ANALISIS SRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TELUR PUYUH (KASUS: PETERNAKAN PUYUH BINTANG TIGA/PPBT, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR)
SKRIPSI
SUCI MELANI H34051583
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
RINGKASAN SUCI MELANI. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Telur Puyuh (Kasus Peternakan Puyuh Bintang Tiga/PPBT, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan JOKO PURWONO). Pembangunan peternakan merupakan bagian yang erat dari pembangunan pertanian yang mendukung penyediaan pangan asal ternak yang bergizi dan berdaya saing tinggi, serta menciptakan lapangan kerja dibidang agribisnis peternakan. Perkembangan populasi ternak utama dan hasil produksinya merupakan gambaran tingkat ketersediaan sumber protein nasional. Telur puyuh merupakan salah satu komoditi peternakan dari jenis produksi telur yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dan memiliki segi keunggulan sebagai penyedia protein bagi masyarakat. Kandungan gizinya mampu bersaing dengan unggas-unggas yang populer, seperti ayam buras, ayam ras, dan itik. Besarnya konsumsi terhadap telur puyuh dan nilai gizi serta manfaat yang dikandung pada telur puyuh, menunjukkan potensi bisnis yang cukup besar dan menunjukkan kontribusi terhadap tercukupinya asupan protein nasional dan pembangunan kualitas manusia Indonesia. Peternakan Puyuh Bintang Tiga merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bisnis telur puyuh skala peternakan perseorangan yang berdiri sejak September 2007. Masih rendahnya produksi terkait dengan semakin berkembangnya permintaan terhadap telur puyuh, menjadi salah satu tantangan untuk memanfaatkan peluang yang ada dan menciptakan strategi yang dapat menghasilkan kinerja yang baik untuk dapat memenangkan persaingan. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi Peternakan Puyuh Bintang Tiga serta faktor internal perusahaan yang menjadi kekuatan dan kelemahan Peternakan Puyuh Bintang Tiga, (2) merumuskan alternatif strategi dan menetapkan prioritas strategi pengembangan usaha dari hasil analisis internal dan eksternal perusahaan tersebut. Penelitian dilaksanakan di Peternakan Puyuh Bintang Tiga yang terletak di Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pengumpulan data dan penelitian dilakukan pada Maret-Mei 2009. Penentuan responden dilakukan dengan purposive sampling dan expert judgement. Metode pengolahan dan analisis data terdiri atas analisis deskriptif dan analisis tiga tahap formulasi strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan dalam merumuskan strategi perusahaan adalah matriks faktor eksternal dan internal, matrik SWOT dan matriks QSP. Kekuatan utama yang dimiliki PPBT yakni pemimpin perusahaan yang berwawasan sesuai bidang dan berjiwa wirausaha, kelemahan utama yang dimiliki meliputi kapasitas produksi yang belum mampu memenuhi permintaan pasar, peluang utama PPBT yakni permintaan yang semakin meningkat dan ancaman utama yang dihadapi yakni merebaknya penyakit puyuh. Berdasarkan hasil analisis matriks IFE dan EFE, PPBT berada pada
kuadran V (2,573 : 2,936). Dengan demikian jenis strategi yang tepat untuk dilaksanakan adalah strategi pertahankan dan pelihara berupa penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan analisis SWOT, alternatif strategi yang dapat diterapkan PPBT adalah mempertahankan harga jual produk yang bersaing dan mempertahankan kualitas produk serta pelayanan yang baik kepada konsumen, menjalin kerjasama dengan perbankan untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi perusahaan melalui penambahan kandang dan induk puyuh petelur dalam rangka memanfaatkan permintaan potensial, meningkatkan kontrol kepada peternak mitra dengan membuat kontrak tertulis mengenai standar produk untuk meningkatkan kualitas telur yang dihasilkan mitra, meningkatkan upaya pemasaran produk melalui kegiatan promosi dan memberikan identitas produk dengan pemberian merek pada kemasan dus dan peti, melakukan upaya pencegahan penyakit dan mengelola limbah serta kotoran puyuh serta meningkatkan keamanan di lingkungan peternakan dan menjaga hubungan baik dengan pelanggan/konsumen, pemasok, mitra, dan warga lingkungan sekitar. Berdasarkan analisis matiks QSP (Quantitative Strategic Planning), strategi terbaik yang dapat dilaksanakan oleh PPBT adalah mempertahankan harga jual produk yang bersaing dan mempertahankan kualitas produk serta pelayanan yang baik kepada konsumen.
ANALISIS SRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TELUR PUYUH (KASUS: PETERNAKAN PUYUH BINTANG TIGA/PPBT, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR)
SUCI MELANI H34051583
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Skripsi
: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Telur Puyuh (Kasus: Peternakan Puyuh Bintang Tiga/PPBT, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
Nama
: Suci Melani
NIM
: H34051583
Disetujui, Pembimbing
Ir. Joko Purwono, MS NIP 19600606 198601 1 002 Diketahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Telur Puyuh (Kasus: Peternakan Puyuh Bintang Tiga/PPBT Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2009
Suci Melani H34051583
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 3 Januari 1987, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Bapak Ujang Usman dan Ibu Elin Marliah. Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat kanak-kanak di TK Nurul Ilmi Bogor (1991-1993), SDN Cihideung Ilir III Bogor (1993-1999), SMPN 1 Ciampea (1999-2002), dan SMAN 9 Bogor (2002-2005). Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di kegiatan kepencintaalaman Karemata (Keluarga Ekonomi Manajemen Pencinta Alam) sebagai ketua Divisi Pendanaan dan Kerjasama, aktif dalam Badan Eksekutif Mahasisiwa pada tahun 2006 sebagai staf Divisi Perekonomian dan Kewirausahaan serta mengkuti beberapa kepanitiaan sementara. Selain aktif berorganisasi, penulis juga menjadi student scholarship Goodwill International semenjak 2007-2008 dan memperoleh beasiswa dari PPA rektorat pada 2006-2007.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Telur Puyuh (Kasus: Peternakan Puyuh Bintang Tiga/PPBT Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)”. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen di Institut Pertanian Bogor. Adapun pemilihan topik dari skripsi ini didasarkan kepada minat penulis terhadap bidang manajemen strategis. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal PPBT, dan merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan pihak PPBT sesuai dengan kondisi lingkungan usahanya. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya mengembangkan usaha PPBT. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penelitian ini dikarenakan adanya keterbatasan serta kendala yang dihadapi. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat diharapkan. Harapan penulis, semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna bagi siapapun yang membacanya.
Bogor, Juli 2009
Suci Melani H34051583
UCAPAN TERIMAKASIH Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan beberapa pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi selama proses penulisan skripsi ini. Puji syukur penulis ucapkan atas Kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis akhirnya mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Selain itu pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Ir. Joko Purwono, MS. selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, dan bantuan yang telah diberikan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi. 2. Bapak Ir. Amzul Rifin, SP. MS. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan
bimbingan
selama
penulis
menempuh
masa
perkuliahan. 3. Bapak Yeka Hendra Fatika, SP. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan
bimbingan
selama
penulis
menempuh
masa
perkuliahan. 4. Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS. selaku dosen penguji utama atas koreksi, bimbingan dan saran serta masukan yang membangun dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Arif Karyadi, SP. selaku dosen penguji departemen atas koreksi, bimbingan dan saran serta masukan yang membangun dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Prasetyo, Spt. selaku pihak pimpinan dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga atas kerja sama serta bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian. 7. Yayasan Goodwill International, Bapak dan Ibu Hara tercinta, Mbak Chisato, Ibu Mien dan ANZA (American New Zealand Association) especially for Mrs. Kelly, atas bantuannya berupa beasiswa yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dengan lancar serta training yang bermakna dan kebersamaan indah dengan teman-teman Goodwillers UI dan IPB.
8. Rektorat IPB atas bantuanya berupa beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dengan lancar. 9. Keluarga tercinta dan tersayang atas segala dukungan, pengorbanan moril maupun materil, kasih sayang, dan doa tulus yang tiada hentinya selama penulis menempuh pendidikan, Keluargaku. Untuk Ummie tercinta, Bapak, Mamah Ntok, Ayah Endut, A Usup dan Teh Ema, Abing, Ayang, Syifa, Rafsan, Reza, serta mameng (juga ga ketinggalan). Semuanya kupersembahkan untuk kalian. 10. Kak Didit dan keluarga serta keponakanku di Irian Jaya yang selalu kusayang, Adikmu telah lulus kini. Untukmu kupersembahkan karya terbaikku. 11. Brother and Sister di Karemata, terimakasih atas pengalaman yang berharga, mendidik dengan kemandirian, teguh dalam kebersamaan. Karemata JAYA!! 12. Nurid, guru dan teman bicara yang memberikan semangat, ketulusan, dukungan, pelajaran hidup dan pengalaman yang berarti bagi penulis, serta Ita, terimakasih atas persahabatan, bantuan dan dukungan moril yang berarti. Untuk Leny, terimakasih telah memberi kesempatan menjadi pembahas di seminarmu. Thanx a lot. 13. Sahabat-sahabat Tim Sukses Situ Ilir (Marlinda, Dwi Pangestu, Nurul), teman-teman AGB 42, teman-teman satu PS (Tiara, Ria), dan teman seperjuangan minor Ekonomi Pertanian atas segala kebersamaan yang terjalin selama penulis menempuh masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini serta teman-teman Varial untuk semangat dan dukungan yang diberikan, Viva Varial’s spirit for keep music life. 14. Dan semua yang telah membantu baik moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih untuk semangat dan doa kalian.
Bogor, Juli 2009 Suci Melani
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...............................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
xvii
I
II
III
IV
PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ................................................................ I.2. Perumusan Masalah ........................................................ I.3. Tujuan Penelitian ............................................................ I.4. Manfaat Penelitian .......................................................... I.5. Ruang Lingkup Penelitian ...............................................
1 5 11 11 11
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Puyuh .................................................................. 2.1.1. Karakteristik .......................................................... 2.2. Manfaat Beternak Puyuh .................................................. 2.2.1. Telur ...................................................................... 2.2.2. Daging ................................................................... 2.2.3. Kotoran .................................................................. 2.3. Penyiapan Bibit ................................................................ 2.4. Perkandangan ................................................................... 2.4.1. Sistem Kandang ..................................................... 2.4.2. Jenis Kandang ........................................................ 2.5. Pakan ............................................................................... 2.6. Pemeliharaan Ternak Puyuh ............................................. 2.7. Penyakit Puyuh ................................................................ 2.8. Karakter Bisnis Telur Puyuh ............................................ 2.9. Penelitian Terdahulu ........................................................
13 13 13 13 14 14 15 15 15 16 16 16 17 18 19
KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................... 3.1.1 Konsep Manajemen Strategis ................................. 3.1.2 Perumusan Strategi ................................................ 3.1.3 Alternatif Strategi .................................................. 3.1.4 Visi, Misi dan Tujuan ............................................ 3.1.5 Analisis Eksternal .................................................. 3.1.6 Analisis Internal ..................................................... 3.1.7 Analisis Matriks IFE, EFE,dan Matriks IE ............. 3.1.8 Analisis Matriks SWOT ......................................... 3.1.9 Analisis Matriks QSP ............................................ 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ....................................
24 24 25 25 27 28 30 32 33 33 33
METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................
36
4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6.
V
VI
VII
Metode Penentuan Sampel ............................................... Desain Penelitian .............................................................. Data dan Instrumentasi ..................................................... Metode Pengumpulan data ............................................... Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................... 4.6.1. Analisis Deskriftif ................................................. 4.6.2. Analisi Tiga Tahap Formulasi ............................... 4.6.2.1. Tahap Input ............................................. 4.6.2.2. Tahap Pencocokan ................................... 4.6.2.3. Tahap Keputusan .....................................
36 36 37 39 39 39 40 40 43 45
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ............................. 5.2. Lokasi dan Letak Geografis Perusahaan ............................ 5.3. Misi Visi Perusahaan, dan Tujuan Perusahaan .................. 5.4. Lingkup Kegiatan Produksi ..............................................
48 49 50 50
IDENTIFIKASI FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL 6.1. Faktor Internal Perusahaan ............................................... 6.1.1. Manajemen ........................................................... 6.1.2. Keuangan ............................................................. 6.1.3. Produksi dan Operasi ............................................ 6.1.4. Pemasaran ............................................................ 6.1.5. Penelitian dan Pengembangan ............................... 6.2. Faktor Eksternal Perusahaan ............................................. 6.2.1. Faktor Ekonomi .................................................... 6.2.2. Faktor Teknologi .................................................. 6.2.3. Faktor Politik , Kebijakan Pemerintah dan Hukum . 6.2.4. Faktor Sosial Budaya, Demografi dan Lingkungan 6.2.5. Lingkungan Persaingan Industri ............................ 6.2.5.1. Ancaman Pendatang Baru ....................... 6.2.5.2. Ancaman Produk Subtitusi .................... 6.2.5.3. Daya Tawar Pemasok ............................. 6.2.5.4. Daya Tawar Pembeli ............................... 6.2.5.5. Persaingan diantara Anggota Industri ..... 6.3. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman .......................................................................... 6.3.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan .................... 6.3.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman ......................... PERUMUSAN STRATEGI 7.1. Tahap Masukan (The Input Stage) ..................................... 7.1.1. Matriks IFE ............................................................ 7.1.2. Matriks EFE ........................................................... 7.2. Tahap Pencocokan ............................................................ 7.2.1. Matriks IE ............................................................... 7.2.2. Matriks SWOT ........................................................ 7.3. Tahap Keputusan ..............................................................
52 52 53 53 56 58 58 58 60 60 63 65 65 65 66 67 68 69 69 73
78 78 80 81 82 83 86 xii
7.3.1. Matriks QSPM .......................................................
86
KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ....................................................................... 8.2 Saran ..................................................................................
88 89
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... LAMPIRAN .......................................................................................
90 92
VIII
xiii
DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha 2005-2007 ....................................... 1 2.
Populasi Puyuh Tahun 2007-2008 (Per Provinsi) .....................
2
3.
Peternakan Puyuh di Kabupaten Bogor ....................................
3
4.
Rata-rata Konsumsi per Kapita per Minggu Telur Puyuh .........
3
5.
Kandungan Gizi Puyuh dan Beberapa Jenis Unggas .................
4
6.
Jumlah Produksi dan Penjualan Telur Puyuh PPBT ...................
6
7.
Produktivitas Telur Puyuh PPBT ..............................................
6
8.
Data Penawaran dan Permintaan 2008-2009 .............................
7
9.
Pasar Sasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga .........................
10
10.
Kandungan Zat-zat Makanan dalam Daging Mentah Burung Puyuh .......................................................................................
14
11.
Penelitian Terdahulu ................................................................
21
12.
Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan ..............
40
13.
Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan ...........
41
14.
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ...............................
42
15.
Matriks External Factor Evaluation (EFE) .............................
42
16.
Matriks SWOT ........................................................................
45
17.
Matriks QSP ...........................................................................
47
18.
Program Kesehatan Puyuh Petelur di PPBT ............................
55
19.
Banyaknya Telur yang dihasilkan Oleh Peternak Mitra PPBT ..
56
20.
PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2005-2007 .......................................................
59
21.
Perkembangan Harga BBM 2008-2009 ...................................
61
22.
Jumlah Penduduk dan Proyeksi Penduduk Kota Bogor, Jawa Barat Tahun 2005-2008 ...........................................................
64
23.
Konsumsi Rata-rata per Minggu untuk Jenis Telur ....................
66
24.
Pemasok Bahan Baku Pakan dan Sarana Pengemasan .............
67
25.
Data Pelanggan PPBT .............................................................
68
26.
Persaingan Industri Telur Puyuh di Wilayah Pasar Bogor ........
68
27.
Matriks IFE .............................................................................
79
28.
Matriks EFE ............................................................................
81 xiv
29.
Inventaris Sarana Produksi PPBT .............................................
103
30.
Data Karyawan PPBT .............................................................
103
xv
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Permintaan dan Penawaran Telur Puyuh PPBT per Bulan ...
8
2.
Model Komprehensif Manajemen Strategis ........................
25
3.
Bagan Analisis Industri .....................................................
30
4.
Kerangka Operasional .......................................................
35
5.
Matriks Internal Eksternal . ................................................
44
6.
Stuktur Organisasi Perusahaan . ..........................................
52
7.
Alur Proses Pemeliharaan pada PPBT . ..............................
54
8.
Jalur Pemasaran Telur Puyuh pada PPBT . .........................
57
9.
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor atas Dasar Harga Konstan 2005-2007 . ..........................................................
58
10. PDRB Kabupaten Bogor pada Sektor Peternakan atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2005-2007.. ........
59
11. Matriks IE pada PPBT.........................................................
82
12. Alur waktu kerja pada PPBT. ..............................................
104
13. Alur Proses Pembuatan Pakan. ............................................
104
14. Alur Pemeliharaan. ..............................................................
104
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Daftar Wawancara Analisis Eksternal Internal .............................
93
2.
Kuesioner Penelitian....................................................................
96
3
Matriks SWOT ............................................................................ 100
4.
Hasil Pengisian QSPM ................................................................ 101
5.
Beberapa Fasilitas produksi, Sumber Daya Manusia, Alur Operasional Budidaya dan Denah Lokasi .................................... 103
6.
Hasil Pengisisan Kuesioner ......................................................... 106
xvii
I PENDAHULUAN I.1.
Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alam.
Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki peluang besar untuk mempercepat laju pembangunan dan pertumbuhan ekonominya melalui sektor pertanian. Sektor peternakan yang merupakan bagian dari pertanian memiliki peranan yang penting. Pembangunan peternakan merupakan bagian yang erat dari pembangunan pertanian yang mendukung penyediaan pangan asal ternak yang bergizi dan berdaya saing tinggi, serta menciptakan lapangan kerja di bidang agribisnis peternakan1. Besarnya kontribusi sektor peternakan terhadap penyediaan lapangan kerja di bidang peternakan dapat dilihat pada Produk Domestik Bruto (Tabel 1). Tabel 1.
Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha pada Sektor Pertanian (Miliar Rupiah), 2005-2007
Lapangan Usaha
Tahun 2005
2006
2007
Tanaman Bahan Makanan
125.801,8
129.548,6
134.075,6
Tanaman Perkebunan
39.810,9
41.318,0
42.751,3
Peternakan dan Hasilnya
32.346,5
33.430,2
34.530,7
Kehutanan
17.176,6
16.686,9
16.401,4
Perikanan
38.745,6
41.419,1
43.827,9
Sumber : Badan Pusat Statistik (2008)
Tabel 1 memperlihatkan bahwa PDB Sektor peternakan dan hasilnya dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan dari 32.346,5 miliar menjadi 34.530,7 miliar. Kontribusi sektor ini semakin meningkat dari tahun ke tahun dan menunjukkan tingkat minat yang semakin tinggi terhadap
lapangan usaha
peternakan. Lapangan usaha peternakan yang saat ini banyak diminati masyarakat adalah usaha peternakan unggas. Hal tersebut dikarenakan usaha peternakan unggas dapat dilakukan mulai dari skala usaha rumah tangga sampai skala besar. Usaha peternakan unggas yang memiliki keunggulan dari segi produktivitas dan berperan sebagai sumber bahan pangan protein yang juga banyak diminati masyarakat yakni usaha peternakan puyuh. Keunggulan produktivitas puyuh yang 1
Pedoman Pembibitan Ternak. http://www.disnakkeswan-lampung.go.id. [20 Januari 2009]
1
tinggi menjadi daya dukung yang menambah usaha peternakan puyuh ini menjadi semakin menarik. Dalam satu tahun bisa dihasilkan 250 sampai 300 butir dengan berat rata-rata sepuluh gram/butir (Elly Lystyowati & Roospitasari 2007). Perkembangan jumlah peternakan puyuh nasional dapat dilihat dari peningkatan populasi puyuh yang tercatat di Badan Pusat Statistik dan saat ini telah mencapai 8.524.213 ekor. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 22 persen dari jumlah awal pada tahun sebelumnya yakni sebanyak 6.640.078 ekor (Tabel 2). Tabel 2. Populasi Puyuh Tahun 2007-2008 (Per Provinsi) Provinsi
No
2007
2008 *)
1.
Sumatra Utara
84.846
87.392
2.
Sumatra Barat
8.906
9.084
3.
Bengkulu
11.520
12.385
4.
Lampung
104.790
186.561
5.
Jawa Tengah
4.166.213
5.832.598
6.
Jawa Timur
1.471.704
1.564.421
7.
Bali
1.866
3.505
8.
Nusa Tenggara Barat
6 .601
7 .261
9.
Kalimantan Barat
13.000
27.390
10.
Kalimantan Tengah
200
27.390
11.
Sulawesi Utara
1.965
1.965
12.
Babel
4.791
749
13.
Kepulauan Riau
2.200
2.222
6.640.078
8.524.213
Jumlah/ Total
Sumber : Badan Pusat Statistik (Susenas 2008) / Central Bureau of Statistic
Keterangan
: *) Angka sementara
Berdasarkan Tabel 2, sentra peternakan puyuh dengan hasil utama telur di Pulau Jawa terletak di beberapa daerah yang meliputi dua provinsi yaitu Jawa Timur dan Jawa Tengah (wilayah Keresidenan Surakarta). Sedangkan di daerah Jawa Barat, sentra peternakan puyuh terletak di daerah Sukabumi. Akan tetapi sebenarnya di Kabupaten Bogor terdapat juga daerah yang telah memberdayakan puyuh sebagai ternak unggas penghasil telur (Tabel 3). Terdapat delapan sentra peternakan puyuh yang memasok telur ke wilayah pasar yang ada di Bogor dengan perkembangan kuantitas yang berfluktuasi tiap tahunnya. Diantara kedelapan sentra peternakan puyuh di Kabupaten Bogor yang masih bertahan
2
hingga tahun 2007 adalah Kecamatan Tajur Halang yang memberdayakan 4000 ekor puyuh dengan hasil utama telur puyuh. Tabel 3. Peternakan Puyuh di Kabupaten Bogor No
1 2 3 4 5 6 7 8
Kecamatan
Tahun 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
-
550 550
1000 2010 700 100 3810
3925 3925
7500 16.000 7500 16.000
4000 4000
Cibungbulang Jonggol Sukaraja Cileungsi Gn Putri Gn Sindur Rancabungur Tajur Halang
2600 20.000 Total 22600 Sumber: Dinas Peternakan (2008)
Kuantitas peternakan puyuh di Bogor terbilang masih rendah bila dibandingkan dengan kuantitas peternakan puyuh yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang memiliki lebih dari satu juta ekor puyuh yang merupakan total jumlah puyuh dari semua peternakan didaerah tersebut (Tabel 2). Kuantitas puyuh di Indonesia saat ini diperkirakan akan terus berkembang, mengingat tingkat permintaan terhadap telur puyuh sebagai salah satu hasil utama peternakan puyuh saat ini mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir (Tabel 4). Perkembangan yang terjadi pada jumlah permintaan nasional terhadap telur puyuh menunjukkan adanya peluang terhadap pengembangan kuantitas puyuh yang dihasilkan oleh setiap peternakan di Indonesia, termasuk diantaranya peternakan puyuh yang ada di Kabupaten Bogor. Tabel 4. Rata-rata Konsumsi per Kapita per Minggu Telur Puyuh Jenis Telur
Satuan unit
Rata-rata Konsumsi per kapita per minggu 2006
2007
1. Telur ayam ras
Kg
0.097
0.117
2. Telur ayam kampung
Butir
0.122
0.098
3. Telur itik
Butir
0.057
0.058
4.
Telur Puyuh
Butir
0.070
0.088
5. Telur lainnya
Butir
0.003
0.001
6. Telur asin
Butir
0.038
0.035
Sumber : Badan Pusat Statistik (2007, 2008) Keterangan : 125 butir telur burung puyuh = 1 kg
3
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa permintaan terhadap telur puyuh terus mengalami peningkatan sebesar 0,018 dalam dua tahun terakhir. Pada tahun 2006 rata-rata konsumsi perkapita perminggu telur puyuh sebesar 0,070 dengan jumlah penduduk 40.371.976 sedangkan pada tahun 2008 sebesar 0,088 dengan jumlah penduduk 41.240.707. Peningkatan rata-rata konsumsi antara telur puyuh dan ayam ras yang terjadi pada tahun 2007 hampir sama dan hanya berbeda 0,002. Hal tersebut mengindikasikan tingkat konsumsi diantara masyarakat yang sama besar terhadap telur ayam ras dan telur puyuh. Adapun konsumsi terhadap telur jenis lain masih berada di bawah tingkat konsumsi dari telur puyuh dan telur ayam ras, bahkan terdapat diantaranya yang mengalami penurunan konsumsi seperti telur ayam kampung, telur asin dan telur lainnya. Peningkatan konsumsi terhadap telur puyuh menunjukkan potensi bisnis yang cukup besar untuk pengembangan binis telur puyuh ini. Selain itu, nilai gizi serta manfaatnya pun menambah daya tarik ternak unggas ini menjadi ternak prospektif untuk dikembangkan. Telur puyuh merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki banyak manfaat dan nilai gizi yang tinggi. Kandungan gizinya mampu bersaing dengan unggas-unggas penghasil telur lainnya, seperti ayam buras, ayam ras, dan itik. Telur puyuh memiliki kadar protein sebesar 13,1 persen dan kandungan lemak yang rendah, yaitu hanya 11,1 persen (Tabel 5). Tabel 5. Kandungan Gizi Puyuh dan Beberapa Jenis Unggas Jenis unggas
Protein (%)
Lemak (%)
Karbohidrat (%)
Ayam ras 12,7 11,3 Ayam buras 13,4 10,3 Itik 13,3 14,5 Kalkun 13,2 11,8 Angsa 13,9 13,3 Puyuh 13,1 11,1 Merpati 13,8 12,0 Sumber: Woodard et all diacu dalam Elly Lystyowati dan Roospitasari (2007)
0,9 0,9 0,7 1,7 1,5 1,0 0,8
Protein yang dikandung telur puyuh memiliki asam amino esensial yang diperlukan untuk menciptakan masyarakat yang cerdas dan sehat. Peningkatan konsumsi protein hewani itu akan mampu menciptakan peningkatan mutu kualitas masyarakat di Indonesia 2. Selain itu, kandungan gizi telur puyuh baik untuk diet 2
Rochadi, Konsumsi Protein Hewani di Bawah Standar . http:www.gizi.net. [11 April 2009]
4
kolesterol karena dapat mengurangi terjadinya penimbunan lemak, sedangkan kebutuhan proteinnya tetap mencukupi. Puyuh dapat menjadi alternatif penyedia pangan protein masyarakat yang harus digalakkan dan terus dikembangkan. Adanya potensi pengembangan usaha telur puyuh yang ditunjukkan oleh peningkatan konsumsi terhadap puyuh, nilai serta gizi yang dikandung telur puyuh, mengindikasikan adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang maksimum bagi pelaku usaha di sektor tersebut. Sehingga dibutuhkan suatu strategi pengembangan usaha yang tepat bagi setiap perusahaan agar dapat memanfaatkan peluang tersebut dan mencegah berbagai ancaman yang datang dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan dengan sebaikbaiknya. Peternakan Puyuh Bintang Tiga merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis telur puyuh skala peternakan perseorangan yang berdiri sejak September 2007 dan telah memanfaatkan adanya peluang usaha yang prospektif ini. Akan tetapi masih terdapat keterbatasan untuk memanfaatkan peluang usaha yang ada secara maksimal. Keterbatasan tersebut berkaitan dengan masih rendahnya produksi sehingga perusahaan belum mampu memenuhi seluruh permintaan telur yang jumlahnya semakin berkembang. Keterbatasan tersebut menuntut perusahaan untuk mampu memanfaatkan peluang yang ada dan menciptakan strategi yang dapat menghasilkan kinerja yang baik untuk dapat memenangkan persaingan. Penerapan sebuah strategi pengembangan usaha yang tepat merupakan tuntutan bagi perusahaan agar mampu mengembangkan usaha di tengah peluang usaha yang prospektif dan dapat bertahan dari persaingan. I.2.
