VI. ANALISIS LINGKUNGAN POKDAKAN 6.1. Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal adalah pengidentifikasian kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Lingkup pengidentifikasian berupa wilayah fungsional perusahaan yang mencakup manajemen, pemasaran, keuangan, produksi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen. 6.1.1. Manajemen David (2009) menyatakan bahwa fungsi manajemen terbagi menjadi lima aktivitas yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf, dan pengontrolan. Aktivitas bulanan
perencanaan pada PCJ dilaksanakan dalam rapat
yang diwajibkan bagi
seluruh anggota. Pada rapat tersebut dibahas
berbagai rencana untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota kelompok seperti misalnya penggunaan dana hibah untuk mini raiser bersama, serta pemindahan warung kelompok ke bangunan tetap, sedangkan aktivitas pengorganisasian PCJ dapat dilihat pada struktur organisasi PCJ di bawah ini. Ketua
Wakil Ketua
Sekertaris
Bendahara
Anggota
Gambar 8. Struktur Organisasi Pokdakan Curug Jaya Sumber : Pokdakan Curug Jaya
47
Berdasarkan gambar susunan struktur organisasi PCJ pada Gambar 8, ketua kelompok merupakan pemimpin tertinggi dalam kelompok, sedangkan wakil ketua bertugas mewakili ketua kelompok pada saat ketua berhalangan dalam melaksanakan tugas sekaligus menjadi juru bicara kelompok. Sekertaris dan bendahara bertugas dalam pencatatan administrasi. Pencatatan data dan keuangan PCJ yang ada saat ini sebagian besar merupakan hasil bantuan pencatatan petugas Dinas Pertanian Kota Depok terutama pada saat masa perlombaan tahun 2009-2010 lalu dan belum dilanjutkan oleh para pengurus. Pencatatan yang ada pun baru mencakup jumlah produksi berdasarkan jumlah nota penjualan pada eksportir yang belum seluruhnya lengkap. Pencatatan juga belum mencakup pengeluaran dan pemasukan masingmsing anggota dan kelompok secara keseluruhan. Belum adanya pencatatan yang baik disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh PCJ. Aktivitas pemotivasian dalam PCJ terdapat dalam rapat bulanan kelompok dimana para anggota saling berbagi kabar mengenai usaha mereka dan saling memberikan solusi maupun dukungan. Selain di dalam rapat kelompok, sikap saling peduli di antara para anggota dalam interaksi sehari-hari menjadi motivasi tersendiri bagi para anggota untuk memajukan usahanya. Sedangkan aktivitas penempatan staf pada PCJ berbeda dengan perusahaan pada umumnya. Perekrutan anggota didasarkan pada kesamaan profesi, lokasi, dan semangat meningkatkan kesejahteraan. Keanggotaan pada PCJ juga mewajibkan pengurus dan anggota untuk mengikuti rapat bulanan kelompok dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok seperti arisan pembudidaya ikan hias dan kerja bakti membersihkan bangunan mini raiser kelompok. Aktivitas pengontrolan pada PCJ terutama dilakukan pada tahap penyortiran akhir oleh masing-masing pembudidaya. Ketua kelompok melakukan evaluasi terhadap pengembalian barang atau keluhan konsumen terhadap ikan hias yang tidak berkualitas dari para konsumen untuk ditindak lanjuti dengan perbaikan di lapangan. Aktivitas pengontrolan juga terdapat pada pemeriksaan kehadiran anggota pada rapat bulanan. Anggota yang tidak hadir dalam tiga kali rapat bulanan akan dikeluarkan dari kelompok.
6.1.2. Pemasaran Sistem penjualan satu pintu digunakan PCJ dalam menjual produk ikan hiasnya. Melalui sistem tersebut, seluruh penjualan keluar PCJ terpusat dilakukan dan dikelola oleh Bapak Rodih selaku ketua kelompok yang merupakan supplier merangkap sebagai pembudidaya ikan hias air tawar. Dengan demikian, seluruh anggota akan menjual produknya pada ketua kelompok dan selanjutnya ketua kelompok akan menjualnya pada konsumen PCJ. Ketua kelompok akan membeli produk ikan hias anggota dengan harga yang relatif stabil. Hal ini terlihat pada saat harga pasar sedang turun dan ketua kelompok mengusahakan membeli ikan hias anggota dengan harga yang tetap. Berdasarkan pengelolaan sistem penjualan satu pintu, apabila terdapat konsumen yang ingin membeli langsung produk ikan hias dari anggota, maka anggota tersebut akan melaporkannya terlebih dahulu pada ketua kelompok. Selanjutnya apabila ketua kelompok mendapat pemesanan dari konsumen PCJ, maka ketua kelompok akan mengelola pengumpulan ikan hias dari para anggota. Dengan demikian, para anggota pembudidaya melalui sistem penjualan satu pintu mendapatkan kepastian pasar dan harga yang lebih stabil dari harga pasar, sedangkan ketua kelompok mendapatkan kestabilan harga, kuantitas suplai yang besar, dan juga kepastian kesinambungan suplai produk yang merupakan keinginan konsumen PCJ. Secara keseluruhan sistem ini membuat PCJ bagaikan menjadi satu-kesatuan usaha dengan kapasitas produksi besar, selain itu juga memiliki kualitas produk baik, dan produksi yang berkesinambungan. Hal tersebut meningkatkan daya tawar PCJ terhadap konsumennya sehingga kestabilan harga dapat diperoleh PCJ. Konsumen PCJ adalah para eksportir dan supplier ikan hias yaitu eksportir ikan hias CV Indopisces Exotica di Cinangka, eksportir ikan hias PT Indotropica Agung Lestari di Bekasi, serta supplier-supplier ikan hias di Bogor, Depok, Bekasi, Jakarta, dan juga Surabaya. Para konsumen PCJ terutama eksportir menginginkan produk ikan hias yang berkualitas, berkesinambungan, dan memiliki kuantitas besar. Kriteria kualitas ikan hias adalah ketepatan ukuran (size), ketepatan jumlah, dan kesehatan yang baik. PCJ mampu memenuhi kriteria tersebut sehingga para konsumennya setia.
Proporsi pemasaran produk ikan hias PCJ adalah 75 persen pada eksportir dan 25 persen pada supplier. Pada umumnya supplier ikan hias membeli ikan hias PCJ dengan harga lebih tinggi dari harga pembudidaya dan akan menjualnya kembali pada eksportir ikan hias. Hal ini dilakukan oleh supplier karena mereka tidak memiliki kepastian kesinambungan suplai produk dari para pembudidaya yang tidak memiliki ikatan kontrak dengan mereka. Ketidakmampuan memenuhi permintaan eksportir secara berkesinambungan dalam kuantitas yang umumnya besar dapat mengurangi kepercayaan dan kesetiaan eksportir pada supplier. Produk yang dipasarkan oleh PCJ adalah ikan hias Neon Tetra, Red Nose, dan Cardinal Tetra. Masing-masing jenis ikan hias tersebut memiliki variasi ukuran S, SM, M, ML, L, dan XL. Harga dari masing-masing ikan hias disesuaikan dengan ukuran ikan hias. Penetapan harga jual PCJ didasarkan pada harga pasar. Daftar harga penjualan PCJ pada konsumen eksportir terdapat pada Tabe bl 11, sedangkan harga jual ikan hias PCJ pada supplier lebih rendah Rp 25 sampai Rp 50 dibandingkan pada eksportir. Tabel 12. Harga Jual Ikan Hias Pokdakan Curug Jaya pada Eksportir Ukuran SM M ML L XL
Neon Tetra
Jenis Ikan Red Nose
Cardinal Tetra
Rp300 Rp350 Rp450 Rp600 Rp750
Rp300 Rp350 Rp450 Rp600 Rp750
Rp700 Rp1.000 Rp1.200 Rp1.500 Rp1.800
Sumber : Pokdakan Curug Jaya 2011
Promosi yang dilakukan PCJ pada saat ini adalah promosi dari mulut ke mulut (words of mouth). Di Tahun 2007 PCJ pernah mengikuti pameran ikan hias di raiser ikan hias Cibinong dan di pusat perbelanjaan ITC Depok, akan tetapi tidak dilanjutkan hingga saat ini. Pemesanan ikan hias pada PCJ dilakukan melalui telefon, short message service (sms), dan datang langsung ke lokasi PCJ. Selanjutnya pendistribusian produk ikan hias dari lokasi PJC ke tempat pelanggan dilakukan dengan menggunakan motor dan sewa mobil bak, akan tetapi pada umumnya pelanggan supplier mengambil ikan hiasnya langsung ke lokasi PCJ.
