V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1
Profil dan Kelembagaan UBH-KPWN Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) merupakan koperasi
yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989. Dalam
rangka
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
dan
sekaligus
memperbaiki kondisi lingkungan hidup, khususnya wilayah pedesaan, KPWN merancang konsep tentang pengembangan usaha budidaya jati unggul dengan pengelolaan secara intensif. Pengelolaan intensif tersebut dikembangkan melalui pola bagi hasil. Pengembangan usaha budidaya jati unggul perlu didukung dengan ketersediaan sumberdaya manusia, kemampuan pendanaan, dan kemampuan pengelolaan sehingga usaha yang dikembangkan dapat menguntungkan baik dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. KPWN membentuk Unit Usaha Bagi Hasil-Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN). Kantor pusat UBH-KPWN berlokasi di Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 5 R. 504-A Jakarta. UBH-KPWN dibentuk dengan Keputusan Pengurus (KPWN) No. 62/Kpts/KPWN/XII/2006 Tanggal 21 Desember 2006, sebagaimana telah diperbaharui dengan Keputusan Pengurus KPWN No. 45/Kpts/KPWN/V/2007 Tanggal 10 Mei dan disahkan dengan Akta 39 Notaris Sigit Siswanto, SH. No. 12 Tanggal 24 Mei 2007. Adapun visi dari UBH-KPWN adalah menjadi pengelola profesional terbaik di bidang Usahatani Jati Unggul Pola Bagi Hasil. Misi UBH-KPWN adalah mewujudkan usahatani jati unggul pola bagi hasil menjadi kegiatan yang memberikan keuntungan finansial optimal kepada semua pihak terkait dan mendorong pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat pedesaan serta berperan
dalam perbaikan lingkungan hidup. Adapun dalam mengembangkan usahanya, UBH-KPWN membuat kantor cabang sebagai sarana berjalannya kegiatan pola bagi hasil di berbagai daerah, salah satunya di Kabupaten Bogor yang berlokasi di Komplek Perumahan Akasia No. 1, Sindang Barang. Pada pengelolaan semua kegiatan JUN pihak UBH-KPWN memiliki kelembagaan yang terstruktur agar dalam pelaksanaanya terlaksana dengan baik dan sesuai dengan pekerjannya masing-masing. Berikut merupakan bagan kelembagaan UBH-KPWN pada Gambar 2. DIREKTUR UTAMA KPWN
Direktur Umum dan Pemasaran
Divisi Umum
Divisi Pemasaran
Direktur Perencanaan dan Tanaman, Keuangan
Divisi Perencanaan
Divisi Tanaman
Divisi Keuangan
Supervisior Tata Usaha (TU) Pendamping Sumber: UBH-KPWN (2012)
Gambar 2. Bagan Struktur Kelembagaan UBH-KPWN. 5.2
Pola Bagi Hasil UBH-KPWN
Pola bagi hasil yang diterapkan UBH-KPWN yaitu pola yang dilaksanakan melalui kerjasama antara investor, pemilik lahan, petani penggarap, perangkat desa, dan UBH-KPWN.
