Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 69 – 82
DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN KOTA PRAYA TERHADAP KUALITAS AIR WADUK BATUJAI Firdaus Achmad Balai Lingkungan Keairan Pusat Litbang Sumber Daya Air Jln. Ir. H. Juanda 193 Bandung 40135
SARI Waduk Batujai terletak di Desa Batujai, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat yang dibangun tahun 1977 - 1981. Waduk ini dibangun untuk pengembangan daerah irigasi, sumber air baku, pengendalian banjir dan pembangkit tenaga listrik. Di sebelah hulu waduk ini terletak kota Praya. Limbah domestik khususnya dan limbah lainnya yang dibuang ke Sungai dan akhirnya masuk ke dalam waduk. Penelitian ini dilakukan pada Sungai-Sungai yang melewati Kota Praya dan di waduk Batujai pada tahun 2009. Maksud penelitian ini yaitu untuk mengetahui kualitas air pada DAS Dodokan dan waduk Batujai, Sementara tujuannya untuk mengetahui dampak pencemaran lingkungan kota Praya terhadap kualitas air waduk Batujai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu meliputi pengukuran lapangan dan laboratorium yang menggunakan prosedur Standar Nasional Indonesia dan Metode Standard. Evaluasi kualitas dan status mutu air menggunakan Kriteria PP RI No. 82/2001, dan Keputusan Menteri LH No. 115/2003. Kualitas air Sungai yang masuk ke waduk Batujai telah tercemar oleh limbah domestik, pertanian, dan peternakan karena konsentrasi DO yang rendah dan tingginya konsentrasi BOD dan Fosfat, akibatnya memengaruhi kualitas air waduk Batujai. Kualitas air Sungai dan waduk umumnya tidak memenuhi persyaratan kelas I dan kelas II, tetapi memenuhi persyaratan kelas III dan kelas IV. Status mutu semua lokasi Sungai dan waduk Batujai umumnya menggunakan Metode Indeks Pencemaran (IP) masuk dalam klasifikasi tercemar ringan (1,0 < IP ≤ 5,0), yaitu IP Sungai berkisar antara 1,3 - 3,5 dan IP waduk berkisar antara 2,2 - 4,7. Kata kunci : kualitas air, status mutu, baku mutu air, waduk batujai
ABSTRACT Batujai reservoir is located in the Batujai village, District of West Praya, Central Lombok, West Nusa Tenggara Province which was built in 1977 to 1981. The Reservoir was built for the development of irrigated areas, sources of raw water, flood control and hydropower electricity. Praya city is located in the upstream of the dam, where domestic waste in particular and other wastes discharged into rivers and eventually into the reservoirs. This research was carried out on the rivers that pass through the Praya city and in the batuai reservoir in 2009. The purpose of this study is to determine the water quality in the Dodokan river basin and Batujai reservoir, whereas the aim to determine the impact of environmental pollution on water quality Batujai reservoirs. The Method used in this research is descriptive, which involves field and laboratory measurements using the procedures of the Indonesian National Standards and Standard Method. Evaluation of the quality and the status of water quality used the criteria in the Decree of PP.RI 82/2001, and the Decree of LH 115/2003. The quality of river water entering the Batujai reservoir has been polluted by domestic sewage, agriculture and livestock, because the low concentration of DO and high concentrations of BOD and Phosphate, consequently this also affect the water quality of Batujai Reservoir. The water quality of the rivers and Batujai reservoirs is generally not suitable to the requirements of class I and class II, but is suitable to the requirements of Class III and class IV. Status of quality of all rivers and the reservoir using methode of pollution index is generally clasified as lightly polluted (1.0
69
Dampak Pencemaran Lingkungan Kota Praya Terhadap Kualitas Air Waduk Batujai (Firdaus Achmad)
PENDAHULUAN
METODOLOGI
Waduk Batujai terletak di Desa Batujai, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah (Loteng), Provinsi Nusa Tenggara Barat pada posisi 080 44’ 06” LS; 1160 15’ 07” BT. Waduk dibangun pada tahun 1977 - 1981, diperuntukan bagi irigasi seluas 3235 Ha, dan sebagai air baku untuk Kabupaten Lombok Tengah sebesar 60 L/ detik. Waduk Batujai terletak pada DAS Dodokan yang sumber utama airnya berasal dari Sungai Dodokan yang mempunyai luas daerah tangkapan air lebih dari 580 km2, yang mengalir ke arah barat di dataran Mataram dengan volume air > 150 juta m3/tahun. (Wahib, A, drr, 2007). Wilayah Daerah Aliran Sungai waduk Batujai adalah DAS Dodokan yang meliputi Kota Praya dan Kabupaten Lombok Tengah yang terdiri atas Kecamatan Praya Barat, Praya Barat Daya, Jonggat, Janapria, Kopang , dan Kecamatan Batukliang. Daerah Aliran Sungai waduk Batujai terdiri atas tiga Sungai utama, yaitu Sungai Leneng, Sungai Sade / Tiwubare, dan Sungai Dodokan / Srigangga / Surabaya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu dengan melakukan berbagai pengukuran di lapangan dan analisis di laboratorium.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Tengah Tahun (2006) jumlah penduduk kota Praya adalah 57.389 jiwa (1.844 jiwa/km2), yang tersebar di sembilan kelurahan. Kota Praya terletak di hulu waduk Batujai, yang pada akhirnya semua limbah akan masuk melalui Sungai-Sungai yang menjadi inlet waduk Batujai. Pencemaran lingkungan waduk Batujai kemungkinan berasal dari buangan limbah domestik, pertanian, dan peternakan dari Kota Praya dan sekitarnya. Sebelum dibangun waduk ini khususnya Kabupaten Lombok Tengah sangat kekurangan air untuk irigasi dan air baku. Saat ini waduk telah mengalami pendangkalan dan sekitar 30 % permukaan telah dipenuhi oleh tumbuhan air, antara lain eceng gondok dan rumput-rumputan. Akibatnya pendangkalan memperpendek umur waduk dan mengurangi jumlah pasokan air.
