak H. Abdul Fatah Nasution dan Hj. Nurhayati Lubis. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 8 nomor 142575 Panyabungan pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1998. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Unggulan Nurul ‘Ilmi Padang Sidimpuan pada tahun 1998, lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001-2004 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri I Panyabungan. Kemudian pada tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama di IPB penulis pernah aktif menjadi pengurus di Ikatan Mahasiswa Mandailing Natal – Bogor tahun 2004, Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah dan Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (FOKUSHIMITI) tahun 2006, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian tahun 2007, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM IPB) tahun 2008, Himpunan Mahasiswa Islam, Ikatan Keluarga Nasution, Institut Kedaulatan Pangan dan menjadi salah satu pendiri Komunitas Saung Angkringan Bogor , Pendiri Komunitas Na Gabe dohot na Jogi dan Komunitas Penyelamat Kampus pada tahun 2009.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas berkat dan rahmat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul Analisis
Daya
Dukung
Lahan
Desa
Ciarutuen
Ilir,
Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini memang bukan merupakan studi yang pertama dalam menganalisis Daya Dukung Lahan di Lingkungan Institut Pertanian Bogor. Akan tetapi tanpa mengurangi makna dari hasil penelitian semoga menjadi tambahan khazanah ilmu Pengetahuan dan legitimasi keilmuan terhadap keberpihakan pada petani. Semoga bermanfaat. Penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak tersebut baik yang membantu secara langsung atau tidak langsung antara lain : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban selaku pembimbing skripsi pertama atas ilmu, bimbingan dan motivasi dalam membentuk sistematika berfikir penulis. serta Bapak Dr. Ir. D.P.Tejo Baskoro. selaku pembimbing skripsi kedua atas bimbingan, saran dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Ibu Dr. Enni D. Wahjunie selaku dosen penguji atas saran perbaikan skripsi ini. 2. Guru, Dosen dan staff di lingkungan IPB.
3. Terkhusus Umakku Hj. Nurhayati Lubis yang dengan kelembutan telah mengizinkan anaknya untuk menapaki jalan sunyi selama 6 tahun, Ayah H. Abdul Fatah Nasution yang dengan gagahnya tetap menunggu dan memberikan Do’a terbaiknya, Keluarga Besar Jalan Setia : Kak Imah/Bang Yahya, Kak Niah/Bang Zaen, Bang Yasfi untuk biaya hidup dan kuliah/kak Iim, Bang Fahmi/kak Ita, Kak Ilah, Kak Farisah, Akmal dan adik ku tercinta Sanni serta penerus Nasution berikutnya Yahdi, Fadly, Rifki, Afwah, Yuzril, Yazri dan Nasution pertama (fahri) terima kasih untuk semua kesabarannya. 4. Para Responden, bapak/Ibu Petani. Penulis dedikasikan skripsi ini untuk kesejahteraan kita bersama. 5. Abang Karim, Bang Dilla Pak Kharil, Bang Fachry, Bang Kadir, Aby, Anca, Bobo’s, Gandhi, Imron Kunaedi dan Ilham terima kasih atas kekeluargaannya 6. Osmaleli yang telah mengigatkan kembali arti penting kehidupan. 7. Teman – teman Ilmu Tanah, FOKUSHIMITI, Komunitarian Saung Angkringan dan Na Gabe dohot Na jogi, Institut Kedaulatan Pangan, Ikatan Keluarga Nasution, IKMAMADINA, BEM A, BEM IPB dan HMI Cabang Bogor.
Bogor, Maret 2010
Azwar Hadi
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ..............................................................................
vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.1 Perumusan Masalah ............................................................................... 3 1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................... 5 1.3 Kegunaan Penelitian............................................................................... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6 2.1 Definisi dan Batasan Daya Dukung Lahan ............................................ 6 2.2 Metode dan Penghitungan Daya Dukung Lahan ................................... 8 2.3 Daya Dukung Lahan dan Kebutuhan Layak Penduduk ......................... 10 III. METODELOGI PENELITIAN ............................................................... 12 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 12 3.2 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data ............................................ 12 3.3 Penentuan Sampel .................................................................................. 12 3.4 Metode Penghitungan Daya Dukung Lahan .......................................... 13 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN .................................... 15 4.1 Keadaan Wilayah dan Potensi Sumberdaya Alam ................................ 15 4.2 Potensi Sumberdaya Manusia ................................................................ 16 4.3 Mata Pencaharian ................................................................................... 17 4.4 Sarana dan Prasarana.............................................................................. 18
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 20 5.1 Karakteristik petani ................................................................................ 20 5.1.1 Usia, Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Petani .................... 20 5.1.2 Anggota Keluarga petani .............................................................. 21 5.1.3 Luas Lahan .................................................................................... 21 5.1.4 Jenis Usaha Tani ........................................................................... 22 5.1.5 Jenis Tanaman Yang Diusahakan ................................................. 23 5.2 Hubungan Kerja ..................................................................................... 23 5.3 Daya Dukung Lahan .............................................................................. 24 5.3.1 Daya Dukung Lahan Berdasarkan Kebutuhan Kalori ......................... 24 5.3.2 Daya Dukung Lahan Berdasarkan Kebutuhan Fisik Minimum .......... 26 5.3.3 Daya Dukung Lahan Berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak .............. 26 5.4 Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir ............................................... 27 5.4.1 Implikasi Kebijakan Untuk Peningkatan Daya Dukung Lahan ... 27 5.4.2 Daya Dukung Lahan dan Kehidupan Layak Penduduk ............... 33 5.4.3 Daya Dukung Lahan dan Kesejahteraan ...................................... 35 5.4.4 Kepemilikan Lahan dan Kehidupan Layak .................................. 39 5.4.5 Peningkatan Daya Dukung Lahan ................................................ 40 VII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 41 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 42 LAMPIRAN ....................................................................................................... 43
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
Tabel 1.
Jumlah Kalori berdasarkan Umur ..................................................... 9
Tabel 2.
Penggunaan Lahan ............................................................................ 16
Tabel 3.
Kelompok Umur dan Jenis kelamin Masyarakat Ciarutuen Ilir ....... 16
Tabel 4.
Tingkat Pendidikan Masyarakat Ciarutuen Ilir ................................. 17
Tabel 5.
Mata Pencaharian Masyarakat Ciarutuen Ilir.................................... 18
Tabel 6.
Sarana dan Prasarana ........................................................................ 19
Tabel 7.
Usia, Jenis kelamin dan Tingkat Pendidikan Petani ......................... 20
Tabel 8.
Jumlah Tanggungan Keluarga Petani ............................................... 21
Tabel 9.
Luas Lahan Petani ............................................................................. 22
Tabel 10. Jenis Usahatani Petani....................................................................... 22 Tabel 11 Jenis tanaman Yang Diusahakan....................................................... 23 Tabel 12. Produktivitas Netto Tanaman Pangan ............................................... 25 Tabel 13. Nilai Kalori Jenis Tanaman Pangan .................................................. 25 Tabel 14 Total Kebutuhan Kalori Penduduk .................................................... 25 Tabel 15. Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir.......................................... 27 Tabel 16. Indikator Pendukung Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir ....... 28 Tabel 17. Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir setelah Peningkatan 10 % 40
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Karakteristik Petani ..................................................................................... 43
2.
Pendapatan Petani ....................................................................................... 44
3.
Peningktan Produktivitas Setelah Perbaikan Tekhnologi 10 % .................. 48
4.
Peningktan Produktivitas Setelah Perbaikan Tekhnologi 20 % .................. 49
5.
Kebutuhan Kalori Masyarakat Desa Ciaruteun Ilir ..................................... 50
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Intensifikasi pertanian di lahan yang selama ini digunakan untuk pertanian
tradisional, ladang berpindah atau bentuk pertanian extensif lainnya membutuhkan pengetahuan yang cukup mengenai sifat- sifat tanah (fisik, kimia, biologi) serta faktor – faktor lahan lain yang diperlukan. Dengan demikian penggunaan lahan yang tepat adalah langkah pertama dalam praktek pertanian modern, penerapan teknik konservasi tanah dan air yang memadai, dan perencanaan penggunaan lahan yang baik. Penggunaan lahan yang tepat adalah langkah pertama dalam praktek pertanian modern, penerapan teknik konservasi tanah dan air yang memadai dan perencanaan penggunaan lahan/tata ruang yang baik. Penggunaan lahan yang tepat adalah salah satu bagian dari konservasi tanah dan air yang merupakan penempatan setiap bidang tanah pada penggunaan yang sesuai dengan kemampuannya dan memperlakukannya sesuai syarat – syarat yang diperlukan, sehingga tanah tersebut tidak rusak dan dapat menjamin produktivitas yang tinggi secara lestari. (Sinukaban, 2008). Sesuai dengan yang diamanatkan oleh GBHN, salah satu sasaran pertanian adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia terutama petani, lebih khusus lagi adalah petani miskin. Untuk menerapkan strategi apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani miskin tersebut maka kita harus melihat faktor – faktor apa yang menyebabkan petani tersebut miskin. Dari beberapa penelitian terungkap bahwa petani miskin terutama disebabkan oleh : produktifitas pertanian yang rendah, lahannya sempit, harga hasil pertaniannya rendah, dan kesempatan di luar usaha tani yang rendah. Produktifitas pertanian yang rendah tersebut dapat disebabkan oleh suatu kombinasi faktor – faktor berikut ; lahan tidak subur atau miskin, lahan sudah tererosi berat, pemakaian pupuk tidak memadai, sistem pengelolaannya kurang sesuai dan memadai, kurangnya ketrampilan petani, dan jenis tanaman yang ditanam tidak sesuai dengan keadaan biofisik daerah. (Sinukaban, 2007)
1
Berdasarkan Sensus Pertanian 1993 di Jawa Barat, lebih dari 87 persen rumah tangga petani pengguna lahan adalah petani tanaman pangan, 32 persen mengusahakan tanaman perkebunan, 26 persen ternak, dan 24 persen tanaman hortikultura. Komposisi tersebut menggambarkan bahwa mayoritas kegiatan pertanian yang menggunakan lahan dan sumber daya lain yang terkait dengan keberadaan lahan, secara berurutan adalah tanaman pangan, perkebunan, ternak dan hortikultura. Dengan demikian, permasalahan agraria dapat diidentifikasi berdasarkan pola-pola penggunaan lahan tersebut (Auhadilla, 2009). Berdasarkan intensitas jenis penggunaan lahannya terdapat 90 persen lahan di Jawa digunakan untuk pertanian tanaman pangan dan dengan 84 persen untuk seluruh wilayah di luar Jawa. Sementara luar Jawa didominasi oleh usahatani perkebunan, yaitu sebesar 43 persen dibandingkan 22 persen di Jawa (Sumaryanto et.al, 2002). Oleh karena itu, identifikasi permasalahan agraria pun tidak dapat dilakukan dengan menyamaratakan kondisi, tapi perlu dibedakan antara Jawa dan Luar Jawa. Pembangunan nasional akan timpang kalau daerah/perdesaan tidak dibangun, urbanisasi tidak akan bisa ditekan, dan pada akhirnya kesenjangan desa dan kota semakin melebar. Lebih dari 83 persen kabupaten/kota di Indonesia ekonominya berbasis kepada pertanian. Agroindustri perdesaan akan sangat berperan dalam pertumbuhan ekonomi perdesaan terutama dalam penyerapan tenaga kerja Dalam tahun 1993-2003 jumlah petani gurem (dengan luas
garapan
kurang dari 0,5 ha) meningkat dari 10,8 juta KK menjadi 13,7 juta KK (meningkat 2,6% per tahun). Hal ini menunjukkan terjadinya marjinalisasi pertanian sebagai akibat langsung dari kepadatan penduduk. Sementara itu luas lahan semakin berkurang dan perkembangan kesempatan kerja di luar pertanian terbatas. Jumlah rumah tangga petani (RTP) menurut Sensus Pertanian (SP) 2003 mencapai 25,58 juta RTP. Sekitar 40 persen RTP tergolong tidak mampu dan 20 persen diantaranya dikepalai oleh perempuan. Pada daerah dimana tingkat migrasi tenaga kerja laki - laki tinggi, beban kerja sektor pertanian bergeser kepada tenaga kerja perempuan dan kelompok lanjut usia
2
Pokok-pokok permasalahan yang muncul di bidang pertanian pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan berkisar pada persoalan penguasaan tanah, konversi lahan, perubahan hubungan kerja dan kelembagaan karena introduksi teknologi, yang semuanya ini akan berujung pada perubahan kesejahteraan masyarakat tani. Permasalahan-permasalahan tersebut adalah butirbutir utama yang akan dibahas dalam penelitian ini. Pada sisi lain, masyarakat tani sangat tergantung pada kepemilikan lahan dan sumberdaya lahan.
