160
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGENDALIAN PENCEMARAN PERAIRAN WADUK GAJAH MUNGKUR WONOGIRI Peni Pujiastuti Universitas Setia Budi, Jl.Let.Jen. Sutoyo Mojosongo Surakarta, Telp.0271 852518, Fax.0271 853275 Prodi Analis Kimia, Fakultas Teknik USB, Surakarta e-mail:
[email protected]
Abstrak Perairan waduk Gajah Mungkur Wonogiri (WGM) pada beberapa titik sampling inlet waduk dari Sub DAS dan sekitar KJA, mempunyai status tercemar ringan sampai sedang, berdasarkan uji STORET, pada baku mutu air kelas 3 PP no 82/ 2001, yaitu parameter TSS, DO, BOD, COD, N-NO2, N-NO3, N-NH3, P-PO4. Polutan berasal dari kegiatan masyarakat di luar dan di dalam waduk. Terjadinya Pencemaran diperkirakan terkait dengan peran serta masyarakat. Pengetahuan masyarakat yang tinggal di sekitar perairan waduk mempunyai peranan yang penting dalam proses pengendalian pencemaran di perairan waduk tersebut. Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisis persepsi masyarakat dalam hal pengendalian pencemaran perairan WGM. Populasi penelitian ini adalah persepsi partisipasi masyarakat di wilayah DTA Sub-DAS WGM, pengelola KJA, dan Pakar.Titik sampling menggunakan metode multiple stage random sampling. Mengumpulkan data menggunakan kuesioner. Data persepsi masyarakat dilakukan analisis diskriptif menggunakan tabel. Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat pada daerah penelitian masih rendah terhadap pengendalian pencemaran perairanWGM. Antara 56,2582,09% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya pencegahan pencemaran; 50-73,63% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya penanggulangan pencemaran, 67,16-71,64% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya pemulihan pencemaran, dan 52,24-72,50% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya partisipasi pengendalian pencemaran di perairan WGM. Hal ini disebabkan masyarakat di sekitar WGM mempersepsikan pengelolaan waduk menjadi tanggung jawab pemerintah. Kata Kunci: Persepsi masyarakat, Pencemaran air, WGM Abstract WGM reservoir waters at some sampling points, the inlet reservoir of the sub watersheds and around KJA, have mild to moderate polluted status, STORET based test, the water quality standard Grade 3 PP No. 82/2001, that is, the parameters TSS, DO, BOD, COD, N-NO2, N-NO3, N-NH3, P-PO4. The pollutants come from community activities outside and inside the reservoir. The estimated pollution related with public participation. Knowledge of the people who live around the waters of the reservoir, has an important role in the control of pollution in the waters of the reservoir. Therefore, it is necessary to analyze public perception, in terms of water pollution control WGM The population of this study, is the perception of public participation, in the area of sub-watershed DTA, manager KJA, and Experts. Sampling point using a multiple stage random sampling method. collect data using questionnaires. Public perception of the data, descriptive analysis using table.
161
The results showed, the public perception of the area of research, still low against water pollution control WGM. Between 56.25 to 82.09% of respondents have a low perception, against prevention of pollution; 50 to 73.63% of respondents have a low perception, against pollution prevention efforts; 67.16 to 71.64% of the respondents, have a low perception, against recovery effort pollution; and from 52.24 to 72.50% of the respondents, have a low perception, against attempt participation in WGM water pollution control. This is due, people around the WGM, reservoir management perceives the responsibility of the government. Key Words: Public perception, water pollution, WGM. 1. PENDAHULUAN Pencemaran air merupakan masalah penting yang perlu memperoleh perhatian dari berbagai pihak. Jenis bahan pencemar utama yang masuk ke perairan waduk antara lain limbah organik dan anorganik, sedimen dan bahan lainnya.
