VI. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN 6.1. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan 6.1.1. Pemasaran Analisis kegiatan pemasaran perusahaan dilakukan dengan melihat bagaimana implikasi dari STP yang telah ditetapkan terhadap bauran pemasaran perusahaan selama ini, yang meliputi produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan tempat (place). 6.1.1.1. Produk (Product) Produk Ciapus Bromel dapat dikatakan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan produk pesaing. Hal ini dikarenakan bromelia yang dihasilkan perusahaan memiliki warna yang lebih nyata, bentuk daun yang kompak, dan tidak terdapat bekas serangan hama maupun penyakit (hanya sedikit bekas goresan akibat penumpukkan tanaman). Warna yang lebih nyata dipengaruhi oleh lokasi perusahaan yang berada di dataran tinggi, sedangkan tiga pesaing lainnya berada di dataran rendah (Jakarta dan Tangerang). Sebagian besar jenis produk yang dijual merupakan varietas neoregelia yang memiliki daun kompak dengan warna yang beragam dan dengan kemampuan menerima cahaya matahari sebesar 45-75 persen. Selain kualitas yang lebih baik, keunggulan dari sisi produk yang dimiliki Ciapus Bromel adalah varietas produk yang dihasilkan lebih beragam. Berikut ini merupakan perbandingan produk perusahaan dengan pesaing. Tabel 10. Perbandingan Produk Ciapus Bromel dengan Pesaing Nama Perusahaan
Jenis Tanaman
Ciapus Bromel Pak Ukas (Kelompok Tani Violces)
Warna Tanaman 400 Lebih nyata 6 Lebih nyata
Elegant Flora
100 Lebih pudar
Hary’s Bromel
60 Lebih pudar
Sunda Kelapa Nursery
60 Lebih pudar
Pak Arif (Kelompok Tani Alfa)
40 Lebih nyata
Sumber: Hasil Identifikasi Pesaing Maret 2010, diolah
68
Kualitas dan keragaman varietas tersebut merupakan salah satu upaya Ciapus Bromel dalam menciptakan positioning di benak konsumen sebagai perusahaan yang menghasilkan tanaman bromelia yang berkualitas dengan jenis terbanyak dan ter-update. Seperti yang telah dijelaskan pada Bab V, target pasar Ciapus Bromel merupakan masyarakat dengan golongan pendapatan menengah hingga atas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan dari target pasarnya, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menyediakan tanaman yang lebih beragam. Pada umumnya, karakteristik konsumen golongan menengah hingga atas ini antara lain tidak peka terhadap tingkat harga dan cendrung lebih mementingkan nilai atau prestise dari suatu produk sehingga yang menjadi perhatian perusahaan adalah menyediakan produk berkualitas yang sesuai dengan karakteristik konsumen. Sepanjang tahun 2009, tanaman bromelia pada pot berukuran 15 cm (S) dan 20 cm (M) merupakan tanaman yang paling banyak dibeli oleh konsumen, yaitu sebesar 64,99 persen dan 23,87 persen. Sebagian besar konsumen rumah tangga menyukai tanaman bromelia dengan warna yang mencolok, seperti merah dan pink. Pembelian tanaman tersebut biasanya dilakukan berdasarkan keunikan tanaman dan jenis yang belum dimiliki (hobi). Dari hasil identifikasi konsumen, sebanyak 63,33 persen konsumen rumah tangga menyukai bromelia karena keunikannya dan sebanyak 36,67 persen menyukai bromelia atas dasar hobi, sedangkan faktor yang mempengaruhi pembelian tanaman bromelia antara lain bentuk dan warna tanaman, harga, jenis tanaman, dan trend (Gambar 13).
60.00%
53.33%
50.00% 40.00% 30.00% 20.00%
Bentuk dan Warna Daun 16.67%
20% 10%
Harga Jenis Tanaman
10.00%
Trend
0.00% Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Bromelia
Gambar 13. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Bromelia Sumber: Hasil Identifikasi Konsumen Ciapus Bromel April 2010, diolah
69
Dari gambar di atas diketahui bahwa faktor yang menjadi pertimbangan konsumen rumah tangga dalam membeli tanaman bromelia antara lain bentuk dan warna daun (53,33 persen), harga (16,67 persen), jenis tanaman (20 persen), dan ada yang menganggap bahwa tanaman ini akan menjadi trend (10 persen). Lain halnya dengan pembelian produk yang dilakukan oleh konsumen organisasional seperti produsen bromelia lainnya (pedagang) yang biasanya berdasarkan pengalaman. Tujuan pembelian produk tanaman oleh pedagang adalah untuk dijadikan sebagai stok atau tanaman induk yang dapat diperbanyak dan dijual kepada konsumen rumah tangga. Penjualan produk kepada pedagang dapat memberikan keuntungan sekaligus kerugian bagi Ciapus Bromel karena menimbulkan ancaman, terutama dalam perebutan pangsa pasar pada industri tanaman hias bromelia. Oleh karena itu, untuk ke depannya kegiatan pemasaran perusahaan akan lebih difokuskan pada peningkatan penjualan dari target pasar konsumen rumah tangga dan mulai meninggalkan konsumen yang berasal dari pedagang. Sejak Februari 2010, perusahaan mulai menciptakan inovasi produk dengan menggabungkan beberapa tanaman bromelia sehingga menyerupai sebuah pohon dengan tinggi sekitar 1-1,5 meter. Produk baru ini belum dijual ke pasaran karena masih dalam tahap riset, dimana produk tersebut harus dianalisis terlebih dahulu umur produk dan cara perawatannya. Selain itu, Ciapus Bromel pun ingin melihat apakah inovasi produk tersebut dapat diterima oleh konsumen atau tidak dengan menampilkannya di showroom Godong Ijo. Berdasarkan pengalaman perusahaan, maka dibutuhkan waktu sekitar tiga tahun agar produk baru yang dihasilkan dapat benar-benar dipasarkan ke masyarakat. Jika ditinjau dari faktor yang mempengaruhi konsumen rumah tangga dalam membeli bromelia dimana sebanyak 53,33 persen karena faktor bentuk dan warna daun, maka produk yang dihasilkan oleh Ciapus Bromel merupakan kekuatan perusahaan karena memiliki kualitas yang baik dengan varietas yang lebih beragam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produk perusahaan berdaya saing tinggi dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya.
70
6.1.1.2. Harga (Price) Sebagai salah satu perusahaan bromelia terbesar di wilayah Jabodetabek, Ciapus Bromel melalui Godong Ijo seringkali menjadi acuan bagi perusahaan lain dalam menentukan harga tanaman bromelianya. Para pesaing umumnya memberikan harga yang sama atau bahkan di bawah perusahaan. Namun perbedaan harga antara pesaing dengan perusahaan tidak terlalu signifikan, yaitu sekitar Rp 500,00-Rp 1.000,00 per pot. Harga yang diberikan Ciapus Bromel kepada konsumen disesuaikan dengan harga yang tercantum di dalam katalog Godong Ijo, sedangkan untuk tanaman yang kurang laku di pasar, perusahaan memberikan discount sebesar 50 persen untuk meminimalisir tingkat kerugian. Kisaran harga tanaman bromelia yang dijual oleh Ciapus Bromel dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 11. Kisaran Harga Jual Bromelia Ciapus Bromel Tahun 2009 Ukuran Pot
Harga Termurah (Rp)
Harga Termahal (Rp)
Pot 15 cm
25.000
80.000
Pot 20 cm
30.000
150.000
Pot 24 cm
75.000
300.000
200.000
400.000
Pot 30 cm-40 cm
Sumber: Daftar Harga Bromelia Berdasarkan Katalog Godong Ijo 2009
Harga termurah biasanya diberikan kepada tanaman dengan jumlah populasi yang banyak karena mudah dibudidayakan, sedangkan harga termahal diberikan karena jumlahnya tidak terlalu banyak dan memiliki keunikan tersendiri, seperti hasil mutasi. Selain berdasarkan jumlah populasi dan keunikannya, besar tanaman pun membuat harga bromelia menjadi mahal, seperti bromelia pada ukuran pot 50 dan 60 cm dengan harga masing-masing mencapai Rp 600.000,00 dan Rp 1.500.000,00 per pot. Namun karena target pasar Ciapus Bromel adalah konsumen rumah tangga golongan menengah hingga atas, maka harga bukan menjadi suatu faktor yang sangat dipertimbangkan saat membeli tanaman bromelia, melainkan kualitas dan nilai prestise dari tanaman tersebut. Oleh karena itu, harga Ciapus Bromel dapat dikatakan kompetitif dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Hal ini didukung oleh data hasil kuisioner konsumen dimana sebesar
71
57 persen konsumen menyatakan bahwa kualitas produk Ciapus Bromel lebih baik dibandingkan perusahaan lain. 6.1.1.3. Promosi (Promotion) Menurut Tjiptandi (2008), bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang sama, tetapi
dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas khususnya (bauran
promosi) yang terdiri dari periklanan atau publisitas, promosi penjualan, public relation, penjualan langsung, dan personal selling. Sebagian besar kegiatan promosi Ciapus Bromel dilakukan dengan cara personal selling melalui pameran, baik pameran tunggal maupun pameran gabungan. Hal ini didukung oleh hasil kuisioner konsumen dimana sebanyak 70 persen konsumen mengetahui keberadaan tanaman bromelia dari kegiatan pameran. Kegiatan pameran dinilai efektif dalam memasarkan tanaman kepada konsumen akhir. Kesalahan dalam pemilihan lokasi pameran membuat perusahaan mengalami kerugian secara materi yang diakibatkan besarnya pendapatan penjualan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan untuk pameran tersebut. Namun sebenarnya selain berperan sebagai salah satu sarana memasarkan produk, pameran pun berperan dalam menunjukkan keberadaan perusahaan kepada masyarakat luas. Oleh karena itu, walaupun perusahaan mengalami kerugian secara materi, perusahaan dapat menunjukkan eksistensinya dalam industri tanaman hias bromelia. Selain melalui pameran, promosi dilakukan melalui penjualan langsung dengan cara mendaftarkan beberapa jenis tanaman ke dalam katalog Godong Ijo yang merupakan distributor perusahaan. Perusahaan ini cukup besar dan memiliki empat orang agen, sehingga lebih efisien karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan dengan memasarkan sendiri9. Kegiatan promosi melalui distributor ini bertujuan memperluas wilayah pemasaran sehingga konsumen dapat dengan mudah menemukan tanaman bromelia. Konsekuensi yang harus diterima apabila perusahaan hanya menitikberatkan pada distributor adalah konsumen tidak mengetahui keberadaan perusahaan karena pada umumnya distributor tersebut menggunakan identitas perusahaannya, bukan menggunakan identitas pemasok dalam memasarkan produk.
