ANALISIS KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN HUBUNGAN ANTAR GENERASI DI DESA CIHIDEUNG ILIR KABUPATEN BOGOR
JAJANG SOMANTRI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Karakteristik Lanjut Usia dengan Hubungan Antar Generasi di Desa Cihideung Ilir Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2013 Jajang Somantri NIM I34090040
ABSTRAK JAJANG SOMANTRI. Analisis Karakteristik Lanjut Usia dengan Hubungan Antar Generasi di Desa Cihideung Ilir Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh EKAWATI SRI WAHYUNI. Fenomena yang ada menunjukkan bahwa terjadi kenaikan jumlah lansia. Peningkatan jumlah lansia akan memunculkan berbagai permasalahan. Penelitian ini bermaksud untuk melihat karakteristik lansia dan hubungan antar generasi di Desa Cihideung Ilir, Kabupaten Bogor. Responden diambil secara acak dengan bantuan MS. Excel dengan jumlah 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan umumnya lansia berumur 60-74 tahun, hanya lulusan sekolah dasar, masih berstatus kawin dengan status sosial dan status ekonomi rendah dan sudah tidak bekerja serta mayoritas berperan sebagai kepala keluarga. Umumnya karakteristik lansia berpengaruh pada keterlibatannya dalam keluarga anak dan berpengaruh pada peran anak atau menantu perempuan dalam merawat lansia. Kata kunci: lansia, karakteristik lansia, hubungan antar generasi.
ABSTRACT JAJANG SOMANTRI. Characteristics Analysis of Elderly and Intergenerational Relationship in Cihideung Ilir Village, Bogor Regency. Supervised by EKAWATI SRI WAHYUNI. The phenomenon indicates that there is an increase in the number of elderly. Increasing the number of elderly will sprout the problems. This research intends to see the characteristic of senior people and the relationship between generation in Cihideung Ilir village, Bogor regency. Respondents taken at random with the help of MS. Excel to the number of 30 people. The result showed generally elder people around 60-74 years old just elementary school graduates, are still married with the status of low social and economic status and did not work either while the majorityrole as the heads of family. Generally, the characteristic elder people will influence their involvement role in children’s family and effect to their extended family in taking care of them. Keywords:elderly, characteristic of elderly, intergenerational relationship
ANALISIS KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN HUBUNGAN ANTAR GENERASI DI DESA CIHIDEUNG ILIR KABUPATEN BOGOR
JAJANG SOMANTRI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Analisis Karakteristik Lanjut Usia dengan Hubungan Antar Generasi di Desa Cihideung Ilir Kabupaten Bogor Nama : Jajang Somantri NIM : I34090040
Disetujui oleh
Dr Ir Ekawati S. Wahyuni, MS NIP 19600827 198603 2 002 Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS NIP 19550630 1981031 003 Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012 ini ialah kependudukan dengan topik lansia, dengan judul Analisis Karakteristik Lanjut Usia dengan Hubungan Antar Generasi di Desa Cihideung Ilir, Kabupaten Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Ekawati S. Wahyuni, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan juga perbaikan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staff pemerintah Desa Cihideung Ilir mulai dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Ketua RT dan RW serta seluruh responden yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada apab, umi, serta seluruh keluarga, dan juga teman-teman tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya. Beribu terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh rekan mahasiswa akselerasi angkatan 46, utamanya teruntuk rekan satu bimbingan Mona Lusia br Manihuruk atas perjuangan dan doanya. Serta tidak lupa kepada teman-teman terdekat Adhi Pamungkas dan Rangga Husen yang selalu memberi doa dan dukungan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada teman-teman penghuni WGU yang senantiasa sabar dan menghibur selama kurang lebih tiga tahun dalam satu atap. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2013 Jajang Somantri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
3
PENDEKATAN TEORITIS
4
Tinjauan Pustaka
4
Kerangka Pemikiran
7
Hipotesis Penelitian
8
Definisi Operasional
9
PENDEKATAN LAPANG
11
Lokasi dan Waktu Penelitian
11
Penentuan Responden Penelitian
11
Teknik Pengumpulan Data
12
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
12
PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR
13
Kondisi Geografis
13
Struktur Kependudukan
13
Sarana dan Prasarana
14
Kondisi Sosial Budaya
15
Kelembagaan Sosial
17
KARAKTERISTIK LANSIA
18
Golongan Umur
18
Pendidikan Lansia
19
Status Perkawinan
19
Status Ekonomi
19
Status Sosial
24
Struktur Keluarga
25
HUBUNGAN ANTAR GENERASI
27
Analisis Hubungan Umur dengan Hubungan Antar Generasi
27
Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Hubungan Antar Generasi
29
Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Hubungan Antar Generasi Analisis Hubungan Status Perkawinan dengan Hubungan Antar Generasi Analisis Hubungan Status Ekonomi dengan Hubungan Antar Generasi Analisis Hubungan Status Sosial dengan Hubungan Antar Generasi Analisis Hubungan Peran Lansia dalam Struktur Keluarga dengan Hubungan Antar Generasi SIMPULAN DAN SARAN
30 31 33 34 35 37
Simpulan
37
Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
38
LAMPIRAN
41
RIWAYAT HIDUP
56
DAFTAR TABEL 1 Jadwal rencana penelitian 2 Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan menurut kelompok Umur, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 3 Jumlah laki-laki dan perempuan menurut jenis pekerjaan , di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 4 Jumlah lansia muda dan lansia tua berdasarkan karakteristik lansia, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 5 Jumlah dan persentase lansia muda dan lansia tua berdasarkan status pekerjaan, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 6 Jumlah dan presentase lansia muda dan lansia tua berdasarkan ada tidaknya pemilikan harta benda, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 7 Jumlah dan presentase umur lansia berdasarkan hubungan antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 8 Jumlah dan persentase jenis kelamin lansia berdasarkan hubungan antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 9 Jumlah dan presentasi tingkat pendidikan lansia berdasarkan hubungan antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 10 Jumlah dan persentase status perkawinan lansia berdasarkan hubungan antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 11 Jumlah dan persentase status ekonomi lansia berdasarkan hubungan antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 12 Jumlah dan persentase status sosial lansia berdasarkan hubungan antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 13 Jumlah dan persentase lansia peran lansia dalam struktur keluarga berdasarkan hubungan antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012
11 14 16 18 23 22 28 29 31 32 33 34 35
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran
8
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kerangka sampling 2 Daftar responden 3 Kuesioner penelitian 4 Peta lokasi penelitian
41 44 45 55
1
PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing bagian tersebut. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang berusia lanjut mencapai 18 043 712 orang (BPS 2010). Jumlah tersebut menyumbang sekitar 7.5% dari total penduduk Indonesia. Pada koran online KOMPAS.com edisi 16 April 2012 menyebutkan usia harapan hidup (UHH) masyarakat Indonesia mencapai 70 tahun dan angka tertinggi ada di Kabupaten Sleman dengan UHH mencapai 75.6 tahun. Tingginya UHH menunjukkan semakin baiknya kualitas kesehatan. Besarnya jumlah penduduk usia lanjut perlu mendapat perhatian lebih dalam hal perawatan. Oleh karena usia yang semakin renta, kondisi fisiknya semakin menurun. Seperti halnya yang dituliskan oleh Sumarno et al. (2011) terjadi penurunan misalnya saja dari aspek ekonomi adalah hilangnya pekerjaan dan atau menurunnya penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup secara memadai. Mengacu pada pasal 8 UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia bahwa orang yang bertanggung jawab terhadap lansia adalah pemerintah, masyarakat dan keluarga. Hal yang perlu digarisbawahi adalah keluarga. Mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Ajaran Islam menyebutkan bahwa orang tua yang sudah lanjut adalah tanggung jawab anak. Oleh karena itu, pihak keluarga bertanggung jawab terhadap keberlangsungan hidup lansia. Lansia laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan perlakuan dalam hal perawatan. Secara umum lansia laki-laki masih dibantu oleh istrinya sendiri. Lain halnya dengan lansia perempuan yang pada umumnya lebih banyak hidup menjanda, sehingga anak perempuan atau pihak keluargalah yang turut merawat. Sebagaimana hasil penelitian Suciati (2005) yang menyebutkan bahwa lansia lebih senang dilayani oleh pasangan hidupnya dibandingkan dengan orang lain. Kajian mengenai lansia sudah banyak dilakukan di Indonesia. Seperti halnya Demartoto (2003) yang meneliti mengenai pelayanan lansia berbasis keluarga. Penelitiannya ingin melihat beberapa bentuk pelayanan yang diberikan oleh keluarga terhadap lansia. Demartoto melihat dari aspek pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan, dan kebutuhan rekreasi. Menurutnya pelayanan berbasis keluarga dirasa lebih efektif dibandingkan dengan pelayanan berbasis lembaga seperti panti. Lain halnya lansia yang memilih tinggal di panti jompo atau panti wredha. Hijau (2002) meneliti motivasi lansia tinggal di panti khususnya di panti sosial Tresna Werdha “ABDI” kota Binjai. Alasan para lansia tinggal di panti adalah karena tidak memiliki tempat tinggal. Lebih jelas lagi Hijau (2002) menyebutkan motivasi lansia tinggal di panti atas dasar faktor pekerjaan. Usia yang sudah lanjut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sudah tidak bisa dilakukan
2
secara mandiri. Motivasi lain juga karena telah mendengar informasi bahwa panti sosial merupakan tempat tinggal lansia yang miskin dan terlantar. Fenomena yang ada menunjukkan bahwa sebagian lansia masih ada yang dianggap tumpuan bagi keluarga. Baik itu sebagai tumpuan ekonomi, ataupun sumber pengetahuan yang diwujudkan dalam bentuk nasehat. Hal inilah yang menarik peneliti untuk mengkaji lebih jauh hubungan-hubungan yang terjalin antara lansia dengan anak, cucu ataupun anggota keluarga lainnya. Apakah status sosial maupun status ekonomi turut berpengaruh terhadap bentuk hubungan yang terjalin antara lansia sebagai orang tua dengan anaknya. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai langkah atau tindakan antisipatif dalam menyiapkan berbagai perawatan terhadap lansia. Tidak dipungkiri bahwa setiap orang akan mencapai usia tua. Begitupun dengan penduduk di Indonesia yang akan mencapai penduduk tua beberapa tahun yang akan datang. Atas gambaran yang sudah disebutkan diawal, peneliti merasa tertarik untuk mendalami mengenai lansia. Ada beberapa hal yang peneliti kaji. Selain karakteristik lansia yang menjadi titik awal penelitian ini, juga melihat karakteristik yang terbentuk dalam rumah tangga lansia itu sendiri. Lansia dalam rumah tangga tersebut dijadikan sebagai subyek penelitian utama. Penelitian ini mencoba menganalisis karakteristik lansia terhadap hubungan antar generasi dalam suatu rumah tangga lansia. Pada akhirnya memunculkan sebuah pertanyaan besar bagaimanakah hubungan antar generasi yang terjalin antara lansia yang berperan sebagai kepala keluarga atau anggota keluarga dengan anak atau cucunya. Perumusan Masalah Masalah penelitian yang diangkat adalah: 1. Bagaimanakah karakteristik sosial-ekonomi lansia yang ada di desa penelitian? 2. Bagaimanakah hubungan antar generasi yang terjalin dalam rumah tangga lansia yang terjadi di desa penelitian?
Tujuan Penelitian Atas dasar rumusan pertanyaan yang sudah dikemukakan sebelumnya maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan karakteristik sosial-ekonomi lansia; 2. Menganalisis hubungan antar generasi yang terjalin pada rumah tangga lansia.
3
Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Bagi akademisi, sebagai bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai lansia; 2. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan mengenai perawatan untuk lansia; dan 3. Bagi masyarakat, sebagai bahan acuan dalam memberikan perawatan terhadap lansia.
4
PENDEKATAN TEORETIS Bab ini menjelaskan mengenai pustaka rujukan yang diambil dari berbagai jenis pustaka seperti buku, peraturan pemerintah maupun hasil penelitian. Bab ini juga menjelaskan mengenai kerangka pemikiran yang diikuti oleh hipotesis penelitian, definisi konseptual dan definisi operasional. Berikut ini penjelasan masing-masing bagian tersebut. Tinjauan Pustaka Pengertian Lanjut Usia Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Undang-Undang ini juga membagi lanjut usia menjadi dua kategori yaitu lanjut usia potensial dan lanjut usia tidak potensial. Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa. Lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Pengertian lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan, yaitu: aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus-menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Bahkan ada yang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, dan ada pula yang mempersepsikan sebagai beban keluarga dan masyarakat. Laslet (1989) dalam Anwar (1997:6) menjelaskan tentang usia lanjut sebagai berikut “...In the United Kingdom, the normal retirement ages for men and women are 65 and 60. These ages are commonly used in determining whether a person is “old” or is in a “later life” or in a “third age”...”.. Berdasarkan UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo “seseorang dapat dikatakan orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain”. Pelayanan Lansia Pelayanan dalam istilah kesejahteraan sosial diartikan suatu upaya atau usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain, baik berupa materi maupun nonmateri agar orang itu dapat mengatasi masalahnya sendiri. Pelayanan bermakna adanya usaha atau kegiatan untuk menolong, adanya orang yang akan ditolong berupa barang, uang, tenaga dan bantuan lainnya (Jayaputra dalam Sulubere, 2005:11). Departemen
5
Kesehatan (2005) dalam Panduan Pelatihan Kader Posyandu menyebutkan pelayanan bisa dalam bentuk posyandu lansia “...jadi pelayanan kesejahteraan sosial yaitu semua bentuk kegiatan pelaksanaan yang dilakukan secara profesional. Kesejahteraan itu sendiri merupakan sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan individu dan kelompok untuk mencapai taraf hidup dan kesehatan. Relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka menggabungkan kemampuan dalam meningkatkan kesejahteraan yang selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakatnya...” (Depkes 2005).
