V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1.
Keadaan Umum di Kedua Desa
5.1.1. Desa Tangkil Desa Tangkil merupakan desa yang terletak di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Desa Tangkil secara geografis memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah utara
: Desa Sukahati
Sebelah selatan
: Desa Babakan Madang
Sebelah timur
: Desa Hambalang
Sebelah barat
: Desa Leuwinutug
Berdasarkan keadaan geografisnya, Desa Tangkil memiliki luas lahan total 607 ha/m2 dengan lahan pemukiman seluas 5,6 ha/m2 yang merupakan tanah kas desa. Sedangkan berdasarkan jumlah penduduknya, Desa Tangkil mempunyai jumlah penduduk sebanyak 781 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 447 orang dan perempuan sebanyak 334 orang. Struktur organisasi Desa Tangkil terdapat pada Lampiran 1. Desa Tangkil merupakan desa dengan jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Citereup dengan kepadatan 1 jiwa/km, sedangkan Desa Tangkil luas wilayahnya ke-tiga terluas yaitu seluas 607 Ha di Kecamatan Citereup. Terhambatnya kegiatan agribisnis di Desa Tangkil dikarenakan lahan yang ada bukan milik warga desa dan sebagian besar adalah lahan pemerintah yang berstatus Hak Guna Usaha (HGU) yang kini sebagian digunakan untuk PMPP TNI dan sebagian lagi adalah milik perdesaan, pengembang dan pihak ke tiga (tuan tanah/orang di luar desa). Hanya sedikit masyarakat di Desa Tangkil yang mempunyai lahan pertanian milik sendiri, dan kalaupun ada luas lahannya mayoritas di bawah 1 hektar. Berikut ini data administrasi kewilayahan di Kecamatan Citereup pada Tabel 9.
Tabel 9. Data Administrasi Kewilayahan Kecamatan Citereup Tahun 2010 Nama Desa/ Luas Wilayah Dusun/ Rukun Rukun No. Kelurahan (Ha) Kampung Warga Tetangga 1 Puspasari 155 5 14 48 2 Citereup 311 4 8 38 3 Tarikolot 254 4 8 34 4 Gunungsari 276 3 6 34 Karang Asem 5 115 4 8 32 Timur 6 Sanja 223 3 6 32 7 Leuwinutug 282 3 7 29 8 Sukahati 556 6 7 28 9 Pasir Mukti 194 3 6 26 10 Tajur 929 4 8 32 11 Tangkil 607 1 2 6 12 Hambalang 2.401 2 8 28 13 Puspanegara 115 5 11 38 Karang Asem 14 239 5 11 70 Barat Sumber : Laporan Bulanan Kependudukan Kecamatan Citereup, 2010 Jarak dari Desa Tangkil ke ibu kota kecamatan yaitu Kecamatan Citereup sekitar 4 km dengan waktu tempuh menggunakan kendaraan bermotor sekitar 20 menit. Waktu tempuh dapat menjadi lebih lama karena kondisi jalan yang rusak, bergelombang, becek dan berlumpur apabila setelah hujan. Akses ke Desa Tangkil dapat dikatakan cukup sulit karena tidak adanya kendaraan umum yang melintas selain ojek.
