ANALISIS RISIKO DIVERSIFIKASI TANAMAN PANGAN PADA KELOMPOK TANI HURIP DI DESA CIKARAWANG KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR
MIRAWATI DEWI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTISTUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
RINGKASAN MIRAWATI DEWI. Analisis Risiko Diversifikasi Tanaman Pangan pada Kelompok Tani Hurip di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI). Indonesia merupakan negara yang memiliki sumberdaya alam yang cukup besar yang dapat mendukung pengembangan sektor pertanian. Pertanian merupakan salah satu yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional karena memiliki kontribusi besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto Nasional. Sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan dan produk turunannya, kehutanan dan perikanan. Subsektor utama pertanian yang cukup potensial dan memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto adalah tanaman pangan yang mengalami pertumbuhan sebesar 9,9 persen tahun 2010 dan 2011. Peranan tanaman pangan dibutuhkan dalam mencapai swasembada pangan melalui program diversifikasi pangan dengan mengubah pola konsumsi masyarakat dengan lebih banyak jenis pangan yang dikonsumsi. Tanaman pangan yang berpotensi sebagai sumber pangan adalah padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang-kacangan dan lain-lain. Kelompok Tani Hurip merupakan salah satu kelompok tani yang berhasil mengusahakan berbagai macam tanaman pangan. Jenis tanaman pangan yang diusahakan oleh kelompok tani ini adalah tanaman padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, dan kacang-kacangan. Akan tetapi, tanaman pangan yang paling dominan diusahakan adalah tanaman padi, ubi jalar dan kacang tanah. Kelompok tani ini juga melakukan upaya diversifikasi tanaman pangan untuk mencegah risiko yang akan ditimbulkan jika menanam satu jenis tanaman saja. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis diversifikasi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Hurip dalam upaya mengurangi risiko dan (2) mengkaji alternatif bentuk penanganan risiko tanaman pangan. Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Penelitian ini berlangsung pada Bulan Juli sampai Agustus 2012. Komoditas yang dikaji adalah tanaman pangan khususnya tanaman padi, ubi jalar dan kacang tanah. Hal ini didasarkan bahwa Kelompok Tani Hurip mengusahakan jenis tanaman yang dominan adalah padi, ubi jalar dan kacang tanah. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko dengan menggunakan variance, standard deviation,dan coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi dengan melihat pengaruh diversifikasi dalam meminimalkan risiko. Sumber-sumber yang menunjukkan adanya risiko dalam kegiatan produksi tanaman pangan adalah perubahan iklim atau cuaca, serangan hama dan penyakit, serta pergiliran irigasi. Penilaian terhadap risiko produksi dilihat dari tingkat keberhasilan dan pendapatan sebagai return petani yang diperoleh dari pengusahaan tanaman padi, ubi jalar, dan kacang tanah. Penilaian risiko yang dilakukan adalah dengan menghitung risiko pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi. Analisis risiko pada kegiatan spesialisasi berdasarkan pendapatan pada tanaman padi, ubi jalar, dan kacang tanah diperoleh risiko paling tinggi dari ketiga
komoditas adalah kacang tanah yaitu dengan nilai koeffisien variasinya sebesar 0,705 yang artinya bahwa setiap satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar 0,705. Risiko terendah didapat pada tanaman ubi jalar yaitu sebesar 0,482 yang artinya setiap satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar 0,482. Hal ini terjadi karena tanaman ubi jalar memiliki produktivitas yang cukup tinggi dan memiliki harga yang cukup stabil. Analisis risiko pada kegiatan diversifikasi meliputi gabungan dari dua komoditas yaitu gabungan padi dan ubi jalar, padi dan kacang tanah, serta ubi jalar dan kacang tanah, sedangkan gabungan tiga komoditas yaitu padi, ubi jalar dan kacang tanah. Dari hasil diversifikasi diperoleh nilai coefficient variation terendah terdapat pada gabungan padi dan ubi jalar yaitu sebesar 0,520. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan diversifikasi dapat menimalkan risiko Strategi penanganan risiko yang dapat dilakukan oleh Kelompok Tani Hurip untuk meminimalkan risiko adalah melakukan diversifikasi usaha, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pembinaan dari IPB, melakukan kemitraan dengan bekerja sama dengan perusahaan lain dan untuk meningkatkan nilai tambah atau pengolahan lebih lanjut pada tanaman kacang tanah.
ANALISIS RISIKO DIVERSIFIKASI TANAMAN PANGAN PADA KELOMPOK TANI HURIP DI DESA CIKARAWANG KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR
MIRAWATI DEWI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTISTUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi Nama NRP
: Analisis Risiko Diversifikasi Tanaman Pangan pada Kelompok Tani Hurip di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor : Mirawati Dewi : H34077030
Disetujui oleh Pembimbing
Dr.Ir. Anna Fariyanti, M.Si NIP. 19640921 199003 2 001
Diketahui oleh Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Risiko Diversifikasi Tanaman Pangan pada Kelompok Tani Hurip di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2013
Mirawati Dewi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang Pariaman pada tanggal 26 Juni 1986. Penulis adalah anak keempat dari enam bersaudara pasangan Bapak Rasyid dan Ibu Nurbaini. Pada tahun 1992, penulis memasuki Pendidikan Sekolah Dasar Negeri Panaragan III Bogor dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan SLTP Negeri I Bogor dan lulus pada tahun 2001. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada SMU Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis diterima menjadi Mahasiswa Program Diploma III Program Studi Manajemen Bisnis dan Koperasi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur reguler dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2008,
Penulis
melanjutkan
studi
pada
Program
Sarjana
Agribisnis
Penyelenggaraan Khusus di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Robbi yaitu Allah Subhanallohu Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Risiko Diversifikasi Tanaman Pangan pada Kelompok Tani Hurip di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor ”. Penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi dan alternatif strategi penanganan risiko pada produksi tanaman pangan pada Kelompok Tani Hurip di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi mahasiswa Agribisnis dan bagi petani tempat dilakukan penelitian ini, serta bagi para pembaca pada umumnya.
Bogor, Juni 2013
Mirawati Dewi
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk dari rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1.
Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas segala arahan, bimbingan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.
2.
Dr. Ir. Netty Tinaprilla,MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3.
Dra. Yusalina,MSi selaku dosen penguji komdik pada ujian sidang yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
4.
Ibunda tercinta, kakak-kakak, adik-adikku, paman, bibi, dan sepupusepupuku untuk setiap doa, dukungan, perhatian, kesabaran, dan kasih sayang telah diberikan. Semoga ini bisa jadi persembahan terbaik.
5.
Pak Ahmad Bastari beserta keluarga dan para petani Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang atas waktu, kesempatan,informasi, dan kerjasama yang diberikan.
6.
Nanang Sofiudin yang telah menjadi pembahas dalam seminar penulis.
7.
Sahabatku Siti Wilda Malik, sahabat terbaik terimakasih atas motivasi dan bantuan, dukungan serta doanya dalam penyusunan skripsi ini, semoga silaturahmi kita tetap terjaga selamanya.
8.
Seluruh dosen, staf Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, dan rekan-rekan Ekstensi Agribisnis angkatan 3 dan 4 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak menghilangkan rasa hormat dan terimakasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
Bogor, Juni 2013 Mirawati Dewi
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xiv
I
PENDAHULUAN ................................................................................ 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1.2 Perumusan Masalah....................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 1.4 Kegunaan Penelitian ...................................................................... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................
1 1 7 10 10 10
II
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2.1 Gambaran Umum Tanaman Pangan ............................................. 2.1.1 Tanaman Padi ....................................................................... 2.1.2 Tanaman Ubi Jalar ............................................................... 2.1.3 Tanaman Kacang Tanah ....................................................... 2.2 Kajian Penelitian Terdahulu .........................................................
11 11 11 12 14 14
III
KERANGKA PEMIKIRAN.............................................................. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................ 3.1.1 Konsep Risiko dan Ketidakpastian ...................................... 3.1.2 Sumber-Sumber Risiko ........................................................ 3.1.3 Teori Portofolio (Diversifikasi)............................................ 3.1.4 Manajemen Risiko ............................................................... 3.1.5 Konsep Penanganan Risiko .................................................. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .................................................
20 20 20 22 23 26 28 30
IV
METODE PENELITIAN .................................................................. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... 4.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 4.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 4.4 Metode Analisis Data .................................................................... 4.4.1 Analisis Kuantitatif dan Kualitatif ....................................... 4.4.2 Analisis Risiko pada Kegiatan Spesialisasi.......................... 4.4.3 Analisis Risiko Diversifikasi................................................
32 32 32 32 33 33 33 36
V
GAMBARAN UMUM ...................................................................... 5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian .......................................... 5.2 Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip ..................................... 5.3 Karakteristik Responden ............................................................... 5.4 Pola Tanam Usahatani ................................................................... 5.5 Keragaan Usahatani di Kelompok Tani Hurip ..............................
40 40 43 46 50 51
VI
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 6.1 Sumber-Sumber Risiko ................................................................. 6.2 Analisis Risiko ............................................................................... 6.3 Strategi Penanganan Risiko ............................................................
69 69 72 78
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 7.1 Kesimpulan .................................................................................... 7.2 Saran ...............................................................................................
81 81 81
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
83
LAMPIRAN .................................................................................................
86
VII
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Sektor Pertanian di Indonesia Tahun 2008-2011 (Miliar) ..................................................... 1
2.
Kandungan Zat Gizi Berbagai Bahan Pangan (Per 100 Gram ) ............. 4
3.
Produktivitas Tanaman Pangan Indonesia Tahun 2009-2011 ................ 5
4.
Produktivitas Tanaman Padi, Ubi Jalar, dan Kacang Tanah di Beberapa Kabupaten di Jawa Barat Tahun 2010-2011 ...................... 6
5.
Produksi Tanaman Padi, Ubi jalar, dan Kacang tanah pada Anggota Kelompok Tani Hurip Tahun 2011 ........................................................ 8
6.
Studi Terdahulu yang berkaitan dengan Penelitian ................................ 19
7.
Nilai Fraction atau Bobot Setiap Gabungan Komoditas ........................ 37
8.
Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Desa Cikarawang Tahun 2011 ............................................................................................. 40
9.
Penggolongan Usia Penduduk di Desa Cikarawang Tahun 2011 .......... 41
10.
Mata Pencaharian Pokok Warga Desa Cikarawang Tahun 2011 ........... 42
11.
Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Umur Petani di Kelompok Tani Hurip Tahun 2012 ........................................................ 46
12.
Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelompok Tani Hurip Tahun 2012 .................................................... 47
13.
Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Kelompok Tani Hurip Tahun 2012 ..................................... 47
14.
Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani di Kelompok Tani Hurip Tahun 2012........................................ 48
15.
Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Kepemilikan Luas Lahan di Kelompok Tani Hurip Tahun 2012 ......................................... 48
16.
Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan di Kelompok Tani Hurip Tahun 2012 ......................................... 49
17.
Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Status Usahatani di Kelompok Tani Hurip Tahun 2012 ........................................................ 49
18.
Penilaian Expected Return Berdasarkan Nilai Pendapatan Komoditas Padi, Ubi Jalar, dan Kacang Tanah Kelompok Tani Hurip .................. 72
19.
Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Spesialisasi Berdasarkan Pendapatan Pada Tanaman Padi, Ubi Jalar dan Kacang Tanah di Kelompok Tani Hurip Tahun 2012 ............................ 73
20.
Expected Return Tanaman Pangan Padi, Ubi Jalar, dan Kacang Tanah pada Kegiatan Diversifikasi di Kelompok Tani Hurip ................ 74
21.
Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Diversifikasi Dua Komoditas Berdasarkan Pendapatan di Kelompok Tani Hurip.............. 75
22.
Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Diversifikasi Tiga Komoditas Berdasarkan Pendapatan di Kelompok Tani Hurip.............. 77
23.
Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Pendapatan pada Kegiatan Spesialisasi dan Diversifikasi Tanaman Padi, Ubi Jalar, dan Kacang Tanah di Kelompok Tani Hurip Tahun 2012 ..................... 77
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Rangkaian Kejadian Berisiko dengan Kejadian Ketidakpastian ...........
20
2.
Hubungan Antara Varian Income dan Expected Income........................
21
3.
Alur Pemikiran Operasional Analisis Risiko Diversifikasi Tanaman Pangan pada Kelompok Tani Hurip di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor .................................................
31
4.
Pola Tanam Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Tahun 2012 ................................................
50
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Struktur Organisasi Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang ............... 86
2.
Uraian Tugas Kelompok Tani Hurip ...................................................... 87
3.
Total Biaya Produksi Tanaman Padi Per Hektar ................................... 88
4.
Total Biaya Produksi Tanaman Ubi Jalar Per Hektar............................. 89
5.
Total Biaya Produksi Tanaman Kacang tanah Per Hektar ..................... 90
6.
Penilaian Risiko Pada Kegiatan Spesialisasi Tanaman Padi .................. 91
7.
Penilaian Risiko Pada Kegiatan Spesialisasi Tanaman Ubi Jalar........... 92
8.
Penilaian Risiko Pada Kegiatan Spesialisasi Tanaman Kacang Tanah .. 93
9.
Penilaian Risiko Pada Kegiatan Diversifikasi Tanaman Padi Ubi Jalar dan Kacang Tanah .................................................................. 94
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki sumberdaya alam yang cukup besar yang dapat mendukung pengembangan sektor pertanian. Pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peran penting dalam perekonomian nasional karena memiliki kontribusi besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Peranan sektor pertanian selain dalam pembentukan PDB yaitu sebagai penerima devisa, penyerapan tenaga kerja, penyediaan bahan baku industri, dan penyedia pangan. Berbagai jenis bahan pangan yang dapat dihasilkan sektor pertanian salah satunya sebagai bahan pangan utama. Sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Subsektor utama pertanian yang cukup potensial dan memberikan paling besar kontribusinya terhadap PDB adalah tanaman pangan yaitu sebesar Rp 530.603,70 miliar dan mengalami pertumbuhan sebesar 9.9 persen (2011). Peningkatan nilai PDB sektor pertanian di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Sektor Pertanian di Indonesia Tahun 2008-2011 (Miliar Rupiah) No.
Subsektor
Tahun 2008
2009
2010
2011
1
Tanaman Pangan
349.795,00
419.194,80 482.377,10 530.603,70
2
Tanaman Perkebunan
105.960,50
111.378,50 136.026,80 153.884,70
3
Peternakan
83.276,10
104.883,90 119.371,70 129.578,30
4
Kehutanan
40.375,10
5
Perikanan
137.249,50
45.119,60
48.289,80
51.638,10
176.620,00 199.383,40 227.761,20
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
Peran komoditas pangan dibutuhkan dalam mencapai swasembada pangan melalui program diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan bukan berarti menggantikan beras, tetapi mengubah pola konsumsi masyarakat dengan lebih banyak jenis pangan yang dikonsumsi. Diversifikasi pangan menjadi salah satu pilar dalam ketahanan pangan. Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia telah
ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan, mengartikan ketahanan pangan sebagai usaha mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu. Pengembangan ketahanan pangan dilakukan berdasarkan keragaman sumberdaya pangan, kelembagaan dan potensi lokal. Salah satu sumber pangan yang strategis adalah tanaman padi dan palawija. Tanaman ini merupakan sumber karbohidrat utama dalam pemenuhan gizi masyarakat. Pemenuhan kebutuhan padi dan palawija harus dijaga ketersediaanya dan dijangkau oleh masyarakat. Adapun tanaman pangan yang berpotensi sebagai sumber pangan antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang-kacangan, kedelai, dan lain-lain. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain. Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Menurut Collin Clark Papanek, nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah 1821 kalori yang apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kilogram. Beras mengandung berbagai zat makanan antara lain: karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, dan vitamin. Disamping itu beras mengandung beberapa unsur mineral antara lain: kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan lain sebagainya.1 Oleh karena padi (beras) merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia maka ketersediaan beras berpengaruh terhadap ketahanan pangan nasional, dimana terjaminya ketersediaan bahan pangan diperlukan bagi seluruh masyarakat sepanjang tahunnya secara aman dan bergizi. Jumlah permintaan terhadap beras terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk, namun hal ini menjadi kesenjangan antara jumlah ketersediaan dan 1 Maryani,Nesti.2012. Cara Menanam Padi yang Baik. netimaryani.blogspot.com/2012/ 10/cara-menanam-padi.html
permintaan beras, oleh karena itu upaya peningkatan produksi padi perlu ditingkatkan guna mengatasi kesenjangan tersebut. Selain padi, ubi jalar juga merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang memberikan sumbangan terhadap PDB yang cukup signifikan dan terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Ubi jalar menjadi salah satu dari 20 jenis pangan yang berfungsi sumber kabohidrat selain beras. Ubi jalar bisa menjadi salah satu alternatif untuk mengantikan beras menuju ketahanan pangan. Ubi jalar sebagai penghasil bahan pangan menjadi makanan pokok bagi penduduk Indonesia bagian Timur yaitu Papua.2 Ubi jalar potensial sebagai komoditas ekspor non migas. Negara produsen utama ubi jalar dunia antara lain Cina, Uganda, Nigeria, Indonesia, Vietnam, Jepang, India, dan lainnya. Ekspor ubi jalar pada umumnya ditujukan ke Malaysia, Taiwan, Cina, Korea. Diluar negeri, khususnya di negara-negara maju, ubi jalar dijadikan makanan mewah dan bahan baku aneka industri, seperti industri fermentasi, tekstil, lem, kosmetik, farmasi dan sirup. Di Jepang ubi jalar dijadikan makanan tradisional yang publisitasnya setaraf dengan pizza atau hamburger, sehingga aneka makanan olahan ubi jalar banyak dijual di toko-toko sampai restoran bertaraf internasional. Jadi, ubi jalar tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai pakan ternak, bahan baku industri maupun komoditas ekspor.3 Permintaan ubi jalar sebagian besar atau 85 persennya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi manusia, sekitar dua persen untuk pakan ternak 2,5 persen untuk bahan baku industri dan sisanya hilang karena proses pasca panen. Keunggulan dari ubi jalar adalah tingkat produksi yang tinggi, dapat bertahan hidup dalam kondisi iklim yang kurang baik, gizinya tinggi, harganya murah, produk lokal dan dikenal secara turun temurun oleh masyarakat Indonesia. Potensi pengguanaan ubi jalar cukup luas dan cocok untuk program diversifikasi pangan yang dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan diantaranya: tepung ubi jalar, mie, es krim, nasi ubi, dan lain-lainya.
2 Agus krisnoblog.word press.com/../ubi-jalar-sebagi-bahan-pangan-alternatif. html 3 Fapertaumy.wordpress.com/2008/07/16/pizza-ubi-jalar.
Komoditas pangan lainya yaitu kacang tanah, usahatani kacang tanah di Indonesia memberikan keuntungan yang tinggi dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya seperti jagung, kedelai, dan kacang hijau. Kacang tanah mempunyai nilai strategis sebagai salah satu sumber pendapatan penting bagi petani di lahan kering. Dikarenakan mampu memberikan kontribusi sekitar 65 persen terhadap pendapatan rumah tangga petani di daerah Tuban (sentra kacang tanah di Jawa Timur). Kacang tanah di Indonesia, menurut data BPS (1995), pada umumnya ditanam petani di lahan kering dan tadah hujan 70 persen dan sisanya 30 persen di sawah pengairan yang ditanam setelah padi sebagai salah satu sumber pendapatan tunai. Kacang Tanah (Arachic hypogaea L) merupakan salah satu tanaman palawija yang mempunyai banyak kegunaan. Sebagai bahan makanan,kacang tanah memegang peranan penting sebagai sumber utama protein dan lemak nabati yang bermanfaat untuk perbaikan gizi. 4 Permintaan kacang tanah terus meningkat, baik untuk konsumsi maupun industri pangan. Kacang tanah di Indonesia di samping digunakan untuk bahan pangan dan pakan, ternyata juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri bahan makanan dan bukan bahan makanan. Industri yang paling banyak menggunakan kacang tanah adalah industri pengupas dan pembersih, industri ransum makanan ternak, serta industri konsentrat makanan ternak unggas, ikan dan hewan lainnya. Termasuk juga industri es krim, pelumat buah-buahan dan sayuran, serta industri makanan dari kedelai dan kacang-kacangan. Adapun perbandingan kandungan gizi bahan pangan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Zat Gizi Berbagai Bahan Pangan (Per 100 Gram ) Komoditas
Air (g)
Protein Karbohidrat (g) (g) Padi (Beras) 12 7,5 77,4 Jagung 10 10 70 Kedelai 10 35 32 Kacang Tanah 5,4 30,4 11,7 Kacang Hiaju 10 22 60 Ubi Kayu 62 1,8 92,5 Ubi Jalar 70 1,1 26 Sumber: Prosea 1996 dalam Purnamawati, 2007
Lemak (g) 1,9 4,5 18 47,7 1 0,3 -
Serat (g) 0,9 2 4 2,5 4 2,5 1,5
4 Diperta.jabar prov.go.id/index.php/sub menu/1264
Berdasarkan Tabel 2, Padi (beras) mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman jagung yaitu sebesar 77,4 gram yang merupakan makanana pokok masyarakat Indonesia sebagai penguat atau penambah energi. Kacang tanah mengandung lemak yang cukup tinggi sebesar 47,7 gram dan protein yang cukup sebanyak 30,4 gram. Ubi jalar merupakan makanan
penambah energi yang dapat memberikan rasa kenyang dan tidak
memiliki kandungan lemak sehingga tanaman ubi jalar merupakan makanan sehat. Pada saat ini usahatani tanaman pangan sangatlah mudah untuk dilakukan oleh para petani khususnya tanaman padi, ubi jalar dan kacang tanah. Total luas panen padi di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 13.203.643 hektar dengan tingkat produksi sebesar 65.756.904 ton dan produktivitasnya berkisar 49,44 ton per hektarnya. Tanaman ubi jalar total luas panen ubi jalar pada tahun 2011 mencapai 178.121 hektar dengan tingkat produksi 2.196.033 ton dan produktivitasnya berkisar 122,32 ton per hektar. Tanaman kacang tanah total luas panen mencapai 539.459 hektar dengan tingkat produksi sebesar 691.289 ton dan produktivitas sebesar 12,52 ton per hektar. Adapun produktivitas tanaman pangan Indonesia tahun 2009-2011 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Produktivitas Tanaman Pangan Indonesia Tahun 2009-2011 Komoditas
Produktivitas (ton/ha) 2009
2010
2011
Padi
49,99
50,15
49,44
Jagung
42,37
44,36
44,52
Kedelai
13,48
13,73
13,78
Kacang tanah
12,49
12,56
12,52
Kacang hijau
10,91
11,30
11,46
Ubi kayu
187,46
202,17
195,00
Ubi jalar
111,92
113,27
122,32
Sumber. Badan Pusat Statistik,2012
Daerah sentra produksi tanaman padi pada tahun 2011 berturut-turut yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan. Sentra penghasil padi utama yaitu Jawa Barat sebesar 11.633.891 ton, sedangkan
daerah sentra penghasil tanaman ubi jalar di Indonesia tahun 2011 yaitu Jawa Barat, Papua, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, Bali, Lampung, dan Bengkulu. Sentra penghasil ubi jalar utama yaitu Jawa Barat sebesar 429.378 ton. Selain itu, sentra produksi kacang tanah di Indonesia tahun 2011 berturut-turut yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Sentra produksi kacang tanah utama di Indonesia adalah Jawa Timur yaitu sebesar 211.416 ton (BPS, 2012). Pengembangan potensi padi, ubi jalar, dan kacang tanah tersebar di beberapa Kabupaten di Jawa Barat. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah penghasil padi, ubi jalar dan kacang tanah terbesar di Jawa Barat. Walaupun bukan sentra utama di Jawa Barat tetapi ketiga jenis tanaman ini prospeknya cukup bagus untuk dikembangkan. Pada umumnya produksi padi, ubi jalar, dan kacang tanah di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan tiap tahunnya. Produktivitas tanaman padi, ubi jalar, dan kacang tanah dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Produktivitas Tanaman Padi, Ubi Jalar, dan Kacang Tanah di Beberapa Kabupaten di Jawa Barat Tahun 2010-2011 Produktivitas No.