Menurut Demartoto (2003) pelayanan merupakan salah satu bentuk penanganan permasalahan lanjut usia. Demartoto membagi pelayanan menjadi tiga jenis yaitu pelayanan berbasis keluarga, pelayanan berbasis masyarakat dan pelayanan berbasis lembaga. Penjelasan masing-masing jenis pelayanan adalah sebagai berikut: pertama adalah pelayanan berbasis keluarga, jenis pelayanan ini ditandai oleh tinggalnya lansia dengan sanak keluarga baik itu dengan anak, ataupun cucu. Oleh karena itu, pihak keluarga bertanggung jawab terhadap perawatan lansia yang tinggal dengan mereka. Kedua adalah pelayanan berbasis masyarakat yaitu lansia tetap tinggal di rumah masing-masing akan tetapi masyarakat melalui sebuah organisasi menyediakan bentuk pelayanan maupun perawatan pada waktu dan tempat tertentu. Terakhir adalah pelayanan berbasis lembaga yaitu pelayanan yang ditujukan kepada lansia yang membutuhkan penyembuhan karena mengidap suatu penyakit, maupun untuk rehabilitasi. Pelayanan jenis ini biasanya berupa panti wredha, rumah sakit lansia ataupun panti lanjut usia non-potensial (Demartoto 2003:44). Lebih lanjut lagi Sulubere (2011) dalam penelitiannya yang berbasis pada lembaga dalam hal ini sebuah panti asuhan, standar pelayanan lansia yang dijadikan ukuran adalah pemenuhan kebutuhan pangan yang dilihat dari pemenuhan menu empat sehat lima sempurna. Kebutuhan pakaian dan papan juga dijadikan ukuran pelayanan di panti tersebut. Kesehatan juga menjadi prioritas pelayanan yang diukur dilihat dari bentuk penanganan yang diberikan oleh petugas panti terhadap lansia yang sakit. Pelayanan yang diberikan juga dilihat dari fasilitas yang disediakan oleh panti berupa fasilitas kamar tidur, kamar mandi, sarana ibadah dan sarana untuk mengembangkan keterampilan. Konsep Keluarga Menurut Undang-undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Perkembangan Keluarga, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami isteri atau suami isteri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Secara implisit dalam batasan ini yang dimaksud dengan anak adalah anak yang belum menikah. Apabila ada anak yang sudah menikah dan tinggal bersama suami/isteri atau anak-anaknya, maka yang bersangkutan menjadi keluarga tersendiri (keluarga lain atau keluarga baru). Selain itu terdapat juga keluarga khusus, yaitu satuan individu/seseorang yang tidak diikat dalam hubungan keluarga, hidup dan makan serta menetap dalam satu rumah (misalnya seseorang atau janda/duda sebagai keluarga sendiri, atau dengan anak yatim piatu). Mardiya (2011) mengemukan ciri-ciri dan sifat keluarga sebagai berikut: memiliki ikatan batin dan emosional, memiliki hubungan darah,
6
memiliki ikatan perkawinan, mempunyai kekayaan keluarga, memiliki tempat tinggal, memiliki tujuan, setiap anggota keluarga saling berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sendiri-sendiri. Goode (2002:7) mendefinisikan keluarga sebagai “...satu-satunya lembaga sosial, di samping agama, yang secara resmi telah berkembang disemua masyarakat...”. Goode juga menambahkan ciri utama lain dari sebuah keluarga ialah bahwa fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain, tetapi tidak demikian halnya pada semua sistem keluarga yang diketahui. Teori Pertukaran (Exchange Theory) dan Hubungan Antar Generasi (intergenerational relationship) Teori pertukaran berangkat dari beberapa teori seperti behaviorisme, teori pilihan rasional, teori pertukaran George Homans, teori pertukaran Peter Blau dan karya Richard Emerson dan muridnya. Teori pertukaran Peter Blau memusatkan pada analisis struktur sosial dibandingkan dengan Homans yang hanya terbatas pada perilaku. Menurutnya pertukaran terjadi pada tingkat individu ke strukur sosial hingga akhirnya mengalami perubahan sosial (Blau 1964 dalam Goodman dan Ritzer 2003:367-374). Lebih lanjut lagi teori pertukaran Blau memusatkan pada pertukaran yang terjadi di dalam struktur sosial suatu masyarakat. Ada hal lain yang dipertimbangkan Blau dalam teorinya ini yaitu norma dan nilai. “kesepakatan bersama atas nilai dan norma digunakan sebagai media kehidupan sosial dan sebagai mata rantai yang menghubungkan transaksi sosial. Norma dan nilai memungkinkan pertukaran sosial tak langsung dan menentukan proses integrasi dan diferensiasi sosial dalam struktur sosial yang kompleks dan menentukan perkembangan organisasi dan reorganisasi sosial di dalamnya”(Blau 1964:255 dalam dalam Goodman dan Ritzer 2003:372)
Blau lebih banyak menjelaskan tentang kelompok, organisasi, kolektivitas, masyarakat, norma dan nilai dalam menjelaskan teorinya. Bengtson et al. dalam Suitor et al. (2011:162) mengenalkan sebuah model kekerabatan yang menjelaskan tentang hubungan antar generasi di Amerika Serikat. Bengtson menyebutkan ada 6 komponen yang saling berkaitan sehubungan dengan kekerabatan dalam keluarga, yaitu 1) kontak; 2) pertukaran dukungan; 3) norma kewajiban; 4) kesamaan nilai; 5) kualitas hubungan dan; 6) struktur kesempatan. Pertukaran antar generasi yang terjadi menurut Suitor et al. (2011:165) adalah orang tua akan terus memberikan dukungan secara finansial dan juga emosional hingga umur mereka mencapai 70 tahun. Hasil penelitian Bengston tersebut diperkuat oleh Suitor et al. (2011) bahwa lansia di Amerika sudah memiliki kesehatan yang baik. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa kurang dari 20% lansia yang berusia 75 tahun yang memiliki keterbatasan dalam beraktivitas seharihari. Hal ini mengindikasikan bahwa perawatan yang diberikan kepada lansia tidak bergantung lagi pada usia, namun hingga tiba lansia tersebut merasa membutuhkan perawatan dari anaknya. Adapun penelitian lain menunjukkan bahwa ibu merupakan orang yang akan mendapatkan perawatan lebih di masa tuanya, dan anak perempuan lebih berperan banyak dalam perawatan terhadap orang tua. Menurut Fingerman et al. (2011) dalam penelitiannya di Philadelphia, Amerika Serikat, bahwa hubungan antar generasi yang diberikan oleh orang dewasa yang berumur 40-60 tahun terbagi ke dalam dua jenis. Hasil
7
penelitiannya menunjukkan bahwa orang dewasa akan memberikan perhatian lebih dalam hal finansial, kasih sayang terhadap keturunannya atau anaknya. Lain halnya dengan perawatan yang diberikan kepada orang tua hanya akan diberikan ketika orang tua mengalami kecacatan. Oleh karenanya orang dewasa akan memberikan perhatian lebih kepada orang tua. Variabel yang digunakan untuk melihat hubungan antar generasi yang terjalin meliputi umur, jenis kelamin, pendapatan, status perkawinan, jarak tempat tinggal. Ada pula variabel lain yaitu pendidikan, dimana keturunan atau anak adalah seorang pelajar atau mahasiswa itu akan berpengaruh terhadap aliran dukungan orang dewasa. Leopold (2012) dalam penelitian di Jerman menunjukkan bahwa orang tua akan memberikan dukungan finansial dalam bentuk rumah, tanah, kepemilikan barang berharga, uang tunai dan juga deposito bank. Leopold (2012) menemukan bahwa orang tua akan memberikan dukungan uang kepada anaknya sebelum menikah. Adapun bantuan yang diberikan setelah menikah adalah berupa pemberian rumah. Hal ini dilakukan untuk eksistensi keluarga, karena anak dipandang masih perlu bantuan dalam hal persiapan pernikahan. Lebih lanjut lagi Leopold menjelaskan juga dukungan yang diberikan orang tua kepada anaknya yang mengalami perceraian. Pada hasil penelitiannya menunjukkan tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal penerimaan dukungan ketika mereka bercerai. Dukungan yang diberikan lebih banyak dalam bentuk uang atau deposito bank. Leopold (2012) juga melihat bentuk dukungan orang tua kepada anaknya ketika anaknya melahirkan. Dukungan datang dalam bentuk uang setelah proses kelahiran terjadi. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa orang tua masih memberikan dukungan kepada anak dalam bentuk pemberian rumah, uang tunai, bahkan deposito bank dimotivasi oleh tanggung jawab sosialnya sebagai orang tua terhadap anaknya. Kerangka Pemikiran Bermula dari teori tentang hubungan antar generasi yang menggambarkan bagaimana bentuk dukungan orang tua terhadap anak atau anak terhadap orang tua. Adapun variabel yang digunakan untuk melihat bentuk hubungan antar generasi yang terjadi adalah umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, status ekonomi, status sosial dan peran lansia dalam struktur keluarga. Pada penelitian ini subyek penelitian hanya lansia. Oleh karena itu, variabel-variabel yang sudah disebutkan merupakan karakteristik yang melekat pada lansia. Peneliti menggolongkan variabel umur lansia menjadi lansia muda dan lansia tua. Jenis kelamin merupakan karakteristik kedua yang dikaji. Jenis kelamin terbagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Lansia perempuan memiliki umur yang lebih panjang dibandingkan dengan lansia laki-laki. Umumnya lansia berstatus janda lebih banyak dibandingkan lansia berstatus duda. Status perkawinan lansia berpengaruh pada perawatan yang diberikan. Variabel selanjutnya adalah tingkat pendidikan. Pendidikan formal yang ditempuh oleh lansia digolongkan menjadi pendidikan rendah, sedang dan tinggi.
8
Variabel selanjutnya adalah karakteristik sosial-ekonomi pada lansia. Status sosial-ekonomi ini menunjukkan arah kekayaan yang berpengaruh pada hubungan antar generasi yang terjalin dalam rumah tangga lansia. Hubungan antar generasi diduga dipengaruhi oleh keadaan sosial-ekonomi lansia maupun anaknya. Oleh karena itu, dapat digolongkan menjadi orang tua (lansia) bergantung pada anaknya atau anak bergantung pada orang tua (lansia). Hal ini dilihat dari keadaan status sosial-ekonomi lansia. Variabel terakhir dalam karakteristik responden adalah peran lansia dalam struktur keluarga. Responden dibedakan menjadi kepala keluarga dan anggota keluarga. Variabel ini kemungkinan berpengaruh pada hubungan antar generasi. Lengkapnya disajikan dalam bentuk kerangka pemikiran. Lihat Gambar 1. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Karakteristik responden: Umur Jenis kelamin Tingkat pendidikan Status perkawinan Status ekonomi Status sosial Peran lansia dalam struktur keluarga
Hubungan antar generasi: 1. Dukungan orang tua terhadap anak 2. Dukungan anak terhadap orang tua
Keterangan : hubungan pengaruh langsung Gambar 1 Kerangka pemikiran
Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut: 1. Lansia tua cenderung tergantung pada anaknya; 2. Lansia perempuan cenderung tergantung pada anaknya; 3. Lansia dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung memberikan dukungan kepada anak; 4. Lansia yang berstatus kawin cenderung memberikan dukungan kepada anak; 5. Lansia dengan status ekonomi tinggi cenderung memberikan dukungan kepada anak; 6. Lansia dengan status sosial tinggi cenderung memberikan dukungan kepada anak; 7. Lansia yang berperan sebagai kepala keluarga cenderung memberikan dukungan kepada anak.