5.1.2. Desa Hambalang Desa Hambalang merupakan desa yang terletak di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Desa Hambalang secara geografis memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah utara
: Desa Karang Tengah
Sebelah selatan
: Desa Sumur Batu
Sebelah timur
: Desa Tajur
Sebelah barat
: Desa Tangkil
Berbeda dengan Desa Tangkil, Desa Hambalang memililki luas lahan total 2.401 ha/m2 dengan lahan pemukiman yaitu 495 ha/m2, dan dengan jumlah penduduk yang juga lebih banyak yaitu 11.371 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 5.793 orang dan perempuan sebanyak 5.578. Struktur organisasi Desa Tangkil terdapat pada Lampiran 2. Dari seluruh jumlah penduduk di Desa Hambalang terdapat 2.758 kepala keluarga dengan kepadatan penduduk rata-rata 3,9 orang/km. Berikut ini data populasi dan kepadatan penduduk di kecamatan Citereup pada Tabel 10. Tabel 10. Populasi dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Citereup Tahun 2010 Jenis Kelamin Keluarga/ Kepadatan No Desa Jumlah % Rumah (Jiwa/Ha) Pria Wanita Tangga 1 Puspasari 6.661 6.678 13.339 7,59 4.212 86 2 Citereup 8.910 8.349 17.259 9,81 4.423 56 3 Tarikolot 8.285 8.164 16.449 9,35 4.545 65 4 Gunungsari 6.179 5.992 12.171 6,92 2.918 44 Karang Asem 5 5.749 5.410 11.159 6,35 3.185 97 Timur 6 Sanja 5.779 5.826 11.605 6,60 3.785 52 7 Leuwinutug 7.891 7.401 15.292 8,70 4.052 54 8 Sukahati 5.033 4.680 9.713 5,52 2.293 17 9 Pasir Mukti 4.349 4.269 8.618 4,90 2.368 44 10 Tajur 5.557 5.244 10.801 6,14 2.888 11 11 Tangkil 342 318 660 0,38 235 1 12 Hambalang 5.570 5.238 10.808 6,15 2.757 5 13 Puspanegara 9.468 9.153 18.621 10,59 4.991 162 Karang Asem 14 9.804 9.556 19.360 11,01 4.939 81 Barat Total 89.557 86.278 175.855 100 47.591 775 Sumber : Laporan Bulanan Kependudukan Kecamatan Citereup, 2010 Jarak dari Desa Hambalang ke ibu kota kecamatan yaitu Kecamatan Citereup sekitar 12 km dengan waktu tempuh menggunakan kendaraan bermotor sekitar 30 menit. Akses ke Desa Hambalang ada dua, yaitu dapat melalui Jalan Raya Leuwinutug melewati Desa Tangkil dan melalui Jalan Raya Tajur atau Jalan Raya Babakanmadang. Transportasi ke Desa Hambalang dapat dikatakan cukup sulit karena tidak adanya kendaraan umum yang melintas selain ojek.
Sebagian besar warna tanah di Desa Hambalang berwarna merah dengan tekstur tanah lempung, dengan tekstur tanah seperti ini maka tanah lebih sulit menyerap air. Desa Hambalang memiliki topografi yang berbukit-bukit karena terletak di dataran tinggi/pegunungan dengan tingkat kemiringan tanah mencapai 65 derajat. Iklim di Desa Hambalang memiliki curah hujan 188,8 Mm dengan jumlah bulan hujan sebanyak 3 bulan dan suhu rata-rata 250C dengan ketinggian 450 dpl.
5.2.
Kaitan Visi dan Misi Kabupaten Bogor, Kecamatan Citereup dan Visi Misi Desa Tangkil dan Hambalang Terhadap Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan Pengembangan kegiatan agribisnis dan pemberdayaan ekonomi masyarakat
perdesaan berkaitan erat dengan visi dan misi dari Kabupaten Bogor, Kecamatan Citereup dan visi misi dari kedua desa tersebut. Dari visi dan misi yang ada di tingkat kabupaten, kecamatan sampai tingkat desa diharapkan dapat turut menunjang pengembangan agribisnis dan memberdayakan perekonomian masyarakat di Desa Tangkil dan Hambalang. Berikut ini merupakan visi dari Kabupaten Bogor yaitu : Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bogor yang Bertaqwa, Berdaya dan Berbudaya Menuju Sejahtera. Dan misi Kabupaten Bogor yaitu : 1.
Meningkatkan kesolehan sosial masyarakat dalam kehidupan kemasyarakatan.
2.
Meningkatkan perekonomian daerah yang berdaya saing dengan titik berat pada revitalisasi pertanian dan pembangunan yang berbasis perdesaan.