Perekonomian masyarakat tani tergantung pada hasil
panen dan kegiatan pertanian lain yang memanfaatkan luasan sumberdaya lahan. Oleh sebab itu, lahan merupakan sumberdaya yang memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup masyarakat tani desa. Banyak ragam aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat tani yang memanfaatkan sumberdaya lahan antara lain tanaman pangan, pertanian tanaman perkebunan, ternak, dan tanaman hortikultura. Aktivitas pertanian ini melahirkan turunan kegiatan pertanian lain seperti perdagangan hasil panen, pengolahan hasil panen dan jasa perdagangan. Kompleksitas kegiatan pertanian yang ditandai dengan pemanfaatan sumberdaya lahan secara destruktif, menjadi salah satu faktor yang mendorong melemahnya daya dukung lingkungan. Rendahnya daya dukung lahan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, ketergantungan pangan dan kebutuhan pokok lain dan fungsi lainnya akan semakin menurun.
1.2
Perumusan Masalah Permasalahan pemanfaatan sumberdaya lahan tidak bisa dilepaskan dari
konsepsi pembangunan berkelanjutan.
Sejalan dengan konsep pembangunan
berkelanjutan, upaya pembatasan dalam pemanfaatan sumberdaya lahan yang disesuaikan dengan kapasitas asimilasi lahan tersebut yang sering dikenal dengan konsep daya dukung. Potensi sumberdaya lahan yang beraneka ragam tidak hanya dapat dinikmati manfaatnya oleh masyarakat tani. Keberadaannya secara rantai makanan merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi kondisi lahan. Dan itu artinya akan sangat mempengaruhi produksifitas lahan. Ketika pemanfaatan terhadap sumberdaya lahan berlebih dan bahkan menimbulkan kerusakan, maka
3
fungsi ekologis dari sumberdaya akan berkurang dan bahkan dalam kondisi yang parah akan hilang.
Tentu hal tersebut juga akan mengurangi pendapatan
masyarakat yang hidupnya sangat bergantung dari sumberdaya tersebut. Untuk itu setiap pemanfaatan, perlu ditekankan agar memperhatikan kapasitas pemanfaatan sumberdaya sehingga masih memungkinkan untuk pulih dan memproduksi kembali. Artinya, setiap pemanfaatan hendaknya tidak melebih daya dukung lahan. Akhirnya, kondisi sumberdaya akan sangat menentukan kualitas hidup masyarakat sekitar. Pemanfaatan terhadap sumberdaya lahan terkadang bukan hanya berasal dari penduduk setempat, tetapi sebagai open acces property sehingga lahan beserta sumberdaya hayati di dalamnya dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh siapa saja. Pada konteks seperti itu, sering ditemukan kondisi yang bertolak belakang antara sumberdaya lahan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang mendiami desa tersebut. Kerusakan sumber daya lahan berdampak kepada menurunnya fungsi ekosistem.
Pada kondisi seperti ini, masyarakat setempat yang banyak
menggantungkan hidupnya dari keberadaaan sumberdaya lahan yang sudah mengalami kerusakan akan terpengaruh, setidaknya akan mengalami penurunan kesejahteraan sebagai akibat menurunnya produksfitas lahan dan hasil pertanian lainnya. Banyak ditemukan di beberapa desa, kondisi sumberdaya lahan terlihat masih bagus, namun masyarakat desa tersebut berada dalam kondisi miskin. Artinya, kondisi objektif sumberdaya lahan yang melimpah pada satu sisi, tetapi kesenjangan ekonomi dan kemiskinan pada sisi lain. Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi dapat disebabkan oleh kerusakan lingkungan yang menyebabkan berkurangnya fungsi ekosistem, namun tidak menutup kemungkinan adanya pengaruh faktor lain yang lebih bersifat eksternal. Untuk itu perlu melakukan kajian keterkaitan antara daya dukung lingkungan dan tingkat kesejahteraan. Penggunaan lahan yang tidak cocok dengan kemampuannya seyogyanya direkomendasikan
perubahan
penggunaannya
atau
dimasukkan
teknologi
tambahan sesuai dengan syarat – syarat yang diperlukan sehingga lahan tidak rusak dan dapat digunakan secara lestari (Sinukaban, 2008). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka fokus penelitian ini adalah mengkaji hubungan antara daya dukung sumberdaya lahan serta
kaitannya
4
dengan tingkat kesejahteraan masyarakat desa. Selanjutnya sejumlah pertanyaan akan diajukan untuk menjawab permasalahan tersebut antara lain : •
Berapa besar Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir?
•
Seberapa besar ketergantungan masyarakat desa terhadap luasan sumberdaya lahan?
•
Apakah tingkat kesejahteraan masyarakat hanya ditentukan oleh pemanfaatan sumberadaya yang memperhatikan konsep daya dukung atau ada faktor lain yang mempengaruhi ?
1.3.
Tujuan Penelitian Mengetahui daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir melalui bentuk
wilayahnya, letak sumberdaya lahan, sifat iklim dan keadaan fisik alam, keadaan kependudukan, serta tingkat perkembangan ekonomi dan tekhnologinya dengan melalui pendekatan penghitungan daya dukung lahan pertanian tanaman pangan. Selanjutnya dari daya dukung lahan yang ditemui akan dicari hubungannya dengan faktor – faktor yang diduga mempengaruhi daya dukung lahan di desa tersebut. 1.4
Kegunaan Penelitian 1) Mengetahui tingkat pendayagunaan lahan suatu desa. 2) Menjadi
dasar
pertimbangan
dalam
melaksanakan
kegiatan
pembangunan di desa dalam rangka mengurangi degradasi lahan, kerusakan lingkungan dan kesejahteraan petani. 3) Mengetahui produktivitas lahan pertanian per kapita untuk memenuhi kebutuhan pangan.
5
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Definisi dan batasan daya dukung lahan. Daya dukung lahan dinilai menurut ambang batas kesanggupan lahan
sebagai suatu ekosistem menahan keruntuhan akibat penggunaan. Penilaian Daya dukung lahan dapat dilakukan melalui penghitungan kelas kemampuan lahan (Sinukaban.2008). Daya dukung lahan ditentukan oleh banyak faktor baik biofisik maupun sosial-ekonomi-budaya
yang saling mempengaruhi. Daya dukung tergantung
pada persentasi lahan yang dapat digunakan untuk pertanian yang berkelanjutan dan lestari, persentasi lahan ditentukan oleh kesesuaian lahan untuk pertanian. Beberapa pengertian mengenai daya dukung lahan telah ditemukakan oleh Dasman (1964), yaitu :
Daya dukung yang berhubungan dengan kurva logistik yang merupakan asimtot atas dari kurva tersebut. Dalam hal ini daya dukung adalah batas teratas dari pertumbuhan populasi dimana pertumbuhan populasi tidak dapat lagi didukung oleh sumberdaya yang ada.
Daya dukung yang dikenal dalam ilmu pengelolaan margasatwa. Dalam hal ini daya dukung adalah jumlah individu yang dapat didukung oleh suatu habitat.
Daya
dukung
yang
dikenal
dalam
ilmu
pengelolaan
padang
penggembalaan. Dalam hal ini daya dukung adalah jumlah individu yang dapat didukung oleh lingkungan dalam keadaan sehat dan kuat. Selanjutnya Dasman et al. (1980), mencoba memberikan pengertian daya dukung sebagai suatu ukuran jumlah individu dari suatu spesies yang dapat didukung oleh lingkungan tertentu. Dalam hubungan ini daya dukung mempuyai beberapa tingkatan, yaitu : 1. Suatu daya dukung absolut atau maksimum, yaitu jumlah maksimum individu yang dapat didukung oleh sumberdaya dan lingkungan pada tingkatan sekedar dapat hidup. Tingkatan ini dapat disebut kepadatan subsisten untuk spesises itu. 2. Tingkatan populasi suatu spesies yang biasanya ditentukan oleh pengaruh populasi spesies lainnnya yang hidup di lingkungan yang sama, yang
6
memburu atau memangsa spesies tadi dan yang menyebabkan penyakit atau menjadi parasitnya. Tingkatan ini dapat disebut kepadatan keamanan, atau ambang pintu keamanan, karena populasi dibawah ambang pintu ini relatif aman dari pemangsaan penyakit; kepadatan ini sudah barang tentu kurang dari kepadatan subsisten. Tingkatan yang umumnya dianggap oleh mereka yang berurusan dengan kesehatan atau produktifitas spesies yang bersangkutan, disebut kepadatan optimum. Pada tingkatan ini individu – individu dalam populasi akan mendapatkan persediaan segala keperluan hidupnya dengan cukup, dan karena itu akan menunjukan pertunjukan kesehatan individu baik, yang tidak dibatasi oleh adanya kekurangan setiap keperluan yang esensial. Daya dukung suatu wilayah dapat naik atau turun tergantung dari kondisi biologis, ekologis dan tingkat pemanfaatan manusia terhadap sumberdaya alam. Daya dukung suatu wilayah dapat menurun, baik diakibatkan oleh kegiatan manusia maupun gaya-gaya ilmiah (natural forces), seperti bencana alam. Namun dapat dipertahankan dan bahkan dapat ditingkatkan melalui pengelolaan wilayah secara tepat (proper), masukan teknologi dan impor (perdagangan) (Dahuri, 2001) dalam Auhadilla (2009). Proses penentuan daya dukung lingkungan untuk suatu aktivitas ditentukan umumnya dengan dua cara: (1) suatu gambaran hubungan antara tingkat kegiatan yang dilakukan pada suatu kawasan dan pengaruhnya terhadap parameter-parameter lingkungan, dan (2) suatu penilaian kritis terhadap dampak-dampak lingkungan yang diinginkan dalam rezim manajemen tertentu. Secara umum terdapat empat tipe kajian daya dukung lingkungan (Inglis et al., 2000) dalam Auhadilla (2009), yakni:
1) Daya dukung fisik, yaitu luas total berbagai kegiatan pembangunan yang dapat didukung (accommodated) oleh suatu kawasan/lahan yang tersedia, 2) Daya dukung produksi, yaitu jumlah total sumberdaya daya alam (stok) yang dapat dimanfaatkan secara maksimal secara berkelanjutan 3) Daya dukung ekologi, adalah kuantitas atau kualitas kegiatan yang dapat dikembangkan dalam batas yang tidak menimbulkan dampak yang merugikan ekosistem
7
4) Daya dukung sosial, yakni tingkat kegiatan pembangunan maksimal pada suatu kawasan yang tidak merugikan secara sosial atau terjadinya konflik dengan kegiatan lainnya.
2.2
Metode Penghitungan Daya Dukung Lahan.
Apabila Daya Dukung Wilayah adalah jumlah orang yang dapat didukung oleh wilayah tersebut untuk hidup layak maka jumlah kebutuhan setiap orang adalah kebutuhan untuk hidup layak. Dengan demikian Daya Dukung Lahan adalah total ketersediaan produksi dibagi dengan kebutuhan hidup layak setiap orang. Kebutuhan Hidup Layak adalah kebutuhan fisik minimum (KFM) ditambah kebutuhan pendidikan, kegiatan Sosial, kesehatan, pakaian, asuransi dan tabungan. Kebutuhan Fisik Minimum Adalah 320 Kg beras di pedesaan dan 400 Kg beras di perkotaan untuk pangan, pakaian dan rumah (Sajogjo.1990). Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah Kebutuhan Fisik Minimum ditambah Kebutuhan Hidup Tambahan yang terdiri dari : 50% KFM adalah untuk hidup pendidikan dan kegiatan sosial 50% KFM adalah untuk kesehatan dan rekreasi, 50% KFM adalah untuk asuransi dan tabungan. Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah 250 % x Kebutuhan Fisik Minimum (KFM). Dengan demikian, melalui penghitungan daya dukung lahan berdasarkan kemampuan lahan ini dapat ditentukan apakah penggunaan suatu lahan sudah melapaui daya dukungnya atau belum (Sinukaban.2008). Sementara Kepadatan Penduduk adalah Jumlah Penduduk dibagi dengan Luas Lahan. Nilai kalori dari setiap hasil jenis tanaman pangan yang diteliti untuk setiap kilogram bahan makanan, adalah sebagai berikut :
Padi
3600 kal
Jagung
1400 kal
Umbi – umbian
1350 kal
Kacang – kacangan
3425 kal
8
Sayuran
330 kal
Angka – angka tersebut ditetapkan berdasarkan angka – angka yang telah dikemukakan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan (1972), Soedarmo dan Sediaoetama (1977) dalam dalam Agustono (1984). Untuk jumlah kalori, Soedarmo dan Sediaoetama (1977) dalam Agustono (1984) mengemukakan jumlah kalori yang dianjurkan berdasarkan golongan umur, seperti tertera dalam tabel 1 Tabel 1. Jumlah Kalori Berdasarkan Umur Kelompok
Umur (tahun)
Berat badan (Kg)
Jumlah kalori (kal)
Laki – laki dewasa
20 - 39
55
2.600
40 – 59
55
2.00
> 60
55
2.400
20 - 39
47
2.000
40 – 59
47
1.900
> 60
47
1.600
Wanita Dewasa
Wanita Hamil (20
+300 kcal
minggu menjelang melahirkan) Wanita menyusui Laki – laki remaja
Wanita remaja
Anak – anak
Bayi
+800 13 – 15
42
2.900
16 – 19
50
3.000
13 – 15
42
2.400
16 – 19
45
2.100
1–3
12
1.200
4–6
18
1.600
7–9
27
1.900
10 – 12
35
2.300
12 bulan
8
900
9
2.3
Daya Dukung Lahan dan Kehidupan layak Penduduk Fenomena kemiskinan dan kerusakan lahan adalah dua hal yang saling
terkait. Kebutuhan dan jumlah manusia yang terus meningkat, mengakibatkan sumber daya alam maupun fisik harus dimodifikasi sedemikian rupa untuk mengejar
tujuan
pembangunan.