MAKSUD DAN TUJUAN Maksud penelitian ini yaitu untuk mengetahui kualitas air DAS Dodokan dan waduk Batujai, sementara tujuannya untuk mengetahui dampak pencemaran lingkungan kota Praya terhadap kualitas air waduk Batujai.
70
Metode analisis berdasarkan prosedur analisis dari Standar Nasional Indonesia tentang Air dan Air Limbah yang mengacu pada Standard Metodes for the Examination of Water and Wastewater, (APHA/AWWA/WPCF, Washington D.C.,2005) Evaluasi kualitas air dilakukan dengan cara membandingkan hasil analisis kualitas air Sungai dan air waduk dengan kriteria baku mutu air berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 (2001) tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Evaluasi status mutu air dengan Metode Indeks Pencemaran menggunakan Kep. Men LH No. 115 (2003), yaitu dilakukan dengan membandingkan konsentrasi setiap parameter dengan Baku Mutu Air PP RI No.82 Tahun 2001. Kemudian nilai Indeks Pencemaran (IP) yang didapatkan dibandingkan dengan kriteria status mutunya.
KAJIAN PUSTAKA Morfologi Waduk Batujai berada pada morfologi dataran, dan DAS Dodokan di hulunya merupakan daerah perbukitan yang pada musim kemarau beberapa Sungainya mengalami kekeringan, dan bagian hilirnya melalui daerah dataran. Sungai-Sungai yang mengalir pada daerah ini berpola aliran dendritik, lembahnya agak lebar, dan menyerupai huruf “U”, menunjukkan Sungai stadium dewasa dengan kikisan aliran yang cenderung lateral. Batuan penyusun morfologi datar di daerah ini adalah batuan - batuan jenis breksi, lava, tufa dan aluvial, yaitu terdiri atas lanau pasiran, R (ms) dengan daya dukung sedangtinggi, dan lempung, R (c) dengan daya dukung rendah - sedang. Jenis tanahnya terdiri atas Kompleks Regosol Coklat dan Litosol. Tutupan lahannya terdiri atas pesawahan, ladang, dan pemukiman.
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 69 – 82
Wilayah DAS waduk Batujai pada umumnya beriklim tropis yang ditandai oleh adanya musim penghujan dan musim kemarau yang cukup panjang. Musim penghujan terjadi antara bulan November sampai dengan bulan April/Mei. Curah hujan tertinggi bulan Februari/Desember dan terendah bulan Juni/Juli. Curah hujan tahunan di Desa Batujai memiliki waktu yang relatif pendek, dan curah hujan yang kecil. Rata-rata hujan tengah bulanan 75,38 mm, dengan rata-rata tahunan 1.378,87 mm. Berdasarkan sebaran curah hujan yang ada, daerah
pengaliran Batujai termasuk wilayah hujan antara 878 - 1.8723 mm/th. Inflow debit dari Sungai - Sungai yang masuk ke dalam waduk Batujai dari tahun 1993 - 2004, rata - rata sebesar 1 - 42 m3 /det, debit terendah terjadi pada bulan Juni / Juli dan tertinggi pada bulan Februari / Maret. Tanah pada DAS Batujai berdasarkan Peta Jenis Tanah Pulau Lombok yang dikeluarkan oleh Balai Pengelolaan DAS Sungai Dodokan Moyo Sari ( Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2009) terdiri empat jenis tanah, seperti diuraikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kondisi Tanah di DAS Dodokan Moyo Sari Luas (Km2)
Persentase (%)
104,6
62
Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
13,38
8
3
Grumusol kelabu tua
36,03
21
4
Regosol coklat
14,6
9
Total
168,6
100
No
Jenis Tanah
1
Regosol kelabu
2
Grumusol kelabu tua
Berdasarkan hasil identifikasi dari Peta Rupa Bumi untuk Tata Guna Lahan, Daerah Aliran Sungai waduk Batujai sebagian besar didominasi oleh daerah sawah irigasi teknis (60,41 %), perkebunan (10,08 %), permukiman (8,56 %), sawah tadah hujan ( 10.06 %), Tegalan/ladang (5,90 %), genangan embung/waduk (3,95 %), rumput/tanah kosong (0,72 %), dan penggunaan lainnya (0,32 %). Langkah-langkah penentuan status mutu air adalah sebagai berikut : Jika Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam Baku Mutu Air (j), dan Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari hasil analisis perpercontoh air pada suatu lokasi Sungai, maka IPj adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi Ci/ Lij. Nilai IPj ditentukan dengan cara :
1.
