VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN 6.1. Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal perusahaan digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mencapai kinerja dan mengungguli pesaing. Analisis lingkungan internal perusahaan adalah analisis berdasarkan faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan sendiri dan umumnya dapat dikendalikan oleh perusahaan. Analisis lingkungan internal dalam penelitian ini berdasarkan fungsional/bidang yang meliputi manajemen, pemasaran, keuangan, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen. 6.1.1. Manajemen Fungsi
manajemen
terdiri
dari
perencanaan,
pengorganisasian,
pemotivasian, pengelolaan staf, dan pengendalian (David 2009). 1) Perencanaan Perencanaan adalah awal dari proses dimana sebuah bisnis bisa mengubah impian kosong menjadi kenyataan/pencapaian (David 2009). Perencanaan terdiri atas semua aktivitas yang terkait dengan persiapan masa depan. Dengan perencanaan, suatu organisasi dapat mengembangkan strategi. Perencanaan efektif jika merumuskan suatu sasaran dan tujuan yang terukur. Proses perencanaan harus melibatkan manajer dan karyawan dalam organisasi. Hal ini untuk memudahkan karyawan memahami dan memberikan komitmen. Berdasarkan wawancara dengan pihak manajemen, DJHA belum memiliki perencanaan yang tertulis secara jelas dan spesifik mengenai peramalan, penetapan tujuan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang, serta formulasi strategi yang dirumuskan dengan melibatkan seluruh manajer dan staf. Secara tersirat DJHA memiliki rencana untuk dapat mengembangkan usahanya dengan mendirikan cabang outlet. Hal ini baru merupakan keinginan pemimpin dan manajer namun belum direncanakan secara rinci dan melibatkan seluruh karyawan. Rencana tersebut belum diuraikan menjadi target yang jelas untuk mencapainya sehingga dapat dikatakan perencanaan perusahaan belum dirumuskan dengan baik. Perencanaan belum dirumuskan menjadi langkah-langkah yang jelas, seperti
61
bagaimana pengelolaan keuangannya, pembagian tanggung jawab/tugas, rentang waktu, dan hal-hal lain yang terkait dengan cita-cita perusahaan. Hal ini dapat menghambat efektifitas kerja perusahaan untuk berkembang mencapai cita-citanya karena tidak jelas bagaimana cara mencapainya. Karyawan juga belum mengetahui cita-cita tersebut sehingga kinerjanya belum disesuaikan untuk mencapai cita-cita perusahaan. Padahal sinergi akan muncul ketika semua orang bekerja sama dalam tim yang tahu apa yang ingin mereka capai. Selain perencanaan untuk mendirikan cabang outlet, perencanaan juga mencakup seluruh kegiatan usaha yang sedang berjalan. Perencanaan terpenting yang harus dirumuskan dengan baik oleh DJHA adalah perencanaan pengadaan produk. Perencanaan tersebut mencakup bagaimana cara mendapatkan durian, siapa pemasoknya, bagaimana sistem kerjasamanya, dan sebagainya. Perencanaan tersebut sangat diperlukan karena
berpengaruh
terhadap
kegiatan
manajemen
lainnya
seperti
pengendalian produk dan pengelolaan keuangan. Perencanaan pengadaan produk juga belum dirumuskan dengan baik oleh DJHA karena masih sering terjadi keterlambatan dalam memperoleh durian yang mengakibatkan jumlah stok produk tidak menentu. Berdasarkan penjelasan tersebut, perencanaan sangat penting dilakukan oleh DJHA. Oleh karena itu, perencanaan yang belum dirumuskan dengan baik dapat menjadi kelemahan bagi DJHA. 2) Pengorganisasian Pengorganisasian mencakup semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur pekerjaan dan hubungan otoritas. Di dalam organisasi, DJHA dipimpin oleh pemilik perusahaan. Informasi tentang struktur pekerjaan dapat diperoleh dalam bentuk deskripsi dan spesifikasi pekerjaan. Deskripsi pekerjaan adalah sebuah daftar tertulis yang mendeskripsikan aktivitas dan tanggung jawab dari pekerjaan, juga konsisi pekerjaan dan bahaya dari suatu pekerjaan. Walaupun tidak dalam bentuk daftar tertulis, DJHA mempunyai deskripsi atas pekerjaan-pekerjaan yang ada dan setiap orang dalam perusahaan sudah mengetahui deskripsi pekerjaan masing-masing. Spesifikasi pekerjaan adalah ringkasan mutu, sifat, keterampilan, dan latar belakang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Spesifikasi pekerjaan
62
dalam organisasi DJHA lebih mengutamakan keterampilan yang dapat diasah jika pekerja giat dalam belajar, diantaranya adalah spesifikasi pekerjaan untuk sortasi durian. Karyawan bagian produksi (di lapangan) dengan spesifikasi kerja sortasi berjumlah lima orang sedangkan bagian pemasaran (di outlet) dengan spesifikasi kerja sortasi berjumlah 12 orang. Otoritas adalah hak untuk membuat keputusan, mengarahkan pekerjaan orang lain, dan memberi perintah. Otoritas tertinggi dipegang oleh pimpinan DJHA, namun karena pimpinan sudah lanjut usia maka operasional outlet diserahkan kepada kedua anaknya (manajer lapangan dan manajer pemasaran). 3) Pemotivasian Pemberian motivasi dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi orang untuk mencapai tujuan tertentu. Pemimpin memiliki motivasi yang tinggi untuk mengembangkan usahanya. Pemberian motivasi dilakukan pemimpin DJHA melalui komunikasi yang baik dengan karyawan, sehingga tercipta adanya kedekatan antara pemimpin perusahaan dengan karyawannya. Pemimpin sering membagikan pengalamannya dalam bisnis durian dan memberikan nasihat sehingga para karyawan termotivasi untuk bekerja lebih baik. 4) Penempatan Staf Fungsi manajemen dari penempatan staf juga disebut manajemen sumber daya manusia, yang mencakup aktivitas sebagai berikut: a) Perekrutan karyawan Perekrutan karyawan dilakukan sesuai kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan. Sumber tenaga kerja berasal dari lingkungan keluarga dan harus memiliki semangat dan keuletan dalam belajar dan bekerja. b) Pelatihan dan pengembangan karyawan Pada awalnya H. Arif sebagai petani dan pedagang durian yang berpengalaman memberikan pelatihan kepada para manajer dan beberapa staf dalam hal budidaya dan pemasaran yang baik. Kini, pelatihan terus dilakukan oleh manajer kepada para stafnya khususnya pelatihan dalam memilih/sortir
buah.
Pengarahan
dari
para
manajer
yang
lebih
63
berpengalaman menjadi sumber pembelajaran bagi mereka sehingga dapat terus meningkatkan kinerja. Keterampilan khusus yang dimiliki oleh SDM perusahaan saat di lapangan adalah cara mengikat buah yang harus dilakukan dengan benar dan hati-hati, tidak jarang petani menyerahkan pekerjaan ini kepada pihak DJHA. Baik karyawan lapangan maupun karyawan pemasaran harus memiliki keterampilan dalam mengenali dan memilih durian untuk memastikan bahwa durian dari pemasok terseleksi dengan baik dan dapat menyajikan durian sesuai keinginan konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia DJHA mulai dari pemimpin, manajer hingga staf memiliki keuletan dan keterampilan kerja yang baik. Pengendalian yang dilakukan adalah mengawasi kerja karyawan. Di outlet, karyawan juga harus dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada konsumen. Di lapangan (kebun), karyawan dapat melakukan kegiatan budidaya yang baik hingga panen dan pasca panen. c) Pemberian imbalan (sistem kompensasi) Penetapan besar kecilnya kompensasi staf berbeda antara staf bagian pemasaran dengan karyawan bagian lapangan. Staf bagian pemasaran menerima kompensasi setiap bulan dengan jumlah yang tidak tetap karena tergantung keuntungan penjualan dan kondisi perusahaan. Kisaran kompensasi berupa uang tunai yang diterima adalah Rp 400.000,00 s/d Rp 500.000,00 per bulan. Besar kompensasi ini belum termasuk uang makan dan rokok karyawan yang ditanggung oleh perusahaan setiap harinya. Karyawan juga menerima tunjangan kesehatan. Kompensasi ditetapkan berdasarkan faktor kebijakan antara manajemen inti dengan staf. Seluruh karyawan DJHA adalah keluarga maka penetapan kompensasi dapat dilakukan dengan lebih fleksibel. Berbeda dengan staf pemasaran, staf bagian lapangan mendapatkan kompensasi berdasarkan jumlah durian yang diikat dan dipanen per harinya dan dibayarkan setiap harinya. Besar kompensasinya adalah Rp 2.000,00 s/d Rp 3.000,00 per durian yang diikat dan Rp 1.000,00 per durian yang jatuh, sedangkan kompensasi seorang staf untuk pemeliharaan/perawatan kebun adalah Rp 20.000,00/hari. Sama
64
halnya dengan bagian pemasaran, karyawan lapangan juga diberi kompensasi berupa uang makan dan rokok. Sedangkan manajer pemasaran dan manajer lapangan kompensasinya masing-masing sebesar Rp 3.000.000,00/bulan. 5) Pengendalian Pengendalian mengacu pada semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan. Pengendalian yang dilakukan oleh DJHA diutamakan dalam proses sortir. Sortir sangat menentukan kelangsungan perusahaan karena DJHA senantiasa mempertahankan image sebagai penyedia durian berkualitas. Selain itu, pengendalian dilakukan dalam hal pemeliharaan dan kontrol di lapangan. Manajer menetapkan standar untuk proses sortasi buah kepada karyawan. Apabila ada staf yang melakukan kesalahan dalam proses sortasi sehingga durian tidak sesuai dengan standar, maka manajer akan memberikan peringatan kepada staf tersebut. 6.1.2. Produksi atau Operasi Proses produksi yang dilakukan oleh DJHA di lapangan mencakup kebun milik petani pemasok dan kebun milik DJHA. Di kebun sendiri, karyawaan bertugas melakukan kegiatan budidaya mulai dari penanaman bibit, pemeliharaan, panen hingga pasca panen. Bibit yang digunakan merupakan bibit unggul baik secara generatif (ponge) maupun vegetatif (okulasi). Pemeliharaan yang dilakukan adalah pemupukan (pupuk NPK dan kandang), pemangkasan, pengairan (jika diperlukan), serta pengendalian hama dan penyakit. DJHA juga memberikan hormon untuk merangsang pertumbuhan buah durian. Di kebun petani pemasok, bagian lapangan melakukan beberapa kegiatan yakni pemeliharaan (jika melakukan sistem gadai), pengikatan, pemanenan, sortasi dan grading durian serta pendistribusian ke outlet. Petani juga dapat mengantarkan durian ke gubuk milik DJHA di kebun atau langsung ke outlet (sistem beli lepas), sehingga proses sortasi dan pembersihan buah dilakukan di gubuk atau di gudang outlet. Sistem beli lepas juga dilakukan DJHA dengan petani/pedagang durian luar Banten atau pedagang durian Banten yang memasok durian dari luar Banten.