9
Hasil wawancara dengan pemilik perusahaan
72
Selama ini promosi perusahaan lebih menekankan pada pengenalan produk (bromelia) dan cenderung mengabaikan untuk memperkenalkan identitas perusahaan kepada konsumen. Hal ini dibuktikan dari hasil identifikasi konsumen dimana sebanyak 93,33 persen konsumen tidak mengetahui keberadaan Ciapus Bromel. Konsumen mendapatkan bromelia dari Godong Ijo yang sebenarnya merupakan distributor Ciapus Bromel. Bukan hanya itu, intensitas promosi yang menunjukkan keberadaaan perusahaan pun dinilai kurang karena konsumen mengaku bahwa sangat jarang atau bahkan tidak pernah mendengar maupun memperoleh informasi mengenai Ciapus Bromel. Dalam menjalankan suatu bisnis, perusahaan perlu menunjukkan identitasnya (jati diri) demi menjaga keberlangsungan perusahaan tersebut. Hal ini pun sebenarnya sebagai salah satu upaya bagi Ciapus Bromel dalam menanamkan positioning perusahaan di benak konsumen. 6.1.1.4. Distribusi (Place) Pada bauran pemasaran, place diartikan sebagai kegiatan distribusi yang dilakukan oleh perusahaan. Tujuan kegiatan distribusi adalah agar produk perusahaan dapat sampai kepada konsumen sesuai dengan waktu dan tempat yang tepat. Ciapus Bromel memiliki tiga saluran distribusi dalam menyediakan bromelia ke tengah masyarakat, yaitu saluran nol tingkat (langsung kepada konsumen), saluran satu tingkat (melalui distributor (retailer) dan langsung kepada konsumen, dan saluran dua tingkat (melalui distributor (retailler) lalu ke agen, kemudian kepada konsumen). Perusahaan memiliki dua buah distributor yang sudah mapan dan dikenal oleh masyarakat, yaitu PT. Godong Ijo Asri dan Ciapus Nursery. Adanya distributor tersebut menjadi salah satu kekuatan perusahaan dalam memasarkan bromelia karena kedua distributor Ciapus Bromel telah memiliki pelanggan yang secara tidak langsung dapat menjadi konsumen perusahaan. PT. Godong Ijo Asri merupakan distributor formal bagi Ciapus Bromel dimana terdapat suatu kontrak kerjasama yang mengikat keduanya. Ciapus Bromel tidak akan meluncurkan jenis tanaman baru ke pasaran secara luas apabila tidak terdapat di dalam katalog Godong Ijo.
73
Godong Ijo mampu memperluas wilayah pemasaran Ciapus Bromel karena memiliki enam buah agen yang tersebar di wilayah Yogyakarta, Jakarta, Bogor, dan Depok. Walaupun memiliki dua buah distributor yang sudah mapan dan terkenal, jumlah distributor perusahaan masih kurang untuk meningkatkan pangsa perusahaan karena masih terdapat beberapa wilayah yang belum terakses, seperti Tangerang dan Bekasi. Perusahaan perlu menambah jumlah distributor sebagai salah satu upaya peningkatan penjualan dan juga pangsa perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain yang rata-rata mampu menjual sekitar 5001000 pot per bulan, sedangkan Ciapus Bromel hanya sebanyak 412 pot per bulan (Lampiran 5). Selain itu, perencanaan pemasaran perusahaan pun tidak dilakukan secara tertulis, sehingga pengimplementasian rencana-rencana pemasaran akan sulit dilakukan. Bukan hanya itu, ketiadaan karyawan yang kompeten dalam bidang pemasaran menjadi salah satu kelemahan bagi perusahaan, mengingat pemilik perusahaan memiliki aktivitas yang cukup padat sehingga membutuhkan tenaga kerja tambahan yang dapat menangani pemasaran Ciapus Bromel. 6.2. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan 6.2.1. Faktor Ekonomi Inflasi seringkali diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Selain besarnya nilai PDB, indikator lain yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa di setiap kota yang harus dikeluarkan konsumen dalam satu periode tertentu. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Tingkat inflasi yang diukur berdasarkan IHK dikelompokan ke dalam tujuh kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose - COICOP), yaitu kelompok bahan makanan; kelompok makanan jadi, minuman, dan tembakau; kelompok perumahan; kelompok sandang; kelompok kesehatan; kelompok pendidikan dan olah raga; kelompok transportasi dan komunikasi. Perkembangan IHK dari 66 kota di Indonesia periode Januari 2009-Maret 2010 dapat dilihat pada gambar berikut.
74
Gambar 14. Perkembangan IHK di 66 Kota (Januari 2009-Maret 2010) Sumber: Berita Resmi Statistik No. 20/04/Th. XIII, 1 April 2010
Secara umum, indeks harga konsumen pada bulan Maret 2010 mengalami penurunan sebesar 0,14 persen dibandingkan Februari 2010. Pada bulan Februari 2010, IHK dari 66 kota sebesar 118,36 dan turun menjadi 118,19 pada bulan Maret 2010. Dari Gambar 16 diketahui bahwa penurunan IHK terjadi karena adanya penurunan harga pada beberapa komoditas bahan makanan. Sedangkan untuk kelompok lainnya cenderung mengalami kenaikan harga. Sejak awal tahun 2009, kondisi perekonomian Indonesia berangsur membaik yang diindikasikan dengan semakin menurunnya tingkat inflasi (Tabel 12). Penurunan tingkat inflasi ini mencerminkan adanya penurunan harga yang diterima oleh konsumen. Hal ini berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat, terutama yang memiliki pendapatan tetap seperti pegawai negeri. Daya beli menjadi salah satu indikator penting untuk menilai perekonomian dan tingkat kesejahteraan masyarakat karena menunjukkan kemampuan seseorang dengan sejumlah uang yang tersedia untuk membeli suatu produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya (needs and wants).
75
Tabel 12. Tingkat Inflasi Indonesia Berdasarkan Indeks Harga Konsumen Periode Agustus 2008-Maret 2010 Bulan dan Tahun
Tingkat Inflasi (%)
Maret 2010
3.43
Februari 2010
3.81
Januari 2010
3.72
Desember 2009
2.78
November 2009
2.41
Oktober 2009
2.57
September 2009
2.83
Agustus 2009
2.75
Juli 2009
2.71
Juni 2009
3.65
Mei 2009
6.04
April 2009
7.31
Maret 2009
7.92
Februari 2009
8.60
Januari 2009
9.17
Desember 2008
11.06
November 2008
11.68
Oktober 2008
11.77
September 2008
12.14
Agustus 2008
11.85
Sumber: BPS, diolah dari Hasil Survei Harga Konsumen (2010)
6.2.1.1. Economic Forecast Menurut Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,1% diperkirakan baru bisa tercapai pada tahun 2014. Proyeksi pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi Indonesia tahun 2009 hingga 2014 dapat dilihat pada tabel berikut.