Pembangunan
yang
sejatinya
bertujuan
menghapuskan kemiskinan, justru mengakibatkan kemiskinan sebagai akibat rusaknya sumber daya alam akibat proses ekonomi yang tidak mengindahkan lingkungan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa kemiskinan terjadi karena kerusakan lingkungan atau sebaliknya lingkungan rusak karena kemiskinan. Kemiskinan terjadi akibat kerusakan lingkungan yang disebabkan karena kemiskinan periode sebelumnya. Begitupula sebaliknya, lingkungan rusak karena kemiskinan yang dipicu oleh kerusakan lingkungan pada periode sebelumnya. Hubungan sebab akibat ini dapat terus berlanjut membentuk siklus yang tidak berujung. Sachs (2006) dalam Auhadilla (2009) menekankan pentingnya hubungan kemiskinan dan kerusakan lingkungan sebagai peubah penentu kesejahteraan dan kemakmuran. Menurutnya, sementara investasi pada kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur mungkin dapat mengatasi perangkap kemiskinan yang sudah ekstrem kondisinya, degradasi lingkungan pada skala lokal, regional, dan global dapat meniadakan manfaat investasi tersebut. Keterkaitan antara kemiskinan dan isu lingkungan pada hakekatnya merupakan
sebuah
siklus
yang
sangat
komplek.
Bank
Dunia
(1994)
mengidentifikasi tiga keterkaitan utama antara degradasi lingkungan dan dampaknya bagi masyarakat miskin, yaitu : 1) Kesehatan lingkungan (Environmental health) : masyarakat miskin sangat menderita jika air, udara dan tanah, dimana mereka hidup mengalami polusi 2) Sumber penghidupan (Livelihoods) : masyarakat miskin cenderung untuk tergantung secara langsung pada sumber daya alam, sehingga jika tanah, vegatasi dan sumber air terdegradasi maka masyarakat miskin akan merasakan dampak yang nyata.
10
3) Kerentanan (Vulnerability) : masyarakat miskin seringkali bersinggungan dengan bahaya lingkungan dan tidak mampu mengatasi kejadian tersebut. Pengukuran kesejahteraan terkait dengan penggunaan tanah/lahan dalam suatu populasi masyarakat. Selain itu, ketergantungan masyarakat terhadap suatu sumberdaya sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Menipisnya sumberdaya dalam suatu ekosistem seperti ekosistem pesisir, berakibat pada menurunnya produksi masyarakat, menurunnya pendapatan masyarakat dan tentunya pola konsumsi masyarakat juga akan berkurang.
Pada gilirannya
kesejahteraan masyarakat akan semakin menurun. Menipisnya sumberdaya dapat disebabkan adanya ekploitasi berlebih tanpa melihat kapasitas ekosistem untuk pulih kembali dan terus memproduksi. Kemampuan ekosistem untuk menampung pemanfaatan tanpa mengurangi produktifitasnya disebut sebagai daya dukung. Manik (2003) dalam Auhadilla (2009) melihat bahwa daya dukung sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat dimana terdapat ketergantungan tinggi masyarakat tersebut terhadap sumberdaya ekosistem yang berada di lingkungannya.
Seperti contoh daya dukung untuk populasi manusia pada
hakekatnya adalah jumlah individu dalam keadaan sejahtera yang dapat didukung oleh suatu satuan sumberdaya dan lingkungan, tanpa terjadi pencemaran dan kerusakan pada sumberdaya dan lingkungan itu. Dalam penelitian daya dukung lahan, paling tidak terdapat dua variabel pokok yang perlu diketahui untuk melakukan analisis (Riyadi et.al., 2005) yaitu : (1) potensi lahan yang tersedia termasuk luas lahan, dan (2) jumlah penduduk. Seluruh
aktivitas
manusia
dalam
mencukupi
kebutuhan
hidup
selalu
membutuhkan ruang, sehingga ketersediaan lahan sangat besar pengaruhnya terhadap aktivitas manusia. Demikian juga, besarnya jumlah penduduk dalam suatau wilayah (ruang) akan sangat menentukan kemampuan wilayah tersebut untuk mendukung penduduknya, sehingga memperoleh suatu standar hidup yang layak.
11
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciarutuen Ilir. Pemilihan Lokasi
Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan bahwa di Desa Ciarutuen Ilir sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Desember tahun 2009. Sebelumnya dilkukan penjajagan lapang terlebih dahulu terhadap lokasi penelitian.
3.2
Metode Penelitian dan Pengumpulan data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif.
Kategori data yang dibutuhkan yaitu data utama (data primer) dan data penunjang (data sekunder). Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dengan tehnik wawancara dan kuisioner. Data penunjang diperoleh dari dokumen atau arsip tertulis serta laporan hasil penelitian serta publikasi lainnya.
3.3
Penentuan Sampel Unit analisis penelitian adalah individu sedangkan populasi penelitian
adalah petani di desa Ciarutuen Ilir. Metode pengambilan sampel penelitian ini adalah acak sederhana. Metode ini merupakan pengambilan sebuah sample sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih. Metode pengambilan sampel dengan acak sederhana ditempuh melalui undian. Jumlah sampel secara keseluruhan adalah sebanyak 35 orang. Jumlah tersebut sudah dianggap dapat mempresentasikan keadaan petani di Desa Ciarutuen Ilir dan ukuran yang dapat diterima serta memnuhi syarat dari suatu metode penelitian (minimal 30 orang) jenis Deskriptif korelasional (Gay dalam Mendez, 2008).
3.4
Metode Penghitungan Daya Dukung Lahan.
12
Data yang diperoleh dari kuesioner merupakan data primer yang dianalisa berdasarkan masing – masing sub pokok bahasan. Daya Dukung Lahan adalah total ketersediaan produksi dibagi dengan kebutuhan hidup layak setiap orang. Kebutuhan Hidup Layak adalah kebutuhan fisik minimum (KFM) ditambah kebutuhan pendidikan, kegiatan Sosial, kesehatan, pakaian, asuransi dan tabungan. Kebutuhan hidup Layak (KHL) adalah Kebutuhan Fisik minimum ditambah Kebutuhan Hidup Tambahan (KHT) Kebutuhan Fisik Minimum adalah 320 kg beras di pedesaan dan 400 kg beras di perkotaan untuk pangan, pakaian dan rumah (Sajogjo, 1990). Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah 250 % x Kebutuhan Fisik Minimum (KFM). Analisis Data dilakukan berdasarkan 3 pendekatan (Sinukaban, 2008) yaitu 1. Berdasarkan kebutuhan kalori : KKa =
TPKa KKaPd
Keterangan : KKa : Kebutuhan kalori (cal) TPKa : Total produksi kalori (cal) KKaPd : Kebutuhan kalori penduduk (cal)
2. Berdasarkan Kebutuhan Fisik minimum : DDLf =
TKtP KFM
Keterangan : DDLf : Daya dukung lahan berdasarkan Kebutuhan Fisik Minimum TKtP
: Total ketersediaan produksi
KFM
: Kebutuhan Fisik Minimum setiap orang.
3. Berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak DDLy =
TKtp KHL
KHL = KFM + KHT
13
Keterangan : DDLy : Daya Dukung Lahan berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak TKtP : Total Ketersediaan Produksi KHT : Kebutuhan Hidup Tambahan KHL : Kebutuhan Hidup Layak.
Analisis Daya Dukung Lahan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan data luas panen (ha) tanaman-tanaman penghasil kalori utama (jagung, padi, umbi-umbian, dan kacang-kacangan) 2. Mengumpulkan data-data produksi (ton/ha) tanaman-tanaman penghasil kalori utama (jagung, padi, umbi-umbian, dan kacang-kacangan). 3. Menghitung produksi bruto/produksi kotor (ton) tanaman-tanaman penghasil kalori utama (jagung, padi, umbi-umbian, dan kacangkacangan). 4. Menghitung produksi netto/produksi bersih (kal/tahun) tanaman penghasil kalori utama (jagung, padi, umbi-umbian, dan kacang-kacangan). Dalam menghitung produksi neto yang dapat dikonsumsi dari setiap jenis tanaman bahan makanan tersebut, telah digunakan angka – angka konversi sebagai berikut :
Padi
40%
Jagung
65%
Umbi – umbian
80%
Kacang – kacangan
60%
Sayuran
100%
5. Menghitung nilai konversi jumlah kalori i masing-masing tanaman penghasil kalori utama sesuai ketetapan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). 6. Menghitung Kebutuhan Fisik Minimum setiap orang di Desa Ciaretuen Ilir 7. Menghitung Kebutuhan Hidup Layak setiap orang di Desa Ciaretuen Ilir 8. Menghitung daya dukung lahan desa Ciaretuen Ilir.
14
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1.
Keadaan Wilayah dan Potensi Sumberdaya Alam. Desa Ciaruteun Ilir merupakan wilayah Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, terletak kurang lebih tujuh km di sebelah timur Ibukota Kecamatan Cibungbulang. Desa ini dapat diakses dengan kenderaan roda dua dan roda empat. Angkutan umum yang dapat digunakan untuk mengakses desa Ciarutuen Ilir adalah angkutan umum jurusan Bubulak – Jasinga dan Bubulak / Laladon – Ciampea. Adapun batas – batas Wilayah Desa Ciaruteun Ilir adalah : a) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cidokom, Kecamatan Rumpin. b) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Leuweungkolt, Kecamatan Cibungbulang c) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ciampea d) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cijujug, Kecamatan Cibungbulang. Desa Ciaruteun Ilir secara administrasi wilayah terbagi dalam 10 Rukun Warga (RW), 30 Rumah tangga (RT), yang tersebar dalam 13 kampung (dusun) dengan kepadatan penduduk adalah 30 orang/ha. Dengan mata pencaharian utama penduduknya adalah bertani. Jumlah penduduk desa Ciarutuen Ilir adalah 9.595 jiwa. Desa Ciaruteun Ilir berada pada ketinggian 250 meter diatas permukaan laut (dpl), dengan kemiringan 10 – 20 persen (miring/berbukit) dan tingkat kemasaman tanah 5 – 7 (pH). Klasifikasi jenis tanah adalah tanah Latosol. Suhu berkisar 22 0C – 28 oC dengan curah hujan 3.000 – 4.000 mm/tahun. Desa Ciaruteun Ilir mempunyai luas 319 hektar yang terdiri dari lahan darat 282 hektar dan lahan sawah 37 hektar. Lahan sawah yang digunakan untuk budidaya padi sawah dan palawija sekitar 56 hektar dan budidaya tanaman sayuran
sekitar 171 hektar, 51 hektar untuk pemukiman, 21 hektar untuk
15
pekarangan, 12 hektar untuk hutan rakyat dan 34 hektar lahan yang tidak ditanami. Tabel 2. Penggunaan Lahan di Desa Ciarutuen Ilir No
Uraian
1
Lahan Darat :
2.
Luas Lahan (ha)
Presentase (%)
a. Tegalan
156
48,9
b. Pekarangan
21
6,6
c. Kolam
8
2,5
d. Pemukiman
51
16.0
e. Hutan Rakyat
12
3,8
f. Lain – lain
34
10,7
a. Pengairan Teknis
37
11,6
JUMLAH
319
100
Lahan Sawah
Sumber : Profil Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2005.
4.2
Potensi Sumberdaya Manusia Berdasarkan data monografi desa, jumlah pendudik Desa Ciruteun Ilir
9.595 jiwa yang terdiri dari laki – laki sebanyak 4.891 jiwa (51 %) dan perempuan sebanyak 4.704 jiwa (49%). Sebaran umur laki – laki paling tinggi berada pada kelompok umur 30 – 59 tahun (19,6 %). Sementara untuk sebaran umur perempuan paling tinggi berada pada kelompok umur 0 – 14 tahun (17,1 %). Dari sebaran umur tersebut masih dalam kategori produktif. Sebaran penduduk secara cara keseluruhan dapat dilihat pada tabel. 3 Tabel 3. Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Masyarakat Desa Ciarutuen Ilir. No.