Perumusan Masalah Peternakan Puyuh Bintang Tiga dalam menjalankan usahanya memiliki
permasalahan di penanganan tingkat produksi untuk dapat memenuhi permintaan pasar yang dihadapi perusahaan serta mencapai visi perusahaan untuk menjadi produsen telur yang mampu memenuhi permintaan konsumen di wilayah pasar yang ada di Bogor. Tingkat produksi yang dimiliki PPBT saat ini dinilai masih belum mampu menjangkau pasar sesuai visi perusahaan karena tingkat produktivitasnya masih rendah. Sampai saat ini PPBT memiliki jumlah puyuh
5
sebanyak 10.241 ekor puyuh dan memiliki tingkat produktivitas sebesar 6065,27 per hari. Tabel 6. Jumlah Produksi dan Penjualan Telur Puyuh PPBT Jumlah Rata-rata Produksi Telur Produksi telur (Butir) per hari (Butir) Oktober 2008 185.565 5985,97 Nopember 2008 234.744 7824,80 Desember 2008 150.090 4841,62 Januari 2009 147.171 4747,45 Februari 2009 214.326 7654,50 Maret 2009 184.377 5947,65 Sumber: Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009), diolah Bulan
Jumlah Penjualan per bulan (Peti) 154,64 195,62 125,07 122,64 178,60 153,65
Jumlah Penjualan (Rupiah) 33.402.240 42.253.920 27.015.120 27.226.080 39.649.200 34.110.300
Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa telah terjadi penurunan produksi pada bulan Desember. Hal tersebut dikarenakan telah merebaknya penyakit snot yang mengakibatkan bertambahnya jumlah kematian puyuh, menghambat perkembangan puyuh, serta menurunkan produksi telur. Penurunan produksi yang terjadi masih berlangsung hingga Januari 2009, akan tetapi mengalami peningkatan pada Februari 2009 karena adanya penanganan yang intensif dari perusahaan terhadap penanganan perawatan budidaya dan tindakan pencegahan penyakit. Adapun penurunan yang terjadi pada bulan Maret diakibatkan oleh jumlah pengurangan puyuh yang sudah menurun kemampuan berproduksinya atau sudah afkir. Sampai saat ini tingkat produksi PPBT masih berada dalam keadaan stabil bila dirata-ratakan pada tahun 2008 dan 2009 yakni berkisar antara 5,16 peti dan 5,05 peti per hari (Tabel 7). Tabel 7. Produktivitas Telur Puyuh PPBT Rata-rata produksi 2008 per hari (Butir) 2008 190.133 6199,31 2009 181.958 6065,27 Sumber: Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009), diolah Tahun
Rata-rata produksi 2008 per bulan (Butir)
Rata-rata produksi 2008 per hari (peti) 5,16 5,05
Permintaan yang belum seluruhnya terpenuhi oleh perusahaan dapat dilihat dari data permintaan yang dicatat oleh pihak perusahaan selama tahun 2008 dan tahun 2009 (Tabel 8). Permintaan tersebut berasal dari pasar-pasar yang ada diwilayah Bogor baik Kota maupun Kabupaten. 6
Tabel 8. Data Penawaran dan Permintaan 2008-2009 Tahun 2008 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Wilayah Pasar
Pasar Bogor (Pengecer Telur) Pasar Anyar
(Pengecer Telur) Pasar Warung Jambu
(Pengecer Telur) Pasar Leuwi Liang
(Pengecer Telur) Pasir Angin (Bandar Asongan) Cirangkong (Bandar Asongan) Pasar Ciawi (Pengecer
Telur) Pasar Ciampea (Pengecer Telur) Pasar Cibinong
(Pengecer Telur) Pasar Ciluar (Pengecer Telur) Pasar Cibubur (Pengecer Telur) Karawang (Pengecer telur) Pasar Pagi Jakarta (Pengecer Telur)
Jumlah Penawaran PPBT (per minggu)
40 peti
12 peti
14 peti
10 peti
50 dus
17,5 dus
30 peti
5 peti
22 peti
7 peti
7 peti
4 peti
7,5 peti
3 peti
7 peti
2 peti
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
127,5 peti 50 dus
43 peti 17,5 dus 64.725 butir/minggu 9246 butir perhari 7,70 peti/hari
190.500 butir/minggu 27.215 butir per hari 22,68peti/hari Sumber: Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009) Total
Tahun 2009
Jumlah Permintaan (per minggu)
Jumlah Permintaan (per minggu)
Jumlah Penawaran PPBT (per minggu)
40 peti
12 peti
14 peti
10 peti
50 dus
17,5 dus
30 peti
5 peti
22 peti
7 peti
7 peti
4 peti
7,5 peti
3 peti
-
-
12 peti
5 peti
10 peti
3,5 peti
50 peti
-
200 peti
-
50 peti
-
442,5 peti 50 dus
49,5 peti 17,5 dus 72.525 butir/minggu 10.360,7 butir perhari 8,63peti/hari
568.500 butir/minggu 81.214,3 butir per hari 67,67 peti /hari
Permintaan yang dihadapi perusahaan pada tahun 2008 baru bisa terpenuhi sebesar 33,98 persen atau sekitar 64.725 butir telur per bulan dari keseluruhan permintaan yang berjumlah 190.500 butir telur per bulan. Sehingga pada tahun 2008 masih terdapat 66,02 persen permintaan yang belum terpenuhi. Sedangkan pada tahun 2009, PPBT mampu memenuhi permintaan yang datang ke perusahaan sebesar 12,75 persen atau sebanyak 568.500 butir telur per bulan, sehingga pada tahun 2009 masih terdapat 87,25 persen permintaan yang belum terpenuhi. Penurunan penawaran disebabkan adanya peningkatan permintaan yang berasal dari Pasar Cibubur, Karawang dan Pasar Pagi Jakarta yang berjumlah 300 peti 7
atau sebesar 63,32 persen. Permintaan tersebut sampai saat ini belum mampu dipenuhi oleh perusahaan karena keterbatasan kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan. Besarnya tingkat permintaan yang dihadapi sedangkan tingkat penawaran yang dimiliki perusahaan masih rendah (Gambar 1), mengindikasikan perusahaan untuk terus meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu memanfaatkan
peluang,
dan
meningkatkan
kemampulabaan
perusahaan.
Kapasitas yang ada saat ini dinilai kurang karena jika ingin memenuhi semua permintaan yang datang ke perusahaan dan ingin menjangkau pasar yang lebih luas sesuai dengan visi perusahaan3, maka perusahaan harus mampu meningkatkan kapasitas produksinya.
Gambar 1. Permintaan dan Penawaran Telur Puyuh PPBT per Bulan Sumber: Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009) , Diolah Keterangan: * data sampai dengan April 2009
Keterbatasan lainnya yang dimiliki PPBT dalam memanfaatkan peluang usaha yaitu masih adanya berbagai kendala internal perusahaan seperti terbatas modal, keterbatasan kualitas karyawan dan kendala eksternal perusahaan seperti persaingan industri. Permodalan usaha merupakan salah satu keterbatasan yang dimiliki PPBT untuk dapat memanfaatkan permintaan potensial yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan permintaan telur puyuh baik berdasarkan data nasional ataupun data yang dicatat perusahaan. Sampai saat ini modal hanya berasal dari pemilik sekaligus manajer perusahaan dan belum menjalin hubungan dengan pihak lain 3
Visi PPBT menjadi perusahaan peternakan puyuh di Bogor yang mampu memenuhi permintaan telur puyuh terutama di wilayah Bogor untuk saat ini serta Jakarta dan sekitarnya pada nantinya
8
yang dapat menyalurkan dana kepada perusahaan. Akumulasi dana perusahaan merupakan salah satu tantangan yang dihadapi perusahaan agar PPBT mampu meningkatan kapasitas produksi sehingga dapat memenuhi permintaan yang belum terpenuhi seluruhnya. Peningkatan modal yang dibutuhkan cukup besar jumlahnya mengingat visi yang dimiliki perusahaan juga menuntut perusahaan untuk mampu meningkatkan kapasitas produksi yang mampu memenuhi seluruh permintaan di wilayah Bogor dan sekitarnya. Peningkatan kapasitas produksi perlu didukung oleh peningkatan kualitas dan keterampilan karyawan yang selama ini masih menjadi kendala operasional budidaya. Keterampilan dan pengalaman karyawan pada PPBT saat ini masih terbilang kurang memadai karena tingkat pengalaman rata-rata karyawan yang belum memiliki pengalaman langsung dalam budidaya puyuh sehingga masih perlu dilakukan pelatihan oleh tenaga ahli. Dalam budidaya puyuh, keterampilan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki para karyawan khususnya dalam penanganan manajemen pemeliharaaan puyuh. Hal ini dikarenakan puyuh merupakan ternak unggas yang sensitif terhadap perubahan pola perawatan, kebisingan, perubahan lingkungan, perubahan susunan pakan dan kondisi cuaca atau perubahan cuaca yang ekstrim. Oleh karena itu, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki karyawan juga harus tinggi agar menghindari adanya kesalahan penanganan yang dapat menyebabkan peningkatan jumlah kematian puyuh dan penurunan produktivitas puyuh. Selain keterampilan dan pengalaman, ketekunan dan ketelitian karyawan amat penting dimiliki karyawan khususnya dalam pencatatan penanganan budidaya untuk menunjang kelancaran manajemen pemeliharaan. Sementara itu, tingkat persaingan yang terjadi di wilayah sasaran pemasaran produk Peternakan Puyuh Bintang Tiga semakin tinggi. Persaingan tersebut dapat dilihat dari semakin banyaknya telur yang masuk ke wilayah pasar yang ada di Bogor yang berasal dari luar Bogor seperti Sukabumi, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Persaingan tersebut menjadi suatu ancaman bagi PPBT yang dapat menghambat kegiatan pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh perusahaan. Beberapa pasar
yang saat ini menjadi pasar sasaran utama dari
Peternakan Puyuh Bintang Tiga dapat di lihat pada Tabel 9.
9
Tabel 9. Pasar Sasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga No
Pasar Sasaran
1
Pasar Bogor
2
Pasar Anyar
Kisaran Harga
Pesaing Ardi (Sukabumi), Kediri, Blitar, Yogyakarta, Sleman, Solo, Jawa Timur, Jawa Tengah Ardi (Sukabumi), Jawa Tengah
3
Pasar Yogyakarta, Sleman dan Solo Cibinong Jawa Timur, Jawa Tengah 4 Pasar Warung Yogyakarta, Sleman, Solo, Jawa Timur, Jawa Jambu Tengah Sumber : Data Primer (2009)
Rp. 175,- s/d Rp. 180,Rp. 175,- s/d Rp. 180,Rp 180,- s/d Rp 220,Rp 180,- s/d Rp 220,-
Berdasarkan data pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa pada empat pasar yang menjadi target pasar utama dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga mendapatkan pasokan telur puyuh tidak hanya berasal dari daerah Bogor tetapi juga berasal dari luar wilayah Bogor yaitu telur puyuh yang berasal dari daerah Yogyakarta, Kediri, Blitar, Sleman, Solo, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sukabumi yang merupakan sentra peternakan puyuh. Para produsen pesaing telur puyuh tersebut menawarkan harga yang cukup bersaing yakni sekitar Rp 175-Rp 220. Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat persaingan yang besar di wilayah pasar Bogor yang berasal dari peternakan yang ada diluar wilayah Bogor. Adanya peningkatan peningkatan permintaan yang belum diimbangi dengan
produktivitas
perusahaan,
keterbatasan
keterampilan
karyawan,
keterbatasan permodalan, dan adanya persaingan yang ditunjukkan oleh masuknya telur puyuh yang berasal dari luar wilayah Bogor ke wilayah Bogor, menuntut Peternakan Puyuh Bintang Tiga untuk memiliki strategi pengembangan usaha yang tepat agar usaha yang dijalankan dapat terus berkembang, memiliki keunggulan yang berkelanjutan dan dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal. Agar dapat menyusun suatu strategi pengembangan usaha yang tepat, perusahaan harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan perusahaan yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam merumuskan strategi pengembangan usaha. Analisis lingkungan yang meliputi lingkungan internal dan eksternal ini bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan dapat memanfaatkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki, meminimumkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, memanfaatkan peluang-peluang yang dimiliki oleh 10
perusahaan dan mengantisipasi ancaman yang muncul dari lingkungan eksternal yang dihadapi oleh perusahaan. Berdasarkan kendala internal yang dimiliki dan kendala eksternal yang dihadapi perusahaan, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Faktor eksternal apa saja yang menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan serta faktor internal apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan Peternakan Puyuh Bintang Tiga? 2. Strategi alternatif
seperti apa yang sesuai dan dapat dilakukan oleh
Peternakan Puyuh Bintang Tiga? I.3.
Tujuan Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi Peternakan Puyuh Bintang Tiga serta faktor internal perusahaan yang menjadi kekuatan dan kelemahan Peternakan Puyuh Bintang Tiga 2. Merumuskan alternatif strategi dan menetapkan prioritas strategi pengembangan usaha dari hasil analisis internal dan eksternal perusahaan tersebut I.4.
Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam menentukan strategi yang diperlukan untuk mengembangkan usaha di masa yang akan datang. 2. Sebagai aplikasi dan penerapan materi yang dipelajari selama kuliah di dalam praktek agribisnis yang sebenarnya pada suatu perusahaan. 3. Sebagai bahan informasi dan bahan kajian dalam pembuatan karya ilmiah serta sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya.
I.5.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari pengkajian kondisi eksternal dan
internal perusahaan, identifikasi kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki perusahaan serta formulasi alternatif strategi dalam pengembangan usaha Peternakan Puyuh Bintang Tiga. 11
Penelitian ini hanya sampai formulasi dari manajemen strategi, sedangkan tahap implementasi dan evaluasi strategi merupakan wewenang dari manajemen perusahaan.
12
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Burung Puyuh Burung Puyuh mulai dikenal dan diternakkan di Indonesia pada tahun
1979. Burung puyuh merupakan bangsa burung (liar) yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh yang biasa diberdayakan sebagai ternak unggas berasal dari kelas Aves (bangsa burung), Ordo Galiformes, Sub Ordo Phasianoidae, Famili Phasianidae, Sub Famili Phasianinae, Genus Coturnix, dan Species Coturnixcoturnix Japonica. 2.1.1. Karakteristik Karakter puyuh dewasa jantan dapat dilihat dari bagian leher atas yang berwarna coklat muda (cinnamon) dan warna dada bagian bawah yang sama dan warna yang merata. Sedangkan puyuh betina memiliki bulu leher atau kerongkongan dan dada bagian atas yang panjang dan berwarna lebih muda. Terdapat totol-totol cokelat tua pada dada bagian atas. Bentuk badan betina pada umumnya lebih besar dari jantan. Puyuh muda mulai bersuara pada umur 5-6 minggu. 2.2.
Manfaat Beternak Puyuh Puyuh memiliki banyak manfaat untuk dipelihara sebagai hewan ternak
karena memiliki banyak keunggulan dan nilai jual yang tinggi. Puyuh dapat dijadikan sebagai ternak penghasil telur konsumsi, penghasil telur tetas, hingga bibit dan afkirannya masih dapat dijual. 2.2.1. Telur Telur puyuh memiliki kandungan protein dan lemak yang lebih baik dari telur biasa, karena memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dengan kandungan lemak yang lebih rendah. Telur puyuh juga dapat dijadikan sebagai konsumsi diet kolesterol, karena komposisi telur puyuh dapat mencegah terjadinya penimbunan lemak di jantung. Sementara itu, kebutuhan tubuh akan protein dapat terpenuhi. 13
Kualitas telur puyuh terdiri dari kualitas kulit telur, kualitas kekentalan, dan kualitas gizi yang ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen 4. Kualitas lainnya ditentukan dari penampakkan kulit telur sperti tingkat kebersihan terhadap bercak darah, dan kualitas kuning telur. Kualitas telur dapat dinyatakan dengan melihat telur secara ekterior dan interior. Secara interior, dengan mengukur bagian dalam telur, seperti kuning telur, putih telur dan ada tidaknya cacat pada kuning telur. Sedangkan secara eksterior yaitu dengan melihat bentuk telur, mengukur bobot, dan tebal kerabang telur5. Faktor-faktor yang mempengaruhi jenis telur diantaranya adalah kandungan zat makanan, penyakit, temperatur, genetik dan umur unggas. 2.2.2. Daging Daging puyuh mengandung 21,10 persen protein, sedangkan lemaknya rendah yakni hanya 7,7 persen. Tabel 8 menunjukkan kandungan zat-zat makanan dalam daging puyuh. Tabel 10. Kandungan Zat-Zat Makanan dalam Daging Mentah Burung Puyuh Air
Lemak
(g)
(g)
70,50
7,70
Zat Makanan Jumlah (per 100 gram)
Protein (g)
21,10
Kalsium
Fosfor
Besi
(mg)
(mg)
(mg )
Vitamin A( IU)
129,00
189,00
1,50
1636,00
Sumber : Elly Lystyowati dan Roospitasari (2007)
Daging puyuh umumnya diambil dari puyuh yang sudah afkir yaitu puyuh betina yang kemampuannya menghasilkan telur sudah menurun atau burung jantan yang tidak terpilih sebagai pejantan. Sebagian besar puyuh jantan sengaja diafkir karena bila diternakan hanya akan menghabiskan pakan yang tentunya akan memperbesar biaya pemeliharaan. 2.2.3. Kotoran Kotoran puyuh dapat dipergunakan sebagai pupuk untuk tanaman sayuran maupun tanaman hias dan juga untuk campuran dalam bahan makanan (konsentrat) bagi ternak. Kotoran ini dijemur sampai kering kemudian digiling atau ditumbuk sampai halus agar dapat digunakan sebagai campuran pakan 4 5
Nort dan Bell, 1990 diacu dalam Mohaamad Ramlan 2007 Loc.cit
14
ternak. Sedangkan untuk pupuk, kotoran terlebih dahulu dicampur tanah dengan perbandingan 1:1 dan disimpan dalam suasana aerob selama 1-2 bulan. 2.3.
Penyiapan Bibit Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan.
Terdapat tiga macam tujuan pemeliharaan yaitu untuk : a) Produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis kelamin betina yang sehat atau bebas dari penyakit. b) Produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran. c) Pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik. 2.4. Perkandangan Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25° C; kelembaban kandang berkisar 30-80 persen; penerangan kandang pada siang hari cukup 25-40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang. 2.4.1. Sistem Kandang Sistem Sangkar/Baterei Sistem sangkar paling bayak digunakan oleh peternak di Indonesia. Dinding dan lantai kandang sistem ini terbuat dari kawat kasa/ram. Sehingga di bawah lantai setiap lantai diperlukan alas guna menampung kotoran (dropping board). Dengan adanya dropping board tersebut, pemeliharaan kebersihan ruangan tempat meletakkan kandang lebih mudah dilakukan dan kotoran tidak menimpa puyuh yang terletak di bagian bawahnya.
15
2.4.2. Jenis kandang Jenis kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh adalah: a) Kandang untuk induk pembibitan. Kandang ini berpengaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan menghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. b) Kandang untuk induk petelur. Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. c) Kandang untuk anak puyuh/ umur stater (kandang indukan) Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. d) Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu). 2.5.
Pakan Pakan merupakan faktor yang paling penting karena 80 persen biaya yang
dikeluarkan seorang peternak puyuh digunakan untuk pembelian pakan (Elly Lystyowati & Roospitasari 2007). Ransum yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu bentuk pelet, remah-remah, dan tepung. Ransum terbaik adalah yang berbentuk tepung, sebab lebih mudah dikonsumsi.
2.6.
Pemeliharaan Ternak Puyuh
a) Sanitasi dan Tindakan Preventif Kebersihan lingkungan kandang dan sanitasi kandang perlu dilakukan sedini mungkin untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh. b) Pengontrolan Penyakit Pengontrolan penyakit perlu dilakukan setiap saat dan apabila ada tandatanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan, dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Toko Peternakan. 16
c) Pemberian Pakan Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan dua kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada puyuh dilakukan terus-menerus. d) Pemberian Vaksinasi dan Obat Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis sebagian dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral). Pemberian obat segera dilakukan apabila terdapat gejala-gejala sakit pada puyuh. 2.7 .
Penyakit Puyuh Puyuh merupakan ternak unggas yang sensitif terhadap penyakit dan
sangat peka terhadap kebisingan, perubahan cuaca dan perubahan penanganan aspek operasional budidaya. Adapun penyakit yang biasa menyerang puyuh adalah penyakit yang juga menyerang unggas lainnya, seperti itik, ayam ras, dan ayam kampung. Tidak semua penyakit yang menyerang puyuh menyebabkan kematian, akan tetapi sebagian besar masih bisa disembuhkan dengan penanganan yang insentif. Setiap penyakit yang menyerang puyuh akan menurunkan nafsu makan dan berdampak pada penurunan laju pertumbuhan serta tingkat produktivitas. Oleh karena itu, upaya pencegahan penyakit amat penting dilakukan untuk menghindari kerugian. Kewaspadaan terhadap penangan merebaknya penyakit puyuh harus ditingkatkan ketika terdapat kemungkinan puyuh yang sudah sehat bertindak sebagai pembawa kuman penyakit yang akan menyerang puyuh-puyuh yang lain yang tidak terkena penyakit. Adapun penyakit yang dapat menyerang puyuh yaitu radang usus, Newcastle Disease (ND) atau tetelo, CRD (Cronic Respiratory Disease) atau ngorok, Koksidionis (Berak darah), Aspergillosis, Quail Bronchitis, Cacingan, dan Cacar ayam (Fowl pox).
17
2.8.
Karakter Bisnis Telur Puyuh Puyuh termasuk ternak unggas yang bisa dijual seluruh tubuh dan produk
yang dihasilkannya. Telurnya bisa dijual sebagai telur konsumsi dan dagingnya dapat dijual sebagai daging konsumsi. Begitu juga dengan kotoran dan bulunya. Puyuh memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan menjadi komoditas bisnis karena tingkat permintaan yang cukup besar dan produktivitasnya yang tergolong tinggi. Puyuh dapat menghasilkan telur 250-350 butir selama setahun. Sedangkan puyuh betina sudah mampu bertelur kurang lebih pada umur 41 hari. Peternakan puyuh merupakan usaha peternakan yang tidak membutuhkan tempat yang luas seperti pada umumnya pendirian peternakan unggas lain. Pada lahan seluas 800 m2 dapat ditempati sekitar 5000 ekor puyuh yang di dalamnya terdapat 25 sangkar dan tiap sangkar terdapat sekitar 200 ekor. Kandang seluas 800 m2 tersebut disertai dengan bagian lahan untuk kegiatan perawatan budidaya seperti pembersihan tempat minum, pengambilan telur dan pemberian pakan. Oleh karena itu, Peternakan puyuh memiliki daya tarik yang cukup besar sebagai lapangan usaha bagi masyarakat atau para usahawan yang bermodal awalan kecil. Modal awalan yang tidak selalu harus selalu besar dan hasil telur yang tinggi mengindikasikan keuntungan yang menggiurkan dan menambah daya tarik potensi pengembangan usaha peternakan puyuh. Meskipun porspek usaha terhadap usaha budidaya puyuh cukup baik, akan tetapi usaha ini tetap mengandung resiko tertentu khususnya mengenai penanganan manajemen pemeliharaan yang tepat, mengingat puyuh merupakan ternak yang peka terhadap perubahan lingkungan, dan penanganan aspek operasional perawatan. Resiko pada aspek opersional perawatan yang umumnya terjadi yaitu resiko berfluktuasinya tingkat kematian akibat perubahan penanganan perawatan sehingga hal tersebut mempengaruhi tingkat produktivitas puyuh dalam menghasilkan telur. Selain itu, penurunan produktivitas juga dapat disebabkan oleh perubahan lingkungan yang tidak menentu, kondisi ekstrim cuaca dan kebisingan lingkungan. Akan tetapi, dengan mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kegagalan budidaya, maka usaha budidaya puyuh ini tetap prosfektif untuk dikembangkan. Untuk meminimalkan resiko yang mungkin
18
terjadi, perlu dilakukan perencanaan usaha yang matang mengenai dinamika bisnis telur puyuh dan aspek operasional budidaya. Perencanaan usaha didukung juga oleh adanya motif usaha yang kuat, pengetahuan tatacara beternak puyuh yang benar, dan pengetahuan aspek pemasaran untuk produk yang dihasilkan oleh puyuh. 2.9.
Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha telah cukup banyak
dilakukan. Pada umumnya tujuan peneliti-peneliti yang mengkaji penelitian mengenai strategi pengembangan usaha adalah untuk (1) mengidentifikasi faktorfaktor internal dan eksternal suatu perusahaan/ industri, (2) memformulasikan strategi untuk perusahaan/ industri yang diteliti berdasarkan analisis dilaksanakan oleh perusahaan/ industri yang diteliti. Akan tetapi sampai saat ini belum terdapat penelitian yang mengkaji tentang strategi pengembangan usaha telur puyuh Penelitian mengenai puyuh yang ada saat ini masih mengedepankan aspek teknis atau budidaya dan tidak menekankan aspek bisnis didalamnya. Meskipun demikian, hasil dari penelitian terdahulu mengenai budidaya puyuh tersebut dapat dijadikan acuan mengenai perkembangan penelitian pada puyuh. Terdapat beberapa penelitian terdahulu baik yang terkait secara langsung mengenai penelitian puyuh atau penelitian mengenai strategi pengembangan usaha yang yang dapat dikaji pada penelitian ini. Beberapa peneliti itu diantaranya adalah Septiany (2004), Handayani (2005), Suhaely (2008), Wisandhini (2008), Karyadi (2008), Rhamdiani (2008), dan Waskita (2008). Nama peneliti berikut judul penelitian, alat analisis atau metode, dan hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 11. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang terkait langsung dengan topic strategi pengembangan yakni teletak pada objek kajian, tempat penelitian dan hasil dalam penelitian. Adapun persamaannya terletak pada tujuan penelitian dalam menganalisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan serta merumuskan alternatif strategi bagi perusahaan berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal tersebut. Sedangkan penelitian yang tidak secara langsung terkait dengan topik strategi pengembangan, seperti analisis sifat fisik puyuh,
19
analisis permintaan telur ayam ras dan ayam buras, analisis pendapatan dan pemasaran telur ayam ras, digunakan sebagai bahan kajian yang mendukung penulisan dan perumusan penelitian strategi pengembangan usaha telur puyuh ini. Penelitian terdahulu yang dilakukan Handayani (2005), Waskita (2008), dan Suhaely (2008) telah membantu penulis mempelajari aspek operasional budidaya puyuh dan perkembangan yang terjadi khususnya dalam penelitian puyuh. Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan Septiany (2004), Wisandhini (2008), Karyadi (2008), Rhamdiani (2008), telah membantu penulis mempelajari mengenai konsep dan faktor yang menjadi bahan kajian dalam perumusan strategi pengembangan usaha, membantu penulis mempelajari contoh aplikasi strategi pada perusahaan dan peternakan rakyat di Bogor serta perumusan susunan penelitian yang baik. Penelitian ini membahas mengenai strategi pengembangan usaha telur puyuh agar perusahaan dapat memanfaatkan peluang, mencapai tujuan dan memperoleh keuntungan. Penelitian strategi pengembangan usaha telur puyuh ini menitikberatkan pada upaya memaksimalkan potensi sumberdaya yang dimiliki untuk dapat mengambil peluang dan meminimalkan dampak ancaman yang ada pada lingkungan operasional perusahaan. Upaya tersebut ditujukan untuk dapat mencapai tingkat produksi yang menentukan kemampulabaan perusahaan di tengah persaingan dan lingkungan industri.
Penyusunan alternatif strategi
menggunakan integrasi matriks IE dan matriks SWOT. Alternatif strategi hasil matriks IE yang masih umum seperti penetrasi pasar, di integrasikan dengan alternatif strategi hasil matriks SWOT yang lebih konkrit karena sudah lebih teknis, seperti meningkatkan kapasitas produksi.
20
Tabel 11. Penelitian Terdahulu Peneliti
Judul Penelitian
Tujuan
Fany Septiany Surya (2004)
Analisis Pendapatan 1. Mempelajari, menganalisis, dan menghitung dan Pemasaran Telur pendapatan usaha peternakan telur ayam ras di Ayam Ras di daerah penelitian. Kelurahan Serua 2. Mempelajari dan menganalisis saluran pemasaran Kecamatan telur ayam ras berdasarkan daerah tujuan Sawangan, pemasaran yang paling efisien. Kotamadya Depok, 3. Mempelajari dan menganalisis fungsi pemasaran, Propinsi Jawa Barat. stuktur dan perilaku pasar pada setiap lembaga pemasaran telur. 4. Mempelajari, menganalisa dan menghitung marjin pemasaran telur pada setiap jalur pemasaran yang terjadi. Mustika Sifat Fisik, Kimia Mengamati sifat fisik, kimia dan organoleptik telur Handayani dan Organoleptik puyuh yang diperam dalam larutan garam pada lama (2005) Telur Puyuh Asin pemeraman yang berbeda. pada Lama Pemeraman yang Berbeda.
Ahmad Suhaely (2008)
Perancanga Fasilitas Fisik Usaha Ternak Puyuh Skala Komersil di Kecamatan Ranca Bungur Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Membuat rancangan fisik fasilitas usaha ternak puyuh yang efektif dan komersial. Bagian dari rancangan ini adalah perencanaan lokasi dan tata letak fasilitas, membuat rancangan kandang puyuh secara fungsional dan stuktural dengan mengedepankan aspek komersialisasi, dan membuat analisa biaya yang diperlukan untuk pembuatan fasilitas fisik usaha ternak puyuh skala komersil.
Metode/ Alat Analisis Analisis pendapatan, analisis imbangan penerimaan dan biaya, analisis stuktur pasar, analisis perilaku pasar, analisis marjin pemasaran.
Hasil Analisis Seluruh peternakan ayam ras petelur di kelurahan Serua merupakan usaha yang menguntungkan (R/C >1). Terdapat 13 pola saluran pemasaran telur ayam ras di Kelurahan Serua. Fungsi pemasaran secara umum dilakukan oleh produsen, grosir dan pengecer yaitu berupa fungsi pertukaran dan fungsi fasilitas. Stuktur pasar yang ada di Kelurahan Serua yakni oligopoli, monopoli dan pasar persaingan sempurna. Saluran pemasaran yang ada cukup baik karena harga yang diterima produsen dari harga jual di tingkat konsumen cukup baik.