3.
Meningkatkan infrastruktur dan aksesibilitas daerah yang berkualitas dan terintegrasi secara berkelanjutan.
4.
Meningkatkan pemerataan dan kualitas penyelenggaraan pendidikan.
5.
Meningkatkan pelayanan kesehatan berkualitas.
6.
Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik dan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah.
7.
Meningkatkan kerjasama pembangunan daerah
Berikut ini merupakan visi dari Kecamatan Citereup yaitu : Terwujudnya Kecamatan Citereup Sebagai Daerah Industri dan Perdagangan yang Bertaqwa, Berdaya dan Berbudaya Menuju Sejahtera. Dan misi Kecamatan Citereup yaitu : 1.
Meningkatkan kesolehan sosial masyarakat dalam kehidupan kemasyarakatan.
2.
Meningkatkan industri dan perdagangan lokal yang berdaya saing di tingkat regional maupun nasional.
3.
Meningkatkan ketersediaan infrastruktur wilayah secara berkelanjutan.
4.
Meningkatkan pemerataan pelayanan pendidikan dan kesehatan. Berikut ini merupakan visi dari Desa Hambalang yaitu : Menuju Hambalang
Yang Lebih Baik dengan misi : Mewujudkan Masyarakat Desa Hambalang bertaqwa, Berbudaya dan Sejahtera juga motto Desaku Rumahku. Berdasarkan visi misi yang telah dipaparkan di atas terdapat point-point yang dapat mendukung pengembangan sektor agribisnis dan memberdayakan ekonomi masyarakat perdesaan. Dari visi dan misi yang ada diharapkan pemerintah benarbenar dapat merancang dan melaksanakan program-program yang tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar dapat mengurangi kemiskinan di perdesaan.
5.3.
Kegiatan Agribisnis di Kedua Desa
5.3.1. Desa Tangkil Mayoritas masyarakat di Desa Tangkil yaitu sekitar 80% bermatapencaharian sebagai petani yang sebagian besar tidak memiliki lahan pertanian. Komoditas yang dihasilkan di Desa Tangkil sangat kecil, yaitu singkong dengan lahan seluas 0,5 ha dengan produktivitas 2 ton/ha, tanaman pisang dengan lahan seluas 2 ha dengan produktivitas 1 ton/ha dan juga terdapat tanaman-tanaman lain seperti caba yang hanya di tanam di sekitar pekarangan. Desa Tangkil memiliki banyak kendala dalam kegiatan agribisnisnya karena sulit untuk menggunakan lahan sebagai media bercocok tanam karena status lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik pemerintah dibangun markas komando Pusat Misi
Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI). Akibatnya masyarakat kehilangan mata pencaharian dan harus beralih ke sektor usaha lain. Pada sektor peternakan, mayoritas masyarakat Desa Tangkil beternak ayam kampung dan kambing. Adapun bantuan dari pemerintah yaitu pemberian sapi yang dikelola oleh satu kelompok tani yang diketuai oleh H. Obing. Sapi pemberian dari pemerintah dikelola secara bergantian oleh anggota kelompok tani tersebut kemudian hasilnya dibagi sesuai dengan proporsinya. Berikut ini data jenis ternak dan populasinya yang terdapat pada Tabel 11. Tabel 11. Jenis Ternak dan Perkiraan Jumlah Populasinya di Desa Tangkil Tahun 2009 Perkiraan Jumlah Jenis Ternak Jumlah Pemilik Populasi Sapi 1 kelompok tani 5 ekor Ayam Kampung 75 orang 225 ekor Kambing 22 orang 66 ekor Sumber : Profil dan Potensi Desa Tangkil Kegiatan perikanan di Desa Tangkil sangat sedikit dan sulit untuk berkembang karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan untuk budidaya di bidang perikanan. Lahan yang berbukit-bukit menyebabkan cukup sulit untuk usaha di bidang perikanan dengan skala besar. Bidang perkebunan dan kehutanan juga sangat sulit untuk berkembang di Desa Tangkil karena sulitnya lahan. Perhatian dari pemerintah terhadap sektor perkebunan dan kehutanan yaitu pemberian bibit tanaman diantaranya : •
