VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN 6.1. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada di dalam perusahaan serta berpengaruh langsung terhadap arah dan tindakan perusahaan. Analisis internal perusahaan bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan dari aspek manajemen, pemasaran, keuangan, produksi/operasi, serta penelitian dan pengembangan. 6.1.1. Manajemen Manajemen merupakan suatu tingkatan sistem pengaturan organisasi yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian dalam sistem produksi, pemasaran, pengelolaan sumberdaya manusia, dan keuangan. Aspek manajemen yang di analisis dalam Restoran Pondok Sekararum meliputi aspek perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan aspek pengendalian/kontrol. 1. Perencanaan Restoran Pondok Sekararum belum memiliki perencanaan secara tertulis untuk perencanaan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Namun hal tersebut tidak mempengaruhi usaha ini untuk terus berkembang. Hal tersebut dibuktikan dengan keputusan pemilik untuk membuka Cabang berupa Outlet Pondok Sekararum yang terletak di Kantin Plasma, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Cabang outlet Restoran Pondok Sekararum di Kantin Plasma menjual beberapa menu makanan seperti Pecel Madiun, Ayam Penyet, dan Rawon. 2. Pengorganisasian Pengorganisasian mencakup semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur pekerjaan dan hubungan otoritas. Struktur organisasi suatu usaha menggambarkan pembagian kerja dalam usaha tersebut yang berkaitan dengan tanggung jawab dan wewenang berdasarkan posisinya masing-masing. Berdasarkan observasi, walaupun Restoran Pondok Sekararum belum memiliki struktur organisasi secara tertulis, namun gambaran mengenai struktur organisasi Restoran Pondok Sekararum telah tersirat dari hasil
54
wawancara dengan Pemilik Restoran Pondok Sekararum, yaitu Bapak Soeryo Adi Wibowo dan Bapak Agung. Menurut hasil wawancara dengan pemilik restoran dan kepala harian restoran, setiap karyawan Restoran Pondok Sekararum telah diberikan pengarahan mengenai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Saat ini sumberdaya manusia pada Restoran Pondok Sekararum berjumlah delapan orang dengan jenjang pendidikan SD sampai dengan Diploma. Pada Tabel 11 dapat dilihat tingkat pendidikan karyawan pada Restoran Pondok Sekararum. Tabel 11. Tingkat Pendidikan Karyawan Restoran Pondok Sekararum Nomor
Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang)
1
SD
3
2
SMP
3
3
SMA
1
4
Diploma (D1)
1
Sumber: wawancara dengan pemilik Restoran Pondok Sekararum, 2010
Bagian keuangan dipegang oleh satu orang pekerja laki-laki. Tugasnya adalah mengurus bagian cashier dan bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan. Pekerja setidaknya mengerti akan pengoperasian komputer karena restoran ini telah menggunakan sistem komputer untuk transaksi pembayaran. Selain itu, pekerja laki-laki bagian keuangan tersebut juga memegang kendali atas logistik khususnya menangani bahan baku dari pemasok. Dengan kata lain, tugas bagian keuangan dan bagian logistik hanya ditangani oleh satu orang pekerja. Pada bagian produksi ditangani oleh satu orang pekerja wanita. Tugasnya adalah khusus menyiapkan masakan yang dipesan pengunjung. Bila pengunjung sedang ramai, tugas dari bagian produksi yang hanya ditangani oleh satu orang ini juga dibantu oleh pekerja lainnya seperti pramusaji, bahkan Ibu Endarwati selaku General Manager juga turut andil dalam menjalankan pekerjaan. Terdapat empat orang pekerja di bagian pelayanan yang semuanya wanita. Tugas mereka adalah mencatat menu pesanan dan menyajikannya ke
55
meja konsumen. Selain itu mereka juga bertanggung jawab terhadap kebersihan ruang makan restoran. Pada bagian logistik terdapat dua orang pekerja laki-laki yang bertugas melakukan budidaya sayuran maupun memanen hasil sayuran yang akan digunakan sebagai bahan baku dari kebun. 3. Pemberian Motivasi Pemilik beserta Manajemen Retoran Pondok Sekararum tidak memandang karyawannya sebagai bawahan melainkan sebagai keluarga dan rekan kerja. Hal tersebut terjadi karena beberapa karyawan merupakan relasi dari pemilik dan hal tersebut dilakukan pula agar para karyawan merasa nyaman dalam bekerja sehingga tercipta hubungan kerjasama yang harmonis. Pihak manajemen Restoran Pondok Sekararum sangat dekat dengan karyawan dan kadang ikut terlibat dalam kegiatan operasional restoran. Hal inilah yang menjadi kekuatan bagi Restoran Pondok Sekararum. Dengan adanya hubungan yang baik antara pengelola dan karyawan maka suasana harmonis penuh kejujuran dan integritas akan tercipta dalam perusahaan. Selain itu, demi memotivasi dan meningkatkan kerja karyawan, pihak manajemen Restoran Pondok Sekararum juga memberikan makan pagi, siang, dan malam secara gratis serta memberikan tunjangan saat hari raya. 4. Pengelolaan Staf Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada bagian pengorganisasian, General Manager Restoran Pondok Sekararum membawahi tiga bagian, yaitu bagian keuangan dan logistik, bagian produksi, dan bagian pelayanan konsumen. Bertindak sebagai General Manager restoran adalah Ibu Endarwati yang berwenang untuk mengatur dan mengkordinir semua kegiatan yang terjdi di perusahaan. bagian keuangan dan logistik hanya dikelola oleh satu orang yaitu Aris Slamet Widodo yang bertindak sebagai kasir dan penanggung jawab pembukuan semua aspek penjualan perusahaan. Pada bagian produksi restoran terdapat saudari Nurhayati yang memiliki tugas untuk mengolah makanan dan minuman serta mengelola bahan baku. Pada bagian pelayanan konsumen terdapat saudari Marini dan Yanti yang bertugas untuk melayani konsumen mulai dari menyambut konsumen yang datang, menawarkan daftar menu, mencatat pesanan konsumen, hingga mengantakan masakan siap saji
56
kepada konsumen. Selain itu, terdapat dua karyawan lain yaitu saudari Rissa dan Irma yang bertugas melayani konsumen pada cabang outlet Restoran Pondok Sekararum di Kantin Plasma. Adapula dua karyawan tambahan lain, yaitu saudara Temis dan Hendrik bertugas untuk menangani semua aspek yang dibutuhkan pada pembudidayaan bahan baku sayuran mulai dari kegiatan pembibitan, penanaman, hingga pemanenan. Pembagian gaji karyawan dilakukan oleh pemilik dan tercatat pada bagian keuangan perusahaan. Karyawan menerima gaji setiap bulan, diberikan hari libur setiap hari Selasa, dan bekerja pada hari Rabu hingga Senin dari pukul 05.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Untuk setiap karyawan diberikan makan pagi hingga makan malam gratis serta tunjangan di hari raya. Karyawan yang telah berkerja di Restoran Pondok Sekararum, terutama bagian produksi dan pelayanan konsumen, telah mendapat pelatihan yang diberikan oleh Ibu Endarwati mengenai resep dan standarisasi masakan serta tata cara menghidangkan masakan. Hal ini dilakukan agar semua kegiatan usaha restoran dapat berjalan dengan baik dan Restoran Pondok Sekararum dapat terus berkembang. 5. Pengendalian/Kontrol Pada umumnya pengendalian pada Restoran Pondok Sekararum dilakukan pada setiap aspek perusahaan mulai dari bagian keuangan hingga bagian pelayanan konsumen. Pengendalian atau kontrol yang diterapkan oleh Restoran Pondok Sekararum bertujuan untuk mengawasi arus keuangan, mempertahankan cita rasa masakan, hingga menjaga kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumen. Pengendalian pada bagian keuangan dilakukan oleh pemilik dan manajer restoran dengan senantiasa mengawasi arus keuangan dan laporan keuangan perusahaan. Pengendalian pada bagian produksi dilakukan oleh manajer restoran dan bertujuan untuk menjaga cita rasa khas masakan yang dimiliki oleh Restoran Pondok Sekararum. Pengendalian pengadaan bahan baku juga dilakukan oleh Restoran Pondok Sekararum yang bertujuan agar kelangsungan proses produksi tetap terjaga dengan baik. Selanjutnya pengendalian terhadap pelayanan konsumen adalah pengendalian yang amat penting bertujuan untuk
