BAB VI DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN
Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi kemajuan industri dan teknologi berdampak positif terhadap lingkungan hidup karena meningkatkan kualitas hidup manusia. Namun pada sisi lain manusia juga mulai ketakutan akan adanya pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh kemajuan industri dan teknologi tersebut. Hal ini mudah dipahami karena apabila lingkungan telah tercemar maka daya dukung alam bagi kelangsungan hidup manusia akan terganggu. Kalau hal ini sampai terjadi maka usaha untuk meningkatkan kualitas hidup atau kenyamanan hidup manusia akan gagal. Dampak pencemaran lingkungan tidak hanya berpengaruh dan berakibat kepada lingkungan alam saja, akan tetapi berakibat dan berpengaruh pula terhadap kehidupan tanaman, hewan dan juga manusia. Kalau lingkungan alam telah tercemar sudah barang tentu tanaman yang tumbuh di lingkungan tersebut akan ikut tercemar; demikian pula dengan hewan yang hidup di situ. Pada akhirnya manusia sebagai makhluk hidup yang omnivora akan ikut pula merasakan dampak pencemaran tersebut. Pencemaran yang masuk melalui jalur makanan dan berada dalam daur pencemaran lingkungan, cepat atau lambat akan sampai juga dampaknya kepada manusia. Namun ada juga pencemaran yang hanya langsung dirasakan manusia saja, sedangkan tanaman tidak merasakannya. Sebagai contoh adalah pencemaran karena bunyi (kebisingan). Kalau kebisingan dianggap sebagai pencemaran udara, maka yang me-rasakan dampaknya hanyalah manusia (terutama) dan mungkin juga hewan. Pada masalah kebisingan ini tanaman tidak merasakan dampaknya.Untuk memudahkan pembahasan masalah dampak pencemaran lingkungan ini, pembahasannya akan dibagi melalui urutan sebagai berikut: 1. Dampak pencemaran udara.
2. Dampak pencemaran air. 3. Dampak pencemaran daratan. Walaupun sasaran utama pembahasan ini adalah bagaimana pengaruh dampak pencemaran terhadap kehidupan manusia, namun akan dilihat juga secara sepintas pengaruh dampak pencemaran tersebut terhadap lingkungan hidup lainnya.
A. Dampak Pencemaran Udara Dampak pencemaran udara saat ini merupakan masalah serius yang dihadapi oleh negara-negara industri. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara ternyata sangat merugikan. Pencemaran tersebut tidak hanya mempunyai akibat langsung terhadap kesehatan manusia saja, akan tetapi juga dapat merusak lingkungan lainnya, seperti hewan, tanaman, bangunan gedung dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1980, kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara mencapai angka kurang lebih 51.000 orang. Angka tersebut cukup mengerikan karena bersaing keras dengan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit lainnya, seperti kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung, kanker, AIDS dan lain sebagainya. Menurutpara ahli, pada sekitar tahun 2000-an kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara akan mencapai angka 57.000 orang per tahunnya. Selama 20 tahun angka kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara naik mendekati 14 % atau mendekati 0,7% per tahun. Selain itu kerugian materi yang disebabkan oleh pencemaran udara, apabila diukur dengan uang, dapat mencapai sekitar 12 - 16 juta US dollar pertahun; suatu angka yang sangat berarti bila dibelanjakan untuk kesejahteraan umat manusia. Komponen pencemar udara tersebut dapat mencemari udara secara sendirisendiri ataupun secara bersama-sama. Keadaan terakhir adalah yang pada umumnya terjadi dan paling banyak dijumpai. Pada bagian ini akan diuraikan satu persatu dampak pencemaran udara yang diakibatkan oleh masing-masing komponen pencemar udara. 1. Dampak Pencemaran oleh Karbon Monoksida (CO) Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berbau, tidal berasa dan juga tidak berwarna. Oleh karena itu lingkungan yang telah tercemar oleh gas CO tidak dapat dilihat oleh mata. Gas CO dapatberbentuk cairan pada suhu -192°C. Di udara
gas CO terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit, hanya sekitar 0,1 ppm. Didaerah perkotaan dengan lalu lintas yang padat konsentrasi gas CO berkisar antara 10 - 15 ppm. Sudah sejak lama diketahui bahwa gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan, bahkan juga dapat menimbulkan kematian. Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam parupan. akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah Seperti halnya Oksigen, gas CO mudah bereaksi dengan darah (hemoglobin): Hemoglobin +O2
--> 02Hb (Oksihemoglobin).
Hemoglobin + CO
--> COHb (Karboksihemoglobin).
Ternyata ikatan karbon monoksida dengan darah (karboksihemoglobin) jauh lebih stabil dari pad aikatan oksigen dengan darah (oksihemoglobin). Kestabilan karboksihemoglobin kira-kira 140 kali kestabilan oksihemoblogin. Keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu. Dalam keadaan normal hemoglobin berfungsi sebagai pembawa atau pengangkut oksigen (O2) dalam bentuk oksihemoglobin dari paru-paru untuk dibagikan kepada selsel tubuh yang memerlukannya. Selain dari itu, hemoglobin juga berfungsi mengambil gas CO2 (karbondioksida) hasil pembakaran didalam tubuh (dari sel-sel) dalam bentuk karbodioksihemoglobin untuk dibuang keluar melalui paru-paru. Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman kalau waktu kontak hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap oleh manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Konsentrasi CO sebanyak 1000 ppm dan waktu paparan (kontak) selama 1 jam menyebabkan pusing dan kulit berubah menjadi kemerah-merahan. Untuk paparan yang sama dengan konsentrasi CO 1300 ppm, kulit akan langsung berubah menjadi merah tua dan disertai rasa pusing yang hebat. Untuk keadaan yang lebih tinggi lagi, akibatnya akan lebih fatal, yaitu kematian. Bagaimana diagram aliran darah dalam fungsinya sebagai pengangkut oksigen untuk dibagikan ke bagian tubuh yang memerlukan oksigen, maupun fungsinya
sebagai pengambil karbondioksida yang dihasilkan oleh bagian tubuh untuk dibuang keluar melalui paru-paru. Ikatan karbon monoksida dengan darah (hemoglobin) yangbegitu kuat, kurang lebih 140 kali lebih kuat dari ikatan oksigen dengan darah, menyebabkan darah tidak berfungsi normal sebagai pengangkut oksigen manakala karbon dioksida masuk ke dalam darah. Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia ternyata tidak sama untuk manusia yang satu dengan yang lain. Daya tahan tubuh manusia ikut menentukan toleransi tubuh terhadap pengaruh adanya karbon monoksida. Para olahragawan pada umumnya mempunyai toleransi yang tinggi terhadap racun gas karbon monoksida. Orangyangmenderita kekurangan darah (anemia) dan anak-anak akan mudah keracunan gas karbon monoksida. Keracunan gas monoksida (CO) dapat ditandai dari keadaan yang ringan, berupa pusing, sakit kepala danmual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskular, serangan jantung sampai pada kematian. Pertolongan bagi orangyang keracunan gas karbon monoksidapada tingkatyang relatif masih ringan dapat dilakukan dengan membawa korban ke tempat yang berudara terbuka (segar) dan memberikan kesempatan kepada korban untuk bernafas dalam-dalam. Masuknya udara segar (oksigen) ke dalam tubuh korban akan mengubah karboksihemoglobin menjadi oksihemoglobin berdasarkan reaksi keseimbangan berikut ini: COHb + O2
O2Hb + CO
Walaupun dikatakan bahwa reaksi tersebut di atas adalah reaksi keseimbangan, namun apabila udara yang masuk ke dalam tubuh cukup banyak maka pada akhirnya reaksi akan bergeser terus di kanan sampai semua karboksihemoglobin habis menjadi oksihemoglobin yang memang diperlukan oleh tubuh manusia. Pada umumnya keracunan gas karbon monoksida tidak bersifat komulatif. Kerusakan permanen hanya terjadi apabila ada sel vital (contohnya sel-sel otak) yang mengalami kekurangan oksigen dalam waktu yang relatif cukr lama. Konsentrasi gas karbon monoksida (CO) di udara secara langsung akan mempengaruhi konsentrasi karboksihemoglobin (COHb). Bila konsentrasi gas CO di udara tetap maka konsentrasi COHb di dalam darah akan mencapai keseimbangan tertentu dan akan tetap bertahan selama tidak ada perubahan pada konsentrasi CO di udara. Dalam
keadaan normal sebenarnya darah sudah mengandung COHb sebanyak 0,5%, berasal dari proses metabolisme di dalam tubuh, terutama merupakan hasil pemecahan heme komponen hemoglobin dalam darah itu sendiri, ditambah lagi dari konsentrasi CO yang terdapat di udara dalam konsentrasi rendah. Hubungan antara konsentrasi COHb dalam darah dengan konsentrasi CO di udara (<100 ppm) adalah sebagai berikut: % COHb dalam darah = 0,16 (konsentrasi CO di udara) + 0,5 Konsentrasi gas CO di suatu ruang akan naik bila di ruang ituada orang yang merokok. Orang yang merokok akan mengeluarkan asap rokok yang mengandung gas CO dengan konsentrasi lebih dari 20.000 ppm yang kemudian menjadi encer, sekitar 4000 500 ppm selama dihisap. Konsentrasi gas CO yang tinggi di dalam asap rokok menyebabkan kandungan COHb dalam darah orang yang merokok jadi meningkat. Keadaan ini sudah barang tentu sangat membahayakan kesehatan orang yang merokok. Orang yang merokok dalam waktu yang cukup lama (perokok berat) konsentrasi COHb dalam darahnya sekitar 6,9%. Hal inilah yang menyebabkan perokok berat mudah terkena serangan jantung. Konsentrasi CO di udara (ppm) 3 5 10 20 40 60 80 100
Konsentrasi COIIb dalam darah (%) 0.98 1,3 2,1 3,7 6,9 10,1 13,3 16,5
Gangguan pada tubuh tidak ada belum begitu terasa sistem syaraf sentral panca indera fungsi jantung saliit kepala sulit bernafas pingsan - kematian
Tabel 11:Pengaruh konsentrasi CO di udara dan pengaruhnya pada tubuh bila kontak terjadi pada waktu yang lama Pengaruh konsentrasi gas CO di udara sampai dengan 100 ppm terhadap tanaman hampir tidak ada, khususnya pada tanaman tingkat tinggi. Bila konsentrasi gas CO di udara mencapai 2000 ppm dan waktu kontak lebih dari 24 jam, akan mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas yang ada pada lingkungan terutama yang terdapat pada akar tanaman. 2. Dampak Pencemaran Nitrogen Oksida (NO x)
Gas nitrogen oksida (NO x) ada dua macam, yaitu gas nitrogen monoksida (NO) dan gas nitrogen dioksida (N02). Kedua macam gas tersebut mempunyai sifat yang sangat
berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari udara secara visual sulit diamati karena gas tersebut tidak berwarna dan tidak berbau. Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang sangat menyengat dan warnanya coklat kemerahan.