9
Definisi Operasional 1. Umur adalah karakteristik demografi berupa angka yang menunjukkan lama hidup lansia terhitung sejak lahir hingga bulan pelaksanaan penelitian, sesuai dengan yang tertera dalam tanda pengenal. Umur lansia dibedakan menjadi dua golongan dengan menggunakan skala nominal (Savitri dan Indawati 2011), yaitu: a. Lansia muda : usia 60-74 tahun, selanjutnya diberi kode 1 b. Lansia tua : usia 75+ tahun, selanjutnya diberi kode 2 2. Jenis kelamin adalah karakteristik biologis responden dari lahir yang bersifat permanen. Jenis kelamin dibedakan dengan menggunakan skala nominal menjadi laki-laki dan perempuan. Laki-laki diberi kode 1, perempuan diberi kode 2 3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh responden. Tingkat pendidikan dibedakan dengan menggunakan skala ordinal yaitu: a. Lulus SD/sederajat :rendah, diberi kode 1 b. Lulus SMP/sederajat :sedang, diberi kode 2 c. Lulus SMA/Perguruan Tinggi/sederajat :tinggi, diberi kode 3 4. Status perkawinan adalah identitas yang melekat pada responden berkaitan dengan hubungan perkawinan. Status perkawinan dibedakan dengan menggunakan skala nominal menjadi kawin, duda, janda. Kawin diberi kode 1, duda diberi kode 2 dan janda diberi kode 3 5. Status ekonomi adalah kedudukan lansia dalam kelompok masyarakat yang didasarkan pada kepemilikan harta benda berbentuk fisik yang tidak terlihat nilainya dalam bentuk uang dan status pekerjaannya apakah masih bekerja atau tidak. Status ekonomi diukur berdasarkan skor total yang didapat dari pertanyaan, skor 1 untuk jawaban “Tidak” dan skor 2 untuk jawaban “Ya”. Oleh karena itu, status ekonomi dibedakan ke dalam skala ordinal yaitu: a. Status ekonomi rendah : skor < 12 ; diberi kode 1 b. Status ekonomi tinggi : skor >=12 ; diberi kode 2 6. Status sosial adalah kedudukan responden dalam kelompok masyarakat yang didasarkan pada prestasi-prestasi sosial meliputi kedudukan atau jabatan dalam suatu kelembagaan atau organisasi berskala kecil hingga besar. Status sosial diukur berdasarkan skor total yang didapat dari pertanyaan, skor 1 untuk jawaban “Tidak” dan skor 2 untuk jawaban “Ya”. Oleh karena itu, status sosial dibedakan dengan menggunakan skala ordinal yaitu: a. Status sosial rendah : skor < 16 ; diberi kode 1 b. Status sosial tinggi : skor >=16 ; diberi kode 2 7. Peran lansia dalam struktur keluarga adalah kedudukan sosial lansia dalam keluarga inti yang tinggal dalam satu atap dan dalam keadaan kesalingtergantungan. Peran lansia dalam struktur keluarga
10
dibedakan dengan menggunakan skala nominal yaitu kepala keluarga diberi kode 1 dan anggota keluarga diberi kode 2 8. Hubungan antar generasi adalah alur yang terbentuk dari hubungan lansia dengan anaknya yang didasarkan atas status sosial-ekonomi responden. Hubungan antar generasi dibedakan dengan menggunakan skala nominal menjadi: a. Dukungan orang tua (lansia) terhadap anaknya: parameter yang digunakan adalah bantuan yang senantiasa diberikan oleh orang tua yang sudah lansia kepada anaknya berupa dukungan finansial dan kasih sayang atau perawatan b. Dukungan anak terhadap orang tua (lansia): parameter yang digunakan adalah bantuan yang diberikan oleh anak terhadap orang tua yang sudah lanjut usia dalam bentuk dukungan finansial dan perawatan.
11
PENDEKATAN LAPANG Bab ini menjelaskan mengenai metode pelaksanaan penelitian yang dilakukan. Pada bab ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan waktu, tempat penelitian dilakukan. Selain itu juga dideskripsikan bagaimana pengolahan data hasil dari wawancara dan pengisian kuesioner. Ada pula penjelasan mengenai penentuan sampel dan responden. Disajikan pula tabel yang berisikan jadwal penelitian mulai dari penyusunan proposal hingga penulisan skripsi. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Lebih spesifik lagi tempat penelitian hanya dilakukan di RW 04 dan RW 05 Desa Cihideung Ilir. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan mempertimbangkan kelengkapan data lansia yang diperoleh. Tidak ada alasan khusus terkait dengan lansia. Hal ini mengingat lansia yang dapat ditemui di mana pun, karena keberadaan orang yang sudah tua atau usia lanjut tidak mengenal tempat khusus. Penelitian di lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember tahun 2012 Tabel 1 Jadwal pelaksanaan penelitian di Desa Cihideung Ilir tahun 2012 Juni 1 2
Kegiatan
3
4
September 1 2 3 4
Oktober 1 2 3
4
November 1 2 3 4
Desember 1 2 3 4
Januari 1 2 3
Kolokium Perbaikan proposal Pengambilan data lapang Pengolahan dan analisis data Penulisan draft skripsi Sidang skripsi Perbaikan skripsi
Penentuan Responden Penelitian Unit analisis penelitian ini adalah individu. Responden adalah lansia, yaitu penduduk berusia 60 tahun ke atas (standar lansia di Indonesia) baik yang berperan sebagai kepala keluarga maupun anggota keluarga. Populasi adalah lansia yang ada di RW 04 dan RW 05, Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dengan jumlah 92 orang. Semua lansia itu tinggal dalam 83 rumahtangga. Data populasi lansia diperoleh dari
4
12
daftar rumahtangga yang dimiliki oleh setiap ketua RT yang ada di RW 04 dan 05 di Desa Cihideung Ilir. Kerangka sampling adalah sama dengan populasi. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang. Responden diambil secara acak sederhana dari kerangka sampling dengan menggunakan bantuan program MS. Excel 2007. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh peneliti atas dasar jawaban responden. Adapun data sekunder sendiri diperoleh dari kajian pustaka dan analisis literatur-literatur yang terkait dengan lansia dan kaitannya dengan karakteristik sosial-ekonomi lansia. Untuk menjawab perumusan masalah mengenai karakteristik lansia dan hubungan antar generasi, disajikan wawancara terstruktur melalui kuesioner yang diisi oleh peneliti mengingat kondisi yang tidak memungkinkan bagi responden yang sudah lanjut usia untuk mengisi sendiri. Data primer dan data sekunder saling mendukung satu sama lain untuk menyempurnakan hasil penelitian. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data hasil kuesioner ini dicatat apa adanya dan dilakukan analisis serta interpretasi untuk menarik kesimpulan tentang hasil penelitian. Variabel-varibel yang ada dalam pertanyaan kuesioner kemudian diberi kode sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam definisi operasional. Data kemudian di masukkan ke dalam MS. Excel 2007, dan dituliskan dalam bentuk kode. Kemudian dilakukan entri data ke dalam program SPSS versi 16.0 for Windows. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel frekuensi. Langkah berikutnya adalah interpretasi hasil pengolahan data dengan mengacu pada hipotesis. Kemudian ditarik kesimpulan dari semua data yang telah diolah untuk menjawab perumusan masalah.
13
PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR Profil Desa Cihideung Ilir memuat informasi mengenai desa yang dijadikan tempat penelitian. Adapun informasi yang tersaji dalam bab ini adalah mengenai kondisi geografis Desa Cihideung Ilir. Digambarkan juga bagaimana struktur kependudukan yang terbentuk di desa ini yang dilihat dari umur. Sejalan dengan topik penelitian mengenai lansia, maka dalam bab ini juga diberikan informasi mengenai sarana dan prasarana yang disediakan khusus untuk lansia. Keberagaman sosial dan budaya yang tercermin dalam penggunaan bahasa dan mata pencaharian juga dijelaskan dalam bab ini. Bab ini juga memberikan informasi mengenai kelembagaankelembagaan sosial yang ada di Desa Cihideung Ilir. Kondisi Geografis Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa yang tergabung dalam wilayah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Desa ini berbatasan langsung dengan beberapa desa lain yang masih satu kecamatan maupun dengan desa dari kecamatan yang berbeda. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Cibanteng Kecamatan Ciampea, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea, sebelah timur berbatasan dengan Desa Babakan Kecamatan Dramaga, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cihideung Udik dan Cibanteng Kecamatan Ciampea. Desa Cihideung Ilir terletak pada ketinggian 400 m di atas permukaan laut (dpl). Suhu rata-rata harian desa ini mencapai 25-340C dengan curah hujan 24 mm per tahun 1 . Warna tanah sebagian besar abu-abu dengan tekstur debuan. Tanah yang tergolong ke dalam pesawahan mencapai 57.5 ha dengan rincian sawah irigasi teknis sebanyak 40 ha, sawah irigasi ½ teknis sebanyak 2.5, dan sawah tadah hujan sebanyak 15 ha. Desa Cihideung Ilir terdiri dari 25 Rukun Tetangga (RT) yang tergabung ke dalam 5 Rukun Warga (RW). Struktur Kependudukan Jumlah penduduk yang ada di Desa Cihideung Ilir adalah 9 386 orang. Jumlah tersebut terbagi kedalam 4 862 orang atau 51.80% penduduk lakilaki dan 4 524 orang atau 48.19% penduduk perempuan. Jumlah kepala keluarga ada 2 490 KK dengan kepadatan penduduk 51.43 jiwa/km2. Halaman selanjutnya menyajikan Tabel 2 yang berisi jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Berdasarkan Tabel 2 dapat dihitung umur median untuk menentukan struktur penduduk suatu wilayah atau negara. Rusli (2010) menjelaskan penghitungan umur median dengan menggunakan rumus. Berikut ini adalah rumus yang digunakan: Um = BUm + [ 1
( )
]. k
Kemungkinan terjadi kesalahan penentuan curah hujan, dimana menurut data Renstra Kota Bogor rata-rata curah hujan Bogor mencapai 3000-4000 mm per tahun.
14
Keterangan: Um : Umur median BUm : Batas bawah umur dari kelompok umur yang diperkirakan terdapat umur median P : Jumlah penduduk fxm : Jumlah kumulatif penduduk hingga kelompok umur yang diperkirakan terdapat umur median fUm : Jumlah penduduk kelompok umur yang diperkirakan terdapat umur median k : Interval kelompok umur Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh hasil bahwa umur median penduduk Desa Cihideung Ilir adalah 33.26 tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa penduduk Desa Cihideung Ilir termasuk struktur umur penduduk tua. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan Rusli (2010) mengenai penggolongan umur median sebagai berikut: struktur umur muda memiliki umur median dibawah 20 tahun, struktur umur intermediet memiliki umur median 20-29 tahun, dan struktur umur tua memiliki umur median lebih dari 30 tahun. Tabel 2 Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan menurut kelompok Umur, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2009 Usia (tahun)
Laki-laki
Perempuan
0-10
557
720
11-20
710
809
21-30
755
814
31-40
802
648
41-50
465
515
51-60
553
641
61-70
568
462
71+
221
160
Total
4.862
4.524
Sumber: data profil desa tahun 2009 (hasil olah data) Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada di Desa Cihideung Ilir meliputi transportasi darat, komunikasi dan informasi, air bersih dan sanitasi, peribadatan, olahraga, kesehatan, pendidikan, serta kebersihan. Terdapat berbagai jalan yang bisa di akses di desa ini yaitu jalan desa beraspal dengan panjang 1.2 km, jalan desa konblok/semen sepanjang 3 km, jalan antar desa beraspal sepanjang 0.7 km, jalan kabupaten beraspal sepanjang 4 km, jalan provinsi beraspal sepanjang 2 km, dan jembatan beton sebanyak sebelas unit.
15
Ada pun pangkalan ojek yang beroperasi di desa ini berjumlah dua unit. Pada data desa tercatat 500 angkutan desa dan 100 ojek. Ada pun telepon umum yang bisa digunakan terdapat satu unit, dan wartel sebanyak dua unit. Penyedian air bersih di desa ini cukup terjamin. Menurut data desa terdapat 150 unit sumur pompa dan juga 2000 unit sumur gali yang tersebar di setiap rumah penduduk atau fasilitas umum. Desa ini juga memperhatikan mengenai sanitasi dengan berdirinya lima unit MCK umum. Mayoritas masyarakat desa Cihideung Ilir beragama Islam. Sarana peribadatan yang ada meliputi delapan buah masjid dan 18 buah langgar atau mushola. Adapun sarana olahraga yang dimiliki oleh Desa Cihideung Ilir adalah enam buah lapangan bulu tangkis dan sepuluh buah meja pingpong. Prasarana kesehatan masyarakat Desa Cihideung Ilir yang telah dibangun adalah dua unit poliklinik desa, delapan unit posyandu, satu unit praktek dokter, dan dua unit rumah bersalin. Tenaga kesehatan yang turut membantu berjumlah 19 orang yang terdiri dari satu orang dokter umum, satu orang dokter gigi, empat orang paramedis, lima orang dukun bersalin terlatih, dua orang bidan, empat orang perawat dan dua orang laboran kesehatan. Desa ini juga memiliki sarana pendidikan seperti gedung SMA dan SMP masing-masing sebanyak satu unit, gedung SD sebanyak empat unit, gedung TK sebanyak dua unit, lembaga pendidikan agama sebanyak delapan unit dan perpustakaan desa sebanyak satu unit. Sarana kebersihan yang ada di Desa Cihideung Ilir meliputi Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sebanyak dua lokasi, dengan jumlah gerobak sampah satu buah dan tong sampah delapan buah. Sejumlah sarana dan prasarana yang telah disebutkan di atas belum ada yang dikhususkan untuk lansia. Adapun sarana kesehatan seperti poliklinik ditujukan untuk umum tidak ada sarana kesehatan khusus lansia. Begitupun dengan sarana lain yang mendukung kegiatan lansia. Kondisi Sosial Budaya Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Desa Cihideung Ilir adalah bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Pada jenjang pendidikan seperti PAUD, TK, SD bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Diluar kegiatan itu, pada umumnya bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda. Adapun bahasa selain bahasa Sunda dan Indonesia yang digunakan hanya sebatas pada penduduk pendatang. Hal ini juga bergantung dari etnis tiap masyarakat. Etnis yang terdapat di Desa Cihideung Ilir diantaranya Minang, Betawi, Sunda, Jawa, Madura, Bali, Banjar, Makasar, Mandar, dan China.
