VI ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL 6.1.
Faktor Strategis Internal Faktor-faktor strategis internal merupakan faktor-faktor yang dapat menjadi
kekuatan dan kelemahan yang berasal dari dalam lembaga Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
Faktor-faktor strategis internal tersebut
diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner serta masukan dari beberapa responden.
Berikut adalah faktor-faktor strategis internal (kekuatan dan
kelemahan) Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bogor dalam
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias di Kecamatan Cibinong : 6.1.1. Faktor Kekuatan Faktor kekuatan merupakan bagian dari faktor strategis internal yang berasal dari lingkup internal lembaga Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
Faktor-faktor kekuatan internal tersebut harus dimanfaatkan
semaksimal mungkin oleh Disnakkan dalam upaya mengembangkan ikan hias air tawar sebagai komoditas unggulan dari Kecamatan Cibinong.
Pencanangan
komoditas unggulan ini berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bogor Nomor 7 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bogor tahun 2008-2013 dan Peraturan Bupati (Perbup) Bogor Nomor 84 tahun 2009 tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan. Dalam Perda dan Perbup tersebut diterangkan bahwa pengembangan komoditas ikan hias berada di wilayah Kecamatan Cibinong yang sekaligus menyiratkan bahwa ikan hias air tawar menjadi ikon Kecamatan Cibinong. Oleh karena itu, Disnakkan sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang strategis dalam bidang peternakan dan perikanan bertanggung jawab dan berwenang untuk membantu Bupati Kabupaten Bogor dalam mewujudkan visi dan misi sesuai dengan Perda tersebut. Faktor-faktor kekuatan Disnakkan tersebut terdiri dari: 1. Anggaran Program Pengembangan Ikan Hias Air Tawar Disnakkan Disnakkan Kabupaten Bogor merupakan lembaga pemerintah daerah yang kegiatan operasional dan kinerjanya ditunjang oleh anggaran 72
yang berasal dari Anggaran, Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bogor.
Anggaran ini digunakan oleh Disnakkan untuk
membiayai kegiatan operasional dan program yang telah direncanakan sebelumnya. Kegiatan operasional digunakan untuk internal Disnakkan yang hanya berhubungan dengan sarana dan prasarana serta urusan administrasi Disnakkan. Sedangkan program merupakan rencana kerja yang akan dilakukan berkaitan dengan visi, misi, tugas pokok, dan fungsi yang menjadi kewajiban sekaligus kewenangan Disnakkan di bidang peternakan dan perikanan. Anggaran program pada tahun 2009 di bidang perikanan sebesar Rp 1.934.622.000. Anggaran ini terbagi ke dalam tiga program utama, yaitu : (1) program pengembangan budidaya perikanan sebesar Rp 1.198.507.000, (2) program pengembangan sistem penyuluhan sebesar Rp 113.854.000, dan (3) program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan sebesar 622.261.000. Jumlah anggaran untuk program di bidang perikanan ditambah dengan kegiatan pelayanan kesehatan ikan pada program Kesmavet dan penyakit ikan sebesar Rp 166.697.000. Total anggaran
untuk
program
dan
kegiatan
perikanan
sebesar
Rp
2.101.319.000, atau sekitar 18,24 persen dari keseluruhan anggaran untuk Disnakkan pada tahun 2009 (Rp 11.520.691.000). Program beserta anggaran Disnakkan di bidang perikanan dibagi ke dalam tiga kelompok komoditas perikanan, yaitu ikan konsumsi, ikan hias, dan pembenihan ikan.
Namun, program dan anggaran tersebut
digunakan secara bersama oleh Disnakkan Kabupaten Bogor untuk ketiga komoditas ikan tersebut atau dengan kata lain setiap komoditas ikan baik ikan konsumsi, ikan hias air tawar, maupun pembenihan ikan mendapat anggaran sekitar 30 persen dari anggaran perikanan yang tersedia. Komoditas ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong mendapatkan porsi sebesar 45 persen dari 30 persen anggaran untuk ikan hias air tawar. Salah satu contoh dari anggaran yang ditujukan untuk pengembangan ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong adalah pembuatan Depo pemasaran ikan
73
hias air tawar di Kecamatan Cibinong yang menelan dana sekitar Rp 175.000.000. Dengan anggaran yang relatif besar dan cukup ini Disnakkan harus mampu untuk memanfaatkan anggaran secara efektif dan efisien untuk mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar terutama di Kecamatan Cibinong.
Tentunya ini menjadi kekuatan dari Disnakkan
untuk merancang dan merencanakan program dan anggaran yang cukup disertai dengan berbagai pertimbangan dan prioritas untuk mewujudkan komoditas ikan hias air tawar sebagai komoditas unggulan di Kecamatan Cibinong. 2. Program Pengembangan Produksi Ikan Hias Air Tawar. Peningkatan produksi ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong ditopang oleh program peningkatan budidaya perikanan.
Program
pengembangan dan peningkatan produksi ikan ini menjadi salah satu keunggulan Disnakkan. Keunggulan program ini terlihat dari pencapaian produksi ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor yang melampaui target yang telah ditetapkan oleh Disnakkan sendiri. Program ini terdiri dari beberapa kegiatan pokok, seperti pengembangan bibit ikan unggul, pemberdayaan sumber daya lokal, pembinaan dan pengembangan perikanan,
pengadaan
sarana prasarana
pengembangan
perikanan,
restocking ikan di perairan setu, dan optimalisasi perikanan di perairan umum. Program ini penting untuk pengembangan sistem agribisnis ikan hias di Kecamatan Cibinong karena produksi ikan hias air tawar di kecamatan ini telah mengalami penurunan produksi. Produksi ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong telah mengalami penurunan produksi dari 397,43 ribu ekor di tahun 2008 menjadi hanya sebesar 376,89 ribu ekor. Dengan demikian, program ini harus menjadi kekuatan penggerak produksi ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. 3. Kerjasama dengan Stakeholders Ikan Hias Air Tawar Dalam pengembangan ikan hias di Kecamatan Cibinong, Disnakkan Kabupaten Bogor perlu bekerjasama dengan para pemangku kepentingan atau stakeholders demi terwujudnya sistem agribisnis ikan
74
hias air tawar di Kecamatan Cibinong yang memiliki nilai tambah bagi pelakunya.
Hal ini dikarenakan terdapat banyak pelaku yang terlibat
dalam sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Disnakkan Kabupaten Bogor telah bekerjasama secara baik dengan pihak Kecamatan Cibinong. Hal ini dikarenakan peran dari Kecamatan Cibinong sebagai pihak yang memiliki wewenang dalam pemerintahan dan administrasi di tingkat Kecamatan. Oleh karena itu, setiap perumusan dan perencanaan program-program yang memiliki objek dalam lingkup wilayah Kecamatan Cibinong, Disnakkan selalu berkoordinasi dan bekerjasama untuk menjaring komunikasi dan aspirasi pelaku usaha ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Para pedagang (broker dan supplier) dan eksportir ikan hias air tawar juga bekerjasama dengan Disnakkan Kabupaten Bogor terutama untuk mengetahui data dan perkembangan kegiatan perdagangan dan ekspor ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
Disnakkan selalu
mengajak kepada pedagang dan eksportir agar membuka pasar bagi ikan hias air tawar dari Kecamatan Cibinong.
Selain itu, Disnakkan juga
mengajak kepada pelaku usaha tersebut agar melakukan kemitraan dan bantuan lainnya seperti permodalan dan benih ikan untuk diusahakan oleh petani. Kegiatan ini dilakukan oleh Disnakkan dalam temu pelaku usaha di bidang perikanan yang dilakukan minimal satu tahun sekali. Dengan Himbudias dan kelompok tani-kelompok tani ikan hias air tawar Kecamatan Cibinong, Disnakkan Kabupaten Bogor melakukan hubungan yang cukup erat.
Setiap ada kebijakan dan kegiatan dari
Disnakkan, ketua Himbudias dan perwakilan dari kelompok tani tersebut selalu diundang oleh Disnakkan.
Hal ini terjadi ketika ada bantuan
permodalan, benih ikan hias air tawar, akuarium, penyuluhan, dan pembuatan depo pemasaran ikan hias air tawar.
Kedekatan ini
memberikan keuntungan bagi Disnakkan karena dapat mengetahui secara langsung kondisi yang terjadi di tingkat petani sehingga dapat menyusun strategi dan kebijakan yang tepat untuk memajukan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
75
Permasalahan permodalan yang telah menjadi permasalahan klasik di tingkat petani telah diantisipasi oleh Disnakkan Kabupaten Bogor dengan melakukan hubungan dengan Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor untuk mengajukan alokasi permodalan untuk bidang perikanan sebesar Rp 300.000.000,- setiap tahunnya melalui program Gerakan Masyarakat mandiri (GMM).
Program GMM merupakan program bantuan
permodalan dengan sistem bergulir.
Program GMM bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat miskin melalui peningkatan usaha kecil produktif, meningkatkan kemampuan masyarakat miskin untuk lebih berdaya dan mandiri, serta meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan dan dapat memanfaatkan kegiatannya untuk keluarga dan lingkungan.