Sifat racun (toksisitas) gas NO2 empat
kali lebih kuat daripada toksisitas gas NO. Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas N02 adalah paru-paru. Paru-paru yang terkontaminasi oleh gas NO2akan membengkak sehingga penderita sulit bernafas yang dapat mengakibatkan kematiannya. Udara yang mengandung gas NO dalam batas normal relatif aman dan tidak berbahaya, kecuali bila gas NO berada dalam konsentrasi tinggi. Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf yang mengakibatkan kejang-kejang.
Bila
keracunan
ini
terus
berlanjut
akan
dapat
menyebabkan
kelumpuhan. Gas NO akan menjadi lebih berbahaya apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen sehingga menjadi gas NO2. Udara yang telah tercemar oleh gas nitrogen oksida tidak hanya berbahaya bagi manusia dan he wan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan tanaman. Pengaruh gas NOx pada tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun. Pada konsentrasi yang lebih tinggi gas tersebut dapat menyebabkan nekrosis atau kerusakan pada jaringan daun. Dalam keadaan seperti ini daun tidak dapat berfungsi sempurna sebagai tempat terbentuknya karbohidrat melalui proses fotosintesis. Akibatnya tanaman tidak dapat berproduksi seperti yang diharapkan. Konsentrasi NO sebanyak 10 ppm sudah dapat menurunkan kemampuan fotosintesis daun sampai sekitar 60% hingga 70%. Pencemaran udara oleh gas NOx juga dapat menyebabkan timbulnya Peroxy Acetil Nitrates yang disingkat PAN. Peroxi Acetyl Nitrates ini menyebabkan iritasi pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan berair. Campuran PAN bersama senyawa kimia lainnya yang ada di udara dapat menyebabkan terjadinya kabut foto kimia atau Photo Chemistry Smog yang sangat mengganggu lingkungan. 3. Dampak Pencemaran oleh Belerang Oksida (SOx) Sebagian besar pencemaran udara oleh gas belerang oksida (SO x) berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, terutama batubara. Ada dua macam gas belerang oksida (S0X), yaitu S02 dan S03. Dalam hal ini pembakaran akan menghasilkan gas S02 yang lebih banyak daripada gas SO3. Walaupun gas SO2 lebih dominan akan tetapi
pertemuannya dengan udara yang mengandung oksigen akan menghasilkan gas SO3 karena terjadinya reaksi sebagai berikut: 2SO2 +O2 (dari udara) 2SO3 Adanya uap air (H2O) dalam udara akan mengakibatkan terjadinya reaksi pembentukan asam sulfit maupun asam sulfat. Reaksinya adalah sebagai berikut: SO2
+ H2O
H2SO3
SO3
+ H2O
H2SO4
Apabila asam sulfit maupun asam sulfat tersebut ikut terkondensasi di udara dan kemudian jatuh bersama-sama air hujan sehingga pencemaran berupa hujan asam tidak dapat dihindari lagi. Hujan asam ini dapat merusakkan tanaman, terkecuali tanaman hutan. Kerusakan hutan ini akan mengakibatkan terjadinya pengikisan lapisan tanah yang subur. Kejadian ini merupakan awal terjadinya ketandusan lingkungan yang berarti pula menurunnya daya dukung alam bagi kelangsungan hidup manusia. Walaupun konsentrasi gas SO xyang terdispersi ke lingkungan itu berkadar rendah, namun bila waktu kontak terhadap tanaman cukup lama maka kerusakan tanaman dapat saja terjadi. Konsentrasi sekitar 0,5 ppm sudah dapat merusakkan tanaman, terlebih lagi apabila konsentrasi SOx di udara lingkungan dapat dilihat dari timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun. Kalau waktu paparan lama maka daun itu akangugur. Hal ini akan mengakibatkan produktivitas tanaman menurun. Kalau konsentrasi SOx yang rendah sudah dapat merusakkan tanaman, lain halnya dengan konsentrasi SO x yang dapat menimbulkan gangguan terhadap manusia maupun hewan. Manusia dan hewan dapat terganggu oleh udara yang tercemar oleh gas SOx yang konsentrasinya lebih tinggi. Kalau tanaman akan rusak oleh SO x berkonsentrasi 0,4 ppm, manusia dan hewan belum akan terpengaruh oleh SO x berkonsentrasi sebesar itu. Udara yang telah tercemar SO x menyebabkan manusia akan mengalami gangguan pada sistem pernafasannya. Hal ini karena gas SO x yang mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan, dan saluran nafas yang lain sampai ke paru-paru. Serangan gas SO x tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena. Daya iritasi S02 pada setiap orang ternyata tidak sama. Ada orangyang sensitif dan sudah akan mengalami iritasi
apabila terkena S02 berkonsentrasi 1-2 ppm, namun ada pula orang yang baru akan mengalami iritasi tenggorokan apabila terkena S02 berkonsentrasi 6 ppm. Gas S02 merupakan bahan pencemar yangberbahaya bagi anak-anak, orang tua dan orang yang menderita penyakit pernafasan kronis dan penyakit kardiovaskuler. Otot saluran pernafasan dapat mengalami kejang (spasme) bila teriritasi oleh SO2 dan spasme akan lebih berat bila konsentrasi SO2 lebih tinggi sementara suhu udara rendah. Apabila waktu paparan dengan gas S02 cukup lama maka akan terjadi peradangan yang hebat pada selaput lendir yang diikuti oleh paralysis cilia (kelumpuhan sistem pernafasan), kerusakan lapisan ephitelium yang pada akhirnya diikuti oleh kematian. Apabila konsentrasi SO2 relatif masih rendah, sekitar 6-12 ppm, waktu paparan pendek namun berulang-ulang, maka gas tersebut dapat menyebabkan terjadinya hiperplasia dan metaplasia sel-sel epitel. Kalau hal ini terjadi maka dapat menjadi kanker. Mengingat akan hal itu maka S02 sebaiknya tidak terdapat di udara, betapa pun kecilnya konsentrasi gas itu. Sebenarnya tidak hanya manusia, hewan atau tumbuhan saja yang dapat tercemar S02. Benda-benda mati pun dapat rusak oleh SO x ini karena sifatnya yangkorosif. Cat pada bangunan gedung seringkali termakan oleh gas SO x dan berubah warnanya menjadi kusamkehitam-hitaman. Hal ini disebabkan timbal oksida PbO sebagai bahan cat bereaksi dengan SO x menjadi PbS. Jembatan menjadi rapuh karena proses pengkaratan yang dipercepat oleh adanya SO x. Bahan-bahanakhirnya merusak bahan-bahan tersebut. Dampak pencemaran udara oleh SO x ternyata begitu luas dan kerugian yang diakibatkannya sangat besar. 4. Dampak Pencemaran Hidrokarbon (HC)
Pencemaran udara oleh hidrokarbon (HC) dapat berasal dari HC yangberupa gas apabila HC tersebut termasuk suku rendah, atau dari yangberupa cairan apabila HC termasuk suku sedang, dan dapat pula dari yang berupa padatan apabila HC tersebut termasuk suku tinggi. Apabila HC berupa gas maka akan tercampur bersama bahan pencemar lainnya. Kalau HC berupa cairan maka HC tersebut akan membentuk kabut minyak (droplet) yang keberadaannya di udara akan sangat mengganggu lingkungan. Sedangkan kalau bahan pencemar HC berupa padatan maka udara akan tampak seperti asap hitam. Seringkali pencemaran udara oleh HC merupakan gabungan dari ketiga macam bentuk HC tersebut.
Kalau pencemaran udara oleh HC juga disertai dengan bahan pencemar NO x maka dengan oksigen bebas yang ada di udara akan membentuk Peroxy Acetyl Nitrates (PAN). Selanjutnya PAN ini bersama-sama dengan CO,Ozon akan membentuk kabut foto kimia. Kabut foto kimia ini dapat merusak tanaman. Kerusakan pada tanaman ini antara lain dapat dilihat pada warna daun yang tampak pucat karena sel-sel pada permukaannya mati. Senyawa lain yang juga dapat membentuk kabut foto kimia adalah Peroxy Propionyl Nitrates (PPN) dan Peroxi Butyryl Nitrates (PBN). PPN dan PBN kalau membentuk kabut foto kimia akan lebih berbahaya dibandingkan dengan kabut foto kimia yang berasal dari PAN. Senyawa HC
Konsentrasi (ppm) 100 3.000 7.500 20.000 200
Pengaruhnya terhadap tubuh Benzena Iritasi terhadap mukosa Lemas (0,5 - 1 jam) Paralysys (0,5 - 1 jam) Kematian (5-10 menit) Toluena Pusing, lemah, pandangan kabur setelah 8 jam. 600 Gangguan saraf dan dapatdiikuti kematian setelah kontak dalam waktu yang lama Tabel 12: Toksisitas Benzena dan Toluena
Sebenarnya HC dalam jumlah sedikit tidak begitu membahayakan kesehatan manusia, walaupun HC juga bersifat toksik. Namun kalau HC berada di udara dalam jumlah banyak dan tercampur dengan bahan pencemar lain maka sifat toksiknya akan meningkat. Sifat toksik HC akan lebih tinggi kalau berupa bahan pencemar gas, cairan dan padatan. Hal ini karena padatan HC (partikel) dan HC cairan akan membentuk ikatan-ikatan baru dengan bahan pencemar lainnya. Ikatan baru ini sering disebut dengan Polycyclic Aromatic Hydrocarbon yang disingkat PAH. Pada umumnya PAH ini merangsang terbentuknya sel-sel kanker apabila terhisap masuk ke dalam paru-paru. PAH yang bersifat karsinogenik ini banyak terdapat di daerah industri dan daerah yang padat lalu-lintasnya. Sumber utama timbulnya PAH adalah gas buangan hasil pembakaran bahan bakar fosil. Rokokjuga merupakan sumber pencemaran udara, setidaknya mencemari perokoknya sendiri. Asap rokok mengeluarkan puluhan senyawa
kimia yang berbahaya bagi kesehatan dan pada umumnya senyawa-senyawa kimia itu beracun. Toksisitas HC tergantung pada senyawa penyusun HC tersebut. Pada umumnya senyawa HC aromatik lebih beracun daripada HC alifatik maupun HC alisiklik. Dalam keadaan gas (uap), HC dapat menyebabkan iritasi pada membran mukosa. Apabila terhisap ke dalam paru-paru maka HC dapat menimbulkan luka di bagian dalam dan dapat menimbulkan infeksi. Konsentrasi HC aromatik kurangdari 25 ppm relatif masih belum membahayakan, meskipun harus dihindari terjadinya kontak dalam waktu yang lama. Anda dapat melihat toksisitas 2 buah senyawa HC aromatik, yaitu Benzena (C0H,..) dan senyawa Toluena (C6H5CH3) pada table 12.