Hitung nilai Ci/Lij untuk setiap parameter pada setiap perpercontoh.
2.
Jika nilai Ci/Lij < 1,0, gunakan nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran ; jika nilai Ci/Lij > 1,0, gunakan nilai (Ci/Lij)baru. Rumusnya adalah : (Ci/Lij)baru = 1,0 + P log (Ci/Lij) hasil pengukuran, P = suatu konstanta yang biasanya ditentukan nilainya 5.
3.
Tentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum dari keseluruhan Ci/Lij , yaitu ((Ci/ Lij)R dan (Ci/Lij)M , dengan rumus :
IPj =
Ci/ Lij)2 M +(Ci/ Lij)2 R …....…. (1) 2
M= nilai maksimum ; R = nilai rata-rata
71
Dampak Pencemaran Lingkungan Kota Praya Terhadap Kualitas Air Waduk Batujai (Firdaus Achmad)
Ada empat kriteria status mutu IP, yaitu : 0 ≤ IPj ≤ 1,0
a)
PENGAMBILAN PERCONTOH AIR
→ memenuhi baku
Pengambilan perpercontoh air pada DAS Dodokan yang merupakan Sungai-Sungai inlet pada waduk Batujai yaitu pada lokasi Sungai Sade/ Tiwubare, Sungai Surabaya/Srigangga dan Sungai Leneng. Sementara percontoh air waduk Batujai diambil pada lokasi inlet, tengah waduk serta di outlet waduk. Percontoh diambil dua kali yaitu pada bulan Maret dan bulan November 2009. Lokasi titik Sungai dan waduk Batujai dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 1.
mutu (kondisi baik) b)
1,0 < IPj ≤ 5,0
→ cemar ringan
c)
5,0 < IPj ≤ 10
→ cemar sedang
d)
IPj > 10
→ cemar berat
Tabel 2. Lokasi Pengambilan Perpercontoh Air Sungai dan Waduk Batujai No.
Sungai/Waduk
Lokasi
Posisi o
08 42’ 32.6” LS 1
2
3
Sade/Tiwubare
Depan Madrasah Manhalul Ulum, Kec.Praya Tengah, Kota Praya
Surabaya/Srigangga
Jemb.Jln SudirmanBiao,Kec.Praya Tengah, Kota Praya
Leneng
Kelurahan Leneng, Kec.Praya, Kota Praya
116o 16’ 55.7” BT 08o 42’ 47.1” LS 116o 16’ 08.0” BT 08o 42’ 06.1” LS 116o 15’ 36.1” BT
Sumber; Peta DAS Dodokan, Balai Hidrologi, Dinas Kimpraswil Pemprov. NTB
Gambar 1. Peta lokasi pengambilan percontoh air sungai dan waduk Batujai 72
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 69 – 82
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
Potensi Sumber Pencemar
Sumber pencemaran yang cukup potensial pada DAS waduk Batujai adalah limbah domestik, pertanian, dan peternakan, Sementara industri yang ada di Kota Praya merupakan industri kecil atau industri rumah tangga (home industry). Perhitungan beban setiap sumber pencemaran dihitung berdasarkan data, emisi serta karakteristik jenis sumber pencemaran. Bahan pencemar potensial yang berasal dari limbah domestik dapat mencemari waduk, yaitu berupa padatan dan atau cairan. Bahan pencemar padatan berasal dari tinja, Sementara cairan berasal dari air kencing, dan air buangan rumah tangga. Menurut Kositranata et.al., ( 1993) dalam Marganof (2007), konversi beban limbah cair per hari yang tidak diolah untuk BOD, COD, total Nitrogen dan total Fosfor masing – masing sebesar 53 gram, 101,6 gram, 22,7 gram dan 3,8 gram. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Praya sebanyak 7.617 KK (27.271 jiwa) tidak mempunyai jamban keluarga. Jika dihitung dengan konversi beban di atas, maka beban pencemaran dari penduduk ke waduk Batujai akan menghasilkan beban BOD 1,4 ton/hari, COD 2,7 ton/hari, 0,62 ton/hari, dan total P sebesar 0,10 ton/hari. Menurut Suriawiria (1996), di Indonesia sebagai negara berkembang pencemaran oleh air domestik merupakan pencemar terbesar, yaitu sekitar 85 % limbah yang masuk ke badan air. Hal ini karena belum adanya pengolahan limbah sebelum dibuang ke badan air. Sementara untuk negara maju limbah domestik yang masuk ke badan air hanya sekitar 15 %. Sumber pencemaran dari pertanian berasal dari penggunaan pupuk dan pestisida. Pupuk yang digunakan tidak seluruhnya terserap kedalam tanah, namun ada yang terbuang ke Sungai. Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2006, luas sawah yang ada di DAS waduk Batujai sebesar 65.489 Ha dengan luas panen sebesar 34.797 Ha.