65
Proses sortasi mencakup bentuk buah, kebersihan dan kemulusan buah (tidak cacat), kemanisan rasa, dan kadar legit daging buah. Proses sortasi dimulai dengan menepuk durian untuk mengetahui durian tersebut sudah matang atau belum, kemudian durian dicium untuk mengetahui kemanisan durian. Jika wanginya menyengat berarti durian tersebut manis pahit, sedangkan jika wanginya lembut berarti durian tersebut manis legit. Jika ragu, durian dibuka sedikit untuk dicicipi. Karyawan dapat mengetahui karakteristik buah durian berdasarkan pohonnya. Dilanjutkan dengan proses grading (penentuan tingkat mutu kualitas) sehingga DJHA dapat mengelompokkan durian ke dalam empat jenis/kelas. Harga beli durian berdasarkan jenis/kelas durian dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Harga Beli Durian berdasarkan Jenis/Kelas Durian Jenis/Kelas Durian Harga per Buah (Rupiah) Ekonomi 10.000,00-15.000,00 Super ekonomi 20.000,00-30.000,00 Super 35.000,00-40.000,00 High class 50.000,00 ke atas Sumber : Wawancara dengan pihak perusahaan (2010)
Durian yang masuk ke gudang dicatat dalam secarik kertas karton kecil berisi waktu durian diterima (tanggal, bulan dan tahun), nama petani dan jumlah duriannya. Untuk menjamin ketersediaan durian, DJHA bekerja sama dengan petani durian di Banten dan pemasok lainnya sampai ke beberapa daerah di Indonesia. Petani pemasok dari daerah Banten jumlahnya mencapai 2.000 orang namun pemasok yang produktif (memenuhi standar kualitas produk yang ditetapkan DJHA dalam jumlah banyak dan intensitas memasok di atas petani lainnya) berjumlah 25-30 orang. Petani dapat menjual duriannya sendiri atau secara kolektif (sistem koordinir). DJHA
Kebun Petani Gubuk/ outlet DJHA
Petani Petani
dikoordinir
Gambar 11. Alur Proses Pengadaan Produk DJHA dari Wilayah Banten Sumber : Wawancara dengan pihak perusahaan (2010)
66
Dari hasil wawancara dengan beberapa petani, petani mengatakan selalu menjadikan DJHA sebagai target utama pemasaran durian mereka karena DJHA dapat membeli durian dengan harga yang dapat dinegosiasikan dengan baik dan dapat membeli dengan jumlah yang banyak (jika durian lulus sortir) karena permintaan pasar terhadap produk DJHA cukup tinggi. Namun ketatnya standar kualitas yang ditetapkan menyebabkan tidak semua petani dapat memasok duriannya ke DJHA. Dari petani pemasok DJHA mendapat kontinuitas pasokan buah dan dapat memilih sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan. Sementara petani juga mendapat keuntungan karena selain adanya jaminan pasar, petani juga mendapat informasi teknik budidaya serta bantuan modal dan peralatan dari DJHA. Durian di Banten dapat diperoleh setiap bulan namun ada bulan tertentu di luar musim panen raya dimana durian di Banten jumlahnya sedikit dan kualitasnya tidak sebaik durian pada musimnya. Oleh karena itu jika di Banten sedang tidak musim, jumlah durian yang dapat diperoleh dari petani Banten sedikit
atau
bahkan
tidak
ada sama sekali,
DJHA akan
melakukan
pemesanan/pencarian durian ke petani dan pedagang durian di luar Banten. DJHA bekerjasama dengan enam orang pedagang durian Banten yang dapat memasok durian dari luar Banten. Pemasok tersebut bekerjasama dengan 112 petani di berbagai daerah Indonesia. DJHA juga mengenal masing-masing 5-10 petani di 14 wilayah sebaran durian unggul Indonesia karena ketika enam orang pedagang durian Banten tidak dapat memasok durian, DJHA yang melakukan pencarian ke wilayah-wilayah tersebut. 112 petani durian luar Banten
enam orang pedagang durian Banten
DJHA
5-10 petani di 14 wilayah sebaran durian unggul Indonesia
DJHA
Gambar 12. Alur Proses Pengadaan Produk DJHA dari Wilayah Luar Banten Sumber : Wawancara dengan pihak perusahaan (2010)
DJHA hanya mencatat jumlah durian yang dipasok setiap harinya dalam catatan sederhana. Padahal jika jumlah pasokan durian tersebut dicatat/direkap
67
secara rapi maka perusahaan dapat melihat fluktuasi jumlah stok produk sehingga dapat diantisipasi kekurangan atau kelebihannya pada periode selanjutnya. Dengan pencatatan yang baik, DJHA dapat melihat dengan jelas siapa pemasok dan daerah perolehan durian setiap bulannya sehingga DJHA dapat menghubungi pemasok tersebut atau mendatangi daerah perolehan agar tidak terjadi keterlambatan dalam pengadaan produk seperti yang terjadi pada 4-5 Mei 2010. Sistem pengadaan juga tidak mempertimbangkan jumlah permintaan pasar serta tidak adanya kontrak dengan para pemasok dari golongan pedagang yang sudah cukup loyal dan dipercaya oleh DJHA yakni enam orang pedagang durian Banten yang dapat memasok durian dari luar Banten. Dengan memperhitungkan jumlah permintaan pasar, seharusnya DJHA dapat menentukan jumlah pasokan durian dari pemasok tersebut dan waktu pengirimannya tanpa mengesampingkan proses sortasi. Daerah perolehan, pemasok, dan rata-rata jumlah pasokan durian DJHA dapat dilihat pada Lampiran 2. Tidak adanya kontrak dapat menyebabkan DJHA tidak memperoleh kepastian jumlah dan waktu pengiriman durian. Selain itu, durian yang diperoleh dari kebun petani Banten tidak disimpan dalam kotak yang dapat meminimalisir guncangan pada saat pendistribusian durian ke outlet. Hal ini dapat menyebabkan durian pecah/rusak ketika sampai di outlet sehingga mengurangi stok produk yang akan dijual. Uraian tersebut menunjukkan bahwa sistem pengadaan produk belum dikelola dengan baik oleh DJHA. Hal ini mengakibatkan jumlah stok produk tidak menentu sehingga dapat menyulitkan perusahaan dalam memenuhi permintaan pasar. Pengadaan produk tidak dapat dipastikan berapa kali dalam sehari dan pada jam berapa. Durian yang sampai di outlet ditaruh terlebih dahulu di gudang, baru kemudian dibawa ke dalam outlet. Setiap jam 05.00 WIB bagian pemasaran mempersiapkan, merapikan dan membersihkan outlet. Durian kemudian ditempatkan dengan rapi dan siap melayani konsumen. Ketika konsumen datang, konsumen langsung ditanya ingin durian yang seperti apa serta ditawarkan jenis yang tersedia dan harganya. Staf pemasaran menawarkan minuman gratis yakni air mineral atau kopi, serta menu tambahan lain seperti kopyor. Pengunjung langsung menempati dipan (meja lesehan) yang tersedia. Staf pemasaran langsung memilih durian sesuai pesanan konsumen, membukakannya dan mengantarkan ke
68