Gambar 2 : Sistem saluran pernafasan manusia 5. Dampak Pencemaran Partikel Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa alamiah dan dapat pula disebabkan karena ulah manusia, lewat kegiatan industri dan teknologi. Partikel yang mencemari udara banyak macam dan jenisnya, tergantung pada macam dan jenis kegiatan industri dan teknologi yang ada. Mengenai macam dan jenis partikel pencemar udara serta sumber pencemarannya telah banyak dibahas pada Bab IV. Secara umum partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan,tanaman, hewan dan manusia. Partikel-partikel tersebut sangat merugikan kesehatan manusia.
Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernafasan atau pneumokoniosis. Pada saat orang menarik nafas, udara yang mengandung partikel akan terhirup ke dalam paru-paru. Ukuran partikel (debu) yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan letak penempelan atau pengendapan partikel tersebut. Partikel yang berukuran kurang dari 5 mikron akan tertahan di saluran nafas bagian atas, sedangkan partikel berukuran 3 sampai 5 mikron akan tertahan pada saluran pernafasan bagian tengah. Partikel yang berukuran lebih kecil, 1 sampai 3 mikron, akan masuk ke dalam kantung udara paru-paru, menempel pada alveoli. Partikel yang lebih kecil lagi, kurang dari 1 mikron, akan ikut keluar saat nafas dihembuskan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang masuk dan mengendapnya partikel ke dalam paru-paru, dapat dilihat pada Gambar 2. Pneumokoniosis adalah penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru. Penyakit pneumokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Di sini akan diuraikan beberapa jenis penyakit pneumokoniosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu Silikosis, Asbestosis, Bisinosis, Antrakosis dan Beriliosis. 1) Penyakit Silikosis Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa Si02, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silika bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakanbesi (mengikir, menggerinda, dll). Selain dari itu, debu silika juga banyak terdapat di tempat penambangan biji besi, timah putih dan tambang batubara. Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkan debu silika bebas Si02. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara bersamasama dengan partikel lainnya, seperti debu alumina, oksida besi dan karbon dalam bentuk abu. Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala penyakit silikosis akan segera tampak, apabila konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke
paru-paru dalam jumlah banyak. Penyakit silikosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ini seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada silikosis tingkat sedang, gejala sesak nafas dan batuk mudah sekali terlihat dan pada pemeriksaan fototorakskelainan paru-parunya mudah sekali diamati. Bila penyakit silikosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung. Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab penyakit silikosis ini belum ada obatnya yangtepat. Tindakan preventif lebih pentingdan berarti dibandingkan dengan tindakan pengobatannya. Penyakit silikosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronkitis kronis, astma broonchiale dan penyakit saluran pernafasan lainnya. Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkalabagi pekerja akan sangat membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat kerja. Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantauan riwayat penyakit pekerja kalau sewaktu-waktu diperlukan. 2) Penyakit Asbestosis Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling utamaadalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yangmenggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya. Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak nafas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar/melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu dikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis ini. 3) Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumokoniosis yang disebabkan oleh pencemaran debu kapas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau pekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya. Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak nafas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin pekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernafasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronkitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema. 4) Penyakit Antrakosis Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpan batubara pada tanur besi, lokomotif {stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara. Masa inkubasi penyakit ini antara 2 - 4 tahun. Seperti halnya penyakit silikosis dan juga penyakit-penyakit pneumokoniosis lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa sesak nafas. Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silikosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantrakosis dan penyakit tuberkulosilikoantrakosis. Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni
lebih berat daripada silikoantrakosis yang relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantrakosis sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan penyakit tuberkulosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yangmenunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberkulosis yang menyerang paru-paru. 5) Penyakit Beriliosis Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yangberupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapatmenyebabkan penyakit saluran pernafasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingitis, bronkitis dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak nafas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran beriliumtembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir. Selain dari itu, pekerjaan-pekerjaan yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit berilioisis yang tertunda atau delayed berryliosis yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, beratbadan yangmenurun dan sesak nafas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerjaan yang menggunakan logam tersebut perlu dilaksanakan terus-menerus. 6. Dampak Pencemaran Udara Lainnya Kemajuan industri dan teknologi apabila tidak disertai dengan program pelestarian dan keseimbangan lingkungan dapat menimbulkan berbagai macam dampak. Dampak pencemaran udara selain yang disebut di atas, masih ada dampak pencemaran udara lainnya yang disebabkan oleh kebisingan, pemakaian insektisida dan masalah kerusakan ozon dan efek rumah kaca. 1) Dampak Kebisingan
Saat ini kebisingan telah menjadi masalah yang banyak dihadapi penduduk kota besar. Sumber kebisingan dapat berasal dari suara alat-alat transportasi, seperti bus, kereta api, pesawat terbang dan lain sebagainya. Suasana akan lebih parah lagi apabila di suatu lingkungan terdapat industri yang peralatannya menimbulkan bunyi yang keras. Kebisingan di atas 50 dB sudah dapat dianggap sebagai kebisingan yang perlu mendapat perhatian karena sudah mengganggu kenyamanan pendengaran. Kebisingan antara 65-80 dB sudah dapat menyebabkan kerusakan alat pendengaran bila kontak terjadi pada waktu yang lama. Selain dapat menyebabkan tuli, kebisingan juga dapat berdampak terhadap kesehatan jiwa seseorang, seperti stress atau ketegangan jiwa. Apabila stress atau ketegangan jiwa ini tidak dapat diatasi maka dampak yang lebih lanjut adalah menurunnya kesehatan fisik. Kebisingan di atas 80 dB sebaiknya dihindari, kalaupun terpaksa maka tidak boleh kontak dalam waktu yang lama. Sebagai contoh kebisingan sampai 89 dB, waktukontak maksimum yangdiizinkan hanya selama 300 menit. Kebisingan sampai dengan 120 dB hanya boleh didengar maksimum selama 15 menit saja. Bila batas waktukontak yang diizinkan dilanggar, kerusakan saraf pendengaran pasti akan terjadi. 2) Dampak Pemakaian Insektisida Obat
pembasmi
hama
(insektisida)
yang
banyak
digunakan
dalam
rangka
meningkatkan produksi pertanian ternyata pada akhirnya berdampak pula terhadap manusia sebagai konsumen hasil pertanian tersebut. Akhir-akhir ini manusia resah dengan ditemukannya sisa-sisa obat pemberantas hama pada sayuran dan buahbuahan. Bahan pemberantas hama yang terdapat pada sayuran dan buah-buahan apabila termakan dapat merangsang timbulnya penyakit kanker. Hampir semua zat kimia yang terdapat dalam obat pemberantas hama, selain beracun juga merangsang timbulnya kanker atau cocarcinogenic. Sebenarnya tidak hanya melalui sayuran dan buah-buahan saja zat kimia yang terdapat pada bahan insektisida sampai ke dalam tubuh manusia, tetapi bisa juga melalui pemakaian insektisida secara langsung untuk memberantas serangga di rumah. Pemakaian insektisida yang disemprotkan ke udara di dalam ruangan (rumah) memungkinkan untuk dihirup masuk ke dalam paru-paru. Penyemprotan insektisida
secara berlebihan dapat mencemari udara yang pada akhirnya akan merugikan manusia. 3) Dampak Kerusakan Ozon dan Efek Rumah Kaca Seperti telah disinggung pada Bab IV, lapisan ozon adalah lapisan atmosfir bumi yang berfungsi sebagai pelindung dari sinar ultraviolet yang datang berlebihan dari matahari. Apabila lapisan ozon rusak maka sifat ozon sebagai penyaring sinar ultraviolet tidak akan berfungsi lagi. Sinar ultraviolet yang tidak tersaring oleh lapisan ozon ini akan terus ke bumi dan dapat merusak kulit manusia. Selain dapat mengakibatkan kanker kulit, sinar ultraviolet juga dapat mengakibatkan suhu bumi menjadi naik. Bila hal ini terjadi berarti bumi sudah tidak akan nyaman lagi bagi kehidupan manusia. Kenaikan suhu bumi akan menyebabkan mencairnya es yang ada di kutub. Hal itu akan mengakibatkan naiknya permukaan laut. Garispantai akan bergeser naik sehingga tempat-tempat yang terletak di tepi pantai akan tenggelam. Selain karena kerusakan lapisan ozon, kenaikan suhu bumi dapat juga disebabkan oleh efek rumah kaca atau Greenhouse Effect. Efek rumah kaca dapat terjadi karena meningkatnya jumlah karbon dioksida (CO2) di udara. Karbon dioksida dari tahun ke tahun memang terusmeningkat, sejalan dengan makin banyaknya penggunaan bahan bakar fosil untuk mencukupi keperluan energi dunia. Karbon dioksida hasil pembakaran bahan bakar fosil (terutama) akan mengumpul pada lapisan tertentu di atmosfir bumi, membentuk semacam "perisai". Adanya perisai ini menyebabkan panas yang keluar dari bumi tidak dapat dengan bebas keluar dari lapisan atmosfir, namun akan dikembalikan lagi ke bumi. Lapisan karbon dioksida tersebut seolah-oleh berfungsi sebagai reflektor terhadap panas dari bumi. Panas dari bumi yang dikembalikan (dipantulkan) lagi ke bumi ini akar menaikkan suhu bumi. Hal inilah yang menyebabkan pengaruh lapisan karbon dioksida terhadap kenaikan suhu bumi disebut sebagai efek rumah kaca. Akibat ini sama dengan akibat yang ditimbulkan oleh kerusakan ozon, yaitu kenaikan permukaan air laut karena mencairnya es di kutub. Berdasarkan hasil penelitian para ahli pada tahun 1980, kadar karbon dioksida pada lapisan atmosfir bumi tercatat sebesar 335 ppm. Kadar karbon dioksida ini sudah jauh lebih tinggi dari kadar karbon dioksida sekitar 100 tahun yang lalu, yang hanya sebesar 290 ppm. Atas dasar ini para ahli memperkirakan bahwa setiap 40 tahun akan terjadi
suatu perubahan iklim di muka bumi ini. Perubahan iklim tersebut antara lain ditandai dengan naiknya suhu bumi sebesar 0,5°C setiap 40 tahunnya. Apabila kenaikan kadar karbon dioksida tidak dicegah maka bencana karena kenaikan suhu bumi dapat terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi. Mengingat akan hal ini maka para ahli mulai memikirkan pemakaian energi yang bersih tanpa menimbulkan gas karbon dioksida. Pemikiran tersebut antara lain berupa usaha pemanfaatan lebih banyak panas bumi (geothermal) untuk membangkitkan tenaga listrik. Usaha itu juga dicoba untuk tenaga air, angin, konversi gradien panas laut, matahari dan nuklir.