76
Tabel 13. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Inflasi Indonesia Periode 2009-2014 Pertumbuhan Ekonomi
Tahun
Tingkat Inflasi
2009
3,5-4,5%
5-7%
2010
4,5-5,5%
6-7%
2011
5-6%
5,1-6,1%
2012
5,4-6,4%
4,5-5,5%
2013
5,7-6,7%
4,5-5,4%
2014
6-7%
4-5%.
Sumber: http://www.mahadananews.com/3rd/index.php/economy/asia/7863-proyeksi-ekonomiindonesia-5-tahun-ke-depan-versi-bi?showall=1. [3 Juli 2010]
Dari Tabel 13 di atas, perekonomian Indonesia hingga tahun 2014 diperkirakan berada dalam kondisi yang cenderung membaik seiring dengan peningkatan proyeksi pertumbuhan ekonomi sehingga berprospek bagi usaha yang dijalankan oleh Ciapus Bromel. 6.2.2. Faktor Politik dan Hukum Dalam menjalankan usaha di suatu negara, kebijakan pemerintah setempat mempunyai peranan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi usaha tersebut. Hal ini berlaku pula pada usaha tanaman hias bromelia yang bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Seluruh jenis tanaman bromelia berasal dari Thailand, Brazil, Philipina, Australia, dan beberapa negara di Amerika Latin. Para pelaku usaha dihadapkan pada beberapa peraturan terkait dengan pengadaan tanaman yang akan dijadikan sebagai indukan, salah satunya adalah peraturan tentang tarif bea masuk. Penetapan tarif bea masuk dilakukan sesuai dengan UU Nomor 10/1995 tentang kepabeanan, dimana Menteri Keuangan menetapkan Tarif Bea Masuk Umum (MFN) dan Tarif Bea Masuk Khusus (CEPT). 1.
Tarif Bea Masuk Umum (MFN) Tarif bea masuk MFN (Most Favourable Nations) adalah tarif bea masuk
yang dikenakan atas barang impor yang masuk ke Indonesia dari negara lain, kecuali negara yang memiliki perjanjian khusus mengenai tarif bea masuk dengan Indonesia seperti negara-negara anggota ASEAN. Tarif tersebut akan disesuaikan secara
bertahap
sesuai
dengan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor 77
591/PMK.010/2004 untuk mendorong peningkatan efisiensi dan daya saing industri dalam negeri, memberikan kepastian hukum bagi investor, memberikan perlakuan yang adil bagi seluruh sektor industri, mengantisipasi globalisasi ekonomi dan perdagangan internasional, serta meningkatkan efisiensi administrasi kepabeanan. Program penyesuaian tarif bea masuk yang dilakukan setiap tahun ini disebut Program Harmonisasi Tarif Bea Masuk 2005-2010. Perumusan program harmonisasi tarif bea masuk 2005-2010 mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2003, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 378/KMK.01/1996 Tentang Program Penurunan Tarif Bea Masuk 19962003, Surat Menteri Perindustrian dan Perdagangan Kepada Menteri Keuangan Nomor 462/MPP/VII/2004 Tentang Konsep Harmonisasi Tarif Bea Masuk Tahun 2005–2010, serta Surat Menteri Perindustrian dan Perdagangan Kepada Presiden Nomor 503/MPP/VIII/2004 Tentang Harmonisasi Tarif Bea Masuk Produk Industri . Pada tanggal 23 Desember 2004, Menteri Keuangan menyempurnakan kembali tarif bea masuk untuk produk pertanian, perikanan, pertambangan, farmasi, keramik dan besi baja dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 600/PMK.010/2004 yang meliputi 1.964 pos tarif. 2.
Tarif Bea Masuk Khusus (CEPT) Tarif bea masuk CEPT adalah tarif bea masuk yang dikenakan atas barang
impor yang masuk ke Indonesia dari negara-negara anggota ASEAN yang dilengkapi dengan Formulir-D (Certificate of Origin). Secara umum, saat ini tarif bea masuk CEPT berkisar antara 0-5 persen. Berdasarkan kesepakatan antar negara-negara anggota ASEAN, sebanyak 60 persen dari seluruh pos tarif harus memiliki tarif bea masuk 0 persen pada tahun 2005. Pada tanggal 18 Mei 2005, Menteri
Keuangan
menerbitkan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
28/PMK.010/2005 yang berisi penurunan tarif bea masuk menjadi 0 persen, pada 1.571 pos tarif. Jumlah pos tarif tersebut akan bertambah secara bertahap sehingga tidak terdapat lagi hambatan tarif bea masuk bagi negara-negara anggota ASEAN. Pada tanggal 28 Februari 2009 lalu pemerintah Indonesia bersama sejumlah Menteri Perdagangan ASEAN, Australia dan New Zaeland telah menandatangani Persetujuan Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-Selandia
78
Baru atau AANZ-FTA (Asean, Australia, New Zealand Free Trade Area), yakni perjanjian kerjasama untuk melakukan perdagangan bebas di antara negara-negara tersebut. Sementara itu perjanjian ASEAN-China sudah mulai berlaku sejak bulan Januari 2010. Selain itu, Menteri Perdagangan ASEAN juga telah membahas kerangka kerja penyusunan FTA dengan Uni Eropa dan India. Pokok dari perjanjian tersebut adalah setiap negara akan menurunkan tarif bea masuk barang dan jasa dari negara-negara yang terlibat dalam perjanjian menjadi 0 persen dengan tahapan-tahapan yang disepakati. Pada perjanjian AANZA-FTA, sekitar 86 persen dari pos tarif Indonesia bertahap akan menjadi 0 persen pada tahun 2015 dan sekitar 13 persen tarif menjadi 0 persen pada 2009. Dari Australia, 92 persen pos tarif menjadi nol persen, sedangkan dari Selandia Baru lebih dari 70 persen pos tarif juga langsung 0 persen di tahun pertama. Sementara produk peternakan, seperti daging dan susu, dari kedua negara tersebut akan dinolkan pada tahun 2017-2020. Adanya program harmonisasi tarif bea masuk dan penurunan tarif bea masuk CEPT menjadi 0 persen tersebut menimbulkan berbagai konsekuensi yang harus dihadapi oleh beberapa perusahaan di Indonesia termasuk Ciapus Bromel. Pada tahun 2010, tanaman bromelia yang termasuk ke dalam tanaman hidup lainnya (termasuk akarnya), potongan dan cangkokan, sulur jamur dengan kode HS 0602.90.90.00 dikenai tarif bea masuk MFN sebesar 5 persen. Besarnya tarif ini lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar 10 persen. Bagi perusahaan, penurunan tarif bea masuk merupakan peluang sekaligus ancaman. Di satu sisi penurunan tersebut dapat mengurangi biaya pengadaan tanaman induk, namun di sisi lain perusahaan harus menghadapi persaingan yang bersifat global karena tanaman impor akan lebih mudah masuk. Untuk saat ini, penurunan tarif impor tidak menjadi peluang bagi Ciapus Bromel karena perusahaan akan memanfaatkan 400 jenis tanaman yang sudah ada, sehingga tidak akan melakukan penambahan jenis tanaman baru untuk menghindari pemborosan. Bukan hanya itu, penurunan tarif impor pun dinilai tidak mengancam dengan pertimbangan bahwa untuk melakukan kegiatan impor atas suatu tanaman hias,
79
maka perusahaan yang bersangkutan membutuhkan biaya yang besar dan jumlah yang banyak, sehingga akan sangat jarang dilakukan. 6.2.3. Faktor Sosial Budaya Faktor sosial budaya merupakan faktor-faktor yang berasal dari lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi suatu usaha. Faktor-faktor tersebut dapat terbentuk dari pengetahuan dan paradigma masyarakat maupun berkembangnya kepercayaan tentang suatu hal dalam masyarakat, seperti feng shui. 6.2.3.1. Bromelia sebagai Tanaman Penyerap Polutan Dengan semakin berkembangnya daerah industri dan meningkatnya penggunaan alat transportasi darat Indonesia yang menimbulakan polusi atau pencemaran udara, mengakibatkan kualitas lingkungan hidup di kota-kota besar cenderung mengalami penurunan. Hasil kajian yang dilakukan oleh NASA (2008) dari Amerika Serikat, menunjukkan ada tiga bahan kimia yang mudah menguap yang umum terdapat di lingkungan rumah tinggal, dalam gedung ataupun perkantoran yang berpotensi sebagai gas polutan, bahan pengotor. Ketiga bahan itu adalah formaldehyde (misalnya kayu lapis/triplek, partikel board, karpet, furniture, produk kertas dan bahan pembersih), trichloroethylene (misalnya tinta dan pewarna kain, lem, cat, dan pernis), serta Benzene (misalnya asap rokok, produk petrokimia, serat sintetis, plastik, tinta dan pewarna kain, produk dari bahan karet, serta detergen). Bahan kimia lain yang juga berpotensi sebagai gas polutan adalah xylene yang ditemukan di dalam lem, komputer, printer, cat, penutup dinding dan lantai, acetone dalam bahan kosmetik, alkohol pada produk parfum, dan ammonia pada bahan kosmetik. Gas polutan tersebut dalam jangka waktu tertentu dapat berdampak negatif bagi kesehatan manusia, seperti menimbulkan reaksi alergi, mata terasa gatal dan panas, mudah mengantuk dan lelah, kulit memerah, masalah di saluran pernapasan dan sinus, kemudian sakit kepala yang dikenal dengan istilah Sick Building Syndrome (SBS)10. 10
Anonim. 2008. Tanaman Hias Penyerap http://www.kaltimpost.co.id/?mib=berita. [13 Juni 2010]
Bahan
Kimia.