Sasaran
program GMM adalah kelompok masyarakat miskin yang masih produktif dan kelompok usaha kecil dan menengah. Persyaratan dari program ini relatif mudah dan dapat dibantu oleh kelompok tani untuk membuat proposal pengajuan. Adapun plafon kreditnya antara lain : (1) pinjaman individu atau perorangan sebesar Rp 2.000.000-5.000.000, (2) Rp 500.0002.000.000 untuk setiap orang dengan jumlah anggota delapan hingga 20 orang. Suku bunga kredit yang ditetapkan adalah sebesar 0,67 persen per bulan atau 8 persen per tahun tanpa denda bunga. Jangka waktu pinjaman maksimal satu tahun dan dimungkinkan untuk diperpanjang dua kali periode. Disnakkan melakukan kerjasama dengan Pusat Pengembangan dan Pemasaran (Raiser) Ikan Hias yang berada di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan serta mengadakan temu bisnis antara petani dengan eksportir ikan hias. Pendidikan dan pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan petani untuk menghasilkan ikan hias air tawar yang berkualitas sehingga dapat diserap oleh pasar luar negeri.
Dalam
pendidikan dan pelatihan tersebut Disnakkan memberikan proporsi petani dan pedagang ikan hias air tawar dari Kecamatan Cibinong lebih besar bila dibandingkan dengan kecamatan lainnya.
76
Disnakkan juga bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai institusi pendidikan di bidang pertanian terbesar di Indonesia dalam program Praktek Kerja Lapang (PKL) atau Gladikarya. Dalam program tersebut, pihak IPB mengirimkan mahasiswanya untuk terjun lapang ke petani dan daerah untuk mengetahui segala macam permasalahan yang ada untuk kemudian dicari dan dianalisis solusi yang tepat untuk menyelesaikannya. Pada tahun 2009 dan 2010 terdapat dua kelompok Gladikarya dari mahasiswa IPB yang mengkaji ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Dengan demikian, Disnakkan berharap agar mahasiswa tersebut dapat membantu untuk merumuskan strategi, kebijakan,program, dan kegiatan yang tepat untuk mengembangkan komoditas ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. 4. Koordinasi Internal Disnakkan Koordinasi menjadi salah satu hal yang penting dalam sebuah lembaga atau organisasi pemerintah.
Koordinasi yang baik akan
membantu lembaga atau organisasi tersebut untuk mewujudkan visi dan misi yang diharapkan. Disnakkan Kabupaten Bogor dalam memajukan bidang perikanan khususnya ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong memiliki kekuatan yang berasal dari internal lembaga atau organisasi. Kekuatan tersebut tercermin dari struktur organisasi Disnakkan yang ada. Disnakkan Kabupaten Bogor dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang memiliki tugas untuk membantu Bupati Kabupaten Bogor dalam memajukan sektor peternakan dan perikanan. Kepala Dinas dibantu oleh sekretariat dalam hal administrasi kepegawaian, pencatatan pelaporan dan program serta keuangan. Sebagai pelaksana teknis, Kepala Dinas dibantu oleh pembagian organisasi yang terdiri dari Bidang, Seksi, dan Kelompok Jabatan Fungsional. Dalam penyusunan rencana strategis maupun teknis di bidang perikanan, Kepala Dinas memiliki koordinasi yang baik dengan Kepala Bidang Bina Usaha, Kepala Bidang Produksi Perikanan, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Ikan, UPT, dan Beberapa Pejabat Fungsional Disnakkan. Koordinasi dengan bidang-bidang tersebut yang membawahi
77
beberapa seksi menjadikan program-program yang dibuat dapat tertuju kepada subsistem-subsistem dalam sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Pengembangan sistem hulu dan hilir seperti ketersediaan pakan, obat-obatan, sarana prasarana (akuarium, Depo, dan jalan)
dan
permodalan merupakan hasil koordinasi dengan Bidang Bina Usaha yang telah mengidentifikasi berbagai permasalahan dalam segi usaha ikan hias air tawar dan pengembangannya.
Oleh karena itu, melalui koordinasi
perencanaan rencana kerja dinas, maka Bidang Bina Usaha menjiwai Program Pengembangan Sistem Penyuluh Perikanan dan Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produk Perikanan. Bidang
Produksi
Perikanan
Disnakkan
Kabupaten
Bogor
mendalami permasalahan peningkatan produksi ikan khususnya ikan hias air tawar.
Dalam hal ini Bidang Produksi Perikanan menyelami
permasalahan di tingkat budidaya perikanan. Oleh karena itu, Bidang Produksi Perikanan menjiwai program Pengembangan Budidaya Perikanan dan Program Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan. Dari segi pencegahan dan penanggulangan penyakit ikan, Bidang Kesehatan Hewan dan Ikan memegang peranan yang sentral. Bidang ini mendasari Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak dan Ikan. Program ini berusaha menjaga agar masyarakat veteriner aman dari berjangkitnya penyakit hewan dan ikan yang merugikan pelaku usaha. Program-program dalam bidang perikanan tersebut tidak hanya bergantung pada kemampuan salah satu bidang dalam struktur organisasi Disnakkan saja, akan tetapi merupakan suatu kolaborasi antar bidang di dalam struktur organisasi Disnakkan yang penting sehingga program yang dicanangkan tersebut dapat berjalan sesuai dengan sasaran dan tujuan. Namun, tetap dalam setiap program tersebut terdapat salah satu bidang yang lebih menonjol atau memiliki peran yang lebih penting. Program-program yang dilaksanakan tersebut akan dijalankan secara teknis oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang merupakan perpanjangan tangan dari organisasi Disnakkan Kabupaten Bogor. Selain
78
itu, Jabatan Fungsional juga dapat menambah masukan, ide, kritikan, dan bantuannya untuk setiap program yang dijalankan oleh Disnakkan. Kolaborasi antar Bagian, Seksi, Jabatan Fungsional, dan UPT juga dalam bentuk pertukaran data peternakan maupun perikanan khususnya ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Data yang ada kemudian dibagi dan dikaji oleh masing-masing struktur organisasi tersebut untuk kemudian menjadi landasan dan dasar untuk tahap pengambilan kebijakan, sasaran, program, dan kegiatan. Secara keseluruhan, koordinasi antar elemen dalam struktur organisasi Disnakkan Kabupaten Bogor telah bekerja dengan baik sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Dinas Daerah. Koordinasi antar lembaga internal yang baik ini menjadi kekuatan bagi Disnakkan Kabupaten Bogor dalam memajukan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. 5. Perencanaan Strategi, Kebijakan, dan Program Disnakkan Aspek perencanaan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dari strategi, kebijakan, dan program yang dihasilkan oleh Disnakkan. Sedangkan strategi, kebijakan, dan program didasari oleh visi, misi, fungsi, dan tugas pokok yang diemban oleh Disnakkan. Semua aspek tersebut dituangkan dalam Rencana dan Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) yang dalam hal ini SKPD tersebut adalah Disnakkan. Renstra-SKPD berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Bogor dari tahun 2009-2013. RPJM Kabupaten Bogor ini disusun setelah dilantiknya Bupati Kabupaten Bogor yang baru. Kepala Disnakkan Kabupaten Bogor menyiapkan rancangan Renstra Disnakkan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Disnakkan. Renstra Disnakkan mendasari penyusunan Rencana Kerja Disnakkan untuk setiap satu tahun. Secara garis besar, setiap perencanaan dalam proses pembangunan selalu terdapat empat tahapan, antara lain : (1) tahap penyusunan rencana, (2) tahap penetapan rencana, (3) tahap pengendalian pelaksanaan rencana, dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana.
79
Perencanaan pembangunan peternakan dan perikanan oleh Disnakkan Kabupaten Bogor didasari oleh lima pendekatan, yaitu (1) pendekatan politik, (2) pendekatan teknokratik, (3) pendekatan partisipatif, (4) pendekatan atas-bawah (top-down), dan (5) pendekata bawah-atas (bottom-up).
Pendekatan politik mempengaruhi recana pembangunan
yang dilakukan Disnakkan karena masyarakat mendukung programprogram dari Bupati dalam bidang peternakan dan perikanan khususnya ikan hias. Pendekatan teknokratik didasarkan pada metode dan kerangka berpikir ilmiah yang berasal dari Disnakkan sendiri. partisipatif
dilaksanakan
dengan
melibatkan
semua
Pendekatan pihak
yang
berkepentingan (stakeholders) perikanan khususnya ikan hias air tawar melalui proses temu usaha dan petani untuk menjaring aspirasi. Di lain pihak, pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana ini diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan
baik
di
kecamatan, dan desa. Pembangunan
tingkat
nasional,
provinsi,
kabupaten/kota,
Musyawarah ini disebut Musyawarah Rencana
(Musrenbang).