B. Dampak Pencemaran Air Air merupakan salah satu sumber kehidupan bagi umat manusia. Apabila air telah tercemar maka kehidupan manusia akan terganggu. Ini merupakan bencana besar. Hampir semua makhluk hidup di muka bumi ini memerlukan air, dari mikroorganisme sampai dengan mamalia. Tanpa air tiada kehidupan di muka bumi ini. Jumlah air di muka bumi ini cukup banyak. Sekitar 71% dari luas permukaan bumi ini terdiri atas air. En am puluh persen tubuh manusia pun terdiri atas air. Jumlah air di muka bumi ini relatif konstan meskipun air mengalami pergerakan arus, tersirkulasi karena pengaruh cuaca, dan juga mengalami perubahan bentuk fisis. Sirkulasi dan perubahan bentuk fisis tersebut antara lain melalui air permukaan yang menjadi uap (evaporasi), air yang mengikuti sirkulasi dalam tubuh tanaman (transpirasi), air yang mengikuti sirkulasi di tubuh manusia dan hewan (respirasi). Air yangmenguap akan terkumpul menjadi awan kemudian jatuh sebagai air hujan. Air hujan ada yang langsung bergabung di permukaan (runof); ada pula yang meresap masuk ke dalam celah batuan dalam tanah (perkolasi) sehingga menjadi air tanah. Air tanah dangkal akan diambil oleh tanaman sedangkan air tanah dalam akan keluar sebagai mata air. Sirkulasi dan perubahan fisis akan berlangsung terus sampai pada akhir zaman nanti. Apabila air telah tercemar maka bahan pencemar akan ikut pada sirkulasi air, kecuali pada saat air berubah menjadi uap. Walaupun air hujan relatif bersih, namun dalam perjalanannya seringkali membawa kotoran pencemar udara. Sebagai contoh adalah hujan asam yang terjadi di negara industri maju di Eropa Barat, khususnya Jerman.
Pada Bab V telah diuraikan mengenai indikator atau bagaimana tanda bahwa air lingkungan telah mengalami pencemaran. Selain daripada itu komponen utama yang menyebabkan terjadinya pencemaran air juga telah dibahas dalam bab tersebut. Berdasarkan cara pengamatannya, pengamatan indikator dan komponen pencemaran air lingkungan dapat digolongkan menjadi: 1.
Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat
kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu air, perubahan rasa dan warna air. 2.
Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat
kimia yang terlarut, perubahan PH. 3.
Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada di dalam air, terutama adatidaknya bakteri patogen. Ketiga macam pengamatan tersebut di atas tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Masing-masing saling mengisi agar diperoleh hasil pengamatan yang lengkap dan cermat. Air yang telah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi manusia. Kerugian yang disebabkan oleh pencemaran air dapat berupa:
1.
Air menjadi tidak bermanfaat lagi.
Air menjadi penyebab timbulnya penyakit.
Air Menjadi Tidak Bermanfaat Lagi Air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi akibat pencemaran air merupakan
kerugian yang terasa secara langsung oleh manusia. Kerugian langsung ini pada umumnya disebabkan oleh terjadinya pencemaran air oleh berbagai macam komponen pencemar air. Bentuk kerugian langsung ini antara lain berupa: Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga. Air yang telah tercemar dan kemudian tidak dapat digunakan lagi sebagai penunjang kehidupan manusia, terutama untuk keperluan rumah tangga, akan menimbulkan dampak sosial yangsangat luas dan akan memakan waktu lama untuk memulihkannya. Padahal air yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga sangat banyak, mulai untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan lain sebagainya. Gambaran berapa banyak air bersih
yang diperlukan orang Indonesia yang tinggal di kota untuk setiap orang per hari dapat dilihat pada Tabel 22. Andaikata air sudah tidak memenuhi syarat lagi untuk keperluan rumah tangga seperti tersebut di atas maka kegiatan rumah tangga akan terhenti. Ini berarti bencana! Oleh karena itu pencemaran air harus diusahakan agar tidak sampai terjadi. Pengawasan mutu air harus dilakukan dengan ketat. Sebagai contoh, mutu air untuk keperluan air minum harus memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MenKes/Per/IX/1990
Tgl. 3 September 1990. Mengenai mutu air untuk minum
dapat dilihat pada lampiran. Keperluan Minum Memasak,
kebersihan
Air yang dipakai 2,0 liter 14,5 liter
kebersihan
20,0 liter 13,0 liter 15,0 liter 32,0 liter
dapur Mandi, kakus Cuci pakaian Air wudhu Air untuk ruraah Air untuk menyiram tanam11,0 liter tanaiuan Air untuk mencuci 22,5 liter kendaraan Air untuk keperluan Iain20,0 liter lain Jumlah 150,0 liter Tabel 13 :Keperluan air per orang per hari Air tidak dapat digunakan untuk keperluan industri. Kalau terjadi pencemaran air yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan industri berarti usaha untuk meningkatkan kehidupan manusia tidak akan tercapai. Sebagai contoh, air lingkungan yang berminyak (karena tercemar minyak) tidak dapat lagi digunakan sebagai solven atau sebagai air proses dalam industri kimia. Air yang terlalu banyak mengandung ion logam yang bersifat sadah tidak dapat dipakai lagi sebagai air ketel uap. Pusat Listrik Tenaga Uap tidak dapat menggunakan air sadah. Air tidak dapat digunakan untuk keperluan pertanian. Air tidak dapat digunakan lagi sebagai air irigasi, untuk pengairan di persawahan dan kolam perikanan, karena adanya senyawa-senyawa anorganik yang mengakibatkan perubahan drastis pada pH
air. Air yang bersifat terlalu basa atau terlalu asam akanmematikan tanaman dan hewan air. Selain dari itu banyak senyawa anorganik yang bersifat racun yang menyebabkan kematian. Air yang mengandung racun seringkali justru bening, seolah-olah tidak tercemar. Sudah sering terdengar adanya kematian ikan ataupun udang di kolam perikanan dan tambak yang disebabkan air lingkungan yang tercemar. Di negara industri maju, seperti Amerika Serikat, pencemaran air lingkungan telah menimbulkan kerugian yang sangat besar. Kerugian ini diperkirakan mencapai 1,5 juta dollar per tahun, sedangkan ikan yang mati per tahunnya ditaksir mencapai sekitar 23 juta ekor. 2. Air Menjadi Penyebab Penyakit Air lingkungan yang bersih sangat didambakan oleh setiap orang. Air lingkungan yang bersih saat ini termasuk barang yang langka yang harus dijaga kelestariannya. Untuk mendapatkan air lingkungan yang bersih orang harus menebusnya dengan cara merawat lingkungan agar tetap bersih. Tebusan tersebut akan menjadi mahal apabila manusia tidak disiplin di dalam mematuhi perundangan lingkungan hidup. Pelanggaran terhadap peraturan perundangan lingkungan hidup menunjukkan belum adanya kesadaran bahwa lingkungan hidup yang bersih merupakan tanggungjawab bersama. Air lingkungan yang kotor karena tercemar oleh berbagai macam komponen pencemar menyebabkan lingkungan hidup menjadi tidak nyaman untuk dihuni. Pencemaran air dapat menimbulkan kerugian yang lebih jauh lagi, yaitu kematian. Kematian dapat terjadi karena pencemaraan yang terlalu parah sehingga air telah menjadi penyebab berbagai macam penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh pencemaran air ini dapat berupa: 1) Penyakit Menular Air yang telah tercemar, baik oleh senyawa organik maupun anorganik akan mudah sekali menjadi media berkembangnya berbagai macam penyakit. Air yang tercemar dapat berupa air yang tergenang (tidak mengalir) dan dapat pula air yang mengalir. Penyakit menular akibat pencemaran air dapat terjadi karena berbagai macam sebab, antara lain karena alasan-alasan berikut ini: Air merupakan tempat berkembangbiaknya mikroorganisme, termasuk mikroba patogen.