80
Selain mempunyai fungsi keindahan (estetika), tanaman hias juga dapat bermanfaat bagi kesehatan masyarakat di sekelilingnya, salah satunya adalah bromelia. Manfaat kesehatan yang dimaksud adalah kemampuan menyerap gasgas polutan, memproduksi oksigen, dan menguapkan air dari permukaan tanaman, sehingga membuat udara lebih segar dan sehat. Hasil penelitian NASA (2008) mengemukakan bahwa tanaman hias bromelia dapat menyerap polutan berupa formaldehyde dan xylene. Adanya kebutuhan akan tanaman sebagai penyerap polutan dan informasi mengenai peranan bromelia ini dapat dijadikan peluang bagi Ciapus Bromel untuk menarik lebih banyak konsumen potensial. 6.2.3.2. Bromelia sebagai Sarang Nyamuk Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang suatu informasi dapat menjadi ancaman bagi perusahaan. Hal ini pun dialami oleh Ciapus Bromel akibat kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai tanaman bromelia. Tanaman ini dicap oleh masyarakat sebagai tanaman yang memiliki potensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk karena menyimpan air di tengah tanaman. Beredarnya informasi tersebut dapat menimbulkan ancaman bagi perusahaan terutama dalam memasarkan produk. Menurut hasil penelitian Moch Choirul Hidayat dan Ludfi Santoso dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang, serta Hadi Suwasono dari Stasiun Penelitian Vektor Penyakit Departemen Kesehatan RI, Salatiga (2008), pH air yang dijadikan sebagai sarana perkembangbiakan nyamuk tidak sama dengan pH air yang terdapat pada tanaman bromelia. Nyamuk Aedes aegypti dapat hidup dan berkembang biak pada air yang memiliki pH netral (pH=7), sedangkan pH air pada tanaman bromelia lebih bersifat asam, yaitu berkisar antara 5-6. Selain itu, Ruben C Diaz (2008), mantan presiden Northern Mindanao Ornamental Horticulture Foundation Inc Phils di Filipina, mengemukakan bahwa nyamuk penyebab demam berdarah tersebut menyukai air bersih yang berbeda dengan air pada bromelia yang kotor dan dipenuhi cendawan. Dengan demikian, sebaiknya konsumen mengetahui informasi dan pengetahuan yang terkait dengan tanaman bromelia sehingga ketakutan konsumen dapat teratasi.
81
6.2.3.3. Feng Shui Tanaman Berduri Hal lain
yang dapat menjadi ancaman Ciapus Bromel adalah
berkembangnya kepercayaan sebagian besar masyarakat etnis Cina terhadap feng shui. Kata feng shui sendiri berasal dari gabungan kata feng yang berarti angin (arah) dan shui yang berarti air (tempat). Jika dianalisa dari kata feng shui, maka kemungkinan besar ilmu ini sudah ada dan berkembang sebelum bangsa Tiongkok kuno mengenal kompas, dimana penentuan kondisi suatu tempat yang baik pada mulanya hanya melihat perpaduan unsur air dan angin saja. Seiring dengan perkembangan zaman, feng shui cenderung digunakan untuk merencanakan tata letak atau ruang yang baik dengan memperhatikan pencahayaan,
sirkulasi
udara,
keindahan,
aspek
keamanan,
kebersihan,
kenyamanan, dan pemakaian warna. Selain itu, seringkali feng shui digunakan dalam pembuatan taman yang dapat memberikan pengaruh pada lingkungan rumah. Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan taman, yaitu letak taman, jenis tanaman, dan material elemen taman. Menurut feng shui, jenis tanaman yang berbunga dan berbuah merupakan simbol pembawa berkah. Sedangkan tanaman berduri dan yang dikerdilkan pantang ditanam di halaman rumah karena dianggap dapat memberi efek hawa negatif dan membatasi energi yang mendorong pertumbuhan penghuni rumah. Tanaman bromelia termasuk ke dalam jenis tanaman nanas hias yang berduri. Oleh karena itu, perlu usaha yang kuat untuk meyakinkan dan menarik konsumen yang percaya pada feng shui. 6.2.4. Faktor Demografi Indonesia sebagai salah satu negara tropis memiliki peranan penting dalam menjaga suhu bumi. Namun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, lahan hijau di Indonesia pun semakin menyempit karena dialokasikan menjadi pemukiman masyarakat. Pertumbuhan perumahan di Indonesia diperkirakan akibat meningkatnya jumlah rumah tangga penduduk Indonesia dari tahun 20002009 yang mencapai 1,23 persen (Tabel 14).
82
Tabel 14. Jumlah Rumah Tangga dan Rata-Rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga Indonesia Pada Tahun 2000-2009 Jumlah Rumah Tangga (ribu) Rata-Rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga
2000
2005
2008
2009
52.008,3
55.118,6
57.716,1
58.421,9
3,9
4,0
4,0
4,0
Sumber: BPS, diolah dari hasil sensus penduduk 2000 dan SUPAS 2005
Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) dari tahun ke tahun yang semakin menurun. Selama 30 tahun terakhir ruang terbuka hijau di kota-kota besar Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, dan Semarang cenderung terus menyusut akibat dialihfungsikan menjadi pemukiman11. Semakin sempitnya lahan hijau di Indonesia, maka pemilik rumah akan cenderung memanfaatkan tanaman hias pot seperti bromelia sebagai salah satu alternatif dalam menerapkan konsep perumahan hijau. Dengan demikian, potensi pasar tanaman hias pot saat ini cukup besar seiring dengan semakin banyaknya perumahan, perkantoran, maupun hotel yang ada di Indonesia, khususnya di wilayah Jabodetabek. Tanaman hias dapat digunakan sebagai penghias taman di luar atau di dalam rumah, serta di halaman maupun di dalam kantor dan hotel. Ciapus Bromel sebagai perusahaan tanaman hias pot perlu memanfaatkan potensi dan peluang pasar dari adanya issu pemanasan global dan penyempitan lahan hijau akibat peningkatan jumlah pemukiman di Indonesia. Hal lain yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah perubahan persentase jumlah penduduk Indonesia berdasarkan besarnya pengeluaran per kapita dalam sebulan dari tahun 2008-2009 yang dapat dilihat pada tabel berikut.
11
Nurzain. 2009. Ruang Terbuka Publik. http:// www blogs..myspace.com/nurzain. [13 Juni 2010]
83
Tabel 15. Persentase Penduduk Perkotaan dan Pedesaan Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan Tahun 2008 dan 2009 Tahun
Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan (Rp)
2008 ( persen)
2009 ( persen)
< 100.000
69,05
30,95
100.000 – 149.999
67,08
32,92
150.000 – 199.999
67,28
32,72
200.000 – 299.999
65,41
34,59
300.000 – 499.999
57,42
42,58
500.000 – 749.999
49,64
50,36
750.000 – 999.999
43,70
56,30
> 1.000.000
29,09
70,91
Sumber: BPS, diolah berdasarkan hasil SUSENAS
Menurut tabel di atas, terjadi perubahan yang signifikan di setiap golongan pengeluaran
penduduk.