57
menjaga kualitas pelayanan dan bahkan meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh Restoran Pondok Sekararum. Semua upaya pengendalian dan kontrol yang dilakukan oleh pihak manajemen Restoran Pondok Sekararum bertujuan untuk mengevaluasi kinerja yang ada serta berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkannya. 6.1.2. Produksi dan Operasi Ketersediaan bahan baku secara kontinyu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha restoran. Bahan baku yang dimiliki oleh Restoran Pondok Sekararum sebagian besar didapat dari hasil kebun sendiri dan kiriman dari pemasok. Bahan baku seperti daun singkong, daun kenikir, daun kembang turi, dan sayuran lainnya dibudidayakan di areal kebun milik pemilik di daerah Cikarawang dengan metode penanaman organik. Selain itu untuk bahan baku seperti daging sapi, daging ayam, kacang tanah, bawang merah, dan lainnya didapat dari seorang pemasok/langganan yang sebelumnya telah menyetujui standarisasi harga, kuantitas, dan kualitas dengan Restoran Pondok Sekararum. Bahan baku yang ada, khususnya daging dan sayuran, diusahakan selalu dalam keadaan segar sehingga dapat mempertahankan dan menambah cita rasa produk masakan yang di produksi oleh Restoran Pondok Sekararum. Pengolahan bahan baku menjadi sebuah makanan dilakukan setelah menerima pesanan dari konsumen. Hal ini bertujuan untuk menghidangkan produk yang memiliki kualitas baik dan menghindari adanya kerugian dari produk yang tidak terjual. Kegiatan produksi yang dijalankan Restoran Pondok Sekararum sudah tergolong modern. Alat yang digunakan meliputi kompor gas, ulekan (alat untuk menyatukan dan melembutkan bumbu-bumbu), penggilingan sambal, serta alat masak lain pada umumnya seperti penggorengan dan panci. Walaupun menggunakan peralatan yang cukup modern, Restoran Pondok Sekararum tetap menjaga cita rasa masakan yang disajikan dengan berbagai bumbu-bumbu dan aneka sambal yang khas. Pengolahan bumbu-bumbu dan sambal dilakukan dengan menggunakan resep keluarga yang diturunkan turun-temurun sehingga kualitas dan ciri khas tetap terjaga.
58
6.1.3. Pemasaran Untuk dapat bersaing dalam persaingan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki penguasaan dalam sistem pemasaran yang handal. Untuk kegiatan promosi, Restoran Pondok Sekararum menggunakan berbagai media informasi baik media cetak maupun media elektronik. Dalam pemasarannya, Restoran Pondok Sekararum terkait dengan tujuh bauran pemasaran, yaitu produk, harga, saluran distribusi, promosi, orang, proses, dan bukti fisik. 6.1.3.1. Produk (product) Restoran Pondok Sekararum merupakan restoran tradisional yang menyajikan menu khas Jawa Timur, seperti: menu Pecel Madiun, Botok, Pepes Tahu, Rawon, Keupuk Gendar, Empal Gurih, Serabi Siram, Dawet, dan lain-lain. Selain menjual produk sendiri, restoran ini juga menjual beberapa produk lain yang berasal dari pihak luar yang mengadakan kerjasama. Pengadaan sarana produksi pada Restoran Pondok Sekararum meliputi penyediaan bahan baku untuk memasak menu. Sumber bahan baku berasal dari dua sumber, yaitu dari hasil kebun dan pembelian di tempat lain (seperti pasar dan supplier). Strategi produk yang ditawarkan oleh restoran ini adalah dengan menekankan cita rasa tradisional khas Jawa Timur yang orisinal dari setiap makanan yang diproduksi. Hal tersebut juga diperlihatkan baik dalam tata cara pengolahan maupun dalam tata cara penyajian. Dalam hal pengolahan, Restoran Pondok Sekararum menggunakan mesin penggilingan sambal untuk memproduksi sambal yang peranannya sangat penting dalam menunjang cita rasa khas Jawa Timur. Selain itu, Restoran Pondok Sekar Arum juga mengolah semua produk berdasarkan resep warisan keluarga yang telah dipercaya secara turun-temurun. Akan tetapi, menurut observasi dan penyebaran kuesioner therhadap konsumen, diketahui bahwa beberapa menu yang dimiliki oleh Restoran Pondok Sekararum masih kurang menarik dan disajikan secara terpisah tanpa adanya paket-paket ekonomis seperti yang dilakukan para pesaing. Selain itu, kurangnya variasi dalam penempatan produk dalam menu tersebut berdampak pada sedikitnya penawaran dan pilihan bagi konsumen. Dalam
hal
penyajian
produk,
khususnya
dalam
menghidangkan
makanannya, Restoran Pondok Sekararum menggunakan tata cara tradisional. 59
Restoran Pondok Sekararum menggunakan wadah berupa anyaman rotan yang diberikan alas berupa daun pisang menyerupai bentuk sebuah piring. Restoran Pondok Sekararum juga melayani layanan jasa antar (delivery service) untuk konsumen yang ingin mengkonsumsi hidangan di rumah. Hanya saja layanan ini hanya dapat diberikan kepada konsumen yang berlokasi dengan jarak sekitar 1 km dari restoran. Hal ini dikarenakan belum adanya karyawan khusus untuk layanan jasa antar serta menurut pengamatan di lapangan, kebanyakan konsumen memilih untuk datang ke restoran dan makan di tempat daripada memesannya ke rumah. Strategi produk lainnya adalah dengan membuat berbagai inovasi dalam menu makanan dengan membuat berbagai paket-paket hemat. Hal ini bertujuan agar konsumen dapat memiliki berbagai pilihan dalam memilih makanan yang akan mereka konsumsi dengan pilihan harga yang sesuai untuk mereka. Untuk menekan biaya produksi dan menjaga kualitas bahan baku, maka Restoran Pondok Sekararum memiliki kebun sendiri. Beberapa jenis sayuran ditanami di kebun yang berada di daerah Carang Pulang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sayuran tersebut berupa sayuran organik sehingga kulitas bahan baku menu masakan terutama menu Pecel Madiun sangat baik dan menyehatkan. Lahan kebun ditanami beberapa bumbu dapur seperti sereh, kencur dan jahe. Selain itu, kebun juga ditanami beberapa jenis sayuran seperti daun singkong, kacang panjang, kemangi, kenikir, dan kembang turi. Kembang turi merupakan jenis tanaman yang langka ditemukan selain di daerah asalnya yaitu Jawa Timur dan kalau pun ada harganya akan mahal, sehingga dengan mengusahakan sendiri bahan baku tersebut pengelola dapat menekan biaya produksi, menjaga kualitas bahan baku, dan menjamin ketersediaan bahan baku. Agar mendapat kepastian bahan baku lainnya, pengelola juga mengadakan kerjasama dengan supplier. Bahan baku yang dipesan dari pihak supplier adalah ayam dan daging sapi. Dengan mengadakan kerjasama tersebut pengelola juga bisa menentukan kriteria bahan baku yang dipesan seperti ukuran dan kesegarannya sehingga bahan baku yang digunakan memiliki ukuran yang sejenis. Selain memperoleh bahan baku dari kebun sendiri dan kerjasama dengan supplier, beberapa bahan baku lainnya juga diperoleh dengan membeli di pasar yang
60