Apabila penggunaan pupuk urea untuk sekali panen sebanyak 300 kg/Ha; pupuk TSP sebanyak 100 kg/Ha; kadar kandungan nitrogen (N) di pupuk urea sebesar 45 %, dan kandungan fosfor (P) di pupuk TSP sebesar 20 %, dan asumsi limbah pupuk yang masuk ke waduk sebesar 10 %, maka potensi beban pencemaran yang berasal dari pertanian untuk nitrogen sebesar 469,76 ton/panen dan fosfor sebesar 69,6 ton/panen. Nilai debit konsentrasi Nitrogen dan fosfor diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan dan di laboratorium. Dari data ini dapat dihitung beban pencemaran nutrientt air Sungai yang masuk ke waduk Batujai. Sungai Tiwubare dengan debit 0,353 m3/det., beban pencemarannya masingmasing 11 kg N/hari dan 7 kg P/hari, dan Sungai Surabaya dengan debit 3,461 m3/det., pencemarannya masing-masing 230 kg N/hari dan 110 kg P/hari, dan Sungai Leneng dengan debit 1,462 m3/det., pencmarannya masing-masing 84 kg N/hari dan 32 kg P/hari. Tingginya konsentrasi nutrientt yang masuk ke waduk menyebabkan terjadinya penyuburan air (eutrofikasi), dan dampaknya terjadi pertumbuhan dengan cepat tanaman air di permukaan waduk, seperti eceng gondok dan lain-lain.
Evaluasi Kualitas Air Sungai dan Waduk Sungai Tiwubare Sungai Tiwubare mempunyai keasaman (pH) yang masih normal, yaitu sebesar 7,6 , DO berkisar antara 4,8 - 5,2 mg/l, residu terlarut berkisar antara 142 - 204 mg/l; residu tersuspensi berkisar antara: 36 - 47 mg/l. Parameter nutrientt yang terdeteksi sebagai berikut : Konsentrasi fosfat total berkisar antara 0,092 - 0,337 mg/l, nitrit: 0,010 - 0,012 mg/l, nitrat: 0,050 - 0,130 mg/l, amonia total: tt - 0,243 mg/l, nitrogen total: 0,193 - 0,519 mg/l. Konsentrasi BOD: 2,6 - 3,2 mg/l, COD : 7,3 - 8,2 mg/l. Rata-rata hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 3 Dari hasil analisis didapatkan bahwa parameter DO dan BOD tidak memenuhi persyaratan Kelas I, tetapi masih memenuhi persyaratan Kelas II s/d Kelas IV BMA PP RI No. 82/2001. Sementara konsentrasi fosfat tidak memenuhi persyaratan Kelas I dan II.
73
Dampak Pencemaran Lingkungan Kota Praya Terhadap Kualitas Air Waduk Batujai (Firdaus Achmad)
Sungai Surabaya
Inlet Waduk
Air Sungai Surabaya mempunyai keasaman (pH) yang masih normal yaitu sebesar 7,4 - 8,0 , DO berkisar antara 3,5 - 6,5 mg/l, residu terlarut berkisar antara 162 - 196 mg/l; residu tersuspensi: 28 - 70 mg/l. Parameter nutrient yang terdeteksi sebagai berikut : Konsentrasi fosfat total 0,138 0,594 mg/l, nitrit sebesar 0,010 mg/l, nitrat: 0,150 - 0,440 mg/l, amonia total: 0,049 - 0,621 mg/l, nitrogen total: 0,240 - 1,30 mg/l. Konsentrasi BOD: 5,6 - 6,2 mg/l, dan COD : 14 - 17 mg/l. Rata-rata hasil analisis dapat dilihat Tabel 3.
Air di Inlet waduk mempunyai keasaman (pH) masih normal yaitu - 7,0 mg/l, residu terlarut berkisar antara 138 - 192 mg/l; residu tersuspensi: 76 – 98 mg/l. berkisar sebesar 7,3 - 7,6 , DO berkisar antara 5,4 Parameter nutrient yang terdeteksi sebagai berikut : Konsentrasi fosfat total berkisar antara 0,065 - 0,119 mg/l, nitrit : 0,009 0,012 mg/l, nitrat: tt - 0,640 mg/l, amonia total: 0,049 - 0,256 mg/l, dan nitrogen total berkisar antara: 0,268 - 0,736 mg/l. Konsentrasi BOD berkisar antara: 3,5 - 4,1 mg/l, COD berkisar antara: 9,0 - 10 mg/l. Rata-rata hasil analisis dapat dilihat Tabel 4.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa parameter DO dan BOD tidak memenuhi persyaratan Kelas I, tetapi masih memenuhi persyaratan Kelas II s/d Kelas IV. Sementara konsentrasi fosfat tidak memenuhi persyaratan Kelas I dan II.