6.1.3. Keuangan Sumber modal PCJ utamanya adalah dana perseorangan para anggota dalam menjalankan usahanya ditambah hibah pada kelompok sehingga para anggota PCJ merupakan para pelaku usaha dengan modal yang terbatas. Pada tahun 2007 PCJ pernah mendapatkan hibah sebesar 27 juta rupiah dan pada saat itu sudah habis diantaranya dimanfaatkan untuk pembangunan mini raiser kelompok yang hingga saat ini pembayaran tanahnya belum lunas. Hal ini menunjukkan keterbatasan modal pada PCJ dan menjadi kelemahan bagi PCJ. Keterbatasan modal membuat PCJ tidak leluasa untuk menambah kapasitas atau mencoba membudidayakan jenis ikah hias baru. Selain keterbatasan modal, PCJ belum memiliki pencatatan mengenai pemasukan dan pengeluaran seluruh anggota kelompok. Pencatatan keuangan PCJ pada saat sebelum masa perlombaan tahun 2010 banyak dibantu oleh petugas Dinas Pertanian dan baru mencakup pencatatan pemasukan dan pengeluaran mini raiser kelompok. Pencatatan belum mencakup total penjualan dan pengeluaran masing-masing anggota maupun seluruh kelompok serta pencatatan yang sudah ada belum dilanjutkan kembali oleh PCJ. Hal tersebut menjadi kelemahan bagi PCJ karena keuntungan dan kerugian yang diterima PCJ tidak diketahui. Sebenarnya PCJ menyimpan nota-nota penjualan yang dimiliki masing-masing anggota pembudidaya maupun dimiliki oleh ketua kelompok walaupun belum lengkap. Hal tersebut dapat menjadi awalan yang baik untuk dilanjutkan menjadi pencatatan keuangan yang rapih dan sesuai dengan sistem akuntansi yang benar. Selanjutnya pada keuangan penjualan produk, berdasarkan pernyataan Ketua PCJ yang menjadi pintu pemasaran pada pihak luar PCJ serta pengurus lainnya, permintaan ikan hias cenderung menurun pada bulan ke lima sampai ke sembilan atau bulan Mei sampai dengan bulan Sepetember. Penurunan tersebut bersesuaian dengan pernyataan pihak eksportir konsumen PCJ bahwa permintaan ikan hias menurun pada bulan-bulan tersebut karena kecenderungan penurunan permintaan pada musim panas khususnya di Negara-negara Eropa dan Amerika yang menjadi tujuan penjualan eksportir konsumen PCJ dan eksportir tujuan supplier konsumen PCJ.
Penurunan tersebut dapat terlihat pada Tabel 3 yang merupakan data penjualan PCJ pada eksportir CV Indopisces Exotica pada tahun 2010. Data penjualan tersebut didapatkan dari CV Indopisces Exotica mengingat PCJ belum memiliki pencatatan keuangan yang lengkap dan keberadaan nota-nota penjualan pada konsumen eksportir maupun supplier banyak yang tidak lengkap sehingga tidak dapat dijadiakan acuan keadaan penjualan PCJ. Berdasarkan data pada Tabel 3, dapat diketahui bahwa penjualan cenderung menurun pada bulan Mei sampai September. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan permintaan dari konsumen PCJ yang berasal dari negara pengimpor terutama Uni Eropa dan Amerika. Pada bulan tersebut, masyarakat di wilayah-wilayah Eropa dan Amerika sedang mengalami musim panas sehingga lebih memilih hiburan di ruangan terbuka seperti bermain ke pantai dibandingkan hiburan berupa ikan hias di dalam ruangan. Penurunan permintaan ini bagi para anggota PCJ yang sebagian besar menggantungkan mata pencaharian satu-satunya pada budidaya ikan hias merupakan masa-masa yang berat secara keuangan. Mereka membutuhkan pemasukan untuk kebutuhan sehari-hari dan operasional usaha namun pada masamasa tersebut pemasukan menurun cukup tajam. Berdasarkan wawancara di lapangan yang didukung data penjualan di atas, penurunan dapat mencapai dua puluh lima persen sampai lima puluh persen rata-rata penjualan. Pengecualian berupa pnurunan pada bulan Desember dari Tabel 3 disebabkan oleh produksi ikan hias PCJ pada saat itu terganggu oleh penyakit jamur (istilah PCJ) yang belum diketahui pengobatannya dan menyebabkan kematian ikan hias, walaupun saat ini pencegahan penyebarannya sudah diketahui. 6.1.4. Produksi Produksi merupakan aktivitas mengubah input menjadi output berupa barang atau jasa. PCJ mempunyai kapasitas produksi sebesar 300.000 sampai 400.000 ekor ikan hias per bulan. PCJ juga mempunyai warung kelompok yang menjadi penyedia kebutuhan operasional dengan pembayaran dapat ditunda sampai anggota mendapat pendapatan dari penjualan ikan hiasnya. Tenaga kerja PCJ merupakan para anggota secara langsung yang dibantu oleh karyawannya yang pada umumnya merupakan kerabat.
Sistem pembayaran pada karyawan anggota PCJ berbentuk bagi hasil dari keuntungan hasil penjualan ikan hias atau gaji. Bagi hasil pendapatan dapat berbentuk 50 persen pendapatan untuk anggota dan 50 persen pendapatan untuk karyawan anggota atau 60 persen pendapatan untuk anggota dan 40 persen pendapatan untuk karyawan anggota. Hal tersebut didasarkan pada penanggungan biaya operasional. PCJ mampu menghasilkan ikan hias yang berkualitas berdasarkan ketepatan ukuran, jumlah, dan kesehatan ikan. Hal ini dibuktikan dari pendapat konsumen terutama eksportir yang menjadi pelanggan PCJ. Kegiatan produksi ikan hias air tawar yang dilakukan para anggota PCJ dimulai dari pembenihan ikan hias hingga pembesaran ikan hias. Kegiatan tersebut meliputi pemijahan, pemeliharaan larva dan benih, pembesaran, penyeleksian ikan hias, dan pengemasan. Alur produksi PCJ dapat dilihat pada Gambar 9. Pemijahan
Pemeliharaan Larva dan Benih
Pembesaran
Penyortiran Ikan Hias
Pengemasan
Gambar 9. Alur Produksi Pokdakan Curug Jaya Sumber : Pokdakan Curug Jaya
1. Pemijahan Tahap pemijahan diawali dengan persiapan akuarium pemijahan dimana air yang akan digunakan didiamkan terlebih dahulu satu hingga dua malam agar zat oksigen di udara dapat melarut ke dalam air dan gas berbahaya di air dapat menguap ke udara (Lesmana DS dan Dermawan I 2001). Ukuran akuarium pemijahan ikan hias Neon Tetra adalah 20cm x 25cm x 15cm, sedangkan ikan Cardinal Tetra dan Red Nose berukuran 100cm x 50cm x 25cm. Ke dalam akarium pemijahan juga ditambahkan daun ketapang.