meja konsumen beserta minuman yang dipesan. Jika durian yang disajikan tidak sesuai dengan keinginan konsumen, konsumen dapat meminta gantinya. Selesai menyantap durian, konsumen mendatangi meja kasir (yang sering kali ditempati oleh manajer pemasaran) untuk membayar. Outlet beroperasi 24 jam sehari sehingga terdapat pergantian staf (shift) menjelang malam hari. 6.1.3. Keuangan Modal merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu kegiatan usaha. Modal yang dimaksud tidak hanya dalam bentuk uang tetapi juga termasuk lahan, bangunan, dan alat-alat produksi lainnya. Modal yang digunakan dapat berasal dari modal sendiri maupun modal pinjaman. Pendirian outlet selain menggunakan modal sendiri, DJHA mendapat pinjaman dari investor. Setelah pinjaman dikembalikan, DJHA tidak pernah melakukan pinjaman lagi kecuali kepada anggota keluarga. Untuk mengembangkan usahanya, DJHA menyisihkan sebagian dari keuntungannya untuk disimpan (ditabung). Namun karena pencatatan keuangannya belum dikelola dengan baik, DJHA mengalami kesulitan dalam melihat perkembangan usaha serta sumber dana aktual yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha. Hal ini juga yang mungkin menyebabkan pengelola usaha merasa bahwa mereka memiliki modal yang cukup untuk pengembangan usaha dan tidak melakukan pinjaman. Weston dan Copeland dalam Sawir (2004) mengatakan bahwa perusahaan yang penjualannya tidak stabil boleh lebih banyak menggunakan modal sendiri dibandingkan pinjaman. Hal ini berlaku untuk DJHA yang jumlah stok produk per harinya tidak menentu sehingga penjualannya pun tidak stabil. Namun perusahaan tidak dapat hanya mengandalkan modal sendiri untuk dapat mengembangkan usahanya, sehingga DJHA perlu melakukan pinjaman seperti yang dilakukannya ketika mendirikan outlet. Bagian keuntungan yang disisihkan tidak menentu jumlahnya karena keuntungan perusahaan biasanya dibagikan ke anggota keluarga lain meskipun tidak terlibat dalam bisnis. Peminjaman dan pembagian keuntungan kepada anggota keluarga berisiko keuangan perusahaan tercampur dengan keluarga serta timbulnya konflik. Pencatatan keuangan yang tidak rapi ditunjukkan dengan catatan penjualan harian yang ditulis secara manual dan sederhana serta tidak adanya catatan 69
pengeluaran. Catatan pengeluaran hanya berupa nota dan catatan kecil yang tidak direkap dengan baik. Pencatatan keuangan dilakukan oleh manajer pemasaran karena sampai saat ini DJHA belum memiliki SDM yang terpercaya untuk mengelola keuangan serta pertimbangan karena manajer pemasaran sering kali duduk di bangku kasir sehingga mengetahui keluar masuknya uang. Namun, keuangan yang ditangani manajer keuangan ini dapat menjadi salah satu penyebab belum baiknya pengelolaan keuangan perusahaan karena manajer pemasaran dituntut lebih fokus pada kegiatan pemasaran. Keuntungan yang didapat oleh DJHA berasal dari penjualan dan pendapatan dari kontrak kerjasama dengan produk-produk iklan seperti branding dan pemasangan mini billboard atau material promo lainnya. 6.1.4. Pemasaran Pemasaran
merupakan
proses
mendefinisikan,
mengantisipasi,
menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Pemasaran terkait dengan bauran pemasaran. Dalam menjalankan usahanya, selain menjual produk DJHA juga menawarkan unsur jasa karena konsep outletnya yang menyerupai rumah makan. Di dalam memasarkan suatu produk dan jasa, 7P (Product, Price, Place, Promotion, People, Process, Physical Evidence) yang merupakan bauran pemasaran harus diperhatikan (Tjiptono dan Chandra
2007). Berikut ini merupakan penjelasan mengenai masing-masing
bauran pemasaran pada DJHA : 1) Product (Produk) Produk merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai kepada konsumen (Lupiyoadi dan Hamdani, 2008). Produk yang ditawarkan DJHA adalah durian lokal berbagai jenis dan aroma dengan kualitas tertentu. Produk DJHA dikatakan berkualitas karena memiliki penampilan menarik (bentuk buah bulat/sedikit lonjong, bentuk duri piramida, bersih dan tidak cacat) serta berserat halus, pulen, kering dan manis. DJHA biasanya tidak menawarkan konsumen terhadap jenis/nama durian melainkan menawarkan ingin seberapa manis, legit, dan kuatnya aroma kemudian disesuaikan dengan harga. Jika tersedia, DJHA menawarkan konsumen pada Durian Aroma yakni durian dengan tujuh aroma pilihan yaitu rasa pandan, 70
nangka, wijen, asam-asin, tape, mariregal, dan santan. Durian Aroma adalah salah satu hasil dari penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh DJHA. DJHA mengklasifikasi durian berdasarkan kualitas dan bobotnya lalu disesuaikan dengan harganya. Durian dengan bobot lebih besar pada kualitas yang sama akan dihargai lebih tinggi. Bobot durian yang dijual berkisar 1-3,5 kg. Terdapat durian kelas ekonomi, super ekonomi, super, dan high class dengan klasifikasi sebagai berikut : Tabel 14. Klasifikasi Durian DJHA No Jenis Kualitas rasa Durian 1 Ekonomi Manis biasa dan tidak dapat memilih legit atau pulennya 2 Super Lebih manis dari durian ekonomi ekonomi dan dapat dipilih tingkat kepahitan, legit atau pulennya 3 Super Lebih manis dari durian super ekonomi, legit, daging buah tebal 4
High class
Nama/varietas Lokal biasa Lokal biasa
Si Balong, Si Kandel Tali, Si Cayur, Kurma, Ketan, Seupah, Jabrig, dan sebagainya Paling manis dan enak, Si Oner, Potrek, Manalagi, legit, daging buah tebal, Si Dompet, Si Aseupan, Si berwarna kuning/oranye Kelapa, Mentega, Tembaga, dan sebagainya
Sumber : Wawancara dengan pihak perusahaan (2010)
Selain dinikmati di outlet, durian juga dapat dibawa pulang baik dalam bentuk durian utuh (dengan kulitnya) atau daging buahnya saja yang siap dimakan, dengan pengemasan menggunakan wadah steroform dan ditutup dengan plastik (wrapping). Sebagai pelengkap, DJHA juga menjual wajik durian, jus durian, dan es kopyor. 2) Price (Harga) Menurut Umar (1999), penetapan harga yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, pada umumnya didasarkan pada empat pendekatan, yaitu (1) Berdasarkan biaya, yaitu dengan memberikan atau menambahkan suatu ‘mark up’ baku untuk labanya; (2) Analisis pulang pokok, yaitu penggunaan konsep bagan pulang-pokok yang menunjukkan total biaya dan jumlah pendapatan yang diharapkan pada beberapa tingkat volume penjualan
71
sehingga titik potong antara kedua kurva merupakan volume pulang pokok; (3) Berdasarkan persepsi pembeli, yaitu melakukan survei untuk harga barang yang sama oleh beberapa penjual yang ditanyakan langsung kepada konsumen; dan (4) Berdasarkan persaingan, yaitu penetapan harga dilakukan setelah meneliti harga yang ditetapkan oleh para pesaing dekatnya. DJHA menetapkan harga durian berdasarkan biaya. DJHA memperhitungkan biaya operasional yakni pembelian durian dari pemasok, pemeliharaan, biaya transportasi, komunikasi, gaji dan makan karyawan, listrik, air mineral, kopi dan gula. Sedangkan mark-up untuk laba didasarkan pada jaminan kualitas durian yang ditawarkan namun melihat juga harga pasar. Mark-up untuk durian DJHA umumnya sebesar Rp 2.000,00 s/d Rp 3.000,00 per buah. Jika kualitas duriannya lebih baik, DJHA dapat mengambil laba lebih tinggi yakni Rp 5.000,00 s/d 10.000,00 per buah durian. DJHA dapat mengambil mark-up yang lebih tinggi lagi untuk durian nama baru yang sedang tren dan durian pemenang kontes yang dapat dibeli dengan harga tinggi oleh Maniak Durian. Tabel 15. Penetapan Harga Durian DJHA berdasarkan Jenis/Kelas Durian Jenis/Kelas Durian Harga per Buah (Rupiah) Ekonomi 15.000,00-30.000,00 Super ekonomi 40.000,00-45.000,00 Super 50.000,00-75.000,00 High class 100.000,00 ke atas Sumber : Wawancara dengan pihak perusahaan (2010)
Jenis/kelas durian yang sering dijual DJHA adalah ekonomi, super ekonomi dan super. DJHA menyediakan durian high class dengan harga Rp 100.000,00 s/d Rp 200.000,00 dan durian pemenang kontes seharga Rp 300.000,00. Harga durian DJHA relatif lebih mahal dibanding durian yang dijual di kios pinggir jalan ketika musim raya, namun sebanding dengan kualitas yang dapat dinikmati konsumen, karena durian yang ditawarkan adalah buah segar yang dibiarkan jatuh setelah matang bukan dipetik lalu diperam. Dari kuesioner konsumen juga diketahui bahwa harga durian DJHA sesuai dengan kualitas dan pelayanan yang diberikan termasuk adanya fasilitas yang dapat dinikmati konsumen. Harga yang relatif lebih mahal ini juga karena DJHA mampu menyediakan durian tanpa mengenal musim.
