V. Hasil
3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian menjadi rencana penjualan. Kemudian departemen Production Planning and Inventory Control (PPIC) akan membuat jadwal produksi setelah menerima rencana penjualan dari Marketing untuk memenuhi rencana penjualan tersebut. Jadwal produksi atau rencana produksi akan diterima oleh bagian pengadaan dan departemen produksi. Rencana produksi oleh bagian pengadaan akan digunakan untuk melakukan pengadaan barang-barang yang dibutuhkan oleh produksi, sedangkan rencana produksi oleh departemen produksi merupakan sebagai acuan untuk melakukan produksi. Hasil dari produksi ini adalah muffler atau sistem gas buang untuk kendaraan bermotor (mobil) dan kemudian dikirim ke pelanggan yang memesannya. Untuk menganalisa akar permasalahan perusahaan yang dihadapi yaitu stok level bahan baku/material di gudang yang tidak sesuai dan produksi yang terganggu atau terhambat, maka digunakan diagram tulang ikan untuk mendapatkan area-area yang menjadi penyebab masalah dari permasalahan yang ada. Kemudian setiap penyebab permasalahan diberikan pembobotan, yang tergantung pada seberapa sering penyebab masalah terjadi dalam tiga kategori. Penyebab produksi terhambat atau terganggu dan stok level material/bahan baku yang tidak sesuai pada area pengadaan, ternyata memberikan kontribusi terbesar yaitu 80%. Untuk area Marketing memberikan kontribusi sebanyak 10%, sedangkan untuk area Inventory dan Maintenance hanya memberikan kontribusi yang paling kecil yaitu masing-masing sebesar 5%. Dilihat dari hasil ini, maka dengan melakukan rekayasa ulang proses pada area pengadaan, akan memberikan manfaat yang signifikan. Sementara sisa permasalahan yang 20% tidak akan dibahas karena permasalahan tersebut bukan disebabkan oleh proses sehingga penyelesaiannya tidak dapat menggunakan BPR. Dengan demikian penyebab permasalahan pada area pengadaan material adalah : 1. Stok level bahan baku/material yang tidak sesuai, dimana permasalahannya adalah : a. Terlalu banyak pembelian yang disebabkan : - Adanya minimum order - Tidak dapat melakukan pengawasan b. Sulitnya mencari supplier baru 2. Produksi yang terhambat atau terganggu, dimana yang menjadi permasalahannya adalah : a. Tidak ada material yang disebabkan oleh : - Tidak dilakukannya pembelian material
- Adanya minimum order b. Waktu proses pembelian yang lama, ini disebabkan : - Pengawasan yang kurang - Adanya minimum order c. Pengiriman material yang tidak tepat waktu karena komponen untuk pembuatan material tersebut tidak ada. Proses pengadaan material/bahan baku dapat dibagi menjadi 9 tahapan, yaitu : 1. Pembuatan Planned Order Tahapan ini merupakan rencana untuk pengadaan material/bahan baku yang dibuat oleh sistem secara otomatis setelah Material Requirement Planning (MRP) dilakukan. Hasil MRP dan pemeriksaan jumlah stok yang secara detail mengeluarkan informasi tentang material apa saja yang dibutuhkan oleh produksi beserta jumlah kebutuhannya serta kapan material tersebut dibutuhkan merupakan input data dari proses ini. Sedangkan output dari planned order adalah proposal untuk pengadaan material yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi. Setiap terakhir hari kerja yaitu hari jumat, secara periodik MRP dijalankan. Planned order dapat direvisi jika terjadi perubahan kebutuhan material karena adanya perubahan rencana produksi, selama belum dilakukan perubahan atau belum digunakan sebagai referensi untuk pembuatan purchase requisition. Setelah dilakukan identifikasi terhadap pembuatan planned order, ternyata tidak terdapat permasalahan karena semua masukan data yang diambil langsung dari database merupakan tahapan pertama dari proses ini, selain itu pembuatan planned order dilakukan secara otomatis oleh sistem dan tidak diperlukan waktu dari staff untuk mengerjakannya. Sehingga proses pembuatan planned order ini dapat dipetakan sebagai proses yang dapat diotomasi. 