Akibat
pencemaran, sebagian besar waduk di Indonesia mempunyai status kondisi yang memprihatinkan. Sumber pencemar yang masuk ke perairan berasal dari buangan yang dibedakan menjadi sumber titik (point source/PS) maupun sumber memanjang (non point source/NPS). Sumber pencemar PS berasal dari sumber yang dapat diketahui secara pasti, seperti berasal dari kegiatan industri yang membuang air limbahnya. Sumber pencemar NPS berasal dari sumber yang tidak diketahui secara pasti, berasal dari buangan kegiatan pertanian yang mengandung pupuk dan pestisida serta dari limbah cair kegiatan domestik yaitu permukiman, perdagangan, dan perkantoran
[1]
. Sumber pencemar dapat berasal dari pencemar alamiah (dari alam)
dan pencemar antropogenik (kegiatan manusia). Pencemar antropogenik adalah polutan yang masuk ke perairan akibat aktivitas manusia seperti kegiatan domestik (rumah tangga), perkotaan dan industri. Intensitas polutan antropogenik dapat dikendalikan dengan mengontrol aktivitas yang menyebabkan timbulnya tersebut
[1]
pencemar
. Aktivitas domestik memberikan masukan beban cemaran BOD yang lebih
besar dibandingkan aktivitas pertanian dan industri. Beban limbah WGM yang berasal dari kegiatan penduduk, seperti KJA, rumah makan, hotel dan permukiman meningkat signifikan dari tahun awal simulasi 2009 sampai akhir tahun simulasi 2029 seiring dengan naiknya populasi penduduk [2] . Kualitas dan kuantitas perairan WGM telah mengalami penurunan
[3,4]
, perairan
WGM telah mengalami peningkatan degradasi lingkungan perairan dari tahun ke tahun.Sumber timbulan limbah di WGM dari berbagai aktivitas penduduk di sempadan waduk dan kegiatan KJA. Usaha KJA meningkat menjadi 1186 petak pada tahun 2010. Limbah pakan ikan yang menumpuk bertahun-tahun, [5]
telah menurunkan derajad
keasaman air , cadangan oksigen terlarut, meningkatkan kandungan N-NO2 dan N-
162
NH3 [6], menaikkan tingkat kerusakan bagian-bagian Pembangkit Listrik Tenaga Air[7], merusak kehidupan biota air[5] , maupun merusak tanaman yang dialiri
[8]
. Berdasarkan
baku mutu air kelas 3 PP no 82 tahun 2001, rata-rata status kualitas WGM 100 meter dari muara DAS tercemar ringan sampai sedang dari polutan kegiatan masyarakat disekitar WGM pada parameter TSS, DO, BOD, COD, Nitrogen, pospor
[3]
. Existing
condition perairan WGM Wonogiri berada pada tingkat kesuburan eutroik ringan. Kegiatan masyarakat yang paling dominan terhadap peningkatan kesuburan adalah KJA, selanjutnya diikuti pariwisata, kegiatan masyarakat di Sub- DAS Wiroko dan Keduang[9] . Pencemaran perairan waduk oleh limbah domestik maupun limbah rumah tangga merupakan masalah yang serius yang dapat mengancam keberadaan sumberdaya perairan dan kerusakan lingkungan. Oleh sebab itu diperlukan upaya untuk mengendalikan, sehingga dapat meminimalkan dampak berantai terhadap nilainilai manfaat waduk [8]. Terjadinya Pencemaran diperkirakan terkait dengan peran serta masyarakat. Pengetahuan masyarakat yang tinggal di sekitar perairan waduk mempunyai peranan yang penting dalam proses pengendalian pencemaran yang terjadi di perairan waduk tersebut. Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisis persepsi masyarakat dalam hal pengendalian pencemaran perairan waduk. Perlu dikaji tingkat persepsi masyarakat di sekitar WGM terhadap pengendalian pencemaran perairan WGM. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat di sekitar lima sub DAS yang bermuara di WGM terhadap pengendalian pencemaran perairan WGM. Pengendalian pencemaran yang menjadi fokus penelitian ini adalah persepsi masyarakat dalam hal pencegahan, penanggulangan, pemulihan dan partisipasi. Partisipasi yang akan digali adalah partisipasi masyarakat dalam hal pencegahan dan penanggulangan pencemaran perairan WGM. 2. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian adalah perairan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri yang memiliki luas 8800 ha . Lokasi berjarak 5 km dari pusat Pemerintahan Kabupaten Wonogiri, mempunyai aliran seluas 1350 km2 dengan sumber air masuk dari Sub DAS Keduang,
Sub DAS Bengawan Solo hulu, Sub DAS Alang-Unggahan, Sub DAS
Wiroko, dan Sub DAS Temon. Dari aliran Sub DAS tersebut dapat mencapai luas permukaan perairan waduk sekitar 88 km2 pada saat air tinggi dan 38 km2 saat air rendah, kedalaman rata-rata 8,5 m dan kedalaman tertinggi 38 berada diatas
163
permukaan DAM. Lokasi penelitian persepsi masyarakat adalah diwilayah sekitar Sub DAS dan sekitar waduk. Populasi dan Sampel
Penelitian.