16
Tabel 3 Jumlah laki-laki dan perempuan menurut jenis pekerjaan, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2009 Jenis pekerjaan Petani Buruh tani Peternak Buruh migran Pegawai Negeri Sipil Pengrajin industri rumah tangga TNI POLRI Pensiunan PNS/TNI/POLRI Pedagang keliling Montir Bidan swasta Perawat swasta Pembantu rumah tangga Pengusaha kecil dan menengah Dukun kampung terlatih
Laki-laki (orang) 400 250 10 2 100
Perempuan (orang) 148 160 10 60
50
10
15 5
-
42
-
60 10 -
10 2 2 40
250
150
-
3
Dosen swasta Karyawan perusahaan swasta Karyawan perusahaan pemerintah Total
10
5
300
200
20
5
1524
815
Sumber: data profil desa tahun 2009 (hasil olah data) Masyarakat Desa Cihideung Ilir memiliki mata pencaharian yang beragam mulai dari petani, buruh, pegawai kantor pemerintah dan swasta. Seperti yang disajikan pada Tabel 3 yang berisikan jumlah penduduk lakilaki dan perempuan menurut jenis pekerjaan. Umumnya lansia yang ada di Desa Cihideung Ilir sudah tidak bekerja lagi. Adapun beberapa lansia yang masih bekerja adalah lansia yang tergolong lansia muda dengan kisaran usia 60-74 tahun. Lansia yang ada di desa ini hanya menghabiskan waktu untuk memenuhi kebutuhan rohaninya dengan mengikuti pengajian rutin. Adapun kegiatan lain yang dilakukan hanya sebatas diam di rumah, bercengkrama dengan tetangga atau anggota keluarga lainnya. Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak desa, lansia umumnya dihormati dan dirawat sendiri oleh anggota keluarganya. Anggota keluarga yang merawat bisa anak, cucu, menantu, saudara kandung atau pasangan kawin. Adapun lansia yang tinggal sendiri adalah lansia yang sudah tidak memiliki anak atau pun saudara, sehingga tetangga sekitar yang turut membantu perawatan.
17
Kelembagaan Sosial Kelembagaan-kelembagaan yang ada di Desa Cihideung Ilir diantaranya Karang Taruna, LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), BPD (Badan Perwakilan Desa) dan IKREMA (Ikatan Remaja Masjid). Karang Taruna merupakan lembaga yang mewakili unsur pemuda di Desa Cihideung Ilir. Lembaga ini tidak aktif seperti lembaga lain, dikarenakan rendahnya sumberdaya manusia yang menyebabkan kepasifan lembaga ini dalam beberapa kegiatan desa. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat merupakan sebuah lembaga yang bergerak dalam program pembangunan desa baik fisik maupun non-fisik. Badan Perwakilan Desa adalah badan legislatif tingkat desa yang merupakan perwakilan dari masyarakat. BPD beranggotakan sepuluh orang. IKREMA sebagai lembaga yang menggerakkan berbagai kegiatan keagamaan khususnya agama Islam, telah memiliki kelompok marawis. Selain itu IKREMA juga sering memeriahkan kegiatan hari besar agama Islam. Beberapa lansia ada yang masih turut serta dalam kelembagaan desa dan umumnya adalah lansia laki-laki. Seperti halnya Sekretaris desa yang menjabat adalah lansia yang sudah berumur sekitar 70 tahun. Ada juga lansia yang bergabung dalam kepengurusan BPD, LMD. Pandangan Terhadap Lansia Lansia yang ada di Desa Cihideung Ilir yang tergolong lansia potensial umumnya masih banyak terlibat dalam berbagai aktivitas desa. Seperti halnya lansia yang tergabung dalam kelembagaan desa misalnya BPD, petugas desa dan LMD. Masyarakat memandang lansia sebagai orang yang patut dihormati. Hal ini terlihat dari ditunjuknya lansia yang sudah tergolong tua (75+) sebagai ketua DKM (Dewan Keluarga Mesjid). Umumnya lansia dirawat oleh keluarganya, karena masyarakat berpandangan selama masih ada anggota keluarga yang mengurus, lansia adalah tanggung jawab keluarga. Lansia yang sudah tinggal sendiri umumnya dirawat oleh masyarakat atau tetangga dekat. Lansia masih dipandang penting dalam hal-hal tertentu. Lansia dipandang sebagai orang yang sudah memiliki banyak pengalaman, oleh karenanya sering terlibat dalam acara keagamaan, pernikahan dan kegiatan desa lainnya. Peran lansia dalam kegiatan tersebut biasanya sebagai penasehat.
18
KARAKTERISTIK RESPONDEN Bab ini menjelaskan mengenai karakteristik lansia yang menjadi responden. Adapun data karakteristik yang dimaksud meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, tipe keluarga, status pekerjaan, status ekonomi, status sosial, dan status kepemilikan harta benda. Lebih lengkapnya disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 Jumlah lansia muda dan lansia tua berdasarkan karakteristik Lansia, di Desa Cihideung Ilir, Tahun 2012 Lansia muda Lansia tua Karakteristik lansia Persentase Persentase Jumlah
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Tingkat pendidikan Rendah Sedang Tinggi Status perkawinan Kawin Duda Janda Status ekonomi Rendah Tinggi Status sosial Rendah Tinggi Struktur keluarga Kepala keluarga Anggota keluarga Total
(%)
Jumlah
(%)
11 9
55 45
4 6
40 60
16 3 1
80 15 5
10 0 0
100 0 0
11 2 7
55 10 35
3 1 6
30 10 60
20 0
100 0
10 0
100 0
18 2
90 10
9 1
90 10
19 1
95 5 100
5 5
50 50 100
20
10
Golongan Umur Lansia yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah lansia yang sudah berumur 60 tahun lebih, hal ini sesuai dengan penetapan umur lansia di Indonesia. Rata-rata umur lansia yang ada di desa penelitian adalah 71.4 tahun. Lansia digolongkan menjadi lansia muda yaitu lansia yang berada pada kelompok umur 60-74 tahun, dan lansia tua yang berada pada kelompok umur 75 tahun lebih. Mayoritas lansia yang menjadi responden adalah lansia muda dengan proporsi 20 orang atau 67% dari total keseluruhan responden. Umur lansia yang menjadi responden dalam penelitian ini memang beragam mulai dari 60 tahun hingga 91 tahun. Mayoritas berada pada golongan umur 60-70 tahun. Berdasarkan jenis
19
kelamin, lansia laki-laki lebih banyak berada pada golongan lansia muda, sebaliknya lansia perempuan lebih banyak pada golongan lansia tua. Pendidikan Lansia Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 orang lansia yang menjadi responden, mayoritas tingkat pendidikan lansia yaitu sebanyak 60% adalah tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD. Menurut penuturan responden, hal ini disebabkan oleh status ekonomi yang rendah dan juga alasan keamanan yang pada saat itu masih zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Sebagian responden mengaku hanya bersekolah agama dibandingkan sekolah formal. Lansia yang pernah mengenyam pendidikan formal walaupun tidak sampai tamat, mengaku bisa menulis dan membaca. Adapun lansia yang hanya bersekolah agama tanpa mengenyam pendidikan formal hanya bisa membaca dan menulis arab. Oleh karena itu, tingkat pendidikan lansia di RW 04 dan RW 05 Desa Cihideung Ilir masih tergolong rendah. Pendidikan juga mempengaruhi jenis pekerjaan yang pernah mereka jalani sebelum masuk usia lanjut. Lansia laki-laki lebih banyak berprofesi sebagai supir angkutan barang. Adapun lansia perempuan lebih banyak yang menjadi buruh pabrik. Hanya sebagian kecil dari mereka yang bekerja di instansi pemerintahan dan militer. Oleh karenanya, di masa tua mereka tidak memiliki uang simpanan atau uang pensiun. Status Perkawinan Status perkawinan lansia digolongan menjadi janda, duda dan kawin. Status perkawinan janda maupun duda dapat juga dikatakan cerai mati atau cerai hidup. Hasil wawancara dengan responden menunjukan bahwa 13 (43%) orang lansia adalah janda atau cerai mati, 14 (47%) orang masih kawin artinya masih punya pasangan dan 3 (10%) orang yang berstatus duda karena cerai mati. Pada umumnya lansia yang berstatus janda tinggal bersama anaknya, baik dengan anak perempuan maupun dengan anak lakilaki yang sudah menikah. Lansia muda umumnya masih berstatus kawin dengan presentase 55%. Tidak sedikit lansia muda yang berstatus janda dengan persentase 35%. Status perkawinan pada lansia tua lebih didominasi oleh lansia yang berstatus janda dengan presentase 60% dibandingkan dengan lansia berstatus kawin dan duda. Status Ekonomi Status ekonomi pada lansia dilihat dari sejumlah pertanyaan yang mengarahkan pada kondisi perekonomian secara menyeluruh. Pertanyaan yang diajukan sama dengan pertanyaan pada status sosial yakni jenis pertanyaan tertutup dengan jawaban ya atau tidak. Ada juga pertanyaan tambahan mengenai keadaan perumahan, kepemilikan barang-barang dan juga kepemilikan lahan. Pada pertanyaan tertutup terdapat tujuh pertanyaan yang diajukan. Pengukuran status ekonomi dimulai dengan pertanyaan “Apakah lansia menjadi sumber pendapatan dalam keluarga?”. Sebanyak 17 orang lansia menjawab tidak dan sisanya 13 orang menjawab iya. Lansia
20
yang menjadi sumber pendapatan dalam keluarga berada dalam kategori lansia muda. Rata-rata pekerjaan mereka adalah pekerjaan yang berpenghasilan rendah seperti buruh bangunan, buruh pabrik, pedagang dan sopir angkutan. Ada juga yang merupakan pensiunan TNI. Alasan masih bekerja dikarenakan ada anaknya yang sakit, ada pula lansia yang menjadi tumpuan dalam keluarga. Lansia yang menjadi tumpuan keluarga adalah lansia yang hanya tinggal dengan pasangan atau hidup sendiri. Berdasarkan sejumlah lansia yang masih bekerja, hanya ada 3 orang yang pendapatannya diatas Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Bogor tahun 2012. UMR Kabupaten Bogor adalah sebesar Rp 1 269 320. Seperti yang telah yang disebutkan sebelumnya, mayoritas lansia berada di sektor pekerjaan dengan penghasilan rendah dan tidak menentu. Hasil uang yang diperoleh, mereka gunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti makan, bayar listrik dan belanja bahan makanan. Ada juga yang menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang kreditan seperti setrika dan magic com. Lansia yang tidak bekerja hanya mengandalkan pemberian dari anak dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semua kebutuhan makan, pakaian dan kebutuhan lainnya ditanggung oleh anak. Sumber pendapatan mereka peroleh dari berbagai sektor. Mayoritas pendapatan diperoleh dari gaji atau upah. Gaji atau upah yang diperoleh berasal dari lansia itu sendiri maupun dari anak yang orang tuanya sudah tidak bekerja. Adapun yang menggantungkan penghasilannya dari sektor pertanian berjumlah tiga responden. Di mana ketiga responden tersebut adalah lansia yang menjadi sumber pendapatan dalam keluarga. Pekerjaan mereka hanyalah sebatas petani penggarap. Lansia yang menghidupi kebutuhannya dari uang gaji atau upah adalah lansia yang sudah tidak bekerja dan menggantungkan dari penghasilan anaknya. Anak-anak mereka bekerja di sektor industri, pegawai atau karyawan swasta, pedagang, dan ada pula yang menjadi PNS. Tidak ada lansia yang memperoleh penghasilan dari remitan. Artinya tidak ada anggota keluarga yang bekerja sebagai TKI atau TKW. Mengingat penghasilan mereka yang tergolong rendah, sehingga hanya sedikit lansia yang memiliki tabungan di bank atau koperasi. Ada dua orang lansia yang memiliki tabungan di bank. Ketika ditanya apakah mereka memiliki tabungan di bank atau koperasi jawaban mereka “boro-boro buat nabung yang ada uangnya dipake buat makan aja” (Smh, 65 tahun, tenaga kebersihan). Adapun lansia yang memiliki tabungan adalah mereka yang merupakan pensiunan sehingga uang gaji diambil dari bank. Artinya uang yang ada di bank hanya sebagai tempat mengambil gaji dan disimpan apabila ada sisanya. Kepemilikan barang berharga seperti emas atau barang berharga lainnya menjadi salah satu pertanyaan untuk mengukur status ekonomi lansia. Sebelas orang lansia memiliki emas dalam bentuk cincin dan anting. Tentu lansia tersebut adalah lansia perempuan. Emas yang mereka miliki adalah emas yang mereka peroleh dari mas kawin. Lansia yang tidak memiliki emas bukan berarti tidak pernah punya sama sekali. Dari pengakuan mereka, emas yang mereka miliki sudah dijual untuk kebutuhan
21