Mahoni
: 875 bibit
•
Sengon
: 875 bibit
•
Melinjo
: 50 bibit
•
Durian
: 75 bibit
•
Rambutan
: 150 bibit
5.3.2. Desa Hambalang Mayoritas masyarakat di Desa Hambalang bermatapencaharian sebagai petani, tetapi jumlah keluarga yang tidak memiliki lahan pertanian sangat besar yaitu
berjumlah 1.965 keluarga, sedangkan yang memiliki lahan pertanian berjumlah 771 keluarga dengan 764 keluarga hanya memiliki lahan kurang dari 1 ha. Ini menandakan bahwa mayoritas penduduk berprofesi sebagai buruh tani dengan skala usaha yang relatif kecil, dan hanya sebagian kecil masyarakat Desa Hambalang yang memliliki lahan di lebih dari 1 ha. Komoditas utama tanaman pangan di Desa Hambalang yaitu singkong dan jagung serta sudah terdapat industri pengolahan singkong yaitu penggilingan dari singkong menjadi aci atau bahan setengah jadi untuk kemudian diproses kembali menjadi tepung tapioka. Harga komoditas singkong kupas sekitar Rp.700 per kg dan jagung berkisar antara Rp.1.000 – Rp. 1.500 per kg. Pemasaran dari hasil tanaman pangan dan tanaman buah-buahan sebagian besar dijual melalui tengkulak atau pengecer, namun ada juga yang dijual langsung ke pasar maupun ke konsumen. Ketiadaan lembaga perekonomian agribisnis seperti KUD membuat harga jual komoditas sebagian besar ditentukan oleh tengkulak. Keberadaan tengkulak bagi petani mempunyai hubungan simbiosis mutualisme atau saling membutuhkan, petani mendapatkan bantuan modal atau saprotan dari tengkulak sehinnga petani di Desa Hamblang terikat dengan tengkulak. Di Desa Hambalang terdapat perkebunan milik swasta dengan komoditas utama cengkeh, kelapa dan coklat sedangkan perkebunan milik rakyat didominasi tanaman cengkeh, kelapa dan pala. Tumbuhnya komoditas perkebunan milik rakyat merupakan peran serta dari pemerintah melalui penyuluh pertanian di kecamatan dengan memberikan bantuan bibit tanaman cengkeh hampir 20.000 bibit tanaman. Selain itu pemerintah juga memberikan bantuan tanaman keras lainnya dengan tujuan penghijauan seperti mahoni, sengon, jati, durian, nangka dan rambutan. Di sektor peternakan, masyarakat di Desa Hambalang mayoritas berternak kambing dengan rata-rata kepemilikan 2-3 ekor per orang. Berikut ini data jenis ternak dan populasinya yang terdapat pada Tabel 12.
Tabel 12. Jenis Ternak dan Perkiraan Jumlah Populasinya di Desa Hambalang Tahun 2011 Jumlah Pemilik Perkiraan Jumlah Populasi Jenis Ternak (orang) (ekor) Sapi 524 1.247 Kerbau 239 481 Ayam kampung 1.811 11.740 Ayam broiler 127 619 Bebek 14 70 Kambing 1.519 3.049 Domba 78 150 Angsa 37 79 Sumber : Profil dan Potensi Desa Hambalang Kegiatan perikanan di Desa Hambalang tidak terlalu besar, di dalam data hanya terdapat luas empang/kolam sebesar 4 ha/m2. Terhambatnya kegiatan perikanan mungkin disebabkan karena topografi Desa Hamblang yang berbukit-bukit dan terletak di pegunungan. Selain itu juga kurangnya pengetahuan masyarakat tentang budidaya ikan yang mempunya nilai ekonomi tinggi.