Air yang telah tercemar tidak dapat digunakan sebagai air pembersih, sedangkan air
bersih
sudah
tidak
mencukupi
sehingga
kebersihan
manusia
dan
lingkungannya tidak terjamin yang pada akhirnya menyebabkan manusia mudah terserang penyakit. Jenis Mikroba Virus : Rota virus Virus Hepatitis A Virus Poliomyelitis
Penyakit diare, terutama pada anak-anak Hepatitis A Poliomyelitis
Bakteri Vibrio cholerae Cholera Escherichia coli Diare/dysenteri Salmonella typhi Typhus abdominale Salmonella paratyphi Patrathypus Shigella dysenteriae Dysenteri Protozoa : Entaamoeba Dysenteri amoeba histolytica Balantidiasis Balantidia coli Giardiasis Giardia LambUa Metazoa : Ascaris lumbricoides Ascaris Clonorchis Sinensis Clonorchiasis Diphyllobothrium Diphylobothriflsis latum Taeniasis Tawenia Schistosomiasis saginata/solium Schistosoma Tabel 14:Penyakit menular melalui air Air yang tercemar oleh limbah organik, terutama limbah yang berasal dari industri
olahan
bahan
makanan,
merupakan
tempat
yang
subur
untuk
berkembangbiaknya mikroorganisme, termasuk mikroba patogen. Mikroba patogen yang berkembang biak dalam air tercemar yang menyebabkan timbulnya berbagai penyakit sangat banyak dan semuanya merupakan penyakit yang dapat menular dengan mudah..Tentang mikroba patogen tersebut dapat dilihat pada Tabel 14. Penyakit-penyakit yang disebutkan di dalam Tabel 14 tersebut jika tidak segera diatasi pada akhirnya dapat menimbulkan kematian. Untuk mengatasi hal ini yang harus dilakukan tidak hanya mengobati penyakitnya tetapi yang lebih penting lagi adalah mengatasi masalah pencemaran yang merupakan sumber utama penyakit. Untuk
mengatasi masalah pencemaran diperlukan perhatian dan kesadaran semua lapisan masyarakat, terutama pihak-pihak yang secara tidak sengaja (apalagi kalau sengaja) menjadi penyebab terjadinya pencemaran air. Industri, pabrik dan tempat kerja yang potensial sebagai sumber pencemaran kiranya perlu mawas diri; jangan sampai terjadi saling lempar tanggungjawab manakala terjadi pencemaran lingkungan. Sebagian dari beberapa penyakit yang disebutkan pada Tabel 14 akan dibahas secara garis besar berikut ini. Hepatitis A Penyakit Hepatitis A dapat menular secara langsung dari orang yang satu ke orang yang lain, di samping melalui air yang telah tercemar atau melalui makanan yang telah terkontaminasi oleh virus. Virus Hepatitis A sering dijumpai pada makanan, seperti pada susu, masakan daging, dan buah-buahan mentah yang dikonsumsi langsung tanpa dicuci bersih terlebih dahulu. Air sungai yang telah tercemar virus bisa mengakibatkan wabah apabila penduduk menggunakan air tersebut untuk keperluan hidupnya. Hal ini pernah terjadi di India. Pada waktu itu terjadi banjir di sungai Jamuna padahal persediaan air minum diambil dari sungai yang sudah tercemar oleh virus Hepatitis tersebut. Walaupun pengolahan air minum kota sudah melalui proses chlorinasi, air minum sudah terbebaskan dari bakteri, namun ternyata tetap ada virus Hepatitis A di dalam air minum tersebut. Virus Hepatitis Aternyata tidak mati oleh Chlor, meskipun bakteri mati oleh desinfektan tersebut. Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 1-2 bulan setelah terkena infeksi virus Hepatitis A. Penyakit ini ditandai oleh demam yang disertai rasa mual dan muntah. Hati penderita menjadi bengkak, bola mata pun menjadi kuning. Warna kuning ini bisa menjalar ke permukaan kulit. Orang awam sering menyebutnya sebagai penyakit kuning. Sebutan sakit kuning harus dibedakan dengan penyakit demam kuning atau Yellow fever yang banyak berjangkit di Afrika dan di Amerika Selatan. Yellow fever sejauh ini tidak terdapat di Indonesia. Hepatitis A yang telah parah akan merusak hati. Kerusakan hati ini memang tidak nampak dari luar. Namun akibatnya bisa dilihat dari melemahnya tubuh penderita. Tubuh menjadi kurus dan perut membesar (bengkak). Dengan rusaknya hati maka aliran dari venaporta
tersumbat dan cairan tubuh
terkumpul di rongga perut sehingga menimbulkan oedema atau pembengkakan.
Kekurangan gizi akan mempercepat tingkat keparahan penyakit ini. Demikian pula penularannya. Daerah berpenduduk padat, lingkungan kumuh, kebersihan lingkungan tidak diperhatikan, air bersih tidak memadai, pembuangan limbah dan kotoran (termasuk tinja) secara sembarangan, yangkesemuanya itu menyebabkan pencemaran air lingkungan, akan memudahkan penularan penyakit ini. Oleh karena itu tindakan preventif berupa kebersihan lingkungan perlu disadari oleh segenap lapisan masyarakat. Polliomyelitis Penyakit yang sering disebut sebagai penyakit polio ini sering menyerang anakanak dan menyebabkan kelumpuhan. Masa inkubasinya sekitar 1 - 3 minggu setelah terkena infeksi virus polio. Gejala polio sangat bervariasi; dapat berupa demam ringan seperti pada influensa sampai pada kelumpuhan ringan dan berat yang menyebabkan cacat pada tungkai bawah. Kelumpuhan karena polio seringkali tidak sama pada anggota badan atau asimetris. Kematian karena penyakit polio relatif rendah, namun keparahan penyakit polio akan meningkat dengan meningkatnya umur penderita. Virus polio ini tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kebersihan lingkungan dan keadaan gizi yang baik akan sangat membantu dalam menangkal penyakit polio, terutama pada anak-anak. Vaksinasi polio sudah barang tentu sangat berguna untuk membentuk ketahanan tubuh terhadap penyakit polio ini. Cholera Penyakit Cholera (kolera) adalah penyakit menular yang menyerang usus halus yang kemudian dapat mengakibatkan kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini akan menjadi wabah apabila tidak ditangani secara sungguh-sungguh. Angka kematian karena penyakit kolera relatif sangat tinggi, sekitar 50%, terutama pada saatbelum ditemukannya antibiotika dan chemoterapeutika. Masa inkubasi penyakit kolera sangat cepat, dari hanya beberapa jam sampai beberapa hari setelah penderita terinfeksi oleh bakteri kolera. Penyakit kolera ditandai dengan muntah-muntah dan berak terus-menerus (muntaber) yang menyebabkan dehidrasi parah sehingga penderita menjadi kolaps dan akhirnya meninggal. Kematian
ini dapat terjadi dalam waktu singkat, sekitar setengah sampai dua jam apabila dehidrasi sudah demikian parah. Pada tahun 1992 masih dijumpai wabah kolera di Rwanda (Afrika) yang menelan banyak korban akibat sangat buruknya kondisi para pengungsi akibat perang saudara serta keadaan air lingkungan yang telah tercemar oleh bakteri cholera. Walaupun saat ini sudah ditemukan vasinasi untuk pencegahan penyakit kolera dan juga sudah ditemukan antibiotika untuk penyembuhannya, akan tetapi penyakit ini masih sering dijumpai sebagai wabah, terutama di Afrika dan Asia. Hal ini disebabkan masih rendahnya kesadaran akan arti pentingnya kebersihan lingkungan, masalah vaksinasi, masalah gizi dan pangan, dan lain sebagainya. Penularan bisa secara langsung melalui orang ke orang, dapat pula melalui lalat, air, makanandan minuman. Typhus Abdominalis Typhus adalah penyakit menularyang menyerang usus halus seperti halnya kolera. Penyakit ini masih sering menjadi wabah. Angka kematian akibat penyakit ini masih lebih rendah dari angka kematian akibat kolera. Sebelum ditemukannya antibiotika, angka kematian akibat typhus sekitar 10%. Saat ini angka kematian itu sudah jauh menurun, menjadi sekitar 3 %. Masalah pemberantasan penyakit typhus seringkali dihadapkan pada persoalan adanya pembawa (carier) bakteri typhus. Bakteri ini untuk sementara waktu bersembunyi atau tinggal pada batu ginjal, batu kandung kemih atau pada batu kandung empedu. Pada waktu buang air besar atau buang air kecil, bakteri tersebut mungkin akan ikut keluar dan menyebar ke lingkungan. Bakteri typhus dapat bertahan lama di luar tubuh manusia karena daya tahan bakteri ini sangat kuat. Pencegahan penyakit typhus dapat dilakukan dengan melalui vaksinasimanakala sedangterjadi wabah, walaupun vaksinasi tiphus hanya dapat memberikan kekebalan sementara saja, yaitu tidak lebih dari 6 bulan. Dysenteri Amoeba Penyakit dysenteri amoeba adalah penyakit menular yang menyerang perut. Penyakit ini tersebar ke seluruh dunia. Penyakit ini bukan disebabkan oleh bakteri maupun virus, namun disebabkan oleh protozoa yang dapat membentuk kista. Mikroba patogen jenis protozoa ini disebut entamoeba histolitica. Gejala penyakit dysenteri
amoeba adalah buang air besar yang disertai dengan lendir dan darah. Penderita penyakit ini tidak mengalami dehidrasi, kecuali pada disenteri basilaris. Adakalanya penyakit dysenteri amoeba tidak disertai dengan gejala yang nyata sehingga seringkali menjadi kronis. Kalau tidak segera diobati penyakit ini akan menyebabkan komplikasi, antara lain abses pada hati, radang otak dan lain sebagainya. Penularan penyakit dysenteri sangat mudah, dapat melaluijalur air lingkungan, makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh kotoran yang mengandung kista amoeba yang dibawa oleh lalat. Amoeba ini dapat bertahan lama di luar tubuh manusia, karena terbentuknya kista yang dapat melindungi diri sehingga daya tahannya kuat sekali. Program kesehatan