Daun ketapang berfungsi sebagai obat pencegahan penyakit, pembuat asam air akuarium, dan bagi ikan hias Neon Tetra dan Red Nose juga berfungsi sebagai media peletakan telur ikan. Sedangkan ikan hias Cardinal Tetra tidak membutuhkan media peletakkan telur yang khusus. Akan tetapi karena induk ikan hias Cardinal Tetra dapat memakan telurnya maka di dasar akuarium pemijahan diletakkan jaring yang memiliki jarak 5cm dari dasar akuarium. Telur Cardinal Tetra yang berukuran lebih kecil dari lubang jaring akan lolos menembus jaring ke dasar akuarium. Sedangkan induk ikan hias Cardinal Tetra yang berukuran lebih besar dari lubang jaring tidak dapat menembus jaring dan mendekati telurnya sehingga kemungkinan termakannya telur oleh induk dapat diminimalisir. Selanjutnya induk yang sudah disiapkan dapat dipindahkan ke dalam akuarium pemijahan dengan perbandingan jantan dan betina yaitu 6:4 atau 5:5. Total jumlah induk Cardinal Tetra dan Red Nose yang dipindahkan sebanyak 100 ekor dan jumlah induk Neon Tetra yang dipindahkan berjumlah sepasang. Pemindahan induk dilakukan pada sore hari karena ikan hias akan melakukan pemijahan pada malam harinya. Telur hasil pemijahan ikan hias Cardinal Tetra dan Red Nose dapat diambil di pagi keesokan harinya pada pukul tujuh atau delapan pagi. Pengambilan telur ikan hias tidak boleh telat dilakukan untuk semakin meminimalisir kemungkinan termakannya telur oleh induk. Telur-telur ikan hias Red Nose yang terletak di daun ketapang dipindahkan secara perlahan ke dasar akuarium dengan cara memiringkan atau membalikkan daun secara perlahan. Pengambilan telur pada ikan hias Cardinal Tetra dan Red Nose dilakukan dengan menggunakan selang kecil, baskom berisi air yang sudah didiamkan dua malam, serta lampu. Baskom diletakkan lebih rendah dari akuarium sehingga selang yang diletakkan di antara akuarium pemijahan dengan baskom akan mengalirkan telur ikan hias dari dasar akuarium ke baskom. Lampu menerangi akuarium pemijahan agar telur yang berserakan di dasar akuarium terlihat oleh pengambil telur ketika menggerakkan selang kecil. Setelah telur dikumpulkan dalam baskom, telur kemudian dipindahkan ke akuarium larva yang berukuran 100cm x 50cm x 30cm. Sebelumnya air di akuarium larva juga sudah didiamkan selama dua malam dan diberikan daun ketapang sebagai obat pencegahan
penyakit. Telur akan menetas menjadi larva pada keesokan harinya. Berbeda dengan telur ikan hias Neon Tetra yang dibiarkan berada di akuarium pemijahan sedangkan indukannya dipindahkan ke akuarium indukkan. Barulah setelah telur menetas menjadi larva, pemindahan larva dilakukan dari akuarium pemijahan ke akuarium larva. 2. Pemeliharaan Larva dan Benih Setelah larva dipindahkan pada akuarium larva, selama lima hingga enam hari larva ikan hias Neon Tetra, Red Nose, dan Cardinal Tetra tidak diberi pakan karena masih menghabiskan sumber makanan yang berasal dari persediaan makanan dari telur yang tersimpan di tubuh larva. Barulah selanjutnya pada hari ketiga cangkang telur di dasar akuarium akan dibersihkan dengan cara yang sama dengan pengambilan telur. Pada hari ke tujuh larva akan diberi pakan artemia yang merupakan larva artemia berukuran sangat kecil atau biasa disebut sebagai kista artemia. Pakan artemia dijual di pasaran dalam bentuk telur artemia yang belum menetas. Cara menetaskan telur artemia adalah dengan mencampur satu sendok makan telur artemia dan dua setengah sendok munjung garam kedalam satu setengah gayung air di wadah berbentuk kerucut terbalik yang terus diaerasi. Setelah dibiarkan semalaman, telur artemia akan menetas menjadi larva artemia. Selanjutnya artemia yang mengumpul di bagian atas wadah kerucut terbalik dipindahkan ke ember yang berisi air dan siap digunakan sebagai pakan larva ikan hias. Setiap akuarium pembenihan diberikan satu gayung larutan larva artemia dari ember. Pemberian pakan dilakukan setiap pagi dan sore hari. Pada hari ke sepuluh atau ke dua belas, larva ikan hias sudah cukup besar untuk diberi pakan kutu air (Moina sp) sehingga pemberian pakan artemia dapat dihentikan. Larva ikan hias yang sudah cukup besar tersebut kemudian dipindahkan ke akuarium pembenihan. Setiap akuarium pembenihan diberikan pakan larutan kutu air sebanyak satu gelas. Selanjutnya larva ikan hias akan tumbuh menjadi benih ikan hias setelah berumur satu setengah bulan. Pada saat itu ikan hias sudah mencapai ukuran S yang merupakan ukuran benih ikan hias dan sudah harus dipindahkan ke akuarium pembesaran karena ikan hias yang membesar membutuhkan ruang akuarium yang semakin besar pula.
3. Pembesaran Benih ikan hias yang sudah dipindahkan pada akuarium pembesaran dapat diberikan pakan cacing darah (Tubivex. sp) dengan takaran satu gelas campuran cacing darah dan air ke dalam satu akuarium pembesaran. Pemberian pakan pellet dapat dilakukan pada ikan hias yang sudah mencapai ukuran M ke atas, akan tetapi para pembudidaya lebih sering menggunakan pakan cacing darah saja. Pada umur dua bulan ikan hias akan dapat mencapai ukuran SM, kemudian pada umur dua setengah bulan akan dapat mencapai ukuran M. Pada umur tiga bulan akan dapat mencapai ukuran ML, pada umur empat bulan akan dapat mencapai ukuran L, dan pada umur lima bulan ke atas akan dapat mencapai ukuran XL atau biasa disebut ukuran jumbo. Sedangkan pada umur enam bulan akan dapat dijadikan indukkan ikan hias. Masing-masing ukuran dan variasi panjang tubuh pada masing-masing ukuran dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel 13. Ukuran dan Variasi Panjang Tubuh Ikan
Neon Tetra dan Cardinal Tetra
Jenis Ikan Hias
Red Nose
S SM M ML L XL S SM M ML L XL
1.2 cm 1.8 cm 2 cm 2.3 cm 2.5 cm 2,8 cm 1.2 cm 2 cm 2.6 cm 2.8 cm 3,2 cm 3,6 cm
Sumber : Pokdakan Curug Jaya dan Penyuluh
4. Penyortiran Ikan Hias Tahap terakhir dari proses produksi sebelum tahap pengemasan adalah tahap penyortiran. Pada tahap ini, ikan hias disortir berdasarkan ukuran yang diinginkan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseragaman panjang tubuh ikan hias walaupun memiliki umur yang sama. Panjang tubuh ikan hias dalam satu akuarium yang berumur sama dapat lebih besar atau lebih kecil dari panjang tubuh standar untuk ukuran yang diinginkan.