2. Pemeriksaan Planned Order Karena konversi planned order menjadi purchase requisition harus sesuai dengan perhitungan waktu material yang dibutuhkan oleh produksi, maka pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan planned order mana yang harus dikonversi menjadi purchase requisition pada saat itu. Data planned order yang telah dibuat oleh sistem dibutuhkan untuk menjalankan proses ini. Sementara daftar planned order yang harus dikonversi menjadi purchase order dan waktu konversinya merupakan hasil dari proses ini. Setelah melakukan analisa terhadap proses ini, ternyata proses ini dapat dilakukan secara otomatis oleh sistem. Sehingga dapat dipetakan sebagai proses yang dapat diotomasi. 3. Pembuatan Purchase Requisition Proses ini merupakan permintaan atau instruksi untuk melakukan pembelian material yang dibutuhkan pada waktu yang telah ditentukan. Data mengenai jenis material, jumlah, dan waktu pengadaan material yang telah dikelompokkan merupakan data yang dibutuhkan untuk melakukan proses ini, dimana data tersebut ada di dalam planned order. Kemudian data lain yang juga diperlukan adalah mengenai supplier yang dapat menyediakan masing-masing material, lead
time pengadaan material, harga dan kondisi pembayarannya. Dokumen permintaan pengadaan material dari supplier yang telah ditentukan dalam proses ini merupakan hasil ouput-nya. Purchase requisition yang ada pada PT. XYZ dapat berasal dari setiap departemen dalam perusahaan yang membutuhkan material untuk digunakan pada produksi atau bukan. Namun pembuatan dari purchase requisition ini tidak didasarkan pada referensi dokumen yang telah diusulkan oleh sistem. Adapun pembuatan purchase requisition yang dibahas disini adalah mengacu pada planned order yang merekomendasikan pengadaan material yang diperlukan untuk kebutuhan produksi dan berlaku untuk pengadaan material lama yang sudah memiliki supplier tetap atau material baru yang belum pernah digunakan sebelumnya. Dalam proses ini permasalahan yang dihadapi adalah banyaknya waktu yang dibutuhkan oleh staf untuk melakukan konversi dari planned order ke purchase requisition untuk setiap material yang akan diadakan. Permasalahan yang lain adalah sulit melakukan pengontrolan purchase requisition untuk setiap material apakah sudah dikonversi dari planned order atau belum, dimana ini sering terlewatkan yang menyebabkan barang tidak dipesan padahal dibutuhkan oleh produksi, atau juga pemesanan yang terlalu cepat serta adanya ketentuan order minimum yang mengakibatkan stok level material tidak sesuai. Dengan demikian proses ini dapat dipetakan sebagai proses yang dapat diotomasi. 4. Pemilihan Supplier Supplier mana yang akan dipilih untuk pengadaan material pada saat pembuatan purchase requisition belum ditentukan, karena memiliki lebih dari satu supplier yang aktif untuk satu material. Oleh karena itu dari daftar supplier yang ada untuk material tersebut perlu dilakukan pemilihan supplier. Data yang berada di master data dan purchase requisition yang berisi hubungan antara supplier dengan material, dibutuhkan sebagai input data untuk melakukan proses ini. Sedangkan output dari proses ini adalah purchase requisition yang telah memiliki satu supplier untuk pengadaannya. Sedangkan purchase requisition yang telah memiliki satu supplier untuk pengadaan material merupakan output dari proses ini. Dengan diberlakukannya satu material hanya akan disuplai oleh satu supplier yang merupakan strategi baru, maka proses ini sebenarnya sudah tidak relevan lagi. Untuk itu proses ini dapat diotomasi. 5. Pembuatan Purchase Order Pembuatan purchase order merupakan konversi dari purchase requisition yang telah dibuat serta supplier yang telah ditetapkan. Data mengenai kondisi harga dari material tersebut yang diambil dari master data dan semua data yang ada di dalam purchase requisition merupakan input data yang diperlukan dalam proses ini. Sedangkan output yang diperoleh dari proses ini adalah dokumen purchase order yang telah dicatat di dalam sistem. Dalam menjalankan proses ini permasalahan yang dihadapi adalah tidak adanya informasi tentang prediksi kebutuhan material yang diperlukan oleh produksi untuk supplier, sehingga
kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan tersebut tidak dapat dilakukan oleh supplier. 6. Pemeriksaan Purchase Order Pemeriksaan ini dilakukan untuk meneliti kembali kelengkapan dokumen purchase order di dalam sistem sebelum dilakukan pencetakan. Proses ini sebenarnya sudah tidak relevan lagi karena dapat dilakukan oleh sistem. Sehingga proses ini dapat dipetakan sebagai proses yang dapat diotomasi. 7. Pencetakan Purchase Order Pencetakan ini dilakukan setelah pemeriksaan terhadap purchase order yang telah dibuat selesai dan dicatat dalam database. Nomor urut dari purchase order yang didapat dari sistem pada saat dokumen dicatat dalam database merupakan data yang diperlukan untuk mencetak dokumen purchase order. Sedangkan dokumen purchase order yang sudah dicetak merupakan output dari proses ini. Karena semua pencetakan purchase order dilakukan menggunakan printer laser, maka biaya yang diperlukan cukup mahal untuk melakukan pencetakan purchase order. 8. Persetujuan Purchase Order Sebelum diberikan ke supplier, purchase order yang baru harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu. Dalam menjalankan proses ini membutuhkan waktu yang lama, bukan karena disebabkan oleh adanya permasalahan dari isi purchase order tersebut, tetapi karena sulitnya menemui orang-orang yang harus memberikan persetujuan. Persetujuan purchase order ini dikelompokkan berdasarkan nilai dari purchase order tersebut secara keseluruhan. Kategori pengelompokkan itu adalah sebagai berikut : - Purchase order yang nilainya sampai dengan 500 ribu rupiah harus mendapat persetujuan dari Manager Purchasing. - Purchase order yang nilainya diatas 500 ribu rupiah harus mendapatkan persetujuan dari Presiden Direktur. 9. Pengiriman dokumen Purchase Order ke supplier Dengan menggunakan fax, purchase order yang telah mendapatkan persetujuan dikirim ke setiap supplier. Biaya pengiriman dokumen yang cukup mahal ke setiap supplier yang ada di luar negeri maupun di dalam negeri, menjadi penyebab permasalahan yang dihadapi dalam proses ini. Data awal yang tersimpan di dalam database diperlukan untuk menjalankan keseluruhan rangkaian proses pengadaan material. Keberadaaan master data merupakan syarat utama proses pengadaan material dapat berjalan, namun ini bukan merupakan salah satu aktivitas yang harus dijalankan. Sehingga master data tidak termasuk ke dalam aktivitas yang harus dianalisa, tetapi perubahan dalam proses bisnis akan merubah jenis master data yang digunakan. Dalam proses pengadaan material yang dilakukan saat ini, data yang digunakan dikelompokkan ke dalam tiga kategori : 1. Supplier master record Data mengenai waktu pembayaran, mata uang yang digunakan, contact person, dan lain-lain, merupakan kumpulan data yang ada di dalam supplier master
record tentang supplier yang memasok material yang dibutuhkan. Data yang ada di dalam supplier master record ini digunakan pada saat pembuatan purchase requisition dan menjadi tanggung jawab dari departemen purchasing. 2. Material master Data yang menyimpan semua informasi mengenai material yang ada terdapat dalam material master. Data yang ada di dalam material master ini merupakan tanggung jawab dari setiap departemen yang terkait, sehingga setiap departemen yang terkait juga hasrus melakukan perubahan terhadap material master ini. Berdasarkan departemen yang berhubungan terhadap material tersebut, material master dibagi menjadi beberapa sub kategori. Misalnya sub kategori inventory berisi data mengenai lokasi penyimpanan, kondisi penyimpanan, dan lain-lain, atau sub kategori purchasing menyimpan data mengenai lead time dari material serta staf purchasing yang bertanggung jawab terhadap material tersebut. Dalam sub kategori purchasing, setiap material dialokasikan terhadap satu orang yang bertanggung jawab untuk melakukan pengadaan, dimana data ini nantinya akan digunakan pada saat pembuatan purchase requisition. 