Masyarakat
Kecamatan
Cibinong
mengajukan aspirasi kepada Disnakkan melalui temu usaha dan pengajuan program dalam Musrenbang tingkat desa sepanjang bulan Januari dan tingkat kecamatan sepanjang bulan Februari. Kegiatan temu usaha dijadikan sebagai kegiatan Disnakkan untuk menjaring berbagai aspirasi, masukan, serta permasalahan yang ditemui dalam sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Kegiatan ini menjadi cirri khas bagi Disnakkan dalam proses perencanaan bila dibandingkan dengan lembaga-lembaga pemerintah lainnya yang hanya mendasari kegiatan perencanaan tersebut melalui proses atau kegiatan formal saja. 6.1.2. Faktor Kelemahan Faktor kelemahan adalah faktor-faktor yang dapat menjadi kendala dari dalam internal lembaga dan organisasi Disnakkan dalam upaya untuk mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Faktor-faktor tersebut antara lain : 80
1. Keadaan Sumber Daya Manusia (SDM) Disnakkan Disnakkan Kabupaten Bogor dalam upaya mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong mengalami kekurangan SDM kepegawaian. Kekurangan SDM ini terjadi baik dalam hal kuantitas atau jumlah SDM maupun dalam hal kualitas SDM yang mencakup keahlian dalam bidang perikanan. Untuk penanganan aspek teknis, Disnakkan memiliki UPTD Disnakkan yang merupakan kepanjangan tangan dari Disnakkan di berbagai wilayah. UPTD wilayah Cibinong yang membawahi Kecamatan Cibinong, Babakan Madang, Sukaraja, Bojong Gede, dan Tajur Halang. Dalam UPTD tersebut, pegawai atau SDM yang bekerja setiap hari hanya berjumlah tiga sampai empat orang. Dari ketiga atau keempat pegawai tersebut yang memiliki dasar pendidikan di bidang perikanan hanya sekitar satu orang. Oleh karena itu, pelayanan Disnakkan melalui UPTD wilayah Cibinong belum berperan signifikan untuk membantu perkembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. UPTD Disnakkan dibantu oleh penyuluh pertanian, peternakan, dan perikanan dalam setiap kegiatannya. Akan tetapi, penyuluh tersebut hanya berjumlah satu orang. Padahal seorang penyuluh tersebut harus bekerja dalam lingkup wilayah sekitar tiga kecamatan bahkan di beberapa wilayah di Kabupaten Bogor dapat mencapai lima kecamatan. Di lain pihak, keadaan yang ideal untuk mengembangkan potensi ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong adalah satu orang penyuluh menangani satu desa di satu kecamatan. Keadaan ini juga terjadi di dalam kantor Disnakkan Kabupaten Bogor. Sebagian besar pegawai masih tamatan SLTA atau sederajat (53 orang). Tamatan strata satu berjumlah 43 orang, strata dua berjumlah 19 orang, tamatan SLTP atau sederajat berjumlah tujuh orang, dan tamatan SD berjumlah tiga orang.
Dari seluruh pegawai yang dimiliki, hanya
sekitar 30 persen pegawai yang memiliki dasar pengetahuan di bidang perikanan.
81
2. Kondisi Sarana dan Prasarana Disnakkan Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Disnakkan yang berhubungan dengan bidang perikanan masih relatif sedikit jumlahnya. Tercatat hanya Balai Benih Ikan sebanyak dua unit yang berada di Cibening dan Cibitung, Pasar Benih Ikan sebanyak satu unit yang berada di Ciseeng, Pasar Ikan Higienis sebanyak satu unit yang terdapat di Sukaraja, Kantor Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan sebanyak satu unit di Ciomas, Depo penjualan ikan hias air tawar sebanyak satu unit di Cibinong, dan dua kolam demplot ikan di Cibinong. Dari beberapa fasilitas di bidang perikanan tersebut, hanya Pasar Benih Ikan, Kantor Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan, Depo penjualan ikan hias, dan dua kolam demplot yang berhubungan dengan ikan hias air tawar. Praktis hanya Depo penjualan ikan hias air tawar dan dua kolam demplot yang terdapat di Kecamatan Cibinong. Oleh karena itu, sarana dan prasarana yang dimiliki Disnakkan untuk mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong masih perlu ditingkatkan lagi. 3. Kegiatan Promosi Ikan Hias Air Tawar Disnakkan Kecamatan Cibinong sebagai sentra ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor baru dicanangkan dalam Renstra Disnakkan, Peraturan Bupati, dan RPJM Kabupaten Bogor pada tahun 2009. Dengan demikian, komoditas ikan hias air tawar yang menjadi unggulan di Kecamatan Cibinong merupakan komoditas yang menjadi sasaran program dan kegiatan Disnakkan. Oleh karena itu, perlu kegiatan promosi yang cukup intens untuk memperkenalkan ikan hias air tawar sebagai produk unggulan ikan hias. Pada tahun 2009, kegiatan promosi ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong yang dilakukan oleh Disnakkan baru tiga kali dilaksanakan. Ketiga kegiatan promosi tersebut terjadi dalam acara Hari Jadi Kabupaten dan Kota Bogor, Pameran memperingati Hari Pemuda, dan Pameran di Tingkat Provinsi Jawa Barat. Sedangkan pada tahun 2010, baru satu acara saja yang dimanfaatkan untuk mempromosikan ikan hias
82
air tawar di Kecamatan Cibinong yaitu pada acara Hari Jadi Kabupaten dan Kota Bogor pada bulan Juni. Kegiatan promosi ini penting untuk ditingkatkan agar masyarakat Kabupaten Bogor khususnya masyarakat Kecamatan Cibinong mengetahui bahwa ikan hias air tawar merupakan produk perikanan unggulan di daerahnya. Apabila hal ini terwujud, maka sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong dapat bekerja secara sinergis dan maksimal untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha agribisnis ikan hias air tawar. 4. Ketersediaan Data dan Informasi Perikanan Data dan informasi perikanan merupakan suatu hal yang penting bagi Disnakkan dalam pengambilan keputusan. Data dan informasi yang lengkap dapat membantu Disnakkan untuk menetapkan strategi, sasaran, kebijakan,
program,
dan
kegiatan
yang
langsung
menyentuh
permasalahan. Disnakkan Kabupaten Bogor setiap tahun mengeluarkan Buku Data Perikanan yang memuat data dan informasi mengenai bidang perikanan di Kabupaten Bogor. Namun, data tersebut masih terlihat kurang karena unit data masih banyak yang belum memiliki jumlah atau tidak miliki data. Contohnya, untuk jenis-jenis ikan hias air tawar yang dihasilkan masih banyak yang belum terdeteksi. Kekurang lengkapan data yang tersedia disebabkan oleh proses pencatatan perikanan yang belum maksimal.
Setiap bagian di dalam
organisasi Disnakkan memiliki beberapa tugas dan salah satunya adalah pengumpulan dan pengolahan data Disnakkan.
Namun, karena belum
terbangunnya sebuah kesadaran akan pentingnya data yang lengkap dan relevan membuat data yang dimiliki tersebut belum lengkap dan belum termanfaatkan dengan baik. Hal ini menuntut Disnakkan untuk melakukan penekanan pada program dan kegiatan pencatatan dan survei bidang perikanan khususnya ikan hias air tawar.
83
6.2.
Faktor Strategis Eksternal Faktor strategis eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar
Disnakkan Kabupaten Bogor yang mempengaruhi pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Berdasarkan wawancara, pengisian kuesioner, dan analisis terhadap usaha Disnakkan Kabupaten Bogor dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, didapatkan faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dan ancaman Disnakkan Kabupaten Bogor dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, yaitu sebagai berikut : 6.2.1. Faktor Peluang Faktor peluang merupakan bagian dari faktor strategis eksternal yang mendukung dan dapat dimanfaatkan oleh Disnakkan untuk mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Peluang tersebut terdiri dari : 1. Adanya Kelompok Tani dan Himbudias Petani, broker, dan supplier ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong merupakan anggota dari beberapa kelompok tani pembudidaya ikan hias. Tercatat terdapat enam kelompok tani pembudidaya ikan hias air tawar yang terdapat di Kecamatan Cibinong, yaitu : (1) kelompok tani Jantung Harapan yang berkedudukan di Kelurahan Pabuaran memiliki tiga anggota, (2) kelompok tani Mina Kencana yang berkedudukan di Kelurahan Harapan Jaya memiliki 11 anggota, (3) kelompok tani Cahaya Mandiri di Kecamatan Pakansari memiliki 20 anggota, (4) kelompok tani Pondok Lobster di Kelurahan Ciriung memiliki 14 anggota, (5) kelompok tani Mitra Sejati di Kelurahan Nanggewer terdiri dari sepuluh anggota, serta (6) kelompok tani Bina Tani di Kelurahan Pondok Rajeg terdiri dari sepuluh anggota. Kelompok tani pembudidaya ikan hias air tawar memberikan beberapa manfaat bagi pembudidaya, broker, dan supplier.