Kabupaten
Padi 2010
Ubi Jalar 2011
2010
2011
Kacang Tanah 2010
2011
1.
Bogor
59,60
59,73
153,45
165,47
13,36
13,06
2.
Sukabumi
58,65
61,08
147,40
154,00
13,81
13,93
3.
Cianjur
58,45
56,81
121,81
121,50
12,74
12,30
4.
Bandung
60,68
61,19
115,38
137,35
16,32
17,51
5.
Garut
65,22
64,99
148,43
138,84
16,12
16,36
6.
Tasikmalaya
62,81
62,48
110,16
93,73
15,57
16,21
7.
Ciamis
62,37
62,03
108,55
107,03
17,10
18,38
8.
Kuningan
58,13
58,94
173,21
215,29
16,40
17,10
9.
Cirebon
57,46
59,10
117,64
146,59
15,97
18,46
10.
Majalengka
56,58
56,33
136,95
180,33
14,22
14,40
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, 2012
Salah satu petani yang telah berhasil menanam komoditi tanaman pangan adalah petani di daerah Kecamatan Dramaga yaitu Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang. Desa Cikarawang ini lokasinya dekat dengan IPB yaitu sebagai lembaga akademisi yang dapat memberikan kontribusinya kepada petani melalui pembinaan kelompok tani. Kelompok Tani Hurip sentra produksi utamanya adalah ubi jalar namun mereka juga memproduksi tanaman padi dan kacang tanah. Ketiga jenis tanaman pangan ini penting untuk dikembangkan karena berpengaruh terhadap pendapatan petani. Pendapatan dipengaruhi oleh produksi, dimana setiap produksi selalu mengalami risiko. Risiko produksi dapat dilihat berdasarkan berfluktuasinya produktivitas tanaman padi, ubi jalar, dan kacang tanah setiap tahunnya. Fluktuasi produktivitas dapat disebabkan berbagai hal diantaranya adanya perlakukan petani pada kegiatan produksi, serangan hama dan penyakit, iklim dan cuaca yang tidak menentu, irigasi dan lain-lain. Berdasarkan penjelasan diatas maka penting untuk dikaji tentang risiko produksi pada tanaman pangan khususnya tanaman padi, ubi jalar dan kacang tanah karena berpengaruh terhadap pendapatan petani.
1.2 Perumusan Masalah Kelompok Tani Hurip merupakan salah satu kelompok tani yang berhasil di Kabupaten Bogor dan merupakan binaan dari IPB. Pada umumnya kelompok tani mengusahakan berbagai macam jenis tanaman pangan. Adapun jenis tanaman pangan tersebut antara lain tanaman padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, dan lain-lain. Akan tetapi, yang paling dominan yang diusahakan oleh Kelompok Tani Hurip ini adalah tanaman padi, ubi jalar dan kacang tanah. Kelompok tani ini juga melakukan upaya diversifikasi tanaman pangan hal ini dilakukan untuk mencegah risiko yang akan ditimbulkan jika menanam satu jenis tanaman saja. Selain itu, penanaman berbagai macam tanaman juga berpengaruh terhadap pendapatan petani. Kesejahteraan petani dapat diukur dari pendapatan yang diterimanya. Produktivitas yang tinggi menghasilkan pendapatan yang tinggi pula, yang berarti akses petani terhadap pangan akan meningkat. Pada umumnya masyarakat petani kesejahteraanya kurang berkembang. Hal ini terkendala oleh kondisi sosial
ekonomi yang relatif rendah, sebagian petani mempunyai lahan yang relatif sempit atau terbatas dan masih banyak digarap. Risiko yang umumnya terjadi pada pertanian adalah risiko hasil produksi, risiko harga atau pasar, risiko manusia dan risiko keuangan (Harwood et al, 1999). Risiko produksi merupakan peluang penurunan hasil produksi dari hasil yang diharapkan atau kegagalan panen. Hal ini berpengaruh besar pada pendapatan petani. Kelompok Tani Hurip mengalami produksi yang berfluktuatif setiap periode selama masa tanam berlangsung. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Produksi Tanaman Padi, Ubi Jalar dan Kacang Tanah pada Anggota Kelompok Tani Hurip Tahun 2011 No. Anggota
Nama Anggota
Jumlah Produksi (Kg) Tanaman Padi 7.000
Tanaman Ubi Jalar 15.000
Tanaman Kacang tanah 4.000
1
Ahmad Bastari
2
Norma Yanti
7.000
15.000
4.000
3
Casmawati
6.000
5.833
1.250
4
Madi Usa
4.000
17.500
3.000
5
Jamsari
5.000
22.000
1.667
6
Armi
5.000
7.500
2.000
7
Uus
10.000
10.000
2.000
8
Amung
7.000
10.000
2.500
9
Santung
5.000
16.667
2.000
10
Suhandi
3.333
10.000
3.333
11
Titin
8.333
8.333
2.917
12
Napi
7.500
15.000
5.000
13
Jani
5.000
15.000
3.000
14
Iding
7.500
13.333
0
15
Hendri
10.000
10.000
2.500
16
Nara
6.000
9.000
2.000
17
Asin
11.428
10.000
3.333
18
Mina
5.000
10.000
2.000
19
Owi
7.000
15.000
2.000
Sumber: Kelompok Tani Hurip ,2012
Tabel 5 menunjukan adanya fluktuasi produksi tiap anggota kelompok pada tanaman padi, ubi jalar dan kacang tanah. Produksi tertinggi pada tanaman padi yaitu sebesar 11.428 kg dan produksi paling rendah yaitu sebesar 3.333 kg. untuk tanaman ubi jalar produksi tertingginya mencapai 22.000 kg dan terendah sebesar 5.833 kg dan tanaman kacang tanah produksi tetinggi mencapai 5.000 kg dan terendah adalah nol dimana petani tidak memproduksi tanaman kacang tanah. Adanya fluktuasi produksi ini berpengaruh terhadap pendapatan petani. Untuk mengatasi fluktuasi ini diperlukannya suatu strategi untuk mengatasinya dan petani Kelompok Tani Hurip melakukan diversifikasi tanaman untuk mengurangi risiko tersebut. Penerapan diversifikasi dalam upaya mengurangi risiko merupakan sesuatu hal yang menarik untuk diteliti, karena ditengah-tengah kondisi yang berisiko namum kelompok tani masih tetap mampu untuk menjalankan usahanya. Adapun kendala yang dihadapi oleh petani dalam usahatani tanaman padi, ubi jalar, kacang tanah adalah risiko produksi. Risiko produksi yang dihadapi antara lain perlakuan terhadap tanaman, serangan hama dan penyakit, kondisi iklim dan cuaca yang tidak menentu, irigasi dan lain-lain. Sebagian besar petani di Kelompok Tani Hurip menjadikan ubi jalar sebagai komoditas utama untuk dibudidayakan, tetapi mereka juga membudidayakan tanaman pangan lainnya yaitu padi dan kacang tanah. Adanya berbagai macam jenis tanaman pangan yang diusahakan sehingga dapat dikaji bagaimana penerapan diversifikasi tanaman pangan khususnya tanaman padi, ubi jalar dan kacang tanah pada Kelompok Tani Hurip. Adapun perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, antara lain: 1) Dengan diversifikasi, seberapa besar petani dapat menurunkan risiko dan diversifikasi mana yang terbaik? 2) Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Kelompok Tani Hurip dalam mengatasi permasalahan risiko?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah 1. Menganalisis diversifikasi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Hurip dalam upaya mengurangi risiko. 2. Mengkaji alternatif bentuk penanganan risiko usaha tanaman pangan.
1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna bagi 1. Bagi petani padi, ubi jalar dan kacang tanah, penelitian ini berguna sebagai bahan masukan bagi petani dalam mengambil kebijakan pengendalian risiko. 2. Bagi penulis penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk peningkatan potensi diri dan sebagai bahan tambahan pengalaman, informasi serta wawasan baru mengenai manajenen risiko di usaha pertanian tanaman pangan khususnya. 3. Sebagai referensi bagi pihak yang membutuhkan dan sebagai literatur bagi penulis selanjutnya.
1.5 Ruang lingkup Penelitian Sehubungan dengan keterbatasan waktu serta kemampuan dalam melakukan penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini terbatas pada produk yang dikaji dan diteliti yaitu tanaman ubi jalar, padi dan kacang tanah, hal ini disebabkan karena komoditas tersebut merupakan komoditas yang dominan diusahakan pada Kelompok Tani Hurip. Selain itu, penelitian ini difokuskan pada analisis produksi pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Tanaman Pangan Menurut Purnamawati (2007), pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang bersumber dari hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah. Pangan yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia sebagai makanan atau minuman, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan atau pembuatan makanan dan minuman. Komoditas pangan harus mengandung zat gizi yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. Batasan untuk tanaman pangan adalah kelompok tanaman sumber karbohidrat dan protein. Adapun
beragam jenis
tanaman pangan antara lain padi, jagung, umbi-umbian, kacang-kacangan dan lain-lain. Penyebaran tanaman pangan hampir merata di seluruh wilayah Indonesia meskipun sentra beberapa jenis tanaman pangan terdapat didaerah tertentu. Hal ini dikarenakan oleh kesesuaian lahan dan kultur masyarakat dalam pengembangan jenis tanaman tertentu. Kebutuhan terhadap tanaman pangan akan selalu ada, hal ini karena setiap hari tanaman pangan selalu dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, ketersediaan pangan harus tetap terjaga, namun secara umum kebutuhan beberapa jenis tanaman pangan masih belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sehingga harus diimpor setiap tahunnya.
2.1.1 Tanaman Padi Padi merupakan tanaman yang paling penting di Indonesia . Hal ini karena makanan pokok di Indonesia adalah nasi dari beras yang tentunya dihasilkan oleh tanaman padi. Selain di Indonesia padi juga menjadi makanan pokok negaranegara di benua Asia lainnya seperti China, India, Thailand, Vietnam dan lainlain. Padi merupakan tanaman berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai
pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam. Hama yang banyak menyerang tanaman padi adalah tikus, orong-orong, kepinding tanah (lembing batu), walang sangit dan wereng coklat (Purnamawati,2007). Hamahama itulah yang sering menyebabkan padi gagal panen dan tentunya membuat petani merugi . Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total produksi dunia), India (20%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia). Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brazil (3%).5 Padi merupakan merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia sehingga ketersediaan beras berpengaruh terhadap ketahanan pangan nasional, dimana terjaminya ketersediaan bahan pangan bagi seluruh masyarkat sepanjang tahunya secara aman dan bergizi. Jumlah permintaan terhadap beras terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk, namun hal ini menjadi kesenjangan antara jumlah ketersediaan dan permintaan beras, oleh karena itu upaya peningkatan produksi padi perlu ditingkatkan guna mengatasi kesenjangan tersebut.
2.1.2 Tanaman Ubi Jalar Menurut Purnamawati (2007), ubi jalar merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman ubi jalar tumbuh menjalar pada permukaan tanah dengan panjang tanaman dapat mencapai tiga meter. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang berbentuk umbi dengan kadar gizi (karbohidrat) yang tinggi. Di Afrika, umbi ubi jalar menjadi salah satu sumber makanan pokok yang penting. Di Asia selain dimanfaatkan umbinya, daun 5 Htn-alat pertanian.blogspot.com/2011/03/sekilas-tentang-tanaman-padi.html.
muda ubi jalar juga dibuat sayuran selain itu, ubi jalar dapat dijadikan tanaman hias karena keindahan daunnya. Ubi jalar atau “sweet potato” diduga berasal dari benua Amerika. Diperkirakan pada abad ke-16, ubi jalar menyebar ke seluruh dunia terutama negara beriklim tropis. Orang-orang Spanyol dianggap berjasa menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia terutama Filiphina, Jepang, dan Indonesia. Budidaya ubi jalar dapat dibudidayakan melalui stolon /batang rambatnya. Cara penanaman cukup mudah, dengan mencangkul lahan yang ditanami sehingga stolon/batang rambat ubi jalar mudah dimasukan dalam tanah. Pemeliharaan cukup mudah, ubi jalar akan tumbuh baik bila lahan terkena matahari langsung. Ubi jalar mempunyai keragaman jenis yang cukup banyak, terdiri dari jenis-jenis lokal dan beberapa varietas unggul diantaranya: sawo, cilembu, rambo, borobudur, jahe, kleneng, dan lain-lain Di Indonesia, di beberapa daerah tertentu ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan makan pokok. Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah kurang subur dan kering. Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai bentuk atau macam produk olahan. Ubi jalar kepopuleranya sampai saat ini masih kalah dibandingkan beras dan jagung. Konsumsi ubi jalar di Indonesia hanya 9,6 kg/tahun. Padahal di dalam umbi ubi jalar terdapat manfaat luar biasa, seperti yang dirilis oleh Nutrition Action health letter USA, bahwa ubi jalar menempati rangking satu dari 58 jenis sayuran. Hal ini diperkuat oleh WHO, badan kesehatan PBB jika ubi jalar mempunyai kandungan vitamin A sebanyak empat kali wortel, sehingga sangat baik untuk mencegah kebutaan dan penyakit mata lainya. Sedangkan kandungan beta caroten dan antociaminnya sangat bermanfaat bagi balita dan anak-anak untuk membantu pertumbuhan tulang dan giginya. Ubi jalar sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat karena kandungan gulanya yang rendah.6 6 Online.buku.com/2009/03/12/telo ubijalar Indonesia diminati Jepang dan Korea harganya 20 sgd bungkus/H-more-1622
2.1.3 Tanaman Kacang Tanah Menurut Adisarwanto (2000), kacang tanah (Arachis hypogea L) merupakan sejenis spesies kacang-kacangan dari famili Fabaceae yang berasal dari Amerika Selatan. Kacang tanah merupakan sejenis tanaman tropika, tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1½ kaki) dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah biasanya dimakan langsung tanpa diolah dan disajikan dalam berbagai cara seperti direbus, digoreng, dibakar, dan dihancurkan. Kacang tanah kaya dengan lemak, mengandungi protein yang tinggi, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin dan kalsium. Kandungan protein dalam kacang tanah jauh lebih tinggi dari daging, telur dan kacang soya dan mempunyai rasa yang manis serta banyak digunakan untuk membuat beraneka jenis kue. Kacang tanah mengandung bahan yang dapat menjaga ketahanan tubuh dalam mencegah beberapa penyakit, dengan mengkonsumsi satu ons kacang tanah sebanyak lima kali seminggu dapat mencegah penyakit jantung. Kacang tanah mengandung Omega 3 yang merupakan lemak tak jenuh ganda dan Omega 9 yang merupakan lemak tak jenuh tunggal. Dalam 1 ons kacang tanah terdapat 18 gram Omega 3 dan 17 gram Omega 9. Kacang tanah mengandung fitosterol yang dapat menurunkan kadar kolesterol dan level trigliserida, dengan cara menahan penyerapan kolesterol dari makanan yang disirkulasikan dalam darah dan mengurangi penyerapan kembali kolesterol dari hati, serta tetap menjaga HDL kolesterol.7
2.2 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian
terdahulu mengenai tanaman pangan khususnya yang
membahas aspek produksi dan produktivitas padi, ubi jalar dan kacang tanah sudah banyak dilakukan. Tinjauan pustaka mengenai hasil penelitian tersebut diperlukan untuk memberikan pengetahuan baru, masukan, hipotesa (dugaan)
7 www.quickiwiki.com/id/kacang-tanah. (diakses Desember 2012)
awal dalam melakukan kegiatan penelitian mengenai risiko produksi tanaman pangan. Penelitian yang dilakukan oleh Nurmala (2011) mengambil judul faktorfaktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar di Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pendapatan usahatani ubi jalar dan untuk mengetahui faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi produksi ubi jalar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani ubi jalar di Kelompok Tani Hurip menguntungkan dilihat dari pendapatan dan nilai R/C rasio yang lebih dari satu. Analisis usahatani ubi jalar menghasilkan pendapatan atas biaya tunai per periode tanam per rata-rata luas lahan pertanian responden (0,24 hektar) sebesar Rp 1.446. 746,01, dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 760.349.436,50. Sedangkan pendapatan tunai dan total setelah dikonversi ke dalam satu hektar sebesar Rp 6.026.108,34 dan Rp 3.168.122,65. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani ubi jalar Kelompok Tani Hurip ini menguntungkan karena dapat dilihat dari nilai R/C rasio tunai yaitu 2,96 dan nilai R/C rasio atas biaya total yaitu 1,51. Model fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Variabel bebas yang digunakan dalam model penduga fungsi produksi adalah bibit, urea, KCL, TSP, pupuk kandang dan tenaga kerja. Hasilnya faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi ubi jalar adalah pupuk kandang, KCL, dan tenaga kerja. Faktor produksi yang tidak berpengaruh nyata yaitu bibit, urea, dan TSP. Penelitian mengenai risiko bisnis yang terus berkembang juga diikuti dengan penggunaan alat analisis yang semakin beragam. Hal ini tentunya berdampak baik karena bertujuan untuk memberikan hasil penelitian yang lebih baik dengan output-output yang semakin beragam sebagai bahan masukan kepada perusahaan. Penelitian
mengenai risiko tidak hanya dilakukan dengan
menggunakan tiga alat analisis dasar yang umum digunakan, yaitu variance, standard deviation, dan coefficient variance, tetapi juga menggunakan alat analisis untuk mengetahui probabilitas dan dampak dari terjadinya suatu risiko. Penelitian dari Sembiring (2010) dengan judul Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor, Jawa
Barat bahwa permasalahan yang sering dihadapi The Pinewood Organic Farm dalam proses budidaya sayuran organik dalam pengembangan usahanya yaitu risiko produksi. Risiko yang dihadapi mulai dari penanaman usahanya yaitu terjadinya tingkat kematian atau mortalitas tanaman yang dapat disebabkan oleh suhu lingkungan sehingga tanaman perlu beradaptasi terlebih dahulu. Pada saat melakukan perawatan pun masih terdapat kendala yang dihadapi seperti adanya serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca yang tidak pasti, teknologi yang digunakan yaitu penanaman pada lahan terbuka dan green house, yang berdampak kepada penurunan pendapatan perusahaan. The Pinewood Organic Farm melakukan diversifikasi produk yakni dengan mengusahakan berbagai jenis tanaman. Untuk itu, dapat dianalisis alternatif untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi oleh The Pinewood Organic Farm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada brokoli, caisin, sawi putih dan tomat diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah brokoli yaitu 0,52 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,54, sedangkan yang paling rendah adalah caisin yaitu 0,24 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,24. Hal ini disebabkan karena brokoli sangat rentan terhadap penyakit terutama kondisi cuaca yang tidak pasti, sehingga mengakibatkan produktivitas tanaman brokoli mengalami risiko yang tinggi. Demikian juga dengan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah brokoli yaitu 0,8 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,8, sedangkan yang paling rendah adalah tomat yaitu 0,48 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,48. Analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko. Penanganan untuk mengatasi risiko produksi pada The Pinewood Organic Farm dapat dilakukan dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman, perlakuan pada saat pemanenan dan pengemasan, pengelolaan daerah perkebunan dan diversifikasi. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani masih dapat ditutupi dari kegiatan usahatani lainnya. Oleh
karena itu diversifikasi usahatani merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi produksi. Selain itu perlu adanya peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsifungsi manajemen yang terarah dengan baik. Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010) yaitu analisis risiko produksi pembenihan lele dumbo pada Family Jaya I, Kecamatan Sawangan, Kota Depok. Dalam pembenihan lele dumbo menghadapi tantangan dalam bentuk risiko produksi. Beberapa faktor terindikasi sebagai sumber risiko produksi adalah musim kemarau, kesalahan budidaya dalam melakukan seleksi induk, perubahan suhu air, hama, serta serangan penyakit. Sumber-sumber tersebut dapat menurunkan produktivitas induk lele dalam menghasilkan telur, kegagalan menetes serta kematian pada akhirnya dapat menimbulkan kerugian pada Family Jaya I dalam melakukan kegiatan produksi. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah menghitung probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko produksi yaitu metode nilai standar (z-score) dan Value at Risk (VaR). Hasil dari penelitian menunjukan pemetaan risiko yang dilakukan berdasarkan hasil analisis probabilitas dan dampak risiko menempatkan sumbersumber risiko pada kuadran-kuadaran yang tersedia. Kuadran 1 dengan probabilitas besar dan dampak kecil ditempati olah sumber risiko produksi perubahan suhu air dan hama. Kuadran 3 dengan probabilitas kecil dan dampak kecil ditempati oleh sumber risiko kesalahan dalam seleksi induk dan penyakit. Kuadran 4 dengan probabilitas kecil dan dampak besar ditempati oleh sumber risiko musim kemarau. Kuadaran 2 dengan probabilitas besar dan dampak besar tidak ditempati oleh sumber risiko apapun. Strategi penangan risiko yang diusulkan adalah strategi prefentif yaitu melakukan pembuatan naungan pada kolam pemeliharaan benih, pemasangan aerator, pemasangan kolam jaring pada kolam pemeliharaan benih, serta melakukan mengontrolan terhadap hama predator. Strategi mitigasi yang diusulkan adalah melakukan pemberian pakan induk lele dumbo secara intensif. Penelitian yang dilakukan oleh Primasari (2011) yaitu analisis risiko produksi tanaman hias dan bibit tanaman buah di PT. Istana Alam Dewi Tara
Sawangan Depok. Risiko produksi yang dihadapi adalah perubahan iklim dan cuaca, serangan hama penyakit, serta teknik perbanyakan tanaman (teknologi) yang kurang tepat. Penilaian risiko produksi dilihat dari tingkat keberhasilan dan penerimaan perusahaan dari pengusahaan quisqualis, mandevilla, lengkeng dan rambutan. Risiko yang paling tinggi dalan kegiatan spesialisasi adalah tanaman buah rambutan sebesar 0,216, sedangkan yang terendah adalah tanaman buah lengkeng sebesar 0,161. Dari hasil kegiatan diversifikasi dua komoditas ternyata didapat risiko diversifikasi lebih tinggi dari risiko spesialisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Pangabean (2011) yaitu analisis risiko usaha diversifikasi anggrek dendrobiun pada Permata Anggrek di Kota Bogor Propinsi Jawa Barat. Faktor-faktor penyebabkan munculnya risiko penjualan anggrek secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu kegagalan dalam proses penyediaan tanaman anggrek dan kegagalan perusahaan dalam pengendalian pasar. Kegagalan pra penjualan terjadi karena perubahan iklim dan cuaca, serangan hama dan penyakit, sedangkan kegagalan pasar disebabkan oleh selera konsumen, harga jual anggrek dan kerusakan pada saat proses pengiriman tanaman. Strategi yang digunakan untuk mengatasi risiko adalah diversifikasi pada tiga komoditas tanaman anggrek selain itu strategi yang digunakan adalah intregrasi vertikal, kontrak pemasaran, dan perbaikan sarana produksi. Berdasarkan peninjauan terhadap penelitian terdahulu, maka penelitian yang dilakukan memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian lustri yaitu hanya menghitung risiko produksi sedangkan dengan penelitian kemal yaitu menghitung risiko produksi kemudian dipetakan dan dilakukan analisis penangananya. Penelitian Primasari dan Pangabean menghitung risiko diversifikasi empat dan tiga komoditas, sedangkan dengan penelitian Nurmala persamaanya adalah meneliti komoditi ubi jalar dengan tempat penelitian yang sama yaitu Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang. Perbedaanya adalah alat analisis yang digunakan. Studi penelitian terdahulu ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Studi Terdahulu yang Berkaitan Dengan Penelitian No. Peneliti 1. Nurmala (2011)
Judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Ubi Jalar Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Analisis Risiko Produksi Pembenihan Lele Dumbo pada Family Jaya I, Kecamatan Sawangan Kota Depok Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor
Alat Analisis - Analisis R/C Ratio - Fungsi Produksi Cobb-Douglas - Analisis VaR - Pemetaan Risiko
2.