72
Namun pada musim raya durian DJHA menurunkan harga produk sebesar 10 persen agar dapat bersaing dengan pedagang musiman. Hal ini disebabkan ketersediaan produk yang sedang melimpah dapat menimbulkan persaingan harga di kalangan pemasar durian. Selain durian, DJHA juga menjual wajik durian dan es kopyor. Wajik durian per kemasannya berisi 10 buah, harga per kemasan adalah Rp 5.000,00 sedangkan es kopyor dihargai Rp 25.000,00 s/d Rp 40.000,00 per buah tergantung besarnya buah. 3) Place (Tempat) Tempat mencakup aktivitas perusahaan untuk menyediakan produk bagi konsumen sasaran. Suatu produk yang menawarkan banyak keunggulan namun tidak disertai dengan penempatan produk secara tepat, citra produk tersebut akan menjadi produk yang biasa saja. Lokasi DJHA sangat strategis karena terletak 10 km dari pusat kota Serang dan berada tepat di pinggir Jalan Raya Serang-Pandeglang. Jalan tersebut mudah diakses karena selain jalan dalam kondisi baik, jalan tersebut juga sering dilalui oleh masyarakat luar daerah seperti Jakarta dan menghubungkan dengan kawasan wisata Pantai Barat. Hal ini merupakan kekuatan DJHA karena lokasinya mudah diakses oleh wisatawan baik domestik maupun internasional. Lokasi DJHA pun masih asri, didukung oleh pemandangan Gunung Karang dan hamparan hijau di sekitarnya. 4) Promotion (Promosi) Menurut Umar (1999), pemasaran tidak hanya membicarakan produk, harga produk dan pendistribusian produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk kepada masyarakat agar produk dikenal dan akhirnya masyarakat melakukan pembelian terhadap produk tersebut. DJHA kurang berupaya untuk mempromosikan diri dan produknya. Promosi dilakukan secara personal dan melalui Word of Mouth (WOM). Kegiatan promosi yang dilakukan DJHA saat ini menunjukkan adanya keterbatasan DJHA dalam menyampaikan informasi khususnya yang berkaitan dengan introduksi produk (jenis durian). DJHA menjual berbagai jenis durian unggul, namun dari kuesioner konsumen dapat diketahui bahwa konsumen paling banyak tidak mengetahui jenis
73
durian yang dijual di DJHA. Padahal jenis/nama durian dapat lebih menarik minat konsumen untuk membeli. Hal ini yang mendasari pesaing-pesaing DJHA untuk giat mempromosikan jenis/nama durian yang mereka tawarkan. Saung Kadu Lokal Durian Haji Ahmad menuliskan nama “Si Radio” (durian pemenang kontes tahun 2010) pada spanduknya. Beberapa pesaingnya juga mempromosikan produknya lewat internet. DJHA juga kurang aktif dalam mengikuti bazar yang diselenggarakan oleh dinas terkait. DJHA pun tidak memanfaatkan adanya media yang dapat menginformasikan produk dan keberadaan DJHA seperti televisi/radio lokal. Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten pun mengatakan DJHA kurang memiliki upaya dalam mempromosikan diri. Walaupun ada upaya dari pemerintah untuk mempromosikan durian dan DJHA, DJHA tidak dapat hanya mengandalkan upaya dari pemerintah tersebut. Pemerintah merekomendasikan DJHA sebagai salah satu tujuan dari paket wisata Banten namun pelaksanaannya diserahkan kepada jasa travel dan DJHA. Namun sampai saat ini DJHA tidak berupaya melakukan kerjasama dengan jasa travel Banten sehingga walaupun ada rombongan wisata yang dibawa oleh jasa travel, hal tersebut tidak rutin dan tidak terkoordinasi dengan baik. Sehingga dapat terjadi ketika rombongan datang, stok produk sedang sedikit bahkan tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pengadaan produk dan promosi merupakan dua hal yang harus sama-sama dijalankan dengan baik oleh DJHA. Promosi dibutuhkan paling tidak untuk mempertahankan pasar yang ada, dan lebih dari itu, untuk meraih pangsa pasar yang lebih besar. Saat ini permintaan terhadap produk DJHA tinggi sehingga mengundang persaingan. Agar pasar DJHA tetap utuh dan bahkan meningkat, sambil melakukan upaya memperbaiki diri untuk meraih peluang pasar tersebut, promosi diperlukan sebagai langkah pemasaran. Apalagi DJHA memiliki visi untuk memperkenalkan durian lokal kepada masyarakat, sehingga DJHA perlu melakukan upaya promosi yang lebih baik. 5) People (Orang) People adalah orang yang melakukan kontak dengan konsumen yang berdampak pada kepuasan pelanggan. People adalah bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses pelayanan terhadap
74
pelanggan. Oleh sebab itu semua orang yang terlibat harus mempunyai kemampuan yang tepat. Orang-orang dari DJHA yang berhadapan langsung dengan konsumen adalah para karyawan yang berada di outlet. Orang-orang tersebut memberikan pelayanan yang baik dengan ramah, sopan, dan menyenangkan pelanggan, sehingga akan memberikan kesan yang baik kepada konsumen tersebut. Dengan pelayanan dari orang-orang yang berkepribadian seperti ini, akan berdampak baik terhadap kelangsungan usaha. 6) Process (Proses) Proses adalah prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas dimana jasa diselenggarakan. Karyawan di outlet memberikan pelayanan dengan sigap dan cekatan. Ketika konsumen datang, karyawan langsung menyambut dengan ramah dan mempersilakan duduk di meja lesehan/dipan yang tersedia. Karyawan atau manajer pemasaran langsung menawarkan jenis durian dan menu tambahan lainnya.
Karyawan langsung memilih durian
dan
membukakannya sesuai pesanan konsumen lalu mengantarkan menu yang dipesan beserta air mineral dan atau kopi gratis. Konsumen tidak lama menunggu untuk mendapatkan pelayanan. Setelah selesai konsumen dapat membayar di meja kasir. 7) Physical Evidence (Bentuk fisik) Bentuk fisik adalah lingkungan fisik tempat jasa diciptakan dan langsung berinteraksi dengan konsumen. Bentuk fisik mewakili keputusan kunci mengenai desain dan lay-out bangunan, misalnya tempat duduk, toilet, tempat ibadah, parkir, dan sebagainya yang dibutuhkan pengunjung yang dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung. Nuansa tradisional tercipta dari desain bangunan yang terbuat dari kayu dan bambu mulai dari dinding bangunan hingga meja lesehan (dipan). Bangunan menyatu dengan alam karena sisi-sisi bangunannya setengah terbuka sehingga pengunjung dapat menikmati pemandangan alam di sekitar outlet dan merasakan udara pegunungan. Bangunan terlihat menarik karena adanya kesesuaian antara material bangunan dengan nuansa pegunungan di belakangnya. Meja lesehan (dipan) memungkinkan konsumen yang biasanya datang dalam rombongan
75
keluarga atau relasi kerja merasakan kenyamanan dan kesan kekeluargaan saat menyantap durian bersama. Desain (kerangka bentuk atau rancangan) bangunan yang menarik dan nyaman ini dapat menjadi kekuatan bagi DJHA karena konsumen yang datang memperoleh kenikmatan lain selama menyantap durian berupa suasana yang tercipta dari desain bangunan ini. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil kuesioner dimana sebanyak 53,33 persen konsumen
mempertimbangkan
desain
bangunan
ketika
memutuskan
pembelian di DJHA. Desain bangunan yang menarik dan nyaman sangat dibutuhkan mengingat sebagian besar konsumen DJHA menikmati durian di tempat daripada dibawa pulang. Selain itu, DJHA memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap yang terdiri dari halaman parkir, mushalla dan toilet. Halaman parkir yang luas dibutuhkan karena rata-rata pengunjung menggunakan alat transportasi berupa mobil. Halaman parkir DJHA dapat memuat sekitar 50-60 mobil. Selain itu, mushalla dan toilet DJHA dalam kondisi baik dan terawat kebersihannya. Outlet juga dilengkapi televisi, kipas angin, tempat mencuci tangan, dan tempat sampah. Hal ini dibutuhkan pengunjung karena dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung. Sarana dan prasarana juga mencakup segala hal yang dapat mendukung kelancaran usaha. DJHA memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap seperti alat transportasi untuk mengangkut durian, refrigerator, mesin pengemas durian siap makan, dan CCTV untuk meningkatkan keamanan. 6.1.5. Penelitian dan Pengembangan DJHA aktif melakukan penelitian dan pengembangan agar durian yang dihasilkan memiliki nilai lebih dari durian pesaingnya. Penelitian dan pengembangan
ini
dilakukan
oleh
manajer
lapangan.
