V. EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Evaluasi program pengembangan masyarakat dalam bagian ini berisi tentang gambaran kapasitas kelompok mantan TKW di desa Cibaregbeg yang dapat dilihat pada kemampuan pengurus dalam: (1) pengelolaan kelompok; (2) kerjasama dalam kelompok; (3) jaringan sosial kelompok. 5.1. Pengelolaan Kelompok Kapasitas pengurus kelompok dalam pengelolaan kelompok masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh sumberdaya manusia kelompok yang dapat dilihat pada tingkat pendidikan yang dicapai yakni dari 21 anggota pengurus lebih dari separuh anggotanya berpendidikan SD yakni sebanyak 12 orang atau 57,14%. Dan sisanya 9 orang berpendidikan SMP atau 42,86% sehingga dalam menerima, memahami tugas dan tanggung jawab yang diberikan belum mampu diterima dengan baik. Selain itu belum berpengalamannya pengurus dalam berorganisasi juga turut mempengaruhi. Akibatnya pengelolaan kelompok menjadi kurang optimal yang berdampak pada koordinasi antar anggota dan pengurus dalam melaksanakan kegiatan kelompok. Kapasitas pengurus kelompok dalam mengelola kelompok dapat pula dilihat
dari
kemampuan
pengurus
program/kegiatan kelompok. Dalam
perencanaan
dan
pelaksanaan
proses perencanaan kegiatan, pengurus
kelompok masih bersifat menunggu intruksi dari pendamping kelompok. Walaupun sudah ada jadual kegiatan kelompok namun tetap menunggu arahan dari pendamping. Jadi proses perencanaan program atau kegiatan kelompok selama ini masih tergantung pada pendamping.
Demikian pula dengan
pelaksanaan kegiatan kelompok, masih banyak pengurus yang kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang telah diberikan. Misalnya ketika ditugaskan untuk menjadi pembawa acara dalam pertemuan kelompok, masih ada yang dengan berbagai alasan untuk tidak melaksanakannya, bahkan ada yang tidak hadir dalam pertemuan kelompok untuk menghindari tuas tersebut. Hal lain yang dapat dilihat berkenaan kapasitas kelompok dalam pengelolaan kelompok adalah apabila melakukan koordinasi dengan anggota kelompok. Dalam mengundang anggota berdiskusi dalam rangka membahas rencana kegiatan. Umumnya anggota kurang memahami masalah dibahas dan
29
bagaimana merencanakan dan melaksanakan kegiatan tersebut. Demikian juga ketika pengurus membuat laporan kegiatan kelompok maupun kegiatan administrasi lainnya. Alasannya adalah karena mereka belum mempunyai pengalaman dalam mengelola kelompok atau organisasi. Hal ini dapat dilihat pada pernyataan salah seorang pengurus kelompok yang disampaikan oleh MM, sebagai berikut : “Memang kemampuan pengurus atau sumberdaya pengurus kelompok ini masih terbatas, misalnya dalam membuat laporan, dalam mengkoordinir teman – teman untuk membahas rencana kegiatan kelompok sampai dengan melaksanakannya, sehingga kami berharap pihak pendamping atau yayasan untuk membantu anggota kelompok agar mampu berorganisasi dengan baik melalui kegiatan kelompok dalam setiap pertemuan. Saya menyadari keanggotaan kelompok ini kan sukarela jadi kita tidak bisa memaksa mereka”. Hal serupa juga disampaikan oleh anggota pengurus yang lain Nh, berkaitan dengan kemampuan anggota pengurus dalam pengelolaan kelompok . “memang kita sadar bahwa anggota kelompok mempuyai pendidikan yang rendah, dan pengetahuan organisasi yang masih kurang, jadi belum mampulah melaksanakan tugas dan tanggungjawab mengurus kelompok dengan baik”. Pernyataan yang sama disampaikan oleh pengurus Rk : ”walaupun saya pengurus bukan berarti saya pandai pak. Saya ditunjuk oleh teman – teman dan didukung oleh ibu pendamping. Dan mereka berjanji akan membantu, sehingga saya mau jadi pengurus kelompok. Tapi saya juga sadar pak, saya kan pendidikannya rendah dan belum berpengalaman dalam berorganisasi, jadi saya masih perlu banyak belajar dari teman – teman dan ibu pendamping”. Pernyataan diatas menggambarkan sumberdaya pengurus kelompok yang masih terbatas dalam mengelola kelompok. Kemampuan pengurus dalam merencanakan kegiatan maupun melaksanakannya masih kurang. Hal yang diakui oleh pengurus adalah bahwa mereka memang mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah dan pengetahuan tentang organisasi yang kurang. Artinya pengurus kelompok belum memiliki pengalaman dan ketrampilan tentang mengelola organisasi atau kelompok. Hal ini berdampak pada kapasitas kelompok dalam merencanakan dan melaksanakan program atau kegiatan kelompok.