Kelompok Umur
Laki – laki
Perempuan
Persen
(Tahun)
Orang
%
Orang
%
Jumlah
(%)
1
0 - 14
1.661
17,3
1.636
17,1
3.298
34,4
2
15 – 29
1.194
12,4
1.460
15,2
2.654
27,7
3
30 – 59
1.878
19,6
1.397
14,6
3.275
34,1
4
>60
157
1,6
211
2,2
368
3,8
JUMLAH
4.891
51,0
4.704
49,0
9.595
100,0
16
Tingkat pendidikan penduduk desa Ciaruteun Ilir tergolong rendah karena 3.166 orang (33 persen) hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) dan hanya sekitar 2,5 persen yang tergolong lulusan SLTA, Diploma serta Strata Sarjana. Hal ini terjadi karena ada anggapan masyarakat desa Ciarutuen Ilir bahwa tingkat pendidikan tidak menjamin adanya peningkatan kesejahteraan. Disamping itu masyarakat desa Ciarutuen Ilir tidak dapat menjangkau biaya pendidikan.
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Ciarutuen Ilir Pendidikan
No.
Jumlah Orang
Pesen (%)
1.
Belum Sekolah
5.659
59,0
2.
Tamat Sekolah Dasar
3.166
33,0
3.
SLTP
528
5,5
4.
SLTA
219
2,3
5.
D1, D2, D3
19
0,2
6.
Sarjana
4
0,0
Jumlah
9.595
100,0
Sumber : Profil Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2005.
4.3
Mata Pencaharian Mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Cairuteun Ilir adalah
bertani (Tabel 5.). Penduduk yang bekerja pada sektor Pertanian yakni sebagai Petani pemilik sekaligus penggarap sebanyak 800 orang (37,7%) dan Buruh Tani sebanyak 432 orang (20,3%). Merujuk klasifikasi Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (2002) penduduk di Desa Ciarutuen Ilir termasuk kategori masyarakat tani. Masyarakat tani adalah masyarakat yang dianggap paling banyak memanfaatkan Sumberdaya Lahan dan potensi Sumberdaya Alam untuk kelangsungan hidupnya. Selain di sektor pertanian, sebagian kecil penduduk di desa Ciarutuen Ilir juga
bekerja
di
sebagai
pedagang/pengrajin/wiraswasta,
buruh
tani,
PNS/TNI/POLRI, peternak, montir/bengkel. Tidak jarang penduduk yang
17
memiliki dua jenis atau lebih pekerjaan, seperti selain jadi PNS juga sebagai petani sawah dan wiraswasta. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat desa Ciarutuen Ilir tidak cukup memenuhi kebutuhan hidupnya jika hanya bekerja dalam bidang pertanian
Tabel 5. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Ciaruteun Ilir Jenis Pekerjaan
Jumlah (orang)
Presentase (%)
Petani
800
37,7
Buruh Tani
432
20,3
Pedagang/Pengrajin/Wiraswasta 627
29,6
PNS/TNI/POLRI
24
1,1
Peternak
100
4,7
Montir/Bengkel
76
3,6
Lain-Lain
62
3
Jumlah
2.121
100,00
Sumber : Profil Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2005.
4.4
Sarana dan Prasarana Sarana transportasi yang digunakan penduduk Desa Ciaruteun Ilir sehari-
hari adalah kendaraan pribadi yang berupa sepeda motor, mobil angkutan dan keandaaraan umum berupa ojek, angkot, truck, dan bus. Di Desa Ciarutuen Ilir jalan yang dilapisi aspal sepanjang tiga kilometer yang merupakan jalan yang menghubungkan Desa dengan Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Ciampea yang kondisinya rusak parah dan satu kilometer yang merupakan jalan desa yang tersusun atas bebatuan dan tanah. Padahal satu – satunya jalan yang digunakan untuk pengangkutan hasil Pertanian. Selain sarana transportasi, di Desa Ciarutuen Ilir terdapat juga prasarana desa berupa jembatan. Prasarana komunikasi berupa warung telephone, telepon pribadi / HP, media elektronik berupa TV, radio. Prasarana air bersih berupa sumur pompa, sumur gali dan MCK. Hampir di setiap Rumah Atngga di Desa Ciarutuen Ilir mempunyai Sumur Gali. Dan Desa Ciatutuen Ilir juga mempuyai
18
MCK umum sebanyak 8 unit. Sarana pendidikan yang ada di Desa Ciaruteun Ilir adalah sebanyak 6 unit Sekolah Dasar (SD) dan satu unit taman kanak-kanak serta Tiga unit Lembaga Pendidikan Agama. Jika ditinjau dari kelompok umur wajib sekolah yakni 0 – 14 tahun ada 1.661 orang sudah selayaknya dibangun Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum untuk menghindari terjadinya putus Sekolah karena terlalu dibebani ongkos angkutan menuju sekolah yang hampir mencapai nilai Rp. 20.000/siswa/hari.
Tabel 6. Sarana dan Prasarana Sarana/ Prasarana Pendidikan
Jumlah
Keterangan
Perguruan Tinggi
0
-
Sekolah Menengah Atas (SMA)
0
-
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
0
-
Sekolah Dasar (SD)
6
Pemerintah
Taman Kanak – kanak (TK)
1
Swasta
Lembaga Pendidikan Agama
3
-
Perpustakaan Desa
0
-
Perpustakaan Keliling
0
-
Taman Bacaan
0
-
Posyandu
8
Pemerintah
Praktek dokter
1
Swasta
Toko Obat
1
Swasta
Puskesmas pembantu
1
Pemerintah
Balai Pengobatan
1
pemerintah
Untuk sarana dan Prasarana Kesehatan belum ada Puskesmas padahal dilihat dari total Penduduk yakni 9.595 jiwa sudah selayaknya ada sebuah rumah sakit dan setidaknya ada 90 orang Dokter/tenaga medis. Kebutuhan ini dihuting berdasarkan jika satu orang Dokter menangani sekitar 100 orang warga Desa Ciarutuen Ilir.
19
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Karakteristik Petani Hasil Penelitian yang telah dilakukan, menunjukan gambaran karakteristik
petani berdasarkan jenis kelamin adalah 18 petani yang berjenis kelamin laki – laki dan 17 petani yang berjenis kelamin perempuan. Jumlah petani laki – laki dan perempuan tidak jauh berbeda sehingga perbedaan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Petani di desa Ciarutuen Ilir pada umumnya adalah orang tua. Dari Tabel. 7 dapat dilihat umur petani diatas 40 tahun dengan kelompok usia terbanyak berada pada kelompok umur 46 – 51 tahun yakni sebesar 37, 14 persen (14 orang). Menurut wawancara dengan petani di Desa Ciarutuen Ilir perbedaan umur yang tidak jauh berbeda dalam baertani disebabkan tidak adanya pilihan pekerjaan yang lain.
5.1.1
Usia, Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Petani Berdasarkan data Tabel 7 petani dengan pendidikan Sekolah Dasar (SD)
sebanyak 30 orang (85,70 %) dan 5 orang yang merupakan lulusan SMP. Pendidikan petani di desa Ciarutuen Ilir tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena (1) tidak terjangkaunya biaya pendidikan, (2) tidak tersedianya fasilitas pendidikan di Desa Ciaurutuen. Tabel.7. Usia, Jenis kelamin dan Tingkat Pendidikan Petani Kelompok usia (tahun)
Jumlah (orang)
Jenis kelamin
Tingkat Pendidikan
Laki – laki
Perempuan
SD
SMP
(%)
(%)
(%)
(%)
40 – 45
14
61
18
30
100
46 – 51
13
28
47
40
0
52 – 57
8
11
35
30
0
Jumlah
35
100
100
100
100
5.1.2
Anggota Keluarga Petani
20
Jumlah anggota keluarga yang ditanggung petani (kepala keluarga) adalah semua anggota (selain kepala keluarga) yang ditanggung atau berada dalam satu unit anggaran belanja, termasuk di dalamnya anak sekolah diluar desa dan anak yang sudah berumah tangga tetapi masih menjadi tanggungan kepala keluarga. Jumlah tanggungan keluarga paling banyak (lima orang) yakni 10 Petani (28,6%).
Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden
Jumlah tanggungan keluarga
Rata
1
2
3
4
5
6
7
8
rata
Jumlah
3
2
1
6
10
7
2
4
5,7
Persen (%)
8,6
5,7
2,9
17,1
28,6
20
5,7
11,4
5,7
–
Jumlah Tanggungan keluarga Petani di Desa Ciarutuen Ilir termasuk sedang yakni rata – rata 5,7. Di Desa Ciarutuen Ilir terdapat tiga keluarga petani yang memiliki tanggungan keluarga sebanyak satu orang, sedangkan yang memilki tanggungan keluarga sebanyak delapan orang terdapat empat keluarga petani. Dari Hasil wawancara, petani yang memiliki tanggungan satu orang pada umumnya adalah petani yang masih berusia muda atau baru beberapa tahun menikah. Selain itu, petani yang hanya tinggal berdua dengan istrinya kerena anak-anaknya sudah menikah atau bekerja diluar kota sehingga tidak menjadi tanggungan orang tua mereka lagi.
5.1.3
Luas lahan Luas lahan yang dimiliki oleh petani di Desa Ciarutuen Ilir termasuk
sempit yakni berkisar 100 – 500 m2 (Tabel 9.) dan sebagian besar merupakan tanah warisan yang telah dibagi sebelumnya dengan anggota keluarga yang lain. Dari 35 petani terdapat 14 orang atau 40 % yang memiliki lahan 201 – 300 m2 dan hanya 4 orang yang memiliki lahan antara 401 m2 samapi 500 m2.
Tabel 9. Luas lahan Petani
21
Luas Lahan (m2)
Jumlah Petani (Orang)
Persentase (%)
100 – 200
7
20
201 – 300
14
40
301 – 400
10
29
401 - 500
4
11
Jumlah
35
100
5.1.4
Jenis Usahatani Jenis usahatani menunjukkan usahatani yang dilaksanakan petani desa
Ciarutuen Ilir bersifat subsisten atau komersial. Pengertian subsisten adalah bahwa sebagian besar hasil usahatani dinikmati sendiri oleh petani, sedangkan komersial merupakan hasil usahatani yang dinikmati sendiri hanya sebagian kecil atau sebagian besar usahatani dijual. Dalam penelitian ini, petani yang menjual lebih dari 50 persen hasil produksinya disebut sebagai petani komersial sedangkan yang menjual kurang dari 50 persen produksinya disebut sebagai petani subsisten.
Tabel 10. Jenis Usahatani Petani
Jenis Usaha tani Subsisten (jiwa)
Komersial (jiwa)
Jumlah
5
30
Persentase (%)
14,2
85,8
Berdasarkan Tabel 10. terlihat bahwa petani di Desa Ciaruteun Ilir lebih banyak yang bersifat komersial dibandingkan petani yang bersifat Subsisten. Para petani langsung menjual hasil panennya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keperluan modal bertani. Bukan seperti jenis usaha tani komersil yang lebih dari 50 % hasil panennya dijual karena kelebihan produksi.
22
5.1.5
Jenis Tanaman Yang Diusahakan Petani yang mengusahakan tanaman padi di Desa Ciarutuen Ilir hanya
hanya 8 orang atau sebesar 22,85% dari total responden. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan penduduk Desa Ciarutuen Ilir sedikitnya petani yang mengusahakan tanaman padi karena kekurangan air pada musim kemarau dan kebutuhan perputaran modal yang cepat sehingga para petani menanam tanaman cepat panen seperti bayam yang berumur 20 – 25 hari.
Tabel 11. Jenis Tanaman yang diusahakan Jenis tanaman
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Padi
8
22,85
Bayam
22
62,85
Kangkung
5
14,30
Jumlah
35
100,00
5.2
Hubungan Kerja Petani di desa Ciaruteun Ilir menggunakan dua jenis tenaga kerja yaitu
tenaga kerja mekanik (traktor) dan tenaga kerja manusia. Penggunaan tenaga manusia dilakukan dengan hubungan kerja antara majikan dengan buruh.dalam hubungan kerja antara majikan dengan buruh ditentukan sistem upah yang dipakai, besar dan bentuk upah, jam kerja, dan satuan kegiatan. Kesepakatan bersama antara majikan dan buruh cukup dilakukan dengan lisan saja. Menurut cara pembayarannya kepada buruh tani, di desa Ciarutuen Ilir ada dua macam upah yakni upah harian dan borongan. Pembayaran upah harian didasarkan pada jumlah hari buruh bekerja sementara pembayaran upah borongan didasarkan pada satuan hasil kerja. Jenis pekerjaan yang diupahkan dengan sistem borongan adalah pekerjaan panen, mengolah tanah, dan tanam. Sedangkan jenis pekerjaan untuk upah dengan sistem harian adalah mengolah tanah, tanam, menyiangi, dan memelihara
23
tanaman. Kegiatan usahatani di desa Ciarutuen Ilir terdiri dari (1) Pengolahan lahan, (2) Penyemaian, (3) Penanaman, (4) Pemupukan, (5) Penyiangan, (6) Penyemprotan, dan (7) Pemanenan. Satuan yang digunakan adalah Hari Orang Kerja (HOK) yaitu orang bekerja biasanya selama delapan jam dianggap satu hari kerja. Di daerah penelitian, satu Hari Orang Kerja (HOK) dinilai sebesar Rp 10.000 – 20.000 untuk semua jenis umur dan kelamin.