Persentase
jumlah
penduduk
dengan
golongan
pengeluaran kurang dari Rp 100.000,00 per bulan mengalani penurunan dari 69,05 persen menjadi 30,95 persen. Persentase jumlah penduduk dengan golongan pengeluaran
antara
Rp
100.000,00–Rp
149.999,00,
Rp
150.000,00–Rp
199.999,00, Rp 200.000,00–Rp 299.999,00, dan Rp 300.000,00–Rp 499.999,00 per bulan pun menurun menjadi 32,92 persen, 32,72 persen, 34,59 persen, dan 42,58 persen, sedangkan peningkatan persentase jumlah penduduk terjadi pada golongan pengeluaran Rp 500.000,00–Rp 749.999,00, Rp 750.000,00–Rp 999.999,00, dan golongan pengeluaran lebih dari Rp 1.000.000,00 per bulan menjadi 50,36 persen, 56,30 persen, dan 70,91 persen. Penurunan persentase jumlah penduduk terbesar terjadi pada golongan pengeluaran kurang dari Rp 100.000,00 per bulan yang mencapai 38,10 persen dan peningkatan jumlah persentase penduduk terbesar terjadi pada golongan pengeluaran lebih dari Rp 1.000.000,00 per bulan yang mencapai 41,82 persen. Peningkatan jumlah persentase penduduk terbesar pada tabel di atas menunjukkan adanya peluang bagi Ciapus Bromel untuk meningkatkan penjualannya pada target pasar konsumen rumah tangga golongan menengah hingga atas sekali.
84
6.2.5. Faktor Teknologi Perubahan dan perkembangan teknologi dalam suatu industri dapat menjadi peluang atau ancaman bagi perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut. Pada era globalisasi seperti saat ini, telah berkembang teknologi informasi berupa internet. Ada banyak manfaat yang dapat diperoleh perusaahan dari penggunaan teknologi ini, salah satunya adalah sebagai sarana atau alat promosi untuk memperluas wilayah pemasaran dengan biaya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan pemasaran secara langsung. Bukan hanya itu, keberadaan internet pun dapat memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh para pelaku usaha, termasuk pengusaha tanaman hias. Berkembangnya teknologi internet di lingkungan masyarakat merupakan peluang bagi Ciapus Bromel dalam memperluas wilayah pemasaran sehingga diharapkan mampu meningkatkan penjualan. Salah satu distributor perusahaan, yaitu Godong Ijo, telah memanfaatkan perkembangan teknologi internet dalam memasarkan produknya, termasuk produk dari Ciapus Bromel. Godong Ijo sudah memiliki website tersendiri (www.godongijo.com) yang dengan mudah dapat diakses oleh masyarakat di berbagai daerah. Secara tidak langsung, perusahaan sudah mampu menangkap peluang dari berkembangnya teknologi internet melalui distributor. Ciapus Bromel belum dapat memanfaatkan secara langsung peluang tersebut mengingat kurangnya kemampuan dan keterampilan SDM perusahaan dalam menggunakan teknologi komputer. 6.2.6. Faktor Persaingan 6.2.6.1. Persaingan dengan Perusahaan Sejenis Dalam industri tanaman hias bromelia, jumlah pelaku usaha tanaman tersebut tidak sebanyak tanaman lain. Hal ini dikarenakan belum banyak orang mengetahui tentang tanaman bromelia dan pada umumnya para pengusaha tanaman hias lebih mengusahakan tanaman yang sedang trend. Selain itu, jumlah pelaku usaha yang masih sedikit mengindikasikan bahwa industri tanaman hias bromelia masih dalam tahap pertumbuhan. Dengan demikian, Ciapus Bromel memiliki peluang untuk meraih pangsa pasar potensial. Terdapat lima pesaing yang dapat menjadi ancaman bagi Ciapus Bromel dalam meraih pangsa pasar,
85
baik yang berasal dari petani maupun perusahaan sejenis. Pemilihan pesaing tersebut didasarkan pada wilayah pemasaran yang secara umum memiliki kesamaan, yaitu Jabodetabek. a.
Pak Ukas (Kelompok Tani Violces) Pak Ukas merupakan petani tanaman hias yang tergabung dalam kelompok
tani Violces yang berada di wilayah Tajur Halang, Bogor. Usaha tersebut didirikan pada tahun 2000 dan belum berbadan hukum. Luas lahan yang dimiliki sebesar 2.500 m2 yang terdiri dari 6 jenis tanaman bromelia. Tenaga kerja yang dimiliki berjumlah empat orang yang bertugas dalam membantu kegiatan operasional usaha ini. Pak Ukas memperoleh tanaman indukan dari Cianjur dan Ciapus Bromel yang kemudian diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Hasil perbanyakan tersebut dijual dalam polybag yang disesuaikan dengan jenis dan ukuran. Walaupun jenis tanaman yang dimiliki sedikit, perusahaan mampu menjual 700 polybag tanaman per bulan. Wilayah pemasaran Pak Ukas adalah Jabodetabek melalui kegiatan pameran di sekitar Bogor dan Jakarta. Sebagian besar pembeli merupakan konsumen antara (pedagang) yang membeli secara langsung di tempat pameran maupun mendatangi tempat Pak Ukas. Usaha ini tidak menjalin kerjasama dengan pihak manapun dalam memasarkan produknya. Kegiatan promosinya pun relatif sederhana dibandingkan dengan Ciapus Bromel, yaitu hanya word of mouth dan melalui kegiatan pameran yang diikuti. Pemberian discount kepada konsumen dilakukan berdasarkan kebijakan dari Pak Ukas, sehingga antara konsumen yang satu dan yang lainnya medapatkan discount yang berbeda. Untuk pendistribusian tanaman dilakukan dengan menyewa mobil pick up kepada pihak lain. Dalam menjalankan usahanya, Pak Ukas selalu membuat anggaran tersendiri yang digunakan untuk kegiatan pemasaran. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengantisipasi apabila terjadi kekurangan stok saat meningkatnya permintaan dari konsumen, yang mengharuskan Pak Ukas membeli dari petani atau perusahaan lain. b.
Elegant Flora Perusahaan milik Hendra Wijaya atau yang biasa dipanggil dengan Kiky
ini merupakan usaha bersama dengan Stefany yang belum berbadan hukum. Sejak
86
tahun 1990-an, usaha ini telah berada di Taman Anggrek Ragunan. Perusahaan ini menyewa tiga buah kavling seluas 1000 m2 per kavling dengan harga Rp 350.000 per bulan per satu buah kavling kepada pihak pengelola. Elegant Flora memperoleh tanaman indukan dari Ciapus Bromel yang diperbanyak melalui cara vegetatif. Perusahaan ini memiliki 100 jenis tanaman bromelia dan rata-rata tanaman yang terjual sebanyak 800 pot tanaman per bulan. Untuk membantu kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki lima orang tenaga kerja. Wilayah pemasaran Elegant Flora masih berada di lingkup domestik, khususnya Jabodetabek dan sebagian besar konsumen membeli langsung dengan mengunjungi kavling milik perusahaan. Pada umumnya, konsumen perusahaan merupakan konsumen antara (pedagang) dan landscaper. Kegiatan promosi yang dilakukan hanya word of mouth. Pemberian discount dilakukan hanya kepada para pedagang sebesar 10 persen - 20 persen. Untuk membantu memasarkan tanamannya, perusahaan memiliki distributor yang berada di wilayah BSD (Bumi Serpong Damai), Tangerang, dengan sistem konsinyasi.
Selain
menjual
tanaman
yang
dihasilkan,
perusahaan pun
menyewakan tanamannya dengan harga Rp 20.000 per tanaman. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan tidak membuat anggaran khusus untuk kegiatan pemasaran. Seluruh anggaran operasional perusahaan dicampur menjadi satu. c.
Harry’s Bromel Perusahaan ini didirikan sejak 15 tahun yang lalu oleh Bapak Hary dengan
luas lahan hampir mencapai 1 ha yang terdiri dari 60 jenis tanaman bromelia. Pemilik memperoleh tanaman indukan dari Belanda, Philipina, dan Amerika Latin saat melakukan kunjungan ke negara-negara tersebut. Namun untuk menambah jenis tanaman agar lebih bervariasi, perusahaan pernah membeli tanaman indukan dari Ciapus Bromel yang kemudian diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Perusahaan mampu menjual sekitar 500 pot tanaman per bulan. Selain menjual tanaman yang dimiliki, Hary’s Bromel pun menyewakan tanaman tersebut untuk berbagai event dengan kisaran harga Rp 10.000 – Rp 300.000 per tanaman. Untuk membantu berbagai kegiatan operasional seperti budidaya dan pemasaran, perusahaan mempekerjakan sepuluh orang tenaga kerja.