Penelitian
dan
pengembangan yang dilakukan antara lain uji coba pembibitan atau kawin silang berbagai jenis durian dan perlakuan dalam pemeliharaan tanaman. Penelitian dan pengembangan yang dilakukan DJHA menghasilkan pupuk rahasia yang dapat memunculkan rasa yang khas enaknya pada durian. DJHA juga melakukan trik khusus untuk menghasilkan Durian Aroma. Namun ketersediaannya tidak dapat dipastikan mengingat trik khusus tersebut pada akhirnya harus diserahkan kepada alam. Penelitian dan pengembangan ini dilakukan berdasarkan pengalaman dan 76
coba-coba. Penelitian dan pengembangan juga dapat dilakukan dengan cara berdiskusi dengan DPP Provinsi Banten, Dinas Pertanian Kabupaten Serang, dan Trubus untuk memperkaya pengetahuan tentang budidaya durian yang baik dan jenis durian unggul yang dapat menarik minat konsumen. 6.1.6. Sistem Informasi Manajemen Sistem informasi manajemen yang efektif memanfaatkan hardware, software, model analisis dan database komputer untuk memperbaiki pemahaman fungsi bisnis, memperbaiki komunikasi, pengambilan keputusan yang lebih informatif, analisis masalah yang lebih baik, dan kontrol yang lebih baik. Pokokpokok sebuah SIM adalah perangkat keras komputer, perangkat lunak, data base, prosedur, dan petugas pengoperasian. Penerapan SIM telah membuahkan beberapa keberhasilan namun ada pula kegagalannya. Kegagalan biasanya disebabkan
kekurangan
perangkat
keras/lunak
(penerapan
dipaksakan),
kekurangan tenaga dan prosedur pengembangan SIM, atau kurang siapnya tenaga pemakai dan fungsi pemakai (Davis 2002). Oleh sebab itu, sebuah organisasi yang belum menerapkan SIM, hal tersebut tidak dapat diartikan menjadi kelemahan bagi organisasi. Untuk saat ini SIM belum penting diterapkan oleh DJHA karena membutuhkan persiapan-persiapan seperti fasilitas hardware, software, dan tenaga ahli yang dapat mengoperasikannya. Saat ini yang lebih penting bagi DJHA adalah bagaimana mengelola catatan-catatan seperti keuangan dan jumlah pasokan/pemasok durian untuk pengendalian stok produk, serta bagaimana DJHA mengakses informasi penting dari perkembangan teknologi yang ada. Setelah halhal yang lebih penting ini dilakukan oleh DJHA, SIM dapat menyempurnakannya. 6.2. Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kecenderungan dan kejadian yang berada diluar kontrol perusahaan. Analisis lingkungan eksternal berfokus pada penentuan faktor-faktor kunci yang menjadi ancaman dan peluang bagi DJHA, sehingga memudahkan manajemen untuk menentukan strategi-strategi dalam meraih peluang dan mengatasi ancaman.
77
6.2.1. Kekuatan Politik, Pemerintahan, dan Hukum Kebijakan pemerintah yang tepat sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan industri. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian nomor: 511 tahun 2006, komoditas yang termasuk tanaman hortikultura dan menjadi binaan Direktorat Jenderal Hortikultura sangat banyak yaitu 323 jenis komoditas, terdiri dari 60 komoditas buah-buahan, 80 komoditas sayur-sayuran, 66 komoditas biofarmaka dan 117 komoditas tanaman hias (sebagai perbandingan, tanaman pangan 36 komoditas, tanaman perkebunan 126 komoditas). Dari sekian banyak komoditas hortikultura yang menjadi binaan tersebut, pengembangan hortikultura yang mendapatkan pendanaan yang bersumber dari APBN difokuskan pada 10 komoditas hortikultura unggulan nasional, yaitu mangga, manggis, jeruk, pisang, durian, kentang, bawang merah, cabe, biofarmaka dan anggrek. Hal ini menunjukkan adanya dukungan Deptan yang menjadikan durian sebagai komoditas unggulan nasional. Dukungan pemerintah terhadap 10 komoditas tersebut dicerminkan dalam pengembangan hortikultura 2009. Pengembangan hortikultura 2009 adalah suatu upaya meningkatkan secara optimal produksi, produktivitas, mutu dan daya saing produk hortikultura. Pengembangan hortikultura 2009 ini difokuskan pada enam pilar kegiatan utama, yaitu : (a) Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura, (b) Penataan Rantai Pasokan (Supply Chain Management atau SCM), (c) Penerapan Budidaya Pertanian yang Baik (Good Agriculture Practices atau GAP) dan Standard Operating Procedure (SOP), (d) Fasilitasi Terpadu Investasi Hortikultura (FATIH) untuk pengembangan investasi, (e) Pengembangan Kelembagaan Usaha, dan (f) Peningkatan Konsumsi dan Akselerasi Ekspor. Program unggulan ini dilaksanakan melalui berbagai kegiatan untuk pengembangan komoditas di kawasan dan sentra produksi. Untuk komoditas durian, salah satu sentra produksinya adalah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Provinsi Banten menetapkan durian menjadi salah satu komoditas unggulan. Hal ini diperkuat dengan rencana DPP Provinsi Banten yang ingin menjadikan durian sebagai ikon buah Banten. Rencana ini merupakan arah lanjutan dari pengembangan kawasan durian Banten walaupun belum tercantum secara spesifik pada Renstra.
78
Peluang pengembangan usaha DJHA juga datang dari dukungan pemerintah Provinsi Banten yang menjadikan DJHA sebagai bagian dari objek wisata yang dipromosikan sebagai wisata kuliner dan direkomendasikan dalam pengemasan paket wisata Banten. Dukungan ini merupakan bagian dari kewenangan pemerintah provinsi dalam hal menetapkan destinasi pariwisata provinsi dan daya tarik wisata provinsi serta dalam hal memfasilitasi promosi destinasi pariwisata dan produk pariwisata yang berada di wilayahnya. Kewenangan ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab VIII Pasal 28. DJHA dipromosikan oleh pemerintah provinsi Banten dalam pameran, buletin dan paket wisata. Untuk pengemasan paket wisata, pemerintah provinsi hanya merekomendasikan sedangkan pelaksanaan paket wisatanya diserahkan kepada jasa travel dan DJHA. Dukungan
pemerintah
ini
juga
menjadi
peluang
bagi
DJHA
untuk
mengembangkan usahanya, karena berpotensi meningkatkan konsumen yang akan mengunjungi DJHA khususnya dari kelompok wisatawan. Peluang-peluang tersebut menunjukkan adanya dukungan Deptan dan Pemda Banten terhadap komersialisasi durian. Kebijakan pemerintah lainnya yang mempengaruhi usaha DJHA adalah kebijakan mengenai harga BBM. Hal ini disebabkan dalam menjalankan operasionalnya DJHA menggunakan BBM sehingga berdampak pada biaya transportasi yang dikeluarkan. Biaya transportasi adalah pengeluaran terbesar kedua setelah biaya pembelian durian yang dikeluarkan perusahaan setiap harinya. Hal ini karena DJHA memasok durian dari kebun-kebun petani yang tersebar di Banten dan luar Banten. Walaupun pemasok dapat membawa duriannya langsung ke DJHA, pemasok akan memperhitungkan biaya transportasi pada harga durian. Pada bulan Maret 2010, DJHA mengeluarkan sekitar Rp 4.500.000,00 untuk biaya transportasi. Adanya penurunan harga BBM mulai tahun 2009 tercermin dari Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Peraturan Menteri No. 41 Tahun 2008 menetapkan bahwa harga jual eceran Bensin Premium dan Minyak Solar (Gas Oil) untuk Usaha Kecil, Usaha Perikanan, Transportasi dan Pelayanan Umum untuk setiap liter adalah Bensin Premium Rp 5.000,00 dan Minyak Solar Rp 4.800,00. Sedangkan Peraturan Menteri No. 1 Tahun 2009 menetapkan harga
79
jual per liter Bensin Premium Rp 4.500,00 dan Minyak Solar Rp 4.500,00. Turunnya harga BBM ini dapat mengurangi biaya transportasi perusahaan sehingga terjadi penurunan biaya operasional. Hal tersebut menjadi peluang bagi perusahaan untuk menurunkan harga jual produk sehingga dapat menarik konsumen, meraih keuntungan lebih tinggi jika turunnya harga operasional tersebut tidak mempengaruhi harga jual, atau mengalokasikan dana untuk keperluan lainnya. 6.2.2. Kekuatan Ekonomi Harga merupakan salah satu variabel ekonomi yang perlu diperhatikan. Terkait dengan industri pemasar durian, harga kayu durian dapat menjadi sebuah ancaman. Harga kayu durian dinilai cukup tinggi. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan kayu di Kecamatan Baros Kabupaten Serang, tahun 2010 ini dapat memasok kayu durian sebanyak 1 truk (12 m3) dalam waktu setengah bulan dari wilayah Kabupaten Serang seperti Baros, Anyer, Kasemen dan Karangantu. Perusahaan tersebut mematok harga sebesar Rp 1.700.000,00 /m3 kayu durian. Jumlah pasokan kayu durian perusahaan tersebut menurun karena banyaknya pesaing. Jumlah perusahaan kayu di Banten sangat banyak, umumnya tersebar di daerah Kasemen dan Karangantu. Kayu durian banyak diminati karena tergolong kayu merah yang kualitasnya baik. Satu batang pohon durian biasanya menghasilkan 4-5 m3 kayu olahan. Jika petani menjual sebatang pohon durian maka petani dapat menerima harga Rp 6.800.000,00 s/d Rp 8.500.000,00. Harga yang tinggi ini mendorong petani menjual pohon duriannya. Di Banten, banyaknya pohon durian yang ditebang untuk dijual kayunya mencapai ribuan batang per tahun. Penebangan pohon durian ditemukan di hampir seluruh daerah di Pandeglang yang terkenal sebagai sentra durian. Demikian juga sentra durian di Kabupaten Serang, seperti Padarincang, Ciomas, Pabuaran, Cinangka, dan Gunungsari. Di Kabupaten Lebak, penebangan pohon durian ditemukan di daerah sekitar Maja, Gunung Kencana, dan Leuwidamar. Dampaknya dapat dilihat pada daerah Petir yang dahulu banyak tersebar pohon durian, sekarang hanya sedikit sehingga DJHA tidak lagi mendapat pasokan durian dari daerah tersebut. Penebangan pohon durian ini menjadi ancaman bagi DJHA karena dapat mengurangi keanekaragaman varietas durian sehingga DJHA berisiko kehilangan 80
jenis/varietas yang diunggulkan. Penebangan pohon durian juga dapat mengurangi pasokan durian dari petani yang sebelumnya menjadi pemasok DJHA. 6.2.3. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan Dalam pola konsumsi pangan Indonesia, buah-buahan merupakan bahan pangan pelengkap dan dapat dijadikan produk olahan. Meskipun buah-buahan bukan merupakan bahan pangan primer, tetapi buah penting untuk kesehatan tubuh. Buah banyak mengandung vitamin dan zat-zat gizi lainnya yang penting bagi tubuh serta memiliki kelebihan berupa rasa dan aroma yang khas. Hal ini menyebabkan produk ini selalu dibutuhkan manusia. Berdasarkan kuesioner konsumen, seluruh responden mengonsumsi durian karena menyukai aroma dan rasanya yang khas yang tidak dapat digantikan dengan buah lain. Peningkatan konsumsi terhadap durian dapat diketahui dari data konsumsi per kapita durian masyarakat Indonesia yang mengalami peningkatan dari 0,21 kg/tahun pada tahun 2005 menjadi 1,61 kg/tahun pada tahun 2008 (Susenas 2009). Peningkatan konsumsi durian ini menunjukkan perilaku masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi durian semakin meningkat. Ini menunjukkan bahwa durian semakin digemari masyarakat atau dengan kata lain permintaan masyarakat terhadap durian meningkat. Hal ini dapat menjadi peluang bagi pemasar durian seperti DJHA. Dari segi gaya hidup, Direktur Pemasaran Departemen Budaya dan Pariwisata (Depbudpar) RI, Sapta Nirwandar mengatakan bahwa pariwisata masih menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat dunia. Tuntutan untuk mengunjungi lokasi wisata eksotik masih menjadi tujuan utama tren tahun 2010 ini. United Nations World Tourism Organization (UNWTO) atau badan dunia di bidang pariwisata memprediksikan wisata bahari (pantai) dan wisata yang berkenaan dengan warisan budaya menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat dunia5. Tren yang mulai terlihat pada tahun 2009 tersebut juga dirasakan oleh wilayah Indonesia yang memiliki wisata pantai seperti Banten. Peningkatan wisatawan yang datang ke Provinsi Banten dapat dilihat pada Tabel 13.