Rancangan percobaan dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola searah dengan 3 kali ulangan, analisis ragam (ANOVA).
Peningkatan kekuatan gel kuning telur dipengaruhi lama pemeraman, sedangkan perubahan berat telur tidak dipengaruhi secara nyata. Pemeraman yang lebih lama menyebabkan kecenderungan peningkatan kadar air, kadar abu, kadar NaCl, dan indeks minyak yang keluar. Perlakuan lama pemeraman tidak mengakibatkan perubahan bau produk pada tingkat nyata.
Komponen konstruksi diuji dengan tegangan lentur, tegangan geser, dan defleksi.
Penentuan lokasi dan tata letak berdasarkan ketersediaan sumberdaya dan kemudahan dalam perawatan. Biaya total pembangunan satu unit kandang dengan luas 180 m² adalah Rp 64,657,500 atau sekitar Rp 359,208/m².
21
Yessica Strategi Wisandhini pengembangan (2008) usaha Jamur Tiram Putih pada Perusahaan Jamur Tegal Waru Bogor. Didik Strategi Karyadi Pengembangan (2008) Usaha Peternakan Domba Rakyat (Kasus Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor)
1. Menganalisis faktor internal (kekuatan dan Matriks IFE dan EFE, kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan matriks IE, matriks ancaman) SWOT, dan QSPM 2. Merumuskan alternatif pengembangan usaha dari hasil analisis internal dan eksternal tersebut
Hasil dari matriks IE diketahui perusahaan berada pada kuadaran II atau pada posisi tumbuh dan kembangkan. Strategi yang tepat digunakan adalah strategi intensif dan strategi integrtif. Strategi utama berdasarkan STAS yang tertinggi yakni strategi mengoptimalkan kapasitas produksi. Matriks IFE dan EFE, Hasil dari matriks IE diketahui perusahaan berada matriks IE, matriks pada kuadaran V atau pada posisi jaga dan SWOT, dan QSPM pertahankan. Strategi yang tepat digunakan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi utama berdasarkan STAS yang tertinggi yakni strategi perbaikan manajemen usaha untuk menghadapi pesaing.
1. Mempelajari manajemen usahaternak domba rakyat di desa Cigudeg 2. Menganalisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang terdapat pada usaha ternak domba di desa Cigudeg 3. Merumuskan alternatif pengembangan usaha yang cocok untuk usahaternak domba rakyat di desa Cigudeg . Hilma Analisis Permintaan 1. Menganalisis pola konsumsi telur ayam ras dan Analisis Almost Ideal Rhamdiani Telur Ayam Ras dan ayam buras Demand System (2008) Ayam Buras di 2. Menganalisis faktor - faktor yang mempengaruhi Provinsi DKI jumlah permintaan telur ayam ras dan ayam buras Jakarta: Penerapan 3. Menganalisis besarnya permintaan telur ayam ras Model Almost Ideal dan ayam buras 2005-2010. Demand System dengan Data Susenas 2005.
Pola konsumsi rumah tangga di DKI Jakarta didominasi oleh telur ayam ras dengan jumlah konsusmsi tertinggi oleh kelas pendapatan rendah. Berdasarkan hasil analisis model Almost Ideal Demand System didapat koefiesien determinasi (R2) dalam penelitian berkisar 0,1927-0,4222 yang berarti 19,27-42,22 persen keragaman proporsi pengeluaran untuk setiap jenis telur yang dapat dijadikan variabel bebasnya dalam model yaitu variabel harga, total pengeluaran, dan juga variabel demografi yaitu jumlah anggota rumah tangga. Perhitungan proyeki permintaan telur ayam ras dan ayam buras (dengan laju pertumbuhan penduduk 0,54 persen), diproyeksikan semakin meningkat setiap tahun dengan laju pertumbuhan konsumsi pertahun untuk telur ayam ras 11,36 persen dan telur ayam buras sebesar 11,76 persen.
22
Galih Waskita (2008)
Penerapan Biosekuriti dan Higiene di tempat Penampungan Unggas di Jakarta Barat.
Menghasilkan gambaran penerapan biosekuriti dan Observasi lapang higiene pada tempat penampungan unggas di Jakarta Barat.
Praktek biosekuriti dan higiene di tempat penampungan unggas dikategorikan sedang (41,9 persen) dan buruk (58,1 persen), penyimpangan kritis banyak ditemukan berupa; tidak dilakukan pemeriksaaan kesehatan ayam, tidak mempunyai kadanga isolasi, tidak dilakukan disinfeksi personal dan kendaraan yang masuk, pekerja yang berhubungan tidak menggunakan alat pelindung diri, lokasi tempat penampungan unggas tidak jauh dari pemukiman rawan banjir, dan tidak ada fasilitas cuci tangan seperti sabun.
23
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsep Manajemen Strategis Jauch dan Glueck (1995) mengungkapkan bahwa manajemen strategis terdiri dari sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada suatu susunan strategi yang efektif untuk mencapai sasaran perusahaan. Proses manajemen strategis merupakan hal yang dinamis dan berkelanjutan (David 2006). Proses tersebut dipengaruhi kondisi eksternal dan internal serta mengangkat isu mengenani misi, strategi dan kebijakan perusahaan. Proses manajemen strategis menggambarkan alur dimana penyusunan strategi dirancang untuk menentukan sasaran. Proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1) Perumusan/formulasi Strategi Perumusan strategi termasuk mengembangkan visi dan misi bisnis, mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan kelemahan perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang, menghasilkan alternatif dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan. 2) Implementasi Strategi Tahap implementasi strategi yaitu tahap mengimplementasikan pilihan strategi dengan maksud mengalokasikan sumberdaya dan mengorganisirnya sesuai dengan strategi (Jauch & Glueck 1995). Implementasi strategi termasuk menetapkan tujuan obyektif tahunan,
melengkapi dengan kebijakan,
memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan. 3) Evaluasi Strategi Tahap evaluasi strategi
berarti mengevaluasi hasil implementasi dan
memastikan bahwa strategi yang telah disesuaikan dapat mencapai tujuan perusahaan (Jauch & Glueck 1995). Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam
manajemen
strategi.
Tiga
macam
aktivitas
mendasar
untuk
mengevaluasi strategi adalah (1) meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi yang sekarang, (2) mengukur prestasi, dan (3) mengambil tindakan korektif.
24
Analisis Faktor Internal
Menetapkan Tujuan Jangka Panjang
Mengembangkan Visi dan Misi
Merumuskan, Mengevaluasi dan memilih strategi
Implementasi strategiisu manajemen strategi
Implemetasi, strategi-isu-isu pemasaran, keuangan, akuntansii, penelitian dan pengembangan sistem informasi
Mengukur dan mengevaluasi kinerja
Analisis Faktor Eksternal
Formulasi strategi
Implementasi Strategi
Evaluasi Strategi
Gambar 2. Model Komprehensif Manajemen Strategis Sumber: David (2006)
3.1.2. Perumusan Strategi Menurut David, teknik formulasi strategi dapat diintegrasikan ke dalam tiga tahap kerangka pengambilan keputusan yaitu tahap pengumpulan input (input stage), tahap pencocokan (the decision stage), dan tahap penetapan strategi (matching stage). Pada tahap input, digunakan matriks evaluasi faktor eksternal dan matriks evaluasi faktor internal. Pada tahap pencocokan digunakan matriks stengthweakness-opportunities-threats (SWOT) dan matriks Internal External (IE). Pada tahap keputusan digunakan matriks Quantitative Strategic Planning (QSP). 3.1.3. Alternatif Strategi Alternatif strategi merupakan alternatif tindakan yang memungkinkan perusahaan mencapai misi dan tujuannya dengan cara terbaik. Menurut David (2006) alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh organisasi atau perusahaan dikategorikan menjadi empat jenis dengan tiga belas tindakan. Alternatif-alternatif tipe strategi tersebut adalah: 1) Strategi Integrasi Strategi integrasi memungkinkan sebuah perusahaan untuk mendapatkan kontrol terhadap distributor, pemasok dan pesaing, misalnya melalui merger, 25
akusisi, atau membuat perusahaan sendiri. Tipe strategi integrasi terdiri dari: a) Forward Integration (integrasi ke depan) yaitu tipe strategi untuk mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas distributor atau pengecer. b) Backward Integration (integrasi ke belakang) yaitu tipe strategi untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok (supplier). c) Horizontal Integration (integrasi horizontal) yaitu tipe strategi untuk mencari
kepemilikan
atau
meningkatkan
kontrol
atas
pesaing
(competitor). 2) Strategi Intensif Strategi intensif dilakukan secara intensif agar posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada saat ini membaik. Tipe strategi Intensif terdiri dari : a) Market
Penetration
(penetrasi pasar)
yaitu tipe strategi untuk
meningkatkan pangsa pasar yang ada untuk barang dan jasa saat ini. b) Market Development (pengembangan pasar) yaitu tipe strategi untuk memperkenalkan produk-produk yang sudah ada ke daerah pemasaran baru (pangsa pasar bertambah). c) Product Development (pengembangan produk) yaitu tipe strategi untuk meningkatkan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada. 3) Strategi Diversifikasi Strategi ini dilakukan dengan cara mendiversifikasi aktivitas bisnis. Tipe strategi diversifikasi terdiri dari: a) Concentric Diversification (diversifikasi konsentrik) yaitu tipe strategi utntuk menambah produk baru yang saling berhubungan untuk pasar yang sama. b) Horizontal Diversification (diversifikasi horizontal) yaitu tipe strategi untuk menambah produk baru tapi tidak berhubungan yang bertujuan untuk memuaskan pelanggan yang sama. c) Conglomerate Diversification (diversifikasi konglomerat) yaitu tipe strategi untuk menambah produk-produk baru tetapi tidak berhubungan untuk pelanggan pasar yang berbeda.
26
4) Strategi Defensif Strategi defensif merupakan tipe strategi bertahan. Strategi ini terdiri dari: a) Join Venture (usaha patungan) yaitu dua atau lebih perusahaan bekerjasama memberntuk suatu perusahaan baru yang terpisah dari kedua induknya. b) Retrencmenth (pengurangan) yaitu
penghematan biaya dengan cara
mengurangi sebagian dari aset perusahaan untuk menanggulangi turunnya penjualan atau keuntungan. c) Divestiture (divestasi) yaitu menjual sebuah unit bisnis atau sebagian dari perusahaan kepada pihak lain. d) Liquidation (likuidasi) yaitu menjual seluruh aset perusahaan atau menutup perusahaan. 3.1.4. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan Visi memberikan gambaran mengenai tujuan yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan. Visi mengandung pernyataan prinsip perusahaan dan mendefinisikan bisnis yang dijalankan. Misi adalah fondasi untuk prioritas, strategi, rencana, dan penugasan (David 2006). Misi menguraikan tindakan konkret yang dilakukan untuk mencapai visi. King dan Cleland diacu dalam David (2006), merekomendasikan perusahaan untuk mengembangkan pernyataan misi dengan beberapa alasan sebagai berikut: a) Memastikan tujuan dasar organisasi b) Memberikan standar dan untuk mengalokasikan sumberdaya organisasi c) Menciptakan kondisi atau iklim organisasi d) Sebagai fokus bagi individu dan bagi perusahaan untuk mencapai tujuan dan arah organisasi e) Memfasilitasi penerjemahan tujuan menjadi stuktur kerja yang melibatkan penugasan hingga elemen tanggung jawab dalam organisasi f) Memberikan tujuan dasar organisasi, arahan keputusan dan memotivasi karyawan. Tujuan didefinisikan sebagai hasil tertentu yang berusaha dicapai oleh
27
sebuah organisasi dalam mendukung misi pokoknya. Setiap perusahaan memiliki tujuan yang bermacam-macam, antara lain (1) kesinambungan laba, (2) efisiensi, (3) kepuasan dan pembinaan karyawan, (4) mutu produk atau layanan bagi konsumen dan pelanggan, (5) menjadi pemimpin pasar, (6) membuat keuntungan dan harga saham menjadi maksimum untuk pemegang saham, (7) pengendalian aktiva, (8) penyesuaian diri dengan mudah dan luwes, (9) melayani masyarakat, (10) menjadi anggota perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial dan hubungan yang baik dengan masyarakat (David 2006). Tujuan merupakan dasar untuk perancangan pekerjaan, pengaturan aktivitas, dan memberikan patokan hasil agar dapat memenuhi standar untuk kemudian dapat dievaluasi. Tujuan dapat dinyatakan dalam hal pertumbuhan didalam asset, pertumbuhan didalam penjualan, profitabilitas, penguasaan pasar dan tanggung jawab sosial6. 3.1.5. Analisi Eksternal Analisis eksternal merupakan kegiatan mengidentifikasi lingkungan eksternal perusahaan mencakup ancaman dan peluang utama yang dihadapai perusahaan sehingga pihak perusahaan mampu memformulasikan strategi untuk mengambil keuntungan dari peluang dan menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman (David 2006). Di bawah ini terdapat uraian singkat mengenai faktor eksternal. 1)
Ekonomi Aspek ekonomi memiliki pengaruh langsung terhadap potensi menarik tidaknya strategi. Hal ini dikarenakan aspek ekonomi sangat berkaitan erat dengan aktivitas operasional perusahaan dan iklim bisnis perusahaan. Aspek ekonomi terdiri dari faktor-faktor yang memperngaruhi daya beli dan pola membeli konsumen, siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas, dan tenaga kerja
2)
Sosial Budaya, Demografi dan Lingkungan Aspek sosial budaya terdiri dari lembaga dan kekuatan lain yang mempengaruhi nilai-nilai dasar, persepsi, pilihan, dan tingkah laku yang
6
Strategi. http:www.getuk.wordpress.com. [13 April 2009]
28
dianut masyarakat. Perubahan sosial memiliki pengaruh
besar terhadap
produk, jasa, pasar dan pelanggan. Tren sosial dan budaya serta demografi dan lingkungan membentuk cara hidup, bekerja, berproduksi, dan mengkonsumsi. Tren baru menciptakan tipe konsumen yang berbeda sehingga mempengaruhi perbedaan terhadap kebutuhan suatu barang yang berbeda dan jasa yang berbeda, serta strategi yang berbeda. Oleh karena itu, penerapan strategi yang berbeda dibutuhkan saat perusahaan menghadapi tren yang dihadapi di dalam masyarakat. 3)
Politik, Pemerintah dan Hukum Aspek politik, Pemerintah dan hukum dapat menjadi peluang dan ancaman utama untuk perusahaan kecil maupun besar. Aspek tersebut dapat memperbesar atau memperkecil peluang atau ancaman bagi perusahaan. Aspek meliputi peraturan-peraturan, Undang-Undang dan kebijaksanaan Pemerintah baik pada tingkat daerah, provinsi maupun nasional yang menentukan beroperasinya suatu perusahaan.
4)
Teknologi Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang harus dipertimbangkan dalam formulasi strategi. Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan, proses produksi, praktik pemasaran, dan posisi kompetitif perusahaan.
5)
Persaingan Industri atau Kompetisi Porter (1991) mengungkapkan bahwa keberhasilan suatu industri ditentukan oleh daya tarik industri baik potensi laba, atau intesitas persaingan dan posisi daya saing perusahaan. Intesitas dan kemampulabaan perusahaan dalam industri ditentukan oleh kekuatan persaingan yang ada dalam industri (Gambar 3).
29
Pendatang baru
Daya tawar pemasok Pemasok
Ancaman pendatang baru Persaingan antar anggota industri
Pembeli Daya Tawar Pembeli
Produk subtitusi
Ancaman dari produk subtitusi
Gambar 3. Bagan Analisis Industri Sumber: Porter (1991)
Kekuatan yang menentukkan intesitas persaingan dalam industri terdiri dari: a) Ancaman pendatang baru atau pendatang baru potensial, dimana bila hambatan masuk rendah maka perusahaan-perusahaan baru akan mudah masuk dalam industri dan menyebabkan tingkat persaingan semakin tinggi b) Ancaman produk subtitusi atau adanya produk pengganti, dimana semakin banyak perusahaan lain yang menawarkan produk subtitusi maka persaingan akan semakin tinggi, dan dapat mengancam laba dan pertumbuhan dalam industri. c) Daya tawar pemasok atau kekuatan tawar-menawar pemasok, dimana pemasok berada dalam posisi yang kuat dengan produk yang unik dan penting. d) Daya tawar pembeli atau kekuatan tawar menawar pembeli, dimana jika pembeli dalam posisi yang kuat akan dapat memaksa agar harga diturunkan. Hal ini akan mempengaruhi profitabilitas dan berdampak pada intensitas persaingan dalam industri. e) Persaingan industri, dimana semakin banyak pesaing industri maka persaingan pada sektor usaha akan makin ketat. 3.1.6. Analisis Internal Analisis internal menjadi dasar yang penting pada proses para perencanaan strategis untuk menentukan dimana perusahaan memiliki kekuatan dan kelemahan sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang dengan cara yang efektif dan dapat menghadapi ancaman di dalam lingkungan. Dibawah ini terdapat uraian singkat faktor internal perusahaan (David 2006). 30
1) Manajemen Fungsi manajemen terdiri atas lima aktivitas dasar yang terdiri perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian (David 2006). Analisis faktor manajemen terdiri kegiatan mengidentifikasi kemampuan manajemen perusahaan yang meliputi aktivitas dasar yang terdapat pada fungsi manajemen yang telah disebutkan. Manajemen dapat disimpulkan
sebagai
suatu
rangkaian
tindakan
sistematik
untuk
mengendalikan dan memanfaatkan segala faktor sumberdaya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 2) Pemasaran Menurut Kotler (2007), pemasaran merupakan proses sosial yang dengan proses tersebut, individu mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan
menciptakan,
menawarkan,
dan
secara
bebas
mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan menurut David (2006), pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Terdapat empat fungsi dasar pemasaran yang disesuaikan dengan prinsip bauran pemasaran yang terdiri atas apek produk, promosi, place dan pricing. Pemahaman dan analisis faktor pemasaran termasuk fungsi pemasaran di dalamnya dapat membantu penyusunan strategi serta mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan pemasaran. 3) Keuangan Analisis faktor keuangan merupakan kegiatan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari sistem keuangan yang telah dijalankan perusahaan. Faktor keuangan sering dijadikan ukuran yang menentukan posisi persaingan dan dapat menjadi daya tarik bagi investor. Penetapan kekuatan dan kelemahan keuangan sebuah perusahaan sangat
penting dan diperlukan untuk
memformulasikan strategi secara efektif. Faktor keuangan ditunjukkan oleh likuiditas, modal kerja, profitabilitas, arus kas dan modal perusahaan. Strategi dan rencana implementasi dapat berubah karena faktor keuangan.
31
4) Produksi atau Operasi Faktor produksi terdiri atas aktivitas mengubah input menjadi barang dan jasa. Produksi/operasi dapat memiliki nilai besar sebagai alat kompetitif dalam keseluruhan strategi perusahaan. Analisa faktor produksi dan operasi merupakan kegiatan megidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari lima fungsi dasar produksi yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan kualitas (David 2006). 5) Penelitian dan Pengembangan Analisis faktor penelitian dan pengembangan pada suatu perusahaan merupakan kegiatan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari penelitian dan pengembangan pada suatu organisasi perusahaan. Keputusan dan rencana litbang harus diintegrasikan dan dikoordinasikan antar departemen dan divisi dengan membagi pengalaman dan informasi antar departemen (David 2006). 3.1.7. Analisis Matriks IFE, Matriks EFE dan Matriks IE Hasil analisis lingkungan eksternal berupa peluang dan ancaman dimasukkan ke dalam matriks EFE (External Factor Evaluation). Untuk faktor lingkungan internal yang meliputi kekuatan dan kelemahan perusahaan dimasukkan ke dalam matriks IFE (Internal Factor Evaluation). Penentuan bobot dilakukan dengan mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada pihak manajemen yang menentukan kebijakan perusahaan atau pakar dengan metode Paired Comparison (Kinnear 1992). Matriks IE merupakan pemetaan skor matriks IFE dan EFE yang telah didapat, yaitu total skor bobot IFE pada sumbu horizontal dan total skor bobot EFE pada sumbu vertikal. Sel pada matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama dengan implikasi strategi yang berbeda-beda. Daerah pertama terdiri dari sel I, II, dan IV disebut tumbuh dan bina (grow and build). Daerah ke dua terdiri dari sel III, V dan VI digambarkan sebagai jaga dan pertahankan (hold and maintain). Daerah ke tiga terdiri dari sel IV, VII, dan IX yang disebut panen atau divestasi (harvest or divest) .
32
3.1.8. Analisis Matriks SWOT Matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) merupakan alat untuk mencocokkan strategi yang sangat penting bagi perusahaan dan membantu mengembangkan empat tipe strategi yaitu SO (kekuatan-peluang; strengthopportunities), WO (kelemahan-peluang; weakness-opportunity), ST (kekuatanancaman; strength-threats), dan WT (kelemahan-ancaman; weakness-threats). Perumusan strategi mempertimbangkan visi, misi dan serta hasil analisis matriks IE. 3.1.9. Analisis Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusunan strategi untuk mengevaluasi secara objektif berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (David 2006). QSPM menentukan daya tarik relatif
dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor
keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Strategi, tujuan dan misi perusahaan yang digabungkan dengan informasi audit internal dan eksternal, memberikan dasar untuk menghasilkan dan mengevaluasi alternatif strategi yang layak. Alternatif strategi yang telah dirumuskan dalam External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE) dipilih menggunakan matriks Internal Eksternal (IE) dan analisis Strenghs-weakness-Opportunities-Threats (SWOT), kemudian dirutkan dengan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) menurut angka prioritas yang paling besar. 3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional Puyuh merupakan unggas yang potensial dikembangkan sebagai hewan
ternak penghasil telur. Namun potensi untuk mengembangkan puyuh belum dapat direspon secara maksimal oleh Peternakan Puyuh Bintang Tiga karena adanya beberapa masalah dalam perkembangannya. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan adalah tingkat produksi yang belum mampu memenuhi seluruh permintaan pasar, keterbatasan modal untuk pengembangan usaha, dan areal pemasaran yang masih sempit karena keterbatasan ketersediaan produk. Dengan 33
adanya masalah tersebut, dan untuk menghadapi persaingan maka perlu dirumuskan strategi pengembangan usaha yang tepat untuk perusahaan. Untuk memformulasikan strategi dalam pengembangan usaha telur puyuh ini, maka terlebih dahulu dilakukan identifikasi visi dan misi.
Hal ini perlu dilakukan
karena penerapan strategi membutuhkan kecocokan visi misi dengan serangkaian tindakan yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Analisis lingkungan internal dan eksternal perlu dilakukan sebagai input untuk merumuskan alternatif strategi. Dalam analisis lingkungan eksternal, yang harus dianalisis mencakup lingkungan politik, ekonomi, kebijakan, hukum, sosialbudaya, demografi dan lingkungan serta persaingan industri. Analisis lingkungan internal mencakup pemasaran keuangan, produksi dan operasi, manajemen serta penelitian dan pengembangan. Alternatif-alternatif strategi Peternakan Puyuh Bintang Tiga dapat diperoleh melalui matriks External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Faktor Evaluation (IFE). Selanjutnya menggunakan matriks Internal Eksternal (IE) dan matriks Strong-Weakness-Opportunities-Threats untuk merumuskan alternatif strategi. Hasil dari matriks IE kemudian diintegrasikan dengan matriks SWOT. Untuk menentukan prioritas strategi pengembangan usaha, dapat dilakukan melalui analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Berdasarkan uaraian tersebut, alur operasional dalam gambar dapat dilihat pada Gambar 4.
34
Tingkat produksi belum mampu memenuhi permintaan pasar, areal pemasaran masih sempit karena keterbatasan ketersediaan produk, kesulitan permodalan
Perlu dirumuskan Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Puyuh Bintang Tiga Cibungbulang Bogor
Identifikasi Visi dan Misi
Analisis Internal -
Analisis Eksternal -
Manajemen Produksi dan Operasi Pemasaran Keuangan Penelitian Dan Pengembangan
-
Kekuatan dan Kelemahan
Matriks IFE
Politik ,Pemerintah dan Hukum Ekonomi Sosial Budaya,Demografi &Lingkungan Teknologi Persaingan industri
Peluang dan Ancaman
Formulasi Strategi Matriks IE dan SWOT
Matrik EFE
( M a t r i k s
Alternatif strategi pengembangan usaha telur puyuh
Quantitatif Strategi Planning Matrix (QSPM)
I E M a t r i k s
Prioritas strategi
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional
S W O T )
35
IV METODE PENELITIAN 4.1.
Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Peternakan Puyuh Bintang Tiga yang terletak di
Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Peternakan Puyuh Bintang Tiga merupakan salah satu perusahaan penghasil telur puyuh di Kabupaten Bogor dan berencana untuk mengembangkan usahanya. Perusahaan Telur Puyuh Bintang Tiga mengalami kendala pada kapasitas produksi yang belum mampu memenuhi permintaan yang dihadapi perusahaan sehingga diperlukan strategi pengembangan usaha untuk menciptakan kekuatan persaingan. Pengumpulan data dan penelitian dilakukan pada Maret-Mei 2009. 4.1.1. Metode Penentuan Sampel Penentuan responden dilakukan dengan purposive sampling dan expert judgement dengan pertimbangan bahwa responden yang dimaksud memiliki kapasitas, kemampuan dalam merumuskan kebijakan perusahaan, termasuk merumuskan strategi pengembangan dan mengenal betul dinamika bisnis yang dijalani. Sedangkan responden yang dianggap ahli (pakar) dalam masalah atau bidang yang bersangkutan adalah pakar dan praktisi peternakan puyuh yang mengerti tentang beternak puyuh. Responden pada penelitian ini berjumlah tiga orang yang terdiri dari pemilik sekaligus manajer perusahaan, karyawan tetap atau tenaga ahli perusahaan, dan mitra perusahaan sekaligus pendiri perusahaan. 4.3.
Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rancangan dan pelaksanaan penelitian.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang merupakan metode studi kasus. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat terhadap status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran dan suatu kelas peristiwa. Sedangkan metode studi kasus merupakan prosedur dan teknik penelitian tentang subjek yang diteliti berupa individu, lembaga, kelompok atau pun masyarakat untuk
36
memperoleh gambaran secara rinci tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus. Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Peternakan Puyuh Bintang Tiga. 4.4.
Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang mengacu pada
usaha budidaya telur puyuh. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data yang terkait dengan analisis lingkungan internal dan data analisis lingkungan eksternal. Jenis data yang dikumpulkan dalam analisis lingkungan internal adalah: 1) Operasi/Produksi a) Inovasi Produk b) Pengawasan produksi c) Produktivitas d) Tenaga kerja e) Bahan baku f) Bahan Pembantu 2) Manajemen a) Stuktur organisasi perusahaan b) Tingkat keluar masuk dan kemangkiran karyawan c) Tingkat keterampilan karyawan d) Jumlah karyawan e) Insentif yang digunakan untuk memotivasi karyawan 3) Keuangan a) Kodisi ekonomi perusahaan b) Sumber dana perusahaan c) Biaya operasional d) Laba penjualan 4) Penelitian dan Pengembangan a) Intesitas pelaksanaan Litbang b) Inovasi teknologi c) Pengembangan produk
37
Jenis data yang dikumpulkam dalam analisis lingkungan eksternal adalah: 1) Ekonomi a) Keadaan perekonomian secara umum b) Perkembangan tingkat harga produk dan harga bahan baku c) Tingkat pendapatan masyarakat 2) Sosial budaya, Demografi dan Lingkungan a) Program sosial atau tanggung jawab sosial perusahaan b) Manajemen limbah 3) Teknologi a) Perkembangan teknologi produksi b) Perkembangan teknologi informasi c) Jumlah tenaga kerja dan biaya dalam aplikasi teknologi 4) Politik, Kebijakan Pemerintah, dan Hukum a) Stabilitas politik dan keamanan b) Perundang-undangan dan peraturan dalam perdagangan 5) Konsumen a) Kualitas produk yang dibeli konsumen b) Lokasi pemasok c) Loyalitas konsumen terhadap merk d) Harga yang diterima konsumen e) Kekuatan tawar-menawar konsumen 6) Pemasok bahan baku utama dan bahan baku penunjang a) Jumlah pemasok b) Keberadaan pemasok lain c) Kekuatan tawar-menawar pemasok d) Kemampuan pemasok memenuhi bahan baku 7) Pesaing a) Sasaran dan strategi pesaing b) Jumlah pesaing c) Kekuatan pesaing d) Keberadaan produk subtitusi
38
8) Data potensi wilayah a) Tingkat pendidikan b) Pertumbuhan penduduk c) Demografi wilayah d) Distribusi pemanfaatan tanah oleh bidang peternakan e) Sumber mata pencaharian f) Sumberdaya alam yang dimiliki g) Tenaga kerja h) Hasil dari produk pertanian i) Jumlah penduduk 4.5.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan Maret-
Mei 2009. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dan wawancara mendalam dengan pemilik Peternakan Puyuh Bintang Tiga, observasi langsung dilapangan, dan melalui browsing internet. Jenis data yang digunakan berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan, melakukan wawancara langsung disertai pengisian kuesioner oleh pimpinan dan pihak terkait di dalamnya. Data sekunder di dapat dari artikel dan literatur yang relevan baik internet ataupun media cetak, Badan Pusat Statistik (BPS), perpustakaan Institut Pertanian Bogor, serta Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. 4.6.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dan analisis data terdiri atas analisis deskriptif dan
analisis tiga tahap formulasi strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan dalam merumuskan strategi perusahaan adalah matriks faktor eksternal dan internal, matriks SWOT dan matriks QSP. 4.6.1.