5.4.
Identifikasi Potensi Agribisnis di Kedua Desa
5.4.1. Desa Tangkil a) Pertanian Potensi di bidang pertanian dapat ditingkatkan melalui pemberian pelatihan dan modal usaha budidaya jamur. Hal ini dikarenakan petani di Desa Tangkil sudah kehilangan lahan untuk bercocok tanam sehingga sulit untuk mengembangkan komoditas yang membutuhkan lahan yang luas. Budidaya jamur diharapakan dapat memanfaatkan lahan pekarangan yang tidak terpakai dengan optimal. Pemberian bibit cabai unggul juga dapat diterapkan di Desa Tangkil untuk memanfaatkan lahan yang ada.
b) Peternakan Sektor peternakan cukup potensial untuk dikembangkan dengan cara investasi hewan ternak untuk dikelola oleh masyarakat desa. Investasi dapat dilakukan dengan sistem bagi hasil, dengan ini perekonomian masyarakat dapat cukup terbantu.
Ketersediaan lahan gembalaan dan hijauan makanan ternak dapat mendukung untuk mengembangkan sektor peternakan. Komoditas yang potensial yaitu peternakan sapi potong, sapi perah dan kambing, untuk memajukan bidang peternakan dapat dilakukan melalui pelatihan kepada masyarakat karena pengetahuan dan keterampilan masyarakat di bidang peternakan masih terbatas.
c) Perikanan Potensi di bidang perikanan di Desa Tangkil yaitu kemudahan mendapatkan air karena terdapat mata air dengan kondisi yang baik. Dengan tersedianya air dan kemudahan mendapatkannya, usaha di bidang perikanan dapat dikatakan cukup potensial untuk dikembangkan di Desa Tangkil. Pengembangan usaha perikanan dapat melalui pemberian pelatihan dan bantuan modal usaha untuk pemberdayaan ekonomi masyarakatnya, ini dikarenakan potensi Desa Tangkil yang sangat terbatas.
d) Perkebunan dan Kehutanan Potensi di bidang perkebunan dan kehutanan cukup sulit dikembangkan karena status kepemilikan lahan yang bukan milik sendiri. Status lahan yang merupakan Hak Guna Usaha (HGU) dan milik pengembang atau perdesaan kurang memungkinkan untuk ditanami tanaman perkebunan dan kehutanan. Selama ini tanaman perkebuanan dan kehutanan diperoleh dari bantuan bibit tanaman dari pemerintah dalam rangka penghijauan dan hanya ditanam di lahan yang tidak produktif.
e) Agrowisata Sektor agrowisata di Desa Tangkil kurang potensial untuk dikembangkan, karena sangat sedikit potensi wisata yang bisa diberdayakan. Hal yang dapat menjadi daya tarik wisatawan yaitu city view dari ketinggian dan juga berdasarkan data terdapat 16 ha lahan untuk agrowisata. Akan tetapi kendala yang dihadapi sangat banyak, kendala-kendala tersebut seperti perlunya modal yang besar, akses masuk yang sulit karena jalan yang rusak, sarana dan prasarana di desa yang kurang memadai.
5.4.2. Desa Hambalang a) Pertanian Potensi di bidang pertanian di desa hambalang yaitu adanya komoditas unggulan komoditi singkong dan jagung, bahkan masyarakat di Desa Hambalang pernah berkata bahwa Desa Hambalang merupakan desa singkong. Dengan adanya komoditas unggulan maka berpotensi untuk mendirikan usaha/industri pengolahan singkong. Industri pegolahan saat ini hanya sebatas usaha penggilingan dari singkong menjadi aci atau bahan setengah jadi untuk menjadi tepung tapioka. Hambatan di bidang pertanian yaitu masyarakat sulit berpindah ke komoditas lain yang lebih bernilai ekonomi tinggi. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan keterampilan untuk menanam komoditas lain dan adanya rasa ragu-ragu atau takut gagal.