5
Bataviase. 2010. Menggenjot Wisata Bahari. www.bataviase.co.id [7 April 2010]
81
Tabel 16. Jumlah Wisatawan Provinsi Banten Tahun 2005-2009 Tahun Kunjungan Wisatawan (orang) Total (orang) Wisnus Wisman 2005 13.702.156 129.728 13.831.884 2006 19.260.781 95.616 19.356.397 2007 22.373.206 99.603 22.472.809 2008 24.123.000 112.732 24.235.732 2009 49.923.971 134.612 50.058.583 Jumlah 179.158.614 893.335 180.051.949 Sumber : Disbudpar Provinsi Banten (2010)
Dari Tabel 13 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Banten dari tahun ke tahun. Peningkatan sebesar dua kali lipat terjadi pada tahun 2009 yakni 50.058.583 orang dibandingkan dengan tahun 2008 yang sebanyak 24.235.732 orang. Peningkatan ini selain disebabkan gaya hidup masyarakat juga disebabkan lingkungan Banten yang kaya akan tempat wisata. Hal ini menjadi peluang bagi DJHA karena sebagian konsumennya adalah para wisatawan, khususnya pada hari Jumat, Sabtu, Minggu serta hari libur nasional. Peningkatan jumlah wisatawan berarti adanya peluang peningkatan konsumen yang berkunjung ke DJHA. Kawasan wisata yang paling banyak dikunjungi adalah kawasan wisata di Kabupaten Pandeglang dan Serang. Tempat wisata yang banyak dikunjungi antara lain Tanjung Lesung, Ujung Kulon, Carita, Pantai Umang dan Pantai Sumur. Wisatawan yang berkunjung ke tempat-tempat wisata tersebut biasanya juga datang ke DJHA sebagai rangkaian kunjungan wisata ke Banten. Wisatawan yang datang ke DJHA bukan hanya mereka yang datang ke sejumlah objek wisata di Kabupaten Serang melainkan wisatawan tersebut adalah pengunjung objek wisata di Kabupaten Pandeglang dan daerah lainnya di Provinsi Banten, maka data wisatawan yang relevan adalah data wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Banten. Adanya peningkatan konsumsi per kapita durian Indonesia dan jumlah wisatawan yang datang ke Banten menunjukkan adanya potensi pasar yang tinggi bagi pemasar durian. Dari segi lingkungan, dampak pemanasan global juga dirasakan oleh industri pemasar durian. Pada dasarnya pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata udara di permukaan bumi. Di sisi lain, iklim sangat dipengaruhi oleh berbagai parameter iklim seperti kecepatan dan arah angin yang sangat dipengaruhi oleh tekanan udara dan suhu udara, selain kelembaban udara dan 82
curah hujan yang dipengaruhi oleh radiasi matahari. Dengan terjadinya pemanasan global, berbagai parameter iklim akan terganggu sehingga secara jangka panjang iklim akan mengalami perubahan yang bersifat permanen. Perubahan iklim menimbulkan perubahan pada pola musim sehingga menjadi sulit diprakirakan. Pada beberapa bagian dunia hal ini meningkatkan intensitas curah hujan yang berpotensi memicu terjadinya banjir dan tanah longsor. Sedangkan belahan bumi yang lain bisa mengalami musim kering yang berkepanjangan, karena kenaikan suhu dan turunnya kelembaban. Pemanasan global juga berdampak pada perubahan musim dan cuaca. Perubahan cuaca yang tidak mendukung panen dapat menjadi ancaman bagi perusahaan pemasar durian. Misalnya ketika proses pembentukan daging buah durian atau dengan kata lain ketika buah durian sudah mulai terisi daging dan ditandai dengan munculnya daun muda, tiba-tiba turun hujan. Air hujan yang membasahi pohon durian akan mempengaruhi rasa dan konsistensi kematangan daging buah durian saat durian dipanen. 6.2.4. Kekuatan Teknologi Perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang pesat, baik di bidang bisnis maupun di bidang yang mendukung kegiatan bisnis. Teknologi tidak hanya mencakup penemuan-penemuan baru, tetapi juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Suatu perusahaan perlu mengikuti kemajuan teknologi yang dapat diterapkan pada produk atau jasa yang dihasilkan maupun pada cara operasinya. Selain itu, kemajuan teknologi dapat mengubah pasar, pemasok, pesaing, dan pelanggan, sehingga perusahaan dapat semakin berkembang. Pada usaha yang bergerak dalam bidang pertanian, teknologi digunakan mulai dari kegiatan on-farm hingga off-farm. Untuk kegiatan on-farm, teknologi dilakukan untuk meningkatkan produktivitas, pemberantasan hama dan penyakit tanpa bahan kimia, menghasilkan bibit unggul, pemeliharaan, dan perlakuan pasca panen. Selain untuk meningkatkan produktivitas, teknologi yang sedang berkembang adalah teknologi untuk menghasilkan varietas baru dan teknologi pembuahan durian di luar musim. Sedangkan untuk kegiatan off-farm teknologi digunakan dalam distribusi, pengemasan, pemasaran dan pengolahan. Teknologi 83
pengemasan contohnya adalah wrapping daging buah durian sehingga mudah dibawa konsumen, sedangkan teknologi pengolahan dapat menghasilkan beragam olahan produk durian yang diminati konsumen. Saat ini teknologi komputasi, informasi dan komunikasi sangat dibutuhkan untuk memudahkan kerja dan mengembangkan usaha. Dengan adanya teknologi berupa komputer, perusahaan dapat menyimpan dan mengolah data-data penting perusahaan. Adapun internet dan e-commerce memungkinkan perusahaan untuk mempromosikan dan memperluas jaringan pemasarannya serta mengakses informasi untuk keperluan usaha. 6.2.5. Kekuatan Kompetitif (Lingkungan Persaingan Industri) Menurut Porter, industri didefinisikan sebagai kelompok perusahaan yang menghasilkan produk yang saling menggantikan (close substitutions). Persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan: 6.2.5.1. Persaingan di antara Anggota Industri Persaingan dalam industri pemasar durian dapat terjadi pada beragam skala usaha mulai dari skala usaha kecil, menengah sampai besar. Pemasar durian skala usaha kecil terdiri dari petani dan pedagang durian pinggir jalan yang jumlahnya sangat banyak namun bersifat musiman. Sedangkan pemasar durian skala usaha menengah sampai besar terdiri dari pemasar durian yang dapat beroperasi sepanjang tahun seperti halnya DJHA, toko buah, swalayan, agrowisata durian, hingga perusahaan ekspor. Bermunculannya perusahaan pemasar durian dengan ciri khas usahanya masing-masing menyebabkan persaingan untuk saling merebut pangsa pasar tidak dapat terhindarkan lagi. Strategi yang biasanya digunakan untuk memenangkan pasar antara lain dengan persaingan kualitas, harga, pelayanan, diferensiasi (ciri khas) produk, dan promosi yang gencar. Persaingan yang ada dalam industri ini mengarah pada kualitas produk, harga akan mengikuti. Umumnya bagi konsumen dengan daya beli lebih tinggi tidak mempermasalahkan harga jika kualitas durian memuaskan. Namun bila para produsen dapat menyediakan durian dengan kualitas yang sama baik, persaingan akan mengarah pada harga. Oleh karena itu, setiap perusahaan dalam industri harus mampu mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya agar dapat terus bersaing, terlebih saat ini konsumen mulai menuntut kualitas produk yang 84
baik. Adanya persaingan kualitas antar perusahaan sejenis dapat menjadi ancaman bagi perusahaan dalam industri. Persaingan kualitas dapat dilihat dari introduksi produk atau jenis durian yang ditawarkan oleh masing-masing pemasar durian karena jenis durian mencerminkan ciri khas dan kualitasnya. Tabel 17. Persaingan Industri Pemasar Durian di Wilayah Kab/Kota Serang No Pemasar durian Jenis durian yang diunggulkan 1 DJHA Si Mentega, Si Susu, Si Aseupan, Si Bolu dan Si Bolu Wartawan, serta durian super Si Potrek 2 Saung Kadu Lokal Si Radio (juara pertama kontes durian Banten Durian Haji Ahmad 2010) 3 Zona Buah Monthong, Frozen, Chanee 4 Alfamart, Indomaret, Monthong, Chanee Carrefour, Hero, dan supermarket Ramayana 5 Sahabat Buah Si Mentega, Monthong, Chanee Sumber : Data Primer (2010)
Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa masing-masing pemasar durian bersaing dalam memasarkan durian yang sudah dikenal memiliki keunggulan dan kualitas yang terjamin. Durian yang paling diunggulkan DJHA adalah Si Mentega dan Si Potrek. Si Mentega buahnya berwarna oranye, daging tebal dan legit serta aroma dan rasa yang enak. Sedangkan Si Potrek bentuknya gagah dan tidak memiliki biji, harganya pun bisa mencapai Rp 250.000,00/buah. Saung Kadu Lokal Durian Haji Ahmad mengunggulkan Si Radio yang merupakan juara pertama kontes durian Banten 2010. Daging buah Si Radio berwarna kuning mentega, rasanya lembut, manis, dan pahit di ujung, berdaging tebal dan berbiji sedang, serta aroma buah tajam. Zona buah, beberapa ritel, serta toko buah Sahabat Buah mengunggulkan Monthong dan Chanee. Durian ini berasal dari Thailand. Monthong bentuk buahya bulat dan durinya jarang. Kulitnya berwarna hijau. Bobot buahnya sekitar 1,5-3 kg. Dagingnya tebal, berwarna kuning, berasa manis, bertekstur lembut, dan beraroma harum. Sedangkan Chanee beratnya mencapai 4 kg dengan warna kulit hijau. Dagingnya tebal dengan warna kuning keemasan. Rasanya manis, bertekstur lembut, dan beraroma harum sedang. Selain persaingan kualitas yang ditandai dengan introduksi jenis durian di antara para pemasar durian, persaingan juga diiringi dengan pelayanan salah satunya yakni