Penyeleksian dilakukan berdasarkan kesehatan ikan. Banyaknya jumlah ikan hias juga menjadi perhatian dalam tahap penyortiran karena disesuaikan dengan pesanan. Hal ini akan menentukan kualitas ikan hias PCJ. Di tahap ini juga dapat dilakukan penyeleksian ikan hias yang akan dijadikan indukan. Kriteria ikan hias indukan adalah berumur enam bulan bulan ke atas dan dalam keadaan sehat. Pada umumnya ikan hias sudah matang gonad pada umur tiga sampai empat bulan, akan tetapi tingkat keberhasilan telur hasil pemijahan lebih baik pada ikan hias yang sudah berumur enam bulan ke atas. Penyortiran dilakukan oleh setiap anggota pada saat ikan hias akan diantarkan menuju tempat penampungan ikan hias milik ketua kelompok untuk ditampung. Selanjutnya pemeriksaan penyortiran akhir akan dilakukan kembali oleh ketua kelompok dan pekerjanya saat ikan akan dikirim pada konsumen. Akan tetapi, terkadang ikan hias yang diantarkan pada penampungan milik ketua kelompok tidak ditampung terlebih dahulu dan langsung dikirim pada konsumen. Pada saat itu ketua kelompok dan pekerjanya akan melakukan pengecekkan keadaan ikan hias sebelum diberangkatkan. 5. Pengemasan Setelah ikan hias sudah tepat jumlah, tepat ukuran, dan baik kesehatannya, ikan hias akan memasuki tahap pengemasan. Tahap ini dimulai dengan dipindahkannya ikan hias ke dalam kantong plastik berisi air yang sudah didiamkan semalaman dan dicampur daun ketapang. Kemudian gas oksigen murni diisikan ke dalam kantong dengan perbandingan oksigen dan air 1:3. Setelah itu ikan hias akan dipuasakan selama satu kali waktu makan. Kemudian tepat pada saat ikan hias akan dikirimkan, air dan gas oksigen di dalam kantong akan diperbaharui sekali lagi dengan cara memindahkan ikan hias dan air di dalam kantung ke dalam suatu wadah. Kantong ikan hias yang sudah dikosongkan tersebut selanjutnya diisi dengan air baru yang sudah didiamkan selama satu malam dan juga sudah diberi daun ketapang. Ikan hias kemudian dimasukan kembali ke dalam kantong dan kantong dikempiskan untuk kembali diisi gas oksigen murni dengan perbandingan yang sama seperti sebelumnya.
6. Perawatan Rutin dan Penyakit Perawatan rutin yang harus dilakukan terutama pada tahap pemeliharaan larva dan benih serta pembesaran adalah pengurasan akuarium dan pemberian pakan. Pengurasan akuarium atau penyiponan dapat dilakukan seminggu tiga kali hingga seminggu sekali disesuaikan dengan keadaan ikan hias. Apabila ikan hias cepat sakit dengan pengurasan seminggu tiga kali, maka frekuensi pengurasan dapat dikurangi. Keadaan ini dapat berbeda-beda pada setiap tempat usaha budidaya karena perbedaan kesesuaian ikan hias dengan lingkungannya terutama kondisi air. Kegiatan dalam pengurasan akuarium adalah pembersihan dasar kolam dari kotoran dan sisa-sisa pakan dengan menggunakan selang kecil seperti pada proses pengambilan telur, pembersihan aerator, serta penggantian sepertiga air akuarium. Pemberian pakan dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Umumnya pemberian pakan dilakukan pada pukul delapan pagi dan pukul empat sore. Kealpaan dalam perawatan rutin ini dapat menyebabkan ikan hias sakit sehingga kedisiplinan melakukan perawatan sangat diperlukan. Pakan yang diberikan berupa artemia untuk larva, kutu air untuk benih, serta pellet dan cacing darah untuk ikan hias berukuran M ke atas. Sebelum pakan cacing darah dan kutu air diberikan pada ikan hias, terlebih dahulu kedua pakan tersebut diletakkan di baskom atau wadah yang berisi air dan dalam keadaan diaerasi. Hal tersebut ditujukan untuk membersihkan pakan dari kotoran-kotoran. Sedangkan pelet yang akan diberikan pada ikan hias terlebih dahulu dicampur dengan air agar ukuran butiran pelet menjadi lebih kecil dan dapat dikonsumsi ikan hias PCJ. Jenis penyakit yang sering menyerang ikan hias PCJ adalah white spot (Ichthyophthirius multifiliis) dan karat (Oodinium.sp ). Pertolongan pertama pada kedua penyakit tersebut adalah dengan memberikan daun ketapang dan garam ke dalam akuarium serta penggantian air akuarium hingga setengah volume. Selain itu obat yang biasa digunakan PCJ untuk penyakit white spot adalah tetrasiklin, methylin blue, serta purasaridon. Sedangkan obat yang biasa digunaan PCJ untuk penyakit karat adalah velvet oranye dan tetrasiklin. Penyakit yang jarang ikan hias PCJ namun belum diketahui pengobatannya adalah penyakit jamur (istilah PCJ) yang berbentuk seperti kapas menempel pada tubuh ikan. Pada umumnya ikan
hias PCJ yang terjangkit penyakit tersebut akan mati karena pengobatannya belum diketahui. Walaupun demikian para anggota PCJ sudah berpengalaman menghadapi penyakit ini sehingga akuarium yang didalamnya terdapat ikan dengan gejala penyakit ini segera dikeringkan dan kontak langsung akuarium ikan berpenyakit dengan akuarium ikan sehat dihindari. 6.1.5. Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan pengembangan belum sepenuhnya dilakukan oleh PCJ mengingat sumber daya manusia yang ada belum memadai serta peralatan pendukung yang belum tersedia. Penelitian dan pengembangan secara sederhana dilakukan oleh PCJ dalam bentuk eksperimen sederhana berdasarkan pegalaman dan teknik budidaya ikan hias yang sudah diketahui. Seperti misalnya mencobacoba frekuensi penyiponan akuarium yang dapat berbeda-beda hasilnya untuk setiap lokasi budidaya karena perbedaan kesesuaian ikan hias dengan lingkungan. Akan tetapi, eksperimen sederhana ini tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang lebih kompleks dan membutuhkan dasar ilmu pengetahuan seperti penanganan penyakit yang selama ini belum diketahui pengobatannya oleh PCJ atau pengobatan dengan dosis tepat serta cara membudidayakan jenis ikan hias baru dengan baik. 6.1.6. Sistem Informasi Manajemen Sistem
informasi
manajemen
merupakan
sistem
yang
mengatur
pengumpulan, pengolahan dan penyediaan informasi yang dibutuhkan oleh keputusan manajerial. Sistem informasi manajemen belum dilaksanakan secara ideal pada PCJ. Biasanya berbagai informasi yang diterima oleh anggota PCJ dibahas dalam rapat bulanan kelompok untuk selanjutnya dijadikan bahan pertimbangan pengambilan keputusan atau perencanaan. Selain itu, dalam interaksi sehari-hari seperti ngobrol-ngobrol, para anggota saling bertukar informasi yang mereka dapatkan. Hal tersebut sudah cukup baik dilakukan oleh PCJ yang memiliki struktur organisasi sederhana.
6.2. Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal merupakan pengidentifikasian tren dan kejadian di luar perusahaan yang sangat mempengaruhi perusahaan. Tren dan kejadian yang menguntungkan perusahaan merupakan peluang dan yang merugikan
perusahaan
merupakan
ancaman.