b) Peternakan Potensi di bidang peternakan dapat dlihat dari ketersediaan lahan pemeliharaan ternak/padang penggembalan yang masih luas yaitu 500 ha milik masyarakat umum dan 200 ha milik perorangan. Lahan yang masih luas dan hijau memudahkan peternak untuk mencari rumput bagi ternaknya. Selain itu suhu rata-rata seitar 250C dan ketinggian 450 dpl cukup baik untuk binatang ternak. Hambatan dalam usaha di bidang peternakan yaitu belum tersedianya industri pengolahan hasil ternak di Desa Hambalang. Jenis binatang ternaknya pun hanya sebatas ternak pedaging, belum ada usaha peternakan susu sapi atau susu kambing. Tidak tersedianya KUD juga cukup menghambat untuk usaha di bidang peternakan.
c) Perikanan Potensi di bidang perikanan di Desa Hambalang yaitu kemudahan mendapatkan air karena terdapat 18 mata air dengan kondisi baik selain itu juga terdapat 713 sumur gali dan 520 sumur pompa. Dengan tersedianya air dan kemudahan mendapatkannya, usaha di bidang perikanan dapat dikatakan cukup potensial untuk dikembangkan di Desa Hambalang.
Saat ini empang/kolam yang ada di Desa Hambalang baru seluas 4 ha dengan produktifitas 10 ton/tahun maka peluang untuk budidaya ikan air tawar cukup baik. Selain itu usaha di bidang perikanan tidak membutuhkan lahan yang luas, ini adalah upaya untuk mengatasi permasalahn kepemilikan lahan yang bukan milik sendiri. Usaha di bidang perikanan dapat dilakukan di pekarangan rumah yang cukup luas atau dataran yang rata. Namun kendalanya karena topografi desa hambalang yang berbukit-bukit cukup sulit untuk mengembangkan usaha perikanan dengan skala yang besar.
d) Perkebunan Bidang perkebunan di Desa Hambalang sudah dikuasai oleh perdesaan swasta yaitu PT. Buana Estate dengan status lahan menggunakan lahan HGU, dengan komoditas utama cengkeh selain itu juga terdapat komoditas coklat dan kelapa. Perkebunan rakyat masih terbilang sangat kecil karena hanya 2 keluarga yang memiliki lahan 100-500 ha dan 3 keluarga yang memiliki 10-50 ha sedangkan sisanya 1.247 keluarga memiliki lahan di bawah 5 ha. Dalam usaha perkebunan dengan luas lahan yang tidak luas maka akan sulit berkembang dan kurang efisien. Maka dari sektor perkebunan potensi untuk dikembangkan dapat dikatakan cukup sulit.
e) Kehutanan Potensi di bidang kehutanan cukup sulit dikembangkan karena status kepemilikan lahan yang bukan milik sendiri. Status lahan yang merupakan Hak Guna Usaha (HGU) dan milik pengembang atau perdesaan kurang memungkinkan untuk ditanami tanaman kehutanan. Selama ini tanaman kehutanan diperoleh dari bantuan bibit tanaman dari pemerintah dalam rangka penghijauan.
f) Agrowisata Potensi di sektor agrowisata di Desa Hambalang cukup potensial dengan terdapatnya wisata hutan seluas 2 ha, lahan agrowisata seluas 1000 ha, dan wisata
ziarah seluas 1 ha. Di Desa Hambalang terdapat sungai dan danau dengan debit air yang kecil. Lokasi desa juga tidak terlalu jauh dari pemukiman modern yaitu hanya sekitar 15 menit dari sentul. Pemandangan di Desa Hambalang dapat menjadi daya tarik wisatawan karena dapat melihat city view dari ketinggian, pemandangan yang bisa dilihat dari Desa Hambalang yaitu sebagian sirkuit Sentul, Gunung Salak, Gunung Gede, dan Gunung Pancar dapat terlihat dengan jelas. Hambatan untuk mengembangkan agrowisata yaitu membutuhkan modal yang besar dan akses masuk yang cukup sulit dengan kondisi jalan masuk desa yang rusak.