Dari hasil analisis didapatkan hanya parameter BOD yang tidak memenuhi persyaratan Kelas I, tetapi masih memenuhi persyaratan Kelas II s/d Kelas IV BMA PP RI No. 82/2001.
Sungai Leneng
Tengah Waduk
Air Sungai Leneng mempunyai keasaman air (pH) yang masih normal, yaitu sebesar 7,4 - 7,7 , DO berkisar antara 4,7 - 5,4 mg/l, residu terlarut berkisar antara 145 - 180 mg/l; dan residu tersuspensi: 74 - 172 mg/l. Parameter nutrientt yang terdeteksi sebagai berikut : Konsentrasi fosfat total berkisar antara 0,201 - 0,310 mg/l, nitrit sebesar 0,017 - 0,032mg/l, nitrat: tt - 0,810 mg/l, amonia total: tt - 0,544 mg/l, nitrogen total berkisar antara: 0,561 - 0,726 mg/l. Konsentrasi BOD berkisar antara: 3,5 - 7,8 mg/l, COD berkisar antara: 10 - 18 mg/l. Rata-rata hasil analisis dapat dilihat Tabel 3.
Air di tengah waduk mempunyai keasaman (pH) agak basa, yaitu berkisar sebesar 8,3 - 8,8 , DO berkisar antara 4,5 - 5,5 mg/l, residu terlarut 132 - 190 mg/l; residu tersuspensi: 60 - 86 mg/l. Parameter nutrient yang terdeteksi sebagai berikut : Konsentrasi fosfat total berkisar antara 0,039 0,066 mg/l, nitrit: 0,011 - 0,402 mg/l, nitrat: tt 0,290 mg/l, amonia total: 0,264 - 0,354 mg/l, dan nitrogen total berkisar antara: 0,666 - 0,706 mg/l. Konsentrasi BOD berkisar antara: 3,7 - 4,2 mg/l, dan COD berkisar antara: 8,2 - 12 mg/l. Rata-rata hasil analisis dapat dilihat Tabel 4.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa parameter DO dan BOD tidak memenuhi persyaratan Kelas I, tetapi masih memenuhi persyaratan Kelas II s/d Kelas IV. Sementara kadar fosfat tidak memenuhi persyaratan Kelas I dan II.
74
Dari hasil analisis didapatkan bahwa parameter DO, BOD dan COD tidak memenuhi persyaratan Kelas I, tetapi masih memenuhi persyaratan Kelas II s/d Kelas IV BMA PP RI No. 82/2001.
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 69 – 82
Konsentrasi mg/l Gambar 2. Konsentrasi rata-rata parameter Dissolved Oxygen (DO) air sungai dan waduk Batujai.
BMA BOD PP RI NO. 82/2001 Kelas I : 2 mg/l Kelas II : 3 mg/l Kelas III : 6 mg/l Kelas IV : 12 mg/l
Konsentrasi mg/l Gambar 3. konsentrasi rata-rata parameter Biochemical Oxygen Demand (BOD) sungai dan waduk Batujai.
75
Dampak Pencemaran Lingkungan Kota Praya Terhadap Kualitas Air Waduk Batujai (Firdaus Achmad)
. BMA COD PP RI No. 82/2001 Kelas I : 10 mg/l Kelas II : 25 mg/l Kelas III : 50 mg/l Kelas IV : 100 mg/l
Konsentrasi mg/l Gambar 4. Konsentrasi rata-rata parameter Chemical Oxygen Demand (COD) air sungai dan waduk Batujai.
Outlet Waduk Air di outlet waduk mempunyai keasaman air (pH) yang sedikit basa yaitu berkisar antara 8,5 8,9 , DO 5,4 - 6,2 mg/l, residu terlarut 130 - 186 mg/l; dan residu tersuspensi berkisar antara: 64 78 mg/l. Parameter nutrient yang terdeteksi sebagai berikut : konsentrasi fosfat total berkisar antara 0,051 - 0,060 mg/l, nitrit: 0,064 - 0,380 mg/l, nitrat: 0,130 - 0,660 mg/l, amonia total: 0,337 - 0,469 mg/l, dan nitrogen total berkisar
76
antara: 0,847 - 1,568 mg/l. Konsentrasi BOD berkisar antara: 2,4 - 4,0 mg/l, dan COD berkisar antara: 5,7 - 12 mg/l. Rata-rata hasil analisis dapat dilihat Tabel 4. Dari hasil analisis didapatkan bahwa parameter DO dan BOD tidak memenuhi persyaratan Kelas I, tetapi masih memenuhi persyaratan Kelas II s/d Kelas IV BMA PP RI No. 82/2001
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 69 – 82 Tabel 3. Hasil Analisis Rata-rata Kualitas Air Sungai DAS Dodokan No.