Lingkup
pengidentifikasian
mencakup kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, budaya, demografis, dan lingkungan, kekuatan politik, pemerintahan, dan hukum, kekuatan teknologi, serta kekuatan kompetitif. 6.2.1. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi sangat mempengaruhi PCJ terutama yang berkaitan dengan sisi pemasaran. Ikan hias air tawar yang dipasarkan PCJ merupakan bagian dari komoditi ekspor Indonesia sehingga tren perdagangan ikan hias air tawar dunia berpengaruh terhadap pemasaran pelaku usaha ikan hias di Indonesia termasuk PCJ. Kecenderungan tren perdagangan ikan hias air tawar di tingkat dunia dapat diketahui diantarnya melalui perkembangan nilai impor ikan hias air tawar dunia dan proporsi pertumbuhan perdagangan ikan hias dunia. Perkembangan tersebut dapat menggambarkan tren permintaan dunia akan ikan hias. Tabel 14. Nilai Impor Ikan Hias Air Tawar Dunia Tahun 2005-2008 Tahun
Nilai Impor ikan hias dunia (USD)
2005
131.692.000
2006
136.915.000
2007
149.546.000
2008
156.378.000
Sumber : Food and Agriculture Organization (2011) Berdasarkan tabel di atas, nilai impor ikan hias air tawar dunia meningkat sebesar sebesar 18,75 persen pada periode tahun 2005-2008. Kecenderungan peningkatan nilai impor tersebut juga didukung oleh rata-rata pertumbuhan perdagangan ikan hias dunia yang mencapai 8 persen setiap tahunnya (Selvarasu dan Sankaran 2011). Hal ini menunjukkan bahwa permintaan dunia akan ikan hias air tawar cenderung terus meningkat.
Indonesia dalam menghadapi hal tersebut mengalami peningkatan nilai ekspor ikan hias air tawar rata-rata sebesar 5,92 persen per tahun dalam periode tahun 2007-2010. Nilai ekspor pada tahun 2006 sebesar 2 juta USD, tahun 2007 sebesar USD 1,9 juta, tahun 2008 sebesar USD 2,9 juta, pada tahun 2009 sebesar USD 5,6 juta, dan pada tahun 2010 sebesar USD 9,4 juta. 29 Peningkatan nilai ekspor ikan hias air tawar tersebut tersebut menunjukkan bahwa Indonesia ikut berpartisipasi dalam peningkatan permintaan ikan hias air tawar dunia. Partisipasi tersebut melibatkan eksportir ikan hias Indonesia yang diindikasikan menghadapi peningkatan permintaan sehingga ikut meningkatkan permintaan ikan hias air tawarnya pada pemasok ikan hias seperti PCJ. 6.2.2. Faktor Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan David (2009) menyatakan bahwa tren-tren sosial, budaya, demografis, dan lingkungan membentuk
cara orang hidup,
bekerja, memproduksi,
dan
mengonsumsi. Tren memelihara ikan hias terutama sebagai sarana hiburan pada saat ini telah menyebar di berbagai belahan dunia tak terkecuali para konsumen akhir ikan hias PCJ yaitu terutama masyarakat Negara-negara maju Amerika dan Uni Eropa. Di sana ikan hias Neon Tetra, Cardinal Tetra, dan Red Nose termasuk ikan hias tropis favorit untuk dipelihara.30 Masyarakat
negara-negara
maju
tersebut
mempunyai
kegemaran
memelihara ikan hias sebagai hiburan di dalam ruangan terutama pada saat musim dingin. Pada masa tersebut mereka lebih banyak berada di dalam ruangan dibanding diluar ruangan sehingga memandangi ikan hias merupakan alternatif hiburan yang disukai. Sedangkan pada musim panas, mereka lebih menyukai hiburan di luar ruangan seperti berkunjung ke pantai atau lokasi rekreasi terbuka lainnya. Oleh karena itu, permintaan ikan hias menurun di Negara-negara Amerika dan Uni Eropa pada saat musim panas terutama pada bulan Mei sampai September dan selanjutnya menyebabkan permintaan ikan hias PCJ ikut menurun.
29 30
Badan Pusat Statistik. 2011. http://www.bps.go.id/ [10 Desember 2011] Squidoo. 2010. .30 http://www.squidoo.com [3 Agustus 2011]
Keadaan lingkungan Bojongsari juga mempengaruhi PCJ. Wilayah Bojongsari sama seperti wilayah Indonesia lainnya yang beriklim tropis sehingga sesuai bagi jenis-jenis ikan hias yang berasal dari daerah tropis seperti Tetra. Iklim tropis memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau, selain itu iklim tropis sepanjang tahun mempunyai suhu udara yang berkisar antara 20oC30oC Selain iklim tropis.31 Bojongsari juga memiliki kondisi air yang sesuai untuk jenis-jenis ikan hias lainnya yang membutuhkan kondisi air seperti tiga jenis tetra yang dibudidayakan PCJ yakni pH sedikit asam antara pH 5 sampai pH 7,5 dan kesadahan air lunak sampai agak sedang antara 5o dH – 20o dH.32 Kondisi air tersebut juga dibuktikan oleh Pokdakan Mina Usaha Mandiri di Kecamatan Bojongsari yang berhasil membudidayakan tak hanya Neon Tetra, Red Nose, dan Cardinal Tetra, akan tetapi juga jenis-jenis ikan hias seperti Platydoras, Alligator, Stenophoma, Neon Api, Blue King, Sky Blue, Coridoras Albino, Coridoras Panda, dan Cherry Bag yang membutuhkan kebutuhan kondisi lingkungan budidaya seperti Neon Tetra, Cardinal Tetra, dan Red Nose33 walaupun masih dalam skala kecil. Selain kondisi lingkungan yang mendukung, sebenarnya jenis ikan hias yang diminati masyarakat Negara-negara asing tak hanya Neon Tetra, Red Nose, dan Cardinal Tetra. Jenis-jenis tetra lainnya seperti Lemon Tetra, Flame Tetra, Gold Tetra, Black Tetra, Rosy Tetra, Blue Tetra, Kongo Tetra, dan Serpae Tetra juga banyak diminati.34 Bahkan di pasar lokal seperti pasar-pasar ikan hias di Jakarta dan di Parung, jenis-jenis Tetra lainnya seperti Lemon Tetra, Black Tetra, Red Tetra, dan Tetra Sumatera juga banyak diminati. Walaupun ketiga ikan hias tetra yang dibudidayakan PCJ juga diminati di pasar lokal, Australia, Timur Tengah, dan juga Jepang. Hal ini menjadi peluang bagi PCJ mengingat jenis-jenis tetra tersebut mempunyai kebutuhan kondisi lingkungan yang mirip seperti Neon Tetra, Cardinal Tetra, dan Red Nose.35
31
Syarif Hidayat. 2008. www.pksm.mercubuana.ac.id [12 November 2011] Anonim. 2010. www.seriouslyfish.com [2 November 2011] 33 Ibid. 34 Fresh Water Tropical Index. 2007. http://www.freshwater-tropical-fish-care.com [26 juli 2011] 35 Op.cit 32
6.2.3. Faktor Politik, Pemerintahan, dan Hukum Salah satu kebijakan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya adalah mencanangkan program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya (PUMP PB). Program tersebut merupakan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan (PNPM KP) yang berada di bawah koordinasi Program Pengembangan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). PUMP PB adalah program penyaluran bantuan modal usaha dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) pada Kelompok Pembudidaya Ikan. Pedoman pelaksanaan PUMP PB adalah Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor Kep.30/DJ-PB/2011.36 BLM yang diberikan melalui PUMP PB merupakan dana sebesar Rp 200 miliar dan akan dibagikan kepada 2.000 kelompok pembudidaya ikan di 200 kabupaten atau kota termasuk Depok. BLM tersebut diperuntukkan untuk delapan jenis usaha budidaya perikanan termasuk budidaya ikan hias.37 Dengan demikian, PCJ sebagai salah satu kelompok pembudidaya ikan hias di Depok berpeluang untuk menjadi salah satu target penyaluran BLM dalam PUMP PB yang penyalurannya melibatkan Dinas Pertanian dan Perikanan serta penyuluh Kota Depok. Di Depok juga terdapat Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) yang merupakan lembaga riset pemerintah untuk ikan hias sehingga peluang PCJ untuk mendapatkan pembinaan atau bantuan penelitian dan pengembangan budidaya ikan hias dari Balai riset tersebut semakin terbuka. Hal tersebut juga didukung kerjasama Balai Riset dengan para Pokdakan terutama dalam hal penyebaran informasi budidaya dengan para pokdakan38 yang sudah terjalin di Depok serta keinginan balai riset untuk fokus pada jenis-jenis ikan hias yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat sekitar.39 Pihak Dinas Pertanian dan Perikanan serta para penyuluh pertanian di Depok pun bersedia mendukung PCJ terutama dari sisi perapihan administrasi.40