sehari-hari, membayar utang, membiayai sekolah dan juga untuk modal usaha. Pengukuran status ekonomi juga dilihat dari keadaan perumahan secara fisik. Adapun yang menjadi pertanyaan adalah seputar bahan dinding dominan, ada tidaknya kamar mandi dan WC, tempat tidur, sambungan listrik, bahan lantai dominan dan juga jumlah ruangan. Semua responden memiliki kamar mandi dan WC sendiri yang menyatu dengan rumah. Ada juga lansia yang masih menggunakan pemandian umum hanya untuk mencuci. Kondisi kamar mandi dan WC mereka masih tergolong baik dengan saluran buang air tidak tersumbat. Bahan dinding dominan rumah yang mereka miliki adalah tembok. Tidak ada lansia yang memiliki rumah dengan dinding dari bilik atau bahan lainnya selain tembok. Begitupun dengan bahan lantai dominan, ada beragam bahan lantai yang mereka gunakan yaitu semen, ubin dan juga keramik. Penggunaan bahan lantai disesuaikan dengan bahan dinding dominan. Pada umumnya lantai keramik digunakan dengan bahan dinding tembok secara keseluruhan. Ada pula bahan lantai semen digunakan pada rumah yang sebagian masih menggunakan dinding dari bilik. Penggunaan bahan lantai ubin sama halnya dengan penggunaan bahan lantai keramik. Semua lansia memiliki tempat tidur sendiri dan kamar sendiri. Namun ada dua orang yang tidak memiliki ruang tidur. Mereka adalah lansia yang tidak selalu tinggal dirumah karena bekerja di luar kota. Lansia lainnya tidur dimana saja dikarenakan jumlah ruangan yang terbatas dengan jumlah anggota keuarga yang cukup banyak. Mereka yang tidak memiliki kamar tidur sendiri biasanya tidur di ruang tamu atau ruang televisi dengan menggelar karpet atau kasur. Jumlah ruang yang dimiliki bervariasi bergantung dari jumlah kamar tidur yang ada. Pada umumnya ruang yang mereka miliki adalah ruang tamu, kamar tidur, dapur dan kamar mandi. Perbedaan jumlah ruangan bergantung pada jumlah kamar tidur yang dimiliki. Hal ini juga bergantung pada jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam rumah tersebut. Apabila dalam rumah tersebut tinggal anak dan juga cucu maka jumlah kamarnya lebih banyak dibandingkan dengan keluarga yang hanya tinggal berdua atau dengan anak tanpa cucu. Semua lansia memiliki sambungan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Besarnya listrik yang mereka gunakan rata-rata 450 watt. Ada juga yang menggunakan 900 watt. Mereka yang menggunakan 900 watt adalah lansia yang memiliki barang elektronik dalam jumlah banyak seperti TV, setrika, kulkas dan magic com. Selain itu juga penggunaan listrik yang banyak dipengaruhi oleh jumlah ruangan dan jumlah anggota keluarga yang tinggal. Semakin banyak ruangan dan banyak anggota keluarga yang tinggal semakin tinggi pula pemakaian listriknya. Kepemilikan perabotan rumah adalah indikator lainnya dalam mengukur status ekonomi lansia. Hampir semua lansia yang menjadi responden memiliki televisi. Adapun perabotan tambahan yang dimiliki adalah kulkas, setrika, VCD player, dan dispenser. Semua lansia memiliki kompor gas yang digunakan untuk memasak. Kompor gas yang digunakan adalah kompor gas satu tungku bantuan pemerintah. Alat transportasi yang ada adalah motor dan ada juga yang memiliki mobil. Kepemilikan alat
22
transportasi tersebut adalah milik anak atau cucu mereka. Motor yang ada digunakan sebagai alat usaha maupun digunakan untuk pergi ke tempat bekerja. Berdasarkan sejumlah indikator yang digunakan, lansia yang ada di RW 04 dan RW 05 Desa Cihideung Ilir tergolong status ekonomi rendah. Masa tua merupakan waktunya untuk beristirahat dari rutinitas pekerjaan. Pada umumnya menginjak usia 60 atau 65 tahun orang akan berhenti bekerja karena sudah tidak produktif lagi. Apa yang terjadi di desa penelitian tidak selalu demikian. Masih ada lansia yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau kebutuhan pribadinya. Dari 30 responden yang diambil, sebanyak 14 lansia masih bekerja dan sisanya sudah tidak bekerja lagi namun ada satu lansia yang merupakan pensiunan TNI. Pekerjaan yang ditekuni oleh lansia sangat beragam seperti pedagang, buruh bangunan, petani penggarap, wiraswasta, petugas KUA, pramuwisma bahkan ada yang bekerja sebagai karyawan swasta di Jakarta. Alasan mereka masih bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena masih ada diantara mereka yang menjadi tumpuan keluarga. Seperti halnya responden yang bernama Smh (65 tahun), beliau bekerja sebagai tenaga kebersihan di rektorat IPB. Beliau sudah bekerja sejak IPB berdiri di Dramaga. Smh bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena suaminya tidak bekerja. Smh sudah tidak memiliki tanggunan anak lagi karena semua anaknya sudah menikah dan memiliki pekerjaan. Masih ada satu anaknya yang tinggal bersama dengan Smh, dan ia pun sudah menikah dan bekerja bahkan menantunya pun turut bekerja. Uang yang diperolehnya biasa digunakan untuk belanja kebutuhan sehari-hari, membayar listrik yang dibayar secara bergantian dengan anaknya, dan juga kadang memberi uang jajan untuk cucunya. Sama halnya dengan lansia lain yang masih bekerja, alasan mereka adalah selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga juga karena merasa bosan tidak ada kegiatan apabila tidak bekerja. Pada umumnya lansia yang berpikiran seperti itu adalah lansia yang bekerja sebagai buruh serabutan atau petani penggarap. Dari sejumlah pekerjaan yang ditekuni oleh lansia yang ada di desa penelitian, pendapatan mereka berada di bawah UMR Kabupaten Bogor tahun 2012 yakni dibawah Rp 1 269 320 2 . Berikut ini disajikan Tabel 5 tentang status pekerjaan lansia.
2
seperti yang dilansir oleh Ikhwan pada 27 November 2012 dalam artikelnya yang berjudul Daftar UMR/UMK pulau Jawa tahun 2013 di http://kantorkita.web.id.
23
Tabel 5 Jumlah dan presentasi lansia muda dan lansia tua berdasarkan status pekerjaan, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 Lansia muda Lansia tua Status Persentase Persentase pekerjaan Jumlah Jumlah (%) (%) Bekerja Sektor 1 5 2 20 primer (A) Sektor 2 10 0 0 sekunder (M) Sektor 7 35 2 20 tersier (S) 10 50 6 60 Tidak bekerja 20 100 10 100 Total Kepemilikan harta benda merupakan sesuatu hal yang cukup berharga namun tidak terukur oleh besarnya uang. Seperti halnya dalam penelitian Leopold (2012) transfer dukungan bisa berupa rumah, tanah maupun barang lainnya yang bisa diwariskan. Begitupun dengan lansia yang ada di desa penelitian memiliki beberapa harta benda seperti perabotan rumah tangga, rumah dan juga tanah. Kepemilikan harta benda ini bisa saja diwariskan atau dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga membantu anak. Pada penelitian ini penulis membagi kepemilikan harta benda menjadi tiga bagian, yaitu kepemilikan rumah, kepemilikan barang-barang, dan tanah. Penulis memberikan pertanyaan kepada responden mengenai kepemilikan barang-barang seperti peralatan elektronik, perabotan rumah tangga, dan alat transportasi pribadi. Penulis menanyakan pemilikan peralatan elektronik seperti komputer, televisi, radio, VCD player, radio kaset, lemari es, mesin cuci, seterika dan dispenser. Selain itu ditanyakan pula mengenai pemilikan perabotan rumah tangga seperti kursi tamu, meja belajar, kompor gas dan tempat tidur. Alat transportasi juga turut ditanyakan kepada responden. Penulis menanyakan pemilikan alat transportasi pribadi seperti sepeda, motor dan mobil. Umumnya lansia yang ada di desa penelitian memiliki peralatan elektronik seperti televisi. Dari 30 responden yang ditanya mengenai pemilikan peralatan elektronik sebanyak 27 responden memiliki televisi, disusul dengan pemilikan lemari es, setrika, VCD player dan dispenser. Tidak semua lansia yang ada di desa penelitian memiliki peralatan elektronik, ada lansia yang hanya memiliki seterika bahkan tidak memiliki sama sekali. Lansia tersebut semuanya adalah lansia yang berstatus janda, baik yang tinggal sendiri maupun masih tinggal dengan anaknya. Perabotan rumah tangga yang dimiliki lansia di desa penelitian adalah tempat tidur, kompor gas dan kursi tamu. Kompor gas yang mereka miliki pada umumnya adalah kompor gas satu tungku bantuan pemerintah. Ketika penulis berkunjung ke setiap rumah responden, terdapat kursi yang disediakan untuk tamu yang berkunjung. Ada juga lansia yang tidak memiliki kuris tamu sehingga ketika ada tamu datang, hanya duduk di atas
24
lantai dengan alas tikar. Setiap lansia baik laki-laki maupun perempuan memiliki tempat tidur sendiri. Adapun tempat tidur untuk anggota keluarga lainnya tergantung dari jumlah anggota keluarga. Ketika dalam satu rumah terdapat banyak orang, satu tempat tidur bisa digunakan untuk tiga hingga empat orang. Ada pula yang tidur di atas lantai dengan menggelar tikar ditambah dengan alas sejenis kasur busa. Alat transportasi yang dimiliki pada umumnya bukanlah milik lansia, namun milik anak atau cucunya. Jenis transportasi yang umum dimiliki oleh mereka adalah motor. Biasanya motor tersebut digunakan untuk pergi ke tempat bekerja dan ada pula yang dijadikan sebagai alat usaha tukang ojek. Motor tersebut dibeli secara kredit dan dibantu oleh orang tua dengan membayar down payment. Pembayaran angsuran ditanggung oleh anak atau cucunya hingga pelunasan. Ada juga lansia yang memiliki mobil namun lebih sering digunakan oleh anaknya. Mobil tersebut biasa digunakan untuk acara keluarga ke tempat yang cukup jauh jaraknya dari rumah yang bersangkutan. Tabel 6 Jumlah dan presentase lansia muda dan lansia tua berdasarkan ada tidaknya pemilikan harta benda, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 Lansia muda Lansia tua Pemilikan Presentase Presentase harta benda Jumlah Jumlah (%) (%) Peralatan elektronik Ada 20 100 8 80 Tidak ada 0 0 2 20 Perabotan rumah Ada 20 100 10 100 Tidak ada 0 0 0 0 Alat transportasi pribadi Ada 9 45 4 40 Tidak ada 11 55 6 60 Lahan Ada 5 25 0 0 Tidak ada 15 75 10 100 20` 100 10 100 Total Status Sosial Status sosial lansia diperoleh melalui beberapa pertanyaan yang mengarahkan strata sosial lansia di dalam masyarakat. Adapun pertanyaan yang diajukan lebih mengarah pada kedudukan atau jabatan yang dimiliki di lingkup mesjid, desa, kantor atau instansi tempat bekerja atau tempat
25
lainnya. Selain itu pertanyaan juga mengarahkan pada strata sosial di lingkup tempat tinggal misalnya dalam kegiatan rapat desa, RW atau RT. Aktivitas sosial seperti diskusi dan dimintai pendapat dalam pengambilan keputusan masalah yang ada di sekitar tempat tinggal. Sejumlah pertanyaan yang diajukan dibuat dalam bentuk pertanyaan tertutup dengan jawaban ya atau tidak. Status sosial tinggi dan rendah ditentukan oleh skor yang diperoleh responden berdasarkan pertanyaan pada kuesioner. Status sosial tinggi adalah responden yang memperoleh skor >=16, dan status sosial rendah adalah responden yang memperoleh skor <16. Hasil wawancara dengan 30 responden yang ada di RW 04 dan RW 05 menunjukkan lansia memiliki status sosial yang rendah. Lansia tidak memiliki jabatan apapun di organisasi desa, mesjid atau lembaga manapun. Lansia tersebut memiliki kecenderungan jauh dari aktivitas politik atau organisasi di desa. Ada pun lansia yang memiliki status sosial tinggi adalah lansia yang berperan sebagai imam masjid atau ketua pengajian ibu-ibu. Lansia yang memiliki peran sebagai tokoh agama selalu dimintai pendapatnya untuk segala urusan yang berhubungan dengan keagamaan seperti pernikahan, sunatan dan syukuran. Adapun lansia yang berperan sebagai ketua pengajian memiliki tugas untuk mengkoordinir jadwal pelaksanaan pengajian, penceramah dan juga logistik yang diperlukan saat pengajian. Namun mereka tidak memiliki bawahan ataupun orang lain yang membantu dalam mengurusi tugas mereka. Oleh karenanya status sosial lansia yang ada di desa penelitian mayoritas tergolong rendah. Struktur Keluarga Tipe keluarga yang ada di RW 04 dan RW 05 Desa Cihideung Ilir mayoritas merupakan keluarga besar atau luas (extended family) dengan persentase 50%. Tipe keluarga yang paling sedikit adalah tipe single parent dengan persentase 7%. Hal ini karena sebagian besar lansia masih tinggal dengan anak-anak, cucu dan juga menantu dalam satu rumah. Apabila dilihat dari status perkawinan lansia, tipe keluarga besar ini didominasi oleh lansia yang berstatus kawin. Keluarga lansia yang memiliki tipe single parent hanya ada dua keluarga. Lansia tersebut berstatus janda dan memilih untuk tinggal satu rumah dengan anak beserta cucunya dengan alasan agar ada yang merawat dan juga menemaninya. Kepala keluarga dalam kedua keluarga tersebut adalah perempuan dengan satu anak laki-laki. Mereka hanya tinggal berdua sementara anak yang lainnya sudah tinggal dengan suami/istri masing-masing. Apabila melihat dari peran mereka sebagai kepala keluarga atau anggota keluarga, lansia laki-laki lebih banyak yang berperan sebagai kepala keluarga dibandingkan dengan lansia perempuan. Begitupun sebaliknya lansia laki-laki lebih sedikit yang berperan sebagai anggota keluarga. Data di lapangan menunjukkan terdapat 22 orang lansia yang berperan sebagai kepala keluarga dengan rincian 14 lansia laki-laki dan delapan lansia perempuan. Lansia yang berperan sebagai anggota keluarga sebanyak delapan orang dengan satu orang lansia laki-laki dan tujuh orang lansia perempuan. Jumlah lansia muda yang berperan sebagai kepala keluarga
26
memiliki angka yang tinggi dengan persentase 95%. Adapun lansia tua yang berperan sebagai kepala keluarga maupun anggota keluarga memili jumlah yang sama.