Parameter
L
O
Tiwubare
K
A
Surabaya
S
I
Kriteria BM Air PP RI 82/2001
Leneng I
II
III
IV
1
Suhu, oC
26,3
27,1
26,2
-
-
-
-
2
Ph
7,6
7,7
7,6
06-Sep
06-Sep
06-Sep
5–9
3
DHL, µmhos/cm
262
277
249
-
-
-
-
4
Residu terlarut, mg/l
173
179
133
1000
1000
1000
2000
5
Residu suspensi, mg/l
42
49
123
50
50
400
400
6
DO, mg/l O2
5
5
5,1
6
4
3
0
7
BOD, mg/l O2
2,9
5,9
5,7
2
3
6
12
8
COD, mg/l O2
7,8
16
14
10
25
50
100
9
Amoniak (T), mg/l-N
0,122
0,335
0,272
0,5
-
-
-
10
Nitrat, mg/l-N
0,09
0,345
0,405
10
10
20
20
11
Nitrit, mg/l-N
0,011
0,01
0,025
0,05
0,05
0,05
-
12
Nitrogen (T), mg/l-N
0,356
0,77
0,644
-
-
-
-
13
Fosfat (T), mg/l-P
0,215
0,366
0,256
0,2
0,2
1
5
14
Klorida, mg/l
7,6
10,6
10,5
600
-
-
-
15
Sulfat, mg/l
14
13
18
400
-
-
-
16
Boron, mg/l
0,419
0,17
0,158
1
1
1
1
17
Besi (Fe), mg/l
0,251
0,249
0,133
0,3
-
-
-
18
Seng (Zn), mg/l
0,04
0,053
0,015
0,05
0,05
0,06
2
19
Mangan (Mn), mg/l
tt
tt
tt
0,1
-
-
-
77
Dampak Pencemaran Lingkungan Kota Praya Terhadap Kualitas Air Waduk Batujai (Firdaus Achmad) Tabel 4. Hasil Analisis Rata-rata Kualitas Air Waduk Batujai
No.
Parameter
L
Inlet
O
K
A
Tengah
S
I
Kriteria BM Air PP RI 82/2001
Outlet I
II
III
IV
1
Suhu, oC
30
32,4
32,3
-
-
-
-
2
pH
7,5
8,6
8,7
06-Sep
06-Sep
06-Sep
5–9
3
DHL, µmhos/cm
268
255
256
-
-
-
-
4
Residu terlarut, mg/l
165
161
158
1000
1000
1000
2000
5
Residu suspensi, mg/l
87
73
71
50
50
400
400
6
DO, mg/l O2
6,2
5
5,8
6
4
3
0
7
BOD, mg/l O2
3,8
4
3,2
2
3
6
12
8
COD, mg/l O2
9,5
10,1
8,9
10
25
50
100
9
Amoniak (T), mg/l-N
0,153
0,309
0,403
0,5
-
-
-
10
Nitrat, mg/l-N
0,595
0,27
0,395
10
10
20
20
11
Nitrit, mg/l-N
0,011
0,207
0,222
0,05
0,05
0,05
-
12
Nitrogen (T), mg/l-N
0,502
0,686
1,208
-
-
-
-
13
Fosfat (T), mg/l-P
0,092
0,053
0,056
0,2
0,2
1
5
14
Klorida, mg/l
9,6
9,3
8,1
600
-
-
-
15
Sulfat, mg/l
8,4
9,3
10,3
400
-
-
-
16
Boron, mg/l
0,173
0,16
0,146
1
1
1
1
17
Besi (Fe), mg/l
0,185
0,238
0,243
0,3
-
-
-
18
Seng (Zn), mg/l
0,023
0,061
0,06
0,05
0,05
0,06
2
19
Mangan (Mn), mg/l
0,023
0,043
0,028
0,1
-
-
-
20
Transparansi, m
0,35
0,4
0,42
78
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 69 – 82
Evaluasi Status Mutu Sungai dan Waduk
Hasili perhitungan jumlah nilai IP Sungai Leneng adalah 3,30, dan status mutunya adalah tercemar ringan (1,0 ≤ IPj ≤ 5,0). Percontoh perhitungan dapat dilihat Tabel 5
Nilai Indeks Pencemaran (IP) Sungai dan waduk dihitung berdasarkan Baku Mutu Air (BMA) PP RI No. 82 Th. 2001. Percontoh perhitungan adalah data Sungai Leneng (lokasi 3)
Tabel 5. Percontoh Perhitungan Status Mutu Air Metode IP Lokasi Sungai Leneng Ci
Lij
Ci/Lij
(Ci/Lij)baru
Fisika 1.
Suhu
0
C
26,2
30
-0,63
-0,63
2.
Zat Terlarut/TDS
mg/l
163
1000
0,16
0,16
3.
Zat Tersuspensi/TSS
mg/l
123
50
2,46
2,95
Kimia 4.
pH
-
7,6
7,5
0,03
0,03
5.