36
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2011. http://perikananbudidaya.kkp.go.id [3 juli 2011] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2011. http://www.perikananbudidaya.kkp.go.id [3 juli 2011] 38 Balai Riset Kelautan dan Perikanan. www.litbang.kkp.go.id [7 Juni 2011] 39 Peneliti Senior Balai Riset Budidaya Ikan Hias. [23 Maret 2011] 40 Ketua Penyuluh Pertanian Kota Depok. [9 Juli 2011] 37
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui kerjasama dengan pihak swasta menyelenggarakan Indonesian Ornamental Fish Show (IOFS) atau pameran ikan hias Indonesia yang dilaksanakan bersamaan dengan Indonesia Fisheries Expo (IFE). Kegiatan pameran IOFS yang dilakukan tahunan tersebut mempertemukan berbagai stakeholder di bidang perikanan seperti investor, supplier, buyer, akademisi dari dalam dan luar negeri, mahasiswa, dan masyarakat luas.41 Pada umumnya penyelenggaraan IOFS bertempat di wilayah Jakarta. Selain itu Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Ikan (Ditjen P2HP) dari KKP juga menyelenggarakan pameran ikan hias tahunan di Pusat Pengembangan dan Pemasaran (Raiser) Ikan Hias Cibinong. Pameran tersebut mempertemukan para pembudidaya dan para eksportir ikan hias pada khususnya dan masyarakat ikan hias pada umumnya.42 Kedua pameran ikan hias tahunan tersebut menjadi peluang bagi PCJ untuk mempromosikan usahanya. 6.2.4. Faktor Teknologi Faktor teknologi dapat memberikan dampak yang besar karena teknologi menciptakan pembaharuan dalam berbagai bidang bagi suatu perusahaan. Pada PCJ, teknologi komunikasi, informasi, dan peralatan budidaya memiliki pengaruh yang sangat besar. Dengan teknologi komunikasi dan informasi, pertukaran informasi dapat dengan mudah dilakukan melalui alat komunikasi tanpa harus berpindah lokasi. Teknologi tersebut juga mempermudah PCJ dalam proses transaksi melalui bank, sedangkan teknologi informasi lainnya seperti komputer berpeluang untuk dimanfaatkan PCJ dalam administrasi. Selain itu untuk teknologi penanganan budidaya ikan hias, PCJ sudah menggunakan generator set dalam mengantisipasi listrik mati sehingga ikan tidak kekurangan suplai oksigen dari alat aerator. PCJ juga sudah menggunakan tabung oksigen untuk mendapatkan gas oksigen murni dalam proses pengemasan. Akan tetapi, teknologi penanganan penyakit seperti pemeriksaan penyakit dan pemberian obat dengan dosis tepat belum sepenuhnya digunakan oleh PCJ sehingga teknologi tersebut berpeluang untuk lebih dimanfaatkan PCJ.
41 42
Wahyu Promocitra. 2011. www.indonesiafisheriesexpo.com [12 Agustus 2011] Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. 2011. www.pusjui.kkp.go.id [12 Agustus 2011]
6.2.5. Faktor Kompetitif Persaingan bagi suatu perusahaan tidak hanya dapat terjadi dengan perusahaan sejenis lainnya. Persaingan dapat juga terjadi dengan para pemasok bahan baku, pembeli, calon pesaing baru, pelaku usaha sejenis, serta produk substitusi. Persaingan tersebut dapat menekan laba perusahaan. 6.2.5.1. Persaingan Antar Perusahaan Sejenis Persaingan antar perusahaan sejenis merupakan persaingan di antara perusahaan yang memiliki kesamaan hasil produksi dan konsumen atau berada di dalam industri yang sama. Persaingan antar perusahaan sejenis biasanya merupakan yang paling hebat dari lima kekuatan kompetitif (David 2009). Pesaing bagi PCJ adalah supplier, pembudidaya, dan pokdakan yang menjual ikan hias Neon Tetra, Cardinal Tetra, dan Red Nose. Persaingan terjadi pada kualitas, kesinambungan, dan kuantitas ikan hias. Tabel 15. Kelompok Pembudidaya Ikan Hias Di Kecamatan Bojongsari Nama Pokdakan
Kecamatan
Bojongsari Baru
Bojongsari
Curug Jaya
Bojongsari
Curug Dua
Bojongsari
Mina Usaha Mandiri
Bojongsari
Tetra Aquarium
Bojongsari
Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Depok (2010)
Di Bojongsari terdapat empat pokdakan selain PCJ yang sama-sama membudidayakan jenis ikan hias tersebut. Keempat pokdakan tersebut (Tabel 15) mulai menerapkan sistem penjualan satu pintu dalam pemasarannya terutama semenjak terpilihnya PCJ sebagai pokdakan berprestasi tingkat nasional tahun 2010 yang diantaranya karena sistem penjualan satu pintu. Sistem tersebut dianggap para pokdakan sejenis lainnya dapat memenuhi keinginan konsumen besar seperti eksportir dari kriteria kuantitas besar dan kesinambungan produk.
Penerapan sistem tersebut membuat pokdakan dapat mempunyai kuantitas suplai produk yang besar yang berasal dari gabungan suplai para anggota dan kesinambungan produk karena suplai difokuskan pada satu pintu penjualan. Kedua hal tersebut merupakan dua dari tiga kriteria yang diinginkan oleh konsumen pada pemasok ikan hias karena mereka dapat secara terus menerus memesan pada satu tempat. Mulai diterapkannya sistem tersebut oleh para pokdakan di Kecamatan Bojongsari menyebabkan para pokdakan lain dapat mempunyai kemampuan yang sama dengan PCJ dalam dua kriteria tersebut sehingga tingkat persaingan antar pokdakan semakin meningkat. Salah satu dari keempat pokdakan yang sudah menerapkan sistem tersebut walaupun belum secara keseluruhan kepada anggotanya dan sudah mampu menjual ikan hiasnya langsung pada eksportir adalah Pokdakan Mina Usaha Mandiri. Pokdakan tersebut saat ini juga menjual ikan hiasnya pada eksportir PT Indotropika Agung Lestari akan tetapi suplai yang diberikan lebih kecil dari PCJ yaitu kurang lebih 50-100 ribu ekor per bulan sedangkan PCJ kurang lebih menyuplai 200 sampai 300 ribu ekor per bulan. Menurut bagian pembelian PT Indotropika Agung Lestari, mereka mengutamakan produk dari PCJ terutama pada saat permintaan kurang ramai karena PCJ mampu menyuplai dalam kuantitas yang lebih besar dan berkualitas. Selain pokdakan, pesaing PCJ adalah supplier-supplier ikan hias yang juga menyuplai kebutuhan ikan hias sejenis pada eksportir konsumen PCJ. Walaupun demikian, produk ikan hias PCJ diutamakan oleh konsumen PCJ karena keunggulan kualitas, kuantitas, dan kesinambungan. Hal ini ditunjukkan pada musim sepi permintaan, kedua eksportir konsumen PCJ mengutamakan pemesanan ikan hias pada PCJ. Pesaing PCJ lainnya adalah para pembudidaya ikan hias sejenis. Para pembudidaya tersebut memasok ikan hias yang dibutuhkan para supplier konsumen PCJ dengan harga yang lebih rendah dari PCJ. Para pembudidaya tersebut memiliki kuantitas produk yang sedikit dan tidak berkesinambungan, sedangkan para supplier konsumen PCJ membutuhkan produk yang berkesinambungan dengan kuantitas yang cukup banyak. Oleh karena itu, para supplier konsumen PCJ tetap membeli produk PCJ dengan harga yang lebih mahal karena kualitas, kuantitas, dan kesinambungan ikan hias PCJ.