keluarga
dan
kebersihan
lingkungan
sangat
membantu
usaha
pemberantasan penyakit dysenteri. Masalah yang ada pada pemberantasan penyakit ini adalah adanya pembawa atau carier pada tubuh penderita yang telah sembuh. Oleh karena gejalanya seringkali tidak nyata maka penyakit ini kurang begitu diperhatikan sehingga tahu-tahu keadaan penderita sudah kronis. Pengobatan yang terlambat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga komplikasi dengan penyakit lainnya mudah terjadi. Ascariasis Ascariasis atau penyakit cacingan (cacing gelang) dapat terjadi karena lingkungan yang kotor dan tercemar. Penyakit ini menyerang orang di segala usia, terutama pada anak-anak. Cacing gelang hidup pada usus manusia. Penyakit ini telah menyebar di seluruh dunia. Penyakit ini dengan cepat dapat menular karena cacing betinanya mampu bertelur banyak sekali, sekitar 200.000 butir telur sehari. Telur ini akan ikut keluar dari usus pengidap penyakit cacingan bersama tinja. Manusia terkena infeksi cacing ini karena menelan telur cacing yang terdapat pada makanan atau minuman, atau melalui sayuran dan buah-buahan yang terkontaminasi telur cacing ascaris. Telur cacing yang sampai pada usus akan menetas dan menjadi tempayak (larva) yang akan menembus dinding perut dan masuk ke pembuluh darah. Melalui pembuluh darah ini larva akan menuju ke hati, kemudian ke dinding jantung kanan terus ke paru-paru. Melalui paru-paru larva cacing masuk ke saluran pernafasan terus ke tenggorokan, dan akhirnya kembali ke rongga perut (usus) dan selanjutnya menjadi
:
dewasa di dalam usus. Di dalam usus ini cacing berkembang biak. Gejala penyakit
cacing gelang ini ditandai dengan batuk ringan karena masuknya larva ke dalam sistem pernafasan, dan berak yang disebabkan adanya cacing dewasa. Penderita penyakit cacing gelang pada umumnya akan menurun kondisi tubuhnya karena cacing gelang yang ada di dalam usus ikut menyerap makanan. Sifat parasit cacing gelang ini sudah barang tentu sangat merugikan. Dalam keadaan yang parah maka mungkin akan timbul komplikasi karena adanya penyumbatan rongga usus oleh cacing tersebut. Penderita pun jadi mudah untuk terkena penyakit lainnya karena daya tahan tubuhnya yang lemah. Kebersihan diri dan kebersihan lingkungan serta persyaratan jamban keluarga yang baik akan membantu pemberantasan penyakit cacing gelang ini. Trachoma Penyakit trachoma adalah penyakit yang tidak termasuk dalam kelompok penyakit yang telah disebutkan di atas. Penyakit ini timbul terutama karena kurangnya persediaan air bersih. Trachoma adalah penyakit mata yang menyerang selaput lendir dan selaput bening mata. Penyebab penyakit trachoma adalah virus trachoma. Penyakit ini pada keadaan awal hampir tidak menimbulkan keluhan pada penderitanya, namun pada keadaan yang agak lanjut akan mengakibatkan peradangan pada mata. Pengobatan penyakit ini hendaknya segera dilakukan karena terlambat diobati mungkin akan mengakibatkan cacat. Cacat ini dapat terjadi pada selaput lendir mata dan selaput bening mata. Cacat ini dapat mengakibatkan kornea mata menjadi keruh sehingga sangat mengganggu penglihatan. Kalau terjadi infeksi berulangkali dan penyembuhannya tidak berhasil total maka akar. mengakibatkan kebutaan. Penyakit trachoma akan mudah menyerang anak-anak yang kekurangan gizi, terutama anak-anak yang kekurangan vita min A dan kebersihan dirinya tidak terjamin. Penularan penyakit dapat terjadi secara langsung dari penderita ke orang lain melalui tangan, pakaian atau sapu tangan. Penularan akan lebih mudah terjadi terhadap orang yang tidak menjaga kebersihan dirinya secara baik. Kekurangan air bersih akibatair lingkungan yang sudah tercemar dapat lebih memperburuk keadaan ini, terutama di ^daerah kumuh. Virus trachoma ini telah merata di seluruh dunia. Scabies
Seperti halnya penyakit trachoma, penyakit scabies juga disebabkan oleh kekurangan air bersih karena air lingkungan sudah tercemar. Penyakit scabies dalam bahasa sehari-hari disebut kudis. Kebiasaan membersihkan diri (mandi) yang bersih menggunakan air yang bersih merupakan cara terbaik untuk menghindari penyakit scabies. Begitu pula dengan pakaian. Hendaknya orang membiasakan diri untuk menggunakan pakaian yang bersih. Penyakit scabies atau kudis merupakan penyakit kulit yang mudah menular melalui kontak langsung atau melalui pakaian, sapu tangan, atau pun tempat tidur yang pernah digunakan oleh penderita scabies. Penyakit ini disebabkan oleh sejenis kutu kecil atau tungau yang disebut Sarcoptes scabei. Tungau ini masuk ke dalam kulit dan memakan jaringan kulit dan kemudian menaruh telur-telurnya di dalam kulit. Dalam waktu sekitar enam hari telur tersebut akan menetas dan menjadi dewasa dalam waktu sekitar 2 minggu. Kulit yang kemasukan kutu scabies akan terasa sangat gatal, terutama pada malam hari. Pada kulit akan timbul bintik-bintik kecil yang berisi cairan bening. Karena rasa gatal yang sangat maka penderita akan terus menggaruk-garuk kulitnya dan ini bisa mengakibatkan infeksi sekunder. Kutu scabies terutama terdapat pada daerah pemukiman kumuh dan di mana persediaan air bersih kurang mencukupi. Penyakit Tidak Menular Walaupun dikatakan sebagai penyakit tidak menular namun penyakit ini tetap merupakan bahaya besar karena dapat mengakibatkan kematian. Penyakit tidak menular dapat muncul terutama karena air lingkungan telah tercemar oleh senyawa anorganik yang dihasilkan oleh industri yang banyak menggunakan unsur logam. Selain dari itu senyawa organik pun bisa menyebabkanpenyakit yang tidak menular. Pembuangan limbah industri secara sembarangan ke lingkungan sangat merugikan manusia karena dapat menimbulkan penyakit atau keracunan yang mengakibatkan cacat dan kematian. Air lingkungan yang telah tercemar dapat menimbulkan berbagai macam penyakit tidak menular. Meskipun penyakit ini tidak menular namun dapat pula menjadi wabah yang menelan banyak korban. Zat anorganik dan organik yang mencemari lingkungan dapat menimbulkan penyakit, mulai dari keracunan yang ringan sampai keracunan berat yang berakhir dengan kematian. Seperti telah diuraikan pada Bab V,
mengenai komponen pencemaran air, banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air. Dari sekian banyak zat yang dapat menimbulkan keracunan atau penyakit tidak menular, hanya beberapa saja yang akan dibahas di sini, antara lain keracunan kadmium, kobalt, air raksa dan keracunan bahan insektisida. Keracunan Kadmium Keracunan
Kadmium
(Cd)
dapat
terjadi
karena
banyak
industri
yang
menggunakan logam kadmium dalam proses produksinya. Banyak pula industri yang hasil sampingnya melepaskan logam kadmium ke lingkungan. Industri elektroplating banyak melibatkan logam ini. Pabrik pipa plastik PVC atau poly vinil chlorida juga memakai Cd sebagai stabilisator. Selain daripada itu logam Cd juga dapat dijumpai sebagai basil samping kegiatan penambangan logam seperti pada tambang timah hitam dan tambang biji seng yang seringkali tercampur dengan logam Cd. Oleh karena itu logam Cd mudah dijumpai di air lingkungan yang menerima buangan limbah industri. Pada masa lalu logam Cd banyak digunakan dalam industri obat-obatan, antara lain untuk obat penyakit kelamin (sipilis) dan obat malaria. Namun untuk saat ini Cd sudah tidak banyak digunakan lagi dalam industri obat-obatan. Logam Cd merupakan logam asing bagi tubuh manusia. Tubuh manusia tidak membutuhkannya dalam proses metabolisme. Logam Cd dapat terabsorbsi oleh tubuh manusia tanpa adayang menghalangi karena tidak ada mekanisme tubuh yang membatasinya, kecuali kalau tubuh memang memerlukannya. Sebagian besar Cd yang diabsorpsi tubuh akan mengumpul di dalam ginjal, hati dan sebagian lagi akan dibuang keluar melalui saluran pencernaan. Keracunan kadmium dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah. Akibatnya, tekanan darah menjadi tinggi yang kemudian bisa menyebabkan terjadinya gagal jantung. Ginjal pun dapat rusak dari keracunan Cd. Kasus keracunan Cd yang pernah tercatat sebagai epidemi (wabah) pada abad ini adalah keracunan Cd yang menimpa sebagian penduduk Toyama di Jepang. Keracunan Cd ini menjadi wabah karena sebagian penduduk Toyama mengeluh sakit pinggang selama bertahun-tahun dan sakit itu semakin lama semakin parah. Di samping itu mereka juga mengeluh sakit pada tulang punggungnya. Ternyata tulangtulang itu mengalami pelunakan dan kemudian menjadi rapuh. Kematian yang terjadi di antara mereka terutama disebabkan oleh gagal ginjal.