Manfaat-
manfaat yang dirasakan oleh petani, broker, dan supplier yaitu sebagai sarana untuk bertukar pikiran dan pengetahuan tentang informasi ikan hias, sebagai sarana mempererat relasi bisnis dan pemasaran antar anggota, 84
sarana untuk Disnakkan memberikan bantuan sarana dan permodalan untuk anggota, dan sebagai sarana untuk membantu antar sesama anggota yang mengalami kesulitan dan permasalahan. Keenam kelompok tani pembudidaya ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong tersebut tergabung dalam Himpunan Pembudidaya Ikan Hias (Himbudias) yang terbentuk tahun 2008.
Himbudias ini
merupakan sarana koordinasi dan relasi antar kelompok tani. Himbudias juga menjadi koordinator bagi kelompok tani-kelompok tani yang ada dalam bekerjasama dengan Disnakkan. Hal ini terjadi apabila Disnakkan Kabupaten Bogor memberikan bantuan sarana seperti akuarium, permodalan benih ikan hias, dan kegiatan-kegiatan promosi yang mengikut sertakan petani ikan hias.
Dengan demikian, kelompok tani dan
Himbudias menjadi dua lembaga yang penting bagi Disnakkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi sebuah program dan kegiatan. 2. Kondisi Perdagangan Ikan Hias Dunia Kondisi sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor terpengaruh oleh kondisi perdagangan ikan hias dunia. Hal ini dikarenakan sebagian besar atau sekitar 62 persen dari 376,89 ribu ekor ikan hias air tawar yang dihasilkan di Kecamatan Cibinong diserap oleh eksportir. Di wilayah Kecamatan Cibinong terdapat dua eksportir ikan hias.
Kedua eksportir tersebut adalah CV. Maju
Aquarium dan PT. Sunny Indopramita.
CV. Maju Aquarium adalah
entitas bisnis milik Bapak Yap Kiat Bun yang beralamat di lingkungan 03 Citatah Rt 01 Rw 09 Kecamatan Cibinong. Luas lahan yang dimiliki seluas 2.200 meter persegi dengan kapasitas produksi 500 juta ekor ikan hias per tahun. Sedangkan PT. Sunny Indopramita beralamat di jalan Bina Citra Rt 4 Rw 5 Kelurahan Tengah, Kecamatan Cibinong. Lahan yang dimiliki mencapai 804,5 meter persegi dengan kapasitas produksi mencapai 3,5 juta ekor ikan hias per tahun. Pemilik perusahaan ini adalah Bapak Sumarjo Wongso. Kedua eksportir ikan hias tersebut mendapatkan pasokan ikan hias baik ikan hias air tawar maupun air laut yang berasal dari wilayah Kecamatan Cibinong dan luar Kecamatan Cibinong atau
85
nasional. Pangsa pasar ikan hias kedua eksportir tersebut adalah Amerika Serikat, Singapura, Uni Eropa, Jepang, dan Timur-Tengah. Secara makro, tren nilai ekspor Indonesia untuk komoditas ikan hias air tawar mulai mengalami peningkatan pada tahun 2008 setelah mengalami penurunan dari tahun 2006 hingga 2007. Pada tahun 2008, nilai ekspor ikan hias air tawar Indonesia mencapai US$ 2.852.226. Tabel 2 menggambarkan nilai ekspor ikan hias dan tanaman hias Indonesia dari tahun 2005 hingga tahun 2008. Jenis ikan hias yang diperdagangkan di dunia diperkirakan mencapai 8.000 jenis, sementara potensi ikan hias Indonesia yang teridentifikasi mencapai 4.500 jenis dan yang baru diekspor baru sekitar 300 hingga 500 jenis serta yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat baru sekitar 50 jenis. Pangsa pasar ikan hias terbesar adalah ikan hias air tawar tropis yaitu sekitar 80 hingga 90 persen. Menurut WTO, pada tahun 2004 saja nilai perdagangan ikan hias dunia mencapai US$ 4,5 triliun dengan pertumbuhan rata-rata sekitar delapan persen per tahun.
Di lain pihak, nilai impor ikan hias dunia
meningkat dari US$ 50 juta menjadi US$ 250 juta selama dua dasawarsa. Menurut Ornamental Aquatic Trade Association (OATA), pada tahun 2004 sekitar sepuluh juta ikan hias diimpor per tahun dari seluruh dunia. Sejumlah negara Asia menjadi pemasok terbesar (sekitar 60 persen) ikan hias dunia. Di lain pihak, pada tahun 2005 , negara-negara Eropa menguasai pangsa pasar sebesar 21 persen, sedangkan Amerika Serikat sekitar sepuluh persen dan Amerika Utara sebesar empat persen. Diantara negara-negara Asia, Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara pengekspor ikan hias sebesar 7,5 persen, sedangkan Malaysia menempati posisi kedua dengan pangsa pasar sebesar 7,9 persen.
Singapura
menduduki peringkat pertama dengan pangsa pasar sebesar 22,8 persen. Jenis ikan hias air tawar Indonesia yang menjadi primadona di pasar dunia antara lain Botia, Neon Tetra, Kardinal Tetra, Discus, Arwana, Mas Koki, Koi, Cupang, Balck Ghost, Silver Dollar, Maanfish, dan ikan hias Chichlid. Sebagian besar ikan hias air tawar yang laku di pasaran
86
dunia tersebut dibudidayakan oleh petani ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Dengan besarnya potensi dan peluang komoditas ikan hias air tawar Indonesia membuat Disnakkan semakin memperhatikan aspek pemasaran produksi perikanan. Disnakkan berusaha membuat program dan kegiatan yang memfasilitasi petani ikan hias air tawar untuk menjual ikan hias air tawar yang dihasilkan tersebut ke pasar internasional. Program dan kegiatan fasilitas tersebut memanfaatkan jaringan kerjasama Disnakkan dengan berbagai lembaga baik itu lembaga swasta seperti eksportir maupun lembaga pemerintah seperti Raiser. Dengan adanya jenis-jenis ikan hias air tawar yang menjadi komoditas unggulan membuat Disnakkan lebih memfokuskan untuk mengembangkan
jenis-jenis
ikan
hias
air
tawar
tersebut
untuk
diperkenalkan dan dipromosikan kepada petani dan pedagang melalui kegiatan penyuluhan dan promosi. 3. Teknologi dan Teknik Budidaya Perkembangan
teknologi
yang
semakin
tak
terbendung
memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap input, teknik pembudidayaan, dan pengolahan dan pemasaran ikan hias air tawar. Perkembangan teknologi yang mempengaruhi input dalam kegiatan budidaya ikan hias adalah pada pembuatan pakan ikan hias air tawar yang semakin beragam dengan berbagai tambahan nutrisi di dalamnya. Dengan adanya tambahan nutrisi seperti berbagai vitamin membuat ikan menjadi semakin sehat dan warna yang menjadi salah satu parameter kualitas menjadi semakin terlihat. Pemberian pakan yang meningkatkan kualitas ikan ini dapat dilihat dari warna ikan Koi, Arwana, dan Cupang. Selain pakan, perkembangan teknologi juga mempengaruhi alatalat kelengkapan pembudidayaan ikan hias seperti akuarium, pompa air, dan hiasan akuarium lainnya. Dengan perkembangan teknologi, bentuk dan ukuran akuarium dapat disesuaikan dengan luas ruangan, selera, dan aspek seni. Perkembangan pada pompa air membuat akuarium tahan lama dan air di dalam akuarium tetap segar sehingga ikan hias air tawar akan tahan dan nyaman berada di akuarium. Hiasan akuarium yang bermacam-
87
macam bentuknya dapat disesuaikan dengan selera yang diinginkan oleh para konsumen ikan hias air tawar. Aspek budidaya juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Pemijahan yang dilakukan dengan teknik yang benar dan didukung oleh teknologi dapat membuat telur yang dihasilkan menjadi lebih banyak. Perkembangan teknologi dapat meningkatkan jumlah telur yang menetas. Teknik budidaya yang berkembang untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ikan hias air tawar yang dilakukan oleh petani menjadi salah satu informasi penting yang didapat dari kelompok tani. Obat-obatan menjadi salah satu input dalam budidaya ikan hias air tawar yang perkembangan teknologinya sangat cepat. Hal ini terlihat ketikan Methylen Blue yang biasanya menjadi obat yang manjur ketika ikan hias air tawar tersebut terserang penyakit, kini mulai dilarang penggunaannya secara luas. Perkembangan-perkembangan teknologi dalam aspek budidaya ikan hias membuat Disnakkan memiliki banyak pilihan untuk melaksanakan program dan kegiatan penyuluhan perikanan khususnya ikan hias. Selain itu, perkembangan teknologi informasi menjadi salah satu faktor yang menentukan dan membantu Disnakkan untuk mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Dengan semakin berkembangnya bidang teknologi informasi seperti media internet, berbagai majalah, serta sistem pengolahan data membuat Disnakkan memiliki berbagai referensi dan metode yang dapat memudahkan untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya sehari-hari. Selain itu, dengan adanya perkembangan teknologi informasi, Disnakkan akan dapat melakukan perencanaan program dan kegiatan yang lebih terorganisir dan dapat membantu untuk menetapkan keputusan-keputusan yang lebih efektif dan efisien. 4. Dukungan Pemerintah Pusat Pemerintah pusat selalu mendukung pengembangan pertanian khususnya perikanan yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dukungan pemerintah pusat di bidang perikanan dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Untuk mengembangkan
88
potensi ikan hias air tawar yang ada di Indonesia khususnya Kabupaten Bogor, KKP bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendirikan Pusat Pengembangan dan Pemasaran (Raiser) Ikan Hias yang berada di Kecamatan Cibinong. Raiser yang didirikan pada tanggal 24 Maret 2004 diharapkan dapat berfungsi sebagai: (1) pusat pengembangan industri ikan hias, (2) penyeragaman ukuran dan peningkatan mutu, (3) pusat pemasaran ikan hias, (4) penyangga stok, (5) sarana edukasi dan riset, dan (6) pusat Informasi. Raiser ikan hias di Cibinong merupakan pilot project yang dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti karantina, fasilitas sortir (grading), penyeragaman ukuran (raising), sistem pengairan yang dilengkapi dengan reservoar, aerasi dan filtrasi, sistem sanitasi dan hygiene, bak tanaman hias, kolam, dan fasilitas pendukung lainnya. Fasilitas tersebut dibangun untuk mendukung bisnis ikan hias yang diharapkan mampu memfasilitasi sekitar 3.000 pembudidaya, 100 suplier, 60 eksportir ikan hias di kawasan Jabotabek. Lahan raiser Cibinong ini dialokasikan oleh LIPI seluas 17,6 Hektar dan pada tahap I baru dibangun seluas lima Hektar. Raiser memiliki Rencana Kerja yang akan dilaksanakan pada tahun 2010, antara lain : keikutsertaan dalam pameran ikan hias internasional, pelatihan pembudidaya ikan hias, pelatihan eksportir dan supplier, temu bisnis ikan hias, seminar ikan hias, pameran dan kontes ikan hias, pembuatan direktori ikan hias, dan Optimalisasi Raiser. Selain itu, hal-hal yang telah dilaksanakan oleh Raiser selama tahun 2008-2009, yaitu : penyelesaian kerjasama dengan pihak swasta, memfasilitasi pavilion Indonesia dalam pameran ikan hias internasional, pelatihan pembudidaya ikan hias, temu bisnis eksportir dan pembudidaya, pelatihan staf Raiser, amandemen perjanjian kerjasama antara Ditjen P2HP dengan LIPI tentang pengelolaan Raiser ikan hias, penyusunan naskah akademis kelembagaan Raiser ikan hias, peningkatan sarana dan prasarana Riser, dan pameran dan bursa ikan hias.