dilakukan tiap dua hari sekali. Pembelian dilakukan di pasar terdekat seperti Pasar Laladon, Pasar Gunung Batu, dan Pasar Anyar. 6.1.3.2. Harga (price) Mengenai harga, berdasarkan pengamatan serta wawancara dengan pihak manajemen Restoran Pondok Sekararum, telah diketahui bahwa Restoran Pondok Sekararum menetapkan harga produk berdasarkan pendekatan biaya. Penetapan harga disesuaikan dengan biaya bahan baku, biaya produksi, biaya operasional, dan margin laba yang diinginkan oleh restoran. Restoran Pondok Sekararum juga menyesuaikan harga dengan mutu produk dan pelayanan yang diberikan. Berdasarkan pengamatan, harga yang ditetapkan oleh Restoran Pondok Sekararum relatif sama dan bahkan ada beberapa produk yang lebih murah apabila dibandingkan dengan restoran sejenis yang ada di Kota maupun sebagian Kabupaten Bogor. Harga produk yang ditetapkan di cabang mini outlet Restoran Pondok Sekararum yang berada di Kantin Plasma, Fakultas Ekologi Manusia, IPB berbeda dengan harga yang diterapkan pada restoran pusat, yaitu sedikit lebih murah. Hal tersebut merupakan strategi pemasaran yang dijalankan Restoran Pondok Sekararum dalam aktivitas usahanya. Berikut adalah daftar menu pada Restoran Pondok Sekararum. Kisaran harga untuk makanan adalah Rp 1.000,00 hingga Rp 14.000,00. Sedangkan harga minuman berkisar antara Rp 500,00 hingga Rp 7.000,00. Selain menetapkan harga tiap jenis makanan, Restoran Pondok Sekararum juga menyediakan harga per paket makanan. 6.1.3.3. Promosi (promotion) Sistem promosi yang dilakukan Restoran Pondok Sekararum hanyalah promosi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang dilakukan oleh banyaknya konsumen loyal serta oleh pemilik. Sarana promosi dari mulut ke mulut ini dinilai cukup efektif karena berdasarkan pengamatan, kebanyakan konsumen yang datang ke Restoran Pondok Sekararum mengetahui keberadaan restoran dari konsumen lain yang pernah datang sebelumnya. Selain itu networking pemilik yang cukup luas karena bekerja sebagai dosen di Institut Pertanian Bogor menjadikan banyaknya konsumen yang datang merupakan kolega ataupun
61
kenalan dari pemilik. Saat ini Restoran Pondok Sekararum telah membuka cabang berupa mini outlet di Kantin Plasma, Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Hal ini juga merupakan sarana promosi yang dilakukan Restoran Pondok Sekararum karena harga yang ditetapkan di cabang tersebut sedikit lebih murah apabila dibandingkan dengan harga di restoran. Hal ini merupakan strategi yang diambil Restoran Pondok Sekararum untuk menarik minat konsumen dari kalangan akademisi seperti dosen dan mahasiswa. Dalam menjalankan usahanya, Restoran Pondok Sekararum belum fokus terhadap kegiatan promosi seperti potongan harga dan lain sebagainya. Restoran Pondok Sekararum menganggap citarasa dan pelayanan yang baik adalah penting, sehingga pihak pengelola kini fokus terhadap pemberian citarasa dan pelayanan yang baik terhadap konsumen. Selain itu, banyak juga konsumen Restoran Pondok Sekararum mengetahui informasi mengenai alternatif restoran tradisional secara pasif yakni secara kebetulan melihat papan nama restoran saat melintasi lokasi restoran. Sejauh ini pihak Restoran Pondok Sekararum telah memasang sejumlah dua papan nama yaitu di lokasi restoran dan di persimpangan jalan antara jalan utama dengan jalan menuju lokasi restoran. Namun, papan nama tersebut dibuat sangat polos sehingga terlihat kurang menarik dan berukuran agak kecil. Oleh karena itu sebaiknya pihak restoran mengupayakan untuk menambah sejumlah papan nama Restoran Pondok Sekararum yang didesain semenarik mungkin dan diletakkan di beberapa lokasi yang strategis. Pada papan nama tersebut juga bisa ditambahkan beberapa informasi lain berupa gambar menu, alamat restoran, dan jargon produk. Selain melakukan periklanan lewat beberapa media, bentuk promosi penjualan yang dapat dilakukan Restoran Pondok Sekararum adalah dengan menyediakan paket promosi yang terdiri lebih dari satu menu dijadikan satu dan dengan penetapan satu harga. Bentuk promosi penjualan demikian cukup diminati oleh konsumen Restoran Pondok Sekararum. Bentuk promosi potongan harga juga dapat dilakukan yaitu konsumen Restoran Pondok Sekararum diberikan potongan harga sekian persen apabila melakukan pembelian beberapa kali dalam kurun waktu tertentu. Strategi lain yang dapat dijalankan adalah membagikan voucher makan gratis apabila mengajak teman atau kerabat dalam jumlah tertentu. Namun, voucher yang diberikan tersebut hanya berlaku pada pagi atau malam hari
62
di hari kerja dengan pertimbangan bahwa pada waktu tersebut jumlah konsumen yang berkunjung sedikit. 6.1.3.4. Tempat (place) Restoran Pondok Sekararum terletak di Jalan Laladon Raya No 253 C Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bila dilihat dari jarak, lokasi restoran sebenarnya berdekatan dengan beberapa perumahan, sekolah, perguruan tinggi, dan dinas pemerintahan. Namun, lokasi restoran tidak terletak di jalan utama. Jarak untuk dapat menjangkaunya kira-kira 300 meter dari jalan utama. Lokasi Restoran Pondok Sekararum sedikit menyempit dan lokasi yang melewati jalan sempit inilah yang membuat kurangnya informasi yang konsumen peroleh akan keberadaan Restoran Pondok Sekararum. Keberadaan Restoran Pondok Sekararum hanya dinilai cukup baik oleh sebagian besar konsumen. Menurut pengalaman beberapa konsumen, mereka membutuhkan beberapa kali melintasi daerah sekitar lokasi Restoran Pondok Sekararum hingga menyadari bahwa di tempat tersebut terdapat sebuah restoran yang cukup kompeten. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan restoran yang menjorok ke dalam dari jalan utama kurang diketahui oleh konsumen. Ditambah lagi bagian muka atau gerbang restoran terlalu rimbun dengan tanaman sehingga menurut sebagian konsumen yang menceritakan pengalaman pertama kali berkunjung, mereka awalnya ragu akan keberadaan restoran tersebut. Secara teknis, lokasi Restoran Pondok Sekararum masih dapat dijangkau oleh kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Sarana transportasi umum yang dapat menjangkau hingga tepat ke lokasi restoran terdiri dari dua jenis angkutan kota, becak, dan ojek. Walaupun jumlah angkutan kota sangat sedikit tetapi kebanyakan konsumen tidak mempermasalahkan keadaan tersebut karena sebagian besar dari mereka menggunakan kendaraan pribadi untuk berkunjung ke Restoran Pondok Sekararum. Lokasi yang kurang strategis inilah yang menjadi kelemahan bagi Restoran Pondok Sekararum. Sebaiknya di sekitar lokasi restoran diberikan penanda atau penunjuk arah agar konsumen mengetahui keberadaan restoran tersebut dan tanaman yang berada di muka atau gerbang restoran perlu ditata kembali. Pihak restoran perlu mempertimbangkan kembali apabila ingin memindahkan restoran 63