Oksigen Terlarut/DO
mg/l
5,1
6
1,78
2,25
6.
COD
mg/l
14
10
1,4
1
7.
BOD
mg/l
5,7
2
2,8
3,3
8.
Klorida/Cl
mg/l
10,5
600
0,02
0,02
9.
Nitrat/NO3
mg/l
0,605
10
0,061
0,061
10.
Nitrit/NO2
mg/l
0,025
0,05
0,49
0,49
11.
Nitrogen (T),mg/l-N
mg/l
12.
Sulfat/SO4
mg/l
19,5
400
0,05
0,05
13.
Boron
mg/l
0,158
1
0,158
0,158
14.
Besi (Fe)
mg/l
0,111
0,3
0,37
0,37
15.
Total fosfat (P)
mg/l
0,256
0,2
1,278
1,53
16.
Amonia
mg/l
0,272
0,5
0,54
0,54
17.
Seng (Zn)
mg/l
0,015
0,05
0,29
0,29
18.
Mangan (Mn)
mg/l
0
0,1
-
0
Rata2
0,74
Maks
3,26
IPij
3,3
Klasifikasi IP :
0 ≤ IPj ≤ 1,0
→ memenuhi baku mutu (kondisi baik)
1,0 < IPj ≤ 5,0 → tercemar ringan
Tercemar ringan
5,0 < IPj ≤ 10 → tercemar sedang IPj > 10
→ tercemar berat
79
Dampak Pencemaran Lingkungan Kota Praya Terhadap Kualitas Air Waduk Batujai (Firdaus Achmad)
Sungai Tiwubare
Inlet Waduk
Nilai Indeks Pencemaran (IP) Sungai Tiwubare berturut-turut dari Kelas I sampai Kelas IV masing-masing sebesar 2,4; 2,1; 1,9; dan 1,5. Status mutunya termasuk tercemar ringan (1,0 < IP ≤ 5,0). ( Lihat Tabel 6 dan Gambar 5).
Nilai Indeks Pencemaran (IP) dari lokasi inlet waduk berturut-turut dari Kelas I sampai Kelas IV masing-masing sebesar 2,4; 2,2; 0,9 dan 0,8. Status mutunya termasuk tercemar ringan untuk kelas I dan kelas II (1,0 < IP ≤ 5,0), Sementara untuk kelas III dan kelas IV status mutunya termasuk dalam kondisi baik (0 ≤ IP ≤ 1,0).
Sungai Surabaya Nilai Indeks Pencemaran (IP) Sungai Surabaya berturut-turut dari Kelas I sampai Kelas IV masing-masing sebesar 3,5; 3,1; 2,5; dan 2,5. Status mutunya termasuk tercemar ringan (1,0 < IP ≤ 5,0).
Tengah Waduk Nilai Indeks Pencemaran (IP) dari lokasi di tengah waduk berturut-turut dari Kelas I sampai Kelas IV masing-masing sebesar 4,2; 3,9; 3,6 dan 3,4. Status mutunya termasuk tercemar ringan untuk semua kelas.
Sungai Leneng Nilai Indeks Pencemaran (IP) Sungai Leneng berturut-turut dari Kelas I sampai Kelas IV masing-masing sebesar 3,3; 2,9; 1,3; dan 0,83. Status mutunya termasuk tercemar ringan (1,0 < IP ≤ 5,0).
Outlet Waduk Nilai Indeks Pencemaran (IP) dari lokasi outlet waduk berturut-turut dari Kelas I sampai Kelas IV masing-masing sebesar 4,7; 4,7; 4,7 dan 4,6. Status mutunya termasuk tercemar ringan untuk semua kelas (1,0 < IP ≤ 5,0).
Gambar 5. Status mutu dengan metode indeks Pencemaran sungai dan waduk Batujai.
80
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 69 – 82
Hasil analisis kualitas air Sungai-Sungai pada DAS Dodokan yang airnya masuk ke waduk Batujai, menunjukkan pencemaran oleh limbah domestik, pertanian, dan peternakan yang tersebar keberadaannya. DO, BOD, dan fosfat melebihi BMA PP RI No. 82/2001 untuk kelas I. Tingginya konsentrasi parameter-parameter tersebut merupakan indikator bahwa air Sungai yang masuk ke waduk telah mengalami pencemaran organik dan nutrientt (N dan P). Menurut Davis et.al, yang dikutip oleh Effendi (2003), parameterparameter di atas merupakan limbah-limbah yang berasal dari sumber-sumber pencemaran seperti limpasan dari daerah pertanian yang mengandung pupuk, dan limpasasan dari daerah pemukiman. Ditinjau dari tingkat trofik menurut Kep.Men LH No. 28 (2009), waduk Batujai termasuk pada tingkat eutrofik ( N total ≤ 1,9 mg/l dan P total
< 0,1 mg/l). Tingginya konsentrasi nitrogen dan fosfat mengakibatkan terjadinya penyuburan air (eutrofikasi) di waduk Batujai. Akibatnya sekitar 30 % dari total luas waduk telah tertutup oleh tanaman air, khususnya didominasi oleh tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes). (Gambar 6). Akibat lain dari penyuburan air oleh tanaman adalah terjadinya pendangkalan waduk yang sangat cepat, dan memengaruhi masuknya cahaya matahari ke dalam air, sehingga kadar oksigen menjadi rendah. Menurut penelitian Agus (2004) pendangkalan di waduk Batujai juga disebabkan oleh erosi (sedimentasi) dari permukaan tanah. Sedimentasi yang terjadi selama 20 tahun sebesar 1.635 106. m3 atau 6.30. 103 m3/tahun. Sekarang kedalaman waduk Batujai tinggal 6 - 8 m, yang sebelumnya sekitar 10 -12 m.