6.2.5.2. Potensi Masuknya Pesaing Baru Masuknya perusahaan baru pada suatu industri akan membuat persaingan semakin ketat. Menurut David (2009) apabila perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke dalam suatu industri tertentu maka intensitas persaingan antar perusahaan akan meningkat. Hal ini tentu tidak diharapkan oleh perusahaan karena masuknya perusahaan baru pada umumnya akan mengurangi laba perusahaan, sedangkan tingkat kemudahan perusahaan baru memasuki suatu industri sangat ditentukan oleh hambatan masuk industri tersebut. Semakin besar hambatan masuk suatu industri maka akan semakin sulit bagi perusahaan baru untuk masuk. Pada industri budidaya ikan hias Neon Tetra, Cardinal Tetra, dan Red Nose, keahlian yang dibutuhkan dapat dipelajari serta tidak membutuhkan teknologi yang tinggi. Modal yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar karena usaha tersebut sudah bisa dijalankan dengan hanya mempunyai beberapa akuarium saja apalagi jika hanya ingin membesarkan ikan hias. Ruangan yang dibutuhkan pun tidaklah besar karena budidaya menggunakan akuarium yang tersusun dalam rak-rak akuarium. Oleh karena itu, usaha ini dapat dilakukan dalam skala rumah tangga. Walaupun demikian, apabila budidaya ikan hias ditujukan untuk konsumen besar seperti eksportir maka dibutuhkan modal yang cukup besar untuk dapat menghasilkan ikan hias dalam jumlah besar sekaligus berkesinambungan. Selain itu juga dibutuhkan keahlian penyortiran yang baik. 6.2.5.3. Potensi Pengembangan Produk Pengganti Produk pengganti adalah produk berbeda yang mempunyai kesamaan fungsi dengan produk yang dihasilkan perusahaan sehingga dapat menjadi alternatif pemenuhan kebutuhan konsumen. Produk pengganti dari ikan hias Neon Tetra, Cardinal Tetra, dan Red Nose yang dihasilkan PCJ adalah jenis-jenis ikan hias lainnya yang memberikan fungsi dan manfaat yang sama. Pada umumnya ikan hias berfungsi sebagai hewan peliharaan di dalam akuarium yang menjadi hiburan bagi pemiliknya. Perbedaan ikan hias PCJ dengan ikan hias jenis lainnya adalah variasi warna, bentuk tubuh, dan perilaku ikan hias. Produk-produk substitusi ikan hias PCJ dapat ditemukan di berbagai supplier, pembudidaya, dan pokdakan di Depok.
Seperti misalnya jenis ikan hias Dollar, Cupang, dan Koi. Walaupun demikian, ikan hias merupakan komoditi yang sangat berhubungan dengan kesenangan dan selera subjektif konsumen. Seperti misalnya Ikan hias Neon Tetra yang merupakan jenis ikan hias cantik namun harganya relatif murah dan perawatannya relatif mudah sehingga banyak diminati terutama oleh para penghobi ikan hias pemula di luar negeri.43 Hal tersebut menunjukkan bahwa masing-masing ikan hias cenderung memiliki peminatnya sendiri walaupun tidak menutup kemungkinan konsumen beralih atau mengkombinasikan ikan hias yang berbedabeda jenis. 6.2.5.4. Daya Tawar Pemasok Pemasok merupakan pihak yang menyediakan berbagai bahan baku kebutuhan perusahaan sehingga peran pemasok sangat penting bagi perusahaan. Kemampuan pemasok dalam menentukan harga dan kualitas pasokan bahan baku sangat dipengaruhi oleh daya tawar pemasok. Semakin kuat daya tawar pemasok maka semakin besar kemampuan pemasok untuk mengendalikan. PCJ dalam menjalankan usahanya menerima pasokan bahan baku dari para pemasok. Bahan baku PCJ seperti pakan, obat-obatan, plastik pembungkus, oksigen, akuarium, rak akuarium, aerator, dan mesin air keseluruhannya didapatkan dari toko-toko perikanan dan material. Sedangkan di sekitar PCJ seperti wilayah Depok dan Bogor terdapat banyak alternatif toko-toko perikanan dan material. Oleh karena itu, PCJ tidak mempunyai ketergantungan pada salah satu pemasok. PCJ dapat memilih toko mana saja yang memberikan harga lebih rendah dan kualitas lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa daya tawar pemasok pada PCJ rendah. 6.2.5.5. Daya Tawar Konsumen Daya
tawar
konsumen
menetukan
kemampuan
konsumen
dalam
mempengaruhi harga dan kualitas komoditi yang diperjualbelikan. Konsumen PCJ adalah supplier dan eksportir ikan hias. Mereka berperan penting bagi PCJ karena secara berkelanjutan membeli ikan hias PCJ dan terutama konsumen eksportir yang membeli produk ikan hias PCJ dalam jumlah besar. Para konsumen 43
Anonim. 2010. http://www.neontetra.info/ [12 November 2011]
menuntut kualitas, kuantitas, dan kesinambungan pada komoditas ikan hias. Kemapuan PCJ dalam memenuhi ketiga kriteria tersebut menyebabkan PCJ dipertahankan oleh para konsumennya baik yang berupa eksportir maupun supplier ikan hias. 6.3. Identifikasi Faktor-Faktor Lingkungan Lingkungan perusahaan meliputi lingkungan internal dan eksternal. Faktorfaktor kekuatan dan kelemahan didapatkan dari hasil analisis lingkungan internal. Sedangkan faktor-faktor peluang dan ancaman didapatkan dari hasil analisis lingkungan eksternal. 1. Kekuatan a. Sistem Penjualan Satu Pintu Sistem penjualan satu pintu mengatur penjualan keluar PCJ hanya dilakukan oleh ketua kelompok. Sistem ini membuat PCJ sebagai sekumpulan pembudidaya menjadi bagaikan satu-kesatuan usaha dengan kapasitas produksi besar, berkesinambungan, dan berkualitas. Hal tersebut meningkatkan daya tawar PCJ pada konsumen dan menjaga kestabilan harga bagi semua anggota. b.
Anggota Saling Membantu Untuk Maju Sesama anggota PCJ saling membantu dalam memajukan usaha mereka. Para anggota saling memperhatikan kebutuhan benih dan kondisi keuangan. Selain itu para anggota juga saling membantu untuk mnyukseskan program mereka seperti usaha pembesaran ikan hias kelompok.
c.
Kemampuan Menghasilan Produk Berkualitas, Berkesinambungan, dan Berkuantitas Besar. PCJ mampu menghasilkan produk berkualitas yang diakui oleh konsumen dan mampu untuk membudidayakan ikan hias secara berkelanjutan. Kontinyitas tersebut juga didukung oleh keberadaan warung kelompok dan sistem penjualan satu pintu. Selain itu, kuantitas yang besar disebabkan oleh kapasitas produksi PCJ yang mencapai 300.000-400.000 ekor ikan hias setiap bulannya.
d.