5.5.
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa Tangkil dan Hambalang Upaya
meningkatkan
kesejahteraan
rakyat
harus
dimulai
dengan
memberdayakan ekonomi petani dan potensi ekonomi perdesaan. Sebab, sebagian besar angkatan kerja berpendidikan rendah adalah petani, peternak, pembudidaya, perajin usaha mikro dan kecil yang hidup di desa. Hingga kini pemerintah belum mengoptimalkan pemberdayaan potensi sektor pertanian. Ini tercermin dari derajat kesejahteraan petani yang masih pada kategori miskin. Pemerintah juga tidak bisa mendorong berkembangnya potensi ekonomi desa melalui kebijakan nasional yang komprehensif, yang terlihat dengan tingginya urbanisasi. Kondisi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Desa Tangkil dan Hambalang dapat dikatakan lebih tertinggal dibanding desa lainnya. Hal ini ditandai dengan banyaknya jumlah penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Beras Miskin (Raskin) bagi masyarakat desa setempat. Maka pemberdayaan ekonomi sangat dibutuhkan oleh masyarakat di kedua desa agar lebih mandiri. Bentuk pemberdayaan ekonomi masyarakat desa dilakukan dengan memanfaatkan potensi yang ada serta kemampuan untuk melaksanakan usaha secara kontinyu sehingga ekonomi masyarakat dapat benar-benar terbantu. Model pemberdayaan ekonomi masyarakat yang telah ada yaitu usaha produksi keset, usaha ini terbentuk atas bantuan program PNPM dari bank dunia. Namun saat ini usaha produksi keset terbentur oleh naiknya harga bahan baku, sehingga masyarakat harus mencari bahan baku dengan jarak yang lebih jauh agar
mendapatkan bahan baku dengan harga yang lebih mudah. Kualitas keset yang diproduksi juga masih rendah, karena masyarakat baru mendapat pengetahuan dan keterampilan memproduksi kesed. Maka dari itu pemasarannya pun masih terbatas hanya ke pasar dan toko-toko kelontong di sekitar Citereup. Harapan dari masyarakat dan perangkat desa setempat yaitu memberikan pelatihan dan keterampilan bagi masyarakat desa setempat untuk diperkenalkan dengan usaha yang mudah diterapkan, dijalankan dan kemudian dapat dikembangkan. Setelah masyarakat dirasakan mampu untuk mengelola usaha tersebut, lalu dibutuhkan pinjaman/pemberian bantuan modal untuk memulai dan mengembangkan usaha untuk memberdayakan ekonomi masyarakat desa dan untuk meningkatkan kesejahteraannya.
5.6.
Unsur-unsur Pendukung Lainnya
5.6.1. Perdesaan Adanya peran perdesaan yang ikut andil untuk memajukan kegiatan agribisnis dan perekonomian masyarakat desa ditujukan dengan adanya program desa binaan dari PT Indocement Tunggal Prakarsa yang dilatih budidaya jamur tiram. Pelatihan tersebut merupakan salah satu realisasi Corporate Social Responbility (CSR) Indocement yang diselenggarakan gratis pada tanggal 14-23 April 2009 di Kampung Tapos RT 25/08 Desa Hambalang Kecamatan Citeureup. Pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat itu diadakan bekerja sama dengan Lembaga Pendidikan Keterampilan (LPK) Gedhe. Selain diajari proses budidaya jamur dari tahap awal sampai akhir, peserta juga diajari bagaimana berbisnis jarum tiram. Kegiatan pelatihan meliputi tentang proses budidaya jamur. Dari mulai pencampuran bahan-bahan, pengukusan, pembibitan sampai cara berbisnis jamur tiram. Pengembangan budidaya jamur memiliki prospek yang baik dibanding budidaya yang lainnya dalam meningkatkan ekonomi masyarakat. Jika bisa dikelola dan dipelihara dengan baik, pengembangan budidaya jamur punya prospek yang baik. Selain itu, kebutuhan jamur tiram juga sangat tinggi.