Kemal (2010)
3.
Sembiring (2010)
4.
Pangabean (2011)
Analisis Risiko Usaha Diversifikasi - Analisis Risiko Anggrek Dendrobium pada Permata Tunggal Anggrek di Kota Bogor - Analisis Diversifikasi
5.
Primasari (2011)
Analisis Risiko Produksi Tanaman - Analisis Spesialisasi Hias dan Tanaman Buah di PT - Analisis Diversifikasi Istana Alam Dewi Tara Sawangan Depok
- Analisis Spesialisasi - Analisis Diversifikasi
III.
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain kosep risiko dan teori lainya. Teori-teori tersebut antara lain: 3.1.1 Konsep Risiko dan Ketidakpastian Suatu bisnis yang dilakukan oleh pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan oleh suatu ketidakpastian. Terlebih lagi bagi pebisnis yang melakukan usaha di bidang pertanian karena sektor pertanian seringkali dihadapkan pada masalah risiko dan ketidakpastian. Oleh karena itu, para pebisnis biasanya akan menghindar dua hal tersebut. Sebagian besar orang memandang risiko dan ketidakpastian merupankan hal yang sama, namun sebenarnya secara ilmiah, risiko dan ketidakpastian merupakan dua hal yang berbeda. Menurut Frank Knight dalam Robison dan Barry (1987), risiko adalah peluang dari suatu kejadian yang dapat diperhitungkan dan akan memberikan dampak negatif yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan ketidakpastian adalah peluang dari suatu kejadian yang tidak dapat diperhitungkan oleh pebisnis selaku pembuat keputusan. Perbedaan antara risiko dan ketidakpastian dapat dilihat pada Gambar 1. Kejadian berisiko
Kejadian Tidak Pasti
Probabilitas dan Hasil Akhir Diketahui
Probabilitas dan Hasil Akhir Tidak Diketahui
Gambar 1.
Rangkaian Kejadian Berisiko dengan Kejadian Ketidakpastian Sumber: Debertin (1986)
Berdasarkan Gambar 1, pada sisi sebelah kiri menggambarkan kejadian yang berisiko dimana peluang dan hasil dari suatu kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan. Pada sisi yang sebelah kanan menggambarkan kejadian
yang tidak pasti dimana peluang dan hasil dari suatu kejadian tidak diketahui oleh pengambil keputusan secara pasti. Menurut Debertin (1986), ketidakpastian lingkungan adalah kemungkinan hasil dan kemungkinan kejadian tersebut tidak dapat diketahui, sedangkan risiko yaitu antara hasil dan kemungkinan dari suatu kejadian yang dapat diketahui. Perilaku setiap individu dalam menghadapi risiko berbeda-beda satu sama lain. Terdapat hubungan antara keputusan dan pendapatan yang akan mempengaruhi para pembuat keputusan untuk menghadapi berbagai jenis risiko. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Expected Income
Expected Income
Income Variance
Income Variance
Risk Averse
Risk Netral
Gambar 2.
Expected Income
Income Variance Risk Lover
Hubungan Antara Varian Income dan Expected Income Sumber: Debertin (1986)
Berdasarkan Gambar 2, maka dapat dijelaskan beberapa perilaku para pembuat keputusan dalam mengahadapi risiko yaitu: 1. Fungsi kepuasan Risk Averse, pembuat keputusan yang takut terhadap risiko, jadi ketika variasi dari keuntungan meningkat, maka pembuat keputusan akan mengimbanginya dengan meningkatkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan ukuran dari kepuasan. 2. Fungsi kepuasan Risk Netral, pembuat keputusan yang netral terhadap risiko, jadi ketika variasi dari keuntungan meningkat, maka pembuat keputusan akan mengimbanginya dengan menurunkan atau meningkatkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan ukuran dari kepuasan.
3. Fungsi kepuasan Risk Lover, pembuat keputusan yang berani terhadap risiko, jadi ketika variasi dari keuntungan meningkat, maka pembuat keputusan akan mengimbanginya dengan menurunkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan ukuran dari kepuasan. Beberapa hal yang menjadi indikasi adanya risiko dalam kegiatan bisnis adalah terdapat variasi,fluktuasi, atau volatilitas pada hasil yang diharapkan oleh pebisnis. Contoh indikasi adanya risiko dalam bisnis antara lain adanya fluktuasi harga output, fluktuasi produksi, atau fluktuasi pendapatan untuk setiap satuan yang sama. Untuk dapat mengukur risiko, maka dilakukan pengukuran nilai penyimpangan.
3.1.2 Sumber-Sumber Risiko Risiko merupakan ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa atau kejadian. Apabila risiko terjadi maka akan menimbulkan kerugian. Harwood,et al (1999), menjelaskan beberapa risiko yang sering terjadi pada pertaniann dapat menurunkan tingkat pendapatan pertanian, yaitu : 1. Risiko Hasil Produksi Hasil produksi yang senantiasa berubah-ubah dalam penelitian disebabkan karena kejadian yang tidak terkontrol. Biasanya disebabkan oleh kondisi alam yang ekstrem seperti curah hujan, iklim, cuaca, dan serangan hama dan penyakit. Produksi juga harus memperhatikan teknologi tepat guna untuk memaksimumkan keuntungan dari hasil produksi optimal. 2. Risiko Pasar dan Harga Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya adalah barang tidak dapat dijual akibat ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan, dan lain-lain. Sementara itu, risiko yang ditimbulkan oleh harga antara lain, harga naik karena inflasi. 3. Risiko Institusi Institusi mempengarruhi hasil pertanian melalui kebijakan dan peraturan. Kebijakan pemerintah dalam menjaga kestabilan proses produksi, distribusi, dan harga input-output dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan produk pertanian.
Fluktuasi harga input maupun output pertanian dapat mempengaruhi biaya produksi. 4. Risiko Individu Risiko ini disebabkan oleh tingkah laku manusia dalam melakukan proses produksi. Sumberdaya manusia perlu diperhatikan untuk menghasilkan output optimal. Moral manusia dapat menimbulkan kerugian seperti adanya kelalaian sehingga menimbulkan kebakaran, pencurian, dan rusaknya fasilitas produksi. 5. Risiko Keuangan Risiko keuangan merupakan dampak yang ditimbulkan oleh cara petani dalam mengelola keuanganya. Modal yang dimiliki dapat digunakan secara optimal untuk menghasilkan output. Peminjaman modal yang banyak dilakukan oleh pertani memberikan manfaat seimbang berupa laba pengelola dan pemilik modal.
3.1.3
Teori Portofolio (Diversifikasi) Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan dari beberapa investasi.
Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran modal kedalam berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko. Teori portofolio membahas portofolio yang optimum yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi pada suatu tingkat risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu hasil tertentu. Teori diversifikasi atau portofolio merupakan manajemen strategi untuk menekan risiko dengan cara mengusahakan beberapa aktivitas usaha atau asset (Harwood et al, 1999). Hal ini berdasarkan pertimbangan apabila salah satu asset menghasilkan return yang rendah maka asset yang lain diharapkan menghasilkan yang tinggi sehingga kerugian bisa tertutupi. Keputusan
manajemen
untuk
mengusahakan
satu
usaha
tunggal
(spesialisasi) atau diversifikasi bisa murni termotivasi karena tingkat keuntungan yang diharapkan (expected profit) tanpa mempertimbangkan kaitanya dengan upaya menurunkan risiko. Sebaliknya manfaat terkait dengan diversifikasi timbul adanya interaksi keuntungan potensial yang bisa saling menutupi (mengimbangi)
di antara beberapa investasi yang diusahakan dan pertimbangan adanya peralatan yang bisa digunakan bersama-sama dalam kegiatan usaha. Biaya diversifikasi bisa jadi lebih besar daripada manfaat (benefit) yang diperoleh dari usaha tunggal (spesialisasi) bisa menjadi strategi yang lebih disukai. Upaya diversifikasi seringkali membutuhkan peralatan yang khusus misalnya peralatan panen yang berbeda untuk tiap komoditas dan bisa dibatasi oleh keahlian manajerial dan tenaga kerja, kapasitas produksi lahan dan potensi pasar di areal sekitarnya. Diversifikasi membutuhkan keahlian manajerial yang lebih besar dibandingkan dengan memproduksi hanya satu komoditas. Sebagaimana teknologi sekarang ini semakin kompleks, manajemen yang intensif dan kegiatan spesialisasi lahan yang lebih baik juga semakin penting. Teori portofolio membantu manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Dasar teori ini adalah pada kenyataannya investor tidak menginvestasikan seluruh dana hanya untuk satu jenis investasi tetapi melakukan diversifikasi dengan tujuan menekan risiko. Fluktuasi tingkat keuntungan akan berkurang karena saling menghilangkan jika beberapa jenis investasi. Risiko dalam melakukan investasi selalu dikaitkan dengan tingkat variabilitas return yang dapat diperoleh dari usaha yang dijalankan, risiko portofolio yang digunakan diukur dari distribusi probabilitas tingkat return investasi yang bersangkutan. Elton dan Gruber (1995), menyatakan bahwa risiko portofolio lebih komplek dibandingkan dengan risiko pada aset individu, dimana diharapkan salah satu aset memiliki return yang baik ketika aset lain memiliki return yang menurun. Oleh karena itu, dilakukan analisis kombinasi dua aset atau lebih (portofolio) untuk menganalisis risiko kombinasi dari semua yang memunkinkan berisiko dibandingkan dengan individual aset. Perhitungan expected return pada portofolio dua aset adalah sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995): Dimana: = Expected return portofolio = Fraction portofolio pada aset pertama = Fraction portofolio pada aset kedua
= Expected return pada aset pertama = Expected return pada aset kedua Fraction (proporsi) dari masing-masing aset adalah: +
= 1
Jika investasi digunakan untuk dua aset maka variance gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995): = Keterangan: = Variance portofolio untuk investasi aset i dan j σi = Standard Deviation investasi aset i σj = Standard Deviation investasi aset j σij = Covariance investasi aset i dan j α = Fraction pada investasi aset i (1-α) = Fraction pada investasi asset j Covariance antara kedua investasi i dan j dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Elton dan Gruber, 1995):
Keterangan: = Covariance aset i dan j = Nilai koefisien korelasi antara investasi i dan j Nilai koefisien korelasi infestasi antara i dan j (σij) mempunyai nilai maksimum positif
satu (+1) dan nilai minimum negatif satu (-1). Beberapa
kemungkinan korelasi diantara dua investasi adalah: 1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi antara dua investasi i dan j selalu bergerak bersama-sama (searah). 2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi antara dua investasi i dan j selalu bergerak berlawan arah. 3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0)
mempunyai arti bahwa
kombinasi antara dua investasi i dan j tidak berhubungan sama sekali. Besarnya variance gabungan ketiga aset dapat dituliskan sebagai berikut (Diether, 2009): σ²(rp)
= wa² σ² (ra) + wb² σ² (rb) + wc² σ² (rc) + 2wa wb covar (ra,rb) + 2wa wc
covar (ra,rc) + 2wb wc covar (rb,rc)
Keterangan: = Variance portofolio untuk investasi aset A,B,dan C σ²(rp) = Variance investasi aset A,B,C σ²(ra),σ²(rb),σ²(rc) wa,wb, wc = bobot atau fraction portofolio pada investasi aset A,B,C covar(ra,rb),covar(ra,rc),covar(rb,rc) = covariance antara investasi A dan B,A dan C, B dan C σa, σb, σc = Standard deviation pada investasi aset A,B,C Para pemodal melakukan diversifikasi investasi karena mereka ingin mengurangi risiko yang akan ditanggung. Sementara tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan dari masing-masing usaha yang membentuk portofolio tersebut, standar deviasi portofolio lebih kecil dari rata-rata tertimbang sejauh koefisien antar usaha yang membentuk portofolio tersebut lebih kecil dari satu. Semakin rendah koefisien korelasi, semakin efektif penurunan standar deviasi.
3.1.4
Manajemen Risiko Menurut Kountur (2004), manajemen risiko adalah cara-cara yang
digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko. Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya penanganan risiko yang baik segala kemungkinan kerugian yang dapat menimpa perusahaan dapat meminimalkan sehingga biaya menjadi lebih kecil dan pada akhirnya perusahaan mendapatkan peruntungan yang lebih besar. Menurut Hanafi (2009), manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komperhensif untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko sehingga organisasi bisa bertahan atau mengoptimalkan risiko. Risiko ada dimana-mana, bisa datang kapan saja dan sulit dihindari. Jika risiko tersebut menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut bisa mengalami kerugian yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut risiko tersebut dapat menghancurkan organisasi tersebut. Oleh karena itu, risiko penting ubtuk dikelola.
Adanya empat cara menangani risiko yaitu dengan cara menghindari dengan tidak mengambil risiko, mencegah timbulnya risiko untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya risiko, mengurangi kerugian akibat risiko untuk meminimalkan akibatnya, mengalihkan risiko ke pihak lain. Suatu risiko kemungkinan terjadinya besar dan konsekuensinya juga besar maka cara yang terbaik untuk menangani risiko adalah menghindar. Jika tidak dapat menghindar dan harus menghadapi risiko maka cara yang bisa dilakukan adalah mencegah, membuat kemungkinan risiko menjadi kecil. Selain mencegah kerugian, akibat dari kerugian itu perlu dikurangi, pengurangan, kerugian akibat risiko dilakukan terutama jika konsekuensi dari konsekuensi risiko tersebut besar. Pengurangan
kerugian
dilakukan
untuk
mengurangi
konsekuensi.
Beberapa risiko tidak dapat dicegah, kemungkinan terjadinya konsekuensinya. Jika risiko tersebut tidak dapat dicegah atau dikurangi, ada cara yang dapat dilakukan yaitu menyiapkan dana atas risiko tersebut. Pembiayan risiko dapat dilakukan dengan pengalihan pendanaan kepada pihak lain atau menahan dimana perusahaan yang membiayai kerugian juga terjadi. Risiko yang mungkin dan konsekuensinya kecil mungkin akan terlalu mahal untu mencegah dan mengurangi kerugian. Risiko ini cukup ditangani dengan menyiapkan dana untuk membiayai jika sekiranya terjadi. Menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan adalah bagaimana cara mengalami semua risiko yang ada didalam perusahaan tanpa memilih risikorisiko tertentu saja. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi manajemen yang sudah terkenal yaitu perencanaan,pengorganisasian, pengarahan, dan melakukan pengendalian atau planning, organizing, actuating, controlling (POAC). Dengan demikian ditambahkan satu fungsi lagi yang sangat penting yaitu menangani risiko. Menangani risiko yang ada dalam perusahaan diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko. Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko apa saja yang dihadapi perusahaan, kemudian mengukur risiko yang telah diindentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan sebagian besar konsekuensi dari risiko tersebut.
Selanjutnya menangani risiko untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko tersebut sehingga segala kemungkinan kerugian dapat diminimalkan. Selanjutnya dilakukan untuk mengetahui sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan dalam perusahaan.
3.1.4
Konsep Penanganan Risiko Menurut Kountur (2008), berdasarkan peta risiko dapat diketahui cara
penanganan risiko yang tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi penanganan risiko, yaitu: 1.
Preventif Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini
dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: (a) membuat atau memperbaiki sistem, (b) mengembangkan sumberdaya manusia, dan (c) memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. 2.
Mitigasi Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk
memperkecil dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah: 9. Diversifikasi Diversifikasi adalah suatu strategi pengelolaan risiko yang sering digunakan yang melibatkan partisipasi dari satu aktivitas. Strategi diversifikasi ini dilakukan dengan alasan bahwa apabila satu unit usaha memiliki hasil yang rendah maka unit-unit yang lain mungkin akan memiliki hasil yang lebih tinggi. 10. Pengggabungan Penggabungan atau lebih dikenal dengan istilah merger menekankan pola penanganan risiko pada kegiatan pengabungan dengan pihak perusahaan lain. Contohnya strategi ini adalah dengan melakukan merger atau melakukan akuisisi.
11. Pengalihan Risiko Pengalihan risiko merupakan cara penaganan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko kepada pihak lain. Cara ini bermaksud jika terjadi kerugian pada perusahaan maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Menurut Harwood et al (1999), strategi yang dapat dilakukan untuk menangani risiko yang dihadapi petani antara lain: 1. Diversifikasi usaha Diversifikasi adalah suatu strategi pengelolaan risiko yang sering digunakan yang melibatkan partisipasi lebih dari satu aktivitas. Strategi diversifikasi ini dilakukan dengan alasan bahwa apabila satu unit usaha memiliki hasil yang rendah maka unit-unit usaha yang lain mungkin akan memiliki hasil yang lebih tinggi. 2. Intregrasi vertikal Integrasi vertikal merupakan salah satu strategi dalam paying koordinasi vertikal yang meliputi seluruh cara dimana output dari satu tahapan produksi dan distribusi ditransfer ke tahapan produksi lainnya. Dari sisi petani, keputusan untuk melakukan integrasi vertikal tergantung pada banyaknya faktor, antara lain perubahan keuntungan dengan adanya integrasi vertikal, risiko pada kuantitas dan kualitas pasokan input sebelum dan sesudah integrasi vertikal, dan faktor lainnya. 3. Kontrak Produksi(production contract) Kontrak produksi ini menempatkan dengan rinci suplai input produksi oleh pembeli, kualitas dan kuantitas komoditi tertentu yang akan diproduksi, dan kompensasi yang akan dibayarkan kepada petani. 4. Kontrak Pemasaran (marketing contract) Kontrak pemasaran berisikan perjanjian, baik secara tertulis maupun lisan antara pedagang dan produsen tentang penetapan harga dan penjualan suatu komoditi
sebelum
panen
atau
sebelum
komoditi
siap
dipasarkan.
Kepemilikan komoditi saat diproduksi adalah milik petani, termasuk keputusan manajemen, seperti menentukan varietas benih, penggunaan input, dan kapan waktunya.
5. Perlindungan Nilai (hedging) Perlindungan nilai dilakukan untuk mengalihkan risiko pada pihak lain yang lebih baik dalam manajemen risikonya melalui transaksi instrument keuangan. 6. Asuransi (insurance) Asuransi adalah kontrak perjanjian pihak yang diasuransikan dengan perusahaan. Perusahaan bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang dialami pihak yang diasuransikan. Premi asuransi akan diterima oleh pihak yang diasuransikan sebagai kompensasinya.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Kelompok Tani Hurip menghadapi risiko dalam menjalankan usahanya. Risiko yang dihadapi disebabkan oleh pengaruh cuaca dan iklim, serangan hama dan penyakit, bibit, tenaga kerja, fluktuasi harga jual produk, dan pengairan atau irigasi.
Adannya
risiko
yang
terjadi
akan
mengakibatkan
penurunan
produktivitas yang akan berdampak pada pendapatan yang diperoleh oleh petani. Oleh karena itu perlu dilakukakan analisis risiko yang tepat untuk diterapkan pada Kelompok Tani Hurip. Besarnya tingkat risiko yang dihadapi oleh sebuah usaha dapat dianalisis dengan analisis risiko yang digunakan untuk mengetahui keragaan tingkat risiko usaha
tersebut.
Penilaian
risiko
dilakukan
dengan
mengukur
tingkat
penyimpangan terhadap return dari suatu usaha. Return didapat dari rata-rata pendapatan yang diterima petani dari total periode pengamatan. Analisis risiko yang digunakan terhadap risiko antara lain melalui pendekatan metode variance, standard deviation, dan coefficient variance untuk menganalisis risiko satu komoditas. Analisis risiko menggunakan pendekatan portofolio dilakukan untuk menganalisis risiko untuk lebih dari satu komoditas. Setelah dianalisis akan diperoleh hasil yang akan menjadi alternatif manajemen risiko yang digunakan sebagai pertimbangan mengatasi risiko oleh Kelompok Tani Hurip. Adapun kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3. .
Kelompok Tani Hurip
Sumber-Sumber Risiko - Cuaca atau iklim - Hama dan Penyakit - Irigasi Input
Harga Input Produktivitas
Harga Output
Penerimaan
Pengeluaran
Pendapatan
Peluang Kejadian
Expected Return dan Tingkat Risiko Spesialisasi
Expected Return dan Tingkat Risiko Diversifikasi
Strategi Penanganan Risiko
Gambar 3. Alur Pemikiran Operasional Analisis Risiko Diversifikasi Tanaman Pangan pada Kelompok Tani Hurip di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor
IV.
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Waktu penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada Bulan Juli hingga Bulan Agustus 2012. Penentuan Kabupaten Bogor sebagai daerah penelitian dikarenakan Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra penghasil tanaman pangan di Jawa Barat, sedangkan Desa Cikarawang merupakan salah satu sentra penghasil tanaman pangan di Kabupaten Bogor. Kelompok Tani Hurip merupakan salah satu kelompok tani aktif yang terdapat di Desa Cikarawang dan tergabung dalam Gapoktan Jaya Makmur. Kelompok tani ini dipilih karena jumlah anggotanya lebih banyak dan total lahan yang diusahakan relatif lebih luas dibandingkan kelompok tani lainya. Selain itu, Kelompok Tani Hurip merupakan salah satu kelompok tani binaan IPB.
4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari sumber atau objek yang sedang diteliti melalui observasi, pengisian kuesioner, dan wawancara di lapangan dengan petani responden, ketua kelompok tani hurip dan pihak yang terkait. Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur terkait yang diperoleh dari Kantor Kabupaten Bogor, Kantor Desa Cikarawang, Kelompok Tani Hurip, BPS Kabupaten Bogor, BPS Pusat, artikel, internet, buku literatur dan sumber-sumber lainya yang menunjang penelitian.
4.3 Metode Pengumpulan Data Pengambilan responden dalam penelitian ini menggunkan metode purposive. Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah petani anggota Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang. Daftar nama petani yang melakukan usahatani tanaman padi, ubi jalar dan kacang tanah diperoleh dari ketua kelompok tani. Total anggota Kelompok Tani Hurip adalah 82 orang dan yang dipilih menjadi responden sebanyak 19 orang. Penentuan responden ini
berdasarkan lahan yang ditanami oleh petani yang berada satu hamparan yaitu di Kampung Carang Pulang. Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian. Data yang digunakan adalah data dari petani yang melakukan kegiatan usahatani tanaman padi, ubi jalar dan kacang tanah. Sementara pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang akan diisi langsung oleh peneliti sesuai dengan hasil wawancara diperoleh dari responden. Observasi dilakukan dengan mengamati proses terjadinya beberapa kegiatan budidaya yang berlangsung di lokasi penelitiaan.