Kematian sebagian penduduk Toyama menarik perhatian para ahli untuk mengetahui sebab utamanya. Berdasarkan hasil penelitian ternyata bahwa beras yang mereka makan berasal dari tanaman padi yang selama bertahun-tahun mendapatkan air yang telah tercemar oleh Cd. Endapan logam Cd yang terakumulasi di dalam padi kemudian
mengalami
pelipatan
secara
biological
magnification
dan
akhirnya
mengendap dalam tubuh manusia. Logam Cd yang terdapat dalam air sungai yang digunakan untuk mengairi tanaman padi tersebut ternyata berasal dari industri seng dan timah hitam yang berada di daerah hulu sungai. Pelipatan kandungan Cd secara biological magnification ternyata besar sekali. Kandungan Cd di dalam padi semula hanya sekitar 1,6 ppm namun setelah mengalami biological magnification kandungan Cd di dalam tubuh (lewat analisis pada tulang yang rusak) menjadi 11.472 ppm. Kasus keracunan Cd ini menarik perhatian berbagai pihak untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap pembuangan limbah industri ke lingkungan. Keracunan Kobalt Kemajuan industri dan teknologi pada saat ini telah menyebabkan naiknya penggunaan logam kobalt (Co) pada berbagai bidang. Oleh karena itu keracunan kobalt sangat mungkin terjadi apabila industri yang melibatkan kobalt dalam proses produksinya tidak cermat di dalam mengelola lingkungannya. Industri elektronika banyak menggunakan kobalt, begitu pula dengan berbagai macam industri kimia yang banyak menggunakan kobalt sebagai katalisator. Dahulu pabrik bir juga memasukkan Co sebagai cara untuk menstabilkan busa bir agar menjadi lebih baik. Sebenarnya tubuh manusia memerlukan Co dalam jumlah yang sangat sedikit untuk proses pembentukan butir darah merah. Co dalam jumlah tertentu dibutuhkan tubuh melalui vitamin B12 yang dimakan manusia. Dari analisis kobalt dalam tubuh manusia diperoleh data bahwa di dalam darah terdapat 0,07-0,36 ugper liter darah sementara di dalam urine terdapat 3,6 ug/liter. Keracunan kobalt dapat terjadi apabila makanan dan minuman mengandung Co 150 ppm atau lebih. Kobalt yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang banyak akanmerusak kelenjar gondok sehingga penderita akan kekurangan hormon kelenjar gondok. Keracunan kobalt dapat juga membuat sel darah merah menjadi berubah, tekanan darah menjadi tinggi, pergelangan kaki membengkak (oedema). Gagal jantung
juga dapat terjadi akibat keracunan Co, terutama pada anak-anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan. Wabah keracunan kobalt yang pernah tercatat adalah peristiwa di Amerika pada tahun 1964 - 1966. Warga kota Nebraska dan Ohama pada saat itu banyak yang menderita penyakit jantung. Mereka mengalami kelainan pada otot jantung primer. Pada mulanya kelainan ini tidak diketahui penyebabnya, namun setelah diketahui bahwa warga yang sakit jantung mempunyai kegemaran minum bir dengan merk yang samamaka para dokter mencurigai Co penyebabnya. Ternyata dugaan ini benar. Setelah Co dilarang digunakan dalam proses pembuatan
bir,
epidemi
keracunan kobalt lenyap dengansendirinya. Kasus serupa pernah terjadi di Canada pada tahun 1965-1966. Banyak orang pada waktu itu yang menderita gagal jantung yang disertai dengan gejala sesak nafas, batuk-batuk, sakit di sekitar jantung dan lambung serta kondisi badan yang lemah. Ternyata mereka juga. mempunyai kebiasaan minum bir yang mengandung Co. Sejak saatitu Co dilarang untuk digunakan dalam pembuatan bir. Keracunan Air Raksa Banyak Industri yang menggunakan air raksa atau merkuri (Hg). Banyak di antara industri tersebut yang membuang limbahnya belum memenuhi syarat sehingga dapat menyebabkan pencemaran air lingkungan. Sebagai contoh, pabrik plastik yang tersebar di banyak tempat. Pabrik ini seringkali menggunakan merkuri dalam proses produksinya. Industri sabun dan kosmetika juga ada yang menggunakan merkuri sebagai campuran bahan antiseptiknya. Amalgam yang digunakan dalam penambalan gigi juga mengandung merkuri, begitu pula fungisida yang banyak dipakai di sektor pertanian. Gejala keracunan merkuri ditandai dengan sakit kepala, sukar menelan, penglihatan menjadi kabur, dan daya dengar menurun. Selain dari itu, orang yang keracunan merkuri merasa tebal di bagian kaki dan tangannya, mulut terasa tersumbat oleh logam, gusi membengkak dan disertai pula dengan diare. Kematian dapat terjadi karena kondisi tubuh yang makin melemah. Wanita yang mengandung akan melahirkan bayi yang cacat apabila ia keracunan merkuri. Kasus wabah keracunan merkuri pernah terjadi di Minamata (Jepang) pada tahun 1953 sampai tahun 1960. Kasus ini sangat terkenal karena selama tujuh tahun itu telah banyak jatuh korban di antara warga kota yang sebagian adalah nelayan. Pada
kurun waktu itu lebih dari 100 orang menderita cacat dan 43 orang di antaranya meninggal. Korban lainnya adalah 119 bayi yang lahir cacat. Sumber utama keracunan merkuri adalah pembuangan limbah pabrik plastik ke air lingkungan (laut). Walaupun kadar merkuri yangdibuang ke laut kecil namun karena proses biological magnification maka kadar merkuri yang terdapat dalam ikan menjadi berlipat ganda, sekitar 27 – 102 ppm. Kadar itu tentu akan menjadi lebih besar lagi manakala ikan tersebut dimakan oleh manusia. Proses pelipatan merkuri dan akumulasinya didalam tubuh manusia inilah yang menyebabkan terjadinya keracunan. Kasus serupa pernah terjadi juga di kota Niigata (Jepang) pada tahun 1965. Jumlah warga yang keracunan 26 orang dan 5 orang diantaranya meninggal. Penyebabnya sama, yaitu para korban banyak mengkonsumsi ikan yang telah tercemar oleh merkuri. Tiap hari mereka makan ikan yang mengandung Hg 5 – 20 ppm sebanyak 3 kali sehari. Kebiasaan makan ikan dalam jumlah banyak ini menyebabkan warga kota Niigata keracunan merkuri. Tentu akan timbul pertanyaan bagaimana dengan keadaan air lingkungan (air laut) di Indonesia ? Apakah ada kemungkinan juga bahwa air laut di Indonesia telah tercemar oleh merkuri ? Pertanyaan itu telah menarik perhatian para peneliti untuk mendapatkan jawaban yang pasti. Sudah banyak penelitian mengenai hal tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian perairan Indonesia telah tercemar oleh Hg. Dari penelitian Penentuan Kadar Merkuri dalam Rambut dan Hubungannya dengan Pola Konsumsi Ikan secara Analisis Pengaktivan Neutron tanpa Merusak, Penelitian pada Nelayan Muara Angke, Jakarta Utara, menunjukkan bahwa kontaminasi merkuri pada nelayan di Muara Angke telah mencapai tingkat yang perlu mendapat perhatian serius. Pencemaran itu terus cenderung meningkat bila dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya. Kelompok nelayan tersebut merupakan kelompok penduduk yang berisiko tinggi terhadap pencemaran merkuri melalui rantai makanan. Diperlukan usaha terpadu untuk mencegah masuknya limbah merkuri ke perairan teluk Jakarta dan sekitarnya. Keracunan Bahan Insektisida Pemberantasan hama serangga dalam rangka peningkatan produksi pangan dan juga dalam rangka peningkatan kesehatan lingkungan, ternyata turut andil dalam
pencemaran air lingkungan, terutama oleh pemakaian bahan insektisida yang berlebihan. Bahan insektisida saat ini banyak sekali jenisnya dan kesemuanya beracun. Bahan insektisida ini terbawa ke air lingkungan melalui pengairan sawah atau air hujan yang jatuh di daerah yang disemprot bahan insektisida, kemudian mengalir ke sungai dan danau atau kolam di sekitarnya. Beberapa bahan insektisida bersifat persisten dan tidak dapat didegradasi oleh mikroorganisme yang ada di dalam air, terutama DDT yang telah banyak digunakan orang. Bahan insektisida dapat terakumulasi dalam rantai makanan dan kadarnya menjadi tinggi karena proses biological magnification yang pada akhirnya dapat sampai pada manusia. Keracunan bahan insektisida menyebabkan kepala pusing, mual, tremor, dan kerusakan organ penting seperti hati dan ginjal. Akumulasi bahan insektisida sedikit demi sedikit dalam waktu yang lama dapat menimbulkan penyakit tertunda (delayed effect) yang justru lebih berbahaya daripada penyakit yang disebabkan karena menerima insektisida sekali dalam kadar yang agak tinggi. Efek tertunda tersebut muncul dalam bentuk kanker kulit, kanker paru-paru dan kanker hati. Timbulnya penyakit kanker ini disebabkan karena bahan insektisida bersifat cocarcinogenic atau merangsang timbulnya kanker. Sebenarnya bukan hanya bahan insektisida saja yang bersifat cocarsinogenic. Hampir semua senyawa kimia organik dan anorganik dapat bersifat cocarcinogenic apabila terdapat secara berlebihan di dalam tubuh manusia. Pencemaran air yang menyebabkan kerugian langsung tersebut di atas sangat mudah terjadi apabila tidak ada pengawasan yang ketat terhadap pengelolaan dan pengolahan limbah, baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.
C. Dampak Pencemaran Daratan Pencemaran daratan pada umumnya berasal dari limbah berbentuk padat yang dibuang atau dikumpulkan disuatu tempat penampungan. Tempat pengumpulan ini dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat tetap. Oleh karena tempat pengumpulan limbah padat ini sudah ditentukan maka seharusnya sudah pula diperhitungkan pula kemungkinan dampaknya. Namun dalam kenyataannya seringkali terjadi bahwa tempat penampungan limbah padat tersebut tetap /menimbulkan gangguan pada manusia.