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif bertujuan untuk mendefinisikan visi, misi dan tujuan
perusahaan, karakteristik produk yang dihasilkan, tingkat pencapaian target 39
penjualan, kegiatan pemasaran, personalia, produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan serta sistem informasi yang digunakan perusahaan. Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi perusahaan. 4.6.2.
Analisis Tiga Tahap Formulasi strategi Proses perumusan strategi didasarkan pada kerangka tiga tahap formulasi
stretagi yang terdiri dari tahap masukan (input), tahap pencocokan dan tahap keputusan. Analisis tiga tahap strategi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis lingkungan Internal dan eksternal (IFE dan EFE), analisis IE, analisis SWOT, dan analisis QSPM. 4.6.2.1. Tahap Input 1) Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Tahapan identifikasi faktor-faktor internal, yaitu dengan cara mendaftarkan semua
kekuatan dan kelemahan
yang
dimiliki perusahaan.
Dalam
penyajiannya, faktor yang bersifat positif (kekuatan) ditulis sebelum faktor yang bersifat negatif (kelemahan). Begitu pula dengan tahap identifikasi faktor eksternal perusahaan. 2) Pemberian Bobot Setiap Faktor Penentuan bobot pada analisis internal dan ekesternal perusahaan dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pihak manajemen dan ahli strategi dengan menggunakan metode paired comparison (Kinnear & Taylor 1992). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Tabel 12. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan Faktor Strategis Internal A B …. Total
A
B
……
Total
Bobot
Sumber : Kinnear dan Taylor (1992)
Penentuan bobot setiap faktor menggunakan skala 1,2 dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah : 40
1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal. 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal. 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dari pada indikator vertikal. Tabel 13. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan Faktor Strategis Internal A B …. Total
A
B
….
Total
Bobot
Sumber : Kinnear dan Taylor (1992)
Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :
αi = bobot variabel ke-i Xi = nilai variabel ke-i i
= 1,2,3,...n
n
= jumlah variabel
Adapun bobot yang diperoleh akan berada pada kisaran antara 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (terpenting) pada setiap faktor. Tanpa memperdulikan apakah faktor kunci kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman perusahaan. Faktor-faktor yang dianggap mempunyai pengaruh terbesar pada prestasi perusahaan diberi bobot tertinggi. Jumlah dari semua bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0. 3) Penentuan Rating Penentuan peringkat oleh manajemen atau pakar dari perusahaan dilakukan terhadap variabel-variabel dari hasil analisis perusahaan. Untuk mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap kondisi perusahaan digunakan nilai peringkat dengan menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masingmasing faktor strategis perusahaan saat ini. Untuk matrik IFE, skala nilai peringkat yang digunakan, yaitu : 1 = Sangat lemah (kelemahan mayor)
3 = Kuat (kekuatan minor) 41
2 = Lemah (kelemahan minor)
4 = Sangat kuat (kekuatan mayor)
Tabel 14. Matriks IFE Faktor-faktor Internal kunci Kekuatan : 1. ….. Kelemahan : 1. ….. Total
Bobot
Rating
Skor (Bobot x Rating)
Sumber : David (2006)
Untuk faktor kelemahan sama dengan faktor kekuatan, dimana skala 1 berarti lemah dan skala 4 berarti sangat kuat. Sedangkan untuk EFE, skala nilai peringkat yang digunakan sama dengan IFE yaitu 1 sampai 4, masing-masing faktor : 1 = Rendah, respon kurang
3 = Tinggi, respon diatas rata-rata
2 = Sedang, respon sama dengan rata-rata
4 = Sangat tinggi, respon superior
Tabel 15. Matriks EFE Faktor-faktor Eksternal kunci Peluang : 1. ….. Ancaman : 1. ….. Total
Bobot
Rating
Skor (Bobot x Rating)
Sumber : David (2006)
Selanjutnya, nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan pada matriks IFE berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE 3,0-4,0 berarti kondisi internal perusahaan tinggi atau kuat, sedangkan 2,0-2,99 berarti kondisi internal perusahaan rata-rata atau sedang, dan 1,0-1,99 berarti kondisi internal perusahaan rendah atau lemah. Total skor pembobotan pada matriks EFE berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Total skor EFE dikelompokan dalam kuat (3,0-4,0) berarti 42
perusahaan
merespon
kuat
terhadap
peluang
dan
ancaman
yang
mempengaruhi perusahaan. Rata-rata (2,0-2,99) berarti perusahaan merespon sedang terhadap peluang atau ancaman yang ada, dan lemah (1,0-1,99) berarti perusahaan tidak dapat merespon peluang dan ancaman yang ada. 4.6.2.2. Tahap Pencocokkan Tahap pencocokkan digunakan untuk mencocokkan antara sumberdaya dan keterampilan internalnya dengan peluang dan resiko yang diciptakan oleh faktor eksternal. Pada tahap pencocokkan digunakan matriks internal dan eksternal
serta
matriks
kekuatan-kelemahan-ancaman-peluang.
Tahap
ini
merupakan tahap pemaduan atau pencocokkan dengan memasukkan hasil pembobotan IFE dan EFE ke dalam matrik IE. Matrik IE yang mempunyai sembilan sel strategi dapat dikelompokkan menjadi tiga sel strategi utama yaitu: 1) Growth and Build (tumbuh dan bina) berada dalam sel I, II, atau IV. Strategi yang cocok adalah intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal). 2) Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara) dilakukan untuk sel III, V, atau VII. Strategi umum yang dipakai adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. 3) Harvest or Divest (panen atau divestasi) dipakai untuk sel VI, VIII, atau IX. Strategi yang dipakai adalah strategi divestasi, strategi diversifikasi konglomerat dan strategi likuidasi. Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 5. Nilai-nilai IFE dikelompokkan dalam tinggi (3,0-4,0), sedang (2,0-2,99) dan rendah (1,0-1,99). Sedangkan nilainilai EFE dikelompokkan dalam kuat (3,0-4,0), rata-rata (2,00-2,99), dan lemah (1,00-1,99) (David 2006).
43
THE IFE TOTAL WEIGHTED SCORES
4,0 Kuat
3,0 Rata-rata 2,0
Tinggi
Lemah 1,0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
THE EFE
3,0 TOTAL
Sedang
WEIGHTED SCORE
Rendah
2,0 1,0
Gambar 5. Matriks Internal Eksternal Sumber: David (2006)
Matriks lain yang digunakan untuk mencocokkan hasil yang diperoleh pada matrik IFE dan EFE adalah matrik SWOT. Matriks SWOT merupakan alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan untuk dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya. Matriks SWOT mencocokkan sumberdaya yang dimiliki perusahaan dan keterampilan internal dengan peluang dan resiko yang diciptakan oleh faktor eksternal. Hasil yang diperoleh dari SWOT adalah alternatif strategi yang layak dipakai dalam strategi perusahaan. Matrik ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif startegi, yaitu stategi
S-O (Strenghts-Opportunities), strategi W-O
(Weakness-Opportunities), strategi W-T (Weakness-Threaths), dan strategi S-T (Strenghts-Threaths) (Tabel 16). Untuk membuat matriks SWOT ada delapan langkah yang perlu dilakukan, yaitu: 1) Tuliskan peluang eksternal perusahaan 2) Tuliskan ancaman eksternal perusahaan 3) Tuliskan kekuatan eksternal perusahaan 4) Tuliskan kelemahan eksternal perusahaan 5) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil strategi S-O dalam sel yang ditentukan 6) Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil strategi W-O dalam sel yang ditentukan 7) Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil strategi S-T dalam sel yang ditentukan
44
8) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil strategi S-T dalam sel yang ditentukan Matriks dapat diaplikasikan baik oleh perusahaan bisnis tunggal maupun multi bisnis serta unit bisnis. Matriks ini menggunakan informasi yang didapatkan dari tahap input dan menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi, yaitu : 1) Strategi S-O (kekuatan-peluang) Merupakan strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk memanfaatkan peluang yang ada. 2) Strategi W-O (kelemahan-peluang) Merupakan strategi untuk memperbaiki dan mengagulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang. 3) Strategi S-T (kekuatan-ancaman) Merupakan
strategi
yang
menggunakan
kekuatan
perusahaan
untuk
menghindari atau mengurangi pengaruh ancaman. 4) Strategi W-T (kelemahan-ancaman) Meupakan strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meninimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Tabel 16. Matriks SWOT IFAS EFAS
Strengths (S)
Weakness (W)
Opportunities (O) Threaths (T) Sumber: David (2006)
4.6.2.3. Tahap Keputusan Pada tahap keputusan digunakan matriks perencanaan strategi kuantitatif (QSPM). QSPM menentukan daya tarik relatif dari beberapa strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa QSPM merupakan dasar untuk memilih strategi alterrnatif terbaik. QSPM merupaka alat yang memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif dan penilaian
45
intuitif yang baik, berdasarkan faktor kunci internal dan faktor eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (David 2006). Ada enam langkah yang diperlukan untuk mengembangkan QSPM yaitu sebagai berikut: 1) Mendaftar peluang atau ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini diambil langsung dari matriks IFE dan EFE. Minimal sepuluh faktor kritis internal dan sepuluh faktor sukses eksternal dimasukkan dalam QSPM. 2) Memberikan bobot untuk setiap faktor sukses kunci eksternal dan internal. Bobot ini identik dengan yang dipakai dalam matriks IFE dan EFF. Bobot dituliskan dalam kolom ini di sebelah kanan faktor sukses kunci internal dan eksternal. 3) Mengevaluasi matriks pencocokan (SWOT dan IE) serta mengidentifikasi alternatif
strategi
yang
harus
dipertimbangkan
perusahaan
untuk
diimplementasikan. Semua strategi dicatat di baris teratas QSPM. Strategi dikelompokkan ke dalam set yang independen jika memungkinkan. 4) Menentukan nilai daya tarik (Attractiveness Scores atau AS). Didefinisikan sebagi angaka yang mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing set alternatif tertentu. Nilai daya tarik ditentukan dengan mengevaluasi masing-masig faktor internal dan akesternal satu persatu dan mengajukan pertanyaan “apakah faktor ini mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat?’. Jika jawabanya ya, maka strategi harus dibandingkan secara relatif terhadap faktor kunci tersebut. Secara spesifik nilai daya tarik diberikan pada setiap strategi untuk menunjukkan daya tarik relatif atas strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Jangkauan untuk nilai daya tarik adalah 1= tidak menarik, 2= agak menarik, 3= cukup menarik, 4= amat menarik. Jika jawaban dari pertanyaan diatas adalah tidak, maka faktor sukses kunci tersebut tidak mempunyai pengaruh sehingga tidak perlu memberikan nilai daya tarik. 5) Menghitung total nilai daya tarik. Total nilai daya tarik (total Attractiveness Scores atau TAS) didiefinisikan debagai produk dari pengalian bobot dengan nilai daya tarik. Semakin tinggi total daya tarik semakin menarik alternatif strategi itu.
46
6) Menghitung jumlah total daya tarik. Jumlah total daya tarik dalam setiap kolom strategi QSPM (Tabel 17). Penjumlahan total nilai daya tarik (STAS) mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif strategi. Semakin tinggi nilai menunjukkan strategi semakin menarik, mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang relevan yang dapat memepengaruhi keputusan strategis. Tingkat perbedaan antara penjumlahan total nilai daya tarik dari set alternatif strategi tertentu mengindikasikan tingkat kesuksesan relatif dari satu strategi di atas yang lainnya. Tabel 17. QSPM Alternatif Strategi Faktor-Faktor Kunci
Strategi 1
Bobot AS
Strategi 2 TAS
AS
TAS
Faktor-Faktor Kunci Eksternal Faktor-Faktor Kunci Internal Jumlah Total Daya Tarik Sumber : David (2006) Keterangan : Nilai Daya trik (AS) Total nilai daya tarik (TAS)
47
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1.
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) merupakan salah satu peternakan
yang terletak di kota Bogor, tepatnya di Jl. KH Abdul Hamid Km 3 Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang. PPBT didirikan atas dana para investor yang terdiri dari (1) Prasetiyo (35 persen), (2) Wahyudiono (55 persen), dan (3) Ohi Jazuli (10 persen). Perusahaan ini berdiri dengan kesepakatan nama “Bintang Tiga”, yang kemudian disebut dengan Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT). Kepemilikan kemudian berpindah seluruhnya setelah 1 tahun karena Bpk. Prasetyo mengganti semua modal dari para investor. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh perbedaan visi yang semakin mencolok ketika usaha telah berjalan. Bpk. Wahyudiono selaku pemilik tempat, akhirnya menjual saham beliau kepada Bpk. Prasetyo. Sedangkan Bpk. Ohi Jazuli mendapatkan penggantian saham 40 persen dari pengelolaan usaha peternakan puyuh milik Bpk. Prasetyo yang telah dijalankan dengan pihak lain di luar Bpk. Wahyudiono dan Bpk. Ohi Jazuli. Dengan adanya penguasaan keseluruhan saham, Bpk. Prasetyo berencana memfokuskan pada pengembangan PPBT seutuhnya dengan melakukan pengelolaan manajemen tunggal dan terpusat, tanpa mengurangi hak dari pihak satu sama lain PPBT berdiri dengan pendirian ijin usaha yang meliputi ijin lingkungan, ijin kecamatan, dan telah terdaftar di direktorat jenderal pajak pada 23 Febuari 2009 sehingga memiliki NPWP dengan nomor 25.264.491.9.434.000. PPBT juga telah memiliki surat keterangan usaha No. 510/0304/11/2008 Lokasi perusahaan dan peternakan terletak di Kecamatan Cibungbulang yang memiliki jumlah penduduk sekitar 106.520 jiwa dengan luas wilayah 31,98 km dan kepadatan penduduk sekitar 3.331 (jiwa/km2). Lokasi tersebut dipilih karena dekat dengan akses pasar yaitu Pasar Leuwiliang, Pasar Bogor dan Pasar Anyar, serta pedagang asongan di Pasir Angin dan kemudahan mendapat pasokan input pembuatan pakan yang berada di sekitar lokasi peternakan. Perusahaan berdiri diatas tanah seluas 2000 m2 dengan populasi puyuh yang dikelola sekitar 10.241 ekor puyuh7.
7
Peternakan Puyuh Bintang Tiga pada April 2009
48
Bpk. Prasetyo merupakan manajer utama yang memiliki cukup keterampilan dalam mengelola PPBT. Beliau memiliki pengalaman dalam budidaya puyuh karena pernah bekerja di peternakan puyuh Golden Quail Sukabumi selama kurang lebih 18 bulan. Latar belakang pendidikan sebagai seorang sarjana peternakan lulusan IPB angkatan 28 atau lulusan IPB tahun 1991, turut mendukung kemampuan beliau dalam mengusahakan peternakan puyuh. Menurut beliau, puyuh memiliki pangsa pasar yang terus berkembang dan luas serta akan semakin luas lagi ketika meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi. Pangsa pasar telur puyuh dinilai masih terbuka lebar dan belum ada perusahaan besar yang menjadi pesaing di wilayah Bogor terkecuali industri telur puyuh di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pangsa pasar di Bogor sebagian besar masih dipenuhi permintaannya dari wilayah Sukabumi, Jawa tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta. Hal tersebut dikarenakan masih terbatasnya perusahaan besar yang bersaing di wilayah Bogor untuk memenuhi permintaan telur puyuh di daerah Bogor. Selain itu, harga jual telur puyuh pun relatif stabil dan permintaan pasarnya cukup tinggi. Pada November 2007, PPBT pernah mengalami kematian puyuh hampir 5000 puyuh mati dikarenakan terserang ND (Newcastle Disease). Hal tersebut menyebabkan PPBT sempat vacum produksi selama 1 bulan untuk memulai kembali permodalan fisik dan financial. Pada Januari 2008, PPBT memulai kembali usahanya dengan membudidayakan 3000 puyuh dan mengembangkan jumlah tersebut hingga tahun 2009 dengan jumlah sebesar 10.000 puyuh. 5.2.
Lokasi dan Letak Geografis Perusahaan Penelitian dilakukan pada perusahaan Peternakan Puyuh Bintang Tiga
yang berada di Desa Situ Ilir yang memiliki ketinggian 350 meter dari permukaan laut dengan banyaknya curah hujan 600 mm/ tahun. Luas Desa Situ Ilir yaitu 304.218 ha, dengan sebagian besar lahannya dimanfaatkan sebagai sawah penduduk yaitu sekitar 248.803 ha (81,78 persen). Lahan yang digunakan untuk perkampungan yakni 55.415 ha (18,21 persen), dan 2 ha (0,01 persen) untuk kolam. Batas wilayah administratif Desa Situ Ilir adalah sebagai berikut : 1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sukamaju
49
2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Cibatok, dan Desa Cimayang 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Situ Udik 4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Barengkok Jarak pusat pemerintahan Desa Situ Ilir dengan Desa yang terjauh yaitu 3 km, dan jarak dengan ibukota Kabupaten Bogor adalah 60 km. Sarana dan prasarana perhubungan atau transportasi di Desa Situ Ilir yaitu berupa lalu lintas darat dengan bentuk jalan aspal (8 km), jalan diperkeras (2 km), serta jalan tanah (8 km). Sarana angkutan umum yang tersedia di Desa Situ Ilir adalah angkot sebanyak 15 buah serta ojek sebanyak 150 buah. 5.3.
Misi Visi Perusahaan, dan Tujuan Perusahaan Visi PPBT adalah menjadi perusahaan peternakan puyuh di Bogor yang
mampu memenuhi permintaan telur puyuh terutama di wilayah Bogor untuk saat ini serta Jakarta dan sekitarnya pada nantinya. Saat ini pasar telur puyuh di Bogor 80 persen masih dikuasai peternak dari daerah luar Bogor seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Misi PPBT adalah menyediakan produk telur puyuh dengan kualitas dan kuantitas yang yang baik kepada konsumen. Tujuan PPBT menciptakan pelayanan yang baik terhadap konsumen dan memberi kepastian kontinuitas pasokan telur yang berkualitas serta memasarkan secara optimal dalam rangka membangun citra perusahaan. Tujuan lainnya meliputi perwujudan anggota perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial dan hubungan yang baik dengan masyarakat melalui penyediaan lapangan pekerjaan untuk penduduk di sekitar lokasi peternakan yang masih menganggur. 5.4.
Lingkup Kegiatan Produksi PPBT memiliki unit usaha utama yakni unit usaha budidaya telur puyuh
dan unit usaha penunjang pakan ternak. PPBT setiap hari memproduksi telur puyuh sebanyak 6000 butir. Sedangkan produk sampingan dari telur puyuh tersebut, yakni kotoran puyuh, dijual untuk dijadikan pupuk dan puyuh afkir yang dikonsumsi dagingnya. Produksi pakan dilakukan dua hari sekali dengan rata-rata produksi sebesar 1,2 ton dalam satu minggu. Prioritas utama produksi pakan 50
adalah untuk pemenuhan kebutuhan puyuh PPBT. Pakan yang diproduksi untuk tujuan komersial bagi pihak luar dilakukan berdasarkan pemesanan terlebih dahulu. Telur puyuh yang dihasilkan PPBT memiliki kualitas unggul tersendiri yakni dari segi ketebalan cangkang, kesegaran dan keawetan telur. PPBT memiliki unit pembibitan sendiri, akan tetapi untuk saat ini masih berorientasi untuk pemenuhan kebutuhan peternakan dalam rangka mempertahankan kuantitas puyuh dari tingkat kematian puyuh perhari yang terjadi dan belum ditujukan untuk skala pembibitan komersil. Adapun pemenuhan kebutuhan bibit puyuh yang ditujukan untuk penambahan kapasitas kandang, masih dipasok dari peternakan yang ada di Jawa Tengah, Sukabumi dan Lido. Pengawasan produksi dilakukan oleh karyawan dengan spesifikasi tugas yang telah ditentukan manajer. Untuk bahan baku pembuatan pakan, PPBT menjalin kerjasama dengan beberapa pemasok yang berada di sekitar daerah peternakan dan daerah di sekitar Sukabumi. Untuk kegiatan pemasaran yang dilakukan PPBT, mobil pick up menjadi alat transportasi untuk mendistribusikan produk yang dihasilkan.
51
VI IDENTIFIKASI LINGKUNGAN EKSTERNAL DAN INTERNAL 6.1.
Lingkungan Internal Perusahaan
6.1.1. Manajemen PPBT dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi beberapa staf operasional budidaya, perawatan kandang, transportasi, dapur, keamanan, dan pakan ternak (Gambar 6). Bpk. Prasetyo selaku pimpinan atau manajer perusahaan merupakan seorang wirausaha yang ulet, teliti dan bertanggung jawab serta memiliki wawasan sesuai bidang peternakan yang ditekuni. Beliau memiliki wewenang tertinggi dan merupakan manajer perusahaan yang memiliki kemampuan untuk mengelola kegiatan manajemen perusahaan dan teknis budidaya puyuh. Fungsi perencanaan telah beliau lakukan melalui penetapan sasaran pasar, yakni pasar di areal Bogor dan di wilayah sekitar Jakarta bila nanti telah melakukan peningkatan kapasitas produksi.
Manajer
Bagian Poduksi dan Perawatan Kandang
Sarana Produksi
Pengolahan Pakan Ternak
Transportasi
Dapur
Keamanan
Gambar 6. Stuktur Organisasi Perusahaan PPBT Sumber Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)
Karyawan PPBT saat ini berjumlah 10 orang termasuk pemimpin perusahaan. Sebanyak delapan orang karyawan PPBT berasal dari daerah sekitar lokasi peternakan dan ada seorang yang berasal dari Kabupaten Sukabumi yang merupakan karyawan tetap. Hari kerja pada PPBT adalah setiap hari. Karyawan mendapat jatah libur sebanyak dua kali dalam satu bulan. kegiatan operasional perusahaan dimulai pada jam tujuh pagi dan berakhir pada jam empat sore. Fungsi pengendalian telah diaplikasikan oleh manajer melalui pemberian insentif untuk meningkatkan prestasi karyawan dan mengeluarkan kebijakan operasional bagi kelancaran produksi. Insentif dan kebijakan operasional tersebut diantaranya pemberian uang lembur dan uang tambahan bagi penjualan kotoran puyuh serta 52
ketetapan jam kerja dan maksimal libur kerja yang diberikan. Perekrutan tenaga kerja dilakukan berdasarkan ketekunan, keterampilan dan perilaku yang baik sehingga tidak terlalu menekankan pendidikan yang tinggi. Keterampilan dan pengalaman kerja karyawan menjadi suatu hal yang sangat penting dikarenakan dalam proses pembudidayaan puyuh diperlukan pengetahuan dan ketelitian agar proses budidaya dapat berjalan dengan lancar. 6.1.2. Keuangan dan Akuntasi Semenjak adanya peralihan keseluruhan kepemilikan modal usaha PPBT, yakni pada bulan September 2008, Bpk. Prasetyo menjadi manajer utama yang memiliki dan mengelola keseluruhan modal untuk kegiatan operasional. Seluruh kebutuhan modal yang perlukan dalam pelaksanaan kegiatan usaha PPBT berasal dari modal pribadi Bpk. Prastiyo, Spt. Modal yang hanya bersumber dari beliau saja menjadi suatu keterbatasan untuk pengembangan usaha karena modal yang dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas produksi guna memenuhi permintaan pasar, cukup besar jumlahnya. Sistem pencatatan keuangan dilakukan secara berkala pada saat awal berdirinya usaha. Pengelolaan keuangan dilakukan sendiri oleh manajer sekaligus pemilik perusahaan dan dibantu oleh salah satu karyawan kepercayaan yang hanya bertugas untuk mencatat namun tidak memiliki kewenangan melakukan pengeluaran tanpa seijin manajer. PPBT telah melakukan pencatatan keuangan yang cukup rapi. Pencatatan keuangan ini akan sangat berguna untuk mendukung kesuksesan dan perkembangan usaha dari PPBT. Pencatatan keuangan masih menggunakan alat hitung kalkulator dan belum menggunakan alat elektronik seperti komputer. 6.1.3. Produksi dan Operasi Proses pemeliharaan puyuh terdiri dari persiapan kandang, proses budidaya puyuh petelur, panen dan pasca panen. Proses produksi pada PPBT dimulai dari puyuh yang siap bertelur (pullet) yang berumur 35-45 hari hingga tidak lagi produktif (apkir) yaitu saat berumur 18 bulan. Pada proses persiapan kandang, dilakukan fumigasi dengan penyemprotan disinfektan untuk mematikan
53
virus dan bakteri yang ada di dalam maupun disekitar kandang. Disinfektan yang digunakan adalah biodes dan septoid dengan komposisi yang telah ditentukan. Dosis yang digunakan dalam kegiatan fumigasi adalah satu tutup cairan septoid ditambahkan dengan satu tutup cairan biodes untuk setiap 10 liter air. Setelah kandang steril, dilakukan persiapan pakan dan air minum yang telah dicampurkan dengan vitamin. Bibit puyuh yang sudah siap bertelur diletakkan di dalam sangkar yang berukuran panjang 100 cm, lebar 80 cm dan tinggi 20 cm berisi 40 ekor puyuh. Sehingga dalam satu kandang terdapat lima tingkat yang berisi 200 ekor puyuh. Pemberian pakan dilakukan dua hari sekali. Pakan yang diberikan berupa ransum yang terdiri dari campuran jagung giling, dedak, dan konsentrat. Jumlah pakan yang diberikan rata-rata adalah sebanyak 40 gram per ekor per dua hari.
Gambar 7. Alur Proses Pemeliharaan pada PPBT Sumber Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)
Kegiatan pemeliharaan puyuh petelur dilanjutkan dengan program pengendalian dan pencegahan penyakit. Program kesehatan yang dilakukan meliputi pemberian vitamin yang dilakukan setiap minggu selama tiga hari berturut-turut, pemberian obat untuk penyakit snot yang dilakukan setiap bulan dimana waktu pemberian berselangan dengan pemberian obat pencernaan dan vaksinasi Newcastle Desease (ND) yang dilakukan setiap dua bulan sekali. Program kesehatan yang dilakukan PPBT dalam pemeliharaan puyuh petelur dapat dilihat pada Tabel 18.
54
Tabel 18. Program Kesehatan Puyuh Petelur di PPBT No
Jenis Kegiatan
Waktu
Keterangan
1
Pemberian Vitamin
Setiap minggu
Selama tiga hari berturut - turut
2
Pemberian obat untuk penyakit snot
Setiap bulan
Berselang dengan pemberian obat pencernaan
3
Pemberian obat untuk saluran pencernaan
Setiap bulan
Berselang dengan pemberian obat snot
4
Vaksinasi Newcastle Desease (ND)
Setiap dua bulan
-
Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)
Jenis bibit puyuh yang dikembangkan pertama kali oleh PPBT berasal dari daerah Jawa Tengah dengan jumlah 3.500 bibit (September 2007), berjumlah 8000 (Desember 2008) dan kini telah berkembang menjadi 13.240 puyuh (Maret 2009) yang diternakkan untuk tujuan puyuh petelur, puyuh pembibit dan puyuh pedaging atau puyuh afkir. PPBT memiliki tiga kandang produksi dengan kuantitas dan komposisi jenis puyuh yang berbeda tujuan pemberdayaannya. Satu kandang produksi yang semuanya terdiri dari puyuh petelur, memiliki kapasitas 4680 ekor puyuh, satu kandang produksi yang semuanya terdiri dari puyuh petelur memiliki kapasitas 4480, satu kandang yang memiliki tujuan budidaya puyuh petelur dan puyuh pembibit dengan komposisi 3160 dan 920. Total keseluruhan puyuh yang dimiliki menjadi sebesar 13.240 ekor puyuh. Akan tetapi pada April 2009, sekitar 3000 puyuh kini telah diafkir dan dijual dagingnya ke daerah Bekasi. Sehingga sampai saat ini (April 2009), total keseluruhan puyuh yang dimiliki sebanyak 10.240 ekor. Sistem kemitraan yang dibangun oleh PPBT saat ini telah membantu PPBT untuk menyediakan produk dan memenuhi permintaan yang belum dapat dipenuhi oleh kapasitas produksi PPBT sendiri. Namun, kurangnya kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra justru menimbulkan kerugian bagi PPBT. Hal ini dikarenakan peternak mitra tidak melakukan sortasi berdasarkan strandar produk yang ditetapkan oleh PPBT dan seringkali terdapat telur yang tidak dapat dipasarkan ke konsumen.