4.4 Metode Analisis Data 4.4.1 Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Analisis kualitatif digunakan ketika mendeskripsikan kondisi risiko produksi terhadap komoditi tanaman pangan yang dihadapi oleh para petani. Selain itu, untuk mendeskripsikan sumber yang menyebabkan adanya risiko dan untuk mendeskripsikan strategi pengelolaan risiko pada Kelompok Tani Hurip. Analisis Kuantitatif digunakan ketika menghitung pendapatan petani, peluang, dan tingkat risiko produksi berdasarkan pendapatan dengan menghitung variance, standard deviation, dan coefficient variance
4.4.2 Analisis Risiko pada Kegiatan Spesialisasi Hal pertama yang dilakukan dalam analisis risiko adalah menentukan peluang. Penentuan peluang diperoleh dari suatu kejadian yang
dapat
diukur
berdasarkan pengalaman yang telah dilalami pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan usaha. Total peluang dari beberapa kejadian berjumlah satu. Pengukuran peluang (P) diperoleh dari frekuensi kejadian pada setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Secara matematis pengukuran peluang dapat dituliskan sebagai berikut (Darmawi,2010):
Pi = Keterangan: f = Frekuensi kejadian T = Periode waktu proses produksi
Total peluang dari beberapa kejadian pada masing-masing komoditas tanaman padi, ubi jalar, dan kacang tanah berjumlah satu secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut:
Penyelesaian pengambilan keputusan dalam risiko dapat dilakukan dengan menghitung expected return, yaitu jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi peluang dari masing masing kejadian. Rumusan expected return adalah sebagai berikut: E (Ri) =
Pi menunjukan nilai peluang dari suatu kejadian di masing-masing kondisi. Peluang dari suatu kejadian diasumsikan relatif sama karena data yang tersedia dari setiap kejadian sulit dinilai mana peluang yang lebih tinggi atau rendah. Nilai peluang dihitung dengan cara yaitu satu dibagi dengan total periode waktu proses produksi, sehingga nilai expected retur-nya merupakan nilai ratarata dari total nilai pendapatan tersebut. E (Ri) =
Keterangan: E (Ri) Ri n i j
= Expected return dari masing-masing komoditas = Return yang diperoleh dari setiap kejadian = Jumlah kejadian =19 = Kejadian (1,2,3,….,19) = Usaha Tanaman Pangan (1 = Padi, 2 = Ubi jalar, 3 = Kacang Tanah) Pengukuran sejauh mana risiko yang dihadapi perusahaan dalam
menjalankan usahanya terhadap hasil atau pendapatan yang diperoleh perusahaan dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut: 1. Variance Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan Expected Return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai varian dapat ditulis dengan rumus matematis sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995):
Keterangan: = Variance dari Return Pij = Peluang dari suatu kejadian Rij = Return atau pendapatan masing-masing komoditas Ri = Expected Return dari masing-masing komoditas Semakin kecil nilai varian maka semakin kecil penyimpangan yang berarti semakin kecil risiko yang dihadapi perusahaan dalam melakukan suatu usaha tersebut. 2.
Standard Deviation Pengukuran Standard Deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai
varian. Risiko pada penelitian ini merupakan besarnya fluktuasi pendapatan patani. Semakin kecil nilai dar Standard Deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam menjalankan suatu usaha. Rumus Standard Deviation adalah (Elton dan Gruber,1995):
Keterangan: σ2 = Variance masing-masing komoditas σ = Standard Deviation masing-masing komoditas 3.
Coefficient Variation Coefficient variation diukur dari rasio (perbandingan) Standard Deviation
dangan Return yang diharapkan (Expected Return). Semakin kecil nilai Coefficient variation maka semakin rendah risiko yang dihadapi. Coefficient variation dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995): CV = Keterangan : CV = Coefficient variation masing-masing komoditas σ = Standard Deviation masing-masing komoditas Ri = Expected Return masing-masing komoditas Variance dan standar deviation merupakan ukuran absolute dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan. Untuk mempertimbangkan asset dengan return yang diharapkan berbeda, pelaku
bisnis dapat menggunakan coefficient variation. Coefficient variation merupakan ukuran yang sangat tepat bagi pengambil keputusan khususnya dalam memilih salah satu alternatif dari berbagai kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha untuk setiap return yang diperoleh.
4.4.3 Analisis Risiko Diversifikasi Pelaku bisnis mempunyai banyak alternatif dalam memjalankan investasi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah menginvestasikan dananya dengan melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset. Kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset dinamakan diversifikasi. Kegiatan usaha diversifikasi juga tidak lepas dari risiko usaha. Diversifikasi adalah salah satu upaya untuk meminimalisasi risiko yang ada. Risiko yang dihadapi disebut dengan risiko portofolio. Komoditi yang dianalisis dalam kegiatan diversifikasi adalah kombinasi dua dan tiga komoditi. Fraction portofolio atau bobot komoditi yang diperoleh pada masingmasing komoditi ditentukan dari perbandingan luas lahan komoditi dengan total luas lahan yang diusahakan pada kegiatan portofolio tersebut. Total bobot dari beberapa kegiatan berjumlah satu. Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi dua komoditi sebagai berikut: W2(i) =
Luas Lahan (i) Luas Lahan (i) + Luas Lahan (j)
W2(j) =
Luas lahan (j) Luas Lahan (i) + Luas lahan (j)
Keterangan: W2 (i) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i W2 (j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j i = Kombinasi Tanaman Padi/ Ubi jalar/ Kacang tanah j = Kombinasi Tanaman Padi/ Ubi jalar/ Kacang tanah Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi tiga komoditi adalah sebagai berikut: W3 (i) =
Luas lahan (i) Luas lahan (i) + Luas lahan (j) + Luas lahan (k)
W3 (j) =
Luas lahan (j) Luas lahan (i) + Luas lahan (j) + Luas lahan (k)
W3 (k) =
Luas lahan (k) Luas lahan (i) + Luas lahan (j) + Luas lahan (k)
Keterangan: W3 (i) = Bobot Portofolio kombinasi tiga komoditi i W3 (j) = Bobot Portofolio kombinasi tiga komoditi j W3 (k) = Bobot Portofolio kombinasi tiga komoditi k i = Kombinasi Tanaman Padi/ Ubi jalar/ Kacang tanah j = Kombinasi Tanaman Padi/ Ubi jalar/ Kacang tanah k = Kombinasi Tanaman Padi/ Ubi jalar/ Kacang tanah Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai fraction atau bobot portofolio dari hasil penelitian dapat diperoleh. Adapun nilai fraction atau bobot portofolio untuk beberapa gabungan komoditi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai Fraction atau Bobot Portofolio Setiap Gabungan Komoditas No Gabungan Bobot Portofolio(%) Komoditas Padi Ubi Jalar Kacang tanah 1 Padi + Ubi 0,51 0,49 2 Padi + Kacang 0,54 0,46 3 Ubi + Kacang 0,53 0,47 4 Padi + Ubi + Kacang 0,35 0,34 0,31
Berdasarkan Tabel 7, nilai fraction atau bobot pada masing-masing diversifikasi dua komoditas dan tiga komoditas berbeda-beda. Hal ini dilihat berdasarkan dari jumlah komoditasnya dalam diversifikasi. Namun, secara keseluruhan nilai fraction pada masing-masing diversifikasi berjumlah satu atau 100 persen. Nilai fraction tersebut didapat dari proporsi luas lahan yang digunakan masing-masing komoditas. Setelah fraction portofolio atau bobot pada tiap kombinasi komoditi diperoleh, dilakukan perhitungan expected return portofolio tiap kombinasi komoditi. Cara menghitung expected return portofolio kombinasi dua komoditi sebagai berikut: E(R)p2
= [E(Ri) W2(i)] + [E(Rj) W2(j)]
Keterangan: E(R)p2 = Expected Return Portofolio Kombinasi Dua Komoditi E(Ri) = Expected Return Komoditi i E(Rj) = Expected Return Komoditi j W2(i) = Bobot Portofolio Kombinasi Dua Komoditi i W2(j) = Bobot Portofolio Kombinasi Dua Komoditi j
Selanjutnya, setelah expected return portofolio tiap kombinasi komoditi diperoleh, dilakukan perhitungan variance portofolionya dengan memasukkan bobot portofolio kedalam rumus. Jika diversifikasi dilakukan pada kombinasi dua komoditi, maka variance gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995): = Keterangan: = Variance portofolio untuk investasi aset i dan j σi = Standard Deviation investasi aset i σj = Standard Deviation investasi aset j σij = Covariance investasi aset i dan j α = Fraction portofolio pada investasi aset i (1-α) = Fraction portofolio pada investasi aset j Covariance antara kedua investasi i dan j dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Elton dan Gruber, 1995):
Keterangan: = Covariance aset i dan j = Nilai koefisien korelasi antara investasi i dan j Nilai koefisien korelasi investasi antara i dan j (σij) mempunyai nilai maksimum positif
satu (+1) dan nilai minimum negatif satu (-1). Beberapa
kemungkinan korelasi diantara dua investasi adalah: 1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi antara dua investasi i dan j selalu bergerak bersama-sama (searah). 2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi antara dua investasi i dan j selalu bergerak berlawan arah. 3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0)
mempunyai arti bahwa
kombinasi antara dua investasi i dan j tidak berhubungan sama sekali. Korelasi merupakan alat ukur statistik mengenai hubungan dari serial data yang menunjukan pergerakan bersamaan relatif (relative comovements)antara serial data tersebut. Jika serial data bergerak dengan arah yang sama disebut korelasi positif, sebaliknya jika bergerak dengan berlawanan arah disebut korelasi negatif.
Menurut Diether (2009) jika terdapat tiga aset yaitu A,B dan C. Bobot untuk ketiga aset adalah Wa, Wb, dan Wc dimana jumlah ketiga bobot adalah satu (W1 + W2 + W3 = 1). Maka besarnya expected return gabungan kombinasi tiga komoditas dapat dituliskan sebagai berikut: E(R)p = W1 E(Ri) + W2 E(Rj) + W3 E(Rk) Keterangan: E(R)p = Expected return gabungan ketiga investasi (A,B dan C) W1 = bobot atau fraction portofolio pada investasi aset A = bobot atau fraction portofolio pada investasi aset B W2 W3 = bobot atau fraction portofolio pada investasi aset C E(Ri) = expected return dari investasi aset A E(Rj) = expected return dari investasi aset B E(Rk) = expected return dari investasi aset C Besarnya variance gabungan ketiga aset dapat dituliskan sebagai berikut (Diether, 2009): σ²(R)p = W1² σa² (Ri) + W2² σb² (Rj) + W3² σc² (Rk) + 2W1 W2 covar (Ri,Rk) + 2W1 W3 covar (Ri,Rk) + 2W2 W3 covar (Rj,Rk) Keterangan: σ²(R)p σ²(Ri) σ²(Rj) σ²(Rk) W1 W2 W3 covar (R1,R2)
= Variance portofolio untuk investasi aset A,B,dan C = Variance investasi aset A = Variance investasi aset B = Variance investasi aset C = bobot atau fraction portofolio pada investasi aset A = bobot atau fraction portofolio pada investasi aset B = bobot atau fraction portofolio pada investasi aset C = covariance antara investasi A dan B, diperoleh dengan rumus; ρab σa σb dimana ρab diasumsikan nilainya +1. covar (R1,R3) = covariance antara investasi A dan C, diperoleh dengan rumus; ρac σa σc dimana ρac diasumsikan nilainya +1. covar (R2,R3) = covariance antara investasi B dan C, diperoleh dengan rumus; ρbc σb σc dimana ρbc diasumsikan nilainya +1. = Standard deviation aset A σa σb = Standard deviation aset B σc = Standard deviation aset C
V.
GAMBARAN UMUM
5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian Desa Cikarawang terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Menurut keadaan topografinya, Desa Cikarawang merupakan dataran tinggi dengan ketinggian mencapai 193 meter dari permukaan laut dan memiliki suhu udara rata-rata 25º- 30º Celcius. Batas-batas wilayah Desa Cikarawang adalah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Sungai Cisadane
Sebelah Selatan
: Sungai Ciapus
Sebelah Barat
: Sungai Ciapus atau Sunagai Cisadane
Sebelah Timur
: Kelurahan Situ Gede
Wilayah Desa Cikarawang terbagi atas tiga dusun dan tujuh rukun warga (RW). Wilayah ini terbagi lagi ke dalam kelompok masyarakat, yaitu 32 rukun tetangga (RT) yang tersebar di 11 kampung. Luas wilayah Desa Cikarawang menurut penggunaanya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Desa Cikarawang Tahun 2011 Wilayah
Luas (ha)
Persentase (%)
Pemukiman
37.854,00
15,10
Persawahan
194.572,00
77,63
Perkebunan
18.226,00
7,27
Kuburan
0.60
0,00024
Pekarangan
1,21
0,00048
Perkantoran
0,01
0,000006
250.653,82
100,00
Total luas Sumber: Desa Cikarawang,2011 (diolah)
Luas wilayah Desa Cikarawang adalah 250.653,826 ha dengan persentase tersebar berada pada wilayah persawahan sebesar 77,63 persen dari total luas wilayah. Persentase penggunaan lahan untuk persawahan dan perkebunan cukup tinggi, sehingga usaha pertanian berpotensi untuk dikembangkan. Desa
Cikarawang mempunyai danau (situ) yang diberi nama Situ Burung dengan luas kurang lebih 2,5 hektar yang berfungsi sebagai sumber air untuk irigasi persawahan, sebagai reservoir air yang mampu mencegah banjir dimusim hujan dan mencegah kekurangan air di musim kemarau. Persediaan air mendukung usahatani padi, ubi jalar dan kacang tanah, karena tanaman padi dan ubi jalar membutuhkan air yang cukup dalam pertumbuhannya. Jumlah keluarga yang memiliki lahan pertaniaan tanaman pangan di Desa Cikarawang terdiri dari 300 keluarga memiliki lahan kurang dari satu hektar dan 10 keluarga memiliki lahan 1-5 hektar. Persentase kepemilikan lahan kurang dari satu hektar sebesar 0,96 persen dari total jumlah keluarga. Tanaman pangan yang sering dibudidayakan antara lain padi, ubi jalar, jagung, singkong, kacang tanah,dan lain-lain. Jumlah penduduk Desa Cikarawang pada tahun 2011 adalah 8.227 jiwa, yang terdiri dari 4.199 jiwa berjenis kelamin laki-laki, dan 4.028 jiwa berjenis kelamin perempuan, sedangkan kepadatan penduduk 2.300 jiwa per km. Banyaknya jumlah penduduk laki-laki dan perempuan sama-sama berpotensi mengembangkan usahatani tanaman pangan. Penggolongan usia penduduk Desa Cikarawang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Penggolongan Usia Penduduk di Desa Cikarawang Tahun 2011 No. Usia (tahun)
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Persentase(%)
1
0 -14
1287
1351
2638
32,01
2
15 – 29
1158
1120
2278
27,70
3
30 – 44
872
820
1692
20, 58
4
45 – 59
5225
472
1026
12 46
5
60 – 75
328
265
593
7,22
4199
4029
8227
100,00
Jumlah
Sumber : Desa Cikarawang, 2011 (diolah)
Secara umum kegiatan ekonomi masyarakat Desa Cikarawang berada di sektor pertanian dengan profesi utama sebagai petani. Selain itu profesi masyarakat Desa Cikarawang adalah tukang bangunan, karyawan pegawai negeri atau swasta, pedagang, tukang ojeg, dan sopir angkot. Profesi lain dari masyarakat Cikarawang adalah sebagai peternak ayam kampung,ayam ras, kambing, domba,
sapi dan kerbau. Disektor industri Desa Cikarawang memiliki tiga industri skala rumah tangga, empat industri skala kecil dan dan satu industri skala sedang. Secara rinci mata pencarian pokok warga Desa Cikarawang dapat, dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Mata Pencaharian Pokok Warga Desa Cikarawang Tahun 2011 No.
Jenis Pekerjaan
Jumlah(orang)
Persentase(%)
1.
Petani
310
20,80
2.
Buruh tani
225
15,10
3.
PNS
175
11,80
4.
Pengrajin industri rumah tangga
5
0,33
5.
Pedagang keliling
31
2,08
6.
Peternak
3
0,20
7.
Montir
3
0,20
8.
Perawat Swasta
1
0,06
9.
Pembantu Rumah Tangga
300
20,20
10.
TNI/POLRI
2
0,13
11.
Pensiunan PNS/TNI/POLRI
210
14,10
12.
Pengusaha Kecil dan Menengah
3
0,20
13.
Karyawan Perusahaan Swasta
220
14,80
1488
100,00
Total Sumber : Desa Cikarawang, 2011 (diolah)
Tabel 10 menunjukan bahwa persentase terbesar dari berbagai mata pencarian sesuai jenis pekerjaanyya berada di bidang pertanian yaitu sebesar 35,9 persen dari jumlah penduduk yang bekerja. Mata pencarian dibidang pertanian yaitu sebagai petani dan buruh tani. Mata pencarian yang memiliki persentase paling sedikit adalah sebagai perawat swasta yaitu hanya satu orang dari total penduduk yang bekerja. Desa Cikarawang memiliki empat kelompok tani yang tersebar di empat kampung yang berbeda, yaitu Kelompok Tani Hurip di Kampung Carang Pulang Bubulak, Kelompok Tani Mekar di Kampung Carang pulang Kidul, Kelompok Tani Setia di Kampung Cangkrang dan Kelompok Tani Subur Jaya di Kampung Petapaan. Diantara empat kelompok tani tersebut, hanya dua kelompok tani masih
aktif saat ini yaitu Kelompok Tani Hurip dan Subur Jaya. Dua kelompok tani lainya tidak aktif dikarenakan faktor sumberdaya manusianya. Anggota Kelompok Tani Setia dan Mekar sebagian besar sudah berusia lanjut dan kelompok tersebut tidak memiliki generasi muda yang dapat mempertahankan dan meneruskan keberadaan kelompoknya. Desa Cikarawang kaya akan potensi pertaniannya. Adapun hasil pertanianya terdiri dari padi, singkong, ubi jalar, jagung, kacang tanah, pepaya, pisang, jambu dan lain-lain. Komoditi unggulan Desa Cikarawang adalah tanaman ubi jalar, kacang tanah dan padi. Sebagian besar komoditi pertanian ini dijual kepasar terdekat atau tenggkulak hanya sebagian kecil saja yang dikonsumsi, kecuali tanaman padi yang sebagian besar dikonsumsi oleh petani.
5.2
Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip Kelompok Tani Hurip adalah kelompok tani tertua di Desa
Cikarawang yang pendirianya dilatar belakangi oleh keinginan dari para petani untuk bekerjasama dalam memajukan pertanian desa. Kelompok tani ini berdiri sejak tahun 1975 yang diketuai oleh Bapak Kuming dan selanjutnya dari tahun 2000 sampai sekarang Kelompok Tani Hurip diketuai oleh Ahmad Bastari yang merupakan cucu menantu dari ketua sebelumnya. Sekretariat Kelompok Tani Hurip beralamat di Kampung Carang Pulang Bubulak RT 04 RW 03 No 43, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Anggota Kelompok Tani Hurip adalah para petani yang tinggal di Kampung Carang Pulang Bubulak dan sebagian besar mereka memiliki hubungan keluarga. a. Visi , Misi dan Tujuan Kelompok Tani Hurip Sejak awal para petani sudah menyadari bahwa tujuan mereka bergabung menjadi kelompok tani adalah untuk bekerjasama memajukan pertanian Desa Cikarawang. Visi Kelompok Tani Hurip adalah menciptakan kelompok tani mandiri yang dapat meningkatkan pendapatan dan mensejahterakan anggotanya. Adapun misi Kelompok Tani Hurip adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan sumberdaya anggota kelompok tani, 2) Memanfaatkan lahan pertanian seoptimal mungkin,
3) Mengakses para anggota kelompok kelembaga permodalan, pasar, dan informasi teknologi, 4) Meningkatkan produktivitas komoditas di wilayah tersebut. b. Struktur Organisasi Kelompok Tani Hurip Pada tanggal 23 Maret 2007 kelompok menetapkan struktur kepengurusan organisasi Kelompok Tani Hurip beserta tugasnya dari masing-masing pengurus. Susunanan pengurus Kelompok Tani Hurip yang telah disepakati terdiri dari Ketua, Seksi Pembenihan, Seksi Humas, Seksi Usaha, Seksi Demplot dan Seksi Pengairan. Kepengurusan pun dilengkapi dengan memiliki penasehat Kelompok Tani Hurip. Hasil diskusi kelompok tani dengan penyuluhan terjadi pergantian beberapa nama seksi pada struktur organisasi yaitu seksi pengaturan pola tanam di ganti menjadi seksi pertanian, seksi pengairan menjadi seksi pengairan atau P3A. Seksi Pembenihan menjadi seksi kehutanan dan seksi Demplot menjadi seksi Kelompok Wanita Tani. Adapun struktur organisasi Kelompok Tani Hurip dapat dilihat pada Lampiran 1. Pergantian nama dilakukan untuk mempermudah penyaluran bantuan dari pemerintah untuk kelompok tani dengan tidak berpengaruh pada tugas masing-masing yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun tugas pengurus kelompok tani dapat dilihat pada Lampiran 2. c. Peraturan Kelompok Tani Hurip Perumusan awal mengenai peraturan kelompok oleh ketua, sekretaris, dan beberapa anggota dengan didampingi oleh fasilitator, kemudian hasilnya didiskusikan bersama seluruh anggota, sehingga diperoleh rumusan peraturanperaturan yang dipahami dan disepakati oleh seluruh anggota kelompok. Peraturan Kelompok Tani Hurip ditetapkan pada tanggal 23 Maret 2007 yang terdiri dari hak dan kewajiban, sanksi dan penghargaan bagi anggota Kelompok Tani Hurip. Peraturan yang ditetapkan menjadikan pengurus dan petani anggota lebih terarah dalam terwujudnya visi dan misinya sehingga akan saling berkesinambungan satu dengan yang lainya. Peraturan-peraturan pengurus dan anggota Kelompok Tani Hurip antara lain:
1) Hak bagi pengurus dan anggota Kelompok Tani Hurip: a) Pengurus dan anggota Kelompok Tani Hurip akan mendapatkan bibit (bantuan/program pemerintah) dengan syarat menghadiri kegiatan yang diadakan Kelompok Tani Hurip minimal 80 persen. Pengurus dan anggota hanya menganti biaya transportasi pengambilan bibit. b) Pengurus dan anggota akan mendapatkan kartu pengena Kelompok Tani Hurip. Kartu ini berfungsi sebagai kartu pengenal Kelompok Tani Hurip dan sebagai kartu pengambilan bibit (bantuan/program pemerintah). c) Pengurus dan anggota Kelompok Tani Hurip akan mendapatkan pinjaman modal yang berasal dari iuran wajib pengurus anggota, dengan syarat: anggota aktif (menghadiri kegiatan yang diadakakan Kelompok Tani Hurip minimal sebesar 80 persen), mempunyai lahan, dan telah mengikuti program simpan pinjam. 2) Kewajiban bagi pengurus dan anggota Kelompok Tani Hurip a) Mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Kelompok Tani Hurip b) Membayar iuran wajib bulanan sebesar Rp. 8.000,- yang akan digunakan untuk simpan pinjam dan keperluan Kelompok Tani Hurip c) Membayar iuran pokok menjadi anggota sebesar Rp. 50.000,d) Mengikuti dan menghadiri rapat bulanan kelompok yang diadakan sebulan sekali selama setahun kepengurusan. e) Hasil panen anggota harus dijual kepada Kelompok Tani Hurip sesuai dengan harga pasar yang berlaku. 3) Sanksi bagi Kelompok Tani Hurip, yaitu jika dua kali dalam satu tahun kepengurusan tidak hadir dalam rapat bulanan, maka akan mendapatkan sanksi dari Kelompok Tani Hurip. Sanksinya sebagai berikut: a) Jika tidak hadir satu kali dalam rapat bulanan, maka akan mendapatkan peringatan dari Kelompok Tani Hurip, b) Jika tidak hadir dua kali dalam rapat bulanan, maka yang bersangkutan tidak akan mendapatkan bibit (bantuan/program pemerintah) dan pinjaman modal dari Kelompok Tani Hurip. 4) Penghargaan bagi anggota Kelompok Tani Hurip, yaitu bagi anggota yang hadir 100 persen (untuk setiap kegiatan Kelompok Tani Hurip) akan
mendapakan hadiah dari kelompok. Penghargaan ini diberikan setiap satu tahun sekali.