27
HUBUNGAN ANTAR GENERASI Bab ini menjelaskan tentang analisis hubungan karakteristik lansia dengan hubungan antar generasi. Bentuk dukungan orang tua terhadap anak atau anak terhadap orang tua ada kemungkinan dipengaruhi oleh karakteristik responden atau lansia. Beberapa karakteristik lansia seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, status ekonomi, dan status sosial sudah teridentifikasi. Pertanyaan yang diajukan kepada responden berkaitan dengan bentuk hubungan antar generasi yang terjalin dalam rumah tangga lansia. Sejumlah pertanyaan tersebut mencoba mengarahkan pada bentuk dukungan orang tua yang diberikan kepada anak, dan juga bentuk dukungan anak terhadap orang tua. Menurut hasil penelitian Fingerman et al. (2011) yang dilakukan di Philadelphia, AS, bahwa bentuk hubungan antar generasi umumnya terjadi dalam bentuk dukungan orang tua terhadap anaknya. Menurutnya orang tua akan senantiasa memberikan dukungan finansial dan kasih sayang untuk anaknya. Orang tua akan mendapat perhatian lebih dari anaknya ketika usianya sudah mencapai usia lanjut atau mengalami kecacatan. Begitupun dengan hasil penelitian Leopold (2012) di Jerman mengenai transfer dukungan finansial. Menurutnya, orang tua akan senantiasa memberikan dukungan finansial kepada anaknya dalam bentuk pemberian rumah, tanah atau kepemilikan barang berharga, uang tunai dan juga deposito bank. Berikut ini dijelaskan bagaimana bentuk hubungan antar generasi yang terjadi di desa penelitian. Analisis Hubungan Umur dengan Hubungan Antar Generasi Analisis hubungan umur dengan hubungan antar generasi terlihat pada Tabel 7. Lansia muda umumnya lebih banyak memberikan dukungan kepada anaknya. Hal ini terlihat dari presentase yang tinggi pada dukungan lansia muda terhadap anak dalam beberapa aspek seperti perawatan ketika anak sakit dan keterlibatan dalam keluarga anak. Bentuk dukungan orang tua (lansia) dalam hal perawatan anak berupa biaya pengobatan dan juga perawatan di rumah. Sebagaimna salah satu responden bernama HJh (91 tahun) yang merawat anaknya yang sedang sakit berat. Hjh selalu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membeli obat. Ada pun bentuk dukungan lain yang diberikan lansia kepada anaknya adalah berupa terlibatnya dalam keluarga anak. Keterlibatan ini terlihat dalam hal perawatan cucu dan juga pemberian uang jajan. Seperti halnya Sai (63 tahun) yang menghabiskan waktunya untuk merawat cucu selain rutin menghadiri pengajian. Lansia tua umumnya mendapatkan dukungan dari anak dalam aspek peran anak atau menantu perempuan. Angka yang tinggi terlihat dari presentase lansia tua yang mendapat perawatan dari anak perempuan atau menantu perempuan sebesar 70%. Bentuk bantuan anak atau menantu perempuan yang diberikan umumnya membantu dalam hal memasak dan juga merawat ketika sakit. Salah satu contohnya adalah responden bernama Ach (82 tahun) yang sakit berat sehingga tidak bisa beranjak dari tempat
28
tidurnya. Segala kebutuhannya bergantung pada menantu perempuannya, karena anak laki-lakinya pergi bekerja. Menantu perempuannya senantiasa membantu Ach pergi ke kamar mandi, menyiapkan makan, dan juga membersihkan kamar dan tempat tidurnya. Tabel 7 Jumlah dan presentase lansia muda dan lansia tua menurut hubungan antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 Lansia muda Lansia tua Hubungan antar Presentase Presentase Jumlah Jumlah generasi (%) (%) Dukungan orang tua terhadap anak Perawatan 8 40 1 10 sakit Terlibat dalam 14 70 2 20 keluarga anak Alih pemilikan 20 100 10 100 rumah Pembelian 3 15 2 20 kendaraan Dukungan anak terhadap orang tua Penyediaan 5 25 4 40 makan Perawatan 5 25 4 40 ketika sakit Peran Anak atau 16 80 7 70 menantu perempuan Pemberian 10 50 5 50 uang 20 100 10 100 Total
29
Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Hubungan Antar Generasi Berikut ini dijelaskan mengenai analisis hubungan jenis kelamin responden dengan hubungan antar generasi. Tabel 8 Jumlah dan presentase lansia laki-laki dan perempuan berdasarkan hubungan antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 Laki-laki Perempuan Hubungan antar Presentase Presentase Jumlah Jumlah generasi (%) (%) Dukungan orang tua terhadap anak Perawatan 5 33.33 4 26.67 sakit Terlibat dalam 8 53.33 8 53.33 keluarga anak Alih pemilikan 15 100 15 100 rumah Pembelian 4 26.76 1 6.67 kendaraan Dukungan anak terhadap orang tua Penyediaan 4 26.67 5 33.33 makan Perawatan 4 26.67 5 33.33 ketika sakit Peran Anak atau 12 80 11 73.33 menantu perempuan Pemberian 6 40 9 60 uang 15 100 15 100 Total Umumnya lansia laki-laki lebih banyak memberikan dukungan untuk anaknya, dibandingkan dengan lansia perempuan. Khususnya terlihat dalam dukungan orang tua (lansia) dalam membelikan anak kendaraan. Sebanyak 26.67% lansia laki-laki membelikan anak kendaraan dibandingkan lansia perempuan hanya 6.67% yang membelikan kendaraan. Pembelian kendaraan tersebut umumnya membantu dalam membeli motor
30
secara kredit. Lansia hanya sebatas membayar down payment (DP). Pembayaran angusran dilakukan oleh anaknya hingga lunas. Baik lansia laki-laki maupun lansia perempuan sama-sama memberikan dukungan dalam hal perawatan anak ketika sakit, terlibat dalam keluarga anak dan mengalihkan kepemilikan rumah. Dukungan anak yang diberikan kepada orang tua (lansia) lebih didominasi dalam bentuk peran anak atau menantu perempuan dan pemberian uang. Umumnya lansia mendapatakan uang dari anak namun dengan jumlah yang beragam. Anak yang memberi uang kepada orang tuanya umumnya sudah bekerja tetap dan memiliki penghasilan tetap. Lansia perempuan lebih banyak yang menerima uang dari anak dibanding lansia laki-laki. Mengingat lansia laki-laki umumnya masih bekerja. Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Hubungan Antar Generasi Mayoritas tingkat pendidikan lansia yang ada di desa penelitian masih tergolong rendah. Mereka hanya lulusan sekolah dasar, atau tidak tidak lulus sekolah dasar, ada pula yang tidak pernah sekolah sama sekali. Lansia yang berpendidikan rendah memberikan bantuan untuk anaknya berupa keterlibatannya dalam keluarga anak dengan presentase 46.16%. Sama halnya dengan lansia yang berpendidikan sedang dan tinggi semuanya terlibat dalam keluarga anaknya. Oleh karena itu, tidak ada perbedaan signifikan antara lansia berpendidikan rendah, sedang dan tinggi dalam memberikan bantuan berupa keterlibatan dalam keluarga anak. Lansia yang berpendidikan rendah masih ada yang membelikan anak kendaraan, dibandingkan dengan lansia berpendidikan sedang dan tinggi tidak ada sama sekali. Angka yang tinggi masih ditunjukkan dalam hal peran anak perempuan atau menantu perempuan. Lansia yang tergolong pendidikan rendah, sedang dan tinggi memiliki presentase yang tinggi dalam hal peran anak perempuan atau menantu perempuan. Peran anak atau menantu perempuan terlihat dari perawatan ketika sakit dan membantu dalam menyediakan makan atau turut bantu memasak. Tingkat pendidikan lansia tidak cukup berpengaruh dalam hal peran anak perempuan atau menantu perempuan. Lengkapnya disajikan pada Tabel 9.
31
Tabel 9 Jumlah dan presentase tingkat pendidikan lansia berdasarkan hubungan antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 Hubungan antar generasi Dukungan orang tua terhadap anak Perawatan sakit
Terlibat dalam keluarga anak Alih pemilikan rumah Pembelian kendaraan
Rendah Presentase Jumlah (%)
Sedang Presentase Jumlah (%)
Tinggi Presenta Jumlah se (%)
9
34.62
0
0
0
0
12
46.16
3
100
1
100
26
100
3
100
1
100
5
19.23
0
0
0
0
7
26.92
1
33.33
1
100
8
30.77
1
33.33
0
0
19
73.08
3
100
1
100
13
50
1
33.33
1
100
26
100
3
100
1
100
Dukungan anak terhadap orang tua Penyedian makan Perawatan ketika sakit Peran Anak atau menantu perempuan Pemberian uang
Total
Analisis Hubungan Status Perkawinan dengan Hubungan Antar Generasi Lansia yang berstatus kawin dan janda umumnya memberikan bantuan dalam hal keterlibatannya dalam keluarga anak. Lansia yang berstatus kawin masih banyak meluangkan waktunya untuk anak-anaknya. Mereka masih memiliki waktu untuk berkumpul dan bercengkrama. Umumnya mereka berkumpul pada malam hari ketika semua orang sudah ada di rumah. Aktivitas yang dilakukan adalah menonton televisi bersama. Lansia dan anaknya saling bertukar cerita misalnya mengenai pekerjaan, sekolah cucunya dan lain sebagainya. Ada pula lansia yang sering mengunjungi cucunya secara rutin. Sama halnya dengan lansia yang berstatus janda lebih banyak menghabiskan waktunya dengan anak beserta cucunya. Aktivitas lain yang
32
sering dijalani oleh lansia berstatus janda adalah menghadiri pengajian. Umumnya lansia janda sudah tidak bekerja, sehingga lebih sering bertemu dan berkumpul dengan keluarga anak. Oleh karena itu, terlibatnya lansia janda dalam keluarga anak terlihat jelas. Lansia yang berstatus janda juga umumnya mendapatkan uang dari anak. Selain karena sudah tidak bekerja sehingga tidak memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Namun umumnya mereka masih tinggal dengan anaknya. Tabel 10 Jumlah dan presentase status perkawinan responden berdasarkan hubungan antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 Hubungan antar generasi Dukungan orang tua terhadap anak Perawatan sakit
Terlibat dalam keluarga anak Alih pemilikan rumah Pembelian kendaraan
Kawin Presentase Jumlah (%)
Duda Presentase Jumlah (%)
Janda Presenta Jumlah se (%)
4
28.57
1
25
4
33.33
9
64.28
1
25
6
50
14
100
4
100
12
100
4
28.57
0
0
1
8.33
2
14.28
2
50
5
41.67
2
14.28
2
50
5
41.67
10
71.43
3
75
10
83.33
5
35.71
2
50
8
66.67
14
100
4
100
12
100
Dukungan anak terhadap orang tua Penyedian makan Perawatan ketika sakit Peran Anak atau menantu perempuan Pemberian uang
Total
33
Analisis Hubungan Status Ekonomi dengan Hubungan Antar Generasi Berikut ini disajikan Tabel 11 tentang analisis hubungan status ekonomi dengan hubungan antar generasi. Tabel 11 Jumlah dan presentase status ekonomi responden berdasarkan hubungan antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 Hubungan Rendah antar Jumlah Presentase (%) generasi Dukungan orang tua terhadap anak Perawatan 9 30 sakit Terlibat dalam 16 53.33 keluarga anak Alih pemilikan 30 100 rumah Pembelian 5 16.67 kendaraan Dukungan anak terhadap orang tua Penyediaan 9 30 makan Perawatan 9 30 ketika sakit Peran Anak atau 23 76.67 menantu perempuan Pemberian 15 50 uang 30 100 Total Semua lansia yang ada di desa penelitian masih berstatus ekonomi rendah. Oleh karenanya, hubungan antar generasi yang terjalin tidak begitu jelas terlihat pengaruhnya oleh status ekonomi. Sama halnya dengan karakteristik responden sebelumnya, dukungan orang tua terhadap anak lebih banyak pada keterlibatannya dalam keluarga anak, dan dukungan anak kepada orang tuanya lebih banyak terlihat dari peran anak atau menantu perempuan. Maka dari itu, status ekonomi tidak berpengaruh pada bentuk hubungan antar generasi yang terjadi di desa penelitian.