87
Wilayah pemasaran Hary’s Bromel masih berada dalam lingkup domestik, yaitu Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan. Dalam memasarkan produknya kepada konsumen yang terdiri dari konsumen akhir dan konsumen antara (pedagang), perusahaan mengikuti berbagai pameran tanaman. Selain itu, perusahaan pun memiliki satu buah kios tanaman dan satu buah mobil pick up untuk menunjang kegiatan pemasaran produk. Kegiatan promosi dilakukan dengan cara mengikuti pameran, menjadi narasumber majalah, membuat website, dan melalui Trubus. Pemilik memberikan discount
yang
berbeda
kepada
konsumen
berdasarkan
kebijakan
dan
pertimbangannya. Perusahaan tidak memiliki anggaran khusus bagi kegiatan pemasarannya, baik untuk penjualan maupun penyewaan tanaman. Seluruh kegiatan operasional dibuat dalam satu anggaran yang sama. d.
Sunda Kelapa Nursery Perusahaan milik Etje Anggoro yang terletak di Pondok Cabe Tangerang
ini telah berdiri sejak tahun 1983. Berawal dari hobinya pada tanaman anggrek, pemilik mulai menjalankan bisnis tanaman hias anggrek. Namun karena pertambahan nilai anggrek dirasa berat, maka pada tahun 1995 perusahaan mulai beralih ke tanaman hias bromelia. Perusahaan memiliki lahan seluas 2000 m2 yang terdiri dari 60 jenis tanaman bromelia. Tanaman indukan diperoleh dari komunitas pecinta bromelia, Philipina, dan Amerika Latin. Tanaman tersebut diperbanyak secara vegetatif dan hasilnya dijual sesuai dengan jenis dan ukuran. Dalam menjalankan bisnisnya, pemilik dibantu oleh tujuh orang tenaga kerja yang bertanggungjawab pada kegiatan produksi dan pemasaran. Sebagian besar konsumen Sunda Kelapa Nursery merupakan konsumen antara (pedagang) dengan wilayah pemasaran di Jabodetabek, Surabaya, Bali, Malang, dan Lampung. Selain menjual tanaman yang dihasilkan, perusahaan pun meyewakan tanaman tersebut untuk berbagai acara, khususnya dekorasi pelaminan. Sunda Kelapa Nursery mempromosikan perusahaanya melalui kegiatan pameran, Trubus, organisasi atau komunitas tanaman hias, dan dengan cara menjadi narasumber buku atau majalah. Perusahaan memiliki satu distributor di Pasar Rawa Belong untuk membantu memasarkan produk. Namun untuk pendistribusiannya, perusahaan menyewa mobil pick up dari pihak lain. Meskipun
88
tidak memiliki anggaran khusus pemasaran, perusahaan mampu menjual 1000 pot tanaman setiap bulan. e.
Pak Arif (Kelompok Tani Alfa) Berawal dari ketertarikan dan hobinya pada tanaman hias, Pak Arif
memulai bisnis tanaman hias sejak lima tahun yang lalu. Usaha tersebut berada di wilayah Desa Tamansari, Kabupaten Bogor. Pada awalnya, Pak Arif membeli tanaman indukan dari berbagai pameran tanaman hias yang selanjutnya diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Untuk membantu menjalankan bisnisnya, Pak Arif memiliki empat orang tenaga kerja. Dengan luas lahan sekitar 4000 m2, Pak Arif memiliki 40 jenis tanaman bromelia. Dalam satu bulan, rata-rata tanaman yang terjual mencapai 500 pot. Wilayah pemasaran Pak Arif masih berada dalam lingkup domestik, yaitu Bandung, Jabodetabek, dan Pontianak. Kegiatan promosi yang dilakukan hanya melalui pameran dan word of mouth. Sebagian besar pembeli merupakan konsumen antara (pedagang) dan hanya 10 persen yang merupakan konsumen akhir. Berbeda dengan perusahaan lainnya, Pak Arif tidak memberikan discount kepada konsumen. Selain itu, usaha ini tidak memiliki distributor yang dapat membantu memasarkan produk. Pendistribusian tanaman pun dilakukan dengan menyewa mobil pick up kepada pihak lain. Seluruh kegiatan operasional dibuat dalam satu anggaran sehingga tidak ada anggaran khusus bagi kegiatan pemasaran. Menurut gambaran umum dari perusahaan-perusahaan pesaing Ciapus Bromel, terdapat beberapa perbedaan yang menjadi keunggulan dan kelemahan pesaing dibandingkan dengan perusahaan. Perbandingan kelebihan dan kelemahan pesaing tersebut dapat dilihat pada Tabel 16 yang menunjukkan bahwa keunggulan Ciapus Bromel secara umum terdapat pada jenis tanaman yang lebih bervariasi dibandingkan dengan para pesaing. Walaupun memiliki keunggulan tersebut, jumlah tanaman yang dijual perusahaan (412 pot per bulan) lebih sedikit dibandingkan dengan pesaing (500-1000 pot per bulan). Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran perusahaan belum dilakukan secara optimal. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan pesaing yang berada di
89
wilayah Jabodetabek merupakan ancaman bagi Ciapus Bromel sehingga perlu diperhitungkan keberadaannya. Tabel 16. Perbandingan Keunggulan dan Kelemahan Pesaing dengan Ciapus Bromel Pesaing Perusahaan Pak Ukas
Kelebihan Pesaing
Kelemahan Pesaing
- Ada anggaran khusus
- Induk tanaman diperoleh dari
pemasaran
Ciapus Bromel
- Jumlah tanaman yang
- Jenis tanaman lebih sedikit
dijual lebih banyak
- Tidak ada distributor - Promosi sederhana
Elegant Flora
Hary’s Bromel
- Lokasi strategis
- Induk tanaman diperoleh dari
- Jangkauan usaha lebih
Ciapus Bromel
luas melalui penyewaan
- Jenis tanaman lebih sedikit
tanaman
- Promosi sederhana
- Jumlah tanaman yang
- Kualitas tanaman di bawah
dijual lebih banyak
perusahaan
- Jangkauan usaha lebih
- Jenis tanaman lebih sedikit
luas melalui penyewaan
- Kualitas tanaman di bawah
tanaman
perusahaan
- Jumlah tanaman yang dijual lebih banyak Sunda Kelapa Nursery
- Jangkauan usaha lebih - Jenis tanaman lebih sedikit luas
melalui
penyewaan - Tidak fokus pada bromelia
tanaman
- Kualitas tanaman di bawah
- Jumlah tanaman yang perusahaan dijual lebih banyak Pak Arif
- Jumlah tanaman yang - Jenis tanaman lebih sedikit dijual lebih banyak
- Tidak ada distributor - Promosi sederhana
Sumber: Hasil Identifikasi Pesaing Ciapus Bromel (Maret 2010), diolah
6.2.6.2. Bargaining Position Pemasok Secara umum, pemasok bagi industri tanaman hias bromelia terdiri dari pemasok media tanam, pupuk, obat-obatan, dan pot tanaman. Setiap pemain (pengusaha tanaman bromelia) memiliki pemasok tersendiri yang berbeda antara
90
pemain yang satu dan yang lainnya karena disesuaikan dengan lokasi perusahaan. Pemilihan pemasok tersebut dipengaruhi oleh efisiensi biaya yang ingin diperoleh dari masing-masing perusahaan. Walaupun produk yang dihasilkan oleh pemasok merupakan input penting bagi industri tanaman hias bromelia, tetapi para pemain (pengusaha) dapat menggunakan input lainnya yang memiliki fungsi yang sama. Misalnya, pengusaha bromelia dapat mengganti penggunaan pot dengan polybag yang menunjukkan bahwa switching cost bagi pengusaha tersebut untuk berganti pemasok relatif kecil. Namun dalam kenyataannya, antara pemasok input dan industri tanaman hias bromelia memiliki bargaining position yang sama dimana kedua belah pihak saling membutuhkan, sehingga tidak ada pihak yang mendominasi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, biasanya pengusaha tanaman hias bromelia memiliki pemasok tersendiri dengan tingkat loyalitas yang cukup tinggi. Misalnya Ciapus Bromel yang memiliki tiga pemasok input tetap, yaitu Godong Ijo sebagai pemasok media tanam cocopeat dan obat-obatan, Pak Syuaib sebagai pemasok media tanam sekam mentah, sekam bakar, dan akar pakis, serta Bu Ulih sebagai pemasok pot tanaman. Adanya hubungan kerjasama yang dilandasi dengan rasa kepercayaan dan kekeluargaan membuat para pemasok input menjadi loyal kepada perusahaan. Bargaining position Ciapus Bromel dan ketiga pemasok pun sama kuat, sehingga tidak ada pihak yang mendominasi atau mempengaruhi dalam penentuan harga. Dengan demikian, bargaining position dari pemasok bukan merupakan ancaman bagi industri tanaman hias bromelia, begitu pula bagi Ciapus Bromel. 6.2.6.3. Ancaman Pendatang Baru Potensial Pendatang baru pada suatu industri dapat menimbulkan ancaman bagi perusahaan-perusahaan yang telah terlebih dahulu bermain dalam industri tersebut. Besar kecilnya ancaman dari masuknya pendatang baru tergantung pada rintangan masuk yang ada (barriers to entry), yang meliputi skala ekonomi, kebutuhan modal, diferensiasi produk, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala usaha, dan kebijakan pemerintah. 91