5.3 Karakteristik Responden Karakteristik petani responden dalam penelitian ini dijelaskan berdasarkan umur, tingkat pendidikan, kepemilikan lahan, lama bertani, jumlah tanggungan keluarga, dan status kepemilikan lahan. 5.3.1 Umur Responden Petani tanaman pangan yang menjadi responden penelitian berada pada kisaran tiga puluh tahun hingga delapan puluh tahunan. 19 petani yang disensus sebagian besar petani berada pada rentang umur lebih dari 60 tahun yang merupakan usia yang kurang produktif untuk bekerja
yaitu sebesar 36,84
persen. Sedangkan rentang usia produktif yaitu 30-40 tahun hanya sebagian kecil saja yang bekerja dibidang pertanian yaitu hanya 21,06 persen. Hal ini menunjukkan kurangnya minat generasi muda di Desa Cikarawang untuk mengelola lahan pertanian. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Umur Petani di Kelompok Tani Hurip Tahun 2012 Umur (Tahun)
Jumlah Petani Responden (Orang)
Persentase (%)
30-40
4
21,06
41-50
6
31,58
51-60
2
10,52
>60
7
36,84
TOTAL
19
100
5.3.2 Tingkat Pendidikan Responden Pada umumnya petani yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari presentasi tingkat pendidikan petani responden seperti yang dijelaskan pada Tabel 12. sebagian besar petani responden tanaman pangan di Desa Cikarawang yaitu sebesar 47,36 persen mengeyam pendidikan hanya sampai jenjang SD. Sementara itu, tingkat pendidikan menengah keatas sebesar 31,60 persen dari total petani tanaman pangan di Desa Cikarawang. Namun, hal itu bukan satu
satunya ukuran bagi keberhasilan usaha budidaya tanaman pangan. Para petani di Desa Cikarawang aktif dalam mengikuti penyuluhan di Kelompok Tani Hurip dan penyuluhan lainnya tentang pertanian sehingga hal tersebut dapat meningkatkan produktifitas tanaman pangan seoptimal mungkin. Tabel 12. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelompok Tani Hurip Tahun 2012 Tingkat Pendidikan
Jumlah Petani Responden (Orang)
Persentase(%)
Tidak Sekolah
2
10,52
SD
9
47,36
SMP
2
10,52
SMA/SMK
6
31,60
19
100
TOTAL
5.3.3 Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu ukuran yang menggambarkan beban ekonomi yang harus ditanggung oleh petani responden. Dilihat dari jumlah tanggungan keluarga, sebanyak 89,48 persen petani responden memiliki tanggungan keluarga sekitar 3 hingga 5 orang. Hal ini menunjukkan bahwa para petani responden tanaman pangan di Kelompok Tani Hurip cukup menyadari bahwa ukuran keluarga yang kecil akan mengurangi beban ekonomi bagi petani responden. Namun, ada pula petani yang memiliki tanggungan keluarga sebanyak 6 hingga 8 anggota keluarga akan tetapi, hanya sekitar 5,26 persen saja dari total petani responden. Jumlah tanggungan keluarga petani responden dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Kelompok Tani Hurip Tahun 2012 Jumlah Tanggungan
Jumlah Petani Responden (Orang)
Persentase(%)
0-2
1
5,26
3-5
17
89,48
6-8
1
5,26
TOTAL
19
100
5.3.4 Pengalaman Bertani Petani tanaman pangan Kelompok Tani Hurip yang dijadikan responden dalam penelitian ini merupakan para petani yang sudah lama. Sebagian besar para petani sudah berpengalaman lebih dari 30 tahun yaitu sebesar 36,84 persen dari total petani responden dari keseluruhan. Hanya 10,52 persen saja yang pengalaman bertaninya kurang dari sepuluh tahun. Pengalaman bertani yang cukup lama ini dikarenakan mereka bertani berdasarkan turun temurun dari nenek moyang mereka sehingga dari sejak kecil mereka sudah mulai bertani. Lama pengalaman bertani para petani responden dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani di Kelompok Tani Hurip Tahun 2012 Lama Bertani (Tahun)
Jumlah Petani Responden (Orang)
Persentase(%)
<5
1
5,26
5-10
1
5,26
11-20
6
31,58
21-30
4
21,06
>30
7
36,84
TOTAL
19
100
5.3.5 Kepemilikan Luas Lahan Kepemilikan lahan pertanian di Kelompok Tani Hurip merupakan lahan pribadi sehingga para petani responden tidak mengeluarkan lagi sewa dari lahan tersebut. Luas lahan yang digarap oleh para petani responden di Kelompok Tani Hurip kurang dari 0,25 hektar sebesar 52,64 persen dari total responen sisanya memiliki lebih dari 0,5 hektar lahan yang digarap. Tabel 15. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Kepemilikan Luas Lahan di Kelompok Tani Hurip Tahun 2012 Luas Lahan (Ha)
Jumlah Petani Responden (Orang)
Persentase(%)
<0,25
10
52,64
0,25-0,5
5
26,32
0,51-1
1
5,26
>1
3
15,78
TOTAL
19
100
5.3.6 Status Kepemilikan Lahan Kepemilikan lahan oleh petani di Kelompok Tani Hurip sebagian besar milik sendiri dan digarap sendiri yaitu sebanyak 73,68 persen dari total responden. Sedangkan milik sendiri dan bagi hasil penggarapya sebesar 15,78 persen dan sebesar 10,54 persen bagi hasil dengan pemilik dari total responden. Sistem bagi hasil yang diterapkan adalah satu banding tiga dimana satu bagian hasil panen untuk pemilik dan dua bagian hasil panen untuk petani penggarap hal ini dikarenakan satu bagian dipergunakan untuk modal biaya usahatani. Adapun status kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan di Kelompok Tani Hurip Tahun 2012 Status Kepemilikan Lahan
Jumlah Petani Responden (Orang)
Milik Sendiri
Persentase (%)
14
73,68
Milik Sendiri dan Bagi Hasil
3
15,78
Bagi Hasil
2
10,54
19
100
Total
Selain itu, sebagian besar petani responden tanaman pangan menjadikan bertani tanaman pangan sebagai pekerjaan utama. Sebanyak 57,89 persen responden tanaman pangan memanfaatkan pendapatan dari hasil usaha ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan perputaran modal pada pola tanam berikutnya. Sedangkan sebanyak 42,11 persen memilih bertani sebagai usaha sampingan mereka. Adapun usaha sampingannya antara lain sebagai pedagang, sopir angkot, guru TK, karyawan swasta dan lainya. Tabel 17. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Status Usahatani di Kelompok Tani Hurip Tahun 2012 Status Usahatani Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan Total
Jumlah Petani Responden (Orang)
Persentase (%)
11
57,89
8
40,11
19
100
5.4 Pola Tanam Usahatani Pola tanam yang dilakukan oleh petani responden berbeda-beda setiap musim tanamnya. Setelah melihat kondisi dilapangan, para petani responden mengusahakan lebih dari satu jenis tanaman pada musim tanam tetapi padi, ubi jalar dan kacang tanah merupakan tanaman yang sering mereka usahakan tiap tahunnya. Umumnya petani yang memiliki lahan diatas satu hektar mengusahakan berbagai jenis tanaman setiap musimnya tetapi pola tanam mereka selalu sama. Pada umumnya petani responden Kelompok Tani Hurip memiliki lahan lebih dari satu petak sehingga mereka mengusahakan tanaman padi,ubi jalar, dan kacang tanah pada waktu yang hampir bersamaan namun pada lahan yang berbeda. Cara penanaman yang seperti ini termasuk diversifikasi. Hal ini dilakukan oleh petani responden untuk mengatasi adanya penurunan atau kegagalan produksi. Pada Kelompok Tani Hurip pola tanam yang dilakukan ada tiga musim yaitu Bulan Februari - Mei petani menanam padi, pada Bulan Juni – September menanam ubi jalar dan petani menanam tanaman kacang tanah pada Bulan Oktober – Januari. Pola tanam ini setiap tahunnya selalu berulang yaitu ubi jalar – kacang tanah - padi dan kembali lagi menanam ubi jalar. Selain berdasarkan musim, pola tanam ini dilakukan karena adanya pergiliran irigasi yaitu Kampung Carang Pulang Kelompok Tani Hurip menerima aliran irigasi dari Bulan Januari sampai Juni. Pola tanam pada Kelompok Tani Hurip dapat dilihat pada Gambar 4. Luas Lahan
UBI JALAR Jun
Jul
Agt
KACANG TANAH Sep
Okt
Nop
Des
PADI Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Bulan
Gambar 4. Pola Tanam Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Tahun 2012
5.5 Keragaan Usahatani di Kelompok Tani Hurip 5.5.1 Keragaan Usahatani Padi 5.5.1.1 Proses Kegiatan Usahatani Padi Usahatani padi yang dilakukan di Kelompok Tani Hurip dimulai dari persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, serta panen 1. Persipan Lahan Kegiatan pengolahan lahan dilakukann dengan tujuan untuk menciptakan struktur tanah yang mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, untuk menstabilkan kondisi tanah dengan memperbaiki sifat fisik tanah dan memperbaiki pengairan sehingga memperoleh hasil yang maksimal. Kegiatan persiapan lahan terdiri dari pembajakan, pembuatan saluran air, perataan tanah dan memopok. Pembajakan dapat dilakukan secara manual (dicangkul) dan dibajak baik menggunakan binatang kerbau atau traktor. Petani responden di daerah penelitian lebih sering menggunakan bajak kerbau dari pada bajak traktor karena menurut mereka penggunaan traktor terlalu sulit sehingga petani masih menggunakan bajak kerbau selain itu penggunakaan traktor menyebabkan lapisan tanah yang diolah terlalu dalam sehingga kurang baik untuk tanaman padi. Kegiatan pembajakan dilanjutkan dengan kegiatan perataan tanah yaitu menghaluskan struktur tanah hasil pembajakan yang masih berupa bangkahanbangkahan tanah. Karena pembajakan tanah biasanya tidak mampu mencapai sudut sawah, sehingga di cangkul untuk menyelesaikan tanah yang tidak terbajak tersebut. Petani juga biasanya merapikan pematang sawah dengan cara dikikis dengan cara dicangkul kemudian dilempar ke lahan, lalu ditambal lagi dengan tanah berlumpur hingga rata (memopok). Setelah itu lahan didiamkan selama beberapa minggu. Lamanya waktu pendiaman tergantung pada umur bibit semai. 2. Pembenihan/Penyemaian Sebelum penyemaian dilakukan, lahan terlebih dulu untuk penyemaian. Persiapan penyemaian biasanya dilakukan setelah lahan selesai dibajak atau saat waktu lahan diberakan setelah dibajak. Lahan yang telah dipersiapkan kemudian ditaburi dengan kompos lalu ditimpa dengan tanah. Benih kemudian disebar
diatas permukaan lahan tersebut. Benih yang dianjurkan untuk satu hektar lahan adalah kilogram, tetapi petani responden rata-rata menggunakan benih sebesar kilogram per hektar. Sebelum benih disebar, dilakukan perendaman benih terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk merangsang perkecambahan, sehingga diperoleh benih yang siap disebar dan tumbuh secara optimal di lahan pesemaian. Perendamam benih dilakukan selama 24 jam, setelah itu benih dicuci sambil dipisahkan antara benih yang bernas dengan benih yang hampa dan kotoran lainya. Sebelum ditanam, benih didiamkan selama 12 jam. 3. Penanaman Bibit yang siap ditanam adalah ketika mencapai umur yang optimal untuk dipindahkan ke lahan. Hal ini terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama perkembangan anakan setelah ditanam. Selain itu, faktor yang berpengaruh dalam menentukan umur bibit yaitu musim tanam. Tanaman padi menggunakan bibit yang telah berumur 20-25 hari setelah disemai. Saat penanaman, kondisi lahan dalam keadaan tidak tergenang. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 15 cm atau jarak tanam jejer legowo 40 cm x 20 cm x 20 cm. Bibit yang ditanam berkisar tiga batang perlubang. Setelah tiga hari penanaman, air dimasukkan ke dalam lahan. Adapun penyulaman dapat dilakukan tujuh hari setelah penanaman jika ada bibit yang mati. 4. Penyiangan Penyiangan dilakukan bertujuan untuk membersihkan atau mengurangi tanaman selain tanaman pokok yang ditanam (padi) atau bisa disebut dengan tanaman gulma. Penyiangan ini dilakukan untuk mengurangi populasi gulma yang dapat menjadi pesaing dalam penyerapan unsur hara dan untuk mencegah serangan hama seperti tikus. Gulma-gulma tersebut dicabut secara manual dengan mengunakan tangan, yang dikenal dengan sebutan ngarambet. Sebelum melakukan ngarambet, biasanya petani mengurangi gulma dengan cara ngagarok, kegiatan penyiangan ini pada umumnya dilakukan dua kali yaitu ketika tanaman berumur 15 hari setelah tanaman atau 30 hari setelah tanam. Akan tetapi kegiatan
ini bersifat kondisional, dapat disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan gulma dilahan. 5. Pemupukan Penggunaan pupuk organik maupun anorganik (kimia) diperlukan tanah untuk menambah kebutuhan hara tanah dari luar. Hal ini dikarenakan kandungan unsur hara yang terdapat di dalam tanah tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan tanaman yang ketersediaanya terbatas. Kegiatan pemupukan ini umumnya dilakukan dua kali dalam satu musim tanam. Pupuk yang digunakan sebaiknya kombinasi antara pupuk organik dan buatan. Pupuk organik yang diberikan dapat berupa pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis 2-5 ton/ha. Pupuk organik diberikan saat pembajakan/cangkul pertama. Berdasarkan penelitian, penggunaan pupuk organik dapat menguragi dosis pupuk buatan hingga setengahnya. 6. Pengendalian hama dan penyakit Pemberantasan hama dan penyakit sangat penting dilakukan agar hasil produksi tidak menurun. Pengendalian hama dan penyakit sebagai upaya pemeliharaan tanaman sebaiknya dilaksanakan secara terpadu yang meliputi penggunaan strategi pengendalian dari berbagai komponen yang saling menunjang dengan petunjukan teknis yang ada. 7. Panen Hasil panen yang diperoleh petani dapat menentukan tingkat keberhasilan dari suatu budidaya. Pemanenan padi harus dilakukan pada waktu yang tepat, tidak boleh terlau cepat dan terlalu lambat. Pemanenan terlalu cepat dapat menyebabkan kualitas gabah menjadi rendah, karena banyak bulir gabah yang masih hijau atau butir berkapur. Sedangkan pemanenan yang terlalu lambat dapat menurunkan produksi karena banyak butir gabah yang sudah dimakan burung atau tikus. Padi siap panen umumnya adalah padi ketika butir gabah yang menguning sudah mencapai 80 persen dan tangkai sudah menunduk. Sekitar sepuluh hari sebelum pemanenan dilakukan, sawah harus dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan dilakunakn bertujuan untuk mempermudah petani dalam proses pemanenan.
Teknologi yang digunakan untuk pemanenan mengunakan pisau khusus dan biasanya bergerigi atau sabit. Proses kegiatan diawali dengan memotong padi dengan pisau, kemudian padi dikumpulkan pada satu tempat yang luas untuk mempermudah kegiatan perontokan.
5.5.1.2 Penggunaan Sarana Produksi Padi Sarana produksi merupakan hal yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu kegiatan usahatani untuk menghasilkan suatu keluaran (output). Sarana produksi yang digunakan petani padi di Kelompok Tani Hurip terdiri dari lahan, benih, pupuk kandang, pupuk kimia, pestisida, tenaga kerja dan peralatan usahtani. 1. Penggunaan Lahan Lahan merupakan sarana produksi yang harus dimiliki untuk dapat menjalankan usahatani padi, karena lahan adalah tempat dimana petani dapat menjalankan kegiatan usahatani. Pada umumnya kepemilikan lahan petani responden adalah berlahan sempit yaitu dibawah satu hektar dan hanya beberapa orang saja yang memiliki lahan diatas satu hektar. Rata-rata kepemilikan lahan untuk petani responden dalam usahatani padi adalah 0,22 hektar. 2. Penggunaan Benih Benih yang digunakan petani responden adalah dalam usahatani padi adalah varietas ciherang. Benih padi ini diperoleh dari kelompok tani hurip yang merupakan bantuan dari pemerintah untuk petani. Benih juga dapat diperoleh dari pembenihan sendiri yang diambil petani dari hasil panen sebelumnya. Rata-rata penggunaan benih yang dipakai oleh petani responden per periode tanam per luas rata-rata 0,22 hektar sebanyak 16,46 kilogram. 3. Penggunaaan Pupuk Kandang Pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang dilakukan dua kali dalam satu periode tanam padi yaitu pada pengolahan lahan pertama dan pengolahan lahan kedua. Penggunaan pupuk kandang bermanfaat untuk menyuburkan tanah, karena banyak mengandung bahan organik sebagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Rata-rata penggunaan pupuk kandang perluas periode tanam per luas rata-rata 0,22 hektar untuk usahatani ubi jalar sebesar
426,58 kilogram. Pupuk kandang yanmg digunakan berasal dari kotoran kambing yang diperoleh petani dari lingkungan sekitarnya. 4. Penggunaan Pupuk kimiawi Pupuk kimia yang sering dipaki oleh petani responden dalam usahatani padi antara lain pupuk urea, KCL, TSP, Posca,NPK. Rata-rata penggunaan pupuk urea per periode tanam per luas rata-rata 0,22 hektar oleh petani responden adalah (32,89 kg), KCL (11,45 kg), TSP (25,11 kg), Posca (36,58 kg), NPK (21,58 kg). Petani responden mendapatkan pupuk kimia dari kios saprotan dan disediakan juga di Kelompok Tani Hurip, sehingga memudahkan dalam mendapatkanya. 5. Penggunaan Pestisida Pestisida yang digunakan petani responden dalan usahatani padi yaitu pestisida decis. Rata-rata penggunaan pestida decis per periode tanam per luas rata-rata 0,22 hektar oleh petani responden yaitu 2,21 kaleng. 6. Penggunaan Tenaga Kerja Proses produksi padi yang dilakukan petani meliputi persipapan lahan, penanaman, pemupukan susulan, penyemprotan pestisida, dan pemanenan. Penggunaan tenaga kerja pada setiap proses kegiatan produksi berbeda-beda, disesuaikan dengan jenis pekerjaanya. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani padi adalah tenga kerja orang/manusia yang terdiri dari tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita, selain itu tenaga kerja hewan (kerbau) juga digunakan dalam kegiatan usahatani padi ini. Penggunaan tenaga dapat berasal dari dalam keluarga (TKDK) maupun tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani padi menggunakan satuan Hari Orang Kerja (HOK), dimana tenaga kerja pria melakukan aktivitas selama delapan jam per hari, sedangkan tenaga kerja wanita melakukan aktivitas selama enam jam perhari. Pembayaran upah tenaga kerja dibedakan berdasarkan jenis kelamin dikarenakan adanya kapasitas pekerjaan yang dibebankan. Upah per hari kerja untuk pria sebesar Rp. 30.000,- dan untuk wanita sebesar Rp 20.000,- atau Rp. 30.000,- setara Hari Kerja Pria (HKP). Tenaga kerja wanita disetarakan dengan tenaga kerja laki-laki berdasarkan perbandingan jam kerjanya, yaitu enam jam berbanding delapan jam sehingga wanita setara 0,75 HKP. Penggunaan rata-rata
tenaga kerja yang dibutuhkan oleh petani responden dalam satu periode tanam dikonversi per hektar adalah Rp. 4.289.643,-. 7.
Penggunaan Peralatan Usahatani Dalam usahatani padi diperlukan beberapa peralatan yang digunakan untuk
melaksanakan kegiatan–kegiatan usahatani tersebut. Peralatan yang digunakan natara lain cangkul, sabit, garpu
5.5.2 Keragaan Usahatani Ubi Jalar 5.5.2.1 Proses Kegiatan Usahatani Ubi Jalar Usahatani ubi jalar yang dilakukan di Kelompok Tani Hurip menurut hasil wawancara dan kondisi di lokasi penelitian dimulai dari persiapan lahan (pemupukan), persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan tanaman (penyulaman, pengairan, penyiangan dan pembubungan, pembalikan batang, pengendalian hama dan penyakit tanaman) dan panen. Kegiatan usahatani ubi jalar dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Persiapan Lahan Lahan ubi jalar dapat berupa tanah tegalan atau tanah sawah bekas tanaman padi. Pada umumnya petani di Kelompok Tani Hurip menggunakan tanah sawah bekas tanaman padi dalam melakukan usahatani ubi jalar. Persiapan lahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Pengolahan tanah Pengolahan tanah untuk tanaman ubi jalar yang dilakukan petani yaitu dengan cara diolah terlebih dahulu hingga gembur, karena dapat membantu perkembangan akar dan pertumbuhan umbi. Pengolahan tanah ini dilakukan dengan mengunakan cangkul, setelah itu tanah dibiarkan selama satu minggu agar terkena sinar matahari. Petani yang menggunakan lahan kering (tegalan) biasanya melakukan pembajakan secara langsung tanpa dilakukan pembersihan rumput, sedangkan pada kondisi lahan basah bekas tanaman padi maka harus dilakukan pembersihan jerami dengan cara dibabat sebatas permukaan tanah. b. Pembuatan guludan Ukuran guludan adalah lebar bawah kurang lebih 60 centimeter, tinggi 30-40 centimeter dan jarak antara guludan 70-100 centimeter. Guludan yang
digunakan oleh petani responden yaitu berukuran lebar kurang lebih 70 centimeter, tinggi 40 centimeter, dan jarak antar guludan 30-100 centimeter yang merupakan lebar selokan dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Ukuran guludan tidak lebih dari 40 centimeter, karena guludan yang terlalu tinggi cenderung menyebabkan terbentuknya umbi berukuran panjang dan dalam, sehingga sulit untuk dipanen. Sebaliknya guludan yang terlalu dangkal akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan atau perkembangan umbi dan memudahkan serangan hama boleng atau lanas. Arah bedengan dibuat memanjang utara-selatan menyebar secara merata sehingga dapat diterima oleh semua tanaman. Setelah selesai pembuatan bedengan tanah dibiarkan selama satu minggu dengan tujuan agar terangin-angin terkena sinar matahari, kemudian dilakukan penggemburan kembali dengan dicangkul tipis. c. Pengapuran Kondisi lahan petani memiliki pH 5,6-5,7. Kondisi tanah yang baik untuk usahatani ubi jalar, maka pengapuran jarang dilakukan. Tanah yang memiliki keasaman(pH) kurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran dengan menggunakan kapur dolomite atau kalsium karbonat. Pengapuran menggunakan dolomite dilakukan dengan cara disebar merata ke seluruh permukaan tanah dan dilakukan pengolahan secara ringan dengan tujuan agar kapur merata di dalam tanah dan dibiarkan selama 7-14 hari tergantung pada kondisi tanah. Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan kegiatan jasad renik tanah dalam menguraikan bahan organik tanah, meningkatkan ketersediaan unsur hara tanah, dan meningkatkan unsur fosfor (P), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). d. Pemupukan dasar Pemupukan dasar yaitu dengan menggunakan pupuk organik atau pupuk kandang untuk menambah bahan organik dalam tanah. Para petani yang tergabung dalam kelompok tani hurip jarang melakukan pemupukan dasar pada lahan yang akan ditanam, karena kondisi tanah yang masih bagus. Salah satu ciri tanah yang baik untuk usaha tani ubi jalar yaitu keadaan pH yang sesuai.