3. Purchasing info record Data mengenai hubungan spesifik antara material dan supplier, misalnya data mengenai jumlah minimal pemesanan, biaya pengiriman, harga, dan lain-lain, tersimpan di dalam purchasing info record. Data yang ada pada purchasing info record ini digunakan untuk pembuatan purchase requisition dan purchase order. Waktu rata-rata proses pengadaan material adalah waktu rata-rata yang diperlukan oleh staf bagian Material Scheduling and Control yang merupakan satu departemen dengan PPIC untuk melaksanakan aktivitas pengadaan material. Proses ini merupakan siklus yang berulang setiap satu minggu (sesuai dengan siklus MRP), dan rata-rata jumlah dokumen purchase order yang dihasilkan sebanyak 6 dokumen dengan rata-rata jumlah material untuk masing-masing dokumennya adalah 4 material. Jumlah staf bagian Material Scheduling and Control adalah 6 orang, dimana masing-masing orang bertanggung jawab terhadap ± 100 material. Karena waktu ratarata proses merupakan siklus mingguan, tidak berarti dengan penambahan jumlah orang akan mempercepat waktu proses tersebut. Durasi pengambilan data yang akan digunakan untuk melakukan analisa diambil pada rentang waktu Februari 2003 sampai dengan Mei 2003. Material yang digunakan untuk produksi yang dibeli baik dalam bentuk grup atau CKD (Completely Knocked Down) maupun secara satuan, termasuk jenis material dalam ruang lingkup pengambilan data untuk proses rekayasa ulang. Sedangkan material yang tidak termasuk dalam ruang lingkup proses rekayasa ulang adalah material suku cadang mesin produksi dimana perhitungan kebutuhan material tidak dilakukan di dalam sistem dan pemesanannya dilakukan secara manual sesuai permintaan maintenance. Kemudian office supplies seperti pena, tinta printer, kertas, dan lain-lain, walaupun perhitungan kebutuhannya sudah melalui sistem tetapi material-material ini memiliki banyak supplier.
Dalam melakukan simulasi, data yang diperlukan sebagai masukan diambil dari database yang ada, karena semua transaksi dari proses pengadaan material tercatat lengkap di dalam database. Selain itu juga arsip dokumen cetak untuk mendapatkan data yang tidak tercatat di dalam sistem. 3.2 Rancangan Proses Baru Dalam pembuatan rancangan proses pengadaan material yang baru, pendekatan yang digunakan adalah dengan memilih metode pengadaan material yang berbeda dengan yang sedang berjalan saat ini. Tahapan proses yang ada saat ini memang harus dilakukan, dimana setiap tahapan proses tersebut ada informasi yang ditambahkan walaupun informasi tersebut ada di dalam sistem dan pengambilannya dapat dilakukan secara otomatis. Namun demikian, jika hanya mengoptimalkan proses yang sedang berjalan dengan melakukan otomasi, maka hasil peningkatan yang diperoleh tidak akan signifikan. Demikian pula dengan memperpanjang tahapan proses yang ada, ini juga akan menimbulkan peningkatan kemungkinan terjadinya kesalahan manusia di setiap tahapan proses. Untuk menggantikan proses pengadaan material yang dijalankan saat ini, maka digunakan delivery schedule untuk proses pengadaan material yang baru. Penggunaan delivery schedule merupakan rencana pengiriman material yang dibuat secara otomatis oleh sistem untuk setiap material yang didasarkan pada kebutuhan material untuk suatu jangka waktu tertentu, dimana setelah dilakukan perhitungan MRP maka kebutuhan material akan diperoleh. Adapun rancangan tahapan proses pengadaan material yang baru pada bagian Material Scheduling and Control, terdiri dari dua tahapan : 1. Revisi Delivery Schedule Proses ini merupakan rencana pengiriman material yang dibuat secara otomatis oleh sistem. Rencana pengiriman material yang dibuat tidak hanya untuk membuat kebutuhan material yang diperlukan dalam jangka waktu dekat melainkan juga perkiraan kebutuhan material dalam jangka waktu yang panjang, sehingga memungkinkan supplier untuk mengatur jadwal produksinya. Proses ini juga dapat diperbaharui setiap kali ada perubahan permintaan material setelah dilakukan perhitungan MRP. Ada dua periode dalam delivery schedule untuk membedakan suatu permintaan, yaitu : - Periode permintaan yang sudah ditetapkan, yaitu suatu periode dimana supplier sudah memberikan konfirmasi kesanggupannya untuk menyediakan barang pada tanggal permintaan yang sudah ditetapkan. Sehingga antara supplier maupun perusahaan PT. XYZ tidak dapat merubah permintaan pada periode ini. - Periode permintaan yang belum ditetapkan, yaitu suatu periode dimana jika terjadi perubahan rencana produksi, permintaan masih dapat berubah. Sehingga kebutuhan material yang diminta oleh perusahaan PT. XYZ dapat diperkirakan oleh supplier untuk dapat melakukan perencanaan dan pengalokasian kapasitas produksinya.