Ancaman masuk bagi pendatang baru untuk memulai usaha tanaman hias bromelia relatif kecil apabila dilihat berdasarkan skala ekonomi dan kebutuhan modal. Tanaman hias bromelia merupakan tanaman yang mudah diperbanyak dan dipelihara. Untuk menghasilkan anakan dalam waktu yang relatif cepat, perbanyakan tanaman dilakukan secara vegetatif melalui penusukkan titik tumbuh tanaman induk. Setelah 2-3 bulan penusukkan akan muncul 3-10 anakan. Tanaman induk akan mati setelah 3-4 kali panen atau setelah menghasilkan anakan sekitar 9-40 anakan. Pada umumnya untuk pot berukuran 15 cm, tanaman baru bisa dijual setelah 3-4 bulan dari anakan. Selain itu, tanaman bromelia tidak membutuhkan banyak pupuk dibandingkan tanaman lainnya, sehingga modal yang dibutuhkan pun tidak terlalu besar. Namun, agar dapat bersaing dengan pemain lama yang telah memiliki skala produksi yang cukup besar, pendatang baru tersebut perlu meningkatkan ketersediaan modalnya terutama untuk menambah kapasitas produksi dan keragaman jenis tanaman. Tanaman bromelia sebagai suatu komoditas cenderung akan sulit dibedakan antara tanaman bromelia yang dihasilkan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya, kecuali dari warna tanaman. Dengan demikian, diferensiasi produk bukan merupakan hambatan bagi pendatang baru untuk masuk ke dalam industri tanaman hias bromelia. Lain halnya dengan biaya beralih pemasok, besar kecilnya hambatan bagi pendatang baru tergantung pada target pasar yang akan dilayani. Apabila target pasarnya konsumen rumah tangga, maka hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri relatif kecil karena konsumen rumah tangga tidak memerlukan biaya yang besar jika ingin membeli tanaman bromelia pada perusahaan yang berbeda. Hal ini memberi kesempatan kepada pendatang baru untuk meraih atau merebut pangsa pasar yang ada. Namun apabila target pasarnya berasal dari pasar organisasional yang biasanya membeli dalam jumlah banyak, maka hambatan bagi pendatang baru tersebut cukup besar untuk merebut konsumen dari perusahaan yang telah ada. Pada umumnya, konsumen organisasional tersebut memiliki tingkat loyalitas yang cukup tinggi pada perusahaan pemasok yang timbul dari adanya pengalaman dan kepercayaan. Misalnya, pedagang tanaman
92
bromelia memiliki loyalitas pada pemasok bromelia karena tingkat discount yang tinggi atau harga yang murah yang memungkinkan pedagang tersebut memperoleh margin yang cukup besar. Dalam memasarkan usaha tanaman hias agar dapat sampai kepada konsumen, perlu diperhatikan saluran distribusi yang akan dipilih. Saluran distribusi tanaman hias biasanya langsung kepada target konsumen atau melalui perantara, seperti retailer atau toko-toko bunga. Biasanya, retailer atau toko bunga yang telah mapan dan terkenal telah menjalin kerjasama dengan perusahaan besar. Hambatan yang cukup besar tersebut membuat pendatang baru harus mencari saluran distribusi baru, seperti toko bunga lain atau berupaya untuk mempengaruhi saluran distribusi yang telah ada agar mau menerima dan menyalurkan
produknya kepada konsumen dengan cara menawarkan margin
keuntungan yang lebih besar dibandingkan pemasok sebelumnya. Selain faktor skala ekonomi, kebutuhan modal, diferensiasi produk, biaya beralih pemasok, dan akses ke saluran distribusi, faktor biaya tak menguntungkan terlepas dari skala usaha dan kebijakan pemerintah pun dapat menjadi hambatan bagi pendatang baru. Faktor biaya tak menguntungkan tersebut salah satunya dapat dikarenakan adanya penguasaan atas teknologi maupun produk yang muncul dari hak paten yang dimiliki oleh perusahaan lama. Namun pada industri tanaman hias bromelia saat ini, pendatang baru tidak menghadapi hambatan yang berasal dari biaya tak menguntungkan terlepas dari skala usaha karena belum adanya perusahaan yang memiliki hak paten. Selain itu, dalam hal kebijakan pemerintah tidak ada peraturan terkait yang membatasi atau bahkan menutup akses bagi pendatang baru untuk masuk ke dalam industri tanaman hias bromelia, sehingga hal tersebut bukan suatu hambatan. Dengan demikian dari hasil identifikasi faktor-faktor yang dapat menjadi hambatan di atas, dapat disimpulkan bahwa industri tanaman hias bromelia cenderung mudah untuk dimasuki oleh pendatang baru. Hal ini pun didukung dengan oleh pendapat dari kelima perusahaan lama di industri tanaman hias bromelia dimana ancaman terbesar yang paling ditakuti adalah masuknya petani kecil dalam industri tersebut. Petani kecil dianggap dapat merusak kestabilan harga tanaman karena merka akan dengan mudah menurunkan harga demi
93
memenuhi kebutuhan yang mendesak. Orientasi petani kecil bukan lagi mencari keuntungan, tetapi lebih ke arah bagaimana memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu, apabila hal tersebut terus berlangsung, maka pada jangka panjang dikhawatirkan harga jual dan nilai dari tanaman bromelia akan turun. 6.2.6.4. Bargaining Position Konsumen Konsumen dalam industri tanaman hias bromelia terbagi menjadi dua, yaitu konsumen rumah tangga dan konsumen organisasional. Kedua konsumen ini memiliki karakteristik yang berbeda dimana konsumen rumah tangga merupakan kelompok konsumen yang tidak peka terhadap harga, sehingga akan lebih mempengaruhi kualitas produk, sedangkan konsumen organisasional merupakan kelompok konsumen yang lebih mementingkan harga karena mengharapkan margin dari harga tersebut. Karakteristik bromelia yang merupakan suatu komoditas cenderung sulit dibedakan kualitasnya, terutama oleh konsumen rumah tangga yang sebagian besar merupakan orang awam. Selain itu, pembelian yang dilakukan oleh konsumen
rumah
tangga
pun
relatif
sedikit
dibandingkan
konsumen
organisasional. Dengan demikian, bargaining position konsumen rumah tangga bukan suatu ancaman bagi industri tanaman hias bromelia karena tidak dapat mempengaruhi industri untuk menurunkan harga maupun meningkatkan kualitas. Konsumen organisasional biasanya membeli dalam jumlah besar, sehingga menginginkan harga yang lebih murah. Industri tanaman hias bromelia ini tidak menurunkan harga secara langsung demi menjaga kestabilan harga pada konsumen rumah tangga. Harga yang diberikan kepada konsumen organisasional relatif sama dengan konsumen rumah tangga, hanya saja para pengusaha dalam industri tanaman hias memberikan potongan harga (discount) kepada konsumen organisasional yang jumlahnya tidak sama antara satu pengusaha dengan pengusaha lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa bargaining position konsumen organisasional terhadap industri tanaman hias bromelia bukan merupakan suatu ancaman.
94
6.2.6.5. Ancaman Produk Substitusi Produk substitusi dapat memberikan tekanan kompetisi dan menjadi ancaman bagi perusahaan. Selain harga perusahaan sejenis, harga produk substitusi pun perlu diperhatikan oleh perusahaan di industri tanaman hias bromelia dalam menentukan harga yang akan dibebankan kepada konsumen agar tidak beralih ke produk substitusi. Sebagai batasan, produk substitusi yang dapat menjadi ancaman tanaman bromelia adalah berbagai jenis tanaman hias pot berdaun indah, seperti tanaman aglonema, anthurium, adenium, asplenium, caladium, dan beberapa jenis tanaman lainnya karena memiliki fungsi dan karakteristik yang sama. Ancaman dari produk substitusi tersebut dirasakan oleh seluruh pemain dalam industri tanaman hias bromelia dimana tanaman ini baru dikenal oleh masyarakat pada tahun 2008. Dari hasil identifikasi konsumen akhir, sebagian besar tanaman substitusi tersebut telah terlebih dahulu dikenal dan sempat menjadi trend di lingkungan masyarakat. Adanya pengalaman dalam memelihara suatu tanaman menjadi salah satu hambatan bagi konsumen untuk beralih dan mencoba tanaman lain. Selain itu, harga tanaman substitusi menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian. 6.3. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Dari hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Ciapus Bromel diketahui faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman apa saja yang dapat berpengaruh pada pemasaran tanaman hias bromelia Ciapus Bromel. Faktor-faktor tersebut menjadi acuan dalam memformulasikan strategi pemasaran perusahaan dengan menggunakan matriks SWOT. Berikut ini adalah faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman Ciapus Bromel. 6.3.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Faktor kekuatan dan kelemahan Ciapus Bromel diperoleh dari hasil analisis lingkungan internal perusahaan dimana diketahui bahwa perusahaan memiliki sembilan kekuatan dan tiga kelemahan yang dapat dilihat pada Tabel 17.