89
Selain membentuk Raiser, KKP juga melakukan program-program untuk memajukan sektor ikan hias.
Program-program tersebut dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu program hulu dan program hilir. Adapun program hulu KKP antara lain : (1) fasilitasi dan asistensi bagi pelaku usaha ikan hias, (2) membangun pangkalan data ikan hias dari tiap kabupaten dan kota, (3) mendorong pembentukan sub Riser ikan hias di daerah, (4) memfasilitasi promosi ikan hias di dalam negeri melalui berbagai kegiatan, dan (5) membangun jaringan ikan hias nasional berbasis provinsi. Sedangkan program hilir, antara lain : (1) mendorong promosi ikan hias baik di pasar internasional maupun pasar domestik, (2) membangun
kerjasama
kelembagaan
dengan
berbagai
organisasi
internasional, (3) menjalin kerjasama dengan seluruh perwakilan RI di negara tujuan ekspor, dan (4) menjalin kerjasama dengan maskapai penerbangan nasional untuk mendukung kegiatan ekspor ikan hias. Pembentukan Raiser dan adanya beberapa program dari KKP membuat Disnakkan memiliki peluang untuk bekerjasama. Kerjasama ini dapat dilakukan dalam bentuk pelatihan bersama dengan bantuan Raiser untuk meningkatkan pengetahuan bagi petani.
Selain itu, program-
program KKP juga dapat menjadi peluang bagi Disnakkan untuk mendapat tambahan pijakan kebijakan dan pendanaan program. 5. Kondisi Infrastruktur Ketersediaan dan kondisi infrastruktur dapat menunjang kemajuan suatu daerah. Oleh karena itu, Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, infrastruktur menjadi sebuah faktor yang membantu dalam program dan kegiatan untuk mewujudkan Kecamatan Cibinong sebagai sentra ikan hias air tawar. Sarana jalan, pengairan, jembatan, transportasi, dan fasilitas umum lainnya dapat membantu kondisi tersebut. Jalan yang ada di Kecamatan Cibinong tersebar di 12 desa atau kelurahan. Jalan tersebut terdiri dari jalan aspal sepanjang 77 kilometer, jalan kerikil sepanjang 59 kilometer, serta jalan tanah sepanjang 51 kilometer. Di lain pihak, sebagian besar jembatan yang ada di Kecamatan
90
Cibinong merupakan jembatan yang terbuat dari beton sebanyak 57 unit jembatan. Sedangkan jembatan besi dan jembatan bambu masing-masing berjumlah 13 dan 10 unit jembatan. Kondisi jalan dan jembatan tersebut relatif baik dan masih berfungsi sehingga sangat memudahkan mobilitas bagi Disnakkan untuk melakukan kegiatan operasionalnya dengan cakupan wilayah yang luas di Kecamatan Cibinong. Prasarana pengairan yang dimiliki oleh Kecamatan Cibinong berupa 10.378 buah pompa air. Selain itu, terdapat 11 buah sungai dan 16 buah situ yang menjadi sumber air bagi daerah-daerah di Kecamatan Cibinong.
Air yang berasal dari sungai dan situ tersebut apabila
digunakan untuk budidaya ikan hias air tawar harus dilakukan pngendapan dan pengolahan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi cemaran biologis dan kimiawi. Infrastruktur transportasi di Kecamatan Cibinong relatif lengkap. Alat transportasi yang dimiliki adalah 10 buah bus, 22 buah metromini atau mikrolet, 166 buah angkot, 7.416 buah ojek yang tersebar di setiap desa atau kelurahan dan 8.713 buah sepeda. Infrastruktur transportasi beserta jalan dan jembatan dapat mempermudah proses distribusi dan pemasaran ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Sarana perekonomian yang ada terdiri dari 14 buah koperasi, sebuah pasar permanen, 1.825 buah toko, kios, warung, dan empat buah bank.
Sarana telekomunikasi juga tersedia secara lengkap dan
beranekaragam yang terdiri dari 141 buah telepon umum, dua buah kantor telekomunikasi (Telkom), dan 309 buah warung telekomunikasi. Selain itu, di setiap kelurahan dan desa juga minimal terdapat dua buah warung internet. Dengan kondisi infrastruktur yang relatif lengkap di Kecamatan Cibinong memang tidak lepas dari peran dan posisi Kecamatan Cibinong yang menjadi Ibukota Kabupaten Bogor. Selain itu, salah satu sebab yang lain adalah perkembangan Kabupaten Bogor yang diarahkan untuk pusat perkotaan dan pemerintahan. Kondisi infrastruktur yang lengkap ini harus
91
menjadi peluang bagi para pembudidaya dan pebisnis ikan hias air tawar untuk memajukan usahanya. 6. Saluran dan Sarana Pemasaran Ikan hias air tawar yang dihasilkan oleh petani pembudidaya akan tidak memiliki nilai tambah jika tidak dipasarkan. Oleh karena itu, saluran dan saran pemasaran sangat penting untuk diperhatikan oleh Disnakkan. Saluran pemasaran ini dapat menjadi sebuah bahan analisis tersendiri bagi Disnakkan. Bahan analisis tersebut dapat memudahkan Disnakkan untuk memfasilitas dan memberikan anjuran kepada petani untuk memasarkan ikan hias air tawar yang dihasilkan. Saluran pemasaran menggambarkan proses penyaluran ikan hias air tawar dari petani sebagai produsen sampai ke tangan konsumen akhir.
Terdapat beberapa lembaga yang terlibat
dalam saluran pemasaran ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong yaitu petani ikan hias air tawar, broker, supplier, dan eksportir.
Gambar 6
menggambarkan beberapa saluran pemasaran ikan hias air tawar yang ada di Kecamatan Cibinong.