Bentuk dampak pencemaran daratan tergantung pada komposisi limbah padat yang dibuang serta jumlahnya. Bentuk dampak pencemaran daratan dapat berupa dampak langsung dan dampak tidak langsung. 1. Dampak Langsung Dampak pencemaran daratan yang secara langsung dirasakan oleh manusia adalah dampak dari pembuangan limbah padat organik yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan juga dari kegiatan industri olahan bahan makanan. Limbah padat organik yang didegradasi oleh mikroorganisme akan menimbulkan bau yang tidak sedap (busuk) akibat penguraian limbah tersebut menjadi bagian-bagian yanglebih kecil yang disertai dengan pelepasan gas yang berbau tidak sedap. Limbah organik yang mengandung protein akan menghasilkan bau yang lebih tidak sedap lagi (lebih busuk) karena protein yang mengandung gugus amin itu akan terurai menjadi gas amonia. Dampak langsung akibat pencemaran daratan lainnya adalah adanya timbunan limbah padat dalam jumlah besar yang akan menimbulkan pemandangan yang tidak sedap, kotor dan kumuh. Keadaan ini pada umumnya terjadi pada tempat pembuangan akhir (TPA) atau dump station. Timbunan limbah padat yang banyak dan menggunung karena belum
diolah
lagi
menjadi bahan lain
yang berguna
menyebabkan
pemandangan di sekitar tempat tersebut menjadi kotor. Kesan kotor ini secara psikis akan mempengaruhi penduduk di sekitar tempat pembuangan tersebut. 2. Dampak Tak Langsung Dampak tak langsung akibat pencemaran daratan adalah dampak yang dirasakan oleh manusia melalui media lain yang menimbulkan akibat pencemaran daratan. Jadi media lain inilah yang merupakan dampak langsung akibat pencemaran daratan tersebut yang selanjutnya memberikan dampaknya kepada manusia. Sebagai contoh dari dampak tak langsung ini adalah bahwa tempat pembuangan limbah padat, baik tempat penimbunan semen tara maupun tempat pembuangan akhir, akan menjadi pusat perkembangbiakannya tikus dan serangga yang merugikan manusia, seperti lalat dan nyamuk. Tempat pembuangan sampah adalah tempat yang kumuh namun menyediakan makanan yang cukup bagi perkembangbiakan tikus, yaitu limbah organik terutama sisa-sisa makanan yang ikut dibuang ke tempat itu. Celah-
celah antara lembah padat seperti ban, kalengbekas, kardus, kotak kayu dan lain sebagainya merupakan tempat ideal bagi persembunyiannya dan perkembangbiakan tikus. Lalat pada umumnya berkembang biak di tempat di mana banyak terdapat limbah padat organik, terlebih lagi limbah padat sisa olahan bahan makanan yang banyak mengandung protein. Limbah organik yang mengandung protein merupakan sumber makanan bagi lalat, sedangkan proses degradasi limbah akan memberikan panas yang cukup (hangat) untuk menetaskan telur-telurnya. Oleh karena itu tidak mengherankanbila tempat sampah organik yang berasal dari rumah tangga selalu banyak lalatnya. Contoh dampak tak langsung lainnya adalah berkembangbiaknya nyamuk. Hal ini antara lain disebabkan karena limbah padayang dibuang bisa menjadi sarang nyamuk. Limbah padat yang berupa kaleng, ban, dan lain-lainnya, bila hujan dapat berisi air yang kemudian menjadi tempat nyamuk bertelur dan berkembang-biak Baik tikus, lalat dan nyamuk adalah binatang yang dapat menimbulkan penyakit menular bagi manusia. Penyakit menular yang ditimbulkan dengan perantaraan tikus, lalat dan nyamuk adalah penyakit pest, kaki gajah (filariasis), malaria dan demam berdarah. Penyakit Pes Penyakit pes adalah penyakit yang pernah menjadi wabah yang menelan korban jiwa yang sangat banyak. Penyakit ini pada muanya menyerang tikus. Setelah tikus mati maka penyakit itu kemudian ditularkan ke manusia melalui kutu tikus (pinjal) yang menggigit manusia. Pinjal tikus yang disebut xenopsylla cheopih membawa penyebab penyakit pes yang dinamakan pasteurella pestis. Manusia yang terkena gigitan pinjal tikus tersebut akan ter infeksi oleh bakteri pasteurella pestis tersebut. Infeksi karena penyakit pes atau sampar ini ditandai dengan pembekakan kelenjar limfa. Bakteri pest kemudian masuk ke dalam peredaran darah dan menyerang kedua paru-paru yang menyebabkan pest paru-paru. Penderita penyakit pest akan menjadi reservoire bagi bakteri pasteurelia pestis. Penularan dapat terjadi secara langsung dari orang ke orang melalui dahak yang keluar dari mulut si penderita dan juga dari darah. Penularan secara langsung dari orang ke orang dapat terjadi dengan sangat cepat sehingga penyakit ini dapat menjadi wabah dengan cepat pula.
Pemberantasan penyakit pes yang paling efektif adalah dengan cara menghilangkan vektornya, yaitu dengan pemberantasan tikus. Rumah dan lingkungan yang bersih akan bebas dari hama tikus (termasuk tikus dari tempat pembuangan sampah) sangat membantu program pemberantasan penyakit pest ini. Penyakit Kaki Gajah Penyakit ini dinamakan penyakit kaki gajah karena penderita mengalami pembengkakan pada kaki sehingga kaki tidak berbentuk lagi, mirip kaki gajah. Oleh karena itu penyakit ini seringpula disebut sebagai penyakit elephantiasis. Penyebab penyakit kaki gajah adalah caring bulat kecil yang disebut filaria. Sebagai pembawa atau vektor penyakit ini adalah nyamuk jenis culex fatigans. Manusia yang menderita penyakit kaki gadjah akan menjadi reservoir cacing filaria. Larva cacing filaria akanmenuju ke peredaran darah periferi pada malam hari sehingga kalau penderita digigit nyamuk maka nyamuk tersebut akan membawa larva filaria atau mikrofilaria. Gigitan nyamuk berikutnya akan memindahkan mikrofilaria kepada korban yang baru. Gejala penyakit kaki gadjah ini ditandai dengan adanya alergi terhadap cacing filaria dan juga rasa demam yang timbul setelah 3 bulan digigit nyamuk pembawa mikrofilaria. Mikrofilaria tersebut akan mengikuti peredaran darah dan kemudian masuk ke dalam saluran limfatik dan menjadi dewasa. Filaria ini dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan saluran limfatik di daerah sekitar lipat paha dan sekitar lipatan lutut. Akibat penyumbatan saluran limfatik tersebut mengakibatkan cairan tubuh tidak bisa mengalir seperti biasanya sehingga kemudian terjadi pembengkakan yang semakin lama semakin membesar dan mengeras. Pada keadaan ini kaki penderita akan seperti kaki gajah dan sulit untuk digerakkan. Penderita penyakit kaki gajah jarang yang meninggal, kecuali kalau terjadi komplikasi atau terinfeksi oleh mikroba patogen lain. Penderita yang kakinya sudah membengkak biasanya sudah tidak menularkan (infektif) lagi karena cacing filaria di dalam tubuhnya telah mati. Penderita yang mampu menularkan adalah justru penderita yang kakinya belum membengkak, karena darahnya masih mungkin mengandung mikrofilaria yang dapat dibawa dan ditularkan oleh nyamuk. Operasi plastik terhadap penderita penyakit kaki gajah adalah salah satu cara untuk mengembalikan bentuk kaki si penderita agar dapat normal kembali. Penyakit Malaria
Penyakit malaria ditularkan oleh nyamuk anopheles. Penyebabnya adalah mikroba patogen jenis protozoa, yaitu plasmodium malariae yang mempunyai empat spesies penyebab malaria, yaitu:
Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana,
Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana,
Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropicana,
Plasmodium ovale, penyebab malaria ovale.
Dari keempat macam penyakit malaria tersebut yang paling berbahaya adalah malaria tropicana karena dapat menimbulkan kematian. Angka kematian penyakit ini mencapai 10%. Sedangkan ketiga macam penyakit malaria lainnya relatif lebih ringan meskipun tetap merugikan karena dapat melemahkan tubuh si penderita sehingga daya tahan tubuh dari serangan penyakit lainnya akan menurun. Gejala penyakit malaria adalah perasaan panas-dingin yang datang secara bergantian. Pada saat itu badan terasa menggigil {stadium frigoris) kemudian panas biasa {stadium caloris) dan kemudian stadium berkeringat {stadium sudoris). Penderita akan lemah dan penyakit malaria ini akan sering kambuh yang kemudian mengakibatkan sipenderita kekurangan darah. Bila tidak diatasi dengan gizi yang baik maka mungkin akan timbul komplikasilainnya. Pengobatan yang efektif belum diketemukan karena sering membawa efek samping. Cara pemberantasan yang terbaik adalah dengan pemberantasan nyamuk penyebab penyakit malaria tersebut. Penyakit Demam Berdarah Seperti halnya malaria, penyakit demam berdarah juga ditularkan oleh nyamuk, yaitu nyamuk jenis aedes aegypti. Penyakit ini sebenarnya termasuk baru di Indonesia, lain dengan malaria yang sudah sejak lama dikenal. Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue. Nyamuk aedes agypti senang bertelur dan berkembang biak digenangan air bersih. Sarang nyamuk aedes aegypti ada kaleng kosong yang berisi air bersih (hujan), jembangan bung, potongan bambu dan ban ditempat penimbunan sampah. Gejala penyakit demam berdarah ini ditandai dengan demam tinggi, pendarahan sehingga kemudian penyakit ini dinamai Dengue Hae Morhagic Fever atau disingkat DHF. Tubuh manusia tidak memiliki kekebalan terhadap virus dengue. Pendarahan ditandai dengan timbulnya bintik-bintik merah pada permukaan kulit dan apabila
pendarahan ini sudah terlanjur parah maka akan dapat mengakibatkan kematian penderitanya. Angka kematian cukup rendah sekitar 5%. Penularan penyakit ini melalui nyamuk yang menggigit siang hari dan berlangsung sangat cepat. Yang paling banyak diserang penyakit ini adalah anak-anak sehingga korbannya kebanyakan juga anakanak. Sebenarnya masalah dampak pencemaran lingkungan baik oleh karena pencemaran udara, pencemaran air maupun oleh pencemaran daratan, tidak dapat dipisahkan sendiri-sendiri akibatnya ketiga macam pencemaran tersebut saling mempengaruhi dan menambah parah keadaan lingkungan. Sebagai contoh, pencemaran daratan yang tidak ditangani dengan baik akan menjadi penyebab pencemaran air yang disebabkan oleh air hujan yang melarutkan sebagian komponen pencemar daratan. Air hujan yang sudah tercemar itu kemudian akan masuk ke sungai sehingga akan mencemari air lingkungan. Pencemaran udara pun demikian juga. Komponen pencemar udara yang jatuh bersama hujan akan pula mencemari air lingkungan dan juga daratan. Oleh sebab itu segala macam kemungkinan yang dapat menimbulkan pencemaran harus dapat dicegahagar tidak menimbulkan pencemaran yang pada akhirnya akan sangat merugikan manusia.