Prestasi Kelompok PCJ merupakan kelompok pembudidaya ikan hias yang berhasil meraih penghargaan Adibakti Mina Bahari dari Menteri Kelautan dan Perikanan sebagai Juara I Bidang Perikanan Budidaya Kategori Ikan Hias di tahun 2010. Penghargaan tersebut merupakan penghargaan puncak tingkat nasional. Peraihnya juga akan merupakan Pokdakan dengan berprestasi untuk tingkat kota maupun provinsi.
2. Kelemahan a.
Keterbatasan Modal Sumber modal PCJ utamanya adalah modal perorangan masing-masing anggota PCJ. Sedangkan anggota PCJ merupakan para pembudidaya dengan modal terbatas. Selain itu, dana hibah 27 juta rupiah yang pernah diterima PCJ pada tahun 2007 sudah habis dimanfaatkan diantaranya untuk pembangunan mini raiser ikan hias yang hingga saat ini pembelian tanahnya belum lunas.
b.
Pencatatan Data dan Keuangan Belum Rapi Pencatatan data dan keuangan pada PCJ sudah ada sejak saat penilaian lomba di tahun 2010. Akan tetapi pencatatan yang saat itu banyak dibantu oleh petugas Dinas Pertanian, belum dilanjutkan oleh PCJ pada saat ini. Pencatatan keuangan yang sudah ada pun belum mencakup pengeluaran dan pemasukan masing-masing maupun seluruh anggota kelompok sehingga kerugian atau keuntungan PCJ tidak diketahui.
c. Tidak Adanya Bagian Penelitian dan Pengembangan Secara Khusus PCJ tidak memiliki bagian penelitian dan pengembangan secara khusus sehingga penanganan penyakit ikan hias dilakukan dengan mencoba-coba tanpa dasar ilmu pengetahuan yang pasti. Hal ini menyebabkan dosis obat tidak pasti dan terdapat penyakit yang belum diketahui obatnya oleh PCJ yaitu penyakit jamur. Hal ini juga menyebabkan PCJ tidak mudah mengetahui cara membudidayakan ikan hias jenis baru. d.
Pengelolaan Sistem Penjualan Satu Pintu Terpusat Pada Ketua Kelompok Ketua kelompok merupakan pintu penjualan PCJ pada konsumen. Setiap pemesanan konsumen dan penjualan anggota terjadi melalui ketua
kelompok. Dengan demikian, seluruh koordinasi penjualan pada konsumen maupun pada anggota PCJ terpusat pada ketua kelompok. Apabila ketua kelompok berhalangan maka penjualan PCJ dapat sangat terganggu. d.
Promosi Belum Optimal Promosi yang dilakukan PCJ pada saat ini hanya melalui promosi dari mulut ke mulut (words of mouth). Promosi tersebut kurang dapat menyentuh konsumen secara luas. Walaupun demikian, sebelumnya pada tahun 2007 PCJ pernah mengikuti event pameran ikan hias di Raiser ikan hias Cibinong dan di ITC Depok.
3. Peluang a.
Peningkatan Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar Sebesar 5,92 Persen per Tahun Pada Periode Tahun 2006-2010 Nilai ekspor ikan hias air tawar Indonesia meningkat sebesar 5,92 persen per tahun pada periode tahun 2006-2010. Hal tersebut tidak terlepas dari peningkatan nilai impor ikan hias air tawar dunia dan perdagangan ikan hias dunia. Peningkatan ini menunjukkan bahwa permintaan ikan hias air tawar terus meningkat di tingkat eksportir-eksportir ikan hias baik yang sudah maupun yang belum menjadi pelanggan PCJ.
b.
Potensi Lingkungan Bojongsari. Lingkungan Bojongsari mempunyai kecocokan dengan habitat hidup ikan hias yang membutuhkan pH asam, suhu ruangan mendekati suhu kamar, dan kesadahan air rendah. Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya budidaya tiga jenis ikan hias Tetra oleh PCJ dan berbagai macam jenis lainnya oleh Pokdakan Mina Usaha Mandiri.
c.
Adanya BRBIH, penyuluh perikanan, dan Program PUMP PB di Depok. Direktorat Jenderal Perikanan Produksi melalui program PUMP PB akan memberikan bantuan modal usaha bagi para Pokdakan termasuk di bidang ikan hias. Depok merupakan salah satu Kota yang menjadi tujuan penyaluran bantuan langsung tunai melalui PUMP PB yang dilakukan melalui Dinas Pertanian dan Perikanan dan para penyuluh di Depok sehingga PCJ berpeluang mendapatkan bantuan tersebut. Selain itu,
dengan adanya Balai Riset Budidaya Ikan Hias dengan lokasi yang berdekatan dengan PCJ, maka peluang PCJ untuk mendapatkan bantuan penelitian dan pengembangan semakin terbuka. Para penyuluh perikanan di Depok pun siap membantu PCJ terutama dalam hal administrasi. d.
Perkembangan Teknologi Perkembangan teknologi informasi seperti komputer berpeluang untuk dimanfaatkan PCJ dalam mempermudah pencatatan data dan keuangan. Selain itu, perkembangan teknologi budidaya dalam hal penanganan penyakit yang semakin maju berpeluang untuk dimanfaatkan PCJ untuk mengobati ikan yang sakit terutama dalam dosis obat yang tepat.
e.
Pelanggan yang Setia Konsumen PCJ adalah eksportir ikan hias CV Indopisces Exotica dan PT Indtropica Agung Lestari, serta supplier-supplier ikan hias. Mereka secara berkelanjutan membeli produk ikan hias PCJ hingga saat ini. Terutama para eksportir yang secara terus menerus membeli produk PCJ sejak tahun 2008.
f.
Ikan Hias Jenis Tetra Diminati Pasar Lokal dan Ekspor. Selain Neon Tetra, Cardinal Tetra, dan Red Nose, jenis-jenis tetra lainnya seperti Lemon Tetra, Flame Tetra, Gold Tetra, Black Tetra, Rosy Tetra, Blue Tetra, Kongo Tetra, dan Serpae Tetra juga banyak diminati dalam pasar ekspor. Bahkan di pasar lokal seperti pasar-pasar ikan hias di Jakarta dan di Parung, jenis-jenis Tetra lainnya seperti Lemon Tetra, Black Tetra, Red Tetra, dan Tetra Sumatera juga banyak diminati.
g.
Pameran Ikan Hias Tahunan Indonesian Ornamental Fish Show merupakan pameran ikan hias tahunan yang diselenggarakan KKP melalui kerjasama dengan pihak swasta. Selain itu Ditjen P2HP juga menyelenggarakan Pameran Ikan Hias Tahunan di Pusat Pengembangan dan Pemasaran (Raiser ) Ikan Hias Cibinong.
4. Ancaman a.
Penurunan Permintaan Ikan Hias Pada Bulan Mei Sampai September Sebesar 25 Persen Sampai 50 Persen Pada saat musim panas di Negara-negara tujuan ekspor ikan hias PCJ terutama Negara-negara di Eropa dan Amerika, permintaan ikan hias menurun karena masyarakat di sana cenderung lebih memilih berlibur ke ruangan terbuka. Hal tersebut berdampak pada penurunan permintaan ekspor ikan hias termasuk ikan hias PCJ yang menurut bagian penjualan PCJ, penurunan berkisar antara 25 persen sampai 50 persen.
b.
Penerapan Sistem Penjualan Satu Pintu Oleh Pokdakan Sejenis Pokdakan yang sama-sama membudidayakan ikan hias sejenis di Kecamatan Bojongsari mulai menerapkan sistem penjualan satu pintu. Mulai diterapkannya sistem tersebut menyebabkan para pokdakan mampu menghasilkan produk berkuantitas besar dan berkesinambungan sehingga berpeluang memasarkan produknya langsung pada eksportir sama seperti PCJ. Hal tersebut menyebakan tingkat persaingan antar pokdakan semakin meningkat.