Populasi
penelitian
ini
adalah
persepsi partisipasi masyarakat a) di wilayah DTA Sub-DAS Keduang, Sub-DAS Bengawan Solo hulu, Sub-DAS Alang-Uunggahan, Sub DAS Wiroko dan Sub-DAS Temon, b) masyarakat pengelola KJA, dan c) Pakar. Titik pengambilan sampel penelitian ini ditentukan menggunakan metode multiple stage random sampling, karena secara geografis populasi menyebar dan meliputi area DTA wilayah Wonogiri yang mempunyai luas 1.244 km2. Teknik pengambilan sampel dimulai dengan tahap menentukan secara acak kecamatan terpilih pada masing-masing DTA wilayah Sub DAS. Dari tiap kecamatan terpilih, dipilih desa penelitian secara acak. Pada tiap desa terpilih, akan dipilih secara acak sederhana informan yang mengetahui dan bertanggungjawab
terhadap
obyek
penelitian.
Alat
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data persepsi masyarakat adalah kuesioner. Data persepsi masyarakat di sekitar WGM terhadap pengendalian pencemaran perairan waduk dalam hal pencegahan, pengendalian dan partisipasi dalam pencegahan dan penanggulangan, diperoleh dengan cara pengisian kuesioner oleh responden. Data primer tentang prospek pengendalian pencemaran di masa depan diperoleh dari hasil kuesioner dari seluruh pelaku dan para pakar. Penentuan responden pada titik sampling terpilih, dilakukan dengan metode purposive sampling. Total responden adalah 370 orang, yang terdiri 15 pakar ilmiah, 75 pedagang, 75 nelayan, 75 petani, 75 peternak, 25 pengusaha penginapan dan 30 industri sebagai penghasil limbah, yang mengalirkan limbahnya melalui Sub DAS dan bermuara di WGM, sehingga mempunyai kontribusi menimbulkan pencemaran di waduk. Sebaran responden disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1. Sebaran Responden Wilayah No.
1. 2. 3. 4. 5.
Responden
Pakar Ilmiah Pedagang Nelayan Petani Peternak
WGM
15 15 15 15
DAS
DAS
DAS
DAS
DAS
1
2
3
4
5
Pakar dari PT & Pemda 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
15 15 15 15
Jumlah Responden 15 75 75 75 75
164
6.
Pengusaha Penginapan
15
7.