ke lokasi yang lebih strategis karena walaupun kinerjanya masih rendah tetapi atribut ini juga tidak dianggap begitu penting oleh konsumen. Namun jika pihak restoran memiliki sumberdaya yang memadai, maka Restoran Pondok Sekararum dapat membuka cabang di tempat yang lebih strategis dan potensial. 6.1.3.5. Orang (people) Restoran Pondok Sekararum merupakan suatu usaha yang bergerak dalam jasa penyedia makanan siap santap sehingga pihak restoran menyadari adanya konsumen yang harus dilayani disamping menyuguhkan makanan siap santap tersebut. Para pekerja di restoran berasal dari pihak luar atau tidak ada hubungan keluarga dengan pemilik. Jumlah pekerja cenderung tetap yaitu delapan orang termasuk General Manager dan Operational Manager dan mereka sudah bekerja sejak restoran pertama kali beroperasi. Baik pemilik maupun pengelola memperlakukan mereka seperti sebuah keluarga, sehingga para pekerja pun menjadi betah dan dapat diandalkan. 6.1.3.6. Bukti Fisik (physical evidence) Bukti fisik Restoran Pondok Sekararum mencakup tampilan dan kenyamanan restoran serta berbagai fasilitas umum yang tersedia seperti wastafel, musholla, toilet, dan area parkir. Tampilan restoran secara keseluruhan telah dinilai baik oleh konsumen. Suasana atau aura yang dibangun juga mampu membuat konsumen merasa nyaman. Namun demikian, diperlukan adanya peningkatan yang dapat membuat konsumen semakin merasakan kenyamanan. Kebersihan restoran di beberapa tempat seperti di ruang makan, dapur, toilet, dan musholla juga perlu diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Apabila ruang makan dan dapur terlihat kotor, maka konsumen merasa khawatir atau merasa tidak nyaman untuk mengkonsumsi hidangan yang disediakan. Oleh karena itu dibutuhkan adanya satu petugas yang bertanggungjawab dalam pemeliharaan kebersihan restoran. Selain itu, lahan parkir yang dimiliki oleh Restoran Pondok sekararum hanya cukup untuk memuat 6 mobil dan 10 motor. Hal ini membuat pengunjung kurang merasa nyaman khususnya pada saat jam makan siang yang ramai pengunjung. Akibat keterbatasan lahan parkir, pengunjung harus rela antri untuk masuk dan keluar
64
restoran. Adapula toilet yang dimiliki oleh Restoran Pondok Sekararum hanyalah 1 unit dan tidak ada pemisahan antara toilet untuk pegawai dan untuk pengunjung. Hal ini membuat seringkali terjadi benturan kebutuhan antara pegawai Restoran Pondok Sekararum dan pengunjung. Sejauh ini Restoran Pondok Sekararum telah menyediakan berbagai fasilitas umum yang menunjang kebutuhan konsumen tetapi kinerjanya masih di bawah rata-rata. Kurangnya area parkir dan keterbatasan fasilitas toilet dapat menjadi kelemahan bagi Restoran Pondok Sekararum.
Toilet
Tempat makan II
Dapur Meja kasir
Tempat makan III
Mu sola
Tempat makan I
Tempat Parkir
Gambar 7. Layout Usaha Restoran Pondok Sekararum 6.1.3.7. Proses (process) Proses dalam penelitian ini berkaitan dengan kecepatan penyajian dan kecepatan transaksi. Kecepatan penyajian menjadi hal penting bagi konsumen, terlebih jika mereka sedang dalam keadaan mendesak. Dengan adanya pramusaji sejumlah empat orang dengan kondisi penjualan saai ini, kecepatan penyajian dirasakan cukup teratasi. Kecepatan penyajian masih dianggap tidak terlalu penting oleh konsumen Restoran Pondok Sekararum karena selain untuk makan mereka mengunjungi restoran juga ingin bersantai. Namun demikian kinerja dari atribut ini juga perlu untuk ditingkatkan karena kecepatan penyajian menjadi sangat penting bagi konsumen apabila mereka dihadapkan pada situasi yang mendesak seperti lapar atau
waktu
yang
terbatas.
Alternatif
bauran
pemasaran
yang
dapat
65
direkomendasikan adalah melakukan perencanaan produksi dengan cara menyiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan dicampurkan serta perlu adanya pembagian tugas memasak di antara koki sehingga pesanan menu yang banyak dapat dibuat secara bersamaan. Untuk layanan transaksi, bagian cashier telah menggunakan komputer sehingga proses bisa menjadi lebih cepat. Selain itu konsumen juga dapat membawa bukti berupa struk pembelian sehingga apabila terjadi kesalahan dapat segera melaporkan keluhan ke pihak restoran. 6.1.4. Keuangan Untuk mendirikan sebuah perusahaan diperlukan sejumlah modal baik dalam bentuk uang, lahan, bangunan, serta alat-alat produksi. Modal yang digunakan dapat bersumber dari modal pribadi atau modal pinjaman. Dalam mendirikan dan menjalankan usahanya, restoran ini menggunakan modal sendiri yang berasal dari modal patungan pemilik antara Bapak Soeryo Adi Wibowo dan Bapak Agung. Keadaan modal yang dimiliki oleh pemilik tergolong kategori kuat dan tidak terlibat hutang. Hal tersebut merupakan kekuatan dalam sisi finansial karena modal memegang peranan penting dalam suatu bisnis. Kondisi keuangan Restoran Pondok Sekararum sempat terjadi penurunan, akan tetapi pada saat ini dapat dikatakan masih stabil akibat terjadi kenaikan penerimaan dari hasil penjualan yang dilakukan di cabang mini outlet kantin plasma. Mengenai gaji karyawan, pihak manajemen Restoran Pondok Sekararum telah menetapkan gaji karyawan sesuai Upah Minimum Regional dan menetapkannya sebagai biaya gaji karyawan dalam laporan keuangan perusahaan. Adanya pemisahan antara keuangan perusahaan dan pemilik merupakan salah satu kekuatan dalam sisi finansial yang dimiliki oleh Restoran Pondok Sekararum karena pemilik dapat terus memantau kinerja keuangan perusahaan secara berkala. Pencatatan keuangan pada restoran ini tergolong sangat modern. Bagian kasir dilengkapi dengan sebuah komputer beserta printer receipt yang senantiasa dapat mencetak biaya yang harus dikeluarkan konsumen restoran. Pencatatan keuangan dilakukan setiap hari dan selanjutnya akan direkapitulasi setiap bulan. Pencatatan keuangan berisikan pendapatan penjualan dan berbagai biaya yang harus dikeluarkan perusahaan telah tertulis rapi didalam komputer sehingga lebih
66
mudah dalam menanganinya dan lebih transparan sehingga dapat meminimalisasi adanya kecurangan yang dapat menyebabkan kerugian. Dalam pengamatan dan wawancara dengan pihak manajemen Restoran Pondok Sekararum, penulis dapat mengamati perkembangan dari restoran berdasarkan
pencatatan
penjualan
bulanan
yang
menunjukkan
adanya
peningkatan. Menurut wawancara dengan manajemen restoran, uang hasil peningkatan dari keuntungan perusahaan
akan disimpan sebagai dana
pengembangan yang bertujuan untuk selalu mengembangkan perusahaan. 6.1.5. Penelitian dan Pengembangan Walaupun
belum
adanya
bagian
khusus
untuk
penelitian
dan
pengembangan, Restoran Pondok Sekararum telah sedikit mengamati perilaku konsumen yang sedikit berkunjung terutama pada hari Selasa. Hal inilah yang menjadi alasan untuk menjadikan hari selasa sebagai hari libur perusahaan. Adanya penelitian skripsi yang dilakukan mahasiswa mengenai perilaku konsumen dan pengembangan usaha diharapkan dapat membantu perusahaan untuk selalu berkembang dan berinovasi dalam menghadapi industri restoran yang semakin bersaing. Adapula beberapa pengembangan yang dilakukan oleh pemilik adalah dengan membuat satu pondok baru diatas kolam ikan yang dapat diisi oleh 25 orang konsumen. Selain itu pihak manajemen Restoran Pondok Sekararum membuat menu paket sebagai upaya inovasi terhadap produk sehingga konsumen dapat lebih memiliki berbagai pilihan produk. Upaya pengembangan lainnya adalah dengan membeli sebuah komputer dan sebuah printer receipt sebagai sarana pengaturan keuangan. Pengembangan sistem akuntansi perusahaan dari hanya menggunakan sistem manual berubah menjadi komputerisasi. Hal ini membuat laporan keuangan menjadi lebih teratur dan transparan. Selain itu, didukung pula oleh adanya dana alokasi yang digunakan sebagai sarana pengembangan perusahaan, membuat upaya pengembangan perusahaan menjadi lebih mudah untuk dilakukan.