30
5.2. Kerjasama dalam kelompok Kerjasama dalam sebuah kelompok sangat penting dan mempunyai pengaruh
pada
kualitas
kerja,
terutama
dalam
melaksanakan
dan
memyelesaikan tugas maupun kegiatan kelompok. Kerjasama juga merupakan salah satu syarat penting dalam kehidupan kelompok dan merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kapasitas kelompok. Kerjasama pengurus kelompok dapat dilihat dalam proses perencanaan maupun pelaksanaan dan kegiatan kelompok. Pada proses perencanaan, misalnya dalam menyusun rencana kegiatan kelompok terkait dengan pendelegasian tugas dan tanggung jawab dalam sebuah kegiatan masih kurang terorganisir dengan baik. Artinya kurang melibatkan anggota atau pengurus yang lain, hanya orang – orang tertentu yang mampu dan menonjol dalam kelompok saja yang dominan. Kemudian
dalam
pelaksanaan
kegiatan,
pengurus
masih
lebih
mementingkan urusan pribadi. Misalnya apabila ada kegiatan kelompok yang telah ditentukan waktu dan tempatnya dan sudah disepakati bersama- sama, namun ketika waktu pelaksanaan kegiatan dilakukan, masih ada pengurus yang berhalangan untuk hadir dengan berbagai alasan yang sebelumnya sudah diberi tanggung jawab bahkan mereka sudah siap untuk hadir. Adanya perbedaan kemampuan antara pengurus kelompok berdampak pada pelaksanaan kegiatan. Dalam menentukan jadual, tempat dan materi yang akan dibahas dalam kegiatan kelompok masih belum terlihat kerjasama yang baik, sehingga mereka masing –masing memprioritaskan kegiatan sesuai dengan kehendak masing-masing atas dasar kewenangan yang dimiliki. Demikian juga dalam pembagian tugas dan peran dalam kepengurusan kurang bekerjasama dengan baik,
karena disatu sisi harus mengerjakan
tanggung jawab sebagai pengurus namun disisi lain harus berposisi juga sebagai pelaksana kegiatan di lapangan. Kurang baiknya kerjasama antar pengurus baik dalam merencanakan jadual kegiatan maupun
prioritas kegiatan dalam
kelompok yang nantinya juga akan berpengaruh dengan suasana kelompok yang cepat atau lambat akan menjadi kurang kondusif dan berakibat negatif pada kelompok. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang sampaikan oleh Nh: ”Saya melihat kelompok ini masih belum mampu bekerjasama, dalam merencanakan maupun melaksanakan kegiatan kelompok,misalnya jadual
31
kegiatan atau jadual pertemuan kadang tidak tentu, sehingga kadang berbarengan dengan urusan keluarga atau yang lain dan kami tidak bisa hadir. Demikian pula dengan tugas yang diberikan kepada kami, kami merasa berat ,karena masih banyak anggota atau pengurus yang belum tahu caranya. Menurut saya memang anggota dan pengurus kelompok terutama saya, harus banyak belajar dengan terus aktif mengikuti setiap pertemuan kelompok, sehingga pengalaman jadi bertambah”. Kondisi tersebut diatas akan mempengaruhi kapasitas kelompok, karena ada kemungkinan pengurus kelompok lain yang merasa tidak bersalah dengan tindakannya, disisi lain ada pengurus lain yang merasa kecewa dan dirugikan karena menilai pengurus tersebut kurang bertanggung jawab dan bekerjasama dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh kelompok. Masih adanya peran ganda dalam pelaksanaan dalam kegiatan kelompok, menunjukan adanya pengurus yang tidak menjalankan tugas yang diberikan. Pengurus yang belum berpengalaman dan terbatasnya ketrampilan yang dimiliki membuat pekerjaan dirangkap atau diambil alih oleh pengurus yang lebih mampu. Hal ini juga menunjukan masih kurangnya kerjasama serta koordinasi antar pengurus kelompok. Suasana yang kurang kondusif
dalam