34
Tabel 9. Pihak
Hak dan Kewajiban Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Usaha JUN UBH-KPWN Hak
Kewajiban
UBHKPWN
1. Memperoleh bagian hasil 1. Melakukan inventarisasi dan identifikasi panen sebanyak 15 persen calon lokasi dan pemilik lahan serta petani dari total jumlah pohon yang penggarap peserta budidaya JUN. ditanam. 2. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan usaha budidaya JUN. 3. Melaksanakan pendampingan kepada petani penggarap. 4. Menarik calon investor usaha JUN. 5. Mengelola dana dari investor untuk kegiatan usaha budidaya JUN. 6. Memasarkan pohon jati siap panen. 7. Melaksanakan pembagian hasil sesuai dengan perjanjian. 8. Bila terjadi kematian/kehilangan, bagian hasil UBH-KPWN dikurangi sebanyak 0.3 bagian dari jumlah yang mati/hilang. Investor 1. Memperoleh bagian hasil 1. Berkontribusi dengan menanamkan modal, panen sebanyak 40 persen dimana jumlah minimal investasi adalah dari jumlah pohon yang 100 pohon. ditanam. 2. Tidak menanggung resiko bila terdapat tanaman yang mati/hilang yang disebabkan karena kelalaian. Pemilik 1. Memperoleh bagian hasil 1. Memberi ijin lahannya untuk ditanami JUN Lahan panen sebanyak sepuluh dalam jangka waktu kerjasama lima tahun. persen dari jumlah pohon yang ditanam. 2. Tidak menanggung resiko bila terdapat tanaman yang mati/hilang yang disebabkan kelalaian. Petani 1. Memperoleh pendamping 1. Melaksanakan pengolahan lahan, Penggarap saat melaksanakan budidaya penanaman, pemeliharaan, dan JUN. pengamanan tanaman JUN. 2. Memperoleh bimbingan, 2. Bila terjadi kematian/kehilangan, bagian pelatihan, dan pembinaan. hasil petani dikurangi sebanyak 0.5 bagian 3. Memperoleh upah dan dari jumlah yang mati atau hilang. bagian hasil sebesar 25 persen dari jumlah pohon yang ditanam. Perangkat 1. Memperoleh bagian hasil 1. Membuktikan keabsahan kepemilikan Desa panen sebanyak sepuluh lahan yang akan ditanami JUN. persen dari jumlah pohon 2. Berperan dalam menggerakkan masyarakat yang ditanam. calon peserta JUN. 3. Mengawasi dan mengamankan tanaman JUN dari gangguan, pencurian, dan kebakaran. 4. Bila terjadi kematian/kehilangan, bagian hasil pemerintah desa dikurangi sebanyak 0.2 bagian dari jumlah yang mati/hilang. Sumber: UBH-KPWN (2012)
35
Berdasarkan Tabel 9, penetapan bagi hasil pihak-pihak yang terlibat dalam budidaya JUN didasarkan atas hak dan kewajiban masing-masing pihak. Hak dan kewajiban ini merupakan hal-hal apa saja yang harus mereka lakukan karena dalam usaha kegiatan JUN harus saling melengkapi dan tidak dapat berjalan sendirian sehingga membutuhkan kelima pilar yang terkait. Skema kontribusi dan bagian hasil masing-masing pihak yang terlibat dalam usaha JUN dapat dilihat pada Gambar 3. Pemilik Lahan (Bagian Hasil 10%)
Petani Penggarap (Bagian Hasil 25%)
Lahan
Lembaga Fasilitator UBHKPWN (Bagian Hasil 15%)
Manajemen, tenaga ahli, pendamping, administrasi, upah, bibit, pupuk, dll
Tenaga
Usaha Jati Unggul Nusantara Pola Bagi Hasil
Investor (Bagian Hasil 40%) Dana
Pemerintah Desa (Bagian Hasil 10%) Status lahan, penggerakkan, pengawasan, dan pengamanan
Sumber: UBH-KPWN (2012)