Industri
5
2
2
2
2
2
25
5 5 Jumlah
5
5
5
30 370
Analisis Persepsi Masyarakat, data karakteristik di sekitar perairan waduk dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi. Untuk mengetahui persepsi atau pandangan masyarakat di sekitar waduk terhadap pengendalian pencemaran dilakukan melalui analisis deskriptif menggunakan tabel.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data Wonogiri dalam angka tahun 2009, populasi penduduk Wonogiri pada lima tahun terakhir meningkat setiap tahunnya, dari 1.121.454 jiwa (2005) menjadi 1.234.880 jiwa (2009) dengan laju pertumbuhan penduduk 1,83%, maka pada tahun akhir simulasi mengalami kecenderungan meningkat menjadi 1.902.220 jiwa. Kenaikan jumlah penduduk diikuti dengan
kenaikan limbah yang
dihasilkan dari berbagai kegiatan yang dilakukan penduduk, yaitu akan menghasilkan limbah dari kegiatan hotel sebesar 155.267,28 m3/hari, limbah cair penduduk 2.668.098.000 ton/tahun, limbah pakan dari usaha KJA sebesar 4.972281961e16 ton/tahun
dan limbah cair dari rumah makan sebesar 170.323,23 ton/tahun, data
selengkapnya disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Populasi penduduk dan limbah kegiatan penduduk
Sumber: Data [3]
165
Hasil running dengan data dumi menggunakan software powersim constructor 2.5, populasi penduduk, pengujian menunjukkan bahwa beban limbah dari kegiatan masyarakat meningkat signifikan selaras dengan kenaikan populasi. Persepsi Masyarakat Tentang Pengendalian Pencemaran WGM. Persepsi merupakan pandangan individu terhadap suatu objek. Akibat adanya stimulus, individu memberikan reaksi (respon) berupa penerimaan atau penolakan terhadap stimulus tersebut. Individu tidak hanya merespon suatu objek, tetapi juga memberi makna situasi tersebut menurut kepentingannya. Persepsi masyarakat terhadap lingkungan diperlukan untuk mengoptimalkan kualitas lingkungan sesuai dengan persepsi masyarakat yang menggunakannya. Persepsi mengenai lingkungan yang mencakup harapan, aspirasi ataupun keinginan terhadap suatu kualitas lingkungan tertentu sebaiknya dipahami secara subjektif, yakni dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dan sosio kultur masyarakat. Dengan demikian, kualitas lingkungan harus didefinisikan secara umum sebagai lingkungan yang memenuhi preferensi imajinasi ideal seseorang atau sekelompok orang [10] . Persepsi masyarakat yang tinggal di sekitar waduk Gajah Mungkur Wonogiri mempunyai peran penting untuk keberlanjutan pengelolaan pencemaran perairan. Beberapa usaha yang menjadi mata pencaharian penduduk disekitar waduk antara lain nelayan, rumah makan, hotel/penginapan, pertanian, sarana penunjang pariwisata dan KJA. Kegiatan-kegiatan tersebut membawa dampak aliran limbah masuk ke badan air waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Pengetahuan masyarakat yang tinggal di sekitar perairan waduk Gajah Mungkur mempunyai peranan yang penting dalam proses pengendalian pencemaran yang terjadi di perairan waduk tersebut. Dalam upaya pengelolaan lingkungan dan keberlanjutan waduk Gajah Mungkur Wonogiri diperlukan peran masyarakat dalam pengendalian pencemaran. Pengendalian pencemaran lingkungan dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi
lingkungan
a)pencegahan,
hidup.
Pengendalian
b)penanggulangan,
pencemaran
c)pemulihan.
lingkungan
Pengendalian
meliputi:
pencemaran
lingkungan dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran dan tanggung jawab masing-masing. (UU 32 2009). Namun demikian peran masyarakat sangat diperlukan untuk keberhasilan kegiatan ini. Sampel persepsi masyarakat dikumpulkan dengan bantuan kuesioner yang juga dilengkapi dengan pengamatan, dan wawancara dengan Pakar Ilmiah, Kabid Lingkungan Hidup Wonogiri, Ka Jasa Tirta II, Kepala Desa Sendang Wonogiri, Ka
166
Bappeda Wonogiri, Ka Desa Petir Wonogiri, Kelompok Nelayan, Pengusaha KJA, Ka Dinas Pertanian, Ka Dinas Perikanan & Kelautan, Ka Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonogiri. Jumlah responden ditetapkan sebanyak 370 responden yang meliputi pakar ilmiah 15 responden, pengusaha penginapan 25 responden, pedagang 75 responden, nelayan 75 responden, petani 75 responden, peternak 75 responden dan aktivitas industri 30 responden. Data persepsi masyarakat dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian disajikan pada gambar 1.