55
Tabel 19. Banyaknya Telur yang dihasilkan Oleh Peternak Mitra PPBT No
Peternak Mitra
Alamat
Jumlah Telur (butir Per Minggu)
Jumlah pakan yang disuplai oleh PPBT (Kg per minggu)
1
Anin
Jampang Selatan, Sukabumi
3.600
450
2
Edi
Jampang Selatan, Sukabumi
4.800
350
3
Obay
Jampang Selatan, Sukabumi
3.600
200
4
Mamat
Jampang Selatan, Sukabumi
9.600
Produksi pakan sendiri
5
Asep
Lido
9.600
Produksi pakan sendiri
6
Jazuli
Cibungbulang
Jumlah Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)
12.600
600
43.800
1600
Telur yang dihasilkan memiliki keunggulan dari segi kualitas eksterior, dan tingkat kesegaran telur. Secara eksterior, telur puyuh yang dihasilkan PPBT memiliki bentuk telur seragam, bobot yang berisi, dan tebal kerabang telur yang cukup keras sehingga tingkat keretakan kecil, serta memiliki tingkat bercak darah pada kulit telur yang rendah. Telur yang dihasilkan memiliki tingkat kesegaran tinggi karena langsung dipasarkan setelah diproduksi dan berdaya tahan lama sampai dengan satu bulan dengan catatan berada dalam kondisi aman dari benturan atau kotoran. Kualitas dengan tingkat kesegaran telur yang tinggi ditunjang juga oleh letak perusahaan yang dekat dengan daerah pemasaran, sehingga memudahakan konsumen mengakses produk dengan kualitas dan waktu sesuai kebutuhan. Keberadaan input atau bahan baku untuk memproduksi pakan dapat dicari dan diakses disekitar peternakan serta daerah Lido dan Sukabumi. Para pemasok memiliki kapasitas yang sama dalam menyediakan bahan baku dari segi kualitas, dan kuantitas yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh PPBT. Dalam pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan, PPBT masih menggunakan peralatan yang sederhana (Lampiran 5). 6.1.4. Pemasaran Peluang yang dihadapi PPBT semakin besar seiring meningkatnya permintaan yang datang ke perusahaan. Perusahaan biasanya menjual produk kepada para pedagang pasar atau grosir dan kepada pengumpul eceran serta bandar asongan. Sistem kerjasama yang diterapkan yakni sistem jual putus, dimana kerugian akibat barang yang tidak terjual dan rusak ditanggung oleh pelanggan. Perusahaan mendistribusikan produknya langsung ke tempat 56
konsumen setelah menerima pesanan yang diterima pihak manajer perusahaan. Distribusi produk dilakukan setiap hari dan pengiriman berlangsung pada pagi hari. Para pelanggan adalah para konsumen yang secara rutin membeli produk PPBT sesuai jumlah yang kurang lebih stabil. PPBT tidak melakukan promosi tersendiri secara khusus, akan tetapi, PPBT melakukan promosi melalui mulut ke mulut para konsumen yang puas akan pelayanan dan kualitas produk yang dihasilkan persahaan. PPBT menetapkan harga jual produk telur puyuh dibawah dari harga pesaing. Harga yang ditetapkan sebagai harga porduk telur dan pakan berkisar antara Rp 175 - Rp 180 tergantung rentang waktu berlangganan dari pelanggan. Harga tersebut merupakan harga yang cukup bersaing karena para pesaing dalam industri yang sama menetapkan harga produk yang lebih tinggi, yakni berkisar antara Rp 185 - Rp 200. Perusahaan belum mampu memperluas daerah pemasaran karena kapasitas produksi perusahaan masih dalam upaya peningkatan dan belum mampu memenuhi semua permintaan produk di pasar. Untuk saat ini, daerah pemasarn PPBT masih berada di daerah sekitar Kabupaten Bogor dan Kota Bogor (Gambar 8).
84,2 % 4,2 %
0,1 % ,1 % Pedagang Pengecer Telur
PPBT
Konsumen Akhir
15,7 % 5,7 %
Bandar Asongan
Gambar 8. Jalur Pemasaran Telur Puyuh pada PPBT Tahun 2009 (dalam penjualan per minggu Sumber: Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)
Jenis produk utama yang dihasilkan perusahaan yakni telur puyuh, dikemas dalam peti kayu dan dus. Mutu dan kualitas produk yang ditawarkan lebih menonjolkan pada segi tampilan produk yang bagus, ukuran atau besarnya merata, dan tidak terdapat kecacatan dari produk tersebut. Pada kemasan produk telah diperhatikan fungsi dan syarat kemasan yang baik. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan dalam penyimpanan dan proses produksi.
57
6.1.5.
Litbang Penelitian dan pengembangan
di PPBT ini sangat diperlukan dalam
mendukung hasil produksi yang telah ada. Kegiatan penelitian dan pengembangan pada PPBT secara stuktural tidak ada, namun tersirat melalui kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pemimpin perusahaan yang memiliki latar belakang pendidikan sarjana peternakan, dan sharing pengalaman dengan relasi Bpk. Prasetyo yang berpengalaman di bidang peternakan sejak dulu. Untuk skala peternakan rakyat perorangan, litbang tersebut masih mencukupi dan dapat mendukung kinerja perusahaan dan memungkinkan perusahaan untuk melakukan serangkaian inovasi dalam teknologi budidaya produksi seperti perubahan bentuk kandang yang terus diperbaiki dan pembuatan mesin tetas sederhana. 6.2.
Lingkungan Eksternal Perusahaan
6.2.1. Ekonomi Pertumbuhan ekonomi memiliki dampak yang cukup berpengaruh terhadap berjalannya aktivitas usaha PPBT. Pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh adanya peningkatan nilai PDRB Bogor dan pertumbuhan ekonomi Bogor atas dasar harga konstan (Gambar 9).
Gambar 9. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor atas dasar harga konstan 2005-2007 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (2008)
Sementara itu, laju perubahan PDRB Kabupaten Bogor atas dasar harga konstan pada tahun 2007 menunjukkan kondisi ekonomi masyarakat Kabupaten Bogor yang lebih baik. Pada tahun 2005 dan 2006 nilai PDRB Kota Bogor secara
58
berturut-turut
adalah
25.056.365,22
dan
26.546.186,63.
Kondisi
ini
mengindikasikan bahwa Kota Bogor mengalami perbaikan perekonomian yang ditandai dengan peningkatan nilai PDRB. Adapun PDRB Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku dan harga konstan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan pada Tahun 2005-2007 (Jutaan Rupiah) Tahun 2005 2006 2007
PDRB atas dasar harga berlaku 38.182.119,78 44.792.697,77 50.700.213,37
PDRB atas dasar harga konstan 25.056.365,22 26.546.186,63 28.150.616,07
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (2008)
Pertumbuhan ekonomi positif yang serupa terjadi juga pada
sektor
peternakan di kabupaten Bogor (Gambar 10).
Gambar 10. PDRB Kabupaten Bogor Pada Sektor Peternakan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan pada Tahun 2005-2007 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (2008)
Sejalan dengan semakin meningkatnya PDRB Kota Bogor, maka secara umum pertumbuhan ekonomi di Bogor semakin membaik, maka hal ini secara tidak langsung berdampak pada peningkatan pendapatan rata-rata dan konsumsi masyarakat di Bogor. Tingkat pendapatan turut menentukan apakah rumah tangga atau individu akan lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat atau protein yang akan berpengaruh pada tingkat konsumsi berkualitas dan sesuai dengan
59
persyaratan gizi8. Pertumbuhan ekonomi ini membawa peluang bagi PPBT untuk memasarkan produk di tengah situasi usaha yang prospektif. 6.2.2. Teknologi Teknologi semakin berkembang dengan seiring perkembangan jaman dan ilmu pengetahuan. Begitu juga dengan teknologi yang semakin berkembang di bidang budidaya puyuh. Contoh salah satu perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh PPBT, namun belum sempat diakses karena keterbatasan modal diantaranya mesin penetas telur otomatis. Mesin tetas otomatis tersebut bisa menetaskan telur hingga dalam jumlah ribuan dengan praktis dan keberhasilan tinggi. Media komunikasi dan informasi yang telah digunakan PPBT adalah telepon dan telepon seluler.
Penggunaan media tersebut dapat memperlancar
aktivitas pemasaran produk. Biasanya pelanggan melakukan pemesanan terlebih dahulu dengan menghubungi perusahaan melalui telepon seluler. Media informasi dan teknologi yang digunakan PPBT bisa ditingkatkan lagi sesuai perkembangan jaman dan teknologi yang dapat mempermudah dan meningkatkan nilai waktu dari aktivitas komunikasi tersebut. Misalnya dengan penggunaan internet sebagai media iklan, dan komputer sebagai perangkat pengelolaan atau pemanfaatan media cetak. Akses perkembangan teknologi tersebut dapat dijadikan peluang yang dapat menyokong kegiatan operasional perusahaan. 6.2.3. Politik , Kebijakan Pemerintah dan Hukum Aspek Hukum dan kebijakan Pemerintah meliputi peraturan-peraturan, undang-undang dan kebijaksanaan pemerintah baik pada tingkat daerah, provinsi maupun nasional yang menentukan beroperasinya suatu perusahaan. Sesuai dengan
surat
keputusan
Mentri
Pertanian
Republik
Indonesia
No.
362/Kpts/TN.120/1990, ada dua kegiatan peternakan yang ditawarkan yang dapat diusahakan oleh perusahaan peternakan yaitu pembibitan dan atau budidaya ternak. Didasarkan pada surat keputusan di atas, perusahaan peternakan dapat dirumuskan sebagai suatu usaha yang dilakukan secara teratur dan terus menerus 8
Action Plan. http:www.disnak.jabarprov.go.id. [13 Februari 2009]
60
dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial. Perusahaan peternakan yang mengusahakan budidaya ternak memiliki jumlah ternak minimum. Untuk perusahaan peternakan puyuh, jumlah minimum puyuh yang dimiliki adalah 25.000 ekor puyuh campuran. Terkait peraturan dan kebijakan tersebut, maka PPBT memiliki sifat badan usaha perseorangan atau disebut juga peternakan rakyat. Namun untuk skala peternakan rakyat, PPBT telah memiliki ijin kepada kecamatan dan kantor desa setempat dalam pendirian usahanya. Selain itu, PPBT telah berdiri dengan pendirian ijin usaha yang meliputi ijin lingkungan dan telah terdaftar di direktorat jenderal pajak pada 23 Febuari 2009 sehingga memiliki NPWP dengan No. 25.264.491.9.434.000. PPBT juga telah memiliki ijin usaha dengan surat keterangan usaha No. 510/0304/11/2008. Kebijakan lain yang juga berpengaruh terhadap berjalanya usaha yaitu kebijakan penurunan harga BBM. Kebijakan penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tanggal 15 januari 2009 untuk jenis premium dari Rp 5000,per liter menjadi Rp 4500,- per liter setelah sebelumnya pemerintah telah menurunkan sebanyak dua kali penurunan (Tabel 21) berdampak kepada penurunan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Tabel 21. Perkembangan Harga BBM Tahun 2008-2009 No
Harga BBM (Rp/liter)
Terhitung Mulai Tanggal Premium
Minyak Tanah
Minyak Solar
1.
15/11/2008
6.000
2.500
5.500
2.
01/12/2008
5.500
2.500
5.500
3.
15/12/2008
5.000
2.500
4.800
4.
01/01/2009
5.000
2.500
4.800
5.
15/01/2009
4.500
2.500
4.500
6.
01/02/2009
4.500
2.500
4.500
7. 15/02/2009 Sumber : PT. Pertamina (2009)
4.500
2.500
4.500
Penuruan harga premium ini berdampak kepada berkurangnya biaya distribusi telur yang selama ini menggunakan kendaraan bermotor yaitu mobil pick up. Selain itu, turunnya harga premium juga berdampak kepada penurunan harga bahan baku pakan yang digunakan oleh PPBT sehingga akan menghemat biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
61
Pemerintah sebagai pihak yang menentukan kebijakan bagi masyarakat, saat ini juga mengeluarkan kebijakan yang berpengaruh terhadap PPBT. Kebijakan itu antara lain kebijakan mengenai program Kredit Usaha Rakyat yang merupakan program baru (2008) dan ditujukan untuk membantu petani, pelaku usaha kecil dan mengengah dalam akses permodalan. Program KUR ditetapkan melalui Inpres No. 6/2007 tentang kebijakan untuk mempercepat pengembangan sektor-sektor usaha masyarakat dan pemberdayaan usaha skala kecil, untuk meningkatkan aksesibilitas terhadap kredit dan lembaga-lembaga keuangan, mengurangi tingkat kemiskinan, dan memperluas kesempatan kerja. KUR merupakan modal kerja dan kredit investasi yang disediakan secara khusus untuk unit usaha melalui program penjaminan kredit perseorangan, kelompok atau koperasi9. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini berkisar antara Rp 5 juta sampai dengan Rp 500 juta yang dikenakan bunga 12-16 persen. Penyaluran dana tersebut dilakukan melalui lima Bank pemerintah yang ditunjuk, yakni BRI,BNI, Bank Mandiri, Bukopin, Bank Syariah Mandiri, dan BTN. Program KUR tidak mengharuskan penyertaan jaminan karena sudah ada penjaminya yakni Asuransi Kredit Indonesia (Skrindo)10. Persentase kredit yang dijamin adalah 70 persen dari alokasi total kredit yang disedikan oleh bank tersebut. Masa pinjam kredit untuk modal kerja maksimum tiga tahun dan lima tahun untuk investasi. Untuk agribisnis, bidang usaha yang layak adalah input produksi hingga penyediaan alat dan mesin pertanian, aktivitas on-farm, dan pengolahan dan pemasaran hasil-hasil pertanian. Pada Januari 2008, realisasi KUR mencapai Rp 1.397 trilyun dan terus berkembang hingga Januari 2009, mencapai Rp 12,87 triliun dengan jumlah debitor 1.713.103 sehingga rata-rata kredit mencapai Rp 7,44 juta. Program KUR ini oleh Pemerintah direncanakan akan diperpanjang tanpa batas waktu dari sebelumnya hanya direncanakan selama tiga tahun. Menurut Menteri Koperasi dan UKM, Suryadharma Ali, saat ini pemerintah tengah menggulirkan beberapa kebijakan, di antaranya meningkatkan dana jaminan kredit untuk rakyat (KUR) pada 2009 menjadi Rp 2 triliun, untuk menjamin KUR sebesar Rp 20 triliun11.
9
Kredit Usaha Rakyat. http:www.regional.kompas.com. [23 Maret 2009] Kredit Usaha Rakyat. http:www.hupelita.com. [23 Maret 2009] 11 Kebijakan KUR. httpwww.pse.litbang.deptan.go.id. [11 April 2009] 10
62
Kebijakan KUR yang ditawarkan oleh pemerintah atau lembaga keuangan untuk industri kecil merupakan peluang bagi PPBT untuk meningkatkan modal kerja sehingga dapat mengembangkan usahanya dan mencapai visi perusahaan. 6.2.4.
Sosial Budaya, Demografi dan Lingkungan Keadaan sosial dan budaya serta demografi dan lingkungan membentuk
cara hidup, bekerja, berproduksi, dan mengkonsumsi. Kondisi social, budaya, demografi dan lingkungan menciptakan tipe konsumen yang berbeda sehingga mempengaruhi perbedaan terhadap kebutuhan suatu barang yang berbeda dan jasa yang berbeda yang berbeda. Dewasa ini, gaya hidup masyarakat Indonesia menggambarkan kondisi sosial yang semakin peduli terhadap kesehatan sehingga timbul istilah healty lifestyle di masyarakat12. Tingginya tingkat kesadaran masyarakat akan kesehatan, menjadi peluang usaha yang cukup prospektif karena telur puyuh adalah produk yang mengandung protein yang tinggi dan kadar lemak yang sangat cocok untuk mendukung tren gaya hidup sehat masyarakat. Kondisi ini menjadi peluang untuk PPBT dalam pengembangan perusahaan dan pemasaran produknya. Pada tiga tahun terakhir diketahui bahwa penduduk di Kabupaten Bogor terus menunjukan adanya pertambahan penduduk. Pada tahun 2005, penduduk Kabupaten Bogor berjumlah 3.700.207 jiwa, pada tahun 2006 meningkat menjadi 4.215.436 jiwa dan terus meningkat pada tahun 2007 menjadi 4.251.838 jiwa (BPS Kabupaten Bogor 2008). Peningkatan populasi penduduk dapat berimplikasi pada peningkatan kebutuhan akan barang dan jasa, sehingga konsumsi terhadap makanan dapat bertambah pula. Termasuk didalamnya konsumsi ternak dan hasilnya yakni telur puyuh. Menurut proyeksi dari BPS dan dinas kependudukan, jumlah
penduduk
di
Bogor
akan
semakin
bertambah.
Hal
tersebut
menggambarkan adanya ketersediaan pasar atas bertambahnya jumlah penduduk di wilayah yang menjadi pasar sasaran perusahaan. Untuk perubahan jumlah penduduk di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 22.
12
Healty Life Style. http:www.kabarindonesia.com. [23 Maret 2009]
63
Tabel 22. Jumlah Penduduk dan Proyeksi Penduduk Kabupaten Bogor, Jawa Barat Tahun 2005-2008 (dalam ribuan) Kabupaten/Kota Kab.Bogor Jawa Barat
2005 3.700.207 39 956,14
2006 4.215.436 40 786,98
2007 4.251.838 41 666,29
2008 4.750.670 42 535,86
Sumber: BPS Kabupaten Bogor, BPS pusat (2008)
Puyuh merupakan unggas yang sangat peka terhadap perubahan cuaca yang mengakibatkan puyuh mudah mengalami stres. Terjadinya
pemanasan
global (global warming) sebagai efek rumah kaca berimplikasi terhadap perubahan cuaca yang semakin tidak menentu yang dapat mempengaruhi produktivitas puyuh. Sehingga perubahan cuaca merupakan ancaman bagi PPBT dalam pengembangan usahanya. Merebaknya beberapa jenis penyakit seperti flu burung, tetelo dan beberapa jenis penyakit yang menyerang ternak puyuh juga merupakan suatu ancaman yang dapat menimbulkan kerugian bagi PPBT. PPBT telah mengalami kerugian ketika seluruh puyuhnya mati akibat serangan ND (Newcastle Disease) pada Desember 2007. Pada awal tahun 2008 PPBT kembali memulai usahanya dari awal setelah melakukan sterilisasi dan penyemprotan kandang untuk membunuh virus-virus penyakit. Kondisi merebaknya penyakit juga didukung oleh penjabaran action plan Disnak Jawa Barat yang mengemukakan bahwa ancaman terhadap usaha peternakan terus meningkat seperti masih merebaknya Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) 13 yang salah satunya adalan ND, Flu Burung dan Tetelo. Situasi Keamanan lingkungan sekitar merupakan faktor ancaman yang cukup penting untuk diperhatikan agar tidak berdampak merugikan bagi perusahaan karena situasi keamanan sekitar peternakan merupakan situasi yang diharapkan mampu mendukung situasi yang kondusif seperti lingkungan yang tidak terlalu bising, frekuensi lalu lalang orang yang tidak terlalu tinggi, dan keamanan lain terkait aset perusahaan seperti keamanan dari pencurian. Untuk menghadapi situasi kerawanan yang mungkin bisa timbul, PPBT telah memperkerjakan petugas keamanan.
13
Action Plan. http:www.disnak.jabarprov.go.id. [13 Februari 2009]
64
6.2.5 Lingkungan Persaingan Industri atau Kompetisi 6.2.5.1. Ancaman Pendatang Baru Industri peternakan puyuh memiliki hambatan masuk (barrier to entry) yang rendah atau kecil. Hal ini dikarenakan peternakan puyuh dapat dilakukan dari skala usaha rumah tangga hingga skala besar. Selain itu modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha peternakan puyuh tidak harus selalu besar karena peternakan puyuh tidak membutuhkan lahan yang luas jika dibandingkan dengan peternakan ayam ras ataupun itik. Masih besarnya permintaan telur puyuh di pasar juga menjadi daya tarik yang besar bagi pengusaha untuk memulai usaha peternakan puyuh petelur. Selama ini pasokan penawaran di Pasar Bogor sebesar 80 persen berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jogja. Sedikitnya pesaing perusahaan peternak puyuh di Bogor sedangkan permintaan di wilayah Bogor cukup tinggi menyebabkan industri telur puyuh mudah untuk dimasuki oleh perusahaan baru Hingga saat ini tidak terdapat peraturan pemerintah yang menghambat masuknya pendatang baru ke dalam industri peternakan puyuh di Kabupaten Bogor. Oleh karena itu bagi pengusaha yang memiliki modal dapat mendirikan usaha peternakan puyuh ini. 6.2.5.2. Ancaman Produk Subtitusi Berdasarkan permintaannya, hubungan dua barang atau lebih dapat dikatakan bersubtitusi apabila jika salah satu barang sebagai akibat dari perubahan kondisi, dapat menggantikan penggunaan barang lain (Nicholson 1995). Pengaruh permintaan yang saling bersubtitusi dapat dilhat dari terpengaruhnya harga dan kuantitas permintaan oleh perubahan permintaan salah satu barang. Untuk mengukur kekuatan kompetitif produk substitusi dapat dilakukan melalui pemantauan pangsa pasar yang didapat oleh produk -produk yang memiliki fungsi yang sama dengan telur puyuh yaitu sebagai sumber protein. Oleh karena itu, perlu diketahui jumlah permintaan untuk berbagai jenis telur yang berfungsi sebagai sumber protein seperti permintaan telur itik dan telur ayam ras. Berdasarkan Tabel 23, telur puyuh memiliki permintaan yang berbeda dengan telur unggas lain seperti telur ayam ras dan telur itik. Meningkatnya jumlah 65
permintaan telur puyuh tidak mempengaruhi atau menyebabkan penurunan permintaan untuk telur ayam ras dan telur itik. Hal ini dikarenakan telur puyuh memiliki pasar yang berbeda dengan telur ayam ras, ataupun telur itik. Pasar telur puyuh yang ada saat ini adalah pedagang pengecer dan bandar pedagang asongan. Selain itu, telur puyuh juga lebih banyak dikonsumsi sebagai makanan ringan di perjalanan sehingga banyak ditemui pedagang asongan yang menjual telur puyuh di terminal, pinggir jalan, di dalam bus, kereta api ataupun ditempat-tempat umum. Sedangkan telur ayam atau telur itik lebih banyak dikonsumsi sebagai lauk pauk. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa telur puyuh sampai saat ini belum memiliki produk substitusi dekat. Oleh karena itu, sampai saat ini dapat dikatakan belum terdapat produk substitusi yang dapat mengancam keberlangsungan usaha dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga. Tabel 23. Konsumsi Rata-Rata Per Minggu untuk Jenis Telur Jenis Telur
Tahun 2006
Tahun 2007
Telur Ayam Ras /Kg
0,097
0,117
Telur Itik / itik manila/ Butir
0,057
0,058
Telur Puyu/ butir Sumber : Badan Pusat Statistik (2008)
0,07
0,088
6.2.5.3 Daya Tawar Pemasok Saat ini, kebutuhan pemasok utama PPBT adalah untuk mendukung kegiatan unit usaha pakan dan penyediaan bibit DOQ untuk peningkatan kapasitas produksi. Perusahaan membutuhkan ketersediaan bahan baku yang kontiyu dan sesuai dengan standar untuk menghasilkan produk pakan puyuh yang berkualitas yang akan mempengaruhi kualitas telur yang dihasilkan serta bibit puyuh yang unggul dan produktif. Unit bisnis pengolahan pakan sendiri merupakan salah satu strategi untuk menghemat biaya produksi yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pakan puyuh PPBT. Pakan yang dihasilkan berupa pakan tepung (Mash). Untuk menghasilkan produk utama telur puyuh, bahan baku pakan seperti jagung pipil dan dedak padi dapat ditemui di lebih dari satu pemasok yang ada di daerah sekitar Kecamatan Cibungbulang. Para pemasok pada bahan baku pakan tersebut memiliki daya tawar yang tidak terlalu kuat karena perusahaan memiliki alternatif pemasok lain yang dapat memberikan harga, kualitas dan kuantitas
66
sesuai yang dibutuhkan perusahaan sehingga dapat melakukan penawaran dengan posisi tawar yang lebih besar dari pemasok. Adapun ketersediaan DOQ bagi peningkatankatan kapasitas produksi yang dibutuhkan PPBT dapat diakses dan tersedia di daerah Jawa Tengah, dan Sukabumi serta Lido. Kondisi ketersediaan bahan baku tersebut sangat bermanfaat bagi perusahaan khususnya dalam upaya menjaga kontinuitas produksi Tabel 24. Pemasok Bahan Baku Pakan, DOQ dan Sarana Pengemasan No 1 2 3 4 5 7
Bahan Baku Jagung Pipil Dedak Padi Konsentrat Vitamin Sekam Koran kiloan DOQ
Daerah Perolehan Gapoktan Sekar Wangi Jampang, Sukabumi Penggilingan Situ Ilir, Cibungbulang Jalan Baru Bogor Sanbe Farma Penggilingan padi Cibungbulang, Pasar LeuwiLiang,Pasar sekitar Cibungbulang Jawa tengah, Golden Quail, Slamet Quail Farm, Cikembar 8 Sukabumi , Turi, Sleman, Yogyakarta Sumber: Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)
Harga (Rp) 1.600 /Kg 1.200/Kg 75.000/Kg 25.000/Kg 5.000/Karung 2000/kg 6000/ekor
6.2.5.4. Daya Tawar Pembeli Sebagian besar pelanggan PPBT adalah bandar asongan,
grosir dan
pengecer telur di pasar yang menjadi wilayah pemasar produk saat ini. Para Pelanggan PPBT merupakan pelanggan yang cukup loyal karena walaupun banyak pemasok telur di wilayah pasar Bogor, pelanggan PPBT tetap melakukan pembelian rutin dengan kuantitas yang stabil. PPBT memiliki pelanggan yang loyal dilihat dari lamanya para konsumen menjadi pelanggan semenjak berdirinya PPBT. Hal tersebut tidak telepas dari pelayanan yang baik yang di miliki oleh PPBT dan terus dikembangkan hingga saat ini. Para pelanggan PPBT pada dasarnya memiliki kekuatan untuk menentukan penawaran terhadap PPBT. Para pelanggan mampu mempengaruhi perusahaan untuk meningkatkan mutu dan pelayanan. Akan tetapi, untuk saat ini kekuatan tersebut masih dapat di hadapi oleh perusahaan. Hal ini disebabkan masih sedikitnya produsen telur puyuh di Bogor yang memiliki kualitas telur dan pelayanan yang baik seperti yang dimiliki PPBT. Berikut adalah data pelanggan berikut lamanya menjadi pelanggan semenjak PPBT berdiri pada September 2007.
67
Tabel 25. Data Pelanggan PPBT 1
Nama Konsumen Koh Ayong
2
Darsih
Pasar Anyar
4-5 peti
16
3
Sugeng
Warung Jambu
37 dus
12
No
Pasar Anyar
Jumlah Permintaan (per minggu) 15 peti
Lamanya menjadi pelanggan (bulan) 16
Wilayah Pasar
4
Beri
Ciluar
15 peti
6
5
Murodadi
Cibinong
15 peti
12
6
H. Kodir
Ciawi
10 peti
16
7
Iwong
Pasir Angin
7 peti
18
8
Odi
Lewiliyang
21 peti
18
9
Anton
Pasar Bogor
30 peti
6
10
Darti
Pasar Bogor
15 peti
18
7 peti
18
11 Iwan Cirangkong Sumber: Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)
6.2.5.5. Persaingan diantara Anggota Industri PPBT memiliki wilayah pemasaran yang meliputi daerah pasar Bogor, Cibinong, Ciawi , Pasar Anyar, Ciluar dan Warung Jambu. Di daerah-daerah tersebut, bukan hanya PPBT saja yang memasok telur puyuh, akan tetapi ada pula para pemasok telur dari daerah lain yang bersaing dalam segi harga, kuantitas dan pelayannanya. Persaingan antara industri yang ada pada pasar telur puyuh di Kota Bogor terhitung tinggi karena para pemasok telur puyuh mampu memberikan penawaran telur dengan kuantitas yang besar. Persaingan Industri Telur puyuh di wilayah Pasar Bogor dapat diamati dari banyaknya penawaran di pasar (Tabel 26) dan jumlah sentra telur puyuh yang ada di Bogor disertai dengan perkembangan kuantitasnya. Tabel 26. Persaingan Industri Telur puyuh di wilayah Pasar Bogor No 1
Wilayah Pasar Pasar Bogor
Penawaran di Pasar Jatim, Kediri, Blitar, Sukabumi, Ardi, Jateng, Solo, Jogja,PPBT. 2 Pasar Cibinong Jateng, Solo, jogja,PPBT 3 Pasar Ciawi PPBT 4 Pasar lewiliang PPBT 5 Pasar anyar PPBT, Ardi 6 Pasar Ciluar PPBT 7 Pasar Warung Jambu PPBT, Jateng, Sumber: Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)
Kisaran Harga(/butir) Rp. 175,- s/d Rp. 180,Rp 180,- s/d Rp 220,Rp. 175,Rp. 175,Rp. 175,- s/d Rp. 180,Rp. 175,Rp 180,- s/d Rp 220,-
Saat ini PPBT tengah menghadapi ancaman masuknya pendatang baru yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya pesaing yang masuk ke pasar di 68
wilayah Bogor. Hal tersebut mengindikasikan pentingnya PPBT untuk segera mungkin dapat memberikan pelayanan yang baik agar dapat mempertahankan pelanggan dan dapat bertahan pada persaingan pasar. 6.3.
Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Industri
6.3.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Kekuatan merupakan seumberdaya, keterampilan, atau keunggulankeunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Berikut ini merupakan kekuatan yang dimiliki PPBT. 1) Letak perusahaan dekat dengan pasar Lokasi PPBT terhadap pasar di wilayah bogor dapat dijangkau dengan mudah karena jaraknya tidak terlalu jauh. Pasar Leuwiliang contohnya, hanya berjarak lima km. selain karena jarak yang dekat dengan pasar dapat mendukung tingkat kesegaran dan kualitas telur yang baik, letak perusahaan juga mendukung kemampuan perusahaan untuk dapat memberikan pelayanan yang cepat sesuai dengan tuntutan konsumen.
2) Pemimpin perusahaan yang berwawasan sesuai bidang dan berjiwa wirausaha Bpk. Prasetyo selaku pimpinan dan pemilik tunggal perusahaan merupakan orang yang memiliki kapabilitas untuk melakukan pengembangan usaha karena latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki. Selain itu, beliau juga memiliki semangat berusaha dan tanggung jawab yang tinggi. Beliau memiliki sifat-sifat
kewirausahaan seperti yang disebutkan oleh
Douglas14, yakni memiliki visi masa depan dan kemampuan mencapai visi tersebut, memiliki keterampilan, berdaya tahan /ulet, berani mengambil resiko, bertanggung jawab, melaksanakan secepat mungkin, dan sehat jiwa dan raga.
3) Harga jual produk yang lebih rendah dari pesaing Harga yang ditetapkan oleh PPBT saat ini berkisar antara Rp 175,- sampai dengan Rp 185,- (April 2009). Sedangkan para pesaing yang lain menerapkan 14
Douglas,1996:20-25) Bisnis dan Kewirausahaan dalam Sistem Agribisnis
69
harga Rp 180,- sampai dengan Rp 200,-. 4) Adanya pelayanan yang baik terhadap dari perusahaan (loyalitas pelanggan) PPBT selalu memberikan pelayanan yang baik kepada konsumennya melalui penyajian pesanan yang tepat waktu dan diantar langsung, produk dengan harga bersaing, dan kualitas produk yang unggul. Hal tersebut membuat para pelanggan loyal terhadap produk PPBT.
5) Adanya saluran distribusi langsung perusahaan PPBT melakukan proses pendistribusian produknya secara mandiri atau melakukan secara langsung. Selain dapat meningkatkan pelayanan karena dapat mengantar barang dengan cepat, distribusi langsung ini memperkecil kemingkinan kerusakan barang sebelum sampai ke tangan konsumen, karena distribusi langsung oleh perusahaan memperhatikan segi keamanan proses pengantaran barang yang lebih terjamin. 6) Kualitas produk yang baik PPBT memiliki kualitas produk unggul dari segi eksterior telur yang seragam, cangkang tebal, bercak darah sedikit serta tingkat kesegaran telur yang tinggi. Rata-rata lama pengiriman telur ke tangan para konsumen di pasar tidak sampai memakan waktu seharian, akan tetapi hanya berkisar dalam waktu maksimal setengah hari. Produk yang baru dipanen pada pagi hari kemudian dikemas lalu di petikan atau di simpan di kardus untuk kemudian dijual ke konsumen. Fasilitas penyimpanan juga didukung oleh proses pengemasan yang teliti dan dibuat dengan stuktur yang mencegah kerusakan pada telur saat proses pendistribusian berlangsung. Berbeda dengan para produsen lain dari Sukabumi, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, Produk yang dihasilkan memakan kurang lebih waktu seminggu untuk sampai ke pasar di wilayah Bogor. Oleh karena itu, PPBT memiliki kualitas produk yang baik dan menjadi salah satu kekuatan yang dimiliki saat ini.
7) Memiliki unit produksi pakan sendiri Biaya pakan menghabiskan hampir 80 persen dari biaya produksi. Oleh karena itu, dengan memiliki unit pakan tersendiri, perusahaan dapat menghemat biaya produksi dan menghindari ketergantungan terhadap produk pakan pabrik.
70
8) Adanya Perijinan usaha PPBT memiliki perijinan yang meliputi ijin lingkungan dan telah terdaftar di direktorat jenderal pajak pada 23 Febuari 2009 sehingga memiliki NPWP dengan No. 25.264.491.9.434.000. PPBT juga telah memiliki ijin usaha dengan surat keterangan usaha No. 510/0304/11/2008 pada tingkat lokal kecamatan. Sesuai dengan Surat Keputusan Mentri Pertanian Republik Indonesia No. 362/Kpts/TN.120/1990, PPBT memang belum berkewajiban mengurus perijinan peternakan karena masih berada di bawah batas minimum syarat kepemilikan ijin usaha peternakan, yakni PPBT masih memiliki kurang dari 25.000 ekor puyuh. Perijinan yang telah dimiliki saat ini merupakan jembatan bagi perusahaan untuk mempermudah proses pengurusan lebih lanjut perijinan pada tingkat yang lebih tinggi seiring dengan rencana peningkatan kapasitas perusahaan. Pemilik perusahaan secara pribadi mengakui bahwa selama berjalannya usaha, perijinan lokal merupakan salah satu kekuatan yang mendukung kelancaran kegiatan opersional perusahaan sehingga bisa terus berjalan. Kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Berikut ini merupakan kelemahan yang dimiliki PPBT.
1) Kualitas keterampilan karyawan masih rendah Keterampilan dari karyawan merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam proses produksi telur. Hal ini dikarenakan puyuh merupakan unggas yang mudah stress sehingga membutuhkan proses pemeliharaan yang tepat dan keterampilan dari karyawan. Keterampilan karyawan yang dimiliki oleh PPBT saat ini masih kurang, hal ini dikarenakan rata-rata karyawan PPBT belum memiliki pengalaman dalam proses budidaya puyuh petelur. Belum adanya pengalaman yang dimiliki oleh pekerja terutama bagian kandang membuat keterampilan yang dimilikinya menjadi kurang sehingga karyawan PPBT masih terus membutuhkan pelatihan dan pengawasan oleh karyawan yang telah memiliki pengalaman dan lebih lama bekerja. Saat ini, PPBT hanya memiliki satu orang karyawan yang memiliki pengalaman selama sepuluh tahun dalam budidaya puyuh petelur sehingga hanya satu orang yang mengerti
71
proses budidaya puyuh petelur dan dapat membimbing karyawan yang lain. Masih rendahnya keterampilan karyawan yang dimiliki oleh PPBT merupakan suatu kelemahan yang harus diatasi oleh perusahaan.
2) Kurangnya kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra PPBT memiliki mitra yang terletak di daerah Sukabumi dan Lido. Mitra tersebut memasok telur yang kemudian dipasarkan oleh PPBT ke wilayah pasar Bogor. Akan tetapi para mitra seringkali memasok telur dengan kualitas dibawah standard yang telah ditetapkan oleh PPBT ketika awal pertama terjalin kerjasama. Kesepakatan mengenai jumlah telur yang pecah, ukuran telur, sampai ke kualitas pengemasan telur,
pada awalnya merupakan
kesepakatan yang harus diipenuhi oleh mitra, akan tetapi seiring waktu kesepakatan tersebut mulai diacuhkan karena masih ada saja telur yang tidak memenuhi spesifikasi walaupun sudah beberapa kali diberi teguran.
3) Kegiatan promosi perusahaan masih sederhana. Kegiatan promosi yang dilakukan PPBT masih bersifat sederhana karena masih dilakukan secara personal dan melalui mulut ke mulut para pelanggan. Oleh karena itu. Kegiatan promosi pada PPBT masih menjadi kelemahan, karena seiring dengan perencanaan pengembangan usaha, kegiatan promosi yang dilakukan harus pula ditingkatkan untuk meningkatkan penjualan. 4) Fasilitas produksi masih sederhana Fasilitas produksi yang dimiliki PPBT masih sederhana karena masih memanfaatkan teknologi budidaya yang membutuhkan penanganan dengan kontak langsung yang tinggi. Dalam penanganan mesin tetas misalnya, dalam 17 hari masa penetasan telur, karyawan wajib melakukan tinjauan langsung dan membalikan posisi telur sesuai perputaran posisi yang telah ditetapkan. Padahal dengan menggunakan mesin teknologi modern, kegiatan membolakbalikan telur yang akan ditetaskan tidak harus dilakukan karena sudah dilengkapi pembalik otomatis. 5) Tidak adanya labelisasi kemasan PPBT belum melakukan labelisasi pada kemasan produk peti maupun kardus. Akan tetapi PPBT memberikan kuitansi transaksi penjualan kepada pelanggan dengan menyertakan nama perusahaan serta nomor telepon pemilik
72
perusahaan
untuk
pemesanan
lebih
lanjut.
Para
pelanggan
dapat
mengidentifkasi perbedaan produk PPBT dengan para penjual telur lain melalui distribusi langsung yang dilakukan perusahaan selama ini melalui labelisasi lewat nota penjualan saja. 6) Kapasitas produksi belum mampu memenuhi permintaan pasar Kapasitas PPBT terbilang masih rendah karena belum mampu memenuhi permintaan langsung yang datang ke pihak perusahaan. Pada saat ini permintaan yang datang ke perusahaan yakni sekitar 29.000 per hari, namun baru bisa dipenuhi sebanyak 13.000 per hari 7) Modal usaha yang terbatas
Modal merupakan salah satu kelemahan yang dimiliki PPBT karena perusahaan masih memiliki modal perseorangan. Modal perseorangan tersebut berasal dari pemimpin perusahaan sekaligus pemilik perusahaan yakni Bpk. Prasetyo. Modal yang ada sekarang masih terbatas dan menjadi kelemahan untuk pengembangan bisnis atau kapasitas produksi perusahaan. 6.3.2. Indentifikasi Peluanga dan Ancaman Peluang
merupakan situasi penting
yang
menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan. Berikut ini merupakan peluang yang dihadapi PPBT. 1) Pertumbuhan ekonomi positif Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, para ekonom menggunakan data Produk Domestik Bruto yang mengukur pendapatan total setiap orang dalam perekonomian (Mankiw 2003). Pertumbuhan ekonomi memiliki dampak yang cukup berpengaruh terhadap berjalanya aktivitas usaha PPBT. Khususnya untuk mencapai visi misi perusahaan di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh adanya peningkatan pada nilai PDRB Bogor per kapita dan pertumbuhan ekonomi Bogor dan Jawa Barat. PDRB menggambarkan pendapatan total warga masayarakat Bogor terhadap kontribusi ekonomi seperti permintaan dan penawaran terhadap barang di wilayah tersebut. Peningkatan pendapatan secara rata-rata masyarakat Bogor memiliki efek yang berarti terhadap permintaan akan makanan dan pembelian eceran secara umum (Nicholson 1995). Oleh karena
73
itu, meningkatnya PRDB bogor merupakan salah satu peluang bagi PPBT untuk mengembangkan usahanya karena menciptakan kondisi usaha yang kondusif. 2) Kebijakan Pemerintah Penurunana harga BBM merupakan salah satu peluang untuk PPBT dalam rangka menghemat biaya distribusi dan mengehemat biaya pengunaan mesin yang menggunakan bahan bakar. Penghematan yang dirasakan perusahaan khususnya pada ongkos distribusi dalam pendistribusian produk dan biaya bahan bakar minyak untuk menjalankan alat penggiling jagung. Kondisi ini merupakan peluang bagi PPBT untuk menghemat biaya operasional dan membantu perusahaan mengalokasikan biaya yang dihemat untuk investasi bagi perencanaan pengembangan usaha. Selain itu, kebijakan KUR yang ditawarkan oleh pemerintah atau lembaga keuangan untuk industri kecil merupakan peluang bagi PPBT untuk meningkatkan modal kerja sehingga dapat mengembangkan usahanya. 3) Pertumbuhan penduduk Pertumbuhan penduduk yang terjadi di Bogor dan Jawa Barat merupakan peluang bagi PPBT untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Pertumbuhan
penduduk
tersebut
mengindikasikan
adanya
kepastian
tersedianya pasar bagi produk PPBT di masa sekarang dan akan datang 4) Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan Tingginya tingkat kesadaran masyarakat akan kesehatan, menjadi peluang usaha yang cukup prospektif. Masyarakat mulai perduli terhadap kesehatan dan memperhatikan asupan gizi yang baik bagi kesehatan dan perkembangan tubuh. Salah satu diantaranya adalah kepedulian terhadap produk protein hewani yang sangat baik bagi kesehatan. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan, PPBT memiliki peluang untuk dapat menjadi salah satu penyedia asupan protein hewani yang salah satunya berasal dari telur puyuh yang telah diketahui memiliki kandungan gizi yang baik dan mampu bersaing dengan telur unggas lain. 5) Kemajuan teknologi budidaya, komunikasi, dan informasi (perkembangan teknologi)
74
Kemajuan teknologi khususnya dalan budidaya puyuh dan sistem informasi merupakan peluang yang dihadapi PPBT saat ini. Perkembangan teknologi dapat memudahkan dalam promosi, komunikasi dengan pelanggan, dan sistem pencatatan manajemen yang rapih. Selain itu perkembangan teknologi dapat mempermudah proses budidaya dan produksi telur, sehingga dapat mengefisienkan aktivitas produksi. Perkembangan teknologi tersebut dapat dijadikan peluang yang dapat menunjang kegiatan operasional perusahaan. 6) Permintaan produk yang semakin meningkat Permintaan produk yang semakin meningkat merupakan peluang yang menjanjikan bagi pengembangan usaha telur puyuh di masa yang akan datang. Dengan pengelolaan dan perencanaan yang terarah, peluang tersebut dapat dimanfaatkan. 7) Ketersediaan bahan baku Dalam proses produksi untuk menghasilkan telur puyuh, bahan baku utama pakan menghabiskan sekitas 80 persen dari biaya operasional. Tersedianya pemasok bahan baku dengan kualitas yang baik, merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan. Ancaman merupakan situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Berikut ini merupakan ancaman yang dihadapi PPBT. 1) Perubahan cuaca yang tidak menentu Puyuh merupakan unggas yang sangat peka terhadap perubahan cuaca yang akan mengakibatkan puyuh mudah mengalami stres. Jika puyuh mengalami stres akan berakibat pada penurunan produktivitas telur yang akan dihasilkan. Perubahaan cuaca yang tidak menentu yang merupakan dampak dari terjadinya global warming merupakan suatu ancaman bagi PPBT. Tingginya curah hujan seringkali disertai petir yang cukup besar. Kedua hal tersebut dapat menjadi ancaman bagi PPBT karena
keduanya dapat memacu
peningkatan tingkat kematian puyuh yang dikenal sebagai unggas yang peka terhadap kebisingan dan perubahan cuaca yang ekstrim. 2) Merebaknya penyakit puyuh PPBT pernah mengalami serangan ND atau tetelo pada awal masa berdirinya perusahaan. Tetelo tersebut telah menyebabkan kematian pada sekitar 5000
75
ekor puyuh dalam masa waktu dua minggu namun tidak secara bersamaan. Merebaknya penyakit dirasakan pula ketika merebak penyakit puyuh lain pada PPBT seperti snot pada bulan Mei 2009. Kondisi secara umum ditunjukan dengan adanya pernyataan Kondisi Existing Sektor Peternakan Jawa Barat. Dalam pernyataan Action Plan, di Jawa Barat masih terdapat ancaman terhadap usaha peternakan terus meningkat seperti masih merebaknya Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) pada ternak unggas seperti flu burung, ND dan tetelo. 3) Persaingan industri Persaingan industri pada industri peternakan dengan hasil utama telur puyuh ditunjukkan dengan konsistensi para pesaing dengan produk yang sama dimana semakin banyak pesaing industri maka persaingan akan semakin ketat. Persaingan tersebut mempengaruhi PPBT dalam hal penguasan wilayah pasar, persaingan harga, dan persaingan keunggulan produk yang menuntut perusahaan untuk mampu mengefisienkan biaya dan mampu memenangan persaingan. Pasar di Bogor yang dimasuki oleh PPBT meliputi pasar Bogor, Cibinong, Ciawi, Pasar Anyar, Ciluar dan Warung Jambu. Pada daerah pemasaran tersebut ternyata tidak hanya disuplai oleh para pesaing telur puyuh yang ada di daerah Bogor, akan tetapi juga berasal dari luar Bogor seperti Sukabumi, Jogja, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Masuknya telur puyuh dari luar pasar Bogor ke pasar Bogor merupakan ancaman bagi PPBT karena hal tersebut dikhawatirkan
dapat mempengaruhi keloyalan pelanggan PPBT
untuk mengganti produsen telur puyuh dengan produsen lain yang masuk ke pasar di wilayah Bogor. Kekhawatiran ini muncul akibat semakin tingginya permintaan yang datang ke PPBT namun masih belum dipenuhui seluruhnya karena keterbatasan tingkat produksi. 4) Ancaman Pendatang Baru Hal ini dikarenakan peternakan puyuh dapat dilakukan dengan skala usaha rumah tangga hingga skala besar. Selain itu modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha peternakan puyuh tidak terlalu besar karena peternakan puyuh tidak membutuhkan lahan yang luas jika dibandingkan dengan peternakan ayam ras ataupun itik. Masih besarnya permintaan telur puyuh di pasar juga
76
menjadi daya tarik yang besar bagi pengusaha untuk memulai usaha peternakan puyuh petelur. 5) Situasi keamanan lingkungan sekitar Situasi keamanan lingkungan sekitar merupakan faktor ancaman yang cukup penting untuk diperhatikan agar tidak berdampak merugikan bagi perusahaan karena situasi keamanan sekitar peternakan merupakan situasi yang diharapkan mampu mendukung situasi yang kondusif seperti lingkungan yang tidak terlalu bising, frekuensi lalu lalang orang yang tidak terlalu tinggi, dan keamanan lain terkait aset perusahaan seperti keamanan dari pencurian. Untuk menghadapi situasi kerawanan yang mungkin bisa timbul, PPBT telah memperkerjakan petugas keamanan yang masih berstatus karyawan lepas.
77
VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1.1. Tahap Masukan (The Input Stage) Pada tahap input, data yang dikumpulkan dianalisis kemudian dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor yang didapatkan dari analisis lingkungan internal kemudian dijabarkan dalam matriks IFE (Internal Factor Evaluation).
Sedangkan faktor-faktor yang didapatkan dari analisis
lingkungan eksternal dijabarkan dalam matriks EFE (External Factor Evaluation). 7.1.2. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Matriks IFE disusun setelah dilakukan identifikasi terhadap faktor internal yang meliputi kekuatan dan kelemahan PPBT. Matriks IFE disusun dengan pemberian rating dan pembobotan. Rating dan bobot dari masing-masing faktor internal ditentukan oleh tiga orang responden yaitu manajer sekaligus pemilik usaha, karyawan tetap dan mitra usaha yang juga merupakan salah satu pendiri dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga. Dari hasil pembobotan dan penentuan rating, maka diperoleh nilai IFE yang dapat dilihat pada Tabel 27. Total skor faktor strategis internal adalah 2,573. Nilai tersebut menunjukkan bahwa PPBT berada pada rata-rata dalam kekuatan internal secara keseluruhan. Adapun skor total untuk kekuatan adalah 1,931 dan skor total untuk kelemahan adalah 0,642. Nilai akhir skor total kekuatan yang lebih besar dari kelemahan menunjukkan bahwa dalam mengembangkan usaha telur puyuh, PPBT mampu memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan mampu mengatasi kelemahan yang ada. Pada Tabel 27 diketahui bahwa kekuatan terbesar pada PPBT adalah pemimpin perusahaan yang berwawasan sesuai bidang dan memiliki jiwa wirausaha karena memiliki skor total tertinggi 0,326. Pemimpin perusahaan yang memiliki wawasan dalam bidang peternakan puyuh dan memiliki jiwa wirausaha merupakan kekuatan penting yang menjadi salah satu modal untuk memanfaatkan peluang usaha dan mengembangkan usaha ditengah persaingan yang ada. Kekuatan utama ini sangat dibutuhkan dalam dinamika bisnis dan karakteristik budidaya puyuh yang sensitif terhadap penanganan budidaya. Karakteristik pemimpin pada PPBT
yang memiliki motif usaha yang kuat, pengetahuan 78
tatacara beternak puyuh yang benar, dan pengetahuan aspek pemasaran untuk produk yang dihasilkan oleh puyuh, telah menunjang perencanaan dan pengembangan usaha yang dijalani. Motif usaha yang kuat yang dimiliki pemimpin perusahaan digambarkan dengan adanya kejelasan visi perusahaan, berdaya tahan /ulet, berani mengambil resiko, bertanggung jawab dan memiliki kemampuan mencapai visi tersebut melalui latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki. Karakteristik pemimpin yang dimiliki perusahaan sangat penting untuk dipertahankan guna mencapai visi dan tujuan perusahaan. Tabel 27. Matriks IFE No
Faktor-faktor Strategis Internal
Bobot Rata-Rata
Rating Rata-rata
Skor Total
Kekuatan 1.
Kualitas produk yang baik
0,067
3,333
0,223
2.
Letak perusahaan dekat dengan pasar
0,053
4,000
0,213
3.
Harga jual produk lebih rendah dari pesaing
0,062
3,333
0,206
4.
Adanya saluran distribusi langsung perusahaan
0,057
3,333
0,189
5.
Adanya pelayanan yang baik dari perusahaan (Loyalitas Pelanggan)
0,068
4,000
0,271
6.
Pemimpin perusahaan yang berwawasan sesuai bidang dan berjiwa wirausaha
0,082
4,000
0,326
7.
Memiliki unit produksi pakan sendiri
0,060
3,333
0,199
8.
Adanya perijinan usaha
0,076
4,000
0,304
Total Kekuatan
1,931
Kelemahan 1.
Fasilitas produksi
3.
Kurangnya kontrol terhadap standar produk yang dihasilkan mitra Kualitas keterampilan karyawan masih rendah
4.
Modal usaha terbatas
2.
6.
Kapasitas produksi belum mampu memenuhi permintaan pasar Tidak adanya labelisasi kemasan
7.
Kegiatan promosi masih sederhana
5.
0,066
1,667
0,110
0,048
2,000
0,096
0,062
1,667
0,103
0,084
1,000
0,084
0,064
1,000
0,064
0,038
2,000
0,076
0,041
2,000
0,109
Total Kelemahan
0,642
Sumber: Data Primer (2009), diolah
Kelemahan utama PPBT adalah kapasitas produksi yang belum mampu memenuhi permintaan pasar dengan bobot skor 0,064. Dengan produksi yang 79
masih rendah, PPBT belum mampu memenuhi semua permintaan yang datang langsung ke perusahaan. Selain itu, terbatasnya kapasitas produksi yang dimiliki menyebabkan keterbatasan wilayah pemasaran produk akibat belum tersedianya produk untuk pasar yang lebih luas. Kelemahan ini menjadi salah satu keterbatasan PPBT dalam memanfaatkan peluang usaha yang prospektif yang ditunjukkan oleh permintaan yang terus meningkat terhadap telur puyuh. 7.1.3. Matriks EFE (External Factor Evaluation) Matriks EFE diperoleh dari hasil identifikasi terhadap faktor eksternal yang meliputi peluang dan ancaman bagi PPBT. Matriks EFE disusun dengan pemberian rating dan pembobotan. Dari hasil pembobotan dan penentuan rating, maka dapat diperoleh nilai EFE yang dapat dilihat pada Tabel 28. Total skor faktor strategis eksternal adalah 2,936. Nilai tersebut menunjukkan PPBT mampu memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada dengan cukup baik. Adapun skor total untuk peluang adalah 1,729 dan skor total untuk ancaman adalah 1,207. Nilai tersebut menunjukkan bahwa responden memberikan respon yang cukup tinggi terhadap faktor peluang dan respon yang kecil terhadap faktor ancaman. Tabel 28 memperlihatkan bahwa peluang terbesar dengan skor total 0,358 adalah
meningkatnya permintaan.
Permintaan yang
semakin
meningkat
merupakan indikasi yang baik bagi upaya pencapaian misi dan visi perusahaan dalam pengembangan usaha. Meningkatnya permintaan terhadap konsumsi telur puyuh dapat dilihat dari peningkatan konsumsi rata-rata per kapita seminggu telur puyuh pada dua tahun terakhir (2006 dan 2007) serta permintaan yang datang langsung dan dicatat oleh manajer PPBT. Ancaman terbesar bagi PPBT adalah merebaknya penyakit dengan bobot skor 0,348.
Terjangkitnya puyuh oleh berbagai penyakit dapat menurunkan
tingkat produksi perusahaan. Kondisi ini dapat mengancam kelangsungan usaha terutama terhadap upaya menyajikan pelayanan yang baik pada konsumen dengan memenuhi tuntutan permintaan konsumen dan mengupayakan kontinuitas produk. Ancaman terbesar kedua dengan bobot skor 0,310 adalah perubahan cuaca.
80
Perubahan cuaca dapat memacu meningkatnya angka kegagalan produksi akibat kematian atau produksi telur yang buruk. Tabel 28. Matriks EFE Rating Rata-rata
Skor Total
3,667 4,000
0,315 0,292
0,073
3,667
0,267
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan
0,069
2,000
0,139
5.
Permintaan produk yang semakin meningkat
0,089
4,000
0,358
6. 7.
Pertumbuhan ekonomi positif
0,080
3,000
0,242
Perkembangan teknologi
0,058
No
1. 2. 3. 4.
Faktor-faktor Strategis Internal Ketersediaan bahan baku Kebijakan Pemerintah mengenai penurunan BBM dan program KUR Pertumbuhan penduduk
Bobot Rata-Rata Peluang 0,086 0,073
2,000 Total Peluang
0,116 1,729
Ancaman
1. 2. 3. 4. 5.
Perubahan cuaca yang tidak menentu
0,103
2,667
0,274
Kemanan lingkungan sekitar Merebaknya penyakit puyuh
0,086 0,116
2,000 3,000
0,171 0,348
Adanya persaingan industri Ancaman pendatang baru
0,084 0,081
3,000 2,000 Total Ancaman
0,253 0,161 1,207
Sumber: Data Primer (2009), diolah
7.3.
Tahap Pencocokkan (The Matcing Stage) Pada tahap pencocokkan (The Matcing Stage) dilakukan penyusunan
matriks IE dan matriks SWOT untuk memperoleh alternatif strategi. Total skor pada matriks IFE dan EFE dipetakan ke dalam matriks IE untuk melihat posisi perusahaan berdasarkan tiga kelompok strategi, yaitu strategi tumbuh dan bina (growth and build), pertahankan dan pelihara (hold and maintain), serta panen atau divestasi (harvest or divest). Analisis SWOT dilakukan pada tahap yang sama. Matriks SWOT diperoleh dengan memetakan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Faktor-faktor tersebut diperoleh dari hasil analisis lingkungan internal dan eksternal. Beberapa alternatif strategi yang diperoleh dari analisis SWOT dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam menyusun strategi.
81
7.3.
Matriks IE (Internal-Eksternal) Dengan menggabungkan matriks IFE dan EFE, maka akan diperoleh
matriks IE yang ditunjukkan oleh Gambar 11. Total skor IFE adalah 2,573 yang menggambarkan bahwa PPBT berada pada kondisi internal rata-rata. Adapun total skor EFE adalah 2,936 yang menggambarkan bahwa PPBT berada dalam kondisi eksternal menengah. Pada Matriks IE ditunjukkan bahwa posisi PPBT berada pada sel V yang artinya PPBT berada dalam kondisi internal dan eksternal menengah atau rata-rata. TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE Kuat 3,0 - 4,0
Rata-rata 2,0 – 2,99
Lemah 1,0 – 1,99
4,0
3 , 0
2,573 TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE
Tinggi
II
I
III 3 , 0
3,0 2,936 Menengah 2,0 – 2,99
-
IV
V
Pertahankan dan pelihara
VI 4 , 0
2,0 Rendah
VII
VIII
IX
Gambar 7. Matriks IE pada PPBT IIIi 1,0
1 , 0 –
Gambar 11. Matriks IE pada PPBT Sumber: Data Primer (2009)
1 , 9 9
Berdasarkan posisi sel pada Gambar 11, strategi yang dapat dikelola adalah strategi Hold and Maintain (Pertahankan dan Pelihara) dengan menerapkan strategi Market Penetration (penetrasi pasar) dan Product Development (pengembangan produk). Srategi penetrasi pasar adalah berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk/ jasa saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi pasar mencakup meningkatkan jumlah belanja iklan atau menawarkan promosi penjualan dan penetapan harga yang kompetitif.