Gambar 3. Bagan Kontribusi dan Bagian Hasil Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Usaha JUN. Berdasarkan bagan tersebut dapat diuraikan bahwa: 1. Unit Usaha Bagi Hasil KPWN berperan melaksanakan pengelolaan usaha JUN dengan memanfaatkan dana dari investor, lahan milik perorangan, lahan desa, maupun lahan badan usaha, serta tenaga kerja petani penggarap yang terlibat dalam usaha JUN. Imbal jasa atas peranannya tersebut, UBH-KPWN akan 36
mendapat bagian hasil panen sebanyak 15 persen dari jumlah pohon yang ditanam, tetapi apabila ada tanaman JUN yang mati atau hilang maka bagian hasil panen tersebut dikurangi 0.3 bagian dari jumlah yang mati atau hilang. 2. Investor berperan sebagai pihak yang menanamkan modal untuk digunakan dalam pelaksanaan usaha. Dana tersebut digunakan untuk biaya pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan, peralatan, upah petani, dan biaya manajemen. Imbal jasa atas peranannya tersebut, investor akan mendapat bagian hasil panen sebanyak 40 persen dari jumlah pohon yang ditanam. Bila terjadi kehilangan atau kematian pohon, investor tidak menanggung resiko. 3. Pemilik lahan berperan untuk menyediakan lahan yang akan ditanami JUN. Hubungan pemilik lahan dan UBH-KPWN bukan sewa menyewa, melainkan kerja sama, sehingga atas peranannya menyediakan lahan, pemilik lahan akan mendapat bagian hasil panen sebanyak sepuluh persen dari jumlah pohon yang ditanam dan tidak menanggung resiko bila ada yang mati atau hilang. 4. Petani penggarap berperan dalam melaksanakan pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pengamanan tanaman JUN. Imbal jasa yang akan diperoleh oleh petani penggarap disamping mendapat upah juga mendapat bagian hasil panen sebesar 25 persen dari jumlah pohon yang ditanam, tetapi apabila ada yang mati atau hilang maka bagian hasil panen tersebut dikurangi sebanyak 0.5 bagian dari jumlah yang mati atau hilang. 5. Perangkat desa berperan memberikan dukungan dan bantuan dalam rangka memastikan keabsahan kepemilikan lahan, melaksanakan sosialisasi dan menggerakkan masyarakat untuk menjadi peserta usaha JUN, membantu melaksanakan pengawasan lapangan dan pengamanan. Imbal jasa atas
37
peranannya tersebut, pemerintah desa akan mendapat bagian hasil panen. untuk pembangunan desa sebesar sepuluh persen dari jumlah pohon yang ditanam, tetapi apabila ada yang mati atau hilang maka bagian hasil panen tersebut dikurangi sebanyak 0.2 bagian dari jumlah yang mati atau hilang. Bagian hasil panen masing-masing pihak dikaitkan dengan tingkat kematian atau kehilangan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Bagian Hasil dan Beban Resiko Para Pihak yang Terlibat dalam Usaha JUN UBH-KPWN Tanggung Jawab Para Pihak Beban Resiko Pada Tingkat Kematian (%) Para Pihak (Mati/Hilang) 0 10 20 30 40 50 Investor 0% 40 40 40 40 40 40 Pemilik lahan 0% 10 10 10 10 10 10 Petani 0.5 x M% 25 20 15 10 5 0 penggarap Desa 0.2 x M% 10 8 6 4 2 0 UBH-KPWN 0.3 x M% 15 12 9 6 3 0 Total 100 90 80 70 60 50 Keterangan: M = Angka proses kematian. Kalau kematian sampai 50%, maka petani penggarap, pihak desa, dan fasilitator tidak mendapatkan bagian. Sumber: UBH-KPWN (2012)
Semakin besar kematian pada tanaman JUN maka bagi hasil yang diperoleh petani penggarap, aparat desa, dan UBH KPWN akan berkurang, sedangkan bagi investor dan pemilik lahan tidak berpengaruh karena mereka tidak berhubungan langsung dengan tanaman. Apabila kematian mencapai 50 persen maka ketiga pihak tidak akan mendapatkan bagi hasil karena pihak-pihak tersebut menanggung resiko yang telah ditentukan, oleh karena itu harus adanya kerjasama yang baik antar semua pihak untuk meminimalisir kematian tanaman JUN. 5.3