85
jaminan kepada konsumen dimana kebanyakan pemasar durian menetapkan garansi penggantian durian jika tidak sesuai dengan kualitas yang diinginkan. 6.2.5.2. Ancaman Pendatang Baru Masuknya pendatang baru dapat berimplikasi terhadap perusahaan yang telah ada, misalnya perebutan pangsa pasar atau perebutan sumber daya produksi. Ancaman masuknya pendatang baru tergantung dari hambatan masuk dan kemampuan para pendatang baru tersebut dalam merespon hambatan masuk yang ada. Terdapat enam sumber rintangan masuk bagi pendatang baru ke dalam suatu industri, yaitu skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala. 1) Skala ekonomis Usaha perdagangan/pemasaran durian tidak hanya dapat beroperasi pada skala usaha yang besar, tetapi dapat memulai usaha ini dari skala kecil contohnya pedagang durian di pinggir jalan. Pedagang durian di pinggir jalan biasanya hanya bersifat musiman. Maka untuk menjadi perusahaan pemasar durian yang kontinyu, perusahaan harus meningkatkan skala ekonomi usahanya, terutama jika perusahaan menjadikan durian sebagai produk utama bahkan satu-satunya produk yang dijual. Hal ini disebabkan perusahaan harus menyediakan durian dalam jumlah yang banyak sehingga perusahaan harus bekerjasama dengan beberapa pemasok. Perusahaan dapat membeli durian kepada pemasok dalam jumlah banyak sehingga biaya untuk pembelian durian dapat lebih ditekan. 2) Diferensiasi produk Diferensiasi produk yang dapat diciptakan perusahaan pemasar durian adalah bagaimana perusahaan dapat menyediakan durian ciri khasnya masingmasing, misalnya beberapa pemasar berlomba-lomba memperkenalkan durian dengan nama baru yang rasanya enak sehingga diburu oleh konsumen. Ada pula perusahaan yang menjual aneka durian lokal dan impor, atau perusahaan yang selain menjual durian segar juga menjual berbagai olahannya. Diferensiasi juga dilakukan dalam memberikan pelayanan konsumen seperti
86
menciptakan kenyamanan pada tempat usaha. Diferensiasi dibutuhkan bagi pendatang baru agar menarik perhatian konsumen durian. 3) Kebutuhan modal Usaha pemasaran durian ini dapat dimulai dengan kebutuhan modal yang kecil, namun untuk menjadi perusahaan pemasar durian yang kontinyu memerlukan modal yang lebih besar. Modal digunakan dalam pengadaan durian dari berbagai daerah untuk menjamin kualitas dan kontinuitas durian termasuk proses sortasi, distribusi dari pemasok ke perusahaan hingga ke konsumen, dan risiko perusahaan mengalami kerugian karena durian tidak laku dijual padahal durian sebagai buah segar sifatnya mudah rusak, terlebih durian jatohan yang hanya dapat bertahan 3-4 hari setelah durian dipanen. 4) Biaya beralih pemasok Biaya beralih pemasok yang harus dikeluarkan oleh pendatang baru agar perusahaan pemasar durian yang telah ada pindah dari pemasok tetapnya tidak besar. Hal ini karena walaupun beberapa perusahaan sudah bermitra atau memiliki hubungan baik dengan petani dan pemasok durian, jumlah petani dan pemasok durian di Indonesia sangat banyak sehingga pendatang baru masih memiliki peluang untuk mendapatkan petani dan pemasok. 5) Akses ke saluran distribusi Para pendatang baru masih berpeluang untuk memasuki saluran distribusi yang telah dikuasai oleh pemasar durian yang telah ada, asalkan mampu menyediakan durian dengan kualitas produk yang sama atau lebih baik namun dengan harga yang relatif lebih murah. Akses ke saluran distribusi juga mudah dimasuki pendatang baru jika melakukan pemasaran yang luas. Hal ini disebabkan peluang pasar durian masih terbuka lebar. 6) Biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala Para pendatang baru masih berpotensi untuk masuk ke dalam industri pemasar durian karena teknologi dalam industri dapat dipelajari dan tidak dipatenkan oleh perusahaan tertentu. Selain itu penguasaan bahan baku dan lokasi yang menguntungkan tidak menjadi rintangan yang berarti karena ketersediaan bahan baku tersebar di berbagai kawasan di Indonesia, begitu pula dengan
87
lokasi strategis seperti dekat dengan sentra produksi dan pasar masih memungkinkan diperoleh pendatang baru. Dari uraian di atas, hambatan masuk ke industri pemasar durian yang bersifat musiman kecil, karena jumlah pasokan durian saat musim raya melimpah sehingga memungkinkan banyaknya pemasar durian saat itu. Namun untuk memasuki industri durian yang kontinyu (tanpa mengenal musim), pendatang baru dihadapkan pada tantangan yang cukup sulit untuk mendapatkan pasokan durian yang terus menerus. Selain itu, pendatang baru dituntut untuk melakukan diferensiasi khususnya dari segi jenis durian serta pelayanan yang ditawarkan agar tidak mengecewakan konsumen. Menurut Kepala Bidang Hortikultura DPP Banten yang juga pengamat industri durian, Luki Saptaji, hambatan masuk ke industri dapat dikatakan “gampang-gampang susah”. Pemasar durian musiman memang banyak, namun untuk menjadi pemasar durian yang kontinyu, tidak jarang perusahaan tersebut gagal seperti yang pernah dialami oleh Saung Kadu Lokal Durian Haji Ahmad. 6.2.5.3. Ancaman Produk Subtitusi Bagi DJHA yang hanya memasarkan durian lokal, adanya durian impor dapat menjadi ancaman sebagai produk substitusi. Hal ini karena baik durian lokal maupun durian impor dapat memenuhi fungsi kenikmatan atas rasa dan aroma buah yang sama, walaupun variasinya berbeda-beda. Adanya durian impor dapat menjadi ancaman karena kontinuitas, kualitas dan harganya. Durian impor dibudidayakan di tempat asalnya dengan penggunaan teknologi dan budidaya pertanian yang efisien sehingga kualitasnya baik dan produksinya kontinyu namun dapat dipasarkan di Indonesia dengan harga yang bersaing. Porter (1991) mengemukakan bahwa produk substitusi dapat dikatakan mengancam jika memiliki harga yang lebih menarik. Durian Monthong dijual mulai dari Rp 15.000,00 s/d Rp 50.000,00 per kilogram. Jika beratnya 2 kg, maka harga durian Monthong bisa mencapai Rp 100.000,00. Sementara DJHA juga menjual durian lokal unggul dengan harga Rp 100.000,00 ke atas. Pada Mei 2010, Carrefour Serang menjual durian Monthong seharga Rp 17.500,00/kg sedangkan supermarket
Ramayana Serang menjual durian Monthong seharga Rp
19.900,00/kg. Hal tersebut membuktikan bahwa harga durian impor dapat 88
bersaing dengan durian lokal. Pasokannya yang terus menerus (tidak mengenal musim) menyebabkan durian mudah diperoleh konsumen Indonesia. Berikut adalah perkembangan volume impor durian tahun 2006-2008. Tabel 18. Perkembangan Volume Impor Durian Tahun 2006-2008 Tahun Volume Impor (kg) 2006 16.334.236 2007 23.148.588 2008 24.679.376 Sumber : Deptan (2009b), diolah
Tabel 18 menunjukkan bahwa volume impor meningkat setiap tahunnya. Tahun 2008, volume impor durian mencapai 24.679.376 kg. Pada tahun yang sama, produksi durian Indonesia adalah 682.232 ton dengan volume ekspor 32.615 kg (Deptan 2009b). Ini berarti ketersediaan durian lokal di Indonesia mencapai 682.199.385 kg. Jadi sebetulnya jumlah durian impor hanya 3,6 persen dibandingkan jumlah durian lokal di Indonesia. Dr. Ir. Winny Dian Wibawa MSc, direktur Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian RI mengatakan durian impor seolah mengungguli durian lokal karena dipajang menarik di toko buah modern atau toko buah di pinggir jalan. Rasa durian impor pun relatif seragam sehingga pembeli tidak khawatir tertipu. Konsumsi durian impor turut menyumbang peningkatan konsumsi per kapita durian di Indonesia6. Hal tersebut menunjukkan bahwa walaupun jumlah durian impor hanya 3,6 persen dibandingkan durian lokal, keberadaan durian impor tetap menjadi ancaman bagi pemasar durian lokal termasuk DJHA. Dari kuesioner konsumen dapat diketahui bahwa sebanyak 60 persen konsumen akan membeli durian impor jika durian lokal sulit ditemukan. Mereka dapat dengan mudah memperoleh durian impor di toko buah dan supermarket karena stoknya ada setiap hari. Selain itu, sebanyak 70 persen konsumen juga menyukai durian impor atau dengan kata lain mereka tidak selalu hanya mengonsumsi durian lokal untuk memenuhi keinginan mereka.