Petani Ikan Hias
Broker
Supplier
Supplier
Eksportir
Eksportir
Eksportir
Konsumen luar negeri/ Importir
Saluran 1
Konsumen luar negeri/ Importir
Saluran 2
Konsumen luar negeri/ Importir
Broker
Broker
Pengecer/ toko
Supplier
Saluran 3
Konsumen dalam negeri/ Hobbies
Saluran 4
Konsumen dalam negeri/ Hobbies
Saluran 5
Konsumen dalam negeri/ Hobbies
Saluran 6
Konsumen dalam negeri/ Hobbies
Saluran 7
92
Gambar 6. Saluran Pemasaran Ikan Hias Air Tawar di Kecamatan Cibinong Tahun 2009 Pada saluran pertama, Petani ikan hias air tawar menjual ikan hiasnya ke broker di tingkat desa dan luar desa kemudian broker menjualnya kepada supplier. Dari supplier, ikan hias air tawar tersebut dijual ke eksportir yang kemudian akan dikirim ke konsumen luar negeri (importir) sesuai pesanan. Saluran pertama memiliki rantai pemasaran yang paling panjang dibandingkan dengan rantai pemasaran yang lain. Pada saluran kedua, petani ikan hias air tawar menjual langsung ikan hiasnya kepada supplier tanpa melalui broker. Kemudian, supplier menjualnya ke eksportir yang akan menjual ikan hias air tawar tersebut ke importir atau konsumen di luar negeri. Pada saluran ketiga, petani pembudidaya ikan hias yang berskala besar menjual ikan hias air tawarnya langsung kepada eksportir yang kemudia eksportir tersebut menjualnya kembali ke konsumen luar negeri atau importir. Pada saluran ini, supplier dapat berperan sebagai petani pembudidaya karena selain menjadi pemasok ikan hias air tawar ke eksportir, supplier juga membudidayakan ikan hias air tawar tersebut. Pada saluran keempat hingga ketujuh, yang menjadi konsumen akhir adalah konsumen dalam negeri.
Pada saluran keempat, peran
perantara perdagangan seperti broker dan supplier sangat dominan. Supplier yang menjadi pedagang terakhir yang akan menjual ikan hias air tawar kepada konsumen dalam negeri. Berbeda dengan saluran keempat, pada saluran kelima tidak dijumpai peran dari supplier yang menjual ke konsumen luar negeri. Peran supplier tersebut digantikan oleh broker. Peran pedagang eceran terlihat pada saluran keenam. Pada saluran ini, petani pembudidaya ikan hias air tawar memasarkan ikan hiasnya ke pengecer. Kemudian pengecer memasarkannya ke konsumen akhir dalam negeri. Pemasaran langsung oleh petani pembudidaya ikan hias air tawar ke konsumen akhir dalam negeri tedapat pada saluran ketujuh. Hal ini biasanya terjadi untuk petani ikan Cupang. Petani ikan Cupang biasanya
93
langsung didatangi oleh anak-anak yang menjadi konsumen akhir. Hal ini dikarenakan ikan Cupang yang langsung dibeli dari petani memiliki harga yang relatif murah bila dibandingkan dengan dibeli melalui pedagang eceran. Sarana pemasaran ikan hias air tawar yang terdapat di Kecamatan Cibinong antara lain Depo pemasaran ikan hias air tawar, Raiser, dan pameran-pameran pada saat peringatan hari jadi Bogor. Depo pemasaran ikan hias air tawar didirikan oleh Disnakkan Kabupaten Bogor dari tahun 2009 yang kemudian dibuka pada tahun 2010.
Pengurusan dan
pemeliharaan Depo tersebut kemudian diserahkan kepada Himbudias. Depo tersebut memiliki fasilitas sumber air yang berasal dari air tanah dan lima toko yang diisi oleh masing-masing kelompok tani ikan hias air tawar. Pada tahun 2009 hingga awal 2010, Raiser mengadakan bursa ikan hias yang diisi oleh anggota Himbudias.
Bursa tersebut terdiri dari
delapan stan ikan hias air tawar yang diisi oleh masing-masing kelompok tani.
Semua fasilitas stan tersebut telah disediakan oleh pihak Raiser
seperti akuarium, rak, pompa air, dan tenda stan. Selain Depo dan Raiser, petani dan pedagang ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong juga dapat memanfaatkan pameran-pameran yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor. Pameran-pameran tersebut diadakan untuk memperingati hari-hari besar di wilayah Kabupaten Bogor seperti Hari Jadi Bogor, Hari Pemuda, dan peresmian-peresmian lainnya. Sarana-sarana pemasaran tersebut dapat dimanfaatkan oleh Disnakkan sebagai media atau tempat untuk mengumpulkan petani dan pedagang ikan hias air tawar dalam program dan kegiatan penyuluhan serta bimbingan usahatani. Selain itu, sarana pemasaran juga dapat menjadi saluran bagi Disnakkan untuk menjaring aspirasi dari para stakeholders ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. 7. Kondisi Agroklimat dan Geografis Wilayah Kondisi iklim dan cuaca yang memiliki pengaruh terhadap kegiatan pertanian dan perikanan sering disebut sebagai faktor agroklimat. Begitu
94
pula dengan usaha pembudidayaan ikan hias air tawar juga dipengaruhi oleh kondisi agroklimat di suatu wilayah.
Kondisi agroklimat yang
mempengaruhi kegiatan budidaya ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong terdiri dari suhu, curah hujan, keasaman air (pH), dan topografi wilayah. Dengan pengaruh terhadap kegiatan budidaya tersebut, membuat kondisi
agroklimat
mempengaruhi
Disnakkan
dalam
menentukan
komoditas dan metode dalam kegiatan penyuluhan di Kecamatan Cibinong. Kecamatan Cibinong memiliki suhu maksimum mencapai 31o C dan suhu minimum sebesar 22oC dengan curah hujan mencapai 2.150 sampai dengan 2.650 mm per tahun.
Dengan suhu dan curah hujan
tahunan tersebut, Kecamatan Cibinong sesuai untuk membudidayakan sebagian besar ikan hias air tawar seperti Cupang, Neon Tetra, Kardinal Tetra, Mas Koki, Maanvis, Silver Dollar, Discuss, Oscar, Black Ghost, dan Plati Pedang. Sedangkan untuk kondisi air yang meliputi keasaman dan kesadahan, beberapa desa atau kelurahan yang ada di Kecamatan Cibinong memiliki perbedaan. Perbedaan ini menyebabkan terdapat beberapa ikan hias air tawar yang cocok untuk dibudidayakan atau menjadi ciri khas di kelurahan atau desa tertentu. Salah satu contohnya adalah petani ikan hias air tawar di Kelurahan Harapan Jaya hanya cocok atau sesuai apabila membudidayakan ikan hias jenis Chiclyd seperti Discuss, Oscar, Black Ghost, dan Silver Dollar. Hal ini dikarenakan ikan-ikan jenis tersebut sesuai dengan air memiliki pH relatif lebih rendah (5,5-6) dan kesadahan lebih dari angka 15. Kondisi ini berbeda dengan yang terjadi di Kelurahan Ciriung dan Pabuaran. Kedua Kelurahan tersebut memiliki air dengan pH yang relatif tinggi (7-8) dan kesadahan yang rendah sehingga ikan air tawar yang cocok untuk dibudidayakan dan dipijahkan di kedua wilayah tersebut adalah ikan jenis Tetra. Sebagian besar atau mencapai 75 persen wilayah Kecamatan Cibinong terdiri dari daratan sampai berombak. Hal ini menjadi faktor yang menguntungkan untuk membudidayakan ikan hias air tawar di kolam
95
dan empang karena sering ditemui mata air-mata air yang sangat bagus untuk sumber air kolam atau empang tersebut. Dengan demikian, kondisi agroklimat Kecamatan Cibinong sudah sesuai untuk budidaya ikan hias air tawar. Hal ini membuat Disnakkan lebih mudah dalam menerapkan dan menjalankan program serta kegiatan penyuluhan perikanan kepada petani. Secara geografis, wilayah Kecamatan Cibinong tergolong sebagai Kecamatan yang strategis.
Hal ini dikarenakan selain Kecamatan
Cibinong ditetapkan sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Bogor, akan tetapi juga dikarenakan letak Kecamatan Cibinong yang relatif dekat dengan Jakarta yaitu hanya mencapai 3,7 persen. Jarak yang dekat dengan wilayah Jakarta ini menguntungkan karena kedudukan Kota Jakarta yang menjadi pusat perdagangan nasional dan menjadi pintu keluar untuk kegiatan ekspor dan impor. Selain itu, Kecamatan Cibinong juga dibelah oleh Jalan Raya Jakarta-Bogor yang menjadi jalur penghubung utama antara JakartaBandung melewati jalur puncak dan juga dilewati oleh Jalan Tol JakartaBogor-Ciawi (Jagorawi) dengan 2 jalur pintu masuk Tol. Kedua akses jalan ini menjadi faktor yang menguntungkan karena dapat mempercepat proses distribusi dan pemasaran ikan hias air tawar. Faktor geografis Kecamatan Cibinong tersebut dapat mendukung kegiatan operasional Disnakkan serta pelaksanaan program-program Disnakkan terutama program-program
yang
memfasilitasi
petani
untuk
meningkatkan
pemasarannnya. 8. Kemitraan Petani, Pedagang, dan Eksportir Kemitraan menjadi hal yang penting bagi majunya sebuah usaha. Seorang pengusaha tidak bisa bekerja dan berusaha sendiri melainkan harus bekerjasama dengan pihak lain. Oleh karena itu, kemitraan menjadi salah satu aspek yang mempengaruhi perkembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Lembaga-lembaga pemasaran yang terdapat dalam beberapa saluran pemasaran yang ada di Kecamatan Cibinong telah melakukan proses kemitraan bisnis.