95
Tabel 17. Faktor Strategis Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Ciapus Bromel Kekuatan
Kelemahan
Produk perusahaan memiliki daya saing
Perencanaan perusahaan yang tidak tertulis
yang tinggi Harga yang kompetitif
Tidak adanya karyawan yang kompeten dalam bidang pemasaran
Mempunyai dua buah distributor yang
Kurangnya intensitas promosi yang
sudah mapan dan terkenal
menginformasikan manfaat bromelia dan keberadaan perusahaan
Jalinan kerjasama yang baik dengan
Kurangnya jaringan pemasaran (jumlah
berbagai pihak (networking)
distributor)
Sumber: Hasil Analisis Lingkungan Internal Ciapus Bromel Maret-Mei 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa Ciapus Bromel memiliki empat kekuatan dan empat kelemahan, antara lain: a.
Kekuatan 1. Produk perusahaan memiliki daya saing yang tinggi Kekuatan ini diperoleh dari jenis tanaman bromelia perusahaan yang lebih beragam dibandingkan dengan perusahaan lainnya dan kualitas tanaman yang senantiasa terjaga. Perusahaan dapat menjaga kualitas produknya karena menerapkan proses produksi yang sistematis dan terencana yang didukung oleh kemampuan karyawan yang cukup baik dalam kegiatan produksi. 2. Harga yang kompetitif Harga yang kompetitif menjadi salah satu kekuatan perusahaan yang dapat dimanfaatkan
untuk
bersaing
dengan
perusahaan
lainnya
dalam
memperebutkan pangsa pasar. Harga Ciapus Bromel dapat dikatakan kompetitif karena dengan selisih harga Rp 500,00-Rp 1.000,00 yang lebih tinggi dari pesaingnya, perusahaan mampu memberikan produk yang lebih berkualitas kepada kosumen. 3. Mempunyai dua buah distributor yang sudah mapan dan terkenal Kekuatan ini muncul karena tidak semua pesaing perusahaan mempunyai distributor, terutama distributor yang telah mapan dan terkenal. Hal ini seharusnya dapat dimanfaatkan oleh Ciapus Bromel untuk memperluas
96
wilayah
pemasarannya
sekaligus
meningkatkan
nilai
penjualan
perusahaan. 4. Jalinan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak (networking) Adanya jalinan kerjasama yang baik antara pemilik Ciapus Bromel dengan berbagai pihak dapat dimanfaatkan sebagai salah satu upaya peningkatan nilai penjualan, khususnya melalui pemboomingkan bromelia. b.
Kelemahan 1. Perencanaan perusahaan yang tidak tertulis Dalam menjalankan suatu bisnis, kegiatan perencanaan merupakan salah satu kegiatan yang dianggap penting oleh perusahaan karena melalui perencanaan tersebut, perusahaan mengetahui apa saja yang harus dilakukannya. Namun, perencanaan akan lebih mudah diimplementasikan dan diketahui oleh seluruh karyawan apabila dibuat secara tertulis. Oleh karena itu, perencanaan Ciapus Bromel yang tidak tertulis menjadi salah satu
kelemahan
yang
dapat
mempersulit
perusahaan
dalam
mengimplementasikan rencana-rencananya. 2. Tidak adanya karyawan yang kompeten dalam bidang pemasaran Hal ini menjadi kelemahan karena dapat menghambat perusahaan dalam memasarkan produknya. Karyawan yang kompeten dalam pemasaran diharapkan akan mampu membaca peluang dan perubahan yang terjadi dalam industri tanaman hias bromelia. 3. Kurangnya intensitas promosi yang menginformasikan manfaat bromelia dan keberadaan perusahaan Dalam menanamkan positioning perusahaan di benak konsumen, maka Ciapus Bromel perlu melakukan upaya-upaya promosi yang dapat menginformasikan keunggulan dari produknya
sekaligus identitas
perusahaan agar konsumen dapat dengan mudah mengetahui keberadaan Ciapus Bromel. 4. Kurangnya jaringan pemasaran (jumlah distributor) Kegiatan pemasaran sangat erat kaitannya dengan upaya-upaya dalam menyalurkan produk yang dihasilkan agar dapat dengan mudah diperoleh atau diakses oleh konsumen. Oleh karena itu, untuk memperluas
97
pemasaran perusahaan, maka Ciapus Bromel perlu menambah distributor di beberapa wilayah yang belum terakses. 6.3.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan menghasilkan beberapa faktor yang dapat menjadi peluang maupun ancaman. Ciapus Bromel memiliki empat peluang dan empat ancaman sebagai berikut. Tabel 18. Faktor Strategis Eksternal (Peluang dan Ancaman) Ciapus Bromel Ancaman
Peluang Potensi pasar yang cukup tinggi
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tanaman bromelia dan kepercayaan terhadap feng shui
Menyempitnya lahan hijau seiring dengan
Jangkauan pemasaran pesaing lebih luas
peningkatan suhu bumi Produk substitusi (tanaman hias pot berdaun indah lainnya) yang sudah terlebih dahulu dikenal dan harganya lebih murah Hambatan masuk yang rendah bagi pendatang baru Sumber: Hasil Analisis Lingkungan Eksternal Ciapus Bromel Maret-Mei 2010
Menurut tabel di atas, Ciapus Bromel memiliki dua peluang dan empat ancaman yang perlu diperhatikan, yaitu: a.
Peluang 1. Potensi pasar yang cukup tinggi Peningkatan potensi pasar ini disebabkan oleh adanya peningkatan dari daya beli masyarakat, jumlah penduduk golongan menengah hingga atas, dan adanya kebutuhan akan tanaman sebagai penyerap polutan yang secara tidak langsung memiliki potensi untuk meningkatkan nilai penjualan dan pangsa pasar Ciapus Bromel. 2. Menyempitnya lahan hijau seiring dengan peningkatan suhu bumi Semakin sempitnya lahan hijau di Indonesia akan mendorong masyarakat untuk menggunakan tanaman pot di lingkungannya sebagai salah satu upaya penanggulangan polusi sekaligus meminimalisir dampak dari 98
peningkatan suhu bumi. Tanaman dipercaya mampu membuat lingkungan di sekitarnya menjadi lebih sejuk. b.
Ancaman 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tanaman bromelia dan kepercayaan terhadap feng shui Kurangnya pengetahuan atau informasi yang diperoleh konsumen dapat membahayakan perusahaan
karena berpotensi dalam
menurunkan
penjualan produk. Untuk itu, ancaman tersebut sebaiknya menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan. 2. Jangkauan pemasaran pesaing lebih luas Jangkauan pemasaran pesaing yang lebih luas mengindikasikan bahwa pesaing tersebut mampu memasarkan produk yang sama dengan pemasaran dengan cakupan yang lebih luas. Hal ini menjadi ancaman karena secara tidak langsung dapat menurunkan pangsa pasar perusahaan. 3. Produk substitusi (tanaman hias pot berdaun indah lainnya) yang sudah terlebih dahulu dikenal dan harganya lebih murah Produk substitusi yang memiliki karakteristik dan fungsi yang sama dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan dapat membuat konsumen perusahaan beralih untuk mengkonsumsi produk tersebut, terutama apabila produk substitusi memiliki harga yang lebih murah. Dalam tanaman hias, selain harga yang lebih murah, keberadaan tanaman substitusi yang telah terlebih dahulu dikenal oleh masyarakat pun dapat menjadi ancaman karena beberapa konsumen cenderung akan memilih tanaman yang telah diketahui cara pemeliharaannya. 4. Hambatan masuk yang rendah bagi pendatang baru Mudahnya pendatang baru untuk bermain dalam suatu industri akan menjadi ancaman bagi perusahaan lama karena dapat meningkatkan intensitas persaingan. Hal ini terjadi pula pada industri tanaman hias bromelia di Indonesia yang intensitas persaingannya lambat laun akan meningkat.
99