5.3
Daya Dukung Lahan Daya dukung (carrying capacity) pada umumnya dimaksudkan dari segi
dukungan terhadap kehidupan biota atau manusia yang ada di daerah tersebut (Ongkosongo, 1998). Daya dukung suatu wilayah dapat naik atau turun tergantung dari kondisi biologis, ekologis dan tingkat pemanfaatan manusia terhadap sumberdaya alam. Daya dukung suatu wilayah dapat menurun, baik diakibatkan oleh kegiatan manusia maupun gaya-gaya ilmiah (natural forces), seperti bencana alam. Namun dapat dipertahankan dan bahkan dapat ditingkatkan melalui pengelolaan wilayah secara tepat (proper), masukan teknologi dan impor (perdagangan).
5.3.1
Berdasarkan Kebutuhan Kalori. Daya dukung lahan berdasarkan kebutuhan kalori penduduk digunakan
untuk mengetahui seberapa besar dukungan lahan terhadap manusia melalui pendekatan jumlah kalori yang tersedia dan dibutuhkan. Jumlah kalori yang dibutuhkan masyarakat desa Ciarutuen Ilir tertera pada Tabel 15 dan jumlah kalori yang tersedia di desa Ciarutuen Ilit tertera pada tabel 14. Untuk menghitung produktivitas netto harus dikonversikan dengan nilai konversi (Tabel 13.). Nilai konversi dibutuhkan untuk menghitung produktivitas sebenarnya yang dapat dikonsumsi manusia. Nilai konversi didasarkan pada hasil penelitian Agustono pada tahun 1984. Tabel 12. Produktivitas Netto Tanaman Pangan (kg/ha/tahun) Jenis tanaman
Nilai konversi (%)
Produktivitas
Produktivitas
bruto
netto
24
(kg/ha/tahun)
(kg/ha/tahun)
Bayam
100
9.500
9.500
Kangkung
100
13.000
13.000
Padi
40
7.000
2.800
Tabel 13. Nilai Produksi Kalori Jenis Tanaman Pangan Jenis
Produktivitas
Nilai
Total
tanaman
netto
kalori
kalori
Lahan
produksi
(kg/ha/tahun)
(kal)
(kal/ha/tahun)
(ha)
kalori (kal)
Bayam
9.500
330
3.135.000
96
300.960.000
Kangkung
13.000
330
4.290.000
60
257.400.000
Beras
2.800
3600
10.080.000
37
372.960.000
17.505.000
193
931.320.000
Jumlah
Nilai Luas
Total
Tanaman penghasil kalori paling tinggi adalah tanaman padi yakni 3600 kalori/kg. Total produksi kalori yang paling tinggi adalah tanaman padi sebesar 372.960.000 kalori karena nilai kalori yang paling tinggi tinggi diantara ketiga tanaman.
Tabel 14. Total Kebutuhan Kalori Penduduk Desa Ciarutuen Ilir Jenis kelamin
Jumlah (orang)
Kebutuhan kalori (kal)
Perempuan
4.704
8.574.300
Laki – laki
4.891
11.412.500
Jumlah
9.595
19.986.800
Berdasarkan data yang diperoleh diatas maka Daya Dukung Lahan berdasarkan kebutuhan kalori adalah total produksi kalori jenis tanaman pangan dibagi dengan Total kebutuhan kalori Penduduk. Jadi, Daya Dukung Lahan berdasarkan kebutuhan kalori adalah 46,6 Orang / Ha. Jika dibulatkan menjadi 47 orang/ha/tahun. Dengan demikian jumlah penduduk yang dapat didukung untuk memenuhi kebutuhan kalori di desa Ciarutuen Ilir adalah 47 orang (Tabel 15).
25
5.3.2
Berdasarkan Kebutuhan Fisik Minimum. Daya dukung lahan berdasarkan kebutuhan fisik minimum dihitung
berdasarkan total ketersediaan produksi dibagi dengan kebutuhan fisik minimum setiap orang. Kebutuhan fisik minimum (KFM) adalah 320 Kg beras di pedesaan. Total ketersediaan Produksi jenis tanaman pangan adalah 17.505.000 kalori (4.863 kg beras). Jadi, Daya Dukung Lahan Desa Cairutuen Ilir berdasarkan kebutuhan fisik minimum adalah 15 orang/hektar/tahun (Tabel 15. Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir). 5.3.3
Berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak Daya dukung lahan berdasarkan kebutuhan hidup layak dapat dihitung
dengan total ketersediaan produksi jenis tanaman pangan dibagi dengan kebutuhan hidup layak setiap orang. Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah 250 % x Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) atau setara dengan 990 Kg beras/kapita/tahun. Total ketersediaan Produksi jenis tanaman pangan adalah 4.863 kg Beras. Jadi, Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak adalah 5 orang/ha/tahun Daya Dukung Lahan di Desa Ciarutuen Ilir berdasarkan kebutuhan kalori adalah sebanyak 47 orang/ha/tahun artinya bahwa Lahan dan sumberdaya alam Desa Cairutuen Ilir dalam satu hektar dapat
menghidupi 47 orang secara
berkelanjutan jika potensi yang ada dimanfaatkan secara optimal. Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir berdasarkan Kebutuhan Fisik Minimum dapat menghidupi 15 orang/ha/tahun. Akan tetapi Untuk Hidup layak di desa Ciarutuen Ilir Daya Dukung Lahannya adalah 5 orang/ha/tahun. Dan apabila diasumsikan pertambahan penduduk setiap tahunnya sebesar 2 % maka Daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir akan melampaui daya dukungnya (Tabel 15. Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir).
Tabel 15. Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir Skenario
Daya Lahan
Dukung Total
Daya
Dukung
Lahan desa Ciarutuen Ilir
26
(orang/ha/tahun) 1.Berdasarkan
(orang/tahun)
kebutuhan 47
9.071
Kebutuhan 15
2.895
kalori 2.Berdasarkan Fisik Minimum 3.Berdasarkan
Kebutuhan 5
965
Hidup Layak
Total daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir berdasarkan kebutuhan kalori adalah 9.071 orang/tahun, berdasarkan kebutuhan fisik minmum adalah 2.895 orang/tahun dan berdasarkan kenutuhan hidup layak adalah 965 orang/tahun. Jika jumlah penduduk desa Ciarutuen Ilir adalah 9.595 orang maka ada 524 orang yang tidak terbutuhi kalorinya, 6.700 orang pertahun yang tidak terpenuhi kebutuhan fisik minimumnya dan 8.630 orang pertahun di desa Ciarutuen Ilir yang tidak terpenuhi kebutuhan hidup layaknya.
5.4
Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir
5.4.1
Implikasi Kebijakan Untuk Peningkatan Daya Dukung Lahan Indikator merupakan batasan alam mengelola Desa. Terdapat tiga jenis
indikator yang mencerminkan komponen di perdesaan. Indikator tersebut adalah : 1) indikator Fisik - Ekologis; 2) indikator Demografi - Sosial; 3) indikator politik – ekonomi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, petani,
aparat desa serta hasil FGD ditemukan beberapa indikator yang dianggap penting dalam menentukan daya dukung desa Ciarutuen Ilir. Indikator ini menentukan prioritas bagi penentuan daya dukung lahan.
Tabel 16 menyajikan daftar
indikator lingkungan yang mempengaruhi daya dukung. Semua indikator tersebut secara langsung berhubungan dengan konsep dan implementasi dari aktivitas di Desa Ciarutuen Ilir.
Indikator keberlanjutan juga diperlukan ketika terlihat
adanya indikasi perubahan kemampuan untuk bertahannya sumberdaya tersebut. Berdasarkan Tabel.16 indikator pendukung daya dukung lahan dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk implikasi kebijakan peningkatan daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir.
27
Berdasarkan Indikator Fisik – ekologi, skala prioritas perluasan lahan merupakan kebutuhan yang harus segera dibenahi karena berpengaruh nyata terhadap penghasilan petani. Indikator Demografi – sosial faktor pendidikan merupakan hal utama yang harus diperhatikan. Untuk indikator Politik – Ekonomi adalah kebijakan pengembangan kawasan karena jika dilihat dari akses ke desa Ciarutuen Ilir yang memprihatinkan sudah selayaknya segera dibenahi.
Tabel 16. Indikator pendukung Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir No
Thematik area
Desa
Indikator Fisik - Ekologi Biodiversity dan lingkungan alam P Air P Limbah P Warisan budaya Infrastruktur wisata Lahan P Arsitektur ruang P Transportasi antar desa P Kelestarian SDA P Indikator Demografi - Sosial Demography Kunjungan turis Tenaga kerja P Prilaku sosial Kesehatan dan Keselamatan P Partisipasi masyarakat P Pendidikan P Pemahaman masyarakat terhadap SDA P Indikator Politik - Ekonomi Investasi dan pendapatan kegiatan wisata Tenaga kerja P Penghasilan dan penerimaan masyarakat P Kebijakan pengembangan kawasan P Kebijakan pengelolaan SDA P Ket : P = skala Prioritas yang harus dibenahi. Sumber : dimodifikasi dari Auhadilla (2009) Menurut hasil wawancara dengan penduduk, tokoh masyarakat dan aparat desa melalui hasil kuisioner didukung juga dengan penelitian lain, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya dukung desa Ciarutuen Ilir antara lain : 1)
Kemampuan Lahan dan Penggunaan Lahan
28
Berdasarkan konsep kemampuan lahan terlihat bahwa perencanaan tata ruang yang benar adalah perencanaan yang didasarkan pada kelas kemampuan lahan. Apabila lahan tidak sesuai dengan kemampuan lahannya maka akan terjadi penurunan kualitas lahan (degradasi lahan), perusakan lahan, atau peningkatan biaya pengelolaan lahan. Lahan – lahan di Desa Ciarutuen Ilir termasuk pada kelas I – IV. Akan tetapi, penggunaan lahan – lahan di desa Ciarutuen Ilir tidak sesuai dengan kelas kesesuain lahan. Ini terbukti dengan masih banyaknya lahan yang kelas kesesuain lahannya berada pada kelas 1dan 2 digunakan untuk perumahan yang permanen. 2)
Degradasi Lahan Kerusakan sumber daya lahan yang paling utama adalah semakin
menurunnya kualitas lahan di Desa Ciarutuen Ilir. Hal ini dibuktikan dengan produktivitas lahan yang semakin menurun akibat pemakain pupuk kimia dan Pestisida yang tidak seimbang. Degradasi terhadap sumber daya juga didorong oleh tingginya tingkat permintaan pasar terhadap kebutuhan akan komoditas pertanian. Menurut wawancara dengan masyarakat desa Ciarutuen Ilir untuk memenuhi permintaan pasar yang para petani sering menggunakan cara – cara instant yakni penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang justru menurunkan hasil panen petani desa Ciarutuen Ilir. Menurut Sinukaban. (2008) terjadinya degradasi lahan kemungkinan dapat disebabkan : •
Peruntukan dan penggunaan lahan yang sudah menyimpang dari Rencana Tata Ruang Wilayah. Di Desa Ciarutuen Ilir terdapat penggunaan lahan yang diperuntukan untuk kawasan hutan dialih fungsikan untuk menjadi lahan pertanian atau lahan – laha pertanian dialih fungsikan menjadi perumahan atau industri. Hal ini disebabkan karena semakin sempitnya lahan pertanian petani setempat sehingga untuk menambah pendapatan para petani membuka kawasan hutan untuk pertanian.