82
Pengembangan produk adalah strategi yang ditujukan untuk mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk/ jasa saat ini. Strategi yang dihasilkan melalui matriks IE hanya menghasilkan gambaran strategi secara umum bagi perusahaan tanpa adanya implementasi strategi yang lebih teknis dan spesifik pada tingkat operasional usaha. Agar diperoleh strategi yang lebih spesifik bagi perusahaan maka digunakan matriks SWOT untuk melengkapi matriks IE yang berisi langkah-langkah strategi yang lebih konkrit yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Strategi yang akan diperoleh melalui matriks SWOT dirumuskan berdasarkan pada pengembangan dari matriks IE. 7.3.
Matriks SWOT Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang diperoleh
melalui analisis internal dan eskternal, maka dapat diformulasikan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT. Beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh PPBT, yaitu: 1) Strategi S-O (Strengths - Opportunities) Strategi SO adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal PPBT untuk memanfaatkan peluang. Strategi yang dapat diterapkan pada perusahaan yakni dengan
mempertahankan
harga
jual
produk
yang
bersaing
dan
mempertahankan kualitas produk serta pelayanan yang baik kepada konsumen (S1). Pelayanan yang baik itu meliputi penyajian produk tepat waktu sesuai tuntutan konsumen dan penyajian produk dengan harga bersaing serta kualitas yang baik dari segi keseragaman telur, kekerasan cangkang dan tingkat kesegaran telur. Strategi ini diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan jumlah pelanggan PPBT dan memanfaatkan konsumen potensial yang digambarkan melalui peningkatan permintaan yang dihadapi perusahaan. 2) Strategi W-O (Weaknesses - Opportunities) Strategi W-O adalah strategi yang ditujukan untuk mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi W-O yang dapat diterapkan oleh PPBT adalah sebagai berikut:
83
a) Menjalin kerjasama dengan
perbankan untuk dapat meningkatkan
kapasitas produksi perusahaan melalui penambahan kandang dan induk puyuh petelur dalam rangka memanfaatkan permintaan potensial. Operasional strategi tersebut hendaknya didukung oleh peningkatan fasilitas teknologi produksi dan peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan karyawan (Strategi 2). Untuk menjalin kerjasama dengan pihak perbankan, PPBT dapat memanfaatkan kebijakan mengenai program KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang dikeluarkan pemerintah. Dimana program ini diperuntukkan untuk sektor-sektor usaha masyarakat dan pemberdayaan usaha skala kecil hingga menengah. Dengan menjalin kerjasama perbankan, PPBT dapat mengupayakan peningkatan kapasitas produksi melalui penambahan jumlah kandang dan induk puyuh petelur. Sehingga dengan adanya penambahan kapasitas produksi, PPBT dapat meraih konsumen potensial dan mencapai visi dan misi perusahaan. b) Meningkatkan upaya pemasaran produk melalui kegiatan promosi dan memberikan identitas produk dengan pemberian merek pada kemasan dus dan peti (Strategi 3). Upaya pemasaran melalui kegiatan promosi perlu dilakukan karena selama ini PPBT belum melakukan kegiatan promosi secara khusus. Kegiatan promosi perusahaan hanya terjadi dari mulut ke mulut antar pelanggan yang pernah membeli telur puyuh kepada perusahaan. Kegiatan promosi yang dapat dilakukan perusahaan yaitu dengan memperkenalkan dan menawarkan produk secara langsung kepada pelanggan baru atau memanfaatkan adanya media seperti internet, majalah pertanian untuk mempromosikan produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Pemberian merek pada kemasan dus dan kardus dilakukan untuk memperkuat identitas produk dan memperbaiki atribut produk. Adanya merek pada kemasan produk akan menjadi jaminan bagi pelanggan bahwa produk yang diterima benar-benar berasal dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga yang memiliki kualitas produk yang baik
84
c) Meningkatkan kontrol kepada peternak mitra dengan membuat kontrak tertulis mengenai standar produk untuk meningkatkan kualitas telur yang dihasilkan mitra (Strategi 4). Peningkatan kontrol terhadap peternak mitra dilakukan melalui kontrak tertulis yang bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan para peternak mitra untuk meningkatkan kualitas telur yang dihasilkan. Kontrak tertulis yang dibuat berisi tetang kesepakatan telur yang dapat diterima oleh PPBT. Sehingga jika telur yang berasal dari peternak dibawah standar yang ditetapkan oleh PPBT maka telur-telur tersebut akan dikembalikan kepada peternak mitra. Dengan adanya kontrak tertulis ini resiko kerugian akibat rendahnya standar produk yang berasal dari peternak mitra dapat dihindari oleh perusahaan. Perusahaan dapat memanfaatkan perkembangan teknologi
komunikasi
seperti
telephone
dan
handphone
untuk
meningkatkan kontrol dan pengawasan terhadap peternak mitra terutama untuk peternak mitra yang berada didaerah Sukabumi dan Lido. 3) Strategi S-T (Strengths - Treaths) Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Beberapa strategi S-T yang dapat dijalankan PPBT adalah: a) Melakukan upaya pencegahan penyakit dan mengelola limbah serta kotoran puyuh dan meningkakan keamanan di lingkungan peternakan (Strategi 5). Strategi ini bertujuan untuk mempertahankan kualitas produk telur puyuh yang dihasilkan oleh perusahaan. Adanya ancaman merebaknya penyakit yang menyerang puyuh dan perubahan cuaca yang tidak menentu membuat perusahaan harus meningkatkan keamanan dan kesehatan ternak. Peningkatan keamanan ternak yang dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan mengurangi kontak ternak dengan orang luar selain pekerja dengan cara memagari areal kadang. Selain itu keamanan peternakan terhadap tindakan pencurian dapat diantisipasi melalui penugasan karyawan keamanan seperti yang selama ini mulai dilakukan perusahaan. Adapun pengelolaan kotoran puyuh dapat diaplikasikan sebagai salah satu bentuk
85
pengembangann produk dimana kotoran puyuh dapat dijadikan bahan campuran untuk pembuatan pupuk tanaman hias, sayur dan buah. 4) Strategi W-T (Weaknesses - Treaths ) Strategi W-T adalah strategi yang ditujukan untuk mengurangi kelemahan internal yang dimiliki dan menghindari ancaman eksternal yang ada. Strategi W-T yang dapat dijalankan PPBT adalah: a) Menjaga hubungan baik dengan pelanggan/konsumen, pemasok, mitra, dan warga lingkungan sekitar (Strategi 6). Operasional strategi tersebut hendaknya didukung oleh pemenuhan tuntutan permintaan konsumen yang ada saat ini dengan pelayanan yang baik yang menekankan ketepatan waktu pengantaran produk, kualitas produk dengan tingkat kesegaran yang tinggi dan harga bersaing. Dengan memberikan pelayanan yang baik tersebut, diharapkan konsumen tidak beralih kepada produk pesaing sehingga loyalitas pelanggan dapat terjaga. PPBT juga sebaiknya menjaga hubungan baik dengan pemasok agar mendukung kelancaran kerjasama yang dilakukan sehingga dapat menunjang kegiatan operasional usaha dalam menghasilkan produk dan menciptakan kontinuitas produksi. 7.3.
Tahap Keputusan
7.3.1. Matriks QSPM Berdasarkan hasil analisis SWOT Peternakan Puyuh Bintang Tiga, terdapat enam alternatif strategi yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan. Enam strategi yang dihasilkan dari matrik SWOT tersebut kemudian di analisis dengan menggunakan matriks QSP. Berdasarkan analisis dengan menggunakan matriks QSP diperoleh prioritas strategi yang disarankan berdasarkan urutan pertama dengan nilai STAS tertinggi sampai urutan terakhir dengan nilai STAS terendah seperti berikut: 1. Mempertahankan harga jual produk yang bersaing dan mempertahankan kualitas produk serta pelayanan yang baik kepada konsumen (Strategi 1) dengan STAS 5,478. 2. Menjalin kerjasama dengan
perbankan untuk dapat meningkatkan
kapasitas produksi perusahaan melalui penambahan kandang dan induk
86
puyuh petelur dalam rangka memanfaatkan permintaan potensial (Strategi 2) dengan STAS 4,690. 3. Meningkatkan upaya pemasaran produk melalui kegiatan promosi dan memberikan identitas produk dengan pemberian merek pada kemasan dus dan peti (Strategi 3) dengan STAS 4,593. 4. Menjaga hubungan baik dengan pelanggan/konsumen, pemasok, mitra, dan warga lingkungan sekitar (Strategi 6) dengan STAS 4,469. 5. Meningkatkan kontrol kepada peternak mitra dengan membuat kontrak tertulis mengenai standar produk untuk meningkatkan kualitas telur yang dihasilkan mitra (Strategi 4) dengan STAS 4,349. 6. Melakukan upaya pencegahan penyakit dan mengelola limbah serta kotoran puyuh dan meningkatkan keamanan di lingkungan peternakan (Strategi 5) dengan STAS 4,002.
87
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal, maka dapat diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari PPBT. Kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh PPBT adalah pemimpin perusahaan yang berwawasan sesuai bidang dan berjiwa wirausaha, adanya perijinan usaha, adanya pelayanan yang baik dari perusahaan (loyalitas pelanggan), letak perusahaan dekat pasar, kualitas produk yang baik, harga jual produk lebih rendah dari pesaing, memiliki unit produksi pakan sendiri, dan adanya saluran distribusi langsung perusahaan. Adapun kelemahannya adalah kapasitas produksi belum dapat memenuhi permintaan pasar, tidak adanya labelisasi kemasan, modal usaha terbatas, kurangnya kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra, kegiatan promosi perusahaan masih sederhana, kualitas keterampilan karyawan masih rendah, dan fasilitas produksi untuk menunjang kegiatan perusahaan masih sederhana. Peluang yang dihadapi PPBT yakni meliputi permintaan produk yang semakin meningkat, ketersediaan bahan baku, kebijakan pemerintah mengenai penurunan BBM dan Program KUR, pertumbuhan ekonomi positif, pertumbuhan penduduk,
meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, dan perkembangan teknologi. Adapun ancaman yang ada meliputi merebaknya penyakit puyuh, perubahan cuaca yang tidak menentu, adanya persaingan industri, keamanan lingkungan sekitar perusahaan, dan ancaman pendatang baru. 2. Berdasarkan hasil analisis matriks IFE dan EFE, PPBT berada pada sel V (2,573 : 2,936 ). Dengan demikian jenis strategi yang tepat untuk dilaksanakan adalah strategi pertahankan dan pelihara berupa penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan analisis SWOT, alternatif strategi yang dapat diterapkan PPBT adalah mempertahankan harga jual produk yang bersaing dan mempertahankan kualitas produk serta pelayanan yang baik kepada konsumen, menjalin kerjasama dengan
perbankan untuk dapat
meningkatkan kapasitas produksi perusahaan melalui penambahan kandang dan induk puyuh petelur dalam rangka memanfaatkan permintaan potensial, 88
meningkatkan kontrol kepada peternak mitra dengan membuat kontrak tertulis mengenai standar produk untuk meningkatkan kualitas telur yang dihasilkan mitra, meningkatkan upaya pemasaran produk melalui kegiatan promosi dan memberikan identitas produk dengan pemberian merek pada kemasan dus dan peti, melakukan upaya pencegahan penyakit dan mengelola limbah serta kotoran puyuh dan meningkatkan keamanan di lingkungan peternakan dan menjaga hubungan baik dengan pelanggan/konsumen, pemasok, mitra, dan warga lingkungan sekitar. Berdasarkan analisis matiks QSP (Quantitative Strategic Planning), strategi terbaik yang dapat dilaksanakan oleh PPBT adalah
mempertahankan
harga
jual
produk
yang
bersaing
dan
mempertahankan kualitas produk serta pelayanan yang baik kepada konsumen. Saran
1. PPBT dapat mengimplementasikan strategi yang direkomendasikan dengan memprioritaskan strategi pengembangan usaha pada mempertahankan harga jual produk yang bersaing dan mempertahankan kualitas produk serta pelayanan yang baik kepada konsumen, serta menambah jumlah populasi ternak untuk memanfaatkan adanya pasar potensial. 2. Meskipun bahan baku untuk operasional usaha telah tersedia, namun hendakya PPBT menjalin kerjasama pemasok untuk menjamin kontinuitas produk dan kepastian spesifikasi bahan baku yang dapat menunjang kontinuitas produksi dan menghemat biaya pencarían bahan baku. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kontrak kerjasama atau pola kemitraan yang efektif antara PPBT dengan pemasok bahan baku dan mitranya.
89
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Zainal. 2002. Meningkatkan Produktivitas Puyuh Si Kecil yang Penuh Potensi. Jakarta: Agromedia Pustaka. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Produk Domestik Bruto Atas Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha. Jakarta: Badan Pusat Statistik. .2008. Presentase Pengeluaran Rata – Rata Perkapita Sebulan Menurut Kelompok Barang. Jakarta: Badan Pusat Statistik. .2008. Populasi Puyuh Tahun 2007 - 2008 (Per Provinsi). Jakarta: Badan Pusat Statistik. .2008. Jumlah Penduduk dan Proyeksi Penduduk Jawa Barat Tahun 2005-2008. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2008. PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan pada Tahun 2005-2007. Bogor: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. .2008. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor atas dasar harga konstan 2005-2007. Bogor: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. .2008. Jumlah Penduduk dan Proyeksi Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2005-2008. Bogor: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. David, Fred R. 2006. Manajemen Strategis. Edisi Sepuluh. Jakarta: Salemba Empat. Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. 2008. Industri Puyuh di Kabupaten Bogor. Bogor: Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Handayani, Mustika. 2005. Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik Telur Puyuh Asin pada Lama Pemeraman yang Berbeda. [Skripsi]. Bogor: Program Studi Sosial Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Jauch LR dan Glueck WF.1995. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga. Karyadi, Didik. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Domba Rakyat (Kasus Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Program Studi Sosial Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Kinnear TC, Taylor JR. 1992. Riset Pemasaran. Edisi ke-3. Jakarta : Erlangga
90
Kotler dan Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi kedua belas Jakarta: PT INDEKS
jilid 1.
Listiyowati E, Roospitasari K. 2007. Puyuh Tata Laksana Budi Daya Secara Komersial. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya Mankiw, Gregory N. 2003. Teori Makroekonomi. Jakarta: Erlangga. Ramlan, Mohamad.2007. Pengaruh Substitusi Bungkil Kedelai Dengan Bungkil Jarak Pohon ( Ricinus communis Linn) Terhadap Komposisi Gizi, Fisik dan Kualitas Telur Puyuh. Skripsi. Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan: Institut Pertanian Bogor Nicholson, Walter. 1995. Teori Mikroekonomi. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Porter, Michael E. 1991. Strategi Bersaing Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Jakarta: Erlangga. Pertamina. 2009. Perkembangan Harga BBM Tahun 2008-2009. Jakarta: Pertamina Rangkuti, Freddy. 1997. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus BisnisReorientasi konsep perencanaan Strategi untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Rhamdiani, Hilma. 2008. Analisis Permintaan Telur Ayam Ras dan Ayam Buras di Provinsi DKI Jakarta: Penerapan Model Almost Ideal Demand System dengan Data Susenas 2005. [Skripsi]. Bogor: Program Studi Sosial Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Septiany Surya, Fany. 2004. Analisis Pendapatan dan Pemasaran Telur Ayam Ras di Kelurahan Serua Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok, Propinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Departemen Sosial Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Suhaely, Ahmad. 2008. Perancangan Fasilitas Fisik Usaha Ternak Puyuh Skala Komersial di Kecamatan Ranca Bungur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Waskita, Galih. 2008. Penerapan Biosekuriti dan Higiene di tempat Penampungan Unggas di Jakarta Barat. [Skripsi]. Bogor: Departemen Kedokteran Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Wisandhini, Yessica. 2008. Strategi pengembangan usaha Jamur Tiram Putih pada Perusahaan Jamur Tegal Waru Bogor. [Skripsi]. Bogor: Departemen Sosial Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
91
LAMPIRAN
92
Lampiran 1. DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
DAFTAR WAWANCARA Analisis Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal Usaha Peternakan Puyuh Bintang Tiga Dalam rangka penelitian untuk skripsi dengan judul :
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Telur Puyuh (Kasus Peternakan Puyuh Bintang Tiga /PPBT Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor ) Oleh: SUCI MELANI (H3405158)
PROFIL DAN GAMBARAN UMUM PETERNAKAN PUYUH BINTANG TIGA a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Bagaimana sejarah dan keadaan usaha peternakan puyuh? Bagaimana perkembangan hasil usaha peternakan puyuh? Bagaimana visi, misi dan tujuan perusahaan? Sejarah singkat perusahaan? Bagaimana stuktur organisasi perusahaan? Mengapa memilih stuktur tersebut? Latar belakang berdirinya perusahaan? Sejak kapan perusahaan berdiri? Siapa pendirinya pertama kali? Apa nama perusahaannya? Siapa pemilik perusahaan? Bentuk badan hukum perusahaan? k. Alamat perusahaan?
ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL PERUSAHAAN Manajemen Umum a. Apakah perusahaan menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling? b. Apakah fungsi-fungsi tersebut berjalan efektif dan efisien? c. Bagaimana pembagian wewenang dan kewajiban dalam personil kunci perusahaan? d. Bagaimana tingkat keterampilan karyawan yang dibutuhkan dalam menjalankan dan memenuhi target perusahaan? e. Bagaimana intesitas karyawan yang masuk dan keluar perusahaan? f. Apakah terdapat karyawan yang sering mangkir? g. Apakah ada insentif untuk karyawan? h. Bentuk insentif seperti apa yang diberikan kepada karyawan? i. Bagaiman tingkat efektifitas insentif tersebut? j. Apakah ada pelatihan bagi karyawan untuk meningkatkan keahlian dan pengalaman karyawan? k. Bagaimana sistem produksi perusahaan? (Berapa lama produksi dalam sehari, Bagaimana pembagian kerja) ? Pemasaran a. Jenis produk dan jasa apa yang dipasarkan perusahaan?
93
b. Apakah ada pembagian khusus yang menangani pemasaran? c. Bagaimana pengorganisasian bagian pemasaran perusahaan? d. Bagaimana perkembangan pangsa pasar perusahaan akhir – akhir ini? e. Segmentasi pasar apa dan siapa yang dibidik oleh perusahaan? f. Seperti apa saluran distribusi yang ada dalam perusahaan? g. Berapa jumlah distributornya? h. Bagaimana perbandingan penjualan pada masing-masing distributor? i. Bagaimana strategi penetapan harga yang dilakukan perusahaan? j. Apakah ada promosi mengenai produk-produk perusahaan? k. Apakah ada layanan purna jual? Produksi dan Operasi a. Jenis bibit puyuh yang diternakan perusahaan? b. Apakah jenis bibit tersebut mudah didapat? Apabila sulit, bibit tersebut diperoleh dari mana? c. Bagaimana proses produksinya? d. Berapa tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi dan bagaimana pengawasannya? e. Berapa rata-rata kapasitas produksi (butir telur) yang dihasilkan dalam sekali berproduksi? f. Target produksi dilakukan berdasarkan apa? (berdasarkan permintaan konsumen atau pesanan atau lain-lain) ? g. Bagaiman kualitas telur puyuh yang dihasilkan (produk yang dihasilkan perusahaan)? h. Apakah ada pengujian/penyeleksian sebelum dipasarkan? i. Apakah ada inovasi produk? j. Apa saja peralatan atau mesin-mesin yang diperlukan untuk produksi? Keuangan a. Bagaimana keadaan keuangan perusahaan akhir-akhir ini? Bagaimana cara perusahaan mendapatkan modal? b. Marjin keuntungan perusahaan saat ini positif atau negatif? c. Bagaiman perkembangan total cost yang dikeluarkan perusahaan? d. Bagaimana alokasi anggaran perusahaan? Penelitian dan Pengembangan a. Bagaimana intesitas litbang dilakukan ? b. Apakah ada bagian atau divisi penelitian dan pengembangan? c. Apa tujuan pelaksanaan R&D? d. Apakah ada inovasi teknologi yang diterapkan perusahaan? e. Apakah ada pengembangan produk baru hasil R&D?
ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL PERUSAHAAN Ekonomi a. Secara umum apa dampak pada perusahaan dari adanya pertumbuhan ekonomi positif di Kabupaten Bogor dan di Indonesia? b. Secara umum apa dampak pada perusahaan oleh adanya kenaikan harga BBM di Indonesia? c. Apakah ada perubahan harga bahan baku? sejauh apa tingkat perubahanya? d. Bagaimana sikap perusahaan menyikapi kondisi jika terjadi perubahan harga bahan baku? e. Bagaimana tingkat pendapatan masyarakat Cibungbulang? Sosial a. Apakah perusahaan pernah mengadakan program sosial? b. Bagaimana bentuk tanggung jawab sosial perusahaan? c. Bagaiman perusahaan melakukan manajemen limbah? Teknologi a. Bagaimana perkembangan teknologi dalam peternakan puyuh?Apakah ada teknologi baru? b. Bagaimana perkembangan teknologi dalam mengakses informasi? c. Berapa besarnya biaya yang dibutuhkan untuk aplikasi teknologi tersebut?
94
Pemerintah a. Bagaimana kondisi stabilitas politik dan keamanan dalam perkembangan usaha di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor? b. Apakah ada peraturan perundang-undangan yang mengatur kegiatan usaha di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor? c. Apakah ada program pemerintah dalam mengembangkan peternakan puyuh di propinsi Jawa Barat pada umumnya dan di Kabupaten Bogor pada khususnya? Konsumen a. Apakah konsumen memiliki loyalitas? b. Berapa harga yang biasanya diterima oleh konsumen? c. Apakah ada standar mutu produk yang dijual kepada konsumen? d. Apakah ada yang menjadi alasan konsumen melakukan komplain terhadap perusahaan? Pesaing a. Apa faktor yang menjadi pendorong dan faktor penghambat untuk masuk industri peternakan puyuh? b. Apakah ada pesaing utama perusahaan? c. Apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan pesaing tersebut? d. Apa yang menjadi sasaran pesaing dan bagaimana strategi yang dilakukan pesaing tersebut? e. Apakah ada produk subtitusi dari produk telur puyuh? Jika ada, apakah keberadaannya cukup kuat? Pemasok a. Apa bahan baku utama yang diperlukan perusahaan untuk berproduksi? b. Berapa jumlah rata-rata bahan baku yang diperlukan? c. Berapa jumlah pemasok saat ini? d. Apakah jumlah pemasok tersebut mampu memenuhi permintaan bahan baku perusahaan? e. Apakah ada pemasok lain selain para pemasok saat ini? Bagaimana kekuatan mereka? f. Dari daerah mana biasanya para pemasok berasal?
95
Lampiran 2. DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
KUESIONER PENELITIAN Analisis Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal Usaha Peternakan Puyuh Bintang Tiga Dalam rangka penelitian untuk skripsi dengan judul :
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Telur Puyuh (Kasus Peternakan Puyuh Bintang Tiga /PPBT Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor ) Oleh: SUCI MELANI (H3405158)
Identitas Responden Nama : Pekerjaan/Jabatan : Nomor Responden : PENENTUAN FAKTOR INTERNAL Faktor Internal dalam penelitian merupakan faktor yang berpengaruh terhadap strategi pengembangan usaha telur puyuh (coturnix-coturnix japonica) pada peternakan puyuh Bintang Tiga, Cibungbulang Bogor. Tujuan melakukan analisis internal adalah untuk menentukkan faktorfaktor strategis yang akan dimasukkan kedalam kelompok kekuatan dan kelemahan dalam strategi pengembangan usaha telur puyuh (coturnix-coturnix japonica) pada peternakan puyuh Bintang Tiga, Cibungbulang Bogor. Untuk masing-masing faktor strategis kekuatan atau kelemahan, diharapkan menghasilkan 5-10 faktor yang paling berpengaruh. Responden dapat menambahkan atau mengurangi aspek-aspek penilaian terhadap lingkungan internal apabila hal tersebut dianggap relevan. Penentuan peringkat (rating) dimaksudkan untuk mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap kondisi lingkungannya. Variabel faktor internal ini terdiri dari faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang mungkin dapat diatasi dalam upaya strategi pengembangan usaha telur puyuh (coturnix-coturnix japonica) pada peternakan puyuh Bintang Tiga, Cibungbulang Bogor. Hasil dari tabel merupakan hasil gabungan dari seluruh responden yang.
Petunjuk pengisian : 1.
2.
3.
Berikan tandan (v) pada kolom kekuatan pada tabel 1 berikut ini, apabila faktor-faktor tersebut menjadi kekuatan dalam strategi pengembangan usaha telur puyuh (coturnix-coturnix japonica) pada peternakan puyuh Bintang Tiga, Cibungbulang Bogor. Berikan tandan (v) pada kolom kelemahan pada tabel 1 berikut ini, apabila faktor-faktor tersebut menjadi kelemahan dalam strategi pengembangan usaha telur puyuh (coturnixcoturnix japonica) pada peternakan puyuh Bintang Tiga, Cibungbulang Bogor. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kekuatan atau kelemahan berdasarkan keterangan berikut: a) Nilai 4, jika faktor tersebut dinilai sangat penting dan berpengaruh bagi perusahaan b) Nilai 3, jika faktor tersebut dinilai penting dan berpengaruh bagi perusahaan
96
c) Nilai 2, jika faktor tersebut dinilai cukup penting dan berpengaruh bagi perusahaan d) Nilai 1, jika faktor tersebut dinilai kurang penting dan berpengaruh bagi perusahaan Tabel 1. Analisis Faktor Internal Perusahaan Faktor-faktor Strategis Internal Kualitas produk baik Letak perusahaan dekat pasar Harga jual produk lebih rendah dari pesaing Adanya saluran distribusi langsung perusahaan Adanya pelayanan yang baik dari perusahaan (Loyalitas Pelanggan) 6. Pemimpin perusahaan berwawasan sesuai bidang dan berjiwa wirausaha 7. Memiliki unit produksi pakan sendiri. 8. Adanya perijinan usaha 9. Fasilitas produksi masih sederhana 10. kurangnya kontrol terhadap standar produk yang dihasilkan mitra 11. Modal usaha terbatas 12. Kapasitas produksi belum mampu memenuhi permintaan pasar 13. Tidak adanya labelisasi kemasan (belum ada merk pada kemasan) 14. Promosi perusahaan masih sederhana No 1. 2. 3. 4. 5.
Kekuatan
Kelemahan
4
3
2
1
PENENTUAN FAKTOR EKSTERNAL Faktor eksternal dalam penelitian merupakan faktor yang berpengaruh terhadap strategi pengembangan usaha telur puyuh (coturnix-coturnix japonica) pada peternakan puyuh Bintang Tiga, Cibungbulang Bogor. Tujuan melakukan analisis eksternal adalah untuk menentukkan faktor-faktor strategis yang akan dimasukkan kedalam kelompok peluang dan ancaman dalam strategi pengembangan usaha telur puyuh (coturnix-coturnix japonica) pada peternakan puyuh Bintang Tiga, Cibungbulang Bogor. Untuk masing-masing faktor strategis peluang atau ancaman, diharapkan menghasilkan 5-10 faktor yang paling berpengaruh. Responden dapat menambahkan atau mengurangi aspek-aspek penilaian terhadap lingkungan eksternal apabila hal tersebut dianggap relevan. Penentuan peringkat (rating) dimaksudkan untuk mengukur pengaruh masing-masing varabel terhadap kondisi lingkungannya. Variabel faktor eksternal ini terdiri dari faktor peluang yang dapat dimanfaatkan dan faktor ancaman yang mungkin dapat diatasi dalam upaya strategi pengembangan usaha telur puyuh (coturnix-coturnix japonica) pada peternakan puyuh Bintang Tiga, Cibungbulang Bogor.
Petunjuk pengisian : 1.
2.
3.
Berikan tandan (v) pada kolom peluang pada tabel 2 berikut ini, apabila faktor-faktor tersebut menjadi peluang dalam strategi pengembangan usaha telur puyuh (coturnix-coturnix japonica) pada perusahaan Bintang Tiga, Cibungbulang Bogor. Berikan tandan (v) pada kolom ancaman pada tabel 2 berikut ini, apabila faktor-faktor tersebut menjadi ancaman dalam strategi pengembangan usaha telur puyuh (coturnix-coturnix japonica) pada perusahaan Bintang Tiga, Cibungbulang Bogor. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor peluang atau ancaman berdasarkan keterangan berikut: a) Nilai 4, jika faktor tersebut dinilai sangat penting dan berpengaruh bagi perusahaan b) Nilai 3, jika faktor tersebut dinilai penting dan berpengaruh bagi perusahaan c) Nilai 2, jika faktor tersebut dinilai cukup penting dan berpengaruh bagi perusahaan d) Nilai 1, jika faktor tersebut dinilai kurang penting dan berpengaruh bagi perusahaan
97
Tabel 2. Analisis Faktor Eksternal Perusahaan No Faktor-faktor Strategis Eksternal Ketersediaan bahan baku 1. 2. Kebijakan pemerintah mengenai penurunan BBM dan Program KUR 3. Pertumbuhan penduduk 4. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan 5. Permintaan produk yang semakin meningkat 6. Pertumbuhan ekonomi positif 7. Perkembangan teknologi 8. Perubahan cuaca yang tidak menentu 9. Keamanan lingkungan sekitar 10. Merebaknya penyakit puyuh 11. Adanya persaingan industri 12. Ancaman pendatang baru
Peluang
Ancaman
4
3
2
1
PEMBERIAN BOBOT TERHADAP KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG DAN ANCAMAN I. 1. 2.