2. Persiapan Bibit Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif dengan stek batang atau pucuk. Berdasarkan wawancara dengan petani responden, pada umumnya petani melakukan pembiakan tanaman ubi jalar dengan stek pucuk yang berasal hasil penunasan umbi. Bibit yang paling bagus adalah berasal dari stek pucuk. Stek batang yang diambil pada bagian tengah biasanya tumbuh relatif lambat dan ubi jalar yang dihasilkan rendah. Menurut Rahmat (1997) syarat stek batang, stek pucuk dan stek umbi yang dijadikan bibit adalah sebagai berikut: a. Bibit berasal dari varietas atau klon unggul b. Bahan tanaman berumur dua bulan atau lebih c. Pertumbuhan tanaman yang diambil steknya dalam keadaan sehat dan normal d. Ukuran stek batang atau pucuk antara 20-30 cm, ruas-ruasnya rapat dan bukubukunya tidak berakar. e. Mengalami masa penyimpanan ditempat yang teduh selama 1-7 hari. Bibit yang digunakan oleh petani berasal dari tanaman produksi atau tunas umbi yang secara khusus disemai melalui proses penunasan atau pengipukan. Perbanyakan tanaman dengan cara stek batang atau pucuk dilakukan sampai tiga turunan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas umbi yang dihasilkan, karena terlalu bannyak turunannya menyebabkan hasil umbi yang dihasilkan menurun pada generasi berikutnya. Oleh karena itu perlu dilakukan penunasan kembali setelah 3-5 generasi perbanyakan. Hasil wawancara dengan petani responden jumlah bibit yang dibutuhkan satu hektar lahan adalah sebanyak 3000 stek. 3. Penanaman Penanaman ubi jalar perlu memperhatikan pengaturan waktu tanam, pengaturan jarak tanam, cara penanaman dan penentuan waktu tanam. Waktu tanam biasa dilakukan petani pada awal musim hujan (Oktober) atau awal musim kemarau (Maret) bila keadaan cuaca normal untuk penanaman dilahan tegalan (Rahmat,1997). Berdasarkan hasil wawancara penanaman ubi jalar di lahan bekas sawah biasa dilakukan petani responden pada akhir musim hujan yaitu bulan Maret atau Mei, namun pada saat ini cuaca sulit diprediksi petani, sehingga penanaman dilakukan tergantung cuaca pada saat itu. Penanaman yang paling baik
yaitu pada pagi hari. Para petani biasa menanam sekitar pukul 06.00 – 09.00 atau sore hari pukul 16.00-17.00. Penanaman tidak dilakukan pada siang hari bertujuan untuk mengurangi risiko kematian pada bibit karena terkena sinar matahari. Jarak tanam yang dilakukan petani adalah 70-100 centimeter (antara barisan) x 20-25 centimeter (antara tanaman), sedangkan jarak tanam yang ideal adalah 100x 25 centimeter atau 75x30 centimeter. Jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan tanaman mudah terserang hama penyakit karena kondisi tanah lembab atau tanaman tumbuh kurus. Jarak tanam yang terlalu jauh menyebabkan penggunaan
lahan
kurang
efektif
sehingga
secara
ekonomi
kurang
menguntungkan. Pada umumnya sistem penanaman ubi jalar oleh petani dilakukan secara monokultur yaitu dengan menanam ubi jalar saja. Tahapantahapan penanaman ubi jalar antara lain: a. Membuat larikan atau lubang tugal memanjang di sepanjang puncak guludan dengan cangkul sedalam lebar cangkul dan jarak antar lubang tugal 20-30 centimeter. b. Petani menanam setek ubi jalar dengan cara pangkal batang terbenam kurang lebih 5- 10 centimeter, menurut Rahmat (1997) setek ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga pangkal batang (stek) terbenam 1/3 – 2/3 bagian, kemudian padatkan tanah dekat pangkal setek. Sebaiknya penanaman stek dengan cara mendatar supaya menghasilkan umbi yang lebih banyak, besar dan seragam. c. Menyiram stek ubi jalar yang telah ditanam dengan air secukupnya sekitar tanaman d. Melakukan proses pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang, urea, KCL dan TSP. Pemberian pupuk kandang pada saat umur tanaman satu minggu . 4. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman dilakukan juga pada bibit-bibit ubi jalar selama masa pertumbuhan sampai panen. Pemeliharaan tanaman bertujuan untuk menjaga pertumbuhan tanaman agar tetap normal dan sehat. Berdasarkan hasil wawancara dilokasi penelitian, pemeliharaan tanaman ubi jalar yang dilakukan
meliputi penyulaman, pengairan, pemupukan, penyiangan, pembalikan batang, perlindungan tanaman dari hama dan penyakit. a. Penyulaman Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman yang kerdil, kurus, rusak atau mati dengan bibit yang baru. Waktu penyulaman dilakukan pada pagi atau sore hari sama halnya waktu penanaman. Cara penyulaman adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan ditanam sepertiga bagian pangkal stek ditimbun tanah. b. Pengairan Waktu pengairan biasa dilakukan pada pagi atau sore hari. Pengairan dilakukan dengan tujuan membantu menstabilkan kelembaban tanah, melarutkan pupuk dalam tanah, membersihkan tanah dari bahan-bahan beracun, menekan pertumbuhan gulma dan menekan hama boleng (Rahmat,1997). Petani responden melakukan pengairan sesekali apabila terjadi kekeringan. Pengairan tidak dilakukan rutin karena kondisi tanah yang masih bagus untuk menanam ubi jalar. c. Penyiangan dan pembumbunan Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma atau rumput yang berada disekitar tanaman ubi jalar. Penyiangan dilakukan pada saat rumput masih muda supaya tidak merusak akar tanaman ubi jalar. Pembubunan dilakukan untuk mengemburkan dan meninggikan permukaan tanah disekitar tanaman. Biasanya petani responden melakukan penyiangan dan pembumbunan pada saat tanaman berumur satu bulan setelah tanam dan dilakukan kembali pada saat tanaman berumur dua bulan. Penyiangan dilakukan bersamaan pada waktu pembalikan batang. d. Pembalikan Batang Pembalikan batang dilakukan dengan tujuan mencegah tumbuhnya umbi pada setiap rusa batang yang menempel pada tanah. Umbi pada ruas batang tersebut berukuran kecil dan tidak dikonsumsi, dan juga mempengaruhi besarnya umbi utama.
e. Pengendalian hama dan penyakit Menurut Rahmat (1997) menjelaskan komponen pengendalian hama dan penyakit secara terpadu yaitu secara kultur teknik dengan mengatur waktu tanam yang tepat, rotasi tanaman, secara fisik dan mekanis dengan memotong atau mencabut tanaman yang terserang penyakit, secara kimiawi dengan penyemprotan pestisda secara selektif. Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani responden yaitu secara kimiawi dengan penyemprotan insektisida seperti decis 2,5 EC dengan konsentrat yang dianjurkan. Hama yang sering menyerang adalah hama boleng atau lanas 5. Panen Kualitas ubi jalar dikebun harus dijaga kualitasnya hingga panen, dengan demikian perlu dilakukan penangann panen yang baik. Waktu panen biasa dilakukan petani responden pada pagi dan sore hari sama seperti waktu penanaman. Panen ubi jalar dilakukan sesuai dengan umur panen yang tepat waktu, sehingga umbi yang sudah tua, besarnya optimal, kandungan tepungya tinggi, dan kadar seratnya rendah. Umur panen ubi jalar berkisar antara 3-5 bulan tergantung varietas, iklim, dan kesuburan tanah. Adapun jenis ubi jalar yang ditanamn oleh kelompok tani hurip yaitu jenis AC yang dapat dipanen 3,5- 4 bulan, jenis ceret pada umur tanam 4-4,5 bulan, jenis kebo dengan umur tanam 45 bulan. Pada saat penelitian petani responden menanam ubi jenis AC.
5.5.2.2 Penggunaan Sarana Produksi Ubi Jalar Sarana produksi merupakan hal yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu kegiatan usahatani untuk menghasilkan suatu keluaran (output). Sarana produksi yang digunakan petani ubi jalar di Kelompok Tani Hurip terdiri dari lahan, benih, pupuk kandang, pupuk kimia, pestisida, tenaga kerja dan peralatan usahtani. 1. Penggunaan Lahan Lahan merupakan input yang penting dalam kegiatan usahatani ubi jalar. Pada umumnya kepemilikan lahan petani responden adalah berlahan sempityaitu dibawah satu hektar dan hanya beberap orang saja yang memiliki lahan diatas satu hektar. Rata-rata kepemilikan lahan untuk petani responden adalah 0,21 hektar.
2. Penggunaan Bibit Bibit yang digunakan petani responden adalah dalam usahatani ubi jalar ini merupakan setek. Pada umumnya petani lebih banyak menggunakan setek pucuk daripada setek batangyang dapat diperoleh melalui pengipukan (pembibitan sendiri). Dan pengambilan pada tanaman induk periode sebelumnya. Bibit juga dapat diperoleh dari kelompok tani hurip atau dari petani lain bila kekurangan. Rata-rata penggunaan bibit yang dipakai oleh petani responden per periode tanam per luas rata-rata 0,21 hektar sebanyak 6300 stek. Bibit yang digunakan disesuaikan dengan luas dan jarak tanam yang dipakai petani dalam usahatani ubi jalar. 3. Penggunaaan Pupuk Kandang Pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang dilakukan satu kali dalam satu periode tanam ubi jalar yaitu pada umur tanaman dua minggu. Penggunaan pupuk kandang bermanfaat untuk menyuburkan tanah, karena banyak mengandung bahan organik sebagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Ratarata penggunaan pupuk kandang perluas periode tanam per luas rata-rata 0,21 hektar untuk usahatani ubi jalar sebesar 1.224 kilogram. Pupuk kandang yanmg digunakan berasal dari kotoran kambing yang diperoleh petani dari lingkungan sekitarnya. 4. Penggunaan Pupuk kimiawi Pupuk kimia yang sering dipakai oleh petani responden dalam usahatani ubi jalar antara lain pupuk urea, KCL, TSP, Posca,NPK. Rata-rata penggunaan pupuk urea per periode tanam per luas rata-rata 0,21 hektar oleh petani responden adalah (3,68 kg), KCL (8,16 kg), TSP (6,84 kg), Posca (6,05 kg), NPK (36,05 kg). Petani responden mendapatkan pupuk kimia dari kios saprotan dan disediakan juga di Kelompok Tani Hurip, sehingga memudahkan dalam mendapatkanya. 5. Penggunaan Pestisida Pestisida yang digunakan petani responden dalan usahatani ubi jalar antara lain pestisida cair dan pestisida decis. Rata-rata penggunaan pestida cair per periode tanam per luas rata-rata 0,21 hektar oleh petani responden yaitu 0,26 bungkus dan pestisida decis sebanyak 1,05 kaleng.
6. Penggunaan Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu input yang mempunyai peranan penting dalam manajemen setiap aktivitas usahatani ubi jalar. Tenaga kerja yang digunakan oleh petani responden dalam usahatani ubi jalar adalah tenaga kerja orang yang dimulai dari pengolahan tanah sampai pemanenan. tenaga kerja yang digunakan antara lain tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita tanpa melibatkan tenaga kerja anak-anak. Tenaga kerja pria melakukan pekerjaan yang dinilai berat seperti pengilahan tanah untuk persipan lahan, pembongkaran, dan pengguludan tanah kembali, seta pencabutan umbi pada saat panen, sedangkan pekerjaan lainya dapat dilakukan baik oleh laki-laki ataupun perempuan. Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani ubi jalar ini menggunakan satuan orang kerja (HOK) dengan rata-rata melakukan aktivitas selama enam jam perhari yaitu dari jam 06.00-12.00. pembayaran upah tenaga kerja dibedakan berdasarkan jenis kelamin karena adanya perbedaan kapasitas pekerjaan yang dibebankan. Upah yang diberikan setiap satu harian kerja yaitu sebesar Rp. 30.000 untuk pria dan Rp. 25.000 untuk wanita atau Rp.30.000 setara HKP. Tenaga kerja wanita dihitung dalam HKW dan dikonversi ke dalam HKP sebesar 0,75. Tenaga kerja pemanenan dilakuakan dengan cara borongan yaitu sebesar Rp. 100 per kilogram
yang
dibayar
oleh
tengkulak
atau
pembeli,
sehingga
tidak
diperhitungkan sebagai pengeluaran petani. Penggunaan rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan oleh petani responden dalam satu periode tanam per 0,21 hektar adalah 32,61 HOK yang terdiri dari 25,71 HOK tenaga kerja luar keluarga dan 6,90 HOK tenaga kerja dalam keluarga. Apabila dikonversi dalam satu hektar, maka tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 155,29 HOK yang terdiri dari 122,44 HOK tenaga kerja luar keluarga dan 32,85 HOK tenaga kerja dalam keluarga. 7. Penggunaan Peralatan Usahatani Peralatan merupakan sarana penunjang kegiatan usahatani yang perlu dimiliki oleh petani. Peralatan yang dimiliki oleh petani ubi jalar antara lain cangkul, garpu, golok, parang, dan cagak. Peralatan pertanian ini di peroleh dari kios petanian di sekitar Kota Bogor. Peralatan yang digunakan oleh petani sangat berpengaruh terhadap biaya tetap yang akan dikeluarkan oleh petani yaitu pada
biaya penyusutan. Biaya penyusutan ini dilakukan untuk menghitung nilai investasi alat-alat pertanian menyusut setiap tahunya. Biaya penyusutan ini termasuk kedalam biaya diperhitungkan atau biaya tidak tunai. Besarnya biaya penyusutan peralatan pada usahatani ubi jalar per luas tanam per luas rata-rata 0,21 hektar sebesar Rp. 25.847,22. Perhitungan niali penyusutan yaitu dengan menggunakan metode garis lurus antara niali beli dan umur teknis peralatan tersebut.
5.5.3
Keragaan Usahatani Kacang Tanah
5.5.3.1 Proses Kegiatan Usahatani Kacang Tanah Usahatani kacang tanah yang dilakukan oleh para petani responden di kelompok tani hurip menurut hasil wawancara terdiri dari beberapa tahapan budidaya, yaitu pemilihan benih, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman dan panen. 1. Pemilihan benih Benih yang digunakan baik, tidak rusak atau terbelah, serta bebas serangan hama dan cendawan. Kebutuhan benih untuk kacang tanah berkisar 90-135 kg/ha atau 100-150 kg dalam bentuk polong kering perhektar. Benih dikupas sesaat menjelang tanam agar tidak rusak secara fisik. 2. Penyiapan lahan Tanah untuk penanaman kacang tanah perlu gembur dan tidak terlalu padat agar tanaman membentuk perakaran yang cukup dalam. Tanah yang gembur juga memudahkan ginofor menembus tanah dan membengkak membentuk polong. Menurut Purwono(2011), Penanaman pada tanah masam yang belum pernah dikapur sebaiknya diberi kaptan satu bulan sebelum tanam. Tujuanya untuk menaikan pH dan ketersediaan hara. Pada kelompok tani hurip tanah tidak diberi kapur karena tingkat keasaman tanah cukup tinggi. 3. Cara tanam Populasi tanaman yang digunakan sebaiknya berkisar 160.000- 250.000 tanaman/ha. Jarak tanaman dapat menggunakan 25 cm x 25 cm atau 20 cm x 20 cm dengan satu sampai dua benih per lubang tanam. Benih dimasukan ke dalam
lubang bersamaan dengan insektisida karbofuran atau karbosulfan sebanyak 20-30 kg/ha bersama benih. Tujuan pemberian insektisida adalah untuk melindungi tanaman pada awal pertumbuhannya. 4. Pemeliharaan Pertumbuhan kacang tanah relatif lambat. Penutupan tajuk tanaman kacang tanah terjadi sekitar delapan minggu sejak tanam. Oleh karena itu, gulma sebaiknya dikendalikan agar persaingan tanaman dengan gulma dalam perolehan unsur hara seminimal mungkin. Salah satu bentuk pengendaliannya dengan penyiangan. Penyiangan dilakukan minimal dua kali, yaitu saat tanaman berumur dua minggu dan empat minggu. Tanaman juga perlu sedikit di bumbun untuk mempercepat dan mempermudah ginofor cepat mencapai tanah. Kacang tanah membutuhkan hara kalsium yang cukup untuk pembentukan polong dan pengisian biji. 5. Panen Kacang tanah dipanen jika 70 persen polong telah mengeras, berwarna agak gelap, kulit polong terlihat berurat, dan pada bagian dalam polong berwana agak gelap. Waktu panen perlu diperhatikan, jika terlalu cepat akan banyak polong yang belum terisi sebaliknya, panen yang terlalu lambat akan banyak polong terlepas dari tanaman karena tangkai ginofor hanya berumur 10-12 minggu. Selain itu, lahan tidak boleh terlalu basah karena memungkinkan kacang tanah berkecambah. Pemanenan dilakukan dengan cara dicabut atau dibantu dengan garpu. Setelah dicabut, bagian atas tanaman dipotong dan disisakan sekitar 10 cm. Sisa brangkasan sebaiknya dikembalikan kelahan sebagai pupuk hijau. Polong yang bernas dilepas satu persatu secara manual atau dengan mesin perontok khusus kacang tanah. Polong kemudian dicuci bersih dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa-sisa tanah yang melekat pada kulit polong. Setelah bersih dilakukan pemilahan. Polong yang pecah, biji berkecambah, busuk dan rusak dibuang. Selanjutnya polong segera dikeringkan untuk mengatasi serangan jamur aspergilus sp.
Polong dikeringkan dengan cara dijemur atau menggunakan mesin pengering. Jika polong berbunyi saat diguncang-guncang, artinya polong telah cukup kering (kadar air 12-14%).
5.5.3.2 Penggunaan Sarana Produksi Kacang Tanah Sarana produksi merupakan hal yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu kegiatan usahatani untuk menghasilkan suatu keluaran (output). Sarana produksi yang digunakan petani ubi jalar di Kelompok Tani Hurip terdiri dari lahan, benih, pupuk kandang, pupuk kimia, pestisida, tenaga kerja dan peralatan usahtani. 1. Penggunaan Lahan Lahan merupakan input yang penting dalam kegiatan usahatani kacang tanah. Pada umumnya kepemilikan lahan petani responden adalah berlahan sempit yaitu dibawah satu hektar dan hanya beberap orang saja yang memiliki lahan diatas satu hektar. Rata-rata kepemilikan lahan untuk petani responden adalah 0,19 hektar. 2. Penggunaan Benih Benih yang digunakan petani responden adalah dalam usahatani kacang tanah adalah varietas Bison. Benih kacang tanah ini diperoleh dari pembenihan sendiri yang diambil petani dari hasil panen sebelumnya dan membelinya dari kelompok tani Hurip. Rata-rata penggunaan benih yang dipakai oleh petani responden
per periode tanam per luas rata-rata 0,19 hektar sebanyak 20,64
kilogram. 3. Penggunaaan Pupuk Kandang Pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang dilakukan satu kali dalam satu periode tanam kacang tanah yaitu pada saat pengolahan lahan. Penggunaan pupuk kandang bermanfaat untuk menyuburkan tanah, karena banyak mengandung bahan organik sebagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Ratarata penggunaan pupuk kandang perluas periode tanam per luas rata-rata 0,19 hektar untuk usahatani ubi jalar sebesar 8,33 kilogram. Pupuk kandang yanmg digunakan berasal dari kotoran ayam yang diperoleh petani dari lingkungan sekitarnya.
4. Penggunaan Pupuk kimiawi Pupuk kimia yang sering dipakai oleh petani responden dalam usahatani kacang tanah antara lain pupuk urea, KCL, TSP, Posca,NPK. Rata-rata penggunaan pupuk urea per periode tanam per luas rata-rata 0,19 hektar oleh petani responden adalah (4,22 kg), KCL (3,89 kg), TSP (14,17 kg), Posca (12,22 kg), NPK (16,78 kg). Petani responden mendapatkan pupuk kimia dari kios saprotan dan disediakan juga di kelompok tani hurip, sehingga memudahkan dalam mendapatkanya. 5. Penggunaan Pestisida Pestisida yang digunakan petani responden dalan usahatani kacang tanah antara lain pestisida cair dan pestisida decis. Rata-rata penggunaan pestida cair per periode tanam per luas rata-rata 0,19 hektar oleh petani responden yaitu 0,44 bungkus dan pestisida decis sebanyak 0,64 kaleng. 6. Penggunaan Tenaga Kerja Proses produksi kacang tanah yang dilakukan petani meliputi persiapan lahan, penanaman, pemupukan susulan, penyemprotan pestisida, dan pemanenan. Penggunaan tenaga kerja pada setiap proses kegiatan produksi berbeda-beda, disesuaikan dengan jenis pekerjaanya. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani kacang tanah adalah tenga kerja orang/manusia yang terdiri dari tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita. Penggunaan tenaga dapat berasal dari dalam keluarga (TKDK) maupun tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani padi menggunakan satuan Hari Orang Kerja (HOK), dimana tenaga kerja pria melakukan aktivitas selama delapan jam per hari, sedangkan tenaga kerja wanita melakukan aktivitas selama enam jam perhari. Pembayaran upah tenaga kerja dibedakan berdasarkan jenis kelamin dikarenakan adanya kapasitas pekerjaan yang dibebankan. Upah per hari kerja untuk pria sebesar Rp. 30.000,00 dan untuk wanita sebesar Rp 20.000,00 atau Rp. 30.000,00 setara Hari Kerja Pria (HKP). Tenaga kerja wanita disetarakan dengan tenaga kerja laki-laki berdasarkan perbandingan jam kerjanya, yaitu enam jam berbanding delapan jam sehingga wanita setara 0,75 HKP. Penggunaan rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan oleh petani responden dalam satu periode tanam dikonversi per hektar adalah Rp. 2.445.219,00.
7. Penggunaan Peralatan Usahatani Peralatan merupakan sarana penunjang kegiatan usahatani yang perlu dimiliki oleh petani. Peralatan yang dimiliki oleh petani kacang tanah antara lain cangkul, garpu, golok, parang, dan cagak. Peralatan pertanian ini di peroleh dari kios petanian di sekitar Kota Bogor. Peralatan yang digunakan oleh petani sangat berpengaruh terhadap biaya tetap yang akan dikeluarkan oleh petani yaitu pada biaya penyusutan. Biaya penyusutan ini dilakukan untuk menghitung nilai investasi alat-alat pertanian menyusut setiap tahunnya. Biaya penyusutan ini termasuk kedalam biaya diperhitungkan atau biaya tidak tunai. Besarnya biaya penyusutan peralatan pada usahatani kacang tanah per luas tanam per luas ratarata 0,19 hektar sebesar Rp.408.118,05. Perhitungan nilai penyusutan yaitu dengan menggunakan metode garis lurus antara nilai beli dan umur teknis peralatan tersebut.