Gambar 1. Persepsi Masyarakat Sekitar WGM terhadap Pengendalian Pencemaran WGM
Masyarakat sekitar WGM meliputi pedagang penunjang pariwisata, pengusaha hotel, pengusaha rumah makan, nelayan, petani, peternak dan pengusaha KJA yang berada di desa Sendang, Wuryorejo, Pokoh Kidul, Gumiwang dan Wuryantoro. Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat terhadap pengendalian pencemaran WGM rendah, sebanyak 56,25% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya pencegahan pencemaran di perairan WGM, sebesar 50% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya penanggulangan pencemaran di perairan WGM,
sebanyak 75,00% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya
pemulihan pencemaran di perairan WGM dan sebanyak 72,50% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya partisipasi pengendalian pencemaran di perairan WGM. Hal ini disebabkan masyarakat di sekitar WGM mempersepsikan pengelolaan waduk menjadi tanggung jawab pemerintah.
167
Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat sekitar Sub DAS Keduang (desa Pondok Sari, Ngadiroyo, Ngadipiro dan Gedang) terhadap pengendalian pencemaran WGM rendah. Sebesar 64,18% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya pencegahan pencemaran di perairan WGM, sebesar 56,72% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya penanggulangan pencemaran di perairan WGM, sebesar 82,09% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya pemulihan pencemaran di perairan WGM dan sebanyak 59,70% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya partisipasi pengendalian pencemaran di perairan WGM. Hal ini disebabkan masyarakat disekitar Sub DAS Keduang mempersepsikan pengelolaan waduk menjadi tanggung jawab pemerintah. Persepsi masyarakat disekitar Sub DAS Keduang disajikan pada gambar 2.
Gambar 2. Persepsi Masyarakat DAS Keduang
Beban pencemar yang paling besar masuk keperairan WGM adalah TSS yang berasal dari Sub DAS Keduang dengan sumbangan beban pencemar 291,84 ton/th. Sub DAS membawa sedimen akibat erosi tanah yang ada disekitarnya pada saat hujan dengan total beban pencemaran akibat sedimen ini adalah 891,71 ton/th. Beban
168
pencemaran organic yang ditunjukkan dengan pendekatan BOD dan COD menempati urutan kedua sebagai penyumbang pencemar ke perairan WGM[3]. Persepsi masyarakat Sub DAS Wiroko terhadap pengendalian pencemaran disajikan pada gambar 3. Masyarakat sekitar Sub DAS Wiroko yang tinggal di desa Wiroko, Banyak Prodo, Kulurejo dan Boto mempunyai persepsi yang rendah terhadap pengendalian pencemaran WGM. Sebanyak 59,70% s/d 67,16% responden mempunyai persepsi tentang upaya pencegahan, penanggulangan, pemulihan pencemaran WGM rata-rata rendah. Hal ini mungkin terkait latar belakang pendidikan yang masih rendah. Mereka beranggapan upaya pengendalian pencemaran sematamata menjadi tenggung jawab pemerintah saja. Hal ini juga berakibat partisipasi masyarakat disekitar Sub DAS wiroko untuk melakukan pengelolaan limbah pertanian, peternakan dan limbah industry agar tidak dibuang langsung ke sungai masih rendah. Data persepsi masyarakat Sub DAS Wiroko disajikan pada gambar 3.