Pemilihan Lokasi Tanam UBH-KPWN Pemiilihan lokasi sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal agar di
kemudian hari tidak ada kendala yang menyebabkan gagalnya pelaksanaan usaha. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi proyek yang 38
strategis, antara lain: ketersediaan bahan baku utama dan pembantu, ketersediaan tenaga kerja langsung, ketersediaan sarana transportasi, ketersediaan sarana telekomunikasi, dan kedekatan dengan pasar yang dituju. Jika usaha bergerak di bidang budidaya, kesesuaian kondisi lahan dan iklim juga menjadi pertimbangan yang penting. Lokasi yang dinilai layak sebagai lahan tanam JUN harus memiliki persyaratan-persyaratan sebagai berikut: a. Bukan lahan persawahan. b. Tidak tergenang air atau banjir setelah hujan. c. Tidak terkena naungan pohon atau bangunan. d. Ketinggian lokasi maksimum 400 m dari permukaan laut. e. Diprioritaskan di daerah dimana terdapat tanaman jati tumbuh dengan baik. Persyaratan
lokasi
penanaman
ini
ditetapkan
oleh
UBH-KPWN
berdasarkan literatur penanaman tanaman jati unggul. Selain karakteristik lahan, aksesibilitas lokasi tanaman menjadi pertimbangan pula, selain memudahkan pengadaan input, akses lokasi yang mudah juga mendorong minat investor untuk melihat lokasi tanam, memudahkan pemasaran hasil panen, dan pelaksanaan pengawasan. Salah satu penetapan lokasi yang dilakukan oleh UBH-KPWN adalah di daerah Kabupaten Bogor karena secara karakteristik Kabupaten Bogor memiliki persyaratan yang ditetapkan UBH-KPWN. Selain itu, Kabupaten Bogor masih banyak memiliki lahan yang tidak digunakan secara maksimal untuk memperoleh pendapatan bagi masyarakat sekitar. UBH-KPWN telah menanam pohon JUN dalam umur yang berbeda-beda mulai dari umur satu sampai lima tahun yang tersebar di berbagai lokasi di
39
Kabupaten Bogor. Penyebaran tanaman JUN di wilayah Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Penyebaran Perkembangan Tanaman JUN UBH-KPWN Bogor Kecamatan Desa Jumlah Tanaman Parung Cogrek 8 927 Ciampea Ciampea 10 688 Bojong Rangkas 5 580 Cibadak 31 090 Cijujung 370 Bojong Jengkol 600 Cinangka 2 040 Tegal Waru 2 390 Cicadas 800 Cibungbulang Ciaruteun Ilir 52 231 Leweung Kolot 26 035 Cisauk Suradita 2 302 Rancabungur Rancabungur 1 070 Cimulang 940 Bantarsari 1 750 Bantarjaya 1 020 Cendali 1 000 Kemang Bojong 800 Tegal 700 Jasinga Jasinga 4 180 Pamegarsari 2 000 Setu 950 Total 157 463 Sumber: UBH-KPWN (2012)
Desa Cogreg, Kecamatan Parung dan Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang merupakan lokasi yang ditanami oleh tanaman jati umur empat sampai lima tahun. Desa Cogreg memiliki umur pohon empat dan lima tahun, sedangkan Desa Ciaruteun Ilir berumur empat tahun. Pemilihan lokasi Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir karena berpengaruh terhadap pendapatan petani JUN yang semakin besar. Hal ini disebabkan dalam pengelolaan kegiatan JUN banyak menyerap tenaga kerja sebagai petani penggarap yang akan mendapatkan upah dan pada akhirnya mendapatkan bagi hasil kayu jati selama lima tahun.