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Sumber-Sumber Risiko Risiko produksi merupakan risiko yang mempengaruhi produksi dalam usahatani tanaman pangan. Adapun sumber-sumber risiko yang dihadapi Kelompok Tani Hurip antara lain: 6.1.1
Iklim dan curah hujan Terdapat lima faktor dalam cuaca
yaitu curah hujan, sinar matahari,
kelembaban, suhu dan angin. Kelima faktor ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Intensitas curah hujan akan berpengaruh pada jumlah penyinaran yang diterima tanaman dan tingkat kelembaban pada tanaman. Kondisi cuaca yang sulit diprediksi dan curah hujan yang berfluktuasi tiap tahunnya merupakan salah satu sumber risiko tanaman pangan. Kondisi cuaca ini berhubungan dengan banyaknya sinar matahari yang diterima tumbuhan dan tingkat kelembaban udara dalam lingkungan. Tingginya curah hujan juga berpengaruh pada penyebaran hama dan penyakit. Pada saat curah hujan tinggi maka baik untuk tanaman padi karena sawah tergenang oleh air. Tanaman ubi tingginya curah hujan akan menyebabkan tanah menjadi becek dan jika intensitas hujan sedikit atau hujan rintik-rintik tidak baik untuk pertumbuhan daun ubi jalar karena terserang oleh hama penyakit. Sedangkan curah hujan yang tinngi pada tanaman kacang tanah menyebabkan kebusukan pada tanaman. Curah hujan yang baik untuk tanaman kacang tanah adalah curah hujan yang rendah sehingga umbi di dalam tanah tidak busuk dan berkecambah.
6.1.2 Risiko serangan hama Hama merupakan organisme penggangu yang dapat menghambat pertumbuhan dan produktivitas tanaman (Rismunandar,1981). Adapun jenis hama yang sering menyerang tanaman pangan yaitu: A. Tanaman Padi a. Tikus Untuk dapat mengendalikan tikus, perlu kerjasama yang baik antara petani. Hal ini dikarenakan hama tikus harus dikendalikan sedini mungkin dan
terus-menerus. Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian tikus, sebaiknya dilakukan
pula
pengendalian
dengan
sistem
gropyokan,
pengumpanan,
pengemposan, dan pembongkaran liang pada saat tidak ada lagi pertamanan dilapang. b. Keong mas Keong mas atau siput murbei merusak saat tanaman masih muda. Pengendalianya dengan cara pengeringan lahan disertai pengambilan siput dan telurnya terus-menerus sampai tanaman berumur 2 MST. Serangan hama pada tanaman berumur diatas 2 MST tidak banyak merugikan lagi. Pengendalian dapat pula dengan penggunaan insektisida nabati saponin 50 kg/ha yang dilakukan dua hari sebelum tanam. c. Walang sangit Hama ini merupakan hama penting pada tanaman padi yang telah berbunga. Imago maupun nimfanya menyerang bulir padi yang sedang mengisi sehingga menjadi gabah hampa. Serangan berat terjadi pada tanaman yang terakir ditanam. Pengendalianya denag menggunakan tanaman perangkap, yaitu tanaman padi ditanamdisekeliling petakan dua minggu lebih awal. Saat tanaman perangkat berbunga, serangngan walang sangit terpusat pada tanaman tersebut. Dengan demikian, pengendalian dengan insektisida dapat dengan mudah dan efektif menekan populasi awal hama ini. Penggunaan insektisida dapat dilakukan jika terdapat 6 ekor walang sangit per m2. B. Tanaman Ubi Jalar Hama Lanas, Hama Lanas termasuk hama penting pada ubi jalar karena sangat menurunkan kualitas umbi. Larva hama lanas menggerakkan dan berkepompong di dalam umbi. Kotoran yang ditinggalkan mengakibatkan umbi berasa pahit. Serangan semakin meningkat saat musim kemarau. Pengendalian selama ini bersifat preventif, yaitu dengan cara memperbaiki dan meningkatkan guludan secara berkala serta menanam klon yang berkulit tebal dan bergetah banyak.
C. Tanaman Kacang Tanah a. Bercak daun awal Penyakit ini mulai tampak saat tanaman berumur tiga minggu. Penyakit ini hampir dijumpai di seluruh pertanaman kacang tanah, hanya intensitas seranganya yang berbeda-beda. Penyebab penyakit ini adalah jamur cercospora arachidicola. Jamur membentuk konidium pada dua sisi daun. Gejala awal berupa bercak bulat berwarna coklat tua samapai hitam pada permukaan bawah daun dan coklat kemerahan sampai hitam pada permukaan atas daun. Penyalit ini dapat menular melalui tanah sehingga pengendalian secara kultur teknis sanagat dianjurkan. Sisa tanaman harus dibersihkan dari lahan. Selain itu penggunaan fungisida daconil 75 wp. b. Penyakit sapu setan Penyakit ini disebabkan oleh mycoplasma like organism (MLO). Tanaman yang terserang sapu setan terlihat kerdil kekuningan, daun-daun mengecil, bertunas banyak, dan ginofor berubah bentuk menjadi seperti kait, membelok keatas tidak masuk ke dalam tanah. Pengendalian penyakit ini dengan cara mencabut tanaman terserang, melakukan rotasi tanaman, dan memupuk tanaman secara seimbang. c. Penyakit layu Penyebab penyakit layu yang menyerang kacang tanah, yaitu bakteri pseudomonas solanacearum dan cendawan sclerotium rolfsii. Tanaman yang terserang terlihat layu, daun mengering, bahkan tanaman bisa mati. Hal ini disebabkan sumbatan masa bakteri pada pangkal batang sehingga tanaman tidak mendapat suplai air dan hara. Tanaman yang terserah cendawan ini terlihat adanya bercak bewarna kuning kecoklatan di pangkal batang, batang membusuk, dan akhirnya mati. Penggunaan varietas yang tahan serangan bakteri pseudomonas merupakan salah satu cara pengendaliannya. Pengendalian lainnya antara lain dengan mencabut tanaman yang terinfeksi dan langsung membakarnya serta memperbaiki drainase. Secara keseluruhan hama dan penyakit tanaman yang menyerang tanaman pangan pada Kelompok Tani Hurip pada saat penelitian berlangsung tidak berdampak signifikan terhadap produksi tanaman pangan petani.
6.2 Analisis Risiko Perhitungan analisis risiko dilakukan dengan menghitung peluang, expected return, standard deviation, variance, dan coefficient variation. Setelah dilakukan pengukuran peluang maka dilakukan perhitungan expected return. Expected
return
merupakan
nilai
harapan
yang
dihasilkan
setelah
memperhitungkan risiko berdasarkan masing-masing kondisi (tertinggi, normal, terendah) pada tanaman padi, ubi jalar, dan kacang tanah yang dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Penilaian Expected Return Berdasarkan Nilai Pendapatan Komoditas Padi, Ubi Jalar, dan Kacang Tanah di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Tahun 2012 Komoditas Expected Return (Rp) Padi
7.803.802,88
Ubi Jalar
17.177.326,66
Kacang Tanah
6.048.337,75
Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa nilai expected return tanaman ubi jalar merupakan komoditas yang paling tinggi nilainya yaitu sebesar Rp 17.177.326,66. Nilai expected return yang tinggi pada tanaman ubi jalar terjadi karena produksi yang tinggi. Nilai expected return terendah terdapat pada tanaman kacang tanah yaitu sebesar Rp 6.048.337,75. Nilai expected return yang diperkirakan akan diterima petani, dapat digunakan sebagai bahan perhitungan selanjutnya dengan menghitung nilai variance, standad deviation dan coefficient variation. Analisis risiko yang dilakukan berdasarkan pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi. Sehingga dapat dilihat perbandingan nilai risiko yang diperoleh antara kegiatan spesialisasi maupun diversifikasi.
6.2.1 Penilaian Risiko Pada Kegiatan Spesialisasi Penilaian risiko pada kegiatan spesialisasi dilihat berdasarkan pendapatan yang diperoleh dari masing-masing komoditas tanaman padi, ubi jalar, dan kacang tanah. Analisis risiko pada kegiatan spesialisasi akan memperlihatkan
nilai risiko masing-masing komoditas berdasarkan perhitungan nilai variance, standar deviation dan coefficient variation yang dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Spesialisasi Berdasarkan Pendapatan Pada Tanaman Padi, Ubi Jalar dan Kacang Tanah di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Tahun 2012 No.
Komoditas
1
Padi
2 3
Variance (Miliar) 21.932,6
Standar Deviation 4.683.225,38
Coefficient variation 0,600
Ubi Jalar
68.742,1
8.291.085,57
0,482
Kacang tanah
18.218,0
4.268.254,91
0,705
Pada Tabel 19 dapat terlihat bahwa nilai variance berbanding lurus dengan standard deviation, yaitu jika nilai variance yang diperoleh lebih tinggi maka nilai standard deviation yang diperoleh juga akan tinggi, dan sebaliknya. Diantara tiga komoditas tanaman pangan, ubi jalar memiliki nilai variance dan standard deviation yang paling tinggi yaitu sebesar 68.742.100.000.000,- dan 8.291.085,57. Untuk tanaman kacang tanah memiliki nilai variance dan standard deviation yang paling rendah yaitu sebesar 18.218.000.000.000,- dan 4.268.254,91. Coefficient Variation yang diukur dari rasio standard deviation dengan expected return. Semakin tinggi nilai coefficient variation maka semakin tinggi pula risiko yang dihadapi. Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa nilai coefficient variation tertinggi adalah kacang tanah sebesar 0,705. Yang berarti bahwa setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh tanaman kacang tanah menghadapi risiko kerugian senilai 0,705. Sedangkan nilai coefficient variation terendah adalah ubi jalar sebesar 0,482. Yang berarti setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh tanaman ubi jalar menghadapi risiko kerugian senilai 0,482.
6.2.2 Penilaian Risiko Pada Kegiatan Diversifikasi Kelompok Tani Hurip melakukan kombinasi dari kegiatan produksinya yang dinamakan dengan diversifikasi. Diversifikasi merupakan strategi investasi dengan mengalokasikan berbagai kegiatan usaha untuk meminimalkan risiko. Kegiatan diversifikasi ini dilakukan oleh petani untuk menghadapi adanya fluktuasi produksi terhadap tanaman pangan yang diusahakan.
Penilaian risiko pada kegiatan diversifikasi dilihat berdasarkan pendapatan yang diperoleh dari gabungan komoditas yang diteliti. Perhitungan risiko pada kegiatan diversifikasi yang dilakukan meliputi gabungan dari dua komoditas dan tiga komoditas. Pengukuran risiko portofolio ini diawali dengan menghitung bobot portofolio atau fraction portfolio. Bobot portofolio diperoleh berdasarkan luas lahan yang digunakan pada masing-masing komoditas. Setelah diketahui bobot portofolio pada setiap
gabungan komoditas, maka dilakukan perhitungan expected return pada kegiatan portofolioyang dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Expected Return Tanaman Pangan Padi, Ubi Jalar, dan Kacang Tanah pada Kegiatan Diversifikasi di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Tahun 2012 No. 1 2 3 4
Gabungan Komoditas
Expected Return
Padi + Ubi Padi + Kacang Ubi + Kacang Padi + Ubi + Kacang
12.396.829,54 6.996.288,92 12.551.535,65 10.446.606,78
Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa expected return tertinggi pada kegiatan diversifikasi terdapat pada gabungan komoditas ubi jalar dan kacang tanah yakni sebesar Rp 12.551.535,65. Expected return terendah terdapat pada kegiatan diversifikasi gabungan komoditas padi dan kacang tanah yaitu sebesar Rp 6.996.288,92. Expected return pada kegiatan gabungan komoditas diperoleh, maka perhitungan risiko diversifikasi dapat diketahui. Perhitungan analisis risiko dilakukan berdasarkan pendapatan yang diperoleh petani. Nilai koefisien korelasi yang digunakan pada kegiatan diversifikasi adalah positif satu (+1) karena kombinasi-kombinasi aset dilakukan secara bersamaan. Perhitungan risiko diversifikasi meliputi gabungan dari dua komoditas yaitu gabungan padi dan ubi, padi dan kacang tanah, serta gabungan ubi dan kacang tanah. Gabungan tiga komoditas yaitu gabungan antara padi, ubi jalar dan kacang tanah. Kelompok
Tani
Hurip
melakukan
kegiatan
diversifikasi
dengan
mengusahakan berbagai macam tanaman pangan. Hal ini dilakukan karena petani berusaha meminimalkan risiko dari adanya fluktuasi produksi dan menekan risiko menurunnya
pendapatan.
Diversifikasi
yang
dilakukan
adalah
dengan
mengkombinasikan usaha tanaman pangan padi, ubi jalar, dan kacang tanah. Berikut ini adalah penilaian risiko produksi dari kombinasi dua komoditas tersebut pada Tabel 21. Tabel 21. Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Diversifikasi Dua Komoditas Berdasarkan Pendapatan di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Tahun 2012 No. 1 2 3
Gabungan Komoditas Padi + Ubi Padi + Kacang Ubi + Kacang
Variance (Miliar) 41.616,4 20.181,1 46.610,4
Standar Deviation 6.451.077,42 4.492.337,92 6.827.180,97
Coefficient variation 0.520 0.642 0.543
Hasil perhitungan risiko diversifikasi pada Tabel 21 merupakan gambaran risiko yang dihadapi oleh petani dengan melakukan dua kombinasi usaha produksi tanaman pangan. Penjelasan mengenai analisis risiko diversifikasi dua komoditas akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Padi dan Ubi Jalar Kombinasi dua tanaman ini merupakan kombinasi antara tanaman yang memiliki coefficient variation terendah dan coefficient variation sedang pada kegiatan spesialisasi. Kombinasi antara padi dan ubi jalar ini menghasilkan nilai coefficient variation sebesar 0,520 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh kombinasi padi dan ubi jalar akan mengalami risiko sebesar 0,520. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan mengusahakan spesialisasi padi yang memiliki nilai coefficient variation sebesar 0,600 dan dan nilai ini juga lebih besar dibandingkan dengan mengusahakan spesialisasi ubi jalar yang memiliki nilai coefficient variation sebesar
0,482. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini
dapat menurunkan risiko padi sebesar 0,080 dan menaikan risiko ubi jalar sebesar 0,038. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi pada tanaman padi dan ubi jalar dapat meminimalkan risiko yang dihadapi petani. 2) Padi dan Kacang Tanah Kombinasi tanaman padi dan kacang tanah menghasilkan nilai coefficient variation tertinggi pada kombinasi dua komoditas yaitu sebesar 0,642 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh kombinasi padi dan kacang tanah akan mengalami risiko sebesar 0,642. Nilai ini lebih besar dibandingkan
mengusahakan spesialisasi tanaman padi yaitu sebesar 0,600, dan lebih kecil dibandingkan mengusahakan spesialisasi tanaman kacang tanah yaitu sebesar 0,705. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini ternyata dapat menurunkan risiko kacang tanah sebesar 0,063, dan menaikkan risiko tanaman padi sebesar 0,042. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi pada tanaman padi dan kacang tanah dapat meminimumkan risiko yang dihadapi petani. 3) Ubi Jalar dan Kacang Tanah Kombinasi tanaman ubi jalar dan kacang tanah menghasilkan nilai coefficient
variation terendah pada kombinasi dua komoditas yaitu sebesar 0,543 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh kombinasi ubi jalar dan kacang tanah akan mengalami risiko sebesar 0,543. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan mengusahakan spesialisasi tanaman ubi jalar dan kacang tanah yang memiliki coefficient variation sebesar 0,482 dan 0,705. Kegiatan diversifikasi ini ternyata dapat menaikkan risiko tanaman ubi jalar sebesar 0,061 dan menurunkan risiko tanaman kacang tanah sebesar 0,162. Hal ini membuktikan bahwa kegiatan diversifikasi pada tanaman ubi jalar dan kacang tanah dapat meminimalkan risiko yang dihadapi oleh petani. Rendahnya nilai risiko diversifikasi tanaman ubi jalar dan kacang tanah dikarenakan porposi penggunaan lahan ubi jalar lebih besar dibandingkan dengan kacang tanah. Hal ini menguntungkan petani karena tanaman ubi jalar memiliki coefficient variation yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan tanaman kacang tanah. Selain itu, berdasarkan informasi dilapangan tanaman ubi jalar penjualanya lebih mudah dibandingkan dengan kacang tanah dan harganya cenderung stabil karena penjualanya langsung ke kelompok tani. Berdasarkan pada analisis risiko yang diperoleh, ternyata kegiatan diversifikasi pada dua komoditas dapat mengurangi risiko, walaupun ada beberapa kombinasi yang hanya sedikit mengurangi risiko. Gabungan kombinasi dari tanaman ubi jalar dapat menghasilkan nilai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan gabungan kombinasi tanpa tanaman ubi jalar. Hal ini karena tanaman ubi jalar memiliki risiko spesialisasi paling kecil dibandingkan nilai risiko pada tanaman lainnya. Selanjutnya perhitungan risiko pada kegiatan diversifikasi tiga komoditi dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Diversifikasi Tiga Komoditas Berdasarkan Pendapatan di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Tahun 2012 No. 1
Gabungan Komoditas Padi + Ubi jalar + Kacang tanah
Variance (Miliar) 33.422,9
Standar Deviation
Coefficient variation
5.781.254,18
0,553
Hasil perhitungan risiko diversifikasi pada Tabel 22 merupakan gambaran risiko yang dihadapi oleh petani Kelompok Tani Hurip dengan melakukan tiga kombinasi produksi tanaman pangan. Nilai coefficient variation pada tiga komoditas padi, ubi jalar, dan kacang tanah adalah sebesar 0,553 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh kombinasi padi, ubi jalar, dan kacang tanah akan mengalami risiko sebesar 0,553. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan kegiatan spesialisasi pada tanaman padi dan kacang tanah. Namun risiko pada kegiatan diversifikasi tiga komoditas ini lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan spesialisasi tanaman ubi jalar dan kombinasi dua komoditas ubi jalar dan kacang tanah. Artinya usaha diversifikasi ketiga tanaman ini mampu mengurangi risiko tunggal tanaman padi dan kacang tanah tetapi tidak mampu menurunkan risiko kombinasi tanaman ubi jalar dan kacang tanah. Perhitunngan risiko pada kegiatan diversifikasi tanaman pangan dilakukan pada kombinasi dua komoditi dan tiga komoditi. Perbandingan risiko produksi dari masing-masing kegiatan spesialisasi dan diversifikasi dengan berbagai kombinasi komoditi berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Pendapatan pada Kegiatan Spesialisasi dan Diversifikasi Tanaman Padi, Ubi Jalar, dan Kacang Tanah di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Tahun 2012 No.
Komoditas
Coefficient Variation
Spesialisasi 1 Padi 2 Ubi 3 Kacang Diversifikasi 4 Padi + Ubi Jalar 5 Padi + Kacang Tanah 6 Ubi Jalar + Kacang Tanah 7 Padi + Ubi Jalar + Kacang Tanah
0,600 0,482 0,705 0,520 0,642 0,543 0,553
Berdasarkan Tabel 23 dapat disimpulkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat menurunkan risiko dibandingkan dengan kegiatan spesialisasi. Dari hasil diversifikasi diperoleh nilai coefficient variation terendah terdapat pada gabungan komoditas padi dan ubi jalar yaitu sebesar 0,520 tetapi penurunan risiko yang paling besar terdapat pada kombinasi tanaman ubi dan kacang tanah yaitu sebesar 0,162 jadi, kegiatan diversifikasi tidak dapat menghilangkan risiko sepenuhnya karena risiko selalu ada dalam setiap usaha. Hal ini juga dapat dilihat pada hasil variance, standard deviation, dan coefficient variation yang tidak sama dengan nol. Dengan adanya diversifikasi diharapkan petani dapat mengurangi kegagalan dalam setiap usahanya.
6.3 Strategi Penanganan Risiko Strategi penanganan risiko adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang terjadi karena adanya risiko. Dampak yang ditimbulkan dari risiko dapat meminimalkan dengan strategi pengelolaan risiko yang baik sehingga petani dapat meningkatkan pendapatannya. Strategi pengelolaan risiko yang dilakukan oleh petani diharapkan dapat menjadi strategi yang tepat dalam menekan atau meminimalkan risiko. Kegiatan usahatani Kelompok Tani Hurip menghadapi risiko dalam produksinya. Adanya risiko dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak menentu, serangan hama dan penyakit,dan pengairan atau irigasi yang bergiliran dimana kelompok tani hanya mendapat pengairan selama enam bulan dalam setahun. Untuk itu, diperlukan strategi penanganan risiko produksi yang tepat agar risiko tersebut dapat diminimalakan. Alternatif yang dipilih untuk menangani risiko yang ada adalah dapat dilakukan dengan mengevaluasi risiko-risiko yang ada, kemudian melakukan tindakan untuk meminimalkan risiko yang menjadi dua yaitu strategi preventif dan mitigasi. 1.
Strategi Preventif merupakan strategi yang dilakukan untuk menghindari
risiko yaitu dengan cara membuat atau memperbaiki sistem prosedur, pengembangan sumber daya manusia dan memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. Strategi Preventif yang dapat dilakukan petani Kelompok Tani Hurip untuk menghindari risiko yaitu: Pembinaan dari IPB. Desa Cikarawang merupakan desa
binaan dari Institusi IPB, dimana kelompok tani dapat meningkatkan mutu sumber daya manusianya dengan memanfaatkan pembinaan tersebut. Dari pembinaan ini kelompok tani bisa mendapatkan solusi alternatif yang bisa di lakukan oleh petani yang bisa diterapkan pada usahatani tanaman pangan. 2.
Strategi mitigasi yaitu merupakan strategi penangann risiko yang bertujuan
untuk menekan dampak atau kerugian akibat risiko yang ada. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang besar. Adapun strategi mitigasi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Hurip antara lain: a. Melakukan Diversifikasi Usahatani Diversifikasi dilakukan jika petani mengusahakan beberapa jenis komoditi. Diversifikasi dapat dilakukan pada lahan yang berbeda atau secara tumpang sari tetapi dalam waktu yang bersamaan. Kegiatan produksi yang mengalami penurunan akan ditutupi dengan melakukan diversifikasi sehingga petani dapat mengatasi kegagalan atau risiko yang terjadi. Diversifikasi bertujuan menutupi kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani dan untuk mengefisienkan penggunaan lahan. Oleh karena itu perlu pertimbangan dalam menentukan komoditi yang didiversifikasikan. Selain itu, jika petani melakukan usaha diversifikasi petani juga bisa menutupi kerugian dari kegagalan panen salah satu kombinasi yang dilakukan. b. Melakukan Kemitraan Kemitraan antar petani sudah dilakukan yaitu dengan bergabungnya petani dalam satu kelompok tani, Kelompok Tani Hurip merangkul semua petani tanaman ubi jalar dari mulai pembibitan hingga pasca panen. Dimana semua kebutuhan proses produksi bisa diperoleh pada kelompok tani. Untuk pemasarannya hasil pun, petani bisa menjual hasil panennya kepada kelompok tani dan harag yang diterima petani jika melalui kelompok tani cenderung relatif stabil karena karena pada Kelompok Tani Hurip ini sudah ada pengolahan ubi jalar menjadi produk jadi atau setengah jadi yang bisa langsung dipasarkan ke konsumen dengan harga yang stabil. Pengolahan ubi jalar pada Kelompok Tani Hurip menjadi tepung ubi jalar. Selain itu Kelompok tani Hurip juga bekerjasama dengan perusahaan pengolahan ubi jalar menjadi saus. Dengan adanya pengolahan atau pemberian nilai tambah pada ubi jalar ini dan kerjasama dengan perusahaan
pengolahan saus ubi jalar ini menjadikan pemasaran hasil produksi ubi jalar lebih mudah dan harga yang diterima petani pun relatif stabil jika dibandingkan petani langsung memasarkan hasil produksi ubi jalar ke pasaran. Pemasaran hasil produksi berkelanjutan tanaman pangan baru terbatas pada tanaman ubi jalar saja. Tanaman pangan lainnya pemasaranya langsung dijual kepasaran dimana harga yang diterima petani berfluktuasi sehingga perpengaruh terhadap pendapatan petani. Untuk itu, Kelompok Tani Hurip perlu memberikan nilai tambah pada tamanam pangan lainnya sehingga petani tidak menjual hasil produksinya ke pasar langsung dan harga yang diterima petani pun menjadi stabil.