sebuah kelompok akan berdampak kurang baik kelompok. Kerjasama kelompok juga dimaksudkan agar antar pengurus mampu saling mengisi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sehingga terjadi sinergi antara satu dengan yang lain. Misalnya ada pengurus yang pandai membuat laporan dalam bentuk tulisan dan ada yang hanya bisa berbicara saja. Maka sanat penting keduanya untuk bekerjasama dalam menyelesaikan tugas berpa laporan kelompok, sehingga tugas – tugas dalam kelompok dapat dilaksanakan dengan baik. Namun dalam hal ini masih terlihat pengurus kelompok yang kurang kerjasamanya dalam menyelesaikan tugas – tugas kelompok walaupun yang bersangkutan belum mampu melaksanakannya. Sehingga salah satu tugas yang diberikan oleh kelompok menjadi terhambat. Hal ini diungkapkan oleh salah satu pengurus MM : ” Saya sebagai pengurus masih banyak kekurangan pak, saya berharap teman – teman sesama pengurus mau bekerjasama dalam menyelesaikan tugas da tanggung jawab yang telah diberikan oleh kelompok. Misalnya dalam pembuatan laporan, saya hanya bisa menulis, tapi berbicara langsung masih belum biasa, dan biasanya suka grogi pak”. [
[[
32
5.3. Jaringan Sosial kelompok Jaringan
sosial
merupakan
suatu
jaringan
dimana
ikatan
yang
menghubungkan antara individu yang satu dengan yang lain dalam jaringan berupa
hubungan sosial. Hubungan sosial merupakan interaksi sosial yang
berkelanjutan karena adanya rasa terikat satu dengan lain dalam mencapai sebuah tujuan. Jadi jaringan sosial kelompok merujuk pada upaya untuk melihat ikatan individu dalam kelompok dan pola hubungan yang telah dibentuk oleh kelompok. Dalam konteks kelompok mantan TKW desa Cibaregbeg dalam membuka jaringan atau hubungan kemitraan (networking) dilakukan dengan mengadakan kegiatan bersama dengan kelompok – kelompok yang sama di desa lain dalam wilayah kecamatan Cibeber. Hal ini dimaksudkan untuk menyamakan pandangan dan mengadakan tukar pengalaman dan informasi untuk pengembangan kelompok. Kegiatan ini dilakukan setiap minggu kedua setiap bulannya. Kegiatan yang dilakukan adalah pemberian informasi atau diskusi kelompok. Kegiatan ini dikoordinir oleh pengurus kelompok. Dalam pertemuan antar kelompok ini memakai sistem perwakilan secara begilir atas kesepakatan bersama dalam kelompok. Dan sebelum hari pelaksanaan anggota atau pengurus yang telah ditunjuk diinformasikan lagi oleh pengurus atau untuk hadir dalam kegiatan tersebut. Kemudian setelah mereka menghadiri kegiatan, anggota atau pengurus tersebut melaporkan hasilnya dalam pertemuan kelompok, sehingga anggota atau pengurus kelompok yang tidak ikut dalam kegiatan tersebut tidak ketinggalan informasi dan pengetahuan. Sebagaimana diungkapkan oleh salah seorang anggota kelompok Ch: ”setiap anggota maupun pengurus secara bergilir ikut dalam kegiatan pertemuan antar anggota dan pengurus dengan kelompok dari desa lain. Setelah mengikuti kegiatan tersebut setiap anggota maupun pengurus yang mengikuti kegiatan melaporkannya pada pertemuan kelompok masing – masing. Hal ini dimaksudkan agar anggota dan pengurus yang tidak mengikuti tidak ketinggalan informasi ”. Namun jaringan ini masih sebatas sesama komunitas artinya sesama mantan TKW, belum mengarah pada upaya membuka jaringan dengan kelompok atau lembaga lain selain lembaga pendamping. Apalagi jaringan ini masih di
33