40
5.4
Keadaan Umum Desa Cogreg dan Ciaruteun Ilir Letak Desa Cogreg secara administratif pemerintahan terletak di
Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data potensi Desa Cogreg mempunyai luas wilayah 511 856 ha, di atas permukaan laut 100 m dan tinggi curah hujan 200 mm/thn, dan memiliki suhu udara kisaran 220-340 C. Desa Cogreg terbagi dalam 5 Dusun, 8 Rukun Warga (RW) dan 39 Rumah Tangga (RT). Jarak Kantor Desa ke Ibukota Kecamatan sejauh 6 km, untuk ke Ibukota Kabupaten Bogor sejauh 30 km, untuk ke Ibukota Provinsi Jawa Barat sejauh 120 km dan untuk ke Ibukota negara sejauh 45 km. Adapun batas-batas geografisnya adalah sebagai berikut: Utara : Desa Cibinong dan Desa Cibadung - Kecamatan Gn. Sindur Barat : Desa Cihowe dan Desa Kuripan - Kecamatan Ciseeng Timur : Desa Waru Jaya - Kecamatan Parung Selatan : Desa Bojong Indah dan Desa Cihowe - Kecamatan Parung dan Ciseeng Letak Desa Ciaruteun Ilir secara administratif pemerintahan terletak di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data potensi Desa Ciaruteun Ilir mempunyai luas wilayah 246 ha, di atas permukaan laut 87 m dan tinggi curah hujan 186 mm/thn, dan memiliki suhu udara kisaran 300-320 C. Desa Ciaruteun Ilir terbagi 8 Rukun Warga (RW) dan 32 Rumah Tangga (RT). Jarak Kantor Desa ke Ibukota Kecamatan sejauh 6 km, untuk ke Ibukota Kabupaten Bogor sejauh 27 km, untuk ke Ibukota Provinsi Jawa Barat sejauh 140 km dan untuk ke Ibukota negara sejauh 65 km. Adapun batas-batas geografisnya adalah sebagai berikut:
41
Utara : Desa Cidokom - Kecamatan Rumpin Barat : Desa Cijujung - Kecamatan Cibungbulang Timur : Desa Ciampea - Kecamatan Ciampea Selatan : Desa Leuwi Kolot - Kecamatan Cibungbulang 5.4.1
Kependudukan Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir Menurut Data Potensi Desa Cogreg tahun 2010, jumlah penduduk yang
tercatat yaitu sebanyak 10 461 jiwa yang terdiri dari 2 329 KK. Jumlah penduduk laki-laki terdiri dari 5 312 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 5 149 jiwa. Data Potensi Desa Ciaruteun Ilir tahun 2010, jumlah penduduk yang tercatat yaitu sebanyak 10 259 jiwa yang terdiri dari 2 705 KK. Jumlah penduduk laki-laki terdiri dari 5 232 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 5 027 jiwa. Tabel 12. Mata Pencaharian Penduduk Desa Cogreg Tahun 2010 No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Petani 616 19.97 2 Pedagang 462 14.98 3 PNS 154 4.99 4 TNI/Polri 113 3.66 5 Pensiunan/Purnawiraman 31 1.00 6 Swasta 985 31.93 7 Buruh pabrik 216 7.00 8 Pengrajin 5 0.16 9 Tukang bangunan 45 1.46 10 Penjahit 320 10.37 11 Tukang ojek 93 3.01 12 Bengkel 9 0.29 13 Supir angkutan 31 1.00 14 Dan lainnya 5 0.16 Total 3 085 100 Sumber: Potensi Desa Cogreg (2010)
Mata pencaharian masyarakat di Desa Cogreg bervariasi mulai dari petani sampai dengan supir. Struktur mata pencaharian masyarakat berdasarkan jumlah angkatan kerja Desa Cogreg dapat dilihat pada Tabel 12. Pada Desa Ciaruteun Ilir sumber mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat sekitar hampir sama
42
dengan Desa Cogreg. Struktur mata pencaharian masyarakat berdasarkan jumlah angkatan kerja Desa Ciaruteun Ilir dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Mata Pencaharian Penduduk Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2010 No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Petani 206 14,58 2 Buruh tani 114 8,07 3 PNS 20 1,42 4 TNI/Polri 3 0,21 5 Pensiunan/Purnawiraman 15 1,06 6 Swasta 12 0,85 7 Pedagang 922 65,25 8 Pengrajin 5 0,35 9 Pembantu rumah tangga 30 2,12 10 Peternak 10 0,71 11 Montir 76 5,38 Total 1 413 100 Sumber: Potensi Desa Ciaruteun Ilir (2010)
Berdasarkan Tabel 12 dan Tabel 13, mata pencaharian penduduk Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir yang bekerja sebagai petani menduduki urutan kedua dengan persentase sekitar 19.97 persen atau sebanyak 616 jiwa dari angkatan kerja untuk Desa Cogreg, sedangkan pada Desa Ciaruteun Ilir sekitar 14.58 persen atau sebanyak 206 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa di kedua desa tersebut masih menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian. 5.5
Karakteristik Responden Petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir Karakteristik responden di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir
didapatkan berdasarkan survey terhadap 101 Petani JUN yang tersebar di wilayah Kabupaten Bogor yang terdiri dari 23 petani JUN di Desa Cogreg dan 78 petani JUN di Desa Ciaruteun Ilir. Karakteristik umum meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tanggungan keluarga.