Untuk di Desa Tangkil bantuan dari PT. Indocement berupa pengobatan gratis 1 tahun sekali dan penyuluhan kesehatan 1 tahun sekali. Masyarakat cukup terbantu dengan adanya pengobatan gratis ini karena jarak untuk berobat ke puskesmas cukup jauh dari desa. Selain itu di Desa Hambalang masyarakat mendapatkan bantuan pinjaman modal usaha dari PT. Indocemet yang kemudian bekerjasama dengan bank mandiri, akan tetapi adanya fasilitas ini kurang diminati oleh masyarakat desa karena mereka takut tidak mampu untuk mengembalikan pinjamannya.
5.6.2. PNPM Mandiri Adanya lembaga PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) mandiri didasarkan pada proses perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program pembangunan seringkali dilakukan dari atas ke bawah (top down). Masyarakat seringkali diikutkan tanpa diberi pilihan dan kesempatan untuk memberikan masukan atau peranan, hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk menganalisa kondisi dan merumuskan persoalan serta kebutuhan-kebutuhannya. Dalam hal ini masyarakat ditempatkan pada posisi objek pembangunan, program yang dilakukan dengan pendekatan dari atas ke bawah seringkali tidak berhasil dan kurang memberi manfaat, karena masyarakat kurang terlibat, sehingga mereka merasa kurang bertanggung jawab terhadap program dan keberhasilannya. Persoalan yang seringkali dihadapi terutama di perdesaan, pembangunan yang dilaksanakan hanya dilakukan dan bermanfaat bagi golongan tertentu saja sehingga meminggirkan golongan-golongan yang lain seperti warga miskin, perempuan, penyandang cacat dan sebagainya. Untuk mengupayakan agar warga miskin baik laki-laki maupun perempuan mendapatkan manfaat dari pembangunan desa / kelurahan maka perlu disusun program yang fokus bagi penanggulangan kemiskinan. Maka peran dari PNPM yaitu mengembangkan konsep penanggulangan kemiskinan di Perdesaan secara komprehensif dan utuh dengan mendorong perubahan perilaku masyarakat melalui tranformasi sosial dari kondisi masyarakat miskin menjadi
masyarakat berdaya, selanjutnya menuju masyarakat mandiri dan akhirnya terbangun masyarakat madani. Sejalan dengan pelaksanaan PNPM, maka tujuan pelaksanaan PNPM adalah sebagai berikut : a.
Terwujudnya masyarakat Berdaya dan Mandiri, yang mampu mengatasi berbagai persoalan kemiskinan di wilayahnya, sejalan dengan kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).
b.
Pemerintah Daerah semakin memahami dan menerapkan model pembangunan partisipatif yang berbasis kelembagaan masyarakat serta pendekatan kemitraan masyarakat dengan pemerintah dan kelompok peduli setempat.
c.
Capaian manfaat program kepada kelompok sasaran (masyarakat miskin) semakin efektif Indeks Peningkatan Manusia – Management Development Goals (IPM-MDGs).
d.
Mewujudkan harmonisasi dan sinergi berbagai program pemberdayaan masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan (sesuai kebijakan PNPM). Hasil/keluaran pada akhir pelaksanaan Program PNPM-MP ini diharapkan
tercapai kondisi sebagai berikut : a.
Terbangunnya Badan Kelembagaan Masyarakat (BKM) yang aspiratif, representatif dan akuntabel untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi dan kemandirian masyarakat.
b.
Tersedianya program jangka menengah berbasis peningkatan kinerja IPMMDGs yang disusun masyarakat sebagai wadah sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat setempat.
c.
Meningkatnya akses dan pelayanan kebuthan dasar bagi warga miskin perkotaan menuju capaian sasaran peningkatan IPM-MDGs.