Gambar 3. Persepsi Masyarakat Sub DAS Wiroko
Masyarakat disekitar Sub DAS Alang yang tinggal di desa Buleharjo, Tawangharjo dan Glesungrejo rata-rata juga mempunyai persepsi yang rendah terhadap pengendalian pencemaran, yaitu berkisar antara 71,84% s/d 82,09% masyarakat tersebut enggan melakukan upaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan pencemaran di WGM. Mereka sebetulnya menyadari bahwa sungai yang mengalir di daerahnya akan bermuara di WGM, namun mereka beranggapan bahwa upaya pengendalian pencemaran di WGM merupakan tanggung jawab Pemerintah.
169
Walaupun demikian sebagian masyarakat, sekitar
29,85% mempunyai persepsi
sedang dan 17,91% mempunyai persepsi tinggi dalam upaya pengendalian pencemaran WGM, hal ini mereka tunjukkan dengan tidak membuang sampah maupun limbah cair di sungai Alang. Data persepsi masyarakat sekitar Sub DAS Alang disajikan pada gambar 4.
Gambar 4. Persepsi Masyarakat Sub DAS Alang
Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat terhadap pembangunan secara partisipatif, khususnya dalam pengawasan dan pengendalian pencemaran air waduk masih kurang. Masyarakat disekitar waduk mempersepsikan pengelolaan WGM menjadi tanggung jawab pemerintah. Persepsi industri tentang partisipasi dalam pengawasan dan pengendalian pencemaran air sungai baru sebatas pemenuhan kewajiban terhadap peraturan dan perundangan yang berlaku, sehingga inisiatif pihak perusahaan untuk berpatisipasi dalam pengelolaan lingkungan hidup masih kurang. Sampah organik dari limbah pemukiman sekitar waduk yang dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan bakteri untuk proses pembusukannya.Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau. Fosfat ini merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Jika tumbuhan air ini mati, akan terjadi proses pembusukan yang menghabiskan persediaan oksigen dan pengendapan bahan-bahan yang menyebabkan pendangkalan. Sedangkan pemakaian pupuk limbah pertanian dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari air. Limbah pupuk
170
mengandung fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali ini menimbulkan dampak seperti yang diakibatkan pencemaran oleh deterjen. Limbah pestisida mempunyai aktifitas dalam jangka waktu yang lama dan ketika terbawa aliran air keluar dari daerah pertanian, dapat mematikan hewan yang bukan sasaran seperti ikan, udang dan hewan air lainnya.
Gambar 5. Rerata persepsi masyarakat terhadap pengendalian pencemaran WGM
Rerata persepsi masyarakat sekitar WGM, Sub Keduang (DAS 1), Sub DAS Alang-Unggahan (das 2), Sub DAS Wiroko (DAS 3), Sub DAS Temon dan Sub DAS Bengawan Solo Hulu (DAS 5) terhadap pemanfaatan lahan menunjukkan persepsi tinggi (skor 3) sampai tinggi sekali (skor 4). Hal ini menunjukkan masyarakat di sekitar Sub DAS mempersepsikan keinginan yang
tinggi untuk memanfaatkan
lahan di
sekitar daerah tangkapan air untuk di manfaatkan untuk pertanian, peternakan, restoran, permukiman dan usaha lain. Sedangkan
untuk lahan di badan waduk
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membudidayakan ikan dalam karamba jaring apung (KJA). Beban limbah yang berasal dari kegiatan penduduk (KJA, rumah makan, hotel, permukiman) meningkat signifikan dari tahun awal simulasi 2009 sampai akhir tahun simulasi 2029 seiring dengan naiknya populasi penduduk. Hal ini juga berkaitan dengan rendahnya persepsi masyarakat terhadap pengendalian pencemaran di WGM[3] . Kegiatan yang berlangsung di dalam perairan WGM adalah budidaya ikan dalam karamba jaring apung (KJA). Usaha KJA WGM meningkat dari tahun 1997 berjumlah 185 petak menjadi 231 petak[5], menurut pengamatan lapangan jumlah KJA