67
6.1.6. Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Tabel 12. Faktor-Faktor Lingkungan Internal Kekuatan
Kelemahan
jaringan pemilik restoran yang luas
Kurangnya kegiatan promosi
Adanya hubungan yang baik antara pengelola
Lokasi usaha yang kurang strategis
usaha dengan karyawan Restoran adalah pionir makanan khas Jawa Timur
Lahan parkir yang sempit
dengan bumbu dan cita rasa asli Memiliki modal yang kuat dan milik pribadi
Kurangnya variasi dalam menu
Melayani fasilitas pesan antar
Kurangnya fasilitas toilet
Menggunakan
bahan
baku
sayuran
yang
diproduksi sendiri secara organik
68
6.2. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan Analisis Lingkungan eksternal menekankan pada mengenali dan mengevaluasi kecenderungan dan peristiwa yang berada di luar kendali perusahaan.
Tujuan
dari
analisis
lingkungan
eksternal
adalah
untuk
mengembangkan daftar terbatas peluang yang dapat yang dapat dimanfaatkan perusahaan dan ancaman yang dapat dihindari. Faktor-faktor lingkungan eksternal dapat dibagi menjadi lima kategori besar, yaitu (1) Faktor ekonomi, (2) Faktor sosial, budaya, demografi, dan lingkungan, (3) Faktor politik, pemerintah, dan hukum, (4) Faktor teknologi, dan (5) Lingkungan Industri. 6.2.1. Ekonomi Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim bisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula iklim berbisnis. Dalam perencanaan strategiknya, setiap perusahaan harus mempertimbangkan kecenderungan ekonomi di antara segmen-segmen yang mempengaruhi industri tersebut. Sebab faktor ekonomi dapat membantu atau menghambat upaya mencapai tujuan dan menyebabkan keberhasilan atau kegagalan suatu strategi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi usaha Restoran Pondok Sekararum adalah sebagai berikut : 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan indikator utama di dalam perekonomian untuk mengukur pertumbuhan tingkat ekonomi suatu negara. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu. Perekonomian Indonesia berdasarkan ukuran PDB pada tahun 2009 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. PDB riil atas dasar harga konstan pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 1,964,327.30 miliar, sedangkan pada tahun 2008 69
PDB Indonesia meningkat menjadi sebesar Rp 2,082,315.90 miliar, dan pada tahun 2009 PDB juga mengalami peningkatan mencapai sebesar Rp 2.176.975,50 miliar. Nilai PDB nominal atas dasar harga berlaku juga terus mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun 2009. Pada tahun 2007 PDB nominal atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp 3.950.893,20 miliar kemudian menjadi Rp 4.951.356,70 pada tahun 2008 serta semakin meningkat mencapai Rp 5.613.441,70 pada tahun 20091. Salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah adalah laju pertumbuhan ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB Kabupaten Bogor atas dasar harga konstan mengalami peningkatan 5,02 persen dari Rp 10.518.939,33 juta pada tahun 2007 menjadi Rp 11.047.320,64 juta pada tahun 2008. Industri restoran pada laju pertumbuhan PDRB kabupaten Bogor pada tahun 2007 menunjukkan adanya kenaikan dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu dari sebesar 12,05 persen menjadi 12,53 persen (BPS Kabupaten Bogor, 2008). Keadaan perekonomian Kabupaten dan Kota Bogor yang semakin membaik merupakan peluang bagi usaha Restoran Pondok Sekararum untuk mengembangkan usahanya. 2. Laju Inflasi Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kestabilan inflasi inilah yang merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan sehingga pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang 1
www.bps.go.id [Diakses tanggal 11 April 2010]
70
dikonsumsi masyarakat. Perkembangan laju inflasi Indonesia pada Tahun 2004-2009 berdasarkan IHK dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini. Tabel 13. Inflasi di Indonesia pada Tahun 2005-2009 Tahun
Inflasi (%)
Laju Pertumbuhan (%)
2005
17,11
-
2006
6,60
-61,43
2007
6,59
-0,15
2008
11,09
68,44
2009
2,78
-74,93
Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
Pada Tahun 2008, kondisi perekonomian memburuk dengan tingkat inflasi mencapai double digit inflation sebesar 68,44 persen pada Tahun 2008. Namun pada Tahun 2009, tingkat inflasi mengalami penurunan yang tajam mencapai 74,93 persen seperti yang dapat dilihat pada Tabel 11 masih terasa dampaknya hingga saat ini. Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2009, inflasi mengalami penurunan menjadi 2,78 persen yang mengindikasikan bahwa kondisi perekonomian Indonesia membaik dibandingkan pada Tahun 2008 yang mengalami tingkat inflasi sangat tinggi sebesar 11,09 persen. Dampak yang dirasakan dengan adanya penurunan inflasi tersebut adalah daya beli masyarakat yang meningkat akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang dimakanai jumlah barang dan jasa yang terserap dalam perekonomian lebih besar. Selain itu, penurunan tingkat inflasi berpengaruh terhadap suku bunga yang juga menurun. Tingkat suku bunga yang menurun merupakan peluang bagi perusahaan untuk mengajukan pinjaman pada bank. Selain itu Dewan Gubernur Bank Indonesia meyakini bahwa secara keseluruhan pada tahun 2010 tekanan inflasi masih tetap rendah dan berkisar pada nilai di bawah lima persen. Tekanan inflasi yang diharapkan tetap stabil dan rendah berkisar dibawah lima persen sementara dapat dilihat dari Gambar 6, yaitu grafik time series yang bersumber dari Bank Indonesia seperti berikut.
71
Gambar 8. Tingkat Inflasi Indonesia Juni 2009 – Februari 2010 Sumber: Bank Indonesia, 2010
Tekanan inflasi pada tahun 2010 yang diharapkan stabil dan berkisar dibawah lima persen tersebut dapat membuat daya beli konsumen meningkat, sehingga menjadi peluang bagi Restoran Pondok Sekararum untuk dapat terus mengembangkan usahanya. Penurunan tingkat inflasi dan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor yang meningkat menunjukan
bahwa
pertumbuhan
ekonomi
Indonesia
positif.