43
5.5.1 Usia Tingkat usia responden petani JUN cukup bervariasi pada Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir dengan distribusi usia pada rentan antara kurang sama dengan dari 30 tahun dan lebih besar dari 60 tahun. Perbandingan distribusi usia responden dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Usia Responden Petani JUN Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir A. Desa Cogreg No Usia (tahun) Jumlah Persentase (%) 1 ≤ 30 0 0 2 31-40 3 13.04 3 41-50 6 26.09 4 51-60 7 30.43 5 > 60 7 30.43 Total 23 100 B. Desa Ciaruteun Ilir No Usia (tahun) Jumlah Persentase (%) 1 ≤ 30 9 11.54 2 31-40 15 19.23 3 41-50 22 28.21 4 51-60 21 26.92 5 > 60 11 14.10 Total 78 100 Sumber: Data primer 2012 (diolah)
Jumlah responden di Desa Cogreg yang tertinggi terdapat pada dua kelas pada rentang usia 51-60 tahun dan > 60 tahun yaitu berjumlah 7 orang (30.43%), sedangkan pada Desa Ciaruteun Ilir pada rentang usia 41-50 tahun yaitu berjumlah 22 orang (28.21%). Hal ini menunjukkan petani JUN di kedua desa bekerja pada usia produktifnya. 5.5.2
Jenis Kelamin Seluruh responden yang diwawancarai berjenis kelamin laki-laki pada
Desa Cogreg. Dominasi responden laki-laki karena pada umumnya pengambil keputusan keluarga pada daerah penelitian di Desa Cogreg diambil oleh laki-laki
44
dan dalam pengelolaan JUN dibutuhkan tenaga yang sangat besar sehingga hampir tidak memungkinkan untuk dikerjakan oleh perempuan. Berbeda pada Desa Ciaruteun Ilir yang terdapat tiga orang (3.85%) petani JUN berjenis kelamin perempuan. Hal ini dilakukan untuk membantu suaminya dalam pengelolaan JUN, dan memberikan kontribusi menambah penghasilan rumah tangganya. Sebagian besar pengelolaan JUN di Desa Ciaruteun Ilir tetap dilakukan oleh lakilaki yang berjumlah 75 orang (96.15%). 5.5.3 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden petani JUN pada Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir bervariasi mulai dari yang tidak pernah mengemban pendidikan sampai tingkat sarjana. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Pendidikan Petani JUN Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir A. Desa Cogreg No Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1 Tidak Sekolah 1 4.35 2 SD 21 91.30 3 SMP 1 4.35 Total 23 100 B. Desa Ciaruteun Ilir No Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1 SD 64 82.05 2 SMP 5 6.41 3 SMA 7 8.97 4 Sarjana 2 2.56 Total 78 100 Sumber: Data primer 2012 (diolah)
Sebagian besar responden petani JUN Desa Cogreg hanya menempuh pendidikan sampai tingkat SD yakni sebanyak 21 orang (91.30%), sama halnya dengan Desa Ciaruteun Ilir sebanyak 64 orang (82.05%). Pada Desa Ciaruteun Ilir ada beberapa orang mengemban pendidikan sampai SMA bahkan tingkat perkuliahan yang menandakan di Desa Ciaruteun Ilir masih menganggap bahwa
45