171
berjumlah 1186 petak. Kepemilikan KJA didominasi oleh PT. Aquafarm, dengan sistem pemberian pakan adalah setiap pagi dan sore hari. Setiap petak KJA berisi ± 100 ekor ikan dengan berat rata-rata 1–1,5 kg/ikan. KJA mengembangkan ikan nila merah dan karper yang mendapat pakan berupa pellet, yang diberikan secara di tabur. Kandungan gisi pellet ikan CP 788 adalah mengandung protein 26-28%, lemak 3–5%, serat 4-6%, abu 5-8% dan kadar air 11-13% (PT Central Pangan Pertiwi). Pada saat survei lapangan jumlah pakan yang diberikan dihitung terlebih dahulu dengan memperhitungkan jumlah populasi yang ada. Dengan padat tebar sebesar 214,4 kg benih yang ditebar, pemberian pakan 3% dari berat total biomass ikan yaitu sebesar 6,4 kg pakan perhari. Frekuensi pemberian pakan setiap hari antara jam 12 00 – 13. 00 WIB, dan sore hari jam 17.00-18.00 WIB[5]. Pola pemberian pakan yang dilakukan selama puluhan tahun ini sedikit banyak dapat merubah kualitas air waduk Gadjah Mungkur Wonogiri. Hasil survai menunjukkan jumlah KJA di perairan WGM sebanyak 1186 petak, dipasang pada seluruh kawasan zona budidaya WGM. Berdasarkan data sekunder pada KJA tersebut dibudidayakan ikan nila merah dan karper dengan padat tebar 214,4 kg benih yang ditebar /unit KJA dan berat ikan rata-rata 100 gram/ekor. Dengan demikian jumlah ikan di dalam KJA tersebut sebanyak 25.427.840 ton. Menurut Marganof
[10]
, rata-rata jumlah pakan yang diberikan untuk ikan nila merah dan karper
untuk satu unit KJA adalah 50 kg/hari. Jumlah pakan yang dibutuhkan untuk 1 unit KJA selama satu periode pemeliharaan adalah 4,500 ton. Adapun lama waktu untuk satu periode pemeliharaan (saat mulai menebar sampai panen) dibutuhkan waktu tiga bulan. Dengan demikian jumlah pakan yang diberikan untuk 1186 unit KJA di WGM dalam satu kali panen adalah 5.337.000 ton atau 21.348.000 ton per tahun. Petani KJA menggunakan pakan (pellet) dengan kandungan protein 18%. Untuk menentukan kandungan nitrogen dan fosfor yang terdapat dalam pakan, dilakukan dengan perkalian antara jumlah pakan (JP) yang diberikan dengan konstanta pakan (N = 4,86% dan P = 0,26%) (Nastiti et al., 2001) [10] . Dengan demikian, jumlah nitrogen dan fosfor yang terkandung dalam pakan yang diberikan pada kegiatan KJA di WGM adalah N = 1.037.512,8 ton dan P= 55.504,8 ton. Dari pakan yang diberikan tersebut hanya 70% yang dimakan oleh ikan, dan sisanya sebanyak 30% akan lepas ke badan perairan waduk sebagai bahan pencemar atau limbah (Rachmansyah, 2004; Syandri, 2006) [10]. Sementara itu,15–30% dari nitrogen (N) dan fosfor (P) dalam pakan akan diretensikan dalam daging ikan dan selebihnya terbuang ke badan perairan danau (Beveridge, 1987; Avnimelech, 2000)[10]. Dengan demikian dapat ditentukan
172