34
Analisis Hubungan Status Sosial dengan Hubungan Antar Generasi Tabel 12 Jumlah dan presentase status sosial responden berdasarkan hubungan antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 Rendah Tinggi Hubungan antar Presentase Presentase Jumlah Jumlah generasi (%) (%) Dukungan orang tua terhadap anak Perawatan 7 26.92 2 66.67 sakit Terlibat dalam 14 51.85 2 66.67 keluarga anak Alih pemilikan 27 100 3 33.33 rumah Pembelian 3 11.11 2 66.67 kendaraan Dukungan anak terhadap orang tua Penyediaan 8 29.63 1 33.33 makan Perawatan 8 29.63 1 33.33 ketika sakit Peran Anak atau 20 74.07 3 100 menantu perempuan Pemberian 15 55.56 0 0 uang 27 100 3 100 Total Pada pembahasan hubungan status sosial lansia dengan hubungan antar generasi, angka tertinggi masih pada aspek keterlibatan orang tua dalam keluarga anak baik pada lansia dengan status sosial tinggi maupun status sosial rendah. Selain itu, lansia yang memiliki status sosial tinggi mayoritas membelikan anak kendaraan dan membantu dalam perawatan ketika sakit. Seperti halnya lansia bernama BME (67 tahun, ketua pengajian) yang membantu membelikan anak mobil dengan membayar down payment. BME adalah orang yang ditunjuk sebagai ketua pengajian ibu-ibu di RW 05. Beliau yang sering mengatur jadwal, logistik, dan penceramah untuk
35
kegiatan pengajian. Oleh karenanya status sosialnya dapat dikatakan tinggi. Hal ini berpengaruh pada dukungan yang diberikan kepada anaknya berupa bantuan dalam pembelian mobil. Analisis Hubungan Peran Lansia dalam Struktur Keluarga dengan Hubungan Antar Generasi Berikut ini disajikan Tabel 13 tentang analisis hubungan peran lansia dalam struktur keluarga dengan hubungan antar generasi. Tabel 13 Jumlah dan presentase peran lansia dalam strukutur keluarga berdasarkan hubungan antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012 Kepala keluarga Anggota keluarga Hubungan antar Presentase Presentase Jumlah Jumlah generasi (%) (%) Dukungan orang tua terhadap anak Perawatan 8 36.36 1 12.5 sakit Terlibat dalam 12 54.54 4 50 keluarga anak Alih pemilikan 22 100 8 100 rumah Pembelian 5 22.72 0 0 kendaraan Dukungan anak terhadap orang tua Penyediaan 5 22.72 4 50 makan Perawatan 6 27.27 3 37.5 ketika sakit Peran Anak atau 16 72.72 7 87.5 menantu perempuan Pemberian 11 50 4 50 uang 22 100 8 100 Total
36
Lansia yang berperan sebagai kepala keluarga umumnya lebih banyak memberikan bantuan kepada anaknya dibandingkan dengan lansia yang berperan sebagai anggota keluarga. Presentase tertinggi terlihat dalam hal keterlibatan di keluarga anak dan mengalihkan kepemilikan rumah. Walaupun demikian lansia yang berperan sebagai anggota keluarga masih menunjukkan angka yang tinggi dalam keterlibatan di keluarga anak. Semua lansia, baik yang berperan sebagai kepala keluarga maupun anggota keluarga akan mengalihkan kepemilikan rumahnya. Bantuan anak dalam hal penyediaan makan, lebih banyak ditunjukkan pada lansia yang berperan sebagai anggota keluarga. Selain itu peran anak atau menantu perempuan juga lebih terlihat pada lansia yang berperan sebagai anggota keluarga. Oleh karena itu, peran lansia dalam struktur keluarga lebih banyak berpengaruh dalam hal penyediaan makan oleh anak dan peran anak atau menantu perempuan.
37
SIMPULAN DAN SARAN Bagian ini mengulas mengenai kesimpulan hasil penelitian mengenai hubungan antar generasi yang dilakukan di RW 04 dan RW 05 Desa Cihideung Ilir, Bogor. Kesimpulan yang diambil adalah jawaban dari permasalahan dan tujuan yang diangkat pada bagian awal karya ilmiah ini. Bagian ini disertai pula dengan saran yang membangun terhadap penelitian serupa agar tercipta kebermanfaatan dan juga keberlanjutan untuk penelitian yang lebih baik lagi.
Simpulan Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah menggambarkan karakteristik lansia yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, status ekonomi, status sosial dan peran lansia dalam struktur keluarga. Analisis yang dilakukan adalah mengenai hubungan antar generasi yang terbentuk dalam rumah tangga lansia di desa penelitian. Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah umumnya lansia masih tergolong lansia muda dengan umur 60-74 tahun, hanya lulusan sekolah dasar, lebih banyak yang berstatus kawin, status sosial dan ekonominya rendah dan sudah tidak bekerja serta lebih banyak yang berperan sebagai kepala keluarga. Hubungan antar generasi yang terbentuk dapat dibedakan menjadi dukungan orang tua terhadap anaknya seperti pengobatan ketika sakit, pembelian kendaraan, pengalihan pemilikan rumah dan keterlibatan dalam keluarga anak. Umumnya karakteristik lansia berpengaruh pada keterlibatannya dalam keluarga anak. Adapun dukungan yang diberikan anak terhadap orang tua berupa pemberian uang, peran anak atau menantu perempuan, perawatan ketika sakit dan penyediaan makan dan pakaian. Karakteristik lansia lebih berpengaruh pada peran anak atau menantu perempuan dalam merawat lansia.
Saran Jumlah lansia yang ada di desa penelitian cukup banyak, mengingat hal tersebut ada kemungkinan akan terus bertambah. Hasil analisis karakteristik lansia menunjukkan lansia banyak yang berpendidikan rendah dan masih banyak lansia muda dengan kisaran umur 60-74 tahun yang masih bekerja. Saran yang bisa disampaikan terkait dengan hal tersebut diantaranya: 1. Perlunya dibangun sarana dan prasarana khusus untuk lansia yang tidak membutuhkan biaya banyak untuk mengaksesnya 2. Diperlukan perhatian lebih pada lansia yang masih bekerja.
38
DAFTAR PUSTAKA Anwar. 1997. Demographic Characteristics Of Aging, In Indonesia. Jakarta (ID). Ministry for Population/National Familiy Planning Coordinating Board. [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. [BPS] Biro Pusat Statistik. 2010. Penduduk menurut kelompok umur, daerah perkotaan/perdesaan, dan jenis kelamin Indonesia. [internet]. [diunduh 2012 Mei 14]. Tersedia pada: http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?searchtabel=Penduduk+Menurut+Kelompok+Umur%2C+Daerah+Perkotaan %2FPerdesaan%2C+dan+Jenis+Kelamin&tid=263&searchwilayah=Indonesia&wid=0000000000&lang=id. [BPS] Biro Pusat Statistik. 2010. Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011. [internet]. [diunduh 2012 September 16]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id _subyek=06¬ab=2 Demartoto A. 2003. Pelayanan berbasiskan keluarga dan relevansinya dengan kesejahteraan sosial lansia di pedesaan. JPP [internet]. [diunduh 2012 April 20].3(1): 45-56. Tersedia pada: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/31034155.pdf. [Depkes] Departemen Kesehatan . 2005. Panduan Pelatihan Kader Posyandu. Jakarta (ID): Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan. Fingerman KL, Fitzer LM, Chan W, Birditt K, Franks MM, Zarit S. 2011. Who gets what and why? help middle-aged adults provide to parents and grown children. The journals of gerontology series B: psychological sciences and social sciences. [ineternet]. [diunduh 2013 Januari 5]. 66B(1): 87–98. Tersedia pada: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3031309/ Goode WJ. 2002. Sosiologi Keluarga. Lailahanoum Hasyim, penerjemah. Jakarta (ID): PT Bumi Aksra. Terjemahan dari : The Family. Hijau PD. 2002. Motivasi Usia Lanjut Untuk Tinggal Di Panti Sosial Tresnawerdha "Abdi" Binjai Tahun 2002. [skripsi]. [internet]. [diunduh 2012 April 26]. 64 hal. Tersedia pada: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14640
39
Ikhwan. 2012 27 November. Daftar umr/umk pulau jawa tahun 2013. [internet]. [diunduh 2013 Januari 7]. Tersedia pada: http://kantorkita.web.id/daftar-umrumk-pulau-jawa-tahun-2013.html Leopold T. 2012. Linked lives within families and across generations. [disertasi].[internet]. [diunduh 2013 Januari 5]. Tersedia pada: http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=Linked+Lives+Within+Fa milies+and+Across+Generations,+Thomas+Leopold+&source=web& cd=3&cad=rja&ved=0CEUQFjAC&url=http://opus4.kobv.de/opus4bamberg/files/556/120711_diss_leopold_opusseA2.pdf&ei=v7PpUNe AGM_ZkgWuYGwAg&usg=AFQjCNHZErp1cjJyNtaKfmWtFSmzoqfRw&sig2=VVyZPXJo6kjWVVoRwVK4gA&bvm=bv.1355534169, d.dGI Mardiya. 25 April 2011. Keluarga: arti, latar belakang pembentukan, kedudukan dan perannya sebagai penerus kebudayaan. [Internet]. [diunduh 2012 Juni 5]. BKKBN Yogya. Tersedia pada: http://yogya.bkkbn.go.id/rubrik/112/. Rusli S. 2010. Pengantar Ilmu Kependudukan (revisi). Jakarta (ID): LP3ES. Ritzer G, Goodman DJ. 2003. Teori Sosiologi Modern. Edisi keenam. Alimandan, penerjemah. Jakarta (ID): Prenada Media Group. Terjemahan dari: Modern Sociological Theory 6th Edition. Sajarwo W. 2012. Usia harapan hidup di Sleman tertinggi di Indonesia. KOMPAS.com. Edisi 16 April 2012. [internet]. [diunduh 2012 Mei 21]. Tersedia pada: http://regional.kompas.com/read/2012/04/16/11445864/Usia.Harapan. Hidup.di.Sleman.Tertinggi.di.Indonesia. Savitri WP, Indawati R. 2011. Estimasi risiko pada lanjut usia yang mengalami kecelakaan lalu lintas di kota Surabaya. Jurnal Unair Fakultas Kesehatan Masyarakat [internet]. [diunduh 2013 Februari 4].20(1): 52-61. Tersedia pada: http://journal.unair.ac.id/filerPDF/6.Windi%20Prigita%20SRachmah%20(Volume%201%20Nomor1).pdf. Suciati SE. 2005. Pemberdayaan lanjut usia (lansia) melalui organisasi pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) : studi kasus di RW 05 Kelurahan Pamoyanan Kecamatan Cicendo Kota Bandung [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sulubere WH. 2011. Standar pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Panti Asuhan Budi Luhur Nanggroe Aceh Darussalam. [skripsi]. [internet]. [diunduh 2012 April
40
20]. 85 hal. Tersedia http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/22876.
pada:
Sumarno S, Naenggolan T, Gunawan, Murni R. 2011. Evaluasi Program Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU). [internet]. [diunduh 2012 April 19].P3KS Press. Tersedia pada: http://www.researchkesos.com/index.php/penelitian/detail/41 [UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan lansia. [UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1965 Tentang Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo. [UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Perkembangan Keluarga.
41
Lampiran 1 Kerangka sampling Data Lansia 60+ RW 04, 05 Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Nama Enj DBB MSa MDj Mmt Mri Min Mah Ijh HBA Ahy Nan MBU Mrh IBS Maj Yay STR Smh Mas Ati Emh Jmi Atm HHn Sar Sam SAi MJa Net Ayh Ath MNh THe Ich
Umur (th)
Jenis Kelamin
81 83 64 64 79 78 80 70 68 67 75 65 67 67 65 66 67 69 65 60 65 64 63 78 70 65 63 63 72 70 62 69 69 60 72
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki perempuan perempuan Laki-laki perempuan perempuan Laki-laki perempuan Laki-laki perempuan perempuan Laki-laki Laki-laki perempuan perempuan perempuan perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki perempuan Laki-laki perempuan perempuan perempuan Laki-laki perempuan perempuan
Alamat (RT/RW) RT 02/05 RT 02/05 RT 02/05 RT 02/05 RT 02/05 RT 02/05 RT 02/05 RT 02/05 RT 02/05 RT 02/05 RT 02/05 RT 02/05 RT 02/05 RT 02/05 RT 02/05 RT 02/05 RT 02/05 RT 02/05 RT 02/05 RT 02/05 RT 04/04 RT 04/04 RT 04/04 RT 04/04 RT 04/04 RT 04/04 RT 04/04 RT 04/04 RT 04/04 RT 04/04 RT 04/04 RT 04/04 RT 04/04 RT 04/04 RT 04/04
42
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76
Rum Sah Nai STM Har Ici Sun Iin Usa Ban Ruk Adi Iyn Jas Wat Jub UAl Aat Ach Tot Mar Ica Mmi Aih Ici Ukt Iyg Jnb Aam Azs Ada Ksh Mjn Med Eni Nat Wdh Mah Hyd Sry Mmh
87 63 79 71 64 74 66 77 72 62 77 62 90 64 83 62 70 69 82 67 91 76 70 63 75 65 60 75 70 70 65 67 60 82 70 65 67 65 63 62 80
perempuan Laki-laki Laki-laki perempuan Laki-laki perempuan perempuan perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki perempuan Laki-laki perempuan perempuan Laki-laki perempuan perempuan Laki-laki perempuan perempuan perempuan perempuan perempuan perempuan perempuan perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki perempuan Laki-laki perempuan perempuan Laki-laki Laki-laki perempuan
RT 04/04 RT 04/04 RT 05/04 RT 05/04 RT 05/04 RT 05/04 RT 05/04 RT 05/04 RT 05/04 RT 05/04 RT 05/04 RT 05/04 RT 05/04 RT 05/04 RT 05/04 RT 05/04 RT 05/04 RT 05/04 RT 05/04 RT 05/04 RT 05/04 RT 05/04 RT 01/04 RT 01/04 RT 01/04 RT 01/04 RT 01/04 RT 01/04 RT 01/04 RT 01/04 RT 01/04 RT 01/04 RT 01/04 RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05
43
77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92
MHn Ama Ena Hzh Spt Skr Ear Yan MAa Hsn Ken Ami Iyh Iih Syt BME
72 65 67 67 65 67 60 60 95 72 85 67 70 75 60 67
Laki-laki perempuan perempuan perempuan Laki-laki Laki-laki perempuan perempuan Laki-laki perempuan Laki-laki Laki-laki perempuan perempuan Laki-laki perempuan
RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05 RT 03/05
44
Lampiran 2 Daftar responden Data Responden RW 04, 05 Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor No Sampel Nama Umur (th) Jenis Kelamin Alamat (RT/RW) No 4 MDj 64 Laki-laki RT 02/05 1 5 MMt 79 Laki-laki RT 02/05 2 9 Ijh 68 Perempuan RT 02/05 3 19 Smh 65 Perempuan RT 02/05 4 25 HHn 70 Laki-laki RT 04/04 5 41 Icih 74 Perempuan RT 05/04 6 45 Ban 62 Laki-laki RT 05/04 7 49 Jas 64 Laki-laki RT 05/04 8 52 Ual 70 Laki-laki RT 05/04 9 54 Ach 82 Perempuan RT 05/04 10 64 Aam 70 Laki-laki RT 01/04 11 68 Mjn 60 Laki-laki RT 01/04 12 73 Mah 65 Perempuan RT 03/05 13 81 Spt 65 Laki-laki RT 03/05 14 83 Ear 60 Perempuan RT 03/05 15 79 Ena 67 Perempuan RT 03/05 16 90 Iih 75 Perempuan RT 03/05 17 69 Med 82 Laki-laki RT 03/05 18 61 Ukt 65 Perempuan RT 01/04 19 76 Mmh 80 Perempuan RT 03/05 20 13 MBU 67 Laki-laki RT 02/05 21 11 Ahy 75 Laki-laki RT 02/05 22 66 Ada 65 Laki-laki RT 01/04 23 58 Mmi 70 Perempuan RT 01/04 24 28 Sai 63 Perempuan RT 04/04 25 92 BME 67 Perempuan RT 03/05 26 22 Emh 64 Perempuan RT 04/04 27 80 Hzh 67 Laki-laki RT 03/05 28 42 Sun 66 Perempuan RT 05/04 29 67 Ksh 67 Laki-laki RT 01/04 30
45
Lampiran 3 Kuesioner penelitian KUESIONER
ANALISIS KARAKTERISTIK LANSIA DENGAN HUBUNGAN ANTAR GENERASI Dengan hormat, Saya Jajang Somantri selaku mahasiswa Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor bermaksud meminta bantuan bapak/ibu untuk mengisi kuesioner sehubungan dengan tema yang akan saya teliti ini. Hasil data penelitian ini adalah murni untuk penelitian dan akan terjaga kerahasiaannya. Untuk kelancaran dalam proses penelitian, kami mengharapkan bapak/ibu untuk menjawab seluruh pertanyaan yang tersedia secara jujur dan tanpa tekanan apapun. Atas waktu yang disiapkan untuk pengisian saya ucapkan banyak terima kasih.