mediasi oleh pendamping kelompok. Hal ini dapat dilihat dalam penjadualan pertemuan sampai pada pelaksanaan kegiatan. Jadi jaringan yang ada memang masih dibawah bimbingan dan pembinaan dari pihak luar yakni pendamping kelompok. Belum ada inisiatif dan kreasi dari pengurus masing – masing kelompok. Hal ini sesuai informasi yang disampaikan oleh pengurus kelompok dan saat dilakukan pengamatan terhadap kegiatan kelompok. Kondisi ini menunjukan bahwa kemampuan pengurus kelompok dalam membuat jadual kegiatan untuk pertemuan antar kelompok dan pelaksanaan pertemuannya masih kurang. Kurangnya kemampuan kelompok juga terlihat dalam membuka hubungan atau jaringan dan membangun komunikasi dengan lembaga lain. Hal ini juga disebabkan oleh kemampuan pengurus yang masih rendah dan belum berpengalaman dalam membuka jaringan atau hubungan dengan pihak luar, sehingga perlu penguatan kapasitas terutama pengurus kelompok. Hal ini diungkapkan oleh pengurus kelompok Rk. ”Jaringan kelompok kami pak, baru sebatas antar anggota kelompok, dan dengan kelompok lain maksudnya yang ada di desa lain. Yakni dengan mengadakan pertemuan antar kelompok dengan sistem perwakilan maksimal lima orang secara bergilir yang dibantu oleh pendamping kelompok”. Hal serupa diungkapkan oleh pengurus yang lain Nh: ”kami belum mampu melakukan hubungan kerjasama dengan lembaga lain di desa Cibaregbeg maupun di luar desa. Kami hanya baru melakukan hubungan dengan sesama kelompok di desa lain. Mudah – mudahan pengalaman ini akan dapat membantu kami membuka hubungan dengan lembaga lain di di dalam maupun di luar desa Cibaregbeg”. Berdasarkan uraian diatas permasalahan yang dihadapi kelompok mantan TKW di desa Cibaregbeg adalah lemahnya kemampuan pengurus dalam pengelolaan kelompok, kerjasama dalam kelompok masih rendah dan jaringan sosial kelompok yang masih terbatas, sehingga berdampak pada kapasitas kelompok.
34
5.4. Karakteristik Pengurus Kelompok Karakteristik pengurus kelompok mantan tenaga kerja wanita yang diberi nama “Hegarmanah” di desa Cibaregbeg dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 : Karakteristik Pengurus kelompok mantan TKW No
Nama
Umur (Tahun)
Jabatan
Pendidikan
Pekerjaan suami
Jumlah Anak
1
Rokayah
30
Ketua
SD
Buruh tani
1
2
Mimin
35
Sekretaris
SD
Penjahit
2
3
Nurjannah
35
Bendahara
SMP
Dagang
3
4
Nie
21
Anggota
SMP
Ojeg
1
5
Ani
35
Anggota
SMP
Buruh tani
2
6
Komariah
32
Anggota
SMP
Buruh tani
2
7
Omah
40
Anggota
SD
Buruh tani
5
8
Upu
38
Anggota
SD
Buruh tani
2
9
Rohayati
33
Anggota
SD
Buruh tani
2
10
E en
37
Anggota
SD
Buruh tani
2
11
Cicih
26
Anggota
SD
Buruh tani
2
12
Aisyah
36
Anggota
SD
Buruh tani
3
13
M. Kokom
41
Anggota
SD
Buruh tani
4
14
Isah
21
Anggota
SMP
Ojeg
1
15
O om
44
Anggota
SD
Buruh tani
5
16
Siti
25
Anggota
SD
Buruh tani
2
17
Iyah
23
Anggota
SMP
Ojeg
1
18
Nurhayati
20
Anggota
SMP
Belum Nikah
-
19
Hesti
22
Anggota
SMP
Ojeg
1
20
Uel
27
Anggota
SD
Ojeg
2
21
Nazah
23
Anggota
SMP
Sopir
1
Sumberdata : Pengurus Kelompok mantan TKW Hegarmanah Tahun 2007
Berdasarkan karakteristik pengurus kelompok tersebut diatas , maka sumberdaya manusia anggota pengurus mempunyai tingkat pendidikan yang masih rendah dan sangat mempengaruhi mereka dalam berorganisasi misalnya dalam bekerjasama dalam kelompok, maupun kemampuan dalam mengelola kelompok. Kemampuan mengelola ini juga akhirnya berdampak pada kapasitas
35
kelompok. Selanjutnya dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa umumnya pekerjaan suami mantan tenaga kerja wanita adalah buruh tani yang menduduki urutan teratas sebagai mata pencaharian warga desa Cibaregbeg disusul tukang ojeg dan sopir. Dan jumlah tanggungan atau anak dalam satu keluarga mantan tenaga kerja wanita masih dianggap wajar dalam arti tidak melampui jumlah keluarga umumnya.