96
Kemitraan
yang
terjadi
sebagian
besar
berupa
kemitraan
pemasaran. Kemitraan tersebut terjadi antara pembudidaya ikan hias air tawar, pedagang (eceran, broker, dan supplier) serta eksportir. Ikan hias air tawar yang dihasilkan oleh pembudidaya dijual ke broker dan eksportir. Keadaan ini terjadi di kelompok tani Cahaya Mandiri dimana sebagian besar pembudidaya bekerjasama dan bermitra dengan broker, dan supplier yang notabene sama-sama menjadi anggota kelompok tani tersebut. Setiap ikan hias air tawar yang dihasilkan selalu dijual kepada broker dan supplier tersebut.
Kemudian supplier tersebut menjual hias air tawar
kepada eksportir. Sebelumnya, supplier tersebut telah mendapatkan order atau pesanan dari eksportir tiap bulannya. Kelompok tani Cahaya Mandiri memiliki seorang broker dan supplier yang memasok dua eksportir ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Selain itu, antar supplier yang terdapat di tiap kelompok tani saling bekerjasama untuk memenuhi kuota ikan hias air tawar yang ditetapkan oleh eksportir.
Keadaan ini dapat difasilitasi dengan terbentuknya
kelompok tani-kelompok tani dan Himbudias. Himbudias menjadi sarana bertemunya pelaku-pelaku bisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
Kemitraan-kemitraan
memudahkan
Disnakkan
untuk
yang lebih
telah
terbentuk
memfasilitasi
tersebut
petani
untuk
meningkatkan produksinya dengan tetap memperhatikan aspek permintaan dari pasar dan kerjsama yang ada. 9. Otonomi Daerah Dengan adanya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999, pemerintah daerah mempunyai wewenang penuh untuk berperan lebih besar dalam kegiatan pembangunan di daerahnya masing-masing.
Hal ini menjadi
peluang bagi Dinas Peternakan dan Perikanan untuk mewujudkan visi dan misi
pembangunan
pertanian
di
Kabupaten
Bogor
khususnya
pembangunan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Peran Disnakkan Kabupaten Bogor semakin signifikan untuk membantu Bupati dalam mewujudkan pembangunan peternakan perikanan.
dan
Peran yang cukup signifikan untuk pembangunan sektor
97
peternakan dan perikanan diperkuat dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2008.
Perda ini memberikan
gambaran mengenai struktur organisasi, tugas, fungsi, dan wewenang Disnakkan Kabupaten Bogor. Perda ini merupakan salah satu keluaran dari sistem otonomi daerah. 6.2.2. Faktor Ancaman Faktor ancaman merupakan faktor yang menjadi penghambat Disnakkan untuk mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
Faktor-faktor tersebut berasal dari luar lembaga atau institusi
Disnakkan sendiri.
Faktor tersebut harus dihindari dan diusahakan upaya
penanggulangannya secara baik agar mencapai tujuan yang diharapkan. Faktorfaktor
yang
menjadi
hambatan
Disnakkan
Kabupaten
Bogor
dalam
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong terdiri dari : 1. Keterbatasan Anggaran Program GMM Kabupaten Bogor Program GMM (Gerakan Masyarakan Mandiri) merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor untuk memfasilitasi petani dalam pemenuhan kebutuhan modal usaha melalui Disnakkan. Program GMM tersebut merupakan program kredit lunak dan bergulir.
Dana program GMM berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah yang disisihkan untuk meningkatkan skala usaha bagi usaha kecil dan mikro masyarakat. Plafon pengajuan kredit dapat secara individu sebesar Rp 2.000.000 hingga Rp 5.000.000 atau secara kolektif melalui kelompok dengan plafon yang sama. Anggaran program GMM untuk sektor perikanan mencapai Rp 300 juta, namun dengan angka tunggakan pinjaman yang mencapai 70 persen dari jumlah pengajuan kredit menyebabkan Anggaran untuk program GMM di bidang perikanan dapat berkurang.
Hal ini menjadi faktor
ancaman bagi Disnakkan karena program GMM dari Kabupaten Bogor tersebut menjadi tulang punggung bagi pelaksanaan program dan kegiatan fasilitas permodalan Disnakkan. Dengan berkurangnya Anggaran tersebut
98
menyebabkan
Program
Disnakkan menjadi
kurang efektif untuk
dilaksanakan. 2. Ketersediaan Lahan dan Pengairan Ketersediaan lahan dan pengairan menjadi salah satu faktor yang menjadi penghambat berkembangnya sektor agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Walaupun dalam pengusahaan ikan hias air tawar tidak memerlukan banyak lahan, namun tetap saja ketersediaan lahan menjadi faktor yang menentukan perkembangan usaha ikan hias air tawar. Keterbatasan lahan ini menyebabkan Disnakkan harus merencanakan kembali program dan kegiatan untuk meningkatkan Produktifitas ikan hias air tawar di tingkat petani. Selain itu, keterbatasan lahan dan pengairan ini menjadi faktor penghambat bagi Disnakkan untuk mendirikan sarana dan prasarana perikanan baru di Kecamatan Cibinong. Kecamatan Cibinong memiliki luas lahan sebesar 1.750,943 hektar, namun hanya sekitar 1,5 hektar saja yang dimanfaatkan untuk usaha pembudidayaan ikan hias air tawar.
Hal ini berbeda dengan sektor
pertanian dan hortikultura yang memiliki luas lahan sekitar 163,93 hektar. Padahal usaha pembudidayaan ikan hias air tawar terdiri dari 70 Rumah Tangga Perikanan (RTP). Dengan demikian, untuk setiap RTP hanya mendapatkan luas lahan untuk kegiatan budidaya ikan hias air tawar sebesar 241,29 m2 atau sama dengan luas pekarangan rumah. Luas lahan yang masih kecil untuk usaha pembudidayaan ikan hias air tawar tersebut dikarenakan perkembangan Kecamatan Cibinong yang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Bogor, pusat perkotaan, industri dan perumahan. Pusat Pemerintahan Kabupaten Bogor terkonsentrasi di Kelurahan Tengah dan Kelurahan Pakansari.
Pusat perkotaan dan
perdagangan sebagian besar berada di Kelurahan Ciriung, Pabuaran, dan Cirimekar. Lahan untuk industri sebagian besar terpusat di Kelurahan Nanggewer dan Nanggewer Mekar. Perkembangan perumahan menjadi salah satu faktor penyebab semakin tergerusnya ketersediaan lahan yang akan digunakan untuk usaha pembudidayaan ikan hias air tawar dan pelaksanaan program dan kegiatan
99
peningkatan sarana dan prasarana Disnakkan . Tergusurnya lahan untuk bidang perikanan terlihat di Kelurahan Harapan Jaya.
Di kelurahan
tersebut sedang dibangun sebuah perumahan masyarakat kelas atas dengan membeli lahan yang berasal dari petani pembudidaya ikan hias air tawar dan ikan konsumsi.
Hal ini juga terjadi di beberapa kelurahan di
Kecamatan Cibinong. Pusat pemukiman dan perumahan di Kecamatan Cibinong sebagian besar terkonsentrasi di Kelurahan Harapan Jaya, Ciriung, Pabuaran, Pakansari, dan Sukahati. Tak berbeda jauh dengan kondisi lahan, kondisi pengairan di Kecamatan Cibinong juga tergolong cukup memprihatinkan.
Hal ini
terjadi karena sebagian besar pengairan yang berasal dari air sungai dan situ yang ada di Kecamatan Cibinong mengandung cemaran. Cemaran tersebut dapat menimbulkan penyakit yang menyerang ikan khususnya ikan hias air tawar. Kondisi terserangnya ikan hias air tawar di Kelurahan harapan Jaya oleh penyakit Jamur Jarum membuktikan hal tersebut. Hal ini menjadi faktor ancaman bagi Disnakkan karena dapat menjadi sumber peningkatan Anggaran untuk alokasi obat-obatan. Di lain pihak, Anggaran yang dimiliki oleh Disnakkan terbatas. 3. Kondisi Perekonomian Daerah dan Nasional Perkembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong tak lepas dari pengaruh perkembangan ekonomi di Kabupaten Bogor dan nasional.
Perkembangan ekonomi Kabupaten Bogor dan
nasional yang fluktuatif dapat menjadi sebuah ancaman dan sekaligus tantangan bagi Disnakkan Kabupaten Bogor dalam memajukan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Hal ini dikarenakan perekonomian di Kabupaten Bogor dicanangkan ditopang oleh bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan usaha kecil perdagangan. Kondisi perekonomian di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada kondisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Nilai PDRB tahun 2009 atas dasar harga berlaku lebih tinggi 11,69 persen dibandingkan tahun 2008, yaitu mencapai Rp 65,21 triliun, yang dikontribusikan oleh sektor primer sebesar 5,58 persen, sektor sekunder 68,78 persen dan sektor
100
tersier sebesar 25,64 persen dari total PDRB, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan naik 4,05 persen dari tahun 2008, yaitu Rp 29,72 triliun menjadi Rp 30,92 triliun. Dengan pertumbuhan PDRB tersebut ternyata sektor primer yang mencakup sektor pertanian dan perikanan hanya paling kecil kontribusinya bila dibandingkan dengan sektor sekunder dan sektor tersier. Padahal sektor perikanan primer mendominasi pelaku ekonomi perikanan khususnya ikan hias air tawar. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor tersebut menggambarkan pertumbuhan ekonomi.