6
Op.cit
89
6.2.5.4. Kekuatan Tawar-menawar Pemasok Bagi DJHA, terdapat dua jenis pemasok yaitu pemasok alat dan bahan untuk budidaya serta pemasok durian jatohan. Pemasok memiliki peranan yang sangat penting terhadap keberlangsungan usahanya. Alat dan bahan untuk budidaya dapat diperoleh dari berbagai pemasok seperti toko-toko alat dan bahan pertanian yang tersebar di wilayah Kabupaten Serang. Tabel 19. Pemasok Alat dan Bahan untuk Kegiatan Budidaya Alat dan Bahan Pemasok/Tempat Perolehan No 1 Alat-alat pertanian (garpu, cangkul, TB Baros arit, tambang/rafia, pisau) Kp. Seuat (khusus pisau) 2 Pupuk kandang Wilayah sekitar 3 Tiens Golden Harvest DPP Banten Sumber : Wawancara dengan pihak perusahaan (2010)
Alat dan bahan yang digunakan untuk budidaya tidak sulit didapat. Pupuk kandang pun bisa dibuat dengan memanfaatkan limbah organik yang ada di sekitar sedangkan Tiens Golden Harvest (pupuk organik) bisa didapat dari tokotoko pertanian, namun DJHA hanya membeli di Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten karena akses ke tempat tersebut tidak jauh, terjamin kualitas dan kuantitasnya, serta harga terjangkau. Untuk dapat menyediakan durian sepanjang tahun, DJHA perlu menjalin kerja sama dengan beberapa pemasok di berbagai daerah, tidak hanya terikat dengan satu pemasok saja. Para pemasok adalah petani yang berasal dari sekitar Banten serta petani dan pedagang durian di luar Banten. Mendapatkan pemasok yang memiliki kualitas dan kontinuitas produk sesuai kriteria yang diinginkan DJHA awalnya terasa sulit. Dengan pengalaman dan kemampuan dalam budidaya dan pemasaran durian, DJHA berhasil bekerjasama dengan petani sekitar. Kini 2.000 orang petani Banten berusaha memasok durian kualitas baik mereka kepada DJHA namun yang tergolong produktif berkisar 25-30 orang petani. Petani produktif yang menjadi pemasok tetap dari wilayah Banten biasanya menerapkan sistem koordinir. Beberapa petani menitipkan duriannya kepada petani lainnya kemudian dibawa oleh petani tersebut ke outlet. Untuk pemasok yang merupakan pedagang durian di luar Banten, DJHA juga harus bersaing dengan perusahaan lainnya. Namun pemasok di luar Banten jumlahnya sangat banyak. DJHA sudah mengenal beberapa pemasok di setiap 90
wilayah sebaran durian unggul Indonesia yakni sebanyak 5-10 orang per wilayah. DJHA dapat mendatangi wilayah sebaran durian unggul tersebut untuk memperoleh durian. DJHA juga bekerjasama dengan enam orang pedagang durian Banten yang dapat memasok durian dari 112 petani di luar Banten. Setelah terjadi transaksi lewat telepon, pemasok tersebut datang ke outlet DJHA untuk mengantarkan durian. Kekuatan pemasok juga tergantung pada musim durian karena dipengaruhi jumlah ketersediaan durian di suatu daerah. Jika durian di suatu daerah sedang melimpah, pemasok kehilangan kekuatannya karena harga durian cenderung turun. Sebaliknya ketika ketersediaan durian di suatu daerah sedikit, pemasok memiliki kekuatan untuk menaikkan harga. Kebun durian dapat ditemui di berbagai wilayah di Indonesia. Di Banten terdapat daerah yang merupakan sentra pengembangan durian yakni daerah Lebak. Durian di Banten pun dapat ditemui sepanjang tahun. Tabel 20 menunjukkan bulan panen dan daerah penghasil durian Provinsi Banten. Namun bulan Mei s/d Juli adalah bulan tanaman penyelang dimana buah pertama pada 1 pohon baru menghasilkan 5-7 buah durian. Hal ini menyebabkan ketersediaan durian di Banten pada bulan tersebut lebih sedikit dibandingkan bulan lainnya sehingga DJHA memasok durian dari luar Banten. Tabel 20. Bulan Panen dan Daerah Penghasil Durian Provinsi Banten Bulan Panen Daerah Penghasil Durian Januari Kadukupa, Kaducokrom, Taman Sari, Sukacai, Ciomas, Cilowong, Gunung Sari, Mancak, Pandeglang, Rangkas Bitung, Gunung Kencana dan Lebak Februari Kadukupa, Kaducokrom, Cilaja, Cengkel, Caprak Santa, Pasekon, Mancak, Padarincang, Karang Bolong, dan Anyer Maret Padarincang, Gunung Karang, Carita, Baros, dan Pandeglang April Gunung Kencana, Cinangka, Karang Bolong, dan Carita Mei Gunung Kencana Juni Gunung Sari, Karang Bolong Juli Gunung Sari, Karang Bolong Agustus Sukacai, Ciomas, dan Padarincang September Sukacai, Pandeglang, Rangkas Bitung Oktober Sukacai, Warung Gunung, Petir November Taman Sari, Kaducokrom, Lebak Desember Taman Sari, Kaducokrom, Lebak
91
Ketersediaan bahan baku (durian) di berbagai daerah dengan musim panen yang berbeda-beda dapat menjadi peluang pasokan bagi perusahaan pemasar durian. Ketersediaan durian dapat dilihat dari aspek sumber daya alam Indonesia seperti cuaca, iklim dan lahan yang sesuai untuk budidaya tanaman tropis seperti durian, serta dari aspek sumber daya manusia dimana banyak tersebar petani durian di Indonesia. Sebaran durian unggul Indonesia dapat dilihat pada Tabel 11 (Bab V). Bulan panen, jumlah petani dan varietas anjuran durian di sentra produksi durian Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 3. 6.2.5.5 Kekuatan Tawar-menawar Pembeli Kekuatan tawar menawar pembeli dalam industri pemasar durian tergolong kuat. Hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah pemasar durian khususnya pada saat musim raya durian, terlebih Banten merupakan kawasan pengembangan/sentra durian. Pembeli juga dapat menentukan pilihan di antara pemasar durian yang ada. Apalagi saat ini durian dapat ditemui di berbagai toko buah dan supermarket setiap hari. Konsep pemasarannya juga berbeda-beda. Ada yang konsepnya seperti rumah makan tradisional (saung) seperti DJHA dan Saung Kadu Lokal Durian Haji Ahmad, rumah makan sekaligus toko buah yang lebih modern seperti Zona Buah, ritel/supermarket yang menawarkan konsumen kecepatan dalam belanja, atau agrowisata durian. Jenis durian yang dijual pun berbeda-beda mulai dari lokal sampai impor, bahkan ada yang menyediakan produk pelengkap berupa olahan durian. Hal tersebut menyebabkan pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan di antara pemasar durian yang ada. Dari kuesioner konsumen DJHA dapat diketahui bahwa 60 persen dari mereka akan membeli durian di tempat lain seperti toko buah dan supermarket jika DJHA sedang tutup. Ketika musim panen raya durian dimana banyak terdapat pedagang musiman, 60 persen dari responden akan membeli durian di pedagang musiman tersebut karena pedagang mudah ditemui saat itu dan harga durian bisa ditawar. Kondisi tersebut menyebabkan pemasar durian harus menawarkan pelayanan yang lebih baik (seperti adanya garansi penggantian durian) sehingga dapat mempertahankan loyalitas konsumen.
92