jumlah beban limbah nitrogen (N) dan fosfor (P) dari kegiatan KJA yang masuk ke badan perairan WGM yaitu nitrogen sebesar 819.635,1 ton per tahun, dan fosfor sebesar 43.848,79 ton per tahun[3]. Beban limbah yang masuk ke badan perairan waduk tersebut, menurut Midlen dan Redding (2000) dalam[10] yang berada dalam keadaan terlarut adalah 10% fosfor (P) dan 65% nitrogen (N). Beban limbah yang masuk WGM sebesar 4.384,879 ton fosfor dan atau sebesar 532.762,8 ton nitrogen dalam bentuk terlarut. Sementara itu yang berada dalam bentuk partikel adalah 65% fosfor (P) atau sebesar 28.501,71 ton dan 10 % nitrogen (N) atau sebesar 81.963,51 ton. Sisa pakan dalam bentuk partikel ini akan mengendap menjadi sedimen di dasar perairan WGM[2,3]. Rerata persepsi masyarakat pada daerah penelitian terhadap pelestarian waduk masih kurang (skor 1), mereka mempersepsikan bahwa pelestarian waduk bukan menjadi tanggung jawab penduduk. Untuk itu dibutuhkan pendekatan ke masyarakat akan pentingnya peran serta masyarakat untuk ikut serta dalam upayaupaya pelesatrian WGM. Demikian juga terhadap pemeliharaan waduk, masyarakat pada daerah penelitian rata-rata mempunyai persepsi yang kurang (skor 1). Untuk masalah kebersihan lingkungan rata-rata masyarakat daerah penelitian mempunyai persepsi sedang (skor 2). 4. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat pada daerah penelitian masih rendah terhadap pengendalian pencemaran perairanWGM. Antara 56,2582,09% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya pencegahan pencemaran; 50-73,63% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya penanggulangan pencemaran, 67,16-71,64% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya pemulihan pencemaran, dan 52,24-72,50% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya partisipasi pengendalian pencemaran di perairan WGM. Hal ini disebabkan masyarakat di sekitar WGM mempersepsikan pengelolaan waduk menjadi tanggung jawab pemerintah
DAFTAR PUSTAKA [1] Agustiningsih, Dyah, 2012, Kajian Kualitas Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal Dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai, Tesis Prodi Ilmu Lingkungan Undip, Semarang. [2] Pujiastuti, Peni, (2012) Pemodelan sistem pengendalian pencemaran perairan WGM Wonogiri, laporan penelitian HB
173
[3] Pujiastuti, Peni, (2010) The Utmost Capacity Estimation Of Organic Pollution In WGM from The Indigenous And Exogenous Activity, prosiding seminar internasional ICBC, Pascasarjana Magister Lingkungan UNS [4] Himawan Widhi, 2011, Kajian Pencemaran Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, UNSPascasarjana Prodi. Ilmu Lingkungan. [5] Pujiastuti, Peni, (2003) Dampak Budidaya Ikan Dalam Karamba Jaring Apung Terhadap Perkembangan Biota Air Lokal di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, Prosiding Seminar Nasional Unika Soegijopranoto Semarang, ISBN 979-8366-61-1i [6] Simarmata, A.H. (2007) Kajian Keterkaitan Antara Kemantapan Cadangan Oksigen dengan Beban Masukan Organik di Waduk Ir. H. Juanda Purwakarta Jawa Barat, S.Ps –IPB. [7] Sumarna, 2005, Harus Ada Perbaikan Pembangkit (laporan utama), Majalah Bulanan Indonesia Power edisi 3 tahun 2005. [8] Pujiastuti, Peni, (2009) Deteksi Dini Dampak Berantai Budidaya Ikan KJA Terhadap Nilai Manfaat Waduk Gajah Mungkur Wonogiri., Fakultas Teknik Universitas Setia Budi Surakarta. [9] Wiryanto, Totok Gunawan, S.D. Tandjung dan Subiyakto (2012), Kajian Kesuburan Perairan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 3 | November 2012 [10] Marganof, 2007, Model Pengendalian Pencemaran Perairan Di Danau Maninjau Sumatra Barat, Laporan hasil penelitian Sekolah Pasca Sarjana IPB Bogor, http://www.damandiri.or.id/file/marganofipb. [11] Hakim, R., dkk, 2008, Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Kota Jakarta, Program Studi Arsitektur Lansekap FALTL Universitas Trisakti – Jakarta – Indonesia, http://rustam2000.wordpress.com