•
Perlakuan yang diberikan pada lahan tersebut tidak memenuhi syarat – syarat yang diperlukan oleh lahan atau tidak memenuhi kaidah konservasi tanah dan air. Sering kali petani desa Ciarutuen Ilir mengolah lahan
29
pertanian tidak sesuai kontur dan tidak diaturnya jarak tanaman. Pemilihan teknik konservasi yang memadai di suatu bidang lahan sangat dipengaruhi oleh faktor biofisik (tanah, topografi, penggunaan lahan, hujan/iklim). Jenis konservasi tanah dan air yang tersedia untuk dipilih dan diterapkan mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat antara lain : penggunaan mulsa, penanaman dan pengolaahan mengikuti kontur, pengolahan tanah konsevasi, pengaturan jarak tanam, rotasi tanaman, pengunaan pupuk kandang dan pupuk hijau, pembuatan rorak, pembuatan sengkedan, pembuatan teras individual pembuatan teras bangku, serta pembuatan check dam atau bahkam pembuatan waduk. Ringkasnya, krisis ekologi yang terjadi saat ini terjadi karena pengunaan lahan yang tidak sesuai kemampuan lahan akibat permintaan pangan yang berlebih. 3)
Keterbatasan lahan dan Kepadatan Penduduk yang tidak dapat diatasi Keterbatasan lahan menjadi permasalahan tersendiri bagi penduduk Desa
Ciarutuen Ilir. Berdasarkan Data yag dipeoleh dari Monografi Desa Ciarutuen Ilir 2005 menunjukkan bahwa luas penggunaan lahan Desa Ciarutuen Ilir sebesar 391 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 9.595 jiwa. Jumlah penduduk yang demikian besar dibandingkan lahan yang sangat sempit, tentunya menurunkan daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir. Apabila laju pertumbuhan penduduk tidak diatasi maka daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir akan semakin kecil. Dengan asumsi pertumbuhan penduduk 2% pertahun maka daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir berdasarkan kebutuhan hidup layak akan melampaui daya dukungnya pada tahun 2014. Bukti keterbatasan lahan tersebut akhirnya berakibat kepada menyempitnya luas lahan dan rumah. Jika keterbatasan lahan tidak diiringi dengan pertambahan penduduk mungkin kondisinya akan lebih baik. Namun, faktanya setiap tahun di Desa Ciarutuen Ilir terjadi lonjakan penduduk. Tingginya pertumbuhan penduduk yang selama ini terjadi disebabkan karena tidak efektifnya program KB, kurangnya sosialisasi dan penyadaran, serta pandangan tradisional masyarakat tentang banyak anak banyak rezeki. Sedangkan keterbatasan lahan Pertanian disebabkan oleh beberapa faktor seperti massifnya pembukaan lahan untuk sarana umum, alokasi pemanfaatan
30
ruang yang tidak jelas peruntukannya dan keterdesakan masyarakat oleh intensifnya kegiatan industri. Pada aras yang lebih tinggi, keterbatasan lahan semakin mempersempit ruang gerak dan akses masyarakat terhadap sumber daya alam. Pemberian hak akses secara ekslusif kepada kelompok tertentu memicu terjadinya privatisasi lahan, akibatnya tidak lagi tersedia sumber daya lahan yang dapat dipergunakan oleh masyarakat dengan mudah. Keterbatasan akses dan keterdesakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup memunculkan pola pemanfaatan lahan yang destruktif dan memicu kerusakan ekologi. Lahan semakin terbatas akibat maraknya pengkaplingan-pengkaplingan tanah, air dan sumber daya alam yang berada di dalamnya atas nama kemajuan industri dan pertumbuhan ekonomi. Berkebalikan dengan itu, yang terjadi justru kemunduran dan ketimpangan yang semakin menganga antara desa – desa di kecamatan Cibungbulang. Hal itu terbukti dengan tingginya penduduk miskin, semakin banyaknya buruh tani di Desa Ciarutuen Ilir. Dalam struktur kepemilikan lahan ada berbagai bentuk status kepemilikan lahan, baik berdasarkan hukum formal maupun yang berdasarkan hukum adat. Bentuk – bentuk penguasaan tanah secara adat yang terdapat di pulau Jawa secara garis besar adalah sebagai berikut (Wiradi, 2009) :
Tanah Yasan yaitu tanah yang diperoleh oleh seseorang dalam membuka hutan untuk dijadikan tanah garapan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari warga Desa Ciarutuen Ilir Lahan di Desa Ciarutuen Ilir awalnya berasal dari tanah Yasan.
Tanah Gogolan yaitu tanah pertanian milik masyarakat desa yang hak pemanfaatannya biasanya dibagi – bagi bagi sejumlah petani (biasanya penduduk inti) secara tetap ataupun berkala. Pemegang hak garap tidak diperkenankan untuk menjual atau memindah tangankan hak tersebut. Lahan dengan sistem seperti ini sudah tidak ada lagi di Desa Ciarutuen Ilir.
Tanah Titisara adalah tanah pertanian milik desa yang secara berkala biasanya disewakan dengan cara dilelang terlebih dahulu. Sebagian lahan pertanian di Desa Ciarutuen Ilir adalah tanah Titasara, akan tetapi karena alasan tertentu berapa Ha tanah ini tidak dapat diungkap.
31
•
Tanah Bengkok adalah tanah pertanian (umumnya sawah) yang diperuntukan untuk pamong desa terutama kepala desa sebagai gajinya selama menduduki jabatan tersebut. Di Desa Ciarutuen Ilir tanah Bengkok ini masih ada walaupun sudah ada gaji resmi untuk Pamong Desa dari Pemerintah. Struktur pemilikan tanah yang timpang dapat menyebabkan buruh tani
tidak dapat memperoleh lahan garapan karena walaupun buruh tani mempunyai kesempatan menguasai lahan dan mengolahnya melalaui sewa – menyewa dan bagi hasil, namun ada kecenderungan bahwa para pemilik lahan lebih senang untuk menggarap sendiri daripada menyewakan. Menurut Wiradi (2009) penyebaran keluarga miskin berdasarkan luas kepemilikan lahan, ternyata dalam strata pemilikan lahan yang rendahlah terdapat proporsi keluar miskin. hal ini membuktikan bahwa walaupun proporsi pendapatan dari sektor nonpertanian lebih besar daripada sektor pertanian, pemilikan tanah berjalan sejajar dengan tingkat kecukupan. Ini berarti jangkauan terhadap sumber – sumber di luar pertanian lebih dimiliki oleh pemilik tanah luas. Hal ini sejalan dengan tingkat kepemilikan lahan di Desa Ciarutuen Ilir yang mempunyai luas Lahan sekitar 201 m2 – 300 m2 rata – rata pendapatannya rendah. 4)
Perilaku negatif masyarakat Kemiskinan petani dan masyarakat Desa umumnya termasuk di Desa
Ciarutuen Ilir diduga karena budaya malas, apatis, egois dan beberapa perilaku individu negataif lainnya. Kemiskinan kultural ini disebabkan karena rendahnya sumber daya manusia seperti tingkat pendidikan yang rendah. Berdasarkan data dari Monografi Desa Ciarutuen Ilir tahun 2009 Pendidikan tertinggi hanya Sekolah Dasar (SD) yakni sebesar 33 % dari total Penduduk. Karena Pendidikan yang rendah ini akhirnya menimbulkan prilaku yang negatif seperti aksi-aksi pengerusakan sumber daya lahan seperti pemberian pupuk kimia dan pestisida secara berlebihan tanpa mereka sadari dapat menyebabkan kerusakan sumber daya lahan sehingga produktivitas pertanian menjadi turun dan kesejahteraan masyarakatpun semakin menurun (Auhadilla 2009). Perilaku negatif masyarakat menurut Baihaqie (2004 dalam Auhadilla 2009) bermula dari ketiadaan pemerintah dalam memberikan pelayanan dan
32
banyaknya program pembangunan yang dijalankan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Lemahnya pelayanan pemerintah menurut masyarakat Desa Ciarutuen Ilir mengakibatkan rendahnya sumber daya manusia karena pemerintah tidak pernah menggunakan banyaknya jumlah penduduk sebagai salah satu kekuatan. Pendapatan yang rendah menyebabkan banyak anak-anak buruh tidak sekolah, ditambah pemerintah tidak menyediakan sarana pengembangan SDM seperti pelatihan dan pembangunan sarana pendidikan. Menurut data monografi Desa Ciarutuen Ilir tahun 2009 ada sekitar 20,3 % buruh tani di Desa Ciarutuen Ilir sehingga wajar apabila Petani belum mendapat lahan untuk diusahakan maka selamaya mereka akan berada dalam garis kebodohan. Akhirnya masyarakat desa tidak akan pernah berdaulat. Pelaksanaan pembangunan yang tidak sesuai kebutuhan warga merupakan bentuk pemborosan biaya pembangunan. Ketidak terlibatan masyarakat menyebabkan banyaknya sarana tidak terawat sehingga banyak yang rusak dan tidak berfungsi optimal.
Pola pembangunan sarana yang cenderung bersifat
jangka pendek dan berpotensi korupsi, menyebabkan kondisi sosial masyarakat menjadi tidak sehat. Apatisme dan ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah mengakibatkan masyarakat seringkali tidak mengindahkan larangan hukum dalam pengrusakan sumber daya pesisir dan laut. Kurangnya pelayanan pemerintah juga mengakibatkan lemahnya penegakan hukum. Bahkan masyarakat melihat aparat hukum sering melakukan pembiaran terhadap praktek pelanggaran hukum.
5.4.2
Daya Dukung Lahan dan Kehidupan Layak Penduduk. Jumlah orang yang dapat tinggal di Desa Cairutuen Ilir sangat tergantung
juga dari ketersediaan lahan pertanian, teknologi untuk mengoptimalkan produktivitas lahan dan kesesuaian lahan. Kondisi yang tidak seimbang antara ketersediaan lahan dengan jumlah penduduk yang ada saat ini menyebabkan daya dukung lingkungan Desa Cairutuen Ilir dapat melampaui kapasitasnya. Kelebihan daya dukung ini terlihat dari kemampuan sumberdaya alam dan lingkungan yang hanya bisa mensuplai kebutuhan pangan sebanyak 27 orang/Ha berdasarkan
33
Kebutuhan Kalori, 6 orang berdasarkan Kebutuhan Hidup Minimum, untuk Hidup Layak hanya sanggup menghidupi 2 orang dalam setiap hektar lahan pertahunnya. Rendahnya daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir dapat disebabkan karena keterbatasan lahan sehingga terjadi perebutan akses terhadap sumberdaya. Hal ini ditandai dengan adanya konflik antara petani dengan aparat keamanan di wilayah perbatasan Kecamatan Rumpin meskipun sangat sedikit. Karena para petani memiliki keterbatasan lahan dan keinginan memacu ekstensifikasi pertanian, para petani tidak segan – segan melakukan re-claim lahan milik Tentara Nasional Indonesia (TNI). Hawley (1950) menyatakan bahwa daya dukung lahan hanya sebagian saja yng ditentukan oleh keadaan sumberdaya alam, iklim, dan keadaan fisik lainnya. Hal – hal lain yang menyangkut tindakan manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam juga mempengaruhi besarnya daya dukung lahan (Hawley, 1950 dalam Agustono, 1980). Besar kecilnya Daya Dukung Lahan akan lebih berarti apabila dikaitkan dengan Kehidupan yang layak dari masyarakat yang menempati dan mengelola sumberdaya lahan itu sendiri. Di depan telah disampaikan batasan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Perorang. Atas dasar kriteria yang telah disampaikan diatas maka apabila dalam setiap hektar lahan hanya sanggup menghidupi 5 orang yang Hidup layak sementara lahan tanaman pangan yang tersedia hanya 193 maka dapat dihitung di Desa Ciarutuen Ilir hanya 965 orang yang mempunyai kehidupan layak selebihnya 8.630 orang tidak hidup layak. Untuk mengatasi jumlah masyarakat yang tidak berada dalam kelompok hidup layak disarankan menambah luas lahan yang dapat diambil dari 34 hektar lahan yang tidak ditanami (Tabel 2) dan melalui perbaikan tehnologi.
5.4.3
Daya Dukung Lahan Dan Kesejahteraan.
1) Kesehatan Salah satu indikator pokok kesejahteraan adalah kesehatan. Tingkat kesehatan seseorang dapat diukur dari seberapa besar jumlah penderita sakit dan
34
kemana biasanya pengobatan dilakukan pada saat sakit. Miskinnya fasilitas kesehatan menjadikan masyarakat mengalami kesulitan pada saat sakit. Seperti ditunjukkan Tabel 6 di atas, jumlah sarana kesehatan terdapat di desa Caiarutuen Ilir sangat minim. Sarana yang tersedia antara lain posyandu 8 unit, puskesmas pembantu 1 unit, dan praktek dokter 1 unit.