Foto diambil oleh F.Achmad, tgl.7 Maret 2009
Gambar 6. Permukaan Waduk Batujai di dekat bendung ditumbuhi oleh eceng gondok.
81
Dampak Pencemaran Lingkungan Kota Praya Terhadap Kualitas Air Waduk Batujai (Firdaus Achmad)
SIMPULAN DAN SARAN
Ucapan Terima Kasih
simpulan
Terima kasih diucapkan pada Kepala BWS NT-1 dan Kepala Balai Informasi Sumber Daya Air, Dinas PU Provinsi NTB yang telah banyak membantu dalam pekerjaan pengambilan percontoh air, memberikan data dan informasi tentang waduk Batujai.
Dari hasil analisis terhadap kualitas air Sungai-Sungai yang masuk ke waduk , dan kualitas air waduk Batujai dapat disimpulkan sebagai berikut : 1)
2)
3)
4)
Kualitas air Sungai yang masuk ke waduk Batujai telah tercemar oleh limbah domestik, pertanian, dan peternakan, terutama limbah domestik, karena konsentrasi parameter DO yang rendah, dan tingginya konsentrasi BOD dan Fosfat. Akibatnya juga memengaruhi kualitas air waduk Batujai. Besarnya beban pencemaran nutrient (Nitrogen dan Fosfor) yang masuk ke waduk Batujai dari Sungai Tiwubare masing-masing 11 kg N/hari dan 7 kg P/hari; Sungai Surabaya masing-masing 230 kg N/hari dan 110 kg P/hari serta Sungai Leneng masing-masing 84 kg N/hari dan 32 kg P/hari. Kualitas air Sungai dan waduk Batujai umumnya tidak memenuhi persyaratan kelas I dan Kelas II Baku Mutu Air PP RI No. 82/2001 karena tingginya konsentrasi parameter DO, BOD, dan Fosfat, tetapi memenuhi persyaratan kelas III dan kelas IV. Status mutu berdasarkan Metode Indeks Pencemaran (IP) semua lokasi Sungai dan waduk Batujai masuk dalam klasifikasi tercemar ringan (1,0 < IP ≤ 5,0), yaitu IP Sungai berkisar antara 1,3 - 3,5 dan IP waduk berkisar antara 2,2 - 4,7.
Saran 1)
2)
3)
82
Perlu dilakukan pengendalian pencemaran limbah domestik, pertanian, dan peternakan yang masuk ke badan air yang dapat memengaruhi kualitas dan kuantitas dari waduk Batujai. Perlu penyuluhan penggunaan septik tank, dan pelarangan membuang sampah ke Sungai. Penanggulangan eceng gondok di waduk Batujai dengan cara memanfaatkan ikan koan /grass carp (Clenophoryngodon idella) seperti yang dilakukan di danau Laut Tawar di Aceh dan Danau Kerinci di Provinsi Jambi ataupun memanfaatkan eceng gondok untuk dijadikan bahan kerajinan tangan seperti dilakukan oleh masyarakat di sekitar Rawa Pening, Salatiga.
ACUAN American Public Health Association, AWWA, WPCF, 2005. Standard Metodes for The Examination of Water and Wastewater, 21st. Edition, Washington DC. Badan Pusat Statistik, 2006, Kabupaten Lombok Tengah Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dinas Kehutanan.2009. Statistik Pembangunan Balai Pengelolaan DAS Sungai Dodokan Moyo Sari, Dinas Kehutanan, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Effendi, Hefni.2003. Telaah Kualitas Air,Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkumgan Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. E.M.Agus S, 2004. Kajian Sedimentasi Waduk Batujai. Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat, Tesis Magister Pengelolaan Bencana Alam, Program Pascasarjana Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Kementerian Lingkungan Hidup, 2003. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003, Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Kementerian Lingkungan Hidup, 2009. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.28/2009, Tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/atau Waduk. Marganof., 2007. Model Pengendalian Pencemaran Perairan di danau Maninjau, Sumatera Barat, Desertasi Institut Pertanian Bogor. Pemerintah Republik Indonesia, 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001, Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Suriawiria, Unus. 1996. Air Dalam Kehidupan dan Lingkungan Yang Sehat, Penerbit Alumni Bandung. Wahib. A,et.al. 2007. Profil Geologi Lingkungan Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.