Adanya kontrak antara supplier dengan perusahaan PT. XYZ merupakan syarat utama delivery schedule. Kontrak ini akan dijadikan referensi setiap sistem mengeluarkan delivery schedule, termasuk pula kondisi harga untuk material tersebut. Dalam delivery schedule tidak ada informasi harga barang, melainkan hanya berisi jadwal pengiriman barang. Sehingga persetujuan-persetujuan yang dibutuhkan seperti pada saat pembuatan purchase order sudah tidak dibutuhkan lagi. Jadwal pengiriman dan pembuatan delivery schedule ke supplier sesuai dengan interval waktu yang sudah ditentukan. Penentuan interval waktu untuk setiap material disesuaikan dengan lead time pengirimannya. Agar staf dapat meneruskan ke proses berikutnya, sistem akan memberikan informasi kepada staf yang bersangkutan pada saat pembuatan delivery schedule. Hasil perhitungan MRP yang berupa material yang dibutuhkan, jumlah yang dibutuhkan, dan kapan material tersebut dibutuhkan merupakan input data dari delivery schedule. Selain itu pula input data lain yang diperlukan adalah data yang ada di dalam kontrak mengenai data supplier yang memasok material, lead time pengadaan, periode permintaan yang sudah ditetapkan serta periode permintaan yang belum ditetapkan. Data mengenai staf yang bertanggung jawab untuk pengadaan material yang berasal dari material master merupakan data yang dibutuhkan juga untuk menjalankan proses ini. Adapun output atau hasil dari proses ini adalah revisi dari delivery schedule. 2. Pemilihan Delivery Schedule dan Pengiriman melalui email ke Supplier Dalam proses ini staf Material Scheduling and Control akan melakukan pengontrolan setiap harinya untuk memilih delivery schedule yang sudah jatuh tempo dan harus dikirim delivery schedule yang baru setelah dilakukan revisi secara otomatis oleh sistem. Delivery schedule baru yang sudah direvisi merupakan input data yang dibutuhkan untuk menjalankan proses ini. File delivery schedule yang akan dikirim melalui email ke supplier merupakan output dari proses ini. Dalam proses ini juga file delivery schedule akan dikirim langsung melalui email ke supplier. Penggunaan email dalam proses pengiriman bertujuan untuk menggantikan fasilitas fax. Dimana dengan menggunakan email, dokumen lebih pasti diterima karena langsung ditujukan ke orang yang bersangkutan dan prosesnya lebih cepat, sehingga dokumen tidak perlu dicetak terlebih dahulu. Meskipun data yang detail yang diperlukan untuk proses lama dan proses baru tidak mengalami perubahan, tetapi perubahan proses membuat perubahan data-data yang dibutuhkan. Untuk menjalankan proses yang baru, master data yang harus ada adalah scheduling agreement, yaitu kesepakatan atau kontrak antara supplier dan perusahaan mengenai pembelian material untuk jangka waktu tertentu. Adapun kesepakatan yang diatur dalam kontrak yaitu mengenai kondisi harga pembelian, jumlah material yang akan dibeli selama periode tertentu, lead time pengiriman, periode berlakunya kontrak, interval dari delivery schedule, periode permintaan yang sudah ditetapkan, serta periode permintaan yang belum ditetapkan. Dalam rekayasa ulang ini, pendekatan yang diambil adalah penggantian proses pengadaan material lama dengan yang baru dan bukan optimalisasi dari proses
yang lama, sehingga rancangan proses yang baru sama sekali berbeda dengan proses lama. Dengan demikian waktu yang diperoleh dan jumlah staf dalam rancangan proses baru berbeda dengan proses lama. Dalam rancangan proses yang baru, terdapat pula aktivitas yang dijalankan secara manual dan secara otomatis oleh sistem. Untuk dapat membandingkan kinerja dari proses yang sedang berjalan dengan rancangan proses baru harus digunakan suatu piranti yang memungkinkan untuk hal tersebut. Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa piranti lunak yang digunakan untuk simulasi proses tersebut adalah Process 2000 yang dibuat oleh Micrografx, Inc. Hal yang akan dibandingkan adalah mengenai jumlah staf yang digunakan dan waktu yang digunakan. Pengaturan waktu jam kerja yang digunakan adalah 8 jam sehari dengan libur pada hari sabtu dan minggu. Adapun total perbaikan jumlah staf yang diperlukan oleh bagian Material Scheduling and Control pada proses pengadaan material adalah sebesar 33,33 %. Perbaikan sebesar 33,33 % dari total jumlah staf yang diperlukan oleh bagian Material Scheduling and Control pada proses pengadaan material adalah cukup signifikan dengan perubahan yang dilakukan pada proses tersebut. Apalagi ditambah dengan semakin meningkatnya utilisasi dari jumlah staf tersebut sebesar 33,32 %. Utilisasi yang diperoleh adalah berasal dari simulasi kedua proses yaitu proses yang lama dan yang baru di dalam perangkat lunak Process 2000. Perubahan tersebut merupakan hasil maksimal yang dapat dilakukan di dalam pengalokasian staf untuk perancangan proses pengadaan material. Dari perbandingan waktu proses yang lama dengan yang baru, maka diperoleh pengurangan waktu proses pengadaan material yang dilakukan oleh bagian Material Scheduling and Control adalah dari 5,5 hari menjadi 2 hari. Sehingga terjadi peningkatan efisiensi proses sebesar 63,64 %. Pentingnya proses rekayasa ulang adalah tidak hanya berhenti pada desain proses yang baru, melainkan bagaimana implementasi dari proses tersebut dapat bermanfaat secara nyata. Kurangnya persiapan untuk menjalankan sistem yang baru akan mengakibatkan sering terjadinya kegagalan dalam penerapan proses rekayasa ulang. Menentukan satu waktu mulainya dipakai sistem baru dan tidak berlakunya sistem lama untuk pengadaan material, merupakan strategi yang digunakan untuk melakukan implementasi proses yang baru. Selain itu persiapan dari perangkat lunak, perangkat keras serta sumber daya manusia perlu dilakukan untuk menjalankan sistem yang baru. Tahapan yang dilakukan adalah menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan sistem yang baru dapat dijalankan sesuai dengan tujuannya serta melakukan analisa untuk dapat mengetahui apakah ada perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses rekayasa ulang ini. Perusahaan saat ini telah menggunakan teknologi informasi dalam membantu proses yang ada pada perusahaan seperti MRP, pengerjaan keuangan, pembukuan, dan lain-lain. Tetapi dengan adanya rancangan proses yang baru ini, maka departemen Management Information System yang membidangi teknologi informasi
dituntut untuk dapat berperan lebih besar lagi, sehingga implementasi dari rancangan proses baru ini dapat berjalan dengan baik Dari rekayasa ulang yang dihasilkan melalui proses simulasi dengan menggunakan perangkat lunak Process 2000, maka didapat hasil suatu rancangan proses pengadaan material yang baru. Melalui simulasi rancangan tersebut, mengakibatkan perubahan yang radikal dalam proses pengadaan material di perusahaan terutama dari segi waktu rata-rata yang diperlukan jumlah staf yang dipergunakan. Rekayasa ulang yang dilakukan pada proses pengadaan material mengalami percepatan waktu rata-rata dari 5,5 hari menjadi 2 hari dan mengalami perbaikan sebesar 63,64 %. Kemudian dari jumlah staf yang diperlukan, terjadi pengurangan dari 6 orang menjadi 4 orang sehingga menyebabkan perbaikan sebesar 33,33 %, dan kenaikan tingkat utilisasi dari 16,67 % menjadi 25 %. Hal terakhir setelah dilakukan perancangan adalah mengajukan rancangan dan hasil simulasi yang diperoleh kepada manajemen PT. XYZ sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perubahan di dalam perusahaan. Dalam hal rancangan ini, pendapat manajemen cukup baik dan mendukung perubahan dalam lingkungan perusahaan, terutama yang berhubungan dengan proses pengadaan material. Dukungan dari pihak manajemen perusahaan ini, sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki oleh perusahaan.