Keinginan
masyarakat desa Ciarutuen Ilir untuk berobat ke puskesmas sangat tinggi, tetapi dibatasi oleh fasilitas kesehatan yang kurang memadai seperti puskesmas. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 9.595 jiwa sudah selayaknya ada Rumah Sakit di desa Ciarutuen Ilir. Akan tetapi harapan masyarakat ini tidak tercapai. Hal ini menunjukkan minimnya kepedulian pemerintah daerah terhadap kesehatan masyarakat desa Ciarutuen Ilir. Faktor lain yang erat kaitannya dengan tingkat kesehatan masyarakat desa ciarutuen Ilir adalah jumlah anak. Semakin sedikit anak maka tingkat kesehatan anak akan semakin diperhatikan orang tua. Dengan pembatasan jumlah anak maka tingkat kesehatan keluarga dapat meningkat. Salah satu cara yang dapat diikuti masyarakat desa Ciarutuen Ilir adalah mengikuti program KB. 2) Pendidikan Keberhasilan pembangunan bidang pendidikan tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan. Fasilitas pendidikan ditunjukkan dengan ketersediaan bangunan pendidikan baik formal maupun non formal. Jumlah gedung pendidikan di Desa Ciarutuen Ilir hanya 1 TK dan 6 SD. Pendidikan yang ditamatkan merupakan indikator pokok kualitas pendidikan formal. Tingginya tingkat pendidikan yang dicapai oleh rata-rata penduduk suatu negara mencerminkan taraf intelektualitas suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu indikator pokok kesejahteraan masyarakat karena adanya jaminan ketersediaan sumberdaya manusia yang unggul. Jika melihat komposisi masyarakat desa Ciarutuen Ilir berdasarkan pendidikannya, terlihat bahwa hanya 4 orang (0,0 %) Sarjana, SMA 2,3%, SLTP sebesar 5,5% dan SD sebanyak 33 %. Tingginya sumberdaya manusia sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana pendidikan di wilayah tersebut. Data ini menggambarkan kondisi masyarakat desa Ciarutuen Ilir senantiasa tertinggal dan terbelit dalam kebodohan. Ketimpangan ini karena tidak adanya keberpihakan
35
negara terhadap wilayah pedesaan, khususnya dalam penyediaan sarana pendidikan. Fakta ketimpangan dan bias pembangunan tersebut jelas terlihat nyata dengan minimnya sarana pendidikan yang tersedia di Desa Ciarutuen Ilir. Letak geografis yang berjauhan satu desa dengan desa lainnya dan budaya masyarakat yang cenderung tidak mau bersekolah dan memilih bekerja di bidang pertanian dituding sebagai alasan dasar kenapa sarana pendidikan jarang terlihat di Desa Ciarutuen Ilir. Pemerintah seyogyanya mencari strategi kebijakan yang tepat. Tata kelola pemerintahan dan kebijakan yang bias seperti inilah yang banyak mengakibatkan terjadinya kemiskinan yang lebih bersifat struktural. Kemiskinan struktural adalah contoh dominan kemiskinan yang banyak terjadi di Indonesia. 3) Pendapatan Tingkat kesejahteraan petani salah satunya ditentukan oleh tingkat pendapatan
yang
dihasilkannya.
Perbedaan
pendapatan
ditentukan
oleh
kepemilikan sumberdaya dan faktor produksi yang berbeda satu orang dengan lainnya, terutama kepemilikan modal. Biasanya pihak yang mempunyai barang modal yang lebih banyak didukung oleh faktor produksi yang lebih besar, akan memperoleh pendapatan yang lebih besar dibandingkan pihak yang memiliki barang modal yang lebih kecil. Perbedaan pendapatan menyebabkan terjadinya kesenjangan antar petani. Buruh di desa Ciarutuen Ilir sehari hanya Rp 10.000 dan petani pemilik lahan rata – rata Rp 546.000 per bulan. Pendapatan petani desa Ciarutuen Ilir hanya berasal dari satu sumber saja karena, tidak ada usaha non farm yang dijalankan. Dan sangat bergantung pada musim. Jika sedang musim hujan maka hasil panen akan menurun sehingga pendapatan juga menurun. Tingkat pendapatan yang tidak menentu ini menyebabkan masyarakat susah mengatur pola hidup dan pengelolaan keuangannya. Tempat pemasaran hasil pertanian yang jauh dari desa Ciarutuen Ilir yakni di daerah Pasar Bogor menyebabkan petani Ciarutuen Ilir harus mengeluarkan biaya untuk pengangkutan hasil panen. Hal ini menyebabkan pengeluaran petani semakin tinggi.
Tidak jarang juga ditemui para petani tidak melakukan
pemanenan hasil pertanian jika harga sayuran seperti kangkung
hanya Rp
36
5.000/gabung sebab hasil panen jika dirupiahkan hanya menutupi ongkos panen dan biaya pengangkutan saja. Menurut
Wiradi
(2009) Faktor penyebab
rendahnya pendapatan
masyarakat Desa dapat disebabkan oleh : 1. Sempitnya kepemilikan lahan Dari segi kepemilikan lahan dapat dikatakan bahwa di Desa Ciarutuen Ilir luas kepemilikan lahan sangat sempit yakni sekitar 2001 m2 – 300 m2. Kepemilikan formal tidak selalu mencerminkan pengusaan nyata atas tanah. Karena ada beberapa cara yakni sewa – menyewa, atau bahkan gadai. Dengan demikian rumah tangga yang tidak memiliki lahan tetap dapat memperoleh tanah garapan dan sebaliknya ada pemilik tanah yang tidak dapat menggarap tanah garapannya. Akibat dari sempintnya kepemilikan lahan maka produksi lahan juga akan rendah akbatnya pendapatan petani rendah. Sehingga timbul kesan bahwa tanah yang luas tidak akan menyebabkan usaha tani yang luas. Hal ini disebabkan lahan bayak yang disewakan, di jual atau bahkan di alih fungsikan. 2. Harga komoditas pertanian yang tidak menentu Harga – harga hasil panen di Desa Ciarutuen Ilir tidak pernah ditentukan oleh petani. Para petani hanya mengikuti harga yang telah ditetapkan pasar, sehingga ketika sedang terjadi panen raya sayur di Kabupaten Bogor maka harga panen petani di Desa Ciarutuen Ilir akan rendah. Seharusnya hal ini dapat diatasi Pemerintah dengan menentukan harga jual tetap atau memberikan subsidi pertanian. 3. Pola hubungan ekploitatif di lingkungan petani Hubungan dengan tengkulak merupakan pola lama yang sudah membudaya di kalangan masyarakat Desa. Hubungan yang saling membutuhkan tersebut biasanya banyak terjadi dalam hal pembiayaan usaha, pemasaran hasil dan pengadaan sarana. Keterbatasan akses yang dimiliki oleh buruh dan petani bermodal kecil menjadikan mereka harus berhubungan dengan para juragan dan tangkulak dalam pola hubungan kerja yang tidak berimbang.
Mekanisme
pembagian hasil dalam hubungan antara juragan dan petani atau buruh tani senantiasa menempatkan buruh pada bagian terendah dan hasil yang minim.
37
Kelemahan dalam permodalan, sarana operasional dan pasar menjadi alat bagi juragan untuk terus mengekploitasi buruh. Demikian juga antara petani dengan tengkulak. Tengkulak mempunyai akses pasar dan modal, sedangkan petani biasanya direpotkan oleh kedua hal tersebut. Petani yang mendapatkan bantuan modal dari tengkulak harus menjual hasil panen ke tengkulak tersebut yang kadang tidak sesuai dengan harga pasaran. Hal ini menyebabkan buruh dan petani bermodal kecil senantiasa terjebak dalam jerat kemiskinan. Sudah saatnya petani mengorganisir diri dalam berbagai kelembagaan. Menurut Penelitian Mendez (2008) di Desa Ciarutuen Ilir sudah terdapat berbagai kelembagaan yakni Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), PKK, P3 mitra cai, GAPOKTAN, dan Serikat Petani Indonesia yang sudah berhasil menggalakkan Pertanian Organik, Pembuatan Pupuk hijau, serta pengendalian hama terpadu untuk menghemat biaya dan ketergantungan petani terhadap Juragan desa serta Tengkulak. Keuntungan dari pertanian organik antara lain adalah modal bertani yang sedikit, kemudahan dalam penerapan, hasil yang lebih sehat, kesuburan tanah tetap terjaga, harga jual yang lebih tinggi serta tidak bergantung kepada pupuk pabrik dan pestisida. 4) Pengeluaran Perkepala Keluarga Pengeluaran per Kepala Keluarga (KK) petani Desa Ciarutuen Ilir pada tahun 2009 sebesar Rp 511.000. Pengeluaran per KK sebulan untuk konsumsi diluar sektor Pertanian sebesar Rp 343.000. Dengan Pendapatan Rp 546.000 per bulan maka setiap bulan sisa pendapatan petani adalah Rp 35.000. Sisa pendapatan tersebut akan digunakan lagi untuk modal bertani. Dan sudah tentu akan kurang sehingga petani harus meminjam modal kepada tengkulak dan juragan desa. Kekurangan modal inilah yang membuat para petani semakin bergantung kepada tengkulak dan juragan desa. Pengeluaran konsumsi dari sektor Pertanian adalah sebesar Rp 168.000. Artinya pengeluaran per kapita rumah tangga Desa Ciarutuen Ilir lebih banyak digunakan untuk belanja diluar pertanian dibandingkan dalam pertanian. Hal ini sesuai dengan kondisi di Desa lain yakni pemenuhan kebutuhan di luar basic need lebih tinggi. Pengeluaran diluar pertanian ini dapat juga disebabkan harga – harga yang mahal.
38
5)
Lemahnya penegakan hukum Lemahnya penegakan hukum tercermin dari makin maraknya tarik
menarik antara lahan untuk pertanian rakyat, Perkebunan (karet, sawit dan tanaman
kebutuhan
Biofuel),
Kehutanan
(Trading
Carbon)
dan
untuk
pembangunan sarana dan prasarana.sehingga dapat mengancam kehidupan petanipetani tradisional termasuk di Desa Ciarutuen Ilir. Lemahnya penegakan hukum menurut Baihaqie (2004) karena kurangnya pelayanan pemerintah dalam memberikan fasilitas kepada aparat hukum. Tidak adanya sarana transportasi untuk beroperasinya aparat, minimnya perlengkapan dan tidak tegasnya peradilan saat ada pelanggaran, melahirkan kekosongan hukum. Peluang hukum yang lemah seperti ini yang menjadikan masyarakat apatis, tidak peduli terhadap kelangsungan sumber daya dan terbiasa dengan pengrusakan sumber daya. Dukungan masyarakat akhirnya juga kurang dalam penegakan hukum karena seringkali tidak banyak dilibatkan dalam proses tersebut. Lemahnya aparat hukum membuat masyarakat tidak percaya aparat hukum dan kerusakan sumber daya dianggap sebagai pemandangan biasa karena sering terlihat sehari-hari seperti yang pernah terjadi sekitar tahun 1998 – 1999 ketika terjadi pembalakan hutan secara besar – besaran. 5.4.4
Kepemilikan Lahan dan Kehidupan yang layak. Umumnya telah diketahui bahwa ekonomi pedesaan di Indonesia,
khususnya Jawa didasarkan atas usaha pertanian. Tetapi hasil penelitian menunjukan
bahwa
sumbangan
pendapatan
non
pertanian
lebih
besar
(Wiradi.2009). Di Desa Ciarutuen Ilir, penduduk yang tidak memiliki tanah garapan biasanya akan menjadi buruh tani atau menjadi kuli angkut di Gunung Kapur Ciampea. Berdasarkan data yang diperoleh buruh tani di Desa Ciarutuen Ilir adalah sebesar 20,3% atau sebanyak 432 orang. Dan jika dihitung dari penghasilan per hari hanya Rp 10.000 dapat dikategorikan miskin karena tentu saja akan berada di bawah angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Berdasarkan penelitian Mendez (2008) Lahan yang tidak terlalu luas juga mempunyai hubungan yang nyata terhadap hasil panen petani. Artinya jika lahan
39
petani semakin luas maka hasil panen akan semakin tinggi sehingga petani dapat hidup layak. 5.4.5
Peningkatan Daya Dukung Lahan Jika produksi yang digunakan masih dalam tingkat rendah atau medium,
maka potensi daya dukung dapat ditingkatkan sebanyak 10 – 20% dengan perbaikan teknologi, maka daya dukung dapat meningkat 10 – 20 %. Tergantung kepada level yang dipakai (Sinukaban, 2008). Apabila dilakukan perbaikan tekhnologi pertanian di desa Ciarutuen Ilir maka dapat diperkirakan akan terjadi peningkatan daya dukung lahan seperti yang digambarkan pada tabel 18. perbaikan tekhnologi yang dapat dimungkinkan adalah pengunaan pupuk kandang dan pupuk hijau, pembuatan rorak, pembuatan sengkedan, pembuatan teras individual pembuatan teras bangku, serta pembuatan check dam atau bahka pembuatan waduk. Tabel 17. Daya Dukung Lahan Setelah Perbaikan Tekhnologi 10 % dan 20 %. Skenario
Daya Dukung Daya Dukung Lahan Lahan setelah (orang/Ha) perbaikan tekhnologi 10 % (orang/Ha) 47 30,4
1.Berdasarkan kebutuhan kalori 2.Berdasarkan 15 Kebutuhan Fisik Minimum 3.Berdasarkan 5 Kebutuhan Hidup Layak
Daya Dukung Lahan setelah perbaikan tekhnologi 20 % (orang/Ha) 34,4
6,6
7,2
2,2
2,4
40
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik beberapa
kesimpulan : 1) Daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir berdasarkan kebutuhan kalori adalah sebanyak 47 orang/ha/tahun, berdasarkan kebutuhan fisik minimum adalah 15 orang/ha/tahun dan berdasarkan kebutuhan hidup layak adalah 5 orang/ha/tahun. 2) Faktor – faktor yang mempengaruhi daya dukung lahan adalah kemampuan lahan dan penggunaan lahan, degradasi lahan, luas lahan petani., perilaku negatif masyarakat, dan kepadatan penduduk. 6.2
Saran Meningkatkan daya dukung lahan 10 – 20 % melalui perbaikan tekhnologi
skala rumah tangga dan pengaturan pembagian lahan – lahan diperoritaskan untuk petani. Diperlukan juga penelitian lanjutan agar keterkaitan antara daya dukung lahan dan tingkat kesejahteraan dilakukan dengan uji statistik dengan menggunakan data dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga keterkaitan antara luas lahan dan Kesejahteraan petani lebih jelas terlihat.