No. responden (diisi oleh peneliti)
: ………………………………………….
Lokasi wawancara
: ………………………………………….
Hari/tanggal wawancara
: ………………………………………….
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
46
47
I. IDENTITAS RESPONDEN* 1.
Kabupaten
2.
Kecamatan
3.
Desa
4.
Nomor identitas
5.
Nama kepala keluarga
6.
Nama responden
7.
Jenis kelamin
8.
Umur
9.
Status perkawinan
10.
Pekerjaan
11.
Hubungan dengan KK
12.
Jumlah anggota keluarga 3
13.
Jumlah anggota 60+ tahun
14.
Struktur keluarga
15.
Jumlah rumahtangga II. PELAKSANAAN WAWANCARA*
1.
Pewawancara
2.
Hari/tanggal kunjungan I
3.
Lama wawancara kunjungan I
4.
Hari/tanggal kunjungan II
5.
Lama wawancara kunjungan II
6.
Alasan kunjungan II
7.
Situasi wawancara I
8.
Situasi wawancara II
9.
Editor
10.
Hari/tanggal
11.
Catatan editor
3
Anggota keluarga dimaksud adalah mereka yang terus menerus tinggal dirumah ini, termasuk mereka yang sehari-harinya bekerja di tempat lain sebagai migran sirkuler (yaitu mereka yang secara rutin pulang ke desa, setiap minggu atau lebih) dan mereka yang sedang bersekolah di tempat lain sebagai migran sirkuler atau komuter.
48
No*
Nama
4
JK4
Umur
Hub. Dg KK5
Status 6 perkawinan
pendidikan
7
Bekerja/ tidak bekerja8
Pekerjaan utama9
Tempat bekerja10
Jika bekerja diluar desa pulang setiap11
Jenis kelamin : laki-laki =1, perempuan =2 Hubungan dengan KK : kepala keluarga = 1, pasangan = 2, anak =3, menantu =4, cucu =5, orangtua KK= 6, mertua KK = 7, saudara kandung / ipar KK= 8, lain-lain = 9 (untuk lain-lain sebutkan) 6 Status perkawinan ; belum kawin = 1, kawin = 2, cerai hidup = 3, cerai mati = 4 7 Pendidikan adalaha sekolah tertinggi yang pernah ditempuh : tidak pernah sekolah = 1, belum sekolah atau TK = 2, tidak lulus SD = 3, sekolah SD =4, lulus SD = 5, lulus SMP= 6, lulus SMA = 7, kuliah = 8, sarjana/diploma = 9 8 Bekerja =1 (yaitu bekerja minimal 1 jam seminggu yang lalu, kecuali PNS/ABRI, dan karyawan yang sedang cuti, petani yang sedang menunggu panen, atau tenaga profesional, seperti dokter, pengacara, dsb), tidak bekeja =2 9 Pekerjaan utama dicatat seperti apa yang disebut oleh responden (misalnya : karyawan toko, karyawan PT Anu, pegawai diknas, pamong desa, ABRI, dsb), : petani pemilik =1, petani penggarap = 2, buruh tani =3, pedagang = 4, buruh industri = 5, karyawan swasta = 6, PNS/ABRI = 7, wiraswasta =8, lain-lain =9 10 Tempat bekerja dicatat dimana masing-masing bekerja atau bersekolah, misalnya di Dramaga 11 Tulis kapan biasanya mereka pulang, jika menjawab tidak tentu probing-lah sampai mereka menyebut frekuensi tepat 5
49
Lingkari pada pilihan yang sesuai dengan pilihan anda. Jawaban boleh lebih dari satu. III. Keadaan perumahan dan lingkungan 3.1. KEADAAN PERUMAHAN 1.
Luas rumah
2.
Bahan dinding dominan
m2 1= bambu 2= kayu 3= tembok 4= setengah tembok
3.
Bahan lantai dominan
1= tanah 2= semen 3= ubin 4= keramik
4.
Jumlah ruangan
.............buah
5.
Ruang tidur bersih
1= Ya, jumlah .......buah 2= tidak (ke no 7)
6.
Ruang tidur usia > 60 tahun terpisah
1=Ya (ke no 8) 2= tidak, bergabung dengan.......................
7.
Dimana mereka tidur
8.
Kamar mandi
1= pribadi 2= umum 3=sungai, dsb
9.
WC
1= pribadi 2= umum 3=sungai, dsb
10.
Sumber air minum
1= PAM 2= sumur 3= sungai, dsb
11.
Sambungan listrik
1= ada PLN 2= ada GS 3= tidak ada
12.
Sambungan telepon
1= Ada 2= Tidak
50
13.
Siapa pemilik rumah
1= orangtua/mertua 2= KK 3= sewa 4=lainnya,...........................
14.
Keadaan umum rumah (dibandingkan dengan keadaan sekitar, sumpeg, kotor, berantakan, lembab, pembuangan limbah baik/tidak baik dsb)
3.2. PEMILIKAN BARANG-BARANG (boleh lebih dari 1 item) 1.
Peralatan elektronik dimiliki
1= komputer 2= televisi 3= radio 4= VCD player 5= radio kaset 6= lemari es 7= mesin cuci 8= seterika 9= dispenser
2.
Perabotan rumah tangga
1= kursi tamu 2= kursi makan 3= bufet 4= meja belajar 5= kompor gas 6= mesin jahit 7= tempat tidur 8= lainnya
3.
Alat transportasi pribadi
1= sepeda 2= motor 3= mobil
4.
Alat usaha
1= becak 2= motor ojek 3= angkot 4= mobil sewaan
51
5= mesin jahit 6= gerobak 7= mesin slip beras 8= lainnya,..................... 5.
(Luas dalam m2)
Lahan No*
Status lahan
Sawah
1.
Milik sendiri
2.
Milik orang tua
3.
Milik mertua
4.
Sewa
5.
Lainnya......................
Tegalan
Pekarangan
Total dikuasai *kuesioner mengikuti penelitian yang dilakukan oleh Ekawati S Wahyuni mengenai Kajian terhadap kesejahteraan penduduk usia lanjut pedesaan Berikan tanda silang [X] pada kotak yang telah disediakan yang sesuai dengan pilihan bapak/ibu Skoring : Tidak = 1 ; Ya = 2 I. STATUS SOSIAL LANSIA Status sosial rendah Status sosial tinggi
: skor <=9 : skor >=10
1. Apakah bapak/ibu menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi/kantor/mesjid di desa? 2. Apakah apakah bapak/ibu menjadi kepala/atasan/ketua dalam organisasi/kantor/mesjid tersebut? 3. Apakah bapak membawahi divisi/bagian/seksi dalam organisasi/kantir/mesjid tersebut? 4. Apakah bapak/ibu disegani oleh orangorang di desa?
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
52
5. Apakah bapak ibu sering diundang dalam pertemuan-pertemuan di desa tempat tinggal? 6. Apakah bapak/ibu sering dilibatkan dalam pengambilan keputusan masalah di desa? 7. Apakah bapak/ibu sering dimintai nasehat oleh orang-orang di desa? 8. Apakah bapak/ibu sering mendapatkan hadiah/bingkisan atas jasa terhadap orang-orang desa? 9. Apakah bapak/ibu sering dimintai menjadi pembicara/narasumber dalam rapat desa?
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
II. STATUS EKONOMI LANSIA Status ekonomi rendah : skor <=7 Status ekonomi tinggi : skor >=8 10. Apakah bapak/ibu menjadi sumber pendapatan dalam keluarga?
Ya Tidak
11. Apakah penghasilan bapak/ibu di atas atau sama dengan UMR Kabupaten Bogor (Rp 1.269.320)? 12. Apakah sumber pendapatan dalam keluarga berasal dari hasil pertanian? 13. Apakah sumber pendapatan dalam keluarga berasal dari gaji/upah? 14. Apakah sumber pendapatan dalam keluarga berasal dari remitan? 15. Apakah bapak/ibu mempunyai tabungan di bank/koperasi/atau lembaga keuangan lainnya? 16. Apakah bapak/ibu memiliki barang berharga seperti emas/berlian/mutiara
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
53
atau barang berharga lainnya? III. PERAWATAN DAN HUBUNGAN ANTAR GENERASI LANSIA Ya 17. Apakah bapak/ibu tinggal satu rumah dengan anak/cucu? Tidak
18. Apakah bapak/ibu menyediakan pakaian sendiri? 19. Apakah bapak/ibu menyediakan makanan sehari-hari sendiri? 20. Apakah anak/cucu menyediakan pakaian untuk bapak/ibu? 21. Apakah anak/cucu menyediakan makanan untuk bapak/ibu? 22. Apabila bapak/ibu sakit apakah berobat sendiri? 23. Apabila bapak/ibu sakit apakah berobat dengan bantuan anak/cucu? 24. Apakah anak perempuan atau menantu perempuan turut merawat bapak/ibu? 25. Apakah bapak/ibu mempunyai jadwal untuk pergi berekreasi? 26. Apakah anggota keluarga meluangkan waktu untuk berkumpul dengan bapak/ibu? 27. Apakah bapak/ibu mendapat kebebasan untuk mengikuti kegiatan pengajian/senam/posyandu lansia? 28. Apabila anak bapak/ibu sakit, apakah bapak/ibu turut membantu membiayai pengobatan?
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
54
29. Apakah bapak/ibu membiayai sekolah semua anak bapak/ibu hingga lulus? 30. Apakah bapak/ibu mengandalkan anak pertama untuk membantu adik-adiknya? 31. Apakah bapak/ibu turut terlibat dalam pengambilan keputusan keluarga anak bapak/ibu? 32. Apakah bapak/ibu pernah menjual sawah/kolam/kebun/emas/motor/mobil untuk membiayai sekolah anak bapak/ibu? 33. Apakah bapak/ibu pernah menjual sawah/kolam/kebun/emas/motor/mobil untuk membantu mencarikan pekerjaan untuk anak bapak/ibu? 34. Apakah bapak/ibu pernah membelikan kendaraan untuk anak? 35. Apakah bapak/ibu pernah membelikan rumah untuk anak? 36. Apakah bapak/ibu turut membiayai sepenuhnya pernikahan anak bapak/ibu? 37. Apakah bapak/ibu akan mengalihkan kepemilikan rumah kepada anak? 38. Apakah bapak/ibu sering mendapatkan uang dari hasil pekerjaan anak?
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
–oo– Terima Kasih Atas Partisipasi Bapak/Ibu –oo–
55
Lampiran 4 Peta lokasi penelitian
56
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Ayah penulis bernama Suherman, dan Ibu penulis bernama Oon Darhonah. Penulis lahir di Ciamis pada tanggal 28 Juni 1990. Penulis menamatkan sekolah menengah di SMA N 2 Ciamis pada tahun 2006-2009. Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor angkatan 46 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif di beberapa organisasi seperti PSM IPB Agria Swara dari tahun 2009 hingga 2011. Penulis juga aktif di kegiatan Koran Kampus pada tahun 2009-2010. Penulis juga aktif di organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia pada periode 2010-2011. Penulis juga tergabung dalam komunitas Sanggar Juara apda tahun 2011-2012. penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Dasar-dasar Komunikasi pada tahun 2011 semester ganjil, tahun 2012 semester genap, semester ganjil tahun 2012 dan asisten praktikum mata kuliah Pengantar Ilmu Kependudukan pada tahun 2012 semester genap. `