II. 1. 2.
Pembobotan terhadap lingkungan internal industri (kekuatan dan kelemahan) Petunjuk pengisian: Pemberian nilai didasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya terhadap usaha. Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris 1 (huruf cetak miring) terhadap kolom 1 (huruf cetak tegak) dan harus konsisten. Dengan ketentuan berikut: Bila lebih penting, nilainya=1 Bila sama penting, nilainya=2 Bila tidak lebih penting, nilainya=3 Pembobotan terhadap lingkungan eksternal industri (peluang dan ancaman) Petunjuk pengisian: Pemberian nilai didasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya terhadap usaha. Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris 1 (huruf cetak miring) terhadap kolom 1 (huruf cetak tegak) dan harus konsisten. Dengan ketentuan berikut: Bila lebih penting, nilainya=1 Bila sama penting, nilainya=2 Bila tidak lebih penting, nilainya=3
PENENTUAN ALTERNATIF STRATEGI DENGAN MATRIKS QSPM15 Penentuan alternatif strategi dengan matriks QSPM dilakukan untuk menentapkan kemenarikan relatif (Relatif Attractiveness) dan alternatif strategi yang paling tepat untuk dilaksanakan terlebih dahulu oleh Peternakan Puyuh Bintang Tiga. Alternatif strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT 1. Mempertahankan harga jual produk yang bersaing dan mempertahankan kualitas produk serta pelayanan yang baik kepada konsumen (S1), (5.478). 2. Menjalin kerjasama dengan perbankan untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi perusahaan melalui penambahan kandang dan induk puyuh petelur dalam rangka memanfaatkan permintaan potensial (S2) (4.690).
15
Hasil Pengisian QSPM dapat dilihat pada lampiran 4.
98
3. 4. 5.
6.
Meningkatkan upaya pemasaran produk melalui kegiatan promosi dan memberikan identitas produk dengan pemberian merk pada kemasan dus dan peti (S3), (4.593). Menjaga hubungan baik dengan pelanggan/konsumen, pemasok, mitra, dan warga lingkungan sekitar (S6), (4.469). Meningkatkan kontrol kepada peternak mitra dengan membuat kontrak tertulis mengenai standar produk untuk meningkatkan kualitas telur yang dihasilkan mitra (S4), (4,349). Melakukan upaya pencegahan penyakit dan mengelola limbah serta kotoran puyuh dan meningkatkan keamanan di lingkungan peternakan (S5), (4.002).
Petunjuk Pengisian: Ajukan pertanyaan, apakah faktor sukses kritis berpengaruh terhadap alternatif strategi yang ada. Jika jawabanya tidak, maka kolom AS tidak perlu di isi . Jika jawabanya Ya, maka kolom AS di isi dengan ketentuan berikut: 4= Jika alternatif strategi sangat menarik dibandingkan relatif dengan alternatif yang lain. 3= Jika alternatif strategi cukup menarik dibandingkan relatif dengan alternatif yang lain. 2= Jika alternatif strategi agak menarik dibandingkan relatif dengan alternatif yang lain. 1= Jika alternatif strategi tidak menarik dibandingkan relatif dengan alternatif yang lain.
99
Lampiran 3. Matriks SWOT Kekuatan (Strengths-S) 1. Pemimpin yang berwawasan sesuai bidang dan berjiwa wirausaha (S1) 2. Adanya perijinan usaha (S2) 3. Adanya pelayanan yang baik dari perusahaan (Loyalitas Pelanggan) (S3) 4. Kualitas Produk yang baik (S4) 5. Letak perusahaan dekat pasar (S5) 6. Harga Jual produk lebih rendah dari pesaing (S6) 7. Memiliki unit produksi pakan sendiri. (S7) 8. Adanya saluran distribusi langsung oleh perusahaan (S8)
Kelemahan (weaknesses-W) 1. Kapasitas produksi belum memenuhi permintaan pasar (W1) 2. Tidak adanya labelisasi kemasan. (W2) 3. Modal usaha terbatas (W3) 4. Kurangnya kontrol terhadap standar produk yang dihasilkan mitra. (W4) 5. Kualitas keterampilan karyawan masih rendah (W5) 6. Kegiatan promosi perusahaan masih sedehara (W6) 7. Fasilitas produksi masih sederhana(W7)
Peluang (Opportunities-O) Strategi S-O 1. Permintaan produk yang semakin meningkat S1=Mempertahankan harga jual produk yang bersaing (O1) dan mempertahankan kualitas produk serta pelayanan yang baik kepada konsumen (S1,S2, S3, 2. Ketersediaan bahan baku (O2) S4, S5, S7, S8, O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7) 3. Kebijakan Pemerintah mengenai penurunan BBM dan program KUR (O3) 4. Pertumbuhan penduduk (O4) 5. Pertumbuhan ekonomi positif (O5) 6. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan (O6) 7. Perkembangan teknologi (O7)
Strategi W-O S2=Menjalin kerjasama dengan perbankan untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi perusahaan melalui penambahan kandang dan induk puyuh petelur dalam rangka memanfaatkan permintaan potensial. (W1, W3, W5, W7, O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7) S3=Meningkatkan upaya pemasaran produk melalui kegiatan promosi dan memberikan identitas produk dengan pemberian merk pada kemasan dus dan peti. (W2, W6, O1, O4, O5, O6, O7,) S4=Meningkatkan kontrol kepada peternak mitra dengan membuat kontrak tertulis mengenai standar produk untuk meningkatkan kualitas telur yang dihasilkan mitra(W4, O1, 07, )
Strategi S-T S5=Melakukan upaya pencegahan penyakit dan mengelola limbah serta kotoran puyuh dan meningkatkan keamanan di lingkungan peternakan (S1, S2, T1, T2, T4 )
Strategi W-T S6=Menjaga hubungan baik dengan pelanggan/konsumen, pemasok, mitra, dan warga lingkungan sekitar (T3,T4,T5,W1,W4)
Ancaman (Threats-T) 1. Merebaknya penyakit puyuh (T1) 2. Perubahan cuaca yang tidak menentu (T2) 3. Adanya persaingan industri (T3) 4. Kemanan lingkungan sekitar (T4) 5. Ancaman pendatang baru (T5)
100
Lampiran 4. Hasil Analisis Matriks QSP Strategi I
Faktor Kunci
Bobot
Kekuatan 1
0.082
4
4
Kekuatan 2
0.076
2
Kekuatan 3
0.068
Kekuatan 4
AS
Strategi II
Rata AS
TAS
4
4.000
0.326
4
4
2
2
2.000
0.152
4
3
4
3
3.333
0.226
0.053
3
3
3
3.000
Kekuatan 5
0.067
4
4
4
Kekuatan 6
0.062
3
4
Kekuatan 7
0.060
2
Kekuatan 8
0.057
Kelemahan 1
Strategi III Rata AS
Rata As
TAS
4
4.000
0.326
4
3
3
3.333
0.272
4
4
4.000
0.304
3
2
2
2.333
0.178
4
1
2
2.333
0.158
3
2
3
2.667
0.181
0.160
3
3
1
2.333
0.124
3
1
0
1.333
0.071
4.000
0.268
3
3
2
2.667
0.179
3
3
1
2.333
0.157
4
3.667
0.228
3
3
1
2.333
0.145
3
3
1
2.333
0.145
3
2
2.333
0.140
4
1
1
2.000
0.120
0
2
0
0.667
0.040
3
3
3
3.000
0.170
3
3
2
2.667
0.151
2
1
0
1.000
0.057
0.064
3
2
2
2.333
0.148
4
3
4
3.667
0.233
4
4
4
4.000
0.255
Kelemahan 2
0.032
2
2
2
2.000
0.065
4
2
3
3.000
0.097
1
1
0
0.667
0.022
Kelemahan 3
0.041
3
4
4
3.667
0.151
4
4
4
4.000
0.164
4
4
4
4.000
0.164
Kelemahan 4
0.084
2
3
2
2.333
0.195
3
1
0
1.333
0.112
3
2
3
2.667
0.223
Kelemahan 5
0.048
3
3
3
3.000
0.143
3
1
2
2.000
0.096
1
1
2
1.333
0.064
Kelemahan 6
0.062
3
3
3
3.000
0.185
3
1
0
1.333
0.082
4
3
4
3.667
0.226
Kelemahan 7
0.066
3
4
3
3.333
0.221
4
3
4
3.667
0.243
4
3
4
3.667
0.243
Peluang 1
0.090
3
3
4
3.333
0.298
4
3
4
3.667
0.328
3
4
4
3.667
0.328
Peluang 2
0.086
3
3
3
3.000
0.257
3
2
1
2.000
0.172
3
3
3
3.000
0.257
Peluang 3
0.073
2
3
3
2.667
0.195
1
2
0
1.000
0.073
1
1
2
1.333
0.098
Peluang 4
0.081
3
3
2
2.667
0.215
2
2
4
2.667
0.215
2
2
2
2.000
0.161
Peluang 5
0.073
2
2
2
2.000
0.146
3
2
1
2.000
0.146
1
2
2
1.667
0.122
Peluang 6
0.069
2
2
3
2.333
0.162
3
1
0
1.333
0.092
2
2
1
1.667
0.116
Peluang 7
0.058
3
3
3
3.000
0.174
4
2
3
3.000
0.174
3
3
3
3.000
0.174
Ancaman 1
0.116
4
4
3
3.667
0.425
3
1
2
2.000
0.232
1
2
3
2.000
0.232
Ancaman 2
0.103
2
3
2
2.333
0.241
2
1
1
1.333
0.138
2
2
2
2.000
0.207
Ancaman 3
0.084
3
3
2
2.667
0.225
4
3
4
3.667
0.310
3
3
3
3.667
0.310
Ancaman 4
0.086
1
3
1
1.667
0.143
0
1
1
0.667
0.057
0
2
1
1.000
0.086
Ancaman 5
0.081
2
3
3
2.667
0.215
3
2
3
2.667
0.215
3
3
4
3.333
0.269
5.478
AS
AS
4.690
TAS
4.593
101
Lampiran 4. Hasil Analisis Matriks QSP Faktor Kunci
Bobot
AS
Strategi IV Rata AS
Strateegi V Rata AS TAS As
TAS
Strategi VI AS
Rata As
TAS
Kekuatan 1
0.082
4
3
4
3.667
0.299
4
4
3
3.667
0.299
3
3
4
3.333
0.272
Kekuatan 2
0.076
3
1
1
1.667
0.127
3
2
1
2.000
0.152
1
1
0
0.667
0.051
Kekuatan 3
0.068
2
3
3
2.667
0.181
0
1
0
0.333
0.023
3
3
4
3.333
0.226
Kekuatan 4
0.053
0
1
0
0.333
0.018
0
1
0
0.333
0.018
3
2
3
2.667
0.142
Kekuatan 5
0.067
3
4
4
3.667
0.246
3
3
3
3.000
0.201
4
3
4
3.667
0.246
Kekuatan 6
0.062
3
1
3
2.333
0.145
0
1
0
0.333
0.021
3
3
4
3.333
0.207
Kekuatan 7
0.060
4
4
4
4.000
0.241
2
1
0
1.000
0.060
2
2
2
2.000
0.120
Kekuatan 8
0.057
3
2
0
1.667
0.095
0
1
0
0.333
0.019
3
3
3
3.000
0.170
Kelemahan 1
0.064
1
3
3
2.333
0.148
4
3
2
3.000
0.191
4
3
4
3.667
0.233
Kelemahan 2
0.032
1
1
0
0.667
0.022
0
1
0
0.333
0.011
3
1
1
1.667
0.054
Kelemahan 3
0.041
3
3
3
3.000
0.123
3
2
3
2.667
0.110
3
3
4
3.333
0.137
Kelemahan 4
0.084
0
2
0
0.667
0.056
0
1
0
0.333
0.028
1
1
1
1.000
0.084
Kelemahan 5
0.048
2
1
0
1.000
0.048
0
2
1
1.000
0.048
3
2
4
3.000
0.143
Kelemahan 6
0.062
4
3
4
3.667
0.226
3
3
3
3.000
0.185
3
2
3
2.667
0.164
Kelemahan 7
0.066
3
3
4
3.333
0.221
3
3
3
3.000
0.199
3
3
3
3.000
0.199
Peluang 1
0.090
3
3
3
3.000
0.269
4
3
1
2.667
0.239
3
3
4
3.333
0.298
Peluang 2
0.086
4
3
4
3.667
0.314
3
3
4
3.333
0.286
2
2
3
2.333
0.200
Peluang 3
0.073
2
3
3
2.667
0.195
1
1
1
1.000
0.073
1
2
2
1.667
0.122
Peluang 4
0.081
3
2
2
2.333
0.188
3
2
0
1.667
0.135
1
2
2
1.667
0.135
Peluang 5
0.073
3
2
0
1.667
0.122
3
1
0
1.333
0.098
2
1
1
1.333
0.098
Peluang 6
0.069
3
1
0
1.333
0.092
3
3
1
2.333
0.162
2
1
1
1.333
0.092
Peluang 7
0.058
4
3
3
3.333
0.193
4
3
3
3.333
0.193
3
1
3
2.333
0.135
Ancaman 1
0.116
4
1
1
2.000
0.232
4
4
4
4.000
0.464
2
2
3
2.333
0.271
Ancaman 2
0.103
2
1
0
1.000
0.103
3
3
3
3.000
0.310
1
2
2
1.667
0.172
Ancaman 3
0.084
4
3
3
3.333
0.282
3
1
4
2.667
0.225
2
3
3
2.667
0.225
Ancaman 4
0.086
0
1
0
0.333
0.029
4
1
2
2.333
0.200
0
1
0
0.333
0.029
Ancaman 5
0.081
1
3
1
1.667
0.134
0
1
1
0.667
0.054
3
3
3
3.000
0.242
4.349
4.002
4.469
102
Lampiran 5. Beberapa Fasilitas produksi, Data Sumber Daya Manusia, Alur Operasional Budidaya dan Denah Lokasi PPBT Tabel 29. Inventaris Sarana Produksi PPBT No
Uraian
1 Lahan/Tanah 2.000m2 2 Bangunan Kantor 3 Mess Karyawan 4 Kandang DOQ 5 Kandang Grower 6 Kandang Produksi 7 Gudang Pakan 8 Gudang Kotoran 9 Kendaraam Pick-up 10 Mesin Giling 11 Mesin Jahit Karung 12 Timbangan Besar 13 Timbangan Kecil 14 Sprayer 15 Mesin Tetas Telur Sumber: Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)
Status
Jumlah
Hak Sewa Hak milik Hak milik Hak milik Hak milik Hak milik Hak milik Hak milik Hak milik Hak milik Hak milik Hak milik Hak milik Hak milik Hak milik
1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 4
Tabel 30. Data Karyawan pada PPBT No
Nama karyawan
Bagian
Alamat
1
Prastiyo,Spt
2
Yudi Wahyudin
Manajer dan Pemilik Anak Kandang (DOQ)
Mega Mendung Cikembar Sukabumi
3
Suhendar
Anak Kandang
4
Noviyanto
Anak Kandang
5
Anak Kandang
6
Ahmad Rifai Samsudin
7
Makmur
Desa Situ Ilir Desa Situ Ilir Desa Situ Ilir Desa Situ Ilir Desa Situ Ilir
8
Agus
Produksi Pakan Sarana Produksi dan Peralatan Sopir
Gunung Bunder 9 Marfuah Dapur Desa Situ Ilir 10 Aben Keamanan Desa Situ Ilir Sumber: Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)
Usia (Thn)
Tingkat Pendidikan
Masa Kerja (bln)
Gaji (Rp per bulan)
37
Sarjana
18
_
33
SMP
18
900.000
26
SMU
7
500.000
25
SMP
4
500.000
24
SMP
9
500.000
39
SMP
11
600.000
58
SR
18
600.000
48
SD
10
51
MI
18
350.000
35
SMP
1
400.000
500.000
103
07.00 WIB • Pengambilan/panen telur
08.00 WIB • Penyortiran telur sekaligus pengemasan
09.30 WIB • Pemberian pakan dan minum, atau • pembersihan kotoran dan pemberian minum • pemasaran telur ke pasar
12.00 WIB
•Istirahat 13.00 WIB • Menyapu dan mengepel lantai kandang • Penyemprotan kandang dan luar kandang
15.00 WIB • Memeriksa puyuh dan kawat pakan setiap sangk ar
16.00 WIB • Istirahat
Gambar 12. Alur waktu kerja pada PPBT Sumber: Peternakann Puyuh Bintang Tiga (2009)
Gambar 13. Alur Proses Pembuatan Pakan Sumber: Peternakann Puyuh Bintang Tiga (2009)
Gambar 14. Alur pemeliharaan DOQ PPBT Sumber: Zainal (2009)
104
Puyuh Umur Grower
Runga Produksi Pakan
Kandang Produksi
Sistem Sangkar
Kualitas Eksterior Telur
Sangkar Undak
Kandang Puyuh Starter
Ruang Penetasan
Gambar 9. Tata letak lokasi peternakan PPBT Sumber: Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)
105
Lampiran 6. Hasil Pengisian Kuesioner Responden 1 (Bpk. Prasetyo, Pemilik dan Manajer PPBT) No 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Faktor-faktor Strategis Internal Kualitas produk Letak perusahaan dan lokasi produksi terkait daerah pemasaran Harga jual produk Saluran distribusi perusahaan Adanya pelayanan yang baik dari perusahaan (loyalitas pelanggan) Pemimpin perusahaan yang berwawasan sesuai bidang dan berjiwa wirausaha Memiliki unit produksi pakan sendiri Fasilitas produksi yang dimiliki perusahaan untuk menunjang kegiatan perusahaan Lemahnya kontrol terhadap standar produk yang dihasilkan mitra Kualitas keterampilan dan pengetahuan karyawan Modal usaha Kapasitas produksi Tidak adanya labelisasi kemasan (belum ada merk) Promosi perusahaan Perijinan usaha
Kekuatan √ √ √ √ √ √
Kelemahan
√
4 √ √ √ √ √ √
3
2
1
√ √
√
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
Responden 2 (Bpk Yudi, Karyawan tetap dan Tenaga ahli) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Faktor-faktor Strategis Internal Kualitas produk Letak perusahaan dan lokasi produksi terkait daerah pemasaran Harga jual produk Saluran distribusi perusahaan Adanya pelayanan yang baik dari perusahaan (loyalitas pelanggan) Pemimpin perusahaan berwawasan sesuai bidang dan berjiwa wirausaha Memiliki unit produksi pakan sendiri Fasilitas produksi yang dimiliki perusahaan untuk menunjang kegiatan perusahaan Lemahnya kontrol terhadap standar produk yang dihasilkan mitra Kualitas keterampilan dan pengetahuan karyawan Modal usaha Kapasitas produksi Tidak adanya labelisasi kemasan (belum ada merk) Promosi perusahaan Perijinan usaha
Kekuatan √ √ √ √ √ √
Kelemahan
4
3 √
2
1
√ √ √ √ √
√
√ √
√
√ √ √ √ √ √
√ √
√
√ √ √ √ √
Responden 3 (Bpk Ohi Jazuli, Mitra PPBT dan Pendiri PPBT ) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Faktor-faktor Strategis Internal Kualitas produk Letak perusahaan dan lokasi produksi terkait daerah pemasaran Harga jual produk Saluran distribusi perusahaan Adanya pelayanan yang baik dari perusahaan (loyalitas pelanggan) Pemimpin perusahaan berwawasan sesuai bidang dan berjiwa wirausaha Memiliki unit produksi pakan sendiri Fasilitas produksi yang dimiliki perusahaan untuk menunjang kegiatan perusahaan Lemahnya kontrol terhadap standar produk yang dihasilkan mitra Kualitas keterampilan dan pengetahuan karyawan Modal usaha Kapasitas produksi Tidak adanya labelisasi kemasan (belum ada merk) Promosi perusahaan Perijinan usaha
Kekuatan √ √ √ √ √ √
Kelemahan
4
2
1
√ √ √ √ √
√
√
3 √
√ √
√
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
106
Responden 1 (Bpk. Prasetyo, Pemilik dan Manajer PPBT) No 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Faktor-faktor Strategis Eksternal Ketersediaan bahan baku Kebijakan pemerintah mengenai turunnya BBMdan KUR Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi menjamin tersedianya pasar Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan (trend hidup sehat) Permintaan produk yang semakin meningkat Pertumbuhan ekonomi positif Perkembangan teknologi Perubahan cuaca yang tidak menentu terhadap budidaya puyuh Keamanan lingkungan sekitar Merebaknya penyakit puyuh Adanya persaingan industri Ancaman pendatang baru
Peluang √ √ √
Ancaman
4 √ √
3
2
1
√
√
√
√ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √
Responden 2 (Bpk Yudi, Karyawan tetap dan Tenaga ahli) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Faktor-faktor Strategis Eksternal Ketersediaan bahan baku Kebijakan pemerintah mengenai turunnya BBM dan KUR Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi menjamin tersedianya pasar Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan (trend hidup sehat) Permintaan produk yang semakin meningkat Pertumbuhan ekonomi positif Perkembangan teknologi Perubahan cuaca yang tidak menentu terhadap budidaya puyuh Keamanan lingkungan sekitar Merebaknya penyakit puyuh Adanya persaingan industri Ancaman pendatang baru
Peluang √ √ √
Ancaman
4
3 √
2
1
√ √
√
√
√ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √
Responden 3 (Bpk Ohi Jazuli, Mitra PPBT dan Pendiri PPBT ) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Faktor-faktor Strategis Eksternal Ketersediaan bahan baku Kebijakan pemerintah mengenai turunnya BBM dan KUR Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi menjamin tersedianya pasar Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan (trend hidup sehat) Permintaan produk yang semakin meningkat Pertumbuhan ekonomi positif Perkembangan teknologi Perubahan cuaca yang tidak menentu terhadap budidaya puyuh Keamanan lingkungan sekitar Merebaknya penyakit puyuh Adanya persaingan industri Ancaman pendatang baru
Peluang √ √ √
Ancaman
4 √ √ √
3
√
2
1
√
√ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
107
KUESIONER PEMBOBOTAN TERHADAP KEKUATAN DAN KELEMAHAN Responden 1 (Bpk. Prasetyo, Pemilik dan Manajer PPBT) Faktor-faktor Kunci Internal A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K. L. M. N. O. . Total
A 1 1 1 1 1 1 3 3 1 1 1 3 2 1
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
3
3 3
3 1 1
3 1 1 3
3 1 1 3 1
3 1 1 2 2 1
1 1 1 2 1 1 2
1 1 1 1 1 1 1 1
3 2 1 2 2 2 2 2 3
3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 2 2 1 2 2 3 2 1 1 3
3 1 1 2 2 2 2 2 3 2 1 1 3 2
1 3 3 3 3 3 3 2 1 1 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
1 1 2 2 3 2 1 1 3 2 2
3 2 3 3 2 1 1 3 2 2
3 3 3 2 1 1 3 3 2
2 3 2 1 1 3 2 2
3 2 1 1 3 2 2
1 1 1 3 1 1
1 1 3 2 2
2 3 3 3
3 3 3
1 1
2
Total 0.077 0.050 0.035 0.069 0.056 0.056 0.067 0.073 0.088 0.060 0.035 0.038 0.092 0.069 0.063 1.000
Responden 2 (Bpk Yudi, Karyawan tetap dan Tenaga ahli) Faktor-faktor Kunci Internal A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K. L. M. N. O. . Total
A 2 2 1 2 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
2
2 2
3 2 2
2 2 2 2
2 1 1 2 2
2 1 1 2 1 2
1 1 1 1 1 1 2
1 1 1 1 1 1 1 2
2 2 1 2 2 2 2 2 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 1
2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2
2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 2
2 2 2 3 3 3 3 2 1 2 3 2 2
2 2 3 3 3 3 3 1 2 3 2 2
2 2 2 3 3 2 1 1 3 2 2
2 3 3 3 2 1 2 3 2 2
3 3 3 2 1 1 2 2 2
2 3 2 1 1 2 2 2
2 2 1 2 2 2 2
1 1 1 2 1 1
1 2 2 2 2
3 3 3 3
3 3 2
2 1
2
Total 0.060 0.052 0.050 0.056 0.054 0.067 0.073 0.077 0.087 0.064 0.031 0.050 0.077 0.064 0.058 1.000
Responden 3 (Bpk Ohi Jazuli, Mitra PPBT dan Pendiri PPBT ) Faktor-faktor Kunci Internal A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K. L. M. N. O. . Total
A 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
2
2 2
2 2 2
2 2 2 2
2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 1
2 2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1
2 2 1 2 2 2 1 2 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1
2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1
2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2
2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 3 2
2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 3 2
2 2 2 2 2 3 3 1 1 3 2 2
2 2 2 2 3 2 1 1 3 2 2
2 2 2 2 2 1 1 3 2 2
3 2 2 2 1 1 2 2 2
2 2 3 1 1 2 2 2
2 2 1 1 2 2 2
1 1 1 2 1 1
1 1 2 2 2
3 3 3 3
3 3 3
2 1
2
Total 0.065 0.059 0.059 0.063 0.061 0.063 0.065 0.065 0.078 0.068 0.032 0.036 0.078 0.068 0.061 1.000
108
KUESIONER PEMBOBOTAN TERHADAP PELUANG DAN ANCAMAN Responden 1 (Bpk. Prasetyo, Pemilik dan Manajer PPBT) Faktor-faktor Kunci Eksternal A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K. L. Total
A 1 2 2 1 2 3 2 3 3 3 2
B
C
D
E
F
3
2 1
2 1 1
3 2 2 2
2 1 1 2 1
3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3
G 1 1 1 2 2 1 2 2 3 3 2
H 2 1 1 2 1 1 2
I
J
1 1 1 1 1 1 2 2
1 1 1 1 1 1 1 2 2
K
L
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
2 2 3 2
2 3 2
2 2
1
2 1 1 1 1 1 2 2 3 2 3
Total 0.075 0.045 0.057 0.075 0.057 0.072 0.091 0.094 0.106 0.109 0.121 0.098 1,000
Responden 2 (Bpk Yudi, Karyawan tetap dan Tenaga ahli) Faktor-faktor Kunci Eksternal A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K. L. Total
A 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
3
2 2
2 1 2
2 2 1 2
2 2 2 2 2
2 1 1 2 2 1
2 2 2 2 2 2 2
2 2 1 2 2 1 2 2
2 1 1 2 2 2 2 2 2
3 1 1 1 1 1 1 1 1 2
2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3
2 3 2 2 3 2 2 3 3 2
2 3 2 3 2 3 3 3 1
2 2 2 2 2 2 3 2
2 2 2 2 2 3 2
3 2 3 2 3 2
2 2 2 3 2
2 2 3 2
2 3 2
2 1
1
Total 0.091 0.064 0.068 0.083 0.083 0.072 0.091 0.080 0.087 0.095 0.114 0.072 1.000
Responden 3 (Bpk Ohi Jazuli, Mitra PPBT dan Pendiri PPBT ) Faktor-faktor Kunci Eksternal A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K. L. Total
A 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
3
2 2
2 1 2
2 2 2 2
2 2 2 2 3
2 1 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2
2 2 3 2 2 3 3 3
2 1 1 2 1 1 2 2 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 2
2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3
2 3 2 2 3 2 2 3 3 2
2 2 2 2 2 1 3 3 1
2 2 2 2 2 2 3 2
1 2 2 2 3 3 2
2 2 1 3 3 2
2 1 2 3 2
1 2 3 2
3 3 2
2 1
1
Total 0.091 0.064 0.083 0.083 0.080 0.076 0.087 0.083 0.061 0.106 0.114 0.072 1.000
109
Keterangan hasil pengisian kuesioner pembobotan terhadap kekuatan dan kelemahan : A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K. L. M.
Kualitas produk Letak perusahaan dan lokasi produksi terkait daerah pemasaran Lemahnya kontrol terhadap standar produk yang dihasilkan oleh mitra Harga jual produk lebih rendah dari pesaing Saluran distribusi perusahaan Kualitas keterampilan dan pengetahuan karyawan Adanya pelayanan yang baik dari perusahaan (loyalitas pelanggan) Modal usaha Kapasitas produksi Tidak adanya labelisasi kemasan (belum ada merk) Promosi perusahaan masih sederhana Pemimpin perusahaan berwawasan sesuai bidang dan berjiwa wirausaha Fasilitas produksi masih sederhana N. Memiliki unit produksi pakan sendiri O. Adanya perijinan usaha
Keterangan hasil pengisian kuesioner pembobotan terhadap peluang dan ancaman: A. Ketersediaan bahan baku B. Perkembangan teknologi C. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan (trend D. E. F. G. H. I. J. K. L.
hidup sehat) Pertumbuhan ekonomi positif Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi menjamin tersedianya pasar Kebijakan Pemerintah mengenai penurunana BBM dan Program KUR Permintaan produk yang semakin meningkat Keamanan lingkungan sekitar Adanya persaingan industri Perubahan cuaca yang tidak menentu terhadap budidaya puyuh Merebaknya penyakit puyuh Ancaman pendatang baru
110