Pertumbuhan ekonomi yang positif merupakan peluang bagi Restoran Pondok Sekararum. Meningkatnya daya beli masyarakat merupakan salah satu bukti membaiknya perekonomian Indonesia. Produk yang dihasilkan dapat diserap oleh konsumen karena daya beli masyarakat yang cenderung meningkat. 6.2.2. Politik, Pemerintah, dan Hukum Faktor politik berkenaan dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Situasi politik yang tidak menentu atau tidak kondusif akan berdampak negatif bagi dunia usaha, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, faktor ini merupakan pertimbangan penting bagi para manajer dalam merumuskan strategi perusahaan karena berpengaruh signifikan terhadap aktivitas bisnis perusahaan. Pemerintah selaku pembuat kebijakan harus memberikan perhatian terhadap perkembangan industri bisnis yang ada. Kebijakan pemerintah di Kabupaten Bogor berpengaruh terhadap industri hotel dan restoran setempat
72
dengan diajukannya Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Pajak Hotel dan Pajak Restoran oleh Bupati Bogor kepada DPRD Kabupaten Bogor. Raperda tersebut menyangkut tentang penyesuaian tarif pajak hotel dan restoran terhadap tarif yang diberlakukan sebelumnya. Raperda pajak hotel dan restoran yang diajukan kepada dewan tersebut merupakan revisi dari perda Kabupaten Bogor No 15 tahun 2002 tentang pajak hotel dan perda No 16 tahun 202 tentang pajak restoran. Dalam revisi tersebut, terjadi perluasan basis pajak daerah khususnya dalam pajak restoran yang kini juga mengenakan pajak pada usaha catering dan jasa boga. upaya revisi terserbut dimaksudkan sebagai langkah merespon terbitnya UU No 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) yang mengamanatkan perlunya perluasan objek pajak daerah dan retribusi serta pemberian diskresi dalam penetapan tarif. Dengan penetapan UU PDRD ini, diharapkan struktur APBD menjadi lebih baik, iklim investasi di daerah menjadi lebih kondusif karena Perda-Perda pungutan daerah yang membebani masyarakat secara berlebihan dapat dihindari, serta memberikan kepastian hukum bagi dunia usaha mengenai jenis-jenis pungutan daerah dan sekaligus memperkuat dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Akan tetapi, dampak dari Raperda mengenai penyesuaian tarif pajak belum dirasakan oleh Restoran Pondok Sekararum. Hal ini dikarenakan Restoran Pondok Sekararum belum menerima tagihan atas pajak tersebut. Mengenai perizinan, Restoran Pondok Sekararum belum memperoleh izin resmi dari pemerintah Kabupaten Bogor dalam menjalankan usaha restoran. Hal ini dikarenakan adanya ketidakjelasan dalam sistem pembuatan izin menjalankan usaha restoran serta kurangnya perhatian pemerintah Kabupaten Bogor dalam hal perizinan restoran. Menurut wawancara dengan beberapa pegawai dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Bogor, diketahui bahwa dari sekian banyak restoran di Kabupaten Bogor hanya sedikit restoran yang memiliki izin usaha. Umumnya restoran yang memiliki izin adalah restoran modern besar dengan sistem franchise seperti Mcdonalds, KFC, dan sebagainya. Kesulitan dalam memperoleh izin tersebut dikarenakan pula oleh berpindahnya kewenangan dalam pemberian izin usaha dari dinas pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Bogor kepada Dinas Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor. Selain itu, kurangnya
73
koordinasi antara kedua dinas tersebut semakin mempersulit pengusaha dalam mendapatkan izin usaha, khususnya usaha restoran. Selain meningkatkan basis dasar pajak dan kesulitan dalam perizinan, rencana pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL) sebesar 15% yang berlaku mulai Juli 2010 nanti, mulai mengkhawatirkan kalangan pengusaha, khususnya pengusaha restoran. Jika harga naik saat daya beli masyarakat menurun, dikhawatirkan dapat mempengaruhi pendapatan restoran. Terutama karena kebanyakan restoran memasukkan biaya tagihan listrik dengan porsi minimal 15% dari penerimaan mereka. Selain itu, kenaikan TDL ini dikhawatirkan secara tidak langsung akan berdampak pada penurunan pendapatan industri pariwisata. 6.2.3. Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan Nilai-nilai
ini
terwujud
kedalam
perubahan
gaya
hidup
yang
mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawannya. Dalam berbagai interaksi yang terjadi antara satu perusahaan dengan aneka ragam kelompok masyarakat yang dilayaninya, faktor-faktor sosial sangat penting untuk disadari oleh para pengambil keputusan strategis. Faktor ini memiliki pengaruh yang besar terhadap hampir semua produk, jasa, pasar, dan pelanggan. Salah satu faktor yang memiliki pengaruh adalah faktor demografi, yaitu penduduk. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut data BPS Kabupaten Bogor, jumlah penduduk Kabupaten Bogor adalah sebesar 3.791.781 jiwa pada tahun 2003, meningkat menjadi sebesar 3.945.411 jiwa pada tahun 2004, dan meningkat menjadi sebesar 4.402.026 jiwa pada tahun 2008. Laju pertumbuhan penduduk (LPP) Kabupaten Bogor tahun 2006-2007 adalah 0,53 %, lebih rendah dibandingkan dengan LPP tahun 20052006 yang mencapai 2,79 %. sementara LPP selama periode 2000-2007, rata-rata mencapai 4 % atau masih berada diatas 2 % per tahun.
74
4500000
4.316.236
4400000 4300000
4.216.186 4.100.934
4200000 4100000
4.402.026
3.945.411
4000000 3900000 3800000 3700000 2004
2005
2006
2007
2008
Gambar 9. Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2004-2008 Menurut data kependudukan pemerintah Kabupaten Bogor, Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bogor rata-rata 1.417 jiwa/km², sementara tingkat kepadatan terendah adalah 306 jiwa/km²,terdapat di kecamatan Tanjungsari dan tingkat kepadatan tinggi yaitu 7.854 jiwa/km², terdapat di kecamatan Ciomas. Data ini menunjukkan bahwa pada wilayah perkotaan tingkat kepadatannya lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pedesaan, terutama yang berbatasan langsung dengan Kota Bogor. Tingginya kepadatan penduduk pada wilayah Kecamatan Ciomas itulah yang menjadi manfaat dan peluang bagi Restoran Pondok Sekar Arum. Selain karena membuat kesempatan konsumen untuk berkunjung semakin besar, lokasi Restoran Pondok Sekararum yang dikelilingi beberapa perumahan dan berdekatan dengan Terminal Laladon membuat semakin tersedianya pasar potensial untuk memperluas pangsa pasar. Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bogor serta tingginya tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Ciomas memberikan peluang tersedianya pasar potensial bagi usaha restoran. Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk yang meningkat akan membawa dampak pada peningkatan akan konsumsi makanan dan minuman. Selain itu, Adanya pola konsumsi masyarakat yang berubah dari junk food ke healthy food semakin memberikan peluang kepada Restoran Pondok Sekar Arum yang menawarkan makanan tradisional khas Jawa Timur yang dan sehat tanpa bahan pengawet. Adanya peningkatan pengeluaran rata-rata perkapita masyarakat Kabupaten dan Kota Bogor, khususnya dalam konsumsi makanan, juga semakin memberikan peluang bisnis yang besar bagi Restoran Pondok
75
Sekararum. Pada tahun 2004 pengeluaran masyarakat Kabupaten Bogor rata-rata perkapita untuk makanan adalah sebesar Rp 132.772 atau sekitar 54,83 persen dari total pengeluaran rumah tangga sedangkan Kota Bogor adalah sebesar Rp 203.033 atau sekitar 55,72 persen dari total pengeluaran rumah tangga. Pada tahun 2007 pengeluaran rata-rata perkapita masyarakat Kabupaten dan Kota Bogor mengalami kenaikan cukup besar yaitu menjadi sebesar Rp 180.283 untuk Kabupaten Bogor dan sebesar Rp 249.624 untuk Kota Bogor. Kenaikan inilah yang dapat menjadi peluang bagi Restoran Pondok Sekararum untuk semakin meningkatkan promosi dan kualitas pelayanan. Tingkat kepadatan penduduk kecamatan ciomas, peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Bogor, dan pengeluaran rata-rata masyarakat Kabupaten Bogor yang besar terhadap konsumsi makanan merupakan pasar potensial bagi industri restoran yang cukup besar. 6.2.4. Teknologi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat berakibat pada lahirnya berbagai ilmu baru dan aneka ragam temuan serta terobosan dalam bidang teknologi yang berpengaruh terhadap organisasi. Suatu organisasi harus terus mengikuti perubahan teknologi yang mempengaruhi industrinya agar dapat terus mendorong inovasi dalam organisasi. Teknologi dapat menciptakan peluang bagi organisasi agar dapat berproduksi dengan lebih efisien dan efektif. Kemajuan dalam teknologi berdampak pada produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan, proses produksi, dan posisi kompetitif perusahaan. Restoran Pondok Sekararum menyadari akan semakin ketatnya persaingan yan ada dalam industri restoran. Maka dari itu, salah satu cara untuk menarik konsumen adalah dengan meningkatkan pelayanan terhadap konsumen dalam menyediakan
teknologi.