Namun, pertumbuhan ekonomi akan berarti
peningkatan kesejahteraan apabila tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut lebih besar dari tingkat inflasi di setiap tahun yang sama. Hal ini terjadi pada tahun 2007 dengan tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor mencapai 6,04 persen.
Namun, laju inflasi tingkat Jawa Barat
menjelang tahun 2008 mencapai 11,11 persen. Tingkat inflasi ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata inflasi nasional selama tahun 2008 yang mencapai 11,06 persen.
Dengan demikian, secara relatif
tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bogor mengalami penurunan. Apabila tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bogor khususnya Kecamatan Cibinong mengalami penurunan, maka daya beli masyarakat dan kemampuan permodalan masyarakat untuk memulai sebuah usaha juga mengalami penurunan. Perkembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian nasional. Perekonomian nasional pada awal tahun 2008 hingga tahun 2009 mengalami tekanan yang cukup signifikan. Hal ini terlihat pada ekspor barang baik komoditas minyak dan gas (migas) maupun komoditas non minyak dan gas (non migas) yang mengalami penurunan pada tahun 2009. Pada tahun 2009, ekspor barang tercatat US$ 119,5 miliar, atau mengalami pertumbuhan negatif sebesar 14,4 persen dibandingkan dengan tahun 2008.
Ekspor migas mengalami kontraksi 35,5 persen dibandingkan
dengan tahun 2008 sehingga menjadi US$ 20,5 miliar.
101
Penurunan kinerja ekspor nonmigas, selain merupakan dampak kontraksi kegiatan ekonomi global, juga sebagai akibat turunnya harga komoditas ekspor nonmigas Indonesia. Perkembangan tahun 2009 menunjukkan turunnya harga berbagai komoditas ekspor nonmigas Indonesia, dengan penurunan terbesar terjadi pada harga komoditas pertanian sebesar 24 persen.
Akan tetapi, berbeda dengan komoditas
pertanian yang lain, ekspor komoditas ikan hias air tawar Indonesia pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi US$ 2.852.226 bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang tercatat sebesar US$ 1.917.161. Padahal pada tahun 2008 terjadi merupakan awal terjadinya krisis ekonomi global. Di lain pihak, ekspor ikan hias air tawar Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2005 hingga 2007. Padahal pada rentang waktu tersebut belum terjadi krisis ekonomi global. Hal ini menandakan bahwa ekspor ikan hias air tawar masih bersifat fluktuatif. Selain berdampak dari segi ekspor ikan hias air tawar, kondisi perekonomian yang masih tertekan akibat krisis ekonomi global juga berpengaruh terhadap likuiditas keuangan yang semakin ketat. Ketatnya likuiditas
keuangan
menyebabkan
lembaga-lembaga
keuangan
menurunkan ekspansi pengucuran kredit untuk sektor usaha. Selama tahun 2009, pertambahan kredit (termasuk penerusan kredit) hanya mencapai Rp117,2 triliun (8,7 persen year on year) menjadi Rp1.470,8 triliun, jauh lebih rendah dari pertambahan kredit di periode yang sama pada tahun 2008 yang mencapai Rp326,2 triliun (31,2 persen, year on year). Selain kontraksi pada penurunan kredit, lembaga-lembaga keuangan juga masih menahan suku bunga kreditnya dan menaikkan persepsi risiko usaha. Keadaan-keadaan tersebut tentunya semakin memberatkan Disnakkan untuk melakukan kerjasama fasilitas permodalan dengan lembaga-lembaga keuangan bagi petani ikan hias air tawar. 4. Kondisi Keamanan dan Ketertiban Salah satu aspek yang tidak dapat dilupakan peranannya dalam menjaga stabilitas Disnakkan dalam membangun sistem agribisinis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong adalah kondisi keamanan dan
102
ketertiban baik di tingkat nasional maupun daerah. Hal ini dikarenakan keamanan dan ketertiban masyarakat yang mantap dapat menciptakan stabilitas daerah dan lembaga pemerintahan dalam melaksanakan tugas dan fungsi untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman dan tentram. Kondisi geografis dari Kecamatan Cibinong yang terletak dekat dengan wilayah Ibukota Jakarta menyebabkan kondisi keamanan dan ketertiban yang terjadi di Ibukota dapat mempengaruhi kondisi di Kecamatan Cibinong. Padahal Ibukota Jakarta merupakan wilayah yang memiliki pergolakan dan dinamika kemasyarakatan yang cukup tinggi. Pergolakan
dan
gangguan
kemasyarakatan
tersebut
lebih
sering
disebabkan oleh kondisi politik daerah dan nasional. Selain disebabkan oleh faktor eksternal wilayah Kecamatan Cibinong, gangguan keamanan dan ketertiban di Kecamatan Cibinong juga dapat timbul dari internal wilayah Kecamatan Cibinong sendiri. Hal ini dikarenakan Kecamatan Cibinong merupakan Ibukota Kabupaten Bogor sekaligus sebagai pusat pemerintahan dan politik di Kabupaten Bogor. Hal ini tentunya dapat memperbesar peluang terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban. 5. Kualitas Ikan Hias Faktor-faktor yang menjadi parameter kualitas ikan hias air tawar yang dihasilkan oleh petani pembudidaya antara lain warna ikan, bentuk tubuh ikan, ukuran tubuh ikan, dan kesehatan ikan. Parameter-parameter tersebut menjadi persyaratan bagi ikan hias air tawar yang akan diekspor ke luar negeri. Hal inilah yang menyebabkan para eksportir ikan hias air tawar hanya memiliki beberapa supplier.
Supplier-supplier tersebut
merupakan pihak yang mendapatkan kepercayaan dari eksportir karena selalu memasok ikan hias air tawar dengan kualitas dan kuantitas yang diminta oleh eksportir. Sebagian besar ikan hias air tawar yang dihasilkan oleh petani pembudidaya di Kecamatan Cibinong belum memiliki kualitas yang baik. Hal ini dikarenakan ikan hias air tawar yang dihasilkan belum memiliki
103
ukuran tubuh yang seragam seperti diminta oleh eksportir. Ikan hias air tawar tersebut belum memiliki warna yang menarik karena pakan dan teknik pembudidayaan yang dilakukan oleh sebagian petani tersebut belum optimal dan masih menggunakan teknologi yang sangat sederhana. Sebagian teknologi dan teknik yang dimiliki oleh petani merupakan teknologi dan teknik secara turun temurun, bahkan sering dijumpai petani yang menggunakan teknik pembudidayaan untuk ikan konsumsi dan kemudian diterapkan untuk ikan hias air tawar.
Padahal terdapat
perbedaan-perbeadaan pada teknik pembudidayaan untuk kedua komoditas tersebut. Selain itu, sebagian besar petani pembudidaya di Kecamatan Cibinong belum mampu untuk melakukan proses grading dan sortasi untuk menentukan keseragaman ukuran ikan hias air tawar yang akan dijual.
Kondisi ini menyebabkan proses grading dan sortasi tersebut
diambil alih oleh broker dan supplier. Kondisi kesehatan ikan hias air tawar juga menjadi perhatian bagi broker, supplier,dan eksportir dalam membeli ikan hias air tawar yang dihasilkan oleh petani pembudidaya di Kecamatan Cibinong.
Apabila ditemukan ikan hias air tawar yang
terserang penyakit ikan di suatu kolam, maka broker dan supplier tidak mau untuk membeli ikan hias air tawar di kolam tersebut walaupun hanya beberapa ikan di kolam tersebut yang terserang penyakit. Kualitas ikan hias air tawar yang dihasilkan oleh petani pembudidaya di Kecamatan Cibinong dapat mempengaruhi harga jual ikan.
Apabila ikan hias air tawar yang dihasilkan oleh petani
pembudidaya relatif rendah, maka broker dan supplier dapat menekan harga ikan hias tersebut. Di lain pihak, jika ikan hias air tawar yang dihasilkan relatif tinggi dan sesuai dengan yang diharapkan oleh broker dan supplier, maka petani akan mendapatkan keuntungan dari naiknya harga jual ikan hias tersebut. Kualitas ikan hias air tawar yang masih rendah tersebut menjadi faktor ancaman bagi Disnakkan untuk melakukan kegiatan promosi ikan hias air tawar sebagai komoditas unggulan di Kecamatan Cibinong. Hal ini dikarenakan komoditas ikan hias air tawar tidak dapat menjadi
104
komoditas unggulan dari Kecamatan Cibinong bila ikan hias air tawar yang dihasilkan memiliki mutu yang rendah. Oleh karena itu, Disnakkan menghadapai sebuah tantangan untuk menjalankan program dan kegiatan penyuluhan dan bimbingan usahatani tersebut.
105