VII. KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan 1. Petani mengalami risiko produksi dalam mengusahakan tanaman pangan. Hasil produksi yang diperoleh pada setiap panennya berfluktuasi, hal ini dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan iklim yang sulit diprediksi, dan serangan hama dan penyakit. Risiko produksi yang terjadi menyebabkan kerugian bagi petani dengan menurunnya pendapatan petani. 2.
Analisis risiko produksi yang dilakukan adalah analisis risiko produksi secara spesialisasi dan diversifikasi. Dari hasil kegiatan spesialisasi risiko berdasarkan perdapatan diperoleh risiko yang paling tinggi yaitu tanaman kacang tanah dan yang paling rendah yaitu ubi jalar. Berdasarkan kegiatan portofolio risiko yang dihasilkan lebih rendah jika mengkombinasikan tanaman padi dan ubi jalar dengan nilai koefisien variasinya sebesar 0,520, tetapi kombinasi yang menurunkan risiko yang paling tinggi ada pada kombinasi tanaman ubi jalar dan kacang tanah dimana risiko kacang tanah turun sebesar 0,162. Jadi, kegiatan mengkombinasikan tanaman ubi jalar dan kacang tanah ini dapat meminimalkan risiko jika dibandingakan dengan mengusahakan hanya satu jenis komoditi saja.
3.
Strategi yang dapat diterapkan oleh Kelompok Tani Hurip ini adalah preventif dan mitigasi. Strategi yang preventif yang dilakukan adalah memanfaatkan pembinaan dari institusi IPB untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia khususnya dalam usahatani tanaman pangan. Strategi mitigasi yang dilakukan adalah diversifikasi tanaman pangan, dimana petani menanam berbagai jenis tanaman pangan dalam waktu yang bersamaan. Selain itu, petani juga melakukan kemitraan yaitu berkerjasama dengan perusahaan untuk pengolahan tanaman ubi jalar berkelanjutan dan pemberian nilai tambah pada tanaman ubi jalar yaitu pengolahan tepung ubi jalar.
7.2 Saran Kelompok Tani Hurip hendaknya memperhatikan jenis komoditas yang akan diusahakan karena tidak semua diversifikasi dapat menekan risiko produksi.
Komoditas yang diusahakan yang dapat menurunkan risiko yang cukup besar yaitu kombinasi tanaman ubi jalar dan kacang tanah. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah sumber-sumber risiko produksi yaitu curah hujan dan hama dan penyakit tanaman yang juga berpengaruh terhadap produksi. Strategi lain yang perlu dilakukan oleh Kelompok Tani Hurip adalah melakukan kemitraan untuk pengolahan tanaman pangan lainnya melalui meningkatkan nilai tambah pada tanaman kacang tanah sehingga petani bisa memasarkan dengan mudah hasil produksinya dan dapat mengurangi risiko pendapatan.
DAFTAR PUSTAKA
Annisa Cher, P. 2011. Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik Pada PT Masada Organik Indonesia Di Bogor Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Adisarwanto,T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah Di Lahan Sawah dan Kering. Jakarta: Penebar Swadaya. [BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. 2011. Statistik Indonesia dalam Angka 2011. Jakarta. Badan Pusat Statisti Inonesia. [BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2010. Data Statistik Produksi Tanaman Pangan. Bogor. BPS Jawa Barat Buku Profil Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Tahun 2011. Darmawi, H. 2004. Manajemen Risiko. Jakarta: Bumi Aksara Djohanputro,B. 2008. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta: Mitra Kerjajaya. Debertin DL. 1986. Agricultural Production Economic. New York. Macmillan Publishing Company. Diether KB. 2009. Portofolio of Three Risk Assets. Mean Variance Analysis. Fisher College of Business. Hanafi. 2007. Risiko. Jakarta : Universitas Terbuka. Harwood J, Heifner R, Coble K, Perry J, Somwaru A. 1999. Managing Risk in Farming: Concepts, Research and Analysis. Agricultural Economic Report No.774. US Departement Of Agriculture. Jamilah, M. 2010. Analisis Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Lam J. 2007. Enterprise Risk Manajemen. Jakarta: PT Ray Indonesia. Kountur, R. 2008. Mudah Mamahami Manajemen Perusahaan. Jakarta: PPM Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Nurmala, S. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ubi Jalar [skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor . Primasari, D. 2011. Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias dan Bibit Tanaman Buah di PT. Istana Alam Dewi Tara Sawangan Depok [skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pangabean, W. 2011. Analisis Usaha Diversifikasi Anggrek Dendrobium pada Permata Anggrek di Kota Bogor Jawa Barat [skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Purnamawati, H. Purwono. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya Rachmina,D. Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal Dan Skripsisi. Bogor: Departemen Agribisnis FEM IPB Rismunandar. 1981. Penyakit Tanaman Pangan Dan Pembasmianya. Bandung: Sinar Baru Bandung. Rukmana,Rahmat.1997. Ubi Jalar Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius. Sitorus, N. 2011. Analisis Risiko Produksi Bayam dan Kangkung Hidroponik pada Parung Farm, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor Siregar, K. 2011. Analisis Risiko Produksi Pembenihan Lele Dumbo pada Family Jaya I Kecamatan Sawangan, Kota Depok [skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor Sembiring, L. 2010. Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada THE PINEWOOD ORGANIC FARM di Kabupaten Bogor Jawa Barat [skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor Soekartawi, 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian (Teori Dan Aplikasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada. Yudi, M. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Caisin Di Desa Citapen. Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Tahun 2012
Ketua Kelompok Penasehat II
Penasehat I
Bendahara
Sekretaris
Seksi Pertaniann
Seksi Kehutanan
Seksi Humas
Seksi Usaha
Seksi Kelompok Wanita
Seksi Pengairan/P3A
Sumber: Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Tahun 2012
Lampiran 2. Uraian Tugas Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Tahun 2012 Ketua Kelompok
-
Penasehat 1
-
Penasehat II
-
Sekretaris
-
Bendahara Seksi Demplot
-
Seksi Pengaturan Pola Tanam
-
Seksi Pengairan
-
Memberdayakan anggota dan pengurus Mengkoordinasikan pengurus demi kelancaran organisasi Kelompok Tani Hurip Memberikan usulan dan saran khususnya pada ketua kelompok dan pada umumnya untuk Kelompok Tani Hurip Memberikan usulan dan saran khususnya pada ketua kelompok dan pada umumnya untuk Kelompok Tani Hurip Pendataan pengurus dan anggota Surat menyurat dan undangan Bertanggungjawab atas pengumpulan uang iuran kas Bertanggungjawab atas pengumpulan uang pendapatan traktor Perwakilan pada saat ada pelatihan atau percobaab dari dinas Mentrasfer ilmu yang didapat dari pelatiha atau percobaan kepadsa para petani khususnya kepada Kelompok Tani hurip Mengatur dan berkoordinasi dengan seksi pengairan dan pembenihan
Koordinasi untuk kerja bakti Mengatur dan mengkoordinasikan pola aliran air Seksi Humas Memberikan informasi kepada pengurus dan anggota baik informasi yang berasal dari pihak external dan pihak internal Kelompok Tani Hurip Seksi Pembenihan - Mengatur pembagian bibit dan benih yang berasal dari dinas kepada para petani Seksi Usaha - Mengolah bahan baku yang tersisa - Memasarkan hasil bumi para petani Kelompok Tani Hurip Sumber: Kelompok Tani Hurip Tahun 2012
Lampiran 3.Total Biaya Produksi Tanaman Padi Per Hektar pada Kelompok Tani Hurip Tahun 2012
No
Responden
Lahan
Bibit
PUPUK TS
KCL
Poska
NPK
Kandang
Cair
Penyst
TK
Total
Decis
alat
Biaya
2.
Ahmad Bastari Norma Yanti
3.
Casmawati
1
700000
500000
375000
0
0
300000
0
0
0
77542
5900000
7852542
4.
Madi Usa
1
600000
400000
150000
65000
0
0
50000
0
90000
77542
3080000
4512542
5.
Jamsari
1
750000
250000
0
0
3000000
375000
468750
0
300000
77542
7537500
12758792
6.
Armi
1
500000
200000
0
0
0
0
375000
0
75000
77542
2900000
4127542
7.
Uus
1
1000000
400000
375000
0
0
0
750000
0
150000
77542
5150000
7902542
8.
Amung
1
1000000
200000
0
0
0
750000
750000
0
90000
77542
6590000
9457542
9.
Santung
1
666666.67
333333.3
250000
0
333333.3
0
0
0
150000
77542
4100000
5910875
10.
Suhandi
1
1000000
333333.3
500000
0
0
0
833333.3
0
50000
77542
2933333
5727541
11.
Titin
1
833333.33
416666.7
87500
108333
0
0
0
0
500000
77542
7083333
9106708
12.
Napi
1
500000
300000
0
0
0
450000
500000
0
300000
77542
6800000
8927542
13.
Jani
1
1000000
400000
150000
0
400000
0
0
0
300000
77542
7000000
9327542
14.
Iding
1
1000000
350000
112500
0
250000
0
187500
0
225000
77542
6150000
8352542
15.
Hendri
1
750000
500000
375000
650000
0
0
187500
0
0
77542
7375000
9915042
16.
Nara
1
500000
500000
0
0
0
300000
2000000
0
300000
77542
6900000
10577542
17.
Asin
1
1142857.1
0
428571.4
1114286
0
857142.9
1071429
0
128571.4
77542
3085714
7906113
18.
Mina
1
500000
300000
150000
0
0
0
312500
0
150000
77542
3475000
4965042
19.
Owi
1
500000
700000
525000
0
0
0
75000
0
150000
77542
3000000
5027542
Rata‐rata
13442857
6483333
3478571
1937619
3983333
4532143
9061012
0
3258571
1473292
96393213
144043945
1.
Urea
Pestisida
1
250000
200000
0
0
0
750000
750000
0
150000
77542
2233333
4410875
1
250000
200000
0
0
0
750000
750000
0
150000
77542
5100000
7277542
19
Lampiran 4. Total Biaya Produksi Tanaman Ubi Jalar Per Hektar Kelompok Tani Hurip Tahun 2012
No
Responden
Lahan
Bibit
PUPUK TS
KCL
Poska
NPK
Kandang
cair
Penyutan
Decis
TK
Alat
Total
2.
Ahmad Bastari Norma Yanti
3.
Casmawati
1
1,200,000
0
375000
0
0
0
533333.333
0
0
77,542
7500000
9,685,875
4.
Madi Usa
1
1,200,000
0
0
0
0
1125000
6250000
0
0
77,542
2850000
11,502,542
5.
Jamsari
1
1,200,000
0
0
0
0
1500000
0
0
300000
77,542
3500000
6,577,542
6.
Armi
1
1,200,000
250000
0
0
0
150000
250000
0
0
77,542
4200000
6,127,542
7.
Uus
1
1,200,000
0
150000
0
0
450000
0
0
0
77,542
5200000
7,077,542
8.
Amung
1
1,200,000
0
0
0
0
750000
50000
0
125000
77,542
6925000
9,127,542
9.
Santung
1
1,200,000
0
0
0
0
600000
0
0
200000
77,542
2366667
4,444,209
10.
Suhandi
1
1,200,000
0
250000
0
333333.3
0
41666.6667
0
0
77,542
4466667
6,369,209
11.
Titin
1
1,200,000
166667
62500
108333.33
0
0
0
0
125000
77,542
4166667
5,906,709
12.
Napi
1
1,200,000
0
0
0
0
750000
0
0
0
77,542
5100000
7,127,542
13.
Jani
1
1,200,000
0
0
0
500000
0
0
0
300000
77,542
5850000
7,927,542
14.
Iding
1
1,200,000
0
0
0
533333.3
0
0
0
100000
77,542
4716667
6,627,542
15.
Hendri
1
1,200,000
0
0
0
0
0
0
0
0
77,542
5325000
6,602,542
16.
Nara
1
1,200,000
0
0
0
0
750000
1600000
0
300000
77,542
5550000
9,477,542
17.
Asin
1
1,200,000
0
0
1300000
0
1000000
1333333.33
0
150000
77,542
2141667
7,202,542
18.
Mina
1
1,200,000
0
0
0
0
0
400000
0
0
77,542
5700000
7,377,542
19.
Owi
1
1,200,000
700000
525000
0
0
0
75000
0
0
77,542
2200000
4,777,542
Total
22800000
1116667
1362500
1408333.3
1366667
8275000
16033333.3
10000
1600000
1473292
88518335
143,964,127
1.
Urea
Pestisida
Biaya
1
1,200,000
0
0
0
0
450000
5000000
10000
0
77,542
7360000
14,097,542
1
1,200,000
0
0
0
0
750000
500000
0
0
77,542
3400000
5,927,542
Lampiran 5. Total Biaya Produksi Tanaman Kacang Tanah Per Hektar pada Kelompok Tani Hurip Tahun 2012
No
Responden
Lahan
Bibit
PUPUK TS
KCL
Poska
NPK
Kandang
Cair
Pystan
Decis
Peralatan
TK
Total
2.
Ahmad Bastari Norma Yanti
3.
Casmawati
1
1250000
0
625000
0
0
0
0
0
0
77542
4650000
6602541.67
4.
Madi Usa
1
1500000
0
0
0
500000
0
0
0
0
77542
1880000
3957541.67
5.
Jamsari
1
1500000
0
0
0
1000000
0
0
0
250000
77542
800000
3627541.67
6.
Armi
1
750000
250000
75000
0
0
0
0
0
0
77542
4250000
5402541.67
7.
Uus
1
1500000
300000
150000
0
0
0
0
0
0
77542
3700000
5727541.67
8.
Amung
1
1250000
0
0
0
0
750000
50000
0
25000
77542
5760000
7912541.67
9.
Santung
1
1500000
0
75000
173333
100000
0
0
0
200000
77542
2600000
4725875.003
10.
Suhandi
1
3000000
0
250000
0
333333.3
0
0
0
0
77542
3950000
7610875.003
11.
Titin
1
2000000
16666.7
62500
0
0
0
0
0
0
77542
3208333
5365041.337
12.
Napi
1
1500000
0
0
0
0
750000
0
0
0
77542
3800000
6127541.67
13.
Jani
1
1500000
0
0
0
500000
0
0
20000
300000
77542
5100000
7497541.67
14.
Iding
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15.
Hendri
1
1500000
0
75000
0
0
0
0
0
0
77542
2625000
4277541.67
16.
Nara
1
2250000
0
150000
0
0
60000
0
0
0
77542
3850000
6387541.67
17.
Asin
1
2000000
0
250000
433333
0
500000
0
10000
150000
77542
1800000
5220875.003
18.
Mina
1
1125000
0
150000
0
300000
0
0
0
0
77542
3400000
5052541.67
19.
Owi
Jumlah
1.
Urea
Pestisida
Biaya
1
1500000
0
0
0
0
750000
0
10000
0
77542
3333333
5670874.67
1
1500000
0
0
0
0
750000
0
10000
150000
77542
4000000
6487541.67
1
1500000
700000
525000
0
0
0
75000
0
0
77542
2800000
5677541.67
19
28625000
1266667
2387500
606667
2733333
3560000
125000
50000
1075000
1395750
61506666
103331583
Lampiran 6. Penilaian Risiko Pada Kegiatan Spesialisasi Tanaman Padi pada Kelompok Tani Hurip Tahun 2012
No
Tanaman Padi
Produksi
(Kg)
Penerimaan
Biaya
(Rp)
Produksi (Rp)
Pendapatan
Ri‐ER
(Rp)
(Ri‐ER)²
1.
7,000
16,100,000
4,410,875
11,689,125
3,885,322
15,095,730,510,287
2.
7,000
16,100,000
7,277,542
8,822,458
1,018,655
1,037,658,917,900
3.
6,000
13,800,000
7,852,542
5,947,458
‐1,856,345
3,446,015,102,737
4.
4,000
9,200,000
4,512,542
4,687,458
‐3,116,345
9,711,603,378,527
5.
5,000
11,500,000
12,758,792
‐1,258,792
‐9,062,595
82,130,620,048,101
6.
5,000
11,500,000
4,127,542
7,372,458
‐431,345
186,058,124,166
7.
10,000
23,000,000
7,902,542
15,097,458
7,293,655
53,197,409,766,647
8.
7,000
16,100,000
9,457,542
6,642,458
‐1,161,345
1,348,721,172,838
9.
5,000
11,500,000
5,910,875
5,589,125
‐2,214,678
4,904,798,144,133
10.
3,333
7,665,900
5,727,541
1,938,359
‐5,865,444
34,403,435,904,400
11.
8,333
19,165,900
9,106,708
10,059,192
2,255,389
5,086,780,050,055
12.
7,500
17,250,000
8,927,542
8,322,458
518,655
269,003,471,785
13.
5,000
11,500,000
9,327,542
2,172,458
‐5,631,345
31,712,041,484,567
14.
7,500
17,250,000
8,352,542
8,897,458
1,093,655
1,196,082,234,818
15.
10,000
23,000,000
9,915,042
13,084,958
5,281,155
27,890,602,846,033
16.
6,000
13,800,000
10,577,542
3,222,458
‐4,581,345
20,988,717,921,409
17.
11,428
26,284,400
7,906,113
18,378,287
10,574,484
111,819,718,279,853
18.
5,000
11,500,000
4,965,042
6,534,958
‐1,268,845
1,609,966,501,923
19.
7,000
16,100,000
5,027,542
11,072,458
3,268,655
10,684,108,425,419
127,094
292,316,200
144,043,945
148,272,255
0
416,719,072,285,598
Total
Expected Return Variance
7,803,803 2.19326E+13
Standard Deviation Coeff. Variantion
4683225.38 0.600120922
Lampiran 7. Penilaian Risiko Pada Kegiatan Spesialisasi Tanaman Ubi Jalar pada Kelompok Tani Hurip Tahun 2012
No
Tanaman Ubi Jalar
Produksi
Penerimaan
Biaya
Pendapatan
Ri‐ER
(Ri‐ER)²
(Kg)
(Rp)
Produksi (Rp)
(Rp)
1.
15,000
30,000,000
14,097,542
15,902,458
2.
15,000
3.
5,833
4.
17,500
35,000,000
5.
22,000
6.
7,500
7.
10,000
8. 9. 10. 11.
‐1,274,868
1,625,289,267,336
30,000,000
5,927,542
24,072,458
6,895,132
47,542,840,700,670
11,666,667
9,685,875
1,980,792
‐15,196,535
230,934,676,006,225
11,502,542
23,497,458
6,320,132
39,944,064,284,003
44,000,000
6,577,542
37,422,458
20,245,132
409,865,356,200,669
15,000,000
6,127,542
8,872,458
‐8,304,868
68,970,838,034,003
20,000,000
7,077,542
12,922,458
‐4,254,868
18,103,904,534,003
10,000
20,000,000
9,127,542
10,872,458
‐6,304,868
39,751,364,700,669
16,667
33,333,333
4,444,209
28,889,125
11,711,798
137,166,212,392,804
10,000
20,000,000
6,369,209
13,630,791
‐3,546,535
12,577,912,870,582
8,333
16,666,667
5,906,709
10,759,958
‐6,417,369
41,182,620,603,915
12.
15,000
30,000,000
7,127,542
22,872,458
5,695,132
32,434,524,700,670
13.
15,000
30,000,000
7,927,542
22,072,458
4,895,132
23,962,314,034,003
14.
13,333
26,666,667
6,627,542
20,039,125
2,861,798
8,189,887,792,804
15.
10,000
20,000,000
6,602,542
13,397,458
‐3,779,868
14,287,404,617,336
16.
9,000
18,000,000
9,477,542
8,522,458
‐8,654,868
74,906,745,867,336
17.
10,000
20,000,000
7,202,542
12,797,458
‐4,379,869
19,183,249,537,248
18.
10,000
20,000,000
7,377,542
12,622,458
‐4,554,868
20,746,825,534,003
19.
15,000
30,000,000
4,777,542
25,222,458
8,045,132
64,724,143,534,003
Total
235,167
470,333,333
143,964,127
326,369,207
0
1,306,100,175,212,280
Expected Return Variance
17,177,327 6.87421E+13
Standard Deviation Coeff. Variantion
8291085.57 0.482676131
Lampiran 8. Penilaian Risiko Pada Kegiatan Spesialisasi Tanaman Kacang Tanah pada Kelompok Tani Hurip Tahun 2012
No
Tanaman Kacang Tanah
Produksi
Penerimaan
Biaya
Pendapatan
Ri‐ER
(Ri‐ER)²
(Kg)
(Rp)
Produksi (Rp)
(Rp)
1.
4,000
18,000,000
5,670,875
12329125.33
6280787.58
39,448,292,609,656
2.
4,000
18,000,000
6,487,542
11512458.33
5464120.58
29,856,613,699,359
3.
1,250
5,625,000
6,602,542
‐977541.67
‐7025879.42
49,362,981,641,636
4.
3,000
13,500,000
3,957,542
9542458.33
3494120.58
12,208,878,618,998
5.
1,667
7,500,000
3,627,542
3872458.33
‐2175879.42
4,734,451,255,724
6.
2,000
9,000,000
5,402,542
3597458.33
‐2450879.42
6,006,809,937,399
7.
2,000
9,000,000
5,727,542
3272458.33
‐2775879.42
7,705,506,561,197
8.
2,500
11,250,000
7,912,542
3337458.33
‐2710879.42
7,348,867,236,438
9.
2,000
9,000,000
4,725,875
4274125.00
‐1774212.75
3,147,830,898,448
10.
3,333
15,000,000
7,610,875
7389125.00
1340787.25
1,797,710,437,531
11.
2,917
13,125,000
5,365,041
7759958.66
1711620.91
2,929,646,146,756
12.
5,000
22,500,000
6,127,542
16372458.33
10324120.58
106,587,465,725,022
13.
3,000
13,500,000
7,497,542
6002458.33
‐45879.42
2,104,921,292
14.
0
0
0
0.00
‐6048337.75
36,582,389,552,931
15.
2,500
11,250,000
4,277,542
6972458.33
924120.58
853,998,844,110
16.
2,000
9,000,000
6,387,542
2612458.33
‐3435879.42
11,805,267,397,219
17.
3,333
15,000,000
5,220,875
9779125.00
3730787.25
13,918,773,470,727
18.
2,000
9,000,000
5,052,542
3947458.33
‐2100879.42
4,413,694,342,540
19.
2,000
9,000,000
5,677,542
3322458.33
‐2725879.42
7,430,418,619,075
48,500
218,250,000
103,331,583
114,918,417
0
346,141,701,916,057
Total
Expected Return Variance Standard Deviation Coeff. Variantion
6,048,338 1.8218E+13 4268254.91 0.705690569
Lampiran 9. Penilaian Risiko Pada Kegiatan Diversifikasi Tanaman Padi, Ubi Jalar, dan Kacang Tanah No.
Komoditi
Expected
Variance
Standar
Coefficient
Return
Deviation
Variation
1
Padi
7803802.884
2.19326E+13
4683225.38
0.600120922
2
Ubi
17177326.66
6.87421E+13
8291085.57
0.482676131
3
Kacang
6048337.751
1.8218E+13
4268254.91
0.705690569
4
Padi + Ubi
12396829.54
4.16164E+13
6451077.42
0.520381231
5
Padi + Kacang
6996288.923
2.01811E+13
4492337.92
0.642102973
6
Ubi + Kacang
12551535.65
4.66104E+13
6827180.97
0.543931927
7
Padi + Ubi + Kacang
10446606.78
3.34229E+13
5781254.18
0.553409763