Restoran
Pondok
Sekararum
memanfaatkan
perkembangan teknologi informasi dengan membuat website resmi Restoran Pondok Sekar Arum. Pada website tersebut konsumen dapat melihat produk makanan yang dijual oleh Restoran Pondok Sekararum, memesan melalui delivery order, bahkan memberikan kesan dan saran terhadap Restoran Pondok Sekararum. Selain memanfaatkan teknologi informasi sebagai peluang, Restoran Pondok Sekararum juga memanfaatkan teknologi dalam hal hiburan dan pencatatan keuangan. 76
6.2.5. Lingkungan Industri Ada
beberapa
faktor
yang
dapat
mempengaruhi
perkembangan
perusahaan, salah satu faktor tersebut adalah berasal dari lingkungan eksternal, yaitu lingkungan industri. Definisi dari lingkungan industri adalah sebagai kumpulan atau sekelompok perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa yang dapat saling menggantikan. Dalam mengembangkan strategi dalam banyak industri terdapat pendekatan model lima kekuatan porter. Model lima kekuatan itu adalah ancaman masuknya pendatang baru, kekuatan tawar-menawar pembeli, kekuatan tawar-menawar pemasok, ancaman produk subtitusi, dan persaingan antar anggota dalam industri. Menurut Porter, lima kekuatan tersebut juga mempengaruhi kinerja organisasi, menentukan intensitas persaingan, dan kemampulabaan dalam industri. 1) Ancaman Masuknya Pendatang Baru Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan mobilitas yang cepat dapat dimanfaatkan oleh pengusaha untuk mendirikan usaha, terutama di sektor pangan. Masuknya pendatang baru dalam sektor pangan, khususnya usaha restoran, akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi restoran lain yang sudah ada lebih dulu. Semakin mudah suatu perusahaan masuk ke dalam industri maka semakin tinggi intensitas persaingan dalam industri tersebut dan mencerminkan semakin rendahnya hambatan yang ada untuk masuk kedalam industri tersebut. Apabila kapasitas menjadi bertambah, maka akan terjadinya perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Hal inilah yang kemudian menjadi ancaman bagi restoran yang sudah ada. Menurut Porter, terdapat enam faktor hambatan masuk bagi pendatang baru ke dalam suatu industri, yaitu skala ekonomis, diferensiasi peroduk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya tidak menguntungkan. a. Skala Ekonomis Skala ekonomis menggambarkan menurunnya biaya satuan suatu produk apabila volume absolute per periode meningkat. Hal ini menghalangi masuknya pendatang baru dengan memaksa pendatang baru untuk masuk pada skala besar dengan risiko yang ada. Menurut
77
pengamatan dan wawancara dengan pegawai dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Bogor, untuk mendirikan bisnis makanan tradisional tidaklah harus dimulai dari skala yang besar. Hal ini terjadi karena siapa saja dapat memulai bisnis makanan tradisional dari skala kecil yang berbentuk warung tenda maupun rumah makan semi permanen.
Pemilihan skala
kecil tersebut disesuaikan dengan
kemampuan kapasitas produksi yamg dimiliki tanpa harus mengikuti skala usaha restoran tradisional besar yang telah lama berdiri. b. Diferensiasi Produk Diferensiasi produk memiliki tujuan untuk memberikan identifikasi merek dan kesetiaan pelanggan yang disebabkan oleh periklanan, pelayanan pelanggan, dan perbedaan terhadap produk lainnya Pada umumnya makanan tradisional khas Jawa Timur yang diproduksi oleh Restoran Pondok Sekararum ataupun warung tenda dan rumah makan lainnya hampir sama secara fisik, tetapi Restoran Pondok Sekararum memberikan perbedaan terhadap produk yang dimilikinya. Perbedaan produk yang dilakukan oleh Restoran Pondok Sekararum dimulai dari menggunakan beberapa sayuran asli yang hanya ada di Jawa Timur dan mendapatkan beberapa sayuran bahan baku dengan menanamnya sendiri menggunakan teknologi organik. Selain itu, Perbedaan antara Restoran Pondok Sekararum dan restoran tradisional lain dapat dilihat dari mutu produk termasuk kualitas rasa dan variasi ukuran; harga produk; dan lokasi usaha yang meliputi kemudahaan lokasi untuk dijangkau konsumen, fasilitas usaha, serta kondisi suasana ruangan. c. Kebutuhan Modal Walaupun untuk mendirikan usaha ini tidak harus beroperasi pada skala besar, namun modal yang diperlukan untuk membuka usaha ini cukup besar. Misalnya untuk mendirikan Restoran Pondok Sekararum, pemilik usaha yang sebelumnya telah memiliki tanah tersebut membangun bangunan dan membeli meja serta bangku untuk konsumen. Selain itu pemilik usaha juga perlu membeli peralatan seperti kompor, panci, dan peralatan makan konsumen. Akan tetapi, menurut wawancara dengan
78
beberapa pegawai dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Bogor, kebutuhan modal untuk mendirikan sebuah bisnis makanan tradisional tidaklah besar. Hal inilah yang nantinya dapat semakin memperkecil hambatan pendatang baru untuk masuk kedalam industri restoran. d. Biaya Beralih Pemasok Biaya beralih pemasok adalah biaya satu kali yang harus dikeluarkan pembeli jika berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok yang lain. Biaya beralih pemasok yang harus dikeluarkan oleh pendatang baru cukup besar agar pelaku usaha restoran tradisional yang telah ada mau berpindah dari pemasok tetapnya. Hal ini terjadi karena hubungan antara pelaku usaha (pembeli) dengan pemasok telah terjalin cukup baik sehingga pendatang baru akan merasa kesulitan untuk memaksa pemilik usaha yang telah ada untuk pindah pemasok. e. Akses ke Saluran Distribusi Saluran distribusi merupakan hambatan bagi pendatang baru apabila saluran distribusi untuk produk sejenis tersebut telah ditangani oleh perusahaan yang sudah mapan dan perusahaan baru tersebut harus meyakinkan perusahaan tersebut agar menerima produknya. Pada usaha bisnis makanan tradisional, pada umumnya saluran yang digunakan yaitu saluran distribusi langsung, produsen langsung menyampaikan produknya kepada konsumen atau konsumen langsung datang ke tempat produsen untuk memperoleh produk atau jasa. f. Biaya tidak Menguntungkan Terlepas dari Skala Para pelaku usaha yang telah mapan mungkin memiliki keunggulan biaya yang mungkin tidak dapat ditiru pendatang baru yang akan masuk ke dalam industri restoran tradisional. Misalnya dalam hal pengalaman, teknik mengolah makanan, penguasaan terhadap sumber daya produksi, dan lokasi yang menguntungkan. Meskipun demikian pendatang baru masih berpotensi masuk ke dalam industri makanan tradisional karena bahan baku dan peralatan yang digunakan untuk pembuatan makanan tradisional cukup sederhana dan mudah untuk didapatkan.