41
DAFTAR PUSTAKA Agustono.
1984.
Daya
Dukung
Lahan
dan
Faktor
–
faktor
yang
mempengaruhinya di Kabupaten Cianjur dan Karawang, Jawa Barat. Thesis. Fakultas Pasca sarjana Insititut Pertanian Bogor, Bogor. Auhadilla. 2009. Analisis Keterkaitan Daya Dukung Ekosistem Terumbu Karang Dengan Tingkat Kesejahteraan Nelayan Tradisional (Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Propinsi DKI Jakarta).Thesis. Fakultas Pasca sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah Dan Air. Bogor : IPB Press Bernstein, H. 2008. Kebangkitan Studi Reforma Agraria Di Abad 21. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Lubis, R. H. 2005. Kemiskinan dan Lingkungan : Kasus Komunitas lahan basah kota di depok dan Jakarta. FISIP UI. Jakarta Mendez, F. 2009. Pengaruh Karakteristik Petani Terhadap Pengambilan Keputusan Inovasi Dalam Sayuran Organik (studi Kasus Desa Ciarutuen Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Skripsi. Program Studi Komunilasi Dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Rusli, S. 1980. Penduduk dan Masalah Pangan di Indonesia. Jakarta : Erlangga. Sinukaban, N. 2007. Konservasi Tanah Dan Air Kunci Pembangunan Berkelanjutan. Bogor : Dirjen LRPS Sinukaban, Naik. 2008. Makalah untuk The Royal Danish Embassy. Suryawati, C. 2005. Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNDIP. Semarang. Wiradi, G. 2009. Ranah Studi Agraria. Jogjakarta: Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional.
Wiradi, G. 2009. Metodologi Studi Agraria. Jogjakarta: Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional.
42
Karakteristik Petani jenis kelamin umur pendidkan formal pendidikan non formal jumlah tanggungan lama bertani luas lahan garapan no nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
arnata tamrin abdul hafid usman mansyur mursalin Ali Maskuri abdullah M.saleh landa Ibrohim Sudi yusuf aksa ibrahim jufrin habibah mak Ani Ibu Endang imas Ibu Yuyun Saonah nareswari Siti Nur
L L L L L L L L L L L L L L P P P P P P P P
57 41 45 44 44 45 40 45 49 51 55 42 50 44 47 53 49 53 57 40 42 45
SD SD SD SD SD SD SMP SMP SD SD SD SMP SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD
pernah pernah pernah pernah pernah pernah pernah pernah pernah pernah BL pernah pernah pernah pernah BL pernah BL BL pernah pernah pernah
1 3 6 5 5 6 5 5 5 7 2 5 4 5 8 6 5 8 1 4 4 5
25 10 16 22 24 15 25 23 25 26 26 12 26 16 24 26 22 26 26 21 21 16
0.05 0.01 0.02 0.025 0.025 0.03 0.01 0.025 0.025 0.03 0.035 0.028 0.03 0.03 0.03 0.038 0.03 0.03 0.03 0.02 0.035 0.02
43
Pendapatan Petani no nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
arnata tamrin abdul hafid usman mansyur mursalin Ali Maskuri abdullah M.saleh landa Ibrohim Sudi yusuf aksa ibrahim jufrin habibah mak Ani Ibu Endang imas Ibu Yuyun Saonah nareswari Siti Nur
jenis kelamin L L L L L L L L L L L L L L P P P P P P P P
luas lahan garapan 0.05 0.01 0.02 0.025 0.025 0.03 0.01 0.025 0.025 0.03 0.035 0.028 0.03 0.03 0.03 0.038 0.03 0.03 0.03 0.02 0.035 0.02
hasil panen bayam (ikat) Jan - Maret Sep - Des 4000 4000 1000 1000 2500 2150 2750 3250 2750 3000 2850 2850 1000 1000 2750 2850 2750 2750 2850 3850 3250 3250 3250 3800 2850 3800 2850 3800 2850 3800 3250 3250 2750 3500 2750 3500 2850 2850 2750 2750 3850 3800 2750 2850
hasil panen bayam (gabung) 40 10 25 27.5 27.5 28.5 10 27.5 27.5 28.5 32.5 32.5 28.5 28.5 28.5 32.5 27.5 27.5 28.5 27.5 38.5 27.5
44
Pendapatan bayam (Rp) Jan - Maret Sep - Des 1200000 300000 750000 825000 825000 855000 300000 825000 825000 855000 975000 975000 855000 855000 855000 975000 825000 825000 855000 825000 1155000 825000
1280000 320000 688000 1040000 960000 912000 320000 912000 880000 1232000 1040000 1216000 1216000 1216000 1216000 1040000 1120000 1120000 912000 880000 1216000 912000
Pendapatan kangkung (Rp) Mei - Juli 450000 90000 270000 315000 270000 270000 90000 256500 310500 346500 360000 342000 342000 342000 342000 360000 315000 315000 292500 247500 360000 256500 rata -rata
pendapatan total (Rp) 1 tahun 2930000 710000 1708000 2180000 2055000 2037000 710000 1993500 2015500 2433500 2375000 2533000 2413000 2413000 2413000 2375000 2260000 2260000 2059500 1952500 2731000 1993500 2115955
45
karakteristik petani kangkung n jenis o nama kelamin 1 anwar suaeb 2 hamzah 3 umang 4 dana 5 mak Ennas
umu r
pendidkan formal
pendidikan non formal
jumlah tanggungan
lama bertani
luas lahan garapan
L
43 SMP
pernah
4
22
0.01
L L L P
51 50 40 57
pernah pernah pernah BL
4 2 1 6
21 25 24 26
0.04 0.01 0.03 0.05
karakteristik petani kangkung no nama 1 anwar 2 suaeb hamzah 3 umang 4 dana 5 mak Ennas
SD SD SMP SD
luas lahan (ha) 0.01 0.04 0.01 0.03 0.05
hasil panen kangkung (gabung) Jan - Maret Sep - Des 3.9 7.5 10.5 7.5 3 3 7.5 10.35 13.98 12
Jan - Maret 0.013 0.035 0.01 0.0345 0.0466
hasil panen kangkung (ikat) Sep - Des 0.025 195 0.025 525 0.01 150 0.025 517.5 0.04 699
hasil panen bayam (ikat) Mei - Juli 1000 3500 1000 4000 3000
375 375 150 375 600
hasil panen bayam (gabung) 10 35 10 40 30
46
pendapatan kangkung (rp) (Rp) Jan - Maret Sep - Des 390000 152100 409500 390000 156000 117000 403650 390000
Pendapatan bayam (Rp) Mei - Juli
pendapatan total (Rp) 1 tahun 842100 1849500 573000 1993650
300000 1050000 300000 1200000
karakteristik petani padi no nama jenis kelamin umur pendidkan formal pendidikan non formal jumlah tanggungan lama bertani luas lahan garapan 1 2 3 4 5 6 7 8
ibu Api sunarti Misni Assminah Ibu Tony Ipah Ibu Amir ibu Uyat
P P P P P P P P
46 47 47 48 53 53 51 50
SD SD SD SD SD SD SD SD
pernah pernah pernah BL pernah BL BL BL
7 6 6 8 8 6 4 5
18 16 18 18 18 22 16 20
0.035 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.05 0.05
47
Pendapatan (Rp) jan - maret mei - Juli 600000 680000 600000 600000 700000 600000 800000 800000
total pendaptan (Rp) 1 tahun
Sep - Okt 600000 600000 600000 600000 600000 6000000 800000 800000
600000 600000 600000 600000 700000 600000 800000 800000
1800000 1880000 1800000 1800000 2000000 7200000 2400000 2400000
48
3. Peningktan Produktivitas setelah Perbaikan Tekhnologi 10 %. Tabel 1. Produktivitas Netto Tanaman Pangan (kg/ha/tahun) Jenis tanaman
Nilai
konversi Produktivitas
(%)
Produktivitas
bruto
setelah
(kg/ha/tahun)
tekhnologi
bruto
perbaikan 10
%
(kg/ha/tahun) Bayam
100
9.500
10.450
Kangkung
100
13.000
14.300
Padi
40
7.000
7.700
Tabel 2. Produktivitas Netto Tanaman Pangan setelah perbaikan tekhnologi 10% (kg/ha/tahun) Jenis tanaman
Nilai
konversi Produktivitas
(%)
bruto
Produktivitas
netto
(kg/ha/tahun)
(kg/ha/tahun) Bayam
100
10.450
10.450
Kangkung
100
14.300
14.300
Padi
40
7.700
3.080
Tabel 3. Nilai Produksi Kalori Jenis Tanaman Pangan Jenis
Produktivitas
Nilai
Total
tanaman
netto (kg/Ha)
kalori
kalori
Lahan
produksi
(kal)
(kal/Ha)
(Ha)
kalori (kal)
96
331.056.00
Bayam
10.450
330
Nilai Luas
3.448.500
Total
0 Kangkung
14.300
330
4.719.000
60
283.140.00 0
Beras
3.080
3600
11.088.000
37
410.256.00 0
Jumlah
19.255.500
193
1.024.452. 000
49
4. Peningktan Produktivitas setelah Perbaikan Tekhnologi 20 %. Tabel 12. Produktivitas Netto Tanaman Pangan (kg/ha/tahun) Jenis tanaman
Nilai
konversi Produktivitas
(%)
Produktivitas bruto
bruto
setelah
perbaikan
(kg/ha/tahun)
tekhnologi
20
%
(kg/ha/tahun) Bayam
100
9.500
11.400
Kangkung
100
13.000
15.600
Padi
40
7.000
8.400
Tabel 12. Produktivitas Netto Tanaman Pangan setelah perbaikan tekhnologi 20% (kg/ha/tahun) Jenis tanaman
Nilai
konversi Produktivitas
(%)
bruto
Produktivitas netto (kg/ha/tahun)
(kg/ha/tahun) Bayam
100
11.400
11.400
Kangkung
100
15.600
15.600
Padi
40
8.400
3.360
Tabel 13. Nilai Produksi Kalori Jenis Tanaman Pangan Jenis
Produktivitas
Nilai
Total
tanaman
netto (kg/Ha)
kalori
kalori
Lahan
produksi
(kal)
(kal/Ha)
(Ha)
kalori (kal)
Bayam
11.400
330
Nilai Luas
3.762.000
Total
96 361.152.00 0
Kangkung
15.600
330
5.148.000
60 283.140.00 0
Beras
3.360
3600
12.096.000
37 410.256.00 0
Jumlah
21.006.000
193
1.117.584. 000
50
5. Kebutuhan Kalori Masyarakat Desa Ciarutuen Ilir. Tabel 16. Kebutuhan Kalori Penduduk (Perempuan)
1–3
83
Kebutuhan Kalori (kal) 900
4–6
372
1200
446400
7–9
371
1600
593600
10 – 12
380
1900
722000
13 – 15
197
2300
453100
16 – 19
176
2400
422400
20 - 39
430
2100
903000
40 – 59
966
2000
1932000
> 60
869
1900
1651100
860
1600
1376000
Usia (tahun)
Jumlah
Jumlah (orang)
4704
Total Kebutuhan kalori (kal) 74700
8.574.300
Tabel 17. Kebutuhan kalori Penduduk (laki – laki)
0 -12
44
Kebutuhan Kalori (kal) 900
1–3
370
1200
444000
4–6
355
1600
568000
7–9
357
1900
678300
10 – 12
363
2300
834900
13 – 15
343
2900
994700
16 – 19
470
3000
1410000
20 - 39
1147
2600
2982200
40 – 59
944
2400
2265600
> 60
498
2400
1195200
Usia (tahun)
Jumlah
Jumlah (orang)
4891
Total kebutuhan kalori (kal) 39600
11.412.500
51