pendidikan penting bagi mereka. Hal ini mempengaruhi dalam kualitas kerja yang semakin baik dibandingkan dengan petani JUN di Desa Cogreg. 5.5.4 Jenis Pekerjaan Responden petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir tidak hanya mempunyai pekerjaan di JUN saja karena upah yang didapat dari JUN untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari tidak akan terpenuhi. Pekerjaan sebagai petani JUN pada dasarnya dijadikan tabungan untuk masa depan karena hasil panen dari penjualan jati akan memperoleh hasilnya setelah lima tahun. Tabel 16. Jenis Pekerjaan Petani JUN di Luar JUN Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir A. Desa Cogreg No Pekerjaan Jumlah Persentase (%) 1 Peternak 6 26.09 2 Tukang bangunan 5 21.74 3 Petani 4 17.39 4 Buruh Tani 4 17.39 5 Pedagang 3 13.04 6 Penjahit 1 4.35 Total 23 100 B. Desa Ciaruteun Ilir No Pekerjaan Jumlah Persentase (%) 1 Petani & Buruh tani 16 20.51 2 Buruh tani 14 17.95 3 Petani 12 15.38 4 Pedagang 9 11.54 5 Buruh 5 6.41 6 Petani & Buruh 5 6.41 7 Petani & Pedagang 4 5.13 8 Pegawai 3 3.85 9 Wiraswasta 3 3.85 10 Tukang ojek 2 2.56 11 Wartawan 1 1.28 12 Supir 1 1.28 13 Peternak 1 1.28 14 Pensiunan 1 1.28 15 Dll 1 1.28 Total 78 100 Sumber: Data primer 2012 (diolah)
46
Berdasarkan Tabel 16, jenis pekerjaan petani JUN bervariasi antara Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir. Pada Desa Cogreg petani JUN yang bekerja pada bidang pertanian menempati urutan ketiga dan keempat yaitu sebanyak empat orang (19.39%) sebagai petani dan buruh tani. Hal ini disebabkan lahan yang biasa petani JUN garap untuk bertani diubah menjadi lahan JUN, sedangkan para petani JUN tidak mempunyai lahan garapan lain. Banyak petani JUN yang mempunyai pekerjaan lain selain dari JUN yaitu beternak. Berbeda dengan Desa Ciaruteun Ilir dimana pekerjaan petani JUN selain dari JUN tetap pada bidang pertanian karena petani JUN mempunyai lahan garapan lain yang dapat menghidupi kehidupan sehari-hari. Petani JUN di Desa Ciaruteun Ilir tidak terlalu menggantungkan hidupnya pada program kegiatan JUN. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 16 dimana pekerjan petani dan buruh tani menempati urutan pertama pada Desa Ciaruteun Ilir sebanyak 16 orang (20.51%). 5.5.5
Jumlah Tanggungan Keluarga Responden petani JUN Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir memiliki
jumlah tanggungan keluarga yang berbeda. Sebanyak tujuh orang (30.43%) di Desa Cogreg mempunyai tiga tanggungan yang menempati urutan teratas, sedangkan di Desa Ciaruteun Ilir sebanyak 23 orang (29.49%) mempunyai satu tanggungan. Petani JUN Desa Ciaruteun Ilir berpendidikan lebih tinggi dibandingkan dengan petani JUN Desa Cogreg sehingga petani JUN di Desa Ciaruteun lebih memilih mempunyai anak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, petani JUN Desa Ciaruteun Ilir sudah menerapkan program KB yang dicanangkan oleh pemerintah. Perbandingan jumlah
47
tanggungan keluarga petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani JUN Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir A. Desa Cogreg No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Persentase (%) 1 Tidak Ada Tanggungan 2 8.70 2 1 4 17.39 3 2 2 8.70 4 3 7 30.43 5 4 6 26.09 6 5 1 4.35 7 >6 1 4.35 Total 23 100 B. Desa Ciaruteun Ilir No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Persentase (%) 1 Tidak Ada Tanggungan 15 19.23 2 1 23 29.49 3 2 17 21.79 4 3 15 19.23 5 4 5 6.41 6 5 1 1.28 7 6 2 2.56 Total 78 100 Sumber: Data primer 2012 (diolah)
48