5.5. Visi dan Misi Visi kelompok adalah pemberdayaan perempuan melalui peningkatan akses dan kontrol perempuan terhadap sumberdaya yang ada pada dirinya, untuk menciptakan tatanan masyarakat yang lebih egaliter, demokratis dan berkeadilan gender. Sedangkan misi kelompok adalah: (1) meningkatkan taraf hidup, pengetahuan, dan kemampuan perempuan; (2) mengembangkan kapasitas kelembagaan lokal bagi perempuan dan kepemimpinan perempuan dengan pendekatan desentralisasi sumberdaya.
5.6. Pendekatan dan Strategi Pendekatan
yang digunakan oleh kelompok adalah: (1) pendekatan
kemanusiaan yang berperspektif kesetaraan gender; (2) mengakomodasi dan menghargai ide yang berasal dari masyarakat dalam hal ini kelompok; (3) mendorong partisipasi seluruh anggota kelompok dampingan untuk berkontribusi dalam mengambil keputusan; (4) memfasilitasi proses belajar dan tukar pengalaman anggota kelompok. Dalam pelaksanaan di lapangan kegiatan lebih pada memfasilitasi anggota pengurus kelompok dalam proses belajar dan tukar pengalaman antar anggota dalam setiap pertemuan.
5.7. Sumber Dana Sumber
dana
untuk
kegiatan
kelompok
berasal
dari
lembaga
pendamping. Dana tersebut diberikan oleh lembaga pendamping apabila ada kegiatan kelompok seperti pertemuan baik antar kelompok maupun regional kecamatan atau kabupaten. Jadi dana yang berasal dari lembaga pendamping akan diberikan untuk biaya yang bersifat operasional bagi kelompok.
36
5.8. Kegiatan kelompok mantan TKW sebagai Pengembangan Ekonomi Lokal Pengembangan ekonomi lokal yang dilakukan oleh kelompok dalam usaha untuk memperbaiki ekonomi keluarga anggota kelompok adalah melalui arisan kelompok. Arisan kelompok yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada individu – individu atau anggota kelompok yang mempunyai semangat dan keinginan terus mengembangkan penghasilan keluarga dengan memanfaatkan kredit mikro yang telah diberikan untuk usaha – usaha yang bersifat ekonomis produktif . Manfaat modal usaha melalui hasil arisan kelompok bagi anggota kelompok adalah bertambahnya penghasilan keluarga secara variatif. Selain itu anggota kelompok juga belajar untuk mencari peluang dan kesempatan untuk berusaha. Jika dibandingkan dengan penghasilan mereka sebelumnya saat jauh lebih baik, karena telah mendapat tambahan modal untuk usaha. Melalui kegiatan ini anggota kelompok ini juga belajar cara emanfaatkan potensi yang ada dan jaringan untuk usaha yang lebih luas dan akses dalam rangka pengembangan potensi ekonomi lokal yang pada akhirnya untuk kesejahteraan hidupnya.
5.9. Kegiatan kelompok mantan Tenaga Kerja Wanita luar negeri sebagai Pengembangan Modal dan Gerakan Sosial Program pengorganisasian masyarakat dan pengembangan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh kelompok merupakan modal sosial yang dapat membantu anggota kelompok dan masyarakat sebagai gerakan sosial dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kepedulian untuk membantu warga masyarakat terutama perempuan dalam hal ini mantan tenaga kerja wanita luar negeri. Upaya kelompok ini untuk memberdayakan anggotanya adalah dalam upaya untuk membantu pemerintah dalam program pemberdayaan masyarakat khususnya perempuan di tingkat pedesaan sebagai modal dan gerakan sosial. Modal sosial yang ada dan telah tumbuh di masyarakat baik berupa nilai – nilai adat istiadat dan norma – norma sosial yang berlaku serta kepercayaan (trust) perlu ditingkatkan untuk membantu anggota kelompok khususnya dalam hidup bermasyarakat.
37
Dalam proses kearah tersebut tidak jarang berhadapan dengan sistem nilai individu atau kelompok tertentu yang ada di masyarakat. Untuk itu diperlukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai kegiatan kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan dukungan
dari berbagai pihak terutama
pemerintah dan masyarakat sebagai sebuah Pengembangan modal dan gerakan sosial pada tingkat desa khususnya kelompok.