79
2) Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Kekuatan tawar-menawar pembeli dikatakan kuat apabila pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan, jumlah penjual banyak dan produknya tidak terdiferensiasi, pembeli menghadapi biaya peralihan yang kecil, dan produk perusahaan bukan merupakan produk yang penting bagi pembeli. Kekuatan tawar menawar pembeli dalam usaha Restoran Pondok Sekararum tergolong kuat. Walaupun tidak banyak pelaku usaha restoran tradisional yang memiliki diferensiasi, tetapi banyak restoran tradisional pesaing yang menawarkan suasana ruangan yang lebih nyaman dan fasilitas lebih lengkap apabila dibandingkan dengan usaha Restoran Pondok Sekararum. Selain itu harga yang ditawarkan oleh restoran tradisional lain relatif sama sehingga biaya peralihan yang dihadapi konsumen kecil. Hal inilah yang merupakan ancaman bagi Restoran Pondok Sekararum. 3) Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Pemasok adalah individu maupun perusahaan bisnis yang menyediakan sumberdaya yang diperlukan oleh perusahaan dan para pesaing untuk memproduksi barang dan jasa. Pemasok dapat mempengaruhi industri dan memanfaatkan kekuatan tawar-menawarnya lewat kemampuan mereka menaikkan harga atau pengurangan kualitas barang dan jasa yang dijualnya. Restoran Pondok Sekararum memiliki satu pemasok untuk bahan baku ayam dan daging, sedangkan untuk bahan baku lainnya diperoleh dari pasar tradisional terdekat. Untuk bahan baku sayuran, Restoran Pondok Sekararum memproduksi sayuran sendiri dengan teknologi organik yang sehat dan ramah lingkungan. Proses pemesanan dilakukan melalui telepon dan pesanan langsung diantarkan oleh pihak pemasok ke Restoran Pondok Sekararum. Semua bahan baku yang dibeli tidak langsung diolah tetapi sebagian diletakkan di dalam lemari es. kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap Restoran Pondok Sekararum dapat dikatakan tinggi. Tingginya kekuatan tawar-menawar ini disebabkan karena pemasok juga memasok bahan baku kepada restoran tradisional lain khususnya pesaing Restoran Pondok Sekararum seperti warung penyet khas madiun babakan raya dan pecel pak totok. Hal ini merupakan ancaman bagi
80
Restoran Pondok Sekararum disebabkan karena pemasok memiliki banyak pembeli, produk pemasok merupakan input penting, dan harga yang di berikan pemasok memiliki harga lebih murah dibandingkan dengan pemasok lain, sehingga Restoran Pondok Sekararum sulit untuk berganti dari satu pemasok ke pemasok lainnya. 4) Ancaman Produk Subtitusi Ancaman produk substitusi akan meningkat apabila konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit dan jika produk substitusi itu mempunyai harga yang lebih rendah atau kualitasnya sama, bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri. Produk subtitusi dari Restoran Pondok Sekararum adalah rumah makan dan restoran tradisional yang menawarkan masakan tradisional khas daerah lainnya. Perkembangan jumlah restoran tradisional di Kabupaten Bogor yang cepat dan tak terduga juga merupakan ancaman bagi Restoran Pondok Sekararum karena akan menambah pula produk subtitusi. Ketersediaan produk subtitusi yang cukup banyak dan beragam juga dapat memperbesar kekuatan dari produk subtitusi itu sendiri dan dapat menjadi ancaman bagi perusahaan. Tabel 14. Daftar Rumah Makan dan Restoran di Jalan Laladon Raya No. Nama Rumah Makan/Restoran 1 Gado-gado Ibu Yuyun 2 Warung Tegal 3 Rumah Makan Padang Mulyo 4 Soto Mie Abeh 5 Mie ayam Baso Rosi Roso 6 Rumah Makan Padang Putri Saiyo 7 Rumah Makan Pada Suka 8 Kedai Asig Makanan Khas Palembang 9 Warung Tegal Al-Qodri Sumber: Data Primer (2010)
Oleh karena itu, pihak manajemen haruslah memperhatikan jenis produk subtitusi apa saja yang dapat menjadi ancaman bagi perkembangan restoran dan menanggulanginya dengan terus memberikan inovasi terhadap produknya. Menurut pengamatan, restoran-restoran lain yang menawarkan produk makanan tradisional lain sebagai produk subtitusi memiliki cita rasa produk yang hampir sama dan segmentasi pasar yang hampir sama pula. Sehingga
81
adanya perkembangan produk subtitusi berupa makanan tradisional lain merupakan ancaman bagi Restoran Pondok Sekararum. 5) Persaingan Antar Anggota dalam Industri Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Dalam situasi persaingan oligopoly, perusahaan mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi pasar. Sedangkan, pada pasar persaingan sempurna, biasanya akan memaksa perusahaan menjadi pengikut termasuk dalam hal harga produk. Restoran Pondok Sekararum berada di Jalan Laladon Raya No.253 C Kecamatan Ciomas. Kecamatan Ciomas merupakan perbatasan antara Kota Bogor dengan Kabupaten Bogor, sehingga persaingan yang dihadapi Restoran Pondok Sekararum tidak hanya dalam lingkup kabupaten saja tetapi juga lingkup kota yang notabene perkembangan jumlah restoran di Kota Bogor cukup pesat. Jenis restoran yang menawarkan makanan tradisional semakin lama semakin banyak bermunculan dan menimbulkan persaingan dalam industri. Hal inilah yang menjadi ancaman bagi Restoran Pondok Sekararum. Menurut pengamatan, terdapat setidaknya sembilan restoran dan rumah makan yang menjual makanan khas Jawa Timur, yaitu dua restoran di Kecamatan Tanah Sareal (Pecel Pak Totok, Pecel Yasmin), satu rumah makan di Kecamatan Dramaga, empat restoran di Kecamatan Ciomas (Pecel Kardhita, Indraprasta, Rumah Joglo, Pecel Super Bu Dewi), dan dua restoran di Kota Bogor (Pecel Super Bu Dewi). Beberapa dari restoran tradisional pesaing tersebut menawarkan menu dan harga yang relatif sama dengan Pondok Sekararum. Secara umum persaingan yang terjadi dalam industri ini yaitu mutu produk, harga jual produk, dan lokasi usaha. Persaingan mutu produk ini meliputi kualitas rasa makanan khas tradisional Jawa Timur serta variasi paket menu yang ada. Hal ini dilakukan dalam upaya perusahaan memasarkan produknya agar diterima oleh konsumen, sehingga pelaku usaha dituntut harus mampu dalam melihat selera dan minat konsumen. Selanjutnya juga terdapat persaingan lokasi usaha. Lokasi usaha ini berkaitan dengan kemudahan tempat usaha tersebut untuk dijangkau konsumen, fasilitas usaha, dan kondisi atau suasana ruangan. Disamping itu juga terdapat persaingan harga jual produk.
82
Persaingan penentuan harga ini terkait dengan mutu produk dan lokasi usaha. Mutu dan kualitas produk yang tinggi serta lokasi restoran yang strategis menentukan harga jual produk yang diberlakukan oleh perusahaan. Persaingan yang terjadi dalam suatu industri merupakan sebuah hal yang wajar, karena dengan adanya persaingan maka para pelaku usaha diajak untuk berfikir kreatif dalam memposisikan produknya di benak konsumen dan berupaya agar produknya dapat diterima oleh pasar. Angka perkembangan jumlah restoran di Kabupaten Bogor tidak dapat dipastikan karena pencatatan mengenai data tersebut belum dilakukan secara terstruktur oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor. Namun, menurut wawancara dengan salah satu petugas berwenang di dinas tersebut, dapat dipastikan bahwa jumlah restoran yang berada di Kabupaten Bogor cenderung meningkat tiap tahun. Data terakhir menunjukkan bahwa akumulasi jumlah restoran di Kabupaten Bogor yang memiliki izin usaha saat ini tercatat sejumlah 125 unit. Menurut wawancara dengan beberapa pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, dihasilkan beberapa informasi mengenai perizinan usaha rumah makan/restoran, khususnya di Kabupaten Bogor. Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, rendahnya kesadaran pelaku usaha restoran untuk mendaftarkan usaha mereka adalah salah satu kendala tidak terdapatnya data yang valid mengenai jumlah restoran yang ada di Kabupaten Bogor. Padahal menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, restoran yang memiliki izin berkesempatan untuk mendapatkan promosi dan pelatihan gratis yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Bogor setiap tahunnya. Selain itu, menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, dengan adanya izin usaha restoran tersebut para pelaku usaha dapat menerima pajak yang tepat serta terhindar dari adanya pungutan liar.
83
6.2.6. Identifikasi Peluang dan Ancaman Perusahaan Tabel 15. Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal Peluang Pasar potensial restoran yang cukup besar
Ancaman Tingginya
kekuatan
tawar-menawar
pemasok Jumlah PDRB per kapita meningkat
Hambatan masuk industri kecil
Tingkat inflasi yang cenderung stabil
Adanya persaingan industri
Perkembangan Teknologi
Banyaknya produk subtitusi Tingginya
kekuatan
tawar-menawar
pembeli
84